nur khairi - unhas

153
i DISERTASI PENGHAMBATAN PENUAAN KULIT DINI DARI KRIM EKSTRAK KLIKA FALOAK (Sterculia populifolia DC) PADA MENCIT (Mus musculus) YANG DIPAPAR SINAR ULTRAVIOLET B (Kajian Stabilitas Formula Krim, Antioksidan, SPF, Ekspresi mRNA MMP-1 dan Histopatologi Kulit) NUR KHAIRI (P0200314407) PROGRAM STUDI S3 ILMU KEDOKTERAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019

Upload: others

Post on 15-May-2022

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NUR KHAIRI - Unhas

i

DISERTASI

PENGHAMBATAN PENUAAN KULIT DINI DARI KRIM EKSTRAK KLIKA

FALOAK (Sterculia populifolia DC) PADA MENCIT (Mus musculus)

YANG DIPAPAR SINAR ULTRAVIOLET B

(Kajian Stabilitas Formula Krim, Antioksidan, SPF, Ekspresi mRNA

MMP-1 dan Histopatologi Kulit)

NUR KHAIRI

(P0200314407)

PROGRAM STUDI S3 ILMU KEDOKTERAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

Page 2: NUR KHAIRI - Unhas

ii

PENGHAMBATAN PENUAAN KULIT DINI DARI KRIM EKSTRAK KLIKA

FALOAK (Sterculia populifolia DC) PADA MENCIT (Mus musculus)

YANG DIPAPAR SINAR ULTRAVIOLET B

(Kajian Stabilitas Formula Krim, Antioksidan, SPF, Ekspresi mRNA

MMP-1 dan Histopatologi Kulit)

Disertasi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Doktor

Program Studi

Ilmu Kedokteran

Disusun dan diajukan oleh

NUR KHAIRI

Kepada

PROGRAM STUDI S3 ILMU KEDOKTERAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

Page 3: NUR KHAIRI - Unhas
Page 4: NUR KHAIRI - Unhas

iii

DAFTAR TIM PENGUJI

1. Prof. Dr. dr. Suryani As’ad, M.Sc, Sp.GK(K) Promotor/Penguji

2. Dr. dr. Khairuddin Djawad, Sp.KK(K) Ko Promotor/Penguji

3. Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si, Apt Ko Promotor/Penguji

4. Prof Dr. Yusminah Hala, MS Penguji

5. Prof.dr. Mochammad Hatta, Ph.D, Sp.MK(K) Penguji

6. Prof. dr. Rosdiana Natzir, Ph.D, Sp.Biok Penguji

7. Prof. Veni Hadju, Ph.D,M.Sc Penguji

8. dr. Muh. Husni Cangara, Ph.D, Sp.PA(K) Penguji

9. Dr.dr.Burhanuddin Bahar, MS Penguji

Page 5: NUR KHAIRI - Unhas

iv

PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nur Khairi

Nomor Mahasiswa : P0200314407

Program Studi : S3 Ilmu Kedokteran

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudiaan hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan disertasi ini

hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, November 2018

Nur Khairi

Page 6: NUR KHAIRI - Unhas

v

PRAKATA

Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas

Kasih Sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Untuk itu penulis

ucapkan rasa syukur Kehadirat-Nya seraya mengucapkan segala puji bagi

Allah Tuhan semesta alam, dengan terselesaikannya disertasi ini yang

merupakan salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar Doktor

dalam Program Studi Ilmu Kedokteran Sekolah Pascasarjana Universitas

Hasanuddin. Puji syukur dan terima kasih yang tiada terukur saya sampaikan

kepada Allah SWT sehingga dapat menyelesaikan disertasi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian disertasi ini telah

melibatkan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung,

perorangan maupun lembaga yang telah memberikan kontribusi dalam

penyelesaian penyusunan disertasi ini. Untuk itu dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada yang penulis hormati:

Pertama, Ibu Prof. Dr. dr. Suryani As’ad,M.Sc,Sp.GK(K) selaku promotor,

bapak Dr. dr. Khairuddin Djawad, Sp.KK(K) selaku ko-promotor dan bapak

Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si, Apt selaku Ko-promotor. Melalui beliau dengan

kepakaran yang melekat telah meluangkan waktu dan memberikan kontribusi

bagi terwujudnya disertasi ini. Dan melalui beliau dengan kesabaran,

perhatian dan keikhlasannya telah memberikan dorongan, koreksi dan saran

dari aspek metodologi penelitian maupun pengkajian isi disertasi secara

keseluruhan, sehingga membuka cakrawala/pandangan, mendorong

munculnya gagasan, ide-ide pembaharuan khususnya dalam bidang

Page 7: NUR KHAIRI - Unhas

vi

kedokteran dan farmasi. Untuk itu sekali lagi penulis menghanturkan

penghormatan dan penghargaan yang setinggi-tingginya serta mengucapkan

terima kasih dengan iringan doa “semoga amal baik beliau diterima dan

mendapatkan balasan dari Allah Yang Maha Kasih, Maha Sayang dan Maha

Pemurah”.

Kedua, Ibu Prof. Dr. Yusmina Hala, MS, Bapak Prof. dr. Mohammad Hatta,

Ph.D, Sp.MK(K), Ibu Prof. dr. Rosdiana Natzir, Ph.D, Sp.Biok, Bapak Prof.

Veni Hadju, Ph.D, M.Sc, Bapak dr. Muh. Husni Cangara, Ph.D, Sp.PA(K)

dan Bapak Dr. dr. Burhanuddin Bahar, MS selaku penguji yang telah

memberikan koreksi dan saran demi kesempurnaan penelitian ini. Penulis

menghaturkan terima kasih dengan iringan doa “semoga amal baik beliau

diterima dan mendapatkan balasan dari Allah Yang Maha Kasih, Maha

Sayang dan Maha Pemurah”.

Ketiga, Ayahanda Prof. Dr. Ir. H. Jalil Genisa, MS dan ibunda Hj. Nuraeni,

SKM, M.Kes, yang merupakan guru besar penulis yang setiap saat

memberikan nasehat, wejangan, dorongan, doa kepada penulis sekeluarga,

dalam kesempatan ini penulis iringkan dan panjatkan doa kepada beliau.

“Robbigfirlii waliwaalidaiya warkhamhumaa kamaa rabbayaanii shogiiroo” (Ya

Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosaku dan dosa kedua orang tuaku

dan kasihanilah keduanya sebagaimana mereka mengasihaniku sewaktu aku

kecil).

Keempat, Teristimewa suami Rusman, S.Si dan Ananda terkasih dan

tersayang. Serta saudara-saudara penulis yaitu Muh. Khaerul, ST, dr. Muh.

Aan Khaerisman, S.Ked dan Muh. Usri Usran, S.Ked terima kasih atas

perhatian, dorongan dan doanya.

Page 8: NUR KHAIRI - Unhas

vii

Kelima, teman-teman mahasiswa S3 angkatan 2014 Program Studi Ilmu

Kedokteran Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin khususnya dr.

Suryani Tawali dan semua teman-teman yang tidak sempat penulis sebutkan

satu persatu.

Keenam, Tim Laboratorium PKP Unhas, tim laboratorium Mikrobiologi Unhas,

Tim Laboratorium Patologi Anatomi RS. Pendidikan Unhas, dan Tim

laboratorium Farmasetika Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar, terima

kasih atas fasilitas laboratorium yang memadai sehingga penulis dapat

meneliti dengan baik.

Ketujuh, Sahabat terbaik Maulita Indrisari, Astuti amin, Megawati, Wahyu

Hendrarti, Michrun Nisa, Besse Hardianti dan Reny Syahruni.

Penulis menyadari bahwa penyusunan penulisan tugas akhir yang

berupa disertasi ini laksana setetes air yang jatuh dalam luasnya samudra,

permasalahan penuaan dini masih dibutuhkan penelitian yang mendalam.

Penulis berharap semoga disertasi ini dapat sedikit memberikan manfaat

dalam dunia kedokteran dan farmasi serta dapat dijadikan salah satu rujukan

bagi peneliti atau penulis karya ilmiah lainnya. Akhir kata penulis berbesar hati

apabila para pembaca dapat memberikan kritik, saran dan masukkan dalam

rangka proses penulisan penelitian berikutnya.

Makassar, 29 November 2018

Penulis

Page 9: NUR KHAIRI - Unhas
Page 10: NUR KHAIRI - Unhas
Page 11: NUR KHAIRI - Unhas

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………... ii DAFTAR TIM PENGUJI ……………………………………………….. iii PERNYATAAN KEASLIAAN DISERTASI ...................................... vi PRAKATA ....................................................................................... v ABSTRAK ....................................................................................... viii ABSTRACT .................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xiii DAFTAR GRAFIK .......................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xv BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………….. 1

A. Latar Belakang …………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………….. 8

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 9

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 9

E. Hipotesis …………………………………………………………… 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….. 11

A. Penuaan ……………………………………………………………. 11

B. Kulit …………………………………………………………………. 16

C. Matriks Metalloproteinase ………………………………………... 40

D. Uraian Tanaman Sterculia populifolia …………………….…….. 44

E. Hewan Coba ………………………………………………………. 45

F. Kosmetik, Krim dan Uji Kestabilan Sediaan Kosmetik …………. 47

G. Sun Protection Factor (SPF) ……………………………………... 49

H. Kerangka Teori ……………………………………………………. 51

I. Kerangka Konsep. ………………………………………………… 52

BAB III. METODE PENELITIAN …………………………………….. 53

A. Rancangan Penelitian …………………………………………….. 53

B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………….. 53

C. Populasi Penelitian ……………………………………………….. 54

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Hewan Coba …………………….. 54

E. Kelaikan Etik (Ethical Clearance) ……………………………….. 54

F. Alat dan Bahan ……………………………………………………. 55

G. Determinasi Tumbuhan …………………………………………. 55

H. Pembuatan Ekstrak Sterculia populifolia ………………………. 55

I. Uji Kualitatif Kandungan Kimia Ekstrak Klika

Sterculia populifolia ……………………………………………….. 56

Page 12: NUR KHAIRI - Unhas

xi

J. Uji Kuantitatif Kandungan Kimia Ekstrak Klika

Sterculia populifolia ………………………………………………… 57

K. Formulasi Krim Ekstrak Klika Sterculia populifolia ……………. 60

L. Evaluasi Kestabilan Sediaan Krim ……………………………... 61

M. Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak dan Krim Ekstrak

Klika Sterculia populifolia ……………………………………..…. 62

N. Penentuan Nilai SPF …………………………………………….. 65

O. Pengelompokan Hewan Coba ………………………………….. 66

P. Pemaparan Sinar Ultraviolet-B ………………………………….. 67

Q. Pengukuran Ekspresi mRNA MMP-1 ………………………….. 67

R. Pengamatan Histopatologi……………………………………….. 70

S. Alur Penelitian …………………………………………………….. 71

T. Variabel Penelitian ……………………………………………….. 72

U. Defenisi Operasional. …………………………………………….. 73

V. Pengolahan dan Analisis Data. ………………………………….. 74

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Ekstrak Klika S.populifolia. …………………………. 75

B. Evaluasi Kestabilan Formula Krim Ekstrak Klika S.populifolia…. 75

C. Antioksidan Ekstrak dan Krim Ekstrak Klika S.populifolia………. 79

D. Nilai Sun Protection Factor (SPF) Ekstrak dan Krim Ekstrak Klika

S.populifolia…………………………………………………………… 81

E. Bobot Badan dan Umur Mencit pada Masing-masing

Kelompok……………………………………………………………… 82

F. Ekspresi mRNA MMP-1. …………………………………………… 83

G. Ketebalan dan Kepadatan Kolagen. ……………………………… 87

BAB V PEMBAHASAN. …………………………………………………. 91

BAB VI PENUTUP. ……………………………………………………… 103

A. Kesimpulan …………………………………………………………. 103

B. Saran. …………………………………………………………………. 104

DAFTAR PUSTAKA. ……………………………………………………. 105

LAMPIRAN. ………………………………………………………………. 113

Page 13: NUR KHAIRI - Unhas

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Krim Ekstrak Klika S.populifolia …………………… 59 Tabel 2. Tingkat Kekuatan Antioksidan berdasarkan Nilai IC50 ………. 64 Tabel 3. Nilai EE x 1 ……………………………………………………….. 65 Tabel 4. Penilaian SPF Menurut Food and Drug Administration ……... 65 Tabel 5. Primer yang digunakan untuk Real-time PCR ……………….. 69 Tabel 6. Pemeriksaan Kuantitatif Ekstrak Klika S.populifolia …………. 75 Tabel 7. Hasil Pengamatan Organoleptis Krim Ekstrak Klika S.populifolia sebelum dan setelah kondisi accelerate……….. 77 Tabel 8. Hasil pengukuran pH Krim Ekstrak Klika S.populifolia Sebelum dan setelah kondisi accelerate ……………………… 77 Tabel 9. Hasil Pengujian Homogenitas Krim Ekstrak Klika S.populifolia Sebelum dan Setelah kondisi accelerate……………………… 78 Tabel 10. Hasil Pengujian Viskositas Krim Ekstrak Klika S.populifolia Sebelum dan Setelah kondisi accelerate…………………….. 78 Tabel 11. Hasil Pengujian Daya Sebar Krim Ekstrak Klika S.populifolia Sebelum dan Setelah kondisi accelerate ……………………. 79 Tabel 12. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Klika S.populifolia dan Krim Ekstrak Klika S.populifolia ……………………………….. 79 Tabel 13. Hasil Nilai IC50 dan Nilai SPF ………………………………….. 81 Tabel 14. Rerata Bobot Badan Mencit pada Masing-masing Kelompok Perlakuan ……………………………………………. 83 Tabel 15. Rerata Umur Mencit pada Masing-masing Kelompok Perlakuan ………………………………………………………… 83 Tabel 16. Hasil Rerata Ekspresi mRNA MMP-1 Sebelum dan Setelah Dipapar UVB……………………………………………. 84 Tabel 17. Rerata Ekspresi mRNA MMP-1 antar Kelompok Sebelum dipapar UVB …………………………………………………….. 85 Tabel 18. Rerata Ekspresi mRNA MMP-1 antar Kelompok Setelah dipapar UVB ……………………………………………………. 86 Tabel 19. Hasil Uji LSD Ekspresi mRNA MMP-1 setelah dipapar UVB. 87 Tabel 20. Ketebalan Kolagen antar Kelompok Setelah dipapar UVB… 87 Tabel 21. Multiple Comparison Ketebalan Kolagen ……………………. 88 Tabel 22. Kepadatan Kolagen Antar Kelompok Setelah dipapar UVB.. 89 Tabel 23. Multiple Comparison Kerapatan Kolagen ……………………. 89

Page 14: NUR KHAIRI - Unhas

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Kulit ……………………………………………….. 17 Gambar 2.2 Biosintesis Kolagen. ………………………………………. 20 Gambar 2.3 Efek Sinar UV terhadap Kulit. …………………………….. 24 Gambar 2.4 Mekanisme terjadinya Photoaging ………………………. 31 Gambar 2.5 Tanaman Sterculia populifolia. ……………………………. 44 Gambar 4.1 Histopatologi Ketebalan Kolagen ………………………… 88 Gambar 4.2 Histopatologi Kepadatan Kolagen ………………………… 90 Gambar 5.1 Kesimpulan krim ekstrak klika Sterculia populifolia dalam menghambat penuaan kulit dini ………………………….. 102

Page 15: NUR KHAIRI - Unhas

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Klika S.populifolia dan Krim Ekstrak Klika S.populifolia………………………………… 81 Grafik 2. Nilai SPF Ekstrak dan Krim Ekstrak Klika S.populifolia ……… 82 Grafik 3. Rerata Ekspresi mRNA MMP-1 sebelum dan Setelah dipapar UVB ……………………………………………………… 85 Grafik 4. Rerata Ekpresi mRNA MMP-1 setelah dipapar UVB ………… 86

Page 16: NUR KHAIRI - Unhas

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persetujuan Kelaikan Etik Penelitian………………………. 113 Lampiran 2. Hasil Kualitatif Ekstrak Klika S.populifolia ……………….. 114 Lampiran 3. Kurva Baku Flavonoid ………………………………………. 115 Lampiran 4. Kurva Baku Polifenol ……………………………………….. 115 Lampiran 5. Kurva Baku Antioksidan Ekstrak Klika S.populifolia ……. 116 Lampiran 6. Kurva Baku Antioksidan Krim Ekstrak Klika S.populifolia 0,5% ………………………………………….. 116 Lampiran 7. Kurva Baku Antioksidan Krim Ekstrak Klika S.populifolia 3% …………………………………………….. 116 Lampiran 8. Kurva Baku Antioksidan Krim Ekstrak Klika S.populifolia 5% ……………………………………………. 116 Lampiran 9. Data Umur Mencit …………………………………………. 117 Lampiran 10. Uji Normalitas Umur Mencit …………………………….. 117 Lampiran 11. Hasil Uji Homogenitas Umur Mencit …………………… 117 Lampiran 12. Analisis Statistik Umur Mencit ………………………….. 118 Lampiran 13. Data Bobot Badan Mencit ……………………………….. 118 Lampiran 14. Hasil Uji Normalitas Bobot Badan Mencit ……………... 119 Lampiran 15. Hasil Uji Homogenitas Bobot Badan Mencit ……………. 119 Lampiran 16. Analisis Statistik Bobot Badan Mencit …………………... 120 Lampiran 17. Data Pemeriksaan Ekspresi mRNA MMP-1 ……...…….. 121 Lampiran 18. Hasil Statistik Ekspresi mRNA MMP-1 sebelum

dan Setelah dipapar UVB pada Kelompok 1 …………. 126 Lampiran 19. Hasil Statistik Ekspresi mRNA MMP-1 Sebelum dan Setelah dipapar UVB pada Kelompok 2 …………. 126 Lampiran 20. Hasil Statistik Ekspresi mRNA MMP-1 Sebelum dan Setelah dipapar UVB pada Kelompok 3 …………. 127 Lampiran 21. Hasil Uji Normalitas Ekspresi mRNA MMP-1 ………… 127 Lampiran 22. Hasil Uji Homogenitas (Lavene test) data transformasi MMP-1………………………………………………………. 128 Lampiran 23. Hasil Statistik Ekspresi mRNA MMP-1 Sebelum dipapar UVB ……………………………………. 128 Lampiran 24. Hasil Statistik Ekspresi mRNA MMP-1 Sebelum dipapar UVB ……………………………………. 128 Lampiran 25. Uji Lanjutan LSD Ekspresi mRNA MMP-1 Setelah Perlakuan …………………………………………………. 129 Lampiran 26. Data Ketebalan Kolagen ………………………………… 129 Lampiran 27. Normalitas Ketebalan Kolagen …………………………. 130 Lampiran 28. Homogenitas Ketebalan Kolagen ………………………. 130 Lampiran 29. Data Kerapatan Kolagen ……………………………….. 131 Lampiran 30. Hasil Homogenitas Kerapatan Kolagen ………………. 131 Lampiran 31. Hasil Uji Normalitas Kerapatan Kolagen ………………. 132 Lampiran 32. Foto Penelitian ……………………………………………. 133

Page 17: NUR KHAIRI - Unhas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjadi tua atau aging merupakan suatu proses menghilangnya

kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki atau

mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya.

Akibatnya tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau memperbaiki

kerusakan tersebut (Cunningham, 2003). Proses menua ini akan terjadi pada

seluruh tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal, indung telur, otak dan lain-

lain, juga organ terluar tubuh yaitu kulit.

Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang secara langsung akan

memperlihatkan terjadinya proses penuaan pada seseorang. Perubahan-

perubahan yang terlihat pada penuaan kulit seperti kulit menjadi kering, kasar,

kendor, dan keriput disertai garis-garis ekspresi wajah yang nyata dan

sebagainya, hal ini akan sangat mempengaruhi penampilan seseorang dan

secara langsung akan memperlihatkan gambaran bahwa seseorang telah

memasuki usia senja (Leijen, 1990).

Penuaan kulit merupakan suatu fenomena yang berkelanjutan dan

multifaktoral yaitu terjadi pengurangan baik dalam ukuran maupun jumlah dari

sel-sel dan pengurangan kecepatan fungsi organik baik pada tingkat seluler

maupun molekuler (Breinneisen, et al., 2002).

Ada dua proses penuaan kulit, yaitu proses penuaan yang disebabkan

oleh faktor intrinsik (intrinsic aging). Proses ini disebut juga proses penuaan

sejati, yaitu proses penuaan yang berlangsung secara alamiah yang

disebabkan oleh faktor fisiologik dari dalam tubuh sendiri seperti genetik,

Page 18: NUR KHAIRI - Unhas

2

hormonal dan ras (Yaar & Gilchrest, 2008; Baumann & Saghari, 2009).

Perubahan kulit terjadi secara menyeluruh dan perlahan-lahan sejalan

dengan bertambahnya usia serta dapat menyebabkan degenerasi yang

ireversibel (Leijde, 1990; Yaar & Gilchrest, 2008; Baumann & Saghari, 2009).

Proses kedua adalah proses penuaan ekstrinsik (extrinsic aging,

photoaging, premature aging), yaitu proses penuaan yang terjadi akibat

berbagai faktor dari luar tubuh, seperti sinar UV (Wlascheck, et al., 2001;

Baumann & Saghari, 2009), kelembaban udara (Cunningham, 2003; Yaar &

Gilchrest, 2008), suhu (Leijden, 1990; Baumann & Saghari, 2009), polusi

(Baumann & Saghari, 2009) dan lain-lain. Delapan puluh persen penuaan

pada wajah berkaitan dengan paparan sinar matahari (Baumann & Saghari,

2009).

Reaksi kronis dari pajanan sinar ultraviolet matahari dapat

menimbulkan gangguan tekstur kulit, penuaan kulit dini (photoaging) dan

kanker kulit (Walker et al., 2008; Quan et al., 2009). Kerusakan yang

ditimbulkan atas sinar UV dapat dilihat baik secara klinik, histologi, patologis

anatomi maupun secara fungsional (Berneburg et al., 2000). Paparan radiasi

UV sinar matahari menyebabkan kerusakan kulit melalui beberapa

mekanisme, termasuk pembentukan sunburn cell, tercetusnya respon

peradangan, terbentuknya thymine dimer dan produksi kolagenase (MMP/

Matriks Metaloproteinase) (Baumann & Saghari, 2009). MMP adalah enzyme

proteinase mengandung zinc, yang bertanggung jawab mendegradasi protein

matriks ekstraseluler. Sinar UV dapat memacu sintesis MMP-1 melalui

pelepasan Tumor Necrosing Factor-alfa (TNF-α) oleh keratinosit dan

fibroblast serta menyebabkan penurunan Transforming Growth Factor-beta

Page 19: NUR KHAIRI - Unhas

3

(TGF-β). (Gilchrest, 2007). Pada kulit manusia, MMP-1 adalah tipe yang

paling terpengaruh oleh induksi sinar UV matahari dan bertanggung jawab

terhadap pemecahan kolagen pada kulit yang mengalami photoaging (Fisher

et al., 2001). MMP-1 adalah mediator utama terhadap timbulnya degradasi

kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. MMP-1 kolagenolitik

mendegradasi fibril kolagen dan elastin, yang penting untuk kekuatan dan

elastisitas kulit. Aktivitas MMP-1 di kulit akan meningkat walaupun hanya

dengan radiasi UV yang singkat sehingga menyebabkan timbulnya kerutan

pada kulit dan menjadi tanda photoaging (Yaar and Gilchrest, 2008). Dengan

demikian, hambatan terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah

kerusakan kulit akibat paparan sinar UV.

Antioksidan diketahui dapat mencegah dan menangkal terbentuknya

radikal bebas (Sterm., 2004; Yaar dan Gilchrest, 2008). Walaupun kulit

mengandung banyak enzim antioksidan seperti superoksid dismutase (SOD),

katalase dan glutation peroksidase, dan molekul antioksidan non enzim

(vitamin E), koenzim Q10 (CoQ10), asam askorbat (vitamin C) dan karatenoid,

tetapi masih jauh dari efektif dalam mengatasi stress oksidatif yang terjadi,

dan cenderung terus berkurang bersama dengan bertambahnya usia (Yaar

dan Gilchrest, 2008; Nicholas dan Katiyar, 2010), sehingga diperlukan

tambahan perlindungan antioksidan dari luar. Salah satu tanaman Indonesia

yang berpotensi sebagai antioksidan alami adalah Faloak (Sterculia

populifolia DC).

Sterculia populifolia termasuk dalam suku Sterculiacea. Sterculia

populifolia banyak ditemukan di Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur

(NTT). Masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur memanfaatkan klika

Page 20: NUR KHAIRI - Unhas

4

Sterculia sebagai obat tradisional yang didasarkan pengetahuan dan

pengalaman secara turun-temurun. Pemanfaatan Sterculia selama ini

digunakan untuk menyembuhkan penyakit dalam antara lain klika Sterculia

dapat menyembuhkan penyakit tipus, maag dan liver. Sterculia juga

digunakan sebagai peluruh haid, peluruh sisa-sisa kotoran setelah melahirkan

dan pemulihan setelah melahirkan. Berdasarkan pengalaman masyarakat,

mengkonsumsi Sterculia secara rutin dapat meningkatkan stamina

(mengurangi rasa letih dan lelah bagi pekerja berat). Namun, semua

pengetahuan tersebut belum didukung dengan kajian ilmiah atas

pemanfaatan Sterculia sebagai obat-obatan. (Ranta, 2011)

Informasi resmi mengenai kemotaksonomi (Chemotaxonomy)

Sterculia populifolia belum ditemukan. Namun beberapa spesies lain dari suku

Sterculiaceae yang dilaporkan Tantra yang telah mengetahui komponen

kimia utama seperti sterculia acid, antara lain Sterculia gutata dan Sterculia

alata. Jenis lain, seperti Sterculia urens, mengandung komponen kimia utama

fenolik yang diperoleh dari klika dan komponen kimia utama polifenol dari

Sterculia parviflora yang dihasilkan dari buah matang. (Ranta, 2011)

Kajian terbaru yang dilakukan terhadap beberapa spesies dari suku

Sterculiace ini diketahui mengandung alkaloid dari biji, seperti Sterculia

javanica R.Br., dan Sterculia blumei G.Don. Penelitian lain yang telah

dilaporkan oleh Katade et al. (2006) bahwa ekstrak biji Sterculia guttata

bersifat larvicidal terhadap Aedes aegypti dan Culex quinquefascilatus karena

mengandung alkaloid. Shamsudar dan Paramjyothi (2010) melaporkan bahwa

berdasarkan uji fitokimia ekstrak biji Sterculia foctida mengandung alkaloid,

flavonoid, saponin sebagai komponen kimia utama yang bermanfaat dalam

Page 21: NUR KHAIRI - Unhas

5

bidang farmasi. Vital et al. (2010) melaporkan ekstrak daun Sterculia foetida

bersifat antimikroba karena mengandung senyawa utama alkaloid dan tannin.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siswadi, dkk (2013), klika

Sterculia quadrifida mengandung senyawa fenolik seperti flavonoid yang

dapat berfungsi sebagai antibiotik, menghambat pendarahan, mengurangi

pembekuan darah, serta sebagai antioksidan.

Senyawa yang dicurigai memiliki aktivitas antioksidan pada ekstrak klika

Sterculia populifolia adalah flavonoid dan senyawa fenolik. Menurut

Kahkonen et al. (1999) senyawa fenolik telah dilaporkan mempunyai

aktivitas antioksidan karena sifat reduksinya. Flavonoid dapat beraksi

sebagai antioksidan dengan menangkap radikal bebas melalui pemberian

atom hidrogen pada radikal tersebut. Secara umum, kemampuan flavonoid

dalam menangkap radikal tergantung dari substitusi gugus hidroksi dan

kemampuan stabilisasi dari radikal fenolik melalui ikatan hidrogen atau

melalui delokalisasi elektron. Selanjutnya radikal fenoksi flavonoid tersebut

distabilkan oleh delokalisasi elektron yang tidak berpasangan di sekitar

cincin aromatik. Stabilitas radikal fenoksi flavonoid (reactive oxygen) akan

mengurangi kecepatan perambatan (propagasi) autooksidasi reaksi berantai

(Amic et al., 2003; Foti et al., 1996).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Merina (2014) yang

meneliti aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% klika Sterculia quadrifida

dengan metode DPPH, diperoleh aktivitas antioksidan sebesar 4,8 ppm.

Menurut Molyneux (2004) suatu senyawa antioksidan dinyatakan sangat kuat

apabila memiliki nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50 antara 50-100

ppm, sedang untuk IC50 antara 100-150 ppm dan lemah jika nilai IC50 bernilai

Page 22: NUR KHAIRI - Unhas

6

antara 150-200 ppm. Tingkat kekuatan antioksidan ekstrak klika Sterculia

populifolia termasuk kategori sangat kuat.

Pemerintah dalam hal ini, Departemen Kesehatan Republik Indonesia

mengeluarkan keputusan nomor: 381/MENKES/SK/III/2007 tentang kebijakan

obat tradisional. Didalam salah satu subsistem Sistem Kesehatan Nasional

disebutkan bahwa pengembangan dan peningkatan obat tradisional ditujukan

agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman dan memiliki

khasiat nyata yang teruji secara ilmiah. Dengan demikian obat tradisional

dapat bermanfaat secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat

maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Penggunaan obat

tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa dan banyak

dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Sehingga pada penelitian ini peneliti

menggunakan bahan bahan alam sebagai sampel.

Hingga kini penuaan kulit dini masih menjadi permasalahan, terutama

di Negara yang beriklim tropis seperti di Indonesia yang intensitas

mataharinya cukup tinggi. Untuk itu perlu dikembangkan penggunaan bahan-

bahan topikal alami yang cukup adekuat oleh paparan sinar ultra violet

tersebut, salah satunya dengan pemakaian kosmetik. Kosmetik merupakan

suatu sediaan yang telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Salah

satu kegunaan sediaan kosmetik yaitu melindungi tubuh dari berbagai faktor

yang menyebabkan kerusakan sel kulit. Selain itu, kosmetik juga dapat

digunakan untuk tata rias, perawatan dan pemeliharaan yang memberikan

perlindungan terhadap pengaruh luar, seperti panas, dingin, sinar matahari,

angin dan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kerusakan sel kulit

Page 23: NUR KHAIRI - Unhas

7

(Peraturan Kepala BPOM RI No. 19, 2015). Dewasa ini penggunaan kosmetik

tradisional di masyarakat semakin meningkat, di industri kosmetik pun,

penjualan kosmetik tradisional merupakan kosmetik yang paling cepat

berkembang. Industri kosmetik menjadi salah satu prioritas yang berperan

besar sebagai penggerak utama perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan

Indonesia memiliki kekayaan bahan alami kecantikan serta populasi

penduduk mencapai 260 juta. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan

penjualan kosmetik tahun 2012 mencapai Rp. 9,7 triliun, pada tahun 2013

menjadi Rp. 11,2 triliun yang berarti meningkat sebesar 15 persen. Sementara

nilai pasar dari kosmetik atau market size kosmetik pada tahun 2014

mencapai Rp.59,03 triliun dan pada tahun 2015 tumbuh sebesar 9 persen

menjadi Rp.64,3 triliun (Duniaindustri.com, 2016; Putra, 2018).

Berkembangan kosmetik tradisional dikarenakan saat ini kebanyakan wanita

lebih memilih produk alami dibandingkan produk kosmetik untuk

meningkatkan penampilan, kesehatan dan kepuasan (Gediya, 2011; Joshi

and Pawar, 2015).

Pemilihan bentuk sediaan krim ekstrak klika Sterculia populifolia

karena krim merupakan sediaan yang stabilitasnya baik, tidak lengket, relative

mudah terserap kulit dan praktis untuk diaplikasikan pada lapisan kulit.

Sehingga peneliti tertarik memformulasi sediaan dalam bentuk sediaan krim.

Page 24: NUR KHAIRI - Unhas

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, timbullah rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah ekstrak klika Sterculia populifolia dapat diformulasikan dalam

bentuk sediaan krim yang stabil secara fisik?

2. Apakah ekstrak dan krim ekstrak klika Sterculia populifolia memiliki

aktivitas antioksidan melalui penangkapan radikal bebas (free radical

scavenging) dengan metode DPPH?

3. Berapakah nilai Sun Protection Factor (SPF) ekstrak dan krim ekstrak

klika S. populifolia ?

4. Apakah krim ekstrak klika Sterculia populifolia mempengaruhi ekspresi

mRNA MMP-1 pada mencit yang dipapar sinar UV-B?

5. Apakah krim ekstrak klika Sterculia populifolia mempengaruhi

ketebalan dan kerapatan kolagen pada kulit mencit yang dipapar sinar

UV-B?

Page 25: NUR KHAIRI - Unhas

9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian krim

ekstrak klika Sterculia populifolia terhadap aktivitas penghambatan penuaan

kulit dini pada mencit yang dipapar sinar UVB.

2 Tujuan Khusus

1. Memperoleh krim stabil ekstrak klika Sterculia populifolia.

2. Memperoleh aktivitas antioksidan ekstrak dan krim ekstrak klika Sterculia

populifolia.

3. Memperoleh nilai Sun Protection Factor (SPF) ekstrak dan krim ekstrak

klika S. populifolia .

4. Memperoleh krim ekstrak klika Sterculia populifolia yang mampu

menghambat ekspresi mRNA MMP-1 akibat paparan sinar UVB.

5. Memperoleh data histopatologi mengenai ketebalan dan kerapatan kolagen

pada kulit mencit yang dipapar UV-B.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Pengembangan Ilmu

1. Penelitian ini memberi informasi ilmiah tentang peran krim ekstrak klika

Sterculia populifolia dalam penghambat penuaan kulit dini pada mencit

yang dipapar sinar UVB

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan penelitian

penghambatan penuaan kulit dini selanjutnya, khususnya yang

berhubungan dengan formula stabil, aktivitas antioksidan, nilai SPF,

ekspresi mRNA MMP-1 dan histopatologi kulit.

Page 26: NUR KHAIRI - Unhas

10

2. Aspek Aplikasi

1. Memanfaatkan potensi klika Sterculia populifolia sebagai penghambatan

penuaan kulit dini

2. Memperoleh krim klika Sterculia populifolia yang dapat digunakan sebagai

penghambat penuaan kulit dini akibat paparan sinar UVB

E. Hipotesis

Krim ekstrak klika Sterculia populifolia dapat menghambat penuaan

kulit dini pada mencit yang dipapar sinar UV B

Page 27: NUR KHAIRI - Unhas

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penuaan (Aging)

1. Defenisi

Defenisi aging menurut American Academy of Anti Aging Medicine

(A4M) adalah kelemahan dan kegagalan fisik dan mental yang

berhubungan dengan aging yang normal disebabkan karena disfungsi

fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubah dengan intervensi

kedokteran yang tepat (Goldman dan Klatz, 2007).

Terdapat banyak teori yang dapat menjelaskan mengapa manusia

mengalami proses penuaan. Teori-teori tersebut dapat dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu teori wear and tear dan teori program. Teori wear and tear

pada prinsinya menyatakan tubuh menjadi lemah lalu meninggal akibat

dari penggunaan dan kerusakan yang terus menerus, teori ini meliput

kerusakan DNA, glikosilasi dan radikal bebas. Teori program

menganggap tubuh memiliki jam biologis, teori ini meliputi terbatasnya

replikasi, proses imun dan teori neuroendocrine (Pangkahila, 2011).

1.1 Teori wear and tear

Teori ini menyatakan tubuh menjadi lemah lalu meninggal adalah

akibat dari penggunaan dan kerusakan yang terus menerus. Organ

tubuh seperti hati, ginjal, kulit serta organ lainnya menurun karena toksin

di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi banyak lemak, gula, kafein

alkohol dan nikotin. Pada teori ini, sinar ultraviolet dan stress fisik serta

emosional juga dianggap sebagai penyebab terjadinya kerusakan organ

Page 28: NUR KHAIRI - Unhas

12

yang menyebabkan penuaan. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada

organ, melainkan juga terjadi pada tingkat sel (Pangkahila, 2011).

Pada masa muda sistem pemeliharaan dan perbaikan tubuh

mampu melakukan kompensasi terhadap pengaruh penggunaan dan

kerusakan yang terjadi, namun pada masa tua tubuh kehilangan

kemampuan untuk memperbaiki kerusakan karena penyebab apapun.

Teori ini menyakinkan bahwa pemberian suplemen yang tepat dan

pengobatan yang tidak terlambat dapat membantu mengembalikan

proses penuaan. Yang termasuk ke dalam teori wear dan tear ini adalah

kerusakan DNA, glikosilasi dan teori radikal bebas (Pangkahila, 2011)

1.1.1 Kerusakan DNA

Kerusakan DNA terjadi apabila terdapat proses penyembuhan

yang tidak sempurna dan sebagai akibat dari penimbunan

kerusakan molekul yang terus menerus. Kerusakan DNA yang

menumpuk dalam waktu lama akan mencapai suatu keadaan di

mana basis molekul sebenarnya sudah rusak berat. Dikatakan

bahwa keseimbangan antara kerusakan DNA dan keberhasilan

penyembuhan DNA yang menentukan rentang usia seseorang

(Pangkahila, 2011)

1.1.2 Glikosilasi

Glikosilasi adalah faktor penting yang berkaitan dengan diabetes

mellitus tipe 2. Glukosa mungkin bergabung dengan protein yang

telah mengalami dehidrasi, yang mungkin menyebabkan

terganggunya sistem organ tubuh. Diabetes sering dianggap

sebagai model biologik patologik yang lebih awal sehingga usia

Page 29: NUR KHAIRI - Unhas

13

harapan hidup pada penderita diabetes lebih pendek (Pangkahila,

2011)

1.1.3 Teori Radikal Bebas

Pada teori ini dijelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua

karena terjadi akumulasi kerusakan akibat radikal bebas di dalam

sel. Radikal bebas merupakan suatu molekul memiliki satu atau

lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki

sifat reaktifitas yang tinggi, karena kecenderungan untuk menarik

elekron dan memiliki kemampuan untuk mengubah suatu molekul

menjadi radikal bebas karena hilangnya atau bertambahnya satu

elektron pada molekul lain sehingga dapat menyebabkan

kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel.

Molekul utama yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA,

lemak dan protein. Pertambahan usia mengakibatkan akumulasi

sel yang rusak akibat radikal bebas, sehingga dapat merusak sel

dan merangsang terjadinya mutasi sel yang akhirnya

menyebabkan kanker dan kematian. Radikal bebas juga dapat

merusak kolagen dan elastin, suatu protein yang menjaga kulit

tetap lembab, halus, fleksibel dan elastis. Jaringan tersebut akan

menjadi rusak akibat paparan radikal bebas, terutama pada

wajah, yang mengakibatkan lekukan dan kerutan pada kulit akibat

paparan yang lama oleh radikal bebas (Goldman dan Klatz, 2007)

Page 30: NUR KHAIRI - Unhas

14

1.2 Teori program

Teori ini beranggapan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat jam

biologis, mulai dari konsep konsepsi kemudian menjadi emrio, janin,

masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai menjadi tua dan

meninggal adalah suatu proses terprogram. Yang termasuk ke dalam

teori ini adalah teori terbatasnya replikasi sel, proses imun dan teori

neuroendocrine (Pangkahila, 2011)

1.2.1 Teori terbatasnya replikasi sel

Mekanisme telomere, yaitu struktur khusus yang terdapat

dibagian ujung chromosome strands, menentukan rentang usia

sel dan pada akhirnya rentang usia organisme itu sendiri. Pada

setiap proses replikasi sel, telomere akan memendek, yang

pada suatu saat ketika telomere telah dipakai maka pembelahan

sel akan berhenti (Pangkahila, 2011)

1.2.2 Proses Imun

Teori ini menyatakan bahwa pada siklus kehidupan akan terjadi

involusi pada kelenjar timus. Kelenjar ini adalah sumber dari sel

T yang berperan penting pada sistem imun. Pada penuaan,

jumlah sel T tidak berkurang secara drastis namun terjadi

penurunan pada fungsinya (Pangkahila, 2011).

1.2.3 Teori Neuroendocrine

Teori yang dikembangkan oleh Vladimir wilwan, yang

mengembangkan teori wear and tear yang berfokus pada

berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh. Hormon dikeluarkan

oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus,

Page 31: NUR KHAIRI - Unhas

15

sebuah kelenjar yang terletak di otak. Hipotalamus membentuk

poros dengan hipofise dan organ tertentu yang kemudian

mengeluarkan hormonnya. (Goldman dan Klatz, 2007)

Hormon bekerja dengan baik mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh pada usia muda, namun seiring dengan

bertambahnya usia, akan terjadi penurunan produksi hormon,

yang pada akhirnya mengganggu berbagai sistem tubuh.

(Goldman dan Klatz, 2007)

2. Gejala Klinis Penuaan

Proses penuaan dimulai dengan menurunnya bahkan berhentinya

fungsi berbagai organ tubuh. Akibat penurunan fungsi itu, muncul

berbagai tanda dan gejala proses penuaan. Proses penuaan berlangsung

melalui tiga tahap (Pangkahila, 2011)

2.1 Tahap Subklinik (usia 25-35 tahun)

Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai

menurun, yaitu hormon testosterone, grown hormone dan hormone

estrogen. Pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak sel dan

DNA, mulai mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak

tampak dari luar. Karena itu, pada tahap ini orang merasa dan

tampak normal, tidak mengalami gejala dan tanda penuaan.

Bahkan, umumnya rentang usia ini dianggap usia muda dan normal.

2.2 Tahap Transisi (usia 35-45 tahun)

Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25%. Massa otot

berkurang sebanyak satu kilogram setiap beberapa tahun.

Akibatnya, tenaga dan kekuatan terasa hilang, sedangkan

Page 32: NUR KHAIRI - Unhas

16

komposisi lemak tubuh bertambah. Keadaan ini menyebabkan

resistensi insulin, meningkatnya resiko penyakit jantung dan

obesitas. Pada tahap ini gejala penuaan mulai muncul, yaitu

penglihatan dan pendengaran menurun, dorongan dan bangkitan

seksual menurun. Pada tahap ini orang tidak merasa muda lagi dan

tampak lebih tua.

2.3 Tahap Klinik (usia 45 tahun ketas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut, yang

meliputi DHEA (dehydroepiandrosterone), melatonin, growth

hormone, testosterone, estrogen dan hormone tiroid. Terjadi juga

penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan, vitamin dan mineral. Densitas tulang menurun, massa

otot berkurang sekitar satu kilogram selama tiga tahun, yang

menyebabkan ketidakmampuan membakar kalori, meningkatnya

lemak tubuh dan berat badan. Penyakit kronis mulai nyata, sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan. Disfungsi seksual

merupakan keluhan yang penting dan menganggu keharmonisan

banyak pasangan (Pangkahila, 2011).

B. Kulit

1. Anatomi Kulit

Kulit adalah organ terbesar dari tubuh, terhitung sekitar 15% dari total

berat badan manusia. Kulit tersusun atas tiga lapisan yaitu epidermis,

dermis dan subkutis. Setiap lapisan memiliki karakteristik dan fungsinya

masing-masing. (Baumann dan Saghari, 2009)

Page 33: NUR KHAIRI - Unhas

17

Gambar 2.1 Anatomi Kulit

1.1 Lapisan Epidermis

Epidermis adalah lapisan terluar dari kulit, terdiri dari epitel skuamosa

bertingkat yang terutama terdiri dari dua jenis sel yaitu sel keratinosit

dan sel dendritik. Epidermis dibagi menjadi empat lapisan sesuai

dengan morfologi keratinosit yang tersusun dari dalam ke luar, yaitu

lapisan sel basal (stratum basale), lapisan skuamosa (stratum

spinosum), lapisan sel granular (stratum granulosum), dan lapisan sel

cornified (stratum korneum). (Baumann dan Saghari, 2009)

1.1.1 Stratum Basal

Lapisan sel basal yang juga dikenal sebagai stratum

germinativum, mengandung sel keratinosit yang menempel

pada membrane dasar dengan sumbu panjang tegak lurus

terhadap dermis. Sel-sel basal ini membentuk lapisan tunggal

yang melekat satu sama lain melalui desmosom. Desmosom

adalah struktur kompleks yang terdiri dari molekul adhesi dan

protein lain yang merupakan bagian integral dalam adhesi sel

Page 34: NUR KHAIRI - Unhas

18

dan transportasi sel. Sel basal memiliki peran dalam terjadinya

proliferasi sel pada epidermis. Pada stratum basale terdapat

ornithine decarboxylase (ODC) yang digunakan sebagai marker

aktivitas proliferasi. ODC distimulasi oleh paparan berulang UVB

dan diinaktvasi oleh asam retinoat, kortikosteroid dan vitamin

D3. (Chu, 2008; Baumann dan Saghari, 2009; Jain, 2012)

1.1.2 Stratum Spinosum

Stratum spinosum terdiri dari 5-10 lapisan sel skuamosa.

Lapisan ini terdiri dari berbagai sel yang berbeda dalam bentuk,

struktur dan sifat tergantung dari lokasinya, yang antara lain

adalah sel spinosus supra basal yang berbentuk polyhedral

dengan inti bulat, sedangkan sel-sel dari lapisan spinosus atas

umumnya lebih besar ukurannya dan menjadi datar karena

terdorong ke arah permukaan kulit dan mengandung granula

lamellar (Chu, 2008). Pada lapisan ini terdapat cell junction

yaitu, desmosom, adherent junction, tight junction dan gap

junction. (Jain, 2012)

1.1.3 Stratum Granulosum

Stratum granulosum terdiri dari sel-sel pipih yang mengandung

granul keratohialin dalam sitoplasmanya. Granul keratohialin

mengandung profilagrin, lorikrin dan involukrin. Sel-sel ini

bertanggung jawab untuk sintesis dan modifikasi protein yang

terlibat dalam keratinisasi. (Chu, 2008; Baumann dan Saghari,

2009)

Page 35: NUR KHAIRI - Unhas

19

1.1.4 Stratum Korneum

Korneosit pada stratum korneum memiliki fungsi perlindungan

mekanik untuk epidermis dengan mencegah hilangnya air dan

invasi oleh zat-zat asing. Korneosit yang mengandung kadar

protein tinggi dan kadar lemak rendah ini dikelilingi oleh matriks

ekstraseluler lipid. Sifat fisik dan biokimia dari sel-sel di stratum

korneum bervariasi sesuai dengan letaknya. Sel-sel yang

berada ditengah memiliki kapasitas untuk mengikat air lebih

banyak dibandingkan dengan sel-sel yang berada di lapisan

yang lebih didalam, karena konsentrasi asam amino bebas

ditemukan lebih banyak pada sitoplasma sel lapisan tengah.

(Chu, 2008)

1.2 Lapisan Dermis

Lapisan dermis terletak antara epidermis dan lemak subkutan.

Lapisan ini yang menentukan ketebalan kulit, dan juga memiliki peran

penting pada penampilan kosmetik kulit. Ketebalan lapisan dermis

bervariasi pada berbagai bagian tubuh. Pada penuaan, terjadi

penurunan ketebalan dan kelembaban pada lapisan ini. Di dalam

dermis terdapat syaraf, pembuluh darah, kelenjar keringat dan

sebagian besar dermis terdiri dari kolagen. Bagian paling atas lapisan

dermis yang dekat dengan epidermis disebut dermis pars papilare dan

bagian bawah dari lapisan dermis yang dekat dengan lemak subkutan

disebut dermis pars retikulare. (Baumann dan Saghari, 2009)

Karakteristik dari dermis pars papilare adalah terdapat bundle

kolagen yang kecil, kepadatan yang tinggi dan terdapat elemen

Page 36: NUR KHAIRI - Unhas

20

vascular. Pada pars retikulare terdapat bundle kolagen yang lebih

besar, elastin yang matang, pembuluh darah, saraf, otot, polisebasea,

kelenjar apokrin dan ekrin. (Baumann dan Saghari, 2009)

Fibroblast adalah jenis sel utama dalam epidermis. Fibroblast

memproduksi kolagen, elastin, protein matriks lainnya dan enzim

seperti kolagenase dan stromelysin. Di dalam dermis juga terdapat sel

mast, leukosit polimorfonuklear, limfosit dan magrofag. (Baumann dan

Saghari, 2009)

Kolagen adalah protein alami terkuat yang banyak terdapat pada

tubuh manusia. Terdapat beberapa tipe kolagen yang terdapat pada

kulit. 80-85% kolagen tipe I terdapat dermis, kolagen tipe I terdiri dari

2 rantai α yaitu α1 dan α2. Kolagen tipe I berguna untuk kelenturan

dermis. Jumlah kolagen tipe I terbukti menurun pada kulit yang menua.

Kolagen tipe III adalah bentuk kedua paling penting dari kolagen pada

dermis, namun memiliki diameter yang lebih kecil dari kolagen tipe I.

Kolagen tipe III terdiri dari 3 rantai α yaitu hidroksiprolin, glisin dan

residu sistein. Kolagen tipe III dikenal juga sebagai fetal kolagen

karena banyak ditemukan pada fetus. Kolagen jenis lain yang juga

terdapat pada dermis adalah kolagen tipe IV, terdapat pada lamina

densa dan terdiri dari rantai α1 dan α2, heterotrimer dan homo polimer.

Kolagen tipe V terdiri dari 4 rantai yang berbeda dan terletak pada

ubiquitous. Kolagen tipe VII terdiri dari satu rantai α dan memiliki ikatan

disulfide dalam rantainya, dan kolagen tipe XVII terletak pada

hemidesmosome. (Baumann dan Saghari, 2009)

Page 37: NUR KHAIRI - Unhas

21

Biosintesis Kolagen

Pembentukan rantai pro α yang merupakan precursor kolagen diawali

dengan sintesis rantai prepro α, sebuah polipeptida yang mengandung

sekuen signal amino termal. Rantai prepro α diubah menjadi rantai pro

α pada reticulum endoplasma kasar (RER), kemudian akan terjadi

proses hidroksilasi residu prolyl dan lysyl yang dimulai saat rantai pro

α terbentuk, dengan bantuan enzim prolyl hydroxylase dan lysil

hydroxylase dan sebagai kofaktor adalah O2, Fe, α-ketoglutarat dan

asam askorbat. Proses selanjutnya adalah glikosilasi. Kolagen adalah

glikoprotein yang mengandung residu galaktosil dan glukosigalaktosil,

glikosilasi terjadi setelah sintesis hidroksilisin sampai dengan

terbentuk tripel helix pada RER, proses ini terjadi dengan bantuan

enzim galactossyl-transferase dan glucosyl-transferase, namun fungsi

dari residu gula ini belum diketahui. Kemudiaan akan terjadi proses

assembly dan sekresi dimana tiga rantai pro α berikatan menjadi

prokolagen, kecepatan proses ini bervariasi tergantung dari jenis

kolagen. Prokolagen akan ditransfer ke apparatus golgi, didalam

apparatus golgi akan terbentuk vesikel sekretoris yang akan menyatu

dengan membran plasma kemudian mengeluarkan prokolagen ke

matrix ekstraselular. Di matrix ekstraselluler akan terjadi pemutusan

rantai prokolagen oleh enzim procollagen N-proteinase dan

procollagen C-proteinase lalu terbentuk struktur tripel helix yang

disebut tropokolagen. Tropokolagen secara spontan bersatu satu

sama lain membentuk serat kolagen, namun serat tunggal tidak dapat

berfungsi sebagai elastisitas kulit, sehingga serat kolagen bersatu

Page 38: NUR KHAIRI - Unhas

22

membentuk cross link dengan bantuan enzim oxydase lysyl. Struktur

cross link ini akan membentuk kolagen matur. (Yaar dan Gilchrest,

2008).

Gambar 2.2 Biosintesis Kolagen (Gilchrest et al., 2000)

1.3 Lapisan Sub Kutan

Lapisan subkutis atau hipodermis terletak di bawah dermis,

sebagian besar terdiri dari lemak, yang merupakan sumber energi

yang penting bagi tubuh. Pada lapisan ini juga terdapat kolagen tipe I,

III, dan V. Lapisan subkutis menghubungkan kulit secara longgar

dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda – beda

menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. (Baumann dan

Saghari, 2009).

Page 39: NUR KHAIRI - Unhas

23

2. Penuaan Kulit

Penuaan merupakan proses yang terjadi di seluruh organ, namun

paling terlihat pada kulit. Terdapat dua proses utama pada penuaan kulit,

yaitu penuaan intrinsik dan penuaan ekstrinsik. Penuaan intrinsik

mengambarkan latar belakang genetik dari individu dan akibat dari

bertambahnya usia secara kronologis. Penuaan ekstrinsik disebabkan

oleh faktor eksternal seperti merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan,

gizi buruk, dan paparan sinar matahari. Penuaan ekstrinsik dapat

dikurangi dengan usaha anti aging. Penuaan kulit 80% disebabkan oleh

paparan sinar matahari yang disebut photoaging (Baumann dan Saghari,

2009).

Penuaan intrinsik pada kulit terjadi karena akumulasi kerusakan

endogen akibat dari pembentukan senyawa oksigen relatif selama

metabolisme oksidasi seluler. Selain itu penuaan intrinsik pada kulit juga

terjadi akibat dari pemendekan telomere pada pembelahan sel,

penurunan faktor pertumbuhan dan akibat dari penurunan hormon,

dimana menurunnya hormon estrogen dapat mempengaruhi degradasi

dari kolagen. Gambaran klinis penuaan intrinsik antara lain adalah

serosis, kelemahan dan kerutan pada kulit serta gambaran tumor jinak

seperti keratosis seboroik dan angina buah cherry. Di bawah mikroskop

akan tampak atrofi epidermis, pendataran epidermal rete ridges dan atrofi

dermis. Pada penuaan intrinsik terjadi peningkatan rasio jumlah kolagen

III terhadap kolagen I (Baumann dan Saghari, 2009).

Penuaan ekstrinsik paling utama disebabkan oleh paparan sinar UV

atau yang disebut photoaging, sehingga penuaan ekstrinsik paling terlihat

Page 40: NUR KHAIRI - Unhas

24

pada daerah wajah, dada dan bagian ekstensor dari lengan. Gambaran

klinis photoaging antara lain adalah kerutan dan lesi pigmentasi seperti

frackles, lentigines, hiperpigmentasi dan lesi hipopigmentasi seperti

hipomelanosis gutata. Gambaran histopatologis berupa atrofi epidermis,

dan perubahan pada kolagen dan elastin berupa fragmentasi, progresif

cross-linkage serta kalsifikasi. Perbedaan gambaran klinis antara

penuaan intrinsik dan ekstrinsik adalah pada penuaan intrinsik kulit

tampak lebih halus dibandingkan pada kulit yang mengalami penuaan

ekstrinsik walaupun pada kulit yang mengalami penuaan intrinsik tipis dan

mengalami penurunan elastisitas. (Baumann dan Saghari, 2009).

3. Sinar UV dan Efeknya terhadap Kulit

Gambar 2.3 Efek Sinar UV terhadap Kulit

Sinar ultraviolet dibagi menjadi UVA dengan panjang gelombang

320 – 400 nm, UVB dengan panjang gelombang 280 – 320 nm dan UVC

dengan panjang gelombang 100 – 280 nm. UVC tidak pernah mencapai

permukaan bumi karena terfiltrasi oleh ozon, namun UVA dan UVB dapat

mencapai permukaan bumi, dan keduanya dapat menimbulkan kerusakan

akut maupun kronis pada kulit manusia (Krutmann, 2011).

Page 41: NUR KHAIRI - Unhas

25

UVB diserap paling banyak oleh epidermis dan menyebabkan

kelainan seperti keratinosit, sementara UVA dapat menembus sampai

ke dermis sehingga diserap oleh epidermis dan dermis, namun

dibutuhkan jumlah yang lebih banyak untuk menyebabkan kerusakan

dibandingkan UVB (Alam dan Havey, 2010).

4. Efek Akut Sinar Ultraviolet

4.1 Eritema

Eritema adalah reaksi inflamasi akut pada kulit yang ditandai

dengan kemerahan setelah paparan berlebihan radiasi UV. Dosis

kemerahan minimal yang dapat dilihat jelas dalam 24 jam setelah

radiasi disebut minimal erytema doses (MED). Eritema yang terbentuk

bervariasi tergantung kepada panjang gelombang UVA. UVA terbagi

dua, yaitu UVA 1 dan UVA 2, dimana UVA 2 lebih meningkatkan

eritema dibandingkan dengan UVA 1. Efektivitas eritema menurun

sebanding dengan panjang gelombang. Eritema terinduksi UVB

memberikan respon lebih lambat daripada UVA dan mencapai puncak

setelah paparan 6 – 24 jam tergantung dosis (Taylor, 2005).

4.2 Pigmentasi

Respon pigmentasi kulit mengikuti paparan sinar matahari yang

terdiri dari reaksi kecoklatan (tanning) dan pembentukan melanin baru.

Respon kecoklatan pada kulit tergantung pada gelombang radiasi.

Eritema yang diinduksi UVB diikuti dengan pigmentasi. Melanisasi

yang terjadi akibat paparan kumulatif UVA bertahan lebih lama

dibandingkan dengan yang terjadi akibat paparan UVB. Perbedaan ini

terjadi karena lokalisasi pigmen yang diinduksi UVA dari basal.

Page 42: NUR KHAIRI - Unhas

26

Melanin yang diinduksi oleh UVB menghilang dengan turn-over

epidermis dalam 1 bulan (Fisher at al., 2002; Taylor, 2005).

4.3 Kerusakan DNA

Sinar Ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan pada DNA

berupa kesalahan pembacaan kode genetik, mutasi dan apoptosis.

DNA seluler langsung menyerap UVB dan menyebabkan lesi pada

basa pirimidin, yang menjadi ikatan kovalen dan merusak heliks DNA.

Radiasi UVA dapat juga mengakibatkan lesi pada DNA walaupun daya

rusak lebih lemah dibandingkan UVB (Taylor, 2005).

5. Efek Kronis Sinar Ultraviolet

5.1 Photoaging

Photoaging adalah bentuk kerusakan kulit akibat dari paparan sinar

UV secara kronis dan lebih sering terjadi dibandingkan kanker kulit.

Panjang gelombang sinar UV yaitu 100 – 400 nm. Sinar UV terbagi 3

menurut panjang gelombangnya yaitu UVA, UVB dan UVC. Sinar UVA

mencapai bumi 95% sampai dengan 98%. UVB sebagian besar

diserap oleh lapisan ozon, 2 – 5% yang mencapai bumi, sedangkan

UVC diserap seluruhnya oleh lapisan ozon (Alam dan Havey, 2010;

Krutmann, 2011). UVA menembus lapisan kulit sampai ke lapisan

dermis, sedangkan UVB menembus daerah bagian atas lapisan

dermis. UVA masuk paling dalam, akan tetapi daya rusak UVB dan

UVC lebih besar (Taylor, 2005).

5.2 Fotokarsinogenesis

Efek paparan sinar UV pada induksi dan progresi kanker kulit pada

manusia sangat sulit dideteksi pada manusia. Perkembangan lesi

Page 43: NUR KHAIRI - Unhas

27

kanker ini membutuhkan waktu bertahun – tahun, sehingga penelitian

mengenai fotokarsinogenesis masih terbatas. Kerusakan DNA yang

disebabkan oleh radiasi UV merupakan penyebab utama

perkembangan kanker kulit (Taylor, 2005; Krutmann, 2011).

6. Photoaging dan Mekanisme terjadinya Photoaging

6.1 Photoaging

Akibat dari paparan sinar UV kronis menyebabkan penuaan dini

pada kulit yang disebut photoaging. Photoaging ditandai dengan

kerutan halus dan kasar pada kulit, dispigmentasi, perubahan tekstur

kulit, hilangnya elastisitas, dan aktinik keratosis prakanker. Sebagian

dari tanda – tanda klinis tersebut disebabkan oleh perubahan pada

dermis. Dispigmentasi seperti keratosis seboroik, lentigo, dan

hiperpigmentasi difus disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada

epidermis (Alam dan Havey, 2010).

Photoaging tergantung terutama pada tingkat radiasi ultraviolet

dan pada jumlah melanin pada kulit. Di samping kerusakan DNA

secara langsung maupun tidak langsung, radiasi sinar ultraviolet

mengaktifkan reseptor permukaan sel keratinosit dan fibroblast di kulit,

yang mengarah ke kerusakan kolagen dalam matriks ekstraseluler dan

shutdown sintesis kolagen baru (Pandel at al., 2013).

Hilangnya jaringan ikat fibril kolagen dan akumulasi jaringan ikat

elastin secara tidak teratur yang menyebabkan elastosis merupakan

karakteristik kulit yang menua. Perubahan juga terjadi pada komponen

seluler dan matriks ekstraseluler dari jaringan ikat kulit menua yang

Page 44: NUR KHAIRI - Unhas

28

dapat mempengaruhi kapiler superfisial sehingga menyebabkan

terjadinya telangiektasis (Alam dan Havey, 2010).

Studi pada manusia dan tikus albino tanpa rambut menunjukkan

bahwa radiasi UVB akut dan kronis akan sangat meningkatkan

vaskularisasi kulit dan angiogenesis. Matahari adalah sumber utama

radiasi sinar ultraviolet dan kontributor utama photoaging tersebut.

Radiasi UVC hampir sepenuhnya diserap oleh lapisan ozon dan tidak

mempengaruhi kulit. UVB mempengaruhi lapisan epidermis dan

menyebabkan sunburns (luka bakar akibat paparan surya). UVB paling

intensif adalah antara pukul 10 pagi hingga 2 siang, selama bulan-

bulan sepanjang musim panas, dan menyumbang 70% dari rata-rata

kumulatif tahunan dosis UVB seseorang. UVA diyakini memiliki efek

minor pada kulit, namun studi menunjukkan bahwa mereka menembus

kulit lebih dalam. Secara signifikan lebih banyak foton dalam UVA yang

diperlukan untuk menyebabkan tingkat kerusakan yang sama dengan

UVB karena kurangnya kandungan energi, namun berada dalam

jumlah jauh lebih tinggi di bawah sinar matahari dan lebih penetran

daripada di UVB (Pandel et al., 2013).

6.2 Mekanisme terjadinya Photoaging

Sekitar 50% dari kerusakan kulit akibat photoaging disebabkan

oleh pembentukan ROS. Pembentukan ROS terjadi di dalam kulit pada

saat kulit terpapar sinar UV. ROS merusak kulit melalui reaksi

modifikasi kimia langsung pada DNA mitokondria (mtDNA), sel lipid,

asam deoksiribonukleat (DNA), dan protein matriks dermal, termasuk

kolagen (Alam dan Havey, 2010; Rhein dan Santiago, 2010).

Page 45: NUR KHAIRI - Unhas

29

Pembentukan ROS terjadi dalam waktu kurang dari 30 menit

setelah pajanan UV dan level peroksida meningkat dua kali lipat pada

kulit manusia. Pembentukan ROS oleh paparan berulang UVB melalui

interaksi langsung dan tidak langsung. Interaksi langsung UVB berupa

cross-linking basa pirimidin berdekatan, yang menyebabkan

kerusakan langsung pada DNA dan ikatan dengan asam amino

aromatik. Hal ini mengakibatkan provokasi radikal bebas dan

penurunan antioksidan kulit, dan merusak kemampuan kulit untuk

melindungi diri dari radikal bebas. Interaksi tidak langsung UVB

menyebabkan ROS melalui fotosensitisasi yang akan merubah

elektron pada kromosfor, menjadi singlet elektron sehingga terjadi

produksi radikal bebas. Fotosensitisasi juga memproduksi

superoksida anion yang diikuti oleh dismutase ke hidrogen peroksida.

Hidrogen peroksida dengan bantuan kation logam (Fe dan Cu) akan

menghasilkan gugus hidroksil yang bersifat radikal bebas. Hidrogen

peroksida membentuk ikatan ROS lain dengan cepat seperti radikal

hidroksil, hal ini menyebabkan oksidasi komponen sel yaitu DNA,

protein, membran sel dan mengaktivasi jalur seluler (Taylor, 2005;

Svobodova et al., 2006).

ROS yang dihasilkan oleh radiasi sinar UV mengaktifkan jalur

seluler yaitu reseptor sel epidermal growth factor (EGF), interleukin

(IL)-1, keratinocyte growth factor dan tumor necrosis factor (TNF)-α.

Pengaktifan reseptor dimediasi oleh enzim protein-tyrosine

phosphatase-K, yang berfungsi menginaktivasi reseptor EGF. Aktivasi

reseptor mengaktifkan MAP kinase dan C-Jun amino terminal kinase

Page 46: NUR KHAIRI - Unhas

30

(JNK). Aktivasi dari kinase mengaktifkan transkripsi kompleks activator

protein-1 (AP-1), membentuk C-Jun dan C-Fos. (Taylor, 2005; Yaar

dan Gilchrest, 2007).

Peningkatan transkripsi AP-1 menginduksi jumlah kolagenase

MMPs (MMP-1), stromelisin I (MMP-3) yang memblokir transforming

growth factor (TGF)-β, sitokin yang meningkatkan transkripsi kolagen,

yang berakibat menurunkan produksi tipe prokolagen I. AP-1 juga

menurunkan jumlah reseptor (TGF)-β yang dapat menghambat

transkripsi kolagen. AP-1 bersifat antagonis asam retinoat yang

memiliki efek stimulus terhadap sintesis kolagen (Fisher et al., 2002;

Taylor, 2005; Yaar dan Gilchrest, 2007).

Radiasi UV juga mengaktivasi faktor transkripsi NF-KB. NF-KB

mengikat netrofil dan membentuk kolagenase netrofil (MMP-8) pada

kulit yang terpapar UV. Secara keseluruhan MMPs tersebut

mendegradasi kolagen kulit matur dan selanjutnya terjadi kerusakan

pada struktur dermis (Alam dan Havey, 2010; Fisher et al., 2002; Yaar

dan Gilchrest, 2007). Radiasi UV selain mendegradasi kolagen matur,

juga menghambat sintesis kolagen, terutama dengan menurunkan

regulasi jumlah gen prokolagen tipe I dan III, yang mengakibatkan kulit

kehilangan kolagen secara akut. (Fisher et al., 2002).

Degradasi kolagen oleh radiasi UV terjadi secara tidak lengkap,

degradasi kolagen mengarah kepada akumulasi fragmentasi kolagen

yang akan mengurangi integritas struktural dermis. Akumulasi

fragmentasi kolagen akan menghambat pertumbuhan kolagen baru

Page 47: NUR KHAIRI - Unhas

31

dan memberikan efek regulasi negatif pada sintesis kolagen (Yaar dan

Gilchrest, 2007).

Gambar 2.4 Mekanisme terjadinya Photoaging (Rabe et al., 2006)

7. Radikal Bebas, Antioksidan dan Uji Aktivitas Antioksidan

7.1 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki satu

elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Radikal

bebas bersifat tidak stabil, dan mudah bereaksi dengan bahan kimia

anorganik dan organik, selain itu radikal bebas memiliki

kecenderungan untuk menarik elektron dan dapat merubah suatu

Page 48: NUR KHAIRI - Unhas

32

molekul menjadi suatu radikal bebas oleh karena hilangnya atau

bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Mitchell, 2013).

Bila dua senyawa radikal bertemu, elektron – elektron yang tidak

berpasangan dari kedua senyawa tersebut akan bergabung dan

membentuk ikatan kovalen yang stabil. Sebaliknya, bila senyawa

radikal bebas bertemu dengan senyawa bukan radikal bebas, akan

terjadi 3 kemungkinan, yaitu (Winarsi, 2007) :

1. Radikal bebas akan memberikan elektron yang tidak berpasangan

(reduktor) kepada senyawa bukan radikal bebas.

2. Radikal bebas menerima elektron (oksidator) dari senyawa bukan

radikal bebas.

3. Radikal bebas bergabung dengan senyawa bukan radikal bebas.

Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak

jenuh dan lipoprotein, serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Dari

ketiga molekul target tersebut, yang paling rentan terhadap radikal

bebas adalah asam lemak tak jenuh sehingga menyebabkan dinding

sel menjadi rapuh. Senyawa radikal bebas juga berpotensi merusak

basa DNA sehingga mengacaukan sistem info genetika dan berlanjut

pada pembentukan sel kanker (Winarsi, 2007).

Terdapat 3 tahap reaksi pembentukan radikal bebas, yaitu

Tahap inisiasi yang merupakan tahap awal pembentukan radikal

bebas, tahap propagasi yaitu pemanjangan rantai radikal, dan tahap

terminasi yaitu bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain atau

dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya rendah

(Winarsi, 2007).

Page 49: NUR KHAIRI - Unhas

33

Dua sumber radikal bebas adalah endogen dan eksogen.

Secara endogen, radikal bebas diproduksi oleh mitokondria, membran

plasma, lisosom, retikulum endoplasma dan inti sel. Secara eksogen,

radikal bebas berasal dari asap rokok, polutan, radiasi ultraviolet, obat-

obatan dan pertisida (Winarsi, 2007).

Reactive Oxygen Species (ROS) adalah jenis oksigen yang

diturunkan oleh radikal bebas. ROS memiliki gugus fungsional dengan

atom oksigen bermuatan elektron lebih yang berperan pada cedera

sel. ROS terbentuk secara terus menerus, baik memalui proses

metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi, dan akibat

respon terhadap pengaruh dari luar tubuh seperti polusi lingkungan,

sinar UV, asap rokok, dan lain-lain (Winarsi, 2007).

ROS dapat dibentuk melalui jalur enzimatis ataupun metabolik.

Proses cascade dari asam arakidonat menjadi prostaglandin dan

prostasiklin dipacu oleh enzim liposigenase dan siklooksigenase serta

oksidase yang selanjutnya akan membentuk radikal anion superoksida

atau hidroperoksida. Enzim sitokrom P 450-dependen oksidase, yang

berperan dalam reaksi biotransformasi dan detoksifikasi senyawa

intermediate metabolit dan xenobiotik juga akan menghasilkan

senyawa peroksida atau ROS. Aktivasi makrofag dan netrofil yang

merupakan bentuk mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan

infeksi mikroorganisme juga akan membentuk berbagai radikal bebas

dan ROS, termasuk asam hipoklorid (HOCl), yang akan menyerang

dan menghancurkan virus maupun bakteri. Namun di sisi lain,

Page 50: NUR KHAIRI - Unhas

34

terbentuknya senyawa radikal tersebut sangat berbahaya karena juga

berpotensi menyerang sel tubuh (Winarsi, 2007).

Dapat diyakini bahwa dengan meningkatnya usia seseorang,

pembentukan ROS juga semangkin meningkat. Secara endogenus,

hal ini berkaitan dengan laju metabolisme seiring dengan

bertambahnya usia. Secara eksogenus, kemungkinan tubuh terpapar

dengan polutan juga semankin tinggi, seiring dengan bertambahnya

usia. Kedua faktor tersebut secara sinergis meningkatkan jumlah ROS

pada tubuh (Winarsi, 2007).

7.2 Antioksidan

Antioksidan (AO) adalah molekul yang mampu menghambat

reaksi oksidasi dari radikal bebas dengan berbagai cara, antara lain

dengan menangkap radikal bebas atau free radical scavenging dan

dengan mengikat logam, menyingkirkan berbagai logam transisi

pemicu ROS serta menyingkirkan ROS. Oksidasi merupakan reaksi

kimia yang memindahkan elektron dari satu substansi ke agen

oksidan. Sebagai pertahanan terhadap kerusakan oksidatif, sel

dilengkapi dengan berbagai jenis AO yang akan bekerja melalui

beragam mekanisme. Integritas seluler dipertahankan oleh berbagai

AO enzimatik antara lain katalase, glutation peroksidase, glutation

reduktase dan superoksida dismutase. Sedangkan sistem AO

nonenzimatik akan mempertahankan membran sel. Yang termasuk

AO nonenzimatik antara lain glutation, asam askorbat, alfa-tokoferol

dan ubiquinon (Ardhie, 2011).

Page 51: NUR KHAIRI - Unhas

35

Berdasarkan mekanisme pertahanannya, AO dibedakan

menjadi: (Ardhie, 2011)

1. Mekanisme pertahanan AO primer/chain breaking/scavenger

antioxidants adalah menetralisir radikal bebas dengan mendonasikan

satu elektronnya. Molekul AO yang telah kehilangan satu elektronnya

akan menjadi radikal bebas yang baru, namun dianggap relatif stabil

atau akan dinetralisir oleh AO lainnya. Contoh AO tipe ini adalah

vitamin E, vitamin C, asam alfa lipoat (ALA), CoQ10, flavonoid, asam

urat dan bilirubin.

2. Mekanisme pertahanan AO sekunder/preventive antioxidants

bekerja dengan mengikat logam, menyingkirkan berbagai logam

transisi pemicu ROS dan menyingkirkan ROS. Contoh AO tipe ini

adalah transferin, laktoferin, seruloplasmin, dan albumin.

3. Mekanisme pertahanan tersier dilakukan untuk mencegah

penumpukan biomolekul yang telah rusak agar tidak menimbulkan

kerusakan lebih lanjut. Misalnya kerusakan DNA akan diperbaiki oleh

enzim metionin sulfaoksida reduktase, protein yang teroksidasi akan

diproses oleh sistem enzim proteolitik dan lipid teroksidasi oleh lipase,

peroksidase dan sebagainya.

Seiring dengan proses penuaan alami, mekanisme pertahanan

tubuh akan berkurang, sedangkan produksi ROS meningkat, hal ini

menyebabkan ketidakseimbangan antara jumlah AO endogen dan

ROS. Selain itu mekanisme pertahanan antioksidan endogen juga

dapat dihambat oleh sinar UV dan sinar UV dapat meningkatkan

produksi ROS pada tubuh. Banyak penelitian yang membuktikan

Page 52: NUR KHAIRI - Unhas

36

bahwa menggunakan antioksidan eksogen dapat mengurangi

kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas (Baumann dan

Allemann, 2009).

Pada kulit, penggunaan antioksidan secara topikal dan

kombinasi dengan konsumsi oral dapat meningkatkan kapasitas

antioksidan di dalam tubuh karena keduanya bekerja secara sinergis.

Pemberian antioksidan oral dapat mengurangi stress oksidatif tetapi

pemberian antioksidan topikal juga mampu mencegah kerusakan kulit

yang disebabkan oleh stress oksidatif. Penelitian Yaar dan Gilchrest

(2008) menyatakan bahwa pemberian antioksidan topikal dan oral

dapat mengurangi akumulasi peroksida pada kulit.

Interaksi antara radiasi matahari pada kulit mengakibatkan

terbentuknya radikal bebas. ROS mengakibatkan hidroksilasi,

peroksidasi, cross-link, pemutusan rantai, penambahan radikal pada

cincin aromatik, pembentukan aldehid dan deplesi thiol. Autooksidasi

dari asam lemak tak jenuh ganda pada membran lipid juga terjadi,

kemungkinan berhubungan dengan singlet oksigen, radikal

perhidroksi atau radikal hidroksil (Wenk et al., 2001).

Glutathion (GSH) adalah tripeptida yang tersusun atas asam

amino glutamat (Glu), sistein (Cys), glisin (Gly). Meskipun bukan

merupakan enzim namun keberadaannya merupakan kosubstrat bagi

enzim glutathion peroksidase. Oleh sebab itu, glutathion juga berperan

sebagai antioksidan. Sebagai antioksidan, glutathion secara kimia

dapat bereaksi dengan singlet oksigen, radikal superoksida, hidroksil,

dan secara langsung dapat berperan sebagai scavenger radikal

Page 53: NUR KHAIRI - Unhas

37

bebas. Glutathion juga dapat menstabilkan struktur membran dengan

cara menghilangkan atau meminimalkan pembentukan peroksida

dalam reaksi peroksidasi lipid (Winarsi, 2007).

Kerja antioksidan glutathion ini bekerja sebagai

scavenger/penangkap radikal bebas dan mengubah radikal bebas

yang telah terbentuk dengan cara memutus reaksi berantai menjadi

molekul yang kurang aktif (Winarsi, 2007).

Membran sel merupakan salah satu target utama kerusakan

atau cidera sel yang diakibatkan oleh berbagai stimuli dari luar,

termasuk radikal bebas. Senyawa Oksigen Reaktif (ROS) yang

berlebihan akan memicu terjadinya rangkaian reaksi yang melibatkan

fosfolipid yang terdapat dalam membran sel, yang dikenal dengan

reaksi peroksidasi lipid. Serangan radikal bebas tidak saja

mempengaruhi fluiditas membran spermatozoa namun radikal bebas

juga dapat mempengaruhi integritas DNA pada inti sel yang

selanjutnya dapat menimbulkan kematian sel (Eberhardt, 2001; Kumar

et al., 2005).

Radikal bebas menyebabkan kerusakan sel dengan tiga cara

yaitu (Eberhardt, 2001; Kumar et al., 2005) :

1. Peroksidasi komponen lipid dari membran sel dan sitosol, yang

menyebabkan serangkaian reduksi asam lemak (otokatalisis) yang

dapat merusak membran dan organel sel.

2. Kerusakan DNA, yang berakibat mutasi DNA bahkan kematian sel

Page 54: NUR KHAIRI - Unhas

38

3. Modifikasi protein teroksidasi, oleh karena terbentuknya cross

linking protein, melalui mediator sulfidril atas beberapa asam amino

labil seperti sistein, metionin, lisin dan histidin.

Glutathion dapat berfungsi sebagai antioksidan melalui berbagai

mekanisme. Senyawa tersebut secara kimia dapat bereaksi dengan

oksigen singlet, radikal superoksida, hidroksil, dan secara langsung

dapat berperan sebagai scavenger radikal bebas. Glutathion juga

menstabilkan struktur membran dengan cara menghilangkan atau

meminimalkan pembentukan asil peroksida dalam reaksi peroksidasi

lipid (LOOH).

Glutathion dapat pula berperan sebagai agen pereduksi yang

mampu memanfaatkan kembali asam askorbat dari bentuk teroksidasi

menjadi bentuk tereduksi oleh enzim dehidroaskorbat reduktase

(Winarsi, 2007).

Kebanyakan glutathion (GSH) dalam sirkulasi disintesa di liver

dari endogenous atau dietary asam amino yang baru terbentuk.

Difisiensi glutathione (GSH) berhubungan dengan banyak kelainan

fisiologis seperti penurunan rasio GSH : GSSG dan peningkatan

peroksidasi lipid di otot skeletal akibat radikal bebas.

7.3 Uji Aktivitas Antioksidan

Metode yang umum digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan

suatu bahan yaitu dengan menggunakan radikal bebas stabil

diphenilpycrylhydrazil (DPPH). Metode DPPH banyak dipilih karena

mudah, cepat, peka dan hanya membutuhkan sedikit ekstrak sampel

(Hanani et al., 2005). Senyawa DPPH adalah radikal bebas yang

Page 55: NUR KHAIRI - Unhas

39

bersifat stabil dan beraktivitas dengan cara mendelokalisasi elektron

bebas pada suatu molekul sehingga molekul tersebut tidak reaktif

sebagaimana radikal bebas yang lain. Proses delokalisasi ini

ditunjukkan dengan adanya warna ungu (violet) pekat yang dapat

dikarakterisasi pada pita absorbansi dalam pelarut etanol pada panjang

gelombang 520 nm (Molyneux, 2004). Pada metode ini, larutan DPPH

yang berperan sebagai radikal bebas akan bereaksi dengan senyawa

antioksidan sehingga DPPH akan berubah menjadi

diphenilpycrilhydrazine yang bersifat non-radikal sebagaimana dapat

dilihat pada Gambar:

Parameter untuk menginterpretasikan hasil pengujian dari metode

DPPH umumnya dibuat dalam bentuk Inhibitor Concentration 50 (IC50),

yang didefinisikan sebagai konsentrasi larutan substrat atau sampel

yang akan mereduksi aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin besar

nilai IC50 maka nilai aktivitas antioksidan akan semakin kecil (Molyneux,

2004). Suatu senyawa antioksidan dinyatakan baik jika nilai IC50-nya

semakin kecil. Senyawa antioksidan dikatakan sangat kuat apabila

memiliki nilai IC50 kurang dari 0,05 mg/ml, kuat untuk IC50 antara 0,05-

Page 56: NUR KHAIRI - Unhas

40

0,10 mg/ml, sedang untuk IC50 antara 0,10-0,15 mg/ml dan lemah jika

IC50 bernilai antara 0,150-0,20 mg/ml (Molyneux, 2004).

C. MATRIKS METALLOPROTEINASE

Matriks metalloproteinase adalah suatu zinc-dependent

endopeptidase. MMP gene family pada manusia terdiri dari 28 tipe dengan

struktur dan spesifitas yang berbeda. MMPs berhubungan dengan proses

fisiologis dan patologis yang berkaitan dengan turnover matriks ekstraseluler,

wound healing, angiogenesis, dan kanker. Sejumlah MMPs mampu

menimbulkan degradasi terhadap kolagen tipe I yaitu antara lain MMP-1, 8,13,

MT1-MMP (MMP-14), MT2-MMP (MMP-15), dan MT3-MMP (MMP-16). Pada

kulit hanya MMP-1 yang paling banyak dipicu pembentukannya oleh pajanan

sinar ultra violet dan tampaknya paling bertanggung jawab terhadap

pemecahan kolagen akibat paparan matahari. Level MMP-1 akan meningkat

sesuai dengan bertambahnya usia, yang mana hal ini diperkirakan sebagai

akibat dari fragmentasi serat kolagen dan disorganisasi susunan serat

kolagen pada dermis (Seltzer & Eisen, 2006).

Activator Protein -1 (AP-1) yang merupakan nuclear transcription

factor, terdiri dari dua sub unit yaitu c-jun dan c-fos, berfungsi untuk

mengontrol transkripsi dari matriks metalloproteinases (MMPs). MMPs

merupakan suatu enzim yang bertanggung jawab terhadap degradasi dari

matriks ekstrasel, termasuk diantaranya adalah MMP-1 (collagenase), MMP-

3 (stromelysin), dan MMP-9 (92-kd gelatinase). Metalloproteinase juga

bertanggung jawab terhadap tejadinya degradasi kolagen.

MMP dapat dengan segera timbul hanya dengan dosis minimal sinar ultra

violet, di bawah dosis yang dibutuhkan untuk menimbulkan eritema. Terdapat

Page 57: NUR KHAIRI - Unhas

41

suatu hubungan dosis dan respon yang ditimbulkan antara paparan UV dan

induksi MMP. Paparan terhadap sinar UV yang tidak cukup untuk

menimbulkan sunburn dapat memfasilitasi terjadinya degradasi kolagen, dan

pada akhirnya menimbulkan photoaging. Paparan minimal yang berulang

dengan dosis yang setara dengan 5-15 menit paparan matahari pada tengah

hari cukup untuk meningkatkan MMP-1 (Berneburg dkk., 2000; Rabe dkk.,

2006).

Kolagenase (MMP-1) merupakan proteinase turunan dari fibroblast yang

memiliki kemampuan untuk mendegradasi fibril kolagen alami tipe I, II, III dan

V. MMP-1 berperan penting dalam remodeling jaringan konektif kolagen pada

berbagai situasi fisiologis dan patologis. Elemen activator protein-1 tunggal

(AP-1) yang berlokasi pada -65 sampai -72 pada region transripsi gen MMP-

1 dalam responnya terhadap berbagai sinyal ekstraseluller. Perlekatan

dengan sisi AP-1 merupakan pengaturan E twenty Six (ETS) elemen cis yang

juga berperan pada regulasi AP-1 dependen transkripsi gen MMP-1 (Lam et

al., 2005)

Penuaan kulit yang disebabkan oleh paparan matahari merupakan kondisi

yang kompleks namun ciri khasnya adalah penghancuran kolagen. Serat

kolagen pada matriks ekstraseluler dermis terhidrolisis oleh MMPs dalam

prosesnya dipicu oleh kolagenase MMP-1. Tingkat yang berlebihan MMPs

dapat menganggu integritas struktur dermis dan hasilnya menganggu proses

remodeling pada kulit.

Paparan radiasi UV meningkatkan produk MMP di kulit manusia,

melibatkan sinar matahari sebagai faktor utama dalam penuaan kulit dini.

Fibroblas pada dermis melepaskan MMP-1 setelah terjadi paparan baik dari

Page 58: NUR KHAIRI - Unhas

42

UVB maupun UVA, meskipun kerusakan sel primer berbeda. UVB berinteraksi

langsung dengan DNA, lesi dominan menjadi dimmer pirimidine cyclobutane

(CPD). Radiasi UVA menimbulkan kerusakan sebagian besar secara tidak

langsung melalui generasi spesies oksigen reaktif. Pelepasan dermal MMP-1

pada kulit yang teradiasi dirangsang oleh kerusakan langsung di dalam sel

yang teradiasi dan/atau sitokin dan faktor larut lainnya, diproduksi di kulit

sebagai respons terhadap UV. Hal penting dari modulator diffusible ini adalah

merusak keratonosit epidermis. Bahkan, media kultur keratinosit radiasi UVB

merangsang pelepasan MMP-1 dari fibroblast lebih efisien dari pada radiasi

langsung pada fibroblast.

Identitas modulator pemicu MMP-1 dan dipicu untuk melepaskan MMP-1

oleh keratinosit yang teradiasi UV tidak diketahui secara pasti. Ekspresi gen

MMP-1 yang diregulasi oleh p38 mitogen-activated protein kinase (MAPK)

adalah 14-3-3r protein stratifin, dilaporkan bahwa hal ini penting dalam

mencegah kesalahan mitosis setelah kerusakan DNA. Baru-baru ini, suatu

bentuk tersembunyi dari stratifin diidentifikasi dalam medium keratinosit dan

terbukti secara dramatis menginduksi MMP-1 mRNA dan ekspresi protein.

Setelah paparan UV, keratinosit juga menghasilkan berbagai sitokin, seperti

TNF-α, IL-1, IL-6 dari imunomudulator IL-10, TNF-α, IL-1 dan IL-6 telah

menunjukkan peran dalam induksi ekspresi MMP-1. Sel yang kekurangan

DNA perbaikan dan penghapusan CPD mengekspresikan IL-1 α, IL-6 dan gen

kolagenase pada paparan UV yang lebih rendah dari pada perbaikan sel.

Temuan ini menunjukkan bahwa rangsangan MMP-1 pada dermis mungkin

dipicu oleh pelepasan sitokin dan faktor tersembunyi lainnya, karena

Page 59: NUR KHAIRI - Unhas

43

setidaknya terhadap sebagian kerusakan DNA, khususnya UVB memicu

CPD. (Dong KK et al., 2008)

Paparan radiasi UV meningkatkan produksi MMP di kulit manusia,

melibatkan sinar matahari sebagai faktor utama dalam penuaan kulit.

Penuaan kulit merupakan suatu kondisi yang kompleks namun ciri khasnya

adalah penghancuran kolagen adalah MMP-1, yang paparannya diinduksi

oleh paparan sinar matahari.

Serat kolagen pada matriks ekstraseluler dermis terhidrolisis oleh MMPs

dalam prosesnya dipicu oleh kolagenase MMP-1. Tingkat yang berlebih

MMPs dapat menganggu integritas struktur dermis dan hasilnya menganggu

proses remodeling pada kulit (Dong KK et al., 2008). Fibroblas pada dermis

melepaskan MMP-1 setelah terjadi paparan baik dari UVB maupun UVA,

meskipun kerusakan sel primer berbeda. UVB berinteraksi langsung dengan

DNA, lesi dominan menjadi berbeda. UVB berinteraksi langsung dengan DNA,

lesi dominan menjadi dimmer pirimidin cyclobutane (CPD). Radiasi UVA

menimbulkan kerusakan sebagian besar secara tidak langsung melalui

generasi spesies oksigen reaktif. Pelepasan dermal MMP-1 pada kulit yang

teradiasi dirangsang oleh kerusakan langsung di dalam sel yang teradiasi

dan/atau oleh sitokin dan faktor larut lainnya, diproduksi di kulit sebagai

respon terhadap UV. Hal penting dari modulator diffusible ini adalah merusak

keratinosit epidermis (Dong KK et al., 2008).

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan pada kultur fibroblast

menunjukkan bahwa radiasi sinar UVB mampu memicu ekspresi mRNA MMP-

1 pada dosis yang bervariasi antara 10 mJ/cm2-100 mJ/cm2 (Kim dkk., 2004;

Yulianto, 2008; Moon dkk., 2008; Lee dkk., 2009).

Page 60: NUR KHAIRI - Unhas

44

D. URAIAN TANAMAN Sterculia populifolia

Klasifikasi tanaman Sterculia populifolia :

Kingdom : Plantae

Phylum : Tracheopyta

Class : Magnoliopsida

Orde : Sterculia

Family : Sterculiaceae

Genus : Sterculia

Spesies : Sterculia populifolia DC (LIPI, 2016)

Gambar 2.5 Tanaman Sterculia populifolia

Tanaman faloak terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji.

Pohon faloak dapat tumbuh mencapai ketinggian 15 meter atau lebih.

Tanaman ini memiliki kulit batang berwarna abu-abu terang dan

Page 61: NUR KHAIRI - Unhas

45

mengeluarkan getah transparan ketika disayat. Tanaman faloak berbunga

pada bulan April hingga Juni dan berbuah pada bulan Juni hingga Oktober

setiap tahun. Pangkal daun tumpul dengan ujung daun meruncing. Buah

berwarna kuning, orange hingga merah dengan permukaan luar ditutupi bulu-

bulu halus, yang ketika matang akan terbuka, berisi 4-8 biji yang berwarna

hitam mengkilap. Biji berbentuk elips dengan ukuran kira-kira 10 mm, dapat

dimakan dan memiliki rasa seperti kacang. Di pulau Timor, faloak dapat

ditemukan di semua daerah, disamping itu dapat pula ditemukan di pulau

Sumba dan daerah Ngada, pulau Flores (Ranta, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siswadi dkk (2013),

ditemukan bahwa kulit batang Sterculia sp mengandung flavonoid, alkaloid,

fenolik, dan terpenoid. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Ranta dkk (2012) berhasil diisolasi senyawa 3-hydroxyoctadecanoic acid

yang berkhasiat sebagai antifungi terhadap jamur C. albicans.

Bagian faloak yang digunakan sebagai obat herbal oleh masyarakat

khususnya di pulau Timor adalah kulit batangnya. Kulit batang (klika) faloak

dipercaya dapat mengobati beberapa penyakit seperti hepatitis, kanker,

gangguan saluran cerna, diabetes, reumatik, dan sebagai penguat sel darah

merah. Umumnya, masyarakat tradisional mengkonsumsi klika Sterculia sp

dengan cara direbus (Siswadi dkk, 2013).

E. HEWAN COBA

Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang masuk dalam familia dari

kelompok mamalia (hewan menyusui). Para ahli zoology (Ilmu hewan),

setelah melakukan penelitian dan pengamatan yang memakan waktu yang

Page 62: NUR KHAIRI - Unhas

46

lama dan pemikiran yang seksama, sepakat untuk menggolongkan hewan ini

ke dalam ordo rodensia (hewan pengerat), sub ordo Mymorpha, famili Muridae

dan sub famili Murinae. Klasifikasi mencit sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Class : Mamalia

Sub class : Theria

Ordo : Rodentia

Sub ordo : Myomorpha

Famili : Muridae

Sub family : Murinae

Genus : Mus

Species : Mus musculus

Secara garis besar kulit mencit dibagi menjadi lapisan epidermis,

dermis dan subkutis. Epidermis terdiri dari lapisan malpigi yang merupakan

lapisan sel yang terletak sebelah dalam dan dikenal juga dengan istilah sel

basah (moist cell). Lapisan paling luar (stratum corneum) atau lapisan tanduk

yang terdiri dari lapisan sel tanpa inti (anucleate), pipih, mati (non viable) yang

disebut sel kering. Substrata sel hidup pada epidermis terdiri dari sel basal,

sel spinosum dan lapisan granular (Marshall dan Huge, 2013).

Lapisan dermis terletak di bawah epidermis yang sebagian besar

tersusun dari jaringan ikat konektif. Terdapat suatu matriks tiga dimensi dari

jaringan ikat longgar yang tersusun dari komponen protein fibrosa (kolagen

dan elastin) dan digulung dalam jelly amorphous dari glikosaminoglikan.

Page 63: NUR KHAIRI - Unhas

47

Selain matriks fibrosa juga terdapat sistem pembuluh darah, saraf dan sistem

limfe (Marshall dan Huge, 2013).

Kolagen merupakan 77% dari berat jaringan kulit dan berperan utama

sebagai kekuatan lentur dari dermis. Kolagen-1 merupakan kolagen utama,

sedangkan kolagen-3 hanya 15% dari jumlah masa kolagen (Marshall dan

Huge, 2013).

Serabut elastin terdiri dari mikrofibril yang terikat dalam amorphous

matrix, disusun dari asam amino lysine dan disebut elastin. Jaringan adipose

disebut juga hypodermis atau panikulus adiposus (Marshall dan Huge, 2013).

Sebuah penelitian eksperimental yang dilakukan Kim S.Y. et al. (2004)

dengan menggunakan mencit balb/c yang diberi sinar UVB dengan dosis total

600mJ/cm2 yang diberikan tiga kali seminggu menyebabkan photoaging pada

kulit. Sedangkan penelitian Wahyuningsih (2010) menemukan terjadi

kerusakan kolagen secara bermakna pada kulit (photoaging) didapat dengan

pemberian dosis total UVB sebesar 840 mJ/cm2.

F. KOSMETIK, KRIM DAN UJI KESTABILAN SEDIAAN KOSMETIK

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan

yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari

bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat

oleh manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk

maksud meningkatkan kecantikan. Kosmetik berdasarkan cara

penggunaannya adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,

diletakkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke

dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan

Page 64: NUR KHAIRI - Unhas

48

maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau

mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat. Penggolongan kosmetik

menurut penggunaannya dibagi atas dua yaitu kosmetik perawatan kulit (skin

care cosmetic) dan kosmetik riasan (dekoratif atau make-up). Kosmetik

perawatan kulit, bertujuan untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit.

Termasuk didalamnya kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser),

kosmetik untuk melembabkan (moisturizer), kosmetik pelindung dan kosmetik

untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling). Sedangkan kosmetik

dekoratif berfungsi untuk merias dan menutupi cacat pada kulit sehingga

menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek

psikologis yang baik, seperti seseorang lebih percaya diri. (Wasitaatmadja,

1997)

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung

tidak kurang dari 60% air. Dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada

dua yaitu krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A).

Dalam pembuatan krim biasanya digunakan zat pengemulsi, umumnya

berupa surfaktan anionic, kationik dan non ionic. Untuk penstabilan krim

ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet. (Anief, 1996)

Stabilitas didefenisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau

kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang diterapkan sepanjang

periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,

kualitas dan kemurnian produk. Defenisi sediaan kosmetik yang stabil yaitu

suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama

periode waktu penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan

Page 65: NUR KHAIRI - Unhas

49

karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya saat dibuat (Djajadisastra,

2004).

Ketidakstabilan fisik dari sediaan ditandai dengan adanya perubahan

warna, timbul bau, pengendapan suspense atau caking, perubahan

konsistensi dan perubahan fisik lainnya (Djajadisastra, 2004). Nilai kestabilan

suatu sediaan farmasetika atau kosmetik dalam waktu singkat dapat diperoleh

dengan melakukan uji stabilitas dipercepat. Pengujian ini dimaksudkan untuk

mendapatkan informasi yang diinginkan dalam waktu sesingkat mungkin

dengan cara penyimpanan sampel pada kondisi yang dirancang untuk

mempercepat terjadinya perubahan yang biasa terjadi pada kondisi normal.

G. Sun Protection Factor (SPF)

Efektifitas dari suatu sediaan tabir surya dapat ditunjukkan salah

satunya dengan nilai SPF yang didefenisikan sebagai jumlah energy UV yang

dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose (MED) pada kulit yang

dilindungi oleh suatu tabir surya, dibagi dengan jumlah energi UV yang

dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang diberikan perlindungan.

Semakin besar nilai SPF, maka semakin besar perlindungan yang diberikan

oleh produk tabir surya tersebut (Wilkinson & Moore, 1982). MED

didefenisikan sebagai waktu, dimana merupakan jangka waktu terendah atau

dosis radiasi sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya

eritema (Wolf, 2001).

Pengukuran nilai SPF suatu sediaan tabir surya dapat dilakukan secara

in vitro yaitu dengan menentukan karakteristik serapan tabir surya

menggunakan analisis secara spektrofotometri larutan hasil pengenceran dari

Page 66: NUR KHAIRI - Unhas

50

tabir surya yang diuji. Penentuan SPF mengacu pada ketentuan FDA yang

mengelompokkan keefektifan sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF

(Wilkinson & Moore, 1982)

Page 67: NUR KHAIRI - Unhas

51

H. KERANGKA TEORI

Paparan Sinar UV B

Kulit

ROS

AP-1

Krim Ekstrak Klika Sterculia populifolia mRNA MMPs (MMP-1) Degradasi kolagen

Imperfect repair

Invisible solar scar

Paparan UV berulang

Visible solar scar = wrinkle of photoaging

Page 68: NUR KHAIRI - Unhas

52

I. KERANGKA KONSEP

Ekspresi mRNA MMP-1 dan histopatologi kulit

Krim Ekstrak Klika Sterculia populifolia

Ket :

= Variabel bebas

= variabel tergantung

= variabel kendali

- Strain tikus

- Jenis kelamin

- Umur

- Keseragaman

makanan

standar dan air

Paparan sinar UV ROS

Page 69: NUR KHAIRI - Unhas

53

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian animal eksperimental murni

dengan rancangan eksperimental murni untuk menguji aktivitas krim ekstrak

klika Sterculia populifolia sebagai penghambat penuaan kulit dini pada mencit

yang dipapar sinar UVB dalam waktu 4 minggu. Subyek penelitian ini adalah

kulit punggung mencit yang dieksisi dan dibagi dalam 3 kelompok perlakuan.

Mencit diberi makanan yang tidak mengandung flavonoid selama satu

minggu untuk mengeliminasi campuran flavonoid yang terdapat pada

makanan mencit sebelum perlakuan dilakukan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Animal untuk intervensi sinar

UVB dan pemberian krim ekstrak klika Sterculia populifolia, Laboratorium PKP

UNHAS untuk memformulasi krim ekstrak klika Sterculia populifolia, evaluasi

kestabilan formula krim, pemeriksaan aktivitas antioksidan ekstrak dan krim

ekstrak klika Sterculia populifolia, pemeriksaan kandungan senyawa ekstrak

dan pemeriksaan nilai SPF, Laboratorium Mikrobiologi UNHAS untuk

pemeriksaan ekspresi mRNA MMP-1, Laboratorium Patologi Anatomi Rumah

Sakit Pendidikan UNHAS sebagai tempat pemeriksaan histopatologi kulit

hewan coba. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 – Agustus

2018.

Page 70: NUR KHAIRI - Unhas

54

C. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan adalah mencit albino sehat jantan berusia 6-

9 minggu dengan berat rata-rata 15-25 gram, yang diperoleh dari laboratorium

Animal Universitas Padjajaran. Mencit dipertahankan selama 1 minggu pada

kondisi standar (suhu 28±2oC), kelembaban 50±10% dan lampu ruangan

dengan siklus 12 jam menyala dan 12 jam dipadamkan.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Hewan Coba

1. Kriteria Inklusi Subyek Penelitian

a. Mencit jantan sehat strain albino

b. Berat 15-25 gram

c. Umur 6-9 minggu

2. Kriteria Eksklusi Subyek Penelitian

a. Mencit yang sakit dalam perjalanan penelitian

b. Mencit yang mati dalam perjalanan penelitian

c. Secara makroskopis tampak adanya abnormalitas

E. Kelaikan Etik (Ethical Clearance)

Telah disetujui kelaikan etik penelitian dari Komisi Etik Penelitian

Biomedis pada Hewan Coba, Fak. Kedokteran UNHAS, Nomor:

551/H4.8.4.5.31/PP36-kometik/2017. Masa berlaku 4 Agustus 2017 sampai 4

Agustus 2018.

Page 71: NUR KHAIRI - Unhas

55

F. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu bejana maserasi, alat-alat gelas, lampu

broadband ultraviolet buatan tipe KN-4003B, alat pengukur radiasi, timbangan

analitik, timbangan hewan, seperangkat uji kandungan fitokimia, seperangkat

alat evaluasi krim, Spektrofotometer UV-Vis, PCR dan lain-lain.

Bahan yang digunakan yaitu forward primer

GCTAACCTTTGATGCTATAACTACGA dan reverse primer

TTTGTGCGCATGTAGAATCTG, formaldehid, NaHPO4, Na2HPO4, paraffin,

xylon, pewarna sinus red, etanol, avidin, klika Sterculia populifolia, polisorbat

60, sorbitan 60, asam stearat, vaselin kuning, lanolin, cetil alcohol, metil

paraben, propil paraben, isopropyl miristat, propilen glikol, aquadest, etanol

70% dan lain-lain.

G. Determinasi Tumbuhan

Determinasi tanaman dilakukan di LIPI, Bogor dengan menggunakan

seluruh bagian tanaman S.populifolia.

H. Pembuatan Ekstrak Klika Sterculia populifolia

Sampel klika Sterculia populifolia diperoleh dari kota Kupang, Provinsi

Nusa Tenggara Timur. Sampel klika Sterculia populifolia yang diperoleh

disortasi basah lalu dicuci. Sampel kemudian dirajang dan dikeringkan tanpa

terkena sinar matahari langsung, kemudian dilakukan sortasi kering dan

dipotong kecil-kecil.

Page 72: NUR KHAIRI - Unhas

56

Sampel ditimbang 2 kg kemudian dimasukkan kedalam wadah dan

diekstraksi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 12 L secara maserasi

selama 3x24 jam sambil sesekali diaduk kemudian disaring. Ampas dari hasil

ekstraksi, diremaserasi selama 1x24 jam, setelah itu filtrat yang diperoleh

dikumpulkan dan diuapkan dengan menggunakan rotavapor hingga diperoleh

ekstrak kental kemudiaan difreshdyer hingga diperoleh ekstrak kering.

I. Uji Kualitatif Kandungan Kimia Ekstrak Klika Sterculia populifolia

1. Uji Flavonoid

Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan

etanol 70%, kemudian ditambahkan serbuk Magnesium sebanyak 0,5 mg lalu

ditambahkan HCl pekat 3 tetes. Endapan merah menunjukkan flavon,

endapan merah tua menunjukkan senyawa flavonol/flavonon dan endapan

hijau menunjukkan senyawa glikosida/aglikon.

2. Uji Saponin

Ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi dan diencerkan dengan

alkohol 70%, kemudian ditambahkan 10 ml air hangat/panas lalu dikocok

selama 30 menit. Dilihat busanya dan diukur berapa cm busa yang terbentuk.

Dibiarkan selama 10 menit dan jika busanya tidak hilang ditambahkan HCl.

Apabila masih terdapat busa yang konstan maka menunjukkan hasil yang

positif.

3. Uji Alkaloloid

Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan

etanol 70%, kemudian ditambahkan 5 tetes HCl 2 N dan dipanaskan. Setelah

itu, ditambahkan NaCl dan disaring lalu ditambahkan 5 tetes HCl 2 N. Dipipet

Page 73: NUR KHAIRI - Unhas

57

1 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi, dimana masing-masing tabung

reaksi ditambahkan pereaksi Dragendorf, pereaksi Mayer dan peraksi

Wagner. Untuk pereaksi Dragendorf endapan merah/jingga menunjukkan

positif senyawa alkaloid dan pada pereaksi Wagner endapan coklat

menunjukkan hasil yang positif

4. Uji Tannin

Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan

etanol 70%, kemudian ditambahkan 2 ml air. Setelah itu ditambahkan 3 tetes

FeCl3. Endapan warna hijau kehitaan menunjukkan hasil yang positif.

J. Uji Kuantitatif Kandungan Kimia Ekstrak Klika S. populifolia

1. Uji Kadar Flavonoid Total

a. Pembuatan larutan standar kuarsetin

Ditimbang 10 mg kuarsetin, dilarutkan didalam labu 10 mL dengan

etanol sehingga didapatkan konsentrasi 1000 ppm

b. Penentuan panjang gelombang maksimum kuersetin

Dari larutan induk kuersetin 1 mg/mL dipipet 0,8 mL dan dimasukkan

kedalam labu ukur 10 mL. Kemudian ditambahkan etanol sampai

tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi 8 ppm kuersetin.

Sebanyak 0,5 mL kuarsetin dimasukkan kedalam vial, ditambahkan

1,5 mL etanol lalu ditambahkan dengan 0,1 mL aluminium klorida 10%

lalu ditambahkan 0,1 mL natrium asetat 1 M dan dicukupkan

volumenya hingga 5 mL menggunakan air suling, kocok hingga

homogen. Didiamkan 30 menit, kemudian diukur serapan pada

panjang gelombang 400-800 nm dengan spektrofotometer UV-Vis

Page 74: NUR KHAIRI - Unhas

58

c. Pembuatan kurva kalibrasi kuersetin

Dari larutan induk kuersetin 1 mg/mL dipipet 0,1; 0,2; 0,4; 0,8; 1,6 mL,

kemudian diencerkan masing-masingnya dengan etanol dalam labu

10 mL sampai tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi 1, 2, 4, 8,

16 ppm kuersetin. Masing-masing konsentrasi larutan dipipet 0,5 mL

dimasukkan kedalam vial, ditambahkan 0,1 mL natrium asetat 1 M dan

dicukupkan volumenya hingga 5 mL menggunakan air suling.

Campuran dihomogenkan dan diinkubasi selama 30 menit,

dimasukkan kedalam kuvet. Diukur serapannya menggunakan

spektofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum.

d. Penentuan kadar senyawa flavonoid dalam larutan sampel

Diambil lebih kurang 20 mg ekstrak kering dimasukkan ke dalam labu

ukur 10 mL kemudian ditambahkan etanol sampai tanda batas lalu

dihomogenkan dan disaring. Kemudian dipipet 0,5 mL dari larutan

sampel ekstrak kering, ditambahkan 0,1 mL larutan aluminium klorida

10%, lalu ditambahkan 0,1 mL natrium asetat 1 M dan dicukupkan

volumenya hingga 5 mL menggunakan air sulig. Diinkubasi selama 30

menit, dimasukkan ke dalam kuvet. Diukur serapan pada panjang

gelombang maksimum kuersetin dengan spektrofotometri UV-Vis

2. Uji Kadar Polifenol Total

a. Pembuatan kurva baku asam galat

Sebanyak 300 µl larutan asam galat konsentrasi 1, 5, 3, 7, 10, dan 15

µl masing-masing dimasukkan ke dalam tabung, kemudian

ditambahkan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteu dan dikocok. Setelah

didiamkan selama 3 menit, masing-masing larutan ditambahkan 2 mL

Page 75: NUR KHAIRI - Unhas

59

larutan Na2CO3 7,5% kemudian dikocok hingga homogen dan

didiamkan pada range operation time pada suhu kamar. Semua

larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum

b. Penetapan kadar polifenol total

Dilakukan sesuai metode Folin-Ciocalteu. Sebanyak 0,5 mL larutan

ekstrak ditambahkan dengan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteu 10%.

Campuran didiamkan pada suhu kamar selama 5 menit. Selanjutnya

2 mL Na2CO3 7,5% ditambahkan kedalam campuran dan dicukupkan

dengan air suling hingga 5 mL. Campuran didiamkan pada suhu kamar

selama 60 menit. Absorbansi sampel diukur pada 750 nm

menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Jeong et al., 2005)

Page 76: NUR KHAIRI - Unhas

60

K. Formulasi Krim Ekstrak Klika Sterculia populifolia

Tabel 1. Komposisi krim ekstrak klika S.populifolia

Nama Bahan Formulasi Krim (% b/b)

F0 F1 F2 F3

Ekstrak Klika Sterculia

populifolia

0 0,5 3 5

Polisorbat 60

Sorbitan 60

4 4 4 4

Asam stearat 13 13 13 13

Cetyl alcohol 10 10 10 10

Vaselin 20 20 20 20

Lanolin 20 20 20 20

Isopropil miristat 2 2 2 2

Propilenglikol 10 10 10 10

Metil paraben 0,02 0,02 0,02 0,02

Propil paraben 0,18 0,18 0,18 0,18

Aquadest 20,8 20,3 19,3 18,3

Pembuatan krim dilakukan dengan melebur fase minyak (cetyl alkohol,

asam stearat, isopropil miristat, vaselin, lanolin, propil paraben dan sorbitan

60) pada suhu 700C. Pada tempat yang terpisah, dilebur juga fase air dengan

melarutkan methyl paraben ke dalam air yang telah dipanaskan, kemudian

ditambahkan propilenglikol, dan polisorbat 60 pada suhu 800C.

Basis krim dibuat dengan menambahkan fase air ke dalam fase minyak

kemudian diaduk dengan homogenizer sampai terbentuk basis krim yang

homogen, kemudian ditambahkan ekstrak klika Sterculia populifolia sedikit

demi sedikit sambil diaduk hingga homogen. Selanjutnya dilakukan evaluasi

sediaan krim.

Page 77: NUR KHAIRI - Unhas

61

L. Evaluasi Kestabilan Sediaan Krim

Salah satu cara mempercepat evaluasi kestabilan adalah dengan

melakukan pengujian sebelum dan sesudah penyimpanan selama beberapa

periode pada suhu yang lebih tinggi dari suhu normal. Pengujian dilakukan

menggunakan climatic chamber terdiri dari 1 siklus dengan suhu 50C selama

12 jam dan 350C selama 12 jam. Pengujian dilakukan sebanyak 10 siklus,

yang meliputi :

Pengamatan organoleptis

Pengamatan organoleptis yang dilakukan berupa pengamatan warna,

tekstur, dan bau terhadap sediaan krim yang dihasilkan.

Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan terhadap sediaan krim yang telah dibuat

menggunakan pH meter.

Pengukuran viskositas

Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield

dengan kecepatan 3 rpm dengan menggunakan “spindle” no.64.

Uji daya sebar

Krim sebanyak 0,5 gram diletakkan ditengah-tengah kaca objek,

ditutup dengan kaca objek lain yang telah ditimbang beratnya. Dibiarkan

selama 1 menit kemudian diukur diameter sebar krim. Setelah itu diberi

penambahan beban setiap 1 menit sebesar 50 gram hingga 250 gram, lalu

diukur diameter sebarnya untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan

diameter sebar krim.

Page 78: NUR KHAIRI - Unhas

62

M. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Krim Ekstrak Klika Sterculia

populifolia

Pembuatan Larutan DPPH

Ditimbang seksama lebih kurang 1,98 mg DPPH (BM 394,32). Lalu

dilarutkan dengan methanol pro analisis hingga 50 ml, kemudian ditempatkan

dalam botol gelap. Cukupkan pelarutnya hingga tanda batas kemudiaan kocok

hingga homogen.

Pembuatan Larutan Blanko dan Optimasi Panjang Gelombang DPPH

Dipipet 2 mL larutan DPPH (0,1mM) kedalam tabung reaksi. Lalu

ditambahkan metanol sebanyak 2 ml dan dihomogenkan dengan voltex. Mulut

tabung ditutup dengan aluminium foil kemudian diinkubasi dalam ruangan

gelap selama 30 menit (Molyneux, 2004). Tentukan spectrum serapannya

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-800

nm dan tentukan panjang gelombang maksimum.

Pembuatan Larutan Uji Krim

Ditimbang lebih kurang 2,5 gram krim, lalu dilarutkan dalam 50 ml

metanol pro analisis (konsentrasi 1000 ppm), larutan ini merupakan larutan

induk. Kemudiaan dibuat beberapa seri konsentrasi (5; 75; 10; 12,5 dan 15

µg/mL). Dari beberapa konsentrasi tadi kemudiaan dipipet sebanyak 2 ml

kedalam tabung reaksi, didalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan

larutan DPPH (0,1 mM) dengan rasio 1:1 kemudian ditunggu 30 menit dalam

pada suhu ruang (25OC). Selanjutnya diukur menggunakan spektrofotometri

UV-Vis.

Page 79: NUR KHAIRI - Unhas

63

Pengukuran Serapan

Larutan uji dan kontrol positif dengan beberapa konsentrasi diinkubasi

pada suhu ruang selama 30 menit, selanjutnya diukur serapannya pada

panjang gelombang maksimum 515,5 nm menggunakan spektrofotometer.

Sebagai kontrol positif digunakan vitamin C.

Penentuan Persen Inhibisi, nilai IC50 dan AAI

Presentasi inhibisi adalah presentasi yang menunjukkan aktivitas

radikal tersebut. Persentasi inhibisi terhadap radikal DPPH dari masing-

masing konsentrasi larutan sampel dapat dihitung dengan rumus:

% Inhibisi = Absorban Blangko - Absorban sampel x 100%

Absorban blangko

Setelah didapatkan presentase inhibisi dari masing-masing konsentrasi,

konsentrasi sampel dan persen inhibisi yang didapat diplotkan masing-masing

pada sumbu x dan y dalam persamaan regresi linear y=a ±bx, Persamaan

tersebut digunakan untuk menentukan nilai IC50 dari masing-masing sampel

(Marinova G & Batchvarov, 2011)

Nilai IC50 adalah konsentrasi sampel yang akan mereduksi aktivitas DPPH

sebesar 50%. (Molyneux, 2004)

Perhitungan nilai AAI (Antioxidant Activity Index) digunakan untuk

mengetahui index antioksidan dengan rumus :

Nilai AAI : Konsentrasi DPPH (ppm)

IC50 sampel (ppm)

Menurut Scherer dan Godoy (2009) aktivitas antioksidan berdasarkan nilai

AAI, dikatakan lemah sebagai antioksidan jika nilai AAI < 0,5, aktivitas

antioksidan sedang jika 0,5 < AAI < 1,0, aktivitas antioksidan kuat 1,0 <AAI<

Page 80: NUR KHAIRI - Unhas

64

2,0 dan aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai AAI >2,0 (Faustino et al.,

2010)

Tabel 2. Tingkat Kekuatan Antioksidan berdasarkan Nilai IC50

Intensitas Nilai IC50 (ppm)

Sangat kuat

Kuat

Sedang

Lemah

Tidak aktif

< 50

50 – 100

101 – 250

251 – 500

> 500

N. Penentuan Nilai SPF

Penentuan efektivias tabir surya dilakukan dengan menghitung nilai SPF

secara in vitro dengan metode spektrofotometri (Mansur et al., 1986). Masing-

masing konsentrasi diukur nilai absorbansi (A) pada panjang gelombang 290-

320 nm dengan interval 5 nm dan dilakukan tiga kali pengulangan.

Nilai SPF dihitung dengan persamaan :

SPF = CF x ∑320 290 EE (λ) x I (λ) x Abs (λ)

Dimana :

EE = Spektrum efek eritemal

I = Spektrum intensitas sinar

Abs = Serapan bahan tabir surya

CF = Faktor Koreksi (=10)

Nilai EE x I telah ditentukan oleh Sayre (1979) adalah konstan dari panjang

gelombang 290-320 nm dengan interval 5 nm. Nilai EE x I dapat dilihat pada

tabel:

Page 81: NUR KHAIRI - Unhas

65

Tabel 3. Nilai EE x 1

Panjang Gelombang (nm) EE x I

290

295

300

305

310

315

320

0,0015

0,0817

0,2874

0,3278

0,1864

0,00839

0,018

Keefektivan tabir surya ditentukan dengan nilai SPF yang

dikelompokkan berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan oleh Food and

Drug Administration (FDA). Keefektivan tabir surya berdasarkan penilaian

SPF ditentukan berdasarkan kategori yang dikeluarkan oleh FDA, dapat dilihat

pada tabel :

Tabel 4. Penilaian SPF Menurut Food and Drug Administration (2003)

Tipe Proteksi Nilai SPF

Proteksi Minimal

Proteksi Sedang

Proteksi Ekstra

Proteksi Maksimal

Proteksi Ultra

1-4

4-6

6-8

8-15

>15

Page 82: NUR KHAIRI - Unhas

66

O. Pengelompokan Hewan Coba

Mencit yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mencit yang memenuhi

kriteria inklusi. Dilakukan pencukuran pada punggung mencit (area yang

mendapatkan penyinaran). Mencit kemudian dirandomisasi menjadi 3

kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor.

1. Kelompok I. Perlakuan, hewan coba dipapar sinar UV dan dioleskan

secara topikal krim ekstrak klika Sterculia populifolia

2. Kelompok II. Kontrol negatif, hewan coba dipapar sinar UV dan

dioleskan secara topikal basis krim/placebo

3. Kelompok III. Kontrol normal, tanpa adanya perlakuan hewan coba

Bahan dasar krim dan krim ekstrak klika S.populifolia dioleskan pada

punggung mencit dari masing-masing kelompok krim ekstrak klika Sterculia

populifolia dan kelompok basis krim secara merata pada punggung mencit

sebanyak 0,1 mg/cm2 pada area penyinaran pada setiap kali pengolesan.

Krim ekstrak klika Sterculia populifolia dan basis krim dioleskan merata pada

punggung mencit 2 kali sehari pada pukul 09.40 yaitu 20 menit sebelum

disinari (memberikan waktu absorbsi bahan topikal pada kulit) dan pukul 14.00

yaitu 4 jam setelah penyinaran (terbentuknya ROS dimulai 4 jam setelah

paparan). Aplikasi bahan topikal tetap dilakukan di hari tanpa penyinaran.

Mencit dibiarkan terlebih dahulu selama dua puluh empat jam setelah

penyinaran berakhir untuk menyingkirkan pengaruh efek penyinaran akut

sebelum mencit dikorbankan (Vayalil, 2004).

Page 83: NUR KHAIRI - Unhas

67

P. Pemaparan Sinar Ultraviolet-B

Mencit dipapar sinar UV-B selama 4 minggu dengan dosis 500 mJ/cm2

dengan jarak penyinaran 30 cm. Setelah itu, semua hewan coba dikorbankan

dengan jalan diberi eter sebagai anastesi kemudian dislokasi pada bagian

servikal dilakukan biopsy eksisi pada kulit punggung bagian tengah sebesar

2x2 cm lalu disimpan dalam formalin buffer 10% untuk pemeriksaan

histopatologi dan jaringan kulit punggung sebesar ½ x ½ cm dalam saline steril

dan disimpan pada suhu -80oC untuk pemeriksaan selanjutnya.

Q. Pengukuran Ekspresi mRNA MMP-1

Ekstraksi RNA (Boom dkk,1990)

Sampel darah dan biopsy kulit masing-masing 100 µl dicampurkan dengan

900 µl larutan buffer lisis L6 pada tube yang mempunyai penutup berupa

sekrup, kemudian campuran ini disentifus pada 12.000 rpm selama 10 menit.

Sebanyak, sedimen sampel yang telah dipekatkan ini dihomogenkan selama

30 menit. Sebelum ditambahkan suspensi diatom, campuran buffer L6 yang

telah mengandung RNA hasil ekstraksi disentrifus selama 2-3 menit pada

kecepatan 12.000 rpm, dengan tujuan agar RNA hasil ekstraksi mengendap

di bagian dasar tabung. Suspensi diatom 20 µl ditambahkan ke dalam tabung,

suspensi diatom harus selalu divortex dan diaduk dengan menggunakan

gyratory shaker, kecepatan 100 rpm selama 10 menit. Campuran diatom dan

buffer L6 divortex kembali menggunakan sentrifus dengan mikrosentrifus

eppendorf pada kecepatan 12.000 rpm selama 15 detik. Supernatan yang

terbentuk dari setiap vial dipisahkan dengan mengggunakan pengisap yang

Page 84: NUR KHAIRI - Unhas

68

terbuat dari pipet Pasteur plastik tanpa balon udara dan dihubungkan dengan

vacuum pump, untuk mencegah hilangnya diatom dalam suspensi tadi, sekitar

10 µl dari suspensi tersebut disisakan. Supernatan dicuci sebanyak 2 (dua)

kali dengan menggunakan 1 ml buffer pencuci L2. Buffer pencuci L2

ditambahkan sebanyak 1 ml, divortex dan disentrifus pada 12.000 rpm selama

15 detik, kemudian supernatan dibuang. Endapan dicuci kembali dengan 1 ml

etanol 70% sebanyak 2 (dua) kali, lalu divortex dan disentrifus pada 12.000

rpm selama 15 detik, supernatannya dibuang, endapan dicuci lagi dengan 1

ml aseton, divortex dan disentrifus pada 12.000 rpm selama 15 detik,

kemudian supernatannya kembali dibuang. Aseton yang tersisa dalam

endapan (sedimen) diuapkan dengan membuka penutup vial dan dipanaskan

dengan oven pada suhu 50-55oC selama kurang lebih 10 menit. Setelah

sedimen mengering, TE buffer elusi ditambahkan sebanyak 60 ml, kemudian

divortex secara merata sehingga sedimen dan suspensi tersebut dapat larut.

Kemudian vial diinkubasi dalam oven pada suhu 56oC selama 10 menit.

Kemudian, campuran tersebut kemudian disentrifus dengan kecepatan

12.000 rpm selama 30 detik. Supernatan diambil secara hati-hati sebanyak

40-50 µl dari supernatan dan dimasukkan ke dalam tabung vial baru. Hasil

ekstraksi dapat disimpan pada suhu -20oC atau suhu -80oC.

Analisis ekspresi mRNA MMP-1 (Zhang dkk, 2014)

Ekspresi mRNA dianalisis menggunakan metode Real Time-Quantitative

Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) dengan SYBR

Green qRT-PCR Supermix (Abcam,MA, USA). Template DNA yang akan

digunakan pada Real Time PCR dibuat dari 5 μg dari total RNA direaksikan

Page 85: NUR KHAIRI - Unhas

69

dalam 20 μl yang terdiri dari 0,5μg oligo (dT), 10 μM dNTPs dan 1 μL

superscript II reverse transcriptase pada suhu 42oC selama 50 menit. PCR

mixture terdiri dari template cDNA dari RT, 10pmol setiap primer, 25 μL iQ

SYBR Green supermix (Bio-Rad), dan air steril pada volume reaksi 50 μL.

Primer Forward untuk MMP-1: GCTAACCTTTGATGCTATAACTACGA.

Primer Reserver untuk MMP-1 TTTGTGCGCATGTAGAATCTG. Parameter

siklus termal adalah 3 menit pada suhu 95oC dan 40 siklus denaturasi pada

suhu 95oC selama 30 detik, 55oCselama 30 detik, dan 68o C selama 1 menit.

Β- Actin digunakan sebagai housekeeping gene (control internal).

Perhitungan kurva kalibrasi dengan Ct (cycle threshold)

Kuantifikasi relative ekspresi mRNA MMP-1 maka dibuat kurva kalibrasi

dimana RNA Β- Actin sebagai housekeeping gene, digunakan sebagai kontrol

endogen. Kurva kalibrasi sebagai xy (scatter plot) mewakili log dari jumlah

input (log ng mRNA total awal) sebagai sumbu x dan ct sebagai sumbu y.

Persamaan ini berasal dari garis kurva kalibrasi. Nilai ct adalah jumlah siklus

PCR pada saat dicapai threshold fix. Berikut adalah rumus untuk konsentrasi

mRNA:

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖 𝑚𝑅𝑁𝐴 = −𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 𝑥 𝐿𝑜𝑔 (𝑛𝑔 𝑚𝑅𝑁𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑡 + 𝐶𝑡)

Tabel 5. Primer yang digunakan untuk real-time PCR

Gene Forward Primer Reverse Primer

MMP-1 GCTAACCTTTGATGCTATAACTACGA TTTGTGCGCATGTAGAATCTG

Page 86: NUR KHAIRI - Unhas

70

R. Pengamatan Histopatologi

Pengamatan histopatologi dilakukan dengan menggunakan jaringan

kulit punggung tikus yang diperoleh dengan biopsi eksisi. Setiap spesimen

dimasukkan ke dalam larutan fiksasi buffer formalin, kemudian diletakkan

pada tempat yang rata dan ditengahnya dipotong menjadi 2 bagian.

Pembuatan slide diambil dari potongan jaringan ditengahnya yang dipotong

tegak lurus dengan ketebalan 4µM dan diwarnai dengan menggunakan

pewarna Masson Trichrome untuk penilai kolagen.

Ketebalan kolagen diukur dengan mengambil rata-rata ketebalan tepi

bawah membran basal ke tepi atas dari jaringan lemak subkutan ditandai

dengan warna hijau dari 5 bidang pandang dengan pembesaran 100x

kemudian dicetak pada kerta A4 dengan ukuran 100% dan ketebalan diukur

menggunakan penggaris dalam sentimeter (cm) pada masing-masing bidang

pandang. Pengukuran dilakukan oleh 3 penilai (Fitri dkk, 2016).

Kepadatan serat kolagen dilakukan dengan menggunakan mikroskop

cahaya dengan pembesaran 400x. Setiap sampel dinilai oleh 3 penilai. Untuk

menilai kepadatan serabut kolagen, digunakan kriteria (Fitri dkk, 2016) :

(-) atau 0 : tidak terlihat serat-serat kolagen

(+) atau 1 : serat kolagen terlihat sangat tipis atau sedikit

(++) atau 2 : serat kolagen menyebar sangat tipis atau sedikit

(+++) atau 3 : serat kolagen menyebar

(++++) atau 4 : serat kolagen menyebar padat

Page 87: NUR KHAIRI - Unhas

71

S. Alur Penelitian

Determinasi tanaman Ekstraksi

Uji Kualitatif dan kuantitatif Uji antioksidan dan SPF

Uji kestabilan krim Uji antioksidan Uji SPF

Klika Sterculia populifolia

Ekstrak

Formulasi Krim

Krim Ekstrak Klika

Sterculia populifolia

Mencit

Klp II.

Hewan coba dipapar sinar

UVB dan dioleskan basis

krim/plasebo

Klp III.

Hewan coba tidak dipapar

sinar UVB

Klp I.

Hewan coba dipapar sinar

UVB dan dioleskan krim

ekstrak klika S. populifolia

Biopsy kulit

Pemeriksaan ekspresi mRNA MMP-1

Pemeriksaan ekspresi mRNA MMP-1

Pemeriksaan histopatologi

Page 88: NUR KHAIRI - Unhas

72

T. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dibagi menjadi :

1. Variabel prakondisi

Pada penelitian ini variable prakondisi adalah sinar Ultraviolet B

2. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi penelitian secara

langsung pada penelitian ini yaitu krim ekstrak klika Sterculia populifolia

dan basis krim.

3. Variabel tergantung

Variabel tergantung adalah efek yang ditimbulkan akibat pemberian krim

ekstrak klika Sterculia populifolia berupa ekspresi mRNA MMP-1 dan

histopatologi kulit

4. Variabel kendali

Variabel kendali adalah faktor-faktor yang mempengaruhi variabel bebas

yang dikendalikan, yaitu:

a. Strain mencit (Mus musculus)

b. Jenis kelamin

c. Umur

d. Berat badan mencit

e. Keseragaman makanan standar (pakan) dan air minum

Page 89: NUR KHAIRI - Unhas

73

U. Defenisi Operasional

1. Sinar ultraviolet yang diberikan adalah sinar UV-B dari lampu sumber UV-

B buatan China, tipe KN-4003B, alat ini dapat memancarkan sinar UV-B

dengan besar dosis radiasi yang dapat diukur dengan UV meter, yang

diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu dengan dosis

500mJ/cm2

2. Ekspresi mRNA MMP-1 adalah ekspresi pada level transkripsi gen yang

diukur menggunakan metode RT-PCR

3. Krim ekstrak klika S.populifolia adalah krim yang mengandung ekstrak

etanol klika S.populifolia dengan konsentrasi ekstrak 0,5%, 3% dan 5%

dengan basis krim terdiri dari polisorbat-sorbitan 60, asam sterat, cetyl

alcohol, isopropyl miristat, vaselin, lanolin, propilenglikol, metil paraben dan

propil paraben. Krim diaplikasikan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu.

Pada hari pemaparan sinar UVB, krim diaplikasikan 20 menit sebelum

paparan sinar UVB dan 4 jam setelah paparan sinar UVB.

4. Penuaan kulit dini merupakan penuaan kulit yang terjadi akibat terpaparnya

sinar UVB yang ditandai dengan peningkatan ekspresi mRNA MMP-1 dan

terjadinya perubahan pada jaringan kulit yang dikaji secara histopatologi

meliputi ketebalan dan kepadatan kolagen.

Page 90: NUR KHAIRI - Unhas

74

V. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul adalah semua data yang diperoleh dari hasil

penelitian selanjutnya diedit, tabulasi dan dimasukkan ke dalam program

komputer, dilakukan analisis deskriptif dan analitik. Dari 3 kelompok akan di

uji normalisasinya dengan uji T (Mann-Whitney Test). Apabila distribusi data

normal, maka dilakukan uji dengan Anova dilanjutkan dengan uji Post Hoc.

1. Analisis univariat

Digunakan untuk deskripsi karakteristik data dasar berupa distribusi

frekuensi, nilai rata-rata, standar deviasi dan rentangan

2. Analisis bivariat

Uji Chi-square (X2) untuk membandingkan 2 variabel yang berskala

nominal antara 2 kelompok atau lebih yang tidak berpasangan. Dalam hal

ini membandingkan ekspresi mRNA MMP-1 dan histopatologi kulit setelah

pajanan UVB dengan pemberian krim ekstrak klika Sterculia populifolia

dan basis krim.

3. Penilaian hasil uji hipotesis dinyatakan sebagai berikut :

a. Tidak bermakna, bila p > 0,05

b. Bermakna, bila p ≤ 0,05

4. Hasil analisis akan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik disertai

dengan penjelasan

Page 91: NUR KHAIRI - Unhas

75

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bagian ini dikemukakan hasil penelitian secara berurutan yaitu

karakteristik ekstrak, evaluasi kestabilan formula krim ekstrak klika S.

populifolia, aktivitas antioksidan ekstrak dan krim ekstrak klika S. populifolia,

nilai Sun Protection Factor (SPF) ekstrak dan krim ekstrak klika S. populifolia,

efek aplikasi krim ekstrak klika S. populifolia pada mencit terhadap ekspresi

mRNA MMP-1 dan hasil pemeriksaan histopatologi kulit mencit meliputi

ketebalan serta kerapatan kolagen kulit.

A. Karakteristik Ekstrak S.populifolia

Dalam penelitian ini, sampel klika S.populifolia di ekstraksi dengan metode

maserasi, metode ini dipilih dengan mempertimbangkan sifat senyawa

flavonoid yang relative rentan terhadap panas sehingga dikhawatirkan akan

merusak bahkan menghilangkan kadar dari flavonoid. Ekstrak kering yang

diperoleh berwarna coklat muda, berbau khas ekstrak dan berbentuk ekstrak

kering. Hasil pemeriksaan kuantitatif kadar flavonoid total diperoleh 1,09%

ekivalen kuersetin dan kadar polifenol total yaitu 14,32% ekivalen asam galat.

Tabel 6. Pemeriksaan kuantitatif ekstrak klika S.populifolia

Pemeriksaan Linear regression Kadar rata-rata (%)

Kadar Flavonoid total y = 0.086x - 0.001 (R² = 0.999)

1,09 ± 0,03

Kadar polifenol total y = 0.075x - 0.042 (R² = 0.994)

14,32 ± 0,37

Ket : x = konsentrasi, y = absorbansi

Page 92: NUR KHAIRI - Unhas

76

Ekstrak yang diperoleh sebanyak 223,64 g dengan rendamen ekstrak

sebesar 11,18%, sehingga dalam 100 gram klika Sterculia populifolia segar

setara dengan 11,18 gram ekstrak. Kandungan senyawa flavonoid total

ekstrak yaitu 1,09%, sehingga dalam 100 g ekstrak klika Sterculia populifolia

mengandung 1.090 mg flavonoid. Kandungan polifenol total ekstrak yaitu

14,32%, sehingga dalam 100 g ekstrak klika Sterculia populifolia mengandung

14.320 mg polifenol.

B. Evaluasi Kestabilan Formula Krim Ekstrak Klika S.populifolia

Evaluasi kestabilan fisik sediaan krim dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode kondisi accelerate berdasarkan perbandingan hasil pengujian

sebelum dan setelah penyimpanan. Evaluasi berdasarkan metode accelerate

yang merupakan simulasi perjalanan suatu sediaan farmasi pada saat

didistribusikan, dimana sediaan akan berada pada suatu tempat yang berbeda

dan tempat tersebut dapat memiliki kondisi/suhu yang berbeda (Aulton M,

1988). Hasil evaluasi kestabilan krim menunjukkan seluruh sediaan krim

memenuhi persyaratan kestabilan fisik meliputi uji organoleptis, pH,

homogenitas, viskositas dan daya sebar.

Page 93: NUR KHAIRI - Unhas

77

1. Pengamatan Organoleptis

Tabel 7. Hasil pengamatan organoleptis krim ekstrak klika S.populifolia sebelum dan setelah kondisi accelerate

Formula

Sebelum accelerate Sesudah accelerate

Warna Tekstur Bau Warna Tekstur Bau

Basis krim Putih Kental Tidak

berbau Putih Kental

Tidak berbau

Krim S.populifolia 0,5%

Putih kecoklatan

Kental Khas

ekstrak Putih

kecoklatan Kental

Khas ekstrak

Krim S.populifolia 3%

Coklat muda Kental Khas

ekstrak Coklat muda

Kental Khas

ekstrak

Krim S.populifolia 5%

Coklat Kental Khas

ekstrak Coklat Kental

Khas ekstrak

Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan tidak ada perbedaan warna,

bau dan tekstur dari krim ekstrak S.populifolia sebelum dan setelah kondisi

accelerate sehingga seluruh krim stabil secara organoleptis.

2. Pengukuran pH

Tabel 8. Hasil pengukuran pH krim ekstrak klika S.populifolia sebelum dan sesudah kondisi accelerate

Formula pH

Sebelum accelerate Sesudah accelerate

Basis krim

7,6 7,9

Krim S.populifolia 0,5%

6,9 7,3

Krim S.populifolia 3%

6,5 7,1

Krim S.populifolia 5%

6,4 6,8

Hasil pengamatan pH dari krim ekstrak S.populifolia sebelum dan setelah

kondisi accelerate mengalami peningkatan, namun pH tetap memenuhi

persyaratan SNI 16-4399-1996 (Rizky et al, 2013) pada kisaran 4,5-8,0.

Page 94: NUR KHAIRI - Unhas

78

3. Homogenitas

Tabel 8. Hasil pengujian homogenitas krim ekstrak klika S.populifolia sebelum dan sesudah accelerate

Formula Homogenitas

Sebelum accelerate Sesudah accelerate

Basis krim

Homogen Homogen

Krim S.populifolia 0,5%

Homogen Homogen

Krim S.populifolia 3%

Homogen Homogen

Krim S.populifolia 5%

Homogen Homogen

Hasil pengamatan homogenitas dari krim ekstrak S.populifolia sebelum dan

setelah kondisi accelerate menunjukkan tidak terjadi pemisahan fase emulsi

antara fase minyak dan fase air sehingga sediaan masih tetap homogen.

4. Viskositas

Tabel 10. Hasil pengujian viskositas krim ekstrak klika S.populifolia sebelum dan sesudah accelerate

Formula

Viskositas (dPaS)

Sebelum accelerate Sesudah accelerate

Basis krim

85 94

Krim S.populifolia 0,5%

83 92

Krim S.populifolia 3%

86 96

Krim S.populifolia 5%

88 99

Hasil pengamatan viskositas dari krim ekstrak S.populifolia sebelum dan

setelah kondisi accelerate menunjukkan penurunan namun masih memenuhi

viskositas ideal untuk krim wajah tipe minyak dalam air yaitu tidak kurang dari

50 dPaS (Gozali et al., 2009).

Page 95: NUR KHAIRI - Unhas

79

5. Uji Daya Sebar

Tabel 11. Hasil pengujian daya sebar krim ekstrak klika S.populifolia sebelum dan sesudah accelerate

Formula

Uji Daya Sebar (cm2)

Sebelum accelerate Sesudah accelerate

Basis krim

6,2 6,0

Krim S.populifolia 0,5%

6,1 5,9

Krim S.populifolia 3%

6,5 6,3

Krim S.populifolia 5%

6,6 6,4

Hasil pengujian daya sebar dari krim ekstrak S.populifolia sebelum dan

setelah kondisi accelerate menunjukkan penurunan namun masih memenuhi

daya sebar ideal untuk krim yaitu rentan 5-7 cm (Garg., 2002).

C. Antioksidan Ekstrak dan Krim Ekstrak Klika S. populifolia

Aktivitas antioksidan dari ekstrak klika S. populifolia yang diperoleh

menunjukkan nilai IC50 sebesar 16,56 ppm. Hal tersebut berarti aktivitas

antioksidan ekstrak sangat kuat, karena nilai IC50 <50 ppm adalah sangat

kuat.

Tabel 12. Aktivitas antioksidan ekstrak klika S.populifolia dan krim ekstrak klika S.populifolia

Sampel uji Linear regression Aktivitas antioksidan (ppm)

Ekstrak klika S.populifolia

y= 2.608x + 6.801 (R2 = 0.998)

16,56

Basis krim y= -0.0007x + 9.9664 (R2 = 0.713)

18171476,57

Krim S.populifolia 0,5%

y= 0.052x + 8.765 (R2= 0.968) 687,06

Krim S.populifolia 3%

y= 0.282x + 14.29 (R2= 0.989) 126,49

Krim S.populifolia 5%

y= 0.329x + 23.95 (R2 = 0.963) 79,17

Ket: x = konsentrasi, y = absorbansi

Nilai IC50 ekstrak dan krim ekstrak klika S.populifolia diperoleh dari hasil

perhitungan persamaan regresi linear, dimana koefisien y pada persamaan ini

adalah IC50 sedangkan koefisien x pada persamaan ini adalah konsentrasi

Page 96: NUR KHAIRI - Unhas

80

dari ekstrak dan krim yang akan dicari nilainya, dimana nilai dari x yang

didapat merupakan besarnya konsentrasi yang diperlukan untuk dapat

meredam 50% aktivitas radikal DPPH. Persamaan regresi linear yang

dihasilkan memiliki koefesien korelasi yang baik yaitu mendekati 1. Hasil ini

menggambarkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak dalam

sediaan krim maka semakin besar aktivitas antioksidannya, hal ini dapat

dilihat dari kurva hubungan konsentrasi ekstrak atau krim terhadap persen

inhibisi pada lampiran 5, 6, 7 dan 8.

Pengujian aktivitas antioksidan krim ekstrak klika S.populifolia dilakukan

pada basis krim, krim ekstrak klika S.populifolia 0,5%, krim ekstrak klika

S.populifolia 3% dan krim ekstrak klika S.populifolia 5%. Hasil pengujian

aktivitas antioksidan basis krim, krim ekstrak klika S.populifolia 0,5%, krim

ekstrak klika S.populifolia 3% dan krim ekstrak klika S.populifolia 5%

diperoleh nilai IC50 berturut-turut yaitu 18171476,57 ppm; 687,06 ppm; 126,49

ppm; 79,17 ppm, semakin kecil nilai IC50 artinya semakin besar aktivitas

antioksidan. Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi ekstrak yang

ditambahkan pada krim, mempengaruhi aktivitas antioksidan sediaan krim

yang dibuat. Hasil menunjukkan aktivitas antioksidan krim ekstrak klika

S.populifolia 0,5% termasuk antioksidan tidak aktif, krim ekstrak klika

S.populifolia 3% termasuk antioksidan sedang dan krim ekstrak klika

S.populifolia 5% termasuk antioksidan kuat.

Page 97: NUR KHAIRI - Unhas

81

Grafik 1. Aktivitas antioksidan ekstrak dan krim ekstrak klika S.populifolia

D. Nilai Sun Protection Factor (SPF) Ekstrak dan Krim Ekstrak Klika

S.populifolia

Hasil nilai Sun Protection Factor (SPF) ekstrak, basis krim, krim ekstrak

klika S.populifolia 0,5%, krim ekstrak klika S.populifolia 3% dan krim ekstrak

klika S.populifolia 5% berturut-turut yaitu 6,88 (kategori proteksi ekstra); 0,83

(kategori tidak aktif ); 1,70 (kategori proteksi minimal); 4,21 (kategori proteksi

sedang) dan 5,61 (kategori proteksi sedang). Hasil ini menggambarkan bahwa

dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak dalam krim maka semakin besar

aktivitas antioksidannya, pada krim ekstrak klika S.populifolia 5% merupakan

sediaan krim dengan nilai SPF tertinggi karena konsentrasi ekstrak dalam

formula krim ini paling tinggi.

Tabel 13 . Hasil nilai IC50 dan nilai SPF

Sampel Nilai SPF Proteksi UV Ekstrak Ekstrak klika S.populifolia

6,88 6,88

Basis krim

0,83 0,83

Krim S.populifolia 0,5%

1,70 0,87

Krim S.populifolia 3%

4,21 3,38

Krim S.populifolia 5%

5,61 4,78

687,06

126,4979,17

16,56

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Krim Ekstrak 0,5% Krim Ekstrak 3% Krim Ekstrak 5% Ekstrak

Akt

ivit

as a

nti

oks

idan

(p

pm

)

Sampel uji

Page 98: NUR KHAIRI - Unhas

82

Kandungan penting yang terdapat pada klika S.populifolia yaitu flavonoid

yang berperan sebagai antioksidan. Flavonoid merupakan senyawa pereduksi

yang menghambat banyak reaksi oksidasi (Hamzah dkk, 2014)

Menurut Prasiddha dkk (2015), flavonoid juga memiliki potensi sebagai

tabir surya karena adanya gugus kromofor yang umumnya memberi warna

pada tanaman. Gugus kromofor tersebut merupakan sistem aromatic

terkonjugasi yang menyebabkan kemampuan untuk menyerap kuat sinar

pada kisaran panjang gelombang sinar UV baik pada UVA maupun UVB.

Grafik 2. Nilai SPF ekstrak dan krim ekstrak klika Sterculia populifolia

E. Bobot Badan dan Umur Mencit pada Masing-Masing Kelompok

Berikut ini merupakan data rerata bobot badan mencit dan umur mencit

untuk masing-masing kelompok disajikan pada tabel 14 untuk bobot badan

mencit dan tabel 15 untuk umur mencit.

0,83

1,7

4,21

5,61

6,88

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Basis krim Krim ekstrak0,5%

Krim ekstrak3%

Krim ekstrak5%

Ekstrak

Nila

i SP

F

Sampel uji

Page 99: NUR KHAIRI - Unhas

83

Tabel 14. Rerata bobot badan mencit pada masing-masing kelompok perlakuan

Perlakuan Bobot Badan (gr)

px pxx

Krim ekstrak klika S.populifolia

16,02 ± 0,563 0,125 0,811

Basis krim

16,1 ± 0,561 0,125

Kontrol

16,12 ± 0,531 0,217

Keterangan : px = normalitas, pxx = homogenitas

Nilai yang diperoleh setelah uji normalitas dan homogenitas bobot

badan dan umur mencit menggunakan uji Shapiro-wilks (lampiran 10 dan 14)

dan Levene’s test (lampiran 11 dan 15) menunjukkan data berdistribusi normal

dan homogen dengan nilai p>0,05. Berdasarkan uji one way anova (tabel 14

dan 15) didapatkan bahwa rerata bobot badan dan umur mencit masing-

masing kelompok tidak ada perbedaan (p>0,05)

Tabel 15. Rerata umur mencit pada masing-masing kelompok perlakuan

Perlakuan Umur px pxx

Krim ekstrak klika S.populifolia

6,8 ± 0,447 0,146 0,053

Basis krim 6,6 ± 0,548 0.119

Kontrol 6,6 ± 0,548 0,314 Keterangan : px = normalitas, pxx = homogenitas

F. Ekspresi mRNA MMP-1

Analisis efek perlakuan di uji berdasarkan rerata ekspresi mRNA MMP-

1 antar kelompok sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Nilai yang

diperoleh setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas menggunakan uji

Shapiro-wilks (lampiran 21) dan Levene’s test (lampiran 22), hal ini

menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen dengan nilai

p>0,05.

Page 100: NUR KHAIRI - Unhas

84

Hasil perlakuan di uji berdasarkan rerata ekspresi mRNA MMP-1 sebelum

dan setelah diberi perlakuan antar 3 kelompok. Hasil analisis kemaknaan

dengan paired-t-test disajikan pada tabel 16.

Tabel 16. Hasil rerata ekspresi mRNA MMP-1 sebelum dan setelah perlakuan

Kelompok n Rerata Ekspresi MMP-1 (unit)

SB t p

Krim ekstrak klika S.populifolia

Sebelum perlakuan (5)

9,309 0,811 5,618 0,005

Setelah perlakuan (5)

6,521 1,002

Basis krim Sebelum perlakuan (5)

10,179 0,375 7,229 0,002

Setelah perlakuan (5)

12,455 0,541

Kontrol Sebelum perlakuan (5)

9,134 0,874 0,591 0,586

Setelah perlakuan (5)

9,288 0,613

Keterangan : n= jumlah sampel, SB= simpangan baku, t= paired-t-tes, p=tingkat kemaknaan

Tabel 16 menunjukkan bahwa kelompok krim ekstrak klika S.populifolia

memiliki nilai p= 0,005 yang berarti bahwa rerata ekspresi mRNA MMP-1

sebelum dan sesudah diberi perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Kelompok basis krim memiliki nilai p= 0,002 yang berarti bahwa rerata

ekspresi mRNA MMP-1 sebelum dan sesudah diberi perlakuan berbeda

secara bermakna (p<0,05). Pada kelompok kontrol memiliki nilai p=0,586

yang berarti bahwa rerata ekspresi mRNA MMP-1 tidak ada perbedaan

(p>0,05).

Page 101: NUR KHAIRI - Unhas

85

Grafik 3. Rerata ekspresi mRNA MMP-1 sebelum dan setelah dipapar UVB

Hasil uji one way Anova didapatkan rerata ekspresi mRNA MMP-1

sebelum perlakuan antar kelompok yang disajikan pada tabel 17, sebagai

berikut:

Tabel 17. Rerata ekspresi mRNA MMP-1 antar kelompok sebelum perlakuan

Kelompok n Rerata Ekspresi

MMP-1 (unit)

SB F p

Krim ekstrak klika S.populifolia

5 9,309 0,811 3,007

0,087

Basis krim 5 10,179 0,375

Kontrol 5 9,134 0,874

Keterangan : n= jumlah sampel, SB= simpangan baku, F= uji one way Anova, p=tingkat kemaknaan

Tabel 17 menunjukkan analisis kemaknaan dengan uji one way Anova

dengan nilai F=3,007 dan nilai p=0,087. Hal ini berarti bahwa tidak ada

perbedaan ekspresi mRNA MMP-1 sebelum perlakuan pada ketiga kelompok

(p>0,05).

9,30910,179

9,134

6,521

12,455

9,288

0

2

4

6

8

10

12

14

Krim ekstrak klikaS.populifolia

Basis krim Kontrol

Re

rata

eks

pre

si m

RN

A M

MP

-1 (

un

it)

Perlakuan

Sebelum perlakuan Setelah perlakuan

Page 102: NUR KHAIRI - Unhas

86

Hasil uji one way Anova didapatkan rerata ekspresi mRNA MMP-1

setelah perlakuan antar kelompok yang disajikan pada tabel 18, sebagai

berikut:

Tabel 18. Rerata ekspresi mRNA MMP-1 antar kelompok setelah perlakuan

Kelompok n Rerata Ekspresi MMP-

1 (unit)

SB F p

Krim ekstrak klika S.populifolia

5 6,521 1,002 79,007

0,000

Basis krim 5 12,455 0,541

Kontrol 5 9,288 0,613

Keterangan : n= jumlah sampel, SB= simpangan baku, F= uji one way Anova, p=tingkat kemaknaan

Tabel 18 menunjukkan analisis kemaknaan dengan uji one way Anova

dengan nilai F=79,007 dan nilai p=0,000. Hal ini berarti bahwa terdapat

perbedaan bermakna ekspresi mRNA MMP-1 setelah perlakuan pada ketiga

kelompok (p<0,05).

Grafik 4. Rerata Ekspresi mRNA MMP-1 Setelah dipapar UVB

Kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc yaitu Least Significant

Difference-tes (LSD) digunakan untuk mengetahui beda nyata terkecil rerata

6,521

12,455

9,288

0

2

4

6

8

10

12

14

Krim ekstrak klikaS.populifolia

Basis krim Kontrol

Rer

ata

eksp

resi

mR

NA

MM

P-1

(u

nit

)

Perlakuan

Page 103: NUR KHAIRI - Unhas

87

ekspresi mRNA MMP-1 setelah perlakuan. Hasil uji disajikan pada tabel 19

sebagai berikut :

Tabel 19. Hasil uji LSD ekspresi mRNA MMP-1 setelah perlakuan

Kelompok Beda

Rerata

P Interpretasi

Krim ekstrak klika S.populifolia dan basis krim

5,933 0,000 Berbeda bermakna

Krim ekstrak klika S.populifolia dan kontrol

2,766 0,000 Berbeda bermakna

Basis krim dan kontrol 3,167 0,000 Berbeda bermakna

Tabel 19 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antar

kelompok perlakuan. Hal ini berarti adanya efek pemberian krim ekstrak

S.populifolia terhadap penurunan ekspresi mRNA MMP-1.

G. Ketebalan dan Kepadatan Kolagen

Hasil uji one way Anova didapatkan ketebalan kolagen setelah

perlakuan antar kelompok yang disajikan pada tabel 20, sebagai berikut :

Tabel 20. Ketebalan kolagen antar kelompok setelah perlakuan

Kelompok Min Max Mean SD F p

Krim ekstrak klika S.populifolia

5,3 6,5 5,98 0,45

64,66

0,000 Basis krim 2,8 3,7 3,22 0,38

Kontrol 4,5 5,3 4,86 0,30

Tabel 20 menunjukkan analisis kemaknaan dengan uji one way Anova

dengan nilai F=64,6 dan nilai p=0,000. Hal ini berarti bahwa terdapat

perbedaan ketebalan kolagen pada ketiga kelompok (p<0,05).

Page 104: NUR KHAIRI - Unhas

88

Kelompok krim ekstrak S.populifolia Kelompok basis krim

Kelompok kontrol

Gambar 4.1 Histopatologi ketebalan kolagen (Masson’s thichrome, pembesaran 100X)

Kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc yaitu Least Significant

Difference-tes (LSD) digunakan untuk mengetahui beda nyata terkecil rerata

ketebalan kolagen. Hasil uji disajikan pada tabel 21 sebagai berikut:

Tabel 21. Multiple comparisons ketebalan kolagen

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J)

P

Krim ekstrak klika S.populifolia

Basis krim Kontrol

2,76 1,12

0,000 0,001

Basis krim Krim ekstrak S.populifolia Kontrol

-2,76 -1,64

0,000 0,000

Kontrol Krim ekstrak S.populifolia Basis krim

-1,12 1,64

0,001 0,000

Pada tabel 21 menunjukkan ketebalan kolagen pada kelompok krim

ekstrak klika S.populifolia berbeda secara bermakna dari kelompok basis krim

dan tidak ada perbedaan ketebalan kolagen pada kelompok krim ekstrak klika

S.populifolia dengan kelompok kontrol.

Page 105: NUR KHAIRI - Unhas

89

Hasil uji one way Anova didapatkan

kepadatan kolagen antar kelompok yang disajikan pada tabel 22, sebagai

berikut :

Tabel 22. Kepadatan kolagen antar kelompok setelah perlakuan

Kelompok Min Max Mean SD F p

Krim ekstrak klika S.populifolia

3,0 4,0 3,6 0,54

8,0

0,06 Basis krim 1,0 3,0 2,0 1,00

Kontrol 3,0 4,0 3,6 0,54

Tabel 22 menunjukkan analisis kemaknaan dengan uji one way Anova

dengan nilai F=8,0 dan nilai p=0,06. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan

kepadatan kolagen pada ketiga kelompok.

Kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc yaitu Least Significant

Difference-tes (LSD) digunakan untuk mengetahui beda nyata terkecil rerata

kepadatan kolagen. Hasil uji disajikan pada tabel 23 sebagai berikut :

Tabel 23. Multiple comparisons kepadatan kolagen

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J)

p

Krim ekstrak klika S.populifolia

Basis krim Kontrol

1,60 1,00

0,005 1,00

Basis krim Krim ekstrak S.populifolia Kontrol

-1,60 -1,60

0,005 0,005

Kontrol Krim ekstrak S.populifolia Basis krim

0,00 1,60

1,00 0,005

Pada tabel 23 menunjukkan ketebalan kolagen pada kelompok krim

ekstrak klika S.populifolia berbeda secara bermakna dari kelompok basis krim

dan tidak ada perbedaan ketebalan kolagen pada kelompok krim ekstrak klika

S.populifolia dengan kelompok kontrol.

Page 106: NUR KHAIRI - Unhas

90

Kelompok krim ekstrak S.populifolia Kelompok basis krim

Kelompok Kontrol

Gambar 4.2 Histopatologi ketebalan kolagen (Masson’s thichrome, pembesaran 400X)

Page 107: NUR KHAIRI - Unhas

91

BAB V

PEMBAHASAN

Analisis awal untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung

dalam suatu bahan tumbuhan sehingga bisa diperkirakan pemanfaatannya

yaitu melalui penapisan fitokimia. Data hasil penapisan fitokimia secara

kualitatif diperoleh ekstrak klika S.populifolia mengandung senyawa metabolit

sekunder yaitu flavanoid, tannin, saponin dan alkaloid (lampiran 2).

Sedangkan analisis secara kuantitatif ekstrak klika S.populifolia diperoleh

kadar flavanoid total yaitu 1,09% ekivalen kuersetin dan polifenol yaitu

14,32% ekivalen asam galat (tabel 6). Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Saefudin dkk (2016), yang membuktikan

bahwa ekstrak dari klika, khususnya jenis dari suku Sterculiaceae

mengandung senyawa polifenol, flavonoid dan saponin (+++) dalam jumlah

sangat banyak dibandingkan bagian daun dan akar, sehingga pada penelitian

ini dipilih bagian tanaman klika sebagai sampel penelitian dibandingkan

bagian tanaman lain dari tanaman S.populifolia.

Penentuan aktivitas antioksidan ekstrak klika S.populifolia

menggunakan metode DPPH menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat

kuat dengan nilai IC50 16,564 (tabel 12). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Saefudin dkk (2016) yang menyatakan ekstrak klika

Sterculia sp memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Adanya aktivitas

antioksidan dari ekstrak tersebut di duga karena adanya senyawa fenolik

seperti flavanoid dan polifenol pada sampel yang merupakan komponen

bioaktif yang bersifat polar, sehingga larut dalam pelarut etanol. Telah umum

Page 108: NUR KHAIRI - Unhas

92

diketahui bahwa senyawa fenolik tumbuhan memberikan kontribusi nyata

terhadap aktivitas antioksidan tumbuhan (Pantelidis et al., 2007; Katalinic et

al., 2006; Sakihama et al., 2002; Rice-Evans et al., 1996). Flavonoid

merupakan antioksidan kuat dan dapat meredam radikal bebas, termasuk O2,

H2O2, OH dan singlet oksigen (Sakihama et al., 2002). Flavonoid juga

menghambat enzim xantin oksidase dan merusak aktivitas superoksida

terutama apigenin, eriodictyol, kaemferol dan luteolin (Cos et al., 1998). Hasil

penapisan fitokimia menunjukkan adanya keterkaitan tingginya aktivitas

antioksidan dengan banyaknya senyawa polifenol yang terkandung dalam

tumbuhan. Bagian tumbuhan yang kandungan polifenolnya sedang sampai

banyak, aktivitas antioksidannya bisa mencapai diatas 80%. Polifenol

merupakan senyawa yang memiliki struktur dasar berupa fenol (senyawa

fenol yang memiliki gugus hidroksil lebih dari satu) bersifat multifungsi karena

dapat berperan sebagai agen pereduksi, pendonor hydrogen dan peredam

radikal oksigen, bahkan sebagai perekat logam pada beberapa kasus (Rice-

Evans et al., 1996) dibandingkan senyawa polifenol memiliki aktivitas

antioksidan lebih tinggi (Brand-Williams et al., 1995). Metode yang digunakan

untuk mengukur aktivitas antioksidan dalam penelitian ini yaitu 1,1-difenil-2-

pikrilhidrazil (DPPH). DPPH merupakan radikal bebas yang stabil karena

elektronnya bisa terdelokalisasi di dalam molekulnya. Delokalisasi elektron ini

menyebabkan larutan DPPH dalam metanol memberikan intensitas warna

ungu yang kuat dan absorbansi maksimum pada panjang gelombang di

sekitar 520 nm. DPPH mengandung radikal bebas jika direaksikan dengan

ekstrak yang mengandung antioksidan maka akan terjadi reaksi penangkapan

hydrogen dari antioksidan oleh radikal bebas DPPH menjadi bentuk tereduksi

Page 109: NUR KHAIRI - Unhas

93

sehingga intensitas warna ungu larutan jadi berkurang (Molyneux, 2004).

Perubahan warna ini sebanding dengan besar kecilnya aktivitas antioksidan

suatu bahan bila konsentrasi dibuat sama.

Pengukuran nilai SPF merupakan cara utama untuk menentukan

efektivitas pada formula tabir surya. Semakin tinggi nilai SPF, semakin baik

perlindungan tabir surya terhadap sinar UV. Tabir surya digunakan untuk

membantu mekanisme pertahanan alami tubuh untuk melindungi terhadap

radiasi UV yang berbahaya dari matahari yang tujuannya didasarkan pada

kemampuannya untuk menyerap, memantulkan atau menyebarkan sinar

matahari (L. Mbanga et al., 2014). Hasil pengujian SPF ekstrak klika

S.populifolia termasuk SPF proteksi ekstra, sediaan krim ekstrak klika

S.populifolia 0,5% termasuk SPF proteksi minimal, krim ekstrak klika

S.populifolia 3% dan krim ekstrak klika S.populifolia 5% termasuk SPF

proteksi sedang, sedangkan basis krim tidak memiliki efek perlindungan. Hal

ini menunjukkan basis krim tidak mempengaruhi nilai SPF sehingga tingginya

nilai SPF yang diperoleh murni dari ekstrak klika S.populifolia. Tingginya nilai

SPF dari ekstrak dan krim ekstrak S.populifolia dikarena adanya senyawa

flavonoid yang memiliki potensi sebagai tabir suya karena adanya gugus

kromofor. Gugus kromofor tersebut merupakan sistem aromatik terkonjugasi

yang menyebabkan kemampuan untuk menyerap kuat sinar pada kisaran

panjang gelombang sinar UV baik pada UVA maupun UVB (Cuppett et al.,

1994).

Ekstrak yang telah di evaluasi skrining fitokimia selanjutnya di formulasi

dalam bentuk sediaan krim yang selanjutnya dilakukan evaluasi kestabilan

sediaan krim. Hasil evaluasi akhir krim untuk mengetahui kestabilan sediaan

Page 110: NUR KHAIRI - Unhas

94

dilakukan setelah pembuatan krim. Kriteria yang dapat diamati yaitu uji

organoleptis, uji homogenitas, uji pH, viskositas dan uji daya lekat pada

pengujian kondisi accelerate. Pada uji organoleptis (tabel 7) menunjukkan

bahwa semua formula krim tidak mengalami perubahan bau, warna dan

tekstur sebelum dan setelah kondisi accelerate. Pada pemeriksaan warna,

konsentrasi ekstrak S.populifolia mempengaruhi warna dari basis krim.

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak klika S.populifolia maka warna sediaan

krim akan terlihat semakin berwarna coklat.

Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan sediaan krim.

Viskositas dalam sediaan krim merupakan tahanan dari suatu sediaan untuk

mengalir, semakin besar tahanannya maka viskositas juga semakin besar.

Viskositas ideal untuk krim wajah tipe minyak dalam air adalah tidak kurang

dari 50 dPaS (Gozali et al., 2009). Dari hasil pemeriksaan viskositas krim

ekstrak S.populifolia sebelum dan setelah kondisi accelarete diperoleh nilai

83–99 dPaS (tabel 10) sehingga masih memenuhi persyaratan viskositas

ideal. Nilai viskositas krim untuk setiap kelompok cenderung menurun setelah

accelerate, namun masih sesuai dengan persyaratan viskositas krim. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu maka nilai viskositas krim

yang dibuat akan menurun. Peningkatan suhu menyebabkan jarak antara

partikel lebih besar sehingga gaya antar partikel berkurang, akibatnya

viskositas menurun (Agustina dkk, 2013)

Nilai pH (tabel 8) untuk semua formula krim berada dalam kisaran nilai

pH yang sesuai SNI 16-4399-1996 sebagai syarat mutu krim dan kisaran pH

normal kulit yaitu 4,5-8,0 (Rizky et al., 2013). Dengan demikian krim yang

dihasilkan relative aman digunakan. Nilai pH penting untuk mengetahui tingkat

Page 111: NUR KHAIRI - Unhas

95

keasaman dari sediaan krim agar tidak mengiritasi kulit. Jika pH terlalu basah

dapat menyebabkan kulit bersisik, sedangkan pH yang terlalu asam dapat

menyebabkan iritasi kulit. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan Swatika dkk (2013) dan Medan (2015) bahwa pH 5-8 yang dimiliki

oleh krim tidak terlalu jauh dengan pH fisiologi kulit sehingga dapat diterima

untuk digunakan pada kulit.

Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan

penyebaran krim pada kulit. Semakin besar nilai daya sebar sediaannya,

maka kemampuan melekat pada kulit akan semakin kuat dan absorpsi dikulit

akan semakin lama sehingga kecenderungan berefek akan lebih besar. Daya

sebar sediaan krim menunjukkan penurunan setelah dilakukan kondisi

accelerete namun masih memenuhi daya sebar ideal untuk krim yaitu rentan

5-7 cm (Garg., 2002)

Untuk menguji pemberian krim ekstrak klika S.populifolia terhadap

penurunan ekspresi mRNA MMP-1, maka dilakukan penelitian eksperimental

dengan Randomized Pre-Post Test Control Group Design, menggunakan 15

ekor mencit albino jantan sehat dengan berat 15-25 gram dan berumur 6-9

minggu, diberi pakan standard dan telah disetujui oleh Komisi Etik Fak.

Kedokteran Universitas Hasanuddin (lampiran 1). Dipilih mencit strain albino

karena mencit termasuk vertebrata mamalia, mempunyaii struktur kulit yang

mirip dengan manusia dan tidak memiliki pigmen termasuk folikel rambut. Usia

yang dipilih berkisar 6-9 minggu, karena pada usia ini mencit memiliki

persamaan dengan manusia usia dewasa dan belum mengalami proses

penuaan intrinsik (Bhattacharya dan Thomas, 2004; Bartke, 2005). Jenis

Page 112: NUR KHAIRI - Unhas

96

kelamin yang mencit yang dipilih adalah mencit jantan agar tidak terpengaruh

siklus estrus dan kehamilan (hormonal).

Hasil statistik mengenai umur dan berat badan mencit setelah

dilakukan uji normalitas dengan Shapiro-wilks (lampiran 10 dan 14) dan uji

homogenitas dengan Levene’s test (lampiran 11 dan 15) menunjukkan data

umur dan berat badan mencit berdistribusi normal dan variannya homogen

(p>0,05). Hasil analisis one way Anova didapatkan p>0,05 menunjukkan

bahwa rerata umur dan berat badan mencit masing-masing kelompok tidak

ada perbedaan dari masing-masing kelompok. Selanjutnya mencit dibagi

menjadi 3 kelompok yaitu kelompok 1. dioleskan krim ekstrak klika

S.populifolia kemudiaan dipapar sinar UV-B, kelompok 2. dioleskan basis

krim/placebo kemudiaan dipapar sinar UV-B dan kelompok 3 Kontrol tanpa

pemaparan sinar UV-B.

Dosis sinar UVB yang dipakai pada penelitian ini sebesar 500mJ/cm2

selama 4 minggu. Dosis sinar UVB yang dapat menimbulkan penuaan dini

pada kulit mencit dari beberapa penelitian sangat bervariasi. Kim et al. (2004)

pada penelitiannya tentang pengaruh isoflavon oral dalam perlindungannya

dengan dosis 600 mJ/cm2 yang diberikan dalam dosis terbagi. Pada penelitian

lain menggunakan dosis total UVB sampai 840mJ/cm2 yang diberikan dengan

dosis terbagi dan hasilnya terjadi kerusakan kolagen secara bermakna dan

terjadi penurunan jumlah ekspresi dan kolagen dermis kulit mencit

(Wahyuningsih, 2010). Djawad K (2008), menggunakan paparan UVB dosis

343 mJ/cm2 tiga kali seminggu selama 4 minggu. Adriani A (2014)

menggunakan paparan UVB dosis 450 mJ/cm2 tiga kali seminggu selama 4

minggu.

Page 113: NUR KHAIRI - Unhas

97

Sebelum mencit dipapar UVB, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan

ekspresi mRNA MMP-1 melalui serum darah mencit. Data ekspresi mRNA

MMP-1 ketiga kelompok yang diuji menggunakan one way Anova

menunjukkan hasil p>0,05 yang artinya tidak ada perbedaan ekspresi mRNA

MMP-1 pada ketiga kelompok perlakuan (tabel 17).

Setelah dilakukan perlakuan selama 4 minggu, seluruh hewan coba

mencit dikorbankan untuk dilakukan biopsy pada kulit punggung mencit

selanjutnya dilakukan pemeriksaan ekspresi mRNA MMP-1 dan pemeriksaan

patologi anatomi meliputi pemeriksan ketebalan dan kerapatan kolagen. Pada

pemeriksaan awal ekspresi mRNA MMP-1 digunakan serum darah dan

setelah perlakuan digunakan biopsy kulit, pada pemeriksaan awal

menggunakan serum darah karena dikhawatirkan terjadi kerusakan struktur

kulit apabila diambil melalui biopsy kulit sehingga mempengaruhi hasil

pemeriksaan ekspresi mRNA setelah perlakuan. Sampel serum darah dan

biopsy kulit juga diasumsikan memiliki hasil pemeriksaan yang sama terhadap

ekspresi mRNA MMP-1, hal ini terlihat dari hasil pemeriksaan kelompok

kontrol, tidak terdapat perbedaan ekspresi mRNA MMP-1 antara serum darah

dan biopsy kulit.

Hasil ekspresi mRNA MMP-1 setelah perlakuan pada ketiga kelompok

yang diuji menggunakan one way Anova menunjukkan hasil p<0,05 yang

artinya terdapat perbedaan ekspresi mRNA MMP-1 pada ketiga kelompok

perlakuan (tabel 18). Pada pengujian ekspresi mRNA MMP-1 yang diberikan

perlindungan krim ekstrak klika S.populifolia terjadi penurunan ekspresi

mRNA MMP-1 yang bermakna sebelum dan setelah dilakukan pemaparan

sinar UVB (tabel 16). Pada kelompok yang diberikan penyinaran dengan

Page 114: NUR KHAIRI - Unhas

98

perlindungan basis krim/placebo terjadinya peningkatan rerata ekspresi

mRNA MMP-1 yang bermakna sebelum dan setelah dilakukan pemaparan

sinar UVB (Grafik 3). Dan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan rerata

ekspresi mRNA MMP-1 (tabel 6).

Pada kelompok yang menggunakan krim ekstrak klika S. populifolia

menunjukkan terjadinya penurunan ekspresi mRNA MMP-1, hal ini

disebabkan karena ekstrak klika S.populifolia secara kualitatif mengandung

senyawa polifenol dan flavonoid. Paparan sinar UVB diketahui dapat

menimbulkan radikal bebas sehingga menyebabkan kerusakan dan

penurunan relative anti oksidan enzimatik maupun non enzimatik yang

merupakan sistem pertahanan pada kulit serta pada akhirnya dapat

menyebabkan berbagai kelainan seperti kanker kulit, menekan sistem imun

termasuk terjadinya penuaan dini kulit (Kochevar, 2008; Chen et al., 2012).

Radikal oxygen spesies diyakini dapat mengaktifkan jalur signal sitoplasma

pada kolagen kulit yang akan mempengaruhi pertumbuhan, diferensiasi dan

penuaan dan degradasi jaringan konektif dan juga dapat menimbulkan genetic

permanen (Chen et al., 2012). Kandungan polifenol yang terdapat dalam

S.populifolia mempunyai aktivitas antioksidan yang diyakini lebih baik

dibandingkan vitamin A, C dan E (Gonzales et al., 2008). Oleh karena itu

polifenol dapat mencegah terbentuknya radikal bebas dan peroksida lipid

akibat paparan sinar ultraviolet. Senyawa polifenol utama yaitu corilagin, asam

gallat dan asam ellagic merupakan senyawa yang paling bertanggung jawab

terhadap aktivitas antioksidan. Mekanisme aksi dari polifenol dalam

menghambat kerusakan yang disebabkan oleh sinar UV meliputi 3 efek yaitu

efek sunscreen, efek antiinflamasi dan efek antioksidan. Sebagian besar

Page 115: NUR KHAIRI - Unhas

99

polifenol natural adalah pigmen, umumnya kuning, merah atau ungu dan

dapat menyerap radiasi UV. Ketika diberikan secara topikal, polifenol

mencegah masuknya radiasi ke dalam lapisan kulit. Radiasi yang dapat

diserap oleh polifenol meliputi seluruh spectrum UVB dan sebagian UVA dan

UVC. Melalui kemampuan absorbsi ini polifenol natural dapat bertindak

sebagai sunscreen. Kemampuan polifenol bertindak sebagai sunscreen dapat

mengurangi inflamasi, stress oksidatif dan kerusakan DNA yang disebabkan

oleh radiasi UV pada kulit. Pada pemberiaan topikal kemampuan fotoprotektif

dari polifenol didapatkan melalui sunscreen tersebut. (Nichols dan Katiyar,

2010). Kemampuan fotoprotektif dari ekstrak S.populifolia dan krim ekstrak

klika S.populifolia telah di uji dengan menentukan nilai SPF, hasil nilai SPF

dari ekstrak S.populifolia sebesar 6,88 yang termasuk kategori proteksi kuat

dan hasil nilai SPF dari krim ekstrak klika S.populifolia sebesar 5,61 yang

termasuk proteksi sedang. Pada pengujian antioksidan ekstrak klika

S.populifolia diperoleh aktivitas antioksidan yang sangat kuat sebagai

penangkal radikal bebas dan krim ekstrak klika S.populifolia diperoleh aktifitas

antioksidan sedang sebagai penangkal radikal bebas (radical scavenging),

sehingga sifat antioksidan dari krim ekstrak S.populifolia ini dapat

menghambat terbentuknya ROS dan selanjutnya menurunkan ekspresi

mRNA MMP-1.

Pada kelompok yang menggunakan basis krim terjadi peningkatan

ekspresi mRNA MMP-1 setelah pemaparan sinar UV pada kulit mencit. Hal ini

disebabkan karena energy dari radiasi UV merusak membrane sel dan protein

untuk memproduksi reactive oxygen spesies (ROS), yang menginduksi

ekspresi dari sitokin proinflamasi yang berkaitan dengan reseptor permukaan

Page 116: NUR KHAIRI - Unhas

100

sel meliputi reseptor dari faktor pertumbuhan epidermis (epidermal growth

factor), interleukin (IL)-1, insulin keratonocyte growth factor dan faktor

nekrosis tumor (TNF). Aktivitas dari reseptor tersebut memperantarai ROS

untuk menghambat protein enzim tirosin fosfatase, yang berfungsi untuk

menjaga reseptor faktor pertumbuhan epidermis inaktif. Aktivitas dari reseptor

tersebut mengaktifkan sinyal intraseluler melalui stimulasi dari stress yang

berhubungan dengan MAPK (Mitogen-Activated Protein Kinase). Aktivitas dari

kinase menginduksi transkripsi komplek inti AP-1, sebuah komplek protein

yang mengandung protein c-Jun dan c-Fos, hal ini dinyatakan dalam journal

yang ditulis Fisher dkk (Rhein dan Santiago, 2010).

AP-1 meningkatkan transkripsi gen MMP dan menurunkan ekspresi

gen prokolagen 1 dan 3 serta menurunkan reseptor TGF-β, sebagai

konsekuensinya menurunkan formasi matriks dermal. MMP secara luas dibagi

menjadi tiga kelas: kolagenase, stremelisin dan gelatinase. Pada kulit,

kombinasi aksi dari kolagenase (MMP-1), 92kDa gelatinase (MMP2), 72kDa

gelatinase (MMP9) dan stromelisin 1 (MMP3) dapat secara sempurna

mendegradasi kolagen dan komponen dari jaringan elastis. Walaupun begitu

ekspresi dari semua enzim tersebut pada kulit normal sangatlah rendah,

enzim tersebut dapat teregulasi meningkat setelah terpapar oleh radiasi UV

pada kultur sel baik secara in vivo maupun in vitro. Dilaporkan bahwa UVB,

meskipun dengan paparan dosis rendah menyebabkan kemerahan pada kulit

(eritema), dapat menginduksi ekspresi mRNA MMP-1, MMP-3 dan MMP-9.

Pada model penelitian Kahari dkk, yang menarik bahwa `induksi ekspresi

mRNA MMP-1 tidak dapat dideteksi kulit fotoaging kronis, ini mengindikasikan

bahwa induksi ekspresi mRNA MMP-1 pada in-vivo dengan paparan sinar UV-

Page 117: NUR KHAIRI - Unhas

101

B yang bersifat sementara dan teregulasi secara teratur (Rhein dan Santiago,

2010).

Pada kelompok kontrol, ekspesi mRNA MMP-1 tidak mengalami

perubahan.

Pada pemeriksaan histopatologi meliputi ketebalan dan kerapatan

setelah dilakukan uji normalitas (lampiran 27 dan 31) dengan Shapiro-wilks

dan uji homogenitas (lampiran 28 dan 30) dengan Levene’s test menunjukkan

data ketebalan dan kerapatan kolagen kulit mencit berdistribusi normal dan

variannya homogen (p>0,05). Setelah dilakukan uji menggunakan one way

Anova terhadap ketebalan dan kepadatan kolagen terdapat perbedan

bermakna pada kelompok krim ekstrak klika S.populifolia dan kelompok basis

krim, sedangkan pada kelompok krim ekstrak klika S.populifolia dan kelompok

kontrol tidak terdapat perbedaan. Hasil penelitian ini terkait dengan

kandungan senyawa aktif yang terkandung di dalam S.populifolia yaitu

senyawa flavonoid dan polifenol. Flavonoid mempengaruhi ketebalan dan

kerapatan kolagen dengan menstimulasi proliferasi keratinosit epidermis

melalui regulasi gen anti-apoptosis seperti bel-2. Pada hewan coba, flavonoid

dapat meningkatkan kandungan karbonil kolagen pada kolagen, yang penting

sebagai langkah untuk mencegah penuaan (Chiue et al., 2005). Kandungan

polifenol yang terdapat dalam ekstrak klika S.populifolia terutama dalam

bentuk glikosida dapat mencegah kerusakan kolagen, mencegah penurunan

ketebalan kolagen, menghambat pembentukan kerutan dan menghambat

penurunan elastisitas kulit (Kim et al., 2009).

Efek penurunan ekspresi mRNA MMP-1 serta peningkatan ketebalan

dan kerapatan kolagen kulit mencit pada kelompok krim ekstrak klika

Page 118: NUR KHAIRI - Unhas

102

S.populifolia murni oleh karena pemberian ekstrak S.populifolia. Pada krim

placebo/basis yang digunakan pada kelompok tidak memberi efek

perlindungan terhadap paparan sinar UV sehingga pemberian krim pada

kelompok krim ekstrak klika S.populifolia murni dari pengaruh ekstrak klika

S.populifolia .

Hal ini sejalan dengan hasil peneliti yang dilakukan oleh Fisher (2001)

yang menunjukkan peningkatan ekspresi mRNA MMP-1 mulai tampak 8 jam

setelah paparan dan mencapai puncaknya 16-24 jam setelah paparan.

Ekspresi tetap meningkat selama minimal 72 jam setelah paparan. Demikian

pula penelitian yang dilakukan oleh Berneburg et al. (2000) melaporkan

bahwa radiasi UV menyebabkan induksi mRNA MMP-1 pada level messenger

Ribonucleic acid (mRNA) pada fibroblast dermal secara invitro/invivo pada

kulit manusia 72 jam setelah pemaparan.

ROS MMP-1

Flavonoid : AO kuat (IC50=79,17)

Polifenol : 5,61 (proteksi sedang)

Menurunkan ekspresi mRNA MMP-1

Ketebalan dan kepadatan kolagen tidak berbeda dengan kontrol

Gambar 5.1 Kesimpulan krim ekstrak klika Sterculia populifolia dalam menghambat penuaan kulit dini

Page 119: NUR KHAIRI - Unhas

103

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Ekstrak klika S.populifolia dapat di formulasi dalam bentuk sediaan krim

yang stabil secara fisik.

2. Aktivitas antioksidan ekstrak klika S.populifolia sebesar 16,56 ppm

(antioksidan sangat kuat), krim ekstrak klika S.populifolia 0,5% sebesar

790,153 ppm (antioksidan tidak aktif); krim ekstrak klika S.populifolia 3%

sebesar 126,493 ppm (antioksidan sedang) dan krim ekstrak klika

S.populifolia 5% sebesar 79,179 ppm (antioksidan kuat).

3. Nilai SPF ekstrak klika S.populifolia sebesar 6,886 (proteksi ekstra), krim

ekstrak klika S.populifolia 0,5% sebesar 1,7 (proteksi minimal); krim

ekstrak klika S.populifolia 3% sebesar 4,2 (proteksi sedang) dan krim

ekstrak klika S.populifolia 5% sebesar 5,6 (proteksi sedang).

4. Krim ekstrak S.populifolia mampu menurunkan ekspresi MMP-1 secara

bermakna pada kulit mencit yang dipapar UV-B dibandingkan krim basis

dan kontrol.

5. Krim ekstrak S.populifolia menunjukkan kepadatan dan ketebalan lebih

tinggi secara bermakna pada kulit mencit yang dipapar UV-B

dibandingkan basis krim.

Page 120: NUR KHAIRI - Unhas

104

B. Saran

1. Perlu dilakukan uji keamanan dari krim ekstrak klika Sterculia populifolia

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap ekspresi mRNA TNF-,

TGF- dan 8-OHdG untuk mengembangkan data aktivitas penghambatan

penuaan dini dari krim ekstrak klika Sterculia populifolia

3. Perlu dilakukan uji klinik dari krim ekstrak klika Sterculia populifolia

Page 121: NUR KHAIRI - Unhas

105

DAFTAR PUSTAKA

Adriani A. Analisis Ekspresi 8-OHdG, PCNA dan Hiperlasia Epidermis pada Kulit Mencit yang mendapatkan ekstrak kakao topikal dan paparan UVB (Disertasi). Makassar: Hasanuddin.

Agustina L., Liza L, dan Wintauri R. 2013. Formulasi Krim Pencerah Kulit dari Sarang Burung Wallet Putih (Aerodramus fuciphagus) dengan Karagenan sebagai Pengental. Jurnal Untan. Vol. 1(1).

Alam, M., Havey, J. 2010. Photoaging. In : Draelos, Z.D, editor. Cosmetic Dermatology Products & Procedures. First Edition. United Kingdom: Blackwell. p.3-21

Aitken, R. J., and Krausz, C. 2001. Oxidative Stress, DNA Damage and Y Chromosome. Reproduction, no. 122, p: 497-506.

Anief, 1996. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI Press. Hal 357, 390, 489.

Ardhie, A. M. 2011. Radikal Bebas dan Peranan Antioksidan Dalam Mencegah Penuaan. Available from : https://www.scribd.com/doc/131397378/Radikal-Bebas-DanPeran-Antioksidan-Dalam-Mencegah-Penuaan. Accessed September 20, 2017.

Badan Standarisasi Nasional. 1996. Sediaan Tabir Surya. SNI 16-4399-1996, Jakarta

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. No. 12 tentang Persyaratan Teknis Kosmetik, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.

Baumann, L., Alleman, I. B. 2009. Antioxidants. In : Baumann, L., Saghari, S., Weisberg, E., editors. Cosmetic Dermatology. Second edition. New York : Mc Graw Hill. p. 292-311.

Baumann, L and Saghari, S. 2009. Basic Science of the epidermis. In : Baumann, L., Saghari, S, Weisberg, E., Editora. Cosmetic Dermatology Principles And Practice. Second Edition. USA: Te McGraw-Hill Companies. 3-7

Berneburg, M., Plettenberg, H., Krutmann, J. 2000. Photoaging of Human Skin. Photodermatology. Photoimunology & Photomedicine. 16: 239-244.

Boom R, Sol CJA, Salimans MMM, et al, 1990, ’Rapid and simple method for

purification of nucleid acid’, J.Clin. Microbiol. Vol.28, No.3, pp. 495-503.

Brand-willians, W, Cuvelier, M.E & Berset, C. 1995. Use of Free Radical Method to Evaluate Antioxidant Activity. Lebensmittel-wissenschaft und-Technologie, 28, 25-30.

Page 122: NUR KHAIRI - Unhas

106

Brenneisen, P, Sies, H, H & Scharffrtter-Kochanek, K. 2002. Ultraviolet-B Irradiation and Matrix Mettaloproteinase : from induction via signaling to initial events. Ann N Y Acad Sci. Vol 973. Pp 31-43.

Chiu Ae, Chan JL, Kern DG, Kohler S, Rehmus WE, Kimball AB. 2005. Double-blinded, placebo-controlled trial of green tea extracts in the clinical and histologic appearance of photoaging skin. Dermatol Surg. 31: 855-9

Chu, T.H., Lee, J.W., Lee, M.H. 2008. Evaluating the Cytotoxic Doses of Narrowband and Broadband UV-B in Human Keratinocytes, Melanocytes, and Fibroblast. Photodermatology, Photoimmunology & Photomedicine. Vol 24. P.110-114

Choi, C.P, Kim, Y.I., Lee, J.W., Lee, M.H. 2007. The Effect of Narrowband Ultraviolet B on The Expressions of Matrix Metalloproteinase, Transforming Growth Factor- β1 and Type Collagen in Human Skin Fibroblast Experimental Dermatology, Original Articel. Departement of Dermatology, Kyunghee University, Seoul, Korea.

Cos T, et al. (1998). Molecular analysis of Chs3p participation in chitin synthase III activity. Eur J Biochem 256(2): 419-26.

Cunningham, W. 2003. Aging and Photo-aging. In : Baran R, Maibach HI, (eds). Textbook of Cosmetic Dermatology, 2nd edn. London: Martin dunitz, pp. 455-67

Cuppett, S., M. Schrepf and C.Hall., 1994, Natural Antioxidant, - Are They Reality, Dalam Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and Applications, AOCS Press, Champaign, Illinois: 12-24.

Diegelmann RF. 2008. Collagen Metabolism. Cited 20 Agustus 2018. Available from : http: //www.medscape.com/viewarticle/423231.

Djajadisastra, Joshita, 2004. Cosmetic stability. Makalah dalam Seminar HIKI. Jakarta.

Djawat K. 2008. Efek fotoprotektif Kurkumin terhadap Ekspresi CPD, 8-OHdG apoptosis dan Hyperplasia Epidermis (Disertasi). Makassar.

Dong, KK, Damaghi, N, Picart, SD, NG, Obayashi, K & Okuno, Y et al., 2008, UV-induced DNA demage initiates release of MMP-1 in human skin : Exp Dermatol, Vol. 17, No.12, PP.1037-44

Duniaindustri, 2018, Perusahaan Kosmetik Serap Tenaga Kerja 875 Ribu Orang, http://duniaindustri.com/tag/pemimpin-pasar-kosmetik/ Diakses Agustus 2018.

Eberhardt, M. K. 2001. Reaction of Reactive Oxygen Metabolites with Important Biomolecules, In : Reactive Oxygen Metabolites. Chemistry and Medical Consequences. CRC Press. London.

Page 123: NUR KHAIRI - Unhas

107

Faradiba, Faisal, A dan Ruhama, M. 2013. Formulasi Krim dari Sari Buah Lemon (Vitis vinifera L) dengan Variasi Konsentrasi Emulgator. Majalah Farmasi dan Farmakologi. Vol. 17 No.1; hal: 17-20.

Finkel & Holbrook NJ, 2000. Oxidant, Oxidative Stress and the Biology of Aging, Nature, Vol. 408, pp.239-47

Fisher, G.J., Kang, S., Varani, J., Csorgo, Z.B., Wan, Y., Datta, S., Voorhees, J.J. 2001. Mechanism of Photoaging and Chronological Skin Aging. Arch Dermatol. Department of Dermatology, University of Michigan, Ann Arbor. Vol 138: p. 1462-1470.

Fisher, G.J., Voorhees, J.J., Kang, S., Quan, T., He, T. 2004. Solar UV Irradiation Reduces Collagen in Photoaged Human Skin by Blocking Transforming Growth Factor-β TypeII Receptor/Smad Signaling. American Journal of Pathology. vol 165(3):741-58.

Fitri,E.W., Djawad, K., Changara, H., Alam, G,. 2016. The Effectiviness of Topical Mangosteen Pericarp Extract on The Collagen of Mice Skin Exposed to Ultraviolet B. American Journal of Clinical and Experimental Medicine. 4(3): 88-93.

Food and Drug Administration (FDA). 2003. Guidance for Industry Photosafety Testin. Pharmacology Toxycology Coordinating Committee in the Center for Drug Evaluation and Research (CDER) at the FDA

Garg. A., Deepika Aggarwal, Sanjay Garg and Anil K. Singla. 2002. Spreading of Semisolid Formulations: An Update Pharmaceutical Technology. USA.

Gediya, S.K., Mistry. R.B., Patel, U.K., Blessy, M., jain, H. N., 2011, Herbal Plants: Used as a Cosmetics, Sigma Institute of Pharmacy, 1(1), 23-32

Gilchrest, B.A., Yaar, M. 2000. Aging of Skin. In: Fitzpatrick T.B. et al, editors. Dermatology in General Medicine, Mc Graw-Hill Book Co 2, p. 1386-1387.

Goldman, R., and Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Theories of Aging; 19-32.

Gozali et al. 2009. Formulasi Krim Pelembab Wajah yang Menggunakan Tabir Surya Nanopartikel Zink Oksida Salut Silikon. Farmaka. 07 Hal 37-47.

Griffiths, CeM, Russman, AN, Majmudar, G, Singer, RS, Hamilton, TA & Voorhees, JJ. 1993. Restoration of Collagen Formation in Photodamaged Human Skin by tretinoin (retinoic acid) N. Engl. J. Med, Vol.328, no.8, pp.530-5

Griffiths, CEM. 1999, Drug Treatment of Photoaged Skin. Drugs and Aging, Vol. 14, No.4, pp.289-301

Gonzales, S., Fernandez-Lorente, M., Gilaberte-Calzada, Y. 2008. The latest on Skin Photoprotection. Clinics in Dermatology. 26: 614-26

Page 124: NUR KHAIRI - Unhas

108

Hanani, E.,A.Mun’im dan R. Sekarini. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons Callyspongia sp. Dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2(3): 127-133

Hamzah, N., Isriany I., Andi D.A.S. 2014. Pengaruh Emulgator terhadap Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.). Jurnal Kesehatan. Vol.7(2).

Jain, S. 2012. Dermatology. Journal of Ilustrated Study Guide and Comprehensive Board Review. USA: Spinger Science, Bussiness Media. ILC.p.2-10.

Jeong, S. M., S. Y. Kim, D.R. Kim, S. C. Jo, K. C. Nam, D.U Ahn and S.C Lee, 2005. Effect of Heat Treatment on the Antioxidant Activity of Extracts from Citrus Peels. J. Agric. Food chem.

Joshi, L. S., and Pawar, H, A., 2015, Herbal Cosmetics and Cosmeticals, Natural Products Chemistry and Research, 3(2), 1-3

Jun, M.H.Y.,J.,Fong, X.,Wan,C.S.,Yang,C.T.,Ho.2003. Camparison of Antioxidant Activities of Isoflavones From Kudzu Root (Puerarua labata O). Journal Food Science Institute of Technologist. 68:2117-2122.

Karin, M, Liu, Z, Zandi, E. 1997. Ap-1 Function and Regulation. Cell Biology no.9, pp.240-6

Katade SR, Pawar PV, Wakhar RD, Deshpande NR. 2006. Sterculia guttata seed- An Effective Mosquito Larvicide. Indian Journal of Experimental Biology 44: 662-665

Katalinic, V,Milos, M, Kulistic, T; Jurkic,M. 2006. Screening of 70 medicinal plant extracts for antioxidant capacity and total phenols. Food Chemistry 94, 550-557.

Kim, S.Y.,Kim,S.J.,Lee,J.Y.,KimW.G. 2004. Protective Effects of Dietary Soy Isoflavones against UV-Induced Skin Aging in Hairless Mouse Model. Original Research Journal of the America Collage of Nutrition. Vol 23: p.157-162

Kim YG, Sumiyoshi M, Sakana M, Kimura Y. 2009. Effects of gingseng saponins isolated from red gingseng on ultraviolet B-induced skin aging in hairless mice. Eur J Pharmacol. 602(1): 148-56.

Krutmann, J. 2011. Skin Aging. In: Krutmann, J., Humbert, P., editors., Nutrition for Healthy Skin. New York: Springer. p.15-24.

Kumar, L., Cotran, R. S., and Robbins, S. L. 2005. Basic Pathology, In:Cellular Injury Adaptation and Death. WB Sauners. Philadelphia.

Lam E et al. Staritifin-Induced matrix metalloproteinase-1 in fibroblast is mediated by c-fos and p38 mitogen-activated protein kinase activation. J Invest Dermatol. 2005; 125: 230-238

Page 125: NUR KHAIRI - Unhas

109

Leidjen, J. 1990, Clinical features of aging skin : Br J Dermatol. Vol. 122, pp 1-3

Lee, Younh-Rae., Noh, Eun-Mi., Jeong, E.Y., Yun, Eok-Kweon., Kim, J.H., Kwon, K.B., Kim, B.S., Lee, S.H., Park, C., Kim, Jong-suk., 2009. Cordycepin Inhibibits UV-B-Induced Matrix Metaloproteinase Expression

by Suppressing the NFB Pathway in Human Dermal Fibroblas. Experimental and Molecular Biomedicine, Vol.41, p.548-55.

Q. Mbanga, etal, 2014., Sun Protection Factor (SPF) Determination of Cosmetic Formulations Made in Kinshasa (DR Congo) by In-Vitro Method using UV-VIS Spectrophotometer., Departement de Chimie, Faculte des Scinces, Universite de Kinshasa, Democratic Republic of Congo

Mansur, JS., Breder MNR, Mansur MCA, Azulay RD. 1986. Determination of Sun Protection Factor Vol 61. An. Bras. Dermatol. 61. 121-124

Marshall,PT. and Huge GM., 2013. The Physiologi of mammal and other vertebrata. Cambridge. University Press

Medan, Y., Sitti, R., dan Mamang. 2015. Formulasi Lulur Krim Bubuk Kakao Non Fermentasi dan Efek Terhadap Kulit. Jurnal Biopropal Industri, Vol. 6 No.2; 63-72.

Merina Yuniven. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Klika Faloak dengan metode DPPH. Prosidding: Seminar Kefarmasiaan 2014. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar.

Molyneux, P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrylhidrazyl (DPPH) for estimating antioksidant activity. Songklanarin Journal of Scince Technology. 26(2):211-219

Moon, Hee Jung, Lee Soon Ryen, Shim, S.N., Jeong, S.H., Stonik, V.A., Rasskavov, Valery A., Zvyagintseva, T., Lee, Y.H. 2008. Fucoidan inhibits UVB- Induced MMP-1 Expression in Human Skin Fibroblas. Biol.Pharm.Bull.31(2).284-289.

Nichols J.A., and Katiyar S.K. 2010. Archives of Dermatology Research. 302: 71-83

Pandel, R., Poljsak, B., Godic, A., Dahmane, R. 2013. Skin Aging Process and the Role of Antioxidants in Prevention. Available from : https://www.scribd.com/doc/241318090/. Accessed September 10, 2017.

Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine: Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Pangkahila, W. 2011. Anti Aging Medicine: Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke 2. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Page 126: NUR KHAIRI - Unhas

110

Pantelidis, G. E., M. Vasilakakis, G.A. Manganaris, and G. Diamantidis. 2007. Antioxidant caoacity, phenol, anthocyanin and ascorbic acid contents in raspberries, blackberries, red currants, gooseberries and Cornelia cherries. Food Chemistry 102:777-783.

Pillai, S, Oresajo, C & Hayward, J. 2005 Ultraviolet Radiation and Skin Aging Roles of Reactive Oxygen Species, Inflammation and Protease Activation and Strategies of Prevention of Inflammation Induced Matrix Degradation: Int. J. Cosmet. Sci, Vol. 27, No.1, pp.17-34

Prasiddha, I.J., Rosalina A.L., Teti E dan Jaya M.M. 2015. Potensi senyawa bioaktif rambut jagung (Zae mays L.) untuk tabir surya alami: kajian pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol.4(1). Hal.40-45.

Putra, Y. M., 2018. Produk Kosmetik Tradisional Jadi Unggulan di Tanah Air, Republika, Agustus 2018.

Quan, T., Qin Z., Xia, W., Shao, Y., Voorhees, J.J and Fisher, G. 2009. Matrix-Degrading Metaloproteinases in Photoaging. Journal of Investigative Dermatology Symposium Proceedings. 14: 20-24.

Rabe, J.H., Mamelak, A.J., McElgunn, P.J., Morison, W.L., Sauder, D.N. 2006. Photoaging:Mechanisms and Repair. J Am Acad Dermatol.vol 55(1):1-19.

Ranta, Fabianus, 2011. Sifat Antimikroba Zat Ekstraktif Pohon Faloak. Sekolah Pascasarjana. ITB. Tesis

Rice-Evans. C.A., Miller J.M., and Paganga G. 1996. Structure-antioxidant activity relationship of flavonoid and phenolic acids Free Radic. Biol. Med. 20, 933-958

Rittle, L, Fisher, GJ. 2002. UV Light Induces Signal Cascades and Skin Aging; Aging research reviews, vol.1, pp.705-20

Rizky, A.W., Latifa., dan Winarni, P. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Alternatif Penyembuh Luka Bakar. Indonesian Journal of Chemical Science.

Rhein, L.D, Santiago, J.M. 2010. Matrix Metalloproteinases, Fibrosis and Regulation by Transforming Growth Factor Beta : A New Frontier in Wrinkle Repair, In Rhein, L.D, Fluhr, J.W., editor. Aging Skin Current and

Future Therapeutic Strategies. 1st

edition. USA: Alluredbooks. p.25-70.

Sakihama, Y., Cohen,M.F., Grace,s.c.yamasaki. 2002. Plant phenolic antioxidant and pro-oxidant activities: phenolics-induced oxidative damage mediated by metals in plants. In Toxicology, Vol.177,2002,pp.67-89

Saefudin., Basri, B. 2016. Potensi Antioksidan dan Sifat Sitotoksis Ekstrak Kulit Kayu Sembilan Jenis Tumbuhan dari Taman Nasional Lore Lindu. Jurnal penelitian hasil hutan. Vol.34. No.2, Juni: 147-155

Page 127: NUR KHAIRI - Unhas

111

Sayre, R.M., P.P. Agin., G.J. Levee., and E.Marlowe. 1979. A Comparison of In Vivo and In Vitro Testing Sunscreening Formulas. Photochem. Photobiol. 29. 558-566.

Shamsudar SG, Paramjyothi S. 2010. Preliminary Pharmacognostical and Phytochemical Investigation on Sterculia foetida Linn. Africa Journal of Biotecnology. 9 (13): 1987-1989

Siswadi, S.S.G dan Rianawati H. 2013. Potential Distribution and Utilization of Faloak (Sterculia quadrifida R.Br). Procedding International Confrence of Forest and Biodiversity Manado. Editir: Langi. M, Manado Foresty Institute, Manado

Sterm, R.S. 2004. Treatment of Photoaging. N. Eng. J. Med. 35: 1526-34.

Svobodova, A., Walterova, D., Vostalova, J. 2006. Ultraviolet Light Induced Alteration to The Skin. Journal of Biomedic Palacky Olomouc University. Vol. 150(n0.1): 25 – 38.

Swastika, A., Mufrod dan Purwanto. 2013. Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Sari Tomat. Traditional Medicine Journal 18(3), 132-140.

Taylor, S.C. 2005. Photoaging and Pigmentary Changes of the Skin, In Burgess, C.M, editor. Cosmetic Dermatology. First edition. Germany: Springer. p 29- 49.

Wahyuningsih,K.A., 2010. Pemberian Asthaxantine Topikal Menghambat Penuaan Dini Kulit akibat Pajanan Sinar Ultraviolet B dengan memberikan Efek Proteksi terhadap Kolagen pada Mencit (Mus musculus). Tesis. Denpasar: Universitas Udayana

Walker, S.L., Hawk, J.L.M., and Young, A.R. 2008. Acute and Chronic Collagenase Degradeed Collagen in Vitro. Am.J.Pathology. 158: 931-42

Wasitaatmadja, S.M.1997. Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit UI-Press. Hal 11-12.

Wenk, J., Breinnesen, P., Meewes, S., Wlaschek, M., Peters, T., Blaudschun, R., Ma, W., Kuhr, L., Schneider, L., Scharffetter, K.K. 2001. UV-Induced Oxidative Stress and Photoaging. In: Elsner, T.J., editor., Oxidants and Antioxidants in Cutaneous Biology. Vol. 29. Switzerland: Krager. p. 83-94.

Wilkinson, J. B. & Moore, R. J. 1982. Harry’s Cosmeticology 7th Ed. New York : Chemical Publishing Company.

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan radikal Bebas. Potensi dan Aplikasinya Dalam Kesehatan. Penerbit Kanisius. Jogjakarta. p. 177-190.

Wlascheck, M, Tantcheva, P I, & Naderi, L. 2012. Solar UV Irradiation and Dermis Photoaging. J Photoderm Photobiol, Vol.63, pp. 41-51

Page 128: NUR KHAIRI - Unhas

112

Wolf, R, et al. 2001. The Spectrophotometric Analysis and Modelling of Sunscreen. Washington: J.Chem. Educ.

Vayalil, P.K.; Elmets, C.A and Katiyar,S.K.2003. Treatment of green tea polyphenols in hydrophilic cream prevents UVB-induced oxidation of lipids and proteins, depletion of antioxidant enzymes and phosphorylation of MAPK proteins in SKH-1 hairless mouse skin. Journal of Carcinogenesis, 24 (5), 927-936.

Vital PG, Velasco RN, Demigillo JM, Rivera WL. 2010. Antimicrobial activity, Cytotoxicity and Phytochemical Screening of Ficus Spetica and Sterculia Foetida L Leaf Extracts. Journal of Medical Plants Research 4 (1): 058-063

Yaar, M. 2006. Clinical and Histological Features of Intrinsic versus Extrinsic Skin Agin., in : Gilchrest, B.A., Krutmann, J. editors. Skin Aging. Springer. p.10-21.

Yaar, M., Gilchrest, B.A. 2008. Aging of Skin, In Wolf, K., Lowel, A., Katz, G.S., editor. Fitzpatrick Dermatology in General Medicine. 7th edition. New York: McGrawHill. p 964-1397.

Yulianto, I. 2008. The Changes of Fibroblas Cell due to UV-B Irradiation in Various Doses an In Vitro Experimental. Disertasi. Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Zhang J, Yin Z, Ma L-w, Yin Z-q, Hu Y-y, Xu Y, 2014. The Protective Effect of Baicalin Against UVB Irradiation Induced Photoaging: An In Vitro and In Vivo Study. PloS ONE 9(6):e99703. https://doi.org/10.1371/journal.pone.009703.

Page 129: NUR KHAIRI - Unhas

113

Lampiran 1. Persetujuan Kelaikan Etik Penelitian

Page 130: NUR KHAIRI - Unhas

114

Lampiran 2. Hasil Kualitatif Ekstrak Klika S.populifolia

No Uji Pendahuluan Warna/Endapan Hasil Uji Pendahuluan

1. Uji Flavonoid

Merah kecoklatan

Positif (+)

2. Uji Tanin

Hijau kehitaman

Positif (+)

3. Uji Saponin

Busa yang stabil

Positif (+)

4. Uji Alkaloid

Endapan coklat

Positif (+)

Page 131: NUR KHAIRI - Unhas

115

Lampiran 3. Kurva Baku Flavonoid

Lampiran 4. Kurva Baku Polifenol

Lampiran 5. Kurva Baku Antioksidan Ekstrak Sterculia populifolia

-0,200

0,000

0,200

0,400

0,600

0,800

1,000

1,200

1,400

1,600

0,0 5,0 10,0 15,0 20,0

abso

rban

konsentrasi

-0,200

0,000

0,200

0,400

0,600

0,800

1,000

1,200

0,0 5,0 10,0 15,0 20,0

abso

rban

konsentrasi

0,000

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

0 5 10 15 20 25 30

abso

rban

konsentrasi

Page 132: NUR KHAIRI - Unhas

116

Lampiran 6. Kurva baku Antioksidan Krim Ekstrak Sterculia populifolia

0,5%

Lampiran 7. Kurva baku Antioksidan Krim Ekstrak Sterculia populifolia

3%

Lampiran 8. Kurva Baku Antioksidan Krim Ekstrak Sterculia populifolia

5%

0,000

20,000

40,000

60,000

80,000

0 200 400 600 800 1000 1200

abso

rban

Konsentrasi

0,000

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

0 50 100 150 200 250 300

abso

rban

Konsentrasi

0,000

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

0 20 40 60 80 100 120

abso

rban

konsentrasi

Page 133: NUR KHAIRI - Unhas

117

Lampiran 9. Data Umur Mencit (minggu)

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

6 7 6

6 7 7

7 7 6

6 6 7

7 6 8

Lampiran 10. Uji Normalitas Umur Mencit

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelompok1 .300 5 .161 .833 5 .146

Kelompok2 .241 5 .200* .821 5 .119

Kelompok3 .231 5 .200* .881 5 .314

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Keterangan :

Uji Normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk

Pedoman untuk mengambil keputusan (kolom Shapiro-Wilk) : nilai Sig. atau

signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05, data terdistribusi normal (simetris). Nilai Sig.

atau signifikasi atau probabilitas < 0,05, data berdistribusi tidak normal (tidak

simetris)

Lampiran 11. Hasil Uji Homogenitas Umur Mencit

Test of Homogeneity of Variances

Umur

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.604 2 12 .563

Keterangan :

Uji homogenitas dilakukan dengan Levene Test Pedoman untuk mengambil keputusan adalah : Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05, data homogen Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05, data tidak homogen

Page 134: NUR KHAIRI - Unhas

118

Lampiran 12. Analisis Statistik Umur Mencit

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kelompok1 5 6.80 .447 .200

Kelompok2 5 6.60 .548 .245

Kelompok3 5 6.60 .548 .245

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Kelompok1 34.000 4 .000 6.800 6.24 7.36

Kelompok2 26.944 4 .000 6.600 5.92 7.28

Kelompok3 26.944 4 .000 6.600 5.92 7.28

Lampiran 13. Data Bobot Badan Mencit (gram)

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

16,3 16,8 15,7

15,2 16,1 15,5

16,7 16,4 16,7

16,1 15,9 16,6

15,8 15,3 16,1

Page 135: NUR KHAIRI - Unhas

119

Lampiran 14. Hasil Uji Normalitas Bobot Badan Mencit

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelompok1 .156 5 .200* .985 5 .960

Kelompok2 .161 5 .200* .991 5 .984

Kelompok3 .217 5 .200* .913 5 .485

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Keterangan :

Uji Normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk

Pedoman untuk mengambil keputusan (kolom Shapiro-Wilk) : nilai Sig. atau

signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05, data terdistribusi normal (simetris). Nilai Sig.

atau signifikasi atau probabilitas < 0,05, data berdistribusi tidak normal (tidak

simetris).

Lampiran 15. Hasil Uji Homogenitas Bobot Badan Mencit

Test of Homogeneity of Variances

Bobot Badan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.214 2 12 .811

Keterangan :

Uji homogenitas dilakukan dengan Levene Test

Pedoman untuk mengambil keputusan adalah :

Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05, data homogen

Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05, data tidak homogen

Page 136: NUR KHAIRI - Unhas

120

Lampiran 16. Analisis Statistik Bobot Badan Mencit

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kelompok1 5 16.020 .5630 .2518

Kelompok2 5 16.100 .5612 .2510

Kelompok3 5 16.120 .5310 .2375

One-Sample Test

Test Value = 0

T df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Kelompok1 63.624 4 .000 16.0200 15.321 16.719

Kelompok2 64.144 4 .000 16.1000 15.403 16.797

Kelompok3 67.877 4 .000 16.1200 15.461 16.779

Page 137: NUR KHAIRI - Unhas

121

Lampiran 17. Data Pemeriksaan Ekspresi mRNA MMP-1

Sample Starting

Quantity (SQ) Slope (dR) Template Log Template Exp. mRNA ER Mean ER Std. Dev

Standard 1.98E+01 -3.368 50.12100 1.70002 14.11433 14.06767 0.04163

Standard 1.98E+01 -3.368 50.12100 1.70002 14.03433 14.06767 0.04163

Standard 1.98E+01 -3.368 50.12100 1.70002 14.05433 14.06767 0.04163

A01 1.58E+01 -3.368 50.03700 1.69929 10.10679 10.08012 0.13204

A01 1.57E+01 -3.368 50.03700 1.69929 9.93679 10.08012 0.13204

A01 1.59E+01 -3.368 50.03700 1.69929 10.19679 10.08012 0.13204

B01 1.28E+01 -3.368 50.06400 1.69953 7.09600 7.06600 0.18682

B01 1.26E+01 -3.368 50.06400 1.69953 6.86600 7.06600 0.18682

B01 1.30E+01 -3.368 50.06400 1.69953 7.23600 7.06600 0.18682

A02 1.39E+01 -3.368 50.17300 1.70047 8.16282 8.28615 0.11240

A02 1.40E+01 -3.368 50.17300 1.70047 8.31282 8.28615 0.11240

A02 1.41E+01 -3.368 50.17300 1.70047 8.38282 8.28615 0.11240

Standard 1.81E+01 -3.368 25.05700 1.39893 13.33841 13.15507 0.16258

Standard 1.77E+01 -3.368 25.05700 1.39893 13.02841 13.15507 0.16258

Standard 1.78E+01 -3.368 25.05700 1.39893 13.09841 13.15507 0.16258

B02 1.25E+01 -3.368 49.93500 1.69841 6.72977 6.68644 0.05132

B02 1.24E+01 -3.368 49.93500 1.69841 6.69977 6.68644 0.05132

B02 1.24E+01 -3.368 49.93500 1.69841 6.62977 6.68644 0.05132

A03 1.52E+01 -3.368 50.08700 1.69973 9.47533 9.58533 0.25357

A03 1.51E+01 -3.368 50.08700 1.69973 9.40533 9.58533 0.25357

A03 1.56E+01 -3.368 50.08700 1.69973 9.87533 9.58533 0.25357

B03 1.07E+01 -3.368 50.05900 1.69948 4.95614 5.02948 0.27737

B03 1.11E+01 -3.368 50.05900 1.69948 5.33614 5.02948 0.27737

B03 1.05E+01 -3.368 50.05900 1.69948 4.79614 5.02948 0.27737

Standard 1.58E+01 -3.368 12.52800 1.09788 12.08233 12.14900 0.17010

Standard 1.60E+01 -3.368 12.52800 1.09788 12.34233 12.14900 0.17010

Standard 1.57E+01 -3.368 12.52800 1.09788 12.02233 12.14900 0.17010

A04 1.43E+01 -3.368 50.04900 1.69940 8.60644 8.62310 0.09609

A04 1.43E+01 -3.368 50.04900 1.69940 8.53644 8.62310 0.09609

A04 1.45E+01 -3.368 50.04900 1.69940 8.72644 8.62310 0.09609

B04 1.19E+01 -3.368 49.98700 1.69886 6.19825 6.15158 0.16503

B04 1.17E+01 -3.368 49.98700 1.69886 5.96825 6.15158 0.16503

B04 1.20E+01 -3.368 49.98700 1.69886 6.28825 6.15158 0.16503

A05 1.58E+01 -3.368 50.10600 1.69989 10.11477 9.97477 0.17776

A05 1.58E+01 -3.368 50.10600 1.69989 10.03477 9.97477 0.17776

A05 1.55E+01 -3.368 50.10600 1.69989 9.77477 9.97477 0.17776

Page 138: NUR KHAIRI - Unhas

122

Sample Starting

Quantity (SQ) Slope (dR) Template Log Template Exp. mRNA ER Mean ER Std. Dev

Standard 1.38E+01 -3.368 6.25800 0.79644 11.10761 11.12094 0.06110

Standard 1.38E+01 -3.368 6.25800 0.79644 11.06761 11.12094 0.06110

Standard 1.39E+01 -3.368 6.25800 0.79644 11.18761 11.12094 0.06110

B05 1.35E+01 -3.368 50.10800 1.69991 7.76471 7.67471 0.09000

B05 1.33E+01 -3.368 50.10800 1.69991 7.58471 7.67471 0.09000

B05 1.34E+01 -3.368 50.10800 1.69991 7.67471 7.67471 0.09000

A06 1.60E+01 -3.368 50.11200 1.69994 10.29460 10.41793 0.13051

A06 1.61E+01 -3.368 50.11200 1.69994 10.40460 10.41793 0.13051

A06 1.63E+01 -3.368 50.11200 1.69994 10.55460 10.41793 0.13051

B06 1.79E+01 -3.368 50.10800 1.69991 12.21471 12.07471 0.33287

B06 1.74E+01 -3.368 50.10800 1.69991 11.69471 12.07471 0.33287

B06 1.80E+01 -3.368 50.10800 1.69991 12.31471 12.07471 0.33287

Standard 1.20E+01 -3.368 3.13300 0.49596 10.32961 10.21294 0.29297

Standard 1.16E+01 -3.368 3.13300 0.49596 9.87961 10.21294 0.29297

Standard 1.21E+01 -3.368 3.13300 0.49596 10.42961 10.21294 0.29297

A07 1.50E+01 -3.368 49.96600 1.69867 9.31886 9.64553 0.29687

A07 1.56E+01 -3.368 49.96600 1.69867 9.89886 9.64553 0.29687

A07 1.54E+01 -3.368 49.96600 1.69867 9.71886 9.64553 0.29687

B07 1.88E+01 -3.368 49.99200 1.69890 13.05810 13.03477 0.15631

B07 1.89E+01 -3.368 49.99200 1.69890 13.17810 13.03477 0.15631

B07 1.86E+01 -3.368 49.99200 1.69890 12.86810 13.03477 0.15631

A08 1.65E+01 -3.368 50.03600 1.69928 10.72682 10.61015 0.12583

A08 1.62E+01 -3.368 50.03600 1.69928 10.47682 10.61015 0.12583

A08 1.64E+01 -3.368 50.03600 1.69928 10.62682 10.61015 0.12583

Page 139: NUR KHAIRI - Unhas

123

Sample Starting

Quantity (SQ) Slope (dR) Template Log Template Exp. mRNA ER Mean ER Std. Dev

Standard 9.78E+00 -3.368 1.56500 0.19451 9.12488 9.02488 0.15620

Standard 9.50E+00 -3.368 1.56500 0.19451 8.84488 9.02488 0.15620

Standard 9.76E+00 -3.368 1.56500 0.19451 9.10488 9.02488 0.15620

B08 1.87E+01 -3.368 50.11900 1.70000 12.95439 12.76106 0.17214

B08 1.84E+01 -3.368 50.11900 1.70000 12.70439 12.76106 0.17214

B08 1.84E+01 -3.368 50.11900 1.70000 12.62439 12.76106 0.17214

Standard 1.98E+01 -3.356 50.33100 1.70184 14.07864 14.05864 0.08185

Standard 1.98E+01 -3.356 50.33100 1.70184 14.12864 14.05864 0.08185

Standard 1.97E+01 -3.356 50.33100 1.70184 13.96864 14.05864 0.08185

A09 1.58E+01 -3.356 50.25600 1.70119 10.07081 9.99748 0.20984

A09 1.55E+01 -3.356 50.25600 1.70119 9.76081 9.99748 0.20984

A09 1.59E+01 -3.356 50.25600 1.70119 10.16081 9.99748 0.20984

B09 1.74E+01 -3.356 49.45750 1.69423 11.74416 11.71749 0.17156

B09 1.76E+01 -3.356 49.45750 1.69423 11.87416 11.71749 0.17156

B09 1.72E+01 -3.356 49.45750 1.69423 11.53416 11.71749 0.17156

A10 1.58E+01 -3.356 50.32250 1.70176 10.08889 10.22889 0.14000

A10 1.59E+01 -3.356 50.32250 1.70176 10.22889 10.22889 0.14000

A10 1.61E+01 -3.356 50.32250 1.70176 10.36889 10.22889 0.14000

Standard 1.78E+01 -3.356 25.61300 1.40846 13.11321 13.03321 0.07550

Standard 1.78E+01 -3.356 25.61300 1.40846 13.02321 13.03321 0.07550

Standard 1.77E+01 -3.356 25.61300 1.40846 12.96321 13.03321 0.07550

B10 1.84E+01 -3.356 50.30100 1.70158 12.64951 12.68951 0.15395

B10 1.86E+01 -3.356 50.30100 1.70158 12.85951 12.68951 0.15395

B10 1.83E+01 -3.356 50.30100 1.70158 12.55951 12.68951 0.15395

A11 1.42E+01 -3.356 50.08900 1.69974 8.45566 8.71900 0.22942

A11 1.46E+01 -3.356 50.08900 1.69974 8.87566 8.71900 0.22942

A11 1.45E+01 -3.356 50.08900 1.69974 8.82566 8.71900 0.22942

Page 140: NUR KHAIRI - Unhas

124

Sample Starting

Quantity (SQ) Slope (dR) Template Log Template Exp. mRNA ER Mean ER Std. Dev

B11 1.41E+01 -3.356 50.14450 1.70022 8.40405 8.42072 0.07638

B11 1.42E+01 -3.356 50.14450 1.70022 8.50405 8.42072 0.07638

B11 1.41E+01 -3.356 50.14450 1.70022 8.35405 8.42072 0.07638

Standard 1.57E+01 -3.356 12.60400 1.10051 12.02669 12.06003 0.06658

Standard 1.58E+01 -3.356 12.60400 1.10051 12.13669 12.06003 0.06658

Standard 1.57E+01 -3.356 12.60400 1.10051 12.01669 12.06003 0.06658

A12 1.42E+01 -3.356 50.18300 1.70056 8.50293 8.52627 0.04041

A12 1.42E+01 -3.356 50.18300 1.70056 8.50293 8.52627 0.04041

A12 1.43E+01 -3.356 50.18300 1.70056 8.57293 8.52627 0.04041

B12 1.49E+01 -3.356 50.01250 1.69908 9.16789 9.09123 0.11590

B12 1.47E+01 -3.356 50.01250 1.69908 8.95789 9.09123 0.11590

B12 1.49E+01 -3.356 50.01250 1.69908 9.14789 9.09123 0.11590

A13 1.63E+01 -3.356 50.12450 1.70005 10.61463 10.34130 0.24685

A13 1.60E+01 -3.356 50.12450 1.70005 10.27463 10.34130 0.24685

A13 1.58E+01 -3.356 50.12450 1.70005 10.13463 10.34130 0.24685

Standard 1.37E+01 -3.356 6.25200 0.79602 11.00856 11.03189 0.04933

Standard 1.37E+01 -3.356 6.25200 0.79602 10.99856 11.03189 0.04933

Standard 1.38E+01 -3.356 6.25200 0.79602 11.08856 11.03189 0.04933

B13 1.55E+01 -3.356 50.28300 1.70142 9.77003 9.80336 0.20207

B13 1.57E+01 -3.356 50.28300 1.70142 10.02003 9.80336 0.20207

B13 1.53E+01 -3.356 50.28300 1.70142 9.62003 9.80336 0.20207

A14 1.39E+01 -3.356 50.20950 1.70079 8.22216 8.32216 0.10000

A14 1.40E+01 -3.356 50.20950 1.70079 8.32216 8.32216 0.10000

A14 1.41E+01 -3.356 50.20950 1.70079 8.42216 8.32216 0.10000

B14 1.49E+01 -3.356 50.15900 1.70035 9.16363 9.17696 0.15044

B14 1.50E+01 -3.356 50.15900 1.70035 9.33363 9.17696 0.15044

B14 1.47E+01 -3.356 50.15900 1.70035 9.03363 9.17696 0.15044

Page 141: NUR KHAIRI - Unhas

125

Sample Starting

Quantity (SQ) Slope (dR) Template Log Template Exp. mRNA ER Mean ER Std. Dev

Standard 1.18E+01 -3.356 3.14400 0.49748 10.14045 10.07045 0.17578

Standard 1.15E+01 -3.356 3.14400 0.49748 9.87045 10.07045 0.17578

Standard 1.19E+01 -3.356 3.14400 0.49748 10.20045 10.07045 0.17578

A15 1.50E+01 -3.356 50.30500 1.70161 9.29939 9.76606 0.44658

A15 1.55E+01 -3.356 50.30500 1.70161 9.80939 9.76606 0.44658

A15 1.59E+01 -3.356 50.30500 1.70161 10.18939 9.76606 0.44658

B15 1.56E+01 -3.356 49.98300 1.69882 9.88875 9.94875 0.11269

B15 1.58E+01 -3.356 49.98300 1.69882 10.07875 9.94875 0.11269

B15 1.56E+01 -3.356 49.98300 1.69882 9.87875 9.94875 0.11269

Standard 9.66E+00 -3.356 1.52700 0.18384 9.04304 8.96637 0.10017

Standard 9.47E+00 -3.356 1.52700 0.18384 8.85304 8.96637 0.10017

Standard 9.62E+00 -3.356 1.52700 0.18384 9.00304 8.96637 0.10017

Page 142: NUR KHAIRI - Unhas

126

Lampiran 18. Hasil Uji Statistik Ekspresi mRNA MMP1 Sebelum dan

Setelah dipapar UVB pada kelompok 1

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Klp 1 Sebelum & 9.3099 5 .81100 .36269

Setelah

Perlakuan 6.5216 5 1.00207 .44814

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Klp 1 Sebelum dan Setelah

Perlakuan 5 .265 .667

Signifikan > 0,05

Lampiran 19. Hasil Statistik Ekspresi mRNA MMP-1 Sebelum dan

Setelah Dipapar UVB pada kelompok 2

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Klp 2 Sebelum 10.179996 5 .3751672 .1677799

Setelah 12.455508 5 .5416044 .2422128

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Klp 2 Sebelum dan

setelah

perlakuan

5 -.151 .809

Signifikan < 0,05

Page 143: NUR KHAIRI - Unhas

127

Lampiran 20. Hasil Statistik Ekspresi mRNA MMP-1 Sebelum dan

Setelah dipapar UVB pada Kelompok 3

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Klp 3 Sebelum 9.134958 5 .8743159 .3910060

Setelah 9.288204 5 .6134756 .2743546

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Klp 3 Sebelum dan

Setelah

perlakuan

5 .750 .144

Tidak berbeda >0,05

Lampiran 21. Hasil Uji Normalitas Ekspresi mRNA MMP-1

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Klp 1 Sebelum perlakuan .233 5 .200* .877 5 .294

Setelah perlakuan .165 5 .200* .975 5 .906

Klp 2 Sebelum perlakuan .152 5 .200* .980 5 .932

Setelah perlakuan .267 5 .200* .924 5 .555

Klp 3 Sebelum perlakuan .283 5 .200* .881 5 .314

Setelah perlakuan .199 5 .200* .937 5 .643

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Keterangan Uji Normalitas menggunakan uji Shapiro-wilk. Pedoman untuk mengambil keputusan (kolom Shapiro-wilk) : Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05, data berdistribusi normal (simetris). Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,005, data berdistribusi tidak normal (tidak simetris)

Page 144: NUR KHAIRI - Unhas

128

Lampiran 22. Hasil Uji Homogenitas (levene test) data transformasi

mRNA MMP-1

Test of Homogeneity of Variances

Kadar MMP-1

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.613 5 24 .195

Keterangan :

Uji homogenitas dilakukan dengan Levene Test Pedoman untuk mengambil keputusan adalah : Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05, data homogen Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05, data tidak homogen

Lampiran 23. Hasil Statistik Ekspresi mRNA MMP-1 Sebelum dipapar UVB

ANOVA

Ekspresi MMP-1 Sebelum Perlakuan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3.133 2 1.566 3.007 .087

Within Groups 6.252 12 .521

Total 9.385 14

Lampiran 24. Hasil Statistik Ekspresi mRNA MMP-1 Setelah dipapar

UVB

ANOVA

Ekspresi MMP-1 Setelah Perlakuan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 88.161 2 44.080 79.005 .000

Within Groups 6.695 12 .558

Total 94.856 14

Page 145: NUR KHAIRI - Unhas

129

Lampiran 25. Uji Lanjutan LSD Ekspresi mRNA MMP-1 Setelah

Perlakuan

Multiple Comparisons

Ekspresi mRNA MMP-1 Setelah Perlakuan

LSD

(I) VAR00002 (J) VAR00002

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Klp 1 Klp 2 -5.933866* .472416 .000 -6.96317 -4.90456

Klp 3 -2.766562* .472416 .000 -3.79587 -1.73726

Klp 2 Klp 1 5.933866* .472416 .000 4.90456 6.96317

Klp 3 3.167304* .472416 .000 2.13800 4.19661

Klp 3 Klp 1 2.766562* .472416 .000 1.73726 3.79587

Klp 2 -3.167304* .472416 .000 -4.19661 -2.13800

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 26. Data Ketebalan Kolagen

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

6,5 3,2 5,3

5,8 2,9 4,8

5,3 3,5 4,5

6,2 3,7 4,7

6,1 2,8 5,0

Page 146: NUR KHAIRI - Unhas

130

Lampiran 27. Normalitas Ketebalan Kolagen

Tests of Normality

VAR00003

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Ketebalan Kolagen Kelompok 1 .204 5 .200* .966 5 .846

Kelompok 2 .198 5 .200* .939 5 .658

Kelompok 3 .178 5 .200* .981 5 .940

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Keterangan

Uji Normalitas menggunakan uji Shapiro-wilk.

Pedoman untuk mengambil keputusan (kolom Shapiro-wilk) : Nilai Sig. atau

signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05, data berdistribusi normal (simetris). Nilai

Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,005, data berdistribusi tidak normal

(tidak simetris)

Lampiran 28. Homogenitas Ketebalan Kolagen

Test of Homogeneity of Variances

Ketebalan Kolagen

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.416 2 12 .669

Keterangan :

Uji homogenitas dilakukan dengan Levene Test

Pedoman untuk mengambil keputusan adalah :

Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05, data homogen

Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05, data tidak homogen

ANOVA

Ketebalan Kolagen

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 19.269 2 9.635 64.662 .000

Within Groups 1.788 12 .149

Total 21.057 14

Page 147: NUR KHAIRI - Unhas

131

Multiple Comparisons

Ketebalan Kolagen

LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Klp 1 Klp 2 2.76000* .24413 .000 2.2281 3.2919

Klp 3 1.12000* .24413 .001 .5881 1.6519

Klp 2 Klp 1 -2.76000* .24413 .000 -3.2919 -2.2281

Klp 3 -1.64000* .24413 .000 -2.1719 -1.1081

Klp 3 Klp 1 -1.12000* .24413 .001 -1.6519 -.5881

Klp 2 1.64000* .24413 .000 1.1081 2.1719

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 29. Data Kerapatan Kolagen

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

4 1 3

3 1 4

3 3 4

4 3 3

4 2 4

Lampiran 30. Hasil Homogenitas Kerapatan Kolagen

Test of Homogeneity of Variances

Kerapatan Kolagen

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.286 2 12 .144

Keterangan :

Uji homogenitas dilakukan dengan Levene Test

Pedoman untuk mengambil keputusan adalah :

Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05, data homogen

Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05, data tidak homogen

Page 148: NUR KHAIRI - Unhas

132

Lampiran 31. Hasil Uji Normalitas Kerapatan Kolagen

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Klp 1 .367 5 .026 .684 5 .006

Klp 2 .241 5 .200* .821 5 .119

Klp 3 .367 5 .026 .684 5 .006

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Keterangan

Uji Normalitas menggunakan uji Shapiro-wilk. Pedoman untuk mengambil keputusan (kolom Shapiro-wilk) : Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05, data berdistribusi normal (simetris). Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,005, data berdistribusi tidak normal (tidak simetris)

ANOVA

Kepadatan Kolagen

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 8.533 2 4.267 8.000 .006

Within Groups 6.400 12 .533

Total 14.933 14

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Kepadatan Kolagen

LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Klp 1 Klp 2 1.60000* .46188 .005 .5936 2.6064

Klp 3 .00000 .46188 1.000 -1.0064 1.0064

Klp 2 Klp 1 -1.60000* .46188 .005 -2.6064 -.5936

Klp 3 -1.60000* .46188 .005 -2.6064 -.5936

Klp 3 Klp 1 .00000 .46188 1.000 -1.0064 1.0064

Klp 2 1.60000* .46188 .005 .5936 2.6064

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 149: NUR KHAIRI - Unhas

133

Lampiran 32. Foto Penelitian

Klika Sterculia populifolia Ekstraksi klika Sterculia populifolia

Ekstrak klika Sterculia populifolia Pengujian antioksidan

Pengujian antioksidan Pengujian SPF

Pengujian SPF Formulasi krim

Page 150: NUR KHAIRI - Unhas

134

Krim ekstrak klika S.populifolia Penghilangan bulu mencit

Pengelompokan mencit Pengelompokan mencit

Pengelompokan mencit Pengambilan darah

Stimulator UV-B merek Kanel Pengukuran radiasi lampu UVB

Page 151: NUR KHAIRI - Unhas

135

Penyinaran UVB mencit Penyinaran UVB mencit

Biopsi kulit mencit Pengumpulan biopsy kulit

Page 152: NUR KHAIRI - Unhas

136

CURRICULUM VITAE

IDENTITAS DIRI

1. Nama Lengkap : Nur Khairi, S.Si, M.Si, Apt

2. Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Pandang/ 14 April 1984

3. Pekerjaan : Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar

4. NIDN : 0914048401

5. Pangkat/Jabatan : Lektor/ IIIb

6. Jenis Kelamin : Perempuan

7. Agama : Islam

8. Alamat : Perumahan Dosen Unhas Tamalanrea Blok

NK.3 Makassar

9. Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Dharma Wanita Unhas Makassar (1988-1989)

2. SD Inpres Unhas Tamalanrea (1989-1995)

3. SMP Negeri 12 Makassar (1995-1998)

4. SMA Negeri 5 Makassar (1998-2001)

5. D3 Teknik Gigi FKG Universitas Hasanuddin (2001-2004)

6. Program Studi Sarjana, Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas

Hasanuddin (2002-2008)

7. Program Studi Apoteker, Fak. Farmasi Universitas Hasanuddin (2008-

2009)

8. Program Studi Magister Farmasi, Fak. Farmasi Universitas Hasanuddin

(2009-2011)

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar (2009-sekarang)

2. Apoteker Penanggung Jawab di Apotek Irsyaf Farma (2010-2011)

3. Apoteker Penanggung Jawab di Pedagang Besar Farmasi (PBF) Mulia

Indo (2011-2015)

4. Apoteker Penanggung Jawab di Apotek Kemuning Farma (2015-

sekarang)

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Pengurus IAI Cabang Pinrang (2015 - sekarang)

Page 153: NUR KHAIRI - Unhas

137

PUBLIKASI ILMIAH

1. The determination of Antioxidants activity and sunblock Sterculia

populifolia extract-based cream. Pharmaceutical and Biomedical

Research. 2018; 4(1): 20-26 (Author).

2. The Effectiveness of Extract Klika Sterculia populifolia cream On The

Collagen of Albino Mice Against Ultraviolet B Radiation. Indian Journal Of

Public Health Research and Development. 2019 Vol.10. No.1 (Author)

3. Effects of klika faloak (Sterculia populifolia) extract cream toward MMP-1

expression of albino mice against ultraviolet B radiation. Egyptian Journal

of Basic and Clinical Pharmacology. Vol. 9 (2019) (Author)

4. Anthocyanin-rich Buni-berry (Antidesma bunius) Extract Increases

Paraoxonase 1 Gene Expression in BALB/c Mice Fed with a High-fat Diet.

Journal of young pharmacists. Vol. 11, Issue 1, Jan-Maret 2019

SEMINAR :

1. Internasional Conference on Inter-Professional Education (IPE).

Makassar on September 28th – 29 th, 2017.

2. Seminar Nasional Kefarmasian. Pengembangan dunia farmasi :

Penaganan penyakit degenerative dari obat asli Indonesia dengan ilmu

kefarmasian terkini. Makassar 19 Maret 2016

3. CPD (Continuing Professional Development) dengan tema : “Asuhan

Kefarmasian Devepment). Makassar 9 September 2016

4. Internasional Workshop on Inter-Professional Education. Hasanuddin

University, Makassar on September 27th 2017

5. Peluang dan Tantangan Farmasi Klinik di Era Masyarakat Ekonomi

ASEAN. Makassar 18 Maret 2016

6. Internasional Seminar Natural Product 2nd ISNP. February 2015

7. Pharmaceutical Scince Application. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi.

Makassar, 23 Mei 2014.

8. Seminar Nasional dan Workshop New Spirit of Pharmacy. Makassar,

Maret 201

9. Hasil Penelitian yang Berpotensi Paten. Ristek Dikti. Agustus 2017

Makassar, Desember 2018

Nur Khairi, S.Si, M.Si, Apt