pemb-kes. uji kelarutan
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Pemb-Kes. Uji Kelarutan
1/5
No PELARUT
ASAM
OLEATOLEAT GLISEROL MINYAK MENTEGA MARGARIN STEARAT
LarutTidak
LarutLarut
Tidak
LarutLarut
Tidak
LarutLarut
Tidak
LarutLarut
Tidak
LarutLarut
Tidak
LarutLarut
Tidak
Larut
1 Benzen
2 Aseton
3 Etanol
4 Kloroform
5 Eter
6 Aquades
KELARUTAN LIPID DENGAN KLOROFORM
No Lipid BentukSetelah ditambah
kloroformKeterangan
1 Gliserol Cair Emulsi stabil Larut
2 Minyak Cair Emulsi stabil Larut
3 Stearat Padat Emulsi stabil Larut
4 Margarin Padat Emulsi stabil Larut
5 Mentega Padat Emulsi tidak stabil Tidak larut
6 Asam asetat Cair Emulsi stabil Larut
7 Oleat Cair Emulsi stabil Larut
-
8/10/2019 Pemb-Kes. Uji Kelarutan
2/5
UJI KELARUTAN
Pembahasan
Pada uji kelarutan ini, sampel yang diuji adalah asam oleat, oleat, gliserol, minyak,
mentega, margarin, dan stearat yang digunakan sebagai bahan terlarut. Bahan pelarut sendiri
menggunakan air (aquades), etanol, aseton, eter, dan kloroform. Hasil yang diperoleh pada
percobaan kali ini untuk kelompok kami menggunakan kloroform sebagai pelarut. Lalu
didapatkan bahwa hampir semua sampel lipid tersebut larut pada pelarut kloroform kecuali
lipid jenis mentega saja, karena hasil campuran awalnya terlihat larut, namun ternyata pada
bagaian permukaan campuran menghasilkan semacam gumpalan kecil-kecil. Jika
dihubungkan dengan teori yang berkaitan tentang kelarutan lipid maka hal ini dapat
disebabkan karena lipid dapat larut dalam pelarut organik non polar yang salahsatunya yaitu
kloroform. Untuk sampel mentega itu sendiri hanya sedikit larut dalam pelarut ini
dimungkinkan karena campurannya membentuk emulsi yang kurang stabil dari terbentuknya
dua lapisan yang terpisah walaupun pada bagian bawah yang dominannya cukup larut.
Tingkat kelarutan lipid selain bergantung pada kepolaran pelarut, tetapi bergantung
juga kepada panjang rantai hidrokarbon yang dikandung suatu lipid dan jumlah ikatan
rangkap. Semakin panjang rantai, maka proses emulsi lebih cepat terjadi dan umumnya lebih
stabil tetapi semakin banyak ikatan rangkap akan semakin sukar tingkat kelarutannya.
Mentega adalah lipid yang mengandung asam lemak jenuh rantai pendek dan memiliki ikatan
rangkap yang lebih banyak dari mentega, sehingga lebih sukar untuk mencapai emulsi yang
stabil dan sukar larut, sedangkan keenam asam lemak lainnya memiliki rantai karbon lebih
-
8/10/2019 Pemb-Kes. Uji Kelarutan
3/5
pendek dibandingkan mentega. Sehingga emulsi lebih stabil dan larut dalam pelarut
kloroform.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dalam praktikum kami dapat
disimpulkan bahwa kloroform dapat melarutkan enam dari tujuh jenis lipid yang berbeda.
Tingkat kelarutan yang tinggi berasal dari lipid dengan asam lemak berantai karbon panjang,
diantaranya yaitu gliserol, minyak, stearat, margarin, dan asetat atau memiliki ikatan rangkap
yang sedikit, yaitu margarin. Sedangkan mentega yang berantai karbon pendek tetapi juga
memiliki ikatan rangkap lebih banyak dari margarin sehingga emulsi kurang stabil dan sedikit
larut dalam pelarut kloroform.
-
8/10/2019 Pemb-Kes. Uji Kelarutan
4/5
UJI SAPONIFIKASI
Pembahasan
Pembentukan sabun ini dilakukan untuk mengetahui bahwa lipid dapat menghasilkan
padatan (sabun) melalui proses pemanasan dengan alkali. Sabun ini nantinya digunakan
untuk mengetahui sifat-sifat lemak/lipida yang lain. Dalam pelaksanaan praktikum ini
digunakan larutan NaOH dalam larutan etanol sebagai penghidrolisis lemak. NaOH yang
merupakan alkali, akan bereaksi dengan asam lemak bebas sehingga akan membentuk
endapan berupa garam Natrium. Endapan inilah yang disebut sabun. Sedangkan alkohol yang
memiliki sifat mudah menguap digunakan sebagai larutan untuk melarutkan gliserol,
mempermudah percampuran antara bahan-bahan yang diuji yaitu oleat dengan NaOH pada
saat dipanaskan. Dalam percobaan juga dilakukan pemanasan yang dimaksudkkan untuk
mempercepat reaksi hidrolisis lemak, hidrolisis dapat berjalan dengan baik bila dilakukan
pada suhu dan tekanan yang tinggi. Setelah itu larutan didinginkan dengan maksud agar
diperoleh padatan/endapan yang merupakan sabun.
Menurut teori yang ada, lemak dan minyak dapat terhidrolisis denganbantuan basa
kuat, seperti NaOH atau KOH melalui pemanasan dan menghasilkan asam lemak dan
gliserol. Proses inilah yang dinamakan saponifikasi (uji sifat kesadahan). Di mana, jika
terbentuk endapan, makalarutan tersebut bersifat sadah.
Tidak ada buihdan terdapat
endapan
Buih palingbanyak dan
paling keruh
Pb Asetat(Kontrol)
MgCl2 CaCl
-
8/10/2019 Pemb-Kes. Uji Kelarutan
5/5
Pengujian kedua adalah isolasi asam lemak yang telah dihasilkan dari percobaan
sebelumnya. Asam lemak tersebut berasal dari sabun. Setelah semua tahap dilakukan seperti
yang tertulis pada cara kerja, tabung reaksi diamati. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
terdapat endapan pada sabun (yang dihasilkan pada oleat) ketika direaksikan dengan larutan
CaCl2 mengalami pemisahan campuran menjadi dua lapis dengan bagian bawahnya
terbentuk endapan serta tidak ada buih, Sedangkan sabun tidak menimbulkan reaksi atau
tidak ada endapan, tetapi hanya menimbulkan warna yang agak keruh ketika direaksikan
dengan Pb asetat.
Perbedaan reaksi tersebut disebabkan karena adanya perbedaaan kereaktifan antara
Ca, Mg, dan Pb. Berdasarkan percobaan dapat diketahui Ca merupakan golongan logam yang
lebih reaktif. Hal tersebut sesuai dengan sifat umum yang mengatakan unsur logam dari alam
satu golongan semakin besar nomor atomnya maka kereaktifan logam tersebut juga akan
semakin reaktif, sehingga semakin besar pula kemampuan dalam mengendapkan sabun
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum uji saponifikasi dapat diketahui penambahan
larutan oleat dan logam alkali yang telah dipanaskan dengan larutan CaCl2 terjadi endapan
yang besar namun tidak berbuih, penambahan dengan larutan MgCl2 terjadi sedikit keruh danada buih, sedangkan penambahan dengan larutan Pb Aseton menjadi sangat keruh dan
buihnya paling banyak. Perbedaan reaksi tersebut disebabkan karena adanya perbedaaan
kereaktifan antara Ca, Mg, dan Pb dan kemampuannya dalam mengendapkan sabun
sedangkan buih yang muncul adalah sebagai indikator bahwa larutan campuran tersebut telah
terjadi pembentukan sabun.