pemetaan persepsi mahasiswa pada atribut jasa pendidikan

77

Upload: vuhanh

Post on 15-Jan-2017

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan
Page 2: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan
Page 3: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

KATA PENGANTAR

Assamulaikum Wr. Wb.

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikamat dan

karunianya kepada kita semua. Kita mampu beraktivitas dalam rangka mendapat ridho

semata-mata atas pertolongan dan ma’unah-Nya. Shalawat dan salam kita haturkan pada

Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan orang-orang yang mencitainya.

Alhamdulillah kami telah menyelesaikan rangkaian proses penelitian yang di

selenggarakan oleh Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim Malang dalam kegiatan Penelitian Kompetitif Dosen tahun 2010. Adapun judul

penelitian yang kami angkat adalah “Penerapan E-Commerce Sebagai Upaya

Pengembangan Usaha Kecil & Menengah Yang Berdaya Saing Global (Studi Kasus Pada

Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Kota Malang)”. Penelitian tersebut mengambil obyek

penelitian di Sanan Kota Malang.

Penelitian ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari dorongan, bantuan dan kerjasama

dari beberapa pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih dan doa

jazakumullah khoiro jaza’ antara lain kepada:

1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim Malang

2. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo selaku Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas

Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Page 4: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

3. Dr. H. Saifullah, M.Hum selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

4. Dr. Hj. Ulfah Utami selaku ketua Lemlit Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Malik Ibrahim Malang

5. Drs. H.A. Muhtadi Ridwan, MA selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam

Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

6. Segenap Pengusaha Keripik Tempe di Sanan Kota Malang

Kepada pihak Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim Malang, kami menyampaikan apresiasi setulus-tulusanya yang telah memberikan

kesempatan menyelesaikan penelitian ini.

Akhirnya peneliti berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan informasi

dan pertimbangan dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Perbankan

Syariah di Kota Malang serta dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin...

Wassamulaikum Wr. Wb.

Malang, 10 Desember 2010

Ketua Peneliti,

H. Slamet, MM., Ph.D

Nip. 196604121998031003

Page 5: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

PENERAPAN E-COMMERCE SEBAGAI UPAYA

PENGEMBANGAN USAHA KECIL & MENENGAH

YANG BERDAYA SAING GLOBAL

(Studi Kasus pada Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Kota Malang)

Slamet

[email protected]

Salim Al Idrus

[email protected]

Siswanto

[email protected]

Jurusan Manajemen - Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstract

Tujuan – Penelitian ini memiliki tujuan mendiskripsikan pemahaman dan kesadaran pengusahan

kripik tempe pada sentra industri keripik tempe Sanan Kota Malang. Faktor-faktor yang

mendorong dan menghambat implementasi sistem e-commerce diidentifikasi dalam rangka

merancang strategi implementasinya.

Desain/Metodologi/Pendekatan – Penelitian ini mengungkap pemahaman dan kesadaran

pengusaha dalam penggunaan sistem e-commerce sehingga dapat digunakan merancang strategi

implementasi. Berdasarkan maksud tujuan penelitian diatas, penelitian ini menggunakan

pendekatan inquiry. Informan penelitian adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam

pengelolaan usaha di sentra industri keripik tempe Sanan Kota Malang dengan teknik purposive

dan snowball.

Hasil – Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para pengusaha keripik tempe di Sanan Kota

Malang dapat diklasifikasikan menjadi 3 karakteristik berdasarkan pemahaman dan pemanfaataan

teknologi informasi dalam sistem perdagangannya. Tiga karakteristik tersebut meliputi; sangat

familiar dalam penggunaan internet dan memanfaatkannya dalam e-commerce, sudah mengenal

internet namun belum memanfaatkan dalam sistem perdagangan e-commerce, dan kelompok

pedagang tradisional yang belum mengenal internet secara langsung kecuali generasi penerusnya.

Faktor penghambat pengembangan e-commerce pada keripik tempe di Sanan Kota Malang adalah

permasalah penguasaan teknologi dan informasi tentang manfaat dari implementasi sistem e-

commerce yang kurang baik. Guna mengatasi problem yang dihadapi pengusaha keripik tempe

tersebut dapat digunakan strategi aliansi antara lembaga pendidikan, dinas terkait dan provider.

Implikasi – Hasil penelitian memberikan beberapa masukan penting dalam rangka merancang

strategi pemanfaatan sistem e-commerce industri keripik tempe Sanan Kota Malang sehingga

memiliki daya saing global.

Orisinilitas/Value – Penelitian ini memiliki kontribusi pada pengembangan strategi dalam rangka

pengembangan memenangkan persaingan global bagi UKM

Keywords – E-Commerce, Strategy, Small-medium enterprises

Page 6: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

i

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

C. Signifikansi Penelitian ..................................................................................... 5

D. Batasan ............................................................................................................ 6

E. Kajian Riset Terdahulu ................................................................................... 6

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi UKM .................................................................................................. 11

B. Peran UKM di Indonesia ................................................................................ 13

C. Permasalahan UKM ...................................................................................... 15

D. Upaya Pengembangan UKM ........................................................................... 18

E. Penggunaan TIK pada UKM ........................................................................... 19

F. Definis e-commerce ....................................................................................... 22

G. Tipe-Tipe e-commerce ................................................................................... 23

H. Ruang Lingkup e-commerce .......................................................................... 24

I. Keuntungan Penggunaan e-commerce ........................................................... 25

J. Konsep Daya Saing Global ............................................................................ 27

K. Jaringan Usaha ............................................................................................... 29

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan penelitian ...................................................................... 37

B. Proses Penelitian ............................................................................................ 38

C. Proses Analasis Data ...................................................................................... 40

BAB IV : HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

A. Profil Kampung Sanan .................................................................................... 41

B. Industri Tempe di Sanan Kota Malang .......................................................... 42

C. Pemahamana Pengusaha e-commerce ............................................................ 44

D. Praktik Sistem e-commerce ............................................................................ 46

E. Strategi Implementasi e-commerce ................................................................ 62

Page 7: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

ii

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 69

B. Saran ............................................................................................................... 70

Daftar Pustaka

Page 8: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan tulang punggung dalam

peningkatan pertumbuhan perekonomian dan industri suatu negara (Tambunan,

2005), hampir 90% dari total usaha yang ada di dunia merupakan kontribusi UKM

(Lin, 1998). Sehingga banyak negara mengapresiasi keberadaan UKM termasuk

Indonesia. Secara umum ada tiga alasan utama yang mendasari pentingnya

keberadaan dan pengembangan UKM: (1) UKM mempunyai kinerja yang

cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif; (2)

UKM sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai peningkatan

produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi; dan (3) UKM

memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dibandingkan dengan usaha skala

besar (Berry, et.al., 2001). Selain itu, UKM di Indonesia telah memainkan peranan

penting terutama dalam penyerapan tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit

usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga (Kuncoro, 2000; Tambunan,

2005).

Merujuk Kementerian Negara Koperasi dan UKM, jumlah UKM

mengalami peningkatan sebesar 2,88%. Pada tahun 2008, UKM mampu menyerap

tenaga kerja sebesar 90.896.270 orang atau 97,04% dari total penyerapan tenaga

kerja yang ada, jumlah ini meningkat sebesar 2,43% atau 2.156.526 orang

dibandingkan tahun 2007. Eksistensi dan peran UKM yang pada tahun 2008

mencapai 51,26 juta unit usaha, dan merupakan 99,99 persen dari pelaku usaha

nasional, dalam tata perekonomian nasional sudah tidak diragukan lagi, dengan

Page 9: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

2

melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk

Domestik Bruto (PDB) Nasional, devisa nasional, dan investasi nasional

(http://www.depkop.go.id/). Secara umum UKM memberikan kontribusi yang

sangat besar terhadap penyerapan tenaga kerja, sehingga mempunyai peranan

signifikan dalam penanggulangan masalah pengangguran, sebagaimana yang

dinyatakan oleh Rafinaldi (2004), bahwa UKM mampu menyerap tenaga kerja

sebesar 50% dari total serapan secara nasional. Oleh sebab itu, UKM dapat

bertahan di masa krisi ekonomi. Ada 4 (empat) hal, UKM dapat bertahan yaitu (1)

sebagian besar UKM adalah menghasilkan barang konsumsi, khususnya yang

tidak bertahan lama; (2) mayoritas UKM lebih mengandalkan pada keuangan non

bank dalam aspek pendanaan; (3) UKM hanya memproduksi barang atau jasa

tertentu saja; dan (4) terbentuknya UKM baru sebagai akibat dari banyaknya

pemutusan hubungan kerja (Basri, 2003).

Melihat peranan UKM yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi dan

industri di Indonesia, maka sudah selayaknya perlu digerakkan dan dikembangkan

karena potensinya yang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

masyarakat dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar

masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya (http://www.depkop.go.id/).

Sentra industri keripik tempe di kampung Sanan Kelurahan Purwantoro

Kecamatan Blimbing Kota Malang, merupakan salah satu dari sekian ribu bentuk

UKM di Indonesia yang juga perlu digerakkan dan dikembangkan secara strategis

pula. Walaupun produsen keripik tempe tidak terhitung berapa jumlahnya di

Indonesia, tetapi sentra industri keripik tempe Sanan sudah terkenal dan ia telah

dijadikan andalan kawasan pariwisata Kota Malang. Hampir seluruh penduduk

Page 10: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

3

kampung Sanan ini sudah sejak puluhan tahun yang lalu bergiat sebagai produsen

tempe dan usaha ini sudah menjadi usaha turun-temurun (Rudi Adam dalam

http://www.sentraukm.com). Menurut data kajian Muhtadi (2010), sekitar 80,78%

dari jumlah produsen tempe di Sanan adalah tergolong usaha mikro dan

selebihnya tergolong usaha kecil. Rata-rata omzet per tahun sebesar Rp

411.710.526,-. Penyerapan tenaga kerja rata-rata setiap produsen tempe sebanyak

5 (lima) orang tenaga kerja. Pengrajin keripik tempe sendiri telah mencapai 40%

lebih dari jumlah pendudukan kampong Sanan (Wicaksono dalam

http://www.sentrakukm.com).

Walaupun industri keripik tempe di kampung Sanan dapat menopang

perekonomian keluarga dan dampaknya terhadap perekonomian nasional serta

merupakan kawasan andalan pariwisata Kota Malang, namun demikian mereka

masih menghadapi beberapa masalah, diantaranya (1) terkait dengan masalah

eksternal, seperti kenaikan harga kedelai, plastik, kardus (Suhartini, dalam

http://malangraya.web.id); (2) terkait masalah persaingan di antara pengrajin

keripik tempe yang kurang sehat (Wicaksono dalam

http://www.sentrakukm.com); dan (3) terkait masalah pemasaran, meskipun di

kampung Sanan sudah ada koperasi yakni Primpopti Bangkit Usaha, namun

koperasi ini tidak menangangi masalah pemasaran, tetapi hanya menangangi

masalah pasokan kedelai (Mashuri sekretaris Koperasi, dalam

http://www.sentrakukm.com). Beberapa masalah tersebut juga terjadi pada UKM

secara umum di Indonesia, misalnya (1) kurangnya akses permodalan, akses

teknologi dan informasi, akses pasar dan pemasaran, akses profesionalitas sumber

daya manusia, dan manajemen perusahaan (Ridha, 2009); dan (2) kurangnya

Page 11: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

4

permodalan, sumber daya manusia yang terbatas, lemahnya jaringan usaha dan

kemampuan penetrasi pasar, iklim usaha belum sepenuhnya kondusif, terbatasnya

sarana dan prasarana usaha, implikasi otonomi daerah, implikasi perdagangan

bebas, sifat produk dengan lifetime pendek, dan terbatas akses pasar (Hafsah,

2004).

Melihat UKM mempunyai peranan yang sangat besar bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan perekonomian suatu negara serta

sekaligus memperhatikan pelbagai masalah yang muncul, maka perhatian besar

harus diberikan kepada UKM agar mampu berdaya saing secara global. Dalam era

informasi saat ini, sistem e-commerce dianggap dapat membantu pertumbuhan

dan perkembangan UKM tersebut (Sarmila & Faridahanum, t.th). Yang mana

teknologi informasi dan komunikasi atau ICT (information communication

technology) adalah perangkat utama dalam sistem e-commerce dan perkembangan

ICT sendiri telah mampu merubah pola perilaku baik secara individu maupun

organisasi. Secara individu ICT telah merubah gaya hidup seseorang, seperti

orang bekerja dengan bantuan ICT, orang berbicara dengan sarana ICT, orang

berbelanja (shoping) melalui ICT, orang belajar dengan bantuan sarana ICT dan

lain sebagainya. Secara organisasi, ICT telah merubah pola dan model bisnis dari

model bisnis tradisional berubah ke model bisnis modern.

Oleh sebab itu, merujuk Maksoud (2003) UKM sudah semestinya

menggunakan ICT sesuai dengan level UKM. Tanpa hal ini, diyakini UKM akan

tetap lemah dibandingkan perusahaan besar dalam hal pemasaran, perdagangan,

keterampilan manajerial, dan sebagainya. Merujuk hasil kajian Sarmila &

Faridahanum (t.th), menyatakan bahwa faktor utama pentingnya penggunaan

Page 12: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

5

sistem e-commerce pada UKM adalah meningkatnya kemampuan untuk

mendapatkan feedback dari pelanggan secara cepat selain penghematan biaya dan

perluasan pemasaran. Dalam konteks pemasaran, dengan sistem e-commerce,

usaha yang dijalankan secara kecil-kecilan juga dapat menembus baik pasa

domestic maupun global.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman dan kesadaran para pengusaha keripik tempe di

Kampung Sanan terhadap sistem e-commerce dalam rangka meningkatkan

kemampuan pemasaran produknya?

2. Sejauhmana sistem e-commerce telah dipraktikkan oleh para pengusaha

keripik tempe di Kampung Sanan dalam manajemen usahanya?

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong atau penghambat

implementasi sistem e-commerce pada para pengusaha keripik tempe di

Kampung Sanan?

4. Strategi implementasi e-commerce apa saja yang seharusnya dilakukan dalam

rangka meningkatkan daya saing usaha keripik tempe di Kampung melalui

implementasi e-commerce ?

C. Signifikansi Penelitian

1. Mendeskripsikan pemahaman tentang sistem e-commerce dan sekaligus

menilai kesadaran para pengusaha keripik tempe di Kampung Sanan dalam

menggunakan sistem e-commerce untuk meningkatkan daya saing usahanya

melalui pemasaran berbasis ICT.

Page 13: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

6

2. Mengidentifikasi penggunaan sistem e-commerce dalam mendukung

manajemen usaha dikalangan para pengusaha keripik tempe di Kampung

Sanan Malang.

3. Memberikan sumbangan kepada para pengusaha keripik tempe di Kampung

Sanan Kec. Blimbing Kota Malang tentang strategi-strategi pemanfaatan

sistem e-commerce yang sepatutnya digunakan dalam meningkatkan daya

saing usahanya pada era global saat ini.

D. Batasan

Secara teoritik penelitian ini hanya dibatasi pada masalah-masalah yang

terkait dengan penerapan sistem e-commerce yang relevan pada Usaha Kecil

Menengah (UKM). Penelitian ini dilakukan pada para pengusaha keripik tempe di

Kampung Sanan Kec. Blimbing Kota Malang.

E. Kajian Riset Terdahulu

Pada saat ini, siapa saja yang melakukan penelitian adalah bukan orang

yang pertama dalam melakukan penelitian dalam kajian ilmu tertentu. Untuk itu

perlu mengidentifikasi dan memahami hasil kajian yang pernah dilakukan oleh

fihak lain. Kajian dari hasil penelitian sebelumnya mempunyai peranan dan arti

penting bagi peneliti selanjut. Pertama, untuk menambah khazanah dan wawasan

keilmuan yang sebidang dan kedua untuk mengidentifikasi posisi penelitian yang

akan dilakukan. Berikut beberapa kajian dari hasil penelitian yang pernah

dilakukan oleh pihak lain.

Kajian yang dilakukan oleh Arief Rahmana dengan judul Peranan

Teknologi Informasi dalam Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah

(2009). Temuan dari hasil kajian menyatakan bahwa (1) pada dasarnya setiap

Page 14: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

7

UKM telah memiliki komputer untuk membantu proses usahanya, yang berarti

mereka telah memahami pentingnya teknologi informasi untuk meningkatkan

produktivitasnya. Penggunaan ini sebagian besar pada bidang administrasi; dan

(2) penggunaan internet digunakan hanya untuk browsing dan email terutama

dalam berkomunikasi dengan konsumen. Peneliti menyimpulkan bahwa UKM

perlu memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan daya saingnya,

mengingat era globalisasi merupakan arena persaingan yang semakin kompetitif

dan bersifat mendunia.

Kajian yang dilakukan oleh Sarmila Md Sum & Faridahanun Othman

(2005) dengan judul Industri Kecil dan Sederhana (IKS) dan e-Dagang: Satu

Kajian Awal. Kajian ini dilakukan pada 20 IKS di Taman Industri Selaman, hasil

kajian menunjukkan bahwa hampir semua responden mengetahui tentang bisnis

secara elektronik yaitu e-dagang. Namun, tidak semua dari jumlah responden

yang menggunakan pelayanan dengan sistem e-Dagang dalam operasi bisnisnya.

Hanya 60% yang menggunakan sistem e-Dagang dalam operasi bisnisnya. Dari

60% tersebut hanya 30% yang menggunakan sistem e-Dagang bagi tujuan

mendapat pelayanan secara elektronik selain tujuan pemasaran. Tidak ada satupun

IKS yang tergantung secara penuh terhadap sistem e-Dagang bagi tujuan

pemasaran. Hal ini disebabkan masih rendahnya kepercayaan di kalangan IKS

terhadap kemampuan sistem e-Dagang dalam menarik minat pelanggan. Adapun

alasan para IKS yang telah menggunakan sistem e-Dagang diantaranya adalah (1)

untuk mendapatkan feed back secara cepat dari para pelanggan; dan (2) dapat

menembus pasaran baik domestik maupun global, dengan ini dapat meningkatkan

jumlah permintaan dan penambahan pelanggan.

Page 15: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

8

Kajian yang dilakukan oleh Rosen (2000) menunjukkan 3 (tiga) kelebihan

utama sekiranya perusahaan menggunakan sistem e-Dagang dalam bisnisnya.

Pertama, perusahaan tidak memerlukan tempat yang besar dalam usahanya.

Kedua, tidak disibukkan terkait dengan pemilihan lokasi usaha. Dengan adanya

sistem e-Dagang merupakan salah satu cara penyelesaian terhadap pemilihan

lokasi usaha, di mana dalam bisnis konvensional lokasi merupakan masalah utama

yang perlu difikirkan oleh pengusaha bagi memulakan bisnis. Namun dengan

adanya sistem e-Dagang, lokasi terletak di seluruh dunia dan capai bisa dibuat

melalui internet dari mana saja. Dan ketiga adalah kecepatan menerima umpan

balik (feed back) dari para pelanggan. Hal ini berbeda dengan bisnis konvensional

di mana umpan balik dari pelanggan sangat lambat dan sukar diketahui. Namun

dengan sistem e-Dagang, umpan balik dari para pelanggan dapat diterima lebih

cepat baik melalui e-mail maupun ruangan feedback yang memang disediakan

oleh pengusaha dalam pelayanan e-Dagang bisnis mereka. Oleh sebab itu,

penggunaan sistem e-Dagang sangat sesuai dengan industri dengan skala kecil,

sehingga industri ini dapat bersaing secara baik dengan industri skala besar.

Kajian oleh Nazif (2003), menyatakan bahwa e-dagang mampu

memberikan kebaikan kepada pengguna, organisai dan masyarakat. Dengan

investasi yang rendah, perusahaan dapat mempromosikan produk hasil produksi

mereka kepada pelanggan di seluruh dunia, mencari suplair yang terbaik di

kalangan suplair yang ada dan membangun jaringan bisnis pada level nasional dan

global. Selain itu, biaya operasional yang terkait dengan pengeluaran, penyebaran

dan penyimpanan informasi dapat dikurangi.

Page 16: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

9

E-dagang juga memberikan kemudahan bagi calon pembeli, hal ini

dinyatakan dalam kajian yang dilakukan oleh Mohd. Johari (2001). Manfaat yang

sangat menonjol dengan adanya e-dagang adalah memberikan kemudahan dan

peluang kepada calon pembeli, karena sebelum memutuskan untuk membeli, ada

peluang membincangkan bersama keluarga. Dengan wujudnya sistem e-dagang

calon pelanggan mendapatkan informasi yang menyenangkan dan utuh tentang

barang yang akan dibeli. Dengan informasi yang dimuat dalam sistem e-dagang,

calon pembeli dapat melakukan pilihan dan membuat keputusan secara betul.

Kajian yang dilakukan oleh Mohd. Sani (2000) lebih berfokus kepada

penglibatan IKS dalam pelayanan e-dagang. Perkembangan ekonomi digital dapat

membantu para pengusaha kecil untuk mengurangi biaya pembelian, hubungan

dengan pelanggan, logistik dan inventori, perencanaan pengeluaran dan mampu

membangun komunikasi dengan pelangaan yang ada dan atau calon pelanggan

potensial secara inten. Namun, berdasarkan kajiannya ditemukan bahwa sistem e-

dagang dalam lingkungan IKS kurang dimanfaatkan secara maksimal.

Sementara kajian yang dilakukan oleh A. Ridwan Siregar (2008)

menyimpulkan bahwa penggunaan teknologi informasi oleh UKM di negara maju

terus mengalami peningkatan, walaupun jumlah aplikasi sistem informasi yang

dikembangkan masih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang lebih besar.

Sedangkan pada negara berkembang, penggunaan teknologi informasi oleh UKM

masih tergolong rendah. Ada sejumlah faktor yang menjadi penyebabnya,

diantaranya yang menonjol adalah kurangnya pemahaman tentang manfaat yang

diperoleh dari penggunaan sistem informasi atau teknologi informasi, termasuk

persepsi pada manajer perusahaan tentang sistem informasi atau teknologi

Page 17: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

10

informasi. Penggunaan teknologi informasi belum dipandang sebagai suatu

peluang untuk membuat perusahaan menjadi kompetitif.

Page 18: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Usahan Kecil Menengah (UKM)

Beberapa lembaga atau instansi bahkan undang-undang memberikan

definisi dan kriteria Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sedikit perbedaan dalam

penekanannya. Merujuk Penjelasan dari Undang-Undang No. 9 Tahun 1995

tentang Usaha Kecil menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil

tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah

digunakan secara turun temurun, dan/atau berkaitan dengan seni dan budaya.

Sedangkan yang dimaksud dengan Usaha Menengah dan Usaha Besar meliputi

usaha nasional (milik negara atau swasta), usaha patungan, dan usaha asing yang

melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. Merujuk Undang-undang Nomor 20

Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah menyatakan bahwa usaha mikro adalah usaha

produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan, usaha kecil

adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian bank langsung maupun

tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, dan usaha menengah adalah

usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan.

Adapun kriteria UKM yang dinyatakan oleh beberapa lembaga dan

undang-undang sebagaimana berikut :

Page 19: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

12

1. Kantor Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, yang dimaksud

dengan usaha kecil adalah entitas usaha yang mempunyai kekayaan bersih

paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha, memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-.

Sementara usaha menengah merupakan entitas usaha milik warga negara

Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,-

s.d Rp 10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan.

2. Badan Pusat Statistik memberikan definisi UKM dilihat dari jumlah tenaga

kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja

5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang

memiliki tenaga kerja 20 s.d 99 orang.

3. UU No. 20 Tahun 2008, yang dimaksudkan dengan usaha kecil adalah entitas

yang memiliki kriteria (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- s.d Rp

500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2)

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,- sd. Rp

2.500.000.000,- Sementara yang dimaksud dengan usaha menengah dalam UU

tersebut adalah entitas usaha yang memiliki kriteria (1) kekayaan bersih lebih

dari Rp 500.000.000,- s.d Rp 10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp 2.500.000.000,- s.d Rp 50.000.000.000,-.

4. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, terdapat batasan terhadap UKM yaitu

yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang (1) memiliki kekayaan

(aset) bersih Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha (2) hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-; (2) milik

Page 20: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

13

warga Indonesia; (4) berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau

cabang perusahaan.

5. Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, yang dimaksud dengan Usaha Kecil

adalah memiliki kekayaan bersig paling banyak Rp 200.000.000,- tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan

tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-; milik warga negara Indonesia;

berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau berafisiliasi baik langsung maupun tidak

langsung dengan usaha Menengah atau Usaha Besar; berbentuk usaha orang

perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha

yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Pada prinsipnya, definsi dan kriteria UKM didasarkan pada aspek jumlah tenaga

kerja, pendapatan, dan jumlah aset.

B. Peran UKM di Indonesia

Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang

peranan UKM dalam perekonomian negara. Beberapa kesimpulan atau setidak-

tidaknya hipotesis telah ditarik mengenai hal ini. Pertama, pertumbuhan ekonomi

yang sangat cepat sebagaimana terjadi di Jepang, telah dikaitkan dengan besaran

sektor usaha kecil. Kedua, dalam penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat

sejak perang dunia ke-11, sumbangan UKM ternyata tak dapat diabaikan

(Anderson dalam Partomo & Soejoedono, 2002).

Negara-negara berkembang telah mengubah orientasinya ketika melihat

pengalaman di negara-negara industri maju tentang peranan dan sumbangan UKM

dalam pertumbuhan ekonomi. Penanganan UKM, tampanya telah lama menjadi

Page 21: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

14

prioritas perhatian beberapa negara maju dan negara berkembang di dunia. Hal ini

sebagaimana diungkapkan oleh Idrus (1999), bahwa berbagai perhatian untuk

mengembangkan para entrepreneur telah dilakukan baik di negara berkembang

maupun di negara maju. Strategi (overall plan) yang digunakan juga berbeda-beda

pada masing-masing negara. Di negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang,

Kanada, Australia, Jerman dan Hongkong, pengembangan entrepreneur dilakukan

dengan cara laissez faire (bebas tanpa intervensi). Namun keberpihakan kepada

para entrepreneur kecil (small enterprise), jelas terlihat untuk meningkatkan

efisien, produktiitas dan kemampuan bersaing dari para entrepreneur kecil

tersebut. sedangkan di negara berkembang seperti India, Malaysia, Korea Selatan

dan Indonesia mengorientasikan pengembangan entrepreneur ke arah employment

oriented.

Adapun peran UKM di Indonesia menurut Urata (2000:1) adalah sebagai

berikut:

(a) Memiliki kontribusi utama dalam aktivitas ekonomi; dalam mana

UKM didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki nilai penjualan

sebesar Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar) dalam satu tahun;

sebanyak 99,99% dari total perusahaan termasuk kelompok UKM;

sebanyak 99,94% pekerja bekerja di sektor ini; sumbangannya terhadap

GDP sebesar 59,36%; (b) penggerak peluang kerja yang atraktif; (c) peran

kunci dalam pembangunan ekonomi daerah; (d) menciptakan pasar baru

dengan bersumber inovasi teknologi; dan (e) memiliki kontribusi untuk

memperbaiki neraca pembayaran internasional.

Bukti lain tentang pentingnya peranan usaha kecil bagi penciptaan

lapangan kerja sebagaimana diungkapkan oleh Ria Ananta Ariawati, Ketua

Laboratorium Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Bandung, bahwa:

“99% jumlah usaha di tanah air terkelompok dalam usaha kecil yang

mempekerjakan 88,3% dari seluruh tenaga kerja di Indonesia sedangkan

Page 22: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

15

11,7% terkelompok dalam usaha menengah umum. Dari usaha itu usaha

kecil di bidang pertanian sekitar 57,92% diikuti sektor perdagangan

24,26%, industri pengolahan 7% dan sektor jasa 5%. Sedangkan sisanya

terbesar di beberapa sektor usaha” (Kompas, 8 April 2000).

Pandangan serupa dikemukakan oleh Presiden Direktur Basowa Group, M.

Aksa Mahmud, bahwa “agar perekonomian nasional tetap berjalan, maka

pemerintah seharusnya lebih peduli pada UKM. Sebab urat nadi kemajuan

pertumbuhan ekpor maupun ekonomi Indonesia secara keseluruhan pada tahun

2000 adalah UKM. Selama tahun tersebut, ekspor tumbuh 30 persen terutama

karena sumbangan UKM”.

Lebih lanjut ia mengemukakan, bahwa:

“Selama krisis ekonomi, UKM merupakan kekuatan ekonomi Indonesia,

sebaliknya pengusaha besarlah yang menyebabkan ekonomi Indonesia

ambruk. Dan sejarah juga membuktikan, bahwa di negara manapun yang

berpenduduk padat, seperti Cina dan India, kekuatan utamanya terletak

pada UKM atau ekonomi kerakyatan. Bahkan Korea pun kekuatan

ekonominya ditopang oleh UKM dan bukan konglomerat” (Republika, 2

Januari 2001).

C. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

UKM merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai

kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam

mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan

pembangunan ekonomi pada khususnya. Sumbangan UKM dalam pembangunan

ekonomi nasional ditunjukkan kepada kontribusinya terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB) Indonesia. Merujuk data statistik usaha kecil dan menengah tahun

2007-2008, disebutkan bahwa pada tahun 2007 proporsi kontribusi UMKM

sebesar 56,23%, kontribusi usaha mikro sebesar 32,27%, kontribusi usaha kecil

sebesar 10,29%, kontribusi usaha menengah sebesar 13,67%, dan kontribusi usaha

Page 23: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

16

besar sebesar 43,77%. Sementara pada tahun 2008, proporsi kontribusi UMKM

sebesar 55,56%, kontribusi usaha mikro sebesar 32,05%, kontribusi usaha kecil

sebesar 10,08%, kontribusi usaha menengah sebesar 13,43%, dan kontribusi usaha

besar sebesar 44,44%

Namun kenyataan menunjukkan bahwa UKM masih belum dapat

menunjukkan kemampuan dan peranannya secara optimal. Hal ini disebabkan

oleh kenyataan bahwa UKM masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala,

baik yang bersifat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan

pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi serta

iklim usaha yang belum mendukung perkembangannya. Menurut Hafsah (2004),

permasalahan yang dihadapi oleh UKM dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1)

faktor internal. Masalah yang tergolong faktor internal meliputi (a) kurangnya

permodalan; (b) terbatasnya sumber daya manusia; dan (c) lemahnya jaringan

usaha dan kemampuan penetrasi pasar. Dan (2) faktor eksternal. Masalah yang

tergolong faktor eksternal meliputi (a) iklim usaha belum sepenuhnya kondusif;

(b) terbatasnya sarana dan prasarana usaha; (c) implikasi otonomi daerah; (d)

implikasi perdagangan bebas; (e) sifat produk dengan lifetime pendek; (f)

terbatasnya akses pasar.

Sementara merujuk Mohammad Ridha (2009), ia menyatakan bahwa

aspek-aspek yang menjadi kendala bagi UKM adalah akses permodalan, akses

teknologi dan informasi, akses pasar dan pemasaran, akses profesionalitas sumber

daya manusia, dan kurangnya profesionalisme manajemen perusahaan.

Mohammad Ridha lebih lanjut menyatakan bahwa penyebab lemahnya faktor-

faktor tersebut adalah lemahnya karakter jiwa kewirausahaan yang demiliki dan

Page 24: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

17

belum kokohnya peranan manajerial dalam mengelola usaha pada lingkungan

yang sedang berubah. Merujuk Sritomo W. Soebroto (2003) salah satu faktor

yang menjadi titik lemah UKM adalah masalah struktur organisasi. UKM yang

terbentuk berdasarkan semangat usahawan, biasa mengorganisasikan dirinya

dengan mengikuti prinsip organisasi tradisional dan memiliki tipikal konfigurasi

sederhana. Namun, dengan organisasi yang tertata dan dirancang sejak awal akan

lebih efektif. Tantangan global dengan segala macam paradigma perubahannya,

mengharuskan sektor UKM untuk lebih pekah mengantisipasi dan

mengakomodasi perubahan yang dirancang secara efektif dan rapi.

Berdasarkan beberapa masalah dasar yang dihadapi oleh UKM masih

ditambah lagi pelbagai masalah baru terkait perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi yang begitu pesat dan bersifat global. Dengan perkembangan ini,

mau tidak mau UKM dihadapkan pada masalah baru yang mesti dihadapi.

Misalnya kurangnya pemahaman dan persepsi tentang manfaat dari penggunaan

TIK dalam pengembangan UKM (Siregar, 2008). Penggunaan TIK juga harus

didukung oleh software yang relevan dengan konteks. E-commerce adalah sistem

software yang relevan dalam konteks organisasi bisnis. Banyak kajian yang telah

menyatakan manfaat sistem e-commerce pada UKM. Namun demikian tidak

sedikit para pengusaha pada sektor UKM yang sadar terhadap manfaat sistem e-

commerce untuk pengembangan usaha dalam skala global (Sarmila &

Faridahanum, tth).

Berangkat dari masalah UKM yang bersifat mendasar, juga ditambah

dengan masalah terkait dengan pemahaman, persepsi dan kesadaran tentang

Page 25: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

18

perkembangan TIK, yang seungguhnya memberikan salah satu solusi untuk

meningkatkan daya saing usahanya.

D. Upaya Pengembangan Usaha Kecil & Menengah

Merujuk UU No. 9 Tahun 1995, pembinaan dan pengembangan adalah

upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui

pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan kemampuan UKM agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Pembinaan dan pengembangan difokuskan kepada produksi, pemasaran, sumber

daya manusia, dan teknologi.

Mohammad Jafar Hafsah (2004) mengusulkan beberapa hal terkait dengan

upaya pengembangan UKM, diantaranya adalah (1) penciptaan iklim usaha yang

kondusif; (2) bantuan permodalan; (3) perlindungan usaha; (4) pengembangan

kemitraan; (5) pelatihan; (6) membentuk lembaga khusus; (7) memantapkan

asosiasi; dan (8) mengembangkan promosi. Sedangkan dalam www....... ada

beberapa hal yang perlu bantuan sebagai upaya pengembangan terhadap UKM.

Beberapa dimaksud diantaranya adalah (1) bantuan pembiaya operasional UKM;

(2) penggunaan teknologi; (3) pemberian pelatihan; (4) pelayanan konsultan; (5)

bantuan pemasaran; dan (6) bantuan manajemen operasional bisnis.

Sementara Mohammad Ridha (2009) mengusulkan upaya pengembangan

UKM adalah dengan cara membangun jaringan pemasaran relasional. Hal

didasari oleh pemikiran bahwa (1) 95% sektor usaha di sektor primer adalah

UKM; dan (2) keberhasilan UKM ditentukan dari segi kemampuannya

mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pasar sasarannya. Yang mana

pemasaran relasional bermaksud untuk membangun hubungan baik dengan

Page 26: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

19

konsumen, sebab (1) perilaku pembelian konsumber semakin beragam, persaingan

semakin tajam, kemajuan teknologi semakin pesat; (2) pemasaran dihadapkan

pada konsumen yang semakin kritis, dinamis, tuntutan beragam, sulit ditebak

keinginannya; dan (3) mempertahankan konsumen yang ada jauh lebih penting

dan murah daripada mencari konsumen yang baru.

E. Penggunaan Teknologi Informasi & Komunikasi bagi Sektor Usaha

Kecil & Menengah

Sebelum membicarakan penggunaan teknologi informasi & komunikasi

(TIK) bagi sektor usaha kecil & menengah (UKM), sangat penting untuk

membicarakan apa yang dimaksud dengan TIK itu sendiri agar dapat difahami

secara utuh, termasuk fungsi dan peranannya dalam sebuah organisasi.

Teknolgi Informasi adalah teknologi berkaitan dengan pengumpulan,

penyimpanan, pemprosesan, penyebaran, dan pencarian kembali informasi secara

elektronik (Abdul Razak et al. 2003), yang mana pemprosesan tersebut tertanam

dalam perangkat keras dan perangkat lunak komputer, proses data dan sistem

komunikasi data (IDB 2003). Sementara, ICT merujuk kepada definisi utama

teknologi informasi itu sendiri dan teknologi telekomunikasi serta kawasan

broadcasting yang meliputi internet dan peralatan elektronik pelanggan, seperti

handhpone dan personal digital assitants atau PDA’s (IDB 2003), sesemuanya

meliputi perangkat keras, perangkat lunak, database, jaringan, dan piranti-piranti

elektronik lainnya (Turban et al. 2008).

Namun, ketika membincangkan teknologi informasi sudah pasti

membincangkan sistem informasi (Ward & Peppard 2002; Turban et al. 2008).

Meskipun kedua istilah tersebut mempunyai makna dan tujuan yang berbeda

Page 27: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

20

(Hackney et al. 2000; Ward & Peppar 2002; Kadir 2003; Urumsah 2004).

Teknologi informasi tidak akan bisa digunakan oleh sebuah organisasi, ketika

belum wujud sistem informasi. Sebaliknya sistem informasi tidak dapat diciptakan

ketika tidak ada teknologi informasi. Oleh sebab itu, kedua hal ini ibarat uang

logam yang mempunyai dua sisi yang berbeda tetapi satu kesatuan yang utuh.

Merujuk definisinya, sistem informasi merupakan tindakan mengumpulkan,

memproses, menyimpan, menganalisis dan menyebarluaskan informasi dengan

maksud khusus (Oetomo 2002; Turban et al. 2008). Kadir (2003) mendefinisikan

sistem informasi merupakan sekumpulan orang, teknologi, prosedur kerja dan

informasi untuk mencapai tujuan. Sekumpulan elemen berkenaan saling berkait

erat satu sama lain dalam membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data,

memproses, menyimpan dan menyebarluaskan maklumat (Oetomo 2002). Pada

intinya, sistem informasi adalah mengautomatikkan proses manusia dan mekanik

sedia ada menjadi lebih cepat secara logik dan sistem terintegrasi (Clarke 2005).

Di lihat dari sisi penggunaannya pada sektor UKM relatif lambat

berbanding perusahaan-perusahaan dengan skala besar, Penggunaan TIK pada

UKM cenderunga hanya untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi, sementara

pada perusahaan skala besar lebih mengarah kepada mengurangi struktur

manajemen dan mendelegasikan pengambilan keputusan ke level bawah

(Freedman, 1996). Denganp perkembangan TIK yang begitu cepat dan berfungsi

sebagai alat strategi bagi bisnis (Jogiyanto, 2005), maka penggunaan TIK pada

UKM semakin pesat yang kemudian harus melakukan mutasi dari sistem manual

ke sistem komputer yang lebih canggih dalam waktu yang relatif singat. Merujuk

kepada Arief Rahmana (2009), namun saat ini hampir seluruh UKM telah

Page 28: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

21

menggunakan TIK. Berdasarkan kajian Arief Rahmana (2009) menyatakan bahwa

secara urut tingkatan penggunaan TIK sebagian besar untuk membantu

administrasi, desain produk, pemasaran, proses produksi, dan lainnya. Sementara,

penggunaan internet secara urut adalah untuk browsing, email, website, LAN, e-

business, dan pertukaran data atau EDI (electronic data interchange). Arief

Rahmana lebih lanjut menyatakan ada tiga fungsi utama TIK bagi proses bisnis

UKM, yaitu :

a. Media Komunikasi. TIK dapat digunakan sebagai media komunikasi dengan

berbagai pihak. Komunikasi ini bisa dengan cara berbagai macam, misalnya

chating, e-mail, dan jejaring sosial lainya.

b. Media Promosi. TIK dapat digunakan sebagai sarana promosi jasa atau produk

yang diawarkan oleh UKM. Promosi ini bisa dilakukan melalui berbagai cara,

misalnya (1) website, UKM bisa membuat website bagi jasa atau produk yang

akan dijual; (2) mailing list, UKM bisa mengirimkan promosi jasa atau produk

dalam bentuk e-mail ke mailing list yang relevan dengan yang ditawarkan; dan

(3) chat, UKM juga bisa menggunakan sarana chatting untuk menawarkan

produk atau jasa yang dihasilkan.

c. Media Riset. Fungsi lain dari TIK bagi UKM adalah untuk melakukan riset

dan perbandingan. UKM harus mampu memanfaatkan TIK untuk riset agar

bisa mengetahui seberapa jauh keunggulan produknya di banding produk

sejenis lain yang sudah ada. Fungsi riset disini juga bisa digunakan untuk

mencari formula baru untuk memperkuat mutu dari produk atau jasa. Riset

juga berguna untuk mengetahui apa yang sedang dkerjakan oleh kompetitor

pada produk yang sejenis.

Page 29: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

22

F. Definsi E-Commerce

Istilah e-commerce baru dikenal beberapa tahun terakhir, namuna

sesungguhnya telah ada dalam bentuk lain, misalnya EDI (electronic data

interchange) dan EFT (electronic fund transfer). Kedua sistem ini mengawali

munculnya istilah e-commerce. Komersialisasi dan privatisasi internet merupakan

pendorong utama dan menjadi dasar pertumbuhan sistem e-commerce.

Infrastruktur digital yang menyediakan sarana efisien untuk komunikasi dan

pertukaran informasi menjadi media baru yang menarik untuk e-commerce. Di

masa lalu, dunia bisnis melakukan aktivitas melalui jaringan khusus, tetapi dengan

pertumbuhan internet yang sudah meluas telah mampu merubah paradigma para

pelaku bisnis dalam melakukan bisnisnya.

Ketika mengkaji istilah e-commerce, definsi e-commerce sendiri diartikan

sangat bervariatif. E-commerce merupakan konsep baru yang digambarkan

sebagai proses jual beli barang atau jasa pada web site (www). Merujuk Turban et

al (2008) Electronic commerce (EC atau e-commerce) menggambarkan proses

membeli, menjual, mentransfer, melayani, atau tukar produk, jasa, informasi

melalui jaringan komputer termasuk di dalamnya internet. Sementara, e-business

merujuk definisi besar e-commerce sendiri, e-business tidak saja membeli dan

menjual barang atau jasa, tetapi juga melayani pelanggan, bekerjasama dengan

partner bisnis, melakukan e-learning, dan melakukan transaksi elektronik dalam

sebuah organisasi.

Dalam http://www.investorwords.com/1678/electronic_commerce.html

disebutkan bahwa e-commerce membeli dan menjual produk atau jasa oleh

organisasi bisnis dan pelanggan melalui internet. Sementara dalam

Page 30: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

23

http://en.wikipedia.org/wiki/Electronic_commerce dinyatakan bahwa e-commerce

merupakan pengetahuan umum yang meliputi membeli dan menjual produk atau

jasa melebihi sistem elektronik seperti internet dan jaringan komputer lainnya.

Menurut Gary Coulter dan John Buddemeir, e-commerce berhubungan dengan

penjualan, periklanan, pemesanan produk, yang semuanya dikerjakan melalui

internet.

Dari beberapa definisi tersebut, e-commerce dapat didefinisikan dari

beberapa perspektif (1) komunikasi. Pengiriman barang, jasa, informasi, atau

pembayaran melalui jaringan komputer atau sarana elektronik lainnya; (2)

perdagangan. Penyediaan sarana untuk membeli dan menjual produk, jasa, dan

informasi melalui internet atau fasilitas on-line lainnya; (3) proses bisnis.

Menjalankan proses bisnis secara elektronik melalui jaringan elektronik,

menggantikan proses bisnis fisik dengan informasi; (4) layanan. Cara bari

pemerintah, perusahaan, konsumen, dan manajemen untuk memangkas biaya

pelayanan/operasi sekaligus meningkatkan mutu dan kecepatan layanan bagi

konsumen; (5) pembelajaran. Sarana pendidikan dan pelatihan on-line untuk

sekolah, universitas, dan organisasi lain termasuk perusahaan; (6) kolaborasi.

Metode kolaborasi antar dan intra organisasi; dan (7) komunitas. Tempat

berkumpul (mangkal) bagi anggota suatu masyarakat untuk belajar, mencari

informasi, melakukan transaksi, dan berkolaborasi.

G. Tipe-tipe E-Commerce

Transaksi e-commerce dapat dilakukan antara berbagai pihak. Merujuk

berbagai sumber, salah satunya Turban et., al (2008) disebutkan 8 (delapan) tipe,

diantaranya adalah (1) business-to-busines (B2B). Dalam transaksi B2B, baik

Page 31: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

24

penjual dan pembeli adalah organisasi bisnis; (2) Collaborative commerce (c-

commerce). Dalam c-commerce, kerjasama partner bisnis (lebih dari membeli dan

menjual) secara elektronik. Seperti kerjasama yang dilakukan secara frekuensi

antara dan diantara partner bisnis berdasarkan mata rantai bisnis; (3) business-to-

customer (B2C). Dalam B2C, penjual adalah organisasi dan pembeli adalah

individu, B2C juga disebut dengan e-tailing; (4) Consumber-to-Consumer (C2C).

Dalam C2C, individu menjual produk atau jasa kepada individu lainnya; (5)

Business-to-business-to-consumer. Dalam kasus ini sebagai bisnis penjual untuk

organisasi bisnis tetapi pengantarannya produk atau jasa untuk individu; (6)

Consumer-to-business (C2B). Dalam C2B, consumer membuat tahu tentang

keperluan produk atau jasa, dan suplair memenuhi untuk menyediakan produk

atau jasa untuk customer; (7) Intrabusines (intraorganizational) commerce.

Dalam kasus ini sebuah organisasi menggunakan e-commerce secara internal

untuk memperbaiki operasinya; dan (8) Government-to-cotozens (G2C) and to

Other. Dalam kasus ini suatu pemerintahan menyediakan pelayanan kepada warga

negaranya melalui e-commerce. Pemerintah dapat melakukan bisnis dengan

pemerintah lainnya (G2G) atau dengan organisasi bisnis (G2B).

H. Ruang Lingkup e-Commerce

Banyak aplikasi dalam e-commerce yang didukung oleh infrastruktur,

seperti perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, tingkatan browser untuk

multimedia, dan juga didukung oleh lima pilar. Kelima pilar tersebut adalah

orang, kebijakan publik, pemasaran dan periklanan, dukungan pelayanan, dan

kerjasama bisnis. Ruang lingkup e-commerce secara terperinci ditunjukkan pada

gambar berikut :

Page 32: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

25

Sumber : Turban, et., al (2008)

Gambar 1 Kerangka e-Commerce

I. Keuntungan Penggunaan Sistem e-Commerce

Keuntungan e-Commerce dapat dilihat dari dua sisi. Pertama dari sisi

pembisnis (pengusaha) dan kedua dari sisi pelanggan (customer) (Turban et., al

2008). Secara ringkas dijelaskan sebagai berikut :

a. Keuntungan e-Commerce bagi Pembisnis :

1) Perusahaan dapat mengjangkau pelanggan seluruh dunia. Dengan

memperluas jangkauan bisnis sama halnya meningkatkan keuntungan;

2) Pelaku bisnis dapat mengumpulkan informasi mengenai para

pelanggannya melalui penggunaan cookies. Cookies membantu operator

website untuk mengumpulkan informasi mengenai kebiasaan membeli

yang dilakukan oleh sekelompok orang. Informasi tersebut tidak terhingga

Page 33: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

26

nilainya bagi bisnis, karena informasi tersebut menjadikan pelaku bisnis

membuat target periklanannya lebih baik dengan informasi yang lebih baik

mengenai demografis;

3) Menawarkan pengurangan sejumlah biaya tambahan. Sebuah perusahaan

yang melakukan bisnis di internet akan mengurangi biaya tambahan

karena biaya tersebut tidak digunakan untuk gedung dan pelayanan

pelanggan (customer services), jika dibandingkan dengan jenis bisnis

tradisional. Hal ini membantu perusahaan dalam meningkatkan

keuntungannya.

4) Perbaikan rantai pasokan

5) Penambahan jam operasi perusahaan selama 24 jam

6) Kustomisasi

7) Model bisnis baru

8) Spesialisasi vendor

9) Kecepatan time-to-market

10) Biaya komunikasi/koordinasi lebih rendah

11) Efisien pengadaan

12) Meningkatkan hubungan dengan konsumen

b. Keuntungan e-Commerce bagi Pelanggan :

1) Melakukan transaksi bisnis dapat dilakukan secara mudah. Seorang

pembeli di internet dapat menggunakan komputer pribadinya kapan saja

dan dimana saja. Sehingga seorang pembeli tidak perlu mengantri bahkan

meninggalkan rumah, yang dilakukan hanya dengan mengklik sebuah

Page 34: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

27

produk yang ingin dibelinya, memasukkan informasi kartu kreditnya,

kemudian menunggu produk datang melalui jasa pengantaran;

2) Pengurangan biaya.

3) Lebih banyak pilihan produk dan jasa

4) Harga lebih murah

5) Pengiriman/penyampaian dapat dilakukan dengan segera

6) Ketersediaan informasi

7) Kesempatan berpartisipasi

8) Personalisasi, sesuai selera.

Secara ringkas keuntungan e-commerce adalah sebagai berikut :

1) Bagi konsumen : harga lebih mudah, belanja cuku pada satu tempat

2) Bagi pengelola bisnis : efisiensi, tanpa kesalahan, tepat waktu.

3) Bagi manajemen : peningkatan pendapatan, loyalitas pelanggan.

J. Konsep Daya Saing Global

Daya saing dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk

mempertahankan pangsa pasar. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh faktor

suplai yang tepat waktu dan harga yang kompetitif. Secara berjenjang, suplai tepat

waktu dan harga yang kompetitif dipengaruhi oleh dua faktor penting lainnya,

yaitu fleksibilitas (kemampuan untuk melakukan adaptasi terhadap keinginan

konsumen) dan manajemen differensiasi produk. Begitu pula halnya dengan

fleksibilitas dan differensiasi produk dapat dicapai sepanjang adanya kemampuan

untuk melakukan inovasi dan adanya efektivitas dalam sistem pemasaran.

Korelasi antara faktor-faktor tersebut di atas disajikan pada gambar 2.

Page 35: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

28

Di samping itu, berdasarkan gambar di atas, daya saing mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produktivitas perusahaan dan

memperluas akses pasar. Hal ini akan bermuara kepada peningkatan omzet

penjualan dan profitabilitas perusahaan.

Sumber : Rahmana (2009)

Gambar 2 : Konsep Daya Saing

Peningkatan Produktifitas

Perluasan pasar

DAYA SAING

Kemampuan untuk mempertahankan pangsa pasar

Suplai tepat waktu Harga yang kompetitif

Fleksibilitas Manajemen Differensiasi produk

Kapasitas inovatif Efektifitas sistem pemasaran

Page 36: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

29

K. Jaringan Usaha

Jaringan usaha dalam pengertian yang umum merupakan terjemahan dari

kata network, yang penekanannya lebih pada usaha atau kerja dalam hubungan

antar simpul, antar unit kerja, dan atau antar perusahaan sebagaimana halnya

ditunjukkan oleh cara bekerjanya sebuah jaring. Pemahaman inilah yang

kemudian dipergunakan sebagai analogi untuk menjelaskan jaringan usaha dalam

konteks teori modal sosial.

Lawang (2004) dengan jelas menguraikan bahwa, dalam suatu ikatan antar

simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan oleh media (hubungan sosial),

maka hubungan sosial itu diikat dengan kepercayaan, boleh dalam bentuk

strategik, boleh pula dalam bentuk moralistik. Kepercayaan itu dipertahankan oleh

norma yang mengikat kedua belah pihak. Kemudian, dalam suatu usaha antar

simpul yang melalui media hubungan sosial menjadi kerjasama, bukan kerja

bersama-sama, maka kepercayaan simbiotik bilateral dan kepercayaan

interpersonal masuk dalam kategori ini. Semakin kuat jaringan kerja yang dapat

dijalin antarsimpul, tentunya akan lebih kuat menahan beban bersama. Dalam

jaringan kerja itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri, setiap dan

semua simpul menjadi satu kesatuian dan ikatan yang kuat. Ini berarti, antara

media dan simpul tidak dapat dipisahkan. Pengikat atau simpul dalam modal

sosial adalah norma yang mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya

itu dipelihara dan dipertahankan.

Perhatian terhadap jaringan usaha tersebut dari waktu ke waktu dirasakan

makin diperlukan karena akan mempengaruhi perilaku dan kinerja perusahaan.

Jaringan usaha ini meliputi sejumlah relasi, baik relasi horizontal maupun vertikal,

Page 37: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

30

dengan berbagai organisasi seperti pemasok, pelanggan, pesaing, atau lembaga

lain apakah dalam industri yang sama maupun pada industri berbeda (Gulati, et

al., 2000).

Dalam perspektif ekonomi dan bisnis, jaringan usaha merupakan suatu

sistem tertutup dan didefinisikan sebagai kelompok perusahaan yang bekerjasama

dalam mengembangkan proyek bersama (Asian Development Bank, 2001).

Pengertian ini berbeda dengan klaster industri yang merupakan suatu sistem

terbuka. Klaster industri melibatkan lebih banyak pelaku dan merupakan

kelompok perusahaan yang saling terhubung dan berdekatan secara geografis

dengan institusi terkait dalam bidang tertentu, sedangkan jaringan usaha tidak

harus terkonsentrasi secara geografis.

Sjaifuddin (1996) dalam Soen’an (2002) mendefinisikan jaringan usaha

sebagai alat yang dapat dipergunakan untuk melepaskan usaha, utamanya di

sektor industri manufaktur dari keterbatasan sumber daya yang sering menjadi

faktor penghambat bagi perusahaan untuk berkembang. Definisi ini tidak

menjelaskan apa dan bagaimana alat tersebut dipergunakan oleh suatu perusahaan

untuk menghindar dari keterbatasan sumber daya yang dipandang menghambat

usahanya, sehingga definisi ini sulit diimplementasikan. Sedangkan menurut

Soen’an (2002) jaringan usaha dimaksudkan sebagai suatu bentuk organisasi di

bidang ekonomi antar unsur ataupun antar unit, baik dalam intraorganisasi

maupun antarorganisasi. Unsur-unsur tersebut dapat berupa unit usaha atau non

unit usaha yang merupakan unsur dalam rangkaian yang memfasilitasi

pengoperasioan unit usaha. Bentuk keterkaitan unit usaha tersebut dapat berupa

Page 38: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

31

komunikasi informal di antara unit usaha, asosiasi, dan kerjasama usaha (joint

venture).

Namun jaringan usaha itu tidak selalu sama dalam bentuk joint venture.

Pada prinsipnya, dalam joint venture beberapa perusahaan digabung dalam satu

nama, sedangkan pada jaringan usaha nama masing-masing perusahaan tetap

dipertahankan, walaupun mereka memiliki kepentingan bersama dalam urusan

tertentu. Jaringan usaha. Pada umumnya terbentuk atas dasar upaya mencari

terobosan-terobosan baru dalam menghadapi berbagai kendala yang jika diperoleh

cara mengatasinya akan menjanjikan keberhasilan dan peluang baru bagi

pengembangan bisnis.

Di dunia bisnis, etika menjadi sangat penting. Etika yang dilandasi oleh

kejujuran merupakan pegangan bersama dan menjadi rambu-rambu dalam

melakukan kemitraan usaha. Sukses tidaknya sebuah kemitraan usaha sangat

tergantung kepada apakah para pengusaha berpegang pada rambu-rambu tersebut.

Utaminingsih (2002) menjelaskan bahwa kemitraan usaha terwujud

melalui proses yang panjang, bertahap, dan memerlukan kerja keras dari pihak-

pihak yang bermitra. Prosesnya dapat dianalogikan dengan proses hubungan dua

orang yang hendak mempertimbangkan untuk hidup berumah tangga, yaitu

melalui tahap pacaran, tunangan, dan tahap pernikahan.

Pada tahap pacaran, pihak-pihak terkait melakukan penjajagan keandalan

masing-masing pihak untuk dijadikan sebagai mitra usaha. Keikutsertaan

perusahaan dalam ISO misalnya, dapat dijadikan sebagai persyaratan untuk

membangun kemitraan usaha. Pada tahap ini masing-masing pihak melakukan

Page 39: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

32

penjajagan paradigma, core belief dan core values yang dapat dipergunakan

masing-masing pihak dalam bermitra.

Pada tahap tunangan, masing-masing pihak meningkatkan keeratan

kemitraan usaha dengan cara melakukan perluasan hubungan dan atau kedalaman

hubungan. Sebagai contoh, jika pada tahap pacaran, kemitaraan usaha hanya

terbatas pada pengadaan bahan tertentu, melalui kontrak berjangka enam bulan,

pada tahap tunangan diperluas ke pengadaan beberapa macam bahan untuk jangka

waktu kontrak satu tahun. Dalam hal ini, sistem informasi manajemen telah

dibangun di antara pihak-pihak yang terkait dalam kemitraan usaha, namun

sifatnya masih sementara.

Sedangkan pada tahap pernikahan, masing-masing pihak sepakat untuk

membangun kemitraan usaha jangka panjang yang bersifat permanen. Sistem

informasi manajemen kemudian dibangun untuk memungkinkan pihak-pihak

yang terkait melakukan akses ke data base perusahaan dalam melaksanakan

transaksi bisnis, kemitrausahaan diperluas dan diperdalam dengan landasan

paradigma core belief dan core values yang diperlukan untuk membangun

kemitraan yang permanen.

Jaringan usaha yang dibangun perusahaan dengan para mitra usahanya

akan menjadikan perusahaan reposnif terhadap setiap kebutuhan pelanggan. Oleh

karena itu setiap komponen jasa yang terkandung dalam produk yang disediakan

oleh perusahaan bagi pelanggan dihasilkan oleh perusahaan yang memiliki core

competency yang tergabung dalam jaringan usaha akan secara responsif mampu

memenuhi setiap perubahan kebutuhan pelanggan.

Page 40: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

33

Selain daripada itu, jaringan usaha juga akan meningkatkan kecepatan

layanan yang diberikan oleh perusahaan bagi pelanggannya. Sebagaimana

dikemukakan oleh Fisher (1988) dalam Utaminingsih (2002) bahwa perbedaan

cara dalam memahami, mempersepsikan, dan beralasan terhadap perbaikan yang

berkelanjutan (continous improvement mindset) menjadi paradigma setiap

perusahaan yang tergabung dalam kemitraan usaha akan menjadi proses yang

dipergunakan untuk menghasilkan barang dan jasa semakin cepat, dengan

mengurangi ushz perusahaan dan aktivitasnya tidak menambah nilai bagi

pelanggan.

Jaringan usaha terbentuk karena adanya latar belakang tertentu. Menurut

Prabatmodj (1996) ada 3 hal yang melatarbelakangi terbentuknya jaringan usaha:

pertama, berdasarkan perspektif pertukaran yang dikembangkan oleh Blau.

Menurut model ini jaringan usaha dipandang sebagai struktur sosial yang

terbentuk karena adanya relasi sosial di antara para pelakunya, misalnya melalui

pertukaran secara langsung atau tidak langsung mengenai segala sesuatu yang

dianggap berharga. Kedua, model ketergantungan sumber daya. Model ini

menjelaskan bahwa terbentuknya jaringan usaha adalah hasil upaya strategis unit

usaha untuk mengamankan sumber daya penting yang dikuasai pihak lain. Ketiga,

model transaction cost economy dari Williamson. Model ini menjelaskan dengan

jaringan usaha, perusahaan dapat memperoleh kebutuhannya secara efisien

melalui pasar atau hirarki.

Dalam bentuknya seperti tersebut, jaringah usaha dapat diorientasikan

untuk kepentingan produksi, pemasaran, dan pelayanan. Menurut Soen’an (2002)

jaringan usaha yang diroentasikan untuk kepentingan produksi, dapat dibentuk

Page 41: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

34

melalui kemitraan usaha dengan perusahaan atau usaha-usaha yang bergerak

dalam rangkaian ke belakang kegiatan produksi atau membentuk berbagai fasilitas

yang mendukung kegiatan produksi, meliputi penyediaan bahan baku dan bahan

pembantu, tenaga kerja, modal, mesin dan peralatan proses produksi, dan

penyediaan lainnya.

Dalam hal pembentukan jaringan usaha untuk kepentingan pemasaran,

jaringan usaha dapat dibentuk dengan menjalin kerjasama berbagai usaha yang

kegiatannya bergerak dalam rangkaian ke depan kegiatan produksi atau

membentuk berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan pemasaran yang meliputi

kegiatan distribusi dan penyampaian hasil produksi kepada konsumen, kegiatan-

kegiatan pendukung yang dilakukan para penyalur seperti agen dan para pedagag

perantara hingga ke toko-toko pengecer. Sedangkan untuk kepentingan pelayanan,

jaringan usaha dapat dibentuk dengan menjalin kerjasama berbagai usaha yang

kegiatannya mengelola jasa-jasa tertentu seperti pelatihan, informasi tentang

teknologi, manajemen konsultasi atau jasa konsultasi tenaga ahli.

Untuk mendukung keberhasilan jaringan usaha, selain mengembangkan

berbagai aspek usaha kerjasama seperti aspek pembelian, pengembangan sumber

daya manusia, pengembangan dan peningkatan produk, dan kerjasama pemasaran,

juga perlu memenuhi beberapa syarat agar jaringan usaha yang dibentuk dapat

terus dipertahankan: (1) adanya disiplin, kejujuran, sikap saling percaya, dan sikap

kesungguhan yang kuat di antara semua pihak yang berkepentingan dalam

melaksanakan kerjasama yang telah disepakati, (2) adanya tekad yang kuat untuk

meraih kemajuan dalam kebersamaan, (3) mengedepankan sikap transparansi

Page 42: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

35

dalam setiap tindakan yang melibatkan kepentingan bersama, dan (4) berusaha

kuat menangani setiap masalah dan perbedaan demi kepentingan bersama.

Selain syarat-syarat tersebut, untuk mendukung keberhasilan jaringan

usaha juga diperlukan suatu kerja jaringan yang efektif yang mampu menciptakan

networkties dengan stakeholder perusahaan yang bisa membuat jaringan sebagai

subyek transaksional untuk mencapai manfaat yang lebih banyak. Kerja jaringan

yang berhasil, menurut Warner (2004:29) berkaitan dengan persoalan: (1)

memberi dan menerima, (2) memberi kontribusi dan menerima dukungan, (3)

menawarkan dan meminta, (4) mengajukan kebutuhan pihak mitra dan

mengajukan kebutuhan perusahaan (kita), dan (5) percaya dan tekun.

Perusahaan-perusahaan yang memperluas jaringan usahanya, akan

memiliki kesempatan yang lebih besar dan terbuka untuk: (1) memasuki pasar

baru, (2) melakukan penawaran bersama untuk pembangunan proyek-proyek

besar, (3) membentuk produk dan jasa baru atau membangun keberadaan

perusahaan pada pasar internasional dengan biaya yang secara individu lebih

rendah, (4) mengkoordinasikan produk-produk baru atau yang telah beredar di

pasar, (5) mengakses informasi dan pengetahuan penting tentang usaha, (6)

mengurangi biaya produksi dan pemasaran barang, (7) memperbaiki teknologi

proses produksi, (8) membentuk jaringan pemasaran dan distribusi efektif dan

efisien, dan (9) memberikan alternatif solusi permasalahan.

Implementasi dari segala bentuk jaringan usaha, menurut Utaminingsih

(2002) dilandasi oleh: (1) fokus untuk memuaskan kebutuhan pelanggan

berjangka panjang, (2) transaksi usaha dilaksanakan dengan kompetensi dan

kualitas hubungan jangka panjang antara pihak-pihak terkait, dan (3) kemitraan

Page 43: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

36

usaha merupakan dasar untuk membangun transaksi bisnis, karena itu kemitraan

usaha yang tidak menambah nilai bagi pelanggan dapat dikurangi dan pada

akhirnya dapat dihilangkan.

Ringkasnya, jaringan usaha hanya akan berjalan dengan lancar dan efisien

jika dilandasi oleh nilai-nilai kejujuran, dan masing-masing pihak yang terlibat

dalam transaksi bisnis menjunjung tinggi kejujuran itu. Selain kejujuran, jaringan

usaha juga terkait dengan integritas yang merupakan kemampuan seseorang untuk

mewujudkan komitmennya ke dalam tindakan nyata. Setiap jaringan usaha hanya

akan berjalan dengan lancar dan berkelanjutan jika masing-masing pihak dalam

melaksanakan transaksi usaha sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat

bersama. Sebagai misal, ketika perusahaan akan membangun quality relationship

antara perusahaan dan mitra usahanya, khususnya dengan para pemasoknya, maka

semua transaksi pengadaan harus dirancang berlandaskan kompetensi dan

kepercayaan yang telah dibangun, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

inspeksi, waktu tunggu, pengerjaan kembali produk rusak yang biasanya

dilaksanakan dalam transaksi pengadaan barang dapat dikurangi dan pada

akhirnya dapat dihilangkan. Demikian selanjutnya terhadap praktik-praktik

perluasan jaringan usaha yang lain, sehingga setiap bentuk kemitraan yang tidak

menambah nilai bagi pelanggan dapat dikurangi atau dihilangkan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa praktik perluasan jaringan

usaha pada dasarnya juga tertambat dalam suatu struktur hubungan yang

kualitasnya akan sangat ditentukan oleh seberapa jauh para pihak yang bermitra

dapat memenuhi syarat-syarat agar jaringan usaha yang dibentuk dapat terus

dipertahankan.

Page 44: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Berangkat dari fokus penelitian dan signifikansi penelitian. Penelitian bermaksud

mengungkap tingkat pemahaman dan kesadaran para pengusaha keripik tempe di

Kampung Sanan tentang system e-commerce sebagai akibat perkembangan TIK saat ini.

Selanjutnya juga ingin mengungkap sejauh mana system e-commerce telah dipraktikkan

pengusaha keripik tempe tersebut untuk mendukung dan sekaligus meningkatkan system

pemasarannya. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengungkap apa yang sesungguhnya

menjadi penghambat dan kendala seandainya system e-commerce diimplementasikan

pada pengusaha keripik tempe yang belum menerapkan system e-commerce. Berdasarkan

pengungkapan fakta tersebut dan sebagai sumbangan hasil penelitian, maka akan

dirumuskan tentang bagaimana strategi implementasi e-commerce yang efektif bagi para

pengusaha keripik tempe di Kampung Sanan.

Berdasarkan maksud penelitian di atas, maka penelitian ini tergolong penelitian

kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sesungguhnya di Indonesia umumnya dan

khusus di Malang adalah sangat banyak jenis UKM, tetapi dalam penelitian hanya para

pengusaha Keripik Tempe di Kampung Sanan yang dijadikan situs penelitian. Yang mana

studi kasus adalah salah satu dari jenis penelitian kualitatif (Creswell 2002; Myers &

Avision 2002). Dalam penelitian kualitatif, manusia adalah sumber data utama dan hasil

penelitiannya berupa kata-kata atau pernyataan sesuai yang dialami dan dirahasiakan.

Sebagaimana pendapat Denzin & Lincoln dalam Moloeng (2006), yang menyatakan

bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar belakang alamiah

dengan maksud menafsirkan apa yang terjadi.

Page 45: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

38

B. Proses Penelitian

Proses pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tiga tahap yaitu proses

persiapan penelitian, proses pelaksanaan penelitian, dan proses analisis data hasil

penelitian. Ketiga langkah ini merupakan rancangan penelitian yang tidak dapat

dipisah-pisahkan. Yang mana rancangan penelitian merupakan susunan sistematis

yang menghubungkan data empiric dengan focus penelitian dan kesimpulan hasil

penelitian. Ia dimulai dengan bantuan hipotesis (jika ada), menggambarkan

pengumpulan data, menentukan prosedur pengumpulan data, mengidentifikasi alat

analisa data yang digunakan, menyatakan langkah-langkah pembuktian (jika ada),

dan menggambarkan hasil naratif penelitian (Creswell 2002). Gambar 3 berikut

adalah menggambarkan aliran proses penelitian.

Gambar 3 : Aliran Proses Penelitian

a. Proses persiapan penelitian

Proses persiapan adalah menerangkan proses mendesain instrument penelitian

yang digunakan dalam mengumpulkan data, baik kuantitatif mahupun kualitatif.

Instrumen penelitian dibentuk berdasarkan teori dan hasil penelitian-penelitian

sebelumnya serta observasi pendahuluan.

Proses persiapan penelitian Proses pelaksanaan penelitian Proses analisis data penelitian

Page 46: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

39

Gambar 4 : Proses Merumuskan Instrumen Penelitian

b. Proses pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan proses pengumpulan data penelitian.

Teknis pengumpulan data utama dengan teknik wawancara dengan beberapa

pengusaha keripik tempe di Kampung Sanan Kota Malang. Untuk mengefektifkan

pengumpulan data sekaligus memantapkan data penelitian, peneliti menggunakan

pendekatan Focus Group Discussion (FGD). Yang mana FGD adalah satu di

antara teknik pengumpulan data dalam penelitian berjenis kualitatif (sekarang

1992; Widayat 2004; Bungin 2004). Sementara untuk mendapatkan keabsahan

data dan hasil penelitian, peneliti menggunakan pendekatan diskusi dengan teman

sejawat.

Instrument utama dalam penelitian ini adalah tim peneliti sendiri. Karena

menurut kaedah peneliti kualitatif, kehadiran peneliti dalam situs penelitian

merupakan keharusan. Sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2008), ia

menyatakan penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan pada

hasil pengamatan peneliti, sehingga manusia sebagai instrument penelitian

menjadi suatu keharusan. Bahkan posisi peneliti menjadi instrument kunci.

belum

ya

Perumusan Instrumen Penelitian

Administrasi instrumen

Hasil Penelitian Teori Observasi awal

Perbincangan

Page 47: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

40

C. Proses analisis data penelitian

Data hasil penelitian perlu dianalisis untuk memperoleh informasi guna

pengambilan keputusan (Simamora 2004). Menurut Bogdan & Biklen (1982),

analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis dari yang

diperoleh dari objek penelitian. Sehingga memungkinkan peneliti dapat

melaporkan hasil penelitian secara sistematis pula. Oleh sebab itu, analisis data

hasil penelitian perlu dilakukan secara sistematis yang dimulai dari penelitian

data, menata menjadi satu-satuan untuk dianalisis, mensintesiskan, mencari pola,

menentukan makna dari apa yang telah diteliti

Adapun langkah-langkah dalam analisis data penelitian meliputi penyajian

data, reduksi data, penarikan kesimpulan. Merujuk Lexy J. Moleong (2006),

proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh

data yang tersedia yang diperoleh dari berbagai sumber. Selanjutnya data tersebut

dilakukan reduksi data yang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi.

Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan

pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.

Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu

kemudian dikategorisasikan. Tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan

pemeriksaan keabsahan data, yang selanjutnya dilakukan penafsiran-penafsiran

yang dikaitkan dengan teori-teori.

Page 48: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Umum Kampung Sanan Kelurahan Purwantoro

Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Umumnya

orang Indonesia mengenalnya sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata, berlokasi di

pegunungan yang sejuk. Disebut sebagai Kota Pendidikan karena banyaknya fasilitas pendidikan

yang tersedia dari mulai tingkat Taman Kanak-kanak, SD sampai Pendidikan Tinggi dan jenis

pendidikan non-formal seperti kursus bahasa asing dan kursus komputer, baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.

Sebagai Kota Wisata, Kota Malang merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Letaknya yang berada di tengah-tengah

wilayah Kabupaten Malang secara astronomis terletak pada posisi 112.06 – 112.07 Bujur Timur,

7.06 – 8.02 Lintang Selatan. Adapun batas batas wilayah Kota Malang adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang; Sebelah

Timur : Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang; Sebelah Selatan:

Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang; Sebelah Barat : Kecamatan

Wagir dan Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

Luas wilayah Kota Malang sebesar 110,06 km2 terbagi dalam lima kecamatan yaitu

Kecamatan Kedungkandang, Sukun, Klojen, Blimbing dan Lowokwaru. Dataran Kota Malang

letaknya cukup tinggi yaitu 440 – 667 meter di atas permukaan air laut. Salah satu lokasi yang

paling tinggi adalah Pegunungan Buring yang terletak di sebelah timur Kota Malang. Dari atas

pegunungan ini terlihat jelas pemandangan yang indah antara lain dari arah Barat terlihat barisan

Gunung Kawi dan Panderman, sebelah utara Gunung Arjuno, Sebelah Timur Gunung Semeru

Page 49: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

42

dan jika melihat ke bawah terlihat hamparan Kota Malang. Sedangkan sungai yang mengalir di

Wilayah Kota Malang adalah Sungai Brantas, Amprong dan Bango.

Dari sisi pendapatan daerah terlihat total pendapatan daerah selama 2007 sebesar Rp

644.755.574.122,46. Sumber pendapatan yang terbagi dalam tiga kelompok. Dari sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD) memberikan kontribusi sebesar 87.115.734.710,46 rupiah.

Sedangkan pendapatan yang merupakan Pendapatan Transfer, yaitu Dana Perimbangan (DAU)

memberikan kontribusi terbesar yaitu 420.234.685.000 rupiah. Dari sisi pengeluaran total,

pengeluaran yang dilakukan pemerintah Kota Malang sebesar 648.747.892.165 rupiah di mana

pengeluaran tersebut terbagi untuk Belanja Operasi sebesar 461.645.273.818 rupiah, Belanja

Modal sebesar 148.181.706.215 rupiah, Belanja tak terduga 62.092.331 rupiah dan transfer bagi

hasil ke desa sebesar 45.916.200 rupiah. Kampung Sanan berada di Kelurahan Purwantoro

Kecamatan Blimbing Kota Malang. Daerah ini dikenal tidak hanya di Malang saja, melainkan

sudah di tingkat internasional sebagai penghasil kripik tempe yang besar dengan kualitas yang

bisa diandalkan.

B. Industri Tempe di Sanan Kulon

Sentra industri tempe di Sanan terdapat di RW 15 dan RW 16. Jumlah pengusaha di RW

15 sebanyak 184 orang yang meliputi pengusaha keripik tempe dan pembuat tempe. Sedangkan

jumlah pengusaha di RW 16 sebanyak 98 orang. Pengusaha di sentra industri Sanan dapat

diklasifikasikan menjadi usaha mikro dan usaha kecil. Omzet penjualan di sentra industri Sanan

berkisar antara 37 juta sampai denga 1,8 milyar rupiah per tahun.

Total pengusaha tempe di sentra industri Sanan terdapat 281. Dengan rincian, sebanyak

89 pengusaha yang memiliki penjualan per tahun kurang dari 100 juta. Sebanyak 175 orang

memiliki omzet penjualan berkisar antara 100 juta s/d 500 juta rupiah. Sedangkan pengusaha

Page 50: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

43

krepek tempe yang omzetnya berkisar antara 500 juta s/d 1 milya sebanyak 10 orang. Pengusaha

dengan omzet penjualan lebih dari 1 milyar sebanyak 7 orang.

Omzet

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Omzat Kurang dari 100 juta 89 31.7 31.7 31.7

100 juta s/d 500 juta 175 62.3 62.3 94.0

500 juta s/d 1 milyar 10 3.6 3.6 97.5

lebih dari 1 milya 7 2.5 2.5 100.0

Total 281 100.0 100.0

Sumber: Data diolah

Berdasarkan karakteristik usaha dapat diklasifikasikan menjadi usaha kecil dan usaha

mikro. Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, yang dimaksud dengan Usaha Kecil

adalah memiliki kekayaan bersig paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp

1.000.000.000,-; milik warga negara Indonesia; berdiri sendiri, bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafisiliasi baik langsung

maupun tidak langsung dengan usaha Menengah atau Usaha Besar; berbentuk usaha orang

perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum,

termasuk koperasi.

Hasil analisis data dilapangan menunjukkan bahwa industri krepek tempe di Sanan 19,2%

atau sebanyak 227 usaha berskala mikro, sedangkan sisanya yakni 80,8% atau sebanyak 54

merupakan usaha yang berskalan menengah.

Page 51: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

44

JeninUMKM

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Usaha Mikro 227 80.8 80.8 80.8

Usaha Kecil 54 19.2 19.2 100.0

Total 281 100.0 100.0

Sumber: Data diolah

C. Pemahaman Pengusaha Pada E-commerce

Beberapa kapabilitas utama teknologi informasi meliputi (Turban, 2001):

a. Melakukan komputasi numerik secara cepat dan kapasitas volume besar.

b. Menghasilkan komunikasi yang cepat, akurat, dan murah di dalam dan antar organisasi.

c. Kapasitas penyimpanan besar dalam media yang semakin kecil dan mudah diakses.

d. Memungkinkan akses banyak informasi secara cepat dan murah, lingkup global.

e. Meningkatkan efektivitas kinerja tim/grup yang tersebar/berbeda lokasi.

f. Otomatisasi proses bisnis.

g. Kecapatan pengetikan dan pengeditan.

h. Kemampuan-kemampuan di atas dilakukan dengan murah dibandingkan dengan cara

manual.

Dengan kemampuan tersebut, teknologi informasi memberikan dukungan penting dalam

kegiatan usaha, mencakup:

a. Meningkatkan produktivitas.

b. Mengurangi biaya.

c. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.

d. Meningkatkan relasi dengan pelanggan/konsumen.

e. Membangun aplikasi-aplikasi strategi baru.

Page 52: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

45

Kemajuan teknologi informasi telah mampu menciptakan sebuah jaringan global yang

disebut dengan internet. Pemanfaatan internet dewasa ini juga telah demikian berkembang pada

berbagai aspek kehidupan. Berbagai aplikasi yang ada dikembangkan dari 3 (tiga) kategori

aplikasi dasar yaitu: 1) Discovery yaitu aplikasi untuk akses informasi, (browsing dan

information retrieval/searching), 2) Communication yaitu e-mail, chat, newsgroup, 3)

Collaboration yaitu aplikasi untuk kolaborasi antar individual/group, seperti workflow systems,

screen sharing, visual teleconferencing (teleconferencing), group decision support systems

(GDSS).

Pemanfaatan internet untuk berbagai aktivitas usaha disebut dengan e-commerce.

Kegiatan bisnis yang dilakukan secara online itu bisa meliputi pemasaran, promosi, public

relation, transaksi, pembayaran, dan penjadwalan pengiriman barang, serta masih sangat terbuka

kemungkinan inovasi-inovasi kegiatan bisnis online seiring dengan perkembangan teknologi e-

commerce sendiri.

Meskipun penerapan e-commerce dapat mendukung pengembangan pemasaran produk

UKM, tetapi penerapan tersebut tidak selalu berjalan lancar dan penggunanya dapat menemui

lima macam kendala seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini berdasarkan factor-faktor

kendala pemanfaatan e-commerce pelaku bisnis UKM:

No. Kendala yang dihadapi

1. Walaupun telah memiliki computer, tapi belum tahu dan belum mengerti

tentang internet

2. Sudah punya alat berupa internet, tapi belum ada kesempatan untuk belajar

memanfaatkan internet dalam kegiatan perdagangan

3. Sudah memiliki website, namun websitenya kurang menarik sehingga

jarang yang mengunjunginya

4. Belum punya angan-angan untuk memanfaatkan internet dalam jual-beli

walaupun sudah memiliki jaringan internet

5. Belum ada keinginan untuk memanfaatkan jaringan internet dalam

perdagangan

Page 53: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

46

Untuk membuka peluang penerapan ecommerce agar produk UKM dapat dipasarkan

secara lebih luas dan tanpa batas, maka kendala tersebut harus diatasi. Respon para pengusaha

UKM mengenai keinginan mereka untuk mendapatkan pasar yang lebih luas dengan media

promosi yang lebih bervariasi, efisien, pemangkasan rantai distribusi dari pemasok maupun

kepada pembeli, serta menjaga agar jumlah produksi dapat disesuaikan dengan permintaan pasar.

Dari semua keinginan ini, tampak bahwa penerapan ecommerce diharapkan dapat memfasilitasi

agar manfaatnya dapat dicapai optimal.

D. Praktik Sistem e-commerce

Berdasarkan hasil observasi dilapangan menunjukkan bahwa para pengusaha keripik

tempe di Sanan Kota Malang dapat diklasifikasikan menjadi 3 karakteristik berdasarkan

pemahaman dan pemanfaataan teknologi informasi dalam sistem perdagangannya. Tiga

karakteristik tersebut meliputi; sangat familiar dalam penggunaan internet dan memanfaatkannya

dalam e-commerce, sudah mengenal internet namun belum memanfaatkan dalam sistem

perdagangan e-commerce, dan kelompok pedagang tradisional yang belum mengenal internet

secara langsung kecuali generasi penerusnya.

Kelompok pertama adalah kelompok yang telah sering dan aktif menggunakan internet

untuk kegiatan jual-belinya. Kelompok pertama ini masuk didalamnya adalah Bapak Nasichin,

Meski masih tergolong muda, Bp M. Nasichin (47 tahun), kini memiliki omset penjualan

milyaran rupiah dari usaha kripik tempe yang digelutinya. Pendapatannya mencapai 35 juta per

hari. Usaha kripik tempe yang dirintis sejak tahun 2003 menuai sukses. Kini ia telah memiliki

dua buah kantor berlantai tiga, terletak di Jalan Sanan 30, depan Gang Pondok III (telp.

0341.477247). Alumni STIKEN Malang ini memberi nama Lancar Jaya pada produk kripik

Page 54: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

47

tempenya. Dari usaha kripik tempe yang digeluti, ia mampu mempekerjakan 28 karyawan

dengan honor berkisar antara Rp 400.000 hingga Rp. 500.000 per bulan.

Nasichin, tidak memproduksi kripik tempe secara mandiri. Ia mengambil bahan kripik

tempe jadi, dari berbagai produsen yang ada di Sanan. Setidaknya terdapat sepuluh produsen

kripik tempe yang biasa memasok produknya ke Nasichin. Kripik tempe tanpa merek ini

kemudian dikemas dan diberi nama Kripik Tempe Lancar Jaya. Satu kemasan kripik tempe

berisi lebih kurang 20 potong dengan bentuk dan ukuran yang beragam, dengan berat rata-rata

150-180 gram dengan harga rata-rata Rp. 7.000,00 per bungkus.

Sistem pemasaran yang dilakukan tergolong unik. Setiap rombongan wisata dari luar

Kota Malang yang singgah di sentra industry tempe Sanan, maka ia memberi “bonus” satu kilo

kripik tempe pada supir travel rombongan dan kartu nama pada penumpangnya. Tak ayal, Toko

Lancar Jaya termasuk yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan domestic dan mancanegara,

untuk membeli oleh-oleh kripik tempe khas malang dengan berbagai rasa.

Di samping menggunakan cara tersebut, Nasichin juga memasarkan kripik tempenya

dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi mulai dari televisi, koran, radio, majalah,

yellow page, dan lain-lain. Ia juga menawarkan aneka produk kripik tempenya dengan system e-

commerce, melalui fasilitas internet. Dari 28 karyawannya, ia menunjuk seorang karyawan

khusus, yang menangani pemasaran melalui dunia maya ini. Hampir semua situs internet ia

tawarkan produk kripik tempe. Mulai infojajan.com, foursquare (google), doyan makan, aneka

kripik.com, dan lain-lain. Informasi yang disajikan dalam penawaran tersebut meliputi aneka

rasa kripik tempe, harga, peta lokasi Lancar Jaya, cara pemesanan, cara pembayaran, cara

pengiriman, dan lain-lain. Nama kripik tempe Lancar Jaya kini banyak dikenal pada berbagai

kota di Indonesia dan manca Negara, khususnya bagi mereka yang terbiasa dengan dunia maya.

Page 55: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

48

Mulai tukang becak, supir travel, artis, hingga Presiden SBY pun pernah memasuki toko oleh-

oleh milik pria yang dikaruniai tiga orang anak ini. Berbagai warga negara dari Australia,

Jepang, Cina, Malaysia, Saudi Arabia, dan lain-lain sering menikmati gurihnya kripik tempe

Lancar Jaya. Mereka terbiasa pesan kripik tempe melalui e-mail dan dalam jumlah yang cukup

banyak. Kripik tempe dikirim melalui jasa paket atau peti kemas. Berikut adalah kegiatan dan

contoh-contoh website dari Toko Lancar Jaya.

Page 56: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

49

Page 57: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

50

Page 58: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

51

Untuk memberikan pelayanan pada pelanggan, Lancar Jaya biasa membagikan kalender

gratis yang memuat informasi produk dan foto artis ibukota atau kalangan pejabat pemerintah

yang singgah di toko oleh-olehnya. Khusus untuk karyawan dan pemasok kripik tempe, Lancar

Jaya melakukan wisata ke berbagai kota di Indonesia setiap tahunnya. Mulai dari Bali,

Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Bogor, dan lainnya. Perjalanan wisata biasa dilakukan selama

tiga hari, menginap di hotel, dan peserta tidak dipungut biaya.

Pengrajin kripik tempe lainnya, Ibu Halimah (40 th), juga mengikuti jejak Nasichin.

Alumni Unisma sekaligus adik kandung Nasichin ini, memberi nama produknya “Swari”. Nama

kripik tempe merek Swari ini juga cukup dikenal dalam situs internet. Usaha yang ia rintis

selama Sembilan tahun kini juga menuai sukses. Dengan dibantu oleh sepuluh orang karyawan,

Swari mampu meraup penghasilan lebih kurang 20 juta per hari. Ia juga menjajakan oleh-oleh

Page 59: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

52

makanan khas lainnya seperti tape, tahu, jenang kudus, dodol, rengginang, kacang-kacangan,

berem, kripik nangka, dan lain-lain. Semua produk yang ia miliki, juga dipasarkan melalui dunia

maya.

Sama halnya dengan Ibu Halimah, Rohani (45 th) yang telah merintis usaha kripik tempe

selama 21 tahun juga menggunakan fasilitas internet untuk mempromosikan produk kripik

tempenya yang ia beri nama Rohani. Sekarang ia memiliki toko oleh-oleh sendiri dan

mempekerjakan enam orang karyawan. Ada beberapa kendala yang menurutnya menjadi

penghambat memasarkan kripik tempe di dunia maya. Di antaranya adalah keterbatasan waktu,

jarang mengabdit tampilan informasi produk baru, dan memerlukan biaya yang tinggi. Rupanya,

ibu Rohani tidak mengetahui jika ada fasilitas internet (webset) yang tidak perlu membayar (alias

gratis). Setelah mendapat penjelasan adanya fasilitas webset gratis, maka ia semakin

bersemangat untuk memasarkan produksinya melalui fasilitas internet. Menurutnya, cara ini

akan lebih efektif dan efisien untuk bisa lebih cepat dikenal oleh masyarakat luas.

Page 60: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

53

Page 61: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

54

Keberhasilan upaya Nasichin, Rohani, dan Ibu Halimah dalam membagun industry kripik

tempe, menginspirasi berbagai kalangan untuk mengikuti jejaknya. Salah satu di antaranya

adalah Muhammad Nanang Khoiruddin, yang beralamat di Jl. Sanan Gang 3 no 174 malang.

Mahasiswa Pascasarjana Unibraw ini mulai merintis usaha kripik tempe sejak 2009. Ia

mengambil bahan mentah kripik tempe, kemudian diolah sesuai citarasa racikan sendiri. Kripik

tempe produksinya ia beri nama “Sanan Choir Soya Creckers”. Semula ia memasarkan

produknya secara konvensional baik melalui teman, saudara, dan relasi yang ia miliki. Seperti

biasa, ia menawarkan dengan cara memberi sampel secara cuma-cuma kemudian berharap ada

respon yang mengarah pada kerjasama bisnis. Cara seperti ini, ia rasakan tidak bisa berkembang

dengan cepat karena adanya keterbatasan jangkauan wilayah dan relasi.

Demam facebook. Menjadi pemantik inspirasi untuk memperluas jejaring social guna

mengenalkan dan mempromosikan kripik tempe yang ia produksi. Harapnya, cara ini akan

memperluas jangkauan wilayah dan relasi serta dapat meningkatkan produksi kripik tempenya.

Di samping itu, nama daerah Sanan dengan oleh-oleh khas kripik tempe, bisa dikenal secara

regional maupun internasional. Sanan Choir Soya Creckers kemudian ia kenalkan melalui

jejaring tersebut, di antaranya melalui webset: http:soyacreckers.wordpress.com, Blog: http:

sananchoirsoyacreckers.blogspot, facebook:sananchoir, email:[email protected].

Berbagai informasi terkait dengan jenis produk, proses pembuatan, bahan baku, aneka

rasa, pemesanan, cara pembayaran dan pengiriman kripik tempe ia sajikan baik dalam webset,

blog, dan facebook. Hasilnya, respon positif berdatangan. Mulai dari telepon, sms, komunikasi

secara online, atau melalui e-mail terkait dengan aktifitas jual-beli atau pemesanan kripik tempe.

Jaringan pemasaran dan relasi semakin luas. Melalui penggunaan teknologi “dunia maya” cita

Page 62: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

55

rasa kripik tempe Sanan Choir Soya Cricker dapat dinikmati hingga Sumatera, Kalimantan,

Jakarta, Medan, Surabaya, Lombok, Banyuwangi, Banten, Thailand, dan Australia.

Jaringan pemasaran dan relasi-pun bertambah tidak hanya dikalangan/melalui dunia

maya. Sanan Choir mulai dilirik oleh departemen pertanian dan disertakan dalam berbagai

event/pameran diwilayah Jatim maupun Nasional. Ia menjadi satu-satunya anggota ASPARTAN

(assosiasi pengusaha hasil pertanian) dari Sanan di bawah naungan Departemen Pertanian.

Berbagai pameran produk hasil pertanian, lelang/tender, dan seminar di berbagai kota seperti

Sidoarjo, Surabaya, Malang, Yogyakarta, Jakarta, sering ia ikuti. Departemen Pertanian selalu

menyertakannya pada setiap event pameran dan lelang produksi pertanian, tanpa dikenai biaya

pendaftaran apapun.

Meski usahanya hanya dijalankan sambil lalu dan tidak memiliki toko, ia mampu

menyerap tenaga kerja 4-5 orang untuk setiap proses produksi, yang difungsikan untuk proses

pengirisin, pengorengan, dan packing. Sistem pembayaran yang digunakan menggunakan

borongan, dengan besaran biaya rata-rata Rp. 7.000,00 per alir (2 lonjor). Sekali kirim berkisar

antara 30-60 kg kripik tempe. Pendapatannyapun meningkat menjadi Rp. 1.000.000 – Rp.

1.500.000/bulan. Bahkan jaringan pasar di Banyuwangi, Lamongan, dan Kalimantan yang siap

untuk memasarkan hasil produksi dari Sanan Choir, diperoleh melalui dunia maya ini.

Page 63: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

56

Page 64: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

57

Page 65: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

58

Lain lagi dengan Mashuri (29 th), ia tergolong pendatang baru pada usaha kripik tempe di

Sanan, tepatnya baru berjalan satu tahun. Merek kripik tempe yang ia produksi diberi nama

Niken. Mashuri biasa memasarkan produksi kripik tempenya dilakukan secara konvensional,

dengan system konsnyasi (nitip, yang laku dibayar) pada berbagai toko makanan atau toko oleh-

oleh. Untuk meyakinkan kualitas produksinya, tidak jarang Mashuri harus memberikan sampel

kripik tempe secara gratis kepada pemilik toko. Berbagai keterbatasan seperti jangkauan

wilayah, jumlah sebaran toko makanan atau oleh-oleh, dan ketatnya persaingan pasar kripik

tempe di Sanan mengakibatkan produksinya tidak bisa berkembang dengan cepat. Ia hanya

memproduksi kripik tempe sesuai pesanan, berkisar antara 16 – 50 kg kripik tempe.

Mashuri Zuhri tidak patah semangat. Setelah berbincang dengan pemilik Sanan Choir

Soya Crickers terkait dengan kemudahan, keuntungan, efesiensi dan efektifitas memperluas

jaringan pasar melalui dunia maya, maka Mashuri bergegas untuk membuat webset/facebook,

Page 66: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

59

yang akan digunakan secara khusus untuk memasarkan produksi kripik tempenya. Kekhawatiran

dikenakan biaya tinggi untuk membayar webset-pun hilang. Rupanya ia baru mengetahui ada

fasilitas webset gratis setelah berbincang dengan pemilk kripik tempe Sanan Choir.

Kekecewaan tersirat diwajahnya. Pasalnya, webset yang ia buat semalaman tidak bisa

diakses. Padahal, ia sangat berkeinginan untuk bisa memasukan berbagai informasi terkait

dengan kripik tempe Niken agar produksinya bisa diserap oleh pasar yang lebih luas. Memang,

Mashuri belum terlalu piawai dalam menggunakan berbagai fasilitas terlait dengan dunia maya.

Ia harus banyak belajar menggunakan teknologi informasi (khususnya internet), jika ingin

memasuki dunia usaha/bisnis melalui jaringan internet (e-commers).

Lain lagi dengan Ibu Ida (35 th). Meski ia memiliki computer, namun tidak bisa

mengoperasikan internet. Meski demikian, usaha kripik tempe yang ia geluti selama 2 tahun

berkembang cukup pesat. Kripik tempe merek Kiky kerap muncul di dunia maya. Ibu Ida tidak

memasarkan sendiri kripik tempenya melalui internet. Ibu Widya (30 th), pelangan kripik tempe

Kiky yang cukup familiar dengan internet, memanfaatkan kesempatan tersebut untuk

memasarkan produksi kripik tempe Ibu Ida. Ibu Widya mendapatkan keuntungan hasil

penjualan kripik tempe yang ia peroleh melalui internet. Bahkan, hingga kini usaha yang ia

geluti cukup pesat dan dapat berkembang diberbagai kota. Ibu Ida sangat tertarik untuk

membuat webset sendiri, yang khusus digunakan untuk memasarkan produksinya. Agar dapat

menyapa langsung pelanggan kripik tempenya tersebar di berbagai kota. Inilah salah satu contoh

webset bentuk pemasaran kripik tempe yang dilakukan oleh pelanggan kripik tempe Kiky.

Page 67: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

60

26-08-2010, 12:56 PM

great_ones

kaskuser

UserID: 940194

Join Date: Jun 2009

Posts: 182

asli enak teunan boss...

beda dengan kripik tempe yang lain

lebih crunchy, gak keras dr kripik tempe yg udah ada

sebelumnya

pas untuk ngemil di saat nyantai dengan teman2 atau sodara

yang lain...

QUOTE

Page 68: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

61

26-08-2010, 12:59 PM #4

cucubit

kaskuser

UserID: 1641751

Join Date: May 2010

Posts: 202

Quote:

Originally Posted by great_ones

asli enak teunan boss...

beda dengan kripik tempe yang lain

lebih crunchy, gak keras dr kripik tempe yg udah ada

sebelumnya

pas untuk ngemil di saat nyantai dengan teman2 atau sodara

yang lain...

Thanks gan kiriman udah nyampek ya... kalau beli banyak dapet

diskon gan lumyan dijual lagi...OK

QUOTE

26-08-2010, 01:02 PM #5

SherinNayla

kaskuser

UserID: 1329706

Join Date: Jan 2010

Location: jakarta-

tangerang

Posts: 161

lokasi di mana gan? kykny enaak ..minimal beli berapa??

QUOTE

Page 69: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

62

26-08-2010, 01:27 PM #6

cucubit

kaskuser

UserID: 1641751

Join Date: May 2010

Posts: 202

Quote:

Originally Posted by SherinNayla

lokasi di mana gan? kykny enaak ..minimal beli berapa??

ane sekarang di cikarang.. kalau pesen berapa aja boleh ... terserah

ente gan..

kalau pesen banyak langsung kirim dari malang ... bisa cek di web

http://kripiktempeanekarasa.blogspot.com/ untuk ongkirnya..

biasanya kalau banyak ongkir makin murah karena ada paket

ekspedisi 1-5 kg... ok

Selain Ibu Ida dan Mashuri Zuhri, masih banyak produsen kripik tempe di Sanan yang

sangat menginginkan usahanya berkembang pesat, melalui teknologi informasi (internet).

Seperti Bapak Salim, Cholil (kripik tempe Ami), Cak Indrus, Cak Sholeh, Cak Idris (kripik

tempe Arin) yang biasa menerima pesanan 3 ton kering tempe khusus untuk jamaah haji di

Makkah, dan lainnya. Mereka ingin mengikuti jalan sukses yang telah dilakukan oleh produsen

kripik tempe Lancar Jaya, Rohani, dan Swari. Namun, karena berbagai kendala seperti belum

memiliki computer, belum bisa mengoperasikan computer atau internet, dan lain-lain, maka

keinginannya-pun harus dipendam dalam-dalam. Mereka sangat berharap ada lembaga yang

bersedia dan mampu memediasi agar keinginannya bisa terwujud, dapat memasarkan

produksinya ke berbagai kota (nasional maupun internasional) melalui fasilitas internet.

E. Strategi implementasi e-commerce

Implementasi e-commerce menuntut pergeseran paradigma secara fundamental, dari yang

semula marketplace yang menekankan interaksi secara fisik antara penjual dan pembeli menjadi

marketspace yang mengandalkan transaksi elektronik. Dalam traditional marketplace, lalu lintas

informasi, produk/jasa, dan pembayaran bersifat fisik (location based). Dengan kata lain, model

Page 70: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

63

bisnis yang berlaku adalah geographic business model. Sebaliknya, dalam dunia virtual

marketplace, aliran informasi produk, proses komunikasi antara produsen dan konsumen,

distribusi barang/jasa dan transaksi berlangsung dalam dunia maya/virtual.

E-commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang

menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan

perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara elektronik. M. Suyanto

(2003) mengatakan, e-commerce (EC) merupakan konsep baru yang bisa digambarkan sebagai

proses jual beli barang atau jasa pada World Wide Web internet (Shim, Qureshi, Siegel, 2000)

atau proses jual beli atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan informasi

termasuk internet (Turban, Lee, king, Chung, 2000). Kalakota dan Whinston (1997)

mendefinisikan e-commerce dari beberapa perspektif berikut:

1. Dari perspektif komunitas, e-commerce merupakan pengiriman informasi,

produk/layanan, atau pembayaran melalui lini telepon, jaringan komputer atau sarana

elektronik lainnya.

2. Dari perspektif proses bisnis, e-commerce merupakan aplikasi teknologi menuju

otomatisasi transaksi dan aliran kerja perusahaan.

3. Dari perspektif layanan, e-commerce merupakan satu alat yang memenuhi keinginan

perusahaan, konsumen, dan manajemen dalam memangkas service cost ketika

meningkatkan mutu barang dan ketepatan pelayanan.

4. Dari perspektif on line, e-commerce berkaitan dengan kapasitas jual beli produkdan

informasi di internet dan jasa on line lainnya. E-commerce bisa beragam bentuknya

tergsntung pada tingkat digitalitas produk/ layanan untuk dijual dan sebagainya. Phillip

Kotler (2000) mengatakan, pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan

Page 71: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

64

pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk

menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Strategi

menurut Phillip Kotler adalah program yang luas untuk mendefinisikan dan mencapai

tujuan organisasi dan melakukan misinya. Program merupakan peran aktif yang didasari

rasional yang dimainkan oleh manajemen dalam merumuskan strategi perusahaan/

organisasi. Sedangkan perspektif selanjutnya , strategi adalah pola tanggapan organisasi

yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu (James A.F. Stoner 1991).

Tujuan pemasaran adalah untuk mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa,

sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya bisa menjual

sendiri. Idealnya, pemasaran hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang siap

untuk konsep pemasaran menegaskan behwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi

yang ditetapkan perusahaan tersebut haruslah efektif dibanding para pesaing dalam

menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan.

Membangun dan mengimplementasikan sebuah sistem E-commerce bukanlah merupakan

sebuah proses atau program “instant”, namun merupakan suatu sistem yang perlahan-lahan

berkembang terus-menerus sejalan dengan perkembangan perusahaan. Tidak sedikit perusahaan-

perusahaan besar yang memilih jalan evolusi dalam memperkenalkan dan mengembangkan E-

commerce di perusahaannya. Alasan utama yang melatarbelakangi pemikiran ini adalah sebagai

berikut:

Mengimplementasikan sebuah sistem E-commerce tidak semudah atau sekedar

mempergunakan sebuah perangkat aplikasi baru, namun lebih kepada pengenalan sebuah

prosedur kerja baru (transformasi bisnis). Tentu saja perubahan yang ada akan mendatangkan

Page 72: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

65

berbagai permasalahan, terutama yang berhubungan dengan budaya kerja dan relasi dengan

rekanan maupun pelanggan (Fingar, 2000):

1. Sistem E-commerce melibatkan arsitektur perangkat lunak dan perangkat keras yang akan

terus berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi, sehingga strategi pengembangan

dan penerapannya-pun akan berjalan seiring dengan siklus hidup perusahaan; dan

2. Mengembangkan sistem E-commerce secara perlahan dan bertahap secara tidak langsung

menurunkan tingginya resiko kegagalan implementasi yang dihadapi perusahaan.

Hal pertama yang baik untuk dilakukan adalah menyamakan visi E-commerce diantara

seluruh manajemen perusahaan melalui berbagai pendekatan formal maupun informal. Jajaran

Direksi dan Manajemen Senior harus memiliki visi yang jelas dan tegas, dan dipahami oleh

seluruh perangkat perusahaan untuk menghasilkan persamaan persepso di dalam perkembangan

implementasi E-commerce. Visi yang jelas juga diharapkan akan mengurangi berbagai

hambatan-hambatan atau resistansi yang mungkin timbul karena tidak didukungnya program

tersebut oleh jajaran manajemen atau staf perusahaan yang ada.

Mensosialkan visi E-commerce di perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai cara,

seperti pelatihan formal, diskusi/rapat bulanan, seminar, diskusi dan tanya jawab, dan lain

sebagainya. Visi E-commerce ini harus pula disosialkan di kalangan rekanan bisnis dan para

pelanggan, karena walau bagaimanapun mereka semua akan merupakan bagian yang secara

langsung atau tidak langsung akan memiliki pengaruh dalam pengembangan dan implementasi

E-commerce.

Langkah berikutnya adalah melakukan koordinasi antara berbagai pihak yang akan

membangun sistem E-commerce bersama perusahaan terkait. Pihak-pihak tersebut misalnya:

rekanan bisnis (seperti pemasok dan distributor), vendor teknologi informasi, pelanggan, bank

Page 73: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

66

(penyedia jasa kartu kredit), pihak asuransi, dan lain sebagainya. Tujuan dari koordinasi ini

adalah pengembangan sebuah kerangka kerja sama yang disepakati bersama, sehingga dalam

perjalanan implementasinya, E-commerce tidak mendapatkan gangguan yang berarti. Seluruh

pihak-pihak dalam “konsorsium” ini harus menyadari bahwa mereka semua berada dalam sebuah

ekosistem E-commerce, dimana sistem yang ada baru akan berjalan secara baik jika masing-

masing komponennya memiliki kinerja yang baik sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Tahap berikutnya merupakan sebuah fase yang cukup sulit, karena diperlukan suatu

pemahaman yang baik terhadap apa yang disebut sebagai metoda pendekatan sistem (system

thinking). Penggabungan proses bisnis beberapa perusahaan dengan menggunakan kerangka E-

commerce tidak sekedar menghubungkan satu divisi dengan divisi lain dengan menggunakan

perangkat telekomunikasi dan komputer, tetapi lebih jauh merupakan suatu usaha membentuk

sistem bisnis yang lebih besar dan luas (internetworking). Pemahaman mengenai perilaku sebuah

sistem, yang terdiri dari berbagai komponen arsitektur yang saling terkait dan terintegrasi

merupakan hal mutlak yang harus dikuasai oleh mereka yang bertanggung jawab terhadap sistem

tersebut. Tahap ini memiliki tujuan untuk mengadakan suatu analisa terhadap hal-hal pokok

berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar bisnis setelah lingkungan kerjasama baru antar

perusahaan terbentuk, seperti:

Menentukan model bisnis yang akan diterapkan di dalam E-commerce;

Mendefinisikan segmen pasar dan tipe pelanggan yang akan menjadi target;

Menyusun kebijakan atau peraturan pembelian melalui internet bagi pelanggan;

Membagi tugas dan tanggung jawab antar berbagai pihak yang berkerja sama;

Mengusulkan pembagian biaya dan keuntungan dari model bisnis baru tersebut; dan lain

sebagainya.

Page 74: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

67

Setelah media infrastruktur e-commerce selesai dibangun, tahap berikutnya adalah

menentukan proyek percontohan atau proyek awal (pilot project) yang akan diuji coba dan

diimplementasikan. Prinsip “don’t run before you can walk” merupakan pedoman pemikiran

yang biasa dipergunakan dalam skenario implementasi teknologi informasi secara evolusi ini.

Diharapkan dari pilot project ini dapat dilihat seberapa “feasible” konsep-konsep model bisnis

yang telah dirancang dapat memenuhi objektif yang dikehendaki. Berdasarkan hasil evaluasi dan

fakta yang terjadi selama pilot project dirancang dan diimplementasikan, berbagai perbaikan

konsep dilakukan dan dimatangkan.

Hal terakhir dalam siklus yang harus dilakukan adalah pembentukan tim penanggung

jawab program pengembangan dan implementasi E-commerce. Hampir semua pengembangan

sistem e-commerce dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proyek (project

management), dimana tim terkait harus berhadapan dengan portofolio program-program

pengembangan E-commerce yang beragam dan bertahap. Yang harus diperhatikan oleh

manajemen perusahaan adalah suatu kenyataan bahwa tim penanggung jawab pengembangan

dan implementasi E-commerce tidak hanya harus terdiri dari mereka yang memiliki kompetensi

dan keahlian yang memadai, tetapi mereka haruslah merupakan pekerja-pekerja waktu penuh

(full time); atau dengan kata lain, mereka tidak boleh terpecah fokusnya untuk melakukan

pekerjaan-pekerjaan lain di dalam perusahaan.

Di dalam perkembangannya, inisiatif-inisiatif baru akan terjadi, dan secara natural akan

kembali ke siklus analisa kesempatan bisnis e-commerce (inter-enterprise assessment). Dalam

kerangka inilah evolusi secara perlahan-lahan akan terjadi dan e-commerce akan berkembang

dari satu tahap ke tahap berikutnya.

Page 75: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

68

Periklanan adalah penggunaan media bayaran oleh seorang penjual untuk

mengkomunikasikan informasi persuasif tentang produk (ide, barang, jasa) ataupun organisasi

merupakan alat promosi yang kuat. Para pemasar Amerika menghabiskan 89 milyar dolar lebih

setiap tahunnya untuk iklan. Dan iklan mempunyai berbagai macam bentuk (nasional,

regional, lokal; konsumen, industri, eceran; produk, merek,lembaga; dan sebagainya) yang

dirancang untuk mencapai berbagai macam tujuan (penjualan seketika, pengenalan merek,

preferensi dan sebagainya).

Di perusahaan kecil, iklan ditangani oleh seseorang di departemen pemasaran atau

penjualan, yang bekerjasama dengan biro iklan. Sedangkan di perusahaan besar sering

membentuk departemen periklanan sendiri.

Strategi Periklanan pada e-commerce (Internet) merupakan proses 5 tahap, yang dikenal

dengan 5 M yang terdiri dari penetapan tujuan (Mission), keputusan tentang anggaran (Money),

keputusan pesan (Message), penetapan media (Media) dan evaluasi mengenai kampanye

(Measurement). Gambar berikut memperlihat tahapan proses strategi periklanan dalam e-

commerce (Internet).

.

1.1 Proses strategi e-commerce

Penetapan Tujuan

Keputusan Pesan

Penetapan Anggaran

Evaluasi

Penetapan Media

Page 76: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian penerapan e-commerce sebagai upaya pengembangan

usaha kecil dan menengah yang berdaya saing global (studi kasus pada Sentra

Industri Keripik Tempe Sanan Kota Malang) menunjukkan bahwa:

1. Sebagian besar pengusaha keripik tempe di kampung Sanan masih belum

memahami tentang pemanfaatan sistem e-commerce dalam rangka

menunjang promosi dan penjualan mereka.

2. Hanya ada 4 pengusaha saja yang telah mempraktikkan e-commerce yakni;

Bapak Nasichin (Toko Lancar Jaya), Ibu Rohani (keripik tempe Swari),

Nanang Choirudin (Sanan Choir), dan Mahuri Zuhdi (keripik tempe

Niken). Keberhasilan para pengusaha tersebut dapat menginspirasi para

pengusaha keripik tempe yang lain. Keberhasilan tersebut dapat dilihat

misalnya dari Bapak Nasichin yang memiliki omzet penjualan 35 juta per

hari dari 28 karyawan yang dimiliki.

3. Beberapa faktor yang menghambat implementasi sistem e-commerce di

sanan antara lain; belum mengenal perdagangan sistem online, belum

mengerti internet walaupun sudah memiliki komputer, belum bisa

membuat sistem e-commerce, masih belum punya angan-angan untuk

menggunakannya.

4. Strategi yang digunakan untuk mengimplemetasikannya berupa;

penyaamaan visi, sosialiasasi, pendekatan sistem dan aliansi.

Page 77: Pemetaan Persepsi Mahasiswa pada Atribut Jasa Pendidikan

70

B. Saran

Pengembangan usaha kecil melalui e-commerce di sentra industri keripik

tempe kampung Sanan Kota sangat menjanjikan dalam rangka meningkatkan daya

saing global. Sebagai contoh, keripik tempe Lancar Jaya mampu merambah

pasaran luar negeri, misalnya; Australia, Jepang, China, Malaysia, Saudi Arabia

dan lain-lain setelan memanfaatkan internet dalam sistem perdagangan e-

commerrce.

Disamping itu, infrastruktur yang berupa kelengkapan komputer dan

internet bukan menjadi kendala utama. Sebagian besar pengusaha keripik tempe

telah memiliki komputer. Walaupun sampai dengan saat ini, penggunaan

komputer dan internet masih belum diorientasi dalam kegiatan perdagangan

online. Berdasarkan hasil observasi di lapangan nampak bahwa generasi kedua

yang akan mewarisi usaha keripik tempe generasi pertama semakin aware

terhadap penggunaan teknologi informasi. Oleh karena itu, diperlukan strategi

kemitraan dan kelembagaan yang dapat mendorong sistem e-commerce di sentra

industri keripik tempe Sanan Kota Malang.