survei pemetaan lanjut

28
TUGAS SURVEY PEMETAAN LANJUT DISUSUN OLEH: HILMIYATI ULINNUHA 10/302140/TK/37306 PASCA SARJANA TEKNIK GEODESI-GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK

Upload: hilmiyati-ulinnuha

Post on 08-Feb-2016

260 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

file ini berisi tentang resume materi untuk matakuliah Survei Pemetaan Lanjut, Teknik Geodesi Geomatika UGM

TRANSCRIPT

Page 1: Survei Pemetaan Lanjut

TUGAS

SURVEY PEMETAAN LANJUT

DISUSUN OLEH:

HILMIYATI ULINNUHA

10/302140/TK/37306

PASCA SARJANA TEKNIK GEODESI-GEOMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2013/2014

Page 2: Survei Pemetaan Lanjut

Resume Materi

A. Transformasi Koordinat Sistem Koordinat Vektor – Sistem Koordinat Raster

Sistem Koordinat ialah sistem menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi atau

peta. Pengetahuan ini berguna untuk pembuatan dan penggunaan peta topografi pada

kegiatan survey pembangunan maupun rekreasa.

Macam–macam sistem koordinat yaitu:

a. Sistem koordinat dua dimensi

Sistem koordinat ini terdiri dari dua macam yaitu :

1. Sistem Koordinat Kartesi 2 Dimensi

2. Sistem Koordinat Kutub 2 Dimensi

b. Sistem kodinat tiga dimensi

1. Sistem Koordinat Kartesi 3 Dimensi

2. Sistem Koordinat Kartesi 2 Dimensi

c. Sistem Koodinat Geografis

Merupakan suatu sistem yang memodelkan bumi dan posisi suatu titik diatas

permukaan bumi dengan bumi dimodelkan sebagai suatu bola.

d. Sistem Koordinat Geodetik

Hampir sama dengan sistem koordinat geografis, perbedaannya terletak pada

pemodelan buminya. Jika pada sistem koordinat geografis bumi dimodelkan dalam

bola, dalam sistem koordinat geodetik bumi dimodelkan dalam bentuk elipsoid.

e. Sistem Koordinat Raster

Adalah suatu sistem yang terdiri dari pixel-pixel, jadi terdiri dari baris dan kolom.

Dengan origin nya (0,0) berada di pojok kiri atas.

Page 3: Survei Pemetaan Lanjut

(0,0) Baris

Kolom

f. Sistem Koordinat vektor

Merupakan sistem yang terdiri dari suatu titik, garis atau luasan. Contoh sistem

koordinat vektor adalah sistem koordinat kartesi baik kartesi 2D atau Kartesi 3D.

Dari berbagai macam sistem yang ada, maka dalam kondisi nyata akan dipilih sistem

yang mana yang paling sesuai dengan kebutuhan. Sehingga dimungkinkan terjadi

perbedaan sistem dalam suatu peta yang akan diintegrasikan. Untuk itu diperlukan suatu

transformasi koordinat untuk mengintegrasikan antar peta yang memiliki berbagai macam

sistem.

Transformasi Koordinat Raster dan Vektor :

(0,0) y (+)

A

(0,0) x(+)

Dari gambar diatas, dapat dilihat, terdapat titik A dimana titik ini dalam sistem

koordinat raster dan vektor. Akan dilakukan transformasi koordinat raster vektor dan

sebaliknya.

Page 4: Survei Pemetaan Lanjut

Rumus Transformasi vektor raster

Raster (0,0) Kartesian (-w/2, h/2)

Raster (w,0) Kartesian (w/2, h/2)

Raster (0,h) Kartesian (-w/2, -h/2)

Raster (w,h) Kartesian (w/2, -h/2)

Rumus Transformasi raster vektor

RasterX = x + w/2

RasterY = h/2 – y

B. Syarat Kehandalan Sampel

1. Standart Deviasi

SD = √ Ʃ (x−x rata−rata)n−1

Standart deviasi menunjukkan tingkat akurasi data. Tingkat kedekatan data dengan

nilai sebenarnya.

2. Root Mean Square (RMS)

Merupakan kuadrat dari standart deviasi, yang biasanya disebut dengan varians.

Varians digunakan dalam uji statistik data dan check tingkat akurasi data. RMS

biasanya digunakan dalam georeferencing peta.

Rumus :

Varians = RMS = Ʃ (x−xrata−rata)

n−1

3. Elips Kesalahan

Elips kesalalahan digunakan untuk mengganti penyajian varian kovarian. Untuk

mempermuah pencarian elips, dapat dilakkan dengan merotasikan sumbu x, y

sehingga didapat sumbu x’ dan y’ baku yang berhimpit dengan sumbu panjang dan

Page 5: Survei Pemetaan Lanjut

sumbu pendek elips. Apabila x dan y sumbu-sumbu asli, x’ dan y’ sumbu-sumbu hasil

rotasi serta p adalah besarnya sudut rotasi.

Rumus Elips Kesalahan :

4. Presisi

Presisi merupakan kedekatan antar data satu dengan data yang lainnya. Tingkat

presisi ini dapat dilihat dari rata-rata datanya. Dan nilai rata-rata nya dapat digunakan

untuk mengechek data outlier.

5. Akurasi

Akurasi merupakan kedekatan data dengan nilai sebenarnya dilapangan (nilai

yang dianggap benar). Akurasi ini dapat dilahat dari nilai standart deviasinya.

C. Metode Adjustment

Ada 3 macam :

1. Metode Parameter

V = A X + L

X = - ( AT P A )-1 AT P L

La = L + V

Page 6: Survei Pemetaan Lanjut

Dengan V = matriks residu

A = matriks turunan terhadap parameter

P = matriks bobot

L = matriks ukuran

X = matriks parameter

2. Metode Kondisi

Dalam metode kondisi, prinsipnya adalah persamaan umum sebagai fungsi dari

kondisi. Misalnya dalam segitiga jumlah ketiga sudutnya = 180 derajat

3. Metode Kombinasi

Dari ketiga metode Adjustment yang paling sering digunakan adalah metode

parameter. Metode parameter dapat digunanakan untuk mencari simpangan baku dari

parameter (Ʃx).

Ʃx = varians_aposteriori ( AT P A )-1

varians_aposteriori = V Transpose P V

n−u

D. Proyeksi Peta

Merupakan proses membawa koordinat atau posisi suatu titik dari bidang lengkung ke

bidang datar. Proyeksi peta ada beberapa macam yaitu :

a. Proyeksi berdasarkan bidang proyeksi

1. Proyeksi Bidang datar, yaitu proyeksi peta yang menggunakan bidang datar

sebagai bidang proyeksi, dinamakan juga proyeksi azimuthal atau zenithal

2. Proyeksi Kerucut, yaitu proyeksi peta yang menggunakan bidang kerucut yang

didatarkan sebagai bidang proyeksi

3. Proyeksi Silinder, yaitu proyeksi peta yang menggunakan silinder sebagai

bidang proyeksi

Page 7: Survei Pemetaan Lanjut

b. Proyeksi berdasarkan kedudukan garis karakteristik

1). Proyeksi normal , yaitu proyeksi peta dengan garis karakteristik berimpit dengan

sumbu bumi.

2). Proyeksi miring, yaitu proyeksi peta dengan garis karakteristik membentuk sudut

lancip dengan sumbu bumi

3). Proyeksi transversal, yaitu proyeksi peta dengan garis karakteristik berpotongan

tegak lurus dengan sumbu bumi atau terletak pada bidang ekuator.

c. Proyeksi berdasarkan unsur yang bebas distorsi:

1). Proyeksi “conform” artinya besar sudut pada elipsoid sama dengan besar

sudut pada bidang proyeksi

2). Proyeksi “equidistant” artinya jarak pada elipsoid sama panjang pada bidang

proyeksinya

3). Proyeksi “equivalent” artinya besarnya luas suatu daerah di elipsoid sama

besar luasnya daerah tersebut pada bidang proyeksi.

Page 8: Survei Pemetaan Lanjut

Untuk keperluan pemetaan topografi jenis proyeksi peta yang digunakan ialah jenis

proyeksi peta conform.

d. Proyeksi berdasarkan gabungan ketiga kelompok di atas:

1). Proyeksi silinder normal conform

Artinya proyeksi ini merupakan jenis proyeksi peta yang menggunakan bidang

proyeksi silinder, dengan kedudukan garis karateristik normal dan sifat distorsinya

conform.

Contohnya : Proyeksi Mercator

2). Proyeksi kerucut normal conform

Artinya proyeksi ini merupakan jenis proyeksi peta yang menggunakan bidang

proyeksi kerucut, dengan kedudukan garis karateristik normal dan sifat distorsinya

conform.

Contohnya : Proyeksi Polieder, Proyeksi Lambert Conical Orthomorphic

3). Proyeksi silinder transversal

Artinya proyeksi ini merupakan jenis proyeksi peta yang menggunakan bidang

proyeksi silinder, dengan kedudukan garis karateristik transversal dan sifat

distorsinya conform. Contoh : Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)

Jenis – jens Proyeksi Peta :

1. Proyeksi Polieder

Ciri–ciri proyeksi Polieder

a. Lingkaran paralel diproyeksikan menjadi lingkaran-lingkaran konsentris dengan

pusatnya puncak kerucut

b. Garis lengkung meridian diproyeksikan menjadi garis lurus yang konvergen

kepusat lingkaran paralel.

c. Sudut di bumi diproyeksikan sama dengan sudut di peta

d. Proyeksi paralel tengah( sisi kerucut yang menyinggung permukaan bumi)

diproyeksikan sama panjang

e. Bumi dibagi dalam jalur–jalur dengan ukuran 20’ x 20’, yang disebut Lembar

Bagian Derajat (LBD), meridian dan paralel tengahnya merupakan salib sumbu, dan

merupakan satu sistem koordinat.

Page 9: Survei Pemetaan Lanjut

2. Proyeksi UTM

Ciri–ciri proyeksi UTM

a. Bidang silinder memotong bumi pada dua garis meridian yang dinamakan

meridian standar.

b. Bola bumi dibagi dalam zone-zone dengan lebar 6°, dibatasi oleh dua garis

meridian, diproyeksikan pada satu bidang silinder, dan mempunyai meridian tengah

(central meridian = CM ) tersendiri. Wilayah Indonesia dibagi dalam zone-zone.

c. Masing–masing zone UTM mempunyai koordinat sendiri–sendiri

- Sumbu X adalah proyeksi dari equator

- Sumbu Y adalah proyeksi dari meridian tengah tiap zone

- Titik potong antara smbu X dan sumbu Y disebut titik nol asli

d. Meridian standar terletak 180.000 m disebelah Barat dan Timur dari meridian

tengah.

e. Angka perbesaran (skala faktor = sf) pada meridian tengah adalah 0,9996

sedangkan pada meridian standar adalah 1.

f. Harga koordinat pada sistem proyeksi UTM dikenal dengan harga koordinat semu

dan harga koordinat asli. Harga koordinat pada garis central meridian diberi harga

semu untuk harga X sebesar 500.000 m. Ekuator digunakan untuk penentuan harga

koordinat Y ke sebelah Selatan ekuator diberi harga semu sebesar 10.000.000 m,

sedangkan harga koordinat ke sebelah Utara ekuator diberi harga asli nol. Hubungan

harga koordinat tersebut adalah sebagai berikut:

Page 10: Survei Pemetaan Lanjut

X semu = 500.000 m ± X asli,

+ (plus) untuk sebelah Timur central meridian,

- (min) untuk sebelah Barat central meridian

Y semu = 10.000.000 m – Y asli untuk titik disebelah Selatan ekuator.

Y asli = Y asli untuk titik-titik diUtara ekuator.

Pembagian Zone UTM

3. Proyeksi Mercator

Ciri–ciri proyeksi Mercator adalah sebagai berikut :

a. Bidang Proyeksi : Silinder

b. Kedudukan bidang proyeksi : Normal

c. Sifat Distorsi : Konform

d. Equator diproyeksikan ekuidistan

e. Titik nol koordinat proyeksi pada equator dengan ketentuan :

1). Sumbu X = Proyeksi equator

2). Sumbu Y = Proyeksi meridian yang dipilih dan dinamakan λ0

f. Untuk Indonesia λ0 dipilih meridian yang melalui kota Jakarta dengan λ = λ0 =

106º 48’ 27”,79 BT

g. Meridian diproyeksikan menjadi garis–garis lurus yang sejajar

Page 11: Survei Pemetaan Lanjut

h. Paralel diproyeksikan menjadi garis – garis lurus yang sejajar dan tegak lurus

dengan proyeksi meridian

i. Konvergensi meridian besar = 0 (nol)

Perbedaan Proyeksi Polieder, Mercator, dan UTM

Parameter Sistim Proyeksi Peta

Polieder Mercator U.T.M.

Titik Nol Perpotongan antara proyeksi meridian tengah dengan proyeksi paralel tengah

Perpotongan proyeksi meridian Jakarta dengan proyeksi ekuator

Perpotongan proyeksi meridian tengah dengan proyeksi garis ekuator

Sumbu Y Garis proyeksi meridian tengah setiap bagian derajat

Garis proyeksi meridian Jakarta

Garis proyeksi meridian tengah setiap zone UTM

Sumbu X Garis tegak lurus sumbu Y di titik nol

Garis proyeksi lingkaran ekuator

Garis proyeksi lingkaran ekuator

4. Proyeksi TM 3

Didasarkan pada pembagian satu zone TM 3o menjadi wilayah-wilayah yang tercakup

dalam peta 1 : 10000 dengan ukuran 60 cm x 60 cm atau 6000 m x 6000 m

dilapangan.

Titik awal pembagian lembar peta

X = 32.000 m dan Y = 282.000 m

Sistem Penomoran TM 3:

a. Satu zone TM 3o terdiri 56 kolom (arah X) dan 314 baris (arah Y)

b. Nomor kolom dimulai dari arah kiri (barat) menuju ke kanan (timur)

c. Nomor baris dimulai dari arah bawah (selatan) menuju ke atas (utara)

Nomor peta skala 1 : 10000 terdiri dari 8 digit

Page 12: Survei Pemetaan Lanjut

d. Penomoran dibuat dengan membagi lembar peta skala 1 : 10000 menjadi 16

lembar dengan rincian 4 lembar arah X (kolom) dan 4 lembar arah Y (baris)

Format ukuran peta 60 cm x 60 cm yang berarti 1500 m x 1500 m di lapangan

Penomoran dimulai dari kiri ke kanan untuk setiap baris dan dari baris yang paling

bawah

Nomor terdiri dari 2 digit dari 01 sampai 16

Nomor peta skala 1 : 2500 terdiri dari 10 digit

e. Penomoran dibuat dengan membagi peta skala 1 : 2500 menjadi 9 lembar peta

dengan rincian 3 lembar ke arah kolom dan 3 lembar ke arah baris

Format ukuran muka peta 50 cm x 50 cm berarti 500 m x 500 m di lapangan

Penomoran dimulai dari kiri ke kanan untuk setiap baris dan dimulai dari baris

paling bawah

Nomor terdiri dari satu digit mulai 1 sampai 9

Nomor peta skala 1 : 1000 terdiri dari 11 digit

Page 13: Survei Pemetaan Lanjut

f. Bila diperlukan peta skala 1 : 500, maka penomoran dibuat dengan membagi peta

skala 1 : 1000 menjadi 4 lembar yaitu 2 lembar arah kolom dan 2 lembar arah

baris

Format ukuran muka peta 50 cm x 50 cm atau 250 m x 250 m di lapangan

Penomoran dimulai dari arah kiri ke kanan untuk setiap baris dan dimulai dari

baris paling bawah

Nomor terdiri dari 1 digit dari 1 sampai 4

Nomor peta skala 1 : 500 terdiri dari 12 digit

g. Bila diperlukan peta skala 1 : 250, maka penomoran dibuat dengan membagi peta

skala 1 : 500 menjadi 4 lembar yaitu 2 lembar arah kolom dan 2 lembar arah baris

Penomoran dimulai dari arah kiri ke kanan untuk setiap baris dan dimulai dari

baris paling bawah

Nomor terdiri dari 1 digit dari 1 sampai 4

Nomor peta skala 1 : 250 terdiri dari 13 digit

Page 14: Survei Pemetaan Lanjut

Transformasi antar Zone :

Transformasi ini digunakan untuk memindahkan koordinat titik yang terletak pada

zone satu ke zone lainnya yang berdampingan.Terbatas pada titik-titik yang cukup

dekat dengan meridian batas kedua zone (30 menit busur bumi atau kurang dari 50

km).

Bila koordinat geodetik titik P (LP, BP) diketahui dan titik P berada pada zone 48.2

maka koordinat proyeksi P pada zone 48.1 dan 48.2 dapat langsung dihitung.

Bila koordinat proyeksi titik P (XP’, YP’) yang diketahui dan titik P berada pada zone

48.2 maka koordinat proyeksi P pada zone 48.1 dapat dihitung dengan menggunakan

2 macam transformasi :

1. Transformasi Gotthardt

2. Transformasi Lauf

Page 15: Survei Pemetaan Lanjut

Rumus Transformasi Lauf

X’ = a1 (Y2 – X2) + 2 a2 X Y + b1 Y + b2 X + C1

Y’ = a2 (Y2 – X2) - 2 a1 X Y + b2 Y - b1 X + C2

X = a1 (Y’2 – X’2) + 2 a2 X’ Y’ + b1 Y’ + b2 X’ + C1

Y = a2 (Y’2 – X’2) - 2 a1 X’ Y’ + b2 Y’ - b1 X’ + C2

Dimana : (X, Y) : sistem koordinat zone 1 (barat)

(X’, Y’) : sistem koordinat zone 2 (timur)

a1, a2, b1, b2C1, C2 : parameter transformasi

E. Datum

Bumi nyata yang terjal dimodelkan dalam model matematis dan model bumi fisik.

Model bumi fisik berupa geoid, dan model bumi matematis adalah bola dan

elipsoid.Geoid merupakan bidang nivo (level surface) atau bidang ekuipotensialgaya

berat yang berhimpit dengan mukaair rata-rata. Arahgayaberat di setiaptitikpada geoid

adalah tegak lurus. Karena arah-arah gayaberat menuju pusat bumi, bidang geoid

merupakan permukaan tertutup yangmelingkupi bumi dan bentuknya tidakteratur.

Bumi dimodelkan dalam model bola matematis, hal ini berarti bahwa bumi dianggap

sebagai bola. Didalam pemodelan bumi sebagai bola terdapat sistem koordinat geografis,

dimana posisi dinyatakan dalam lintang geografik(φ), bujur geografik (λ), dan tinggi (h).

Sedangkan bumi dimodelkan dalam elipsoid, berarti bumi dianggap sebagai suatu elips,

dimana elips ini memiliki sumbu panjang dan sumbu pendek. Sama seperti bumi sebagai

bola, bumi dimodelkan sebagai elipsoid juga memiliki sistem koordinat, yaitu sistem

koordinat geodetik, dengan posisi suatu titik dinyatakan dalam lintang geodetik(φ), bujur

geodetik (λ), dan tinggi (h). Karena jari-jari elipsoid tidak sama disetiap titik, maka dalam

Page 16: Survei Pemetaan Lanjut

sistem koordinat geodetik terdapat undulasi (N) yaitu perbedaan tinggi di elipsoid dan

tinggi di geoid.

Datum merupakan sekumpulan konstanta yang digunakan untuk mendefinisikan

sistem koordinat yang digunakan untuk kontrol geodesi. Datum berupa suatu elipsoid

yang memiliki setengah sumbu panjang(a) dan setengah sumbu pendek (b). Pemodelan

datum sampai sekarang belum ada yang memiliki origin yang berhimpit dengan inti bumi.

Untuk itu datum ada beberapa jenis dan selalu mengalami perkembangan.

Datum geodetik menurut luas areanya, datum terbagi menjadi tiga yaitu :

a. Datum Lokal

Datum lokal adalah datum geodesi yang paling sesuai dengan bentuk geoid pada

daerah yang tidak terlalu luas. Contoh datum lokal di Indonesia antara lain : datum

Genoek, datum Moncong Lowe, DI 74 (Datum Indonesia 1974), dan DGN 95 (Datum

Geodetik Indonesia 1995).

b. Datum Regional

Datum regional adalah datum geodesi yang menggunakan elipsoid referensi yang

bentuknya paling sesuai dengan bentuk permukaan geoid untuk area yang relatif lebih

luas dari datum lokal. Datum regional biasanya digunakan bersama oleh negara yang

berdekatan hingga negara yang terletak dalam satu benua. Contoh datum regional

antara lain : datum indian dan datum NAD (North-American Datum) 1983 yang

merupakan datum untuk negara-negara yang terletak di benua Amerika bagian utara,

European Datum 1989 digunakan oleh negara negara yang terletak di benua eropa,

dan Australian Geodetic Datum 1998 digunakan oleh negara negara yang terletak di

benua australia.

c. Datum Global

Datum global adalah datum geodesi yang menggunakan elipsoid referensi yang sesuai

dengan bentuk geoid seluruh permukaaan bumi. Karena masalah penggunaan datum

yang berbeda pada negara yang berdekatan maupun karena perkembangan teknologi

penentuan posisi yang mengalami kemajuan pesat, maka penggunaan datum

mengarah pada datum global. Datum datum global yang pertama adalah WGS 60,

WGS 66, WGS 72, awal tahun 1984 dimulai penggunaan datum WGS 84, dan ITRF.

d. Datum Absolut

Merupakan datum yang sudah memiliki ukuran tetap (parameter elipsoidnya

tetap) dan disinggungkan di salah satu titik di permukaan bumi. Datum ini tidak

diperbarui secara berkala.

Page 17: Survei Pemetaan Lanjut

Dalam datu absolut titik pusat ellipsoid berimpit dengan titik pusat massa bumi

(pusat ellipsoid berimpit dengan pusat masa bumi).

e. Datum Relatif

Merupakan datum yang diikatkan dengan titik-titik diatas permukaan bumi, dengan

memperhatikan dinamika bumi, sehingga datum ini di up date secara berkala.

Titik pusat ellipsoid referensi tidak berimpit dengan pusat massa bumi, akan tetapi

posisi dan orientasinya ditetapkan terhadap titik tertentu di muka bumi/geoid lokal.

Negara Indonesia sendiri pernah menggunakan beberapa datum diantaranya adalah

Datum Bessel 1841, Datum Geodetic Refrence system 1967 (GRS’67), Datum Geodesi

Nasional 1995 (DGN’95), dan SRGI 2013 yang baru saja diresmikan bulan Oktober

2013.SRGI 2013 menggunakan elipsoid global WGS 1984. Datum SRGI 2013 ini

merupakan datum dinamik di Indonesia.

F. ITRS dan ITRF

Sistem referensi adalah sejumlah persamaan, konvensidan model untuk

mendefinisikan sistem koordinat, sedangkan kerangka referensi merupakan reaslisasi dari

sistem referensimelalui koordinat titik yang terdefinisi sehinggadapat langsung digunakan

dalam pengukuran.

ITRS (International Terrestrial Reference System) merupakan sistem acuan terestrial

acuan yang dikembangkan dan dipelihara oleh IERS. ITRS terdiri dari sekumpulan

algoritma dan kesepakatan/konvensi diserta dengan model pendefinisian pusat, skala dan

Page 18: Survei Pemetaan Lanjut

orientasi yang digunakan untuk menentukan kedudukan sumbu koordinat terrestrial

Sistem Koordinat Tanah.

ITRS direalisasikan oleh the International Terrestrial Reference Frame (ITRF)

berdasarkan koordinat dan kecepatan hasil estimasi dari stations yang diukur dengan

VLBI, LLR, GPS, SLR, and DORIS. ITRF merupakan satu jaringan titik2 dalam sistem

koordinat 3D tertentu.Kehandalan sistem dan kerangka acuan ini diperlukan karena

fungsinya sebagai acuan atau ikatan dalam penentuan posisi spasial titi-titik yang lain.

Karena fenomena gerak lempeng tektonik, maka titik-titik di Bumi juga bergerak

sesuai dengan gerak dan posisi spasial titik-titik kontrol yang direferensikan pada sistem

koordinat acuan tertentu juga berubah, sehingga titik-titik kontrol ITRF tersebut tidak lagi

dapat dianggap tetap (pada tingkat ketelitian tertentu dan untuk jangka waktu tertentu).

Kondisi ini menuntut pemutakhiran data koordinat titik-titik kontrol secara periodik untuk

memelihara kehandalan sistem dan kerangka acuan.

Posisi spasial fiducial points dalam ITRF bervariasi dari waktu ke waktu akibat dari

gerak lempeng tektonik, mengakibatkan koordinat fiducial pointsperlu diperbaharui

secara periodik. Data ITRF terdiri darikoordinat (X, Y, Z) dan laju pergeseran atau

velocity field (Vx, Vy, Vz) padaepok tertentu untuk tiap fiducial point.

Sampai saat ini terdapat beberapa perkembangan dari realisasi ITRS yaitu ITRF89,

ITRF90, ITRF91, ITRF92, ITRF93, ITRF94, ITRF95,ITRF96, ITRF97, ITRF2000,

ITRF2005, ITRF2008. Tiap versi ITRF merealisasikan secara unik kedudukan origin dan

orientasi, sumbu koordinat serta skala yang telah didefinisikan.Variasi kecil yang ditemui

antara versi ITRF mengindikasikan konsistensidan kehandalan sistem dan kerangka acuan

yang dikembangkan.Dengan adanya variasi antara versi ITRF tersebut maka

diperlukantransformasi (datum) untuk menghubungkan titik-titik yang

koordinatnyamengacu pada versi ITRF dan/atau epok yang berbeda.

Kerangka ITRF terdiri dari sekitar 300 titik di permukaan bumiyang mempunyai

ketelitian sekitar 1-3 cm serta dengan kecepatan 2-8 mm/tahun. Titik-titik ITRF terletak

pada lempeng-lempeng tektonik utama serta hampir disetiap lempeng kecil.

G. IGS dan IERS

Divisi survey geodetic (GSD) dari lembaga resource Canada (NRCan), telah menjadi

peserta aktif dalam International GPS Service sejak fase percobaan pada tahun 1992.

Sebagai salah satu dari tujuh Pusat Analisis IGS dikenal sebagai EMR, GSD memberikan

kontribusi prediksi harian,secara cepat dan final tentang orbit GPS dan jam untuk

Page 19: Survei Pemetaan Lanjut

kombinasi IGS. Baru-baru ini, sebuah produk ultra-cepat untuk melayani aplikasi

meteorologi dan dukungan pada misi satelit orbit rendah (LEO) telah ditambahkan

kedalam produk GSD yang dikirimkan ke IGS. GSD juga telah memainkan peran kunci

di masa lalu sebagai Pusat Koordinasi Analisis (AC) IGS dan sekarang bertanggung

jawab terhadap koordinasi frame referensi IGS, dan bersama dengan badan lain yang

menggunakan metode berbeda, memberikan kontribusi dalam realisasi ITRF

(International Terrestrial Reference Frame) tentang layanan International Earth Rotation

Service (IERS). Komputasi harian orbit presisi global GPS dan clock adalah salah satu

cara GSD memilih untuk mendukung Sistem Referensi Spasial Kanada (CSRS) untuk

menghubungkan ke dalam ITRF dan memfasilitasi integrasi survei GPS di Kanada.

Ketersediaan data harian dari sejumlah stasiun traking yang merupakan bagian dari

Sistem Kontrol Aktif Kanada (CACS) bersama dengan produk orbit GPS yang presisi,

menyediakan pengguna GPS Kanada kesempatan untuk link langsung ke CSRS dan

memposisikan diri dalam kerangka acuan global terpadu (ITRF) dengan akurasi

sentimeter.

H. Hukum Newton, Hukum Kepler dan Hukum Gravitasi Newton

1. HUKUM KEPLER

a. Orbit satelit berupa elips dengan bumi berada di salah satu titik apinya.

b. Diferensial luasan dA/dt (yang dilalui oleh garis hubung bumi satelit) konstan.

c. Periode orbit sebanding dengan jarak bumi-satelit.

2. HUKUM NEWTON

a. Hukum Newton I

Hukum kelembaman masa

Ʃ F = 0

b. Hukum Newton II

c. Hukum Newton III

Gaya Aksi sama dengan gaya reaksi

F = -F

3. HUKUM GRAVITASI NEWTON

Rumus :

Page 20: Survei Pemetaan Lanjut

F = G M mR2

Dengan G= konstanta gravitasi Newton ( 6,673 × 10−11m3kg−1s−2 )

M = masa bumi

m= masa satelit

R = jarak antar dua massa

Hukum Kepler dan hukum Newton dalam sistem orbit satelit

Enam Elemen Keplerian:a = setengah sumbu panjang elips orbite = eksentrisitas elips orbiti = inklinasi orbit = asensio rekta Ascending Node = argumen PerigeeM atau E atau f = anomali rerata atau anomali eksentrik atau anomali sejati

Page 21: Survei Pemetaan Lanjut

DAFTAR PUSTAKA

Heliani, L.S., 2012,Transformasi Koordinat, Bahan Ajar Kuliah, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.

Heliani, L.S., 2012,Datum, Bahan Ajar Kuliah, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.

Yulaikhah, 2013, Survei Kadastral, Bahan Ajar Kuliah, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.

Prihandito,Aryono, 2012, Proyeksi Peta, Bahan Ajar Kuliah, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.

Fahrurazzi, Djawahir, 2012, Geodesi Satelit, Bahan Ajar Kuliah, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.

WORDPRESS,GPS PPP Menggunakan Orbit Produk IGS, http://nhanhary.files.wordpress. com/2012/01/modul-cors2.pdf (19 November 2013)