penggunaan calcipotriol dalam treatmen alopesia areata

Upload: aditya-dhaniswara

Post on 15-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Calcipotriol diyakini bermanfaat dalam mengobati alopecia areata dengan mekanisme kerjanya yang mengembalikan hilang dan rusaknya VDR pada lapisan outer root seath folikel rambut. dalam jurnal berikut dijelaskan bagaimana mekanisme selengkapnya dan bukti bukti penelitian klinis yang telah berhasil dicapai.

TRANSCRIPT

Pengobatan Alopesia Areata Menggunakan CalcipotriolAditya Dhaniswara S.ked

AbstrakAlopesia Areata sebagai penyakit kronis dengan angka rekurensi tinggi sampai saat ini terapi yang menjadi pilihan hanya dengan penggunaan kortikosteroid yang terbukti tidak efektif dalam menuntaskan permasalahan pada kerontokan rambut dan kebotakan pada AA. Pasien dengan AA umumnya adalah pasien yang di jumpai bersamaan dengan kondisi defisiensi vitamin D, resisten terhadap vitamin D, maupun kondisi dimana vitamin D reseptor pada jaringan folikel rambut yang telah termutasi.

Kata kunciAlopesia Areata, Vitamin D, Terapi, Calcipotriol

PendahuluanDengan adanya teori bahwa AA kemungkinan disebabkan oleh vitamin D reseptor yang tidak reaktif dan manfaat vitamin D untuk memperbaiki disfungsi pada siklus pertumbuhan rambut dan studi kasus yang menyatakan keberhasilan terapi calcipotriol pada AA. efisiensi derivatif vitamin D3 dalam mengobati AA diharapkan menjadi terapi pilihan kedua selain kortikosteroid.

Peranan vitamin D reseptor terhadap siklus pertumbuhan rambutEpidermis adalah sumber terbesar vitamin D bagi tubuh manusia. Dibawah pengaruh sinar matahari (radiasi ultraviolet,UVB,spektrum aksi 280-320nM) 7-dehydrocholestrol pada epidermis di konversi menjadi vitamin D.2Selanjutnya sel inti epidermis, keratinosit memberikan enzim-enzim seperti (25-hydroxylase, dan 1-hydroxylase) untuk kemudian di membantu dalam proses metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktif 1,25 dihydroxyvitamin D. Keratinosit juga mengekspresikan vitamin D reseptor (VDR) dan mampu untuk memberikan respon terhadap 1,25 dihydroxyvitamin D yang telah diproduksi.1Bentuk aktif 1,25 dihydroxyvitamin beraksi melalui VDR, meregulasi proliferasi didalam stratum basale epidermis dan memacu diferensiasi keratinosit ketika hendak membentuk bagian paling tepi epidermis.3 Kekurangan VDR atau kekurangan kapasitas dalam memproduksi 1,25 dihydroxyvitamin yang mungkin disebabkan tidak tersedianya VDR yang membantu dalam metabolisme vitamin D menjadi 1,25 dihydroxyvitamin atau yang disebabkan oleh mutasi VDR itu sendiri mengganggu proses normal diferensiasi epidermis dan berhujung kepada hiperproliferasi stratum basale dengan fungsi yang terganggu sebagai hasil lapisan-lapisan yang terdiferensiasi tersebut termasuk permeabilistas formasi barrier kulit dan respon imun pada kulit.2Keratinosit yang membatasi lapisan terluar folikel rambut (outer root sheath) atau ORS juga memiliki VDR. Kekurangan atau kehilangan fungsi VDR pada folikel rambut yang kemungkinan disebabkan oleh mutasi maupun tidak tersedianya VDR yang disebabkan oleh faktor kesalahan biologis dapat memicu pada hilangnya siklus pertumbuhan folikel rambut dan alopesia5.

Hubungan vitamin D reseptor pada folikel rambut dengan alopesia areataStudi percobaan klinis yang pernah dilakukan oleh badan penelitian Korea membuktikan bahwa pada penderita yang terdiagnosis AA menunjukan tidak ditemukan adanya VDR pada folikel rambut dalam pemeriksaan lab imunohistologi yang biasanya digunakan untuk melihat ekspresi VDR. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan cara melakukan biopsi pada area kulit kepala yang terkena alopesia areata dengan lebar diameter 4mm (Gambar. 1a)2.Pemeriksaan yang sama diulang setelah pasien menerima terapi calcipotriol salep (Daivonex 50 ug/ml) yang di oleskan dengan dosis tunggal selama 3 bulan pada bagian kulit kepala yang mengalami kebotakan akibat AA. Hasil pemeriksaan lab imunohistologi menunjukan adanya ekspresi beberapa VDR yang terdeteksi pada area kulit kepala yang diterapi menggunakan calcipotriol tersebut. VDR di temukan dibeberapa nukleus keratinosit pada lapisan terluar folikel rambut (Gambar. 1.b)2.

Gambar 1. (a) biopsi dengan lebar diameter masing-masing 4mm diambil daerah yang terkena AA pada kulit kepala sebelum terapi dimulai. Hasil pemeriksaan imunohistologi untuk ekspresi vitamin D reseptor menunjukan tidak adanya ekspresi vitamin D reseptor. (b) Setelah tiga bulan pemberian calcipotriol, 4-mm biopsi kembali diambil lokasi yang sama, pemeriksaan imunohistologi ekspresi vitamin D reseptor menunjukan adanya reaksi positif pada beberapa nukleus keratinosit pada lapisan terluar folikel rambut. (Sumber: Dong Ha Kim, Jin Woong lee. Successful treatment of alopecia areata with topical calcipotriol. Ann J Dermatol 2012;24(3):342.)

Mekanisme kerja calcipotriol terhadap induksi pertumbuhan rambut pada kasus AAMekanisme yang mungkin terjadi adalah pemberian vitamin D (calcipotriol) secara topikal atau oles mungkin memainkan sebuah peranan dalam mengembalikan siklus pertumbuhan rambut yang mengalami disfungsi dalam kasus AA1. VDR sangat dibutuhkan peranan pentingnya dalam sebuah kondisi kritikal dalam perkembangan folikel rambut sekunder3. perkembangan kondisi AA pada VDR defisiensi yang bukan merupakan defisiensi vitamin D masih tidak dapat dijelaskan, beberapa pertimbangan mengacu pada sebuah teori bahwa VDR yang memiliki peranan kuat yang bersifat independen dalam siklus pertumbuhan folikel rambut sekunder3.

Derivatif vitamin D3 terbukti memiliki aksi biologis yang meliputi regulasi sel-sel epidermal dan modulasi produksi sitokin4. Efek tersebut mungkin dapat menjadi penjelasan tentang kaitan efisiensi penggunaan derivatif vitamin D3 dalam terapi pada AA.Studi klinis melaporkan pasien tidak merespon pada berbagai pengobatan seperti topikal dan intralesi kortikosteroid. Pemberian calcipotriol yang di uji sebagai terapi pengganti untuk menstimulasi fungsi VDR yang non ekspresif pada AA. VDR tidak hanya menunjukan ekspresif pada epidermal keratinosit saja, tetapi ditemukan ekspresif VDR pada lapisan terluar keratinosit dan sel-sel papila dermal folikel-folikel rambut5. Lebih lanjutnya enzim untuk mensintesis 1,25 dihydroxyvitamin, 25-hydroxyvitamin D-1a-hydroxylase, juga ikut terekspresikan pada lapisan stratum basale epidermis dan juga pada sel-sel matrix folikel rambut yang mana keduanya memproduksi dan berkerja baik pada 1,25 dihydroxyvitamin yang diproduksinya sendiri.6Kasus ini telah membuktikan bahwa pada pasien AA yang datang dengan reduksi ekspresi VDR dan pemberian vitamin D secara topikal memungkinkan untuk dijadikan terapi pilihan untuk menggantikan kegagalan terapi konvensional. Kasus ini juga merupakan kasus pertama yang di laporkan berhasil dalam memberikan terapi pada pasien AA dengan menggunakan analog vitamin D.6

Referensi1. Bikle DD, Pillai S. Vitamin D, calcium, and epidermal differentiation. Endocr Rev. 1993; 14:3-19.2. Dong Ha Kim, Jin Woong lee, et al. Successful treatment of alopecia areata with topical calcipotriol. Ann J Dermatol 2012;24(3): 341-342.3. Xie Z, Komuves L, Yu QC, Elalieh H, Ng DC, Leary C, et al. Lack of the vitamin D receptor is associated with reduce epidermal differentiaton and hair follicle growth. J Invest Dermatol 2002;118:11-16.4. Segaert S, Simonart T. The epidermal vitamin D system and innate immunity: some more light shed on this unique photoendocrine system? Dermatology 2008;217:7-11.5. Reichrath J, Schilli M, Kerber A, Bahmer F A, Czametzki BM, Paus R. Hair follicle expression of 1,25 dyhidroxyvitamin D3 receptors during the murine hair cycle. Br J Dermatol 1994;131:477-482.6. Zehden D, Bland R, Williams MC, McNinch RW, Howie AJ, Stewart PM, et al. Extrarenal expression of 25-hydroxyvitamin d(3)-1 alpha-hydroxylase. J Clin Endocrinol Metab 2001;86:888-894.Perawatan pada Kasus Alopesia Areata Menggunakan Calcipotriol 20145