pendampingan program pencapaian swasembada...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR TAHUN
PENDAMPINGAN PROGRAM PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI/KERBAU
DI PROPINSI BENGKULU
Wahyuni Amelia Wulandari
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2013
26/1801.019/011/A/RODHP/2013
LAPORAN AKHIR TAHUN
PENDAMPINGAN PROGRAM PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI/KERBAU
DI PROPINSI BENGKULU
Wahyuni Amelia Wulandari
Siswani Dwi Daliani Zul Efendi
Erpan Ramon Marzan
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
karunia-Nyalah Laporan akhir Tahun 2013 kegiatan Pendampingan Program PSDSK di
Provinsi Bengkulu, dapat diselesaikan. Laporan ini berisi tentang hasil kegiatan dari
Januari sampai dengan Desember 2013 pelaksanaan kegiatan Pendampingan Program
PSDSK di Provinsi Bengkulu sekaligus sebagai pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan
kegiatan PSDSK di Provinsi Bengkulu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPTP Bengkulu atas bimbingan
dan arahan-arahannya dalam kegiatan ini, demikian juga kepada rekan-rekan anggota tim
yang telah memberikan tenaga dan pikiran sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan
baik. Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bengkulu, November 2013 Penanggung Jawab Kegiatan,
Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si NIP. 19750724 199903 2 002
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Pendampingan Program Pencapaian Swasembada
Daging Sapi/Kerbau (PSDSK) di Provinsi Bengkulu
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2013
5. Status Kegiatan (L/B) : Lanjutan
6. Penanggung Jawab
a. Nama : Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si
b. Pangkat/Golongan : Penata /IIIc
c. Jabatan : Peneliti Muda
7. Lokasi : 2 (Dua) Kabupaten
8. Agroekosistem : Lahan kering
9. Tahun Mulai : 2010
10. Tahun Selesai : 2014
11. Output Tahunan : Adopsi inovasi teknologi meningkat pada pelaksanaan pendampingan di lokasi PSDSK melalui temu lapang, apresiasi, demplot, pelatihan petani dan petugas, bimbingan khusus dan penerapan teknologi penunjang penggemukan sapi potong.
12. Output Akhir : Meningkatkan produktivitas sapi potong/kerbau di
Bengkulu dengan dukungan IPTEK untuk memenuhi
swasembada daging sapi/kerbau.
13. Biaya TA. 2013 : Rp. 100.000.000,- (Seratus juta rupiah).
Koordinator Program, Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690427 199803 1 001
Penanggung Jawab RDHP,
Wahyuni A. Wulandari, S.Pt, M.Si NIP.19750724 199903 2 002
Mengetahui : Kepala BBP2TP, Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng NIP. 19610802 198903 1 011
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
iii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii DAFTAR ISI ................................................................................................ iv DAFTAR TABEL ……………........................................................................... v DAFTAR GAMBAR ………….......................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ……….......................................................................... vii RINGKASAN ………………............................................................................ viii I. PENDAHULUAN …….……………………………………….…………………… 1 a. Latar Belakang ………………………………………………………………………….… 1 b. Dasar Pertimbangan ……………………………………………………………………. 3 c. Tujuan ……………..……………………………………………………………………….… 4 d. Keluaran Yang Di Harapkan …………..………………………………………………. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………… 5 III
. PROSEDUR ………………..……………………………………………………… 7
3.1. Pendekatan (Kerangka Pemikiran) ……………………………………………….… 7 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ……………………………………………………………….. 7 3.3. Bahan Dan Metode Pelaksanaan Kegiatan ……………………………..……….. 8 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ….………………………………………………… 9 4.1. Karakteristik Lokasi Pendampingan ……………………………………………….… 10 4.2. Sosialisasi kegiatan dan Perjalanan Rapat Kerja BBP2TP Untuk
Melakukan Evaluasi, Pembahasan Pemantapan Kegiatan Pendampingan PSDSK …………………………………………………………………………………………..
12 4.3 Metode Desiminasi ………….…………………………………………………………… 17 V. KESIMPULAN DAN SARAN ….………………………………………………….. 28 5.1. Kesimpulan …………………..……………………………………………………………… 28 5.2. Saran …………………………….…………………………………………………………… 28 DAFTAR PUSTAKA ………..…………………………………………………………… 29 ANALISIS RESIKO ………..…………………………………………………………… 30 JADWAL KERJA ………………………………………………………………………… 31 PEMBIAYAAN …………………………………………………………………………… 32 REALISASI ANGGARAN ….…………………………………………………………… 33 PERSONALIA ……………….…………………………………………………………… 34 LAMPIRAN …………………....………………………………………………………… 35
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Luas wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah …………………………………………….. 10
2. Jenis Tanah Kabupaten Bengkulu Tengah ………………………………………………. 11
3. Materi yang disampaikan pada acara sosialisasi diKabupaten Kepahiang …… 14
4. Hasil analisis Proksimat Pakan Ternak Sumber Rejeki ………………………….…… 18
5. Keragaan PBBH Ternak Sumber Rejeki Kabupaten Bengkulu Tengah .......... 19
6. Analisis finansial penggemukan sapi bali jantan yang diberikan 3 perlakuan pakan berbeda pada umur pemeliharaan 3 bulan Pada Kelompok Sumber
Rejeki ....................................................................................................
20
7. Hasil Analisis Proksimat Pakan Konsentrat Kelompok Ternak Sri Rejeki .…… 21
8. Keragaan Pertambahan Bobot Badan (PBBH) Sapi Lokal Kelompok Ternak Sri Rejeki Kabupaten Bengkulu Tengah …………………………………………………
21
9. Analisis finansial penggemukan sapi bali jantan yang diberikan 3 perlakuan pakan berbeda pada umur pemeliharaan 3 bulan Pada Kelompok Sri Rejeki
22
10. Hasil analisis Proksimat pakan Konsentrat Kelompok Ternak Tani Jaya dan Sidomulyo Desa Mekarsari berbasis kulit kopi ………………………………………..
23
11. Keragaan Pertambahan Bobot Badan (PBBH) sapi lokal di Kelompok Ternak Tani Jaya dan Sidomulyo Kabupaten Kepahiang .......................................
24
12. Analisis finansial penggemukan sapi bali jantan yang diberikan 3 perlakuan pakan berbeda pemeliharaan selama tiga bulan masa pemeliharaan .........
24
13. Hasil analisis Proksimat pakan Konsentrat Kelompok Ternak Sidodadi II dan Margo Mulyo Desa Tugurejo berbasis onggok …………………………………………
25
14. Keragaan Pertambahan Bobot Badan (PBBH) sapi lokal di Kelompok Ternak Sidodadi II dan Margo Mulyo Kabupaten Kepahiang ..................................
26
15. Analisis Finansial Penggemukan Sapi Bali Jantan Berumur 1 - 2 Tahun Yang Diberikan 3 Perlakuan Pakan Pada Pemeliharaan Selama 3 Bulan ...............
26
16. Pembinaan bagi Peternak dan Petugas Lapangan Kabupaten Bengkulu Tengah Dan Kabupaten Kepahiang ..........................................................
27
17. Daftar resiko pelaksanaan kegiatan ..........................................................
30
18. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan kegiatan ..............................
30
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Foto-foto pelaksanaan kegiatan Sosialisasi kegiatan Pendampingan PSDSK di Kabupaten Kepahiang ………………………………………………............................ 13
1. Foto-foto pelaksanaan kegiatan Sosialisasi kegiatan Pendampingan PSDSK di
Kabupaten Bengkulu Tengah ……………………………………………………………….. 16
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1. Berita Pelatihan Pembuatan Pakan Tambahan Berbasis Kulit Kopi diHarian Bengkulu Ekspress .................................................................... 34
2. Foto-foto Kegiatan Pendampingan PSDSK ..................................... 35
3. Hasil Analisis Proksimat Bahan Pakan Konsentrat........................... 37
vii
RINGKASAN
1. Judul : Pendampingan Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi/Kerbau (PSDSK) di Propinsi Bengkulu
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Tujuan : 1. Meningkatkan pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator) tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi/temu lapang.
2. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peternak tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pembinaan secara partisipatif.
3. Meningkatkan produktivitas ternak sapi potong melalui teknologi penggemukan sapi potong.
4. Keluaran/Output : 1. Meningkatnya pemahaman petugas (penyuluh lapang
dan inseminator) tentang teknologi penggemukan
sapi potong melalui pelatihan/apresiasi.
2. Meningkatnya keterampilan dan pengetahuan
peternak tentang teknologi penggemukan sapi
potong melalui pembinaan secara partisipatif.
3. Meningkatnya produktivitas ternak sapi potong
melalui teknologi penggemukan sapi potong.
5. Prosedur : 1. Pengawalan/pendampingan program PSDSK akan dilaksanakan di 2 kabupaten, yang kegiatannya dimulai dari bulan Januari - Desember 2013.
2. Ruang lingkup kegiatan pendampingan meliputi : a). Terjalinnya koordinasi yang baik antar institusi baik ditingkat pusat, provinsi maupun kabupaten dalam mendukung swasembada daging sapi, b). Penyediaan bahan informasi teknologi, alat dan bahan pendukung lainnya, c). Menyiapkan narasumber dari lingkup BPTP Bengkulu maupun Litbang Pertanian, d). Melaksanakan apresiasi teknologi bagi penyuluh dan petani/peternak, e). Melakukan demontrasi plot teknologi penggemukan sapi potong, f). Temu lapang teknologi penggemukan sapi potong, g). Pelatihan pembuatan pakan tambahan dari limbah tanaman perkebunan dan pertanian, pelatihan pemilihan sapi bakalan, budidaya sapi potong, identifikasi HMT dan pakan konsentrat, h). Bimbingan khusus dan penerapan teknologi penunjang dalam usaha penggemukan sapi potong, i). Pengumpulan data dan informasi, j). Membuat laporan hasil.
3. Tahapan pelaksanaan kegiatan pendampingan meliputi: 1). Koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu dan Dinas
viii
Peternakan Kabupaten terpilih, 2). Identifikasi kebutuhan pengkajian dan diseminasi untuk menggali potensi dan masalah di lokasi pendampingan, serta melaksanakan sosialisasi dan apresiasi teknologi yang akan diintroduksikan, 3). Penyusunan petunjuk pelaksanaan (juklak),4). Melaksanakan bimbingan temu lapang (apresiasi dan penyebarluasan teknologi), 5). Melaksanakan pelatihan petani dan petugas, 6). Melaksanakan demplot teknologi penggemukan sapi potong jantan, 7). Menganalisis umpan balik kegiatan.
6. Capaian : 1. Produktivitas ternak sapi potong meningkat melalui
teknologi penggemukan sapi potong. 2. Peningkatan pemahaman petugas (penyuluh lapang
dan inseminator) tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi.
3. Keterampilan dan pengetahuan peternak meningkat tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pembinaan secara partisipatif.
4. Manfaat : 1. Meningkatkan pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator) tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi/temu lapang.
2. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peternak tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pembinaan secara partisipatif.
3. Meningkatkan adopsi inovasi teknologi pada teknologi penggemukan sapi potong pada aspek on farm maupun off farm.
4. Meningkatkan produktivitas ternak sapi potong melalui
teknlogi penggemukan sapi potong.
8. Dampak : 1. Teknologi yang diintroduksikan dapat diadopsi secara luas oleh peternak dalam rangka mewujudkan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
2. Mempercepat pencapaian swasembada daging sapi/kerbau.
3. Peningkatan produktivitas ternak sapi melalui teknologi penggemukan sapi potong yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi setempat.
9. Jangka Waktu : 5 Tahun
10. Biaya : Rp. 100.000.000
ix
SUMMARY
1. Title : Achieving Self-Sufficiency Assistance Program Beef / Buffalo (PSDSK) in Bengkulu
2. Institution : Assesment Institute For Agricultural Technology Of Bengkulu
3. Objectives : 1. Increase understanding of officers (extension field
and inseminator) of beef cattle feedlot technology through training / appreciation / open-field.
2. Improve the skills and knowledge of farmers on cattle fattening technologies through participatory development.
3. Increase productivity through technological cattle fattening beef cattle.
4. Outputs : 1. Increased understanding of the attendant (extension
field and inseminator) of beef cattle feedlot
technology through training / appreciation.
2. Increased skills and knowledge of farmers on cattle
fattening technologies through participatory
development.
3. Increased productivity through technological cattle
fattening beef cattle.
5. Procedure : 1. Escort / PSDSK mentoring program will be
implemented in two counties, whose activities
started in January-December 2013.
2. The scope of assistance activities include: a).
Establishment of good coordination between
institutions both at the central, provincial and district
levels in support of self-sufficiency in beef, b).
Supply of information technology, equipment and
other supporting materials, c). Setting up the
speakers from the scope of the Ministry of
Agriculture and Agricultural Research Bengkulu, d).
Implement technology appreciation to the agents
and farmers / ranchers, e). Perform technology
demonstration plot fattening beef cattle, f). Open-
field technology fattening beef cattle, g). Training of
additional food from crops and agricultural waste,
training election cows, beef cattle farming, forage
and concentrate feed identification, h). Specific
guidance and application of assistive technology in
beef cattle fattening, i). Gathering data and
information, j). Make a report.
x
3. Phase of the mentoring activities include: 1).
Coordination with the Department of Animal
Husbandry and Animal Health Bengkulu province and
elected DVO, 2). Identification of needs assessment
and dissemination to explore the potential and
problems in location assistance, and the
dissemination and appreciation of technology that
will be introduced, 3). Preparation of guidelines
(guidelines), 4). Implement the guidance of an open-
field (appreciation and dissemination of technology),
5). Implement training of farmers and workers, 6).
Implement technology demonstration plots bull
fattening beef cattle, 7). Analyzing feedback
activities.
6. Achievement : 1. Increased cattle productivity through technology fattening beef cattle.
2. Improved understanding of the attendant (extension field and inseminator) of beef cattle feedlot technology through training / appreciation.
3. Skills and knowledge of farmers increased beef cattle feedlot technology through participatory development.
7. Benefits : 1. Increase understanding of officers (extension field and inseminator) of beef cattle feedlot technology through training / appreciation / open-field.
2. Improve the skills and knowledge of farmers on cattle fattening technologies through participatory development.
3. Increase the adoption of technological innovations in the technological aspects of fattening beef cattle on the farm and off farm.
4. Increase productivity through technology cattle fattening beef cattle.
8. Impact : 1. Introduced the technology to be widely adopted by farmers in order to realize sustainable agriculture and environmentally friendly.
2. Accelerate the achievement of self-sufficiency in beef / buffalo.
3. Increased productivity through technological cattle fattening beef cattle in accordance with the local socio-economic and agro-ecosystems.
9. Period : 5 Year
10. Cost : Rp. 100.000.000
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2010 permintaan daging sapi nasional mencapai 402,9 ribu
ton, dimana pemerintah baru dapat menyediakan dari produksi lokal sebesar
282,9 ribu ton. Guna memenuhi permintaan daging nasional, pemerintah
melakukan impor sebesar 35% yang terdiri dari sapi bakalan sebesar 46,3 ribu
ton dan daging sebesar 73,7 ribu ton. Seiring dengan pertambahan penduduk
dan meningkatnya pendapatan, maka kebutuhan daging sapi pada tahun 2014
diprediksi akan meningkat menjadi 467 ribu ton (meningkat 10% dari tahun
2010). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sekitar 420,3 ribu ton diperoleh dari
produksi lokal dan sisanya 46,7 ribu ton (10%) dipenuhi dari impor (Bahri S,
2011).
Dalam rangka memenuhi target produksi daging sapi lokal sebesar 420,3
ribu ton, Kementerian Pertanian mencanangkan Program Swasembada Daging
Sapi (PSDS) Tahun 2014, yang terdiri dari 5 Program Pokok yaitu: (1)
Penyediaan bakalan/daging sapi lokal; (2) Peningkatan produktivitas dan
reproduktivitas ternak sapi lokal, (3) Pencegahan pemotongan sapi betina
produktif, (4) Penyediaan bibit sapi, dan (5) Pengaturan stock daging sapi dalam
negeri. Program Pokok tersebut dijabarkan ke dalam 13 kegiatan operasional,
yaitu: (1) Pengembangan usaha pengembangbiakan dan penggemukan sapi; (2)
Pengembangan pupuk organik dan biogas; (3) Pengembangan integrasi ternak-
tanaman; (4) Pemberdayaan dan peningkatan kualitas rumah potong hewan; (5)
Revitalisasi kegiatan IB dan INKA beserta sarana pendukungnya; (6) Penyediaan
dan pengembangan pakan dan air; (7) Penanggulangan gangguan reproduksi
dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan; (8) Penyelamatan sapi betina
produktif; (9) Penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha
pembibitan; (10) Pengembangan usaha pembibitan sapi potong melalui village
breeding centre (VBC); (11) Penyediaan bibit melalui subsidi bunga (program
KUPS); (12) Pengaturan impor sapi bakalan dan daging; serta (13) Pengaturan
distribusi dan pemasaran sapi bakalan dan daging sapi di dalam negeri.
Pada bulan November 2010 dalam rangka launching Gerakan Aksi
Membangun Pertanian Rakyat Terpadu Provinsi Banten, Menteri Pertanian
2
menyatakan bahwa PSDS juga berasal dari daging kerbau, sehingga Ditjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan telah melakukan revisi Blue Print Program
Swasembada Daging Sapi menjadi Program Swasembada Daging Sapi dan
Kerbau (PSDSK) 2014.
Jumlah ternak sapi potong di Provinsi Bengkulu tahun 2009 sebanyak
97.500 ekor dan pada tahun 2010 sebanyak 103.262 ekor sehingga mengalami
peningkatan sebesar 1,06% kemudian pada tahun 2011 sebanyak 98.948 kondisi
ini mengalami penurunan populasi sebesar 4,18 % dari tahun 2010. Sapi potong
merupakan salah satu komoditas unggulan yang dapat memenuhi kebutuhan
protein hewani dan telah berkembang di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu
berdasarkan data angka pemotongan ternak sapi dalam beberapa tahun terakhir
telah terjadi penurunan pemotongan ternak sapi cukup tinggi yaitu dari 11.078
ekor pada tahun 2003 menjadi 7.277 ekor pada tahun 2006 dan meningkat
kembali menjadi 10.948 ekor pada tahun 2010 pada tahun 2011 terjadi
peningkatan pemotongan hewa sejumlah 18.327 ekor. (BPS Bengkulu, 2012).
Program PSDSK memerlukan peningkatan populasi sapi potong dengan
cara meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan calon induk sapi dalam jumlah
besar. Untuk mendukung peningkatan populasi tersebut terutama pada usaha
peternakan rakyat dan peningkatan produktivitas per unit ternak pada usaha
ternak sapi potong diperlukan suatu teknologi tepat guna spesifik lokasi sesuai
dengan kondisi agroekosistem dan kebutuhan pengguna.
Usaha penggemukan adalah usaha yang memiliki keunggulan dengan
tingkat perputaran modal usaha yang sangat tinggi. Tujuan usaha penggemukan
adalah untuk memenuhi kebutuhan ternak pada hari-hari biasa (suplai untuk
RPH-RPH), hari raya kurban, idul fitri dan kebutuhan lainnya. Kelemahan dari
usaha penggemukan adalah keterbatasan penyediaan sapi bakalan. Selama ini
usaha penggemukan sapi di Bengkulu pada kelompok tani belum berjalan secara
berkesinambungan.
Usaha penggemukan sapi jantan di Bengkulu akhir-akhir ini berkembang
dengan pesat. Peternak lebih menyukai usaha penggemukan dari pada
perbibitan karena perputaran modal yang cepat dan keuntungan yang lebih
tinggi dibanding usaha perbibitan. Sapi jantan bakalan diperoleh dari Jawa
Tengah dan Jawa Barat sehingga harganya cukup tinggi. Biasanya usaha
penggemukan sapi jantan lokal (PO, Bali dan Madura) dimaksudkan untuk
3
penjualan saat idul qurban sedangkan sapi persilangan (Simental, Brahman
Cross, Limousine, Brahman Angus) digunakan untuk penjualan ke pasar-pasar
dan rumah makan di Bengkulu.
Potensi pakan ternak untuk sapi potong masih cukup tersedia di Provinsi
Bengkulu. Pakan ternak berupa hijauan makanan ternak (HMT) masih cukup
tersedia lahan untuk pengembangan kebun HMT. Selain itu juga limbah
pertanian seperti limbah tanaman jagung (tongkol, kelobot dan batang/daun
jagung), jerami padi, kulit kopi dan limbah sayuran cukup melimpah. Potensi
pakan konsentrat yang banyak tersedia diantaranya dedak padi, limbah pabrik
tahu, dan solid.
1.2. Dasar Pertimbangan
Kegiatan pendampingan program PSDSK merupakan kegiatan yang
menunjang 4 sukses pembangunan pertanian di Kementerian Pertanian yaitu
swasembada dan swasembada berkelanjutan. Untuk mencapai swasembada
daging sapi/kerbau pada tahun 2014 maka akan dilakukan kegiatan
Pendampingan Program PSDSK di Provinsi Bengkulu.
Kegiatan pendampingan program PSDSK di Provinsi Bengkulu pada tahun
2013 telah memasuki tahun keempat. Kegiatan pendampingan PSDSK sudah
dilaksanakan di 7 kabupaten yaitu : Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Seluma,
Kepahiang, Rejang Lebong dan Lebong. Hasil kegiatan pada tiga tahun
sebelumnya adalah : 1) melakukan pendampingan program PSDS pada
lembaga penerima bantuan LM3 di Kelompok Subak Tirta Gangga Desa Rama
Agung Kabupaten Bengkulu Utara berupa penggemukan sapi Bali pejantan
berjumlah 17 ekor yang dipelihara oleh 12 orang peternak kooperator, Kegiatan
pendampingan PSDS di Ponpes Darussalam Desa Dusun Kepahiang Kabupaten
Kepahiang yaitu kegiatan pemberian pakan tambahan berupa dedak padi, kulit
kopi dan starbio pada sapi dewasa. Selain itu juga perbaikan instalasi biogas
yang saat ini gas yang dihasilkan hanya 15 menit selanjutnya gas habis. Untuk
itu BPTP akan mencoba memperbaiki instalasi biogas tersebut agar terbentuk gas
yang lebih banyak. 2) melakukan pendampingan program PSDS pada Sarjana
Membangun Desa (SMD) dipilih 11 kelompok dari 13 kelompok usaha
pengembangan budidaya ternak sapi potong yang diberi bantuan dana SMD,
4
tersebar pada 5 (lima) kabupaten, kegiatan pendampingan diarahkan pada
kebutuhan inovasi teknologi sesuai dengan tugas dan fungsi BPTP Bengkulu,
dengan harapan SMD ini akan menjadi pelaku usaha agribisnis peternakan sapi
potong dan sekaligus dapat mendorong pengembangan ternak sapi potong
dalam upaya mendukung percepatan swasembada daging sapi di Bengkulu. 3)
melakukan pendampingan program PSDS pada kelompok peternak sapi Brahman
Cross sebanyak 3 kelompok ternak di 3 kabupaten. Inovasi teknologi adalah
demplot penggemukan ternak dengan pelatihan pembuatan pakan tambahan,
demplot kompos.
1.3. Tujuan
Tujuan pendampingan program swasembada daging sapi/kerbau pada tahun
2013 adalah:
1. Meningkatkan pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator)
tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi.
2. Mempercepat adopsi teknologi penggemukan sapi potong melalui
pembinaan secara partisipatif.
3. Meningkatkan produktivitas ternak sapi potong melalui teknologi
penggemukan sapi potong.
1.4. Keluaran yang Diharapkan
Keluaran tahunan
1. Meningkatnya pemahaman petugas (penyuluh lapang dan inseminator)
tentang teknologi penggemukan sapi potong melalui pelatihan/apresiasi.
2. Meningkatnya keterampilan dan pengetahuan peternak tentang teknologi
penggemukan sapi potong melalui pembinaan secara partisipatif.
3. Meningkatnya produktivitas ternak sapi potong melalui teknologi
penggemukan sapi potong.
Keluaran jangka panjang
Meningkatkan produktivitas sapi potong /kerbau di Bengkulu dengan
dukungan IPTEK untuk memenuhi swasembada daging sapi/kerbau
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun
peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang
memadai. Laju peningkatan populasi sapi potong relatif lambat, yaitu 4,23%
pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Kondisi tersebut
menyebabkan sumbangan sapi potong terhadap produksi daging nasionl rendah
(Mersyah, 2005; Santi, 2008) sehingga terjadi kesenjangan yang makin lebar
antara permintaan dan penawaran (Setiyono et al, 2007).
Budidaya ternak sapi potong dilakukan dalam dua tipe, yaitu tipe
peternakan rakyat dan tipe industri/swasta yang dikelola dalam skala besar dan
dilakukan oleh perusahaan feedloter. Aktivitas usaha swasta dalam memelihara
ternak sapi potong biasanya dalam bentuk penggemukkan sapi (feedloter)
dimana sapi dipelihara dalam kurun waktu tertentu dan diberikan pakan
berkualitas baik untuk memperoleh pertambahan berat badan yang diinginkan,
kemudian dijual. Sedangkan usaha ternak sapi potong dikalangan
peternak/rakyat biasanya merupakan campuran (mix farming) antara
pembesaran dan pembibitan, dengan ciri skala usaha rumah tangga dan
kepemilikan ternak sedikit, menggunakan teknologi sederhana, bersifat padat
karya, dan berbasis azaz organisasi kekeluargaan (Aziz dalam Yusdja dan Ilham,
2004).
Untuk memacu peningkatan kinerja usaha ternak sapi potong rakyat
diperlukan strategi atau dukungan teknologi yang tepat. Teknologi yang dapat
diimplementasikan pada peternakan rakyat antara lain perbaikan kualitas pakan
yang diberikan dengan memanfaatkan bahan yang tersedia di lokasi seperti
pemberian gamal, lamtoro dan kaliandra yang memiliki kandungan protein lebih
tinggi dibandingkan dengan rumput atau jerami. Selain itu untuk memenuhi
kebutuhan energi dan protein diperlukan penggunaan probiotik untuk
meningkatkan efisiensi ransum. Probiotik adalah suplemen dalam bentuk jasad
renik hidup yang dapat meningkatkan bobot badan, efisiensi ransum (feed
conversion ratio) dan menambah kesehatan ternak. Peningkatan cadangan
energi tubuh yang biasanya ditandai dengan kenaikan bobot badan merupakan
usaha untuk menormalkan proses estrus pada induk sapi (Winugroho, 2002).
Akibat perbaikan bobot badan, status reproduksi sapi meningkat seperti kenaikan
6
persentase kebuntingan sapi SO di Sumba dari 25 menjadi 90% (Winugroho et
al., 1996) serta perpendekan jarak beranak sapi Bali dari 15 bulan menjadi 13
bulan (Winogroho et al., 1995).
7
III. PROSEDUR
3.1. Pendekatan (kerangka pemikiran)
Pengawalan/pendampingan PSDSK dilaksanakan di 2 kabupaten untuk
pelaksanaan demonstrasi plot Penggemukan Sapi Potong. Untuk mengetahui
umpan balik dari kegiatan pendampingan maka dilakukan survei pada dua
kabupaten tersebut.
Pendampingan terhadap Program PSDSK dilaksanakan secara
proporsional sesuai dengan jumlah kelompok ternak di kabupaten tersebut.
Pada tahun 2013 pendampingan difokuskan pada usaha penggemukan sapi
potong yang akan dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang dan Bengkulu Tengah.
Waktu pelaksanaan kegiatan berlangsung selama 1 (satu) tahun yaitu dari bulan
Januari – Desember 2013.
3.2. Ruang lingkup kegiatan
Pendampingan penerapan inovasi teknologi penggemukan pada ternak
sapi potong dilaksanakan di lapangan secara partisipatif. Kegiatan dilaksanakan
selama 1 (satu) tahun di 2 kabupaten. Output yang ingin diperoleh meliputi :
a). Terjalinnya koordinasi yang baik antar institusi baik ditingkat pusat, provinsi
maupun kabupaten dalam mendukung swasembada daging sapi.
b). Penyediaan bahan informasi teknologi, alat dan bahan pendukung lainnya.
c). Menyiapkan narasumber dari lingkup BPTP Bengkulu maupun Litbang
Pertanian.
d). Melaksanakan apresiasi teknologi bagi penyuluh dan petani/peternak.
e). Melakukan demontrasi plot teknologi penggemukan sapi potong
f). Sosialisasi/ekspose hasil demplot teknologi penggemukan sapi potong,
g). Pelatihan pembuatan pakan tambahan dari limbah tanaman perkebunan dan
pertanian, pelatihan pemilihan sapi bakalan, budidaya sapi potong,
identifikasi HMT dan pakan konsentrat.
h). Bimbingan khusus dan penerapan teknologi penunjang dalam usaha
penggemukan sapi potong.
i). Pengumpulan data dan informasi.
j). Membuat laporan hasil.
8
3.3. Bahan dan metode pelaksanaan kegiatan
Bahan dan alat yang diperlukan adalah:
Dedak padi serta pakan ternak lainnya
Probiotik
Vitamin dan obat-obatan ternak
Ember, terpal, plastik (peralatan pembuatan pakan berbasis limbah
pertanian lokal: jerami, tongkol jagung, pelepah sawit, solid dll).
Metode pelaksanaan kegiatan adalah:
- Penyusunan bahan diseminasi
- Penyusunan bahan informasi
- Temu lapang
- Analisis dampak (adopsi teknologi)
- Pelatihan pembuatan pakan tambahan berbahan baku limbah pertanian spesifik
lokasi
Tahapan pelaksanaan kegiatan Pendampingan Program Swasembada Daging
Sapi/Kerbau (PSDS/K) di Provinsi Bengkulu antara lain :
1). Persiapan
- Koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu
dan Dinas Peternakan Kabupaten.
- Identifikasi kebutuhan pengkajian dan diseminasi untuk menggali potensi dan
masalah di lokasi pendampingan, serta melaksanakan sosialisasi dan apresiasi
teknologi yang akan diintroduksikan,
- Penyusunan petunjuk pelaksanaan (juklak)
2). Pelaksanaan kegiatan :
- Demplot penggemukan sapi jantan
Kegiatan yang akan dilakukan pada demplot penggemukan sapi potong adalah:
a. Seleksi sapi bakalan
Jenis sapi yang akan digunakan untuk usaha penggemukan sapi potong
yaitu jenis sapi lokal (sapi Bali, sapi Madura, sapi Peranakan Ongole/PO). Sapi
yang akan digemukan adalah sapi jantan.
9
b. Manajemen Pakan
Pakan ternak berupa hijauan diberikan sekitar 10% (bahan segar) dari
bobot badan dan pakan konsentrat diberikan untuk mencapai konsumsi 3,5-4%
(bahan kering) dari bobot badan sapi. Kualitas pakan mengandung minimal 68%
jumlah energi dicerna (total digestible energy) dengan kandungan protein 12%.
Konsentrat yang dberikan berupa dedak padi ditambah limbah pertanian
ataupun perkebunan yang banyak tersedia dilokasi pendampingan. Air minum
diberikan secara ad libitum.
c. Manajemen kesehatan hewan
Persyaratan kesehatan hewan perlu dipenuhi dalam kegiatan usaha
penggemukan sapi potong. Kesehatan hewan tersebut berkaitan dengan
penyakit hewan menular, penyakit non-infeksius dan gangguan metabolisme
yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Pada dasarnya persyaratan dan
penanganan gangguan kesehatan hewan ini sama dengan usaha pembibitan,
namun harus aman dan sehat apabila dilakukan pemotongan untuk tujuan
konsumsi.
d. Pascapanen dan pemasaran
Sapi hasil penggemukan dijual berdasarkan per kg berat badan hidup dan
taksiran daging. Pemasaran sapi siap potong dilakukan oleh kelompok peternak
sehingga memiliki posisi tawar yang tinggi.
Parameter yang diukur untuk demplot penggemukan yaitu:
- Petambahan bobot badan
- Konsumsi pakan
- Analisis usahatani demplot penggemukan
Analisis data dan pelaporan
Data dari rangkaian hasil pelaksanaan kegiatan pendampingan baik
berupa data teknis maupun ekonomi selanjutnya dianalisis sesuai dengan
kebutuhan penyusunan laporan akhir kegiatan. Pelaporan dibuat sebagai bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan pendampingan yang dilakukan yaitu
laporan bulanan, laporan tengah tahun dan laporan akhir tahun.
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Lokasi Pendampingan
Kabupaten Bengkulu Tengah
Kabupaten Bengkulu Tengah secara administrasi termasuk dalam wilayah
Propinsi Bengkulu yang terletak posisi antara 1010 32’– 1020 8’ BT dan 20 15’ –
40 LS yang meliputi 10 (sepuluh) kecamatan 142 desa dan 1 (satu) kelurahan,
dengan jumlah penduduk 111,462 jiwa (Dukcapil Bengkulu Tengah April 2012)
dan luas wilayah berdasarkan Geografic Information System (GIS) 1.223,94 Km2
Kondisi geografisnya topografi sebagian besar merupakan Daerah perbukit
dengan ketinggian mencapai 541 m dpl.
Kabupaten Bengkulu Tengah memiliki batas wilayah :
1.Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten
Rejang Lebong.
2.Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kepahiyang.
3.Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Seluma dan Kota Bengkulu.
4.Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2)
1 Taba Penanjung 148,38
2 Karang Tinggi 137,47
3 Talang Empat 93,62
4 Pagar Jati 188,57
5 Pondok Kelapa 165,20
6 Pematang Tiga 129,64
7 Merigi Kelindang 98,42
8 Merigi Sakti 99,93
9 Pondok Kubang 92
10 Bang Haji 70,71
Total 1.223,94
Kabupaten Bengkulu Tengah terletak pada ketinggian 0 - 541 m dpl
dengan persebaran sporadis sehingga tofografi wilayah bergelombang dan
berbukit dengan derajat kelerengan antara 5 - 35 %. Wilayah yang relatif datar
dengan tingkat kelerengan rata-rata 5 % terletak di wilayah Kecamatan Pondok
Kelapa. Lokasi dengan titik tertinggi hingga 541 m dpl berada di kawasan hutan
lindung di perbatasan dengan Kabupaten Kepahiang. Sedangkan daerah
11
terendah terletak di wilayah Kecamatan Pondok Kelapa dengan ketinggian 0 – 15
m dpl. Sementara itu wilayah yang terluas di Kabupaten Bengkulu Tengah adalah
di Kecamatan Pagar Jati yaitu seluas 188,57 Km2 dan terendah Kecamatan Bang
Haji yaitu seluas 70,71 Km2 (Tabel 1).
Jenis tanah di Kabupaten Bengkulu Tengah dikelompokan dalam 4 jenis
yaitu : Aluvial, Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Andosol dengan rincian
seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Tanah di Kabupaten Bengkulu Tengah
No Kecamatan Jenis Tanah
Aluvial PMK (Ha)
Latosal (Ha)
Andosol
(Ha) (Ha)
1 Taba Penanjung 2.04 12.226 64 -
2 Karang Tinggi 4.899 6.026 2.822 -
3 Talang Empat 6.23 2.759 373 -
4 Pagar Jati 970 11.885 714 299
5 Pondok Kelapa 388 8.495 122 375
6 Pematang Tiga 768 11.634 493 -
7 Merigi Kelindang 1.387 5.684 2.749 257
8 Merigi Sakti 1.445 9.566 1.81 166
9 Pondok Kubang 1.298 5.917 1.295 98
10 Bang Haji 1.823 3.344 1.973 -
Kabupaten Kepahiang
Secara geografis, wilayah Kabupaten Kepahiang terletak pada posisi
101055 19 sampai dengan 103001 29 bujur timur (BT) dan 02043 07 sampai
dengan 03046 48 Lintang Selatan (LS). Secara administratif, berdasarkan UU RI
No 39 Tahun 2003, Kabupaten Kepahiang berbatasan dengan :
" Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Curap, Kecamatan Sindang
Kelingi, dan Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong.
" Sebelah Selatan berbatasn dengan Kecamatan Taba Penunjang Kabupaten
Bengkulu Utara,
" Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lahat propinsi Sumatra Selatan,
" Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pagar Jati Kabupaten Bengkulu
Utara, dan kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong.
Kabupaten Kepahiang memiliki 108 Desa / Kelurahan, dan 8 Kecamatan
diantaranya : Kecamatan Muara Kemumu, Kecamatan Bermani Ilir, Kecamatan
Seberang Musi, Kecamatan Tebat Karai, Kecamatan Kepahiang, Kecamatan Kaba
Wetan, Kecamatan Ujan mas, dan Kecamatan Merigi.
12
Kabupaten Kepahiang memiliki luas wilayah seluas 66.500 Ha , terdiri
dari Kecamatan Kepahiang seluas 7.192 Ha, Kecamatan Bermani ILir seluas
16.391 Ha dan merupakan Kecamatan yang terluas dikabupaten Kepahiang,
Kecamatan Tebet Kerai seluas 7.688 Ha, Kejamatan Ujan Mas seluas 9.308 Ha.
Sementara untuk Kecamatan pemekaran, kecamatan Muara kemumu 9.507 Ha.
Sementara untuk kecamatan Seberang Musi 7.665 Ha, Kecamatan Kabawetan
6.331 Ha dan Kecamatan Merigi memiliki luas paling kecil di Kabupaten
Kepahiang yaitu 2.418 Ha. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kepahiang berada
ketinggian 500 - 1.000 meter di atas permukaan laut. Sedangkan kedalaman
efektif tanah terluas berada antara 60 sampai 90 centimeter. Sebagian besar
tahan di kabupaten Kepahiang adalah Kompleks padsolik coklat, padsol dan
Lotosol dan berstruktur sedang serta 44,47 % wilayahnya masih hutan, waduk
rawa atau danau.
Komoditi unggulan Kabupaten Kepahiang yaitu sektor pertanian dan
jasa. Sektor pertanian komoditi unggulannya adalah sub sektor tanaman
perkebunan dengan komoditi Kelapa sawit, kakao, Kopi, kelapa, Lada dan Karet.
Sub sektor pertanian komoditi yang diunggulkan berupa komoditi jagung dan Ubi
kayu. Sub sektor Jasa Pariwisata yaitu Wisata Alam dan Wisata Budaya.
4.2. Sosialisasi Kegiatan Dan Perjalanan Rapat Kerja BBP2TP Untuk
Melakukan Evaluasi Dan Pembahasan Pemantapan Kegiatan
Pendampingan PSDSK
Sosialisasi Kepada Stakeholders Kegiatan Pendampingan Program PSDSK di Kabupaten Kepahiang
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 23 April 2013 bertempat di Balai
Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Acara sosialisasi
kegiatan Pendampingan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau di buka
oleh Kepala BPTP Bengkulu yang dalam hal ini diwakili oleh ibu Wahyuni Amelia
Wulandari, S.Pt, M.Si (Ka. Sie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian).
Setelah pembukaan dilanjutkan dengan kata sambutan Kepala Dinas
Perternakan Dan Perikanan Kabupaten Kepahiang yang diwakili oleh Bapak Dian
Antomi,S.Pt. (Ka. Siei SDM Dinas Perternakan Dan Perikanan Kabupaten
Kepahiang). Dalam kata sambutannya disampaikan terimaksih kepada BPTP
Bengkulu yang telah berkerja sama dengan Pemda Kab. Kepahiang untuk
memberikan inovasi dan teknologi dalam kegiatan Pendampingan PSDSK, pada
13
intinya Pemda sangat mendukung kegiatan Pendampingan PSDSK di kabupaten
Kepahiang serta siap untuk memfasilitasi untuk kelancaran kegiatan yang
dimaksudkan.
Gambar 1. Fotofoto pelaksanaan sosialisasi kegiatan Pendampingan PSDSK di
Kabupaten Kepahiang.
Sosialisasi disampaikan oleh Ibu Wahyuni Amelia Wulandari,S.Pt,M.Si.
yaitu tentang kegiatan pendampingan Program Swasembada Daging Sapi dan
Kerbau (PSDSK) di propinsi Bengkulu, Inovasi teknologi Penggemukan sapi
potong di Provinsi Bengkulu. Untuk di Kabupaten Kepahiang akan
dilaksanakankan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan yang berdasarkan hasil
identifikasi kebutuhan pendampingan yang akan di desiminasikan pada
Kabupaten Kepahiang, yaitu :
a. Manajemen pemeliharaan ternak sapi potong.
b. Manajemen Perkandangan.
c. Manajemen pemberian pakan hijauan, konsentrat untuk pakan
penggemukan.
d. Penangguilangan penyakit.
e. Reproduksi ternak
f. Pengolahan kotoran ternak dengan pembuatan kompos
14
Acara diskusi dipimpin oleh Ibu Ir.Siswani Dwi Daliani dan Ibu Wahyuni
Amelia Wulandari,S.Pt. M.Si. Sesi ini dimaksudkan untuk membahas
permasalahan yang ada pada usaha perternakan yang di hadapi oleh peternak
dalam mengelola usaha perternakannya, serta untuk menggali kebutuhan
teknologi yang dibutuhkan oleh peternak.
Sosialisasi kepada stakeholders Kegiatan Pendampingan Program PSDSK di Kabupaten Bengkulu Tengah
Sosialisasi kegiatan Pendampingan Program Swasembada Daging Sapi dan
Kerbau (PSDS/K)di kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2013 diselenggarakan di
Balai Desa Jayakarta Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah
pada hari Senen tanggal 6 Mei 2013.
Materi yang disampaikan pada acara sosialisasi kegiatan Pendampingan
Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDS/K)di kabupaten Bengkulu
Tengah Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Materi yang disampaikan pada acara sosialisasi diKabupaten Kepahiang
No Materi Narasumber
1 Kebijakan Pembangunan Bidang Peternakan di Kabupaten Kepahiang Tahun 2013
BP3K Jayakarta Kecamatan Talang Empat
2 Sosialisasi kegiatan Pendampingan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDS/K)di kabupaten Kepahiang Tahun 2013
Balai Pengkajian Teknolgi Pertanian Bengkulu
Pembukaan acara sosialisasi kegiatan Pendampingan Program
Swasembada Daging Sapi dan Kerbau pada Kabupaten Bengkulu Tengah dibuka
oleh Kepala BPTP Bengkulu yang dalam hal ini diwakili oleh ibu KSPP (Kasi Kerja
Sama Pelayanan Pengkajian).
Setelah pembukaan dilanjutkan dengan kata sambutan Kepala Desa
Jayakarta Bapak Sumanto, disampaikan bahwa atasnama masyarakat Desa
Jayakarta merasa sangat senang dengan adanya kegiatan pendampingan
PSDS/K di desa Jayakarta, masyarakat siap mendukung dan memfasilitasi agar
kebutuhan kegiatan yang di maksudkan bias berjalan dengan sebaik mungkin,
dalam kesempatan itu juga bapak Ka. Desa Jayakarta menghimbau kepada
masyarakat untuk dapat mengadopsi, memanfaatkan dan menyebarluaskan
teknologi dan inovasi yang diberikan oleh pihak tim PSDS/K BPTP Bengkulu.
15
Acara selanjutnya adalah kata sambutan Koordinator Penyuluh BP3K
Jayakarta Kecematan Talang Empat Bapak Surya Alamsyah,SP. Dalam kata
sambutannya disampaikan terimaksih kepada BPTP Bengkulu yang telah berkerja
sama dengan Pemda Kab. Bengkulu Tengah untuk memberikan inovasi dan
teknologi melalui kegiatan Pendampingan PSDS/K, pada intinya BP3K kecamatan
Talang Empat sangat mendukung kegiatan Pendampingan PSDS/K di Kecamatan
Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah serta siap untuk memfasilitasi untuk
kelancaran kegiatan yang dimaksudkan.
Sosialisasi disampaikan oleh Ibu Wahyuni Amelia Wulandari,S.Pt,M.Si.
yaitu tentang kegiatan pendampingan Program Swasembada Daging Sapi dan
Kerbau (PSDS/K) di propinsi Bengkulu, Inovasi teknologi Penggemukan sapi
potong di Provinsi Bengkulu dalam mendukung swasembada daging nasional,
pada Kabupaten Bengkulu Tengah akan dilaksanakankan kegiatan yang sesuai
dengan kebutuhan yang berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pendampingan
yang akan di desiminasikan pada Kabupaten Bengkulu Tengah, yaitu :
a. Manajemen pemeliharaan ternak sapi potong.
b. Manajemen Perkandangan.
c. Manajemen pemberian pakan hijauan, konsentrat untuk pakan
penggemukan.
d. Penanggulangan penyakit.
e. Reproduksi ternak
f. Pengolahan kotoran ternak dengan pembuatan kompos
Acara diskusi dipimpin oleh Ibu Ir. Siswani Dwi Daliani dan Ibu Wahyuni
Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si. Sesi ini dimaksudkan untuk membahas
permasalahan yang ada pada usaha perternakan yang di hadapi oleh peternak
dalam mengelola usaha perternakannya, serta untuk menggali kebutuhan
teknologi yang dibutuhkan oleh peternak.
16
Gambar 2. Foto-foto pelaksanaan kegiatan Sosialisasi kegiatan Pendampingan PSDSK di Kabupaten Bengkulu Tengah
Kegiatan Pendampingan PSDSK Keluar Provinsi
Mengikuti Rapat Kerja BBP2TP untuk melakukan evaluasi dan
pembahasan pemantapan kegiatan Pendampingan PSDSK di Hotel Griptha Kudus
dan studi banding kegiatan PSDSK di BPTP Yogyakarta. Kegiatan diselenggarakan
tanggal 20-24 Maret 2013 di Hotel Griptha, Jl. R. Agil Kusumadya No 100 Kudus-
Jawa Tengah, dan 25 – 26 Maret 2013 di BPTP DIY. Dalam rangka mendukung
percepatan pencapaian empat target sukses pembangunan pertanian, maka
konsolidasi kegiatan pengkajian, diseminasi, manajemen dan manajemen lingkup
balai besar pengkajian, perlu dilakukan dalam suatu kegiatan rapat kerja (Raker)
lingkup BBP2TP. Raker BBP2TP sebagai media untuk merumuskan berbagai
upaya dan rencana aksi perlu segera dilakukan agar gerak langkah sejalan
dalam mendukung pencapaian kinerja yang telah ditetapkan dalam rakernas
Kementerian Pertanian, Raker 1 Badan Litbang Pertanian (18-20 Januari 2013),
serta telah digariskan dalam empat pertemuan koordinasi regional
peneliti/perekayasa/penyuluh/pustakawan lingkup Badan Litbang Pertanian.
Tujuan dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah membahas dan
memformulasikan pemantapan operasionalisasi desentralisasi rencana aksi dalam
rangka percepatan pencapaian sasaran kegiatan-kegiatan lingkup Balai Besar
17
Pengkajian mendukung program strategis Kementan. Dengan Keluaran yang
diharapkan dari penyelenggaraan Rapat kerja ini adalah rencana aksi tindak yang
operasional dalam hal kegiatan-kegiatan pengkajian, diseminasi inovasi pertanian
spesifik lokasi dan konsep-konsep revitalisasi manajemen mendukung percepatan
pencapaian empat sukses pembangunan pertanian, terutama melalui
operasionalisasi kegiatan-kegiatan terobosan. Program PSDSK bermakna
mengutamakan produksi dalam negeri, sementara impor hanya memenuhi
kekurangan. PSDSK bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan peternak, peningkatan produksi daging sapi/kerbau yang aman,
sehat, utuh, dan halal. Program PSDSK secara operasional mencakup
pembibitan, budidaya, pakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner serta pasca panen, yang diuraikan lebih detil dalam kegiatan-kegiatan
pokok dan langkah-langkah operasional/rencana aksi. Selanjutnya adalah studi
banding ke Pendampingan PSDSK BPTP Yogyakarta. Studi banding dengan
menemui anggota tim Pendampingan PSDSK BPTP Yogyakarta. Kemudian studi
banding dengan melihat kelompok peternak hasil kegiatan Pendampingan PSDSK
di Kelopok tani ternak Sumber Makmur Desa Bawuran Kecamatan Plered
Kabupaten Bantul. Tujuan demplot penggemukan sapi adalah untuk
meningkatkan produktivitas usaha penggemukan sapi dan menghasilkan rakitan
teknologi perbaikan pakan berkualitas. Outputnya adalah tersedia paket
teknologi pembuatan pakan penggemukan sapi dan peningkatan produktivitas
menjadi 5 – 10% dari cara petani. Selain melakukan demplot penggemukan sapi
BPTP Yogyakarta juga melakukan demplot intensifikasi IB di 4 lokasi yang
bertujuan untuk memperpendek jarak beranak dan menurunkan S/C,output
untuk memperpendek jarak beranak selama 14 bulan dengan S/C dibawah 2.
Pelatihan juga dilakukan untuk meningkatkan wawasan agribisnis petugas dan
peternak sapi potong di Kab. Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon Progo.
4.3. Metode Diseminasi
A. Demplot penggemukan sapi jantan
Demplot penggemukan sapi yang dilakukan dalam pendampingan PSDSK
bertujuan untuk mengenalkan pakan penggemukan sapi dengan memanfaatkan
limbah pertanian sebagai pakan tambahan selain hijauan rumput. Jenis ternak
pada demplot penggemukan pada tiap kabupaten adalah ternak sapi lokal (Sapi
18
Bali) berjumlah 36 ekor. Usia ternak jantan yang akan digemukan ± 1,5 tahun,
denga lama penggemukan 3 bulan (90 hari). Pemberian pakan konsentrat setiap
harinya untuk sapi Bali/sapi lokal diberikan 3 kg/ekor/hari. Pada pagi hari sisa
pakan ditimbang untuk mengetahui konsumsi pakannya.
Kabupaten Bengkulu Tengah
Demplot penggemukan diKabupaten Bengkulu Tengah menggunakan
formula pakan sebagai berikut:
1. Kelompok Ternak Sumber Rejeki (Jasa Raharja) Desa Jayakarta Kec. Talang Empat Kab. Bengkulu Tengah - Perlakuan 1 (6 ekor). Kontrol (kebiasaan petani) diberikan pakan hijauan
saja, sebanyak 10% dari Bobot Badan.
- Perlakuan 2 (6 ekor). Diberikan pakan hijauan 10% dari bobot badan dan
konsentrat berupa: Solid fermentasi 3 kg
- Perlakuan 3 (6 ekor). Diberikan pakan hijauan 10% dari bobot badan dan
konsentrat berupa: Solid fermentasi 2 kg, dedak 1 kg.
Data hasil analisis proksimat pakan konsentrat berbasis solid
fermentasi yang di berikan pada kelompok ternak Sumber Rejeki disajiakan
pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil analisis Proksimat pakan Konsentrat kelompok Sumber Rejeki Perlakuan
Air 600C g/100g
Air 1050C g/100g
Total Air g/100 g
Protein g/100 g
Lemak g/100g
GE Kcal/ kg
SK g/100g
Abu g/100g
Ca g/ 100g
P g/ 100g
2 37,56 5,89 41,24 11,65 9,10 4210 21,68 12,26 0,53 0,59
3 50,95 8,93 53,86 11,64 9,07 4161 26,35 13,85 0,99 0,56
Solid Fermentasi
72,58
6,36
74,32
13,41
12,60
4223
35,45
15,85
2,13
0,40
Berdasarkan hasil analisis proksimat bahwa konsentrat pada perlakuan 2
mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik, terutama kandungan protein yang
lebih tinggi 0,01 g/100g dibandingkan dengan P3, sedangkan kandungan
energinya juga lebih tinggi 49 Kcal/kg dibandingkan dengan P3. Hal ini
menyebabkan bahwa P2 akan lebih mampu meningkatkan bobot badan
dibandingkan dengan perlakuan manapun.
Hasil penimbangan bobot badan awal kegiatan demplot penggemukan
sapi jantan dikelompok ternak Sumber Rejeki untuk perlakuan 1 adalah sebesar
149,50 kg, perlakuan 2 sebesar 165,83 kg, dan pelakuan 3 sebesar 163,17 kg.
19
Hasil penimbangan bobot badan akhir kegiatan demplot penggemukan sapi
jantan dikelompok ternak Sumber Rejeki untuk perlakuan 1 adalah sebesar
163,17 kg, perlakuan 2 sebesar 197,33 kg, dan pelakuan 3 sebesar 189,67 kg.
Pertambahan bobot badan harian (PBBH) perlakuan 1 adalah 0,152 kg/ekor/hari,
perlakuan 2 adalah 0,350, dan perlakuan 3 adalah 0,290 kg/ekor/hari, data
selengkapnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 5. Keragaan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) sapi lokal di Kelompok Ternak Sumber Rejeki Kabupaten Bengkulu Tengah
Perlakuan Bobot Badan Awal (kg/ekor/hari)
Bobot Badan Akhir (kg/ekor/hari)
PBBH (kg/ekor/hari)
1 149,50 162,3 0,152
2 165,83 197,33 0,350
3 163,16 189,67 0,290
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa PBBH tertinggi adalah
perlakuan 2 yang menghasilkan PBBH 0,350 kg/ekor/hari sedangkan perlakuan
kontrol P1 yang hanya diberi pakan hijauan 10% dari bobot badan menunjukan
hasil PBBH terendah yaitu 0,152 kg/ekor/hari, selanjutnya perlakuan 3 yang
menghasilkan PBBH 0,290 kg/ekor/hari yaitu perlakuan yang diberi pakan
hijauan 10% dari bobot badan dan konsentrat berupa solid fermentasi 2 kg dan
dedak 1 kg. PBBH tertinggi pada perlakuan 2 yaitu 0,350 kg/ekor/hari yang diberi
pakan hijauan 10% dari bobot badan dan konsentrat berupa solid fermentasi 3
kg. Hal ini menunjukan bahwa dalam 1 bulan pertama ternak sapi belum begitu
menyukai pakan konsentrat berupa dedak padi dan solid (Laporan tengah tahun
2013). Setelah memasuki bulan kedua ternak pada demplot sudah menyukai
pakan konsentrat yang dibuktikan dengan pakan konsentrat yang di berikan
sebanyak 3 kg/ekor setiap harinya habis termakan yang di iringi oleh
pertambahan bobot badan yang cukup signifikan di bandingkan dengan
perlakuan kontrol (P1).
20
Tabel 6. Analisis finansial penggemukan sapi bali jantan yang diberikan 3 perlakuan pakan berbeda pada umur pemeliharaan 3 bulan Pada Kelompok Sumber Rejeki.
No
Uraian
Perlakuan
1 2 3
(Kg) Rp (Kg) Rp (Kg) Rp
A Biaya operasional (Rp)
1 Sapi bakalan rata-rata BBA/ekor @ Rp 35.000,-/kg/Bh
149,50
5.232.500
165,83
5.804.050
163,16
5.710.600
2 Pakan
- Rumput Lapang @ Rp 250/kg X 90 hari
15 337.500 17 382.500 16 360.000
- Solid Fermentasi @ Rp 800/kg X 90 hari
3 216.000 2 144.000
- Dedak Padi @ Rp 1.800/kg X 90 hari
1 162.000
Total Biaya Pakan (Rp)
3 Total Pengeluaran 1 + 2 Rp. 5.570.000,- Rp. 6.402.550,- Rp. 6.376.600,-
B Pendapatan
1 Rata-rata BBAk x Rp 35.000,- 162.3 5.680.500 197,33 6.906.550 189,67 6.636.000
C Keuntungan (Rp) Pendapatan – Biaya operasional
Rp.110.500,-
Rp.504.000,-
Rp.259.400,-
R/C 1,02 1,08 1,04
Berdasarkan hasil analisis usaha yang dilakukan pada demplot penelitian
maka, P2 yang terlihat lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan yang lain
dengan nilai R/C = 1,08 penyebabnya adalah terjadinya pertambahan bobot
badan hidup (PBBH) yang cukup tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain
yaitu 0,350 kg/ekor/hari.
2. Kelompok Ternak Sri Rejeki Desa Jayakarta Kec. Talang Empat Kab.
Bengkulu Tengah
- Perlakuan 1 (6 ekor). Kontrol (kebiasaan petani) diberikan pakan hijauan
saja, sebanyak 10% dari Bobot Badan.
- Perlakuan 2 (6 ekor). Diberikan pakan hijauan dari pelepah sawit 10%
dari bobot badan dan konsentrat berupa: Solid fermentasi 3 kg, mineral
0,1 kg.
- Perlakuan 3 (6 ekor). Diberikan pakan hijauan dari pelepah sawit 10%
dari bobot badan dan konsentrat berupa: Solid fermentasi 2 kg, dedak
padi 1 kg, mineral 0,1 kg.
Data hasil analisis proksimat pakan konsentrat berbasis solid fermentasi
yang di berikan pada kelompok ternak Sri Rejeki disajiakan pada tabel 7.
21
Tabel 7. Hasil analisis Proksimat pakan Konsentrat kelompok ternak Sri Rejeki
Perlakuan Air 600C g/100g
Air 1050C g/100g
Total Air g/100g
Protein g/100g
Lemak g/100 g
GE Kcal /kg
SK g/100 g
Abu g/100 g
Ca g/ 100g
P g/ 100g
2 37,56 5,89 41,24 11,65 9,10 4210 21,68 12,26 0,53 0,59
3 50,95 8,93 53,86 11,64 9,07 4161 26,35 13,85 0,99 0,56
Solid Fermentasi
72,58 6,36 74,32 13,41 12,60 4223 35,45 15,85 2,13 0,40
Berdasarkan hasil analisis proksimat bahwa konsentrat pada perlakuan 2
mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik, terutama kandungan protein yang
lebih tinggi 0,01 g/100g dibandingkan dengan P3, sedangkan kandungan
energinya juga lebih tinggi 49 Kcal/kg dibandingkan dengan P3. Hal ini
menyebabkan bahwa P2 akan lebih mampu meningkatkan bobot badan
dibandingkan dengan perlakuan 3, namun kandungan serat kasar pada
perlakuan 3 lebih tinggi 4,67 g/100g dibandingkan dengan P2. Yang lebih
berpengaruh juga yaitu kemampuan ternak mencerna zat nutrisi pakan untuk
memproduksi daging.
Hasil penimbangan bobot badan awal kegiatan demplot penggemukan
sapi jantan dikelompok ternak Sri Rejeki untuk perlakuan 1 adalah sebesar
210,83 kg, perlakuan 2 sebesar 164,8 kg, dan pelakuan 3 sebesar 139,17 kg.
Hasil penimbangan bobot badan akhir kegiatan demplot penggemukan sapi
jantan dikelompok ternak Sri Rejeki untuk perlakuan 1 adalah sebesar 226 kg,
perlakuan 2 sebesar 203,83 kg, dan pelakuan 3 sebesar 181,67 kg. Pertambahan
bobot badan harian (PBBH) perlakuan 1 adalah 0,19 kg/ekor/hari, perlakuan 2
adalah 0,43 kg/ekor/hari, perlakuan 2 adalah 0,47 kg/ekor/hari data
selengkapnya disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Keragaan Pertambahan Bobot Badan (PBBH) sapi lokal di Kelompok Ternak Sri Rejeki Kabupaten Bengkulu Tengah
Perlakuan Bobot Badan Awal (kg/ekor/hari)
Bobot Badan Akhir (kg/ekor/hari)
PBBH (kg/ekor/hari)
1 210,83 230,00 0,21
2 164,8 203,83 0,43
3 139,2 181,67 0,47
Tidak jauh berbeda dengan hasil PBBH di kelompok ternak Sumber
Rejeki, pada kelompok ternak Sri Rejekipun PBBH tertinggi pada perlakuan 3
yaitu 0,47 kg/hari/ekor , selanjutnya perlakuan 2 dan terendah PBBH pada
perlakuan 1 (kontrol). Hal ini menunjukan bahwa pada awal melakukan
penelitian pada demplot (1 bulan pertama) ternak sapi belum begitu menyukai
22
pakan konsentrat berupa dedak padi dan solid pada kedua kelompok demplot,
hal ini ditandai dengan PBBH yang lebih rendah dibandingkan kontrol (Laporan
tengah tahun 2013), namun memasuki bulan kedua ternak sudah sangat
menyukai pakan konsentrat berbasis solid fermentasi, hal ini ditandai dengan
habisnya pakan yang diberikan sebanyak 3 kg/ekor/hari beriringan dengan itu
PBB ternak juga ikut meningkat.
Tabel 9. Analisis finansial penggemukan sapi bali jantan yang diberikan 3 perlakuan pakan berbeda pada umur pemeliharaan 3 bulan Pada Kelompok Sri Rejeki.
No
Uraian
Perlakuan
1 2 3
(Kg) Rp (Kg) Rp (Kg) Rp
A Biaya operasional (Rp)
1 Sapi bakalan rata-rata BBA/ekor @ Rp 35.000,-/kg/Bh
210,8
7.378.000
164,8
5.768.000
139,17
4.870.950
2 Pakan
- Rumput Lapang @ Rp 250/kg X 90 hari
21 472.500 16 360.000 14 315.000
- Pelepah Sawit @ Rp 250/kg X 90 hari
5 112.500 5 112.500 5 112.500
- Solid Fermentasi @ Rp 800/kg X 90 hari
3 216.000 2 144.000
- Dedak Padi @ Rp 1.800/kg X 90 hari
1 162.000
Total Biaya Pakan (Rp) 585.000,- 688.500,- 733.500,-
3 Total Pengeluaran 1 + 2 Rp.7.963.000,- Rp. 6.456.500,- Rp. 5.604.450,-
B Pendapatan
1 Rata-rata BBAk x Rp 35.000,- 230,0 8.050.000 203,83 7.134.050 181,67 6.358.450
C Keuntungan (Rp) Pendapatan – Biaya operasional
Rp. 87.000,-
Rp. 677.550,-
Rp. 754.000,-
R/C 1,010 1,105 1,135
Berdasarkan hasil analisis usaha yang dilakukan dalam penelitian maka, P3
yang terlihat lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan yang lain dengan nilai
R/C = 1,135 penyebabnya adalah terjadinya pertambahan bobot badan hidup
(PBBH) yang cukup tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu 0,47
kg/ekor/hari.
Kabupaten Kepahiang
Demplot penggemukan di Kabupaten Kepahiang menggunakan formula
pakan sebagai berikut :
1. Kelompok Ternak Tani Jaya dan Sidomulyo Desa Mekarsari Kec.
Kabawetan Kab. Kepahiang
- Perlakuan I (6 ekor). Kontrol (kebiasaan petani) diberikan pakan hijauan
saja, sebanyak 10% dari Bobot Badan.
23
- Perlakuan II (6 ekor). Diberikan pakan hijauan 10% dari bobot badan
dan konsentrat berupa: kulit kopi fermentasi 2 kg, tongkol jagung, 0,4
kg, dedak padi 0,5 kg, mineral 0,1 kg
- Perlakuan III (6 ekor). Diberikan pakan hijauan 10% dari bobot badan
dan konsentrat berupa: kulit kopi tanpa fermentasi 2 kg, tongkol jagung
0,4 kg, dedak padi 0,5 kg, mineral 0,1 kg.
Data hasil analisis proksimat pakan konsentrat berbasis Kulit kopi yang di
berikan pada kelompok ternak Tani Jaya dan Sidomulyo Desa Mekarsari
disajiakan pada tabel 10.
Tabel 10. Hasil analisis Proksimat pakan Konsentrat Kelompok Ternak Tani Jaya dan Sidomulyo Desa Mekarsari berbasis kulit kopi.
Perlakuan Total Air g/100g
Protein g/100g
Lemak g/100g
GE Kcal/kg
SK g/100g Abu g/100g
Ca g/100g
P g/100g
2 18,18 11,31 0,74 3087 36,18 18,63 2,09 0,47
3 11,64 8,49 1,04 3252 35,32 19,52 1,86 0,48
Klt kopi Fermentasi
12,16 12,87 0,73 3830 42,09 7,25 0,56 0,12
Berdasarkan hasil analisis proksimat bahwa konsentrat pada perlakuan 2
mempunyai kandungan protein lebih tinggi 2,82 g/100g dibandingkan dengan
P3, hal ini disebabkan oleh pengaruh kulit kopi yang di berikan berbeda antara
kulit kopi fermentasi P2 dan kulit kopi Non fermentasi P3 walaupun jumlah
volume pemberian sama yaitu masing-masing 2 kg, meskipun kandungan
kandungan energy (GE) pada P3 lebih tinggi 165 Kcal/kg di bandingkan denga
perlakuan 2. walaupun terdapat penurunan pada kandungan energi, namun hal
tersebut masih seimbang dengan kebutuhan energi yang di butuhkan oleh ternak
sapi potong, dengan kondisi energi seperti pada P2 daya cerna ternak tidak akan
berpengaruh terhadap zat-zat nutrisi bahan pakan, hal ini sesuai dengan
pendapat Sariubang et all (2011), menjelaskan bahwa penyusunan ransum
ternak sapi, seluruh bahan pakan ternak harus dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi ternak dengan kandungan energy metabolisme 2990 kcal/kg
Hasil penimbangan bobot badan awal kegiatan demplot penggemukan sapi
jantan berumur 1 - 2 tahun dikelompok ternak Tani Jaya dan Sidomulyo untuk
perlakuan 1 adalah sebesar 127,83 kg, perlakuan 2 sebesar 112,17 kg, dan
pelakuan 3 sebesar 103,67 kg. Hasil penimbangan bobot badan akhir kegiatan
demplot penggemukan sapi jantan berumur 1 -2 tahun dikelompok ternak Tani
Jaya dan Sidomulyo untuk perlakuan 1 adalah sebesar 143,33 kg, perlakuan 2
24
sebesar 150,50 kg, dan pelakuan 3 sebesar 137,33 kg. Pertambahan bobot
badan harian (PBBH) perlakuan 1 adalah 0,172 kg/ekor/hari, perlakuan 2 adalah
0,426 kg/ekor/hari, perlakuan 3 adalah 0,374 kg/ekor/hari data selengkapnya
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 11. Keragaan Pertambahan Bobot Badan (PBBH) sapi lokal di Kelompok Ternak Tani Jaya dan Sidomulyo Kabupaten Kepahiang
Perlakuan Bobot Badan Awal (kg/ekor/hari)
Bobot Badan Akhir (kg/ekor/hari)
PBBH (kg/ekor/hari)
1 127,83 140,00 0,135
2 112,17 150,50 0,426
3 103,67 137,33 0,374
Tabel 12. Analisis finansial penggemukan sapi bali jantan yang diberikan 3 perlakuan pakan berbeda pemeliharaan selama tiga bulan masa pemeliharaan.
No
Uraian
Perlakuan
1 2 3
(Kg) Rp (Kg) Rp (Kg) Rp
A Biaya operasional (Rp)
1 Sapi bakalan rata-rata BBA/ekor @ Rp 35.000,-/kg/Bh
125
4.375.000
112,17
3.925.950
103,67
3.628.450
2 Pakan
- Rumput Lapang @ Rp 250/kg X 90 hari
13 292.500 11 247.500 10 225.000
- Kulit kopi Fermentasi @ Rp 575/kg X 90 hari
2 112.500
- Kulit kopi non fermentasi @ Rp 250/kg X 90 hari
2 45.000
- Dedak Padi @ Rp 1.800/kg X 90 hari
0,5 162.000 0,5 162.000
- Tongkol jagung @ Rp 500 x 90 hari
0,4 18.000 0,4 18.000
- Mineral @ Rp 5.000,- x 90 hari 0,1 45.000 0,1 45.000
Total Biaya Pakan (Rp) 292.500,- 495.000,- 414.000,-
3 Total Pengeluaran 1 + 2 Rp.4.667.500,- Rp. 4.420.950,- Rp. 4.042.450,-
B Pendapatan
1 Rata-rata BBAk x Rp 35.000,- 140,0 4.900.000,- 151,67 5.308.450,- 137,3 4.805.500
C Keuntungan (Rp) Pendapatan – Biaya operasional
Rp. 232.500,-
Rp. 887.500,-
Rp. 763.050,-
R/C 1,02 1,20 1,19
Berdasarkan hasil analisis usaha yang dilakukan pada demplot
penggemukan maka, P2 yang terlihat lebih efisien dibandingkan dengan
perlakuan yang lain dengan nilai R/C = 1,20 penyebabnya adalah terjadinya
pertambahan bobot badan hidup (PBBH) yang cukup tinggi dibandingkan dengan
perlakuan yang lain yaitu 0,426 kg/ekor/hari.
25
2. Kelompok Ternak Sidodadi II dan Margo Mulyo Desa Tugurejo
Kecamatan Kabawetan Kab. Kepahiang
- Perlakuan 1 (6 ekor). Kontrol (kebiasaan petani) diberikan pakan hijauan
saja, sebanyak 10% dari Bobot Badan.
- Perlakuan 2 (6 ekor). Diberikan pakan hijauan 10% dari bobot badan dan
konsentrat berupa: onggok 2 kg, dedak padi 0,9 kg, mineral 0,1 kg.
- Perlakuan 3 (6 ekor). Diberikan pakan hijauan 10% dari bobot badan dan
konsentrat berupa: onggok 1 kg, dedak padi 1,9 kg, mineral 0,1 kg.
Data hasil analisis proksimat pakan konsentrat berbasis onggok yang di berikan
pada Kelompok Ternak Sidodadi II dan Margo Mulyo Desa Tugurejo disajiakan
pada tabel 13.
Tabel 13. Hasil analisis Proksimat pakan Konsentrat Kelompok Ternak Sidodadi II dan Margo Mulyo Desa Tugurejo berbasis onggok.
Perlakuan Total Air g /100g
Protein g/100g
Lemak g/100g
GE Kcal/kg
SK g/100g
Abu g/100g
Ca g/100g
P g/100g
2 11,61 3,51 0,47 2981 20,94 18,40 1,00 0,21
3 12,08 5,15 0,69 2966 29,77 22,22 1,47 0,37
Onggok 11,89 2,11 0,28 3274 19,19 9,05 0,30 0,01
Berdasarkan hasil analisis progsimat pakan kosentrat yang berbasis
onggok dan dedak padi tabel 1, menunjukan bahwa P2 dan P3 mempunyai
angka yang cukup baik, karena PBBH yang dapat di capai (tabel 2) adalah 0,38
kg/hari/ekor dan 0,42 kg/hari/ekor, angka ini menunjukan angka PBBH yang
cukup tinggi dibandingkan dengan kontrol P1 yang hanya di berikan pakan
hijauan saja yaitu 0,13 kg/ekor/hari. peningkatan PBBH yang sangat signifikan ini
dipengaruhi oleh pakan konsentrat yang di konsumsi ternak.
Konsentrat yang di berikan pada P2 dan P3 mengandung kandungan
nutrisi yang berbeda, seperti protein P2 = 5,15 : P3 = 3,51 g/100g, kondisi ini
mengalami penurunan dari P2 ke P3 sebesar 1,64 g/100g energy P2 = 2966
Kkal/kg : P3 yaitu 2981 Kkal/kg hal ini mengalami peningkatan sebesar 15
Kkal/kg dan Serat kasar P2 = 29,77 : P3 = 20,94 mengalami penurunan sebesar
8,8 g/100g begitu pula halnya dengan kandungan lemak P2 = 0,69 : P3 = 0,47
g/100g hal ini juga mengalami penurunan sebesar 0,22 g/100g.
Hasil penimbangan bobot badan awal kegiatan demplot penggemukan sapi
jantan dikelompok ternak Sidodadi II dan Margo Mulyo untuk perlakuan 1 adalah
26
rata-rata sebesar 132,5 kg, perlakuan 2 sebesar 181,0 kg, dan pelakuan 3
sebesar 188,2 kg. Hasil penimbangan bobot badan akhir kegiatan demplot
penggemukan sapi jantan dikelompok ternak Sidodadi II dan Margo Mulyo untuk
perlakuan 1 adalah sebesar 144,5 kg, perlakuan 2 sebesar 219,0 kg, dan
pelakuan 3 sebesar 229,5 kg. Pertambahan bobot badan harian (PBBH)
perlakuan 1 adalah 0,13 kg/ekor/hari, perlakuan 2 adalah 0,42 kg/ekor/hari,
perlakuan 2 adalah 0,46 kg/ekor/hari data selengkapnya disajikan pada Tabel 10.
Tabel 14. Keragaan Pertambahan Bobot Badan (PBBH) sapi lokal di Kelompok Ternak Sidodadi II dan Margo Mulyo Kabupaten Kepahiang
Perlakuan Bobot Badan Awal (kg/ekor/hari)
Bobot Badan Akhir (kg/ekor/hari)
PBBH (kg/ekor/hari)
1 132,5 144,5 0,13
2 181,0 219,0 0,42
3 188,2 229,5 0,46
Tabel 15. Analisis Finansial Penggemukan Sapi Bali Jantan Berumur 1 - 2 Tahun
Yang Diberikan 3 Perlakuan Pakan Pada Pemeliharaan Selama 3 Bulan
No
Uraian Perlakuan
1 2 3
(Kg) Rp (Kg) Rp (Kg) Rp
A Biaya operasional (Rp)
1 Sapi bakalan rata-rata BBA/ekor @ Rp 35.000,-/kg/Bh
132,5
4.637.500,-
181
6.335.000,-
188,17
6.585.950,-
2 Pakan
- Rumput Lapang @ Rp 250/kg X 90 hari
13 292.500,- 18 405.000,- 19 427.500,-
- Onggok @ Rp 1.500/kg X 90 hari
1,9 256.500,- 1 135.000,-
- Dedak Padi @ Rp 1.300/kg X 90 hari
1 117.000,- 1,9 222,300,-
- Mineral @ Rp 7.500,- x 90 hari
0,1 67.500,- 0,1 67.500,-
Total Biaya Pakan (Rp) 292.500,- 846.000,- 852.300,-
3 Total Pengeluaran 1 + 2 Rp.4.766.550,- Rp. 7.181.000,- Rp. 7.438.250,-
B Pendapatan
1 Rata-rata BBAk x Rp 35.000,-
144,5 5.057.500,- 219,00 7.665.000,- 229,50 8.032.500,-
C Keuntungan (Rp) Pendapatan – Biaya operasional
Rp.290.950,-
Rp. 484.800,-
Rp. 594.250,-
R/C 1,06 1,07 1,08
Perlakuan P3 yang jumlah pemberian dedak 1,9 kg dan onggok 1 kg yang
nilai R/C yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya hal
ini pengaruh pemberian dedak yang lebih banyak dibandingkan dengan
pemberian onggok, sedangkan dilihat dari kandungan nutrisinya memang lebih
baik terutama kandungan Energi mengalami peningkatan sebesar 15 kcal/kg
pakan dan Serat Kasar mengalami penurunan yaitu sebesar 8,83 juga diikuti
27
dengan peningkatan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) yang lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Lampiran 3), meskipun dilihat dari
kandungan protein yang terdapat pada perlakuan P3 lebih rendah dibandingkan
dengan P2 yaitu 3,51 : 5,15. Yang lebih berpengaruh pada P3 adalah
penggunaan onggok 1 kg, lebih sedikit sedangakan penggunaan dedak padi 1,9
kg dibandingkan dengan P2 dengan penggonaan onggok 1,9 kg dan dedak padi
1 kg, sedangkan harga onggok Rp 1500,- lebih mahal dibandingkan dengan
harga dedak padi Rp 1300,-.
Berdasarkan perhitungan hasil analisis finansial usaha penggemukan
ternak sapi bali jantan pemberian pakan konsentrat (pakan tambahan) mutlak
karena pakan tersebut memproduksi (daging) sedangkan bila hanya diberikan
rumput maka pakan hanya dimanfaatkan sebagai maintenence (memenuhi
kebutuhan hidup pokok) dan bukan untuk peningkatan produksi.
B. Pelatihan
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, minat peternak dan petugas
terhadap inovasi teknologi dilakukan pelatihan bagi peternak dan petugas.
Pelatihan dilakukan dengan cara pertemuan dan praktek langsung di lapangan.
Materi pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan peternak pada masing-masing
lokasi. Data materi pembinaan dan penumbuhan minat bagi peternak dan
petugas lapangan disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Pembinaan bagi Peternak dan Petugas Lapangan Kabupaten Bengkulu Tengah Dan Kabupaten Kepahiang
No
Lokasi Waktu Pelaksanaan
Materi Pembinaan dan Pelatihan
1 Kelompok Ternak Tani Jaya dan
Sidomulyo Desa Mekarsari
Kabupaten Kepahiang
24 April2013 Pelatihan pembuatan
fermentasi kopi
2 Kelompok Ternak Sri Rejeki dan
Sumber Rejeki Desa Jayakarta
Kabupaten Bengkulu Tengah
10 Mei 2013 Pelatihan pembuatan
fermentasi solid
3 Kelompok Ternak Sri Rejeki dan Sumber Rejeki Desa Jayakarta
Kabupaten Bengkulu Tengah
13 Mei 2013 Pelatihan pembuatan pakan tambahan berbasis
solid dan pelepah sawit
4 Kelompok Ternak Tani Jaya dan Sidomulyo Desa Mekarsari
Kabupaten Kepahiang
14 Mei 2013 Pelatihan pembuatan pakan tambahan berbasis
kulit kopi
5 Kelompok Ternak Margo Mulyo dan Sidodadi II Desa Tugurejo
Kabupaten Kepahiang
14 Mei 2013 Pelatihan pembuatan pakan tambahan berbasis
onggok
28
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Pendampingan PSDSK telah meningkatkan pemahaman petugas
(penyuluh lapang dan inseminator) tentang teknologi penggemukan sapi
potong melalui pelatihan dan sosialisasi.
2. Pendampingan PSDSK juga telah meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan peternak dalam memanfaatkan limbah pertanian untuk
pakan ternak melalui kegiatan demplot penggemukan.
3. Melalui kegiatan temulapang pendampingan PSDSK petani tanaman
perkebunan, peternak dan petugas lapangan mengetahui bahwa limbah
samping dari tanaman sawit, tanaman kopi dan hasil sampingan dari
pengolahan tepung tapioka (onggok) dapat diolah menjadi pakan
berkualitas bagi ternak sapi.
4. Selain menggunakan HMT sebagai pakan ternak sapi potong sebagian
peternak di provinsi Bengkulu juga memanfaatkan limbah perkebunan
kulit kopi, dedak padi, solid dan onggok sebagao pakan tambahan.
5. Pemberian pakan, berbahan baku pakan lokal dapat memperbaiki
performan ternak sapi potong dan dapat meningkatkan produktifitas
usaha penggemukan ternak sapi potong.
5.2 Saran
Pemberian pakan tambahan berbahan baku hasil sampingan produk
pertanian sebaiknya diberikan secara kontinyu pada usaha perternakan sapi
untuk meningkatkan produksi daging dan kelestarian lingkungan pada usaha
penggemukan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu 2012, Bengkulu Dalam Angka.
Bahri, S. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Laboratorium Lapang dan Sekolah Lapang
Dalam Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong (LL dan SL-PPSP)/Syamsul Bahri, dkk. – Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Statistik Peternakan. Dierektorat Jenderal Peternakan, Jakarta.
Hadiana, H., Sri Rahayu, Sondi Kuswaryan, Andre Ravianda dan Ahmad Firman., 2007, Road Map Pengembangan Peternakan Provinsi Jawa Barat, kerjasama Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Mersyah, R. 2005. Desain studi budidaya sapi potong berkelanjutan untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan. Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Santi, W.P. 2008. Respons Penggemukan Sapi PO dan Persilangannya sebagai hasil IB terhadap pemberian jerami padi fermentasi dan konsentrat di Kabupaten Blora. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Peternakan Bogor.
Sariubang.M., Qomariah.N. dan Kallo.R. 2011. Teknologi Penyusunan Ransum Penggemukan Sapi Potong. Buletin BPTP Sulawesi Selatan No 5.
Setiyono, P.B.W.H.E., Suryahadi, T. Toharmat, dan R. Syarief. 2007. Strategi suplementasi protein ransum sapi potong berbasis jerami dan dedak padi. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan 30 (3): 207 – 217.
Winugroho, M. 2002. Strategi Pemberian Pakan Tambahan untuk Memperbaiki Efisiensi Reproduksi Induk Sapi. Jurnal Litbang Pertanian.
Yusdja, Y dan N. Ilham, 2004. Tinjauan kebijakan pengembangan agribisnis sapi potong. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian 2 (2): 167 – 182.
30
ANALISIS RESIKO
Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin
dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan. Dengan
mengenal resiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi
ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel
1 dan 2).
Tabel 17. Daftar resiko pelaksanaan kegiatan
No. RESIKO PENYEBAB DAMPAK
1. Formula pakan penggemukan tidak dapat diterapkan sepenuhnya oleh peternak
Beberapa bahan pakan penggemukan tidak tersedia di lokasi
PBB sapi penggemukan dipeternak lebih rendah dari saat pendampingan
Tabel 18. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan kegiatan
No. RESIKO PENYEBAB PENANGANAN
Formula pakan penggemukan tidak dapat diterapkan sepenuhnya oleh peternak
Beberapa bahan pakan penggemukan tidak tersedia di lokasi
Membantu peternak untuk mengadakan bahan pakan tersebut dan mencari distributor di dekat lokasi untuk menjual pakan tersebut
31
JADWAL KERJA
No. Uraian Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyusunan RDHP
2. Penyusunan/pemba
hasan
perbaikan RODHP
3. Koordinasi
4. Pelaksanaan
6. Laporan bulanan
7. Laporan tengah tahun
8 Laporan akhir tahun
32
PEMBIAYAAN
A. RENCANA ANGGARAN BELANJA (RAB)
No No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan
(Rp.000)
Jumlah Biaya
(Rp.000)
1
2 3 4
Belanja Bahan : 1. Bahan sarana produksi,
demplot 2. Penggandaan dan
laminasi 3. ATK, komputer supplies
dan pelaporan 4. Konsumsi dalam rangka
pertemuan, temu lapang, apresiasi
Honor Output Kegiatan
1. Petugas lapang 2. UHL Belanja Barang Non Operasional Lainnya 1. Analisa Lab 2. Akomodasi dalam rangka
pertemuan, temu lapang, apresiasi dll
Belanja Perjalanan Lainnya 1. Perjalanan Luar Propinsi 2. Konsultasi ke pusat Jumlah
1 paket
1 paket
1 paket
100 OH
70 OH 172 OH
1 paket 2 kali
1 OP 120 OP
l
27.950
1.000
1.000
50
100 35
3.000 5.000
5.000 365
34.950 27.950
1.000
1.000
5.000
3.250 1.500 1.750
13.000
3.000 10.000
48.800
5.000 43.800
100.000
33
B. REALISASI ANGGARAN
No No Jenis Pengeluaran Ralisasi Anggaran
(Rp)
Persentase Keuangan
(%)
Persentase Fisik
(%)
1. Belanja Bahan
1. Bahan sarana produksi,
demplo.
2. Penggandaan dan laminasi
3. ATK, komputer supplies
dan pelaporan
5. Konsumsi dalam rangka
pertemuan, temu lapang,
apresiasi
27.874.600
1.000.000 1.000.000
5.000.000
99,8
100 100
100
100
100 100
100
Jumlah 34.874.600 99,9 100
2. Honor Output Kegiatan
1. Petugas lapang 2. UHL
1.500.000 1.750.000
100 100
100 100
Jumlah 3.250.000 100 100
3. Belanja Barang Non Operasional Lainnya 1. Analisa Lab 2. Akomodasi dalam rangka
pertemuan, temu lapang, apresiasi dll
3.000.000 7.359.000
100 100
100 100
100
Jumlah 10.359.000 99,6 100
4. Belanja Perjalanan Lainnya 1. Perjalanan Luar Propinsi
2. Akomodasi dalam rangka
pertemuan, temu lapang,
apresiasi
3. Perjalanan persiapan,
pelaksanaan
9.380.000 2.568.000
39.420.000
100 97,27
100
100 100
100
Jumlah 51.368.000
TOTAL 99.851.600 99,9 100
34
PERSONALIA
No
Nama/NIP Jabatan Fungsional/
Bidang keahlian
Jabatan dalam
Kegiatan
Uraian Tugas Alokasi Waktu
(Jam/ minggu)
1 Wahyuni
Amelia W, SPt, MSi/
197507241999
032002
Peneliti
Muda/Budidaya Ternak
Penanggu
ng jawab
1. Mengkoordinir
anggota tim dalam menyusun
perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan.
2. Membuat perencanaan,
mengkordinir pelaksanaan
kegiatan
pendampingan PSDSK di Provinsi
Bengkulu. 3. Mengevaluasi kinerja
dan pencapaian
anggota tim secara periodik/per bulan
4. Bertanggungjawab terhadap Kepala
Balai dan memberikan laporan
fisik dan keuangan
secara periodik (bulanan).
10
2 Ir. Siswani Dwi
Daliani/ 196007301989
032001
PP Pertama
/Produksi Ternak
Anggota 1. Membantu
penanggung-jawab dalam
perencanakan, pelaksanaan, dan
pelaporan.
6
3 Zul Efendi, SPt.
196902272007011001
Peneliti Pertama/Budi
daya Ternak
Anggota 1. Membantu penanggung-jawab
dalam perencanakan,
pelaksanaan, dan
pelaporan pendampingan
6
4. Erpan Ramon,
SPt/ 19751210 2009121004
PNK/Budiday
a Ternak
Anggota 1. Membantu
penanggung-jawab dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan
pendampingan
6
5. Marzan/ 196403211997
031001
Calon Teknisi Anggota 1. Membantu teknis pelaksanaan
kegiatan dilapangan
35
Lampiran 1. Berita Pelatihan Pembuatan Pakan Tambahan Berbasis Kulit Kopi di Harian Bengkulu Ekspress
Sabtu, 27/04/2013 - 13:30 WIB
Kepahiang Ekspress | beonline - Bengkulu Ekspress
Poktan Diajari Membuat Pakan
KABAWETAN, BE - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten
Kepahiang mengajarkan petani yang tergabung dalam kelompok tani (Poktan)
membuat pakan tambahan ternak sapi potong. Masing-masing yakni, Poktan
Sidodai II, Poktan Mekar Tani, dan Poktan Sidomulyo Kecamatan Kabawetan.
Pelatihannya dipusatkan di Desa Mekar Sari Kecamatan Kabawetan.
“Supaya ternak sapi bertambah berat 0,5-06 kg perhari. Pakan yang kita ajarkan
ini terbuat dari pemanfatan dedak kopi dan dedak padi, dengan gula merah dan
pupuk urea star bio (semacam permentasi),” ujar Kepala Disnakan Kepahiang Ir
Nusa Candra Deta melalui Kabid Keswan Hernawan kemarin.
Dikatakannya, pembuatan pakan ini sangatlah mudah diterapkan petani. Karena
teknis pembuatanya bahan baku seperti dedak kopi kering hanya diaduk dengan
starbio, setelah itu diaduk kembali dengan urea bercampur air gula merah.
Kemudian setelah aduk rata ditutup pakai terpal dan baru diendapkan selama lebih
kurang 2 minggu lamanya.
“Dalam kesempatan ini kita buat sebanyak 2 ton pakan tambahan dengan
ketentuan untuk 32 ekor sapi potong. Selama masa pemberian pakan ini, sapi
tersebut belum boleh perjual belikan,” jelasnya.
Menurutnya, program pembuatan pakan ternak bagi petani ini hasil kerja sama
BPTP (Balai Penelitian Teknologi Pertanian) dengan Disnakan Kepahiang. Yang
anggaran bersumbar dari Provinsi. “Sebenarnya kita dari daerah hanya siapkan
bahan limbah dedak kopi aja. Sementara itu untuk bahan lainnya dibantu pihak
BPTP,” katanya. (505)
36
Lampiran 2. Foto-foto Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan Sosialisasi Kegiatan Pendampingan PSDSK di Kabupaten Kepahiang
Pembuatan Fermentasi Kulit Kopi di Kabupaten Kepahiang
Pembuatan Fermentasi Solid di Kabupaten Bengkulu Tengah
37
Pembuatan Fermentasi Solid di Bengkulu Tengah
Performa sapi Bali yang di gemukkan di Bengkulu Tengah
Distribusi pakan ternak berbasis solid
38
Lampiran 3 : Hasil Analisis Progsimat Pakan Konsentrat Kegiatan PSDSK 2013 L