psoriasis vulgaris

36
BAB 1 PENDAHULUAN Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilap serta transparan, disertai fenomen tetesan lilin, Auspitz dan Kobner, Psoriasis ini juga disebut dengan psoriasis vulgaris. 1,2 Insiden pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa indian di Amerika. 1,2 Di Indonesia, jumlahnya belum diketahui pasti. Namun, data dari sepuluh rumah sakit pusat di seluruh Indonesia tahun 2008 menyebutkan pasien psoriasis mencapai 0,9%. 3 Tempat prediksi pada Scalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral. 1,2 Etiopatogenesis psoriasis hingga saat ini belum diketahui Penyebab psoriasis hingga saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi genetik tetapi secara pasti cara diturunkan tidak diketahui. 1,4,5 Psoriasis ini bisa juga disebabkan oleh faktor imunologik yang mengakibatkan terjadinya proliferasi epidermis diawalin dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogenoleh sel langerhans. 1,2,3 biasa juga disebabkan oleh

Upload: meriatmaja

Post on 26-Dec-2015

55 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pv

TRANSCRIPT

Page 1: Psoriasis Vulgaris

BAB 1

PENDAHULUAN

Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-

bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-lapis berwarna putih

mengkilap serta transparan, disertai fenomen tetesan lilin, Auspitz dan Kobner, Psoriasis ini

juga disebut dengan psoriasis vulgaris.1,2

Insiden pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di

Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada

bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa indian di

Amerika.1,2 Di Indonesia, jumlahnya belum diketahui pasti. Namun, data dari sepuluh rumah

sakit pusat di seluruh Indonesia tahun 2008 menyebutkan pasien psoriasis mencapai 0,9%.3

Tempat prediksi pada Scalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas

bagian ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral.1,2

Etiopatogenesis psoriasis hingga saat ini belum diketahui Penyebab psoriasis hingga

saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi genetik tetapi secara pasti cara diturunkan tidak

diketahui.1,4,5 Psoriasis ini bisa juga disebabkan oleh faktor imunologik yang mengakibatkan

terjadinya proliferasi epidermis diawalin dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen

maupun endogenoleh sel langerhans.1,2,3 biasa juga disebabkan oleh stres psikik, infeksi fokal,

trauma, endokrin, gangguan metabolik, obat, juga alkohol dan merokok.

Variasi klinis pada psoriasi ini adalah lesi sangat khas, sering disebut dengan plak

karena terdapat peninggian pada kulit yang berwarna merah dan berbatas tegas. Diatas plak

tersebut terdapat skuama yang berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta

transparan. Besar kelainan bervariasi : lentikular, numular atau plakat, dapat

berkonfluensi.1,2,3

Diagnosis psoriasis vulgaris didasarkan gambaran klinis, dan pemeriksaan yang khas

pada psoriasis diantaranya fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik), psoriasis

juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku yang disebut pitting nail atau nail pit berupa

lekukan – lekukan miliar.1,2,3,4

Penatalaksaan secara umum perlu diberikan pengobatan sistemik seperti

Kortikosteroid, obat sitostatik, levodopa, DDS, Etretinat dan Siklosporin. Pengobatan topikal

biasa diberikan preparat tar, kortikosteroid topikal, ditranol, pengobatan dengan penyinaran,

calcipotriol, tazaroten, dan emolien.1,2,3,4

Page 2: Psoriasis Vulgaris

BAB IILAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Tn. Y

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 26 Tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : RT.19 Lambur I Ma. Sabak, Jambi.

Status Pernikahan : Belum Menikah

Suku Bangsa : Melayu

Hobi : -

Tanggal Periksa : 8 Oktober 2014

ANAMNESA

Keluhan Utama :

Bercak hitam bersisik terasa gatal dan menebal di kulit kepala sejak ± 3 bulan yang lalu dan

bercak merah bersisik terasa gatal di punggung, badan, siku kanan bagian dalam dan lutut kiri

sejak ± 1 bulan yang lalu.

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Bercak hitam bersisik terasa gatal dan kasar di kulit kepala sejak ± 3 bulan yang lalu.

Awalnya bercak timbul berwarna merah bersisik sebesar koin didaerah kulit kepala pelipis

kanan terasa gatal, maka oleh pasien digaruk. Namun bercak semakin besar dan timbul

bercak baru berwarna merah bersisik di daerah kulit kepala lainnya bagian atas tengah,

depan, belakang dan pelipis kiri, terasa gatal. Bercak semakin lama melebar dan menebal.

Karena keluhan ini, pasien terganggu saat menjalankan aktifitasnya akibat rasa gatal yang

semakin parah. Sebelumnya, pasien menyatakan merasakan stress akibat masalah keuangan.

Setelah itu pasien berobat ke dokter Puskesmas dan oleh dokter diberikan obat makan dan

salep (pasien lupa dengan nama obatnya). Pasien mengaku rutin menggunakan salep dan

meminum obat teratur, semenjak itu keluhan pasien mulai berkurang. Bercak kemerahan

pada pasien mulai mengering menjadi kehitaman, rasa gatalnya berkurang.

Page 3: Psoriasis Vulgaris

± 1,5 bulan yang lalu, pasien merasakan keluhan semakin berkurang, namun masih

ada rasa gatal dan juga pasien mengeluh kulit kepalanya semakin menebal dan ketika digaruk

akan timbul banyak ketombe. Pasien kembali lagi ke puskesmas untuk mengambil obat dan

menyampaikan keluhan tersebut. Pasien menyatakan obat yang diberikan sama dan pasien

disarankan untuk memotong rambutnya yang panjang serta mengganti sampo.

± 1 bulan yang lalu, timbul bercak merah bersisik terasa gatal di punggung, badan dan

lutut kiri. Awalnya bercak muncul kecil namun semakin lama semakin membesar, dan

kemudian juga bercak muncul semakin banyak dan semakin menebal. Karena keluhan ini,

pasien terganggu saat menjalankan aktifitasnya bahkan sulit tidur dan tidak bekerja selama

beberapa hari. Pasien kembali berobat ke dokter Puskesmas dan oleh dokter diberikan 2 obat

makan, 1 salep untuk dibadan dan 1 salep untuk dikepala.

± 5 hari yang lalu, mulai muncul bercak kemerahan lagi di siku kanan bagian dalam

terasa gatal. Rasa gatal ini sama saja, baik bercak yang mulai mengering maupun bercak

merah yang baru timbul. Sehingga pada tanggal 8 Oktober 2014, pasien akhirnya datang

berobat ke Poli Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Raden Mattaher Jambi.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Rwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal.

Riwayat Diabetes Melitus (-)

Riwayat konsumsi obat-obatan kortikosteroid sebelumnya disangkal.

Riwayat meminum alkohol disangkal.

Riwayat merokok (+).

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga os yang mengalami keluhan yang sama.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Kompos mentis

Vital Sign :

TD :120/80 mmHg Nadi :81 x/menit

RR :18 x/menit Suhu :37oC

Page 4: Psoriasis Vulgaris

Kepala : DBN

Leher : DBN

Thoraks : DBN

Abdomen : DBN

Ekstrimitas Superior : DBN

Ekstrimitas Inferior : DBN

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan genitalia

Page 5: Psoriasis Vulgaris

Status Dermatologis

1. Regio Capitis, Scalp

• Pada kulit kepala, tampak plak hiperpigmentasi numular, multiple, polisiklik,

sirkumkrip, disertai dengan skuama berlapis – lapis (psoriasiformis), kasar, berwarna

putih, serta disertai juga erosi dan krusta.

Page 6: Psoriasis Vulgaris

2. Regio hypochondriaca, epigastrica dan umbilicalis.

• Tampak plak eritematosa, ukuran lentikular hingga numular, multiple, sirkumskrip,

disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya (psoriasiformis), kasar dan berwarna

putih.

3. Regio scapularis, interscapularis, infrascapularis dan lumbalis.

Tampak plak eritematosa, ukuran lentikular hingga plakat, multiple, sirkumskrip,

disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya (psoriasiformis), kasar dan berwarna

putih.

Page 7: Psoriasis Vulgaris

4. Regio cubiti anterior dekstra

Tampak plak eritematosa, ukuran lentikular hingga numular, multiple, sirkumskrip,

disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya (psoriasiformis), kasar dan berwarna

putih.

5. Regio genu lateralis sinistra

Tampak plak eritematosa, ukuran numular, solitar, sirkumskrip, disertai dengan

skuama berlapis - lapis diatasnya (psoriasiformis), kasar dan berwarna putih.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksan fenomena tetesan lilin

Fenomena Tetesan Lilin (+) Jika skuama terus dikerok maka warnanya akan berubah

menjadi putih karena perubahan indeks bias.

Page 8: Psoriasis Vulgaris

Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada

goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara

menggores dapat dengan pinggir gelas alas.

• Pemeriksan Auspitz

Fenomena Auspitz (+) jika terus dilakukan pengerokan maka akan muncul bintik

perdarahan.

Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh

papilomatous. Cara mengerjakannya demukian : skuama yang berlapis-lapis dikerok,

misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus

dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang

berbintik-bintik, melainkan perdarahan yang merata.

Resume :

Seorang pasien laki-laki berusia 26 tahun datang ke poli penyakit kulit dan kelamin

RSUD Raden Matahher Jambi dengan keluhan bercak hitam bersisik terasa gatal dan

menebal di kulit kepala sejak ± 3 bulan yang lalu dan bercak merah bersisik terasa gatal di

punggung, badan, siku kanan bagian dalam dan lutut kiri sejak ± 1 bulan yang lalu.

Awalnya bercak dikulit kepala timbul berwarna merah bersisik sebesar koin didaerah

kulit kepala pelipis kanan terasa gatal, bercak semakin lama semakin besar dan timbul bercak

baru di daerah kulit kepala lainnya yang juga terasa gatal. Bercak semakin lama melebar dan

menebal. Sebelumnya, pasien menyatakan merasakan stress akibat masalah keuangan.

Karena keluhan ini, mengganggu aktifitasnya, pasien berobat ke dokter Puskesmas dan

diberikan obat makan dan salep (pasien lupa dengan nama obatnya). Bercak kemerahan pada

pasien mulai mengering menjadi kehitaman, rasa gatalnya berkurang. Namun ±1,5 bulan

yang lalu, bercak masih terasa gatal, kulit kepala semakin menebal dan banyak ketombe.

Pasien disarankan untuk memotong rambutnya yang panjang dan mengganti sampo.

± 1 bulan yang lalu, timbul bercak merah bersisik terasa gatal di punggung, badan dan

lutut kiri. Awalnya kecil namun semakin membesar, semakin banyak dan menebal. Keluhan

ini mengganggu aktifitas pasien bahkan sulit tidur dan tidak bekerja selama beberapa hari.

Dokter memberi 2 obat makan, 1 salep untuk dibadan dan 1 salep untuk dikepala. Namun ± 5

hari yang lalu, muncul bercak kemerahan lagi di siku kanan bagian dalam terasa gatal. Tidak

ada riwayat keluhan yang sama, DM, dan konsumsi obat kortikosteroid sebelumnya. Tidak

ada juga keluarga yang mengalami keluhan yang sama.

Page 9: Psoriasis Vulgaris

Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum baik tampak sakit ringan,

kesadaran kompos mentis dan di dapat semua dalam batas normal, kecuali kelainan kulit

tersebut.

Pada pemeriksaan dermatologis di Regio Capitis (Scalp) tampak plak hiperpigmentasi

numular, multiple, polisiklik, sirkumkrip, disertai dengan skuama berlapis – lapis

(psoriasiformis), kasar, berwarna putih, serta disertai juga erosi dan krusta. Pada Regio

hypochondriaca, epigastrica dan umbilicalis serta cubiti anterior dekstra, terdapat plak

eritematosa, ukuran lentikular hingga numular, multiple, sirkumskrip, disertai dengan skuama

berlapis - lapis diatasnya (psoriasiformis), kasar dan berwarna putih. Pada Regio scapularis,

interscapularis, infrascapularis dan lumbalis, tampak plak eritematosa, ukuran lentikular

hingga plakat, multiple, sirkumskrip, disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya

(psoriasiformis), kasar dan berwarna putih. Dan pada Regio genu lateralis sinistra, terdapat

plak eritematosa, ukuran numular, solitar, sirkumskrip, disertai dengan skuama berlapis -

lapis diatasnya (psoriasiformis), kasar dan berwarna putih.

DIAGNOSIS BANDING

Psoriasi Vulgaris

Dermatitis Seboroik

Tinea Capitis et Corporis

Pitiriasis Rosea

DIAGNOSIS

Psoriasis Vulgaris

PEMERIKSAAN ANJURAN

Pemeriksaan KOH

Pemeriksaan Histopatologi

TERAPI

Non Farmakologis :

• Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit psoriasis dimana penyakit ini adalah

penyakit kronik dan bisa berlangsung seumur hidup dimana penatalaksanaannya juga

bisa memakan waktu yang lama. Selain itu juga menjelaskan terkait faktor-faktor

Page 10: Psoriasis Vulgaris

yang bisa mencetuskan penyakit seperti adanya faktor stress (beban pikiran) serta

penyakit lain yang menyertai.

• Membersihkan serta memotong kuku. Tujuan memotong kuku disini adalah pada saat

pasien menggaruk, bagian kulit yang terkena garukan tidak akan terluka atau semakin

parah karena efek garukannya.

• Menjelaskan juga kepada pasien untuk minum obat dan kontrol ke dokter secara

teratur. Selain itu juga menjelaskan bila keluhan pasien muncul lagi (karena faktor

pencetus, tidak minum obat, dan sejenisnya), pasien harus berobat ke dokter.

Farmakologis :

• Sistemik:

Metilprednisolon 3 x 4 mg per hari 7 hari

Cetirizine 1 x10 mg tablet per hari selama 7 hari jika gatal

• Topikal:

Betamethason dipropionat 0.05% salep yang di oleh tipis – tipis pada lesi yang

diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi sehabis mandi dan malam hari.

Keramas 2 hari sekali menggunakan Sampo Selsun (Selenium Sulfida 2%)

yang didiamkan selama 5-15 menit baru dibilas dengan air bersih.

PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Dubia ad Bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam

Page 11: Psoriasis Vulgaris

BAB III

PEMBAHASAN

Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai

dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis-lapis dan

transparan; disertai dengan fenomenon tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.1,2 Pada Pasien ini

didapatkan dari anamnesis terdapat bercak – bercak kemerahan yang meninggi yang disertai

sisik tebal dan berlapis – lapis, dari hasil pemeriksaan penunjang nya dilakukan fenomena

tetesan lilin dengan menggoreskan penggaris pada lesi primer lalu tampak skuama putih

seperti lilin yang digores, pemeriksaan auspitz dengan cara lesi primer dikerok dengan

penggaris , hingga skuama berlapis – lapis tersebut habis lalu akan tampak bintik – bintik

perdarahan, dan tidak dilakukan pemeriksan Kobner. 1,2,3,4

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner (isomorfik) kedua

fenomena yang disebutkan lebih dahulu dianggap khas, sedangkan fenomena kobner tidak

khas, hanya kira – kira 47 % yang positif dan didapatkan pula penyakit lain, misalnya liken

planus dan veruka plana juvenils. 1,2,4

Secara epidemiologi dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara 20 –

30 tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 – 60 tahun.8 Insiden pada orang kulit

putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Faktor-faktor lain yang diduga

menimbulkan penyakit ini antara lain genetik, imunologik, dan beberapa faktor pencetus

lainnya seperti stres psikik, infeksi lokal, truma, gangguan metabolik, obat, juga alkohol dan

merokok.2,3,4

Pada kasus ini usia Tn. Y, 26 tahun, merupakan salah satu faktor resiko terjadinya

psoriasis, dimana salah satu insiden tertinggi didapatkan pada usia antara 20 – 30 tahun.

Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama seperti yang dialami oleh

pasien, berdasarkan teori faktor genetik dan imunologik turut berperan dalam etipatogenesis

psoriasis, sehingga keluarga kemungkinan bisa mengalami psoriasis juga. Bila orang tua

tidak menderita psoriasis resiko menederita 12%, sedangkan jika salah satu menderita

psoriasis resiko mencapai 34 – 39%. Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada

salah satu dari tiga jenis sel yaitu limfosit T, sel penyaji antigen (dermal) atau keratinosit. 2,3,4

Psoriasis Vulgaris merupakan keluhan dengan munculnya bercak kemerahan yang

menonjol pada kulit dengan pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran

yang bervariasi, makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, bisa juga timbul gatal-

gatal.3 Pada stadium penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya

Page 12: Psoriasis Vulgaris

terdapat di pingir.2,6 Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like

scale), serta transparan. Plak eritematous yang tebal menandakan adanya hiperkeratosis,

parakeratosis, akantosis, pelebaran pembuluh darah dan inflamasi.2,6,8 Besar kelainan

bervariasi dari milier, lentikular, numular, sampai plakat, dan berkonfluensi. Pada kasus ini

didapatkan dari pemeriksaan di temukan plak eritematosa multiple dengan ukuran lentikular

hingga plakat disertai dengan skuama yang berlapis – lapis (psoriaformis) jadi pada kasus ini

sesuai dan seharusnya didapatkan juga plak hipopigmentasi yang disebabkan proses

penyembuhan sesuai teori dimana eritema yang ditengahnya harusnya menghilang dan hanya

dipinggir saja. Pada saat skuama dikerok dengan menggunakan penggaris, tampak lapisan

skuama lainnya, dan jika diteruskan maka akan muncul bintik perdarahan yang disebut

fenoma auspitz.

Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut,

lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp dengan

muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta kuku.1,2,5,6 Pada

pasien ini hanya terdapat di kepala, punggung, badan, siku kanan bagian dalam dan lutut kiri,

hal ini sesuai dengan tempat predikleksi psoriasis.

Penilaian luasnya area yang terkena dengan derajat keparahan eritema, desquamasi

dan indurasi dapat dilakukan dengan menggunaka Skor Psoriasis area severity index (PASI).

Untuk perhitungan PASI, empat area utama yang di nilai adalah kepala, badan, extremitas

atas dan ekstremitas bawah. Psoriasis Area and Severity Index, terdiri atas 4 bagian : 4,6,7

Page 13: Psoriasis Vulgaris

P / Presentase :

• Kaki ( 40% = 0. 4 )

• Badan ( 30% = 0.3 )

• Lengan ( 20% = 0.2 )

• Kepala ( 10% = 0.1 )

A/ AREA :

Setiap Area tubuh, dihitung persentasi daerah yg terkena, skor 0 – 6

Persentase Cakupan Area yang Terkena = Skor / Nilai ( A )

• 0 % = 0

• < 10 % = 1

• 10 – 29 % = 2

• 30 % – 49 % = 3

• 50 % – 69 % = 4

• 70 % – 89 % = 5

Page 14: Psoriasis Vulgaris

• 90 % – 100 % = 6

KEPARAHAN Dihitung berdasar 3 parameter :

• Eritema ( E )

• Scaling ( S )

• Indurasi ( I )

Setiap parameter ini dihitung berdasarkan tingkat keparahan

Non = 0 Ringan = 1 Sedang = 2 Berat = 3 Amat Berat = 4

PENILAIAN PASI

PASI< 7 Ringan PASI 7 – 12 Sedang PASI > 12 Berat

Jadi, nilai PASI Tn. Y adalah 16,6 dan termasuk dalam kasus berat.

Penilaian beradasarkan PASI bersifat subjektif, karena tidak ada standar pengukuran yg pasti,

jenis plaque atau eritema bisa berubah, sehingga sulit menginterpretasikannya.

Pasien mengaku merasa gatal dan mengaruk sampai mengakibatkan terkelupas. Gatal

dalam prosiasis adalah sifat nya kronik, mekanisme yang mendasari berbagai jenis pruritus

kronis yang kompleks. Sejumlah mediator yang terlibat dalam sensasi gatal. Sinyal gatal

ditularkan terutama oleh kecil, gatal merupakan selektif serat C yang bermylin berasal di kulit

kemudian akan memicu histamin neuron – neuron dan dipicu non histamin mungkin terlibat.

Mereka membentuk sinaps dengan neuron sekunder yang menyeberang ke traktus

spinotalamikus kontralateral dan naik ke beberapa daerah otak yang terlibat dalam sensasi ,

proses evaluatif , emosi , penghargaan , dan memori. Daerah ini akan di hantar kan sebagai

respon dari nyeri. Pasien dengan gatal kronis sering memiliki perifer serta hypersensitivitas

saraf pusat. Dalam keadaan ini, saraf gatal peka bereaksi berlebihan terhadap rangsangan

berbahaya yang biasanya menghambat gatal, seperti panas dan menggaruk. Pemberian

antihistamin ditujukan untuk mengatasi permasalah karena rasa gatal yang dipicu oleh

pelepasan histamin. Jika antihistamin tidak diberikan, maka pasien akan sering menggaruk

lesi kulit dan menyebabkan erosi maupun ekskoriasi. Tujuan untuk pemberian antihistamin

ini juga agar pasien tidak terganggu akifitas sehari-harinya.

Page 15: Psoriasis Vulgaris

Diagnosa banding pada kasus ini yaitu psoariasis vulgaris adalah dermatitis seboroik,

tinea coporis, ptiriasis rosea. 1-6

• Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik adalah penyakit eritroskuamosa kronis yang menyerang bagian

tubuh dengan konsentrasi folikel sebaseus tinggi dan aktif termasuk wajah, kulit kepala,

telinga, badan bagian atas dan fleksura (inguinal, infra mammae dan aksila). Etiologinya

belum diketahui pasti, namun disebutkan pada literatur dipengaruhi oleh status seboroik

dan aktivitas kelenjar sebasea yang tinggi serta dipengaruhi oleh faktor risiko stress,

kelelahan, emosi, infeksi kronis dan gangguan sistem imun. Kelainan berupa eritema dan

skuama yang berminyak kekuningan dengan batas yang tidak tegas, juga disertai dengan

rasa gatal pada lesi. Pada bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak berskuama

berminyak dengan eksudasi dan krusta tebal. Perbedaannya dengan psoriasis adalah

skuamanya lebih tebal berwarna putih seperti mika, kelainan kulit terdapat pada scalp

perbatasan wajah dengan scalp dan juga ada pula ditempat lain sesuai dengan predileksi

psoriasis. Pada pemeriksaan fenomena tetesan lilin dan auspitz, hasilnya akan negatif.

• Tinea Coporis

Tinea coporis adalah infeksi dermatofita superfisial yang ditandai oleh baik lesi inflamsi

maupun non inflamasi pada glabrous skin ( kulit tubuh yang tidak berambut) seperti

muka, leher, badan, lengan, tungkai dan gluteal. Kelainan klinis merupakan lesi bulat

atau lonjong, terpisah satu dengan yang lain, berbats tegas terdiri atas eritema, skuama,

kadang – kadang dengan vesikel dan papul di tepi, dapat pla terlihat sebagai lesi dengan

pinggir yang polisiklik. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang, kadang – kadang

terlihat erosi dan krusta akibat garukan pada permulaan penederita merasa sangat gatal,

akan tetapi kelainan yang menahun tidak menimbulkan keluhan pada penderita.

Pemeriksaan sediaan langsung KOH diperoleh positif.1,2,5,6 Pada kasus ini tempat

predileksi dari tinea coporis sama dengan psoriasis, pada psoriasis didapatkan plak

eritema dengan skuama yang tebal, kasar dan berlapis – lapis sedangkan pada tinea

coporis hanya terdapat eritema dengan skuama yang halus untuk menyikirkan diagnosis

banding dilakukan pada psoriasis fenomena tetesan lilin, auspitz, kobner sedangkan

untuk tinea coporis di lakukan pemeriksan dengan KOH 10%.

Page 16: Psoriasis Vulgaris

• Ptiriasis Rosea

Ptiriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan

sebuah lesi insial berbentuk eritema dan skuama halus, kemudian disusul oleh lesi – lesi

yang lebih kecil dibadan, lengan dan paha atas dan dilipatan kulit biasanya sembuh

dalam waktu 3 – 8 minggu. Tempat predileksi pada daerah yang tertutup seperti daerah

dada, punggung, lengan atas dan paha. Penderita mengeluh kan gatal ringan dan lesi nya

umumnya eritema yang berbentuk oval dan anular dengan skuama halus dipinggir,

gambaran yang khas yang membedkan dengan psoriasis vulgaris adalah lesi yang

tersusun sejajar dengan kosta, sehingga menyerupai pohon cemara terbalik.1,2,5,6 pada

kasus ini ruam nya sama eritema dengan skuama yang halus dan bisa tebal jika sering

terjadi gesekan atau tekanan, tempat predileksi nya hampir sama dengan psoriasis

vulgaris, hanya yang mebedakan nya adalah pada psoriasis skuama yang berlapis – lapis

dan tedapat fenomena tetesan lilin dan auspitz dan kobner sedang kan pada ptriasis rosea

ruam nya skuama nya halus dan biasanya menyerupai seperti pohon cemara terbalik dan

terdapat papul – papul milier.

Penatalaksanaan dari psoriasis vulgaris secara primer adalah menghindari pasien dari

kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus-menerus. Ini dapat dilakukan dengan

berbagai cara, seperti memotong kuku pasien, memberikan antipruritus, glukokortikoid

topical atau intralesional, obat sitostatik, levodopa, DDS, Etretinat, Siklosporin, dan

pemberian obat topikal seperti preparat tar, kortikosteroid, ditranol, pengobatan dengan

penyinaran, calcipotriol, tazaroten, emolien. 1,2,3,5,6

Pengobatan Sistemik

• Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, pada kortikosteroid ada yang kerja singkat,

sedang dan kerja lama. Pada psorisis bisa diberika prednison dengan dosis ekuivalen

30 mg per hari, setelah membaik dosis diturunkan perlahan – lahan, kemudian bisa

diberika dosis pemeliharan, bisa juga diberikan metilprednisolon dengan dosis mulai

dari 4 mg – 48 mg perhari, dosis tunggal/ terbagi.

• Obat sitostatik

Obat yang digunakan adalah metotreksat, mekanismekerja obat ini yang spesifik

dalam menghambat terjadi inflamasi dan tidak menimbulkan efek samping seperti

obat-obat golongna NSAID. Dosis mulai dari 3 x 2,5mg dengan interval 12 jam dalam

Page 17: Psoriasis Vulgaris

seminggi dengan dosis total 7,5 mg, jika tidak tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5

mg – 5 mg per minggu.

• Levodopa

Obat ini di pakai untuk parkinson , diantara nya penderita parkinson sekaligus

psoriasis, dengan dosis 2 x 250 mg – 3 x 500 mg, efek samping nya berupa mual,

muntah, anoreksia, hipotensi dan gangguan psikis.

• DDS (Diaminodifenilsulfon)

Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa tipe barber dengan dosis 2 x 100 mg

sehari. Efek samping nya anemia hemolitik, methemoglobinemia dan agranulositosis.

• Etretinat dan asitretin

Etretinat merupakan retinoid aromatik, digunakan bagi psoriasis yang sukar di

sembuhkan dengan obat – obat lain menginggat efek sampingnya. Pada psoriasis obat

tersebut mengurangin proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.

Dosis pada bulan pertama diberikan 1mg/kgBB, jika belum terjadi perbaikan dosis

dapat dinaikan menjadi 1 ½ mg/kbb.

Asitretin merupakan metabolik aktif etetinat yang utama. Kelebihannya hanya waktu

paruh eliminasinya hanya 2 hari, dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100

hari.

• Siklosporin

Efeknya ialah imunosupresif, dosis nya 6 mg/kgbb sehari, bersifat nefrototoksik dan

hepatotoksik, hasil pengobtan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan

dapat terjadi ke kambuhan.

Pengobatan Topikal

1. Kortikosteroid1,2,3.5,6,10,11

Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan pengobatan.

Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan kemudian dibalut dengan perban

oklusif kering. Yang menjadi pilihan adalah kortikosteroid dengan potensi tinggi

seperti Clobetassol Propionat, Diflorasone Diasetat, atau bethamethason dipropionat

0,05%, Fluocinolone 0.01% atau 0.025%, hidrokortison valerat 0,2%, triamcinolone,

fluocionida.

• Clobetasol

Topical steroid super poten kelas I, dengan menekan mitosis dan menambah

sintesi protein yang mengurangi inflamasi dan menyebabkan vasokontriksi.2

Page 18: Psoriasis Vulgaris

• Betametahasone dipropionate cream 0,05%

Merupakan anti inflamasi kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja

mengurangi peradangan dengan menekan migrasi sel leukosit polimorfonuklear

dan memperbaiki permeabilitas kapiler.2

• Triamcinolone 0,025%, 0,1%, 0,5% atau ointment

Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi

peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki

permeabilitas kapiler. Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara

intralesi, biasanya sangat efektif (3mg/ml). Namun harus sangat diperhatikan

karena pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan atropi.2

• Fluocinolone 0.01% atau 0.025%

Topical kosrtikosteroid potensi tinggi yang mengahmbat proliferasi

sel .mempunyai sifat imunosupresif dan anti inflamasi.2

2. Preparat Ter1,2,3

Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti

radang.Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:

• Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau takhifilaksis oleh

karena pemakaian pada lesi luas.

• Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal kurang

bijaksana.

• Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik.

Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter batubara

lebih efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga jauh

lebih besar. Pada psoriasis yang menahun lebih baik digunakan ter yang beasal dari

batubara, sebaliknya psoriasis akut dipilih ter dari kayu.Preparat tar seperti liquor

carbonis detergent 2-5% dalam salep dipakai untuk pengobatan psoriasis yang kronis.

Diduga mempunyai efek yang menghambat proliferasi keratinosit. Efeknya akan

meningkat bila dikombinasi dengan asam salisilat 2-5%, akan efektif jika

diaplikasikan pada daerah-daerah yang optimal misalnya lengan, dan kaki.

Asam salisilat merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam

pengobatan topikal, efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi

keratinisasi yang terganggu. Konsentrasi rendah (1-2%) mempunyai efek

Page 19: Psoriasis Vulgaris

keratoplastik yaitu menunjang pembentukan keratin yang baru, konsentrasi tinggi 3 -

20% bersifat keratolitik dan dipake untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik.

Pada kasus ini asam salisiat diberikan hanya 3%, efek desmolitik asam salisilat ini

terbukti meningkatkan penetrasi kortikosteroid topikal.

3. Antihistamin1,2,3,4,6

Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi keluhan pruritus

dengan memblokir efek pelepasan anti histamine secara endogen.namun peran dan

keuntungannya dalam mengatasi pruritus lokal sangat rendah.

Beberapa obat antihistamin lainnya yaitu:2

• dipenhidramin,untuk mengurangi gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan

histamine

• Loratadine merupakan suatu antihistamin trisiklik yang bekerja cukup lama (Long

acting), mempunyai selektivitas tinggi pada reseptor histamin – H1 perifer dan tidak

menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik.

• chlorpheniramine, bekerja sama dengan histamin atau permukaan reseptor H1 pada

sel efektor di pembuluh darah dan traktus respiratori

• Hidroxyzine, reseptor H1 antagonis di perifer. Dapat menekan aktiviras histamine

diregio subkortikal sistem saraf pusat .

• Klonazepam, untuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan dengan reseptor-

reseptor di SSP, termasuk system limbic dan pembentukan reticular. Efeknya bisa

dimediasi melalui reseptor GABA.

• Cetirizin HCl adalah antihistamin antagonis H1 generasi kedua, terbukti lebih

nyaman dan menguntungkan karena tidak menimbulkan efek mengantuk sehingga

tidak mengganggu aktifitas pasien.

4. Ditranol (antralin)

Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2 – 0,8 % dalam pasta, salep atau krim.

Lama pemakaian hanya ¼ - ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi,

penyembuhan dalam 3 minggu.

5. Tazaroten

Merupakan derivat vitamin A, misalnya etretinat atau acitretin. Mempunyai efek

menghentikan diferensiasi dan proliferasi keratinosit dan bersifat anti inflamasi,

Page 20: Psoriasis Vulgaris

dengan menghambat fungsi netrofil. Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa

generalisata ataupun lokalisata, dan eritroderma psoriatik.2,6

Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0.05 % dan 0,1%.

Bila dikombinasikan dengan steroid topical potensi sedang dan kuat akan

mempercepat penyembuhan dan mengurangin iritasi.

6. Pengobatan dengan sinar

Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan

untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara

alamiah, tetapi sayang tidak dapt diukur dan jika berlebihan maka akan

memperparah psoriasis. Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artifisial, diantaranya

sinar A yang dikenal sebagai UVA.2 Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri

atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut

PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan

cara Goeckerman.2,5,6

Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek

sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet.

Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya

dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.1,

Pada kasus ini tatalaksana meliputi tatalaksana non-farmakologis dan farmakologis.

Penatalaksanaan non-farmakologis yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasien,

seperti:1,2,6

• menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya

• hindari stres dan kelelahan.

• mencegah garukan dan gosokan

• cukup istirahat

• menghindari faktor pencetus

Penatalaksanaan farmakologis pada kasus ini yaitu berupa pemberian obat sistemik

dan obat topikal. Pemberian obat sistemik pada pasien ini adalah:

1. Cetirizin HCl 1 x 10 mg jika gatal.

Alasan Pada pasien ini diberikan antihistamin antagonis H1 generasi kedua, terbukti

lebih nyaman dan menguntungkan karena tidak menimbulkan efek mengantuk

Page 21: Psoriasis Vulgaris

sehingga tidak mengganggu aktifitas pasien, juga tidak menimbulkan jantung

berdebar dan penggunaannya cukup satu kali sehari. Selain itu, obat ini aman

diberikan dalam jangka panjang, mengingat obat ini hanya diberikan jika diperlukan

saja. Efektifitas cetirizin HCl lebih baik jika dibandingkan dengan antihistamin

generasi kedua lain yaitu loratadin dalam hal menurunkan kemerahan pada kulit.

2. Metilprednisolon 3 x 4 mg selama 7 hari.

Metilprednisolon adalah glukokortioid turunan prednisolon yang mempunyai efek

kerja dan penggunaan yang sama seperti senyawa induknya. Metilprednisolon tidak

mempunyai aktivitas retensi natrium seperti glukokortikoid yang lain. Dosis

metilprednisolon 4 – 48 mg perhari dengan pemberian 3x4mg/hari diharapkan dapat

mengurangi efek inflamasi yang dapat menimbulkan rasa gatal pada pasien ini, efek

samping nya biasanya terlihat pada pemberian jangka panjang atau pemberian dalam

dosis besar, misalnya gangguan elektrolit dan cairan tubuh, kelemahan otot, resistensi

terhadap infeksi menurun, gangguan penyembuhan luka, meningkatnya tekanan

darah, katarak, gaangguan pertumbuhan pada anak-anak, insufisiensi adrenal, cushing

syndrome, osteoporosis, tukak lambung.

Obat Topikal pada pasien ini adalah:

1. Salep Betametason dipropionat 0,05% yang dioleskan tipis-tipis pada lesi yang

diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari.

Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu:

1. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.

2. Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler.

3. Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang

peranan dan steroid topikal dapat menurunkan inflamasi.

Alasan pemilihan Betametason dipropionat 0,05% karena obat ini merupakan anti

inflamasi kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi peradangan

dengan menekan migrasi sel leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki

permeabilitas kapiler.

2. Sampo Sulsun (Selenium Sulfide 2%) yang dipakai 2 hari sekali atau 2-3 kali

seminggu, rambut dikeramas, sampo digosokan pada lesi dan didiamkan selama 5-15

menit terlebih dahulu agar zat mencapai kulit kepala dan baru setelahnya dibilas

dengan air. Selenium sulfide merupakan zat aktif yang bersifat antijamur yang

mempunyai efek toksik yang rendah. Bisa juga diberikan sampo asam salisilat atau

Page 22: Psoriasis Vulgaris

zinc pyrithione 1-2% yang memiliki sifat keratolitik (mengurangi proliferasi epitel

dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu) dan antijamur non spesifik.

3.

Page 23: Psoriasis Vulgaris

BAB IV

KESIMPULAN

Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,

ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,

berlapis-lapis dan transparan. Faktor predisposisi yang dapat menimbulkan psoriasis adalah

faktor herediter, faktor psikis, infeksi fokal, penyakit metabolik, gangguan pencernaan, dan

faktor cuaca. Psoriasis dapat digolongkan berdasarkan bentuk kliniknya menjadi psoriasis

vulgaris, psoriasis gutata, psoriasis inversa, psoriasis eksudativa, psoriasis seboroik, psoriasis

pustulosa, dan eritroderma psoriatik. Pada pemeriksaan dapat ditemukan disertai fenomena

tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan bidang

dermatopatologi, serologi dan kultur. Pemberian terapi dapat berupa topikal, oral, maupun

fototerapi. Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, namun bersifat kronis dan

residif.

Salah satu tujuan pengobatan adalah mencegah ruam semakin meluas dan mencegah

pasien menggaruk ruam yang bisa menyebabkan ruam semakin parah. Pengobatannya sendiri

terbagi menjadi pengobatan topikal dan pemberian obat sistemik. Pengobatan topikal dapat

diberikan preparat ter, namun saat ini sudah jarang digunakan. Untuk pemberian obat topikal,

paling sering diberikan obat kortikosteroid topikal. Selain itu pemberian obat kortikosteroid

seperti prednison atau metilpredinosolon dapat digunakan. Apabila terapi dengan

kortikosteroid tidak menunjukkan hasil, maka dapat diberikan terapi sitostatika. Selain itu

juga penting untuk menjelaskan dan memberikan edukasi terkait psoriasis pada pasien karena

penyakit ini merupakan penyakit kronik dan residif.

Page 24: Psoriasis Vulgaris

DAFTAR PUSTAKA

1. Psoriasis. Diunduh dari: http://www.news-medical.net/health/What-is-

Psoriasis.aspx. April 2012.

2. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam Djuanda A., Hamzah M.Aisah S.

Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima. Jakarta:Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia;2007.h.189-95.

3. Geng A., McBean J., Zeikus P.S., et al. Psoriasis. Dalam Kelly A.P., Taylor S.C.,

Editors. Dermatology for skin of color. New York:Mc Graw Hill;2009.h.139-146.

4. Wolff K., Johnson R.A. Psoriasis. Dalam Wolff K., Johnson R.A.Fitzpatrick’s

color atlas and synopsis of clinical dermatology. Edisi keenam. New York:Mc

Graw Hill;2009.h.53-71.

5. Siregar R.S. Psoriasis. Dalam Harahap M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta:Hipokrates.

2000. h.116 - 9.

6. Psoriasis. Diunduh dari: Yayasan Psoriasis Indonesia dalam

http://www.psoriasis.or.id/psoriasis_pustular.php. 2005.

7. Goldenstein B., Goldenstein A. Psoriasis. Dalam Goldenstein B.,Goldenstein A.,

Melfiawaty. Pendit B.U., Editors. Dermatologi

Praktis.Jakarta:Hipokrates;2001.h.187.