kinetika kematian mikroba

62
Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sterilisasi didefinisikan sebagai suatu usaha mengeliminasi semua kehidupan mikroba yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Proses sterilisasi yang kurang tepat hanya akan menghasilkan steril sebagian (partial sterility) yang berarti masih terdapat mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang setelah proses sterilisasi dilakukan. Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan proses fisik atau dengan menggunakan bahan kimia. (Suriawiria,1986). Bahan kimia yang dapat digunakan untuk mematikan mikroba antara lain larutan NaCl 9%, KNO 3 10%, HgCl 2 0,1%, HCl 1,1%. Proses fisik untuk sterilisasi dilakukan dengan metode pemanasan dan tanpa pemanasan. Metoda dengan menggunakan panas meliputi pemanasan kering (dry heat) dan pemanasan basah dengan menggunakan uap air (moist heat). Metode sterilisasi tanpa menggunakan panas meliputi radiasi (ultraviolet, x-ray), sonicasi, dan filtrasi. 1.2 Tujuan Percobaan 1) Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses batch dan kontinyu. 2) Memahami pengaruh temperatur dan pengaruh variasi laju alir pada proses sterilisasi batch dan kontinyu terhadap kematian mikroba. 3) Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), Desimal reduction time atau destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi batch dan kontinyu.

Upload: andeska-neli-wijayanti

Post on 01-Oct-2015

246 views

Category:

Documents


40 download

DESCRIPTION

Laporan rinci

TRANSCRIPT

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Sterilisasi didefinisikan sebagai suatu usaha mengeliminasi semua kehidupan

    mikroba yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Proses sterilisasi yang kurang

    tepat hanya akan menghasilkan steril sebagian (partial sterility) yang berarti masih

    terdapat mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang setelah proses sterilisasi

    dilakukan.

    Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan proses fisik atau

    dengan menggunakan bahan kimia. (Suriawiria,1986). Bahan kimia yang dapat

    digunakan untuk mematikan mikroba antara lain larutan NaCl 9%, KNO3 10%, HgCl2

    0,1%, HCl 1,1%.

    Proses fisik untuk sterilisasi dilakukan dengan metode pemanasan dan tanpa

    pemanasan. Metoda dengan menggunakan panas meliputi pemanasan kering (dry heat)

    dan pemanasan basah dengan menggunakan uap air (moist heat). Metode sterilisasi tanpa

    menggunakan panas meliputi radiasi (ultraviolet, x-ray), sonicasi, dan filtrasi.

    1.2 Tujuan Percobaan

    1) Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses batch

    dan kontinyu.

    2) Memahami pengaruh temperatur dan pengaruh variasi laju alir pada proses sterilisasi

    batch dan kontinyu terhadap kematian mikroba.

    3) Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), Desimal reduction time

    atau destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi batch

    dan kontinyu.

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 2

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Sterilisasi

    Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi, karena

    diharapkan tidak terjadi kontaminasi yaitu di mana mikroorganisme yang tidak

    diinginkan tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda

    tergantung pada jenis material.

    a. Sterilisasi cairan

    Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang mengandung

    gula, garam fosfat, ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain. Secara umum

    ada dua cara sterilisasi cairan yaitu dengan panas dan disaring (filtrasi). Sterilasi

    dengan panas dilakukan di dalam autoclave, di mana steam tekanan tinggi

    diinjeksikan ke dalam chamber untuk mencapai temperatur 1210C dan tekanan

    tinggi (sekitar 15 psig).Durasinya bervariasi, namun umumnya diinginkan cairan

    dipertahankan pada 1210C selama minimal 15 menit. Jika termasuk waktu untuk

    heating dan cooling steps, total waktu berkisar 1-2 jam tergantung volume cairan

    yang disterilisasi. Terkadang temperatur bisa diset pada 1340C (untuk medis).

    Banyak jenis proses baik secara batch atau kontinyu yang diterapkan di industri,

    misalnya direct steam, indirect heating, indirect steam, dan lainnya.

    Cairan juga dapat disterilisasi dengan cara disaring menggunakan membran filter

    berpori 0.22 atau 0.45 mikro meter. Metoda ini cocok untuk volume cairan yang

    kecil (1-2 liter) dan bahan kimia yang bisa rusak karena panas misalnya gula dan

    protein.

    b. Sterilisasi padatan

    Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet, dan

    beberapa jenis tabung dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas

    umumnya dilakukan dengan autoclave mirip seperti sterilisasi cairan namun

    ditambah proses pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan dengan bantuan radiasi

    UV dan disemprot ethanol 70 %.Udara dalam kabinet disaring dengan filter.

    2.2 Jenis-Jenis Sterilisasi

    Meski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

    manusia, namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap mengganggu, terutama

    mikroba pathogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah mikroba

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 3

    hingga menghilangkannya sama sekali. Untuk tujuan tersebut, dapat dilakukan dengan

    beberapa cara, antara lain:

    Desinfeksi

    Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian besar mikroorganisme dari

    benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat dihilangkan.

    Pasteurisasi

    Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan mikroba tanpa

    mematikan sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan pada

    suhu 620C selama 30 menit, pemanasan 71740C selama 20 detik, atau pemanasan

    85870C selama 5 detik.

    Sterilisasi

    Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme

    dengan cara menghilangkan seluruhnya (bakteri, jamur, parasit, virus, termasuk

    bakteri endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai

    proses bioteknologi, salah stunya dalam proses fermentasi. Sterilisasi diantaranya:

    - Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan

    semua jenis makhluk hidup yang ada dalam media, dilakukan sebelum inokulasi

    kultur.

    - Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup dari ruang

    fermentor, termasuk udara secara kontinyu

    - Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses fermentasi

    - Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi

    Sterilisasi secara fisika dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau sekadar

    mencegah mikroba masuk kesistem kita.Sterilisasi fisik dengan membunuh mikroba

    dapat dilakukan dengan penggunaan panas, freezing (pembekuan), penggunaan garam

    berkonsentrasi tinggi, dll.Sementara sterilisasi fisik tanpa membunuh mikroba dapat

    dilakukan dengan filtrasi. Filtrasi merupakan upaya untuk meminimalisasi kontaminasi

    mikroorganisme dengan cara menyaring sesuatu dengan filter berukuran tertentu

    sehingga sebagian mikroba tidak dapat melewatinya. Cara ini tidak membunuh mikroba

    yang ada, hanya meminimalisasi agar mikroba tidak terbawa.

    Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling mungkin

    dilakukan adalah dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas basah maupun panas

    kering. Sterilisasi panas basah seringkali digunakan untuk sterilisasi media dan bahan

    bahan lainnya sementara panas kering untuk sterilisasi alatalat. Faktorfaktor yang

    mempengaruhi sterilisasi panas antara lain:

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 4

    Jenis dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan

    Morfologi mikroorganisme

    Komposisi media fermentasi

    pH

    Ukuran partikel tersuspensi

    Temperatur yang digunakan

    Durasi proses sterilisasi

    Keberadaan air

    Sterilisasi panas dapat dilakukan secara batch maupun kontinyu:

    Sterilisasi Batch

    Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan uap panas

    ke dalam mantel fermentor atau coil yang terdapat pada bagian dalam fermentor.

    Cara ini disebut metoda tidak langsung. Atau dengan cara menghilangkan uap panas

    langsung ke dalam larutan medium (metoda langsung). Metoda langsung

    membutuhkan uap panas murni, yaitu bebas dari bahan kimia tambahan seperti

    senyawa antikarat yang panyak digunakan dalam proses produksi uap. Di samping

    itu, metoda langsung akan mengakibatkan bertambahnya volume cairan media

    dalam fermentor karena adanya kondensasi uap yang digunakan.

    Sterilisasi Kontinyu

    Site mini memberikan keuntungan berupa minimalnya kemungkinan kerusakan

    medium tetapi mengkinsumsi banyak energi.Temperatur yang dibutuhkan untuk

    sterilisasi sistem ini adalah 1400C dengan waktu hanya 30 hingga 120 detik.Alat

    yang digunakan dapat berupa continue plate heat exchange dan continue injection

    flash cooler. Kelebihan continue injection flash cooler antara lain:

    o Dapat digunakan untuk media yang mengandung bahan padat tersuspensi

    o Biaya lebih murah

    o Mudah dibersihkan

    o Pemanasan dan pendinginan lebih cepat

    o Penggunaan uap lebih efisien

    Adapun Kekurangannya antara lain:

    o Dapat terbentuk buih saat pemanasan dan pendinginan

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 5

    o Adanya kontak langsung antara media dan uap panas yang murni, yaitu bebas

    dari bahan anti karat.

    2.3 Kinetika Kematian Mikroba

    Proses panas secara komersial umumnya didesain untuk menginaktifkan

    mikroorganisme yang ada pada makanan yang dapat mengancam kesehatan manusia dan

    mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk ke tingkat yang rendah, sehingga peluang

    terjadinya kebusukan sangat rendah. Dalam desain proses termal, ada dua hal yang harus

    diketahui, yaitu karakteristirk ketahanan panas mikroba dan profil pindah panas dari

    medium pemanas ke dalam bahan pada titik terdinginnya. Karakteristik ketahanan panas

    dinyatakan dengan nilai D dan nilai Z. Untuk mencapai level pengurangan jumlah

    mikroba yang diinginkan, amaka ditentukan siklus logaritma pengurangan mikroba.

    Kemudian dihitung nilai sterilitasnya pada suhu tertentu (Fo). Nilai Fo ini ditentukan

    sebelum proses termal berlangsung. Nilai Fo dapat dihitung pada suhu standar atau pada

    suhu tertentu, dimana untuk menghitungnya perlu diketahui nilai D dan nilai Z.

    Nilai D menyatakan ketahahanan panas mikroba atau sensitifitas mikroba oleh

    suhu pemanasan.Nilai D didefinisikan sebagai waktu dalam menit pada suhu tertentu

    yang diperlukan untuk menurunkan jumlah spora atau sel vegetatif tertentu sebesar 90%

    atau satu logaritmik.Setiap mikroba memiliki nilai D pada suhu tertentu.Semakin besar

    nilai D suatu mikroba pada suatu suhu tertentu, maka semakin tinggi ketahahan panas

    mikroba tersebut pada suhu yang tertentu.Nilai D umumnya dinyatakan pada suhu

    standar.Untuk bakteri mesofilik atau termofilik umumnya menggunakan suhu standar

    1210C, sedangkan untuk sel vegetatif, khamir, atau kapang umumnya menggunakan suhu

    yang lebih rendah (80-100C). Nilai D pada suhu standar ini sering dituliskan dengan

    nilai Do.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas proses termal pencapaian

    kecukupan proses panas sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, faktor-

    faktor yang mempengaruhi proses termal harus dikontrol dengan baik dan dikendalikan.

    Berdasarkan persyaratan pendaftaran ke FDA, terdapat faktor-faktor kritis yang dapat

    mempengaruhi proses pemanasan dan sterilisasi, yang dapat berbeda antara satu produk

    dengan produk lainnya. Di antara faktor-faktor kritis yang perlu diidentifikasi

    pengaruhnya adalah: (a) karakteristik bahan yang dikalengkan (pH keseimbangan,

    metoda pengasaman, konsistensi/viskositas dari bahan, bentu/ukuran bahan, aktivitas air,

    persen padatan, rasio padatan/ cairan, perubahan formula, ukuran partikel, jenis

    pengental, jenis pengawet yang ditambahkan, dan sebagainya), kemasan (jenis dan

    dimensi, metoda pengisian bahan ke dalam kemasan), (b) proses dalam retort (jenis

    retort, jenis media pemanas, posisi wadah dalam retort, tumpukan wadah, pengaturan

    kaleng, kemungkinan terjadinya nesting.

    Bacillus cereus merupakan bakteri gram-positif, aerobik, batang pembentuk

    spora, kadang-kadang memperlihatkan reaksi gram-negatif.Bacillus cereus merupakan

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 6

    bakteri fakultatif anaerob dengan ukuran sel-sel vegetatif dalam bentuk rantai.Beberapa

    galur bersifat psikotropik, dan galur lainnya bersifat mesofilik dan termofilik.Beberapa

    tidak dapat tumbuh pada makanan dingin yang disimpan panas pada suhu di atas 60C.

    Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies

    utamabakterigram negatif.Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-40C, optimum

    pada 37C.Pada umumnya, bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah

    kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya.E.

    colibanyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika.Biasa digunakan sebagai

    vektoruntuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan.E. coli

    dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.

    Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia.Bakteri ini

    terogolong baketri mesofilik.Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan

    menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu,

    Pseudomonas aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan

    pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi.Bakteri ini dapat juga

    tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan

    pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Bakteri ini

    adalah jenis bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunyai flagella polar

    sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 m. Bakteri ini tidak

    menghasilkan spora dan tidak dapat memfermentasikan karbohidrat.

    Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas pada proses

    sterilisasi. Tabel 2.1 menunjukan ketahanan relatif beberapa jenis mikroba terhadap

    panas yang tinggi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan

    basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain.

    Siklus sterilisasi dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga

    mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses

    sterilisasi maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin berkurang.

    Tabel 2.1 Ketahanan relatif beberapa jenis mikroba terhadap panas basah

    Jenis Mikroba Ketahanan Relatif Terhadap

    Panas

    Bakteri vegetative dan khamir 1

    Virus dan bakteriofage 1-5

    Spora kapang 2-10

    Spora bakteri 3 x 106

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 7

    Tabel 2.2 Pengaruh suhu dan waktu sterilisasi terhadap kematian spora

    Pengaruh waktu sterilisasi terhadap jumlah spora yang bertahan menunjukan

    karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik mikroba atau termofilik pada awal proses

    sterilisasi mengalami peningkatan populasi spora kemudian dengan bertambahnya waktu

    sterilisasi spora yang hidup semakin berkurang. Panas yang diberikan pada awal proses

    justru akan meningkatkan populasi mikroba termofil dan setelah temperatur pemanasan

    mencapai temperatur yang mengakibbatkan kematian mikroba (lethal temperatur), maka

    secara perlahan jumlah mikroba yang hidup berkurang.

    Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba oleh pemanasan

    dapat mengikuti persamaan linearorde -1.

    Persamaannya :

    (2.1)

    N = jumlah mikroba

    T = waktu pemanasan

    Kd = konstanta laju kematian mikroba

    Integrasi persamaan 2.1 menjadi :

    t ... (2.2)

    N0 = jumlah mikroba sebelum pemanasan pada t = 0

    Nt = jumlah mikroba setelah pemanasan periode t

    Logaritma normal persamaan memberikan korelasi linear terhadap waktu, N0

    sering disebut level kontaminasi (jumlah mikroba sebelum pemanasan kontaminasi

    mikroba sebelum disterilisasi ) dan Nt adalah level sterilisasi.

    Dalam proses sterilisasi dikenal istilah decimal reduction time atau destruction

    value (D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam menit pada suhu

    Suhu Sterilisasi (oC) Waktu yang Diperlukan untuk

    Mematikan Spora (menit)

    116 30

    118 18

    121 12

    125 8

    132 2

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 8

    tertentu untuk mengurangi jumlah sel vegetatif atau spora sehingga mikroba yang

    bertahan berkurang menjadi 1/10. Sehingga persamaan 2.2 dapat dituliskan:

    . (2.3)

    D

    .. (2.4)

    Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada temperatur,

    mengikuti persamaan Arhenius, apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan

    diperoleh sebuah garis lurus gradient Ed/R.

    .. (2.5)

    .. (2.6)

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 9

    BAB III

    METODOLOGI PERCOBAAN

    3.1 Alat dan Bahan

    3.1.1 Alat yang Digunakan

    Table 3.1 Alat yang digunakan dalam metode batch dan kontinyu

    Alat Spesifikasi Jumlah

    Beker glass 1000 Ml 2 buah

    Water bath - 1 buah

    Hot plate - 1 buah

    Tabung reaksi

    steril

    - 15 buah

    Termometer - 1 buah

    Mikroskup - 1 buah

    Kaca preparat +

    cover glass

    - 5 buah

    Pembakar spiritus - 1 buah

    Pipet tetes - 5 buah

    Pipet ukur 10 mL 5 buah

    Coil - 1 buah

    3.1.2 Bahan yang Digunakan

    Table 3.2 Bahan yang digunakan dalam metode batch dan kontinyu

    Bahan Jumlah

    Fermipan spatula

    Methyl Blue -

    Alkohol -

    Es untuk pendingin -

    Media fermentasi GYEA

    - Yestekstrak

    - Pepton

    7 gram

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 10

    - Sukrosa 14 gram

    28 gram

    3.2 Prosedur Kerja

    3.2.1 Kinetika Kematian Mikroba dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

    Mengulangi langkah ke-2 untuk temperatur T2 dan T3

    Mengulangi langkah ke-5 untuk waktu t2, t3 dan t4

    Mengamati jumlah sel hidup dan sel mati (duplo)

    Meneteskan sampel biakan dalam dalam kaca preparat

    Masukkan 4 tabung ke dalam beker glass berisi es

    Memanaskan 4 tabung reaksi yang berisi biakan selama t1

    Mengamati jumlah sel hidup dan sel mati (duplo)

    Meneteskan sampel biakan dalam kaca preparat

    Memindahkan biakan dalam media cair ke dalam 5 tabung reaksi masing-masing 10 mL

    Memanaskan 500 mL air T = T1

    Methilen Blue

    Methilen Blue

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 11

    3.2.2 Kinetika Kematian Mikroba dan Teknik Sterilisasi Secara Kontinyu

    3.2.2.1 Kalibrasi Laju Alir

    3.2.2.2 Penentuan Volume Pipa Coil

    Mengulangi langkah diatas untuk skala yang lain

    Melakukan pengamatan secara duplo

    Menampung cairan

    Mengatur skala pompa pada nilai %

    Melakukan kalibrasi

    Menyusun rangkaian alat

    Menguhitung volume coil yang terendam (V pipa)

    Mengukur panjang coil yang terendam air penangas

    Mengukur diameter coil

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 12

    3.2.2.3 Proses Sterilisasi Kontinyu

    Mengulangi proses sterilisasi pada suhu T2 dan T3

    Mengamati jumlah sel hidup dan sel mati yang keluar

    Menampung media pada aliran keluaran

    Mengatur laju alir (q1) biakan dalam media cair

    Memanaskan water bath

    T=T1

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 13

    BAB IV

    HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Data Pengamatan

    4.1.1 Sterilisasi Batch

    Table 4.1 Sampel Sebelum Pemanasan

    Sel Hidup (Nt) Sel Mati Jumlah Sel Total (N0)

    Jumlah Fraksi Jumlah Fraksi

    69 1 0 0 69

    89 1 0 0 89

    T1 : 430C

    Table 4.2 Jumlah Sel Hidup dan Sel Mati pada Sterilisasi Batch

    No t

    (menit)

    Sel Hidup (Nt) Sel Mati Jumlah Sel

    Total

    (N0) Jumlah Fraksi Jumlah Fraksi

    1 7 165 0,859 27 0,141 192

    17 0,212 63 0,787 80

    2 14 177 0,946 10 0,053 187

    167 0,954 8 0,045 175

    3 21 25 0,625 15 0,375 40

    24 0,400 36 0,600 60

    4 28 239 0,979 5 0,020 244

    158 0,975 4 0,025 162

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 14

    T2 : 480C

    Table 4.3 Jumlah Sel Hidup dan Sel Mati pada Sterilisasi Batch

    No t

    (menit)

    Sel Hidup (Nt) Sel Mati Jumlah Sel

    Total

    (N0) Jumlah Fraksi Jumlah Fraksi

    1 7 100 0,757 32 0,242 132

    105 0,921 9 0,079 114

    2 14 144 0,979 3 0,020 147

    199 0,961 8 0,038 207

    3 21 422 0,967 14 0,032 436

    152 0,905 16 0,095 168

    4 28 3 0,031 94 0,969 97

    119 0,821 26 0,179 145

    T3 : 530C

    Table 4.4 Jumlah Sel Hidup dan Sel Mati pada Sterilisasi Batch

    No T

    (menit)

    Sel Hidup (Nt) Sel Mati Jumlah

    Sel Total

    (N0)

    Jumlah Fraksi Jumlah Fraksi

    1 7 207 0,892 25 0,107 232

    201 0,844 37 0,155 238

    2 14 43 0,694 19 0,306 62

    39 0,780 11 0,220 50

    3 21 7 0,149 40 0,851 47

    12 0,245 37 0,755 49

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 15

    4 28 104 0,662 53 0,337 157

    137 0,617 85 0,382 222

    4.1.2 Sterilisasi Kontinyu

    Volume Coil

    Spesifikasi Coil:

    Banyaknya lilitan : 26 lilitan

    Diameter : 0.3 cm

    T antenna 1 : 5 cm

    T antenna 2 : 3.8 cm

    Volume coil : 26 mL

    V coil terendam, : 25 mL

    Table 4.5 Kalibrasi Laju Alir

    No % Skala Pompa Volume (ml) Waktu (detik)

    1 70 24 120

    2 75 26 120

    3 80 27 120

    4 85 28 120

    Table 4.6 Sampel Sebelum Pemanasan

    Sel Hidup (Nt) Sel Mati Jumlah Sel Total (N0) Jumlah Fraksi Jumlah Fraksi

    15 0,41 21 0,58 36

    12 0,57 9 0,43 21

    T1 : 400C

    Table 4.7 Jumlah Sel Hidup dan Sel Mati pada Sterilisasi Kontinyu

    No % Skala

    Pompa

    Sel Hidup (Nt) Sel Mati Jumlah Sel

    Total

    (N0) Jumlah Fraksi Jumlah Fraksi

    1 70 148 0,99 2 0,01 150

    578 0,78 165 0,22 743

    2 75 48 0,56 37 0,44 85

    251 0,93 20 0,17 271

    3 80 71 0,85 13 0,15 84

    184 0,92 15 0,08 199

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 16

    4 85 121 0,89 15 0,11 136

    53 0,62 33 0,38 86

    T2 : 500C

    Table 4.8 Jumlah Sel Hidup dan Sel Mati pada Sterilisasi Kontinyu

    No % Skala

    Pompa

    Sel Hidup (Nt) Sel Mati Jumlah Sel

    Total

    (N0) Jumlah Fraksi Jumlah Fraksi

    1 70 16 0,31 35 0,69 51 64 0,83 11 0,17 75 2 75 87 0,90 10 0,10 97 21 0,72 8 0,28 29 3 80 259 0,94 18 0,06 277 380 0,96 16 0,04 396 4 85 148 0,93 12 0,07 160 180 0,91 17 0,09 197

    T3 : 600C

    Table 4.9 Jumlah Sel Hidup dan Sel Mati pada Sterilisasi Kontinyu

    No % Skala

    Pompa

    Sel Hidup (Nt) Sel Mati Jumlah Sel

    Total

    (N0) Jumlah Fraksi Jumlah Fraksi

    1 70 216 0,62 134 0,38 350 186 0,64 106 0,36 292 2 75 221 0,71 91 0,29 312 232 0,57 173 0,43 405 3 80 134 0,64 77 0,36 211 89 0,58 65 0,42 154 4 85 369 0,73 136 0,27 505 279 0,59 97 0,41 476

    4.2 Pengolahan Data

    4.2.1 Sterilisasi Batch

    Tabel 4.10 Hasil perhitungan Ln

    untuk variasi suhu dan waktu berbeda pada

    sterilisasi batch

    T (oC) t

    (menit) Ln

    Rata-rata (Ln

    )

    43 7 -0,15 -0,85

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 17

    -1,55

    14 -0,05 -0,05

    -0,05

    21 -0,47 -0,69

    -0,92

    28 -0,02 -0,11

    -0,20

    48 7 -0,28 -0,18

    -0,08

    14 -0,02 -0,06

    -0,04

    21 -0,03 -0,06

    -0,10

    28 -3,48 -1,88

    -0,28

    53 7 -0,11 -0,14

    -0,17

    14 -0,37 -0,31

    -0,25

    21 -1,90 -1,65

    -1,41

    28 -0,41 -0,44

    -0,48

    Grafik 4.1 Grafik hubungan antara Ln

    terhadap t (waktu) untuk variasi suhu

    berbeda pada sterilisasi batch

    y = -0.0165x R = -0.659

    y = -0.0381x R = 0.3962

    y = -0.0356x R = 0.1742

    -2

    -1.8

    -1.6

    -1.4

    -1.2

    -1

    -0.8

    -0.6

    -0.4

    -0.2

    0

    0 5 10 15 20 25 30

    T1=43

    T2=48

    T3=53 C

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 18

    Table 4.11 Kd, ln Kd, dan 1/T untuk Sterilisasi Batch

    T (temperature) 1/T

    (0C)

    Kd

    (

    )

    Ln Kd D

    (

    )

    43 0.023 0,016 -4,135 143,911

    48 0.021 0,038 -3,270 60,594

    43 0.019 0,035 -3,352 65,788

    Grafik 4.2 Grafik hubungan antara Ln Kd terhadap 1/T untuk Sterilisasi

    Batch

    Perhitungan Ed:

    Y = -170,9x

    Berdasarkan persamaan :

    Maka,

    = 170,9

    y = -170.9x R = 0.6613

    -4.3

    -4.1

    -3.9

    -3.7

    -3.5

    -3.3

    -3.1

    -2.9

    0.018 0.019 0.02 0.021 0.022 0.023 0.024

    Ln Kd

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 19

    Ed = 170,9 x 0,082

    Ed = 14.01 Joule

    4.2.2 Sterilisasi Kontinyu

    Table 4.12 Hasil perhitungan Q dan

    No

    Skala

    Pompa

    (%)

    Volume

    (ml)

    Waktu

    (detik)

    Q (ml/detik)

    Q =

    (detik)

    =

    1 70 24 120 0.200 125 2 75 26 120 0.217 115.21 3 80 27 120 0.225 111.11 4 85 28 120 0.233 107.29

    Tabel 4.13 Hasil perhitungan Ln

    untuk variasi suhu, %skala pompa, dan waktu

    tinggal yang berbeda pada sterilisasi kontinyu

    T (oC) % skala pompa (detik) Ln

    Rata-rata (Ln

    )

    40 70 125 -0,01 -0,13

    -0,25

    75 115,21 -0,57 -0,33

    -0,08

    80 111,11 -0,17 -0,13

    -0,08

    85 107,29 -0,12 -0,30

    -0,48

    50 70 125 -1,16 -0,06

    -0,16

    75 115,21 -0,11 -0,23

    -0,32

    80 111,11 -0,07 -0,05

    -0,04

    85 107,29 -0,08 -0,08

    -0,09

    60 70 125 -0,48 -0,46

    -0,45

    75 115,21 -0,34 -0,45

    -0,56

    80 111,11 -0,45 -0,50

    -0,55

    85 107,29 -0,31 -0,30

    -0,30

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 20

    Grafik 4.3 Grafik hubungan antara Ln

    terhadap (waktu tinggal) pada sterilisasi

    kontinyu

    Table 4.14 Kd, ln Kd, 1/T dan D untuk Sterilisasi kontinyu

    1/T

    (0C)

    Kd

    (

    )

    Ln Kd D

    (

    )

    40 0.03 0,001 -6,907 2302,58

    50 0.02 0,000 - -

    60 0.02 0,003 -5,809 767,52

    y = -0.0019x R = -0.145

    y = -0.0009x R = -0.008

    y = -0.0033x R = -0.217

    -0.6

    -0.5

    -0.4

    -0.3

    -0.2

    -0.1

    0

    105 110 115 120 125 130

    T1=40 C

    T2=50 C

    T3=60 C

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 21

    Grafik 4.4 Grafik hubungan antara Ln Kd terhadap 1/T pada sterilisasi kontinyu

    Perhitungan Ed:

    Y = -248,7x

    Berdasarkan persamaan :

    Maka,

    = 248,7

    Ed = 248,7 x 0,082

    Ed = 20,39 Joule

    y = -248.76x R = -0.666

    -8

    -7.5

    -7

    -6.5

    -6

    -5.5

    -5

    -4.5

    -4

    0.018 0.02 0.022 0.024 0.026 0.028 0.03 0.032

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 22

    4.3 Pembahasan

    4.3.1 Pembahasan oleh Andeska Neli Wijayanti

    Praktikum kali ini berjudul kinetika kematian dan sterilisasi media secara

    batch dan kontinyu yang bertujuan untuk menguasai teknik sterilisasi media dengan

    menggunakan panas pada proses batch dan kontinyu, memahami pengaruh temperatur

    dan pengaruh variasi laju alir pada proses sterilisasi batch dan kontinyu terhadap

    kematian mikroba, menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), desimal

    reduction time atau destruction value (D), dan Energi Aktivasi (Ed) pada proses

    sterilisasi batch dan kontinyu.

    Praktikum diawali dengan pembuatan media GYEA sebanyak 1 liter untuk 2

    kelompok dengan komposisi terdiri dari 5 gram yeast ekstrak, 10 gram pepton dan 20

    gram sukrosa, kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 1 liter. Media yang telah

    larut dan homogen lalu disterilkan di dalam autoclave pada selama 30 menit. Setelah

    itu media yang telah disterilisasi didinginkan sampai mencapai suhu ruangan untuk

    selanjutnya disimpan di showcase untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada

    media oleh mikroba lainnya.

    Praktikum pertama yang dilakukan adalah kinetika kematian mikroba secara

    kontinyu. Sehari sebelum melakukan praktikum, praktikan melakukan penanaman

    fermipan seujung spatula pada media yang telah disiapkan sebelumnya, media yang

    telah ditanami oleh bakteri tersebut selanjutnya di inokulasi dengan dimasukan

    kedalam incubator shaker selama 1 hari dan suhu 370C. Sehari setelah penanaman

    permipan, praktikan melakukan praktek dengan pertama-tama mempersiapkan

    peralatan, serta mengeluarkan mikroba dari incubator shaker. Setelah peralatan dan

    bahan-bahan telah siap untuk dioperasikan dilakukan kaklibrasi laju alir terlebih

    dahulu pada skala pompa 70%, 75%, 80% dan 85%, yaitu dengan cara mengatur skala

    pompa yang diinginkan lalu pompa peristaltik dinyalakan maka larutan akan mengalir

    menuju kolom dan mengalir menuju gelas penampung, lalu diukur volume yang

    tertampung selama 120 detik. Laju alir larutan pada skala pompa tersebut adalah

    volume cairan yang tertampung dibagi dengan waktunya (120 detik), kaliberasi

    dilakukan secara duplo untuk mendapatkan hasil yang akurat. Semakin besar skala

    pompa yang dioperasikan semakin besar pula laju alir yang terukur.

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 23

    Setelah itu dilakukan pengukuran volume satu siklus, dengan cara

    mengeluarkan seluruh cairan yang ada pada selang dan coil, dilakukan pula

    pengukuran volume coil dengan cara mengisi coil sampai penuh lalu cairan tersebut

    dikeluarkan dan dilakukan pengukuran volume coil yang terendam dengan cara

    mengukur panjang dan diameter coil yang tidak terendam, adapun volume coil yang

    terendam adalah volume coil dikurangi dengan volume coil yang tidak terendam,

    menurut pengukuran diperoleh volume coil yang terendam adalah 25mL.

    Setelah dilakukan kaliberasi alat dan pengukuran volume, dilakukan

    percobaan kinetika kematian secara kontinyu pada skala pompa 70% dengan laju alir

    0,2mL per detik pertama-tama media yang dilengkapi oleh magnetic stirrer dialirkan

    kedalam selang dan kolom serta dilakukan sampling pada setiap variasi suhu ( 400C,

    500C dan 60

    0C), sempel ditampung pada tabung reaksi. Setelah semua variasi suhu

    pada laju alir yang sama telah diambil sempelnya, dilakukan perubahan laju alir dan

    media dikeluarkan terlebih dahulu sebanyak volume satu siklus. Langkah tersebut

    diulangi dengan variasi skala pompa yang berbeda (70%,75%, 80% dan 85%) dan

    suhu yang berbeda pula ( 400C, 50

    0C dan 60

    0C), proses dilakukan secara aseptis.

    Sempel yang telah diambil disimpan pada baskom yang berisi es batu dengan tujuan

    agar tidak ada mikroba yang berkembang atupun mati karena mikroba ada pada

    kondisi shock thermal.

    Selama proses sterilisasi kontinyu berlangsung dilakukan pengamatan mikroba

    yang mati dan hidup pada sempel yang telah diambil, dengan cara meneteskan sempel

    ke atas kaca preparat lalu ditmbahkan 1 tetes methylen blue sebagai zat warna lalu

    diratakan dan ditutup dengan kaca yang lebih tipis. Yang akan dapat praktikan amati

    adalah sel hidup akan tampak berwarna bening karena sel yang hidup masih memiliki

    dinding sel utuh yang bersifat selektif permeable dan sel mati akan tampak berwarna

    gelap karena mikroba yang mati akan menyerap warna dari methylen blue karena

    dinding sel mikroba yang mati telah rusak sehingga selnya menjadi warna biru.

    Pengamatan dilakukan secara duplo untuk mendapatkan hasil yang akurat, jumlah sel

    hidup dan sel mati dihitung secara manual.

    Selanjutnya dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa pada suhu 400C

    dengan skala pompa yang semakin tinggi, presentasi jumlah sel yang mati terjadi

    naik-turun atau fluktuatif, sedangkan pada suhu 500C dengan skala pompa yang

    semakin tinggi, presentasi jumlah sel mati semakin sedikit dan untuk suhu 600C

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 24

    semakin tinggi skal pompa yang dioperasikan presentasi jumlah sel yang mati naik-

    turun. Seharusnya pada suhu yang sama dengan skala pompa yang semakin tinggi

    presentasi jumlah sel yang mati semakin turun, karena waktu tinggal dari mikroba di

    dalam coil yang terpanaskan semakin sebentar. Dari data tersebut praktikan

    memplotkan nilai Ln

    terhadap (waktu tinggal) pada grafik, sehingga akan

    diperoleh nilai kd sebagai slope-nya. Nilai Kd untuk sterilisasi kontinyu pada suhu

    400C, 50

    0C dan 60

    0C berturut-turut adalah 0,001; 0,000 dan 0,003. Nilai kd

    bergantung pada suhu sterilisasinya, berdasarkan persamaan arrhenius yaitu

    semakin besar suhu, maka seharusnya nilai kd-nya akan semakin besar

    pula karena kd adalah konstanta laju kematian mikroba dimana semakin tinggi

    suhunya maka laju kematian mikrobanya-pun akan semakin cepat. Namun pada

    percobaan yang dilakukan nilai kd-nya fluktuatif, hal ini bisa disebabkan oleh

    beberapa faktor diantaranya adanya kontaminasi pada sampel yang diamati, kesalahan

    saat penghitungan jumlah sel hidup dan matinya, kurang sterilnya media yang

    digunakan sehingga adanya kontaminan mikroba lain pada media, kurang aseptisnya

    proses percobaan yang dilakukan, serta kurang tepat saat mengambil bidang pandang

    bagian mikroba yang diamti di mikroskop.Selanjutnya untuk menghitung jumlah

    energi yang terlibat, nilai ln Kd yang diperoleh dialurkan terhadap 1/T, maka akan

    didapatkan garis dengan slope yang merupakan nilai Ed/R. Dari percobaan, energi

    yang terlibat dalam proses sterilisasi ini adalah sebesar 20,39 Joule. Selain diperoleh

    nilai Kd dan Ed diperoleh juga nilai D atau decimal reduction time untuk sterilisasi

    secara kontinyu yang dapat diperoleh dengan cara memasukkan nilai Kd ke dalam

    persamaan D=

    . Nilai D ini merupakan nilai yang menentukan waktu yang

    dibutuhkan (dalam menit) pada suhu tertentu untuk mengurangi jumlah sel vegetative

    atau spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang menjadi 1/10 dari jumlah

    awalnya. Adapun nilai D yang diperoleh dari percobaan untuk temperatur 40, 50, dan

    600C berturut-turut adalah 2302,58; - ;767,52. Dari praktikum nilai D yang diperoleh

    nilainya fluktuatif dengan suhunya yang semakin meningkat bahkan pada suhu 500C

    nilai D nya tidak dapat dihitung.

    Setelah praktikum kinetika kematian mikroba secara kontinyu selesai,

    praktikan membuat media GYEA sebanyak 1 liter untuk 2 kelompok dengan

    komposisi terdiri dari 5 gram yeast ekstrak, 10 gram pepton dan 20 gram sukrosa,

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 25

    kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 1 liter, media tersebut digunakan untuk

    minggu ke-3 praktikum kinetika kematian mikroba secara batch. Media yang telah

    larut dan homogen lalu disterilkan di dalam autoclave pada selama 30 menit. Setelah

    itu media yang telah disterilisasi didinginkan sampai mencapai suhu ruangan untuk

    selanjutnya disimpan di showcase untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada

    media oleh mikroba lainnya.

    Sehari sebelum melakukan praktikum kinetika kematian mikroba secara batch,

    dilakukan penanaman permipan terlebih dahulu, penanaman dilakukan secara aseptis

    dengan mengeluarkan media dari showcase terlebih dahulu untuk menyamakan suhu

    media dengan suhu ruangan selanjutnya dimasukan seujung spatula permipan. Media

    kemudian dimasukan kedalam incubator shaker selama 1 hari agar mikroba dapat

    tumbuh.

    Pada minggu ke-3 dilakukan praktikum kinetika kematian mikroba secara

    batch. Peralatan yang digunakan lebih sederhana praktikum dilaksanakan dengan cara

    memipet 10mL media kedalam 13 tabung reaksi yang kemudian tabung reaksi tersbut

    akan disimpan pada gelas kimia yang diletakan pada waterbath yang kemudian pada

    menit ke 7, 14, 21 dan 28 tabung reaksi dikeluarkan dan disimpan di dalam baskom

    yang telah diisi es batu. Praktikum dilaksanakan dengan 3 variasi suhu yaitu 430C,

    480C, 53

    0C dan 4 variasi waktu yaitu 7 menit, 14 menit, 21 menit dan 28 menit.

    Sempel yang telah diambill selanjutnya diamati dengan perlakuan yag sama dengan

    sempel yang diambil pada sterilisasai kontinyu, pengamatan dilakukan secara duplo

    untuk memperoleh hasil yang akurat.

    Dari sempel yang diamati diperoleh data berupa jumlah sel hidup dan jumlah

    sel mati, kemudian data tersebut digunakan untuk mendapatkan nilai Kd dan Ed nya

    dengan cara memplotkan nilai Ln Nt/No terhadap waktu sterilisasinya pada grafik.

    Nilai Kd diperoleh dari slope grafik tersebut, adapun nilai Kd pada praktikum kali ini

    pada suhu 430C, 48

    0C dan 53

    0C berturu-turut adalah 0,016; 0,038 dan 0,035 . Nilai

    Kd atau konstanta kematina mikroba bergantung kepada suhu sterilisasinya,

    berdasarkan persamaan semakin besar suhu sterilisasai maka nilai Kd nya akan

    semakin besar namun pada praktikum kali ini nilai Kd yang diperoleh tidak sesuai

    dengan teori, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurang

    aseptisnya proses yang berlangsung, terkontaminasinya media yang digunakan, dan

    kurang tepatnya pengambilan bidang pengamatan yang dihitung sel hidup dan

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 26

    matinya. Nilai Ed atau energi yang terlibat dalam proses sterilisasi ini bisa diperoleh

    dari persamaan

    , adapun nilai Ed pada praktikum kali ini adalah

    14,01 J. Dari percobaan ini selain diperoleh nilai Kd dan Ed diperoleh juga nilai D

    atau decimal reduction time yang dapat diperoleh dengan cara memasukkan nilai Kd

    ke dalam persamaan D=

    . Nilai D ini merupakan nilai yang menentukan waktu

    yang dibutuhkan (dalam menit) pada suhu tertentu untuk mengurangi jumlah sel

    vegetative atau spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang menjadi 1/10 dari

    jumlah awalnya. Adapun nilai D yang diperoleh dari percobaan untuk temperatur 43,

    48, dan 530C berturut-turut adalah 143,911;60,594 dan 65,788. Dari praktikum nilai

    D yang diperoleh nilainya fluktuatif dengan suhunya yang semakin meningkat.

    4.3.2 Pembahasan oleh Dila Adila

    Praktikum ini bertujuan untuk menguasai teknik sterilisasi media dengan

    menggunakan panas pada proses batch dan kontinyu, memahami pengaruh

    temperature, waktu tinggal dan laju alir terhadap kematian mikroba dan menentukan

    nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), Decimal reduction time atau destruction

    value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi.

    Langkah pertama yang dilakukan praktikan saat pekan pembicaraan yaitu

    mempersiapkan media sebagai inokulum untuk pertumbuhan mikroba fermipan (ragi).

    Media yang digunakan sebanyak 1 liter untuk 2 kelompok yang melakukan

    praktikum. Media tersebut terdiri dari 5 gram yeast ekstrak, 10 gram pepton dan 20

    gram sukrosa, kemudian tambahkan aquadest hingga volumenya 1 liter. Kemudian

    media di sterilisasi menggunakan autoclave selama 1 jam, setelah disterilisasi media

    didinginkan pada suhu ruangan hingga suhu media sama dengan suhu ruangan

    kemudian media tersebut disimpan di showcase.

    Pada minggu kedua dan sehari sebelum melakukan praktikum, inokulum

    dikeluarkan dari showcase dan didiamkan hingga suhunya sama dengan suhu

    ruangan. Kemudian praktikan memasukan fermipan seujung spatula ke dalam

    inokulum yang suhunya sudah sama dengan suhu ruangan, semuanya dilakukan

    dengan kondisi aseptis. Lalu inokulum diinkubasi pada incubator shaker selama 24

    jam dengan suhu 370C. Keesokan harinya praktikan melakukan praktikum kinetika

    kematian mikroba dengan sterilisasi kontinyu terlebih dahulu. Praktikan menyiapkan

    reactor dan melakukan kalibrasi dengan skala pompa yang berbeda. Nilai skala pompa

    yang digunakan untuk kalibrasi adalah 70%, 75%, 80% dan 85%. Kalibrasi bertujuan

    untuk mengetahui berapa laju alir media pada skala pompa yang ditentukan. Cara

    melakukan kalibrasi adalah sebagai berikut:

    - Atur nilai skala pompa (missal: 70%)

    - Nyalakan pompa peristaltic

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 27

    - Masukkan selang yang terhubung pompa ke media yang akan disterilisasi

    - Hubungkan selang dari pompa ke coil yang terendam di reactor

    - Tampung cairan yang di pompa lalu amati volume cairan yang tertampung

    selama 120 detik

    - Ulangi langkah ini untuk skala pompa 75%, 80% dan 85%

    Jika telah selesai kalibrasi, tampung cairan untuk satu siklus dan volumenya

    diamati. Setelah itu dilakukan penentuan volume pipa coil dengan cara memasukkan

    air ke pipa coil sampai penuh, kemudian tuangkan ke dalam gelas ukur dan amati

    volumenya. Untuk mengetahui volume pipa coil yang terendam, maka harus

    mengetahui volume pipa coil yang tidak terendam dulu dengan cara mengukur

    diameter dan tinggi pipa coil yang tidak terendam dengan menggunakan penggaris.

    Volume pipa coil yang terendam = volume pipa coil keseluruhan - volume pipa coil

    yang tidak terendam.

    Langkah selanjutnya adalah proses sterilisasi kontinyu yang dilakukan dengan

    variasi laju alir dan variasi suhu. Kemudian pengambilan sampel secara duplo, sampel

    pertama akan diamati dibawah mikroskop sedangkan sampel berkutnya disimpan

    pada baskom yang berisi es, metode penyimpanan tersebut bertujuan untuk thermal

    shock atau mempercepat proses pendinginan. Sampel yang akan diamati ditetesi

    methilen blue dengan tujuan penambahan tersebut dapat mempermudah penghitungan

    sel mati dan sel hidup.

    T3:600C

    No % Skala

    Pompa

    Sel Hidup (Nt) Sel Mati Jumlah Sel

    Total

    (N0) Jumlah Fraksi Jumlah Fraksi

    1 70 216 0,62 134 0,38 350

    186 0,64 106 0,36 292

    2 75 221 0,71 91 0,29 312

    232 0,57 173 0,43 405

    3 80 134 0,64 77 0,36 211

    89 0,58 65 0,42 154

    4 85 369 0,73 136 0,27 505

    279 0,59 97 0,41 476

    Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi skala pompa

    akan menimbulkan waktu tinggal yang sedikit sehinga setelah sterilisasi masih banyak

    mikroba yang hidup.

    Berikut hasil dari pengolahan data Kinetika Kematian Mikroba dan Sterilisasi

    kontinyu :

    T (temperature) 1/T

    (0C)

    Kd

    (

    )

    Ln Kd D

    (

    )

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 28

    40 0.03 0,001 -6,907 2302,58

    50 0.02 0,000 - -

    60 0.02 0,003 -5,809 767,52

    Setelah mendapat nilai Kd (Konstanta Laju Kematian) dapat juga menghitung

    nilai Ed dengan membuat grafik ln Kd terhadap 1/T, berdasarkan perhitungan dari

    grafik tersebut diperoleh nilai Ed, yaitu 20,39 joule. Energy tersebut dilepaskan

    karena kematian mikroba. Seharusnya semakin tinggi suhu sterilisasi maka nilai Kd

    (Konstanta Laju Kematian) pun semakin tinggi artinya semakin tinggi suhu, maka

    semakin cepat mikroba tersebut mati. Serta semakin tinggi suhu maka nilai decimal

    reductionnya semakin kecil artinya semakin tinggi suhu maka waktu yang dibutuhkan

    untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau spora hingga mikroba yang bertahan

    berkurang menjadi 1/10 pun lebih cepat. Namun pada kenyataannya hasil tersebut

    fluktuatif, hal ini terjadi karena adanya kontaminasi pada sampel yang diamati,

    kesalahan saat penghitungan jumlah sel hidup dan matinya, kurang sterilnya media

    yang digunakan sehingga adanya kontaminan mikroba lain pada media, kurang

    aseptisnya proses percobaan yang dilakukan, serta kurang tepat saat mengambil

    bidang pandang bagian mikroba yang diamti di mikroskop

    Minggu berikutnya praktikan akan melakukan praktikum Kinetika Kematian

    dan Teknik Sterilisasi Batch, sebelumnya praktikan membuat media untuk

    pertumbuhan mikroba tersebut. Satu hari sebelumnya praktikan membuat inokulum

    dan disimpan di incubator shaker dengan suhu 370C. pada hari praktikum, praktikan

    memasukkan inokulum pada media pertumbuhan. Lalu media di pipet 7 ml dan

    dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi sampling yang digunakan

    sebanyak 12 tabung dimasukkan ke dalam reactor dan dipanaskan dengan beberapa

    variasi suhu yang berbeda yaitu 430C, 48

    0C dan 53

    0C. Selain suhu yang bervariasi,

    waktu pemanasan juga bervariasi. Proses sterilisasi dilakukan dengan cara reactor

    pemanas di-setting pada suhu 430C. Kemudian 4 tabung reaksi dimasukkan pada

    reakor dan dipanaskan, satu-persatu tabung reaksi diambil sesuai dengan variasi

    waktu yang di tentukan hingga di dapatkan data sebagai berikut:

    No t

    (menit)

    Sel Hidup (Nt) Sel Mati Jumlah Sel Total

    (N0) Jumlah Fraksi Jumlah Fraksi 1 7 165 0,859 27 0,141 192

    17 0,212 63 0,787 80

    2 14 177 0,946 10 0,053 187

    167 0,954 8 0,045 175

    3 21 25 0,625 15 0,375 40

    24 0,400 36 0,600 60

    4 28 239 0,979 5 0,020 244

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 29

    158 0,975 4 0,025 162

    Dari percobaan ini di dapat pengolahan data berdasarkan semua variasi suhu

    sebagai berikut:

    T (temperature) 1/T

    (0C)

    Kd

    (

    )

    Ln Kd D

    (

    )

    43 0.023 0,016 -4,135 143,911

    48 0.021 0,038 -3,270 60,594

    Setelah mendapat nilai Kd (Konstanta Laju Kematian) dapat juga menghitung

    nilai Ed dengan membuat grafik ln Kd terhadap 1/T, berdasarkan perhitungan dari

    grafik tersebut diperoleh nilai Ed, yaitu 14,01 joule. Energy tersebut dilepaskan

    karena kematian mikroba. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

    suhu sterilisasi maka nilai Kd (Konstanta Laju Kematian) pun semakin tinggi artinya

    semakin tinggi suhu, maka semakin cepat mikroba tersebut mati. Dapat disimpulkan

    juga semakin tinggi suhu maka nilai decimal reductionnya semakin kecil artinya

    semakin tinggi suhu maka waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi jumlah sel

    vegetative atau spora hingga mikroba yang bertahan berkurang menjadi 1/10 pun

    lebih cepat.

    4.3.3 Pembahasan oleh M. Agung Furqon

    Pada praktikum kali ini dilakukan sterilisasi dengan proses fisik yaitu dengan

    pemanasan yang dilakukan selama 3 minggu. Sterilisasi dengan pemanasan tersebut

    dibagi menjadi dua, yaitu sterilisasi batch dan sterilisasi kontinyu. Praktikum

    sterilisasi ini bertujuan untuk menguasai teknik sterilisasi media dengan

    menggunakan panas pada proses batch dan kontinyu, memahami pengaruh

    temperature dan laju alir terhadap kematian mikroba dan menentukan nilai konstanta

    laju kematian mikroba (Kd), Desimal reduction time atau destruction value (D), dan

    konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi.

    Pada minggu pertama, media dipersiapkan sebagai inokulum untuk

    pertumbuhan mikroorganisme fermipan (ragi). Media yang digunakan adalah Media

    GYEA (Glycerol Yeast Extract Agar), media dibuat untuk 2 kelompok dengan

    komposisi yeast extract 5 gram, pepton 10 gram, sukrosa 20 gram, dan 1000 mL

    aquadest, dalam proses pembuatan media, media dibuat dalam kondisi aseptis dan

    disterilkan ke dalam autoclave selama 1 jam, setelah itu media didinginkan hingga

    suhu media sama dengan suhu ruang dan di masukkan ke dalam showcase untuk

    mencegah terjadinya kontaminasi pada media oleh mikroba lainnya.

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 30

    Pada minggu ke-dua dan sehari sebelum praktikum, inokulum dikeluarkan dari

    showcase dan didiamkan hingga suhu inokulum sama dengan suhu kamar. Setelah itu

    dilakukan penanaman fermipan seujung spatula ke dalam inokulum dalam kondisi

    aseptis. Selanjutnya, inokulum di inkubasikan dalam shaker incubator selama 24 jam

    pada suhu 37C. Pada hari praktikum inokulum dikeluarkan dari shaker incubator.

    Alat yang akan digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu. Pertama alat dirangkai,

    kemudian kalibrasi skala pompa peristaltik terhadap nilai laju alir media, atur skala

    pompa pada 70%, nyalakan pompa dan tampung cairan yang di pompa lalu amati

    volum cairan yang tertampung selama 120 s, dan ulangi langkah ini untuk skala

    pompa 75%, 80% dan 85%. Setelah itu, tampung cairan untuk satu siklus dan

    dilakukan penentuan volume pipa coil dengan memasukkan air ke pipa coil sampai

    penuh, lalu tumpahkan air yang ada di dalam pipa coil. Ukur pipa coil yang tidak

    terendam air dengan menggunakan penggaris untuk mengukur diameter dan tinggi

    pipa. Kemudian panaskan water bath pada temperatur T1 = 40C, lalu ditampung

    media pada aliran keluaran dalam tabung reaksi steril setelah melewati waktu tinggal.

    Setelah itu, didinginkan di dalam baskom yang berisi air es untuk thermal shock atau

    mempercepat proses pendinginan. Amati jumlah sel hidup dan sel mati dengan

    menggunakan mikroskup. Langkah tersebut diulangi untuk proses sterilisasi pada

    temperatur T2 = 50C dan T3 = 60C.

    Kemudian dilakukan pengolahan data, yaitu untuk memperoleh waktu tinggal

    (), dilakukan perhitungan dari data kalibrasi tersebut dan dibuat grafik

    terhadap

    waktu tinggal () sehingga diperoleh nilai kd sebagai slope dari persamaan regresi

    linear. Nilai kd untuk variasi suhu pada sterilisasi kontinyu adalah sebagai berikut:

    T (oC) Kd (

    ) Ln Kd 1/T D

    (

    )

    40 0.001 -6,907 0.03 2302.58

    50 0 - 0.02 -

    60 0.003 -5.809 0.02 767.52

    Setelah diperoleh nilai kd, dibuat grafik ln kd terhadap 1/T dan diperoleh slope

    dari persamaan regresi linear, sehingga berdasarkan hasil perhitungan dari grafik

    diperoleh nilai Ed, yakni 20,39 Joule. Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan

    bahwa nilai Decimal Reduction Time (D), semakin tinggi suhu semakin kecil nilai

    Decimal Reduction Time nya.

    Pada minggu ke-tiga dan sehari sebelum praktikum, inokulum dikeluarkan

    dari showcase dan didiamkan hingga suhu inokulum sama dengan suhu kamar.

    Setelah itu dilakukan penanaman fermipan seujung spatula ke dalam inokulum dalam

    kondisi aseptis. Selanjutnya, inokulum di inkubasikan dalam shaker incubator selama

    24 jam pada suhu 37C. Pada hari praktikum inokulum dikeluarkan dari shaker

    incubator. Praktikum yang dilakukan adalah strilisasi batch, jadi yang dilakukan

    pertama kali adalah inokulum dipipet ke dalam 13 tabung reaksi masing-masing

    sebanyak 10 mL. Sisa inokulum yang tidak dipipet akan digunakan untuk praktikum

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 31

    sterilisasi kontinyu. Tabung pertama digunakan sebagai sampel untuk pengamatan

    jumlah sel hidup dan sel mati mikroba sebelum pemanasan (T0) melalui mikroskop

    secara duplo. Sampel biakan diteteskan dalam kaca preparat dan ditambahkan

    methylenblue. Sel hidup dan sel mati pada mikroskop akan terlihat pada mikroskop

    dimana sel hidup akan tampak berwarna bening dan sel mati akan tampak berwarna

    gelap. Hal ini karena sel yang hidup masih memiliki dinding sel utuh yang bersifat

    selektif permeable, sedangkan dinding sel mati telah rusak sehingga zat warna dapat

    masuk ke dalam sel. Penghitungan jumlah sel hidup dan sel mati dilakukan secara

    manual dan pengamatan dilakukan duplo hingga triplo untuk keakuratan data yang

    diperoleh. Selanjutnya ke-duabelas tabung lainnya disterilisasi secara batch dengan 3

    variasi suhu dan 4 variasi waktu yang dilakukan secara bertahap. Untuk suhu pertama,

    suhu waterbath diatur pada 430C dan masing-masing tabung dipanaskan selama 7

    menit untuk T1, kemudian tabung dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air es

    sebagai shock thermal atau untuk menghambat laju kematian/ pertumbuhan

    mikroorganisme sehingga waktu pendinginan tidak terlalu lama. Tabung yang telah

    dingin kemudian diamati jumlah sel hidup dan sel mati menggunakan mikroskop

    dengan cara yang sama seperti pengamatan untuk sampel sebelum pemanasan. Tahap

    tersebut diulangi untuk suhu temperatur pemanasan T2 = 48C dan T3 = 53C.

    Berdasarkan tabel data pengamatan, semakin tinggi suhu yang di gunakan dan

    semakin lama waktu yang digunakan maka semakin banyak mikroba yang mati, dan

    terdapat faktor lain yang mempengaruhi sterilisasi yaitu kepadatan muatan, volume

    cairan, dan ukuran wadah yang dipakai. Kematian jumlah mikroba oleh pemanasan dapat

    dihitung dengan membuat grafik

    terhadap waktu pemanasan (t) sehingga akan

    diperoleh nilai k sebagai slope-nya melalui persamaan regresi linear. Berdasarkan

    grafik, diperoleh nilai Kd, yakni:

    T (oC) Kd (

    ) Ln Kd 1/T D

    (

    )

    43 0.016 -4.135 0.023 143,911

    48 0.038 -3.270 0.021 60,594

    53 0.035 -3.352 0.019 65,788

    Setelah diperoleh nilai kd, dapat dihitung dengan nilai Ed dengan membuat

    grafik ln kd terhadap 1/T (lihat pada grafik 4.10) sehingga berdasarkan hasil

    perhitungan dari grafik 1diperoleh nilai Ed, yakni 14.01 Joule energi yang dilepaskan

    karena kematian mikroba.

    Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai kd bergantung pada suhu

    sterilisasinya. Jika suhu dinaikan maka harga Kd akan meningkat dan begitu

    sebaliknya. Untuk menghitung jumlah energi yang terlibat, nilai ln Kd yang diperoleh

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 32

    dialurkan terhadap

    maka akan didapatkan garis dengan slope yang merupakan nilai

    . Semakin besar energi aktivasi maka laju reaksinya semakin lambat karena energi

    minimum untuk terjadi reaksi semakin besar. Semakin kecil harga ln K maka harga

    rata-rata semakin besar. Ini membuktikan bahwa semakin tinggi temperatur maka

    energi aktivasinya akan semakin kecil dan semakin sedikit waktu yang diperlukan

    sehingga akan memperbesar harga laju reaksi dan hal ini sesuai dengan teori dimana

    energi aktivasi berbanding terbalik dengan laju reaksi. Dan dari hasil tersebut maka

    dapat ditentukan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan tingkat sterilisasi

    mikroba akhir 1/10 dari mikroba awal adalah 143,911 menit untuk suhu sterilisasi

    43C, 60,594 menit untuk sterilisasi dengan suhu 50C dan 65,788 menit untuk suhu

    53C. Nilai Kd pada suhu 43C lebih kecil karena mikroba termofilik belum mencapai

    suhu optimum untuk pertumbuhannya.

    Berdasarkan hasil percobaan, data yang diperoleh kurang akurat. Hal ini

    disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adanya pengotor yang ditemui pada

    mikroskop, penanganan yang kurang aseptis sehingga menyebabkan sampel

    terkontaminasi, factor-faktor yang mempengaruhi daya tahan mikroba terhadap panas

    yaitu berapa lama spesies berada didalam suhu tersebut dan seberapa tinggi suhu yang

    diberikan serta faktor ketelitian saat menghitung jumlah sel.

    4.3.4 Pembahasan oleh Suci Susilawati

    Pada praktikum kali ini praktikan melakukan praktikum Kinetika kematian

    dan teknik sterilisasi media secara batch dan kontinyu. Praktikum ini dilakukan agar

    praktikan menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses

    batch dan kontinyu, memahami pengaruh temperatur terhadap kematian mikroba,

    memahami pengaruh variasi laju alir dan temperatur pada proses sterilisasi kontinyu,

    menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (kd), decimal reduction time atau

    destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi batch dan

    kontinyu.

    Praktikum kali ini dilaksanakan selama 3 minggu dengan minggu pertama

    yaitu praktikum kinetika kematian mikroba dan teknik sterilisasi media secara

    kontinyu dilanjutkan dengan praktikum kinetika kematian mikroba dan teknik

    sterilisasi media secara batch.

    Pada minggu pertama mempersiapkan media sebagai inokulum untuk

    pertumbuhan mikroba fermipan (ragi). Media yang digunakan sebanyak 1 liter untuk

    2 kelompok yang melakukan praktikum. Media tersebut terdiri dari 5 gram yeast

    ekstrak, 10 gram pepton dan 20 gram sukrosa, kemudian tambahkan aquadest hingga

    volumenya 1 liter. Kemudian media di sterilisasi menggunakan autoclave selama 1

    jam, setelah disterilisasi media didinginkan pada suhu ruangan hingga suhu media

    sama dengan suhu ruangan kemudian media tersebut disimpan di showcase agar

    media tidak terkontaminasi oleh mikroba-mikroba yang ada di udara.

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 33

    Pada minggu kedua (sehari sebelum praktikum), media tersebut dikeluarkan

    dari lemari pendingin dan dibiarkan hingga temperature media sama dengan suhu

    ruangan. Lalu dilakukan penanaman ragi dengan cara memasukkan fermipan ke

    dalam media tersebut sebanyak ujung spatula dalam keadaan aseptis. Inokulum

    tersebut lalu dimasukkan ke dalam incubator shaker pada kondisi suhu 370C selama

    24 jam agar ragi yang terdapat dalam media tersebut menyebar secara menyeluruh

    dan inokulum menjadi homogen.

    Pada hari praktikum, hal yang pertama dilakukan adalah merangkai alat.

    Setelah itu dilakukan penentuan volume pipa coil dengan cara mengukur diameter

    coil tembaga dan mengukur panjang coil tembaga yang terendam air penangas

    menggunakan. Dari data tersebut dapat diketahui volume coil yang terendam yang

    dijadikan sebagai volume pipa. Selanjutnya dilakukan kalibrasi laju alir menggunakan

    air dengan cara mengatur skala pompa pada nilai 70%, 75%, 80% dan 85% lalu

    pompa peristaltik tersebut dinyalakan sehingga air tersedot kedalam selang dan

    melewati coil tembaga. Air yang keluar ditampung dan diamati berapa ml air yang

    tertampung hingga 120 detik. Proses kalibrasi dilakukan secara duplo agar

    memperoleh hasil yang akurat. Setelah proses kalibrasi selesai, air tersebut diganti

    dengan media yang telah dibuat.

    Sampel pertama sebelum proses pemanasan diteteskan ke dalam kaca preparat

    dan ditambahkan methylen blue sebagai zat warna untuk memperjelas keadaan

    mikroba yang akan diamati di bawah mikroskop secara duplo untuk mengetahui

    jumlah sel hidup dan sel mati. Sel yang mati akan menyerap warna methylen blue

    sehingga ketika diamati sel mati akan berwarna dan sel hidup tidak berwarna.

    Selanjutnya dilakukan pemanasan pada water bath hingga mencapai temperatur

    T1=400C dan mengatur skala pompa yang diinginkan yaitu 70%, 75%, 80% dan 85%.

    lalu media yang keluar dari aliran keluaran ditampung dalam tabung reaksi steril

    setelah melewati waktu tinggal. Setelah itu, tabung tersebut dimasukkan ke dalam

    beker glass yang berisi es agar waktu pendinginan tidak terlalu lama. Lalu sampel dari

    setiap tabung diteteskan ke dalam kaca preparat dan ditambahkan methylen blue

    sebagai zat warna untuk memperjelas keadaan mikroba yang akan diamati di bawah

    mikroskop secara duplo untuk mengetahui jumlah sel hidup dan sel mati. Langkah

    praktikum diatas diulangi untuk suhu pemanasan T2=500C dan T3 = 60

    0C.

    Selanjutnya melakukan pengolahan data sehingga didapat Nilai konstanta laju

    kematian mikroba (Kd), desimal reduction time atau destruction value (D), dan

    konstanta Arhenius (Ed) pada proses continuous adalah sebagai berikut.

    Hasil perhitungan proses sterilisasi dengan metoda continous:

    No Temperatur (oC) Konstanta Laju

    Kematian (kd)

    D Ed

    1 40 0.001 2302,58

    20,39 Joule 2 50 0 -

    3 60 0.003 767.52

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 34

    Dari hasil pengamatan dapat dilihat data jumlah sel hidup sebelum pemanasan

    dan sesudah pemanasan. Secara teori jumlah sel mati lebih banyak daripada jumlah

    sel hidup karena pemanasannya yang hanya selewat. Namun ternyata dari hasil

    praktikum tidak sejalan dengan teori. Hal ini dapat terjadi karena kurang teliti saat

    menhitung bakteri dan karena masih terdapat alkohol dalam kaca preparat.

    Pada minggu ketiga (sehari sebelum praktikum), media inokulum dikeluarkan

    dari lemari pendingin dan dibiarkan hingga temperature media sama dengan suhu

    ruangan. Lalu dilakukan penanaman ragi dengan cara memasukkan fermipan ke

    dalam media tersebut sebanyak ujung spatula dalam keadaan aseptis. Inokulum

    tersebut lalu dimasukkan ke dalam incubator shaker pada kondisi suhu 37 C selama

    24 jam agar ragi yang terdapat dalam media tersebut menyebar secara menyeluruh

    dan menjadi homogen. Pada hari praktikum, media tersebut dikeluarkan dari

    incubator shaker dan di pipet kedalam 13 tabung reaksi. Sampel pada tabung pertama

    sebelum proses pemanasan diteteskan ke dalam kaca preparat dan ditambahkan

    methylen blue sebagai zat warna untuk memperjelas keadaan bakteri. Selanjutnya

    diamati di bawah mikroskop secara duplo untuk mengetahui jumlah sel hidup dan sel

    mati seperti pengamatan pada saatn percobaan seterilisasi secara kontinyu.

    Selanjutnya dilakukan pemanasan 12 tabung dengan tiga variasi suhu yang berbeda

    yaitu T1= 43 C dan T2= 48 C dan T3= 53 C. Kemudian setiap 4 tabung dipanaskan

    dengan variasi waktu pemanasan yang berbeda yaitu t1= 7 menit, t2= 14 menit, t3=

    21 menit, dan t4= 28 menit. Setelah itu, tabung tersebut dimasukkan ke dalam beker

    glass yang berisi es sebagai shock thermal agar waktu pendinginan tidak terlalu lama.

    Lalu sampel dari setiap tabung diteteskan ke dalam kaca preparat dan ditambahkan

    methylen blue sebagai zat warna untuk memperjelas keadaan bakteri. Langkah

    praktikum diatas diulangi untuk suhu pemanasan T2.

    Selanjutnya melakukan pengolahan data sehingga didapat Nilai konstanta laju

    kematian mikroba (Kd), desimal reduction time atau destruction value (D), dan

    konstanta Arhenius (Ed) pada proses continuous adalah sebagai berikut.

    Hasil perhitungan proses sterilisasi dengan metoda batch:

    Dari hasil pengamatan dapat dilihat data jumlah sel hidup sebelum pemanasan

    dan sesudah pemanasan. Secara teori jumlah sel mati lebih sedikit daripada jumlah sel

    hidup karena pemanasannya yang lama. Namun ternyata dari hasil praktikum tidak

    sejalan dengan teori. Hal ini dapat terjadi karena kurang teliti saat menhitung bakteri.

    No Temperatur (0C) Konstanta Laju

    Kematian (kd)

    D Ed

    1 43 0.0497 5.30

    14,01 Joule 2 48 0.0573 5.16

    3 53 0.0547 5.21

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 35

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal,

    diantaranya sebagai berikut :

    Semakin besar skala pompa (F) maka waktu tinggal akan semakin singkat

    terbukti pada percobaan dengan metoda continuous.

    Semakin tinggi suhunya, maka nilai desimal reduction time-nya semakin kecil.

    Data yang diperoleh kurang akurat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,

    diantaranya adanya pengotor yang ditemui pada mikroskop, penanganan yang

    kurang aseptis, serta faktor ketelitian saat menghitung jumlah sel.

    Nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), desimal reduction time atau

    destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi batch

    dan continuous adalah sebagai berikut.

    Hasil perhitungan proses sterilisasi dengan metoda continous:

    No Temperatur (oC) Konstanta Laju

    Kematian (kd)

    D Ed

    1 40 0.001 2302,58

    20,39

    Joule 2 50 0 -

    3 60 0.003 767.52

    Hasil perhitungan proses sterilisasi dengan metoda batch:

    No Temperatur (0C) Konstanta Laju

    Kematian (kd)

    D Ed

    1 43 0.0497 5.30

    14,01 Joule 2 48 0.0573 5.16

    3 53 0.0547 5.21

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 36

    5.2 Saran

    1. Pada proses penanaman mikroorganisme yaitu fermipan (ragi) sebaiknya tidak

    terlalu banyak, agar pada pembiakkan, tidak terjadi perebutan nutrientdan

    memudahkan dalam proses pengamatan mikroba.

    2. Pada praktikum kinetika kematian mikroba dan teknik sterilisasi media secara

    continuous, saat proses penyampuran media dengan kelompok yang satunya lagi

    lebih baik dilakukan di awal. Agar media dapat tercampur dengan sempurna.

    3. Lebih memerhatikan suhu sampel di dalam tabung reaksi saat akan dilakukan

    proses pengamatan sampel yang telah dipanaskan, jika suhunya terlalu dingin

    maka kondisi mikrobanya masih dalam keadaan nonaktif.

    4. Lebih teliti pada proses pengamatan dan dilakukan secara duplo agar

    mendapatkan hasil yang akurat

    DAFTAR PUSTAKA

    Ir.Unung Leoanggraini, M.T, Ir. Rintis Manfaati, M.T. BUKU I BAHAN AJAR PRAKTIKUM

    BIOPROSES. Politeknik Negeri Bandung, 2011.

    http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-

    KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,dkk/BAB_II_metode.pdf

    (diakses pada tanggal: 26 Desember 2014, 20:30)

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 37

    LAMPIRAN PERHITUNGAN

    STERILISASI BACTH

    Perhitungan ln

    untuk variasi suhu berbeda

    T3 = 43 oC

    t1 = 7menit --- > Ln

    = ln

    = -0,151

    t2 = 14menit --- > Ln

    = ln

    = -0,054

    t3 = 21menit --- > Ln

    = ln

    = -0,470

    t4 = 28menit --- > Ln

    = ln

    = 3,876

    T 3 = 48 oC

    t1 = 7menit --- > Ln

    = ln

    = -0,277

    t2 = 14menit --- > Ln

    = ln

    = -0,020

    t3 = 21menit --- > Ln

    = ln

    = -0,032

    t4 = 28menit --- > Ln

    = ln

    = -3,476

    T3 = 53 oC

    t1 = 7menit --- > Ln

    = ln

    = -0,114

    t2 = 14menit --- > Ln

    = ln

    = 0,816

    t3 = 21menit --- > Ln

    = ln

    = -1,904

    t4 = 28menit --- > Ln

    = ln

    = -0,411

    Keterangan : Nt = rata-rata hidup

    No= rata-rata hidup + rata-rata mati

    STERILISASI KONTINYU

    Perhitungan Q (saat kalibrasi)

    70 % V = 24 mL

    t = 120 detik

    Q =

    =

    = 0,200mL/detik

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 38

    75 % V = 26 mL

    t = 120 detik

    Q =

    =

    = 0,217 mL/detik

    80 % V = 27 mL

    t = 120 detik

    Q =

    =

    = 0,225 mL/detik

    85 % V = 28 mL

    t = 120 detik

    Q =

    =

    = 0,233 mL/detik

    Perhitungan Waktu Tinggal ()

    =

    1 =

    =

    = 125 detik

    2 =

    =

    = 115,21 detik

    3 =

    =

    = 111,11 detik

    4 =

    =

    = 107,29 detik

    Perhitungan ln

    untuk variasi suhu berbeda

    T1 = 40 oC

    Skala 70% --- > Ln

    = ln

    = ln 0,814 = -0,206

    Skala 75% --- > Ln

    = ln

    = ln 0,842 = -0,172

    Skala 80% --- > Ln

    = ln

    = ln 0,900 = -0,105

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 39

    Skala 85% --- > Ln

    = ln

    = ln 0,784 = -0,243

    T2 = 50 oC

    Skala 70% --- > Ln

    = ln

    = ln 0,635 = -0,454

    Skala 75% --- > Ln

    = ln

    = ln 0,857 = -0,153

    Skala 80% --- > Ln

    = ln

    = ln 0,949 = -0,052

    Skala 85% --- > Ln

    = ln

    = ln 0,921 = -0,082

    T3 = 60 oC

    Skala 70% --- > Ln

    = ln

    = ln 0,626 = -0,468

    Skala 75% --- > Ln

    = ln

    = ln 0,631 = -0,460

    Skala 80% --- > Ln

    = ln

    = ln 0,609 = -0,496

    Skala 85% --- > Ln

    = ln

    = ln 0,661 = -0,414

    Keterangan : Nt = rata-rata hidup

    No= rata-rata hidup + rata-rata mati

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 40

    LAMPIRAN GAMBAR

    1. Rangkaian alat kinetika kematian secara kontinyu

    2. Proses pemanasan secara batch

    3. Pengambilan dan perhitungan sampel

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 41

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 42

    PEMANASAN SECARA BATCH

    TEMPERATURE TIME GAMBAR

    26 0

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 43

    43 1

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 44

    2

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 45

    3

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 46

    4

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 47

    48 1

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 48

    2

    3

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 49

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 50

    4

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 51

    53 1

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 52

    2

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 53

    3

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 54

    4

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 55

    PEMANASAN SECARA KONTINYU

    TEMPERATU

    RE

    LAJU

    ALIR

    GAMBAR

    T1 Q3

    T1 Q4

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 56

    T2 Q1

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 57

    T2 Q2

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 58

    T2 Q3

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 59

    T2 Q4

    T3 Q1

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 60

    T3 Q2

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 61

    T3 Q3

  • Kelompok 4 | Laporan Kinetika Kematian Mikroba 62

    T3 Q4