peranan guru dalam menanamkan akhlak ...peranan guru dalam menanamkan akhlak hifdzul lisan anak di...
TRANSCRIPT
PERANAN GURU DALAM MENANAMKAN AKHLAK HIFDZUL LISAN ANAK DI RAUDHATUL ATHFAL KHAIDIR NURDIN
DUSUN BALLA BORONG KAB. TAKALAR
SKRIPSI
SATRIANI
Nim : 105 192 379 15
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1440 H / 2019 M
PERANAN GURU DALAM MENANAMKAN AKHLAK HIFDZUL LISAN ANAK DI RAUDHATUL ATHFAL KHAIDIR NURDIN
DUSUN BALLA BORONG KAB. TAKALAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
SATRIANI
Nim : 105 192 379 15
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1440 H / 2019 M
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : SATRIANI
NIM : 10519237915
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai menyusun skripsi ini,
saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)
2. Saya tidak melakukan penjiblakan (plagiat) dalam menyusun skripsi
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2 dan 3 saya
bersedia menerima sanksi dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 1 Dzulhijjah 1440 H 2 Agustus 2019 M
Yang membuat pernyataan
___SATRIANI____ NIM: 10519237915
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
berbagai limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peranan Guru Dalam Menanamkan
Akhlak Hifdzul Lisan Anak di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar”
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW atas nikmat rezeki, Nabi yang membawa ummat manusia dari
alam gelap gulita menuju alam yang terang menderang. Peneliti menyadari dari
awal hingga akhir penyusunan skripsi ini, peneliti tidak luput dari berbagai macam
hambatan dan tantangan. Namun semua dapat terlewati dengan baik atas
bimbingan Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
selayaknya apabila dalam dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, petunjuk dan bimbingan.Pada kesempatan ini,
penghargaan dan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada :
1. Ucapan teristimewa kepada kedua orang tuaku, Ayahanda T Daeng Gassing
dan Ibunda H. Daeng Jintu yang telah melahirkan, merawat, dan serta
senantiasa mengiringi peneliti dengan do’a suci dan
36
mengorbankan segalanya demi kepentingan peneliti dalam menuntut ilmu.
Tidak lupa peneliti haturkan terimakasih kepada suami tercinta Darwis
Daeng Ropu yang senantiasa memberikan semangat, dukungan dan semua
keluarga yang telah memberikan nasehat, motivasi, serta do’a yang tulus.
2. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE.,MM. Selaku Rektor Univesitas
Muhammadiyah Makassar
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, Selaku Dekan Fakultas Agama Islam
4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si. Selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama
Islam.
5. Dra.Hj. Atika Achmad, M.Pd. dan Dra.St. Rajiah Rusydi, M.Pd.I selaku
pembimbing 1 dan 2 dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar.
7. H. Syarifuddin Mone selaku ketua Yayasan, beserta guru-guru di RA Khaidir
Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar, yang merupakan objek
dalam penyusunan skripsi ini.
8. Teman-teman angkatan 2015 (PAI) kelas C, yang senantiasa menemani
perjalanan kuliah dan berbagi pengalaman hingga penyelesaian tugas akhir
ini.
9. Teman-teman PPL Di SMA Muhammadiyah Limbung, serta teman-teman
KKP Maradekayya squad yang senantiasa mengerti, memahami dan
menemani dalam setiap perjalanan, hingga tidak pernah bosan dalam setiap
pertanyaan yang peneliti ajukan dalam penyusunan skripsi ini.
10. Serta teman-teman sekalian yang tidak sempat saya tuliskan namanya yang
membantu peneliti dalam penyelesaian tugas akhir ini.
37
Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang luput dari kesalahan
dan kekhilafan. Oleh karena itu, peneliti senantiasa mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak sehingga peneliti dapat berkarya
lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua yang membutuhkannya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Makassar, 02 Agustus 2019
Penulis
Satriani
38
ABSTRAK
satriani. 10519237915. Peranan Guru Dalam Menanamkan Akhlak Hifdzul Lisan Anak Di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar. Dibimbing oleh Atika Achmad dan St Rajiah Rusydi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peranan guru dalam menanamkan Akhlak Hifdzul Lisan (menjaga lisan), serta faktor-faktor yang mempengaruhi Akhlak Hifdzul Lisan Anak di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yakni peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang kongkrit yang ada hubungannya dengan Judul penelitian.
Hasil penelitian yang diperoleh ialah pentingnya akhlak Hifdzul Lisan ditanamkan pada anak, karena hal tersebut merupakan bentuk bantuan yang diberikan kepada peserta didik sebagai dasar yang baik pada anak usia dini, anak akan tahu dan terbiasa dengan kata-kata yang baik (thayyiban), serta paham bahaya lidah yang akan menjerumuskan manusia ke dalam panasnya api neraka. Dengan itu, anak juga akan tahu bagaimana menggunakan lisan atau pembicaraan yang menghargai kepada setiap sesama, baik itu kepada orang yang lebih tua, sebayanya serta orang yang lebih mudah darinya. namun setelah penulis mengolah data yang ada, maka hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari guru yang ada di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin ini berhasil menanamkan akhlak hifdul lisan pada peserta didiknya yang berjumlah 29 orang dimana di kelas A berjumlah 16 orang dan kelas B 13 orang. Meskipun ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, itu tak lantas membuat guru di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin untuk menyerah justru hal itu membuat guru yang ada di yayasan tersebut selalu berusaha menanamkan akhlak hifdzul lisan pada peserta didiknya dengan baik melalui pembiasaan, pendekatan saintifik secara khusus dan bermain peran.s
Kata Kunci: Peranan Guru, Akhlak Hifdzul Lisan Anak.
39
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i
HALAMAN JUDUl .................................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASAH ............................................................ iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................. vii
ABSTRAK ............................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 7
C. Tujuan Peenelitian ................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Peranan Guru ...................................................................... 9
1. Pengertian Guru ................................................................ 9
2. Syarat Menjadi Guru ........................................................ 12
3. Tugas dan Fungsi Guru ..................................................... 14
4. Strategi Guru ..................................................................... 15
40
B. Akhlak Hifdzul Lisan ........................................................... 17
1. Pengertian Akhlak ............................................................. 17
2. Pengertian Hifdzul Lisan ................................................... 18
C. Klasifikasi Akhlak Hifdzul Lisan ......................................... 21
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak Hifdzul
anak ..................................................................................... 21
2. Bahaya Lisan Masuk Pada Anak ....................................... 23
3. Efek Negatif Bahaya Lisan Pada Anak .............................. 24
4. Cara Menanamkan Akhlak Hifdzul Lisan Pada Anak ......... 25
5. Hikmah Menjaga Lisan ....................................................... 27
BAB III METODE PENLITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................... 29
B. Lokasi dan Objek Penelitian .................................................. 30
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian .................................. 30
D. Sumber Data ......................................................................... 31
E. Instrumen Peneitian .............................................................. 32
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 33
G. Teknik Analisi Data ............................................................... 34
BAB VI HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 36
B. Peranan Guru dalam Menanamkan Akhlak Hifdzul
Lisan Anak Di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun
Balla Borong Kabupaten Takalar............................................ 44
41
C. Akhlak Hifdzul Lisan Anak Di Raudhatul Athfal Khaidir
Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar ...................... 51
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akhlak Hifdzul Lisan
Anak Di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun
Balla Borong Kabupaten Takalar............................................. 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 57
B. Saran .................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
42
DAFTAR TABEL
Tabel I : Data Keadaan guru di RA Khaidir Nurdin Dusun Balla
Borong Kabupaten Takalar
Tabel II : Data keadaan siswa di RA Khaidir Nurdin Dusun Balla
Borong Kabupaten Takalar
Tabel III : Data sarana dan prasana RA Khaiir Nurin Dusun Balla
Borong Kabupaten Takalar
43
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru merupakan sosok ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa yang
diberikan dan dilakukan guru akan menjadi acuan bagi siswa. Dengan
demikian guru sebagai model bagi siswa, maka semua gerak tingkahnya
akan menjadi tauladan bgi setiap siswa. Guru sebagai model harus dapat
menunjukkan kepada siswa bagaimana caranya agar setiap pembelajaran
dapat lebih dipahami, dihayati lalu kemudian siswa mampu
mengaplikasikannya. Oleh karena itu guru harus mampu memilih dan
menggunakan strategi yang tepat dalam memberikan setiap pemahaman
pada siswanya.
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan menengah.48
Peranan guru sangat penting dalam proses pembelajaran, serta
memajukan dunia pendidikan. Setiap perubahan system pendidikan
bertujuan sama, yaitu kearah peningkatan kualitas pendidikan, yang salah
satu indikatornya adalah terjadinya peningkatan belajar siswa.49 Kualitas
peserta didik dalam dunia pendidikan sangat bergantung pada mutu guru.
48
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional : pedoman kinerja, kualifikasi, dan kompetensi guru, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2016),h.24.
49 Ibid.,h.30
44
Karena itu guru harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan standar
nasional pendidikan agar dapat menjalankan tugas dan peranannya
dengan standar kompetensi yang baik, sehingga peserta didik menjadi
manusia yang berilmu dan memiliki keterampilan keterampilan tertentu
dan suatu pembiasaan.
Dalam pendidikan islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan
adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik
berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama
islam.50
Walaupun manusia sudah memiliki potensi untuk belajar, maka
sebagai guru harus menguasai apa yang akan menjadi bahan ajarnya,
menyampaikannya dengan cara yang tepat dan bagaimana cara
menangani setiap perbedaan daya tangkap siswa atau dengan kata lain
guru harus cerdas dan terampil dalam kegiatan pembelajaran. Seorang
guru yang menjadi pendidik berarti sekaligus menjadi pembimbing bagi
para siswanya. Sebagai contoh guru, guru yang berfungsi sebagai
pendidik dan pengajar seringkali akan melakukan pekerjaan bimbingan,
misalnya bimbingan belajar, keterampilan dan sebagainya. Jadi, jelas
dalam proses pendidikan kegiatan mendidik, mengajar, dan bimbingan
sebagai suatu hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Menurut zakiah Darajat, Jika anak sering dibiasakan dengan contoh teladan yang baik dari orang-orang di sekitarnya, maka perilaku yang baik juga akan tertanam dalam dirinya. Semakin kecil si anak
50
Armei Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002),h.110.
45
semakin besar peran guru terhadapnya, anak yang masih kecil terutama pada umur taman kanak-kanak, belum mampu berfikir abstrak. Mereka lebih banyak meniru dan menyerap pengalaman lewat panca inderanya51 Anak umur 2-7 tahun pada tahap perkembangan menurut piaget berada pada tahap praoperasional. Dalam tahap praoperasional, anak menunjukkan penggunaan fungsi symbol yang lebih besar. Perkembangan bahasa bertambah secara dramatis dan permainan imajinasi menjadi lebih tampak. Perbedaan lain yang dapat dilihat selama tahap ini adalah bahwa anak-anak dapat meniru tingkah laku orang lain sesudah beberapa waktu yang lalu. Ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai cara-cara simbolik bagaimana mengingat tingkah laku orang lain yang dianggap sebagai model.52
Untuk menunjang kompetensi guru sehingga dapat mendidik
peserta didik dengan baik, gurupun harus mengajak siswanya untuk
bermain dengan menggunakan sesuatu yang ada di sekolah sehingga
seorang guru mampu membangkitkan suasana belajar bagi para siswa,
agar siswa dapat termotivasi dengan tindakann tersebut. Dengan adanya
sarana dan prasarana tentu sangat membantu seorang guru dalam proses
pembelajarannya. Misalnya alat-alat yang digunakan dalam proses
pembelajaran yang berwujud seperti gambar-gambar dan tulisan –tulisan
kreatif yang menunjukkan akhlak Hifdzul lisan (menjaga lisan) sehingga
dapat menarik minat belajar anak didik dan menjadikan pembelajaran
tersebut sebagai bekal awal dari seorang anak bagi orang tuanya dan
juga bagi para pendidiknya. hifdzul lisan (menjaga Lisan) sangat penting
ditanamkan pada peserta anak usia dini sehingga hal tersebut dapat
51
Zakiah Daradjad, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1995), h.77.
52 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Grasindo,
2006), h.75.
46
menjadi bekalnya untuk melanjutkan hidup dengan masa pertumbuhan
yang baik.
Lisan merupakan salah satu faktor besar yang bias memecah tali
persaudraan, bahkan tidak jarang terjadi permusuhan, perkelahian
pembunuhan, dan lain sebagainya. Karena, bersumber dari ketidak
mampuan dalam menjaga lisan.
Allah swt berfirman dalam Qur’an Surah Al-Israa’ (53) :
ن كان ط نهم إن ٱلش ن نزغ ب ط أحسن إن ٱلش وقل لعبادي قولوا ٱلت ه
ا بن ا م ن عدو نس ٣٥لل
terjemahnya :
Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu : “hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya
syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh nyata bagi manusia”.53
Lisan yang digunakan untuk mengatakan hal yang salah,
kebohongan, ghibah, adu domba, riya’, munafik, mencari kesalahan orang
lain, melukai orang lain, menyalahkan diri dan sebagainya. Setelah
berkata dengan lisan memang terasa manis di hati, namun yang nyata
bujukan dan hasutan syaitan . hanya orang-orang tertentu yang mendapat
pertolongan Allah dan mengetahui semua akibat yang dapat dihindari
tergelincirnya lisan.
53
Departemen Agama RI Th 2011 Al-Qur’an dan Terjemahannya, h.145
47
Menurut Ahmad Susanto, periode usia dini dalam perjalanan kehidupan manusia merupakan periode penting bagi pertumbuhan otak, intelegensi,kepribadian, memori, dan aspek perkembangan yang lainnya. Artinya terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini maka dapat mengakibatkan terlambatny pada masa-masa selanjutnya.54
Oleh sebab itu, Penting bagi anak usia dini dalam mendapatkan
pemahaman mengenai Hifdzul Lisan (menjaga lisan). Anak usia dini
memiliki karakter yang khas, baik secara fisik maupun mental. Oleh
karena itu, strategi dan metode pengajaran yang diterapkan untuk anak
usia dini perlu disesuaikan dengan kekhasan yang dimiliki oleh anak.
Sebab metode pengajaran yang diterapkan untuk seorang pendidik anak
akan sangat berpengaruh kepada keberhasilan proses pengajaran.
Penggunaan metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan karakter
anak akan dapat memfasilitasi perkembangan potensi dan kemampuan
anak secara optimal serta timbulnya sikap dan perilaku positif bagi anak.55
Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa lisan lebih tajam daripada pedang.
Maka dari itu, sebagai salah satu dasar pengetahuan yang lebih penting
ditanamkan kepada anak adalah dimulai dari lisan supaya seiring dengan
perkembangannya anak akan lebih mengetahui betapa pentingnya
menjaga lisan.
Dilihat dari realita yang terjadi kebanyakan anak, jika tidak diajarkan
akhlak-akhlak yang baik pada usia dini maka semakin ia tumbuh semakin
ia tidak mengetahui dan akan acuh terhadap akhlak-akhlak yang sesuai
54
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta:PT Bumi Aksara,2017),h.2
55 Hibana S Rahman, Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyaarta : PGTKI Press,
2002), h.72
48
dengan ajaran Allah SWT khususnya pada akhlak menjaga lisan (hifdzul
lisan). Begitupun yang terjadi di Raudathul Athfal Khaidir Nurdin Dusun
Balla Borong Kabupaten Takalar penulis melihat ada beberapa peserta
didik yang berhasil menerapkan akhlak-akhlak yang diajarkan (hifdzul
lisan) dan ada yang belum berhasil. Dalam hal ini penulis tertarik untuk
melakukan observasi terhadap, bagaimana peranan guru dalam
berinteraksi dengan peserta didiknya dan bagaimana akhlak peserta didik
sejak awal, karena mengajarkan sesuatu kepada anak yang masih sangat
dini memerlukan strategi atau cara-cara yang mudah untuk peserta didik
pahami dan tentu sesuai dengan usia mereka.
Berdasarkan dari referensi yang didapatkan oleh penulis maka
saya tertarik mengambil konsep penelitian yang berjudul “Peranan Guru
Dalam Menanamkan Akhlak Hifdzul Lisan Anak di Raudhatul Athfal
Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar” Dengan
tujuan untuk mendapatkan pengetahuan lebih luas mengenai peranan
guru dalam penanaman akhlak Hifdzul Lisan pada anak usia dini dengan
harapan kepada pembaca agar bermanfaat dan juga dapat menjadi
referensi untuk pembelajaran ke depannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
49
1. Bagaimana peranan guru dalam menanamkan akhlak hifdzul lisan
anak di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong,
Kabupaten Takalar?
2. Bagaimana akhlak Hifdzul Lisan anak di Raudhatul Athfal Khaidir
Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi akhlak hifdzul lisan
anak di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peranan guru dalam menanamkan akhlak hifdzul
lisan anak di Raudathul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar.
2. Untuk mengetahui akhlak hifdzul lisan anak di Raudathul Athfal
Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak hifdzul
lisan anak di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
50
Manfaat penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan dan
khazanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan islam,
khususnya terkait dengan akhlak hifdzul lisan anak.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh-
contoh, dan pelajaran berharga tentang bagaimana cara
menanamkan akhlak hifdzul lisan anak.
3. Bagi penulis
Agar dapat memperoleh informasi dan menambah wawasan
yang lebih mendalam tentang peranan guru dalam menanamkan
akhlak hifdzul lisan anak.
51
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. peranan Guru
1. Pengertian Guru
Guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz dalam bahasa
Arab, yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Artinya
guru adalah seseorang yang memberikan ilmu. 56
Nabi Muhammad SAW sebagai manusia sempurna yang pernah
hidup di muka bumi telah memberikan contoh keteladanan bagaimana
membangun sebuah karakter bangsa dan mempengaruhi dunia.57
Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa seorang
guru memiliki peranan yang mulia selain dengan memimbing, mendidik,
dan sebagainya seorang guru juga harus dapat membentuk karakter
seorang anak dengan setulus hati agar sebagai calon penerus bangsa
dapat terdidik, disiplin, jujur dan terbuka secara baik berdasarkan
karakternya masing-masing.
Seorang guru memegang peranan penting dalam proses belajar
mengajar, dipundaknya terpikul tanggung jawab utama keaktifan seluruh
usaha kependidikan dalam rangka membentuk manusia yang terampil
dan berbudi luhur. Sekalipun banyak Negara maju media elektronik
sebagai alat pengajaran sudah dipergunakan dan kemampuannya untuk
56
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional : Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru, (Jakarta : Ar-Ruzz Media, 2016), h.23
57 Akh.Muwafik Saleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, (Jakarta :
Erlangga, 2012), h.1
52
membawa bahan pengajaran kepada para pelajar telah dibuktikan.
Namun keberadaannya tetap tidak dapat sepenuhnya menggantikan
kedudukan guru, sebagai subjek yang paling berperan dalam proses
pembentukan kepribadian anak.
Adapun beberapa peranan seorang guru adalah :
1. Sebagai fasilitator, yang menyediakan kemudahan-kemudahan
bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
2. Sebagai pembimbing, yaitu membantu siswa mengatasi kesulitan
dalam proses belajar.
3. Sebagai penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakann
lingkungan yang menantang siswa agar melakukan kegiatan
belajar.
4. Sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan siswa
dan masyarakat.
5. Sebagai model, yang mampu memberikan contoh yang baik
kepada siswanya agar berperilaku baik.
6. Sebagai evaluator, yang melakukan penilaian terhadap kemajuan
belajar siswa.
7. Sebagai inovator, yang turut menyebarluaskan usaha-usaha
pembaruan kepada masyarakat.
8. Sebagai motivator, yang meningkatkan kegairahan dan
pengembangan kegiatan belajar siswa.
53
9. Sebagai agen kognitif, yang menyebarkan ilmu pengetahuan
kepada peserta didik dan masyarakat.58
Peranan seorang guru memang tidak mudah, karena segudang
tanggung jawab harus dipikulnya. Ia bertangung jawab terhadap
tugasnya, dan ia juga harus memiliki pesan moral yang mampu dan
pantas diteladani oleh orang lain. Dan yang lebih penting dari semua itu
adalah guru pemegang amanah yang harus dipikulnya dan
bertanggungjawab atas segala yang diamanatkan kepadanya, dan
berarti apabila ia menyia-nyiakan itu sama artinya dengan pengkhianat,
mengkhianati profesinya, tanggung jawabnya, dan mengkhianati Allah
SWT.
Guru dalam mendidik siswanya harus mempunyai visi yang jelas.
Dan salah satu visi yang utama harus dilakukan oleh guru dalam
mendidik siswa adalah menanamkan dasar-dasar utama dalam
berakhlak mulia seperti, berkata jujur, disiplin, patuh, dan hal-hal positif
yang membawa kebaikan pada pribadi siswa. Perlu kita ketahui bahwa
suatu hal yang paling mendasar dan yang paling terpenting dari kecil
sampai beranjak dewasa adalah akhlak hifdzul Lisan yang mampu
mendasari semua hal yang bersifat dengan masa depan sehingga
terdidik untuk selalu menjaga lisan atau lidahnya.. mengapa demikian,
sebab lidah adalah anggota badan yang benar-benar perlu dijaga dan
58
Oemar, Hamalik, Kurikulum dn Pembelajaran, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h.9
54
dikendalikan. Maka dari itu dapat kita simpulkan bahwa peran seorang
guru harus menanamkan akhlak penjagaan lisan sejak usia dini.
2. Syarat Menjadi Guru
Guru merupakan figur sentral dalam dunia kependidikan yang
diharapkan memiliki karakteristik kepribadian yang ideal sesuai dengan
persyaratan bersifat psikologis pendagogis.59 Guru sebagai tenaga
pengajar berperan dalam pelaksanaan system pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT, berakhlak mulia, sehat,, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan demokratis. Maka
dari itu keteladanan sangat diperlukan karena guru tidak menghadapi
benda mati, tetapi menghadapi pribadi yang sedang tumbuh dan
berkembang, pribadi yang memiliki sifat, sikap dan karakter yang
beragam. Disamping memiliki sifat-sifat tersebut, guru juga harus
mengetahui perkembangan kemampuan dan kepribadian anak
didiknya, guru harus dekat dengan anak didiknya.
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.60
Selain itu syarat menjadi guru ada 4 poin yaitu :
59
Jalaluddin Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2002),h.110 60
E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Rosda, 2005), h 37
55
a . Takwa kepada Allah
Kita tahu bahwa takwa merupakan perintah dari Allah untuk
menjalankann segala perintahnya serta menjauhi segala larangannya.
Dalam artian sebagai seorang guru haruslah mendidik anak yang
sesuai dengan perintah Agama agar dapat menjadi seorang guru yang
baik dan profesional.
b. Memiliki akhlak yang baik
Sebagai syarat untuk menjadi guru yang baik haruslah memiliki
akhlakul karimah, dengan akhlak serta berkelakuan yang baik maka itu
akan mampu memberikan tauladan yang baik pula bagi anak didiknya
sehingga akan mencapai keberhasilan dalam mendidik anak didiknya
yang akan menjadi generasi penerus bangsa yang baik serta mulia.
c. Berilmu
Berilmu juga merupakan syarat terpenting, karena semakin tinggi
pendidikan seorang guru maka semakin tinggi dan baik pula mutu
pendidikannya dan segala sesuatu yang dilakukannya.
d. sehat jasmani dan rohani
Seorang guru harus memiliki kesehatan yang stabil dalam artian
sehat secara rohani dan jasmani agar dapat menjalankan tugasnya
dengan baik pula.61
61
https://paluipuntik.comsyarat-menjadi-guru, Diakses tanggal : 21 Aprill 2019.
56
Di lihat dari penjelasan di atas yang menjadi syarat untuk seorang
guru adalah point terpentingnya yaitu harus benar-benar dapat menjadi
contoh tauladan bagi peserta didiknya.
3. Tugas dan fungsi guru
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal62.
Guru sebagai pendidik dan pengajar anak, diibaratkan seperti ibu
kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai
fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar
dan kemampuannya secara optimal, hanya saja ruang lingkupnya guru
berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta
Guru sebagai tenaga professional sebagaimana yang dimaksud dalam UU RI No 14 Thn 2005 pasal 2 ayat 1 tentang guru dan dosen berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.63 Adapun tujuan pendidikan yang berdasarkan dengan UU RI No. 20
Tahun 2003 bab 1 pasal 1 Tentang sikdiknas sebagai berikut :
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
62
Supriyadi, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta :DUA SATRIA OFFSET, 2015),h.11.
63 UU RI No. 14 Thn 2005, Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta : Sinar Grafika,
2014).
57
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.64
Berdasarkan penjelasan diatas menjadi seorang guru sangatlah
tidak mudah. Sebab, guru harus melaksanakan tugasnya secara
profesional, agar anak didiknya dapat mengembangkan keterampilan
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari demi masa depan.
4. Strategi Guru
Strategi adalah komponen yang memiliki pengaruh yang besar
dalam mendidik siswa. Sebab, dengan adanya strategi yang tepat maka
tentu akan berpengaruh pada tingkat pemahaman dan pengamalan nilai-
nilai akhlak pada anak. Terlebih apabila pengaruh terhadap tingkat
kesadaran siswa dalam mengamalkan nilai-nilai luhur.
Guru mempunyai peranan ganda sebagai pengajar dan pendidik. Hal tersebut dapat dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Tugas guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, efektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan efektif, dan keterampilan. Selain sebagai pendidik dan pengajar juga guru punya peran sebagai pembimbing, sehingga guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, memahami segala potensi dan kelemahannya, masalah dan kesulitan-kesulitannya, dengan segala latar belakangnya.65 Dalam hal ini, ada 2 strategi yang dapat digunakan untuk
digunakan oleh seorang guru, diantaranya :
64 Permadiknas, Undang-Undang Sikdiknas No 20 Tahun 2003 (Jakarta : Sinar
Grafik, 2013), h.3 65
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung
: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.254
58
1. Melalui sistem perencanaan yang matang, guru akan terhindar dari
keberhasilan secara untung-untungan, dengan demikian pendekatan
sistem memiliki daya ramal yang kuat tentang keberhasilan suatu
proses pembelajaran, karena perencanaan disusun untuk mencapai
hasil yang optimal.
2. Melalui system perencanaan yang sistematis, setiap guru dapat
menggambarkan berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapi
sehingga dapat menentukan berbagai strategi yang bisa dilakukan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.66
Berdasarkan kedua strategi yang telah dijelaskan diatas maka
secara otomatis guru akan mampu menciptakan suasana yang kondusif,
dan ketika terjadi masalah pada siswa maka guru akan mampu
memberikan teguran langsung yang bersifat Motivasi, dengan
menggunakan kata-kata yang bernilai positif.
B. Akhlak Hifdzul Lisan (Menjaga Lisan)
1. Pengertian akhlak
Secara linguistik, perkataan akhlak diambil dari bahasa Arab,
bentuk jamak dari kata khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku, atau tabiat. Kata khuluqun, merupakan isim jamid lawan
dari isim musytaq. Secara terminologi akhlak adalah sebuah sistem
66
Wina Sanjaya, Strategi Pebelajaran : Berorientasi Standart Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), h.51.
59
yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah
laku yang membuat seseorang menjadi istimewa.67
Dilihat dari segi bentuk macamnya, akhlak dapat dibagi kepada
dua bagian. Pertama, akhlak terpuji atau akhlak mahmudah seperti
berlaku jujur, pemaaf, sabar dan sebagainya. Kedua, akhlak tercela atau
akhlak madzmumah seperti pemarah, pembohong, pencuri, dan
sebagainya.68
Menurut imam Al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak ialah
sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang menimbulkan berbagai
macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.69
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat
yang paling penting. Apabila akhlaknya baik, maka sejahtera lahir dan
batinnya apabila akhlaknya rusak maka rusaklah lahir dan batinnya.
tindakan-tindakan amoral seperti tauran antar siswa, siswa antar
sekolah, merupakan tindakan-tindakan yang sering terjadi di lingkungan
pendidikan. Oleh karena itu, benteng utama yang mampu melapisi diri
dari tindakan-tindakan tesebut adalah dengan penanaman nilai-nilai
akhlak atau perbuatan yang baik seja kecil.
67
Dr.H. Nasharuddin, Akhlak Ciri Paripurna, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2015), h.206-207.
68 Mahmud al-Mishri, Ensiklopedia Akhlak Muhammad saw, (Jakarta : Pena
Pundi Aksara,2009), h.4 69
Dr.H Nashruddin, op cit, h.208
60
Dalam Qur’an Surah Al-Qashash : 77 yang berbunyi :
Terjemahnya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.70
Berdasarkan ayat diatas, akhlak merupakan dorongan kejiwaan
seseorang untuk melakukan sesuatu. Jika sesuatu yang dilakukan baik
menurut syariat dan akal, maka kerusakan tidak akan terjadi di muka
bumi ini.
2. Pengertian Hifdzul Lisan
Hifdzul Lisan, aslikata dari Hifdzu (menjaga) dan Allinsaani (lisan,
lidah). Menjaga lidah atau (pembicaraan) adalah amal yang paling berat
dan paling utama.71 Menjaga ucapan/ lisan kecil bentuknya akan tetapi
besar dosanya. Tiap-tiap pembicaraan ada tempatnya, tiap-tiap tempat
ada pembicaraannya. Ungkapan yang terbaik adalah ungkapan sedikit
tetapi jelas, terlalu banyak bicara dapat menghilangkan kebaikan.
Bagaikan bersihnya tanah setelah disiram air.
70
Departemen Agama RI Th 2011 Al-Qur’an dan Terjemahannya, h.198. 71
https://free.facebook.com/myarabindo/photos/a.305977499505614/744356662334360/?type=3&_rdc=1&_rdr, Diakses tanggal : 21 April 2019
61
Dalam Q.S. Al-Mu’minun [23] : 2-3 firman Allah SWT mengenai
menjaga lisan :
شعون ٥وٱلذن هم عن ٱللغو معرضون ٢ٱلذن هم ف صلتهم خ
Terjemahnya :
[2] (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, [3] Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan pertakataan) yang tiada berguna.72
Dari terjemahan QS Al-Mu’minun [23] : 2-3, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa sangat penting manusia menjaga perkataannya atau
lisannya. Diantara anggota lahir, lisan termasuk yang terbanyak
membuat maksiat. Dalam hal ini, tidak ada satu usahapun yang dapat
menyelamatkannya kecuali hanya dengan jalan membiasakan berkata-
kata yang baik dan bermanfaat.73
Dalam Hadis riwayat Al bukhori telah dikatakan bahwa :
keselamatan yang kita peroleh bergantung pada apa yang kita ucapkan.
Jika kita bisa menjaga lisan dan selalu berbuat keburukan yang
menimbulkan permusuhan dan selalu menyakiti hati orang lain lebih baik
kita diam. Dalam riwayat Abu Hurairah, Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ومن كان ؤمن بالله والوم الآخر فلقل ى الله عليه وسل عن اب هررة رض الله عنه قال رسول الله )رواه البخارى ومسلم( خرا أو لصمت
72
Departemen Agama Ri, op cit, h. 172 73
DR.Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : PT RajaGrapindo Persada, 2002), h.190
62
Artinya :
“dari Abu Hurairah r.a berkata Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang terbaik atau diam.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Imam Nawawi menjelaskan hadits di atas dalam kitab hadits-hadits Arba’in. Beliau menjelaskan, “Imam Syafi’i menjelaskan bahwa maksud hadits ini adalah apabila seseorang hendak berkata hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika diperkirakan perkataannya tidak akan membawa mudharat, maka silahkan dia berbicara. Akan tetapi, jika diperkirakan perkataannya itu akan membawa mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka hendaknya dia tidak usah berbicara”. Sebagian ulama berkata, “Seandainya kalian yang membelikan kertas untuk para malaikat yang mencatat amal kalian, niscaya kalian akan lebih banyak diam daripada berbicara”74.
Agama Islam telah mengajarkan tuntunan keharusan kita tuk
menggunakan lisan dengan baik, kita disuguhkan pelajaran bahwa Allah
menyuruh kita menggunakan lisan untuk hal-hal yang baik. Misalnya
dengan menasihati orang tuk berbuat kebaikan, berupaya mendamaikan
dua orang yang berseteru juga termasuk kedalam hal-hal yang baik.
Menggunakan lisan di jalan kebenaran merupakan ungkapan rasa
syukur terhadap Allah sang Khalik.
C. Klasifikasi Akhlak Hifdzul Lisan (Menjaga Lisan)
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak hifdzul lisan (menjaga
lisan) Anak
Ada dua faktor yang mempengaruhi akhlak hifdzul lisan anak,
yaitu:
74
K.H. Mawardi Labay El-Sulthani, Lidah Tidak Bertulang, (Jakarta : Al-Mawardi
Prima, 2002), h.17
63
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah
yang suci yang merupakan bakat bawaan sejak lahir dan setiap
anak yang lahir ke dunia ini telah memiliki naluri keagamaan yang
nantinya akan mempengaruhi dirinya seperti unsur-unsur yang ada
dalam dirinya yang turut membentuk akhlak berbicara, diantaranya
adalah :
1). Instink (naluri)
Instink (naluri) adalah kesanggupan melakukan hal-hal yang
kompleks tanpa latihan sebelumnya, terarah pada tujuan yang
berarti bagi si subyek, tidak didasari dan berlangsung secara
mekanis.75
2). Kebiasaan
Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlak adalah
kebiasaan atau adat istiadat. Yang dimaksud kebiasaan atau adat
istiadat. Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu
diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan.76
3). Keturunan
Ahmad amin mengatakan bahwa perpindahan sifat-sifat
tertentu dari orang tua kepada keturunannya, maka disebut al-
waratsah atau warisan sifat-sifat.77
b. Faktor eksternal
75 Kartini Kartono, psikologi umum, (Bandung : Mandar Maju, 1996), h.100
76 Hamzah Ya’kub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1993), h. 31
77 Ahmad Amin, Ethika (ilmu akhlak), (Jakarta : Bulan Bintang, 1975), h. 35.
64
Adapun faktor eksternal yaitu faktor yang dapat mempengaruhi
akhlak hifdzul lisan anak dari luar ialah :
1). Lingkungan Bergaul
Lingkungan bergaul ini meliputi : lingkungan pergaulan sekolah,
lingkungan keluarga, dan lingkungan pergaulan tetangga sekitar.
Ketiga lingkungan pergaulan ini memiliki peranan yang sangat
penting dan dominan dalam proses masuknya bahaya lisan
(buruk, jahatnya perkataan) pada anak-anak.
2). Adat/kebiasaan yang di bawah dari lingkungan pergaulan
3). TV, radio, Koran, majalah, dan internet78
2) Bahaya Lisan masuk pada anak
Lidah merupakan nikmat Allah SWT yang sangat besar dan luar
biasa bagi manusia. Ia merupakan karunia besar yang harus disyukuri
oleh manusia. Dengan lidah manusia dapat merasakan cita rasa di
dunia, dengan lidah manusia dapat berkata-kata dan berbicara, karena
lidah pula, manusia menjadi makhluk yang paling mulia, sempurna dan
istimewa disbanding makhluk-makhluk lain yang telah diciptakan-Nya.79
Melihat dari penyebab yang telah dikemukakan di atas adalah
maka bahaya lisan yang terjadi pada anak akan mengakibatkan dampak
negative hingga anak kelak menjadi dewasa seperti :
1. Sering berbohong/ dusta
78
Digilib.uinsby.ac.id/7293/3/bab2.pdf, Diakses tanggal : 3 Mei 2019 79
K.H. Mawardi Labay El-Sulthani, op cit. h.3
65
Bohong/ dusta termasuk salah satu penyelewengan lidah. Ia
merupakan penyakit jiwa yang bila tidak segera diobati, maka
pelakunya akan terjerumus ke dalam neraka, tempat menetap yang
paling buruk.80
2. Suka membantah
Berbantah-bantahan (yang bertujuan untuk saling menjatuhkan dan mempermalukan) itu dilarang oleh agama. Karena berbantah-bantahan itu tidak akan terlepas dari sikap yang menyakitkan, membangkitkan kemarahan dan membawa orang yang sudah berhenti dari perdebatan untuk mengulangi dan melanjutkan lagi. Setiap orang yang membiasakan perdebatan dan memenangkan ia akan mendapatkan pujian dan diterima oleh banyak kalangan. Dan dengan ini pula peluang kebinasaan menjadi semakin terbuka lebar. Dan hal ini nyaris tak terelakkan menakala terjadi jalinan hubungan dengan kekuasaan, untuk kepentingan kedudukan.81
3) Efek negative bahaya Lisan pada anak
Efek negative yang diakibatkan adanya bahaya lisan pada anak
adalah Berupa sikap dan perbuatan, anak akan cenderung berbuat
negatif, dalam hal ini dampak-dampak yang diakibatkan jika seseorang
tidak bisa menjaga lidahnya dari perkataan tercela maupun perkataan
buruk adalah sebagi berikut:
Menghabiskan waktu dengan sia-sia
Menjadikan seseorang tidak dipercaya oleh orang lain
Mengecewakan orang lain
Dalam menghadapi masalah mudah marah
Tidak memiliki sifat sabar
80
Ibid., h.141 81
Imam Al-ghazali. Bahaya Lidah (Jakarta,Bumi Aksara,1994, h.110-116.
66
Kalau sedang kecewa/ pusing sedang dilanda banyak masalah
maka akan keluar kata-kata mutiara yang telinga rishi
mendengarkannya. Misalnya kata (anjing, tolol, dan berbagai kata
kotor lainnya)
Tidak ikhlas dalam melakukan suatu tindakan
Dicap atau dikenal oleh yang lain sebagai anak yang nakal.82
Lisan adalah ukuran dalam kebaikan dan keburukan. Orang yang
melepaskannya serta tidak menjaganya dengan ajaran syari’at akan
digiring oleh syeitan menuju jalan-jalan kebinasaan lalu dijerumuskan ke
dalam neraka.
4) Cara menanamkan akhlak hifdzul lisan pada anak
Perkembangan pada masa anak usia dini terjadi melalui
pengalaman hidupnya yang didapat sejak kecil, baik dalam keluarga,
lingkungan sekolah dan dalam lingkungan masyarakat. Semakin
banyak pengalaman yang bernuansa keagamaan, maka sikap,
tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan
ajaran agama83
Pada usia dini merupakan masa-masa terpenting bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga perlu ditanamkan
nilai-nilai agama yang terkhusus pada penanaaman akhlak hifdzul lisan
dalam artian menjaga lisan pada anak. Sebab, dalam memperkenalkan
82
Digilib.uinsby.ac.id/7293/3/bab2.pdf, Diakses tanggal 3 Mei 2019 83
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : PT Bulan Bintang : 1996), h. 55.
67
pendidikan agama sejak dini berarti telah membuat pribadi yang kuat
berlandaskan agama dalam hal mendidik anak.84
Dalam hal ini, perkara yang cukup merepotkan orang tua dari
perilaku anak-anaknya adalah kebiasaan buruk dalam berbicara. Maka
dari itu, adapun cara guru dalam menanamkan akhlak hifdzul lisan atau
menjaga lisan pada anak sedini mungkin, sebagai berikut :
Pertama, tanamkan akidah yang kuat. Akidah yang kokoh akan
menanamkan keyakinan bahwa sebagai hamba Allah kita wajib
mengikuti semua aturan-Nya, dan salah satunya adalah akhlak
berbicara maka sangat perlu menjaga lisan kita. Seperti firman Allah
SWT QS Al-Israa [17] : 53 yang berbunyi :
نس ن كان لل ط نهم إن ٱلش ن نزغ ب ط إن ٱلش أحسن عبادي قولوا ٱلت ه ا وقل ل ن عدو
ا بن ٣٥م
Terjemahnya:
Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya
syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi
manusia.85
Kedua, ajarkan tauladan Rasululallah SAW. Dalam berbicara.
Beberapa contoh Rasulallah di antaranya : selalu menytakan
kebenaran, tidak berdusta, jujur dalam perkataan, berbicara dengan
lemah lembut, tidak banyak bicara dan hal hal yang menunjukkan
betapa berharganya nilai berbicara itu.
84
Maya Indrawati, Dkk, Serba Serbi Bijak Mendidik dan Membesarkan Anak Usia Pra Sekolah, (Jakarta : Prestasi Pustakarya, 2006), h.189.
85 Departemen Agama Ri, loc cit. h. 145
68
Ketiga, jangan bosan memberikan keteladanan. Anak akan meniru
kebiasaan berbicara di lingkungannya. Oleh karena itu sebaiknya orang
tua dan guru berperan penting dalam hal itu, sehingga juga akan
mendapatkan lingkungan yang baik bagi anak lebih mudah menemukan
pola kebiasaan bertutul lisan dengan baik.
Keempat, biasakan mengucapkan kata-kata thayyiban. Dengan
kebiasaan ini, anak tidak punya kesempatan untuk mengeluarkan kata-
kata lisan yang tidak baik. Di antara kalimat thayyiban yang biasa
diajarkan oleh guru misalnya, kalimat bismillah untuk memulai setip
perbuatan, astaghfirullah bila anak melakukan kesalahan, subhanallah
jika anak mendapatkan sesuatu yang menakjubkan, inna lillahi jika
anak mendapatkan musibah dan sebagainya86.
Dengan demikian, membiasakan hal ini kepada anak sekaligus
juga untuk menghindari kebiasaan latah yang sia-sia. Jadi sebagai
seorang guru dihadapan anak didiknya apalah]gi yang masih pada
dalam usia dini hendaknya menghindari kata-kata seperti gila!, busyet!,
bodoh!, dan sebagainya. Biasakanlah sejak kecil anak mengungkapkan
kata-kata sopan dalam beinteraksi, misalnya terimakasih, jazakallah,
maaf, tolong, permisi, dan sejenisnya.
5) Hikmah Menjaga Lisan
Lisan merupakan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada
kita. Lisan merupakan anggota badan manusia yang cukup kecil jika
86
https://www.google.com/article/menanamkan-adab-berbicara-pada-anak/amp, Diakses tanggal 5 Mei 2019
69
dibandingkan dengan anggota badan lainnya. Akan tetapi, ia dapat
menyebabkan pemiliknya ditetapkan sebagai penduduk syurga atau
sebaliknya. Selain itu, bagi muslimah yang dapat menahan diri dari
berbicara hal-hal yang membawa keburukan, ia akan dijanjikan akan
dijauhkan dari api neraka jahanam. Ia juga akan dihindarkan dari
kebinasaan. Menjaga lisan termasuk dalam perbuatan yang
meningkatkan imam seseorang87
Dengan demikian dalam lisan ada beberapa problematika yang
akan kita hadapi apabila kita tidak menjaganya. Maka dari itu hikmah
untuk menjaga perkataan adalah mampu memberikan kita manusia
yang taat di hadapan-Nya, mendapat keprcayaan dari orang tua,
sahabat sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Hajj [22] : 24 yang
berbunyi :
ط ٱلحمد ٢٢وهدوا إلى ٱلطب من ٱلقول وهدوا إلى صر
Terjemahnya :
Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan
ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang Terpuji.88
Uraian di atas menunjukan bahwa penting bagi anak usia dini
dalam mendapatkan pemahaman mengenai pentingnya berakhlak
terkhusus pada penjagaan lisan, karena pada dasarnya jika kita melihat
zaman sekarang yang banyak terjadi adalah perubahan bahasa yang
87
Republika.co.id, Diakses tanggal 5 Mei 2019 88
Departeman Agama RI, op cit. h.168
70
begitu pesat perkembangannya. Ada banyak bahasa-bahasa gaul yang
dapat mejadikan anak menjadi ikut-ikutan dalam hal tersebut, namun
dengan penanaman akhlak hifdzul lisan pada anak usia dini akan
sedikit membantu para anak agar tidak terjerumus ke dalam dunia yang
sesat. Hal ini juga, tidak lepas dari peran guru dan orang tua agar
senangtiasa mendidik, membimbing dan mengarahkan anaknya pada
dunia yang lebih baik dan paham akan ilmu Agama yang berakhlak.
71
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini, menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
berusaha menampilkan secara utuh yang membutuhkan kecermatan
dalam pengamatan. Sehingga kita dapat memahami secara menyeluruh
hasil penelitian. Dii samping itu, dalam penelitian kualitatif ini peneliti harus
terjun langsung ke lapangan guna memperoleh data yang peneliti
butuhkan. Peneliti ini berusaha untuk menggambarkan dan mengklarifikasi
fakta atau karakteristik fenomena yang ada secara factual dan cermat,
tidak mengandalkan bukti logika mateatis, prinsip angka atau metode
statistic. Sehingga dapat digambarkan kondisi dan keadaan yang
sebenar-benarnya dengan isyarat atau tindakan sosial.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk
memahami suatu fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian. Yang diperoleh dalam bentuk data-data baik secara tertulis,
ucapan lisan, ataupun tindakan yag diamati melalui observasi, wawancara
dan observasi.
Menurut Ahmad Tanzeh, “tujuan penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep
72
yang akhirnya jadi teori. Tahap ini dikenal sebagai grounded theory
research”.89
Penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa
dan dan bagaimana suatu keadaan (fenomena, kejadian) dan melaporkan
sebagaimana adanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa
yang saat ini berlaku, yang di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,
mencatat, menganalisa, dan menginterprestasikan kondisi yang selama ini
terjadi.90
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian dalam penyususnan proposal ini adalah di
yayasan Raudatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla borong Desa
Barugaya, Kec. Polombangkeng Utara, Kab. Takalar dan waktu
pelaksanaannya adalah pada tahun akademik 2018/2019.
Berdasarkan lokasi penelitian yang diangkat oleh penulis, maka
yang menjadi objek pada penelitian ini adalah guru dan siswa.
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitiann
1. Adapun yang menjadi fokus penelitian ialah :
a. Peranan guru.
b. Akhlak hifdzul lisan anak
89
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009). 90
Mardalis, Metode Penelitian : Suatau Pendekatan Proposal, (Jakarta:Bumi Aksara, 2006), h.6
73
2. Deskripsi Fokus Penelitian :
a. Peranan guru
Peranan guru sangatlah penting dimana seseorang bertindak
sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih pembaharu, model
dan sebagai sentral dalam berbagai kegiatan interaksi belajar
mengajar. Guru yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
bagaimana guru itu sendiri mampu berperan dalam menanamkan
akhlak hifdzul lisan pada anak di Raudatul Athfal Khaidir Nurdin
Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar.
b. Akhlak Hifdzul lisan anak.
Lisan adalah anggota badan manusia yang kecil, namun memiliki
pengaruh besar pada pemiliknya, maka dari itu dalam hal ini
penting bagi anak usia dini memiliki akhlak berbicara atau menjaga
lisan (hifdzul lisan), agar anak tahu bagaimana tata cara, etika atau
sopan santun dalam berkomunikasi engan orang lain dengan orang
lain.
D. Sumber Data
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya untuk diamati dan dicatat dalam bentuk pertama
kalinya, dan merupakan bahan utama penelitian.
a. Data tentang cara atau peran guru dalam menanamkan akhlak
hifdzul lisan pada anak.
74
b. Data tentang akhlak anak di Raudatul Athfal Khaidir Nurdin
Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar.
2. Data sekunder adalah data yang pengumpulannya tidak
diusahakan sendiri oleh peneliti, misalnya dari keterangan atau
publikasi lain. Sumber sekunder ini bersifat penunjang dalam
melengkapi data primer. Data yang dimaksud dalam hal ini adalah
data tentang sejarah berdirinya yayasan Raudatul Athfal Khaidir
Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar.
E. Instrumen Penelitian
1. Pedoman wawancara. Secara umum, penyusunan instrument
pengumpulan data berupa pedoman wawancara.
2. Pedoman observasi digunakan sebagai pedoman untuk pengamatan
terhadap aktivitas guru dan anak didik dalam menanamkan akhlak
hifdzul lisa di Raudatul Athfal Khaidir Nurdin Dusu Balla Borong
Kabupaten Takalar. Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang
relevan, maka perlu dilakukan bertahap dan sistematis berdasarkan
kisi-kisi observasi yang telah dibuat sebelumnya.
3. Catatan dokumentasi, peneliti sebagai instrument yang dapat
berhubungan langsung dengan responden dan mampu memahami
serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di lapangan. Dengan
kata lain kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah ia
sekaligus perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis,
penafsir data, pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitian.
75
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
tentang peran guru dalam menanamkan akhlak hifdzul lisan anak sebagai
berikut ::
1. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan
data dengan jalan mengadakanpengamatan terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung.teknik ini digunakan untuk mengamati secara
langsung kondisi akhlak siswa di Raudatul Athfal Khaidir Nurdin
Dusun Blla Borong Kabupaten Takalar.
2. Wawancara
Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka
antara sipenanya atau pewawancara dengan sipenjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview
guide (panduan wawancara). Wawancara merupakan alat yang
ampuh untuk mengungkapkan kenyataan hidup, apa yang difikirkan
atau yang dirasakan orang tentang berbagai aspek kehidupan.
Wawancara berfungsi deskriptif yaitu melukiskan dunia
kenyataan seperti yang dialami oleh orang lain. Wawancara dapat
pula berfungsi eksploratif, yakni bila masalah yang kita hadapi masih
76
samar-samar bagi kita karena belum pernah diselidiki secara
mendalam oleh orang.91
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang peran
guru dalam menanamkan akhlak hifdzul lisan anak.
3. Dokumentasi
Dokuentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.92 Teknik ini
digunakan untuk mendapatkan dokumen-dokumenyang berkaitan
dengan peran guru dalam menanamkan akhlak hifdzul lisan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian kualitatif adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan
dapat diinformasikan kepada orang lain.93
Dalam menganalisi data, peneliti menggunakan beberapa metode
sebagai berikut :
1. Metode induktif, yaitu suatu cara penganalisaan data yang bersifat
khusus kemudian dirumuskan dalam suatu kesimpulan yang bersifat
umum
91 S. Nasution, Metode Research, Penelitian Ilmiah, (Jakarta : Bumi Aksara,
2011), h.144-145 92
Suharsini Arikunto,Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta :
Rineka Cipta, 2010), h. 274. 93
Sugiono, op cit, h.334.
77
2. Metode deduktif, yaitu penganalisaan data yang bertolak dari prinsip-
prinsip umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Analisi data dalam penelitian kuaitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan. Namun
dalam penelitian kualitatif, lebih difokuskan selama dilapangan.94
94
Ibid,. h, 336-345
78
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran umum Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla
Borong Kabupaten Takalar
Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten
Takalar adalah salah satu yayasan anak usia dini yang didirikan oleh
ayahanda H. Syarifuddin Mone yang merupakan kakak ipar dari
Sujarwan Emba s.sos (kepala desa Barugaya, kec. Polombangkeng
Utara, Kab. Takalar) pada awal bulan juni 2011. Yayasan yang
bertempat di Dusun Balla Borong ini merupakan kelas jauh atau
merupakan cabang dari RA Khaidir Nurdin yang berpusat di Dusun
Karepattoddo Desa Barugaya Kabupaten Takalar. Dilihat dari jarak
Dusun Balla Borong Ke Dusun Karepattoddo sangat jauh maka Sejak
yayasan mendapat izin operasional pada tanggal 26 januari 2016
maka ketua yayasan beserta jajarannya memutuskan untuk
mendirikan kelas jauh di dusun Balla Borong untuk memudahkan anak
dalam bersekolah.95
Didirikannya Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin dusun Balla
Borong ini memang sangat memudahkan para siswa, apalagi siswa
yang memiliki orang tua yang berstatus petani sudah tidak susah
95
H Syarifuddin Mone, Ketua Yayayasan Raudhatul Atjfal Khaidir Nurdin Dusun
Balla Borong Kabupaten Takalar, wawancara, 18-Juli 2019
dalam membagi waktunya antara pendidikan an
ak dengan pekerjaannya yang hanya berpusat pada pertanian saja.49
Visi dan Misi Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin DUsun Balla Borong
Kabupaten Takalar
a. Visi
Terwujudnya generasi muda islam yang cerdas, terampil,
berakhlak mulia dan berguna bagi bangsa dan Negara.
b. Misi
Menananamkan dan mengembangkan kualitas kepribadian
agar mampu menjadi penerus kepemimpinan bangsa dan
agama di masa yang akan mendatang.
2. Tujuan Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar.
1. Membentuk siswa yang berkembang secara optimal dengan
potensi yang dimiliki.
2. Tercapainya program Raudhatul Athfal.
3. Terlaksananya suasan a sekolah islami dan menyenangkan.
4. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, berpengetahuan, rajin
ibadah, cerdas, jujur, berakhlak dan bertakwa kepada Allah
SWT.50
56
H Syarifuddin Mone, Ketua Yayayasan Raudhatul Atjfal Khaidir Nurdin Dusun
Balla Borong Kabupaten Takalar, wawancara, 18-Juli 2019 57
Sumber Data : Kantor Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar, Tahun Ajaran 2018-2019.
3. Keadaan Guru
Guru merupakan unsur yang paling penting dalam roses
pendidikan. Tanpa adanya guru, pendidikan hanya menjadi slogan dan
pencitraan karena segala bentuk kebijakan dalam sektor pendidikan
pada akhirnya yang akan menentukan tercapainya tujuan pendidikan
adalah guru. Selain itu guru juga merupakan ujung tombak dalam
meningkatkan kualitas pendidikan, dimana guru akan melakukan
interaksi langsung dengan peserta didiknya. Melalui proses belajar dan
mengajar inilah berawalnya kualitas pendidikan. Artinya, secara
keseluruhan kualitas pendidikan berawal dari kualitas pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru di dalam maupun luar kelas.
Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten
Takalar sekarang ini dipimpin oleh H. Syarifuddin Mone yang
mempunyai tenaga pendidik/guru berjumlah 2 orang perempuan.
Untuk mengetahui data guru dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL I
Data keadaan guru di RA Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar
No Nama Jabatan Status Yang
Diajarkan
1. H. syarifuddin
Mone
Ketua
yayasan
- -
2. Kasmawati S.Pd guru Honorer Mengenal
Kepribadian
3. Hasnah S.Pd guru Honorer Mengenal
lingkungan
sekitar
Sumber data51
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa guru yang ada pada
Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten
Takalar sebanyak 3 orang yang terdiri dari : 1 orang sebagai ketua
yayasan dan 2 orang tenaga pengajar/guru.
4. Keadaan Siswa
siswa merupakan salah satu komponen terpenting dalam
pendidikan. Tanpa siswa, proses pendidikan tidak akan terlaksana.
Oleh karena itu pengertian tentang siswa dirasa perlu diketahui dan
51
Kantor Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar,
Tahun Ajaran 2018-2019.
dipahami secara mendalam oleh seluruh pihak. Sehingga dalam proses
pendidikannya nanti tidak akan terjadi kemelencengan yang terlalu jauh
dengan tujuan pendidikan yang direncanakan. Dalam paradigma
pendidikan islam siswa merupakan orang yang belum dewasa dan
memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu
dikembangkan.
Siswa yang belajar di yayasan RA Khaidir Nurdin Dusun Balla
Borong Kabupaten Takalar, berasal dari latar belakang keluarga
dengan pekerjaan orang tua yang bermacam-macam, mulai dari petani,
pedagang, sampai buruh bangunan. Sementara jumlah dari siswa di
Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten takalar
ini dapat dilihat dari tabel berikut :
TABEL II
Data keadaan siswa Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla
Borong Kabupaten Takalar Tahun Ajaran 2018-2019
No Kelas Laki-laki perempuan jumlah
1. A 8 8 16
2. B 8 5 13
Jumlah 16 13 29
Sumber Data 52
52
Kantor Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten
Takalar, Tahun Ajaran 2018-2019.
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulka bahwa
jumlah siswa di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar sebanyak 29 orang dengan rincian : jumlah siswa
kelas A sebanyak 16 siswa, dan kelas B sebanyak 13 siswa.
5. Sarana dan Prasarana
sarana dan prasarana merupakan penunjang bagi proses
belajar mengajar, dimana sarana dan prasarana adalah semua
perangkat atau fasilitas perlengkapan dasar yang secara langsung
dan tidak langsung dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan
dan demi tercapainya tujuan pendidikan
fasilitas yang dimiliki Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun
Balla Borong Kabupaten Takalar masih belum memadai untuk
menunjang berlangsungnya kegiatan belaja mengajar. Berikut
gambaran sarana dan prasarana di Rudhatul Athfal Khaidir Nurdin
Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar :
TABEL III
Data sarana dan prasarana Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin
Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar
No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan
1. Ruang ketua guru/kantor 1 Masih direnovasi
2. Ruang kelas 2 baik
3. Lemari 2 Baik
4. Meja guru 2 Baik
5. Meja siswa 4 Baik
6. Kipas angina 2 Baik
7. Kotak p3k 1 Baik
8. Kotak Alfabet 3 Baik
9. Bola 4 Baik
10. Karet bermain 3 Baik
11. Batu berhitung 1 Baik
12. Ayunan santai 1 Baik
13. Ayunan rantai 1 Baik
14. Papan tulis 2 Baik
15. Bola dunia 1 Baik
16. Kandang macan 1 Baik
17. Gelas putar 2 Baik
Sumber data53
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa fasilitas atau sarana
dan prasarana yang dimiliki Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun
Balla Borong Kabupaten Takalar masih sangat kurang, alat-alat
53
Kantor Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten
Takalar, Tahun Ajaran 2018-2019.
bermain seperti yang seharusnya ada pada setiap sekolah pendidikan
anak usia dini masih sangat minim, terkhusus pada alat-alat bemain
yang dapat menunjang bacaan dan perhitungan anak.
B. Peranan Guru Dalam Menanamkan Akhlak Hifdzul Lisan Anak di
Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten
Takalar.
Pada sebuah sekolah, guru bertanggung jawab memberikan
pendidikan agama bagi peserta didiknya. Dasar yang harus diberikan
pertama kali dan sangat penting pada anak usia dini dalam pendidikan
agama adalah akhlak berbicara , bagaimana seorang anak akan menjaga
lisannya, dengan begitu anak akan mampu berbicara yang baik dan sopan
pada orang yang lebih tua, sebayanya, dan orang yang lebih mudah
darinya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa di zaman sekarang
banyak anak-anak yang terpengaruh akan kondisi lingkungan sehingga
anak akan mudah berbicara yang kurang baik kepada sesamanya maka
perlu seorang guru memberikan arahan yang baik serta juga memberikan
contoh tauladan berbicara yang baik pada setiap peserta didiknya.
Peneliti menyimpulkan bahwa peranan guru adalah sebagai
pembimbing, sebagai fasilitator, sebagai mediator, dan sebagai motivator.
Karena kehadiran seorang guru di sekolah merupakan suatu hal yang
dapat menunjang kualitas belajar siswa.
Berhasil atau gagalnya proses penanaman akhlak hifdzul lisan
anak sepenuhnya bergantung pada peranan guru dalam memberikan
pemahaman dan menciptakan suasana belajar pada peserta didiknya
yang tentu harus berlandaskan Al-Qur’an Hadist dalam menerapkan
pengalaman nilai-nilai akhlak berbicara yang baik.
Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan metode
wawancara dan observasi terhadap guru dan siswa yang menjadi
responden dalam penelitian ini, maka diperoleh penelitian sebagai berikut:
Dalam hal ini Kasmawati S.Pd guru kelas A mengatakan bahwa :
Di sekolah kami memberikan pemahaman ke peserta didik cara berbicara yang baik secara rutin sebelum dan sesudah pembelajaran dimulai, hal ini tentu dapat memicu perkembangan pengetahuan anak mengenai hal-hal pembiasaan pada penggunaan lisan yang baik. Apalagi siswa yang ada di sekolah ini memiliki tingkat pemahaman yang berbeda namun sebagian besarnya insya Allah mampu menangkapnya dan menjadikan itu suatu pembiasaan disekolah maupun di luar sekolah.54
Berdasarkan wawancara di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa guru dalam sebuah sekolah memiliki peranan yang
sangat penting dalam menunjang perkembangan pengetahuan dan
pemahaman anak, karena guru memiliki tanggung jawab untuk seorang
anak dalam menanamkan akhlak-akhlak yang baik khususnya dalam
menjaga lisan (hifdzul lisan)pada peserta didiknya.
Selain itu peneliti juga memperoleh hasil wawancara dari ibu
Hasnah, S.Pd guru kelas B sebagai berikut: .
Jelas kami mengajarkan akhlak hifdzul lisan pada peserta didik kami karena sekolah kami ini kan sekolah RA (raudhatul Athfal) yang hampir secara keseluruhan kami mengajarkan anak-anak
54
Kasmawati S.pd, Guru kelas A Radhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla
Borong Kabupaten Takalar, Wawancara, 19 juli 2019
untuk berakhlakul karimah, dan terkhusus pada penanaman akhlak hifdzul lisan kami tidak akan pernah meninggalkan atau lupa untuk memberikannya kepada peserta didik karena penting, dimana disitulah kami mengajarkan kepada anak bagaimana cara berbicara yang baik dan sopan kepada orang yang lebih dewasa. 55
Berdasarkan wawancara yang peneliti dapatkan dari ibu Hasnah,
S.Pd, sama halnya dengan yang disampaikan oleh ibu Kasmawati S.Pd
dimana peserta didik di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin ini selalu
mendapatkan ajaran-ajaran akhlak yang baik terkhusus pada penanaman
akhlak hifdzul lisan karena menurut mereka hal tersebut sangatlah penting
di usia dini untuk bekal hingga mereka beranjak dewasa.
Dilihat dari beberapa argumen diatas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa dalam memberikan suatu bimbingan berbicara yang
baik bukan hanya sekedar memberikan suatu pengajaran atau contoh
tetapi pembiasaan-pembiasaan yang merupakan suatu keadaan dimana
seseorang mengaplikasikan perilaku-perilaku yang belum pernah atau
jarang dilaksanakan menjadi sering dilaksanakan hingga pada akhirnya
menjadi kebiasaan, dan dalam penelitian ini dikhususkan pada
pembiasaan menjaga lisan atau berhifdzul Lisan.
Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang
sangat penting terutama bagi anak-anak, karena anak-anak pada usia dini
belum mengetahui baik dan buruk dari apa saja yang mereka perbuat dan
katakan. Perhatian mereka mudah sekali beralih pada hal-hal baru yang
mereka temui di lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, sebelum anak dapat
55
Hasnah S.pd, Guru kelas B Radhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar, Wawancara, 19 juli 20119
berfikir logis dan memahami hal-hal yang abstrak, serta belum sanggup
menentukan mana yang baik dan mana yang buruk , mana yang benar
dan mana yang salah, maka contoh-contoh, latihan-latihan dan
pembiasaan-pembiasaan memilki peran yang penting dalam
pembentukan kepribadian anak.56
Menanamkan pentingnya menjaga lisan pada anak-anak tentu
memerlukan keuletan, kesabaran dan pembiasaan sebagaimana dari apa
yang diungkapkan oleh ibu Kasmawati S.Pd dari hasil wawancara yang
peneliti lakukan adalah sebagai berikut :
Dalam menanamkan akhlak hifdzul lisan pada anak juga perlu kesabaran penuh karena tingkat pemahaman anak yang berbeda – beda maka dari itu dilakukan secara berulang-ulang agar anak-anak terlatih untuk membiasakannya dan dengan demikian anak akan lebih mudah mengingat karena sudah terbiasa.57
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
guru kelas A Raudhatul Athfal khaidir nurdin peneliti dapat menyimpulkan
bahwa, ketika ingin memberikan pengajaran atau pemahaman pada
peserta didik maka sangat perlu adanya pembiasaan dimana anak akan
sering melakukan sesuai apa yang diajarkan pada setiap anak. Namun,
ketika ingin memberikan pemahaman pada setiap anak yang dibutuhkan
bukan hanya sekedar pada pembiasaan saja karena dimana setiap anak
memiliki karakter dan cara pemahaman yang berbeda-beda. Maka dari itu
guru di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten
56 Zainuddin, Seluk – Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali (Jakarta : Bumi Aksara,
1997), h.106. 57
Kasmawati S.pd, Guru kelas A Radhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla
Borong Kabupaten Takalar, Wawancara, 20 juli 2019
Takalar ini juga melakukan pendekatan saintifik kepada setiap peserta
didik.
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan pengamatan.58 Proses
pendekatan saintifik harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Hasilnya adalah peningkatan dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik dan
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak dari
peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif,
inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang terintegrasi.59
Seperti yang diungkapkan dari hasil wawancara yang peneliti
peroleh dari ibu Hasnah, S.Pd guru kelas B menyatakan bahwa :
Dalam memberikan pemahaman pada peserta didik boleh dikatakan sebagai tantangan terhebat untuk saat ini, apalagi kita menghadapi anak yang umur masih sangat dini dalam artian sama halnya dengan kertas kosong, mereka belum tau mana yang baik dan mana yang buruk tentu dalam memberikan suatu pemahaman pada anak yang memiliki sifat yang kadang keras, cengeng, rewel, bahkan ada anak yang tingkat pemahamannya itu sangat minim maka dari itu, biasanya saya melakukan pendekatan saintifik secara khusus pada setiap peserta didik saya. Dengan demikian
58 M.Hosnan, pendekatan Saintifik dan Konsektual dalam Pembelajaran Abad 21,
(Bogor:Ghali Indonesia, 2014), h.34. 59
Daryanto, Pembelajaran Tematik Terpadu Terintegrasi (kurikulum 2013).
(Yogyakarta:Gava Media, 2014). h.59
mereka akan lebih mudah memahami setiap apa yang saya berikan kepada mereka.60
Berdasarkan pernyataan yang telah dikemukakan oleh ibu
Hasnah, S.Pd. peneliti dapat menyimpulkan bahwa setiap tingkat kesulitan
yang anak temui maka itu sepenuhnya tanggung jawab seorang guru
bagaimana guru mampu menghadapi dan memberikan suatu pemahaman
yang lebih mudah dimengerti oleh setiap peserrta didiknya yaitu salah
satunya melakukan pendekatan secara khusus.
Guru merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam proses
belajar mengajar, oleh karena itu guru harus betul-betul membawa
siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai, dalam menanamkan akhlak
hifdzul lisan anak di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar tergolong baik, hal itu terlihat ketika penulis melakukan
pengamatan di lapangan anak didik di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin
sudah ada beberapa bahkan sebagian besarnya berhasil
mengaplikasikannya.
Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru
kelas A, Kasmawati S.Pd :
Ya, itu tadi yang sudah dijelaskan bahwasanya saya menggunakan pembiasaan dan pendekatan saintifik, namun jika mengingat faktor yang akan mempengaruhi tingkat pemahaman anak biasanya pembiasaan itu di dalamnya saya mengajarkan kepada peserta didik saya dengan kata-kata thayyiban, misalnya mengucapkan salam, selalu megajarkan kepada peserta didik mengucapkan alhamulillah seketika sudah melakukan sesuatu, beristighfar ketika mendapat musibah, kata masyaa Allah ketika menyanjung sesuatu
60
Hasnah S.pd, Guru kelas B Radhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar, Wawancara, 20 juli 2019
beserta kata-kata lainnya yang bersifat akhlak berbicara yang baik.61
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa
dalam memberikan pemahaman mengenai akhlak berbicara maka perlu
diberikan kebisaan menggunakan kata-kata yang baik dan salah satunya
adalah penggunaan kata-kata thayyiban.
Penyampaian informasi atau materi yang baik tidak terlepas dari
peranan guru dalam mengupayakan pengelolaan materi pembelajaran di
kelas. Layaknya seorang aktor yang akan memerankan seorang tokoh
dalam syuting sebuah film maka bila ingin mendapatkan hasil yang baik
dia harus menguasai dan menghafal skenario. Begitupun seorang guru,
sebelum dia action di dalam kelas terlebih dahulu harus menyusun
skenario dalam yang akan di lakukan pada saat kegiatan pembelajaran
nanti. Hal tersebut seolah menjadi seorang guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran di kelas sehingga benar-benar harus disusun secara
matang.62
Adapun hasil wawancara peneliti dengan Hasnah S.Pd guru kelas
B sebagai berikut
Ketika saya ditanya lagi bagaimana cara menerapkan akhlak hifdzul lisan pada anak maka saya juga sering menggunakan contoh dengan mempraktekkan langsung bahkan saya mengajak
61
Kasmawati S.pd, Guru kelas A Radhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla
Borong Kabupaten Takalar, Wawancara, 22 juli 2019 62
Erwin Widiasworo, Rahasia Menjadi Guru Idola : Paduan Memaksimalkan
Proses Belajar Mengajar Secara Kreatif dan Interatif, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2014). h. 49
peserta didik saya untuk bermain peran, karena itu sangat berguna untuk meningkatkan pengetahuan anak.63
Berdasarkan dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwa penting anak diberikan suatu pemahaman dengan sambil bermain
peran dimana anak akan merasa rileks sehingga anak akan lebih mudah
paham.
C. Akhlak Hifdzul Lisan Anak di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin
Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah fisik maupun psikis.
Walaupun dalam keadaan demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan
yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan
melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada anak
usia dini.
Dalam menjaga akhlak seperti pada penjagaan lisan anak usia
dini, setelah lepas dari peranan orang tua guru juga memiliki peranan
untuk mengajarkannya pada peserta didiknya. Sebagaimana yang telah
dibahas pada hasil wawancara sebelumnya bahwa penanaman akhlak
berbicara pada anak itu sangat penting karena berkaitan erat dengan
ajaran-ajaran agama Allah SWT.
Penanaman akhlak hifdzul lisan pada anak, guru tentu memiliki
kesulitan tersendiri dimana jika ada seorang anak memiliki sikap bawaan
63
Hasnah S.pd, Guru kelas B Radhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar, Wawancara, 22 juli 20119
yang cenderung kasar pada bagian lisannya maka itu akan menjadi tugas
utama yang harus dituntaskan oleh seorang guru.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti dapat
mengumpulkan informasi mengenai keadaan dan kondisi akhlak berbicara
siswa di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten
Takalar, memang tidak bisa dipungkiri bahwa setiap kelas baik itu di kelas
A maupun di kelas B ada yang memiliki sikap akhlak yang baik atau
sebaliknya. Dilihat dari kondisi tersebut berikut hasil wawancara peneliti
dengan guru kelas B Hasnah, S.Pd. mengatakan bahwa :
Ketika kami dihadapkan pada kondisi anak yang cenderung kasar dalam berbicara itu biasanya, mohon maaf. Itu biasanya dari factor lingkungan sosial dan lingkungan keluarga, dimana saya pernah menemukan siswa di kelas saya, ia memiliki karakter yang keras dan tentu gaya bahasanyapun agak sedikit keras juga ketika ia berbicara dengan temannya. Hal ini dipicu karena mungkin disekitar tempat ia tinggal ia cenderung mendengar kata-kata kasar sehingga hal itu menjadi kebiasaannya. Namun di kelas saya tidak semua anak yang memiliki sikap demikian, bahkan ada anak yang cenderung mengingatkan temannya agar tidak berkata kasar. Pernah juga ada siswa saya yang kalau mendengar temannya berkata kasar ia lalu menemui saya, “ibu-ibu, itu ianu bicara kotorki” tentu saya sebagai guru langsung memberikan arahan “tidak boleh nak, itu tidak baik, kalau kita sering berbicara kotor maka kita masuk neraaakaaa….!” setelah itu anak akan mulai tahu atau pengetahuannya terefresh kembali.64
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa setiap faktor yang
mempengaruhi setiap pemahaman anak itu tidak pernah lepas dari fakto
intelnar dan faktor eksternal dimana ketika anak telah mampu
mengaplikasikan apa yang diberikan guru namun Karenna adanya kedua
64
Hasnah S.pd, Guru kelas B Radhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar, Wawancara,, 21 juli 2019
faktor tersebut maka akan menjadikan anak tersebut menjadi ke sifatnya
semula.
Adapun hasil wawancara peneliti dengan guru kelas A Kasmawati
S.Pd bahwa :
Realitanya setiap manusia memiliki sikap yang berbeda-beda ada yang baik dan sebaliknya, demikian juga di tempat kami mengajar dimana kami memiliki siswa yang beberapa memang memiliki sifat yang berbeda-beda juga. Nah melihat perbedaannya itu pada saat sebelum kami mengajarkan akhlak hifdzul lisan tentu siswa belum paham akan pentingnya hal tersebut namun ketika kami mengingatkan kembali secara rutin sebagaimana yang kami lakukan setiap sebelum dan setelah belajar maka siswa akan mengingat kembali bahwasanya berbicara yang baik itu dijanjikan surga oleh Allah SWT.65
Berdasarkan hasil wawancara dari kedua guru Raudhatul Athfal
Khaidir Nurdin dusun Balla Borong Kabupaten Takalar maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa keadaan dan kondisi akhlak hifdzul lisan anak di
sana masih ada yang belum paham akan pentingnya penjagaan lisan dan
ada yang sudah paham akan pentingya menjaga lisan (hifdzul lisan), hal
ini dipicu pada kebiasaan keseharian anak di lingkungan luar sekolah,
namun ketika guru mengingatkan bahwa itu tidaklah baik di mata Allah
maka anak tersebut akan paham kembali, oleh karena itu menurut kedua
guru Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin tidaklah salah melakukan
pembiasaan dalam menanamkan akhlak hifdzul lisan pada peserta
didiknya.
65
Kasmawati S.pd, Guru kelas A Radhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla
Borong Kabupaten Takalar, Wawancara,, 22 juli 2019
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akhlak Hifdzul Lisan Anak di
Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten
Takalar.
Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak
berbeda antara satu dengan yang lainnya, diakibatkan karena adanya
faktor dari dalam diri (internal) dan dari luar dirinya sendiri (eksternal).
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak hifdzul
lisan anak di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar. Berikut Peneliti akan menampilkan hasil wawancara
dengan orangtua dan guru di yayasan tersebut, diantaranya dengan ibu
kasamawati S.Pd dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Kami juga paham akan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akhlak peserta didik kami, dimana yang sering kami temui yaitu ada anak yang memang bawaannya dari lingkungan luar yang ia bawa ke sekolah namun hal demikian tak lantas membuat kami untuk tidak memperhatikan hal tersebut. Justru itu akan kami pahami lalu kemudian kami membuat sebuah solusi bagaimana menangani peserta didik kami66
Selain itu peneliti juga berhasil mewawancarai ibu kelas B
Hasnah, S.Pd mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak hifdzul
lisan anak, hasil wawancaranya sebagai berikut :
Mungkin sama halnya yang dikatakan oleh ibu kasma bahwasanya faktor yang sangat berpengaruh pada setiap anak adalah faktor lingkungn sosial, namun disini juga ada yang faktornya itu dari lingkungan keluarga dimana dalam keluarganya memang sering mendapatkan suatu hal yang bersifat keras. Meskipun kami mengajarkan akhlak-akhlak yang baik namun ketika mereka pulang
66
Kasmawati S.pd, Guru kelas A Radhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla
Borong Kabupaten Takalar, Wawancara, 22 juli 2019
atau balik dari sekolah maka sifat anak tersebut kembali lagi. Tentu ini sangat berpengaruh pada tingkat pemahamannya.67
Berdasarkan hasil wawancara diatas adalah kita sudah ketahui
bersama bahwasanya adanya faktor internal dan faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi perkembangan akhlak pada anak.
Adapun hasil wawancara peneliti dengan salah satu orang tua
siswa mengenai faktor yang dapat mempengaruhi akhlak hifdzul lisan
anak di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten
Takalar berikut hasil wawancara peneliti dengan Daeng Kebo :
Iye begitu memang yang na bilang bu guru disini seperti pengaruh lingkungan keluarga dan sosial karena memang tawwa ada biasa keluarga yang tidak tau mengontrol cara berbicaranya meskipun adai anaknya di dekatnya, jadi itu anaka na dengarki, jari sallang mae na ikuti tommi ka na bilang seringi juga orang tuana bicara begitu. Ada juga dari temanna yang sering na dengar appali’bo (bicara kotor) akhirnya ikut-ikutan tommi anjo anaka. Bah biasai tawwa terjadi yang begitua.68
Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa faktor yang dapat mempengaruhi dalam penanaman akhlak hifdzul
lisan anak di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dususn Balla Borong
Kabupaten Takalar yaitu faktor lingkungan sosial, dan faktor lingkungan
keluarga, ini merupakan hal yang umum terjadi pada setiap anak.
Adapun hasil wawancara yang diperoleh peneliti dengan daeng
jintu yang merupakan orangtua siswa juga sebagai berikut :
Saya anakku sebenarnya kalau di rumah pintarki iye iye (iya/ bentuk kata sopan untuk orang yang lebih tua dari kita) tapi kalau
67 Hasnah S.pd, Guru kelas B Radhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar, Wawancara, 22 juli 2019 68
Daeng Kebo, orangtua siswa Radhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla
Borong Kabupaten Takalar, Wawancara, 22 Juli 2019
pergimi main-main dengan temannya pulang ke rumah lainmi bahasana, mengikutki di bahasanya teman-temannya.69
Berdasarkan hasil wawancara di atas ialah salah satu dari peserta
didik di tempat tersebut memang adanya faktor luar atau pengaruh dari
teman yang dapat mempengaruhi akhlak anak.
Di dalam sekolah berlangsung beberapa bentuk dasar dari
kelangsungan pendidikan yaitu pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan
dari kecakapan-kecakapan pada umumnya. Hal ini sudah tidak dapat
dipungkiri bahwa jika guru mengajarkan mengenai akhlak berbicara yang
baik tidak menutup kemungkinan setelahnya kita harus paham bahwa
memang ada faktor-faktor yang kapan saja dapat mempengaruhi akhlak
berbicara anak.
69
Daeng Jintu, orangtua siswa Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla
Borong Kabupaten Takalar, Wawancara, 22 Juli 2019.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peranan guru tidak lepas dari apa yang guru lakukan dalam
menyampaikan pembelajarannya kepada siswanya, setiap
pemahaman belajar yang diberikan merupakan hal baru yang
bersifat baik khususnya pada akhlak hifdzul lisan anak di
Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten
Takalar memberikan pemahaman dengan melakukan pembiasaan
melaui kata-kata yang baik (Thayyiban), pendekatan saintifik
secara khusus dan bermain peran.
2. Manusia memiliki pemahaman yang berbeda-beda tidaklah semua
anak usia dini menerima pemahaman akhlak hifdzul lisan dengan
baik, namun sebagian besar telah mampu mengaplikasikannya hal
itu dapat disimpulkan berdasarkan dari hasil wawancara dan
observasi yang telah dilakukan.
3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akhlak hifdzul lisan anak
paling umum ialah dari pengaruh lingkungan keluarga dan sosial..
Namun untuk menghadapinya guru di Raudhatul Athfal Khaidir
Nurdin selalu mengupayakan agar siswa memiliki akhlak berbicara
yang baik melalui pembiasaan yang sering mereka terapkan setiap
harinya.
B. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar
Hendaknya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
dan bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan dalam
penanaman akhlak hifdzul lisan (menjaga lisan) pada anak sejak
usia dini.
2. Untuk Guru Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong
Kabupaten Takalar
Hendaknya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan dalam membangun pikiran dan khasanah ilmu
pengetahuan dalam rangka penanaman akhlak hifdzul lisan
(mejaga lisan) pada anak sejak usia dini.
3. Bagi peneliti lain
Hendaknya hasil penelitian ini bisa menjadi acuan untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang
berkaitan dengan peranan guru dalam menanamkan akhlak hifdzul
lisan.
DAFTAR PUSTAKA
Alquran al-Karim
Al-ghazali, Imam.1994. Bahaya Lidah. Jakarta,Bumi Aksara.
Al-Mishri, Mahmud. 2009. Ensiklopedia Akhlak Muhammad saw. Jakarta : Pena Pundi aksara.
Arif, Armei. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Press.
Amin, Ahmad. 1975. Ethika (ilmu akhlak), Jakarta : Bulan Bintang.
______________. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
______________. 2002. Metodologi Penelitian Agama Islam. Jakarta :Dirjen Kelembagaa n Agama Islam.
Asmaran, DR.. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : PT RajaGrapindo Persada.
Daradjad, Zakiah. 1995. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
_______________. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : PT Bulan Bintang.
Daryanto. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu Terintegrasi (kurikulum 2013). Yogyakarta:Gava Media.
Departemen Agama Republik Indonesia, 2011, Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo.
Nasharuddin, Dr.H. (2015). Akhlak Ciri Paripurna. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
El-Sulthani, K.H. Mawardi Labay, 2002, Lidah Tidak Bertulang ,Jakarta : Al-Mawardi Prima.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dn Pembelajaran. Jakarta : Sinar Grafika.
Hosnan, M. 2014, pendekatan Saintifik dan Konsektual dalam Pembelajaran Abad 21, Bogor:Ghali Indonesia.
Indrawati, Maya, Dkk. 2006. Serba Serbi Bijak Mendidik dan Membesarkan Anak Usia Pra Sekolah. Jakarta : Prestasi Pustakarya.
Jalaluddin. 2002. Teologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grapindo Persada. Kartono, Kartini. 1996. psikologi umum, Bandung : Mandar Maju. Mardalis. 2006. Metode Penelitian : Suatau Pendekatan Proposal.
Jakarta:Bumi Aksara. Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Rosda.
Nasution, S. 2011. Metode Research, Penelitian Ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara.
Rahman, Hibana. S. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyaarta : PGTKI Press.
Permadiknas. 2013, Undang-Undang Sikdiknas No 20 Tahun 2003 Jakarta : Sinar Grafik.
Saleh, Akh.Muwafik,.2012 Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta : Erlangga. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pebelajaran : Berorientasi Standart Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Suprihatiningrum, Jami.l 2016. Guru Profesional : pedoman kinerja, kualifikasi, dan kompetensi guru. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Supriyadi. 2015. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta :DUA SATRIA OFFSET.
Susanto, Ahmad. 2017. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:PT Bumi Aksara.
Tanzeh, Ahmad. 2009. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras. UU RI No. 14 Thn 2005. 2014 Tentang Guru dan Dosen, Jakarta : Sinar
Grafika. Widiasworo, Erwin. 2014, Rahasia Menjadi Guru Idola : Paduan
Memaksimalkan Proses Belajar Mengajar Secara Kreatif dan Interatif, Yogyakarta :Ar-Ruzz Media.
Ya’kub, Hamzah. 1993, Etika Islam, Bandung : Diponegoro. Zainuddin 1997. Seluk – Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali .Jakarta : Bumi
Aksara. Digilib.uinsby.ac.id/7293/3/bab2.pdf https://alya-hijab.com/keutamaan-menjaga-lisan-dan-manfaatnya-deta//il-
5294 https:// Beljarpendidikanpkn.blogspot.com/2017/07/pengertian-peranan-
guru.htm?m=1 https://free.facebook.com/myarabindo/photos/a.305977499505614/74435
6662334360/?type=3&_rdc=1&_rdr https://www.google.com/article/menanamkan-adab-berbicara-pada-
anak/amp Republika.co.id
LAMPIRAN II
DAFTAR WAWANCARA
Pedoman wawancara untuk ditanyakan kepada guru di Yayasan Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar.
1. Apakah ibu memberikan pemahaman mengenai pentingnya menjaga
lisan (Hifdzul lisan) pada peserta didik ibu?
2. Apakah ibu melakukannya secara rutin setiap kali masuk kelas?
3. Dengan umur yang berbeda tentu setiap pemahaman anak berbeda,
bagaimana cara ibu memberikan pemahaman hifdzul lisan pada
anak?
4. Apakah ada semacam contoh yang diterapkan dalam menanamkan
akhlak jifdzul lisan pada anak?
5. Apakah ibu menggunakan kata-kata thayyiban?
6. Apa saja kendala yang ibu hadapi selama memberikan pemahaman
dalam menanamkan akhlak hifdzul lisan pada anak?
7. Bagaimana kondisi anak sebelum diberikan pemahaman mengenai
pentingnya menjaga lisan (hifdzul lisan) ?
8. Apakah ada perubahan?
9. Apa saja factor-faktor yang dapat mempengaruhi akhlak hifdzul lisan
anak di R.A Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar?
10. Bagaimana pemahaman dan pandangan anda sebagai guru terhadap
pentingnya menanamkan akhlak hifdzul lisan anak pada usia dini?
11. Apa yang ibu rasakan setelah memberikan pemahaman mengenai
pentingnya menanamkan akhlak hifdzul lisan pada peserta didik
anda?
Hasil Wawancara dengan Guru Kelas A Rudhatul Athfal Khaidir
Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar:
1. Iya, Di sekolah kami memberikan pemahaman ke peserta didik cara
berbicara yang baik secara rutin sebelum dan sesudah pembelajaran
dimulai, hal ini tentu dapat memicu perkembangan pengetahuan anak
mengenai hal-hal pembiasaan pada penggunaan lisan yang baik.
Apalagi siswa yang ada di sekolah ini memiliki tingkat pemahaman
yang berbeda namun sebagian besarnya insya Allah mampu
menangkapnya dan menjadikan itu suatu pembiasaan disekolah
maupun di luar sekolah
2. Iya kami melakukannya secara rutin sebelum dan sesudah
pembelajaran dimulai, hal ini tentu dapat memicu perkembangan
pengetahuan anak mengenai hal-hal pembiasaan pada penggunaan
lisan yang baik.
3. Dalam menanamkan akhlak hifdzul lisan pada anak juga perlu
kesabaran penuh karena tingkat pemahaman anak yang berbeda –
beda maka dari itu dilakukan secara berulang-ulang agar anak-anak
terlatih untuk membiasakannya dan dengan demikian anak akan lebih
mudah mengingat karena sudah terbiasa.
4. Saya menggunakan pembiasaan dan pendekatan saintifik
5. Jika mengingat faktor yang akan mempengaruhi tingkat pemahaman
anak biasanya pembiasaan itu di dalamnya saya mengajarkan kepada
peserta didik saya dengan kata-kata thayyiban, misalnya
mengucapkan salam, selalu megajarkan kepada peserta didik
mengucapkan alhamulillah seketika sudah melakukan sesuatu,
beristighfar ketika mendapat musibah, kata masyaa Allah ketika
menyanjung sesuatu beserta kata-kata lainnya yang bersifat akhlak
berbicara yang baik.
6. Realitanya setiap manusia memiliki sikap yang berbeda-beda ada
yang baik dan sebaliknya, demikian juga di tempat kami mengajar
dimana kami memiliki siswa yang beberapa memang memiliki sifat
yang berbeda-beda juga. Nah melihat perbedaannya itu pada saat
sebelum kami mengajarkan akhlak hifdzul lisan tentu siswa belum
paham akan pentingnya hal tersebut namun ketika kami
mengingatkan kembali secara rutin sebagaimana yang kami lakukan
setiap sebelum dan setelah belajar maka siswa akan mengingat
kembali bahwasanya berbicara yang baik itu dijanjikan surga oleh
Allah SWT.
7. Jawabanya sama dengan jwaban nomor 6 tadi.
8. Jelas ada, dimana anak yang belum tahu menjadi tahu akan
pentingnya menjaga lisan.
9. Kami juga paham akan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akhlak
peserta didik kami, dimana yang sering kami temui yaitu ada anak
yang memang bawaannya dari lingkungan luar yang ia bawa ke
sekolah namun hal demikian tak lantas membuat kami untuk tidak
memperhatikan hal tersebut. Justru itu akan kami pahami lalu
kemudian kami membuat sebuah solusi bagaimana menangani
peserta didik kami
10. Penting sekali yah apalagi saya menganggap ini sebagai bekal yan
paling penting untuk anak usia dini.
11. Merasa sangat puas apalagi jika dilihat dari kondisi dan daya serap
dari sebagian besar peserta didik yang ada diyayasan ini.
Hasil Wawancara dengan Guru Kelas B Rudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar:
1. Jelas kami mengajarkan akhlak hifdzul lisan pada peserta didik kami
karena sekolah kami ini kan sekolah RA (raudhatul Athfal) yang hampir
secara keseluruhan kami mengajarkan anak-anak untuk berakhlakul
karimah, dan terkhusus pada penanaman akhlak hifdzul lisan kami
tidak akan pernah meninggalkan atau lupa untuk memberikannya
kepada peserta didik karena penting, dimana disitulah kami
mengajarkan kepada anak bagaimana cara berbicara yang baik dan
sopan kepada orang yang lebih dewasa.
2. Setiap saat.
3. Dalam memberikan pemahaman pada peserta didik boleh dikatakan
sebagai tantangan terhebat untuk saat ini, apalagi kita menghadapi
anak yang umur masih sangat dini dalam artian sama halnya dengan
kertas kosong, mereka belum tau mana yang baik dan mana yang
buruk tentu dalam memberikan suatu pemahaman pada anak yang
memiliki sifat yang kadang keras, cengeng, rewel, bahkan ada anak
yang tingkat pemahamannya itu sangat minim maka dari itu, biasanya
saya melakukan pendekatan saintifik secara khusus pada setiap
peserta didik saya. Dengan demikian mereka akan lebih mudah
memahami setiap apa yang saya berikan kepada mereka.
4. Ketika saya ditanya lagi bagaimana cara menerapkan akhlak hifdzul
lisan pada anak maka saya juga sering menggunakan contoh dengan
mempraktekkan langsung bahkan saya mengajak peserta didik saya
untuk bermain peran, karena itu sangat berguna untuk meningkatkan
pengetahuan anak.
5. Menggunakan, tetap menggunakan.
6. Ketika kami dihadapkan pada kondisi anak yang cenderung kasar
dalam berbicara itu biasanya, mohon maaf. Itu biasanya dari factor
lingkungan sosial dan lingkungan keluarga, dimana saya pernah
menemukan siswa di kelas saya, ia memiliki karakter yang keras dan
tentu gaya bahasanyapun agak sedikit keras juga ketika ia berbicara
dengan temannya. Hal ini dipicu karena mungkin disekitar tempat ia
tinggal ia cenderung mendengar kata-kata kasar sehingga hal itu
menjadi kebiasaannya. Namun di kelas saya tidak semua anak yang
memiliki sikap demikian, bahkan ada anak yang cenderung
mengingatkan temannya agar tidak berkata kasar. Pernah juga ada
siswa saya yang kalau mendengar temannya berkata kasar ia lalu
menemui saya, “ibu-ibu, itu ianu bicara kotorki” tentu saya sebagai guru
langsung memberikan arahan “tidak boleh nak, itu tidak baik, kalau kita
sering berbicara kotor maka kita masuk neraaakaaa….!” setelah itu
anak akan mulai tahu atau pengetahuannya terefresh kembali.
7. Tentunya belum, maka dari itu kami berusaha mengupayakan sebaik
mungkin.
8. Pasti ada perubahan dek.
9. Mungkin sama halnya yang dikatakan oleh ibu kasma bahwasanya
faktor yang sangat berpengaruh pada setiap anak adalah faktor
lingkungn sosial, namun disini juga ada yang faktornya itu dari
lingkungan keluarga dimana dalam keluarganya memang sering
mendapatkan suatu hal yang bersifat keras. Meskipun kami
mengajarkan akhlak-akhlak yang baik namun ketika mereka pulang
atau balik dari sekolah maka sifat anak tersebut kembali lagi. Tentu ini
sangat berpengaruh pada tingkat pemahamannya.
10. Menurut saya diharuskan, agar siswa setelah selesai disini dapat
berkarakter yang baik, memiliki akhlak yang baik, dan itu dianjurkan di
RPPH.
11. Puas dek, apalagi ketika siswa mampu mempraktekkan, dan
mengaplikasikan setiap hari dilingkungannya, dan yang paling saya
senangi ketika saya telah mengajarkan satu kebaikan bagi peserta didik
saya.
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI
Wawancara dengan guru kelas A
Wawancara dengan guru kelas B
Proses terakreditasi yayasan
Kondisi lingkungan bermain peserta didik di Raudhatul Athfal Khaidir Nurdin Dusun Balla Borong Kabupaten Takalar
Saat anak sedang beristirahat
suasana saat belajar
Suasana saat berolahraga
Saat anak bermain
Saat akan makan bersama
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SATRIANI, biasa di panggil satri/iji lahir di Borong
Karamasa, 02 agustus 1997 anak ke pertama dari 2
bersaudara. Buah hati dari pasangan T DAENG
GASSING dan H. DAENG JINTU, Penulis ini memulai
pendidikan di SDN 140 KO’MARA II dan tamat pada
tahun 2009. Pada tahun yang sama pula melanjutkan jenjang pendidikan
di SMP NEGERI 4 POLOMBANGKENG UTARA dan tamat pada tahun
2012. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA NEGERI 3
POLOMBANGKENG UTARA yang kini dikenal sebagai SMA NEGERI 11
TAKALAR dan tamat pada tahun 2015. Da n kemudian Melalui
penerimaan mahasiswa baru pada tahun 2015, penulis tercatat sebagai
mahasiswa pada jurusan Pendidikan Agama Islam program strata satu
(S1) Fakultas Agama Islam, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR.