pp pemeriksaan saraf & fungsi motorik mh

23
PEMERIKSAAN SARAF & FUNGSI MOTORIK MORBUS HANSEN Catatan : Tidak pakai sarung tangan PEMERIKSAAN SARAF 1. Ucapkan salam dan Perkenalkan diri pada penderita 2. Jelaskan tujuan pemeriksaan : a) Untuk memastikan penyakitnya, b) Diperiksa : penebalan saraf tepi & fungsi motoris. 3. Posisi pemeriksa berhadapan dengan pasien, penerangan yang cukup (sinar matahari atau lampu) 4. Pemeriksaan N. Auricularis magnus : a) Pasien di minta menoleh maksimal ke kiri sehingga M. Sternocleidomastoideus berkontraksi dan N. Auricularis Magnus terdorong ke superfisial, b) Dilakukan perabaan dengan 3 jari pada 1/3 atas M. Sternocleidomastoideus, dicari bentukan seperti kabel yang menyilang M. Sternocleidomastoideus, c) Terdapat struktur lain yaitu : V. Jugularis yang teraba lebih lunak dan ada pulsasi, sedangkan saraf teraba seperti kabel, d) Lakukan pemeriksaan yang sama pada N. Auricularis magnus sinistra, 1

Upload: muhammad-rizki-ramadana

Post on 27-Nov-2015

79 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

MH

TRANSCRIPT

Page 1: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

PEMERIKSAAN SARAF & FUNGSI MOTORIK MORBUS HANSEN

Catatan : Tidak pakai sarung tangan

PEMERIKSAAN SARAF

1. Ucapkan salam dan Perkenalkan diri pada penderita

2. Jelaskan tujuan pemeriksaan :

a) Untuk memastikan penyakitnya,

b) Diperiksa : penebalan saraf tepi & fungsi motoris.

3. Posisi pemeriksa berhadapan dengan pasien, penerangan yang cukup (sinar matahari atau

lampu)

4. Pemeriksaan N. Auricularis magnus :

a) Pasien di minta menoleh maksimal ke kiri sehingga M. Sternocleidomastoideus

berkontraksi dan N. Auricularis Magnus terdorong ke superfisial,

b) Dilakukan perabaan dengan 3 jari pada 1/3 atas M. Sternocleidomastoideus, dicari

bentukan seperti kabel yang menyilang M. Sternocleidomastoideus,

c) Terdapat struktur lain yaitu : V. Jugularis yang teraba lebih lunak dan ada pulsasi,

sedangkan saraf teraba seperti kabel,

d) Lakukan pemeriksaan yang sama pada N. Auricularis magnus sinistra,

e) Kesimpulan :

- Terdapat/tidak terdapat penebalan/pembesaran N. Auricularis D/S,

- Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf.

5. Pemeriksaan N. Ulnaris (Singkap baju)

a) Lengan pasien dalam posisi fleksi diletakkan di atas tangan pemeriksa, agar otot rileks

sehingga saraf dapat dibedakan dengan tendon,

b) Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa mencari sambil meraba

saraf Ulnaris didalam sulkus nervi ulnaris yaitu lekukan diantara tonjolang tulang siku

olkranon dan tonjolan kecil di bagian medial (epicondilus medialis),1

Page 2: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

c) Dibedakan dari tendon dengan cara meraba ke proksimal, jika tendon akan menjadi

otot, namun bila saraf akan tetap teraba seperti kabel,

d) Dengan tekanan ringan gulirkan pada saraf ulnaris, dan telusuri ke atas dengan halus

sambil melihat mimik/reaksi penderita apakah tampak kesakitan atau tidak,

e) Kemudian dengan prosedur yang sama untuk memriksa saraf ulnaris kiri (tangan kiri

pemeriksa memegang lengan kiri penderita dan tangan kanan pemeriksa meraba saraf

ulnaris kiri penderita tersebut),

f) Kesimpulan :

- Apakah ada penebalan/pembesaran N. Ulnaris D/S,

- Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf,

- Neuritis atau tidak.

6. Pemeriksaan N. Peroneus comunis/poplitea lateralis (bersamaan, celana di gulung ke atas)

a) Pasien dalam posisi duduk, kedua kaki dalam keadaaan relaksassi, sebaiknya dalam

posisi menggantung lebih rileks,

b) Pemeriksa duduk di depan penderita, dengan tangan kanan memeriksa kaki kiri

penderita dan tangan kiri memeriksa kaki kanan,

c) Pemeriksa meletkkan jari telunjuk dan jari tengah pada pertengahan betis bagian luar

penderita sambil pelan-pelan meraba ke atas samapi menemukan tonjolan tulang

(caput fibula), setelah menemukan tulang tersebut jari pemeriksa meraba saraf

paraneous 1 cm ke arah belakang,

d) Dengan tekanan yang ringan saraf tersebut digulirkan bergantian ke kanan dan kiri

sambil melihat mimik/reaksi penderita,

e) Kesimpulan : - Apakah ada penebalan/pembesaran N. Peroneus communis D/S,

- Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf.

7. Pemeriksaan N. Tibialis posterior

a) Pasien masih dalam duduk rileks,

2

Page 3: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

b) Dengan jari telunjuk dan tengah, pemeriksa meraba saraf Tibialis posterior di bagian

belakang bawah dari mata kaki sebelah dalam (maleolus medialias) dengan tangan

menyilang (tangan kiri pemeriksa memeriksa saraf tibialis kiri dan tangn kanan

pemeriksa memeriksa saraf tibialis posterior kanan penderita),

c) Dengan tekanan ringan saraf tersebut digulirkan sambil melihat mimik/reaksi dari

penderita.

PEMERIKSAAN MOTORIK (kekuatan otot)

1. Pemeriksaan fungsi motoris N. Radialis (kekuatan pergelangan tangan)

a) Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah tangan kanan penderita,

b) Penderita di minta menggerakkan pergelangan tangan kanan yang terkepal ke atas

(ekstensi),

c) Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi (keatas) lalu dengan tangan kanan

pemeriksa menekan tangan penderita ke bawah kearah fleksi,

d) Kesimpulan : terdapat/tidak terdapat kelemahan fungsi motorik (gangguan) N.

Radialis D/S.

- Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih Kuat,

- Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti Sedang,

- Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh (pergelangan tangan tidak

bisa digerakkan ke atas, fungsi motorik tidak berjalan).

2. Pemeriksaan fungsi motoris N. Ulnaris (kekuatan otot jari kelingking)

a) Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari manis, jari tengah dan jari telunjuk

tangan kanan penderta, dengan telapak tangan penderita menghadap ke atas dan posisi

ekstensi (jari kelingking bebas bergerak tidak terhalang oleh tangan pemeriksa),

b) Minta penderita mendekatkan (adduksi) dan menjauhkan (abduksi) kelingking dari

jari-jari lainnya.

3

Page 4: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

Bila penderita dapat melakukannya, minta ia menahan kelingkingnya pada posisi jauh

dari jari-jari lainnya, dan kemudian jari telunjuk pemeriksa mendorong pada bagian

pangkal kelingking.

c) Kesimpulan : terdapat/tidak terdapat kelemahan funsi motorik N. Ulnaris D/S.

- Bila jari kelingking penderita dapat menahan dorong jari telunjuk

berarti masih Kuat,

- Bila jari kelingking penderita tidak dapat menahan dorongan

pemeriksa berarti Sedang,

- Bila jari kelingking pendertia tidak dapat mendekat atau menjauh dari

jari lainnya berarti sudah lumpuh.

Bila pemeriksaan meragukan apakah masih kuat atau sudah mengalami kelemahan,

dapat melakukan pemeriksaan konfirmasi sebagai berikut :

Minta penderita menjepit sehelai kertas yang diletakkan di antara jari manis

dan jari kelingking tersebut, lalu pemeriksa menarik kertas tersebut sambil

menilai ada tidaknya tahanan/jepitan terhadap kertas tersebut.

Penilaian :

Bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan otot Lemah.

Bila ada tahanan terhadap kertas berarit otot masih Kuat.

3. Pemeriksaan fungsi motoris N. Medianus (kekuatan otot ibu jari)

a) Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk sampai kelingking tangan kanan

penderita agar telapak tangan penderita menghadap ke atas, dan dalam posisi ekstensi,

b) Ibu jari penderita ditegakkan ke atas sehingga tegak lurus terhadap telapak tangan

penderita (seakan-akan menunjuk ke arah didung) dan penderita di minta untuk

mempertahankan posisi tersebut,

4

Page 5: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

c) Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari penderita yaitu dari bagian batas

antara punggung dan telapak tangan mendekati telapakk tangan.

d) Kesimpulan : terdapat/tidak terdapat kelemahan fungsi motorik N. Medianus D/S

- Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih Kuat,

- Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti Sedang,

- Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh.

4. Pemeriksaan fungsi motoris N. Pareneus communis/poplitea lateralis

a) Dalam keadaan duduk, penderita di inta mengangkat ujung kaki dengan tumit tetap

terletak dilantai/ekstensi maksimal (seperti berjalan dengan tumit),

b) Penderita di minta bertahan pada posisi ekstensi tersebut lalu pemeriksa dengan kedua

tangna menekan punggung kaki penderita ke bawah/lantai,

c) Kesimpulan : terdapat/tidak terdapat kelemahan funsi motorik N. Paroneus communis

D/S.

- Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti Kuat.

- Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti Sedang.

- Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh (ujung kaki tidak bisa digerakkan ke atas).

PEMERIKSAAN RASA RABA TANGAN

1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa,

3. Telapak tangan yang akan di periksa diletakkan di atas meja/paha penderita atu bertumpu

pada tanang kiri pemeriksa sehingga semua ujung jari tersangga (tangan pemeriksa yang

menyesuaikan diri dengan keadaan tangan penderita) misalnya claw hand, maka tanga

pemeriksa menyangga ujung-ujung jari tersebut sesuai lengkungan jarinya.

4. Jelaskan pada penderita apa yang akan dilakukan padanya, sambil memperagakan dengan

sentuhan ringan dari ujung ballpoint pada lengannya dan satau atau dua titik pada telapak

tangannnya,5

Page 6: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

5. Bila penderita merasakan sentuhan diminta untuk menunjuk tempat sentuhan tersebut

dengan jari tangan yang lain,

6. Test diulangi sampai penderita mengerti dan kooperatif,

7. Penderita diminta menutup mata atau menoleh kearah berlawanan dari tangan yang

diperiksa,

8. Penderita diminta menunjuk tempat yang terasa disentuh,

9. Usahakan pemeriksaan titik-titik tersebut tidak berurutan (secara acak),

10. Penyimpangan letak titik yang ditolerir ≤ 1 cm.

PEMERIKSAAN RASA RABA KAKI

1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa,

3. Kaki kanan penderita diletakkan pada paha kiri, usahakan telapak kaki menghadap ke

atas,

4. Tangan kiri periksa menyanggah ujung kaki penderita,

5. Berilah penjelasan apa yang akan dilakukan sambil memperagakan dengan menyentuh

ujung ballpoint pada telapak kaki tanpa lesi (penderita membuka mata). Bila penderita

merasakan sentuhan tersebut, diminta penderita menunjuk tempat sentuhan tersebut,

6. Cara mengetes tersebut diulang, hingga penderita mengerti dan kooperatif,

7. Pada daerah yang menebal boleh sedikit menekan dengan cekungan berdiameter 1 cm,

8. Dengan ujung ballpoint pemeriksa menyentuh tangan penderita pada titik-titik tertentu di

telapak tangan secara acek,

9. Jarak penyimpangan yang bisa diterima maksimal 2,5 cm.

PEMERIKSAAN RASA SUHU

6

Page 7: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa,

3. Tangan yang akan diperiksa diletakkan dia tas meja/paha pasien atau bertumpu pada

tangan kiri pemeriksa,

4. Berikan penjelasan apa yang akan dilakukan sambil memperagakan dengan

menyentuhkan ujung tabung reaksi yang berisi air panas (sebaiknya 40oC) dan air dingin

(20oC) pada daerah kulit yang normal, untuk memastikan bahwa orang yang diperiksa

dapat membedakan panas dan dingin,

5. Mata pasien ditutup atau menoleh ke tempat lain, lalu bergantian kedua tabung tersebut

ditempelkan pada daerah kulit yang dicurigai,

6. Bila pada daerah yang dicurigai tersebut beberapa kali pasien salah menyebutkan rasa

tabung yang ditempelkan, maka disimpulkan bahwa sensasi suhu di daerah tersebut

terganggu.

PEMERIKSAAN RASA NYERI

1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa,

3. Tangan yang akan diperiksa diletakkan diatas meja/paha pasien atau bertumpu pada

tangan kiri pemeriksa,

4. Berikan penjelasan apa yang akan dilakukan sambil memperagakan dengan menekan

jarum dengan ujung tajam pada kulit yang normal dan dengan pangkal tangkainya yang

tumpul, pasien harus mengatakan mana yang tajam dan mana yang tumpul. (ujung jarum

tegak, gentle, jangan sampai berdarah),

5. Mata pasien ditutup, lalu bergantian kedua ujung jarum tersebut ditempelkan pada daerah

kulit yang dicurigai,

7

Page 8: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

6. Bila pada daerah yang dicurigai tersebut beberapa kali pasien salah menyebutkan rasa

pada ujung jarum yang ditempelkan, maka disimpulkan bahwa sensasi nyeri di daerah

tersebut terganggu.

TES OTONOM DENGAN PINSIL TINTA (TES GUNAWAN)

1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa,

3. Tangan dengan lesi kulit yang dicurigai yang akan diperiksa diletakkan di atas meja/paha

pasien atau bertumpu pada tangan kiri pemeriksa,

4. Pinsil tinta digariskan mulai dari bagian tengah lesi yang dicurigai terus sampai ke daerah

kulit yang normal,

5. Pasien di minta untuk beraktifitas fisik agar berkeringat,

6. Bila pada lesi yang dicurigai tinta pinsil masih terlihat jelas, sedangkan didaerah kulit

normal tinta menjadi kabur karena keringat, disimpulkan terdapat gangguan fungsi

otonom pada lesi tersebut,

7. Bila pada lesi yang dicurigai tinta pinsil menjadi kabur karena keringat, disimpulkan tidak

terdapat gangguan fungsi otonom pada lesi tersebut.

PEMERIKSAAN RASA RABA DI TUBUH / KULIT

1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa,

3. Sepotong kapas yang dilancipkan dipakai untuk memeriksa rasa raba,

4. Periksalah dengan ujung dari kapas yang dilancipi secara tegak lurus pada kelainan kulit

yang dicurigai (dari tengah ke tepi lesi).

8

Page 9: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

5. Sebelumnya kita menerangkan bahwa bilamana merasa tersentuh bagian tubuhnya dengan

kapas, ia harus menunjukkan kulit yang disentuh dengan jari telunjuknya, ini dikerjakan

dengan mata terbuka,

6. Bilamana hal ini telah jelas, maka pasien diminta menutup matanya , kalau perlu matanya

ditutup dengan sepotong kain / karton,

7. Kelainan-kelainan dikulit diperiksa secara bergantian dengan kulit yang normal

disekitarnya untuk mengetahui ada tidaknya anestesi.

BAKTERIAL INDEX & MORFOLOGI INDEX

1. Pengambilan sediaan apus minimum pada 3 tempat

a) Cuping telinga kanan dan kiri

b) Kelainan kulit (lesi) yang paling aktif

2. Untuk pemeriksaan hapusan kulit diperlukan alat :

a) Kaca obyek baru dan kotak kaca obyek

b) Scalpel (tangkai pisau ukuran no.3 dan pisau no.15)

c) Lampu spiritus (Bunsen)

d) Spiritus / alcohol

e) Kapas

f) Korek api

g) Pensil kaca

h) Penjepit kaca obyek

i) Sarung tangan

3. Cara pengambilan sediaan skin smear :

a) Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

b) Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa,

c) Cucilah tangan, lalu kenakan sarung tangan,

d) Ambil kaca obyek sediaan yang baru, bersih dan tidak tergores,

e) Beri tanda atau nomor pada bagian bawah kaca obyek atau label kaca obyek sesuai

nomor identitas pasien, nomor ini harus sama dengan nomor lembar permintaan

pemeriksaan skin smear,

f) Bersihkan lokasi kulit tempat pengambilan skin smear dengan kapas alkohol. Biarlah

mongering,

9

Page 10: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

g) Nayalakan api spiritus,

h) Pasanglah bisturi (mata pisau scalpel) pada gagangya,

i) Jepitlah kulit dengan erat menggunakan jempol dan telunjuk, tetap jepit dengan kuat

agar darah tidak ikut keluar,

j) Buatlah insisi (irisan) pada kulit dengan panjang 5 mm dan dalam 2 mm. Kulit ttap

dijepit agar tidak ada darah yang keluar. Jika berdarah, bersihkan darah tersebut

dengan kapas alkohol,

k) Putar pisau scalpel 90o dan pertahankan pada sudut yang tepat pada irisan,

l) Keroklah irisan tersebut sekali atau dua kali menggunakan scalpel guna

mengumpulkan cairan dan bubur jaringan. Tidak boleh ada darah pada specimen

tersebut karena dapat mengganggu pewarnaan dan pembacaan. Lepaslah jepitan pada

kulit dan hapus darah dengan kapas alkohol,

m) Buatlah apusan dari kerokan kulit tersebut di atas kaca obyek, pada sisi yang sama

dengan letak identitas. Buatlah apusan berbentuk lingkaran dengan diammeter 8 mm,

n) Hapus kotoran pada mata pisau scalpel menggunakan kapas alkohol. Lewatkan mata

pisau scalpel di atas nyala api Bunsen selam 3 – 4 detik. Biarkan dingin tapi jangan

sampai menyentuh sesuatu,

o) Ulangi langkah di atas untuk lokasi apusan lain. Buat apusan di sisi dengan apusan

sebelumnya, tapi jangan sampai bersentuhan dengan hapusan sebelumnya,

p) Lepas pisau scalpel dengan hati-hati,

q) Tutup luka dan ucapkan terima kasih pada penderita,

r) Biarkan kaca obyek tersebut mongering beberapa saat dengan temperature ruangan,

tetapi tidak di bawah cahaya matahari langsung,

s) Fiksasi hapusan dengan melewatkan di atas apiu Bunsen 3 kali,

t) Kaca obyek jangan sampai terlalu panas saat disentuh. Taruh kaca obyek di kotak kaca

obyek dan kirimlah ke laboratorium disertai form permintaan pemeriksaan,

PEWARNAAN DENGAN MENGGUNAKAN ZIEHL-NIELSEN

Peralatan :

Botol yang mengandung :

Larutan karbol fuchin 0,3%

Asam alkohol 3%

Larutan methylene blue 0,3%

10

Page 11: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

Lampu spiritus (Bunsen)

Jam

Wadah dengan air yang mengalir

Pipet

Besi penyangga

Rak kaca obyek

Kertas tissue

Sarung tangan

Buat register kaca obyek di register laboratorium

1. Pewarnaan

a) Sebelum digunakan, saringlah carbol fuchsin 0,3% menggunakan

kertas saring biasa,

b) Tutupi seluruh permukaan kaca obyek dengan larutan carbol fuchsin

selama 10 menit,

c) Panaskan kaca objek dengan hati-hati di atas lampu spiritus sampai uap

karbol fuchsin keluar. Pastikan bahwa pewarnaan tidak sampai

mendidih. Jika pewarnaan mongering tambahkan lagi reagens dan

panaskan kembali,

d) Basuh dengan hati-hati di bawah air mengalir. Keringkan air hingga

kaca obyek tidak lagi berwarna. Meskipun apusan akan menjadi merah

tua.

2. Pelunturan

a) Tetesi permukaan kaca obyek sampai tertutup dengan asam alkohol 3%

selama 10 detik

b) Metode lain adalah dengan menggunakan asam sulfat 25% selama 10

menit, bilas berlahan dengan air.

11

Page 12: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

3. Counter staining

a) Tetesi sediaan dengan methulene blue 0,3% selama 1 menit,

b) Bilas dengan air dan biarkan kaca obyek mongering di rak pengeringan

dengan posisi miring dengan sisi apusan menghadap ke bawah,

c) Apusan siap di baca.

Nb. Baca sesuai dengan yang lama.

Pewarnaan Ziel Nilson

12

Page 13: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

1. Sediaan diwarnai dengan karbol fuchin sampai seluruh permukaan sediaan tertutup,

dibiarkan selama 10 menit, dipanaskan diatas bunsen selama 5-10 menit, jangan

sampai mendidih, keringkan,

2. Tetesi dengan alkohol asam 10 detik lalu cuci dengan air mengalir,

3. Tetesi methilen blue diamkan selama 5-10 menit. Cuci dibawah air mengalir.

4. Keringkan perlahan dengan tissue,

5. Sediaan diperiksa dengan mikroskop.

Setelah pewarnaan, objek glass diperiksa pada mikroskop dengan pembesaran 10 kali

pada awalnya untuk menentukan counting area, bila sudah didapatkan dilanjutkan dengan

pembesaran 100 kali dengan ditambahkan minyak immersi. Bakteri terlihat sebagai

bentukan batang merah dengan latar belakang biru. Densitas bakteri ditetapkan sebagai

bacterial indeks ( BI ) :

1. 6+ > 1000 basil pada 1 LP (banyak clumps)

2. 5+ 100-1000 basil pada 1 LP

3. 4+ 10-100 basil pada 1 LP

4. 3+ 1-10 basil pada 1 LP

5. 2+ 1-10 basil pada 10 LP

6. 1+ 1-10 basil pada 100 LP

Penurunan angka BI mulai didapatkan setelah 1 tahun terapi, bagian dorsal jari adalah

lokasi terakhir untuk menjadi negatif, pemeriksaan bakteriologis ini hanya dapat

mendeteksi basil > 104 per gram kulit, tidak dapat digunakan untuk melihat keberhasilan

terapi.

Indeks morfologis (MI) adalah persentase basil solid dibagi jumlah seluruh basil yang

diperiksa dikalikan 100%. Indeks ini digunakan untuk menilai keberhasilan terapi karena

perubahannya lebih cepat didapatkan dibandingkan BI. Pada kasus LL perubahan 5-20%

menjadi 0 didapatkan setelah 5-6 bulan terapi dengan dapson, atau setelah 5 minggu

13

Page 14: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

dengan rifampisin. Peningkatan MI menunjukkan penderita yang tidak minum obatnya

dengan rutin atau obat tidak diabsorbsi sehingga bakteri menjadi resiste.

14

Page 15: PP Pemeriksaan Saraf & Fungsi Motorik MH

“ POD ”

Prinsip pencegahan cacat dan bertambah beratnya cacat 3 M :

1. Memeriksa mata, tangan dan kaki secara teratur,

2. Melindungi mata, tangan dan kaki dari trauma fisik,

3. Merawat diri.

I. Mencegah kerusakan mata

1. Memeriksa

Sering bercermin : - adakah kemerahan,

- adakah benda asing yang masuk ke mata.

2. Melindungi

Untuk melindungi mata dari debu dan anginyang dapat mengeringkan mata dengan

cara :

- Memakai kaca mata,

- Menghindari pekerjaan yang menimbulkan debu seperti mencangkul tanah,

menuai padi, menggiling padi, bakar sampah, dan lain-lain.

3. Merawat diri

- Sering mencuci tangan / membasahi mata dengan air bersih,

- Waktu istirahat tutup mata dengan kain basah.

II. Mencegah luka pada tangan yang mati rasa

1. Memeriksa

Sering berhenti dan memeriksa tangan : ada luka tidak.

2. Melindungi

Memakai kaos tangan tebal dan kain untuk melindungi dari panas, kasar, tajam untuk

mencegah luka.

Membagi tugas rumah tangga.

3. Merawat luka

Luka lecet, memar sekecil apapun dirawat dan diistirahatka sampai sembuh.

III.Mencegah kekeringan pada tangan

1. Memeriksa

Periksa adakah kekeringan, retak dan kulit pecah-pecah yang tidak terasa.

2. Melindungi

Melindungi kulit tangan dari benda panas dan tajam.

15