perkembangan intelektual pada fase remaja
DESCRIPTION
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaTRANSCRIPT
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
PADA FASE REMAJA
OLEH :
KELOMPOK 5 :
1. NI KETUT OPAYANTI
(1315057002)
2. ASGAR ARGA WIGUNA
(1315057016)
3. I MADE ERI DWISANTIKA
(1315057026)
4. I WAYAN GEDE KESUMA DANA
(1315057028)
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
i
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2013
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Perkembangan Intelektual Pada
Fase Remaja”.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini, semoga makalah ini
bermanfaat untuk memberikan.
Singaraja, Desember 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masa Remaja.................................................................................................. 3
2.1.1 Batas Masa Remaja............................................................................ 4
2.2 Pengertian Intelektual..................................................................................... 5
2.3 Perkembangan Intelektual Fase Remaja..........................................................7
2.3.1 Pemikiran Operasional Formal........................................................... 9
2.3.2 Kognisi Sosial..................................................................................... 9
2.3.3 Pengambilan Keputusan....................................................................11
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Intelektual.............................. 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 15
3.2 Saran............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang individu dalam rentang kehidupannya di dunia ini harus melalui
berbagai macam masa seiring perkembangan usia mereka. Dalam setiap masa memiliki
tugas-tugas perkembangan masing-masing dan menghadapi bagaimana perubahan yang
terjadi dalam perkembangan usianya. Hal ini berbeda antara masa satu dengan masa
yang lainnya. Masing-masing individu dituntut untuk dapat menyelesaikan setiap tugas
perkembangannya dan mengetahui ciri dan karakteristik sesuai dengan tahapan masa
yang dilaluinya dan rentang usia yang sudah ditentukan pada tiap masa tersebut.
Seorang individu dapat dikatakan berhasil apabila ia telah melewati masanya
dengan baik dan menyelesaikan tugas perkembangannya dengan tepat waktu. Apabila
individu tersebut tidak dapat atau mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas
perkembangannya, maka individu tersebut akan mengalami gangguan atau
ketidakbahagiaan baik dalam aspek fisik, kognitif, emosi, sosial, maupun spiritualnya.
Dari seluruh fase yang terjadi selama rentang kehidupan, salah satu masa yang
memegang peranan penting dalam perkembangan seorang individu adalah masa bayi.
Masa bayi disebut sebagai salah satu fase terpenting karena selama masa ini seorang
individu mulai belajar dan memahami berbagai macam hal-hal dan pengalaman baru
tentang dirinya. Setelah masa bayi dilanjutkan pada masa balita dan anak-anak.
Di balik semua masa itu, ada tuntutan tersendiri yang wajib dicapai seorang
individu setelah melalui masa itu, yaitu menjadi individu yang akan meninggalkan masa
anak-anak menuju kedewasaan. Masa ini biasa disebut masa remaja. Dari masa inilah
yang menentukan kepribadian seorang individu dan menemukan jawaban yang tepat
atas dirinya. Untuk dapat mencapainya, individu-individu yang berusia remaja terlebih
dahulu harus memahami apa saja tugas-tugas perkembangan bagi usia remaja dan
mengetahui apa yang terjadi didalam masa tersebut agar dapat memenuhi tugas-tugas
perkembangannya, memahami kondisi yang dialami, dan siap menjalani masa
selanjutnya. Selain itu seorang individu juga mengetahui apa yang harus diperhatikan,
karena masa-masa ini adalah masa ingin mencari kebebasan yang membuat kecemasan
orang tua atas diri anaknya yang menginjak usia remaja.
1
Terdorong akan rasa keingintahuan serta kenyataan seperti yang tersebut di atas
itulah dipilih topik mengenai perkembangan masa usia remaja sebagai bahan kajian
dalam pembuatan makalah kali ini. Selanjutnya, hasil pengkajian tersebut, diuraikan
dalam makalah berjudul “Perkembangan Intelektual Pada Fase Remaja”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian masa remaja ?
2. Apa pengertian intelektual ?
3. Bagaimana perkembangan intelektual fase remaja ?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan intelektual ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian masa remaja.
2. Untuk mengetahui pengertian intelektual.
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan intelektual fase remaja.
4. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan
intelektual.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Masa Remaja
Masa remaja atau yang sering dikenal dengan istilah “Adolesense” yang
berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Secara psikologis, masa remaja
adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana
anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
ditingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integritas dalam
masyarakat mempunyai banyak aspek kurang lebih berhubungan dengan masa puber,
termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang
khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integritas dalam
hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum
dari periode perkembangan ini.
Masa remaja adalah masa yang sangat menentukan dalam pembentukan
karakter manusia untuk menempuh perkembangan pada masa berikutnya, sehingga
sebagian psikolog mengatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi yang dapat
diarahkan pada masa dewasa yang sehat. Jika saja seseorang gagal mengembangkan
tugas menemukan identitasnya pada masa remaja, maka mereka akan kehilangan
arah. Mereka akan mengembangkan prilaku menyimpang (telinquent), melakukan
kriminalitas atau bahkan menutup diri (mengisolasi diri) dari pergaulan kehidupan
masyarakat karena tidak menduduki posisi yang harmonis dalam masyarakat.
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pada masa remaja adalah
hereditas, keturunan dan lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan disini
adalah lingkungan sosial teman sebaya atau teman dalam pergaulan. Faktor utama
yang menentukan daya tarik hubungan interpersonal diantara remaja adalah adanya
kesamaan dalam minat, nilai-nilai pendapat serta sifat-sifat kepribadian.
Masa remaja memiliki sifat kontinuitas dan diskontinuitas dengan masa
kanak-kanak. Salah satu bentuk kontinuitasnya adalah gen yang diwariskan orang tua
masih mempengaruhi pemikiran dan perilaku remaja, tetapi pada masa remaja, gen
berinteraksi dengan kondisi sosial dunia remaja seperti keluarga, teman sebaya,
persahabatan, pengalaman bersekolah, dan lain-lain (Santrock, 1995). Kemudian,
3
bentuk diskontinuitas masa remaja dengan anak-anak terletak pada rangsangan yang
membangkitkan emosi dan derajat individu, khususnya pengendalian latihan individu
terhadap ungkapan emosi mereka (Hurlock, 1980). Jika pada masa kanak-kanak kita
dapat mengamati seorang anak memperlihatkan bentuk emosi kepada perilaku
nampak (merengek, marah, dan lain-lain.), di masa remaja kita akan melihat individu
meluapkan emosinya dengan perilaku yang berbeda dari masa kanak-kanaknya
seperti menggerutu, mengalihkan emosi dengan bercerita pada teman sebaya..
Pemikiran individu pada saat mereka masuk ke dalam tahap perkembangan
remaja menjadi semakin abstrak, logis dan idealistis. Remaja lebih mampu menguji
pemikiran diri mereka sendiri maupun orang lain dan apa yang dipikirkan oleh orang
lain tentang diri mereka serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia
sosial. Satu hal yang pasti tentang aspek psikologis dari perubahan fisik remaja
adalah bahwa remaja disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra
individual mengenai gambaran tubuh mereka. Kemudian, hal yang perlu kita ingat
adalah dunia seorang anak remaja meliputi perubahan social, kognitif dan perubahan
fisik. Sama seperti semua periode perkembangan, proses-proses ini bekerja bersama
untuk menghasilkan siapa kita dimasa remaja (Block, 1992; Eccles & Buchanan,
1992).
2.1.1 Batas Masa Remaja
Terdapat berbagai pendapat mengenai batas dan ukuran tentang kapan
mulainya dan kapan berakhirnya masa remaja itu. Menurut Harold Alberty (1957:86)
periode masa remaja itu kiranya dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu
periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang semenjak
berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datangnya masa dewasanya. Para ahli
umumnya sependapat bahwa rentang masa remaja berlangsung dari sekitar 11-13
tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang. Batas masa
remaja Menurut Kartono (1990), dibagi tiga yaitu :
1. Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan
perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia
luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi
4
namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada
masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan
merasa kecewa.
2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa
remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan
badaniah sendiri.Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan
perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis.
3. Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal
dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan
keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan
hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola
yang jelas yang baru ditemukannya.
2.2 Pengertian Intelektual
Istilah intelek berasal dari bahasa Inggris, intellect yang menurut Chaplin
(1981) diartikan sebagai :
1. Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan
menilai, dan kemampuan mempertimbangkan;
2. Kemampuan mental atau itelegensi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian intelek tidak
berbeda dengan pengertian inteligensi yang memiliki arti kemampuan untuk
melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru.
Piaget membangi empat tahapan perkembangan intelektual/kognitif, yaitu (1)
tahap sensori motoris, (2) tahap praoperasional, (3) tahap operasional konkret dan (4)
tahap operasional formal. Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai
perwujudan kemampuan intelek individu sesuai dengan tahap perkembangannya.
Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan intelek tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Karakteristik Tahap Sensori-Motoris
5
Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut
:
a. Segala tindakannya masih bersifat naluriah
b. Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra
c. Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum
mampu untuk mengategorikan pengalaman
d. Individu mulai belajar menangani objek-objek konkret melalui skema-
skema sensori-motorisnya.
2. Karakteristik Tahap Praoperasional
Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai
berikut :
a. Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai
informasi
b. Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan
ide-ide
c. Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu
peristiwa konkret, meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat
d. Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah laku
3. Karakteristik Tahap Operasional Konkret
Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa
segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana
kenyataan yang mereka alami. Jadi, cara berpikir individu belum menangkap
yang abstrak meskipun cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis.
Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses mengalami
sendiri. Artinya, mudah memahami konsep kalau pengertian konsep itu dapat
diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut.
4. Karakteristik Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai
berikut :
a. Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan
abstraksi.
b. Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak.
6
c. Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat
hipotesis.
d. Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa
depan.
e. Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga
kesadaran diri sendiri tercapai.
f. Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan
diperankan sebagai orang dewasa.
g. Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan
masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut.
2.3 Perkembangan Intelektual Fase Remaja
Berbagai penelitian selama dua puluh tahun terakhir dengan menggunakan
berbagai pandangan teori juga menemukan gambaran yang konsisten dengan teori
Piaget yang menyimpulkan bahwa remaja merupakan suatu periode dimana
seseorang mulai berfikir secara abstrak dan logis. Berbagai penelitian menunjukkan
adanya perbedaan yang konsisten antara kemampuan kognitif anak-anak dan remaja.
Dibandingkan anak-anak, remaja memiliki kemampuan lebih baik dalam
berfikir hipotetis dan logis. Remaja juga lebih mampu memikirkan beberapa hal
sekaligus bukan hanya satu, dalam satu saat dan konsep-konsep abstrak, remaja juga
dapat berfikir tentang proses berfikirnya sendiri, serta dapat memikirkan hal-hal yang
tidak nyata, sebagaimana hal-hal yang nyata untuk menyusun hipotesa atau dugaan.
Menurut Piaget, pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15
tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada
pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong
untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri
biologis.
Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain.
Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi
juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena
informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.
7
Secara lebih nyata pemikiran operasional formal bersifat lebih abstrak,
idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak
misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih
idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri,
orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti
ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara
sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan. Dalam perkembangan kognitif,
remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya
interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja.
Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 tahun secara
fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan
sebagai berikut.
1. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak.
2. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi,
membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah.
3. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit
dengan yang abstrak.
4. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis.
5. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk
mencapainya psikologi remaja.
6. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi.
7. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas,
dan identitas (jati diri).
Karakteristik perkembangan intelektual remaja digambarkan oleh Keating
(Syamsu Yusuf, 2004 : 195 - 196) sebagai berikut:
1. Kemampuan intelektual remaja telah sampai pada fase operasi formal
sebagaimana konsep Piaget. Berlainan dengan cara berpikir anak-anak yang
tekanannya kepada kesadaran sendiri di sini dan sekarang (here and now), cara
berpikir remaja berkaiatan erat dengan dunia kemungkinan (world of
possibilities).
2. Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar
secara ilmiah.
8
3. Mampu memikirkan masa depan dan membuat perencanaan dan mengeksplorasi
berbagai kemungkinan untuk mencapainya.
4. Mampu menyadari aktivitas kognitifnya dan mekanisme yang membuat proses
kognitif tersebut efisien atau tidak efisien.
5. Cakrawala berpikirnya semakin luas.
2.3.1 Pemikiran Operasional Formal
Pemikiran operasional formal merupakan salah satu perubahan yang
membedakan antara remaja dengan anak-anak. Pemikiran operasional formal ini
berlangsung pada usia sekitar 11 sampai dengan 15 tahun. Ciri khas dari pemikiran
ini adalah bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Dengan pemikiran operasional
formal, remaja dapat membangkitkan situasi khayalan, kemungkinan hipotesis dan
penalaran yang benar-benar abstrak. Selain berpikir abstrak, remaja juga berpikir
idealistis. Remaja berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri maupun orang
lain serta membandingkan diri mereka dengan orang lain. Bila pada masa kanak-
kanak, kita hanya melihat bahwa anak-anak lebih berpikir tentang sesuatu yang nyata
dan terbatas. Sehingga tidak heran bila remaja menjadi tidak sabar dan lebih sering
berfantasi tentang sesuatu yang mengarah ke masa depan. Disaat bersamaan, remaja
juga berpikir secara logis (Kuhn, 1991).
Remaja mulai berpikir layaknya ilmuwan; memecahkan masalah dan menguji
pemecahan masalah secara sistematis. Tipe pemecahan masalah ini diberi nama
penalaran deduktif hipotesis. Penalaran deduktif hipotesis adalah konsep operasional,
Piaget menyatakan bahwa remaja memiliki kemampuan kognitif untuk
mengembangkan hipotesis (dugaan terbaik) mengenai cara memecahkan masalah.
Setelah itu, mereka menarik kesimpulan secara sistematis dan menetapkan cara mana
yang paling tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Namun pemikiran
operasional formal yang selama ini dikembangkan Piaget, baru-baru ini ditentang
oleh beberapa ilmuwan (Byrnes, 1988; Danner, 1989; Lapsley, 1989). Menurut para
ilmuwan ini, ternyata terdapat banyak variasi individual. Hanya satu dari tiga orang
remaja yang merupakan pemikir operasional formal dan banyak orang dewasa yang
tidak pernah menjadi pemikir operasional formal. Pada remaja yang menjadi pemikir
operasional formal, proses asimilasi (menggabungkan informasi baru ke dalam
9
pengetahuan yang ada) mendominasi perkembangan awal operasional formal dan
dunia ini dilihat secara subyektif dan ideal.
2.3.2 Kognisi Sosial
Pemikiran remaja bersifat egosentris. Menurut Elkind, egosentrisme remaja
(adolescent egocentrism) memiliki dua bagian yaitu penonton khayalan dan dongeng
pribadi. Penonton khayalan (imaginary audience) merupakan keyakinan remaja
bahwa orang lain memperhatikan dirinya sebagaimana ia memikirkan dirinya sendiri.
Perilaku-perilaku yang ditujukan untuk menarik perhatian, umum terjadi pada masa
remaja. Hal ini mencerminkan egosentrisme pada remaja; timbul keinginan untuk
diperhatikan dan terlihat. Dongeng pribadi (the personal fable) adalah bagian dari
egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik seorang anak remaja. Rasa unik
pribadi seorang anak remaja membuat ia merasa bahwa tidak seorang pun mengerti
tentang perasaan mereka sebenarnya. Dongeng pribadi biasanya dapat ditemukan
pada diari seorang anak remaja. Di dalam dongeng pribadi itu terdapat pelampiasan
seorang remaja yang merasa bahwa tidak seorang pun yang mengerti perasaannya.
Misalnya, seorang remaja perempuan yang baru saja diputuskan oleh pacarnya dan ia
merasa bahwa ibunya tidak mungkin mengerti perasaan yang sedang dialaminya ini.
Oleh karenanya, ia mempertahankan rasa unik itu dengan menceburkan diri ke dalam
fantasi yang dibuatnnya sendiri.
David Elkind (1985) yakin bahwa egosentrisme remaja disebabkan oleh
pemikiran operasional formal. Namun di lain pihak, egosentrisme remaja bukan
suatu fenomena kognitif sama sekali. Mereka menganggap penonton khayalanlah
yang disebabkan oleh kemampuan berpikir secara hipotetis (pemikiran operasional
formal) dan kemampuan untuk melangkah ke luar diri sendiri serta mengantisipasi
reaksi orang lain dalam keadaan khayalan (pengambilan perspektif) (Lapsley, 1990,
1991). Beberapa ahli perkembangan menyatakan bahwa egosentrisme dapat
menjelaskan perilaku remaja yang nampak ceroboh; meliputi penggunaan obat-
obatan, pemikiran bunuh diri, dan lain sebagainya. Perilaku ini mungkin disebabkan
karakteristik keunikan dan kekebalan egosentris. Prediksi anak remaja yang memiliki
egosentris tinggi lebih rendah keakuratannya dibandingkan remaja beregosentris
rendah.
10
Dapat dilihat bahwa remaja tidak begitu saja menerima suatu informasi dari
orang lain, melainkan mereka mencocokkan dengan informasi yang telah didapat
sebelumnya. Remaja juga cenderung mendeteksi perubahan yang bersifat situasional
baik pada diri sendiri maupun orang lain dibandingkan berpikir bahwa semua
berperilaku secara konsisten. Selain itu, para remaja mulai mencari lebih dalam
tentang siapa dirinya/orang lain baik dari hal yang kompleks bahkan sampai pada hal
yang tersembunyi yang membentuk kepribadian.
2.3.3 Pengambilan Keputusan
Masa remaja adalah masa dimana pengambilan keputusan meningkat
(Quaderel, Fischoff & Davis, 1993). Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam
mengambil keputusan dibandingkan dengan anak remaja yang lebih muda maupun
anak-anak. Anak remaja yang lebih muda cenderung menghasilkan pilihan-pilihan,
mengantisipasi akibat dari keputusan dan memastikan kredibilitas sumber-sumber.
Namun remaja yang lebih muda kurang kompeten dalam mengambil keputusan
dibandingkan remaja yang lebih tua. Transisi pengambilan keputusan muncul pada
usia 11 sampai dengan 12 tahun dan pada usia 15 hingga 16 tahun. Mampu
mengambil keputusan tidak menjamin seseorang telah benar-benar dapat
menentukan dan memutuskan putusan mana yang terbaik untuknya, melainkan
luasnya pengalaman pribadi menjadi pengaruh yang besar dalam pengambilan
keputusan. Sehingga, mempelajari cara remaja mengambil keputusan menjadi hal
yang penting untuk diteliti. Salah satu strategi untuk meningkatkan kemampuan
pengambilan keputusan pada remaja adalah dengan melibatkan remaja dalam
permainan peran dan pemecahan masalah kelompok yang berkaitan dengan keadaan
yang meliputi masalah seperti seks, obat-obatan, dan lain-lain.
Terkadang pengambilan keputusan remaja mungkin disalahkan ketika dalam
realitas, hal ini merupakan orientasi masyarakat terhadap remaja dan kegagalannya.
Tujuan masyarakat menyalahkan keputusan yang diambil oleh remaja adalah untuk
memberi remaja pilihan yang lebih memadai. Penyebab seorang anak lebih memilih
keputusan yang telah diambilnya padahal keputusan itu akan membahayakan dirinya
sendiri adalah hasil pemikiran yang mendalam tentang perhitungan untung rugi
dalam situasi yang menekan yang menawarkan pilihan terbatas atau bahkan tidak
11
adanya pilihan. Bila tidak menyukai pilihan yang dipilih seorang remaja, mungkin
perlu memberinya pilihan yang lebih baik untuk dipilih (Daniel Keating).
Bahasa dan Perilaku intelektual
Remaja Awal Remaja Akhir
Berkembang penggunaan bahsa sandi
dan mulai tertarik mempelajari bahasa
asing.
Lebih memantapkan diri pada bahasa
asing tertentu yang dipilihnya.
Menggemari literatur yang bernapaskan
dan mengandung segi erotik, fantastik,
dan estetik.
Menggemari literatur yang bernapaskan
dan mengandung nilai-nilai filosofis,
ethis, religius.
Pengamatannya dan tanggapannya masih
bersifat realisme kritis.Lebih bersifat rasionalisme idealis
Proses berfikirnya sudah mampu
mengoprasikan kaidah-kaidah logika
formal dalam term yang bersifat abstrak.
Sudah mampu mengoprasikan kaidah-
kaidah logika formal disertai
kemapuannya membuat generalisasi
yang lebih bersifat konklusif dan
komperhensif.
Kecakapan dasar intelektual umumnya
menjalani laju perkembangan yang
terpesat.
Tercapainya titik puncak kedewasaan,
yang kemudian mungkin ada
pertambahan yang sangat terbatas bagi
yang terus bersekolah, bahkan mungkin
menjadi mapan yang suatu saat
menjalani deklinasi.
Kecakapan dasar khusus atau aptitudes
mulai menunjukkan kecenderungan-
kecenderungan secara lebih jelas
Kecenderunga bakat tertentu mencapai
titik puncak dan kemantapannya.
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Intelektual
Dalam hubungannya dengan perkembangan intelegensi atau kemampuan
berpikir remaja, ada yang berpandangan bahwa suatu kekeliruan jika IQ dianggap
12
bisa ditingkatkan, yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi antara lain oleh
faktor-faktor lingkungan. Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek, antara
lain bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga mampu
berpikir refleksif, banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah,
dan adanya perbedaan berpikir yang menimbulkan keberanian seseorang dalam
menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, serta menunjang keberanian anak
memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Mengenai konstan tidaknya intelegensi dalam waktu akhir-akhir ini masih
merupakan diskusi yang terbuka. Dari hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa
intelegensi itu sama sekali tidak sekonstan yang diduga sebelumnya. Penelitian
longitudinal selama 40 tahun dalam Institut Fels menunjukkan adanya pertambahan
rata-rata IQ sebanyak 28 butir antara usia 5 dan 17 tahun yang berarti kira-kira sama
dengan usia pendidikan di sekolah atau dipekerjaan.
Menurut hasil penelitian Piaget, ada 4 faktor yang mempengaruhi tingkat
perkembangan intelektual (mental) anak, yaitu :
1. Kematangan (maturation). Perkembangan sistem saraf sentral, otak, koordinasi
motorik, dan proses perubahan fisiologis dan anatomis akan mempengaruhi
perkembangan kognitif. Faktor kedewasaan atau kematangan ini berpengaruh
pada perkembangan intelektual tapi belum cukup menerangkan perkembangan
intelektual.
2. Pengalaman Fisik (Physical Experience). Pengalaman fisik terjadi karena anak
berinteraksi dengan lingkungannya. Tindakan fisik ini memungkinkan anak dapat
mengembangkan aktivitas dan gaya otak sehingga mampu mentransfernya dalam
bentuk gagasan atau ide. Dari pengalaman fisik yang diperoleh anak dapat
dikembangkan menjadi matematika logika. Dari kegiatan meraba, memegang,
melihat, berkembang menjadi kegiatan berbicara, membaca dan menghitung.
3. Pengalaman Sosial (Social Experience). Pengalaman sosial diperoleh anak
melalui interaksi sosial dalam bentuk pertukaran pendapat dengan orang lain,
percakapan dengan teman, perintah yang diberikan, membaca, atau bentuk
lainnya. Dengan cara berinteraksi dengan orang lain, lambat laun sifat egosentris
berkurang. Ia sadar bahwa gejala dapat didekati atau dimengerti dengan berbagai
cara. Melalui kegiatan diskusi anak akan dapat memperoleh pengalaman mental.
13
Dengan pengalaman mental inilah memungkinkan otak bekerja dan
mengembangkan cara-cara baru untuk memecahkan persoalan. Di samping itu
pengalaman sosial dijadikan landasan untuk mengembangkan konsep-konsep
mental seperti kerendahan hati, kejujuran, etika, moral, dan sebagainya.
4. Keseimbangan (Equilibration). Keseimbangan merupakan suatu proses untuk
mencapai tingkat fungsi kognitif yang semakin tinggi. Keseimbangan dapat
dicapai melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi menyangkut pemasukan
informasi dari luar (lingkungan) dan menggabungkannya dalam bagan konsep
yang sudah ada padaotak anak. Akomodasi menyangkut modifikasi bagan konsep
untuk menerima bahan dan informasi baru.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya
kematangan, biasanya mulai dari usia 14 tahun pada pria dan usia 12 tahun pada
wanita. Masa remaja adalah masa yang sangat menentukan dalam pembentukan
karakter manusia untuk menempuh perkembangan pada masa berikutnya.
Masa remaja memiliki pemikiran operasional formal bersifat lebih abstrak,
idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak
misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih
idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri,
orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti
ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara
sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
Ada 4 faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan intelektual yaitu
kematangan (maturation), pengalaman fisik (Physical Experience), pengalaman
sosial (Social Experience), dan keseimbangan (Equilibration)
3.2. Saran
Perkembangan remaja merupakan salah satu perjalanan yang bisa
mempengaruhi dalam kehidupannya, oleh sebab itu butuh arahan serta didikan agar
bisa melewati masa-masa transisi itu dengan baik dalam fisik maupun psikis
sehingga bisa mengatasi dan mengaplikasikan perubahan-perubahan itu dalam
kehidupan sehari-hari.
Hendaknya para remaja memahami bahwa mereka memiliki hak, kewajiban,
dan tanggung jawab, mereka harus mengerti apa yang diharapkan dari mereka,
mereka adalah generasi penerus untuk kedepannya dan di harapkan kepada orang tua
agar memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka agar semua
itu berjalan dengan optimal.
15
DAFTAR PUSTAKA
16