nabi musa pernah ditegur karena lakukan kesombongan intelektual
TRANSCRIPT
1
Nabi Musa a.s. pun Pernah Ditegur oleh Allah
Karena 'Kesombongan Intelektual'
Sifat sombong (al-kibr) dan menyombongkan diri (al-takabbur)
merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Kesombongan, menurut
Ghazali, bermula dari kekaguman seseorang kepada diri sendiri (al-`ujb), lalu
memandang rendah orang lain. Sifat sombong merupakan sikap batin yang
terejawantahkan dalam perbuatan dan tindakan yang cenderung destruktif dan diskriminatif.
Penyakit yang satu ini, menurut al-Ghazali, patut diwaspadai, karena
tak hanya menyerang manusia secara umum, tetapi justru lebih banyak menyerang orang-orang pandai, para pakar, termasuk para ulama, kecuali
sedikit orang dari mereka yang mendapat bimbingan dan petunjuk dari Allah SWT.
Nabi Musa a.s. konon dianggap telah melakukan "kesombongan intelektual" ketika beliau berkata, "ana a`lam al-qaum" (akulah orang paling
pandai di negeri ini).1 Sepintas lalu, pernyataan ini dapat dianggap wajar karena dikemukakan oleh seorang Nabi yang ditugaskan Allah SWT untuk
membebaskan rakyat Mesir dari perbudakan Raja Firaun. Namun, Allah SWT memandang pernyataan Musa a.s. itu berlebihan.
Karena itu, Nabi Musa a.s. ditegur oleh Allah dan diberi pembelajaran
melalui dua cara.
Pertama, Nabi Musa a.s. dipertemukan dengan seorang (Khidhir)2 yang
memiliki tingkat pengetahuan dan kearfian yang jauh lebih tinggi dari Musa.
Seperti diceritakan secara panjang lebar dalam surah al-Kahfi, Nabi Musa a.s. seakan-akan ‘dipelonco’ oleh Khidhir karena ia tak memiliki wawasan keilmuan
seluas Khidhir, baik secara filosofis maupun epistemologis. Akhirnya, Khidhir terpaksa meninggalkan Musa a.s. seraya berkata,
قال إنك لن تستطيع مع صبا
1As-Suyuthi, Ad-Durr al-Mantsûr Fî at-Tafsîr bi al-Ma’tsûr, juz XI, 255. 2Al-Khidhr (Arab: رضحلا , Khadr, Khader, Khadhir) adalah seorang nabi
misterius yang dituturkan oleh Allah dalam kitab suci al-Qur'an, uatamanya dalam QS al-Kahfi/18: 65-82. Selain kisah tentang Nabi Khdhir yang mengajarkan tentang ilmu dan kebijaksanaan kepada Nabi Musa a.s., asal usul dan kisah lainnya tentang Nabi Khidir tidak banyak disebutkan.
2
"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku." (QS al-
Kahfi/18: 67).
Kedua, Allah mengajarkan kepada Nabi Musa a.s. doa yang berisi etos
dan moral seorang ilmuwan (intelektual). "Rabbi zidnî `ilman" (Ya Allah
tambahkan kepadaku ilmu pengetahuan)3. Doa ini diajarkan juga kepada Nabi
Muhammad s.a.w. dan selanjutnya kepada kita semua, orang-orang beriman. (Lihat QS Thâha/20: 114)
Doa ini penting, karena mengajarkan kepada kita beberapa etika
keilmuan. Pertama, etos dan moral intelektual adalah belajar, menemukan kebenaran, dan mengembangkan ilmu. Kedua, ilmu pengetahuan bersifat
dinamis, tumbuh dan berkembang (growing and developing) setingkat dengan
kerja ilmiah para ilmuwan. Ketiga, apa yang telah diketahui pasti lebih sedikit daripada yang belum diketahui. Kenyataan inilah yang membuat para ilmuwan
tak boleh sombong, tetapi harus rendah hati (tawadhu’).
Socrates, filosof Yunani, pernah menunjukkan sikap rendah hati itu sewaktu ia berkata, "I only know that I don't know." (Aku hanya tahu bahwa aku
tidak tahu). Imam asy-Syafii, lebih tawadhu’ lagi. Disebutkan, setiap kali beliau
memeroleh tambahan ilmu, beliau selalu menangis, karena makin sadar betapa
banyak ilmu yang belum diketahuinya.
Agar tidak seperti ‘katak dalam tempurung’, para ilmuwan harus belajar dan menumbuhkan sikap rendah hati, persis seperti pesan doa yang
diajarkan oleh Allah SWT kepada Nabi Musa a.s. di atas. Logikanya begini, kalau sifat rendah hati datang, maka segala bentuk kesombongan dan arogansi
pasti menghilang.4
Wallâhu A`lam bi ash-Shawâb.
3Ar-Razi, Mafâtîh al-Ghaib, juz XXII, hal. 36. 4Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Madârij as-Sâlikîn, juz II, hal. 333)
berkata: “Barangsiapa yang ‘angkuh’ untuk tunduk kepada kebenaran walaupun datang dari anak kecil atau orang yang dimarahinya atau yang dimusuhinya, maka kesombongan orang tersebut esensi (hanyalah) kesombongan kepada Allah. Karena Allah adalah al-Haq, ucapan-Nya haq, agama-Nya haq. Yang Benar (al-Haq) itu datangnya hanya dari Allah dan kepada-Nya akan kembali. Barangsiapa menyombongkan diri untuk tidak menerima ‘kebenaran’ yang datang dari Allah, berarti ‘dia’ menolak segala yang datang dari Allah dan menyombongkan diri di hadapan-Nya. Dan, ‘pasti’ Allah akan membalasnya dengan ‘azab’ yang pedih.
3
(Dikutip dan diselaraskan dari tulisan Dr .A. Ilyas Ismail, M.A. Rabu, 21 September 2011, dalam http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/hikmah/11/09/20/lrtvu7-nabi-musa-pernah-ditegur-karena-lakukan-kesombongan-intelektual. Tulisan ini juga telah dimuat “Republika” Edisi Cetak,
Rabu, 21 September 201, dengan judul: “Kesombongan Intelektual”)