pengertian dan hakikat akidah (tugas bu desi) stain p.raya

18
Nama : Rahmad Hidayat NIM : 1001111455 Mata Kuliah : Telmat Akidah Akhlak MTs/MA Jurusan/Prodi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam Kelas : C Dosen : Dr. Desi Erawati,M.Ag A. Pengertian dan Hakikat Akidah 1. Pengertian akidah Menurut bahasa (etimology), akidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu kata dasar al-aqd yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram (pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-Tawuts (menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat (penetapan). Sedangkan menurut istilah (terminologi), aqidah berarti perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan, atau dapat juga diartikan sebagai iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya serta tidak mudah terurai oleh pengaruh mana pun baik dari dalam atau dari luar diri seseorang. Jadi, aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Pengertian aqidah dalam agama islam berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Dalam pengertian lengkapnya, aqidah adalah suatu kepercayaan dan keyakinan yang

Upload: yahdiyanur

Post on 13-Dec-2014

301 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Nama : Rahmad Hidayat

NIM : 1001111455

Mata Kuliah : Telmat Akidah Akhlak MTs/MA

Jurusan/Prodi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam

Kelas : C

Dosen : Dr. Desi Erawati,M.Ag

A. Pengertian dan Hakikat Akidah

1. Pengertian akidah

Menurut bahasa (etimology), akidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu kata

dasar al-aqd yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram (pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-

Tawuts (menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-

Itsbat (penetapan). Sedangkan menurut istilah (terminologi), aqidah berarti perkara yang

wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu

kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan,

atau dapat juga diartikan sebagai iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan

sedikit pun bagi orang yang meyakininya serta tidak mudah terurai oleh pengaruh mana

pun baik dari dalam atau dari luar diri seseorang. Jadi, aqidah artinya ketetapan yang

tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.

Pengertian aqidah dalam agama islam berkaitan dengan keyakinan bukan

perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Dalam

pengertian lengkapnya, aqidah adalah suatu kepercayaan dan keyakinan yang

menyatakan bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, Ia tidak beranak dan

tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatupun yang menyerupaiNya. Keyakinan terhadap

keesaan Allah SWT disebut juga ‘Tauhid’, dari kata ‘Wahhada-Yuwahidu’, yang artinya

mengesakan. Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara

pasti adalah aqidah, baik itu benar atau pun salah.

Aqidah menurut hasan al-Banna adalah beberapa perkara yang wajib diyakini

kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit

dengan keraguan-raguan. Adapun aqidah menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy adalah

sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal,

wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini

keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan

dengan kebenaran itu.

2. Hakikat akidah dan iman

Dalam menjelaskan definisi akidah ada disebut perkataan kepercayaan atau

keimanan. Ini disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada akidah. Iman ialah

perkataan Arab yang berarti percaya yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan lidah,

membenarkan dengan hati dan mempraktikkan dengan perbuatan. Ini adalah berdasarkan

sebuah hadis yang artinya:

"Iman itu ialah mengaku dengan lidah, membenarkan di dalam hati dan beramal dengan

anggota." (al-Hadis)

Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain

selain dari dirinya sendiri dan Allah SWT, namun dapat diketahui oleh orang melalui

bukti-bukti amalan. Iman tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan kejahatan

dan maksiat. Sebaliknya, iman yang mantap di dada merupakan pendorong ke arah kerja-

kerja yang sesuai dan secucuk dengan kehendak dan tuntutan iman itu sendiri.

Akidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi

manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya. Hal itu terbukti

bahwa orang rela mati demi mempertahankan akidahnya.1

Akidah atau keimanan tersusun dari enam perkara yaitu:

a. Ma’rifat kepada Allah, ma’rifat dengan nama-namaNya yang mulia dan sifat-

sifatNya yang tinggi.juga ma’rifat dengan bukti-bukti wujud atau adaNya

serta kenyataan sifat keagunganNya dalam alam semesta dunia ini.

b. Ma;rifat dengan alam yang ada dibalik alam semesta ini yakni alam yang tidak

dapat dilihat. Demikian pula kekuatan-kekuatan kebaikan yang terkandung

didalamnya yakni yang berbentuk malaikat, juga kekuatan-kekuatan jahat

yang berbentuk iblis dan sekalian tentaranya dari golongan syaitan.

c. Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Rasul.

Kepentingannya adalah dijadikan sebagai batas untuk mengetahui antara yang

1 H. Z. A.Syihab, Akidah Ahlus Sunnah, Bumi Aksara: Jakarta. 1998 h.1-6

hak dan yang bathil, yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram,

juga antara yang bagus dan yang buruk.

d. Ma’rifat dengan nabi-nabi dan rasul-rasul Allah yang dipilih olehNya untuk

menjadi pembimbing kearah petunjuk serta pemimpin seluruh makhluk guna

menuju kepada yang hak.

e. Ma’rifat dengan hari akhir danperistiwa-peristiwa yang terjadi disaat itu

seperti kebangkitan dari kubur, memperoleh balasan, pahala atau siksa, surge

atau neraka.

f. Ma’rifat kepada takdir yang diatas landasannya itulah berjalannya peraturan-

peraturan segala yang ada dialam semesta ini, baik dalam penciptaan atau cara

mengaturnya.2

B. Pengertian Akhlak

Secara etimologis (bahasa) kata akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari

bentuk mufradnya “khulukun” yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai,

tingkah laku, atau tab’iat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi penyesuaian dengan

perkataan “Khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan Khalik yang

berarti pencipta dan makhluk yang berarti yang diciptakan. Jadi berdasarkan sudut

pandang kebahasaan definisi akhlak dalam pengertian sehari-hari disamakan dengan budi

pekerti , kesusilaan, sopan santun, tata krama, sedang dalam bahasa inggrisnya

disamakan dengan istilah moral atau etnic.3

Akhlak adalah perangai, tabi’at, adat, moral, mental, adab, etika, sopan santun, sistem

perilaku, tingkah laku yang dimanifestasikan kedalam perbuatan yang mana hal tersebut

keluar secara refleks tanpa pemikiran terlebih dahulu.4

Definisi-definisi akhlak secara substansial tampak saling melengkapi, dan

memiliki lima ciri penting dari akhlak, yaitu:

a. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga

menjadi kepribadiannya. Dalam artian sudah menjadi kebiasaan.

b. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.

2 Sayid sabiq, Aqidah Islam, Diponegoro: Bandung. 2002 h.16-173 Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, RajaGrafindo persada:Jakarta.2004 h.1-24 Sunardi, Islam Mengatur Akhlak, Media Dakwah: Jakarta. 1996 h. 6

c. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri seseorang yang

melakukannya.Tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

d. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya bukan main-main atau

sandiwara. Perbuatan ini umumnya hanya dilakuan satu kali seumur hayat.

e.  Sejalan dengan ciri yang ke empat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik),

akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas karena sematamat Allah SWT

bukan karena ingin mendapatkan suatu pujian.

Dengan demikian, secara terminologis pengertian akhlak adalah tindakan yang

berhubungan dengan tiga unsur penting yaitu sebagai berikut.

a. Kognitif, yaitu pengetahun dasar manusia melalui potensi intelektualnya.

b. Afektif, yaitu pengembangan potensi akal manusia melalui upaya menganalisis

berbagai kejadian sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan.

c. Psikomotorik, yaitu pelaksanaan pemahaman rasional kedalam bentuk perbuatan yang

konkrit.

Perumusan “akhlak” timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik

antara Kholik dan mahluk.

C. Macam -macam Akhlak

1. Akhlak Karimah

Akhlak karimah atau akhlak mulia banyak macamnya, namun dilihat dari segi hubungan

manusia dengan tuhan dan manusia dengan manusia akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu:

a. Akhlak terhadap Allah, contohnya:Memuji sedemikian agung sifat Allah, yang

jengankan manusia malaikatpun tidak akan menjangkau hakikatnya.

b. Akhlak terhadap diri sendiri, contohnya: Menghindari minuman berakohol,

menjaga kesucian diri, hidup sederhana, jujur, dan menghindari perbuatan yang

tercela.

c. Akhlak terhadap sesama manusia, contohnya: Saling tolong menolong dan

saling menghargai satu sama lain.

2. Akhlak mazmumah

Akhlak mazmumah atau akhlak tercela adalah kebalikan dari akhlak baik dalam ajaran

Islam agar dapat dipahami dengan benar dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.

Berdasarkan ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak tercela diantaranya:

a. Berbohong

b. Takabur

c. Dengki

d. Bakhil/kikir

D. Landasan Akhlak

Landasan normatif  akhlak manusia sebagai individu atau sebagai masyarakat adalah sebagai

berikut.

1. Landasan normatif yang berasal dari ajaran agama Islam, yaitu Al-Quran dan As-

Sunnah.

2. Landasan normatif dari adat kebiasaan atau norma budaya, misalnya masyarakat jawa

yang belum mengenal agama Islam, mereka telah meyakini suatu ajaran yang dikenal

dengan kejawen.

3. Landasan normatif dari pandangan-pandangan filsafat. Hasil pemikiran kontemplatif 

dalam filsafat telah menyebar  berbagai kehidupan manusia di dunia.

4. Landasan normatif yang memaksa dan mengikat akhlak manusia, yaitu norma hukum.

E. Tujuan Akhlak

Tujuan akhlak adalah untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam

mengatahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang abaik ia akan

berusaha melakukannya dan terhadap yang buruk ia akan menjauhinya. Tujuan akhlak juga

untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan

perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan, beradab,

ikhlas, jujur dan suci.

F. Kedudukan Akhlak

Akhlak mempunyai kedudukan yang paling penting dalam agama Islam. Antaranya :

1. Akhlak dihubungkan dengan tujuan risalah Islam atau antara perutusan utama

Rasulullah saw. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Sesungguhnya aku

diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Pernyataan Rasulullah itu

menunjukkan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam.

2. Akhlak menentukan kedudukan seseorang di akhirat nanti yang mana akhlak yang

baik dapat memberatkan timbangan amalan yang baik. Begitulah juga sebaliknya.

Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Tiada sesuatu yang lebih berat dalam

daun timbangan melainkan akhlak yang baik."

3. Akhlak dapat menyempurnakan keimanan seseorang mukmin. Sabda Rasulullah

saw yang bermaksud : "Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah

yang paling baik akhlaknya."

4. Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa manakala akhlak yang buruk boleh

merosakkan pahala. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Akhlak yang baik

mencairkan dosa seperti air mencairkan ais (salji) dan akhlak merosakkan amalan

seperti cuka merusakkan madu."

5. Akhlak merupakan sifat Rasulullah saw di mana Allah swt telah memuji Rasulullah

kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam al-Quran, firman Allah swt

yang bermaksud : "Sesungguhnya engkau seorang yang memiliki peribadi yang

agung )mulia)." Pujian allah swt terhadap RasulNya dengan akhlak yang mulia

menunjukkan betapa besar dan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam. Banak

lagi ayat-ayat dan hadith-hadith Rasulullah saw yang menunjukkan ketinggian

kedudukan akhlak dan menggalakkan kita supaya berusaha menghiasi jiwa kita

dengan akhlak yang mulia.

6. Akhlak tidak dapat dipisahkan dari Islam, sebagaimana dalam sebuah hadith

diterangkan bahawa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw : "Wahai

Rasulullah, apakah itu agama?" Rasulullah menjawab : "Akhlak yang baik."

7. Akhlak yang baik dapat menghindarkan seseorang itu daripada neraka sebaliknya

akhlak yang buruk menyebabkan seseorang itu jauh dari syurga. Sebuah hadith

menerangkan bahawa, "Si fulan pada siang harinya berpuasa dan pada malamnya

bersembahyang sedangkan akhlaknya buruk, menganggu jiran tetangganya dengan

perkataannya. Baginda bersabda : tidak ada kebaikan dalam ibadahnya, dia adalah

ahli neraka."5

5 Rahman Ritonga. Akhlak Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia.Surabaya: Amelia. 2005. h. 14-20

G.  Persamaan Dan Perbedaan Akhlak, Etika Dan Moral

Mengenai pengertian akhlak, etika dan moral ketiga istilah tersebut memiliki kesamaan

substansial jika dilihat secara normatif karena ketiganya menguatkan suatu pola tindakan yang

dinilai baik dan buruk. Istilah akhlak secara sosiologis disama artikan dengan istilah moral, etika,

tata susila, tingkah pola, perilaku, sopan santun, tata krama, dan handap asor. Hanya pola yang

digunakan didasarkan pada ide-ide yang berbeda. Etika dinilai menurut pandangan filsafat

tentang munculnya tindakan dan tujuan rasional dari suatu tindakan. Akhlak adalah wujud dari

keimanan atau kekufuran manusia dalam bentuk tindakan sedangkan moral merupakan bentuk

tingkah laku yang diidiologisasikan menurut pola hidup bermasyarakat dan bernegara yang

rujukannya diambil terutama dari sosial normatif suatu masyarakat, idiologi negara, agama, dan

dapat pula dari pandangan-pandangan filosofis manusia sebagai individu yang dihormati,

pemimpin dan sesepuh masyarakat.6

H. Implementasi aqidah dalam kehidupan

Aqidah memberikan peranan yang besar dalam kehidupan seseorang, karena:

Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan terbenam dalam keraguan dan berbagai

prasangka, yang lama kelamaan akan menutup pandangannya dan menjauhkan

dirinya dari jalan hidup kebahagiaan.

Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat ragu oleh

berbagai informasi yang menyesatkan keimanan.

Oleh karena itu, akidah sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Beberapa implementasi aqidah dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari beberapa

sisi, antara lain:

1. Aqidah dalam individu

Implementasi aqidah dalam individu berupa perwujudan enam rukun iman dalam

kehidupan manusia. Contoh penerapannya adalah melaksanakan perintah Allah dan

menjauhi semua larangan-Nya. Contohnya, merenungkan kekuasaan Allah swt,

berbuat kebaikan karena tiap gerakan kita diawasi Allah dan malaikat, mengamalkan

6 Juhaya. S. Praja. Ilmu  Akhlak. Bandung:  Pustaka Setia. 2010.h. 9

ayat- ayat Al Quran, menjalani risalah nabi, dan bertindak penuh perhitungan agar

tidak terjadi kesalahan, serta berikhtiar sebelum bertawakal. Kemampuan beraqidah

pada diri sendiri akan membuat hubungan kita dengan Allah dan manusia lain

menjadi lebih baik.

2. Aqidah dalam keluarga

Aqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita untuk saling menghormati dan saling

menyayangi sesuai dengan ajaran islam.

Contoh implementasi aqidah dalam keluarga adalah shalat berjamaah yang dipimpin

oleh ayah, dan berdoa sebelum melakukan sesuatu.

3. Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat

Aqidah sangat penting dalam hidup bermasyarakat karena dapat menjaga hubungan

dengan manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara, antara lain

dengan saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu masyarakat yang

tentram dan harmonis.

Contoh implementasi aqidah dalam kehidupan bermasyarakat adalah tolong

menolong, toleransi, musyawarah, bersikap adil, menyadari bahwa derajat manusia

itu sama di depan Allah swt dan pembedanya adalah nilai ketakwaannya.

4. Aqidah dalam kehidupan bernegara

Setelah tercipta aqidah suatu masyarakat, maka akan muncul kehidupan bernegara

yang lebih baik dengan masyarakatnya yang baik pada negara itu sendiri. Tak perlu

lagi menjual tenaga rakyat ke negara lain karena rakyatnya sudah memiliki SDM

yang tinggi berkat penerapan aqidah yang benar. Apabila hal ini terlaksana dengan

baik, maka negara tersebut akan memperoleh kehidupan yang baik pula dan semua

warganya akan hidup layak dan sejahtera.

5. Aqidah dalam pemerintahan

Implementasi aqidah yang terakhir adalah implementasi aqidah terhadap

pemerintahan yang dapat membuahkan hasil yang bagus untuk rakyat dan negaranya.

Contohnya saat menyelesaikan sebuah masalah pemerintahan. Dalam menyelesaikan

masalah pemerintahan, semuanya disandarkan pada ketetapan Al-qur'an dan hadist.

Apabila permasalahan tersebut tidak memiliki penyelesaian yang pasti dalam Al-

qur'an dan hadist, maka akan dibuat keputusan bersama yang berasaskan kedua

sumber ajaran tersebut. Segala keputusan yang didasarkan pada Al-Quran dan Hadist

adalah benar dan diridhoi Allah. Dengan begitu, nantinya akan dihasilkan suatu

kehidupan berbangsa dan bernegara yang insyaallah juga akan diridhoi Allah SWT.

Jika tiap orang mampu mengimplementasikan aqidah dalam semua aspek

kehidupan, maka akan terwujud kehidupan yang baik pula, baik untuk diri sendiri,

keluarganya, masyarakat disekitarnya maupun bagi bangsa dan negaranya.

I. Nilai akidah dalam kehidupan pribadi dan sosial

Nilai-nilai dalam kehidupan pribadi dan sosial. Nilai dalam kehidupan tentunya

telah diatur sedemikian rupa oleh masyarakat itu sendiri sehingga masyarakat mengerti

akan ketetapan dan batas-batas dalam bersikap terhadap sesama dan lingkungannya

Aqidah dapat mengendalikan perasaan seseorang yang kemudian membuat

pemilik perasaan-perasaan itu memiliki pertimbangan penuh dalam melakukan tindakan-

tindakannya. Sehingga apa yang kita lakukan adalah perbuatan yang berdasarkan pada

kaidah bahwa Allah melihat dan mengamati kita di mana saja dan kapan saja. Hal ini

akan membuat kita tidak akan terdorong oleh luapan-luapan perasaan atau tindakan yang

melampaui batas-batas ketentuan Allah. Salah satunya tercermin dengan bersikap

bijaksana dalam berperilaku dan interaksi sosialnya.

Tanpa aqidah, masyarakat akan berubah menjadi masyarakat Jahiliyah yang

diwarnai oleh kekacauan dimana-mana, masyarakat tersebut akan diliputi oleh perasaan

ketakutan dan kecemasan di berbagai penjuru, karena masyarakatnya menjadi berprilaku

liar dan buas. Yang ada di benak mereka hanyalah perbuatan buruk yang menghancurkan.

Adapun aqidah yang seharusnya tegak pada masyarakat Islam yaitu aqidah "Laa

ilaaha illallah Muhammadan Rasuulullah." Makna dari ungkapan tersebut adalah bahwa

masyarakat Islam benar-benar memuliakan dan menghargai aqidah itu dan juga berusaha

untuk memperkuat aqidah tersebut didalam akal maupun hati. Masyarakat itu juga

mendidik generasi Islam untuk memiliki aqidah tersebut serta berusaha menghalau

pemikiran-pemikiran yang tidak benar dan syubhat yang menyesatkan. Masyarakat

tersebut juga berupaya menampakkan (memperjelas) keutamaan-keutamaan aqidah dan

pengaruhnya dalam kehidupan individu maupun sosial dengan perantara dari sarana alat

komunikasi yang berpengaruh dalam masyarakat, seperti masjid-masjid, sekolah-sekolah,

surat-surat kabar, radio, televisi, sandiwara, bioskop dan seni dalam segala bidang, seperti

puisi. prosa, kisah-kisah dan teater. Yang nantinya diharapkan dapat diserap dengan lebih

baik oleh mereka yang menerimanya.

Demikianlah aqidah dan pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat dan

demikianlah hendaknya pengaruh aqidah dalam setiap masyarakat yang menginginkan

menjadi masyarakat Islam, saat ini dan di masa yang akan datang.

Sesungguhnya aqidah Islamiyah dengan segala rukun dan karakteristiknya adalah

merupakan dasar yang kokoh untuk membangun masyarakat yang kuat, karena itu

bangunan yang tidak tegak di atas aqidah Islamiyah maka sama dengan membangun di atas

pasir yang mudah runtuh.

Begitulah nilai-nilai aqidah dalam kehidupan pribadi dan sosial yang mengandung

nilai-nilai kebenaran, keyakinan serta ketaatan. Yang merupakan nilai-nilai yang akan

membentuk pribadi yang baik, bijak dan bermanfaat untuk lingkungannya sehingga nanti

secara otomatis dapat menciptakan masyarakat yang rukun yang berakhlak mulia serta

bermanfaat.

J. Nilai akidah dalam iptek

Keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau syariah dan akhlak dapat dilakukan

dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Ini merupakan

gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan yang utuh tidak

dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon

yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan

dahan. Dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari

pohon itu seperti seni budaya, filsafat, dan Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai

iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.

Pengetahuan adalah  segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan

pancaindera, ilustrasi dan firasat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang telah

diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan

kebenaran obyektif, telah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Dalam

kajian filsafat setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Karena seseorang

yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak

tahu tapi tidak memperdalam disebut generalis. Dengan keterbatasan kemampuan manusia,

maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam.

Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan dalam sudut pandang budaya

dan teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu

pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan

netral, akan tetapi dalam situasi seperti ini teknologi tidak netral lagi karena memiliki

potensi yang merusak dan potensi kekuasaan, disitulah letak perbedaan antara ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi

manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpang-ketimpangan

dalam kehidupan manusia dan lingkungan. Netralitas teknologi dapat digunakan untuk

yang memanfaatkan yang sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia atau digunakan untuk

menghancurkan manusia itu sendiri. Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia

dengan segala prosesnya, seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil

ekspresi jiwa tersebut dapat berkembang menjadi bagian dari budaya manusia, karena seni

itu diidentik dengan keindahan.

Seni yang lepas dari nilai-nilai keutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah

nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-

orang yang  kematangan jiwanya terus bertambah.7

7 Sunardi, Islam Mengatur Akhlak,…h.13-29