panduan pengkaderan ismafarsi

41
BUKU PANDUAN PENGKADERAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA (ISMAFARSI) Association of Indonesia Pharmaceutical Students Council Disusun oleh : Staf Ahli Bidang Kaderisasi 1

Upload: hanung-yudha-febrianto

Post on 02-Aug-2015

565 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

BUKU PANDUAN PENGKADERANIKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI

SELURUH INDONESIA

(ISMAFARSI)Association of Indonesia Pharmaceutical Students Council

Disusun oleh :

Staf Ahli Bidang Kaderisasi

 

 

 

 

BADAN PENGURUS HARIANIKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI

SELURUH INDONESIA

1

PERIODE 2006-2008PENGANTAR

 Damai sejahtera,Syukur tak terbilang kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-Nya yakni boleh dipersatukannya kita

dalam sebuah wadah ikatan mahasiswa farmasi seluruh Indonesia. Semoga kehadiran kita semua dapat memberi warna dalam lintasan sejarah bangsa ini.

 Tak dapat dipungkiri, organisasi ISMAFARSI sebagai salah satu organisasi mahasiswa kesehatan, telah lama kita cita-citakan menjadi salah satu organisasi yang terkemuka baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Tentunya ini bukanlah jalan yang mudah. Salah satu faktor penunjang yang paling penting adalah kesiapan para kader ISMAFARSI itu sendiri. sebab sangat diharapkan kader inilah yang nantinya akan bertindak sebagai motor penggerak jalannya roda organisasi.

 Untuk itu diperlukan usaha secara sadar dan terus-menerus dalam menyiapkan kader-kader atau aktivis mahasiswa farmasi dalam suatu system pengkaderan yang baku, terstandar, terencana, terarah, terpadu, sistematis dan berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan terbentuknya kader / aktivis mahasiswa farmasi yang memiliki kompetensi intelektual dan spiritual yang handal serta memiliki sikap dan jiwa kepemimpinan yang visioner.

Apapun alasannya, buku ini telah hadir. Kehadirannya memanglah tidak menyerupai bunyi halilintar yang menggelegar. Tetapi boleh dikatakan lebih menyerupai suara kokok ayam yang lemah, namun dapat mengusik orang-orang yang setengah tertidur. Mencoba menjumpai kawan-kawan aktivis yang haus akan nilai-nilai intelektualitas sebagai bekal kader ISMAFARSI yang handal dan menjadi wadah pemikiran dalam rangka pengembangan pola pengkaderan ISMAFARSI, serta memberikan informasi lain yang mungkin suatu saat nanti akan menjadi pengetahuan yang berguna.

 Namun, sadar betul bahwa kehadiran buku ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak aspek yang tidak terjamah oleh isi buku ini. Akan tetapi kami yakin, jauh kedepan nantinya akan lahir kader-kader ISMAFARSI yang akan menyempurnakan isi buku ini.

 

”Kiranya angan kan tetap abadi tatkala selalu dikenang, dan mimpi hanyalah menjadi angan,

tatkala langkah terpatrikan kenangan”Untuk tanah merah-ku,

 Cogito ergo sum                                                                                   

  DEBRINA PUSPITASARI. W                                                          (STAF AHLI BIDANG KADERISAS

2

PANDUAN PENGKADERANIKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH

INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mahasiswa sebagai kelompok menengah dalam miniature peradaban bangsa

memiliki peran yang sangat penting dan strategis, khususnya dalam perubahan sosial.

Melalui kekuatan moral, gerakan mahasiswa tampil sebagai kelompok independen dan

sarat dengan nilai – nilai transformasi dan politis.

Ditinjau dari struktur sosial kemasyarakatan, mahasiswa yang kampus

merupakan satu kesatuan system yang mempunyai peranan penting dalam perubahan

sosial dan di tengah – tengah masyarakat, sedangkan dari potensi manusiawi, mahasiswa

merupakan kelompok manusia yang mempunyai taraf berfikir di atas rata – rata sehingga

posisinya sangat strategis dalam mengambil peranan yang menentukan keadaan

masyarakat di masa depan.

Perubahan masyarakat kearah yang lebih maju tentunya akan menjadi sasaran

utama dari kebijakan pembangunan. Di bidang kesehatan misalnya, pembangunan

diarahkan kepada upaya penyelenggaraan kesehatan untuk mencapai kemampuan untuk

hidup sehat bagi setiap penduduk agar mampu mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal. Oleh karena itu tertanamnnya pemikiran semacam ini di dalam kampus melalui

pembinaan dan pengkaderan diharapkan mampu menyebar secara efektif di tengah –

tengah masyarakat.

Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI), adalah

lembaga yang bergerak di bidang ke Farmasian. Kampus merupakan inti kekuatan dan

warga civitas akademika adalah obyek utamanya serta masyarakat adalah tempat

pengabdiannya.

3

Dengan demikian ISMAFARSI sebagai bagian dari masyarakat Indonesia pada

umumnya, dan mahasiswa pada khususnya berkepentingan agar proses pembangunan

dapat berlangsung terus – menerus. Secara konseptual ISMAFARSI berperan serta dalam

membangun dan mewujudkan profesionalisme tenaga farmasi di masyarakat guna

memperbesar dan mengencangkan peran aktifnya sebagai tenaga kesehatan. Memperbesar

peran aktif berarti ISMAFARSI sebagai eksponen tenaga kesehatan tampil melengkapi

khazanah eksponen yang sudah ada dan turut menyuarakan aspirasi dari profesi farmasi.

Mengembangkan peran aktif berarti ISMAFARSI dalam kebersamaan itu bahu membahu

dengan eksponen kesehatan lain, bekarja menyuarakan aspirasi profesi farmasi.

Menyadari substansi mahasiswa farmasi yang sangat dominan, dimana farmasis

selaku profesi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab di bidang farmasi harus

memiliki standar. Standar yang dimaksud adalah bahwa farmasis memiliki kemampuan

dan keterampilan dibutuhkan dalam menghadapi tuntutan serta persaingan yang ada.

Untuk itu diperlukan usaha secara sadar dan terus menerus dalam menyiapkan

kader – kader atau aktivis mahasiswa farmasi dalam suatu system pengkaderan yang

terencana, terarah, terpadu, sistematis dan berkesinambungan. Dengan demikian

diharapkan terbentuknya kader / aktivis mahasiswa farmasi yang memiliki kompetensi

intelektual dari spiritual yang handal serta memiliki sikap dan jiwa kepemimpinan yang

visioner.

Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi seluruh Indonesia (ISMAFARSI) sebagai

bagian dari mahasiswa Indonesia yang sekaligus menjadi basis kaderisasi mahasiswa,

selayaknya memiliki pola pengkaderan yang baku dan mendasar dan harus memiliki ciri

khas yang mampu membedakan dengan format pengkaderan kelompok masyarakat secara

umum atau dengan lembaga kemahasiswaan lain pada khususnya.

Harapan kita bahwa format pengkaderan tersebut berlandaskan Tri Dharama

Perguruan Tinggi, prinsip – prinsip keilmuan yang dinamis serta terintegrasi dengan

kearifan nilai – nilai perjuangan mahasiswa farmasi yang bersifat universal. Tanpa

dilandasi nilai – nilai tersebut dikhawatirkan akan terjadi krisis orientasi kepribadian, sikap

intelektual dan profesionalisme mahasiswa farmasi Indonesia.

4

B. ASAS TUJUAN DAN SASARAN

1. Asas

Adapun asas dari pengkaderan ISMAFARSI adalah “bertingkat” dan “berkelanjutan”.

2. Tujuan

Adapun tujuan diadakan Formasi Pengkaderan adalah memberikan acuan dasar

yang baku, sistematis dan berkesinambungan serta berdasarkan pada potensi dan

kebutuhan mahasiswa demi mempertahankan idealisme terhadap peran dan tanggung

jawab moral menuju pencapaian masyarakat yang berperadaban pada khususnya dan

profesionalisme farmasi pada khususnya, yang selanjutnya terumuskan dalam point –

point dasar tujuan pengkaderan ISMAFARSI sebagai berikut :

Membentuk kader yang beriman dan bertaqwa

Memberikan pengetahuan dan wawasan ke ISMAFARSI-an dan ke – FARMASI-

an

Membentuk kader yang memiliki kemampuan konsepsional dan praktikal

berorganisasi

Membentuk kader yang kritis dan proaktif

Membentuk kader yang bersikap terbuka, kreatif dan inovatif

3. Sasaran

Adapun sasarannya adalah seluruh mahasiswa farmasi yang tergabung dalam

Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Indonesia seluruh Indonesia (ISMAFARSI) yang

telah memenuhi syarat – syarat yang telah ditetapkan oleh konstitusi ISMAFARSI.

C. ORIENTASI PENGKADERAN ISMAFARSI

1. Visi

- Menjadikan ISMAFARSI sebagai basis pengkaderan mahasiswa yang

diperhitungkan baik pada tingkat Universitas, nasional maupun Internasional.

- Melahirkan kader pemimpin masa depan bangsa yang berkualitas.

5

2. Misi

- Menghasilkan suatu pola pengkaderan yang lebih humanis berada pada kerangka

ilmiah, intelektualisme dan tetap mengarahkan pada kerangka profesionalisme

farmasi.

- Memberi motivasi dan meningkatkan animo mahasiswa untuk berlembaga dalam

upaya merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

D. PENGERTIAN – PENGERTIAN

1. Kader adalah individu atau sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus

dan menjadi tulang punggung organisasi.

2. Kaderisasi adalah usaha yang dilakukan oleh organisasi secara sadar, sistematis dan

selaras dengan pedoman baku sehingga memungkinkan seseorang mengaktualisasikan

dirinya menjadi kader yang berkualitas.

3. Format pengkaderan adalah sketsa dasar yang memberikan motivasi, pengarahan,

pembenaran dan indikator keberhasilan suatu organisasi.

4. Retkuitmen kader adalah pola pendekatan terhadap calon kader berdasarkan kriteria

integritas pribadi, prestasi akademik dan potensi dasar kepemimpinan.

5. Kurikulum adalah perangkat acuan materi yang terstruktur untuk dijadikan panduan

oleh suatu organisasi untuk diajarkan kepada calon dan atau kader organisasi yang

bersangkutan.

6

BAB II

TATA LAKSANA PENGKADERAN

A. PENGKADERAN TINGKAT KOMISARIAT

Berupa:

AJANG PEMBINAAN TERPADU (APT)

Tujuan

Peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang keilmuan dan keorganisasian.

Sasaran

- Mahasiswa baru masing – masing komisariat

- Mahasiswa yang belum mengikuti APT

Evaluasi

Menilai tingkat keaktifan luaran APT dalam mengikuti kegiatan – kegiatan

ISMAFARSI baik ditingkat komisariat, wilayah maupun nasional.

B. PENGKADERAN TINGKAT WILAYAH

Berupa :

LATIHAN KEPEMIMPINAN MANAGERIAL MAHASISWA FARMASI (LKMMF)

Tujuan

Pendalaman terhadap pemahaman keilmuan, kemahasiswaan dan keorganisasian, yang

dapat diaplikasikan dalam menyikapi kondisi organisasi dan masalah sosial

kemasyarakatan.

Sasaran

- Anggota komisariat dari masing-masing wilayah.

- Anggota yang telah mengikuti APT

Evaluasi

- Tingkat kemampuan manajemen, analisis sosial dan kemampuan profesionalisme

- Keaktifan lulusan LKMMF dalam kegiatan, kepanitianan, atau dalam struktur

organisasi ISMAFARSI.

7

C. PENGKADERAN TINGKAT NASIONAL

Berupa :

TRAINNING OF TRAINNERS (TOT)

Tujuan

Pematangan terhadap pemahaman keilmuan, kemahasiswaan dan keorganisasian,

yang melahirkan ide-ide / konsep pergerakan organisasi ISMAFARSI hingga

akhirnya mampu serta kompeten dalam “transfer ilmu” pada generasi

ISMAFARSI selanjutnya

Sasaran

- Utusan / delegasi dari masing-masing komisariat

- Anggota yag telah lulus LKMMF

Evaluasi

- Penguasaan terhadap suatu permasalahan sampai pemberian solusi.

- Kompetensi serta kelayakan dalam mendidik, melatih, dan menyampaikan amanah

organisasi ISMAFARSI hingga dimungkinkan adanya “transfer ilmu” secara

menyeluruh dan berkesinambungan.

2. Fungsi Dan Wewenang Yang Terlibat Dalam Organisasi Pengkaderan

- Sekjen

Memantau dan mengawasi pelaksanaan pengkaderan, serta meminta pertanggung

jawaban staf ahli atas pelaksanaan kegiatan pengkaderan.

- Staf ahli bidang kaderisasi

Sebagai penanggungjawab pengkaderan ISMAFARSI secara keseluruhan

Mengkoordinir semua program pengkaderan mulai tingkat komisariat, wilayah

sampai tingkat nasional

Mengevaluasi dan menindak lanjuti pengkaderan

- Korwil

o Penanggungjawab khusus pengkaderan di tingkat wilayah

o Melakukan koordinasi dengan Staf ahli bidang kaderisasi

8

- Komisaris

o Penanggungjawab khusus pengkaderan di tingkat komisariat

o Melakukan koordinasi dengan korwil

- Penceramah/Pemateri

o Menyiapkan serta memberikan materi – materi latihan kepada peserta

o Mengevaluasi materi yang telah diberikan

- Steering Committee

Menentukan jadwal kegiatan pengkaderan

Merencanakan dan mempersiapkan administrasi latihan, modul, sistem dan

metode serta arah dan strategi pengkaderan

Mengadakan koordinasi langsung sebaik – baiknya diantara unsur yang terlibat

langsung dalam pengkaderan

Membuat laporan kegiatan

Bertanggung jawab atas jalannya kegiatan

Mengevaluasi kegiatan pengkaderan

- Organizing Committee

o Sebagai penyelenggara yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap segala

hal yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan kegiatan

o Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan

3. Mekanisme Kerja Pengkaderan

1) Sekjen / Staf ahli / Korwil / Komisaris, memandang SC dan OC dalam suatu

kegiatan pengkaderan.

2) SC bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan pengkaderan dan wajib

membuat laporan pertanggungjawaban kepada pihak yang memandatirnya

3) OC membantu SC bertanggung jawab menyediakan segala fasilitas yang

diperlukan demi terselenggaranya kegiatan pengkaderan danmembuat laporan

pertanggungjawaban kepada pihak yang memandatirnya.

9

4. Parameter Keberhasilan Pelaksanaan Pengkaderan

Pengkaderan di tingkat Komisariat (tahap I)

Kuantitas

Jumlah kader sesuai dengan target masing – masing komisariat

Kualitas

Loyalitas dan integritas kader diukur dari intensitas kader dalam keterlibatannya

pada kegiatan – kegiatan di tingkat komisariat.

Pemahaman dan pengetahuan kader tentang ke ISMAFARSI-an, di ukur dari hasil

wawancara, prestasi, diskusi, maupun makalah

Kemampuan kader dalam berorganisasi secara konsepsional dan praktikal

Pengkaderan di tingkat wilayah (tahap II)

Kuantitas

Jumlah kader sesuai dengan target masing – masing wilayah

Kualitas

Kader berinisiatif di dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat wilayah

Kader mampu memahami dan menyikapi setiap permasalahan / isu – isu

kefarmasian

Pengkaderan di tingkat nasional (tahap III)

Kuantitas

Jumlah kader yang berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan nasional

Kualitas

- Banyaknya sumbangsih pemikiran yang lahir dari kader untuk kemajuan profesi

farmasi umumnya dan organisasi ISMAFARSI khususnya.

- Banyaknya kader ISMAFARSI baru yang berwawasan dan kompeten.

10

5. Alur Pelaksanaan Pengkaderan

(A)

(B) (B)

(A)

Keterangan :

(A) Kegiatan berlangsung pada saat semester ganjil, jenis pengkaderan yang mungkin

dilakukan adalah pengkaderan / pelatihan tahap I dan dilakukan di tingkat komisariat

(B) Kegiatan berlangsung pada saat semester genap. Jenis pengkaderan yang mungkin

dilakukan adalah pengkaderan / pelatihan tahap II dan dilakukan di tingkat wilayah.

Sedangkan pengkaderan tahap III dilakukan pada saat event-event Nasional diatas

berlangsung.

6. Tata cara Pendelegasian

Pengiriman delegasi dari setiap institusi pada event Nasional harus mengikuti

pembekalan / pengkaderan tahap II di tingkat wilayah dan atau pernah mengikuti

sekurang-kurangnya 1 kali event Nasional sebelumnya.

Apabila institusi mengirimkan delegasi yang baru* mengikuti event Nasional,

maka harus di dampingi oleh delegasi yang pernah mengikuti event Nasional

Jika delegasi yang telah mengikuti event Nasional tidak dapat mendampingi

delegasi yang baru, maka delegasi yang baru* tersebut harus membawa surat

rekomendasi kelayakan dari delegasi yang lama.

*Dengan syarat telah mengikuti pengkaderan tahap II di tingkat wilayah

11

MUNAS

PRAMUNAS

RAKERNAS

PIMFI

Catatan: Perkecualian bisa terjadi bila ada suatu permasalahan khusus dan sepengetahuan, ijin

dari staf ahli bidang kaderisasi

BAB III

KURIKULUM PENGKADERAN

Garis Besar Kurikulum Pengkaderan

Dalam garis besar kurikulum pengkaderan ini disusun rumusan TIU (Tujuan

Instruksional Umum), TIK (Tujuan Instruksional Khusus), pokok bahasan, metode

penyampaian, alokasi waktu, metode evaluasi dan referensi.

1. Tujuan Pengkaderan

Merupakan rumusan, sikap, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa.

Setiap jenjang pengkaderan mempunyai TIU dan TIK

a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

TIU merupakan suatu rumusan tujuan yang sifatnya komprehensif jangka panjang

b. Tujuan Instruksional Khusus

TIK merupakan suatu rumusan tujuan yang sifatnya lebih spesifik (kognitif, afektif dan

psikomotorik), yang bisa dievaluasi penyampaiannya dalam jangka waktu yang

pendek.

2. Pokok Bahasan

Merupakan point-point utama yang harus berorientasi yang relevansi kuat dengan tujuan.

3. Materi Pengkaderan ISMAFARSI

a. Materi Pokok

Materi pokok merupakan materi yang berorientasi pada pembinaan kemampuan yang

memiliki kompetensi penting dan bersifat wajib.

Adapun materi tersebut adalah :

Kemahasiswaan

Keprofesian

KeISMAFARSIan

12

Sejarah

Aturan organisasi

Tujuan Instruksional Umum Struktur

Kegiatan

Jaringan

Kepemimpinan dan Manajemen

b. Materi Penunjang

Merupakan materi yang secara langsung memiliki bobot penting dalam latihan

kepemimpinan, tetapi perlu diberikan.

Adapun materi tersebut adalah :

Sistem Pembangunan Nasional

Sistem Pembangunan Kesehatan

Wawasan Internasional

Prospek Perguruan Tinggi Farmasi

Wawasan Bisnis

c. Ketelitian ( Precision )

d. Penyambungan (Articulation )

e. Naturalisasi ( Natulalisation )

4. Potensi Dasar Anggota ISMAFARSI

A. Proaktif

B. Analisis

C. Kritis

D. Sistematis

E. Obyektif

F. Bertanggung jawab

G. Etis

H. Komunikatif

I. Religius

J. Humanis

13

C. Matriks Kurikulum

Kurikulum pengkaderan tingkat komisariat ( tahap I )

1. Pelatihan Formal

a. Kurikulum Inisiasi Awal

# Materi Bina Suasana

WAKTU : KONDISIONAL

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Terciptanya sosialisasi antara peserta dengan seluruh komponen yang

terlibat dalam rangkaian acara.

Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )

a. Peserta mengetahui koponen-komponen yang terlibat dalam acara

inisiasi awal.

b. Terbentuknya pemahaman awal akan eksistensi lembaga.

Pokok Bahasan

a. Citra diri peserta

b. Pengenalan lembaga

Kualifikasi Pemateri

Pengurus komisariat

Metode Penyampaian

Ceramah

Evaluasi

Tanya jawab

Referensi

AD / ART ISMAFARSI

14

b. Kurikulum APT

# Materi wawasan keISMAFARSIan

WAKTU : KONDISIONAL

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta dapat mengetahui dan memahami tentang eksistensi organisasi

ISMAFARSI, serta memiliki keterikatan terhadap ISMAFARSI.

Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )

Peserta mengetahui nilai-nilai dasar organisasi ISMAFARSI, dan

menjadikannya sebagai landasan berfikir, berprilaku dan bertindak.

Pokok Bahasan

a. Sejarah ISMAFARSI

b. Aturan organisasi

c. Struktur organisasi

d. Kegiatan organisasi

e. Jaringan organisasi

f. Keterkaitan organisasi ISMAFARSI dengan aturan dunia farmasi

Metode Penyampaian

a. Ceramah / presentasi

b. Diskusi

c. Brainstorming

Kualifikasi pemateri

Pengurus komisariat / wilayah

Evaluasi

a. Tanya jawab

b. Penugasan

Referensi

Buku panduan organisasi

15

# Materi kemampuan berorganisasi

WAKTU: KONDISIONAL

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta dapat mengetahui dan memahami tentang kemampuan-

kemampuan dasar dalam berorganisasi.

Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )

Peserta dapat mempraktekkan kemampuan-kemampuan dasar

berorganisasi seperti teknik persidangan, dasar-dasar kepemimpinan,

keprotokuleran dll.

Pokok Bahasan

a. Dasar – dasar kepemimpinan

b. Teknik persidangan

c. keprotokuleran

d. Dinamika kelompok / Team Work

Metode Penyampaian

a. Ceramah / presentasi

b. Diskusi

c. Brainstorming

Kualifikasi pemateri

Aktifis mahasiswa / trainer

Evaluasi

a. Tanya jawab

b. Penugasan

16

2. ( Pelatihan non formal )

a. Pelatihan pembuatan karya tulis ilmiah

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta dapat mengetahui dan memahami tentang tata cara pembuatan

sebuah karya ilmiah.

Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )

Peserta dapat membuat sebuah karya ilmiah dan mampu berkompetisi

dalam setiap event yang dilaksanakan baik oleh interen organisasi atau dari

eksteren organisasi.

Kurikulum Pengkaderan Tingkat Wilayah ( tahap II )

1. Kurikulum LKMMF

a. Materi KeISMAFARSIan

WAKTU : 120 Menit

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta mengetahui dan memahami materi-materi pokok ke ISMAFARSI-an

Tujuan Instruksional Khusus (TIK )

Peserta menjadikan wawasan keISMAFARSIan sebagai bekal untuk

berorganisasi.

Pokok Bahasan

Pendalaman mengenai :

a. Sejarah ISMAFARSI

b. Aturan organisasi

c. Struktur organisasi

17

d. Kegiatan organisasi

e. Jaringan organisasi

Metode Penyampaian

Ceramah / materi / pemaparan / diskusi

Kualifikasi Pemateri

Pengurus wilayah / pusat

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

Buku panduan organisasi

b. Isu-isu Strategis Dunia Farmasi

WAKTU : KONDISIONAL

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Mengenalkan kepada peserta mengenai seputar dunia profesi farmasi.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK )

Mengenalkan peserta pada persoalan seputar peluang, tantangan serta

permasalahan yang sedang dan akan dihadapi oleh dunia farmasi khususnya

mahasiswa farmasi.

Pokok Bahasan

Peluang dan tantangan perguruan tinggi farmasi

Arah dan tujuan keluaran farmasi ditinjau dari kebijakan system

pendidikan.

Wacana-wacana kefarmasian baik scoop local / nasional.

Metode Penyampaian

Ceramah / diskusi

Kualifikasi Pemateri

Dosen farmasi

Balai POM

ISFI

18

DINKES

Aktifis ISMAFARSI

c. Materi Tolok ukur dan Penyusunan Jadwal Kerja

WAKTU : 120 Menit

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta mengetahui pengertian tolok ukur keberhasialan dan perencanaan kerja,

manfaat, faktor-faktor dan teknik penyusunannya.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK )

Peserta mampu menyusun tolok ukur keberhasilan dan menyususn penjadwalan

kerja suatu kegiatan

Pokok Bahasan

Tolok ukur keberhasilan program :

Pengertian

Fungsi tolok ukur keberhasialn program

Cara merumuskan tolok ukur keberhasilan

Penyusunan jadwal kerja :

Pengertian

Manfaat perencanaan kerja

Faktor-faktor penyusunan jadwal kerja

Teknik penyusunan jadwal kerja

Metode Penyampaian

Ceramah / materi / diskusi

Kualifikasi Pemateri

Aktifis mahasiswa

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

19

d. Materi Penyusunan Kegiatan dan Jaringan Kerja

WAKTU : 120 Menit

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta mengetahui metode dan teknik penyusunan usulan kegiatan dan

jaringan kerja

Tujuan Instruksional Khusus (TIK )

Peserta mampu menyusun usulan kerja dan menbuat jaringan kerja

Pokok Bahasan

Penyusunan usulan kegiatan :

Pengertian

Tujuan penyusunan usulan kegiatan

Sistematika penyusunan kegiatan

Langkah-langkah penyusunan kegiatan

Penyusunan jaringan kerja (network planning ) :

Pengertian

Manfaat penyusunan jaringan kerja

Langkah-langkah menyusun jaringan kerja

Metode Penyampaian

Ceramah / presentasi / diskusi

Kualifikasi Pemateri

Aktifis mahasiswa

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

20

e. Materi Keorganisasian

WAKTU : 120 menit

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta mengetahui organisasi sebagai system, kelengkapan organisasi,

penentuan kinerja organisasi dan pertumbuhan / masalah-masalah organisasi.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK )

Peserta beroganisasi dengan baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan organisasi

yang baku

Pokok Bahasan

a. Pengertian

b. Struktur organisasi

c. Organisasi dan manajemen

Metode Penyampaian

Ceramah / presentasi / diskusi

Kualifikasi Pemateri

- Aktifis mahasiswa

- Aktifis ISMAFARSI

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

f. Materi Analisis SWOT

WAKTU : 120 Menit

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta mengetahui pengertian analisis SWOT, manfaat, faktor-faktor, dan

teknik penyusunannya.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK )

21

Peserta mampu mengimplementasikan analisis SWOT dalam setiap kegiatan

yang akan dilakukan.

Pokok Bahasan

a. Pengertian

b. Manfaat SWOT analisis

c. Faktor-faktor penyusunan SWOT analisis

d. Teknik penyusunan SWOT analisis

Metode Penyampaian

Ceramah / diskusi / presentasi

Kualifikasi Pemateri

Aktifis mahasiswa

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

g. Materi Manajemen Wacana Publik

WAKTU : 120 Menit

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta mengetahui pengertian manajemen wacana publik dan ruang lingkup

wacana publik.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK )

Peserta mampu memanajemen sebuah wacana agar menjadi wacana publik.

Pokok Bahasan

a. Teori dan konsep wacana

b. Tujuan manajemen wacana publik

c. Ruang lingkup manajemen wacana publik

Metode Penyampaian

Ceramah / diskusi / presentasi

Kualifikasi Pemateri

Aktifis mahasiswa

22

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

h. Materi Metode dan Teknik Pengambilan Keputusan

WAKTU : KONDISIONAL

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta mengetahui metode dan teknik pengambilan keputusan

Tujuan Instruksional Khusus (TIK )

Peserta mampu menguasai metode dan teknik pengambilan suatu keputusan.

Pokok Bahasan

a. Pengertian

b. Metode pengambilan keputusan

c. Teknik pengambilan keputusan

d. Teknik dan tata laksana Persidangan

Metode Penyampaian

Ceramah / diskusi / presentasi, simulasi sidang

Kualifikasi Pemateri

Aktifis mahasiswa

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

i. Materi Strategi Kepemimpinan

WAKTU : 120 Menit

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta mengetahui prinsip-prinsip pengembangan strategi kepemimpinan.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK )

23

Peserta mampu mengembangkan strategi kepemimpinan dalam berorganisasi.

Pokok Bahasan

a. Pengertian

b. Langkah strategi kepemimpinan

c. Konsolidasi kepemimpinan

d. Kaderisasi, kritalisasi dan komunikasi kepemimpinan

e. Membangun kepemimpinan

Metode Penyampaian

Ceramah / diskusi / presentasi

Kualifikasi Pemateri

Aktifis mahasiswa

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

j. Materi Psikologi Massa dan Manajemen Aksi

WAKTU : 120 Menit

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta mengetahui tentang psikologi sosial dan tingkah laku massa serta

mampu memanajemen aksi

Tujuan Instruksional Khusus (TIK )

Peserta mampu meanajemen massa dan memanajemen suatu aksi.

Pokok Bahasan

Psikologi massa

Pengertian psikologi massa

Tingkah laku massa

Manajemen aksi

Definisi kerja advokasi

24

Ciri-ciri advokasi

Pengembangan strategi advokasi

Manajemen aksi

k. Materi Tim Work Building

WAKTU : 120 Menit

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta mengetahui langlah-langkah membangun tim yang solid.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK )

Peserta mampu membangun sebuah tim dan kerja tim yang solid.

Pokok Bahasan

a. Pengertian

b. Tujuan tim

c. Cara membangun tim

d. Ciri-ciri tim yang berkinerja tinggi

Metode Penyampaian

Ceramah / diskusi / presentasi

Kualifikasi Pemateri

Aktifis mahasiswa

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

Kurikulum Pengkaderan tingkat nasional ( tahap III )

Trainning of Trainners (TOT)

WAKTU : KONDISIONAL.

Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Peserta dapat menganalisis masalah, memberi solusi, melakukan ”transfer

ilmu”atau mengkomunikasikannya.

Tujuan instruksional Khusus ( TIK )

25

Peserta matang terhadap pemahaman keilmuan, kemahasiswaan dan

keorganisasian, melahirkan ide-ide / konsep pergerakan organisasi ISMAFARSI,

kompeten dalam “transfer ilmu” pada generasi ISMAFARSI selanjutnya.

Pokok Bahasan

a. Wacana nasional/internasional berkaitan dengan profesi yang sedang berkembang.

b. Materi kemampuan dan pelaksanaan sebagai seorang Trainner

Kualifikasi Pemateri

Praktisi , praktisi profesi farmasi / Aktifis

Metode penyampaian

Diskusi panel / ceramah umum / presentasi

Evaluasi

Penilaian obyektifitas dan subyektifitas

Makalah banding

26

SEJARAH IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH

INDONESIA

Cikal bakal berdirinya ISMAFARSI (Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh

Indonesia) adalah MAFARSI (Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia) yang didirikan pada

tanggal 22 sesember 1955 di kaliurang Yogyakarta. Kelahiran MAFARSI dilandasi oleh suatu

kesadaran serta rasa senasib sepenanggungan di kalangan mahasiswa farmasi Indonesia,

bahwa dirasa perlu kiranya suatu jalinan komunitas yang solid dan kontinu dalam menghadapi

permsalahan dunia perguruan tinggi farmasi pada saat itu. UGM dan ITB merupakan institusi

pendidikan farmasi pertama di Indonesia dan kebetulan memiliki memiliki permasalahan

dunia pendidikan tinggi farmasi yang sama. Farmasi UGM pada tahun 1950-an merupakan

salah satu bagian dari fakultas kedokteran, kedokteran gigi dan farmasi. Sedangkan ITB

sendiri farmasi terbagi atas jurusan riset dan apoteker yang merupakan bagian dari teknik.

Pembagian seperti inilah yang kemudian dianggap menimbulkan berbagai macam

permasalahan seperti ketidak jelasan “status” dan tempat “pijakan” bagi pendidikan tinggi

farmasi yang sebenarnya dan semestinya. Belum lagi pengakuan terhadap sarjana farmasi oleh

pemerintah belum selayaknya seperti pada sarjana dari disiplein ilmu lain.

Dari sejumlah permasalahan yang ada, melalui pertemuan para mahasiswa farasi UGM

dan ITB selama empat hari di kaliurang-Jogjakarta, disepakati dibentuknya MAFARSI.

MAFARSI ini dicatat sebagai organisasi mahasiswa professional intra kampus pertama di

Indonesia. Pertemuan di kaliurang tersebut kelak disebut sebagai Kongres I MAFARSI. Dan

sebagai ketua terpilih Purnomo Singgih (UGM) dan Midian Sirait (ITB). Selain itu tercatat

tokoh-tokoh mahasiswa yang ikut ambil andil dalam pembentukan MAFARSI antara lain

Marisi P Sihombing, Sunarto Prawirosuyanto, Djasman, Sulastomo, Budiarjo, Herman, Sugati,

Rustanda, Kis Sukamto, Ardhani, Munazir, Sardjoko, dll.

Pada awalnya, MAFARSI sebagai organisasi mahasiswa independent dengan aktifitas

lebih ditujukan pada bidang keprofesian Farmasi, diantaranya melalui perjuangan

penyempurnaan kurikulum, selain kegiatan rutin seperti diskusi, symposium, seminar,

27

pengadaan diktat, dll. Alhasil, MAFARSI sering dilibatkan dalam penyusunan Undang-

undang Pokok Kesehatan dan Undang-undang Farmasi.

Tiada hari tanpa usaha, perjuangan MAFARSI membuahkan hasil dimana para

pemimpin perguruan tinggi Farmasi UGM dan ITB bertemu untuk menyusun dan mengambil

langkah penyesuaian terhadap kurikulum di tiap institusi. Konsep Bacheloret yang

mendahulukan jenjang Apoteker baru kemudian jenjang sarjana diubah menjadi sebaliknya.

Sementara itu, kedudukan mahasiswa dalam Ikatan Apoteker Indonesia diperjelas melalui

perwakilan dari MAFARSI.

Komunikasi tetap berlanjut, meskipun di era tahun 1960-an belu ada keputusan yang

bersifat konsepsional. Bahkan ditengah ketidak stabilitasnya kondisi Negara (tahun 1965

terjadi pemberontakan PKI). MAFARSI masih mengadakan kongresnya yang ke-II. Pada

periode ini tecatat tokoh-tokoh mahasiswa Farmasi seperti Eddy Lembong, Amir Basir, Abdul

Mun’im, dll.

Pada tahun 1970, Kongres III MAFARSI kembali diadakan dan memilih Ilham

Indratjaja sebagai sekjen. Pada saai itu keanggotaan MAFARSI lembaga mahasiswa Farmasi

di tiap institusi.

Pada tahun 1973, Kongres IV MAFARSI di Ujung Pandang terpilih Sampurno

sebagai sekjen. Pada masa-masa ini kegiatan organisasi mahasiswa Farmasi sudah tidak

bersifat personal lagi, akan tetapi lebih dititikberatkan pada kegiatan organisasi mahasiswa

Farmasi yang ada, diantaranya seminar obat asli Indoensia di Yogyakarta, seminar pendidikan

tinggi di Bandung dan seminar manajemen di Jakarta.

Pada tahun 1981, Kongres V MAFARSI di Bukit tinggi, tepatnya tanggal 10 – 19

Oktober, tercatat peristiwa penting di mana MAFARSI berganti nama menjadi ISMAFARSI.

Pergantian ini akibat kebijakan pemerintah tentang penataan kembali kehidupan (NKK –

BKK) yakni melalui Instruksi Dirjen Dikti No. 002/Int/DJ/1978, SK Mendikbud No : 230 /

U/1979 dan PP No. 5 tahun 1980. Dalam Kongres MAFARSI terakhir atau MUNAS I

ISMAFARSI, terpilih Tjejep Syaipul Rahman sebagai sekjen. Dalam MUNAS ini juga

dikukuhkan bahwa bentuk organisasi adalah KONFEDERASI.

Pada MUNAS II di Pandaan, yang menjabat sebagai sekjen ialah Suharno tapi

kemudian digantikan oleh Muhammad Yamin. Pada pelaksanaan MUNAS kali ini untuk

pertama kalinya PEKAN ILMIAH NASIONAL (PIN) ISMAFARSI diadakan.

28

Pada tahun 1987, MUNAS III ISMAFARSI Di Yogyakarta, terpilih Paul Teoprawasta

(UGM) sebagai sekjen. Dalam periode ini banyak terjadi perubahan dan pembaharuan, antara

lain Pembentukan Kordinator Wilayah. Wilayah I dikordinir oleh Rahmat (USU), Wilayah II

dikordinir oleh Syaifuddin (UPANCAS), Wilayah III dikordinir oleh Danang Kusuma

(UNPAD). Wilayah IV dikordinir oleh Yasir Taba (UNHAS).

Pada tahun 1990, MUNAS IV ISMAFARSI DI Jakarta. Terpilih Noverman (UNAND)

sebagai sekjen. Dalam periode kepengurusannya, kegiatan yang dilakukan adalah Rapat Kerja

Nasional I (RAKERNAS I) dan Temu Ilmiah Mahassiswa Farmasi Indonesia (TEMAFI I) di

Bandung, Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (PIMFI I) di Yogyakarta. Serta

kegiatan – kegiatan lain seperti pembentukan Komisariat ISMAFARSI di tiap institut

Perguruan Tinggi Farmasi yang menjadi anggota, juga pengadaan / penerbitan bulletin

ISMAFARSI.

Pada tahun 1992, MUNAS V di Surabaya, terpilih Hudi Kurniawan (UNAIR) sebagai

sekjen. Dalam periode ini tercatat dua kali MUNASLUB sehubungan adanya pergantian

pengurus dan penetapan dan pengesahan anggota baru.

Pada tahun 2002, MUNAS VIII dan Pekan Ilmiah Nasional (PIN VII) di Universitas

Indonesia, Depok tepatnya tanggal 24 – 29 September terpilih Rachmat Saleh (Universitas

Pancasila) sebagai sekjen.

Pada tahun 2002, MUNAS IX dan PIN VIII di Padang, tepatnya tanggal 18 Agustus –

13 September, terpilih Zainul Islam (ISTN), sebagai sekjen. Dalam periode kepengurusan ini

program kerja yang dijadwalkan adalah Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS VI) di ISTN

bulan Februari 2003, Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (PIMFI) di UNAIR,

Surabaya, bulan Agustus 2003, Pra MUNAS di UII Yogyakarta, bulan Februari 2004.

Pada tahun 2004 tepatnya pada tanggal 27 September – 2 Oktober 2004 di Makassar

saat dilaksanakan Musyawarah Nasional X (MUNAS X) dan Pekan Ilmiah Nasional IX (PIN

IX), terpilih Mei Eko Hermanto sebagai sekjen ISMAFARSI periode 2004 – 2006.

Pada tahun 2006, diadakan kembali MUNAS XI dan PIN X di Surakarta pada bulan

September dan terpilihlah Novi (Universitas Pancasila-jakarta) sebagai sekjen baru

ISMAFARSI periode 2006-2008

29

PENUTUP             Demikianlah buku panduan ini kami susun sebagaimana mestinya. Adapun isi dari buku panduan ini bukannya ingin mendikte kreatifitas dari komisariat maupun wilayah, akan tetapi ini hanyalah muatan-muatan materi yang menurut kami menjadi standar baku untuk diberikan kepada kader-kader. Sehingga jikalau ada inisiatif dari teman-teman di komisariat maupun di wilayah untuk lebih mengembangkan ataupun mengurangi muatan-muatan yang telah ditetapkan sah-sah saja, tentunya dengan persetujuan penulis. Atas segala kerjasama dan sumbangsi teman-teman sekalian kami ucapkan banyak  terima kasih.

-Regards-

30