pendekatan kognitif kompleks (psikologi pendidikan)

26
PENDEKATAN KOGNITIF KOMPLEKS (Psikologi Pendidikan) MAKALAH Disampaikan dalam Forum Seminar Mata Kuliah PSIKOLOGI PENDIDIKAN Semester II Tahun Akademik 2013 Oleh; ISMAYANTI NIM. 80100212178 Dosen Pemandu: Dr. H. Andi Bunyamin, M.Pd. Dr. H. Muh. Tamar, M.Psi. PROGRAM PASCASARJANA

Upload: japar-sadiq-assaqaf

Post on 22-Oct-2015

599 views

Category:

Documents


39 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

PENDEKATAN KOGNITIF KOMPLEKS(Psikologi Pendidikan)

MAKALAH

Disampaikan dalam Forum Seminar Mata Kuliah

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Semester II Tahun Akademik 2013

Oleh;

ISMAYANTINIM. 80100212178

Dosen Pemandu:

Dr. H. Andi Bunyamin, M.Pd.Dr. H. Muh. Tamar, M.Psi.

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

M A K A S S A R

2013

Page 2: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan Allah Swt dengan sebaik-baik bentuk

sebagaimana dijelaskan Allah dalam Surat al-Tiin ayat 4 : “Sungguh

kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-

baiknya”, sekaligus menjadikan manusia sebagai makhluk hidup

yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan mkhluk-mkhluk

hidup lain. Sebagai akibat dari unsur kehidupan yang ada pada

manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-

perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologi maupun

perubahan-perubahan dalam segi psikologi.1

Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi

informasi dalam memori. Ini sering dilakukanuntuk membentuk konsep, bernalar dan

berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah. Siswa

dapat berpikir tentang hal-hal yang konkret, seperti liburan ke pantai atau cara

menang dalam permainan video game, atau apabila mreka sudah di usia sekolah

menengah, mereka bisa berfikir tentang hal-hal yang lebih abstrak, seperti makna

kebebasanatau identitas. Mereka dapat berpikir tentang masa lalu (seperti apa yang

terjadi pada mereka bulan lalu), dan masa depan (seperti apa kehidupan mereka nanti

di tahun 2020). Mereka dapat memikirkan realitas (seperti bgaimana ujian besok

1Ahmad Fauzi, Psikologi Umum (Cet, II; Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 195.

Page 3: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

2

dengan lebih baik) dan rantasi (seperti apa rasanya menjadi Ayu Tingting, Dian

Sastro, atau tokoh politik seperti Jusuf Kalla atau naik pesawat luar angkasa  ke Mars)

Proses berpikir berkaitan dengan tingkah laku dan memerlukan ke-terlibatan

aktif pemikirnya. Produk berpikir seperti pikiran, pengetahuan, alasan, serta proses

yang lebih tinggi seperti penilaian dapat juga dihasil-kan. Kaitan kompleks

dikembangkan melalui berpikir ketika digunakan sebagai bukti dari waktu ke waktu.

Kaitan ini dapat dihubungkan pada struktur yang terorganisasi dan diekspresikan oleh

pemikir dalam beragam cara. Jadi definisi ini menunjukkan bahwa berpikir

merupakan suatu upa-ya kompleks dan reflektif dan juga pengalaman kreatif.

Kemampuan berpikir inilah yang merupakan faktor penting dalam proses

pembelajaran siswa. Kemampuan berpikir seseorang dapat dikem-bangkan melalui

belajar, bertanya terus pada diri sendiri, memiliki ke-inginan untuk menghasilkan

sesuatu yang baru, berkemauan memanfa-atkan sesuatu yang ada di sekitar, sehingga

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya maupun bagi orang lain.

Kemampuan berpikir ini dimungkinkan untuk berkembang karena manusia memiliki

rasa ingin ta-hu yang selalu terus berkembang. Berarti keterampilan berpikir setiap

orang akan selalu berkembang dan dapat dipelajari. Depdiknas (2003a) menegaskan

salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembang-kan melalui proses

pendidikan adalah keterampilan berpikir. Berarti hal ini menunjukkan bahwa

seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupan-nya antara lain ditentukan oleh

keterampilan berpikirnya, terutama dalam upaya memecahkan masalah kehidupan

yang dihadapinya.

Page 4: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

3

Literatur baru tentang berpikir menyajikan daftar ganda tentang proses kognitif

yang dapat dipertimbangkan sebagai keterampilan berpi-kir. Beyer menekankan

pentingnya mendefinisikan keterampilan secara akurat dan menyarankan untuk mere-

view kerja para peneliti seperti Blo-om, Guilford, dan Feuerstein untuk menemukan

definisi yang bermakna tentang berpikir. Agar tidak bingung membedakan proses

seperti inkuiri dan mengingat sederhana. Beyer konsisten dengan para peneliti

sebelum-nya tentang proses kognitif, untuk membedakan keterampilan berpikir

tingkat rendah, dan keterampilan berpikir kompleks. Sebagai contoh, ada perbedaan

besar antara mendapatkan contoh identik dari insekta tertentu dengan menemukan

perbedaan dari insekta yang sama. Tugas yang perta-ma melibatkan proses dasar

mengidentifikasi dan membandingkan. Se-dangkan tugas satunya lagi memerlukan

tahap yang kompleks, canggih, berulang dan berurutan dari pemecahan masalah.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka dalam makalah ini secara spesifik

akan membahas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

pendekatan kognitif kompleks yang dirumuskan dalam beberapa

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana membentuk pemahaman konseptual ?

2. Bagaimana proses berfikir ?

3. Apa langkah-langkah pemecahan problem ?

Page 5: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

4

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kognitif.

Istilah “kognitif” berasal dari kata cognition, padanannya knowing, berarti

mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan

penggunaan pengetahuan.2 Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi

populer sebagai salah satu ranah psikologi manusia yang meliputi setiap prilaku

mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,

pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan.

Kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah

psikologi manusia termasuk kejiwaan yang berpusat di otak yang berhubungan

dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Dengan

perkataan lain, psikologi kognitif mempelajari bagaimana arus informasi yang

ditangkap oleh indera diproses dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan dalam

kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk tingkah laku.3 Menurut teori ini, reaksi

terhadap rangsang tidak selalu ke luar berupa tingkah laku yang nyata (respons yang

2Neisser dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Cet.XVI; Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2010)., h. 65

3Sarlito Wirawan Sarwoto. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi, (Cet.III;Jakarta:Bulan Bintang,1991), h. 147

Page 6: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

5

overt) akan tetapi juga bisa mengendap berupa ingatan atau diproses menjadi gejolak

perasaan (gelisah, kepuasan, kekecewaan dan sebagainya), ataupun dapat berupa

sikap suka atau tidak suka.

Teori kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang

terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Winkel, bahwa ;

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.4 Perubahan ini bersifat secara

relatif dan berbekas, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah

dibangunnya ilmu pengetahuan dalam diri seorang individu melalui proses interaksi

yang berkesinambungan dengan lingkungan.

Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema

(kerangka kognitif atau kerangka referensi). Skema adalah konsep atau kerangka

yang eksis didalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan

menginterpretasikan informasi, dapat berupa skema yang sederhana (seperti skema

sebuah mobil) sampai skema kompleks (seperti skema tentang apa yang membentuk

alam semesta).5

A. Pemahaman Konseptual

Pemahaman konseptual adalah aspek kunci dari pembelajaran.

Salah satu tujuan pengajaran yang penting adalah membantu murid

memahami konsep utama dalam suatu subjek, bukan sekedar

mengingat fakta yang terpisah-pisah. Dalam banyak kasus,

4Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. (Cet.III;Jakarta:PT.Gramedia, 1991)., h. 53

5John W. Santrock, Educational Psychology, dialihbahasakan oleh Tri Wibowo B. S., (Ed. II, Cet. II ; Jakarta : Kencana, 2008), h. 46.

Page 7: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

6

pemahaman konsep akan berkembang apabila guru dapat

membantu murid mengeksplorasi topik secara mendalam dan

memberi mereka contoh yang tepat dan menarik dari suatu konsep.

Konsep adalah bagian utama dari pemikiran

Konsep adalah kategiri-kategori yang mengelompokkan objek

kejadian, dan karakterisitik berdasarkan propertin umum. Konsep

juga membantu membnatu proses mengingat membuatnya lebih

efisien. Ketika murid mengelompokkan objek untuk membentuk

konsep, mereka bias mengingat konsep tersebut kemudian

mengambil karakteristik konsep itu.

Dalam sejumlah hal, guru bisa membantu murid untuk

mengenali dan membentuk konsep yang efektif, prosesnya dimulai

dengan mengenali ciri-ciridari suatu konsep tertentu. Aspek penting

dari pembentukan atau formasi konsep adalah mempelajari ciri

utamanya, atributnya atau karakteristik.

Salah satu aspek penting dari pengajaran konsep adalah

mendefinisikan secara jelas dan memberi contoh yang cermat.

Tennyson dan Chocciarella membagi strategi contoh aturan konsep

kedalam empat langkah:

1. Mendefinisakan konsep. Menghubungkan konsep dengan konsep

super ordinat dan sebutkan ciri-ciri utamanya

2. Jelaskan istilah-istilah dalam defenisi konsep. Pastikan bahwa

ciri atau karakteristik utama bias dipahami dengan baik

Page 8: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

7

3. Beri contoh untuk mengilustrasikan ciri utamanya berkenaan

dengan contoh konsep kita dapat memberikan contoh dan

deskripsi tipe-tipe dari jenis yang berbeda.

4. Memberi contoh tambahan. Yaitu memberikan contoh dari jenis

konsep yang berbeda.

Langkah-langkah memban tu murid membentuk konsep:

1. Gunakan strategi contoh aturan

2. Bantu murid bukan hanya mempelajri suatu konsep, tetapi juga

yang bukan termasuk konsep itu

3. Buat konsep sejelas mungkin dan beri contoh konhkrit

4. Bantu murid menghubungkan konsep baru dengan konsep yang

sudah mereka kenal

5. Dorong murid menciptakan peta konseep

6. Suruh murid membuat hipotesis tentang suatu konsep

7. Beri murid pengalaman dan penyesuian proto tipe

8. Cek pemahaman murid atas suatu konsep dan motifasilah

mereka untuk mengaplikasikan konsep tersebut pada kontekks

lain.6

B. Berfikir

Berfikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi

informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk membentuk konsep,

bernalar dan berfikir secara kritis, membuat keputusan, berfikir kreatif dan

memecahkan masalah.6 Ibid, h. 356

Page 9: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

8

1. Penalaran

Penalaran (Reasoning) adalah pemikiran logis yang menggunakan

logika induksi dan deduksi untuk menghasilkan kesimpulan. Penalaran terbagi

atas dua yaitu Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif

Penalaran Induktif adalah penalaran dari hal-hal spesifik ke Umum.

Yakni mengambil kesimpulan(membentuk konsep) tentang semua anggota

suatu kategori berdasarkan observasi dari beberapa anggota. Misalnya saat

siswa berpuisi di depan kelas hanya membaca beberapa puisi dan diminta

menarik kesimpulan tentang sifat umum puisinya maka siswa diminta

menggunakan penalaran induktif.

Penalaran Deduktif adalah Penalaran dari Umum ke Spesifik.

Penalaran deduktif hamper selalu pasti dalam pengertian bahwa jika aturan

atau asumsi awalnya benar, maka konklusinya akan mengikuti logika secara

benar. Misalnya Jika anda tahu kaedah umum bahwa anjing menggonggong

dan kucing mengeong (dan jika kaedah ini selalu benar), anda bias

mendeduksi dengan tepat apakah hewan piaraan tetangga anda yang tampak

aneh adalah anjing atau kucing berdasarkan suara yang dikeluarkan hewan itu.

Saat psikolog pendidikan mengembangkan hipotesis dari suatu teori, mereka

menggunakan bentuk penalaran deduktif karena hipotesisadalah spesifik,

eksistensi logis dari teori umum. Jika teori itu benar, maka hipotesisnya juga

akan benar.

2. Pemikiran Kritis

Page 10: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

9

Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif, dan

melibatkan evaluasi bukti. Berikut ini beberapa cara yang digunakan guru

untuk memasukkan pemikiran-kritis dalam pengajaran :

a. Jangan hanya tanyakan tentang apa yang terjadi, tapi tanyakan juga

bagaimana dan mengapa?

b. Kaji dugaan fakta untuk mengetahui apakah ada bukti yang

mendukungnya.

c. Berdebatlah secara rasional, bukan emosional

d. Akui bahwa terkadang ada lebih dari satu jawaban yang baik

e. Bandingkan dari berbagai jawaban untuk satu pertanyaan dan nilailah

mana jawaban terbaik.

f. Evaluasi dan kalau mungkin tanyakan apa yang dikatakan orang lain

bukan sekedar menerima begitu saja jawaban sebagai kebenaran

g. Ajukan pertanyaan dan pikiran di luar apa yang sudah kita tahu untuk

menciptakan ide baru dan informasi baru

3. Pembuatan keputusan

Pembuatan keputusan adalah pemikiran dimana individu mengevaluasi

berbagai pilihan dan memutuskan pilihan dari sekian banyak pilihan tersebut.

Dalam penalaran deduktif, orang menggunakan kaidah yang jelas untuk

mengambil kesimpulan. Sebaliknya saat kitya membuat keputusan, kaidahnya

jarang yang jelas dan kita mungkin hanya punya pengetahuan terbatas tentang

konsekuensi dari keputusan itu. Selain itu informasi penting mungkin tidak

Page 11: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

10

tersedia dan kita mungkin tidak bisa mempercayaisemua informasi yang kita

punya.

4. Pemikiran Kreatif

Kreativitas adalah kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara

baru dan tak biasa dan menghasilkan solusi yang unik atas suatu problem.

Salah satu tujuan penting pengajaran adalah membantu murid ,enjadi lebih

kreatif. Strategi yang bias mengilhami kreatifitas murid adalah ;

Brainstorming, Menyediakan lingkungan yang memicu kreatifitas, tidak

terlalu mengatur murid, mendorong motivasi internal, mendorong pemikiran

yang pleksibel dan menarik, dan memperkenalkan murid dengan orang-orang

kreatif.

C. Pemecahan Problem

Memecahkan masalah melibatkan aktivitas seperti menggunakan proses

berpikir dasar untuk memecahkan kesulitan tertentu, merakit fakta tentang informasi

tambahan yang diperlukan, memprediksi atau menya-rankan alternatif solusi dan

menguji ketepatannya, mereduksi ke tingkat penjelasan yang lebih sederhana,

mengeliminasi kesenjangan, memberi uji solusi ke arah nilai yang dapat

digeneralisasi. Kemampuan untuk mela-kukan pemecahan masalah adalah

ketrampilan yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dalam setiap aspek

kehidupannya. Jarang sekali se-seorang tidak menghadapi masalah dalam

kehidupannya sehari-hari  kare-na masalah telah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dalam kehidupan kita, baik kehidupan sosial, maupun kehidupan

profesional kita. Untuk itulah penguasaan atas metode pemecahan masalah menjadi

Page 12: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

11

sangat pen-ting, agar kita terhindar dari tindakan jump to conclusion, yaitu proses pe-

narikan kesimpulan terhadap suatu masalah tanpa melalui proses analisa masalah

secara benar, serta didukung oleh bukti atau informasi yang aku-rat. Pemecahan

masalah yang tidak optimal dapat memunculkan masalah baru yang lebih rumit

dibandingkan dengan masalah awal.

Tabel 1. Model keterampilan berpikir dasar menurut Bloom dan Guiford

NoKeterampilan Berpikir

DasarProses Dasar

1 Sebab - memantapkan sebab dan akibat,- menguji

Prediksi; Inferensi; Pertimbangan; Evaluasi

2 Transformasi - mengaitkan karakteristik yang sudah dan belum  diketahui, menciptakan makna

AnalogiMetafor Induksi logis

3 Relasi- mendeteksi operasi reguler

Fakta dan pola; Analisis dan sintesis; Urutan dan pilihandeduksi logis

4 Klasifikasi- menentukan ciri umum

Persamaan dan perbedaan pengelompokan dan pemilahan perbandingan dan pemisahan

5 Kualifikasi- menentukan karakteristik unik

Unit identitas dasar definisi, fakta-faktapengenalan masalah

Pemecahan masalah dapat dilakukan melalui dua metode yang ber-beda, yaitu

analitis dan kreatif. Tahapan pemecahan masalah secara anali-tis dilakukan melalui

beberapa langkah, yaitu (1) mendefinisikan masalah; (2) membuat akternatif

pemecahan masalah; (3) evaluasi alter-natif peme-cahan masalah; dan (4) solusi dan

tindak lanjut. Mendefinisikan masalah adalah langkah pertama yang perlu dila-kukan

dalam metode analitis adalah mendefinisikan masalah yang terjadi. Pada tahap ini,

dilakukan diagnosis terhadap sebuah situasi, peristiwa atau kejadian, untuk

memfokuskan perhatian pada masalah sebenarnya, dan bukan pada gejala yang

Page 13: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

12

muncul. Agar dapat memfokuskan perhatian pada masalah sebenarnya, dan bukan

pada gejala yang muncul, maka dalam proses mendefiniskan suatu masalah,

diperlukan upaya untuk mencari in-formasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya,

agar masalah dapat dide-finisikan dengan tepat.

Beberapa karakteristik dari pendefinisian masalah yang baik ada-lah (1) Fakta

dipisahkan dari opini atau spekulasi, dan data objektif dipi-sahkan dari persepsi; (2)

Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi; (3) Masalah harus

dinyatakan secara eksplisit/ tegas. Hal ini seringkali dapat menghindarkan kita dari

pembuatan definisi yang tidak jelas; (4) Definisi yang dibuat harus menyatakan

dengan jelas ada-nya ketidaksesuaian antara standar atau harapan yang telah

ditetapkan se-belumnya dan kenyataan yang terjadi; (5) Definisi yang dibuat harus

me-nyatakan dengan jelas, pihak-pihak yang terkait atau berkepentingan de-ngan

terjadinya masalah; dan (6) Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang

samar.

Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah membuat alternatif pe-nyelesaian

masalah. Pada tahap ini, diharapkan dapat menunda untuk me-milih hanya satu

solusi, sebelum alternatif yang ada diusulkan. Penelitian yang pernah dilakukan

dalam kaitannya dengan pemecahan masalah men-dukung pandangan bahwa kualitas

solusi yang dihasilkan akan lebih baik bila mempertimbangkan berbagai alternatif. 

Karakteristik dari pembuatan alternatif masalah yang baik adalah (1) Semua

alternatif yang ada sebaiknya diusulkan dan dikemukakan ter-lebih dahulu sebelum

kemudian dilakukannya evaluasi terhadap me-reka; (2) Alternatif yang ada, diusulkan

oleh semua orang yang terlibat dalam penyelesaian masalah. Semakin banyaknya

Page 14: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

13

orang yang mengusulkan al-ternatif, dapat meningkatkan kualitas solusi dan

penerimaaan kelompok; (3) Alternatif yang diusulkan harus sejalan dengan tujuan

atau kebijakan organisasi. Kritik dapat menjadi penghambat baik terhadap proses

orga-nisasi maupun proses pembuatan alternatif pemecahan masalah; (4) Alter-natif

yang diusulkan perlu mempertimbangkan konsekuensi yang muncul dalam jangka

pendek, maupun jangka panjang; (5) Alternatif yang ada sa-ling melengkapi satu

dengan lainnya. Gagasan yang kurang menarik, bisa menjadi gagasan yang menarik

bila dikombinasikan dengan gagasan-gagasan lainnya. Contoh: Pengurangan jumlah

tenaga kerja, namun kepa-da karyawan yang terkena dampak diberikan paket

kompensasi yang me-narik; dan (6) Alternatif yang diusulkan harus dapat

menyelesaikan ma-salah yang telah didefinisikan dengan baik. Masalah lainnya yang

mun-cul, mungkin juga penting. Namun dapat diabaikan bila, tidak secara lang-sung

mempengaruhi pemecahan masalah utama yang sedang terjadi.

Langkah ketiga dalam proses pemecahan masalah adalah mela-kukan evaluasi

terhadap alternatif yang diusulkan atau tersedia. Dalam ta-hap ini, kita perlu berhati-

hati dalam memberikan bobot terhadap keun-tungan dan kerugian dari masing-

masing alternatif yang ada, sebelum membuat pilihan akhir. Seorang yang terampil

dalam melakukan pemecahan masalah, akan memastikan bahwa dalam memilih

alternatif yang ada dinilai berdasarkan (1) Tingkat kemungkinannya untuk dapat

menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan terjadinya masalah lain yang tidak

diperkirakan sebelum-nya; (2) Tingkat penerimaan dari semua orang yang terlibat di

dalamnya; (3) Tingkat kemungkinan penerapannya; (4) Tingkat kesesuaiannya de-

ngan batasan yang ada di dalam organisasi; misalnya budget, kebijakan perusahaan.

Page 15: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

14

Karakteristik dari evaluasi alternatif pemecahan masalah yang baik adalah (1)

Alternatif yang ada dinilai secara relatif berdasarkan suatu stan-dar yang optimal, dan

bukan sekedar standar yang memuaskan; (2) Penila-ian terhadap alternatif yang ada

dilakukan secara sistematis, sehingga se-mua alternatif yang diusulkan akan

dipertimbangkan; (3) Alternatif yang ada dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan

tujuan organisasi dan mempertimbangkan preferensi dari orang-orang yang terlibat

didalamnya; (4) Alternatif yang ada dinilai berdasarkan dampak yang mungkin ditim-

bulkannya, baik secara langsung, maupun tidak langsung; dan (5) Alterna-tif yang

paling dipilih dinyatakan secara eksplisit/tegas.

Langkah terakhir dari metode ini adalah menerapkan dan menin-daklanjuti

solusi yang telah diambil. Dalam upaya menerapkan berbagai solusi terhadap suatu

masalah, perlu lebih sensitif terhadap kemungkinan terjadinya resistensi dari orang

yang mungkin terkena dampak dari pene-rapan tersebut. Hampir pada semua

perubahan, terjadi resistensi. Karena itulah seorang yang piawai dalam melakukan

pemecahan masalah akan secara hati-hati memilih strategi yang akan meningkatkan

kemungkinan penerimaan terhadap solusi pemecahan masalah oleh orang yang

terkena dampak dan kemungkinan penerapan sepenuhnya dari solusi yang ber-

sangkutan (Whetten & Cameron, 2002).

Page 16: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

15

BAB III

PENUTUP

Proses kompleks ini secara jelas menggambarkan dan mengelabo-rasi

keterampilan esensial. Beberapa keterampilan esensial tertentu dapat lebih signifikan

terhadap proses kompleks yang lain, namun penelitian terbaru tidak menjelaskan

pemahaman diskrit tentang relasi ini. Yang paling penting adalah bahwa siswa

mengembangkan kompetensi kete-rampilan esensial pada awal tahun pertama sekolah

dan kemudian ketika memasuki sekolah menengah pertama mulailah dikenalkan pada

proses berpikir yang lebih kompleks pada materi tertentu yang spesifik yang sa-ngat

dekat dengan penggunaan beberapa keterampilan. Saat para siswa berada di sekolah

menengah pertama awal merupakan waktu yang tepat untuk mengenalkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi atau proses ber-pikir kompleks ini. Semakin

dewasa maka terjadi pertumbuhan kemampu-an kognitif yang menantang berpikir

lebih kompleks.

Page 17: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

16

Beberapa proses berpikir kompleks memang lebih relevan dengan bidang

studi tertentu daripada dengan bidang studi lainnya. Misalnya ke-terampilan berpikir

memecahkan masalah tampak ideal untuk matematika atau sains. Membuat keputusan

lebih relevan dengan bidang sosial dan kejuruan. Berpikir kritis lebih relevan dengan

bahasa, seni, masalah de-mokrasi. Sedangkan berpikir kreatif dapat memperkaya

semua bidang stu-di. Yang paling penting adalah bahwa tujuan dari proses berpikir

kom-pleks itu harus saling menguatkan dalam belajar.Dari uraian di atas dapat dibuat

simpulan bahwa dengan membuat peta pikiran dapat melatih siswa untuk berpikir

kreatif,  yang meliputi:  (1) menghasilkan sesuatu yang berbeda dari yang lain atau

orisinil, (2) menghasilkan gagasan yang tidak terbatas atau menghasilkan banyak ide,

(3) mampu berpikir dari yang umum ke hal-hal yang lebih detail, (4) mampu menilai

karya sendiri sehingga selalu ingin memperbaikinya,  dan (5) melihat permasalahan

dari berbagai aspek.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan, Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Cet III edisi revisi; Bandung : Remaja Rosdakarya Offset, 2000)

Ahmad Fauzi, Psikologi Umum (Cet, II; Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 195.

Neisser dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Cet.XVI; Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2010).

Sarlito Wirawan Sarwoto. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi, (Cet.III;Jakarta:Bulan Bintang,1991), h. 147

Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. (Cet.III;Jakarta:PT.Gramedia, 1991)

John W. Santrock, Educational Psychology, dialihbahasakan oleh Tri Wibowo B. S., (Ed. II, Cet. II ; Jakarta : Kencana, 2008)

Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan, Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Cet III edisi revisi; Bandung : Remaja Rosdakarya Offset, 2000)

Page 18: Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)

17