model pengembangan pertanian perdesaan...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN AKHIR TAHUN
MODEL PENGEMBANGAN
PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (m-P3MI) KOMODITAS
KENTANG MERAH
Ahmad Damiri
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2013
No. Kode:26/1801.018/011/DI/Lapkir/2013
ii
LAPORAN AKHIR TAHUN
MODEL PENGEMBANGAN
PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (m-P3MI) KOMODITAS KENTANG MERAH
Ahmad Damiri Eddy Makruf
Yartiwi Yoyo
Adianto
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga Laporan Akhir Tahun kegiatan Model Pengembangan
Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) Tahun 2013 dapat diselesaikan.
Kegiatan m-P3MI Tahun 2013 dilakukan guna mendorong kegiatan usahatani
komoditas spesifik lokasi kentang merah yang telah banyak ditanam masyarakat
tani. Kegiatan yang dilakukan merupakan usaha mendukung pengembangan
usahatani kentang merah melalui diseminasi inovasi teknologi pertanian dengan
konsep Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) yang dicanangkan Badan
Litbang Pertanian pada tahun 2011.
Konsep M-P3MI merupakan suatu diseminasi inovasi yang tidak hanya
fokus mempercepat penyebaran inovasi teknologi pertanian, tetapi juga
memperluas dan memperbesar diseminasi. Melalui diseminasi percepatan
penerimaan dan pemahaman oleh pengguna (pengguna antara dan pengguna
akhir) terhadap suatu inovasi teknologi dapat berlangsung. Dalam hal ini,
pengguna akhir adalah petani yang terlibat langsung dalam proses produksi
tanaman pangan. Sedangkan pengguna antara adalah peneliti, komunikator,
sektor swasta, lembaga penyuluhan, dan pembuat kebijakan, yang memproses
informasi menjadi produk akhir untuk diaplikasikan oleh pengguna akhir.
Bengkulu, Desember 2013 Penanggung Jawab Ir. Ahmad Damiri, M. Si NIP. 19630920 199203 1 001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Model Pengembangan Pertanian
Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI)
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Alamat Unit kerja : Jl Irian Km 6,5 Bengkulu 38119.
4. Sumber Dana : DIPA BPTP TA. 2013
5. Status Penelitian : Baru
6. Penanggung Jawab : a. Nama : Ahmad Damiri b. Pangkat/Golongan : Pembina / IV.a c. Jabatan Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya
7. Lokasi : Kabupaten Rejang Lebong.
8. Agroekosistem : Lahan Basah Dataran Tinggi Iklim Basah.
9. Tahun Mulai : 2013
10. Tahun Selesai : 2015
11. Output Tahunan : Diseminasi inovasi teknologi budidaya kentang merah melalui demplot pada 4 orang petani.
12. Output Akhir : Diseminasi inovasi teknologi budidaya kentang merah melalui demplot pada 8 – 10 kelompok tani.
13. Biaya : Rp 124.425.000,- (Seratus Dua Puluh Empat Juta Empat Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah)
Koordinator Program Penanggung Jawab RPTP
Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP Ir. Ahmad Damiri, M.Si NIP. 196904276 199803 1 001 NIP 19630920 199203 1 001 Mengetahui Kepala BBP2TP, Kepala BPTP Bengkulu Dr. Ir. Agung Hendriadi, M. Eg Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP.19610802 198903 1 011 NIP. 19590206 198603 1 002
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................... v
DAFTAR TABEL......................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. .. vii
RINGKASAN ................................................................................... viii
SUMMARY .............................................................................. .. x
I. PENDAHULUAN......................................................................... 1 1.1. Latar Belakang..................................................................... 1 1.2. Tujuan................................................................................ 2 1.3. Keluaran yang diharapkan ................................................... 2 1.4. Hasil yang diharapkan .......................................................... 2 1.5. Perkiraan dampak ........................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
III. PROSEDUR ................................................................................ 7 3.1. Waktu dan Tempat .............................................................. 7 3.2. Pendekatan Kegiatan ........................................................... 7 3.3. Ruang Lingkup Kegiatan ...................................................... 8 3.4. Diseminasi Teknologi ........................................................ 10 3.5. Parameter yang diukur......................................................... 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 12 4.1. Keadaan Umum Wilayah....................................................... 12 4.2. Hasil ................................................................................... 14 4.3. Pembahasan ....................................................................... 18 4.4. Pengukuran Indikator Kinerja ............................................ 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 25 5.1. Kesimpulan ..................................................................... 25 5.2. Saran ............................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 26
ANALISIS RISIKO ........................................................................... 27
JADWAL KERJA ............................................................................... 29
PEMBIAYAAN .................................................................................. 30
PERSONALIA ................................................................................... 32
ROADMAP ....................................................................................... 32
LAMPIRAN ............................................................................ 33
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Luas wilayah Desa Karang Jaya menurut penggunaannya................ 13
2. Tinggi tanaman umur 7 minggu setelah tanam pada jarak tanam 35 cm dan 40 cm pada 4 orang petani.......................... 15
3. Data kombinasi pengaruh pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap berat umbi yang dihasilkan (g).......................... 16
4. Data kombinasi pengaruh pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap persentase ukuran umbi yang dihasilkan (%)..... 17
5. Produktivitas tanaman kentang merah berdasarkan jarak tanam dalam bedengan (t/ha)............................................... 18
6. Produktivitas tanaman berdasaarkan dosis pupuk per hektar (t/ha).... 18
7. Klas umbi dan ukuran umbi hasil panen.......................................... 23
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Foto pertumbuhan tanaman kentang merah di lapangan dan foto Pertemuan Petani I ............................................................... 34
2. Foto pertemuan petani dengan petugas ke II dan ke III ................. 35
3. Berita acara Force Majure ............................................................ 36
4. Penetapan lokasi dan ke lompok tani penerima bantuan pengembangan kawasan kentang subsektor hortikultura Dinas Pertaanian Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2013 ............... 37
5. Hasil analisis proksimat umbi kentang ........................................... 38
6. Hasil analisis tanah lokasi kegiatan petak percontohan m-P3MI tahun 2013 (Desa Talang Lahat Kab. Rejang Lebong) ...... 39
7. Hasil analisis kandungan hara kompos hasil praktek Pembuatan kompos menggunakan thricoderma pada Acara pertemuan petani ke III ..................................................... 40
vi
RINGKASAN
1. Judul : Model Pengembangan Pertanian Perdesaan
Melalui Inovasi (m-P3MI) Komoditas Kentang
Merah
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Tujuan : 1. Mendiseminasikan inovasi teknologi
Kentang Merah
2. Pembinaan kelompok tani, melalui
pertemuan petani.
3. Mendorong petani menanam kentang
merah sebagai tanaman spesifik lokasi
Kabupaten Rejang Lebong
4. Keluaran : 1. Tersebarnya inovasi teknologi kentang
merah pada anggota kelompok tani.
2. Kelompok tani mendapat binaan terkait
komoditas kentang merah.
3. Petani menanam kentang merah sebagai
tanaman spesifik lokasi Kabupaten Rejang
Lebong.
5. Prosedur : - Seminar RDHP dan RODHP
- Pertemuan tim pelaksana kegiatan dan
- Pelaksanaan kegiatan.
6. Capaian : - Pembinaan pada 10 kelompok tani
7. Perkiraan Manfaat : 1. Meluasnya diadopsi berbagai komponen
paket teknologi budidaya kentang merah.
2. Cepatnya meluas adopsi inovasi berbagai
komponen paket teknologi budidaya
kentang merah yang disebarkan melalui
spektrum diseminasi multi channel
(SDMC).
3. Berkembangnya adopsi inovasi teknologi
oleh anggota kelompoktani pelaksana
vii
demplot.
8. Perkiraan Dampak : Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan
petani melalui adopsi berbagai teknologi
usahatani
9. Jangka Waktu : 3 Tahun
10. Biaya : Rp 124.425.000,- (Seratus Dua Puluh Empat
Juta Empat Ratus Dua Puluh Lima Ribu
Rupiah)
viii
SUMMARY
1. Title : Agricultural Extention Modle of Village for
Innovation of Red Potato Comodity
2. Institution : Assesment Institute for Agricultural
Technology (AIAT) of Bengkulu
3. The aimed : 1. Disemination of Red Potato Technology
Innovation
2. Farmers group education by farmer
meeting.
3. Push of farmer to red potato cultivation
as location speciphyc plant of Rejang
Lebong regent.
4. Output : 1. Disemined of red potato technology
innovation.
2. Educated of red potato farmers group.
3. cultivation and extention of red potato.
5. Procedure : Seminar RDHP dan RODHP
Meeting of aplication team and aplication
farmers.
6. Last year product : -
7. Out come : 1. Increase of adoption of red potato
cultivation technology component.
2. Rapid of adoption of red potato cultivation
technology component.
3. Many farmers adoption of red potato
cultivation technology component.
ix
8. Impact : Increase of red potato farmers knowledge
and caracteristic by farming system
adoption.
9. Time : 3 years
10. Cost : Rp 124.425.000,-
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan pembangunan nasional dan perubahan lingkungan
strategis yang terjadi akhir-akhir ini mendorong Kementerian Pertanian untuk
terus meningkatkan peran serta yang lebih proaktif dan sistematis, khususnya
dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat tani, dan umumnya
dalam memecahkan berbagai masalah pembangunan pertanian. Guna
mendukung pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian unggulan
berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian
pangan, nilai tambah, daya saing, eksport, dan kesejahteraan petani, salah satu
aktivitas Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian adalah Model
Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI).
Konsep Model m-P3MI berada dalam koridor tupoksi Badan Litbang
Pertanian sesuai Kepres Nomor : 177/2000 dan Kepmentan Nomor :
01/Kpts/OT.210/1/2001. Meskipun arahnya menuju perluasan jangkauan
penggunaan inovasi, akan tetapi fokus m-P3MI tetap pada model percontohan,
dan bukan pada pemasalan inovasi.
Model yang dibangun merupakan unit percontohan penggunaan inovasi
yang menyediakan opsi terbaik terhadap persoalan peningkatan produksi
pertanian. Fokus kegiatannya berbasis agroekosistem dan atau berbasis pada
komoditas unggulan di perdesaan. Wujud model yang akan dibangun adalah
visualisasi atau peragaan inovasi yang akan dikembangkan. Tampilan model
berbentuk unit percontohan berskala pengembangan berwawasan agribisnis
terpadu. Model bersifat dinamis dalam arti pemodelan senantiasa mengikuti
dinamika perkembangan kebijakan inovasi, mengakomodasi peluang penggunaan
input atau proses yang berpengaruh terhadap output, disertai dengan
kemungkinan-kemungkinan. Disamping itu model percontohan yang dibangun
juga mengembangkan solusi-solusi optimum dalam menghadapi situasi yang
tidak pasti.
Muatan pertanian perdesaan dalam model ini memiliki konteks penyebar
luasan inovasi yang berorientasi pada suatu kawasan yang secara komparatif
memiliki keunggulan sumberdaya alam dan kearifan lokal (indegenous
2
knowledge) khususnya pertanian dan keaneka ragaman hayati. Model inovasi
teknologi yang diuji cobakan dalam unit percontohan m-P3MI yaitu komponen
teknologi budidaya kentang merah seperti : a) jarak tanam dalam bedengan 35
dan 40 cm untuk mendapatkan umbi kentang berukuran besar, b) pupuk kimia
majemuk (NPK Phonska) dan pupuk tunggal SP-36. Komponen teknologi ini
merupakan komponen teknologi yang matang dan siap digunakan pada skala
pengembangan serta mempunyai potensi untuk memberikan dampak terutama
dampak produksi yang tinggi. Teknologi ini terkait dengan Badan Litbang
Pertanian sebagai penyalur langsung teknologi kepada petani, sehingga
sasarannya untuk mendapatkan nilai tambah sebesar-besarnya dapat dicapai.
1.2. Tujuan
a. Mendiseminasikan inovasi teknologi Kentang Merah
b. Pembinaan kelompok tani, melalui pertemuan petani.
c. Mendorong petani menanam kentang merah sebagai tanaman spesifik
lokasi Kabupaten Rejang Lebong
1.3. Keluaran yang diharapkan
a. Tersebarnya inovasi teknologi Kentang Merah pada anggota kelompok
tani.
b. Kelompok tani mendapat binaan terkait komoditas Kentang Merah.
c. Petani menanam kentang merah sebagai tanaman spesifik lokasi
Kabupaten Rejang Lebong.
1.4. Hasil yang diharapkan
a. Terdiseminasinya inovasi teknologi budidaya kentang merah
b. Diadopsinya inovasi teknologi yang didiseminasika
1.5. Perkiraan manfaat dan dampak
1.5.1. Manfaat
Meluas dan berkembangnya inovasi teknologi kentang merah
1.5.2. Dampak
Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani melalui adopsi
berbagai teknologi usahatani kentang merah
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Teknologi yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
salah satunya untuk menjawab kebutuhan pembangunan pertanian, terutama
dalam peningkatan produksi. Jika sebelumnya penelitian pertanian lebih
berorientasi pada temuan teknologi yang terkadang sulit diterapkan di tingkat
petani, maka paradigma penelitian sekarang menciptakan inovasi teknologi yang
sesuai dengan kebutuhan petani.
Untuk mengetahui inovasi teknologi sesuai dengan kebutuhan petani,
petani harus mendapatkan berbagai informasi inovasi teknologi yang telah
dihasilkan. Oleh karena itu perlu dilakukan diseminasi inovasi teknologi agar hasil
penelitian yang dihasilkan betul-betul sampai ke petani. Diseminasi adalah suatu
kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka
memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya
memanfaatkan informasi tersebut. Faktor utama yang dapat mendukung
perkembangan suatu inovasi teknologi dalam suatu keilmuan tertentu adalah
didasarkan dan memanfaatkan hasil-hasil penelitian. Manfaat yang paling penting
bahwa hasil penelitian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai dasar pengambilan
keputusan dalam penerapan inovasi teknologi. Diseminasi, sudah menjadi istilah
umum yang digunakan sebagai sinonim dari “penyebaran”. Istilah tersebut dapat
digunakan dalam berbagai bidang, baik di sektor pertanian maupun sektor di luar
pertanian.
Indikator utama dari penelitian yang sukses adalah bahwa hasil
penelitiannya dapat diterapkan, dan bahwa hasil aplikasinya baik secara
langsung atau tidak langsung meningkatkan efisiensi, produktivitas atau
keberlanjutan, dalam hal ini inovasi dan teknologi tanaman pangan. Secara jelas,
hasil akhir suatu penelitian harus ada di lahan petani dan menyebar kepada
petani sekitarnya. Oleh karena itu, hasil penelitian harus didiseminasikan kepada
“pengguna antara” dan “pengguna akhir teknologi tanaman pangan”.
Diseminasi adalah proses interaktif mengkomunikasikan pengetahuan
kepada khalayak target, sehingga dapat digunakan untuk melakukan perubahan.
Diseminasi bertujuan untuk percepatan penerimaan dan pemahaman oleh
pengguna (pengguna antara dan pengguna akhir) terhadap suatu informasi atau
4
inovasi baru dapat berlangsung. Dalam hal ini, pengguna akhir adalah petani
yang terlibat langsung dalam proses produksi tanaman pangan. Sedangkan
pengguna antara adalah peneliti, komunikator, sektor swasta, lembaga
penyuluhan, dan pembuat kebijakan, yang memproses informasi menjadi produk
akhir untuk diaplikasikan oleh pengguna akhir.
Pembangunan pertanian memerlukan dukungan teknologi yang memadai
dan berkesinambungan. Teknologi baru akan bermanfaat apabila dapat
menjangkau dan diterapkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan/pengguna.
Namun demikian, secara nasional, sistem adopsi/alih teknologi pertanian dinilai
masih lemah. Hasil-hasil penelitian dan pengkajian yang dihasilkan oleh lembaga
penelitian belum sepenuhnya diadopsi oleh petani dan pengguna. Hal ini
disebabkan minimnya strategi mengkomunikasikan hasil penelitian dan
pengkajian kepada pengguna, sehingga jaringan informasi dari sumber teknologi
kepada pengguna teknologi di daerah terputus.
Dewasa ini sejalan dengan gerak pembangunan yang semakin dinamis,
dituntut untuk melakukan kegiatan pembangunan yang tidak dilakukan dengan
biasa-biasa saja, akan tetapi harus dilakukan secara agresif, proaktif, antisipatif,
responsif dan profesional. Salah satu solusi yang bisa dikembangkan adalah
membangun perdesaan dengan inovasi pertanian melalui muatan teknologi dan
kelembagaan.
Model yang dibangun harus menunjukkan penggunaan inovasi pertanian
yang menyediakan pilihan terbaik mengatasi permasalahan pertanian yang
dihadapi petani di perdesaan. Fokus kegiatan berbasis pada isu sekitar
peningkatan produksi, serta peningkatan nilai tambah ekonomi dari komoditas
yang dikembangkan. Dengan demikian orientasinya tidak berhenti hanya di
budidaya, akan tetapi harus sampai pada pasca panen dan pengolahan hasil.
Permintaan pasar harus menjadi pertimbangan. Dari sisi teknologi, sudah
semestinya yang ditampilkan sebagai percontohan itu adalah teknologi yang
sudah matang dalam arti siap digunakan dalam skala pengembangan serta
mempunyai potensi untuk memberikan dampak. Disamping itu tentunya
teknologi itu harus bisa diadaptasikan pada kondisi lingkungan sosial budaya,
lingkungan, sosial ekonomi, biofisik dan memiliki dukungan ketersediaan tenaga
kerja.
5
Target dari membangun perdesaan melalui inovasi pertanian ini tiada lain
untuk mendukung visi pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian
unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan
kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing eksport dan kesejahteraan petani.
Agar penyebaran informasi inovasi pertanian yang berisi muatan teknologi dan
kelembagaan bisa menjangkau sasaran yang lebih luas, sudah selayaknya
dilakukan secara simultan melalui penerapan spektrum diseminasi multi channel
(SDMC). Salah satu aplikasi dari SDMC di lapangan adalah Model Pengembangan
Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI).
Kementerian Pertanian (2011); Disain atau rancangan SDMC yang telah
mendapat dukungan berbagai pihak tersebut diimplementasikan di lapangan
dalam bentuk antara lain Unit Percontohan yang berskala pengembangan dan
berwawasan agribisnis. Salah satu wujudnya adalah Model Permbangunan
Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI). Model Pengembangan Pertanian
Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) sebagai program pembangunan pertanian,
dalam rangka meningkatkan jangkauan diseminasi melalui Spektrum Diseminasi
Multi Channel (SDMC).
Implementasi program tersebut di lapangan berbentuk unit percontohan
berskala pengembangan berwawasan agribisnis. Unit percontohan bersifat
holistik dan komprehensif meliputi aspek perbaikan teknologi produksi, pasca
panen, pengolahan hasil, aspek pemberdayaan masyarakat tani, aspek
pengembangan dan penguatan kelembagaan sarana pendukung agribisnis.
Dengan demikian diharapkan proses pembelajaran dan diseminasi teknologi
berjalan secara simultan, sehingga spektrum diseminasi menjadi semakin
meluas.
Unit percontohan m-P3MI itu sekaligus berfungsi sebagai laboratorium
lapang, juga sebagai ajang kegiatan pengkajian, untuk perbaikan teknologi dan
perekayasaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis. Dukungan pengkajian
ini dibutuhkan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan bio-fisik dan sosial
ekonomi yang berkembang sangat dinamis. Selama proses ujicoba atau
pengkajian diharapkan mendapat umpan balik (feedback) untuk penyempurnaan
model pengembangan.
Berdasarkan pada wujud kegiatannya, jenis mediasi dan saluran komunikasi
pada SDMC dibedakan atas 4 bentuk sebagai berikut:
6
a. Pameran/Peragaan (In-house visitor display, public-display/Expo, visitor
plot/petak percontohan, tecnology showcase/gelar teknologi),
b. Forum Pertemuan (temu informasi, temu lapang, temu aplikasi teknologi,
rapat kerja, rapat teknis, seminar, simposium, pelatihan, lokakarya, sekolah
lapang, kegiatan partisipatif lainnya),
c. Media Cetak (Buku, Booklet, Komik, brosur, Leaflet, Flyer, Poster, Baliho,
koran, Majalah/Jurnal, Tabloid, Warta/news letter, Buletin, Liptan),
d. Media Elektronik/Digital (radio, televisi, internet, mobile phone (WAP), SMS
Center, CD/VCD/DVD)
7
III. PROSEDUR
3.1. Waktu dan Tempat
Pengkajian dilaksanakan pada bulan Januari - Desember 2013 di
Kabupaten Rejang Lebong.
3.2. Pendekatan Kegiatan
Beberapa pendekatan kegiatan yang dilakukan pada kegiatan m-P3MI
seperti :
Kegiatan diawali dengan koordinasi antara tim m-P3MI dengan Dinas
Pertanian Kabupaten Rejang Lebong untuk mengetahui wilayah penanaman
kentang merah yang banyak dilakukan Dinas Pertanian Kabupaten Rejang
Lebong. Selanjutnya dipilih wilayah yang akan dibina dengan pertimbangan
merupakan wilayah yang banyak menghasilkan kentang merah, wilayah yang
dipilih memiliki perspektif pengembangan ke depan, lokasi relatif mudah
dijangkau dari segi aksesibilitas.
Dari pilihan wilayah, dilakukan pemilihan kelompok tani yang lahannya
dapat dijadikan sebagai lokasi petak percontohan dan petaninya siap menerima
inovasi teknologi yang akan diberikan. Pada pelaksanaan petak percontohan,
dilakukan diseminasi inovasi teknologi melalui pertemuan petani untuk
mengamati perkembangan tanaman dan evaluasi permasalahan pertumbuhan
tanaman. Dengan adanya pertemuan ini diharapkan kondisi pertanaman pada
tahap pertumbuhan tanaman dapat menjadi bahan pembelajaran bagi anggota
kelompok tani, baik bagus maupun kurang bagusnya kondisi pertanaman. Semua
kondisi ini menjadi titik penting dalam mempelajari pertumbuhan tanaman.
Apabila kondisi tanaman kurang baik, dapat dipelajari penyebab kurang baik nya
pertumbuhan guna pemecahan permasalahan yang ditemui dan menjadi
masukan bagi petani lain sehingga pada penanaman berikutnya kondisi kurang
baik dapat dihindari. Apabila pertumbuhan tanaman baik, kondisi inipun dapat
menjadi pedoman penanaman selanjutnya.
8
3.3. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Menentukan desa petani sasaran yang kelompok taninya banyak
menanam kentang merah
Dari hasil diskusi dan koordinasi dengan pemerintah daerah
melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Rejang Lebong,
salah satu desa yang petaninya banyak menanam kentang merah yaitu
Desa Karang Jaya dan Desa Sumber Urip. Ke dua desa ini berdekatan
sehingga lebih memudahkan dalam pembinaannya.
b. Menetapkan salah satu dari kelompok tani menjadi lokasi petak percontohan
Kelompok tani yang dipilih sebagai lokasi petak percontohan
merupakan kelompok tani yang biasa menanam kentang merah dan
petaninya siap menerima inovasi teknologi yang disampaikan. Selain itu
lokasi petak percontohan mudah dijangkau/berada disekitar kelompok
tani lain agar kegiatan yang dilakukan mudah diketahui oleh kelompok
tani lain.
c. Melakukan pertemuan petani
Pertemuan petani dilakukan guna membina anggota kelompok tani
yang berada di lokasi kegiatan dan sekitarnya. Pada pertemuan petani
dilakukan pembinaan kelompok tani bersama-sama antara BPTP
Bengkulu, pemerintah daerah (Dinas Pertanian, BP4K, BPTPH, BP3K), dan
lembaga terkait (Gapoktan, Kios Saprodi, dan Kepala Desa). Pembinaan
yang dilakukan pada pertemuan petani meliputi : a) kebijakan pemerintah
daerah terhadap komoditas kentang merah, b) Model Pengembangan
Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI), c) kelembagaan petani,
d) peluang pasar kentang merah, e) pembinaan kelompok, f) pertanian
ramah lingkungan, g) pengendalian penyakit penting pada tanaman
kentang merah, dan h) praktek pembuatan pupuk organik.
d. Identifikasi wilayah sebaran penanaman kentang merah
Kegiatan m-P3MI di daerah bertujuan untuk mendukung
pemerintah daerah dalam pembangunan pertanian. Dengan mengetahui
wilayah sebaran penanaman kentang merah, pelaksanaan pembinaan
dapat langsung dilakukan pada wilayah yang tepat dan petani kooperator
9
yang dipilih telah sesuai dengan binaan pemerintah daerah sebelumnya.
Kondisi demikian akan menjadikan kegiatan yang dilakukan sejalan
dengan pembinaan pemerintah daerah.
e. Kunjungan pembinaan teknologi pertanian
Pembinaan teknologi pertanian dilakukan setelah kunjungan
lapangan dan diketahui informasi teknologi yang diterapkan petani.
Untuk penerapan teknologi yang dianggap telah sesuai dengan anjuran,
agar penerapannya dipertahankan, sedangkan yang belum sesuai
dengan anjuran dilakukan perbaikan sehingga sesuai anjuran.
f. Analisis tanah, analisis tanaman, dan analisis kompos
Analisis tanah dilakukan guna mengetahui kesuburan lahan lokasi
penanaman dan penyerapan hara oleh tanaman. Sedangkan analisis
tanaman (umbi), dilakukan untuk mengetahui secara sederhana kondisi
deskripsi tanaman kentang merah dibandingkan dengan kentang lainnya,
sedangkan analisis kompos dilakukan untuk mengethui kandungan hara
kompos (Lampiran 5, 6 dan 7). Hanya saja sampel yang digunakan tidak
sama, maka hasilnya menjadi tidak tepat. Hal ini karena untuk
mendapatkan kentang merah dan kentang lain yang akan dibandingkan
diperoleh dalam waktu panen yang bersamaan sangat sulit.
g. Pelaksanaan petak percontohan penanaman kentang merah
Petak percontohan dilakukan dua kali penanaman kentang merah,
guna mengetahui permasalahan penanaman kentang merah di lapangan.
Penanaman Pertama
Penanaman pertama kentang merah pada petak percontohan
dilakukan pada tanggal 4 – 5 April 2013 dan panen pada tanggal 22 Juli
2013.
Langkah kerja yang dilakukan dalam pelaksanaan petak percontohan
pertama meliputi :
- Penentuan petani kooperator sebanyak 4 orang
- Luas lahan masing-masing kooperator 1.350 m2 yang terdiri dari : a)
630 m2 untuk jarak tanam dalam bedengan 35 cm, dan b) 720 m2
untuk jarak tanam dalam bedengan 40 cm.
- Setiap lahan dibuat bedengan masing-masing 30 bedengan dengan
panjang bedengan 21 dan 24 m. Selanjutnya lahan diberi kompos
10
sebanyak 3 ton/ha. Untuk jarak tanam dalam bedengan 35 cm, setiap
bedengan terdapat 60 tanaman, demikian juga dengan jarak tanam
dalam bedengan 40 cm terdapat 60 tanaman.
- Penanaman kentang dilakukan dengan sistem satu baris tanaman
untuk setiap bedengan, baik jarak tanam 35 maupun 40 cm.
- Setiap bedengan dari masing-masing jarak tanam dalam bedengan (35
cm dan 40 cm), dibagi 3 dengan pembagian sebagai berikut : a)
bagian sebelah kiri diberi pupuk NPK Phonska = 1.000 kg dan SP-36 =
400 kg/ha, b) bagian tengah diberi pupuk NPK Phonska = 1.400 kg
dan SP-36 = 400 kg/ha, dan c) bagian kanan diberi pupuk NPK
Phonska = 1.500 kg/ha.
- Lahan petani merupakan ulangan seperti skema berikut :
Adanya pengujian ke tiga paket pupuk dan dua jarak tanam ini
dimaksudkan untuk mendapatkan paket pupuk dan jarak tanam yang
paling tepat untuk digunakan, karena semua paket ini memberikan
hasil yang tidak terlalu berbeda.
Penanaman Kedua
Penanaman ke dua dilakukan pada tanggal 23 September 2013.
Penanaman kedua ini untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi
tanaman pada musim tanam yang berbeda, sehingga diketahui kelebihan
dan kekurangan masing-masing musim tanam terhadap produksi dan
pendapatan petani.
Paket teknologi yang digunakan pada penanaman ke dua sama
seperti pada penanaman pertama, hanya saja pelaksanaannya hanya
dilakukan pada satu orang petani, karena dana yang tersedia hanya
mencukupi untuk satu orang petani dengan luas lahan petak percontohan
seluas 696 m2.
NPK Phonska = 1.000 kg dan SP-36
= 400 kg/ha
NPK Phonska = 1.400 kg dan SP-36
= 400 kg/ha
NPK Phonska = 1.500 kg
11
3.4. Diseminasi Teknologi
Berdasarkan pada wujud kegiatannya, jenis mediasi dan saluran
komunikasi (diseminasi) pada SDMC dibedakan atas 4 bentuk sebagai
berikut:
1. Pameran/peragaan yang dilakukan berupa petak percontohan.
2. Forum Pertemuan yang dilakukan berupa pertemuan yang membahas
masalah a) kebijakan pemerintah daerah terhadap komoditas
kentang merah, b) Model Pengembangan Pertanian Perdesaan
Melalui inovasi (m-P3MI), c) Kelembagaan Petani, d) Peluang Pasar
Kentang Merah, e) Pembinaan Kelompok, f) Pertanian Ramah
Lingkunan, g) Pengendalian Penyakit Penting pada Tanaman kentang
Merah, dan h) Praktek Pembuatan Pupuk Organik.
3. Media cetak yang digunakan berupa juknis kegiatan dan leaflet.
4. Media Elektronik yang digunakan untuk penyampaian materi
pertemuan menggunakan power point yang terhubung dengan LCD
Projector.
3.5. Parameter yang diukur
1. Jumlah kelompok tani yang mengunjungi petak percontohan
2. Adopsi teknologi
3. Peningkatan pendapatan petani
4. Minat petani terhadap disemimasi teknologi
5. Pengamatan komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman
kentang merah.
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Wilayah
Pemilihan Lokasi
Berdasarkan wilayahnya, kegiatan m-P3MI terletak di dua wilayah yaitu
wilayah pemukiman dan wilayah usahatani. Hal ini karena kelompok tani
pelaksana kegiatan petak percontohan kentang merah yaitu kelompok tani
Mandiri 06, wilayah pemukimannya terletak di Desa Karang Jaya Kecamatan
Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Sedangkan wilayah usahatani terletak
di Desa Talang Lahat Kecamatan Sindang Kelingi Kabupaten Rejang Lebong.
Berdasarkan wilayah binaan BP3K, kelompok tani Mandiri 06 dibina oleh BP3K Air
Duku. Pembinaan ini ditetapkan karena wilayah pemukiman kelompok tani
Mandiri 06 berada di wilayah binaan BP3K Air Duku. Seandainya pembinaan oleh
BP3K berdasarkan wilayah usahatani, maka kelompok tani Mandiri 06 dibina oleh
BP3K Bengko.
Pemilihan lokasi m-P3MI di Kabupaten Rejang Lebong berpedoman
kepada Pedoman Umum m-P3MI (Kementeria Pertanian. 2011) yang menyatakan
bahwa pemilihan lokasi sangat menentukan keberlangsungan kegiatan m-P3MI.
Lokasi harus dipilih memenuhi kriteria yang tepat menjadi prasyarat untuk
mendorong keberhasilan dan pencapaian tujuan.
Kriteria pemilihan lokai dan Poktan/gapoktan adalah sebagai berikut :
1. Sentra produksi atau kawasan prioritas pengembangan komoditas oleh
Pemerintah setempat. Lokasi yang sebelumnya merupakan lokasi kegiatan
sinergi antara berbagai program strategis Kementerian Pertanian seperti
PRIMA TANI, PUAP, SL-PTT, PSDSK, P2KH, FEATI, LM3, P4MI.
Lokasi yang dipilih yaitu Desa Karang Jaya Kecamatan Selupu Rejang
Kabupaten Rejang Lebong, sebelumnya merupakan lokasi program strategis
Kementerian Pertanian seperti PUAP.
2. Letak lokasi m-P3MI harus strategis, baik dari aspek jarak maupun
aksesibilitas, mudah dijangkau sehingga mudah melakukan advokasi kepada
Pemda, Assosiasi Petani, LSM, Perguruan Tinggi, Swasta, Anggota DPR,
Camat dan kepala Desa.
13
Berdasarkan jaraknya, lokasi m-P3MI (pemukiman) relatif dekat jalan
utama Kabupaten Rejang Lebong, sehingga mudah dijangkau dan akses ke
lokasi cukup baik dengan kondisi jalan yang mulus.
3. Poktan/Gapoktan yang akan melaksanakan percontohan, dipilih dari
Poktan/Gapoktan yang sudah atau sedang ada kegiatan program Pemda,
atau program lainnya seperti : PUAP, PEATI, P4MI, dll.
Gapoktan yang menjadi pelaksana kegiatan merupakan Gapoktan
yang telah menerima dana bantuan PNPM-Mandiri PUAP dan kelompok tani
pelaksana kegiatan merupakan kelompok tani yanng sering menjadi
pelaksana kegiatan terkait komoditas sayuran di Kabupaten Rejang Lebong.
Dari sisi agroekosistem, lokasi m-P3MI merupakan daerah dengan
lahan kering dataran tinggi iklim basah. Merupakan sentra sayuran termasuk
kentang untuk Provinsi Bengkulu.
Profil Desa Karang Jaya Kecamtan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong
Desa Karang Jaya berbatasan sebelah utara dengan hutan TNKS, sebelah
selatan dengan Desa Sumber Urip, sebelah timur dengan Desa Mojorejo, dan
sebelah barat dengan Desa Sumber Bening. Berdasarkan luas wilayah menurut
penggunaannya, wilayah Desa Karang Jaya terbagi menjadi beberapa pembagian
seperti Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Luas wilayah Desa Karang Jaya menurut penggunaannya
No Peruntukan Lahan Luas (ha)
1. Pemukiman 25
2. Persawahan 0
3. Perkebunan 60
4. Pekuburan 1
5. Pekarangan 30
6. Pertamanan 5
7. Perkantoran 5
8. Prasarana umum lainnnya 4
Jumlah 129 Sumber : Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong 2012
14
4.2. Hasil
a. Jumlah kelompok tani yang mengunjungi petak percontohan
Dengan adanya kegiatan m-P3MI dan penerapan komponen
teknologi pada petak percontohan, beberapa dari anggota kelompok tani
lain yang ingin mengetahui kondisi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kentang merah melakukan kunjungan ke lapangan untuk
mengetahui secara langsung. Berdasarkan informasi dari petani pelaksana
petak percontohan, ada 20 orang dari 4 kelompok yang mengunjungi
petak percontohan. Petani yang mengunjungi petak percontohan
biasanya petani yang respon terhadap inovasi teknologi dan masih
berumur produktif (rata-rata 42,3 tahun).
b. Adopsi teknologi
Teknologi yang diaplikasikan di lapangan pada petak percontohan
merupakan teknologi yang dapat diaplikasikan dengan mudah oleh
petani. Dengan adanya petak percontohan, teknologi yang diterapkan
diharapkan diadopsi oleh petani. Apabila petani mengembangkan
usahatani kentang mengikuti anjuran teknologi (penggunaan pupuk
sesuai kebutuhan, jarak tanam, dan penggunaan pestisida yang efisien),
produksi yang akan dicapai menjadi lebih tinggi, dan keuntungan akan
semakin besar.
c. Peningkatan pendapatan petani
Peningkatan pendapatan petani sangat dipengaruhi oleh besarnya
biaya input yang digunakan dan produksi dengan harga jual pada saat
panen. Harga kentang sedikit bervariasi yang dipengaruhi oleh supply dan
demand serta kondisi tertentu. Namun demikian fluktuasi harga kentang
tidak terlalu besar seperti komoditas lain (cabe atau bawang
merah/putih).
d. Minat petani terhadap diseminasi teknologi
Kegiatan lain yang dilakukan untuk penyebaran inovasi teknologi
dilakukan dengan melakukan pertemuan petani. Dari setiap undangan
yang dilakukan pada pertemuan petani, selalu dihadiri oleh petani
sebanyak jumlah undangan yang diberikan, bahkan kalau dibolehkan,
petani lain yang tidak diundang juga ingin hadir pada setiap pertemuan.
15
e. Pengamatan komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman kentang merah.
Pengamatan komponen pertumbuhan dan komponen hasil
tanaman kentang merah dilakukan pada tanaman kentang merah
penanaman pertama. Hal ini dilakukan karena sampai saat pembuatan
laporan ini, tanaman kentang merah penanaman ke dua belum panen.
Bibit
Kentang merah yang ada di Kabupaten Rejang Lebong merupakan
kentang spesifik lokasi dengan nama varietas Ukemil. Sampai saat ini bibit
yang digunakan untuk perbanyakan selanjutnya berasal dari pertanaman
produksi yang disisihkan untuk memilih yang berukuran kecil yaitu ukuran
biibit.
Tinggi Tanaman
Rata-rata tinggi tanaman kentang merah umur 7 minggu setelah
tanam relatif sama antara jarak tanam 35 cm yang tingginya 62,95 cm
dan jarak tanam 40 cm yang tingginya 64,45 cm seperti terlihat pada
Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Tinggi tanaman umur 7 minggu setelah tanam pada jarak tanam 35 cm dan 40 cm pada 4 orang petani
Nama Petani Perlakuan
Dosis Pupuk Jarak tanam dalam bedengan 35 cm
Jarak tanam dalam bedengan 40 cm
Arman
I 56.4 68.2
II 61.8 60.0
III 68.6 63.6
Amril
I 61.8 53.4
II 61.2 72.6
III 65.2 68.8
Heny
I 64.0 64.4
II 67.0 65.4
III 67.6 69.8
Budianto
I 60.8 59.4
II 62.6 59.2
III 58.4 63.8
Jumlah 755,40 768,60
Rata-rata 62,95 64,45
16
Berat umbi pertanaman
Rata-rata berat umbi per tanaman dihitung dari rata-rata 20
tanaman (5 tanaman yang diulang 4 kali) yang diambil secara acak.
Paket dosis pupuk berpengaruh terhadap rata-rata berat umbi per
tanaman (g). Berdasarkan Tabel 3 berikut, kombinasi paket dosis pupuk
1500 kg NPK Phonska dengan jarak tanam dalam bedengan 40 cm
menunjukkan rata-rata berat umbi per tanaman yang tertinggi (650,635
g), diikuti dengan kombinasi antara paket dosis pupuk 1400 kg NPK
Phonska dan 400 kg SP-36/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 40
cm yang menunjukkan rata-rata berat umbi per tanaman yang tertinggi
(397,650 g).
Tabel 3. Data kombinasi pengaruh pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap berat umbi yang dihasilkan (g).
Dosis Pemupukan Ukuran umbi
Jarak tanam dalam bedengan (cm)
35 cm (JT 1)
40 cm (JT 2)
NPK Phonska = 1.000 kg dan SP-36 = 400 kg (P1)
<30 g 346,5 549,0
30 – 45 g 537,6 1.235,5
45 – 60 g 1.347,2 524,7
60 – 80 g 776,1 906,4
> 80 g 1.244,2 2.773,9
Jumlah 4.251,6 5.989,5
Rata-rata 212,580 299,475
NPK Phonska = 1.400 kg dan SP-36 = 400 kg (P2)
<30 g 661,4 782,2
30 – 45 g 676,0 1.160,5
45 – 60 g 442,9 850,2
60 – 80 g 805,6 1.247,3
> 80 g 1.547,6 3,912,8
Jumlah 4.133,5 7.953,0
Rata-rata 206,675 397,650
NPK Phonska = 1.500 kg <30 g 709,5 698,2
30 – 45 g 884,2 2.232,0
45 – 60 g 355,8 1.737,8
60 – 80 g 740,6 1.828,6
> 80 g 1.581,0 6.516,1
Jumlah 4.271,1 13.012,7
Rata-rata 213,555 650,635
17
Berdasarkan Tabel 4, kombinasi antara semua paket dosis pupuk
dengan Jarak tanam dalam bedengan 35 cm maupun 40 cm,
menunjukkan lebih dari 50% umbi yang dihasilkan berukuran umbi besar
kecuali kombinasi antara paket dosis pupuk 1000 kg NPK Phonska dan
400 kg SP-36/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm yang hanya
menghasilkan 47,5186 % umbi berukuran besar (lihat Tabel 7).
Tabel 4. Data kombinasi pengaruh pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap persentase ukuran umbi yang dihasilkan (%).
Dosis Pemupukan Ukuran umbi
Jarak tanam dalam bedengan (cm)
35 cm (JT 1)
40 cm (JT 2)
NPK Phonska =1.000 kg dan SP-36 = 400 kg (P1)
<30 g 8,1499 9,1660
30 – 45 g 12,6447 20,6278
45 – 60 g 31,6869 8,7603
60 – 80 g 18,2543 15,1332
> 80 g 29,2643 46,3127
NPK Phonska = 1.400 kg dan SP-36 = 400 kg (P2)
<30 g 16,0010 9,8353
30 – 45 g 16,3542 14,5920
45 – 60 g 10,7149 10,6903
60 – 80 g 19,4895 15,6834
> 80 g 37,4404 49,1990
NPK Phonska = 1.500 kg <30 g 16,6115 5,3655
30 – 45 g 20,7025 17,1525
45 – 60 g 8,3303 13,3546
60 – 80 g 17,3397 14,0524
> 80 g 37,0167 50,0749
Produktivitas tanaman
Produktivitas tanaman per hektar merupakan hasil konversi dari
rata-rata hasil per petak ubinan yang digunakan. Untuk jarak tanam
dalam bedengan 35 cm, ukuran petak ubinan yang digunakan yaitu 5 x
2,1 m, sedangkan untuk jarak tanam dalam bedengan 40 cm, ukuran
petak ubinan yang digunakan yaitu 5 x 2,4 m.
Produktivitas rata-rata kentang merah dengan jarak tanam dalam
bedengan 35 cm sebesar 4,46 t/ha, sedangkan produktivitas rata-rata
kentang merah dengan jarak tanam dalam bedengan 40 cm sebesar 4,69
t/ha seperti terlihat pada Tabel 5 berikut.
18
Produktivitas rata-rata kentang merah dengan dosis pupuk NPK
Phonska = 1.000 kg dan SP-36 = 400 kg/ha sebesar 4,57 t/ha,
produktivitas rata-rata kentang merah dengan dosis pupuk NPK Phonska
= 1.400 kg dan SP-36 = 400 kg/ha sebesar 4,81 t/ha, sedangkan
produktivitas rata-rata kentang merah dengan dosis pupuk NPK Phonska
= 1.500 kg/ha sebesar 4,35 t/ha, seperti terlihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 5. Produktivitas tanaman kentang merah berdasarkan jarak tanam dalam bedengan (t/ha).
Nama Petani Perlakuan
Dosis Pupuk Jarak tanam dalam bedengan 35 cm
Jarak tanam dalam bedengan 40 cm
Arman
I 3,81 8,04
II 3,29 6,88
III 4,48 5,21
Amril
I 4,86 4,92
II 6,62 4,67
III 4,57 4,13
Heny
I 1,95 3,29
II 3,62 4,88
III 6,24 4,58
Budianto
I 5,67 4,00
II 5,52 2,96
III 2,90 2,67
Jumlah 53,53 56,23
Rata-rata 4,46 4,69
Tabel 6. Produktivitas tanaman berdasarkan dosis pupuk per hektar (t/ha).
Jarak tanam dalam
bedengan
Dosis Pupuk NPK Phonska = 1.000 kg dan SP-36 =
400 kg/ha
Dosis Pupuk NPK Phonska = 1.400 kg dan SP-36 =
400 kg/ha
Dosis Pupuk NPK Phonska = 1500 kg
35 cm
3,81 3,29 4,48
4,86 6,62 4,57
1,95 3,62 6,24
5,67 5,52 2,90
40 cm
8,04 6,88 5,21
4,92 4,67 4,13
3,29 4,88 4,58
4,00 2,96 2,67
36,54 38,44 34,78
4,57 4,81 4,35
19
4.3. Pembahasan
a. Jumlah kelompok tani yang mengunjungi petak percontohan
Jumlah petani yang mengunjungi petak percontohan penanaman
kentang merah sebanyak 20 orang dari 4 kelompok tani. jumlah petani
yang sedikit ini karena petani beranggapan bahwa teknologi yang
diterapkan pada petak percontohan sama dengan teknologi yang mereka
terapkan selama ini. Mereka beranggapan bahwa apa yang selama ini
dilakukan petani sudah sesuai dengan teknologi anjuran, dimana petani
yang biasa menanam kentang merah sebagian besar merupakan
kelompok tani yang telah mendapat bantuan dari Dinas Pertanian
Kabupaten Rejang Lebong.
Menurut BPTP Bengkulu (2012), hasil survey yang dilakukan pada
petani kentang merah di lokasi kegiatan pada tahun 2012, tingkat
pendidikan petani rata-rata 8,01 tahun. Deskripsi responden tersebut
menggambarkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan petani masih rendah
karena belum mencapai pendidikan dasar/wajib belajar yang ditetapkan
pemerintah (9 tahun). Oleh karena itu kemampuan untuk menganalisa
inovasi teknologi masih sangat rendah. Biasanya kalau
produksi/produktivitas yang dicapai tinggi, baru petani akan mempercayai
teknologi tersebut. Namun demikian, belum tentu petani akan
menerapkan teknologi tersebut secara utuh, karena petani cenderung
mengurangi semua biaya usahatani karena takut gagal dalam usahatani
kentang merah yang penggunaan input tinggi dan biaya besar.
b. Adopsi teknologi
Berdasarkan hasil pengkajian tahun 2012 di lokasi yang sama
dengan kegiatan m-P3MI, penerapan teknologi seperti yang diterapkan
m-P3MI tahun 2013, produktivitas kentang merah mencapai 22,5 t/ha.
Pada tahun 2013 ini produktivitas yang dicapai menurun menjadi
hanya 5,06 t/ha, jauh di bawah produktivitas kentang merah di
Kabupaten Rejang Lebong yang 13,65 tn/ha (Bahar, 2009). Hal ini
disebabkan oleh gangguan iklim yang sangat ekstrim pada saat itu. Pada
saat tanaman mencapai umur 55 hst, terjadi badai selama satu minggu
berturut-turut, selanjutnya reda selama tiga hari kemudian badai lagi
20
selama satu minggu. Akibatnya tanaman terputar-putar yang ditunjukkan
oleh lubang yang mengelilingi tanaman.
Produktivitas yang rendah ini diduga karena terjadi penguapan
tinggi dan perakaran tanaman tercabut, sehingga proses pengisian umbi
terhenti.
Berdasarkan informasi di lapangan, semua petani yang menanam
kentang bersamaan dengan penanaman kentang merah petak
percontohan, semua mengalami kegagalan panen seperti :
1. Sulastro, anggota kelompok tani Kampung Baru Desa Sumber Bening,
menanam kentang merah dengan menggunakan benih sebanyak 200
kg, hasil umbi kentang merah yang diperoleh sebanyak 500 kg.
Sebagai gambaran perbandingan benih dengan hasil yang diperoleh
pada penanaman kentang secara umum adalah 1 : 10 sampai 1 : 30,
artinya dengan penggunaan benih 200 kg hasil yang umumnya
dicapai antara 2.000 kg – 6.000 kg. Sementara hasil yang dicapai
oleh petani hanya 1 : 2,5 yaitu 200 kg menjadi 500 kg ini
menunjukkan bahwa gangguan badai pada saat itu sangat
berpengaruh terhadap produksi kentang.
2. Arkan, anggota kelompok tani Mufakat Desa Karang Jaya, menanam
kentang merah dengan menggunakan bibit 400 kg, hasil yang
diperoleh sebanyak 1.200 kg umbi (1 : 3).
3. Gini, anggota kelompok tani Kaba Jaya Desa Sumber Urip, menanam
kentang merah menggunakan bibit 4 karung (200 kg), hasil yang
diperoleh sebanyak 2 karung umbi (100 kg). Perbandingan hasil yang
diperoleh adalah 1 : 0,5.
4. BBI Bengko sendiri tidak menghasilkan sama sekali atau 100 % gagal
panen.
c. Peningkatan pendapatan petani
Penanaman kentang merah di lokasi kegiatan m-P3MI (kentang
merah maupun kentang granola), memerlukan biaya yang relatif tinggi
terutama biaya bibit dan pestisida yang digunakan. Pada saat malam
maupun pagi hari yang berembun, biasanya penggunaan fungisida oleh
petani sangat tinggi dengan intensitas penyemprotan mencapai dua hari
sekali. Akibatnya input untuk penanaman kentang menjadi tinggi.
21
Penggunaan biaya input rendah dan harga jual pada saat panen
yang tinggi selalu menjadi sesuatu yang diinginkan petani. Sementara
harga kentang sedikit bervariasi yang dipengaruhi oleh supply dan
demand serta kondisi tertentu seperti bulan Ramadhan menjelang
lebaran. Berdasarkan harga jualnya, harga kentang dipengaruhi juga oleh
ukuran umbi yang dihasilkan. Ada tiga jenis kualitas yang ada dalam
perdagangan Kentang Merah maupun Kentang Kuning yaitu :
1. Kualitas A : kentang berukuran kecil
2. Kualitas B : kentang berukuran menengah,
3. Kualitas C : kentang berukuran super. Kentang ini adalah kualitas
kentang yang terbesar, biasanya harga jualnya lebih mahal dari
kentang ukuran menengah (selisih harga Rp 500,- sampai Rp1.000,-
/kg). Namun demikian fluktuasi harga kentang ini tidak terlalu besar
seperti komoditas lain (cabe atau bawang merah/putih).
d. Minat petani terhadap diseminasi teknologi
Salah satu media diseminasi yang cukup efektif dalam
penyampaian inovasi teknologi kepada petani yaitu pertemuan petani.
Biasanya petani yang diundang akan selalu hadir untuk mengikuti
pertemuan yang diselenggarakan. Ini menunjukkan minat petani terhadap
inovasi teknologi yang diselenggarakan melalui pertemuan petani sangat
tinggi.
Selama pelaksanaan kegiatan m-P3MI tahun 2013, dilakukan
pertemuan petani sebanyak tiga kali. Melalui pertemuan petani
disampaikan materi berupa :
1. Kebijakan pemerintah daerah terhadap komoditas kentang merah,
2. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi
(m-P3MI),
3. Kelembagaan Petani,
4. Peluang Pasar Kentang Merah,
5. Pembinaan Kelompok,
6. Pertanian Ramah Lingkunan,
7. Pengendalian Penyakit Penting pada Tanaman kentang merah, dan
8. Praktek Pembuatan Pupuk Organik
22
e. Pengamatan komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman kentang merah
Bibit
Bibit tanaman kentang merah yang digunakan berasal dari
produksi tanaman sebelumnya, bukan dari tanaman yang disediakan
khusus untuk bibit tanaman, sehingga dari segi penyakit bawaan relatif
banyak. Hal ini karena pada tanaman kentang penyakit terus terakumulasi
pada umbi hasil penanaman yang berulang-ulang. Kondisi seperti ini tidak
bisa dihindari karena penjualan bibit yang benar-benar sehat belum ada.
Pemilihan bibit yang digunakan merupakan seleksi dari hasil tanaman
produksi yang ukurannya relatif kecil saja.
Tinggi Tanaman
Rata-rata tinggi tanaman kentang merah pada umur 7 minggu
setelah tanam setinggi 62,95 cm pada jarak tanam dalam bedengan 35
cm dan 64,45 cm pada jarak tanam dalam bedengan 40 cm. Tinggi
tanaman tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan tinggi tanamaan
pada pengkajian kentang merah pada tahun 2012 yang dilakukan BPTP
Bengkulu dengan tinggi mencapai 75,70 cm untuk jarak tanam dalam
bedengan 35 cm dan 71,80 cm untuk jarak tanam dalam bedengan 40 cm
(BPTP Bengkulu, 2012).
Pada umur 9 minggu setelah tanam, tanaman tidak mengalami
pertumbuhan tinggi tanaman lagi. Menurut Soelarso (1998), setelah 45 –
50 hari setelah bertunas (57 – 63 hst), pertumbuhan ini akan berhenti.
Setelah 75 – 80 hari setelah bertunas, daun menguning dan 10 hari
kemudian tanaman mati.
Berat umbi pertanaman
Semakin banyak pupuk NPK Phonska yang diberikan, rata-rata
berat umbi per tanaman semakin berat. Hal ini menunjukkan bahwa
pupuk SP-36 yang ditambahkan tidak begitu berperan bagi hasil berat
rata-rata umbi pertanaman yang dihasilkan. Kebutuhan SP-36 telah
dipenuhi dari pupuk NPK Phonska.
Pupuk NPK Phonska juga berpengaruh terhadap persentase
besarnya ukuran umbi yang dihasilkan. Jumlah dosis pupuk NPK Phonska
sebesar 1.400 dan 1.500 kg/ha menghasilkan persentase umbi besar
23
lebih dari 50% baik pada jarak tanam dalam bedengan 35 cm maupun 40
cm. Sedangkan jumlah dosis pupuk NPK Phonska yang 1.000 kg/ha hanya
menghasilkan persentase umbi ukuran besar pada jarak tanam dalam
bedengan 40 cm. Sementara pada jarak tanam dalam bedengan 35 cm
menghasilkan persentase umbi ukuran besar kurang dari 50%, yaitu
47,5186 %.
Menurut Badan Litbang Pertanian (1989), pada hasil panen
kentang selalu terdapat umbi yang bervariasi besarnya mulai dari yang
berukuran kurang dari 20 gram sampai yang lebih dari 150 gram. Apabila
dikelompokkan berdasarkan besarnya maka persentase tiap kelompok
selalu berbeda setiap per tanaman dan varietas, tergantung pada
kesuburan, macam bibit yang ditanam (mutu dan besar), iklim dan faktor
lainnya. Grading umbi secara keseluruhan (sesuai dengan sistem petani
Pengalengan dan Wonosobo) seperti Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Klas umbi dan ukuran umbi hasil panen.
Klas umbi Ukuran umbi (berat umbi)
Umbi konsumsi 80 gram
Umbi klas A (bibit besar) 60 – 80 gram
Umbi klas B (bibit sedang) 45 – 60 gram
Umbi klas C (bibit) 30 – 45 gram
Umbi Ares (bibit kecil dan kriil) < 30 gram
Selanjutnya menurut Adiyoga, W. Dkk. (2004), volume lingkungan
tumbuh yang lebih besar akan menghasilkan jumlah umbi lebih sedikit,
tetapi dengan ukuran umbi lebih besar. Sebaliknya volume lingkungan
tumbuh yang kecil akan menghasilkan jumlah umbi lebih banyak, namun
dengan ukuran umbi lebih kecil.
Produktivitas tanaman
Produksi per tanaman dipengaruhi oleh jarak tanam dan pupuk
yang diberikan. Semakin luas jarak tanam dan semakin tinggi dosis pupuk
yang diberikan sampai ukuran tertentu, akan meningkatkan produksi per
tanaman. Namun demikian, produktivitas yang dicapai dengan jarak
tanam yang lebih luas dan dosis pupuk yang lebih tinggi belum tentu
memberikan produktivitas yang lebih tinggi pula. Hal ini karena yang
dihitung adalah hasil keseluruhan tanaman dalam satu hektar.
24
Menurut Adiyoga, W. Dkk. (2004), volume lingkungan tumbuh
yang lebih besar akan menghasilkan jumlah umbi lebih sedikit, tetapi
dengan ukuran umbi lebih besar. Sebaliknya volume lingkungan tumbuh
yang kecil akan menghasilkan jumlah umbi lebih banyak, namun dengan
ukuran umbi lebih kecil.
Oleh karena itu dalam penetuan jarak tanam sangat ditentukan dari
tujuan penanaman yang diinginkan. Apakah untuk mendapatkan
ukuran umbi besar sebagai umbi konsumsi, atau ukuran umbi kecil
sebagai umbi bibit.
4.4. Pengukuran Indikator Kinerja
Pengukuran indikator kinerja terkait dengan produktivitas, produksi,
dan tingkat harga. Produktivitas kentang merah pada tahun 2013
mengalami penurunan menjadi hanya 5,06 t/ha yang disebabkan oleh
gangguan iklim yang sangat ekstrim pada saat tanaman mencapai umur
55 hst. Penurunan produktivitas ini sangat jauh bila dibandingkan dengan
produktivitas umumnya Kabupaten Rejang Lebong yang 13,65 ton/ha.
Namun demikian karena semua petani yang menanam kentang
bersamaan dengan penanaman kentang merah petak percontohan, juga
mengalami kegagalan panen, maka pengukuran indikator kinerja tidak
dilakukan.
25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a. Muatan pertanian perdesaan dalam m-P3MI memiliki konteks diseminasi
inovasi teknologi kentang merah yang berorientasi pada suatu kawasan
secara komparatif. Oleh karena kentang merah memiliki tingkat
kesesuaian yang tinggi terhadap kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan
budaya setempat, komoditas ini bisa diwujudkan sebagai suatu usaha
agribisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan.
b. Pembinaan petani telah dilakukan melalui beberapa kali pertemuan
petani, sehingga informasi kegiatan dan perkembangan lapangan m-P3MI
kentang merah di Kabupaten Rejang Lebong diketahui oleh stakeholder
dan kelompok tani di sekitar lokasi kegiatan. Materi yang dibahas pada 3
kali pertemuan petani yaitu : a) kebijakan pemerintah daerah terhadap
komoditas kentang merah, b) Model Pengembangan Pertanian Perdesaan
Melalui Inovasi (m-P3MI), c) kelembagaan petani, d) peluang pasar
kentang merah, e) pembinaan kelompok, f) pertanian ramah lingkunan,
g) pengendalian penyakit penting pada tanaman kentang merah, dan h)
praktek pembuatan pupuk organik.
c. Keberhasilan penanaman kentang merah sangat mempengaruhi petani
untuk mendorong petani menanam kentang merah sebagai tanaman
spesifik lokasi Kabupaten Rejang Lebong. Penurunan produksi yang
dicapai merupakan musibah yang terjadi karena gangguan iklim yang
ekstrim.
5.2. Saran
a. Perlu adanya keselarasan pembinaan petani kentang merah antara
kegiatan m-P3MI dengan pemerintah daerah khususnya Dinas Pertanian
Kabupaten Rejang Lebong, agar kegiatan menjadi lebih komplit sehingga
dapat memberikan dampak yang lebih besar bagi petani.
b. Agar kesinambungan produksi kentang merah dapat terjamin,
ketersediaan bibit yang baik pada setiap musim tanam harus selalu
tersedia. Hal ini dapat dilakukan dengan kesadaran petani dalam
mengatur pola tanam untuk produksi konsumsi atau produksi bibit.
26
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoga, W., S. Rachman, T. Agoes, S. Budi. J, K. U. Bagus, R. Rini Dan M. Darkam. 2004. Profil komoditas Kentang. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. 1989. Kentang. Balai Penelitian Hortikultura Lembang.
Bahar, YH. 2009. Panen Perdana Kentang Granola. http://ditsayur.hortikultura.deptan.go.id/index.php?Itemid=39&id=43&option=com_content&task=view[03 Nov 09].
BPTP Bengkulu. 2011. Laporan Akhir Tahun. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI). 2011.
BPTP Bengkulu. 2012. Laporan Akhir Tahun. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI). 2012.
Damiri Ahmad dan Makruf E. 2012. Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Merah Pada Lahan Dataran Tinggi Kabupaten Rejang Lebong Bengkulu. Makalah disampaikan pada Seminar Hasil penelitian Pengkajian dan Diseminasi Mendukung 4 Sukses Program Kementerian Pertanian. Bengkulu, 14 Desember 2012.
Soelarso, B. 1998. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Kanisius.
Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong. 2012. Daftar Isian Profil Desa/Kelurahan Desa Karang Jaya Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.
Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Pengembangan Pertanian Perdesaaan Melalui Inovasi (M-P3MI). Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.
Puslitbangtan. 2007. Diseminasi Hasil Penelitian Tanaman Pangan. http://www.puslittan.bogor.net/index.php?bawaan=berita/fullteks_berita&&id_menu=3&id_submenu=3&id=154[22 Juni 2011]
27
ANALISIS RESIKO
Analisis resiko pelaksanaan kegiatan m-P3MI kentang merah seperti
tercantum pada Tabel berikut :
Tabel 8. Daftar Resiko
No Tahap Kegiatan
Identifikasi Resiko Penyebab Dampak
1. Sosialisasi Petani belum
memahami kegiatan
Kurang memahami
juknis yang di berikan (bagikan)
Pelaksanaan tidak
sesuai perencanaan
2. Perbenihan Produktivitas yang
dicapai rendah
Benih telah ditanam
berulang-ulang dalam waktu lama,
biasanya terjadi akumulasi penyakit
Produksi rendah
3. Hama dan
penyakit
Petani banyak
belum memahami
jenis pestisida yang digunakan
Petani belum
mengerti bahan
aktif dari pestisida yang digunakan
Penggunaan
pestisida sembarangan dan
pengaruhnya
kurang efektif dan efisien serta
tergantung hanya pada merek dagang
4. Pemupukan
Petani belum memahami konversi
pupuk tunggal ke pupuk majemuk
Petani belum
mendapat informasi cara menghitung
konversi pupuk tunggal ke pupuk
majemuk
Tidak efisiennya
penggunaan pupuk
5. Pemerataan informasi
teknologi
Sebagian kecil petani dalam
kelompok yang memahami
teknologi budidaya
kentang merah
Informasi terbatas pada ketua
kelompok tani saja
Banyak anggota kelompok yang
belum mengetahui informasi teknologi
budidaya kentang
merah secara utuh
6. Keyakinan terhadap
teknologi
Petani tidak mau
menerapkan sebelum melihat
sendiri kekuatan teknologi
Kurangnya
percontohan-
percontohan kegiatan budidaya
kentang merah yang produktivitas
tinggi
Produktivitas yang dicapai tetap rendah
28
Tabel 9. Penanganan Resiko
No Tahap
Kegiatan Identifikasi Resiko Penyebab Penanganan Resiko
1. Sosialisasi Petani belum memahami kegiatan
Kurang memahami juknis yang
diberikan (bagikan)
Penjelasan lebih
rinci tentang pelaksanaan
kegiatan
2. Perbenihan Produktivitas yang dicapai rendah
Benih telah ditanam berulang-ulang
dalam waktu lama, biasanya terjadi
akumulasi penyakit
Seleksi tanaman sehat untuk
dijadikan sumber benih pertanaman
selanjutnya
3. Hama dan
penyakit
Petani banyak
belum memahami
jenis pestisida yang digunakan
Petani belum
mengerti bahan
aktif dari pestisida yang digunakan
Penjelasan tentang pestisida dan bahan
aktif yang menjadi
pedoman dalam penggunaan
pestisida
4. Pemupukan
Petani belum
memahami konversi pupuk tunggal ke
pupuk majemuk
Petani belum mendapat informasi
cara menghitung konversi pupuk
tunggal ke pupuk majemuk
Memberikan pelatihan cara
menghitung konversi pupuk
tunggal ke pupuk majemuk
5.
Pemerataan
informasi
teknologi
Sebagian kecil
petani dalam
kelompok yang memahami
teknologi budidaya kentang merah
Informasi terbatas
pada ketua
kelompok tani saja
Melakukan
pertemuan pada semua anggota
kelompok dan
penjelasan informasi teknologi
secara utuh
6. Keyakinan terhadap
teknologi
Petani tidak mau
menerapkan sebelum melihat
sendiri kekuatan teknologi
Kurangnya
percontohan-
percontohan kegiatan budidaya
kentang merah yang produktivitas
tinggi
Mengundang
anggota kelompok
tani setiap ada pertemuan dan
pelaksanaan tahapan kegiatan
sampai panen
29
JADWAL KERJA
Jadual pelaksanaan kegiatan dan bulan pelaksanaan kegiatan seperti
Tabel 10 berikut :
Tabel 10. Jadwal kegiatan dan bulan pelaksanaan
No. Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan: Desk study /pengumpulan data sekunder
Penyempurnaan proposal
2. Pelaksanaan: Hunting dan pemantapan lokasi
Sosialisasi Penentuan kooperator
Pengenalan perlakuan
Pembinaan 3. Pengolahan data 4. pelaporan
30
PEMBIAYAAN
A. Rencana Anggaran Biaya
Pembiayaan disusun sesuai dengan rencana anggaran biaya kegiatan.
Untuk kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi
(m-P3MI), rencana anggaran biayanya seperti Tabel 11 berikut :
Tabel 11. Rencana anggaran biaya kegiatan
No Jenis Pengeluaran KENTANG MERAH
Volume Satuan Jumlah
124.425.000
1 Belanja Bahan 34.545.000
- Bahan sarana produksi dan pendukung lainnya 1 Paket 25.882.000 25.882.000
- ATK dan komputer suplies dan Pelaporan 1 Paket 6.663.000 6.663.000
- Pencetakan bahan informasi (leaflet dan komik) 1 Paket 2.000.000 2.000.000
2 Honor output kegiatan 2.765.000
UHL Petani 79 OH 35.000 2.765.000
3 Belanja Barang Non Operasional lainnya 15.000.000
- Akomodasi dalam rangka rapat koordinasi, temu lapang, kemitraan, sosialisasi FGD, pertemuan 3 kali 5.000.000 15.000.000
4 Belanja Jasa Profesi
2.000.000
Analisa Laboratorium 1 Paket 2.000.000 2.000.000
5 Belanja Perjalanan Lainnya 70.115.000
- Perjalanan ke pusat 3,0 OP 5.000.000 15.000.000
- Perjalanan ke daerah 151 OH 365.000 55.115.000
31
B. Realisasi Anggaran
Pembiayaan kegiatan dilakukan sesuai dengan peruntukannya, sehingga
tidak semua pembiayaan habis digunakan seperti Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Realisasi anggaran
No Jenis Pengeluaran KENTANG MERAH
Realisasi Anggaran
(Rp)
Persentase Keuangan
(%) Persentase Fisik (%)
1 Belanja Bahan
- Bahan sarana produksi dan pendukung lainnya 25.853.550 99,89 100,00
- ATK dan komputer suplies dan Pelaporan 6.374.750 95,67 100,00
- Pencetakan bahan informasi (leaflet dan komik) 2000.000 100,00 100,0
2 Honor output kegiatan
UHL Petani 2.765.000 100,00 100,00
3 Belanja Barang Non Operasional lainnya
- Akomodasi dalam rangka rapat koordinasi, temu lapang, kemitraan, sosialisasi FGD, pertemuan 15.000.000 100,00 100,00
4 Belanja Jasa Profesi
Analisa Laboratorium 1.860.000 93,00 100,00
5 Belanja Perjalanan Lainnya
- Perjalanan ke pusat 15.000.000 100,00 100,00
- Perjalanan ke daerah 55.115.000 100,00 100,00
32
PERSONALIA
Untuk pelaksanaan operasional di lokasi m-P3MI di Desa Karang Jaya
Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong, maka telah dibentuk
personalia organisasi pelaksana m-P3MI berdasarkan Keputusan Kepala BPTP
Bengkulu dengan Surat Keputusan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bengkulu Nomor: 24/Kpts/KP.440/I.12.4/01/13 tentang Pengangkatan
Penanggung Jawab dan Anggota Tim Pengkajian dan Diseminasi Tahun 2013.
Tabel 13. Anggota Tim Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) Kentang Merah
No Penjab Kegiatan/
Angggota Peneliti/Gelar NIP
Bidang
Keahlian
Jenjang
Fungsional
1. Ir. Ahmad Damiri, M. Si 19630920 199203 1 001 Agronomi Penyuluh
Pertanian Madya
2. Ir. Eddy Makruf 19561005 198803 1 001 Agronomi Penyuluh
Pertanian Madya
3. Yartiwi, SP 19791030 200901 2 004 Agronomi Peneliti Pertama
4. Yoyo 19600907 198503 1 003 SLTA Teknisi
5. Adianto, A.Md 19720103 199803 1 004 Komputer Teknisi
ROADMAP
Peta Jalan (Roadmap) Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovas (m-P3MI) seperti Tabel 14 berikut.
Tabel 14. Peta Jalan (Roadmap) Model Pengembangan Pertanian Perdesaan
Melalui Inovas (m-P3MI).
Uraian Tahun
2013 2014 2015
Tujuan
- Penentuan lokasi
- Sentra kentang merah
- Perencanaan model
pengembangan
- Mendapatkan model
pengembangan
Manfaat
- Mengetahui aktivitas
petani - Pembinaan pada
petani kentang merah
- Pemanfaatan
sumberdaya pertanian
- Optimalisasi
sumberdaya pertanian
Output
- Lokasi ujicoba
- Teknologi kentang merah
- Model yang dibuat
mendekati model ideal
- Model yang siap
dikembangkan
Kegiatan
- Penerapan teknologi
budidya kentang merah
- Pembinaan kelompok tani
- Perbaikan teknologi
budidya kentang merah
- Pemanfaatan
teknologi budidya kentang merah
34
Lampiran 1. Foto pertumbuhan tanaman kentang merah di lapangan dan foto Pertemuan Petani I
Pelaksanaan panen kentang merah penanaman pertama
Pelaksanaan panen kentang merah penanaman pertama
Hasil panen kentang merah penanaman pertama sebesar 5,06 t/ha
Foto saat penyampaian materi dan tannggapan Ketua Gapoktan pada pertemuan petani tanggal 13 Juni 2013
35
Lampiran 2. Foto pertemuan petani dengan petugas ke II dan ke III
Peserta pertemuan petani dengan petugas ke II
Penyampaian materi oleh Kadistan RL (Ir. Reda Kusmartono, M. Si)
Peserta pertemuan petani dengan petugas ke II
Penyampaian materi dari BPTP Bengkulu (Yartiwi, SP) pada
pertemuan petani ke III
Penyampaian materi dari Kadistan RL (Ir. Reda Kusmartono, M. Si) pada
pertemuan petani ke III
Pembiakan thricoderma dilanjutkan dengan pembuatan kompos pada pertemuan petani ke III
37
Lampiran 4. Penetapan lokasi dan ke lompok tani penerima bantuan pengembangan kawasan kentang subsektor hortikultura Dinas Pertaanian Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2013
No Nama Kelompok/Ketua
Jumlah Anggota
Luas Pengembangan
Desa/Kecamatan
1. Sumber Manis Samhudi
13 5 ha Sumber Bening Selupu Rejang
2. Mitra Tani Sagiman
10 5 ha Kampung Baru Selupu Rejang
3. Sido Mulyo Masmudi
15 5 ha Kampung Baru Selupu Rejang
4. Mekar Sari Sulastoro
12 5 ha Kampung Baru Selupu Rejang
5. Berkah Tani Noviyanto
18 5 ha Sumber Bening Selupu Rejang
6. Limo Sempurno Tri Sanjoko
17 5 ha Kayu Manis Selupu Rejang
7. Karya Maju Darjo
13 5 ha Talang Lahat Sindang Kelingi
8. Maju Bersama Sri Suarni
11 5 ha Sindang Jaya Sindang Kelingi
39
Lampiran 6. Hasil analisis tanah lokasi kegiatan petak percontohan m-P3MI tahun 2013 (Desa Talang Lahat Kab. Rejang Lebong)