pembinaan kompetensi mengajar
DESCRIPTION
Membahas tentang kompetensi pedagogik guruTRANSCRIPT
PEMBINAAN KOMPETENSI MENGAJAR
UPAYA DAN WADAH PEMBINAAN KOMPETENSI PAEDAGOGIK GURU
(EDISI REVISI)
Oleh
1. Linda (12222059 /Hunting Data )
2. Muhammad Sangkut (12222065 /Editor & Analisator )
3. Nia Nopita (12222072 /Hunting Data)
4. Okta Diana (12222080 / Hunting Data)
5.Ovie Shella Ramadhani (12222081 / Editing Data )
DOSEN PENGAMP U
Tutut Handayani, M.Pd.i
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN
PRODI TADRIS BIOLOGI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi yang sudah bergulir telah merambah hampir ke seluruh
penjuru di dunia. Bagi bangsa Indonesia dengan hadirnya era globalisasi ini
akan membawa pengaruh yang positip dan negatif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pembangunan bangsa secara ekonomi,politik, maupun ilmu
pengetahuan teknologi dan seni. Era globalisasi merupakan sebuah perubahan
sosial, berupa bertambahnya keterkaitan diantara masyarakat dan elemen-
elemen yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi
dibidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya
dan ekonomi internasional. Dampak secara positif persaingan bebas di segala
bidang tersebut dengan menyikapi peluang yang bisa di manfaatkan oleh
pemangku kebijakan dunia pendidikan dalam upaya mencerdaskan anak
bangsa untuk mengisi pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan
industrialisasi melalui pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk
menyiapkan siswa agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang
dan yang akan datang, salah satu pendidikan yang mempersiapkan tenaga
kerja tingkat menengah adalah pendidikan kejuruan. Pendidikan dimaksudkan
sebagai upaya mempersiapkan anak-anak bangsa untuk menghadapi masa
depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat di antara bangsa-bangsa lain di
dunia. Masa depan yang selalu berkembang menuntut pendidikan untuk
menyesuaikan diri dari proses demokratisasi dan pembangunan bangsa.
Untuk menjawan tantagan-tantangan globalisai tersebut setidaknya seorng
guru harus jauh lebih paham memaknai efek dari globalisasi tersebut serta
harus meningkatkan kemampuan diri dalam proses mengajar. Selain itu juga
harus menyesuikan akan materi dengan zaman dan tuntutan kebutuhan
sumber daya manusia yang sesuai dengan kemajuan zaman. Maka dari itu
untuk meningkatkan diri seorang guru harus mengetahui dan memiliki
kompetensi pedagogik guna meningkatkan sumber pemelajaran yang efektif
dan hasil yang terbaik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik?
2. Bagaimana upaya peningkatan kompetensi pedagogik itu?
3. Apa saja wadah yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik itu?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik
2. Untuk mengetahui Bagaimana upaya peningkatan kompetensi pedagogik
itu
3. Untuk mengetahui apa saja wadah yang dapat meningkatkan kompetensi
pedagogik.
BAB II
KOMPETENSI PEDAGOGIK
2.1 PENGERTIAN
1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi menurut Salam (1997), adalah “satu hal yang menggambarkan
kualifikasi atau kemampuan seseoarang baik yang kualitatif maupun
kuantitatif. “pengertian ini mengandung makna bahwa kompetensi itu dapat
digunakan dalam dua konteks, yakni. Pertama sebagai indikator kemampuan
yang menunjukkan kepada perbuatan yang di amati. Kedua sebagai konsep
yang mencakup aspek-aspek kognitif , efektif dan perbuatan serta tahap-tahap
pelaksanaannya secara utuh.
Menurut Direktor Tenaga Kependidikan Depdiknas kompetensi juga dapat
diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan. Dan nilai-nilai dasar yang
direfleksiskan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan demikian
kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualiatas guru
yang sebanarnya.
Sementara itu, kompetensi menurut Kepmendiknas 045/U 2002 adalah
seperangkat tindakan cerdas, tanggung jawab yang dimiliki oleh seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Dalam pendidikan guru dikenal adanya “Pendidikan Guru berdasarkan
Kompetensi”. Mengenai kompetensi guru ini, ada berbagai model cara
mengkelasifikasikannya. Untuk program SI salah satunya dikenal
adanya”sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar
bagi seorang guru, sepuluh komptensi guru itu meliputi: menguasai bahan,
mengolola progaram belajar-mengajar, mengelola kelas, menggunakan media
sumber, menguasai landasan pendidikan, mengelola interaksi belajar mengajar,
menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenai fungsi dan
program layanan bimbingan dan penyuluhan mengenal dan menyelenggarkan
administrasi sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan hasil peneliatian
pendidikan guna keperluan pengajaran (Salam, 1997).
Sepuluh kompetensi guru tersebut juga merupakan bagian dari kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berdasarkan peraturan
pemerintah (PP) Nomor 2007 tentang Guru, dinyatakan bahwasanya
kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru meliputi komepetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi Guru tersebut bersifat
menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling
berhubungan dan saling mendukung.
2. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik sesuia dengan UU RI Guru dan Dosen Nomor 14
tahun 2005 dan PP Nomor 19/2005 adalah merupakan kemampuan yang
berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan mengelola pembelajaran yang
mendidik dan dialogis. Tim Direktorat Profesi Pendidikan Ditjen Peningkatan
Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (2006) telah merumuskan secara
substantif kompetensi pedagogik yang mencakup kemampuan terhadap peserta
didik. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Guru wajib memiliki kualitas akademik, kompetensi, sertifikat
pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
menunjukkan tujuan pendidkan nasional kompetensi guru itu salah satunya
adalah kompetensi pedagogik.
Jadi kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru untuk mengelola
kegiatan pembelajaran bidang studi teknik kendaraan ringan dengan menguasai
karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran, mengembangkan kurikulum, menyelenggarakan pembelajaran,
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, memfalisitasi
pengembangan potensi peserta didik, berkomunikasi secara efektif, empirik
dan santun, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi, melakukan tindakan reflektif..
Kompetensi pedagogik juga diartikan sebagai kemampuan pemahaman
tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran
yang mendidik pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang
psikologi perkembangan anak, sedangkan pembelajaran yang mendidik
meliputi kemampuan merancang pembeljaran, mengeplementasikan
pembelajaran, menilai proses hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan
secara berkelanjutan.
3. Indikator-Indikator Kompetensi Pedagogik Guru
Menurut peraturan tentang Guru, bahwasanya kompetensi pedagogik
Guru merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta
didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki
keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan
pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki
kesesuian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina, selain itu,
guru memiliki pengentahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan
pembelajaran dikelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan
dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dan
lembaga pendidikan yang diakreditas pemerintah.
Untuk menjadi guru yang profesional setidaknya guru mengajar sesuai
dengan ijazahnya atau bisa dikatakan sesuai keahlian dan jurusan yang
ditempuhnya selama menempuh pendidikan, dengan demikian guru tersebut
akan lebih lues mengajar dan lebih menguasai.
2. Pemahaman terhadap peserta didik
Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak sehingga
mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak
dididknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia
yang dialami anak. Selain itu. Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman
terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga anak serta menetukan solusi dan
pendekatan yang tepat.
Secara umum pemahaman peserta didik dapat berarti kemampuan guru
dalam memahami kondisi siswa (baik fisik maupun mental) dalam proses
pembelajaran. Sehingga dengan begitu diharapkan dapat tercipta interaksi yang
baik antara guru dan peserta didik dalam rangka menciptakan kegiatan belajar
mengajar yang kondusif. Dalam arti guru mengetahui seluk beluk peserta didik
yang diajar, menentukan metode pengajaran, bahan dan alat yang tepat
sehingga memungkinkan peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi
yang dimilikinya melalui interaksi dan pengalaman belajar.
Mulyasa (2008) menyebutkan sedikitnya ada empat hal yang harus
dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat
fisik dan perkembangan kognitif.
a. Tingkat Kecerdasan
Dalam bukunya Psikologi Pendidikan, Alisuf Sabri menyimpulkan arti dari
kecerdasan (intelegensi) sebagai berikut :
a) kemampuan umum mental individu yang tampak dalam caranya
bertindak atau berbuat atau dalam memecahkan masalah atau dalam
melaksanakan tugas.
b) suatu kemampuan mental individu yang ditunjukan melalui kualitas
kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya dalam bertindak/berbuat
atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Dari pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa selain ditentukan
berdasakan hasil tes IQ, ternyata tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan
seseorang dapat dilihat dari kecepatan, ketepatan dan keberhasilan seseorang
dalam bertindak atau dalam memecahkan masalah.
Adanya perbedaan IQ atau tingkat kecerdasan tiap peserta didik sudah
barang tentu menunjukkan adanya perbedaaan kemampuan pula. Perbedaaan
kemampuan ini sangat mempengaruhi peserta didik dalam menerima dan
menyerap pelajaran, menyelesaikan tugas-tugas, kualitas prestasi hasil belajar,
maupun aktifitas lain. Perbedaan-perbedaan seperti inilah yang perlu disadari
oleh seorang guru. Sehingga dalam menjalankan fungsinya seorang guru dapat
melayani perbedaan tersebut dengan sikap yang tepat. Diantaranya dengan
memberikan kegiatan belajar yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta
didik. Hingga hasilnya setiap peserta didik diharapkan dapat menyesuaikan diri
dengan segala masalah yang dihadapi sesuai dengan tingkat kemampuannya.
b. Kreativitas
Seperti halnya pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik, guru
juga diharapkan dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang memberikan
kesempatan peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi dan
kreativitasnya. Berdasarkan penelitiannya, Gibbs (Mulyana 2008)
menyimpulkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan memberikan
kepercayaaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri dan pengawasan yang
tidak terlalu ketat. Apa yang dikemukakan Gibbs diatas tentunya juga harus
didukung dengan kreativitas guru itu sendiri dalam menggunakan pendekatan
metode pengajaran.
Dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kreativitas peserta didik
Bahri dan Zain (2006) menyebutkan ada tiga aspek keterampilan guru dalam
mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar, yaitu variasi dalam gaya
mengajar, dalam menggunakan media/bahan pengajaran serta variasi dalam
interaksi antara guru dan siswa. Salah satu contoh metode pengajaran yang kini
sering digunakan di banyak sekolah adalah metode inquiry (inkuiri), yang
memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk mengeksplorasi sesuatu
sesuai dengan persepsi dan kreativitas peserta didik.
c. Cacat fisik
Dalam bagian ini guru dituntut untuk dapat memahami kondisi fisik peserta
didik yang memiliki keterbatasan atau kelainan (cacat). Dalam rangka
membantu perkembangan pribadi mereka, sikap dan layanan yang berbeda
dapat dilakukan sesuai dengan kondidi fisik yang dialami peserta didik.
Misalkan jenis alat bantu/media yang berbeda bagi penyandang cacat tuna
netra, mengatur posisi duduk bagi tuna rungu ataupun perlakuan khusus seperti
membantu duduk bagi peserta didik yang mengalami lumpuh kaki (Mulyasa,
2007).
d. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif
Menurut Djamarah (1994) pada dasarnya proses belajar mengajar bertujuan
menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan
(pertumbuhan dan perkembangan) struktur kognitif siswa. Dalam ranah
kognitif ini terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang yang
terendah sampai jenjang paling tinggi,yaitu:
1). Pengetahuan/hafalan/ingatan.
2). Pemahaman.
3). Penerapan.
4). Analisis.
5). Sintesis.
6). Penilaian.
Pertumbuhan dan perkembangan aspek kognitif tersebut merupakan
kolaborasi antara potensi bawan dan lingkungan. Salah satu lingkungan yang
mempengaruhi struktur kognitif siswa adalah pada saat terjadinya interaksi
belajar mengajar. Proses pertumbuhan dan perkembangan kognitif siswa yang
menuju kematangan inilah yang harus terus dipantau dan dipahami guru.
Sehingga guru benar-benar dapat memahami tingkat kesulitan yang dihadapi
dengan menerapkan pembelajaran yang efektif sebagai solusinya (Kunandar,
2009).
3. Pengembangan kurikulum/silabus
Menurut Ahmad Sudrajat (2006) Pengembangan kurikulum adalah istilah
yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan
evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum
ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk
menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik.
Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum
berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional.
Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum
untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat
ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil
kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya
melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun
di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang
tua peserta didik, serta unsur–unsur masyarakat lainnya yang merasa
berkepentingan dengan pendidikan.
Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan
nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
4. Perencangan pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses aktivitas yang dilakukan
secara tertata dan teratur, berjalan secara logis dan sistematis mengikuti
aturan-aturan yang telah disepakati sebelumnya. Setiap kegiatan
pembelajaran bukan merupakan proyeksi keinginan dari guru secara sebelah
pihak, akan tetapi merupakan perwujudan dari berbagai keinginan yang
dikemas dalam suatu kurikulum.
Kurikulum sebagai program pendidikan, masih bersifat umum dan sangat
ideal. Untuk merealisasikan dalam bentuk kegiatan yang lebih operasional
yaitu dalam pembelajaran, terlebih dahulu guru harus memahami tuntutan
kurikulum, kemudian secara praktis dijabarkan kedalam bentuk perencanaan
pembelajaran untuk dijadikan pedoman operasional pembelajaran (Jumhara,
2008).
Sebagaimana dikemukakan oleh Jumhara (2008). Dengan demikian
Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran, pengayaan dan
pengembangan dari kurikulum. Dalam membuat perencanaan pembelajaran,
tentu saja guru selain mengacu pada tuntutan kurikulum, juga harus
mempertimbangkan situasi dan kondisi serta potensi yang ada di sekolah
masing-masing. Hal ini tentu saja akan berimplikasi pada model atau isi
perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh setiap guru, disesuaikan
dengan kondisi nyata yang dihadapi setiap sekolah.
Jadi seorang guru harus memiliki perencangan sistem pembelajaran yang
memanfaatkan sumber daya yang ada direncanakan secara strategis, termasuk
antisifasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang
direncanakan.
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Dalam peraturan pemerintah tentang guru dijelaskan bahwa guru harus
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran harus berangkat
dari proses dialogis antar sesama subjek pembelajaran sehingga melahirkan
pemikiran kritis dan komunikatif. Tanpa komunikasi tidak akan ada pendidik
an sejati. Secara umum, pelaksanaan pembelajaran meliputi, Pre tes (tes awal)
dan Proses (Sudrajat, 2006).
Kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik
dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran
dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila seluruhnya atau sebagian besar (75%) peserta didik terlibat
secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosial. Sedangkan dari segi
hasil, proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan
berhasil apabila terjadi perubahan kompetensi dan prilaku yang positif
pada diri peserta didik seluruhnya atau sebagian besar (75%). Lebih
lanjut proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output
yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan
perkembangan masyarakat dan pembangunan (sudrajat, 2006).
Dalam hal ini Guru harus menciptakan situasi belajar bagi anak yang
kreatif dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk
dapat mengeskplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan
dikembangkan.
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
Teknologi pembelajaran adalah media yang lahir sebagai akibat revolusi
komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran di samping
guru, buku teks, dan papan tulis. Bagian yang membentuk teknologi
pembelajaran adalah televisi, film, OHP, komputer dan bagian perangkat
keras maupun lunak lainnya.” Teknologi pembelajaran sangat bergantung
pada Jenis materi pembelajaran, sifat atau karakteristik pemelajar, organisasi
dimana pembelajaran berlangsung, kemampuan sarana yang tersedia dan
keahlian para praktisi (Muhaimin, 2005).
Dalam penyelenggaraan pembelajaran guru menggunakan teknologi
sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan
mengunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan
mengguanakan teknologi.
7. Evaluasi hasil belajar
Evaluasi hasil belajar adalah suatu kegiatan atau cara yang ditujukan
untuk mengetahui tujuan pembelajaran tercapai atau tidaknya dan juga dalam
proses pembelajaran yang sudah dilakukan selama pembelajaran berlangsung
selama ini. Pada tahapan ini seorang guru dituntut harus mempunyai
kemampuan dalam menentukan cara-cara evaluasi dan pendekatan,
penyusunan terhadap pengolahan, alat-alat evaluasi, dan penggunaan hasil
evaluasi. Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas
berbagai komponen-komponen yang saling berinteraksi di dalam usaha yang
mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Djamarah, 1994).
Setiap pembelajaran berlangsung, bagi seorang guru maupun peserta
didik sangat penting bagi mengetahui tercapai tidaknya suatu tujuan tersebut.
Sebab hal ini hanya bisa diketahui jika seorang guru melakukan evaluasi, baik
evaluasi terhadap proses pembelajaran maupun produk pembelajaran.
Evaluasi mempunyai arti lebih luas daripada penilaian. Karena bisa
megetahui akan proses belajar mengajar yang selama ini telah terlaksana dan
juga untuk bisa meningkatkan lagi kualitas pembelajaran tentunya (Djamarah,
1994).
Jadi, Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasikan pembelajaran
yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode
dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi guru harus dapat merencanakan
penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat
kesimpulan dan solusi secara akurat.
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak menciptakan wadah
bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan
potensi yang dimiliki.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan ini adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas,
penelitian tindakan kelas, berbasis pada perencanaan dan solusi atas masalah
yang dihadapi anak dalam belajar. Sehingga hasil belajar anak dapat
meningkat dan target perencanaan guru dapat tercapai. Pada prinsipnya,
kesemua aspek kompetensi paedagogik diatas senantiasa dapat ditingkatkan
melalui pengembangan kajian masalah dan alternatif solusi (Muhaimin,
2005).
Berakar dari uraian di atas kompetensi paedagogik guru harus memiliki
pengetahuan tentang pengelolaan proses belajar-mengajar dan pengetahuan
dalam mengembangkan kurikulum. Munurut Muhaimin (2005) seorang guru
itu harus memiliki kompetensi atau kemampuan mengajar (kompetensi
paedagogik), yaitu:
a. Menguasai ilmu pendidikan dan keguruan yang mencakup:
1) Psikologi pendidikan
2) Teknologi pendidikan
3) Metodologi pendidikan
4) Media pendidikan
5) Evaluasi pendidikan
6) Penelitian pendidikan
b. Menguasai kurikulum yang mencakup
1) Mampu menganalisis kurikulum, merencanakan pembelajaran,
mengembangkan silabus dan mendayagunakan sumber belajar,
2) Mampu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode
kegiatan dan alat bantu pembelajaran yang sesuai.
3) Mampu menyusun program perbaikan (remedial) bagi peserta didik
yang kurang mampu.
4) Mampu menyusun program pengayaan (enrichment) bagi peserta
didik yang pandai.
c. Menguasai didaktik metodik umum
1) Mampu menggunakan metode yang bervariasi secara tepat
2) Mampu mendorong peserta didik bertanya
3) Mampu membuat alat peraga sederhana
d. Menguasai pengelolaan kelas
1) Menguasai pengelolaan fisik kelas
2) Menguasai pengelolaan dan pembelajaran
3) Menguasai pengelolaan dan pemanfaatan pajangan kelas.
e. Mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi peserta didik
1) Mampu menyusun instrumen penilaian kompetensi peserta didik
dalam ranah kognitif,efektif dan psikomotor
2) Mampu menilai hasil karya peseta didik, baik melalui tes maupun non
tes.
3) menggunakan berbagai cara penilaian, baik tertulis maupun
perbuatan.
f. Mampu mengembangkan dan aktualisasi diri
1) Mampu bekerja dan bertindak secara mandiri untuk memecahkan
masalah, dan mengambil keputusan.
2) Mampu berprakarsa, kreatif dan inovatif, dalam mengemukakan
gagasan baru dan mempelajari serta melaksanakan hal-hal baru.
3) Mampu meningkatkan kemampuan melalui kegiatan membaca,
menulis, seminar, lokakarya, melanjutkan pendidikan.
4. Peran Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Mengajar
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal. Minat, bakat, kemampuandan potensi-potensi yang dimiliki oleh
peserta didik tidak akanberkembang secara optimal tanpa bantuan guru.
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28,dikemukakan bahwa
pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dankompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, sertamemiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.Untuk memenuhi tuntutan diatas,
salah satunya adalah guru harusmemiliki kompetensi pedagogik. Dimana,
dengan kompetensi tersebutdia mampu memaknai pembelajaran dan
menjadikannya sebagai ajangpembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas
pribadi peserta didik.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan
Nasional. Ada sembilan tujuan dikeluarkannya UU No. 14tahun 2005 ini, yang
dijelaskan dalam bagian penjelasannya, di antaranya: meningkatkan martabat
guru, meningkatkan kompetensiguru, dan meningkatkan mutu pembelajaran.
Berdasarkan UU tersebut dan kenyataan di lapangan tampak bahwa guru
memiliki peran yang sangat penting dalam menentukankuantitas dan kualitas
pengajaran yang dilaksanakan sehingga padaakhirnya berperan dalam
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Oleh sebab itu peran kompetensi pedagogik guru dalam prosespendidikan
yang berkualitas tidaklah ringan. Apalagi dalam kontekspendidikan Islam,
dimana semua aspek pendidikan Islam terkait dengannilai-nilai (Value Bound),
yang melihat guru bukan hanya padapenguasaan materi tetapi juga pada
investasi nilai-nilai moral dan spiritual.
2.2 Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru
Menurut Mulyasa (2006) istilah Upaya peningkatan adalah sebuah kalimat
yang terdiridari dua kata yaitu upaya dan meningkatkan. Upaya bermakna
suatu usaha, sedangkan meningkatkan berasal dari kata tingkat yang mendapat
imbuhan me- dan akhiran –an yang berarti usaha untuk menjadikan lebih baik.
Seseorang yang telah menjadi seorang guru hendaklah tidak berhenti
belajar begitu saja. Tetapi, dia harus tetap berusahameningkatkan kompetensi
yang telah dimiliki khususnya kompetensi pedagogik sehingga benar-benar
dikuasai dan dapat diterapkan dilapangan.
Untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru perlu ditumbuhkan
kesadaran bahwa penguasaan terhadap materi perkembangan peserta didik,
teori-teori belajar, pengembangan kurikulum, teknik evaluasi, penguasaan
terhadap model-model danmetode pengajaran adalah perlu. di samping
penguasaan terhadap matapelajaran dan Iptek yang berkaitan dengan
pengajaran.
Dengan kesadaran bahwa kompetensi ini belum dikuasai secara maksimal,
maka hendaklah guru berinisiatif untuk terus menerusmencari informasi
tentang hal-hal yang disebutkan di atas, sertamem perbaharui dirinya melalui
penyegaran dengan mengikuti berbagai forum ilmiah. Upaya peningkatan
kompetensi pedagogik ini meliputi dua upaya yaitu upaya guru itu sendiri dan
upaya lembaga dimana guru itu mengajar. Adapun munurut Sahertian (2006)
secara rinci upaya itu yaitu sebagai berikut :
A. Upaya Guru untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik dalam Proses
Belajar Mengajar.
Upaya peningkatan kompetensi guru di sekolah dalam proses belajar
mengajar antara lain:
a). Mengikuti Organisasi-Organisasi Keguruan
Organisasi-organisasi keguruan misalnya Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas
guru dalam kelompoknya masing-masing, menyatukan terhadap
kekurangan konsep makna dan fungsi pendidikan serta pemecahannya
terhadap kekurangan yang ada. Disamping itu juga untuk mendorong guru
malakukan tugas dengan baik, sehingga mampu membawa mereka kearah
peningkatan kompetensinya.
b. Mengikuti Kursus Kependidikan
Mengikuti kursus sebenarnya bukan suatu teknik melainkan suatu alat
yang dapat membantu guru mengembangkan pengetahuan profesi
mengajar dan menambah keterampilan guru dalam melengkapi profesi
mereka. Dengan mengikuti kursus guru diarahkan ke dalam dua hal,
pertama sebagai penyegaran, dan kedua sebagai upaya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap tertentu. Dengan
demikian, diharapkan guru dapat mengikuti kursus yang berkaitan dengan
dunia kependidikan. Misalnya kursus keterampilan/kecakapan hidup (life
skill) seperti kursus computer, elektro, jurnalistik (kepenulisan), tata boga,
bahasa asing, maupun kursus kepribadian.
B. Upaya Lembaga Pendidikan atau Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Kompetensi Pedagogik Guru.
a). Mengadakan Lokakarya (Workshop)
Workshop pendidikan adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang
terdiri dari petugas-petugas pendidikan yang memecahkan problema yang
dihadapai melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat
perorangan.29 Masalah yang dibahas muncul dari peserta sendiri, metode
pemecahan masalah dengan cara musyawarah dan penyelidikan.
b. Mengadakan Penataran Guru.
Penataran dilakukan berkaitan dengan kesempatan bagi guruguru untuk
berkembang secara profesional untuk meningkatkan kemampuan guru
dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Mengingat tugas rutin di
dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas mendidik dan mengajar, maka guru
perlu untuk menambah ide-ide baru melalui kegiatan penataran.
2.3 Wadah Guna Meningkatan Kompetensi Pedagogik Guru
Selain adanya upaya dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru, juga
kita kenal adanya lembaga atau instansi yang menjadi pelancar atau perantara
dari suatu usaha. Wadah itu sendiri dapat kita maknai sebagai tempat atau
suatu tempat berhimpun, dalam konteks pembinaan kompetensi wadah dapat
diartikan sebagai tempat perantara yang memiliki tujuan dalam peningkatan
pembinaan kompetensi itu sendiri. Dalam peningkatan kompetensi pedagogik
ada beberapa wadah yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik itu, yaitu
sebagai berikut:
a. Kelompok Kerja Guru (KKG)
Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah salah satu wadah guru Sekolah Dasar
dalam mengembangkan kompetensinya melalui kerjasama, diskusi, sharing
pengalaman dalam mempersiapkanpembelajaran dan mengatasi masalah
pembelajaran di kelas. Tujuanutama KKG adalah pada aspek kualitas
pembelajaran.Salah satu model KKG yang dapat dijadikan contoh adalah KKG
IPA yang dikembangkan oleh SEQIP (Science EducationQuality Improvement
Project). Dalam KKG SEQIP, masalah-masalah yang dihadapi seorang guru
ketika di kelas, pengelolaanpercobaan kelas, penggunaan peralatan IPA, cara
menggali apersepsi, cara memberi motivasi, mengambil kesimpulan dari
datapercobaan, menyusun rencana pembelajaran sampai pembelajaran sebaya
(peer teaching) dibahas bersama oleh guru dan narasumber (misalnya kepala
sekolah dan/atau pengawas). Slogan yang dianutadalah: ”maju bersama dalam
gugus”
b. Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Kegiatan MGMP merupakan salah satu bentuk kegiatan yangdapat
dilakukan guru dalam rangka menyikapi kurangnya penguasaan terhadap
kompetensi pedagogik. MGMP tidak hanya sekedar lembaga musyawarah,
tetapi dapat dijadikan forum ilmiah sesama guru atau nara sumber serta dapat
pula dijadikan lembaga supervisi teman sejawat. MGMP hampir sama dengan
KKG, hanyasaja kalau KKG untuk sekolah dasar sedangkan MGMP
untuk sekolah lanjutan.
c. Lembaga In-service dan Kompetensi Pedagogik Guru
Lembaga in-Service Training Guru adalah lembaga user guru, dalam hal
ini dapat berupa Pemda yang diwakili Dinas Pendidikan, Lembaga Penjamin
Mutu Pendidikan (LPMP) serta sekolah (kepala sekolah dan lembaga komite
sekolah) sebagai userlangsung guru.Lembaga ini berkewajiban memberikan
pendidikan lanjutan kepada guru sebagai langkah pembinaan karirnya
untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pengajaran.Kesempatan ini
harus diberikan agar guru yang baik menjadi lebihbaik, sedangkan guru yang
kurang kompeten dapat meningkatkankemampuannya. Pembinaan karir antara
lain dapat dilakukanmelalui: media publikasi, penataran in-service, dan
konferensi atau seminar yang memfokuskan pada peningkatan
kemampuanpenguasaan teori belajar, pengembangan kurikulum,
metodepengajaran dan bidang pendidikan lainnya.
d. Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Pendidikan profesi guru (PPG) merupakan wahana untuk meningkatkan
kompetensi guru dalam rangka pencapaian hierarkis tujuan instruksional ke
tujuan pendidikan nasional. Pengembangan profesi guru melalui pendidikan
profesi untuk saat ini cukup terbantu dengan disediakannya dana
penyelenggaran pendidikan kualifikasi untuk guru yang belum sarjana,
program sertifikasi dan kesempatanuntuk mengikuti pendidikan pada jenjang
yang lebih tinggi sehingga kualitas guru menjadi lebih baik.
BAB III
PENUTUP
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pemahaman tentang peserta didik
secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik pemahaman
tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak,
sedangkan pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang
pembeljaran, mengeplementasikan pembelajaran, menilai proses hasil
pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
Upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru yaitu ada dua usaha
yaitu usaha dari guru itu sendiri dan usaha dari lembaga dimana tempat guru itu
bekerja. Usaha yang dilakukan guru itu sendiri seperti mengikuti organisasi-
organisasi keguruan dan kursus kependidikan. Sedangkan upaya yang dilakukan
oleh lembaga yaitu seperti mengadakan lokakarya dan penataran guru.
Wadah untuk meningkatkan kompetensi guru itu yaitu meliputi Kelompok
Kerja Guru (KKG), Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
Lembaga In-service dan Kompetensi Pedagogik Guru, dan Pendidikan Profesi
Guru (PPG).
DAFTAR PUSTAKA
A.M. sardiman, 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. PT. RajaGrafindo
persada: Jakarta
Ahmad Sudrajat. 2011. Prinsip Pengembangan Kurikulum. http:
www.Vandha.wordpress.com (Diakses pada jumat 28 Maret pukul 14.00 WIB)
Djamarah, Bahri, Syaiful. 1994.Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru.Surabaya:
PT Usaha Nasional.
Jumhana, Nana & Sukirman. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS.
Kunandar, 2009. Guru Profesional. PT rajawali: jakarta
Muhaimin Dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: PT Citra media.
Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. PT. Rajagrafindo: jakarta
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Salam, H. Burhanuddin, 1997. Pengantar Pedagogik. PT Rineka Citra: jakarta
Haryanto, Zeni.2013. Menyikapi Kompetensi Pedagogik Guru Dalam
Rangka Menciptakan Guru Profesional (Http://Zeniharyanto.Blogspot.Com.
(Diakses Pada Kamis 27 Maret Pukul 15.00 WIB)