paper gangguan fungsi ginjal fix

Upload: kikiindra

Post on 07-Jan-2016

256 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Menurut H.L. Blum, dikutip Notoadmodjo (2007), derajat kesehatan dipengaruhi 4 (empat) macam faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas

TRANSCRIPT

PAPER

PENYAKIT GANGGUAN FUNGSI GINJAL

OLEH:

IRA ABAWI

6411414087

KIKI INDRAYANI

6411414097

ANNISA ARUM K.D

6411414101

SRI RAHAYU

6411414102

SANTIKA INDRIYANI

6411414103

INTAN NURJANAH P.T

6411414104

JAUHAROTUSF SYIFA K.S 6411414110JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015PENYAKIT GANGGUAN FUNGSI GINJALI. Teori HL. Blum

Menurut H.L. Blum, dikutip Notoadmodjo (2007), derajat kesehatan dipengaruhi 4 (empat) macam faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor terbesar yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan.Oleh karena itu, lingkungan sehat dan perilaku sehat perlu diupayakan dengan sungguh-sungguh.

1.1 LINGKUNGAN

Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya Lingkungan merupakan salah satu peran penting dan berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat. Selain itu, lingkungan juga merupakan determinan dalam menularkan dan munculnya suatu penyakit, baik menular maupun tidak menular. Usaha dalam memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari masyarakat satu kemasyarakat lain, bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang sederhana sampai kepada yang modern (Notoatmodjo,2003).

Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antara lain penyakit disebabkan oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasislingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya tanah, air, dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, sampah, sarana transportasi, serta kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan (Achmadi, 2008).1.2PERILAKUPerilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.

1.3 PELAYANAN KESEHATANPelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.

1.4KETURUNANKeturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial.

II. Teori Segitiga EpidemiologiDalam pandangan Epidemiologi Klasik dikenal Segitiga Epidemiologi (epidemiologi triangle) yang digunakan untuk menganalisis terjadinya penyakit. Segitiga ini terdiri atas pejamu (host), agen (agent), dan lingkungan (environment).

Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular dengan unsur-unsur mikrobiologi yang mampu menginfeksi sebagai agen, namun selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular dengan memperluas pengertian agen.

Dalam konsep ini faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Agen Penyakit (faktor etioogi)a. Zat nutrisi : kelebihan (kolesterol) / defisiensi (protein).

b. Agen kimiawi : zat toksik (CO) / allergen (obat).

c. Agen fisik (radiasi).

d. Agen penginfeksi : Parasit, Protozoa, Bakteri, Jamur, Riketsia, Virus

2. Faktor Pejamu (faktor intrinsik)

Mempengaruhi pajanan, kerentanan, respon terhadap agen.

a. Genetik

b. Usia

c. Jenis kelamin

d. Ras

e. Status fisiologisf. Status imunologis

g. Penyakit yang sudah ada sebelumnya

h. Perilaku manusia.

3. Faktor Lingkungan (faktor ekstrinsik)

Mempengaruhi keberadaan agen, pajanan, atau kerentanan terhadap agen.

a. Lingkungan fisik

b. Lingkungan biologis : Populasi manusia, Flora, Fauna

c. Lingkungan sosial ekonomi : Pekerjaan, Urbanisasi dan perkembangan ekonomi, Bencana dan musibah.

III. Penyakit Gangguan Fungsi GinjalBeberapa penyakit gangguan fungsi ginjal diantaranya :

1. Batu ginjal

2. Gagal ginjal

3. Diabetes melitus

4. Diabetes insipidus

5. Albuminuria

6. Nefritis

7. Hematuria.

3.1DIABETES MELITUS

Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).

Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif (Sarwono, 2006).

WHO menyatakan Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dan menurut American Diabetes Association (ADA) Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah yang mengakibatkan gangguan metabolisme dan berkembang menjadi gangguan multisistem karena keterbatasan insulin di dalam tubuh seseorang.3.1.1Faktor-Faktor Penyebab Diabetes MellitusFaktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor keturunan memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang tua menderita penyakit diabetes mellitus maka kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes mellitus lebih besar.

Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel beta yang memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta dapat menyebabkan sel tidak dapat memproduksi insulin.

Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang yang kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kegememukan dan kesalahan pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin yang kurang jumlahnya atau tidak diproduksi.

3.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006) menjadi :

1) Diabetes mellitus tipe 1Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui sumbernya.

2) Diabetes mellitus tipe 2Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten insulin.

3) Diabetes mellitus GestasionalFaktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu. Karena terjadi peningkatan sekresi beberapa hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.

Diabetes gestasional disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Peningkatan kadar beberapa hormon yang dihasilkan plasenta membuat sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin (resistensi insulin). Karena plasenta terus berkembang selama kehamilan, produksi hormonnya juga semakin banyak dan memperberat resistensi insulin yang telah terjadi.

Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang lebih banyak (sampai 3x jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang terjadi. Namun, jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah akan meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional. Kebanyakan wanita yang menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar gula darah normal setelah melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita diabetes gestasional pada saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari.

4) Diabetes mellitus tipe lain :a) Defek genetik fungsi sel betab) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism, sindrom rabson mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, dan lainnya.d) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma, hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.e) Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxic,agonis adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, dan lainnya.f) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.g) Immunologi (jarang) : sindrom stiff-man , antibody antireseptor insulin, dan lainnya.

h) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom turner,

sindrom wolframs, ataksia friedriechs, chorea Huntington, sindrom Laurence/moon/biedl, distrofi miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan lainnya (ADA, 2005)

3.1.3 Patofisiologi Diabetes MelitusMenurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit diabetes mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu :1) Diabetes Tipe ITerdapat ketidakmampuanuntukmenghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

2) Diabetes Tipe IIResistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak untuk mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu tersebut akan mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai penyandang diabetes mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin bertambah berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah. Peningkatan produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan lemak berperan atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah makan. Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel pankreas akan menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin bertambah berat.

3) Diabetes GestasionalTerjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal. (Brunner & Suddarth, 2002).

3.1.4 Gejala

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).

Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).

Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus tersebut diatas, mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus akan terjadi keluhan khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat badan menurun, sering buang air kecil (poliuria), haus dan banyak minum (polidipsia). Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan sama sekali, sampai keluhan khas diabetes melitusseperti tersebut diatas. Penyandang diabetes melitus sering pula datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan daerah khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh tidak sembuh (Sarwono, 2006).

3.1.5 Faktor Penyebab Diabetes Mellitus berkaitan dengan Teori HL BLUM A. Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes Mellitus Tipe 1 ini terjadi karena ketidakmampuan organ pankreas didalam memproduksi hormon insulin. Ketidakmampuan produksi insulin ini umumnya terjadi karena adanya kerusakan pada organ pankreas. Ada beberapa penyebab kerusakan pankreas, diantaranya:

1. Faktor GenetikYaitu organ pankreas rusak karena sistem imun tubuh sendiri secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel pankreas. Terjadi kesalahan pesan dari sistem imun yang terjadi secara genetik atau faktor turunan. Jadi bila ada keluarga inti terkena Diabetes Mellitus maka, ada kemungkinan untuk keturunannya berpotensi teridap penyakit diabetes. Namun perlu ketahui bahwa terangsangnya faktor genetik sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. 2. Faktor Lingkungan

Adanya infeksi virus tertentu pada pankreas sangat berpotensi untuk rusaknya sel-sel

pankreas. Akibatnya produksi insulin menjadi sangat terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali.

B. Penyebab Penyakit Diabetes Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 terjadi sebagai akibat dari ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan hormon insulin karena telah terjadi resistensi tubuh terhadap hormon tersebut. Organ pankreas pada penderita diabetes tipe 2 ini masih berfungsi normal didalam memproduksi hormon insulin, namun hormon yang dihasilkan tidak bisa dimanfaatkan oleh tubuh sehingga gula tidak bisa masuk ke dalam sel dan menumpuk dalam darah.

Para pakar kesehatan telah bayak menerangkan bahwa penyeba diabetes tipe 2 ini karena kombinasi beberapa faktor :1. Faktor Genetik atau Keturunan

Banyak penderita diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang juga mengidap penyakit diabetes tipe 2 atau masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan diabetes, misalnya kolesterol darah yang tinggi, hipertensi, atau obesitas. Untuk faktor genetik memang sangat sulit untuk dihilangkan. Yang bisa kita lakukan adalah dengan kita mengendalikan faktor lingkungan sebagai faktor perangsang untuk bangkitnya faktor genetik.2. Faktor Perilaku

Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi untuk seseorang berpotensial terserang penyakit diabetes adalah pola makan dan pola hidup yang jelek. Pola makan yang terbiasa dengan makanan yang banyak mengandung lemak dan kalori tinggi sangat berpotensi untuk meningkatkan resiko diabetes.Adapan pola hidup yang buruk adalah pola hidup yang tidak teratur dan penuh tekanan kejiwaan seperti stres yang berkepanjangan, perasaan khawatir dan takut yang berlebihan dan jauh dari nilai-nilai spiritual diyakini sebagai faktor terbesar untuk seseorang gampang terserang penyakit berat baik diabetes maupun penyakit berat lainnya. Di samping itu aktifitas fising yang rendah juga berpotensi untuk seseorang terjangkit penyakit diabetes.3. Faktor Lingkungan

Bahan Toksik atau BeracunBahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan,pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahanlain adalah sianida yang berasal dari singkong. NutrisiNutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko pertama yangdiketahui menyebabkan DM. Semakin berat badan berlebih atau obesitas akibatnutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit DM.

Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.

4. Faktor Pelayanan Kesehatan

Sarana dan Prasarana untuk mendeteksi hanya ada di Rumah Sakit, di Puskesmas belum ada.

Pelayanan yang tepat oleh para tenaga kesehatan juga harus ditingkatkan agar orang-orang yang menunjukkan gejala dan beresiko bisa ditangani dengan baik, agar tidak terjadi diabetes. Pelayanan kesehatan yang kurang tepat dapat memperburuk kondisi penderita.

Pelayanan diagnosapun harus baik, karena disinilah orang akan diketahui bahwa dia terkena diabetes atau tidak. Jangan sampai ada kekeliruan misalnya orang yang tidak menderita diabetes divonis menderita diabetes begitu juga sebaliknya.3.1.6 Faktor Penyebab Diabetes Mellitus berkaitan dengan teori Segitiga Epidemiologi

a. Penjamu / HostFaktor yang terkena atau terinfeksi penyakit. Diabetes mellitus dapat menyerang manusia dan hewan. Pada manusia, tingkat kejadian akan lebih tinggi pada individu yang mempunyai riwayat keturunan, dan individu yang memiliki berat badan berlebih.

Sedangkan pada hewan yang dapat menderita diabetes mellitus contohnya kucing, anjing, kelinci, dan lainnya. Perjalanan sakitnya kurang lebih sama dengan yang dialami oleh manusia.

b. AgentAgent adalah faktor yang menyebabkan penyakit. Diabetes mellitus bukan penyakit menular yang disebabkan oleh satu agent yang pasti. Yang dapat menyebabkan diabetes mellitus antara lain:

Pola atau kebiasaan buruk individu

Kebiasaan buruk yang dimaksud misalnya kesalahan terhadap konsumsi makanan atau minuman, keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan gizi dan beresiko obesitas. Kebiasaan lainnya karena kurangnya aktivitas fisik atau tidak berolah raga, hal ini membuat kadar gula dalam darah tetap karena tidak diubah menjadi energi.

Gangguan pankreas maupun resistiensi insulin

Gangguan pankreas dimana pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup untuk mengubah glukosa menjadi energi. Kerusakan pankreas bisa saja karena adanya virus yang mempengaruhi dan merusak sel sel beta pada pankreas yang berfungsi untuk menghaslikan insulin. Virus yang diduga adalah Rubella, Coxsackievirus B. Gangguan ini biasanya bersifat bawaan dan akan diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Resistensi insulin dapat terjadi dimana konsentrasi insulin dalam tubuh yang sangat tinggi namun tubuh tidak memberikan respon yang semestinya terhadap kerja insulin, sehingga seakan akan tubuh kekurangan insulin. Resistensi insulin terjadi karena kelainan insulin, dan biasanya keadaan ini bukan sifat bawaan dari orang tua melainkan lebih sering terjadi akibat obesitas dan bisa juga karena pengaruh dari obat obatan yang memicu penurunan sistem kerja insulin. Obat yang diduga dapat memicu diabetes mellitus Pentamidin dan Vacor atau obat racun tikus.

c. Lingkungan

Kejadian diabetes mellitus lebih tinggi dialami oleh individu yang berasal dari kondisi sosial ekonomi yang baik. Hal ini kemungkinan dikaitkan juga dengan obesitas yang terjadi karena ketidakseimbangan gizi. Prevalensi yang tinggi juga ditunjukkan oleh penderita wanita dari pada pria, dan komplikasi lebih sering terjadi pada penderita usia dewasa dari pada anak anak.

Faktor kebudayaan juga dapat memicu timbulnya diabetes seperti pada budaya timur yang cenderung banyak mengonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi yang dapat menaikkan kadar gula darah seseorang.3.1.7 Pencegahan Diabetes Mellitus

Pencegahan dilakukan dengan 3 macam, yaitu:

a. Pencegahan PrimerPencegahan primer lebih ditujukan pada mereka yang belum terkena diabetes mellitus. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan:

Melakukan promosi kesehatan berupa penyuluhan dan iklan kesehatan yang berisi informasi yang jelas dan benar tentang diabetes melitus

Mengatur keseimbangan makanan (gizi, nutrisi, dan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh kita)

Rajin berolahraga, minimal 30 menit sehari (lari, berenang, senam, dll)

Istirahat yang cukup

Pemeriksaan dini dan proteksi dini, dengan memeriksa kadar gula darah (bisa dilakukan sebulan-tiga bulan sekali)

Menjaga kebersihan tubuh, untuk mengurangi risiko diabetes mellitus yang disebabkan dari virus yang dapat merusak sel beta

b. Pencegahan SekunderPencegahan sekunder lebih difokuskan kepada individu yang beresiko diabetes mellitus, seperti individu yang memiliki riwayat keturunan, kadar kolesterol tinggi, dan obesitas. Tahap pencegahannya meliputi:

Sering melakukan kontrol gula darah, atau kontrol kolesterol yang dapat menyebabkan resistensi insulin

Mengkonsumsi makanan yang rendah kalori dan rendah lemak, menghindari makanan yang dapat memicu naiknya kadar gula darah

Menghindari terjadinya luka pada tubuh, karena pada penderita diabetes mellitus kebanyakan dari mereka lukanya susah disembuhkan

Mengontrol tekanan darah, ataupun keadaan yang lain yang dapat menyebabkan komplikasi terhadap penyakit lain, seperti stroke dan penyakit jantung.

Tetap melakukan aktivitas fisik berupa olah raga dan istirahat yang cukup.

c. Pencegahan TersierHal ini difokuskan kepada individu diabetes mellitus yang menjalani pengobatan dan perawatan yang intensif dari tenaga ahli kesehatan. Pencegahan berupa tindakan tindakan yang mengecilkan kemungkinan terjadinya pengulangan sakit atau kekumatan, dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit lain.

Penggunaan obat yang dianjurkan dokter dengan pengawasan yang berkelanjutan

Terapi insulin

Rehabilitasi, pemulihan keadaan individu menuju keadaan yang sehat seperti atau mendekati seperti keadaan semula sebelum terjadinya sakit3.2 BATU GINJAL

Batu ginjal adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis

atau calyces dari ginjal. Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). Penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti, namun penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan bervariasi tergantung umur, jenis kelamin, ras, lokasi geografis dan tingkat kemajuan suatu bangsa.

Prevalensi seseorang mengalami batu ginjal sepanjang hidupnya diperkirakan bervariasi antara 1-15%,dengan jumlah penderita laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, dan umumnya didapatkan pada dekade ketiga sampai dekade kelima.Penelitian epidemiologi memberi kesan seakan-akan penyakit batu mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa.Di rumah sakit di Amerika Serikat, kejadian batu ginjal dilaporkan sekitar 7-10 pasien untuk setiap 1000 pasien rumah sakit dan 7-21 pasien untuk setiap 10.000 orang dalam setahun.

Di beberapa rumah sakit di Indonesia juga pernah dilaporkan jumlah pasien dengan batu ginjal.Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang.

3.2.1 Jenis- jenis Batu Ginjal

Batu ginjal memepunyai banyak jenis nama dan kandungan zat penyusunnya yang berbeda-beda. Menurut Arimurti (2007), ada empat jenis utama dari batu ginjal yang masing-masing cenderung memiliki penyebab yang berbeda-beda, diantaranya:

1. Batu kalsium

Sekitar 75 sampai 85 persen dari batu ginjal adalah batu kalsium. Batu ini biasanya kombinasi dari kalsium dan oksalat, timbul jika kandungan zat itu terlalu banyak di dalam urin, selain itu jumlah berlebihan vitamin D, menyebabkan tubuh terlalu banyak menyerap kalsium. Batu kalsium oksalat terjadi karena proses multifaktor, kongenital dan gangguan metabolik sering sebagai faktor penyebab. 2. Batu Asam Uric atau Asam Urat

Batu ini terbentuk dari asam uric / asam urat, produk sampingan dari metabolisme protein.Lebih dari 15% batu ginjal dengan komposisi asam urat. Pasien biasanya berusia 60 tahun. Pada pasien berusia lebih muda biasanya juga menderita kegemukan. Laki-laki lebih sering daripada wanita. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Diet menjadi risiko penting terjadinya batu tersebut. Diet dengan tinggi protein dan purin serta minuman beralkohol meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah.

3. Batu struvite

Batu Struvite disebabkan karena infeksi saluran kemih oleh bakteri yang memproduksi urease ( proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas). Frekuensi 4-6%, batustruvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran kemihterjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih>7. Pada kondisitersebut kelarutan fosfat menurun yang berakibat terjadinya batu struvit dan kristalisasi karbon apatite, sehingga batu struvit sering terjadi bersamaan dengan batu karbonat apatite. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. Di samping pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih menjadi asam dengan methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan.

4. Batu Cystine

Batu ini mewakili sekitar 1 persen dari batu ginjal. Batu Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal. Frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, cystine, arginin, lysin danornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi, walaupun manifestasipaling banyak terjadi pada dekade dua. Disebabkan faktor keturunan dengankromosom autosomal resesif, terjadi gangguan transport amino cystine, lysin, arginin dan ornithine. Memerlukan pengobatan seumur hidup. Diet mungkinmenyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupanprotein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi cystine dalam air kemih.3.2.2 Tanda dan Gejala Gejala akibat batu ginjal biasanya tidak menimbulkan keluhan yang khas.Batu yang

besar dengan permukaan kasar yang masuk ke dalam ureter akan menambah frekuensi dan memaksa kontraksi ureter secara otomatis. Gejala yang timbul akibat batu ginjal contohnya : Sering pusing, nyeri dimulai dari pinggang bawah menuju ke pinggul,rasa sakit yang parah pada bagian perut,mual dan muntah, penderita batu ginjal kadang-kadang juga mengalami panas, kedinginan, adanya darah di dalam urin bila batu melukai ureter, distensi perut, nanah dalam urine.3.2.3 Faktor Resiko Berkaitan dengan Teori HL BLUM

HL Blum menyebutkan bahwa yang mempengaruhi kesehatan seseorang ada 4 hal yaitu Faktor lingkungn, genetik,perilaku,dan pelayanan kesehatan.

1. Faktor Lingkungan

Keadaan lingkungan yang paling bereran sebagai penyebab penyakit batu ginjal yaitu: Iklim, suhu, Letak geografis. Iklim panas dan temperatur yang tinggi akan memicu terjadinya batu ginjal hal ini disebabkan karena paparan sinar ultraviolet tinggi yang akan memicu terjadinya dehidrasi dan peningkatan vitamin D3 yang memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat. Selain itu, Temperatur yang tinggi akan meningkatkan jumlah keringat dan membuat urin menjadi pekat sehingga terbentuk batu ginjal.Pada beberapa daerah kasus batu ginjal cukup tinggi dibandingkan daerah lain sehingga dikenal dengan sabuk batu ( stone belt). Biasanya daerah ini berada di dataran tinggi atau daerah pegunungan. Hal ini terjadi karena air yang dikonsumsi mengandung mineral seperti phosphor, kalsium, magnesium, dan sebagainya.2. Faktor Genetik

Seseorang yang mempunyai keluarga dengan riwayat penyakit batu ginjal lebih

beresiko terkena penyakit batu ginjal. Selain itu ada beberapa orang yang memiliki kelainan gangguan ginjal sejak dilahirkan.Riwayat batu ginjal ini bersifat keturunan karena penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium Oksalat3. Faktor Perilaku

Kebiasan kita sehari hari dapat menjadi faktor resiko penyakit batu ginjal. Kebiasaan tersebut yaitu: konsumsi makanan dan minuman, pekerjaan, kurang minum, kebiasaan menahan air kencing, diet. Konsumsi Makanan dan Minuman

Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh makanan dan minuman. Terutama pada makanan dan minuman yang tinggi kadar kalsium oksalat dan fosfat yang mudah mengkristal dalam ginjal, juga pada makanan yang banyak mengandung asam urat. Konsumsi makanan yang tinggi kadar garam juga mengakibatkan tingginya kadar garam dalam urine yang menyebabkan mudahnya terbentuk batu ginjal. Selain itu,Konsumsi protein hewani berlebihan dapat juga menimbulkan kenaikan kadar kolesterol dan memicu terjadinya hipertensi. Hipertensimenyebabkan perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu ginjal.

Pekerjaan

Pekerjaan dari pekerja keras yang banyak bergerak dan pekerjaan yang lebih banyak duduk , misal buruh dan petani lebih berisiko mengidap batu ginjal/kandung kemih. Pekerjaan yang berat menyebabkan produksi keringat lebih banyak dan produksi urin menurun sehingga kekentalan urin juga meningkat. Hal tersebut jika dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan penyakit batu ginjal.

Kurang Minum

Kurangnya asupan cairan dalam tubuh akan memicu terjadinya batu ginjal. Kurang mengkonsumsi air putih menyebabkan system metabolism tubuh tidak berjalan dengan optimal. Selain itu,kurang minum/dehidrasi kronik menyebabkan pH air kemih cenderung turun, berat jenis air kemih naik, saturasi asam urat naik danmenyebabkan penempelan kristal asam urat.Ginjal memerlukan cairan dalam jumlah yang cukup banyak untuk menguraikan zat-zat terurai dalam tubuh. Setidaknya minumlah 2 liter air dalam sehari agar volume urine bertambah dan mengurangi konsentrasi mineral dan garam.

Kebiasaan menahan Air Kencing

Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang berujung pada penyakit batu ginjal.

Diet

Diet yang mengandung banyak purin, oksalat, dan kalsium akan memicu terjadinya batu ginjal. Protein yang tinggi terutama protein hewani dapat menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat dalam darah akan naik.Selain itu,diet yang rendah serat menyebabkan kadar kalsium dalam urin meningkat, penyerapan kalsium oleh serat berkurang. Kadar kalsium dalam urin yang tinggi akan meningkatkan terjadinya Batu Ginjal.

3.2.4 Faktor Resiko Berkaitan dengan Teori Segitiga Epidemiologi

a. Host

Penyakit batu ginjal bisa menyerang anak-anak maupun orang dewasa. Dalam hal ini faktor penentunya adalah jenis kelamin, ras dan pekerjaan.Penyakit batu ginjal umumnya terjadi pada mereka yang berusia antara 30-60 tahun. Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet. Penyakit batu ginjal lebih sering diderita oleh kaum pria daripada wanita, dengan perbandingan 3:1. Hal ini disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada pria lebih panjang daripada wanita, didalam urin pria kadar kalsium lebih tinggi sedangkan pada wanita kadar sitrat lebih tinggi, hormone testosterone pada pria dapat meningkatkan produksi eksalat endogen di hati, dan hormone esterogen pada wanita dapat mencegah agregasi garam kalsium.

Batu ginjal / kandung kemih lebih banyak diderita penduduk dari ras Afrika dan Asia (termasuk Indonesia) dibandingkan penduduk Amerika dan Eropa. Pekerjaan yang berat dan sering duduk menyebabkan resiko penyakit gagal ginjal.

b. Agent

Agent dari peyakit batu ginjal adalah bakteri E.coli yang hidup pada kotoran dan usus besar. Bakteri E. Coli yang hidup di usus besar dan terdapat pada lingkungan kotor menyebabkan infeksi saluran kemih dan berujung pada penyakit Batu ginjal.

c. Enviroment

Lingkungan terbagi menjadi 2 yaitu lingkungan fisik dan biologis. Lingkungan fisik

yang berperan adalah iklim, temperatur, letak geografis. Sedangkan lingkungan biologis yang berperan adalah mikroorganisme.3.2.5 Pencegahan

Kesulitan dari pencegahan penyakit batu ginjal adalah gejala penyakit ini muncul

ketika keadaan sudah parah, atau ketika batu ginjal sudah terbentuk besar dan banyak.Untuk menghindari hal ini maka perlu dilakukan pencegahan terbentuknya batu ginjal (Alam, 2008). Adapun beberapa cara untuk mencegah terbentuknya batu ginjal, yaitu:

a. Mengurangi minuman yang berkalsium tinggi atau minuman bervitamin C tinggi. Pengkonsumsian yang terlalu sering akan mengakibatkan infeksi pada ginjal dan mengakibatkan batu ginjal.

b. Mengurangi makanan atau minuman bersuplemen.

c. Mengurangi makanan yang bisa menyebabkan asam urat, seperti jeroan sapi, kambing, dan lain sebagainya. Makanan ini banyak mengandung enzim yang bisa menimbulkan endapan pada ginjal.

d. Hindari diet ketat. Pada umumnya orang menjalankan diet ketat supaya langsing. Masalahnya, diet ketat seperti itu bisa menimbulkan kristal pada ginjal.

e. Perbanyak minum air putih minimal 2 liter per hari.

f. Hindari menahan kencing terlalu lama.

g. Berolahraga secara teratur.

h. Mengurangi konsumsi Vitamin D secara berlebihan.

i. Hindari makanan dengan kadar oksalat, natrium, kalsium yang tinggi dan protein hewan dengan purin tinggi, karena dapat memicu terbentuknya batu ginjal / kandung kemih.3.3 GAGAL GINJAL

Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urin.3.3.1 Perjalanan Klinis Gangguan Fungsi Ginjal

Sebagian besar penyakit ginjal menyerang nefron, mengakibatkan kehilangan kemampuannya untuk menyaring. Kerusakan pada nefron dapat terjadi secara cepat, sering sebagai akibat pelukaan atau keracunan. Tetapi kebanyakan penyakit ginjal menghancurkan nefron secara perlahan dan diam-diam. Kerusakan hanya tertampak setelah beberapa tahun atau bahkan dasawarsa. Sebagian besar penyakit ginjalmenyerang kedua buah ginjal sekaligus.14 Gagal ginjal terminal terjadi bila fungsi ginjal sudah sangat buruk, dan penderita mengalami gangguan metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.

Ginjal yang sakit tidak bisa menahan protein darah (albumin) yang seharusnya tidak dilepaskan ke urin. Awalnya terdapat dalam jumlah sedikit (mikro-albuminuria). Bila jumlahnya semakin parah akan terdapat pula protein lain (proteinuria). Jadi, berkurangnya fungsi ginjal menyebabkan terjadinya penumpukan hasil pemecahan protein yang beracun bagi tubuh, yaitu ureum dan nitrogen.6

Kemampuan ginjal menyaring darah dinilai dengan perhitungan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) atau juga dikenal dengan Glomerular Filtration Rate (GFR). Kemampuan fungsi ginjal tersebut dihitung dari kadar kreatinin (creatinine) dan kadar nitrogen urea (blood urea nitrogen/BUN) di dalam darah. Kreatinin adalah hasil metabolisme sel otot yang terdapat di dalam darah setelah melakukan kegiatan, ginjal akan membuang kretinin dari darah ke urin. Bila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin di dalam darah akan meningkat. Kadar kreatinin normal dalam darah adalah 0,6-1,2 mg/dL. LFG dihitung dari jumlah kreatinin yang menunjukkan kemampuan fungsi ginjal menyaring darah dalam satuan ml/menit/1,73m2.

Kemampuan ginjal membuang cairan berlebih sebagai urin (creatinine clearence unit) di hitung dari jumlah urin yang dikeluarkan tubuh dalam satuan waktu, dengan mengumpulkan jumlah urin tersebut dalam 24 jam, yang disebut dengan C_crea (creatinine clearence). C_cre normal untuk pria adalah 95-145 ml/menit dan wanita 75-115 ml/menit.6,14 Perbandingan nilai kreatinin, laju filtrasi glomerulus dan clearence rate untuk menilai fungsi ginjal dapat dikategorikan menjadi:

Kategori fungsi ginjal GFR (mg/dL)

Kreatinin

(ml/menit/1,73m2)Clearence Rate

(ml/menit)

Normal>90Pria :