pengertian dan hakikat akidah (tugas bu desi) stain p.raya
TRANSCRIPT
Nama : Rahmad Hidayat
NIM : 1001111455
Mata Kuliah : Telmat Akidah Akhlak MTs/MA
Jurusan/Prodi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Kelas : C
Dosen : Dr. Desi Erawati,M.Ag
A. Pengertian dan Hakikat Akidah
1. Pengertian akidah
Menurut bahasa (etimology), akidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu kata
dasar al-aqd yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram (pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-
Tawuts (menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-
Itsbat (penetapan). Sedangkan menurut istilah (terminologi), aqidah berarti perkara yang
wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu
kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan,
atau dapat juga diartikan sebagai iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan
sedikit pun bagi orang yang meyakininya serta tidak mudah terurai oleh pengaruh mana
pun baik dari dalam atau dari luar diri seseorang. Jadi, aqidah artinya ketetapan yang
tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.
Pengertian aqidah dalam agama islam berkaitan dengan keyakinan bukan
perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Dalam
pengertian lengkapnya, aqidah adalah suatu kepercayaan dan keyakinan yang
menyatakan bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, Ia tidak beranak dan
tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatupun yang menyerupaiNya. Keyakinan terhadap
keesaan Allah SWT disebut juga ‘Tauhid’, dari kata ‘Wahhada-Yuwahidu’, yang artinya
mengesakan. Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara
pasti adalah aqidah, baik itu benar atau pun salah.
Aqidah menurut hasan al-Banna adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit
dengan keraguan-raguan. Adapun aqidah menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal,
wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini
keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan
dengan kebenaran itu.
2. Hakikat akidah dan iman
Dalam menjelaskan definisi akidah ada disebut perkataan kepercayaan atau
keimanan. Ini disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada akidah. Iman ialah
perkataan Arab yang berarti percaya yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan lidah,
membenarkan dengan hati dan mempraktikkan dengan perbuatan. Ini adalah berdasarkan
sebuah hadis yang artinya:
"Iman itu ialah mengaku dengan lidah, membenarkan di dalam hati dan beramal dengan
anggota." (al-Hadis)
Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain
selain dari dirinya sendiri dan Allah SWT, namun dapat diketahui oleh orang melalui
bukti-bukti amalan. Iman tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan kejahatan
dan maksiat. Sebaliknya, iman yang mantap di dada merupakan pendorong ke arah kerja-
kerja yang sesuai dan secucuk dengan kehendak dan tuntutan iman itu sendiri.
Akidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi
manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya. Hal itu terbukti
bahwa orang rela mati demi mempertahankan akidahnya.1
Akidah atau keimanan tersusun dari enam perkara yaitu:
a. Ma’rifat kepada Allah, ma’rifat dengan nama-namaNya yang mulia dan sifat-
sifatNya yang tinggi.juga ma’rifat dengan bukti-bukti wujud atau adaNya
serta kenyataan sifat keagunganNya dalam alam semesta dunia ini.
b. Ma;rifat dengan alam yang ada dibalik alam semesta ini yakni alam yang tidak
dapat dilihat. Demikian pula kekuatan-kekuatan kebaikan yang terkandung
didalamnya yakni yang berbentuk malaikat, juga kekuatan-kekuatan jahat
yang berbentuk iblis dan sekalian tentaranya dari golongan syaitan.
c. Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Rasul.
Kepentingannya adalah dijadikan sebagai batas untuk mengetahui antara yang
1 H. Z. A.Syihab, Akidah Ahlus Sunnah, Bumi Aksara: Jakarta. 1998 h.1-6
hak dan yang bathil, yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram,
juga antara yang bagus dan yang buruk.
d. Ma’rifat dengan nabi-nabi dan rasul-rasul Allah yang dipilih olehNya untuk
menjadi pembimbing kearah petunjuk serta pemimpin seluruh makhluk guna
menuju kepada yang hak.
e. Ma’rifat dengan hari akhir danperistiwa-peristiwa yang terjadi disaat itu
seperti kebangkitan dari kubur, memperoleh balasan, pahala atau siksa, surge
atau neraka.
f. Ma’rifat kepada takdir yang diatas landasannya itulah berjalannya peraturan-
peraturan segala yang ada dialam semesta ini, baik dalam penciptaan atau cara
mengaturnya.2
B. Pengertian Akhlak
Secara etimologis (bahasa) kata akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari
bentuk mufradnya “khulukun” yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai,
tingkah laku, atau tab’iat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi penyesuaian dengan
perkataan “Khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan Khalik yang
berarti pencipta dan makhluk yang berarti yang diciptakan. Jadi berdasarkan sudut
pandang kebahasaan definisi akhlak dalam pengertian sehari-hari disamakan dengan budi
pekerti , kesusilaan, sopan santun, tata krama, sedang dalam bahasa inggrisnya
disamakan dengan istilah moral atau etnic.3
Akhlak adalah perangai, tabi’at, adat, moral, mental, adab, etika, sopan santun, sistem
perilaku, tingkah laku yang dimanifestasikan kedalam perbuatan yang mana hal tersebut
keluar secara refleks tanpa pemikiran terlebih dahulu.4
Definisi-definisi akhlak secara substansial tampak saling melengkapi, dan
memiliki lima ciri penting dari akhlak, yaitu:
a. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga
menjadi kepribadiannya. Dalam artian sudah menjadi kebiasaan.
b. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
2 Sayid sabiq, Aqidah Islam, Diponegoro: Bandung. 2002 h.16-173 Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, RajaGrafindo persada:Jakarta.2004 h.1-24 Sunardi, Islam Mengatur Akhlak, Media Dakwah: Jakarta. 1996 h. 6
c. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri seseorang yang
melakukannya.Tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
d. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya bukan main-main atau
sandiwara. Perbuatan ini umumnya hanya dilakuan satu kali seumur hayat.
e. Sejalan dengan ciri yang ke empat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik),
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas karena sematamat Allah SWT
bukan karena ingin mendapatkan suatu pujian.
Dengan demikian, secara terminologis pengertian akhlak adalah tindakan yang
berhubungan dengan tiga unsur penting yaitu sebagai berikut.
a. Kognitif, yaitu pengetahun dasar manusia melalui potensi intelektualnya.
b. Afektif, yaitu pengembangan potensi akal manusia melalui upaya menganalisis
berbagai kejadian sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan.
c. Psikomotorik, yaitu pelaksanaan pemahaman rasional kedalam bentuk perbuatan yang
konkrit.
Perumusan “akhlak” timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik
antara Kholik dan mahluk.
C. Macam -macam Akhlak
1. Akhlak Karimah
Akhlak karimah atau akhlak mulia banyak macamnya, namun dilihat dari segi hubungan
manusia dengan tuhan dan manusia dengan manusia akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
a. Akhlak terhadap Allah, contohnya:Memuji sedemikian agung sifat Allah, yang
jengankan manusia malaikatpun tidak akan menjangkau hakikatnya.
b. Akhlak terhadap diri sendiri, contohnya: Menghindari minuman berakohol,
menjaga kesucian diri, hidup sederhana, jujur, dan menghindari perbuatan yang
tercela.
c. Akhlak terhadap sesama manusia, contohnya: Saling tolong menolong dan
saling menghargai satu sama lain.
2. Akhlak mazmumah
Akhlak mazmumah atau akhlak tercela adalah kebalikan dari akhlak baik dalam ajaran
Islam agar dapat dipahami dengan benar dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.
Berdasarkan ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak tercela diantaranya:
a. Berbohong
b. Takabur
c. Dengki
d. Bakhil/kikir
D. Landasan Akhlak
Landasan normatif akhlak manusia sebagai individu atau sebagai masyarakat adalah sebagai
berikut.
1. Landasan normatif yang berasal dari ajaran agama Islam, yaitu Al-Quran dan As-
Sunnah.
2. Landasan normatif dari adat kebiasaan atau norma budaya, misalnya masyarakat jawa
yang belum mengenal agama Islam, mereka telah meyakini suatu ajaran yang dikenal
dengan kejawen.
3. Landasan normatif dari pandangan-pandangan filsafat. Hasil pemikiran kontemplatif
dalam filsafat telah menyebar berbagai kehidupan manusia di dunia.
4. Landasan normatif yang memaksa dan mengikat akhlak manusia, yaitu norma hukum.
E. Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak adalah untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengatahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang abaik ia akan
berusaha melakukannya dan terhadap yang buruk ia akan menjauhinya. Tujuan akhlak juga
untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan
perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan, beradab,
ikhlas, jujur dan suci.
F. Kedudukan Akhlak
Akhlak mempunyai kedudukan yang paling penting dalam agama Islam. Antaranya :
1. Akhlak dihubungkan dengan tujuan risalah Islam atau antara perutusan utama
Rasulullah saw. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Sesungguhnya aku
diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Pernyataan Rasulullah itu
menunjukkan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam.
2. Akhlak menentukan kedudukan seseorang di akhirat nanti yang mana akhlak yang
baik dapat memberatkan timbangan amalan yang baik. Begitulah juga sebaliknya.
Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Tiada sesuatu yang lebih berat dalam
daun timbangan melainkan akhlak yang baik."
3. Akhlak dapat menyempurnakan keimanan seseorang mukmin. Sabda Rasulullah
saw yang bermaksud : "Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah
yang paling baik akhlaknya."
4. Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa manakala akhlak yang buruk boleh
merosakkan pahala. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : "Akhlak yang baik
mencairkan dosa seperti air mencairkan ais (salji) dan akhlak merosakkan amalan
seperti cuka merusakkan madu."
5. Akhlak merupakan sifat Rasulullah saw di mana Allah swt telah memuji Rasulullah
kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam al-Quran, firman Allah swt
yang bermaksud : "Sesungguhnya engkau seorang yang memiliki peribadi yang
agung )mulia)." Pujian allah swt terhadap RasulNya dengan akhlak yang mulia
menunjukkan betapa besar dan pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam. Banak
lagi ayat-ayat dan hadith-hadith Rasulullah saw yang menunjukkan ketinggian
kedudukan akhlak dan menggalakkan kita supaya berusaha menghiasi jiwa kita
dengan akhlak yang mulia.
6. Akhlak tidak dapat dipisahkan dari Islam, sebagaimana dalam sebuah hadith
diterangkan bahawa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw : "Wahai
Rasulullah, apakah itu agama?" Rasulullah menjawab : "Akhlak yang baik."
7. Akhlak yang baik dapat menghindarkan seseorang itu daripada neraka sebaliknya
akhlak yang buruk menyebabkan seseorang itu jauh dari syurga. Sebuah hadith
menerangkan bahawa, "Si fulan pada siang harinya berpuasa dan pada malamnya
bersembahyang sedangkan akhlaknya buruk, menganggu jiran tetangganya dengan
perkataannya. Baginda bersabda : tidak ada kebaikan dalam ibadahnya, dia adalah
ahli neraka."5
5 Rahman Ritonga. Akhlak Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia.Surabaya: Amelia. 2005. h. 14-20
G. Persamaan Dan Perbedaan Akhlak, Etika Dan Moral
Mengenai pengertian akhlak, etika dan moral ketiga istilah tersebut memiliki kesamaan
substansial jika dilihat secara normatif karena ketiganya menguatkan suatu pola tindakan yang
dinilai baik dan buruk. Istilah akhlak secara sosiologis disama artikan dengan istilah moral, etika,
tata susila, tingkah pola, perilaku, sopan santun, tata krama, dan handap asor. Hanya pola yang
digunakan didasarkan pada ide-ide yang berbeda. Etika dinilai menurut pandangan filsafat
tentang munculnya tindakan dan tujuan rasional dari suatu tindakan. Akhlak adalah wujud dari
keimanan atau kekufuran manusia dalam bentuk tindakan sedangkan moral merupakan bentuk
tingkah laku yang diidiologisasikan menurut pola hidup bermasyarakat dan bernegara yang
rujukannya diambil terutama dari sosial normatif suatu masyarakat, idiologi negara, agama, dan
dapat pula dari pandangan-pandangan filosofis manusia sebagai individu yang dihormati,
pemimpin dan sesepuh masyarakat.6
H. Implementasi aqidah dalam kehidupan
Aqidah memberikan peranan yang besar dalam kehidupan seseorang, karena:
Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan terbenam dalam keraguan dan berbagai
prasangka, yang lama kelamaan akan menutup pandangannya dan menjauhkan
dirinya dari jalan hidup kebahagiaan.
Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat ragu oleh
berbagai informasi yang menyesatkan keimanan.
Oleh karena itu, akidah sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Beberapa implementasi aqidah dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari beberapa
sisi, antara lain:
1. Aqidah dalam individu
Implementasi aqidah dalam individu berupa perwujudan enam rukun iman dalam
kehidupan manusia. Contoh penerapannya adalah melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi semua larangan-Nya. Contohnya, merenungkan kekuasaan Allah swt,
berbuat kebaikan karena tiap gerakan kita diawasi Allah dan malaikat, mengamalkan
6 Juhaya. S. Praja. Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka Setia. 2010.h. 9
ayat- ayat Al Quran, menjalani risalah nabi, dan bertindak penuh perhitungan agar
tidak terjadi kesalahan, serta berikhtiar sebelum bertawakal. Kemampuan beraqidah
pada diri sendiri akan membuat hubungan kita dengan Allah dan manusia lain
menjadi lebih baik.
2. Aqidah dalam keluarga
Aqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita untuk saling menghormati dan saling
menyayangi sesuai dengan ajaran islam.
Contoh implementasi aqidah dalam keluarga adalah shalat berjamaah yang dipimpin
oleh ayah, dan berdoa sebelum melakukan sesuatu.
3. Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat
Aqidah sangat penting dalam hidup bermasyarakat karena dapat menjaga hubungan
dengan manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara, antara lain
dengan saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu masyarakat yang
tentram dan harmonis.
Contoh implementasi aqidah dalam kehidupan bermasyarakat adalah tolong
menolong, toleransi, musyawarah, bersikap adil, menyadari bahwa derajat manusia
itu sama di depan Allah swt dan pembedanya adalah nilai ketakwaannya.
4. Aqidah dalam kehidupan bernegara
Setelah tercipta aqidah suatu masyarakat, maka akan muncul kehidupan bernegara
yang lebih baik dengan masyarakatnya yang baik pada negara itu sendiri. Tak perlu
lagi menjual tenaga rakyat ke negara lain karena rakyatnya sudah memiliki SDM
yang tinggi berkat penerapan aqidah yang benar. Apabila hal ini terlaksana dengan
baik, maka negara tersebut akan memperoleh kehidupan yang baik pula dan semua
warganya akan hidup layak dan sejahtera.
5. Aqidah dalam pemerintahan
Implementasi aqidah yang terakhir adalah implementasi aqidah terhadap
pemerintahan yang dapat membuahkan hasil yang bagus untuk rakyat dan negaranya.
Contohnya saat menyelesaikan sebuah masalah pemerintahan. Dalam menyelesaikan
masalah pemerintahan, semuanya disandarkan pada ketetapan Al-qur'an dan hadist.
Apabila permasalahan tersebut tidak memiliki penyelesaian yang pasti dalam Al-
qur'an dan hadist, maka akan dibuat keputusan bersama yang berasaskan kedua
sumber ajaran tersebut. Segala keputusan yang didasarkan pada Al-Quran dan Hadist
adalah benar dan diridhoi Allah. Dengan begitu, nantinya akan dihasilkan suatu
kehidupan berbangsa dan bernegara yang insyaallah juga akan diridhoi Allah SWT.
Jika tiap orang mampu mengimplementasikan aqidah dalam semua aspek
kehidupan, maka akan terwujud kehidupan yang baik pula, baik untuk diri sendiri,
keluarganya, masyarakat disekitarnya maupun bagi bangsa dan negaranya.
I. Nilai akidah dalam kehidupan pribadi dan sosial
Nilai-nilai dalam kehidupan pribadi dan sosial. Nilai dalam kehidupan tentunya
telah diatur sedemikian rupa oleh masyarakat itu sendiri sehingga masyarakat mengerti
akan ketetapan dan batas-batas dalam bersikap terhadap sesama dan lingkungannya
Aqidah dapat mengendalikan perasaan seseorang yang kemudian membuat
pemilik perasaan-perasaan itu memiliki pertimbangan penuh dalam melakukan tindakan-
tindakannya. Sehingga apa yang kita lakukan adalah perbuatan yang berdasarkan pada
kaidah bahwa Allah melihat dan mengamati kita di mana saja dan kapan saja. Hal ini
akan membuat kita tidak akan terdorong oleh luapan-luapan perasaan atau tindakan yang
melampaui batas-batas ketentuan Allah. Salah satunya tercermin dengan bersikap
bijaksana dalam berperilaku dan interaksi sosialnya.
Tanpa aqidah, masyarakat akan berubah menjadi masyarakat Jahiliyah yang
diwarnai oleh kekacauan dimana-mana, masyarakat tersebut akan diliputi oleh perasaan
ketakutan dan kecemasan di berbagai penjuru, karena masyarakatnya menjadi berprilaku
liar dan buas. Yang ada di benak mereka hanyalah perbuatan buruk yang menghancurkan.
Adapun aqidah yang seharusnya tegak pada masyarakat Islam yaitu aqidah "Laa
ilaaha illallah Muhammadan Rasuulullah." Makna dari ungkapan tersebut adalah bahwa
masyarakat Islam benar-benar memuliakan dan menghargai aqidah itu dan juga berusaha
untuk memperkuat aqidah tersebut didalam akal maupun hati. Masyarakat itu juga
mendidik generasi Islam untuk memiliki aqidah tersebut serta berusaha menghalau
pemikiran-pemikiran yang tidak benar dan syubhat yang menyesatkan. Masyarakat
tersebut juga berupaya menampakkan (memperjelas) keutamaan-keutamaan aqidah dan
pengaruhnya dalam kehidupan individu maupun sosial dengan perantara dari sarana alat
komunikasi yang berpengaruh dalam masyarakat, seperti masjid-masjid, sekolah-sekolah,
surat-surat kabar, radio, televisi, sandiwara, bioskop dan seni dalam segala bidang, seperti
puisi. prosa, kisah-kisah dan teater. Yang nantinya diharapkan dapat diserap dengan lebih
baik oleh mereka yang menerimanya.
Demikianlah aqidah dan pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat dan
demikianlah hendaknya pengaruh aqidah dalam setiap masyarakat yang menginginkan
menjadi masyarakat Islam, saat ini dan di masa yang akan datang.
Sesungguhnya aqidah Islamiyah dengan segala rukun dan karakteristiknya adalah
merupakan dasar yang kokoh untuk membangun masyarakat yang kuat, karena itu
bangunan yang tidak tegak di atas aqidah Islamiyah maka sama dengan membangun di atas
pasir yang mudah runtuh.
Begitulah nilai-nilai aqidah dalam kehidupan pribadi dan sosial yang mengandung
nilai-nilai kebenaran, keyakinan serta ketaatan. Yang merupakan nilai-nilai yang akan
membentuk pribadi yang baik, bijak dan bermanfaat untuk lingkungannya sehingga nanti
secara otomatis dapat menciptakan masyarakat yang rukun yang berakhlak mulia serta
bermanfaat.
J. Nilai akidah dalam iptek
Keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau syariah dan akhlak dapat dilakukan
dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Ini merupakan
gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan yang utuh tidak
dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon
yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan
dahan. Dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari
pohon itu seperti seni budaya, filsafat, dan Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai
iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan
pancaindera, ilustrasi dan firasat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang telah
diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan
kebenaran obyektif, telah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Dalam
kajian filsafat setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Karena seseorang
yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak
tahu tapi tidak memperdalam disebut generalis. Dengan keterbatasan kemampuan manusia,
maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam.
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan dalam sudut pandang budaya
dan teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan
netral, akan tetapi dalam situasi seperti ini teknologi tidak netral lagi karena memiliki
potensi yang merusak dan potensi kekuasaan, disitulah letak perbedaan antara ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi
manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpang-ketimpangan
dalam kehidupan manusia dan lingkungan. Netralitas teknologi dapat digunakan untuk
yang memanfaatkan yang sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia atau digunakan untuk
menghancurkan manusia itu sendiri. Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia
dengan segala prosesnya, seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil
ekspresi jiwa tersebut dapat berkembang menjadi bagian dari budaya manusia, karena seni
itu diidentik dengan keindahan.
Seni yang lepas dari nilai-nilai keutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah
nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-
orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.7
7 Sunardi, Islam Mengatur Akhlak,…h.13-29