kuliah ginjal rev okt

113
1 Revisi kuliah GINJAL Oktober 2011 Dr. Frieda H SpA

Upload: notageek

Post on 04-Dec-2015

242 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Kuliah Anak - Ginjal Oktober

TRANSCRIPT

Page 1: Kuliah Ginjal Rev Okt

1

Revisi kuliah GINJAL

Oktober 2011

Dr. Frieda H SpA

Page 2: Kuliah Ginjal Rev Okt

Ginjal

Anatomi:

• Letak antara vertebra T12 (L1) – L4

• Neonatus : berat 24 gr, panjang 6 cm

• Dewasa : berat 150 gr, panjang 12 cm

• Tiap ginjal terdiri dari 8-12 lobus berbentuk piramid.

2

Page 3: Kuliah Ginjal Rev Okt

3

Page 4: Kuliah Ginjal Rev Okt

4

Page 5: Kuliah Ginjal Rev Okt

5

• Lapisan ginjal paling luar ---- korteks

terdiri dari : glomerulus

tubulus proksimal & distal

duktus koligens

• Lapisan dalam---medulla, terdiri dari:

tubulus lurus

ansa Henle

Vasa rekta

duktus koligens terminal

Page 6: Kuliah Ginjal Rev Okt

6

Page 7: Kuliah Ginjal Rev Okt

7

Tiap ginjal terdiri dari 1 juta nefron

Nefron = glumerulus, kapsula Bowman, tubulus proksimal, ansa Henle dan tubulus distal

Pembentukan nefron selesai pada usia janin 35 minggu.

Setelah lahir, nefron baru tak dibentuk lagi, terjadi hiperplasia , hipertrofi , maturasi fungsi nefron. Hal ini terjadi sp usia 5 tahun. Bila terjadi gangguan pada saat ini, dapat mengganggu pertumbuhan ginjal

Page 8: Kuliah Ginjal Rev Okt

8

Page 9: Kuliah Ginjal Rev Okt

9

Fisiologi ginjal:

• Merupakan organ eksresi

• Fungsi utama :

menjaga keseimbangan internal dengan jalan menjaga komposisi cairan ekstra seluler.

Page 10: Kuliah Ginjal Rev Okt

10

Fungsi eksresi:

1. Eksresi sisa metabolisme protein ( yi : ureum ,asam urat,kalium, fosfat, sulfat organik )

2. Regulasi volume cairan tubuh. Melalui hormon ADH.

Cairan tubuh ,ADH --- diuresis

3. Menjaga keseimbangan asam basa .

Dengan cara menyerap HCO 3 dan mensekresi H +

Page 11: Kuliah Ginjal Rev Okt

11

Fungsi endokrin :Fungsi endokrin :

1. Faktor eritropoetik ginjal – berperan dalam eritropoesis

2. Sistim renin angiotensin – mengatur tekanan darah

3. Berperan pada metabolisme vit.D. Vitamin D diubah di ginjal menjadi

1,25 (OH)2 D3 --- berfungsi menyerap kalsium di usus.

Page 12: Kuliah Ginjal Rev Okt

12

Aliran darah ginjal

• Merupakan faktor penentu utama terjadinya filtrasi glomerulus.

• Dengan adanya mekanisme autoregulasi di korteks ginjal, tekanan filtrasi dapat dipertahankan selama tekanan darah berada diantara 70 – 180 mmHg.

Bila tekanan darah turun sampai 50 – 70 mmHg, laju filtrasi akan menurun,dan filtrasi berhenti bila tekanan darah < 50 mmHg.

Page 13: Kuliah Ginjal Rev Okt

13

Filtrasi glomerulus

• Dengan mengalirnya darah dalam kapiler glomerulus, plasma disaring melalui dinding kapiler glomerulus.

• Hasil filtrasi: bebas sel, mengandung semua substansi plasma ( elektrolit,glukosa, fosfat, ureum, creatinin, peptida, protein dengan BM rendah )

Page 14: Kuliah Ginjal Rev Okt

14

Glomerular Filtration Rate ( GFR)=Laju Filtrasi Glomerulus ( LFG)_

• Pada neonatus = 15 – 20 ml/ menit/1,73 m2• Usia 2 tahun, GFR = GFR dewasa

( 100 - 125ml/menit/1,73 m2)• Tiap hari jumlah filtrasi cairan melalui glomerulus

adalah 125 ml/menit = 180 liter/24 jam, sedangkan rata rata volume urin 1-2 liter. Jadi 98 % cairan filtrat direabsorbsi lagi

Page 15: Kuliah Ginjal Rev Okt

15

Evaluasi fungsi ginjal

1. Glomerular Filtration Rate (GFR)

untuk memeriksa fungsi glomerulus.

Cara yang paling sering dipakai di klinik adalah menggunakan prinsip klirens ( cleareance).

Klirens = volume plasma yang dibersihkan dari suatu zat dalam jangka waktu tertentu. Dalam klinik yang dipakai adalah klirens kreatinin dan ureum.

Page 16: Kuliah Ginjal Rev Okt

16

• GFR neonatus = 20 ml/menit/1,73 m2

• GFR dewasa 100-125 ml/menit/1,73 m2

• Untuk pemeriksaannya diperlukan urine 24 jam dan pengukuran plasma kreatinin

• Pada anak sulit—karena pengumpulan urine lebih sulit dilakukan.

Page 17: Kuliah Ginjal Rev Okt

17

Evaluasi fungsi ginjal

2. Urinalisis : pemeriksaan urin secara mikroskopis, makroskopis, biokimia

Bahan urin harus segar – 30 -60 menit setelah ditampung.

Pemeriksaan: warna, BJ, komponen kimia, sedimen urin

Page 18: Kuliah Ginjal Rev Okt

18

2. Urinalisis

• Proteinuria : – Mengindikasikan penyakit ginjal– Sering ada pada demam atau setelah olah raga

• Hematuria:– Bila mikroskopik ---sering transient– Makroskopik hematuria harus selalu dicari

penyebabnya– False + -- mioglobin, Hb bebas, obat, zat

pewarna

Page 19: Kuliah Ginjal Rev Okt

19

2.Urinalisis

• Glukosa urin : karena hiperglisemi atau karena defek tubuler

• Urine pH : normal antara 5 – 7

• Pemeriksaan mikroskopis: eri, leko, silinder, kristal

Page 20: Kuliah Ginjal Rev Okt

20

Evaluasi fungsi ginjal

3. Pemeriksaan darah/serum:

. Elektrolit ( K,Na, Cl )

. Ureum, kreatinin

. Kalsium

. Fosfat

. Albumin

Page 21: Kuliah Ginjal Rev Okt

21

4. Pemeriksaan radiologi

• USG• IVP• MCUG (micturating cystourethrogram) = VCUG ( voiding cysto urethrogram) untuk

mendeteksi refluks/obstruksi saluran kemih bawah.

• DMSA – melihat kecacatan dan bagian ginjal yang masih berfungsi.

• DTPA -- untuk menilai derajat obstruksi.

Page 22: Kuliah Ginjal Rev Okt

22

Infeksi Saluran Kemih

• Sering terjadi pada anak• Terbanyak setelah ISPA• Definisi: infeksi saluran kemih mulai dari

parenkim ginjal sampai vesica urinaria dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.

• Bakteriuria = bakteri di urin, asalnya: 1. memang dari infeksi 2. kontaminasi ( urethra,vagina, dll)

Page 23: Kuliah Ginjal Rev Okt

23

Infeksi saluran kemih

• Normal : urine steril

• Bakteriuria bermakna = bakteri > 100.000 koloni /ml urin ( pengambilan steril, midstream).

• Menurut panduan AAP terbaru , kultur hrs dari kateterisasi urin atau pungsi supra pubic

• Pungsi supra pubik : urin harus steril !

Bila ada 1 koloni saja –dianggap bermakna.

Page 24: Kuliah Ginjal Rev Okt

24

Infeksi saluran kemih

• Epidemiologi : perempuan > laki-laki

neonatus : 75-80% kasus adalah laki-laki• Penyebab: E.coli 70-80%

Klebsiella – banyak pada

neonatus

Proteus

Ps.aeruginosa

Page 25: Kuliah Ginjal Rev Okt

25

Faktor predisposisi ISK

• Obstruksi urin

• Kelainan struktur (bawaan)

• Urolithiasis

• Benda asing (kateter)

• Refluks urin

• Konstipasi kronis

Page 26: Kuliah Ginjal Rev Okt

26

Faktor pedisposisi ISK

• Pada bayi/anak kecil, infeksi dapat terjadi secara ascending dari tinja

• Pada keadaa refluk urin bakteri di vesica urinaria dapat sampai ke ginjal.

• ISK kronis inkompetensi katup vesikoureter refluks ke ureter infeksi/kerusakan ginjal

• Infeksi paremkim ginjal dapat terjadi secara hematogen.

Page 27: Kuliah Ginjal Rev Okt

27

Gejala ISK

• Neonatus/anak kecil:_ Pertumbuhan terlambat, anoreksia, gangguan

emosi, rewel, muntah, kembung, sering terjadi sepsis karena bakteremia

• Anak lebih besar:– Disuria, polakisuria, urgency, eneuresis

nocturna/diurna, sakit pinggang, demam, nyeri costovertebra, hematuria makroskopik.

Page 28: Kuliah Ginjal Rev Okt

Pertimbangkan ISK pada anak usia 2-24 bulan dengan :

• Anak perempuan• Anak laki laki dengan phimosis/ tidak circumcisi• Demam > 39 ºC selama > 2 hari tanpa penyebab

jelas

28

Page 29: Kuliah Ginjal Rev Okt

Urinalisis:

urin yang diambil harus segar:

< 1 jam dalam suhu ruang atau

< 4 jam dalam lemari es

Pertimbangkan ISK bila hasil urinalisis :

• Lekosit esterase tes +

• Nitrit tes +

• Lekosit dalam sedimen urin ++

29

Page 30: Kuliah Ginjal Rev Okt

30

Prinsip penanganan ISK

1. Konfirmasi diagnosis ISK

2. Eradikasi infeksi saat infeksi berulang

3. Selidiki saluran kemih

4. Tindakan bedah pada uropati obstruktif, batu, neuropathic bladder,dll

5. Cegah infeksi berulang

6. Perlu pemantauan selanjutnya (follow up)

Page 31: Kuliah Ginjal Rev Okt

31

Terapi ISK

• Tergantung kondisi klinis, bila berat--rawat• Antibiotika ( 7 – 14 hari)

– Amoksillin ( pada anak kecil)

– Bactrim ( pada anak besar)

– Sesuai dengan tes sensitifitas kultur

• 2 hari setelah terapi, lakukan pemeriksaan USG ginjal dan vesica urinaria

• ISK residif : terapi profilaksis selama 6 bulan dengan nitrofurantoin, trimetropim atau bactrim

Page 32: Kuliah Ginjal Rev Okt

• Pada ISK berulang, lakukan pemeriksaan VCUG (voiding cysto urethro gram) untuk mendeteksi VUR ( vesico ureteral refluks)

32

Page 33: Kuliah Ginjal Rev Okt

33

Glomerulo Nefritis Akut(Post Infectious Glomerulonefritis)

• Glomerulopati – dasar mekanisme nya imunologik

• Didahului faringitis streptokokus atau impetigo 7 -21 hari sebelumnya

• Periode laten setelah faringitis 10 hari

• Periode laten setelah impetigo 21 hari

• Streptokokus beta hemolitikus grup A tipe nefritogenik, Stafilokokus, Pneumokokus

Page 34: Kuliah Ginjal Rev Okt

• Insidens GNA menurun sejak adanya antibiotik

34

Page 35: Kuliah Ginjal Rev Okt

35

Patogenesis:

• Adanya endapan komplex Ag-Ab pada membrana basalis glomerulus ( pemeriksaan dgn mikroskop elektron)

• Endapan mengganggu GFR

• GFR -- reabsorpsi Na -- vol.plasma

--- edema dan hipertensi

Page 36: Kuliah Ginjal Rev Okt

36

Gejala:

• Bervariasi dari asimptomatik sampai berat

• Sering pada anak sekolah ( usia rerata 7 th)

• Jarang terjadi pada usia < 3 thn

• Laki laki 2x perempuan

• Edema preorbital, urin warna gelap

• Oliguria

• Lesu,sakit kepala

• Hipertensi (50-90%) -- encephalopati

Page 37: Kuliah Ginjal Rev Okt

37

Laboratorium:• Gross hematuria pada 30-50% pasien• Lekosit ++ --- bukan berarti infeksi, melainkan tanda

inflamasi• Proteinuria ringan – sedang• Silinder eritrosit/granuler• Gangguan elektrolit:

hiperkalemi,hipocalsemi,hiperfosfatemi, asidosis metabolik

• Serologi – ASTO pada 80% kasus• Komplemen C3 (aktivasi sistim komplemen), pada

90% pasien dan normal lagi 10 hari -8 minggu setelah onset

Page 38: Kuliah Ginjal Rev Okt

38

Differential diagnosis

• GN yang disebabkan kuman lain: stafilococcus, virus, parasit, riketsia, jamur ( tapi tanpa hipokomplementemia)

• Benign hematuria

• IgA nefropati ( hematuri hilang timbul)

• Heriditary nefritis

• Glomerulonefritis kronik

Page 39: Kuliah Ginjal Rev Okt

39

Terapi:• Restriksi cairan --- output + insensible

water loss

• Restriksi garam 1 gr/hr

• Rendah protein 1gr/kgBB/hr

• Diuretika :– hidrochlorotiazide 1-2 mg/kgbb/hari– furosemide 1-5 mg/kgbb/hari

• Monitor fluid balance ( BB, intake,output)

Page 40: Kuliah Ginjal Rev Okt

40

Hiperkalemia:

• Gangguan EKG ( bila K > 6 mEq/L) Terapi: 1.diuretik

2.Ca.gluconas 10 % --100-200 mg/kg iv

selama 10-15 menit

3. Dx 25% iv pelan 30 menit, diikuti

insulin 0,1 -0,2 unit/kg s.c

Page 41: Kuliah Ginjal Rev Okt

41

Asidosis

• Sering terjadi bersamaan dgn hiperkalemia

• Terapi : Na bicarbonat 2-3 mEq/kgBB

• Restriksi garam ( hati –hati !)

Page 42: Kuliah Ginjal Rev Okt

42

Hipocalsemia,hiperfosfatemia:

• Hipocalsemia – kejang

Terapi: Ca gluconas 10 % --100-200 mg/kgbb iv

selama 3-4 jam, diteruskan dgn peroral 10-20 mg/kgbb/hari

• Hiperfosfatemia: restriksi intake fosfat

Page 43: Kuliah Ginjal Rev Okt

43

Hipertensi:• Sering terjadi (50-90%) – komplikasi serius

hipertensive encephalopati

• Hipertensi --- kesadaran , nyeri kepala, kejang.

• Terapi :anti hipertensi ( lihat bag.terapi hipertensi)

• Pada anak: nifedipine, captopril, diasokside iv, sodium nitropruside iv

Page 44: Kuliah Ginjal Rev Okt

44

Terapi supportif:• Nutrisi

– Penting pada saat penyembuhan, karena pada saat akut biasanya terjadi anoreksia( restriksi Na,P)

– Bila terjadi renal insufisiensi – diet protein rendah

• Antibiotik• Dialise ( peritonel/hemo dialise) pada keadaan:

– Oliguri berat, edema paru, gagal jantung, hipervolemia, hipertensi yang tak bisa diatasi dengan cara biasa/obat

– Hiperkalemia berat, asidosis, hiponatremia, hipernatremia, kejang dan stupor karena uremia

Page 45: Kuliah Ginjal Rev Okt

45

Follow up:

• Prognosis baik : 95 % sembuh dalam 5-10 hari• Diuretik dan anti hipertensi dikurangi bertahap• Hematuria mikroskopik dapat menetap sampai

beberapa bulan.• Protein dan edema berkurang dalam 5-10 hari• Periode konvalesens 12 minggu, bila setelah

periode ini GFR masih rendah, terjadi proteinuria, C3 tetap rendah --- indikasi untuk biopsi ginjal ---dapat merupakan bagian dari S.nefrotik ( membranoproliferatif glomerulonefritis ) --- terjadi pada , 10% penderita GNA

Page 46: Kuliah Ginjal Rev Okt

• Bila gejala GNA berlangsung lebih dari 2-3 minggu ---hati hati RPGN (Rapid Progressive Glomerulo Nefritis) perlu biopsi ginjal

46

Page 47: Kuliah Ginjal Rev Okt

47

Hipertensi

• Hipertensi ringan – sedang : usahakan konservatif ( non farmakologi) a.l dengan diet rendah garam.

• Pada umumnya obat anti hipertensi tidak diperuntukkan untuk anak atau remaja karena tidak ada uji klinisnya.

Page 48: Kuliah Ginjal Rev Okt

48

Obat anti hipertensi:1. Vasodilator:

• Hidralazine : 0,1 – 3,0 mg/kgbb tiap 4-6 jam

E.S : takikardia

2. Central Alpha Stimulator:• Clonidine ( Catapres) 0,05-2,4 mg 2-3 x/hari

ES: rebound hipertension

3. Beta Blocker:• Propanolol , dosis awal 0,5 mg/kgbb/hari –

2-4 x/hari

Page 49: Kuliah Ginjal Rev Okt

49

Obat anti hipertensi:4. Peripheral Alpha Blocker:

• Prazozin (Minipress) –dosis dewasa 1mg , 3 x/hari

5. Converting Enzyme Inhibitor:• Captopril (capoten) – dosis 0,5 mg/kgbb/hari 2-4 x/hari

6. Central Inhibitor:• Reserpin - dosis 0,02 mg/kgbb/hari, 1x/hari max: 2,5 mg/hari

Page 50: Kuliah Ginjal Rev Okt

50

Anti hipertensi parenteral:

1. Diazoxide: 2-5 mg/kbgg/dosis , onset 3-5 menit

2. Hidralazine : 0,15 mg/kgbb/dosis, onset 10-30 menit

Page 51: Kuliah Ginjal Rev Okt

51

Glomerulo Nefritis

Presentasi/gambaran klinis glomerulonefritis:1. Akut Nefritik Sindrom

2. Kronik Glomerulonefritis: asimptomatik hematuria, proteinuria; kronik renal failure

3. Rapidly progressive glomerulo nefritis

4. Nefrotik Sindrom

Page 52: Kuliah Ginjal Rev Okt

52

Akut Nefritik Sindrome:

• Gejala mendadak : gross/mikroskopik hematuria, proteinuria, GFR , oliguria, retensi garam dan air, edema ,hipertensi

• Tanda khas : hematuria proteinuria ringan – sedang• GFR , karena permukaan filtrasi

disebabkan proliferasi seluler, pembengkakan endotel.

Page 53: Kuliah Ginjal Rev Okt

53

Kronik Glomerulo Nefritis• Gejala tidak jelas, sering

asimptomik/mikroskopik hematuria,protenuria, kadang kadang terdeteksi secara kebetulan.

• Hematuria menetap, proteinuria menetap,lekosituria menetap, fungsi ginjal abnormal

• Malaise, fatigue, anemia, failure to grow --- tanda tanda slowly progressive kronik GN dgn GGK.

Page 54: Kuliah Ginjal Rev Okt

54

Rapidly Progressive Glomerulo Nefritis

• Perjalanan penyakitnya mulai dari nefritis– progressif/berjalan cepat disertai penurunan fungsi ginjal secara cepat

Page 55: Kuliah Ginjal Rev Okt

55

Sindrom Nefrotik

• Dapat terjadi primer dan sekunder• Primer:Primer:

1. Minimal Change Disease – 80 %2. Diffuse Mesangial Proliferative

Glomerulonefritis3. Focal Segmental Glomerulosklerosis4. Membranous Glomerulonefritis5. Membrano Proliferative Glomerulonefritis

Page 56: Kuliah Ginjal Rev Okt

56

Sindrom Nefrotik• Sekunder (jarang pada anak, hanya 10%

dari seluruh sindrom nefrotik) 1. Penyakit ginjal lain: HUS, IgA

nefropati,RPGN.2. Infeksi :

– Bakteri: post streptococcal– Virus : Hepatitis B, CMV, EB– Malaria, Toxoplasma– Filariasis, Skistosomiasis

3. Neoplasia: limfoma, lekemia

Page 57: Kuliah Ginjal Rev Okt

57

Sindrom Nefrotik Sekunder

4 . Obat : merkuri

5 . Sistemic disease: SLE, Henoch Schonlein, DM

6. Allergi

7. Penyakit keturunan

Page 58: Kuliah Ginjal Rev Okt

58

Sindrom Nefrotik Primer• Insidens : 7 kasus per 100.000 anak < 16

tahun• Laki laki 2 x perempuan• 80% bentuk minimal change

– 60% usia 2-6 tahun– Jarang pada < 1 tahun– 30% pada adolesence– 15-20% pada dewasa– 3,5% kasus ada faktor keturunan

Page 59: Kuliah Ginjal Rev Okt

59

Sindrom Nefrotik

• Patologi:

Tidak jelas ditemukan kelainan/kerusakan struktus membrana basalis glomerulus – karena itu disebut minimal/idiopatik

Page 60: Kuliah Ginjal Rev Okt

60

Sindrom Nefrotik• Gejala:

– Edema ringan sampai anasarka– Tidak ada hematuri berat/persisten– Tidak ada insufisiensi ginjal– Tidak ada hipertensi– Komplemen C3 normal

• Gejala lain: – diare ( edema usus), – Gangguan napas ( edema paru, efusi pleura)– anoreksia

Page 61: Kuliah Ginjal Rev Okt

61

S. Nefrotik-- Laboratorium

1. Proteinuria ( albumin terbanyak) hipoalbuminemia

tekanan onkotik plasma

cairan intra vaskuler keluar ke ruang interstitial edema

hipovolemia resorbsi natrium dan air

Page 62: Kuliah Ginjal Rev Okt

62

Proteinuria dengan dipstick +2 s/d +4 ( 40 mg/m2/jam)

2. Serum albumin < 2,5 gr/dl3. Serum kolesterol > 400 mg/dl Serum trigliserida , total lipid Patogenesis hiperlipidemia tidak diketahui4. Transient mikroskopik hematuria ( pd 25%

kasus dengan MCNS). Gross hematuria hampir tidak pernah pada MCNS, tapi pada jenis bisa sampai 50%

5. Fungsi ginjal : normal ( GFR normal)

Page 63: Kuliah Ginjal Rev Okt

63

Komplikasi

• Hipoalbuminemia– Edema ( periorbital edema, anasarka)– Ascites respirasi distress– Effusi pleura respirasi distress– Syok

Terapi edema : furosemide iv + albumin iv

Page 64: Kuliah Ginjal Rev Okt

64

Komplikasi

• Hipoalbuminemia– Aggregasi trombosit sehingga mudah terjadi

trombosis ( di V.Cava inf, V.renalis,V.hepatika, A.pulmonal, A. femoral, vena vena dalam tungkai)

– Toksisitas obat , krn banyak obat yang bersifat protein bound

– Serum imunoprotein mudah terjadi infeksi

Page 65: Kuliah Ginjal Rev Okt

65

Terapi

• Rawat :– Diet : TKTP, rendah garam, restriksi cairan– Terapi edema :

furosemide 1-3 mg/kgbb/hari

( max. 5 mg/kgbb/hari), dapat di kombinasi dengan Spironolakton 2-4 mg/kgbb/hari

– Terapi kortikosteroid– Edukasi pasien dan orang tua

Page 66: Kuliah Ginjal Rev Okt

66

Minimal Change Nefrotik Sindrome

• Tanda tanda S. Nefrotik• Tanpa tanda tanda penyakit sistemik• Tanpa hipokomplementemia• Kadang ada gambaran nefritik:

hematuria,azotemia,hipertensi terjadi pada 10-30% anak anak, sifatnya ringan dan transient

• 2/3 kasus berusia 2-6 tahun• Respons baik dengan kortikosteroid

Page 67: Kuliah Ginjal Rev Okt

67

Terapi: (berdasarkan ISKDC=International Study of Kidney Disease in Children)1. Rawat: diet, th/edema, th/kortikosteroid, edukasi

pasien dan orang tua2. Th/ kortikosteroid: prednison 60 mg/m²/hari = 2mg/kgBB/hari ( max.80 mg/hari) –dibagi 3 dosis /hari selama 4 minggu Dalam 2 minggu pertama—80% remisi dalam 4 minggu – 95 % remisi

Page 68: Kuliah Ginjal Rev Okt

Bila setelah 4 minggu TIDAK REMISI ---Sindrom Nefrotik Resisten Steroid

Setelah remisi , terapi lanjut: 40 mg/m²/hari ( max. 60 mg/hari) –1x/hari –

alternate day, 3x seminggu ,pagi hari selama 4-12 minggu

68

Page 69: Kuliah Ginjal Rev Okt

Bila tidak remisi dalam 4 minggu:

Terapi Prednison full dose selama 6 minggu, dilanjutkan alternate dose selama 6 minggu

69

Page 70: Kuliah Ginjal Rev Okt

70

REMISI : bila proteinuria negatif /trace selama 3 hari berturut turut dalam 1 minggu

Pada saat alternate day, dosis dikurangi (tappering off) selama 3-4 bulan dari saat mulai dan lalu dihentikan.

3. Diet rendah natrium

4. Tunda imunisasi sampai bebas kortikosteroid selama 3 bulan

Page 71: Kuliah Ginjal Rev Okt

RELAPS:

Proteinuria +2 atau lebih , selama 3 hari berturut turut dalam 1 minggu

Pembagian kelompok berdasar RELAPS:• SN non relaps ( 30%)• SN relaps jarang (10-20%)• SN relaps sering dan SN dependent steroid (40-50%)

71

Page 72: Kuliah Ginjal Rev Okt

Relaps jarang =

relaps kurang dari 2x dalam periode 6 bulan atau kurang dari 4x dalam periode 12 bulan

Setelah pengobatan inisial.

72

Page 73: Kuliah Ginjal Rev Okt

73

• Relaps : terjadi pada 80% kasus, terutama saat tappering. Jadi urine harus diperiksa rutin 3 x/minggu sehingga bisa mendeteksi relaps sedini mungkin, sebelum timbul edema.

• Bila terjadi relaps dalam tempo > 6 bulan – terapi seperti skema awal

• Bila relaps lebih atau sama dengan 2 kali dalam periode 6 bulan frequent relapser terapi alternate day prednison lebih lama

Page 74: Kuliah Ginjal Rev Okt

74

• Kortikosteroid dependent relaps terjadi dengan penurunan dosis kortikosteroid.

Akibatnya: tanda tanda toksisitas kortikosteroid. (Cushingoid, hipertensi, gagal tumbuh)

• Frequent relapser dan kortikosteroid dependent harus biopsi

• Hasil biopsi MCNS terapi alternatif:– 2 bulan klorambusil – 0,2 mg/kg/hari,atau– siklofosfamide 2,5 mg/kgbb/hari– E.S : depresi sumsum tulang, sterilitas

Page 75: Kuliah Ginjal Rev Okt

75

• Prognosis : baik – 80% remisi (terutama

pada anak < 8 tahun)

Pada anak < 8 tahun tidak perlu biopsi ginjal, kecuali tidak responsif pada steroid.

• Hal penting yang harus diketahui pada Sindrom Nefrotik:– Apakah primer/sekunder?– Apakah perlu biopsi ginjal ?

Page 76: Kuliah Ginjal Rev Okt

Rujuk bila:

• SN pada anak < 1 tahun

• SN dengan gejala nefritik

• SN resisten steroid

• SN dependent steroid atau relaps sering

• Bila timbul komplikasi seperti edema refrakter, trombosis, infeksi berat atau toksik steroid.

76

Page 77: Kuliah Ginjal Rev Okt

77

Diffuse Mesangial Proliferative G.N• < 3 %

• 90% ada mikroskopik hematuria

• 50% hipertensi

• 25 % fungsi ginjal turun

• 35-70% respon buruk pada kortikosteroid

• Prognosis: – Masih baik, dapat terjadi remisi spontan– 10% jadi gagal ginjal

Page 78: Kuliah Ginjal Rev Okt

78

Focal Segmental Glomerulosklerosis

• 10% dari kasus Sindrom Nefrotik

• Hematuria ( > 50%)

• Hanya 20% responsif dengan steroid

• Gagal ginjal terjadi pada 50% penderita– Dalam 5 tahun – 20-30% End Stage Renal

Disease– Dalam 10 tahun – 60% jadi ESRD

Page 79: Kuliah Ginjal Rev Okt

79

Membranoproliferative Glomerulonefritis

• Usia 8-20 tahun ( sebagian besar kasus)• 10% dari Sindrom Nefrotik pada anak• 30% kasus memiliki gejala mirip dengan APSGN

( GNA) --- proteinuria minimal/asimptomatik, hematuria, hipertensi, azotemia

• Remisi spontan jarang• Prognose: slow progressive ke ESRD, dalam

waktu 10 tahun, 50% jadi ESRD

Page 80: Kuliah Ginjal Rev Okt

80

Membranous Glomerulonefritis

• Jarang, <6% dari seluruh kasus Sindrom Nefrotik Anak

• Pada adolesence, 10-20% dari kasus S. Nefrotik

• Pada dewasa, sering 20-40%.

Page 81: Kuliah Ginjal Rev Okt

81

Gagal ginjal

• Dapat terjadi secara akut atau kronik• Gagal ginjal ringan-sedang dapat tanpa

gejala asalkan mekanisme kompensasinya cukup.

• Bila kerusakan/gangguan fungsinya berlangsung lambat, bahkan sampai 75% dari fungsi ginjal hilang, tidak ada gejala apa apa – karena tubuh bisa beradaptasi

Page 82: Kuliah Ginjal Rev Okt

82

Gagal ginjal akut

• Penurunan akut dari GFR khas pada gagal ginjal akut, akibatnya terjadi gangguan elektrolit, cairan,asam basa yang berat.

• Penting : pengenalan dini dan terapi

• Penyebab GGA :– Prerenal – Renal– Post Renal (obstruksi)

Page 83: Kuliah Ginjal Rev Okt

83

Prerenal failure:

• Akibat perfusi ke ginjal berkurang secara akut

resorbsi natrium + air

oliguria (urin pekat)

kadar Natrium di urin rendah

Page 84: Kuliah Ginjal Rev Okt

84

Penyebab GGA

1. Penyebab Pre renal :• Hipovolemia /hipotensi:

- Dehidrasi : muntah, diare, turunnya tekanan onkotik

- Gagal jantung

- Perdarahan, luka bakar, ascites

2. Penyebab renal :- Acute Tubular necrosis – akibat hipotensi yang

berkepanjangan, nefrotoksin- Glomerulonefritis- Gangguan vaskuler : trombosis v.renalis, arterial

tromboemboli, DIC,acute cortical necrosis

Page 85: Kuliah Ginjal Rev Okt

85

3. Post renal – obstruksi . Obstruksi uretra : striktur, fimosis,

posterior urethral valve

. Obstruksi ureter : batu, kristal, bekuan

darah, tumor

. Ureterocele

. Ginjal tunggal

Page 86: Kuliah Ginjal Rev Okt

86

Page 87: Kuliah Ginjal Rev Okt

87

Diagnosis

• Anamnesa / PF / Lab

• Pada prerenal: – ada riwayat diare, muntah, perdarahan– Ditemukan turgor menurun, tanda dehidrasi,

hipotensi,oliguria.

• Oliguria = volume urine < 1-2 ml/kgbb/jam

• Post renal:– Sering pada balita -- berhubungan dengan lesi

obstruksi.

Page 88: Kuliah Ginjal Rev Okt

88

Terapi:• Tergantung penyebab renal/pre renal/post

renal

• Pada obstruksi : koreksi

• Infeksi /syok harus ditangani segera

• Hipovolemia: – dopamin dosis rendah dapat meningkatkan GFR– Dobutamin dapat meningkatkan perfusi ginjal

dengan meningkatkan kontraktilitas jantung

• Pasang kateter untuk memonitor vol. urine.

Page 89: Kuliah Ginjal Rev Okt

89

Terapi

• Kebutuhan cairan :– Koreksi dehidrasi yang ada– Bila terjadi overload –restriksi pemberian cairan,

sambil diberikan diuretika– Pada overload berat dengan oliguria/anuria –

dialisis

• Hiperkalemia– Sering ditemukan, akibat kegagalan eksresi dan

peningkatan katabolisme– Restriksi Kalium– Hiperkalemia dapat mengganggu EKG

Page 90: Kuliah Ginjal Rev Okt

90

Terapi

• Asidosis:– Akibat katabolisme dan ketidak mampuan

ginjal mensekresi ion Hidrogen– Terapi dengan NaHCO3– perhatikan fluid

overload, hipernatremia, hipertensi

• Hipokalsemia:– Akibat hiperfosfatemia– Terapi: batasi intake susu, Calsium Carbonat– Bila berat ( kejang) – Ca.gluconas 0,5 ml/kgbb

iv perlahan

Page 91: Kuliah Ginjal Rev Okt

91

Terapi

• Kebutuhan kalori:– Harus adekuat – meminimalisasikan

katabolisme dengan TK– Protein 0,5 – 1 gr/kgbb/hari

• Dialise (peritoneal/hemo) – indikasi:1. Hiperkalemia berat

2. Asidosis

3. Hiperkalemia/asidosis disertai hipernatremia

4. Fluid overload berat

5. Ada gejala uremia

Page 92: Kuliah Ginjal Rev Okt

92

Komplikasi GGA:• Serius : infeksi, fluid overload, hiperkalemia

• Encephalopati uremia, kejang, efusi perikardial, hipertensi, ulkus peptikum, disfungsi trombosit, anemia

• Perhatikan dosis obat obatan yang diberikan

• Fase pemulihan (recovery) pada GGA dan obstruksi renal dapat disertai fase poliuria yang disertai kemampuan konsentrasi urin yang buruk, hipo/hiper kalemia

Page 93: Kuliah Ginjal Rev Okt

93

Prognosa:

• Penyembuhan tergantung penyebab dan cepatnya penanganan.

• Pada umumnya reversibel• Pada ATN – periode anuria/oliguria biasanya 7-10

hari, diikuti 2-7 hari poliuria. Dengan supportive care yang baik, prognose ATN baik. Bila tidak ada perbaikan – menandakan adanya akut kortikal nekrosis atau ada penyebab lain.

• GG yang disebabkan RPGN, renal vascular trombosis, cortical necrosis – tidak reversibel dan memerlukan dialise kronik.

Page 94: Kuliah Ginjal Rev Okt

94

Gagal Ginjal Kronik

Permasalahan:1. Jumlah pasien dengan GGk meningkat,

terutama pada usia lanjut2. Deteksi dini sukar3. Pelayanan secara optimal belum

memuaskan4. Perjalanan penyakit progresif – apakah

terapi intervensi dapat menghambat ?

Page 95: Kuliah Ginjal Rev Okt

95

Gagal ginjal kronik

Etiologi terbanyak di Indonesia :

1. GN ( 30%)

2. Pielonefritis kronik ( 18,5 %)

3. Nefropati DM

4. Nefropati obstruktif.

Page 96: Kuliah Ginjal Rev Okt

96

Gejala GGK1. Gangguan homeostasis air dan garam – dapat

terjadi dehidrasi/ intoksikasi air bila intake tak dikontrol. Pada fase terminal bisa terjadi hiperkalemia atau hipernatremia.

2. Gangguan asam basa : (ion H meningkat ). Terjadi gangguan eksresi amonium / amonia. Amonia ( NH3) diubah jadi amonium (NH4) memerlukan ion H+. Massa ginajal makin lama makin rusak, fungsinya makin berkurang, makin sedikit NH3 diproduksi, jadi pemakaian ion H+ makin sedikit, akibatnya terjadi asidosis metabolik.

Page 97: Kuliah Ginjal Rev Okt

97

Gejala GGK

3. Uremia –akibat retensi metabolisme protein.

Kadar ureum tinggi anoreksia, muntah, mual, diare, gangguan perdarahan, gangguan neurologis ( neuropati, kejang, gangguan kesadaran) , pleuritis, perikarditis

4. Anemia

Page 98: Kuliah Ginjal Rev Okt

98

Anemia terjadi karena:• Depresi eritropoesis pada sumsum tulang

akibat metabolit –metabolit toksik• Ketidak mampuan ginjal untuk

memproduksi hormon eritropoetin• Umur eritrosit lebih pendek• Anemia bukan karena defisiensi Fe, jadi

transfusi harus dibatasi, dan hanya diindikasikan pada mereka yang benar benar memerlukan untuk mencegah hemosiderosis dan hepatitis – persiapan transplant.

Page 99: Kuliah Ginjal Rev Okt

99

5. Gangguan metabolisme tulang (renal osteodistrofi)

Retensi fosfat + produksi vit.D

absorbsi Calsium di sal.cerna

Hipokalsemia

paratiroid hormon

osteoporosis (fraktur, nyeri tulang)

Page 100: Kuliah Ginjal Rev Okt

100

Laboratorium:• Hiperfosfatemi• Hipokalsemia• Alkalifosfatase • Hormon paratiroid• Rx tulang: rakitis, osteoporosis6. Hipertensi –akibat retensi air dan natrium7. Gagal tumbuh (growth velocity , bone

age retardation) – berhubungan dengan:

Page 101: Kuliah Ginjal Rev Okt

101

• Gagal tumbuh berhubungan dengan:– Undernutrition

– Osteodistrofi

– Gangguan hormonal

– Obat obat (steroid)

– Asidosis

Gagal tumbuh baru terjadi bila GFR < 25 ml/min/1,73 m2.

Intake kalori yang dibutuhkan sangat besar (jauh lebih besar ) dari pada anak dengan fungsi ginjal normal untuk mencapai pertumbuhan yang seimbang dengan anak normal.

Page 102: Kuliah Ginjal Rev Okt

102

Penanganan:

Memerlukan penanganan oleh suatuteamwork:

– Nefrolog anak– Perawat khusus– Ahli gizi– Pekerja sosial– Psikiatri– Psikolog, dll

Page 103: Kuliah Ginjal Rev Okt

103

Terapi berdasarkan tingkat GGK• GGK ringan – menahan progresivitas

• GGK berat – memelihara status metabolisme senormal mungkin dengan menjaga:– Tekanan darah –target 120/80 mmHg terutama

bila ada proteinuria– Nutrisi– Keseimbangan asam basa– Hiperparatiroid– anemia

Page 104: Kuliah Ginjal Rev Okt

104

Terapi konservatif:

Dilakukan bila belum mencapai stadium

terminal (bila GFR > 5 ml/min/1,73m2) atau

belum ada tanda tanda uremia.

1. Diet Tinggi kalori ( +70 % dari kalori biasa), kadang bisa sampai > 100% dari kalori yang diperlukan sehari hari

2. Protein rendah 0,5 – 1,5 g/kgbb/hari

3. Air, Na, K dibatasi sesuai kemampuan eksresi ginjal

Page 105: Kuliah Ginjal Rev Okt

105

4. Intake fosfat dibatasi (susu dibatasi) dan diberi Ca.Carbonat untuk membatasi absorbsi fosfat diusus.

5. Suplemen Calsium: 1 gr/hari elemental Calsium

6. Suplemen vit.D3/ kalsitriol

7. Atasi asidosis metabolik kronik dengan Na.bikarbonat /Na. sitrat.

8. Terapi hipertensi : diuretika/vasodilator/ACE inhibitor

9. Eritropoetin. Target Hb 10 – 11 gr% ,

Ht 30 – 32 %

Page 106: Kuliah Ginjal Rev Okt

106

Kapan dilakukan dialise?

Ditentukan oleh a.l:

• Fungsi ginjal sisa

• GFR < 5 /min/1,73 m2

• Keadaan pasien lebih menentukan

Page 107: Kuliah Ginjal Rev Okt

107

Terapi End Stage Renal Failure:• Transplantasi ginjal ( kadaver atau donor hidup)• Usaha/upaya kearah transplantasi harus

dipersiapkan sebelum ginjal pasien benar benar kehilangan fungsinya.

• Post operatif transplantasi:– Terapi imunosupresi: prednison,azathioprin, siklosporin– Komplikasi yang ditakuti: infeksi, komplikasi bedah,

penolakan, penyakit dasar residif pada ginjal baru– Kalau berhasil bisa 100% sembuh

• Dialisis tindakan alternatif untuk menunggu transplantasi atau bila transplantasi tidak memungkinkan

Page 108: Kuliah Ginjal Rev Okt

108

Dialise hemodialise

peritoneal dialise:1. CCPD = Continuous Cycling Peritoneal Dialise

2. CAPD = Continuous Ambulatory PD

Hemodialise - jarang dilakukan pada anak- teknik sulit/tidak praktis ( 4-5 jam

3x/minggu) pasien harus diam di HD center ~ 10% fungsi ginjal normal

- Perlu akses pembuluh darah besar

Page 109: Kuliah Ginjal Rev Okt

109

Dialise Peritoneal:• Biaya ringan, bisa dilakukan dirumah• CAPD – terutma pada bayi dan anak kecil• CAPD dan CCPD bisa dilakukan dirumah oleh

orang tua sendiri• CAPD : cairan dialisat dimasukkan ke rongga

peritoneum melalui kateter ( dala waktu 20-40 menit) dibiarkan 3-5 jam dikeluarkan lagi ke dalam kantung yang sama ( dalam waktu 20 – 40 menit). Prosedur ini diulangi 3-4 x/hari . Pada malam hari dapat lebih lama ( 8 jam).

Page 110: Kuliah Ginjal Rev Okt

110

CCPD : sistem sama, hanya memakai alat .

Malam hari – diisi dan dikeluarkan dengan alat,

Siang hari – cairan dibiarkan di peritoneum

Komplikasi peritoneal dialise: infeksi /peritonitis

Page 111: Kuliah Ginjal Rev Okt

111

Page 112: Kuliah Ginjal Rev Okt

112

Page 113: Kuliah Ginjal Rev Okt

113