pemb-kes. uji kelarutan

Upload: hanifah-herlini

Post on 02-Jun-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Pemb-Kes. Uji Kelarutan

    1/5

    No PELARUT

    ASAM

    OLEATOLEAT GLISEROL MINYAK MENTEGA MARGARIN STEARAT

    LarutTidak

    LarutLarut

    Tidak

    LarutLarut

    Tidak

    LarutLarut

    Tidak

    LarutLarut

    Tidak

    LarutLarut

    Tidak

    LarutLarut

    Tidak

    Larut

    1 Benzen

    2 Aseton

    3 Etanol

    4 Kloroform

    5 Eter

    6 Aquades

    KELARUTAN LIPID DENGAN KLOROFORM

    No Lipid BentukSetelah ditambah

    kloroformKeterangan

    1 Gliserol Cair Emulsi stabil Larut

    2 Minyak Cair Emulsi stabil Larut

    3 Stearat Padat Emulsi stabil Larut

    4 Margarin Padat Emulsi stabil Larut

    5 Mentega Padat Emulsi tidak stabil Tidak larut

    6 Asam asetat Cair Emulsi stabil Larut

    7 Oleat Cair Emulsi stabil Larut

  • 8/10/2019 Pemb-Kes. Uji Kelarutan

    2/5

    UJI KELARUTAN

    Pembahasan

    Pada uji kelarutan ini, sampel yang diuji adalah asam oleat, oleat, gliserol, minyak,

    mentega, margarin, dan stearat yang digunakan sebagai bahan terlarut. Bahan pelarut sendiri

    menggunakan air (aquades), etanol, aseton, eter, dan kloroform. Hasil yang diperoleh pada

    percobaan kali ini untuk kelompok kami menggunakan kloroform sebagai pelarut. Lalu

    didapatkan bahwa hampir semua sampel lipid tersebut larut pada pelarut kloroform kecuali

    lipid jenis mentega saja, karena hasil campuran awalnya terlihat larut, namun ternyata pada

    bagaian permukaan campuran menghasilkan semacam gumpalan kecil-kecil. Jika

    dihubungkan dengan teori yang berkaitan tentang kelarutan lipid maka hal ini dapat

    disebabkan karena lipid dapat larut dalam pelarut organik non polar yang salahsatunya yaitu

    kloroform. Untuk sampel mentega itu sendiri hanya sedikit larut dalam pelarut ini

    dimungkinkan karena campurannya membentuk emulsi yang kurang stabil dari terbentuknya

    dua lapisan yang terpisah walaupun pada bagian bawah yang dominannya cukup larut.

    Tingkat kelarutan lipid selain bergantung pada kepolaran pelarut, tetapi bergantung

    juga kepada panjang rantai hidrokarbon yang dikandung suatu lipid dan jumlah ikatan

    rangkap. Semakin panjang rantai, maka proses emulsi lebih cepat terjadi dan umumnya lebih

    stabil tetapi semakin banyak ikatan rangkap akan semakin sukar tingkat kelarutannya.

    Mentega adalah lipid yang mengandung asam lemak jenuh rantai pendek dan memiliki ikatan

    rangkap yang lebih banyak dari mentega, sehingga lebih sukar untuk mencapai emulsi yang

    stabil dan sukar larut, sedangkan keenam asam lemak lainnya memiliki rantai karbon lebih

  • 8/10/2019 Pemb-Kes. Uji Kelarutan

    3/5

    pendek dibandingkan mentega. Sehingga emulsi lebih stabil dan larut dalam pelarut

    kloroform.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dalam praktikum kami dapat

    disimpulkan bahwa kloroform dapat melarutkan enam dari tujuh jenis lipid yang berbeda.

    Tingkat kelarutan yang tinggi berasal dari lipid dengan asam lemak berantai karbon panjang,

    diantaranya yaitu gliserol, minyak, stearat, margarin, dan asetat atau memiliki ikatan rangkap

    yang sedikit, yaitu margarin. Sedangkan mentega yang berantai karbon pendek tetapi juga

    memiliki ikatan rangkap lebih banyak dari margarin sehingga emulsi kurang stabil dan sedikit

    larut dalam pelarut kloroform.

  • 8/10/2019 Pemb-Kes. Uji Kelarutan

    4/5

    UJI SAPONIFIKASI

    Pembahasan

    Pembentukan sabun ini dilakukan untuk mengetahui bahwa lipid dapat menghasilkan

    padatan (sabun) melalui proses pemanasan dengan alkali. Sabun ini nantinya digunakan

    untuk mengetahui sifat-sifat lemak/lipida yang lain. Dalam pelaksanaan praktikum ini

    digunakan larutan NaOH dalam larutan etanol sebagai penghidrolisis lemak. NaOH yang

    merupakan alkali, akan bereaksi dengan asam lemak bebas sehingga akan membentuk

    endapan berupa garam Natrium. Endapan inilah yang disebut sabun. Sedangkan alkohol yang

    memiliki sifat mudah menguap digunakan sebagai larutan untuk melarutkan gliserol,

    mempermudah percampuran antara bahan-bahan yang diuji yaitu oleat dengan NaOH pada

    saat dipanaskan. Dalam percobaan juga dilakukan pemanasan yang dimaksudkkan untuk

    mempercepat reaksi hidrolisis lemak, hidrolisis dapat berjalan dengan baik bila dilakukan

    pada suhu dan tekanan yang tinggi. Setelah itu larutan didinginkan dengan maksud agar

    diperoleh padatan/endapan yang merupakan sabun.

    Menurut teori yang ada, lemak dan minyak dapat terhidrolisis denganbantuan basa

    kuat, seperti NaOH atau KOH melalui pemanasan dan menghasilkan asam lemak dan

    gliserol. Proses inilah yang dinamakan saponifikasi (uji sifat kesadahan). Di mana, jika

    terbentuk endapan, makalarutan tersebut bersifat sadah.

    Tidak ada buihdan terdapat

    endapan

    Buih palingbanyak dan

    paling keruh

    Pb Asetat(Kontrol)

    MgCl2 CaCl

  • 8/10/2019 Pemb-Kes. Uji Kelarutan

    5/5

    Pengujian kedua adalah isolasi asam lemak yang telah dihasilkan dari percobaan

    sebelumnya. Asam lemak tersebut berasal dari sabun. Setelah semua tahap dilakukan seperti

    yang tertulis pada cara kerja, tabung reaksi diamati. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

    terdapat endapan pada sabun (yang dihasilkan pada oleat) ketika direaksikan dengan larutan

    CaCl2 mengalami pemisahan campuran menjadi dua lapis dengan bagian bawahnya

    terbentuk endapan serta tidak ada buih, Sedangkan sabun tidak menimbulkan reaksi atau

    tidak ada endapan, tetapi hanya menimbulkan warna yang agak keruh ketika direaksikan

    dengan Pb asetat.

    Perbedaan reaksi tersebut disebabkan karena adanya perbedaaan kereaktifan antara

    Ca, Mg, dan Pb. Berdasarkan percobaan dapat diketahui Ca merupakan golongan logam yang

    lebih reaktif. Hal tersebut sesuai dengan sifat umum yang mengatakan unsur logam dari alam

    satu golongan semakin besar nomor atomnya maka kereaktifan logam tersebut juga akan

    semakin reaktif, sehingga semakin besar pula kemampuan dalam mengendapkan sabun

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan praktikum uji saponifikasi dapat diketahui penambahan

    larutan oleat dan logam alkali yang telah dipanaskan dengan larutan CaCl2 terjadi endapan

    yang besar namun tidak berbuih, penambahan dengan larutan MgCl2 terjadi sedikit keruh danada buih, sedangkan penambahan dengan larutan Pb Aseton menjadi sangat keruh dan

    buihnya paling banyak. Perbedaan reaksi tersebut disebabkan karena adanya perbedaaan

    kereaktifan antara Ca, Mg, dan Pb dan kemampuannya dalam mengendapkan sabun

    sedangkan buih yang muncul adalah sebagai indikator bahwa larutan campuran tersebut telah

    terjadi pembentukan sabun.