modul 1 nyeri kepala

Upload: elvis-husain

Post on 02-Jun-2018

313 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    1/32

    SISTEM NEUROPSIKIATRI

    MODUL

    NYERI KEPALA

    P

    Disusun oleh:

    Nama : Elpis Husain

    No. Stambuk : 12 777 029

    Kelompok : IV (Empat)

    Pembimbing : 1. dr. Isnania, Sp.S

    2. dr. Mike Indriani

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

    PALU

    2014

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    2/32

    BAB I

    PENDAHULUAN

    MODUL 2

    NYERI KEPALA

    A. SKENARIO

    Seorang perempuan berusia 40 tahun dibawa ke RS dengan keluhan utama

    sakit kepala kronis yang dialami sejak 6 bulan sebelumnya. Nyeri kepala

    terasa di seluruh kepala semakin lama semakin memberat. Sakit kepala

    terutama timbul pagi hari, terkadang disertai muntah tanpa didahului mual.

    Sakit kepala dirasakan memberat saat pasien mengedan, buang air besar

    dan batuk.

    B. KATA KUNCI

    1. Perempuan 40 tahun

    2. Sakit kepala kronis

    3. Nyeri terasa di seluruh kepala dan memberat

    4. Timbul di pagi hari

    5. Muntah tanpa mual

    6. Memberat saat mengedan, BAB dan batuk

    C. PERTANYAAN

    1. Bagaimana anatomi dan fisiologi organ terkait?

    2. Apa definisi nyeri?

    3. Apa definisi nyeri kepala?

    4. Apa saja klasifikasi nyeri kepala?

    5. Sebutkan struktur-struktur yang peka nyeri!

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    3/32

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    4/32

    BAB II

    PEMBAHASAN

    1. Anatomi Struktur Nyeri Peka Intrakranial & Ekstrakranial

    Struktur Nyeri Peka Intrakranial

    Sinus venosus (sinus sagitalis)

    Arteri duramater (a. Meningea anterior dan media)

    Duramater dasar tengkorak

    N. V, N. IX, N. X Arteri yg membentuk sirkulus willisi dan cabang-2-nya

    Substansia grisea periaquaductal batang otak

    Nukleus sensoris dari talamus

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    5/32

    Struktur Nyeri Peka Ekstrakranial

    Kulit, scalp, otot, tendon, dan fascia daerah kepala dan leher

    Periosteum tengkorak terutama supra orbita, temporal dan oksipital

    bawah

    Rongga orbita beserta isinya

    Sinus paranasalis, oropharynx dan rongga hidung

    Telinga luar dan tengah

    Arteri ekstra cranial

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    6/32

    2. Definisis nyeri

    Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak

    menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial,

    atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan jaringan.

    3. Definisi nyeri kepala

    Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada

    seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai

    kedaerah belakang kepala ( daerah oksipital dan sebahagian daerah

    tengkuk) (Sjahrir, 2008).

    4. Klasifikasi nyeri kepala

    Klasifikasi nyeri kepala primer sesuai The Intemational Classification of

    Headache Disorders, 2nd Edition adalah:

    Untuk nyeri kepala primer secara garis besar klasifikasinya adalah:

    1. Migren:

    Migren tanpa aura

    Migren dengan aura

    Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi prekursor

    migren

    Migren Retinal

    Komplikasi migren

    Probable migren

    2. Tension-type Headache:

    Tension-type headache episodik yang infreguent

    Tension-type headache episodik yang frequent

    Tension-type headache kronik

    Probable tension-type headache

    3. Nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal-otonomik yang lainnya:

    Nyeri kepala Klaster

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    7/32

    Hemikrania paroksismal

    Short-lasting unilateral neuralgi form headache with conjunctivalinjection and tearing

    Probable sefalgia trigeminalotonomik

    4. Nyeri kepala primer lainnya:

    Pimary stabbing headache

    Primary cough headache

    Primary exertional headache

    Nyeri kepala primer sehubungan dengan aktifitas seksual Hypnic headache

    Primary thunderclap headache

    Hemikrania kontinua

    New daily-persistent headache

    5. Struktur peka nyeri

    a. Intrakranial1. Sinus kranialis dan vena aferen (sinus venosus dan vena-vena

    yang mensuplai sinus-sinus tersebut)

    2. Arteri duramater (arteri meningeal media dan anterior)

    3. Arteri di basis kranii yang membentuk sirkulus willisi dan cabng-

    cabang besarnya.

    4. Sebagian duramater yang berdekatan dengan pembuluh darah

    terutama yang terletak di basis fossa kranii anterior dan

    posterior serta meningen.

    b. Ekstrakranial

    1. Kulit, kulit kepala, otot tendon, dan fascia daerah kepala dan

    leher.

    2. Mukosa sinus paranasalis dan cavum nasi

    3. Gigi

    4. Telinga luar dan tengah

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    8/32

    5. Arteri ekstrakranial

    c. Saraf

    1. N. Trigeminus, N. Fascialis, N. Glossofaringeus, N. Vagus

    2. Saraf spinal servikal 1, 2 & 3

    6. Mekanisme nyeri kepala

    Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap

    bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap

    nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-

    otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis

    dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-

    bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama

    dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta

    arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak

    sendiri tidak peka nyeri.

    Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:

    Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis. Iritasi kimiawi terhadap

    selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan

    pneumo atau zat kontras ensefalografi. Peregangan selaput otak

    akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan

    liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan

    intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali. Vasodilatasi

    arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum,

    intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik

    (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat

    vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi

    serebrovasculer akut).

    Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi

    (migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)

    Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan

    kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis. Penjalaran

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    9/32

    nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus

    (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar

    III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman

    servikalis. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi

    psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit

    kepala sininim dari pusing kepala.

    7. Nyeri kepala timbul pada pagi hari

    Karena selama tidur dapat meningkatkan PCO2 arteri serebral

    sehingga mengakibatkan juga peningkatan dari Cerebral Blood Flow

    (CBF) dan dengan demikian akan meningkatkan lagi tekanan

    intrakranium (TIK)

    8. Hubungan nyeri kepala dengan mengedan, BAB dan batuk

    Pada saat mengedan, BAB dan batuk, otot-otot leher dan kepala akan

    mengalami kontraksi, sehingga mengakibatkan retraksi dari arteri-arteri

    intrakranial dan ekstrakranial sehingga menyebabkan nyeri kepala.

    9. Muntah tanpa didahului mual

    Pada saat terjadi peningkatan tekanan intrakranial karena adanya

    edema akibat cedera kepala, selanjutnya akan merangsang reseptor

    TIK. Ketika reseptor TIK terangsang akan mengakibatkan pusat

    muntah di dorsolateral formation reticularis terangsang. Selanjutnya

    formation reticularis akan menyalurkan rangsang motorik melalui

    nervus vagus. Selanjutnya nervus vagus akan menyebabkan kontraksi

    duodenum dan antrum lambung dan terjadi peningkatan tekanan

    intraabdomen, selain itu nervus vagus juga membuat spincter

    esophagus terbuka dan terjadilah muntah.

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    10/32

    10. Etiologi nyeri kepala

    Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab

    memicu nyeri kepala adalah sebagai berikut (Lance, 2000):

    1. Peregangan atau pergeseran pembuluh darah ; intrakranium atau

    ekstrakranium

    2. Traksi pembuluh darah

    3. Kontraksi otot kepala dan leher (kerja berlebihan otot)

    4. Peregangan periosteum (nyeri local)

    5. Degenerasi spina servikal atas disertai kompresi pada akar nervus

    servikalis (misalnya, arthritis vertebra servikalis)

    6. Defisiensi enkefalin ( peptide otak mirip-opiat, bahan aktif pada

    endorphin)

    11. Diagnosis nyeri kepala

    a. Anamnesis

    Lamanya menderita sakit kepala. Bersifat akut, subakut dan

    kronik

    Frekuensi nyeri kepala

    Durasi nyeri kepala

    Lokasinya (bilateral atau unilateral)

    Sifat nyeri. Apakah berdenyut, konstan atau seperti tertusuk-

    tusuk

    Intensitas nyeri kepala mulai dari ringan, sedang sampai berat

    Waktu timbulnya nyeri kepala

    Apa saja faktor yang memperberat dan yang meringankan nyeri

    kepala

    Riwayat penyakit dahulu

    Riwayat penyakit keluarga

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    11/32

    b. Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan mata, yaitu ukuran pupil, bentuk dan reaksinya

    terhadap cahaya, pemeriksaan visus dan lapang pandang

    penglihatan, serta pemeriksaan gerakan bola mata

    Pemeriksaan saraf-saraf kranialis

    Pemeriksaan motorik, meliputi gerak, kekuatan, tonus, trofi,

    refleks fisiologis, refleks patologis dan klonus

    Pemeriksaan sensibilitas

    c. Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium

    1. Specimen darah bila ada kecurigaan kea rah penyakit

    sistemik sebagai penyebab nyeri kepala

    2. Specimen CSS bila ada indikasi kecurigaan perdarahan

    subarachnoid atau infeksi susunan saraf pusat

    Radiologi

    1. EEG

    2. CT-Scan

    3. MRI

    12. Factor predisposisi yang memperberat nyeri kepala

    Factor predisposisi dapat menyangkut host, kuman infeksi atau factor

    lingkungan.

    1. Faktor tuan rumah (host)

    Daya pertahanan susunan saraf pusat untuk menangkis infeksi

    mencakup kesehatan umum yang sempurna, struktur sawar darah

    otak yang utuh dan efektif, aliran darah ke otak yang adekuat,

    sistem imunologik humoral dan selular yang berfungsi sempurna.

    2. Faktor kuman

    Kuman tertentu cendeerung neurotropik seperti yang

    membangkitkan meningitis bacterial akut, memiliki beberapa faktor

    virulensi yang tidak bersangkut paut dengan faktor pertahanan

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    12/32

    host. Kuman yang memiliki virulensi yang rendah dapat

    menyebabkan infeksi di susunan saraf pusat jika terdapat

    ganggguan pada system limfoid atau retikuloendotelial.

    3. Faktor lingkungan

    Faktor tersebut bersangkutan dengan transisi kuman. Yang dapat

    masuk ke dalam tubuh melalui kontak antar individu, vektor, melaui

    air, atau udara.

    13. Diagnosis Diferensial

    A. Tumor Otak

    1. Definisi

    Tumor otak merupakan sebuah lesi desak ruang jinak atau

    ganas yang menempati ruang di dalam tengkorak atau tumbuh

    didalam otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan

    sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati

    ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh

    sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat

    tumbuh menyebar, masuk kedalam jaringan.

    Klasifikasi tumor otak berdasarkan nama sel yang terserang:

    a. Glioma

    b. Tumor meningel

    c. Tumor hipofisis

    d. Neurilemoma /Neuroma akustik

    e. Tumor metastasis

    f. Tumor pembuluh darah

    g. Tumor gangguan perkembangan (congenital)

    2. Etiologi

    a. Glioma

    Glioma disebabkan oleh sel-sel glia (mikroglia,

    oligodendroglia dan astrosit) yang berkumpul membentuk

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    13/32

    parut sikatriks padat dibagian otak dimana neuron

    menghilang.

    b. Tumor meningeal / meningloma

    Berasal dari meningen, sel-sel mesotel dan sel-sel

    penyambung arakhnoid dan dura.

    c. Tumor hipofisis

    Berasal Dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari

    hiofofisis anterior.

    d. Neuroma akustik

    Tumor yang barasal dari sel-sel schwann selubung saraf

    yang menyebabkan serabut-serabut saraf otak kedelapan

    menjadi rusak.

    e. Tumor metastasis

    Berasal dari tumor atau kanker sistemik dari daerah lain

    yang bermetastase ke otak.

    f. Tumor pembuluh darah

    Angioma disebabkan malformasi arteriovenosa konginetal.

    Hemangioblastoma merupakan neoplasma yang terdiri dari

    unsur-unsur vascular embriologis yang paling sering

    diserebellum. Sindrome von Hippel-Lindau merupakan

    gabungan antara hemangioblastoma serebellum,

    angiomatosis retina, dan kista ginjal dan pancreas.

    g. Tumor gangguan perkembangan (konginetal)

    Kordopma terdiri dari sel-sel yang berasal dari sisa-sisa

    notokorda embrional dan dijumpai pada dasar tengkorak.

    Teratoma akibat sumbatan pada ventrikel ketiga,

    akueduktus, atau ventrikel keempat.

    Kraniofaringioma berasal dari sisa-sisa duktus

    kraniofaringeal embrional dan umumnya terletak di posterior

    sela tursika.

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    14/32

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    15/32

    semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial.

    Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke

    ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.

    Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila

    terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah

    dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan

    waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh

    karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul

    cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja

    menurunkan volume darah intra kranial, volume cairan

    serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-

    sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati

    mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul

    bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui

    insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi

    menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran

    dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil

    sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh

    suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti

    nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah

    bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi

    dan gangguan pernafasan).

    Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan

    sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous

    system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak

    jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi

    gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan

    peningkatan tekanan intrakranial).

    4. Manifestasi Klinik

    Trias klasik tumor otak adalah nyeri kepala, muntah dan

    papilidema.

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    16/32

    Nyeri Kepala

    Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-menerus,

    tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling

    hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas

    yang biasanya meningkatkan tekanan intracranial seperti

    membungkuk, batuk atau mengejan pada waktu buang air

    besar. Nyeri kepala yang dihubungkan dengan tumor otak

    disebabkan oleh traksi dan Pergeseran struktur peka nyeri

    dalam rongga intra cranial. Struktur peka nyeri ini termasuk

    arteri, vena, sinus-sinus vena, dan saraf otak.

    Lokasi nyeri kepala sepertiga terjadi pada tempat tumor

    sedangkn sepertiga lainnya terjadi didekat atau diatas tumor.

    Nyeri kepala oksipital merupakan gejala utama pada tumor

    fosa posterior. Kira-kira sepertiga lesi supratentorial

    menyebabkan nyeri kepala frontal.

    Nausea dan Muntah

    Nausea dan muntah terjadi akibat rangsangan/iritasi pada

    pusat vagat di medulla oblongata, kadang-kadang juga

    dipengaruhi oleh asupan makanan. Muntah paling sering

    terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan

    peningkatan tekanan intracranial disertai pergeseran batang

    otak.

    Muntah dapat terjadi tanpa didahului nausea dan dapat

    proyektil.

    Papiledema

    Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan

    pembengkakan pada saraf optikus. Bila terlihat pada

    pemeriksaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan

    peningkatan TIK, namun sulit menggunakan tanda ini untuk

    mendiagnosis tanda ini. Menyertai papiledema dapat terjadi

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    17/32

    gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta

    dan amaurosis fugaks.

    5. Pemeriksaan Penunjang

    a. Pencitraan CT (CT Scan) untuk memberikan informasi

    spesifik yang menyangkut jumlah, ukuran dan kepadatan

    jejas tumor dan meluasnya edema serebral sekunder, juga

    memberi informasi tentang system ventrikuler.

    b. MRI untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil. Umumnya

    untuk mendeteksi tumor didalam batang otak didaerah

    hipofisis.

    c. Biopsi stereotaktik bantuan computer (tiga dimensi) untuk

    mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk

    memberikan dasar-dasar pengobatan dan imformasi

    prognosis.

    d. Angiografi serebral memberikan gambaran pembuluh darah

    serebral dan letak tumor serebral.

    e. Elektroensefalogram(EEG)untuk mendeteksi gelombang

    otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat

    memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada

    waktu kejang

    f. Penelitian sitologis pada cairan serebrospinal (CSF) dapat

    dilakukan untuk mendeteksi sel-sel ganas, karena tumor-

    tumor pada SSP mampu menggusur sel-sel kedalam cairan

    serebrospinal.

    6. Penatalaksanaan

    Variasi pendekatan untuk pengobatan:

    a. Pendekatan pembedahan konvensional memerlukan insisi

    tulang (kraniotomi).

    b. Pendektan Stereotaktik. Laser atau radiasi dapat dilepaskan

    dengan pendekaan stereotaktik. Radioisotop dapat juga

    ditempatkan langsung kedalam tumor unuk menghasilkan

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    18/32

    dosis tinggi pada radiasi tumor (brakhiterapi) sambil

    meminimalkan pengaruh pada jaringan otak disekitarnya.

    c. Penggunaan pisau gamma pada bedah radio sampai dalam,

    untuk tumor yang tidak dapat dimasukkan obat.

    d. Kemoterapi dan terapi sinar radiasi eksternal

    e. Transplantasi sumsum tulang autolog intravena digunakan

    pada beberapa pasien yang akan menerima kemoterapi

    karena keadaan ini penting sekali untuk menolong pasien

    terhadap adanya keracunan pada sumsum tulang sebagai

    akibat dosis tinggi kemoterapi dan radiasi. Sumsum tulang

    pasien diaspirasi sedikit, biasanya dilakukan kepala iliaka

    dan disimpan pasien yang menerima dosis kemoterapi dan

    terapi radiasi yang banyak akan menghancurkan sejumlah

    besar sel-sel keganasan (malignan). Sumsum kemudian

    diinfus kembali setelah pengobatan lengkap. Kortikosteroid

    boleh digunakan sebelum pengobatan sesuai dengan

    diperkenankannya penggunaan obat ini, yang didasari

    melalui evaluasi diagnostic dan kemudian menurunkan

    edema serebral dan meningkatkan kelancaran serta

    pemulihan lebih cepat.

    7. Komplikasi

    a. Gangguan fungsi neurologis

    b. Gangguan kognitif

    c. Gangguan tidur dan mood

    d. Disfungsi seksual

    B. Abses Otak

    1. Definisi

    Abses otak adalah suatu proses infeksi dengan pernanahan

    yang terlokalisir diantara jaringan otak yang disebabkan oleh

    berbagai macam variasi bakteri, fungus dan protozoa.

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    19/32

    2. Epidemiologi

    Abses otak dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, namun

    paling sering terjadi pada anak berusia 4 sampai 8 tahun.

    Penyebab abses otak yaitu, embolisasi oleh penyakit jantung

    kongenital dengan pintas atrioventrikuler (terutama tetralogi

    fallot), meningitis, otitis media kronis dan mastoiditis, sinusitis,

    infeksi jaringan lunak pada wajah ataupun scalp, status

    imunodefisiensi dan infeksi pada pintas ventrikuloperitonial.

    Patogenesis abses otak tidak begitu dimengerti pada 10-15%

    kasus.

    Walaupun teknologi kedokteran diagnostik dan perkembangan

    antibiotika saat ini telah mengalami kemajuan, namun rate

    kematian penyakit abses otak masih tetap tinggi, yaitu sekitar

    10-60% atau rata-rata 40%. Penyakit ini sudah jarang dijumpai

    terutama di negara-negara maju, namun karena resiko

    kematiannya sangat tinggi, abses otak termasuk golongan

    penyakit infeksi yang mengancam kehidupan masyarakat ( life

    threatening infection).

    Menurut Britt, Richard et al., penderita abses otak lebih banyak

    dijumpai pada laki-laki daripada perempuan dengan

    perbandingan 3:1 yang umumnya masih usia produktif yaitu

    sekitar 20-50 tahun.

    Yang SY menyatakan bahwa kondisi pasien sewaktu masuk

    rumah sakit merupakan faktor yang sangat mempengaruhi rate

    kemtian. Jika kondisi pasien buruk, rate kematian akan tinggi.

    Hasil penelitian Xiang Y Han (The University of Texas MD.

    Anderson Cancer Center Houston Texas) terhadap 9 penderita

    abses otak yang diperolehnya selama 14 tahun (1989-2002),

    menunjukkan bahwa jumlah penderita laki-laki > perempuan

    dengan perbandingan 7:2, berusia sekitar 38-78 tahun dengan

    rate kematian 55%.

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    20/32

    Demikian juga dengan hasil penelitian Hakim AA. Terhadap 20

    pasien abses otak yang terkumpul selama 2 tahun (1984-1986)

    dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, menunjukkan hasil yang

    tidak jauh berbeda, dimana jumlah penderita abses otak pada

    laki-laki > perempuan dengan perbandingan 11:9, berusia

    sekitar 5 bulan-50 tahun dengan angka kematian 355 (dari 20

    penderita, 7 meninggal).

    3. Etiologi

    Sebagian besar abses otak berasal langsung dari penyebaran

    infeksi telinga tengah, sinusitis (paranasal, ethmoidalis,

    sphenoidalis dan maxillaries).

    Abses otak dapat timbul akibat penyebaran secara hematogen

    dari infeksi paru sistemik (empyema, abses paru, bronkiektase,

    pneumonia), endokarditis bakterial akut dan subakut dan pada

    penyakit jantung bawaan Tetralogi Fallot (abses multiple, lokasi

    pada substansi putih dan abu dari jaringan otak).6 Abses otak

    yang penyebarannya secara hematogen, letak absesnya sesuai

    dengan peredaran darah yang didistribusi oleh arteri cerebri

    media terutama lobus parietalis, atau cerebellum dan batang

    otak.

    Abses dapat juga dijumpai pada penderita penyakit immunologik

    seperti AIDS, penderita penyakit kronis yang mendapat

    kemoterapi/steroid yang dapat menurunkan sistem kekebalan

    tubuh. 20-37% penyebab abses otak tidak diketahui. Penyebab

    abses yang jarang dijumpai, osteomyelitis tengkorak, sellulitis,

    erysipelas wajah, abses tonsil, pustule kulit, luka tembus pada

    tengkorak kepala, infeksi gigi luka tembak di kepala, septikemia.

    Berdasarkan sumber infeksi dapat ditentukan lokasi timbulnya

    abses di lobus otak.

    Infeksi sinus paranasal dapat menyebar secara retrograde

    thrombophlebitis melalui klep vena diploika menuju lobus

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    21/32

    frontalis atau temporal. Bentuk absesnya biasanya tunggal,

    terletak superficial di otak, dekat dengan sumber infeksinya.

    Sinusitis frontal dapat juga menyebabkan abses di bagian

    anterior atau inferior lobus frontalis. Sinusitis sphenoidalis dapat

    menyebakan abses pada lobus frontalis atau temporalis.

    Sinusitis maxillaris dapat menyebabkan abses pada lobus

    temporalis. Sinusitis ethmoidalis dapat menyebabkan abses

    pada lobus frontalis. Infeksi pada telinga tengah dapat pula

    menyebar ke lobus temporalis. Infeksi pada mastoid dan

    kerusakan tengkorak kepala karena kelainan bawaan seperti

    kerusakan tegmentum timpani atau kerusakan tulang temporal

    oleh kolesteatoma dapat menyebar ke dalam serebelum.

    Bakteri penyebabnya antara lain, Streptococcus aureus,

    streptococci (viridians, pneumococci, microaerophilic), bakteri

    anaerob (bakteri kokus gram positif, Bacteroides spp,

    Fusobacterium spp, Prevotella spp, Actinomyces spp, dan

    Clostridium spp), basil aerob gram-negatif (enteric rods, Proteus

    spp, Pseudomonas aeruginosa, Citrobacter diversus, dan

    Haemophilus spp). Infeksi parasit (Schistosomiasis, Amoeba)

    dan fungus (Actinomycosis, Candida albicans) dapat pula

    menimbulkan abses, tetapi hal ini jarang terjadi.

    4. Patofisiologi

    Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum

    dari fokus infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari

    tempat yang jauh, atau secara langsung seperti trauma kepala

    dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh penyebaran

    hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering

    pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang

    perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat

    permukaan otak pada lobus tertentu.

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    22/32

    Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus pada

    jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan

    dan kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik

    perdarahan. Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu

    terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga

    membentuk suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan

    makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotikan. Mula-mula

    abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan

    fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang

    konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai

    beberapa sentimeter. Beberapa ahli membagi perubahan

    patologi AO dalam 4 stadium yaitu:

    a. Stadium serebritis dini (Early Cerebritis)

    Terjadi reaksi radang local dengan infiltrasi polymofonuklear

    leukosit, limfosit dan plasma sel dengan pergeseran aliran

    darah tepi, yang dimulai pada hari pertama dan meningkat

    pada hari ke 3. Sel-sel radang terdapat pada tunika

    adventisia dari pembuluh darah dan mengelilingi daerah

    nekrosis infeksi. Peradangan perivaskular ini disebut

    cerebritis. Saat ini terjadi edema di sekita otak dan

    peningkatan efek massa karena pembesaran abses.

    b. Stadium serebritis lanjut (Late Cerebritis)

    Saat ini terjadi perubahan histologis yang sangat berarti.

    Daerah pusat nekrosis membesar oleh karena peningkatan

    acellular debrisdan pembentukan nanah karena pelepasan

    enzim-enzim dari sel radang. Di tepi pusat nekrosis didapati

    daerah sel radang, makrofag-makrofag besar dan gambaran

    fibroblast yang terpencar. Fibroblast mulai menjadi reticulum

    yang akan membentuk kapsul kolagen. Pada fase ini edema

    otak menyebar maksimal sehingga lesi menjadi sangat besar

    c. Stadium pembentukan kapsul dini (Early Capsule Formation)

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    23/32

    Pusat nekrosis mulai mengecil, makrofag menelan acellular

    debris dan fibroblast meningkat dalam pembentukan kapsul.

    Lapisan fibroblast membentuk anyaman reticulum

    mengelilingi pusat nekrosis. Di daerah ventrikel,

    pembentukan dinding sangat lambat oleh karena kurangnya

    vaskularisasi di daerah substansi putih dibandingkan

    substansi abu. Pembentukan kapsul yang terlambat di

    permukaan tengah memungkinkan abses membesar ke

    dalam substansi putih. Bila abses cukup besar, dapat robek

    ke dalam ventrikel lateralis. Pada pembentukan kapsul,

    terlihat daerah anyaman reticulum yang tersebar membentuk

    kapsul kolagen, reaksi astrosit di sekitar otak mulai

    meningkat.

    d. Stadium pembentukan kapsul lanjut (Late Capsule

    Formation)

    Pada stadium ini, terjadi perkembangan lengkap abses

    dengan gambaran histologis sebagai berikut:

    - Bentuk pusat nekrosis diisi oleh acellular debris dan sel-

    sel radang.

    - Daerah tepi dari sel radang, makrofag, dan fibroblast.

    - Kapsul kolagen yang tebal.

    - Lapisan neurovaskular sehubungan dengan serebritis

    yang berlanjut.

    - Reaksi astrosit, gliosis, dan edema otak di luar kapsul.

    Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar

    dan meluas ke arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur,

    dapat menimbulkan meningitis.

    Infeksi jaringan fasial, selulitis orbita, sinusitis etmoidalis,

    amputasi meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental

    dapat menyebabkan AO yang berlokasi pada lobus frontalis.

    Otitis media, mastoiditis terutama menyebabkan AO lobus

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    24/32

    temporalis dan serebelum, sedang abses lobus parietalis

    biasanya terjadi secara hematogen.

    5. Manifestasi Klinis

    Pada stadium awal gambaran klinik AO tidak khas, terdapat

    gejala-gejala infeksi seperti demam, malaise, anoreksi dan

    gejalagejala peninggian tekanan intrakranial berupa muntah,

    sakit kepala dan kejang. Dengan semakin besarnya abses otak

    gejala menjadi khas berupa trias abses otak yang terdiri dari

    gejala infeksi, peninggian tekanan intrakranial dan gejala

    neurologik fokal.

    Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-

    gejala neurologik seperti hemikonvulsi, hemiparesis,

    hemianopsia homonim disertai kesadaran yang menurun

    menunjukkan prognosis yang kurang baik karena biasanya

    terjadi herniasi dan perforasi ke dalam kavum ventrikel.

    Abses lobus temporalis selain menyebabkan gangguan

    pendengaran dan mengecap didapatkan disfasi, defek

    penglihatan kwadran alas kontralateral dan hemianopsi komplit.

    Gangguan motorik terutama wajah dan anggota gerak atas

    dapat terjadi bila perluasan abses ke dalam lobus frontalis relatif

    asimptomatik, berlokasi terutama di daerah anterior sehingga

    gejala fokal adalah gejala sensorimotorik.

    Abses serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer dan

    menyebabkan gangguan koordinasi seperti ataksia, tremor,

    dismetri dan nistagmus. Abses batang otak jarang sekali terjadi,

    biasanya berasal hematogen dan berakibat fatal.

    6. Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran

    klinik, pemeriksaan laboratorium disertai pemeriksaan

    penunjang lainnya. Selain itu penting juga untuk melibatkan

    evaluasi neurologis secara menyeluruh, mengingat

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    25/32

    keterlibatan infeksinya. Perlu ditanyakan mengenai riwayat

    perjalanan penyakit, onset, faktor resiko yang mungkin ada,

    riwayat kelahiran, imunisasi, penyakit yang pernah diderita,

    sehingga dapat dipastikan diagnosisnya.

    Pada pemeriksaan neurologis dapat dimulai dengan

    mengevaluasi status mental, derajat kesadaran, fungsi saraf

    kranialis, refleks fisiologis, refleks patologis, dan juga tanda

    rangsang meningeal untuk memastikan keterlibatan

    meningen.

    Pemeriksaan motorik sendiri melibatkan penilaian dari

    integritas sistem musculoskeletal dan kemungkinan

    terdapatnya gerakan abnormal dari anggota gerak, ataupun

    kelumpuhan yang sifatnya bilateral atau tunggal.

    Pada pemeriksaan laboratorium, terutama pemeriksaan

    darah perifer yaitu pemeriksaan lekosit dan laju endap

    darah; didapatkan peninggian lekosit dan laju endap darah.

    Pemeriksaan cairan serebrospinal pada umumnya

    memperlihatkan gambaran yang normal. Bisa didapatkan

    kadar protein yang sedikit meninggi dan sedikit pleositosis,

    glukosa dalam batas normal atau sedikit berkurang. kecuali

    bila terjadi perforasi dalam ruangan ventrikel.

    Foto polos kepala memperlihatkan tanda peninggian tekanan

    intrakranial, dapat pula menunjukkan adanya fokus infeksi

    ekstraserebral; tetapi dengan pemeriksaan ini tidak dapat

    diidentifikasi adanya abses.

    Pemeriksaan EEG terutama penting untuk mengetahui

    lokalisasi abses dalam hemisfer. EEG memperlihatkan

    perlambatan fokal yaitu gelombang lambat delta dengan

    frekuensi 13 siklus/detik pada lokasi abses.

    Pnemoensefalografi penting terutama untuk diagnostik

    abses serebelum.

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    26/32

    Dengan arteriografi dapat diketahui lokasi abses di hemisfer.

    Saat ini, pemeriksaan angiografi mulai ditinggalkan setelah

    digunakan pemeriksaan yang relatif noninvasif seperti CT

    scan. Dan scanning otak menggunakan radioisotop

    tehnetium dapat diketahui lokasi abses; daerah abses

    memperlihatkan bayangan yang hipodens daripada daerah

    otak yang normal dan biasanya dikelilingi oleh lapisan

    hiperderns.

    CT scan selain mengetahui lokasi abses juga dapat

    membedakan suatu serebritis dengan abses.

    Magnetic Resonance Imaging saat ini banyak digunakan,

    selain memberikan diagnosis yang lebih cepat juga lebih

    akurat.

    Gambar 2.2. Early cerebritis pada CT-Scan (Sumber:

    http://emedicine.medscape.com)

    Gambaran CT-scan pada abses :

    Early cerebritis (hari 1-3): fokal, daerah inflamasi dan

    edema.

    Late cerebritis (hari 4-9): daerah inflamasi meluas dan

    terdapat nekrosis dari zona central inflamasi.

    http://4.bp.blogspot.com/-tldkCbNju0w/TdJfl-kQFKI/AAAAAAAAAD4/2DvgkT3tix4/s1600/CT.jpg
  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    27/32

    Early capsule stage (hari 10-14): gliosis post infeksi,

    fibrosis, hipervaskularisasi pada batas pinggir daerah

    yang terinfeksi. Pada stadium ini dapat terlihat gambaran

    ring enhancement.

    Late capsule stage (hari >14): terdapat daerah sentral

    yang hipodens (sentral abses) yang dikelilingi dengan

    kontras - ring enhancement (kapsul abses)

    7. Penatalaksanaan

    Terapi definitif untuk abses melibatkan :

    Penatalaksanaan terhadap efek massa (abses dan edema)

    yang dapat mengancam jiwa

    Terapi antibiotik dan test sensitifitas dari kultur material

    abses

    Terapi bedah saraf (aspirasi atau eksisi)

    Pengobatan terhadap infeksi primer

    Pencegahan kejang

    Neurorehabilitasi

    Penatalaksanaan awal dari abses otak meliputi diagnosis yang

    tepat dan pemilihan antibiotik didasarkan pada pathogenesis

    dan organisme yang memungkinkan terjadinya abses. Ketika

    etiologinya tidak diketahui, dapat digunakan kombinasi dari

    sefalosporin generasi ketiga dan metronidazole. Jika terdapat

    riwayat cedera kepala dan pembedahan kepala, maka dapat

    digunakan kombinasi dari napciline atau vancomycine dengan

    sephalosforin generasi ketiga dan juga metronidazole. Antibiotik

    terpilih dapat digunakan ketika hasil kultur dan tes sentivitas

    telah tersedia. Pada abses terjadi akibat trauma

    penetrasi,cedera kepala, atau sinusitis dapat diterapi dengan

    kombinasi dengan napsiline atau vancomycin, cefotaxime atau

    cetriaxone dan juga metronidazole. Monoterapi dengna

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    28/32

    meropenem yang terbukti baik melawan bakteri gram negatif,

    bakteri anaerob, stafilokokkus dan streptokokkus dan menjadi

    pilihana alternatif. Sementara itu pada abses yang terjadi akibat

    penyakit jantung sianotik dapat diterapi dengan penissilin dan

    metronidazole. Abses yang terjadi akibat ventrikuloperitoneal

    shunt dapat diterapi dengan vancomycin dan ceptazidine. Ketika

    otitis media, sinusitis, atau mastoidits yang menjadi penyebab

    dapat digunakan vancomycin karena strepkokkus pneumonia

    telah resisten terhadap penissilin. Ketika meningitis citrobacter,

    yang merupakan bakteri utama pada abses local, dapat

    digunakan sefalosporin generasi ketiga, yang secara umum

    dikombinasikan dengan terapi aminoglikosida. Pada pasien

    dengan immunocompromised digunakan antibiotik yang

    berspektrum luas dan dipertimbangkan pula terapi amphoterids.

    Tabel 2.1 Dosis dan Cara Pemberian Antibiotik pada Abses

    Otak

    Drug Dose Frekwensi dan rute

    Cefotaxime (Claforan)

    50-100 mg/KgBBt/Hari

    2-3 kali per hari,

    IV

    Ceftriaxone (Rocephin)

    50-100 mg/KgBBt/Hari

    2-3 kali per hari,

    IV

    Metronidazole (Flagyl)

    35-50 mg/KgBB/Hari

    3 kali per hari,

    IV

    Nafcillin (Unipen, Nafcil)

    2 grams

    setiap 4 jam,

    IV

    Vancomycin

    15 mg/KgBB/Hari

    setiap 12 jam,

    IV

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    29/32

    Kebanyakan studi klinis menunjukkan bahwa penggunaan

    steroid dapat mempengaruhi penetrasi antibiotik tertentu dan

    dapat menghalangi pembentukan kapsul abses. Tetapi

    penggunaannya dapat dipertimbangkan pada kasus-kasus

    dimana terdapat risiko potensial dalam peningkatan tekanan

    intrakranial. Dosis yang dipakai 10 mg dexamethasone setiap 6

    jam intravenous, dan ditapering dalam 3-7 hari.

    Pada penderita ini, kortikosteroid diberikan dengan

    pertimbangan adanya tekanan intrakranial yang meningkat,

    papil edema dan gambaran edema yang luas serta midline shift

    pada CT scan. Kortikosteroid diberikan dalam 2 minggu setelah

    itu di tap-off, dan terlihat bahwa berangsur-angsur sakit kepala

    berkurang dan pada pemeriksaan nervus optikus hari XV tidak

    didapatkan papil edema. Penatalaksanaan secara bedah pada

    abses otak dipertimbangkan dengan menggunakan CT-Scan,

    yang diperiksa secara dini, untuk mengetahui tingkatan

    peradangan, seperti cerebritis atau dengan abses yang multipel.

    Terapi optimal dalam mengatasi abses serebri adalah kombinasi

    antara antimikrobial dan tindakan bedah. Pada studi terakhir,

    terapi eksisi dan drainase abses melalui kraniotomi merupakan

    prosedur pilihan. Tetapi pada center-center tertentu lebih dipilih

    penggunaan stereotaktik aspirasi atau MR-guided aspiration

    and biopsy. Tindakan aspirasi biasa dilakukan pada abses

    multipel, abses batang otak dan pada lesi yang lebih luas

    digunakan eksisi.

    Pada beberapa keadaan terapi operatif tidak banyak

    menguntungkan, seperti: small deep abscess, multiple abscess

    dan early cerebritic stage.

    Kebanyakan studi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

    bermakna diantara penderita yang mendapatkan terapi

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    30/32

    konservatif ataupun dengan terapi eksisi dalam mengurangi

    risiko kejang.

    Pada penderita ini direncanakan untuk dilakukan operasi

    kraniotomi mengingat proses desak ruang yang cukup besar

    guna mengurangi efek massa baik oleh edema maupun abses

    itu sendiri, disamping itu pertimbangan ukuran abses yang

    cukup besar, tebalnya kapsul dan lokasinya di temporal.

    Antibiotik mungkin digunakan tersendiri, seperti pada keadaan

    abses berkapsul dan secara umum jika luas lesi yang

    menyebabkan sebuah massa yang berefek terjadinya

    peningkatan tekanan intrakranial. Dan harus ditatalaksanakan

    dengan kombinasi antibiotik dan aspirasi abses.

    Pembedahan secara eksisi pada abses otak jarang digunakan,

    karena prosedur ini dihubungkan dengan tingginya angka

    morbiditas jika dibandingkan dengan teknik aspirasi. Indikasi

    pembedahan adalah ketika abses berdiameter lebih dari 2,5 cm,

    adanya gas di dalam abses, lesi yang multiokuler, dan lesi yng

    terletak di fosa posterior, atau jamur yang berhubungan dengan

    proses infeksi, seperti mastoiditis, sinusitis, dan abses

    periorbita, dapat pula dilakukan pembedahan drainase. Terapi

    kombinasi antibiotik bergantung pada organisme dan respon

    terhadap penatalaksanaan awal. Tetapi, efek yang nyata terlihat

    4-6 minggu.

    Penggunaan antikonvulsan dipengaruhi juga oleh lokasi abses

    dan posisinya terhadap korteks. Oleh karena itu kapan

    antikonvulsan dihentikan tergantung dari kasus per kasus

    (ditetapkan berdasarkan durasi bebas kejang, ada tidaknya

    abnormalitas pemeriksaan neurologis, EEG dan neuroimaging).

    Pada penderita ini diberikan fenitoin oral, mengingat penderita

    sudah mengalami kejang dengan frekuensi yang cukup sering.

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    31/32

    Penghentian antikonvulsan ini ditetapkan berdasarkan

    perkembangan klinis penderita selanjutnya.

    8. Komplikasi

    Abses otak menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Adapun

    komplikasinya adalah:

    1) Robeknya kapsul abses ke dalam ventrikel atau ruang

    subarachnoid

    2) Penyumbatan cairan serebrospinal yang menyebabkan

    hidrosefalus

    3) Edema otak

    4) Herniasi oleh massa Abses otak

    9. Prognosis

    Angka kematian yang dihubungkan dengan abses otak secara

    signifikan berkurang, dengan perkiraan 5-10% didahului CT-

    Scan atau MRI dan antibiotic yang tepat, serta manajemen

    pembedahan merupakan faktor yang berhubungan dengan

    tingginya angka kematian, dan waktu yang mempengaruhi lesi,

    abses mutipel, kesadaran koma dan minimnya fasilitas CT-

    Scan. Angka harapan yang terjadi paling tidak 50% dari

    penderita, termasuk hemiparesis, kejang, hidrosefalus,

    abnormalitas nervus kranialis dan masalah-masalah

    pembelajaran lainnya.

    Prognosis dari abses otak ini tergantung dari:

    1) Cepatnya diagnosis ditegakkan

    2) Derajat perubahan patologis

    3) Soliter atau multipel

    4) Penanganan yang adekuat.

    Dengan alat-alat canggih dewasa ini AO pada stadium dini

    dapat lebih cepat didiagnosis sehingga prognosis lebih baik.

    Prognosis AO soliter lebih baik dan mu1tipel. Defisit fokal dapat

    membaik, tetapi keajng dapat menetap pada 50% penderita.

  • 8/10/2019 MODUL 1 Nyeri Kepala

    32/32

    REFERENSI

    1. Akbar, Muhammad Nyeri Kepala. Bagian Penyakit Saraf Fakultas

    Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar, 2014

    2. Corwin, E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

    3. Farida, A. Nyeri Kepala. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

    Utara. 2010

    4. Hauser, Stephen L. Harrisons: Neurology in Clinical Medicine. Edisi 2.

    2010

    5. Japardi, Iskandar. Tekanan Tinggi Intrakranial. Fakultas Kedokteran

    Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara. 2002

    6. Prabawani, AT. 2011. Hubungan antara Topis dan Volume Neoplasma

    Intrakranial dengan Lokasi dan Intensitasnya Nyeri Kepala. Fakultas

    Kedokteran Universitas Dipanegara. Akses: 2013

    7. Price, Silvya Anderson. Patofisiologi: Konsep KLinis Proses-proses

    Penyakit. Volume 2Edisi. 6. Jakarta. EGC. 2003

    8. Slide Bahan Kuliah dr. Muh. Akbar. Headache

    9. Anderson Price, Sylvia & Lorraine McCarty Wilson.2006. Patofisiologi.

    Gan Gunawa, Sulistia.2007.Farmakologi dan Terapi. FKUI

    Rodwell Williams, Sue & Eleanor D. Schlenker..Essential of Nutrition &

    Diet Therapy.

    Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi. EGC:

    Jakarta10. Guyton. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi Revisi.

    EGC: Jakarta.

    11. Harsono. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi I.Yogyakarta : Gajah

    Mada University Press.

    12. Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses

    Penyakit Volume 1 Edisi 6. EGC: Jakarta.