panduan kampus siaga bencana_final version

134

Upload: bagus-teguh-ariyanto-antox

Post on 29-Oct-2015

262 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version
Page 2: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

KAMPUSPANDUAN

SIAGABENCANA

Page 3: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

KAMPUS SIAGA BENCANAEdisi Pertama: ....... | ISBN: .......Penyusunan materi panduan Kampus Siaga Bencana dapat terlaksana berkat kontribusi:

Penerbit:Palang Merah Indonesia (PMI)

Didukung oleh:Palang Merah Perancis

Ali Mahsyar (PMI Provinsi Jawa Tengah)Astrid Firdianto (PMI Pusat)Bevita D. Meidityawati (PMI Pusat)Catur Meipriyanti (PMI Provinsi Sumatera Barat)Deasy Sujatiningrani (PMI Pusat)Denok Rahayu (PMI Pusat)Exkuwin Suharyanto (PMI Pusat)Febriana Ambarwati (PMI Cabang Jakarta Timur)Ketut Sassu Budi Satwan (PMI Provinsi Bali)Lilis Wijaya (PMI Pusat)

Muksinun (PMI Cabang Kota Yogyakarta)Nuzlan Huda (PMI Provinsi Sumatera Barat)Rano Sumarno (PMI Cabang Jakarta Barat)Rachmad Arif Susilo (PMI Pusat)Renita Syafmi (PMI Provinsi Aceh)Wuri Widiayanti (PMI Provinsi Jawa Tengah)Dwi Hariyadi (PMI Pusat)Indra Yogasara (PMI Pusat)Maria Aswi Reksaningtyas (PMI Pusat)

dr. Dewindra WidiamurtiEndra SetyawanMathilde HutagaolRina Utami

Dheni PrasetyoFlorensia Malau

eLBe Creative

PALANG MERAH INDONESIA

JARING BENING

EDITOR

DESIGN SAMPUL & TATA LETAK

Page 4: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencanai

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan limpahan berkah kepada kita semua sehingga akhirnya buku ini dapat diselesaikan dengan baik setelah melalui tahapan loka-karya dan ujicoba dilapangan. Disamping itu masukan dari banyak pihak baik akademisi, pemerintah, kampus, mahasiswa/i, perwakilan masyarakat dosen dan pelak-sana lapangan program pengurangan risiko bencana juga telah berkontribusi dalam penyelesaian panduan ini.

Kampus Siaga Bencana atau di singkat dengan KSB adalah kegiatan yang berfokus pada kampus. Akan tetapi bukan kampus sebagai sasaran program saja melainkan pada saatnya diharapkan, kampus yang berisi agen-agen perubahan atau bibit-bibit agen perubahan akan menjadi subyek untuk menyebarkan informasi mengenai pengurangan risiko bencana. Sehingga dengan keterlibatan kampus, setiap kampus nantinya akan mempunyai kepedulian terhadap pengurangan risiko bencana secara masal. Kedepannya diharapkan juga para mahasiswa/i yang telah berkiprah di masyarakat baik pada saat masih menjadi mahasiswa seperti bakti sosial, desa binaan, mau-pun Kuliah kerja Nyata (KKN) dan setelah lulus akan dapat terus berperan dalam penyebaran pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana-siaga bencana.

Mengapa Kampus..? pertanyaan yang keluar kemudian, karena: pertama semua orang berhak selamat pada setiap kejadian bencana termasuk juga insan yang ada di kampus, karena keselamatan dalam bencana adalah hak. Kedua karena berdasarkan fakta lapangan masih jarang sekali kampus mempunyai kesiapsiagaan dalam bencana. Ketiga kampus yang merupakan kawah candradimuka tempat pendidikan bagi generasi penerus bangsa yang akan mencetak ahli-ahli, agen-agen perubahan, diharapkan pada saatnya nanti dapat berperan secara positif dalam pengurangan risiko bencana baik sebagai pelaku maupun sebagai agen yang mempunyai kepedulian terhadap isu pengurangan risiko bencana-siaga bencana dan akan menyebarkannya dimanapun berada, baik di kampus maupun setelah berada ditengah-tengah masyarakat nantinya.

Korps Sukarela (KSR) yang ada di Perguruan Tinggi akan mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan-kegiatan kampus siaga bencana, sebagai pintu masuk dan juga sebagai pengerak, pendorong kegiatan pengurangan risiko bencana di kampus. Walaupun demikian buku ini tidak hanya ditujukan pada

Page 5: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana ii

kampus yang sudah mempunyai unit kegiatan mahasiswa Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) saja, tetapi kampus yang belum mempunyai KSR PMI juga dapat menggunakan buku ini. Dalam kegiatannya kampus siaga bencana melibatkan semua stakeholder kampus mulai dari rektor sampai penjaga kampus dan kantin-kantin yang ada di kampus serta masyarakat sekitar kampus.

Diharapkan dengan hadirnya buku ini akan dapat membantu semua pihak yang mempunyai kepedulian pada pengurangan risiko bencana (PRB) terutama yang akan bergerak pada perguruan tinggi. Selain itu buku ini juga mengarapkan adanya keterlibatan masyarakat sekitar kampus.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam pengembangan dan penyusunan buku ini, terutama Kementrian Pendidikan kebudayaan, Pusat Studi Bencana Universitas Gajah Mada, Jogjakarta (PSB UGM), Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) – Universitas Syiah Kuala, Aceh serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu semoga ini menjadi amal baik dalam kemanusian.

Akhirnya buku ini tentu saja bukan buku yang sempurna kritik konstruktif dan saran pengembangan sangat kami harapkan sehingga dapat menjadi koreksi perbaikan pada masa yang akan datang, sehingga penyelenggaran kegiatan pengurangan risiko bencana dari tahun ke tahun akan semakin baik.

Selamat ber-Siaga Bencana

Jakarta, Desember 2012

Pengurus PusatPalang Merah IndonesiaKetua Bidang Relawan

H. Muhammad Muas, SH

Page 6: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencanaiii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................Daftar Isi ...........................................................................Daftar Gambar/Tabel/Lampiran ...............................................Daftar Singkatan ..................................................................Definisi .............................................................................

BAB I PENGURANGAN RISIKO BENCANA

A. Indonesia Rawan Bencana ...................................................B. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Untuk Meningkatkan

Kapasitas Menghadapi Bencana .............................................

BAB II KAMPUS SIAGA BENCANA

A. Kampus Siaga Bencana Sebagai Upaya Pengurangan Risiko Bencana Terpadu Berbasis Kampus .................................

B. Tujuan Kampus Siaga Bencana ..............................................C. Keluaran Kampus Siaga Bencana ............................................D. Ruang Lingkup Kampus Siaga Bencana .....................................E. Sasaran Penerima Manfaat Kampus Siaga Bencana.......................F. Komponen Kampus Siaga Bencana .........................................G. Peran PMI dan Para Mitra Dalam Pelaksanaan Siklus

Kampus Siaga Bencana .......................................................H. Isu Lintas Sektoral Kampus Siaga Bencana ................................

BAB III PARAMETER KAMPUS SIAGA BENCANA

A. Parameter Kampus Siaga Bencana ..........................................B. Indikator Pencapaian Parameter ............................................

iiiiv

viiix

2

6

162323242425

2733

4849

Page 7: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana iv

BAB IV SIKLUS KAMPUS SIAGA BENCANA

A. Tahapan Persiapan ............................................................B. Siklus Kampus Siaga Bencana ...............................................

BAB V STRATEGI PELAKSANAAN DAN KEBERLANJUTAN KAMPUS SIAGA BENCANA

A. Strategi Pelaksanaan Kampus Siaga Bencana .............................B. Strategi Keberlanjutan Kampus Siaga Bencana ...........................

DAFTAR PUSTAKA

5760

7072

Page 8: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencanav

DAFTAR GAMBAR, TABEL & LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Jumlah Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2010Gambar 2. Peran Kampus dalam pengurangan risiko bencanaGambar 3. Kampanye pengurangan risiko bencana yang dilakukan unit KSR

dan UKM lainnya di Universitas Negeri Semarang (UNNES)Gambar 4. Aksi penanaman pohon yang dilakukan para mahasiswa yang

tergabung dalam unit KSR Universitas Negeri Jakarta Gambar 5. Siklus KSBGambar 6. Penyuluhan pengurangan risiko bencana yang dilakukan

mahasiswa Universitas Syiah Kuala kepada murid-murid sekolah dasar

Gambar 7. Latihan gabungan pertolongan pertama dan evakuasi korban bencana oleh UKM KSR-UNNES yang diikuti oleh mahasiswa umum (UKM dan BEM)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keterkaitan aspek lintas sektor pengurangan risiko bencana di kampus dengan aspek MDGs yang akan saling mendukung dan berintegrasi

Tabel 2. Peran PMI di Setiap TingkatanTabel 3. Peran Pengurus, Staf dan Relawan PMITabel 4. Kompetensi dan peran warga kampus di perguruan tinggiTabel 5. Indikator Pencapaian Parameter

LAMPIRAN

1. Contoh Integrasi Kampus Siaga Bencana ke dalam Mata Kuliah Lembaga Kampus - Organisasi Ekstra dan Intra Kampus

2. Contoh Langkah Praktis KSB 3. Contoh Laporan KSR

Page 9: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana vi

4. Contoh Pedoman Wawancara5. Contoh Prosedur Tanggap Darurat6. Contoh Tabel Mempermudah Menyusun SOP Tanggap Darurat di Kampus7. Formulir Asesmen Cepat KSB8. Format Monitoring & Evaluasi KSB9. Format Rencana Aksi KSB10. Matriks Tahapan Kampus Siaga Bencana11. Matriks Pendidikan dan Pelatihan Beserta Cakupan Materi12. Alat (Tools) Identifikasi Kapasitas Kampus atau Sumber Daya Kampus13. Alat (Tools) Peta Simulasi KSB

Page 10: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencanavii

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome (sekumpulan gejala dan infeksi

(atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia

akibat infeksi virus HIV)

ASB : Arbeiter Samariter Bund Deutschland

API : Adaptasi Perubahan Iklim

BAPPENAS : Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional

BEM : Badan Eksekutif Mahasiswa

BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana

DIKTI : Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi

FK : Fakultas Kedokteran

FKM : Fakultas Kesehatan Masyarakat

HFA : Hyogo Framework for Action (Kerangka Aksi Hyogo)

HIV : Human Immunodeficiency Virus (virus yang memperlemah kekebalan pada

tubuh manusia)

KAP : Knowledge, Attitude and Practice (Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan)

KBBM : Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat

KK : Kepala Keluarga

KKN : Kuliah Kerja Nyata

KOPERTIS : Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta

KPPBM : Kesehatan dan Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat

KSB : Kampus Siaga Bencana

KSR : Korps Sukarela

LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MCK : Mandi Cuci Kakus

MDGs : Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium)

MoU : Memorandum of Understanding (Nota kesepahaman)

ODHA : Orang dengan HIV dan AIDS

PBB : Persatuan Bangsa-Bangsa

PERTAMA : Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat

PKL : Praktek Kerja Lapangan

PMI : Palang Merah Indonesia

PMR : Palang Merah Remaja

Page 11: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana viii

Pokja : Kelompok Kerja

PPGD : Pertolongan Pertama Gawat Darurat

PPL : Praktek Pengalaman Lapangan

PRA : Participatory Rural Appraisal (Pengkajian Keadaan Desa Secara Partisipatif)

PRB : Pengurangan Risiko Bencana

PSP : Psychosocial Support Program (Program Dukungan Psikososial)

RAN : Rencana Aksi Nasional

RI : Republik Indonesia

SDM : Sumber Daya Manusia

SOP : Standard Operating Procedure

SSB : Sekolah Siaga Bencana

SWOT : Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan

dan Tantangan)

TDMRC : Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (Pusat Pengkajian Mitigasi

Bencana dan Tsunami)

UGM : Universitas Gadjah Mada

UN-ESCAP : United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific

(Komisi Ekonomi dan Sosial PBB Untuk Kawasan Asia dan Pasifik.)

UU : Undang-Undang

UKM : Unit Kegiatan Mahasiswa

UNDP : United Nations Development Program (Badan PBB urusan Program Pembangunan)

UNESCO : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization

(Badan PBB urusan Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan)

UNIMUS : Universitas Muhammadiyah Semarang

UNISDR : United Nations International Strategy for Disaster Reduction (Badan PBB urusan

Strategi International untuk Pengurangan Risiko)

UNNES : Universitas Negeri Semarang

UNSYIAH : Universitas Syiah Kuala

VCA : Vulnerability and Capacity Assessment (Penilaian Kapasitas dan Kerentanan)

Page 12: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencanaix

Ancaman Bencana

Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana (UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana)

Ancaman (Hazard)

a. Proses atau fenomena alam yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa, cedera atau dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi, atau kerusakan lingkungan (Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman www.unisdr.org).

b. Fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan (Laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana, www.bnpb.go.id).

c. Fenomena alam yang luar biasa yang berpotensi merusak atau mengancam kehidupan manusia, kehilangan harta benda, kehilangan mata pencaharian, dan kerusakan lingkungan. Misal: tanah longsor, banjir, gempa bumi, letusan gunung api, kebakaran (Buku PMI, “Pelatihan VCA dan PRA”, 2008).

Bencana

a. Sebuah gangguan serius terhadap berfungsinya sebuah komunitas atau masyarakat yang mengakibatkan kerugian dan dampak yang meluas terhadap manusia, materi, ekonomi dan lingkungan, yang melampaui kemampuan komunitas atau masyarakat yang terkena dampak ter-sebut untuk mengatasinya dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri (Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman www.unisdr.org).

DEFINISI

Page 13: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana x

b. Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana).

c. Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam (faktor alam) dan non alam (faktor manusia) yang mengakibatkan korban manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana serta fasilitas umum (“Prosedur Tetap Tanggap Darurat Bencana PMI”, 2007).

Indikator

Sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau keterangan (http://www.kbbi.web.id/).

Kapasitas

a. Gabungan antara semua kekuatan, ciri yang melekat dan sumber daya yang tersedia dalam sebuah komunitas, masyarakat atau organisasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang disepakati (Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman www.unisdr.org).

b. Kemampuan potensial sesungguhnya yang ada di dalam masyarakat untuk menghadapi bencana lewat berbagai sumber daya manusia atau materi untuk membantu pencegahan dan tanggap bencana yang efektif (Buku PMI, “Pelatihan VCA dan PRA”, 2008).

Kerentanan

a. Karakteristik dan kondisi sebuah komunitas, sistem atau aset yang mem-

Page 14: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencanaxi

buatnya cenderung terkena dampak merusak yang diakibatkan ancaman bencana (Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman www.unisdr.org).

b. Tingkat dimana sebuah masyarakat, struktur, layanan, atau daerah geografis yang berpotensi/mungkin rusak atau terganggu oleh dampak bencana tertentu karena sifat-sifatnya, konstruksinya, dan dekat dengan daerah berbahaya atau daerah yang rawan/rentan (Buku PMI, “Pelatihan VCA dan PRA”, 2008).

Kesiapsiagaan

a. Pengetahuan dan kapasitas yang dikembangkan oleh pemerintah, lembaga-lembaga profesional dalam bidang respon dan pemulihan, serta masyarakat dan perorangan dalam mengantisipasi, merespon dan pulih secara efektif dari dampak-dampak peristiwa atau kondisi ancaman bencana yang mungkin ada, akan segera ada atau saat ini ada (Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman www.unisdr.org).

b. Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana).

c. Mencakup upaya-upaya yang memungkinkan pemerintah, masyarakat dan individu merespon secara cepat situasi bencana secara efektif dengan menggunakan kapasitas sendiri. Kesiapsiagaan mencakup penyusunan rencana tanggap darurat, pengembangan sistem peringatan dini, pemberdayaan personal melalui pendidikan dan pelatihan penanganan bencana, pertolongan dan penyelamatan serta pembentukan mekanisme tanggap darurat yang sistematis. Kesiapsiagaan dilaksanakan sebelum kejadian bencana yang diarahkan pada pengurangan jumlah korban dan kerusakan pada harta benda (Buku PMI, “Pelatihan VCA dan PRA”, 2008).

Page 15: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana xii

Keterpaparan (Exposure)

Penduduk, harta benda, sistem-sistem atau elemen-elemen yang ada di kawasan ancaman bencana yang oleh karenanya bisa berpotensi mengalami kerugian/kehilangan (Terminologi Dasar Adaptasi dan Pengurangan Risiko Bencana, fpbibencana.blogspot.com/2009/08/terminologi-dasar-adaptasi-dan.html).

Mitigasi

a. Pengurangan atau pembatasan dampak-dampak merugikan yang diakibatkan ancaman bencana dan bencana terkait (Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman www.unisdr.org).

b. Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana).

`Mitigasi dibedakan menjadi 2:• Mitigasi Struktural, mitigasi yang bertujuan mengurangi dampak dan

risiko bencana dengan jalan pembangunan/penguatan sarana fisik. Misalnya: tanggul, pusat evakuasi, sarana MCK (Mandi Cuci Kakus).

• Mitigasi Non-Struktural, mitigasi yang bertujuan merubah perilaku masyarakat terhadap bencana, tindakan ini dilakukan melalui: kegiatan-kegiatan partisipatif (PRA-Participatory Rural Appraisal, Base-line and KAP Survey, pembuatan rencana aksi, dll), misalnya: pelati-han, FGD (Focus Group Discussion), pendampingan, dll. (Buku PMI, “Pelatihan KBBM-Pertama untuk KSR, Panduan Pelatih”).

Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana

Proses dimana pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana dikedepankan oleh organisasi/individu yang terlibat di dalam

Page 16: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencanaxiii

pengambilan keputusan dalam pembangunan ekonomi, fisik, politik, sosial-budaya suatu negara pada level nasional, wilayah daerah dan/atau lokal; serta proses-proses dimana pengurangan risiko bencana dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tersebut (Buku “Kerangka Kerja Sekolah Siaga Bencana, Konsorsium Pendidikan Indonesia, 2011”).

Pengurangan Risiko Bencana

a. Suatu konsep dan praktik mengurangi risiko-risiko bencana melalui upaya-upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor-faktor penyebab bencana, termasuk melalui pengurangan keterpaparan terhadap ancaman bencana, pengurangan kerentanan penduduk dan harta benda, pengelolaan lahan dan lingkungan secara bijak, dan peningkatan kesiapsiagaan terhadap peristiwa-peristiwa yang merugikan (Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman www.unisdr.org).

b. Upaya terpadu yang dilaksanakan oleh masyarakat dan stakeholder setempat untuk mengurangi kerentanan yang ada di masyarakat dan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk dapat menanggulangi dampak dari bencana, wabah penyakit, masalah kesehatan, masalah lingkungan dan sebagainya (Buku PMI, “Pelatihan VCA dan PRA”, 2008).

Peringatan Dini

Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana).

Respon (Tanggap Darurat Bencana)

a. Rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian

Page 17: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana xiv

bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang me-liputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, serta pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, pemulihan sarana dan prasarana. (“Prosedur Tetap Tanggap Darurat Bencana PMI, 2007”).

b. Pemberian layanan tanggap darurat dan bantuan umum selama atau segera setelah terjadinya sebuah bencana yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mengurangi dampak-dampak kesehatan, memastikan keselamatan umum dan memenuhi kebutuhan dasar subsistens penduduk yang terkena dampak (Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman www.unisdr.org).

c. Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana (UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana).

Risiko

a. Gabungan antara kemungkinan terjadinya suatu peristiwa dan dampak-dampak negatif yang ditimbulkannya (Terminologi Pengurangan Risiko Bencana 2009, diambil dari laman www.unisdr.org).

b. Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana).

c. Suatu peluang dari timbulnya akibat buruk atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian, luka-luka, kehilangan dan kerusakan

Page 18: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencanaxv

harta benda, gangguan kegiatan mata pencaharian dan ekonomi atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi antara ancaman bencana dan kerentanan (Buku PMI, “Pelatihan VCA dan PRA”, 2008).

Verifikasi

Pemeriksaan tentang kebenaran pelaporan, pernyataan, perhitungan dan sebagainya (http://www.kbbi.web.id/).

Warga Kampus

Semua orang yang berada dan terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar: mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan rektorat (Adaptasi dari pengertian Warga Sekolah, sumber: “Buku Kerangka Kerja Sekolah Siaga Bencana”, 2011, Konsorsium Pendidikan Indonesia).

Page 19: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

1

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

PENGURANGANRISIKO

BENCANA

Page 20: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

2KAMPUSSIAGABENCANA

BAB IPENGURANGAN RISIKO BENCANA

A. Indonesia Rawan Bencana

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mencakup 17.508 pulau tersebar di lintas garis khatulistiwa, berada di antara dua benua, Asia dan Australia, serta dua Samudra, Hindia dan Pasifik, dan ter- letak pada pertemuan tiga lempeng kerak bumi (Eurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik). Secara geografis, hal ini memungkinkan Indonesia mem-punyai berbagai macam budaya, sumber daya alam yang beragam, dan sebaran penduduk yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara terpadat di dunia. Di sisi lain, kondisi ini juga memunculkan risiko bencana mulai dari bencana alam letusan gunung berapi, banjir, longsor, gempa bumi, hingga masalah kesehatan.

Sumber: Laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) http://www.bnpb.go.id/

Page 21: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

3

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Data dari Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa kecenderungan bencana di Indonesia terus mening-kat yakni 691 kejadian bencana yang tercatat pada tahun 2005 dan 2.232 kejadian bencana yang terjadi pada tahun 2010.

Dalam kurun waktu 1980 - 2009, sedikitnya terdapat 18 juta warga di Indonesia terkena dampak bencana1, yang diantaranya adalah anak, remaja, pemuda, dan tenaga pendidik. Adapun data bencana tahun 2002-2011 menyatakan bahwa bencana di Indonesia didominasi oleh bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, tanah longsor, puting beliung, dan gelombang pasang, sedangkan bencana geologi seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi tetap menjadi ancaman di beberapa wilayah.

Perubahan iklim global juga diperkirakan mempengaruhi secara nyata peningkatan gelombang panas, kekeringan, frekuensi curah hujan tinggi yang menyebabkan banjir, tanah longsor, angin topan, meningkatnya permukaan air laut sampai akibat langsung maupun tidak langsung pada peningkatan kasus penyakit menular. Adapun degradasi lingkungan, kemiskinan, dan ber-tambahnya jumlah penduduk juga berpotensi memperbesar ancaman risiko bencana.

Berbagai bencana yang terjadi, dalam jangka waktu panjang dapat memper-lambat pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals-MDGs) 2015. Pada setiap kejadian bencana, berbagai kemungkinan risiko dapat muncul, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian delapan indikator MDGs sebagai tolok ukur derajat kesejahteraan suatu bangsa. Sebagai contoh:

1. Bencana akan meningkatkan kemiskinan dan kelaparan karena rusaknya sumber mata pencaharian, sumber pangan, serta hilangnya mata penca-harian;

1 Laporan “The Asia Pacific Disaster Report 2010” oleh Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Kawasan Asia dan Pasifik (ESCAP) dan Badan PBB Urusan Strategi Internasional untuk Penanggulangan Bencana (UNISDR)

Page 22: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

4KAMPUSSIAGABENCANA

2. Kerusakan berbagai infrastruktur sekolah, sistem, dan sumber daya manusia dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, disamping itu hilangnya pendapatan kepala keluarga dan terceraiberainya keluarga akan mempengaruhi upaya memperoleh pendidikan bagi anak;

3. Kaum perempuan baik ibu maupun anak, merupakan salah satu golongan paling rentan saat terjadinya bencana akibat rusaknya fasilitas pelayanan kesehatan, penambahan beban kerja sebagai ibu sekaligus kepala keluarga, sampai tingkat pelecehan seksual yang tinggi di barak pengungsian;

4. Anak merupakan korban jiwa paling tinggi saat terjadinya banjir, longsor dan gempa bumi karena kurangnya pengetahuan yang berkaitan dengan pertolongan dan keselamatan bencana, kehilangan orang tua, kehilangan rumah maupun tempat berlindung, serta meningkatnya kerentanan terhadap penyakit karena air dan sanitasi buruk;

5. Wanita hamil memiliki risiko paling tinggi terhadap kematian, luka maupun penyakit saat maupun sesudah bencana yang disebabkan oleh rusaknya fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas sehingga mengakibatkan buruknya kondisi untuk melahirkan dengan sehat;

6. Penyebaran penyakit menular seperti malaria yang ditularkan

melalui vektor dapat meluas dengan cepat yang diperburuk dengan tidak tersedianya sarana dan prasarana kesehatan. Disamping itu, hilangnya mata pencaharian seringkali memaksa wanita untuk bekerja sebagai pekerja seks komersial yang berakibat pada risiko peningkatan kasus infeksi HIV; serta,

7. Kerusakan lingkungan dengan berbagai derajat yang berbeda, baik karena bencana maupun pembangunan permukiman yang mengakibatkan penebangan pohon secara luas.

8. Semua hal tersebut pada akhirnya akan menghambat strategi kemitraan, pemulihan maupun masa pembangunan pasca bencana.

Page 23: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

5

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

MDGs ini merupakan hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan yang dapat dicapai pada tahun 2015. Para pemimpin dunia berkomitmen untuk:

1. Mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan,

2. Menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, 3. Mengentaskan kesenjangan gender pada semua tingkat pendidikan, 4. Mengurangi kematian anak balita hingga 2/3,5. Meningkatkan kesehatan ibu,6. Memerangi HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, 7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan 8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Page 24: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

6KAMPUSSIAGABENCANA

B. Upaya Pengurangan Risiko Bencana untuk Meningkatkan Kapasitas Menghadapi Bencana

1. Pengurangan Risiko Bencana (PRB)

Risiko bencana dapat menimpa masyarakat rentan, yang hanya memiliki sedikit kapasitas untuk menghadapi dampak negatif bencana. Pada dasarnya ada 5 (lima) komponen kerentanan yang mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk menghadapi risiko bencana, yaitu: rumah tangga (livelihood), status dasar dan kesejahteraan, perlindungan diri, per-lindungan sosial, dan tata kelola (governance). Sedangkan dalam menentu-kan risiko, terdapat 3 komponen sebagai berikut:

a. Kemungkinan terjadinya ancamanKemungkinan terjadinya bencana alamiah, bencana teknologi dan bencana penurunan kualitas lingkungan di suatu daerah atau lokasi, yang ditinjau dari aspek kemungkinan terjadi dan tingkat kekuatan bencana. Misal: gempa berskala 8,5 SR lebih jarang terjadi dibanding gempa yang berskala 5,0 SR.

b. Elemen-elemen yang berisikoMengidentifikasi unsur-unsur yang terkena dampak bencana, termasuk perkiraan nilai ekonomisnya. Kesemuanya ini mencakup segala hal yang ada di dalam masyarakat, seperti data penduduk, kesehatan masyarakat, kegiatan perekonomian, sarana, pemukiman, jalan, pelayanan, infrastruktur, maupun hasil pertanian dan ternak.

c. Kerentanan elemen-elemen yang berisikoMengidentifikasi sejauh mana bangunan akan mengalami kerusakan, orang akan terluka atau elemen-elemen lain akan mengalami kerusakan dan ke-rugian saat mengalami beberapa tingkatan ancaman. Hal ini menunjukkan hubungan antara tingkat keparahan atau kekuatan ancaman dengan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh ancaman tersebut. Masing-masing elemen akan berbeda pengaruhnya karena perbedaan tingkat keparahan atau ke- kuatan ancaman. Semakin parah atau kuat terjadinya suatu ancaman, maka akan semakin parah kerusakan yang terjadi pada elemen-elemen tersebut.

Page 25: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

7

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Dengan demikian, konsep mengenai kerentanan, ancaman, dan risiko berhubungan secara dinamis. Hubungan antar elemen tersebut juga dapat diungkapkan dengan pendekatan sebagai berikut: besarnya ancaman yang disebabkan suatu kejadian potensial disertai dengan tingginya kerentanan suatu populasi akan meningkatkan besarnya risiko. Di sisi lain, sifat kerentanan adalah hubungan secara terbalik dengan kapasitas manusia untuk bertahan terhadap akibat-akibat bencana tersebut.

Secara matematis, kondisi ini digambarkan sebagai berikut:

Sebagai contoh :

Kampus Impian berada di dataran tinggi yang rawan tanah longsor dan tanah bergerak. Jika musim penghujan datang, maka longsor akan menyertai. Tanah longsor yang terakhir terjadi mengakibatkan 1 rumah di sekitar kampus rusak berat, dan beberapa bangunan umum di desa sekitar kampus mengalami kerusakan. Dinding kampus hanya mengalami retak rambut. Pihak kampus telah mengambil langkah guna membekali mahasiswa dengan pengetahuan tentang kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana. Di lingkungan kampus, digalakkan program lahan hijau dan paru-paru kampus dengan menata ulang lahan kosong di kampus dan penanaman pohon. Jalur evakuasi di tiap gedung di wilayah kampus sudah terpasang, sehingga masyarakat kampus sudah mengetahui ke arah mana harus

Page 26: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

8KAMPUSSIAGABENCANA

berlindung ketika bencana datang. Sistem peringatan dini bencana telah ditempatkan dengan memanfaatkan interkom di setiap ruangan kelas, serta pengeras suara di masjid kampus. Tim Pertolongan Pertama telah terlatih dan secara rutin melakukan penyegaran maupun latihan serta memeriksa kesiapan peralatan.

Dengan kondisi di atas, walaupun Kampus Impian terletak di wilayah yang rentan terhadap ancaman bencana, tetapi mereka mempunyai kapasitas yang tinggi. Risiko yang akan mereka hadapi menjadi kecil/minimal.

Page 27: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

9

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Berdasarkan persamaan matematis di atas, maka diperlukan upaya terpadu yang dilaksanakan oleh sivitas akademika, masyarakat dan stakeholder setempat untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas sivitas dan masyarakat agar dapat menanggulangi dampak bencana, wabah penyakit, masalah kesehatan, maupun masalah lingkungan, yang dirumus-kan sebagai berikut:

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan paradigma Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang merupakan rencana terpadu yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah serta meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dalam implementasinya, kegiatan PRB nasional akan disesuaikan dengan rencana pengurangan risiko tingkat regional dan internasional, dimana masyarakat merupakan subjek, objek sekaligus sasaran utama upaya PRB dan berupaya mengadopsi dan mem-perhatikan kearifan lokal (local wisdom) dan pengetahuan tradisional (traditional knowledge) yang ada dan berkembang dalam masyarakat. Sebagai subjek, masyarakat diharapkan dapat aktif mengakses saluran informasi formal dan nonformal, sehingga upaya PRB secara langsung dapat melibatkan masyarakat. Pemerintah bertugas mempersiapkan sarana, prasarana, dan sumber daya yang memadai untuk pelaksanaan kegiatan PRB (Laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana www.bnpb.go.id).

Page 28: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

10KAMPUSSIAGABENCANA

PMI mendefinisikan “Upaya Pengurangan Risiko Bencana

sebagai upaya terpadu yang dilaksanakan oleh masyarakat

dan stakeholder setempat untuk mengurangi kerentanan

yang ada di masyarakat dan meningkatkan

kapasitas masyarakat untuk dapat menanggulangi dampak

dari bencana, wabah penyakit, masalah kesehatan, masalah

lingkungan dan sebagainya”.

(Buku PMI, “Pelatihan VCA dan PRA”, 2008)

2. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Pemerintah Indonesia

Konsep penanggulangan bencana telah mengalami perubahan cukup men-dasar. Pemaknaan terhadap bencana yang secara konvensional dianggap sebagai kejadian yang tidak dapat dicegah, kemudian mengalami pergeseran menjadi dapat diprediksi sebelumnya sehingga dapat diupayakan pencegahan dan pengurangan risiko bencana tersebut. Upaya PRB yang telah menjadi salah satu kebutuhan prioritas baik di tingkat global maupun masyarakat, semakin memperkuat komitmen pemerintah Indonesia untuk mengubah paradigma dari kegiatan responsif (penanggulangan bencana) ke arah kegiatan preventif (pengurangan risiko bencana), serta memposisi-kan masyarakat dari objek pasif menjadi subjek aktif yang dengan kesadaran diri bertanggung jawab untuk melakukan upaya PRB.

Gempa bumi dan tsunami di Aceh yang terjadi pada bulan Desember 2004 telah membuka mata dunia internasional akan kurangnya dan pentingnya pengurangan risiko bencana.

Page 29: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

11

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Menanggapi hal tersebut, diselenggarakanlah suatu konferensi tentang “Pengurangan Risiko Bencana” di Kobe, Hyogo Jepang pada bulan Juni 2005. Konferensi ini menghasilkan kesepakatan global, “Hyogo Framework for Action 2005-2015” - HFA (Kerangka Aksi Hyogo untuk Pengurangan Risiko Bencana 2005-2015): membangun ketangguhan bangsa dan masyarakat ter-hadap bencana. Kerangka aksi ini menekankan pada semua negara dunia untuk menyusun mekanisme terpadu PRB yang didukung oleh kelembagaan serta kapasitas sumber daya yang memadai.

Merujuk pada berbagai hasil evaluasi pelaksanaan upaya PRB, HFA telah menghasilkan rekomendasi yang digunakan sebagai salah satu acuan setiap institusi maupun lapisan masyarakat, sebagai berikut:a. Meletakkan PRB sebagai prioritas nasional dan daerah yang pelaksanaan-

nya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat;b. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menerap-

kan sistem peringatan dini;c. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun

kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua tingkat masyarakat;

d. Mengurangi faktor-faktor penyebab risiko bencana; e. Memperkuat kesiapan dalam menghadapi bencana pada semua tingkatan

masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif.

Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2007 mengenai “Penanggulangan Bencana” yang mengatur tahapan bencana meliputi pra-bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Adanya undang-undang ini juga menjadi landasan pendirian BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) di seluruh kotamadya/ kabupaten di Indonesia. Selain itu, pemerintah Indonesia menyusun Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko

Bencana (RAN PRB) yang dievaluasi secara berkala serta mengadopsi, melaksanakan dan mengembangkan kesepakatan global ke dalam konteks lokal.

Page 30: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

12KAMPUSSIAGABENCANA

Upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat dalam hal PRB telah menjadi perhatian pemerintah di setiap tingkatan, yang dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan, penyuluhan, simulasi, seminar, pengembangan program di masyarakat, serta memperkuat kualitas institusi Pemerintah di bidang kebencanaan antara lain BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Dikarenakan upaya PRB juga berkaitan dengan topik dan permasalahan lainnya, maka Pemerintah melakukan pengarusutamaan PRB di berbagai sektor.

Pada sektor pendidikan formal, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah mengeluarkan Surat Edaran nomor 70a/MPN/SE/2010 tanggal 31 Maret 2010 tentang Pengarusutamaan Risiko Bencana di Sekolah, yang ditindaklanjuti dengan kegiatan pelatihan guru, sosialiasi, pengintegrasian topik kebencanaan ke dalam intra dan ekstrakurikuler, serta program Sekolah Siaga Bencana. Pada tingkatan pendidikan tinggi, beberapa perguruan tinggi juga telah melakukan upaya PRB melalui kebijakan rektorat secara menyeluruh, pengembangan program studi kebencanaan, maupun kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Untuk mendukung sarana, prasarana, kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM), dan pendanaan, Pemerintah melakukan jejaring dan kerjasama dengan lintas sektor, baik swasta, maupun organisasi nonpemerintah di tingkat internasional, nasional, dan lokal. Forum terkait PRB yang diselenggarakan oleh Konsorsium Pendidikan Bencana maupun pihak lain, menjadi media berbagi informasi, pembelajaran, dan berkegiatan bersama. Selain itu, program Sekolah Siaga Bencana yang diselenggara-kan oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), PMI (Palang Merah Indonesia), UNDP (United Nations Development Programme), UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), PLAN International, Save the Children, Habitat International, Mercy Corps, Hope, ASB (Arbeiter Samariter Bund Deutschland) menjadi salah satu bentuk jejaring dan kerjasama lintas sektor dengan Pemerintah.

Page 31: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

13

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

3. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Palang Merah Indonesia

Sebagai organisasi kemanusiaan, PMI memiliki mandat membantu dan

bekerjasama dengan pemerintah untuk memperkuat masyarakat rentan.

Dengan komitmen ini, PMI telah aktif terlibat dalam berbagai kegiatan

pengurangan risiko dan adaptasi perubahan iklim sejak konsep ini mulai

diperdengarkan di Indonesia.

Sebagai tindak lanjut dari komitmen tersebut, PMI telah

menandatangi Nota Kesepahaman dengan BNPB pada tanggal 23 Maret 2009

yang menyatakan bahwa kedua belah pihak setuju untuk membangun

kerjasama dalam melakukan berbagai aktifitas penanggulangan bencana

sebelum, saat, dan sesudah bencana terjadi, sesuai dengan peran dan

tanggung jawab masing-masing. Melalui perjanjian ini PMI juga

berkomitmen untuk membantu BNPB dalam pelaksanaan dan pencapaian

kebijakan PRB di tingkat kota, kabupaten, provinsi, nasional, regional

maupun global. Selain itu, PMI sejak tahun 2004 terlibat secara aktif dalam

kelompok kerja pembentukan RAN PRB dalam upaya pencapaian prioritas

Kerangka Aksi Hyogo, yang dikoordinasi oleh BAPPENAS.

Selain kebijakan dan kerjasama, PMI juga mendukung upaya PRB dengan

melaksanakan kegiatan pemberdayaan di masyarakat melalui Program

Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat (PERTAMA), Program

Kesehatan dan Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (KPPBM),

Program Sekolah Siaga Bencana (SSB) melalui ekstrakurikuler Palang

Merah Remaja (PMR), pelatihan dan simulasi untuk relawan di tingkat desa,

maupun Korps Sukarela (KSR) PMI di perguruan tinggi dan PMI kabupaten/

kota, serta kegiatan-kegiatan yang mengarah pada adaptasi perubahan iklim

seperti pembuatan biopori, dan kampanye “green and clean”.

Page 32: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

14KAMPUSSIAGABENCANA

Di dunia pendidikan yang sejalan dengan Keputusan Kementerian Pendidikan Nasional tentang Pengarusutamaan Risiko Bencana di Sekolah, maka PMI telah mengembangkan Program Sekolah Siaga Bencana (SSB) di SMP dan SMA di berbagai provinsi di Indonesia sejak tahun 2004. Strategi program dilaksanakan dengan cara mengintegrasikan SSB dengan program Sekolah Sehat yang sudah ada, peningkatan kapasitas kesiapsiagaan bencana melalui pelatihan bagi guru serta melalui ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR), sosialisasi dan advokasi kepada orang tua serta mitra lain, dan pengembangan program secara mandiri oleh pihak sekolah. Sampai dengan tahun 2010, total 16 PMI Provinsi menginiasi SSB yang berintegrasi dengan program PERTAMA, dan lebih dari 50.000 orang termasuk murid, guru, orang tua murid serta masyarakat sekitar sekolah telah mendapatkan pengetahuan mengenai kesiapsiagaan bencana.

Kebutuhan akan upaya PRB secara bertahap dan berkelanjutan juga men-jangkau tingkat pendidikan tinggi. Merujuk pada daerah rawan bencana yang tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia, secara geografis lingkungan kampus termasuk wilayah rentan terhadap dampak bencana karena berisiko mengalami kerusakan sarana dan prasarana perkuliahan, terhambatnya proses belajar mengajar, maupun korban jiwa.

Namun demikian, seperti halnya sekolah dasar dan menengah, maka perguruan tinggi juga berpotensi menjadi tempat pertemuan, tempat aman untuk penyelamatan, dan sekaligus tempat tinggal sementara bagi pengungsi. Disamping itu, berbagai cabang disiplin ilmu seperti kedokteran, psikologi, arsitektur dan teknik, memungkinkan institusi pendidikan ini menjadi sumber informasi dan memberikan bantuan kepada masyarakat selama masa tanggap darurat dan pemulihan. Hal ini kemudian mendorong PMI untuk mengembangkan konsep Sekolah Siaga Bencana (SSB) yang dapat diterapkan di lingkungan perguruan tinggi, yang disebut Kampus Siaga Bencana (KSB).

Page 33: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Page 34: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

16KAMPUSSIAGABENCANA

BAB IIKAMPUS SIAGA BENCANA

A. Kampus Siaga Bencana sebagai Upaya Pengurangan Risiko Bencana

Terpadu Berbasis Kampus

Kampus merupakan salah satu area pembentukan bagi para agen perubahan yang berkarakter dan profesional. Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri atas Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, serta Pengabdian pada Masyarakat, merupakan dasar perilaku serta tanggung jawab setiap mahasiswa dan komponen perguruan tinggi. Sebagai praktisi, mereka tidak hanya memberikan sumbangsih sesuai dengan teori ilmu pengetahuan yang mereka tekuni serta idealisme yang kuat, namun lebih dari itu, mereka dapat memberikan kontribusi dan mendapatkan pengalaman di berbagai aspek sosial agar nantinya dapat mengabdi kepada masyarakat.

Dalam konteks PRB, Tri Dharma Perguruan Tinggi dilaksanakan untuk mendorong terciptanya kampus dan masyarakat yang aman dan tangguh terhadap bencana. Mahasiswa dan warga kampus sebagai agen perubahan, dapat berperan aktif di lingkungan internal kampus dan masyarakat untuk melakukan upaya PRB secara terpadu dan berkelanjutan. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan untuk tiap poin Tri Dharma Perguruan Tinggi yang telah maupun yang akan dilaksanakan oleh kampus akan saling berkaitan dan saling berkontribusi untuk pencapaian tujuan pengurangan risiko bencana.

Page 35: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

17

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Contoh nyata keterkaitan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam mendukung upaya PRB adalah:

1. Pendidikan dan Pengajaran a. Integrasi PRB ke dalam kegiatan pendidikanb. Pelatihan dan Simulasic. Sarana dan prasarana yang mendukung upaya PRB

2. Penelitiana. Kampus sebagai pusat penelitian kebencanaan

3. Pengabdian pada masyarakata. KKN tematik PRBb. Pelatihan dan simulasi untuk masyarakatc. Pendampingan masyarakat untuk pengembangan upaya PRB

Gambar 2: Peran Kampus dalam

Pengurangan Risiko Bencana

Page 36: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

18KAMPUSSIAGABENCANA

Gambar 3 : Kampanye pengurangan risiko bencana yang dilakukanunit KSR dan UKM lainnya di Universitas Negeri Semarang (UNNES)

Peran kampus dalam pengurangan risiko bencana, juga sejalan dengan

peran kampus dalam pencapaian Millennium Development Goals (MDGs).

Upaya mahasiswa yang tertuang dalam Deklarasi Youth Millennium Drive

pada tanggal 24 Oktober 2011, yang isinya antara lain memasyarakat-

kan pola hidup sehat sedini mungkin, menyeimbangkan peranan pria dan

wanita dalam masyarakat dan pemerintahan, membantu memaksimal-

kan fungsi puskesmas dan posyandu sebagai lini pertama dalam pelayanan

kesehatan terutama dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak. Serta

meningkatkan mutu pendidikan bagi generasi muda bangsa Indonesia, akan

memberikan kontribusi dan bersinergi dengan upaya PRB.

Page 37: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

19

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Tabel 1. Keterkaitan aspek lintas sektor pengurangan risiko bencana di kampus dengan aspek MDGs yang akan saling mendukung dan berintegrasi

Pelaksanaan Tri Dharma yang berkaitan dengan topik kesehatan, lingkungan, gender, maupun pendidikan yang dikelola oleh berbagai disiplin ilmu, intra maupun kegiatan kemahasiswaan (Unit Kegiatan Mahasiswa) juga akan mem-berikan pengayaan pada kegiatan-kegiatan PRB, yang sekaligus mendukung pencapaian MDGs.

Potensi Kampus dalam mencapai PRB dan MDGs

1. Mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan.

Kelaparan menjadi salah satu dampak bencana atau menjadi bencana tersendiri. Hilangnya sumber pangan maupun mata pencaharian saat bencana akan meningkatkan kerentanan para korban bencana. Kampus dapat ikut berperan serta mengurangi kelaparan saat terjadi bencana dengan memberikan bantuan berupa bahan pangan, memberi-kan pengetahuan mengenai bahan makanan pengganti bila makanan

ISU LINTAS SEKTORAL KSB

- Pendekatan multi hazard

- Kesehatan

- Kesinambungan lingkungan

- Keragaman budaya & usia

- Perspektif gender

- Adaptasi perubahan Iklim

- Kelompok rentan

- Partisipasi masyarakat dan relawan

- Mobilisasi sumber daya

MGDs

- Memberantas kemiskinan dan

kelaparan ekstrem

- Mewujudkan pendidikan dasar

untuk semua

- Mendorong kesetaraan gender

dan pemberdayaan perempuan

- Menurunkan angka kematian anak

- Meningkatkan kesehatan ibu

- Memerangi HIV dan AIDS, malaria

dan penyakit lainnya

- Memastikan pelestarian lingkungan

- Mengembangkan kemitraan global

Page 38: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

20KAMPUSSIAGABENCANA

utama tidak tersedia. Sedangkan sebelum terjadinya bencana, kampus dapat membantu dengan cara bakti sosial ke masyarakat, mengadakan kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat dalam hal bercocok tanam, serta penyuluhan atau pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya gizi dan cara mengolah makanan dan minuman yang sehat dan bergizi.

2. Menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya.

Akses mendapatkan pendidikan bahkan kesempatan menyelesaikan pendidikan dasar, dapat tetap diupayakan meskipun dalam situasi darurat bencana. Untuk itu kampus bisa dijadikan sebagai sekolah sementara, sedangkan para mahasiswa menjadi pengajar bagi anak-anak korban bencana yang tinggal di hunian sementara di kampus tersebut maupun di hunian sementara lain.

3. Mengentaskan kesenjangan gender pada semua tingkat pendidikan.

Setiap orang, perempuan maupun laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi dalam mengurangi risiko bencana; kontribusi ini dapat dilakukan sejak perencanaan, pelaksanaan maupun proses monitoring dan evaluasi kegiatan. Untuk mengurangi kesenjangan gender, maka pihak kampus melakukan kegiatan sosialisasi, seminar, maupun pendidikan gender dalam PRB di lingkungan kampus dan masyarakat.

4. Mengurangi kematian anak balita hingga 2/3.

Anak dan balita merupakan salah satu kelompok rentan ketika terjadi bencana; berdasar data di lapangan sebagian besar korban terluka dan meninggal saat bencana adalah anak dan balita. Angka ini dapat meningkat dengan tidak adanya sarana, sistem dan petugas kesehatan, kurang atau tidak adanya air bersih, kurangnya kebersihan lingkungan hunian sementara dapat meningkatkan risiko kematian anak dan balita. Angka ini dapat meningkat dengan tidak adanya sarana, sistem

Page 39: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

21

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

dan petugas kesehatan, kurang atau tidak adanya air bersih, kurang-nya kebersihan lingkungan hunian sementara dapat meningkatkan risiko kematian anak dan balita. Melalui program yang ada di kampus, mahasiswa dapat bekerjasama dengan Puskesmas atau Posyandu untuk mengurangi kerentanan anak dan balita, melalui penyuluhan hidup sehat sebelum, selama, dan setelah bencana, dan pelatihan pertolongan pertama untuk ibu dan PKK, serta kegiatan PRB yang ditujukan untuk anak dan balita antara lain bercerita, menggambar, dan bernyanyi.

5. Meningkatkan kesehatan ibu hamil.

Melalui program yang ada di kampus, mahasiswa dapat memberi-kan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan ibu hamil di masa darurat bencana. Mahasiswa juga dapat berperan aktif bekerja sama dengan pusat kesehatan untuk memastikan ibu hamil mendapat pelayanan kesehatan selama masa tanggap darurat bencana sampai dengan tahap pemulihan.

6. Memerangi HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.

Kampus dapat menjadi “motor penggerak” di masyarakat dalam upaya memerangi HIV dan AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya melalui pendidikan remaja sebaya di lingkungannya. Hal ini karena berbagai jenis penyakit dapat muncul sebelum, selama, dan setelah bencana terjadi. Contoh nyata juga dapat diberikan kepada masyarakat sekitarnya dengan menjadikan kampus sehat dan bersih.

7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup.

Sebagai agen perubahan, mahasiswa dapat mendorong pembentukan Kampus Hijau, menggalakkan program penanaman pohon dan berperan serta secara aktif bersama masyarakat untuk bisa menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Page 40: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

22KAMPUSSIAGABENCANA

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Dalam bidang Pengurangan Risiko Bencana, kampus tidak hanya dapat bekerjasama dan menjalin kemitraan dengan perguruan tinggi dalam negeri, namun lebih jauh, dengan perguruan tinggi di luar negeri, lembaga kemanusiaan internasional dan lembaga-lembaga internasional yang bergerak di bidang kebencanaan. Pertukaran ilmu pengetahuan melalui upaya kerjasama untuk penelitian, pertukaran dosen/mahasiswa, jurnal, konferensi ilmiah, dan berbagi hasil-hasil studi dalam bentuk kepustakaan. Selain itu, mahasiswa dapat melakukan studi banding di bidang Pengurangan Risiko Bencana.

Perguruan Tinggi di Indonesia.

Berkaitan dengan integrasi PRB ke dalam kegiatan kemahasiswaan, PMI telah melaksanakan pembinaan dan pengembangan Korps Suka Rela (KSR) di sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia.

Pengembangan KSR ini mengarah kepada pelibatan anggota KSR dalam

kegiatan upaya PRB sebagai penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi maupun

peran KSR-PMI unit perguruan tinggi dalam menerapkan Prinsip-Prinsip Dasar

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Agar upaya PRB

dapat terlaksana secara terpadu dan berkesinambungan di lingkungan per-

guruan tinggi, PMI mengembangkan konsep “Kampus Siaga Bencana (KSB)”

yang dapat diterapkan oleh anggota KSR-PMI perguruan tinggi maupun

digunakan oleh pihak perguruan tinggi untuk pengembangan sasaran,

kebijakan, maupun program yang lebih luas.

Kampus Siaga Bencana (KSB) merupakan upaya pemberdayaan dan

peningkatan kapasitas perguruan tinggi dalam kesiapsiagaan dan PRB

dengan melibatkan seluruh komponen perguruan tinggi dalam perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Pelaksanaan KSB ini tentunya

Page 41: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

23

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

melibatkan berbagai komponen dan aspek. Namun demikian, dalam

panduan ini dibatasi pada aspek peningkatan pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Sedangkan aspek lainnya dapat dikembangkan lebih lanjut

oleh institusi lain, yang pada akhirnya akan saling melengkapi.

Pentingnya KSB bagi upaya pengurangan risiko bencana:

• Setiap orang mempunyai hak untuk selamat dari dampak bencana, termasuk warga kampus

• Kampus sebagai lembaga pendidikan yang melahirkan agen perubahan ikut bertanggung jawab dalam keselamatan masyarakat dalam arti luas

• Sebagai wujud implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi di bidang pengurangan risiko bencana

• Banyak kampus yang memiliki pusat studi bencana, namun masih sedikit kampus yang memiliki rencana aksi pengurangan risiko bencana

B. Tujuan Kampus Siaga Bencana

Tujuan dari Kampus Siaga Bencana yaitu:1. Meningkatkan kapasitas perguruan tinggi terhadap upaya kesiapsiagaan

bencana, pengurangan risiko bencana dan tanggap darurat bencana.2. Meningkatkan peran perguruan tinggi sebagai agen perubahan dalam

upaya pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kesiapsiagaan, pengurangan risiko dan tanggap darurat bencana.

C. Keluaran Kampus Siaga Bencana

Keluaran yang diharapkan dari Kampus Siaga Bencana, diantaranya adalah:

1. Adanya perubahan perilaku komponen SDM di perguruan tinggi terhadap isu PRB.

2. Program PRB dapat terintegrasi dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

3. Perguruan tinggi dapat menjadi wadah bagi pelaku PRB dan mengembang-kannya di lingkungan masyarakat.

Page 42: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

24KAMPUSSIAGABENCANA

4. Perguruan tinggi memiliki kapasitas untuk berkontribusi dalam perubahan perilaku masyarakat dalam kesiapsiagaan, PRB, dan tanggap darurat bencana.

D. Ruang Lingkup Kampus Siaga Bencana

1. Soft SkillKampus Siaga Bencana ini akan meningkatkan kemampuan sasaran dalam berhubungan dengan orang lain dan keterampilan dalam dirinya sendiri yang mampu mengembangkan kerjanya secara maksimal. Misalnya, ke-mampuan dalam melakukan diseminasi, advokasi dan sosialisasi tentang upaya PRB.

2. Pengetahuan, Sikap dan KeterampilanMelalui Kampus Siaga Bencana ini pengetahuan, sikap dan keterampilan sasaran di bidang PRB akan ditingkatkan, baik melalui pelatihan maupun kegiatan yang lainnya.

3. Mitigasi Non-struktural Salah satu bentuk upaya PRB adalah mitigasi non-struktural, yaitu mitigasi yang bersifat non-fisik misalnya meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku dan membuat kebijakan tentang upaya PRB.

E. Sasaran Penerima Manfaat Kampus Siaga Bencana

1. Sasaran PrimerSasaran primer adalah individu atau kelompok yang diharapkan berubah perilakunya. Mahasiswa merupakan sasaran primer karena sebagai agen perubahan pengurangan risiko bencana di dalam kampus maupun lingkungan masyarakat.

2. Sasaran SekunderSasaran sekunder adalah individu atau kelompok dan organisasi yang mem-pengaruhi perubahan perilaku sasaran primer. Dalam konteks KSB, yang termasuk dapat mempengaruhi perubahan perilaku mahasiswa adalah:

Page 43: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

25

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

a. Dosenb. Karyawanc. Pengelola jasa d. Masyarakat sekitar kampuse. Orang tua dan keluarga mahasiswaf. Media massa, media elektronik, dan sosial media

3. Sasaran TersierSasaran tersier adalah individu atau kelompok dan organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan dan keputusan PRB di kampus. Dengan demikian para pemangku kebijakan di kampus, pihak yayasan, KOPERTIS, Rektorat, Dekanat, Direktorat Perguruan Tinggi, serta instansi yang menangani kegiatan PRB menjadi bagian dari sasaran tersier.

F. Komponen Kampus Siaga Bencana

Komponen KSB, yang juga dapat disebut sebagai tim Kelompok Kerja (Pokja) terdiri dari tim pengarah, tim pelaksana, dan dapat melibatkan mitra.

1. Tim Pengarah KSBTim pengarah terdiri dari rektorat/dekanat dan dosen pendamping Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), yang mempunyai tugas:a. Memberi persetujuan atas rencana kegiatan yang disusun secara

bersama oleh Kelompok Kerja (Pokja) KSB. b. Memberi petunjuk dalam mengorganisasi dan memobilisasi komponen

kampus untuk mendukung pelaksanaan KSB. c. Memberi petunjuk dalam rangka pelatihan bagi warga kampus dan

anggota masyarakat dengan keterampilan PRB. d. Membina koordinasi dengan dinas terkait setempat serta dengan

organisasi masyarakat pemerhati masalah bencana dan lingkungan lainnya.

e. Mengupayakan dukungan kebijakan, struktural dan finansial.

Page 44: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

26KAMPUSSIAGABENCANA

2. Tim Pelaksana KSBTim pelaksana KSB merupakan gabungan dari dosen dan mahasiswa, yang bertugas:a. Menyusun secara rinci rencana kegiatan berdasarkan masukan-

masukan dari pelaksana lapangan dan masyarakat, sebelum diajukan kepada tim pengarah.

b. Mobilisasi komponen kampus dalam rangka pelaksanaan kegiatan program penguatan kapasitas SDM dalam bidang PRB.

c. Mengorganisasi kegiatan PRB di tingkat perguruan tinggi dan masyarakat.

d. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan sehari-hari di tingkat perguruan tinggi dan masyarakat.

e. Koordinasi dengan petugas lapangan dari instansi-instansi terkait.f. Evaluasi laporan kemajuan program di tingkat perguruan tinggi dan

masyarakat.

3. Mitra KSBBerikut ini beberapa mitra potensial yang dapat terlibat sebagai anggota tim Kelompok Kerja (Pokja):a. Yayasanb. Kopertisc. PMId. Badan Nasional Penanggulangan Bencanae. Media massaf. Dinas terkaitg. LSM/NGO terkait

Page 45: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

27

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Gambar 4 : Aksi penanaman pohon yang dilakukan para mahasiswa yang tergabung dalam unit KSR Universitas Negeri Jakarta

G. Peran PMI dan Para Mitra Dalam Pelaksanaan Siklus Kampus Siaga Bencana

PMI, sebagai salah satu mitra perguruan tinggi dalam mendukung terwujudnya upaya PRB di lingkungan kampus, akan melaksanakan peran yang mengacu pada mandat PMI baik dalam hal PRB, pembinaan generasi muda, maupun Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Berikut peran dan komitmen yang dapat dilakukan oleh PMI:

1. Pembinaan KSR Perguruan Tinggi sebagai salah satu UKM yang berfokus pada upaya pengurangan risiko bencana.

2. Berbagi informasi dan sumber daya dalam bentuk fasilitator, nara sumber, maupun pelatih, dokumen terkait PRB, kurikulum pelatihan, alat peraga.

Page 46: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

28KAMPUSSIAGABENCANA

3. Sosialisasi dan advokasi di tingkat nasional maupun global di lingkungan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

4. Mengintegrasikan upaya PRB di kampus dan PMI untuk pengembangan program-program PRB berbasis masyarakat dan Sekolah Siaga Bencana (SSB).

5. Menjadi anggota tim pemantauan dan evaluasi, maupun tim pengembangan KSB.

Adapun peran PMI di setiap tingkatan, secara rinci dijelaskan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2. Peran PMI di Setiap Tingkatan

Komponen Peran

PMI Pusat

- Memformulasikan kebijakan dan strategi pengembangan KSB

- Memastikan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dapat ber-

jalan sebagaimana yang dikehendaki

- Meninjau permohonan dari PMI Provinsi lain dalam rangka

pengembangan KSB di wilayah kerjanya

- Melaksanakan koordinasi di tingkat internal PMI dalam kaitannya

dengan pengembangan KSB

- Melaksanakan koordinasi dengan pihak eksternal di tingkat

nasional dalam kaitannya dengan pengembangan KSB.

PMI Provinsi

- Menjabarkan kebijakan dan strategi pengembangan KSB sesuai

dengan situasi, kondisi serta prioritas PMI Provinsi

- Memastikan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dapat ber-

jalan sebagaimana yang dikehendaki

- Membina koordinasi dengan BPBD, dinas-dinas dan pemangku

kebijakan terkait serta mengupayakan dukungan dari

pemerintah provinsi

- Mendukung mobilisasi sumber daya

- Mengupayakan dukungan monitoring dan supervisi pelaksanaan

pengembangan KSB.

Page 47: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

29

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

PMI Kabupaten/Kota

- Mensosialisasikan KSB sebagai sebuah pendekatan pelaksanaan

PRB di Perguruan Tinggi

- Memberi rekomendasi dalam mengorganisasi dan memobilisasi

sumber daya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan PRB di

Perguruan Tinggi

- Memberi rekomendasi dalam rangka peningkatan kapasitas

sumber daya manusia di internal PMI dalam kaitannya dengan

pengembangan KSB

- Membantu mengidentifikasi kebutuhan kegiatan PRB di Kampus

bekerjasama dengan Perguruan Tinggi terkait

- Memberikan pendampingan teknis bagi Perguruan Tinggi dalam

mengembangkan dan melaksanakan kegiatan PRB

- Membina koordinasi dengan BPBD, pemangku kebijakan, dinas

dan organisasi terkait dalam hal pengembangan PRB

di Perguruan Tinggi

- Pembinaan KSR Unit Perguruan Tinggi sebagai salah satu sumber

daya yang dimiliki oleh PMI Kabupaten/Kota dalam mengem-

bangkan PRB di Perguruan Tinggi

- Berbagi informasi dan sumber daya dalam bentuk fasilitator,

narasumber, pelatih dan dokumen terkait pengurangan risiko

bencana, kurikulum pelatihan, serta alat peraga

- Sosialisasi dan advokasi Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit

Merah Internasional

- Mengintegrasikan upaya pengurangan risiko di Perguruan Tinggi

untuk pengembangan program-program pengurangan risiko

berbasis masyarakat dan Sekolah Siaga Bencana

- Menjadi anggota tim pemantauan dan evaluasi, maupun tim

pengembangan KSB.

Page 48: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

30KAMPUSSIAGABENCANA

Sedangkan peran Pengurus, Staf, dan Relawan PMI dijabarkan sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 3. Peran Pengurus, Staf dan Relawan PMI

Komponen Peran

Pengurus

- Memformulasikan kebijakan dan rencana strategi pengembangan KSB;

- Melaksanakan pengawasan, pembinaan dan pengembangan KSB

- Bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam

mengembangkan KSB

- Membangun jejaring dengan pemangku kepentingan lainnya di

tingkat Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka

pengembangan KSB

Staf

- Menjabarkan kebijakan dan rencana strategi pengembangan

KSB sesuai dengan situasi, kondisi serta prioritas PMI Pusat/

Provinsi/Kabupaten/Kota

- Mensosialisasikan KSB sebagai sebuah pendekatan pelaksanaan

PRB di Perguruan Tinggi

- Memastikan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dapat ber-

jalan sebagaimana yang dikehendaki

- Membina koordinasi dengan BPBD, Perguruan Tinggi, dinas-dinas

dan pemangku kebijakan terkait serta mengupayakan dukungan

dari pemerintah provinsi

- Mendukung mobilisasi sumber daya

- Mengupayakan dukungan monitoring dan supervisi pelaksanaan

pengembangan KSB.

Relawan

- Mensosialisasikan KSB sebagai sebuah pendekatan pelaksanaan

PRB di Perguruan Tinggi

- Mempromosikan kegiatan KSB

- Memberikan pendampingan teknis dalam pelaksanaan kegiatan

PRB di Perguruan Tinggi.

Page 49: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

31

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Kampus sebagai pengelola KSB tentunya memainkan peran utama untuk mencapai keberhasilan PRB di lingkungan kampus. Tabel di bawah ini men-deskripsikan kompetensi dan peran warga kampus, yang dapat bersinergi dengan para mitra:

Tabel 4. Kompetensi dan Peran Warga Kampus di Perguruan Tinggi

Komponen Kompetensi Peran

Rektorat/Dekanat

- Mampu membuat

kebijakan (mengesahkan

dan menetapkan Standard

Operating Procedure (SOP),

Perjanjian Kerjasama dan

Kesepahaman, Rencana

Strategis, Rencana Aksi)

- Mendanai dan/atau

mendukung pendanaan

pelaksanaan.

- Pembuat kebijakan kampus

yang mendukung

pelaksanaan upaya KSB dan

integrasinya dalam

kegiatan perguruan tinggi

- Pelindung

- Penasehat

- Penyandang dana

Dosen

- Memahami konsep PRB

- Memberikan pemahaman

kepada masyarakat kampus

tentang KSB

- Mengintegrasikan isu dan

dampak PRB dan adaptasi

perubahan iklim ke dalam

mata kuliah yang diajarkan

- Berkonstribusi mengenai

penelitian dan

pengembangan keilmuan

terkait

- Sebagai Role Model,

memberikan contoh kepada

masyarakat lingkungan

kampus tentang perilaku

upaya PRB dan adaptasi

perubahan iklim.

- Narasumber

- Fasilitator

- Pelaksana

- Peneliti

- Promotor

Page 50: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

32KAMPUSSIAGABENCANA

Mahasiswa

- Memahami KSB

- Mampu mengelola dan

melaksanakan KSB dalam

upaya PRB

- Memiliki kemampuan

advokasi

- Terlibat dan berpartisipasi

dalam upaya pencapaian

tujuan KSB.

- Pelaksana

- Pengelola

- Promotor

- Narasumber

- Pendidik sebaya

Karyawan- Mengetahui upaya PRB

- Melaksanakan KSB.

- Pelaksana

- Pendukung

- Promotor

- Fasilitator

Pengelola jasa layanan

(kantin, photo copy, parkir,

dll)

- Mengetahui tentang KSB

- Terlibat dalam KSB- Partisipasi

Yayasan

- Mengetahui tentang KSB

- Memahami KSB

- Mendukung pengesahan dan

penetapan kebijakan

- Mendanai pelaksanaan

- Pembuat Kebijakan

- Promotor

KOPERTIS

- Mengetahui tentang KSB

- Mendukung upaya promotif

pengambilan kebijakan

- Mendukung upaya promotif

penyediaan dana

pelaksanaan

- Mendukung upaya

koordinasi dan kerjasama

KSB antar perguruan tinggi

- Promotor

Page 51: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

33

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

H. Isu Lintas Sektor Kampus Siaga Bencana (KSB)

Semakin besarnya perhatian pada upaya pengarusutamaan risiko bencana

dipengaruhi oleh semakin meningkatnya kerugian yang ditimbulkan oleh

bencana terutama terhadap aset ekonomi, sosial serta kesejahteraan dan

penghidupan masyarakat. Oleh karena itu, salah satu upaya yang perlu

diperhatikan dalam penyelesaian PRB adalah dengan memperhatikan isi-isu

lintas sektor KSB. Memadukan strategi program PRB dengan isu-isu lintas

sektoral yang terkait dengan bencana tentunya akan menjadikan KSB mem-

punyai cakupan sasaran yang luas dan menyeluruh. Berikut isu lintas sektor

KSB sebagaimana dijelaskan di bawah ini:

1. Pendekatan Multiancaman (multi-hazard)

Pendekatan multiancaman adalah salah satu metodologi dalam upaya

PRB yang berguna dalam mengidentifikasikan sekaligus membandingkan

strategi-strategi PRB, kesiapsiagaan, serta langkah-langkah mitigasi

untuk setiap jenis bencana yang berbeda. Pengurangan Risiko Bencana dalam

aplikasinya pada sebuah program kerja adalah sebuah permasalahan multi-

dimensi yang kompleks dimana membutuhkan pengetahuan dan pengalaman

yang luas dari berbagai disiplin ilmu.

Mengadopsi pendekatan multibencana dalam rencana kerja KSB kedepan-

nya akan menjadi satu keuntungan. KSB menjadi wadah yang tepat untuk

hal ini karena pendekatan multibencana dapat digunakan untuk memantau

seluruh strategi PRB yang akan digunakan oleh sebuah perguruan tinggi. Selain

itu pendekatan ini memberikan kesempatan untuk kerja pembangunan yang

lebih terkoordinasi. Berikut adalah isu-isu terkait lainnya yang termasuk

dalam pendekatan multi-hazard:

Page 52: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

34KAMPUSSIAGABENCANA

Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana (TDMRC) Universitas Syiah Kuala

Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) merupakan salah satu universitas di Indonesia yang telah mengembangkan dan menerapkan berbagai program mitigasi bencana di lingkungan kampus melalui pendirian Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana (Tsunami and Disaster Mitigation Research Center) pada tahun 2006. Pendirian TDMRC tersebut diilhami oleh bencana tsunami yang melanda Aceh pada 2004 silam, yang menelan ratusan korban jiwa.

Pengembangan program mitigasi yang dilakukan UNSYIAH, tidak hanya dilakukan di Aceh, tetapi di seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah rawan bencana. “Program kebencanaan yang sudah dan sedang dilakukan terus disosialisasi-kan oleh TDMRC”, papar Teuku Alvisyahrin, Kepala Divisi Professional Service TDMRC UNSYIAH kepada Antara (Antara, 2010). TDMRC juga mendapat mandat dari pemerintah Provinsi Aceh untuk menyediakan informasi, produk dan layanan yang dapat dimanfaatkan untuk program pengurangan risiko bencana. Dalam upaya mempercepat proses pengembangan kapasitas lembaga, dalam melaksanakan aktivitasnya TDMRC bekerja sama dengan para peneliti dari lembaga riset kebencanaan nasional dan internasional.

Program kolaborasi yang dirintis oleh TDMRC juga mencakup penerapan dan pengembangan teknologi bencana dan pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat, dan mengintegrasikan program siaga bencana dalam kurikulum sekolah dan universitas.

Upaya-upaya memperkuat kapasitas terus dilakukan sampai saat ini. Seperti yang dijelaskan dalam web resmi UNSYIAH, saat ini pihak universitas juga sudah mengirimkan beberapa akademisi handal keluar negeri, terutama Jepang guna mempelajari bagaimana cara menanggulangi bencana. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia juga menjadi salah satu fokus utama dari pengembangan TDMRC karena selama ini UNSYIAH masih kekurangan tenaga profesional yang dapat menangani mitigasi bencana. Pihak universitas juga akan menjamin akan adanya transfer ilmu dan teknologi dari program ini.

Dalam situs resminya, Darni, Rektor UNSYIAH juga menekankan bahwa UNSYIAH akan mengembangkan program mitigasi melalui jenjang pendidikan. Semua masyarakat kampus akan dilibatkan, baik staf, dosen maupun mahasiswa dalam mensosialisasikan siaga bencana di wilayah masing-masing (www.tdmrc.org/id/).

Page 53: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

35

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

2. Kesehatan

Pendekatan yang dilakukan KSB dalam upaya PRB tentunya juga diharap-kan menyertakan isu terkait kesehatan. Seperti diketahui bahwa bencana dan perubahan iklim sudah dipastikan menyertakan dampak pada berbagai masalah kesehatan di masyarakat. Epidemi, wabah, merupakan ancaman yang diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di suatu tempat tertentu, demikian juga dengan penyebaran HIV dan AIDS yang terasosiasi dengan bertambahnya populasi, eksploitasi, kekerasan berbasis gender maupun transaksi seksual sebagai strategi bertahan hidup. Kondisi lingkungan yang buruk, perubahan iklim dan pola hidup masyarakat yang salah, bisa meningkatkan skala sebaran penyakit yang semula berada di posisi lokal. Dengan meningkatnya korban jiwa maka akan menjadi bencana nasional. Maka pemahaman yang baik dan benar akan pentingnya isu kesehatan dalam setiap upaya PRB menjadi penting untuk capaian hasil sasaran.

Kampanye Donor Darah

Donor darah sebagai bagian dari gaya hidup merupakan kampanye yang didengung-kan oleh PMI semenjak Mei 2010. Kampanye ini diperuntukkan kepada individu secara khusus dan masyarakat luas pada umumnya, untuk mengajak partisipasi mereka untuk donor darah. Gerakan ini muncul dari adanya kebutuhan darah yang terus meningkat. Mengutip keterangan Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla, kepada Suara PMI, “PMI membuka gerai donor darahnya di berbagai mal dan kampus supaya masyarakat mudah mendonorkan darahnya”. Saat ini gerai donor darah yang telah beroperasi antara lain: di Mal Senayan City, Pasar Tanah Abang Jakarta, Mal Metropolitan Bekasi, Jawa Barat Mal, Tunjungan Plaza 2 Surabaya dan Mal Ratu Indah, Makassar. Sedangkan untuk area kampus, PMI juga membuka gerai donor darah di Kampus Universitas Trisakti, Jakarta dan Kampus Universitas Hasanuddin, Makassar.

Untuk kelancaran dan kecepatan layanan donor darah, dengan menggandeng mitranya, PMI menyediakan mobil layanan donor darah yang siap men- jangkau masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, PMI juga bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dalam menyiapkan sistem informasi stok darah secara online. Layanan ini dapat dilihat dalam direktori donor darah dalam website resmi FK UGM. (Setiawan, 2012)

Page 54: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

36KAMPUSSIAGABENCANA

Paguyuban Demi Setetes Darah Untuk Kehidupan

Tawang Rejo adalah salah satu desa di Kecamatan Jatipurno, Kabupaten Wonogiri, yang menjalankan program Kesehatan dan Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (KPPBM) PMI bekerjasama dengan Palang Merah Amerika. Selain merasakan manfaat positif atas program kesehatan tersebut, warga Desa Tawangrejo menjadi akrab dengan kegiatan donor darah.

Berkat persuasi yang intensif dari relawan desa, PMI, dan tenaga kesehatan desa, masyarakat Tawangrejo kini tidak lagi takut mendonorkan darahnya. Bahkan sebuah paguyuban donor darah dengan nama Gumregah dibentuk sejak Juni 2011. Saat ini paguyuban ini berfungsi untuk mengkoordinasi masyarakat dan mendorong donor darah kolektif setiap tiga bulan sekali. Sekarang gerakan Desa Tawangrejo tersebut telah diikuti oleh dua desa lain di Kecamatan Jatipurno. Desa Jatipurno, misalnya telah membentuk paguyuban pendonor dan diberi nama Paguyuban Bakti Ludiro Husada, sedangkan di Desa Slogoretno, diberi nama Paguyuban Retno Ludiro.

PMI Kabupaten Wonogiri melihat potensi pedonor darah di pedesaan memang sangat besar, namun belum dimaksimalkan. Terinspirasi oleh hal itu, sebuah rencana besar pun disusun. Bekerjasama dengan masyarakat Wonogiri dan dinas terkait, peluncuran Desa Donor Darah sedang dirintis. Targetnya tidak main-main, 25 desa di seluruh Kabupaten Wonogiri.

Sekretaris PMI Wonogiri, Annajib Thohari mentargetkan setiap kecamatan minimal mempunyai satu desa donor darah. Beliau menambahkan, “Kalau paguyuban pendonor darah sudah teroganisasi, kerja Unit Transfusi Darah (UTD) lebih mudah karena mereka tinggal mendatangi desa yang sudah terjadwal”. (Soemantri, 2012)

3. Kesinambungan Lingkungan

Kondisi lingkungan adalah salah satu faktor penting yang dapat menentukan kerentanan terhadap suatu bencana. Kerusakan lingkungan diakui secara luas berkontribusi besar terhadap kerugian hilangnya nyawa manusia serta gangguan ekonomi. Dengan tidak mengindahkan isu lingkungan dalam rancangan sebuah upaya PRB seperti KSB, dapat menghambat keberlangsungan upaya tersebut di masa depan.

Page 55: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

37

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Penilaian terhadap kondisi lingkungan internal maupun eksternal kampus menjadi sangat penting dalam inisiasi pembentukan KSB. Dalam penilaian awal, sangatlah penting bagi perguruan tinggi yang bersangkutan untuk dapat mengumpulkan data-data terkait sejarah perkembangan lingkungan, sejarah, dan risiko bencana yang berkontribusi terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal kampus.

Konsistensi Relawan Melawan “Kota Jakarta”

Masyarakat Jakarta sebagai masyarakat metropolitan jelas memiliki karakter yang berbeda dari masyarakat di daerah pedesaan. Sulitnya mendapati masyarakat perkotaan yang dengan sukarela mau berpartisipasi dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan, merupakan satu problematika tersendiri di daerah urban seperti Jakarta.

“Kalau warga diundang kegiatan Jumat bersih, mereka beralasan, ‘setiap hari juga menyapu rumah kok’. Kalau diminta gotong royong membersihkan selokan, alasannya, ‘Setiap saat juga dibersihkan kok’, ujar Muhartini, ketua RT 05, Ke-lurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Menurutnya warga selalu memberikan berbagai macam alasan jika diajak berpartisipasi dalam kegiatan Kesehatan dan Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (KPPBM) yang didukung oleh PMI.

Kendati begitu sulit menarik partisipasi warganya, Muhartini tidak begitu saja menyerah. Ia memulai program kesadaran lingkungan justru dari diri sendiri, menjadikan dirinya sebagai contoh. Kelurahan Pejaten Timur seperti umumnya pemukiman padat di ibu kota Jakarta, terhimpit oleh permasalahan sanitasi buruk, Mandi Cuci Kakus (MCK) tidak mencukupi, tempat pembuangan sampah tidak memadai, selokan tidak berfungsi dan sungai yang mendangkal.

Semua diperburuk dengan sulitnya menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi melakukan perubahan untuk lingkungan. Tetapi, masih ada secuil harapan yang bisa didapat dari orang-orang yang konsisten seperti Muhartini beserta beberapa relawan lain yang masih aktif. Merekalah yang bisa melawan karakter negatif orang kota, dan membuktikan masyarakat metropolitan bisa menjadi ‘peduli lingkungan’. (Soemantri, 2012)

Page 56: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

38KAMPUSSIAGABENCANA

4. Keragaman Budaya dan Usia

Pendekatan multiancaman yang terintegrasi dalam setiap program PRB juga selayaknya mempertimbangan isu-isu terkait dengan keragaman budaya dan usia. Mengingat fakta bahwa Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat tinggi, maka isu ini akan menjadi sangat penting dalam pertimbangan desain upaya mitigasi di setiap program PRB. Demikian pula dengan kelompok usia yang tak luput dari pertimbangan, hal ini perlu disadari karena setiap kelompok usia memiliki ketahanan dan kapasitas yang berbeda dalam menghadapi bencana. Memasukkan pertimbangan isu keragaman budaya dan usia dalam rencana kerja KSB tentunya menyempurnakan capaian hasil dari sasaran program KSB.

Pemberdayaan Mereka yang Lanjut Usia dalam Pengurangan Risiko Bencana

Sebagai sebuah organisasi dengan jaringan global, HelpAge International (Hall, 2007) percaya bahwa mereka yang lanjut usia mempunyai potensi untuk berdaya guna memimpin dan mengupayakan hidup sehat dan aman. Untuk itu HelpAge International melalui program pemberdayaan orang tua berupaya untuk memperjuangkan hak-hak orang tua terutama mereka yang kurang mampu secara ekonomi dan fisik, serta memberikan dukungan kepada mereka selama pengasuhan lintas generasi.

Tsunami memiliki dampak yang mendalam pada semua orang yang tinggal di Aceh. Namun dampak tersebut pun dirasakan bervariasi berdasarkan kelompok usia. Dari hasil temuan di lapangan, dinyatakan bahwa sifat bantuan yang diberikan pada saat operasi bencana masih belum menganggap orang tua sebagai aktor untuk rehabilitasi dan pembangunan. Melalui kerjasama dengan mitra jaringan-nya di Banda Aceh, HAI melaksanakan program pemberdayaan orang tua melalui peningkatan kapasitas untuk memberikan pelayanan kesehatan ramah usia dan terhadap usia-usia tertentu sebagai bagian dari upaya program rekonstruksi tsunami.

Kegiatan meliputi paket pelatihan dan pendidikan untuk relawan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan penjangkauan masyarakat untuk orang tua rentan dengan mobilitas yang terbatas. Untuk mendukung program ini, HAI juga mengembangkan toolkit yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan orang tua dalam keadaan darurat.

Page 57: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

39

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Narwani (60) mengungkapkan kekayaan yang dimilikinya sebelum terjadi tsunami; ia memiliki 11 ha lahan subur, 200 ekor sapi dan toko kelontong dengan penghasilan rata-rata US $7 per hari. Setelah Tsunami terjadi, dia kehilangan hampir semua ternak dan tokonya. Dengan dua putranya, dia telah kembali ke pertanian keluarga dan memulai merintis toko kelontongnya dengan dukungan dari kredit yang diberikan oleh sebuah organisasi lokal. “Hal ini sangat baik untuk saya, karena dapat membuat saya selalu sibuk dan menjadi salah satu cara saya menjaga diri untuk sehat sekaligus mendapatkan uang untuk menghidupi keluarga saya”, ungkap Narwani bersemangat dan penuh percaya diri (HelpAge International, 2006).

5. Perspektif Gender Dalam Rencana Desain Pembentukan KSB

Faktanya, perempuan dan laki-laki memiliki jenis kerentanan yang berbeda dan hal ini didukung oleh kapasitas yang berbeda-beda dalam menanggapi bencana serta akses terhadap sumber daya yang tersedia. Oleh karena itu, risiko bencana dan perubahan iklim memberikan dampak yang nyata dan berbeda pada setiap kelompok rentan masyarakat; kelompok laki-laki, perempuan, serta anak perempuan dan laki-laki.

Pengarusutamaan gender di semua kebijakan lembaga dan program PRB untuk mengatasi akar permasalahan terjadinya kerentanan berbasis gender adalah penting untuk menjadi bahan pertimbangan. Saat ini gender dipastikan selalu terintegrasi dalam setiap kebijakan terkait penanggulangan bencana, perencanaan dan proses pengambilan keputusan termasuk penilaian risiko, peringatan dini, manajemen informasi dan pendidikan/pelatihan. Perhatian khusus pada peran dan prioritas laki-laki dan perempuan yang berbeda dalam upaya mengurangi risiko bencana akan memberikan hasil yang lebih berkelanjutan.

Dalam prosesnya, KSB diharapkan mampu menjamin penggunaan analisis gender dan data terpilah berdasar jenis kelamin untuk menentukan sasaransumber daya dan memberikan bobot seimbang terhadap hak dan kapasitas laki-laki dan perempuan. Akses terhadap informasi PRB dan pengambilan keputusan terhadap upaya-upaya PRB dalam pembentukan KSB dan rencana aksi kedepannya adalah salah satu contoh yang dapat dipraktikkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan.

Page 58: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

40KAMPUSSIAGABENCANA

Rintisan ‘Kemandirian’ Perempuan Punge Jurong

Gampong Punge Jurong, Banda Aceh, merupakan salah satu area kerja program dukungan psikososial (PSP) paskatsunami. Program ini merupakan kerjasama PMI dan Palang Merah Amerika. Program yang melayani sekitar 130 ribu individu di 122 desa dan 126 sekolah di Banda Aceh dan Aceh Besar sebenarnya telah berakhir, tetapi di gampong yang ditinggali ibu-ibu aktif warga Punge Jurong ini geliat aktivitas masih terasa.

Selain meninggalkan pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan teknis, antara lain membuat sulaman hiasan khas Aceh dan membuat kue, program PSP telah membentuk rasa kebersamaan yang kuat di kalangan perempuan. Rasa kebersamaan ini didasarkan pada rasa kehilangan yang sama, dan program PSP memfasilitasi mereka untuk berbagi rasa secara berkelompok dalam berbagai aktivitas. Terdorong oleh keinginan untuk saling mendukung, sebuah koperasi simpan pinjam dengan nama “Koperasi Wanita Mawaddah” pun terbentuk. Sampai pada bulan Juli 2011, koperasi ini telah beroperasi selama enam bulan dengan beranggotakan 50 perempuan dan memiliki omzet Rp 9.000.000. Keinginan perempuan Punge Jurong sebenarnya sederhana, yaitu koperasi ini secara eksklusif dapat membantu mereka memenuhi kebutuhan tambahan keluarga. Tetapi ternyata keberadaannya menjadi sebuah bukti rasa kebersamaan dan kepercayaan yang telah kuat terbangun di Gampong yang rusak cukup parah karena tsunami ini. Para ibu kini tidak hanya sudah pulih, tetapi sedang merintis sebuah kemandirian (Soemantri, 2012).

6. Adaptasi Perubahan Iklim (API)

Satu hal yang perlu dipahami adalah tanpa pemahaman dan adaptasi ter-hadap perubahan iklim, kejadian bencana yang mengancam masyarakat rentan seperti banjir, angin topan, akan berpotensi meningkatkan risiko bencana dalam skala besar. Saat ini tindakan-tindakan API umumnya sudah banyak diakui dan dilakukan oleh berbagai kelompok pemangku kepentingan yang mewakili pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Umumnya strategi API mengupayakan optimalisasi hasil dari peraturan dan struktur yang telah ada untuk diterapkan dalam program PRB berbasis masyarakat untuk memperkuat ketahanan masyarakat yang rentan akan dampak bencana dan perubahan iklim.

Page 59: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

41

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Sama halnya dengan pengarusutamaan perspektif gender, pengarusutamaan API diharapkan mampu diintegrasikan sejalan dengan tujuan pembentukan dan rencana aksi KSB. Dengan demikian, masyarakat kampus/perguruan tinggi yang bersangkutan dapat menjadi bagian sebagai pelaku utama implementasi API yang terintegrasi dalam upaya penguatan kapasitas ketahanan PRB di lingkungan kampus maupun masyarakat luar kampus.

UNNES, Universitas Konservasi

Jika universitas lain berlomba-lomba menamakan dirinya sebagai Universitas Riset, maka tidak demikian dengan Universitas Negeri Semarang (UNNES). UNNES ber-siap diri untuk mendeklarasikan diri sebagai Universitas Konservasi, sebagai wujud pengalaman Tri Dharma Perguruan Tinggi. Universitas Konservasi yang dimaksud adalah UNNES tidak hanya bertujuan mencetak generasi muda yang berkualitas, tetapi dalam tujuan tersebut lingkungan sekitar juga menjadi faktor penentu.

Salah satu bentuk nyata UNNES dalam memperhatikan kehidupan sekitar kampus adalah melalui pembangunan dua embung (telaga) yang airnya berasal dari limbah rumah tangga yang telah mengalami proses penjernihan dengan teknologi sederhana. Pembangunan embung tersebut menjadi sumber air bagi kehidupan masyarakat sekitar kampus pada saat musim kemarau.

Keterlibatan rektor sebagai pelopor gerakan konservasi, dinyatakan sebagai bentuk semangat dari pelaksanaan program ini, demikian juga dengan keterlibatan dosen, mahasiswa, dan keluarga kampus tidak terkecuali. Wujud lain bentuk nyata program ini, UNNES juga telah memanfaatkan teknologi IT dalam melaksanakan perkuliahan sebagai upaya penghematan penggunaan kertas. Upaya ini dianggap efektif karena dalam satu bulan UNNES mampu menghemat 4 rim kertas dari 5 rim kertas per bulannya. Kedepannya UNNES juga akan memberlakukan area bebas kendaraan bermotor di beberapa bagian area kampus. Program yang akan dikembangkan kedepannya diantaranya: Conservation of Biodiversity, Environmental Management, Green Space Management, Green Architecture, Green International Transportation, Waste Management, Paperless Policy dan Green Policy.

Pengembangan Sumber Daya Manusia juga akan dilakukan melalui pembentu-kan kader konservasi di setiap fakultas sebagai salah satu strategi keberlanjutan (Gemari, 2010).

Page 60: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

42KAMPUSSIAGABENCANA

7. Kelompok Rentan

Kampus Siaga Bencana senantiasa memastikan bahwa kelompok rentan seperti kaum perempuan, anak-anak, ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS), dan masyarakat berkebutuhan khusus bukan hanya menjadi pihak yang menerima manfaat langsung dari program atau kegiatan namun juga memiliki kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dalam pembuatan keputusan. Pemahaman dan kesepakatan peran dari setiap jenis dan lapisan masyarakat akan menjadi fondasi kuat dalam setiap kegiatan perencanaan dan pelaksanaan KSB. Konsep ini akan menjadi bagian yang menyatu dalam peningkatan kesadaran di setiap tingkatan kegiatan.

Peraya, Ujung Tombak Pencegahan HIV dan AIDS Di Kalangan Remaja

“Ternyata HIV dan AIDS masalah remaja, tetapi kok remajanya malah gak sadar?” demikian ungkapan keheranan Noviyanti tiga tahun silam setelah mengikuti pelatihan Pendidik Remaja Sebaya (PERAYA) PMI Cabang Jakarta Timur. Fakta bahwa penyebaran HIV dan AIDS cukup tinggi di kalangan remaja dan pengguna narkoba dengan jarum suntik adalah salah satu kelompok berisiko tinggi mem-buatnya terhenyak. Karena itu menjadi anggota Peraya menurut Noviyanti bukan-lah sekedar untuk mengisi waktu, tetapi telah menjadi sebuah keharusan. Novi, tidak hanya menyebarkan informasi HIV dan AIDS di seputar wilayah kerja yang menjadi tanggungjawabnya yaitu daerah Rawa Bunga, Prumpung. Pada setiap kesempatan yang memungkinkan, informasi dan pendidikan mengenai HIV dan AIDS sering sengaja ia jadikan topik pembicaraan di kalangan teman sebayanya.

Pola komunikasi serupa juga dilakukan oleh Remon di wilayah kerja yang sekaligus menjadi tempat tinggalnya, Pulo Gebang. Perilaku seks bebas di kalangan remaja dan pemakaian narkoba jarum suntik adalah dua faktor yang membuat daerah tersebut berisiko tinggi terhadap penyebaran HIV dan AIDS.

Pemahaman yang lebih baik mengenai HIV dan AIDS di antara teman sebayanya memang tidak serta merta menghentikan perilaku berisiko. Menurut Remon paling tidak mereka sudah mengenal penggunaan kondom sebagai pencegahan dan menjadi lebih peduli pada masalah kesehatan reproduksi.

Page 61: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

43

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Berkordinasi dengan pihak kelurahan yang dijadikan area target, PMI Cabang Jakarta Timur telah merekrut 66 orang remaja dan melatih mereka menjadi Peraya. Peraya diharapkan memiliki kapasitas untuk menjadi penyuluh dan penyampai informasi mengenai HIV dan AIDS, kesehatan reproduksi bahkan isu yang penting lain di kalangan remaja di wilayah dampingannya. Program yang didukung oleh Palang Merah Belanda ini diimplementasikan sejak tahun 2006 di sepuluh kecamatan yang meliputi 60 kelurahan di Jakarta Timur dan berakhir 2010.

Para peraya menyadari bahwa pendekatan yang mereka lakukan dinilai efektif, karena remaja sering hanya terbuka kepada teman sebayanya. Semangat itu men-dasari upaya nyata pencegahan penyebaran HIV dan AIDS di kalangan remaja. Dan Peraya adalah ujung tombaknya (Soemantri, 2012).

8. Partisipasi Masyarakat dan Relawan

Masyarakat yang kuat, berdayaguna dan berkesinambungan adalah sebuah kunci penting pembangunan dalam tujuannya mencapai keberhasilan positif dalam segala sektor; ekonomi, sosial dan budaya. Partisipasi masyarakat aktif adalah kunci keberhasilan dari pembangunan masyarakat yang bertahan dan berdayaguna.

Dalam kaitannya dengan upaya-upaya pengurangan risiko, partisipasi mereka yang dilandaskan atas kesukarelaan dalam setiap upaya PRB tersebut akan menciptakan nilai-nilai berharga baik bagi diri mereka sendiri maupun anggota masyarakat dimana mereka bernaung. Selain itu tentunya memberikan kesempatan untuk masyarakat rentan untuk aktif berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan akuntabilitas upaya PRB.

Pembentukan KSB tentunya diharapkan tetap mengindahkan keterlibatan masyarakat dan relawan (desa/kelurahan/kampus). Mengingat bahwa masyarakat (rentan) adalah target penerima manfaat dari setiap upaya- upaya PRB, maka KSB akan berdaya guna secara optimal bila terjalin kemitraan dan partisipasi yang tinggi dari semua komponen masyarakat/relawan.

Page 62: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

44KAMPUSSIAGABENCANA

Dukungan masyarakat terhadap KSB akan menjadi penting, mengingat

kedepannya masyarakat adalah salah satu target penerima manfaat dari

pembentukan KSB. Partisipasi masyarakat/relawan dapat pula ditingkatkan

dalam hal pelaksanaan maupun pemantauan dan evaluasi.

Bergotong-royong Membentengi Diri Terhadap Bencana

Desa Morba, Kecamatan Alor Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, telah menyelesaikan pembangunan bronjong dengan panjang total 140 meter dan tanggul sepanjang 120 meter di empat titik rawan banjir di sepanjang Sungai Kikiray. Sungai yang membelah desa berpenduduk 1.303 kepala keluarga (KK) itu setiap tahun membawa permasalahan bagi warga di sebagian wilayahnya. Pada musim kemarau sungai ini cenderung kering, tetapi kondisinya sangat kontras ketika musim hujan. Saat hujan di atas bukit selama kurang lebih satu hari saja, serangan banjir tidak terelakkan lagi.

Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan oleh masyarakat desa. Salah satunya dengan melakukan penanaman bambu di bantaran sungai, tetapi ternyata belum berhasil menahan banjir. Desa Alila dan Kelurahan Adang, di Kecamatan Alor Barat Laut juga mempunyai permasalahan serupa.

“Coba kalau banjir datang berselang 5-6 tahun sekali mungkin bisa, tetapi banjir

datang setiap tahun, buluh bambu belum tumbuh besar sudah terbawa banjir”,

tutur Levinus T. Han, anggota tim SIBAT (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat) Desa

Adang.

Masyarakat, tim Sibat, pemerintah desa dan Korps Sukarela (KSR) melaku-

kan pemetaan ancaman, kerentanan, risiko, dan kapasitas sesuai kondisi

desa masing-masing. Hasil dari musyawarah bersama tersebut disepakati

membangun bronjong dan tanggul sungai pencegah bencana banjir di titik-titik

rawan. Mitigasi ini adalah langkah utama dari serangkaian kegiatan program

PERTAMA kerjasama PMI dan Palang Merah Belanda, sejak bulan Maret 2008.

Page 63: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

45

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Tidak sulit memobilisasi masyarakat yang secara sukarela bekerja bersama mem- bangun tanggul dan bronjong di tiga desa tersebut. Masyarakat sadar bahwa semua itu untuk membentengi mereka dari bencana banjir. Kini sebagian besar pembangunan telah selesai. Tetapi upaya pengurangan risiko bencana di Desa Morba, Alila dan Kelurahan Adang tentu tidak berhenti pada pembangunan mitigasi saja. Program PERTAMA boleh jadi menginisiasi serangkaian upaya tersebut. Tetapi swadaya masyarakat dan kegotongroyongan yang sangat kuat-lah yang sebenarnya akan terus menjadi benteng yang kokoh terhadap bencana (Soemantri, 2012).

9. Mobilisasi Sumber Daya

Faktor ketidakpuasan dan keinginan untuk mengubah kondisi

(kerentanan dan kemiskinan) menjadi salah satu indikator dalam gerakan

sosial yang tidak terlepas dari mobilisasi sumber daya. Tindakan kolektif

akan dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat dalam upayanya

melakukan sebuah perubahan sosial dan meningkatkan kondisi mereka.

Terkait dengan upaya PRB, pihak berwenang diharapkan dapat

memberdayakan dan mengelola seluruh sumber daya yang ada di tingkat

lokal untuk mendukung kapasitas masyarakat dalam upayanya keluar dari

kondisi kerentanan yang menjadi ancaman ketika bencana terjadi.

Dalam hal ini, adalah sangat penting bagi rencana kerja KSB memahami

aspek-aspek dalam pengerahan sumber daya maupun pemberian akses bagi

setiap individu terhadap sumber daya karena komponen kampus diharap-

kan menjadi pihak terdepan bersama-sama dengan aktor penanggulangan

bencana lainnya dalam memberikan respon ketika bencana terjadi maupun

pada upaya kesiapsiagaan.

Page 64: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

46KAMPUSSIAGABENCANA

Kampus Siaga Bencana di UNIMUS

Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) merupakan salah satu yang me-masukkan materi kebencanaan dalam kegiatan kemahasiswaannya. Pada tanggal 16 Juni 2012 lalu, sebanyak 30 mahasiswa UNIMUS mengikuti pelatihan tanggap darurat bencana. Kegiatan yang dipromotori oleh BEM FKM ini dilaksanakan di gedung rektorat Jl. Kedungmundu Raya 18, Semarang.

Pengetahuan kebencanaan, PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat) serta penanganan musibah kebakaran adalah beberapa materi yang diberikan pada pelatihan tersebut. BPBD Provinsi Jawa Tengah dan SARDA Jateng adalah pemateri yang ditunjuk oleh pihak universitas untuk membawakan materi selama pelatihan berlangsung.

Beberapa praktik pelatihan yang harus dilakukan peserta selama pelatihan antara lain melakukan praktik transportasi dan evakuasi korban serta praktik memadamkan api. Selain itu, peserta juga diminta untuk memasang tanda dan petunjuk jalur-jalur evakuasi di dalam gedung rektorat.

Bapak Sahyono selaku wakil dekan FKM mengatakan, “Pelatihan seperti ini sangat berguna bagi mahasiswa dan bagi UNIMUS sendiri, supaya warga UNIMUS peduli dan lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana.”

Iva Khunul selaku ketua panitia mengatakan “Dengan adanya pelatihan memacu semangat civitas akademika untuk bisa lebih tanggap bencana sesuai tema dalam kegiatan tersebut, yaitu Pelatihan dan simulasi penanganan darurat bencana pada mahasiswa” (http://sarda-jateng.blogspot.com).

Page 65: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

PARAMATER KAMPUS SIAGA

BENCANA

Page 66: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

48KAMPUSSIAGABENCANA

BAB IIIPARAMATER KAMPUS SIAGA BENCANA

Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya maka upaya PRB merupakan tanggung jawab bersama elemen bangsa. Perguruan tinggi merupakan komponen bangsa tempat bernaung para pelopor perubahan yang mampu berkontribusi lebih luas, diantaranya berfungsi dalam hal pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat (Tri Dharma Perguruan Tinggi).

Disisi lain, kampus juga merupakan bagian dari elemen masyarakat yang melekat dengannya sebuah hak dan kewajiban yakni hak perlindungan dan memperoleh rasa aman. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, tujuan adanya kampus yang siaga bencana selaras dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana1 , bahwa masyarakat ber-hak memperoleh pendidikan, pelatihan, dan keterampilan serta informasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Oleh karenanya, guna memastikan bahwa suatu kampus telah memenuhi unsur-unsur atau dapat dikategorikan sebagai KSB, maka diperlukan suatu alat analisis pengukuran berupa parameter.

A. Parameter Kampus Siaga Bencana (KSB)

1. Kebijakan terkait Pengurangan Risiko Bencana (PRB)

Adanya kebijakan akan mendukung keseluruhan proses pelaksanaan dan keberlanjutan KSB. Kebijakan juga memberikan akses untuk menjalin jejar-ing dan kerjasama, serta advokasi kepada para pemangku kepentingan.

1 Undang-Undang Nomor 24, tahun 2007, tentang ; Penanggulangan Bencana, BAB V, Pasal 26 ; tentang hak dan kewajiban masyarakat

Page 67: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

49

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

2. Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan dalam Pengurangan Risiko Bencana

Pengetahuan, sikap dan keterampilan komponen kampus akan menentukan tingkat kapasitas dan risiko yang dihadapi. Semakin meningkat kapasitas yang dimiliki, maka akan semakin minimal risiko yang dihadapi. Apabila lingkungan kampus mempunyai kapasitas yang kuat, maka komponen kampus dapat mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat sekitar untuk meningkatkan ketahanan menghadapi bencana dan melakukan upaya pengurangan risiko. 3. Mobilisasi Sumber Daya

Penyiapan sumber daya baik berupa manusia, sistem, perlengkapan, material, maupun dana diperlukan untuk mendukung pelaksanaan KSB. Sumber daya tersebut tentunya dapat diupayakan secara mandiri maupun melalui kerjasama dengan pihak terkait.

4. Kemitraan

Kemitraan dalam konteks KSB adalah untuk membangun partisipasi dan kemitraan internal dan eksternal kampus. Kemitraan bertujuan untuk menjalin dan meningkatkan kerja sama antara komponen kampus dengan stakeholder terkait PRB yang strategis untuk keberlanjutan KSB.

B. Indikator Pencapaian Parameter

Pencapaian terhadap parameter menjadi sebuah kunci terpenting untuk mengetahui pencapaian dan/atau keberhasilan dari KSB. Untuk itu pencapaian terhadap parameter perlu diuraikan secara jelas agar semua pihak lebih dapat memahaminya secara komprehensif. Tabel di bawah ini merupakan penjelasan secara umum mengenai indikator untuk setiap parameter, yang dapat dikembangkan secara terperinci.

Page 68: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

50KAMPUSSIAGABENCANA

Tabel 5 : Indikator Pencapaian Parameter

No Parameter Indikator Verifikasi

1. Kebijakan PRB

Dokumen kebijakan,

kesepakatan dan/atau

peraturan kampus yang

memuat dan/atau

mendukung upaya PRB

kampus

• Surat edaran

• Surat keputusan

Kegiatan PRB yang

diintegrasikan dalam

kegiatan kampus

• Proposal

• Rencana kerja

• Laporan kegiatan

Sistem dan prosedur yang

mendukung upaya PRB

• Tupoksi tim pengarah

dan pelaksana

• Adanya SOP

tanggap darurat

bencana yang dikaji

ulang dan

dimutakhirkan secara

rutin dan partisipatif.

• Adanya pedoman

evakuasi dan

penanganan

darurat bencana, ter-

masuk peta dan alur

evakuasi, serta titik

lokasi aman

• Adanya dokumen

kebijakan kampus

yang memuat dan/

atau mengadopsi

persyaratan konstruksi

bangunan dan

panduan retrofit yang

ada atau yang berlaku

Page 69: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

51

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Sistem dan prosedur yang

mendukung upaya PRB

• Adanya rencana

kontijensi tanggap

darurat bencana

yang dikaji ulang dan

dimutakhirkan secara

rutin dan partisipatif

• Adanya sistem

peringatan dini yang

telah diuji

• Daftar perlengkapan

keamanan dan

keselamatan

2.

Peningkatan Pengetahuan,

Sikap, dan Keterampilan

dalam PRB

Adanya anggota komponen

kampus yang terlatih

dalam PRB

• Database anggota

komponen kampus

yang terlatih dalam

PRB

• Evaluasi pelaksanaan

kegiatan

• Pelaporan

• Dokumentasi

Adanya perubahan

Pengetahuan, Sikap, dan

Keterampilan warga

kampus terhadap PRB

• Survei awal

• Survei akhir

• Laporan

Kegiatan PRB yang

dilaksanakan berdasarkan

hasil analisis risiko

• Rencana aksi PRB

• Rencana kontijensi

• Akses kegiatan dan

informasi untuk

kelompok rentan dan

berkebutuhan khusus

• Laporan kegiatan

Page 70: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

52KAMPUSSIAGABENCANA

Kajian tentang Ancaman,

Kerentanan, Kapasitas,

Risiko bencana yang terjadi

di lingkungan kampus dan

daerah sekitarnya

• Dokumen

penilaian risiko

bencana yang disusun

secara berkala sesuai

dengan kerentanan

kampus

• Peta risiko

3. Mobilisasi sumber daya

Adanya motor penggerak

mekanisme

penyelenggaraan

penanggulangan bencana

• Surat keputusan tim

pengarah dan

pelaksana terkait PRB

di kampus

Jumlah dan jenis

perlengkapan, suplai dan

kebutuhan dasar pada

saat bencana yang dimiliki

kampus.

• Database

perlengkapan dasar

dan suplai kebutuhan

dasar yang diakses oleh

komponen kampus pada

saat bencana

seperti: alat

Pertolongan Pertama

dan evakuasi, terpal,

tenda dan sumber air

bersih, dll

Kampus memiliki

rencana untuk mengguna-

kan sumber daya kampus

dalam melaksanakan upaya

PRB di lingkungan kampus

dan masyarakat

• Rencana tanggap

darurat

• Rencana kesiapsiagaan

• Simulasi

• Program

pemberdayaan

masyarakat (KKN, PPL,

KPPBM, PERTAMA, dll)

• Dokumentasi dan

daftar hadir

Page 71: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

53

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Adanya bangunan

kampus yang aman

terhadap bencana.

Bangunan kampus yang

berkarakteristik sebagai

berikut:

• Struktur bangunan

sesuai dengan standar

bangunan aman

bencana

• Tata letak dan desain

ruangan yang aman

• Tata letak dan desain

yang aman untuk

penempatan sarana

dan prasarana kampus

• Adanya kajian tingkat

keamanan dan

kerentanan konstruksi

bangunan terhadap

bencana

4. Kemitraan

Mekanisme koordinasi dan

kerjasama antara pihak

kampus dengan pihak-pihak

lain terkait PRB

(Pemerintah, BNPB/BPBD/

BPBA, PMI dan perangkat

kampus di lingkungan

maupun di luar kampus)

• Jumlah kegiatan

advokasi/sosialisasi

• Nota kesepahaman

• Laporan kegiatan

• Notulensi pertemuan

• Evaluasi kerja

Page 72: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

SIKLUSKAMPUS SIAGA

BENCANA

Page 73: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

56KAMPUSSIAGABENCANA

BAB IVSIKLUS KAMPUS SIAGA BENCANA

Pengelolaan dan pengembangan Kampus Siaga Bencana (KSB) membutuhkan dukungan dan partisipasi intensif dari seluruh komponen perguruan tinggi, mitra, dan institusi terkait. Bentuk-bentuk dukungan dan partisipasi dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan parameter keberhasilan KSB, melalui tahapan siklus sebagai berikut:

Gambar 5. Siklus KSB

Page 74: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

57

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

A. Tahapan Persiapan

Kematangan persiapan dan kesiapan internal institusi menentukan keberhasilan pengelolaan, pengembangan, dan keberlanjutan KSB. Secara umum persiapan dapat dibagi dalam tiga tahapan strategis, yakni Penguatan Sumber Daya Institusi, Membangun Kemitraan, serta Sosialisasi dan Advokasi.

1. Penguatan Sumber Daya Institusi

Sebagai tahap awal, insitusi baik perguruan tinggi maupun pihak-pihak yang mempunyai komitmen untuk melakukan upaya PRB di kampus, perlu melaku-kan penguatan sumber daya institusi dengan cara:

a. Analisis Kapasitas Institusi Masing-masing institusi mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan di dalam institusi yang akan berdampak pada pengelolaan dan pengembangan KSB, serta peluang dan hambatan yang berasal dari luar institusi yang mempengaruhi pencapaian tujuan KSB. Sumber daya manusia, keuangan, fasilitas, daya saing, mitra potensial, dan sistem merupakan beberapa komponen untuk membuat analisis kapasitas institusi. Adapun salah satu cara yang dapat digunakan untuk melaku-kan analisis kapasitas institusi adalah analisis SWOT (Strenght/ kekuatan, Weakness/kelemahan, Opportunity/Kesempatan, dan Threat/ Tantangan), yang telah diterapkan oleh beberapa institusi.

b. Penentuan StrategiBerdasarkan hasil analisis kapasitas institusi, maka dapat ditentukan strategi yang akan diterapkan untuk melakukan upaya PRB. Strategi bersifat jangka panjang, berkesinambungan, berkelanjutan, dan mem-perhatikan kebutuhan lintas sektoral. Strategi KSB akan dijelaskan lebih terperinci pada Bab V.

c. Penyiapan Sumber DayaIdentifikasi kebutuhan sumber daya merupakan penjabaran dari strategi.

Page 75: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

58KAMPUSSIAGABENCANA

Hal ini mencakup kebutuhan-kebutuhan antara lain kebijakan, SDM, pen-danaan, identifikasi sumber dana baik dari donor, dana mandiri, mau-pun dana bersama dari kemitraan, sistem, jenis kegiatan, dokumen, tim pelaksana, perlengkapan, dan menentukan durasi waktu pelaksanaan.

2. Membangun Kemitraan

Membangun hubungan antar institusi diperlukan untuk memastikan ketersediaan sumber daya dan dukungan para pihak. Identifikasi mitra potensial, identifikasi peran dan tanggung jawab setiap mitra, dan identifikasi bentuk dukungan dari setiap mitra merupakan langkah-langkah membangun kemitraan. Dalam membangun kemitraan, perlu memperhati-kan beberapa prinsip umum sebagai berikut:

a. Mengedepankan kesetaraan, kebersamaan, dan saling menguntungkanb. Menjunjung asas musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan

keputusanc. Menghargai keberadaan lembaga masing-masing

Beberapa bentuk kerjasama kemitraan yang dapat dibangun antara lain:

a. Penyediaan tenaga ahli, materi pendidikan dan pengajaranb. Penyelenggaraan kerjasama di bidang manajemenc. Penyelenggaraan kerjasama dalam pembangunan dan pemberdayaan

masyarakatd. Penyelenggaraan kerjasama pendanaane. Bentuk-bentuk kerjasama lain yang berkaitan dengan pelaksanaan KSB

sesuai dengan kegiatan yang tertuang dalam pedoman ini

PMI sebagai salah satu mitra dapat menyediakan dukungan teknis dalam hal pelatihan, penyediaan SDM, penyusunan pedoman, maupun pelaksanaan program terpadu, dengan pelibatan tim pelaksana perguruan tinggi dan PMI kabupaten/kota dan/atau PMI provinsi.

Page 76: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

59

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

3. Sosialiasi dan Advokasi

Untuk menyebarluaskan gagasan, komitmen, dan rancangan KSB, serta mendapatkan dukungan yang lebih luas, maka proses sosialisasi dan advokasi dilakukan antara lain dengan cara:

a. Pertemuan dengan para pemangku kepentingan untuk menentukan diterimanya konsep KSB. Promosi dan pelibatan organisasi/lembaga/badan terkait dan para pemangku kepentingan yang lebih tinggi, seperti yayasan pemilik perguruan tinggi, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI) dan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah dibutuhkan dan perlu dilakukan. Hal ini dapat ditindaklanjuti dengan pembentukan tim pelaksana yang mengawal pelaksanaan KSB dan tahapan selanjutnya. Dengan demikian pemahaman bersama terhadap kebutuhan, tujuan dan manfaat KSB sedapat mungkin dapat terbangun di tahapan ini.

b. Lokakarya atau seminar untuk mempromosikan konsep KSB, ber- bagi informasi, membangun kesamaan pemahaman, dan memperkuat partisipasi. Kegiatan ini ditujukan kepada seluruh warga kampus yang dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan upaya pengurangan risiko, serta sasaran utama (sasaran primer) KSB.

Contoh Tahapan dari Rektorat

1. Kebijakan rektorat terkait Kampus Siaga Bencana (KSB)

Rektorat sebagai pemegang kebijakan tertinggi di kampus merupakan penentu

keberhasilan utama pelaksanaan KSB. Kebijakan rektorat berupa surat keputusan

yang menyatakan dukungan pengarusutamaan isu pengurangan risiko bencana dalam

kegiatan-kegiatan di kampus, baik dalam kegiatan kemahasiswaan, akademik maupun

menjadi bagian kegiatan pengabdian masyarakat oleh kampus, dibutuhkan sebagai

rujukan formal kegiatan-kegiatan KSB.

Page 77: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

60KAMPUSSIAGABENCANA

2. Pembentukan tim kerja oleh gabungan warga kampus

Untuk memastikan terlaksananya KSB, kampus membentuk tim kerja, yang

terdiri dari tim pengarah dan tim pelaksana. Tim pengarah beranggotakan para

pengambil kebijakan di kampus, sedangkan tim pelaksana beranggotakan perwakilan-

perwakilan warga kampus baik mahasiswa, dosen, karyawan, dan penyedia jasa

layanan di kampus.

3. Proses siklus

Bekerjasama dengan PMI dan lembaga swadaya masyarakat pelaku pengurangan risiko

bencana, kampus memulai melaksanakan kegiatan KSB dengan melakukan identifikasi

dan penilaian ancaman, kerentanan, risiko, dan kapasitas di kampus. Penilaian ini

dapat mencakup sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti kondisi

lingkungan, struktur dan infrastruktur di kampus dan lingkungan sekitar kampus.

Penilaian ini perlu juga didukung oleh survei tingkat pengetahuan, sikap, dan

keterampilan warga kampus dan masyarakat sekitar kampus berkait dengan isu

kebencanaan dan pengurangan risikonya.

B. Siklus Kampus Siaga Bencana (KSB)

Proses untuk membentuk KSB dapat dilaksanakan secara berurutan sesuai dengan siklus Gambar 5. Adapun proses pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Penilaian dan analisis secara partisipatif

Penilaian dan analisis Ancaman, Kerentanan, Risiko, dan Kapasitas merupakan titik awal untuk merancang KSB yang sesuai dengan ke-butuhan. Proses ini perlu mempertimbangkan keterlibatan warga kampus serta lembaga yang terkait serta keterwakilan yang setara antara peran perempuan dan laki-laki maupun yang berkebutuhan khusus. Hal ini dilakukan untuk menganalisis bencana yang mengancam komunitas di lingkungan perguruan tinggi, menganalisis kerentanan, risiko yang kemungkinan timbul, dan kapasitas yang dimiliki komunitas perguruan tinggi serta masyarakat sekitar kampus untuk mengurangi risiko bencana.

Page 78: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

61

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Hasil penilaian, dan analisis Ancaman, Kerentanan, Risiko dan Kapasitas dapat digunakan antara lain untuk:a. Mendapatkan gambaran tingkat ancaman, kerentanan, risiko, dan kapasitas

yang ada di lingkungan kampus maupun masyarakat sekitar kampus;b. Mempermudah proses pengambilan keputusan;c. Mengidentifikasi kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

KSB;d. Merancang intervensi untuk mencapai indikator perubahan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan;e. Sebagai bahan penyusunan rencana aksi.

Metode dan alat/instrumen penilaian dan analisis Ancaman, Kerentanan, Risiko

dan Kapasitas telah diterapkan dan dikembangkan oleh para ahli dan institusi

yang bergerak di bidang PRB. Metode dan alat tersebut, diantaranya:

a. Informasi sekunder

b. Baseline survey termasuk baseline Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan

(KAP)

c. Diskusi kelompok terfokus

d. Wawancara semi-terstruktur

e. Observasi langsung

f. Assessment

g. Pemetaan

h. Diagram venn hubungan internal dan eksternal

2. Perumusan Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana

Sebagaimana telah disebutkan bahwa salah satu hasil penilaian dan analisis Ancaman, Kerentanan, Risiko dan Kapasitas menjadi dasar dalam menentukan rencana aksi pengurangan risiko di perguruan tinggi, yang dapat diintegrasikan ke dalam setiap kegiatan yang sudah ada, maupun ber-sinergi dengan kegiatan para mitra. Rencana aksi disiapkan dan disusun oleh komunitas kampus dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki, yang selanjutnya dimonitor langsung oleh para komunitas kampus, dan dilaksana-kan secara transparan dan akuntabel.

Page 79: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

62KAMPUSSIAGABENCANA

Rencana aksi PRB tidak hanya terdiri dari kegiatan struktural, tetapi juga non-struktural yang menjangkau dan berdampak pada komunitas kampus dan masyarakat sekitarnya dalam bentuk peningkatan kapasitas, pengetahuan, sikap, dan keterampilan, yang isinya mengarah pada:

a. Rumusan kebijakan dan aturan perguruan tinggi untuk mendukung pelaksanaan, keberlanjutan dan kemandirian kampus untuk mengelola dan mengembangkan KSB.

b. Rumusan kebijakan dapat berupa (a) Surat Keputusan (SK), (b) Nota Kesepahaman (MoU) dengan pihak mitra berkaitan dengan pelaksanaan KSB.

c. Rencana kegiatan PRB jangka pendek, menengah, dan panjang yang mewadahi rencana aksi untuk upaya PRB baik di wilayah kampus maupun di masyarakat.

d. Pembagian peran dan tugas tiap stakeholder.

e. Rencana penguatan kapasitas.

f. Rencana penguatan kapasitas dapat berupa rencana pelatihan maupun workshop dan seminar untuk penguatan kapasitas warga kampus dalam pelaksanaan dan keberlanjutan KSB.

g. Rencana mitigasi.

Merupakan suatu rencana yang disusun untuk mengurangi risiko bencana yang sudah teridentifikasi baik berupa kegiatan non- struktural maupun struktural. Pada umumnya, mitigasi struk-tural berupa renovasi atau perbaikan bangunan fasilitas kampus untuk memastikan terjaminnya keamanan dan keselamatan warga kampus, maupun perangkat ‘Sistem Peringatan Dini’. Sedangkan mitigasi non-struktural dapat berupa upaya peningkatan pengetahuan, kesadaran, dan kapasitas agar memiliki sumber daya lebih terampil, sehingga selalu siap siaga dan waspada terhadap kejadian bencana, yang dilakukan dalam bentuk pelatihan maupun pembuatan dokumen kebencanaan.

Page 80: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

63

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

h. Rencana tanggap darurat.

Rencana kegiatan yang dilakukan untuk menghadapi kejadian- kejadian bencana serta menangani dampak buruk yang dialaminya, contohnya: penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) dan rencana simulasi bencana.

i. Rencana kontijensi/kedaruratan perguruan tinggi.

Suatu proses identifikasi dari penyusunan rencana, yang didasar-kan pada suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi.

j. Rencana pengarusutamaan PRB ke dalam kegiatan maupun program kampus.

k. Rencana mobilisasi sumber daya internal dan eksternal.

Merupakan rencana kegiatan yang direncanakan untuk memobilisasi sumber daya yang ada agar kegiatan upaya PRB di kampus dapat terlaksana.

l. Rencana peningkatan kapasitas masyarakat.

Merupakan rencana kegiatan yang dilaksanakan untuk peningkatan kapasitas masyarakat mengenai upaya PRB, contohnya: penyuluhan kesehatan dan pertolongan pertama.

m. Rencana anggaran.

n. Rencana pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, termasuk mekanisme pelaksanaannya.

o. Rencana-rencana aksi yang disesuaikan dengan kondisi kampus masing-masing.

3. Aksi Pengurangan Risiko Bencana

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana aksi yang telah disepakati, dan dapat mengalami pengembangan kegiatan. Beberapa kegiatan aksi pengurangan risiko dan mitigasi yang dapat menjadi prioritas KSB adalah sebagai berikut:

Page 81: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

64KAMPUSSIAGABENCANA

a. Prabencana

1. Melakukan penelitian, assessment, maupun studi baseline untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan, sehingga dapat menentukan intervensi yang akan diterapkan untuk mengurangi risiko bencana.

2. Melakukan pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi komunitas kampus dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengurangi risiko bencana, tanggap darurat bencana, maupun sebagai penyuluh di masyarakat. Untuk mendukung hal ini, PMI telah mempunyai kurikulum, buku panduan pelatihan, paket pelatihan, maupun SDM pelatih untuk kebutuhan internal PMI, maupun eksternal. Adapun jenis diklat dan cakupan materi yang diperlukan untuk setiap komponen kampus, tercantum dalam lampiran.

3. Melakukan upaya penyadaran bagi komunitas kampus dan masyarakat dalam bentuk kampanye pengurangan risiko, seminar, lokakarya, atau simulasi. Jenis kegiatan yang diperlukan, sebagaimana tercantum dalam lampiran.

4. Menyusun rencana evakuasi keselamatan dalam bentuk jalur evakuasi dan menentukan titik aman untuk berkumpul, yang mengakomodasi kelompok usia yang berbeda, gender, maupun komunitas berkebutuhan khusus.

5. Merumuskan SOP sesuai jenis bencana.

6. Menyepakati mekanisme peringatan dini.

7. Memastikan ketersediaan perlengkapan pertolongan dan keselamatan, diantaranya kit pertolongan pertama, dan alat komunikasi.

8. Mempromosikan kampus sebagai pusat informasi dan kegiatan PRB.

9. Mengintegrasikan kegiatan pengurangan risiko ke dalam kurikulum, penelitian, kegiatan UKM, maupun kegiatan pengabdian masyarakat.

Page 82: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

65

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

10. Menetapkan tim tanggap darurat yang terdiri dari perwakilan setiap komponen kampus.

11. Jejaring dan kerjasama antar perguruan tinggi untuk saling men-dorong terwujudnya upaya PRB.

b. Tanggap Darurat dan Pemulihan

Pada saat terjadi bencana, seringkali kegiatan perkuliahan terganggu atau bahkan terhenti karena berbagai faktor, diantaranya, terputus-nya akses komunikasi dan transportasi menuju kampus, bangunan dan perlengkapan kampus yang rusak, kampus digunakan sebagai tempat pengungsian sementara, maupun adanya korban jiwa dari unsur komunitas kampus.

Berikut ini beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak bencana di lingkungan kampus:

1. Melakukan assessment cepat.2. Merumuskan rencana tanggap darurat dan pemulihan.3. Mengerahkan sumber daya baik manusia maupun perlengkapan yang

ada pada setiap program studi untuk mendukung operasi tanggap darurat hinggap masa pemulihan.

4. Advokasi keamanan dan keselamatan kampus sebagai bagian dari pembangunan dan pengembangan gedung yang aman dari risiko bencana.

Page 83: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

66KAMPUSSIAGABENCANA

Gambar 6. Penyuluhan pengurangan risiko bencana yang dilakukan mahasiswa Universitas Syiah Kuala kepada murid-murid sekolah dasar.

4. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan

Dalam perencanaan konsep KSB, rencana monitoring dan evaluasi dilakukan sejak awal proses untuk memastikan bahwa tujuan dan parameter KSB tercapai seperti harapan, yang kemudian tertuang dalam laporan berkala. Proses ini sebagaimana halnya tahapan sebelumnya, akan dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan para pelaksana KSB maupun pihak eksternal.

a. PemantauanPemantauan merupakan rangkaian kegiatan pengamatan terhadap berbagai kegiatan untuk memastikan bahwa strategi dan langkah yang ditempuh telah sesuai dengan perencanaan. Pemantauan dilakukan pada semua aspek kegiatan KSB dan bertujuan untuk menemukan tantangan, mencari alternatif pemecahan masalah, dan merekomendasikan langkah-langkah penyelesaian agar pelaksanaan berjalan secara efisien dan efektif, dan tepat waktu.

Page 84: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

67

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Pemantauan secara rutin dilakukan pada periode pelaksanaan kegiatan, dengan menggunakan beberapa metode dan alat seperti tinjauan laporan, kuesioner, kunjungan lapangan berkala, wawancara, pengamatan, dan pertemuan koordinasi rutin yang dapat dilakukan oleh mahasiswa sendiri, rektorat, serta pihak eksternal seperti PMI, BPBD, DIKTI, dan instansi atau pihak terkait.

b. EvaluasiEvaluasi dilakukan untuk membandingkan hasil pelaksanaan dengan rencana yang ditetapkan menurut parameter yang telah disepakati bersama. Evaluasi juga dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan, keterlibatan, dan peranan pelaksana. Hasil evaluasi juga berarti memberi kesempatan pada pihak lain untuk belajar dari pengalaman upaya PRB melalui KSB sebagai laporan kepada mitra yang telah bekerja- sama, dan untuk membuat rencana KSB selanjutnya. Pelaksanaan evaluasi melibatkan tim, pihak yang bekerjasama, dan pihak yang mendapat-kan manfaat (kelompok sasaran), yang dilakukan dengan cara diskusi, survei, wawancara, maupun melihat kembali hasil pemantauan.

c. PelaporanPelaporan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting karena menjadi alat komunikasi antarpihak dalam memberikan informasi pencapaian keberhasilan, dan dapat menjadi referensi untuk mengembangkan kegiatan yang sama, dan sebagai bahan pengambilan keputusan. Laporan dibuat secara berkala dan berjenjang, dan menggunakan format yang disesuaikan dengan sasaran pengguna, yang mencakup hal-hal berikut ini:1. Periode pelaporan.2. Menjelaskan proses pelaksanaan kegiatan, yang mencakup per-

bandingan antara kemajuan terhadap perencanaan, hambatan, analisa ketidakberhasilan, serta rekomendasi.

3. Laporan narasi disajikan bersama dengan laporan keuangan.4. Adanya keterkaitan dengan laporan sebelumnya, sehingga

perkembangan dapat terpantau dan menjadi acuan pada saat menentukan langkah selanjutnya.

Page 85: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

STRATEGI PELAKSANAAN DAN

KEBERLANJUTANKAMPUS SIAGA BENCANA

Page 86: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

70KAMPUSSIAGABENCANA

BAB VSTRATEGI PELAKSANAAN DAN KEBERLANJUTAN KAMPUS SIAGA BENCANA

A. Strategi Pelaksanaan Kampus Siaga Bencana

Strategi KSB merupakan rencana yang menyeluruh dan terpadu mengenai upaya-upaya pemberdayaan dan peningkatan kapasitas dalam kesiap- siagaan dan pengurangan risiko bencana yang akan dilaksanakan oleh perguruan tinggi.

Untuk mewujudkan KSB, komponen perguruan tinggi diharapkan melakukan upaya proaktif untuk meminimalisasi dampak dan risiko bencana melalui strategi yang dapat dijelaskan berikut ini:

1. Pembinaan Sumber Daya ManusiaTujuan utama dari KSB adalah untuk memperkuat kapasitas warga kampus dalam kesiapsiagaan serta PRB. Perlu disadari bahwa setiap komponen memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berbeda dalam kesiap-siagaan dan PRB. Pelaksanaan konsep ini membutuhkan keterlibatan aktif dari semua komponen seperti rektorat, dosen, mahasiswa, unit kegiatan mahasiswa, staf, dan semua pihak yang berada di lingkungan kampus. Pembinaan SDM dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas kampus yang terorganisasi dan komprehensif. Pemberdayaan komponen kampus dilaksanakan secara menyeluruh dan partisipatif dengan cara mendorong peran masing-masing komponen kampus untuk terlibat aktif dalam upaya kesiapsiagaan dan PRB. Pembinaan SDM ini juga men-cakup pembinaan untuk kelompok rentan maupun berkebutuhan khusus.

Page 87: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

71

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Salah satu sumber daya yang dibina oleh PMI di perguruan tinggi adalah Korps Sukarela (KSR). KSR adalah suatu unit kegiatan mahasiswa yang di-jadikan wahana untuk keberlanjutan KSB dengan memaksimalkan fungsi KSR sebagai organisasi kader dalam menerapkan upaya–upaya kesiap-siagaan dan PRB.

2. Kemitraan Kemitraan serta kerja sama yang kuat antar semua pihak yang ber- kepentingan sangat menentukan pelaksanaan serta keberlanjutan KSB. Kemitraan tidak hanya ditekankan pada penyediaan dana, material, dan tenaga, namun juga dalam hal keterlibatan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, penyusunan kebijakan, pemantauan, dan evaluasi, termasuk terhadap keberlangsungan program. Memperkuat kemitraan berarti juga membina komunikasi, koordinasi, dan kerjasama dengan berbagai disiplin dan profesi terkait baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun pihak swasta.

3. Sosialisasi dan AdvokasiKesiapsiagaan dan PRB yang menjadi dasar penyelenggaraan KSB merupakan proses yang berkesinambungan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Penting bagi setiap pemangku kepentingan di lingkungan kampus, Kementerian Pendidikan Nasional, PMI, dan pihak terkait untuk memahami upaya PRB, fungsi dan tanggung jawab masing-masing. Untuk itu, advokasi dan sosialisasi berperan untuk menyamakan pemahaman, mendapatkan dukungan, dan keterlibatan berbagai pihak.

4. Pengarusutamaan Pengurangan Risiko BencanaKSB tentunya harus dapat memenuhi kebutuhan utama kampus terlebih dahulu agar dapat memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi kampus terkait dengan kegiatan PRB. KSB memadukan model, instrumen, metode, pendekatan, dan strategi dengan pengetahuan, sikap dan keterampilam yang dimiliki komponen kampus. KSB memanfaatkan cara-cara kampus untuk mengintegrasikan isu-isu PRB ke dalam kegiatan kampus, baik intra maupun ekstrakurikuler.

Page 88: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

72KAMPUSSIAGABENCANA

Gambar 7. Latihan gabungan pertolongan pertama dan evakuasi korban bencana oleh UKM KSR-UNNES yang diikuti oleh mahasiswa umum (UKM dan BEM)

B. Strategi Keberlanjutan Kampus Siaga Bencana

Keberlanjutan suatu inisiatif seringkali menjadi masalah kunci dalam perjalanan pengembangan inisiatif tersebut. Terkait dengan keberlanjutan KSB, maka tujuan KSB tidak dirancang hanya terfokus pada kebutuhan jangka pendek, namun harus berorientasi jangka panjang. Hasil-hasil yang dicapai, semua elemen yang mendukung, serta strategi, pendekatan, model, instrumen, dan metode yang digunakan harus dilembagakan dan bisa dipakai dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Dengan demikian, mereka dapat menjaga, merawat, dan mengembang-kan pelaksanaan KSB. Keberlanjutan juga berarti bahwa komponen kampus dapat melaksanakan kegiatan secara mandiri maupun mengembangkan kemitraan dengan pihak lainnya.

Page 89: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

73

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Beberapa strategi dan kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap perguruan tinggi untuk keberlanjutan KSB adalah:

1. Menetapkan regulasi terkait KSB yang dapat digunakan sebagai landasan pelaksanaan inisiatif dan strategi KSB.

2. Meningkatkan citra perguruan tinggi serta mempublikasikan profil dan kinerja KSB kepada pihak eksternal.

3. Melakukan pembinaan dan pengembangan KSB secara berkesinambungan dan berkelanjutan melalui penetapan kerjasama dengan pemerintah maupun regulator pendidikan dan pelaksanan kegiatan PRB. Hal ini di-maksudkan agar setiap perguruan tinggi dapat mengerti, memahami, dan menerapkan konsep KSB dengan tepat, seperti misalnya memasukkan KSB dalam salah satu aplikasi kegiatan kurikuler (KKN, PKL, PPL) maupun ekstrakurikuler dalam kebijakan perguruan tinggi.

4. Menghubungkan perguruan tinggi dengan sponsor terkait.5. Menjaga hubungan dengan mitra dan jejaring.6. Memaparkan manfaat mitra dan jejaring terhadap bantuan yang telah

diberikannya kepada perguruan tinggi bahwa kehidupan masyarakat kampus menjadi lebih aman, tangguh dan siap siaga terhadap bencana.

Page 90: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

LAMPIRAN

Page 91: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

76KAMPUSSIAGABENCANA

LAMPIRAN

1. Contoh Integrasi Kampus Siaga Bencana ke dalam Mata Kuliah Lembaga Kampus - Organisasi Ekstra dan Intra Kampus

NOFakultas/Program Studi/

JurusanIntegrasi

Literatur

(buku utama

dan

pendukung)

Keterangan

(keter-

sediaan

buku/akses)

1Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

• Peran serta kampus

dalam UU PB No. 24

tahun 2007 tentang

Penanggulangan

Bencana

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

• Peran kebijakan

kampus terhadap

kesiapsiagaan di

kampus

2 Ilmu Sosial dan Politik

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

3 Sains dan Teknologi

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

Page 92: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

77

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

4 Hukum

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

5 Agama

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

• Ayat-ayat/surat-surat

dalam kitab suci yang

berhubungan dengan

kebencanaan

6 Budaya

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

7 Kedokteran

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

8 Farmasi

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

9 Kebidanan

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

Page 93: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

78KAMPUSSIAGABENCANA

10 Keperawatan

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

11 Analis

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

12 Kesehatan Masyarakat

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

13 Bahasa dan Sastra

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025.

• Penggunaan bahasa

yang mudah

dimengerti dalam

membuat ornamen

kampus.

14 Psikologi

15 Ilmu Komunikasi

Page 94: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

79

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Contoh Integrasi Kampus Siaga Bencana pada Lembaga Kampus

NO Lembaga Kampus

Integrasi (lingkup

Keilmuan/

Keterampilan)

Literatur Akses

1Lembaga Pengabdian

Masyarakat

• Pengetahuan

kebencanaan dan

kepalangmerahan

• Skill kebencanaan dan

kepalangmerahan

• Buku-buku

tentang

PB (PMI &

umum)

• SOP dan/atau

aturan yang

terkait

• PMI Pusat

• Toko-toko

Buku

• dll

2Lembaga Penelitian

Kampus

• Ilmu kebencanaan

• Ilmu kepalangmerahan

• Buku-buku

kebencanaan

• Buku-buku

kepalang-

merahan

• Desa binaan/

wilayah

program/

kegiatan

• Toko-toko

buku

• PMI Pusat

• dll

Page 95: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

80KAMPUSSIAGABENCANA

Contoh Integrasi Kampus Siaga Bencana pada Organisasi Ekstra dan Intrakampus

NO OrganisasiIntegrasi keilmuan/

pengetahuanKeterampilan (skill)

Intrakampus:

1

Badan Eksekutif

Mahasiswa Universitas/

Fakultas (BEM

Universitas/Fakultas)

• Pengetahuan

kebencanaan dan

adaptasi perubahan

iklim pada orientasi

studi pengenalan

kampus

• Publikasi pengetahuan

kebencanaan pada

buku saku panduan

mahasiswa

• Melakukan simulasi

kebencanaan

• Membuat peta rawan

bencana dan jalur evakuasi

• Melakukan adaptasi

perubahan iklim (kepedulian

lingkungan)

2HMJ (Himpunan

Mahasiswa Jurusan)

• Pengetahuan

kebencanaan pada

stadium general

Ekstrakampus:

1UKM KSR/

Kepalangmerahan

• Kepalangmerahan

• Kebencanaan

• Inisiator

• Konseptor

• Peer

2 UKM Pramuka

• Korelasi pengetahuan

kebencanaan,

kesehatan dengan

wawasan kebangsaan

• Inisiator

• Konseptor

• Peer

3 UKM Menwa

• Korelasi pengetahuan

kebencanaan dengan

wawasan kebangsaan

dan bela negara

• Inisiator

• Konseptor

• Peer

Page 96: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

81

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

2. Contoh langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan dan dipraktikkan oleh seluruh komponen kampus:

NO Aktivitas

1

Kenali kejadian-kejadian alam yang dapat menimbulkan bencana di lingkungan

kampus seperti: gempa bumi, tsunami, kebakaran, banjir, longsor, kesehatan, dan

lain-lain.

2Kenali lokasi-lokasi yang rawan terhadap bencana dan/atau penyakit di wilayah

kampus Anda.

3Pelajari bagaimana proses bencana itu terjadi mulai dari penyebabnya sampai

tindakan penyelamatan diri terhadap bencana tersebut.

4Bangun motivasi warga kampus Anda untuk menyiapkan diri dalam menghadapi

bencana.

5Letakkan barang-barang yang berat di dekat lantai dan jangan meletakkan barang

berat, pecah belah di atas lemari/rak.

6Pilih salah satu lokasi yang dapat dijadikan tempat evakuasi, pilih jalur evakuasi yang

terdekat dari kampus.

7 Sepakati tempat berkumpul seluruh warga kampus pada saat evakuasi.

8Sepakati dan sosialisasikan tanda bencana (sesuai jenis bencana) kepada seluruh

warga kampus.

9 Siapkan tas siaga bencana.

10Latihan evakuasi menuju lokasi aman untuk menyelamatkan diri pada saat terjadinya

bencana secara rutin (sesuai tipe dan/atau jenis bencana).

11Buat rencana kegiatan/aksi dan rencana tindak lanjut tentang pengurangan risiko

bencana yang dapat dipahami seluruh warga kampus.

Page 97: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

82KAMPUSSIAGABENCANA

3. Contoh Laporan KSR

Laporan Kegiatan KSB

Masyarakat: _______________________ Bulan: ________________________

Prioritas risiko bencana yang

diidentifikasi oleh KSB:

1. _____________________________________

2. _____________________________________

3. _____________________________________

Total warga kampus terlibat

di masyarakat________________________________________

Kegiatan yang diorganisasi di bulan sebelumnya

No Kegiatan# Orang yang berpartisipasi

Pria Wanita Total

1

2

3

4

Sorotan bulan ini:________________________________________________________________________________________________________________________________ ________________________________________________________________

Rencana untuk bulan iniNo Kegiatan Tanggal Tempat

1

2

3

4

Kontak: Silakan kontak (Nama, alamat dan nomor telepon dari kontak di Palang Merah setempat untuk umpan balik dan keluhan) untuk saran, umpan balik dan keluhan yang berhubungan dengan KSB.

Page 98: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

83

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

4. Contoh Pedoman Wawancara (LIPI, Membangun Sekolah Siaga Bencana: 2008)

Parameter/Variabel Informasi Lanjutan Contoh Pertanyaan

Kondisi fisik

• Pemahaman terhadap

tingkat kerentanan (lokasi,

bangunan kampus)

• Upaya untuk mengurangi

risiko bencana, misal:

renovasi kampus ber-

dasarkan pada konstruksi

bangunan tahan gempa

• Apa yang Saudara ketahui

tentang kerentanan?

• Bagaimana kerentanan

yang ada di kampus

Saudara?

• Apakah ada upaya untuk

mengurangi kerentanan di

Kampus Saudara?

Pengetahuan, sikap, dan

keterampilan

• Informasi tentang

pengetahuan bencana

(jenis, waktu, lokasi,

skala/besaran, dampak)

• Akses dosen,mahasiswa

dan karyawan terhadap

informasi tentang bencana

• Apakah di kampus Saudara

ada akses yang

memudahkan dalam

mendapatkan informasi

tentang bencana?

Mobilisasi sumber daya

• Peningkatan kapasitas

kampus

• Pelatihan (jenis, siapa

yang terlibat, jumlah

yang terlibat, frekuensi

pelatihan, penyelenggara,

pendanaan, tindak lanjut

hasil penelitian, kendala)

• Workshop/seminar/

sosialisasi (jumlah dosen,

mahasiswa, dan karyawan

yang terlibat, frekuensi

pelatihan, penyelenggara)

• Bagaimana cara

meningkatkan kapasitas

kampus?

• Apakah kampus pernah

mendapatkan pelatihan

mengenai kebencanaan?

Catatan: Tabel wawancara di atas digunakan untuk mengetahui dan/atau menguji kesiapsiagaan kampus terhadap bencana melalui kuesioner.

Page 99: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

84KAMPUSSIAGABENCANA

5. Contoh Prosedur Tanggap Darurat1

Prosedur Tanggap Darurat adalah prosedur yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan tindakan darurat. Dalam menyusun prosedur darurat tentunya mampu menjawab pertanyaan yang terkait dengan kesiapsiagaan tanggap darurat yaitu:

1. Tindakan apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat?2. Kapan tindakan itu harus dilaksanakan?3. Dimanakah tindakan itu harus dilakukan? 4. Siapakah yang melaksanakan tindakan?5. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?

Berdasarkan pertanyaan tersebut maka setiap potensi bencana yang ter-kandung dalam keadaan darurat perlu dibuatkan prosedur tanggap darurat, yaitu:

A. Prosedur Darurat Kebakaran

Tujuan

Tujuan dari prosedur ini adalah memberikan pelaksanaan operasional kepada organisasi tanggap darurat mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil jika terjadi kebakaran guna meminimalkan timbulnya kejadian kebakaran dan dampak yang diakibatkannya.

Ruang Lingkup

Prosedur ini dilaksanakan mulai dari adanya teriakan kebakaran atau terdengarnya bunyi alarm, adanya api, sampai api padam.

1 Direktorat Kesehatan Kerja KEMENKES, Pedoman Kesiapsiagaan Tanggap Darurat di Gedung Perkantoran, Jakarta : 2010, hlm. 45

Page 100: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

85

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

BAGAN ALUR DARURAT KEBAKARAN BERDASARKAN PERANNYA:

1. Semua karyawan melihat api atau mendengar alarm

Page 101: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

86KAMPUSSIAGABENCANA

6. Contoh Tabel Mempermudah Menyusun Rencana Tanggap Darurat di Kampus

Kelompok Sebelum Saat Setelah

Peringatan dini

• Membuat Sistem

Peringatan Dini

(SPD)/tanda

bencana

• Melakukan

sosialisasi

kepada seluruh

warga kampus

• Melakukan uji coba

SPD yang telah

dibuat

• Membunyikan

tanda bencana

• Menginformasikan

kondisi dan situasi

aman

Pertolongan Pertama

• Pelatihan

Pertolongan

Pertama bagi

warga kampus

• Menyiapkan

peralatan

Pertolongan

Pertama

• Memberikan

Pertolongan

Pertama secara

cepat dan tepat

• Melakukan

pendataan dan

menginformasikan

jumlah korban baik

yang luka ringan,

luka berat, dan

meninggal

Penyelamatan dan

evakuasi

• Menentukan jalur

evakuasi, titik

kumpul, dan titik

aman

• Membuat peta dan

jalur evakuasi

• Simulasi bencana

yang melibatkan

seluruh komponen

kampus

• Membimbing dan

mengarahkan

seluruh komponen

kampus untuk

melakukan

evakuasi pada

jalur yang telah

ditentukan

• Mengevakuasi

korban

Page 102: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

87

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Logistik

• Pelatihan logistik

• Membuat dan

memfungsikan

Koperasi Kampus

(sebagai lumbung)

• Mendirikan pusat

informasi, RS

darurat, dapur

umum, dan tempat

pengungsian

sementara pada

tempat yang telah

disepakati

• Mendata dan

melaporkan

rekapitulasi

pendistribusian

logistik

Keamanan

• Pengawasan

terhadap

keamanan jalur

evakuasi

• Melakukan

pengawalan pada

saat evakuasi

• Menjaga keamanan

tempat

pengungsian

Referensi:• Deni Hidayati dkk, Sekolah Siaga Bencana Pembelajaran dari Kota Bengkulu, Jakarta : LIPI Press, 2010,

hlm. 109-111.• Haryadi Permana dkk, Sekolah Siaga Bencana, Jakarta : LIPI Press, 2008, hlm. 41-42

Page 103: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

88KAMPUSSIAGABENCANA

7. Formulir Asesmen Cepat KSB

Formulir Penilaian Cepat Sektor Perguruan Tinggi(72 jam - 1 minggu sejak bencana)

0. Informasi Umum

Tanggal pengambilan data: ____/____/____ (tanggal/bulan/tahun)

Nama Universitas/Perguruan Tinggi/Sekolah Tinggi - Tahun PT dibangun:

Provinsi :

Kabupaten :

Kecamatan :

Alamat Kampus :

No. Telepon: No. Fax Email:

Sumber informasi utama:

1.

2.

3.

NO Pertanyaan Kategori

1. INFORMASI FASILITAS PENDIDIKAN

Jenis Bangunan

1 Lantai 3 Lantai atau lebih

2 Lantai Bangunan Bata

Bangunan KayuBangunan beton

bertulang

1. Wilayah dan Warga Kampus yang terkena dampak

1.1.

Seberapa besar warga kampus yang

terkena dampak?# Laki-Laki # Perempuan # Total

A. Total warga kampus

B. Jumlah warga kampus

Page 104: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

89

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

1.2.

Kira-kira, berapa persen mahasiswa

yang terkena dampak?% Laki-Laki % Perempuan % Total

A. % total warga kampus yang terkena

dampak

B. % warga kampus usia sekolah yang

terkena dampak

1.3.

Kira-kira, berapa persen warga kampus

yang berkontribusi terhadap pelayanan

tanggap darurat di lingkungan kampus?

% Laki-Laki % Perempuan % Total

A. % total warga kampus

B. % Unit Kegiatan Mahasiswa

C. % dosen

1.4.

Berapa jumlah Unit Perguruan Tinggi di wilayah yang terkena dampak?

A. Sekolah Tinggi Unit

B. Universitas Unit

2. Pengetahuan Secara Umum

2.1.

Kapan kalender pendidikan dimulai dan

berakhir?Awal Akhir

____/____/____ ____/____/____

(tanggal/bulan/tahun) (tanggal/bulan/tahun)

2.2.

Kapankah ujian berlangsung? Awal Akhir

____/____/____ ____/____/____

(tanggal/bulan/tahun) (tanggal/bulan/tahun)

Page 105: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

90KAMPUSSIAGABENCANA

2.3.

Apakah kampus mengetahui mengenai

Pengurangan Risiko Bencana?1. Ya 2. Tidak

# Laki - Laki # Perempuan

A. % Rektor/Dekanat

B. % Dosen

C. % Mahasiswa

D. % Karyawan

E. % Pengelola Pelayanan Jasa

2.4.Apakah Kampus memiliki Tim Tanggap

Darurat Bencana?1. Ya 2. Tidak

2.5.

Berapa orang mahasiswa yang

mengetahui Pengurangan Risiko

Bencana?

# Laki-Laki # Perempuan # Total

A. Sekolah Tinggi

B. Universitas

2.6.Apakah ada Unit Kegiatan Mahasiswa

KSR di wilayah yang terkena dampak?1. Ya 2. Tidak

2.7.

Berapa kampus yang memiliki asuransi?

A. Sekolah Tinggi Unit

B. Universitas Unit

3. Keterampilan

3.1.

Sebelum bencana, bagaimanakah Angka

Partisipasi Murni (APM) untuk:# Laki-Laki # Perempuan # Total

A. Sekolah Tinggi

B. Universitas

Page 106: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

91

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

3.2.

Sebelum bencana, berapakah jumlah

dosen:# Laki-Laki # Perempuan # Total

A. Sekolah Tinggi

B. Universitas

3.3.

Sebelum bencana, bagaimana perbandingan jumlah dosen dan mahasiswa:

A. Sekolah Tinggi 1 dosen untuk Mahasiswa

B. Universitas 1 dosen untuk Mahasiswa

3.4.

Sebelum bencana, bagaimana perbandingan jumlah penelitan mengenai PRB:

A. Sekolah Tinggi Unit

B. Universitas Unit

4. Praktik-Praktik KSB

4.1.

Apakah rata-rata kampus mengintegrasikan kegiatan

pemberdayaan masyarakat mengenai PRB?1. Ya 2. Tidak

A. KKN tematik

B. PKL

C. PPL

4.2.

Sejak bencana, kira-kira berapa jumlah

mahasiswa dalam situasi rentan?# Laki-Laki # Perempuan # Total

A. Mahasiswa yang menjadi kepala

rumah tangga

B. Anak tanpa orangtua maupun wali

C. Anak difabel/berkebutuhan khusus

D. Anak dengan kondisi rentan lainnya

Page 107: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

92KAMPUSSIAGABENCANA

4.3.

Apakah Kampus memiliki Dana Tanggap Darurat? 1. Ya 2. Tidak

A. Dikti

B. Bidang kemahasiswaan

C. Sponsorship

D. Lain-lain, mohon jelaskan

4.4

Sejak bencana, informasi kesehatan apa yang paling

diperlukan anak dan remaja?1. Ya 2. Tidak

A. Pencegahan penyakit yang disebarkan melalui air

B. Pencegahan HIV

C. Informasi layanan kesehatan, termasuk dukungan

psikologis

D. Lain-lain, mohon jelaskan

4.5.

Apakah kampus/tempat belajar lainnya

digunakan sebagai tempat pengungsian?

Jika ya, berapa banyak kampus?

1. Hanya sedikit (0-25%)

2. Beberapa (26-50%)

3. Banyak (51-75%)

4. Hampir seluruhnya

(76-100%)

4.6.

Apakah rata-rata kampus di lokasi bencana ada akses

dengan:1. Ya 2. Tidak

A. SOP Tanggap Darurat

B. Jalur Evakuasi

C. Sarana Prasarana Tanggap Darurat

Page 108: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

93

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

DATA PENGISI FORMULIR

Nama

Jabatan/Fungsi Rektor/

Dekanat/Dosen

Pegawai Kampus Lainnya

sebutkan

Alamat

No. Telp/

No. Handphone

Referensi (tool SSB dan Dimkes)

Page 109: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

94KAMPUSSIAGABENCANA

8. Format Rencana Monitoring & Evaluasi (M & E) KSB

Rencana M&E “Kampus Siaga Bencana”

Indikator

Definisi

indikator

(& unit

pengukuran)

Metode/

sumber

pengumpulan

data

Frekuensi &

jadwal

Tanggung

jawab

Kegunaan/

pengguna

informasi

SASARAN:

Indikator/

parameter/

variable

Asumsi

HASIL (OUTCOME) 1:

Indikator 1.a

Indikator 1.b

Indikator 1.c

Asumsi 1.a

KELUARAN (OUTPUT) 1.1:

Indikator 1.1a

Asumsi 1.1a

KELUARAN (OUTPUT) 1.2:

Indikator 1.2a

Asumsi 1.2a

HASIL (OUTCOME) 2:

Indikator 2.a

Asumsi 2.a

KELUARAN (OUTPUT) 2.1:

Indikator 2.1a

Asumsi 2.1a

KELUARAN (OUTPUT) 2.2:

Indikator 2.2a

Asumsi 2.2a

*Tambahkan tujuan dan indikator sesuai dengan kerangka logis projek.

Page 110: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

95

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

9. Format Rencana Aksi KSBKo

de

Kegi

atan

Pena

nggu

ng

Jaw

ab

Tuju

an

Wak

tu

Pela

ksan

aan

Loka

si

Pela

ksan

aan

Dur

asi

Inpu

t /

sum

ber

daya

Biay

a &

sum

ber

dana

Sasa

ran/

targ

et

Kem

ajua

n

per…

Hasil (Outcome) 1 Adanya perubahan perilaku PRB warga kampus

Keluaran (Output) 1.1

1.1.1

1.1.2

1.1.3

1.1.4

1.1.5

Keluaran (Output) 1.2

1.2.1

1.2.2

1.2.3

1.2.4

Keluaran (Output) 1.3

1.3.1

1.3.2

1.3.3

1.3.4

1.3.5

Hasil (Outcome) 2 Kampus sebagai wadah dan pelaku PRB di masyarakat

Keluaran (Output) 2.1

2.1.1

2.1.2

2.1.3

2.1.4

2.1.5

Keluaran (Output) 2.2

2.2.1

2.2.2

2.2.3

Page 111: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

96KAMPUSSIAGABENCANA

2.2.4

2.2.5

Keluaran (Output) 2.3

2.3.1

2.3.2

2.3.3

2.3.4

2.3.5

Page 112: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

97

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

10. Matrik Tahapan Kampus Siaga Bencana

TAHAPAN AWAL KSB

No Tahapan Sasaran AktivitasContoh

AktivitasInstrumen

Sumber

Daya/

Komponen

Para-

meter

1

Penguatan

Sumber

Daya

Pengurus

Yayasan

Penilaian

dan Analisis

Pelatihan

AssessmentPelatihan Rektorat

Kebijakan

Pengura-

ngan

Risiko

Bencana

Rektorat/

Dekanat

Start Up

Workshop

Pelatihan

Manajemen

Projek

Tools

AssessmentDekanat

Peningka-

tan Penge-

tahuan,

Sikap dan

Kete-

rampilan

Mahasiswa

Pem-

bentukan

Tim

Pengarah

Start Up

WorkshopRekrutmen Dosen Kemitraan

Tim

Pelaksana

Orientasi

Konsep PRB

Tools

AnalisisKaryawan

Diseminasi,

Sosialisasi,

Advokasi

Sosialisasi

Peran PMI

dalam PRB

Sekretariat UKM

Lokakarya

KSB

Anggaran/

DanaMahasiswa

Pedoman

Pem-

bentukan

Tim

pengarah

dan

Pelaksana

Mitra: PMI

dan mitra

lainnya

Page 113: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

98KAMPUSSIAGABENCANA

2

Mem-

bangun

Kemitraan

Rektorat/

Dekanat

Diseminasi,

Sosialisasi,

Adokasi

Lokakarya

PSDMoU

Rektorat/

Dekanat

Kebijakan

Pengura-

ngan

Risiko

Bencana

UKM KordinasiPelatihan

Advokasi

Pedoman

Kemitraan

Tim

Pengarah

Mobilisasi

Sumber

Daya

BEM Advokasi

Penanda-

tanganan

MoU PT

dengan PMI

StrategiTim

PelaksanaKemitraan

PMI Koordinasi Pelatihan

PemerintahAnggaran/

Dana

NGO/NGOs Proposal

Swasta KIE

3.

Sosial-

isasi dan

advokasi

Primer DiseminasiSeminar

PRBMedia Rektorat

Peningka-

tan PSK

Sekunder Koordinasi

Lomba

Green &

Clean

Publikasi Dekanat

Mobilisasi

Sumber

Daya

Tersier Advokasi

Pemu-

taran Film

Perubahan

Iklim

Pelatihan Dosen Kemitraan

KoordinasiAnggaran/

DanaKaryawan

Sosialisasi UKM

Mahasiswa

Mitra: PMI

dan mitra

lainnya

Page 114: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

99

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

PROSES PELAKSANAAN KSB

No Siklus Sasaran AktivitasContoh

AktivitasInstrumen

Sumber

Daya/

Komponen

Para-

meter

1

Peni- laian dan Analisis

Ancaman, Keren-tanan,

Risiko dan Kapasitas Partisi-patif

Primer Pelatihan

Pelatihan

VCA & PRA

Tim

Pelaksana

Tools

Assessment

Tim

Pengarah

Peningka-

tan PSK

Pemetaan

Kampus

Pemetaan Ancaman,

Kerentanan, Risiko dan Kapasitas Kampus

dengan GPS

Tools

Analisis

SWOT

Tim

Pelaksana

Mobilisasi

Sumber

Daya

Workshop

Workshop

Analisis

SWOT

Sekretariat Kemitraan

Penilaian

Ancaman,

Keren-

tanan,

Risiko dan

Kapasitas

Penilaian

VCA & PRA

Partisipatif

Anggaran/

Dana

Baseline

SurveyPeta

Tools PRA &

VCA

Page 115: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

100KAMPUSSIAGABENCANA

2Rencana

Aksi

Primer Seminar

Seminar

Rencana

Kontijensi

Format

Rencana

Kontijensi

Rektorat/

Dekanat

Kebijakan

Pengura-

ngan

Risiko

Bencana

Sekunder Lokakarya

Lokakarya

Penyusunan

SOP TDB

Hasil

analisis

asesmen

Tim

Pengarah

Peningka-

tan PSK

Lokakarya

Penyusunan

Rencana

Mitigasi

Tools

Perenca-

naan

Tim

Pelaksana

Mobilisasi

Sumber

Daya

Workshop

Penyusunan

anggaran

Anggaran/

DanaMahasiswa Kemitraan

Proposal UKM/BEM

Mitra

3

Aksi

Pengura-

ngan

Risiko

Primer Pelatihan

Pelatihan

Gabungan

TDB

BUKU/

Modul PRB

Rektorat/

Dekanat

Kebijakan Pengura-

ngan Risiko

Bencana

Sekunder SimulasiSimulasi

BencanaKIE

Tim

Pengarah

Peningka-

tan PSK

Tersier MitigasiPusat Studi

BencanaSOP

Tim

Pelaksana

Mobilisasi

Sumber

Daya

Promosi

Pembuatan

Sistem Per-

ingatan Dini

di Kampus

Kebijakan Mahasiswa Kemitraan

KKN

Tematik

PRB di

Masyarakat

Rencana

KontijensiUKM/BEM

Page 116: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

101

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Pusat

Informasi

Bencana

Peta

Ancaman,

Kerentanan,

Risiko dan

Kapasitas

Kampus

Mitra

Kampanye

Kampus

Siaga

Bencana

Masyarakat

4

Monitoring

dan

Evaluasi

Primer Pelaporan

Pembuatan

Laporan

Kegiatan

Format

Pelaporan

Rektorat/

Dekanat

Kebijakan

Pengura-

ngan

Risiko

Bencana

SekunderDokumen-

tasi

Membuat

BeritaTools Monev

Tim

Pengarah

Peningka-

tan PSK

Tersier Lokakarya

Lokakarya

Monitoring

Evaluasi

Tim

PelaksanaKemitraan

Endline

Survey

Page 117: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

102KAMPUSSIAGABENCANA

11. Matrik Pendidikan dan Pelatihan Beserta Cakupan Materi

Page 118: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

103

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Page 119: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

104KAMPUSSIAGABENCANA

Page 120: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

105

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Page 121: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

106KAMPUSSIAGABENCANA

Page 122: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

107

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Page 123: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

108KAMPUSSIAGABENCANA

Page 124: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

109

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Page 125: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

110KAMPUSSIAGABENCANA

Page 126: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

111

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Page 127: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

112KAMPUSSIAGABENCANA

12. Alat (Tools) Identifikasi Kapasitas atau Sumber Daya yang Dimiliki Kampus

No Jenis Kapasitas Punya Tidak

1

Pengetahuan:

Apakah elemen kampus memiliki pengetahuan yang

cukup terhadap bencana

2

Kebijakan:

Apakah kampus memiliki kebijakan yang terkait

dengan kebencanaan

3

Sumber daya:

Apakah kampus memiliki dana untuk mengantisipasi

bencana, peralatan pertolongan pertama, evakuasi,

maupun sarana lainnya untuk mobilisasi jika terjadi

bencana

4

Keterampilan:

Apakah mahasiswa, karyawan, dan dosen memiliki

keterampilan yang dapat digunakan jika terjadi

bencana

Referensi: LIPI, Membangun Sekolah Siaga Bencana, LIPI : 2008, hlm. 18

Page 128: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

113

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

13. Alat (Tools) Peta Simulasi KSB

Tahapan kerja pembuatan PETA

1. Pengumpulan Data2. Pengolahan Data3. Penyajian Data

Bagian-bagian dalam PETA

1. Judul2. Panah penunjuk mata angin (utara, selatan, timur, barat)3. Skala4. Keterangan legenda, contoh:

LEGENDA

Page 129: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

114KAMPUSSIAGABENCANA

5. Tanggal pembuatan 6. Siapa atau badan apa yang membuatnya

Page 130: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

115

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Contoh-contoh PETA

PETA TOPOGRAFI PETA TOPOLOGI

PETA INDRAJA

PETA PARTISIPATIF

PETA PEMODELAN 3D

PETA DINDING

Page 131: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

116KAMPUSSIAGABENCANA

ADRRN, 2010. Terminologi Pengurangan Risiko Bencana. Bangkok: Asian Disaster Reduction Response Network.

Anon, 2007. Ahmedabad Action Agenda for School Safety-Outcome Document of the International Conference on School Safety. Gujarat, s.n.

AusAID, 2009. Investing in A Safer Future: A Disaster Risk Reduction Policy for the Australian Aid Program. Canberra: AusAID.

BNPB, BAPPENAS, 2010. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Bencana 2010-2012. Jakarta: BAPPENAS.

BNPB, 2007. www.bnpb.go.id. [Online] Available at: http://www.bnpb.go.id/website/file/publikasi/41.pdf, [Accessed 7 September 2012].

BNPB, 2011. Peta Sebaran Kejadian Bencana 2010. [Online]. Available at: http://geospasial.bnpb.go.id/2011/01/12/peta-jumlah-kejadian-bencana-di-indonesia-tahun-2010/, [Accessed 6 September 2012].

Boli, Y. et al., 2004. Panduan Penanganan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat (Community Based Disaster Risk Management). Kupang: FKPB.Global Education Cluster, 2011. Disaster Risk Reduction in Education in Emergencies: a Guidance Note for Education Clusters and Sector Coordination Groups. s.l.:Global Education Cluster.

Djaelani, A. et al, 2008. Pelatihan KBBM-PERTAMA Untuk KSR, Panduan Pelatih. Cetakan 1. Jakarta: Palang Merah Indonesia.

Gordon, M. & Potts, C., 2007. What Difference Are We Making? - a Toolkit on Monitoring and Evaluation for Health Links. s.l.:The Tropical Health and Education Trust.

College of Education Miller Hall, 2007. Emergency Evacuation and Operation Plan; Facility Safety Office Environmental Health and Safety. Washington DC: University of Washington.

IFRC, 2011. Public Awareness and Public Education for Disaster Risk Reduction: a Guide. Geneva: International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies.

DAFTAR PUSTAKA

Page 132: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

117

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia, 2011. Kerangka Kerja Sekolah Siaga Bencana. Jakarta: KPB.

HelpAge International, 2007. Analysis of Livelihood Cash Grant Programme Implemented for Older People After Tsunami, Banda Aceh: HelpAge International.

International, U. N., 2009. www.unisdr.org. [Online] Available at: http://www.unisdr.org/files/7817_UNISDRTerminologyEnglish.pdf, [Accessed 6 September 2012].

ndems, 2012. sarda-jateng.blogspot.com. [Online] Available at: http:// sarda-jateng.blogspot.com/2012/06/kampus-siaga-bencana-di-unimus.html, [Accessed 5 September 2012].

Soemantri, A., 2012. Bersama Untuk Tangguh: Kumpulan Cerita Sukses Pengurangan Risiko Bencana. Jakarta: Palang Merah Indonesia.

Twigg, J., 2009. Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana, London: Plan International Indonesia, OXFAM Indonesia.

UNSYIAH, T., n.d. www.tdmrc.org. [Online] Available at: http://www. tdmrc.org/id/about, [Accessed 5 September 2012].

UR, R., 2010. http://konservasi.unnes.ac.id/. [Online] Available at: http://konservasi.unnes.ac.id/, [Accessed 6 September 2012].

Zimmermann, M., 2007. Disaster Risk Reduction in the Project Cycle Management: a Tool for Programme Officers and Project Managers. s.l.:SDC.

Page 133: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

Panduan Kampus Siaga Bencana

118KAMPUSSIAGABENCANA

7 PRINSIP GERAKAN

Dalam melakukan kegiatan dan pelayanan, PMI berpegang pada Prinsip-

Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional,

yaitu:

1. KEMANUSIAAN

Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah (Gerakan) lahir dari

keinginan untuk memberikan pertolongan kepada korban yang terluka

dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk mencegah

serta mengatasi penderitaan sesama manusia yang terjadi di mana pun.

Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin

penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling

pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi antar sesama manusia.

2. KESAMAAN

Gerakan memberikan bantuan kepada orang yang menderita tanpa mem-

beda bedakan mereka berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial

atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata ialah mengurangi

penderitaan orang per orang sesuai dengan kebutuhannya dengan

mendahulukan keadaan yang paling parah.

3. KENETRALAN

Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan

politik, ras, agama, atau ideologi.

Page 134: Panduan Kampus Siaga Bencana_final Version

119

Panduan Kampus Siaga Bencana

KAMPUSSIAGA

BENCANA

4. KEMANDIRIAN

Gerakan bersifat mandiri. Setiap Perhimpunan Nasional sekalipun

merupakan pendukung bagi pemerintah di bidang kemanusiaan dan

harus mentaati peraturan hukum yang berlaku di negara

masing-masing, namun Gerakan bersifat otonom dan harus menjaga

tindakannya agar sejalan dengan Prinsip Dasar Gerakan.

5. KESUKARELAAN

Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur

keinginan untuk mencari keuntungan apapun.

6. KESATUAN

Didalam satu negara hanya boleh ada satu Perhimpunan Nasional

dan hanya boleh memilih salah satu lambang yang digunakan: Palang Merah

atau Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas

kemanusiaan di seluruh wilayah negara yang bersangkutan.

7. KESEMESTAAN

Gerakan bersifat semesta. Artinya, Gerakan hadir di seluruh dunia.

Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai status yang sederajat, serta

memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam membantu

satu sama lain.