penerapan model pembelajaran kooperatif p-dhato …
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF P-DHATO TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII E SMP
NEGERI 13 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN
2016/2017
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh :
Dwi Rahmadani Setiawan
NIM.122140150
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2017
ii
iii
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
( ) ( ) ( )
Yang artinya: “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka
apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain. Dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap.”
(QS. Al-Insyirah: 6-8).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
1. Ayah dan ibuku (Suparmin dan Ngatiyah) tercinta
yang setulus hati membesarkanku, mendidik, dan se-
nantiasa memberikan dorongan, semangat, serta doa
yang tiada henti.
2. Saudaraku Sri Handayani (kakak) dan Tri Wahyu
Hendriyanto (adik) yang selalu mendo’akan dan
memberi motivasi dalam setiap langkahku.
3. Keluarga besarku yang turut mendo’akanku dan
memberikan dorongan serta semangat.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas lim-
pahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusu-
nan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif P-Dhato
terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 13
Purworejo Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimaka-
sih kepada:
1. Drs. H. Supriyono, M. Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Purworejo, sekaligus sebagai pembimbing I yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan, motivasi, pengarahan dengan penuh kesabaran dan
tidak mengenal lelah, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Yuli Widiyono, M. Pd., Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Purwo-
rejo yang telah memberikan izin mengadakan penelitian.
3. Riawan Yudi Purwoko, S. Si., M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Ma-
tematika yang telah membantu dalam perizinan penelitian.
4. Dita Yuzianah, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah mem-
berikan bimbingan, motivasi, pengarahan dengan penuh kesabaran dan tidak
mengenal lelah, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Prasetyo Budi Darmono, S. Pd., M. Pd. yang telah memvalidasi instrumen pe-
nelitian.
vii
6. Buwono, M. Pd, Kepala SMP Negeri 13 Purworejo yang telah memberikan
izin di sekolah yang dipimpinnya untuk dilakukan penelitian.
7. Subardo, S. Si, guru kelas VIII E SMP Negeri 13 Purworejo yang telah
meluangkan waktu bagi peneliti untuk mengadakan penelitian guna
pengambilan data di kelas VIII E.
Penulis berdoa semoga Allah SWT memberikan balasan atas budi baik yang
telah diberikan. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya
mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita
semua.
Purworejo, Maret 2017
Dwi Rahmadani Setiawan.
viii
ABSTRAK
Dwi Rahmadani S. 122140150. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif P-
Dhato terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII E SMP Negeri
13 Purworejo Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Pendidikan Matematika.
FKIP. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep
matematika dan ketuntasan klasikal siswa kelas VIII E SMP Negeri 13 Purworejo.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari
dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII E SMP Negeri 13 Purworejo yang berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah metode tes, dan catatan lapangan sedangkan instrumen yang digunakan adalah lembar tes akhir siklus. Teknik analisis data
menggunakan persentase dan rata-rata.
Dari hasil analisis data diperoleh bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif P-Dhato pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan pema-
haman konsep matematika siswa di kelas VIII E SMP Negeri 13 Purworejo. Hal
ini ditunjukan pada siklus I, bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa dalam menyelesaikan soal tes evaluasi masih kurang, hal tersebut didukung
dengan diperolehnya persentase pemahaman konsep matematika sebesar
66,875%. Sedangkan pada siklus II kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa sudah terlihat jauh lebih baik karena dalam pembelajaran setiap siswa
diberikan pemahaman tersendiri tentang materi atau permasalahan yang ada pada
soal, hal tersebut didukung dengan diperolehnya persentase kemampuan
pemahaman konsep matematika sebesar 78,4375%. Ketuntasn klasikal sebelum
diterapkan model pembelajarann kooperatif P-Dhato hanya 22%, pada siklus I
meningkat menjadi 46,875% dan 78,125% pada siklus II. Hal ini ditunjukan dari
banyaknya siswa yang mencapai nilai KKM pada siklus I yaitu 15 siswa dan pada
siklus II yaitu 25 siswa.
Kata kunci : P-Dhato, Pemahaman Konsep Matematika.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 3
C. Batasan Masalah ...................................................................... 4
D. Rumusan Masalah .................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori ............................................................................. 7
B. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 20
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 23
D. Rumusan Hipotesis .................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ..................................................................... 26
B. Tempat dan Subjek Penelitian ................................................. 29
C. Waktu Penelitian ...................................................................... 29
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 30
E. Metode Analisis Data .............................................................. 31
F. Indikator Keberhasilan ............................................................ 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 34
1. Siklus I .............................................................................. 35
2. Siklus II ............................................................................. 51
B. Pembahasan ............................................................................. 63
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................. 68
B. Saran ........................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 70
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan Tinjauan Pustaka ................................... 23
Tabel 2. Rincian Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ............................. 29
Tabel 3. Kategori Persentase Pemahaman Konsep........................................ 32
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas .............................. 35
Tabel 5. Persentase Pemahaman Konsep Siswa Siklus I ............................... 49
Tabel 6. Persentase Pemahaman Konsep Siswa Siklus II ............................. 62
Tabel 7. Ketuntasan Klasikal Siswa ................................................................ 66
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alur Kerangka Berfiikir .............................................................. 25
Gambar 2. Model Tahapan Pelaksanaan PTK Model Spiral dari Kemmis dan
Taggart ........................................................................................ 27
Gambar 3. Menjelaskan Konsep Teorema Pythagoras ................................... 38
Gambar 4. Guru mengamati diskusi kelompok............................................. 40
Gambar 5. Guru Menjelaskan Konsep .......................................................... 43
Gambar 6. Grafik Persentase Tes Pemahaman Konsep Siklus I ................... 48
Gambar 7. Guru Memberikan Pengarahan Konsep ...................................... 53
Gambar 8. Guru Membantu Siswa dan Memberi Motivasi ........................ 54
Gambar 9. Guru Memberikan Pengarahan Konsep ...................................... 57
Gambar 10. Guru Membatu Siswa yang Kesulitan ......................................... 58
Gambar 11. Grafik Persentase Tes Pemahaman Konsep Siklus II ................. 61
Gambar 12. Persentase Rata-rata Pemahaman Konsep Matematika Setiap Siklus 65
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 PERANGKAT PEMBELAJARAN
Silabus ............................................................................... 72
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .................... 74
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ................... 83
Lampiran 2 INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-kisi Lembar Tes Siklus I ............................................ 106
Kisi-kisi Soal Tes Siklus I ................................................. 107
Soal Tes Siklus I ................................................................ 109
Kunci Jawaban Tes Siklus I .............................................. 110
Pedoman Penilaian Tes Siklus I ........................................ 112
Kisi-kisi Lembar Tes Siklus II .......................................... 114
Kisi-kisi Soal Tes Siklus II ................................................ 115
Soal Tes Siklus II .............................................................. 117
Kunci Jawaban Tes Siklus II ............................................. 118
Pedoman Penilaian Tes Siklus II ....................................... 120
Uji Validitas Soal Tes ....................................................... 122
Kisi-kisi Lembar Keterlaksanaan ...................................... 130
Lembar Keterlaksanaan .................................................... 132
Lampiran 3 DATA HASIL PENELITIAN
Hasil Tes Siklus I .............................................................. 144
Hasil Tes Siklus II ............................................................. 147
Hasil Tes Pemahaman Konsep Matematika Siklus I......... 152
Hasil Tes Pemahaman Konsep Matematika Siklus II ....... 154
Catatan Lapangan .............................................................. 156
Lampiran 4 ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI
Surat Izin Observasi .......................................................... 164
Surat Izin Penelitian .......................................................... 165
Surat Penetapan Dosen Pembimbing ................................ 166
Surat Keterangan Penelitian .............................................. 167
Data Nilai Awal ................................................................. 168
Kartu Bimbingan ............................................................... 169
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua
jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Pemahaman konsep matematika, baik siswa sekolah dasar maupun siswa
sekolah menengah selalu menjadi permasalahan besar. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar siswa, menganggap matematika sebagai pelajaran yang
sulit, ilmu yang teoritis, penuh dengan lambang-lambang, rumus-rumus yang
sulit dan membingungkan.
Kesulitan siswa dalam pemahaman konsep matematika disebabkan oleh
beberapa faktor, salah satu faktornya adalah model pembelajaran.
Pembelajaran matematika sampai saat ini masih cenderung menggunakan
metode ceramah, penugasan dan tanya jawab atau sering disebut metode
pembelajaran ekspositori. Dalam pembelajaran, guru berperan aktif untuk
menyalurkan ilmu pengetahuan, sedangkan siswa hanya menjadi pendengar
dan pasif.
Dari hasil pengamatan peneliti pada kelas VIII E di SMP Negeri 13
Purworejo, peneliti menemukan berbagai permasalahan yang berhubungan
dengan pemahaman konsep matematika, seperti siswa jarang bertanya pada
guru meskipun belum paham materi dan kurangnya keberanian siswa untuk
mengerjakan soal latihan di depan kelas. Berdasarkan pengamatan peneliti,
sebagian besar siswa mengalami kesulitan menggunakan rumus dalam
2
pembelajaran matematika. Hal ini diduga kurangnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru. Metode pembelajaran yang digunakan
di kelas VIII E SMP Negeri 13 Purworejo menggunakan metode ceramah atau
ekspositori, hal ini terlihat saat proses pembelajaran. Saat proses pembelajaran,
guru berperan sebagai pemberi informasi, sedangkan siswa berperan sebagai
penerima informasi. Hal ini diduga mengakibatkan konsep yang dipelajari
siswa tidak bertahan lama atau mudah terlupakan. Keadaan pembelajaran
seperti ini diduga membuat pemahaman konsep matematika siswa menjadi
rendah.
Rendahnya pemahaman konsep matematika siswa diduga membuat
hasil belajar matematika siswa menjadi rendah. Hasil belajar matematika yang
dicapai siswa kelas VIII E SMP Negeri 13 Purworejo terlihat belum
memuaskan. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah kriteria
ketuntasan minimum (KKM). KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran
matematika di SMP Negeri 13 Purworejo adalah 73. Berdasarkan data nilai
hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Negeri 13 Purworejo, ketuntasan klasikal
siswa 22%. Ini berarti 78% masih berada di bawah nilai KKM.
Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya pemahaman konsep
matematika siswa adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat,
model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif dan dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Salah satu model pembelajaran
matematika yang berorientasi pada keaktifan dan pemahaman konsep
matematika siswa adalah model pembelajaran kooperatif P-Dhato. Model
3
pembelajaran kooperatif P-Dhato adalah model pembelajaran kombinasi antara
model pembelajaran kooperatif tipe Paire Chek dan model pembelajaran
koperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran
kooperatif P-Dhato merupakan model pembelajaran dengan pendekatan
kolaboratif.
Pembelajaran dengan pendekatan kolaboratif lebih mengutamakan
adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, sebagian besar
aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa. Jika dalam proses pembelajaran
siswa berperan aktif, diharapkan siswa dapat memahami materi yang
disampaikan oleh guru, dan siswa mampu memahami konsep matematika
dengan baik. Ketika siswa dapat memahami konsep matematika dengan baik,
diharapkan hasil belajar siswa juga dapat meningkat. Berdasarkan
permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian
tindakan kelas tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif P-Dhato
terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 13
Purworejo Tahun Pelajaran 2016/2017”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Siswa sulit memahami konsep matematka diduga matematika merupakan
ilmu yang sulit, penuh dengan lambang-lambang, dan rumus-rumus yang
membingungkan.
4
2. Kesulitan siswa dalam memahami konsep matematika diduga model
pembelajaran yang masih berpusat pada guru.
3. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran diduga menyebabkan
pemahaman konsep matematika menjadi rendah.
4. Rendahnya pemahaman konsep matematika siswa diduga menyebabkan
rendahnya prestasi belajar siswa.
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, selanjutnya peneliti melakukan
pembatasan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif
P-Dhato. Model pembelajaran kooperatif P-Dhato yaitu model
pembelajaran kombinasi dari model pembelajaran kooperatif tipe Paire
Check dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT).
2. Penelitian ini dibatasi pada pemahaman konsep matematika siswa dan
ketuntasan klasikal siswa.
3. Ruang lingkup penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 13
Purworejo.
4. Penelitian akan dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2016/2017.
Selanjutnya dari batasan masalah tersebut, peneliti mengambil judul
penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif P-Dhato terhadap
Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 13
Purworejo Tahun Pelajaran 2016/2017”
5
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan
model pembelajaran kooperatif P-Dhato dapat meningkatkan pemahaman
konsep matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 13 Purworejo tahun
pelajaran 2016/2017?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan pemahaman konsep matematika dan ketuntasan klasikal siswa
kelas VIII E SMP Negeri 13 Purworejo.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain
sebagai berikut:
1. Manfaat bagi siswa
a. Membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika.
b. Diharapkan dapat membangun keaktifan siswa sehingga pembelajaran
benar-benar terpusat pada siswa.
c. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan
motivasi dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran matematika.
2. Manfaat bagi guru
a. Dapat membantu tugas guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Guru dapat meningkatkan ketrampilan dalam memilih strategi dan model
pembelajaran yang memudahkan siswa dalam menguasai materi.
6
3. Manfaat bagi sekolah
Menambah alternatif model pembelajaran dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan, jika prestasi belajar meningkat dengan harapan meningkat pula
kualitas sekolah.
4. Bagi peneliti
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pemahaman dan
penguasaan peneliti tentang model pembelajaran kooperatif tipe Paire
Check dan Numbered Head Together (NHT).
b. Peneliti mampu mengidentifikasi penyebab kurangnya pemahaman
konsep matematika siswa SMP.
c. Peneliti mampu mengetahui dan memahami tentang bagaimana
pemahaman konsep matematika siswa SMP ketika diterapkan kombinasi
model pembelajaran kooperatif tipe Paire Check dan Numbered Head
Together (NHT).
7
BAB II
KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA
BERPIKIR, DAN RUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran kooperatif Paire Check.
Model pembelajaran kooperatif tipe Paire Check merupakan model
pembelajaran kelompok berpasangan. Deasy Maulina (2013: 1)
mengatakan, “model pembelajaran Paire Check (pasangan mengecek)
adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang
dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993”. Miftahul Huda (2014: 211)
mengatakan, “model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang
menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
persoalan. Selanjutnya Miftahul Huda (2014: 211) mengatakan, “model ini
juga melatih tanggung jawab sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan
memberi penilaian”.
Diah Widyatun dalam artikelnya yang berjudul Paire Check Spencer
Kagen 1993 (2012: 1) mengemukakan bahwa:
prinsip model pembelajaran Paire Check adalah (a) siswa
berkelompok berpasangan sebangku; (b) salah seorang menyajikan
persoalan dan temannya mengerjakan; (c) pengecekan kebenaran
jawaban; (d) bertukar peran; (e) penyimpulan; (f) evaluasi; dan (g)
refleksi.
Miftahul huda (2014: 211) mengemukakan bahwa:
secara umum sintak pembelajaran Paire Check adalah (a) bekerja
berpasangan; (b) pembagian peran partner dan pelatih; (c) pelatih
memberi soal, partner menjawab; (d) pengecekan jawaban; (e)
bertukar peran; (f) penyimpulan; (g) evaluasi; dan (h) refleksi.
8
Penerapan model ini dimulai dari pembentukan kelompok dan setiap
anggota kelompok dituntut untuk memiliki pasangan. Anggota kelompok
yang telah berpasangan diberi sebuah peran. Ada yang menjadi partner dan
ada yang menjadi pelatih. Partner bertugas menyelesaikan soal atau
permasalahan dan pelatih bertugas melakukan pengecekan atas jawaban
partner. Selanjutnya dilakukan pertukaran peran.
Miftahul Huda (2014: 211-212) menjelaskan langkah-langkah rinci
penerapan model Paire Check adalah sebagai berikut:
a. guru menjelaskan konsep;
b. siswa dibagi ke dalam beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4
orang. Dalam satu tim ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam
satu tim dibebani masing-masing satu peran yang berbeda: pelatih
dan partner;
c. guru membagikan soal kepada partner;
d. partner menjawab soal, dan si pelatih bertugas mengecek
jawabannya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar
berhak mendapat satu kupon dari pelatih;
e. pelatih dan partner saling bertukar peran. Pelatih menjadi partner,
dan partner menjadi pelatih.;
f. guru membagikan soal kepada partner;
g. partner menjawab soal, dan si pelatih bertugas mengecek
jawabannya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar
berhak mendapat satu kupon dari pelatih;
h. setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokan jawaban
satu sama lain;
i. guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari
berbagai soal;
j. setiap tim mengecek jawabannya; dan
k. tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah atau
reward oleh guru.
Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Begitu juga model pembelajaran kooperatif tipe Paire Check.
Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe
Paire Check menurut Miftahul Huda (2014: 212-213) yaitu sebagai berikut:
9
a. kelebihan model Paire Check
1) meningkatkan kerja sama antar siswa;
2) peer tutoring;
3) meningkatkan pemahaman atas konsep dan/atau proses
pembelajaran; dan
4) melatih siswa berkomunikasi dengan baik dengan teman
sebangkunya.
b. Kekurangan model Paire Check
1) Membutuhkan waktu yang benar-benar memadai; dan
2) Membutuhkan kesiapan siswa untuk menjadi pelatih dan
partner yang jujur dan memahami soal dengan baik.
2. Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe dari
model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini merupakan varian
dari diskusi kelompok. Miftahul Huda (2014: 203) mengatakan, “Numbered
Head Together (NHT) pada dasarnya merupakan varian dari diskusi
kelompok”. Herdian (2009: 1) mengemukakan bahwa:
pembelajaran kooperatif NHT merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik.
Menurut Slavin dalam Miftahul Huda (2014: 203), “model yang
dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas
individu dalam diskusi kelompok”.
Setiap model pembelajaran memiliki tujuan tersendiri yang hendak
dicapai selama proses pembelajaran. Begitu pula dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Miftahul
Huda (2014: 203) mengatakan, “tujuan dari NHT adalah memberi
kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”. Ibrahim dalam Herdian
10
(2009: 1) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran kooperatif dengan model NHT yaitu:
a. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik.
b. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide
atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Oleh karena Numbered Head Together (NHT) merupakan varian dari
diskusi kelompok, maka tahapan-tahapan pelaksanaannya juga hampir sama
dengan diskusi kelompok. Miftahul Huda (2014: 203-204) mengemukakan
rincian sintak atau tahapan-tahapan pelaksanaan Numbered Head Together
(NHT) adalah sebagai berikut:
a. siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok;
b. masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor;
c. guru memberi tugas atau pertanyaan pada masing-masing
kelompok untuk mengerjakannya;
d. setiap kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang
dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok
mengetahui jawaban tersebut;
e. guru memanggil salah satu nomor secara acak;
f. siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban
dari hasil diskusi kelompok mereka.
Herdian (2009: 1) mengatakan bahwa:
penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep
Kagen dalam Ibrahim (2000: 29) dengan tiga langkah yaitu, (a)
pembentukan kelompok; (b) Diskusi masalah; (c) tukar jawaban
antar kelompok.
11
Herdian (2009: 1) mengemukakan bahwa langkah-langkah tersebut
kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah
sebagai berikut :
a. Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT.
b. Langkah 2. Pembentukan Kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa
menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.
Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan
nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk
merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial,
ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam
pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test)
sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
c. Langkah 3. Buku Paket atau Buku Panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki
buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam
menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
d. Langkah 4. Diskusi Masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap
siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok
setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang
bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
e. Langkah 5. Memanggil Nomor Anggota atau Pemberian Jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari
tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
f. Langkah 6. Memberi Kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
3. Pembelajaran kooperatif P-Dhato
Model pembelajaran kooperatif P-Dhato merupakan kombinasi dari
model pembelajaran kooperatif Paire Check dan model pembelajaran
12
kooperatif Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran ini
menekankan pada kerja sama antar anggota kelompok. Sama halnya seperti
model pembelajaran Paire Check dan model Pembelajaran Numberd Head
Together, model ini juga menerapkan pembelajaran berkelompok yang
menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
persoalan yang diberikan. Metode ini juga melatih tanggung jawab sosial
siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi penilaian. Tujuan dari model
pembelajaran ini sama halnya seperti pembelajaran paire check dan
numbered head together, yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk
saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Sintak atau tahapan pelaksanaan model pembelajaran P-Dhato
adalah sebagai berikut:
a. bekerja berkelompok; (NHT dan Paire Check)
b. pemberian nomor; (NHT)
c. pembagian peran partner dan pelatih; (Paire Check)
d. pemberian soal; (Paire Check)
e. partner menjawab; (Paire Check)
f. pemeriksaan jawaban oleh pelatih; (Paire Check)
g. bertukar peran; (Paire Check)
h. pemanggilan nomor secara acak; (NHT)
i. presentasi; (NHT) dan
j. refleksi. (NHT)
13
Adapun langkah-langkah model pembelajaran P-Dhato adalah
sebagai berikut:
a. Langkah 1. Persiapan (NHT)
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP).
b. Langkah 2. Pembentukan Kelompok (NHT)
Guru membentuk kelompok. Satu kelompok terdiri 4-6 siswa. Dalam
pembentukan kelompok, Guru memberi nomor kepada setiap siswa
dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran
yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan
kemampuan belajar.
c. Langkah 3. Pembagian Peran (Paire Check)
Tiap kelompok dibagi menjadi dua peran, yaitu pelatih dan partner. Tiap
kelompok harus memiliki peran masing-masing, yaitu ada siswa yang
menjadi partner dan ada siswa yang menjadi pelatih.
d. Langkah 4. Pemberian Permasalahan atau Soal (Paire Check)
Siswa yang mendapat peran sebagai partner menjawab permasalahan
atau soal sesuai waktu yang ditentukan oleh guru. Nomor soal atau
permasalahan yang dikerjakan sesuai nomor pada kelompoknya.
e. Langkah 5. Pengecekan Jawaban oleh Pelatih (Paire Check)
Dalam tahap ini, pelatih melakukan arahan kepada partner sebagai
pengecekan jawaban yang benar.
14
f. Langkah 6. Bertukar Peran (Paire Check)
Siswa bertukar peran. Yang sebelumnya menjadi partner bertukar peran
menjadi pelatih, dan sebaliknya.
g. Langkah 7. Pemberian Permasalahan atau Soal (Paire Check)
Sama halnya seperti langkah 4, Siswa yang mendapat peran sebagai
partner menjawab permasalahan atau soal sesuai waktu yang ditentukan
oleh guru. Nomor soal atau permasalahan yang dikerjakan sesuai nomor
pada kelompoknya.
h. Langkah 8. Pengecekan Jawaban oleh Pelatih (Paire Check)
Sama halnya seperti langkah 5, pelatih melakukan arahan kepada partner
sebagai pengecekan jawaban yang benar.
i. Langkah 9. Pemanggilan Nomor oleh Guru (NHT)
Pemanggilan nomor oleh guru dilakukan secara acak. Siswa yang
dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk mempresentasikan
jawaban dari permasalahan atau soal yang telah dikerjakan.
j. Langkah 10. Penyimpulan dan Pemberian Reward (NHT)
Guru melakukan penyimpulan atas jawaban yang telah dipresentasikan
oleh siswa dan memberikan penghargaan kepada siswa yang telah
mempresentasikan jawabanya.
4. Pemahaman Konsep Matematika
a. Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang mendapat imbuhan pe
dan an. Pemahaman artinya pengetahuan yang banyak, pendapat, aliran;
15
mengerti benar (Susanto, 2013: 208). Bloom dalam Ahmad Susanto
(2013: 6) mengemukakan, “pemahaman diartikan sebagai kemampuan
untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari”. Ahmad
Susanto (2013: 2010) juga mengemukakan bahwa “pemahaman
(understanding) adalah kemampuan menjelaskan suatu situasi dengan
kata-kata yang berbeda dan dapat menginterpretasikan atau menarik
kesimpulan dari tabel, data, grafik, dan sebagainya”. Di dalam sebuah
pembelajaran, arti dari kata pemahaman adalah kemampuan siswa untuk
dapat mengerti apa yang telah diajarkan oleh guru (Susanto, 2013: 208).
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa
pemahaman adalah suatu proses kemampuan dalam memahami apa yang
dipelajari agar memiliki pengetahuan yang banyak tentang apa yang telah
dipelajari serta mampu mengemukakan suatu hal yang dipahaminya.
Kaitannya dengan pembelajaran, pemahaman merupakan hasil dari
proses pembelajaran.
Menurut Carin dan Sund dalam Ahmad Susanto (2013: 6-7),
pemahaman adalah suatu proses yang terdiri dari tujuh tahapan
kemampuan, yaitu:
1) Translate major ideas into own words. (Menerjemahkan ide-
ide utama ke dalam bahasa sendiri).
2) Interpret the relationship among major ideas. (Menafsirkan
hubungan antara ide-ide utama).
3) Extrapolate or go beyond data to implication of major ideas.
(Ekstrapolasi atau melampaui data untuk mengimplikasikan
ide-ide utama).
4) Apply their knowledge and understanding to the solution of
new problem in new situation. (Menerapkan pengetahuan dan
16
pemahaman mereka terhadap solusi dari masalah baru dalam
situasi baru).
5) Analyze or break an idea into its part and show that they
understan their relationship. (Menganalisis atau merusak ide
menjadi bagian dan menunjukan bahwa mereka memahami
hubungannya).
6) Synthesize or put elements together to form a new pattern and
produce a unique communication, plan, or set of abstract
relation. (Mensintesis atau menempatkan elemen bersama-
sama untuk membentuk pola baru dengan menghasikan
komuniikasi yang unik, rencana, atau mengatur hubungan
abstrak).
7) Evaluate or make judgments based upon evidence.
(Mengevaluasi dan membuat penilaian berdasarkan bukti).
Dari definisi yang diberikan oleh Carin dan Sund di atas Ahmad Susanto
(2013: 7-8) mengemukakan bahwa:
pemahaman dapat dikategorikan kepada beberapa aspek, dengan
kriteria-kriteria sebagai berikut: (1) Pemahaman merupakan
kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretasikan
sesuatu; (2) Pemahaman bukan sekedar mengetahui; (3)
Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui; (4) Pemahaman
merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing tahap
mempunyai kemampuan tersendiri, seperti menerjemahkan,
menginterpretasikan, ekstrapolasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Pemahaman lebih penting dari sekedar hafal. Oleh karena itu,
jangan salah dalam memberikan arahan atau bimbingan kepada siswa.
Siswa bukan diminta untuk menghafal, tetapi yang jauh lebih penting
adalah memahami atau pemahaman. Untuk memahami suatu objek
secara mendalam, sumarno dalam Ahmad Susanto (2013: 210)
mengemukakan bahwa sedikitnya seseorang harus mengetahui lima
aspek penting, yaitu:
17
1) Objek itu sendiri;
2) Relasinya dengan objek lain yang sejenis;
3) Relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis;
4) Relasi-dual dengan objek lainnya yang sejenis; dan
5) Relasi dengan objek dalam teori lainya.
b. Konsep
Konsep merupakan salah satu hal penting yang dimiliki oleh
setiap orang untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sumiati dan Asra
dalam Irwan Sahaja (2014: 1) mengemukakan, “konsep adalah hasil
penyimpulan tentang suatu hal berdasarkan atas adanya ciri-ciri yang
sama pada hal tersebut”. Selanjutnya Depdiknas dalam Irwan Sahaja
(2014: 1) menyatakan bahwa “konsep diartikan sebagai ide abstrak yang
dapat digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek”. Menurut
Dorothy J. Skeel dalam Ahmad Susanto (2013: 8), “konsep merupakan
sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau
suatu pengertian”. Berdasarkan penjelasan diatas, konsep adalah suatu
ide atau gagasan yang tergambar dalam pikiran seseorang untuk
mengelompokan sekumpulan objek.
Konsep-konsep dalam matematika memiliki keterkaitan antara
satu dengan yang lainnya, oleh karena itu siswa harus lebih banyak
diberikan kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan dengan materi yang
lain. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa dapat memahami materi
matematika secara mendalam. Misalnya jika siswa ingin memahami
konsep integral (anti turunan) maka terlebih dahulu dia harus mampu
memahami konsep turunan suatu fungsi. Demikian juga kalau siswa
18
ingin memahami konsep turunan maka terlebih dahulu harus memahami
konsep limit.
c. Pemahaman Konsep Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada
semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Depdiknas dalam Ahmad Susanto (2013: 184)
mengemukakan bahwa:
Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau
mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, sedangkan
dalam bahasa belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu
pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya (Susanto, 2013: 183). Ahmad Susanto
(2013: 183) mengemukakan bahwa, “dengan belajar matematika, siswa
akan belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif”. Ahmad Susanto
(2013: 183) juga mengemukakan bahwa, “matematika merupakan ide-ide
abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika
harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol
itu”.
Dalam pembelajaran matematika, pemahaman konsep matematis
merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh siswa. Artinya, dengan
pemahaman konsep matematika yang baik maka pembelajaran
matematika akan menjadi lebih bermakna. Ausabel dalam Ahmad
Susanto (2013: 212) mengemukakan bahwa:
19
belajar bermakna adalah bila informasi yang akan dipelajari siswa
disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa
sehingga siswa dapat mengaitkan informasi barunya dengan
struktur kognitif yang dimiliki.
Ahmad Susanto (2013: 212) mengemukakan bahwa:
Pemahaman matematika yang perlu diterapkan kepada anak didik
sebagai pemahaman mendasar yang perlu ditanamkan sejak dini
setidaknya meliputi: kemampuan merumuskan strategi
penyelesaian, menerapkan perhitungan sederhana, menggunakan
simbol untuk mempresentasikan konsep, mengubah suatu bentuk
ke bentuk yang lain.
Eko mulyana dalam artikelnya yang berjudul pemahaman konsep
matematika (2015: 1) menjelaskan bahwa:
Pemahaman konsep matematika dapat diartikan sebagai
kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi
pelajaran matematika, dimana siswa tidak sekedar mengetahui
atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu
mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah
dimengerti, memberikan interpretasi data dan mampu
mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif
yang dimilikinya.
Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/2004 tanggal 11
November 2001 dalam Media Harja (2011: 1-2) tentang penilaian
perkembangan anak didik dicantumkan indikator dari kemampuan
pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika. Indikator tersebut
ialah:
1) menyatakan ulang sebuah konsep;
2) mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya;
3) memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep;
4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis;
5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu
konsep;
6) menggunakan, memanfaatkan serta memilih operasi tertentu;
dan
20
7) mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan
masalah.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa pemahaman konsep matematis merupakan salah satu kecakapan
matematika. Pemahaman konsep perlu ditanamkan kepada peserta didik
sejak dini yaitu sejak anak tersebut masih duduk di bangku sekolah dasar.
Mereka dituntut mengerti tentang definisi, pengertian, cara pemecahan
masalah maupun pengoperasian matematika secara benar. Karena hal
tersebut akan menjadi bekal dalam mempelajari matematika pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Adapun indikator yang akan digunakan
peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) menyatakan ulang sebuah konsep;
2) memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep;
3) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis;
4) menggunakan, memanfaatkan serta memilih operasi tertentu; dan
5) mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.
B. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan dalam rangka peningkatan
pemahaman konsep dengan menggunakan berbagai model dan metode dalam
beberapa mata pelajaran. Adapun penelitian pembelajaran tersebut antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Arisnani Mahanawan yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Pair Check untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas IX F SMP
21
Negeri 1 Siak Hulu”. Dari hasil penelitian dapat diperoleh bahwa, proses
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif pendekatan Pair
Check dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas IX F
SMP Negeri 1 Siak Hulu. Persamaannya adalah penggunaan model
pembelajaran kooperatif pendekatan Pair Check. Dan perbedaannya terletak
pada variabelnya.
2. Penelitian Lelono yang berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar Matematika
Dengan Model Pembelajaran NHT Pada Siswa Kelas III SDN Pati Kidul 03
Tahun 2014”. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika materi
bilangan romawi pada siswa kelas III SD Negeri Pati Kidul 03 Kecamatan
Pati Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2014/2015. Persamaannya adalah pada
model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran Numbered
Heads Together. Perbedaannya adalah pada variabel masalahnya, yaitu
peningkatan motivasi belajar matematika.
3. Penelitian Fauziyah Eka Purnamasari yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Pendekatan Open-
Ended Bagi Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Muhammadiyah 10
Surakarta Tahun 2013/2014”. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas
yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan strategi
Open-Ended pada siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 10 Surakarta
tahun 2013/2014 dengan materi persamaan garis lurus, dapat diambil
22
kesimpulan bahwa melalui strategi Open-Ended dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIIIC SMP
Muhammadiyah 10 Surakarta tahun 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari
indikator siswa mampu menyatakan ulang sebuah konsep, sebelum tindakan
sebesar 45%, pada siklus I menjadi 40%, dan pada siklus II 60%. Siswa
mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
dari sebelum tindakan sebesar 35%, pada siklus I menjadi 50% dan pada
siklus II menjadi 70%. Siswa mampu mengaplikasikan konsep dalam
pemecahan masalah, dari sebelum diberi tindakan sebesar 25%, pada siklus
I menjadi 40% dan pada siklus II menjadi 55% Persamaanya adalah sama-
sama meningkatkan pemahaman konsep matematika. Dan perbedaanya
terletak pada variabel tindakannya.
Dari uraian penelitian-penelitian di atas, dapat diketahui adanya
persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan
penelitian-penelitian di atas. Persamaan dan perbedaan tersebut disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
23
Tabel.1 Persamaan dan Perbedaan
No Nama Jenis
Penelitian
Model Variabel
Penelitian
Subjek
Penelitian
1 Arisnani
Mahanawan
PTK Pembelajaran
Kooperatif
Pendekatan
Pair Check
Meningkatkan
Hasil Belajar
Matematika
Peserta Didik
Kelas IX F
SMP Negeri 1
Siak Hulu
2 Lelono PTK Model
Pembelajaran
NHT
Motivasi
Belajar
Matematika
Siswa Kelas III
SDN Pati Kidul
03
3 Fauziyah
Eka
Purnamasari
PTK Pendekatan
Open-Ended
Peningkatan
Kemampuan
Pemahaman
Konsep
Matematika
Siswa Kelas
VIII Semester
Genap SMP
Muhammadiyah
10 Surakarta
4 Dwi
Rahmadani
Setiawan
PTK Model
Pembelajaran
P-Dhato
Pemahaman
Konsep
Matematis
Siswa SMP
Negeri 13
Purworejo
C. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua
jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Matematika dianggap salah satu bidang studi yang sulit oleh sebagian besar
siswa. Hal ini membuat hasil belajar matematika siswa rendah, sehingga
diduga pemahaman konsep matematika siswa juga masih rendah. Untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa, guru diharapkan mampu
24
berkreasi dalam menerapkan model atau pendekatan pembelajaran matematika.
Model atau pendekatan ini harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan
serta dapat mengoptimalkan suasana belajar.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan suasana
belajar siswa adalah dengan model pembelajaran kooperatif P-Dhato. Model
pembelajaran kooperatif P-Dhato merupakan model pembelajaran kooperatif
dengan pendekatan kolaboratif. Pembelajaran dengan pendekatan kolaboratif
lebih mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi yang telah
ditentukan. Dalam hal ini, sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada
siswa. Siswa mempelajari materi pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan
masalah. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat aktif dalam proses berfikir dalam
kegiatan belajar mengajar. Jika dalam proses pembelajaran siswa berperan
aktif, diharapkan siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru,
serta diharapkan pula siswa mampu memahami konsep matematika dengan
baik. Ketika siswa dapat memahami konsep matematika dengan baik,
diharapkan hasil belajar matematika siswa juga dapat meningkat. Adapun
bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
25
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
D. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan suatu hipotesis
tindakan sebagai berikut:
“Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif P-Dhato dapat
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri
13 Purworejo Tahun Pelajaran 2016/2017”
Hasil belajar matematika rendah
Kurangnya pemahaman
konsep matematika
Diterapkan model pembelajaran
kooperatif P-Dhato
Diharapkan pemahaman kosnsep
matematika siswa lebih baik
Diharapkan pula hasil belajar
matematika siswa meningkat
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) atau Classroom Action Research. Suharsimi Arikunto (2015: 1-2)
mengemukakan bahwa:
penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang memaparkan terjadinya
sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang
terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses
sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan
tersebut.
Suharsimi Arikunto (2015: 2) mengatakan, “penelitian tindakan kelas atau PTK
adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil, yang
melakukan PTK di kelasnya untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya”.
Suharsimi Arikunto (2015: 124) mengemukakan, “dalam PTK, guru
memberikan tindakan kepada siswa”. Tindakan tersebut merupakan suatu
kegiatan yang sengaja dirancang untuk dilakukan oleh siswa dengan tujuan
tertentu (Arikunto, 2015: 124). Tindakan yang direncanakan dalam penelitian
ini berupa kombinasi metode pembelajaran kooperatif NHT dan Paire Chek.
Pelaksanaan penelitian ini mengikuti alur PTK model spiral dari
Kemmis dan Taggart. Setiap siklus terdapat empat langkah yaitu Plan
(perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect (refleksi).
Berikut bagan dari model spiral Kemmis dan Taggart yang diambil dari
Rochiati Wiriaatmadja (2015:66):
27
Gambar 2. Model Spiral dari Kemmis dan Taggart
Adapun rancangan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan
pada setiap siklusnya terdiri dari :
1. Perencanaan
a. Menentukan materi pelajaran yang akan disajikan kepada siswa.
b. Mengidentifikasi permasalahan dan rumusan masalah.
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Membuat contoh soal dan PR
f. Membuat kisi-kisi dan soal untuk tes evaluasi siklus I.
g. Menyiapkan sumber dan alat bantu mengajar.
2. Tindakan
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta model pembelajaran yang
akan digunakan.
28
b. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan setiap anggota
kelompok harus memiliki pasangan.
c. Guru menyampaikan materi untuk dipelajari siswa.
d. Guru meminta siswa untuk memperhatikan dan memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
e. Guru memberikan LKS kepada siswa.
f. Guru memberi waktu kepada siswa untuk memyelesaikan LKS.
g. Guru berkeliling memantau kerja masing-masing kelompok serta
membantu kelompok yang mengalami kesulitan.
h. Guru memberi kesempatan siswa untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya dan kelompok lain memberi tanggapan
i. Guru membantu siswa dalam mengkaji ulang proses atau hasil kerja
siswa dan memberi penguatan terhadap hasil kerja siswa.
j. Guru membimbing siswa untuk merangkum kesimpulan, selanjutnya
memberi PR sebagai tugas dan latihan.
3. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Pada tahap ini, peneliti dibantu oleh rekan peneliti dan setiap aktivitas yang
terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung dicatat dalam catatan
lapangan seperti apa adanya agar diperoleh informasi lapangan yang
sebenarnya.
29
4. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah akhir siklus. Pada tahap ini peneliti
memproses data yang diperoleh pada saat pengamatan. Kemudian dilakukan
evaluasi serta menganalisis hambatan yang muncul selama tindakan agar
peneliti dapat melakukan upaya perbaikan untuk tindakan pada siklus
berikutnya
.
B. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Purworejo yang terletak
di Jl.Tentara Pelajar, kecamatan Kutoarjo, kabupaten Purworejo. Subjek
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII E SMP Negeri 13 Purworejo.
Siswa yang diteliti berjumlah 32 siswa, yang terdiri dari 18 putra dan 14 putri.
C. Waktu Penelitian
Tabel 2. Rincian Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
No Kegiatan
Bulan
Juli
2016
Agust
2016
Sept
2016
Okt
2016
Nov
2016
Des
2016
Jan
2017
1 Pengajuan Judul
2 Pembuatan
Proposal
3 Penyusunan
Instrumen
4 Pelaksanaan
Penelitian
5 Analisis Data
6 Penulisan
Laporan
30
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Metode Tes
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu
alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek (Eko Putro,
2012: 50). Eko Putro Widoyoko (2012: 50) menjelaskan bahwa,
“karakteristik objek dapat berupa keterampilan, pengetahuan, minat, bakat,
baik yang dimiliki oleh individu maupun kelompok”. Tes dilakukan setiap
akhir siklus pelajaran. Soal tes disusun berdasarkan indikator pemahaman
konsep yang telah ditentukan. Hal tersebut bertujuan agar tes dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa.
2. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan adalah gambaran umum tentang hal-hal yang
terjadi selama proses pembelajaran di dalam kelas. Catatan lapangan dibuat
oleh peneliti dibantu oleh guru berdasarkan hasil pengamatan. Rochiati
Wiriatmadja (2014:125) mengatakan bahwa, “catatan lapangan berisi
tentang berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan
kelas, hubungan interaksi antara guru dengan siswa, dan interaksi siswa
dengan siswa”.
31
E. Metode Analisis Data
Data yang dianalisis adalah data yang dikumpulkan melalui tes dan
catatan lapangan. Data dianalisis sejak penelitian dimulai dan dikembangkan
selama proses refleksi. Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Data Hasil Tes
Hasil tes siklus I maupun siklus II mencerminkan sejauh mana
tingkat pemahaman konsep yang dimiliki siswa. Untuk menghitung tingkat
pemahaman konsep siswa, digunakan rumus persentase. Adapun rumus
persentase adalah sebagai berikut:
NP = 100%
Ngalim Purwanto (2009: 102)
Keterangan:
NP = nilai persen yang dicari
R = skor yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum ideal dari tes
Selanjutnya cara menghitung rata-rata persentase pemahaman
konsep untuk satu kelas dalam setiap siklus digunakan rumus sebagai
berikut:
=
Riduwan (2007: 28)
32
Keterangan:
= Rata-rata atau Mean
= Jumlah nilai tiap data
= Jumlah data
Persentase rata-rata pemahaman konsep untuk satu kelas dalam
setiap siklus yang diperoleh kemudian dikategorikan untuk menentukan
seberapa tinggi kemampuan pemahaman konsep matematika.
Pengkategorian kemampuan pemahaman konsep matematika diambil
berdasarkan acuan tabel kategori dari Riduwan dan Akdon dalam Pramita
Dewiatimini (2010: 55). Berikut tabel kategori persentase rata-rata
pemahaman konsep untuk satu kelas dalam setiap siklus:
Tabel 3. Kategori Persentase Pemahaman Konsep
NO Persentase Pencapaian Kategori
1 85% ≤ ≤ 100% Sangat Tinggi
2 70% ≤ < 85% Tinggi
3 55% ≤ < 70% Cukup
4 40% ≤ < 55% Rendah
5 0% ≤ < 40% Sangat Rendah
Keterangan: adalah rata-rata persentase pemahaman konsep
Sedangkan untuk menghitung ketuntasan klasikal, digunakan rumus
persentase berdasarkan acuan dari Ngalim Purwanto (2009: 102) yaitu
sebagai berikut:
% ketuntasan klasikal = 100%
33
2. Data Hasil Catatan Lapangan
Data hasil catatan lapangan dianalisis dengan mendiskripsikan
aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung.
F. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dapat dikatakan berhasil bila rata-rata pemahaman konsep
matematika siswa minimal termasuk dalam kategori tinggi dan ketuntasan
klasikal (KKM 73) mencapai minimal 75%.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII E SMP Negeri
13 Purworejo Tahun Pelajaran 20116/2017 pada tanggal 7 November sampai
24 November 2016. Penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus yang setiap
siklusnya terdapat tiga pertemuan yang terdiri dari dua kali pertemuan untuk
pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Materi yang
diajarkan pada penelitian ini adalah Teorema Pythagoras. Pada siklus I materi
yang diajarkan adalah mengenai menentukan Teorema Pythagoras,
Penggunaan Teorema Pythagoras untuk menghitung panjang salah satu sisi
segitiga siku-siku jika kedua sisi lain diketahui, perhitungan jarak dan
perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku sudut istimewa. Selanjutnya pada
siklus II materi yang diajarkan adalah mengenai perbandingan sisi-sisi segitiga
siku-siku sudut istimewa, penggunaan Teorema Pythagoras pada bangun datar
dan bangun ruang, kebalikan dan tripel Pythagoras, dan penerapan Teorema
Pythagoras dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah jadwal
pelaksanaan PTK yang telah dilaksanakan.
35
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Siklus Hari, Tanggal Waktu Kompetensi
I Senin, 7
November
2016
12.00 – 13:20
Menentukan Teorema Pythagoras
dan Penggunaan Teorema
Pythagoras untuk menghitung
panjang salah satu sisi segitiga siku-
siku jika kedua sisi lain diketahui.
Kamis, 10
November
2016
08:20 – 09:40 Perhitungan jarak dan perbandingan
sisi-sisi segitiga siku-siku sudut
istimewa.
Senin, 14
November
2016
12.00 – 13:20
Tes Siklus I
II
Kamis, 17
November
2016
08:20 – 09:40
perbandingan sisi-sisi segitiga siku-
siku sudut istimewa,
Senin, 21
November
2016
12.00 – 13:20
Penggunaan Teorema Pythagoras
pada bangun datar dan bangun ruang,
Kebalikan dan Tripel Pythagoras,
dan penerapan Teorema Pythagoras
dalam kehidupan sehari-hari.
Kamis, 24
November
2016
08:20 – 09:40
Tes Siklus II
Hasil penelitian yang dicapai diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan yang dilaksanakan meliputi:
36
1) Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, LKS dan
lembar keterlaksanaan pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini telah
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru.
2) Menyusun instrumen penelitian yaitu lembar tes Pemahaman Konsep
Matematika siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sudah
divalidasi oleh satu orang dosen pendidikan matematika Universitas
Muhammadiyah Purworejo dan satu orang guru matematika SMP Negeri
13 Purworejo.
3) Melakukan koordinasi dengan para observer tentang cara pengisian
lembar keterlaksanaan pembelajaran.
4) Mempersiapkan alat dokumentasi.
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-1
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Senin, 7 November 2016
selama 2x40 menit. Pertemuan ini dilaksanakan pada pukul 12.00 –
13:20 WIB. Pada pertemuan ke-1 materi yang diajarkan kepada siswa
adalah menentukan Teorema Pythagoras dan penggunaan Teorema
Pythagoras untuk menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-
siku jika kedua sisi lain diketahui. Jumlah siswa yang mengikuti
pembelajaran sebanyak 32 siswa atau dengan kata lain tidak ada siswa
yang tidak hadir pada pertemuan ke-1.
Guru memulai pembelajaran dengan memberikan apersepsi
terlebih dahulu. Guru memberikan apersepsi dengan melakukan tanya
37
jawab untuk mengingatkan kembali tentang luas persegi panjang.
Guru : “Apa kalian masih ingat rumus luas persegi dan luas
persegi panjang?”.
Siswa : “Rumus luas persegi sisi kali sisi, kalau luas persegi
panjang itu p l pak”.
Guru : “Ya, rumus luas persegi adalah sisi kali sisi dan luas
persegi panjang adalah p l. Lalu apa itu p dan apa itu l?”.
Kemudian salah satu siswa menjawab.
Siswa1 : “Pak, p itu panjang, terus l itu lebar. Jadi luas persegi
panjang itu panjang dikali lebar pak”.
Guru : “Karena kalian masih ingat dengan rumus luas persegi
panjang, sekarang kita akan membahas sebuah materi
yaitu teorema Pythagoras”.
Selanjunya guru memberikan pengarahan konsep materi
Teorema Pythagoras, yaitu menjelaskan tentang bagaimana cara
memperoleh Teorema Pythagoras dan bagaimana menggunakan
Teorema Pythagoras untuk menghitung panjang salah satu sisi
segitiga siku-siku jika kedua sisi lain diketahui. Siswa terlihat begitu
memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.
38
Gambar 3. Menjelaskan Konsep Teorema Pythagoras
Selanjutnya guru membagi siswa menjadi 8 kelompok secara
heterogen dan meminta siswa mengatur posisi duduk sesuai dengan
kelompok masing-masing, kemudian setiap anggota dalam kelompok
diberikan nomor. Guru menyampaikan bahwa setiap anggota dalam
kelompok agar saling berpasangan (nomor ganjil berpasangan dengan
nomor genap). Masing-masing kelompok diberikan LKS 1 yang berisi
permasalahan mengenai bagaimana cara memperoleh Teorema
Pythagoras dan bagaimana cara mencari sisi-sisi pada segitiga siku-
siku. Setiap siswa diberikan tugas untuk mengerjakan LKS 1 sesuai
dengan nomor yang dimilikinya. Sebelum siswa mengerjakan LKS 1,
guru mengarahkan anggota kelompok dengan nomor ganjil untuk
mengerjakan permasalahan terlebih dahulu (berperan sebagai partner)
dan anggota kelompok yang bernomor genap untuk memeriksa
jawaban (berperan sebagai pelatih). Selanjutnya siswa diminta untuk
bertukar peran.
Guru bertugas mengarahkan dan memfasilitasi siswa. Guru
berkeliling kelas untuk mengamati pelaksanaan diskusi kelompok.
39
Pada saat guru mengamati pelaksanaan diskusi kelompok, terdapat
beberapa siswa yang merasa kesulitan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada di dalam LKS 1. Hal ini terbukti oleh sebagian
besar siswa yang bertanya kepada guru.
Siswa : “Pak, bagaimana menyelesaikan permasalahan dari
gambar ini?”.
Guru : “Gambar itu adalah gambar persegi. Dari gambar persegi
itu diketahui di dalamnya terdapat persegi dan 4 segitiga
siku-siku. Gambar tersebut menuntun kita untuk
memperoleh sebuah teorema yang disebut dengan
teorema Pythagoras”.
Siswa : “Lalu bagaimana cara untuk memperoleh teorema
Pythagorasnya pak?”.
Guru : “Yaitu dengan mencari luas persegi luar. Luas Persegi luar
sama dengan luas persegi dalam ditambah 4 kali luas
segitiga siku-siku”
Kemudian setelah beberapa saat guru menjelaskan, siswa tersebut
dapat memahami cara untuk menyelesaikan permasalahan yang
sebelumnya kurang dipahami.
Berdasarkan observasi, sebagian besar siswa yang berperan
sebagai pelatih justru hanya mengobrol saja dan tidak membantu
memeriksa hasil pekerjaan rekannya yang berperan sebagai partner.
Hal ini membuat siswa menjadi pasif di dalam diskusi kelompok.
40
Pada saat guru mengamati jalannya diskusi kelompok, belum terlihat
siswa saling bertanya kepada pasangannya. Guru mengharapkan setiap
pasangan di dalam kelompok memainkan perannya dengan benar dan
saling bertanya jika terdapat kesulitan dalam menyelesaikan
permasalahan. Selain itu, guru menghimbau kepada semua siswa
untuk terlibat aktif dalam kegiatan diskusi.
Gambar 4. Guru mengamati diskusi kelompok
Siswa mengerjakan LKS 1 dengan waktu 30 menit, namun ada
beberapa kelompok yang belum selesai jadi guru memberi tambahan
waktu 5 menit. Setelah selesai mengerjakan LKS 1, guru meminta
siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan cara
menyebutkan nomor anggota kelompok. Salah satu siswa yang
mendapatkan tugas mengerjakan nomor tersebut maju
mempresentasikan pekerjaannya. Terlihat kurangnya keberanian siswa
untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Hal ini membuat waktu
pembelajaran terbuang. Akhirnya guru menunjuk salah satu anggota
dari kelompok V dengan nomor yang dipanggil guru untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya.
41
Dalam kegiatan presentasi, guru hanya memanggil 2 nomor
siswa yaitu dari kelompok V dan VII dikarenakan waktu pembelajaran
hampir selesai. Guru meminta siswa dari kelompok lain untuk
memberikan tanggapan tetapi terlihat siswa belum mau memberikan
tanggapan. Hal ini mungkin dikarenakan siswa masih takut salah.
Akhirya guru memberikan sedikit tanggapan untuk memperbaiki
jawaban siswa yang mempresentasikan jawabannya. Guru meminta
siswa lain untuk memperhatikan.
Untuk menutup kegiatan pembelajaran guru memberikan pesan
kepada siswa untuk tetap belajar. Guru mengakhiri pembelajaran
dengan berdo’a dan mengucap salam.
2) Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Kamis, 10 November
2016 selama 2x40 menit. Pertemuan ini dilaksanakan pada pukul 08:20
– 09:40 WIB. Pada pertemuan ke-2 materi yang diajarkan kepada siswa
adalah perhitungan jarak dan perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku
sudut istimewa. Pada pertemuan ke-2 terdapat 2 siswa yang tidak masuk
dikarenakan izin. Jadi, jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran
sebanyak 30 siswa. Sebelum pembelajaran dimulai, guru
mengkondisikan siswa terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan siswa belum
siap menerima pelajaran. Terlihat bahwa masih banyak siswa yang
mengobrol dengan teman sebangkunya, siswa belum menyiapkan
42
buku pelajaran dan alat tulisnya, dan masih ada siswa yang berjalan-
jalan di dalam kelas.
Setelah siswa terkondisi dengan baik, guru memulai
pembelajaran dengan memberikan apersepsi kepada siswa yaitu
dengan melakukan tanya jawab tentang bagaimana memperoleh
Teorema Pythagoras.
Guru : “Masih ingatkah kalian bagaimanakah cara untuk
memperoleh teorema Pythagoras?”.
Siswa : “Pertama menggambar persegi dulu pak. Terus membuat
4 buah segitiga siku-siku dan 1 persegi”.
Guru : “Lalu setelah itu bagaimana?”.
Berdasarkan pengamatan guru, masih ada siswa yang terlihat bingung
saat menjawab pertanyaan dari guru. Oleh karena itu, guru meminta
siswa untuk membuka catatan materi pada pertemuan sebelumnya.
Setelah memberikan apersepsi, guru menyampaikan materi
yang akan dibahas yaitu tentang perhitungan jarak dan perbandingan
sisi-sisi segitiga siku-siku sudut istimewa. Kemudian guru
menjelaskan konsep perhitungan jarak antara 2 titik dengan
menggunakan Teorema Pythagoras serta menjelaskan bagaimana
menghitung sisi-sisi pada segitiga siku-siku dengan menggunakan
perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku sudut istimewa. Pada saat
guru menjelaskan materi, terlihat bahwa masih ada siswa yang kurang
memperhatikan dan hanya mengobrol dengan teman sebangkunya.
43
Oleh karena itu guru menyampaikan bahwa materi yang disampaikan
akan keluar pada saat tes evaluasi.
Gambar 5. Guru Menjelaskan Konsep
Selanjutnya guru membimbing siswa untuk membentuk
kelompok secara heterogen seperti pada pertemuan sebelumnya.
Dikarenakan jumlah siswa ada 30 anak, maka ada 2 kelompok yang
beranggotakan 5 anak. Hal ini membuat jumlah kelompok berkurang
dari pertemuan sebelumnya. Setelah siswa berkelompok dan saling
berpasangan, guru kemudian memberikan LKS 2 yang berisi
permasalahan mengenai perhitungan jarak dan perbandingan sisi-sisi
segitiga siku-siku sudut istimewa. Setiap siswa diberikan tugas untuk
mengerjakan LKS 2 sesuai dengan nomor yang dimilikinya. Guru
mengarahkan anggota kelompok dengan nomor ganjil untuk
mengerjakan permasalahan terlebih dahulu (berperan sebagai partner)
dan anggota kelompok yang bernomor genap untuk memeriksa
jawaban (berperan sebagai pelatih). Selanjutnya siswa diminta untuk
bertukar peran.
44
Selama siswa mengerjakan permasalahan yang ada dalam LKS
2, guru berkeliling dan memfasilitasi siswa. Berdasarkan pengamatan
guru, terlihat siswa sudah mulai aktif bertanya pada guru. Ada siswa
yang bertanya tentang bagaimana mencari perbandingan sisi segitiga
siku-siku sudut istimewa yang belum dia pahami. Kemudian guru
menjelaskan kembali cara untuk menemukan perbandingannya.
Siswa : “Pak, tolong ulangi cara mencari perbandingan sisi
segitiga siku-siku sudut istimewa?”.
Guru : “Pertama gambar segitiga sama sisi ABC yang panjang
sisinya adalah 2 . Lalu buatlah garis tinggi pada segitiga
tersebut dari titik C. Garis tinggi itu juga disebut garis
bagi karena membagi sudut C dan membagi garis AB.
Pertemuan garis tinggi dengan garis AB adalah titik D
Siswa : “Lalu setelah itu diapakan pak?”.
Guru : “Dari gambar diketahui bahwa garis AC sama dengan 2
dan garis AD sama dengan . Hitung panjang CD
dengan menggunakan rumus Pythagoras maka akan
diketahui perbandingan AD : CD : AC. Setelah itu ganti
dengan angka 1”.
Kemudian setelah beberapa saat guru menjelaskan siswa
tersebut dapat memahami cara mencari perbandingan sisi segitiga
siku-siku sudut istimewa yang sebelumnya kurang dipahami.
45
Guru memberikan waktu 30 menit untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada di dalam LKS 2. Setelah waktu untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam LKS 2 selesai, guru
meminta siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan
cara menyebutkan nomor anggota kelompok. Tetapi masih ada
beberapa kelompok yang belum selesai. Oleh karena itu guru
memberikan waktu tambahan 5 menit untuk menyelesaikan LKS 2.
Dari pengamatan guru, masih terlihat kurangnya keberanian siswa
untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Mungkin dikarenakan
siswa merasa masih takut salah. Oleh karena itu, guru menunjuk salah
satu anggota dari kelompok III dengan nomor yang dipanggil guru
untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Dalam kegiatan
presentasi, guru hanya memanggil 2 siswa yaitu siswa dari kelompok
III dan kelompok IV. Setelah siswa selesai mempresentasikan hasil
pekerjaannya, guru bersama siswa melakukan analisis jawaban.
Berdasarkan observasi, terlihat siswa masih malu-malu untuk
memberikan tanggapan.
Karena waktu pembelajaran hampir selesai, guru
memberitahukan bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan tes
evaluasi dan memberikan pesan kepada siswa agar siswa tetap belajar.
Kemudian guru meminta siswa untuk merapikan kembali tempat
duduk mereka untuk digunakan kembali pada pelajaran yang lain.
46
Setelah bel tanda habis waktu berbunyi guru mengakhiri pembelajaran
dengan berdo’a dan mengucap salam.
3) Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Senin, 14 November
2016 tepat pukul 12.00. Guru membuka pembelajaran dengan salam.
Setelah itu, guru meminta siswa untuk memasukkan buku catatan
matematika ke dalam tas, karena akan diadakan tes untuk mengukur
pemahaman konsep siswa. Sebelum itu, guru memeriksa kehadiran
siswa. Guru membagikan soal tes siklus I. Waktu pengerjaan yaitu
selama 2 jam pelajaran. Guru mengingatkan untuk menuliskan nama
dan nomor pada lembar jawab. Pada saat pengerjaan soal masih
terdapat siswa yang melirik jawaban teman, namun hal tersebut
berlangsung tidak lama. Guru mengingatkan kembali untuk
memeriksa hasil jawaban siswa pada 10 menit terakhir. Ketika waktu
telah usai, guru meminta siswa untuk mengumpulkan jawaban
mereka. Guru mengingatkan untuk tetap rajin belajar di rumah dan
menutup pembelajaran dengan berdo’a dan mengucap salam.
c. Pengamatan
Pada penelitian tindakan kelas ini, guru melakukan pengamatan,
yaitu mengamati pelaksanaan model pembelajaran kooperatif P-Dhato,
dan mengamati pemahaman konsep siswa kelas VIII E SMP Negeri 13
Purworejo. Peneliti dibantu oleh seorang observer yang bertugas mengisi
lembar keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan model
47
pembelajaran P-Dhato. Dari hasil pengamatan diperoleh data sebagai
berikut:
1) Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif P-Dhato.
Berdasarkan hasil pengamatan, model pembelajaran kooperatif
P-Dhato telah terlaksana dengan baik dan lancar. Guru membuka
pembelajaran dengan salam. Guru menyiapkan siswa, tetapi guru
kurang menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas. Guru
menyampaikan pentingnya mempelajari matematika, sehingga siswa
dapat mengetahui kegunaan matematika di dalam kehidupan sehari-
hari dan dapat meningkatkan ketertarikan siswa terhadap
pembelajaran matematika. Siswa bekerja di dalam sebuah kelompok.
Setiap siswa dalam kelompok diberikan penomoran. Kemudian siswa
dalam kelompok diminta untuk bekerja berpasangan. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana tingkat pemahaman siswa. Selanjutnya
siswa menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam LKS dengan
berdiskusi. Guru selalu mengingatkan setiap siswa untuk ikut berperan
aktif dalam kegiatan diskusi. Selain itu, guru juga selalu menanyakan
permasalahan apa yang sedang dihadapi siswa dan memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya terhadap apa yang belum dipahami.
Selain itu, untuk mengarahkan siswa membangun pengetahuannya
dari sebuah permasalahan, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat memancing siswa menemukan konsep.
48
Guru memantau dan memfasilitasi siswa terhadap jalannya
pembelajaran. Guru memanggil siswa berdasarkan nomor secara acak
untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat presentasi, guru
meminta pendapat berbeda dari kelompok lain. Sering kali guru
menanyakan pertanyaan untuk memeriksa pemahaman siswa. Siswa
dibantu guru menyimpulkan hasil pembelajaran. Guru mengakhiri
pembelajaran dengan do’a dan mengucap salam.
2) Pemahaman konsep siswa
Pemahaman konsep siswa diukur dengan tes tertulis dalam
bentuk soal uraan. Persentase pemahaman konsep setiap siswa dapat
dilihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 6. Grafik Persentase Tes Pemahaman Konsep Siklus I
Pada tes pemahaman konsep siswa siklus I diperoleh rata-rata
persentase pemahaman sebesar 66,875 % atau dalam kategori cukup.
Terdapat seorang siswa dengan kategori sangat tinggi, yaitu Umi
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132
PER
SEN
TASE
SISWA
PERSENTASE TES PEMAHAMAN KONSEP
49
Lutfiah dengan perolehan persentase pemahaman konsep 90 %. Siswa
dengan kategori tinggi terdapat 17 siswa dan 7 siswa dengan kategori
cukup dan 8 siswa dengan kategori rendah. Kemudian Data persentase
pemahaman konsep siswa setiap indikator disajikan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 5. Persentase Pemahaman Konsep Siswa Siklus I
No Indikator Pemahaman Konsep Persentase
1 Menyatakan ulang sebuah konsep 67,1875 %
2 Memberikan contoh dan bukan contoh dari
suatu konsep 57,8125 %
3 menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis 79,6875 %
4 Menggunakan, memanfaatkan serta memilih
operasi tertentu 71,875 %
5 Mengaplikasikan konsep atau algoritma
dalam pemecahan masalah. 57,8125 %
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan/tindakan selesai
dilakukan. Tujuan refleksi adalah untuk mengevaluasi keberhasilan atau
kegagalan dari tindakan yang dilakukan. Sesuai dengan tujuan penelitian
dan indikator keberhasilan, penelitian ini dikatakan berhasil apabila
persentase rata-rata pemahaman konsep siswa minimal termasuk dalam
kategori tinggi dan ketuntasan klasikal (KKM 73) mencapai minimal
75%. Berdasarkan pelaksanaan/tindakan pada siklus I, diperoleh temuan-
temuan sebagai berikut:
1) Rata-rata pemahaman konsep siswa adalah 66,875%. Rata-rata
tersebut termasuk dalam kategori cukup. Rata-rata tersebut masih di
50
bawah indikator keberhasilan yaitu minimal mencapai 70% atau
minimal dalam kategori tinggi.
2) Jumlah siswa yang mencapai nilai 73 ke atas adalah 15 siswa atau
ketuntasan klasikal yang dicapai adalah 46,875%. Apabila
dibandingkan dengan data awal, maka hasil tersebut sudah lebih baik.
Namun hasil tersebut masih di bawah indikator keberhasilan yaitu
75%.
Pembelajaran pada siklus I belum mencapai hasil yang
diharapkan. Hal itu dikarenakan oleh beberapa permasalahan yaitu
sebagai berikut:
1) Guru masih kesulitan untuk mengatur siswa.
2) Ketika akan dimulai pembelajaran, masih terdapat siswa yang belum
mempersiapkan alat tulis dan buku matematika.
3) Masih ada beberapa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
4) Siswa tidak tepat waktu menyelesaikan LKS. Hal tersebut
dikarenakan siswa menggunakan kesempatan berdiskusi untuk
mengobrol maupun bercanda dengan temannya.
5) Siswa masih kesulitan menerapkan konsep secara algoritma,
dikarenakan pada kegiatan diskusi terdapat 2 sampai 3 siswa tidak
aktif berpendapat dan tidak memperhatikan penjelasan guru.
6) Masih terdapat siswa yang pasif dan saling tunjuk-menunjuk ketika
guru meminta siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan
kelas, hal ini membuat waktu pembelajaran terbuang.
51
2. Siklus II
Siklus kedua dilaksanakan sebagai proses perbaikan dari hasil
refleksi siklus I. Tindakan dalam siklus II tidak berbeda jauh dengan siklus
I. Tindakan-tindakan yang di tempuh dalam siklus II ini diantaranya:
a. Perencanaan
Perencanaan disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I. Guru
telah menyusun berbagai macam rencana tindakan. Rencana tindakan
tersebut diharapkan dapat mengurangi permasalahan yang terjadi pada
siklus I, diantaranya yaitu dengan:
1) Guru lebih memotivasi siswa untu bertanya.
2) Ketika akan dimulai pembelajaran, guru mengingatkan untuk
mempersiapkan alat tulis maupun buku pelajaran matematika.
3) Guru memotivasi siswa untuk lebih sering berdiskusi dengan rekan
satu kelompoknya.
4) Pada kegiatan diskusi guru harus menegaskan waktu maksimal dalam
mengerjakan LKS, dan memberitahukan bahwa setiap siswa
mempunyai tanggung jawab mengerjakan LKS jadi seluruh siswa
dapat aktif dalam berdiskusi.
5) Dalam pengerjaan soal siswa dibiasakan menulis setiap langkah
penyelesaian.
6) Memberikan motivasi kepada siswa sehingga diharapkan siswa berani
untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pemikirannya.
52
Selain menyiapkan rencana tindakan tersebut, guru juga
mempersiapkan RPP, LKS, dan lembar keterlaksanaan pembelajaran.
Menyusun instrumen penelitian yaitu lembar tes Pemahaman Konsep
Matematika siswa, melakukan koordinasi dengan para observer tentang cara
pengisian lembar keterlaksanaan pembelajaran, dan mempersiapkan alat
dokumentasi.
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-1
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada Kamis, 17 November 2016
selama 2x40 menit. Pertemuan ini dilaksanakan pada pukul 08:20 –
09:40 WIB. Pada pertemuan ke-1 materi yang diajarkan kepada siswa
adalah perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku sudut istimewa. Pada
pertemuan ke-1 jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran sebanyak 31
siswa karena ada 1 siswa yang tidak masuk dengan keterangan sakit.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk merapikan tempat duduknya
dan memeriksa kesiapan siswa menerima pelajaran.
Setelah siswa terkondisi dengan baik guru memberikan
apersepsi. Guru mengingatkan kembali materi pelajaran pada
pertemuan sebelumnya dengan tanya jawab. Berdasarkan pengamatan
guru, terlihat siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru.
Guru : “Masih ingatkah kalian tentang mencari jarak antara 2
titik?”.
53
Siswa : “Masih pak. Dengan menggambar 2 titik itu di dalam
koordinat kartesius, terus hubungkan 2 titik itu dan buat
gambar segitiga siku-siku”.
Guru : “Setelah itu bagaimana?”.
Siswa : “Dicari nilai sisi tegaknya terus hitung jarak 2 titik tadi
dengan rumus Pythagoras”.
Guru : “Masih ingat dengan rumus Pythagoras?”.
Siswa : “a2 + b
2 = c
2 pak”.
Selanjutnya guru menyampaikan materi pelajaran yang akan
dibahas yaitu perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku sudut istimewa.
Guru memberikan pengarahan konsep tentang perbandingan sisi-sisi
segitiga siku-siku sudut istimewa. Berdasarkan pengamatan, terlihat
ada siswa yang mencatat dan ada juga siswa yang hanya
memperhatikan saja. Kemudian guru meminta siswa untuk duduk
berkelompok secara heterogen. Siswa terlihat sudah memahami model
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Gambar 7. Guru Memberikan Pengarahan Konsep
54
Setelah siswa duduk berkelompok, guru mengkondisikan
siswa. Siswa yang sudah berkelompok diberi nomor. Guru
membagikan LKS 3 kepada siswa. Guru meminta siswa untuk
menyelesikan permasalahan yang ada dalam LKS 3 secara
berpasangan. Siswa bernomor ganjil mengerjakan terlebih dahulu dan
siswa yang bernomor genap bertugas untuk memeriksa pekerjaan
siswa bernomor ganjil. Selanjutnya siswa bertukar peran.
Guru berkeliling selama siswa menyelesaikan permasalahan
yang ada di dalam LKS 3. Berdasarkan observasi, terlihat siswa sudah
mulai berani mengungkapkan pendapatnya dan sudah banyak siswa
yang bertanya tentang materi yang belum dipahami. Siswa mulai
terlihat aktif di dalam kelompok. Guru juga memberikan sedikit
motivasi kepada siswa. Guru memberikan waktu 30 menit untuk siswa
menyelesaikan permasalahan yang ada dalam LKS 3.
Gambar 8.
Guru Membantu Siswa dan Memberi Motivasi
55
Setelah waktu diskusi selesai, guru memanggil nomor anggota
kelompok. Sudah ada siswa yang memiliki keberanian untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya. Hal ini terlihat ketika guru
memanggil nomor, salah satu nomor yang dipanggil langsung
mempresentasikan hasil pekerjaannya. Siswa tidak lagi saling tunjuk-
menunjuk untuk maju ke depan kelas. Pada saat presentasi, ternyata
ada salah satu siswa yang jawabannya masih salah yaitu Bayu
Kurniawan dari kelompok II, kemudian banyak siswa yang
menanggapi jawaban tersebut karena perhitungannya masih salah
sehingga jawaban tersebut dapat diperbaiki. Setelah itu, guru
memberikan waktu kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
Tidak ada siswa yang bertanya, hal tersebut kemungkinan terjadi
karena siswa sudah paham tentang materi perbandingan sisi-sisi
segitiga siku-siku sudut istimewa. Karena waktu pembelajaran hampir
selesai, guru hanya memanggil 3 nomor.
Selanjutnya guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
memberikan pesan untuk tetap belajar. Kemudian guru meminta siswa
untuk merapikan kembali tempat duduk mereka untuk digunakan
kembali pada pelajaran yang lain. Setelah bel tanda habis waktu
berbunyi guru mengakhiri pembelajaran dengan berdo’a dan
mengucap salam.
56
2) Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Senin, 21 November
2016 selama 2 x 40 menit. Pertemuan ini dilaksanakan pada pukul 12.00
– 13:20 WIB. Pada pertemuan ke-2 materi yang diajarkan kepada siswa
adalah penggunaan Teorema Pythagoras pada bangun datar dan
bangun ruang, kebalikan dan tripel Pythagoras, serta penerapan
Teorema Pythagoras dalam kehidupan sehari-hari. Pada pertemuan ke-
2 jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran sebanyak 32. Sebelum
pembelajaran dimulai, guru meminta siswa merapikan tempat duduknya
dan memeriksa kesiapan belajar siswa.
Setelah siswa terkondisi dengan baik, guru memulai
pembelajaran dengan memberikan apersepsi kepada siswa, yaitu
mengingatkan kembali materi pelajaran pada pertemuan sebelumya.
Guru : “Bagaimanakah rumus Pythagoras?”.
Siswa : “Rumus Pythagoras itu a2 + b
2 = c
2 pak”.
Guru : “Misalkan b dan c sudah diketahui, bagaimana cara untuk
menghitung nilai a-nya?”.
Siswa : “Untuk menghitung nilai a-nya itu dengan rumus
a2 = c
2 – b
2 pak”.
Kemudian, guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan
dibahas yaitu penggunaan Teorema Pythagoras pada bangun datar dan
bangun ruang, kebalikan dan tripel Pythagoras, serta penerapan
Teorema Pythagoras dalam kehidupan sehari-hari. Setelah selesai
57
menyampaikan materi pembelajaran yang akan dibahas, guru
memberikan sedikit pengarahan konsep tentang penggunaan Teorema
Pythagoras pada bangun datar dan bangun ruang, kebalikan dan tripel
Pythagoras, serta penerapan Teorema Pythagoras dalam kehidupan
sehari-hari. Siswa terlihat memperhatikan dan mencatat apa yang
dijelaskan oleh guru.
Gambar 9. Guru Memberikan Pengarahan Konsep
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berkelompok secara
heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan
nomor kepada setiap anggota kelompok. Seperti pada pertemuan
sebelumnya, guru meminta siswa berpasangan. Anggota kelompok
yang bernomor ganjil berpasangan dengan anggota kelompok yang
bernomor genap. Kemudan guru membagikan LKS 4 kepada siswa.
Setiap anggota kelompok diberikan tugas untuk mengerjakan LKS 4
sesuai dengan nomor yang dimilikinya. Guru meminta siswa untuk
menyelesikan permasalahan yang ada dalam LKS 4 secara
berpasangan. Siswa bernomor ganjil mengerjakan terlebih dahulu dan
58
siswa yang bernomor genap bertugas untuk memeriksa pekerjaan
siswa bernomor ganjil. Selanjutnya siswa bertukar peran.
Guru berkeliling selama siswa menyelesaikan LKS 4.
Berdasarkan observasi, terlihat banyak siswa yang bertanya.
Kemungkinan hal ini disebabkan karena siswa belum memahami
materi yang disampaikan.
Siswa : “Pak, bagaimana menghitung panjang diagonal ruang dari
gambar ini?”.
Guru : “Dicari dulu panjang diagonal bidangnya dengan rumus
Pythagoras, setelah itu kalian bisa menghitung panjang
diagonal ruangnya dengan panjang diagonal bidang yang
sudah kalian cari menggunakan rumus Pythagoras”.
Guru memberikan batas waktu untuk menyelesaikan LKS 4
yaitu 30 menit. Ketika waktu yang ditentukkan selesai, terdapat siswa
yang meminta tambahan waktu. Hal ini dikarenakan siswa belum
selesai mengerjakan permasalahan yang ada dalam LKS 4. Akhirnya
guru memberikan tambahan waktu 10 menit.
Gambar 10. Guru Membatu Siswa yang Kesulitan
59
Setelah waktu diskusi selesai, guru langsung memanggil
nomor siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Dari
pengamatan guru, siswa terlihat bersemangat untuk maju ke depan
kelas. Setelah siswa selesai presentasi guru melakukan analisis
jawaban bersama siswa dari kelompok lain. Terlihat jawaban siswa
sudah benar. Karena terbatasnya waktu, guru hanya memanggil 3
nomor saja.
Waktu pembelajaran hampir selesai, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum
dipahami. Terlihat tidak ada siswa yang bertanya. Mungkin
dikarenakan siswa malu untuk bertanya. Kemudian, guru
memberitahukan bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan tes
evaluasi. Guru memberikan pesan kepada siswa untuk tetap belajar
dan meminta siswa untuk merapikan kembali tempat duduk mereka.
Setelah bel tanda habis waktu berbunyi guru mengakhiri pembelajaran
dengan berdo’a dan mengucap salam.
3) Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Kamis, 24 November
2016. Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada pukul 08:20 – 09:40 WIB.
Guru membuka pembelajaran dengan salam. Setelah itu, guru
meminta siswa untuk memasukkan buku catatan matematika ke dalam
tas, karena akan diadakan tes untuk mengukur pemahaman konsep
siswa. Sebelum itu, guru memeriksa kehadiran siswa. Guru
60
membagikan soal tes siklus I. Waktu pengerjaan yaitu selama 2 jam
pelajaran. Guru mengingatkan untuk menuliskan nama dan nomor
pada lembar jawab. Pada saat pengerjaan soal masih terdapat siswa
yang melirik jawaban teman, namun hal tersebut berlangsung tidak
lama. Guru mengingatkan kembali untuk memeriksa hasil jawaban
siswa pada 10 menit terakhir. Ketika waktu telah usai, guru meminta
siswa untuk mengumpulkan jawaban mereka. Guru mengingatkan
untuk tetap rajin belajar di rumah dan menutup pembelajaran dengan
berdo’a dan mengucap salam.
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan pada siklus II sama dengan siklus I, yaitu
mengamati pelaksanaan model pembelajaran kooperatif P-Dhato, dan
mengamati pemahaman konsep siswa kelas VIII E SMP Negeri 13
Purworejo. Peneliti dibantu oleh seorang observer yang bertugas mengisi
lembar keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran P-Dhato. Dari hasil pengamatan diperoleh data sebagai
berikut:
1) Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif P-Dhato.
Berdasarkan hasil pengamatan, model pembelajaran kooperatif
P-Dhato telah terlaksana dengan baik dan lancar. Guru membuka
pembelajaran dengan salam. Guru menyiapkan siswa dan
menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa bekerja di dalam
kelompok seperti dalam siklus I dengan penomoran pada setiap siswa.
61
Kemudian siswa dalam kelompok diminta untuk bekerja berpasangan.
Siswa menyelesaikan permasalahan dalam LKS dan setiap siswa
dalam kelompok mempunyai tanggung jawab tersendiri sehingga
diskusi terlihat aktif dan kerjasama antar siswa terjalin baik. Siswa
tanpa malu mulai mengajukan pertanyaan tentang apa yang belum
mereka ketahui. Guru memanggil secara acak berdasarkan penomoran
untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Pada saat
presentasi, guru tidak lupa untuk meminta pendapat yang berbeda dari
kelompok lain. Guru beserta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
Guru menutup pembelajaran dengan salam.
2) Pemahaman konsep siswa
Pemahaman konsep siswa pada siklus II diukur dengan tes
tertulis dalam bentuk soal uraian. Persentase pemahaman konsep
setiap siswa dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 11. Grafik Persentase Tes Pemahaman Konsep Siklus II
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132
Per
sen
tase
Siswa
PERSENTASE TES PEMAHAMAN KONSEP
62
Pada tes pemahaman konsep siswa siklus II diperoleh rata-rata
persentase pemahaman sebesar 78,4375% atau dalam kategori tinggi.
Terdapat 7 siswa dengan kategori sangat tinggi, yaitu Aprilia
anggraeni, Atika afif afifah, Bayu kurniawan, Kholis Nurkholifah, Siti
halimah, Umi Lutfiah, dan Yhafara Nur Annisa. Siswa dengan
kategori tinggi terdapat 20 siswa, 2 siswa dengan kategori cukup, dan
3 siswa dengan kategori rendah. Kemudian Data persentase
pemahaman konsep siswa setiap indikator disajikan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 6. Persentase Pemahaman Konsep Siswa Siklus II
No Indikator Pemahaman Konsep Persentase
1 Menyatakan ulang sebuah konsep 57,813 %
2 Memberikan contoh dan bukan contoh
dari suatu konsep 64,0625 %
3 Menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematis 92,188 %
4 Menggunakan, memanfaatkan serta
memilih operasi tertentu 92,188 %
5 Mengaplikasikan konsep atau algoritma
dalam pemecahan masalah. 85,938 %
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dari proses tindakan yang telah
dilakukan, menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus II relatif lebih
baik dari pada siklus I. Pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif P-Dhato telah terlaksana seperti langkah-langkah yang
direncanakan. Persentase rata-rata pemahaman konsep siswa sudah
63
meningkat dalam kategori tinggi. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan
persentase rata-rata pemahaman konsep siswa yang mencapai 78,4375 %.
Jumlah siswa yang mencapai nilai 73 ke atas adalah 25 siswa atau
ketuntasan klasikal yang dicapai adalah 78,125%. Hal tersebut
menunjukan bahwa ketuntasan klasikal sudah meningkat apabila
dibandingkan dengan siklus I.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II, diketahui bahwa indikator
keberhasilan penelitian sudah tercapai. Oleh karena itu, guru mengakhiri
tindakan untuk siklus selanjutnya.
B. Pembahasan Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil pengamatan
dilanjutkan dengan refleksi pengamatan pada setiap siklus tindakan. Dari refleksi
pengamatan siklus I diperoleh temuan bahwa proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif P-Dhato sudah mulai berjalan dengan baik walaupun
terdapat beberapa kendala. Guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan
tujuan pembelajaran dan menyampaikan pentingnya mempelajari matematika.
Guru menjelaskan pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa, siswa
berdiskusi dalam kelompok, saling bekerja sama dan bertukar pendapat. Siswa
sudah mulai bekerja dalam kelompok walaupun masih terihat beberapa siswa yang
kurang aktif berdiskusi. Terlihat masih ada siswa yang hanya mengobrol dengan
teman satu kelompoknya. Setiap kelompok diberi tugas untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada di dalam LKS secara bepasangan. Terlihat siswa masih
bingung dengan model pembelajaran yang digunakan. Terlihat siswa kurang
64
memahami konsep matematika. Hal ini ditunjukan oleh siswa yang hanya
mengobrol dan kurang fokus terhadap permasalahan yang ada di dalam LKS.
Guru mengawasi jalannya diskusi agar dapat membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam membentuk konsep berdasarkan permasalahan dan kegiatan
dalam LKS. Setelah siswa selesai berdiskusi, siswa mempresentasikan hasil
diskusi mereka di depan kelas. Guru menanyakan pendapat yang berbeda dari
kelompok lain, kemudian menegaskan jawaban yang tepat. Guru bersama
siswa menyimpulkan pembelajaran.
Pada siklus II proses pembelajarann sudah lebih baik dibandingkan
dengan siklus I. Pada kegiatan diskusi siklus II setiap anak mendapat tanggung
jawab untuk mengerjakan LKS. Oleh karena itu, mereka aktif dalam kegiatan
diskusi. Mereka juga terlihat bersungguh-sungguh dalam belajar. Hal tersebut
dapat dilihat ketika dimulainya pembelajaran, sebagian besar siswa sudah
mempersiapkan alat tulis maupun buku. Siswa yang bersungguh-sungguh
dalam belajar juga dapat dilihat ketika kegiatan diskusi, siswa tanpa ragu
menanyakan apa masalah yang dia hadapi. Selain itu, pada kegiatan presentasi,
siswa dapat menjawab apa yang ditanyakan oleh guru. Hal tersebut
dikarenakan siswa memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Siswa
yang bersungguh-sungguh dan memperhatikan apa yang disampaikan guru
dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu.
Pemahaman konsep matematika siswa dilihat dari tes pemahaman
konsep matematika siklus I dan II. Persentase rata-rata pemahaman konsep
matematika mengalami peningkatan. Persentase rata-rata pemahaman konsep
65
matematika siswa pada siklus I yaitu 66,875 % atau dalam kategori cukup,
sedangkan pada siklus II mencapai 78,4375 % atau dalam kategori baik.
Penghitungan didasarkan atas banyaknya siswa yang menjawab benar untuk
setiap butir soal yang menunjukkan masing-masing indikator pemahaman
konsep matematika. Berikut adalah grafik persentase rata-rata pemahaman
konsep matematika siswa:
Gambar 12. Persentase Rata-rata Pemahaman Konsep Matematika Setiap Siklus
Peningkatan terlihat signifikan karena pada siklus I terdapat 1 siswa
yang memperoleh kategori sangat tinggi, 17 siswa dalam kategori tinggi, 7
siswa dalam kategori cukup, dan 8 siswa dalam kategori rendah. Pada siklus II
terdapat 7 siswa dalam kategori sangat tinggi, 20 siswa dalam kategori tinggi, 2
siswa dalam kategori cukup, dan 3 siswa dalam kartegori rendah. Adanya
peningkatan pemahaman konsep matematika siswa menunjukan upaya yang
dilakukan melalui model pembelajaran kooperatif P-Dhato yang memberikan
pengaruh penting terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika.
60
65
70
75
80
Siklus 1 Siklus 2
66
Peningkatan tersebut disebabkan karena model pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran matematika memberikan kebebasan siswa
untuk mengeluarkan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya, bertukar
pikiran dengan teman satu kelompok sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami materi pelajaran. Siswa yang memahami materi dengan baik dapat
lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal termasuk soal tes pemahaman
konsep matematika yang diberikan tiap akhir siklus. Pada siklus II, hasil tes
pemahaman konsep matematika mengalami peningkatan. Persentase rata-rata
pemahaman konsep matematika mencapai 78,4375 % Hal tersebut terjadi
berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada pada soal.
Ketuntasan siswa secara klasikal juga mengalami peningkatan. Sebelum
menerapkan model pembelajaran kooperatif P-Dhato, ketuntasan hanya mencapai
22%. Kemudian meningkatan menjadi 46,875% pada siklus I dan pada siklus II
78,125%. Ketuntasan siswa secara klasikal disajikan dalam table berikut:
Tabel 7. Ketuntassan Klasikal Siswa
Ketuntasan Klasikal
Data Awal 22%.
Siklus I 46,875%
Siklus II 78,125%
Berdasarkan hasil yang diperoleh di atas, secara umum dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif P-Dhato dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 13 Purworejo.
67
Hal ini membuktikan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran
kooperatif P-Dhato, siswa menjadi lebih banyak berpartisipasi dalam proses
pembelajaran. Persentase rata-rata pemahaman konsep matematika siswa pada
siklus II yang diukur dengan menggunakan tes telah mencapai kategori minimal
tinggi dan ketuntasan klasikal siswa mencapai 78,125%. Melihat hasil tersebut
maka penelitian ini dapat dihentikan pada siklus II karena telah mencapai indikator
keberhasilan.
68
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif P-Dhato dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 13 Purworejo.
Hal ini ditunjukan pada siklus I, bahwa kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa dalam menyelesaikan soal tes evaluasi masih kurang, hal
tersebut didukung dengan diperolehnya persentase pemahaman konsep
matematika sebesar 66,875%. Sedangkan pada siklus II kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa sudah terlihat jauh lebih baik karena
dalam pembelajaran setiap siswa diberikan pemahaman tersendiri tentang
materi atau permasalahan yang ada pada soal, hal tersebut didukung dengan
diperolehnya persentase kemampuan pemahaman konsep matematika sebesar
78,4375%. Ketuntasan klasikal sebelum diterapkan model pembelajarann
kooperatif P-Dhato hanya 22%, pada siklus I meningkat menjadi 46,875% dan
78,125% pada siklus II. Hal ini ditunjukan dari banyaknya siswa yang
mencapai nilai KKM pada siklus I yaitu 15 siswa dan pada siklus II yaitu 25
siswa.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, saran yang dapat
disampaikan yaitu:
69
1. Model pembelajaran kooperatif P-Dhato dapat menjadi salah satu alternatif guru
untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika.
2. Guru harus memberikan batasan waktu yang jelas untuk setiap tahapan dalam
model pembelajaran kooperatif P-Dhato sehingga pembelajaran dapat berjalan
dengan baik.
3. Guru harus memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa dapat berperan
aktif dalam kegiatan diskusi.
4. Guru harus selalu mendampingi siswa selama kegiatan diskusi.
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dewiatmini, P. 2010. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika pada
Pokok Bahasan Himpunan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 14 Yogyakarta
dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD). [online] diunduh dari http: //eprints.uny.
ac.id/2118/1/pramita_dewiatmini.pdf pada tanggal 24 September 2016.
Harja, M. 2011. Pemahaman Konsep. [online]. Diunduh dari http://mediaharja.
blogspot.co.id/2011/11/pemahaman-konsep.html pada tanggal 13 April
2016
Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together).
[online]. Diunduh dari https://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/
model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/ pada tanggal 16 April
2016
Huda, M. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Lelono. 2014. Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Dengan Model
Pembelajaran NHT Pada Siswa Kelas III SDN Pati Kidul 03 Tahun 2014.
[online]. Diunduh dari http://eprints.ums.ac.Id/31708/13/naskah
publikasiku.pdf pada tanggal 18 April 2016
Mahanawan, A. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan
Pair Check untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik
Kelas IX F SMP Negeri 1 Siak Hulu. [online]. Diunduh dari http://jom.
unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/download/5629/5505 pada tanggal
18 April 2016
Maulina, D. 2013. Model pembelajaran pair check. [online]. Diunduh dari
http://belajar-sabar-ikhlas.blogspot.co.id/2013/05/model-pembelajaran
pair -check.html pada tanggal 16 April 2016
Mulyana, E. 2015. Pemahaman Konsep Matematika. [online]. Diunduh dari http:
//sarangilmudanhiburan. blogspot. co. Id / 2015 / 03 / pemahaman-konsep
matematika. html pada tanggal 3 September 2016
Purnamasari, Fauziyah Eka. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematika Melalui Pendekatan Open-Ended Bagi Siswa Kelas
VIII Semester Genap SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Tahun
2013/2014. [online]. Diunduh dari http: //eprints.ums.ac.Id/32974/21/
9%20NASKAH%20PUBLIKASI. pdf pada tanggal 18 April 2016
71
Purwanto, N. (2009). Prinsip-prinsip dan Teknik Pengajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Riduwan, dan Akdon. (2007). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika.
Bandung: Alfabeta
Sahaja, I. (2014). Pengertian Pemahaman Konsep Matematika. [onlone]. Diunduh
dari http: //irwansahaja.blogspot.co.id /2014/06/ pengertian-pemahaman-
konsep-matematika.html pada tanggal 13 April 2016
Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group
Widoyoko, Eko Putro. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Widyatun, D. (2012). Pair Cecks Spencer Kagen 1993. [online]. Diunduh dari
http: // jurnalbidandiah.blogspot.co.id / 2012 / 04 / pair - cecks - spencer -
kagen 1993.html pada tanggal 16 April 2016
Wiriatmadja, R. (2014). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
72
SILABUS
Sekolah : SMP Negeri 13 Purworejo
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII / I (Satu)
Standar Kompetensi : 3. Menggunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar Materi Pokok
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Indikator Karakter Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh Instrumen
3.1. Menggunaka
n Teorema
Pythagoras
untuk menentu
kan panjang
sisi-sisi segi
tiga siku-siku
Teorema
Pythagoras
Melakukan diskusi:
1. Menemukan Teorema
Pythagoras dengan
menggunakan
persegi- persegi
2. Menuliskan rumus
Teorema Pythagoras
pada segitiga siku-
siku
3. Menerapkan
Teorema Pythagoras
pada segitiga siku-
siku dengan sudut
istimewa
Siswa dapat:
1. Menemukan Teorema
Pythagoras
2. Menghitung panjang sisi
segitiga siku-siku jika
dua sisi lain diketahui
3. Menghitung perbandingan
sisi-sisi segitiga siku-
siku istimewa (salah satu
sudutnya 30o, 45
o, 60
o)
Disiplin
Cermat
Kerja keras
Kerja sama
Komunikatif
Tes
tertulis
Uraian 1. Panjang sisi siku-
siku suatu segitiga
adalah a cm dan b
cm, dan panjang
sisi miring c cm.
Tuliskan
hubungan antara
a, b, dan c
2. Panjang salah
satu sisi segitiga
siku-siku 12 cm,
dan panjang sisi
miringnya 13
cm.
Hitunglah panjan
g sisi siku-siku
yang lain
73
3. Segitiga ABC
siku-siku di B.
sudut A = 30o
dan panjang AC
= 6 cm.
Hitunglah sisi
AB dan BC
3.2 Memecahkan
masalah pada
bangun datar yang
berkaitan dengan
Teorema
Pythagoras
Teorema
Pythagoras
Melakukan diskusi:
1. Menemukan Teorema
Pythagoras dengan
menggunakan
persegi- persegi
2. Menuliskan rumus
Teorema Pythagoras
pada segitiga siku-
siku
3. Menerapkan
Teorema Pythagoras
pada segitiga siku-
siku dengan sudut
istimewa
Siswa dapat:
1. Menghitung perbandingan
sisi-sisi segitiga siku-
siku istimewa
2. Menghitung panjang
diagonal pada bangun
datar, misalnya persegi,
persegi panjang, belah
ketupat, dsb
Disiplin
Cermat
Kerja keras
Kerja sama
Komunikatif
Tes
tertulis
Uraian 1. Segitiga ABC
siku-siku di B.
dengan besar
sudut A = 30o
dan panjang AB
= c cm. Hitung
panjang sisi-sisi
BC dan AC
2. Persegi panjang
mempunyai
panjang 8 cm
dan lebar 6 cm.
Hitunglah
panjang
diagonalnya
74
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I
Sekolah : SMP Negeri 13 Purworejo
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Materi Pokok : Teorema Pythagoras
Waktu : 4 × 40 menit (2 pertemuan)
A. Standar Kompetensi
3. Mengunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
3.1 Mengunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah.
Indikator:
Menemukan teorema pythgoras.
Menghitung panjang segitiga siku-siku jika dua sisi lain diketahui.
Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa (salah
sati sudutnya 300, 45
0, 60
0).
C. Tujuan Pembelajaran
1. Menemukan teorema pythgoras.
2. Menghitung panjang segitiga siku-siku jika dua sisi lain diketahui.
3. Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa (salah sati
sudutnya 300, 45
0, 60
0).
D. Materi
1. Luas Persegi dan Luas Segitiga siku-siku
Perhatikan Gambar 5.1.
Pada gambar tersebut tampak sebuah persegi ABCD yang panjang
sisinya s satuan panjang.
75
Luas persegi ABCD = sisi × sisi
L = s × s
= s2 satuan luas
Selanjutnya, perhatikan Gambar 5.2.
Pada gambar tersebut tampak sebuah persegi panjang PQRS yang
panjangnya p dan lebarnya l satuan. Diagonal QS membagi persegi
panjang PQRS menjadi dua buah segitiga siku-siku, yaitu PQS dan
QRS. Luas persegi panjang PQRS sama dengan jumlah luas PQS dan
QRS. Adapun luas PQS sama dengan luas QRS, sehingga diperoleh
Luas PQS = Luas QRS
= ½ × luas persegi panjang PQRS
Karena persegi panjang PQRS berukuran panjang p dan lebar l, luas
PQS = ½ × p × l atau luas segitiga siku-siku = ½ × alas × tinggi.
Luas persegi dan luas segitiga siku-siku sangat bermanfaat dalam
menemukan teorema Pythagoras.
2. Menemukan Teorema Pythagoras
Untuk menemukan teorema Pythagoras lakukan kegiatan
berikut. Ambillah dua potong kertas berbentuk persegi berukuran (b + c)
76
cm seperti tampak pada Gambar 5.3 (i) dan 5.3 (ii). Kita akan
menemukan hubungan antara besarnya a, b, dan c.
Gambar 5.3 (i) menunjukkan persegi ABCD berukuran (b + c) cm. Pada
keempat sudutnya buatlah empat segitiga siku-siku dengan panjang sisi
siku-sikunya b cm dan c cm.
Dari Gambar 5.3 (i) tampak bahwa luas persegi ABCD sama
dengan luas persegi (luas daerah yang tidak diarsir) ditambah luas empat
segitiga siku-siku (luas daerah yang diarsir), sehingga diperoleh
Luas daerah yang diarsir = Luas empat segitiga siku-siku
= 4 × ½ × b × c
= 2bc
dan luas daerah yang tidak diarsir = Luas persegi PQRS
= a × a = a2
77
Lalu buatlah persegi EFGH berukuran (b + c) cm seperti tampak pada
gambar 5.3(ii). Pada dua buah sudutnya buatlah empat segitiga siku-siku
sedemikian sehingga membentuk dua persegi panjang berukuran (b × c)
cm.
Dari Gambar 5.3 (ii) tampak bahwa luas persegi EFGH sama
dengan luas persegi (luas daerah yang tidak diarsir) ditambah luas empat
segitiga siku-siku (luas daerah yang diarsir), sehingga diperoleh
Luas daerah yang diarsir = Luas dua persegi panjang
= 2 × b × c
= 2bc
Luas daerah yang tidak diarsir = Luas persegi KMGN + Luas persegi
OFML
= ( b × b ) + ( c × c )
= b2 + c
2
Dari Gambar 5.3 (i) dan 5.3 (ii) tampak bahwa ukuran persegi
ABCD = ukuran persegi EFGH, sehingga diperoleh
Luas persegi ABCD = Luas persegi EFGH
2bc + a2 = 2bc + b
2 + c
2
a2 = b
2 + c
2
Kesimpulan di atas jika digambarkan akan tampak seperti pada Gambar
5.3 (iii).
Luas daerah persegi yang panjang sisinya adalah sisi miring
suatu segitiga siku-siku sama dengan jumlah luas daerah persegi yang
panjang sisinya adalah sisi siku-siku segitiga tersebut.
Kesimpulan tersebut selanjutnya dikenal dengan teorema
Pythagoras. Teorema Pythagoras tersebut selanjutnya dapat dirumuskan
seperti berikut.
Untuk setiap segitiga siku-siku, berlaku kuadrat panjang sisi
miring sama dengan jumlah kuadrat panjang sisi siku-sikunya.
78
Jika ABC adalah segitiga siku-siku dengan a
panjang sisi miring, sedangkan b dan c
panjang sisi siku-sikunya maka berlaku
a2 = b
2 + c
2
Pernyataan di atas jika diubah ke bentuk
pengurangan menjadi
b2 = a
2 – c
2 atau
c2 = a
2 – b
2
Contoh :
Nyatakan hubungan yang berlaku mengenai sisi-sisi segitiga pada
gambar di bawah ini:
Penyelesaian:
Karena kedua segitiga di samping adalah segitiga siku-siku, maka
berlaku teorema Pythagoras, yaitu kuadrat panjang sisi miring =
jumlah kuadrat sisi siku-sikunya, sehingga berlaku
a. q2 = p
2 + r
2 atau p
2 = q
2 – r
2
r2 = q
2 – p
2
b. k2 = l
2 + m
2 atau l
2 = k
2 – m
2
m2 = k
2 – l
2
79
3. Menggunakan Teorema Pythagoras untuk Menghitung Panjang
Salah Satu Sisi Segitiga Siku-Siku jika Kedua Sisi Lain Diketahui
Dengan menggunakan teorema Pythagoras kita dapat
menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika panjang kedua
sisi lain diketahui.
Contoh :
Diketahui segitiga ABC siku-siku di B dengan AB = 6 cm dan BC = 8
cm. Hitunglah panjang AC.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan teorema Pythagoras berlaku
AC2 = AB
2 + BC
2
= 62 + 8
2
= 36 + 64
= 100
AC = = 10
Jadi, panjang AC = 10 cm.
E. Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran P-Dhato
(Kombinasi model pembelajaran Paire Chek dan model pembelajaran NHT).
F. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
Alat : papan tulis, spidol.
Sumber Pembelajaran :
1. Buku paket siswa
2. LKS
80
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama / siklus 1
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa
2. Ketua kelas memimpin do’a sebelum memulai
pembelajaran.
3. Guru memeriksa kahadiran siswa.
4. Guru mengkomunikasikan materi yang akan
dipelajari dalam pembelajaran yaitu materi Teorema
Pythagoras.
5. Guru memberikan apersepsi yaitu mengingatkan
kembali tentang luas Persegi Panjang.
15
menit
Inti 1. Guru memberikan pengarahan konsep materi tentang
Teorema Pythagoras. (Paire Chek)
2. Siswa membentuk kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 4-6 siswa dan setiap anggota kelompok diberi
nomor. Di dalam kelompok siswa diharapkan untuk
saling berpasangan. (Paire Chek dan NHT)
3. Siswa diberikan suatu permasalahan yang disajikan
dalam bentuk LKS. (Paire Chek dan NHT)
4. Guru membimbing siswa menyelesaikan
permasalahan yang ada pada LKS. (Paire Chek dan
NHT)
5. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa
yang dipanggil nomornya mempresentasikan hasil
pekerjaannya. (NHT)
6. Siswa bersama guru mengadakan analisis melalui
tanya jawab dan kelompok lain memberi tanggapan.
7. Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
60
menit
81
Penutup 1. Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-
hal yang belum dipahami
2. Pemberian PR oleh guru.
3. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi tiap
kelompok
4. Guru menyampaikan materi pelajaran yang akan
datang dan menyampaikan pesan untuk tetap
semangat belajar.
5. Mengakhiri pembelajaran dengan do’a dan salam.
5 menit
Pertemuan Kedua / siklus 1
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa
2. Ketua kelas memimpin do’a sebelum memulai
pembelajaran.
3. Guru memeriksa kahadiran siswa.
4. Mengingatkan kembali pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya.
10
menit
Inti 1. Guru memberikan pengarahan konsep materi tentang
Teorema Pythagoras. (Paire Chek)
2. Siswa membentuk kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 4-6 siswa dan setiap anggota kelompok diberi
nomor. Di dalam kelompok siswa diharapkan untuk
saling berpasangan. (Paire Chek dan NHT)
3. Siswa diberikan suatu permasalahan yang disajikan
dalam bentuk LKS. (Paire Chek dan NHT)
4. Guru membimbing siswa menyelesaikan
permasalahan yang ada pada LKS. (Paire Chek dan
NHT)
5. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan
60
menit
82
mempresentasikan hasil pekerjaannya. (NHT)
6. Siswa bersama guru mengadakan analisis melalui
tanya jawab dan kelompok lain memberi tanggapan.
7. Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
Penutup 1. Pemberian PR oleh guru
2. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi tiap
kelompok
3. Guru memberitahukan siswa bahwa pertemuan
selanjutnya akan dilaksanakan tes evaluasi.
4. Guru menutup pembelajaran dengan do’a dan salam.
10
menit
H. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian : Tes tertulis
2. Waktu penilaian : Pertemuan ketiga
83
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II
Sekolah : SMP Negeri 13 Purworejo
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Materi Pokok : Teorema Pythagoras
Waktu : 4 × 40 menit (2 pertemuan)
I. Standar Kompetensi
4. Mengunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah.
J. Kompetensi Dasar dan Indikator
3.2 Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan
Teorema Pythagoras.
Indikator:
Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa (salah
sati sudutnya 300, 45
0, 60
0).
Menghitung panjang diagonal pada bangun datar, misalnya persegi,
persegi panjang, belah ketupat, dll.
K. Tujuan Pembelajaran
1. Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa (salah sati
sudutnya 300, 45
0, 60
0).
2. Menghitung panjang diagonal pada bangun datar, misalnya persegi,
persegi panjang, belah ketupat, dll.
L. Materi
1. Kebalikan Teorema Pythagoras untuk Menentukan Jenis Suatu
Segitiga
Pada pembahasan yang lalu kalian telah mempelajari mengenai
teorema Pythagoras dan membuktikan kebenarannya. Sekarang, kita akan
84
membuktikan bahwa kebalikan teorema Pythagoras juga berlaku.
Perhatikan uraian berikut.
Perhatikan Gambar 1.7 (i). Misalkan ABC dengan panjang
sisi-sisinya AB = c cm, BC = a cm, dan AC = b cm
sehingga berlaku b2 = a
2 + c
2 ................................................................. (i)
Akan dibuktikan bahwa ABC siku-siku di B.
Gambar 1.7
Pada Gambar 1.7 (ii), PQR siku-siku di Q dengan panjang PQ = c cm,
QR = a cm, dan PR = q cm. Karena PQR siku-siku, maka berlaku
q2 = a
2 + c
2 ............................................................................................ (ii)
Berdasarkan persamaan (i) dan (ii) kita peroleh
b2 = a
2 + c
2 = q
2 atau b
2 = q
2
Karena b bernilai positif, maka b = q.
Jadi, ABC dan PQR memiliki sisi-sisi yang sama panjang. Dengan
mengimpitkan sisi-sisi yang bersesuaian dari kedua segitiga, diperoleh
sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.
Dengan demikian, ABC = PQR = 90o. Jadi, ABC adalah segitiga
siku-siku di B.
Kebalikan teorema Pythagoras menyatakan bahwa untuk setiap segitiga
jika jumlah kuadrat panjang dua sisi yang saling tegak lurus sama dengan
kuadrat panjang sisi miring maka segitiga tersebut merupakan segitiga
siku-siku.
85
2. Tripel Pythagoras
Tripel Pythagoras adalah kelompok tiga bilangan bulat positif yang
memenuhi kuadrat bilangan terbesar sama dengan jumlah kuadrat dua
bilangan lainnya.
3. Perbandingan Sisi-Sisi pada Segitiga Siku-Siku dengan Sudut
Khusus
a. Sudut 30o dan 60
o
Gambar 1.9
Perhatikan Gambar 1.9.
Segitiga ABC di atas adalah segitiga sama sisi dengan AB = BC =
AC = 2x cm dan A = B = C = 600. Karena CD tegak lurus AB,
maka CD merupakan garis tinggi sekaligus garis bagi C, sehingga
ACD = BCD = 30o.
Diketahui ADC = BDC = 90o.
Titik D adalah titik tengah AB, di mana AB=2x cm, sehingga
panjang BD = x cm.
Perhatikan CBD.
Dengan menggunakan teorema Pythagoras diperoleh
CD2 = BC
2 – BD
2
CD =
=
86
=
= =
Dengan demikian, diperoleh perbandingan
BD : CD : BC = x : x : 2x
=1: : 2
Perbandingan tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan soal
yang berkaitan dengan segitiga siku-siku khusus.
4. Penggunaan Teorema Pythagoras pada Bangun Datardan Bangun
Ruang
Selain dimanfaatkan pada segitiga siku-siku, teorema Pythagoras
juga dapat digunakan pada bangun datar dan bangun ruang matematika
yang lain untuk mencari panjang sisi-sisi yang belum diketahui.
Gambar 1.12
Perhatikan kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk a cm pada
Gambar 1.12. Dapatkah kalian menyebutkan diagonal sisi kubus
ABCD.EFGH? Diagonal sisi adalah ruas garis yang menghubungkan dua
titik sudut yang berhadapan pada suatu bidang datar. Diagonal sisi kubus
tersebut antara lain , , dan . Misalkan kita akan menentukan
panjang diagonal sisi .
Perhatikan persegi ABCD. adalah salah satu diagonal sisi bidang
ABCD. Sekarang, perhatikan ABD. Karena ABD siku-siku di A, maka
dengan menggunakan teorema Pythagoras diperoleh
2 =
2 +
2
= a2 + a
2 = 2a
2
87
= = a cm
Coba tentukan panjang diagonal sisi yang lain.
Apakah panjangnya selalu sama?
Selanjutnya, dapatkah kalian menyebutkan diagonal ruang kubus
ABCD.EFGH? Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan
dua titik sudut yang berhadapan dalam suatu bangun ruang.
Diagonal ruang kubus ABCD.EFGH antara lain dan .
Perhatikan BDH siku-siku di titik D, maka untuk menentukan panjang
diagonal ruang dapat dicari dengan menggunakan teorema Pythagoras.
2 =
2 +
2
= (a )2 + a
2
= 2a2 + a
2
= 3a2
= = a cm
5. Menyelesaikan Masalah sehari-hari dengan Menggunakan Teorema
Pythagoras
Banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang disajikan
dalam soal cerita dan dapat diselesaikan dengan menggunakan teorema
Pythagoras. Untuk memudahkan menyelesaikannya diperlukan bantuan
gambar (sketsa).
M. Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran P-Dhato
(Kombinasi model pembelajaran Paire Chek dan model pembelajaran NHT).
N. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
Alat : papan tulis, spidol.
Sumber Pembelajaran :
1. Buku paket siswa
2. LKS
88
O. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama / siklus 2
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa
2. Ketua kelas memimpin do’a sebelum memulai
pembelajaran.
3. Guru memeriksa kahadiran siswa.
4. Guru memeriksa kesiapan belajar siswa.
5. Guru memberikan apersepsi yaitu mengingatkan
kembali materi pelajaran pada pertemuan
sebelumnya
6. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk
lebih aktif lagi di dalam kegiatan kelompok.
15
menit
Inti 1. Guru memberikan pengarahan konsep materi
tentang Teorema Pythagoras. (Paire Chek)
2. Siswa membentuk kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 4-6 siswa dan setiap anggota kelompok
diberi nomor. Di dalam kelompok siswa diharapkan
untuk saling berpasangan. (Paire Chek dan NHT)
3. Siswa diberikan suatu permasalahan yang disajikan
dalam bentuk LKS. (Paire Chek dan NHT)
4. Guru membimbing siswa menyelesaikan
permasalahan yang ada pada LKS. (Paire Chek dan
NHT)
5. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa
yang dipanggil nomornya mempresentasikan hasil
pekerjaannya. (NHT)
6. Siswa bersama guru mengadakan analisis melalui
tanya jawab dan kelompok lain memberi tanggapan.
60
menit
89
7. Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
Penutup 1. Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-
hal yang belum dipahami
2. Pemberian PR oleh guru.
3. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi tiap
kelompok
4. Guru menyampaikan materi pelajaran yang akan
datang dan menyampaikan pesan untuk tetap
semangat belajar.
5. Mengakhiri pembelajaran dengan do’a dan salam.
5 menit
Pertemuan Kedua / siklus 2
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa
2. Ketua kelas memimpin do’a sebelum memulai
pembelajaran.
3. Guru memeriksa kahadiran siswa.
4. Guru memeriksa kesiapan belajar siswa.
5. Guru memberikan motivasi kepada siswa
6. Mengingatkan kembali pembelajaran pada
pertemuan sebelumnya.
10
menit
Inti 1. Guru memberikan pengarahan konsep materi tentang
Teorema Pythagoras. (Paire Chek)
2. Siswa membentuk kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 4-6 siswa dan setiap anggota kelompok
diberi nomor. Di dalam kelompok siswa diharapkan
untuk saling berpasangan. (Paire Chek dan NHT)
3. Siswa diberikan suatu permasalahan yang disajikan
dalam bentuk LKS. (Paire Chek dan NHT)
4. Guru membimbing siswa menyelesaikan
60
menit
90
permasalahan yang ada pada LKS. (Paire Chek dan
NHT)
5. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan
mempresentasikan hasil pekerjaannya. (NHT)
6. Siswa bersama guru mengadakan analisis melalui
tanya jawab dan kelompok lain memberi tanggapan.
7. Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
Penutup 1. Pemberian PR oleh guru
2. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi tiap
kelompok
3. Guru memberitahukan siswa bahwa pertemuan
selanjutnya akan dilaksanakan tes evaluasi.
4. Guru menutup pembelajaran dengan do’a dan salam.
10
menit
P. Penilaian Hasil Belajar
3. Teknik Penilaian : Tes tertulis
4. Waktu penilaian : Pertemuan ketiga
91
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII E/ I (Ganjil)
Materi Pokok : Teorema Pythagoras
Lembar Kerja Siswa 1 (LKS)
Kelompok:…
Nama Kelompok
1. ……………………………………………………………………….
2. ……………………………………………………………………….
3. ……………………………………………………………………….
4. ……………………………………………………………………….
92
1. Perhatikan gambar berikut:
Dari gambar di atas diketahui bahwa:
Luas persegi besar = Luas persegi kecil + 4 x ……………………………
…………………….. +
……………….=…………………………………………..
………………………………………..
2. Perhatikanlah gambar di bawah ini.
Misalkan sisi terpanjang segitiga siku-siku tersebut dinamakan c dan sisi
siku-sikunya a dan b, tuliskan hubungan tersebut di bawah ini :
.............................................................................................................................
Nyatakan juga hubungan tersebut sebagai pernyataan :
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................
a
a
a
a
b
b
b
b c
c
c
c c2
93
3. Perhatikan gambar berikut!
Buktikan teorema pythagoras dari gambar di atas!
Penyelesaian:
AB = BC = CD = AD = ..............................
AE = ....
DE = ....
EF = AF – AE = b - ......
LABCD = 4LAED + LEFGH
c2 = 4 x ....................................+.................
c2 = 2 x ......... x ............ + (b - .............)
2
c2 = ........... + ............. - ............ + .......
c2 = ......... + .........
4. Diketahui segitiga ABC. Jika diketahui panjang AB = 10 cm, BD = 6 cm, dan
DC = 12 cm.
a. Panjang sisi AD adalah ......... cm b. Panjang sisi AC adalah ...... cm
Jawaban :
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
Jawaban :
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
94
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII E/ I (Ganjil)
Materi Pokok : Teorema Pythagoras
Lembar Kerja Siswa 2 (LKS)
Kelompok:…
Nama Kelompok
1. ……………………………………………………………………….
2. ……………………………………………………………………….
3. ……………………………………………………………………….
4. ……………………………………………………………………….
95
1. Diketahui titik A(2,1) dan B(5,5). Hitung jarak antara titik A ke titik B!
Penyelesaian:
a. Lukis kedua titik tersebut. Hubungkan kedua titik tersebut dan lukiskan
sebuah segitiga siku-siku lalu carilah nilai sisi-sisi tegaknya!
b. Gunakan teorema Pythagoras untuk menghitung jarak titik A ke titik B
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….
Kesimpulan:
Jarak antara dua titik A(x1, y1) dan titik B(x2, y2) di tentukan oleh rumus:
|AB| =
96
2. Perhatijan gambar di bawah ini!
Segitiga ABC siku-siku di B dengan = 600. Jika panjang AB = 20 m,
hitunglah panjang BC!
Penyelesaian:
= 600 AB = c = …..
= 1800 – ( + ) = ………………………….
AB : BC = 1 :
Dengan perkalian silang diperoleh:
= BC …. = …… ……
BC = …………….
Jadi, panjang BC adalah………..
C
A B
97
3. Perhatijan gambar di bawah ini!
Segitiga ABC siku-siku di B dengan = 450. Jika panjang AB = 3 m,
hitunglah panjang AC!
Penyelesaian:
= 450 AB = c = …..
= 1800 – ( + ) = ………………………….
AB : AC = 1 :
Dengan perkalian silang diperoleh:
= AC …. = …… ……
AC = …………….
Jadi, panjang AC adalah…………….
C
A B
98
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII E/ I (Ganjil)
Materi Pokok : Teorema Pythagoras
Lembar Kerja Siswa 3 (LKS)
Kelompok:…
Nama Kelompok
1. ……………………………………………………………………….
2. ……………………………………………………………………….
3. ……………………………………………………………………….
4. ……………………………………………………………………….
99
1. Perhatijan gambar di bawah ini!
Segitiga ABC siku-siku di B dengan = 600. Jika panjang BC = 7 m,
hitunglah panjang AC!
Penyelesaian:
= 600 BC = a = …..
= 1800 – ( + ) = ………………………….
AC : BC = 2 :
Dengan perkalian silang diperoleh:
= AC …. = …… ……
AC = …………….
Jadi, panjang AC adalah………..
C
A B
100
2. Perhatijan gambar di bawah ini!
Segitiga ABC siku-siku di B dengan = 450. Jika panjang AC = 4 m,
hitunglah panjang BC!
Penyelesaian:
= 450 AB = c = …..
= 1800 – ( + ) = ………………………….
BC : AC = 1 :
Dengan perkalian silang diperoleh:
= BC …. = …… ……
BC = …………….
Jadi, panjang BC adalah…………….
C
A B
101
3. Perhatikan gambar!
Diketahui = 600, = 45
0, jika panjang BC = 4cm. Hitunglah:
a. Panjang AC
b. Panjang AD
Jawab:
a. = …… BC = ……
= 1800 – ( + ) = ………………………….
AC : BC = : 1
Dengan perkalian silang diperoleh:
= AC …. = …… ……
AC = …………….
Jadi, panjang AC adalah…………….
b. = …… AC = ……
= 1800 – ( + ) = ………………………….
AD : AC = : 1
Dengan perkalian silang diperoleh:
= AD …. = …… ……
AD = …………….
Jadi, panjang AD adalah…………….
D C
B
A
102
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII E/ I (Ganjil)
Materi Pokok : Teorema Pythagoras
Lembar Kerja Siswa 4 (LKS)
Kelompok:…
Nama Kelompok
1. ……………………………………………………………………….
2. ……………………………………………………………………….
3. ……………………………………………………………………….
4. ……………………………………………………………………….
103
A. Penyelesaian Persoalan dalam Bangun Ruang
1. Perhatikan gambar berikut!
Kubus ABCD.EFGH dengan panjang setiap rusuknya 5cm. Hitunglah:
a. panjang ruas garis BD (panjang diagonal sisi),
b. panjang ruas garis HB (panjang diagonal ruang).
Jawab:
a. Perhatikan bidang alas ABCD.
Diagonal sisi:
BD2 = AB
2 + AD
2
BD2 = ....... + ........
BD2 = .....................
BD =
BD = ......
Jadi, panjang diagonal sisi adalah ............
104
b. Perhatikan ∆BDH siku-siku di D.
Diagonal ruang:
HB2 = DB
2 + HD
2
HB2 = ....... + ........
HB2 = .....................
HB =
HB = ......
Jadi, panjang diagonal ruang adalah ............
Kesimpulan:
Sebuah kubus dengan panjang rusuk cm mempunyai:
1. Panjang diagonal sisi = ………...
2. Panjang diagonal ruang = …………..
105
B. Kebalikan Pythagoras
2. Apakah segitiga dengan panjang sisi-sisi 50 mm, 14 mm, 48 mm merupakan
segitiga siku-siku?
Jawab:
Kuadrat sisi terpanjang ............................
Jumlah kuadrat sisi lainnya ................................................
Ternyata, .........................................
Jadi,...............
C. Tripel Pythagoras
3. Salin dan lengkapilah tabel berikut.
No m N m2 – n
2 2mn m
2 + n
2 Tripel Pythagoras
1 2 1
2 3 1
3 3 2
4 4 3
5 5 4
Sebutkan 5 Tipel Pythagoras yang lainnya!
Jawab:
......................................................................................................................
......................................................................................................................
.....................................................................................................................
106
KISI-KISI TES PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SIKLUS I
No Indikator Aspek yang dinilai No. Butir
1. Menyatakan ulang sebuah
konsep
Siswa mampu menuliskan
kembali konsep dari teorema
Pythagoras
1
2. Memberikan contoh dan bukan
contoh dari suatu konsep
Siswa mampu membedakan
mana teorema Pythagoras dan
bukan teorema Pythagoras
2
3. Menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi
matematis
Siswa mampu mengubah soal
menjadi bentuk representasi
matematis.
3
4 Menggunakan, memanfaatkan
serta memilih operasi tertentu
Siswa mampu menggunakan,
memanfaatkan serta memilih
operasi tertentu
3
5 Mengaplikasikan konsep atau
algoritma dalam pemecahan
masalah
Siswa mampu menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis sebagai
suatu algoritma pemecahan
masalah.
3
107
108
109
SOAL TES EVALUASI SIKLUS I
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII E/1
Materi : Teorema Pythagoras
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Kerjakanlah soal di bawah ini dengan benar!
1. Diketahui segitiga ABC adalah segitiga siku-siku, dengan titik siku di B. Jika
panjang AB adalah a cm, panjang BC adalah adalah b cm, dan panjang AC
adalah c cm, maka tuliskan hubungan antara a, b, dan c!
2. Sebuah segitiga PQR mempunyai sisi p, q, dan r. Pada segitiga tersebut
diketahui:
a. Jika p2 = q
2 – r
2, besar Q = 90˚.
b. Jika q2 = p
2 – r
2, besar Q = 90˚.
c. Jika r2 = p
2 – q
2, besar P = 90˚.
d. Jika r2 = q
2 – p
2, besar P = 90˚.
Manakah yang merupakan teorema Pythagoras dan bukan teorema
pythagoras? Berilah alasanmu!
3. Dua buah kapal kargo berlayar dari pelabuhan yang sama. Kapal kargo
pertama berlayar ke utara sejauh 8 mil. Kapal kargo kedua berlayar ke timur
sejauh 6 mil. Berapakah jarak antara kedua kapal tersebut?
Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus I
110
No Kunci Jawaban Indikator Pemahaman Konsep
1
Hubungan antara a, b, c adalah
c² = a² + b² atau
a² = c² - b² atau
b² = c² - a²
Menyatakan ulang sebuah
konsep
2 Penyelesaian
Yang merupakan Teorema
Pythagoras adalah pernyataan a dan c
Alasan: Jika besar Q = 90˚, maka sisi
miringnya adalah garis q, dan sisi sikunya
adalah p dan r. Jadi q2 = p
2 + r
2 atau p
2 = q
2
– r2. Dan jika besar P = 90˚, maka sisi
miringnya adalah garis p, dan sisi sikunya
adalah q dan r. Jadi,
p2 = q
2 + r
2 atau r
2 = p
2 – q
2.
Yang bukan teorema Pythagoras
adalah pernyataan b dan d
Alasan: Jika besar Q = 90˚, maka sisi
miringnya adalah garis q, dan sisi sikunya
adalah p dan r. Jadi yang benar adalah q2 =
p2 + r
2 bukan q
2 = p
2 - r
2
Jika besar P = 90˚, maka sisi miringnya
adalah garis p, dan sisi sikunya adalah q
dan r. Jadi yang benar adalah p2 = q
2 + r
2
atau r2 = p
2 – q
2 bukan r
2 = q
2 – p
2
Dapat memberikan contoh dan
bukan contoh dari suatu konsep
3 Diketahui: Dua buah kapal kargo berlayar Menyajikan konsep dalam
a
b
c
A
B C
C
111
dari pelabuhan yang sama. Kapal kargo
pertama berlayar ke utara sejauh 8 mil.
Kapal kargo kedua berlayar ke timur
sejauh 6 mil.
Ditanya: Berapakah jarak antara kedua
kapal tersebut?
Penyelesaian:
Misal titik A adalah pelabuhan
titik B adalah kapal kargo I
titik C adalah kapal kargo II
maka:
BC2 = AB
2 + AC
2
BC2 = 8
2 + 6
2
BC2 = 64 + 36
BC2 = 100
BC = = 10
Jadi, jarak antara kedua kapal tersebut
adalah 10 mil.
berbagai bentuk representasi
matemais
Menggunakan,
memanfaatkan serta memilih
operasi tertentu
Mengaplikasikan konsep atau
algoritma dalam pemecahan
masalah
A
B
C
8
6
?
112
PENILAIAN TES PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SIKLUS I
No.Butir Aspek yang dinilai Skor Kriteria Nilai
1
Siswa mampu
menuliskan kembali
konsep dari teorema
Pythagoras
0 Tidak ada jawaban atau tidak ada ide
matematika yang muncul untuk
menyelesaikan soal.
1 Ide matematika telah muncul namun
belum dapat menyatakan ulang sebuah
konsep dengan benar.
2 Ide atau jawaban yang dituliskan sudah
benar.
2
Siswa mampu
membedakan mana
teorema Pythagoras
dan bukan teorema
Pythagoras
0 Sama sekali tidak ada jawaban yang
dituliskan.
1 Sudah memberikan jawaban namun
alasannya belum benar.
2 Memberiakan jawaban disertai dengan
alasan yang benar.
3
Siswa mampu
mengubah soal
menjadi bentuk
representasi
matematis.
0 Sama sekali tidak membuat model
matematika.
1 Sudah membuat model matematika
namun belum benar.
2 Model matematika yang dibuat sudah
benar.
3
Siswa mampu
menggunakan,
memanfaatkan serta
memilih operasi
tertentu
0 Tidak ada ide matematika yang muncul
untuk menyelesaikan soal.
1 Sudah menggunakan operasi matematika
namun belum benar.
2 Dapat menggunakan, memanfaatkan
serta memilih operasi matematika
dengan benar.
113
No.Butir Aspek yang dinilai Skor Kriteria Nilai
3
Siswa mampu
menyajikan konsep
dalam berbagai
bentuk representasi
matematis sebagai
suatu algoritma
pemecahan masalah.
0 Sama sekali tidak ada ide matematika
yang dituliskan.
1 Sudah menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematis sebagai algoritma
pemecahan masalah namun masih
terdapat kesalahan.
2 Dapat menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematis sebagai algoritma
pemecahan masalah dengan benar.
114
KISI-KISI TES PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SIKLUS II
No Indikator Aspek yang dinilai No. Butir
1. Menyatakan ulang sebuah
konsep
Siswa mampu menyatakan
ulang konsep tentang
perbandingan sisi pada segitiga
khusus
1a, 1b
2. Memberikan contoh dan bukan
contoh dari suatu konsep
Siswa mampu membedakan
segitiga siku-siku, segitiga
tumpul, dan segitiga lancip
2
3. Menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi
matematis
Siswa mampu menyajikan
permasalahan ke dalam model
matematika
3
4 Menggunakan, memanfaatkan
serta memilih operasi tertentu
Siswa mampu menggunakan,
memanfaatkan serta memilih
operasi tertentu, misalnya
memilih, menggunakan sebuah
teorema untuk menyelesaikan
permasalahan
3
5 Mengaplikasikan konsep atau
algoritma dalam pemecahan
masalah
Siswa mampu menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis sebagai
suatu algoritma pemecahan
masalah.
3
115
116
117
SOAL TES EVALUASI SIKLUS II
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII E/1
Materi : Teorema Pythagoras
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Kerjakanlah soal di bawah ini dengan benar!
4. Perhatikan gambar segitiga siku-siku sama kaki di bawah ini!
Tentukan:
a. panjang AB,
b. panjang BC.
5. Selidiki segitiga-segitiga berikut termasuk segitiga siku-siku, segitiga tumpul,
atau segitiga lancip.
a. AB = 17 cm, BC = 15 cm, AC = 8 cm
b. KL = 10 cm, LM = 25 cm, KM = 30 cm
c. PQ = 18 cm, QS = 32 cm, PS = 26 cm
6. Dua buah tiang berjarak 6 m. Jika tinggi tiang adalah 6 m dan 14 m, hitunglah
panjang kawat penghubung antara kedua ujung tiang tersebut!
24 cm
A
B C
118
Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus II
No Kunci Jawaban Indikator Pemahaman Konsep
1 AB : BC : AC = 1 : 1 :
a. Panjang AB
AB : AC = 1 :
AB : 24 = 1 :
AB = 24 1
AB = (dikali sekawannya)
AB = = = 12
b. Panjang BC
BC : AC = 1 :
BC : 24 = 1 :
BC = 24 1
BC = (dikali sekawannya)
BC = = = 12
Menyatakan ulang sebuah
konsep
2 a. AB2 = 17
2 = 289
BC2 + AC
2 = 15
2 + 8
2 = 225 + 64 = 289
AB2 = BC
2 + AC
2
karena AB2 = BC
2 + AC
2 maka segitiga
ABC merupakan segitiga siku-siku.
b. KM2 = 30
2 = 900
KL2 + LM
2 = 10
2 + 25
2
= 100 + 625
= 289
KM2 > KL
2 + LM
2
Jadi, karena KM2 > KL
2 + LM
2 maka
segitiga ABC merupakan segitiga
tumpul
Dapat memberikan contoh dan
bukan contoh dari suatu konsep
119
c. QS2 = 32
2 = 1024
PQ2 + PS
2 = 18
2 + 26
2
= 324 + 676
= 1000
QS2 > PQ
2 + PS
2
Jadi, karena QS2 > PQ
2 + PS
2 maka
segitiga ABC merupakan segitiga
tumpul.
3 Diketahui: Dua buah tiang berjarak 6 m,
tinggi tiang adalah 6 m dan 14 m.
Ditanya: Hitunglah panjang kawat
penghubung antara kedua ujung tiang
tersebut!
Jawab:
Panjang kawat penghubung antara kedua
ujung tiang
=
=
=
=
= 10
Jadi, panjang kawat penghubung antara
kedua ujung tiang adalah 10 meter.
Menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi
matemais
Menggunakan,
memanfaatkan serta memilih
operasi tertentu
Mengaplikasikan konsep atau
algoritma dalam pemecahan
masalah
120
PENILAIAN TES PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SIKLUS II
No.Butir Aspek yang dinilai Skor Kriteria Nilai
1a, 1b
Siswa mampu menyatan ulang
konsep tentang perbandingan
sisi pada segitiga khusus
0
Tidak ada jawaban atau tidak ada ide
matematika yang muncul untuk
menyelesaikan soal.
1
Ide matematika telah muncul namun
belum dapat menyatakan ulang
sebuah konsep dengan benar.
2 Ide atau jawaban yang dituliskan
sudah benar.
2
Siswa mampu membedakan
segitiga siku-siku, segitiga
tumpul, dan segitiga lancip
0 Sama sekali tidak ada jawaban yang
dituliskan.
1 Sudah memberikan jawaban namun
belum benar.
2 Memberiakan jawaban dengan benar.
3
Siswa mampu menyajikan
permasalahan ke dalam model
matematika
0 Sama sekali tidak membuat model
matematika.
1 Sudah membuat model matematika
namun belum benar.
2 Model matematika yang dibuat
sudah benar.
3
Siswa mampu menggunakan,
memanfaatkan serta memilih
operasi tertentu, misalnya
memilih, menggunakan sebuah
teorema untuk menyelesaikan
permasalahan
0 Tidak ada ide matematika yang
muncul untuk menyelesaikan soal.
1 Sudah menggunakan operasi
matematika namun belum benar.
2
Dapat menggunakan, memanfaat-
kan serta memilih operasi
matematika dengan benar.
121
No.Butir Aspek yang dinilai Skor Kriteria Nilai
3
Siswa mampu menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis sebagai
suatu algoritma pemecahan
masalah.
0 Sama sekali tidak ada ide
matematika yang dituliskan.
1
Sudah menyajikan konsep dalam
bentuk representasi matematis
sebagai algoritma pemecahan
masalah namun masih terdapat
kesalahan.
2
Dapat menyajikan konsep dalam
bentuk representasi matematis
sebagai algoritma pemecahan
masalah dengan benar.
122
123
124
125
126
127
128
129
130
KISI-KISI LEMBAR KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
P-DHATO
Nama Sekolah : SMP Negeri 13 Purworejo
Materi Pokok : Teorema Pythagoras
Kelas/Semester : VIII E/1
No. Aspek yang diamati Uraian Nomor Butir
I Pra pembelajaran Kesiapan pembelajaran. 1.1, 1.2, 1.3
II Kegiatan awal Mengkomunikasikan materi
pembelajaran yang akan dibahas
Memberikan apersepsi.
Memberi motivasi.
2.1
2.2,
2.3
III Kegiatan inti Guru menerangkan materi yang
disampaikan.
Guru membimbing siswa
membentuk kelompok.
Guru membagikan LKS.
Siswa menyelesaikan
permasalahan yang ada dalam
LKS
Guru memanggil salah satu
nomor siswa dan siswa
mempresentasikan hasil dari
pekerjaannya
Mengadakan analisis tanya
jawab dengan kelompok lain.
Guru bersama siswa melakukan
penyimpulan terhadap materi
yang telah disampaikan.
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
131
IV Penutup Memberi kesempatan siswa
untuk bertanya.
Menyimpulkan pembelajaran
dan guru memberi Pekerjaan
Rumah (PR).
Menyampaikan pembelajaran
yang akan datang.
Menutup kegiatan pembela-
jaran.
4.1
4.2
4.3
4.4
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
Hasil Tes Siklus I
145
146
147
Hasil Tes Siklus II
148
149
150
151
152
153
154
155
156
CATATAN LAPANGAN
Siklus I / Pertemuan 1
Senin, 7 November 2016
12.00 – 13:20 WIB
Guru mengawali pertemuan dengan salam dan memimpin do’a. Guru
memeriksa kehadiran siswa dan diketahui bahwa seluruh siswa masuk yaitu
berjumlah 32 siswa. Setelah selesai memeriksa kehadiran siswa, guru
mengkomunikasikan materi yang akan dibahas yaitu Teorema Pythagoras.
Setelah guru mengkomunikasikan materi yang akan dibahas, guru
kemudian memulai pembelajaran dengan memberikan apersepsi terlebih dahulu
yaitu mengingatkan kembali tentang luas persegi dan luas persegi panjang.
Selanjunya guru memberikan pengarahan konsep materi Teorema Pythagoras.
Guru menjelaskan tentang bagaimana cara memperoleh Teorema Pythagoras dan
bagaimana menggunakan Teorema Pythagoras untuk menghitung panjang salah
satu sisi segitiga siku-siku jika kedua sisi lain diketahui. Siswa terlihat begitu
memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.
Selanjutnya guru membimbing siswa untuk membuat kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari 4-6 anggota yang kemudian setiap anggota dalam
kelompok-kelompok tersebut diberikan nomor. Guru menyampaikan bahwa setiap
anggota dalam kelompok agar saling berpasangan (nomor ganjil berpasangan
dengan nomor genap). Masing-masing kelompok diberikan LKS 1 yang berisi
permasalahan mengenai bagaimana cara memperoleh Teorema Pythagoras dan
bagaimana cara mencari sisi-sisi pada segitiga siku-siku. Setiap siswa diberikan
tugas untuk mengerjakan LKS 1 sesuai dengan nomor yang dimilikinya. Sebelum
siswa mengerjakan LKS 1, guru mengarahkan anggota kelompok dengan nomor
ganjil untuk mengerjakan permasalahan terlebih dahulu (berperan sebagai partner)
dan anggota kelompok yang bernomor genap untuk memeriksa jawaban (berperan
sebagai pelatih). Selanjutnya siswa diminta untuk bertukar peran.
157
Masih terdapat siswa yang kesulitan dalam mengerjakan permasalahan
LKS 1, hal ini terlihat saat guru membimbing siswa mengerjakan permasalahan
yang ada dalam LKS 1, oleh karena itu, guru membantu siswa yang merasa
kesulitan mengerjakan permasalahan yang menjadi tugasnya dengan menjelaskan
konsep atau langkah-langkah penyelesaian permasalahannya. Selanjutnya guru
meminta siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan cara
menyebutkan nomor anggota kelompok. Salah satu siswa yang mendapatkan
tugas mengerjakan nomor tersebut maju mempresentasikan pekerjaannya. Terlihat
kurangnya keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Hal ini
membuat waktu pembelajaran terbuang.
Karena waktu pembelajaran hampir selesai, guru memberi pesan kepada
siswa untuk tetap belajar. Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdo’a dan
mengucap salam.
158
Siklus I / Pertemuan 2
Kamis, 10 November 2016
08:20 – 09:40 WIB
Guru mengawali pertemuan dengan salam dan memimpin do’a. Guru
memeriksa kehadiran siswa dan diketahui ada 2 siswa yang tidak masuk
dikarenakan ijin. Guru mengkondisikan siswa dikarenakan siswa belum siap
menerima pelajaran. Terlihat bahwa masih banyak siswa yang mengobrol dengan
teman sebangkunya, siswa belum menyiapkan buku pelajaran dan alat tulisnya,
dan masih ada siswa yang berjalan-jalan di dalam kelas.
Setelah siswa terkondisi dengan baik, kemudian guru memberikan
apersepsi yaitu dengan melakukan tanya jawab tentang bagaimana memperoleh
Teorema Pythagoras. Selanjutnya guru menyampaikan materi yang akan dibahas
yaitu tentang perhitungan jarak dan perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku sudut
istimewa. Guru menjelaskan konsep perhitungan jarak antara 2 titik dengan
menggunakan Teorema Pythagoras serta menjelaskan bagaimana mengitung sisi
pada segitiga siku-siku dengan menggunakan perbandingan sisi-sisi segitiga siku-
siku sudut istimewa. Terlihat bahwa masih ada siswa yang kurang memperhatikan
saat guru mejelaskan materi. Oleh karena itu guru menyampaikan bahwa materi
yang disampaikan akan keluar pada saat tes evaluasi.
Selanjutnya guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok seperti
pada pertemuan sebelumnya. Dikarenakan jumlah siswa ada 30 anak, maka ada 2
kelompok yang beranggotakan 5 anak. Setelah siswa berkelompok dan saling
berpasangan, guru kemudian memberikan LKS 2 yang berisi permasalahan
mengenai perhitungan jarak dan perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku sudut
istimewa. Setiap siswa diberikan tugas untuk mengerjakan LKS 2 sesuai dengan
nomor yang dimilikinya. Guru mengarahkan anggota kelompok dengan nomor
ganjil untuk mengerjakan permasalahan terlebih dahulu (berperan sebagai partner)
dan anggota kelompok yang bernomor genap untuk memeriksa jawaban (berperan
sebagai pelatih). Selanjutnya siswa diminta untuk bertukar peran.
159
Setelah selesai berdiskusi, guru meminta siswa untuk mempresentasikan
hasil pekerjaannya dengan cara menyebutkan nomor anggota kelompok. Dari
pengamatan guru, masih terlihat kurangnya keberanian siswa untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya. Mungkin dikarenakan siswa merasa masih
takut salah. Setelah siswa selesai mempresentasikan hasil pekerjaannya, guru
bersama siswa mengadakan analisis bersama kelompok lain dan kelompok lain
memberi tanggapan.
Karena waktu pembelajaran hampir selesai, guru memberitahukan bahwa
pertemuan selanjutnya akan diadakan tes evaluasi dan memberikan pesan kepada
siswa agar siswa tetap belajar. Kemudian guru meminta siswa untuk merapikan
kembali tempat duduk mereka untuk digunakan kembali pada pelajaran yang lain.
Setelah bel tanda habis waktu berbunyi guru mengakhiri pembelajaran dengan
berdo’a dan mengucap salam.
160
Siklus II / Pertemuan 1
Kamis, 17 November 2016
08:20 – 09:40 WIB
Guru mengawali pertemuan dengan salam dan memimpin do’a. Guru
memeriksa kehadiran siswa dan diketahui ada 1 siswa yang tidak masuk
dikarenakan sakit, sehingga jumlahnya ada 31 siswa. Guru meminta siswa untuk
merapikan tempat duduknya. Guru mengkondisikan siswa.
Setelah siswa terkondisi dengan baik guru memberikan apersepsi. Guru
mengingatkan kembali materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan tanya
jawab. Selanjutnya guru menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahas yaitu
perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku sudut istimewa. Guru memberikan
pengarahan konsep tentang perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku sudut
istimewa. Kemudian guru meminta siswa untuk duduk berkelompok dan setiap
kelompok terdiri dari 4-6 siswa. Siswa terlihat sudah memahami model
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Setelah siswa duduk berkelompok, guru
mengkondisikan siswa. Siswa yang sudah berkelompok diberi nomor. Guru
membagikan LKS 3 kepada siswa. Guru meminta siswa untuk menyelesikan
permasalahan yang ada dalam LKS 3 secara berpasangan. Siswa bernomor ganjil
mengerjakan terlebih dahulu dan siswa yang bernomor genap bertugas untuk
memeriksa pekerjaan siswa bernomor ganjil. Selanjutnya siswa bertukar peran.
Guru berkeliling selama siswa menyelesaikan LKS 3 dan membantu siswa yang
merasa kesulitan. Guru memberikan waktu 30 menit untuk siswa menyelesaikan
permasalahan yang ada dalam LKS 3. Pada saat menyelesaikan LKS 3, terlihat
sudah banyak siswa yang bertanya tentang materi yang belum dipahami.
Setelah waktu diskusi selesai, guru memanggil nomor anggota kelompok.
Terlihat sudah ada keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya.
Siswa tidak lagi saling tunjuk-menunjuk untuk maju ke depan kelas. Ketika guru
menyebutkan nomor, salah satu siswa dengan nomor tersebut langsung
mempresentasikan pekerjaannya di depan kelas. Pada saat presentasi, ternyata ada
salah satu siswa yang jawabannya masih salah, kemudian guru bersama siswa
161
yang lain menanggapi jawaban tersebut sehingga jawaban tersebut dapat
diperbaiki. Setelah itu, guru memberikan waktu kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan. Tidak ada siswa yang bertanya, hal tersebut kemungkinan terjadi
karena siswa sudah paham tentang materi perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku
sudut istimewa.
Karena waktu pembelajaran hampir selesai, guru memberikan pesan untuk
tetap belajar. Kemudian guru meminta siswa untuk merapikan kembali tempat
duduk mereka untuk digunakan kembali pada pelajaran yang lain. Setelah bel
tanda habis waktu berbunyi guru mengakhiri pembelajaran dengan berdo’a dan
mengucap salam.
162
Siklus II / Pertemuan 2
Senin, 21 November 2016
12.00 – 13:20 WIB
Guru mengawali pertemuan dengan salam dan memimpin do’a. Guru
memeriksa kehadiran siswa dan diketahui bahwa seluruh siswa masuk yaitu
berjumlah 32 siswa. Guru meminta siswa untuk merapikan tempat duduknya.
Guru mengkondisikan siswa. Setelah siswa terkondisi dengan baik, guru
meberikan apersepsi yaitu mengingatkan kembali materi pelajaran pada
pertemuan sebelumya. Kemudian, guru menyampaikan materi pembelajaran yang
akan dibahas yaitu penggunaan Teorema Pythagoras pada bangun datar dan
bangun ruang, kebalikan dan tripel Pythagoras, serta penerapan Teorema
Pythagoras dalam kehidupan sehari-hari. Setelah selesai menyampaikan materi
pembelajaran yang akan dibahas, guru memberikan sedikit pengarahan konsep
tentang penggunaan Teorema Pythagoras pada bangun datar dan bangun ruang,
kebalikan dan tripel Pythagoras, serta penerapan Teorema Pythagoras dalam
kehidupan sehari-hari. Guru meminta siswa untuk mempehatikan.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berkelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 4-6 siswa. Guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok.
Seperti pada pertemuan sebelumnya, guru meminta siswa berpasangan. Anggota
kelompok yang bernomor ganjil berpasangan dengan anggota kelompok yang
bernomor genap. Kemudan guru membagikan LKS 4 kepada siswa.
Setiap anggota kelompok diberikan tugas untuk mengerjakan LKS 4
sesuai dengan nomor yang dimilikinya. Guru meminta siswa untuk menyelesikan
permasalahan yang ada dalam LKS 4 secara berpasangan. Siswa bernomor ganjil
mengerjakan terlebih dahulu dan siswa yang bernomor genap bertugas untuk
memeriksa pekerjaan siswa bernomor gajil. Selanjutnya siswa bertukar peran.
Guru berkeliling selama siswa menyelesaikan LKS 4 dan membantu siswa yang
merasa kesulitan. Terlihat banyak siswa yang bertanya. Guru memberikan batas
waktu untuk menyelesaikan LKS 4 yaitu 30 menit.
163
Setelah waktu diskusi selesai, guru langsung memanggil nomor siswa
untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Siswa terlihat bersemangat untuk
maju ke depan kelas. Setelah siswa selesai presentasi guru melakukan analisis
bersama siswa dari kelompok lain. Terlihat sudah ada beberapa kelompok yang
menanggapi hasil pekerjaan siswa yang presentasi.
Waktu pembelajaran hampir selesai, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami. Terlihat tidak ada siswa
yang bertanya. Mungkin dikarenakan siswa sudah memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Kemudian, guru memberitahukan bahwa pertemuan
selanjutnya akan diadakan tes evaluasi. Guru memberikan pesan kepada siswa
untuk tetap belajar dan meminta siswa untuk merapikan kembali tempat duduk
mereka. Setelah bel tanda habis waktu berbunyi guru mengakhiri pembelajaran
dengan berdo’a dan mengucap salam.
164
Surat Izin Observasi
165
Surat Izin Penelitian
166
SK Penetapan Dosen Pembimbing
167
Surat Ketrangan Penelitian
168
Data Nilai Awal
169
170