kelarutan sebagai fungsi suhu

33

Click here to load reader

Upload: nurmalina-adhiyanti

Post on 19-Jun-2015

4.147 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelarutan sebagai fungsi suhu

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA I

OLEH :

Nama :

1. Apria Damayanti (08121003044)

2. M. Amin Alfikri (08121003070)

3. Nurmalina Adhiyanti (08121003018)

4. Wulandari (08121003064)

5. Zultriana (08121003046)

Jurusan : KIMIA

Kelompok : VII

PERCOBAAN :KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Page 2: Kelarutan sebagai fungsi suhu

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat yang melarut dengan zat

yang tidak melarut.Pada kesetimbangan ini kecepatan melarut sama dengan

kecepatan mengendap.Artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Jika

kesetimbangan diganggu,misalnya dengan menaikkan temperatur maka konsentrasi

larutan akan berubah. Menurut Van’t Hoff, pengaruh temperatur terhadap kelarutan

dapat dinyatakan sebagai berikut :

Ln S/T = H/RT2 atau ln S/(1/T) = -∆/R

Dimana :

S = Kelarutan (mol/100 per gram pelarut)

H = Kalor pelarutan

RT = Tetapan gas umum

T = Suhu(kelvin)

Jika kalor pelarutan adalah posotif,menurut Van’t Hoff makin tingggi

temperatur maka makin banyak zat yang larut dan sebaliknya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat dan menghitung kalor

pelarutan?

2. Bagaimana cara menentukan kalor pelarutan?

1.3 TUJUAN PERCOBAAN

Menenentukan pengaruh suhu terhadap kealarutan suatu zat dan menghitung

kalor pelarutan.

1.4 MANFAAT PERCOBAAN

1. Agar mahasiswa dapat menentukan pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat.

Page 3: Kelarutan sebagai fungsi suhu

2. Agar mahasiswa dapat menghitung kalor pelarutan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi bila 2 zat

atau lebih zat murni dalam keadaan standar dicampur pada tekanan dan temperature

tetap untuk membuat larutan. Panas pelarutan dalam banyak hal hamper sama dengan

panas reaksi. Jika reaksi kimia terjadi energi produk dapat berbeda dengan reaktan.

Pada tekanan dan temperature tetap inin disebabkan karena pembentukan ikatan

kimia baru dari asam- asam pelarutan, perubahan gaya antara molekul tak sejenis

dengan molekul sejenis. Panas pencampuran didefinisikan sebagai perubahan entalpi

yang terjadi bila dua atau lebih zat murni dicampur membentuk suatu larutan pada

temperature konstan dan tekanan 1 atm.

Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan 1 mol zat dilarutkan dalam n

mol solvent pada temperatur dan tekanan yang sama, hal ini disebabkan hal ini

disebabkan adanya ikatan kimia baru dari atom-atom. Demikian juga pada peristiwa

pelarutan, kadang-kadang terjadi perubahan energi, hal ini disebabkan adanya

perbedaan gaya tarik-menarik antara molekul sejenis. Gaya ini jauh lebih kecil

daripada gaya tarik pada ikatan kimia, sehingga panas pelarutan biasanya jauh lebih

kecil daripada panas reaksi.

Efek panas pada pembentukan suatu larutan yang mengandung n mol solute

dan 1000 gram solvent adalah m.∆H digambarkan grafiknya vs mol solute m, jika

kemiringan grafiknya vs mol solute m, maka kemiringan grafik pada konsentrasi

tertentu harus menunjukan differensial pada konsentrasi tertentu.Jika penambahan

mol solute terjadi pada sejumlah tertentu larutan menghasilkan efek panas pada

temperatur dan tekanan konstan.

Page 4: Kelarutan sebagai fungsi suhu

Penentuan kadar pelarutan zat yang akan diselidiki.Dalam penentuan ini

diusahakan agar volume solvent sama dengan volume solvent yang akan dikalibrasi.

Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang

tidak larut. Keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut:

A(p) A(l) (persamaan 1)

dimana: A(l) = molekul zat terlarut

A(p)= molekul zat yang tidak larut

Tetapan keseimbangan pada proses pelarutan tersebut:

K=az

az¿ =

az

1=γ z mz

(persamaan 2)

dimana:

az = keaktifan zat yang larut

az¿

= keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga 1 untuk zat padat dalam

keadaan standar.

γ z = koefisien keatifan zat yang larut

m z = kemolalan zat yang larut karena larutan jenuh, disebut kelarutan.

Hubungan tetapan keseimbangan suatu proses dengan suhu diberikan oleh isobar

reaksi Van’t Hoff.

[∂ ln k∂T ]

P= ΔH0

RT 2(persamaan 3)

dimana:

ΔH 0= perubahan entalpi proses.

R = tetapan gas ideal.

Persamaan 2 dan 3 memberikan:

Page 5: Kelarutan sebagai fungsi suhu

[∂ ln γ z mz

∂T ]P=

ΔH DS

RT 2(persamaan 4)

dimana: ΔH DS = kalor pelarutan diferensial pada konsentrasi jenuh.

Selanjutnya persamaan 4 dapat diuraikan menjadi:

∂ ln γ z m z

∂ ln mz

∂ ln mz

∂T=

ΔH DS

RT 2

∂ ln γ z

∂ lnm z

+1=ΔH DS

RT 2

(Ari Hendriana.2005)

Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk

dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen.Kelarutan suatu zat

dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut pada suhu,

tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu

merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan

sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut mengendap (tidak dapat

larutlagi). Rentang kelarutan sangat bervariasi.Ada banyak sekali zat kimia yang

mempunyai kelarutan tak terbatas, dan hasilnya bercampur sempurna (miscible),

misalnya adalah etanol dalam air. Ada pula zat kimia yang sama sekali tidak larut,

sebagai contoh adalah perak klorida dalam air. Namun kebanyakan suatu zat dapat

terlarut dalam pelarut sampai tepat jenuh, setelah itu mengendap seperti NaCl dalam

air.

Maka dari itu, ilmuwan telah banyak meneliti kelarutan suatu solut pada

pelarut, yang dikenal denganaturan kelarutan.Pada keadaan tertentu, kesetimbangan

kelarutan dapat menjadi berlebih sehingga disebut dengan larutan superjenuh atau

metastabil.Pengertian kelarutan sebaiknya tidak dikacaukan dengan kemampuan

melarutkan atau mencairkan suatu zat, karena larutan juga dapat dibuat dengan

mereaksikan suatu zat.Sebagai contoh adalah zink yang tak dapat larut dalam asam

klorida.Tetapi karena adanya reaksi antara gas hidrogen dengan zink klorida

Page 6: Kelarutan sebagai fungsi suhu

menyebabkannya seperti larut.Kelarutan tidak bergantung pada ukuran partikel atau

faktor kinetik lainnya, maupun waktu pelarutan.

Kelarutan suatu solut pada pelarut tertentu sangat bergantung pada suhu. Pada

sebagian besar padatan yang dapat larut dalam air, kelarutan akan semakin meningkat

jika suhu dinaikkan melebihi 100º C. Solut ionik yang terlarut pada air bersuhu tinggi

(mendekati suhu kritis) cenderung berkurang karena perubahan sifat dan struktur

molekul air. Selain itu, tetapan dielektrik menyebabkan pelarut kurang polar.

Kelarutan senyawa organik selalu meningkat dengan naiknya suhu.Inilah yang

mendasari teknik pemurnian dengan rekristalisasi yang memanfaatkan perbedaan

kelarutan solut pada suhu rendah dan tinggi.

Pada fase terembun, tekanan sangat berpengaruh terhadap kelarutan; namun biasanya

lemah dan diabaikan pada praktiknya. Diasumsikan sebagai larutan ideal,

ketergantungan kelarutan pada tekanan diberikan diungkapkan dengan rumus:

dimana indeks i merupakan komponen, Ni adalah fraksi mol komponen ke i, P adalah

tekanan, indeks T menyatakan suhu kosntan, Vi,cr adalah volume molar parsial

komponen ke i, dan R merupakan tetapan gas universal(Dwi Winarto. 2010).

Jika kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikan suhu, maka kelarutan gas

berkurang bila suhu dinaikkan, karena gas menguap dan meninggalkan pelarut. Ikan

akan mati dalam air panas karena kelarutan oksigen berkurang. Minuman akan

mengandung CO2 lebih banyak bila disimpan dalam lemari es dibandingkan di udara

terbuka. Pengadukan Pengadukan juga menentukan kelarutan zat terlarut.Semakin

banyak jumlah pengadukan, maka zat terlarut umumnya menjadi lebih mudah larut.

Luas Permukaan Sentuhan Zat Kecepatan kelarutan dapat dipengaruhi juga

oleh luas permukaan (besar kecilnya partikel zat terlarut). Luas permukaan sentuhan

zat terlarut dapat di diperbesar melalui proses pengadukan atau penggerusan secara

mekanis. Gula halus lebih mudah larut daripada gula pasir.Hal ini karena luas bidang

Page 7: Kelarutan sebagai fungsi suhu

sentuh gula halus lebih luas dari gula pasir, sehingga gula halus lebih mudah

berinteraksi dengan air.

Dalam kehidupan sehari-hari mungkin Anda pernah menjumpai orang yang

kurang bertanggung jawab terhadap lingkungan, yaitu menangkap ikan dengan

menggunakan strom listrik.Dengan alat tersebut mereka memasukkan aliran listrik ke

dalam air sungai atau air laut.Mengapa air sungai tersebut dapat menghantarkan arus

listrik dan ikan dapat tertraik oleh aliran listrik tersebut?Dalam air sungai terdapat

zat-zat terlarut dan ternyata sebagian dari zat terlarut itu ada yang dapat

menghantarkan arus listrik.Hal itu terbukti dengan adanya ikan yang mati akibat

sengatan arus listrik.

Air murni merupakan penghantar listrik yang buruk. Akan tetapi jika dalam

air tersebut ditambahkan zat terlarut maka sifat daya hantarnya akan berubah sesua

dengan jenis zat yang dilarutkan. Contoh, jika dalam air ditambahkan garam dapur,

maka larutan ini akan dapat menghantarkan listrik dengan baik. Tetapi jika dalam air

ditambahkan gula pasir, maka daya hantar listriknya tidak berbeda dengan air

murni(Ratna. 2008).

Page 8: Kelarutan sebagai fungsi suhu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT

Percobaan ini dilakukan pada hari Senin tanggal 25 November 2013 di

Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sriwijaya.

3.2 ALAT DAN BAHAN

Alat :

- Termometer

- Buret 50 ml

- Erlenmeyer 250 ml

- Gelas Kimia 250 ml

- Pengaduk Gelas

- Tabung Reaksi

- Pipet Volume

Bahan :

- Asam Oksalat

- Asam Borat

- Asam Benzoat

- NaOH 0,1 N

- Indikator PP

- Es batu ( garam )

Page 9: Kelarutan sebagai fungsi suhu

3.3 PROSEDUR PERCOBAAN

dimasukan kedalam gelas beker

ditambahkan

diaduk sampai larut

didinginkan dalam

dipipet setiap penurunan 5oC

diencerkan dengan

dititrasi dengan

Sampel (Asam oksalat, Asam

benzoat ) Asam borat)

10 ml Aquadest

Tabung berisi es batu

0,5 ml larutan sampel

NaOH 0,1 N

5 mL Aquadest

Page 10: Kelarutan sebagai fungsi suhu

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA HASIL PENGAMATAN

No SampelT⁰C

T awal

V NaOH

T₁ T₂ T₃ V₁ V₂ V₃

1 Asam oksalat 30 25 20 15 2,9 3,8 3,3

2 Asam benzoat 30 25 20 15 0,7 0,5 0,2

3 Asam borat 30 25 20 15 1,8 1,5 2,0

4.2 REAKSI DAN PERHITUNGAN

Reaksi

1. Asam Oksalat + NaOH

C2H2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O

2. Asam Benzoat + NaOH

+ NaOH +H2O

3. Asam Borat + NaOH

H3PO3 + 3NaOH Na3PO3 + 3H2O

Page 11: Kelarutan sebagai fungsi suhu

Perhitungan

1. Asam Oksalat

- Kelarutan

Sn = V NaOH

V Pengenceran . N NaOH

Sn1 = 2,95

.0,1=0,058

Sn2 = 3,85

.0,1=0,076

Sn3 = 3,35

.0,1=0,066

- Kalor Pembentukan ( ΔH)

ΔH = 2,303 x R x Tn (Tn−1)

Tn−(Tn−1)x log

SnSn−1

ΔH1= 2,303 x 8,315 x T 1(T 1−1)

T 1−(T 1−1)x log

S 1S 1−1

ΔH1 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x 298(298−1)

298−(298−1)x log

0,0580,058−1

¿¿

ΔH1 = 2,303 x 8,315 x 298 x 297298−297

x log0,06157

= 19,149 x 88506 x (-1,21)

= - 2.050.709,68 J/mol

= - 2.050,70968 KJ/mol

Page 12: Kelarutan sebagai fungsi suhu

ΔH = 2,303 x R x Tn (Tn−1)

Tn−(Tn−1)x log

SnSn−1

ΔH2 = 2,303 x 8,315 x T 2(T 2−1)

T 2−(T 2−1)x log

S 2S 2−1

ΔH2 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x 293(293−1)

293−(293−1)x log

0,0760,076−1

¿¿

ΔH2 = 2,303 x 8,315 x 293 x 292293−292

x log 0,08225

= 19,149 x 85556 x (-1,08)

= - 1.769.376,79 J/mol

= - 1.769.37679 KJ/mol

ΔH3 = 2,303 x R x Tn(Tn−1)

Tn−(T n−1)x log

SnSn−1

ΔH3 = 2,303 x 8,315 x T 3(T 3−1)

T 3−(T 3−1)x log

S 3S 3−1

ΔH3 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x 288(288−1)

288−(288−1)x log

0,0660,066−1

¿¿

ΔH3 = 2,303 x 8,315 x 288 x 287288−287

x log0,07066

= 19,149 x 82656 x (-1,15)

= - 1.820.196,70 J/mol

= - 1.820.19670 KJ/mol

No S T (ºK)X =

1T

Y =

¿ ln S∨¿¿

X. Y X2

1. 0,05 298 0,00335 2,8 0,0938 1,122 x 10-5

2. 0,076 293 0,00341 2,5 0,0852 1,162 x 10-5

Page 13: Kelarutan sebagai fungsi suhu

3 0,066 288 0,00347 2,7 0,0936 1,204 x 10-5

Ʃ 0,2 879 0,01023 8 0,2726 1,046 x 10−4

Slope (A) = n .∑ xy−(∑ x . ∑ y)

n .∑ x2−¿¿

= 3 (0,2726 ) – (0,01023 x8)

3 ( 1,046 x10−4 ) – (0,01023 )²

= 0,8178 – 0,08184

3,138 x 10−−4−10,465 x10−4

= 0,73596

2,092 x 10−4

= 3517,97

Intersept (B) = ∑ x2 . ∑ y−∑ xy . ∑ x

n . ∑ x2−¿¿

= 1,046 x10−4 .8 – 0,2726 .0,01023

3.1,0464 x 10−4 – 1,046.10−4

= −1,951898 x 10−3

2,092 x 10−4

= -9,3302

Y = AX + B

Y1 = AX1 + B

2,8 = 3517,97 X1 + (-9,3302)

Y2 = AX2 + B

2,5 = 3517,97 X2 + (-9,3302)

Y3 = AX3 + B

2,7 = 3517,97 X3 + (-9,3302)

Page 14: Kelarutan sebagai fungsi suhu

0.00335 0.00341 0.003472.35

2.4

2.45

2.5

2.55

2.6

2.65

2.7

2.75

2.8

2.85

Asam Oksalat

X = 1/T

y =

|ln

S |

2. Asam Benzoat

- Kelarutan

Sn = V NaOH

V Pengenceran . N NaOH

Sn1 = 0,75

.0,1=0,0014

Sn2 = 0,55

.0,1=0,01

Sn3 = 0,25

.0,1=0,004

- Kalor Pembentukan ( ΔH)

Page 15: Kelarutan sebagai fungsi suhu

ΔH = 2,303 x R x Tn (Tn−1)

Tn−(Tn−1)x log

SnSn−1

ΔH1= 2,303 x 8,315 x T 1(T 1−1)

T 1−(T 1−1)x log

S 1S 1−1

ΔH1 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x 298(298−1)

298−(298−1)x log

0,0140,014−1

¿¿

ΔH1 = 2,303 x 8,315 x 298 x 297298−297

x log0,01419

= 19,149 x 88506 x (-1,84)

= - 3.118.434,56 J/mol

= - 3.118,43456 KJ/mol

ΔH2 = 2,303 x R x Tn (Tn−1)

Tn−(Tn−1)x log

SnSn−1

ΔH2 = 2,303 x 8,315 x T 2(T 2−1)

T 2−(T 2−1)x log

S 2S 2−1

ΔH2 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x 293(293−1)

293−(293−1)x log

0,010,01−1

¿¿

ΔH2 = 2,303 x 8,315 x 293 x 292293−292

x log 0,01010

= 19,149 x 85556 x (-1,99)

= - 3.260.240,57 J/mol

= - 3.260,24057 KJ/mol

ΔH3 = 2,303 x R x Tn (Tn−1)

Tn−(Tn−1)x log

SnSn−1

ΔH3 = 2,303 x 8,315 x T 3(T 3−1)

T 3−(T 3−1)x log

S 3S 3−1

ΔH3 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x 288(288−1)

288−(288−1)x log

0,0040,004−1

¿¿

ΔH3 = 2,303 x 8,315 x 288 x 287288−287

x log0,04016

Page 16: Kelarutan sebagai fungsi suhu

= 19,149 x 82656 x (-4,01)

= - 6.346.946,77 J/mol

= - 6.346,94677KJ/mol

No S T (ºK)X =

1T

Y = ¿ ln S| X. Y X2

1. 0,014 298 0,00335 4,2 0,0140 1,122 x 10-5

2. 0,01 293 0,00341 4,6 0,0156 1,162 x 10-5

3 0,004 288 0,00347 5,5 0,0190 1,204 x 10-5

Ʃ 0,028 879 0,01023 14,3 0,0486 3,488 x 10−5

Slope (A) = n .∑ xy−(∑ x . ∑ y)

n .∑ x2−¿¿

= 3 (0,0486 ) – (0,01023 x14,3)

3 (3,488 x 10−5 ) – ( 0,01023 ) ²

= 0,8178 – 0,14628

10,464 x10−5−10,465 x10−5

= −48 x 10−5

– 0,001 x10−5

= 48.000

= 48 x103

Intersept (B) = ∑ x2 . ∑ y−∑ xy . ∑ x

n . ∑ x2−¿¿

= ( 3,488 x 10−5x (14,3) – (0,0486) (0,01023)

Page 17: Kelarutan sebagai fungsi suhu

= 94,8784 x10−5 – 0,0497178

10,464 x10−5 – 10,465 x 10−5

= 94,828 x10−5

−0,001 x 10−5

= - 94,828

Y = AX + B

Y1 = AX1 + B

4,2 = 48.000 X1 + (-94,828)

Y2 = AX2 + B

4,6 =48.000 X2 + (-94,828)

Y3 = AX3 + B

5,5 = 48.000 X3 + (-94,828)

0.00335 0.00341 0.003470

1

2

3

4

5

6

Asam Benzoat

x = 1/T

y =

| ln

S |

Page 18: Kelarutan sebagai fungsi suhu

3. Asam Borat

- Kelarutan

Sn = V NaOH

V Pengenceran . N NaOH

Sn1 = 1,85

.0,1=0,036

Sn2 = 1,55

.0,1=0,03

Sn3 = 2,05

.0,1=0,04

- Kalor Pembentukan ( ΔH)

ΔH = 2,303 x R x Tn (Tn−1)

Tn−(Tn−1)x log

SnSn−1

ΔH1= 2,303 x 8,315 x T 1(T 1−1)

T 1−(T 1−1)x log

S 1S 1−1

ΔH1 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x 298(298−1)

298−(298−1)x log

0,0360,036−1

¿¿

ΔH1 = 2,303 x 8,315 x 298 x 297298−297

x log0,03734

= 19,149 x 88506 x (-1,42)

= - 2.406.617,97 J/mol

= - 2.406,61797 KJ/mol

ΔH3 = 2,303 x R x Tn (Tn−1)

Tn−(Tn−1)x log

SnSn−1

ΔH3 = 2,303 x 8,315 x T 2(T 2−1)

T 2−(T 2−1)x log

S 2S 2−1

ΔH3 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x 293(293−1)

293−(293−1)x log

0,030,03−1

¿¿

ΔH3 = 2,303 x 8,315 x 293 x 292293−292

x 0,03092

Page 19: Kelarutan sebagai fungsi suhu

= 19,149 x 85556 x (-1,50)

= - 2.457.467,76 J/mol

= - 2.457.46776 KJ/mol

ΔH3 = 2,303 x R x Tn (Tn−1)

Tn−(Tn−1)x log

SnSn−1

ΔH3 = 2,303 x 8,315 x T 3(T 3−1)

T 3−(T 3−1)x log

S 3S 3−1

ΔH3 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x 288(288−1)

288−(288−1)x log

0,040,04−1

¿¿

ΔH3 = 2,303 x 8,315 x 288 x 287288−287

x log0,04166

= 19,149 x 82656 x (-1,38)

= - 2.184.236,04 J/mol

= - 2.184.23604KJ/mol

No S T (ºK)X =

1T

Y =

¿ ln S∨¿¿

X. Y X2

1. 0,036 298 0,00335 3,3 0,0110 1,122 x 10-5

2. 0,03 293 0,00341 3,5 0,0119 1,162 x 10-5

3 0,04 288 0,00347 3,2 0,0111 1,204 x 10-5

Ʃ 0,106 879 0,01023 10 0,034 3,488 X 105

Slope (A) = n .∑ xy−(∑ x . ∑ y)

n .∑ x2−¿¿

Page 20: Kelarutan sebagai fungsi suhu

= 3 (0,034 ) – (0,01023 x10)

3 ( 3,488 x 10−5 ) – (0,01023 ) ²

= 0,102 – 0,1023

10,464 x10−5−10,465 x10−5

= 0,0003

– 0,001 x10−5

= - 0,3 x 105

= - 30.000

Intersep (B) = ∑ x2 . ∑ y−∑ xy . ∑ x

n . ∑ x2−¿¿

= 3,488 x 10−5 x (10 ) – 0,034 (0,034 )(0,01023)

3 (10,464 x10−5 ) – (0,01023)2

= 34,88−0,034782

10,464 x10−5 – 10,465 x 10−5

= 34,845 x 10−5

0,001 x 10−5

= - 34,845

Y = AX + B

Y1 = AX1 + B

3,3 = - 30.000 X1 + 34,845

Y2 = AX2 + B

3,5 = - 30.000 X2 + 34,845

Y3 = AX3 + B

3,2 = - 30.000 X1 + 34,845

Page 21: Kelarutan sebagai fungsi suhu

0.00335 0.00341 0.003473.053.1

3.153.2

3.253.3

3.353.4

3.453.5

3.55

Asam Borat

x = 1/T

y =

| ln

S |

4.3 PEMBAHASAN

Pengaruh suhu terhadap kelarutan dibahas pada percobaan kali ini, selain

mempelajari mengenai pengaruh suhu terhadap kelarutan, praktikum kali ini juga

membahas mengenai menghitung kalor pelarutan.Dalam praktikum ini kelarutan

didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut didalam suatu

pelarut tertentu.Kelarutan dikatakan sebagai fungsi suhu karena suhu merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan. Jika suhu suatu campuran dinaikkan,

maka kelarutannya akan semakin besar dan juga sebaliknya, jika suhunya diturunkan

maka kelarutannya akan semakin mengecil.

Pada percobaan ini digunakan metode titrasi, dimana titrasi didefinisikan

sebagai suatu metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu zat yang

belum diketahui dengan mereaksikannya dengan zat lain yang telah diketahui dengan

Page 22: Kelarutan sebagai fungsi suhu

pasti konsentrasinya. Pada titrasi terdapat titran yang berupa larutan yang ada pada

buret, merupakan larutan standar, bisa primer maupun sekunder. Kemudian ada titrat,

suatu larutan yang akan dicari konsentrasinya.

Pada percobaan ini dilakukan titrasi pada tiga buah sampel, diantaranya asam

oksalat, asam benzoat, dan asam borat dengan menggunakan larutan standar natrium

hidroksida.Dilakukan tiga kali titrasi untuk penurunan suhu sebesar 50 C. Didapat

hasil bahwa pada sampel asam oksalat semakin rendah suhunya maka semakin sedikit

volume titran atau larutan standar natrium hidroksida yang digunakan.Sedangkan

untuk asam benzoat jumlah natrium hidroksida yang digunakan tidak stabil dengan

nilai penurunan suhunya.Berbeda lagi dengan asam borat, dimana semakin rendah

suhunya maka semakin banyak volume natrium hidroksida yang digunakan.Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa sifat kepolaran suatu zat dapat mempengaruhi

jumlah volume titran yang digunakan.

Dalam percobaan ini digunakan indikator phenolptalien (PP), indikator dapat

diartikan sebagai suatu senyawa organik asam atau basa lemah yang mempunyai

warna ion dan molekul yang berbeda. Trayek pH pada indikator ini 8,3 sampai 10,0

Pemberian indikator ini bertujuan agar kita dapat melihat kapan titik ekuivalen dan

titik akhir terjadi. Dari percobaan ini juga diketahui dua jenis reaksi, reaksi eksoterm

dan endoterm.Reaksi eksoterm dapat didefinisikan sebagai reaksi pelepasan kalor dari

sistem ke lingkungan, dimana didapat kalor penyerapan (∆H) negatif.Sedangkan

reaksi endoterm berupa reaksi penyerapan kalor dari sistem ke lingkungan, dengan

kalor penyerapan (∆H) positif, sehingga terasa dingin disekitar tabung reaksi.

Selain suhu, masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan,

diantaranya luas permukaan, tekanan, pengadukan, ion-ion sejenis, ion-ion asing,

prinsip like dissolve like, dan konsentrasi pelarut ataupun pelarutnya. Pada faktor

kelarutan yang berupa luas permukaan, dinyatakan semakin luas permukaan suatu zat

terlarut maka akan semkin besar kesempatan zat tersebut bertumbukan dengan zat

terlarutnya, sehingga kelarutan semakin besar. Ion sejenis dapat menghambat

Page 23: Kelarutan sebagai fungsi suhu

kelarutan karena dapat mengganggu kesetimbangan.Prinsip like dissolve like

merpakan suatu pelarut polar melarutkan senyawa polar, begitu juga sebaliknya.

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

1. Semakin tinggi suhu, semakin cepat proses kelarutan.

2. Sifat kepolaran dari senyawa mempengaruhi jumlah volume titran yang

digunakan.

3. Faktor kelarutan berupa suhu, tekanan, luas penampang zat terlarut,

pengadukan, ion sejenis, ion asing, prinsip like dissolve like, dan konsentrasi

zat terlarut.

4. Kebanyakan reaksi yang terjadi dalam percobaan ini merupakan reaksi

endoterm.

Page 24: Kelarutan sebagai fungsi suhu

5. Penurunan suhu mempengaruhi jumlah volume titran yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Hendriana , Ari. 2005. Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu. (ebook).

(http://books.google.co.id ).Diakses tanggal 22 November 2013. Pukul 20:00

WIB.

Ratna. 2008. Faktor-faktor Kelarutan (Online). (http://www.chem-is-try.org).

Diakses pada tanggal 22 November 2013.Pukul 20:10 WIB.

Winarto, Dwi. 2010. Kelarutan (Online). (http://www.ilmukimia.org). Diakses pada

tanggal 22 November 2013. Pukul 20:00 WIB.