per samaan

Upload: yacobahelweldery

Post on 10-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Per Samaan

    1/54

    LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBAGAN PENDIDIKAN

    ( L K P P )

    LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL

    Judul :

    PERSAMAAN DIFFERENSIAL

    Oleh :

    Dr. Jeffry Kusuma

    Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin

    Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan

    Nomor : 496/H4.23/PM.05/08, 4 Januari 2008

    JURUSAN MATEMATIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    FEBRUARI 2008

  • 7/22/2019 Per Samaan

    2/54

    ii

    LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

    Lantai Dasar Gedung Perpustakaan Universitas Hasanuddin

    HALAMAN PENGESAHAN

    LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN

    PROGRAM TRANSFORMASI DARI TEACHING KELEARNING

    UNIVERSITAS HASANUDDIN 2008

    Judul : Persamaan Differensial

    Nama : Dr. Jeffry kusuma

    NIP : 131 675 122

    Pangkat/Golongan : Lektor Kepala/ IVa

    Jurusan : Matematika

    Fakultas/Universitas : MIPA/Hasanuddin

    Jangka waktu kegiatan : 1 (satu) bulanMulai 04 Januari 2008 s.d 04 Februari 2008

    Biaya yang diusulkan : Rp 4.000.000,- (Empat juta rupiah)Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin

    sesuai dengan surat Perjanjian PelaksanaanPekerjaan Nomor : 469/H4.23/PM.05/2008, tanggal

    04 Januari 2008.

    Makassar, 04 Februari 2008

    Mengetahui Pembuat ModulFakultas MIPA

    Universitas Hasanuddin

    Dekan,

    Prof. Dr. H. Alfian Noor, MSc. Dr. Jeffry Kusuma

    NIP. 130 520 684 NIP. 131 675 122

  • 7/22/2019 Per Samaan

    3/54

    iii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami haturkan ke hadiratNya hingga modul ini, akhirnya dapat

    diselesaikan dengan segala kendala dan keterbatasan yang ada pada kami.

    Modul ini kami maksudkan sebagai bahan bacaan / pustaka untuk menunjang

    perkuliahan mata kuliah Persamaan Differensial pada Jurusan Matematika, Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Dalam rangka

    transformasi dari Teachingproses yang selama ini berjalan ke Learningproses yang akan

    diterapakan segera. Disamping sebagai penunjang mata kuliah persamaan differensial,

    modul ini tentunya juga dapat menunjang mata mata kuliah lainnya di berbagai jurusan

    yang menggunakan persamaan differensial.

    Kami menyadari sepenuhnya bahwa modul yang kami buat ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Oleh sebab itu, segala bentuk saran dan kritikan sangat kami harapkan

    dalam upaya kami menyempurnakannya dan dapat dikirim kepada kami dengan alamat

    email [email protected] ataupun ke alamat [email protected] yang

    tentunya akan sangat kami hargai.

    Makassar, Februari 2008

  • 7/22/2019 Per Samaan

    4/54

    iv

    RINGKASAN

    Mata kuliah ini merupakan kelanjutan dari mata kuliah kalkulus dasar I, II, III dan

    IV dan disajikan pada semester IV jurusan matematika, FMIPA Universitas Hasanuddin.

    Mata Kuliah ini memerlukan dasar kalkulus differensial dan integral sebagaimana dijumpai

    pada kulkulus I dan II. Walaupun memerlukan dasar differensial dan integral, mata kuliah

    ini sendiri masih merupakan dasar bagi berbagai mata kuliah lainnya.

    Mata kuliah ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama membahas persamaan

    differensial biasa dengan penyelesaian yang bervariasi, dan dengan berbagai teknik

    penyelesaiaan. Juga diperlihatkan berbagai ragam aplikasi yang dapat digunakan dalam

    persamaan differensial agar mahasiswa dapat melihat dan merasakan manfaat dan

    kegunaan matematika.

    Pada bagian kedua sendiri membahas persamaan differensial parsil, klassifikasi persamaan

    differensial parsil, metode penyelesaian persamaan differensial parsil, syarat awal dan

    syarat batas yang mungkin menyertai persamaan differensial parsil, dan aplikasi yang dapat

    dimodelkan ke dalam persamaan differensial parsil dan teknik penyelesainnya.

    Bagian pertama mata kuliah terdiri dari 8 (delapan) modul. Modul Pertama adalah

    Modul Pendahuluan. Modul ini membahas tentang teknik differensial dan integral,

    sebagaimana dimaksudkan agar mahasiswa mengingat kembali kalkulus I dan II yang telahdilulusi. Modul Kedua membahas Klasifikasi Persamaan Differensial. Modul Ketiga

    membahas persamaan differensial ordo satu lineir dan nonlinier. Aplikasi persamaan

    differensial linier maupun non linier dibahas dalam Modul yang Keempat. Modul Kelima

    membahas persamaan differensial linier ordo dua dan yang lebih tinggi dengan koefisien

    konstan baik yang berjenis homogen maupun yang tidak homogen, penyelesaian persamaan

    differensial dengan metode substitusi fungsi eksponensial, metode operator. Modul

    Keenam membahas persamaan differensial linier ordo dua dengan koefisien variabel.

    Transformasi Laplace beserta aplikasi dibahas dalam Modul yang Ketujuh. Modul ke

    Delapan membahas aplikasi persamaan differensial ordo dua dan yang lebih tinggi, aplikasi

    persamaan differensial ordo dua, persamaan ordo dua dengan koefisien variabel, metode

    deret tak hingga, persamaan differensial ordo dua yang khusus (Bessel, Legendre dll),

  • 7/22/2019 Per Samaan

    5/54

    v

    transformasi Laplace, persamaan diferensial simultan, serta solusi numerik persamaan

    differensial.

    Bagian kedua mata kuliah ini berupa persamaan differensial parsil, yang meliputi

    Persamaan differensial parsil, masalah syarat batas yang menyertai suatu persamaan

    differensial, tricotomi persamaan differensial parsial, persamaan panas, persamaan

    gelombang, persamaan Laplace. Metode numerik yang sering digunakan dalam

    menyelesaikan persamaan differensial parsil, metode beda hingga dan metode elemen batas

    serta aplikasi persamaan differensial.

    Bagianini tidak / belum dibuatkan modulnya mengingat keterbatasan waktu yang ada pada

    pembuatan modul ini.

  • 7/22/2019 Per Samaan

    6/54

    vi

    PETA KEDUDUKAN MODUL

  • 7/22/2019 Per Samaan

    7/54

    vii

    DAFTAR ISI

    Hal

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

    RINGKASAN ........................................................................................................ iv

    PETA KEDUDUKAN MODUL .......................................................................... vi

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

    MODUL I ............................................................................................................. 1

    MODUL II .......................................................................................................... 7

    MODUL III ......................................................................................................... 12

    MODUL IV ......................................................................................................... 16

    MODUL V ......................................................................................................... 23

    MODUL VI ......................................................................................................... 30

    MODUL VII ....................................................................................................... 35

    MODUL VIII ...................................................................................................... 41

    LAMPIRAN : RANCANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS SCLMATA KULIAH : PERSAMAAN DIFFERENSIAL

  • 7/22/2019 Per Samaan

    8/54

    viii

    MODUL I

  • 7/22/2019 Per Samaan

    9/54

    ix

    MODUL I

    JUDUL : REVIEW SINGKAT KALKULUS DASAR

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangModul kuliah ini pada umumnya membahas masalah yang ada dalam kalkulus dasar

    diantaranya masalah fungsi, turunan dari suatu fungsi dan integral dari suatu fungsi.

    Pembahasan dalam modul ini berupa review dari mata kuliah kalkulus dasar dimana hal ini

    akan sangat membantu dalam penyelesaian masalah persamaan diferensial yang ada pada

    modul-modul selanjutnya. Metode pengajaran yang digunakan dalam modul ini

    menggunakan metode Ceramah interaktif yang dipadu dengan metode

    Cooperative/Collaborative Learning. berupa ceramah interaktif karena pada dasarnya

    modul ini hanya berupa review dari apa yang telah mahasiswa peroleh sebelumnya.

    B. Ruang Lingkup IsiModul ini secara umum membahas tentang kalkulus dasar yaitu mengenai fungsi,

    turunan fungsi dan aturan-aturan dalam mendiferensialkan fungsi, demikian pula dengan

    aturan-aturan dalam mengintegralkan fungsi, yang menjadi dasar pembahasan mengenai

    persamaan differensial yang disajikan pada modul selanjutnya.

    C. Kaitan ModulKaitan modul ini dengan modul-modul lainnya dapat dilihat dalam peta kedudukan

    modul di bawah.

    D. Sasaran Pembelajaran ModulSasaran utama pembelajaran modul ini adalah untuk mengingatkan kembali kepada

    mahasiswa mengenai fungsi, turunan fungsi dan aturan-aturan dalam mendiferensialkan

    fungsi, demikian pula dengan aturan-aturan dalam mengintegralkan fungsi.

    PETA KEDUDUKAN MODUL

  • 7/22/2019 Per Samaan

    10/54

    x

    BAB II. PEMBAHASAN

    Koordinat Cartesius menggambarkan posisi suatu titik dalam suatu sistem koordinat

    yang saling tegak lurus (koordinat Cartesius dinamakan dari nama philisoper Rene

    deCartes).

    Gambar 1.1 Koordinat Cartesius suatu titik.

    Suatu titik ),( yxP pada bidang Cartesius menentukan pasangan bilangan Real yang

    berjarakx dari sumbu y dan berjaraky dari sumbu x. Jadi setiap titik pada suatu bidang

  • 7/22/2019 Per Samaan

    11/54

    xi

    senantiasa dapat digambarkan atau dinyatakan dalam suatu pasangan koordinat Cartesius.

    Pasangan berurutan ),( yx seringkali dipakai untuk menggambarkan titik-titik pada bidang.

    Lebih lanjut, pasangan koordinat Cartesius sering pula dipakai untuk menyatakan

    hubungan antara dua atau lebih besaran. Sebagai Contoh, bila dituliskan

    ,2

    xy = (1.1)

    dan menganggapx sebagai jari-jari dari suatu lingkaran makay dapat dianggap sebagai luas

    dari lingkaran tersebut. Hubungan ini dapat pula digambarkan dalam suatu grafik yaitu

    Gambar 1.2 Grafik dari suatu fungsi kuadrat.

    Disini, setiap nilaix akan mempunyai hubungan yang tunggal (unique) dengan nilai

    y. Nilai y sering pula disebut sebagai fungsi dari x. Disini x merupakan variable bebas

    karena dapat saja dipilih nilai sembarang (bebas dipilih) dan y merupakan variabel tak

    bebas karena bergantung pada nilaix.

    Suatu fungsi adalah suatu hubungan antarax dany sedemikian rupa sehingga untuk

    setiap satu nilaix selalu mempunyai hubungan yang tunggal denga suatu nilaiy.

    Gambar 1.3 Grafik dari suatu fungsi.

    Sering kali pula ditulis

  • 7/22/2019 Per Samaan

    12/54

    xii

    ).()( xfxyy == (1.2)

    Dari semua grafik yang dapat dibentuk pada sistem koordinat Cartesius, grafik

    fungsi linier adalah grafik yang paling sederhana. Dari dua titik pada koordinat Cartesius,

    dapat digambarkan atau ditarik suatu garis lurus. Garis lurus, pada prinsipnya juga

    merupakan grafik.

    Garis singgung merupakan suatu garis lurus yang ditarik sedemikian rupa sehingga

    hanya menyinggung pada suatu titik di kurva. Persamaan garis singgung yang terletak pada

    kurva )(xfy = pada suatu titik ),( 00 yxP dapat dengan mudah ditentukan dengan prinsip

    garis lurus yang menghubungkan dua titik pada sistem koordinat Cartesius.

    Gambar 1.4 Grafik dari suatu fungsi dengan garis singgung.

    Bila ),( 00 yyxxQ ++ merupakan titik di sekitar titik ),( 00 yxP pada grafik

    fungsifsebagaimana dalam Gambar 1.4 di atas maka dengan mudah terlihat bahwa

    ).(

    ),(

    00

    00

    xxfyy

    xfy

    +=+

    =(1.3)

    Dengan memperkurangkan kedua persamaan diatas diperoleh

    ),()( 00 xfxxfy += (1.4)

    dimana y disini merupakan perubahan dalam y yang berhubungan terhadap perubahan

    x pada x . Kemiringan dari garis penghubung kedua titikPQ adalah

    ,)()( 00

    x

    xfxxf

    x

    y

    +=

    (1.5)

  • 7/22/2019 Per Samaan

    13/54

    xiii

    yaitu perubahan rata-rata dari fdiantara 0x dan xx +0 . Kemiringan dari garis singgung

    kurva )(xfy = pada 0x adalah

    ,

    x

    )x(f)xx(flim

    dx

    dy)x(f

    xx

    +==

    00

    00

    0

    (1.6)

    yang juga dikenal sebagai turunan fungsi f terhadap x pada 0xx = atau laju perubahan

    sesaat fungsifpada 0xx = .

    INDIKATOR PENILAIAN

    Keberhasilan modul ini dapat dilihat dari ketepatan mahasiswa dalam menjelaskan konsep

    dengan contoh, kejelasan uraian dan bahan pustaka yang berinovatif terbaru.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Thomas & Finney, Calculus and Analytic Geometry, Addison Wesley PublishingCompany.

    2. Purchell,Kalkulus dan Analitik Geometri, Erlangga.3. Purcell, Edwin J. & Varberg Dale, Calculus and Analytic Geometry.

  • 7/22/2019 Per Samaan

    14/54

    xiv

    MODUL II

  • 7/22/2019 Per Samaan

    15/54

    xv

    MODUL II

    JUDUL : KLASIFIKASI PERSAMAAN DIFFERENSIAL

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangModul kedua ini merupakan awal dari pembahasan mengenai persamaan diferensial.

    Pada dasarnya modul ini membahas tentang pengklasifikasian persamaan diferensial ke

    dalam beberapa bentuk. Selain itu beberapa aplikasi sederhana dari suatu persamaan

    diferensial juga diberikan. Seperti pada modul sebelumnya, metode pengajaran yang

    digunakan dalam modul ini menggunakan metode ceramah interaktif yang dipadu dengan

    metode Cooperative/Collaborative Learning.

    B. Ruang Lingkup IsiModul ini secara umum membahas tentang pendahuluan persamaan differensial,

    persamaan differensial linier ordo satu dengan koefisien konstan, aplikasi dalam persoalan

    bunga majemuk, persamaan differensial dengan variabel terpisah dan beberapa soal latihan.

    C. Kaitan ModulKaitan modul ini dengan modul-modul lainnya dapat dilihat dalam peta kedudukan

    modul di bawah.

    D. Sasaran Pembelajaran ModulSasaran utama pembelajaran modul kedua ini adalah mampunya mahasiswa untuk

    mengklasifikasikan persamaan differensial, berdasarkan ordo dari persamaan differensial

    tersebut. Mendapatkan penyelesaian dari berbagai metode dan teknik penyelesaian dari

    masing masing jenis klasifikasi persamaan differensial.

    PETA KEDUDUKAN MODUL

  • 7/22/2019 Per Samaan

    16/54

    xvi

    BAB II. PEMBAHASAN

    A. Pendahuluan Persamaan DifferensialPersamaan differensial adalah persamaan yang mengandung turunan atau

    differensial. Sebagaimana diperlihatkan didepan, turunan mempunyai arti perbandingan

    antara variabel tak bebas dengan variabel bebasnya. Peubah tak bebas dapat saja muncul

    secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari.

    Ordo n dari suatu persamaan differensial ditentukan oleh turunan tertinggi n yang

    ada dalam persamaan differensial tersebut. Suatu persamaan differensial untuky dan

    merupakan suatu fungsi tdisebut linier bila bentuk dalam persamaan terdiri dariy atau satu

    dari turunannya dikalikan oleh suatu fungsi t ataupun hanya merupakan fungsi t.

    B. Persamaan Differensial Linier Ordo Satu Dengan Koefisien KonstanBentuk umum persamaan differensial ini adalah bky

    dt

    dy+= dimana k dan b

    merupakan konstan. Persamaan differensial ini dapat digunakan untuk memodel

    pertumbuhan populasi.

    C. Aplikasi Dalam Persoalan Bunga Majemuk

  • 7/22/2019 Per Samaan

    17/54

    xvii

    Pertumbuhan dari suatu investment terdiri dari bunga yang diberikan n kali per tahun

    dengan besar suku bunga %R .A(t) merupakan nilai investasi pada waktu 0)0(,0 AAt = .

    Bila bunga diperoleh diberikan sebanyakn kali tiap tahun maka

    ,)(100

    )()()(

    tahun,1

    trtAn

    RtAtAttAA

    nt

    =

    =+=

    =(2.1)

    dimanan

    tR

    r1

    ,100

    == .

    Bila I merupakan tambahan investasi yang dilakukan tiap tahun yang jumlahnya

    berbanding langsung dengan bunga yang diperoleh maka tambahan investasi adalah

    tIn =1

    (2.2)

    Jadi A merupakan bunga yang diperoleh dalam selang waktu t ditambah dengan

    investasi baru dalam selang tIttrAA += )( , atau

    IrAt

    A+=

    . (2.3)

    Disini sudah diperoleh persamaan differensial IrAdt

    dA+= dengan syarat awal 0)0( AA = .

    D. Persamaan Differensial Dengan Variabel TerpisahSuatu persamaan differensial ordo pertama disebut persamaan differensial dengan variabel

    terpisah bila dapat diekspresikan dalam bentuk

    )()( tgyfdt

    dy= . (2.4)

    Untuk menyelesaikan persamaan differensial diatas, harus ditulis dalam bentuk

    .)()( dttgyf

    dy

    = (2.5)

    Disini terlihat bahwa variabel-variabelnya dapat terpisahkan. Di ruas kiri persamaan

    hanyalah mempunyai variabel y dan di ruas kanan persamaan hanyalah mempunyai

    variabel t.

  • 7/22/2019 Per Samaan

    18/54

    xviii

    E. Indikator PenilaianKeberhasilan modul ini dapat dilihat dari ketepatan mahasiswa dalam menjelaskan

    konsep dengan contoh, kejelasan uraian dan bahan pustaka yang berinovatif terbaru.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Jeffry Kusuma, Persamaan Differensial Elementer, Belum Dipublikasikan.2. Boycee DiPrima, Elementary Differenstial Equations and Boundary Values Problems,

    John Wiley Sons.

    3. Zill, Dennis G., A First Course In Differential Equations, PWS Publishing Company.4. Lois Pipe, Applied Mathematics for Engineer and Scientist.5. Internet

  • 7/22/2019 Per Samaan

    19/54

    xix

    MODUL III

  • 7/22/2019 Per Samaan

    20/54

    xx

    MODUL III

    JUDUL : PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDO PERTAMA

    BAB I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

    Modul ketiga ini pada umumnya membahas mengenai persamaan diferensial yang

    berorde pertama diantaranya persamaan diferensial homogen, persamaan diferensial eksak

    dan sebagainya. Modul pertama merupakan penunjang untuk modul ketiga ini karena pada

    proses pencarian solusi dari persamaan diferensial orde pertama ini, banyak menggunakan

    integral yang di bahas dalam modul pertama Metode pengajaran yang digunakan dalam

    modul ini menggunakan metode ceramah interaktif yang dipadu dengan metode

    Cooperative/Collaborative Learning.

    B. Ruang Lingkup IsiModul ini secara umum membahas tentang persamaan homogen, persamaan

    differensial linier ordo satu, persamaan differensial bernoulli, persamaan differensial eksak.

    C. Kaitan ModulKaitan modul ini dengan modul-modul lainnya dapat dilihat dalam peta kedudukan

    modul di bawah.

    D. Sasaran Pembelajaran ModulSasaran utama pembelajaran modul ketiga ini adalah mampunya mahasiswa untuk

    mengetahui beberapa jenis persamaan differensial ordo pertama dan dapat menyelesaian

    persamaan differensial tersebut.

    PETA KEDUDUKAN MODUL

  • 7/22/2019 Per Samaan

    21/54

    xxi

    BAB II. PEMBAHASAN

    A. Persamaan HomogenPersamaan differensial ordo pertama disebut homogen jika dapat dituliskan dalam

    bentuk

    )(x

    yF

    dx

    dy= . (3.1)

    B. Persamaan Differensial Linier Orde SatuBentuk umum persamaan differensial linier ordo satu adalah

    )()( xQyxPdx

    dy=+ . (3.2)

    Disini, bentuk bentuk non linier seperti 23

    ,, 2 yyydx

    dydan lain-lain tidak dimasukkan lagi.

    C. Persamaan Differensial BernoulliBentuk umum persamaan differrensial Bernoulli adalah

    0)()( =++n

    yxGyxFdx

    dy

    , .1,0n (3.3)

    D. Persamaan Differensial EksakBentuk umum persamaan differensial eksak dapat dituliskan dalam rumusan atau

    bentuk

  • 7/22/2019 Per Samaan

    22/54

    xxii

    0=

    +

    dyy

    Fdx

    x

    F, (3.4)

    dimana ),( yxFF= adalah suatu fungsi dua variabel darix dany. Jadi sekaliFdiperoleh

    maka solusi umum persamaan differensial eksak ini dapat ditulis sebagai

    cyxF =),( , (3.5)

    dengan c merupakan sembarang konstan.

    Secara umum suatu differensial 0),(),( =+ dyyxNdxyxM yang tidak eksak

    dimanax

    N

    y

    M

    dapat dibuat menjadi persamaan differensial eksak dengan

    memperkalikan dengan suatu fungsi ),( yx . Disini

    0),(),(),(),( =+ dyyxNyxdxyxMyx , (3.6)

    akan dibuat eksak bilamana dan hanya bilamana memenuhi hubungan

    [ ] [ ]),(),(),(),( yxNyxx

    yxMyxy

    =

    . (3.7)

    Disini, fungsi ),( yx merupakan faktor integrasi dari persamaan differensial diatas.

    E. Indikator PenilaianKeberhasilan modul ini dapat dilihat dari kemapuan mahasiswa dalam menggunakan

    metode subtitusi dan operator dalam menyelesaikan persamaan differensial.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Boycee DiPrima, Elementary Differenstial Equations and Boundary Values Problems,

    John Wiley Sons.

    2. Zill, Dennis G., A First Course In Differential Equations, PWS Publishing Company.

    3. Lois Pipe, Applied Mathematics for Engineer and Scientist.

  • 7/22/2019 Per Samaan

    23/54

    xxiii

    MODUL IV

  • 7/22/2019 Per Samaan

    24/54

    xxiv

    MODUL IV

    JUDUL : APLIKASI PERSAMAAN DIFFERENSIAL

    BAB I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

    Modul keempat ini membahas mengenai aplikasi dari persamaan diferensial yang telah

    dibahas pada modul-modul sebelumnya. Persamaan diferensial yang telah di bahas

    sebelumnya diaplikasikan pada beberapa bidang diantaranya pada bidang mekanika,

    ekonomi dan bidang-bidang lainnya. Seperti pada modul sebelumnya, metode pengajaran

    yang digunakan dalam modul ini menggunakan metode ceramah interaktif yang dipadu

    dengan metode Cooperative/Collaborative Learning.

    B. Ruang Lingkup IsiModul ini secara umum membahas tentang aplikasi dalam mekanika, pendinginan

    newton, peluruhan radioaktif, aplikasi lainnya, aplikasi dalam ekonomi, kabel tergantung

    dan beberapa soal latihan.

    C. Kaitan ModulKaitan modul ini dengan modul-modul lainnya dapat dilihat dalam peta kedudukan

    modul berikut.

    PETA KEDUDUKAN MODUL

    D. Sasaran Pembelajaran Modul

  • 7/22/2019 Per Samaan

    25/54

    xxv

    Sasaran utama pembelajaran modul keempat ini adalah mampunya mahasiswa untuk

    mengaplikasikan persamaan differensial dalam berbagai bidang diantaranya dalam bidang

    mekanika, ekonomi dan fisika.

    BAB II. PEMBAHASAN

    Disini akan dilakukan beberapa aplikasi sederhana yang berhubungan dengan

    persamaan differensial ordo satu.

    A. Aplikasi Dalam MekanikaSuatu partikel bermassa m, jatuh bebas dari suatu ketinggian tertentu. Bila partikel

    tersebut mendapat hambatan yang proporsional terhadap kcepatannya maka persamaan

    geraknya dapat dituliskan dalam bentuk

    dt

    dx

    dt

    dx

    mgdt

    xdm

    3

    2

    2 )(

    = , (4.1)

    dimana 0> konstanta proporsional. Persamaan differensial di atas dapat pula dituliskan

    dalam bentuk

    ,)( 22

    2

    dt

    dxmg

    dt

    xdm = bila 0

    dt

    dx,

    (4.2)

    ,)( 22

    2

    dt

    dxmg

    dt

    xdm += bila 0k menyatakan suatu besaran spesifik. Persamaan differensial diatas dapat

    dituliskan dalam bentuk

    ,0

    dtkTT

    dT=

    (4.4)

    suatu persamaan differensial dengan variabel terpisah.

    C. Peluruhan RadioaktifDalam persoalan peluruhan radioaktif, laju peluruhan proporsional terdapat sejumlah N

    (t) yang ada. Persamaan differensial disini adalah

    ( )( ) 0, >= ktkN

    dt

    tdN. (4.5)

    Solusi umumnya adalah

    ( ) ,ktCetN = (4.6)

    atau lebih khusus lagi dapat dituliskan sebagai

    ( ) ( ) ,0 kteNtN = (4.7)

    dimanaN(0) merupakan jumlah radioaktif yang ada awal mulainya perhitungan .

    D. Aplikasi LainnyaDisini, tinjau empat ekor cecak yang pada mulanya berada pada empat titik yang

    berlainan (+a, +a) dalam koordinat Cartesius OXY. Mereka bergerak satu dengan lainnya,

    sehingga membentuk suatu kitaran ( lihat gambar 4.1). Carilah jalan yang dilalui cecak

    tersebut.

    Dari kesimetrisan disini diperoleh suatu posisi +(x,y), + (-y,x) dimana keempat posisi

    ini saling tegak lurus satu sama lain. Selanjutnya garis (singgung) yang melalui titik pada

    (x,y) dan cecak pada titik (-y,x) dapat ditulis sebagai tangen terhadap jalan dari cecak pada

    (x,y) sehingga diperoleh persamaan differensial

    ,xy

    xy

    dx

    dy

    +

    = (4.8)

    yang harus memenuhi kondisi awaly = a bilamanax = a.

  • 7/22/2019 Per Samaan

    27/54

    xxvii

    Gambar 4.1 Posisi awal Cecak.

    E. Aplikasi Dalam EkonomiMari tinjau suatu model dalam ekonomi yang bergantung dari waktu t. Bila P

    melambangkan harga komoditi, S supply dari komoditi, D merupakan permintaan dari

    komoditi tersebut maka parsamaan differensial yang berhubungan hal tersebut diatas

    adalah

    ( ),SDkdt

    dP= (4.9)

    Dengan k konstanta positif. Bila diasumsikan bahwa S (Supply) bergantung pada musim

    dan tak negatif sedemikian hingga( ) ( )[ ],cos1 tctS = (4.10)

    c, konstanta positif. Juga asumsikanD adalah fungsi harga (yang selalu turun) yaitu

    ( ) ( ),tbPatD = (4.11)

    a, b konstanta positif, maka diperoleh

    ( )( )[ ],cos1 tcbPakdt

    dP= (4.12)

    yang mana merupakan persamaan differensial orde pertama.

    F. Kabel TergantungMari tinjau kabel tergantung sebagaimana dalam gambar 4.2 dibawah ini. Bila kabelnya

    uniform dan bergantung karena pengaruh grafitasinya oleh beratnya dan dipilih koordinat

    sumbu sedemikian sehingga sumbuy merupakan sumbu vertical dan melalui titik terendah

  • 7/22/2019 Per Samaan

    28/54

    xxviii

    dari kabel yang ditinjau. Selanjutnya tinjau potongan kabel antara titik terendah C dan

    suatu titikP(x,y) pada kabel.

    Gambar 4.2 Kabel tergantung.

    Disini koordinat yang harus dipenuhi adalah

    (1) Jumlah vektor dari semua gaya gaya luar pada CPadalah nol.

    (2) Jumlah momen pada sembarang titik di CPadalah nol

    Gaya-gaya yang bekerja pada potongan CPadalah

    (1) gaya horizontal ( ) hT =0 yang ada pada C.

    (2) Tegangan T(x) bekerja padaP.

    (3) Beban yang berlaku pada CPyang dipakai menghasilkan hasil resultan gaya dan

    jumlah momen gaya diasumsikan dapat digantikan dengan gaya tunggal W(x)yang bekerja ke bawah pada titikQ.

    Gambar 4.3 Gaya yang bekerja pada kabel.

  • 7/22/2019 Per Samaan

    29/54

    xxix

    Bila kabel membuat sudut terhadap sumbux padaPsedemikian sehingga keadaan

    equilibrium tercapai maka dengan memperhatikan komponen gaya horizontal diperoleh

    persamaan:

    ,0cos = hT (4.13)

    ,0sin = wT (4.14)

    dimana

    .22 whT += (4.15)

    Jadi

    .cos

    sin

    h

    w

    dx

    dy==

    (4.16)

    Bila persamaan di atas didifferensialkan terhadapx diperoleh persamaan dasarnya yaitu

    .1

    2

    2

    dx

    dw

    hdx

    yd= (4.17)

    Disini( )

    dx

    xdwmenyatakan pertambahan w per unit pertambahanx yaitu beban vertikal pada

    P(x) per unit jarak dalam arahx.

    G. Indikator PenilaianKeberhasilan modul ini dapat dilihat dari ketepatan mahasiswa dalam menjelaskan

    konsep dengan contoh, kejelasan uraian dan bahan pustaka yang berinovatif terbaru.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Boycee DiPrima, Elementary Differenstial Equations and Boundary Values Problems,

    John Wiley Sons.

    2. Zill, Dennis G., A First Course In Differential Equations, PWS Publishing Company.

    3. Lois Pipe, Applied Mathematics for Engineer and Scientist.

    4. Internet.

  • 7/22/2019 Per Samaan

    30/54

    xxx

    MODUL V

  • 7/22/2019 Per Samaan

    31/54

    xxxi

    MODUL V

    JUDUL : PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER ORDE TINGGI

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangModul kelima ini membahas mengenai persamaan diferensial yang mempunyai orde

    yang lebih tinggi. Pada khususnya membahas mengenai metode penyelesaian dari

    persamaan diferensial yang mempunyai orde tinggi. Metode pengajaran yang digunakan

    dalam modul ini menggunakan metode ceramah interaktif yang dipadu dengan metode

    Cooperative/Collaborative Learning.

    B. Ruang Lingkup IsiModul ini secara umum membahas tentang metode iterasi picard, persamaan

    differensial linier dan beberapa soal latihan.

    C. Kaitan ModulKaitan modul ini dengan modul-modul lainnya dapat dilihat dalam peta kedudukan

    modul berikut.

    PETA KEDUDUKAN MODUL

    D. Sasaran Pembelajaran Modul

  • 7/22/2019 Per Samaan

    32/54

    xxxii

    Sasaran utama pembelajaran modul ini adalah mahasiswa mampu untuk menyelesaikan

    persamaan differensial yang berordo tinggi dengan metode iterasi Picard.

    BAB II. PEMBAHASAN

    Persamaan differensial orde dua mempunyai bentuk umum

    .0),,,(2

    2

    =dx

    yd

    dx

    dyyxF (5.1)

    Dalam beberapa kasus persamaan differensial orde dua dapat direduksi kebentuk

    persamaan differensial orde satu. Marilah tinjau dua bentuk persamaan differensial orde

    dua.

    Bentuk 1 :

    Bentuk ini adalah bentuk dimana y tidak muncul secara explisit dalam persamaan

    differensial. Bentuk umum tipe ini adalah :

    ,0),,(2

    2

    =dx

    yd

    dx

    dyxF (5.2)

    Bentuk 2 :

    Persamaan differensial yang ada tidak memunculkan variabel x secara explisit dalam

    persamaan differensial. Bentuk umum persamaan differensial ini adalah

    .0),,(2

    2

    =dx

    yd

    dx

    dyxF (5.3)

    A. Metode Iterasi PicardTinjaulah suatu persoalan nilai awal

    ( ) ( ) ( )

    ( ) .

    ,,

    00 yxy

    yxfxy

    dx

    dxy

    =

    ==(5.4)

    Bila persamaan (5.4) diintegralkan kedua ruas diperoleh

    ( ) ( )( )+=x

    xodttytfCxy ,, (5.5)

    dengan Cmerupakan konstan sembarang.

  • 7/22/2019 Per Samaan

    33/54

    xxxiii

    Disini dengan mudah terlihat

    ( ) ( )( ) .,00

    0 CdttytfCxyx

    x=+=

    Dan karena ( ) 00 yxy = berarti yoC= . Dituliskan

    ( ) ( )( ) ,,0

    0 +=x

    xdttytfyxy (5.6)

    yang merupakan persamaan integral untuky(x). Persamaan integral (5.5) dan persamaan

    differensial (5.4) beserta nilai awalnya merupakan persamaan yang ekuivalen.

    B. Persamaan Differensial LinierBentuk yang paling umum dari suatu persamaan differensial linier yang berorde n

    adalah

    )()()()()( 11

    1

    10 xFyxadx

    dyxa

    dx

    ydxa

    dx

    ydxa nnn

    n

    n

    n

    =++++

    L , (5.7)

    dimana Faaa n ,,,, 10 L merupakan fungsi darix saja.

    Adalah hal yang tidak mungkin menyelesaikan suatu persamaan differensial linier

    secara umum. Disini akan dipusatkan perhatian pada kasus dimana koefisien- koefisien

    naaa ,,, 10 L merupakan konstan dan F(x) pada persamaan (5.7) merupakan fungsi-fungsi

    yang umum seperti fungsi polynomial dalam x, fungsi trigonometri, fungsi eksponen.

    Persamaan yang demikian ini dikenal dengan persamaan differensial linier dengan

    koefisien konstan.

    Sekarang marilah tinjau suatu metode untuk mendapatkan solusi umum suatu

    persamaan differensial dalam bentuk

    011

    1

    10 =++++

    yadx

    dya

    dx

    yda

    dx

    yda nnn

    n

    n

    n

    L , (5.8)

    dimana naaa ,,, 10 L merupakan konstan. Dengan anggapan bahwa solusinya dapat ditulis

    dalam bentuksxAey = , (5.9)

    maka substitusi persamaan diatas ke dalam (5.8) diperoleh

    { } 01110 =++++ sxnnnn easasasaA L . (5.10)

  • 7/22/2019 Per Samaan

    34/54

    xxxiv

    Persamaan (5.10) merupakan persamaan aljabar (polynomial) yang mempunyai n solusi,

    yaitu

    nsss ,,, 21 L . (5.11)

    Bilan

    sss ,,,21L merupakan bilangan real dan tak ada dua diantaranya yang sama maka

    persamaan (5.11) akan mempunyai solusi umum yang dapat ditulis dalam bentuk

    xs

    n

    xsxs neAeAeAy +++= L21 21 , (5.12)

    dimana nAAA ,,, 21 L merupakan sembarang konstan.

    Bila nsss ,,, 21 L merupakan bilangan real dan tak ada dua dari rsss ,,, 21 L yang sama

    tetapi ssss nrr ==== ++ L21 maka solusi umum dari persamaan (5.8) akan mempunyai

    bentuk

    ( ) sxrnnrr

    xs

    r

    xsxs

    exAxAA

    eAeAeAy r

    1

    21

    2121

    ++ +++

    ++++=

    L

    L

    (5.13)

    dimana nrr AAAAA ,,,,,, 121 LL + merupakan sembarang konstan.

    Wronskian dari suatu persamaan differensial dapat dihubungkan dengan koefisien

    dari persamaan differensial tersebut. Sebagai contoh marilah tinjau persamaan

    0)()()( 212

    2

    0 =++ yxadxdyxadxydxa . (5.14)

    Bila )(1 xy dan )(2 xy adalah solusi dari persamaan differensial diatas maka harus

    memenuhi persamaan

    0121110 =++ yayaya (5.15)

    atau

    0222120 =++ yayaya . (5.16)

    Metode lain yang dapat dipergunakan untuk mendapatkan solusi khusus suatu

    persamaan differensial adalah metode variasi parameter (konstan).

    Tidaklah terlalu sulit untuk memperlihatkan bahwa bila

    )()( 21 xBuxAuy += ,

  • 7/22/2019 Per Samaan

    35/54

    xxxv

    merupakan solusi homogen dari )(xfQyyPy =++ dengan QP, fungsi x maka solusi

    khusus persamaan differensial tersebut adalah

    )()()()( 21 xuxbxuxay += , (5.17)

    dimana

    ).()()()()(

    ,0)()()()(

    21

    21

    xfxuxbxuxa

    xuxbxuxa

    =+

    =+(5.18)

    Hal ini berlaku pula untuk persamaan differensial linier dengan derajat yang lebih tinggi.

    Metode lain yang dapat dipergunakan untuk mendapatkan solusi khusus suatu

    persamaan differensial dengan koefisien konstan adalah metode operatorD. Bila bentuk

    umum suatu persamaan differensial dituliskan sebagai

    )()( xfyD = . (5.19)

    dimana

    =

    =n

    i

    in

    iDaD0

    )( ,

    dengan niai ,,2,1,0, L= merupakan konstan maka solusi khusus persamaan differensial

    adalah

    ),()(

    1xf

    Dy

    = (5.20)

    dengan ruas kanan persamaan merupakan solusi khusus yang dimaksud.

    C. Indikator PenilaianKeberhasilan modul ini dapat dilihat dari ketepatan mahasiswa dalam menjelaskan

    konsep dengan contoh, kejelasan uraian dan bahan pustaka yang berinovatif terbaru.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Boycee DiPrima, Elementary Differenstial Equations and Boundary Values Problems,

    John Wiley Sons.2. Zill, Dennis G., A First Course In Differential Equations, PWS Publishing Company.

    3. Lois Pipe, Applied Mathematics for Engineer and Scientist.

    4. Internet

  • 7/22/2019 Per Samaan

    36/54

    xxxvi

    MODUL VI

  • 7/22/2019 Per Samaan

    37/54

    xxxvii

    MODUL VI

    JUDUL : TEKNIK TRANSFORMASI INTEGRAL

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangPada modul keenam ini beberapa teknik penyelesaian persamaan diferensial akan

    dibahas. Seperti pada modul sebelumnya, metode pengajaran yang digunakan dalam modul

    ini menggunakan metode ceramah interaktif yang dipadu dengan metode

    Cooperative/Collaborative Learning.

    B. Ruang Lingkup IsiModul ini secara umum membahas tentang defenisi teknik transformasi integral,

    transformasi laplace, shifting sumbu t dan sumbu s, tabel transformasi laplace, fungsi dirac-

    delta, fungsi langkah tunggal, teorema konvolusi, aplikasi pada persamaan

    differensialaplikasi dalam mekanika, pendinginan newton, peluruhan radioaktif, aplikasi

    lainnya, aplikasi dalam ekonomi, kabel tergantung dan beberapa soal latihan.

    C. Kaitan ModulKaitan modul ini dengan modul-modul lainnya dapat dilihat dalam peta kedudukan

    modul berikut.

    PETA KEDUDUKAN MODUL

    D. Sasaran Pembelajaran Modul

  • 7/22/2019 Per Samaan

    38/54

    xxxviii

    Sasaran utama pembelajaran modul Transformasi Laplace adalah mampunya

    mahasiswa menyelesaikan persamaan differensial dengan menggunakan transformasi

    Laplace.

    BAB II. PEMBAHASAN

    Disini dibahas cara menyelesaikan persamaan differensial dengan menggunakan teknik

    transformasi integral, pada khususnya transformasi Laplace. Pada dasarnya transformasi

    Laplace mentransformasikan persamaan differensial beserta syarat awalnya ke dalam

    persamaan aljabar. Persamaan aljabar ini yang kemudian diselesaikan dan

    ditransformasikan balik hingga diperoleh solusi persamaan differensial yang dimaksud.

    Defenisi :

    Suatu fungsi f yang terdefinisikan dalam suatu selang atau interval ),0[ , transformasi

    Laplacenya diberikan oleh

    ( ) ( ) ( )== 0},{ dttfesttfsf

    st, (6.1)

    bilamana ruas kanan persamaan diatas mempunyai arti.

    Disini tidak terlalu sulit membuktikan bahwa bila suatu transformasi Laplace ada pada

    =s maka ada pula untuk >s . Demikian pula dapat dibuktikan bahwa terdapat fungsi

    yang tidak mempunyai transformasi Laplace untuk sembarang nilai s; misalnya fungsi

    ( )2tetf = .

    Bila dua fungsifdangidentik kecuali pada suatu titik tertentu ataupun pada sejumlah

    tertentu titik dan keduanya mempunyai hasil transformasi maka kedua hasil transformasi

    tersebut identik. Jadi disini terlihat bahwa secara umum, transformasi Laplace tidak

    mempunyai transformasi balik yang tunggal (unique).

    Selanjutnya cuma dibahas fungsi-fungsi yang kontinu dengan transformasi balik yang

    tunggal (Teorema Lerch). Suatu kondisi yang perlu disini untuk menjamin adanya

    transformasi balik ( )sf adalah ( ) 0lim =

    sfs

    .

    Transformasi Laplace merupakan operator linear dalam arti

    ( ) ( ){ } ( ){ } ( ){ }( ){ } ( ){ }.;;

    ,;;;

    sttfcsttcf

    sttgsttfsttgtf

    =

    +=+(6.2)

  • 7/22/2019 Per Samaan

    39/54

    xxxix

    Transformasi Laplace untuk turunan dari suatu fungsi yang merupakan suatu hubungan

    yang amat berguna yaitu

    ( ){ } ( ) ( ){ }

    ( )[ ] ( )

    ( ) ( ) .0,0

    ;

    '

    00

    00''

    >=

    +=

    ==

    ==

    sfssf

    dttfestfe

    tfdedttfesttf

    stt

    tst

    stst

    (6.3)

    Jadi dapat pula diperoleh

    ( ){ } ( ){ } ( )

    ( ) ( )[ ] ( )

    ( ) ( ) ( ),00

    00

    0;;

    '2

    '

    ''"

    fsfsfs

    ffsfss

    fsttfssttf

    =

    =

    =

    (6.4)

    Teorema :

    ( ){ } ( ),; asfsttfeat =

    ( ){ } ( ) ( ){ } .,2,1,;1; == nsttfds

    dsttft

    n

    nnn (6.5)

    Penentuan { }sttn

    ; bila ( )1>n yang bukan merupakan bilangan bulat (bulat integer)dapat dilakukan sebagai berikut,

    { } ( )

    ( )1

    01

    0

    1

    1

    ,ambil;

    +

    +

    +=

    =

    ===

    n

    nu

    n

    nstn

    s

    n

    duues

    dtsdustudttestt

    (6.6)

    dimana ( ) =+

    01 duuen nu , dikenal sebagai fungsi Gamma.

    Suatu persoalan yang muncul dalam aplikasi/penerapan dari transformasi Laplace

    adalah penentuan transformasi f(t) sedemikian sehingga ( )pf tunggal. Untuk fungsi

  • 7/22/2019 Per Samaan

    40/54

    xl

    Heaviside seperti diatas, diperkenalkan fungsi Dirac Delta ( )t yang mana didefinisikan

    bernilai nol di semua tempat kecuali pada titikt= 0 yaitu

    ( ) ,0,0 = tt (6.7)

    dan ( )

    =0 1.dtt (6.8)

    Defenisi :

    Bila f dan g merupakan dua buah fungsi yang terdefenisi dalam selang ),0[ maka

    [ ]( ) ( ) ( ) =t

    dtgftgf0

    * disebut konvolusi dari fungsifdang.

    INDIKATOR PENILAIAN

    Keberhasilan modul ini dapat dilihat dari ketepatan mahasiswa dalam menjelaskan konsepdengan contoh, kejelasan uraian dan bahan pustaka yang berinovatif terbaru.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Boycee DiPrima, Elementary Differenstial Equations and Boundary Values Problems,

    John Wiley Sons.

    2. Zill, Dennis G., A First Course In Differential Equations, PWS Publishing Company.

    3. Lois Pipe, Applied Mathematics for Engineer and Scientist.

    4. Internet

  • 7/22/2019 Per Samaan

    41/54

    xli

    MODUL VII

  • 7/22/2019 Per Samaan

    42/54

    xlii

    MODUL VII

    JUDUL : SISTEM PERSAMAAN DIFFERENSIAL

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangPada modul ketujuh ini akan dibahas persamaan diferensial dengan tingkat yang lebih

    tinggi yang berupa sistem persamaan diferensial. Seperti pada modul sebelumnya, metode

    pengajaran yang digunakan dalam modul ini menggunakan metode ceramah interaktif yang

    dipadu dengan metode Cooperative/Collaborative Learning.

    B. Ruang Lingkup IsiModul ini secara umum membahas tentang Sistem persamaan differensial simultan,

    persoalan Lotka-Volterra dan beberapa soal latihan.

    C. Kaitan ModulKaitan modul ini dengan modul-modul lainnya dapat dilihat dalam peta kedudukan

    modul berikut.

    PETA KEDUDUKAN MODUL

    D. Sasaran Pembelajaran Modul

  • 7/22/2019 Per Samaan

    43/54

    xliii

    Sasaran utama pembelajaran modul sistem persamaan differensial adalah mampunya

    mahasiswa membedakan antara persamaan differensial dan sistem persamaan differensial

    serta mengetahui aplikasi dari sistem persamaan differensial.

    BAB II. PEMBAHASAN

    A. Sistem Persamaan Differensial SimultanPada bagian ini dibahas suatu himpunan dari persamaan differensial yang simultan

    dengan dua atau lebih variabel.

    Selanjutnya disini diperlihatkan bahwa penggunaan operator D, sering dapat

    menyederhanakan masalah eliminasi.

    B. Persoalan Lotka-VolteraPersoalan Lotka-Voltera dikenal pula sebagai persoalan mangsa pemangsa. Bila x

    mewakili jumlah populasi mangsa dan y mewakili jumlah populasi pemangsa maka pada

    kasus 0=y (tidak adanya pemangsa) populasi mangsa akan tumbuh secara eksponensial

    yang diwakili oleh 0, 11 >= axadt

    dx. Pada kasus 0=x (tidak adanya mangsa) diharapkan

    pertumbuhan pemangsa negatif secara eksponensial yang diwakili oleh 0, 11 >= bybdt

    dy

    karena pemangsa akan mati karena kelaparan.

    Suatu cara yang sering digunakan disini dikenal dengan analisa Phase Plane (bidang

    fasa) sering digunakan dalam menginterpretasi persamaan differensial diatas. Bila x dan y

    dianggap sebagai kecepatan partikel yang bergerak dalam bidang xy maka gerak atau jejak

    partikel tersebut dapat direprentasikan sebagai persamaan parametrik.

    ),,(;),,( 212211 cctycctx == , (7.1)

    dimana 21,cc ditentukan dari

    ),,0( 21 cc dan ),,0( 212 cc (7.2)

    Titik equilibrium atau titik keseimbangan atau titik dimana tidak adanya perubahan terjadi

    dicapai bila .0==dt

    dy

    dt

    dx

  • 7/22/2019 Per Samaan

    44/54

    xliv

    Dalam hal tersebut diatas, terdapat dua titik keseimbangan yaitu )0,0( dan ),(2

    1

    2

    1

    a

    a

    b

    b.

    Selanjutnya akan diselidiki kelakuan dari fungsi x dan y disekitar titik keseimbangan

    tersebut .

    Kasus I : Titik keseimbangan (0,0)

    Pada sekitar titik ini, nilai dari xya2 cukup kecil sehingga dapat diabaikan. Demikian pula

    dengan nilai dari xyb2 , karena perkalian bilangan kecil dengan bilangan kecil

    menghasilkan bilangan yang lebih kecil lagi. Jadi sistem persamaan differensial linier dapat

    dituliskan

    ,

    ,

    1

    1

    ybdt

    dy

    xadt

    dx

    =

    =(7.3)

    dengan solusi

    taectx 11)( = dan

    tbecty 12)(

    = ; 0, 21 cc .

    Gambar 7.2 Grafik Kesetimbangan model Mangsa Pemangsa.

    Kasus II : Titik keseimbangan ),(2

    1

    2

    1

    a

    a

    b

    b

    Ambil va

    ayu

    b

    bx +=+=

    2

    1

    2

    1 , maka diperoleh sistem persamaan differensial baru yaitu

  • 7/22/2019 Per Samaan

    45/54

    xlv

    ,))(()(

    ,))(()(

    2

    2

    11

    2

    1

    2

    12

    2

    11

    2

    2

    12

    2

    1

    2

    12

    2

    11

    uvbub

    bav

    a

    au

    b

    bbv

    a

    ab

    dt

    dv

    uvavb

    bav

    a

    au

    b

    bau

    b

    ba

    dt

    du

    +=++++=

    =+++=

    (7.4)

    Karena disekitar titik ),(2

    1

    2

    1

    a

    a

    b

    b, u dan 1

  • 7/22/2019 Per Samaan

    46/54

    xlvi

    yang merupakan persamaan differensial dengan variabel terpisah. Dengan integrasi

    diperoleh

    ,)ln()ln( 2121 cyayaxbyb =+ (7.10)

    atau

    Aeyxyaxbab =+ )( 2211 , (7.11)

    dengan A adalah konstanta sembarang yang dapat diperlihatkan merupakan suatu kurva

    yang tertutup, dengan periode yang makin mendekati ke11

    2

    baT = bila makin dekat ke titik

    kesetimbangan.

    C. Indikator PenilaianKeberhasilan modul ini dapat dilihat dari ketepatan mahasiswa dalam menjelaskan

    konsep dengan contoh, kejelasan uraian dan bahan pustaka yang berinovatif terbaru.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Boycee DiPrima, Elementary Differenstial Equations and Boundary Values Problems,

    John Wiley Sons.

    2. Zill, Dennis G., A First Course In Differential Equations, PWS Publishing Company.

    3. Lois Pipe, Applied Mathematics for Engineer and Scientist.

    4. Internet

  • 7/22/2019 Per Samaan

    47/54

    xlvii

    MODUL VIII

  • 7/22/2019 Per Samaan

    48/54

    xlviii

    MODUL VIII

    JUDUL : SOLUSI PERSAMAAN DIFFERENSIAL DENGAN

    MENGGUNAKAN DERET DAN METODE NUMERIK

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangModul ini merupakan modul terakhir yang membahas mengenai pencarian solusi

    persamaan diferensial dengan menggunakan metode numerik. Metode pengajaran yang

    digunakan dalam modul ini menggunakan metode ceramah interaktif yang dipadu dengan

    metode Cooperative/Collaborative Learning.

    B. Ruang Lingkup IsiModul ini secara umum membahas tentang pencarian solusi dengan menggunakan

    deret, menggunakan metode numerik, persoalan nilai awal-metode langkah tunggal,

    metode deret taylor, metode runge-kutta, perluasan metode ordo satu dan beberapa soal

    latihan.

    C. Kaitan ModulKaitan modul ini dengan modul-modul lainnya dapat dilihat dalam peta kedudukan

    modul berikut.

    PETA KEDUDUKAN MODUL

  • 7/22/2019 Per Samaan

    49/54

    xlix

    D. Sasaran Pembelajaran ModulSasaran utama pembelajaran modul ini adalah mampunya mahasiswa menyelesaikan

    persamaan differensial dengan menggunakan metode deret dan metode numerik.

    BAB II. PEMBAHASAN

    A. Solusi Dengan Menggunakan DeretBanyak solusi persamaan differensial yang bentuknya sederhana tidak dapat diperoleh

    dalam bentuk analitik dari fungsi-fungsi sederhana.

    Dalam hal seperti ini, solusinya mungkin diperoleh dalam bentuk deret yang secara teori

    selalu dapat diterapkan pada persamaan differensial ordo berapapun.

    Disini akan dibahas suatu persamaan differensial ordo dua linier yang mempunyai bentuk

    umum,

    0=++ ryyqyp , (8.1)

    dimana rqp ,, merupakan fungsi kuadratik darix.

    Solusi dicari dalam bentuk

    0, 00

    =

    =axaxy

    n

    nn

    c . (8.2)

    Persamaan differensial ordo dua dengan koefisien variabel secara umum mempunyai

    persamaan0)()()( =++ yxryxqyxp , (8.4)

    dimana rqp ,, merupakan polinomial yang dapat saja berupa polinomial yang mempunyai

    titik singular.

    B. Solusi Menggunakan Metode NumerikBanyak persamaan differensial biasa, bahkan yang kelihatannya sangat sederhana

    tidak dapat diselesaikan secara analitik dalam bentuk fungsi tertabulasi. Walaupun suatu

    solusi analitik ada, sering diperlukan upaya yang cukup rumit dan panjang untuk

    memperolehnya. Lagi pula solusi itu hanya berlaku untuk nilai tertentu saja dari variabel

    bebasnya.

    Disini, tinjau solusi umum persamaan differensial dalam bentuk

    0),,,,( = LyyyxQ , (8.5)

  • 7/22/2019 Per Samaan

    50/54

    l

    dimana melibatkan satu atau lebih konstanta sembarang. Solusi khususnya diperoleh

    dengan bantuan beberapa kondisi ekstra untuk menentukan konstantanya.

    Banyak metode numerik yang dapat dipakai menyelesaikan persoalan nilai awal. Biasanya

    dapat diklasifikasikan dalam,

    (1). Metode langkah tunggal

    (2). Metode beberapa langkah (banyak langkah).

    C. Persoalan Nilai Awal-Metode Langkah TunggalC.1.Metode Deret Taylor

    Metode ini dapat diterapkan dalam persamaan differensial orde berapapun. Tinjau

    persamaan differensial orde dua berikut,

    ),,( yyxfy = . (8.6)

    dengan 00 , yy diberikan. Bila diasumsikan bahwa solusinya ada dan semua turunannyapun

    ada maka berlaku ekspansi deret Taylor pada radius yang cukup besar dan konvergen pada

    setiap titik L,,, 210 xxx .

    Kesulitannya utama disini, terletak pada penghitungan turunan tingkat tinggi.

    Dalam hal khusus, bisa saja diperoleh suatu hubungan tertentu, misalnya pada persamaan

    differensial orde dua berikut

    0=++ ryyqyp , (8.7)

    dengan rqp ,, merupakan fungsi kuadrat darix.

    C.2.Metode Runge-KuttaMetode ini dapat diberlakukan pada persamaan differensial orde satu tunggal maupun

    sekumpulan atau sehimpunan persamaan differensial ordo satu. Marilah tinjau terlebih

    dahulu persamaan differensial

    ),( yxfy = . (8.8)

    Dengan 0y yang diberikan ( 0y inilah yang menentukan ketunggalan solusi). Suatu aplikasi

    langsung dari deret Taylor yang melibatkan turunan tingkat tinggi dari sejumlah titik bisa

    saja tidak menjadi praktis. Dalam metode Runge-Kutta, ekspansi deret Taylor dilakukan

    secara tidak langsung dalam arti bahwa nilai-nilai turunan tingkat tinggi tidak dihitung

  • 7/22/2019 Per Samaan

    51/54

    li

    secara eksplisit. Dengan notasi yang sama dengan sebelumnya, yakni solusi yang dicari

    didasarkan pada ),( rr yx maka penghitungan 1+ry dapat ditulis sebagai

    {

    }),(),(),( 11101

    hzyhxf

    hzyhxfyxfhyy

    prprp

    rrrrrr

    ++

    ++++++=+ L(8.9)

    dimana ppp zz ,,,,,,,, 110 LLL dipenuhi sedemikian rupa sehingga ruas kanan

    persamaan (8.97) dapat diekspansikan dan disamakan koefisien h-nya dengan ekspansi

    deret Taylor untuk 1+ry , yakni

    L+++=+ rrrr yh

    yhyy!2

    2

    1 ,

    atau

    pprr kkkyy +++++=+L

    11001 , (8.10)

    dimana

    ),,(

    ),(

    ),(

    ),(

    11,1100

    12102022

    01011

    0

    +++++=

    +++=

    ++=

    =

    ppppprprp

    rr

    rr

    rr

    kkkyhxhfk

    kkyhxhfk

    kyhxhfk

    yxhfk

    L

    M

    dan koefisien ijii ,, harus ditentukan.

    Koefisien-koefisien ini merupakan konstan untuk metode tertentu karena bebas dari fdan r.

    Dengan memajukan satu langkah dari ),( rr yx ke ),( 11 ++ rr yx diperlukan evaluasi fpada

    titik (p+1).

    Solusi numerik persamaan ),( yxfy = dimana diberikan 0y dapat diperoleh dengan

    mengaplikasikan berulang-ulang hubungan

    ,0,)1(

    ),,(),,(

    101

    221

    0

    0

    ++=

    ++==

    + cckkcyy

    yxhfkyxhfk

    rr

    c

    krc

    hr

    rr

    dimana langkah dari rx ke 1+rx melibatkan kesalahan )(3

    hO . Metode diatas dikenal

    sebagai Metode Runge-Kutta ordo dua.

  • 7/22/2019 Per Samaan

    52/54

    lii

    Salah satu solusi dari yang paling sering digunakan adalah metode ordo empat.

    Disini 1+ry diperoleh dengan kesalahan )(3hO dari rumusannya, yaitu

    )22(6

    132101 kkkkyy rr ++++=+ , (8.11)

    dimana

    ).,(

    ),,(

    ),,(

    ),,(

    23

    121

    21

    2

    021

    21

    1

    0

    kyhxhfk

    kyhxhfk

    kyhxhfk

    yxhfk

    rr

    rr

    rr

    rr

    ++=

    ++=

    ++=

    =

    (8.12)

    C.3.Perluasan Metode Orde SatuAnggaplah bahwa kita mempunyai sepasang persamaan simultan yaitu,

    ),,,(

    ),,,(

    zyxgz

    zyxfy

    == (8.13)

    dan juga dengan notasi biasanya 0y dan 0z yang diberikan. Hal ini memberikan nilaiy dan

    z yang tunggal sebagai fungsi dari x. Metode Runge-Kutta orde 4 dapat diperluas untuk

    menyelesaikan persamaan sebelumnya sebagai berikut, yaitu 1+ry dan 1+rz dihitung dengan

    error (kesalahan) berorde 5 yaitu )(5hO dari hubungan

    )22(6

    1

    32101

    kkkkyyrr

    ++++=+

    ,

    )22(6

    132101 llllzz rr ++++=+ ,

    dimana

    ).,,(

    ),,,(

    ),,,(

    ),,,(

    ),,,(

    ),,,(

    ),,,(

    ),,,(

    223

    121

    121

    21

    2

    021

    021

    21

    1

    0

    223

    121

    121

    21

    2

    021

    021

    21

    1

    0

    lzkyhxhgl

    lzkyhxhgl

    lzkyhxhgl

    zyxhgl

    lzkyhxhfk

    lzkyhxhfk

    lzkyhxhfk

    zyxhfk

    rrr

    rrr

    rrr

    rrr

    rrr

    rrr

    rrr

    rrr

    +++=

    +++=

    +++=

    =

    +++=

    +++=

    +++=

    =

    Untuk persamaan differensial orde dua, katakan yang berbentuk

  • 7/22/2019 Per Samaan

    53/54

    liii

    ),,( yyxfy = . (8.14)

    Dengan 00 ,yy yang diberikan, maka persamaan ini dapat diselesaikan dengan terlebih

    dahulu direduksi ke dalam dua persamaan differensial ordo satu

    ),,,(

    ,

    zyxfz

    zy

    == (8.15)

    dimana 0y dan 0z diberikan.

    Lebih umum lagi, untuk persamaan

    ),,,,( )1()( = ss yyyxfy L , (8.16)

    dimana )1(000 ,,, syyy L diberikan, dapat direduksi ke dalam suatu sistem persamaan

    differensial linier orde satu dengan nilai awal yang bergantung pada variabel yang

    diberikan pada 0x .

    D. Indikator PenilaianKeberhasilan modul ini dapat dilihat dari ketepatan mahasiswa dalam menjelaskan

    konsep dengan contoh dan ketepatan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah persamaan

    differensial dengan metode numerik.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Jeffry Kusuma, Persamaan Differensial Elementer, (Belum dipublikasikan).

    2. Boycee DiPrima, Elementary Differenstial Equations and Boundary Values Problems,

    John Wiley Sons.

    3. Zill, Dennis G., A First Course In Differential Equations, PWS Publishing Company.

    4. Lois Pipe, Applied Mathematics for Engineer and Scientist.

    5. Internet

  • 7/22/2019 Per Samaan

    54/54

    Lembar KonsultasiPembuatan Modul

    Persamaan Differensial

    Nama Coach / Reviewer : Ir. Machmud Syam, DEA

    Nama Coachy : DR. Jeffry Kusuma

    No Tanggal Rekomendasi / Catatan TTD Coach

    1

    2

    3

    4

    5

    Makassar, . 2008

    Konsultan Coaching Clinic SCL

    I M h d S DEA