kesombongan fir’aun dalam al qur’anrepository.uinjambi.ac.id/2483/1/sugeng prayetno_ut140212...i...
TRANSCRIPT
i
KESOMBONGAN FIR’AUN DALAM AL-QUR’AN
(KAJIAN TAFSIR TAHLILY)
SKRIPSI
DiajukanSebagai Salah SatuPersyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) DalamIlmu Al-Qur‟an Dan Tafsir
FakultasUshuluddin
Oleh
SUGENG PRAYETNO
UT.140212
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SULTHAN THAHA SAIFUDDINJAMBI
2018
ii
Drs. Ishak Abd Aziz,M.Fil.I Jambi, Februari 2018
Dr. H. Muhammad Nurung,MA
Alamat : Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi Kepada Yth.
Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Bapak Dekan
Simp. Sungai Duren Fak. Ushuluddin
Muaro Jambi UIN STS Jambi
di-
JAMBI
NOTA DINAS
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyartan
yang berlaku di Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi, maka kami mendapat
bahwa Skripsi saudara (Sugeng Prayetno) dengan judul “(Kesombongan Fir‟aun
dalam Al-Qur‟an Kajian Tafsir Tahlily)” telah dapat diajukan untuk
dimunaqosahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu (S1) jurusan (Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir) pada fakultas Ushuluddin UIN STS
Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak/Ibu, semoga
bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalam
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ishak Abd Aziz,M.Fil.I Dr. H. Muhammad Nurung,MA
NIP.
iii
SURAT PERNYATAAN ORISIANALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sugeng Prayetno
Nim : Ut. 140212
Tempat/Tanggal Lahir : Sidomukti, 30 Mei 1994
Konsentrasi : Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir
Alamat : Rt. 03 Rw. 01 Desa Sidomukti Kec. Dendang Kab.
Tanjung Jabung Timur.
Dengan ini menyatan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul
“Kesombongan Fir’aun Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tahlily)” adalah
benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan sesuai
ketentuan yang berlaku. Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak
benar, maka saya sepenuhnya bertanggung jawab sesuai dengan hukum yang
berlaku di indonesia dan ketentuan di Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi,
termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui Skripsi ini.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Jambi, oktober 2018
Penulis
Sugeng prayetno
UT. 140212
iv
KEMENTRIAN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
Jalan Raya Jambi-Ma. Bulian, Simp. Sungai Duren Telp. (0741) 582020
PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis oleh Sugeng Prayetno UT. 140212 dengan judul
“Kesombongan Fir‟aun Dalam Al-Qur‟an (Kajian Tafsir Tahlily)” yang telah
dimunaqosahkan oleh sidang Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 26 Februari 2019
Jam : 10.30
Tempat : Lantai Atas Fakultas Ushuluddin
Telah diperbaiki sebagaimana hasil sidang munaqasah dan telah diterima
sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1)
Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi.
Jambi, 26 Juni 2019
TIM PENGUJI
Ketua sidang : Dr. Pirhat Abbas, M.Ag ……………..
NIP : 19600823 199203 1 003
Sekretaris sidang : Dra. Fatimah Rahmiati ……………..
NIP : 19680604 199003 2 002
Penguji I : Dr. Abdul Halim, M. Ag ……………..
NIP : 19720809 199803 1 003
Penguji II : Dr. H. Hasbullah, MA …………….
NIP :19800509 20092 1 008
Pembimbing I : Drs. Ishak Abd Aziz,M.Fil.I …………….
NIP : 19951231 198601 1 004
Pembimbing II : Dr. H. Muhammad Nurung,MA …………….
NIP :19700505 200112 1 003
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama,
Dr. H. Abdul Ghaffar. M. Ag
NIP : 19611006 199303 1 001
v
MOTTO
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu
tidak akan sampai setinggi gunung. QS. Al-Isra‟: 37 )
vi
PERSEMBAHAN
Dengan memohon kepada Allah SWT dan Shalawat kepada Rasulullah SAW,
skripsi ini saya persembahkan kepada:
Kedua orang tua saya, Ali Mustopa dan Sumiati, yang telah banyak berjasa dan
berkorban dengan ketulusan hati dalam mendidik, membina, membimbing saya
sehingga dapat menempuh sekaligus menyelesaikan masa studi di Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Untuk para guru, dosen, sahabat, teman segenap Civitas akademika UIN STS
Jambi yang telah mendidik dan mengajar kami, serta membantu dalam
menyelesaikan tugas akhir penulis dalam perkuliahan.
Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT selalu
membalas segala kebaikan kalian semua.
Amin....
vii
ABSTRAK
Nama : Sugeng Prayetno
Jurusan/prodi : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Judul : Kesombongan Fir‟aun Dalam Al-Qur‟an (Kajian Tafsir Tahlily).
Penulisan ini dilatarbelakangi oleh pengamatan yang dilakukan di
kehidupan masyarakat pada saat ini tentang kesombongan Fir‟aun yang sombong
terhadap Allah. Fir‟aun mengklim dirinya sebagai tuhan bagi bangsa mesir,
karena dia merasa berhasil membangun mesir mencapai tingkat kemakmuran yang
tinggi. Jadi, inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji lebih lanjut mengenai
kesombongan Fir‟aun dalam Al-Qur‟an (kajian tafsir Tahlily). Dalam penelitian
ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif, dimana penulis harus
mengumpulkan berbagai macam literatur buku untuk menganalisis permasalahan
yang penulis angkat.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah
penggambaran umum kesombongan Fir‟aun, istilah yang digunakan Al-Qur‟an
tentang kesombongan Fir‟aun, bentuk kesombongan Fir‟aun, serta akibat
kesombongan Fir‟aun tersebut.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah
menganugrahi penulis dengan sedikit ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan alam, yakni Nabi besar
Muhammad SAW. Seorang Nabi yang pernah memberi angin segar kepada
ummatnya disaat ummatnya tenggelam dalam lautan kemusyrikan, hingga
menjadi pantai yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Adapun maksud dan tujuan penulis ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjan Strata Satu (1) dalam ilmu Tafsir Hadits pada
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Tak lupa pula rasa
terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada yang terhormat.
1. Bapak Drs. Ishak Abd Aziz,M.Fil.I sebagai pembimbing I dan Bapak Dr. H.
Muhammad Nurung, MA, sebagai pembimbing II yang telah sabar
membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibuk Ermawati, S.Ag, M.A selaku ketua jurusan program studi Tafsir Hadits
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
3. Bapak Dr. H. Abdul Gofar, M,Ag, Bapak Dr. Masiyan, M. Ag Bapak Bapak
H. Abdullah Firdaus, Lc.,MA., Ph.D , Bapak Dr. Pirhat Abbas, M.Ag, selaku
Dekan, Wakil Dekan I, II, II Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN STS Jambi.
5. Bapak Prof.Dr. H. Su‟aidi, MA. Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Akademik
dan Pengembangan Lembaga, Bapak Dr.H. Hidayat, M.Pd selaku Wakil
Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu Dr.
Hj. Fadhillah, M.Pd selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
NOTA DINAS .................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................................. v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFAR TABEL ................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Batasan Masalah.................................................................... 5
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian.......................................... 5
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 6
F. Metode Penelitian.................................................................. 8
G. SisTahlilya Penulisan ............................................................ 10
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KESOMBONGAN
A. Pengertian Kesombongan............................................... ....... 11
B. Bentuk-Bentuk Kesombongan ............................................. 15
C. Ciri-Ciri Orang Sombong ...................................................... 17
BAB III AL- QUR’AN DAN KESOMBONGAN
A. Istilah-istilah Al-Qur‟an Tentang Kesombongan .................. 21
B. Penyebab Orang Sombong .................................................... 31
C. Akibat Perbuatan Orang Sombong........................................
D. Klasifikasi ayat-ayat makiyah dan madinia serta asbabun
nuzul........................................................................................ 39
1. Ayat-ayat makiyah ........................................................... 40
xi
2. Ayat-ayat madania ............................................................ 41
3. Asbabun nuzul .................................................................. 41
4. Mufrodat ........................................................................... 42
BAB IV KESOMBONG FIR’AUN
A. Personafikasi Fir‟aun Dalam Al-Qur‟an.................................. 45
B.Istilah-istilah Yang Digunakan Al-Qur‟an Tentang
Kesombongan Fir‟aun ............................................................ 45
C. Bentuk-Bentuk Kesombongan Fir‟aun ................................... 60
D. Akibat PerbuatanSombongan Fir‟aun .................................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 70
B. Saran ..................................................................................... 71
DAFTAR PERPUSTAKAAN
CURICULUM VITAE
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
` t
b ẓ
t `
ts gh
j f
ḥ q
kh k
d l
dz m
r n
z w
s h
sy
ṣ y
ḍ
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
A ā Ī
U á Aw
I ū Ay
C. Ta‟ Marbutah
xiii
Transliterasi untuk ta’ marbutah ini ada dua macam:
1. Ta’ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah/h/.
contoh:
Arab Indonesia
Salãh
Mir‟ãh
2. Ta’Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah/t/.
Contoh:
Arab Indonesia
Wizãrat al-Tarbiyah
Mir‟ãt al-zaman
3. Ta’ Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
Arab Indonesia
Fajannatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah firman Allah yang disamapaikan oleh Malaikat Jibril
sesuai redaksinya kepada nabi Muhammad SAW. Al-Qur‟an mengatur seluruh
tingkah laku manusia dengan Tuhannya. Kitab suci ini terlihat pada petunjuk-
peunjuk yang diberikan kepada umat islam dalam seluruh aspek kehidupan
manusia. Al-Qur‟an merupakan merupakan kitab suci terakhir yang diwahyukan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman hidup umat
islam.
Pada umumnya manusia mempunyai ahlak yang baik dan yang buruk,
tetapi pada kehidupannya manusia bisa membawa dirinya kearah yang mana,
namun sungguh lebih diharapkan dari para pengikut Nabi Muhammad saw. dan
keluarganya, sebab Nabi saw. dan anggota keluarganya merupakan teladan-
teladan dalam hal ahlak dan sifat yang baik karena itu kita sebagai pengikut
mereka, harus pula menjadi perhiasan bagi mereka dan jangan pernah melakukan
tindakan yang dapat membuat mereka tidak suka.1
Oleh karena itu ahlak mempunyai peranan penting untuk mendorong
manusia itu menjadi sejahtera baik di dunia maupun di akhirat.Hal ini sesuai
dengan ayat QS. Al-Israa‟, ayat 7 :
”jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri
dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan
apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami
1Gulam Reza Sultani, Hati Yang Bersih: Kunci Ketenangan Jiwa, (Jakarta: Zahra, 2006),
197.
2
datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan
mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu
memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-
habisnya apa saja yang mereka kuasai.”2(QS. Al-Israa‟: 7)
Penting untuk diketahui bahwa batasan-batasan sifat yang boleh dan yang
tidak boleh kita miliki, agar kita menjadi muslim yang berguna maka
tinggalkanlah sifat yang buruk tersebut yang sangat di benci oleh Allah swt, salah
satunya yaitu sifat sombong.
Diantara sifat laki-laki dan perempuan yang paling buruk adalah sombong.
Ia penyakit yang apabila terdapat pada diri manusia akan merusaknya. Ia menjadi
dibenci oleh Allah dan oleh mahluk, yang pertama kali menampilkan sikap
sombong di dunia ini adalah iblis, setan terkutuk, musuh Allah. Ia bersikap
sombong kepada adam dan tidak mau sujud kepadanya. Kaena itu, setiap orang
yang sombong berarti ia mengikuti iblis.3
Yang dimaksud dengan sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan sessama manusia, disertai anggapan bahwa dirinya mempunyai
kecerdasan dan kepandaian yang lebih hebat, serta merasa bahwa derajatnya dan
martabatnya lebih tinggi daripada orang lain.4
Padahal sebagaimana diterangkan oleh agama, bahwa segala yang dimiliki
oleh manusia di dunia adalah hanya titipan-Nya yang diakhirat nanti akan dimintai
pertanggung jawabannya. Dan perlu diingat bahwa Dia bisa mengambil kembali
apa yang telah diberikan kepada seseorang dengan seketika dan tidak bisa diduga-
duga oleh pikiran dan perkiraan manusia. Oleh karena itu, sangat tidak rasional
kalau manusia ini masih menyongkong dirinya dihadapan orang lain, karena apa
yang dimilikinya ukan miliknya.5
Sesungguhnya sangat jarang orang berilmu selamat dari sifat sombong.
Kadang-kadang merasa dirinya terpandai dari manusia lain, yang merupakan
2Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 282
3Aidh Al-Qarni, Kembali Ke Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2015), 361.
4Mudjab Mahalli, Al-Kabair Dosa-Dosa Besar Dalam Al-Quran Dan Al-Hadits, (
Yogyakarta:Mitra Pustaka, 2001), 151 5Asep Subhi Dan Ahmad Taufik, 101 Dosa Besar, (Tanggerang: AgroMedia Pustaka,
2004), 262.
3
kualifikasi mulia dihadapan Allah swt. Terkadang dirinya merasa paling religious
dibanding yang lainya.6
Demikian yang pada firaun yaitu sombong terhada Allah.Fira‟un adalah
gelar bagi sang penguasa tirani dari rezim tunggal yang pernah berkuasa di Mesir.
Dalam al-Qur‟an iadigambarkan sebagai seorang hamba yang angkuh dan
sombong Kesombongan Fira‟un yang lain adalah pengklaiman dirinya sebagai
tuhan bagi bangsa Mesir, diduga karena dia telah merasa berhasil membangun
negara Mesir mencapai tingkat kemakmuran yang tinggi. Akibat kekuasaan yang
absolut dan tercapainya kemakmuran yang tinggi ini maka tumbuhlah keangkuhan
dan kesombonganya sehingga mengangkat dirinya sebagai tuhan dalam QS. An-
Naziat, ayat 24:
“(Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi."7(QS. An-Naziat: 24).
Klaim diatas menunutut manusia untuk patuh kepada Fir‟aun dengan tidak
melakukan perbuatan menurut kehendaknya sendiri, tanpa persetujuan dari
Fir‟aun, dan dia tidak segan-segan untuk menyiksa orang-orang yang percaya
pada tuhan Musa karena tidak minta izin kepadanya. Sifat sombong lain yang ada
pada Fir‟aun adalah mengklaim bahwa seluruh negara Mesir adalah miliknya
sendiri, sebagai dalam surat Az-Zukhruf ayat 51:
“Dan Fir‟aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku,
bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini
mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)”.8 (QS. Az-
Zukruf: 51).
6Imam Al-Ghazali, Teosofia Al-Qur’an, Diterjemahkan Dari Buku Aslinya Yang
Berjudul: „Kitabul Arba,In Fi Ushuluddin’ Oleh M. Luqman Hakim Dan Hosen Arjaz Jamad
(Surabaya: Risalah Gusti, 1995), 172 7Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 583.
8Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 493.
4
Para Fir‟aun memecah belah dan memelaratkan para masyarakat, dan
menonjolkan kepentingan-kepentingan kelas.Mereka menghancurkan kekuatan
kreatif manusia dan mencekik pertumbuhan mereka.
Oleh karena itu al-Qur‟an membagi mereka menjadi dua
kelompok.Kelompok yang pertama adalah para penindas yang dipandang hina,
dan yang kedua adalah para penindas yang sombong.Ini menunjukan bahwa
dikalangan para penindas terdapat orang-orang yang dipandanag hina dan orang-
orang yang sombong dan angkara. Penindas-penindas seperti Fir‟aun adalah para
penindas yang sombong, dan kaki tangan mereka adalah para penindas yang
tertindas dan dihinakan
Diantara sebab mendasar yang mengakibatkan rusaknya daratan dan lautan
adalah kesombongan manusia dimuka bumi ini, yaitu sifat-sifat berlebihannya dan
keangkuhannya.Ini semua terkadang melampaui batas kewajaran seperti yang
terjadi pada zaman fir‟aun maupun Yang terjadi pada Fir‟aun itu sendiri.9
Belum banyak terungap kesombongan Fir‟aun diterangkan di dalam Al-
Qur‟an. Karena itu penulis bermaksud mengangkat secara utuh dan seperti
diterangkan di dalam Al-Qur‟an Kesombong Fir‟aun Dalam Al-Qur‟an (Kajian
Tafsir Tahlily)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, masalah pokok yang
diangkat sebagai kajian utama penelitian ini adalah: seperti apa kesombongan
Fir‟aun di dalam Al-Qur‟an? Dalam masalah pokok tersebut, ada beberapa
masalah yang akan diangkat melalui karya ilmiah ini adalah:
1. Apa gambaran kesombongan secara umum ?
2. Apa saja istilah yang digunakan Al-Qur‟an tentang kesombongan Fir‟aun?
3. Apa saja bentuk-bentuk kesombong Fir‟aun?
4. Apa saja akibat kesombong Fir‟aun ?
9Yusuf Al-Qoradhawi, Islam Agama Ramah Lingkungan, Diterjemahkan Dari Buku
Aslinya: “Ri Ayaatul Baiti Fii Syari’ati Islamiyah “ Oleh Abdullah Hakam Shah Lukman Hakim
Sa Muhammad Sulton Yusuf (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001),352
5
C. Batasan Maslah
Berdasarkan judul yang penulis angkat, maka pembahasan yang menjadi
tumpuan utama dari karya ilmiah ini agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam
pembahsan, baik terhadap penulis sendiri maupun para pembaca, maka penulis
telah menspesifikasin dalam menulis tentang kesombong Fir‟aun dalam Al-
Qur‟an (Kajian Tafsir Tahlily). Adapun penelitian ini hanya membicarakan
tentang kesombong Fir‟aun dalam Al-Qur‟an dengan rnenggunakan metode tafsir
Tahlily.
D. Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan penelitian adalah menunjukkan hal-hal yang akan diperoleh dari
penelitian dan menjawab pokok-pokok masalah yang telah di rumuskan di atas.
Adapun tujuannya sebagai berikut:
1. Mengetahui gambaran umum kesombongan Fir‟aun.
2. Mencermati bentuk-bentuk kesombongan Fir‟aun.
3. Akibat kesombong Fir‟aun dalam kehidupan sehari- hari.
Lebih jauh, dalam penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca
pada umumnya. Dan kegunaan penelitian sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan yang berharga dalam memperkaya kailmuan islam
tentang kesombong Fir‟aun.
2. Menambah cakrawala pengetahuan yang bekaitan dengan kajian-kajian Al-
Qur‟an.
3. Melengkapi persyaratan guna untuk memperoleh gelar sarjana (S1) jurusan
Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas
Islam Negri Sultan Thaha Syaifuddin Jambi.
E. Tinjauan Pustaka
Pada tinjauan pustaka ini, setelah penulis melakukan sebuah pengamatan
dan penelusuranyang penulis temukan, penelitian yang berkenaan dengan
kesombong cukup banyak yang mengkajinya.
6
Karena itu, penelitian ini dikhususkanmengangkat pembahasan
tentangkesombong Fir‟aundalam Al-Qur‟an secara spesifik dengan menggunakan
metode TafsirTahlily secara khusus. Adapun buku-buku yang berkaitan dengan
masalah diatas ialah:
Dalam Tafsir Al-Maraghi Oleh: Ahmad Mustafa Al-Maraghi.10
Firaun dan
pembesar dan kaumnya tidak percaya dengan keneran tentang tauhid kepada
Allah. Dia menganggap dirinya paling kaya banyak harta serta tinggi pangkatnya.
Selain itu penulis juga menggunakan buku yang berjudul Menuntut Ilmu
Jalan Menuju Surga oleh: Yazid Bin Abdul Qodir Jawas.11
Buku ini menceritakan
tentang keutamaan dan kemuliaan ilmu dimana bahwa menuntut ilmu harus
bersungguh-sungguh dan harus tunduk kepada kebenaran , dan orang yang
sombong tidak akan masuk surga, termasuk kelancangan terhadap gurunya adalah
kesombongan.
Selain itu juga penulis juga menggunakan yang berjudul indeks Al-Qur’an
yang ditulis oleh N.A Baiquni dkk.12
Buku ini membahas tentang cara mencari
mencari ayat Al-Qur‟an sehingga mempermuda penulis menemukan ayat-ayat
terkait yang akan dibahas dalam penelitian.Karya tulis berikunya ialah buku yang
berjudul 101 dosa-dosa besar oleh TB. Asep Subhi Dan Ahmad Taufik.13
Buku ini
membahas tentang manusia sebagai mahluk ciptaan Allah swt.Tidak luput dari
salah dan dosa. Dalam ajaran Al-Qur‟an yang agung ialah ajakan kepada manusia
agar meninggalkan dosa-dosa di dalam batin, yaitu dosa-dosa yang tidak terlihat
oleh orang lain, seperti memiliki sifat dendam, hasud dan lain-lain sebagainya.
Disamping itu juga dosa-dosa yang lahiriyah yang dapat terlihat oleh orang lain
dan sekaligus dirasakan.
10
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang; Cv Thoha Putra
Semarang, 1986) 175 11
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas, Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga, (Bogor: Pustaka At-
Taqwa, 2007) 12
N.A. Baiquni Et., Indeks Al-Qur’an (Surabaya: Arkola, 1996) 13
Tb. Asep Subhi Dan Ahmad Taufik, 101 Dosa-Dosa Besar, (Jakarta: Qultum Media,
2014)
7
Dan karya tulis berikutnya ialah Kembali Ke Islam oleh Dr. Aidh Al-
Qarni.14
Dalam buku ini membahas tentang keaguman nama Allah serta sifat
Allah yang pada akhirnya kita di suruh untuk menyembah dan mempercayai Allah
dan agama yang di ridhoi Allah.
Skripsi oleh Nur Ely Sholihati, 2009 Yang Berjudul Sombong Dan
Penyembuhannya Dalam Al-Qur’an (persepektif bimbingan dan konseling islam).
Penelitian ini menkaji tentang sombong dalam Al-Qur‟an dan cara
penyembuhannyasesuai dengan Al-Qur‟an dan dalam metode bimbingan
konseling islam. Di dalamnya menjelaskan apa yang dimaksud dengan sombong,
cara penyembuhannya dengan praktik ke ilmuan yang telah dipelajari.15
Skripsi oleh Fauzan Adhim, 2016 yang berjudul Analisis Kepemimpinan
Firaun Dalam Al-Qur’an (Perspektif Psikologi Dan Sosiologi Kepemimpinan
Dan Implikasinya Terhadap Manajemen Pendidikan Islam). Penelitian ini
mengkaji tentang mengetahui dan menganalisis karakteristik kepemimpinan
Fir‟aun dalam Al-Quran perspektif Psikologi dan Sosiologi kepemimpinan dan
untuk mengetahui dan menganalisis model kepemimpinan Fir‟aun sebagai sosok
pribadi yang banyak melakukan praktik kepemimpinan yang menyimpang.16
Adapun penulis yang dikemukakan disini adalah tentang kesombng
Fir‟aun dalam Al-Qur‟an dengan menggunakan Metode Tafsir Tahlily) dalam
penulisan ini menggunakan penelitian pustaka yang kajiannya dilakukan dengan
menelusuri dan menelaah literature atau penelitian yang mengkaji tentang bahan-
bahan pustaka. Tentu penulis berbeda dengan penelitian yang lain walaupun itu
sama judulnya tetapi berbeda pembahasan di dalamnya.
14
Aidh Al-Qarni, Kembali Ke Islam, Di Terjemahkan Dari Buku Aslinya Yang Berjudul:
Fii Rihaab Al-Adaab Al-Islaamiyyaholeh: Ust. Fauzi Bahreisy (Jakarta: Gema Insani2015) 15
Nur Ely Sholihati, Sombong Dan Penyembuhannya Dalam Al-Qur’an (persepektif
bimbingan dan konseling islam), (Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga, 2009) di akses melalui
http://eprints.walisongo.ac.id/167/ 16
Fauzan Adhim, Analisis Kepemimpinan Firaun Dalam Al-Qur’an (Perspektif Psikologi
Dan Sosiologi Kepemimpinan Dan Implikasinya Terhadap Manajemen Pendidikan Islam),
(Malang: Sekolah Pasca Sarjana UIN Maulana Malik Ibrahim, 2016) Di Akses Melalui
Http://Etheses.Uin-Malang.Ac.Id/3563/1/14710006.Pdf
8
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi penelitian
kepustkaan (Library Risearch).17
Adapun permasalahan dalam penelitian ini
adalah penelitian yang kajiannya dilakukan dengan menelusuri dan mengkaji
bahan-bahan pustaka kemudian dikumpulkan dan dianalisis sehingga menjadi data
yang akurat dan jelas.
2. Sumber dan jenis data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data-data literatur, atau berbagai
sumber tertulis lainnya seperti buku ahlak, majalah, sumber arsip, dokumen
pribadi, dalam Al-Qur‟andan data tertulis lainnya.18
Jenis data yang digunakan
dalam penelitian yang meliputi dua jenis data yaitu data primer dan data
skunder.Data primer merupakan data literatur yang secara langsung memiliki
keterkaitan dan hubungan langsung dengan topik yang dibahas yang berupa
sumber langsung dari Al-Qur‟an.Adapun data skunder yaitu berupa buku-buku,
majalah-majalah, jurnal, artikel, internet, dan karya-karya ilmiah yang memiliki
keterkaitan dengan pembahasan dalam penelitian.Yaitu yang berkaitan dengan
sombong dalam Al-Qur‟an.
3. Tehnik pengumpulan data
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan penelitian
kepustakaan (Library Research), yang menyajikan sisTahlily datayang berkenaan
dengan permasalahan yang diperoleh berdasarkan tela‟ah teradap buku-buku
literature-literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Data
tersebut akan diperoleh dari sumber-sumber data, yaitu buku-buku, jurnal,
majalah, koran, dan berbagai sumber pustaka lainnya yang menjadi sumber
rujukan yang bersahasil dikumpulkan sebagai data tambahan.
Dikarenakan penelitian ini menyangkut ajaran islam, maka sumber data
yang pertama adalah primer (Data pokok) yaitu kitab suci al-qur‟an, yang mana
akan dipilih beberapa ayat yang bersangkutan dengan permasalahan penulisan ini.
17
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa, Fakultas Usuluddin UIN
STS Jambi, 44 18
Ibid, 43
9
Ada juga beberapa hadits yang akan ditampilkan dan diterjemahkan sesuai objek
ini, manakah antara sumber sekunder yang dirujuk sebagi pendukung dalam
penyelesaian masalah ini adalah buku-buku dan referensi lain yang mempunyai
kaitan erat dengan permasalahan yang dibahas.
4. Metode Analisis
Setelah melakukan pengumpulan data, maka data yang diperoleh tersebut
dianalisis dengan meggunakan metode tahlily. Metode ini menjelaskan kandungan
ayat-ayat Al-Qur‟an dari berbagai seginya, sesuai dengan pandangan,
kecenderungan, dan keinginan mufasirnya yang dihidakannyasecara runtut sesuai
dengan peruntutan ayat-ayat dalam mushaf. Biasanya yang dihidangkan
mencakup:
1. Pengertian umum kosakatanya.
2. Sebab an-Nuzul.
3. Makna global ayat
4. Hukum yang dapat ditarik.
5. Yang tidak jarang menghidangkan aneka pendapat ulama mazhab, aneka
Qiro‟at, I‟rab ayat yang ditafsirkan, serta keistimewaan susunan kata.
6. Menyusun ayat-ayat tadi sesuai dengan masa turunnya dengan memisahkan
priode Mekkah dan Madinah.
7. Memahami korelasi ayat tersebut dalam surat masing-masing.
8. Menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas dan utuh.
9. Melengkapi pembahsan dan uraian dengan hadits, bila dipandang perlu,
sehingga pembahsan semakin sempurna dan jelas.
10. mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun
ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama atau mengkompromikan
„amm dan khas (umum dan khusus).19
19
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tanggerang: Lentera Hati, 2003) 378.
10
G. SisTahlilya Penulisan
Untuk mensistemasi penulisan dan menjaawab pertanyaan dalam
penelitian ini, maka peneliti merujuk pada tehnik penulisan yang disepakati pada
Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi. Apapun sisTahlilya dalam penulisan karya
ilmiah (skripsi) ini yaitu ada V bab, pembahasannya yaitu bab I yaitu membahas
pendahuluan yang isinya terdiri dari latar belakang maslaah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tujuan pustaka, metode
penelitian, dan sisTahlilya penulisan.
Sebagai pembahsan awal dari bab II, penulis membahas tentang gambaran
umum tentang kesombongan dalam isinya penulis membahas pengertian
kesombongan, bentuk-bentuk kesombongan, cirri-ciri orang sombongan.
Pada bab III, penulis menguraikan tentang Al-Qur‟an dankesombongan
yang didalamnya penulis menguraikan istilah-istilah Al-Qur‟an tentang
kesombongan, ciri-ciri orang sombong, akibat perbuatan orang sombong.
Pada bab IV, merupakan inti dari penelitian ini, dalam bab ini akan
membahas tentang kesombong Fir‟aunyang di dalamnya membahas istilah-istilah
yang digunakan Al-Qur‟an tentang kesombongan Fir‟aun, bentuk-bentuk
kesombongan Fir‟aun, dan akibat perbuatan sombong Fir‟aun.
Pada bab V, merupakan penutup penelitian, pada bab ini membahas
tentang kesimpulan dari penelitian, saran-saran penulis yang berkaitan dengan
dampak kesombong firaun dalam Al-Qur‟an, dan kata penutup yang mengakhiri
penelitian ini.
11
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG KESOMBONGAN
A. Pengertian Kesombongan
Menurut bahasa, takabur adalah menampakkan kebesaran diri. Arti
ini, antara lain, terdapat dalam firma Allah,
“kemudian Kami menghukum mereka, Maka Kami tenggelamkan
mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami
dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami
itu.”(QS. Al-A‟raf: 136).20
Artinya, mereka merasa dirinya mahluk terbaik, dan merasa benar
sendiri, menurut istilah, sombong ialah menampakkan kekaguman diri
dengan cara meremehkan orang lain dan merasa dirinya lebih besar
disbanding orang lain, serta tidak mau menerima pendapat atau kritik dari
orang lain.21
Rasullulah bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di
dalam hatinya terdapat rasa sombong seberat dzahrah (biji yang kecil)
sekalipun”.Seorang laki-laki bertannya, “Termasuk dia senang baju bagus
dan sandal yang bagus?”Rasullulah menjawab, “Allah itu indah dan
menyukai keindahan.Sombong (takabur) adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia”. (HR. Muslim).
Ketahuilah bahwa kesombongan terbagi kepada batin dan
zhahir.Kesombongan batin adalah perangai dalam jiwa, sedangkan
kesombongan zhahir adalah amalan-amalan perbuatan yang lahir dari
20
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), . 21
Sayyid Muhammad Nuh, Menggapai Ridho Ilahi,Diterjemahkan Dari Buku Aslinya
Yang Berjudul: „Afatun „Ala Ath-Thariq Oleh Darmanto Dan Abdul Wadud (Jakarta: Lentera,
1998),
12
anggota badan.Istilah kesombongan lebih tepat dengan perangai batin,
karena amal perbuatan merupakan hasil dari perangai tersebut.22
Oleh karena itu, apabila Nampak di dalam anggota badan maka
disebut berlaku sombong (takabur), tetapi apabila tidak Nampak maka
disebut kesombongan (kibr). Pada dasarnya ia adalah perangai yang ada di
dalam jiwa yaitu kepuasan dan kecendrungan kepada penglihatan nafsu
atas orang yang disombongi. Kesombongan menuntut adanya yang
disombongi dan hal yang dipakai untuk bersombong, orang takabur jelas
penghuni neraka, dan menyombongi orang sombong (takabur) itu bisa
menjadi penghuni surga.23
Dengan hal inilah kesombongan berada dari ujub, karena ujub
tidak menuntut adanya orang yang diujubi, bahkan seandainya manusia
tidak diciptakan kecuali satu orang bias saja ia menjadi orang yang ujub.
Tetapi seseorang tidak bias takabbur kecuali dengan adanya orang lain
dimana ia memandang dirinya di atas orang lain tersebut menyangkut
berbagai sifat kesempurnaan. Pada saat itu ia menjadi orang yang
takabbur, sehingga di dalam hatinya timbul anggapan, kepuasan,
kesenangan dan kecenderungan terhadap apa yang diyakininya dan terasa
berwibawa di dalam dirinya dengan sebab hal tersebut. Kewibawaan,
kesenangan dan kecenderungan kepada keyakinan (di dalam jiwa) tersebut
adalah perangai kesombongan.Seolah-olah, jika manusia memandang
dirinya dengan pandangan ini, yakin merasa besar, maka hal itu adalah
kesombongan.Jadi, kesombongan adalah ungkapan tentang kondisi yang
timbul dari keyakinan-keyakinan ini di dalam jiwa, dan disebut `izzah dan
ta’azhzum.24
22
Sa‟id Hawwa, Mensucikan Jiwa “Konsep Tazkitun-Nafs Terpadu, Diterjemahkan Dari
Buku Aslinya Yang Berjudul: Ihya‟ Ulumuddin Al-Ghazali Oleh Sa‟id Hawwa, (Jakarta: Robbani
Press,1998), 228. 23
Imam Al-Ghazali, Teosofia Al-Quran, Diterjamahkan Dari Buku Aslinya Yang
Berjudul: Kitabul Arba‟in Fi Ushuluddin Oleh Luqman Hakim Dan Hosen Arjaz Jamad,
(Surabaya: Risalah Gusti, 1995. 24
Sa‟id Hawwa, Mensucikan Jiwa “Konsep Tazkitun-Nafs Terpadu, Diterjemahkan Dari
Buku Aslinya Yang Berjudul: Ihya‟ Ulumuddin Al-Ghazali Oleh Sa‟id Hawwa, (Jakarta: Robbani
Press,1998), 228.
13
Oleh sebab itu Ibnu Abbas berkata tengtang firman Allah:
“Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-
ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka, tidak ada
dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan)
kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka
mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha
mendengar lagi Maha melihat.” (Qs. Al-Mu‟min: 56).25
Maksudnya mereka menolak ayat-ayat Allah tanpa alasan yang datang
kepada mereka.Yakni kebesaran yang tidak dapat mereka capai.Ibnu
Abbas menafsirkan kesombongan dengan kebesara.
Kemudian kewibawaan ini menuntut perbuatan secara zhahir dan
batin sebagai buahnya dinamakan takabbur. Jika berkedudukan tinggi
disbanding orang lain, ia merendahkan orang dibawahnya, menjauhkannya
dan tidak mau duduk bersama atau makan bersamanya. Jika
kesombongannya semakin besar, ia merasa berhak dihormati dengan
berdiri di hadapannya. Jika kesombongannya lebih besar lagi, ia idak mau
menerima pelayanannya dan menjadikannya tidak berhak berdiri di
hadapannya. Jika kesombongannya kurang dari itu, ia enggan disejajarkan,
harus didahulukan bila berjalan bersama-sama di jalannya yang sempit,
dan didudukan di tempat yang lebih tinggi di berbagai acara, ia akan
menunggu orang lain memulai mengucapkan salam, dan segala
kebutuhannya harus ditunaikan, jika berdiskusi ia tidak mau ditolak dan
jika dinasehati ia tidak mau menerimanya, jika menyampaikan nasihat ia
menyampaikan dengan keras, jika ucapnnya dibantah ia marah,jika
mengajar ia tidak pernah mengasihani para murid bahkan menghardik
25
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014),473.
14
mereka dan memperbudak mereka, ia melihat orang awam seperti keladai,
merendahkan dan melecehkan mereka.26
Perbuatan yang timbul dari kesombongan ini sangat banyak hingga
tidak bsa dihitung dan tidak perlu dihitung karena sudah popular. Itulah
kesombongan keburukannya sangat banyak, dan tantangannya juga
berat.Dalam kesombongan ini orang-orang khusus binasah karenanya, dan
sedikit sekali hamba yang terhindar darinya, tak terkecuali orang-orang
yang zuhud dan para ulama‟, apalagi orang awam. Bagaimana tidak bayak
keburukannya sedangkan Nabi saw telah bersabda di dalam hadits shahih:
„Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya aada
kesombongan sebesar zharrah‟.
Kesombongan menjadi penghalang orang masuk surga karena ia
menghalangi seorang hamba dari semua ahlak yang seharusna disandang
oleh seorang mu‟min, Kelancangan terhadap guru juga adalah termasuk
kesombongan, yang dapat menjadi penghalang keangkuhanmu kepada
orang yang telah mengajarkan ilmu kepadamu hanya umurnya lebih muda
daripada engkau adalah kesombongan.27
sedangkan ahlak-ahlak itu
merupakan pintu-pintu surga, dan kesombongan merupakan penutup
pintu-pintunya. Terdapat sejumlah ayat yang mencela kesombongan dan
orang-orang sombong.28
Allah berfirman:
26
Sa‟id Hawwa, Mensucikan Jiwa “Konsep Tazkitun-Nafs Terpadu, Diterjemahkan Dari
Buku Aslinya Yang Berjudul: Ihya‟ Ulumuddin Al-Ghazali Oleh Sa‟id Hawwa, (Jakarta: Robbani
Press,1998), 228-229. 27
Yazid Bin Abdul Qadir Jawas, Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga, (Bogor: Pustaka Al-
Taqwa, 1428), 225. 28
Sa‟id Hawwa, Mensucikan Jiwa “Konsep Tazkitun-Nafs Terpadu, Diterjemahkan Dari
Buku Aslinya Yang Berjudul: Ihya‟ Ulumuddin Al-Ghazali Oleh Sa‟id Hawwa, (Jakarta: Robbani
Press,1998), 229
15
‟para malaikat memukul dengan tangannya, (seraya berkata):
“keluarkan nyawamu.” Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan
yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan
terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) karena
kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatnya”. (QS. Al-
An‟am: 93).29
Kemudian Allah berfirman:
“dikatakan (kepada mereka): "Masukilah pintu-pintu neraka
Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya" Maka neraka
Jahannam Itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang
menyombongkan diri.”. (QS. Az-Zumar: 72).30
Di dalam tafsir dikatakan: yakni aku akan memalingkan kefahaman
Al-Qur‟an dari hati mereka. Di dalam sebagian tafsir disebutkan: aku akan
menutupi hati mereka dari malakut. Ibnu Juraij berkata: yakni aku akan
memalingkan mereka sehingga tidak dapat merenungkannya dan
mengambil pelajarannya.
B. Bentuk-Bentuk Kesombongan
Ketahuilah bahwa pihak yang disombongi adalah Allah, para
Rasul-Nya atau seluruh makluk.Allah menciptakan manusia dengan
kecenderungan suka berbuat zhalim dan bodoh.Kadang-kadang
menyombongkan diri dari pada makluk dan kadang-kadang kepada
29
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 139. 30
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 466.
16
penciptanya.Jadi, kesombongan bila dilahirkan dari sisi pihak yang di
sombongi. Adapun bentuk kesombongan tersebut sebagai berikut:31
1. Takabur terhadap al-haq
Di antara bentuk keombongan terburuk adalah menolak
kebenaran.Kesombongan ini menyebabkan dia tidak bisa mengambil
faedah ilmu dan tidak bisa menerima al-haq serta tidak tunduk kepada al-
haq.Terkadang iameraih pengetahuan, namun jiwanya tidak mau tunduk
kepada al-haq, sehingga ia tidak dapat mengambil manfaat dari ilmu yang
berhasil dia raih, sebagaimana firman Allah swt. Memberitakan tentang
kaum fir‟aun:
“Dan mereka mengingkarinya karena kedzaliman dan
kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini
(kebenaran)nya. Maka perlihatkanlah betapa kesudahan orang-
orang yang berbuat kebinasaan.”(QS. An-Naml:14).32
2. Takabur terhadap manusia
Yaitu seseorang memandang dirinya di atas manusia lainnya,
sehingga dia nenganggap dirinya besar dan meremehkan orang lain.
Kesombongan ini akan mendorong kepada kesombongan terhadap
perintah Allah swt. Sebagaimana kesombongan Iblis terhadap Nabi Adam
a.s. Mendorongnya untuk enggan melaksanakan perintah Allah untuk
sujud kepada Adam a.s.
3. Kesobongan dengan pakaian
Rosulullah bersabda :
“Barangsiapa menyeret pakaiannya dengan sebab sombong, Allah
tidak akan melihatnya pada hari kiamat. Lalu Abu Bakar
beekata, “sesungguhnya terkadang salah satu sisi sarungku turun,
31
Sa‟id Hawwa, Mensucikan Jiwa “Konsep Tazkitun-Nafs Terpadu, Diterjemahkan Dari
Buku Aslinya Yang Berjudul: Ihya‟ Ulumuddin Al-Ghazali Oleh Sa‟id Hawwa, (Jakarta: Robbani
Press,1998), 32
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 378.
17
kecuali jika aku menjaganya”. Maka Nabi bersabda, “engkau tidak
termasuk orang yang melakukukannya dengan sebab
sombong”.(HR. Al-Bukhari dan lainnya dari Ibnu „Umar r.a.)
4. Kesombongan dengan perbuatan
Kesombongan dengan perbuatan bisa berupa nemalingkan
wajahnya dari manusia, berjalan dengan berlagak, dan lainnya.Allah swt.
Berfirman:
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.(QS. Luqman:18)33
Semoga Allah swt.Menjauhkan kita dan menjaga kita dari kesombongan
dengan segala bentuknya.Hanya Allah swt.Tempat memohon pertolongan.
C. Ciri-Ciri Orang Sombong
Nah berikut ini ada beberapa ciri-ciri orang yang memiliki sikap
sombong yang perlu anda pahami:
1. Kurang Mampu Menjalani Hubungan Baik
Terdapat suatu hal menarik yang diketahu melalui sebuah riset
mengenai hubungan antara sikap sombong dengan hubungan dengan orang
lain. Orang-orang yang memiliki sikap sombong biasanya akan kurang
mampu untuk menjalin hubungan yang baik dan stabil dengan orang lain.34
2. Menghargai Diri Sendiri Secara Berlebihan
Ciri lainnya dari orang yang memiliki sikap sombong adalah
terkadang mereka akan mengharga diri mereka secara berlebih (narsis).
Mereka akan cenderung melebih-lebihkan apa yang mereka miliki entah
itu dalam bentuk apapun kepada orang lain. Berbeda dari sikap normal
33
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 412. 34
Cinta Lia, “15 Ciri-Ciri Orang Sombong dan Angkuh”,
https://cintalia.com/kehidupan/perbuatan-salah/ciri-ciri-orang-sombong.
18
lainnya, terkadang mereka sadar akan kelebihan yang dimilikinya namun
menggunakan kelebihannya tersebut untuk orang lain atau lingkungan
sekitarnya.35
Sama seperti mengulurkan sarungnya sampai ke bawah dengan niat
sombong.36
Rasullulah bersabda,
“Barangsiapa memanjangkan bajunya sampai ketanah karena
sombong, maka Allah pada hari kiamat tidak mau
melihatnya”.Lalu Abu Bakar berkata, “salah satu ujung sarung
saya memanjang sampai ke tanah, tapi saya tidak mempunyai niat
sombong”.Rasullulah bersabda, Engkau bukan termasuk orang
yang sombng”.(HR. Abu Daud).
3. Tidak Suka Diberi Nasehat
Orang-orang yang memiliki sikap sombong terkadang tak ingin
atau tak suka bila diberi nasehat oleh orang lain. Mereka cenderung
menolak nasehat tersebut karena merasa diri mereka lah yang lebih pintar
dibandingkan dengan yang lainnya.37
Orang sombong ini walaupun pemikirannya tidak selayaknya benar
namun selalu ingin menang sendiri. Allah berfirman:
“Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang
kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada
Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal dia adalah penentang
yang paling keras.Dan apabila dia berpaling (dari kamu), dia
berjalan dimuka bumi untuk mengadakan kerusakan.Dia merusak
tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan. (QS. Al-Baqarah: 204-205).38
35
Azizah Azizah, “7 Ciri Orang Egois dan Sombong”, diakses melalui alamat,
https://www.sebelumtidur.com/ciri-orang-egois-dan-sombong.html. 02 maret 2018. 36
Sayyid MuhammadNuh, Menggapai Ridho Ilahi,Diterjemahkan Dari Buku Aslinya
Yang Berjudul: „Afatun „Ala Ath-Thariq Oleh Darmanto Dan Abdul Wadud (Jakarta: Lentera,
1998), 116. 37
Cinta Lia, “15 Ciri-Ciri Orang Sombong dan Angkuh”,
https://cintalia.com/kehidupan/perbuatan-salah/ciri-ciri-orang-sombong.. 38
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 32.
19
4. Suka Meremehkan Orang Lain
Karena sikapnya yang tinggi tersebut, terkadang orang-orang yang
sombong akan selalu meremehkan orang lain di sekitarnya. Mereka selalu
memandang rendah apapun yang dimiliki orang lain. Apalagi jika orang
tersebut tidak memberi salam terlebih dahulu kepadanya, mereka
cenderung akan sakit hati atau marah karena merasa harga diri atau
kehormatannya tak dihargai.
5. Bersikap Kasar
Hal lainnya yang mudah terlihat dari orang-orang yang memiliki
sikap sombong adalah sikap kasar yang dimilikinya.Pada saat mereka
sedang memberi nasehat ataupun ilmu, terkadang mereka menggunakan
sikap kasarnya tersebut bahkan hingga membentak. Kebiasaan-kebiasaan
ini memang sering dilakukan dengan tujuan jika orang lain dapat
mendengar nasehat atau ilmu yang mereka sampaikan
6. Tidak Mau Menghargai Pendapat Orang Lain
Pada saat sedang bertukar pikiran atau bermusyawarah, mereka
tidak akan pernah mau menghargai pendapat orang lain di dalam forum
tersebut. Bahkan mereka akan memaksakan kehendak tentang pendapat
yang mereka miliki agar diterima atau digunakan meskipun ada pendapat
lainnya yang lebih baik dibandingkan pendapatnya sendiri
7. Sering Mendahului Orang Lain
Hal lainnya yang terkadang sering terlihat dari orang-orang yang
memiliki sikap sombong adalah kebiasannya yang cenderung sering
mendahului orang lain. Misalnya ketika berjalan, mereka akan berusahan
untuk berjalan mendahului yang lainnya jika bersamaan. Mereka merasa
tak ingin berada di belakangi oleh orang lainnya.39
39
Sayyid Muhammad Nuh, Menggapai Ridho Ilahi,Diterjemahkan Dari Buku Aslinya
Yang Berjudul: „Afatun „Ala Ath-Thariq Oleh Darmanto Dan Abdul Wadud (Jakarta: Lentera,
1998), 116.
20
8. Menolak Kebenaran
Orang-orang sombong terkadang menolak kebenaran dari pendapat
yang disampaikan oleh orang lain. Mereka hanya menginginkan jika
pendapatnya lah yang paling benar apapun kondisinya.40
9. Senang Di Kunjungi Masyarakat
Biasanya orang sombong suka rumahnya di kunjungi tetangganya,
tetapi dia tidak mau mengunjungi mereka, dan mengingkan orang-orang di
waktu dia lewat atau datang.41
Rasullulah bersabda:
„Barangsiapa mengingkan orang-orang berdiri untuk
menghormatinya, maka siap-siaplah mengambil tempat di neraka‟.
(HR. Abu Daud)
Nah itu tadi beberapa ciric-ciri dari sifat sombong yang terkadang
dapat terlihat.Sikap sombong bukanlah sikap yang baik dan perlu
dihindari. Sifat sombong dapat merugikan diri anda sendiri dan orang lain
di sekitar anda. Semoga informasi diatas bermanfaat bagi anda.
40
Azizah Azizah, “7 Ciri Orang Egois dan Sombong”,
https://www.sebelumtidur.com/ciri-orang-egois-dan-sombong.html. 02 maret 2018 . 41
Sayyid Muhammad Nuh, Menggapai Ridho Ilahi,Diterjemahkan Dari Buku Aslinya
Yang Berjudul: „Afatun „Ala Ath-Thariq Oleh Darmanto Dan Abdul Wadud (Jakarta: Lentera,
1998), 116.
21
BAB III
ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN AL-QUR’AN
TENTANG KESOMBONGAN FIR’AUN
A. Istilah-Istilah Al-Qur’an Tentang Kesombongan
1. Thogho ( )
Thogho yang artinya melampaui batas. Dalam kalimat tersebut terdapat
beberapa surah yang membahas tentang melampaui batas tersebut, melampaui
batas yang dimaksud ialah melampaui batas secara kewajaran manusia yang
mengakibatkan kesombongan. Adapun surat-surat tersebut antara lain:
Surat Thaha ayat 24 dan 43.
“Pergilah kamu berdua kepada Fir‟aun, sesungguhnya dia telah melampaui
batas”. (QS. THAHA: 24 dan 43).42
Penafsiran
Pergilah kalian kepada Fir‟aun bersama-sama, dan hadapilah hujjahnya
dengan hujjah pula, karena dia seorang yang melampaui batas, sombong dan
ingkar, sehingga mengaku-aku bahwa dia rabb sebagaimana dia katakan, “Aku
adalah rabb kalian yang maha tinggi”.
Dikhususkannya perintah berdakwa kepada Fir‟aun setelah berdakwa
secara umum, karena kalau Fir‟aun sudah mau mendengarkan dan menerima
dakwa mereka serta beriman kepada mereka, niscaya seluruh orang Mesir akan
mengikutinya, sebagaimana dikatakan dalam pepatah, “Manusia mengikuti
agama raja mereka”.43
Surat An-Najm ayat 17:
42
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 43
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 16, (semarang: cv. Toha
putra, 1974), 203.
22
“Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan
tidak (pula) melampauinya”. (QS. An-Najm: 17).44
Penafsiran:
Penglihatan Rasullulah saw. tidaklah berpaling dari melihat keajaiban
yang ia diperintahkan melihatnya dan diizinkan memandangnya, dan ia tidak
melampaui penglihatan tersebut. Yakni sesuatu yang tidak diperintahkan
melihatnya.
Kesimpulannya, bahwa Nabi saw melihat dengan penglihatan yang
meyakinkan dan mantap apa yang ia lihat.45
Surat An-Zia‟at ayat 17
“Pergilah kamu kepada Fir‟aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas”.
(QS. An-Zia‟at: 17).46
Penafsiran
Berangkatlah kamu kepada Fir‟aun! Berilah ia nasihat! Sebab ia adalah
orang yang melewati batas, sombong dan ingkar kepada Allah. Ia menindas
dan memperbudak kaum Bani Israel serta menyembelih menyembeli anak laki-
laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka.
Kemudian Allah memerintahkan Musa agar berlaku lemah lembut dalam
menyampaikan misi dakwanya agar bisa membawa hasil yang memuaskan
dengan menjelaskan cara atau metode.47
Surat An-Naziat ayat 37:
44
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), . 45
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 27, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),84. 46
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 584. 47
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 30, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),49.
23
“Adapun orang yang melampaui batas”. (QS. An-Naziat: 37).48
Kata ini kami cari dalam indeks terjemah Al-Qur‟an – Karim yang di
tulis oleh Drs. A. Hasan Qalay Sm. Hk, yang dicetak oleh PT. Inline Raya
Jakarta tahun 1997 M. Hanya terdapat lima ayat saja yang bisa saya temukan.
2. Istakbara ( Menganggap Dirinya Besar )
Dalam masalah ini ada beberapa surah yang membahas tentang istakbara
diantaranya sebagai berikut:
Surat al-an‟am ayat 35:
”dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa Amat berat bagimu, Maka
jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu
dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka buatlah), kalau Allah
menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk
sebab itu janganlah sekali-kali kamu Termasuk orang-orang yang jahil.
Maksudnya Ialah: janganlah kamu merasa keberatan atas sikap mereka itu
berpaling daripada kami. kalau kamu merasa keberatan cobalah usahakan
suatu mukjizat yang dapat memuaskan hati mereka, dan kamu tentu tidak
akan sanggup.”49
(QS. Al-An‟am: 35)
Penafsiran:
Surah yunus ayat 71 :
48
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 584. 4949
24
“Dan bacakanIah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu Dia
berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal
(bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, Maka
kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan
(kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). kemudian
janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku,
dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku”. (QS. Yunus: 71)50
Tafsiran:
Bacakan hai Rasul, kepada orang-orang musrik penduduk mekah dan
lain-lainnya, tentang hukuman Allah yang engkau janjikan kepada mereka
sesuai dengan tuntunan sunnatullah terhadap seseorang yang mendustakan
Rasul sebelum kamu. Yakni, berita tentang nabi Nuh ketika dia berkata kepada
kaunnya, “Hai kaumku, apabila keberadaanku merasa berat dikalanganmu,
dengan menunaikan dakwah supaya kamu menyembah kepada tuhanmu, dan
kamu keberatan terhadap piringatanku kepada kalian dengan ayat-ayat Allah
yang menunjukkan atas keesaan dan kewajiban beribadah kepada-Nya, maka
sebenarnya aku telah benar-benar menyerahkan urusanku kepada Allah, yang
telah mengutus aku. Aku bersandar kepada-Nya semata-mata, setelah aku
menunjukkan risalah sebatas kekuatanku.51
Dalam tafsir al-azhar dikatakan
Surat al-mu‟min ayat 35:
“Yaitu orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alassan
yang sampai kepada merek. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi
Allah di sisi orang-orang yang beriman. Demikian Allah mengunci mati
hati orang yang sombong dan sewenag-wenang”.(QS. Al-Mu‟min: 35).52
50
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 217. 51
Salim bahreisy dan said bahreisy, terjemah singkat tafsir ibnu katsir jilid 4, (surabaya:
pt. Bina ilmu), 251. 52
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 471.
25
Tafsiran:
Sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas dan ragu ialah orang-
orang yang membantah terhadap hujjah Allah yang telah didatangkan oleh
Rasulrasulnya dengan tujuan untuk menolak hujjah Allah itu dengan hujjah
batil yang tidak disetujui oleh akal maupun naqal (kitab). Mereka berpegang
kepada taklid kepada bapak-bapak, nenek moyang mereka dan berpegang
kepada kebatilan sesat yang tidak dapat diterima oleh orang yang mempunyai
pikiran waras. Bantahan seperti itu adalah sangat di murkai oleh Allah dan
orang-orang yang beriman. Murka Allah terhadap mereka terjadi dengan azab
buruk, sebagai akibatnya. Sedangkan murka orang-orang beriman kelihatan
pengaruh-pengaruhnya dalam bentuk tidak maunya mereka berbicara dengan
orang-orang kafir, juga tidak adanya kecendrungan mereka kepada orang-orang
kafir dalam soal agama maupun dunia.53
Surat asy-syura ayat 13:
“Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka
kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya
dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-
Nya).”(QS. Asy-Syura:12)”.(QS. Asy-Syura:12)54
Tafsiran:
Beratlah bagi orang-orang yang musyik menerima seruan yang
disampaikan kepada mereka agar mengesakan Allah dan meninggalkan
penyembahan kepada patung-patung dan berhala-berhala, serta kecaman
terhadap mereka atas perbuatan seperti itu secara turun temurun dan
memindahkannya dari bapak-bapak dan nenek moyang mereka. Allah memilih
siapa yang dikehendaki diantara hamba-hambanya dan mendekatkan mereka
kepadanya dengan pendekatan kemuliaan dan memberi taufik kepada orang
53
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 24, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),127. 54
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 484.
26
yang bertaubat dari kemaksiatan-kemaksiatan, sehingga dapat melakukan
ketaatan kepada Allah dan mengikuti kebenaran yang karenanya. Dia
membangkitkan nabi-Nya.55
Surat as-saff ayat 3:
“Amat besarlah kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan”.(QS.As-Saff: 3).56
Penafsiran:
Amat besarlah dosanya di sisi Allah bila kamu mengatakan apa yang
tidak kamu kerjakan.
Itu disebabkan menepati janji merupakan bukti bagi ahlak yang mulia dan
budi pekerti yang baik. Dengan menepati janji itu, terwujudlah kepercayaan
diantara kelompok-kelompok itu dengan ikatan cinta dan kasih, ketika sebagian
individu-individunya berhubungan dengan yang lain, sehingga mereka menjadi
satu tangan dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan yang mereka inginkan.
Begitu pula sebaliknya jika pada suatu umat tersiar ingkar janji, maka akan
kecillah kepercayaan diantara individu-individunya dan akan lepas pula tali-tali
pengikatnya.57
Kata istakbara ini kami cari dalam indeks terjemah Al-Qur‟an – Karim
yang di tulis oleh Drs. A. Hasan Qalay Sm. Hk, yang dicetak oleh PT. Inline
Raya Jakarta tahun 1997 M. Hanya terdapat empat ayat saja yang bisa saya
temukan.
55
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 24, (semarang: cv. Toha
putra, 1974), 56
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 551. 57
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 28, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),129.
27
3. `Ala ( Merasa Tinggi )
Dalam istilah „ala yang artinya merasa tinggi ada beberapa surat tetapi
yang tergolong dalam pembahasan saya dalam kesombongan ini hanya 1 surat
yaitu:
Surat An-Naziat ayat 24:
“(Seraya) berkata, akulah tuhanmu yang paling tinggi”.(QS. An-Naziat:
24)58
Tafsiran:
“Tidak ada sesuatu kekuasaan melebihi kekuasaanku”. Demikian Fir‟aun
dengan segala keangkuhannya. Dan tatkala musa bersama kaumnya berusaha
keluar dari tanah mesir, mereka telah dikejar-kejar oleh Fir‟aun dan tentaranya
binasah ditelan ombak.59
4. Mukhtal Fakhur ( Berbangga-Bangga )
Adapun ayat-ayat yang membahas tentang mukhalan fahhur yang artinya
berbangga-bangga sebagai berikut:
Surat Hud ayat 10:
“Dan jika kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana
menimpahnya, niscaya dia akan berkata, “telah hilang bencana-bencana
itu dariku”; sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga”.60
(QS. Hud:
10)
Penafsiran:
Dan jika kami telah singkapkan darinya bencana yang telah menimpanya,
kemudian diganti dengan kebahagian, seperti kesembuhan dari suatu penyakit,
58
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 484. 59
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 30, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),51 60
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014),222 .
28
bertambahnya kekuatan, terlepasnya kekuasaan kepada kemudahan dan selamat
dari rasa takut dan kehinaan, maka sesungguhnya dia mengatakan telah
sirnalah bencana-bencana dan musibah yang telah menyusahkan, dan takkan
kembali lagi. Semua itu, taklain hanyalah serupa awan dimusim panas yang
telah tercerai berai, dan seharusnya aku harus melupakannya, kemudian
menikmati kelezatan-kelezatan tersebut.
Kesimpulan: sesungguhnya, apabila kalian yang berputus asa dan tak tahu
bersyukur itu, kami beri anugrah kenikmatan yang dirasa kelezatannya setelah
habis bencana yang telah menimpa dan dan di tempuh dengan kenikmatan
tersebut, maka kenikmatan itu dia terima bukan dengan bersyukur kepada
Allah. Bahkan dia lupa diri dan angkuh terhadap orang lain.61
Surat luqman ayat 18:
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.”(QS. Luqman: 18).62
Penafsiran:
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh dan
menyombongkan diri, karena sesungguhnya hal itu adalah cara jalan orang-
orang yang angkara murka dan sombong, yaitu mereka yang gemar melakukan
kekejaman di muka bumi dan suka berbuat zalim terhadap orang lain. Akan
tetapi berjalan dengan siakap sederhana karena sesungguhnya cara jalan yang
demikian mencerminkan rasa rendah diri, sehingga pelakunya akan sampai
kepada semua kebaikan.63
61
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 12, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),12. 62
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 412. 63
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 21, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),161.
29
Surat Al-Hadid ayat 23:
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”.(QS. Al-
Hadid: 23).64
Penafsiran:
Kesedihan yang tercelah ialah kesedihan yang mengeluarkan seseorang
menuju suatu sikap yang menghilangkan kesabaran dan penyerahannya kepada
perintah Allah, di samping menghilangkan harapan kepada pahala Allah. Dan
kegembiraan terlarang ialah kegembiraan yang menjadikan seseorang congkak
dan melalaikannya dari syukur. Sesungguhnya orang yang congkak lagi
sombong itu dimurkai oleh Allah dan tidak diridai-Nya.65
Surat An-Nisa ayat 36:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.
64
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 540. 65
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 27, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),318-319.
30
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri”.(QS. An-Nisa‟:36)66
Penafsiran:
Orang sombong lagi membanggakan diri ini dibenci oleh Allah Ta‟ala,
karena ia merendahkan seluruh hak yang diwajibkan Allah bagi orang lain dan
dirinya sendiri, seperti hak untuk mengagungkan dan membesarkan-Nya. Maka
ia seperti orang yang mengingkari sifat-sifat illahiyah , yang hanya patut bagi-
Nya.67
Kata Mukhtal Fakhurini kami cari dalam indeks terjemah Al-Qur‟an –
Karim yang di tulis oleh Drs. A. Hasan Qalay Sm. Hk, yang dicetak oleh PT.
Inline Raya Jakarta tahun 1997 M. Hanya terdapat empat ayat saja yang bisa
saya temukan.
5. Marohan ( Angkuh )
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-
kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”.(QS. Al-Isra‟: 37).68
Tafsiran:
Dan jangan kamu berjalan di muka bumi dengan bersikap sombong
bergoyang-goyang seperti jalannya para raja yang angkuh. Karena, dibawahmu
ada bumi yang kamu takkan mampu menembusnya dengan hentakanmu dan
injakanmu yang keras terhadapnya, sedang di atasmu ada gunung-gunung yang
kamu takkan mampu menggapainya. Jadi, kamu dilingkupi oleh dua macam
66
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 84. 67
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 5, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),58. 68
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 285.
31
benda mati yang kamu lebih lemah dari keduanya. Sedang orang yang lemah
dan terbatas, tak patutnya untuk bersikap sombong.69
Surat Luqman ayat 18:
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.”(QS. Luqman: 18)70
Tafsiran:
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh dan
menyombongkan diri, karena sesungguhnya hal itu adalah cara jalan orang-
orang yang angkara murka dan sombong, yaitu mereka yang gemar melakukan
kekejaman di muka bumi dan suka berbuat zalim terhadap orang lain. Akan
tetapi berjalan dengan siakap sederhana karena sesungguhnya cara jalan yang
demikian mencerminkan rasa rendah diri, sehingga pelakunya akan sampai
kepada semua kebaikan.71
Kata marohan ini kami cari dalam indeks terjemah Al-Qur‟an – Karim
yang di tulis oleh Drs. A. Hasan Qalay Sm. Hk, yang dicetak oleh PT. Inline
Raya Jakarta tahun 1997 M. Hanya terdapat dua ayat saja yang bisa saya
temukan.
B. Penyebab Orang Sombong
Ketahuilah bahwa tidak akan bersombong kecuali orang yang menganggap
dirinya besar dan tidak akan menganggap dirinya besar kecuali orang yang
menyakini memiliki sifat kesempurnaan. Pangkal hal tersebut adalah
69
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 15, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),86. 70
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 412. 71
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 21, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),161.
32
kesempurnaan keagamaan atau keduniaan. Keagamaan adalah menyangkut ilmu
dan amal sedangkan keduniaan menyangkut nassab, kecantikan, kekuatan, harta
kekayaan dan banyaknya pendukung. Berikut ini kami sebutkan ketujuh sebab
tersebut:
1. Ilmu Pengetahuan
Demikian cepatnya kesombongan mengikuti para ulama (kaum intelektual)
sehingga seorang yang berilmu merasa tinggi dengan ilmu pengetahuannya,
merasakan keindahan dan kesempurnaan ilmu pengetahuan dan
merendahkan orang lain. Ia menganggap mereka bodoh dan menunggu
orang lain terlebih dahulu mengucapkan salam. Jika salah seorang dari
mereka memulai mengucapkan salam kepadanya atau berdiri kepadanya
atau memenuhi panggilannya maka ia menganggap hal itu sebagai bakti dan
dukungan kepadanya yang harus disyukurinya.72
2. Amal dan Ibadah
Orang-orang yang zuhud dan para ahli ibadah tidak terlepas pula dari
nistanya kesombongan. Kesombongan itu mneyelinap kedalam diri mereka
baik urusan agama maupun dunia. Dalam urusan dunia, ia memandang
orang lain lebih patut untuk menjiarahi dirinya ketimbang ia menziarahi
orang lain. Ia memandang orang lain memenuhi kebutuhannya,
melapangkan tempatnya di berbagai acara, menyebut-nyebut kewara‟an dan
ketaqwaannya, dan mengutamakannya ketimbang orang lain.
Sedangkan dalam urusan agama, ia menganggap orang lain binasah dan
memandang dirinya selamat, padaahal dengan pandangan tersebut ia
memastikan dirinya binasa.73
3. Nasab Keturunan
Orang yang mempunyai nasab keturunan yang mulia menganggap hina
orang yang tidak memiliki nasab tersebut, sekalipun orang itu lebih tinggi
72
Sa‟id Hawwa, Mensucikan Jiwa “Konsep Tazkitun-Nafs Terpadu, Diterjemahkan Dari
Buku Aslinya Yang Berjudul: Ihya‟ Ulumuddin Al-Ghazali Oleh Sa‟id Hawwa, (Jakarta: Robbani
Press,1998), 233. 73
Sa‟id Hawwa, Mensucikan Jiwa “Konsep Tazkitun-Nafs Terpadu, Diterjemahkan Dari
Buku Aslinya Yang Berjudul: Ihya‟ Ulumuddin Al-Ghazali Oleh Sa‟id Hawwa, (Jakarta: Robbani
Press,1998), 234.
33
ilmu dan amalnya. Terkadang mereka menyombongkan dirinya lalu
menganggap orang lain sebagai pengikut dan budaknya, sehingga ia enggan
bergaul dan duduk bersama mereka. Aakibatnya dalam lisan ialah
membanggakan nasab keturunannya.74
4. Kecantikan
Hal ini kebanyakan dikalangan kaum wanita dan menimbulkan cacian,
gunjingan dan aib-aib orang lain. Di antarang apa yang diriwayatkan oleh
Aisyah ra. Dalam sebuah hadits shahih bahwa ia berkata:
“Ada seorang wanita yang mau menemui Nabi saw lalu ia berkata
dengan tanganku begini, yakni ia pendek, lalu Nabi saw bersabda:
“Kamu sungguh menggunjingnya”.”
Timbulnya hal ini adaalah terselubungnya kesombongan, karena seandainya
Aisyah juga pendek niscaya dia tidak akan menyebutnya pendek. Seolah-
olah Aiayah ujub dengan postur tubuhnya dan menganggap pendek wanita
itu dibandingkan dengan dirinya.75
5. Harta Kekayaan
Hal ini biasanya terjadi pada kalangan Raja yang membanggakan harta
simpanan mereka, para saudagar yang membagakan barang dagangan
mereka, para tuan tanah yang membanggakan tanah-tanah mereka, atau para
pesolek yang membanggakan pakaiannya, kuda dan kendaraan mereka,
sehingga orang yang kaya merendahkan orang yang miskin sehinnga dia
menyombongkan dirinya kepadamereka seraya berkata: “Kamu melarat dan
miskin sedangkan aku kalau aku bisa membeli orang seperti kamu”. Kaarena
itu dia selalu membanggakan kekayaan dan menganggap remeh kemiskinan.
74
Sa‟id Hawwa, Mensucikan Jiwa “Konsep Tazkitun-Nafs Terpadu, Diterjemahkan Dari
Buku Aslinya Yang Berjudul: Ihya‟ Ulumuddin Al-Ghazali Oleh Sa‟id Hawwa, (Jakarta: Robbani
Press,1998), 235. 75
Sa‟id Hawwa, Mensucikan Jiwa “Konsep Tazkitun-Nafs Terpadu, Diterjemahkan Dari
Buku Aslinya Yang Berjudul: Ihya‟ Ulumuddin Al-Ghazali Oleh Sa‟id Hawwa, (Jakarta: Robbani
Press,1998), 236.
34
Semua itu karena kebodohan tentang keutamaan kemiskinan dan keburukan
kekayaan:76
Dalam hal ini Allah mengisyaratkan dalam firmannya:
“Dan Dia mempunyai kekayaan besar, Maka ia berkata kepada
kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia:
"Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku
lebih kuat".(QS. Al-Kahfi: 34).77
6. Kekuatan dan Keperkasaan
Hal ini dilakukan terhadap orang-orang yang lemah. Orang yang mempunyai
jabatan yang tinggi akan menindas orang-orang yang lemah, akibatnya orang
yang lemah selalu di remehkan dan di tindas oleh yang mempunyai
keperkasaan, dia bangga bisa mempunyai kekuatan dan keperkasaan yang
dia peroleh dan mengakibatkan orang yang lemah menjadi tambah lemah di
hadapan mereka.78
7. Pengikut, Pendukung, Murid, Pembantu, Keluarga, Kerabat dan Anak.
Ini terjadi pada kalangan raja yang bersaing dalam memperbanyak tentara,
dan di kalangan para ulama‟ yang bersaing memperbanyak anggota jama‟ah.
Secara umum, setiap nikmat dan yang bisa diyakini kesempurnaannya,
sekalipun dalam dirinya tidak ada kesempurnaan yang tidak dipakai untuk
sombong, sampai orang benci pun menyombongkan diri kepada teman-
temannya dengan kelebihan pengetahuan dan kemampuan dalam seni
kebencian, karena ia menganggap hal itu sebagai kesempurnaan lalu ia
76
Sa‟id Hawwa, Mensucikan Jiwa “Konsep Tazkitun-Nafs Terpadu, Diterjemahkan Dari
Buku Aslinya Yang Berjudul: Ihya‟ Ulumuddin Al-Ghazali Oleh Sa‟id Hawwa, (Jakarta: Robbani
Press,1998), 237. 77
78
Sa‟id Hawwa, Mensucikan Jiwa “Konsep Tazkitun-Nafs Terpadu, Diterjemahkan Dari
Buku Aslinya Yang Berjudul: Ihya‟ Ulumuddin Al-Ghazali Oleh Sa‟id Hawwa, (Jakarta: Robbani
Press,1998), 237
35
membanggakannya sekalipun perbuatannya itu tidak lain adalah
kemesuman.79
C. Akibat Perbuatan Orang Sombong
Bersikap sombong dimuka bumi tanpa alasan yang sah akan membawa
dampak negative dan kehancuran, baik pada diri seseorang maupun pada
perjuang islam. Dampak negatifnya terhadap beramal di antaranya:
1. Tidak bisa mengambil pelajaran dan iktibar. Orang yang sombong, karena
keangkuhan dan kepongahannya terhadap hamba-hamba Allah, telah
melampaui- sadar atau tidak kedudukan ketuhanan. Karena itu, dia pantas
mendapatkan hukuman dari Allah. Hukuman yang pertama-tama
diperolehnya adalah tidak bisa mengambil pelajaran dan iktibar dari ayat-
ayat Allah. Dia melihat ayat-ayat Allah di jagat raya, tapi dia sama sekali
tidak bisa mengambil pelajaran.
Allah berfirman:
“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) dilangit dan di
bumi yang mereka lalui, sedangkan mereka berpaling darinya.”
(QS.Yusuf : 105).80
Orang tidak bisa mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan
Allah akan berada dalam kerugian yang nyata, karena dia akan terus-
menerus berada dalam kelemahaan dan kekeliruan, dan bergelimang dalam
kesalahan sampai akhir hayatnya. Di waktu membaca ayat
79
Sa‟id Hawwa, Mensucikan Jiwa “Konsep Tazkitun-Nafs Terpadu, Diterjemahkan Dari
Buku Aslinya Yang Berjudul: Ihya‟ Ulumuddin Al-Ghazali Oleh Sa‟id Hawwa, (Jakarta: Robbani
Press,1998), 238. 80
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 248.
36
“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal,” (QS Ali‟Imran: 190)81
Rasulullah bersabda,
“Celakalah orang yang membaca ayat tersebut tapi tidak
memikirkannya.”(HR. Ibnu Kastir).
Allah SWT telah menjelaskan dampak buruk ini,
“Aku akan memalingkan dari tanda-tanda kekuasaan-Ku orang-
orang yang menyombongkan dirinya dimuka bumi tanpa alasan
yang benar.” (QS, al-A‟raf: 146)82
2. Merasa gelisa karena kepongahan dan keangkuhannya, orang sombong
selalu ingin agar orang-orang di sekitarnya menuruti dan menaatinya.
Sementara, orang-orang mulia dan terhormat di sekitarnya justru
membenci hal itu. Mereka sama sekali tak sudi memenuhi keinginannya.
Dengan begitu, hasratnya itu tak akan pernah terwujud. Akibatnya,
timbullah rasa gelisah dan kegoncangan jiwa yang berkepanjangan dalam
dirinya. Di samping itu, orang yang sombong tidak menyadari kebesaran
81
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 75. 82
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 168.
37
Allah. Untuk itu, ia pantas mendapat hukuman Allah. Dan bentuknya yang
paling ringan di dunia ini adalah kegelisahan dan kegoncangan jiwa. Allah
berfirman:
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta (QS.
Thaha: 124)83
Dan barang siapa berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya
akan dimasukkan dia kedalam azab yang sangat berat.” (QS. Al-
Jin: 17)84
3. Selalu diliputi kekurangan dan kelemahan. Ini Karen orang yang sombong
selalu merasa dirinya sempurna, sehingga dia merasa tidak perlu
melakukan intropeksi. Kalaupun perlu perbaikan, dia tetap tidak mau
menerima nasihat dan arahan orang lain. Akibatnya, dia akan selalu
bergelimang didalam kelemahan dan kekurangan sampai akhir hayatnya.
Allah berfirman:
Katakanlah, “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatanyan?” yaitu orang-orang
yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangkan bahwa mereka berbuat sebaik-
baiknya. (QS, al-Kahfi: 103-104)85
83
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 320. 84
Ibid., 573. 85
Ibid., 304
38
[Bukan demikian], yang benar, barang siapa berbuat dosa dan dia
telah diliti oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka
kekal didalmnya. (QS. al-Baqarah: 81)86
4. Tidak bisa masuk surga. Ini sudah sangat jelas. Orang yang melampaui
kedudukan ketuhanan dan terus-menerus bergelimang didalam dosa dan
kesalahan sampai akhir hayatnya, dan tidak melakukan kebaikan yang
membuatnya berhak mendapatkan pahala, pasti akan terharamkan dari
surga, selamanya atau sementara. Benarlah apa yang difirmankan Allah
didalm hadis qudsi, “Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan
adalah sarung-Ku. Barangsiapa menarik dari-Ku salah satu dari keduanya,
akan Aku lemparkan dia kedalam neraka.”(HR. Ibnu Majah)
Rasulullah SAW bersabda.
“Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya ada rasa
sombong seberat dzarrah (biji sawi).” (HR. Muslim).
Sifat sombong juga mempunyai pengaruh negatif terhadap
perjuangan islam, iantaranya:
1. Tidak mendapatkan dukungan masyarakat, bahkan akan terjadi perpecahan
didalm masyarakat. Hal itu terjadi Karena pada dasarnya hati manusia
senang pada orang yang berhati lembut, rendah hati, dan suka
memperhatikan orang yang lemah. Sedangkan orang yang arogan, tidak
menghormati orang lain, akan dibenci masyarakat dan tidak akan didekati
mereka. Ini artinya, perjuangannya tidak mendapatkan dukungan dari
masyarakat. Dengan begitu, perjuangannya sia-sia, tidak ada hasil.
Apabila perjuangan islam tidak mendapatkan dukungan dan para
pelakunya berpecah-belah, maka perjuangan tersebut mudah diserang dan
dihancurkan oleh musuh-musuh Islam. Paling tidak perjuangan tersebut
akan mandul, tidak memberikan hasil maksimal, kecuali setelah menelan
biaya yang besar dan waktu yang cukup lama.
86
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 12.
39
Dampak ini tidak lepas dari perhatian Al-Qur‟an menceritakan
tentang sikap orang-orang munafik yang sombong,
“Dan kamu lihat mereka (orang-orang munafik ) berpaling sedang
menyombongkan diri.” (QS. al-Munafiqun: 5)87
Begitu juga Rasulullah bersabda.
“sesungguhnya Allah menurunkan wahyu kepada saya agar saya
bersikap tawaduk (rendah hati), sehingga masing-masing di antara
kalian tidak menyombongkan diri dan berbuat zalim pada yang
lainnya.” (HR.Muslim)
2. Tidak mendapatkan pertolongan Allah. Allah hanya memberikan bantuan
kepada orang yang betul-betul ikhlas kepada-Nya didalam segala amal
perbuatannya. Sementara, orang yang sombong selalu merasa dirinya
paling besar. Dengan begitu, dia tidak akan mendapatkan pertolongan dari
Allah. Inilah mungkin salah satu maksud dari firman Allah:
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu dalam peperangan
Badar, padahal kamu (ketika itu) adalah orang-orang yang lemah.
(QS. Ali imran: 123)88
Dengan Allah menghubungkan bantuan pada kaum mukmin di
waktu Perang Badar dengan keadaan meraka yang sangat lemah
dibandingkan dengan kekuatan kaum kafir saat itu, maka sakan-akan ayat
diatas menjelaskan bahwa apabila mereka tidak bersikap tawaduk kepada
Allah niscaya tidak akan mendapatkan bantuan dari Allah.
D. Klasifikasi Ayat-Ayat Makiyah Dan Madania Serta Asbabun Nuzul
87
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 555. 88
Ibid., 66.
40
Kata al-makki berasal dari kata “Mekkah” dan al-madani berasal dari
kata “Madinah”. Kedua kata tersebut telah dimasuki “ya‟” nisbah sehingga
menjadi al-makkiy atau al-makkiyah dan al-madaniy atau al-madaniyah. Secara
harfiah, al-makki atau al-makkiyah berarti “yang bersifat Mekkah” atau “yang
berasal dari Mekkah”, sedangkan al-madaniy atau al-madaniyah berarti “yang
bersifat Madinah” atau “yang berasal dari Madinah”. Maka ayat atau surah
yang turun di Mekkah disebut dengan al-makkiyah dan yang diturunkan di
Madinah disebut dengan al-madaniyah.
1. Ayat-ayat Makiyah
a. Surah thaha ayat 24
“Pergilah kamu berdua kepada Fir‟aun, sesungguhnya dia telah melampaui
batas”. (QS. Thaha: 24 dan 43).89
Ayat ini merupakan priode mekkah. Hubungan ayat ini dengan ayat
sebelumnya yaitu, pada ayat sebelumnya Allah swt menceritakan tentang nabi
musa dan nabi harun untuk memberikan kabar gembira dan pahalanya, dan
menakut-nakuti dengan siksanya yang sangat pedih.90
b. surah al-angkabut ayat 39
“Dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-
keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka)
bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu)”.
(QS.Al-Ankabut:39).
89
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 90
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 16, (semarang: cv. Toha
putra, 1974), 203.
41
Ayat ini merupakan priode mekkah. Hubungan ayat ini dengan ayat
sebelumnya yaitu, Allah mengutus Musa untuk meluruskan Fir‟aun dan
haman untu tidak keluar dari jalan Allah namun keduanya tidak menerima
ajakan Musa sehingga kedua x esok akan mengalami kehancuran.
c. surah an-naziat ayat 24
“(Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi".(QS. Aa-Naziat:
24).
Ayat ini merupakan priode mekkah. Hubungan ayat ini dengan ayat
sebelumnya yaitu, Allah telah mengutus musa untuk mempercayai dalil dan
hujjah Allah tetapi Fir‟aun menolak dan berpaling dari ajakannya yang
menyerukan ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah, bahkan ia semakin
hanyut dalam kemaksiatannya, semakin jauh tersesatdan semakin membabi
buta tanpa memikirkan akibat perbuatannya.91
2. Ayat-Ayat Madaniyah
Dalam pembahasan ini penulis tidak menemukan ayat yang turun di
madinah sehingga penulis tidak menyantumkan ayat-ayat tersebut.
3. Asbabun Nuzul
Asbab al-nuzul, dalam Al-Qur‟an adalah sebab-sebab turunnya sebuah
ayat. Ilmu ini merupakan kajian historis yang melatar belakangisebuah ayat itu
diturunkan oleh Allah. Sebagian kita tidak memahami kalau setiap ayat dalam
Al-Qur‟an memiliki sejarah. Catatan sejarah Al-Qur‟an kita kenal dengan
Asbab Al-Nuzul. Bagi setiap penurunan ayat asbab al-Nuzul akan
menceritakan sebab-sebab turunnya ayat. Perubahan hukum yang berlaku
9191
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 30, (semarang: cv. Toha
putra, 1974), 50.
42
diterangkan dengan hujjah dari kisah Asbab Al-Nuzulyang diceritakan melalui
kisah-kisah hadits yang shahih.92
Hal ini meliputi pemahaman tentang, penetapan hukum yang sudah
melalui pertimbangan, untuk memahami ayat yang turun berlaku khusus atau
umum, membantu dalam memahami makna dan kandungan ayat, menghindari
penyalahgunaan untuk tujuan tertentu. Dalam bab ini penulis berupaya
menggunakan Asbab Al-Nuzul. Disini penulis telah mengklasifikasikan dan
berusaha mencari Asbab Al-Nuzul.
Dalam pembahasan ini penulis tidak menemukan tentang asbabun nuzul,
maka penulis tidak mencantumkan.
4. Mufrodat
a. Surah thaha ayat 24
“Pergilah kamu berdua kepada Fir‟aun, sesungguhnya dia telah melampaui
batas”. (QS. Thaha: 24 dan 43).93
Penafsiran perkata:
= pergilah (engkau)
= kepada Fir‟aun
= sungguh ia
= telah melampaui batas.
b. surah al-angkabut ayat 39
92
Asrifin An Nakhrawie, Ringkasan Asbabun Nuzul Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat Al-
Qur’an,Disarikan Dari Kitab Aslinya Lubabun Nuqul Fi Asbabin Nuzul Karya Imam Alaluddin
Assayuti, (Surabaya: Ikhtiar, 2011),4. 93
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014),
43
“Dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-
keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka)
bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu)”.
(QS.Al-Ankabut:39).
Penafsiran perkata:
= dan qorun
= dan Fir‟aun
= dan haman
= dan sesungguhnya musa telah datang kepada
mereka
= dengan bukti-bukti nyata
= lalu mereka berlaku sombong
= di muka bumi
= dan tidaklah
= mereka adalah
= orang-orang yang luput (dari siksa)
c. surah an-naziat ayat 24
44
“(Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi".(QS. Aa-Naziat:
24).
Penafsiran perkata :
= lalu (ia) berkata
= aku (adalah)
= Tuhan kalian (yang) paling tinggi.
45
BAB IV
KESOMBONGAN FIR’AUN
A. Personafikasi Fir‟aun Dalam Al-Qur‟an
Fir‟aun adalah gelar kehormatan bagi raja-raja mesir purbakala. Al-qur‟an
menceritakan diantara Fir‟aun itu ada yang telah bertindak melampaui batas,
menyombongkan diri sampai mendakwakan dirinya menjadi tuhan tertinggi,
memecah belah rakyatnya menjadi beberapa kelas, mengadakan kerja paksa
kepada kaum bani israel, membunuh anak laki-laki dan membiarkan hidup
anak-anak perempuan mereka. Juga menentang Nabi Musa dan menyuruh
haman mentrinya untuk membuat menara tinggi katanya untuk melihat atau
menyerang Tuhan yang diceritakan oleh Musa. Diterangkan pula Fir‟aun itu
karam di lautan tetapi jasadnya terdampat di daratan sebagai bukti sejarah dan
kebenaran.94
Fir‟aun yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an itu dan dalam bibel menurut
pendapat ahli sejarah, besar kemungkinan bahwa Fir‟aun itu ialah seti (shotes) I
(1301 - 1234 sebelum Masehi) atau Rames II (1319 - 1301 sebelum masehi).95
B. Istilah-Istilah Yang Digunakan Al-Qur‟an Tentang Kesombongan Fir‟aun
1. Thogho ( )
Thogho yang artinya melampaui batas. Dalam kalimat tersebut terdapat
beberapa surah yang membahas tentang melampaui batas tersebut, melampaui
batas yang dimaksud ialah melampaui batas secara kewajaran manusia yang
mengakibatkan kesombongan.
Kata ini kami cari dalam indeks terjemah Al-Qur‟an – Karim yang di
tulis oleh Drs. A. Hasan Qalay Sm. Hk, yang dicetak oleh PT. Inline Raya
Jakarta tahun 1997 M. Hanya terdapat lima ayat saja yang bisa saya temukan.
Adapun surat-surat tersebut antara lain:
Surat Thaha ayat 24 dan 43.
94
Fachruddin, ensiklopedia al-qur’an jilid 1, (jakarta: p.t melton putra, 1992), 360. 95
Ibid., 360.
46
“Pergilah kamu berdua kepada Fir‟aun, sesungguhnya dia telah melampaui
batas”. (QS. Thaha: 24 dan 43).96
Dan di jelaskan pula dalam tafsir al-maraghi yaitu Pergilah kalian kepada
Fir‟aun bersama-sama, dan hadapilah hujjahnya dengan hujjah pula, karena dia
seorang yang melampaui batas, sombong dan ingkar, sehingga mengaku-aku
bahwa dia rabb sebagaimana dia katakan, “Aku adalah rabb kalian yang maha
tinggi”.
Dikhususkannya perintah berdakwa kepada Fir‟aun setelah berdakwa
secara umum, karena kalau Fir‟aun sudah mau mendengarkan dan menerima
dakwa mereka serta beriman kepada mereka, niscaya seluruh orang Mesir akan
mengikutinya, sebagaimana dikatakan dalam pepatah, “Manusia mengikuti
agama raja mereka”.97
Adapun dalam tafsir al-azhar dikatakan untuk inilah musa diberi mu‟jizat
yang besar-besar, dua diantaranya telah diperlihatkan di lembah thuwa yang suci
itu ketika Allah memberi peluang bagi musa untuk bercakap dengan dia. Tugas
ini adalah amat berat bukanlah sembarang orang yang dapat mengerjakannya,
dan bagi Musa tugas ini terasa amat berat, akan menghadapi Fir‟aun, raja mesir
yang telah merasa dirinya tuhan atau anak tuhan, menguasai seluruh sumber
kehidupan manusia. Lantaran dirinya merasa jadi tuhan itu, Fir‟aun telah
menjadi thogha yaitu berbuat semaunya saja, tidak ada yang menghalangi, tidak
ada yang menghambatnya. Dia di dudukkan ke atas pucuk kebesaran tinggi,
laksana susunan pyramide (Ahram) yang dirikan, runcing kepucuk, di atas sekali
beliau duduk, alasan di bawah adalah rakyat yang lemah, di tengah-tengah
tersusun orang-orang bangsaawan dan kahin-kahin, yaitu pendeta merangkap
dukun. Maka kita pakailah bahasa indonesia yang terpakai untuk orang yang
96
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014), 97
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 16, (semarang: cv. Toha
putra, 1974), 203.
47
memerintah sekehendak hati saja, bersultan dimatanya, beraja dihatinya, tidak
siapa adan dapat membantah.98
Menurut tafsir ibnu katsir llah menyeruh kepada Musa kepada Fir‟aun
raja mesir, negri yang telah engkau tinggalkan selama sepuluh tahun yang lalu,
karena lari takut atas kezaliman dan tindakan sewenang-wenang. Pergilah
engkau sekarang menghadap Fir‟aun rajanya, serukan agar ia menyembah
kepada Allah Yang Maha Esa dan berlaku baik terhadap Bani Israil. Fir‟aun
telah melampaui batas dengan telah mengingkari ketuhanan-Ku dan
menganggap dirinya sebagai tuhan yang minta disembah oleh rakyatnya. Musa
memohon dan berdoa .‟Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah
urusanku dalam menjalankan perintah-Mu mendatangi dan berdakwa kepada
Fir‟aun, raja mesir yang bengis, kejam, sombong karena kerajaan yang luas dan
makmur sehingga lupa diri bahwa dia adalah hamba Allah.99
Bahwa dari tiga penafsiran tersebut menyatakan bahwa Fir‟aun telah
menganggap dirinya sebagai tuhan.
Surat An-Najm ayat 17:
“Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan
tidak (pula) melampauinya”. (QS. An-Najm: 17).100
Dikatakan dalam tafsir Al-Maraghi dikatakan bahwa Penglihatan
Rasullulah saw. tidaklah berpaling dari melihat keajaiban yang ia diperintahkan
melihatnya dan diizinkan memandangnya, dan ia tidak melampaui penglihatan
tersebut. Yakni sesuatu yang tidak diperintahkan melihatnya. Kesimpulannya,
98
Abdul malik abdul karim amrullah (Hamka), tafsir al-azhar jilid 10, (singapura: kerjaya
printing industries pte ltd: 1990), 4409. 99
Salim bahreisy dan said bahreisy, terjemah singkat tafsir ibnu katsir jilid 5, (surabaya:
pt. Bina ilmu), 244. 100
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014),
.
48
bahwa Nabi saw melihat dengan penglihatan yang meyakinkan dan mantap apa
yang ia lihat.101
Menurut tafsir al-azhar dikatakan bahwa semua itu beliau hadapi dengan
kesadaran, bukan dalam mimpi. Ibnu abbas menjelaskan bahwa di waktu beliau
melihat sidratil muntaha di dekat jannatul ma‟waa itu, tidaklah beliau terpesona
dan terpaling ke kanan atau ke kiri. Bahka tetap tujuan penglihatannya ke
muka.
Menurut tafsir ibnu katsir dikatakan maka apakah kamu, hai musrikin
Quraisy hendak membantahnya tentang apa yang di lihatnya. Padahal dia
(Muhammad) telah melihat jibril itu dalam rupa dan bentuk yang asli untuk
kedua kalinya pada waktu yang lain di sidratul muntaha, yaitu ketika beliau
diisra‟mikrajkan oleh tuhannya „azzawajallah dan ketika sidratul muntaha di
liputi oleh sesuatu yang meliputinya. Beliau tidak berkali-kali berpaling dari apa
yang dilihatnya dan tidak pula melampauinya apa yang diperintahkan
kepadanya, dan juga minta lebih dari apa yang telah diberikan kepadanya.
Muhammad telah melihat sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar, di
antaranya ialag surga yang dekat dengan sidratul muntaha.102
Surat An-naziat ayat 17
“Pergilah kamu kepada Fir‟aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas”.
(QS. An-Zia‟at: 17).103
Disebutkan dalam tafsir Al-Marghi dikatakan Berangkatlah kamu kepada
Fir‟aun! Berilah ia nasihat! Sebab ia adalah orang yang melewati batas,
sombong dan ingkar kepada Allah. Ia menindas dan memperbudak kaum Bani
Israel serta menyembelih menyembeli anak laki-laki mereka dan membiarkan
101
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 27, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),84. 102
Salim bahreisy dan said bahreisy, terjemah singkat tafsir ibnu katsir, (surabaya: pt.
Bina ilmu),413. 103
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014),
584.
49
hidup anak perempuan mereka. Kemudian Allah memerintahkan Musa agar
berlaku lemah lembut dalam menyampaikan misi dakwanya agar bisa
membawa hasil yang memuaskan dengan menjelaskan cara atau metode.104
Dalam penafsiran tafsir al-azhar ialah sampaikanlah seruan Allah kepada
Fir‟aun itu, karena dia sudah melampaui batasnya sebagai manusia, dia telah
terlalu sombong dan berbuat semau-maunya.. thogho berarti juga berbuat
sekehendak hati, tidak perduli kepada fikiran orang lain. Kesewenang-
wenangan memerintah dinamai juga thughyan rumpun bahasa semuanya.105
Dalam tafsir ibnu katsir dikatakan setelah ayat-ayat yang menceritakan
kepada orang kafir yang mengingkari adanaya bangkit sesudah mati, dan
ejekan mereka terhadap Rasullulah saw, serta gangguan mereka terhadap
sahabat Nabi saw, yang semuanya memberatkan hati, perasaan dan pikiran
Rasullulah saw. maka Allah menceritakan riwayat Nabi Musa as. Ketika dia
diutus kepada Fir‟aun raja raksaksa di Mesir yang begitu merajalela dalam
kekuasaannya sehingga mengaku sebagai tuhan, dan mengobarkan semangat
kaumnya untuk memusuhi Musa as sehingga Musa as bener-bener menghadapi
kesusahan yang sangat berat dalam mengajak mereka beriman.106
Surat An-Naziat ayat 37:
“Adapun orang yang melampaui batas”. (QS. An-Naziat: 37).107
Dalam tafsir al-maraghi apabila hari itu telah tiba yaitu suatu hari ketika
bencana yang terjadi pada saat itu melebehi segala bencana yang pernah
melanda umat manusia dan seluruh amal perbutan manusia di perlihatkan kepad
apemiliknya masing-masing maka pada hari itu setiap manusia ingat kembali
segala amal perbuatanya ketika hidup di dunia pada saat itu nerak jahim sebagai
104
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 30, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),49. 105
Abdul malik abdul karim amrullah (Hamka), tafsir al-azhar jilid 10, (singapura: kerjaya
printing industries pte ltd: 1990),7875. 106
Salim bahreisy dan said bahreisy, terjemah singkat tafsir ibnu katsir jilid 8, (surabaya:
pt. Bina ilmu), 303. 107
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 584.
50
tempat penyiksaan diperlihatkan kepada mereka. Hari itu adalah hari
pembalasan bagi setiap orang. Bagi yang melawati batas ketentuan syari‟atnya
dan yang mementingkan kenikmatan duniawi, maka balasannya adalah neraka
jahanam sebagai tempat kembali dan sebagai tempat menetap . adapun bagi
yang takwa kepada Allah dan tempat mengekang hawa nafsunya maka,
surgalah baginya sebagai imbalan amal perbuatnny.108
Dalam tafsir al-azhar telah dilampaui segala batas yang di tentukn oleh
Allah. Tidak diperdulikannya lagi mana yang terlarang dan mana yang boleh di
lakukan. Batsan-batasan itu dirompakkannya karena dorongan nafsunya.109
Dalam tafsir ibnu katsir di jelaskan sesudah Allah menerangkan berbagai
macam bukti kekuasaan-Nya untuk membangkitkan orang yang telah mati,
disini Allah menerangkan bila tiba saatnya Allah mengubah semua keadaan
dunia ini, langit dan buminya sehingga saat yang sangat dahsyat dan ngeri, pada
waktu itulah manusia tersentak dan sadar tentang amal perbuatannya yang lalu.
Tampak nyata di depan mata. Adapun bagi orang yang dahulunya sombong dan
hidup hanya memuaskan hawa nafsu di sunia, maka neraka jahim itu tempatnya.
Sedang orang yang sanggup mengekang hawa nafsu dan memimpin kepada
jalan yang diajarkan oleh Allah dan yang diridhoinya, karena ia takut akan
ancaman siksa Allah maka surgalah tempat tinggalnya.110
2. Istakbara ( Menganggap Dirinya Besar )
Kata istakbara ini kami cari dalam indeks terjemah Al-Qur‟an – Karim
yang di tulis oleh Drs. A. Hasan Qalay Sm. Hk, yang dicetak oleh PT. Inline
Raya Jakarta tahun 1997 M. Hanya terdapat empat ayat saja yang bisa saya
temukan.Dalam masalah ini ada beberapa surah yang membahas tentang
istakbara diantaranya sebagai berikut:
108
Salim bahreisy dan said bahreisy, terjemah singkat tafsir ibnu katsir jilid 25, (surabaya:
pt. Bina ilmu), 59. 109
Abdul malik abdul karim amrullah (Hamka), tafsir al-azhar jilid 10, (singapura: kerjaya
printing industries pte ltd: 1990), 7883. 110
Salim bahreisy dan said bahreisy, terjemah singkat tafsir ibnu katsir jilid 8, (surabaya:
pt. Bina ilmu), 305.
51
Surat Al-Ankabut Ayat 39:
“dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. dan Sesungguhnya telah datang
kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-
keterangan yang nyata. akan tetapi mereka Berlaku sombong di (muka)
bumi, dan Tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu)”.
(QS. Al-Ankabut:39).111
Dalam tafsir al-azhar dikatakan bahwa tiga nama di atas yaitu Qarun,
Fir‟aun dan Haman adalah nama-nama yang amat penting yang berhadapan
dengan nabi Musa. Besar kemungkinan bahwa Tuhan mendahulukan menyebut
nama Qarun, padahal dalam kekuasaan bukanlah dia setinggi Fir‟aun, ialah pada
mulanya dia adalah kaum Musa sendiri. Dan Bani Israel tentunya. Mula jadi
pengikut yang setia Nabi Musa. Tapi sesudah dia kaya dia menyisihkan diri dan
sombong. Orang yang dahulunya beriman, kemudian meninggalkan iman karena
pengaruh harta, jauh lebih buruk dari orang kafir sejak semula sebagai Fir‟aun itu.
Adapun yang hamam. Dia pun orang penting di samping Fir‟aun. Dia salah
seorang pembesar negara. Dia pelaksana perintah Fir‟aun. Dia pernah
melaksanakan perintah Fir‟aun supaya membuat bangunan tinggi. Yang dari
puncak Fir‟aun itu Fir‟aun bermaksud hendak memerangi Tuhan yang selalu
disebut-sebut Musa. “Namun mereka menyombongkan di muka bumi”. Ketiganya
adalah orang-orang yang sombong, membesarkan diri. Qarun sombong mentang-
mentang dia telah kaya. Fir‟aun sombong mentang-mentang dia raja, yang
berkuasa tidak ada batas. Haman sombong lupalah mereka akan kebesaran Allah
dan kecilnya diri manusia di hadapan kekuasaan Allah itu.112
Di jelaskan pula dalam tafsir al-maraghi sebagia berikut telah
membinasahkan Qarun, pemilik harta dan simpanan yang berlimpah ruah, juga
Fir‟aun si maharaja pada masa dinegrinya, begitu pula Haman, mentrinya.
111
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 401. 112
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar Jilid 7, (Singapura:
Kerjaya Printing Industries Pte Ltd: 1990), 5430
52
Sesungguhnya Musa telah datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti
yang nyata menunjukkan kebenaran kerasulannya, namun mereka
menyombongkan diri di muka bumi dan enggan untuk membenarkannya serta
beriman kepadanya. Maka mereka sekali-kali takkan luput dari siksaan Allah
malah Dia kuasa atas mereka dan akan menyiksa mereka dengan siksaan yang
keras.113
Dalam tafsir fi zilalil Qur‟an di jelaskan Qarun berasal dari kaum Musa,
namun ia kemuadian ia bertindak aniaya dengan harta dan ilmunya. Sehingga ia
tak mendengar nasihat untuk berbuat baik, berlaku adil, rendah hati, dan tidak
berbuat aniaya serta berbuat kerusakan. Sementara Fir‟aun adalah diktator yang
menindas, yang melakukan kejahatan-kejahatan yang paling kejam dan paling
keras memperbudak dan menjadikan mereka terpecah belah dan membunuh lelaki
bani israel serta membiarkan hidup kalangan wanita mereka. Sementara Hamam
adalah mentrinya yang mengatur segala tipudayanya, dan membantunya dalam
kezaliman dan aniaya. Maka kekayaan dan kekuasaan serta kecerdikan yang
mereka punyai tidak dapat menyelamatkan mereka. Itu semua tak menjaga mereka
dari azab Allah.114
Dalam tafsir al-misbah di jelaskan bahwa kebinasaan tirani dan
pendurhakaan sesudah masa Nabi Shalih dan nabi Hud as. Ayat di atas
menjelaskan bahwa dan kami binasahkan Qarun seorang kaya raya yang angkuh
dan kaum nabi Musa as. Demikian Fir‟aun kepala negara mesir yang kejam. Dan
Hamun mentri Fir‟aun yang patuh dan mengikuti keinginan Fir‟aun itu.115
Surat Al-An‟am Ayat 35:
113
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz 6 , (Semarang: Cv.
Toha Putra, 1974), 244. 114
Sayid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 9,(Jakarta: Gama Insani Press, 2014), 105. 115
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Jilid 9, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 496.
53
”dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa Amat berat bagimu, Maka
jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu
dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka buatlah), kalau Allah
menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk
sebab itu janganlah sekali-kali kamu Termasuk orang-orang yang jahil.
Maksudnya Ialah: janganlah kamu merasa keberatan atas sikap mereka itu
berpaling daripada kami. kalau kamu merasa keberatan cobalah usahakan
suatu mukjizat yang dapat memuaskan hati mereka, dan kamu tentu tidak
akan sanggup.”116
(QS. Al-An‟am: 35)
Adapun dalam tafsir al-azhar dikatakan jika engkau merasa amat bersalah,
atau berat, rasanya karena mereka tidak mau percaya ini, yang menyebabkan
hatimu dukacitanya: “maka jika engkau sanggup membuat suatu lobang dibumi
atau suatu jenjang kelangit, lalu engkau bawakan kepada mereka satu ayat.”
Walaupun dengan pertolongan Allah, engkau dapat membuat satu lobang
menembus bumi, atau engkau sanggup mengadakan sebuah jenjang untuk
menaiki langit, sebagai suatu ayat atau mu‟jizat buat menarik mereka,
tidakjugalah mereka akan berubah lantaran itu. Yang mau kafir akan tetap kafir
juga, yang menolak akan bertambah menolak.117
Surah yunus ayat 71 :
“Dan bacakanIah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu Dia
berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal
(bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, Maka
kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan
(kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). kemudian
116
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 131. 117
Abdul malik abdul karim amrullah (Hamka), tafsir al-azhar jilid 10, (singapura: kerjaya
printing industries pte ltd: 1990), 2010.
54
janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku,
dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku”. (QS. Yunus: 71)118
Dijelaskan dalam tafsir Al-Maraghi yaitu Bacakan hai Rasul, kepada
orang-orang musrik penduduk mekah dan lain-lainnya, tentang hukuman Allah
yang engkau janjikan kepada mereka sesuai dengan tuntunan sunnatullah
terhadap seseorang yang mendustakan Rasul sebelum kamu. Yakni, berita
tentang nabi Nuh ketika dia berkata kepada kaunnya, “Hai kaumku, apabila
keberadaanku merasa berat dikalanganmu, dengan menunaikan dakwah supaya
kamu menyembah kepada tuhanmu, dan kamu keberatan terhadap piringatanku
kepada kalian dengan ayat-ayat Allah yang menunjukkan atas keesaan dan
kewajiban beribadah kepada-Nya, maka sebenarnya aku telah benar-benar
menyerahkan urusanku kepada Allah, yang telah mengutus aku. Aku bersandar
kepada-Nya semata-mata, setelah aku menunjukkan risalah sebatas
kekuatanku.119
Dalam tafsir al-azhar dikatakan dalam ayat ini berkaitan dengan ayat-
ayat sebelumnya di dalam memberikan da‟wah kepada musrikin Quraisy
supaya meninggalkan hidup musyrik dan menganut tauhid. Mereka bersitegang
mempertahankan pendirian yang salah dan rasul berjuang pula menegakkan
kebenaran. Dalam perjuangan musyrikin mempertahnkan yang salah dan Nabi
saw menegakkan yang benar itu, sudah menjadi janji pasti dari Allah bahwa
kebenaran yang akan menang. Rasullulah saw yang akan dibela oleh tuhan, dan
yang salah akan runtuh. Sebab meskipun sejarah tidak berulang namun
perangai manusia, menurut ilmu masyarakat di dalam tiap-tiap zaman adalah
banyak bersamaan. Sama-sama keberatan melepaskan pendirian yang lama,
sama-sama menentang pembaruan, tetapi akhirnya mereka kalah juga.120
Adapun dalam tafsir ibnu katsir dijelaskan Muhammad menyuruhnya
mengisahkan kepada orang-orang kaffir mekkah kisah Nabi Nuh dan
118
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah, (Jakarta: Abyan, 2014),
217. 119
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz , (semarang: cv. Toha
putra, 1974), 120
Abdul malik abdul karim amrullah (Hamka), tafsir al-azhar jilid 10, (singapura: kerjaya
printing industries pte ltd: 1990), 3361.
55
hubungannya dengan kaumnya, betapa Allah membinasahkan mereka dengan
menenggelamkannya dalam lautan air yang dahsyat dikarenakan
penentangannya terhadap Nabi Nuh, utusan Allah kepada mereka. Allah
menyuruh nabinya mengisahkan kisah Nuh kepada orang-orang kafir mekkah,
agar mereka menarik pelajaran dan ibrah dari akibat yang dialami oleh kaum
Nuh karena penentangan dan penolakan mereka terhadap dakwah dan risalah
yang diwahyukan kepadanya.121
Surat Al-Mu‟min Ayat 35:
“Yaitu orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alassan
yang sampai kepada merek. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi
Allah di sisi orang-orang yang beriman. Demikian Allah mengunci mati
hati orang yang sombong dan sewenag-wenang”.(QS. Al-Mu‟min: 35).122
Tafsir Al-Maraghi mengatakan bahwa Sesungguhnya orang-orang yang
melampaui batas dan ragu ialah orang-orang yang membantah terhadap hujjah
Allah yang telah didatangkan oleh Rasulrasulnya dengan tujuan untuk menolak
hujjah Allah itu dengan hujjah batil yang tidak disetujui oleh akal maupun
naqal (kitab). Mereka berpegang kepada taklid kepada bapak-bapak, nenek
moyang mereka dan berpegang kepada kebatilan sesat yang tidak dapat
diterima oleh orang yang mempunyai pikiran waras. Bantahan seperti itu
adalah sangat di murkai oleh Allah dan orang-orang yang beriman. Murka
Allah terhadap mereka terjadi dengan azab buruk, sebagai akibatnya.
Sedangkan murka orang-orang beriman kelihatan pengaruh-pengaruhnya dalam
bentuk tidak maunya mereka berbicara dengan orang-orang kafir, juga tidak
121
Salim bahreisy dan said bahreisy, terjemah singkat tafsir ibnu katsir jilid 4, (surabaya:
pt. Bina ilmu), 251. 122
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 471.
56
adanya kecendrungan mereka kepada orang-orang kafir dalam soal agama
maupun dunia.123
Dalam tafsir al-azhar dikatakan jikalau datang ayat-ayat Allah bukanlah
mereka musyawarah bagaimana supaya bisa diamalkan, melainkan menjadi
buah pertengkaran dan perdebatan. Amat besarlah dosanya di sisi Allah dan di
sisi orang-orang yang beriman. Umumnya mereka sangat ahli memperdebatkan
dan bertengkar, berkhilafiyah tentang perintah Allah mengutuk orang yang
beriman pun bosan dengan mereka “Demikianlah Allah mengecap hati tiap-tiap
orang yang sombong lagi angkuh”.124
Dalam tafsir ibnu katsir di jelaskan dan telah datang kepadamu, wahai
penduduk mesir, Nabi Yusuf membawa keterangan-keterangan namun kamu
selalu meragukan kebenaran risalahnya. Kebenaran itu dibawah kepadamu
hingga setelah meninggal kamu terputus asa, bhwa Tuhan tidak mengutus lagi
seorang rasul sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang
ragu-ragu dan melampaui batas. Orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah
dan firman-firmannya tanpa alasan atau hujjah. Betapa besar murka Allah
kepada orang-orang yang demikian itu dan Allah telah mengunci mati hati tiap
orang yang sombong dan sewenang-wenang.125
Surat Asy-Syura Ayat 1 :
“Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka
kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya
dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-
Nya).”(QS. Asy-Syura:1 )126
123
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 24, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),127. 124
Abdul malik abdul karim amrullah (Hamka), tafsir al-azhar jilid 10, (singapura: kerjaya
printing industries pte ltd: 1990), 6370. 125
Salim bahreisy dan said bahreisy, terjemah singkat tafsir ibnu katsir, (surabaya: pt.
Bina ilmu), 140. 126
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 484.
57
Dijelaskan pula dalam tafsir Al-Maraghi dikatakan yaitu Beratlah bagi
orang-orang yang musyik menerima seruan yang disampaikan kepada mereka
agar mengesakan Allah dan meninggalkan penyembahan kepada patung-patung
dan berhala-berhala, serta kecaman terhadap mereka atas perbuatan seperti itu
secara turun temurun dan memindahkannya dari bapak-bapak dan nenek
moyang mereka. Allah memilih siapa yang dikehendaki diantara hamba-
hambanya dan mendekatkan mereka kepadanya dengan pendekatan kemuliaan
dan memberi taufik kepada orang yang bertaubat dari kemaksiatan-
kemaksiatan, sehingga dapat melakukan ketaatan kepada Allah dan mengikuti
kebenaran yang karenanya. Dia membangkitkan nabi-Nya.127
Adapun dalam tafsir al-azhar di jelaskan kunci Dia yang memegang,
sebab Dia yang punya dan Dia yang kuasa. Sebab itu orang lain, maupun
malaikat-malaikat muqorrobin (yang terdekat) pun tidak turut berkuasa
memegang kunci itu. Maka kalau ada yang dilapangkannya rezeki dan ada
yang disempitkannya, yang memilih ialah karena hikmah kebijaksanaan di
dalam namanya Al-Hakim. Yang tidak dapat dimasuki oleh siapapun . maka
kalau hendak memohon apa-apa janganlah kepada orang lain, tetapi meminta
lah kepadanya dan jangan dengan perantaraan orang lain tetapi langsung
kepadanya. Sesungguhnya Dia atas tiap-tiap sesuatu yang maha mengetahui.128
Dalam tafsir ibnu katsir juga di jelaskan bahwa dia telah mensyariatkan
kepada muhammad dan umatnya agama yang juga telah diwasiatkan kepada
Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa yang intinya mengesakan Allah, beriman
kepadanya, kepada kitab-kitabnya, kepada rasul-rasulnya, kepada hidup dia
khirat, serta menaati segala perintah dan larangan-Nya. Maka hendaklah kamu
tegakkan agama itu dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.
Sesungguhnya bagi orang-orang musrik sungguh amat berat mengikuti agama
127
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 24, (semarang: cv. Toha
putra, 1974), 45. 128
Abdul malik abdul karim amrullah (Hamka), tafsir al-azhar jilid 10, (singapura: kerjaya
printing industries pte ltd: 1990), 6500.
58
yang kamu serukan kepada mereka. Allah yang akan menarik kepada agama itu
orang-orang yang dikehendaki-Nya dan yang memperoleh hidayah-Nya.129
Surat As-Saff Ayat 3:
“Amat besarlah kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan”.(QS.As-Saff: 3).130
Tafsir Al-Maraghi mengatakan sebagai berikut yaitu Amat besarlah
dosanya di sisi Allah bila kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan. Itu
disebabkan menepati janji merupakan bukti bagi ahlak yang mulia dan budi
pekerti yang baik. Dengan menepati janji itu, terwujudlah kepercayaan diantara
kelompok-kelompok itu dengan ikatan cinta dan kasih, ketika sebagian
individu-individunya berhubungan dengan yang lain, sehingga mereka menjadi
satu tangan dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan yang mereka inginkan.
Begitu pula sebaliknya jika pada suatu umat tersiar ingkar janji, maka
akankecillah kepercayaan diantara individu-individunya dan akan lepas pula
tali-tali pengikatnya.131
Adapun dalam tafsir al-azhar dikataakan perkataan yang tidak sesuai
dengan perbuatan sangatlah dibenci oleh Allah hal demikian tidaklah layak
bagi orang yang mengaku beriman. Ayat ini adalah peringatan sungguh-
sungguh bagi orang yang telah mengaku beriman agar dia bener-bener menjaga
dirinya jangan menjadi pembohong. Sebab itu hati orang yang beriman itu
tidaklah boleh ragu-ragu hanya daapat hilang apabila hidup bersikap jujur.
Kejujuran untuk memupuk iman. Iman mesti selalu dijaga.132
Adapun dalam kitab ibnu katsir di jelaskan dalam pembukuan surat ini
Allah menyatakan bahwa semua yang di langit dan di bumi semuanya mahluk
129
Salim bahreisy dan said bahreisy, terjemah singkat tafsir ibnu katsir, (surabaya: pt.
Bina ilmu), 200-201. 130
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 551. 131
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 28, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),129. 132
Abdul malik abdul karim amrullah (Hamka), tafsir al-azhar jilid 10, (singapura: kerjaya
printing industries pte ltd: 1990), 7321-7322.
59
ciptaan Allah dan tunduk mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah yang maha
jaya, mulia, perkasa lagi bijaksana. Kemudian panggilan kepada orang-orang
yang beriman supaya tidak berbesar mulut tanpa dibuktikan dengan amal
perbuatan, demikian itu sangat di murkai oleh Allah. Selanjutnya dinyatakan
bahwa Allah sangat mencintai orang yang bener-bener berjuang dengan
mengorbankan tenaga, harta dan jiwa untuk menegakkan agama Allah dan
ajaran-Nya.133
3. `Ala ( Merasa Tinggi )
Dalam istilah „ala yang artinya merasa tinggi ada beberapa surat tetapi
yang tergolong dalam pembahasan saya dalam kesombongan ini hanya 1 surat
yaitu:
Surat An-Naziat ayat 24:
“(Seraya) berkata, akulah tuhanmu yang paling tinggi”.(QS. An-Naziat:
24)134
Dalam tafsir Al-Maraghi dikatakan“Tidak ada sesuatu kekuasaan
melebihi kekuasaanku”. Demikian Fir‟aun dengan segala keangkuhannya. Dan
tatkala musa bersama kaumnya berusaha keluar dari tanah mesir, mereka telah
dikejar-kejar oleh Fir‟aun dan tentaranya binasah ditelan ombak.135
Dalam tafsir al-azhar disebutkan Dia telah digilakan kekuasaan.
Melihat tanah yang subur dan sungai Nil yang mengalir dan tidak ada raja lain
yang berani menyangga dia, dia telah merasa menjadi Tuhan; bahkan tuhan
yang paling tinggi. Ditambahkan kepercayaan kepada rakyat bahwa dia adalah
putra dari Dewi Matahari yang bernama Ra. “bukankah di tanganku kekuasaan
133
Salim bahreisy dan said bahreisy, terjemah singkat tafsir ibnu katsir jilid 8, (surabaya:
pt. Bina ilmu), 119. 134
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 484. 135
Ahmad mushthafa al-maraghi, terjemah tafsir al-maraghi juz 30, (semarang: cv. Toha
putra, 1974),51
60
di mesir ini, dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kakiku? Tidakkah kalian
lihat sendiri? Kekuasaan membuat manusia menjadi sombong dan lupa
daratan.136
Dalam tafsir ibnu katsir di jelaskan setelah ayat-ayat yang
menceritakan kepada orang kafir yang mengingkari adanaya bangkit sesudah
mati, dan ejekan mereka terhadap Rasullulah saw, serta gangguan mereka
terhadap sahabat Nabi saw, yang semuanya memberatkan hati, perasaan dan
pikiran Rasullulah saw. maka Allah menceritakan riwayat Nabi Musa as.
Ketika dia diutus kepada Fir‟aun raja raksaksa di Mesir yang begitu merajalela
dalam kekuasaannya sehingga mengaku sebagai tuhan, dan mengobarkan
semangat kaumnya untuk memusuhi Musa as sehingga Musa as bener-bener
menghadapi kesusahan yang sangat berat dalam mengajak mereka
beriman.maka semua inisebagai penghibur untuk Nabi Muhammad saw dalam
menghadapi kaumnya, sebab pada waktunya kelak, kemenangan dan kejayaan
tentu bagi orang yang taqwa dan taat kepada Allah.137
C. Bentuk-Bentuk Kesombongan Fir‟aun
Fir‟aun adalah lambang pemimpin yang dzolim. Kita harus mengetahui
sifat-sifatnya untuk mengetahui siapa sang pengikut Fir‟aun. Siapa yang
meneladani Fir‟aun dalam memimpin.Atau bahkan, sifat-sifat itu bisa melekat
pada diri kita sendiri.Mari kita simak sifat-sifat Fir‟aun berikut ini agar jangan
sampai ada wajah Fir‟aun dalam diri kita.138
1. Manusia Paling Congkak.
Fir‟aun adalah manusia paling congkak di muka bumi.Dia telah memakai
pakaian kesombongan yang sebenarnya hanya milik Allah swt.
136
Abdul malik abdul karim amrullah (Hamka), tafsir al-azhar jilid 10, (singapura:
kerjaya printing industries pte ltd: 1990), 7877. 137
Salim bahreisy dan said bahreisy, terjemah singkat tafsir ibnu katsir jilid 8, (surabaya:
pt. Bina ilmu), 303. 138Hadi, "16 Sifat Fir‟aun Dalam Al-Qur‟an 1”, diakses melalui
alamathttp://liputanislam.com/kajian-islam/tafsir/16-sifat-firaun-dalam-al-qur'an-
1/ Tanggal 13 November 2018.
61
“Dan sungguh, Fir„aun itu benar-benar telah berbuat sewenang-wenang di
bumi.”(Yunus 83)139
“Sungguh, dia itu orang yang sombong, termasuk orang-orang yang
melampaui batas.” (Ad-Dukhan 31)140
Orang yang sombong adalah orang yang tidak mengenal dirinya
sendiri.Diri yang serba membutuhkan selainnya.Diri yang penuh
keterbatasan.Dan kesombongan ini adalah penyakit yang paling dibenci
Allah swt.
“Tidak akan masuk surga seorang yang didalam hatinya masih ada setitik
kesombongan.”(Rasulullah saw)
Sifat pertama dari Fir‟aun adalan congkak dan sombong. Dan dia telah
melakukan kesombongan yang paling biadab dan tidak akan memperoleh
ampunan dari Allah. Yaitu kesombongan ketika telah mengetahui kebenaran
namun dia tidak mau menerimanya.Sombong bukan sekedar pamer mobil
atau rumah yang mewah.Kesombongan terbesar adalah menutup hati dari
kebenaran.141
2. Melampaui batas.
Melampaui batas ini dilakukan Fir‟aun telah melampaui batas.Jika kita
bertanya tentang kebengisan, maka dialah yang paling bengis.Jika kita
bertanya tentang kesombongan, dia lah manusia paling sombong.Tidak ada
batasan dalam dirinya.Dia melakukan apapun yang dia inginkan.
139
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 218. 140
Ibid., 497. 141Hadi, "16 Sifat Fir‟aun Dalam Al-Qur‟an 1”, diakses melalui
alamathttp://liputanislam.com/kajian-islam/tafsir/16-sifat-firaun-dalam-al-qur'an-
1/ Tanggal 13 November 2018.
62
“Pergilah kepada Fir„aun; dia benar-benar telah melampaui batas.”
(Thaha 24)142
Kapan seorang bisa melampaui batas?
Pada saat hati manusia mulai penuh dengan kesombongan dan merasa
tidak memerlukan siapapun.Bukan hanya Fir‟aun yang melampaui
batas.Siapapun bisa melakukan hal yang melampaui batas.Perbuatannya tak
terkendali lagi.Kapan?Saat dirinya merasa serba cukup.
“Sekali-kali tidak!Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas,
apabila melihat dirinya serba cukup.” (Al-Alaq 6-7)143
3. Selalu Meremehkan Rakyat.
Fir‟aun selalu meremehkan rakyatnya.Mereka selalu dibodohi,
dibungkam dan dibius sehingga tidak bisa melakukan apa-apa.Tidak bisa
mengutarakan pendapatnya.Tidak bisa bergerak melawan apalagi
memberontak.
“Maka Fir„aun dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya,
sehingga mereka patuh kepadanya.Sungguh, mereka adalah kaum yang
fasik.”(Az-Zukhruf 54)144
Dia membodohi kaumnya dengan kekerasan, kadang pula dengan
rayuan.Sehingga tidak ada lagi yang berani melawab. Dia tidak akan
menjadi Fir‟aun jika tidak ditaati oleh rakyatnya. Dan dia tidak akan ditaati
sebelum rakyatnya dibodohi.
Salah satu taktiknya adalah pembodohan, jika ada seorang atau
kelompok yang ingin melihat umat tetap dalam kebodohan dan kemunduran,
maka dia telah mengikuti taktik gurunya yaitu Fir‟aun.
4. Memecah Belah Rakyat.
Salah satu taktik Fir‟aun untuk menguasai rakyatnya adalah dengan
membagi mereka berkelompok-kelompok. Rakyat tidak dibiarkan bersatu
142
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014),313. 143
Ibit.,597. 144
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 493.
63
karena akan berbahaya bagi kekuasaannya. Jika rakyat bersatu, maka
mereka akan memiliki kekuatan untuk melawan Fir‟aun. Rakyat dipecah
belah sehingga mereka selalu lemah dan tak berdaya.
“Sungguh, Fir„aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan
menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan
dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan
membiarkan hidup anak perempuan mereka.”(Al-Qashas 4)145
Setelah memecah belah, dia menindas salah satu kelompok dari
mereka.Membunuh anak-anak dan membiarkan perempuan mereka. Agar
kelompok yang lain takut dan tidak berpikir lagi untuk memberontak.
Jika kita perhatikan, taktik ini digunakan juga untuk Fir‟aun zaman
ini.Seperti yang dilakukan Zionis Israel.Sebenarnya, untuk melawan Satu
Palestina saja dia tidak mampu.Namun lihatlah, dia menggunakan taktik
Fir‟aun untuk memecah Palestina menjadi beberapa kelompok.Sehingga
kekuatan mereka kecil untuk melawan Israel.
Lihatlah apa yang dilakukan Amerika, mereka memecah belah umat
disana sini. Berbagai negara dikacaukan.Kemudian mereka datang sebagai
satu-satunya Polisi Dunia yang mengatur kedamaian.Padahal mereka paling
anti melihat persatuan.
Karena itu, jika ada seseorang ataupun kelompok yang suka memecah
belah sesaama manusia.Anti kebhinekaan dan anti persatuan umat.Maka
jangan ragu untuk menyebutnya sebagai Fir‟aun zaman ini. Karena taktik
dan sifat Fir‟aun ada pada mereka. Maksudnya Fir‟aun di zaman sekarang
ini ialah kejam serta jahat bias di katakana sebagai Fir‟aun di zaman
sekarang.
145
Ibid., 385.
64
5. Tidak Mau Mendengar Pendapat Lain.
Tidak ada yang boleh memberi pendapat berbeda dengan
Fir‟aun.Ketentuannya adalah ketentuan yang mutlak dan tidak bisa
dibantah.Perintahnya harus dilaksanakan tanpa ada seorang pun yang boleh
melawan.Masyarakat harus diam dan hanya berkata “iya”.146
“Fir‟aun berkata, “Aku hanya mengemukakan kepadamu, apa yang
aku pandang baik.”(Ghofir 29)147
Tidak ada yang boleh berbeda pendapat dengan Fir‟aun.Sebagaimana
tidak ada yang boleh berbeda dengan pendapat Israel, Fir‟aun zaman
ini.Semua harus patuh dan diam. Jika Amerika telah mencap sebuah
kelompok yang menuntut haknya sebagai teroris, maka seluruh negara harus
menganggapnya teroris.Jika ada penindasan yang dilakukan Israel, maka itu
bukanlah penindasan.Semua harus diam dan menerima pendapat itu.Seakan-
akan hanya merekalah yang bisa memberi petunjuk dan pendapat, sementara
selain mereka pasti salah.
6. Menjauhkan Rakyat dari Kebenaran
Fir‟aun selalu menjauhkan rakyatnya dari orang yang ingin memerangi
kebodohan dan mencerdaskan mereka.Dia selalu menghalang-halangi orang
yang ingin mengajak rakyatnya menuju kebaikan. Karena rakyat yang cerdas
akan menjadi bumerang bagi Fir‟aun. Tidak boleh ada suara lain selain suara
Fir‟aun. Semua suara harus bungkam dihadapannya.148
146
Hadi, "16 Sifat Fir‟aun Dalam Al-Qur‟an2”, diakses melalui
alamathttp://liputanislam.com/kajian-islam/tafsir/16-sifat-firaun-dalam-al-qur'an-1/ Tanggal 13
November 2018. 147
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 470. 148
Hadi, "16 Sifat Fir‟aun Dalam Al-Qur‟an 2”, diakses melalui
alamathttp://liputanislam.com/kajian-islam/tafsir/16-sifat-firaun-dalam-al-qur'an-2/ Tanggal 13
November 2018.
65
“Mereka (para pesihir) berkata, “Sesungguhnya dua orang ini adalah
pesihir yang hendak mengusirmu (Fir„aun) dari negerimu dengan sihir
mereka berdua, dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang
utama.”(Thaha 63)149
Fir‟aun menuduh para penyeru kebenaran sebagai orang yang akan
merusak bangsa. Sebagai pengacau yang akan melenyapkan adat dan
kebudayaan mereka.
7. Menjaga Kekuasaan dengan Segala Cara
Orang seperti Fir‟aun akan menjaga kekuasaannya dengan segala cara.
Bahkan, dia akan menggunakan kedok agama untuk mengokohkan
kerajaannya. Padahal, dia orang yang paling anti terhadap agama.
“Dan Fir„aun berkata (kepada pembesar-pembesarnya), “Biar aku yang
membunuh Musa dan suruh dia memohon kepada Tuhan-
nya.Sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau
menimbulkan kerusakan di bumi.” (Ghofir 26)150
8. Anti Reformasi
Fir‟aun tidak mau melihat ada reformasi di masyarakat. Dengan segala
cara dia lakukan agar jangan sampai ada rakyatnya yang sadar. Dia begitu
khawatir, jika rakyatnya yang bodoh ini akan mengikuti kebenaran dan
menggulingkan penguasa dzolim.
“Mereka berkata, “Apakah engkau datang kepada kami untuk
memalingkan kami dari apa (kepercayaan) yang kami dapati nenek
moyang kami mengerjakannya (menyembah berhala), dan agar kamu
149
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 315. 150
Ibid., 470.
66
berdua mempunyai kekuasaan di bumi (negeri Mesir)? Kami tidak
akan mempercayai kamu berdua.”(Yunus 78)151
9. Reformis Harus Disiksa
Seorang yang datang ingin membawa perubahan, mencerdaskan
masyarakat dan mengajak mereka menuju kebaikan harus disiksa sebagai
pelajaran bagi yang lain.
“Dia (Fir„aun) berkata, “Mengapa kamu beriman kepada Musa
sebelum aku memberi izin kepadamu?Sesungguhnya dia pemimpinmu
yang mengajarkan sihir kepadamu. Nanti kamu pasti akan tahu (akibat
perbuatanmu). Pasti akan kupotong tangan dan kakimu bersilang dan
sungguh, akan kusalib kamu semuanya.” (Asy-Syuara 49)152
10. Memperbudak Manusia
Fir‟aun menganggap selain dirinya adalah budak.Dia merampas
kebebasan rakyatnya.Semua harus diam. Tidak boleh ada yang menuntut
bahkan hanya sekedar untuk memberi saran.Semua adalah budak yang
tidak memiliki hak bahkan atas diri mereka sendiri.Semua ada ditangan
Fir‟aun.
“Maka mereka berkata, “Apakah (pantas) kita percaya kepada dua
orang manusia seperti kita, padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah
orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?” (Al-Mukminun
47)153
11. Melakukan Kerusakan di Bumi Allah
Menciptakan kerusakan di bumi Allah tidak bisa dilakukan
sendirian.Setidaknya harus ada 3 penopang yang membuat kekuasaan
151
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 217. 152
Ibid., 369. 153
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 345.
67
dzolim ini masih terus berjalan.Kebejatan itu harus memiliki
pemimpin.Pemimpin dzolim itu telah digambarkan secara utuh
olehFir‟aun.Namun pemimpin itu harus ditopang oleh orang ahli yang
menghabiskan hidupnya untuk menjilat kepada penguasa.Dan posisi ini
ditempati oleh Haaman, mentri Fir‟aun. Tak cukup itu, kekuasaan harus
ditopang oleh dana yang dimiliki orang-orang kaya. Dengan hartanya dia
mendekat kepada Raja untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar
dari memeras rakyat jelata.Posisi ini dijalankan oleh seorang kognlomerat
bernama Qorun.154
D. Akibat Perbuatan Sombong Fir‟aun
Akibat dari perbuatan sombong Fir‟aun ini tanpa alasan apapun tetap
membawa dampak negatif dan membawa keancuran, baik bagi diri sendiri
maupun terhadap orang lain diantaranya sebagai berikut:
1. Tidak Akan Bisa Masuk Surga
Perbuatan Fir‟aun ini sangat lah jelas karena telah melampaui batas
dengan mengaku dirinya sebagai tuhan. Dengan kekuasaan dan
kekayaan yang dia miliki maka dia telah menganggap dirinya sebagai
tuhan dan dia akan selalu bergelimangan dosa sampai dengan akhir
hayatnya.
Rasullulah bersabda:
“Tidak akan masuk sorga orang yang di dalam hatinya ada rasa
sombong seberat dzahra (biji sawi)”. (HR. Muslim)
2. Selalu Diliputi Kekurangan
Akibat dari perbuatan tersebut selalu merasa dirinya sempurna,
sehingga dia tidak perlu melakukan intropeksi. Adapun perlu diperbaiki
dia tidak akan mau menerima nasihat dan arahan orang lain. Akibatnya,
154Hadi, "16 Sifat Fir‟aun Dalam Al-Qur‟an 1”, diakses melalui
alamathttp://liputanislam.com/kajian-islam/tafsir/16-sifat-firaun-dalam-al-qur'an-
1/ Tanggal 13 November 2018.
68
dia selalu bergelimangan kelemahan dan kekurangan sampai akhir
hayatnya.155
Dalam firman Allah:
“Bukan demikian, yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan dia
telah diliputi dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal
di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah; 81)156
3. Selalu Merasa Gelisa
Karena kepongahan dan keangkuhannya Fir‟aun yang sombong
selalu ingin agar orang-orang disekitarnya menuruti dan mentaatinya.
Sementara orang-orang yang terhormat di sekitarnya justru membenci
hal itu. Mereka sama skelai tak sudi memenuhi keinginannya.
Akibatnya, timbullah rasa gelisah dan kegoncangan jiwa yang
berkepanjangan dalam dirinya. Untuk itu, pantas mendapat hukuman
dari Allah, da bentuknya paling ringan di dunia adalah kegelisahan dan
kegoncangan jiwa.
Dalam firman Allah:
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS.
Thaha: 124).157
4. Tidak Bisa Mengambil Pelajaran Dan Iktibar.
Orang-orang yang tidak bisa mengambil pelajaran dari tanda-tanda
kekuasaan Allah akan berada dalam kerugian yang nyata, karena dia
155
Sayid Muhammad Nuh, Menggapai Ridho Illahi, Diterjemahkan Dari Buku Aslinya
Yang Berjudul:‟Afatun „Ala Ath-Thariq (Jakarta: Lentera 198), 118. 156
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 12. 157
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Taajwid Dan Terjemah,(Jakarta: Abyan, 2014), 320.
69
akan terus menerus berada di dalam kelemahan dan kekeliruan dan
bergelimang di dalam kesalahan. Allah berfirman:
“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di
bumi yang mereka lalui, sedang mereka berpaling darinya”. (QS.
Yusuf: 105)158
5. Tidak Akan Mendapat Pertolongan Allah
Allah hanya memberi pertolongan kepada orang-orang yang betul-
betul ikhlas kepada-Nya di dalam segala amal perbuatanya. Sementara
Fir‟aun orang yang sombong selalu merasa dirinya paling besar. Dengan
begitu Allah tidak akan memberi pertolongan kepadanya.159
158
Ibid., 248 159
Sayid Muhammad Nuh, Menggapai Ridho Illahi, Diterjemahkan Dari Buku Aslinya
Yang Berjudul:‟Afatun „Ala Ath-Thariq (Jakarta: Lentera 198), 118.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimplan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan tentang Kesombongan Fir‟aun dalam Al-Qur‟an kajian
tafsir Tahlily sebagai berikut:
1. Ketahuilah bahwa kesombongan terbagi kepada batin dan zhahir.
Kesombongan batin adalah perangai dalam jiwa, sedangkan kesombongan
zhahir adalah amalan-amalan perbuatan yang lahir dari anggota
badan.Istilah kesombongan lebih tepat dengan perangai batin, karena amal
perbuatan merupakan hasil dari perangai tersebut.Oleh karena itu, apabila
Nampak di dalam anggota badan maka disebut berlaku sombong
(takabur), tetapi apabila tidak Nampak maka disebut kesombongan (kibr).
2. Bentuk kesombongan Fir‟aun antara lain yaitu : manusia paling congkak,
melampaui batas, selalu meremehkan rakyat, memecah belah rakyat, tidak
mau mendengar pendapat orang lain, menjauhkan rakyat dari kebenaran,
menjaga segala kekuasaan dengan segala cara, anti reformasi, reformis
harus disiksa, memperbudak manusia, dan melakukan kerusakan di bumi
allah.
3. Adapun Konsep dan kesombongan Fir‟aun dalam sehari-hari banyak yang
mengatakan bahwa, Fir‟aun antara lain tidak akan masuk surge, selalu
merasa gelisa,tidak bisa mengambil pelajaran dari iktibar, dan tidak akan
mendapat pertolongan Allah.
B. Saran-Saran
Melalui skripsi ini penulis menyampaikan beberapa saran, dengan harapan
dapat diterima oleh seluruh umat Islam. Adapun saran-sarannya sebagai berikut:
1. Kemukjizatan di dalam Al-Qur‟an pada hakikatnya mengandung isyarat-
isyarat keilmuan dan tentang ahlak yang perlu digali dan diteliti secara
mendalam, di teliti atau dipelajari sebagai wacana dalam perkembangan ilmu
71
pengetahuan. Hal ini lah yang perlu ditelusuri oleh seluruh mahasiswa terlebih
lagi mahasiswa jurusan Ilmu Al-Qur‟an Tafsir.
2. Adapun penelitian terhadap penulisan karya ilmiah ini masih memerlukan
sumber-sumber data yang akurat yang berguna untuk mendukung pembahasan
mengenai Kesombongan Fir‟aun dalam Al-Qur‟an kajian tafsir Tahlily. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan agar pembaca dapat melanjutkan kajian
ilmiah ini di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Adhim,Fauzan. Analisis kepemimpinan firaun dalam Al-Qur‟an (Perspektif
psikologi dan sosiologi kepemimpinan dan Implikasinya terhadap
manajemen pendidikan Islam), (Malang: Sekolah pasca sarjana UIN
Maulan Malik Ibrahim, 2016) di akses melalui Http://Etheses.Uin-
Malang.Ac.Id/3563/1/14610006.pdf.
Azizah. Azizah, “7 Ciri Orang EgoisdanSombong”, diakses melalui alamat,
https://www.sebelumtidur.com/ciri-orang-egois-dan-sombong.html.
tanggal 02 maret 2018
Baiquni. N.A. Et.,indeks Al-Qur’an, Surabaya: Arkola, 1996.
Bahreisy. Salim Dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid,
Surabaya: Pt. Bina Ilmu.
Bin Abdul Qadir Jawas, Yazid. Menuntut ilmu jalan menuju surga, Bogor:
Pustaka At-Taqwa,2007.
Departemen Pendidikan Nasional, KamusBesarBahasa Indonesia Pusatbahasa,
cet. Ke-4.Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama, 2013.
Al farmawi, Abd.Al-Hayy.Metode Tafsir Mawdhu‟iy, diterjemahkan dari buku
aslinya yang berjudul “Al-Bidayah Fi Al-Tafsir Al-Maudhu‟iy” Oleh
Suryan A. Jamrah (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1996.
Al-Ghazali, Imam. Teosofia Al-qur’an, diterjemahkan dari buku aslinya yang
berjudul: „Kitabul Arba,In Fi Ushuluddin‟ Oleh M,Luqman hakin dan
hosen Arjaz jamad,surabaya: Risalah Gusti, 1995.
Hawwa. Sa‟id, Mensucikan Jiwa “Konsep Tazkitun-Nafs Terpadu, Diterjemahkan Dari
Buku Aslinya Yang Berjudul: Ihya‟ Ulumuddin Al-Ghazali Oleh Sa‟id Hawwa,
Jakarta: Robbani Press,1998.
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Taajwid Dan Terjemah, Jakarta: Abyan, 2014.
Lia. Cinta, “15 Ciri-Ciri Orang Sombong dan Angkuh”,
https://cintalia.com/kehidupan/perbuatan-salah/ciri-ciri-orang-sombong.
tanggal 02 maret 2018.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi, Semarang: CV. Toha Putra
semarang, 1986.
Mahalli, Mudjab. Al-Kabir Dosa-Dosa Besar Dalam Al-Quran Dan Al-Hadits,
Yogyakarta: Mitra Pustak,2001.
Malik Abdul Karim Amrullah. Abdul (Hamka), Tafsir Al-Azhar , Singapura:
Kerjaya Printing Industries Pte Ltd: 1990.
Nuh.Sayyid. Muhammad, Menggapai Ridho Ilahi, Diterjemahkan Dari Buku Aslinya
Yang Berjudul: „Afatun „Ala Ath-Thariq Oleh Darmanto Dan Abdul Wadud
Jakarta: Lentera, 1998.
Penyusun, Tim. Panduan penulisan karya ilmiah Mahasiswa, fakultas Ushuluddin
UIN STS jambi, 2016 Sultani,Gulam Reza, hati yang bersih: kunci
ketenangan jiwa, Jakarta: Zahra,2006.
Quthb. Sayid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 9, Jakarta: Gema Insani Press, 2014.
Al-Qarni, Aidh.kembali ke islam, di terjemahkan dari buku aslinya yang berjudul:
Fii Rihaab Al-Adaab Al-Islaamiyyahah Oleh: Ust. Fauzi Bahreisy, Jakarta:
Gema Isani 2015. Al-Qoradhawi,Yusuf. Islam agama ramah ligkungan
diterjemahkan dari buku aslinya: “ ri ayaatul baiti fii syari‟ati Islamiyah
“Oleh Abdullah hakam shah Lukman Hakim Sa Muhammad sulton yusuf.
Jakarta: pustaka Al-Kautsar,2001
Tim Penerjemah dan Penafsiran Al-Quran. Banjarsari Solo: departemen Ri,2014.
Sholihati, Nur Ely. Sombong dan penyembuhannya dalam Al-quran
(perspektifbimbingan dan konseling islam) Yogyakrta: UIN Sunan Kali
Jaga, 2009.diakses melalui Http://Eprints.walisongo.ad.ai/167/.
Subhi Asep. Dan Ahmad Taufik, 101 Dosa Besar, Tanggerang Agro Media
pustaka, 2004.