penanganan pasca panen jeruk

47
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis mengucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul makalah ini adalah TEKNOLOGI PASCA PANEN TANAMAN JERUK, mengingat adanya serangan penyakit pada tanaman jeruk di seluruh wilayah Indonesia sejak tahun 1970-an, khususnya penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD), maka tanman jeruk yang sudah terinfeksi penyakit harus dimusnahkan agar tidak menjadi sumber penularan. Makalah ini merangkum tentang usaha-usaha rehabilitasi tanaman jeruk dan merupakan sebagai pelengkap tugas mata kuliah Teknologi Pasca Panen. Terima kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman dan pihak- pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun masih penulis harapkan demi menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya pada studi Teknologi Pasca Panen. Amin.

Upload: andrew-sutandi

Post on 05-Dec-2015

513 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

Teknologi Penanganan Pasca Panen Jeruk sangat lah penting untuk meningkatkan hasil produksi yang optimal

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun judul makalah ini adalah TEKNOLOGI PASCA PANEN TANAMAN

JERUK, mengingat adanya serangan penyakit pada tanaman jeruk di seluruh wilayah

Indonesia sejak tahun 1970-an, khususnya penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration

(CVPD), maka tanman jeruk yang sudah terinfeksi penyakit harus dimusnahkan agar tidak

menjadi sumber penularan. Makalah ini merangkum tentang usaha-usaha rehabilitasi tanaman

jeruk dan merupakan sebagai pelengkap tugas mata kuliah Teknologi Pasca Panen. Terima

kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu

penulis dalam proses penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu

kritik dan saran yang membangun masih penulis harapkan demi menyempurnakan makalah

ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya

pada studi Teknologi Pasca Panen. Amin.

Medan, 03 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HalKATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUANLatar Belakang .............................................................................Tujuan Penulisan .........................................................................Metode Penulisan ........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................

BAB III ISI

Varietas Jeruk ..............................................................................Syarat – Syarat Tumbuh ..............................................................Pengembangbiakan Tanaman Jeruk ............................................Perencanaaan Penanaman ............................................................Hama dan Penyakit ......................................................................Penanganan Pasca Panen Jeruk ...................................................

BAB IV PENUTUPKesimpulan ..................................................................................Saran ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jeruk merupakan komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi penting dan

nilai kesehatan yang berarti karena mengandung nilai gizi yang tinggi (vitamin C dan vitamin

A). Buah jeruk dapat dikonsumsi secara langsung sebagai buah segar atau juice dan dapat

pula diolah menjadi sirup. Buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna untuk

kesehatan manusia. Kandungan vitamin C sangat beragam antar varietas, berkisar antara 27-

49 mg/100 g daging buah. Semakin tua buah jeruk, biasanya akan semakin berkurang

kandungan vitamin C-nya, tetapi akan semakin manis rasanya. Varietas jeruk sangat banyak,

masing-masing jenis mempunyai karakteristik yang berbeda.

Di Indonesia, umumnya buah jeruk dikonsumsi dalam bentuk buah segar (buah meja)

dan sering dijadikan sebagai buah tangan ketika bersilahturahmi atau menjenguk orang sakit.

Oleh karena itu, mutu buah jeruk banyak ditentukan oleh mutu eksternal (warna kulit, ukuran

buah, tekstur kulit, dan kemulusan kulit) maupun mutu internalnya (kadar sari buah, kadar

gula, kadar asam, rasio gula/asam, dan warna sari buah). Meskipun penampilan jeruk

nusantara relatif kurang menarik dibandingkan dengan jeruk impor, mutu internal terutama

nilai gizi sari buahnya tentu lebih baik dibandingkan jeruk impor yang telah mengalami masa

penyimpanan berbulan-bulan lamanya.

Jeruk merupakan salah satu komoditas unggulan yang dibudidayakan masyarakat

petani di Tanah Karo sebagai penunjang perekonomian rumah tangga mereka. Belakangan ini

sebagian besar kebun jeruk di Kabupaten Tanah Karo diserang berbagai hama dan penyakit

sehingga mengakibatkan produktivitas dari tanaman jeruk tersebut menurun. Serangan hama

tersebar di 17 kecamatan di Tanah Karo, akibat serangan hama ini ribuan buah jeruk busuk

dan gugur di tanah, sehingga membuat para petani mengalami kerugian cukup besar.

Penanganan pasca panen buah jeruk pada umunya meliputi, pemanenan, pencucian,

sortasi, penguningan, pelapisan lilin, penyimpanan, dan pengemasan. Buah jeruk harus

dipanen tepat saat tua/matang. Pencucian diperlukan untuk menghilangkan residu pestisida,

spora, jamur dan tanah pada permukaan buah. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan buah

jeruk yang cacat atau rusak dan mengkelaskan buah. Pelapisan lilin dilakukan agar kulit buah

tampak bersinar dan mengurangi susut bobot selama penyimpanan dan juga untuk

mempertahankan mutu buah jeruk selama penyimpanan.

Buah jeruk ini termasuk non klimaterik, sebaiknya panen dilakukan sebelum akhir

fase kemasakan buah agar daya simpannya dapat lebih lama. Adanya respirasi menyebabkan

buah menjadi masak dan tua yang ditandai dengan proses perubahan fisik, kimia, dan biologi

antara lain proses pematangan, perubahan warna, pembentukkan aroma dan kemanisan,

pengurangan keasaman, pelunakan daging buah dan pengurangan bobot. Laju respirasi dapat

digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui daya simpan sayur dan buah setelah panen.

Semakin tinggi laju respirasi, maka semakin pendekumur simpannya. Bila proses respirasi

berlanjut terus, buah akan mengalami kelayuan dan akhirnya terjadi pembusukkan sehingga

zat gizi menjadi hilang.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui teknologi pasca

panen terhadap produk jeruk, untuk mengetahui varietas-varietas jeruk, untuk mengetahui

persyaratan supaya jeruk dapat tumbuh dengan baik, untuk mengetahui pengembangbiakan

tanaman jeruk baik secara generatif maupun vegetatif, untuk mengetahui hama dan penyakit

apa saja yang dapat menganggu pertumbuhan dari tanaman jeruk, mengetahui cara

penyemprotan pestisida, serta untuk mengetahui penanganan pasca panennya mulai dari

sortasi, penyimpan dan pengemasan.

Metode Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sebenarnya jeruk manis brastagi merupakan jenis jeruk WNO (washington navel

orange). Karena banyak ditanam di Brastagi, Sumatera Utara, akhirnya masyarakat setempat

menyebutnya dengan jeruk manis brastagi. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan agak

halus. Ujung buah bundar dan berpusar. Kulit buah berwarna kuning mengilat dan sulit

dikupas bila matang. Ketebalan kulit buah sekitar 3,9 mm. Daging buah bertekstur lunak,

mengandung banyak air, dan berwarna kekuningan. Rasa daging buahnya sangat manis dan

baunya harum. Umumnya jeruk manis brastagi tidak berbiji (Pracaya, 2003).

Di Indonesia, jeruk manis banyak ditanam di dataran tinggi. Dulu jeruk valensia dan

washington novel orange (WNO) banyak terdapat di Berastagi, Lembang, Malang. Jeruk ini

sempat lenyap dari pasaran akibat serangan wabah virus Citrus Vein Phloem Degeneration

(CVPD). Dua macam jeruk manis adalah VLO (tetraploid) dan WNO (triploid) (Sunarjono,

2000).

Pertanaman jeruk di Indonesia selain jumlah dan luas pertanaman masih perlu

ditingkatkan, penerapan teknologi budidayanya pun harus ditingkatkan, khususnya di tingkat

petani. Rendahnya produksi dan pendeknya umur jeruk di Indonesia yang disebabkan oleh

serangan penyakit membuktikan bahwa teknik budidayanya belum sepenuhnya diterapkan.

Dengan teknik budidaya yang benar, pada umur diatas 25 tahun tanaman jeruk masih sangat

produktif (Soelarso, 2005).

Masyarakat lokal Sumatera Utara telah mengenal berbagai jenis jeruk yang digunakan

untuk berbagai keperluan. Selain untuk dimakan segar, jeruk juga digunakan sebagai bahan

minuman dan obat tradisional. Empat varietas jeruk yang sudah diputihkan sebagai varietas

nasional adalah jeruk Siam Madu, Keprok Maga, Keprok Sipirok (Ranu et al. 2000), dan

Laukawar (Simatupang 2004).

Produksi dan mutu jeruk dapat ditingkatkan melalui perbaikan lingkungan dan

tanaman. Salah satunya adalah dengan menggabungkan sifat dari tetuanya. Daya gabung

diperlukan untuk mengidentifikasi kombinasi tetua yang menghasilkan keturunan yang

berpotensial hasil tinggi, seperti yang dilakukan pada pepaya (Indriyani, dkk., 2002).

Berdasarkan fungsinya jeruk dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu jeruk konsumsi

segar, jeruk olahan, dan jeruk obat. Empat jenis jeruk untuk dikonsumsi segar sudah dilepas

sebagai varietas unggul, yaitu jeruk Siam Madu, Maga, Keprok Sipirok, dan jeruk manis

Laukawar (Citrus sinensis) yang termasuk jenis Navel (Saunt 2000).

Jeruk untuk obat tradisional ditanam dalam jumlah sedikit, satu atau dua batang di

pekarangan rumah, atau di ladang etnis karo di Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dan

Kabupaten Karo. Jeruk ini tidak punah karena laku dijual ke pasar tradisional, tertentu. Dari

segi pemuliaan tanaman, plasma nutfah jeruk untuk obat belum digali potensinya sebagai

batang bawah. Ketersediaan dan keragaman plasma nutfah jeruk diperlukan dalam program

pemuliaan. Keberhasilan suatu program pemuliaan tanaman atau bioteknologi bergantung

kepada keragaman dalam populasi atau plasma nutfah (Apaseray, dkk., 2001).

BAB III ISI

3.1 Varietas Jeruk

Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di dunia dengan berbagai macam

produk dan jenis buah-buahan, khususnya varietas jeruk. Di seluruh dunia, jumlah varietas

jeruk mencapai lebih dari 600 jenis, dengan karakter yang hampir mirip atau bahkan berbeda

sama sekali. Golongan jeruk manis biasanya dimakan segar sebagai buah meja, untuk yang

bercitarasa asam lebih cocok dijadikan juice. Beberapa jenis buah jeruk hanya dimanfaatkan

kulitnya sebagai bumbu masakan.

Berdasarkan karakteristik (bentuk, fisik buah, dan manfaatnya) jeruk yang dibudidayakan

di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Jeruk Keprok (Citrus nobilis L.)

Jeruk jenis ini tumbuh baik di dataran tinggi, seperti di berastagi. Dengan ciri-ciri

kulit buah tipis, kasar, puncak buahnya berlekuk, mudah sekali terlepas, dan warna

dagingnya umumnya berwarna orange atau orange tua. Jeruk ini memiliki nilai

ekonomis yang tinggi.

Gambar 1. Gambar Jeruk Keprok Batu 55

2. Jeruk Siem (Citrus microcarpa)

Jeruk jenis ini memiliki ciri-ciri berbentuk bulat seperti bola, puncak buah berlekuk,

kulit buah tipis, licin, agak sulit dilepas, dan warna dagingnya orange.

Gambar 2. Gambar Jeruk Siem Pontianak

3. Jeruk Manis (Citrus aurantium)

Jeruk ini paling banyak jenisnya. Mulai dari jeruk medan, jeruk pontianak, jeruk

keprok, jeruk manis pacitan, dan jeruk peras. Air jeruk ini bisa dimanfaatkan untuk

minuman dan puding selain dimakan segar. Jeruk jenis ini memiliki ciri-ciri berkulit

tebal lebih kurang 44mm, berbentuk bulat, warna kulit luar hijau sampai

jingga/orange, warna daging buah kuning pucat sampai kuning segar, kuning orange,

dan kuning segar.

Gambar 3. Gambar Jeruk Manis Pacitan

4. Jeruk Besar (Citrus maximamus Herr.)

Jeruk jenis ini memiliki ciri-ciri berbentuk bulat besar, kulit tebal warna sampai

kuning, daging buah orange kemerahan. Jeruk besar memiliki nilai ekonomis sedikit

dan dapat dihasilkan hanya pada beberapa daerah. Contoh jeruk besar adalah jeruk

bali.

Gambar 4. Gambar Jeruk Bali

5. Jeruk Sayur/Bumbu

Jeruk jenis ini memiliki ciri-ciri berasa masam, bermanfaat untuk sayur/bumbu,

karena airnya kaya akan asam sitrat yang dapat mengurai serat daging. Bisa

digunakan untuk menghilangkan bau amis pada ikan dan daging. Contoh jeruk ini

adalah jeruk purut.

Gambar 5. Gambar Jeruk Purut

3.2 SYARAT-SYARAT TUMBUH TANAMAN JERUK

Dalam budidaya tanaman jeruk harus memenuhi syarat tumbuh tanaman jeruk supaya

dapat tumbuh dengan baik, diantaranya :

1. Iklim

Kecepatan angin yg lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk

daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik

ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin. Tergantung pada spesiesnya, jeruk

memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk

perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat

memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus. Temperatur optimal antara 25-

30°C namun, ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38°C. Jeruk Keprok memerlukan

temperatur 20°C. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar

matahari. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.

2. Ketinggian Tempat

Di daerah subtropis tanaman jeruk tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 650 m

dpl, sedangkan di daerah khatulistiwa sampai ketinggian 2000 m dpl. Di daerah subtropis,

produksi lebih tinggi dibandingkan daerah tropis, dikarenakan iklim yang berbeda. Menurut

Savage, produksi jeruk di daerah subtropis bisa mencapai 36 – 40 ton / hektar, di daerah

tropis hanya mencapai 13 – 22 ton / hektar. Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan

bervariasi dari dataran rendah sampai tinggi tergantung pada spesies, diantaranya :

Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.

Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.

Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.

Jenis Siem: 1–700 m dpl.

Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl.

Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.

Jenis Purut: 1–400 m dpl.

3. Media Tanam

Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7- 27%,

debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik. Jenis tanah andosol dan

latosol yang sangat cocok untuk budidaya jeruk. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang

cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5–6,5 dgn pH optimum 6. Air tanah yang optimal

berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150

cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam.

sekitar 10%. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik didaerah yang memiliki kemiringan

sekitar 30°.

4. Temperatur

Pada temperatur < 13°C pertumbuhan jeruk akan berkurang, tetapi dapat bertahan

pada temperatur lebih dari 38 °C. Temperatur optimalnya antara 25°C – 30 °C. Udara yang

terlalu panas pada siang hari menyebabkan buah seperti terbakar. Bunga yang tidak

terlindungi daun kemungkinan akan rontok sehingga hanya bunga yang terlindungi daun saja

dapat menjadi buah. Bila temperatur tinggi pada malam hari, tanaman jeruk akan rusak

karena terjadi pernapasan dan penguapan air terlalu tinggi sehingga banyak energi yang

terbuang dan asimilasi karbon tidak ada untuk menambah energi. Selain itu pada malam hari

tidak terjadi pigmen sehingga buah menjadi sukar berwarna atau akan menjadi hijau kembali

Untuk tanaman jeruk di dataran tinggi berastagi suhu optimum yang diperlukan untuk

pertumbuhannya antara 25°C – 30 °C dengan curah hujan yang cocok antara 1.000 – 1.200

mm / tahun dengan RH 50 -85 %.

3.3 Pengembangbiakan Tanaman Jeruk

Sebelum proses pasca panen, dibutuhkan dahulu proses penanaman (perkembangbiakan) dan

pemeliharaan tanaman jeruk untuk mendapatkan buah jeruk yang berkualitas. Secara umum,

ada tiga cara perkembangbiakan tanaman jeruk, yaitu secara generatif, vegetatif dan

gabungan.

A. Perkembangbiakan Secara Generatif

Perkembangan secara generatif adalah perkembangbiakan secara seksual yang

menggunakan biji sebagai hasil akhir dari penyerbukan dan pembuahan yang terdiri

dari embrio (lembaga) dan endosperm (cadangan makanan) yang tertutup pelindung.

Ada dua macam perkecambahan yang terjadi pada jeruk, yaitu:

1. Perkecambahan hipogeal

Perkecambahan ini terjadi pada jeruk subgenus Eucitrus. Pada waktu

berkecambah, keping masih berada di bawah permukaan tanah.

2. Perkecambahan epigeal

Perkecambahan ini terjadi pada subgenus Papeda. Pada waktu biji berkecambah,

kepingnya muncul di atas permukaan tanah.

Tahapan dalam proses dalam mempersiapkan biji adalah sebagai berikut :

a. Merawat Biji

Pada tahap ini, biji yang telah diambil langsung dari jeruk dicuci bersih sehingga

daging yang masih menempel terbuang. Penyimpanan jeruk dilakukan apabila biji

tidak langsung disemaikan. Penyimpanan sebaiknya dilakukan di dalam arang yang

lembab pada temperature 10oC. Dalam penyimpananya, biji dapat di-desinfeksi di

dalam air hangat pada temperatur 52oC selama 10 menit untuk mencegah penyakit.

Kulit biji

yang basah sebaiknya dikeringkan menggunakan kipas angin dan pemberian fungisida

apabila ingin disimpan pada waktu beberapa bulan.

b. Persemaian I

1. Persiapan Menyemai

Jumlah biji yang sedikit, dapat disemai dalam kotak persemaian. Sedangkan

apabila biji banyak, maka disemai di lapangan. Untuk membuat persemaian I,

mula-mulai dibuat bedengan dengan mencangkul tanah yang belum pernah

ditanami jeruk. Bedengan dicangkul dalam, dibersihkan dari kerikil, kayu, rumput,

sarang semut dan lain-lain. Tanah yang baik untuk penyemaian adalah tanah

lempung berpasir. Dapat dibuat dengan campuran tanah liat, pasir dan kompos

halus dengan perbandingan lebih kurang 4:1:2. Apabila ditakutkan ada penyakit

yang menyerang tanah, maka tanah dapat difumigasi dengan bahan kimia atau uap

panas. Namun perlakuan steril ini dapat mematikan cendawan Endogme yang

dapat membantu pertumbuhan semai menjadi baik.

2. Penyemaian Biji

Setelah persiapan menyemai selesai, maka dibuat garis tegak lurus yang berjarak 5

cm, dan diletakkan biji pada perpotongan garis sambil ditekan perlahan. Biji

kemudian ditutup dengan kompos yang telah menjadi tanah. Biji dapat tumbuh

dalam waktu 2-3 minggu. Perlu diperhatikan agar biji tidak diganggu oleh

binatang dan tidak mengalami pengeringan.

3. Perawatan Semai

Perawatan dilakukan untuk menghindari adanya kerusakan yang disebabkan oleh

mikroorganisme yang mengganggu seperti anjing tanah, ulat terowongan yang

merusak daun semai, semut yang akan memakan daun, ulat dari kupu-kupu pastur

yang akan memakan daun semai, cendawan busuk cokelat Phytophthora spp. yang

akan meyebabkan batang mengeluarkan lendir, kulit mati mengelupas, semai

menjadi mati dan roboh dan cendawan Rhizoctonia solani Khun yang akan

menyebabkan tumbuhan semai akan roboh yang dimulai dengan akar yang

mempunyai bercak busuk, berair, dan berwarna cokelat. Maka untuk

menghindarinya dilakukan penyemprotan insektisida pada daun, pemberian

fungisida dan mematikan ulat secara langsung.

4. Pengambilan Semai

Semai dapat diambil apabila semai tingginya lebih kurang 20-50 cm dan garis

tengah batang di atas permukaan tanah lebih kurang 5 mm, umur 5-6 bulan, sudah

dapat dipindah ke persemaian II. Persemaian I disiram terlebih dahulu agar agar

basah dan tidak rusak. Pegambilan semai dapat menggunakan solet yang terbuat

dari bambu ataupun garpu. Pengambilan kemudian menggunakan tangan.

Semai yang diambil diseleksi. Semai yang abnormal, pendek, bengkok, jelek

dan sakit dibuang. Dilakukan pemotongan daun semai hingga ½ atau ¼ guna

untuk mengurangi penguapan. Hama yang ada di akar, dibuang dan tidak ikut

ditanam. Apabila semai tidak langsung ditanam, maka semai dapat dibungkus

dengan pelepah pisang dari akar hingga ujung tanaman. Dapat pula digunakan

sphagnum yang kemudian disimpan di tempat teduh untuk menjaga

kelembabannya.

c. Persemaian II

Pada persemaian II, dicari tanah yang sehat kemudian dicangkul cukup yang

dalam dan dibersihkan. Dibuat bedengan yang tegak lurus dengan arah miring

tanah untuk menghindari erosi. Lebar bedengan 0-100 cm dan panjang 5-10 m

atau lebih menurut keadaan tanah. Jarak antara bedengan 40-50 cm. Tanah diberi

pupuk kandang dan kompos yang telah menjadi tanah.

Tanaman jeruk yang telah disiapkan dari persemaian I ditanam dengan jarak

tanam 20-25 cm dalam barisan, jarak antar barisan sekitar 40 cm sehingga dalam

satu bedengan dapat ditanam 2 baris tanaman jeruk. Pada waktu penanaman,

diusahakan agar akar tidak membengkok, akar serabut tersebar dan akar tunggang

lurus ke bawah. Apabila akar tunggang terlalu panjang, maka dapat dipotong.

Untuk menghindari nematoda atau hama lain dapat diberikan insektisida.

Tanaman yang sudah ditanam, disiram hingga jenuh. Untuk mengurangi

penguapan dari tanah yang disiram, tanah ditutup dengan mulsa dari jerami, daun

bambu, daun kelapa atau lainnya dan diberikan tanaman turi yang tidak begitu

rimbun untuk melindungi tanaman semai.

Perawatannya dilakukan seperti penyemprotan fungisida dan insektidia.

Tanaman semai juga harus diperhatikan agar tidak kekeringan. Dalam waktu

tertentu, diberi pupuk urea, TSP dan KCL atau pupuk majemuk NPK. Petani

jeruk di desa Dolok Raya mengkombinasikan pupuk urea dengan ikan busuk,

penggunaannya sederhana hanya meletakan ikan busuk itu di bawah pohon

jeruknya. Setelah sebulan diberikan pupuk sebayak 3 gram per pohon dan 3-4

bulan diberi lagi pupuk 5 gram per pohon. Sesudah diberi pupuk, ada baiknya

disiram dengan air untuk memudahkan dalam proses absorpsi oleh akar.

B. Perkembangbiakan Secara Vegetatif

Perkembangbiakan secara vegetatif disebut dengan perkembangbiakan secara

aseksual yaitu mengembangbiakkan tanaman dengan cara memisahkan bagian dari

tanaman yang kemudian akan berkembang menjadi suatu tanaman yang kemudian

akan berkembang menjadi suatu tanaman yang sempurna dan mempunyai siat-sifat

seperti tanaman semula (tanaman induk).

Keuntungan mengembangbiakkan tanaman secara vegetatif adalah

sebagai berikut :

a. Tanaman yang terbentuk mempunyai sifat-sifat yang sama seperti pohon induknya.

Bila dari biji mungkin akan terjadi tanaman yang berbeda sifatnya.

b. Tanaman cepat berbunga dan berbuah.

c. Karena tidak mempunyai akar tunggang, maka perakaran tidak begitu dalam dan

cocok untuk tanah yang mempunyai air tanah dangkal.

d. Bila biji tanaman tidak bisa tumbuh atau lemah perkecambahannya, atau tidak berbiji,

maka dikembangbiakkan secara aseksual.

Mengembangbiakkan tanaman jeruk secara vegetatif, yaitu dengan setek, merundukkan,

cangkok dan kultur jaringan.

1. Setek

Setek merupakan cara mengembangbiakkan tanaman dengan mengambil bagian dari

tanaman, misal ranting, cabang, daun atau akar. Setek diambil dari tanaman yang

sehat, perumbuhannya kuat, dari cabang yang telah keras (dewasa). Setek yang

diambil dari klon muda lebih cepat keluar akarnya daripada yang diambil dari klon

tua.

Panjang setek sekitar 7,5-15 cm. Daun jangan dipotong semua, disisakan sekitar 4

helai. Bagian pangkal dipotong mendatar jangan miring, bagian atas dipotong miring.

Pemotongan pangkal miring menyebabkan pengeluaran akar yang sedikit.

a. Pesemaian I

Pada tahap ini, dibuat kotak pesemaian atau lapangan. Dengan kotak pesemaian,

diberikan perlindungan dengan dibuatkan rumah plastik sehingga kelembapan,

temperatur dan cahaya matahari hanya sekitar 20%. Kotak semai dibuat dengan

lebar 50-100 cm, panjang 60-200 cm dan tinggi sekitar 20 cm. Bagian bawah

kotak diberi lubang-lubang kecil untuk pengeluaran air. Pada bagian dasar

diberikan batu kerikil dan diatas batu diberi pasir bersih bebas hama. Setek yang

telah disediakan, ditanam pada lubang sedalam 3-4 cm dengan jarak 5-7 cm

dengan setek lainnya. Setiap hari setek disiram agar tidak kekeringan.

b. Pesemaian II

Setek jeruk manis biasanya dalam waktu 6-8 minggu telah tumbuh perakaran yang

cukup banyak. Setek kemudian dipindah ke lapangan atau kantong plastik

(polybag) yang telah diberi pupuk kandang atau kompos yang telah dicampur

dengan tanah. Bila ditanam di lapangan maka dibuat bedengan dengan lebar 90-

100 cm dan panjang 6-10 m, menurut kebutuhan. Bedengan sebaiknya dibuat

dibawah naungan dapat juga diberikan rumah plastik. Setiap hari disiram agar

tidak kekeringan.

2. Merundukkan

Merundukkan sama dengan cangkok. Cabang yang panjang disayat melingkar

sepanjang 2-3 cm (tergantung besarnya cabang), makin besar maka makin panjang

sayatannya, dilengkungkan ke bawah menuju lubang yang disediakan. Lalu ditutup

dengan tanah yang dicampur dengan pupuk kandang atau kompos, dipadatkan lalu

disiram. Lebih kurang 2 bulan sudah keluar akar, bila perakaran sudah banyak, boleh

dipotong. Kemudian ditanam dalam polybag atau keranjang bambu yang telah diberi

tanah yang subur. Tanaman diletakkan pada tempat yang teduh dan harus disiram agar

tidak kekeringan.

3. Cangkok

Mencangkok dapat dilakukan dengan memilih cabang yang sehat, kuat, garis

tengahnya lebih kurang 1 cm, sudah berkayu tetapi belum terlalu tua, kira-kira

berumur 1-1,5 tahun dapat juga menggunakan cabang yang masih kecil garis tengah

lebih kurang 0,5 cm atau yag lebih besar. Kulit cabang atau ranting dikerat selebar 1-5

cm, tergantung besar kecilnya cabang. Bila telah dikerat, lendir yang melekat pada

kayu dibiarkan hingga mengering.

Media perakaran dapat digunakan tanah yang dicampur dengan pupuk. Media

perakaran yang telah dibasahi air kemudian dibungkus melingkar pada cabang atau

ranting. Media perakaran kemudian dibungkus dengan sabut, plastik, kertas timah,

kertas aluminium, goni, lembaran karet, atau yang lainnya. Media disiram agar tidak

kering. Lebih kurang dua bulan, akar telah tumbuh dan dapat dipotong pada pangkal

pembungkusnya. Hasil cangkokan dapat ditanam apabila telah keluar tunas baru.

Dalam penanaman, plastik yang membungkus dilepas perlahan-lahan agar media

perakaran tidak pecah. Setelah ditanam, hasil cangkokan dapat dilindungi dengan

daun alamg-alang, daun kelapa, bambu dan lainnya yang dapat memberikan suasana

sejuk.

4. Kultur Jaringan

Pengembangbiakan tanaman secara vegetatif dapat juga dilakukan dengan kultur

jaringan. Ada beberapa cara, diantaranya yaitu :

- Kultur embrio

- Kultur nuselus (nucellus)

- Kultur tunas

- Penyambungan mikro pada ujung tunas

Teknik kultur jaringan ini dilakukan di dalam laboratorium. Kultur jaringan akan

menghasilkan tanaman-tanaman baru dalam jumlah besar dengan sifat-sifat yang

diharapkan.

Tabel 1. Perbadingan antara tanaman jeruk hasil penggembangbiakan generatif dan

vegetatif

Parameter Generatif Vegetatif

Berbuah Kurang lebih 7 tahun 3-4 tahun

Duri Banyak, besar Sedikit, kecil

Ketahanan terhadap

busuk akar

Tidak tahan semua jenis Tahan, tergantung dari

batang bawah

Penyakit virus Lebih tahan Tidak tahan

Betuk tanaman Arah ke atas Tersebar

Ongkos panen Tinggi Rendah

3.4 PERENCANAAN PENAMANAN JERUK

Sebelum penanaman, syarat-syarat yang harus dipenuhi dan direncanakan dulu agar

diperoleh perkebunan jeruk yang baik. Di antara syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah

sebagai berikut :

- Tanah yang subur.

- Pengarian yang baik, demekian juga pengeringannya.

- Iklim yang cocok untuk tanaman jeruk.

- Apabila sering ada angin besar harus ada tanaman pematah kecepatan angin.

- Bila tanah meiring atau berbukit, harus dibuat cara garis tinggi (countor) supaya tidak

terjadi erosi.

- Tidak jauh dari jalan raya agar pengangkutan ke lokasi pemasaran lebih mudah.

Perencanaan penamanan meliputi beberapa hal berikut ini :

Sistem Penanaman

Sistem penanaman ada bermacam-macam, diantaranya yaitu :

- Empat persegi panjang

- Bujur sangkar

- Segi tiga samakaki

- Segitiga samasisi

Jarak Penanaman

Jarak penanaman untuk buah jeruk, tergantung dari jenisnya dan varietasnya. Ukuran

lubang tanaman jeruk bermacam-macam, di anytaranya yaitu :

- 50 x 50 x 50 cm

- 60 x 60 x 60 cm

- 70 x 70 x 70 cm

- 75 x 75 x 75 cm

- 80 x 80 x 80 cm

- 90 x 90 x 90 cm

- 100 x 100 x 100 cm

Sedangkan cara penanaman yang dilakukan oleh pak manurung yang kami wawancarai

cara penamanan yang dilakukan yaitu jarak antara pohon satu sama yang lain 3 x 4 meter.

Untuk menghasilkan pohon dengan pertumbuhan yang pesat. Jika dilakukan dengan

jarak yang dekat, maka dapat menghambat pertumbuhannya. Menurut pengalaman lain,

ukuran yang terbaik minimum 100 x 100 x 100 cm. Apabila lubang tanaman dibuat lebih

besar akan lebih baik, tetapi biayanya menjadi lebih banyak. Lubang tanaman ini kemudian

diisi dengan tanah yang subur, sehat, dan gembut.

- Tanah digali, lapisan tanah atas diletakkan terpisah dari lapisan tanah bawah. Lapisan

tanah atas berwarna lebih tua dan lebih gembur dari lapisan tanah bawah.

- Lubang dibiarkan sampai sebulan atau lebih, makin lama makin baik. Dengan

membiarkan lubang tebuka dalam waktu yang lama, bila ada penyakit akan mati, gas-

gas beracun akan hilang dan dapat mengurani keasaman tanah. Tanah galian yang

diletakkan di atas permukaan tanah juga akan lebih baik. Hama dan penyakit bisa

mati, juga mengurangi keasaman tanah juga akan lebih baik.

- Sebaiknya lubang dibuat pada musim kemaraus

Pengisian Lubang Tanam

Sebenarnya lubang tanaman dapat diibaratkan pot, hanya letakknya di dalam tanah.

Oleh karena itu, pada waktu pengisi tanah, diberi tanah yang subur, sehat dan gembur, jangan

tanah yang berasal dari lapisan tanah bawah yang tidak subur. Cara mengisi lubang tanah

adalah sebagai berikut :

1. Tanah yang subur (biasanya tanah atas) dicampur dengan kompos atau pupuk kandang

yang telah menjadi tanah dengan perbandungan 1:3 atau 1:4, tergantung dari kesuburan

tanahnya.

2. Campuran tanah ini dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk lagi, tidak

boleh diinjak-injak. Setalah terisi tanah kira-kira 30-40 cm, kalau ada persediaan

siramlah dengan air kompos atau air pupuk kandang .

3. Pada waktu yang hampir penuh diberi ajir bambu atau kayu di tengan lubang dipenuhi

sampai embung, kemudian dibiarkan beberapa hari sampai tanah stabil tidak turun lagi,

bila belum penuh ditambah lagi tanah sampai penuh, jangan diinjak-injak.

3.5 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Jeruk paling mudah terkontaminasi oleh serangan hama, apalagi pada saat

pertumbuhan baru atau tumbuhnya tunas-tunas muda, sehingga perlu diperhatikan

upaya-upaya pengendaliannya. Banyak hama yang menimbulkan penyakit pada

jeruk. Sehingga menurunakan kualitas dari jeruk itu sendiri.

A. Hama Utama

1. Kutu loncat (Diaphorina citri.)

o Bagian yg diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda.

o Gejala: Tunas keriting, pertumbuhan terhambat dan tanaman mati.

o Pengendalian: Menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40

EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan

(Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan

menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yg terserang.

2. Tungau (Tenuipalsus sp., Eriophyes sheldoni dan Tetranychus sp.)

o Bagian yg diserang adalah tangkai, daun dan buah.

o Gejala: Bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau

coklat pada daun.

o Pengendalian: Semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation

(Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam

50 WP).

3. Ulat Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)

o Bagian yg diserang adalah buah. Separuh bagian bawah dan apabila serangan

berat buahakan busuk dan gugur.

o Gejala: Lubang yg mengeluarkan getah.

o Pengendalian: Memetik buah yg terinfeksi kemudian menggunakan insektisida

Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40

EC) yg disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.

4. Kutu dompolon (Planococcus citri.)

o Bagian yg diserang adalah tangkai buah.

o Gejala: Bekas berwarna kuning, mengering dan buah gugur.

o Pengendalian: Gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos

(Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S),

B. Penyakit Utama

1. Citrus Vein Phloem Degeradation (CVPD)

o Penyebab: Organisme seperti bakteri (Bacterium Like Organism atau BLO)

dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri.

o Bagian yg diserang: Silinder pusat (phloem) batang.

o Gejala: Daun sempit, kecil, berwarna belang-belang kuning lancip, buah kecil,

asam, biji rusak, pangkal buah oranye mirip defisiensi Zn.

o Tidak dapat disembuhkan dengan penggunaan pestisida atau bahan kimia lainnya.

o Pengendalian: Gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan

lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yg terserang CVPD. Gunakan

insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yg baik. Memusnahkan

tanaman semak semakan yang merupakan indikator CVPD.

2. Blendok

o Penyebab: Jamur Diplodia natalensis.

o Bagian yg diserang adalah batang atau cabang.

o Gejala: Kulit ketiak cabang menghasilkan gom yg menarik perhatian kumbang,

warna kayu jadi keabu-abuan dan menghitam, kulit kering pecah dan mengelupas.

o Pengendalian: Pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum

atau fungisida Copper. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.

3.6 Penanganan Pasca Panen

Penanganan pasca panen merupakan suatu hal yang dilakukan untuk menangani

proses pemanenan suatu bahan pangan. Penanganan pasca panen dilakukan untuk

menghasilkan produk yang berkualitas tanpa mengurangi nilai bobot maupun kandungan gizi

yang dikandungnya. Penanganan pasca panen akan memberi manfaat yang besar dalam

semua bidang. Pada bidang pemasaran hasil produk hortikultura akan memperoleh nilai jual

yang yang tinggi dan untuk konsumen juga memberi manfaat yang besar selain buah yang

diproduksi berkualitas juga kandungan gizinya masih terjaga atau tinggi. Dengan demikian

penanganan pasca panen yang baik dapat meningkatkan produksi hortikultura yang semakin

tinggi. Penangan pasca panen dari tiap produk hortikultura berbeda-beda, mulai dari cara

pemetikan, pengemasan sampai pemasarannya. Penangan pasca panen yang dibahas disini

yaitu penanganan pasca panen pada jeruk, yaitu antara lain :

1. Pemetikan

Cara pemetikan buah pada jeruk yaitu dengan cara buah diputar sedikit kemudian ibu

jari ditekan ke atas. Jeruk tidak memiliki kandungan tepung seperti pada pisang, jadi

bila buah dipetik masih muda maka rasanya tidak enak atau manis seperti halnya

pisang. Pada waktu panen, diusahakan buah jangan sampai luka. Wadah yang

digunakan untuk menampung buah yang telah dipetik sebaiknya dari bahan yang

tidak merusak buah jeruk, misalnya tas atau karung yang terbuat dari bahan yang

lunak. bisa juga dimasukkan ke dalam kotak, namun kotak harus dilapisi dengan

jerami kertas, dan jika meletakkan buah jangan dilempar karena bisa melukai buah,

dan mempercepat laju rspirasi yang bisa membuat buah jadi cepat busuk.

2. Perlakuan buan setelah dipetik

Buah yang dipetik harus dicuci untuk menghindari lengketnya kotoran pada buah.

Biasanya buah dicuci dengan air sabun 0,5-1,0% dan 2 % soda atau dengan 0,5-1%

natrium ortho phenylphenate. Buah direndam selama 5 menit dan digosok

menggunakan lap halus. Setelah itu buah dikeringkan dengan lap lunak dan bersih,

kemudian buah dipilih agar tidak tercampur dengan yang rusak, dan dipilih

berdasarkan besar atau kecil buah jeruk serta kualitas dari buah tersebut. Untuk

mendapatkan warna yang baik, dapat diberi gas etilen, sertelah itu dilakukan

pengepakan dengan cara memasukkan buah pada peti atau kemasan yang disusun

rapi. dan selanjutnya buah sudah bisa dipasarkan.

3. Kualitas buah

Kualitas ditetapkan berdasarkan beberapa faktor, yaitu penampakan, ketebalan kulit,

kandungan cairan, kandungan gula dan asam, tekstur daging buah, ada tidaknya biji,

aroma (flavor), rasa, kandungan vitamin, dan kandungan toyal zat padat yang larut.

4. Pengepakan

Buah jeruk manis yang akan dikirim keluar daerah atau luar negeri dimasukkan ke

dalam peti kayu atau karton yang tersusun baik. Setiap buah dibungkus dengan kertas

tipis (tissue), untuk mencegah kerusakan bila terjadi pergeseran. Bahan peti yang

digunakan bermacam-macam jenisnya, ada yang dari kayu pinus, sengo, atau dari

karton. Buah jeruk manis dibungkus dengan kertas tissue, atau juga bisa

menggunakan dipenil (bahan kimia), peti ditutup dengan kuat agar jangan sampai

lepas. Kemudian peti diberi tanda diantaranya yaitu, jumlah jeruk, berat peti dan

jeruk, kualitas dan tanda merek dagang. Jeruk yang terkenal di Sumatera yaitu jeruk

keprok asal berastagi.

5. Penyimpanan

Masalah pengiriman buah jeruk manis ke luar negeri dapat menyebabkan penurunan

mutu atau pembusukan. Apabila sesudah dipanen buah jeruk manis dapat disimpan

suhu 0-2oC, maka kualitasnya dapat dipertahankan dan bisa lebih lama disimpan.

Cairan buah yang bertambah dapat dikurangi dan berkurangnya vitamin dapat

dihemat. Kertas pembungkus juga bisa diberi dipenil untuk mencegah pembusukan

karena penicillium. Dipenil bukan fungisida tetapi fungistatis yang dapat menghambat

perkecambahan spora dan miselia, bila dipenil rusak maka cendawan akan tumbuh

kembali. Pada penyimpana buah jeruk dalam peti dapat diberi etilen dibromida yang

dapat memetikan larva dari buah, namun dalam penambahan bahan kimia harus hati-

hati jangan sampai melewati batas standarnya. Sebenarnya lebih baik jangan memakai

bahan kimia, cukup dengan memakai temperatur yang rendah, karena penambahan

bahan kimia juga dapat membahayakan.

6. Pengolahan Hasil

Pengolahan hasil pada buah jeruk dapat meningkatkan produktifitasnya karena, hasil

olahan buah jeruk lebih tahan daripada bahan bakunya sendiri, Jika buah jeruk manis

diolah menjadi berbagai bentuk bahan pangan olahan akan memperpanjang umur

simpannya, misalnya sirup yang berbahan baku jeruk akan lebih tahan lama

dibandingkan jeruk alami atau belum mengalami proses pengolahan. Kebanyakan

pengolahan jeruk dengan mengambil sarinya, sari buah jeruk dapat diawetkan dan

caranya bermacam-macam misalnya seperti pasteurisasi, dan pembotolan

(pengalengan).

a. Pasteurisasi

Pasteruisasi yaitu pengawetan sari buah dengan cara pemanasan. Semua jasad

renik yang menyebabkan kerusakan dapat mati hanya spora jenis thermofilik yang

tahan terhadap suhu pemansan. Temperatur setinggi 80°C akan mematikan

cendawan, akan tetapi dapat mengurangi kualitas sari buah. Oleh karena itu

sebaiknya suhu diturunkn memjadi 70-74°C, tetapi keasaman ditambah atau ph

diturunkan dan diberi gas karbondioksida untuk mengurangi oksigen yang

diperlukan untuk pertumbuhan cendawan. Penambahan gula juga dapat

mematikan jasad renik.

b. Pembotolan atau Pengalengan

Jeruk manis bisa diawetkan dengan cara pembotolan atau pengalengan. kulit buah

dikupas terlebih dahulu lalu dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam botol atau

kaleng pengemasannya. Untuk membuat sari buah biasanya dipakai jeruk manis

jenis Valensia, karena jeruk manis jenis ini lebih bagus dibandingkan dengan jenis

pusar (Navel). Karena sari buah jenis Navel setelah proses penyaringan biasanya

rasanya berubah jadi pahit. Sari buah tidak boleh mengandung minyak esensial

melebihi 0,03%. Sari buah yang telah selesai dipasteurisasi jangan simpan pada

suhu kamar karena mempercepat aromanya hilang.

7. Hasil Sampingan dari Buah jeruk

Pabrik sari buah selain menghasilkan sari buah juga akan menghasilkan kulit atau sisa

dari daging buah yang dapat dibuat untuk pupuk kompos dengan cara dipendam

dalam tanah. Selain itu juga apat digunakan untuk pakan ternak, molase, dibuat pektin

(dipakai untuk jeli), dan bisa juga dihasilkan minyak kulit jeruk, minyak biji dan lain-

lain.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Jeruk merupakan kelompok tumbuhan berbunga yang termasuk dalam genus Citrus dari

suku Rutaceae atau suku jeruk-jerukan. Jeruk tergabung dalam satu pohon dimana

buahnya berdaging dengan rasa yang umumnya masam tetapi terasa menyegarkan. Ada

juga buahnya yang memiliki rasa manis. Rasa masam pada buah jeruk berasal dari

kandungan asam sitrat yang dimilikinya.

2. Jeruk memiliki banyak manfaat terutama bagi kesehatan. Jeruk dapat menjadi sumber

antioksidan yang dapat menghalau radikal bebas yang berada dalam tubuh manusia. Selain

itu, jeruk juga dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh, menjaga sistem pencernaan dan

sistem pernafasan, menurunkan tekanan darah, mencegah osteoporosis serta masih banyak

lagi yang lainnya.

3. Jeruk termasuk dalam komoditi pertanian yang memiliki sifat mudah rusak apabila tidak

ditangani dengan baik. Tingkat kematangan buah jeruk, kondisi saat panen, dan cara

pemanenan merupakan faktor terpenting untuk menjaga kualitas jeruk.

4. Kerusakan mekanis adalah salah satu bentuk kerusakan serius yang sering terjadi pada

jeruk karena dapat memicu kerusakan yang lain, termasuk kehiangan air, meningkatkan

laju repirasi dan produksi etilen pada buah jeruk yang tentunya mengakibatkan produk

mengalami kemunduran.

5. Sortasi adalah salah satu metode penyeleksian yang dilakukan untuk mengelompokkan

jeruk untuk kemudian dilakukan grading agar diperoleh kualitas jerus yang beragam dan

merupakan bagian dari perlakuan yang diberikan setelah panen.

6. Umumnya tidak banyak petani yang dapat memaksimalkan mutu dari buah jeruk yang

dihasilkannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan biaya yang dimiliki masing-masing

petani.

7. Berdasarkan penelusuran yang terjadi di lapangan, petani sengaja membiarkan rumput-

rumput liar tumbuh panjang mengelilingi pohon. Rumput-rumput ini tentu saja merugikan

karena mengambil nutrisi yang dibutuhkan oleh jeruk. Namun ternyata rumput-rumput ini

juga bermanfaat karena dapat menghambat hama yang ingin menyerang buah jeruk

sehingga memperlambat kerusakan.

8. Berdasarkan penelusuran yang terjadi di lapangan, petani jeruk melakukan penyemprotan

racun untuk menghindari hama yang menyerang jeruk dengan rentang waktu satu bulan

sekali penyemprotan. Namun, penyemprotan akan dilakukan sebulan dua kali pada waktu-

waktu tertentu disaat hama yang menyerang terlalu banyak.

9. Berdasarkan penelusuran yang terjadi di lapangan, petani jeruk melakukan sortasi setelah

pemanenan. Jeruk-jeruk dengan kualitas dan ukuran terbaik dikirim keluar daerah

perkebunan jeruk, sedangkan jeruk dengan kualitas rendah dijual pada pedagang pasar-

pasar tradisional.

10. Berdasarkan penelusuran yang terjadi di lapangan, pohon jeruk mampu bertahan hidup

selama puluhan tahun dan tetap mampu menghasilkan jeruk dengan jumlah yang besar.

Satu pohon jeruk dapat menghasilkan jeruk ± 60-100 buah.

4.2 Saran dan Harapan

1. Kepedulian pemerintah terhadap kesejahteraan petani secara tidak langsung dapat

memberi pengaruh bagi kemajuan pertanian Indonesia untuk semua komiditi karena

berdasarkan penelusuran yang dilakukan petanian tidak dapat memberi nutrisi yang

dibutuhkan oleh tanaman perkebunannya (dalam hal ini jeruk) disebabkan keterbatasan

dana.

2. Mahasiwa sangat membutuhkan praktek secara langsung untuk bisa mengoptimalkan

pengetahuan dan keterampilan terhadap mata kuliah yang diajarkan, khususnya mata

kuliah pasca panen.

3. Penulis berharap dengan adanya makalah ini, baik penulis maupun pembaca memperoleh

informasi seputar penanganan pasca panen tanaman jeruk yang benar-benar terjadi di

lapangan, bukan hanya berdasarkan teori yang selama ini ada.

DAFTAR PUSTAKA

Pracaya. 2003. Varietas, Budidaya dan Pascapanen Jeruk Manis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Simatupang, Sortha. 2009. Karakterisasi dan pemanfaatan plasma nutfah jeruk In Situ oleh masyarakat lokal sumatera utara. Buletin Plasma Nutfah. 15(2):70-74.

Soelarso, Bambang. 2005. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit. Kanisius, Yogyakarta.Sunarjono, H. H. 2000. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.