seed treatment

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih memegang peranan penting untuk produktivitas suatu tanaman. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik pula. Akan tetapi benih seringkali mengalami gangguan dari Organisme pengganggu tanaman (OPT), yang menyebabkan menurunnya hasil. Gangguan tersebut terdapat di gudang penyimpanan dan di lapangan pada saat penanaman, maka dari itu perlu dilakukan perlakuan benih. Perlakuan benih merupakan bagian dari sistem produksi benih. Setelah benih dipanen dan diproses, benih biasanya diberikan perlakuan (seed treatment) untuk berbagai tujuan. Tujuan perlakuan benih adalah (1) menghilangkan sumber infeksi benih (disinfeksi) untuk melawan patogen tular benih dan hama, (2) perlindungan terhadap bibit ketika bibit muncul di permukaan tanah, (3) meningkatkan perkecambahan atau melindungi benih dari patogen dan hama. Setelah dilakukan seed treatment benih harus dikemas agar dapat disimpan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan lamanya penyimpanan. Pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari faktor-faktor biotik dan abiotik, mempertahankan kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik, serta memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan. TEKNOLOGI PERBENIHAN III Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung Page 1

Upload: lynati-amelia

Post on 15-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

perlakuan pada benih

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangBenih memegang peranan penting untuk produktivitas suatu tanaman. Benihyangbaikakanmenghasilkan tanaman yang baik pula. Akan tetapi benih seringkali mengalami gangguan dari Organisme pengganggu tanaman (OPT), yang menyebabkan menurunnya hasil. Gangguan tersebut terdapat di gudang penyimpanan dan di lapangan pada saat penanaman, maka dari itu perlu dilakukan perlakuan benih. Perlakuan benih merupakan bagian dari sistem produksi benih. Setelah benih dipanen dan diproses, benih biasanya diberikan perlakuan (seed treatment) untuk berbagai tujuan. Tujuan perlakuan benih adalah (1) menghilangkan sumber infeksi benih (disinfeksi) untuk melawan patogen tular benih dan hama, (2) perlindungan terhadap bibit ketika bibit muncul di permukaan tanah, (3) meningkatkan perkecambahan atau melindungi benih dari patogen dan hama.Setelah dilakukan seed treatment benih harus dikemas agar dapat disimpan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan lamanya penyimpanan. Pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari faktor-faktor biotik dan abiotik, mempertahankan kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik, serta memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan.Penyimpanan benih jagung pada ruang terbuka akan mengakibatkan benih cepat mengalami kemunduran atau daya simpannya menjadi singkat akibat fluktuasi suhu dan kelembapan. Hal ini karena ruang simpan terbuka berhubungan langsung dengan lingkungan di luar ruangan atau melalui jendela dan ventilasi. Oleh karena itu, benih yang disimpan dalam ruang terbuka perlu dikemas dengan bahan kemasan yang tepat agar viabilitas dan vigor benih dapat dipertahankan.1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui perlakuan benih apa yang sesuai untuk benih jagung dan bahan pengemas apa yang dapat mempertahankan kualitas benih selama dipenyimpanan.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Perlakuan Benih Jagung (Seed Treatment)Perlakuan benih merupakan bagian dari sistem produksi benih. Setelah benih dipanen dan diproses, benih biasanya diberi perlakuan (seed treatment) untuk berbagai tujuan. Tujuan perlakuan benih yaitu :1. Menghilangkan sumber infeksi benih (disinfeksi) untuk melawan patogen tular benih dan hama2. Mengendalikan penyakit tular benih (seed borne) pada saat benih berkecambah dan mencegah terjadinya mati muda (damping off).3. Perlindungan terhadap bibit ketika bibit muncul di permukaan tanah.Ditinjau dari ilmu penyakit tanaman, perlakuan benih memiliki tujuan untuk menghilangkan sumber infeksi (disinfeksi) dan disinfestasi dari benih akibat berbagai organisme patogen tular benih (seedborne) dan tular tanah (soilborne) serta hama gudang. Disinfeksi bertujuan melakukan eradikasi patogen yang berada di kulit benih atau di dalam jaringan benih. Sedangkan disinfestasi ditujukan untuk mematikan cendawan, bakteri, atau serangga yang berada dipermukaan benih (surface organism) tetapi belum menginfeksi permukaan benih (Desai et al. 1997). Menurut Agrawal & Sinclair (1996), beberapa kondisi benih yang perlu diberi perlakuan benih, yaitu : Luka pada kulit benih yang dapat menstimulasi cendawan untuk memasuki benih sehingga dapat mematikan benih atau melemahkan kecambah. Benih mengalami luka selama pemanenan dan pascapanen yang dapat memudahkan benih terserang patogen. Benih yang terinfestasi oleh patogen pada saat panen dan saat benih diolah. Benih yang ditanam pada keadaan lingkungan yang tidak sesuai seperti tanah lembab atau sangat kering sehingga menstimulir pertumbuhan dan perkecambahan spora cendawan yang dapat menyerang dan merusak benih. Melindungi masa-masa perkecambahan dan awal pertumbuhan tanaman dari organisme tular tanah.Penyakit tular benih pada tanaman jagung yaitu penyakit bulai (Peronosclerospora sp.), penyakit Fusarium sp. Dan penyakit Aspergillus sp. Perlakuan benih secara kimiawi untuk mencegah patogen tular benih dan tular tanah dapat dilakukan dengan cara pemberian pestisida khusunya fungisida. Senyawa yang akan diberikan pada benih sebagai seed treatment harus memenuhi kriteria, yaitu efektif terhadap organisme pengganggu tanaman, relatif tidak toksik terhadap benih dan tanaman, kurang beracun bagi manusia dan hewan, bersifat stabil selama penyimpanan dan mudah penggunaannya serta ekonomis.Penggunaan bahan kimia sebagai seed treatment dapat effektif dengan 3 cara yaitu 1) pencelupan/perendaman dalam larutan pestisida (steeping in liquid), 2) Percampuran benih dengan tepung pestisida (dry seed treatment) sehingga tepung pestisida tersebut dapat menyelimuti benih, dan 3) perlakuan basah (slurry treatment) yaitu pestisida dicampur dengan sedikit air kemudian dicampurkan dengan benih yang kering, sehingga benih tersebut diliputi cairan insektisida.Fungisida yang biasa dipakai untuk perlakuan benih jagung yaitu fungisida berbahan aktif metaliksil. Metaliksil merupakan fungisida sistemik untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh Oomycetes. Fungisida ini tersedia dalam berbagai merek dan formulasi seperti Apron 35WS, Ridomil, Saromil 35SD, untuk perlakuan benih (seed treatment), Ridomil 5G untuk diaplikasikan ditanah, Ridomil 25WP yang dapat disemprotkan pada tanaman (Reddy et al., 1990 dalam Tandiabang, 2011).Hasil penelitian Fisher (1981) dalam Tandiabang (2011) menunjukkan bahwa cara bekerja (mode of action) dari Metalaksil yaitu dengan menghambat biosintesa RNA sehingga mitosis (pembelahan sel) dari jamur tidak terjadi, yang selanjutnya menghambat pertumbuhan dari jamur. Metalaksil ini tidak berpengaruh terhadap germinasi dari spora jamur yang menyerang tanaman.Metalaksil ini bersifat sistemik pada tanaman dan ada hubungan antara akumulasi fungisida dalam tanaman dan daya proteksi terhadap jamur. Translokasi metalaksil dalam tanaman hanya terjadi jika fungisida ini diberikan sebagai perlakuan benih. Metalaksil hanya bertahan selama 29 hari dalam tanaman sesudah diberikan secara perlakuan benih (Reddy et al., 1990dalam Tandiabang, 2011). Dosis yang dianjurkan pada tanaman bulai adalah (1,5 2,5 gram) Saromil 35SD per kg benih.Penggunaan fungisida dengan bahan aktif metalaksil sebagai perlakuan benih (seeds treatment) pada jagung hibrida sejak dulu merupakan paket utama dalam penjualan benih dipasaran. Hal ini disebabkan karena selama ini benih jagung yang ditanam tanpa dilakukan seeds treatment dengan fungisida, maka kemungkinan besar akan terserang penyakit bulai (Talancha et.al, 2011). Akibat dari penggunaan fungisida metalaksil secara terus menerus dalam jangka waktu lama untuk perlakuan benih jagung, maka kecenderungan terjadinya resistensi di beberapa sentra produksi jagung di Indonesia sudah mulai nampak yaitu tidak efektifnya metalaksil melindungi tanaman jagung dari serangan bulai. Hal ini terbukti di Kalimantan Barat, Kab. Bengkayang dan beberapa daerah di Jawa Timur (Kab. Kediri) fungisida ini sudah tidak efektif lagi, walaupun dengan pemberian dosis yang tinggi (Wakman et al., 2009; Burhanuddin, 2011 ; Talancha et.al, 2011). Intensifnya penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung erat kaitannya dengan pembentukan atau perakitan varietas jagung hibrida selama ini belum mengarah kepada pembentukan jagung varietas tahan penyakit bulai, akan tetapi prioritas pembentukan jagung hibrida bertumpu pada potensi hasil tinggi, tingkat keragaman dan tinggi tanaman, sehingga varietas jagung yang dirilis atau dihasilkan kemungkinannya rentan terhadap penyakit bulai.2.2 Pengemasan Benih JagungPengemasan benih merupakan kegiatan untuk mempertahankan kualitas benih selama dalam penyimpanan dan pemasaran, sehingga pada saat benih ditanam tetap terjamin daya tumbuh dan daya kecambahnya secara normal. Adapun tujuan pengemasan benih secara umum untuk: Memudahkan Pengelolaan benih. Memudahkan transportasi benih waktu pemasaran Memudahkan penyimpanan benih dengan kondisi yang memadai. Mempertahankan persentase viabilitas benih Mengurangi deraan (tekanan/pengaruh) alam Mempertahankan kadar air benihBahan pengemas benih yang digunakan dipilih dari bahan yang dapat mencegah terjadinya peningkatan kadar air benih. Peningkatan kadar air benih merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan laju deteriorasi (kemunduran benih) dalam penyimpanan sehingga diperlukan bahan pengemas benih yang dapat menghambat perubahan kadar air benih (Kuswanto, 2003). Penggunaan bahan kemasan yang tepat dapat melindungi benih dari perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu kelembapan nisbi dan suhu. Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan lebih lama (Robiinn, 2007). Menurut Kuswanto (2003) bahan pengemas benih yang digunakan juga harus memenuhi beberapa persyaratan lain, yaitu : Mampu menahan masuknya uap air di dalam kemasan Mampu menahan masuknya air di dalam kemasan Mampu menahan pertukaran gas-gas Mudah didapat, bahannya cukup kuat, dan tidak beracun Harga memadai, tidak terlalu mahal Mudah/dapat dicetak untuk logo, merk, atau keterangan lainPrinsip dasar pengemasan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih, dan salah satu tolok ukurnya adalah kadar air benih. Menurut Barton dalam Justice dan Bass (1979)dalam Robiinn (2007), kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Di daerah tropis, benih jagung minimal disimpan 3 bulan hingga musim tanam berikutnya. Benih jagung memiliki sifat agak mudah menyerap dan menahan uap air (higroskopis) sehingga perlu dikemas bila disimpan dalam ruangan terbuka. Bahan kemasan yang baik adalah yang memiliki kekuatan tekanan, tahan terhadap kerusakan serta tidak mudah sobek (Rineka Cipta 1986dalam Robiinn 2007). Bahan untuk kemasan banyak macamnya dan masing-masing memiliki sifat yang berbeda. Bahan kemasan benih di daerah tropika basah umumnya memiliki sifat impermeabilitas terhadap uap air. Sifat lain yang penting adalah mempunyai daya rekat (sealibility), kuat, elastis, mudah diperoleh, murah, dan tahan lama.

Macam-macam bahan kemasan benihBahan pengemas yang digunakan untuk mengemas benih mempunyai banyak macam. Bahan pengemas benih secara umum dibedakan menjadi 2 macam berdasarkan sifatnya, yaitu bahan pengemas benih yang porous dan bahan pengemas benih yang kedap uap air. Bahan pengemas benih yang porous biasanya digunakan untuk mengemas benih yang masa simpannya pendek atau disimpan pada kondisi dingin dan kering. Bahan pengemas benih yang kedap uap air digunakan untuk mengemas benih yang masa simpannya lama atau panjang (sampai musim tanam berikutnya) dan memerlukan perlindungan dari pengaruh kelembaban yang tinggi agar viabilitas dan vigor benihnya dapat dipertahankan tetap tinggi(Kuswanto, 2003).Sedangkan berdasarkan jenisnya bahan pengemas benih yang biasa dipakai, antara lain : Bahan pengemas kertasKertas yang digunakan secara meluas untuk pengemasan benih berasal dari bahan kertas sulfit atau kertas kraft yang diputihkan. Pemutihan kertas tersebut dengan cara dilapisi tanah liat yang sangat putih agar dapat dicetak. Kantong kertas ini dirancang untuk menyimpan sejumlah benih tertentu bukan untuk melindungi viabilitas benihnya. Bahan pengemas kertas termasuk dalam golongan bahan pengemas benih yang porous(Kuswanto, 2003).Menurut penelitian Robiin (2007) kemasan kertas mampu mempertahankan kadar air benih jagung sebesar 12,39% pada periode simpan 2 minggu. Sifat kertas yang mudah basah pada kondisi lembap diduga sebagai penyebab meningkatnya kadar air benih pada periode simpan selanjutnya. Bahan pengemas plastikMenurut Kuswanto (2003) plastik yang digunakan untuk bahan pengemas benih kebanyakan berasal dari bahan polyethylene. Bahan polyethylene termasuk bahan pengemas benih yang kedap uap air. Bahan polyethylene dipilih yang memiliki daya rentang tinggi sehingga memiliki ketahanan yang sangat besar terhadap kebocoran. Bahan polyethylene yang bening dan putih mudah ditembus cahaya sehingga lama-kelamaan mudah menjadi rusak jika terkena sinar matahari langsung atau radiasi sinar ultraviolet. Kerusakan tersebut dapat diperlambat dengan mencampurkan dalam lapisan karbon hitam atau pigmen lain yang mudah menyerap sinar ultraviolet. Bahan pengemas plastik polyethylene termasuk bahan pengemas yang kedap air/uap air.Kemasan plastik dapat mempertahankan kadar air sebesar 11,73% pada periode simpan 4 minggu dan dianggaptidak berbeda dengan kemasan kertas dengan periode simpan2 minggu dengan kadar air 12,39%. Tetapi kemasan plastik dinilai lebih baik karena mempunyai periode simpan yang lebih panjang (2 minggu) dibanding kemasan kertas. Bahan pengemas aluminium foilAluminium foil sering digunakan pada lapisan gabungan dan lapisan terpisah dalam pengemasan benih. Lapisan aluminium foil sendiri dapat digabung dengan bahan lain untuk pengemasan benih sehingga menghasilkan kombinasi bahan pengemas yang memiliki hampir semua sifat bahan pengemas yang diinginkan. Penggabungan aluminium foil dengan berbagai bahan pengemas lain, seperti kertas atau lapisan plastik akan memberikan hambatan yang efektif terhadap pertukaran uap air dan gas. Bahan pengemas aluminium foil termasuk bahan pengemas yang kedap air/uap air.Diantara kedua kemasan diatas aluminium foil merupakan bahan kemasan yang paling baik, karena pada periode simpan 4 minggu kadar air hanya 10,90%. Tetapi dari hasil penelitian Robiin (2007) pada periode simpan berikutnya menunjukan peningkatan kadar air menjadi 17,97 pada minggu ke 6 dan 20,14% pada minggu ke 8 lebih buruk dibandingkan dengan benih yang dikemas dengan plastik. Dari segi sifat kekedapan udara maupun uap air, aluminum foillebih baik dibanding plastik, tetapi dari segi kekuatan dankeelastisan, aluminum foilmudah sobek. Hal inilah yangmenyebabkan kadar air benih yang disimpan dalam kemasanaluminum foilmeningkat selama periode simpan 6 dan 8minggu.Menyiapkan bahan pengemas benihPenyiapan bahan pengemas benih yang akan digunakan untuk mengemas benih dilakukan terutama untuk benih yang siap untuk dipasarkan. Selain itu dengan penyiapan bahan pengemas benih yang benar, kemasan benih yang dihasilkan juga sesuai standar yang diinginkan serta dapat melindungi benih dari pengaruh lingkungan yang kurang mendukung daya simpan benih selama periode penyimpanan ataupun sampai benih siap untuk digunakan.Kegiatan penyiapan bahan pengemas benih dimulai dengan pemilihan bahan pengemasnya. Bahan pengemas yang kurang atau tidak kedap terhadap air, uap air, dan gas-gas seperti bahan pengemas karung goni atau plastik dan kertas kraft atau sulfit biasanya digunakan untuk mengemas benih yang akan disimpan dalam ruang penyimpanan benih terutama dalam jumlah yang banyak (Kuswanto, 2003). Bahan pengemas yang relatif kedap terhadap air, uap air, dan gas-gas seperti bahan pengemas plastik polyethylene dan aluminium foil digunakan untuk pengemasan benih yang siap untuk dipasarkan (Kuswanto, 2003).Kegiatan penyiapan bahan pengemas benih yang siap untuk dipasarkan dilanjutkan dengan perekatan bahan pengemas berbentuk kantong segi empat sesuai ukuran yang diinginkan. Perekatan dilakukan dengan memanaskan alat perekat/sealer (plastik ataupun aluminium foil) terlebih dahulu. Kemudian bahan pengemas tersebut direkatkan ketiga sisinya dengan sealer sampai diperoleh kemasan benih yang berbentuk kantong segi empat. Selain itu dilakukan pula pengecekan terhadap hasil perekatan bahan pengemasnya sampai benar-benar sempurna dan dipastikan tidak terjadi kebocoran pada bahan pengemas sampai siap digunakan untuk pengemasan benihnya.Menurut Robiin (2007) aluminium foildapat digunakan sebagai bahan kemasanbenih jagung. Namun, dalam aplikasinya harus dikombinasikandengan bahan kemasan lain dan tetap mengacu padasifat-sifat bahan kemasan yang ada, seperti impermeabilitas,kekuatan, ketebalan, dan keuletan. Bahan kemasan plastikdapat disarankan sebagai alternatif kedua, dan mungkin akanmenjadi lebih baik jika ketebalan plastik diperhatikan.Menimbang benihAlat untuk menimbang benih sebelum dilakukan pengemasan biasanya menggunakan timbangan tepat atau timbangan analitik. Timbangan tepat biasanya berupa neraca Ohauss dengan tingkat ketelitian hasil penimbangan mencapai 10 miligram. Sedangkan timbangan analitik mempunyai tingkat ketelitian hasil penimbangan mencapai 0,1 miligram. Timbangan tepat biasanya digunakan untuk menimbang jenis-jenis benih berukuran besar seperti kedelai, kacang hijau, jagung, dan lain-lain.dan timbangan analitik digunakan untuk menimbang benih yang berukuran kecil seperti benih sawi, tembakau, bayam, dan lain-lain. Penimbangan benih ini bertujuan untuk menentukan berat bersih benih yang akan dikemas sesuai dengan ukuran kemasannya dan ukuran yang dikehendaki oleh konsumen.Ukuran berat benih tanaman yang tergolong benih besar terutama untuk benih-benih tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan dipasarkan dalam ukuran berat 0,5 kg, 1 kg, dan 5 kg dalam kemasan plastik polyethylene maupun aluminium foil.Pengisian benihSetelah berat bersih benih yang akan dikemas ditentukan, benih lalu dimasukkan dalam bahan pengemas yang telah disiapkan. Pengisian benih dapat dilakukan secara manual dengan cara membuka ujung bahan pengemas dan benih yang telah diketahui berat bersihnya dimasukan ke dalam bahan pengemas secara hati-hati (jangan sampai tumpah). Hal ini akan mengurangi berat bersih benih yang akan dikemas. Selain itu pengisian bahan pengemas dapat dilakukan secara otomatis menggunakan alat khusus untuk mengisi kemasan benih.Penutupan bahan kemasan benihPenutupan kemasan benih bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan masih adanya uap air dan udara yang dapat masuk. Penutupan bahan pengemas yang kedap uap air dan udara sebaiknya menggunakan alat pemanas (sealer) atau untuk bahan plastik polyethylene dapat memakai api lilin atau flat iron. Akan tetapi, penutupan dengan menggunakan api lilin atau flat iron sulit mrnrntukan apakah kemasan sudah tertutup rapat atau masih ada yang bocor.Penutupan bahan pengemas benih menggunakan sealer harus memperhatikan bahan pengemas benih yang digunakan. Karena setiap bahan pengemas mempunyai derajat panas yang berbeda untuk dapat direkatkan. Oleh karena itu sealer yang digunakan juga harus disesuaikan apakah dipergunakan untuk merekatkan bahan aluminium foil atau plastik polyethylene. Sealing tidak boleh terlalu sempit ataupun lebar. Karena jika terlalu sempit akan menyebabkan proses perekatan bahan pengemas tidak sempurna atau dimungkinkan terjadi kebocoran kemasan. Sedangkan sealing yang terlalu lebar menyebabkan hasil kemasan tidak ekonomis dari segi biaya bahan pengemas terutama untuk bahan pengemas yang harganya mahal seperti aluminium foil.Setelah benih selesai dikemas, perlu dilakukan pelabelan terhadap benih yang akan disimpan atau dipasarkan. Informasi yang perlu dicantumkan dalam label kemasan benih antara lain : Nama species atau kultivar benih Nomor kelompok benih Berat bersih benih Tanggal selesai pengujian Tanggal kadaluarsa Kadar air benih Daya tumbuh benih, dan lain-lainPemberian label dapat dilakukan dengan mencetak informasi yang diperlukan tersebut pada kartu yang ditempelkan pada karung kain/serat goni atau mencap informasi tersebut secara langsung pada wadahnya.Pengaruh pengemasan benih terhadap mutu benihBenih dengan mutu tinggi sangat diperlukan karena merupakan salah satu sarana untuk dapat menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal. Menurut Kuswanto (2003) engemasan benih yang baik akan berpengaruh terhadap mutu benih selama penyimpanan, antara lain : Mutu fisik benihMutu fisik benih yang dipengaruhi oleh kemasan benih yaitu kemurnian benih, kerusakan mekanis, berat benih, dan kadar air benih. Pengemasan benih akan menjaga kemurnian benih dari benih varietas lain, benih gulma, dan bahan lain/kotoran. Pengemasan benih juga akan menghindarkan benih dari kerusakan mekanis akibat serangan hama penyakit benih dalam penyimpanan. Pengemasan benih akan menjaga berat benih dalam kondisi tetap artinya tidak terjadi penurunan kandungan cadangan makanan dalam benih akibat pengaruh lingkungan penyimpanan maupun serangan hama penyakit dalam penyimpanan. Selain itu pengemasan benih akan mempertahankan kadar air selama penyimpanan dalam kondisi konstan sehingga kemunduran benih dapat dihindari/dihambat. Hal ini disebabkan perubahan kadar air benih merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya kemunduran benih dalam penyimpanan.

Mutu fisiologis benihMutu fisiologis benih yang dipengaruhi kemasan benih yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh (vigor) benih. Pengemasan benih yang baik dan benar akan mempertahankan daya kecambah dan kekuatan tumbuh (vigor) benih dalam kondisi yang baik. Hal ini disebabkan pengaruh lingkungan yang dapat mempercepat proses kemunduran benih dapat dikurangi atau dihambat seperti pengaruh suhu tinggi, gas oksigen yang mempercepat respirasibenih, dan pengaruh kelembaban yang tinggi.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanPerlakuan benih bertujuan untuk menjaga benih pada saat masa penyimpanan dugudang dari gangguan OPT dan menjaga benih dari penyakit tular benih dan tular tanah. Perlakuan benih yang biasa digunakan untuk benih jagung yaitu dengan cara kimiawi dengan menggunakan fungisida, khusunya fungisida berbahan aktif metaliksil.Akibat dari penggunaan fungisida metalaksil secara terus menerus dalam jangka waktu lama untuk perlakuan benih jagung, maka kecenderungan terjadinya resistensi di beberapa sentra produksi jagung di Indonesia sudah mulai nampak yaitu tidak efektifnya metalaksil melindungi tanaman jagung dari serangan bulai. Hal ini terbukti di Kalimantan Barat, Kab. Bengkayang dan beberapa daerah di Jawa Timur (Kab. Kediri) fungisida ini sudah tidak efektif lagi, walaupun dengan pemberian dosis yang tinggi(Wakman et al., 2009; Burhanuddin, 2011 ; Talancha et.al, 2011). Pengemasan benih merupakan kegiatan untuk mempertahankan kualitas benih selama dalam penyimpanan dan pemasaran, sehingga pada saat benih ditanam tetap terjamin daya tumbuh dan daya kecambahnya secara normal. Bahan pengemas yang baik untuk benih jagung menurut Robiin (2007) adalah aluminium foil. Namun, dalam aplikasinya harus dikombinasikan dengan bahan kemasan lain dan tetap mengacu pada sifat-sifat bahan kemasan yang ada, seperti impermeabilitas, kekuatan, ketebalan, dan keuletan. Bahan kemasan plastik dapat disarankan sebagai alternatif kedua, dan mungkin akan menjadi lebih baik jika ketebalan plastik diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKAA.Haris Talanca, Burhanuddin, dan A. Tenriwae. 2011. Uji Resistensi Cendawan (Peronosclerospora maydis)Terhadap Fungisida Saromil 35 SD (b.a Metalaksil). Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tanggal 7 Juni 2011 di Hotel Singgasana Makassar. Diakses online pada http://www.peipfi-komdasulsel.org/wp-content/uploads/2012/04/21-Haris-Talanca-Uji-resistensi-fungisida-saromil.pdfBurhanudin. 2009. Fungisida Metalaksil Tidak Efektif Menekan Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis) Di Kalimantan Barat Dan Alternatif Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009. Diakses online pada http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/58.pdfJohanis Tandibiang. 2011. Kajian Penggunaan Metaliksil Dalam Pengendalian penyakit Bulai Pada Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Diakses online pada http://www.peipfi-komdasulsel.org/jurnal-perlindungan/kajian-penggunaan-metalaksil-dalam-pengendalian-penyakit-bulai-pada-jagung.htmKuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta.Robiin. 2007. Perbedaan Bahan Kemasan Dan Periode Simpan Dan Pengaruhnya Terhadap Kadar Air Benih Jagung Dalam Ruang Simpan Terbuka. Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1, 2007. Diakses online pada http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt121073.pdf

TEKNOLOGI PERBENIHAN IIIPerlakuan Benih dan Pengemasan Benih JagungPage 2