modernisasi sistem pengkaderan pelajar islam...

119
1 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring Pelajar Islam Indonesia (PII) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: AHMAD KASOGI 1110111000002 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: lydan

Post on 14-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

1

MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN

PELAJAR ISLAM INDONESIA

Jejaring Pelajar Islam Indonesia (PII)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

AHMAD KASOGI 1110111000002

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

2

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul

MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN

PELAJAR ISLAM INDONESIA

Jejaring Pelajar Islam Indonesia

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam pulisann ini telah saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanki yang berlaku di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 April 2017

Ahmad Kasogi

ii

Page 3: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

3

MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN

PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring Pelajar Islam Indonesia

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

AHMAD KASOGI 1110111000002

Di bawah bimbingan

Saifuddin Asrori, M.Si

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

iii

Page 4: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

4

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Ahmad Kasogi

NIM : 1110111000002

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan skripsi dengan judul:

MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM

INDONESIA DALAM JEJARING PELAJAR ISLAM INDONESIA

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Ciputat, 13 April 2017

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Saifuddin Asrori, MA

NIP. 197609182003122003 NIP. 197701192009121001

iv

Page 5: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

1

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi

MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN

PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring Pelajar Islam Indonesia

Oleh

AHMAD KASOGI

1110111000002

Telah dipertahankan dalam siding skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 April 2017.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.Sos) pada program studi Sosiologi.

Ketua, Sekretaris

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Jauharotul Jamilah, M.Si

NIP. 197609182003122003 NIP. 196808161997032002

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Zulkifli, M.A Dr. Muhammad Guntur Alting, M.Pd

NIP. 196608131991031004 NIP. 19740512199031000

Ketua Program Studi Sosiologi

FISIP UIN Jakarta

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si

NIP. 197609182003122003

v

Page 6: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

2

ABSTRAKSI

Skripsi ini membahas tentang modernisasi sistem pengkaderan Pelajar Islam

Indonesia yang bertujuan untuk menjelaskan tentang modernisasi sistem

pengkaderan Pelajar Islam Indonesia sebagai organisasi berbasis massa pelajar

Islam melalui jejaring PII. Teori yang digunakan adalah teori Perubahan Sosial

Modern, birokrasi dan manajemen. Metode penelitian dalam skripsi ini

menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara.

Hasil penelitian dalam skripsi ini dapat menemukan faktor internal dan

eksternal dalam perkembangan organisasi PII di era Orde Lama, Orde Baru dan

Reformasi. Di era Orde Lama, PII dapat memasuki tahap identifikasi dan

perumusan sistem dan metode kaderisasi dengan sistem dan metode Mental

Training dan Metode Perkampungan Kerja Pelajar sebagai penyempurnaan metode

Dynamic Group dengan melaksanakan kaderisasi PII dalam kategori masa

kristalisasi kebutuhan. Di era Orde Baru menjadi kebutuhan untuk penyempurnaan

konsep kaderisasi dengan merumuskan sistem dan metode training PII mencakup

pemantapan training, kurikulum training dan hubungan antar jenis training

sehingga dirumuskan dalam konsep pembinaan Sebelas Bintang Satu Matahari Plus

Rembulan melalui training konvensional, training alternatif dan training khusus. Di

era Orde Baru termasuk kategori masa rekontruksi dalam melakukan evaluasi

mendasar terhadap kegiatan kaderisasi hingga ditindaklanjuti dengan rekomendasi

Muktamar dalam proses penyusunan Ta’dib dengan melaksanakan Lokarya Ta’lim

dan Semiloka Pelatihan, dengan tiga agenda utama yaitu rekonstruksi orientasi

pelatihan PII, alternatif sistem pelatihan PII, dan pengembangan materi PII yang

kemudian melaksanakan PORTANAS dalam mensosialisasikan Ta’dib. Di era

Reformasi diadakan Lokarya Instruktur Nasional sebagai penyempurnaan dan

penyelesaian konsep Ta’dib sebagai sistem kaderisasi PII yang baru. Faktor internal

meliputi (1) dualisme pendidikan yang memberikan jalan untuk memodernisasi

pengkaderan, (2) penerapan sistem andragogi dengan Kepemimpinan dan

Kepeloporan dalam memodernisasi pendidikan, dan (3) pengembangan jejaring PII

antara jejaring PII dengan alumni PII dapat mendirikan sekolah. Faktor eksternal

meliputi (1) bahaya paham komunis, PII melakukan perlawanan dan menantang

ajaran dan ideologi komunis, serta mengirimkan kader PII untuk mengembangkan

pola pendidikan Amerika dalam memodernisasi pendidikan, (2) asas tunggal

Pancasila, PII mampu melaksanakan metode pengajaran dan melakukan pola

kaderisasi dalam memodernisasi pendidikan Islam di Indonesia, (3) larangan

pemerintah terhadap aturan siswi berjilbab menunjukkan PII mampu menciptakan

kadernya untuk memperjuangkan nilai ke-Islam-an melalui training PII dalam

memodernisasi pendidikan Islam di Indonesia, (4) arus demokrasi dan globalisasi

di masa reformasi membawa dampak terhadap PII dengan menerapkan perencanaan

strategis Menej Indonesia sesuai dengan GBHO PII 2010-2018.

Kata Kunci : modernisasi sistem pengkaderan, ta’dib, Pelajar Islam Indonesia

vi

Page 7: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya yang tercurah pada setiap manusia. Tuhan sang pemilik hati dan

pemelihara cinta sejati tanpa rasa benci. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW dan keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang

komitmen dan patuh pada ajarannya.

Akhirnya, setelah berjuang dengan sekuat tenaga, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, walaupun dalam prosesnya penuh dengan suka dan duka.

Skripsi ini tidak akan dapat selesai tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan

dan kontribusi dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis

ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Sosiologi.

3. Ibu Dra. Ida Rosyida, MA., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Bapak Saifuddin Asrori, MA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

mencurahkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dan

memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap dosen dan staf pengajar civitas akademik Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu pengetahuannya memotivasi dan

bimbingannya baik dalam hal administrasi maupun belajar selama menempuh

studi di kampus.

6. Keluarga tersayang, Ayah dan Umie tercinta, kakak dan abang-abang penulis

yang telah memberikan motivasi, dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua teman-teman Pelajar Islam Indonesia, dan Keluarga Besar PII yang telah

membantu, dan melancarkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman Sosiologi 2010 terima kasih atas pengalaman dan pertemanan

yang indah selama menempuh studi di kampus.

vii

Page 8: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

4

9. Teman-teman KASOGI (Kajian Sosiologi) terima kasih telah banyak manfaat

dan ilmu pengetahuan, yang telah penulis peroleh selama berdiskusi, dan

pertemanan yang terjalin selama ini.

10. Ayahanda dan Guru kami, KH. Ahmad Rifai Lc, KH.Usman Syarif, Alm. KH.

Moh. Ali Hasan SE, Ust, Lukman Satiri, Ust, Zaki Mubarak, yang telah

mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman Baitul Qur’an Daarul Hijrah, terima kasih telah mendo’akan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Terakhir, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan melancarkan baik secara langsung maupun tidak langsung

berjasa dalam penulisan skripsi ini.

Semoga semua kebaikan dan jasa yang telah diberikan kepada penulis, dapat

menjadi amal shaleh, dan diberikan rahmat serta keberkahan dari Allah SWT.

Akhirnya, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik serta saran yang membangun diharapkan oleh penulis untuk perbaikan di

masa mendatang.

Jakarta, April 2017

Ahmad Kasogi

viii

Page 9: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

5

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

DAFTAR TABEL .................................................................................... v

DAFTAR BAGAN ................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ...........................................................

B. Pertanyaan Penelitian .........................................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................

D. Tinjauan Pustaka ................................................................

E. Kerangka Teori ..................................................................

F. Metodologi Penelitian ........................................................

G. Sistematika Penulisan ........................................................

1

7

8

9

14

27

32

BAB II GAMBARAN UMUM PELAJAR ISLAM INDONESIA

A. Sejarah Berdirinya Pelajar Islam Indonesia (PII) ..............

B. Tujuan, Fungsi dan Usaha Pelajar Islam Indonesia (PII) ...

C. Sistem Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia (PII) .............

34

37

39

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN

A. Perkembangan Sistem Pengkaderan Pelajar Islam

Indonesia...............................................................................

B. Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi

Perubahan Sistem Pengkaderan Pelajar Islam

Indonesia...............................................................................

48

79

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................

B. Saran .....................................................................................

98

100

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 102

LAMPIRAN

ix

Page 10: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

6

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Informan ..................................................................... 31

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 3.3

Tabel 3.4

Sistem Pengkaderan PII di Masa Orde Lama (1950-1967)...

Sistem Pengkaderan PII di Masa Orde Baru (1966-1996) ...

Sistem Pengkaderan PII di Masa Reformasi (1998-saat ini)..

Faktor Internal yang Mempengaruhi Perubahan Sistem

Pengkaderan PII Dalam Memodernisasi Bagi Pelajar Islam

di Indonesia ...........................................................................

55

71

79

87

Tabel 3.5 Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Perubahan Sistem

Pengkaderan PII Dalam Memodernisasi Bagi Pelajar Islam

di Indonesia ...........................................................................

96

x

Page 11: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

7

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Skema Kerangka Berpikir ..................................................... 27

Bagan 2.1 Skema Mekanisme dan Jenjang Training PII Sisten Ta’dib .. 46

Bagan 3.1 Skema Mekanisme dan Jenjang Training PII ........................ 61

xi

Page 12: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 PII sebagai Peserta dalam Aloka Advanced Course for

Youth Leadership Training Center di Kolombo pada

Januari hingga Juni 1955....................................................

51

Gambar 3.2 Hasil Lokakarya Instruktur Nasional (LIN) Pedoman Pola

Kaderisasi PII .....................................................................

71

Gambar 3.3 Kegiatan Ta’lim .................................................................. 74

Gambar 3.4 Strategis Menej Indonesia ................................................... 77

xii

Page 13: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian

xiii

Page 14: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Penelitian skripsi ini membahas tentang modernisasi sistem pengkaderan

Pelajar Islam Indonesia dalam Jejaring PII dilihat melalui perkembangan sistem

kaderisasi di era Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi dengan faktor internal dan

eksternal yang berdampak dalam modernisasi sistem dan metode pengkaderan

Pelajar Islama Indonesia dalam Jejaring PII.

Kaderisasi menurut Hanan (2006:13) dikatakan sebagai kebulatan proses

yang mengarah pada terciptanya kader-kader atau anggota inti organisasi yang

berlangsung, mulai dari rekrutmen anggota, pembinaan hingga pelaksanaan

berbagai tugas, atau dalam bentuk seluruh kegiatan Pelajar Islam Indonesia (PII)

yang dikenal sebagai organisasi kader, sekaligus sebagai organisasi massa. Proses

kaderisasi tersebut berperan penting dalam membangun pemikiran, sikap dan

tindakan organisasi yang tidak terlepas dari motivasi berdirinya PII, dengan

bermotivasi ke-Islam-an dan bermotivasi kebangsaan. Adanya motivasi tersebut,

maka tercipta tujuan yang dicita-citakan dalam pendirian PII, yaitu untuk

kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan, sesuai dengan Islam bagi segenap

rakyat Indonesia dan umat manusia (Busyari, 2010:109).

Untuk mewujudkan cita-cita dari tujuan pendirian PII, maka dilakukan

usaha dalam proses kaderisasi dengan cara mendidik, mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan, serta mencetak kader-kader pemimpin dengan

Page 15: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

2

memiliki pandangan Islami. Di bidang pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam

Pengurus Besar (PB) PII dalam Falsafah Gerakan (1991:17), menyebutkan bahwa

PII menginginkan keseimbangan antara pendidikan spiritual dan pendidikan

material, yang mempunyai tanggung jawab terhadap eksistensi penyelenggaraan

pendidikan, dengan berupaya untuk menanamkan nilai-nilai Islam di lembaga-

lembaga pendidikan formal (sekolah dasar, menengah, sampai perguruan tinggi),

nonformal (pesantren), dan informal (keluarga dan masyarakat). Oleh karena itu,

PII dalam rangka proses pembinaan sebagai sebuah organisasi pelajar Islam yang

menyelenggarakan kaderisasi memiliki orientasi usaha dalam bidang pendidikan.

Konsep pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh berbagai kebijakan

politik pemerintah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan

dan perubahan masyarakat, adat istiadat, kebudayaan dan lain sebagainya

(Abuddin, 2006:19). Hal ini juga tidak terlepas dari modernisasi pendidikan di

Indonesia dimana menurut Madjid (19977:xii) menyatakan bahwa sistem

pendidikan modern pertama diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Sedangkan, pondok pesantren sebagai lembaga bagi pendidikan dan penyebaran

agama Islam telah lahir dan berkembang sejak awal kedatangan agama Islam di

bumi nusantara sebagai lembaga pendidikan khas Indonesia yang telah lama

tumbuh berkembang di masyarakat (Azyumardi, 1995:95).

Realitas praktik dalam pengelolaan sebuah lembaga yang membidangi

masalah pendidikan di Indonesia, dapat diketahui melalui dua lembaga

pemerintahan, yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan Departemen

Agama. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI lebih menekankan pada

Page 16: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

3

pendekatan dalam pengaturan sistem dan praktik pendidikan di sekolah umum,

sedangkan Departemen Agama selain membidangi masalah dalam persoalan

hubungan keberagamaan di Indonesia, seperti pengaturan tentang haji, pernikahan,

hingga menangani pada bidang pendidikan di sekolah madrasah, dan pondok

pesantren yang dikenal sebagai lembaga pendidikan berbasis agama Islam.

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Nasional disebutkan bahwa data

awal yang mendaftar sebanyak 1.476.575 peserta sekolah, dengan rincian

jumlah data sekolah, meliputi Sekolah Dasar (SD) sebanyak 144.228

sekolah, SMP sebanyak 28.777 sekolah, SMA sebanyak 10.765 sekolah,

SMK sebanyak 7.592 sekolah, SLB sebanyak 1.686 sekolah. Akan tetapi, di

dalam perkembangannya hanya terdapat 1.467.058 sekolah yang

memasukkan nilainya atau sebesar 99,36 persen. Sedangkan pendataan

mengenai pesantren, meliputi Pondok Pesantren, Program Pendidikan

Kesetaraan (Paket A, B, C), Program Pendidikan Wajar 9 Tahun pada

pondok pesantren Salafiyah. Pada pendataan pondok pesantren tahun 2011-

2012 mencakup 33 provinsi dan berhasil didata sebanyak 27.230 pondok

pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia

(http://www.depdikbud.com/analisis/statistik/pendidikan/islam/2011/2012.

Pendataan terhadap sekolah dan pondok pesantren tersebut dapat diketahui

jumlah sekolah umum dan pondok pesantren di Indonesia yang menunjukkan

adanya problematika pendidikan di Indonesia sehingga terjadinya dualisme

pendidikan di Indonesia. Hal ini memunculkan dikotomi di dalam dunia

pendidikan, dan sekaligus dapat dikatakan menjadi gap antara pelajar sekolah

umum dengan pelajar pondok pesantren. Adanya problematika tersebut menjadi

motivasi dasar dalam proses pendirian PII, hingga pada peran dan pergerakannya

terhadap pelajar Islam di Indonesia hingga saat ini.

Untuk menyikapi terjadinya modernisasi di bidang pendidikan, maka pola

kaderisasi PII terus berkembang dan disempurnakan, dengan sistem kaderisasi PII

dinamakan 1) Ta’dib terdiri atas jalur-jalur pembinaan, berupa training berjenjang

Page 17: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

4

dengan penekanan pada aspek kepemimpinan; 2) Ta’lim yang juga berjenjang

dengan penekanan pada aspek intelektualitas dan ke-Islam-an; dan 3) jalur kursus

yang menekankan pada penguasaan keahlian-keahlian tertentu (skills) berdasarkan

minat dan bakat kader (Hanan, 2006:82).

Perkembangan sistem kaderisasi adalah tidak terlepas dari keberadaan PII

dalam hubungan internal maupun eksternal dari dinamika organisasi, dilihat dari

sikap PII terhadap kebijakan pemerintah yang telah digariskan dalam Khitah

Perjuangan PII tentang Khitah Perjuangan Keluar, Garis Kebijaksanaan terhadap

pemerintah disebutkan bahwa, “PII bersedia atau dapat membantu kebijaksanaan

pemerintah secara partisipatif, korektif, dan konstruktif selama menguntungkan

Islam dan umat Islam”. Khitah Perjuangan yang dinyatakan dalam Ketetapan

Muknas XVII/1986 merupakan pedoman untuk membuat dan melaksanakan

kebijaksanaan bagi segenap eselon pimpinan, kader, dan anggota PII dalam setiap

gerak kader dan tindakannya. Kedudukan Khitah Perjuangan terbagi menjadi tiga,

yaitu Khitah Perjuangan Umum, Perjuangan Kedalam, dan Perjuangan Keluar.

Sikap tersebut ditunjukkan oleh PII dengan adanya berbagai kebijakan

politik yang dikeluarkan oleh pemerintah di era Orde Lama, dimana PII sebagai

organisasi pelajar Islam yang melakukan perlawanan dan menentang terhadap

ajaran komunis di Indonesia, hingga memasuki pemerintahan di Era Orde Baru

telah memunculkan dilema antara komitmen ke-Islam-an dan komitmen ke-

Indonesia-an, yang menyebabkan PII secara keorganisasian telah bergerak di luar

kerangka politik formal di era Orde Baru (Hanan, 2006: 6-10).

Page 18: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

5

Dilematis yang muncul di dalam organisasi internal PII di era Orde Baru,

apabila mengacu pada pandangan pemerintah dalam bentuk kebijakan politik

terhadap umat Islam, menurut Abdul Munir Mulkhan dalam Hanan (2006:94-95)

terdapat lima hal, yaitu Pertama, agama didekati sebagai variabel di luar variabel

sosial dan politik. Kedua, perilaku umat dipandang sebagai perilaku individual.

Ketiga, agama ditempatkan dalam kedudukan yang sakral dan transenden tanpa

hubungan struktural dan fungsional dengan kehidupan keimanan di tingkat praktik.

Keempat, batas-batas tertentu, secara politis agama ditempatkan sebagai legitimasi

atas kebijakan konsep pembangunan. Kelima, seluruh struktur kehidupan beragama

dikaitkan dengan Pancasila sebagai ideologi sosial-politik dan sistem kebangsaan.

Hal ini dapat mendeskripsikan sebagai dua kutub yang berseberangan antara PII

dengan pemerintah di era Orde Baru menjadi sumber dilematis yang berkaitan

dengan dua motivasi berdirinya PII tersebut.

Di sisi lain, terdapat tiga faktor yang harus dipenuhi oleh organ gerakan

perjuangan agar bisa melakukan aktivitasnya di dalam suatu negara, sebagaimana

dinyatakan oleh Anton Timur Djaelani dalam Hanan (2006:195-196), yaitu

kekuatan (power), legalitas (sesuai dengan ketentuan hukum negara), dan

pembiayaan. Ketiga faktor tersebut memiliki dasar pandangan pada beberapa hal,

yaitu Pertama, perjuangan umat Islam (termasuk di dalamnya Keluarga Besar PII)

telah memperlihatkan kemajuan, meskipun belum sebanding dengan cita-cita untuk

mewujudkan tujuan PII. Kedua, Pancasila sebagai dasar negara yang dinamis,

masih memerlukan unsur tauhid, iman dan taqwa, ukhuwah, musyawarah untuk

mufakat, dan zakat-hibah-waris sebagai sistem sosial atau pemerataan kekayaan.

Page 19: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

6

Ketiga, hukum nasional sangat memerlukan kompilasi dan kodifikasi hukum Islam.

Keempat, pendidikan agama telah menjadi sistem penuh di sekolah, setelah

pemberlakukan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Oleh karena itu, diharapkan para aktivis PII pada saa itu dapat tetap

menjaga persatuan tanpa meninggalkan ukhuwah Islamiyah.

Peristiwa reformasi 1998 mengakhiri pertentangan pendapat antara pro dan

kontra terhadap formalisasi PII, tepatnya pada bulan Mei 1998 melalui Muktamar

PII menerima Pancasila sebagai asas tunggal yang dianggap sebagai suatu

keganjilan sikap, dimana PII selama bertahun-tahun telah mempertahankan dan

bersikap keras menolak untuk tunduk pada kebijakan politik yang dikeluarkan oleh

pemerintah di era Orde Baru. Hal ini sebagai penanda dimulainya tahap baru dalam

sikap politik PII di awal reformasi dengan upaya mengembangkan sayap organisasi

yang dilakukan melalui dukungan Jejaring PII di pemerintahan dan menjadi tokoh

masyarakat sebagai faktor penting dalam menjalankan periode kepengurusan

pertama setelah reformasi tahun 2000, dengan mendirikan kembali struktur PII di

seluruh ibukota provinsi di Indonesia, serta jejaring internasional yang sempat

vakum untuk kembali dihidupkan, terutama di Asia Tenggara.

Sistem kaderisasi PII di era Reformasi menggunakan sistem ta’dib dengan

mengkombinasikan tiga model pembinaan kader melalui jalur training, ta’lim, dan

kursus. Sistem kaderisasi ini menandai munculnya kembali PII di ranah kehidupan

publik setelah dibekukan oleh pemerintahan di era Orde Baru. Akan tetapi, masa

reformasi dengan situasi sosial dan politik sangat terbuka untuk bergerak, seakan

menjadi masalah tersendiri bagi PII, seperti kehilangan arah dan mengalami

Page 20: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

7

penurunan motivasi dalam sistem kaderisasi yang sangat berbeda dengan masa-

masa perlawanan terhadap Orde Lama dan Orde Baru.

Meskipun permasalahan pelajar di era Reformasi berdasarkan pengamatan

peneliti memiliki banyak problematika, seperti kesenjangan pendidikan antara

golongan ekonomi masyarakat, antara satu daerah dengan daerah lain, masalah

tawuran, dan sebagainya yang diterima oleh PII sebagai lahan garapnya, akan tetapi

PII tidak mampu membangkitkan semangat gerakan yang pernah muncul di masa

sebelumnya. Tahap perkembangan dalam sistem kaderisasi PII pasca reformasi

menunjukkan proses yang datar dan berkisar pada masalah internal kepengurusan

yang ada dalam dinamika internal organisasi.

Adanya dualisme konsep pendidikan di Indonesia yang dipengrauhi oleh

kebijakan politik pemerintah, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi, terjadinya perubahan dalam kehidupan masyarakat telah membangkitkan

semangat gerakan bagi Pelajar Islam Indonesia dalam memodernisasi sistem

pengkaderannya. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan penelitian yang

berkaitan dengan “Modernisasi Sistem Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia

Dalam Jejaring PII.”

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian pernyataan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian

yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah modernisasi sistem pengkaderan Pelajar Islam Indonesia dalam

Jejaring PII?

Page 21: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

8

2. Apa yang menjadi faktor internal dan eksternal yang melingkupi modernisasi

sistem pengkaderan Pelajar Islam Indonesia dan bagaimana PII menyiasatinya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menjelaskan tentang

pertanyaan yang terdapat pada perumusan penelitian, yaitu: menganalisis

dan menjelaskan tentang bagaimana modernisasi sistem pengkaderan

Pelajar Islam Indonesia dalam Jejaring PII.

b. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui faktor internal dan faktor

eksternal yang berdampak dalam modernisasi sistem pengkaderan Pelajar

Islam Indonesia, dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh PII untuk

menyiasatinya.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan dan wawasan tentang sosiologi secara umum, dan sosiologi

pendidikan modern dalam menghubungkan antara perkembangan sistem

pengkaderan PII dan jejaring PII untuk melakukan perubahan sistem

pengkaderan sebagai usaha untuk merespon modernisasi, serta dapat

digunakan sebagai panduan dan referensi untuk menambah hasil temuan.

b. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran yang dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti, segenap

Page 22: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

9

aktivitas Pengurus PII, pelajar, mahasiswa dan masyarakat pada

umumnya.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang sistem pengkaderisasian telah dilakukan oleh beberapa

peneliti terdahulu, sehingga dapat menunjukkan adanya keterkaitan hubungan

antara organsasi dengan permasalahan pada perubahan sosial, terutama pada

modernisasi pendidikan menjadi bahan pertimbangan dengan dicantumkan sebagai

penelitian terdahulu, yang berkaitan dengan organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII)

sehingga dapat menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan yang akan diteliti

dalam skripsi ini.

Pertama, penelitian dalam bentuk jurnal yang dilakukan Sunarto A (2013)

dengan judul “Paradigma Nahdlatul Ulama Terhadap Modernisasi”. Pada

penelitiannya, organisasi ini terus melakukan pembenahan untuk memajukan

internal organisasi. Secara kultural, NU masih tetap mempertahankan tradisi

agama. Akan tetapi, NU juga telah mengadakan modernisasi di dalam bentuk

pemikiran, keintelektualitasan, serta keorganisasian. Sumber ilmu yang dijadikan

NU adalah kitab-kitab kuning (bacaan: klasik). Dengan demikian, NU tidaklah

stagnant, menjadikannya sebagai referensi keilmuan. Di sisi lain, pemikiran orang-

orang NU lebih modern daripada kelompok-kelompok tertentu yang muncul

sebagai kelompok modernitas. Di bidang politik dan tata negara, organisasi NU

lebih mudah menyesuaikan diri atau akomodatif, dengan berbagai perubahan

politik dibandingkan dengan berbagai ormas Islam yang ada di Indonesia. NU lebih

Page 23: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

10

transparan, progresif bahkan lebih modernisasi dibandingkan dengan ormas yang

mengklaim diri sebagai golongan pembaharu. Dalam konteks ini, NU lebih

menerima Pancasila sebagai ideologi negara yang signifikan bagi kehidupan

negara.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Jupri (2006) dengan judul “Strategi

Dakwah Pelajar Islam Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi”. Strategi

dakwah yang dibahas adalah strategi dakwah dalam Bidang Komunikasi Umat,

yang dituangkan dalam kebijakan dan program kerja PB PII Periode 2002-2004.

Penelitiannya dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif. Hasil penelitiannya dapat menunjukkan bahwa strategi dakwah PII

dalam bidang komunikasi umat telah dituangkan dalam bentuk kebijakan program

dan rancangan program kerja, yang direalisasikan dalam bentuk kegiatan strategi

dakwah PII dalam bidang komunikasi umat, secara umum diarahkan pada

penguatan komunikasi dan jaringan kerja dengan lembaga lain, menjaga citra

organisasi, serta mensosialisasikan eksistensi PII pada masyarakat luas, dan

memberikan respon proaktif terhadap berbagai persoalan umat. Program kerja PB

PII dalam bidang komunikasi umat, periode 2002-2004 yang telah terlaksana

dengan tuntutan era globalisasi, yaitu pertama, program kerja yang direncanakan

PII adalah merujuk pada problematika umat yang dihadapi saat ini. Kedua, karena

program kerja PB PII 2002-2004 diarahkan pada penguatan persatuan umat, yang

terlihat pada terbentuknya kerjasama kemitraan antara organisasi pelajar, seperti

PII, IRM, dan IPNU dalam menyikapi permasalahan umat.

Page 24: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

11

Ketiga, penelitian berupa tesis yang kemudian dijadikan sebuah buku

dengan judul “Gerakan Pelajar Islam Di bawah Bayang-Bayang Negara”, melalui

studi kasus Pelajar Islam Indonesia periode 1980-1997, ditulis oleh Djayadi Hanan

di Universitas Gajah Mada, tahun 1999 sebagai hasil kerjasama PB PII periode

2004-2006. Penelitiannya telah menjelaskan tentang bagaimana pergolakan tentang

penyeragaman asas bagi segenap organisasi politik dan kemasyarakatan, dengan

menggunakan asas Pancasila yang disampaikan pada masa Orde Baru, yaitu

Suharto, melalui penetapan kebijakan pemerintah berbentuk Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Pada kebijakan tersebut

muncul pandangan tentang pemaksaan terhadap seluruh organisasi masyarakat

untuk mencantumkan Pancasila sebagai asas tunggal, yang bertolak ukur dari kasus

penolakan Pelajar Islam Indonesia terhadap undang-undang tersebut. Selain itu,

buku ini telah mencatat hasil penelitian tentang keistimewaan dari gejolak kaum

pelajar Islam atas tekanan rezim Orde Baru sebagai hubungan antara Islam dan

negara Orde Baru yang terekam kuat dari kacamata gerakan politik Pelajar Islam

Indonesia.

Keempat, Jurnal Ilmiah Peuradeun (International Multidisciplinary

Journal) oleh Syahminan di UIN Ar-Raniry Banda Aceh (2014), dengan judul

“Modernisasi Sistem Pendidikan Islam di Indonesia Pada Abad 21”. Penelitiannya

menjelaskan tentang pergolakan sejarah, orientasi dan perkembangan modernisasi

sistem pendidikan Islam di Indonesia, mulai dari modernisasi pemikiran, sampai

dengan praktik sistem yang diterapkan. Hasil penelitiannya dapat menyimpulkan

bahwa kelemahan dan kepincangan sistem pendidikan Islam yang telah berjalan

Page 25: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

12

dan terlaksana selama ini adalah disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu Pertama,

ketidaksiapan dunia Islam dalam mempersiapkan proses dan pelahiran sistem

alternatif pendidikan Islam, yang dinamis dan adaptif terhadap tuntutan dunia baru.

Kedua, ketidakmampuan dunia Islam pada umumnya, dalam membaca dan

mempersiapkan antisipasi terhadap perkembangan dan perubahan zaman. Di dalam

menghadapi perkembangan industrialisasi dan globalisasi yang begitu cepat, maka

sistem pendidikan Islam harus future oriented, baik dari segi dasar filosofisnya,

metode, kurikulum, maupun dari segi lainnya, sehingga menghasilkan output

dilihat dari para lulusan yang berkualitas, dan mampu berperan di tengah

masyarakat, dengan tidak melepaskan identitasnya yang asasi.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Awaluddin (2010) berjudul

“Hubungan Antara Hasil Pelatihan Dasar Kepemimpinan PII Dengan Sikap

Kepemimpinan Siswa di SMA Fatahillah”. Penelitiannya menggunakan metode

penelitian kuantitatif. Hasil penelitiannya dapat menyimpulkan bahwa pelatihan

yang diselenggarakan atas kerjasama PII dengan SMA Fatahillah bertujuan untuk

menambah pengetahuan dan wawasan dasar kepemimpinan bagi para peserta

pelatihan. Selain itu, hasil pelatihan dasar kepemimpinan telah menunjukkan

terdapat hubungan positif dengan sikap kepemimpinan siswa di SMA Fatahillah,

dan juga dapat menjelaskan faktor intern dalam diri siswa yang berpengaruh sangat

kuat terhadap sikap konasi peserta pelatihan. Sikap malas berpikir,

mengembangkan potensi peserta, dan menggali potensi kepemimpinan peserta

pelatihan, antara lain disebabkan karena lemahnya dukungan dari lingkungan

sekitar mereka, baik keluarga maupun sekolah.

Page 26: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

13

Berdasarkan pada kelima penelitian terdahulu dapat menunjukkan adanya

perbedaan terhadap penelitian yang akan diteliti dalam skripsi ini. Perbedaan pada

penelitian yang telah dilakukan oleh A. Sunarto yang memfokuskan penelitiannya

pada paradigma Nahdlatul Ulama terhadap modernisasi, penelitian yang dilakukan

oleh Jupri yang lebih memfokuskan studinya dengan melihat pada aspek strategi

komunikasi PII dengan lembaga ormas lainnya, kemudian penelitian yang telah

dijadikan buku sebagai hasil karya dari Djayadi Hanan yang lebih menekankan

gejolak kaum pelajar Islam atas tekanan rezim Orde Baru dari kacamata politik

gerakan pelajar Islam, penelitian yang dilakukan oleh Syahminan yang menjelaskan

pergolakan sejarah, orientasi dan perkembangan modernisasi sistem pendidikan

Islam di Indonesia, mulai dari modernisasi pemikiran, sampai pada praktik sistem

yang diterapkannya secara kompleks di abad 21, dan penelitian yang dilakukan oleh

Awaluddin dengan menekankan hubungan antara hasil pelatihan dasar

kepemimpinan PII dengan sikap kepemimpinan siswa di SMA Fatahillah. Dari

kelima penelitian terdahulu tersebut dapat menunjukkan perbedaan dengan

penelitian ini dilihat dari objek penelitian, yaitu PII sebagai organisasi berbasis

pelajar dan organisasi yang aktif dalam mengenai persoalan dunia pendidikan,

kebudayaan dan dakwah dalam melakukan berbagai perubahan pada sistem

pengkaderannya, sebagai upaya yang berkaitan dengan adanya perubahan sosial

modern, khususnya modernisasi pendidikan Islam di Indonesia, dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif maka diharapkan mampu

untuk memberikan gambaran secara mendalam untuk menjawab pertanyaan

penelitian dalam skripsi ini.

Page 27: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

14

E. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Modernisasi

Modernisasi dalam kamus Sosiologi (Nicholas, Stephan, Turner dalam

Gumilir, 2005:93), meliputi pengertian pada peningkatan keaksaraan, urbanisasi

dan penurunan tradisional. Perubahan ini dilihat dari segi peningkatan diferensiasi

sosial dan struktural. Secara etimologi, modernisasi terdiri dari dua suku kata, yaitu

‘modern’ yang berarti mutakhir, dan ‘sasi’ yang berarti proses, sehingga kata

‘modernisasi’ dapat diartikan sebagai proses pemutakhiran.

Dalam konteks modernisasi sebagai proses pemutakhiran memiliki

relevansi dalam modernisasi sistem pengkaderan PII dilihat dari era Orde Lama

berupaya untuk mengidentifikasi dan merumuskannya dalam metode Dynamic

Group, di era Orde Baru dilakukan proses penyempurnaan ke dalam sistem Ta’dib,

dan di era Reformasi dilakukan sosialisasi sistem Ta’dib sebagai langkah

modernisasi sistem pengkaderan Pelajar Islam Indonesia dalam jejaring PII.

Di dalam bahasa Indonesia selalu dipakai kata modern, modernisasi atau

modernisme, seperti terdapat dalam aliran modern dalam Islam, yakni Islam dan

modernisasi, modernisme dalam masyarakat Barat, sebagaimana dikemukakan oleh

Nasution (1996:11), mengatakan bahwa kata modern, modernisasi atau

modernisme dapat diartikan pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah

paham-paham, adat-istiadat, institusi lama dan sebagainya untuk menyesuaikan

dengan suasana baru yang disebabkan karena pengetahuan dan teknologi modern.

Page 28: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

15

Kata ‘modernisasi’ melekat pada hidup yang ditunjukkan oleh ‘keadaan

yang bersifat langgeng’. Dalam konteks ini, Berman dalam Turner (2008:231)

menyatakan bahwa modernisasi menjadi suatu ragam visi dan ide, dengan tujuan

menjadikan laki-laki dan perempuan menjadi subjek dan objek dari modernisasi,

dengan memberikan kekuatan kepada mereka untuk mengubah dunia, sehingga

dapat menjadi jalan bagi mereka untuk melewati rintangan dan membuatnya

menjadi milik mereka.

Modernisasi memerlukan beberapa syarat tertentu, sebagaimana dinyatakan

oleh Soekanto (2007:360-362), yaitu:

a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun

masyarakat.

b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.

c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur, yang terpusat pada

suatu lembaga atau badan tertentu.

d. Penciptaan iklim yang menyenangkan, dan masyarakat terhadap modernisasi

dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.

e. Tingkat organisasi yang tinggi, yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di

lain pihak, berarti pengurangan kemerdekaan.

f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

Modernisasi memiliki relevansi terhadap penelitian dalam skripsi ini, yaitu

melekat dalam perubahan yang terjadi pada sistem kaderisasi PII pasca reformasi,

dimana para kader dalam Jejaring PII sebagai objek dan subjek penelitian dapat

dilakukan analisis dengan menggunakan teori modernisasi yang mengacu pada

proses kaderisasi PII menghadapi perubahan sosial modern dalam pendidikan dan

kebudayaan adalah seiring dengan terjadinya perubahan paradigma terhadap

pemikiran, sikap dan tindakan dalam proses kaderisasi melalui Jejaring PII

berdasarkan pada tujuan PII untuk kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan, yang

Page 29: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

16

berorientasikan pada ke-Islam-an dan kebangsaan bagi rakyat Indonesia dan umat

manusia.

a. Birokrasi

Birokrasi dalam kamus sosiologi, dinyatakan sebagai the Key Concepts

adalah kemajuan dari bentuk organisasi secara administratif berskala besar, yang

hadir dalam kelanjutan kapitalisme, dan kadang kala diambil sebagai ciri khas dari

kapitalisme tersebut (Scott, 2011:21). Birokrasi menurut Weber dalam Scott

(2011:21) dinyatakan bahwa birokrasi tidak membatasi pada kapitalisme, birokrasi

dapat berkembang dan memperkuat untuk memonopoli suatu kondisi. Pada awal

abad ke-20, birokrasi berkembang dalam masyarakat kapitalis yang berbentuk

perusahaan industri berskala besar, dan pada konsep negara kesejahteraan (welfare

state).

Menurut Weber dalam Etzioni (2005:75) menyatakan dengan pendapatnya,

agar struktur organisasi modern dapat berfungsi secara efektif dan efisien sebagai

suatu sarana organisasi, maka struktur tersebut memerlukan wewenang birokratis.

Lebih lanjut, Weber dalam Scott (2011:21) mengemukakan bahwa birokrasi

memiliki beberapa karakteristik struktural yang berbeda, dan juga memiliki

beberapa ciri internal yang berkaitan dengan hal tersebut. Karakteristik struktural

birokrasi meliputi pola otoritasnya yang terpusat (sentralistik) dan jelas, dengan

tingkat hierarki yang berjenjang, pembagian kerja yang rumit, antara spesialisasi

yang luas dan resmi dari berbagai aktivitas yang dilakukan.

Page 30: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

17

Berdasarkan pengalaman di benua Eropa bagian barat, Weber dalam

Mas’oed (2004:69) telah menggambarkan tentang perkembangan birokrasi yang

seiring dengan perkembangan modernisasi masyarakat. Peningkatan modernisasi

ekonomi, munculnya ekonomi kapitalis, perkembangan rasionalitas, dan

demistifikasi dalam masyarakat, demokratisasi, dan modernisasi sosial-ekonomi,

pada umumnya adalah menimbulkan masalah administratif, yang semakin lama

semakin banyak, dan semakin kompleks. Akibatnya, muncul keharusan untuk

dilakukannya pembagian kerja yang jelas dalam masyarakat. Kemudian, muncul

birokrasi sebagai tanggapan terhadap kebutuhan zaman. Dalam konteks ini,

birokrasi negara muncul untuk menanggapi perluasan dan kompleksitas tugas

administratif pemerintahan. Kebutuhan yang dianggap semakin mendesak sebagai

akibat merosotnya peranan raja patrimonial dalam pengurusan masalah

pemerintahan. Sedangkan, birokrasi perusahaan atau manajemen industrial muncul

karena terjadinya kemajuan pesat dalam teknik industrial. Dengan demikian,

Mas’oed (2004:70) menyatakan bahwa suatu struktur dalam birokrasi dapat

terbentuk karena adanya fungsi yang harus ditangani, yaitu fungsi teknis

administratif untuk mengkoordinasikan berbagai unsur yang semakin lama semakin

kompleksitas. Teknis ini terjadi sebagai akibat dari modernisasi sosial-ekonomi

dalam masyarakat.

Weber dalam Martin (2005:32) memandang bahwa birokrasi rasional

sebagai unsur pokok dalam rasionalisasi dunia modern adalah jauh lebih penting

dari seluruh proses sosial. Proses ini mencakup pada ketepatan dan kejelasan yang

dikembangkan dalam prinsip-prinsip memimpin organisasi sosial. Hal ini dapat

Page 31: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

18

memudahkan dan mendorong konseptualisasi ilmu sosial, dan bantuan konseptual

teori Weber tentang birokrasi yang terletak pada penjelasannya yang berkaitan

dengan pendiskusian dari tipe rasional murni.

Legitimasi sebagai otoritas yang sah menjadi dasar bagi hampir semua

sistem otoritas, seperti dikemukakan oleh Weber dalam Martin (2005:44) adalah

bergantung pada lima keyakinan, yaitu:

1. Ditegakkannya peraturan (code) yang sah, maka dapat menuntut kepatuhan dari

para anggota organisasi tersebut.

2. Hukum merupakan suatu sistem aturan abstrak yang diterapkan pada berbagai

kasus tertentu, sedangkan administrasi adalah mengurus berbagai kepentingan

organisasi yang ada dalam batas-batas hukum.

3. Manusia yang menjalankan otoritas juga mematuhi tatanan impersonal tersebut.

4. Hanya anggota yang taat (qua member) yang benar-benar dapat mematuhi

hukum.

5. Kepatuhan seharusnya tidak mengacu pada individu (person) yang memegang

otoritas, melainkan kepada tatanan impersonal, yang menjamin untuk

menduduki jabatan itu.

Berdasarkan konsepsi legitimasi tersebut, maka Weber dalam Martin

(2005:45) dapat merumuskan delapan proposisi tentang penyusunan sistem otoritas

legal, yaitu :

a. Tugas pejabat diorganisir berdasarkan pada aturan yang berkesinambungan.

b. Tugas tersebut dibagi atas bidang yang dibedakan menurut fungsi, dimana

masing-masing bidang dilengkapi dengan syarat otoritas dan sanksi-sanksi.

c. Jabatan tersusun secara hierarkis, hak-hak control dan complain di antara

mereka adalah terperinci.

d. Aturan yang sesuai dengan pekerjaan diarahkan, baik secara teknis, maupun

secara legal. Dalam kedua kasus tersebut, maka diperlukan manusia yang

terlatih.

e. Sumber daya organisasi sangat berbeda dengan yang berasal dari para anggota

sebagai individu pribadi.

f. Pemegang jabatan tidak sesuai dengan jabatannya.

g. Administrasi didasarkan pada dokumen tertulis, cenderung menjadikan Badan

(Biro) sebagai pusat organisasi modern.

h. Sistem otoritas legal dapat mengambil banyak bentuk, tetapi dilihat pada bentuk

aslinya adalah terdapat didalam sebuah staf administrasi birokratik.

Page 32: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

19

Kelima konsepsi legitimasi dan delapan prinsip otoritas, seperti dinyatakan

oleh Weber dalam Martin (2005:45-46) adalah berkaitan dengan organisasi staf

administrasi birokratis dimana kepemimpinan dalam staf administrasi birokratis

tidak mendasarkan pada prinsip rasional legal.

Birokrasi dan modernitas memiliki keterkaitan dengan permasalahan di

dalam skripsi ini dilihat dari studi kasus melalui Jejaring PII dalam proses

kaderisasi dari masa ke masa tetap menunjukkan eksistensinya untuk

memperjuangkan tujuan PII dalam kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang

berorientasikan pada ke-Islam-an dan kebangsaan tentunya terjadi dinamika dalam

menghadapi perubahaan sosial modern. Oleh karena itu, birokrasi bersentuhan

dengan Jejaring PII secara administratif dalam organisasi skala besar yang

diantaranya adalah termasuk tokoh penting dalam birokrasi pemerintahan menjadi

bagian dalam proses kaderisasi PII dengan sistem kaderisasi ta’dib untuk

melakukan perubahan dalam era pasca reformasi menuju pada ciri-ciri masyarakat

modernitas dengan adanya pengetahuan dan teknologi baru.

b. Manajemen

Manajemen menurut Linkletter & Maciariello dalam Marciariello &

Yamawaki (2010:11) diartikan sebagai sebuah ilmu budaya dikarenakan

manajemen merupakan ilmu yang berkaitan dengan tradisi disebut dengan ilmu

budaya. Secara etimologi mengacu pada kata ‘budaya’ sebagai ilmu yang berkaitan

dengan dasar ilmu pengetahuan, wawasan diri, kebijaksaan dan kepemimpinan.

Page 33: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

20

Kata ‘ilmu’ diartikan sebagai ilmu praktis yand dapat diterapkan. Di dalam

manajemen modern, Drucker menjadi tokoh yang sangat penting.

Manajemen telah didefinisikan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah

sebagai berikut.

a. Definisi manajemen menurut G.R Terry dan senada dengan pendapat yang

dinyatakan oleh Andrew F. Sikula dalam Hasibuan (2012:3) dikatakan bahwa

manajemen adalah suatu proses yang khas, terdiri dari tindakan perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian. Tindakan tersebut dilakukan

untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia, dan sumber daya lainnya.

b. Manajemen didefinisikan oleh James A.F Stoner (2006:8) adalah sebagai proses

perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya

dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen

juga diartikan sebagai seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha

orang lain.

c. Lawrence A. Aplley dan Oey Liang Lee dalam Nurjaman (2014:16)

mendefinisikan manajemen sebagai strategi memanfaatkan tenaga dan pikiran

orang lain untuk melaksanakan suatu aktivitas yagn diarahkan pada pencapaian

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Di dalam manajemen terdapat

beberapa teknik dengan estetika kepemimpinan untuk mengarahkan,

mempengaruhi, mengawasi dan mengorganisasikan kesemua komponen yang

saling menunjang untuk tercapainya tujuan.

Page 34: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

21

Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat diketahui

tentang definisi manajemen adalah suatu proses maupun strategi dalam melakukan

tindakan berupa perencanaan, pengorganisasian, penggerakan atau penggunaan

sumber daya organisasi yaitu sumber daya manusia atau sumber daya lainnya, serta

pengawasan dan pengendalian untuk menentukan dan mencapai sasaran yang telah

ditentukan oleh organisasi.

Manajemen berkaitan dengan tindakan yang dikatakan sebagai sebuah

aktivitas manajemen, yang secara umum ada di dalam sebuah organisasi, yang

diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif. Hal ini sejalan dengan

pernyataan yang dikemukakan oleh Terry dalam Syafaruddin (2010:41), dengan

menyatakan, “Management is performance of conceiving and achieving desired

result by means of group efforts consisting of utilizing human talent and resources”.

Pendapat ini dipahami bahwa manajemen adalah kemampuan mengarahkan dan

mencapai hasil yang diinginkan dengan tujuan dari usaha-usaha manusia dan

sumber daya lainnya.

Aktivitas manajemen menurut Hersey dan Blanchard (2010:4) dikatakan

sebagai proses bekerjasama antara individu dan kelompok, serta sumber daya

lainnya dalam mencapai tujuan organisasi. Aktivitas tersebut terkait dengan

aktivitas manajerial yang hanya ditemukan dalam wadah sebuah organisasi, baik

organisasi bisnis, pemerintahan, sekolah, industri, rumah sakit dan lain-lain.

(Syafaruddin 2010:41).

Page 35: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

22

Manajemen dalam perspektif lebih luas dimaknai sebagai suatu proses

pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui

kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Oleh karena itu, manajemen dapat dikatakan sebagai perilaku anggota dalam suatu

organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Organisasi dimaksudkan

sebagai wadah bagi operasionalisasi manajemen yang membentuk kegiatan

manajemen. Kegiatan manajemen mencakup pada sejumlah unsur pokok, yaitu

unsur manusia (men), unsur barang (materials), unsur mesin (machines), metode

(methods), uang (money), dan pasar (market). Keenam unsur tersebut masing-

masing memiliki fungsi yang saling berkaitan, dan saling berpengaruh terhadap

pencapaian tujuan organisasi, terutama pada proses pencapaian tujuan secara efektif

dan efisien (Syafaruddin 2010:41).

2. Bentuk-Bentuk Modernisasi dalam Organisasi Islam

Bentuk modernisasi dalam organisasi Islam di Indonesia telah digunakan

ketika memasuki abad ke-20 yang dikenal dalam gerakan modern, yaitu ketika

kaum pembaruan yang secara tegas menggunakan pola-pola modern, baik dari segi

struktur, pola gerak, dasar ikatan, maupun pada kepemimpinan. Kemudian, kaum

tradisional turut menyesuaikan diri dengan menggunakan organisasi modern,

namun cenderung ambivalen karena di satu sisi tetap bertahan dengan pola

komunal-paternalistrik, dan di sisi lain telah mengadopsi struktur modern (Hanan,

2006:31). Oleh karena itu, bentuk modernisasi dalam organisasi Islam di Indonesia

dapat dikatakan tidak terlepas dalam sistem manajemen dan sistem pengkaderan.

Page 36: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

23

a. Sistem Manajemen

Pola atau sistem manajemen dianggap tepat untuk dapat mencapai tujuan

yang dicita-citakan oleh sebuah organisasi. Oleh karena itu, pengelola atau manajer

organisasi menerapkan sistem manajemen dengan sistem manajemen bapak

(paternalistic management), sistem manajemen tertutup (closed management),

sistem manajemen terbuka (open management), dan sistem manajemen demokrasi

(democratice management) (Ahmadi, 2002:21).

1) Manajemen Bapak (Paternalistic Management) diartikan bahwa setiap usaha

atau aktivitas organisasi para pengikut atau bawahan selalu mengikuti jejak

bapak. Apa yang dikatakan bapak itulah yang benar. Dalam hal ini, tidak ada

alternatif lain, kecuali mengikuti bapak. Sistem manajemen bapak memiliki

kebaikan dan kelemahan.

Kebaikan sistem manajemen bapak adalah jika bapak atau pemimpin tetap

pada proporsi yang benar, pekerjaan dapat dengan cepat dikerjakan, sehingga

tujuan tercapai dengan baik. Adapun kelemahan sistem ini adalah (1) jika bapak

tidak benar, organisasi akan hancur, karena bawahannya akan turut melakukan

penyelewengan; (2) kemajuan organisasi terbatas karena hanya tergantung

kepada kecakapan bapak, bawahan hanya merupakan robot saja; (3) Kalau

terjadi penggantian pemimpin, maka pemimpin baru akan sulit untuk melakukan

tugas karena para bawahan telah mengkultuskan pemimpin lamanya; (4) Para

bawahan menjadi orang-orang yang “yes man” saja, sehingga daya pikir dan

kreativitasnya tidak ada.

2) Manajemen Tertutup (Closed Management) artinya manajer tidak

memberitahukan atau menginformasikan keadaan organisasi kepada para

bawahannya, walaupun dalam batas tertentu saja. Berbagai keputusan yang

diambil oleh manajer tanpa melibatkan partisipasi bawahannya dalam proses

pengambilan keputusan.

Kebaikan sistem manajemen tertutup adalah kerahasiaan dan keadaan

organisasi sangat terjamin, pengambilan keputusan cepat, karena tidak

melibatkan partisipasi bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.

Kelemahan sistem ini adalah (1) bawahan atau pengikut tidak mengetahui

keadaan organisasi; (2) problem dan pemecahan masalah yang dihadapi

organisasi hanya dihadapi manajer; (3) tidak mempersiapkan kader-kader

pengganti di masa depan; (4) menimbulkan sikap apatis para bawahan terhadap

masalah yang dihadapi organisasi.

Page 37: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

24

3) Manajemen Terbuka (Open Management) adalah sistem manajemen dimana

manajer banyak menginformasikan keadaan organisasinya kepada para

bawahannya, sehingga bawahan dalam batas-batas tertentu mengetahui keadaan

organisasinya, begitu pula, dalam pengambilan keputusan terlebih dahulu

memberikan kesempatan kepada para bawahannya untuk mengemukakan

pendapatnya;

Kebaikan dari sistem ini adalah (1) bawahan ikut serta memikirkan

kesulitan yang dihadapi organisasi, dan ikut pula memikirkan cara-cara

pemecahan masalah yang dihadapi dan mengembangkan usaha-usaha

organisasi; (2) para bawahan mengetahui arah yang diambil organisasi; (3) para

bawahan akan lebih bergairah dan berpartisipasi tinggi pada tugas-tugasnya; (4)

para bawahan terbina dan terlatih; (5) akan menimbulkan suatu kompetisi yang

sehat sambil mereka berlomba-lomba mengembangkan kecakapan dan

kemampuannya; (6) akan menimbulkan kerjasama yang semakin baik dan

hubungan-hubungan yang semakin harmonis; (7) akan menimbulkan perasaan

senasib dan sepenanggungan serta solidaritas yang semakin baik.

Adapun kelemahan dari sistem manajemen terbuka adalah (1)

pengambilan keputusan lama dan bertele-tele; (2) rahasia keadaan roganisasi

kurang terjamin; (3) kecakapan dan kepemimpinan manajer akan diketahui para

bawahan sehingga wibawa dapat berkurang.

4) Manajemen Demokrasi (Democratic Management) hampir sama dengan sistem

manajemen terbuka, hanya saja manajemen demokrasi hanya dapat digunakan

dalam suatu organisasi jika setiap anggota mempunyai hak suara yang sama

seperti DPR, koperasi dan lainnya. Di dalam manajemen demokrasi, setiap

anggota ikut menetapkan keputusan-keputusan berdasarkan suara terbanyak,

sedangkan dalam manajemen terbuka, keputusan hanya ditetapkan oleh manajer.

Kebaikan sistem manajemen demokrasi adalah: (1) keputusan yang

diambil relatif lebih baik, karena dipikirkan dan diputuskan oleh banyak orang,

(2) kecenderungan untuk bertindak otoriter dapat dihindari, (3) keputusan yang

diambil dipertanggungjawabkan oleh para anggota, (4) ruang lingkup dan arah

keputusan diketahui oleh masyarakat. Kelemahan sistem manajemen demokrasi

adalah: (1) biaya, waktu untuk mengambil keputusan cukup lama bahkan

bertele-tele sebab pemikiran para anggota tidak sama, dan sering beradu

argumentasi, (2) ada pihak yang terpaksa menyetujui keputusan karena kalah

suara.

Dalam penelitian ini, sistem manajemen yang diberlakukan oleh organisasi

Islam di Indonesia, terutama PII dikarenakan adanya unsur-unsur organisasi yang

hampir sama dengan organisasi pada umumnya, yaitu adanya manusia yang

terkumpul dalam satu tujuan, ada tempat kedudukan, adanya tujuan, adanya

Page 38: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

25

pembagian kerja, adanya struktur, adanya unsur-unsur teknis dan adanya

lingkungan (Ahmadi, 2002:122). Oleh karena itu, diperlukan suatu pengelolaan

atau manajemen dalam mewujudkan tujuan berdirinya suatu organisasi dengan

menerapkan sistem manajemen yang disesuaikan dengan kepemimpinan dalam

sebuah organisasi.

b. Sistem Pengkaderan

Kader adalah orang yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting

dalam organisasi. Di dalam perjuangan agama Islam, diperlukan kader inti. Kader

inti adalah kader yang setia pada cita-citanya dan tidak mau tergoda dunia apapun

(Al-Barry dan Yacub, 2003:349). Sedangkan, pengkaderan adalah proses

mempersiapkan seseorang untuk menjadi penerus di masa depan, yang akan

memikul tanggung jawab penting di lingkungan organisasi (Latifah, 2011:21).

Dengan demikian, sistem pengkaderan sangat diperlukan karena semua manusia,

termasuk yang sekarang menjadi pemimpin, suatu saat pasti akan mengakhiri

kepemimpinannya, baik dikehendaki maupun tidak, proses tersebut bisa saja terjadi

dikarenakan oleh (a) dalam suatu organisasi ada ketentuan periode kepemimpinan

seseorang; (b) adanya penolakan dari anggota kelompok, yang menghendaki

pemimpinnya diganti, baik secara wajar maupun tidak wajar; (c) proses alamiah,

menjadi tua dan kehilangan kemampuan dalam memimpin; dan (d) kematian

(Rivai, 2006:85).

Sistem pengakaderan diartikan sebagai proses bertahap dan terus-menerus

sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan

Page 39: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

26

seorang kader dapat mengembangkan potensi akal, kemampuan fisik, dan moral

sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan dirinya sendiri untuk

memperbaiki keadaan sekarang dan mewujudkan masa depan yang lebih

baik sesuai dengan cita-cita yang diidealkan, nilai-nilai yang di yakini serta misi

perjuangan yang diemban.

Sistem kaderisasi mencakup keseluruhan proses kaderisasi, mulai dari

rekrutmen, pembinaan, pelatihan, pendidikan dan pengembangan kader. Sistem

kaderisasi sebagaimana dimaksud dalam organisasi organisasi meliputi: paradigma

kaderisasi, bentuk kaderisasi, tahapan kaderisasi, pelaksana dan fasilitator, Struktur

kaderisasi formal, materi pelatihan kader, pendekatan dan metode pelatihan,

strategi perawatan kader, sertifikasi pelatihan. Bentuk-bentuk pengkaderan terdiri

dari :

a) Kaderisasi formal adalah kaderisasi yang dilakukan melalui pelatihan-pelatihan

kader berjenjang yang bersifat formal dan baku, serta pelatihan-pelatihan

pengembangan kader lainnya.

b) Kaderisasi in-formal adalah kaderisasi yang dilakukan di luar jalur-lajur

pelatihan formal, baik melalui pendampingan atau praktek lapangan.

c) Kaderisasi non-formal adalah kaderisasi yang dilakukan secara langsung melalui

keterlibatan dalam kepenguruan organisasi, kepanitiaan dan kehidupan nyata di

tengah masyarakat.

3. Kerangka Berpikir

Sistem pengkaderan Pelajar Islam Indonesia dalam jejaring PII terdapat

pengaruh dari kebijakan politik pemerintah, berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan terjadinya perubahan perkembangan dalam kehidupan masyarakat

yang tidak terlepas dari modernisasi pendidikan bagi pelajar Islam di Indonesia.

Oleh karena itu, dengan menggunakan teori modernisasi, birokrasi dan manajemen,

Page 40: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

27

maka penelitian ini akan menjelaskan tentang modernisasi sistem pengkaderan

Pelajar Islam Indonesia dalam jejaring PII yang dijadikan sebagai alur berpikir

dalam skripsi ini. Adapun skema kerangka berpikir dapat dilihat pada bagan berikut

ini.

Bagan 1.1

Skema Kerangka Berpikir

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian tentang perkembangan sistem pengkaderan Pelajar Islam

Indonesia ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong dalam Haris

Sistem Pengkaderan Pelajar Islam

Indonesia dalam Jejaring PII

Adanya kebijakan politik pemerintah,

berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan terjadinya perubahan

perkembangan dalam kehidupan masyarakat

yang tidak terlepas dari modernisasi

pendidikan di Indonesia

Teori

Modernisasi, Birokrasi dan

Manajemen

Modernisasi Sistem Pengkaderan

Pelajar Islam Indonesia

Page 41: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

28

(2012:7-9), penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk

memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan

mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti

dengan fenomena yang diteliti.

Menurut beberapa ahli penelitian kualitatif, setidaknya terdapat tujuh ciri

penelitian kualitatif, yaitu : 1) konteks dan setingnya bersifat alamiah, 2) tujuannya

adalah untuk memberikan pemahaman tentang suatu fenomena tertentu, 3) adanya

keterlibatan dan hubungan erat yang terjalin antara peneliti dengan subjek

penelitian, 4) tanpa adanya perlakuan atau manipulasi variable, 5) adanya usaha

penggalian nilai, 6) bersifat fleksibel, dan 7) hubungan antara peneliti dengan

subjek penelitian sangat memengaruhi tingkat akurasi data (Haris: 2012: 18).

2. Sumber data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen (Moleong, 2013:157).

Dengan demikian, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder.

a. Data primer. Data ini adalah sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan

(Bungin, 2013:129). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang

dikumpulkan melalui wawancara berstruktur yang dilakukan pada Jejaring

Pelajar Islam Indonesia, yang terkait dalam proses melakukan perubahan sistem

pengkaderan organisasi PII.

Page 42: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

29

b. Data sekunder. Data ini adalah sumber data kedua, sesudah sumber data primer.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, seperti buku-

buku, artikel, skripsi, tesis, disertasi, dan media lainnya, baik media cetak,

maupun media online, yang dapat menunjang hasil penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan (observation)

menunjukkan kemampuan dari penelitian untuk melihat bagaimana subjek

penelitian untuk dilakukan pengamatan terhadap subjek dari yang diamati

(Moleong, 2013:175). Agar dapat memperoleh hasil yang valid, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut.

a. Observasi adalah tata cara menghimpun data atau keterangan yang dilakukan

dengan pengamatan atau pencatatan sistematis terhadap gejala-gejala yang

dijadikan pengamatan (Sudjono, 2006:36). Observasi yang dilakukan dalam

penelitian ini dilakukan dengan pengamatan, pencatatan, serta menghimpun data

dan keterangan melalui keterlibatan langsung, bersentuhan langsung, seperti

mengikuti kegiatan dan mengamati dan menghimpun data yang terkait dalam hal

penelitian ini. Untuk melakukan penelitian, peneliti telah melakukan

pengamatan terhadap perkembangan kaderisasi PII dimulai dari era Orde Lama,

Orde Baru dan era Reformasi sebagai tahapan untuk mengetahui faktor internal

dan eksternal yang berdampak dalam modernisasi sistem pengkaderan PII dalam

jejaring PII.

Page 43: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

30

b. Wawancara. Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau

tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara (Bungin, 2013:133).

Wawancara merupakan pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

secara langsung oleh pewawancara (pengumpulan data) kepada responden, dan

jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.

Wawancara dilakukan melalui tahapan dengan mempersiapkan catatan

pertanyaan secara garis besar, tentang pokok-pokok yang akan ditanyakan,

disebut juga dengan pedoman wawancara (Soehartono, 2011:67-68). Data

dalam penelitian ini adalah berupa dokumen dari Pengurus Besar PII yang dapat

memberikan gambaran tentang modernisasi sistem pengkaderan Pelajar Islam

Indonesia dalam jejaring PII dimulai dari era Orde Lama, Orde baru, dan era

Reformasi. Peneliti juga aktif dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia, dan

dalam melakukan penelitian skripsi ini, peneliti berupaya untuk mengupas

secara obyektif dari sudut pandang secara keilmuan sosiologi.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada sepuluh orang

yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini, dengan cara melakukan

wawancara secara tatap muka langsung, maupun wawancara yang dilakukan

melalui telepon atau sarana komunikasi lainnya dengan mengirimkan pesan

singkat kepada sumber informasi atau informan yang telah ditetapkan dalam

penelitian ini, seperti dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 44: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

31

Tabel 1.1

Daftar Informan

Nama Informan Jabatan

Ali Rasyid PB PII Periode 2008-2010

Munawar Khalil PB PII Periode 2015-2017

Cecep Sopandi Sekjen PB PII Periode 2013-2015

Ust. M Zainal Muttaqin PW PII Jakarta, Periode 1981-1983

Nuril Anwar PB PII Periode 2006-2008

Awaludin Kabid Eksternal PW PII Jakarta Periode 2006-2008

Ridwan Zulmi Sekjen I PB PII Periode 2008-2010

Abdul Rojak Korpus Brigade PII Periode 2004-2006

Ahmad Zaki Sekjen PB PII Periode 2013-2015

Abdi Rahmat PB PII Periode 2000-2002

c. Dokumentasi. Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah melakukan

observasi terhadap berbagai dokumen yang memiliki keterkaitan dengan sumber

data, diantaranya adalah buku, modul, laporan, foto kegiatan, dan sumber

referensi lainnya untuk memperkuat hasil temuan di lapangan.

4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data adalah kegiatan untuk memaparkan data, sehingga

diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu referensi. Batasan lain

mengungkapkan bahwa analisis data merupakan proses yang merinci usaha secara

formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh

data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide (Moleong,

2013:103).

a. Reduksi Data berarti berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Sehingga

Page 45: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

32

memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

memudahkan untuk mencari jika diperlukan. (Sugiyono, 2013:247).

b. Penyajian Data. Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. (Sugiyono, 2013:249).

c. Penarikan Kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat

berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-

remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan

kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2013:253).

5. Waktu dan Tempat

Penelitian skripsi ini dilakukan kurun waktu mulai dari bulan Maret 2016

sampai dengan Februari 2017 di sekretariat PB PII Jakarta. yang beralamat di Jl.

Menteng Raya No. 58 Jakarta Pusat, dan pada beberapa rapat pertemuan Jejaring

PII yang terkait dan memiliki relevansi dengan penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tinjauan

pustaka, tujuan dan manfaat penelitian, kajian teori, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

Page 46: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

33

BAB II GAMBARAN UMUM PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

Menguraikan tenatng Sejarah berdirinya Pelajar Islam Indonesia (PII).

Tujuan, Fungsi dan Usaha Pelajar Islam Indonesia (PII), Sistem

Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia (PII).

BAB III TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Menganalisis dan menjelaskan tentang Bagaimana Perkembangan

Sistem Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia (PII) Terhadap Modernisasi

Perubahan sosial, serta Faktor Internal dan Eksternal apa saja yang

mempengaruhi perubahan tersebut.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan dari hasil temuan penelitian sehingga dapat

memberikan kontribusi pemikiran dengan memberikan saran terhadap

pokok permasalahan.

Page 47: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

34

BAB II

GAMBARAN UMUM PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

A. Sejarah Berdirinya Pelajar Islam Indonesia (PII)

Pelajar Islam Indonesia didirikan di Yogyakarta, pada tanggal 4 Mei 1947.

Para pendirinya adalah Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani, Amien Syahri, dan

Ibrahim Zarkasji. Salah satu faktor pendorong terbentuknya PII adalah dualisme

sistem pendidikan di kalangan umat Islam di Indonesia, yang merupakan warisan

kolonialisme Belanda, yakni pondok pesantren dan sekolah umum, yang dinilai

memiliki orientasi yang saling berbeda. Pondok pesantren berorientasi ke akhirat,

sementara sekolah umum berorientasi ke dunia. Akibatnya, pelajar Islam menjadi

terbelah sebagai dua kekuatan yang satu sama lain saling menjatuhkan. Santri

pondok pesantren menganggap sekolah umum merupakan sistem pendidikan orang

kafir, karena produk kolonial Belanda. Hal ini membuat para santri menjuluki

pelajar sekolah umum dengan “pelajar kafir”. Sementara itu, pelajar sekolah umum

menilai santri pondok pesantren kolot dan tradisional, mereka menjulukinya dengan

sebutan “santri kolot” atau santri “teklekan” (Arsip PB PII 1982:3).

Pada masa itu, sebenarnya sudah ada organisasi pelajar, yakni Ikatan Pelajar

Indonesia (IPI). Namun, organisasi tersebut dinilai belum dapat menampung

aspirasi santri pondok pesantren. Merenungi kondisi tersebut, pada tanggal 25

Februari 1947, ketika Yoesdi Ghozali sedang beri'tikaf di Masjid Besar Kauman

Yogyakarta, terlintas dalam pikirannya, gagasan untuk membentuk suatu organisasi

bagi para pelajar Islam, yang dapat mewadahi segenap lapisan pelajar Islam.

Page 48: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

35

Gagasan tersebut, kemudian disampaikan dalam pertemuan di gedung SMP Negeri

2 Secodiningratan, Yogyakarta. Pada pertemuan tersebut, dihadiri antara lain oleh

Anton Timur Djaelani, Amien Syahri dan Ibrahim Zarkasji kemudian berhasil

menyepakati untuk mendirikan organisasi pelajar Islam (Thamrin dan Ma’rov,

2013:168-169).

Hasil kesepakatan tersebut, kemudian disampaikan Yoesdi Ghozali dalam

Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), pada tanggal 30 Maret - 1 April

1947. Oleh karena banyaknya peserta kongres yang menyetujui gagasan tersebut,

maka kongres memutuskan untuk melepas GPII Bagian Pelajar untuk bergabung

dengan organisasi Pelajar Islam yang akan dibentuk. Utusan kongres GPII yang

kembali ke berbagai daerah juga diminta untuk memudahkan berdirinya organisasi

khusus, Pelajar Islam di daerah masing-masing (Thamrin dan Ma’rov, 2013:169).

Menindaklanjuti keputusan kongres, maka pada hari Minggu (Ahad)

tanggal 4 Mei 1947, diadakan pertemuan di kantor GPII, terletak di Jalan

Margomulyo 8 Yogyakarta. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Yoesdi Ghozali,

Anton Timur Djaelani, dan Amien Syahri yang mewakili Bagian Pelajar GPII yang

siap dilebur kedalam organisasi pelajar Islam yang akan dibentuk, kemudian diikuti

oleh Ibrahim Zarkasji, Yahya Ubeid dari Persatuan Pelajar Islam Surakarta (PPIS),

Multazam dan Shawabi dari Pergabungan Kursus Islam Sekolah Menengah

(PERKISEM) Surakarta, serta Dida Gursida dan Supomo NA dari Perhimpunan

Pelajar Islam Indonesia (PPII) Yogyakarta. Rapat tersebut dipimpin oleh Yoesdi

Ghozali yang memutuskan untuk berdirinya organisasi Pelajar Islam Indonesia

(PII), tepatnya pada pukul 10.00, pada tanggal 4 Mei 1947. Untuk memperingati

Page 49: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

36

momen pembentukan PII, maka pada setiap tanggal 4 Mei diperingati sebagai Hari

Bangkit PII (HARBA PII). Peringatan tersebut dianggap sebagai momen

kebangkitan dari gagasan yang sebelumnya sudah terakumulasi, sehingga tidak

digunakan istilah hari lahir atau hari ulang tahun (Ghozali 1953:3).

Kelahiran PII yang eksis mewarnai kehidupan pelajar di sekolah-sekolah,

sempat mendapat kecurigaan di berbagai kalangan, dimana PII dituduh memecah

belah persatuan pelajar umum. Untuk menepis dugaan tersebut, pada tanggal 9 Juni

1947 telah disepakati “Perjanjian Malioboro” dengan Ikatan Pelajar Indonesia (IPI).

Di dalam perjanjian tersebut, IPI berjanji akan menjelaskan bestaanrecht (hak

hidup) organisasi Pelajar Islam Indonesia, kepada daerah-daerah dan cabang-

cabangnya, jika diperlukan akan membantu berdirinya PII di berbagai tempat yang

belum ada organisasi tersebut (Djaelani, 2000:14).

Berdasarkan perjanjian tersebut telah meneguhkan keberadaan PII sebagai

organisasi pelajar Islam yang disambut baik keberadaannya, dan diberikan haknya

untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. Posisi PII sendiri mendapatkan tempat

di hati masyarakat, terutama di beberapa madrasah dan pesantren, sementara

keberadaan IPI sendiri, sulit diterima dikarenakan tidak mempunyai dasar agama

Islam. Pada tanggal 20 hingga 25 Desember 1949, PII menyelenggarakan kongres

pendahuluan di Yogyakarta, dengan bahan pembicaraan tentang persiapan

Konferensi Besar III di Bandung tahun 1950, menjadi sebuah upaya konsolidasi

PII, dan melebarkan sayap gerakan dakwahnya. Hasil keputusan dari pertemuan itu

adalah hanya ada satu organisasi pelajar, yaitu Pelajar Islam Indonesia (PII). Setelah

dilaksanakannya Kongres Pendahuluan PII di Yogyakarta, pada tahun yang sama

Page 50: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

37

telah dilaksanakan Kongres Muslimin Indonesia (KMI). Di dalam kegiatan itu, PII

menjadi salah satu panitia. Kegiatan KMI dihadiri oleh para ulama Indonesia yang

memiliki basis massa pesantren sangat besar, seperti K.H. Ali Maksum, K.H. Imam

Zarkasyi, utusan ulama dari Aceh Teuku Daud Beureuh. Peluang itu tidak disia-

siakan oleh PII untuk berdialog dan membicarakan strategi pelebaran dakwah PII

di seluruh tanah air (Djaelani, 2000:20).

Salah satu hasil keputusan dalam Kongres Muslimin Indonesia (KMI)

adalah satu-satunya Organisasi Pelajar Islam adalah “Pelajar Islam Indonesia

(PII)”. Pada saat itu, PII mendapatkan momentumnya, terlebih pada saat Konferensi

Besar III di Bandung tanggal 27-31 Maret 1950 menjadi tonggak sejarah bagi PII.

Tiga organisasi lokal, yaitu Pelajar Islam Indonesia Jakarta Raya, PERPINDO di

Aceh, dan Pelajar Islam Makasar telah melebur dalam tubuh PII. Dengan demikian,

PII pada saat itu merupakan organisasi pelajar terbesar di Indonesia, dengan

memiliki beberapa cabang di hampir seluruh Indonesia (Djaelani, 2000:22).

B. Tujuan, Fungsi dan Usaha Pelajar Islam Indonesia (PII)

Pelajar Islam Indonesia (PII) mempertegas peranan dan eksistensinya

sebagai organisasi berbasis pelajar yang konsern terhadap pendidikan dan dakwah,

serta kebudayaan. Pengimplementasiannya adalah PII menggariskan tujuan

organisasi, yaitu: “Kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan

Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan umat manusia” (PB PII Muktamar

Nasional ke-25, 2004: 137).

Page 51: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

38

Tujuan PII adalah “Kesempurnaan pendidikan dan pengajaran bagi seluruh

anggotanya”. Di dalam Kongres I PII, pada tanggal 14 hingga 16 Juli 1947 di Solo,

tujuan tersebut diperluas menjadi “Kesempurnaan pengajaran dan pendidikan yang

sesuai dengan Islam bagi Republik Indonesia”. Pada akhirnya, tujuan tersebut

semakin universal dengan perubahan lagi pada Kongres VII tahun 1958 di

Palembang, menjadi “Kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai

dengan Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan umat manusia”. Rumusan tujuan

PII hasil Kongres VII tersebut, yang digunakan sampai saat ini, sebagaimana

tercantum dalam Anggaran Dasar (AD) PII Bab IV pasal 4 (PB PII Dokumen

Sejarah PII, 2010:2).

Tujuan PII memiliki dua hal yang ingin dicapai oleh PII, yakni

kesempurnaan pendidikan dan kesempurnaan kebudayaan. Kedua komponen

tersebut merujuk pada Islam, Islam sebagai sumber nilai dan pandangan dunia,

sedangkan segenap rakyat Indonesia dan umat manusia adalah setting sosio-historis

atau wilayah dakwahnya. Untuk mewujudkan tujuannya, usaha yang dilakukan PII

sesuai dengan Bab VI Pasal 7, adalah:

a. Mendidik anggotanya menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT

b. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan untuk memahami, mengkaji,

mengapresiasi, dan melaksanakan ajaran serta tuntunan Islam dalam kehidupan

pribadi, keluarga dan masyarakat

c. Mencetak kader-kader pemimpin yang memiliki pandangan hidup Islami,

keluasan pandangan global, dan berkepribadian muslim dalam segala bidang

kehidupan

d. Mendidik anggotanya untuk memiliki dan memelihara jiwa independen yang

tangguh

e. Membina mental dan menumbuhkan apresiasi keilmuan serta kebudayaan yang

sesuai dengan Islam

f. Menumbuh-kembangkan semangat dan kemampuan anggota untuk mengikuti,

menguasai, dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

bagi kesejahteraan ummat manusia

Page 52: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

39

g. Mengembangkan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, minat, dan bakat

anggotanya

h. Membantu dalam pemenuhan dan pengembangan minat, bakat, dan potensi

masyarakat pelajar

i. Membela hak-hak dan mengatasi problematika pelajar

j. Menyelenggarakan kegiatan sosial untuk kepentingan Islam dan umat Islam

serta manusia pada umumnya (PB PII Muktamar Nasional ke-25, 2006: 162).

C. Sistem Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia (PII)

Pelajar Islam Indonesia (PII) merupakan salah satu organisasi massa

berbasis kader, sistem kaderisasi yang digunakan oleh organisasi PII yaitu Sistem

Ta’dib. Sistem ta’dib adalah proses pembaharuan dan penyempurnaan dengan

mengembangkan keunggulan-keunggulan pranata kaderisasi yang dimiliki PII di

masa lalu, yang disempurnakan dengan melalui kajian terhadap realitas kekinian,

dan proyeksi tantangan di masa depan, serta kajian terhadap cara pandang idealitas

konsepsi pendidikan Islam. Oleh karena itu, sistem ta’dib bukan sistem kadersisasi

yang sama sekali baru. Penamaan sistem kaderisasi dengan sistem ta’dib adalah

untuk lebih mendekatkan sistem kaderisasi PII dengan konsep pendidikan Islam

(PB PII Sistem Takdib, 2013:1).

Ta’dib merupakan sistem kaderisasi PII yang menggunakan tiga model

pembinaan kader, yaitu melalui jalur training, ta’lim dan kursus. Sistem kaderisasi

PII merupakan suatu pendekatan progresif yang dilakukan dengan proses yang

sangat demokratis dalam pembelajarannya, para kader dididik dengan pendekatan

partisipatif dalam paradigma pendidikan orang dewasa (metode dan falsafah

andragogy) merupakan warna pendekatan training dan kegiatan di PII. Setiap

pelajar dianggap sebagai orang dewasa yang sudah memiliki berbagai pengalaman

tertentu. Belajar bersama adalah upaya untuk saling berbagi pengalaman, kemudian

Page 53: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

40

memperoleh pengalaman baru secara bersama-sama pula, sesuai dengan rumusan

dan kebutuhan (Hanan, 2006:224).

Sarana belajar di PII adalah seluruh yang ada di lingkungan PII, termasuk

didalamnya adalah instruktur dan pemandu. Jadi, instruktur memiliki posisi sebagai

fasilitator dan motivator dengan tugas utamanya adalah membangun motivasi

internal setiap kelompok belajar, sedapat mungkin agar bersemangat meningkatkan

diri setinggi mungkin (Hanan, 2006:224). Selain itu, PII merumuskan pendidikan

melalui pengkaderannya sebagai usaha sadar dan terencana untuk menghapuskan

pola kepemimpinan masyarakat tradisional, dengan menumbuhkan pola

kepemimpinan dan masyarakat demokratis. Pengertian pola kepemimpinan

tradisional, ialah dominasi pemimpin terhadap yang dipimpin, yang melahirkan

sistem masyarakat tradisional, sedangkan demokrasi diartikan sebagai kesadaran

kesamaan derajat, dan penghormatan hak asasi manusia (Dananjaya, 2009:295).

Tujuan ta’dib adalah membentuk kader yang berkepribadian muslim,

cendikia, dan berjiwa pemimpin. Tujuan tersebut merupakan tujuan antara bagi

tercapainya tujuan PII berupa kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang

sesuai dengan Islam. Ta’dib merupakan tujuan, karena bertujuan untuk menyiapkan

kader atau sumber daya manusia, yang melakukan tugas pencapaian kesempurnaan

pendidikan dan kebudayaan. Unsur-unsur dalam sistem ta’dib didesain atas dasar

pendirian PII untuk mencapai tujuan yang lebih jauh, yaitu tujuan Izzul Islam wal

Muslimin dalam kerangka Islam sebagai Rahmatan lil-‘alamin (PB PII Sistem

Takdib, 2013:1).

Page 54: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

41

1. Pendefinisian Sejarah Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia

Pelajar Islam Indonesia (PII) sesuai dengan tujuannya, dimana kegiatan

kaderisasi merupakan bagian dari usaha pendidikan PII, maka hakikatnya dari kader

yang dimaksudkan adalah seseorang yang disiapkan untuk mengemban tugas masa

depan dengan kemampuan, kualitas dan kualifikasi tertentu. Kader merupakan

anggota inti organisasi, dan diharapkan mampu bersikap idealis, sekaligus realistik

(GBHO PII, TAP/2/MUKNAS XVII/1986). “Idealis” berarti senantiasa berusaha

mengubah keadaan yang ada ke arah kondisi yang lebih baik dan ideal, serta tidak

boleh putus asa menghadapi realitas yang pahit sekalipun. Sedangkan “realistis”

berarti mampu melihat realitas dan berpijak tegar di atasnya (Hanan, 2006:103).

Kader dalam kamus ilmiah popular adalah orang yang dididik untuk

menjadi pelanjut tongkat estapet suatu partai atau organisasi, disebut tunas muda

(Nanang, 2000:54-56). Di dalam kamus induk istilah ilmiah, seri intelektual disebut

bahwa kader adalah generasi penerus atau pewaris di masa depan dalam organisasi,

pemerintahan, atau partai politik (Partanto dan Barry, 1994:293-294). Kader

diartikan sebagai orang yang diharapkan akan memegang jabatan atau pekerjaan

penting di pemerintahan, partai dan lain-lain. Sedangkan pengkaderan adalah

proses mempersiapkan seseorang untuk menjadi penerus di masa depan, yang akan

memikul tanggung jawab penting di lingkungan suatu organisasi. Kaderisasi

disebut juga proses pendidikan, termasuk proses belajar di sekolah, peluang yang

diberikan orang tua (pendidikan keluarga), peluang dalam kurikulum dan program

ekstra kurikulum, serta lingkungan.

Page 55: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

42

PII mendefinisikan kaderisasinya sebagai kebulatan proses pada terciptanya

kader atau anggota inti organisasi, dimulai dari rekrutmen anggota, pembinaan,

hingga pelaksanaan tugas, atau dalam bentuk seluruh kegiatan PII yang ada

hubungannya dengan kegiatan anggota. Oleh karena itu, ada dua jenis kader yang

mengikuti dan menggerakkan organisasi PII, pertama, kader material, yakni mereka

yang melaksanakan usaha dan program kerja, dengan atau tanpa melalui training-

training formal. Kedua, kader formal yaitu kader yang telah mengikuti dan

mempunyai piagam training formal PII. Seluruh kegiatan PII sesungguhnya

merupakan proses kaderisasi, namun secara khusus, kegiatan kaderisasi

dilangsungkan melalui training. Melalui kaderisasi tersebut diharapkan untuk:

a. Tumbuh dan berkembangnya suasana untuk berjuang dijalan Allah sehingga

melembaga menjadi suatu norma.

b. Berkembangnya kesadaran untuk senantiasa melaksanakan ajaran Islam hingga

menjadi norma kelompok.

c. Tumbuh dan suburnya hasrat untuk selalu sukses studi sehingga setiap kader

senantiasa berusaha untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.

d. Berkembangnya sikap saling mengingatkan dalam hal kebenaran dan kesabaran,

keikhlasan, dan keterbukaan.

e. Setiap kesadaran diikuti dengan usaha usaha yang nampak seperti kegiatan

kelompok belajar, pengabdian sosial, kegiatan kemanusiaan, dan lain-lain.

(Buku Induk Kaderisasi PII Periode 1998-2000).

1) Fungsi Training

Training mempunyai fungsi sebagai media kaderisasi formal yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kaderisasi informal berupa

program-program PII lainnya. Sebagai media kaderisasi formal training menjadi

tumpuan utama untuk menghasilkan kader PII untuk kepentingan perjuangan

organisasi dan umat Islam (Buku Induk Kaderisasi PII Periode 1998-2000).

Page 56: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

43

2) Karakteristik Kader dan Orientasi Training

Kader yang akan dihasilkan melalui proses training akan mempunyai 12

sifat, serta 8 kemampuan dan kesiapan. Karakter kader tersebut diharapkan

mampu menjawab tantangan dan memecahkan problem PII dan ummat Islam,

sehingga dapat menjaga misi dan eksistensi PII dalam rangka izzul Islam wal

muslimin. Tantangan dan problem PII dan ummat Islam dapat diklasifikasikan

dalam 8 orientasi atau kecenderungan yang selanjutnya akan menjadi orientasi

training PII. Kedelapan orientasi tersebut adalah:

a. Problem Ideologi

b. Problem Kepemimpinan

c. Problem Pendidikan

d. Problem Sosial

e. Problem Keadministrasian (organisasi)

f. Problem Ke-PII-an

g. Problem Sikap dan Tingkah Laku

h. Problem Cara Berfikir

2. Pola Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia

Metode dan pola teknik training pengkaderan PII merupakan pola training

participatory, sebagian besar wacana dalam training PII bersifat terbuka ditandai

dengan penerapan metode andragogi, dinamika kelompok, debat, dan dialog. Pada

metode ini tidak lagi menggunakan metode ceramah dan indoktrinisasi semata,

melainkan suatu metode yang diberi nama group dynamics (Buku Induk Kaderisasi

PII, 1998-2000:3).

Group dynamics itu berasal dari bahasa Yunani, dynamics, yang berarti

tenaga, kekuatan (force). Group dynamics adalah suatu ilmu yang mempelajari

berbagai kekuatan yang terdapat pada suatu grup, mempelajari faktor-faktor yang

menjadikan grup itu hidup dan bergerak, keadaan yang menyebabkan grup itu

Page 57: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

44

berubah, tanggung jawab dan akibat-akibat apa yang dihadapi oleh grup. Dengan

demikian, group dynamics adalah suatu usaha untuk memperoleh pengertian yang

lebih baik tentang cara-cara agar orang suka mengubah tingkah laku mereka atau

menolak usaha-usaha yang dilakukan orang lain terhadap dirinya. Oleh karena itu,

harus benar-benar mencermati tentang perkembangan hubungan pergaulan,

pengaruh, tekanan-tekanan masyarakat dan sebagainya (Busyairi, 2010:127).

Untuk melengkapi pemahaman penggunaan metode Group Dynamic

dilakukan kajian teoritik dan menyadur buku Achieving in People: Some Aplication

of Group Dynamic Theory, Darwin Cartwright, terbitan Reprinted from Human

Relation., Vol. IV, No. 4, 1951. Kemudian dirumuskan teori pengelolaan kelompok

dan penerapannya dalam training PII. Atas dasar hal tersebut, maka penggunaan

metode dalam training PII meliputi Group Dynamic (GD), Informative Dynamic

(ID), dan Interview. Berdasarkan penggunaan metode tersebut maka dalam

pelaksanaan training digunakan teknik-teknik personal intoduction, expectation,

case study, clossing session dan written assignment (Takdib, Sistem Kaderisasi PII,

2006:13). Selain itu juga telah diperkenalkan beberapa teknik baru dalam

pelaksanaan Dinamik Grup, seperti Personal Intoduction, Ice Breaker (pemeceah

kebekuan), Pengalaman Berstruktur, Creative Thingking (berpikir kreatif), dan

Sharing Ideas (berbagi gagasan) (Takdib, Sistem Kaderisasi PII, 2006:14).

3. Mekanisme Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia

Penyempurnaan tujuan dan penjenjangan mekanisme training dalam rangka

mengemban fungsi kaderisasi formal, training difokuskan pada masalah

Page 58: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

45

kepemimpinan, yang ditopang dengan pemahaman masalah sosial kemasyarakatan

(dengan sample masyarakat desa), dan masalah pendidikan agama Islam (dengan

sample masalah khilafiyah, baik aqidah maupun fiqih) (Takdib, Sistem Kaderisasi

PII 2006:). Atas dasar pemikiran tersebut, maka training dibagi kedalam tiga jenis,

yaitu:

a. Leadership Training dengan memfokuskan pada masalah kepemimpinan, yang

terdiri dari tingkat dasar (Leadership Basic Training), dan tingkat lanjut

(Leadership Advanced Training).

b. Mental Training dengan memfokuskan pada masalah pendidikan agama Islam

sebagai bekal ruhiyah untuk menghadapi tantangan ideologis.

c. Perkampungan Kerja Pelajar dengan memfokuskan pada masalah sosial

kemasyarakatan.

Tujuan dari setiap jenis training tersebut, adalah:

a. Leadership Basic Training. Bertujuan untuk membentuk kader PII yang

menjawab tantangan dan problem organisasi PII tingkat lokal maupun regional,

dan mampu memahami problem PII dan ummat Islam tingkat nasional.

b. Leadership Advanced Training. Terbentuknya kader PII yang menjawab

tantangan dan problem organisasi PII dan ummat Islam tingkat regional maupun

nasional, dan mampu memahami problem kepemimpinan ummat Islam dalam

dunia internasional.

c. Mental Training (Mentra). Terbentuknya kader PII yang mampu menjawab

problem ajaran Islam dan tantangan ajaran lainnya yang dihadapi ummat Islam

Indonesia untuk mendapatkan kerahmatan dari Allah Swt., dan perkembangan

syiar Islam.

d. Perkampungan Kerja Pelajar (PKP). Terbentuknya kader PII yang mampu

mengintegrasikan diri dan mempelopori masyarakat untuk menjawab tantangan,

dan problem kemasyarakatan ke arah terwujudnya desa sejahtera yang diridhoi

Allah SWT (qaryah thayyibah wa rabbun ghafur).

Selain training formal tersebut, PII juga mengadakan berbagai training

khusus, terdiri dari Training Centre kepengurusan, dan Training Badan Otonom,

yang terdiri dari Training PII-wati yang berkaitan dengan berbagai persoalan

kemuslimahan, Training Brigade yang diorientasikan pada berbagai aspek

ketahanan organisasi, dan Coaching Instruktur yaitu training untuk menyediakan

Page 59: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

46

tenaga-tenaga instruktur (Hanan, 2006:105). Kesemua jenis training tersebut,

idealnya ditempuh seluruhnya dengan mekanisme dan jenjang.

Bagan 2.1

Skema Mekanisme dan Jenjang Training PII Sistem Ta’dib

STRUKTU

R &

PROGRAM

PB

PW

PD

PK

KEBUDAYAAN & PERADABAN

EKONOMI

KELEMBAGAAN

JATI DIRI

KEPEMIMPINAN

KEUMMATAN

IMTAQ

SOSIAL POLITIK

LINGKINGAN & KESEHATAN

IPTEK

TUJUAN PII:

KESEMPURNAAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YANG SEUAI

DENGAN ISLAM BAGI SEGENAP RAKYAT INDONESIA DAN

UMMAT MANUSIA

RAHMATAN LIL’ALAMIN

IZZUL ISLAM WAL MUSLIMIN

KURSUS

BINA TUNAS/

REKRUITMEN

TA”LIM AWWAL

ADVANTRA

TA’LIM ALI

TA”LIM WUSTHO

INTRA

BATRA

PROFIL KADER

MUSLIM, CENDEKIA,

PEMIMPIN

KERJA & SIFAT KADER

KURSUS

KURSUS

KURSUS

Page 60: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

47

Penyelenggaraan sistem kaderisasi PII dalam segi pengembangan konsep

terbagi menjadi dua periode, yaitu sebelum dan sesudah tahun 1990-an. Untuk segi

pelaksanaannya, dapat dibagi menjadi masa sebelum tahun 1985, masa 1985 hingga

awal tahun 1990-an, dan masa sesudah tahun 1990-an. Pada pengembangan konsep

kaderisasi PII sebelum tahun 1990-an telah mendapatkan bentuk yang sesuai sejak

tahun 1979 dalam bentuk panduan dan silabus di tahun 1985. Konsep tersebut

ditinjau dan diperbaharui kembali pada tahun 1997 dengan diberi nama Ta’dib

(Hanan, 2006:103).

Page 61: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

48

BAB III

TEMUAN HASIL PENELITIAN

A. Perkembangan Sistem Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia

Eksistensi PII sebagai organisasi pelajar Islam tertua di Indonesia, juga

dikenal dengan tipologinya sebagai organisasi kader telah menyelenggarakan

proses kaderisasi, yang hingga saat ini dilakukan pengembangan sistem dan pola

kaderisasi PII secara terus-menerus melalui cara pengembangan kurikulum bagi

para pelajar Indonesia yang menjadi basis massa kader PII.

Gema berdirinya Pelajar Islam Indonesia di Yogyakarta 1947, PB PII yang

bertempat di Yogyakarta mulai disibukkan oleh berbagai persiapan kegiatan

organisasi, mulai dari penyelenggaraan Kongres PII Ketiga yang diselenggarakan

pada bulan Maret 1950 di Bandung. Tujuan kongres tersebut adalah untuk

melancarkan hubungan dengan daerah, dan memudahkan hubungan dengan

pemerintah Republik Indonesia Serikat, yang kemudian PB PII membentuk

Konsulat PB PII di Jakarta, diketuai oleh Joesdi Ghazali. Bahkan, ketika Jakarta

kembali ditetapkan sebagai ibukota negara, PB PII turut pindah ke Jakarta. Selain

itu, kesibukan untuk proses kaderisasi sebagai kebutuhan dari organisasi dan

pembinaan ummat, telah dirasakan sejak masa kelahiran Pelajar Islam Indonesia

(PII) (Busyairi 2010:110).

Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji tentang perkembangan

kaderisasi PII yang dilihat dari perubahan sistem pengkaderan dari masa Orde Lama

Page 62: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

49

(1950-1965), Orde Baru (1966-1998), dan memasuki masa Reformasi (1998 hingga

saat ini).

1. Sistem Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia di Masa Orde Lama (1950-

1967)

Pada masa pemerintahan Orde Lama, sistem pengkaderan PII ditandai

dengan diselenggarakannya kegiatan kaderisasi PII yang dilaksanakan dengan

spontanitas dan terkesan seadanya. Seiring dengan perkembangan organisasi, maka

bentuk kegiatan kaderisasi mengalami penyesuaian dan penyempurnaan, yang

berlangsung terus-menerus secara gradual.

Kegiatan kaderisasi PII pertama kali dilaksanakan pada tanggal 1-10 Juni

1952 dengan nama Latihan Kader. Pelaksanaannya belum dirancang secara

konsepsional dengan menggunakan sistem dan metode yang baku. Penceramah

dicari sesaat sebelum jadwal ceramah dilangsungkan. Konsekuensinya, materi

cenderung disesuaikan dengan penceramah yang bersangkutan. Prawoto

Mangkusasmito dan Mohammad Roem sebagai pimpinan puncak Masyumi, pada

waktu itu berkesempatan untuk menyampaikan ceramah. Kehadiran kedua tokoh

ini telah membawa konsekuensi tersendiri dalam perkembangan dan warna peran

PII (Arsip PB PII, 2013:1).

Walaupun dilaksanakan secara sederhana, dengan tingkat persiapan yang

kurang memadai, setidaknya Latihan Kader telah meletakkan pondasi konsep

kaderisasi PII. Latihan Kader menjadi acuan dan pendorong bagi penyelenggaraan

kaderisasi berikutnya. Secara periodik, dalam setiap penyelenggaraan Latihan

Page 63: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

50

Kader yang dilangsungkan berikutnya, selalu dilakukan penyempurnaan sesuai

dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan tantangan, yang dihadapi organisasi

dan masyarakat (Arsip PB PII, 2013:1-2).

Pada masa Orde Lama, tahap kaderisasi PII memasuki tahap identifikasi dan

perumusan, diawali dengan penyelenggaraan Seminar Latihan Kepemimpinan pada

tanggal 17-19 Oktober 1958. Perumusan dan penyusunan sistem serta metode

dilakukan oleh Tim Perumus, yang terdiri dari Mukti Ali (mantan Menteri Agama),

Hariri Hadi (Pengurus Perguruan Islam Al-Azhar /mantan pejabat Bappenas), dan

Zabidin Yacob (mantan pejabat Deperin). Penyusunan sistem dan metode ini

banyak dipengaruhi oleh pengalaman dari Tim Perumus yang pernah dengan

mengikuti Youth Leaders Training dan Student Work Camp. Pengaruh tersebut

dapat terlihat dengan dipakainya metode Dynamic Group sebagai metode utama.

Rumusan tersebut kemudian diseminarkan, dan menghasilkan Sistem dan Metode

Latihan Kepemimpinan. Selanjutnya, rumusan ini disahkan pada Kongres Besar PII

V yang diselenggarakan pada tanggal 28 Desember 1958 hingga tanggal 2 Januari

1959 di Madiun (Sejarah Kaderisasi PII, Makalah Arsip PB PII 2010).

Berdasarkan pedoman tersebut, maka dapat dilaksanakan program

kaderisasi secara menyeluruh, kemudian berkembang secara luas ke setiap daerah.

Salah satu perkembangannya adalah dilaksanakannya Leadership Training di

beberapa pesantren, seperti di Gontor (1959), Tebuireng (1959, 1961), Sukabumi

(1960), Tasikmalaya (1961), dan Kotabaru, Pontianak (1961). Oleh karena tingkat

kebutuhan masyarakat pelajar di lingkungan pesantren berbeda dengan tingkat

kebutuhan masyarakat pelajar umum, maka konsep dan pelaksanaan Leadership

Page 64: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

51

Training di berbagai daerah pesantren ini, kemudian berkembang menjadi Mental

Training (Sejarah Kaderisasi PII, Makalah Arsip PB PII 2010).

Selain itu, PII juga ikut sebagai peserta dalan Aloka Advanced Course for

Youth Leadership Training Center di Kolombo pada Januari hingga Juni 1955 yang

dihadiri peserta dari berbagai negara, seperti Kenya, Pakistan, Swedia, Filipina,

Amerika Serikat, Jepang dan Indonesia. Delegasi PII diwakili oleh Haririr Hady

yang ikut sebagai peserta dalam acara tersebut, seperti ditunjukkan dalam gambar

berikut.

Gambar 3.1

PII sebagai Peserta dalam Aloka Advanced Course for

Youth Leadership Training Center di Kolombo

pada Januari hingga Juni 1955

Sumber foto : Busyari, 2010, hal. 165.

Mencermati perkembangan tersebut, maka dilakukan suatu upaya dalam

penyempurnaan sistem dan metode, serta konsep kaderisasi hampir secara

menyeluruh. Pada tahun 1961 telah diselenggarakan seminar yang menghasilkan

Sistem dan Metode Mental Training, dan sekaligus dihasilkan pula Sistem dan

Metode Perkampungan Kerja Pelajar (PKP) sebagai konsep pembinaan dan latihan

kepemudaan. Kedua sistem tersebut, terdapat penyempurnaan Dynamic Group. Di

Page 65: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

52

samping itu, hal yang sangat penting adalah terjadinya pengembangan orientasi dari

perubahan mental (mental change), dan pengembangan mental (mental

development), menjadi pembentukan sikap mental (mental attitude) yang Islami

(Ta’dib, Sistem kaderisasi PII, PB PII 2010:3).

Menjelang pada masa akhir pemerintahan Orde Lama, yaitu pada masa

Demokrasi Terpimpin di era kepemimpinan Presiden Soekarno, pelaksanaan

kaderisasi PII termasuk kedalam kategori masa kristalisasi kebutuhan sehingga

untuk menyempurnakan sistem dan metode tersebut masih dirasakan. Oleh karena

itu, PII menyelenggarakan beberapa seminar secara berurutan, yaitu

diselenggarakannya seminar PKP di Cipasir, Cicalengka pada April 1963 dengan

menghasilkan sistem dan metode PKP yang disempurnakan, seminar Mental

Training di Rancaekek, Bandung pada Juni 1963 dengan menghasilkan sistem dan

metode Mental Training yang disempurnakan, dan Seminar Leadership Training di

Yogyakarta pada Desember 1963 dengna menghasilkan sistem dan metode

Leadership Training yang disempurnakan, serta pedoman kader yang berisikan

dasar pembentukan kader, pengertian, fungsi dan status, kepribadian, hak dan

kewajiban, serta tingkat dan atribut kader. Beberapa hasil dari seminar kemudian

disahkan menjadi konsep kaderisasi PII yang baru. Tinjauan dari setiap jenis

training tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Leadership Training

Jenis training ini menjadi induk program kaderisasi PII yang diarahkan

pada upaya pembentukan kader yang berkepribadian dinamik, yang

dilaksanakan dengan beberapa cara, yaitu:

Page 66: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

53

a. Menanamkan kesadaran peserta untuk memahami, menghayati, meyakini,

dan memperjuangkan Islam sebagai pedoman hidup (way of life).

b. Mengubah dan mengembangkan jiwa peserta kearah jiwa yang penuh

dinamika, sehingga memiliki sembilan sifat utama, dan memiliki kecakapan

untuk memimpin dan menggerakkan anggota untuk berjuang, baik di dalam

wadah PII, maupun di tengah masyarakat. Leadership Training dilaksanakan

dalam dua jenjang, yaitu tingkat dasar dan tingkat lanjut.

2. Mental Training

Mental Training adalah pengembangan Leadership Training yang

diselenggarakan di pesantren, atau masyarakat yang taat melaksanakan ajaran

Islam. Secara prinsip, tidak ada perbedaan yang esensial, antara Mental Training

dan Leadership Training. Perbedaannya hanya pada spesifikasi tujuan mentra,

yaitu “Menciptakan keharmonisan hidup di kalangan pelajar Islam untuk

mencapai Izzul Islam wal muslimin”, melalui beberapa usaha, sebagai berikut.

a. Menghapuskan jurang pemisah atau gap antara pelajar umum, dan pelajar

madrasah/pesantren.

b. Mengusahakan agar masing-masing saling mengisi kekurangannya.

c. Mengajak peserta untuk mempelajari dan mengerti ajaran Islam.

d. Menggembleng peserta dengan tempaan iman, Islam dan ihsan.

e. Membentuk pemimpin yang berjiwa kuat.

f. Memupuk, memelihara, dan mengembangkan rasa cinta pelajar terhadap

ajaran Islam dan ummat Islam.

Spesifikasi dari usaha tersebut bertujuan untuk membawa konsekuensi

pada penambahan materi ajaran Islam. Pada pelaksanaan dan pengembangan

materi ini adalah diarahkan untuk memberikan keseimbangan pengetahuan, dan

penghayatan agama terhadap pelajar di sekolah umum, dan memberikan

pengalaman langsung hidup di lingkungan pesantren. Kemudian, mentra lebih

Page 67: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

54

ditujukan untuk pelajar sekolah umum. Materi mentra hampir sama dengan

materi Leadership Training, hanya pada kedalaman muatan yang membedakan.

Mentra dilaksanakan dalam jenjang mentra dasar, dan mentra dakwah. Mentra

dasar lebih berorientasikan pada pengenalan wawasan ajaran Islam, serta

penghayatan tradisi masyarakat Islam. Sedangkan, mentra dakwah

berorientasikan pada pendalaman ajaran Islam, dan praktek dakwah Islam. Akan

tetapi pada pelaksanaannya tidak ada perbedaan yang jelas, antara dua jenjang

mentra tersebut, sehingga dalam praktiknya sangat tergantung pada tingkat

kebutuhan dan kesiapan pada masing-masing wilayah.

3. Perkampungan Kerja Pelajar (PKP)

PKP pada awalnya merupakan program pengabdian sosial dan

kemasyarakatan PII, kemudian dikembangkan menjadi salah satu jenis training

untuk memikul beban kaderisasi. Oleh karena itu, materinya juga hampir sama

dengan materi Leadership Training, namun model kegiatannya yang berbeda.

Peserta diterjunkan ke masyarakat dengan dititipkan kepada satu keluarga untuk

tinggal bersama. Di samping itu, peserta juga harus menyusun kegiatan bersama

untuk masyarakat, dengan memanfaatkan segala potensinya, dan sekaligus

berusaha mendorong dinamika masyarakat ke arah terbentuknya masyarakat

Islami.

PKP dibagi menjadi dua jenjang, yaitu PKP Dasar dan PKP Dakwah.

Untuk tingkat dasar, dipilihkan masyarakat yang sudah baik dengan pengalaman

ajaran Islam. Dengan demikian, peserta lebih banyak belajar dari masyarakat

tersebut. Sebaliknya, untuk tingkat dakwah dipilihkan masyarakat yang masih

Page 68: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

55

awam, sehingga peserta lebih banyak memiliki kesempatan untuk berbakti, dan

berdakwah untuk mendorong masyarakat agar mampu mengamalkan ajaran

Islam dengan sebaik-baiknya.

Dirumuskannya pedoman kaderisasi tersebut, kemudian PII

menyelenggarakan program training dalam tiga jalur, berupa Leadership

Training, Mental Training, dan Perkampungan Kerja Pelajar. Beragamnya

model training ini membuat aktivitas kaderisasi menjadi semakin tinggi. Akan

tetapi, semakin dirasakan adanya duplikasi antar model Training, sehingga perlu

diselenggarakannya suatu evaluasi dan penyempurnaan terhadap pelaksanaan

dari konsep kaderisasi.

Adapaun sistem pengkaderan Pelajar Islam Indonesia di Masa Orde Lama

(1950-1967) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Sistem Pengkaderan PII

di Masa Orde Lama (1950-1967)

Sistem Pengkaderan Metode Kaderisasi Program Kerja

1. Tahap Identifikasi

dan Perumusan

2. Kritalisasi Kebutuhan

Dynamic Group 1. Leadership Training

2. Mental Training

3. Perkampungan Kerja

Pelajar (PKP)

2. Sistem Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia (PII) di Masa Orde Baru

(1966-1998)

Pada masa pemerintahan Orde Baru, kebutuhan untuk penyempurnaan

konsep kaderisasi menjadi sangat mendesak disebabkan oleh adanya perkembangan

serta perubahan sebagai tantangan yang dihadapi PII yang berlangsung sangat

Page 69: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

56

cepat. Oleh karena itu, PB PII menyelenggarakan Musyawarah Kader, dan

Coaching Instruktur (MUKACI) di Pekalongan, pada tanggal 20 hingga 27 Agustus

1967. Di samping untuk penyempurnaan sistem dan metode, MUKACI juga

berfungsi untuk mengantisipasi problem aktual yang dihadapi PII pada saat itu.

Pada penyelenggaraan acara tersebut, telah berhasil merumuskan Sistem dan

Metode Training PII, yang meliputi:

1. Pemantapan Strategi Training

Model training yang dilakukan, terdiri dari tiga jenis, maka masing-

masing membutuhkan cara penanganan yang berbeda. Untuk itu, perlu

pemantapan pada strategi penggarapan dari setiap jenis training, terutama pada

penggunaan metode.

2. Kurikulum Training

Untuk merespon dan mengantisipasi perubahan dan tantangan yang

dihadapi PII, maka dipandang perlu untuk menyempurnakan materi dalam

training. Penyempurnaan kurikulum banyak pada penyempurnaan dari materi,

antara lain pada kurikulum Mentra yang lebih diarahkan untuk menjawab

problem dan tantangan ajaran Islam, berupa keragaman pemahaman keagamaan,

akibat pengaruh kebijakan Islam dan kolonial Belanda. Keragaman itu telah

meyebabkan lemahnya persatuan ummat Islam, yang ditandai dengan

munculnya berbagai golongan, kekaburan pemahaman tentang Islam, dan

munculnya aliran pemikiran dalam Islam. Untuk menjawab problem tersebut,

maka dirumuskan materi untuk mendalami Al Qur’an sebagai sumber ajaran,

sejarah pertumbuhan Islam, dan sejarah munculnya corak dan ragam aliran.

Page 70: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

57

3. Hubungan Antar Jenis Training

Adanya metode training yang berbeda, maka perlu dirumuskan hubungan

pada setiap jenis training dengan mempunyai konsentrasi dan penekanan, namun

berada dalam satu sistem, sehingga dari setiap jenis adalah saling menunjang.

Masih ada yang tersisa dari penyelenggaraan Mukaci, yaitu belum

tuntasnya pembahasan dan perumusan tentang sistem dan metode dari setiap

jenis training, sehingga hanya merekomendasikan sistem dan metode yang

sudah ada yang telah dipakai selama ini. Dengan demikian, Mukaci Pekalongan

belum dapat menyempurnakan sistem dan metode kaderisasi.

Setelah pedoman kaderisasi hasil Mukaci diterapkan selama lebih dari

tujuh tahun, kekurangan itu semakin dirasakan. Untuk itu, bersamaan dengan

Sidang Dewan Pleno Nasional (SDPN) tahun 1974 maka dilakukan pembahasan

sebagai upaya untuk upaya penyempurnaan sistem dan metode kaderisasi.

Pembahasan ini tidak tuntas karena hanya menghasilkan beberapa rekomendasi,

sebagai berikut.

a. Penyelenggaraan training dasar dengan nama training kepribadian sebagai

basis seluruh training PII.

b. Memakai kembali pedoman tentang sistem dan metode training hasil Mukaci

Pekalongan.

c. Diharapkan PB PII untuk menyelenggarakan acara pertemuan Instruktur

Nasional untuk melakukan penyempurnaan konsep kaderisasi secara umum,

maupun konsep training secara khusus.

Page 71: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

58

Pada masa konsolidasi PII diantara tahun 1979 hingga tahun 1985,

berdasarkan dari rekomendasi SDPN tahun 1974, maka diselenggarakan Pekan

Orientasi Instruktur Nasional (POIN) di Cibubur, Jakarta, April 1979. Pengurus

Besar PII telah membentuk Tim Perumus, terdiri dari Mohammad Jauhari, Hazim

Abdullah Umar, Taufiq Dahlan dan Masyhuri Amin Muhri. Pembentuk tim

perumus ditujukan untuk mempersiapkan rumusan konsepsi kaderisasi yang

disempurnakan. Tim Perumus berhasil menyempurnakan dan sekaligus melakukan

berbagai kajian teoritik tentang Sistem dan Metode Training PII. Rumusan tersebut

disepakati dalam POIN 1979, dengan garis besar keputusan, sebagai berikut.

1. Fungsi Training

Training mempunyai fungsi sebagai media kaderisasi formal yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kaderisasi informal, berupa

program-program PII lainnya. Media kaderisasi formal training menjadi

tumpuan utama untuk menghasilkan kader PII dengan tujuan untuk kepentingan

perjuangan organisasi dan ummat Islam.

2. Karakteristik Kader dan Orientasi Training

Kader yang akan dihasilkan melalui proses training diharapkan dapat

mempunyai 12 sifat dan 8 kemampuan dan kesiapan. Karakter kader yang

demikian, diharapkan mampu menjawab tantangan dan memecahkan problem

PII dan ummat Islam, sehingga dapat menjaga misi dan eksistensi PII dalam

rangka izzul Islam wal muslimin. Tantangan dan problem PII dan ummat Islam

dapat diklasifikasikan kedalam delapan orientasi atau kecenderungan, dan

Page 72: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

59

selanjutnya akan menjadi orientasi training PII. Kedelapan orientasi tersebut

adalah:

a) Problem Ideologi

b) Problem Kepemimpinan

c) Problem Pendidikan

d) Problem Sosial

e) Problem Keadministrasian (organisasi)

f) Problem Ke-PII-an

g) Problem Sikap dan Tingkah Laku

h) Problem Cara Berfikir

3. Penyempurnaan Tujuan dan Penjenjangan Training

Untuk mengembankan fungsi kaderisasi formal, maka pelaksanaan training

difokuskan pada masalah kepemimpinan yang ditopang dengan pemahaman

masalah sosial kemasyarakatan (dengan sample masyarakat desa), dan masalah

pendidikan agama Islam (dengan sample masalah khilafiyah, baik aqidah maupun

fiqih). Atas dasar pemikiran tersebut, maka pelaksanaan training dibagi kedalam

tiga jenis, yaitu:

a. Leadership Training dengan memfokuskan pada masalah kepemimpinan, terdiri

dari tingkat dasar (Leadership Basic Training), dan tingkat lanjut (Leadership

Advanced Training).

b. Mental Training dengan memfokuskan pada masalah pendidikan agama Islam

sebagai bekal ruhiyah untuk menghadapi tantangan ideologis.

c. Perkampungan Kerja Pelajar dengan memfokuskan pada masalah sosial

kemasyarakatan.

Adapun tujuan pelaksanaan dari setiap jenis training tersebut, adalah

sebagai berikut.

Page 73: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

60

a. Leadership Basic Training

Terbentuknya kader PII yang menjawab tantangan dan problem organisasi

PII pada tingkat lokal maupun regional ,dan mampu memahami terhadap

problem PII dan ummat Islam pada tingkat nasional.

b. Leadership Advanced Training

Terbentuknya kader PII yang dapat menjawab tantangan dan problem

organisasi PII dan ummat Islam pada tingkat regional maupun nasional, dan

mampu memahami tentang problem kepemimpinan ummat Islam dalam dunia

internasional.

c. Mental Training (Mentra)

Terbentuknya kader PII yang mampu menjawab problem ajaran Islam dan

tantangan ajaran lainnya yang dihadapi oleh ummat Islam Indonesia dengan

tujuan untuk mendapatkan kerahmatan dari Allah Swt., dan perkembangan syiar

Islam

d. Perkampungan Kerja Pelajar (PKP)

Terbentuknya kader PII yang mampu mengintegrasikan diri dan

mempelopori masyarakat untuk menjawab tantangan dan problem

kemasyarakatan ke arah terwujudnya desa sejahtera yang diridhoi Allah Swt.

(qaryah thayyibah wa rabbun ghafur).

Kesemua jenis training tersebut, idealnya ditempuh seluruhnya dengan

mekanisme dan jenjang, seperti tergambar dalam bagan berikut.

Page 74: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

61

LAT

PKP

LBT

MENTRA

Bagan 3.1

Skema Mekanisme dan Jenjang Training PII

Pengembangan Metode dan Teknik Training untuk melengkapi pemahaman

penggunaan metode Group Dynamic yang dilakukan melalui kajian teoritik dan

menyadur buku Achieving in People; Some Aplication of Group Dynamic Theory,

Darwin Cartwright, terbitan Reprinted from Human Relation., Vol. IV, No. 4, 1951.

Kemudian, dirumuskan teori pengelolaan kelompok dan penerapannya dalam

training PII. Berdasarkan metode tersebut, maka penggunaan metode dalam

training PII adalah Group Dynamic (GD), Informative Dyamic (ID) dan Interview.

Penggunaan metode tersebut dalam pelaksanaan training menggunakan beberapa

teknik, yaitu tenik personal intoduction, expectation, case study, clossing session

dan written assignment.

Untuk penajaman dan pendalaman terhadap pemahaman dari hasil POIN

1979, dan sebagai upaya tindak lanjutnya adalah diselenggarakannya Coaching

Intruktur Nasional (CIN) di Jakarta 1982, dengan menghasilkan:

Page 75: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

62

a. Keseragaman pemahaman dan pendalaman metode Group Dynamic.

b. Perumusan silabus training.

c. Perlunya penyempurnaan silabus training.

Rekomendasi tersebut didasarkan pada penyusunan silabus, yang hingga

saat ini belum dilakukan secara mendasar dan komprehensif, serta antisipatif

terhadap tuntutan perubahan. Hal tersebut disebabkan karena adanya keterbatasan

persiapan dan waktu pembahasan. Selanjutnya, diselenggarakan Latihan Teknik

Dinamik Grup Nasional (LTDGN) dengan tujuan untuk mempertajam pemahaman

tentang metode dan teknik. Latihan ini dilaksanakan pada akhir Desember 1982

sampai awal Januari 1983, bertempat di Universitas Islam Asy-Syafi’iyah (UIA),

Jatiwaringin Jakarta, yang menghasilkan:

a. Diperkenankan teknik-teknik baru dalam pelaksanaan Dinamik Grup seperti

Personal Intoduction, Ice Breaker (pemeceah kebekuan), Pengalaman

Berstruktur, Creative Thingking (berpikir kreatif), dan Sharing Ideas (bagi-bagi

gagasan).

b. Direkomendasikannya kemungkinan teknik-teknik tersebut dipakai dalam

training sesuai dengan kebutuhan.

c. Direkomendasikannya penyusunan buku panduan training.

Upaya tindak dari hasil CIN dan LTDGN, serta untuk merespon perubahan

kebutuhan training PII maka diselenggarakan Musyawarah Instruktur Nasional

(MIN) di PP Darussalam, Tegineneng, Bandar Lampung 1985. Beberapa hasil yang

dicapai dari MIN adalah sebagai berikut.

a. Tersusunnya buku panduan Leadership Basic Training (LBT) yang terdiri dari:

materi, ruang lingkup pembahasan, target dan indikator, waktu, metode,

langkah-langkah, dan pengantar telaah kasul (Case Study).

b. Direkomendasikan kepada PB PII, dan beberapa PW untuk membahas dan

menyusun panduan Mentra, PKP dan LAT dan Pendidikan Intruktur (PI) yang

drafnya sudah dipersiapkan dalam MIN.

c. Direkomendasikannya pemakaian buku LBT dalan training konvensional PII.

Page 76: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

63

Ketidaktuntasan pembahasan di MIN ini menimbulkan beberapa implikasi

dalam pelaksanaannya. Pada masing-masing Pengurus Wilayah menyikapinya

secara berbeda. Ada yang beranggapan bahwa hanya panduan LBT yang sudah

boleh digunakan, sementara panduan jenis training lainnya, menggunakan hasil

POIN 1979. Sementara itu, ada Pengurus Wilayah yang melaksanakan dengan

menggunakan draf yang belum disepakati dalam MIN Lampung sebagai pedoman

training Mentra, PKP, dan LAT. Kondisi tersebut telah menciptakan polarisasi dan

keragaman pelaksanaan training di masing-masing Pengurus Wilyah.

Tahap Resistensi (1985-1991) menunjukkan sikap PII terhadap penerapan

UU No. 8 Tahun 1985 tentang Ormas yang membawa pengaruh serius terhadap

pelaksanaan training PII. Paradigma yang melatarbelakangi konsep dan sistem

training yang dipakai PII selama ini adalah didasarkan pada asas legal-formal.

Pergeseran pola gerakan dari asas legal-formal ke informal menyebabkan PII harus

mencari alternatif gerakan, termasuk pada bidang kaderisasi. Kendala eksternal

yang dialami PII menyulitkan pencapaian target dan tujuan training. Upaya untuk

menyesuaikan pola training yang sesuai dengan situasi eksternal dan tantangan

organisasi, kemudian memunculkan rumusan sistem training alternatif.

PB PII merumuskan konsep pembinaan Sebelas Bintang Satu Matahari Plus

Rembulan pada akhir tahun 1985. Berdasarkan konsep tersebut maka terbentuk

pembinaan, melalui:

1. Training Konvensional yang terdiri dari : LBT, Mentra, PKP dan LAT

2. Training Alternatif yang terdiri dari Bimbingan Keilmuan dan Kepelajaran I

(BKK I) / Forum Pacu Study (Forpadi), BKK II, BKK III, Studi Islam Awal

Mula (SIAM) I, SIAM II, SIAM III, Latihan Hubungan Manusia (LHM) I,

LHM II)

Page 77: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

64

3. Training Khusus yang terdiri dari Training Tingkat Dasar (TTD) dan Training

Tingkat Lanjut (TTL) PII Wati serta Latihan Brigade Tingkat Dasar (LBTD)

dan Latihan Brigade Tingkat Lanjut (LBTL).

Selain itu, mulai disosialisasikan program pembinaan kader pasca training

berupa Gerakan Usrah dan Gerakan Amal Shaleh (GAS). Gerakan Usrah

mempunyai maksud dan tujuan untuk memberikan pemahaman tentang nilai-nilai

diniyah. Sedangkan GAS menitikberatkan pada upaya pembudayaan dari sikap

hidup muslim sehari-hari. Semula paket training alternatif disusun dengan tujuan

untuk mengantisipasi, jika paket training konvensional tidak bisa dilaksanakan

dikarenakan kendala eksternal (legal-formal). Meskipun demikian, training

konvensional tetap bisa dijalankan, walaupun dengan beberapa modifikasi,

sementara itu, secara bersamaan training alternatif juga dilaksanakan. Akibatnya

adalah berkembang dua jalur training dalam kegiatan kaderisasi PII, sehingga

terjadi duplikasi dalam konsep kaderisasi.

Masa rekonstruksi (1991-1996) sebagai kondisi informal PII dan kondisi

kaderisasi sebagai akibat situasi eksternal tersebut yang mengharuskan PII untuk

melakukan evaluasi mendasar terhadap kegiatan kaderisasi. Konsep kaderisasi

menurut POIN ‘79 dan MIN ‘85 belum menyertakan “pola pembinaan” pasca

training. Dengan demikian maka pembinaan kader pasca training diserahkan

sepenuhnya kepada masing-masing pengurus, baik pengurus wilayah, daerah

maupun komisariat.

Pada masing-masing eselon kepengurusan tersebut adalah tidak

memungkinkan untuk menyusun program dan paket kegiatan secara berkelanjutan

(continue) dan baku sehingga kegiatan pembinaan kader bersifat pragmatis dan

Page 78: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

65

sporadic, tergantung dari tingkat aktivitas masing-masing eselon kepengurusan.

Seiring dengan menurunnya kondisi dan aktivitas kepengurusan, maka kegiatan

pembinaan kader menjadi semakin tidak terkontrol. Kondisi ini menyebabkan pola

jalur dan jenjang training tidak sepenuhnya dapat dijalankan dengan baik. Hal ini

ditunjukkan dari banyaknya jumlah kader pasca Batra yang menghilang dan tidak

aktif.

Kegiatan training dan proses kaderisasi yang dialami PII, semakin hari

semakin merosot, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Kondisi tersebut sangat

memprihatinkan, dan dapat mengancam eksistensi PII di masa mendatang. Oleh

karena itu, dilakukan penyempurnaan secara komprehensif menyangkut berbagai

aspek fundamental dalam kaderisasi PII melalui pendekatan kebutuhan objektif.

Konsep ta`dib merupakan solusi terhadap permasalahan kaderisasi tersebut yang

telah diakomodir oleh Muktamar ke-19 di Garut pada Desember 1992. Konsep ini

dipersiapkan dalam lokakarya Tim Kecil Pengurus Besar PII di pondok pesantren

Pabelan pada bulan Ramadhan 1411Hijriah atau tahun 1991 Masehi.

Untuk menindaklanjuti rekomendasi Muktamar tersebut, maka mulai

dilakukan proses penyusunan konsep Ta`dib. Secara berturut-turut dan intensif

diproses melalui forum-forum khusus yang diadakan untuk kepentingan ini baik

pada tingkat PB maupun Forum Nasional. Proses penyusunan ini

ternyata memakan waktu yang cukup lama. Di tingkat PB PII

dilaksanakan Sarasehan terbatas BPPT, Rapat Kerja BPPT, dan Raker serta Rakor

PB.

Page 79: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

66

Untuk mengantisipasi kebutuhan pola pembinaan pasca training sekaligus

menjadi faktor utama dalam mempertahankan eksistensi PII yang tercermin dari

kepengurusan yang semakin menurun maka PB PII segera membuat pola Ta’lim.

Sementara itu untuk membuat konsep pelatihan PB PII melakukan peninjauan

terhadap training. Keduanya kemudian dilaksanakan dalam bentuk Lokakarta,

masing-masing Lokakarya Ta’lim dan Semiloka Pelatihan.

1. Lokakarya Ta’lim Nasional

Lokakarya diselenggarakan pada November 1993 di Islamic Center Bekasi.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan sosialisasi dan pembahasan tentang

konsep dan panduan Ta’lim. Penyelenggaraan acara berangkat dari kebutuhan yang

paling mendesak untuk segera merealisir pembinaan lewat jalur Ta`lim sebagai

bagian dari konsep Ta`dib. Lokakarya tersebut berlangsung kurang optimal karena

tanpa didahului dengan perencanaan yang matang sehingga pembahasan mengenai

posisi dan konsepsi jalur Ta`lim dalam perspektif Ta`dib mengundang persepsi

yang berbeda antara PB PII dengan PW yang hadir. Akibatnya tidak didapatkan

titik kesepakatan sehingga tindak lanjut dari acara tersebut tidak seperti yang

diharapkan.

Dengan kata lain, lokakarya tidak menghasilkan rekomendasi bagaimana

penerapan konsep Ta’lim dan panduan kegiatan Ta’lim di wilayah-wilayah.

Masing-masing Pengurus Wilayah mempunyai alternatif sendiri tentang pola

Ta’lim yang kemudian dalam proses pemecahan masalah pembinaan menjadi

sangat beragam. Hal itu tidak mengurangi semangat awal untuk terus melakukan

upaya pembinaan dengan paket Ta’lim. Secara de fakto Ta’lim berjalan dengan

Page 80: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

67

sendirinya walaupun beberapa wilayah ada pula yang kesulitan dan sama sekali

tidak berjalan kegiatan Ta’lim.

2. Semiloka Training

Semiloka (Seminar dan Lokakarya) dilaksanakannya menjelang Muktamar

ke-20 pada 21-23 Januari 1995 di Jakarta kegiatan ini dimaksudkan untuk

melakukan evaluasi terhadap penerapan konsep training sekaligus untuk mencari

masukan bagi penyempurnaan konsep training dalam merumuskan konsep

kaderisasi PII perspektif Ta`dib.

Terhitung sejak MIN di Lampung 1985 PII secara nasional belum sempat

lagi melakukan kajian secara komprehensip terhadap konsep dan pola kaderisasi.

Untuk itu Semiloka diadakan, dalam rangka melakukan tinjauan terhadap semua

perangkat training PII mulai dari MUKACI (Musyawarah Kader dan Coaching

Instruktur) di Pekalongan 1967, POIN (Pekan Orientasi Instruktur Nasional) ‘79,

dan MIN (Musyawarah Instruktur Nasional) di Lampung 1985. Evaluasi selama

lebih kurang 12 tahun itu konsep kaderisasi PII, khususnya training baru dapat

diagendakan. Memang terasa cukup berat untuk melakukan tinjauan dengan

maksud evaluasi dan penyusunan ulang tentang konsep kaderisasi PII yang utuh,

kendatipun usaha tersebut tidak dilakukan secara detail, namun tinjauan makro

dicoba dilakukan dengan segala konsekuensi-konsekuensinya, antara lain aspek

pendalaman historis dan filosofis masih sangat terasa kurang. Sekali lagi karena ini

faktor kebutuhan maka evaluasi itu merupakan suatu keharusan.

Page 81: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

68

Berangkat dari kesadaran bahwa evaluasi yang sifatnya komprehensif dan

makro itu maka PB PII melalui Tim semiloka melakukan kegiatan pendahuluan

sebelum pelaksanaan Semiloka. Tim melakukan diskusi reguler sebanyak tiga kali,

dengan mengundang narasumber, antara lain: Utomo Dananjaya, Hasyim Umar,

dan Usep Fathudin. Diskusi tim tersebut diharapkan semiloka dapat menghasilkan

target yang optimal.

Seminar yang bertema “Pelatihan dan Pengembangan SDM” dalam upaya

mengakomodasi berbagai pemikiran yang perlu menjadi bahan pertimbangan

dalam penyusunan kebutuhan pembinaan dan pengembangan SDM, dalam hal ini

kaderisasi PII dalam menyusun Ta`dib. Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui

seminar tersebut antara lain:

a. Mengidentifikasi dan merumuskan tantangan serta peluang pendidikan dan

pelatihan dalam pengembangan SDM yang berkaitan dengan organisasi Pelajar

Islam dan kelembagaan ummat Islam secara umum.

b. Menghimpun pemikiran sekitar model-model alternatif pelatihan dan pola

pengembangan SDM dalam rangka pembinaan masyarakat pelajar.

c. Menyusun pola dan strategi pelatihan sebagai bahan penyempurnaan Sistem dan

Metode Pelatihan PII.

Setelah seminar dilanjutkan dengan Lokakarya dengan tiga agenda utama

yaitu:

a. Rekonstruksi orientasi pelatihan PII.

b. Alternatif sistem pelatihan PII.

c. Pengembangan materi pelatihan PII.

Page 82: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

69

Lokakarya dihadiri oleh 13 PW, menandakan bahwa sebagian besar PW

sangat memerlukan tentang perlunya rekonstruksi pola kaderisasi PII mengingat

kondisi kaderisasi selama ini berjalan apa adanya, sementara PII sudah mulai akan

berhadapan dengan berbagai masalah baru yang lebih kompleks. Beberapa masalah

mendasar dalam pedoman training sempat dibahas dan dievaluasi serta diperoleh

rekomendasi bagi penyempurnaan konsep training. Kesepakatan yang diperoleh

dari Lokakarya tersebut adalah menindaklanjuti beberapa hal yang menyangkut

upaya penataan sistem dan pola kaderisasi PII yaitu dengan melakukan kajian

lanjutan tentang Profil Pelatihan PII, Silabus dan kurikulum, rekonstruksi pelatihan

PII dan merumuskan pokok-pokok pikiran terhadap konsep Ta’dib. Hasil dari

Lokakarya ini kemudian dibawa ke Muktamar ke-20 namun karena keterbatasan

waktu dan prioritas pembahasan tidak sempat diagendakan secara khusus.

Dalam situasi semacam ini, PB PII hasil Muktamar ke-20 kemudian

memprioritaskan penyelesaian dan penyempurnaan konsep Ta`dib. Untuk

keperluan tersebut dibentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Ta`dib. Secara

spesifik badan ini diberikan mandat untuk melengkapi, mengembangkan, menata-

ulang konsep Ta`dib sehingga menghasilkan pola pembinaan atau konsep

kaderisasi PII secara komprehensif, sistematis, tetapi sekaligus aplicable.

Selama kurun waktu transisi PB PII melakukan rekonstruksi konsep

kaderisasi, pelaksanaan training di wilayah-wilayah tetap berjalan namun dengan

pedoman yang berbeda-beda. Perbedaan itu makin banyak karena kondisi yang

berbeda di setiap wilayah. Sehingga boleh dikatakan pelaksanaan training tidak

mempunyai standar yang baku secara nasional. Kondisi ini tentu tidak

Page 83: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

70

menguntungkan bagi kaderisasi PII secara keseluruhan. Untuk itu kebutuhan

terhadap pembakuan pedoman kaderisasi menjadi sangat mendesak untuk segera

dilakukan.

Pada masa akhir pemerintahan orde baru terjadinya gejolak situasi politik

nasional yaitu menjelang terjadinya reformasi pemerintahan dengan ditandainya

runtuhnya rezim presiden suharto, PB PII melaksanakan PORTANAS Untuk

membahas Ta’dib lebih lanjut maka diadakan Pekan Orientasi Ta’dib Nasional

(PORTANAS) pada 1-4 Maret 1997 di Semarang, Jawa Tengah. Forum ini

dimaksudkan untuk sosialisasi awal Ta’dib sekaligus pembahasan untuk

menghimpun masukan bagi penyempurnaan konsep Ta’dib. Dalam Portanas ini

telah diajukan kerangka sistem kaderisasi PII yang baru (lihat bagan sistem dalam

Bab IV) sebagai penyempurnaan sistem yang dihasilkan di POIN 1979. Disamping

itu juga diajukan draf Pedoman dan Silabus Training dan Ta’lim, sedangkan konsep

Kursus dan panduan-panduannya belum bisa diajukan karena belum bisa

diselesaikan. Karena belum lengkapnya konsep yang diajukan pembahasan menjadi

tidak optimal, dan disepakati akan dibahas kembali sebelum disahkan sebagai

sistem kaderisasi PII yang baru.

Hasil Lokakarya Instruktur Nasional (LIN) pada tanggal 20 hingga 25

Nopember 1998 telah menghasilkan pedoman berupa pola kaderisasi Badan

Otonom Korps Pilwati, seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Page 84: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

71

Gambar 3.2

Hasil Lokakarya Instruktur Nasional (LIN)

Pedoman Pola Kaderisasi PII

Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti

Adapun sistem pengkaderan Pelajar Islam Indonesia di Masa Orde Baru

(1966-1998) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2

Sistem Pengkaderan PII

di Masa Orde Baru (1966-1998)

Sistem

Pengkaderan

Metode Kaderisasi Program Kerja

Tahap kebutuhan

untuk

penyempurnaan

konsep kaderisasi.

Musyawarah Kader dan

Coaching Instructure

(MUKACI)

1. Pemantapan Strategi Training.

2. Kurikulum Training.

3. Hubungan Antar Jenis Training.

Pekan Orientasi Instruktur

Nasional (POIN)

1. Fungsi Training.

2. Karakteristik Kader dan Oerintasin

Training.

3. Penyempurnaan Tujuan dan

Penjejangan Training.

Page 85: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

72

Sistem

Pengkaderan

Metode Kaderisasi Program Kerja

Tahap kebutuhan

untuk

penyempurnaan

konsep kaderisasi.

Pengembangan Dynamic

Group dalam Coaching

Instruktur Nasional

1. Keseragaman pemahaman dan

pendalaman metode Dynamic

Group.

2. Perumusan Silabus.

3. Penyempurnaan silabus training.

Musyawarah Instruktur

Nasional (MIN)

1. Tersusunnya buku Leadership Basic

Training.

2. Pembahasan dan penyusunan

panduan Mental Training, PKP dan

LAT, serta Pendidikan Instruktur.

3. Merekomendasikan pemakaian

buku Leadership Basic Training

dalam traing konvensional PII.

Merumuskan

Konsep Sebelas

Bintang Satu

Matahari Plus

Rembulan

Pembinaan melalui training

konvensional, training

alternatif, dan training

khusus

1. Training konvensional meliputi

LBT, Mentra, PKP, dan LAT.

2. Training alternatif meliputi

Bimbingan Keilmuan dan

Kepelajaran, Forum Pacu Study,

Latihan Hubungan Manusia.

3. Training Khusus meliputi Training

Tingkat Dasar, Tingkat Lanjut,

Latihan Brigade Tingkat Dasar dan

Tingkat Lanjut.

Masa Rekonstruksi Pola pembinaan melalui

POIN dan MIN

Proses penyusunan Ta’dib

1. Lokarya Ta’lim Nasional.

2. Semiloka Training.

Pekan Oerintasi Ta’dib

Nasional (PORTANAS)

1. Sosialisasi awal Ta’dib.

2. Lokakarya Instruktur Nasional

(LIN).

3. Sistem Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia (PII) di Masa Reformasi

Pada masa reformasi, setelah menyesuaikan diri pada UU No.8/1985,

Lokakarya Instruktur Nasional (LIN 98) Muktamar Nasional PII ke-21

mengamanatkan PB PII periode 1998-2000 untuk mengadakan forum pembahasan

final konsep Ta’dib sebagai sistem kaderisasi PII yang baru. Paling lambat empat

bulan setelah terbentuknya kepengurusan PB PII periode 1998-2000 forum tersebut

Page 86: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

73

harus sudah dilaksanakan. Karena itu PB PII periode tersebut menjadikan

penyempurnaan dan penyelesaian konsep Ta’dib sebagai prioritas programnya.

Kemudian, pada 20-26 November 1998 diadakanlah Lokakarya Instruktur

Nasional (LIN) di Pandaan, Jawa Timur. LIN 98 ini diikuti oleh para Instruktur PII

se-tanah air sebagai forum yang diamanatkan oleh Muknas ke-21. Forum tersebut

berhasil membahas dan merumuskan penyempurnaan konsep Ta’dib sebagai sistem

kaderisasi PII yang baru. Adapun beberapa hal yang dapat dirumuskan dalam forum

tersebut, adalah sebagai berikut:

a. Buku Induk Kaderisasi PII yang berisi; Sejarah Kaderisasi PII, Konsepsi Dasar

Ta’dib, Orientasi Ta’dib, Sistem Ta’dib, Pedoman Manajemen dan Administrasi

Ta’dib.

b. Pedoman Training dan Panduan-Panduan Training (Batra, Intra, dan Advantra).

c. Pedoman Ta’lim dan Panduan-Panduan Ta’lim (Awwal, Wustho, dan ‘Ali).

d. Pedoman Kursus.

e. Panduan-Panduan Kursus Pra-Batra.

f. Panduan Kursus Pasca Batra (Latihan Manjemen Dasar).

g. Panduan-Panduan Kursus Pasca Intra (Latihan Manajemen Strategis,

Pendidikan Mu’alim, Pendidikan Pemandu Kursus, dan Perkampungan Kerja

Pelajar).

h. Panduan Kursus Pasca Advantra (Pendidikan Instruktur).

i. Pola Kaderisasi Brigade PII.

j. Pola Kaderisasi PII Wati.

Perumusan tersebut menjadi pedoman PII dalam menyelenggarakan proses

kaderisasi bagi pelajar Islam di Indonesia di bidang pendidikan dan kebudayaan

dalam rangka untuk melakukan modernisasi pendidikan di Indonesia sebagai

motivasi dan tujuan didirikannya PII.

Pada masa reformasi, PII telah ikut berkontribusi secara maksimal dalam

menyelenggarkan forum LIN atas kesadaran bersama Ta’lim sebagai upaya yaang

cukup fundamental dalam sistem kaderisasi PII sehingga pada tanggal 27 April

2015, PII telah menyelenggarakan Musyawarah Instruktur Nasional di Bandung.

Page 87: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

74

Adapun beberapa kegiatan PII yang dilakukan pada masa Reformasi dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.3

Kegiatan Ta’lim

Di masa reformasi, Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII) sebagai

kepengurusan tertinggi di organisasi PII yang memegang otoritas organisasi

memberikan suatu rumusan strategis yang menjadi arah dan agenda pergerakan.

Rumusan strategis ini berakar dari kesadaran PII sebagai alat perjuangan yang

dijiwai oleh sejarah pergerakan dan berpedoman kepada nilai-nilai yang sesuai

dengan pandangan dalam Islam sehingga rumusan ini disusun sebagai

pengejawantahan diri selaku kader umat. Rumusan manajemen strategis ini disebut

dengan “Membina Negara Jaya Indonesia” atau disingkat menjadi Menej Indonesia

yang mengacu pada Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) PII tahun 2010-

2018.

Menej Indonesia memfokuskan pada ranah kaderisasi atau sumber daya

insani dengan tetap mencoba berpikir integral meliputi keseluruhan ranah yang ada

di dalam organisasi PII. Menej Indonesia yang mengikuti logika GBHO PII 2010-

Page 88: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

75

2018 telah disepakati oleh kader PII dalam Muktamar Nasional ke-27 di Serang,

Banten sebagai bentuk komitmen yang kuat untuk sebuah kemajuan.

Menurut Syed M Naquib Al Attas menjelaskan pandangan alam Islam

dalam membangun modal sosial dan solidaritas sosial, sebagai berikut.

“what is meant by “world view”, according to the perpective of Islam, is

then the vision of reality and truth that appears before our mind‟s eye

revealing what existences is all about; for it is the world of existence in its

totality that Islam is project. Thus by “world view” we must mean ru‟yat

al-Islam li al-wujud.”

“apakah arti dari “pandangan dunia”, berhubungan dengan perspektif Islam

adalah kemudian menjadi visi realitas dan kebenaran yang muncul sebelum

pemikiran pandangan kita terhadap keberadaan seluruhnya; untuk dunia

dengan keberadannya dalam totalis bahwa Islam adalah projek. Oleh karena

itu dengan “pandangan dunia” kita seharusnya mengartikan ru’yat al-Islam

li al-wujud.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, Falsafah Gerak (FG) PII telah

menjelaskan bahwa pandangan alam Islam pasti akan melahirkan kebudayaan yang

bersifat fisik maupun sosial. Kebudayaan ini tidak saja bersifat profan, tetapi

transenden, bukan sesuatu yang sekuler, tetapi sesuatu yang tauhid. Dalam konteks

ini, kebenaran Islam bukan karena kekuasaan politik atau militer melainkan

kebenaran Islam jelas dan terlihat dalam mu’jizat Al-Qur’an.

Modernisasi dalam salah satu contohnya pada penggunaan kata tarbiyah

sebagai konsep pendidikan dalam Islam yang lahir dari istilah education dalam

konsep pendidikan Barat. Karena itulah, kita bisa melihat dalam catatan pemikiran

PII, secara cermat kata yang digunakan itu bukanlah mengikuti zaman. Karena

zaman dan orang kebanyakan bukanlah sesuatu untuk diikuti sebagaimana

prasangka modern. Namun kata yang digunakan oleh PII waktu itu adalah

Page 89: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

76

“mengantisipasi zaman”. Antisipasi disini berarti mengukur, memperhitungkan,

atau meramalkan.

Mengingat dan memperhatikan Darma Bakti dan Tafsir Asasi PII yang

dikarang oleh Anton Timur Djaelani, memang tugas dan alasan organisasi PII

berdiri untuk membina generasi yang kuat tersebut. PII adalah bagian dari mata

rantai perjuangan ummat Islam di Indonesia. Dalam sebuah paragraf disebutkan :

“Oleh karena Pelajar Islam Indonesia yakin bahwa Islam itu benar-benar

dapat merupakan kekuatan untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera,

adil dan damai, maka diciptakannyalah organisasi “Pelajar Islam Indonesia

(PII” sebagai tempat mendidik dan melatih diri mencapai cita-cita islam

dengan cara yang teratur.”

Latar belakang kelahiran PII yang bertujuan untuk menyatukan antara

pelajar madrasah/pesantren dengan pelajar sekolah umum pada hakikatnya adalah

suatu upaya untuk menanamkan ilmu yang benar kepada seluruh pelajar. Yang

sesungguhnya karena persepsi ilmu yang salah itulah ummat islam di Indonesia

terpecah sejak saat mudanya.

Karena itulah, tepat sekali saat ini sistem kaderisasi PII bernama Ta‟dib,

yang bermakna pendidikan atau pengadaban. Karena permasalah yang menurut al

Attas disebut dengan istilah the loss of adab tersebut haruslah diselesaikan dengan

mengembalikan adab. Dan itulah hakikat dari menyatukan pelajar pesantren dengan

sekolah umum itu. Atau yang dikenal di PII dengan slogan melahirkan ulama yang

intelek dan intelek yang ulama. Atau dalam istilah lainnya disebut juga dengan

proses Islamisasi Ilmu pengetahuan Kontemporer.

Page 90: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

77

Dalam ranah pemikiran, perkara terpenting adalah menanamkan

pemahaman yang benar tentang konsep ta'dib. Maka, untuk mencapai itu para kader

hulu PII (yakni kader pasca LAT) harus memiliki dan memahami secara utuh dan

sistematis kepada pandangan alam Islam. Karena pandangan alam Islam terdiri dari

konsep-konsep yang saling terjalin, pemahaman akan setiap konsep jelas harus

dipenuhi terlebih dahulu.

Mengingat keterbatasan pelaksanaan kaderisasi di PII, juga tentang tinggi

rendahnya kualitas pencapaian tujuan instruksional dalam setiap unit kegiatan

kaderisasi yang diterima oleh kader. Maka langkah utama adalah membangun

komitmen bersama dari para kader PII semua untuk menyadari hal ini dan konsisten

untuk melakukan upaya peningkatan diri dalam ranah pemikiran ini.

Oleh karena itulah, sebuah perencanaan strategis ini dibuat untuk memjadi

sebuah peta bagi perjalanan gerakan PII hingga 20 – 25 tahun kedepan. Berikut

adalah skema yang menunjukan perencanaan strategis Menej Indonesia.

Gambar 3.4

Strategis Menej Indonesia

Page 91: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

78

Keterangan :

GM ( Gerakan Masjid )

GSM ( Gerakan Seribu Muadib )

IT ( ILMU TCD )

R. ILMU ( Rumah ILMU )

PMK (PII Membangun Kampus )

IUS IND (IIPK di Universitas-

Universitas Sekuler di Indonesia )

PT PII (Pusat Ta’dib PII )

Langkah - Langkah Pragmatis

SUSPIMNAS ( Kursus Pimpinan

Nasional )

Duta Pelajar

Penerbitan Buku

Wakaf Buku

Sarasehan Instruktur

Di masa Reformasi, Kepentingan PII terhadap perguruan tinggi adalah

untuk merekrut mahasiswa agar melakukan proses Islamisasi ilmu pengetahuan

kontemporer dengan institusi PII sebagai alat perjuangnnya. Kehadiran PII di

perguruan tinggi tidak untuk menjadi alat politik pada politik kampus. Tapi ia lebih

sebagai komunitas epistemik atau minoritas kreatif atau komunitas kajian.

PII akan hadir dengan visi yang kuat kepada mahasiswa. Tawaran untuk

mengembangkan diri dan berkontribusi secara pasti dalam wadah PII akan

mengumpulkan mahasiswa yang berkualitas dan yang secara tulus bergerak untuk

Islam. Tawaran PII untuk menjadi kader ummat dan pemersatu ummat adalah

upaya sistematis yang akan menjadi warna baru dalam pergerakan Islam di kampus.

Selanjutnya, kehadiran PII di perguruan tinggi akan bermanfaat bagi :

1. Pengembangan produk-produk pendidikan dan kebudayaan yang dihasilkan oleh

PII.

2. Perluasan akses pelajar tingkat SMA terhadap PII sebagai pergerakan kader di

tingkat perguruan tinggi yang merupakan alumni SMA/sederajat tersebut.

3. Kestabilan kekuatan struktur sebagai keluangan dan kesempatan yang di

manfaatkan oleh kader-kader PII di perguruan tinggi.

4. Penguatan jaringan kemitraan PII.

Page 92: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

79

Adapun sistem pengkaderan PII di masa reformasi dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 3.3

Sistem Pengkaderan PII

di Masa Reformasi (1998 – saat ini)

Sistem Pengkaderan Metode

Kaderisasi

Program Kerja

Penyelesaian dan

penyempurnaan konsep ta’dib

Ta’dib 1. Lokarya Instruktur Nasional

2. Muktamar Nasional

Menej

Indonesia

1. Pengembangan produk-produk

pendidikan dan kebudayaan yang

dihasilkan oleh PII.

2. Perluasan akses pelajar tingkat

SMA terhadap PII sebagai

pergerakan kader di tingkat

perguruan tinggi yang merupakan

alumni SMA/sederajat tersebut.

3. Kestabilan kekuatan struktur

sebagai keluangan dan kesempatan

yang di manfaatkan oleh kader-

kader PII di perguruan tinggi.

4. Penguatan jaringan kemitraan PII.

B. Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Perubahan Sistem

Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia

Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan sistem

pengkaderan PII dalam upaya yang dilakukan oleh PII untuk melakukan

modernisasi pendidikan Islam di Indonesia. Faktor tersebut akan dilakukan analisis

Page 93: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

80

yang dibagi kedalam dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal dilihat

dari masa berdirinya PII hingga saat ini memiliki pengaruh terhadap sistem

pengkaderan bagi pelajar Islam di Indonesia.

1. Faktor Internal yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Pengkaderan PII

Dalam Memodernisasi Pendidikan Bagi Pelajar Islam di Indonesia

Upaya PII untuk memposisikan organisasinya terhadap modernisasi

pendidikan di Indonesia dihadapkan pada faktor internal dan eksternal yang seiring

dengan terjadinya perubahan sistem pengkaderan PII akibat dikeluarkannya

kebijakan politik pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan. Hal ini dapat

ditemukan mulai dari proses awal pendirian di masa Orde Lama hingga memasuki

masa Reformasi saat ini dapat menunjukkan adanya faktor yang mempengaruhi

terjadinya perubahan sistem pengkaderan PII.

1) Dualisme Kelompok Pendidikan di Indonesia

Dualisme pendidikan di Indonesia terbagi kedalam dua kelompok

pendidikan, yaitu sekolah umum dan pondok pesantren yang memunculkan akibat

pelajar Islam terbelah sebagai dua kekuatan menjadi motivasi didirikannya

organisasi pelajar Islam sebagai sejarah pembuka berdirinya PII, sebagaimana

dinyatakan oleh Ali Rasyid, yang memegang jabatan pada PB PII 2008-2010 dalam

hasil wawancara dengan peneliti, sebagai berikut.

Dalam sejarah kaderisasi dan konteks kelahiran PII terjadi dualisme

pendidikan di Indonesia, antara pelajar sekolah umum dan pesantren

yang satu sama lain saling menyalahkan dan kurang harmonis. Hal ini

memunculkan pergolakan perebutan pemikiran yang ada di organisasi

PII sampai saat ini (Hasil wawancara dengan peneliti, tanggal 20 Juli

2015 jam 13:00).

Page 94: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

81

Adanya dualisme pendidkan di Indonesia menjadi salah satu faktor internal

dalam sejarah kaderisasi PII dalam memodernisasi pendidikan yang menjadi pusat

dari kegiatannya dalam sistem pengkaderan PII bagi para pelajar di Indonesia

sehingga muncul pergelokan dalam memperebutkan pemikiran yang hingga saat ini

masih terjadi di dalam internal organisasi PII.

Perebutan pemikiran terhadap dualisme pendidikan di Indonesia

memperlihatkan adanya eksistensi PII untuk melakukan suatu perubahan dalam

proses kaderisasi PII untuk melakukan memodernisasi pendidikan dengan secara

aktif mengkritik kebijakan pemerintah di bidang pendidikan, agar pemerintah dapat

memberikan perhatian terhadap pendidikan di lembaga pendidikan yang bercorak

keagamaan yang diajarkan di pondok pesantren. Hal ini dikemukakan oleh

Munawar Khalil dengan posisi jabatan sebagai Ketua Umum PN PII Periode 2015

– 2017, sebagai berikut.

Dualisme pendidikan di Indonesia masih terjadi karena adanya tidak

kesamaan pendidikan yang dipelajari antara sekolah umum dan

pesantren. Pemerintah saat ini telah peduli dengan beberapa pesantren

yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan, seperti pemberian

bantuan kitab suci, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, seharusnya

pemerintah sudah menetapkan suatu standar tertentu di sekolah umum

sebagaimana standar yang ditetapkan di pesantren. Akan tetapi,

apabila kedua lembaga pendidikan ini tidak dapat diseragamkan

dengan nama sekolah Islam modern tetapi pelajarannya tidak sama

dengan yang dipelajari antara di sekolah modern dengan di pesantren,

artinya menjadi konflik dalam pendidikan yang sampai sekarang

masih terjadi. Hal ini menunjukkan keterbatasan negara. Oleh karena

itu, PII berusaha mengambil ruang dalam politik untuk mengikis

kondisi dualisme tersebut (Hasil wawancara dengan peneliti, tanggal

23 Agustus 2015, jam 20:00).

Page 95: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

82

Konflik yang terjadi dalam dualisme pendidikan di Indonesia telah

membuka ruang politik bagi PII untuk melakukan berbagai upaya mengkritisi

kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Dalam konteks ini, PII sebagai

organisasi kader dengan basis massanya adalah pelajar Islam, maka PII sangat

konsisten untuk memperjuangkan tujuan pendirian PII dalam menyempurnakan

pendidikan bagi pelajar Islam di Indonesia. Hal ini dikemukakan oleh Ust. M.

Zainal Muttaqin sebagai salah seorang mantan PW PII Jakarta Periode 1981-1993,

sebagai berikut.

Kami terus berjuang dalam dualisme pendidikan di Indonesia untuk

dapat memasukkan proses kaderisasi di berbagai sekolah umum dan

pesantren dengan memberikan training dengan semangat kata tandang

ke gelanggang, karena kami meyakini bahwa tidak ada training seperti

Mental Training yang pada saaat itu dapat melakukan training sehebat

dan sebaik yang dilakukan oleh PII. Hal ini menjadi alasan bagi kami

untuk terus berjuang dalam melakukan proses pengkaderan PII bagi

pelajar Islam di sekolah umum maupun di pesantren (Hasil wawancara

dengan peneliti, tanggal 23 Agustus, jam 11:30).

PII secara aktif terus berjuang untuk melakukan proses pengkaderan bagi

pelajar Islam di sekolah umum dan pesantren dengan cara melakukan training,

seperti Mental Training sebagai keunggulan jenis training yang dianggap oleh PII

sebagai training yang lebih baik dibandingkan dengan jenis training yang

diselenggarakan oleh organisasi massa lainnya. Sistem pengkaderan PII melalui

pelaksanaan training menjadi upaya PII dalam memodernisasi pendidikan di

Indonesia yang terpecah dalam dualisme pendidikan yaitu di sekolah umum dan

pesantren. Hal ini juga dikemukakan oleh Nuril Anwar dengan jabatan organisasi

sebagai Sekretaris Jenderal PBB PII Periode 2006-2008, sebagai berikut.

Tradisi pendidikan PII yaitu proses pengkaderan melalui training dengan

berpedoman pada panduan Ta’dib maka posisi PII di dalam dunia

pendidikan adalah melaksanakan training dan mentoring bagi para

kadernya yang ikut serta, dimulai dari pra-batra sebagai simpatisan,

kemudian diteruskan sampai kepada tingkatan dan jenjang training yang

diselenggarakan di PII.

Page 96: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

83

Proses kaderisasi tersebut dilakukan melalui pelatihan training dan

mentoring dengan cara masuk ke dalam sekolah umum dan pesantren

dengan tujuan untuk menciptakan kader yang memiliki jiwa

kepemimpinan dan ke-Islam-an dalam rangka memajukan dunia

pendidikan dengan mengambil peran strategis di bidang pendidikan di

Indonesia yang masih terjadi dualisme pendidikan antara sekolah umum

dan pesantren (Hasil wawancara dengan peneliti, tanggal 21 Juli 2015,

jam 18:30).

Terjadinya dualisme pendidikan menjadi bagian dari faktor internal PII

dalam proses pengkaderisasian dimana terdapat pergolan perebutan pemikiran

terkait dengan terpecah belahnya pelajar Islam di Indonesia yang menempuh

pendidikan di sekolah umum dan pesantren. Untuk menghadapi permasalahan dari

dualisme pendidikan ini, PII telah melakukan berbagai upaya untuk terus

melakukan training dan masuk kedalam sekolah-sekolah, baik di sekolah umum

maupun di pesantren yang bertujuan untuk pengkaderisasian dengan memfokuskan

pada bidang pendidikan guna menciptakan kader yang memiliki jiwa

kepemimpinan dan ke-Islam-an.

Upaya yang dilakukan oleh PII tersebut menunjukkan adanya suatu ragam,

visi, dan ide sebagaimana dinyatakan oleh Berman dalam Turner (2008:31) sebagai

bentuk modernisasi dengan cara memberikan training kepada pelajar Islam di

Indonesia yang terpecah karena adanya dualisme pendidikan di sekolah umum dan

pesantren, sehingga melalui proses pengkaderisasian PII telah berupaya untuk

menunjukkan pemikiran yang dapat dijadikan jalan bagi para pelajar Islam yang

memiliki jiwa kepemimpinan dan ke-Islam-an dalam menghadapi perbedaan jalur

pendidikan yang mereka tempuh tersebut.

Page 97: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

84

2) Penerapan Sistem Andragogi

Sistem andragogi merupakan sistem pendidikan orang dewasa sehingga

tradisi yang dibangun oleh PII secara internal adalah melakukan proses

pengkaderisasian di bidang pendidikan, dakwah, kebudayaan yang dilakukan

melalui training dan mentoring, dimulai dari pra-batra sebagai simpatisan,

kemudian secara aktif mengikuti pelatihan hingga sampai pada tingkatan dan

jenjang training yang diterapkan oleh PII. Sistem andragogi membawa pengaruh

dalam proses pengkaderisasian bagi para kader PII, sebagaimana dikemukakan oleh

Nuril Anwar selaku Sekjen PB PII Periode 2006-2008, sebagai berikut.

Tradisi yang dibangun oleh PII dalam upaya menjadikan kader insan

pendidikan yang seutuhnya diterapkan melalui sistem andragogi,

maka apabila diperhatikan, para kader PII yang telah menyelesaikan

training dan mentoring maka mayoritas kader PII bergerak di bidang

pendidikan, seperti menjadi seorang guru, trainer sehingga PII

dikatakan sebagai kader umat yagn dapat berkiprah dimana PII hidup,

dan di bidang apapun, pendidikan yang didapatkan melalui training

dan mentoring PII dapat berpengaruh dalam memodernisasi

pendidikan Islam di Indonesia (Hasil wawancara dengan peneliti,

tanggal 21 Juli 2015, jam 18:30).

Penerapan sistem andragogi menjadi bagian dari faktor yang memberikan

pengaruh terhadap sistem pengkaderisasian PII dalam memodernisasikan

pendidikan ke-Islam-an di Indonesia, meskpin penerapan tersebut dilakukan

melalui jalur non formal tetapi telah membawa pengaruh bagi para kader PII dalam

mengkontribusikan pemikiran di bidang pendidikan Islam. Pengkontribusian

tersebut sebagai cara untuk memberikan perkembangan pendidikan formal di

Indonesia yang cenderung hanya berpedoman pada membaca tanpa memahami dan

mengaplikasikannya yang berbeda dengan sistem andragogi yang diterapkan oleh

Page 98: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

85

PII. Hal ini diungkapkan oleh Munawar Khalil selaku Ketua Umum PB PII Periode

2015-2017, sebagai berikut.

Penerapan sistem atau pola andragogi di PII itu sendiri mencermati

adanya kebutuhan bagi para pelajar Islam di Indonesia dengan adanya

dualisme pendidikan maka untuk memodernisasikan pendidikan

dalam menciptakan kader umat dengan Kepemimpinan Kepeloporan

sehingga kade PII dapat terus mengembangkan dan melaksanakan

aktivitas di bidang pendidikan (Hasil wawancara dengan peneliti,

tanggal 23 Agustus 2015, jam:18.30).

Penerapan sistem andragogi ini menjadi salah satu faktor pendorong untuk

terus melakukan upaya penyempurnaan pendidikan dan kebudayaan dengan

wawasan ke-Islam-an yang dilaksanakan melalui pelatihan training dan mentoring

sehingga dapat menciptakan para kader untuk melakukan modernisasi pendidikan

Islam di Indonesia dengan berpedoman pada panduan ta’dib sebagai bentuk

pemikiran secara terbuka yang menyikapi perkembangan di bidang pendidikan bagi

para pelajar Islam di Indonesia.

Hal tersebut mendeskripsikan sebagai bentuk modernisasi yang diterapkan

oleh PII melalui sistem andragogi yang membawa pengaruh pada pola

pengkaderisasian dalam rangka penyempurnaan di bidang pendidikan yang dapat

dikatakan sejalan dengan syarat dari modernisasi menurut Soerjono Soekanto

(1992:360-362) antara lain ditunjukkan oleh PII melalui cara berpikir yang ilmiah

yang berlembaga ataupun bermasyarakat dimana PII dengan menerapkan sistem

tersebut. Dengan kata lain dapat dipandang sebagai birokrasi rasional sebagaimana

dikemukakan oleh Weber dalam Martin (1989:32), dimana sistem andragogi

sebagai unsur pokok dalam rasionalisasi dunia modern yang dilakukan melalui

proses training dan mentoring mencakup pada ketepatan dan kejelasan yang

Page 99: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

86

dikembangkan dalam panduan ta’dib menjadi prinsip untuk mencetak kader yang

memiliki jiwa kepemimpinan dan ke-Islam-an.

3) Pengembangan Jejaring PII

Metode dan materi yang diajarkan dalam training dan mentoring dalam

proses kaderisasi PII telah mengembangkan jejaring PII dalam memodernisasi

pendidikan Islam bagi para pelajar Islam di Indonesia. Pengembangan jejaring PII

memiliki nilai dalam perkembangan organisasi PII, sebagaimana dikemukakan oleh

Ali Rasyid selaku PB PII Periode 2008-2010 yang mengatakan sebagai berikut.

Jejaring PII melalui training yang dilaksanakan oleh pengurus PII

yang aktif di struktural, baik di tingkat komisariat terendah hingga

pada Pengurus Besar terjadi pengembangan hingga pada alumni PII

memberikan pengaruhnya dalam memodernisasikan pendidikan Islam

di Indonesia, dimana ketika telah menjadi alumni PII, banyak

mendidikan sekolah yang menunjukkan keinginan jejaring PII dalam

melakukan modernisasi di bidang pendidikan (Hasil wawancara

dengan peneliti, tanggal 20 Juli 2015, jam 13:00).

Di dalam memperjuangkan pendidikan bagi para pelajar Islam di Indonesia

telah dapat menunjukkan adanya pengembangan jejaring PII yang secara aktif

berkontribusi untuk mendirikan sekolah sebagai perwujudan hasil yang diperoleh

melalui training dan mentoring yang dilaksanakan oleh PII membawa pengaruh

dalam upaya memodernisasi pendidikan Islam bagi para pelajar Islam di Indonesia.

Oleh karena itu, pengembangan jejaring PII menjadi salah satu faktor yang dapat

mendorong organsisasi PII dalam melakukan modernisasi pendidikan Islam di

Indonesia.

Page 100: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

87

Jejaring PII dapat sejalan dengan pernyataan Latifah (2011:21) termasuk

dalam pengkaderan sebagai proses mempersiapkan anggota kader untuk menjadi

generasi penerus yang akan bertanggungjawab terhadap organisasi. Oleh karena itu,

pengembangan jejaring PII melalui keikutsertaan alumni PII dalam

mengkontribusikan pemikiran dan pengalamannya untuk memberikan metode dan

materi menjadi faktor yang dapat membawa PII untuk memodernisasi pendidikan

yang diterapkan oleh PII melalui proses kaderisasi formal, kaderisasi in-formal dan

non-formal yang dapat diaplikasikan bagi kepentingan pelajar Islam dengan

mendidikan sekolah, pesantren dan madrasah bagi para pelajara Islam di Indonesia.

Berdasarkan pada hasil analisis data maka dapat ditemukan tiga faktor

internal yang memberikan pengaruh terhadap proses pengkaderisasian PII dalam

memodernisasi pendidikan bagi pelajar Islam di Indonesia, seperti dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 3.4

Faktor Internal yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Pengkaderan PII

Dalam Memodernisasi Pendidikan Bagi Pelajar Islam di Indonesia

Faktor Internal Upaya Hasil

Dualisme

Pendidikan

Mengkontribusikan pemikiran

melalui training ke berbagai

sekolah umum dan pesantren

Memberikan jalan bagi para kader

dalam memodernisasi pola

pengkaderan di bidang pendidikan.

Penerapan

Sistem

Andragogi

Menerapkan materi dan metode

dalam training dan mentoring

dengan sistem andragogi

Mencetak generasi PII dengan

Kepemimpinan Kepeloporan dalam

memodernisasi pendidikan bagi

pelajar Islam di Indonesia

Pengembangan

Jejaring PII

Mengikutsertakan para alumni

PII untuk aktif berkontribusi

dalam pemikiran tentang

modernisasi pendidikan

Jejaring PII terbangun dengan ikatan

yang kuat, serta alumni dapat

mendirikan sekolah berdasarakan

pelatihan dan pengalaman yang

didapat dari PII.

Sumber: Data Primer Peneliti, 2017.

Page 101: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

88

2. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Pengkaderan PII

Dalam Memodernisasi Pendidikan Bagi Pelajar Islam di Indonesia

Faktor eksternal dapat ditemukan berdasarkan pada masa Orde Lama, Orde

Baru dan Reformasi yang mempengaruhi terjadinya perubahan sistem pengkaderan

PII dalam memodernisasi pendidikan bagi pelajar Islam di Indonesia.

1) Bahaya Paham Komunis oleh Partai Komunis Indonesia (PKI)

Bahaya paham komunis yang dikembangkan melalui doktrin dan

ideologinya oleh PKI di masa Orde Lama membawa pengaruh yang sangat besar

terhadap sistem pengkaderan PII yang baru berdiri pada tahun 1947. PII tetap

konsisten untuk menentang bahkan melawan doktrin dan ideologi komunis yang

dikembangkan oleh PKI di Indonesia, sebagaimana disampaikan oleh Ahmad Zaki

yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PB PII Periode 2003 – 2015 dalam hasil

wawancara dengan peneliti, sebagai berikut.

Latar belakang yang mempengaruhi perubahan sistem pengkaderan PII,

terutama ditunjukkan pada perkembangan politik di era tahun 1947 hingga

1967 atau era Orde Lama yang sangat kental dengan PKI. PII dengan

bernafaskan jihad atau doktrinisasi tentang perjuangan Islam menentang

segala bentuk ajaran ideologi komunisme pada saat itu.

Meskipun terjadi perlawanan terhadap ajaran ideologi komunis tersebut, PII

pada era duapuluh tahun pertama (1947-1960an) tetap melaksanakan

kegiatan pengkaderan yang kurikulum sederhana memakai silabus yang

sederhana. Selain itu, PII pun mengirimkan kader terbaik PII pada tahun

1950an dan 1960an untuk mengembangkan pola pendidikan Amerika

melalui program beasiswa. (Hasil wawancara dengan peneliti, tanggal 03

Februari 2017, jam 14:30).

Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa PII sebagai organisasi kader

dimana basis massanya adalah pelajar Islam di Indonesia pada masa Orde Lama

menunjukkan perjuangannya terhadap modernisasi pendidikan di Indonesia dengan

Page 102: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

89

cara melakukan penentangan terhadap segala bentuk ajaran dan ideologi komunis

yang dikembangkan oleh PKI di Indonesia. Melalui sistem pengkaderan PII sejak

awal pendirian di tahun 1947 hingga era duapuluh tahun pertama pada tahun 1960-

an dalam penentangannya terhadap ideologi komunis PKI yang menjadi faktor

penghambatan berkembangnya ajaran Islam bagi pelajar Islam di Indonesia, PII

tetap menunjukkan eksistensinya dengan mengirimkan kader terbaiknya dalam

mengembangkan pola pendidikan Amerika, meskipun pada masa Orde Lama, PII

hanya menggunakan silabus sederhana.

Berdasarkan kenyataan tersebut adalah sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Latifah (2011:21) termasuk dalam pengkaderan sebagai proses

mempersiapkan anggota kader untuk menjadi generasi penerus yang akan

bertanggungjawab terhadap organisasi. Adanya tanggungjawab terhadap organisasi

PII maka sistem jejaring PII terus melakukan aktivitas di bawah tekanan dan

ancaman ajaran dan ideologi komunis yang dikembangkan oleh PKI di Indonesia.

PII terus melakukan perlawanan terhadap ajaran dan ideologi komunis dimana para

kader terbaik PII melakukan upaya untuk modernisasi pendidikan di Indonesia

dengan mengikuti program pelatihan maupun seminar untuk mengetahui penerapan

pola pendidikan Amerika, ketika pada era Orde Lama, PII menjalankan sistem

silabus secara sederhana.

Hal ini dapat menunjukkan adanya faktor eksternal berupa bahaya ajaran

komunis yang dikembangkan oleh PKI di Indonesia tidak menjadi hambaran bagi

PII dalam modernisasi pendidikan di Indonesia melalui jejaring PII tetap berjuang

Page 103: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

90

dan mengembangkan pola kaderisasi untuk mengembangkan sistem pengajaran

bagi kader PII dengan menentang ajaran dan ideologi komunis di Indonesia.

2) Asas Tunggal Pancasila dalam Ketetapan Peraturan Pemerintah

Indonesia Bagi Organisasi Massa

PII sebagai organisasi non-formal berbasiskan masa pelajar Islam di

Indonesia harus menghadapi hambatan dalam sistem pengkaderan dikarenakan

adanya kebijakan politik pemerintah yang menetapkan bahwa semua organisasi

massa yang berdiri di Indonesia harus mendaftarkan organisasinya dengan

berasaskan tunggal yaitu Pancasila. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan asas

yang ditetapkan oleh PII dengan berasaskan Islam.

Asas tunggal Pancasila dalam kebijakan politik pemerintah Indonesia di

masa Orde Baru menjadi faktor yang menghambat berkembangnya pola

pengkaderan PII dikarenakan PII ketika dikeluarkannya kebijakan tersebut adalah

berada sebagai organisasi non-formal sehingga segala aktivitas PII tidak terdaftar

secara resmi di pemerintahan yang dapat berakibat terjadinya perpecahan internal

dalam konteks pemikiran tentang asas yang ditetapkan oleh PII, keterbatasan

pendanaan untuk melaksanakan aktivitas pola kaderisasi dan pengajaran,

sebagaimana dinyatakan oleh Ahmad Zaki yang menjabat sebagai Sekretaris

Jenderal PB PII Periode 2003 – 2015 dalam hasil wawancara dengan peneliti,

sebagai berikut.

Page 104: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

91

Memasuki era Orde Baru pada masa kediktatoran Presiden RI kedua, yaitu

Soeharto telah melahirkan berbagai versi perundang-undangan yang tidak

berpihak kepada Islam yang menetapkan asas tunggal sehingga pola

pengkaderan saat itu masih berbentuk ideologisasi tetapi lebih subversi

kepada pemerintah yang berpihak saat itu menjauh dari umat Islam. (Hasil

wawancara dengan peneliti, tanggal 03 Februari 2017, jam 14:30).

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui terdapat hambatan dalam

perkembangan pengkaderisasian PII dalam memodernisasi pendidikan di Indonesia

di masa Orde Baru yaitu diberlakukannya kebijakan pemerintah yang menetapkan

asas tunggal Pancasila yang menghambat dalam menjalankan aktivitas

keorganisasian PII. Pada saat itu, PII berpandangan bahwa pemerintah tidak

berpihak kepada umat Islam sehingga ideologi Pancasila saat itu tidak dapat

ditetapkan sebagai asas tunggal bagi PII sebagai organisasi massa. Hambatan ini

berdampak dalam perkembangan pola kaderisasi dimana PII saat itu berada di luar

organisasi resmi yang terdaftar di pemerintah sehingga PII menjalankan

aktivitasnya bersifat independen. Hal ini memunculkan keterbatasan PII dalam

mengembangkan sistem pengajaran bagi para pelajar Islam di Indonesia serta

keterbatasan pendanaan bagi PII untuk melakukan sistem kaderisasi dalam

memodernisasi pendidikan di Indonesia.

Hambatan pada asas tunggal yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia

sebagai kebijakan politik bagi organisasi massa dapat dilihat dalam pandangan PII

sebagai organisasi massa yang sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh Terry

dalam Syafaruddin (2005:41) dimana penerapan manajemen yang membentuk

kegiatan organisasi memiliki relevansi terhadap sejumlah unsur pokok organisasi

yaitu, yaitu unsur manusia (men), unsur barang (materials), unsur mesin

(machines), metode (methods), uang (money), dan pasar (market). Keenam unsur

Page 105: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

92

tersebut masing-masing memiliki fungsi yang saling berkaitan, dan saling

berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi, terutama pada proses

pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Kebijakan asas tunggal tersebut membawa dampak bagi perkembangan

organisasi PII di masa Orde Baru dilihat dalam manajemen organisasi PII dalam

menjalankan aktivitasnya mengalami hambatan dalam keterbatasan pada pola

kaderisasinya, metode pengajarannya yang diselenggarakan berada di jalur non-

formal, keterbatasan anggaran untuk melakukan pengembangan pola kaderisasi

untuk memodernisasi pendidikan Islam di Indonesia.

Faktor eksternal yang cenderung mempengaruhi perubahan sistem

pengkaderan PII terutama di era Orde Baru yang disebabkan adanya berbagai

kebijakan pemerintah yang berdampak terjadinya kevakuman dalam

keorganisasian internal PII, dan memasuki era Reformasi, PII menjadi lembaga

yang berada di luar jalur formal. Perbedaan pandangan di tubuh internal organisasi

PII terutama di kalangan jejaring PII yang selama bertahun-tahun bertentangan

dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah berkaitan dengan

ketentuan pendirian dari organisasi massa yang diputuskan dalam kebijakan

pemerintah tersebut, dikarenakan PII hanya berasaskan ke-Islam-an. Faktor

eksternal tersebut telah membawa pengaruh sehingga terjadinya perubahan dalam

pola pengkaderan PII.

Page 106: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

93

3) Larangan Pemerintah terhadap Aturan Siswi Berjilbab

Fokus PII untuk selalu mengkritis kebijakan pemerintah terutama di bidang

pendidikan adalah didasarkan adanya ketidakberpihakan maupun ketidak-pedulian

dan perhatian dari pemerintah untuk pendidikan agama Islam. Melalui perjuangan

PII, maka jejaring PII yang dibentuk melalui pola kaderisasi terus menunjukkan

eksistensinya di pendidikan ke-Islam-an, dan kepemimpinan bagi para pelajar Islam

di Indonesia. Dalam konteks ini, faktor eksternal sangat membawa pengaruh yang

kuat terhadap eksistensi PII di era reformasi pada saat ini, yang menyebabkan gaung

PII sebagai organisasi pelajar Islam tertua di Indonesia kehilangan motivasi dalam

upayanya untuk memodernisasi pendidikan Islam dalam perubahan pola kaderisasi

PII saat ini.

Kebijakan politik pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan bagi

pelajar Islam di Indonesia menjadi zona bagi PII dalam mengkritisi kebijakan

pemerintah yang tidak berpihak terhadap ke-Islam-an. Oleh karena itu, melalui

jejaring PII terus menunjukkan eksistensinya untuk memperjuangkan pendidikan

Islam bagi para pelajar Islam di Indonesia, sebagaimana pernyataan yang

dikemukakan oleh Abdul Razak sebagai Mantan Koordinator Pusat Keluarga Besar

PII Periode 2004-2006 mengatakan sebagai berikut.

PII memang tidak mendirikan sekolah karena PII merupakan

organisasi massa berbasis para pelajar Islam di Indonesia. PII

memposisikan organisasinya lebih memperjuangkan terhadap nilai

perjuangan kaum pelajar melalui gerakan protes dan gerakan pelajar

yang khusus untuk memperjuangkan nilai ke-Islam-an, contoh

misalkan pada waktu itu, terdapat larangan di sekolah umum tentang

pemakaian jilbab bagi pelajar putri Islam.

Page 107: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

94

Para kader PII wati telah berjuang untuk diterapkannya pemakaian

jilbab di sekolah umum. Perjuangan tersebut berkaitan dengan

perjuangan PII dalam memodernisasi pendidikan Islam dengan

menciptakan para kadernya untuk memperjuangan nilai ke-Islam-an

melalui training yang ada di PII (Hasil wawancara dengan peneliti,

tanggal 28 Juni 2015, jam 20:30).

Dari pernyataan tersebut dapat menunjukkan bahwa PII memposisikan

peran organisasinya dalam memperjuangkan nilai ke-Islam-an dengan cara tidak

mendirikan sekolah melainkan melalui gerakan para pelajar Islam untuk terus

mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak berpihak atau tidak memberikan

perhatian terhadap nilai ke-Islam-an yang dilakukan oleh para kader PII dalam

rangka memodernisasi pendidikan Islam, baik di sekolah umum maupun di pondok

pesantren dan madrasah melalui penyelenggaraan training yang ada di PII.

Berdasarkan kenyataan tersebut adalah sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Latifah (2011:21) termasuk dalam pengkaderan sebagai proses

mempersiapkan anggota kader untuk menjadi generasi penerus yang akan

bertanggungjawab terhadap organisasi. Pendapat tersebut sejalan dengan sistem

pengkaderisasian PII berbasiskan pada massa pelajar Islam di Indonesia sehingga

PII terus melakukan perjuangan untuk menentang terhadap larangan yang

menjauhkan ajaran Islam dari para pelajar Islam di Indonesia. Selain itu, sebagai

bentuk tanggung jawab organisasi maka para kader PII melakukan gerakan protes

untuk memperjuangkan dicabutnya pelarangan aturan untuk mengenakan jilbab

bagi siswa di sekolah umum dan terus berjuang untuk memodernisasi pendidikan

Islam di Indonesia melalui gerakan kader PII wati telah menunjukkan eksistensi PII

dalam memodernisasi pendidikan Islam di Indonesia.

Page 108: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

95

Hasil analisis data dapat ditemukan adanya faktor eksternal yang

berpengaruh terhadap perkembangan pola kaderisasi PII dalam memodernisasi

pendidikan Islam di Indonesia yaitu dilihat berdasarkan masa Orde Lama, Orde

Baru hingga Reformasi saat ini diketahui adanya hambatan dari berkembangnya

ajaran komunis oleh PKI di era Orde Lama, kemudian terdapatnya kebijakan politik

pemerintah yang menjauhkan ajaran Islam bagi pelajar Islam di Indonesia dilihat di

era Orde Baru dengan menetapkan asas tunggal Pancasila adalah bertolak belakang

dengan asas yang ditetapkan oleh PII dengan berasaskan Islam, hingga pada era

Reformasi para kader PII tetap berjuang untuk menunjukkan eksistensinya ketika

adanya larangan siswi mengenakan jilbab.

4) Arus Demokrasi dan Globalisasi yang menguat di Masa Reformasi

Pasca terjadinya reformasi 1998 dan diikuti dengan berkembangan

teknologi informasi dalam era globalisasi memberikan dampak terhadap

meningkatkan sentiman keagamaan dalam demokrasi di Indonesia, seperti yang

ditunjukkan dalam hasil penelitian Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Jaringan Islam Liberal (JIL) tentang orientasi

politik Islam di Indonesia pada awal November 2004 yang menunjukkan di

antaranya terdapat dukungan terhadap agenda Islamis dan dukungan perempuan

tidak boleh menjadi Presiden, dukungan pelarangan terhadap bunga bank, dan

tingginya sikap intoleren kaum Muslim terhadap umat Nasrani (Mujani, dkk,

2005:67).

Page 109: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

96

Adanya faktor eksternal tersebut membawa dampak terhadap

perkembangan kaderisasi PII dengan menerapkan Menej Indonesia dengan tujuan

untuk membentuk PII memiliki kader berkualitas dengan budaya organisasi yang

sehat, dinamis, dan mandiri demi terwujudna pelajar Islam yang kritis dan sadar

akan perannya sebagai subyek perubahan.

Modernisasi sistem pengkaderan PII dalam Menej Indonesia menjadi suatu

perencanaan strategis dalam menyikapi adanya faktor arus demokrasi dan

globalisasi yang begitu menguat di masa reformasi dengan melakukan cara

sistematis terhadap pandangan alam Islam dengan konsep yang saling terjalin

dalam ta’dib dalam pelaksanaan kaderisasi mencapai tujuan instruksional pada

setiap unit kegiatan kaderisasi yang diterima oleh kader PII dalam ranah pemikiran

yang kritis terhadap adanya pengaruh dari kemajuan teknologi dan informasi

sehingga terjadinya perubahan dalam kehidupan di masyarakat Indonesia.

Adapun faktor eksternal dilihat dari masa Orde Lama, Orde Baru dan

Reformasi dapat dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Pengkaderan PII

Dalam Memodernisasi Pendidikan Bagi Pelajar Islam di Indonesia

Faktor

Eksternal

Upaya Hasil

Bahaya Paham

Komunis oleh

Partai Komunis

Indonesia (PKI)

Melakukan perlawanan untuk

menantang ajaran dan ideologi

komunis di Indonesia, serta

mengirimkan kader PII untuk

mengembangkan pola

pendidikan Amerika.

PII menunjukkan eksistensinya di

bawah tekanan ajaran dan ideologi

komunis dalam upaya

memodernisasi pendidikan Islam di

Indonesia dengan mengirimkan

kadernya untuk mengembangkan

pola pendidikan Amerika sebagai

bentuk perlawanan terhadap bahaya

komunis oleh PKI di Indonesia.

Page 110: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

97

Faktor

Eksternal

Upaya Hasil

Asas Tunggal

Pancasila dalam

Ketetapan

Peraturan

Pemerintah

Indonesia Bagi

Organisasi

Massa

PII dengan berasaskan Islam

tetap melaksanakan

aktivitasnya dalam pola

kaderisasi dan

mengembangkan metode

pengajarannya sebagai

organisasi non-formal

meskipun terdapat hambatan

dan keterbatasan dalam

mengembangkan metode

pengajaran dan pola kaderisasi

bagi pelajar Islam di Indonesia.

PII mampu menunjukkan

eksistensinya meskipun berada di

bawah tekanan kebijakan pemerintah

yang bertolak belakang dengan asas

yang ditetapkan oleh PII dengan cara

tetap melaksanakan metode

pengajaran serta melakukan pola

kaderisasi dalam memodernisasi

pendidikan Islam di Indonesia.

Larangan

Pemerintah

terhadap Aturan

Siswi Berjilbab

Melakukan gerakan protes dan

tetap melaksanakan pola

kaderisasi PII untuk terus

melakukan upaya agar

pelarangan siswi berjilbab

dapat dicabut oleh pemerintah.

Menciptakan para kadernya untuk

memperjuangan nilai ke-Islam-an

melalui training yang ada di PII

Arus Demokrasi

dan Globalisasi

di Masa

Reformasi

PII menerapkan perencanaan

strategis Menej Indonesia

sesuai dengan GBHo PII 2010-

2018

PII dapat menjadi agen perubahan

dalam pencapaian secara

instruktusional dalam ranah

pemikiran terhadap pengaruh dari

arus demokrasi dan globalisasi dari

kemajuan teknologi dan informasi

yang menimbulkan perubahan dalam

kehidupan masyarakat.

Sumber: Data Primer Peneliti, 2017.

Page 111: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

98

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka kesimpulan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Hasil temuan data menunjukkan bahwa Pelajar Islam Indonesia (PII) adalah

organisasi massa berbasiskan pelajar Islam di Indonesia dengan bertipologikan

organisasi kader sehingga PII mengambil perannya di bidang pendidikan,

kebudayaan dan dakwah melalui jalur pendidikan non formal dengan

menyelenggarakan pelatihan, training dan mentoring tentang ke-Islam-an dan

keorganisasian kepemimpinan bagi para pelajar di sekolah umum, pesantren,

madrasah dan berbagai forum serta seminar dengan basis massanya adalah

pelajar Islam.

2. Proses perkembangan PII dapat dilihat dari masa Orde Lama sejak berdirinya

PII pada tahun 1947, berkembang pada masa Orde Baru hingga masa awal

reformasi telah menunjukkan eksistensinya untuk terus memberikan kritik

terhadap kebijakan pemerintah di bidang pendidikan dengan menerapkan pola

dan sistem kaderisasi menggunakan pedoman ta’dib maka PII tumbuh kuat

bersama dengan jejaringnya dalam melakukan modernisasi pendidikan Islam di

Indonesia.

Page 112: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

99

3. Pada pola dan sistem pengkaderisasian PII dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal yang membawa pengaruh terhadap pengkaderisasian PII dalam

memodernisasi pendidikan Islam di Indonesia. Faktor internal dapat dilihat dari

adanya dualisme pendidikan di Indonesia yaitu sekolah umum dan pesantren

yang memunculkan perpecahan bagi pelajar Islam di Indonesia sehingga PII

mampu mengadaptasikannya dalam sistem pengkaderisasian melalui penerapan

sistem andragogi dengan pelatihan, training dan mentoring guna membangun

jejaring PII yang dapat membawa pengaruh dan pengalamannya untuk

memodernisasi pendidikan Islam di Indonesia. Pada faktor eksternal terutama

dapat dilihat dari adanya bahaya komunis yang dikembangkan oleh PKI di era

Orde Lama, ditetapkannya asas tunggal Pancasila dalam kebijakan politik

pemerintah bagi organisasi massa di Indonesia di era Orde Baru, serta adanya

pelarangan siswi mengenakan jilbab di sekolah umum membawa dampak

terhadap perkembangan pola kaderisasi PII dalam memodernisasi pendidikan

Islam di Indonesia dimana PII tetap menunjukkan eksistensinya dalam

memperjuangkan ajaran Islam bagi pelajar Islam di Indonesia untuk

memodernisasi pendidikan melalui metode pengajaran meskipun dihadapi

adanya keterbatasan dalam pendanaan ketika PII menetapkan organisasinya

berada di luar jalur formal pemerintah. Di masa reformasi, terjadinya arus

demokrasi dan globalisasi membawa dampak terhadap modernisasi sistem

pengkaderan PII dengan menerapkan perencanaan strategis Menej Indonesia

sesuai dengan GBHO PII 2010-2018, PII menjadi agen perubahan untuk

mencapai instruksional PII dalam ranah pemikiran kritis terhadap terjadinya

Page 113: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

100

perubahan dalam kehidupan masyarakat dengan munculnya sentiment

keagamaan.

B. Saran

Dari penelitian ini, penulis memberikan masukan dalam bentuk saran sebagai

berikut :

1. Dari penelitian ini, peneliti melihat keterbatasan negara dalam menyediakan

sistem pendidikan Islam yang dapat diterima oleh seluruh lapisan umat Islam,

sehingga berbagai lembaga pendidikan dimunculkan oleh masyarakat Indonesia

yang mayoritas masyarakatnya adalah umat Islam. Hal ini memberikan ruang

kepada organisasi PII sebagai organisasi yang bergerak dalam pendidikan dan

kebudayaan untuk tetap mengingat dan kembali kepada peran dan fungsinya

dalam hal memodernisasikan pendidikan Islam di Indonesia, pada posisi

kultural non formal yang begitu penting dan dapat memberikan kemaslahatan

yang baik bagi para pelajar Islam di Indonesia, yang dituangkan dalam aksi

kaderisasinya dengan menampilkan konsepsi pendidikan yang terdepan dan

kekinian sesuai dengan perkembangan zaman.

2. Berdasarkan hasil data dan pengamatan penelitian ini, Pelajar Islam Indonesia

sebagai organisasi yang bergerak dalam dunia pendidikan, kebudayaan dan

dakwah telah memberikan banyak manfaat dan peranan penting dalam hal

kaitan keterbatasan negara dan modernisasi pendidikan Islam di Indonesia yang

dituangkan dalam aksi kaderisasinya sehingga diharapkan baik bagi peneliti,

para aktivis khususnya aktivis PII, KB PII, serta semua pihak yang terkait

Page 114: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

101

menyadari, merespon, mempertahankan dan terus berupaya mengembangkan

dalam hal pelajar Islam Indonesia terhadap modernisasi pendidikan Islam di

Indonesia dengan baik dan arif .

3. Berdasarkan hasil data dan pengamatan dalam penelitian ini, Jejaring pelajar

Islam Indonesia sebagai organisasi pelajar independen ekstra sekolah dan

merupakan organisasi pelajar Islam tertua yang masih aktif hingga sekarang dan

memiliki cabang ranting hampir di seluruh provinsi di Indonesia dan telah

memberikan peran dan eksistensinya dalam hal kaitan keterbatasan negara dan

modernisasi pendidikan Islam di Indonesia diharapkan dapat disadari,

dipahami, direnungkan kembali, direspon dengan baik dan terus berupaya

mengembangkan baik bagi peneliti, segenap aktivis PII, KB PII, serta semua

pihak yang berkaitan dalam hal modernisasi pendidikan Islam yang baik ini

sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan khususnya

diskursus konsep pendidikan Islam.

Page 115: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

102

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Abuddin, Natta. 2006. Modernisasi : Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press.

Abdul Halim Tuasikal. Sejarah Pelajar Islam Indonesia Dari Kongres Ke Kongres,

editor M. Husni Thamrin. Jakarta: Cipta Jaya, 1998.

Ahmad Adaby Darban. Sejarah Lahirnya Pelajar Islam Indonesia. Yogyakarta:

Panitia.

Ahmadi, A. 2002. Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Al Barry , M.D.Y., dan L. Lya Sofyan Yacub. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah.

Surabaya: Target Press.

Anthony Giddens. 2009. Konsekuensi Konsekuensi Modernitas, Bantul: Kreasi

Wacana,.

Anthony Giddens. 2009. Problematika Utama dalam teori Sosial. Cetakan I, Edisi

B.Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anton Timur Djaelani. 1976. Tafsir Asas PII : Dasa Warsa Bakti Pelajar Islam

Indonesia. Jakarta: Pengurus Perhimpunan Pusat Keluarga Besar PII, 2000

Daerah Muktamar XIV Pelajar Islam Indonesia.

Azyumardi, Azra. 1999. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju

Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Belling dan Totten. 1985. Modernisasi: Masalah Model Pembangunan, Jakarta:

CV. Rajawali.

Berman, Marshall. 1983. All That Is Solid Melts Into Air: The Experience of

Modernity. England: Penguin Books.

Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi: Format-format

Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik,

Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta: Kencana.

Busyari, Badruzzaman. 2010. 80 Tahun Hariri Hady Mensyukuri Nikmat Ilahi.

Jakarta: YPI Al-Azhar.

Creswell, John W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed. Terjemahan Ahmad Fawaid. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 116: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

103

Dananjaya, Utomo. 2010. Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa.

Djaelani, A.Q. 2000. Komunisme Musuh Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta:

Yayasan Pengkajian Islam Madinah-Munawwarah.

Etziono, Amitai. 2005. Organisasi-organisasi Modern (terjemahan). Jakarta: UI

Press.

Gumilar, Rusliwa Somantri. Membebaskan Ilmu Sosial dari Keterperangkapan

Ganda. Jakarta: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Volume 9 Nomor 2

November 2005.

Gumilar, R Soemantri, dkk, 2004, Sosiologi Perkotaan, Jakarta: Pusat Penerbitan

Universitas terbuka.

Haidar Putra Daulay. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan

Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana.

Harun Nasution, 1996. Pembaharuan dalam Islam; Sejarah pemikiran dan

gerakan, Jakarta: Bulan Bintang.

Hanan, Djayadi. 2006. Gerakan Pelajar Islam di Bawah Bayang-Bayang Negara.

Studi Kasus: Pelajar Islam Indonesia Tahun 1980-1997. Yogyakarta: UII

Press.

Haris, Herdiansyah,. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Hasibuan, Malayu. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi.

Aksara.

Hersey, Paul dan Kenneth. H. Blanchard. 2010. Manajemen Perilaku

Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, Terjemahan Agus

Dharma. Jakarta: Erlangga.

Maciariello Pearce, CL., JA. dan H. Yamawaki. 2010. The Drucker Difference.

Inspirasi Manajemen Terbesar di Dunia Bagi Para Pemimpin Bisnis saat ini.

Jakarta: PT. Ufuk Publishing Home.

Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Proses Perjalanan.

Jakarta: Paramadina.

Martin, Albrow. 2005. Birokrasi (Cetakan Ketiga). Yogyakarta: Tiara Wacana.

Page 117: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

104

Mas’oed, Mochtar. 2004. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan

Metodelogi. Jakarta: LP3ES.

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Mujani, Syaiful dkk. 2005. Benturan Beradaban: Sikap dan Prilaku Islamis

Indonesia terhadap Amerika Serikat. Jakarta: Nalar.

Nata Abuddin, 2006, Modernisasi : Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta :

Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press.

Nicholas, Stephen, Bryan S. Turner. 2010. Kamus Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Nanang, Fattah. 2000. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Rosdaya

Karya.

Nasution, Harun. 1996. Teologi, Filsafat, Rasional, Pembaruan Islam. Jakarta:

Bulan Bintang.

Nurcholis Madjid. 1997. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Proses Perjalanan. Jakarta:

Paramadina.

Nuril Anwar (ed). 2008. Keluar dari Kemelut; Mewujudkan cita-cita Bangsa.

Ciputat: Titian Pena.

Nurjaman, K. 2014. Manajemen Proyek. Bandung: Pustaka Setia.

Piotr Sztomka. 2010. Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenda Media Group.

Peter F. Drucker. 1982. Manajemen Mencapai Hasil, Jakarta: PT. Gramedia.

Ritzer, George. 2009. Teori Sosial Post-Modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Rivai, Veithzal. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk. Perusahaan.

Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Robert Heller, Peter Drucker. 2003. Pionir Besar Manajemen Teori Dan Praktek,

Ciracas – Jakarta: PT. Penerbit Erlangga.

Scott, Snell. A. 2011. Manajemen: Kepemimpinan dan Kolaborasi dalam Dunia

yang Kompetitif. Alih Bahasa Chriswan Sungkono dan Ali Akbar Yulianto.

Jakarta: Salemba Empat.

Syafaruddin. 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Ciputat: Ciputat Press.

Page 118: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

105

Soehartono, Irawan. 2006. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Prenata Media Grup.

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Stoner, James A.F. 2006. Manajemen. Jilid I. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba

Empat.

Sudjana. 2006. Metode Statitik. Edisi 6. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:

CV.Alfabeta.

Syafaruddin, Alwi. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi Keunggulan.

Kompetitif. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Sztompka, Piotr. 2010. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenata Media Grup.

Thamrin, Moh. Husni & Ma’roov. 2013. Pilar Dasar Gerakan Gerakan PII

Dasawarsa Pertama Pelajar Islam Indonesia. Jakarta: Karsa Cipta Jaya.

Turner, Lynn H. 2008. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika Kencana.

Skripsi

Ardy Jaelani. Pelajar Islam Indonesia (PII) di Yogyakarta. Skripsi S-1 Universitas

Padjajaran, 2011.

Jupri. Strategi Dakwah Pelajar Islam Indonesia Dalam Menghadapi Era

Globalisasi.UIN Jakarta : 2006.

Latipah Siti. Komunikasi Organisasi Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia

Dalam Kaderisasi. UIN Jakarta : 2011.

Yamin Awaluddin. Hubungan Antara Hasil Pelatihan Dasar Kepemimpinan PII

Dengan Sikap Kepemimpinan Siswa Di SMA Fatahillah. Universitas Negeri

Jakarta: 2010.

Dokumen PII

Arsip Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia. 1982.

Buku Induk Kaderisasi PII Periode 1998-2000

GBHO PII, TAP/2/MUKNAS XVII/1986.

Page 119: MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40939/1/AHMAD... · 3 MODERNISASI SISTEM PENGKADERAN PELAJAR ISLAM INDONESIA Jejaring

106

PB PII Dokumen Sejarah PII, 2010.

PB PII Muktamar Nasional ke-25, 2004.

PB PII Muktamar Nasional ke-25, 2006.

PB PII Sistem Takdib, 2013.

Takdib, Sistem Kaderisasi PII, 2006.

Sumber Internet :

Badan Pusat Statistik Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama

2012.-jumlah sekolah dan analisis pendidikan islam di indonesia 2012. Jakarta:

Pontrenanalisis. Diunduh 12 Maret 2015.

(http://www.sekolahdasar.net/2012/10/jumlah-sd-di-indonesia-ada-

148361.html//http://www.Depdikbud.com//AnalisisStatistikpendidikanislam2

011-2012.pdf).

Sunarto, Ahmad. 2013.- Paradigma Nahdtatul Ulama Terhadap Modernisasi. Jurnal

Sosiologi Islam, Vol. II, No.2, Mei 2014

ISSN: 2089-0192 Nahdlatul Ulama. Diunduh 12 Maret

2015.(http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,42981-

lang,id-c,nasional-t,Jumlah+Pesantren+Tradisional+Masih+Dominan-.phpx)

Syahminan, 2014. –Modernisasi sistem Pendidikan Islam pada abad 21. Jurnal

Ilmiah Peuradeun ( International Multidisciplinary Journal ). UIN Ar-Raniry

Banda Aceh. Di unduh 12 Maret 2015.

https://joumals.aps.org/prx/pdf/10.1103/PhysRevX.4.011015

(http://managementsistem.blogspot.co.id/2012/11/sistem-manajemen.html

pdf.unduh7juni 2016).

Website

http://www.depdikbud.com/analisis/statistik/pendidikan/islam/2011/2012