pendahuluan edit terbaru
TRANSCRIPT
SIMULASI POLA ALIRAN FLUIDA DI DALAM SALURAN
PERSEGI DENGAN VARIASI PENGHALANG (OBSTACLE)
Oleh :
Suheri NA0404102010065
Teknik Konversi EnergiJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Abstrak
Simulasi aliran fluida dalam saluran dengan memvariasikan bentuk penghalang (obstacle) dengan sudut 600, 300, dan 150 dari sisi masuk saluran dengan tinggi 0,3 cm telah dilakukan dengan menggunakan program CFD (Computation Fluid Dynamic) fluent 6.2.16. Simulasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui pola aliran yang terbentuk dalam saluran tersebut karena adanya hambatan (obstacle). Hasil simulasi menunjukkan bahwa aliran fluida dalam saluran dengan adanya pengahalang membentuk berbagai karakteristik pola aliran. Pola aliran kecepatan meningkat dan tekanan menurun setelah aliran terhalang oleh obstacle. Peningkatan kecepatan aliran pada saluran dengan sudut hambatan 600 lebih besar daripada saluran dengan hambatan 300 dan 150.
Kecepatan (V) tertinggi pada saluran dengan sudut obstacle 600 sebesar21,3 m/s, pada saluran dengan sudut obstacle 300 sebesar 20,8 m/s dan pada saluran dengan sudut obstacle 150 sebesar 20,2 m/s. Penurunan tekanan (∆P) pada saluran dengan sudut obstacle 600 juga lebih besar daripada saluran dengan sudut obstacle 300
dan150. Pressure drop (∆P) pada saluran denga obstacle 600adalah sebesar 69,05 Pa, ∆P pada saluran dengan obstacel 300 adalah sebesar 57,55 Pa dan pada saluran dengan obstacle 150 adalah sebesar 47,15 Pa. Dalam saluran tersebut juga terjadi pusaran (vortex) pada bagian setelah obstacle, pusaran tersebut terjadi akibat pembesaran diameter saluran secara tiba-tiba setelah penyempitan saluran karena adanya hambatan. Luasan vortex yang terjadi lebih luas pada saluran dengan sudut penghalang 600 daripada 300 dan 150, hal ini menunjukkan semakin besar sudut penghalang semakin besar peningkatan kecepatan yang terjadi dan semakin besar pula wilayah pusaran yang terbentuk.Kata kunci : CFD, obstacle, pola aliran, vortex
1
2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
Perpindahan fluida (cairan atau gas) di dalam sebuah saluran tertutup
(biasanya disebut sebuah pipa jika penampangnya berbentuk bundar atau saluran
duct jika bukan) sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada sistem
distribusi pengiriman air dari sumur kota ke rumah-rumah, banyak selang-selang
dan pipa-pipa menyalurkan fluida hidrolik atau fluida lainnya ke berbagai
komponen-komponen kendaraan dan mesin-mesin, dll. Mekanika fluida adalah
salah satu ilmu yang mempelajari tentang aliran-aliran fluida yang melewati sebuah
sistem (saluran). (Bruce R. Munson; 2003)
Bila suatu medan aliran fluida (air atau udara, misalnya) terhalang oleh
sebuah benda maka pola aliran fluida tersebut akan terganggu dari kondisi
stasionernya lalu akan mencari kondisi kesetimbangan barunya. Misalkan pada
kasus sebuah saluran persegi yang berada dalam aliran steady, maka akan terjadilah
suatu pola aliran tertentu di sekeliling permukaan silinder tersebut. (Ronald V.
Giles)
Saluran merupakan salah satu medan aliran fluida yang banyak dijumpai di
industri-industri. Bermacam-macam pola aliran bisa terjadi dalam saluran, baik itu
pola kecepatan, tekanan, dll. Salah satu pola kecepatan yang terjadi dalam saluran
adalah terjadinya pengumpalan (penumpukan) fluida dan pusaran (vortex) karena
adanya hambatan di dalam saluran tersebut seperti pada sambungan saluran
misalnya. Penyebab lain yang bisa terjadi bisa terjadinya vortex yaitu akibat dari
kecepatan aliran yang mengalir dari diameter kecil kediameter yang lebih besar
secara mendadak. (Ridwan, dkk; 2002)
Untuk mengetahui pola aliran yang terbentuk pada saluran akibat adanya
obstacle yaitu dengan melakukan penelitian. Ada tiga cara penelitian yaitu dengan
cara analitik, eksperimen, dan simulasi dengan CFD (Computational Fluid
Dynamic). Pada makalah ini penulis akan melakukan penelitian dengan cara
simulasi dengan menggunakan CFD yang merupakan perangkat lunak atau softwere
komputasi dengan metode penghitungan, memprediksi, dan pendekatan aliran
fluida secara numerik dengan bantuan computer. Penelitian dilakukan pada saluran
3
persegi dengan beberapa variasi penghalang (obsacle) dengan menggunakan
softwere Fluent dan Gambit yang merupakan salah satu softwere CFD yang sangat
bagus untuk mensimulasikan tentang aliran fluida.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola aliran yang
terjadi di dalam saluran apabila dalam saluran tersebut terdapat penghalang
(obstacle), pada kecepatan aliran fluida tetentu dengan menggunakan CFD.
1.3. Batasan masalah
Batasan masalah pada makalah ini adalah
1. Analisis pola kecepatan aliran dan tekanan yang terjadi dalam saluran
persegi dengan variasi bentuk penghalang
2. Variasi geometri saluran dengan beberapa variasi model penghalang.
3. Analisis dengan menggunakan CFD.
II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Aliran fluida dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: 1) Aliran lurus atau aliran
laminar. Terjadi jika aliran lancar, sehingga lapisan fluida yang saling berdekatan
mengalir dengan lancar. Setiap partkel fluida mengikuti sebuah lintasan lurus yang
tidak saling menyilang. 2) Aliran turbulen atau aliran bergolak. Di atas kecepatan
tertentu, yang tergantung pada sejumlah faktor, aliran akan bergolak. Aliran ini
dicirikan oleh ketidaktentuan, kecil, melingkar-lingkar seperti pusaran air yang
disebut sebagai arus eddy atau kisaran. (Bruce R. Munson; 2003)
2.1. Aliran dalam saluran atau pipa
Aliran fluida (cairan atau gas) di dalam sebuah saluran tertutup atau pipa
sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa komponen dasar yang
berkaitan dari suatu sistem perpipaan adalah meliputi pipa-pipa itu sendiri seperti
sambungan pipa (fitting) yang digunakan untuk menyambung masing-masing pipa
guna membentuk sistem yang diinginkan dan peralatan pengatur laju aliran (katup-
4
katup) dan pompa-pompa atau turbin-turbin yang menambahkan energi atau
mengambil energi dari fluida. (Bruce R. Munson; 2003)
Pada aliran fluida di dalam pipa, lapisan fluida pada dinding mempunyai
kecepatan nol. Lapisan fluida pada jarak yang semakin jauh dari dinding pipa
mempunyai kecepatan yang semakin besar, dengan kecepatan maksimum terjadi
pada pusat pipa. (Bruce R. Munson; 2003)
Pada kenyataanya, distribusi kecepatan aliran fluida dalam pipa/saluran
bergantung pada jenis aliran dalam pipa/saluran tersebut. Jenis aliran juga
memegang peranan penting dalam penentuan gaya friksi yang bekerja pada fluida.
Aliran fluida di dalam sebuah pipa/saluran tertutup mungkin merupakan aliran
laminar atau turbulen. (Bruce R. Munson; 2003)
Pola aliran dalam saluran dapat berubah dengan adanya penghalang
(obstacle), misalnya pola aliran kecepatan bisa meningkat dan pola aliran tekanan
bisa turun. Pada aliran tersebut juga bisa terjadi pusaran, karena pengaruh dari
adanya penghalang yang membuat perubahan diameter saluran dengan tiba-tiba.
2.1.1. Bilangan Reynold
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang digunakan
untuk mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda, misalnya laminar atau turbulen.
Berikut persamaannya:
ℜ=VDρμ ……………............................ (1)
Dimana : V adalah kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir (m/s)
D adalah diameter dalam pipa (m)
ρ adalah masa jenis fluida (kg/m3)
μ adalah viskositas dinamik fluida (kg/m.s) atau (N. det/ m2)
Dari hasil penelitian Osborne Reynold (1883), dikategorikan aliran laminar
jika bilangan Re kurang dari 2300, aliran turbulen jika bilangan Re lebih dari 4000,
dan aliran transisi jika berada pada bilangan Re 2300 dan 4000, biasa juga disebut
sebagai bilangan Reynolds kritis. (Anderson J. David; 1995)
5
2.1.2. Hukum Bernoulli
Hukum Bernoulli adalah hukum kekekalan energi mekanis didalam fluida
ideal. Penurunan persamaan Bernoulli untuk aliran sepanjang garis arus didasarkan
pada hukum Newton II tentang gerak (F = M.a). Persamaan ini diturunkan
berdasarkan anggapan sebagai berikut ini :
a. zat cair adalah ideal, jadi tidak mempunyai kekentalan (kehilangan energi
akibat gesekan adalah nol).
b. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa zat cair
adalah konstan).
c. Aliran adalah kontinyu dan sepanjang garis arus.
d. Kecepatan aliran adalah merata dalam suatu penampang.
e. Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan tekanan.
Berikut rumus umum persamaan Bernoulli : (Bruce R. Munson; 2003)
P1
γ+
v12
2g+z1=
P2
γ+
v22
2 g+z2
........................ (2)
2.1.3. Debit Aliran
Jumlah zat cair yang mengalir melalui tampang lintang aliran tiap satu
satuan waktu disebut debit aliran (Q). Debit aliran biasanya diukur dalam volume
zat cair tiap satuan waktu, satuannya adalah m3/dt atau l/dt.
Debit aliran dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran pada masing
masing pipa experiment, rumus debit aliran adalah:
Q = AV ............................................................. (3)
Dimana:
Q = Debit aliran (m³/dt atau lt/dt)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
A = luas penampang (m²)
2.1.4. Persamaan Navier Stokes
Persamaan dasar dari aliran fluida diperkenalkan oleh L.M.H Navier pada
tahun 1823, dan beberapa tahun kemudian ditempat yang berbeda diperkenalkan
oleh G.G. Stokes. Simulasi aliran fluida dapat digambarkan dengan menyelesaikan
6
persamaan tersebut. Persamaan Navier-Stokes merupakan persamaan diferensial
parsial nonlinier orde dua. Selama ini belum terdapat solusi analitik penyelesaian
persamaan tersebut. Metode yang digunakan untuk mensimulasikan aliran fluida
selama ini adalah metode Euler yaitu Finite Element (FE) dan Finite Difference
(FD) yang menggunakan anggapan bahwa, fluida merupakan sistem yang kontinyu
dan mengikuti hukum-hukum gerak Newton. Cara ini sangat tidak efektif untuk
dilakukan mengingat persamaan Navier-Stokes merupakan persamaan yang sangat
kompleks. (Anderson J. David; 1995)
Persamaan Navier-Stokes didapatkan dengan mensubstitusi hukum ketiga
Newton kedalam elemen fluida dV. Bentuk umum persamaan Navier-Stokes
dituliskan pada persamaan (4).
ρ(∂ u⃗∂ t
+u⃗ . ∇ u⃗)=−∇ P+F+μ(∇ 2 u⃗+ 13
∇ ( ∇ . u⃗ ))…………… (4)
F adalah gaya luar dan µ adalah viskositas fluida. Untuk fluida yang tidak
termampatkan, maka persamaan ∇ . u⃗=0
harus disubtitusikan pada sistem. Jika
persamaan tersebut dikombinasikan dengan persamaan (4) maka persamaan Navier-
Stokes untuk fluida tidak termampatkan (misalnya air) dapat dituliskan pada
persamaan berikut.
ρ(∂ u⃗∂ t
+u⃗ . ∇ u⃗)=−∇ P+F+μ ∇2 u⃗ ,
………………….. (5)
∇ . u⃗=0 ………………………. (6)
Simulasi aliran fluida dapat dilakukan dengan mencari solusi persamaan
Navier-Stokes. Selama ini belum terdapat solusi analitik persamaan Navier-Stokes
tersebut, karena itu untuk mencari solusi persamaan Navier-Stokes dapat dilakukan
dengan metode numerik. Syarat awal dan syarat batas juga diperlukan dalam
simulasi aliran fluida. Secara umum, syarat awal yang digunakan adalah
( ρ (t=0 , x , y , z ) , u⃗ (t=0 , x , y , z ) ), dan syarat batas untuk simulasi aliran fluida pada
permukaan S dituliskan pada persamaan 7.
7
u⃗
|s=0 ..................................... (7)
2.2. Computational Fluid Dynamics (CFD)
Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah metode penghitungan,
memprediksi, dan pendekatan aliran fluida secara numerik dengan bantuan
komputer (Anderson J. David; 1995). Aliran fluida dalam kehidupan nyata memiliki
banyak sekali jenis dan karakteristik tertentu yang begitu kompleks, CFD
melakukan pendekatan dengan metode numerasi serta menggunakan persamaan-
persamaan fluida. CFD merupakan metode penghitungan dengan sebuah kontrol
dimensi, luas dan volume dengan memanfaatkan bantuan komputasi komputer
untuk melakukan perhitungan pada tiap-tiap elemen pembaginya. Prinsipnya adalah
suatu ruang yang berisi fluida yang akan dilakukan penghitungan dibagi-bagi
menjadi beberapa bagian, hal ini sering disebut dengan sel dan prosesnya
dinamakan meshing. Bagian-bagian yang terbagi tersebut merupakan sebuah kontol
penghitungan yang akan dilakukan oleh aplikasi atau software. Kontrol-kontrol
penghitungan ini beserta kontrol-kontrol penghitungan lainnya merupakan
pembagian ruang yang disebutkan tadi atau meshing. Nantinya, pada setiap titik
kontrol penghitungan akan dilakukan penghitungan oleh aplikasi dengan batasan
domain dan boundary condition yang telah ditentukan. Prinsip inilah yang banyak
dipakai pada proses penghitungan dengan menggunakan bantuan komputasi
komputer.
CFD secara umum dipakai untuk memprediksi: (Anderson J. David; 1995)
• Aliran dan panas.
• Transfer massa.
• Perubahan fasa seperti pada proses melting, pengembunan dan pendidihan.
• Reaksi kimia seperti pembakaran.
• Gerakan mekanis seperti piston dan fan.
• Tegangan dan tumpuan pada benda solid.
• Gelombang electromagnet
8
CFD adalah penghitungan yang mengkhususkan pada fluida, mulai dari
aliran fluida, heat transfer dan reaksi kimia yang terjadi pada fluida. Atas prinsip-
prinsip dasar mekanika fluida, konservasi energi, momentum, massa, serta species,
penghitungan dengan CFD dapat dilakukan. Secara sederhana proses penghitungan
yang dilakukan oleh aplikasi CFD adalah dengan kontrol-kontrol penghitungan
yang telah dilakukan maka kontrol penghitungan tersebut akan dilibatkan dengan
memanfaatkan persamaan-persamaan yang terlibat. Persamaan-persamaan ini
adalah persamaan yang dibangkitkan dengan memasukkan parameter apa saja yang
terlibat dalam domain. Misalnya ketika suatu model yang akan dianalisa melibatkan
temperatur berarti model tersebut melibatkan persamaan energi atau konservasi dari
energi tersebut. Inisialisasi awal dari persamaan adalah boundary condition.
Boundary condition adalah kondisi dimana kontrol-kontrol perhitungan
didefinisikan sebagi definisi awal yang akan dilibatkan ke kontrol-kontrol
penghitungan yang berdekatan dengannya melalui persamaan-persamaan yang
terlibat. Secara umum proses penghitungan CFD terdiri atas 3 bagian utama:
1. Preposessor
2. Processor
3. Post processor
Prepocessor adalah tahap dimana data diinput mulai dari pendefinisian
domain serta pendefinisan kondisi batas atau boundary condition. Ditahap itu juga
sebuah benda atau ruangan yang akan analisa dibagi-bagi dengan jumlah grid
tertentu atau sering disebut juga dengan meshing. Tahap selanjutnya adalah
processor, pada tahap ini dilakukan proses penghitungan data-data input dengan
persamaan yang terlibat secara iteratif. Artinya penghitungan dilakukan hingga hasil
menuju error terkecil atau hingga mencapai nilai yang konvergen. Penghitungan
dilakukan secara menyeluruh terhadap volume kontrol dengan proses integrasi
persamaan diskrit. Tahap akhir merupakan tahap post processor dimana hasil
perhitungan diinterpretasikan ke dalam gambar, grafik bahkan animasi dengan pola-
pola warna tertentu.
2.2.1. Permodelan dengan GAMBIT
9
Salah satu softwere CFD adalah GAMBIT. GAMBIT merupakan
kepanjangan dari Geometry and Mesh Building Inteligent Toolkit. GAMBIT di
produksi oleh Fluent Inc, salah satu pembuat softwere analisis komputasi fluida
dinamik (Computational Fluid Dynamics /CFD). Softwere GAMBIT merupakan
salah satu softwere preprocessor yang di desain untuk membantu membuat model
dan melakukan diskritasi (meshing) pada model untuk analisis komputasi fluida
dinamik (CFD) dan aplikasi ilmiah lainnya. Pada permodelan ini digunakan
GAMBIT 2.2.30. (Fluent & Gambit Tutorial Guide; 2005)
2.2.2. Simulasi hasil permodelan dengan FLUENT
Salah satu softwere simulasi CFD adalah FLUENT. FLUENT adalah
program komputer untuk simulasi aliran fluida dan perpindahan kalor pada
bentuk/geometri yang rumit. FLUENT menyediakan fleksibilitas mesh yang
lengkap, sehingga dapat menyelesaikan kasus aliran fluida dengan mesh (grid) yang
tidak terstruktur (unstruktued mesh) yang dapat diterapkan pada geometri yang
dengan relative mudah. Jenis mesh yang di dukung oleh fluent adalah tipe 2D
triangular/quadrilateral, 3D tetrahedral/hexahedral/pyramid/wedge, dan mesh
campuran (hybrid mesh). FLUENT juga mengijinkan kita untuk memperhalus atau
memperbesar mesh yang sudah ada berdasarkan kebutuhan aliran fluida. FLUENT
merupakan softwere processor dan postprocessor. Pada simulasi ini akan
digunakan FLUENT 6.2.16. (Fluent & Gambit Tutorial Guide; 2005)
Sudut obstacle yang dimodifikasi
10
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Data Awal Permodelan
Geometri saluran di buat dengan ukuran panjang (sumbu x) = 12 cm, lebar
(sumbu z) = 2 cm, dan tinggi (sumbu y) = 2 cm. Untuk penghalang di buat dengan
ukuran tinggi 0,3 cm dan penghalang di buat dalam beberapa variasi bentuk yaitu
penghalang dengan bentuk segitiga (dengan variasi sudut 600, 300, dan 150).
Fluida di asumsikan sebagai udara yang bekerja pada suhu ruangan dengan
kecepatan 15 m/s.
Gambar 1. Gambar ukuran geometri dalam satuan mm
3.2. Permodelan Numerik
Permodelan untuk proses simulasi dalam saluran di bagi menjadi dua
tahapan yang meliputi tahapan di Gambit dan tahapan di Fluent. Berikut diagram
alir prosedur simulasi :
START Menggambar geometri dan meshing
Pendefinisian bidang batas pada geometri
Pengecekan mesh
Mesh baik?
Penentuan kondisi batas
Numerical processing
Interasi error ??
Plot distribusi temperature, tekanan, dan lain-lain END
Data sifat fisik
Tidak
Tidak
Ya
Ya
11
Gambar 1. Diagram alir prosedur simulasi
Sumber : Fluent & Gambit Tutorial Guide; 2005
3.2.1. Permodelan geometri dengan GAMBIT 2.2.30
Geometri dibuat dengan perangkat lunak GAMBIT 2.2.30 yang merupakan
salah satu perangkat lunak produksi FLUENT Inc. Selain membuat geometri, proses
meshing dan penentuan lapisan batas (boundary layer) juga ditentukan di GAMBIT
ini. Berikut gambar hasil pemodelan geometri :
Inlet Flow Outlet Flow
Inlet Flow Outlet Flow
Inlet Flow Outlet Flow
12
Gambar 2a. Hasil Permodelan geometri dengan sudut obstacle 600
Gambar 2b. Hasil Permodelan geometri dengan sudut obstacle 300
Gambar 2c. Hasil Permodelan geometri dengan sudut obstacle 150
Gambar di atas menunjukkan domain simulasi dalam saluran dengan variasi
bentuk hambatannya. Jumlah cell yang tebentuk dan tipe mesh yang digunakan
dapat dilihat di bawah (tabel 1).
Tabel 1: Jumlah cell dan tipe mesh
Model Geometri Jumlah Grid/Cell Tipe Mesh
Saluran persegi dengan hambatan
segitiga 600
98550 Hexsahedral/submap
Saluran persegi dengan hambatan
segitiga 300
103550 Hexsahedral/submap
Saluran persegi dengan hambatan
segitiga 150
102300 Hexsahedral/submap
3.2.2. Proses simulasi permodelan dengan FLUENT 6.2.16
Berikut tahapan proses simulasi permodelan dengan menggunakan softwere
FLUENT 6.2.16 yang merupakan salah satu softwere CFD.
13
a. Check grid dan penskalaan
Pengecekan grid dilakukan untuk mengetahui adanya error pada
geometri atau tidak. Selanjutnya proses penskalaan dari geometri yaitu 1 : 1
(cm).
b. Pemilihan solver
Solver yang digunakan adalah segregated, solver ini menyelesaikan
persamaan kontinunitas, momentum dan energi serta persamaan spesies
transport (jika diperlukan) secara bertahap (terpisah antara satu dengan
persamaan yang lain) dan solver ini banyak digunakan pada kasus dengan fluida
inkompresibel dan kompresibel dengan kecepatan aliran rendah sampai sedang.
c. Menentukan model viscos
Penentuan model viscos tergantung dari jenis aliran fluida yang akan
disimulasikan apakah termasuk dalam aliran laminar, transisi, atau turbulen.
Jenis aliran ini dapat diketahui dengan menghitung nilai Reynold (Re) yaitu :
ℜ=VDρμ
ℜ=15 . 0,02 .1,225
0,1789. 10−4=20537,6103
Karena nilai Re diatas 5000, maka aliran tersebut termasuk aliran turbulen.
Untuk aliran turbulen tersedia beberapa jenis model viscos, pada simulasi ini
digunakan model k-epsilon karena model ini merupakan model terbulensi yang
cukup lengkap dengan dua persamaan yang memungkinkan kecepatan terbulen
(turbulen velocity) dan skala panjang (length scale) ditentukan secara independen.
(Fluent & Gambit Tutorial Guide; 2005)
d. Pemilihan material
Material yang digunakan adalah fluida udara, nilai-nilai yang digunakan
adalah sebagai berikut :
14
Tabel 3.1. Data material
Tipe Material Properties
Fluida : Udara Densitas (Kg/m3 ) : 0,8984Viskositas (Kg/m-s) : 2,2528e-5
Sumber : Data perencanaan
e. Menentukan bondary condition
Boundary condition yang digunakan adalah velocity inlet (data yang
dimasukkan adalah kecepatan aliran yaitu 15 m/s) sebagai inlet (saluran masuk),
wall sebagai dinding saluran dan outflow sebagai saluran keluar.
f. Proses interasi
Setelah semua data dimasukkan, selanjutnya dilakukan proses interasi untuk
mengetahui aliran tersebut konvergen atau tidak. Proses postprocessor (gambar
countour, vektor, dan pathline, dll) baru bisa dilakukan apabila hasil interasi
konvergen.
15
IV. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN
Analisa aliran fluida dalam saluran telah dilakukan dengan menggunakan
program numerik CFD (Computational Fluid Dynamic). Pada penelitian (simulasi)
ini telah dilakukan beberapa model obstacle pada saluran persegi untuk
mengetahui pengaruh kecepatan terhadap perubahan pola aliran yang terjadi.
Beberapa model tersebut adalah berupa saluran dengan bentuk penghalang
(obstacle) yang bersudut 600, 300 dan 150.
Kecepatan aliran fluida pada inlet saluran adalah 15 m/s, fluida yang
digunakan adalah udara, dan data-data lain yang digunakan adalah data material
pada FLUENT 6.2.16 (software CFD). Berikut analisa hasil simulasi pada saluran
dengan beberapa variasi obstacle.
4.1. Analisa Hasil Simulasi
Variable utama yang menentukan dalam menganalisa karakteristik
aliran pada salulan meliputi analisa pola aliran dan kerugian
tekanan. Analisis pola aliran diwakili oleh vektor kecepatan dan
lintasan aliran fluida untuk mengetahui distribusi dan pola
kecepatan udara yang terjadi. Dari gambar kontur dibawah terlihat
jelas pola aliran yang terjadi, dimana kecepatan pada dan setelah
obstacle meningkat. Peningkatan kecepatan yang terjadi juga
berbeda tergantung sudut penghalangnya.
4.1.1. Analisis Hasil Simulasi Pada Saluran Dengan Obsacle 600
Pada saluran ini terlihat peningkatan kecepatan aliran dari 15 m/s di inlet
menjadi 21,4 m/s setelah terjadi hambatan (gradasi merah). Peningkatan kecepatan
aliran terjadi karena adanya hambatan yang menyebabkan pengecilan saluran.
Kecepatan terendah adalah 1,3 m/s terlihat pada wilayah dengan gradasi warna biru
kehijauan. Daerah dengan kecepatan minus yang gradasi warna biru menunjukkan
adanya aliran yang berlawanan arah. Adanya aliran yang berlawanan arah ini akan
16
menyebabkan penurunan kecepatan dan peningkatan tekanan. Kecepatan pada
outlet 14,015 m/s.
Gambar 3a. Kontur kecepatan pada saluran dengan sudut obstacle 600.
Gambar 3b. Kontur tekanan pada saluran dengan sudut obstacle 600.
17
Gambar 3c. Vektor kecepatan pada saluran dengan sudut obstacle 600.
4.1.2. Analisis Hasil Simulasi Pada Saluran Dengan Obsacle 300
Pada saluran ini (gambar 4a dan 4c ) terlihat peningkatan kecepatan aliran
dari 15 m/s di inlet menjadi 20,8 m/s setelah terjadi hambatan (gradasi merah) yang
merupakan kecepatan tertinggi yang terjadi pada saluran ini. Kecepatan tertinggi
pada saluran ini lebih rendah dari pada kecepataan pada saluran dengan sudut
obstacle 600. Kecepatan terendah adalah 0,88 m/s terlihat pada wilayah dengan
gradasi warna biru kehijauan. Wilayah yang kecepatan rendah pada saluran ini juga
lebih kecil daripada wilayah pada saluran dengan obstacle 600. Luasnya daerah
yang kecepatan minus juga lebih kecil dibandingkan dengan saluran obstacle 600.
Kecepatan pada outlet 14,084 m/s.
18
Gambar 4a. Kontur kecepatan pada saluran dengan sudut obstacle 300.
Gambar 3b. Kontur tekanan pada saluran dengan sudut obstacle 300.
19
Gambar 4c. Vektor kecepatan pada saluran dengan sudut obstacle 300.
4.1.3. Analisis Hasil Simulasi Pada Saluran Dengan Obsacle 150
Pada saluran ini (gambar 5a dan 5c) kecepatan tertinggi yang terjadi adalah
20,1 m/s. Gradasi merah pada gambar kontour di bawah menunjukkan wilayah
dengan kecepatan tinggi. Kecepatan tertinggi pada saluran ini lebih rendah dari
pada kecepataan pada saluran dengan sudut obstacle 600 dan 300. Kecepatan
terendah adalah 0,987 m/s terlihat pada wilayah dengan gradasi warna biru
kehijauan. Wilayah yang kecepatan rendah pada saluran ini juga lebih kecil
daripada wilayah pada saluran dengan obstacle 600 dan 300. Luasnya daerah yang
kecepatan minus juga lebih kecil dibandingkan dengan saluran obstacle 600 dan 300.
Pada saluran ini kecepatan yang terjaid lebih merata dibandingkan dengan saluran
dengan sudut 600 dan 300. Kecepatan pada outlet 14,081 m/s.
20
Gambar 5a. Kontur kecepatan pada saluran dengan sudut obstacle 150.
Gambar 5b. Kontur tekanan pada saluran dengan sudut obstacle 150.
21
Gambar 5c. vector kecepatan pada saluran dengan sudut obstacle 150.
4.2. Analisis Hasil Simulasi Berdasarkan Pathline
Pola aliran lain yang terbentuk pada saluran yang
berpenghalang yaitu terjadinya vortex (pusaran) pada bagian
tengah (setelah obstacle) dan adanya bagian yang tidak tersentuh
(kecepatannya adalah 0) atau bagian yang akan terjadi
penumpukan. Berikut gambar pathline aliran pada saluran
dengan sudut obstacle 600, 300, dan 150.
4.2.1. Analisis Pathline dengan obstacle 600
Dari gambar pathline di bawah (gambar 6) dapat dilihat
daerah yang terjadi pusaran (vortex), pusaran ini terjadi setelah
aliran dalam saluran terhalang dimana perubahan bentuk saluran
22
dari luas permukaan yang kecil akibat obstacle dan tiba-tiba besar
lagi.
Gambar 6. Patline saluran dengan hambatan bersudut 600.
4.2.2. Analisis Pathline dengan obstacle 300
Dari gambar di bawah terlihat bahwa daerah yang akan
terjadi penumpukan tidak ada lagi, ini terjadi karena sudut
obstacle yang lebih kecil. Pusaran yang terjadi juga lebih kecil.
23
Gambar 7. Patline saluran dengan hambatan bersudut 300.
4.2.3. Analisis Pathline dengan obstacle 150
Pada saluran dengan sudut obstacle 150 ini daerah yang
terjadi pusaran lebih kecil di bandingkan dengan gambar 6&7. Ini
terjadi karena sudut pada pengahalang saluran ini lebih kecil.
24
Gambar 8. Patline saluran dengan hambatan bersudut 150.
4.3. Perbandingan Hasil Simulasi
Berikut hasil perbandingan dari hasil analisa simulasi diatas.
Tabel 4.1 perbandingan hasil simulasi
Model Geome
tri
Gambar Kontur Kecepatan
Data Hasil Simulasi
V
Inlet
(m/
s)
V
Outlet
(m/s
)
VMax
(m/
s)
PInlet
(Pa)
POutlet
(Pa)
∆P
(Pa)
Saluran dengan sudut
obstacle 600
1514,0
721,3
298,57
229,52
69,05
Saluran dengan sudut
obstacle 300
1514,1
320,8
284,24
226,69
57,55
Saluran dengan sudut
obstacle 150
1514,1
820,2
265,28
218,13
47,15
Dari tabel di atas dapat di lihat perbandingan hasil dari
simulasi dimana pola kecepatan aliran yang terjadi pada saluran
dengan obstacle 600, 300, dan 150 berbeda, dimana kecepatan
aliran yang terjadi tergantung pada besar sudut penghalangnya.
Kecepatan aliran fluida dalam saluran dengan sudut penghalang
yang lebih besar adalah lebih tinggi dibandingkan dengan saluran
dengan sudut penghalang yang lebih kecil. Daerah pusaran yang
terbentuk juga tergantung dari sudut penghalangnya. sudut yang
besar akan menghasilkan daerah pusaran yang besar. Pola aliran
25
tekanan yang terjadi berbading dalam saluran berbanding terbalik
dengan pola aliran kecepatan dimana selisih tekanan ∆P dengan
sudut obstacle 600 lebih besar daripada ∆P pada saluran dengan
sudut obstacle 300 dan 150 .
V. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Simulasi pola aliran fluida dalam saluran persegi dengan beberapa variasi
penghalang (obstacle) telah dilakukan dengan menggunakan program CFD
(Computation Fluid Dynamic) fluent 6.2.16
2. Pola aliran yang terbentuk adalah Terjadinya peningkatan kecepatan aliran dan
terjadinya pusaran (vortex) dalam saluran karena adanya pengahalang
(obstacle).
3. Semakin besar sudut penghalang semakin besar peningkatan kecepatan yang
terjadi. Kecepatan tertinggi pada saluran dengan sudut obstacle 600 adalah 21,3
m/s, pada saluran dengan obstacle 300 adalah 20,8 m/s, dan pada saluran dengan
obstacle 150 adalah 20,2 m/s.
4. Kecepatan aliran pada Saluran dengan sudut hambatan 150 lebih merata
daripada aliran dalam saluran dengan sudut 300 dan 600.
5. Terjadinya arus balik dalam saluran. Semakin besar sudut pengahalang semakin
besar arus balik yang terjadi.
6. Akibat adanya penghalang (obstacle) juga menyebabkan terjadinya pusaran. Ini
terjadi karena pembesaran saluran secara tiba-tiba setelah terjadi penyempitan
karena adanya hambatan.
7. Pola aliran kecepatan berbading terbalik dengan tekanan. ∆P pada saluran
dengan sudut obstacle 150 lebih kecil yaitu 47,15 Pa daripada saluran dengan
sudut obstacle 300 (∆P = 57,55 Pa) dan 600 (∆P = 69,05 Pa)
26
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anderson John David, Computational Fluid Dynamics (The Basics with Aplication,
Internasional Editon), Singapura, 1995.
Bruce R. Munson, Donald F. Young, Theodore H. Okiishi, Mekanika Fluida, Edisi
Keempat,Jilid 1dan Jilid II, Erlangga, 2003.
Fluent Incorporate, Fluent/UNS & Rampant 4.2, User’s Guide, Volume 1, 2, 3 dan
4, Fluent Inc, Lebanon, 1998.
Fluent Incorporated, Fluent 6.2 Tutorial Guide, Fluent Inc., Lebanon, 2005.
Fluent Incorporated, Gambit Modelling Guide, Fluent Inc., Lebanon, 2005.
Jalaluddin Jamil, M. Ilham Maulana, Studi Pembentukan Kavitasi di Dalam
Penyempitan Saluran 2D (Nosel 2D), Seminar Nasional Kluster Riset
Teknik Mesin, Universitas Sebelas Maret, 2009.
M. Ilham Maulana, Prihadi Setyo. D, Development of cyclone separators
performance in cement industries, Regional Seminar on Computational
Mechanics and Numerical Analysis Proceeding, Syiah Kuala University,
2004.
Ridwan, A. Indra Siswantara, Supriyanto, Analisa Aliran Vortex Pada pembesaran
saluran Pipa dengan Teknologi CFD, Proceeding, Komputer dan Sistem
Intelijen (KOMMIT 2002), Jakarta, 2002.
Ronald V. Giles “ Mekanika Fluida dan Hidrolika “ Erlangga, Jakarta.
Viktor L. Streeter & E. Benjamin Wyle, Mekanika Fluida edisi 8 (terjemahan),
Erlangga, Jakarta, 1993.
27
http://fauzanahmad.wordpress.com/cfd/