plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · title: pengaruh pakan probiotik terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERPROBIOTIK PADA POPULASI
MIKROBA DALAM AIR, KADAR PROTEIN DALAM SEDIMEN YANG
DITETAPKAN BERDASARKAN HASIL PENGEMBANGAN METODE
COOMASIE R, SERTA PENGARUHNYA PADA PERTUMBUHAN
LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Yolanda Novia Widyawati
NIM : 118114175
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERPROBIOTIK PADA POPULASI
MIKROBA DALAM AIR, KADAR PROTEIN DALAM SEDIMEN YANG
DITETAPKAN BERDASARKAN HASIL PENGEMBANGAN METODE
COOMASIE R, SERTA PENGARUHNYA PADA PERTUMBUHAN
LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Yolanda Novia Widyawati
NIM : 118114175
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Dr. Christine Patramurti, M.Si., Apt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Halaman Persembahan
Karya ini kupersembahakan kepada :
Tuhan Yesus Kristus yang setia menemaniku dikala susah maupun senang dan
yang selalu memberiku pengharapan yang baru disaat semua terasa berat.
Papi, Mami dan KukuYen serta kakak – kakak saya (Ryan dan Erick) yang selalu
memberi dukungan moril maupun non moril dan serta memberiku semangat
dikala aku sudah mulai berputus asa.
Dosen pembimbing (Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt.) dan Pak Sanjayadi, M.Si.
yang membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian naskah ini.
Orang – orang yang membantu dalam mempermudah penelitian (Pak Karjono dan
Om Didik).
Partner sejati yang selalu ada dan selalu pengertian (Aditya Christian Firmanto).
Teman – teman yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian (Henry,
Wirna, Oik, Nova, geng Wisma Dara).
Almamater yang kubanggakan Universitas Sanata Dharma.
Sebab Aku ini mengetahui rancangan – rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Yeremia 29 : 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Rasa syukur dan ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada Tuhan atas
bimbingan dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pakan Berprobiotik pada
Populasi Mikroba dalam Air, Kadar Protein dalam Sedimen yang Ditetapkan
Berdasarkan Hasil Pengembangan Metode Coomasie R, serta Pengaruhnya pada
Pertumbuhan Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus)”
Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan naskah skripsi, penulis
mendapat banyak bimbingan, arahan, saran, kritik, dukungan doa, dan bantuan
pelaksanaan penelitian dari banyak pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan
terima kasih sebesar – besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
membantu dalam pengarahan, bantuan, penyusunan, semangat, kritik, dan
saran dari awal penyusunan usulan skripsi, penelitian, dan hingga akhirnya
penyusunan naskah skripsi.
2. Pak Sanjayadi, M.Si. yang telah membantu dalam mengarahkan,
membimbing, memberikan nasihat, kritik dan saran dalam penelitian yang
telah penulis lakukan.
3. Ibu Dr. Chistine Patra Murti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan waktu, kritik dan saran terkait penulisan naskah dan
menyelesaikan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah
memberikan waktu, kritik dan saran terkait penulisan naskah dan
menyelesaikan skripsi.
5. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. atas segala bantuan dalam perijinan
penggunaan laboratorium.
6. Susanto dan Heni Hardjono, selaku orang tua dan pemberi dukungan dana,
semangat, kepercayaan, dan memotivasi untuk mengerjakan skripsi dengan
penuh kesabaran dan penuh ketelatenan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dan perkuliahan dengan baik.
7. Yenny Hardjono, orang tua kedua bagi penulis yang menjadi teman curhat
dan pemberi semangat dan kepercayaan selama kuliah maupun
menyelesaikan penyusunan skripsi.
8. Ryan Dharmawan Susanto dan Erick Hermawan Susanto yang menjadi kakak
sekaligus teman cerita dan teman main saat banyak rintangan menghadang
saat penyelesaian penelitian.
9. Bapak Didik, yang telah membantu dalam hal pemberian bahan yaitu
probiotik dan memberikan pengetahuan di luar dunia kefarmasian sehingga
penulis dapat membuka pola pikir dan dapat melakukan penelitian dengan
baik.
10. Bapak Sukarjono, selaku pembudidaya lobster yang sangat membantu
pelaksanaan penelitian dalam pemberian pengetahuan dalam budidaya
lobster, pemberian sedimen, semangat dan banyak hal lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
11. Lembaga – lembaga yang telah membantu penelitian yaitu Balai Kesehatan
Yogyakarta, LPPT UGM, Pusat Studi Lingkungan Sanata Dharma, dan
lembaga lainnya yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
12. Aditya Christian Firmanto selaku partner sejati yang tak pernah terlupakan
yang selalu sabar dalam menghadapi setiap tingkah laku penulis dan teman
sejati yang ada saat suka duka yang penulis alami selama pengerjaan skripsi
serta teman gila bersama saat kami sedang mengalami frustasi penelitian.
13. Vincentius Henry Susanto S.Farm., selaku manager dan asisten pembantu
bagi penulis yang selama ini telah membantu berlangsungnya penelitian
sehingga penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak mengalami kendala
waktu dan juga telah rela meluangkan waktunya untuk mengikuti acara
sampling oleh penulis yang dilakukan setiap pukul 03.00 WIB.
14. Wirna Niki Suprobo dan Satrio Oky Nugroho yang membantu penulis dalam
meenggunakan KCKT serta mengajari teknik – teknik dalam penggunaan
KCKT.
15. Ni Putu Ully Villianova sahabat yang selalu memberi dukungan, doa dan
semangat serta teman cerita di saat – saat terberat yang penulis hadapi dan
menjadi teman menggila bersama saat penulis merasa putus asa.
16. Pak Parlan, Mas Bimo, Mas Kunto, Pak Wagiran, Mas Agus P.Bio, Mas
Agung, Mas Kethul, Pak Ottok dan staf laboratorium serta staf keamanan dan
kebersihan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas bantuan dan
kerjasamanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
17. Seluruh pihak, yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis atas
kerjasama, dukungan, dan doa agar penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penyusunan skripsi.
Dengan selesainya penyusunan naskah skripsi yang penulis lakukan,
penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam segi penelitian
maupun dalam segi penyusunan naskah yang dilakukan oleh penulis, sehingga
kritik dan saran yang membangun banyak diharapkan oleh penulis. Semoga
penelitian yang penulis lakukan tidak sia – sia dan bermanfaat bagi pembaca dan
berguna bagi dunia ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian khususnya
toksikologi lingkungan.
Yogyakarta, 04 Desember 2015
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ......... vi
PRAKATA ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
INSTISARI .................................................................................................... xix
ABSTRACT ..................................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1. Perumusan Masalah ........................................................................... 4
2. Keaslian Penelitian ............................................................................. 5
3. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
B. Tujuan ..................................................................................................... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................. 7
A. Lobster Red Claw (Cherax quadricarinatus).......................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
B. Pakan dalam Akuakultur ......................................................................... 8
C. Probiotik .................................................................................................. 13
D. Perhitungan Jumlah Bakteri Hidup ......................................................... 16
E. Protein ..................................................................................................... 17
F. Permodelan Semi Intensif ....................................................................... 18
G. Spektrofotometri Sinar Tampak .............................................................. 21
H. Spektrofotometri Derivatif ...................................................................... 23
I. Metode Pewarnaan Coomasie Brilliant Blue .......................................... 25
J. Pertumbuhan Lobster .............................................................................. 26
K. Landasan Teori ........................................................................................ 27
L. Hipotesis ................................................................................................. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 29
METODE PENELITIAN ............................................................................... 29
A. Jenis Rancangan Penelitian ..................................................................... 29
B. Variabel dan Definisi Operasional .......................................................... 29
C. Bahan Penelitian ..................................................................................... 32
D. Alat Penelitian ......................................................................................... 32
E. Tata Cara Penelitian ................................................................................ 33
1. Persiapan Media Air ........................................................................ 33
2. Pembuatan Pakan ............................................................................. 35
3. Pemeliharaan Lobster Air Tawar ..................................................... 36
4. Pengambilan Sampel ........................................................................ 38
5. Penetapan Jumlah Koloni Mikroba (CFU) dalam Sampel Air ........ 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
6. Penetapan Kadar Protein dalam Sampel Sedimen ........................... 39
7. Penetapan Panjang dan Berat Lobster .............................................. 49
8. Preparasi Kontrol Negatif dan Kelompok Perlakuan ....................... 36
F. Tata Cara Evaluasi Hasil ......................................................................... 50
G. Rancangan Penelitian .............................................................................. 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 55
A. Penyiapan Media Air .............................................................................. 55
1. Derajat Keasaman ............................................................................ 56
2. Penetapan Kesadahan dengan Titrasi Kompleksometri ................... 56
3. Penetapan Dissolve Oxygen (DO) .................................................... 57
4. Suhu ................................................................................................. 58
5. Penetapan Ion Klor .......................................................................... 58
B. Pembuatan Pakan .................................................................................... 60
1. Uji Lactibacillus sp. Cairan Probiotik Goshen ................................ 60
2. Pembuatan Pakan Lobster Berprobiotik .......................................... 60
C. Preparasi Pemeliharaan Lobster .............................................................. 60
1. Pemeliharaan Lobster....................................................................... 60
D. Pengambilan Sampel ............................................................................... 61
E. Penetaoan Jumlah Populasi Mikroba dalam Sampel Air ........................ 62
F. Penetapan Kadar Protein dalam Sampel Sedimen .................................. 64
1. Optimasi ........................................................................................... 65
2. Validasi ............................................................................................ 75
3. Penentuan Kadar .............................................................................. 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
G. Penetapan Panjang dan Berat Lobster ..................................................... 80
1. Panjang Lobster ............................................................................... 80
2. Berat Lobster .................................................................................... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 84
A. Kesimpulan ............................................................................................. 84
B. Saran ....................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 86
LAMPIRAN ................................................................................................... 89
BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………… ... 118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Persentase pemberian pakan berdasarkan berat kultivan ................. 11
Tabel II. Kisaran umum derajat keasaman (pH) ............................................. 19
Tabel III. Hasil penetapan ion klor ................................................................... 59
Tabel IV. Data hasil optimasi pelarut reagen CBB R-250 ............................... 66
Tabel V. Data perbandingan reagen CBB R-250 dalam PBS-metanol dan
formula modifikasi .......................................................................... 67
Tabel VI. Konsentrasi dan tinggi derivat pada volume pengambilan sampel 0,1
ml dan 1ml terhadap reagen CBB R-250 ......................................... 72
Tabel VII. Perlakuan ektraksi protein dalam sedimen dan tinggi derivat.......... 74
Tabel VIII. Hasil tinggi derivat pada kurva baku solvent ................................... 75
Tabel IX. Hasil tinggi derivat kurva adisi ........................................................ 76
Tabel X. Rata-rata konsentrasi protein dan selisih rata-rata konsentrasi protein
.......................................................................................................... 78
Tabel XI. Data rata- rata panjang lobster ......................................................... 80
Tabel XII. Data rata- rata berat lobster .............................................................. 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lobster red claw (Cherax quadricarinatus)..................................... 7
Gambar 2. Pengelolaan budidaya udang intensif dan interaksi kualitas air ....... 12
Gambar 3. Tata cara pembuatan pengenceran sampel ....................................... 16
Gambar 4. Struktur protein ................................................................................ 17
Gambar 5. Absorban dan derivatif spektra ........................................................ 24
Gambar 6. Interaksi CBB dengan asam amino .................................................. 26
Gambar 7. Struktur CBB R-250 ........................................................................ 26
Gambar 8. Data hasil pengukuran jumlah populasi mikroba dalam air ............. 63
Gambar 9. Grafik perbandingan reagen CBB R-250 dalam PBS-metanol dan
formula modifikasi .......................................................................... 68
Gambar 10. Spektrum absorbansi BSA konsentrasi 800µg/ml reagen CBB R-250
pelarut modifikasi ............................................................................. 69
Gambar 11. Contoh spektrum derivat ................................................................. 70
Gambar 12.Grafik penentuan operating time hubungan absrobansi terhadap waktu
(menit) .............................................................................................. 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Gambar 13. Perbandingan kurva volume pangambilan sampel terhadap reagen
CBB R-250 ...................................................................................... 73
Gambar 14.Kurva baku, hubungan konsentrasi BSA terhadap tinggi derivat .... 75
Gambar 15.Kurva adisi, hubungan konsentrasi BSA terhadap tinggi derivat .... 76
Gambar 16.Perbandingan kurva baku terhadap kurva adisi................................ 78
Gambar 17.Grafik hubungan antara selisih konsentrasi dengan H-0 terhadap hari
.......................................................................................................... 79
Gambar 18.Grafik pertumbuhan panjang selama 28 hari .................................. 80
Gambar 19.Grafik laju pertumbuhan panjang lobster ......................................... 81
Gambar 20.Grafik pertumbuhan berat lobster selama 28 hari ............................ 82
Gambar 21.Grafik laju pertumbuhan berat lobster ............................................. 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Tinggi Derivat Kurva Baku ............................................. 90
Lampiran 2. Perhitungan LOD dan LOQ ...................................................... 90
Lampiran 3. %D ............................................................................................ 91
Lampiran 4. %RSD ....................................................................................... 92
Lampiran 5. Data penentuan kadar protein dalam sedimen (Analisis
Sampel) ..................................................................................... 92
Lampiran 6. Kandungan pakan dan merek pakan (583) ............................... 93
Lampiran 7. Prosesi Perlakuan...................................................................... 93
Lampiran 8. Sedimen .................................................................................... 94
Lampiran 9. Perbandingan jumlah sedimen pada hari ke 28 ........................ 94
Lampiran 10. Penentuan klor ......................................................................... 95
Lampiran 11. Uji Lactobacillus sp .................................................................. 96
Lampiran 12. Uji determinasi lobster ............................................................. 97
Lampiran 13. Jumlah koloni mikroba ............................................................. 100
Lampiran 14. Contoh spektrum ...................................................................... 112
Lampiran 15. Spektrum derivat ...................................................................... 113
Lampiran 16. Certificate of Analysis CBB R-250 .......................................... 114
Lampiran 17. Certificate of Analysis BSA...................................................... 115
Lampian 18. Uji signifikasi nilai slope kadar protein dalam sedimen .......... 116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
INTISARI
Kualitas sedimen yang buruk dapat ditanggulangi dengan menggunakan probiotik, dan untuk memaksimalkan pertumbuhan lobster dapat digunakan juga probiotik. Oleh karena itu probiotik diberikan dalam pakan lobster untuk memperbaiki kualitas sedimen dan pertumbuhan lobster. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik terhadap kadar protein dalam sedimen, mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik terhadap jumlah mikroba dalam air, mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik lobster berprobiotik pertumbuhan lobster.
Penentuan kadar protein dalam sedimen dilakukan dengan menggunakan metode pewarnaan CBB dengan spektrofotometer visible dan pembacaan spektrum menggunakan derivatisasi. Penentuan jumlah koloni mikroba ditentukan dengan cara mencari nilai koloni mikroba. Pertumbuhan lobster ditentukan dengan mengetahui panjang dan berat lobster.
Hasil menunjukkan tidak terjadi peningkatan kadar protein bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang terdeteksi oleh spektrofotometri derivatif dengan metode pewarnaan CBB akibat tidak berpengaruhnya probiotik dalam menghidrolisis protein. Terjadi penurunan jumlah koloni mikroba yang dihitung dengan menggunakan CFU yang didapat dari Balai Kesehatan Laboratorium Yogyakarta akibat dari pengaruh pemberian paja berprobiotik terhadap lobster, bila dibandingkan dngan kelompok kontrol tidak berbeda signifikan, tidak ada pengaruh pemberian pakan berprobiotik terhadap jumlah koloni mikroba. Tidak terjadi peningkatan pada pertumbuhan lobster bila dibandingkan dengan keompok kontrol, tidak ada pengaruh pemberian pakan beerprobiotik terhadap pertumbuhan lobster.
Kata kunci : metode pewarnaan CBB, probiotik dalam akuakultur, spektrotometri derivatif, validasi metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
ABSTRACT
The quality of the water is an important role in lobster farming. Water quality can be affected by sediment quality. Sediment quality related to the type of feed and chemicals used in lobster farming. Probiotic can be used to overcome the poor quality of sediment and to maximize growth of lobsters. Therefore, probiotics feed is given to lobsters’ food to improve sediment quality and growth
of lobsters. The study aims to determine the effect of probiotics feed on protein content in the sediments, the effect of probiotics feed on the number of microbes in the water, and the effect of probioticsfeed on the growth of lobsters.
Determination of protein content in the sediments is done by using the CBB staining method with UV-Vis spectropHotometer and readings spectrum use derivatization. The number of colonies of microbes is determined by finding the value of microbial colonies. The growth of lobsters is determined by knowing the length and weight of the lobsters it selves. Optimization and validation methods have been done first before determine the protein content in the sediment. Samplings were done on days 0th, 3th, 5th, 7th, 14th, 28th.
The result shows that compared with the control group, there is not increase in protein levels were detected by spectrophotometry derivatives with CBB staining method influential due probiotics in hydrolyze the protein. The decreased number of microbial colonies was calculated using the CFU which obtained from the Institute of Health Laboratory Yogyakarta. There is no effect of probiotics feeding lobster to the number of colonies of microbes because the data show no significant differences between probiotics feeding lobster and control group. The result also show that no influence on the growth of probiotics feeding lobster when compared with the control groups because there is no increasing number in lobster growth.
Keywords: CBB staining method, probiotics, protein in sediments, spektrotometri derivatives
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman disertai dengan peningkatan jumlah
kebutuhan manusia terkait pangan, manusia mulai membudidayakan sumber
bahan pangan, salah satunya adalah budidaya lobster air tawar. Selama proses
budidaya, yang menjadi unsur penting adalah proses pemeliharaan seperti
pemberian pakan, perlindungan terhadap pemangsa (predator), dan pencegahan
penyakit (Nur, 2011).
Dalam pemeliharaan lobster air tawar, yang menjadi hal penting adalah
kualitas air. Kualitas air sangat dipengaruhi oleh keberadaan sedimen. Sedimen
merupakan hasil dari sisa pakan dan feses. Kualitas dari sedimen ini dapat
dipengaruhi oleh jumlah dan jenis pakan serta bahan kimia yang digunakan untuk
pertumbuhan dan pencegahan penyakit bagi lobster. Contoh bahan kimia yang
digunakan dalam pembudidayaan adalah antibiotika, penggunaan antibiotika yang
berlebihan akan berakibat buruk pada kualitas sedimen. Penggunaan antibiotika
mengakibatkan siklus kimia normal dalam sedimen maupun air terganggu. Residu
yang dihasilkan dari penggunaan antibiotika mengakibatkan keseimbangan
ekologis mikroorganisme di dalam ekosistem terganggu sehingga kandungan
bahan nitrogen anorganik dan senyawa organik seperti karbon dan disulfida yang
dihasilkan dari sisa pakan dan kotoran lobster meningkat (Kurniawan, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Adanya efek yang merugikan dari penggunaan antibiotika, maka
masyarakat mulai menggantikan antibiotika dengan probiotik. Berdasarkan studi
pustaka yang dicuplik dari artikel Trobos Media Agribisnis dan Peternakan
(2013), tren menggunakan probiotik dalam pertambakan sudah mulai banyak
dikenal dan menjadi sebuah kebutuhan tambak. Hal ini disebabkan karena
probiotik dapat digunakan sebagai agen pendegradasi (perbaikan lingkungan) dan
enzyme impact (membantu pertumbuhan kultivan) (Anonim, 2013) serta
immunostilator (Watson, Kaspar, Lategan, dan Gibson, 2008) bagi lobster. Jenis
probiotik yang banyak dipasarkan biasanya mengandung bakteri Lactobacillus sp.
(Ramadhana, Fauzana, dan Ansyari, 2012).
Sebagai agen pendegradasi, penambahan probiotik yang merupakan
mikroorganisme hidup ke dalam habitat perairan lobster akan berdampak pada
bertambahnya jumlah mikroorganisme dalam habitat perairan lobster (Cruz,
Ibanez, Hermosillo, dan Saad, 2012). Selain itu dengan adanya penambahan
probiotik yang mengandung Lactobacillus sp. dalam habitat perairan dapat
membantu memperbaiki lingkungan perairan dengan cara memperbaiki
keseimbangan ekologis mikroorganisme di dalam ekosistem. Salah satu caranya
adalah menguraikan protein menjadi asam amino (Ljungh dan Wadstrom, 2009)
sehingga tidak membentuk senyawa beracun seperti amoniak dan hidrogen sulfida
(Anonim, 2013).
Selain sebagai agen pendegradasi probiotik dapat juga digunakan sebagai
enzyme impact. Enzyme impact mempunyai fungsi sebagai pembantu
pertumbuhan lobster (Anonim, 2013) dengan cara menyeimbangkan flora
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mikroorganisme intestinal dalam saluran pencernaan (Ramadhana, Fauzana, dan
Ansyari, 2012) dan dengan adanya Lactobacillus sp. dalam probiotik, dapat
membantu pemecahan protein menjadi asam amino di dalam saluran pencernaan
(Ljungh dan Wadstrom, 2009).
Adanya tren penggunaan probiotik di kalangan petambak lobster
menyebabkan produsen pakan lobster berinovasi untuk membuat pakan yang
mengandung probiotik. Keberadaan probiotik dalam pakan lobster diharapkan
dapat berfungsi sebagai enzyme impact pada lobster dan secara tidak langsung
dapat digunakan sebagai agen pendegradasi di lingkungan. Dengan adanya
penambahan probiotik yang diaplikasikan ke dalam pakan, bakteri dalam
probiotik (Lactobacillus sp.) secara langsung dapat masuk ke dalam tubuh lobster
melewati pakan dan membantu pertumbuhan serta menjaga imunitas dari lobster.
Oleh karena itu, peneliti mengukur pertumbuhan lobster untuk melihat pengaruh
pemberian pakan berprobiotik. Secara tidak langsung, bakteri dalam probiotik
(Lactobacillus sp.) akan menyebar dan berkembang biak pada lingkungan
perairan lobster sehingga nilai koloni mikroba dalam kelompok pemberian pakan
berprobiotik akan semakin meningkat. Oleh karena itu, peneliti memilih air
sebagai sampel yang digunakan untuk mengukur jumlah mikroba. Dengan adanya
bakteri probiotik (Lactobacillus sp.) dalam lingkugan perairan, dapat membantu
penguraian protein (Protein dalam sedimen didapat dari pakan lobster yang tidak
dimakan oleh lobster/ sisa pakan) menjadi senyawa lebih sederhana (asam amino
dan peptida) yang terdapat di dalam sedimen. Kadar protein dari sisa pakan yang
tidak dipecah menjadi senyawa lebih sederhana menjadi parameter pengukuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
karena dengan adanya penumpukan protein dari sisa pakan akan menyebabkan
pembusukan oleh bakteri pembusuk menjadi ammonia dan hidrogen sulfida, yang
menyebabkan kualitas air menjadi menurun sehingga pertumbuhan lobster
menjadi terganggu. Oleh karena itu, peneliti memilih sedimen sebagai sampel
yang digunakan untuk mengukur jumlah protein dari sisa pakan.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
protein dalam bentuk asam amino terkait keberadaan agen pendegradasi adalah
metode pewarnaan protein secara kuantitatif dengan Coomasie Briliant Blue
(CBB). Pewarna/ dye yang digunakan dalam metode pewarnaan protein secara
kuantitatif adalah CBB G-250. Adanya keterbatasan bahan penelitian yang
digunakan, peneliti hendak melakukan pengembangan metode menggunakan
pewarna/dye CBB R-250, yang pada umumnya digunakan untuk pewarnaan
protein secara kualitatif. Pembacaan kadar protein dengan metode pewarnaan
protein ini dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri sinar tampak
(Owusu, 2005) dan hasil akan dibaca dengan menggunakan metode derivatisasi.
Validasi yang dilakukan dengan melihat akurasi, linearitas, LOD, LOQ, RSD,
%D, . Metode perhitungan jumlah koloni mikroba (Colony Counter) digunakan
untuk menentukan populasi mikroba yang ada dalam permodelan, serta melihat
perubahan panjang dan berat lobster untuk melihat efek probiotik sebagai enzyme
impact.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan dan
manfaat penelitian sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
a. Bagaimana pengaruh pemberian pakan berprobiotik saat pemeliharaan
lobster terhadap populasi mikroba di dalam air?
b. Bagaimana pengaruh pemberian pakan berprobiotik saat pemeliharaan
lobster terhadap kadar protein di dalam sedimen ?
c. Bagaimana pengaruh pemberian pakan berprobiotik saat pemeliharaan
lobster terhadap laju pertumbuhan lobster?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dipublikasikan yang pernah dilakukan adalah
Bioremediasi Sedimen Tambak Lobster (Kurniawan, 2010); Bioaugmentasi Untuk
Melarutkan Amonia dalam Sedimen (Sarjito, 2009); Meminimalkan Potensi
Eutrofikasi dengan Pengaruh Pakan Berprobiotik (Fauzana dkk., 2013);
Measurement of Protein in Nearshore Marine Sedimens (Mayer dkk, 1986);
Pemberian Pakan Komersil dengan Penambahan Probiotik yang Mengandung
Lactobacillus sp. Terhadap Kecernaan dan Pertumbuhan Ikan Nila (Ramadhana,
Fauzana, Ansyari, 2012); Populasi Bakteri, Kualitas Air Media Pemeliharaan dan
Histopatologi Benih Ikan Gabus (Chana striata) yang Diberi Pakan Berprobiotik
(Trisna, Sasanti, dan Muslim, 2013); Laju Pertumbuhan Udang Windu (Penaeus
monodon), Ikan Bandeng (Chanos chanos), dan Rumput Laut (Eucheuma cottonii,
Gracilaria sp) pada Budidaya Polikultur dengan Padat Tebar yang Berbeda di
Desa Sungai Lumpur Kabupaten OKI Sumatra Selatan (Siboro, Melki, dan
Isnaini, 2013)
Berdasarkan hasil pencarian literatur yang dilakukan, sudah ada
penelitian tentang pengaruh probiotik pada sedimen maupun pengaruh probiotik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
terhadap kualitas air, namun penelitian pengaruh pakan berprobiotik terhadap
jumlah protein dalam sedimen belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan serta pengembangan metode penelitian terhadap produk pakan
lobster berprobiotik. Penelitian ini juga dapat dijadikan data pembanding
maupun dasar untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat praktis. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan budidaya lobster yang berdampak pada peningkatan
kualitas lobster. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai tambahan
informasi mengenai penetapan kadar protein dalam sedimen dengan
metode pewarnaan protein Coomasie Brilliant Blue (CBB) dengan
menggunakan spektrofotometri derivatif.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian pakan
berprobiotik saat pemeliharaan lobster terhadap populasi mikroba dalam air,
mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik saat pemeliharaan lobster
terhadap jumlah protein dalam sedimen, mengetahui pengaruh pemberian pakan
berprobiotik saat pemeliharaan lobster terhadap laju pertumbuhan lobster.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Lobster Red Claw
Lobster red claw (Cherax quadricarinatus) ini merupakan lobster air
tawar. Red claw (Cherax quadricarinatus) atau queensland qed claw adalah salah
satu jenis udang air tawar yang berasal dari Australia dan banyak ditemukan di
sungai yang memiliki aliran air yang deras, danau, pantai utara Queensland dan
pantai timur Queensland.
Lobster red claw termasuk dalam kingdom animalia, filum
Arthropoda/Crustaceae, kelas Malacostraca, ordo Decapoda, famili Parastacideae,
genus Cherax, spesies Cherax quadricarinatus (Lukito dan Prayugo, 2007).
Kenampakan lobster air tawar mirip dengan lobster air laut. Tubuhnya
lunak dilindungi cangkang yang tersusun oleh zat khitin seperti halnya udang.
Bagian punggung bewarna biru kehitaman dan abdomen bewarna kuning
keputihan. Bagian kepala dilengkapi dengan sepasang capit yang besar dan keras.
Jika lobster jantan telah dewasa, bagian capit bewarna merah (Tim Agro Kanisius,
2006).
Gambar 1. Lobster red claw (Cherax quadricarinatus)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Sistem pencernaan lobster air tawar (jenis red claw termasuk di
dalamnya) terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus (Lukito dan
Prayugo, 2007). Lobster makan atas dasar penciuman dan bukan atas dasar
penglihatan. Pada saat pakan diberikan, antraktan (asam amino) dari pakan akan
dilepas ke air dan dideteksi oleh kemoreceptor yang menyebar di seluruh tubuh
lobster (Nur, 2011). Nantinya, pakan yang masuk ke dalam mulut lobster akan
dihancurkan secara mekanik oleh gigi halus yang terletak di permukaan mulut.
Pakan kemudian masuk ke dalam lambung. Di dalam lambung, pakan akan
dicerna secara kimiawi. Enzim – enzim pencernaan diekskresikan untuk memecah
pakan menjad bentuk yang lebih sederhana. Sisa pencernaan akan diekskresikan
melalui anus (Lukito dan Prayugo, 2007).
B. Pakan dalam Akuakultur
1. Pengertian Pakan dalam Akuakultur
Pakan merupakan nutrien esensial untuk proses pertumbuhan,
pemeliharaan dan penggantian jaringan yang telah rusak, pengaturan beberapa
fungsi tubuh, serta untuk memepertahankan kondisi kesehatan (Nur, 2011).
Pakan dapat diartikan sebagai campuran dari berbagai bahan pakan, baik
nabati maupun hewani yang diolah sedemikian rupa sehingga mudah dimakan
oleh lobster dan sekaligus merupakan sumber nutrisi (Lukito dan Prayugo, 2007).
2. Pakan dan Kualitas dalam Akuakultur
Perpaduan antara penggunaan pakan berkualitas tinggi serta tingkat
pengelolaan yang lebih baik telah terbukti memperbaiki efisiensi penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pakan, penurunan biaya pengadaan pakan, serta mengurangi dampak kerusakan
lingkungan (Nur, 2011).
Salah satu prinsip yang perlu diketahui penerapan pakan untuk
kepentingan budidaya adalah program pemberian pakan secara efektif (effective
feeding program). Hal ini memerlukan pengetahuan tentang kebutuhan nutrien
dari kultivan yang akan dipelihara, kebiasaan dan tingkah laku makan, serta
kemampuan kultivan dalam mencerna dan menggunakan nutrien esensial yang
diberikan (Nur, 2011).
Pakan yang diberikan harus mampu menyediakan nutrien yang
dibutuhkan oleh kultivan seperti protein dan asam amino esensial, lemak dan
asam lemak, energi, vitamin, dan mineral. Hal ini menjadi penting karena baik
ikan maupun udang memerlukan pakan hanya untuk memenuhi kebutuhan energi,
sehingga nilai energi dari suatu pakan turut menentukan tingkat pertumbuhannya.
Selama pembuatan pakan perlu diperhatikan untuk tetap mempertahankan
komposisi nutrien. Pengawasan terhadap kualitas pakan dimulai dari pemilihan
bahan baku hingga proses produksi dan penyimpanan, dan terakhir pada pengguna
di lapangan juga perlu dilakukan (Nur, 2011).
Menurut Lukito dan Prayugo (2007), pakan mengandung sejumlah nutrisi
yang sangat dibutuhkan oleh lobster untuk bertahan hidup, pertumbuhan,
regenerasi, dan lainnya. Kandungan nutrisi yang baik untuk pakan lobster
sebaiknya mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin.
a. Protein. Kebutuhan protein pada lobster air tawar semakin berkurang
seiring dengan pertambahan umur dan biomasa tubuh. Juvenil lobster air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
tawar dengan bobot 0,02 gram membutuhkan pakan dengan kandungan
protein 33% hingga 40%. Sementara lobster dengan bobot 3,03 gram
membutuhkan pakan dengan kandungan protein sebesar 30 %.
b. Lemak. Gliserol merupakan jenis lemak yang digunakan oleh lobster air
tawar untuk cadangan energi. Ketika proses moulting terjadi, gliserol
digunakan untuk menyuplai kebutuhan energi pada lobster air tawar.
Bagi lobster air tawar, lemak sangat berpengaruh terhadap rasa pakan.
Pada umumnya, tingginya kandungan lemak akan meningkatkan
palatabilitas (nafsu makan) lobster. Selain itu, lemak juga membantu
proses metabolisme tubuh serta memelihara bentuk dan fungsi membran
atau jaringan. Kebutuhan kandungan lemak pada pakan lobster yang
ideal adalah sebesar 4%.
c. Karbohidrat. Dalam bentuk sederhana, karbohidrat lebih mudah larut
dalam air dibandingkan protein dan lemak. Selain sebagai sumber energi,
karbohidrat berfungsi sebagai bahan perekat dan perantara pada
formulasi pakan. Lobster air tawar tidak memiliki enzim pencernaan
karbohidrat, sehingga karbohidrat kurang bermanfaat bagi lobster air
tawar. Salah satu jenis karbohidrat adalah serat. Serat merupakan jenis
karbohidrat yang susah untuk dicerna, tetapi serat dapat membantu
memudahkan feses dalam pembuangan dari saluran pencernaan.
d. Vitamin. Pada umumnya, lobster air tawar tdak bisa mensintesis vitamin
dalam tubuhnya. Bagi lobster air tawar, vitamin berperan sebagai
katalisator dalam proses biokimia yang berlangsung di dalam tubuh dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
berfungsi sebagai koenzim di dalam sisatem biologis. Vitamin yang
dibutuhkan oleh lobster air tawar tidak banyak, tetapi kekurangan
vitamin bisa menyebabkan gejala abnormal pada morfologi dan fisiologi
serta mengganggu proses metabolime lobster air tawar.
e. Mineral. Fungsi umum mineral adalah sebagai komponen utama dalam
struktur eksoskeleton (cangkang), menjaga keseimbangan tekanan
osmotik struktur dari jaringan, transmisi impuls saraf, kontraksi otot,
kofaktor dalam metabolime, enzim aktivator.
3. Prosentase Pemberian Pakan
Pengaturan jumlah pakan dilakukan sesuai dengan tingkat nafsu makan,
pertumbuhan, dan mortalitas kultivan. Jika pakan diberikan terlalu sedikit dapat
berakibat pertumbuhan lambat, bahkan memicu kanibalisme terutama pada
pemeliharaan dengan kepadatan tinggi. Demikian pula jika pemberian pakan
diberikan secara berlebih maka akan berdampak sebagai limbah, sisa pakan dapat
menyebabkan penurunan mutu air tambak (Nur, 2011).
Seberapa besar jumlah pakan yang dikonsumsi oleh udang dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu : jenis pakan, ukuran kultivan, suhu air, padat tebar,
cuaca, kualitas air, dan status kesehatan kultivan itu sendiri (Nur, 2011).
Dibawah ini merupakan persentase pakan yang diberikan berdasarkan
berat kultivan (lobster).
Tabel I. Persentase pemberian pakan berdasarkan berat kultivan (Nur, 2011)
Ukurang Lobster (gram) Sebagai Pakan Lengkap 0 – 3 15% - 8% 3 – 15 8% - 4% 15 – 40 4% - 2%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Untuk menghitung jumlah pakan harian yang diberikan pada kultivan
adalah dengan mengalikan total biomas udang dengan persentase pakan sesuai
dengan berat udang seperti tercantum pada tabel di atas (Nur, 2011).
4. Pakan dan Sedimen
Air dan sedimen saling memiliki interaksi satu sama lain secara terus-
menerus dan mempengaruhi lingkungan budidaya kultivan. Sedimen pada
dasarnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu dasar dan pematang tambak serta
akumulasi sedimen. Sedimen akumulasi merupakan hasil dari sisa pakan, feses,
aliran air masuk, plankton yang mati, serta erosi. Komponen dari sedimen ini
sendiri harus dapat dikelola secara baik sehingga tidak menimbulkan residu bahan
organik yang secara berlebih dapat menimbulkan kerusakan lingkungan budidaya.
Keberadaan bahan organik yang berlebih dapat menjadi pemicu terjadinya kondisi
lingkungan yang anaerob, sehingga menyebabkan tingginya kebutuhan oksigen di
sedimen dan terjadilah penurunan mutu lingkungan yang pada akhirnya
berdampak pada respon pertumbuhan kultivan yang rendah (Nur, 2011).
Gambar 2. Pengelolaan budidaya udang intensif dan interaksi kualitas air (Nur, 2011)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Penciptaan kondisi lingkungan yang prima dalam budidaya sangat perlu
dilakukan. Faktor – faktor terkait dengan masalah yang mempengaruhi kondisi
prima suatu lingkungan budidaya salah satunya adalah keberadaan pakan buatan.
Hal ini didasarkan pada beberapa hal, seperti :
1. Pakan adalah salah satu faktor produksi yang cukup mahal pada sistem
budidaya semi intensif dan intensif.
2. Pakan merupakan input terbesar yang dapat mempengaruhi akumulasi
bahan organik di sedimen dan kualitas air tambak.
Jika perihal tersebut tidak dikelola dengan baik, maka berakibat kandungan N dan
P yang tinggi (Nur, 2011).
C. Probiotik
1. Pengertian Probiotik
Pengertian probiotik di bidang budidaya perikanan adalah penggunaan
mikroba hidup yang bermanfaat terhadap inang (ikan, udang, moluska) dengan
cara memodifikasi asosiasi dengan inang atau komunitas mikroba, meningkatkan
respon kekebalan inang terhadap patogen atau memperbaiki kualitas lingkungan (
Gunarto dan Hendrajat, 2008).
Pakan berprobiotik merupakan mikrobia hidup di dalam suplemen
makanan yang mana memberikan efek menguntungkan bagi binatang dengan
meningkatkan keseimbangan intestinal (Fuller, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2. Penggunaan Probiotik Dalam Budidaya Akuatik
Secara umum, keuntungan penggunaan probiotik dalam budidaya akuatik
adalah sebagai agen pendegradasi (perbaikan lingkungan) dan sebagai enzyme
impact (membantu pertumbuhan kultivan) (Anonim, 2013).
Secara khusus, keuntungan penggunaan probiotik dalam budidaya
akuatik sebagai fungsi membantu pertumbuhan kultivan adalah menginhibisi
bakteri patogen dengan memproduksi senyawa yang bersifat antagonis,
berkompetisi dengan bakteri patogen untuk berikatan dengan sisi aktif pada
saluran pencernaan, berkompetisi dengan bakteri patogen untuk mendapatkan
nutrient dalam saluran pencernaan, sebagai immunostimulator, membantu
memetabolime makanan pada saluran pencernaan (Watson, Kaspar, Lategan, dan
Gibson, 2008).
Secara khusus, keuntungan penggunaan probiotik dalam budidaya
akuatik sebagai fungsi agen pendegradasi (perbaikan lingkungan) adalah
memperbaiki kualitas air dengan mengubah senyawa organik menjadi karbon
dioksida (Mohaptra, dkk, 2012) dan sebagai contoh, mengubah protein yang
terkandung di dalam sisa pakan menjadi asam amino (Ljungh dan Wadstrom,
2009) sehingga tidak membentuk senyawa beracun seperti amoniak dan sulfida
(Anonim, 2013).
Menurut Mohaptra, dkk (2012), penambahan probiotik yang pada
dasarnya merupakan bakteri menguntungkan dapat meningkatkan jumlah mikroba
dalam lingkungan perairan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
3. Lactobacillus sp.
Bakteri asam laktat (LAB) merupakan salah satu jenis probiotik yang
banyak digunakan dalam penelitian untuk manusia maupun hewan. Pada
kenyataan nya bakteri asam laktat (LAB) merupakan flora normal pada saluran
penernaan manusia, yang memiliki toleransi terhadap asam dalam saluran
pencernaan. Bakteri asam laktat (LAB) yang banyak digunakan salah satu nya
adalah Lactobacillus sp. (Watson, dkk, 2008).
Lactobacillus sp. merupakan prokariota yang memiliki genus
Lactobacillus, filum Firmicutes, kelas Bacilli, famili Lactobacillaceae. Termasuk
dalam bakteri asam laktat yang memiliki gram positif, dapat menfermentasi
karbohidrat menjadi asam laktat, dapat ditemukan dalam saluran pencernaan
manusia dan hewan (Tannock, 2005), memiliki sistem proteolitik yang dapat
mengubah protein menjadi asam amino (Ljungh dan Wadstrom, 2009).
Lactobacillus sp. yang merupakan bakteri asam laktat memiliki sistem
proteolitik yang mampu menghidrolisis protein makanan menjadi peptida dan
asam amino. Lactobacillus sp. memiliki komponen utama yang berfungsi sebagai
pemecah protein yaitu enzim serine proteinase (PrtP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
D. Perhitungan Jumlah Koloni Mikroba
Perhitungan jumlah koloni mikroba merupakan suatu metode untuk
menghitung jumlah bakteri hidup. Dengan metode ini, pengenceran berseri dari
sampel yang mengandung mikroorganisme ditanam pada media pertumbuhan
yang sesuai. Suspensi dapat disebarkan pada permukaan plat agar (Spread plate
method) atau dicampur dengan agar cair, yang kemudian dituangkan ke dalam
cawan petri dan dibiarkan memadat. Plat agar tersebut kemudian di inkubasi pada
kondisi yang memungkinkan organisme bereproduksi dan membentuk koloni
yang terlihat dengan mikroskop. Diasumsikan bahwa setiap koloni bakteri akan
muncul dari satu sel bakteri. Oleh karena itu, dengan menghitung jumlah koloni
dan memperhitungkan faktor pengenceran, jumlah bakteri pada sampel asal dapat
ditentukan (Harmita dan Radji, 2006).
Gambar 3. Tata cara pembuatan pengenceran sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
E. Protein
Gambar 4. Struktur protein
1. Gambaran Umum Protein
Protein disintesis dari asam amino yang disatukan bersama oleh ikatan
peptida untuk membentuk rantai linear. Rantai ini berlipat–lipat melalui berbagai
cara untuk membentuk struktur tiga dimensi dari protein (Marks, Marks, dan
Smith, 2000).
Asam amino adalah bahan dasar untuk membentuk protein. Asam amino
juga dapat dioksidasi untuk menghasilkan bahan bakar dan berfungsi sebagai
prekursor untuk sintesis senyawa yang mengandung nitrogen lainnya, misalnya
neurotransmiter, hem, serta basa purin dan pirimidin. α-karbon pada asam amino
mengandung sebuah gugus karboksil, sebuah gugus amino, dan sebuah rantai sisi
(Marks, Marks, dan Smith, 2000).
2. Kelarutan Protein dalam Lingkungan Perairan
Kelarutan protein tergantung dari konformasi bentuknya (Chou dan
Morr, 1979). Protein dalam bentuk asam amino (bentuk primer atau sekunder)
memiliki kelarutan dalam lingkungan perairan yang lebih besar dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dengan protein globular (bentuk kuartener) (Lemme, 2010). Hal ini terjadi karena
protein dalam bentuk kuartener dapat mengurangi ketersediaan gugus asam amino
polar untuk mengikat air. Ikatan antara air dengan asam amino terjadi oleh karena
adanya interaksi hidrofobik (Chou dan Morr, 1976).
F. Permodelan Semi Intensif
Permodelan semi intensif merupakan metode atau sistem budidaya yang
memperbaiki sistem tradisional atau ekstensif, yaitu dengan memperkenalkan
bentuk petakan yang teratur agar lebih mudah dalam pengelolaan airnya.
Budidaya dengan menggunakan permodelan ini digunakan penebaran bibit yang
cukup tinggi. Dalam permodelan ini, yang menjadi peranan penting adalah
sanitasi air, yaitu adanya pemasangan kincir serta pergantian air (Suyanto dan
Takarina, 2009).
Hal yang berperan penting dalam tahap awal pembudidayaan lobster
salah satu nya adalah kualitas air. Secara umum kualitas air berhubungan dengan
kandungan bahan terlarut di dalamnya. Tingkat kandungan dari bahan tersebut
akan menentukan kelayakannya. Kualitas air merupakan salah satu hal yang
berperan penting dalam pembudidayaan lobster air tawar karena diperlukan
sebagai media hidup baginya. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi hidup
lobster air tawar adalah suhu, oksigen terlarut, CO2 bebas, derajat keasaman (pH),
alkalinitas, amoniak, nitrat, dan nitrit (Lukito dan Prayugo, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air
karena dapat mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam
air. Selain itu, lobster air tawar dan makhluk–makhluk akuatik lainnya hidup pada
selang pH tertentu sehingga dengan diketahuinya pH maka akan tahu bahwa air
tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupannya (Lukito dan Prayugo,
2007).
Tabel II. Kisaran umum derajat keasaman (pH) No. Derajat Keasaman Kategori
1. 1 – 6 Asam 2. 7 Netral 3. 8 – 14 Basa
Derajat keasaman (pH) air yang baik untuk pertumbuhan lobster air
tawar berkisar 6,5–9. Jika angka pH kurang dari 5, akan berpengaruh sangat buruk
bagi pertumbuhan lobster air tawar karena dapat menyebabkan kematian.
Sementara derajat keasaman pH di atas 9 bisa menurunkan nafsu makan pada
lobster air tawar sehingga pertumbuhannya menjadi lambat (Lukito dan Prayugo,
2007).
2. Kesadahan
Kesadahan sangat penting artinya bagi pembudidaya karena kesadahan
merupakan salah satu petunjuk kualitas air yang diperlukan bagi lobster air tawar.
Lobster air tawar memerlukan prasyarat nilai kesadahan pada selang tertentu
untuk hidupnya. Di samping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang
penting dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH (Lukito
dan Prayugo, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Kesadahan menggambarkan kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ serta ion
logam polivalen lainya. Kesadahan perairan berasal dari kontak antara air, tanah,
dan bebatuan. Kesadahan juga menggambarkan kandungan garam–garam
alkalinitas tanah. Hal ini karena kation yang terdapat di perairan tawar sebagian
besar terdiri dari garam–garam, berupa kalsium dan magnesium (Lukito dan
Prayugo, 2007).
Perairan yang memiliki tingkat kesadahan kurang dari 50 mg/l CaCO3
termasuk perairan yang lunak (tidak sadah). Air yang memiliki kesadahan tinggi
lebih disukai oleh lobster air tawar daripada air lunak. Nilai kesadahan yang
cocok untuk kehidupan dan pertumbuhan lobster air tawar berkisar 100-200 mg/l
(Lukito dan Prayugo, 2007).
3. Dissolve of Oxygen (DO)
Oksigen merupakan zat terpenting bagi organisme untuk bernafas.
Keberadaan oksigen ada di udara dan ada yang terlarut dalam air. Adanya oksigen
dalam air disebabkan oleh hal–hal sebagai berikut :
1. Pergerakan air di permukaan. Pergerakan air menyebabkan difusi udara
ke dalam air sehingga dapat memperkaya kandungan oksigen di dalam
air.
2. Suhu. Semakin tinggi suhu air akan menyebabkan kandungan oksigen
yang terlarut menjadi semakin sedikit.
3. Tekanan udara. Semakin tinggi suatu wilayah atau daerah dari
permukaan air laut, semakin rendah tekanan udaranya dan kandungan
oksigen di dalam air pun rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
4. Adanya tumbuhan air. Adanya proses fotosintesis pada tumbuhan air
mempengaruhi keberadaan oksigen di dalam air. Pada siang hari,
tanaman mengeluarkan oksigen (O2) sedangkan pada malam hari
mengeluarkan karbondioksida (CO2) (Lukito dan Prayugo, 2007).
Pada umumnya lobster air tawar dapat hidup pada selang parameter air
yang lebar. Lobster air tawar diketahui toleran terhadap kandungan oksigen
terlarut sangat rendah. Akan tetapi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik,
tentu tidak akan dapat dilakukan pada kondisi demikian. Lobster air tawar
memerlukan kadar oksigen terlarut lebih dari 4 ppm (Lukito dan Prayugo, 2007).
4. Suhu
Lobster air tawar toleran terhadap suhu sangat dingin mendekati beku
hingga suhu di atas 350C. Pada kisaran suhu 20–300C, lobster air tawar mampu
bertahan hidup, tetapi laju pertumbuhannya lambat. Sementara pada suhu 23–
250C, pertumbuhannya menjadi sangat lambat. Meskipun demikian, untuk lobster
air tawar yang hidup di daerah tropis hendaknya dipelihara pada selang suhu 24–
300C. Pertumbuhan optimum lobster air tawar akan dapat dicapai bila dipelihara
pada selang suhu 25–290C (Lukito dan Prayugo, 2007).
G. Spektrofotometri Sinar Tampak
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), sinar tampak (visible) merupakan
salah satu radiasi elektromagnetik, yang dapat dianggap sebagai energi yang
merambat dalam bentuk gelombang. Beberapa istilah dan hubungan digunakan
untuk menggambarkan gelombang ini, salah satunya yaitu panjang gelombang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Panjang gelombang merupakan jarak linear dari suatu titik pada satu gelombang
ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang berdekatan.
Sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi
elektronik. Dengan demikian, spektra sinar tampak dikatakan sebagai spektra
elektronik. Transisi – trasnsisi elektronik akan meningkatkan energi molekuler
dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi. Sinar tampak
memiliki panjang gelombang antara 400nm-750nm.
Prinsip dasar spektrofotometri adalah jika suatu molekul sederhana
dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi
elektromagnetik yang energinya sesuai. Interaksi anatara molekul dengan radiasi
elektromagnetik ini akan meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat
keadaan tereksitasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri visible
adalah sebagai berikut :
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar visible
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi
senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.
2. Waktu operasional (Operating Time)
Waktu operasional adalah waktu yang dibutuhkan untuk pengukuran
hasil rekasi atau pembentukan warna. Tujuan melakukan waktu
operasional ini adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil.
3. Pemilihan panjang gelombang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang yang memiliki absorbansi maksimal. Untuk memilih
panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva
hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu
larutan baku pada konsentrasi tertentu.
4. Pembuatan kurva baku
Kurva baku dibuat dengan cara membuat seri kurva baku dari zat yang
akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing – masing absorbansi
larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang
merupakan hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x).
5. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 - 0,8
atau 15% - 70% jika dibaca sebagai transmitan.
H. Spektrofotometri Derivatif
Metode spektrofotometri derivatif atau metode kurva turunan adalah
salah satu metode spektrofotometri yang dapat digunakan untuk analisis campuran
beberapa zat secara langsung tanpa harus melakukan pemisahan terlebih dahulu
walaupun dengan panjang gelombang yang berdekatan.
Keuntungan dari metode spektrofotometri derivatif adalah spektrum
derivatif memungkinkan analisis multikomponen dalam campuran yang
spektranya saling tumpang tindih, spektrum derivatif memberikan gambaran
struktur yang terinci dari spektrum serapan dan gambaran ini makin jelas dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
spektra derivatif pertama ke derivatif keempat, dapat dilakukan analisis kuantitatif
suatu komponen dalam campuran dengan bahan yang panjang gelombangnya
saling berdekatan, bila dibandingkan dengan kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) metode spektrofotometri derivatif relatif lebih sederhana, alat dan biaya
operasionalnya lebih murah dan waktu analisisnya lebih cepat.
Pada spektrofotometri konsvensional (derivat ke nol), spektrum serapan
merupakan plot serapan (A) terhadap panjang gelombang (λ). Spektrum
elektronik biasanya dapat menunjukkan spektra yang lebar. Pada metode derivatif,
plot A terhadap λ ditransformasikan menjadi plot dA/ λ untuk derivatif pertama
dan d2A/d λ2 terhadap λ untuk derivatif kedua, dan seterusnya. Penentuan
panjang gelombang serapan maksimum yang lebar akan lebih akurat
menggunakan derivatisasi spektra (Nurhidayati, 2007).
Gambar 5. Absorban dan derivatif spektra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
I. Metode Pewarnaan Coomasie Brilliant Blue
Dye (pewarna) yang mengandung grup asam sulfonat dengan gugus
fungsional protein biasanya akan bereaksi pada rantai samping yaitu arginine,
lysine, dan histidine. Saat berikatan mereka akan mereduksi warna dari dye. Ikatan
yang terjadi antara protein dengan dye adalah ikatan ionik, elektrostatik, dan van
der walls. Ikatan van der walls merupakan ikatan yang paling dominan terjadi
dalam pewarnaan. Salah satu dye yang biasanya digunakan untuk mendeterminasi
protein adalah Coomasie Briliant Blue (CBB) (Otles, 2005).
Metode pewarnaan protein dengan menggunakan CBB ditemukan oleh
Bradford. Keunggulan metode ini dibandingkan dengan metode Lowry adalah
lebih cepat, mudah, dan sensitif (Kruger, 1994).
Prinsip dari metode ini adalah membentuk interaksi dengan struktur
protein. Pada kondisi asam, CBB akan berbentuk muatan positif dan interaksi
yang terjadi lebih banyak, serta dapat dideteksi pada panjang gelombang 470 nm.
Sedangkan pada kondisi netral, Coomasie Brilliant Blue (CBB) dominan dalam
bentuk anion (bermuatan negatif) yang akan mengadakan interaksi dengan
struktur protein dan dapat dideteksi pada panjang gelombang maksimal 590-
615nm (Kruger, 1994).
Menurut Georgiou, Grintzalis, Zervoudakis, Papapostolou (2008),
dibawah ini adalah merupakan reaksi antara Coomasie Brilliant Blue (CBB)
dengan asam amino (struktur primer protein).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Gambar 6. Interaksi CBB dengan asam amino
CBB R-250 merupakan salah satu jenis dye CBB untuk metode
pewarnaan protein. CBB R-250 memiliki dasar warna merah kecoklatan – biru.
(Glencross, Ahmed, dan Wang, 2011).
Gambar 7. Struktur CBB R-250
J. Pertumbuhan lobster
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran, baik bobot maupun panjang,
dalam suatu periode atau waktu tertentu. Pertumbuhan pada lobster air tawar
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pertumbuhan muthlak dan pertumbuhan
nisbi. Pertumbuhan muthlak yaitu ukuran rata-rata yang dicapai oleh lobster air
tawar dalam satuan waktu tertentu. Sementara pertumbuhan nisbi didefinisikan
sebagai ukuran panjang atau berat yang dicapai dalam periode tertentu yang
dihubungkan dengan panjang atau berat pada awal periode tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Secara umum, pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi sifat genetis dan kondisi
fisiologis. Sementara faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan yang menjadi
media pemeliharaan, antara lain kimia air , suhu air, dan ketersediaan pakan
(Lukito dan Prayugo, 2007).
K. Landasan Teori
Lobster air tawar yang memiliki nama latin Cherax quadricarinatus
memiliki kenampakan yanng mirip dengan lobster air laut, dan juga lobster
memiliki beberapa ciri yang hampir mirip dengan golongan crustacea yang lain
seperti udang.
Pakan dalam budidaya digunakan untuk memberikan nutrisi bagi lobster
sehingga lobster dapat bertumbuh dan berkembang. Jumlah pakan dan jenis pakan
serta kualitas pakan sangat mempengaruhi lingkungan terutama dalam kualitas air
dan sedimen. Untuk membantu menjaga keseimbangan ekologi lingkungan dan
meningkatkan vitalitas serta pertumbuhan lobster maka digunakan probiotik yang
diaplikasikan pada pakan lobster.
Lobster merupakan hewan yang hidup dalam air, dan dengan adanya
penambahan probiotik (Lactobacillus sp.) di dalam habitat perairan yang
didapatkan secara tidak langsung dari pakan berprobiotik akan meningkatkan
populasi mikroorganisme dalam lingkungan perairan budidaya. Oleh karena itu
pada penelitian ini dilakukan perhitungan angka jumlah koloni bakteri (CFU)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
pada sampel air, dan dapat disimpulkan bahwa dengan adanya probiotik yang
mengandung Lactobacillus sp. dapat meningkatkan populasi mikroba dalam air.
Probiotik (Lactobacillus sp.) merupakan bakteri proteolitik, yang dapat
menghidrolisis protein menjadi bentuk sederhana yaitu rantai peptida dan asam
amino. Dengan adanya bakteri ini dalam sedimen, asam amino dan peptida akan
lebih terlarut dalam perairan dibandingkan protein, sehingga menyebabkan kadar
protein dalam sedimen yang didapatkan menurun bila dibadandingkan dengan
kelompok perlakuan. Kadar protein dalam sedimen hasil sisa pakan akan dideteksi
oleh spektrofotometri visible dengan menggunakan pengembangan metode
pewarnaan CBB R.
Penambahan probiotik (Latobacillus sp.) dalam pakan bertujuan untuk
dijadikan enzyme impact bagi pertumbuhan lobster dan menjaga imunitas dari
lobster, sehingga dengan adanya penambahan probiotik yang mengandung
Lactobacillus sp ke dalam pakan akan meningkatkan pertumbuhan lobster, yang
dapat diketahui dari meningkatnya berat dan panjang lobster.
L. Hipotesis
Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, terjadi peningkatan
populasi mikroba dalam air dan adanya pengaruh pemberian pakan berprobiotik
pada saat pemeliharaan lobster; terjadi penurunan kadar protein dalam sedimen
dan adanya pengaruh pemberian pakan berprobiotik pada saat pemeliharaan
lobster; terjadi peningkatan laju pertumbuhan lobster dan adanya pemberian
pakan berprobiotik pada saat pemeliharaan lobster.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian berjudul “Pengaruh Pemberian Pakan Berprobiotik pada Populasi
Mikroba dalam Air, Kadar Protein dalam Sedimen yang Ditetapkan Berdasarkan
Hasil Pengembangan Metode Coomasie R, serta Pengaruhnya pada Pertumbuhan
Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus)” merupakan penelitian
eksperimental murni. Dapat dikatakan eksperimental murni karena terdapat subjek
uji yang medapat perlakuan.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel utama
1) Variabel bebas
Lama pemberian pakan berprobiotik.
2) Variabel tergantung
Jumlah protein dalam sedimen, jumlah koloni mikroba dalam
sedimen, berat dan panjang lobster.
b. Variabel pengacau
1) Variabel pengacau terkendali
Volume air, cahaya matahari, oksigen terlarut dalam air, pH
(keasaman) air, kandungan klor, dan kesadahan air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
30
2) Variabel pengacau tak terkendali
lobster mengalami kematian saat perlakuan.
2. Definisi Operasional
a. Pakan probiotik merupakan pakan lobster yang telah dimodifikasi dengan
menambahkan suatu probiotik ke dalam sediaan pakan.
b. Permodelan pembiakan merupakan metode budidaya lobster dengan
merekayasa pembiakan yaitu memberikan sedimen, aerasi, dan rong
susun sebagai tempat hidup lobster.
c. Lobster air tawar merupakan lobster jenis Red Claw yang hidup di
perairan tawar yang digunakan sebagai hewan uji dengan kriteria yang
sudah ditentukan.
d. Rumah lobster merupakan gabungan pipa yang disusun secara berjajar,
terikat menjadi satu dan digunakan sebagai tempat perlindungan lobster.
e. Aerasi merupakan sistem sirkulasi udara dari luar ke dalam air dengan
bantuan alat pompa elektrik.
f. Sedimen merupakan suatu masa padat yang berasal dari sisa pakan
maupun hasil ekskresi dari lobster yang mengendap di dasar akuarium.
g. Kelompok kontrol merupakan populasi lobster yang diberi perlakuan
pakan tanpa probiotik.
h. Kelompok perlakuan merupakan populasi lobster yang diberi perlakuan
pakan mengandung probiotik.
i. Populasi mikroba merupakan jumlah koloni mikroba yang berkembang
dalam suatu habitat lobster selama perlakuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
31
j. Panjang dan berat lobster merupakan parameter yang diukur terkait
pengaruh pemberian pakan terhadap pertumbuhan lobster.
k. Metode Coomasie Brilliant Blue (CBB) merupakan metode pewarnaan
protein sehingga dapat terdeteksi dengan spektrofotometri UV-Vis.
l. Spektrofotometri UV-Vis merupakan metode yang digunakan untuk
membaca absorbansi pada panjang gelombang tertentu.
m. Derivat merupakan hasil modifikasi pembacaan spektrum yang didapat
dari hasil turunan spektrum yang digunakan untuk mempermudah
pembacaan.
n. Optimasi merupakan proses penentuan metode yang paling optimal untuk
suatu analisis zat.
o. Ektraksi merupakan proses penarikan suatu zat dari matriks.
p. Validasi merupakan proses penjaminan suatu metode agar dihasilkan
suatu data yang dapat dipertanggung jawabkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sedimen lobster air
tawar, pakan lobster merek Bintang®, probiotik untuk pakan udang merek
Gosyen®, lobster air tawar jenis Red Claw (Cherax quadricarinatus), air sumur,
reagen Coomasie Brilliant Blue R-250, PHospHate Buffer Saline (PBS) pH 7
(NaCl, KCl, Na2HPO4, dan K2HPO4), asam asetat glacial (kualitas p.a), metanol
(kualitas p.a), etanol (kualitas p.a), akuabides, CH3COONa, NaOH (kualitas p.a),
HCl (kualitas p.a), Bouvine Serum Albumine (BSA).
D. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium (panjang 60
cm, lebar 30 cm dan tinggi 50 cm), kincir udara atau aerator merek Amara®, DO
meter (pengukur dissolve oxygen), rong susun, spuit, alat-alat gelas (Pyrex-
Germany), mistar merek Ziegel®, timbangan analitik, batang pengaduk, pipet
tetes, pipet volume, micropipette, macropipette, flakon, pompa vacuum, corong
Buchner, labu hisap, pH stick universal, cawan porselen, stamper, mortir, kertas
saring, oven, vortex, centrifuge, spectropHotometer UV-Visible SHIMADZU
(UV-1800), fan, botol steril.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
E. Tata Cara Penelitian
1. Penyiapan Media Air
a. Derajat keasaman (pH). Derajat keasaman (pH) ditentukan dengan
meggunakan kertas pH universal. Air sumur dimasukkan ke dalam gelas,
kertas pH universal dicelupkan. Perubahan warna diamati. Perubahan
warna yang terjadi dibandingkan dengan warna standar yang tertera pada
kemasan kertas pH universal.
b. Penetapan kesadahan dengan titrasi kompleksometri. Menurut
Setyaningtyas, Andreas, dan Riyani (2008), penetapan kesadahan
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Pembuatan larutan baku CaCO3 0,01 M
CaCO3 ditimbang sebanyak 100 mg, dimasukkan dalam labu takar
100 ml, ditambahkan 10 ml akuabides dan 1 ml HCl kemudian di
add akuabides hingga tanda batas.
2) Pembuatan larutan EDTA 0,01 M
Sebanyak 730 mg EDTA dimasukkan dalam labu takar 250 ml dan
di add akuabides hingga tanda batas.
3) Pembakuan larutan EDTA
Sebanyak 10 ml larutan baku CaCO3 dimasukkan dalam erlenmeyer,
ditambahkan 9 ml akuabides, ditambahkan 1 ml buffer fosfat.
Kemudian ditambahkan sedikit reagen Eriocrome Black T (EBT)
dan dititrasi dengan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari
merah anggur ke biru (volume EDTA yang digunakan dicatat).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
4) Penetapan kesadahan
Sebanyak 10 ml sampel air dimasukkan dalam Erlenmeyer,
ditambahkan 1 ml buffer fosfat dan 9 ml akuabides. Kemudian
ditambahkan sedikit reagen EBT dan dititrasi dengan EDTA hingga
terjadi perubahan warna dari merah anggur ke biru (volume EDTA
yang digunakan dicatat).
c. Penetapan Dissolve Oxygen (DO). DO meter disiapkan dan dikalibrasi
sebelum digunakan. Kadar oksigen dalam air yang digunakan untuk
habitat lobster diukur dengan menggunakan DO meter. Air yang
digunakan didiamkan selama 1 malam kemudian diukur kadar
oksigennya. Setelah itu dilakukan pemberian aerasi dan didiamkan
selama 24 jam kemudian di cek kembali kadar oksigen di dalam air.
d. Suhu. Pengecekkan suhu dilakukan menggunakan alat DO meter. Air
yang digunakan didiamkan selama 1 malam kemudian diukur suhu.
Setelah itu dilakukan pemberian aerasi dan didiamkan selama 24 jam
kemudian di cek kembali suhu di dalam air.
e. Penetapan ion klor
1) Preparasi sampel air
Air yang digunakan (air sumur, air peternak lobster dan akuabides)
untuk habitat lobster disiapkan masing-masing 5 ml dan dimasukkan
dalam 3 tabung reaksi. Dilakukan replikasi sebanyak 2 kali.
2) Preparasi sampel air sedimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Sedimen yang digunakan untuk habitat lobster ditimbang masing -
masing 1 gram dan dimasukkan dalam 3 tabung reaksi, masing -
masing tabung ditambahkan 3 varian air yang berbeda (air sumur, air
peternak lobster dan akuabides) sebanyak 10 ml. Dilakukan
penghomogenan. Dilakukan replikasi sebanyak 2 kali.
3) Analisis kualitatif ion klor
Larutan AgNO3 disiapkan, AgNO3 ditimbang sebanyak 0,5 gram dan
dilarutkan dalam akuabides hingga tanda batas pada labu takar 10
ml. Sampel air dalam tabung reaksi ditambahkan larutan AgNO3
sebanyak 5 ml, diamati perubahannya. Sampel air sedimen dalam
tabung reaksi ditambahkan larutan AgNO3 sebanyak 5 ml, diamati
perubahannya.
2. Pembuatan Pakan
Pakan lobster berbentuk pellet dibeli dari pedagang lobster merek
Bintang® dengan kode 583. Kode ini merupakan kode ukuran pelet. Sedangkan
pakan berprobiotik dibuat secara manual oleh peneliti setiap 2 hari sekali dengan
dosis probiotik menurut produsen Probiotik Merek X.
a. Uji Lactobacillus sp. pada cairan probiotik Merek X. Cairan Probiotik
Merek X dalam keadaan tersegel diberikan pada Laboratorium
Mikrobiologi Balai Kesehatan Yogyakarta dan dilakukan uji keberadaan
bakteri Lactobacillus sp.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
b. Pembuatan pakan lobster berprobiotik
1) Pembuatan larutan probiotik
Sebanyak 0,09 ml cairan probiotik Merek X diambil dan dilarutkan
dalam akuabides sebanyak 10 ml dalam labu takar.
2) Pengaplikasian probiotik ke dalam pakan
Pakan lobster yang digunakan adalah pelet merek Bintang®(583),
didapat dari pedagang pakan lobster. Sebanyak 18 gram pakan
lobster disemprot dengan larutan probiotik secara merata. Setelah
penyemprotan, pelet dikering udarakan (± 3jam) dengan
menggunakan fan, dihindarkan dari cahaya.
3. Pemeliharaan Lobster Air Tawar
a. Pemilihan lobster
1) Determinasi lobster
Lobster dilakukan determinasi oleh Laboratorium Sistematika
Hewan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada.
2) Kriteria lobster yang digunakan untuk penelitian
Lobster yang digunakan adalah lobster jenis red claw, memiliki
panjang antara 5-6 cm dan berat antara 3-3,5 gram, sehat.
b. Pemeliharaan lobster. Pemeliharaan lobster dikelompokkan menjadi 2
kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok
kontrol merupakan kelompok yang dipelihara dan diberi makan setiap
hari nya sebanyak 3 kali sehari menggunakan pelet Bintang®(583),
sedangkan kelompok perlakuan merupakan kelompok yang dipelihara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dan diberi makan setiap hari nya sebanyak 3 kali sehari menggunakan
pelet Bintang®(583) berprobiotik. Pemeliharaan dilakukan selama 28
hari.
1) Pembuatan kelompok kontrol
Akuarium sebesar 60 x 30 x 50 cm sebanyak 6 buah disiapkan dalam
tempat tertutup dari cahaya dan diberi label K-0, K-3, K-5, K-7, K-
14, K-28 (label menunjukkan hari pengambilan sampel, K-0 untuk
hari ke-0; K-3 untuk hari ke-3; K-5 untuk hari ke-5; K-7 untuk hari
ke-7; K-14 untuk hari ke-14; K-28 untuk hari ke-28). Masing-masing
akuarium diisi air sumur setinggi 10 cm dari dasar akuarium, setara
degan 14 liter. Sebanyak 100 gram sedimen yang didapatkan dari
tempat budidaya lobster air tawar Godean Yogyakarta dimasukkan
dalam akuarium yang telah berisi air. Rumah lobster dan aerator
dimasukkan dalam akuarium (1 rumah dan 1 aerator per akuarium).
Sebanyak 15 ekor lobster yang memenuhi kriteria secara acak
dimasukkan dalam akuarium.
2) Pembuatan kelompok perlakuan
Akuarium sebesar 60 x 30 x 50 cm sebanyak 6 buah disiapkan dalam
tempat tertutup dari cahaya dan diberi label Pb 0, Pb 3, Pb 5, Pb 7,
Pb 14, Pb 28. (label menunjukkan hari pengambilan sampel, Pb-0
untuk hari ke-0; Pb-3 untuk hari ke-3; Pb-5 untuk hari ke-5; Pb-7
untuk hari ke-7; Pb-14 untuk hari ke-14; Pb-28 untuk hari ke-28).
Masing-masing akuarium diisi air sumur setinggi 10 cm dari dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
akuarium, setara degan 14 liter. Sebanyak 100 gram sedimen yang
didapatkan dari tempat budidaya lobster air tawar Godean
Yogyakarta dimasukkan dalam akuarium yang telah berisi air.
Rumah lobster dan aerator dimasukkan dalam akuarium (1 rumah
dan 1 aerator per akuarium). Sebanyak 15 ekor lobster yang
memenuhi kriteria secara acak dimasukkan dalam akuarium.
4. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada masing-masing kelompok
(kelompok kontrol dan kelompok perlakuan) sesuai dengan label pada akuarium
pada hari ke-0, ke-3, ke-5, ke-7, ke-14, ke-28. Sampel yang digunakan dalam
penelitian adalah air, sedimen, dan lobster. Sampel air digunakan untuk
mendapatkan data jumlah koloni mikroba. Sampel sedimen digunakan untuk
mendapatkan data kadar protein. Sampel lobster digunakan untuk mendapatkan
data pertumbuhan lobster.
a. Pengambilan sampel lobster. Lobster dikeluarkan dari akuarium, dihitung
panjang masing-masing lobster dengan menggunakan penggaris dan
berat menggunakan timbangan untuk mendapatkan data pertumbuhan.
b. Pengambilan sampel air. Air dalam akuarium diaduk hingga homogen
dan ditunggu selama 5 menit hingga partikel sedimen mengendap
kemudian dilakukan pengambilan air pada area didekat sedimen dengan
spuit yang telah dimodifikasi secara random (100 ml) dimasukkan dalam
botol steril yang disediakan oleh Balai Kesehatan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
c. Pengambilan sampel sedimen. Air dalam akuarium diaduk hingga
homogen dan ditunggu selama 5 menit hingga partikel sedimen
mengendap. Air dibuang secara perlahan, dan sedimen ditampung dalam
botol. Dilakukan penyedotan air dengan vakum pada sedimen yang
didapatkan. Sedimen dikumpulkan dan dihomogenkan.
5. Penetapan Jumlah Koloni Mikroba (CFU) dalam Sampel Air
Sampel air yang telah dimasukkan dalam botol steril, dilakukan
pengujian jumlah koloni mikroba (CFU) oleh bagian Laboratorium Mikrobiologi
Balai Kesehatan Yogyakarta. Data yang didapatkan dilakukan evaluasi hasil.
6. Penetapan Kadar Protein dalam Sampel Sedimen
a. Optimasi
1) Optimasi pelarut reagen CBB R-250
a) Pembuatan reagen CBB formula 1
45% akuabides, 45% metanol, 10% asam asetat glasial dan
0,03% b/v CBB. Sebanyak 150 mg CBB dilarutkan dalam 225
ml metanol, ditambahkan asam asetat glasial 50 ml dan
ditambahkan akuabides hingga tanda batas pada labu takar 500
ml (Anonim, 2006).
b) Pembuatan reagen CBB dengan pelarut buffer acetate pH 4
buffer acetate dibuat dari natrium asetat sebanyak 0,41 gram dan
asam asetat 5,74 ml ditambahkan akuabides hingga tanda batas
dalam labu takar 50 ml. Sebanyak 150 mg CBB dilarutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dalam 250 ml metanol, 50 ml buffer acetate dan ditambahkan
akuabides hingga tanda batas dalam labu takar 500 ml.
c) Pembuatan reagen CBB dengan pelarut Phosphate Buffer Saline
(PBS)
Sebanyak 150 mg CBB dilarutkan dalam PBS hingga tanda
batas dalam labu takar 500 ml.
d) Pembuatan reagen CBB dengan pelarut PBS–metanol
Sebanyak 150 mg CBB dilarutkan dengan 250 ml metanol, 50
ml PBS, ditambahkan akuabides hingga tanda batas dalam labu
takar 500 ml.
e) Pembuatan reagen formula modifikasi
100 mg CBB, 200 ml Phosphate Buffer Saline (PBS), dan 100
ml etanol. Sebanyak 30 ml diambil dari campuran, ditambahkan
80 ml PBS dan 37,5 ml etanol dan ditambahkan akuabides
hingga tanda batas dalam labu takar 1000 ml.
f) Pembuatan larutan stok albumin
Sebanyak 250 mg albumin dilarutkan dalam akuabides sebanyak
50 ml hingga tanda batas dalam labu takar 50 ml.
g) Analisis kuantitatif dengan spectrophotometer visible
Sebanyak 1 ml dari larutan albumin 5 mg/ml dimasukkan dalam
labu takar 5 ml dan ditambahkan reagen (sesuai dengan pelarut)
hingga tanda batas dan ditunggu selama 15 menit. Sampel dicek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
spektrum dengan menggunakan spectrophotometer visible pada
400-750 nm. Hasil spektrum yang didapat dibandingkan.
2) Perbandingan reagen CBB R-250 dalam pelarut PBS-metanol dan
pelarut formula modifikasi
a) Pembuatan reagen CBB dengan pelarut PBS-metanol
Sebanyak 25 mg CBB dilarutkan dengan 250 ml metanol, 50 ml
PBS, ditambahkan akuabides hingga tanda batas dalam labu
takar 500 ml.
b) Pembuatan reagen formula modifikasi
100 mg CBB, 200 ml PHospHat Buffer Saline (PBS), dan 100
ml etanol. Sebanyak 30 ml diambil dari campuran, ditambahkan
80 ml PBS dan 37,5 ml etanol dan ditambahkan akuabides
hingga tanda batas dalam labu takar 1000 ml.
c) Pembuatan seri baku albumin (BSA)
Sebanyak 1000 mg albumin ditimbang dan dimasukkan dalam
labu takar 50 ml, ditambahkan PBS hingga tanda batas.
d) Analisis kuantitatif dengan spectrophotometer visible
1) Reagen dengan pelarut PBS-metanol
Sebanyak 1 ml larutan albumin 0,6; 0,8; 1,0; 1,2; 1,4 mg/ml
dimasukkan dalam labu takar 5 ml dan ditambahkan reagen
CBB dengan pelarut PBS-metanol hingga tanda batas,
ditunggu selama 15 menit. Sampel dicek spektrum dengan
spectrophotometer visible pada 400-750 nm. Hasil spektrum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
diderivatisasi menggunakan orde 2 dengan delta lambda 20.
Hasil derivatisasi dibandingkan.
2) Reagen dengan pelarut formula modifikasi
Sebanyak 1 ml larutan albumin 0,6; 0,8; 1,0; 1,2; 1,4 mg/ml
dimasukkan dalam labu takar 5 ml dan ditambahkan reagen
CBB dengan pelarut CBB modifikasi hingga tanda batas,
ditunggu selama 10 menit. Sampel dicek spektrum dengan
spectrophotometer visible pada 400-750 nm. Hasil spektrum
diderivatisasi menggunakan orde 2 dengan delta lambda 20.
Hasil derivatisasi dibandingkan.
3) Optimasi operating time (OT) metode CBB
Sebanyak 1 ml larutan albumin 1 mg/ml dimasukkan dalam labu
takar 5 ml, ditambahkan reagen CBB hingga tanda batas, ditunggu
(OT) selama 5, 10, 15, 20, dan 30 menit. Setelah OT, sampel dicek
spektrum dengan spectrophotometer visible pada 400-750 nm. Hasil
spektrum dibandingkan.
4) Penentuan lamda maksimum
Dari hasil optimasi operating time yang paling optimum, dilihat
lamda yang memiliki nilai serapan absorbansi paling tinggi. Nilai
lamda yang memiliki nilai serapan absrobansi paling tinggi
dinyatakan sebagai lamda maksimum.
5) Optimasi volume pengambilan sampel terhadap CBB
a) pembuatan larutan albumin (BSA) 20 mg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Sebanyak 1000 mg albumin ditimbang dan dimasukkan dalam
labu takar 50 ml, ditambahkan PBS hingga tanda batas.
b) Pembuatan seri baku albumin (BSA)
1) Preparasi pengambilan larutan albumin 0,1 ml
Albumin dibuat dengan konsentrasi 6, 8, 10, 12, 14 mg/ml
yaitu diambil sebanyak 3, 4, 5, 6, 7 ml diambil dari larutan
stok dimasukkan dalam labu takar 10 ml, ditambahkan PBS
hingga tanda batas.
2) Preparasi pengambilan larutan albumin 1 ml
Albumin dibuat dengan konsentrasi 6, 8, 10, 12, 14 mg/ml
yaitu diambil sebanyak 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7 ml diambil
dari larutan stok dimasukkan dalam labu takar 10 ml,
ditambahkan PBS hingga tanda batas.
c) Analisis kuantitatif dengan spectrophotometer visible
1) Pengambilan larutan albumin 0,1 ml
Sebanyak 0,1 ml larutan albumin konsentrasi 6, 8, 10, 12,
14 mg/ml dimasukkan dalam labu takar 5 ml dan
ditambahkan reagen CBB hingga tanda batas, ditunggu
selama 15 menit. Sampel dicek spektrum dengan
spectrophotometer visible pada 400-750 nm. Dilakukan
derivatisasi pada orde 2 dengan delta lamda 20. Hasil
dibandingkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2) Pengambilan larutan albumin 1 ml
Sebanyak 1 ml larutan albumin 0,6; 0,8; 1,0; 1,2; 1,4 mg/ml
dimasukkan dalam labu takar 5 ml dan ditambahkan reagen
CBB hingga tanda batas, ditunggu selama 15 menit. Sampel
dicek spektrum dengan spectrophotometer visible pada 400-
750 nm. Dilakukan derivatisasi pada orde 2 dengan delta
lamda 20. Hasil dibandingkan.
6) Optimasi waktu pemanasan pada ekstraksi protein dalam sedimen
Proses ekstraksi pada penelitian ini mengacu pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Mayer, Schick, dan Setchell
(1986). Dalam proses ekstraksi dilakukan tahapan optimasi untuk
menentukan metode yang paling tepat digunakan.
a) Preparasi optimasi ekstraksi protein
Flakon sebanyak 9 buah disiapkan dan diberi label A1, A2, A3,
B1, B2, B3, C1, C2, C3. Sedimen kering ditimbang sebanyak
0,2 gram dan dimasukkan dalam masing-masing flakon lalu
ditambahkan natrium hidroksida 0,1 N sebanyak 6 ml.
Campuran dalam flakon ditutup, divortex lalu ditunggu selama
1,5 jam (OT) pada suhu 60oC di dalam oven untuk flakon A1,
A2, dan A3. Campuran dalam flakon ditutup, divortex lalu
ditunggu selama 2 jam (OT) pada suhu 60oC di dalam oven
untuk flakon B1, B2, dan B3. Campuran dalam flakon ditutup,
divortex lalu ditunggu selama 2,5 jam (OT) pada suhu 60oC di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dalam oven untuk flakon C1, C2, dan C3. Setelah OT, masing-
masing campuran disentrifuge 3000 rpm selama 20 menit.
Masing-masing supernatan diambil sebanyak 4 ml dan pH
dinetralkan dengan HCl 2,5 N dengan ditetes secara perlahan
hingga pH 7-8, lalu dimasukkan dalam labu takar 5 ml,
ditambahkan PBS hingga tanda batas.
b) Analisis kuantitatif dengan spectrophotometer visible
Sebanyak 1 ml larutan dari flakon A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1,
C2, C3. Masing-masing dimasukkan dalam labu takar 5 ml dan
ditambahkan reagen CBB hingga tanda batas, ditunggu selama
15 menit. Sampel dicek spektrum dengan spectrophotometer
visible pada 400-750 nm. Dilakukan derivatisasi pada orde 2
dengan delta lamda 20. Hasil dibandingkan.
b. Validasi
1) Linearitas
a) Pembuatan stok Bouvin Serum Albumin (BSA) 40 mg/ml
Sebanyak 2 gram albumin (BSA) dimasukkan dalam labu takar
50 ml dan ditambahkan PBS hingga tanda batas.
b) Pembuatan seri baku albumin (BSA)
Sebanyak 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900, 1000 µl
dimasukkan dalam labu takar 10 ml dan ditambahkan PBS
hingga tanda batas. Konsentrasi dibuat 0,80; 1,20; 1,60; 2,00;
2,40; 2,80; 3,40; 3,60; 4,00mg/ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
c) Analisis dengan spectrophotometer visible
Sebanyak 1 ml diambil dari setiap seri baku dimasukkan dalam
labu takar 5 ml dan ditambahkan reagen CBB hingga tanda
batas dan ditunggu selama 15 menit. Sampel dicek spektrum
dengan menggunakan spectrophotometer visible pada 400 - 750
nm. Hasil dideriviatisasi pada orde 2 dengan delta lamda 20.
d) Pembuatan kurva baku
Setiap konsentrasi pada hasil derivatisasi diplotkan dan dicari
nilai r dan persamaan regresi liniernya.
2) Akurasi
Dilakukan pencarian nilai %D
3) LOD
Kurva baku digunakan untuk melihat LOD sensitivitas instrumen,
yang didapatkan dari pengaplikasian dengan rumus.
4) Presisi
Dilakukan pencarian nilai RSD
5) Kurva adisi
Flakon disiapkan sebanyak 6 buah, dilabeli dengan nama A, B, C, D,
E, F. Sedimen kering ditimbang sebanyak 0,2 gram dan dimasukkan
dalam flakon A, B, C, D, E, F. Standar albumin (BSA) ditimbang
sebanyak 10, 30, 50, 70, dan 90 mg dicampurkan dengan sedimen
dalam flakon B, C, D, E, F. Flakon A, B, C, D, E, F ditambahkan
natrium hidroksida 0,1 N sebanyak 6 ml menggunakan makropipet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Campuran dalam flakon ditutup, divortex lalu ditunggu selama 2 jam
(OT) pada suhu 60oC. Setelah OT, campuran disentrifuge 3000 rpm
selama 20 menit. Supernatan diambil sebanyak 4 ml dan pH
dinetralkan dengan ±0,1 ml HCl 2,5 N dengan ditetes secara
perlahan hingga pH 7-8, lalu dimasukkan dalam labu takar 5 ml,
ditambahkan PBS hingga tanda batas. Kemudian dilakukan
pengenceran, diambil 1 ml dimasukkan ke dalam labu takar 5 ml di
add dengan menggunakan PBS hingga tanda batas. Diambil 1 ml
kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 5 ml di add dengan
menggunakan reagen. Dilakukan replikasi 2 kali dan dicek spektrum
dengan spectrophotometer visible pada panjang gelombang 400-750
nm.
c. Penentuan kadar
1) Preparasi NaOH 0,1 N dan HCl 2,5 N
NaOH (kualitas p.a) ditimbang sebanyak 0,4 gram, ditambahkan
akuabides dalam labu takar 100 ml hingga batas tanda. HCl (kualitas
p.a) diambil 2,083 ml diencerkan dengan akuabides dalam labu takar
10 ml hingga batas tanda.
2) Preparasi Phosphate Buffer Saline (PBS)
Sebanyak 4 gram NaCl, 0,2 gram KCl, 0,72 gram Na2HPO4, dan
0,12 gram KH2PO4 ditimbang dan dimasukkan dalam labu takar 500
ml, ditambahkan akuabides hingga tanda batas.
3) Preparasi reagen Coomasie Brilliant Blue (CBB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Sebanyak 10 mg CBB ditimbang dan dilarutkan dalam 20 ml PBS
dan 10 ml etanol, disebut campuran A. Sebanyak 3 ml campuran A
dimasukkan dalam labu takar 100 ml. Ditambahkan 8 ml PBS dan
3,75 ml etanol kemudian ditambahkan akuabides hingga tanda batas
4) Ekstraksi protein dalam sedimen
Air akuarium didekantir dan sedimen diambil seluruhnya,
dimasukkan dalam botol sampel. Sedimen disaring menggunakan
corong buchner dan pompa vacuum hingga kering. Sedimen kering
dimasukkan dalam mortir dan digerus dengan stamper hingga
homogen. Sedimen ditimbang sebanyak 0,2 gram dimasukkan dalam
flakon dan ditambahkan NaOH 0,1 N sebanyak 6 ml dengan
menggunakan makropipet. Campuran diaduk dan divortex hingga
homogen lalu dimasukkan dalam oven dengan suhu 600C, ditunggu
selama 2 jam. Setelah 2 jam, dikeluarkan dari oven dan disentrifuge
dengan kecepatan putar 3000 rpm selama 20 menit. Supernatan
diambil sebanyak 4 ml ditambahkan HCl 2,5 N dengan ditetes secara
perlahan hingga pH 7-8 kemudian dimasukkan dalam labu takar 5 ml
ditambahkan PBS hingga tanda batas
5) Analisis kuantitatif dengan spectrophotometer visible
Blanko dibuat dari seluruh pelarut dan reagen yang digunakan tanpa
ada sampel. Blanko dimasukkan dalam kuvet, dilakukan baseline
terhadap spectrophotometer visible. Sampel dalam labu takar
diambil sebanyak 1 ml dimasukkan dalam labu takar 5 ml. Reagen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
CBB ditambahkan dalam labu takar hingga tanda batas dan
dilakukan operating time hingga 15 menit. Setelah 15 menit,
campuran dimasukkan dalam kuvet dan dicek absorbansi dengan
spectrophotometer visible pada spektrum 400-750 nm. Spektra yang
keluar diderivatisasi level kedua kemudian dilakukan pengukuran
tinggi puncak derivat.
7. Penetapan Panjang dan Berat pada Lobster
a. Penentuan panjang lobster. Lobster dikeluarkan dari akuarium dan
dikumpulkan berdasarkan kelompok masing-masing. Setiap lobster
diukur panjangnya mulai dari bagian kepala sampai ekor. Data dicatat
dan diolah sesuai dengan kelompok masing-masing.
b. Penentuan berat lobster. Lobster dikeluarkan dari akuarium dan
dikumpulkan berdasarkan kelompok masing-masing. Lobster ditimbang
dengan menggunakan timbangan. Data dicatat dan diolah sesuai dengan
kelompok masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
F. Tata Cara Evaluasi Hasil
1. Validasi Metode
a. Linearitas. Linearitas ditentukan dari koefisien korelasi (r) yang
diperoleh dari kadar dan tinggi derivat spektrum protein (BSA) dari data
penentuan kurva baku ke dalam regresi linear
b. LOD. Dihitung dengan rumus
Keterangan : Sa : Standar deviasi dari intercept kurva baku dan b : slope
c. Akurasi. Akurasi dapat dihitung dengan rumus :
d. Presisi. Presisi dapat dihitung dengan rumus :
2. Penetapan Jumlah Koloni Mikroba (CFU)
Hasil pada uji koloni mikroba (CFU/ml) yang dikeluarkan oleh Balai
Kesehatan Yogyakarta dilakukan perhitungan, dengan cara Nilai CFU/cm2 di
jadikan log CFU/cm2 pada masing-masing kelompok (kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan). Kemudian dilakukan pembuatan kurva hubungan antara
hari dengan log CFU/cm2 pada masing-masing kelompok. Dilihat profil populasi
mikroba dibandingkan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.
3. Penetapan Kadar Protein dalam Sedimen
Data hasil plot kurva baku dicari nilai a, b dan r melalui regresi linier.
Konsentrasi protein dalam sedimen didapat dari hasil perhitungan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
persamaan kurva baku y = bx + a. Hasil berupa konsentrasi yang didapat pada
masing-masing kelompok. Perhitungan dilakukan dengan cara mengurangkan
nilai konsentrasi protein pada tiap-tiap hari pengambilan sampel dengan nilai
konsentrasi protein pengambilan sampel hari ke-0 pada masing-masing kelompok
(kelompok kontrol dan kelompok perlakuan). Kemudian dilakukan pembuatan
kurva hubungan antara hari dengan selisih nilai konsentrasi protein pada masing-
masing kelompok. Dicari niai slope dari regresi linearnya. Nilai slope kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan dibandingkan dan dilakukan uji signifikansi
untuk mendapatkan kadar protein.
4. Penetapan Panjang dan Berat Lobster
a. Panjang lobster. Dihitung rata-rata panjang lobster yang didapat pada
tiap- tiap hari. Nilai rata-rata panjang lobster tiap-tiap hari pengambilan
dikurangkan dengan nilai rata-rata panjang lobster awal yang masuk
dalam kriteria pemeliharaan lobster pada masing-masing kelompok
(kelompok kontrol dan kelompok perlakuan). Kemudian dilakukan
pembuatan kurva hubungan antara hari dengan selisih nilai rata-rata
panjang lobster pada masing-masing kelompok. Dicari niai slope dari
regresi linearnya. Nilai slope kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan dibandingkan dan dilakukan uji signifikansi untuk
mendapatkan laju pertambahan panjang.
b. Berat lobster. Dihitung rata-rata berat lobster yang didapat pada tiap- tiap
hari. Nilai rata-rata berat lobster tiap-tiap hari pengambilan dikurangkan
dengan nilai rata-rata berat lobster awal yang masuk dalam kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
pemeliharaan lobster pada masing-masing kelompok (kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan). Kemudian dilakukan pembuatan kurva
hubungan antara hari dengan selisih nilai rata-rata berat lobster pada
masing-masing kelompok. Dicari niai slope dari regresi linearnya. Nilai
slope kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dibandingkan dan
dilakukan uji signifikansi untuk mendapatkan laju pertambahan berat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
G. Rancangan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Kelompok Kontrol
(pemberian pakan tanpa mengandung probiotik)
Kelompok Perlakuan
(pemberian pakan berprobiotik)
sedimen sedimen
air air
Uji kuantitatif Protein
(Spektrofotometri)
Pengukuran Jumlah Koloni Mikroba (CFU)
Pengukuran Panjang dan
Berat Lobster
Metode Analisis
a.Optimasi b.Validasi
Metode
Penentuan kadar
Evaluasi
Evaluasi
Pengukuran Panjang dan
Berat Lobster
Evaluasi Evaluasi
Pengukuran Jumlah Koloni Mikroba (CFU)
Uji kuantitatif Protein
(Spektrofotometri)
Evaluasi Metode Analisis
a.Optimasi b.Validasi
Metode
Penentuan kadar
Evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
55
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
Tujuan dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pakan
Berprobiotik pada Populasi Mikroba dalam Air, Kadar Protein dalam Sedimen
yang Ditetapkan Berdasarkan Hasil Pengembangan Metode Coomasie R, serta
Pengaruhnya pada Pertumbuhan Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus”
adalah Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian pakan
berprobiotik saat pemeliharaan lobster terhadap laju pertumbuhan mikroba dalam
air, mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik saat pemeliharaan lobster
terhadap laju hidrolisis protein dalam sedimen, mengetahui pengaruh pemberian
pakan berprobiotik saat pemeliharaan lobster terhadap laju pertumbuhan lobster.
A. Penyiapan Media Air
Penyiapan media air bertujuan untuk sebagai langkah awal persiapan
pemeliharaan/ budidaya lobster. Dengan adanya penyiapan media air, lobster
diharapkan dapat bertahan hidup dan bertumbuh secara optimum. Kualitas dari air
merupakan faktor penting dalam proses pemeliharaan lobster air tawar karena
diperlukan sebagai media hidup baginya. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kualitas air adalah derajat keasaman (pH); kesadahan; DO; kandungan klor
karbondioksida; suhu; kekeruhan air (Lukito dan Prayugo, 2007). Pada penelitian
ini, parameter kualitas air yang dicari adalah pH, kesadahan, DO, suhu,
kandungan klor. Air yang digunakan untuk melakukan uji adakah air sumr (kos).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
1. Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan suatu perwujudan dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di
dalam air. pH air yang baik untuk pertumbuhan lobster air tawar berkisar 6,5 – 9.
Jika angka pH kurang dari 5 akan menyebabkan kematian bagi lobster, dan jika
angka pH lebih dari 9 maka akan menurunkan nafsu makan lobster sehingga
menghambat pertumbuhan (Lukito dan Prayugo, 2007). Pada penelitian ini
didapatkan hasil pengukuran pH dengan menggunakan kertas pH universal adalah
berkisar pada angka 6. Berdasarkan hasil tersebut angka pH air dinyatakan masih
aman digunakan untuk pemeliharaan lobster air tawar. Dalam pengukuran angka
pH tidak dapat diketahui secara pasti angka pH itu sendiri, karena pengukuran
dilakukan dengan menggunakan kertas pH universal yang pada dasarnya tidak
diketahui nilai angka dibelakang koma. Metode pengukuran pH lainnya yang
lebih baik adalah dengan mengunakan pH meter, tetapi penggunaan kertas pH
universal tetap digunakan karena kisaran pH yang ditentukan lebar, sehingga
dengan menggunakan kertas pH universal saja mampu memberikan hasil yang
baik.
2. Penetapan Kesadahan dengan Titrasi Kompleksometri
Kesadahan merupakan ukuran yang menunjukan jumlah ion kalsium
(Ca2+) dan ion magnesium (Mg2+) dalam air (Lukito dan Prayugo, 2007).
Penetapan kesadahan yang dilakukan dengan menggunakan metode titrasi
kompleksometri. Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan
kandungan garam-garam logam (Gandjar dan Rohman, 2007). Pada penelitian ini,
Eriochrom Black T (EBT) sebagai indikator. Perubahan warna terjadi dari merah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
anggur menjadi biru. Reaksi umum yang terjadi dari penetapan kesadahan dengan
metode titrasi kompleksometri adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil yang didapatkan oleh peneliti, nilai kesadahan yang
didapatkan adalah sebesar 53 ppm. Berdasarkan ketentuan kesadahan yang
ditetapkan oleh Lukito dan Prayugo (2007), nilai kesadahan yang cocok untuk
kehidupan lobster dan pertumbuhan adalah sebesar 100-200 ppm. Dapat
disimpulkan bahwa nilai kesadahan dalam air yang digunakan tidak sesuai dengan
kriteria, tetapi air masih dapat digunakan karena setelah dilakukan orientasi
kehidupan, lobster mampu beradaptasi dengan air yang digunakan. Dengan nilai
kesadahan yang kurang dari kisaran 100-200 ppm menyebabkan salah satu faktor
kurang optimum nya pertumbuhan lobster, tetapi hal ini dapat diatasi dengan
adanya perlakuan yang sama pada masing-masing kelompok, sehingga dapat
meminimalkan bias pada penelitian.
3. Penetapan Dissolve Oxygen (DO)
DO merupakan oksigen yang terlarut di dalam air. Lobster air tawar
memerlukan kadar oksigen terlarut lebih dari 4 ppm (Lukito dan Prayugo, 2007).
Untuk mendapatkan nilai DO digunakan alat DO meter. Prinsip kerja alat DO
meter adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang
direndam dalam larutan elektrolit, difusi oksigen dari sampel ke elektroda
berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen. Dalam penelitian ini didapatkan
hasil seperti pada Tabel VI. Sebelum dilakukan aerasi nilai DO yang didapatkan
adalah sebesar 7,9 dan setelah di lakukan aerasi selama 24 jam nilai DO menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
8,3. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan penambahan aerasi dapat menambah
nilai DO. Berdasarkan nilai DO tersebut dapat dikatakan bahwa air yang
digunakan sudah masuk dalam kriteria yang disebutkan oleh Lukito dan Prayugo
(2007). Selama perlakuan dalam penelitian ini dilakukan penambahan aerasi agar
kadar oksigen terlarut tetap terjaga.
4. Suhu
Secara umum lobster air tawar telah beradaptasi untuk hidup pada
kisaran suhu tertentu. Pertumbuhan lobster air tawar akan dapat dicapai bila
dipelihara pada suhu 25 - 290C (Lukito dan Prayugo, 2007). Dalam penelitian ini
suhu yang terukur setelah aerasi 24 jam adalah sebesar 25,5; sesuai dengan
kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan lobster yang disebutkan oleh Lukito dan
Prayugo (2007). Hal ini dapat disebabkan karena peneliti menjaga lokasi
pemeliharaan agar tidak terpapar sinar matahari langsung yang dapat mengubah
suhu air.
5. Penetapan Ion Klor
Penetapan ion klor dilakukan secara kualitatif yaitu dengan melakukan
penambahan larutan perak nitrat. Dengan penambahan larutan perak nitrat akan
terjadi kabut berwarna putih jika air mengandung ion klor. Penetapan ini
dilakukan seara kualitatif karena dalam penelitian ini peneliti hanya ingin melihat
keberadaan ion klor di dalam air sumur yang nantinya akan digunakan untuk
pemeliharaan lobster. Berikut adalah reaksi pembentukan endapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel VI, diketahui bahwa air yang
digunakan untuk pemeliharaan yaitu air sumur mengandung ion klor. Menurut
Lukito dan Prayugo (2007), berbagai laporan menunjukan bahwa lobster air tawar
muda sensitif terhadap klorin tinggi, sehingga saat ingin menggunakan air untuk
pemeliharaan diharapkan untuk menuarkan air terlebih dahulu. Dalam penelitian
tidak dilakukan penghilangan kandungan klor dalam air terlebih dahulu sebelum
air digunakan untuk pemeliharaan, hal ini disebabkan karena lobster tidak terjadi
kematian pada ion klor yang ada pada air, dapat dibuktikan dengan tidak adanya
kematian pada lobster saat dibudidayakan oleh peternak lobster. Lobster yang
digunakan di dapat dari peternak lobster, berdasarkan hasil pengamatan jika
lobster mampu beradaptasi dan bertahan hidup pada air peternak lobster yang
mengandung ion klor, maka dapat disimpulkan bahwa lobster juga mampu
beradaptasi dengan ion klor dari air sumur yang digunakan untuk pemeliharaan.
Dari hasil penetapan ion klor pada Tabel III juga dapat diketahui bahwa
sedimen yang digunakan mengandung ion klor. Hal ini dapat dibuktikan dengan
membandingkan akuabides yang awalnya tidak mengandung ion klor yang
ditandai dengan ketidakmunculan kabut, menjadi berkabut ketika ditambahkan
sedimen. Dari data pengamatan ini, dapat disimpulkan bahwa keberadaan ion klor
dalam pemeliharaan tidak dapat dihindari.
Tabel III. Hasil penetapan ion klor Sumber Air Keberadaan Kabut Intensitas
Air kos (sumur) Ada ++ Air peternak lobster Ada ++ Akuabides Tidak ada - Akuabides + sedimen Ada +
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
B. Pembuatan Pakan
1. Uji Lactobacillus sp. Cairan Probiotik Merek X
Uji Lactobacillus sp. bertujuan untuk memastikan bahwa cairan probiotik
Merek X yang didapat dari produsen benar - benar memiliki kandungan bakteri
yaitu Lactobacillus sp. dari hasil yang di dapat oleh peneliti menunjukkan bahwa
cairan probiotik Merek X mengandung Lactobacillus sp. yang ditunjukan dengan
adanya hasil positif pada uji Lactobacillus sp. yang dilakukan oleh Laboratorium
Mikrobiologi Balai Kesehatan Yogyakarta. Hasil uji pada lampiran 11
2. Pembuatan Pakan Lobster Berprobiotik
Dosis dari produsen cairan probiotik Merek X adalah 5 ml dan
diencerkan dalam 1 L air, kemudian disemprotkan pada 1 kg pakan. Dari dosis
yang diberikan oleh produsen dilakukan konversi, dan untuk pengurangan air
untuk pengenceran. Hal ini disebabkan karena air yang digunakan untuk
pengenceran terlalu banyak akan menyebabkan pelet terlalu basah dan mudah
rapuh.
C. Preparasi Pemeliharaan Lobster
1. Pemilihan Lobster
Lobster yang digunakan dilakukan determinasi oleh Laboratorium
Sistematika Hewan Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Determinasi ini
bertujuan untuk memastikan bahwa lobster yang digunakan dalam penelitian yang
dibeli dari peternak lobster merupakan Cherax quadricarinatus. Dari hasil
determinasi dinyatakan bahwa dari hasil morfologi, memiliki cirri-ciri yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dengan lobster Cherax quadricarinatus. Hasil determinasi yang dilakukan
mengacu pada Von Martens, (1868); Austin, Wingfield (2010); Clark (1936); dan
Riek (1969). Hasil determinasi pada lampiran 12
Lobster yang digunakan untuk penelitian memiliki kriteria tertentu yaitu
memiliki berat 3-3,5 gram, panjang 5-6 cm dan sehat (tidak terkena
penyakit/jamur dan bagian tubuh lobster lengkap). Hal ini dilakukan agar lobster
memiliki keseragaman sehingga tidak terjadi bias saat penelitian.
D. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada masing-masing kelompok
(kelompok kontrol dan kelompok perlakuan) sesuai dengan label pada akuarium
pada hari ke-0, ke-3, ke-5, ke-7, ke-14, ke-28. Sampel yang digunakan dalam
penelitian adalah air, sedimen, dan lobster.
Dengan adanya penambahan probiotik yang diaplikasikan ke dalam
pakan, bakteri dalam probiotik (Lactobacillus sp.) secara langsung dapat masuk
ke dalam tubuh lobster melewati pakan dan membantu pertumbuhan serta
menjaga imunitas dari lobster. Oleh karena itu, peneliti mengukur pertumbuhan
lobster untuk melihat pengaruh pemberian pakan berprobiotik. Secara tidak
langsung, bakteri dalam probiotik (Lactobacillus sp.) akan menyebar dan
berkembang biak pada lingkungan perairan lobster sehingga nilai koloni mikroba
dalam kelompok pemberian pakan berprobiotik akan semakin meningkat. Oleh
karena itu, peneliti memilih air sebagai sampel yang digunakan untuk mengukur
jumlah mikroba. Dengan adanya bakteri probiotik (Lactobacillus sp.) dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
lingkugan perairan, dapat membantu penguraian protein (Protein dalam sedimen
didapat dari pakan lobster yang tidak dimakan oleh lobster/ sisa pakan) menjadi
senyawa lebih sederhana (asam amino dan peptida) yang terdapat di dalam
sedimen. Kadar protein dari sisa pakan yang tidak dipecah menjadi senyawa lebih
sederhana menjadi parameter pengukuran karena dengan adanya penumpukan
protein dari sisa pakan akan menyebabkan pembusukan oleh bakteri pembusuk
menjadi ammonia dan hidrogen sulfida, yang menyebabkan kualitas air menjadi
menurun sehingga pertumbuhan lobster menjadi terganggu. Oleh karena itu,
peneliti memilih sedimen sebagai sampel yang digunakan untuk mengukur jumlah
protein dari sisa pakan.
E. Penetapan Jumlah Populasi Mikroba dalam Sampel Air
Pada penetapan jumlah populasi mikroba dilakukan dengan metode
perhitungan jumlah koloni mikroba yang pada penelitian ini dilakukan oleh
Laboratorium Mikrobiologi Balai Kesehatan Yogyakarta. Sampel yang digunakan
adalah air. Dalam penelitian ini, dilihat jumlah koloni mikroba yang bertujuan
mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik terhadap jumlah populasi
mikroba dalam air dan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada hasil yang
dikeluarkan oleh Laboratorium Balai Kesehatan Yogyakarta, jumlah koloni
mikroba dinyatakan sebagai angka kuman (lampiran 13). Menurut Harmita dan
Radji (2006), perhitungan jumlah koloni mikroba adalah mikroorganisme yang
ditanam dalam media dan dihitung jumlah koloni dengan menggunakan colony
counter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Menurut produsen cairan probiotik Merek X, cairan probiotik
mengandung 10 macam jenis bakteri Lactobacillus. Pada penelitian ini tidak
dilakukan kultur jenis bakteri Lactobacillus apa saja yang digunakan untuk
membuat cairan probiotik, tetapi hanya diketahui bahwa cairan probiotik
mengandung bakteri Lactobacillus, seperti yang telah dijelaskan dalam Uji
Lactobacillus sp. cairan probiotik Merek X
Gambar 8. Data hasil pengukuran jumlah populasi mikroba dalam air
Pada gambar 8 diatas, menunjukkan bahwa adanya penurunan jumlah
populasi mikroba dalam air pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan .
Jika dilihat dari grafik yang terbentuk dari perhitungan jumlah koloni mikroba
dapat dilihat bahwa tidak adanya perbedaan nyata dari grafik populasi mikroba
dalam air antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian pakan berprobiotik pada lobster tidak
mempengaruhi jumlah populasi mikroba dalam air.
Menurut Cruz, Ibanez, Hermosillo, Saad (2012) dalam Review Article
Use of Probiotics in Aquaculture, probiotik mempunyai kemampuan untuk
y = 0.0071x2 - 0.2641x + 6.2282
R² = 0.5542
y = 0.0056x2 - 0.2025x + 5.8488
R² = 0.5128
0
2
4
6
8
0 10 20 30 log
Jum
lah
Ko
lon
i Mik
rob
a (c
fu/m
l)
Hari
Populasi Mikroba kelompok kontrol
kelompok perlakuan (probiotik)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
meningkatkan pertumbuhan organisme didalam lingkungan perairan dan mampu
menghambat pertumbuhan bakteri pathogen tertentu.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Trisna, Sasanti, Muslim (2013) yang
berjudul Populasi Bakteri, Kualitas Air Media Pemeliharaan dan Histologi Benih
Ikan Gabus (Chana striata) yang Diberi Pakan Berprobiotik, probiotik EM-4
(terdiri dari bakteri Lactobacillus sp, Streptomyces sp, Actinomycetes sp) mampu
meningkatkan populasi mikroba Lactobacillus sp dan menekan jumlah populasi
bakteri Aeromonas sp dan Pseudomonas sp di air.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah ada, penetapan populasi
mikroba dalam air bukan hanya dilihat dari nilai jumlah koloni mikroba secara
umum tetapi juga nilai jumlah koloni mikroba pada bakteri tertentu dalam
akuakultur, sehingga efek pemberian pakan berprobiotik dapat diketahui.
F. Penetapan Kadar Protein dalam Sampel Sedimen
Tujuan dari penentuan kadar protein dalam sampel sedimen adalah
mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik terhadap kadar protein dalam
sedimen. Metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif sampel adalah metode
pewarnaan dengan menggunakan Coomasie Brillliant Blue (CBB) R-250.
Menurut Otles (2005), CBB adalah salah satu jenis pewarna yang jika pada
kondisi tertentu asam sulfonat dari pewarna ini bereaksi dengan rantai samping
dari protein yaitu arginine, lysine, dan histidine. Ikatan yang terjadi antara rantai
samping protein dengan pewarna adalah ikatan ionic, elektrostatik dan van der
Walls. Reaksi ikatan antara CBB dengan protein dapat dilihat pada gambar 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Pewarna/ dye yang pada umumnya digunakan dalam metode pewarnaan protein
secara kuantitatif adalah CBB G-250, tetapi pada penelitian ini digunakan
pewarna/ dye CBB R-250 yang pada umumnya digunakan untuk analisis protein
secara kualitatif.
Menurut Otlets (2005), saat rantai samping protein ini berikatan dengan
grup asam sulfonat pewarna maka akan terjadi reduksi warna dari pewarna.
Menurut Kruger (1994) pada kondisi netral, Coomasie Brillliant Blue dominan
dalam bentuk anion (bermuatan negatif) yang akan mengadakan interaksi dengan
struktur protein. Menurut Anonim (2010), coomasie akan berubah dari warna
merah kecoklatan (absorbansi maksimum 465 nm) menuju warna biru (absorbansi
maksimum 610 nm). Warna biru yang terjadi setelah reaksi dapat dideteksi pada
panjang gelombang antara 575 nm sampai 615 nm. Dan panjang gelombang
maksimumnya adalah 595.
Pembacaan kadar protein dengan metode pewarnaan protein ini
dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri sinar tampak (Owusu, 2005)
dan hasil akan dibaca dengan menggunakan metode derivatisasi.
1. Optimasi
Optimasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Optimasi pelarut reagen CBB R-250.
Optimasi pelarut reagen CBB R-250 bertujuan untuk mengetahui pelarut
reagen yang sesuai sehingga menghasilkan hasil yang optimum saat
digunakan dalam kuantifikasi dengan spektrofotometer visible. Hal ini
penting untuk dilakukan karena Pewarna/ dye yang pada umumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
digunakan dalam metode pewarnaan protein secara kuantitatif adalah
CBB G-250, tetapi pada penelitian ini digunakan pewarna/ dye CBB R-
250 yang pada umumnya digunakan untuk analisis protein secara
kualitatif. Pada optimasi ini, setelah BSA direaksikan dengan CBB
menggunakan berbagai macam pelarut dilihat respon absorbansi pada
panjang gelombang (λ) teoritis yaitu 575nm–615nm. Operating time
(OT) yang digunakan adalah OT teoritis yaitu selama 10 menit.
Tabel IV. Data hasil optimasi pelarut reagen CBB R-250 No Pelarut reagen CBB-R250 Respon
Absorbansi pada λ 575nm-615nm
Keterangan
1. Formula 1 - Tidak terjadi perubahan warna
2. Buffer Asetat pH 4 - Tidak terjadi perubahan warna
3. PBS (Phosphate Buffer Saline) - Tidak terjadi perubahan warna
4. PBS-metanol + Terjadi perubahan warna (ungu menjadi
biru) 5. Formula modifikasi + Terjadi perubahan
warna (ungu menjadi biru)
Dari tabel IV, dapat dilihat bahwa terjadi reaksi antara CBB R-250 dan
BSA yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna. Pada penelitian
ini perubahan warna terjadi dari warna ungu menjadi warna biru.
Menurut Anonim (2010), perubahan warna terjadi dari warna merah
kecoklatan menjadi biru. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan
jenis dye yang digunakan dalam penelitian yaitu CBB R-250.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Dari tabel IV, dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 jenis pelarut reagen
CBB R-250 yang menunjukan hasil positif, sehingga perlu dilakukan
optimasi lebih lanjut terkait reagen yang paling optimum yang akan
digunakan untuk analisis data.
b. Perbandingan reagen CBB R-250 dalam PBS-metanol dan formula
modifikasi.
Perbandingan reagen CBB dalam pelarut PBS - Metanol dan formula
modifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai optimasi lanjutan yang
bertujuan untuk menentukan penggunaan pelarut reagen CBB R-250
yang paling optimum dan mengetahui metode pembacaan yang akan
digunakan. Optimasi ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai
slope dan nilai r dari hasil regresi linear masing-masing pelarut. Nilai r
dan nilai slope digunakan untuk menentukan pelarut CBB R-250 yang
optimum karena keduanya menghubungkan antara konsentrasi dan
respon (absrobansi). Dibawah ini merupakan data perbandingan reagen
CBB R-250 dalam PBS-metanol dan formula modifikasi.
Tabel V. Data perbandingan reagen CBB R-250 dalam PBS-metanol dan formula modifikasi
PBS-metanol Fomula modifikasi Konsentrasi (mg/ml)
λ (nm) Absorbansi (Abs)
λ (nm) Absorbansi (Abs)
0,6 606 0,087 590 0,059 0,8 606 0,053 594 0,069 1 606 0,037 598 0,076 1,2 618 0,071 598 0,081 1,4 608 0,051 602 0,051
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Dari gambar 9, dapat dilihat bahwa pelarut reagen CBB R-250 yang
paling optimum adalah formula modifikasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai
r dan nilai slope yang lebih tinggi dibandingkan dengan PBS-metanol.
Nilai r yaitu 0,990 untuk formula modifikasi dan 0,440 untuk PBS-
metanol. Nilai slope yaitu 0,034 untuk formula modifikasi dan 0,027
untuk PBS-metanol.
Gambar 9. Grafik perbandingan reagen CBB R-250 dalam PBS-metanol dan
formula modifikasi
Dari Pada Gambar 10, dapat diketahui pula pelebaran puncak. Dengan
adanya pelebaran puncak dan dapat dilihat bahwa nilai absrobansi rendah
dan tidak sesuai dengan kaedah pembacaan nilai absorbansi (0,2-0,8).
Menurut Skoog (1983), 3 asam amino pada BSA (triptofan, tirosin,
fenilanalanin) yang memiliki cicin aromatik menyebabkan spektra
melebar pada pembacaan absorbansi. Nilai absorbansi yang rendah,
sehingga tidak dapat mengikuti kaedah pembacaan nilai absorbansi dapat
disebabkan karena tidak adanya hidrolisis pada BSA yang menyebabkan
y = -0.027x + 0.0868 R² = 0.1933
y = 0.034x + 0.0404 R² = 0.9813
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0.1
0 0.5 1 1.5
Ab
sorb
ansi
Konsentrasi (mg/ml)
pelarut reagen CBB R-250 (PBS-metanol)
pelarut reagen CBB R-250 (Formula modifikasi)
Linear (pelarut reagen CBB R-250 (PBS-metanol))
Linear (pelarut reagen CBB R-250 (Formula modifikasi))
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
reagen yang berinteraksi dengan protein dalam bentuk asam amino
(protein dalam bentuk primer) juga sedikit, pada dasarnya pewarna CBB
mengadakan interaksi dengan protein dalam bentuk primer. Oleh karena
itu, untuk mendapatkan hasil yang akurat maka dilakukan derivatisasi
spektrum pada penelitian ini . Menurut Nurhidayati (2007), Derivatisasi
memiliki prinsip meminimalkan / menghilangkan noise tanpa
mengurangi sinyal penting.
Gambar 10. Spektrum absorbansi BSA konsentrasi 800µg/ml reagen CBB R-250 pelarut modifikasi
Pada Gambar 11, diperlihatkan contoh hasil derivat orde 2 suatu
spektrum. Setelah diderivatisasi, panjang derivat diukur dengan
menggunakan mistar merek Ziegel®. Mistar yang digunakan peneliti saat
pengambilan data hasil derivatisasi tidak dilakukan penggantian agar
hasil yang didapatkan tidak terjadi bias akibat perbedaan ketelilitian alat
ukur yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Gambar 11. Contoh spektrum derivat
Dari Gambar 11, juga dapat dilihat terdapat banyak puncak pada hasil
derivatisasi suatu spektrum. Untuk memastikan puncak mana yang
dijadikan pucak sasaran maka dipastikan dengan meilhat panjang
gelombang. Pada penelitian ini puncak derivat yang digunakan adalah T4
yaitu pada panjang gelombang sekitar 610 nm. Menurut Nurhidayati
(2007), pada derivat orde 0 (spektrum absorbansi) puncak maksimum
akan dibaca sebagai puncak minimum di panjang gelombang yang sama
pada orde 2. Pada orde 2, tinggi derivat dapat dihitung dari amplitudo,
karena amplitudo proporsional dengan konsentrasi analit. Amplitudo
dapat juga diukur dengan metode tangent. Tangen digambar dari pusat
sumbu koordinat sampai ke maksimum dan amplitudo diukur vertikal
dari puncak (maksimum) ke puncak minimum. Metode pengukuran yang
dilakukan oleh peneliti pada penelitian ini adalah metode pengukuran
menggunakan tangen.
T4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
c. Optimasi operating time CBB
Optimasi operating time metode CBB ini bertujuan untuk mengetahui
waktu yang dibutuhkan agar reagen berekasi dengan target (protein) dan
menghasilkan hasil yang optimum. Optimasi diawali dengan membuat
suatu konsentrasi sampel yang nanti nya akan diuji pada waktu reaksi
(operating time) yang berbeda - beda yaitu 5 menit, 10 menit, 15 menit,
20 menit, 30 menit. Dari Gambar 12, dapat dilihat bahwa operating time
yang paling optimum dilakukan pada menit ke 15 - 20.
Gambar 12. Grafik penentuan operating time hubungan absorbansi terhadap waktu (menit)
Pada penelitian ini nilai operating time tidak sesuai dengan teori menurut
Anonim (2010), nilai operating time untuk CBB adalah 10 menit.
Kesimpulan dari optimasi ini adalah digunakan operating time 15 - 20
menit, dilihat dari hasil penelitian yang didapatkan
d. Penentuan lamda maksimum
Lamda maksimum ditentukan dengan melihat panjang gelombang pada
absorbansi tertinggi suatu konsentrasi. Pada gambar 10, dapat dilihat
lamda maksimum terdapat pada 594 nm. Lamda maksimum metode
pewarnaan CBB menurut Anonim (2010) terdapat antara 575-615nm.
0.18
0.19
0.2
0.21
5 10 15 20 30
Ab
sorb
ansi
menit
Series1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
e. Optimasi pengambilan sampel terhadap CBB
Optimasi volume pengambilan sampel terhadap reagen ini bertujuan
untuk mengetahui jumlah volume sampel yang tepat untuk direaksikan
dengan reagen agar menghasilkan hasil yang optimum. Dalam penelitian
ini digunakan 2 uji yaitu dengan melakukan pengambilan sampel sebesar
0,1 ml dan melakukan pengambilan sampel sebesar 1 ml. Kedua
perlakuan ini masing - masing dilakukan pembuatan seri kurva baku
yang nantinya hasil tinggi derivat yang didapat akan dicari regresi linear
nya dan nilai r yang didapat akan dibandingkan. Nilai r yang paling baik
(mendekati nilai 1 atau -1) dan nilai slope lebih tinggi akan dipilih
menjadi hasil yang paling optimum.
Pada Tabel VI menunjukan seri kurva baku yang dibuat dan hasil tinggi
derivat yang didapatkan setelah mereaksikan seri kurva baku dengan
reagen yang diuji dengan menggunakan spektrofotometer.
Tabel VI. Konsentrasi dan tinggi derivat pada volume pengambilan sampel 0,1 ml dan 1ml terhadap reagen CBB R-250
Konsentrasi (mg/ml) Tinggi derivat (cm)
Pengambilan sampel 0,1 ml
Tinggi derivat (cm) Pengambilan sampel 1 ml
0.6 0,15 0,13 0.8 0,13 0,15 1 0,15 0,18
1.2 0,28 0,20 1.4 0,20 0,23
Pada Gambar 13, ditunjukkan perbandingan kurva pengambilan sampel
0,1 ml dan 1 ml. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengambilan
sampel 1 ml menghasilkan hasil yang lebih optimum bila dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
dengan pengambilan 0,1 ml. Hal ini dapat dilihat dari nilai r yang
didapat, yaitu nilai r pengambilan 1 ml lebih besar (mendekati 1)
dibandingkan dengan pengambilan sampel 0,1 ml yaitu 0,997 untuk
pengambilan 1 ml dan 0,854 untuk pengambilan 0,1 ml. Nilai slope
pengambilan 1 ml juga meliki nialai yang lebih besar dibandingkan nilai
slope pengambilan 0,1 ml, yaitu 0,125 untuk pengambilan 1 ml, dan
0,075 untuk pengambilan 0,1 ml.
Gambar 13. Perbandingan kurva volume pangambilan sampel terhadap reagen
CBB R-250
f. Optimasi ekstraksi protein dalam sedimen
Optimasi ekstraksi protein dalam sedimen bertujuan untuk menentukan
waktu ekstraksi yang paling tepat sehingga dapat menghasilkan hasil
yang optimum. Menurut Mayer, Schick, dan Setchell (1986), ekstraksi
protein dalam sedimen adalah dengan menggunakan diinkubasi selama 2
jam dengan menggunakan NaOH, kemudian dinetralkan menggunakan
HCl setelah 1 malam dilakukan pengecekan dengan menggunakan
spektrofotometer. Menurut Nunn dan Keil (2006), tahapan pemanasan
dan penambahan NaOH berfungsi untuk mengeluarkan protein dari
y = 0.125x + 0.053 R² = 0.9952
y = 0.075x + 0.087 R² = 0.7305
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0 0.5 1 1.5
Tin
ggi D
eri
vat
Konsentrasi (mg/ml)
pengambilan sampel 1 mll
pengambilan sampel 0,1 ml
Linear (pengambilan sampel 1 mll)
Linear (pengambilan sampel 0,1 ml)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
matriks sehingga protein menjadi terlarut, mencegah agregasi atau
absorbsi dari wadah. Fungsi lain NaOH dan Pemanasan adalah untuk
hidrolisis protein. Fungsi penambahan HCl pada ekstraksi ini adalah
untuk penetralan.
Pada Tabel VII, merupakan hasil yang didapat dari penelitian. Dapat
dilihat bahwa perlakuan yang memiliki tinggi derivat yang tertinggi
adalah pada perlakuan O2 dan O3 baik sebelum pendiaman 1 malam
maupun setelah pendiaman 1 malam yaitu dengan tinggi derivat 0,23 cm.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah analisis dapat dilakukan pada
perlakuan O2 dan O3 serta dapat dianalisis dengan spektrofotometer
sebelum pendiaman 1 malam dan setelah 1 malam.
Dalam analisis yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menggunakan
perlakuan O2 dan analisis dengan spektrofotometer sebelum 1 malam
untuk efisiensi waktu.
Tabel VII.Perlakuan ektraksi protein dalam sedimen dan tinggi derivat
Perlakuan
Rata-rata sebelum 1
Malam (T4)
Rata- rata sesudah 1
Malam (T4)
O1 (NaOH - 600 C(1,5 jam)) – HCl) 0,2 0,2 O2 (NaOH - 600 C(2 jam)) – HCl) 0,23 0,23 O3 (NaOH - 600 C(2,5 jam)) – HCl) 0,23 0,23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
2. Validasi
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), validasi metode dilakukan untuk
menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada
kisaran analit yang akan dianalisis.
Tabel VIII menunjukan hasil tinggi derivat dari kurva baku, sedangkan
Gambar 14 merupakan grafik hasil regresi linear kurva baku.
Tabel VIII. Hasil tinggi derivat pada kurva baku solvent
Konsentrasi (mg/ml) Rata- rata Tinggi derivat (cm)
0,36 0,10 0,4 0,13 0,8 0,15 1,2 0,18 1,6 0,20 2,0 0,23 2,4 0,25 2,8 0,28 3,2 0,28 3,6 0,30
Gambar 14. Kurva baku, hubungan konsentrasi BSA terhadap tinggi derivat
Persamaan kurva baku solvent konsentrasi BSA pada pelarut PBS
terhadap tinggi derivat adalah y = 0,058x + 0,101 dengan koefisien korelasi (r)
y = 0.059x + 0.102 r = 0,985
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0 1 2 3 4
Tin
ggi D
eri
vat
(cm
)
kosentrasi (mg/ml)
Kurva Baku Solvent
albumin-solvent
Linear (albumin-solvent)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
yaitu 0,985. Nilai LOD persamaaan ini adalah sebesar 0,4307 mg/ml. Menurut
Miller dan Miller (2010), dalam analisis nilai r lebih baik jika lebih dari 0,99
tetapi relative jarang menggunakan nilai r dibawah 0,90. Pada penelitian ini, nilai
r lebih dari 0,90 sehingga masih dinyatakan dapat digunakan dalam analisis.
Tabel IX menunjukan hasil tinggi derivat dari kurva adisi, sedangkan
gambar 15 merupakan grafik hasil regresi linear kurva adisi.
Tabel IX. Hasil tinggi derivat kurva adisi Adisi (mg) C (mg/ml) Rata – Rata Tinggi derivat (cm)
10 0,05 0,13 30 0,16 0,15 50 0,27 0,20 70 0,37 0,28 90 0,48 0,33
Dari tabel IX, dicari nilai % D (lampiran 13). Nilai % D yang didapatkan
untuk adisi 10 mg adalah 70,11 %; untuk adisi 30 mg adalah 8,09%; untuk adisi
50 mg adalah 13,05%; untuk adisi 70 mg adalah 5,31%; untuk adisi 90 mg adalah
2,91%. Nilai % D yang memenuhi kriteria berdasarkan FDA (2013), yaitu <20%
adalah adisi 30mg, 50 mg, 70mg, dan 90 mg. Oleh karena itu digunakan adisi 30
mg, 50 mg, 70 mg, dan 90 mg untuk mencari kurva adisi dan regresi linearnya.
Gambar 15. Kurva adisi, hubungan konsentrasi BSA terhadap tinggi derivat
y = 0.5836x + 0,0532 r = 0,993
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.00 0.20 0.40 0.60 Tin
ggi D
eri
vat
(cm
)
Konsentrasi (mg/ml)
Kurva Adisi
sedimen + BSA
Linear (sedimen + BSA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Persamaan kurva adisi konsentrasi BSA pada pelarut PBS terhadap tinggi
derivat adalah y = 0,5836x + 0,0532 dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,993.
Nilai LOQ persamaaan ini adalah sebesar 0,0922 mg/ml. Menurut Miller dan
Miller (2010), dalam analisis nilai r lebih baik jika lebih dari 0,99 tetapi relative
jarang menggunakan nilai r dibawah 0,90. Pada penelitian ini, nilai r lebih dari
0,99 sehingga nilai r baik untuk digunakan dalam analisis. Dari hasil penelitian
dinyatakan sesuai dengan teori yang ada. Sedangkan untuk melihat presisi,
dibuktikan dengan mencari % RSD. Nilai RSD (lampiran 4) yang didapat adalah
sebesar 12,554 %. Menurut FDA (2014), dalam analisis nilai % RSD yang baik
adalah kurang dari 20%. Dari hasil penelitian dinyatakan sesuai dengan teori yang
ada.
Gambar 16 merupakan hasil perbandingan antara kurva baku dan kurva
adisi, menunjukkan kenaikan yang berbeda ditandai dengan nilai slope yang jauh
berbeda yaitu kurva adisi memiliki nilai slope yang lebih tinggi dibandingkan
kurva baku. Dapat disimpulkan, perbedaan yang terjadi akibat adanya pengaruh
dari matriks. Menurut FDA (2013), untuk bioanalisis perlu dilakukan pembuatan
kurva adisi dan kurva baku yang digunakan untuk penentuan kadar adalah kurva
adisi. Hal ini dikarenakan pada bioanalisis perlu dilakukan preparasi, sehingga
pembuatan kurva adisi difungsikan untuk mengantisipasi tertinggal senyawa pada
proses preparasi. Oleh akibat peristiwa tersebut, maka untuk menghitung
konsentrasi protein dalam sedimen pada sampel digunakan regresi linear kurva
adisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 16. Perbandingan kurva baku terhadap kurva adisi
3. Penentuan kadar
Dari hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti didapatkan tinggi
derivat (lampiran 5) yang nantinya akan di plot kan pada persamaan kurva baku
dari kurva adisi, yaitu y = 0,5836x + 0,0532. Hasil pengeplotan kemudian
dikalikan dengan faktor pengencer sehingga didapat nilai dari konsentrasi protein
terukur (lampiran 5). Rata - rata konsentrasi protein terukur ditampilkan pada
Tabel X dibawah ini
Tabel X. Rata-rata konsentrasi protein dan selisih rata- rata konsentrasi protein
selisih dengan h-0
Hari kontrol probiotik kontrol probiotik h-0 117,9104
h-3 108,2719 77,7502 -9,6385 -40,1602 h-5 117,9104 142,0065 0,0000 24,0961 h-7 101,8463 117,9104 -16,0641 0,0000 h-14 149,0747 123,3722 31,1643 5,4618 h-28 246,7443 311,0007 128,8340 193,0903
Dari Tabel X, dilakukan pembuatan grafik yang menghubungkan antara
selisih nilai rata-rata konsentrasi protein terukur dengan rata- rata konsentrasi
protein pada hari ke-0 dibandingkan dengan hari pengambilan sampel. Hal ini
bertujuan untuk melihat laju jumlah protein (sisa pakan) dan pengaruh pemberian
y = 0.059x + 0.102 R² = 0.985
y = 0.5836x + 0.0532 R² = 0.993
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0 1 2 3 4 Tin
ggi D
eri
vat
(cm
)
Konsentrasi (mg/ml)
Kurva Baku vs Kurva Adisi
kurva baku
kurva adisi
Linear (kurva baku)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
pakan berprobotik terhadap jumlah protein dalam sedimen. Dilihat dari gambar
17, grafik menunjukan adanya kenaikan pada laju jumlah protein. Hal ini
disebabkan karena adanya penambahan pakan secara terus menerus sehingga
menyebabkan kadar protein sisa yang terukur semakin meningkat. Untuk melihat
pengaruh pemberian pakan berprobiotik terhadap jumlah protein (sisa pakan),
maka nilai slope antar kelompok dibandingkan. Nilai slope untuk kelompok
probiotik lebih tinggi dibandingkan dengan nilai slope untuk kelompok kontrol
Setelah diuji siginfikansi pada nilai slope (lampiran 18), terjadi perbedaan tetapi
tidak signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok probiotik. Hal ini
menunjukkan terjadinya tidak terjadi peningkatan kadar protein bila dibandingkan
dengan kelompok kontrol akibat tidak berpengaruhnya probiotik dalam
menghidrolisis protein.
Gambar 17. Grafik hubungan antara konsentrasi dengan H-0 terhadap hari
y = 5.7389x - 38.564 R² = 0.9508
y = 8.2348x - 57.379 R² = 0.8531
-100.0000
0.0000
100.0000
200.0000
300.0000
0 10 20 30
selis
ih K
on
sen
tras
i pro
tein
d
en
gan
H-0
Hari
Hari Vs Konsentrasi Protein
kelompok kontrol (selisih dengan H-0)
Kelompok probiotik (selisih dengan H-0)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
G. Penetapan Panjang dan Berat Lobster
Pertumbuhan lobster bertujuan untuk melihat efek pemberian probiotik
pada lobster. Parameter pertumbuhan lobster yaitu berat lobster dan panjang
lobster (Lukito dan Prayugo, 2007).
1. Panjang Lobster
Dibawah ini merupakan data rata-rata berat lobster untuk kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan sampai hari ke 28
Tabel XI. Data rata- rata panjang lobster Panjang rata-rata (cm)
Hari 0 3 5 7 14 28 Kelompok Kontrol 5,25 5,30 5,31 5,14 5,7 5,5
Kelompok Perlakuan 5,25 5,23 5,43 5,40 5,81 5,59
Pada tabel XI dan gambar 18 pada hari ke 0 sampai hari ke 3
pertumbuhan panjang kelompok perlakuan lebih lambat dibandingkan kelompok
kontrol. Mulai hari ke 5 sampai hari ke 28 pertumbuhan panjang kelompok
perlakuan lebih ceapat dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada hari ke 3, 7,
dan 28, kelompok perlakuan mengalami penurunan pertumbuhan berat. Pada hari
ke 7 dan 28, kelompok kontrol mengalami penurunan. Penurunan pertumbuhan
disebabkan karena individu lobster yang diukur setiap hari pengambilan sampel
berbeda.
Gambar18. Grafik pertumbuhan panjang lobster selama 28 hari
5.0000
5.2000
5.4000
5.6000
5.8000
6.0000
0 7 14 21 28
pan
jan
g (c
m)
Hari
kelompok kontrol
kelompok perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Berdasarkan Gambar 19 dibawah ini, laju pertumbuhan panjang rata-rata
tidak berbeda nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, yang
dapat dilihat dari nilai slope yang tidak jauh berbeda antara kelompok kontrol
dengan kelompok perlakuan yaitu sebesar 0,012 untuk kelompok kontrol dan
0,013 untuk kelompok perlakuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian
pakan berprobiotik tidak mempengaruhi pertumbuhan panjang rata-rata lobster.
Gambar 19. Grafik laju pertumbuhan panjang lobster
2. Berat Lobster
Dibawah ini merupakan data rata-rata berat lobster untuk kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan sampai hari ke 28.
Tabel XII. Data rata- rata berat lobster Berat rata-rata (gram)
Hari 0 3 5 7 14 28 Kelompok Kontrol 3,25 3,53 3,66 3,37 3,65 3,99
Kelompok Perlakuan 3,25 3,46 3,64 3,75 4,06 3,96
Pada tabel XII dan grafik 20 pada hari ke 0 sampai dengan hari ke 5 tidak
ada perbedaan pertumbuhan berat antara kelompok perlakuan dengan kelompok
kontrol. Pada hari ke 7, kelompok kontrol mengalami penurunan pertumbuhan
y = 0.0122x + 0.0039 R² = 0.3318
y = 0.0132x + 0.0888 R² = 0.3638
-0.2000
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0 10 20 30
Pan
jan
g (c
m)
Hari
Hari Vs Panjang
Selisih dengan H-0 (kelompok kontrol)
Selisih dengan H-0 (kelompok probiotik)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
berat, dan sampai hari ke 14 pertumbuhan berat lobster lebih lambat dibandingkan
dengan kelompok perlakuan. Pada hari ke 28, pertumbuhan kelompok perlakuan
mengalami penurunan. Penurunan pertumbuhan disebabkan karena individu
lobster yang diukur setiap hari pengambilan sampel berbeda.
Gambar 20. Grafik pertumbuhan berat lobster selama 28 hari
Berdasarkan gambar 21 dibawah ini, laju pertumbuhan berat rata-rata
tidak berbeda nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, yang
dapat dilihat dari nilai slope yang sama antara kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol yaitu sebesar 0,018. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemberian pakan berprobiotik tidak mempengaruhi pertumbuhan berat rata-rata
lobster.
0.0000
0.5000
1.0000
1.5000
2.0000
2.5000
3.0000
3.5000
4.0000
4.5000
0 7 14 21 28
Be
rat
(gra
m)
Hari
kelompok kontrol
kelompok perlakuan (probiotik)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Gambar 21. Grafik laju pertumbuhan berat lobster
Keterbatasan dari penelitian ini adalah :
1. individu lobster yang digunakan berbeda-beda sehingga pengukuran
pertumbuhan lobster tidak menjadi bias karena individu yang berbeda-beda.
2. pengecekan mikroba tidak spesifik terhadap bakteri akuakultur tertentu
sehingga tidak diketahui secara jelas pengaruh probiotik yang diaplikasikan
ke dalam pakan terhadap peningkatan populasi mikroba.
y = 0.0186x + 0.178 R² = 0.6992
y = 0.0181x + 0.3208 R² = 0.5714
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
1.0000
0 10 20 30
Be
rat
(gra
m)
Hari
Hari Vs Berat
Selisih dengan H-0 (kelompok kontrol)
Selisih dengan H-0 (kelompok perlakuan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
84
BAB V
KESIMPULAN DAN KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, terjadi peningkatan kadar
protein yang terdeteksi oleh spektrofotometri derivatif dengan metode
pewarnaan CBB akibat tidak berpengaruhnya probiotik dalam menghidrolisis
protein.
2. Terjadi penurunan jumlah koloni mikroba, bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol tidak berbeda signifikan, tidak ada pengaruh pemberian
pakan berprobiotik terhadap jumlah koloni mikroba
3. Bila dibdandingkan dengan kelompok kontrol, tidak terjadi peningkatan pada
pertumbuhan lobster, tidak ada pengaruh pemberian pakan berprobiotik
terhadap pertumbuhan lobster.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
B. Saran
1. Dilakukan pengecekan polutan dari sisa pakan dan feses.
2. Dilakukan pengecekkan parameter kualitas air saat hari pengambilan sampel.
3. Optimasi dosis probiotik yang tepat untuk menghasilkan efek sebagai agen
pendegradasi lingkungan dan sebagai enzyme impact .
4. Perlu dilakukan optimasi kembali terkait pelarut reagen CBB R-250 yang
digunakan dalam analisis kadar protein dalam sedimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2006, Coomasie Blue (R-250, G-250) Protein Gel Stains, Interchim, www.interchim.fr/ft/1/115252.pdf, diakses tanggal 6 November 2015.
Anonim., 2010, Thermo Scientific Pierce Protein Assay Technical Handbook, Thermo Fisher Scientific Inc, Africa, pp. 12 dan 21.
Anonim., 2013, Probiotik: Sehatkan Tambak Intensif, Trobos Media Agribisnis
dan Peternakan, http://www.trobos.com/detail_berita.pHp?sid=4113&sir=12, diakses tanggal 4 November 2015.
Bennet, P., dan Taylor, B., 2006, Living Planet, diterjemahkan oleh Aruminingsih, pp.72, Erlangga, Jakarta.
Chou, D, H., dan Morr, C, V., 1979, Functionality of Protein, J.Am, 56, 53-62.
Cruz, P, M., Ibanez, A, L., Hermosillo, O, A, M., dan Saad, H, C, R., 2012, Use of Probiotics in Aquaculture, ISRN Microbiology, 2012, 1-13.
FDA., 2013, Bioanalytical Method Validation, CDER, Food and Drug Administration.
FDA., 2014, Method Verification and Validation, ORA LAB 545, Food and Drug Administration.
Gandjar, I, G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 150, 220-226, 252-256, 463-473.
Georgiou, C, D., Grintzalis, K., Zervoudakis, G., dan Papapostolou, I., 2008, Mechanism of Coomasie Brilliant Blue G-250 Binding to Proteins : A Hydrophobic Assay for Nanogram Quantities of Proteins, Anal Bioanal
Chem, 391, 391-403.
Gunarto., dan Hendrajat, A., 2008, Budidaya Udang Vanamei, Litopenaeus
vannamei Pola Semi- Intensif dengan Aplikasi Beberapa Jenis Probiotik
Glencross, H., Ahmed, N., dan Wang, Q., 2011, Biomedical Science Practice
Experimental and Profesional Skills, Oxford University Press, New York, pp. 359-360.
Harmita., dan Radji, M., 2006, Buku Ajar Analisis Hayati, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 125-126.
Kruger N. J., 1994, The Bradford method for protein quantitation, in Methods in Molecular Biology, Vol. 32 : Basic Protein and Peptide Protocols (Walker, J.M. ed.), Humana Press, New Jersey, pp. 9-15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Kurniawan, D.,2010, Bioremediasi Sedimen Tambak Udang, Laporan Penelitian, Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman, Samarinda.
Lemme, A., 2010, Availability and Effectiveness of Free Amino Acids in Aquaculture, Universidad Autonoma de Neuvo Leon, 264-275.
Ljungh, A., dan Wadstrom, T., 2009, LactobacillusMolecular Biology From
Genomics to Probiotics, Caister Academic Press, UK, pp. 18.
Lukito, A., dan Prayugo, S., 2007, Panduan Lengkap Lobster Air Tawar, Penebar Swadaya, Jakarta, pp. 6-9, 56-74.
Marks, D, B., Marks, A, D., dan Smith, C, M., 1996, Biokimia Kedokteran Dasar
: Sebuah Pendekatan Klinis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 60, 76.
Mayer, L, M., Schick, L, L., dan Setchell, F, W., 1986, Measurement of Protein in Nearshore Marine Sediment, Inter-Research, 30,159-165.
Miller, J, N., dan Miller, J, C., 2010, Statistics and Chemometrics for Analytical
Chemistry, Ashford Colour Press, UK, pp. 104, 137, 237.
Mohaptra, S., Chakraborty, T., Kumar, V., DeBoeck, G., dan Mohanta, K. N., 2012, Aquaculuture and Stress Management : A Review of Probiotic Intervention, Animal Physiology and Animal Nutrition, 97, 405-430.
Nunn, B, L., dan Keil, R, G., 2006, A Comparison of Non-Hydrolytic Methods For Extracting Amino Acid and Proteins From Coastal Marine Sediments, Marine Chemistry, 98, 31-42.
Nur, A., 2011, Manajemen Pemeliharaan Udang Vaname, Direktorat Jendral Perikananan Budidaya Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara, Jakarta, pp. 2-10, 13-19, 23.
Nurhidayati, L., 2007, Spektrofotometri Derivatif dan Aplikasinya dalam Bidang Farmasi, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 5(2), 93-99.
Otlets, S., 2005, Methods of Analysis of Food Components and Additives, Taylor & Francis Group, United States, pp. 79.
Owusu, R, K., 2005, Food Protein Analysis Quantitative Effect on Processing,
Marcel Dekker Inc, New York, pp. 150-164.
Ramadhana, S., Fauzana, N, A., dan Ansyari, P., 2012, Pemberian Pakan Komersil dengan Penambahan Probiotik yang Mengandung Lactobacillus sp Terhadap Kecernaan dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus), Fish Scientiae, 2(4), 178-187.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Salmin., 2005, Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Slah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan, Oseana, 30(3), 21-26.
Setiawan, C., 2010, Jurus Sukses Budi Daya Lobster Air Tawar, PT Argo Media Pustaka, Jakarta, pp. 79.
Setyaningtyas, T., Andreas, R., dan Riyani, K., 2008, Potensi Humin Hasil Isolasi Tanah Hutan Damar Baturaden Dalam Menurunkan Kesadahan Air, Molekul, 3(2), 77-84.
Siboro, G, F., Melki, dan Isnaini, Laju Pertumbuhan Udang Windu (Penaeus
monodon), Ikan Bandeng (Chanos chanos), dan Rumput Laut (Eucheuma
cottonii, Gracilaria sp) pada Budidaya Polikultur dengan Padat Tebar yang Berbeda di Desa Sungai Lumpur Kabupaten OKI Sumatera Selatan, Maspari Journal, 6 (1), 46-55.
Skoog, D, A., 1983, Principles of Instrumental Analysis, Third Edition, Saunders College Publishing, Florida, pp. 213-215.
Suyanto, S, R., dan Takarina , E, P., 2009, Panduan Budi Daya Udang Windu, Penebar Swadaya, Jakarta, pp.73-75.
Tannock, W., 2005, Probiotics and Prebiotics Scientific Aspects, Caister Academic Press, UK, pp. 28-29.
Watson, A. K., Kaspar, H., Lategan, M. J., dan Gibson, L., 2008, Probiotics in Aquaculture : The Need, Principles and Mechanisms of Action and Screening Processes, Aquaculture, 274, 1-14.
Tim Agro Kanisius, 2006, Menjadi Jutawan Dengan Pembenihan Lobster Air
Tawar, Kanisius, Yogyakarta, pp, 12.
Trisna, D.E., Sasanti A. D., dan Muslim., 2013, Populasi Bakteri, Kualitas Air Media Pemeliharaan dan Histologi Benih Ikan Gabus (Chana striata), Jurnal Akukakultur Rawa Indonesia, 1, 90-1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 1. Data Tinggi Derivat Kurva Baku
Konsentrasi (mg/ml) Tinggi derivat (cm)
0,36 0,10 0,40 0,13 0,80 0,15 1,20 0,18 1,60 0,20 2,00 0,23 2,40 0,25 2,80 0,28 3,20 0,28 3,60 0,30
Lampiran 2. Perhitungan LOD dan LOQ
Kurva baku :
Persamaan Regresi Linear:
Y = 0,059x + 0,102
Nilai Linearitas:
r = 0,985
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Kurva Adisi :
Persamaan Regresi Linear:
y = 0,5836x + 0,0532
Nilai Linearitas:
r = 0,993
Lampiran 3. %D
Penambahan BSA
(gram)
Rata – rata
Konsentrasi
diketahui (mg/ml)
X Y b a Konsentrasi
ditemukan (y + a)/b
%D
10 1875 0,053 0,13 0,496 0,085 0,091 70,11 30 5625 0,160 0,15 0,496 0,085 0,131 18,09 50 9375 0,267 0,20 0,496 0,085 0,231 13,05 70 13125 0,373 0,28 0,496 0,085 0,393 5,31 90 16875 0,480 0,33 0,496 0,085 0,494 2,91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 4. %RSD
Penambahan BSA (gram)
X Y Respon Faktor (Y/X)
Rata - rata
SD
%RSD
30 0,16 0,15 0,936 0,780 0,098 12,554 50 0,27 0,20 0,741 70 0,37 0,28 0,757 90 0,48 0,33 0.688
Lampiran 5. Data penentuan kadar protein dalam sedimen (Analisis Sampel)
a. Kadar Sampel Hari Ke 0
Keterangan Rata–rata tinggi derivat (cm)
Rata–rata Konsentrasi
(mg/ml)
Rata–rata C . faktor pengencer (mg/g)
Probiotik 0,2 0,2515 117,9104 Kontrol 0,2 0,2515 117,9104
b. Kadar Sampel Hari Ke 3
Keterangan Rata–rata tinggi derivat (cm)
Rata–rata Konsentrasi
(mg/ml)
Rata–rata C . faktor pengencer (mg/g)
Probiotik 0,15 0,1659 77,7502 Kontrol 0,20 0,2340 108,2719
c. Kadar Sampel Hari Ke 5
Keterangan Rata–rata tinggi derivat (cm)
Rata–rata Konsentrasi
(mg/ml)
Rata–rata C . faktor pengencer (mg/g)
Probiotik 0,23 0,3029 142,0065 Kontrol 0,20 0,2515 117,9104
d. Kadar Sampel Hari Ke 7
Keterangan Rata–rata tinggi derivat (cm)
Rata–rata Konsentrasi
(mg/ml)
Rata–rata C . faktor pengencer (mg/g)
Probiotik 0,20 0,2515 117,9104 Kontrol 0,18 0,2173 101,8463
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
e. Kadar Sampel Hari Ke 14
Keterangan Rata-rata tinggi derivat (cm)
Konsentrasi (mg/ml)
Rata–rata C . faktor pengencer (mg/g)
Probiotik 0,13 0,1316 123,3722 Kontrol 0,15 0,1590 149,0747
f. Kadar Sampel Hari Ke 28
Keterangan Tinggi derivate (cm)
Konsentrasi (mg/ml)
Rata–rata C . faktor pengencer (mg/g)
Probiotik 0,15 0,1659 311,0007 Kontrol 0,13 0,1316 246,7443
Lampiran 6. Kandungan pakan dan merek pakan (583)
Lampiran 7. Prosesi Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 8. Sedimen
Lampiran 9. Perbandingan jumlah sedimen pada hari ke 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 10. Penentuan klor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 11. Uji Lactobacillus sp
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 12. Uji determinasi lobster
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 13. Jumlah koloni mikroba
1. kelompok kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
2. Kelompok probiotik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 14. Contoh spektrum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Lampiran 15. Spektrum Derivat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 16. Certificate of Analysis CBB-R 250
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 17. Certificate of Analysis BSA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Lampiran 18. Uji Siginifikansi Nilai Slope Jumlah Protein dalam Sedimen
selisih dengan h-0
Hari kontrol probiotik h-0
h-3 -9,6385 -40,1602 h-5 0,0000 24,0961 h-7 -16,0641 0,0000 h-14 31,1643 5,4618 h-28 128,8340 193,0903
Rumusan Masalah : Apakah ada perbedaan jumlah protein pada kelompok kontrol dengan jumlah protein kelompok probiotik ?
Uji statistik : Uji T tidak berpasangan
Operasional Hipotesis : Taraf kepercayaan 95%
Two tail T-test tidak berpasangan
H0 = X1 = X2
H1 = X1 ≠ X2
X1= jumlah protein kelompok kontrol
X2 = jumlah protein kelompok probiotik
H0 = jumlah protein kelompok kontrol sama dengan/tidak berbeda dengan jumlah protein kelompok probiotik
H1 = jumlah protein kelompok kontrol tidak sama dengan/ berbeda dengan jumlah protein kelompok probiotik
Uji T
a. T Tabel T tabel = 2,306
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
b. T Hitung
Perhitungan S :
T hitung :
Kesimpulan :
H1 diterima jika T Hitung ≥ T Tabel
-2779,90 < 2,306
H1 ditolak
jumlah protein kelompok kontrol sama dengan/ tidak berbeda dengan jumlah protein kelompok probiotik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
BIOGRAFI PENULIS
Penulis dengan skripsi “Pengaruh Pakan
Berprobiotik Terhadao Pertumbuhan dan Habitat Lobster Air Tawar Dengan Menggunakan Sistem Budidaya Permodelan” memilliki nama lengkap
Yolanda Novia Widyawati, lahir di Semarang 11 November 1993. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Henny Hardjono dan Susanto. Penulis telah menempuh pendidikan formal di TK Karangturi Semarang (1997-1999), tingkat sekolah Dasar Karangturi Semarang (1999-2005), tingkat Sekolah Menengah Pertama Kristen Krista Mitra Semarang (2005-2008), dan tingkat Sekolah
Menengah Atas (2008-2011). Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan sarjana program S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama Kuliah, penulis pernah berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti menjadi koordinator divisi dana usaha dan kosumsi pada acara Musyawarah Wilayah Joglosepur ISMAFARSI (2012), peserta program kreatifitas mahasiswa pendanaan Dikti (2013), divisi bendahara pada kegiatan TITRASI (2013), asisten praktikum Kimia Dasar (2013), asisten praktikum Farmakologi Toksikologi (2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI