gangguan perkembangan psikologis

24
GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS Gangguan yang termasuk dalam gangguan perkembangan psikologis umunya mempunyai gambaran sebagai berikut: a) Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak b) Hendaya atau kelambatan perkembangan fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat; c) Berlangsung secara terus menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa. Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa, ketrampilan visuo-spasial dan/atau koordinasi motorik. Yang khas ialah hendayanya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak (walaupun defisit yang lebih ringan sering menetap sampai masa dewasa). Biasanya riwayat penyakitnya ialah suatu kelambatan atau hendaya yang sedini mungkin dapat dideteksi, tanpa didahului masa perkembangan yang normal. Sebagian besar kondisi ini terdapat beberapa kali lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. Khas pada gangguan perkembangan terdapat riwayat keluarga dengan gangguan yang sama atau sejenisnya dan ada bukti faktor genetik memainkan peran penting dalam etiologi pada banyak kasus. Faktor lingkungan sering mempengaruhi fungsi perkembangan yang terganggua tetapi pada sebagian besar kasus tidak merupakan pengaruh penting. Walaupun secara umum terdapat keserasian konsep gangguan pada bagian ini, tetapi etiologi pada sebagian besar kasus tidak

Upload: deny-rahmat-pamungkas

Post on 11-Feb-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jkh

TRANSCRIPT

Page 1: gangguan perkembangan psikologis

GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS

Gangguan yang termasuk dalam gangguan perkembangan psikologis umunya

mempunyai gambaran sebagai berikut:

a) Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak

b) Hendaya atau kelambatan perkembangan fungsi yang berhubungan erat dengan

kematangan biologis dari susunan saraf pusat;

c) Berlangsung secara terus menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi

banyak gangguan jiwa.

Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa, ketrampilan

visuo-spasial dan/atau koordinasi motorik. Yang khas ialah hendayanya berkurang secara

progresif dengan bertambahnya usia anak (walaupun defisit yang lebih ringan sering

menetap sampai masa dewasa). Biasanya riwayat penyakitnya ialah suatu kelambatan

atau hendaya yang sedini mungkin dapat dideteksi, tanpa didahului masa perkembangan

yang normal. Sebagian besar kondisi ini terdapat beberapa kali lebih banyak pada anak

laki-laki daripada perempuan.

Khas pada gangguan perkembangan terdapat riwayat keluarga dengan gangguan

yang sama atau sejenisnya dan ada bukti faktor genetik memainkan peran penting dalam

etiologi pada banyak kasus. Faktor lingkungan sering mempengaruhi fungsi

perkembangan yang terganggua tetapi pada sebagian besar kasus tidak merupakan

pengaruh penting. Walaupun secara umum terdapat keserasian konsep gangguan pada

bagian ini, tetapi etiologi pada sebagian besar kasus tidak diketahui dan tetap terdapat

ketidakpastian mengenai batasan dan subdivisi dari gangguan perkembangan ini. Selain

itu, dua tipe dari kondisi dimasukkan dalam bagian ini yang sama sekali tidak memenuhi

definisi konseptual yang luas. Pertama, gengguan yang didahului oleh suatu fase

perkembangan normal sebelumnya, seperti gangguan disintegrtif masa kanak, sindrom

LandauKleffner, dan beberapa kasus autisme. Kondisi demikian dimasukkan karena

meskipun onsetnya berbeda namun ciri-ciri khas serta perjalanannya mempunyai banyak

kesamaan dengan kelompok gangguan perkembangan; selain itu tidak diketahui bahwa

etiologinya berbeda. Kedua, ada gangguan yang secara primer lebih sering didefinisi

dengan istilah deviance (penyimpangan) daripada kelambatan pada fungsi perkembangan;

hal ini terutama pada autisme. Gangguan autistik dimasukkan dalam bagian ini karena

walaupun termasuk penyimpangan, kelambatan perkembangan pada beberapa tingkatan

hampir tidak ada.

Page 2: gangguan perkembangan psikologis

Dalam PPDGJ III, gangguan perkembangan psikologis dibagi menjadi:

1. Gangguan perkembagan khas berbicara dan berbahasa

Gangguan ini merupakan gangguan pola normal penguasaan bahasa sejak fase awal

perkembangan. Kondisi ini tidak secara langsung diakibatkan oleh kelainan neurologis

atau kelainan mekanisme berbicara, hendaya sensorik, retardasi mental atau faktor

lingkungan. Anak mungkin lebih mampu berkomunikasi atau mengerti pada situasi

tertentu yang sangat dikenalnya dariapda situasi lain, tetapi kemampuannya berbahasa

pada setiap keadaan terganggu.

2. Gangguan perkembangan belajar khas

Gangguan perkembangan belajar khas adalah suatu gangguan pada pola normal

kemampuan penguasaan keterampilan yang terganggu sejak stadium awal dari

perkembangan. Gangguan ini lebih banyak diperkirakan berasal dari kelainan proses

kognitif, khususnya beberapa tipe disfungsi biologis. Kondisi lebih banyak dijumpai pada

anak laki-laki.

Gangguan perkembangan belajar khas terdiri dari sekelompok gangguan yang

ditandai oleh adanya hendaya yang khas dan bermakna dalam belajar ketrampilan

skolastik. Hendaya dalam belajar ini tidak merupakan hasil langsung dari gangguan lain

(seperti retardasi mental, defisit neurologis yang besar, masalah visus dan daya dengar

yang tidak terkoreksi, atau gangguan emosional), walaupun mungkin terdapat bersamaan

dengan kondisi tersebut. Gangguan perkembangan belajar khas sering sekali terdapat

bersama dengan sindrom klinis lain (seperti gangguan pemusatan perhatian atau

gangguan tingkah laku) atau gangguan perkembangan lain (seperti gangguan

perkembangan motorik khas atau gangguan perkembangan khas berbicara atau

berbahasa).

Terdapat beberapa syarat dasar untuk diagnosis gangguan perkembangan belajar

khas. Pertama, secara klinis terdapat hendaya yang bermakna dalam ketrampilan skolastik

tertentu. Kedua, hendayanya harus khusus dalam bahwa tidak semata-mata karena adanya

retardasi mental atau hendaya ringan pada intelegensia umum. Ketiga, hendaya harus

dalam perkembangannya, dalam arti harus sudah ada pada awal usia sekolah dan tidak

didapatkan kemudian dalam proses perjalanan pendidikan. Keempat, harus tidak ada

faktor luar yang menjadi alasan kesulitas skolastik. Kelima, gangguan perkembangan

belajar khas tidak langsung disebabkan oleh hendaya visus atau pendengaran yang tak

terkoreksi.

Page 3: gangguan perkembangan psikologis

3. Gangguan perkembangan motorik khas

Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam perkembangan

koordinasi motorik yang tidak semata-mata disebabkan oleh retardasi intelektual umum

atau kelainan kongenital atau gangguan neurologis yang didapat (kecuali satu yang

implisit dalam kelainan koordinasi). Sering bahwa kelambanan motorik dihubungkan

dengan hendaya dalam kemampuan melakukan tugas kognitif visuo-spasial.

4. Gangguan perkembangan khas campuran

Kelainan ini merupakan sisa kategori gangguan yang batasannya tak jelas,

konsepnya inadekuat dengan gangguan perkembangan khas campuran dari berbicara dan

berbahsa, ketrampilan akademik, dan/atau fungsi motorik, tetapi tidak ada satu gejala

yang cukup dominan untuk dibuat sebagai diagnosis utama.

5. Gangguan perkembangan pervasif

Kelompok gangguan ini ditandai oleh abnormalitas kualitatif dalam interaksi sosial

dan pola komunikasi, dan kecendrungam minat dan gerakan terbatas, stereotifik,

berulang. Abnormalitas kualitatif ini merupakan gambaran yang meluas ( pervasive ) dari

fungsi individu dalam segala situasi, meskipun dapat berbeda dalam derajat keparahanny.

Pada kebanyakan kasus terdapat riwayat, perkembangan yang abnormal sejak masa bayi

dan, kebann gambaran yang meluas ( pervasive ) dari fungsi individu dalam segala

situasi, meskipun dapat berbeda dalam derajat keparahanny. Pada kebanyakan kasus

terdapat riwayat, perkembangan yang abnormal sejak masa bayi dan, kebanyakan

kondisinya nyata dalam 5 tahun pertama. Biasanya, dapat terjadi hendaya kognitif umum

tetapi gangguanya batasan sebagai perilaku yang menyimpang dalam hubungan dengan

usia mental ( tak peduli individu retardasi atau tidak ). Terdapat beberapa ketidakpekaan

terhadap subdivisi dari keseluruhan kelompok gangguan perkembangan pervasif ini.

Gangguan perkembangan pervasif dibagi menjadi:

a. Autisme masa kanak

Gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya abnormalitas dan/atau

hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan dengan ciri fungsi yang

abnormal dalam tiga bidang yaitu interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas

dan berulang.

Page 4: gangguan perkembangan psikologis

Biasanya tak ada riwayat perkembangan abnormal yang jelas, tetapi jika dijumpai,

abnormalitas tampak sebelum usia 3 tahun.

b. Autisme tak khas

Gangguan perkembangan pervasif yang dibedakan dari autisme dalam usia

awalnya atau dari tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik. Jadi abnormalitas dan/

atau hendaya perkembangan baru timbul untuk pertama kalinya setelah berusia diatas 3

tahun; dan/ atau tidak cukup ditunjukan abnormalitas dalam satu atau dua dari tiga bidang

psikopatologi yang dibutuhkan untuk diagnosis autisme ( interaksi sosial timbal balik,

komunikasi dan perilaku terbatas, stereotipik, dan berulang ) meskipun terdapat

abnormalitas yang khas dalam bidang lain. Autisme tak khas sering muncul pada individu

dengan retardasi mental yang berat, yang sangat rendah kemampuannya sehingga pasien

tidak mampu menampakkan gejala yang cukup untuk menegakkan diagnosis autisme; ini

juga tampak pada individu dengan gangguan perkembangan yang khas dari bahasa

reseptif yang berat . jadi autisme tak khas secara bermakna merupakan kondidi yang

terpisah dari autisme.

c. Sindrom Rett

Suatu kondisi yang belum diketahui sebabnya, sejauh ini hanya dilaporkan terjadi

pada anak perempuan, yang telah dirinci atas dasar onsetnya, perjalanan penyakitnya,

serta pola gejalanya. Secara khas ditemukan bahwa disamping suatu pola perkembangan

awal yang normal atau mendekati normal terdapat suatu kehilangan keterampilan gerakan

tangan yang telah didapat, sebagian atau menyeluruh dan kemampuan berbicara,

bersamaan dengan terdapatnya kemundura/ perlambatan pertumbuhan kepala, yang

biasanya terjadi sekitar usia 7 – 24 bulan. Gejala yang khas adalah gerakan tangan seperti

memeras sesuatu yang stereotipik, hiperventilasi serta hilangnya kempuan untuk gerakan

tangan yang bertujuan. Perkembangan fungsi sosialisasi dan bermain terhenti pada usia 2

atau 3 tahun pertama, tetapi perhatian sosial cenderung untuk tetap dipertahanan. Pada

usia menengah kanak – kanak terdapat ataksia tubuh, apraksia, disertai skoliosis atau

kifosis. Selalu terjadi suatu dampak gangguan jiwa yang berat, pertama berkembang pada

masa kanak awal atau menengah.

Page 5: gangguan perkembangan psikologis

d. Gangguan disintegratif masa kanak lainnya

Suatu gangguan perkembangan pervasif (diluar sindrom Rett) yang ditandai oleh

adanya periode perkembangan normal sebelum onset penyakit, serta adanya kehilangan

yang nyata dari keterampilan terlatih pada beberapa bidang perkembanganan, setelah

beberapa bulan penyakit nerlangsung, disertai dengan adanya abnormalitas yang khas dari

fungi sosia, komunikasi dan perilaku. Kadang-kadang ada periode prodromal berupa

keadaan sakit yang samar-samar, anak menjdi gelisah, mudah tersinggung, cemah,

overaktif. Yang diikuti dengan adanya kemiskinan dan kemudian kehilangan kemampuan

berbicara dan berbahasa, disertai dengan disintegrasi perilaku.

e. Gangguan aktivitas berlebih yang berhubungan dengan retardasi mental dan

gerakan stereotipik

Ini adalah suatu gangguan yang tak jelas batasannya dengan validitas yang

nosologis belum pasti. Kategori ini dibuat karena anak dengan retardasi mental berat (IQ

< 50) yang menunjukan masalah besar dalam hiperaktivitas dan gangguan pemusatan

perhatian sering memperliahtkan perilaku stereotipik, beberapa anak cenderung tidak

responsive terhadap obat stimulansia (tidak seperti penderita dengan IQ yang normal) dan

mungkin juga memperlihatkan suatu reaksi disforik berat (kadang dengan retardasi

psikomotor) saat mendapat stimulansia. Pada anak remaja gejala overaktif cenderung

diganti dengan aktivitas yang menurun (suatu gambaran yang tidak terjadi pada anak

hiperkinetik dengan IQ normal). Juga sering terdapat hubungan sindrom ini dengan

perlambatan yang bervariasi, baik yang khusus maupun umum.

Arah selanjutnya pola perilaku sebagai fungsi dari rendahnya IQ atau adanya

cedera otak organik tidaklah diketahui. Dan juga tidak jelas apakah penderita dengan IQ

sedang yang menderita sindrom hiperkinetik dapat dikategorikan disini atau pada F90.

Saat ini gangguan tersebut termasuk pada F90.

f. Sindrom Asperger

Suatu gangguan dengan validitas nosologis yang belum pasti, ditandai oleh

abnormalitas yang kualitatif sama seperti pada autisme, yaitu hendaya dalam interaksi

sosial yang timbal balik, disertai dengan keterbatasan perhatian dan aktivitas yang

sifatnya stereotipik dengan pengulangan pola yang sama. Gangguan ini berbeda dengan

autisme karena tidak adanya keterlambatan atau retardasi umum kemampuan berbahasa

atau perkembangan kognitif.

Page 6: gangguan perkembangan psikologis

GANGGUAN PERILAKU DAN EMOSIONAL DENGAN ONSET BIASANYA PADA

MASA KANAK DAN REMAJA

A. Gangguan hiperkinetik

Kelompok gangguan ini mempunyai ciri : onset dini; suatu kombinasi perilaku

terlalu aktif, perilaku kurang bermodulasi dengan ditandai sangat kurangnya perhatian

serta ketekunannya dalam melakukan tugas; dan ciri perilaku ini mewarnai pelbagai

situasi dan berlanjut secara lama.

Ciri utama hiperkinetik adalah berkurangnya perhatian dengan aktifitas berlebihan.

Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada lebih

dari satu situasi (misalnya di rumah, di kelas, di klinik).

Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas dan

ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum selesai. Anak ini seringkali beralih dari satu

kegiatan ke kegiatan lainnya.

Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan khususnya dalam

situasi yang menuntut keadaan relative tenang. Hal ini tergantung dari situasinya. Tolak

ukur untuk penilainannya ialah bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan dalam konteks

yang diharapkan pada situasi dan dibandingkan dengan anak lain yang sama umurnya dan

nilai IQ-nya.

B. Gangguan tingkah laku

Gangguan tingkah laku berciri khas dengan adanya suatu pola tingkah laku

dissosial, agresif atau menentang, yang berulang dan menetap. Penilaian tentang adanya

gangguan tingkah laku perlu memperhitungkan tingkat perkembangan anak. Diagnosis

tidak dianjurkan kecuali bila tingkah laku berlanjut selama 6 bulan atau lebih.

C. Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak

Dalam psikiatri anak secara tradisional telah dibedakan antara gangguan emosional

khas pada masa kanak dan remaja serta gangguan neurotik tipe dewasa. Terdapat 4 alasan

untuk mengadakan pembedaan ini. Pertama, hasil penelitian secara konsisten telah

menunjukkan bahwa kebanyakan anak yang menderita gangguan emosional tumbuh

menjadi orang dewasa yang normal; hanya sebagian kecil saja yang menampakkan

gangguan neurotik pada masa dewasa. Sebaliknya banyak gangguan neurotik pada masa

dewasa berawal dari masa dewasa pula tanpa menunjukkan riwayat psikopatologis yang

Page 7: gangguan perkembangan psikologis

bermakna semasa kanak. Terdapat kesenjangan antara gangguan emosional yang muncul

pada kedua kelompok usia tersebut. Kedua, banyak dari gangguan emosional pada masa

kanak ternyata hanya merupakan kecenderungan perkembangan normal yang agak

berlebihan, daripada fenomena yang secara kuantitatif abnormal dalam diri mereka

sendiri. Ketiga, berkaitan dengan pertimbangan terdahulu, sering terdapat mekanisme

teoritis bahwa mekanisme mental yang berkaitan dengan gangguan emosional pada masa

kanak mungkin tidak sama dengan neurosis pada masa dewasa. Keempat, gangguan

emosional pada masa kanak tidak begitu jelas pembatasannya yang dipandang spesifik

seperti gangguan fobik, atau gangguan obsesif.

Etiologi dari gangguan cemas pada anak adalah sebagai berikut:

• Faktor psikososial

Anak kecil, imatur dan tergantung pada tokoh ibu, adalah yang terutama rentan

terhadap kecemasan yang berhubungan dengan perpisahan. Karena anak

mengalami urutan ketakutan perkembangan-takut kehilangan ibu, takut kehilangan

cinta ibu, takut cedera tubuh, takut akan impulsnya, dan takut akan cemas hukuman

dari superego dan rasa bersalah-sebagian besar anak mengalmi cemas perpisahan

didasarkan pada salah satu atau lebih ketakutan-ketakutan tersebut. Tetapi

gangguan cemas perpisahan terjadi jika anak memiliki ketakutan yang tidak sesuai

akan kehilangan ibu. Dinamika yang sering adalah penyangkalan dan pengalihan

persaan kemarahan anak terhadap tokoh orangtua kepada lingkungan, yang

selanjutnya menjadi sangat mengancam.

• Faktor belajar

Kecemasan fobik dapat dikomunikasikan dari orangtua kepada anak-anak dengan

modeling langsung. Jika orangtua penuh ketakutan, anak kemungkinan memiliki

adaptasi fobik terhadap situasi baru, terutama pada lingkungan sekolah. Beberapa

orangtua tampaknya mengajari anaknya untuk cemas dengan melindungi mereka

secara berlebihan dari bahaya yang diharapkan atau dengan membesar-besarkan

bahaya. Sebaliknya orangtua yang menajdi marah pada nak selama awal

permsalahan fobik tentang binatang dapat menanamkan permasalah fobik pada

anak-anak dengan intensitas kemarahan yang diekspresikan.

• Faktor genetik

Intensitas mana cemas perpisahan dialami oleh anak individual kemungkinan

memiliki dasar genetik. Penelitian keluarga telah menunjukkan bahwa keturunan

Page 8: gangguan perkembangan psikologis

biologis dari orang dewasa dengan gangguan cemas adalah rentan terhadap

gangguan cemas perpisahan pada masa kanak-kanak.

Menurut PPDGJ III, gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak

dibagi menjadi :

1. Gangguan anxietas perpisahan masa kanak

Suatu tingkat cemas perpisahan (separation anxiety) adalah fenomena yang

universal dan merupakan bagian yang diperkirakan pada perkembangan anak yang

normal. Bayi menunjukkan cemas perpisahan dalam bentuk cemas terhadap orang asing

(stranger anxiety) pada usia kurang dari 1 tahun jika bayi dan ibunya dipisahkan.

Beberapa cemas perpisahan juga normal pada anak-anak kecil yang masuk sekolah untuk

pertama kalinya. Tetapi gangguan cemas perpisahan, ditemukan jika secara

perkembangannya adalah tidak sesuai dan kecemasan yag berlebihan timbul dalam hal

perpisahan dari tokoh perlekatan yang utama.

Pedoman diagnostik:

o Ciri diagnostik yang terpenting adalah anxietas yang berlebihan yang terfokus dan

berkaitan dengan perpisahan dari tokoh yang akrab hubungannya dengan si anak.

o Anxietas dapat berbentuk sbb:

a) Tidak realistis, kuatir yang mendalam ada bencana yang menimpa tokoh yang

lekat atau kekhawatiran orang itu akan pergi dan tidak kembali lagi

b) Tidak realistis, kekuatiran mendalam akan terjadi peristiwa buruk

c) Terus-menerus enggan masuk sekolah, semata-mata karena takut akan

perpisahan

d) Terus menerus enggan tidur tanpa ditemani atau didampingi oleh tokoh

kesayangannya

e) Terus menerus takut tidak wajar untuk ditinggalkan seorang diri atau tanpa

ditemani orang yang akrab di rumah pada siang hari

f)Berulang mimpi buruk tentang perpisahan

g) Sering muncul gejala fisik (rasa mual, sakit perut, sakit kepala, muntah-

muntah dsb) pada peristiwa perpisahan dari tokoh yang akrab dengan dirinya,

sperti keluar rumah untuk pergi ke sekolah

h) Mengalami susah berlebihan (yang tampak dari anxietas, menangis, mengadat,

merana, apati, atau pengunduran sosial) pada saat sebelum, selama atau

sehabis berlangsunya perpisahan dengan tokoh yang akrab dengannya.

Page 9: gangguan perkembangan psikologis

o Diagnosis ini mensyaratkan tidak adanya gangguan umum pada perkembangan

fungsi kepribadian.

2. Gangguan anxietas fobik masa kanak

Anak seperti juga halnya orang dewasa, dapat mengalami rasa takut terhadap

beraneka ragam objek atau situasi. Beberapa di antara ketakutan (atau fobia) bukanlah

bagian normal dari suatu perkembangan psikososial. Namun ada rasa takut yang khas

timbul pada suatu fase perkembangan tertentu pada anak

Pedoman Diagnostik

o Kategori ini hanya berlaku terhadap rasa takut yang khas timbul pada suatu fase

perkembangan yang spesifik pada anak;

o Memenuhi kriteria:

a) Onset pada usia perkembangan yang tidak sesuai.

b) Taraf Anxietas secara klinis tidak normal

c) Anxietas tidak merupakan gangguan yang menyeluruh.

3. Gangguan anxietas sosial pada masa kanak

Merasa curiga terhadap orang yang tak dikenal merupakan fenomena yang normal

pada 6 bulan kedua usia satu tahun dan rasa waswasa sosial atau anxietas pun sampai

taraf tertentu normal selama mas dini kanak bila dihadapkan pada situasi baru, asing atau

secara sosial mengancam.

Pedoman Diagnostik

o Kategori ini hanya berlaku bagi gangguan yng timbul sebelum usia 6 tahun yang

tidak lazim derajatnya dan disertai aneka masalah berkenaan dengan fungsi secara

sosial, dan yang tidak merupakan bagian dari gangguan emosional yang bersifat

menyeluruh.

o Anak dengan gangguan ini senantiasa dan berulang kali mengalami rasa was-was

dan takut, menghindari orang yang tak dikenal, rasa takut itu dapat timbul hanya

terhadap orang dewasa atau hanya dengan teman sebaya atau dengan kedua

kelompok itu. Rasa takut itu berhubungan dengan kelekatan yang selektif dengan

orangtuanya atau dengan orang lain yang akrab. Kecenderungan menghindar atau

rasa takut terhadap perpisahan sosial bagi anak seusia itu dan berhubungand engan

masalah fungsi sosial yang secara klinis bermakna.

Page 10: gangguan perkembangan psikologis

4. Gangguan persaingan antar saudara

Sebagian besar atau bahkan mayoritas anak usia dini menunjukkan gangguan

emosional dengan kelahiran seorang adik. Pada kebanyakan peristiwa gangguan itu

bersifat ringan saja, tetapi rasa persaingan atau iri hati yang timbul dapat berlangsung

cukup lama.

Rasa persaingan/iri hari antarsaudara mungkin ditandai oleh upaya bersaing yang

nyata antarsaudara untuk merebut perhatian atau cinta orangtuanya, untuk menjadi

abnormal persaingan itu harus ditandai oleh perasaan negatif yang berlebihan. Dalam

kasus berat persaingan ini mungkin disertai oleh rasa permusuhan yang terbuka, trauma

fisik dan/atau sikap jahat, dan upaya menjegal saudaranya. Dalam kasus ringan, rasa

persaingan itu dapat terlihat dari keengganan berbagi-bagi, kurangnya pandangan positif,

dan langkanya interaksi yang lemah.

Pedoman Diagnostik

o Ciri khas dari gangguan ini mencakup gabungan dari:

a) Bukti adanya persaingan atau iri terhadap saudara

b) Onset selama beberapa bulan setelah kelahiran adik

c) Gangguan emosional melampui tarap normal

o Rasa persaingan/iri hati antar saudara mungkin ditandai oleh upaya bersaing yang

nyata antar saudara untuk merebut perhatian atau cinta orangtuanya

o Gangguan emsosional dapat mengambil beraneka bentuk, yang sering berbentuk

bermacam-macam regresi dengan hilangnya berbagai ketrampilan yang telah

dimilikinya.

B. Gangguan fungsi sosial dengan onset khas pada masa kanak dan remaja

Ini merupakan kelompok gangguan yang agak heterogen , yang keseluruhannya

secara bersama – sama mencakup gangguan fungsi sosial yang berada pada kurun masa

perkembangan, namun (berbeda dengan gangguan perkembangan pervasif) terutama tidak

ditandai oleh suatu ketidakmampuan atau defisit konstitusi sosial yang nyata yang

menyusup ke seluruh fungsi. Distorsi lingkungan atau penarikan diri yang serius ini

lazimnya terkait dan diduga memainkan peran etiologis yang penting dalam banyak

keadaan. Tidak ada perbedaan yang nyata antara jenis kelamin. Adanya kelompok

gangguan fungsi sosial ini dikenali dengan jelas, namun demikian masih terdapat

ketidakpastian dalam hal menentukan kriteria diagnostiknya, dan juga masih terdapat

perbedaan paham mengenai pembagian serta klasifikasi yang tepat.

Page 11: gangguan perkembangan psikologis

Dikelompokkan menjadi:

1. Mutisme efektif

Ciri khas dari kondisi ini ialah pilihan orang yang diajak bicara secara emosional,

anak menunjukkan kemampuan bertutur kata dalam situasi tertentu, namun tidak mampu

dalam beberapa situasi lainnya. Lazimnya anak dapat bertutur kata di dalam rumah atau

dengan sahabat karibnya, dan membisu di sekolah atau berhadapan dengan orang luar,

tetapi juga dapat juga timbul pola yang berlaianan (termasuk tingkah laku yang

sebaliknya).

Pedoman Diagnostik

Untuk diagnostik diperlukan :

a) Tingkat pengertian bahasa yang normal atau hampir normal

b) Tingkat kemampuan bertutur kata yang cukup untuk komunikasi sosial

c) Bukti yang nyata bahwa anak tersebut dapat bertutur kata secara normal atau

hampir normal dalam beberapa situasi tertentu.

2. Gangguan kelekatan reaktif masa kanak

Gangguan ini terjadi pada bayi dan anak kecil, ditandai oleh berlanjutnya gangguan

pola hubungan sosial anak, yang berhubungan dengan gangguan emosional dan sikap

reaktif terhadap perubahan lingkungan. Rasa takut dan waspada berlebihan yang tidak

bereaksi terhadap upaya menenangkan merupakan suatu ciri umum, agresi terhadap diri

sendiri dan orang lain sangat jarang terjadi, lazim didapatkan perasaan merana, dan dalam

beberapa kasus terjadi kegagalan dalam pertumbuhan.

Pedoman diagnostik

Ciri yang penting adalah pola abnormal dalam hubungan anak dengan para

pengasuhnya yang timbul sebelum usia 5 tahun, yang meliputi ciri maladaptif yang

lazimnya tidak terlihat pada anak yang normal, dan yang tetap berlanjut namun reaktif

terhadap perubahan yang cukup jelas pada pola asuh.

Gangguan kelekatan reaktif hampir selalu timbul berkaitan dengan pengasuhan

anak yang sangat kurang memadai. Hal ini mungkin dalam bentuk penganiayaan

psikologis atau penelantaran (yang tampak dari hukuman yang kejam, dan sikap yang

senantiasa lalai memberi tanggapan terhadap upaya anak untuk berdamai, atau asuhan

yang sangat kurang sempurna sebagai orang tua), atau penganiayaan fisik anak, (hal ini

Page 12: gangguan perkembangan psikologis

terbukti oleh sikap kurang memperhatkan kebutuhan fisik anak, berulangkali dengan

sengaja mencederai anak, atau kurang memberi makan bergizi).

3. Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak

Diagnosis haruslah didasarkan kenyataan bahwa anak menunjukkan kelekatan

selektif yang kabur selama 5 tahun pertama dan umumnya berhubungan dengan perilaku

melekat sewaktu masih bayi dan / atau perangai ramah terhadap semua orang, dan

perilaku menarik perhatian pada masa dini atau pertengahan kanak. Biasanya akan

mengalami kesulitan dalam membina hubungan akrab, dan saling percaya dengan

kelompok teman sebaya.

C. Gangguan “tic”

Tic adalah suatu gerakan motorik (lazimnya mengenai satu kelompok organ

tertentu) yang tidak di bawah pengendalian, berlangsung cepat dan berulang ulang

tidak berirama ataupun suatu hasil vokal yang timbul mendadak dan tidak ada

tujuannya yang nyata.

Ciri khas tic yang dapat membedakannya dari gangguan motorik lainnya

adalah gerakan yang mendadak, cepat, sekejab dan terbatas, tanpa bukti gangguan

neurologis yang mandasarinya ; sifatnya berulang; (biasanya) terhenti saat tidur; dan

mudahnya gejala itu ditimbulkan kembali atau ditekan dengan kemauan.

Tic dibagi menjadi:

1. Tic sementara, pada umumnya memenuhi kriteria umm untuk diagnosis tic, tetapi

tidak melampaui 12 bulan, merupakan bentuk tic yang paling sering dijumpai pada

anak usia 4-5 tahun; biasanya tic itu merupakan kedipan di mata, muka

menyeringai, atau kejutan kepala.

2. Gangguan tic motorik atau vokal kronik pada umunya memenuhi kriteria umum

suatu gangguan tic motorik atau vokal (namun bukan kedua - duanya); tic mungkin

tunggal atau multipel (tetapi biasanya multipel), dan berlangsung lebih dari

setahun.

3. Gangguan campuran tic vokal dan motorik multipel (sindrom de la tourette)

merupakan suatu jenis gangguan tic dengan tic motorik multipel dan satu atau

beberapa tic vokal, sekalipun tidak harus timbul secara serentak tetapi riwayatnya

hilang timbul. Onset hampir selalu pada masa kanak atau remaja. Lazimnya

terdapat riwayat tic motorik sebelum timbulnya tic vokal; sindroma ini sering

Page 13: gangguan perkembangan psikologis

memburuk pada usia remaja dan sering menetap sampai usia dewasa. " TIC " fokal

sering bersifat multipel dengan letupan fokalisasi yang berulang-ulang seperti

mendehem dan mengorok

D. Ganguan perilaku dan emosional lainnya dengan onset biasanya pada masa kanak

dan remaja

Merupakan sekelompok gangguan heterogen yang berciri onsetnya pada masa

kanak tetapi berbeda dalam banyak segi. Sebagian kondisinya merupakan sindrom

dengan batasan jelas, namun ada pula yang sekedar kumpulan gejala yang tidak

memiliki keabsahan nosologis, tetapi dimasukkan hanya karena sering ditemukan

dan berhubungan dengan masalah psikososial, serta tidak dapat dikelompokkan

dalam sindrom lain

1. Enuresis non organik

Satu gangguan buang air seni tanpa kehendak, pada siang dan atau malam hari,

yang tidak sesuai dengan usia mental anak dan bukan akibat dari kurangnya

pengendalian kandung kemih akibat gangguan neurologi, serangan epilepsi,

atau kelainan struktural pada kandung kemih. Tidak ada garis pemisah yang

tegas antara gangguan enuresis dan variasi normal usia seorang anak berhasil

mencapai kemampuan penegendalian kandung kemihnya. Naum, enuresis tidak

lazim didiagnosis terhadap anak di bawah usia 5 tahun atau dengan usia mental

kurang dari 4 tahun.

2. Enkopresis non organik

Ciri diagnostik yang menentukan adalah pengeluaran tinja secara tak layak,

kondisi ini dapat timbul dengan berbagai cara:

– Mungkin menggambarkan kurang adekuatnya latihan kebersihan ( toilet

training)

– Mungkin menggambarkan gangguan psikologis dengan pengendalian

fisiologis BAB normal

– Mungkin akibat retensi fisiologis yang bertumpuk pada peletakan tinja

ditempat yang tak layak

3. Gangguan makan masa bayi dan kanak

Page 14: gangguan perkembangan psikologis

Gangguan makan dengan berbagai manifestasi biasanya spesifik pada masa bayi

dan masa kanak dini. Pada umumnya meliputi penolakan makanan dan rewel

menghadapi makanan yang memadai tanpa penyakit organik. Kesulitan kecil

dalam makan adalah lazim pada masa bayi dan anak dalam bentuk penolakan

seolah kurnag makan atau kebanyakan makan.

4. Pika masa bayi dan kanak

Gejala pika adalah terus menerus makan zat yang tidak bergizi (tanah, serpihan

cat dsb). Pika dapat timbul sebagai salah satu gejala dari sejumlah gangguan

psikiatrik yang luas, atau sebagai perilaku psikopatologis yang tunggal.

5. Gangguan gerakan stereotipik

Merupakan aneka gerakan yang volunter, berulang, stereotipe, nonfungsional

(dan sering bersifat ritmik) bukan merupakan bagian dari suatu kondisi

psikiatrik atau neurologis yang dikenal.

6. Gagap (stuttering)/stammering.

Cara bicara yang ditandai dengan pengulangan sara atau suku kata atau kata,

atau sering gugup atau terhenti sehinggga mengganggu irama alur bicara.

Disritmia ringan dari gangguan ini sering ditemukan sebagai suatu fase transisi

pada usia dini anak atau sebagai pola bicara yang ringan namun berkelanjutan

pada usia selanjutnya pada usia dewasa. Harus digolongkan sebagai gangguan

hanya bila keparahnnya sangat mengganggu kelancaran berbicara. Mungkin

kondisi ini disertai gerakan pada wajah dan atau bagian tubuh lainnya yang

bersamaan waktu dengan pengulangan atau hambatan alur bicara. Tidak

ditemukan gangguan neurologis yang mendasari.

7. Berbicara cepat dan tersendat (Cluttering)

Cara berbicara cepat dengan gangguan kelancaran alurnya, namun tanpa

pengulangan atau kegugupan, sehingga menyebakan kurang jelasnya ucapan.

Bicaranya kurang menentu dan kurang berirama, dengan letupan cepat,

tersendat – sendat yang biasanya meliputi pola pengungkapan yang keliru.

Page 15: gangguan perkembangan psikologis

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III.

Kaplan, Harold I dan Benjamin J. Sadock, M.D. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2.

Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.

Maramis, Willy F dan Albert A.M. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.

Surabaya: Airlangga University Press.

Maslim, R. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-

III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Unika Atmajaya