ruang anak · web viewsering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob...

23

Click here to load reader

Upload: hathu

Post on 15-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

TETANUS

A. TINJAUAN TEORI

I. Pengertian

Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot,

tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman

closteridium tetani

II. Etiologi

Sering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob

seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang

menyembuh , otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya

kuman yang menghasilkan endotoksin.

III. Patofisiologi

Bentuk spora dalam suasana anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif

yang menghasilkan eksotoksin. Toksin ini menjalar intrakasonal sampai

ganglin/simpul saraf dan menyebabkan hilangnya keseimbanngan tonus otot

sehingga terjadi kekakuan otot baik lokal maupun mnyeluruh. Bila toksin

banyak, selain otot bergaris, otot polos dan saraf otak juga terpengaruh.

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah

menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari

permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan

normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+)

dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali

ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan

konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.

Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka

terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari

neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi

1

1

Page 2: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular

Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran

listrik dari sekitarnya

Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.

Pada orang dewasa sirkulasi otak mencapai 15 % dari seluruh tubuh. Oleh

karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran

sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium

maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan

listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke

membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang.

Kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,

meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang

akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh

metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak

teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya

aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

IV. Prognosa

Bila periode”periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan

berkembang menjadi berat

V. Manifestasi Klinik

- Keluhan dimulai dengan kaku otot, disusul dengan kesukaran untuk

membuka mulut (trismus)

- Diikuti gejala risus sardonikus,kekauan otot dinding perut dan ekstremitas

(fleksi pada lengan bawah, ekstensi pada telapak kaki)

2

2

Page 3: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

- Pada keadaan berat, dapat terjadi kejang spontan yang makin lam makin

seinrg dan lama, gangguan saraf otonom seperti hiperpireksia,

hiperhidrosis,kelainan irama jantung dan akhirnya hipoksia yan gberat

- Bila periode”periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan

berkembang menjadi berat

Untuk mudahnya tingkat berat penyakit dibagi :

1. ringan ; hamya trismus dan kejang lokal

2. sedang ; mulai terjadi kejang spontan yang semakin sering, trismus yang

tampak nyata, opistotonus dankekauan otot yang menyeluruh.

VI. Penatalaksanaan Medik

Pada dasarnya , penatalaksanaan tetanus bertujuan :

a. eliminasi kuman

1. debridement

untuk menghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang

jaringan yang rusak, membuang benda asing, merawat luka/infeksi,

membersihkan liang telinga/otitis media, caires gigi.

2. antibiotika

penisilna prokain 50.000-100.000 ju/kg/hari IM, 1-2 hari, minimal 10

hari. Antibiotika lain ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.

b. netralisasi toksin

toksin yang dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat di

jaringan.

Dapat diberikan ATS 5000-100.000 KI

c. perawatan suporatif

perawatan penderita tetanus harus intensif dan rasional :

1. nutrisi dan cairan

- pemberian cairan IV sesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan

penderita, seperti sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.

- beri nutrisi tinggi kalori, bil a perlu dengan nutrisi parenteral

3

3

Page 4: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

- bila sounde naso gastrik telah dapat dipasang (tanpa memperberat

kejang) pemberian makanan peroral hendaknya segera dilaksanakan.

2. menjaga agar nafas tetap efisien

- pemebrsihan jalan nafas dari lendir

- pemberian xat asam tambahan

- bila perlu , lakukan trakeostomi (tetanus berat)

3. mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang

- antikonvulsan diberikan secara tetrasi, disesuaikan dengan kebutuhan

dan respon klinis.

- pada penderita yang cepat memburuk (serangan makin sering dan

makin lama), pemberian antikonvulsan dirubah seperti pada awal

terapi yaitu mulai lagi dengan pemberian bolus, dilanjutkan dengan

dosis rumatan.

Pengobatan rumat

Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada

hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari

berikutnya

- bila dosis maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi ,

harus dilakukan pelumpuhan obat secara totoal dan dibantu denga

pernafasan maknaik (ventilator)

4. Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :

1. Semua pakaian ketat dibuka

2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung

3. Usahakan agar jalan napas bebasu ntuk menjamin kebutuhan

oksigen

4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan

oksigen

.

4

4

Page 5: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

TETANUS

I. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan

menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.

(Santosa. NI, 1989, 154)

Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan

sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan

menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang

meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data

didapatkan dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien

dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode pengumpulan data melalui

observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), wawancara

(yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data yang diperlukan), catatan

(berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang lama), literatur

(mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat kabar).

Pengumpulan data pada kasus tetenus ini meliputi :

a. Data subyektif

1. Biodata/Identitas

Biodata klien mencakup nama, umur, jenis kelamin.

Biodata dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi

nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,

alamat.

2. Keluhan utama kejang

3. Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)

Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :

Apakah disertai demam ?

Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang,

maka diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam

terjadinya bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan

5

5

Page 6: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

demam..

Lama serangan

Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu

berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui

kemungkinan respon terhadap prognosa dan pengobatan.

Pola serangan

Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola

serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?

Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran

seperti epilepsi mioklonik ?

Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan

kesadaran seperti epilepsi akinetik ?

Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi

sementara tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile

?

Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.

Frekuensi serangan

Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang

terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun.

Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada

umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.

Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan

Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah rangsangan tertentu yang

dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit

kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana

menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita

segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, dan

sebagainya ?

Riwayat penyakit sekarang yang menyertai

Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada

penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA,

6

6

Page 7: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

Morbili dan lain-lain.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah

penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat

kejang terjadi untuk pertama kali ?

Apakah ada riwayat trauma kepala, luka tusuk, lukakotor, adanya

benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis media, dan cairies

gigi, menunjang berkembang biaknya kuman yang menghasilkan

endotoksin.

5. Riwayat kesehatan keluarga.

Kebiasaan perawatan luka dengan menggunakan bahan yang kurang

aseptik.

6. Riwayat sosial

Hubungan interaksi dengan keluarga dan pekrjaannya

7. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan

Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?

Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :

Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat

Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang

kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan

tindakan medis ?

Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan

kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang

sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.

Pola nutrisi

Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi Ditanyakan bagaimana

kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh klien ?

Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera

makan anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?

Pola Eliminasi :

BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis

ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah

7

7

Page 8: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat kencing.

BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana

konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?

Pola aktivitas dan latihan

Pola tidur/istirahat

Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur

jam berapa ? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur

siang ?

b. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36)

Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran,

tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana

akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan

kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala

Rambut

Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut.

Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang

jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa

menyebabkan rasa sakit pada pasien.

Muka/ Wajah.

Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada

gangguan nervus cranial ?

Mata

Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan

ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?

Telinga

Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya

infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga,

keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.

8

8

Page 9: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

Hidung

Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan

napas ? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya,

jumlahnya ?

Mulut

Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana

keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh?

Apakah ada caries gigi ?

Tenggorokan

Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi

faring, cairan eksudat ?

Leher

Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ?

Adakah pembesaran vena jugulans ?

Thorax

Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,

frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi

Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?

Jantung

Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah

bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?

Abdomen

Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ?

Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda

meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?

Kulit

Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah

terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?

Ekstremitas

Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi

kejang? Bagaimana suhunya pada daerah akral ?

Genetalia

9

9

Page 10: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi ?

c. Pemeriksaan Penunjang

Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat,

pemeriksaannya meliputi :

1. Darah

Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N

< 200 mq/dl)

BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan

merupakan indikasi nepro toksik akibat dari

pemberian obat.

Elektrolit : K, Na

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan

predisposisi kejang

Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

2. Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak

ruang dan adanya lesi

3. EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak

melalui tengkorak yang utuh untuk

mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil

biasanya normal.

d. Analisa dan Sintesa Data

Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan

mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data,

menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data, membandingakan

dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan.

Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang

disebut diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti

10

10

Page 11: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

tentang masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan

atau diubah melalui tindakan keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :

1. Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan serangan kejang

berulang.

2. Risiko terjadinya ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan

sekunder dari depresi pernafasan

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi

sekret yang berlebihan pad ajalan nafas atas.

4. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan penyakitnya

berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai

5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi eksotoksin

II. Perencanaan

Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan,

bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan

tersebut. Rencana keperawatan yang memberikan arah pada kegiatan

keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)

a. Diagnosa Keperawatan : Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan

kejang berulang

Tujuan : Klien tidak mengalami cedera selama perawatan

Kriteria hasil :

1. Klien tidak ada cedera akibat serangan kejang

2. klien tidur dengan tempat tidur pengaman

3. Tidak terjadi serangan kejang ulang.

4. Suhu 36 – 37,5 º C , Nadi 60-80x/menit (bayi), Respirasi 16-20 x/menit

5. Kesadaran composmentis

Rencana Tindakan :

INTERVENSI RASIONAL

1.

pencetus

2.

1. Penemuan faktor pencetus untuk

memutuskan rantai penyebaran toksin

tetanus.

11

11

Page 12: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

tidur yang memakai

pengaman di ruang yang

tenang dan nyaman

3.

4.

tidur tongue spatel dan gudel

untuk mencegah lidah jatuh

ke belakng apabila klien

kejang

5.

dengan :

- longgarakn pakaian

- posisi miring ke satu sisi

- jauhkan klien dari alat yang

dapat melukainya

- kencangkan pengaman

tempat tidur

- lakukan suction bila banyak

sekret

6.

kejang, proses berapa lama,

adanya sianosis dan

inkontinesia, deviasi dari

mata dan gejala-hgejala

lainnya yang timbul.

7.

setiap 15-30 menit dan

obseervasi keadaan klien

sampai benar-benar pulih

dari kejang

8.

keefektifan obat

2. Tempat yang nyaman dan tenang

dapat mengurangi stimuli atau

rangsangan yang dapat menimbulkan

kejang

4. efektivitas energi yang dibutuhkan

untuk metabolisme.

5. lidah jatung dapat menimbulkan

obstruksi jalan nafas.

5. tindakan untuk mengurangi atau

mencegah terjadinya cedera fisik.

6. dokumentasi untuk pedoman dalam

penaganan berikutnya.

7. tanda-tanda vital indikator terhadap

perkembangan penyakitnya dan

gambaran status umum klien.

8. efek samping dan efektifnya obat

diperlukan motitoring untuk tindakan

12

12

Page 13: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

9.

pernafasan dan gangguan

irama jantung

10.

neurologis setelah kejang

11.

- pemberian obat

antikonvulsan dosis tinggi

- pemeberian antikonvulsan

(valium, dilantin,

phenobarbital)

- pemberian oksigen

tambahan

- pemberian cairan parenteral

- pembuatan CT scan

lanjut.

9 dan 10 kompliksi kejang dapat terjadi

depresi pernafasan dan kelainan irama

jantung.

11. untuk mengantisipasi kejang,

kejang berulang dengan menggunakan

obat antikonvulsan baik berupa bolus,

syringe pump.

b. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang

penanganan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga tentang penanganan

penyakitnya dapat meningkat.

Kriteria Hasil :

1. Klien dan keluarga dapat mengerti proses penyakit dan

penanganannya

2. klien dapat diajak kerja sama dalam program terapi

3. klien dan keluarga dapat menyatakan melaksanakan penejlasan dna

pendidikan kesehatan yang diberikan.

INTERVENSI RASIONAL

1. Identifikasi tingkat

pengetahuan klien dan keluarga

2. Hindari proteksi yang

1. Tingkat pengetahuan penting untuk

modifikasi proses pembelajaran orang

dewasa.

13

13

Page 14: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

berlebihan terhadap klien ,

biarkan klien melakukan

aktivitas sesuai dengan

kemampuannya.

3. ajarkan pada klein dan

keluarga tentang peraawatan

yang harus dilakukan sema

kejang

4. jelaskan pentingnya

mempertahankan status

kesehatan yang optimal dengan

diit, istirahat, dan aktivitas yang

dapat menimbulkan kelelahan.

5. jelasakan tentang efek

samping obat (gangguan

penglihatan, nausea, vomiting,

kemerahan pada kulit, synkope

dan konvusion)

6. jaga kebersihan mulut dan gigi

secara teratur

2. tidak memanipulasi klien sehingga

ada proses kemandirian yang terbatas.

3. kerja sama yang baik akanmembantu

dalam proses penyembuhannnya

4. status kesehatan yang baik membawa

damapak pertahanan tubuh baik

sehingga tidak timbul penyakit

penyerta/penyulit.

5. efek samping yang ditemukan secara

dini lebih aman dalam penaganannya.

6. Kebersihan mulut dan gigi yang baik

merupakan dasar salah satu pencegahan

terjadinya infeksi berulang.

2.3.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan

dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan

perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,

1989;162 )

2.3.5 Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut

pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah

14

14

Page 15: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu

langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa

masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).

15

15

Page 16: Ruang Anak · Web viewSering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis

DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,

Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta

Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I

Made, EGC, Jakarta

Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.

Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas

Airlangga, Surabaya.

16

16