per.-3-dan-4
DESCRIPTION
Partisi menggunakan dua pelarut tak campur yang ditambahkan ke dalam ekstrak, hal ini dapat dilakukan secara terus-menerus dengan menggunakan dua pelarut tak bercampur yang kepolarannya meningkat. Partisi biasanya melalui dua tahap : (1) air/petroleum eter ringan (heksana) untuk menghasilkan fraksi nonpolar dilapisan organik; (2) air/diklorometan atau air/kloroform atau air /etil asetat untuk membuat fraksi agak polar dilapisan organik. Lapisan berair yang terasa akan mengandung bahan alam larut-air yang polar. Ini merupakan metode pemisahan yang mudah dan mengandalkan kelaruta bahan alam dan bukan interaksi fisik dengan medium lain. Partisi dapat memberikan pemisahan yang sangat baik, terutama untuk senyawa-senyawa yang memiliki kelarutan yang sangat berbeda[8].TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA I
PERCOBAAN III DAN IV
PARTISI EKSTRAK
OLEH:
NAMA : FITRA ALIMIN
NIM : F1F1 13 014
KELAS : A
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : AGUNG WIBAWA MAHATVA YODHA, S.Si
LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
PARTISI EKSTRAK
A. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan partisi ekstrak ini adalah:
1. Untuk mengetahui prinsip dasar ekstraksi cair-cair.
2. Untuk melakukan ekstraksi cair-cair komponen kimia dari bahan alam.
3. Untuk melakukan ekstraksi cair-padat komponen kimia dari bahan alam.
B. LANDASAN TEORI
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari
campurannya, biasanya menggunakan pelarut. Ekstraksi dapat
dilakukan dengan berbagai cara, ekstraksi menggunakan
pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap
komponen lain dalam campuran, pelarut polar akan melarutkan
solute yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solute
yang non polar[1].
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik komponen
kimia yang terdapat dalam simplisia. Proses pengekstraksian
komponen kimia dalam sel tanaman melalui mekanisme pelarut
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut
dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan
berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai
terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di
dalam dan di luar sel[2].
Pemisahan komponen campuran dengan distribusi antara dua cairan yang
tidak bercampur, baik dengan ekstraksi massal atau dengan kromatografi partisi
cair-cair, merupakan salah satu teknik klasik dalam kimia. Penggunaan sistem
fase yang mengandung pelarut organik untuk pemisahan bahan biologis (dan
partikel terutama biologi) umumnya menghalangi karena efek merusak pelarut
tersebut. Namun, keunggulan dapat diambil dari sistem dua fase berair[3].
Dua fase berair (Aqueous two-phase/ATP) adalah efisien menerapkan
untuk pemisahan berbagai substrat. Meskipun keunggulan ini, ATP belum
menemukan aplikasi industri yang luas. Salah satu alasan adalah bahwa hal itu
sulit untuk memulihkan fase pembentukan polimer dari fase yang mengandung
ekstrak air. Akibatnya, polimer sisa dalam larutan mengurangi kemurnian produk
dan meningkatkan biaya operasional. Berbagai metode telah dikembangkan
untuk menangani masalah, termasuk sentrifugasi, elektroforesis, dan presipitasi
dengan pelarut organik, serta kopolimer pH-sensitif dan kopolimer suhu
sensitif[4].
Ekstraksi cair cair dilakukan untuk memisahkan metabolit sekunder
berdasarkan polaritas[5] Partisi merupakan proses sorpsi yang analog dengan
ekstraksi pelarut[6] Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan bila suatu zat
terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu
temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding
distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini
tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka
banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan
temperatur[7].
Partisi menggunakan dua pelarut tak campur yang ditambahkan ke dalam
ekstrak, hal ini dapat dilakukan secara terus-menerus dengan menggunakan dua
pelarut tak bercampur yang kepolarannya meningkat. Partisi biasanya melalui
dua tahap : (1) air/petroleum eter ringan (heksana) untuk menghasilkan fraksi
nonpolar dilapisan organik; (2) air/diklorometan atau air/kloroform atau air /etil
asetat untuk membuat fraksi agak polar dilapisan organik. Lapisan berair yang
terasa akan mengandung bahan alam larut-air yang polar. Ini merupakan metode
pemisahan yang mudah dan mengandalkan kelaruta bahan alam dan bukan
interaksi fisik dengan medium lain. Partisi dapat memberikan pemisahan yang
sangat baik, terutama untuk senyawa-senyawa yang memiliki kelarutan yang
sangat berbeda[8].
Proses penguapan atau evaporasi adalah proses pemisahan uap air dalam
bentuk murni dari suatu campuran berupa larutan (cairan) yang mengandung air
dalam jumlah yang relatif banyak[9].
Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik atau metode untuk
memisahkan suatu campuran yang terdiri dari beberapa komponen senyawa
kimia yang menggunakan sistem distribusi secara kontinyu di antara 2 fase.
Fase yang satu bergerak pada fase yang lain. Kedua fase tersebut adalah fase
diam ( stationary phase ) dan fase gerak ( mobile phase ). Fase diam yang
digunakan adalah zat padat dan fase gerak yang digunakan adalah zat cair.
Metode pemisahan cara ini dilakukan dengan cara menotolkan larutan sampel
yang terdiri dari beberapa komponen senyawa kimia pada lempeng penyerap atau
adsorben yaitu lapisan tipis adsorben yang dibuat pada permukaan pelat kaca
atau bahan lain yang netral kemudian dilakukan dalam pelarut sebagai
pengembang yang dapat membawa atau memisahkan komponen senyawa
tersebut. Ada beberapa keuntungan dari metode kromatografi lapis tipis yaitu
prosedurnya lebih sederhana dengan waktu yang relatif singkat, dapat digunakan
untuk memisahkan sampel yang sangat kecil sampai 20 Nanogram,
pemisahan lebih sempurna untuk senyawa kompleks dalam larutan, mudah
dideteksi, lebih sensitive[10].
C. METODE KERJA
1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a. Batang pengaduk
b. Botol vial
c. Gelas kimia
d. Gelas ukur
e. Pipet tetes
f. Rak tabung
g. Spatula
h. Timbangan analitik
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a. Aquades
b. Ekstrak sampel (lada hitam)
c. Etil asetat
- Ditambahkan Etil Asesat 5 ml- Ditambahkan Air
Evaporasi
KLT
Ekstrak + air 3 ml
d. n-heksan
e. Plat KLT
3. Prosedur kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini dapat dilihat dari bagan berikut :
- Ditambahkan larutan n-heksan 5 ml
Sebanyak 3 kali
Tidak larut n - Fraksi n -heksan
Tidak larut etil asetat Fraksi etil asetat
D. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan pada percobaan ini dapat dilihat sebagai berikut :
No. Perlakuan Gambar Keterangan
1. Perlakuaan I
Ditimbang ekstrak lada
hitam 1 g, dilarutkan
Etanol 5 ml dan
ditambahkan n-heksan 5
ml
(Dilakukan Sebanyak 3
kali)
Larutan berwarna
keruh dan
Terbentuk 3 lapisan
2. Perlakuaan II
Hasil perlakuan I
ditambahkan etil asetat 5
ml
(Dilakukan Sebanyak 3
Kali)
Larutan berubah
menjadi bening
E. PEMBAHASAN
Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan proses pemisahan
fase cair yang memanfaatkan perbedaan kelarutan zat yang
akan dipisahkan antara larutan asal dan pelarut pengekstrak
(solvent). Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat
terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur. Dimana jika suatu cairan ditambahkan
kedalam ekstrak cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan
yang pertama akan terbentuk 2 lapisan, satu komponen dari
campuran aka memiliki kelarutan kedalam dua lapisan tersebut
(biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai
kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan.
Senyawa-senyawa yang lebih larut dalam lapisan organik
akan tertarik ke lapisan organik sedangkan senyawa-senyawa
yang lebih larut dalam lapisan air akan tertarik ke air. Proses ini
disebut ekstraksi atau partisi sampel antara dua pelarut.
Partisi berguna untuk memisahkan zat yang terkandung
dalam sampel dengan cara partisi dengan sampel menggunakan
pelarut yang tidak saling bercampur. Salah satu fasenya berupa
air dan fase lainnya adalah pelarut organik. Tujuan dari
dilakukannya partisi adalah untuk memisahkan komponen kimia
dari ekstrak bedasarkan tingkat kepolarannya yang selanjutnya
akan digunakan dalam kromatografi. Koefisien distribusi
menentukan perbandingan konsentrasi dan zat terlarut di dalam
masing - masing pelarut.
Percobaan dalam partisi ekstrak ini digunakan ekstrak yang telah didapat
pada percobaan sebelumnya yakni ekstrak lada hitam (Piper nigrum L.) Setelah
didapat ekstrak kental lada hitam selanjutnya dilakukan partisi dengan
menggunakan dua pelarut yang tidak bercampur dimana senyawa tersebut akan
terdispersi di antara dua fase sesuai dengan derajat kelarutannya sehingga
masing-masing jenuh dengan perbandingan konsentrasi tertentu dan terjadi
pemisahan.
Pertama-tama partisi dilakukan dengan menimbang 1 g ekstrak kental
lada hitam ditambahkan dengan air yang kemudian dilarutkan dengan pelarut n-
heksan yang bersifat non polar untuk menarik senyawa yang
memilki derajat kelarutan yang sama. kemudian dikocok dan
didiamkan selama beberapa menit sampai terjadi pemisahan.
Dalam proses pemisahan ini, senyawa yang bersifat polar akan
berada dalam fase bawah sedangkan senyawa yang bersifat
nonpolar berada dalam fase atas. Setelah terjadi pemisahan,
fraksi n-heksan dimasukkan dalam tabung reaksi untuk
mengalami tahap selanjutnya. pelarut yang tidak larut n-heksan
dicampurkan dengan etil asetat dan ditambahkan dengan air
kemudian dikocok hingga terbentuk dua lapisan.
Etil asetat merupakan pelarut yang baik digunakan untuk
ekstraksi karena dapat dengan mudah diuapkan, tidak
higroskopis, dan memiliki toksisitas rendah. Etil asetat memiliki
berat jenis 0,897 g/ml yang mana tidak terlalu jauh
dibandingkan dengan fraksi etanol (berat jenis etanol 0,79 g/ml)
sehingga ketika dilakukan pengocokan dalam corong pisah,
pembentukan 2 fase memakan waktu yang lebih lama dibanding
pelarut lainnya, hal ini juga dipengaruhi oleh sifat etil asetat
yang semipolar sehingga menarik 2 senyawa yang memiliki sifat
berbeda (polar dan non polar).
F. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah pemisahan zat atau partisi
ekstrak (ekstraksi cair-cair) dengan sampel ekstrak lada hitam (Piper nigrum L.)
yaitu untuk memisahkan komponen kimia dari sampel berdasarkan tingkat
kepolarannya. Proses partisi dilakukan partisi cair-cair didasarkan pada prinsip
dari proses partisi yaitu digunakannya dua pelarut yangtidak saling bercampur
untuk melarutkan zat-zat yang ada dalam ekstrak.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, B. dan Bakti J., 2010, Peningkatan Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi Dan Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut, Seminar Rekayasa Kimia dan Proses, ISSN : 1411-4216.
Dewanti, S. dan Teguh W., 2011, Antibacteri Activity Of Bay Leaf Infuse (Folia Syzygium Polyanthum Wight) to Escherichia Coli In-Vitr, Jurnal Medika Planta, Vol. 1 No. 4.
Xu, Y., Maria A. D. S., Marcela Z. R. P., Michele V., dan Adalberto P. Jr., 2001, Liquid-liquid Extraction of Pharmaceuticals by Aqueous Two-phase Systems, Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 37 No. 3, Brazil.
Jiang, Y., Hansong X., Jiang Y., Chen G., dan Huizhou L., 2009, Hydrophobic Ionic Liquids-Assisted Polymer Recovery During Penicillin Extraction In Aqueous Two-Phase System, Chemical Engineering Journal, Vol. 147, China.
Saptarini, N. M., Yulia W., dan Resti J., 2013, Antioxidant Activity of Extract and Fraction of Yellow Passion Fruit (Passiflora Flavicarpa) Leaves, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol. 5 Issue 2, Indonesia.
Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Jakarta.
Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Heinrich, M., J. Barnes, Simon G., dan E. M. W., Farmakognosi dan Fitoterapi, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Setyanto, N. W., R. Himawan, Z. D., Endra Y. A., Puteri R. M. S., Kurnia N, 2012, Perancangan Alat Pengering Mie Ramah Lingkungan, Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 3, ISSN 0216-468X.
Rengginasti, A. D., 2008, Pemisahan Senyawa Minyak Atsiri Rimpang Lempuyung Gajah (Zingiber zerumbet) secara Kromatografi Lapis Tipis dan Aktivitasnya Terhadap Malassezia Furfur In Vitro, Artikel, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.