pembatasan pakan dan lama pencahayaan.doc

42
Judul : KOMBINASI PEMBATASAN PAKAN PADA SIANG HARI DAN LAMA PENCAHAYAAN PADA MALAM HARI TERHADAP AYAM BROILER DI DATARAN RENDAH TROPIS PENDAHULUAN Latar Belatang Peningkatan informasi kesehatan kepada masyarakat memberikan dampak kewaspadaan masyarakat dalam menjaga kesehatan. Salah satunya adalah kewaspadaan masyarakat dalam mengkonsumsi bahan pangan yang banyak mengandung lemak. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya kandungan lemak yang dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit jantung dan darah tinggi. Oleh karena itu diperlukan metode untuk menghasilkan produk ternak yang berkualitas (khususnya broiler rendah lemak). Broiler yang diternakkan pada lingkungan dataran rendah tropis yang bersuhu tinggi terutama di siang hari seperti di Indonesia berdampak negatif terhadap kualitas bobot badan. Karena saat suhu tinggi broiler mengurangi konsumsi pakan dalam rangka mencegah peningkatan produksi panas metabolisme yang berakibat penambahan berat badan harian (PBBH) dan bobot badan (BB) yang diperoleh menjadi rendah (Cheng et. al., 1997). Hal ini tentu akan merugikan pendapatan para peternak. Ditambahkan oleh Kusnadi (2006) bahwa suhu tinggi

Upload: agrientya-saraswati

Post on 01-Jan-2016

92 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pembatasan porsi ransum bertujuan agar ransum yang dikonsumsi dapat dicerna lebih optimal pada malam hari dibanding pada siang hari karena suhunya yang tinggi. Pembatasan cahaya juga bertujuan memberikan kesempatan bagi broiler untuk beristirahat dari aktivitas makan untuk mendukung proses pencernaan didalam tubuh sehingga akan berlangsung secara optimal dan mengurangi pengeluaran energi.

TRANSCRIPT

Page 1: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

Judul : KOMBINASI PEMBATASAN PAKAN PADA SIANG HARI DAN LAMA PENCAHAYAAN PADA MALAM HARI TERHADAP AYAM BROILER DI DATARAN RENDAH TROPIS

PENDAHULUAN

Latar Belatang

Peningkatan informasi kesehatan kepada masyarakat memberikan dampak

kewaspadaan masyarakat dalam menjaga kesehatan. Salah satunya adalah

kewaspadaan masyarakat dalam mengkonsumsi bahan pangan yang banyak

mengandung lemak. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya kandungan lemak

yang dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit jantung dan darah tinggi. Oleh

karena itu diperlukan metode untuk menghasilkan produk ternak yang berkualitas

(khususnya broiler rendah lemak).

Broiler yang diternakkan pada lingkungan dataran rendah tropis yang

bersuhu tinggi terutama di siang hari seperti di Indonesia berdampak negatif

terhadap kualitas bobot badan. Karena saat suhu tinggi broiler mengurangi

konsumsi pakan dalam rangka mencegah peningkatan produksi panas

metabolisme yang berakibat penambahan berat badan harian (PBBH) dan bobot

badan (BB) yang diperoleh menjadi rendah (Cheng et. al., 1997). Hal ini tentu

akan merugikan pendapatan para peternak. Ditambahkan oleh Kusnadi (2006)

bahwa suhu tinggi berkisar 25°C hingga 34°C dapat meningkatkan nilai FCR

hingga 2,20. Dalam penelitian Okere et. al. (2008) dijelaskan bahwa penekanan

iklim panas (suhu 38°C dan kelembaban relatif 25%) terhadap 2 jenis broiler

menghasilkan kematian ayam berbulu lebat dan berbulu jarang masing-masing

sebanyak 42% dan 2%. Hal ini terjadi karena bulu broiler menghambat

termoregulasi tubuh di iklim panas.

Suhu sangat berpengaruh terhadap penurunan total protein tubuh dan

peningkatan total lemak tubuh terutama ketika suhu lingkungan mulai meningkat

dari 26,7 hingga 32,2oC. Hal ini terjadi dikarenakan protein yang dikonsumsi

dapat menyebabkan produksi panas tubuh (Daghir, 2008) sehingga broiler yang

Page 2: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

ditempatkan pada suhu lingkungan tinggi secara konsisten menolak pakan

berprotein tinggi (>21,1%) (Cheng et. al., 1997). Apabila penolakan konsumsi

protein terjadi terus menerus dan karbohidrat banyak terkonsumi maka akan

terjadi penggemukan broiler oleh lemak namun kurang massa otot tubuh.

Penurunan performa broiler pada suhu lingkungn tinggi secara fisiologis

juga dapat dijelaskan antara lain karena rendahnya sekresi hormon tiroid,

menurunnya kandungan hemoglobin dan hematokrit darah serta meningkatnya

pengeluaran beberapa mineral dan beberapa asam amino dari dalam tubuh

(Kusnadi et. al., 2006). Hormon tiroid dikenal sebagai modulator penting yang

mengatur proses tumbuh-kembang terutama sintesa protein tubuh (Murray et. al.,

1997). Oleh karenanya bila kerja hormon tiroid tidak normal maka sintesa protein

tubuh berkurang sehingga protein yang dikonsumsi akan dioksidasi menjadi

glukosa. Jika glukosa berlebih maka akan disimpan dalam bentuk glikogen di hati

dan otot. Bila tidak cukup ditampung dalam bentuk glikogen maka glukosa akan

diubah dalam bentuk lemak (Moreng dan Avens, 1985).

Dampak buruk pemberian pakan pada suhu lingkungan yang tinggi di siang

hari perlu diatasi. Salahsatunya adalah membatasi pemberian pakan di siang hari

dan mengoptimalkan pemberian pakan pada malam hari yang memiliki suhu

lingkungan lebih sejuk dan dingin. Suhu yang sejuk akan memberikan rasa

nyaman terhadap broiler untuk mengkonsumsi pakan dengan lahap. Di sisi lain,

dengan pemberian pakan pada suhu lingkungan yang sejuk (kurang 2-3oC dari

normal) secara nyata akan meningkatkan bobot badan, memperbaiki FCR,

mengurangi mortalitas 1.41% dibanding yang bersuhu normal (Skomorucha dan

Herbut, 2006). Ditambahkan oleh Filho et. al. (2005) dan Cheng et. al. (1997)

bahwa makin menurunnya suhu lingkungan hingga derajat tertentu maka akan

turut menurunkan lemak tubuh dan meningkatkan deposisi protein tubuh broiler.

Pemberian pakan pada broiler di malam hari yang gelap perlu diberikan

cahaya. Hal ini dikarenakan broiler selalu membutuhkan cahaya dalam aktivitas

hidupnya. Pencahayaan bermanfaat untuk perbaikan FCR, peningkatkan

pertambahan bobot badan, peningkatkan reaksi imunitas, menekan kasus

kelumpuhan, kematian mendadak (spiking mortality syndrome) maupun kasus-

Page 3: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

kasus lain (Prayitno, 2004). Dalam sebuah penelitian diterangkan bahwa broiler

yang dipelihara 0 hingga 42 hari dengan lama pencahayaan konstan 8 jam/hari

dan 8 transfer 16 jam/hari (di umur 21-42 hari) menghasilkan bobot badan dan

FCR yang lebih baik dibandingkan konstan 16 jam/hari (Lewis et. al., 2008).

Diterangkan lebih lanjut oleh Lewis et. al. (2008) bahwa mortalitas rendah dengan

lama pencahayaan 16 jam/hari dibanding 8 jam/hari pada umur 22 sampai 35 hari.

Berbagai jenis lama pencahayaan memberikan manfaat yang berbeda. Oleh karena

itu, lama pencahayaan yang diberikan harus ditentukan sehingga produktivitas

broiler bisa optimal.

Pembatasan pakan pada siang hari dan pengaturan lama pencahayaan secara

terpisah memiliki keunggulan masing-masing. Apabila dua metode ini

dikombinasikan bersama diharapkan mampu meningkatkan produktivitas broiler.

Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk menentukan metode

kombinasi yang tepat.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kombinasi pembatasan pakan

pada siang hari dan lama pencahayaan pada malam hari pada ayam broiler di

dataran rendah tropis yang tepat untuk mendapatkan konsumsi pakan, bobot

badan, FCR, mortalitas, total lemak tubuh dan total protein tubuh yang baik pada

broiler yang dipelihara di dataran rendah tropis.

Manfaat Penelitian

Diharapkan dari penelitian ini dapat diperoleh kombinasi pembatasan pakan

dan lama pencahayaan yang tepat untuk meningkatan performans broiler,

mengurangi pemborosan pakan terutama pemborosan protein pakan yang mahal,

dapat dijadikan referensi dalam manajemen broiler yang mudah diterapkan kepada

peternak di dataran rendah tropis, dan sebagai bahan rujukan untuk penelitian-

penelitian selanjutnya.

Page 4: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

Kerangka Pikir

Broiler merupakan ayam pedaging komersial yang sengaja dibentuk untuk

berproduksi dalam waktu singkat. Pemberian pakan ad libitum akan mempercepat

peningkatan berat badan. Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) CJ Feed

Indonesia (2007) diterangkan bahwa pemberian pakan dilakukan sesering

mungkin dengan jumlah sedikit-sedikit. Terkadang dalam peternakan rakyat

pemberian pakan lebih banyak dilakukan saat pagi hingga sore hari dibandingkan

malam hari. Sebagai contoh adalah hasil survey Nova (2008) pada peternak di

Bandar Lampung yang terlihat bahwa rata-rata persentase pemberian ransum pada

siang hari sebesar 60,06% dan malam hari sebesar 39,94%. Hal ini bisa

disebabkan oleh operasional pekerja yang biasa mengutamakan kegiatan

perkandangan di siang hari yang terang.

Suhu lingkungan di dataran rendah tropis Indonesia seperti Kota Semarang

pada siang hari mulai menanjak pada jam 07.00 dan mencapai angka tertinggi

pada jam 13.00. Suhu masih tercatat tinggi pada jam 15.00 dan selanjutnya terus

mengalami penurunan hingga jam 18.00 (Tauhid, 2008). Estimasi Fluktuasi Suhu

Udara di Kota Semarang secara lengkap di Gambar 2.

Gambar 1. Estimasi Fluktuasi Suhu Udara (oC)

Pemberian pakan pada siang hari (pada saat terik matahari antara jam 11.00

Page 5: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

hingga jam 15.00) yang bersuhu tinggi secara langsung dapat berpengaruh

terhadap kondisi tubuh broiler. Dampaknya antara lain peningkatan panas tubuh

akibat aktivitas pencernaan pakan dan metabolisme bertambah dengan adanya

cekaman panas dari luar. Peningkatan panas tubuh akibat aktivitas pencernaan

terjadi karena sebagian besar pakan broiler terdiri dari protein yang menyebabkan

peningkatan produksi panas yang lebih tinggi dibandingkan karbohidrat dan

lemak (Daghir, 2008). Broiler yang terkena cekaman panas akan mengurangi

konsumsi pakan sehingga dapat terjadi defisiensi beberapa nutrien yang

mengakibatkan pertumbuhnnya kurang baik (Morêki, 2008).

Perubahan suhu (misal dari malam yang sejuk ke siang yang panas) dapat

mempengaruhi kompleks hormon reseptor (seperti pada hormon tiroid T3 dan T4)

dalam reaksi aktivasinya sehingga bila broiler terkena panas maka akan

menyebabkan penurunan metabolisme normal dan aktivitas fisik. Akibatnya

terjadi penurunan T3 (triiodothironine) sebagai hormon sintesa protein tubuh dan

meningkatnya plasmatik kortikosteron sehingga deposisi lemak meningkat (Rosa

et. al., 2007) dan deposisi protein menurun (Cheng et. al., 1997).

Broiler yang terkena cekaman panas membutuhkan banyak energi untuk

mengeluarkan panas tersebut. Akibatnya kandungan hormon kortikosteron

meningkat guna merangsang terjadinya perombakan (katabolisme) protein tubuh

sebagai usaha penyediaan glukosa darah melalui sistem glukoneogenesis sehingga

terjadi penurunan pertumbuhan (Kusnadi, 2009). Ketika suhu tubuh broiler

kembali nyaman maka glukoneogenesis akan berhenti. Glukosa yang berlebih

dalam darah akan mengalami ikatan rantai panjang membentuk glikogen yang

disimpan di hati dan otot. Apabila daya tampung tidak mencukupi maka akan

disimpan dalam bentuk lemak (Moreng dan Avens, 1985). Hal inilah yang

mengakibatkan jumlah lemak broiler meningkat ketika terkena panas.

Broiler yang terkena cekaman akan melakukan pengurangan panas melalui

sistem respirasi berupa panting yang dipergunakan untuk menurunkan panas

organ internal dan otot tubuh broiler (Moreng dan Avens, 1985). Panting dapat

mempercepat pengeluaran kelebihan panas dalam tubuh melalui evaporasi uap air

dari kantong udara. Bila panas tubuh terus-menerus berlanjut maka broiler akan

Page 6: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

mengurangi konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi air minum guna

mengurangi cekaman panas tersebut. Akibatnya feces yang dihasilkan basah dan

lunak/encer dan daya tahan tubuh mengalami penurunan yang pada akhirnya akan

membawa broiler pada mortalitas.

Guna menghasilkan pertumbuhan yang optimal dan daging broiler rendah

lemak maka pemberian pakan di saat terik matahari perlu dibatasi dan banyak

diberikan pada malam hari. Karena suhu pada malam hari lebih sejuk dan nyaman

untuk broiler. Kusnadi (2009) menjelaskan kenyamanan akan merangsang pusat

lapar yang berada di hipotalamus sementara pusat haus dihambat. TSH (Thyroid

Stimulating Hormone) di hipotalamus juga ikut dirangsang sehingga kelenjar

tiroid akan meningkatkan sekresi hormon tiroid baik triiodotironin (T3) maupun

tiroksin (T4). Hal ini akan meningkatkan konsumsi ransum dan pertambahan

bobot badan.

Rata-rata suhu tubuh unggas (gallus gallus) adalah 41,5oC (Sturkie, 2000).

Suhu lingkungan yang nyaman bagi broiler di hari pertama, minggu pertama

kedua, ketiga, dan keempat adalah 32-34oC, 30oC, 26oC, 22oC dan 20oC

(PoultryHub, 2011). Kebutuhan suhu nyaman broiler tersebut perlu dibandingkan

dengan keadaan suhu di Kota Semarang untuk mengetahui ketidaksesuaian suhu

yang tidak diharapkan. Cara mengetahui ketidaksesuaian adalah dengan melihat

suhu lingkungan tertinggi pada siang hari yang dibandingkan dengan kebutuhan

suhu nyaman broiler. Ketika suhu yang tersedia jauh berbeda dengan yang

dibutuhkan maka pembatasan pakan mulai diterapkan.

Suhu lingkungan mulai lebih tinggi dari kebutuhan suhu broiler pada jam 9

di minggu kedua sehingga pembatasan pakan mulai dilakukan. Suhu lingkungan

kembali sesuai dengan kebutuhan suhu broiler pada jam 15.00 namun pembatasan

pakan akan diakhiri hingga pukul 18.00. Hal ini dilakukan karena ayam yang

mengalami cekaman panas masih mengalami peningkatan suhu tubuh hingga 2

dan 4 jam (Sugito et. al., 2007). Oleh karena itu, pembatasan pakan di siang hari

dimulai dari pukul 9 hingga 18.00 dari broiler berusia 8 hingga 35 hari.

Pemberian pakan pada malam hari memerlukan cahaya. Cahaya dibutuhkan

dalam aktivitas unggas. Apabila pencahayaan yang diberikan kurang memadai

Page 7: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

atau gelap maka ayam tidak dapat memakan pakan yang diberikan (Appleby et.

al., 2004). Lama pencahayaan memiliki dampak penting terhadap tingkat

pertumbuhan. Ketika broiler mendapat lama pencahayaan 20 jam/hari dari umur 0

hingga 31/32 hari menghasilkan konsumsi pakan dan bobot badan tertinggi

dibandingkan 14, 17 dan 23 jam/hari. Perbaikan FCR terjadi ketika broiler diberi

14 jam. Peningkatan FCR tidak dipengaruhi perbedaan berat badan tetapi

dimungkinkan karena kebutuhan hidup pokok berkurang seiring proses

metabolisme yang lebih rendah selama gelap. Mortalitas terendah terjadi ketika

cahaya diberi selama 17 jam/hari. Berbagai jenis lama pencahayaan yang

diberikan dari umur 0 hingga 31/32 hari tidak berpengaruh terhadap berat karkas

namun berat karkas meningkat bila umur panen diperpanjang hingga (38/39 dan

48/49 hari) (Lardner dan Classen, 2010).

Hasil dari penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa makin pendek

pemberian cahaya (14 jam) maka broiler menghasilkan FCR yang lebih baik.

Akan tetapi ketika broiler di siang hari mengalami pembatasan pakan maka lama

pencahayaan di malam hari perlu ditambah. Karena broiler pada malam hari

membutuhkan asupan nutrien yang banyak guna mengoptimalkan pertumbuhan

sebagai kompensasi dari pertumbuhan yang rendah saat siang hari. Namun apabila

lama pencahayaan diberikan terlalu panjang maka unggas akan banyak bergerak

dan waktu istirahat berkurang sehingga dapat berdampak penurunan pertumbuhan

dan menurunnya imunitas. Oleh karena itu lama pencahayaan perlu dikaji.

Diharapkan dengan penggabungan dua metode tersebut maka broiler dapat

mengkonsumsi pakan dengan baik sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan,

mencegah terjadinya ketidakefisienan penggunaan pakan, mencegah terjadi stres,

mengurangi peningkatan panas tubuh sehingga produksi lemak dapat dicegah dan

menurunkan mortalitas.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pembatasan pakan

dari jam 9.00 hingga jam 18.00 dari umur 8 hingga 35 hari dikombinasikan

dengan lama pencahayaan di malam hari mampu meningkatkan konsumsi pakan,

Page 8: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

bobot badan, FCR, total protein tubuh, menurunkan lemak tubuh, lemak

abdominal dan mortalitas broiler.

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Broiler

Ayam peliharaan dimulai dari ayam hutan yang mengalami proses

domestikasi (penjinakan). Dua teori yang mengenai domestikasi yaitu teori

monophyletic dan teori polyphyletic. Teori monophyletic yaitu ayam peneliharaan

berasal dari ayam hutan yang saat ini masih ada yaitu Gallus gallus yng banyak

terdapat di hutan Asia Tenggara. Teori polyphyletic mengemukakan bahwa ayam

peliharaan berasal dari empat jenis ayam liar yaitu ayam hutan merah (Gallus

gallus), ayam hutan Sri Langka (Gallus lafayetti), ayam hutan abu-abu atu ayam

Sonnerat (Gallus sonneratti) dan ayam hutan jawa (Gallus varius) (Suprijatna,

2005; Williamson dan Payne, 1993).

Berdasarkan tujuan pemeliharaan atau biasa disebut tipe ayam dapat

dikelompokkan menjadi tipe petelur, pedaging dan medium atau dwiguna

(Suprijatna, 2005). Disebagian besar negara-negara tropik industry ayam pedaging

atau yang biasa disebut broiler telah berkembang sangat cepat. Ayam broiler

adalah ayam tipe daging yang telah dikembangbiakkan secara khusus untuk

pemasaran umur dini (Williamson dan Payne, 1993).

Ilustrasi 2. Ayam broiler.

Page 9: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

Ayam pedaging memiliki karakteristik tenang, bentuk tubuh besar,

pertumbuhan tubuh cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur

rendah. Ayam ras pedaging adalah ayam dari luar negeri yang bersifat unggul

sesuai dengan tujuan pemeliharaan (pedaging) karena telah mengalami perbaikan

mutu genetis (Suprijatna, 2005). Nutrisi merupakan bagian dari proses untuk

mendapatkan pertumbuhan yang cepat pada broiler (Appleby et. al., 2004).

Bahan Pakan

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak baik

seluruhnya atau sebagian dengan tidak mengganggu kesehatan ternak yang

bersangkutan. Bahan pakan ini dapat berupa butiran (jagung, sorghum, beras,

kedelai), hijauan (kangkung, daun lamtoro, turi, rumput-rumputan), sisa industri

pengolahan (ampas kecap, ampas tahu, bungkil dedak) (Wahju, 1992). Makanan

untuk ternak unggas terdiri dari bahan organik dan anorganik yang diberikan

sebagian atau seluruhnya dan dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak

(Tillman et al., 1998).

Ransum broiler harus mengandung energi metabolisme, asam-asam amino,

vitamin dan mineral. Energi metabolisme merupakan karakteristik ransum pakan

yang menyediakan nutrisi tercerna yang dapat dimanfaatkan unggas (Moreng dan

Avens, 1985). Energi bersih yang tersimpan dalam jaringan unggas sama dengan

perbedaan antara asupan energi dan kehilangan energi (Daghir, 2008). Pemberian

pakan akhir periode yang rendah energi (12,2 MJ/kg) akan menghasilkan berat

hidup ayam dengan lebih ringan dibanding pemberian 13,4 MJ/kg EM (Bartos,

2003).

Menurut Moreng dan Avens (1985) diterangkan bahwa unggas dalam

hidupnya membutuhkan protein dalam bentuk 19 asam amino dimana 13

merupakan asam amino esensial yang tidak dapat diproduksi dari tubuh sehingga

harus disediakan oleh ransum. Maka daripada itu, menurut Suprijatna (2005)

meskipun protein pakan sesuai kebutuhan tetapi jika terjadi defisiensi asam amino

esensial maka dapat berdampak pada efisiensi penggunaan protein untuk

pembentukan jaringan tubuh atau telur menurun.

Page 10: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

Protein yang masuk ke dalam tubuh ayam harus dipecah menjadi asam-

asam amino terlebih dahulu sebelum diserap oleh tubuh. Proses ini banyak

membutuhkan energi. Makin tinggi jumlah protein yang diberikan maka jumlah

EM yang dibutuhkan makin banyak. Menurut Suprijatna (2005) dijelaskan bahwa

saat pertubuhan cepat (kebutuhan protein tinggi) maka imbangan energi-protein

menjadi sempit. Artinya, energi yang tinggi harus diimbangi dengan protein yang

tinggi pula. Pada saat laju pertumbuhan menurun maka imbangan protein akan

menjadi luas. Artinya kandungan protein dalam pakan dikurangi. Hal ini berlaku

juga pada saat periode produksi dimana pakan digunakan dengan imbangan

energi-protein yang sempit dan pada saat laju produksi menurun maka digunakan

imbangan energi-protein yang luas. Dalam penelitian Steiner et. al. (2008)

diterangkan bahwa Konsumsi pakan akan cenderung turun dengan meningkatnya

protein kasar dan ME. Oleh karena itu, jumlah EM dan protein atau asam amino

harus diperhitungkan dengan baik.

Bentuk pakan juga berpengaruh terhadap produktivitas. Dalam penelitian

Ebrahimi et al. (2010) diketahui bahwa efek dari penggunaan ransum cukup baik

untuk ransum pellet dibandingkan crumble dan campuran crumble dan pellet

namun ukuran partikel pakan ini tidak berpengaruh signifikan. Dalam penelitian

Sihag dan Berwal (2008) dijelaskan bahwa FCR lebih tinggi pada ransum

berukuran 5 mm dibandingkan dengan yang lain 2 mm, 3 mm, 4 mm, dan 6 mm.

Menurut Steiner et. al. (2008) dijelaskan bahwa konversi pakan menurun

dengan meningkatnya protein kasar dan energi. Konversi pakan ayam

ditingkatkan ketika makanan berenergi tinggi finisher diberi makan (Bartos,

2003). 

Protein Tubuh

Protein merupakan gabungan asam-asam amino melalui ikatan peptida,

yaitu suatu ikatan antara gugus amino (NH2) dari suatu asam amino dengan gugus

karboksil dari asam amino yang lain, dengan membebaskan satu molekul air

(H2O). Protein dibentuk dari 22 jenis macam asam amino, tetapi dari ke 22 jenis

asam amino tersebut yang berfungsi sebagai penyusun utama protein hanya 20

Page 11: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

macam. Dari 20 macam asam amino tersebut ternyata ada sebagian yang dapat

disintesis dalam tubuh ternak, sedangkan sebagian lainnya tidak dapat disintesis

dalam tubuh unggas sehingga harus didapatkan dari pakan. Asam amino yang

harus ada atau harus didapatkan dari pakan disebut asam amino esensial (dietary

essential amino acid) (Widodo, 2010). Terjadi ratio penuruanan efisiensi protein

pada broiler akibat suhu yang panas ketika suhu mulai lebih tinggi dari 21-23,8oC

pada umur 3-7 hari (Dirain, dan Waldroup, 2002). Total protein tubuh tertinggi

pada suhu 23,8oC menjadi 45,9% BK dan turun ketika suhu 26,6oC menjadi

45,7% BK (Cheng et. al., 1997).

Lemak Tubuh

Lemak adalah kelompok senyawa heterogen yang masih berkaitan, baik

secara aktual maupun potensial dengan asam lemak. Lipid mempunyai sifat umum

yang relatif tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut non polar seperti eter,

kloroform dan benzena. Dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai sumber energi

yang efisien secara langsung dan secara potensial bila disimpan dalam jaringan

adipose (Widodo, 2010). Rusdiana (2004) menjelaskan bahwa asam lemak

memiliki empat peranan utama. Pertama, asam lemak merupakan unit penyusun

fosfolipid dan glikolipid. Molekul-molekul amfipatik ini merupakan komponen

penting bagi membran biologi. Kedua, banyak protein dimodifikasi oleh ikatan

kovalen asam lemak, yang menempatkan protein-protein tersebut ke lokasi-

lokasinya pada membran . Ketiga, asam lemak merupakan molekul bahan bakar.

Asam lemak disimpan dalam bentuk triasilgliserol, yang merupakan ester gliserol

yang tidak bermuatan. Triasilgliserol disebut juga lemak netral atau trigliserida.

Keempat, derivat asam lemak berperan sebagai hormon dan cakra intrasel.

Triasilgliserol merupakan cadangan energi yang sangat besar karena dalam

bentuk tereduksi dan bentuk anhidrat. Oksidasi sempurna asam lemak

menghasilkan energi sebesar 9 kkal/g dibandingkan karbohidrat dan protein yang

menghasilkan energi sebesar 4 kkal/g. Ini disebabkan karena asam lemak jauh

lebih tereduksi. Lagi pula triasilgliserol sangat non polar sehingga tersimpan

dalam keadaan anhidrat, sedangkan protein dan karbohidrat jauh lebih polar,

Page 12: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

sehingga bersifat terhidratasi. Satu gram glikogen kering akan mengikat sekitar

dua gram air maka satu gram lemak anhidrat menyimpan energi enam kali lebih

banyak dari pada energi yang dapat disimpan oleh satu gram glikogen yang

terhidratasi. Ini menyebabkan bahwa triasilgliserol dijadikan simpanan energi

yang lebih utama dibanding glikogen. Sel adipose dikhususkan untuk sintesis dan

penyimpanan triasilgliserol serta untuk mobilisasi triasilgliserol menjadi molekul

bahan bakar yang akan dipindahkan ke jaringan lain oleh darah (Rusdiana, 2004).

Suhu lingkungan yang panas akan menghasilkan lemak yang lebih tinggi

dibanding suhu netral (Filho et. al., 2005). Lemak tubuh naik ketika suhu dibawah

atau lebih tinggi dari 23, 8oC (Cheng et. al., 1997). Kandungan lemak perut

meningkat dengan peningkatan tingkat energi (Bartos, 2003). Peningkatan lemak

abdominal sedikit dipengaruhi oleh penambahan asam amino terutama pada

broiler yang berumur 1-3 minggu (Yamazaki et. al., 2006) yang terbentuk dari

kelebihan protein pakan yang dikonsumsi sehingga protein pakan akan dioksidasi

menjadi energi dan lemak (Suprijtna, 2005). Pengurangan terjadinya peroksidasi

lemak terutama asam lemak tidak jenuh pada membran sel melalui antanan yang

mengandung antioksidan (seperti senyawa fenol dan vitamin C) meningkatkan

sintesis hormon T3, protein karkas dan mengurangi katabolisme protein yang

banyakmenghasilkan panas.

Menurut Cheng et. al. (1997) broiler terkena perlakuan suhu tinggi memiliki

komposisi lemak yang lebih tinggi karena broiler menunjukkan sensitivitas insulin

meningkat, memiliki kurang T3 dan T4, dan telah meningkatkankadar plasma

corticosterone. Kusnadi et. al. (2006) menerangkan bahwa cekaman panas juga

dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif dalam tubuh, sehingga

menimbulkan munculnya radikal bebas yang berlebihan. Radikal bebas dapat

menimbulkan peroksidasi lemak membran, sehingga radikal bebas tersebut dapat

menyerang DNA dan protein.

Suhu

Homeotermik unggas dapat memelihara suhu tubuh yang berada di luar

rentang normal. Ayam Leghorn betina putih memiliki rentang 1oC hingga 37oC.

Page 13: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

Apabila di bawah suhu tersebut kemungkinan tubuh ayam akan berusaha

meningkatkan panas di bawah suhu tubuhnya (suhu tubuh ayam 42oC) (van

kampen 1981 dalam Appleby et. al., 2004). Unggas yang kepanasan akan

mengalihkan aliran darah ke jengger dan pial di kepala dan meningkatkan aliran

darah ke kaki. Unggas akan membuat perubahan posisi seperti istirahat dengan

sayap mengembang dan kaki terbentang menjauhi badan (stretching) untuk

meningkatkan konveksi hilangnya panas. Unggas dalam sebuah kelompok akan

berpencar untuk berusaha meningkatkan aliran udara di sekitar mereka dan untuk

mengurangi pertambahan panas konduksi dan panas radiasi dari unggas yang lain.

Unggas tidak mempunyai kelenjar keringat dan satu-satunya cara adalah

penguapan air melalui paru-paru dengan cara panting (terengah-engah). Unggas

juga akan menghindari istirahat pada sinar matahari langsung karena akan

meningkatkan pertambahan panas radiasi (Prayitno. 2004).

Zona netral pada ayam berkisar pada 20-35oC (Esmay, 1978 dalam Appleby

et. al., 2004), di luar suhu ini tidak diperlukan secara langsung suhu buatan

kecuali pada suhu yang ekstrim. Suhu yang tinggi akan mengakibatkan konsumsi

pakan menurun menjadi relatif sedikit sehingga untuk ayam-ayam yang dipelihara

ditempat-tempat yang suhunya tinggi harus diberi ransum dengan kadar protein

dan energi tinggi disertai dengan meningkatkan kadar zat-zat makanan lainnya,

vitamin dan mineral (Wahju, 1992).

Konsumsi pakan broiler yang berumur 10-37 hari pada suhu normal di

daerah tropis (25-310C) sebesar 2276 gr dan suhu panas (25-350C) sebesar 2210gr.

Rendahnya konsumsi ransum pada suhu panas tersebut merupakan usaha ayam

untuk menekan kelebihan panas dalam tubuh karena suhu kandang yang tinggi

(Kusnadi, E. 2006). Pada penelitian Filho et. al.(2007) dijelaskan bahwa broiler

pada suhu tinggi (32oC) memiliki konsumi pakan dan bobot badan yang lebih

rendah (masing-masing: 26% dan 36%) dan FCR yang lebih tinggi 16%

dibandingkan pada 22oC yang dikarenakan broiler mencegah produksi panas

berlebih dengan menguarangi konsumsi pakan. Ditambahkan juga, penurunan

bobot badan tidak hanya dikarenakan kosnsumsi pakan yang rendah namun

dampak langsung suhu lingkungan terhadap fisiologi dan metabolisme broiler.

Page 14: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

Apabila ternak unggas yang dipelihara dalam kondisi sehat serta kandang dan

lingkungan yang nyaman tetapi efisiensi penggunaan pakan buruk maka perlu

dilakukan evaluasi pakan yang digunakan (Suprijatna, 2005).

Pembatasan pakan

Pembatasan pakan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pembatasan

pakan dilakukan pada awal dan tahap pertumbuhan, atau akhir masa pertumbuhan

(Ocak dan Sivri, 2007). Pembatasan pakan di awal pertumbuhan dapat

menurunkan lemak tubuh pada broiler (Santoso et al., 1993, 1995a,b). Secara

signifikan pembatasan 3 jam (P) dan 1 jam diberi pakan (D) dari umur 8 hari

hingga 28 hari berpengaruh memperbaiki FCR dibanding 5P:1D, 7P:1D dan ad

libitum dimana imunitas terhadap Newcastle Disease dan Infectious Bursal

Disease di umur 30 hari lebih baik pada semua grup pembatasan pakan dibanding

ad libitum (Mahmood et. al., 2007). Pembatasan pakan di akhir periode dapat

meningkatan bobot relatif pada organ yang bisa dimakan, menurunkan berat

relatif lemak dan meningkatkan variasi dalam penampilan hati (Ocak dan Sivri,

2007).

Program pembatasan pakan juga dapat dilakukan dengan penarikan pakan

selama 2 hari/minggu yang menghasilkan efek yang sama pada tingkat

pertumbuhan dan berat badan akhir pada pembatasan kuantitatif hingga 70% atau

85% dari ad libitum (Benyi dan Hani, 1998). Pemberian pakan penuh 6 hari dan

puasa 1 hari secara periodik dapat menaikkan berat badan dan menurunkan

konversi bahan sedangkan pemberian pakan penuh 3 hari dan puasa 1 hari secara

periodik dapat mengurangi komsumsi pakan. Ini berarti pemberian pakan terbatas

secara periodic dapat meningkatkan kualitas pada ayam pedaging (Lenghorn)

(Darmawati, 2005).

Lama Pencahayaan

Lingkup cahaya yang berpengaruh terhadap fisiologis unggas yaitu

photoperiod (lama pencahayaan), intensitas, warna, cahaya berselang, dan sumber

Page 15: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

cahaya. Photoperiod adalah lama waktu terang dari pencahayaan alami (matahari).

Photoperiod untuk aktivasi hormon yang ideal 11-12 jam. Intensitas adalah

kekuatan cahaya yang di berikan kepada unggas, pada umumnya berkisar antara 5

-20 lux. Sumber cahaya adalah asal sinar yang dapat berasal dari alam dan buatan.

Cahaya berselang (intermiten) adalah pengaturan cahaya antara gelap dan terang

(Prayitno, 2004).

Transfer lama pencahayaan dari 8 jam menjadi 16 jam pada umur 22 hari

secara nyata menghasilkan bobot badan dan FCR yang lebih baik dibandingkan

lama pencahayaan konstan 8 jam dan 16 jam (Lewis dan Gous, 2007). Dalam

penelitian (Rahimi, et. al., 2005) dijelaskan bahwa intermiten 1T:3G dari umur

10-42 hari mampu menghasil FCR dan persentase lemak abdominal yang lebih

baik dibandingkan dengan normal 23T:1G yaitu 1,90:2,03 untuk FCR dan jantan

1,67; betina 1,88:jantan 1,30;betina 1,63 untuk lemak abdominal per bobot badan.

Broiler dengan lama pencahayaan 6 jam terang (T) dan 18 jam gelap (G)

yang meningkat sebesar 4 jam T per minggu dari minggu ke 2 hingga 5 dan

setelah itu 23 T:1G dipertahankan hingga umur 49 hari menghasilkan lemak

abdominal 10% lebih besar dibandingkan 23T:1G (Newcombea et. al., 1992).

Dalam penelitian Abbas et. al. (2008) dijelaskan bahwa intermiten 2T:2G

meningkatkan performans dan fungsi imunitas dibandingkan dengan normal

23T:1G dan non-intermiten 12T:12G. Lama penyinaran 6 jam per hari dapat

digunakan sebagai alat untuk mengurangi lemak abdominal, sindrom kematian

mendadak dan peningkatan kualitas karkas broiler dimana pengurangan lemak

bisa disebabkan pengurangan penumpukan lemak untuk hiperplasia tertunda atau

hipertropi atau keduanya (Oyedeji dan Atteh, 2005)

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Ternak Unggas Jurusan

Produksi Ternak Universitas Diponegoro Semarang, dimulai pada bulan Agustus

hingga September 2011.

Page 16: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

Materi Penelitian

Materi penelitian yang dipergunakan adalah 120 ekor day old chicks (DOC)

CP 707, ransum fase starter (mengandung protein 22-24%; lemak 2,5%; serat

kasar 4%; Kalsium 1%; Phospor 0,7-0,9%; energi 2800-3500 Kcal), ransum fase

finisher (mengandungan protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%; serat kasar 4,5%;

kalsium 1%; Phospor 0,7-0,9%; energi 2900-3400 Kcal), minum diberikan secara

ad libitum.

Kandang didisain sesuai kebutuhan yaitu dengan membuat 18 pen yang

masing-masing berukuran 1,2 m2. Kandang bertipe dinding terbuka dengan tirai

sebagai alat bantu pengatur angin yang masuk-keluar dan setiap antarpen ditutup

menggunakan triplek dengan tinggi 1 meter. Setiap pen diberikan lampu sebanyak

25 watt 2 buah. Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering menggunakan

campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau

hasi serutan kayu dengan tebal 5-7 cm. Jumlah tempat pakan dan minum adalah 3

per pen. Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti suntikan, gunting

operasi, pisau potong operasi kecil, timbangan, tali rafia dan karung.

Metode Penelitian

Satuan percobaan yang digunakan adalah ayam broiler yang dipelihara

mulai umur 1 hari dimana perlakuan dimulai saat umur 8 hari. Penelitian

menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 3 dengan 5

ulangan, faktor pertama dan kedua adalah pembatasan pakan di siang hari dan

lama pencahayaan di malam hari. Rincian perlakuan sebagai berikut :

A1B1 = Pembatasan pakan 40% siang dan 60% malam + 4 Jam pencahayaan di malam hari.

A2B1 = Pembatasan pakan 60% siang dan 40% malam + 4 Jam pencahayaan di malam hari.

A1B2 = Pembatasan pakan 40% siang dan 60% malam + 6 Jam pencahayaan di malam hari.

A2B2 = Pembatasan pakan 60% siang dan 40% malam + 6 Jam pencahayaan di malam hari.

Page 17: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

A1B3 = Pembatasan pakan 40% siang dan 60% malam + Intermiten 2T:2G di malam hari.

A2B3 = Pembatasan pakan 60% siang dan 40% malam + Intermiten 2T:2G di malam hari.

Bagan 1. Denah Penelitian Rancangan Acak Lengkap

A2B3U2 A1B1U5 A2B1U2

A1B1U3 A1B2U3 A2B3U4

A2B2U1 A2B2U3 A1B3U5

A2B2U2 A2B1U3 A1B1U1

A1B3U2 A1B2U5 A2B3U3

A2B1U5 A2B3U5 A2B2U5

A1B1U4 A1B2U4 A1B3U4

A2B1U1 A2B2U4 A2B1U4

A1B3U3 A2B3U1 A1B2U1

A1B3U1 A1B2U2 A1B1U2

Dalam rangka mengetahui performans broiler dan kualitas karkas maka

dilakukan penelitian broiler normal secara terpisah. Penelitian dilakukan dengan

pakan ad libitum di siang hari dan tanpa cahaya di malam hari. Hasil yang

diperoleh akan dibandingkan dengan hasil dari masing-masing kombinasi

perlakuan.

Prosedur Penelitian

DOC akan dipelihara dalam pen yang gambar denahnya dapat diliat pada

bagan 1 sedangkan untuk penelitian secara normal akan dipelihara secara terpisah

di luar lokasi tersebut. Dua hari sebelum DOC tiba, hal-hal yang perlu

dipersiapkan pada kandang yaitu kandang ayam dibersihkan dengan air bersih

Page 18: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

yang dicampur pembunuh kuman kemudian dibiarkan beberapa saat dan tidak

boleh dimasuki oleh sembarang orang. Semua peralatan, tempat pakan, dan

tempat minum disterilkan. Liter dijemur dan disemprot dengan bahan pembunuh

kuman atau defumigasi. Lampu yang telah disesuaikan sehingga menghasilkan

suhu konstan bersuhu 350C atau 950F dinyalakan 24 jam sebelum DOC tiba.

Sanitasi adalah berbagai kegiatan yang meliputi penjagaan dan

pemeliharaan kebersihan kandang dan sekitarnya, peralatan dan perlengkapan

kandang, pengelola kandang. Lokasi sekitar kandang harus bersih dari semak-

semak yang kemungkinan dijadikan sebagai tempat persembunyian hewan liar.

hewan liar tersebut dikhawatirkan bersifat carrier (pembawa) wabah penyakit.

Oleh karena itu, setiap saat lingkungan sekitar kandang harus dibersihkan dari

semak-semak.

DOC yang baru tiba dari perusahaan penetasan ayam akan diberikan air gula

dan diistirahatkan terlebih dahulu. Tujuannya untuk memulihkan stamina tubuh

broiler guna menghilangkan strss ketika dalam perjalanan. Setiap pen

mendapatkan 5 ekor broiler. Pakan diberikan secara ad libitum hingga umur 7 hari

dengan pencahayaan selama 24 jam penuh.

Pemberian pakan ketika broiler berumur 8 hari hingga 35 hari diberikan

sesuai dengan setiap perlakuan. Pencatatan awal yang dilakukan meliputi jumlah

broiler pertama kali masuk dalam pen dan berat awal broiler. Pakan yang

dikonsumsi dan mortalitas dicatat setiap hari dan diakumulasikan pada setiap

akhir minggunya. Seminggu sekali dilakukan penimbangan broiler yang

kemudian dipergunakan untuk menghitung konversi pakan terjadi.

Pencegahan penyakit melalui sanitasi, vaksinasi dan pemberian vitamin dan

desinfektan. Pemberian vaksin ND Hitchener B1 secara tetes mata pada umur 1

hari dan vaksinasi kedua melalui air minum umur 13 hari dan pada umur ke-19

diberikan vaksin ND2 Lasota. Pencegahan stress dilakukan dengan memberikan

“vitachick”, “vitabro” dan “vitastress” melalui air minum.

Prosesing dilakukan pada ayam umur 35 hari, diambil secara acak sebanyak

2 ekor tiap ulangan, sebelum dipotong ayam dipuasakan selama 6 jam, kemudian

ditimbang bobot badannya. Pemotongan pada bagian arteri carotis, vena jugularis

Page 19: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

dan osophagus pada bagian dasar rahang, dan trachea. Pencabutan bulu dilakukan

secara manual dengan mencelupkan pada air panas (55-600C) selama ±35-45

detik. Setelah dipotong kaki dan kepalanya, isi visera dikeluarkan dan karkas siap

ditimbang untuk mendapatkan bobotnya.

Analisis Data

Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan program SAS, apabila

ada pengaruh nyata (p<0,05) antar perlakuan dilakukan uji wilayah ganda Duncan

pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1993). Model matematis yang digunakan sebagai

berikut:

Yijk = µ + αi + βj+ (αβ)ij + εijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan parameter pada perlakuan pembatasan ke-i, lama

pencahayaan ke-j dan ulangan ke-k

µ = Nilai rataan umum

αi = Pengaruh perlakuan pembatasan ke-i.

βj = Pengaruh perlakuan lama pencahayaan.

(αβ)ij = Pengaruh interaksi antara perlakuan pembatasan pakan ke-i dan lama

pencahayaan ke-j.

εijk = Pengaruh galat percobaan secara acak perlakuan pembatasan pakan ke-i

dan lama pencahayaan ke-j.

Pembandingan setiap perlakuan dan pemeliharaan secara normal dilakukan

menggunakan t test.

Hipotesis Statistik

Pengaruh interaksi pembatasan pakan dan lama pencahayaan terhadap

performans dan kualitas karkas ayam broiler:

H0 : = 0 : Tidak terdapat nteraksi pembatasan pakan di siang hari dan lama

pencahayaan di malam hari terhadap produktivitas ayam broiler.

Page 20: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

H1 : ≠ 0 : Terdapat minimal satu interaksi pembatasan pakan di siang hari

dan lama pencahayaan di malam hari terhadap produktivitas ayam

broiler.

Bila F hitung < F tabel dengan α = 0,05 maka H0 diterima, H1 ditolak.

Bila F hitung F tabel dengan α = 0,05 dan maka H0 ditolak, H1 diterima

Pembandingan setiap perlakuan dan pemeliharaan normal terhadap

performans dan kualitas karkas ayam broiler

H0 : = 0 : Tidak terdapat perbedaan produktivitas ayam broiler di berbagai

jenis pemeliharaan.

H1 : ≠ 0 : Terdapat minimal satu perbedaan produktivitas ayam broiler di

berbagai jenis pemeliharaan.

Bila F hitung < F tabel dengan α = 0,05 maka H0 diterima, H1 ditolak.

Bila F hitung F tabel dengan α = 0,05 dan maka H0 ditolak, H1 diterima

Parameter yang Diamati

1. Konsumsi pakan dihitung melalui jumlah pakan yang diberikan pada hari x

dikurangi sisa yang ada pada tersebut pada suatu pen tertentu. Penghitungan

konsumsi pakan dilakukan setiap hari dan akan diakumulasikan guna

menghitung jumlah konsumsi pakan pada setiap minggunya.

2. Bobot badan broiler saat pertama masuk ditimbang untuk mengetahui berat

awal dan akan dilakukan penimbangan kembali pada akhir minggu. Tujuan

dari penimbangan adalah menghitung penambahan bobot badan broiler pada

setiap minggunya.

3. Konversi pakan atau feed convertion ratio merupakan jumlah pakan yang

digunakan untuk menghasilkan 1 kg daging. Perhitungannya dilakukan setiap

minggu dengan membandingkan konsumsi pakan dan bobot badan broiler.

4. Mortalitas adalah jumlah broiler yang mati dari keseluruhan perode

pemeliharaan.

5. Total protein tubuh merupakan komposisi protein kasar yang ada pada karkas

dihitung persentasinya dalam bahan kering.

Page 21: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

6. Total lemak tubuh merupakan komposisi lemak yang ada pada karkas dihitung

persentasinya dalam bahan kering.

7. Lemak abdominal merupakan lemak yang berada di luar tubuh dan menempel

pada karkas ataupun saluran pencernaan dihitung persentasinya dari karkas.

Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Tahun 2011

Juli Agus Sept Okt Nov Des

1. Pembuatan proposal X X        

2. Persiapan materi dan peralatan

X          

3. Pelaksanaan penelitian

  X X      

4. Analisis laboratorium

    X      

5. Pengumpulan dan analisis data

    X X    

6. Penulisan laporan       X X

7. Sidang Tesis X

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. O.; Alm El-Dein2, A.K.; Desoky, A.A.; Galal, M. A. A. 2008. The Effects of Photoperiod Programs on Broiler Chicken Performance and Immune Response. Int. Jour. Poult. Scie. 7 (7): 665-671.

Appleby, M. C.; Mench, J. A.; Hughes, B. O. 2004. Poultry Behaviour and Welfare. CABI Publishing, Edinburgh UK.

Bartos, A. 2003. Improving The Quality of Poultry Meat By Nutrition. Summary of Phd Thesis. Department of Animal Physiology and Nutrition, Georgikon Faculty of Agriculture University of Veszprém, Keszthely.

Benyi, K. dan Habi, H. 1998. Effects of Food Restrictionduring The Finishing Period on The Performance of Broiler Chickens. Brit. Poult. Sci. 39: 423-425.

Page 22: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

Cheng, T. K.; Hamre, M. L.; Coon, C. N. 1997. Effect of Environmental and Energy Levels on Temperature, Dietary Rotein, Broiler Performance. J. App. Poult.Sci.

Daghir, N. 2008. Poultry Production in Hot Climates, 2nd Eddition. CABI Publishing, Oxfordshire UK.

Darmawati. 2005. Pemberian Pakan Terbatas Secara Periodik Pada Ayam Pedaging (Lenghorn). J. Bio. Vol. 1 (2) :43-46.

Dirain, C. P. O. and Waldroup, P. W. 2002. rotein and Amino Acid Needs of Broilers in Warm Weather1: A Review. Int. J. Poult. Sci. 1 (4): 40-46.

Ebrahimi, R.; Pour, M. B.; Zadeh. S. M. 2010 . Effects of Feed Particle Size on the Performance and Carcass Characteristics of Broilers. J. Anim. and Vet. Adv. Vol. 9 (10): 1482-1484.

Filho, F. D. E.; Campos, D. M. B.; Torres, K. A. A.; Vieira, B. S.; Rosa, P. S.; Vaz, A. M.; Macari, M.; Furlan, R. L. 2007. Protein Levels for Heat-Exposed Broilers: Performance, Nutrients Digestibility, and Energy and Protein Metabolism.

Filho, F. D. E.; Rosa, P. S.; Vieira, B. S.; Macari, M.; Furlan, R. L. 2005. Protein Levels and Environmental Temperature Effects on Carcass Characteristics, Performance, and Nitrogen Excretion of Broiler Chickens from 7 to 21 Days of Age. Bra. J. Poult. Sci. Vol. 7 No.4 : 247 – 253.

Kusnadi, E. 2009. Perubahan Malonaldehida Hati, Bobot Relatif Bursa Fabricius dan Rasio Heterofi l/Limfosit (H/L) Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas. Med. Pet. Vol. Vol. 32 No. 2 : 81-87.

Kusnadi, E. 2006. Peranan Antanan (Centella asiatica) sebagai Penangkal Cekaman Panas Ayam Broiler di Daerah Tropis. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006.

Kusnadi E.; Widjajakusuma R.; Sutardi T.; Hardjosworo P.S.; Habibie A. 2006. Pemberian Antanan (Centella asiatica) dan Vitamin C Sebagai Upaya Mengatasi Efek Cekaman Panas pada Broiler. Med. Pet. Vol. 29 No. 3: 133-140.

Lardner, K. S. dan Classen, H. 2010. Lighting for Broiler. Aviagen Incorporate, Alabama

Lewis, P. D.; Danisman, R.; dan Gous, R.M. 2008. Male Broiler Performance And Nocturnal Feeding Under Constant 8-h or 16-h Photoperiods, and

Page 23: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

Various Increasing Lighting Regimens. South Afr. J. Anim. Sci. 38 (3):159-165.

Lewis, P. D. dan Gous, R. M. 2007. Broilers perform better on short or step-up photoperiods. South Afr. J. Anim. Sci., 37 (2): 90-96.

Mahmood, S.; Mehmood, S.; Ahmad, F.; Masood, A.; Kausar, R. 2007. Effects of Feed Restriction During Starter Phase on Subsequent Growth Performance, Dressing Percentage, Relative Organ Weights and Immune Response Of Broilers. Pak. Vet. J. Vol. 27 (3): 137-141.

Morêki, J. C. 2008. Feeding Strategies in Poultry in Hot Climate. Non-Ruminants Division, Department of Animal Production, Gaborone, Botswana

Moreng R. E. dan Avens, J. S. 1985 Poultry Science and Production. Reston Publishing Company Inc., Virginia.

Nova, K. 2008. Pengaruh Perbedaan Persentase Pemberian Ransum Antara Siang dan Malam Hari terhadap Performans Broiler Strain Cp 707. Animal Production, Vol. 10 (2): 117-121.

Newcombea, M.; Cartwrighta, A. L.; Dennisb J. M. H. 1992. The Effect Of Increasing Photoperiod and Food Restriction In Sexed Broiler-Type Birds. I. Growth and Abdominal Fat Cellularity. British Poultry Science, Vol 33: 415-425.

Ocak, N. dan Sivri, F. 2007. Liver colourations as well as performance and digestive tract characteristics of broilers may change as influenced by stage and schedule of feed restriction. J. Anim. Phys. and Anim. Nut. 92 (2008) 546-553.

Okere, I.; Siegmund-Schultze, M.; Cahaner, A.; Zárate, A. V. 2008. Fattening and Carcass Traits of Broiler Genotypes with and Without Feathers Under Hot Conditions. “Competition for Resources in a Changing World: New Drive for Rural Development”. 7-9 October 2008, Hohenheim.

Oyedeji, J. O. dan Atteh, J. O. 2005. Effects of Nutrient Density and Photoperiod on the Performance and Abdominal Fat of Broilers. Int. J. Poult. Sci. 4 (3): 149-152.

PoultryHub. 2010. Climate in Poultry Houses. h tt p://www. poultryhub.org/index.php/Climate_in_poultry_houses . (Diakses 12 juli 2011).

Page 24: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

Rahimi, G.; Rezaei, M.; Hafezian, H.; Saiyahzadeh, H. 2005. The Effect of Intermittent Lighting Schedule on Broiler Performance. Int. Jour. Poult. Scie. 4 (6): 396-398, 2005

Rusdiana. 2004. Metabolisme Asam Lemak. Digitized by USU Digital Library, Medan.

Santoso, U., K. Tanaka, dan S. Ohtani. (1995a). Early Skip-a-Day Feeding of Female Broilers Chicks Fed High-Protein Realimentation Diets. Performance and body composition. Poult. Sci. 74: 494-501.

Santoso, U., K. Tanaka, dan S. Ohtani. (1995b). Does Feed-Restriction Refeeding Program Improve Growth Characteristics and Body Composition In Broiler Chicks? Anim. Sci. Tech. (Jpn) 66: 7-15.

Santoso, U., K. Tanaka, S. Ohtani dan B. S. Youn. (1993). Effects of Early Feed Restriction on Growth Performance and Body Composition. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 6: 401-409.

Sihag Z. S.; dan Berwal RS. 2008. Effect of feed particle size on the performance of broiler chickens. Ind. J. Poult. Sci. Vol. 43 (1).

Skomorucha, I, dan Herbut, E. 2006. Use of an Earth-Tube Heat Exchanger to Optimize Broiler House Climate During The Summer Period. Ann. Anim. Sci., Vol. 6, No. 1 169 – 177.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik, Cetaka Ketiga. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. (Diterjemahkan oleh B.Sumantri).

Steiner, Z; Domaćinović, M; Antunović Z; Steiner Z; Senčić, Đ; Wagner J; Kiš D. 2008. Effect Of Dietary Protein/Energy Combinations On Male Broiler Breeder Performance. 16th Int. Symp. “Animal Science Days”, Strunjan, Slovenia, Sept. 17–19, 2008. Acta agriculturae Slovenica.

Sugito, W. Manalu, D. A. Astuti, E. Handharyani & Chairul. 2007. Morfometrik Usus dan Performa Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas dan Ekstrak n-Heksana Kulit Batang “Jaloh” (Salix tetrasperma Roxb). Med. Pet. Vol. 30 No.3: 198-206 .

Suprijatna, E. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tauhid. 2008. Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara Pada Siang Hari di Perkotaan (Studi Kasus: Kawasan Simpang Lima Kota Semarang). (Tesis) Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Page 25: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

Tillman, A. D. H. Tartadi S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosokojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Pers. Yogyakarta.

Sturkie’s. 2000. Avian Physiology. Fifth Ed. (Diedit oleh G. C. Whittow). Academic Press, San Diego.

Widodo, W. 2010. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. http://wahyuwidodo.staff.umm.ac.id/files/2010/01/NUTRISI_DAN_PAKAN_UNGGAS_KONTEKSTUAL.pdf. (Diakses Desember 2010).

Williamson, G dan Payne, W. J. A. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh S. G. N. Djiwa Darmadja).

Yamazaki, M.; Murakami, H.; Nakashima, K.; Abe, H.; Takemasa, M. 2006. Effect of Excess Essential Amino Acids in Low Protein Diet on Abdominal Fat Deposition and Nitrogen Excretion of Broiler Chicks. J. Poult. Sci. 43 : 150-1555.

Page 26: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

KOMBINASI PEMBATASAN PAKAN PADA SIANG HARI DAN LAMA PENCAHAYAAN PADA MALAM HARI TERHADAP AYAM BROILER

DI DATARAN RENDAH TROPIS

KOLOKIUM

Oleh

LUKMAN BURHANI

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU TERNAKPROGRAM PASCASARJANA - FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO2 0 1 1

Page 27: Pembatasan Pakan dan Lama Pencahayaan.doc

Judul Kolokium : KOMBINASI PEMBATASAN PAKAN PADA SIANG HARI DAN LAMA PENCAHAYAAN PADA MALAM HARI TERHADAP AYAM BROILER DI DATARAN RENDAH TROPIS

Nama Mahasiswa : LUKMAN BURHANI

Nomor Induk Mahasiswa : H4A009009

Program Studi : S-2 MAGISTER ILMU PETERNAKAN

Tanggal Kolokium : AGUSTUS 2011

Disetujui oleh :

Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ir. Soemarsono, MS.

Pembimbing Utama

Prof. Ir. Dwi Sunarti, MS., PhD.

Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Edjeng Suprijatna, MP.