ahmad nur khariri.docx

41
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF Pada Nn “N”Dengan ASMA di RUMAH SAKIT “A” PROPOSAL Oleh: AHMAD NUR KHARIRI NIM: 2011-49-010 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

Upload: ahmad-nur-khariri

Post on 03-Jan-2016

95 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: AHMAD NUR KHARIRI.docx

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH BERSIHAN JALAN NAFAS

TIDAK EFEKTIF Pada Nn “N”Dengan ASMA

di RUMAH SAKIT “A”

PROPOSAL

Oleh:

AHMAD NUR KHARIRI

NIM: 2011-49-010

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

JALAN PENANGGUNGAN KEDIRI, 64114, TELP/FAX. ( 0354 ) 772628

Website: akper-akbid-kediri.com

E-mail: [email protected]

Page 2: AHMAD NUR KHARIRI.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang(INTRODUCTION, JUSTIFIKASI, KRONOLOGI, SOLUSI)

(Setiap paragraph dalam latar belakang harus memuat hal diatas,)

Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan

oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas).

Istilah asma berasal dari kata yunani yang artinya terengah – engah dan berarti

serangan napas pendek. Meskipun dahulu istilah ini digunakan untuk menyatakan

gambaran klinis napas pendek tanpa memandang sebabnya, sekarang istilah ini hanya

ditunjukan untuk keadaan - keadaan yang menunjukan respon abnormal saluran napas

terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas yang

meluas. Perubahan patofisiologi yang menyebabkan obstruksi jalan napas terjadi pada

bronkus ukuran sedang dan bronkiolus yang berdiameter 1 mm. penyempitan jalan

napas disebabkan oleh bronkospasme,edema mukosa dan hipersekresi mucus yang

kental.

Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah Ketidakmampuan untuk membersihkan

sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang

bersih. Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan

sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga bersihan jalan napas

(Nanda, 2005)

Pemenuhan kebutuhan oksigen di tunjukkan untuk untuk menjaga

kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan kehidupanya, dan melakukan

aktifitas bagi berbagai organ dan sel (iqbal, 2008).Organisasi kesehatan dunia (WHO)

mencatat saat ini ada 300 juta penderita asma di seluruh dunia. Indonesia sendiri

memiliki 12,5 juta penderita asma. Sebanyak 95 persen di antaranya adalah penderita

asma tak terkontrol. Data ini di sampaikan oleh prof dr Faisal Yunus, PhD, SpP(K),

FCCP, ketua umum dewan Asma Indonesia (DAI). Mengenai angka kematian akibat

asma ternyata hal itu tidak bisa di anggap remeh, di Indonesia asma menjadi penyebab

kematian peringkat keenam. Di rumah sakit “A” kurang lebih ada 25 persen dari 20

pasien di ruang flamboyant mengalami asma (tahun berapa? Dan berapa persen yang

mengalamai gangguan jalan nafas?)

Page 3: AHMAD NUR KHARIRI.docx

Kekurangan oksigen juga bias menyebabkan penurunan berat badan karena

nafsu makan yang berkurang. Tubuh akan sulit berkonsentrasi karena proses

metabolsme terganggu akibat kurangnya suplai oksigen dalam darah (darah akan

mengangkut sari-sari makanan). Hal ini membuktikan bahwa amat berperan dalam

proses metabolisme dan kelangsungan hidup manusia (Devint, 2011). Sumbatan jalan

nafas merupakan salah satu gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen penyebab

kematian utama yang kemungkinan masih dapat di atasi.Penolong harus dapat

mengenal tanda-tanda dan gejala gejala sumbatan jalan nafas dan menanganinya

dengan cepat walaupun tanpa menggunakan alat yang canggih (Rieja, 2010).dapat di

jumpai pada pasien dengan penyakit asma dan tubercolosis. Permasalahan

keperawatan yang timbul akaibat adanya penyakit asma atau tubercolosis adalah

gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen karena bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan sekresi trakeobrocheal yang sangat banyak ( Wurner dan suddart

2002). Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membuat riset tentang

bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret yang

kental.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Nn. ”N” bersihan jalan nafas tidak efektif

dengan asma (Studi kasus di RS “A”)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mampu melakukanasuhan keperawatan pada klien Nn. ”N” bersihan jalan nafas

tidak efektif denganasma (studi kasus di RS ”A”)

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu melakukan :

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dan interpretasi data prioritas klien

untuk masalah bersihan jalan nafas tidak efektif dengan asma.

2. Mahasiswa mampu menetapkan diagnose atau masalah keperawatan dari kasus

asma.

3. Mahasiswa mampu menetapkan rencana asuhan keperawatan untuk kasus

asma.

Page 4: AHMAD NUR KHARIRI.docx

4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dan

rujukan pada kasus asma.

5. Mahasiswa mampu mengevaluasi efektifitas asuhan yang diberikan atau

memperbaiki tindakan yang dipandang perlu

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan oleh institusi maupun profesi dalam

upaya penyempurnaan asuhan keperawatan masalah bersihan jalan nafas tidak

efektif dengan asma.

a. Institusi

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan penyempurnaan

penanganan kasus bersihan jalan nafas tidak efektif dengan asma.

b. Profesi

Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi keperawatan dalam

asuhan keperawatan pada kasus asma. Selain itu agar dapat dijadikan sebagai

bahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan asma,

sehingga dapat dilakukan tindakan segera untuk mengatasi masalah yang

terjadi pada pasien dengan asma.

c. Penulis

Page 5: AHMAD NUR KHARIRI.docx

Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan pengalaman yang lebih

dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya masalah bersihan jalan

nafas tidak efektif pada penderita asma.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Medis

1. DEFINISI

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran

napasa yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan

yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas

dan rasa berat di dada terutama pada malam hari atau dini hari yang umumnya

bersifat revrsibel baik dengan atau tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009)

Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana

trakea dan bronchi berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu

(Smeltzer&Bare, 2002).

Page 6: AHMAD NUR KHARIRI.docx

Asma Bronkial adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh

spame akut otot polos bronkiolus.Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan

penurunan ventilasi alveolus (Huddak & Gallo, 1997).

Jadi dapat disimpulkan bahwa asma adalah penyakit jalan napas obstruktif

yang disebabkan oleh berbagai stimulan, yang ditandai dengan spasme otot polos

bronkiolus.

2. FAKTOR PREDISPOSISI

a) Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui

bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi

biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena

adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma

bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas

saluran pernafasannya juga bisa diturunkan

.

3. FAKTOR PRESIPITASI

a) Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1)   Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, seperti : debu, bulu

binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.

2)   Ingestan, yang masuk melalui mulut, seperti : makanan dan obat-obatan.

3)   Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, seperti : perhiasan,

logam dan jam tangan.

b.    Perubahan cuaca.

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering

mempengaruhi asma.Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor

pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan

dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini

berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

c.    Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain

itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.Disamping gejala

Page 7: AHMAD NUR KHARIRI.docx

asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami

stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah

pribadinya.Karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum

bisa diobati.

d.    Lingkungan kerja.

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan

asma.Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.Misalnya orang yang

bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu

lintas.Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

e.    Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat.

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika

melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling

mudah menimbulkan serangan asma.Serangan asma karena aktifitas biasanya

terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

4. ETIOOGI

Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon

terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran

pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti

serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.

Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan

jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya

peradangan (inflamasi) dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan

memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan

penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya

dapat bernapas.

Sel-sel tertentu di dalam saluran udara, terutama mastosit diduga

bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Mastosit di

sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang

Page 8: AHMAD NUR KHARIRI.docx

menyebabkan terjadinya: kontraksi otot polos - peningkatan pembentukan lendir -

perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit mengeluarkan bahan

tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing

(alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu

binatang.

Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi

yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam

cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan

leukotrien.

Sel lainnya yakni eosinofil yang ditemukan di dalam saluran udara penderita

asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan

penyempitan saluran udara.Asma juga dapat disebabkan oleh tingginya rasio

plasma bilirubin sebagai akibat dari stres oksidatif yang dipicu oleh oksidan.

5. KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,

yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor

pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan

(antibiotik dan aspirin) dan spora jamur.Asma ekstrinsik sering dihubungkan

dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika

ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan diatas, maka akan

terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Instrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap

pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau

bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan

emosi.Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan

Page 9: AHMAD NUR KHARIRI.docx

berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan

emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum.Asma ini mempunyai karakteristik

dari bentuk alergik dan non-alergik.

Berdasarkan tingkat keparahannya, asma dibedakan menjadi :

1. Asma Akut

Disebut asma akut apabila terjadinya bronkospasme sedemikian parah

sehingga pasien sulit bernafas pada kondisi istirahat dan tingkat stress

tertentu pada jantung. Asma akut ditandai dengan nafas yang cepat (>30

kali/menit), dan meningkatnya denyut nadi. Pasien dengan severe acute

asthma, denyut nadinya akan meningkat >110 denyut/menit. Pasien dengan

PER (peak expiratory flow rate <100L/menit akan kesulitan berbicara.

Prinsip pengobatan asma akut adalah mengurangi inflamasi, meningkatkan

brokodilatasi serta menghindari faktor-faktor pemicu asma.Sedangkan

tujuan pengobatan yaitu mengembalikan fungsi saluran pernafasan

(normal), dan mencegah serangan asma akut yang parah.

2. Asma Kronis

Penanganan asma tergantung pada frekuensi dan keparahan gejala asma yang

muncul.Serangan asma yang jarang terjadi dapat ditangani dengan mengobati

setiap serangan bila serangan asma tersebut muncul (hanya jika perlu), tetapi

untuk serangan asma yang lebih sering maka terapi pencegahan perlu

dilakukan.Rute pemberian obat yang lebih disukai adalah inhalasi, sebab

inhalasi memungkinkan obat langsung mencapai organ sasaran dengan dosis

yang lebih kecil, sehingga kemungkinan efek sampng lebih sedikit dan

mempunyai mula kerja yang cepat dan lebih efektif mencegah

bronkokonstriksi.Ada dua macam obat yang digunakan sebagai bronkodilator,

penyekat β 2 selektif (salbutamol dan terbutaline) dan non selektif (adrenaline,

isoprenaline, orciprenaline).Pemakaian bronkodilator non selektif saat ini

dihindari karena obat-obat tersebut dapat menimbulkan toksisit; kardia,

meskipun pemakaian bronkodilator yang penyekat β2 selektif juga dapat

menyebabkan takikardi dan palpitasi tergantung pada dosis yang digunakan.

Page 10: AHMAD NUR KHARIRI.docx

6. PATOFISIOLOGIS

Asma bronchial adalah obstruksi jalan nafas difusi reversible obstruksi

disebabkan oleh hal-hal seperti : kontraksi otot yang mengelilingi bronki yang

menyebabkan penyempitan jalan nafas, pembengkakan membran yang melapisi

bronki dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak dihasilkan

dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara yang terperangkap di dalam

jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui tetapi ada

yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf

otonom.

Sistem saraf otonom mempersarafi paru.Tonus otot bronchial diatur oleh influs

saraf vegal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau non alergi,

ketika ujung saraf pada ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor-faktor

seperti infeksi, latihan, daging, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolon

yang dilepaskan meningkat menyebabkan berkonstruksi juga merangsang,

pembentukan mediator kimiawi.

Selain itu, reseptor α dan β adrenerik dari sistem saraf simpatik terletak pada

bronki ketika reseptor α adrenerik dirangsang, bronkokontriksi dan

bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β adrenergik dirangsang.Keseimbangan

antara reseptor α dan α adrenergic dikendalikan terutama oleh siklik adenosine

monofosfat (cAMP) stikulasi reseptor α mengakibatkan penurunan cAMP yang

mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast

bronkokonstriksi stimulasi reseptor β mengakibatkan peningkatan cAMP, yang

menghambat pelepasan mediator kimiawi yang menyebabkan

bronkodilatasi.Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan β adrenergik terjadi

pada individu dengan asma akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan

pelepasan mediator otot kolus. (Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah, hal 611.)

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan

psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-

otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya

kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga

terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh

berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan

Page 11: AHMAD NUR KHARIRI.docx

ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi

darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada

asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi

mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal

dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi

dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel

mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan

brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody

Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah

terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai

macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang

merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek

gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada

dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen

bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan

saluran napas menjadi sangat meningkat.

Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada

selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi menekan

bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka

sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan

obstruksi berat terutama selama ekspirasi.Pada penderita asma biasanya dapat

melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan

ekspirasi.Hal ini menyebabkan dispnea.Kapasitas residu fungsional dan volume

residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran

mengeluarkan udara ekspirasi dari paru.Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

7. TANDA DAN GEJALA (Manifestasi Klinis)

Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkhial adalah :

Batuk kering (tidak produktif) karena secret kental dan saluran jalan nafas

sempit.

Dispnea ditandai dengan pernafasan cuping hidung, retraksi dada.

Page 12: AHMAD NUR KHARIRI.docx

Pernafasan berbunyi (wheezing/mengi/bengek) terutama saat

mengeluarkan nafas (exhalation).

Rasa berat dan kejang pada dada sehingga napas jadi terengah-engah

Biasanya disertai batuk dengan dahak yang kental dan lengket

Tachypnea, orthopnea.

Gelisah dan cemas.

Diaphorosis.

Nyeri di abdomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan.

Lelah.

Fatigue.

Tidak toleren terhadap aktivitas : makan, berjalan, bahkan berbicara.

Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada,

disertai pernafasan lambat.

Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi.

Kecemasan labil dan perubahan tingkat kesadaran.

Sianosis sekunder.

Duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu

pernafasan bekerja dengan keras.

Gerak-gerik retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardi dan

pelebaran tekanan nadi.

Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan

dapat hilang secara spontan. (Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah, hal 612).

8. PENATALAKSANAAN

Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah :

Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.

Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetus serangan asma.

Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai

penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya

sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama

dengan dokter atau perawat yang merawatnya.

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1. Pengobatan non farmakologik:

Page 13: AHMAD NUR KHARIRI.docx

a. Memberikan penyuluhan

b. Menghindari faktor pencetus

c. Pemberian cairan

d. Fisiotherapy

e. Beri O2 bila perlu.

2. Pengobatan farmakologik :

a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2

golongan:

Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)

Nama obat :

- Orsiprenalin (Alupent)

- Fenoterol (berotec)

- Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,

sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered

dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin

Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,

Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi

aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.

Santin (teofilin)

Nama obat :

- Aminofilin (Amicam supp)

- Aminofilin (Euphilin Retard)

- Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi

cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan

efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin /

aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan

langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk

tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya

penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila

minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara

pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika

Page 14: AHMAD NUR KHARIRI.docx

penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah

atau lambungnya kering).

b. Kromolin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah

serangan asma.Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama

anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang

lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaiansatu bulan.

c. Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya

diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari.Keuntungan obat ini adalah

dapat diberikan secara oral.

9. PENGOBATAN ASMA

Pada prinsipnya tata cara pengobatan asma dibagi atas :

a. Pengobatan asma jangka pendek

Pengobatan diberikan pada saat terjadi serangan asma yang hebat, dan

terus diberikan sampai serangan merendah, biasanya memakai obat-obatan

yang melebarkan saluran pernapasan yang menyempit.Tujuan pengobatannya

untuk mengatasi penyempitan jalan napas, mengatasi sembab selaput lendir

jalan napas, dan mengatasi produksi dahak yang berlebihan.

b. Pengobatan asma jangka panjang

Pengobatan diberikan setelah serangan asma merendah, karena tujuan

pengobatan ini untuk pencegahan serangan asma.Pengobatan asma diberikan

dalam jangka waktu yang lama, bisa berbulan-bulan sampai bertahun-tahun,

dan harus diberikan secara teratur.Penghentian pemakaian obat ditentukan

oleh dokter yang merawat. Pengobatan ini lazimnya disebut sebagai

immunoterapi, adalah suatu sistem pengobatan yang diterapkan pada penderita

asma/pilek alergi dengan cara menyuntikkan bahan alergi terhadap penderita

alergi yang dosisnya dinaikkan makin tinggi secara bertahap dan diharapkan

dapat menghilangkan kepekaannya terhadap bahan tersebut (desentisasi) atau

mengurangi kepekaannya (hiposentisisasi).

Ada beberapa macam terapi untuk menghindari asma, seperti :

a. Terapi herba

Page 15: AHMAD NUR KHARIRI.docx

Penggunaan herba untuk menyembuhkan penyakit.Misalnya astragalus

membranacious, glycyrrhza glabara dan tanacetum parthenium.

b. Terapi nutrisi

Pemilihan nutrisi atau zat makanan untuk membantu

penyembuhan.Misalnya, vitamin C untuk menaikkan imunitas dan sebagai

anti oksidan serta anti radang.Vitamin E sebagai antioksidan dan

memperlambat degenerasi.Srta selenium untuk meningkatkan fagositik sel

darah putih dan menghambat produksi prostaglandin.

c. Berenang

Udara kolam renang yang lembab dan basah baik untuk penderita asma.

d. Aromaterapi

Minyak atsiri untuk melegakan pernafasan, merelaksasi dan melebarkan

saluran pernafasan.

e. Akupuntur

Merupakan terapi dengan menusukkan jarum ke titik-titik tubuh tertentu.

f. Akupresur

Menggunakan pemijatan benda tumpul dan keras atau dengan jari sebagai

pengganti jarum. Prinsipnya sama dengan akupuntur.

2.2 Teori Manajemen Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian Keperawatan

Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode proses

keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Pengkajian

Pengkajian pada asma terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan

fisik.Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah sesak secara akut dengan bunyi

nafas mengi. (Muttaqin, 2011: 464)

Pengkajian pada Klien Asma

a. Anamnesa

Identitas klien

Page 16: AHMAD NUR KHARIRI.docx

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,

status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.

Register, tanggal MRS,diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

Keluhan yang membuat klien dibawa kerumah sakit.Manifestasi klinis

berupa sesak, bunyi nafas mengi, sianosis, retraksi intercosta (+), perubahan

tingkat kesadaran, dan peningkatan ansietas.

c. Riwayat Penyakit sekarang

1) Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala sesak dan apa yang telah

dilakukan .

2) Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat sesak akut menjadi teras lebih

berat karena pasien cemas.

3) Kualitas, seberapa sesak, awitan,badan terasa lemah, sehingga

mengganggu aktivitas sehari-hari.

4) Regional, Batuk keras, kering : batuk produktif sulit. Skala atau

keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan

aktivitas sehari-hari.

5) Timing, gejala sesak ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena

alergi atau faktor lain.

d. Riwayat penyakit dahulu

Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.

Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ factor lingkungan.

Kaji riwayat pekerjaan pasien.

Aktivitas :

Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.

Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan

melakukan aktivitas sehari-hari.

Tidur dalam posisi duduk tinggi.

Pernapasan :

Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.

Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.

Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,

melebarkan hidung.

Adanya bunyi napas mengi.

Page 17: AHMAD NUR KHARIRI.docx

Adanya batuk berulang.

Sirkulasi :

Adanya peningkatan tekanan darah.

Adanya peningkatan frekuensi jantung.

Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.

Kemerahan atau berkeringat.

Integritas ego :

Ansietas

Ketakutan

Peka rangsangan

Gelisah

Asupan nutrisi :

Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.

Penurunan berat badan karena anoreksia.

Hubungan sosial :

Keterbatasan mobilitas fisik.

Susah bicara.

Adanya ketergantungan pada orang lain.

Seksualitas :

Penurunan libido

e. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting

karena setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda,

sehingga pendekatan pengkajian fisik dan tindakan harusnya disesuaikan

dengan pertumbuhan dan perkembangan.

f. Riwayat kesehatan keluarga

1) Penyakit

Apakah ada anggota keluarga yang menderita asma atau tidak.

2) Lingkungan rumah dan komunitas

Lingkungan dan komunitas bisa menjadi factor gejala jika terdapat

sumber-sumber alergen.

3) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

Stres dan kelelahan aktifitas yang berlebihan akan memicu terjadinya

sesak secara akut.

Page 18: AHMAD NUR KHARIRI.docx

4) Persepsi keluarga

Kondisi lemah dan sesak yang akut perlu suatu keputusan untuk

penanganan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan

dan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).

g. Pola fungsi kesehatan

1) Pola nutrisi

Makanan yang dapat memicu terjadinya alergi sebaiknya di hindari untuk

mengurangi resiko terjadinya sesak secara akut.

2) Pola eliminasi

BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau).BAK perlu dikaji untuk output.

3) Pola istirahat

Susah untuk beristirahat karena merasakan kecemasan akibat sesak.

h. Pola aktivitas

Klien nampak lemah, gelisah, untuk beraktivitas.

Pemeriksaan Fisik

a. Sistem neurologi

1) Subjektif: klien sadar, merasa gelisah.

2) Inspeksi: keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu

dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau

tidak tampak sakit. Kesadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen,

delirium, stupor dan koma.

3) Palpasi: adakah parese, anastesia

4) Perkusi: refleks fisiologis dan refleks patoligis

b. Sistem penginderaan

1) Subyektif: klien merasa mata berkunang-kunang.

2) Inspeksi:

Kepala, ekstremitas muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-)

warna dan distribusi rambut serta kondisi kulit kepala.

Page 19: AHMAD NUR KHARIRI.docx

Mata, amati mata konjungtiva adakah enemis, sklera adakah

icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau

midriasis.

Hidung, nampak adanya pernafasan cuping hidung.

Telinga, adakah infeksi telinga (OMA,OMP) berpengaruh pada

kemungkinan infeksi parenteral yang pada akhirnya menyebabkan,

terjadinya Asma.

Telinga, nyeri tekan, mastoiditis.

c. Sistem integumen

1) Subyektif: kulit lembab

2) Inspeksi: lembab, sekresi sedikit, selaput mukosa kering.

3) Palpasi: berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik

= dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan >2 detik = dehidrasi

berat.

d. Sistem kardiovaskuler

Terjadi : pekak jantung mengecil, takikardi.

e. Sistem pernafasan

1) Subyektif: sesak

2) Inspeksi: dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke

bawah.

3) Palpasi: Vokal Fremitus kanan=kiri

4) Perkusi: Hipersonor

5) Auskultasi: terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.

f. Sistem pencernaan

1) Subyektif: haus

2) Inspeksi: BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3

kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendir atau darah. Kontur

permukaan kulit menurun, retraksi (-) dan kesimetrisan abdomen.

3) Auskultasi: bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope),

peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi detik.

4) Perkusi: mendengar adanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak

membesar suara tymphani.

5) Palpasi: adakah nyeri tekan, superfisial pembuluh darah, massa (-)

6) Hepar dan lien tidak teraba.

Page 20: AHMAD NUR KHARIRI.docx

g. Sistem perkemihan

1) Subyektif: kencing sedikit lain dari biasanya atau tidak.

2) Inspeksi: testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labia mayor

menutupi labia minor, pembesaran scrotum (-), rambut (-). BAK,

frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau

menggunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.

3) Palpasi: adakah pembesaran scrotum, infeksi testis atau femosis.

h. Sistem muskuloskeletal

1) Subyektif: lemah

2) Inspeksi: klien tampak lemah, aktivitas menurun

3) Palapasi: hipotoni, kulit lembab, kemudian dilanjutkan dengan

pengukuran berat badan dan tinggi badan.

A. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret berlebih.

a. Definisi

Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah Ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna

mempertahankan jalan napas yang bersih

Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan

sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga bersihan jalan

napas (Nanda, 2005)

b. Batasan karakteristik:

1) Mayor (mungkin ada)

Batuk tidak efektif atau tidak ada batuk

Ketidakmampuan mengeluarkan sekresi jalan nafas

2) Minor (mungkin ada)

Bunyi napas tambahan

Perubahan dalam frekuensi napas

Perubahan dalam irama pernapasan

Sianosis

Kesulitan bersuara

Penurunan bunyi napas

Dyspnea

Sputum terlalu banyak

Page 21: AHMAD NUR KHARIRI.docx

Batuk tidak efektif

Orthopnea

Kegelisahan

Mata terbelalak ( melihat )

B. Intervensi Dan Rasional keperawatan

Intervensi dan Rasional :

1. Catat tanda-tanda vital pasien seperti nadi dan nafas

R : mengetahui keadaan umum pasien dan perkembangannya

2. Catat perubahan upaya dan pola nafas

R : penggunaan otot intercostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan

peningkatan upaya pola bernafas

3. Kaji frekuensi/kedalamam pernafasan dan gerakan dada

R : takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak     simetris, sering terjadi

karena ketidaknyamanan gerakan dinding dan atau cairan paru

4. Auskultasi bunyi nafas, catat adaanya nafas tambahan, misal : whezzing, ronchi

R : whezzing, ronchi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap

pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan nafas/obstruksi

5. Berikan posisi nyaman/semi flower

R : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan

6. Bantu jalan nafas dalam dan batuk efektif

R : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru, batuk efektif

meningkatkan pengeluaran sekret

7. Bantu dengan memberikan fisioterapi dada misalnya : drainase postural,

clapping/vibrasi

R : meningkatkan eliminasi sekret paru kedalam sentral bronchus, dimana dapat lebih 

siap dibatukkan atau dihisap keluar

8. Beri minum hangat

R : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronchus, memobilisasi dan

mengeluarkan sekret

9. Observasi karakteristik batuk

R : batuk dapat menetap tetapi tidak efektifkhususnya bila pasien lansia

10. Catat jumlah, warna dan konsistensi sekret

Page 22: AHMAD NUR KHARIRI.docx

R : perubahan karakter sekret dapat menunjukkan terjadinya masalah

11. Awasi nadi oksimetri dan foto dada

R : mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit serta memudahkan pilihan terapi

yang diperbolehkan

C. Evaluasi (Tarwoto,2006:18)

1. Saluran pernafasan pasien menjadi baik

2. Pasien dapat mengeluarkan sekret

3. Suara nafas dan keadaan kulit menjadi normal

BAB III

METODEOLOGI PENULISAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian diskiptif

dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. Studi

kasus yaitu studi yang dilaksanakan dngan cara meneliti suatu permasalahan

melalui suatu kasus yeng terdiri unit tunggal. Unit tunggal disini dapat berati satu

orang. Unit yang menjadi masalah tersebut secara mendalam dianalisa baik dari

segi yang berhubungan dengan kasusnya sendiri, faktor resiko, yang

mempengaruhi, kejadian yang berhubungan dengan kasus maupun tindakan, dan

reaksi dari kasus maupun tindakan dan reaksi dari kasus terhadap suatu perilaku

Page 23: AHMAD NUR KHARIRI.docx

atau pemaparan tertentu. Meskipun yang diteliti dalam kasus tersebut hanya

berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam. Tujuan dari penelitian

studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang

keadaan sekarang sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu,

kelompok, lembaga atau masyarakat, (Setiadi, 2007:131). Dalam penelitian ini

menggunakan penelitian deskriptif untuk membuat gambaran tentang asuhan

keperawatan pada pasien Demam Tifoid dengan masalah resiko tinggi kebutuhan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian diskiptif

dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. Studi

kasus yaitu studi yang dilaksanakan dngan cara meneliti suatu permasalahan

melalui suatu kasus yeng terdiri unit tunggal. Unit tunggal disini dapat berati satu

orang. Unit yang menjadi masalah tersebut secara mendalam dianalisa baik dari

segi yang berhubungan dengan kasusnya sendiri, faktor resiko, yang

mempengaruhi, kejadian yang berhubungan dengan kasus maupun tindakan, dan

reaksi dari kasus maupun tindakan dan reaksi dari kasus terhadap suatu perilaku

atau pemaparan tertentu. Meskipun yang diteliti dalam kasus tersebut hanya

berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam. Tujuan dari penelitian

studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang

keadaan sekarang sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu,

kelompok, lembaga atau masyarakat, (Setiadi, 2007:131). Dalam penelitian ini

menggunakan penelitian deskriptif untuk membuat gambaran tentang asuhan

keperawatan pada pasien Asma dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat : RSUD ”A”

2. Ruang : ruang Teratai

3. Waktu : 21 april 2013

C. Subjek penelitian:Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti

Page 24: AHMAD NUR KHARIRI.docx

(Arikunto,2006). Subjek dalam penelitian ini adalah klien Nn N dengan penyakit

Asma dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.

D. Jenis Data:

1. Data primer

Data yang didapatkan langsung dari klien dan keluarga dengan

menggunakan metode wawancara secara lisan atau bercakap cakap berhadapan

muka dengan klien dan keluarga klien.

2. Data sekunder

dilakukan dengan cara melihat atau mencatat hasil dokumentasi dari

rekam medic yang ada dan catatan perkembangan harian klien (Setiadi,

2007:132).

(Nursalam, 2008 : 31)

3. Teknik Pengambilan Data :

wawancara

observasi langsung

studi dokumen rekam medik.

E. Pengumpulan Data dan Analisa Data

a. Instrumen Penelitian

Adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data

penelitian (Arikunto, 2006). Format yang dimaksud terdiri dari pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

b. Pengumpulan Data

1) Proses pengumpulan data didahului dengan prosedur birokrasi atau surat

perijinan dari Direktur Dharma Huasada Kediri ditujukan kepada ......

Setelah itu menunggu balasan dari ....

2) Cara pengumpulan data dimulai dari peneliti mencari klien yang sesuai

dengan kasus atau judul penelitiannya. Setelah klien yang sesuai ditemukan,

peneliti melakukan tindakan preorientasi atau memperkenalkan diri serta

menjelaskan maksud dan tujuan pada klien. Kemudian lebih lanjut peneliti

melakukan inform consent berkaitan dengan meminta kesediaan klien untuk

Page 25: AHMAD NUR KHARIRI.docx

dijadikan subyek peneliti secara sukarela tanpa keterpaksaan. Setelah klien

menyatakan kesediannya untuk menjadi subyek penelitian maka peneliti

harus meminta bukti kesediaan kien secara tertulis dengan menandatangani

surat persetujuan menjadi subyek penelitian. Setelah persetujuan

didapatkan, peneliti mulai melakukan pengkajian pada klien kemudian

merumuskan diagnosa keperawtan, menyusun rencana keperawatan,

melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana dan mengevaluasi hasil

dari tindakan keperawatan.

c. Analisa Data

Analisa data dilakukan secara diskriptif menggunakan prinsip-prinsip

manajemen asuhan keperawatan.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Informed concent ( surat persetujuan )

Sebelum pengambilan data dilakuka, peneliti memperkenalkan diri,

memberikan penjelasan tentang judul studi kasus. Deskripsi tentang tujuan

pencatatan, menjelaskan hak dan kewajiban responden. Setelah dilakukan

penjelasan pada responden peneliti melakukan persetujuan sesuai dengan

responden tentang dilakukanya penelitian.

b. Anominity ( tanpa nama )

Peneliti melindungi hak-hak dan privasi responden, nama tidak digunakan

serta menjaga kerahasiaan responden, peneliti hanya menggggunakan inisial

sebagai identitas.

c. Confidentiality ( kerahasiaan )

Semua informasi yang diberikan responden kepada peneliti akan tetap

dirahasiakan.

d. Bebas dari penderitaan ( peneliti ini dalaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan pada subjek).

Page 26: AHMAD NUR KHARIRI.docx

Peneliti harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada sunjrk

khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

e. Bebas dari eksploitasi ( partisipasi responden dalam penelitian tindakan

digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan dalam bentuk apapun ).

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindari dari keadaan yang

tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam

penelitian atau informasi yang telah diberikan, tindakan dipergunakan dalam

hal-hal yang dapat merugikan dalam bentuk apapun.

f. Resiko ( peneliti telah mempertimbangakan resiko dan keuntungan setiap

tindakan yang dilakukan responden).

Peneliti harus berhati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

g. Right to selt determination ( subjek penelitian tidak boleh dipaksa untuk

menjadi responden tanpa ada sanksi apapun ).

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa

adanya sanksi apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika

mereka seorang klien.

h. Right to full disclosure ( subjek memiliki hak untuk mendapatkan jaminan dari

perlakuan yang diberikan).

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci dan

bertanggungjawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

i. Right in fair treatment ( subjek harus diperlakukan secara adil sebelum,

selama, dan setelah penelitian dilaksanakan tanpa ada diskriminasi walau klien

drop out dar ipenelitian).

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selam, dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila

ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

j. Right to privacy ( hak untuk dijaga kerahasiaanya).

Sunjek mempunyai hak untuk menerima bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama dan rahasia. (Hidayat,

2006:95)

Page 27: AHMAD NUR KHARIRI.docx

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media

Acsulapius. FKUI. Jakarta.

Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga.

BalaiPenerbit FKUI. Jakarta

Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.

Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

Carpenito, Lynda Juall ( 1998). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Tarwoto(2006). Kebutuhan Dasar Manusia  dan Proses Keperawatan. Jakarta :

salemba Medika

Brunner and Sudarth. ( 2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC