metodologi penelitianmplk.politanikoe.ac.id/images/prodi_mplk/metolit-004... · 2021. 8. 2. ·...

188
BUKU AJAR METODOLOGI PENELITIAN BUKU AJAR METODOLOGI PENELITIAN Tim Penyusun: Blacius Dedi, Dr.Kep.,SKM.,M.Kep

Upload: others

Post on 09-Sep-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

BUKU AJAR

METODOLOGI PENELITIAN

BUKU AJAR

METODOLOGI PENELITIAN

Tim Penyusun:

Blacius Dedi, Dr.Kep.,SKM.,M.Kep

Page 2: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Bapak yang maha kuasa atas berkat rahmat dan kasihnya buku ini dapat tersusun. Buku ini disusun supaya dapat memberikan panduan bagi para dosen dan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami dan melakukan penelit ian dalam lingkup keilmuan keperawatan. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Tentu saja penyusun menyadari buku ini t idaklah sempurna, oleh sebab itu masukan, saran dan usulan sangat diharapkan demi perbaikan konten buku ajar ini dimasa datang.

Semarang, Juni 2019

Blacius Dedi, Dr. ,Keep.,M.Kep

Page 3: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

D A FT A R I S I

KATA PENGANTAR

BAB I KAJIAN ILMIAH: BERFIKIR LOGIS DAN ILMIAH

PENDAHULUAN

BERFIKIR LOGIS

KAJIAN TENTANG ILMU DAN METODE ILMIAH

Ilmu

Penggolongan ilmu

Syarat Ilmu

DAFTAR PUSTAKA

BAB II KAJIAN ILMU KEPERAWATAN

PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN

ILMU KEPERAWATAN: TEORI ADAPTASI

KOMPONEN ILMU KEPERAWATAN: TEORI ADAPTASI

Manusia

Keperawatan

Konsep Sehat-Sakit

Konsep Lingkungan

Aplikasi pada asuhan keperawatan: Proses Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

BAB III MASALAH, RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN

PENELITIAN

MASALAH

Menyeleksi masalah

Lingkup masalah penelitian keperawatan menurut Nursalam

(2016)

Kajian masalah /sumber masalah penelitian keperawatan

RUMUSAN MASALAH ATAU PERTANYAAN PENELITIAN

Faktor-faktor yang mendasari perumusan masalah penelitian

Page 4: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

MENYUSUN RUMUSAN DAN TUJUAN PENELITIAN

LAMPIRAN :

Rumusan Masalah: Masalah dan pertanyaan penelitian

Contoh : penelusuran masalah atau topic penelitian

Spider web

Keaslian penulisan

DAFTAR PUSTAKA

BAB IV KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

MENYUSUN KERANGKA TEORI

Penyusunan kerangka teori dalam penelitian

MENYUSUN KERANGKA KONSEP

Penyusunan erangka konseptual dalam penelitian

MENYUSUN HIPOTESIS PENELITIAN

Langkah-langkah penyusunan

Syarat Hipotesis

Tujuan Hipotesis

Sumber Hipotesis

Tipe Hipotesis

KONSEP SELF CARE

KONSEP SELF CARE AGENCY

Pengukuran Self Care Agency

Contoh Kerangka Konsep Berbasis Self Care Agency (Orem)

Self Care Agency.

(Kemandirian Orem) penerapan pada Ibu Nifas dengan

menggunakan pendekatan Teori Self Care Model

DAFTAR PUSTAKA

KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING)

Konsep Interaksi manusia Imogene M. King (Fadilah, 2009)

Page 5: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Sistem Interpersonal

DAFTAR PUSTAKA

FAMILY CENTERED NURSING (FRIEDMAN, 2003)

DAFTAR PUSTAKA

TEORI TRANSCULTURAL IN NURSING DARI LEININGER

DAFTAR PUSTAKA

HEALTH PROMOTION MODEL (HPM)

DAFTAR PUSTAKA

PRECED-PROCEED MODEL

Perilaku Kesehatan Bererdasarkan teori Lawrence W. Green

Kualitas hidup (quality of Life)

DAFTAR PUSTAKA

TEORI PERILAKU TERENCANA (THEORI OF PLANNED

BEHAVIOR)

Sejarah teori perilaku terencana (Theory of planned Behavior)

DAFTAR PUSTAKA

SELF REGULATION MODEL

DAFTAR PUSTAKA

THEORI MODEL

DAFTAR PUSTAKA

THEORI MODEL PENCEGAHAN PRIMER (CAPLAN, 2001)

PENGEMBANGAN MUTU PELAYANAN / PRODUKTIVITAS

(KOPELMEN)

DAFTAR PUSTAKA

MODEL MAKP (METODE ASUHAN KEPERAWATAN

PROFESIONAL) DAN ATAU MPKP

Kepuasan Perawatan

Model Kesenjangan (The Expectancy-Disconfirmation Model)

(Woodruff & Gardial, 2002)

Theory of Servqual

DAFTAR PUSTAKA

KONSEP KERJA DAN TEAMWORK

Page 6: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Definisi Kinerja

Team Work

Semangat Kerja

DAFTAR PUSTAKA

TEORI MOTIVASI McCLELLAND

BERNOUT SYNDROME TEORI MASLACH

Konsep Dasar Burnout Syndrome

DAFTAR PUSTAKA

CONTOH KERANGKA KONSEPTUAL BERBASIS INTEGRAL

MODEL

(LAWRENCE GREEN)

DAFTAR PUSTAKA

STRES, APPRAISAL, AND COPING STRATEGY IN

TRANSACTIONAL THEORY (LAZARUS & FOLKMAN, 1984)

DAFTAR PUSTAKA

MATERNAL ROLE ATTAINMENT AND BECOMING MOTHER

(MERCER)

Pencapaian Peran Ibu : Marcer’s Original Model

Becoming a Mother : Model Revisi

DAFTAR PUSTAKA

MODEL STRUCTURE OF CARING (SWANSON, 1993)

DAFTAR PUSTAKA

BAB V LINGKUP MASALAH PENELITIAN ILMU KEPERAWATAN

ILMU KEPERAWATAN DASAR DAN MANAJEMEN

KEPERAWATAN

ILMU KEPERAWATAN ANAK

ILMU KEPERAWATAN MATERNITAS

ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DAN GAWAT

DARURAT

Ilmu Keperawatan Medikal Bedah

Ilmu Keperawatan Gawat Darurat

Page 7: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

ILMU KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

ILMU KEPERAWATAN KOMUNITAS, KELUARGA, DAN

GERONTIK

Komunitas

Keluarga

Gerontik

DAFTAR PUSTAKA

BAGIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI RANCANGAN PENELITIAN

PENDAHULUAN

PEMILIHAN RANCANGAN PENELITIAN

JENIS RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian Non-Eksperimen

Rancangan Penelitian Eksperimental

DAFTAR PUSTAKA

BAB VII POPULASI, SAMPEL, SAMPLING, DAN BESAR SAMPEL

POPULASI

Pembagian Pupulasi

Kriteria Populasi

SAMPEL

Sampel

Sampling

DAFTAR PUSTAKA

BAB VIII VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

VARIABEL

Definisi

Jenis Variabel

DEFINISI OPERASIONAL

Page 8: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Konsep Pengertian dan Definisi

DAFTAR PUSTAKA

BAB IX PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN PENGUMPULAN DATA

PENYUSUNAN INSTRUMEN

Prinsip : Validitas dan Reliabilitas

Jenis – jenis Instrumen

PENGUMPULAN DATA

Tugas Peneliti dalam Pengumpulan Data

Karakteristik Metode Pengumpulan Data

Masalah-masalah pada Pengumpulan Data

Prinsip Etis dalam Penelitian (Pengumpulan Data)

DAFTAR PUSTAKA

BAB X ANALISIS DATA PENELITIAN KUANTITATIF

PENDAHULUAN

Ciri – ciri Pokok Statistik

Janis Landasan Kerja Pokok yang Digunakan oleh Statistik

PERAN STATISTIK DALAM TAHAPAN PENELITIAN

ANALISIS DATA

Klasifikasi Skala Pengukuran

Langkah – langkah Analisis Data

INTERPRETASI HASIL ANALISIS DATA

DAFTAR PUSTAKA

BAB XI PENULISAN HASIL PENELITIAN

PENDAHULUAN

PENULISAN ISI HASIL PENELITIAN

Bagian Pendahuluan

Bagian Metodologi

Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

Penulisan Analisis Data

Page 9: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Bagian Penulisan Hasil Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

BAGIAN 4 CONTOH PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN

BAGIAN 5 PEDOMAN PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN

SKRIPSI

PENDAHULUAN

PEDOMAN PENULISAN

PEDOMAN PENULISAN USULAN PENELITIAN (PROPOSAL)

PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI DAN TESIS

PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

Indeks

Page 10: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

BAGIAN 1

TREN PENELITIAN

KEPERAWATAN

Bab 1 Kajian Ilmiah : Berpikir Logis

dan Metode Ilmiah

Bab 2 Kajian Ilmu keperawatan

Page 11: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Bab 1

Kajian Ilmiah : Berpikir Logis

dan Metode Ilmiah

PENDAHULUAN

Kajian ilmiah tentang ilmu keperawatan merupakan suatu keharusan bagi

para perawat Indonesia saat ini. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa belum

terdapat kejelasan tentang ilmu yang secara empiris dapat diterima secara ilmiah

oleh masyarakat nonkeperawatan. Realitasnya, suatu ilmu dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu: proses, produk, dan paradigma etis. Proses merupakan suatu

kegiatan untuk memahami alam semesta dan isinya didasarkan pada tuntutan

metode keilmuan (rasionalitas dan objektif).

Produk adalah segala proses keilmuan yang harus menjadi milik umum dan

selalu terbuka untuk dikaji oleh orang lain. Paradigma etis artinya ilmu harus

mengandung nilai-nilai moral dan etika yang tidak bertentangan dengan nilai-

nilai moral yang ada di masyarakat.

Pada bab ini, penulis hanya akan memfokuskan bahasan pada kajian ilmiah

ilmu keperawatan dengan penekanan dalam pembahasan berpikir logis dan

ilmiah. Berpikir logis adalah berpikir lurus dan teratur terhadap suatu hal yang

diyakini dari suatu objek atau fenomena. Objek atau fenomena tersebut berupa

suatu pokok permasalahan yang dikaji untuk membedakan antara benar dan

salah. Berpikir ilmiah adalah cara berpikir dengan didasarkan pada pendekatan

ilmiah, yaitu melalui metode ilmiah yang merupakan alat/sarana penjelasan

dalam mempelajari prosedur tertentu untuk mendapatkan ilmu. Metode ilmiah

mempelajari cara identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, hipotesis,

metode, hasil, dan kesimpulan yang berdasarkan atas kaidah ilmiah.

BERPIKIR LOGIS

Page 12: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Berpikir logis merupakan proses berpikir yang didasari oleh konsistensi

terhadap keyakinan-keyakinan yang didukung oleh argumen yang valid.

Pengertian lain dari berpikir logis adalah berpikir lurus, tepat, dan teratur sebagai

objek formal logika. Suatu pemikiran disebut lurus, tepat, dan teratur apabila

pemikiran itu sesuai dengan hukum, aturan, dan kaidah yang sudah ditetapkan

dalam logika. Mematuhi hukum, aturan, dan kaidah logika berguna untuk

menghindari pelbagai kesalahan dan penyimpangan (bias) dalam mencari

kebenaran ilmiah. Pada hakikatnya, pikiran manusia terdiri atas tiga unsur

berikut.

1. Pengertian (informasi tentang fakta)

2. Keputusan (pernyataan benar-tidak benar)

3. Kesimpulan (pembuktian-silogisme)

Dalam logika ilmiah, tiga unsur pikiran manusia tersebut harus dinyatakan

dalam kata (kalimat tulisan). Tiga pokok kegiatan akal budi manusia antara lain

sebagai berikut :

1. Menangkap sesuatu sebagaimana adanya, yang berarti menangkap sesuatu

tanpa mengakui atau memungkiri (pengertian atau pangkal pikir, disebut

juga premis)

2. Memberikan keputusan, yang berarti menghubungkan pengertian yang satu

dengan pengertian yang lain atau memungkiri hubungan tersebut.

3. Merundingkan, yang berarti menghubungkan keputusan satu dengan

keputusan yang lain sehingga sampai pada satu kesimpulan (pernyataan

baru yang diturunkan).

KAJIAN TENTANG ILMU DAN METODE ILMIAH

ILMU

Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode

ilmiah. Makna ilmu menunjukkan sekurang-kurangnya tiga hal (Gambar 1.1).

1. Kumpulan pengetahuan (produk).

Page 13: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Metode Produk

2. Aktivitas ilmiah dan proses berpikir ilmiah (proses).

3. Metode ilmiah (metode).

Gambar 1.1 Makna Ilmu

1. Ilmu sebagai produk

Ilmu sebagai produk merupakan kumpulan informasi yang telah teruji

kebenarannya dan dikembangkan berdasarkan metode imiah dan pemikiran

logis (Kemeny, 1961).

Struktur ilmu adalah sebagai berikut:

a. Paradigma

b. Teori

c. Konsep dan asumsi

d. Variabel dan parameter

2. Ilmu sebagai proses

Ilmu sebagai proses, merupakan cara mempelajari suatu realitas (kejadian) dan

upaya memberi penjelasan tentang suatu mekanisme (jawaban terhadap

pertanyaan mengapa dan bagaimana) (Adib, 2011).

Karakteristik ilmu adalah sebagai berikut.

1) Dapat dibuktikan secara logika (logico-emperical-verifikatif)

2) Dapat dipahami secara umum/luas (generalized understanding)

3) Ditegakkan secara teoretis (theoritical construction)

ILMU

Proses

Page 14: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

4) Menjawab pertanyaan mengapa (why) dan bagaimana (how)

3. Ilmu sebagai metode

Ilmu sebagai metode, merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan yang

objektif dan dapat diuji kebenarannya (Adib, 2011). Metode adalah rangkaian

cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan,

sering kali disebut metode ilmiah. Metode Ilmiah berkaitan erat dengan logika,

metode penelitian, metode pengambilan sampel, pengukuran, analisis,

penulisan hasil, dan kesimpulan. Pendekatan adalah pemilihan area kajian.

PENGGOLONGAN ILMU

Pendapat mengenai pengelompokan ilmu sangat banyak, bergantung pada

kriteria penggolongannya. Secara umum, ilmu hampir selalu dikelompokkan

menjadi dua yaitu ilmu nomotetik dan ilmu idiografik (Putra, 2010).

1) Ilmu Nomotetik (Deduktif)

Ilmu Nomotetik merupakan suatu ilmu yang didasarkan pada kajian-

kajian makro (kasus-kasus) yang luas dan banyak terjadi, kemudian

dijabarkan pada hal-hal yang khusus. Pendekatan penelitian dapat

digolongkan pada metode kuantitatif. Misalnya, semua klien yang masuk

rumah sakit akan mengalami stres hospitalisasi. Klien anak, klien remaja,

dan klien dewasa yang masuk rumah sakit akan mengalami stres.

2) Ilmu Idiografik (Induktif)

Ilmu Idiografik merupakan suatu kajian ilmu yang didasarkan pada hal-

hal yang mikro, unik, khusus, dan bersifat individual, kemudian ditarik

suatu kesimpulan secara umum. Pendekatan penelitian digolongkan pada

metode kualitatif. Contoh, penyanyi A berambut keriting, penyanyi B

rambutnya keriting, penyanyi C dan penyanyi lainnya juga berambut

keriting, semuanya pandai bernyanyi. Jadi dapat ditarik kesimpulan

bahwa orang yang memiliki rambut keriting pandai bernyanyi.

SYARAT ILMU

Page 15: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Terdapat beberapa persyaratan bahwa suatu pengetahuan dianggap sebagai ilmu:

1) Memenuhi Syarat sebagai Ilmu Pengetahuan Ilmiah

a. Logis: Dapat dinalar dan masuk akal.

Misalnya, pada ilmu keperawatan. Klien yang masuk rumah sakit

mengalami stress di samping keadaan sakitnya, klien harus

beradaptasi terhadap lingkungan baru (orang perawat, peraturan-

peraturan, dan lain-lain).

b. Empiris. Data dapat diamati dan diukur.

Misalnya, data tentang respons klien yang mengalami stres, dapat

diamati dan diukur dari ketidakmampaan klien untuk beradaptasi

terhadap stresnya. Secara psikologis (kognator), klien stres

mengalami gangguan afek dan emosi (cemas, marah-marah depresi,

dan menolak peraturan baru). Hal ini karena klien tidak mampu

beradaptasi terhadap lingkungan baru. Secara fisik (regulator),

kondisi klien dapat diukur dengan terdinya peningkatan tanda-tanda

vital klien dan peningkatan hormon-hormon stres (kortisol dan

katekolamin)

c. Diperoleh melalui metode ilmiah

Pendekatan yang diganakan berdasarkan langkah-langkah dalam

metode ilmiah penjelasam lehih luniut dagat dilihat dalam

pembahasan tentang metode sains).

2) Memenuhi Komponen Ilmu (Science Balding Blocks)

TEORI ADAPTASI

Konsep Stres konsep : manusia proposisi

Proposisi konsep : sakit

Konsep Koping konsep : Lingkungan Konsep : keoerawatan (regulator & Cognator) (rumah sakit)

Page 16: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Gambar 1.2. Science building blocks pada ilmu keperawatan (Teori Adaptasi)

Keterangan :

Teori adaptasi terdiri atas komponen-komponen ilmu, yaitu terbentuk dari

beberapa konsep:

1) Konsep stres akibat masuk rumah sakit (stres hospitalisasi)

2) Konsep koping (regulator dan kognator)

3) Konsep manusia

4) Konsep keperawatan

5) Konsep sakit

6) Konsep lingkungan

Adanya sekelompok pengetahuan yang dirangkai dengan penambahan

pernyataan lain sehingga terbentuk suatu informasi tentang hubungan

antarpengetahuan. Minimal pada penelitian ini akan menghasilkan suatu

proposisi-proposisi.

3. Memenuhi metode ilmiah : mekanisme stimulus-Respon

HIPOTESIS FAKTA EMPIRIS :

Belum diterapkannya model asuhan keperawatan di rumah sakit.

Perawat belum menunjukkan kinerja yang optimal

Klien sering mengalami stress hospitalisasi

HUKUM, PRINSIP: HUMANISTIK

HOLISTIK CARE

Stimulasi

Page 17: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Respons Logika

Gambar 1.3 Metode stimulus-respon pada kajian ilmu

1. Stimulus

a) Masalah.

Fakta/empiris yang dapat diamati dan diukur berdasarkan hasil suatu

pengamatan yang cermat dan teliti.

b) Perumusan masalah penelitian

Masalah yang sudah ditemukan kemudian dirumuskan dalam suatu

masalah penelitian, perumusan masalah. Di dalam penelitian

dituliskan sebagai pertanyaan penelitian.

2. Logika

a. Kajian teoretis / konseptual

Misalnya dalam ilmu keperawatan, sakit pada manusia disebabkan

oleh ketidakmampuan manusia untuk beradaptasi yang melibatkan

unsur fisik, psikis, dan sosial yang merupakan perwujudan

terimplikasi adanya integrasi satu dengan yang lain. Objek utama

dalam ilmu keperawatan, yaitu:

1) Manusia (individu yang mendapatkan stimulus/asuhan

keperawatan),

2) konsep lingkungan,

3) konsep sehat, dan

4) keperawatan.

1) Stimulus/Asuhan Keperawatan

Page 18: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Stimulus yang diberikan perawat berupa intervensi/asuhan

keperawatan dalam meningkatkan respons adaptasi

berhubungan dengan empat mode respons adaptasi.

Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

a) Membantu memenuhi kebutuhan klien dengan gangguan

dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis dan

ketergantungan.

b) Memperlakukan klien secara manusiawi.

c) Melaksanakan komunikasi terapeutik.

d) Mengembangkan hubungan terapeutik

2) Konsep lingkungan

Lingkungan merupakan semua kondisi internal dan eksternal

yang memengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan

perilaku seseorang atau kelompok. Lingkungan internal adalah

keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa

pengalaman, kemampuan emosional, dan kepribadian) serta

proses pemicu stres biologis (sel maupun molekul) yang berasal

dari dalam tubuh individu. Lingkungan eksternal dapat berupa

keadaan/faktor fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima

individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.

3) Konsep sehat

Sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya

menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan, fisik,

mental, dan sosial. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan

oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan dalam

mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi. Sakit adalah

suatu keadaan ketidakmampuan individu untuk beradaptasi

terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu.

Kondisi sehat dan sakit dipersepsikan secara berbeda-beda oleh

individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping)

Page 19: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

bergantung dari latar belakang individu tersebut dalam

mengartikan dan mempersepsikan sehat/sakit, misalnya tingkat

pendidikan, pekerjaan, usia, budaya, dan lain-lain.

4) Keperawatan

Keperawatan adalah model pelayanan profesional dalam

memenuhi kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu

baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis,

sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa

meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah,

memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan

yang dipersepsikan sakit oleh individu.

b. Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu

pertanyaan atau tujuan penelitían. Syarat hipotesis yang baik adalah

sebagai berikut.

1) Berupa pernyataan.

2) Layak uji.

3) Berdasarkan teori konsep

4) Adanya hubungan antarvariabel (proposisi antara konsep

adaptasi dan kinerja).

c. Identifikasi dan operasionalisasi variable

Berikut ini merupakan contoh dalam penjelasan variabel dan definisi

operasional ilmu keperawatan (adaptasi).

Variabel Dimensi Indikator/Definisi Operasional

Tingkat adaptasi Regulator Suatu proses fisiologis:

Page 20: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

(proses Peningkatan hormon-hormon stres: kortisol dan

katekolamin.

Peningkatan tanda-tanda vital: denyut jantung

dan laju pernapasan.

Kognator Tingkat koping psikologis klien yang konstruktif:

Learning (imitasi, reinforcement, dan pemahaman

diri).

Judgement (penyelesaian masalah dan

pengambilan keputusan) terhadap lingkungan

baru.

Emotion: Suatu tindakan klien dalam merespons

keputusan yang telah dibuat. Klien diharapkan

dapat menggunakan koping yang konstruktif:

1) Menerima kenyataan sakitnya.

2) Berhubungan dengan orang lain.

3) Kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.

Tingkat efektor Fisiologis

Psikologis

Peran

Ketergantungan

Tingkat fisiologis

Tingkat kebutuhan oksigen, nutrisi. cairan, serta

istirahat dan tidur

Tingkat psikologis

1) Pandangan terhadap fisik

i. Penurunan konsep seksual

ii. Agresi, kehilangan

2) Pandangan terhadap personal

i. Cemas

ii. Tidak berdaya

iii. Merasa bersalah

iv. Harga diri rendah

Tingkat peran

Transisi peran, peran berbeda, konflik peran,

kegagalan peran.

Tingkat ketergantungan

Kecemasan berpisah, merasa ditinggalkan/

terisolasi.

Adaptif

Maladaptif

(koping tidak

efektif)

Adaptif : Koping konstruktif (menerima,

berhubungan dengan orang lain, melakukan

aktivitas sehari-hari; dan terpenuhi

kebutuhan fisik).

Koping tidak efektif: Marah-marah,

menyendiri, merasa tidak berguna, sedih,

dan peningkatan hormon-hormon stres

(kortisol, katekolamin)

Tingkat Stimulus:

kinerja perawat

(Berdasarkan

paradigma

Membantu

Memenuhi

gangguan

pemenuhan

Terpenuhinya kebutuhan fisiologis:

Makan dan minum

Oksigenasi

Cairan

Page 21: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

keperawatan:

humanistik,

holistik,

dan care

kebutuhan

fisiologis dan

ketergantungan

Istirahat dan tidur

Nutrisi

Perawatan diri

Memperlakukan

klien secara

manusiawi:

Memperlakukan klien sebagai mitra/manusiawi:

Sopan

Tidak diskriminasi

Melibatkan klien dan keluarga secara aktif

Sabar

Tanggap dan cepat dalam bertindak

Melaksanakan

komunikasi

terapeutik

Komunikasi terapeutik:

Memanggil nama klien

Menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti

Komunikasi secara tepat dan benar (sesuai

kontrak)

Mendengarkan dan menampung

Mendorong klien untuk mengungkapkan

perasaan dan pandangannya

Meluangkan waktu untuk bicara, setiap ada

kesempatan

Mengembangkan

Hubungan

terapeutik

dengan klien:

Hubungan terapeutik dengan klien:

Menciptakan hubungan timbal balik

Memelihara hubungan yang harmonis

Mencegah konflik dengan klien

Mencegah sikap pilih kasih

Menilai dampak dari tindakan

Berpenampilan rapi dan tenang

Menepati janji

Jujur dan terbuka

d. Penyusunan penelitian

Nonekaperimental (bersifat observasi) dan eksperimental True-

eksperimental; quasi-eksperimentals; pre-eksperimental. Contoh

Page 22: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Bandingkan apakah sama

Penerapan teori adaptasi

Bandingkan apakah sama

Variabel independen

rancangan quasi-eksperimental; peran teori adaptasi terhadap perbaikan

kinerja perawat.

Gambar 1.4 Diagram Quasi-Eksperimental

3. Respons

Respons dalam kajian ilmiah dapat digolongkan sebagai berikut.

a. Penyusunan instrumen penelitian (validitas dan reliabilitas).

b. Melakukan sampling (randomisasi) dan estimasi ukuran sampel.

c. Analisis data dan pengujian hipotesis (regresi).

d. Mengambil kesimpulan dan memberikan saran

DAFTAR PUSTAKA

Perlakuan

Pengukuran variable dependen : indicator

kinerja (pra)

Kontrol

Pengukuran variable dependen : indicator

kinerja (pra)

Pengukuran ulang variable dependen : indicator

kinerja (Pasca)

Pengukuran ulang variable dependen : indicator

kinerja (Pasca)

Page 23: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Adib, M. 2011. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika limiu

Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Alligood, MR, & Tomey, AM, 2006, Nursing 'Theorists and Their Work, 7h ed.

Missouri: Mosby.

Babbie, E. 1999. The Basics of Social Research. Belmont: Wadsworth Pub. Co.

Nursalam. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta: Sagung

Seto.

Nursalam & Kurniawati, ND. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi

HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan. Metodologi Penelitian limu Keperawatan.

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence

for Nursing Practice. 9 ed. Philadelphia: JB. Lippincott.

Polit, D.E. dan B.P. Hungler. 1993. Essential of Nursing Research. Methods,

Appraisal, and Utilization. 3d ed. Philadelphia: J.B. Lippincott Co.

Putera, S.T. 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Pusat Penerbitan dan

Percetakan Unair.

Sastroasmoro, S. dan S. Ismail. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Jakarta: Binarupa Aksara.

Soeparto, O., S.T. Putra, dan Haryanto. 2000. Filsafat Imu Kedokteran. Surabaya:

GRAMIK dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Bab 2

Page 24: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Kajian Ilmu Keperawatan

PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN

Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab pertanyaan

hakikat ilmu (Adib, 2011). Hakikat ilmu dapat dibedakan menjadi tiga; yaitu

ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Semua pengetahuan-ilmu (sains), seni,

atau pengetahuan apa saja- pada dasarnya mempunyai ketiga landasan tersebut.

Ketiga hakikat tersebut saling berkaitan, yang berbeda adalah materi

perwujudannya serta sejauh mana landasan-landasan ketiga hakikat ini

dikembangkan dan dilaksanakan.

Batas lingkup ilmu menjadi karakteristik objek ontologis ilmu yang

membedakan ilmu (sains) dari pengetahuan-pengetahuan lain. Dapat dikatakan

bahwa ilmu hanya membatasi hal-hal yang berbeda dalam batas pengalaman

karena fungsi ilmu dalam kehidupan (seperti memerangi penyakit) dan

menyusun indikator kebenaran karena telah teruji secara empiris. Ilmu juga

perlu bimbingan moral (agama) karena kebutaan moral dari ilmu dapat

membawa manusia ke jurang malapetaka.

Pada praktiknya, harus ada kejelasan batas disiplin ilmu, misalnya batas

disiplin ilmu antara perawat dan dokter. Tanpa kejelasan batas, maka pendekatan

multidisiplin tidak akan bersifat konstruktif tetapi berubah menjadi sengketa

kapling (Alligood & Tomey, 2012). Ciri khas yang paling menyol yaitu manusia

yang dilihat bukan hanya sebagai benda jasmani saja tetapi manusia secara

keseluruhan. Sementara itu manusia sebagai subjek penyelidikan ilmu

kemanusiaan dilihat dalam dua arti. Pertama dalam arti bahwa secara hakiki

manusia melampaui status objek benda-benda sekitarnya, kedua dalam arti

bahwa si penyelidik subjek berada pada taraf yang sama dengan objeknya. Arti

pertama agak berbau filsafat. Arti kedua secara khas berasal dari suatu uraian

empiris mengenai ilmu-ilmu kemanusiaan, jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu

lainnya.

Page 25: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Bagaimana dengan halnya makhluk hidup termasuk sendiri? Hal ini

terutama terjadi di tatanan klinik yang objeknya adalah manusia. Fenomena-

fenomena klinik yang kita amati adalah aspek fisik berupa gejala-gejala penyakit

dengan tingkat biomolekuler yang mendasarinya; aspek psikis; dan aspek sosial.

Ketiga aspek tersebut merupakan fokus kajian objek ilmu keperawatan, yang

mempunyai empat komponen, yaitu manusia sebagai makhluk yang unik;

keperawatan; konsep sehat-sakit; dan lingkungan yang memengaruhi keadaan

manusia.

Banyak pengertian yang membahas tentang ilmu keperawatan,

sebagaimana Nursalam (2008) menjabarkan tentang ilmu keperawatan

adalah"……..suatu ilmu yang mencakup ilmu-ilmu dasar, perilaku, biomedik,

sosial, dan ilmu keperawatan sendiri (dasar, anak, maternitas, medikal bedah,

jiwa, dan komunitas). Aplikasi ilmu keperawatan yang menggunakan

pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah ditujukan untuk

mempertahankan, menopang, memelihara, dan meningkatkan integritas seluruh

kebutuhan dasar manusia". Pengertian tersebut membawa dampak terhadap isi

kurikulum program pendidikan tinggi keperawatan. Institusi pendidikan tinggi

keperawatan sejauh ini belum mampu mengenalkan ilmu keperawatan secara

jelas kepada peserta didik. Dengan demikian, peserta didik mendapatkan

orientasi ilmu dasar yang hampir sama dengan yang diajarkan pada program

pendidikan kesehatan lain (kedokteran umum, dokter gigi, dan kesehatan

masyarakat). Hal ini mengakibatkan ketidakjelasan peran perawat dalam

memberikan asuhan kesehatan kepada klien. Pertanyaan yang muncul adalah

apakah isi kurikulum ilmu-ilmu dasar yang diajarkan kepada mahasiswa

keperawatan sama yang diajarkan kepada mahasiswa kedokteran, kedokteran

gigi, dan kesehatan masyarakat. Hal ini perlu dipertanyakan mengingat: 1)

belum jelasnya perbedaan ilmu keperawatan dan kedokteran dan 2) dosen sering

mengajarkan materi yang sama dengan kedokteran kepada mahasiswa

keperawatan. Dengan perkataan lain, tidak adanya focus penekanan kompetensi

wajib yang dimiliki lulusan keperawatan (Nursalam, 2008b).

Tujuan ilmu keperawatan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: 1) sebaga

dasar dalam praktik keperawatan; 2) komitmen dalam praktik keperawatan

Page 26: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

terhadap pengembangan ilmu keperawatan; 3) sebagai dasar penyelesaian

masalah keperawat yang kompleks agar kebutuhan dasar klien terpenuhi; dan 4)

dapat diterimanya intervensi keperawatan secara ilmiah dan rasional oleh profesi

kesehatan lain serta masyarakat. Tujuan yang terakhir disebutkan akan dapat

diterima oleh masyarakat jika perawat mampu menjelaskan objek ilmu

keperawatan (Chitty, 1997).

Berdasarkan tujuan ilmu keperawatan tersebut, Chitty (1997)

menerjemahkan ilmu keperawatan sebagai suatu ilmu yang aplikasinya dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan kaidah dan nilai-nilai

keperawatan. Chitty (1997) menekankan nilai-nilai ilmu keperawatan pada tiga

unsur utama, yaitu: holistik, humanistik, dan care dengan menekankan pada

upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang sehat maupun sakit.

Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan objek ilmu keperawatan yang

meliputi membantu meningkatkan, mencegah, dan mengembalikan fungsi

kesehatan yang terganggu akibat sakit yang diderita.

Peran utama professional perawat adalah memberikan asuhan keperawatan

kepada manusia (sebagai objek utama kajian filsafat ilmu keperawatan :

Ontologis) yang meliputi :

1. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan dan kebutuhan

klien.

2. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi

masalah keperawatan, mulai dari pemeriksaan fisik, psikis, sosial, dan

spiritual.

3. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien (klien, keluarga, dan

masyarakat) mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.

Pelayanan yang diberikan oleh perawat harus dapat mengatasi masalah-masalah

fisik, psikis, dan sosial-spiritual pada klien dengan fokus utama mengubah

perilaku klien (pengetahuan, sikap, dan keterampilannya) dalam mengatasi

masalah kesehatan sehingga klien dapat mandiri.

Misalnya, jika klien anak dengan asma bronkial dirawat di rumah sakit

dengan kondisi sedang diberi infus dan tidak boleh bergerak ke mana-mana,

Page 27: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

maka anak tersebut akan mengalami stres fisik akibat keluhan sakitnya dan

psikis akibat dari tindakan pemasangan infus serta larangan untuk bergerak.

Stres psikis yang terjadi akan berdampak terhadap koping anak tersebut sehingga

menurunkan imunitasnya. Keadaan tersebut justru akan memperlambat

kesembuhan klien. Ilmu keperawatan yang ada harus dapat memfasilitasi

bagaimana anak tersebut dapat merasa "at home" (tidak seperti di rumah sakit),

tidak merasa tertekan, dan merasa diperhatikan oleh orang terdekat. Bukan justru

menambah stres psikologis dengan suasana lingkungan yang menakutkan dan

petugas yang bersikap kurang ramah serta memaksakan setiap melakukan

tindakan keperawatan/medis (misalnya menyuntik). Keadaan yang demikian

akan berdampak dalam proses penyembuhan klien.

Hasil penelitian yang dilaksanakan di Amerika menyebutkan bahwa

memperlakukan anak anak yang dirawat di rumah sakit seperti di rumah sendiri,

memberi kebebasan bagi anak untuk bermain sebatas kemampuannya, dan

merasa diperhatikan menunjukkan angka yang signifikan dalam percepatan

penyembuhan klien dibandingkan dengan anak yang mengalami stres psikologis

akibat suasana/lingkungan yang tidak kondusif.

ILMU KEPERAWATAN : TEORI ADAPTASI

Dalam disiplin biologi yang merupakan induk utama dari filsafat ilmu

kedokteran dan ilmu keperawatan, terdapat 4 doktrin biologi organisme yang

mencerminkan upaya para ahli biologi dalam mengatasi realitas biologi, yaitu

(1) doktrin pendekatan holistik; (2) doktrin teleologik; (3) doktrin kesejajaran

historis dalam perkembangan organisme; serta (4) doktrin otonomi (Soeparto

Putra, Haryanto, 2000). Doktrin pertama tampak pada pendekatan holistik

yang digunakan oleh ahli biologi dalam memersepsikan organisme. Artinya,

meskipun tubuh organisme tersusun dari komponen-komponen yang

mencerminkan tingkat agregasi bahan kimia pembentuknya dengan ciri-ciri

fisikokimia yang bervariasi, para ahli biologi memandang wujud organisme

sebagai yang terintegrasi. Doktrin kedua tampak pada sifat deskriptif

Page 28: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

penjelasan biologi yang berorientasi tujuan. Penjelasan biologi yang

menekankan pentingnya hubungan antara struktur dengan fungsi dan penjelasan

pelestarian fungsi reproduksi, adaptasi, dan evolusi dalam organisme biologi

dipengaruhi oleh doktrin ini. Doktrin ketiga menegaskan

bahwa ciri-ciri perkembangan organisme menimbulkan permasalahan

metodologi khas dalam perkembangan teori biologi. Doktrin keempat

merupakan konsekuensi logis dari ketiga doktrin sebelumnya. Doktrin ini

menegaskan bahwa organisme harus diteliti tanpa prasangka, peranggapan, dan

bias yang tak disadari, sehingga informasi yang terhimpun memberikan realitas

apa adanya. Sistem biologi memperlihatkan ciri-ciri perwujudan dirinya sebagai

saatu totalitas (holistik). Dalam totalitas perwajudannya terimplikasi

adanya integrasi yaing engendalikan interelasi antara ciri satu dengan lainnya

(Soparmo,1984).

Keempat doknin tersebut mempunyai kesamaan dalam filsafat ilmu

keperawatan, yaitu terjadinya suata sakit pada manusia karena adanya

ketidakmampuan beradaptasi antara unsur fisik, psikis dan sosial karena unsur –

unsur tersebut merupakan perwujudan terimplikasi integrasi satu dengan yang

lain. Misalnya jika manusia mengalami nyeri dada (pada kasus infark miokard

akut) maka akan berdampak terhadap stress psikis karena ketakutan tehadap

kematian, dan terjadi ganggaan sosialisasi dengan individu lainnya.

Salama individu mampu menjaga integrasi antara unsur- unsur tersebut, maka

gejala sakit tidak akan tormanifestasikan dan individu akan bertahan.

KOMPONEN ILMU KEPERAWATAN: TEORI ADAPTASI

Menurut Roy terdapat lima objek utama dalam ilma keperawatan, yaitu (1)

Manusia (individu yang medapatkan asuhan keparwatan) (2) Keperawatan: (3)

Konsep sehat: (4) konsep lingkungan; dan (5) Aplikasi : tindakan keparwatan.

(Nursalam & Kurniawan, 2007).

Input Proses Efektor Output Stimulus

adaptasi Primer (mekanisme Koping)

Model adaptif

Page 29: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Stimulus tingkat adaptasi

Gambar 2.1. Diagram model adaptasi dari Roy (dikutip oleh Nursalam, 2007)

MANUSIA

Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan adalah individu,

keluarga kelompok, komunitas, atau sosial. Masing-masing diperlakukan oleh

perawat sebagai system adaptasi yang holistik dan terbuka. Sistem terbuka

tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi,

kejadian, dan energi antarsistem dan lingkungan.

Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan

internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut, individu harus

mempertahankan integritas dirinya yaitu beradaptasi secara kontinu

1. Input. Sistem adaptasi mempunyai input yang berasal dari internal

individu. Roy mengidentifikasi input sebagai suatu stimulus. Stimulus

merupakan suatu unit informasi, kejadian, atau energi yang berasal dari

lingkungan. Sejalan dengan adanya stimulus, tingkat adaptasi individu

direspons sebagai suatu input dalam sistem adaptasi. Tingkat adaptasi

tersebut bergantung dari stimulus yang didapat berdasarkan kemampuan

individu. Tingkat respons antara individu sangat unik dan bervariasi

Kognator (intelektual dan sebagainya)

Regulator (system saraf otonom)

Integritas fisiologi

Integritas Psikologi

(konsep diri)

Integritas Sosiologi

(mungsi peran)

ketergantungan

Zona maladaptif

Zona Maladaptif

Fokal

Konteks tual

Residual

Page 30: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

bergantung pada pengalaman yang didapatkan sebelumnya, status

kesehatan individu, dan stresor yang diberikan.

2. Proses.

a. Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan

proses kontrol dari individu sebagai suatu sistem adaptasi.

Beberapa mekanisme koping dipengaruhi oleh faktor

kemampuan genetik, misalnya sel-sel darah putih masuk dalam

tubuh. Mekanisme lainnya adalah dengan penggunaan antiseptik

untuk mengobati luka. Roy menekankan ilmu keperawatan yang

unik untuk mengontrol mekanisme koping. Mekanisme tersebut

dinamakan regulator dan cognator.

b. Subsistem regulator mempunyai sistem komponen input, proses

internal, dan output.Stimulus input berasal dari dalam atau luar

individu. Perantara sistem regulator berupa kimiawi, saraf, atau

endokrin. Refleks otonomi sebagai respons neural berasal dari

batang otak dan korda spinalis, diartikan sebagai suatu perilaku

output dari sistem regulasi. Organ target (endoterin) dan jaringan

di bawah kontrol endokrin juga memproduksi perilaku output

regulator, yaitu terjadinya peningkatan Andreno Corticaltyroid

Hormone (ACTH) kemudian diikuti peningkatan kadar kortisol

darah.

Banyak proses fisiologis yang dapat diartikan sebagai perilaku

subsistem regulator. Misalnya, regulator tentang respirasi. Pada

sistem respirasi akan terjadi peningkatan oksigen, yang

menginisiasi metabolisme agar dapat merangsang kemoreseptor

pada medula untuk meningkatkan laju pernapasan. Stimulasi

yang kuat pada pusat tersebut akan meningkatkan ventilasi lebih

dari 6-7 kali.

c. Contoh proses regulator tersebut terjadi ketika stimulus eksternal

divisualisasikan dan ditransfer melalui saraf mata menuju pusat

saraf otak dan bagian bawah pusat saraf otonomi. Saraf

simpatetik dari bagian ini mempunyai dampak yang bervariasi

Page 31: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

pada viseral, termasuk peningkatan tekanan darah dan denyut

jantung

d. Stimulus terhadap subsistem kognator juga berasal dari faktor

internal dan eksternal. Perilaku output subsistem regulator dapat

menjadi umpan balik terhadap stimulus subsistem kognator.

Proses kontrol kognator berhubungan dengan fungsi otak yang

tinggi terhadap persepsi atau proses informasi, pengambilan

keputusan, dan emosi. Persepsi proses informasi juga

berhubungan dengan seleksi perhatian, kode, dan ingatan. Belajar

berhubungan dengan proses imitasi dan penguatan

(reinforcement). Penyelesaian masalah dan pengambilan

keputusan merupakan proses internal yang berhubungan dengan

keputusan dan khususnya emosi untuk mencari kesembuhan

dukungan yang efektif, dan kebersamaan.

e. Dalam mempertahankan integritas seseorang, kognator dan

regulator bekerja secara bersamaan. Sebagai suatu sistem

adaptasi, tingkat adaptasi seseorang dipengaruhi oleh

perkembangan individu dan penggunaan mekanisme koping.

Penggunaan mekanisme koping yang maksimal akan berdampak

baik terhadap tingkat adaptasi individu dan meningkatkan tingkat

rangsangan sehingga individu dapat merespons secara positif

3. Efector

Sistem adaptasi proses internal yang terjadi pada individu didefinisikan

Roy sebagai sistem efektor. Empat efektor atau model adaptasi tersebut

meliputi (1) fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi peran; dan (4)

ketergantungan (interdepeden). Mekanisme regulator dan kognator

bekerja pada model adaptasi. Perilaku yang berhubungan dengan mode

adaptasi merupakan manifestasi dari tingkat adaptasi individu dan

mengakibatkan digunakannya mekanisme koping. Saat mengobservasi

perilaku seseorang dan menghubungkannya dengan model adaptasi,

Page 32: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

perawat dapal mengidentifikasi adaptif atau ketidakefektifan respons

sehat dan sakit.

a. Fisiologis

Efektor secara fisiologis dapat dilihat dari beberapa hal berikut

Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen yang

berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.

Nutrisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk

memperbaiki kondisi dan perkembangan tubuh klien.

Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi.

Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas,

latihan, istirahat, dan tidur

Integritas kulit: menggambarkan fungsi fisiologis kulit.

Rasa: menggambarkan fungsi sensori perseptual yang

berhubungan dengan pancaindra: penglihatan, penciuman,

perabaan, pengecapan, dan pendengaran.

Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis

penggunaan cairan dan elektrolit.

Fungsi neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis,

pengaturan, dan intelektual.

Fungsi endokrin: menggambarkan pola kontrol dan

pengaturan, termasuk respons stres dan sistem reproduksi.

Masalah-masalah keperawatan yang dapat diidentifikasi pada

keempat mode dijabarkan pada Tabel 2.1.

b. Konsep Diri (Psikis)

Konsep diri mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan, dan emosi

yang berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada

kenyataan keadaan diri sendi tentang fisik, individual, dan moral-

etik.

Page 33: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Table 2.1. masalah gangguan adaptasi (George, 1990: 247 dikutif dari Roy, S.C.)

MASALAH

FISIOLOGIS KONSEP DIRI FUNGSI PERAN INTERDEPENDEN

1. Oksigenisasi

Hipoksia

Syok

Overload

Pandangan terhadap

fisik :

Penurunan konsep

seksual

Agresi

Kehilangan

Transisi parah

Peran berbeda

Konflik peran

Kegagalan peran

Kecemasan

berpisah

Merasa

ditinggalkan/

isolasi

2. Nutrisi

Malnutrisi

Mual

Muntah

Pandangan terhadap

personal

Cemas .

Tidak berdaya

Merasa bersalah

Harga diri rendah

3. Eliminasi

Konstipasi

Diare

Kembung

Inkontinen

Retensi Urine

4. Aktivitas dan istirahat

Aktivitas fisik yang

tidak adekuat

Risiko kesalahan

aktivitas

Istirahat yang tidak

adekuat

Insomnia

Gangguan tidur

Kelebihan istirahat

5. Integritas kulit

Gatal – gatal

Kekeringan

Decubitus

c. Fungsi Peran (Sosial)

Fungsi peran mengidentifikasi tentang pola interaksi sesial

seseorang yang berhubungan dengan orang lain akibat dar peran

ganda yang dijalankannya.

Page 34: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

d. Ketergantungan (Independen)

Interdependen mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia,

kehangatan, cinta, dan memiliki Proses tersebut terjadi melalui

hubungan interpersonal terhadap individu maupun kelompok

2. Output

Perilaku seseorang berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang

tidak efektif berdampak terhadap respons sakit (maladaptif). Jika klien

masuk pada zona maladaptif maka klien mempunyai masalah

keperawatan (adaptasi).

KEPERAWATAN

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan

kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang

mengalami gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan

yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan

kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan

rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Alligood &

Tomey, 2006).

Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respons

adaptasi yang berhubungan dengan empat model respons adaptasi. Perubahan internal,

eksternal, dan stimulus input bergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping

menggambarkan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi ditentukan oleh stimulus

fokal, kontekstual, dan residual. Stimulus fokal adalah suatu respons yang diberikan

secara langsung terhadap input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya

bergantung pada tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus

kontekstual adalah semua stimulus lain yang merangsang seseorang baik internal

maupun eksternal serta memengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara

subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat

seseorang dan timbul secara relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit

diukur secara objektif.

Page 35: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Kasus: Klien Tn. Sigit mengalami nyeri dada. Stimulus yang secara langsung

pada klien dinamakan fokal, yaitu kekurangan oksigen pada otot jantungnya.

Stimulus kontekstual meliputi: suhu 40° C, sensasi nyeri, penurunan berat badan,

kadar gula darah, dan derajat kerusakan arteri. Stimulus residual meliputi

riwayat merokok dan stres yang dialaminya.

Tindakan keperawatan yang diberikan adalah meningkatkan respons adaptasi pada

situasi sehat dan sakit. Tindakan tersebut dilaksanakan oleh perawat dalan

memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, atau residual pada individu. Dengan

memanipulasi semua stimulus tersebut, diharapkan individu akan berada pada zona

adaptasi. Jika memungkinkan, stimulus fokal yang dapat mewakili semua stimulus

harus dirangsang dengan baik. Misalnya klien dengan nyeri dada, stimulus fokalnya

adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen tubuh dan persediaan oksigen

yang dapat disediakan oleh jantung. Untuk mengubah stimulus fokal, perawat perlu

memanipulai stimulus kebutuhan agar respons adaptif dapat terpenuhi. Jika stimulus

fokal tidak dapat diubah, perawat harus meningkatkan respons adaptif dengan

memanipulasi stimulus kontekstual dan residual.

Perawat perlu mengantisipasi bahwaklien mempunyai risiko adanya

ketidakefektifan respons pada situasi tertentu. Oleh karena itu perawat harus

mempersiapkan individu untuk mengantisipasi perubahan melalui penguatan

mekanisme kognator, regulator atau koping yang lainnya. Tindakan keperawatan yang

diberikan pada teori ini meliputi mempertahankan respons yang adaptif dengan

mendukung upaya klien secara kreatif menggunakan mekanisme koping yang sesuai.

KONSEP SEHAT-SAKIT

Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu kontinum dari meninggal sampai dengan

tingkat tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan

proses dalam upaya menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan, yaitu fisik,

mental, dan sosial.

Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk

memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.

Page 36: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradaptasi

terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit

sangat relatif dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi

(koping) bergantung pada latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan

mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya,

dan lain-lain.

KONSEP LINGKUNGAN

Stimulus dari individu dan stimulus sekitarnya merupakan unsur penting dalam

lingkungan. Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari

internal dan eksternal, yang memengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan serta

perilaku seseorang dan kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi,

ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.

Sementara lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu

(berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian) dan proses stressor (sel

maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Manifestasi yang tampak

akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Pemahaman klien yang

baik tentang lingkungan akan membantu perawat meningkatkan adaptasi klien tersebut

dalam mengubah dan mengurangi risiko akibat dari lingkungan sekitarnya.

APLIKASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN:

PROSES KEPERAWATAN

Model ilmu keperawatan dari adaptasi Roy memberikan pedoman kepada perawat

dalam mengembangkan asuhan keperawatan melalui proses keperawatan. Unsur

proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, intervensi,

dan evaluasi seperti yang digambarkan berikut ini (Nursalam, 2008a)

Pengkajian

Diagnosis

Intervensi

Page 37: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Gambar 2.2 Diagram hubungan antara tahap proses keperawatan (Nursalam, 2001).

1. Pengkajian

Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai

suatu system adaptif yang berhubungan dengan masing-masing model adaptasi:

fisiologis, konsep diri fungsi peran, dan ketergantungan. Oleh karena itu,

pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku, yaitu pengkajian klien

terhadap masing-masing model adaptasi sistematis dan holistik. Pelaksanaan

pengkajian dan pencatatan pada empat model adaptif tersebut akan memberikan

gambaran keadaan klien kepada tim kesehatan lainnya.

Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisis pola perubahan perilaku

klien tentang ketidakefektifan respons atau respons adaptif yang memerlukan

dukungan perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respons (maladaptif), perawat

melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan

data tentang stimulus fokal, kontekstual, dan residual yang berdampak terhadap

klien. Proses ini bertujuan untuk mengklarifikasi penyebab dari masalah dan

mengidentifikasi faktor kontekstual dan residual yang sesuai. Menurut Martinez,

faktor yang memengaruhi respons adaptif meliputi genetik; jenis kelamin, tahap

perkembangan, obat-obatan, alkohol, merokok konsep diri, fungsi peran,

ketergantungan, dan pola interaksi sosial; mekanisme koping dan gaya; stres fisik

dan emosi; budaya; serta secara lingkungan fisik.

2. Perumusan Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah respons individu terhadap rangsangan yang timbul

dan diri sendiri maupun luar (lingkungan). Sifat diagnosis keperawatan adalah (1)

Perencanaan

Pelaksanaan

Evaluasi

Page 38: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

berorientasi pada kebutuhan dasar manusia; (2) menggambarkan respons individu

terhadap proses kondisi dan situasi sakit; dan (3) berubah bila respons individu

juga berubah (Nursalam 2001). Unsur dalam diagnosis keperawatan meliputi

problem/respons (P); etiologi (E) dan signs/symptom (S), dengan rumus diagnosis

= P + E + S. Diagnosis keperawatan dan diagnosis medis mempunyai beberapa

perbedaan, sebagaimana tersebut pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2 Perbedaan diagnosis medis dan keperawatan

DIAGNOSIS MEDIS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Fokus: faktor-faktor pengobatan

penyakit

1. Fokus: respons klien, tindakan

medis, dan faktor lain

2. Orientasi: keadaan patologis 2. Orientasi: kebutuhan dasar

manusia (KDM)

3. Cenderung tetap mulai masuk

sampai pulang

3. Berubah sesuai perubahan respons

klien

4. Mengarah tindakan medis

(pengobatan) yang sebagian

dilimpahkan kepada perawat

4. Mengarah pada fungsi mandiri

perawat

5. Diagnosis medis melengkapi

diagnosis keperawatan

5. Diagnosis keperawatan melengkapi

diagnosis

medis

Roy mendefinisikan tiga metode untuk menyusun diagnosis keperawatan:

a. Menggunakan tipologi diagnosis yang dikembangkan oleh Roy dan

berhubungan dengan 4 model adaptasi (tabel masalah gangguan adaptasi).

Dalam mengaplikasikan metode diagnosis ini, diagnosis pada kasus Tn.

Sigit adalah "hipoksia.

Tabel 2.3 Kriteria standar intervensi keperawatan menurut teori adaptasi

(Nursalam, 2002)

STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS

1. Memenuhi kebutuhan oksigen

Page 39: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Kriteria:

a. Menyiapkan tabung oksigen dan flowmeter

b. Menyiapkan humidifier berisi air

c. Menyiapkan slang nasal/masker

d. Memberikan penjelasan kepada klien

e. Mengatur posisi klien

f. Memasang slang nasal/masker

g. Memerhatikan reaksi klien

2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit

Kriteria:

a. Menyiapkan peralatan dalam dressing car

b. Menyiapkan cairan infus/makanan/darah

c. Memberikan penjelasan pada klien

d. Mencocokkan jenis cairan/darah/diet makanan

e. Mengatur posisi klien

f. Melakukan pemasangan infus/darah/makanan

g. Mengobservasi reaksi klien

3. Memenuhi kebutuhan eliminasi

Kriteria:

a. Menyiapkan alat pemberian huknah/gliserin/dulcolax dan peralatan

pemasangan kateter

b. Memerhatikan suhu cairan/ukuran kateter

c. Menutup pintu dan memasang selimut

d. Mengobservasi keadaan feses/urine

e. Mengobservasi reaksi klien

4. Memenuhi kebutuhan aktivitas dan istirahat/tidur

Kriteria:

a. Melakukan latihan gerak pada klien tidak sadar

b. Melakukan mobilisasi pada klien pascaoperasi

5. Memenuhi kebutuhan integritas kulit (kebersihan dan kenyamanan fisik)

Kriteria:

a. Memandikan klien yang tidak sadar/kondisinya lemah

b. Mengganti alat-alat tenun sesuai kebutuhan/kotor

c. Merapikan alat-alat klien

6. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis

Kriteria:

a. Mengobservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan

b. Melakukan tes alergi pada pemberian obat baru

Page 40: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

c. Mengobservasi reaksi klien

b. Menggunakan pernyataan dari perilaku yang tampak dan berpengaruh

terhadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosis ini maka

diagnosisnya adalah "nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada

otot jantung berhubungan dengan lingkungan cuaca yang panas.

Tabel 2.3 Kriteria standar intervensi keperawatan menurut teori adaptasi

(Nursalam, 2002), (lanjutan).

STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI (PSIKIS)

Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual

Kriteria:

1. Melaksanakan orientasi pada klien baru

2. Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

3. Memberikan penjelasan dengan bahasa sederhana

4. Memerhatikan setiap keluhan klien

5. Memotivasi klien untuk berdoa

6. Membantu klien beribadah

7. Memerhatikan pesan-pesan klien

STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN PERAN (SOSIAL)

1. Meyakinkan klien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi

keluarga dan masyarakat

2. Mendukung upaya kegiatan atau kreativitas klien

3. Melibatkan klien dalam setiap kegiatan terutama dalam pengobatan pada oinn

4. Melibatkan klien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri klien

5. Bersifat terbuka dan komunikatif kepada klien

6. Mengizinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien

7. Perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap klien yang positif dalam

perawatan

8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan menerima jika ada sikap klien yang

negatif

STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENDENCE (KETERGANTUNGAN

1. Membantu klien memenuhi kebutuhan makan dan minum

2. Membantu klien memenuhi kebutuhan eliminasi (urine dan alvi)

3. Membantu klien memenuhi kebutuhan kebersihan diri (mandi)

4. Membantu klien berhias atau berdandan

Page 41: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

c. Berhubungan dengan stimulus yang sama. Misalnya jika seorang petani

mengalami nyeri dada saat ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada

kasus ini, diagnosis yang sesuai adalah "Kegagalan peran berhubungan

dengan keterbatasan fisik (miokardial) untuk bekerja saat cuaca yang

panas".

3. Interfensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan mengubah atau

memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga

ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya

stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.

Tujuan intervensi keperawatan adalah mencapai kondisi yang optimal dengan

menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat

menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk

memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, dan reproduksi).

Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi

stimulus fokal, kontekstual, dan residual.

Pengembangan kriteria standar intervensi keperawatan menurut adaptasi akan

digunakan oleh peneliti sebagai instrumen untuk mengukur kinerja perawat dalam

menerapkan teori adaptasi pada asuhan keperawatan anak.

4. Evaluasi

Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan keperawatan yang

ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada

perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi

pada individu.

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2011. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu

Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 42: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Alligood, MR, & Tomey. AM. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 7h ed. St.

Louis, Missouri: Mosby

Chitty, K.K. 1997. Professional Nursing. Concepts & Challenges. 2nd ed.

Philadelphia: W.B Saunders Company.

Nursalam & Kurniawati, ND. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi HIV/

AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

____________2008a. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktis.

Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

____________.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba

Medika.

Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence

for Nursing Practice. 9th ed. Philadelphia: JB. Lippincott.

Putera, S.T. 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Pusat Penerbitan dan

Percetakan Unair.

Soeparmo HA. (1984) Struktur Keilmuan dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam.

Surabaya: Airlangga University Press.

BAGIAN 2

Page 43: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

MASALAH PENELITIAN DAN

KERANGKA KONSEP

Bab 3 Masalah, Rumusan Masalah, Dan

Tujuan Penelitian

Lampiran Contoh Rumusan Masalah

Bab 4 Kerangka Konsep hipotesis penelitian

Bab 5 Lingkup masalah penelitian ilmu

keperawatan

Page 44: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Harapan

BAB 3 MASALAH, RUMUSAN MASALAH

DAN TUJUAN PENELITIAN

MASALAH

Masalah penelitian merupakan langkah awal yang harus dipikirkan dan disusun

berdasarkan suatu fakta empiris di lapangan. Pada tahap awal pelaksanaan penelitian,

kegiatan yang perlu dilakukan adalah memahami konsep masalah berdasarkan kajian

kepustakaan yang dapat dipercaya. Kegiatan tersebut meliputi berpikir, membaca

teori, dan review dengan teman perlu memahami pelaksanaan deductive reasoning dan

memilih topik yang diminati dari hasil riset yang telah dilaksanakan orang lain.

Gambar 3.1. Bagan alur piker ilmiah sekonsep (Soeparto, Putra, Haryanto, 2000)

TOPIK

MASALAH

RUMUSAN MASALAH

TUJUAN PENELITIAN

MANFAAT

Fakta

JUDUL

Kesenjangan berdasar pada konsep masalah (K.I)

Konsep yang digunakan dalam paradigm penelitian/konsep paradigm penelitian/konsep paradigma (konsep I dan II) sebagai sumber variable untuk menjawab rumusan masalah.

Page 45: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Masalah penelitian adalah suatu kondisi yang memerlukan pemecahan atau alternatif

Pemecahan. Baik burukya suatu penelitian sangat ditentukan oleh masalah penelitian

(Research problem) (Polit & Hungler, 1999). Masalah penelitian biasanya didapat dari

topic yang secara luas berhubungan dengan keperawatan. Mengingat dalam topik

sudah terdapat suatu masalah, maka dalam melakukan identinkasi masalah hendaknya

tidak keluar dari area masalah yang telah dicantumkan dalam topik. Masalah penelitian

diupayakan yang orisin, mempunyai kontribusi terhadap perkembangan ilmu, urgensi

dan baru.

Menyelesaikan Masalah Riset Keperawatan

Saat memilih masalah penelitian keperawatan peneliti dituntut untuk menguasai

lingkap masalah dan konsep keperawatan. Gambar berikut ini menjelaskan alur pikir

tentanglangkah-langkah memilih masalah penelitian keperawatan.

Gambar 3.2. Penentuan masalah riset keperawatan (Nursalam, 2002 & Nursalam,

2008)

NANDA (9 Pola perubahan) GORDON (11 pola fungsi kesehatan)

P : Problem E ; ? (factor independen) S: Sign/ Simptons

Proses keperawatan Diagnosis Keperawatan

Sumber : - Klinik/

komunitas - Literature/

buku/ jurnal

- Diskusi/ seminar

Syarat - F: Feasibility - I: Interseting - N: novel - E: Ethics - R: relevant

MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH

Pengembangan kerangka konseptual (Teori/ ilmu

keperawatan) : ROY, OREM, KING, dll)

Page 46: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Keterangan:

Alur perumusan masalah penelitian keperawatan tersebut berdasar pada masalah-

masalah keperawatan yang berasal dari diagnosis keperawatan, yang terdiri atas rumus

PES. P (problem adalah respons/masalah yang dirasakan oleh klien, baik fisik, psikis,

maupun sosio-spiritual. Dalam menentukan R merujuklah pada masalah keperawatan

yang dikemukakan oleh North American Nurses Diagnosis (NANDA), sebagai acuan

penentuan masalah keperawatan di dunia. E (Etiology) adalah penyebab dari masalah,

dapat berupa patofisiologi suatu penyakit, situasi lingkungan atau tempat tinggal. S

(Sign & Symptoms) adalah tanda dan gejala yang biasanya memberikan kontribusi

terhadap timbulnya masalah. Keterangan tersebut dapat dianalogikan, bahwa PES

dapat dipergunakan sebagai variabel dependen; E sebagai variabel independen; dan S

dapat berperan sebagai variabel independen, dependen, moderator, atau variabel

lainnya.

Masalah riset keperawatan harus mengandung unsur "FINER", yaitu feasible,

interesting, novel, ethical, dan relevant (Sastroasmoro dan Ismail, 1995).

F = Bisa dijalankan (Feasible)

Tersedia subjek penelitian

Tersedia dana

Tersedia waktu, alat, dan keahlian

I = Menarik (Interesting)

Masalah hendaknya menarik untuk diteliti

N = Hal baru (Novel)

Membantah atau mengonfirmasikan penemuan terdahulu

Melengkapi dan mengembangkan hasil penelitian terdahulu

Menemukan sesuatu yang baru

E = Etika (Ethical)

Tidak bertentangan dengan etika, khususnya etika keperawatan

R = Relevan (Relevant)

Bermanfaat bagi perkembangan Iptek

Dapat digunakan untuk meningkatkan asuhan keperawatan dan

kebijakan kesehatan

Sebagai dasar penelitian selanjutnya

Contoh lingkup riset keperawatan terlampir (diambil dari hasil riset peneliti dan

mahasiswa)

Page 47: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Lingkup Masalah Penelitian Keperawatan

menurut Nursalam (2002)

Prioritas/lingkup riset keperawatan berdasarkan kelompok ilmu keperawatan

dikembangkan menjadi:

1. Prioritas kesehatan dan pencegahan penyakit pada masyarakat.

2. Pencegahan perilaku dan lingkungan yang berakibat buruk pada masalah

kesehatan.

3. Menguji model praktik keperawatan di komunitas.

4. Menentukan efektivitas intervensi keperawatan pada infeksi HIV-AIDS

5. Mengkaji pendekatan yang efektif pada gangguan perilaku.

6. Evaluasi intervensi keperawatan yang efektif pada penyakit kronis.

7. Identifikasi faktor-faktor bioperilaku yang berhubungan dengan kemampuan

koping.

8. Mendokumentasikan efektivitas pelayanan kesehatan/keperawatan.

9. Mengembangkan masalah dan metodologi riset pelayanan

kesehatan/keperawatan.

10. Menentukan efektivitas biaya perawatan klien.

Kajian Masalah/Sumber Masalah Penelitian Keperawatan

Masalah riset bisa didapatkan dari berbagai sumber. Akan tetapi pemilihan sumber

harus selektif, aktif, dan imajinatif dalam penggunaannya.

Praktik Keperawatan

Praktik keperawatan harus berdasarkan pada ilmu yang diperoleh dari suatu hasil

penelitian, karenapraktik tersebut sangat penting untuk mengetahui sumber

permasalahan (Polit & Back, 2012). Pormasalahan atau topik riset dapat diperoleh

dari observasi klinik (perilaku klien dan keluarga dalam situasi krisis dan bagaimana

perawat mengatasi masalah tersebut; review status klien: proses keperawatan; dan

prosedur atau tindakan perawatan yang mungkin menimbalkan masalah atau

Page 48: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

pertanyaan dalam pelaksanaannya). Misalnya, prosodur apakah yang bisa diberikan

dalam perawatan mulut pada klien kanker mulut atau klien dengan pemasangan

endotrakeal? Tindakan efektif apa yang dilakukan untuk mengobati luka? Tindakan

keperawatan apa yang berhubungan dengan komunikasi klien dengan stroke? Apakah

dampak kunjungan rumah dan pelaksanaannya setelah klien pulang dari rumah sakit?

Beherana mahasiswa perawat dan perawat mengumpulkan suatu jurnal atau data

mengenai permasalahan yang berhubungan dengan pengalaman praktiknya (Burns &

Grove 1999) mereka mencatat pengalaman, ide, dan observasinya dalam

melaksanakan asuhan keperawatan. Analisis dalam hal tersebut sering kali membantu

penyusunan suatu pola dalan memgidentifikasi peran perawat. Mengapa pemberian

asuhan keperawatan pada emosional dan spiritual klien lebih sedikit dibandingkan

dengan perawatan fisik? Apakah anggota keluarga perlu dilibatkan atau tidak dalam

pemberian asuhan keperawatan kepada klien?

RUMUSAN MASALAH ATAU PERTANYAAN PENELITIAN

Burns dan Grove (1999) mengemukakan lima pertanyaan yang perlu dijawab sebelum

merumuskan masalah penelitian: (1) Apa yang salah atau yang perlu diperhatikan pada

Situasi ini?; (2) Di mana letak kesenjangannya?: (3) Informasi apa yang dibutuhkan

untuk mencari masalah ini?; (4) Perlukah melakukan tindakan pelayanan di klinik?;

dan (5) Perubahan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut?

Sementara menurut Polit dan Hungler (1993) pertanyaan yang perlu dijawab

sebelum merumuskan masalah penelitian: (1) Apakah pertanyaan penelitian ini

berhubungan dengan teori atau praktik? (Substansi); (2) Bagaimana pertanyaan akan

bisa dijawab? (Metodologis); (3) Apakah tersedia sarana dan prasarana yang memadai

(practical dimensions); dan (4) Dapatkah pertanyaan ini dijelaskan secara konsisten

yang berdasarkan pada isu etik? (Ethical Dimensions).

Riset keperawatan terutama ditujukan pada masalah-masalah keperawatan di

klinik dan komunitas atau keluarga (misalnya, sesuai 11 pola fungsi kesehatan dari

Gordon; 9 pola respons kesehatan dari NANDA; dan lain-lain); masalah keperawatan

pada bidang pendidikan; dan masalah pada sistem pelayanan kesehatan lain

(Nursalam, 2008).

Page 49: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Pertanyaan suatu penelitian adalah suatu pernyataan yang singkat, jelas, dan

interogatif, yang ditulis dalam bentuk saat sekarang dan melibatkan satu atau lebih

variabel. Pertanyaan penelitian berguna untuk menjelaskan suatu variabel, menguji

hubungan antarvariabel, dan menentukan perbedaan antara dua atau lebih kelompok

sehubungan dengan variabel tertentu.

Contoh:

1. Bagaimana peran orang tua dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir?

(deskriptif)

2. Adakah hubungan antara variabel x dan variabel y? (crossectional ; asosiasi/

korelasi)

3. Adakah pengaruh pemberian terapi bermain pada anak prasekolah selama

masuk rumah sakit terhadap penerimaan selama tindakan invasif? (pengaruh

experiment)

Faktor-Faktor yang Mendasari Perumusan Masalah

Penyusunan rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada pemahaman yang

dimiliki peneliti tentang masalah yang ada dan berkembang saat itu. Hal-hal yang

harus diperhatikan oleh peneliti meliputi faktor-faktor tersebut di bawah ini.

1. Mendefinisikan permasalahan/topik (fakta empiris-induktif)

Seorang peneliti biasanya memulai pencarian topik secara umum, misalnya

asuhan keperawatan (askep) klien dengan nyeri, pola komunikasi keluarga

pada perawatan Nien lanjut usia (lansia), atau asuhan keperawatan klien

dengan inkontinensia urine? Kemudian timbul suatu pertanyaan: Mengapa

perlu dilakukan tindakan? Apa yang akan teriadi seandainya diberikan

tindakan? atau, Ciri-ciri khas apakah yang ada hubungannya dengan masalah

tersebut?

2. Mulai mencari sumber kepustakaan (kajian teori-deduksi) Kepustakaan dapat

memberikan gambaran kepada seorang peneliti pemula terhadap suatu akan

mampu mengidentifikasi apa yang sudah diketahui dan belum diketahui pada

Page 50: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

suatu topik. Perbedaan pendapat akan membantu penentuan permasalahan di

masa mendatang.

Teori merupakan sumber yang sangat penting dalam mendapatkan

suatu permasalahan karena disusun berdasarkan ide atau dan bersifat nyata

serta telah dilakukan suatu pengujian mengenai kebenarannya.

Permasalahan/topik dapat disusun untuk menjelaskan tentang konsep,

misalnya topik yang diminati. Dengan melakukan kajian masalah, peneliti

gambaran situasi sekarang teori perawatan diri dari Orem.

Replikasi meliputi suatu prosedur atau pengulangan riset untuk

menentukan apakah hasil penemuan akan sama atau berbeda. Beberapa peneliti

melakukan replikasi pada penelitiannya karena mereka setuju dengan

penemuan tersebut dan ingin menguji apa yang akan terjadi jika penelitian

tersebut dilaksanakan pada desain, tempat, dan subjek yang berbeda. Berikut

ini adalah contoh penyusunan rumusan masalah berdasarkan kajían teori,

dimulai adanya suatu ide/pendapat yang ada pada pikiran peneliti.

3. Interaksi antarteman sejawat atau anggola tim Interaksi dengan peneliti atau

anggota tim sangat bermanfaat untuk menentukan permasalahan penelitian.

Seorang peneliti yang berpengalaman memberikan pengalamannya kepada

pemula ataupun seorang dosen memberikan pengalaman kepada

mahasiswanya dalam menyeleksi dan menyusun suatu permasalahan. Jika

memungkinkan, seorang mahasiswa melakukan penelitian pada topik yang

sama dengan dosennya. Dosen dapat memberikan keahliannya berhubungan

dengan program penelitian dan mahasiswa dapat mengembangkan

pengetahuannya pada topik tertentu (Polit & Back, 2012). Tipe hubungan ini

bisa dikembangkan antara ahli peneliti dengan perawat di rumah sakit ataupun

klinik.

4. Layak dijabarkan (feasibility) Kelayakan suatu penelitian untuk dilakukan

ditentukan oleh berbagai pertimbangan, yaitu (a) waktu; (b) dana; (c) keahlian

peneliti; (d) tersedianya responden; (e) fasilitas dan alat; (f) kerja sama dengan

tim lain; dan (g) pertimbangan etika (Nursalam, 4. 2008).

a. Waktu

Page 51: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Suatu penelitian sering kali memerlukan waktu yang lebih lama dari yang

telah ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi semua peneliti terutama

peneliti pemula untuk memperkirakan waktu yang diperlukan.

Pertimbangan perkiraan penentuan waktu dapat ditentukan oleh berbagai

faktor:

1) Tipe responden yang diperlukan

2) Jumlah dan kompleksnya variabel yang akan digunakan

3) Metode pengukuran variabel (apakah instrumen sudah tersedia

ataukah harus mengembangkan sendiri)

4) Metode pengumpulan data

5) Proses analisis data

Seorang peneliti sering memperkirakan waktu yang diperlukan tiap

selesainya tahap proses penelitian.

b. Dana Perumusan masalah dan tujuan yang dipilih sangat dipengaruhi oleh

alokasi dana yang tersedia. Potensial sumber dana harus dipertimbangkan

pada saat penyusunan masalah atau tujuan. Untuk memperkirakan dana

yang diperlukan, beberapa pertanyaan berikut ini perlu dipertimbangkan:

1) Literatur: Apakah akan diperlukan komputer, fotokopi artikel, atau

pembelian buku?

2) Subjek: Apakah subjek/responden perlu diberi biaya dalam

partisipasinya?

3) Peralatan: Alat-alat apakah yang diperlukan untuk penelitian?

Apakah alat- alat tersebut bisa diperoleh dengan ataukah

disediakan oleh donatur? Apakah bisa menggunakan alat-alat yang

tersedia, ataukah perlu membangun/membuat sendiri? Berapakah

biaya untuk pengukuran instrumen?

4) Personel: Apakah asisten/konsultan perlu diberikan biaya

pengetikan dan analisis data? cara meminjam, menyewa, membeli,

5) Komputer: Apakah pemakaian komputer diperlukan saat

menganalisis data? Jika ya, berapa biaya yang diperlukan?

Page 52: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

6) Transportasi: Berapa biaya transportasi untuk melakukan

penelitian dan menyajikan hasil?

7) Pendukung: Apakah akan diperlukan alat-alat seperti amplop,

prangko, pena, kertas, dan fotokopi? Apakah perlu biaya telepon

untuk jarak jauh (interlokal)?

c. Keahlian Peneliti

Permasalahan/topik dan tujuan penelitian harus diseleksi berdasarkan

kemampuan peneliti. Hal ini biasanya menuntut seorang peneliti untuk

memahami suatu proses penelitian baru kemudian melakukan penelitian

berdasarkan pengalamannya. Memilih permasalahan yang sulit dan

kompleks akan mengakibatkan frustrasi bagi peneliti pemula.

d. Ketersediaan responden

Dalam menentukan suatu tujuan penelitian, yang perlu dipertimbangkan

adalah tipe dan jumlah responden yang diperlukan. Sampel biasanya sulit

jika penelitian meliputi populasi yang unik dan jarang. Misalnya

quadriplegic yang hidup sendirian. Semakin spesifik suatu populasi,

semakin sulit mendapatkannya. Dana dan waktu yang tersedia akan

berakibat terhadap responden yang dipilih. Dengan keterbatasan waktu

dan dana, seorang peneliti perlu menentukan responden yang tersedia yang

tidak memerlukan biaya (upah).

e. Ketersediaan fasilitas dan peralatan

Peneliti perlu mempertimbangkan apakah riset memerlukan fasilitas

tertentu. Apakah ruangan khusus diperlukan untuk program pendidikan,

wawancara, atau observasi? Tika riset dilaksanakan di rumah sakit, klinik,

atau sekolah perawat, apakah diperlukan seorang agen? Tindakan atau tes

di laboratorium akan sangat mahal dan mungkin membutuhkan dana dari

sumber lain. Riset perawatan biasanya dilaksanakan di rumah sakit, klinik,

rumah klien, dan tempat lainnya.

f. Kerja sama dengan tim lain

Page 53: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Suatu penelitian tidak akan dapat berjalan dengan lancar tanpa kerja sama

dengan tim yang lain. Hampir semua riset keperawatan melibatkan subjek

manusia dan dilaksanakan di rumah sakit, klinik, sekolah perawat, kantor,

atau rumah. Adanya hubungan yang haik dengan individu di tempat

penelitian akan sangat membantu. Orang sering berharap dapat terlibat

dalam suatu penelitian jika permasalahan dan tujuan penelitian ada

hubungannya dengan permasalahan yang ada atau mereka tertarik secara

individu terhadap permasalahannya. Misalnya seorang perawat di rumah

sakit mungkin tertarik dengan penelitian yang ada hubungannya dengan

efeltivitas penggunaan biaya institusi terhadap program kesejahteraan

perawat.

g. Pertimbangan etika

penelitian harus etis, dalam arti hak responden dan yang lainnya

dilindungi. Jika suatu tujuan penelitian akan berakibat jelek terhadap hak

reponden, maka penelitian tersebut harus dievaluasi ulang dan mungkin

harus dihindari.

MENYUSUN RUMUSAN DAN TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang telah

ditetapkan sebagai indikator terhadap hasil yang diharapkan. Tujuan dari

penelitian berguna untuk mengidentifikasi, menjelaskan, mempelajari,

membuktikan, mengkaji, dan memprediksi alternatif pemecahan masalah

terhadap masalah penelitian. Tujuan tersebut biasanya menandakan tipe dari

riset, misalnya deskriptif: studi kasus, cross sectional, kohort, dan case control;

serta eksperimen: trust-experiment, quasi-experiment, dan praexperiment.

Dengan adanya tujuan tersebut akan mempermudah untuk mencapai hasil yang

diharapkan.

Tujuan penelitian, pertanyaan penelitian (rumusan masalah), dan

hipotesis disusun untuk menjembatani kesenjangan antara permasalahan

Page 54: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

penelitian yang masih abstrak. Kejelasan dari objektivitas biasanya difokuskan

pada kadang fokusnya untuk mengidentifikasi suatu hubungan diantara dua atau

lebih variable atau untuk menentukan perbedaan di antara dua kelompok dari

suatu variabel (Polit & Back, 2012).

Tujuan penelitian harus jelas, ringkas, dan berupa pernyataan yang

deklaratif, yang biasanya dituliskan dalam bentuk kalimat aktif. Agar tujuan

menjadi jelas, biasanya tujuan penelitian difokuskan pada satu atau dua variabel

dan mengidentifikasi apakah variable perlu dijabarkan lebih lanjut. Fokus

tersebut bisa dalam bentuk identifikasi hubungan atau asosiasi di antara variabel

atau untuk menentukan perbedaan di antara dua dengan variabel.

Agar lebih jelas, cermati contoh berikut ini.

Rumus Penulisan Tujuan Penelitian

Bloom

+

C2-CS

Contoh

Menjelaskan

Mengidentifikasikan

Menganalisis

Membuktikan

(diupayakan tidak

menggunakan mengetahui)

Tujuan Penelitian +

Contoh

Gambaran/deskripsi

Perbedaan

Hubungan

Pengaruh/dampak

Sebab akibat

Variabel-variabel

1. Mengidentifikasi karakteristik variabel X (identification).

2. Menjelaskan keberadaan variabel X (description).

3. Menentukan atau mengidentifikasi hubungan antara variabel X dengan

variabel Y (relational)

4. Menentukan perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2 sehubungan

dengan variabel X (diffierences)

Masalah/Kajiian Masalah

Dari hasil studi yang dilakukan peneliti pada 15 orang mahasiswa reguler

Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan pada tanggal 2-9 Maret 2013 dapat

Page 55: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

diketahui bahwa dia dimensi kelelahan emosional: 26.7%% mahasiswa

mengalami kelelahan emosional ditingkat rendah: 40% menengah dan 33,3%

pada rentang berat. Dimensi yang kedua depersonalisasi S87% mahasiswa

mengalami depersonalisasi di tingkat rendah dan sekitar 13.3% di tingkat

menengah. Kemudian dimensi penurunan prestasi diri; 33,3% mengalami

penurunan prestasi diri di tingkat rendah; 46,7% menengah; dan 20% mengalami

penurunan prestasi diri tingkat berat. Hal ini didukung dengan data penelitian

sebelumnya oleh Irawati (2012) yang menyebutkan bahwa mahasiswa regular

angkatan genap 2011/2012 program profesi Ners Fakultas Keperawatan dari

jumlah 63 orang responden penelitian terdapat 61,9% mahasiswa mengalami

kelelahan emosional di level sedang. Sekitar 60,3% mengalami depersonalisasi

tingkat menengah dan 71,4 % mengalami penurunan prestasi level rendah.

Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan antara sumber stres (stresor) personal terhadap

burnout syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi

Ners?

2. Apakah ada hubungan antara sumber stres (stresor) lingkungan terhadap

burnout sydrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi

Ners?

3. Apakah ada hubungan antara relational meaning terhadap Burnout

Syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi Ners?

4. Apakah ada hubungan antara Coping Strategy terhadap Burnout

Syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi Ners?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Menganalisis hubungan antara sumber stres (stresor): personal dan lingkungan,

relational meaning dan coping strategy terhadap kejadian Burnout Syndrome

pada mahasiswa regular Program Profesi Ners berdasarkan Transactional

Theory Lazarus & Folkman dan konsep Maslach Burnout Inventory

Page 56: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Tujuan Khusus

1. Menganalisis hubungan sumber stes (stressor) personal dengan burnonud

syndrome

2. Menganalisis hubungan sumber stres (stresor) lingkungan dengan

burnout syndrome pada mahasiswa reguler Program Profesi Ners

berdasarkan Transactional Lararus & Folkman dan Konsep Maslach

Burnout Inventory.

3. Menganalisis hubungan relatiomal meaning dengan burnout syndrome

pada mahasiswa reguler Program Profesi Ners berdasarkan Transactional

Theory Lazarus & Folknar dan Konsep Maslach Burnout Inventory.

4. Menganalisis hubungan coping strategy dengan burnout syndromepada

mahasissa reguier Program Profesi Ners berdasarkan Transactional

Theory Lazarus & Folkmr dan Konsep Masiach Burnout Inventory.

LAMPIRAN

Rumusan Masalah : Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Keperawatan

Penelitian Judul Penelitian Masalah dan Rumusan Masalah (Pertanyaan

Penelitian)

Maternitas

(Penelitian

dasar)

Pengaruh

pendampingan suami

terhadap percepatan

pembukaan KALA I

Masalah

Keterlambatan pembukaan pada KALA I

sering ditemukan pada proses persalinan.

Percepatan KALA I merupakan unsur utama

Page 57: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

persalinan

(quasi-eksperimental di

RS Adi Husada)

Peneliti:

1. Nursalam, M.Nurs

(Honours).

2. Sumiati, S. Kep.

dalam proses persalinan pada ibu in partu.

Keterlambatan dalam pembukaan

merupakan ancaman bagi nyawa ibu

maupun bayinya. Wanita yang mengalami

keterlambatan pembukaan pada KALA I

berdampak juga terhadap psikologisnya.

Penyebab dari keterlambatan dipengaruhi

oleh banyak faktor. Faktor yang penting

adalah kecemasan dan kurangnya rasa

nyaman klien (nyeri) karena tidak didampingi

oleh keluarganya khususnya suaminya.

Pendampingan saja ternyata tidak cukup,

tetapi peran suami saat mendampingi

merupakan kunci sukses yang utama.

Beberapa sumber telah menetapkan bahwa

kehadiran suami berpengaruh terhadap

percepatan KALA I, tetapi di Indonesia belum

pernah dilaksanakan penelitian bagaimana

pendampingan yang efektif dapat

mempercepat pembukaan persalinan pada

KALA I

Rumusan masalah/pertanyaan penelitian

Adakah pengaruh pendampingan suami

terhadap percepatan pembukaan pada KALA

I?

Maternitas

(Kajian wanita)

Motivasi ibu untuk

tetap

menyusui pada saat

nyeri pascasalin (studi

cross-sectional di RSUD

OR. Soetomo)

Masalah

Sebagian ibu sering berhenti menyusui

bayinya karena nyeri saat menyusui

pascasalin, tetapi ibu yang lain tetap

menyusui meskipun nyeri yang dirasakan

terasa berat. Nyeri saat

menyusui pada ibu setelah melahirkan

merupakan masalah utama yang perlu

mendapatkan perhatian serius. Keadaan

tersebut akan berdampak terhadap

kesehatan ibu dan bayinya, ibu-ibu akan

mengalami gangguan proses fisiologis

setelah melahirkan dan hal ini berdampak

terhadap kesehatan bayinya. Bayi akan

menjadi mudah terkena penyakit karena

penurunan

kekebalan dan masalah-masalah lain berupa

pertumbuhan dan perkembangan.

Belum ada data-data yang pasti tentang

faktor apa saja yang berpengaruh secara

signifikan dalam mendorong ibu-ibu untuk

Page 58: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

tetap menyusui bayinya pada saat

"afterpain" pascasalin. Faktor paritas

menurut Soetjiningsih (1997) sebagai faktor

pendorong utama, yaitu ibu-ibu yang baru

mempunyai anak pertama akan tetap

menyusui bayinya. Hal ini dilakukan sebagai

bukti kasih sayang ibu dan rasa tanggung

jawab wanita terhadap perkembangan

anaknya. Wanita sering diposisikan sebagai

orang yang paling bertanggung jawab dan

disalahkan apabila tidak bisa menyusui

bayinya, di lain pihak mereka tidak tahan

terhadap nyeri yang dirasakan. Di satu sisi

masih ditemukan suami melarang istrinya

untuk menyusui karena alasan feminisme

dan kebutuhan seksual belaka. Sementara

faktor-faktor lain seperti pengetahuan, sikap,

social ekonomi, dan dukungan keluarga

belum pernah dikaji.

Rumusan masalah/pertanyaan penelitian

1. Faktor-faktor apakah yang mendorong

ibu untuk tetap menyusui saat afterpain?

2. Bagaimanakah dukungan keluarga dalam

meningkatkan motivasi untuk tetap

menyusui?

3. Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan

menyusui pada ibu pascasalin?

Maternitas

(Kajian wanita)

Sindroma klimaktorium

pada wanita

menopause

Studi ekspiorabit di

Pamekasan - Madura)

Penelti

1 Nusalam, M.Nurs

(Honours).

2. Adi Sutrisni S.S.T

Masalah

Wanita sering mengalami distres psikologis

dalam berumah tangga karena adanya

sindroma klimaktorium Sindroma yang

dialaminya berdampak terhadap gangguan-

gangguan psikis berupa ketidakharmonisan

rumah tangga akibat tidak terpenuhinya

kebutuhan seksual suami, gangguan interaksi

sosial. Gangguan konsep diri, dan lain-lain.

Sementara gangguan fisik meliput gangguan

pada kulit, produksi hormone kewanitaan,

pencernaan, jantung, dan perkemihan.

Gangguan tersebut telah dijabarkan oleh

Manuaba dan Prayitno (1997). Faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap sindroma adalah

(1) sosial budaya, (2) faktor keluarga persepsi

dan pengetahuan wanita atau suami yang

saiah. Tetapi, belum pernah dilakukan

penelitian mengenai taktor-faktor apakah

Page 59: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

yang paling berpenganuh terhadap sindroma

klimaktorium tersebut. Masalah tersebut

sangat menarik untuk dikaji secara

mendalam

Pertanyaan penelitian

1. Bagaimanakah perilaku pengetahuan dan

sikap wanita tentang sindoma

klimaktorium?

2. Faktor-takaor apakah yang paling

berpengaruh tehadap sindroma

klimaktorium?

Gerontik

(penelitian

dasar)

Pengaruh senam

"Kegel"

terhadap pemenuhan

kebutuhan eliminasi

urine klien lansia yang

tinggal di panti (pra-

eksperimental)

Peneliti:

1. Nursalam, M.Nurs

(Honours).

2. IKetut Dira, S.Kep.

Masalah

Lansia ditemukan sering mengalami

gangguan dalam pemenuhan kebutuhan

eliminasi urine. Keadaan ini akan bertambah

buruk apabila lansia kurang atau tidak

melakukan latihan yang dapat menyebabkan

penurunan tonus otot kandung kemih,

peningkatan stasis urine

pada ginjal dan peningkatan risiko terjadinya

batu ginjal Lansia sering mengompol di

celana dan terganggu tidurnya karena sering

terasa mau kencing. Keadaan ini cenderung

tidak dilaporkan karena lansia merasa malu

dan menganggap tidak ada yang dapat

diperbuat

untuk menolongnya. Penelitian-penelitian

tentang peran perawat dalam mengatasi

pemenuhan kebutuhan eliminasi di luar

negeri masih jarang ditemukan, demikian

juga di Indonesia. Hasil penelitian yang

dilaksanakan

oleh Wayan Suardana hanya menyebutkan

bahwa senam Tera dapat membantu

mengurangi keluhan sakit pada

lansia secara umum.

Pertanyaan penelitian

Apakah ada pengaruh pemberian latihan

atau senam kegel terhadap pemenuhan

kebutuhan eliminasi urine (beser) pada

lansia?

Medikal bedah

(penellitian

dasar)

Peran serta keluarga

pada rehabilitasi fisik

klien pascastroke dalam

upaya mencegah

Masalah

Keluarga belum berperan secara optimal

dalam melakukan rehabililasi fisik pada klien

pascaserangan stroke di rumah. Peran

tersebut khususnya dalam memenuhi

Page 60: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

kecacatan dan

kekambuhan (studi

eksploratif di ruang

saraf RSUD Dr. Soetomo

Surabaya)

Peneliti:

1. Nursalam, M.Nurs

(Honours).

2. Ah. Yusuf, S.Kep.

3. Yoseph Tueng, S.S.T.

kebutuhan sehari-hari, kebutuhan

perawatan diri: makan minum, berdandan

berpakaian,

mandi dan kebutuhan eliminasi, serta risiko

terjadinya "dekubitus karena imobilisasi yang

lama, pneumonia akibat penumpukan sekret,

dan gangguan gangguan organ tubuh lainnya

Keadaan tersebut akan berakibat terhadap

suatu kondisi yang sangal falal apabila

perawal dan khususnya keluarga tidak

borperan serta

dalam melakukan aktivitas fisik berupa

rehabilitasi baik selama klien dirawal di

rumah sakit maupun di rumah. Menurut

Carpenito (2000 240) gangguan aktivitas

tersebut harus ditangani untuk pemulihan

atau pencegahan penurunan fungsi yang

berkelanjutan.

Upaya rehabilitasi dapat berupa sualu

latilhan pasif dan aktif dengan bantuan vang

dimulai sejak klien dirawat di rumah sakit

sampai pulang. Roper (1996: 45)

menekankan bahwa keterlibatan keluarga

sebagai anggota tim rehabilitasi mutlak

diperlukan, mengingat

rehabilitasi tersebut memerlukan waktu

yang sangat lama. Sering ditemukan klien

stroke yang dirawat di rumah mengalami

dekubitus pada stadium yang paling parah.

Keadaan tersebut tidak akan terjadi kalau

keluarga mengerti dan ikut terlibat aktif

dalam

melakukan aktivitas fisik. Di Indonesia belum

pernah dilakukan pengkajian bagaimanakah

efektivitas peran keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan rehabilitasi fisik khususnya

selama klien dirawat di rumah sakit maupun

setelah pulang.

Pertanyaan penelitian

1. Faktor faktor apakah yang berhubungan

terhadap peran serta keluarga dalam

melakukan rehabilitasi pada klien

pascaserangan stroke di rumah?

2. Bagaimanakah peran keluarga dalam

pelaksanaan rehabilitasi pada klien stroke?

Page 61: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Contoh: Penelusuran Masalah/Topik Penelitian

Oleh: S-N-S

NIM. 131111161 (B14)

1. Bidang Keahlian: Keperawatan Gerontik

2. Kasus: Activity Daily Living (ADL) Lansia

3. Kajian Masalah

F-1

a. Empat puluh lima (45 %) lansia (< 65 thn) mengalami kemunduran ADL seiring

pertambahan usia.

b. Kemunduran ADL dan ketergantungan lansia pada orang lain menjadi pemicu

adanya gangguan psikologis dan faktor pencetus terjadinya depresi pada lansia

(Hawar 2007).

c. Dengan kondisi yang sehat, para lansia dapat melakukan aktivitas apa saja tanpa

meminta bantuan orang lain, atau sedikit mungkin tergantung kepada orang

(Sahartini, 2004)

d. Dengan menjaga kesehatan fisik, mental, spiritual, ekonomi, dan sosial, seseorang

dapat memilih masa tua vang lebih membahagiakan, terhindar dari masalah

kesehatan (Astusti, 2007)

e. Apabila ketergantungan tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan beberapa

akibat seperti gangguan sistem tubuh, timbulnya penyakit, menurunnya Activity

of Daily Living (ADL). Penurunan Activity of Daily Living (ADL) disebabkan

oleh persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, waktu bereaksi yang

lambat, keseimbangan tubuh yang jelek, gangguan peredaran darah, keadaan yang

tidak stabil bila berjalan, gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran

(Setiabud dan Hardywinoto, 1999).

f. Permasalahan yang berkaitan dengan lansia antara lain, pengaruh proses menua

dapat menimbulkan masalah secara fisik karena semakin lanjut usia seseorang,

Page 62: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

maka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik. Selain

kemunduran kemampuan fisik juga mengakibatkan penurunan pada peranan-

peranan sosialnya (Nugroho, 2000).

F-2

a. Olahraga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban

kerja ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik

tidak kompetitif atau bertanding (Bandiyah, 2009).

b. Senam lansia adalah senam dengan gerakan ringan, dilakukan secara

berkesinambungan, dan lazimnya disarankan untuk usia 40 tahun ke atas

(Ismawati, 2010).

c. Prinsip olahraga usia lanjut sama dengan prinsip olahraga pada umumnya, yang

membedakan adalah berkaitan dengan reaksi tubuh yang relatif lebih lamban.

Oleh karena itu, jangka waktu dan beban latihan harus disesuaikan (kusmana,

2002)

d. Faktor yang murni milik lanjut usia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh

adalah muskuloskeletal. Senam lansia ditujukan untuk penguatan, daya tahan, dan

kelenturan tulang dan sendi, sehingga sistem maskuloskeletal yang menurun dapat

diperbaiki. Selain itu senam lansia bermanfaat untulk memelihara kebugaran

jantung dan paru (Reuben, 1996).

Page 63: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

SPIDER WEB

Spider web ADL pada Lansia

Keaslian Penulisan

Penelitian tentang Senam Lansia dan aktivitas kelhidupan sehari-hari (activity of daily

living-ADL) telah beberapa kali dilakukan, sebagaimana tercantum dalam tabel

berikut.

No Judul Karya Ilmiah &

Penulis

Variabel Jenis Penelitian Hasil

1 Hubungan Senam Lansia

dengan Kebugaran Lansia

(Palestin, 2006)

- Senam lansia

- Tanda vital

lansia

Kuantitatif Ada hubungan

signifikan antara

senam lansia

dengan tingkat

kebugaran lansia

2 Pengaruh Senam Aerobik

terhadap Peningkatan

Kebugaran Wanita

Menopause

(Hartini, 2007)

- Latihan senam

aerobic

- Peningkatan

kebugaran

Kuantitatif

praeksperimental

Senam aerobic

memiliki pengaruh

yang signifikan

pada peningkatan

kebugaran

Page 64: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

(stabilisasi nadi, RR,

tekanan darah dan

manapouse

syndrome)

3 Pangaruh Senam Lansia

terhadap Kebugaran

Jasmani pada Lansia

(Rochman, 2009)

- Senam lansia

- Kebugaran

(stabilisasi nadi,

RR, tekanan

darah)

Observational

rancangan

analitik

Ada hubungan

antara senam

lansia dengan

kebugaran jasmani

4 Manfaat Senam terhadap

Kebugaran Lansia

Kartinah,

2008)

- Senam tera

- Kebugaran

Kuantitatif

praeksperimental

Senam tera

berpegaruh dalam

menstabilkan kadar

immunoglobulin

5 Perbedaan Pengaruh

Senam Otak dan Senam

Lansia terhadap

Keseimbangan pada

Orang Lanjut Usia

(Herawati,

2008)

- Senam otak

- Senam lansia

- Keseimbangan

Quasi

eksperimen

Senam otak dan

senam lansia

memberikan hasil

yang positif

terhadap

kesehatan lansia.

6 Hubungan antara

Karakteristik Personal

dengan Kemandirian

dalam activity of daily

living (ADL) pada Lansia

(Fathur,2007)

- Karakteristik

personal

- Kemandirian

dalam activity of

daily living

Interestial

analitik

eksperimen

Karakteristik

personal memiliki

hubungan yang

signifikan dengan

kemandirian dalam

activity of daily

living (ADL)

7 Hubungan antara Tingkat

Depresi dengan

Kemampuan Aktivitas

Dasar Sehari-Hari

Pada Lansia

(Firmannulah, 2010)

- Tingkat depresi

dengan

kemampuan

aktivitas dasar

sehari-hari

Deskriptif analitik

kolerasi

Ada hubungan yang

signifikan dengan

interpretasi

korelasi negative

antara tingkat

depresi dengan

kemampuan

aktivitas sehari-hari

pada lanjut usia.

8 Pengaruh Pemberian

Penyuluhan Kesehatan

terhadap Perubahan

Pengetahuan dan Sikap

tentang Activity of Daily

Living (ADL) pada lansia

(Setyowati, 2009)

- Pemberian

penyuluhan

kesehatan

- Perubahan

pengetahuan

Activity of Daily

Living

- Sikap Activity of

Daily Living

Deskriptif

dengan

pendekatan

eksperimen

korelasional

Penyuluhan

kesehatan dapat

meningkatkan

pengetahuan lansia

tentang ADL

Page 65: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

9 Pengaruh Pembelajaran

Terbimbing terhadap

Tingkat Kemandirian ADL

Lansia

(Kusrumentahingtyas,

2010)

- Pembelajaran

terbimbing

- Kemandirian

Activity of Daily

Living (ADL)

Kuantitatif

praeksperimental

Pembelajaran

terbimbing

memiliki pengaruh

yang signifikan

terhadap tingkat

kemandirian ADL

lansia

10 Hubungan antara Tingkat

Depresi dengan

ketergantungan

dalam activity of daily

living

(ADL) pada Lansia

(Aprinia,

2006)

- Tingkat depresi

ketergantungan

dalam Activity of

Daily Living

(ADL)

Studi korelasi Ada hubungan

antara tingkatan

depresi dengan

ketergantungan

dalam Activity of

Daily Living (ADL)

11 Hubungan antara Gaya

Hidup dengan Tingkat

Ketergantungan

dalam Aktivitas

Kehidupan

Sehari-hari Lansia

Gaya hidup

Tingkat

ketergantungan

dalam aktifitas

kehidupan sehari-

hari

Quasi-

eksperimental

Terdapat hubungan

antara gaya hidup

dengan tingkat

ketergantungan

dalam aktivitas

kehidupan sehari-

hari lansia

12 Hubungan Karateristik

Demografi dengan

Kemandirian dalam

activity daily living (ADL)

pada Lansia (Sawika,

2005)

Karakteristik

demografi

kemandirian

dalam activity

daily living (ADL)

Studi korelasi Ada hubungan

antara karakteristik

demografi dengan

kemandirian dalam

activity daily living

(ADL)

Sementara itu penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tentang pengaruh

senam lansia (lama waktu pelaksanaan, intensitas, dan frekuensi) terhadap

peningkatan kemandirian ADL lansia. Variabel penelitian adalah lama waktu

pelaksanaan, intensitas senam lansia, frekuensi senam lansia dan ADL lansia. Jenis

penelitian yang akan senam lansia, dilakukan yaitu kuantitatif pra-eksperimental.

1. Masalah.

Pengaruh senam lansia terhadap kemandirian ADL lansia belum dapat

dijelaskan

2. Rumusan Masalah:

a. Apakah ada pengaruh durasi pelaksanaan senam lansia terhadap

kemandirian ADL lansia?

Page 66: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

b. Apakah ada pengaruh intensitas senam lansia terhadap kemandirian ADL

lansia?

c. Apakah ada pengaruh frekuensi senam lansia terhadap kemandirian ADL

lansia?

3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum: Menjelaskan pengaruh senam lansia terhadap kemandirian

ADL lansia.

b. Tujuan Khusus:

- Mengukur kemandirian ADL lansia terhadap durasi senam lansia.

- Mengukur kemandirian ADL lansia terhadap intensitas senam lansia.

- Mengukur kemandirian ADL lansia terhadap frekuensi senam lansia.

4. Manfaat

a. Manfaat Teoretis.

Hasil penelitian dapat menjelaskan pengaruh kemandirian ADL pada lansia.

b. Manfaat Praktis.

Senam lansia diharapkan dapat dilakukan sebagai usaha promotif, preventif,

dan rehabilitatif bagi lansia dalam menghadapi kemunduran ADL seiring

bertambahnya usia.

5. Judul

Pengaruh senam terhadap peningkatan kemandirian activity daily living (ADL)

lansia atau peningkatan kemandirian lansia dalam ADL dengan senam.

Page 67: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

6. Kerangka konseptual

Page 68: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

DAFTAR PUSTAKA

Burns & Grove. (1999). The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B.

Saunders Co.

Nursalam. (2002). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:

Sagung Seto.

__________2008a. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktis. Edisi

2. Jakarta: Salemba Medika.

__________2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Polit, D.E & Hungler, BP (1999). Nursing Research. Principle and Method.

Philadelphia: J.B Lippincott.

Polit DF & Back, CT (2012). Nursing Research. Generating and Assessing Evidence

for Nursing Practice 9th Philadelphia: JB. Lippincott.

Soeparto R Putra ST, Haryanto. (2000). Filsafat llmu Kedokteran. Surabaya:

GRAMIK & RSUD Dr. Soetomo Surabaya,

Sastroasmoro,S. dan S. Ismail. (1995). Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis,

Jakarta: Binarupa Aksara

Page 69: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Bab 4

Kerangka Konsep dan

Hipotesis penelitian

MENYUSUSN KERANGKA KONSEP

Tahap penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka konsep. Konsep

adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu

teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun

yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil

penemuan dengan teori.

Untuk memudahkan, suatu konsep dari suatu istilah dapat dicermati pada

batasan istilahnya. Misalnya, untuk memahami konsep keperawatan maka perlu

dicermati batasan keperawatan. Keperawatan merupakan ilmu yang mempelajari

sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang menurut Maslow adalah

FAKHA: Fisiologis, Aman, Kasih sayang, Harga diri, dan Aktualiasasi diri serta upaya

untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar tersebut sebagai respons sakit yang

dialami oleh klien. Konsep ilmu keperawatan selalu didasarkan pada kajian paradigma

tentang empat hal, yaitu manusia, sehat/sakit, lingkungan, dan keperawatan.

Penyusunan Kerangka Konseptual dalam Penelitian

Dasar Penyusunan Kerangka Konsep

Cara penyusunan kerangka konseptual penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Harus dibedakan pengertian kerangka konsep dan kerangka operasional.

a. Kerangka konsep: konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir dalam

kegiatan ilmu.

Page 70: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

b. Kerangka operasional (kerangka kerja): langkah-langkah dalam aktivitas

ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan

sejak awal dilaksanakannya penelitian.

2. Mengumpulkan semua sumber dan menyeleksi penelitian yang telah

dipublikasikan, konsep, atau teori (melalui theoretical mapping).

3. Mengidentifikasi dan mendefinisikan semua variabel riset, mengategorikan ke

dalam kelompok (independent, dependent, intervening, confounding, control and

random variable).

Langkah Penyusunan

1. Seleksi dan definisikan konsep yang dimaksudkan

2. Identifikasikan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian.

a. Peneliti ingin meneliti perilaku klien dalam perawatan, maka dapat dipilih

teori Lawrence W. Green, yang meliputi: predisposing, enabling, dan

reinforcing.

b. Pemenuhan kebutuhan pada perawatan diri: makan, minum, berpakaian,

eliminasi, mandi, maka ditetapkan teori yang dipilih adalah teori Orem

tentang defisit perawatan diri (self care deficit).

3. Gambarkan hubungan antarvariabel dengan garis berarah

a. Arah (Direction). Dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.

b. Tempat (Position)

c. Tanda dan simbol (Sign & Symbol). Digaris putus-putus untuk yang

diteliti ( ); digaris jelas untuk variabel dalam kotak yang diteliti

( ); dan digaris putus-putus untuk variabel yang tidak diteliti (

)

d. Keterangan setiap tujuan penelitian

Hubungan/Hipotesis (A_ _ _B)

Pengaruh ( A B )

Sebab akibat ( A B )

Page 71: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Contoh

Kerangka Konsep

Pengaruh Penerapan Teori Adaptasi terhadap Peningkatan Kinerja Perawat pada Klien

Anak dengan Asma Bronkial (Nursalam, 2003)

Peneliti perla menjelaskan tentang pengaruh penerapan teori adaptasi dalam

meningkatkan kinerja perawat anak dan meningkatkan sistem imunitas anak dengan

asma bronkial serta keterkaitan beberapa variable.

MENYUSUN HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian.

Menurut La Biondo-Wood dan Haber (2002) hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi

tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu

pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit atau bagian dari

permasalahan.

Page 72: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

Gambar 4.1. kerangka konseptual pengaruh bladder-retention training terhadap perubahan

kemampuan dan enuresis pada anak usia sekolah (Walida, 2007)

Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena hipotesis akan bisa

memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Uji

hipotesis artinya menyimpulkan suatu ilmu melalui suatu pengajuan dan pernyataan

secara ilmiah atau hubungan yang telah dilaksanakan penelitian sebelumnya.

Untuk mengetahui signifikansi (p) dari suatu hasil statistik (Hypothesis test),

maka kita dapat menentukan tingkat signifikansi: (p) 0,05 (1 kemungkinan untuk 20);

0,01 (1 untuk 100); dan 0,001 (1 untuk 1.000), Adapun yang sering digunakan adalah

signifikansi level 0,05. Dengan menentukan signifikansi ini maka kita dapat mentukan

apakah hipotesis akan diterima atau ditolak (ika p< 0.05) (Voelker & Orton, Adam

2011).

Syarat Hipotesis

1. Relevance Hipotesis harus relevan dengan fakta yang akan diteliti.

2. Testability: Memungkinkan untuk dilakukannya observasi dan bisa diukur

3. Compatibility: Hipotesis baru harus konsisten dengan hipotesis di lapangan

yang sama dan telah teruji kebenarannya, sehingga setiap hipotesis akan

membentuk suatu system

4. Predictive Artinya hipotesis yang baik mengandung daya ramal tentang apa

yang akan terjadi atau apa yang akan ditemukan.

5. Simplicity: Harus dinyatakan secara sederhana, mudah dipahami, dan mudah

dicapai.

Tujuan Hipotesis

Page 73: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

1. Untuk menghubungkan antara teori dan kenyataan, dalam hal ini hipotesis

menggabungkan dua domain.

2. Sebagai suatu alat yang ampuh untuk pengembangan ilmu selama hipotesis

bisa menghasilkan suatu penemuan (discovery).

3. Sebagai suatu petunjuk dalam mengidentifikasi dengan menginterpretasi suatu

hasil.

Sumber Hipotesis

Hipotesis didapatkan dari suatu fenomena atau masalah yang nyata, analisis teori, d

mengulas literatur.

1. Pengalaman praktik. Diagnosis keperawatan bisa menjadi suatu dasar

pengembangan hipotesis. Misal hubungan teoretis yang diidentifikasi Orem

tahun 1985 dalam Polit & Back (2012) tentang teori perawatan diri dan

kurangnya kebersihan dalam melakukan perawatan luka sehubungan dengan

adanya nyeri pada sendi dan keterbatasan pergerakan/mobilitas. Pertama, kita

dapat menguji tentang efektivitas dari tindakan dalam mengurangi nyeri sendi

dan meningkatkan mobilitas dan dampak perawatan individual. Contoh

penulisan hipotesis meliputi: Klien artritis yang menggunakan pengobatan

relaksasi akan mengalami penurunan rasa nyeri dan membutuhkan waktu yang

relatif lebih sedikit dalam pengobatannya dibandingkan dengan klien

yang tidak mendapatkan terapi relaksasi.

2. Teori.

Hubungan yang digunakan dalam suatu teori dapat menjadi dasar penyusunan

hipotesis. Jika seorang peneliti tertarik melakukan pengujian terhadap suatu

pernyataan dalam teori, akan membawa pengaruh yang besar terhadap

perkembangan praktik perawatan.

3. Kajian literature

Pada kajian literatur, peneliti menganalisis dan menyintesis hasil dari berbagai

penelitian. Hubungan yang diidentifikasi dari sintesis dalam suatu penemuan

sangat berguna untuk penyusunan hipotesis. Nursalam tahun 2007, meneliti

Page 74: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

pengaruh pendakatan Asuhan keperawatan terhadap respons pasien terinfeksi

HIV and AIDS, hipotesis yang digunakan berdasarkan konsep teori

psikoneuroimunologi dan adaptasi.

Tipe Hipotesis

Perbedaan tipe hubungan dan jumlah variabel didentifika dalam hipotesis Penelit

mungkin mempunyai satu, tiga, atau lebih hipotesis, bergantung pada kompleknya

suatu penelitian.

1. Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengakuran statistk

dan interpretasi hasil statistik. Hipotesia nol dapat sederhana atau kompleks

dan bersifat sebab atau akibat. Misal pengaruh tr adagtasi terhadap perbuikan

kinerja perawat anak. Maka dalam H0 tidak adanya pengaruh penrapn teori

adaptas dalam asuhan keperawatan terhadap perbaikan kinerja perawat anak

2. Hipotesis alternatif (Ha/H) adalah hipotesis penelitian. Hipotesia ini

menyatakan adanya suatu hubungan. pengaruh, dan perbedaan antars dua stau

lebih variable. Hubungan, perbedaan, dan pengaruh tersebut daput sederhana

atau kompleks, dan bersifat sebab akibat Misalnya, ada pengaruh antara senam

nifas dan proses involusi pada bu pascasalin. Ada perbedaan tingkat kecemasan

antars klien laki-laki dan perempuan pada infark miokard akut (IMA)

KONSEP SELP-CARE

Teori keperawatan perawatan mandiri (self-care) dikemukakan oleh Dorothea E. Orem

pada tahun 1971 dan dikenal dengan teori defisit perawatan diri (self-care deficit

nursing theory SCDNT) (Delaune & Ladner, 2002). Teori SCDNT sebagai teori besar

yang mempunyai komponen teori yaitu teori self-care, teori self-care deficit, dan teori

Nursing System (Alligood & Tomey, 2006). Orem (1985) dalam Richardson (1992)

menyebutkan bahwa :

Page 75: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

“Self care is the production of actions directed to self or to the environment in order

to regulate one's functioning in the interest of ones life, integrated functioning and

well-being"

Dari pernyataan di atas, self-care diartikan sebagai wujud perilaku seseorang

dalam menjaga kehidupan, kesehatan, perkembangan, dan kehidupan di sekitarnya

(Baker & Denyes, 2008). Self-care merupakan perilaku yang dipelajari dan merupakan

suatu tindakan sebagai respons atas suatu kebutuhan (DeLaune & Ladner, 2002). Pada

konsep self care, Orem menitikberatkan bahwa seseorang harus dapat bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan self care untuk dirinya sendiri dan terlibat dalam

pengambilan keputusan untuk kesehatannya (Alligood & Tomey, 2006). Kebutuhan

seseorang untuk terlibat dalam perawatan diri dan mendapatkan perawatan disebut

sebagai therapeutic Self-Care Demand (Delaune & Ladner, 2002), Self-care

berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan individu, bergantung pada

kebiasaan seseorang, kepercayaan yang dimiliki dan budaya, termasuk biopsikososial-

spiritual (Becker, Gates, & Newsom, 2004; Larsen & Lubkin, 2009).

Self-care dalam konteks pasien dengan penyakit kronis merupakan hal yang

kompleks dan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan manajemen serta kontrol dari

penyakit kronis tersebut (Larsen & Lubkin, 2009). Self-care dapat digunakan sebagai

teknik pemecahan masalah dalam kaitannya dengan kemampuan koping dan kondisi

tertekan akibat penyakit kanker. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa

self-care meningkatkan kuailtas hidup dengan menurunkan nyeri, kecemasan, dan

keletihan; meningkatkan kepuasa pasien, serta menurunkan penggunaan tempat

pelayanan kesehatan dengan menurunkan jumlah kunjungan ke dokter, kunjungan

rumah, penggunaan obat, dan lama rawat inap di rumah sakit.

KONSEP SELP-CARE AGENCY

Self care agency adalah kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh seorang individu

untuk mengidentifikasi, menetapkan, mengambil keputusan dan melaksanakan self

care (Alligood & Tomey, 2006; Taylor & Renpenning, 2011). Orem mengidentifikasi

Page 76: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

sepuluh faktor dasar yang memengaruhi self care agency (basic conditioning factor)

yaitu usia, gender, tahap perkembangan, tingkat kesehatan, pola hidup, sistem

pelayanan kesehatan, sistem keluarga, dan lingkungan eksternal (Alligood & Tomey,

2006). Perawat harus bisa mengidentifikasi self-care therapeutic demand dan

perkembangan serta tingkat self care agency dari seorang individu karena self care

therapeutic demand dan self care agency berdampak self-care deficit pada seorang

individu (Gambar 2.3) (Richardson, 1992). Interaksi antara perawat dengan klien akan

dapat terjadi jika klien mengalami self-care deficit, di sinilah muncul suatu nursing

agency (DeLaune & Ladner, 2002).

Gambar 4.2. Konsep Self Care (Alligood & Tomey, 2006).

Self-care agency perlu ditingkatkan oleh individu karena pelaksanaan self-care

membutuhkan pembelajaran, pengetahuan, motivasi, dan keterampilan atau skill

(Taylor & Renpenning, 2011). Self-care agency mengacu pada kemampuan kompleks

dalam melaksanakan self-care. Contoh dari self-care agency antara lain pengetahuan

tentang jenis makanan, pengetahuan tentang menjaga jalan napas tetap bebas, dan

penggunaan sistem bantuan untuk bersihan jalan napas (Baker & Denyes, 2008).

Kesadaran akan kebutuhan mendapatkan pengetahuan dan kemampuan untuk mencari

Page 77: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

pengetahuan akan memengaruhi tindakan yang diambil oleh seorang individu (Taylor

& Renpenning.2011).

Struktur Self-care agency (Gambar 2.4) terdiri atas tiga karakteristik manusia

yang saling berhubungan, namun berbeda secara hierarki yaitu: (1) foundational

capabilities and dispositions (kemampuan dasar), (2) power components (komponen

kekuatan), dan (3) capabilities to perform self-care operation (kemampuan

melaksanakan self-care) (Baker & Denyes, 2008; Meleis, 2011; Taylor & Renpenning,

2011).

Gambar 4.3. struktur Self-care agency (Taylor & Renpenning, 2011).

Foundational capabilities and disposition merupakan pondasi dari self-care

agency, sedangkan pengetahuan tentang conditioning factors serta komponen power

berasal dari berbagai keilmuan dan penelitian. Self-care operation merupakan proses

pelaksanaan self-care, terdiri atas 1) estimative operation yang merupakan kegiatan

identifikasi atau investigasi; 2) transitional operation yaitu proses penilaian dan

pengambilan keputusan dan 3) productive operation yaitu proses pelaksanaan self-

Page 78: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

care, termasuk di dalamnya proses kognitif dan kemampuan psikomotor (Taylor &

Renpenning, 2011).

Contoh dari karakteristik kemampuan dasar yang dimaksud dalam struktur self-

care agency salah satunya adalah intelegensia seseorang, sedangkan contoh

karakteristik power adalah kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan dalam

melaksanakan self-care (Baker & Denyes, 2008). Orem menjelaskan bahwa tindakan

seseorang dipengaruhi oleh penilaian mereka tentang hal yang tepat untuk suatu situasi

dan keadaan. Seseorang yang melaksanakan tindakan harus mempunyai "sensory

knowledge" dan "awareness" tentang situasi tersebut sehingga mengacu pada

pengetahuan tersebut maka seseorang dapat mengambil keputusan untuk bertindak

(Meleis, 2011). Bagi orang yang menderita penyakit kronis, tindakan self-care

operation tercermin dalam aktivitas mereka dalam menaati terapi medis, dan gaya

hidup yang direkomendasikan, melaksanakan aktivitas sehari-hari yang disarankan,

melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran, menjalankan kegiatan ibadah yang

meningkatkan spiritualitas, serta melakukan kegiatan yang menyenangkan (Larsen &

Lubkin, 2009).

Pengukuran Self-Care Agency

Pengukuran terhadap komponen dari Self-Care Deficit Nursing Theory

(SCDNT) telah berkembang lebih dari dua puluh tahun. Pengukuran self-care agency

yang valid dan terpercaya merupakan hal yang vital bagi perkembangan SCDNT

sebagai salah satu teori keperawatan (Parker, 2001). Berbagai penelitian tentang self-

care agency dilakukan oleh para ahli keperawatan dengan menggunakan berbagai

instrumen. Beberapa di antaranya adalah Appraisal of Self-Care Agency (ASA) Scale,

Self-as-Carer Inventory (SCI), Denyes self-care agency instrument (DSCAI)

(Alligood & Tomey, 2006), The Exercise of Self-Care Agency (ESCA), The Perception

of Self-Care Agency Questionnaire, The Appraisal of Self-Care Agency Scale (ASA-

S), dan The Mental Health Self-Care Agency Scale (MH-SCA) (Sousa, Zauszniewski,

Zeller, & Neese, 2008; Taylor & Renpenning, 2011).

Denyes self-care agency instrument (DSCAI) dirancang untuk individu agar

dapat mengukur kekuatan dan keterbatasan yang dimiliki sehingga mampu mengambil

Page 79: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

keputusan tentang hal yang harus dilakukan untuk memenuhi self-care-nya (Waltz,

Strickland, & Lenz, 2010). Instrumen ini dikembangkan oleh Denyes pada tahun 1988

dan pada awalnya digunakan untuk mengukur self-care agency pada populasi remaja

(Campbell & Soeken, 1999). Pada perkembangannya DSCAI digunakan untuk

mengukur self-care agency pada populasi orang dewasa, baik perempuan maupun laki-

laki, serta pada beberapa penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung koroner

(Sousa dkk., 2008). DSCAI terdiri atas 34 pertanyaan yang mengukur enam faktor

Foundational Capabilities and Disposition (FCD) dan tujuh komponen power.

Partisipan akan diminta untuk memilih di antara skala 0 (tidak sama sekali) sampai

100 (seluruhnya) atau memberi jawaban dengan persentase (Anderson, 2001).

Terdapat 6 kategori skala dalam DSCAI yaitu: ego strength, valuing of health, health

knowledge and decision making capability, energy, feelings, dan attention to health

(Denyes, 1990).

Contoh Kerangka Konsep Berbasis Self-Care (Orem) Self- Care Agency

(Kemandirian Orem) Penerapan pada Ibu Nifas dengan Menggunakan

Pendekatan Teori Self Care Model

Gambar 4.4. Kerangka konsep penelitian meningkatkan kemandirian ibu nifas dengan menggunakan pendekatan teor self care model Orem (Mardiatun, 2012).

Berdasarkan teori keperawatan Self Care yang dikemukakan oleh Dorothea Orem,

pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya sendiri yang disebut

Self Care Agemcy. Self Care Agency dapat berubah setiap waktu yang dipengaruhi

oleh faktor predisposisi (predisposinggfactor) yang terdiri atas pengetahuan, sikap,

keyakinan pendidikan dan pekerjaan. Kedua, yaitu faktor pemungkin (enabling factor)

yang terdiri atas sarana prasarana dan jarak dengan pelayanan kesehatan. Ketiga, yaitu

faktor pendorong (reingiorcing factor) yang berupa peran dukungan keluarga dan

adanya aturan-aturan. Ketika terjadi defisit perawatan diri, peran perawat sebagai

Nursing Agency membantu untuk memaksimalkan kemampuan pelaksanaan

perawatan diri ibu post-partum melalui tindakan asuhan keperawatan mandiri perawat

berupa bantuan Supportive-Educative System dengan memberikan Guidance (Booklet)

and Teaching, untuk meningkatkan kemampuan atau kemandirian pelaksanaan

Page 80: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

perawatan diri ibu (Self-Care Agency) terhadap kebutuhan perawatan diri ibu (Self-

Care Demand), seperti kemampuan memenuhi nutisi dan cairan, ambulasi, kebersihan

diri, perawatan perineum, perawatan payudara, miksi, dan defekasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J. A. (2001). Understanding Homeless Adults by Testing the Theory of Self-

Care. Nursing Science Quarterly, 14(1), 59-67.

Alligood, M.R. and Tomey, A. M. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th ed.

Missouri: Mosby.

Baker. L. K., & Denyes, M. J. (2008). Predictors of Self-Care in Adolescents with

Cystic Fibrosis: A Test of Orem's Theories of Self-Care and Self-Care Deficit.

Journal of Pediatric Nursing, 23(1), 37-48.

Becker G., Gates, R. J., & Newsom E. (2004). Self-Care among Chronically Ill African

Americans: Culture, Health Disparities, and Health Insurance Status. American

Journal of Public Health, 94(12), 2066-2073.

Campbell, J. C., & Soeken, K. (1999). Forced Sex and Intimate Partner Violence:

Effects on Women's Health. Violence Against Women, 5(9), 1017-1035

DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2002). Fundamentals of nursing: Standards and

practice. 2nd Ed. New York: Thomson Delmar Learning.

Denyes, M.J. (1980). Development of An Instrument to Measure Self-Care Agency in

Adolescents. Doctoral Dissertation, Wayne State University.

Larsen, P. D., & Lubkin, I. M. (2009). Chronic Illness: Impact and Intervention. 7th

Ed Sudbury: Jones and Bartlett Publishers.

Meleis, A.I. (2011). Theoretical Nursing: Development and Progress. 5th Ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Parker, M. E. (2001). Nursing Theories and Nursing Practice. Philadelphia: Davis

Company

Sousa V. D., Zauszniewski J. A., Zeller R. A., & Neese J. B. (2008). Factor Analysis

of The Appraisal of Self Care Agency Scale in American Adults with Diabetes

Mellitus. The Diabetes Educators, 34, 98-108

Page 81: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Taylor, s., & Renpenning, k. (2011). Self Care Science, Nursing Theory and Evidence

Based practice. New York: Springer Publishing Company, LLC

Waltz, C. F., Strickland, O. L., and Lenz, E. R. (2010). Measurement in Nursing and

Health Research, 4th ed. New York: Springer Publishing Company

KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M. KING)

King mengidentifikasi kerangka kerja konseptual (conceptual framework) sebagai

sebuah kerangka kerja sistem terbuka, dan teori ini sebagai suatu pencapaian tujuan.

Page 82: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa

manusia seutuhnya (human being) sebagai sistem terbuka yang secara konsisten

berinteraksi dengan lingkungannya. Asumsi yang lain bahwa keperawatan berfokus

pada interaksi manusia dengan lingkungannya dan tujuan keperawatan adalah untuk

membantu individu dan kelompok dalam memelihara kesehatannya. Kerangka kerja

konseptual terdiri atas tiga sistem interaksi yang dikenal dengan Dynamic Interacting

Systems, meliputi: personal systems (individual), interpersonal systems (grup), dan

social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan

kesehatan, dan lain-lain).

Konsep Human Interaction Model ini dikembangkan pertama kali oleh Imogene

M. King pada tahun 1971 yang diawali dengan mengembangkan teori pencapaian

tujuan (Gheory of coal attainment). Teori pencapaian tujuan merupakan teori yang

bersifat terbuka dan dinamis, dengan sembilan konsep utama yang meliputi interaksi,

persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stres, tumbuh kembang, waktu, dan ruang

(Alligood dan Tomey, 2006),

Asumsi dasar King tentang manusia seutuhnya (human being) meliputi sosial,

perasaan, rasional, reaksi, kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu.

Dari kevakinannya tentang human being ini, King telah menderivat asumsi tersebut

lebih spesifik terhadap interaksi perawat-klien:

1. Persepsi dari perawat dan klien memengaruhi proses interaksi

2. Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klien memengaruhi

proses interaksi

3. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.

4. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

dan hal tersebut memengaruhi kehidupan dan kesehatan mereka serta

masyarakat.

5. Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran

informasi sehingga membantu individu dalam membuat keputusan tentang

pelayanan kesehatannya.

6. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.

7. Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan

kesehatan dapat berbeda.

Page 83: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Human being mempunyai tiga dasar kebutuhan kesehatan yang fundamental:

1. Kebutuhan terhadap informasi kesehatan dan dapat dipergunakan pada saat

dibutuhkan.

2. Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan bertujuan untuk pencegahan

penyakit.

3. Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan ketika individu

tidak mampu untuk membantu dirinya sendiri.

Perawat dalam posisinya, membantu: apa yang mereka ketahui, apa yang mereka

pikirkan, bagaimana mereka merasakan dan bagaimana mereka melakukan kegiatan

untuk memelihara kesehatannya.

Kerangka Konsep Imogene M. King (Fadilah, 2009)

King mengemukakan dalam kerangka konsepnya, hampir setiap konsep yang dimiliki

oleh perawat dapat digunakan dalam asuhan keperawatan.

PERAWAT

PERSEPSI

PENILAIAN

AKSI

UMPAN BALIK

Page 84: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Gambar 4.5 Kerangka Konsep Imogene M. King

Berdasarkan kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) dan asumsi dasar

tentang human being, King menderivatnya menjadi teori Pencapaian Tujuan (Theory

of Goal Attainment). Elemen utama dari teori Pencapaian Tujuan adalah interpersonal

systems, di mana dua orang (perawat-klien) yang tidak saling mengenal berada

bersama-sama di organisasi pelayanan kesehatan untuk membantu dan dibantu dalam

mempertahankan status kesehatan sesuai dengan fungsi dan perannya. Dalam sistem

interpersonal perawat-klien berinteraksi dalam suatu area (space). Menurut King,

intensitas dari system interpersonal sangat menentukan dalam menetapkan dan

pencapaian tujuan keperawatan.

Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-aktivitas yang dijelaskan sebagai sembilan

konsep utama, di mana konsep-konsep tersebut saling berhubungan dalam setiap

situasi praktik keperawatan, meliputi:

1. Interaksi, King mendefinisikan interaksi sebagai suatu proses dari persepsi dan

komunikasi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,

individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan

nonverbal dalam mencapai tujuan.

2. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, persepsi

berhubungan dengan pengalaman yang lalu, konsep diri, sosial ekonomi,

genetika, dan latar belakang pendidikan.

3. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi dari

seseorang kepada orang lain secara langsung maupun tidak langsung.

PERAWAT

PERSEPSI

PENILAIAN

AKSI

UMPAN BALIK

REAKSI INTERAKSI TRANSAKSI

Page 85: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

4. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud tertentu dalam

pencapaian tujuan. Transaksi yang dimaksud adalah pengamatan perilaku dari

interaksi manusia dengan lingkungannya.

5. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi

pekerjaannya dalam sistem sosial. Tolak ukurnya adalah hak dan kewajiban

sesuai dengan posisinya. Jika terjadi konflik dan kebingungan peran maka akan

mengurangi efektivitas pelayanan keperawatan.

6. Stres diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi

manusia dengan lingkungannya. Stres melibatkan pertukaran energi dan

informasi antara manusia dengan lingkungannya untuk keseimbangan dan

mengontrol stresor.

7. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinu dalam diri individu.

Tumbuh kembang mencakup sel, molekul, dan tingkat aktivitas perilaku yang

kondusif untuk membantu individu mencapai kematangan.

8. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa ke masa yang akan

datang. Waktu adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwa yang

lain sebagai pengalaman yang unik dari setiap manusia.

9. Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada di mana pun sama. Ruang adalah area

di mana teriadi interaksi antara perawat dengan klien (Fadilah, 2009).

Konsep Interaksi Manusia Imogene M. King

King mendefinisikan interaksi sebagai suatu proses dari persepsi dan komunikasi

antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan

lingkungan yang dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan nonverbal dalam

mencapai tujuan (Alligood dan Tomey, 2006). Di dalam arti kamus, interaksi berarti

sebagai tingkah laku yang dapat diobservasi oleh dua orang atau lebih di dalam

hubungan timbal balik (King, 2006).

Menurut king setiap individu adalah sistem personal (sistem terbuka). Untuk

system personal konsep yang relevan adalah persepsi, diri, pertumbuhan, dan

perkembangan, citra tubuh, dan waktu

1. Persepsi.

Page 86: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Persepsi adalah gambaran seseorang tentang objek, orang, dan kejadian-

kejadian. Persepsi berbeda dari satu orang ke orang lain dan hal ini tergantung

dengan pengalaman masa lalu, latar belakang, pengetahuan, dan status emosi.

Karakteristik persepsi adalah universal atau dialami oleh semua, selektif untuk

semua orang, subjektif, atau personal.

2. Diri.

Diri adalah bagian dalam diri seseorang yang berisi benda-benda dan orang

lain.Diri adalah individu atau bila seseorang berkata "AKU”. Karakteristik diri

adalah individu yang dinamis, sistem terbuka, dan orientasi pada tujuan.

3. Pertumbuhan dan perkembangan.

Tumbuh kembang meliputi perubahan sel, molekul, dan perilaku manusia.

Perubahan ini biasanya terjadi dengan cara yang tertib dan dapat diprediksikan

walaupun individu itu bervariasi, serta dipengaruhi fungsi genetik, pengalaman

yang berarti dan memuaskan. Tumbuh kembang dapat didefinisikan sebagai

proses dii seluruh kehidupan seseorang di mana dia bergerak dari potensial

untuk mencapai aktualisasi diri.

4. Citra tubuh.

King mendefinisikan citra diri yaitu bagaimana orang merasakan tubuhnya dan

reaksi-reaksi lain untuk penampilannya.

5. Ruang.

Ruang adalah universal sebab semua orang punya konsep ruang; personal atau

subjektif yaitu bersifat individual; situasional, tergantung dengan hubungannya

dengan situasi, jarak, dan waktu; serta transaksional atau berdasarkan pada

persepsi individu terhadap situasi. Definisi secara operasional, ruang meliputi

ruang yang ada untuk semua arah, didefinisikan sebagai area fisik yang disebut

territory dan perilaku orang yang menempatinya.

6. Waktu.

King mendefisikan waktu sebagai lama antra satu kejadian dengan kejadian

yang satu lain merupakan pengalaman unik setiap orang dan hubungan antara

satu kejadian dengan kejadian yang lain.

Page 87: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Sistem Interpersonal

King mengemukakan sistem interpersonal terbentuk oleh interaksi antara manusia

Interaksi antar dua orang disebut Dyad, tiga orang disebut Triad, dan empat orang

disebut Group. Konsep yang relevan dengan sistem interpersonal adalah interaksi,

komunikasi, transaksi, peran dan stres.

1. Interaksi.

Interaksi didefinisakan sebagai tingkah laku yang dapat diobservasi oleh dua

orang atau lebih di dalam hubungan timbal balik

2. Komunikasi.

King mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana informasi yang

diberikan dari satu orang ke orang lain, baik langsung maupun tidak langsung,

misalnya melalui telepon, televisi, atau tulisan kata. Ciri-ciri komunikasi adalah

verbal, nonverbal, situasional, perseptual, transaksional, tidak dapat diubah,

bergerak maju dalam waktu, personal, dan dinamis. Komunikasi dapat dilakukan

secara lisan maupun tertulis dalam menyampaikan ide-ide dari satu orang ke orang

lain. Aspek perilaku nonverbal yang sangat penting adalah sentuhan. Aspek lain

dari perilaku adalah jarak, postur, ekspresi wajah, penampilan fisik, dan gerakan

tubuh.

3. Transaksi.

Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu mempunyai realitas personal

berdasarkan persepsi mereka. Dimensi temporal-spasial, mereka mempunyai

pengalaman atau rangkaian-rangkaian kejadian dalam waktu.

4. Peran.

Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik di mana seseorang pada suatu saat

sebagai pemberi dan di saat yang lain sebagai penerima ada tiga elemen utama

peran yaitu, peran berisi set perilaku yang diharapkan pada orang yang menduduki

posisi di sistem sosial, set prosedur atau aturan yang ditentukan oleh hak dan

kewajiban yang berhubungan dengan prosedur atau organisasi, dan hubungan

antara dua orang atau lebih berinteraksi untuk tujuan pada situasi khusus.

5. Stres.

Page 88: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Definisi stres menurut King adalah suatu keadaan yang dinamis di mana pun

manusia berinteraksi dengan lingkungannya untuk memelihara keseimbangan

pertumbuhan, perkembangan dan perbuatan yang melibatkan pertukaran energy

dan informasi antara seseorang dengan lingkungannya untuk mengatur stresor.

Stres adalah suatu yang dinamis sehubungan dengan sistem terbuka yang terus-

menerus terjadi pertukaran dengan lingkunagn, intensitasnya bervariasi, ada

dimensi yang temporal-spasial yang dipengaruhi oleh pengalaman lalu,

individual, personal, dan subjektif.

6. Sistem sosial.

King mendefinisikan sistem sosial sebagai sistem pembatas peran organisasi

sosisal, perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk memelihara nilai-nilai

dan mekanisme pengaturan antara praktk-praktik dan aturan yang relevan dengan

sistem sosial adalah organisasi, otoritas, kekuasaan, status, dan (George, 1995).

Konsep yang relevan dengan system social adalah organisasi, otoritas, kekuasaan,

status, dan pengambilan keputusan.

1) Organisasi.

Organisasi bercirikan struktur posisi yang berurutan dan aktivitas yang

berhubungan dengan pengaturan formal dan informal seseorang dan kelompok

untuk mencapai tujuan personal atau organisasi.

2) Otoritas.

King mendefinisikan otoritas atau wewenang, bahwa wewenang itu aktif,

proses transaksi yang timbal balik di mana latar belakang, persepsi, nilai-nilai

dari pemegang memengaruhi definisi, validasi, dan penerimaan posisi di dalam

organisasi berhubungan dengan wewenang.

3) Kekuasaan.

Kekuasaan adalah universal, situasional, atau bukan sumbangan personal,

esensial dalam organisasi, dibatasi oleh sumber-sumber dalam suatu situasi,

dinamis, dan orientasi pada tujuan.

4) Pembuatan keputusan.

Pembuatan atau pengambilan keputusan bercirikan untuk mengatur setiap

kehidupan dan pekerjaan, orang, universal, individual, personal, subjektif,

situasional, proses yang terus-menerus, dan berorientasi pada tujuan.

Page 89: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

5) Status.

Status bercirikan situasional, posisi ketergantungan, dapat diubah. King

mendefinisikan status sebagai posisi seseorang di dalam kelompok atau

kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain di dalam organisasi dan

mengenali bahwa status berhubungan dengan hak-hak istimewa, tugas-tugas,

dan kewajiban.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R.& Tomey, A. M. (2006). Nursing Theorists and Their Work.6 ed.

Missouri: Mosby

George, J. B. 1995. Nursing Theories: A Base for Professional Nursing Practice.

Connecticut: Appleton and Lange.

King, IM. 2006. Part One: Imogene M. King's Theory of Goal Attainment. Dalam M.E

Parker, Nursing theories and nursing practice (2nd ed., Hlm. 235-243).

Philadelphia: FA. Davis.

FAMILY-CENTERED NURSING (FRIEDMAN, 2003)

Praktik keluarga sebagai pusat keperawatan (family-centered nursing) didasarkan pada

perspektif bahwa keluarga adalah unit dasar untuk perawatan individu dari anggota

keluarga dan dari unit yang lebih luas. Keluarga adalah unit dasar dari sebuah

komunitas dan masyarakat, mempresentasikan perbedaan budaya, rasial, etnik, dan

sosioekonomi. Aplikasi dari teori ini termasuk mempertimbangkan faktor sosial,

ekonomi, politik, dan budaya ketika melakukan pengkajian, perencanaan,

Page 90: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

implementasi, dan evaluasi perawatan pada anak serta keluarga (Hitchcock, Schubert,

Thomas, 1999).

Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan family-centered

nursing salah satunya menggunakan Friedman Model. Pengkajian dengan model ini

melihat keluarga sebagai subsistem dari masyarakat (Allender & Spradley, 2005).

Proses keperawatan keluarga meliputi: pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi,

implementasi, dan evaluasi.

Keluarga merupakan entry point dalam pemberian pelayanan kesehatan di

masyarakat, untuk menentukan risiko gangguan akibat pengaruh gaya hidup dan

lingkungan. Potensi dan keterlibatan keluarga menjadi makin besar, ketika salah satu

anggota keluarganya memerlukan bantuan terus menerus karena masalah

kesehatannya bersifat kronik, seperti misalnya pada penderita pascastroke. Praktik

keluarga sebagai pusat keperawatan (family-centered nursing), didasarkan pada

perspektif bahwa keluarga unit dasar untuk keperawatan individu dari anggota

keluarga. Keluarga adalah unit dasar dari sebuah komunitas dan masyarakat,

mempresentasikan perbedaan budaya, relasi, lingkungan, dan sosioekonomi.

Aplikasi dari teori ini termasuk mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi,

lingkungan, tipe keluarga, dan budaya ketika melakukan pengkajian dan perencanaan,

implementasi dan evaluasi perawatan pada anak dan keluarga (Hitchcock, Schubert &

Thomas 1999; Friedman dkk, 2003). Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan

pendekatan family-centered nursing, salah satunya menggunakan pendekatan proses

keperawatan yang didasarkan pada Friedman model. Pengkajian dengan model ini,

melihat keluarga dengan subsistem dari masyarakat (Friedman dkk, 2003; Allender

dan Spradley 2005). Proses keperawatan keluarga dengan fokus pada keluarga sebagai

klien (Family-Centered Nursing), meliputi: pengkajian, diagnosis keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

(1) Asuhan keperawatan keluarga, difokuskan pada peningkatan kesehatan seluruh

anggota keluarga, melalui perbaikan dinamika hubugan internal keluarga,

struktur dan fungsi keluarga yang terdiri atas efeksi, sosialisasi, reproduksi,

ekonomi, dan perawatan kesehatan bagi anggota keluarga untuk dapat merawat

anggota keluarganya yang sakit dan bagi anggota keluarga yang lain agar tidak

tertular penyakit, serta adanya interdependensi antaranggota keluarga sebagai

Page 91: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

suatu sistem, dan meningkatkan hubungan keluarga dengan lingkungannya

(Friedman dkk, 2003).

(2) Tujuan dari asuhan keperawatan keluarga memandirikan keluarga dalam

melakukan pemeliharaan kesehatan para anggotanya, untuk itu keluarga harus

melakukan 5 tugas kesehatan keluarga, di antaranya yaitu: mampu memutuskan

tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, mampu merawat anggota keluarga

yang mengalami gangguan kesehatan, mampu mempertahankan suasana di

rumah yang sehat, atau memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan

anggota keluarga; mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di

sekitarnya bagi keluarga (Bailon dan Maglaya dalam Freeman, 1981). Keluarga

merupakan suatu sistem, di mana jika salah satu anggota keluarga bermasalah,

akan mempengaruh sistem anggota keluarga yang lain, begitupun sebaliknya

(Stanhope & Lancaster, 2004). Masalah individu dalam keluarga diselesaikan

melalui intervensi keluarga dengan keterlibatan aktif anggota keluarga lain.

Dengan demikian, melalui intervensi keluarga, yakini keluarga yang sehat, maka

akan membuat komunitas atau masyarakat menjadi sehat, karena keluarga

merupakan subsistem dari komunitas (Friedman dkk, 2003; Stanhope &

Lancaster, 2004).

(3) Ada beberapa alasan mengapa keluarga menjadi salah satu sentral dalam

perawatan yaitu: (1) keluarga sebagai sumber dalam perawatan kesehatan; (2)

masalah kesehatan individu akan berpengaruh pada anggota keluarga yang

lainnya; (3) keluarga merupakan tempat berlangsungnya komunikasi individu

sepanjang hayat, sekaligus menjadi harapan bagi setiap anggotanya; (4)

penemuan kasus-kasus suatu penyakit sering diawali dari keluarga; (5) anggota

keluarga lebih mudah menerima suatu informasi, jika informasi tersebut

didukung oleh anggota keluarga lainnya, dan (6) keluarga merupakan support

system bagi individu (Friedman dkk, 2003).

Pendekatan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan keluarga adalah

proses keperawatan yang terdiri atas pengkajian individu dan keluarga,

perumusan diagnosis keperawatan, penyusunan rencana asuhan keperawatan,

pelaksanaan dan evaluasi dari tindakan yang telah dilaksanakan (Friedman dkk,

2003).

Page 92: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

a. Pengkajian.

Adalah suatu tahapan di mana seorang perawat mendapatkan informasi secara

terus-menerus, terhadap anggota keluarga yang dibinanya.

b. Diagnosis keperawatan.

Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian, selanjutnya dianalisis,

sehingga dapat dirumuskan diagnosis keperawatannya. Rumusan diagnosis

keperawatan keluarga ada tiga jenis, yaitu diagnosis aktual, risiko, dan potensial.

Etiologi dalam diagnosis keperawatan keluarga didasarkan pada pelaksanaan lima

tugas kesehatan (Friedman dkk., 2003)

c. Perencanaan.

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri atas, penetapan tujuan yang mencakup

tujuan umum dan tujuan khusus, dilengkapi dengan kriteria dan standar serta

rencana tindakan. Penetapan tujuan dan rencana tindakan dilakukan bersama

dengan keluarga, karena diyakini bahwa keluarga bertanggung jawab dalam

mengatur kehidupannya, dan perawat mambantu menyediakan informasi yang

relevan untuk memudahkan keluarga mengambi keputusan (Carey, dikutip dalam

Friedman dkk, 2003).

d. Implementasi.

Implementasi keperawatan dinyatakan untuk mengatasi masalah kesehatan dan

dituinkan nada lima tugas kesehatan keluarga dalam rangka menstimulasi

kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah kesehatannya. Di samping

itu menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, memberi

kemampuan dan kepercayaan diri pada keluarga, dalam merawat anggota keluarga

yang sakit, serta membantu keluarga menemukan bagaimana cara membuat

lingkungan menjadi sehat, dan memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas

kesehatan yag tersedia (Bailon & Magalaya, dikutip dalam Freman 1981;

Friedman dkk, 2003)

e. Evaluasi.

Evaluasi pada asuhan keperawatan keluarga dilakukan untuk menilai tingkat

kognitif, afektif, dan psikomotor keluarga (Friedman dkk, 2003). Evaluasi perlu

pada setiap tindakan, untuk mengetahui apakah suatu tindakan keperawatan tidak

Page 93: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

diperlukan lagi, menambah ketepatgunaan dari tindakan yang dilakukan dan

perlunya tindakan keperawatan lain untuk menyelesaikan masalah. Proses

evaluasi yang digunakan peneliti untuk menilai tingkat kemandirian keluarga,

berdasarkan kriteria keluarga mandiri dari Depkes RI (2006). Kriteria ini akan

dibahas lebih mandalam pada konsep kemandirian keluarga merawat anggota

keluarga yang menderita pascastroke.

Gambar 4.6 Model dan Family-Centered Nursing (Friedman dkk, 2003)

Model integrasi self-care model dan Model dan Family-Centered Nursing model

Fokus pengkajian pada family centered nursing untuk mendapat informasi, sejauh

peran keluarga (caregiver) dalam merawat anggota keluarga pascastroke.

Pengkajian yang dilakukan adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam

melakukan terapi latihan/latihan mobilisasi pada anggota keluarga yang

pascastroke. Sementara fokus self- care ditujukan untuk mendapatkan informasi

sejauh mana peran keluarga (caregiver) mengetahui tanda dan gejala stroke, risiko

stroke, dampak stroke, cara pencegahan agar tidak terjadi serangan stroke ulang

Pengkajian terhadap keluarga Mengidentifikasi data sos-bud, data

lingkungan, struktur dan fungsi, stress keluarga, dan koping strategis

Identifikasi masalah – masalah keluarga dan individu

Diagnosis Keperawatan

Pengkajian anggota keluarga secara individu

mental, fisik, emosional, social, dan spiritual

Rencana Keperawatan Susunan tujuan, identifikasi sumber

daya, definisikan pendekatan alternative, pilih inetervensi keparwatan, susun prioritas

Intervensi; implementasi rencana

EVALUASI KEPERAWATAN

Page 94: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

dan kemampuan merawat anggota keluarga pascastroke dalam melakukan

aktivitas sehari-hari (ADL).

Setelah dilakukan pengkajian terhadap anggota keluarga sebagai caregiver,

maka perawat akan menentukan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan

fungsi kesehatan keluarga, dari hal tersebut perawat sebagai nursing agency akan

melakukan perencanaan dan berespons pada keluarga berupa: (1)

mempertahankan hubungan interpersonal (2) berespons pada pertanyaan keluarga

dan (3) koordinasi dan integrasi keperawatan dengan kegiatan sehari-hari.

Tahap selanjutnya perawat melakukan implementasi dengan cara edukasi

suportif. Pada tahap ini peran perawat adalah sebagai pendidik/trainer, dalam

meningkatkan kemampuan keluarga sebagai self care agency/ caregiver. Dengan

demikian, baik pasien, keluarga (caregiver), maupun perawat komunitas akan

bersama-sama menyelesaikan masalah kesehatan melalui pendekatan proses

keperawatan. Pada fase ini keluarga (caregiver) belajar melakukan tindakan

merawat anggota keluarga yang pascastroke yang diaplikasikan ke dalam kegiatan

sehari-hari.

Fase selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap kemampuan keluarga,

berdasarkan 5 (lima) tugas kesehatan keluarga yaitu: (1) mengenal masalah

kesehatan setiap anggota keluarganya; (2) mampu memutuskan tindakan

kesehatan yang tepat bagi keluarganya; (3) merawat anggota keluarganya yang

mengalami masalah kesehatan; (4) mempertahankan suasana rumah yang sehat

atau memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga; (5)

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya (Bailon dan Maglaya

dalam Freeman, 1981). Namun pada tahap evaluasi ini digunakan dengan

mengintegrasikan indikator keluarga mandiri yang dikeluarkan oleh Depkes tahun

2006, hal ini disebabkan oleh karena indikator tersebut tahap-tahapnya hamper

dengan 5 (lima) tugas kesehatan keluarga namun ditambah dengan menerima

petugas kesehatan, karena keluarga akan meningkat kemandiriannya dalam

mengenal masalah kesehatan anggota keluarga lainnya jika terlebih dahulu

menerima petugas kesehatan.

Integrasi dari kedua model ini merupakan suatu program yang

memberdayakan anggota keluarga melalui pendidikan kesehatan dan pelatihan

Page 95: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

yang diberikan oleh perawat komunitas kepada anggota keluarga yang

bertanggung jawab dalam merawat anggota keluarganya yang pascastroke. Hal ini

dilakukan dengan asumsi bahwa keyakinan untuk melakukan perawatan rutin

timbul karena merasakan manfaat dari tindakan tersebut, sehingga keluarga

(caregiver) dengan anggota keluarga yang pascastroke dapat melaksanakan

perawatan diri secara teratur.

Fokus utama model integrasi self care dan family centered nursing adalah

caregiver dapat merawat anggota keluarganya yang pascastroke, melakukan

latihan untuk mobilisasi dan memotivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Model ini merupakan cara terbaik dalam upaya memandirikan keluarga merawat

anggota keluarga pascastroke di rumah.

Integrasi model self care dan family-centered nursing dalam meningkatkan

kemandirian keluarga merawat keluarga yang pascastroke dapat dijelaskan

sebagai berikut.

Pengkajian

Self care model Self care agency :

Pengetahuan tentang dampak stroke

Kemampuan memotivasi melakukan ADL

Conditioning factor

Umur

Jenis kelamin

Kepercayaan

Dukungan keluarga

Family-Centered Nursing model

Kemampuan melakukan latihan modelisasi

Ketidakmampuan keluarga melaksanakan fungsi kesehatan keluarga

Perencanaan

Nursing Agency 1. Mempertahankan hubungan interpersonal 2. Berespons pada pertanyaan kelaurga 3. Koordinasi dan integrasi keperawatan dengan

kegiatan seharo-hari

Page 96: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Gambar 4.7 Integrasi model self care dan family centered nursing (diadapsi dari Orem, 2001; Tomey dan Alligood 2002, 2006; Friedman dkk, 2003)

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. dan Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th Ed.

Missouri: Mosby

Allender, J. A., & Spradley, B. W. 2005. Community Health Nursing: Concept and

Practice. 6h Ed. Philadelphia: Lippincott

Nursing system

Dalam bentuk edukasi suportif

Trainer

Keluarga

Pasien

Implementasi

Evaluasi 1. Kemampuan keluarga untuk merawat dan

memotivasi untuk ADL 2. Kemampuan keluarga untuk melakukan

mobilisasi

Keluarga mandiri dalam merawat anggota keluarga yang pascastroke

Page 97: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Freeman, R., & Heirinch, J. 1981. Community Nursing Practice. Philadelphia: W.B.

Saunders.

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. 2003. Family Nursing: Research,

Theory and Practice (5th ed.). New Jersey: Prentice Hall.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat

di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Medik

Hitchcock, J. E., Schubert, P. E., & Thomas, S. A. 1999. Community Health Nursing:

Caring in Action. Albany: Delmar.

Stanhope, M. & Lancaster, J. 2000. Community and Public Health Nursing, 5 Ed. St.

Louis: Mosby.

TEORI CULTURE CARE DARI LEININGER CARE

(TRANSCULTURAL SUNRISE)

Teori ini berorientasi pada sistem, yaitu pembentukan sistem pelayanan kesehatan

dengan berbasis budaya individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Target utama

adalah pelembagaan yang permanen untuk penanganan klien dengan masalah alkohol.

Teori ini mengatakan pelayanan keperawatan kepada klien, perlu memperhatikan

nilai-nilai budaya dan konteks sehat sakit. Menurut Leininger, setiap orang dari masing

masing budaya mengetahui dan dapat mendefinisikan cara-cara sesuai pengalaman

dan persepsi mereka terhadap dunia keperawatan dan dapat menghubungkan

pengalaman dan persepsi mereka terhadap keyakinan sehat secara umum dan

praktiknya. Maka, teori ini dikembangkan dari konteks budaya. Kultur yang dimaksud

adalah pembelajaran, pertukaran dan transmisi nilai-nilai, keyakinan keyakinan,

norma-norma dan praktik hidup dari suatu kelompok khusus yang menjadi petunjuk

berpikir, mengambil keputusan, dan tindakan-tindakan dalam pola pola tertentu.

Menurut Madeleine M. Leininger dan Marilyn R. Mc.Farland (2006), dalam

tulisan memberi nama model dar toori Culture Care "Sunrise model" Model ini

mempunyai 4 level pandangan, level pertama, lebih abstrak, bagaimana pandangan

dunia dan level system sosial, mengenal dunia di luar budaya, suatu suprasistem,

Page 98: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

dalam sistem umum. Level dua, menyediakan pengetahuan tentang individu, keluarga,

kelompok, dan institusi pada sistem pelayanan kesehatan. Pada level ini unsur budaya

mulai tampak jelas, khususnya budaya tertentu, ekspresi dan hubungannya dengan

pelayanan kesehatan yang sudah ada. Level tiga, fokus pada sistem adat istiadat,

tradisi, yang ada di masyarakat, system pelayanan profesional, medis, dan

keperawatan. Informasi pada level ini menunjukkan karakteristik tiap sistem termasuk

kekhususan masing-masing, kesamaan, dan perbedaan pelayanan berdasarkan budaya

profesi yang bervariasi dan pelayanan universal. Level empat, ada pengambilan

keputusan keperawatan dan tindakan-tindakan, melibatkan kultur penyediaan atau

mempertahankan pelayanan, kultur pelayanan akomodasi/negosiasi dan kultur

pelayanan dipola kembali atau restrukturisasi.

Empat konsep utama dari teori Leininger adalah kemanusiaan, kesehatan,

masyarakat/lingkungan dankeperawatan. Manusia dipercaya memberikan pelayanan

kepada manusia dan mampu memperhatikan kebutuhan, kesejahteraan, dan ketahanan

kepada orang lain. Pelayanan kemanusiaan bersifat universal, terhadap semua kultur,

bertahan dalam kultur yang bervariasi, mampu memberikan pelayanan bersifat

universal dalam berbagai cara, terhadap kultur yang berbeda, kebutuhan, dan kondisi.

Fokusnya pada individu, kelompok kepada institusi kesehatan untuk mengembangkan

kebijakan dan praktik keperawatan universal. Sehat atau status sejahtera menurut

kultur tertentu, nilai dan praktik yang merefleksikan kemampuan individu-individu

atau kelompok untuk menampilkan peran sehari-hari dalam cara yang memuaskan

kultur. Sehat dalam pengertian lintas budaya, didefinisikan oleh kultur masing-masing

sesuai cara, refleksi, nilai dan praktik khusus.

Sehat dikatakan bersifat universal dan beragam. Masyarakat/lingkungan,

menyangkut pandangan dunia, struktur sosial, dan konteks lingkungan. Lingkungan

sebagai total kejadian, situasi atau pengalaman, dengan berfokus pada kelompok

khusus dan pola tindakan, berpikir, dan keputusan sebagai hasil dari pembelajaran,

sharing, dan pemindahan nilai, keyakinan, norma dan praktik hidup sehari-hari.

Keperawatan, adalah suatu fenomena yang perlu dijelaskan. Leininger

mengasumpsikan keperawatan sebagai profesi yang turut menentukan keharmonisan

kultur dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang berbeda budaya.

Page 99: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Ada tiga tipe tindakan keperawatan yang diangkat Leininger yaitu berdasarkan

budaya dengan demikian akan harmonis dengan kebutuhan dan nilai-nilai klien.

Mempertahankan budaya lokal, memperhatikan cara-cara atau negosiasi budaya lokal,

dan melakukan restruktur atau membuat pola baru sesuai budaya lokal. Melalui tiga

tindakan ini akan menurunkan stres kultur dan potensial konflik antar klien dan

petugas kesehatan (Goerge, Yulia B, 1990).

Transkultural nursing dalam model sunrise, dikenalkan oleh Leininger tahun

1978 (Alligood & Tomey, 2006). Leininger seorang perawat pendidik dan senang

mempelajari keperawatan dengan antropologi. Teorinya sangat cocok dipakai di

keperawatan komunitas. Perawat penting menyadari pengetahuan lintas budaya dan

kebutuhannya. Budaya bukan hanya pedoman hidup bagi seseorang tetapi untuk

menghubungkan seseorang dengan orang lain, sehingga dapat mengetahui kebutuhan

atau keinginan orang tersebut. Latar belakang budaya seseorang perlu dipelajari untuk

mengetahui keyakinan nilai dan perilaku dalam bertransaksi satu sama lain.

Dalam keperawatan seseorang dengan gangguan jiwa dan masalah emosional

sering menjadi kompleks permasalahannya karena perbedaan budaya. Jika budaya

perawat dan pasien berbeda, dapat memperberat sakit/masalah kesehatan jiwa

seseorang. Sering ditemukan perilaku tertentu pada suatu budaya dianggap harus

dihukum atau sakit, sementara dalam budaya lain orang bisa bertoleransi terhadap

perilaku tersebut. Maka untuk menangani masalah kesehatan jiwa, perawat penting

mengenal budaya pasien dan keluarga (Mery Ann, 1998).

Asumsi dasar dari teori Leininger, pertama, perawatan kepada manusia

merupakan fenomena universal, tetapi ekspresi, proses dan polanya bervariasi pada

setiap kultur. Kedua, tindakan keperawatan dan proses penting untuk kelahiran

manusia, perkembangan, pertumbuhan dan survival, serta untuk kematian yang damai.

Ketiga, Caring adalah esensi dan dimensi unik dari intelektual dan praktis profesi

keperawatan. Keempat, caring meliputi dimensi biofisikal,, kultural, psikologi, sosial,

dan lingkungan. Maka perlu memberikan perawatan holistik kepada masyarakat.

Kelima, tindakan keperawatan bersifat lintas budaya sehingga perawat perlu mampu

mengidentifikasi dan membina hubungan perawat-klien interkultur dan data sistem.

Keenam, perilaku dalam perawatan, tujuan, dan fungsi yang bervariasi dengan struktur

budaya dan nilai khusus dari orang dengan beda kultur. Ketujuh, praktik mandiri atau

Page 100: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

praktik lain bervariasi pada budaya yang berbeda dan sistem pelayanan yang berbeda.

Kedelapan, mengidentifikasi universal dan non universal tradisi dan perilaku

profesional, keyakinan dan praktik penting untuk pengembangan pengetahuan

keperawatan. Kesembilan, perawatan syarat berbagai kultur, dan butuh pengetahuan

dasar tentang budaya dan keterampilan yang ampuh. Kesepuluh, tidak bisa ada

pengobatan tanpa keperawatan, tetapi juga tidak ada keperawatan tanpa pengobatan

(Marriner Ann, 1998).

Penerapan kerangka konsep berbasis Transcultural nursing (Sabina, 2013).

______________DIAGRAM________________

Gambar 4.9. Kerangka Konsep (Sabina, 2013).

Penjelasan kerangka konsep teoretis. Teori utama dalam penelitian ini

dikembangkan dari sunrise model dari Leninger, (2004). Model ini mengambarkan

dimensi-dimensi dari teori Culture Care, dengan karakteristik keanekaragaman dan

kesemestaan/keseluruhan. Dimensi struktur sosial budaya dalam suatu masyarakat,

saling memengaruhi sehingga terbentuk pola dan praktik hidup di masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang ada melayani kebutuhan masyarakat akan dikembangkan

sesuai masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, selain

mengukur model sunrise dari Leninger yang ada dalam masyarakat, akan diukur pula

pelayanan kesehatan yang ada dalam masyarakat tersebut.

Pelayanan kesehatan yang diukur sehubungan dengan teori ini adalah public

health model dari Caplan. Model ini menyebutkan tentang tiga tingkat pencegahan

dalam pelayanan kesehatan di masyarakat, khusus untuk masalah kesehatan jiwa.

Caplan berasumpsi bahwa masalah kesehatan jiwa di masyarakat dapat dicegah

terjadinya. Pencegahan yang disebutkan dalam model ini meliputi pencegahan primer,

sekunder dan tersier. Ketiga tingkat pencegahan ini mempunyai tujuan yang berbeda-

beda. Pencegahan primer bertujuan mengintervensi potensial masalah kesehatan

melalui promosi kesehatan dan perlindungan khusus. Pencegahan sekunder bertujuan

mengintervensi masalah kesehatan aktual melalui diagnosis dini dan terapi tepat

waktu. Pencegahan tersier bertujuan mengintervensi keterbatasan dan

Page 101: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

ketidakmampuan akibat penyakit kronis dan rehabilitasi, melalui rehabilitasi

keterbatasan dan mencegah komplikasi. Terhadap peminum alkohol 'miras akan

diukur pencegahan primer.

Pelayanan pencegahan ini intervensinya ditujukan pada individu, keluarga,

kelompok, sekolah dan komunitas. Khusus untuk pelayanan pencegahan tingkat

primer, intervensinya dapat dilakukan oleh profesi keperawatan, yang jumlah

tenaganya paling banyak pada unit pelayanan kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. dan Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th ed.

Missouri: Mosby

Marriner Ann. 1998. Nursing Theorist and Their Work. Fourth Ed. St Louis Missouri:

Mosby

Sabina. 2013. Pengenibangan Model Perilaku Minum Moke pada Masyarakat Sikka,

NTT. Disertasi Prodi Doktor. FKM Unair. Tidak dipublikasikan.

HEALTH PROMOTION MODEL (HPM)

Model Promosi Kesehatan adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi manusia

dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Health

Promotion Model atau model promosi kesehatan pertama kali dikembangkan oleh

Nola J. Pender pada tahun 1987. HPM lahir dari penelitian tentang 7 faktor persepsi

kognitif dan 5 faktor modifikasi tingkah laku yang memengaruhi dan meramalkan

tentang perilaku kesehatan. Model ini menggabungkan dua teori yaitu dari teori Nilai

Pengharapan (Expectancy-Value) dan Teori Pembelajaran Sosial (Social Cognitive

Page 102: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Theory) dalam perspektif keperawatan manusia dilihat sebagai fungsi yang holistik.

Adapun secara singkat, elemen dari teori ini adalah sebagai berikut.

Pengembangan Teori Dasar Model Promosi Kesehatan (Pender, 2006)

Revisi Model Promosi Kesehatan (HPM) tahun 2006, terdapat beberapa variabel

HPM, yaitu: (1) sikap yang berhubungan dengan aktivitas, (2) komitmen pada rencana

tindakan, dan (3) adanya kebutuhan yang mendesak.

Kerangka konsep teori

______________DIAGRAM________________

Gambar 4.10 Model Promosi Kesehatan yang telah direvisi (Pender, N. 2006. Helath

promotion in nursing practice. 5th ed. New Jersey; Practice Hall).

Penjelasan tentang variabel dari HPM dapat diuraikan di bawah ini (Alligood &

Tomey 2006).

1. Karakteristik dan pengalaman individu.

Setiap manusia mempunyai karakteristik yang unik dan pengalaman yang dapat

memengaruhi tindakannya. Karakteristik individu atau lebih fleksibel sebagai

variabel karena lebih relevan pada perilaku kesehatan utama atau sasaran populasi

utama.

a. Perilaku sehelumnya Perilaku terdahulu mempunyai efek langsung dan tidak

langsung pada perilaku promosi kesehatan yang dipilih, membentuk suatu efek

langsung menjadi kebiasaan perilaku dahulu, sehingga predisposisi dari

perílaku yang dipilih dengan sedikit memerhatikan pilihannya itu. Kebiasaan

muncul pada setiap perilaku dan menjadi pengulangan perilaku. Sesuai dengan

teori sosial kognitif perilaku dahulu mempunyai pengaruh tidak langsung pada

perilaku promosi kesehatan melalui persepsi terhadap self-efficacy,

keuntungan, rintangan, dan pengaruh aktivitas. Perilaku nyata berkaitan

dengan feedback adalah sumber pemanfaatan yang terbesar atau skill.

Keuntungan dari pengalaman dari perilaku yang diambil disebut sebagai hasil

Page 103: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

yang diharapkan. Jika hasilnya memuaskan maka akan menjadi pengulangan

perilaku dan jika gagal menjadi pelajaran untuk masa depan. Setiap insiden

perilaku juga disertai oleh emosi atau pengaruh sikap positif atau negatif

sebelum, selama, dan sesudah perilaku dilakukan menjadi pedoman untuk

selanjutnya. Perilaku sebelum ini menjadi kognitif dan menjadi spesifik.

Perawat membantu klien dengan melihat riwayat perilaku positif dengan

berfokus pada pemanfaatan perilaku, mengajar klien bagaimana bertindak dan

menimbulkan potensi dan sikap yang positif melalui pengalaman yang sukses

dan feedback positif.

b. Faktor personal

1) Biologi-usia, indeks massa tubuh, status pubertas, status menopause,

kapasitas aerobik, kekuatan, ketangkasan, atau keseimbangan.

2) Psikologi-self esteem, motivasi diri, dan status kesehatan.

3) Sosiokultural - suku, etnis, akulturasi, pendidikan, dan status

sosioekonomi.

2. Kognitif perilaku spesifik dan sikap

a. Manfaat tindakan

Manfaat tindakan secara langsung memotivasi perilaku dan tidak langsung

dapat menentukan rencana kegiatan untuk mencapai manfaat sebagai hasil.

Manfaat tadi menjadi gambaran mental positif atau penguatan (reinforcement)

positif bagi perilaku. Menurut teori nilai ekspektasi motivasi penting untuk

mewujudkan hasil seseorang dari pengalaman dahulu melalui pelajaran

observasi dari perilaku orang lain. Individu cenderung menghabiskan waktu

dan hartanya dalam beraktivitas untuk mendapat hasil yang positif.

Keuntungan dari penampilan perilaku bias intrinsik atauekstrinsik. Manfaat

intrinsic antara lain bertambahnya kesadaran dan berkurang rasa kelelahan.

Penghargaan ekstrinsik dapat berupa keuangan atau interaksi positif. Manfaat

ekstrinsik perilaku kesehatan menjadi motivasi yang tinggi di mana manfaat

intrinsik lebih memotivasi untuk berlangsungnya perilaku sehat. Manfaat

penting yang paling diharapkan dan secara tempo berhubungan dengan

potensi. Kepercayaan tentang manfaat atau hasil positif dari harapan.

Page 104: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

b. Hambatan tindakan

Misalnya: ketidaksediaan, tidak cukup, mahal, sukar, atau waktu yang terpakai

dari suatu kegiatan utama. Rintangan sering dipandang sebagai blok rintangan

dan biaya yang dipakai. Hilangnya kepuasan dari perilaku tidak sehat seperti

merokok, makan tinggi lemak juga disebut rintangan. Biasanya muncul motif-

motif yang dihindari/dibatasi dalam hubungan dengan perilaku yang diambil.

Kesiapan melakukan rendah dan rintangan tinggi, tindakan tidak terjadi.

Rintangan adalah sikap yang langsung menghalangi kegiatan melalui

pengurangan komitmen rencana kegiatan.

c. Self efficacy

Menurut Bandura: kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan

melaksanakan tindakan utama menyangkut bukan hanya skill yang dimiliki

seseorang, tetapi keputusan yang diambil seseorang dari keahlian yang dia

miliki. Keputusan efficacy seseorang diketahui dari hasil yang diharapkan

yaitu kemampuan seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu di mana

hasil yang diharapkan adalah suatu keputusan dengan konsekuensi keuntungan

biaya misalnya: perilaku yang dihasilkan. Skill dan kompetensi memotivasi

individu untuk melakukan tindakan secara unggul. Perasaan berhasil dan ahli

dalam perbuatan akan mendorong seseorang untuk melaksanakan perilaku

yang diinginkan lebih sering daripada rasa tidak layak/tidak terampil.

Pengetahuan seseorang tentang efficacy diri didasarkan pada empat tipe info:

1) Feed back eksternal yang diberi orang lain. Pencapaian hasil dari

perilaku dan evaluasi yang sesuai dengan standar diri (self-efficacy).

2) Pengalaman orang lain dan evaluasi diri dan feedback dari mereka.

3) Ajakan orang lain.

4) Status psikologis: kecemasan, ketakutan, ketenangan dari orang yang

menilai kompetensi mereka.

Self-efficacy dipengaruhi oleh aktivitas yang berhubungan dengan:

Pengaruh positif, persepsi efficacy lebih besar. Kenyataannya hubungan ini

berlawanan dengan persepsi efficacy terbesar, bertambahnya pengaruh positif.

Efficacy diri memengaruhi rintangan bertindak, efficacy tinggi-persepsi barrier

yang rendah. Efficacy diri memotivasi perilaku promosi kesehatan secara oleh

Page 105: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

harapan efficacy dan tidak langsung oleh hambatan dan ditentukan level

komitmen dan rencana kegiatan.

d. Sikap yang berhubungan dengan aktivitas

1) Emosi yang timbul pada kegiatan itu

2) Tindakan diri

3) Lingkungan di mana

Pengaruh terhadap perilaku menunjukkan suatu reaksi emosional langsung

dapat positif atau negatif, lucu, menyenangkan, menjijikkan, tidak

menyenangkan. Perilaku yang memberi pengaruh positif sering diulangi.

Sementara perilaku yang berpengaruh negatif dibatasi atau dikurangi.

Berdasarkan teori kognitif social ada hubungan antara efficacy diri dan

pengaruh aktivitas. Mc avley dan Courney menemukan bahwa respons afek

positif selama latihan signifikan menjadi prediksi dari efficacy pascalatihan.

Respons emosional dan status fisiologis selama perilaku sebagai sumber dari

informasi efficacy. Sikap pengaruh aktivitas diajukan sebagai memengaruhi

perilaku kesehatan secara langsung atau tidak langsung melalui efficacy diri

dan komitmen pada rencana kegiatan.

e. Pengaruh interpersonal

Pengaruh interpersonal adalah kognisi tentang perilaku, kepercayaan, orang

lain. Sumber utama interpersonal adalah keluarga (familiy at sibling peer)

kelompok dan pemberi pengaruh pelayanan kesehatan. Pengaruh interpersonal

terdiri atas norma (harapan orang lain), dukungan sosial (instrumental dan

dorongan emosional), serta model (belajar dari pengalaman orang lain).

Norma sosial menjadi standar untuk performance individu. Model yang

digambarkan menjadi strategi penting untuk perubahan perilaku dalam teori

kognitif sosial misalnya adanya tekanan sosial atau desakan untuk komitmen

pada rencana kegiatan. Individu sensitif pada harapan contoh dan pujian orang

lain. Motivasi yang cukup menjadi cara yang konsisten yang memengaruhi

seperti orang yang dipuji dan dikuatkan secara sosial.

Page 106: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

f. Pengaruh situasional

Persepsi personal dan kognisi dari situasi dapat memfasilitasi atau menghalangi

perilaku misalnya pilihan yang tersedia, karakteristik permintaan dan ciri-ciri

lingkungan estetik seperti situasi/lingkungan yang cocok, aman, tentram

daripada yang tidak aman dan terancam. Situasi dapat memengaruhi perilaku

dengan mengubah lingkungan misalnya "no smoking". Pengaruh situasional

dapat menjadi kunci untuk pengembangan strategi efektif yang baru untuk

memfasilitasi dan mempertahankan perilaku promosi kesehatan dalam

populasi.

3. Komitmen rencana tindakan

Proses kognitif yang mendasari:

a. Komitmen untuk melaksanakan tindakan spesifik sesuai waktu dan tempat

dengan orang-orang tertentu atau sendiri dengan mengabaikan persaingan.

b. Identifikasi strategi tertentu untuk mendapatkan, melaksanakan, atau

penguatan terhadap perilaku.

Rencana kegiatan dikembangkan oleh perawat dan klien dengan pelaksanaan

yang sukses. Misalnya strategi dengan kontrak yang disetujui bersama-sama di

mana satu kelompok menyadari bahwa kelompok lain akan memberi penghargaan

nyata atau penguatan jika komitmen itu didukung. Komitmen sendiri tanpa

strategi yang berhubungan sering menghasilkan tujuan baik tetapi gagal dalam

membentuk suatu nilai perilaku kesehatan.

4. Kebutuhan yang mendesak

Kebutuhan mendesak (pilihan menjadi perilaku alternatif yang mendesak masuk

ke dalam kesadaran sehingga tindakan yang mungkin dilakukan segera sebelum

kejadian terjadi (suatu rencana perilaku promosi kesehatan). Perilaku alternatif ini

menjadikan individu dalam kontrol rendah karena lingkungan tak terduga seperti

kerja atau tanggung jawab merawat keluarga. Kegagalan merespons permintaan

Page 107: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

berakibat tidak menguntungkan bagi diri atau orang lain. Pilihan permintaan

sebagai perilaku alternatif dengan penguatan di mana individu mempunyai level

kontrol yang tinggi. Misalnya memilih makanan tinggi lemak daripada rendah

lemak karena pilihan rasa, bau/selera. Permintaan yang mendesak berbeda dari

hambatan di mana individu seharusnya melaksanakan suatu alternatif perilaku

berdasarkan permintaan eksternal yang tidak disangka atau hasil yang tidak

sesuai. Dibedakan karena kurang waktu, karena tuntutan itu mendorong

berdasarkan hierarki sehingga keluar dari rencana tindakan kesehatan yang positif.

Beberapa individu cenderung sesuai perkembangan secara biologis lebih mudah

dipengaruhi selama tindakan dari pada orang lain. Hambatan pilihan copating

menghendaki latihan dari regulasi diri dan kemampuan control. Komitmen yang

kuat terhadap rencana tindakan sangat dibutuhkan.

5. Hasil perilaku

Perilaku promosi kesehatan adalah tindakan akhir atau hasil tindakan. Perilaku ini

akhirnya secara langsung ditujukan pada pencapaian hasil kesehatan positif untuk

klien. Perilaku promosi kesehatan terutama sekali terintegrasi dalam gaya hidup

sehat yang menyerap pada pada semua aspek kehidupan seharusnya

mengakibatkan peningkatan kesehatan, peningkatan kemampuan fungsional dan

kualitas hidup yang lebih baik pada semua tingkat perkembangan.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. & Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th ed.

Missouri Mosby.

Marriner Ann. 1998. Nursing Theorist and Their Work. Fourth Ed. St Louis Missouri

Mosby-Year Book.

Pender. N.L Carolyn., Mary Aan. 2010. Health Promotion in Nursing Practice. Fourth

Ed Micingan: Prentice Hall.

Page 108: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

PRECEDE-PROCEED MODEL

Perilaku Kesehatan Berdasarkan Teori Lawrence W. Green

Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor

perilaku (behavior causes) dan faktor luar lingkungan (nonbehavior causes). Untuk

mewujudkan suatu perilaku kesehatan, diperlukan pengelolaan manajemen program

melalui tahap pengkajian, perencanaan, intervensi sampai dengan penilaian dan

evaluasi. Proses pelaksanaannya Lawrence W. Green menggambarkan dalam bagan

berikut ini.

______________DIAGRAM________________

Gambar 4.11 Precede-Proceed Model (Green LW & Kreuter MW, 1991)

Selanjutnya dalam program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian dan

Page 109: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

penindaklanjutan (Precede-Proceed model) yang diadaptasi dari konsep Lawrence

Green. Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang

memengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah,

memelihara, atau meningkatkan perilaku tersebut ke arah yang lebih positif. Proses

pengkajian atau pada tahap precede dan proses penindaklanjutan pada tahap proceed.

Dengan demikian suatu program untuk memperbaiki perilaku kesehatan adalah

penerapan keempat proses pada umumnya ke dalam model pengkajian dan

penindaklanjutan.

1. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang

pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat sejahtera.

Semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. kualitas hidup ini salah

satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan

seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi.

2. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan,

dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang

sedang dihadapi. Pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan

seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan.

3. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis, dan sosial budaya yang

langsung/tidak memengaruhi derajat kesehatan.

4. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanya

aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktor

perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup

merupakan pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan

karena jenis pekerjaannya mengikuti tren yang berlaku dalam kelompok

sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya.

Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku

tertentu. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor.

______________BAGAN________________

Gambar 4.12 Faktor yang memperngaruhi perilaku kesehatan

Page 110: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

(Green LW & Kreuter MW, 1991)

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor internal yang

ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mempermudah

individu untuk berperilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan faktor yang menguatkan

perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, teman

sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Ketiga faktor penyebab tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor penyuluhan dan faktor

kebijakan, peraturan serta organisasi. Semua faktor faktor tersebut merupakan

ruang lingkup promosi kesehatan.

Faktor lingkungan adalah segala faktor baik fisik, biologis, maupun sosial

budaya yang langsung atau tidak langsung dapat memengaruhi derajat kesehatan.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang

atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas,sikap, dan

perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

memperkuat terbentuknya perilaku.

KUALITAS HIDUP (QUALITY OF LIFE)

Kualitas hidup (quality of life) merupakan konsep analisis kemampuan individu untuk

mendapatkan hidup yang normal terkait dengan persepsi secara individu mengenai

tujuan, harapan, standar, dan perhatian secara spesifik terhadap kehidupan yang

dialami dengan dipengaruhi oleh nilai dan budaya pada lingkungan individu tersebut

berada (Adam, 2006). Kualitas hidup (quality of life) digunakan dalam bidang

pelayanan kesehatan untuk menganalisis emosional seseorang, faktor sosial, dan

Page 111: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

kemampuan untuk memenuhi tuntutan kegiatan dalam kehidupan secara normal dan

dampak sakit dapat berpotensi untuk menurunkan kualitas hidup terkait kesehatan

(Brooks & Anderson, 2007).

Pembahasan kualitas hidup menjadi semakin penting bagi dunia kesehatan

terkait kompleksitas hubungan biaya dan nilai dari pelayanan perawatan kesehatan

yang didapatkan. Institusi pemberi pelayanan kesehatan diharapkan dapat membuat

kebijakan ekonomi sebagai perantara yang menghubungkan antara kebutuhan dengan

perawatan kesehatan (Brooks & Anderson, 2007).

Kualitas hidup yang menggambarkan kelompok pasien atau daerah juga

relevan di dalam penilaian kebutuhan kesehatan populasi. Indikator kesehatan secara

konvensional tidak memasukkan analisis mengenai keadaan yang tidak sehat atau

distorsi oleh permintaan klinis dan faktor persediaan. Evaluasi efektivitas dan

penilaian kebutuhan kesehatan sering diperlukan memotong area program dan

perawatan yang luas, terkait dengan alokasi sumber daya (Brooks & Anderson, 2007).

Kualitas hidup memiliki maksud sebagai usaha untuk membawa penilaian

memperoleh kesehatan. Berdasarkan klinis, kualitas hidup telah meniadi pokok

bahasan sehubungan dengan penggunaan instrumen terkait keadaan kesehatan yang

mengukur kepuasan pasien dan manfaat fisiologis. Suatu konsep total kesehatan

manusia menggabungkan keduanya yakni faktor fisik dan mental.

Kualitas instrument kehidupan sepeti usaha pengaturan untuk meningkatkan

pada pengukuran klinis sederhana yang sulit untuk mencerminkan kualitas kehidupan,

akibat yang merugikan dari perawatan kesehatan yang didapatkan, gaya hidup pasien

tertentu yang mungkin perlu penyesuaian dan pembatasan terkait dengan kondisi

kesehatan yang ada.

Kualitas hidup terkait kesehatan yang terdahulu, memiliki konsep untuk

mengetahui situasi individu secara aktual yang dihubungkan dengan harapan individu

tersebut mengenai kesehatannya. Pemakaian konsep yang terdahulu, memiliki variasi

hasil jawaban yang tinggi, dan bersifat reaktif terhadap pengaruh eksternal terhadap

lama menderita penyakit dan dukungan sekitar (Beaudoin & Edgar, 2003).

Kualitas hidup dengan konsep yang saat ini digunakan secara umum,

merupakan analisis dari hasil kuesioner yang dilakukan pada pasien, yang bersifat

multidimensi dan mencakup keadaan secara fisik, sosial, emosional, kognitif,

Page 112: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

hubungan dengan peran atau pekerjaan yang dijalani, dan aspek spiritual yang

dikaitkan dengan variasi gejala penyakit, terapi yang didapatkan, beserta dampak serta

kondisi medis, dan dampak secara finansial (John et al., 2004).

Quality of Life (QoL)

Penilaian kualitas hidup WHOQOL-100 dikembangkan oleh WHOQOL Group

bersama lima belas pusat kajian (field centres) internasional, secara bersamaan, dalam

upaya mengembangkan penilaian kualitas hidup yang akan berlaku secara lintas

budaya.

Prakarsa WHO untuk mengembangkan penilaian kualitas hidup muncul karena

beberapa alasan.

a. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi perluasan fokus pada pengukuran

kesehatan, di luar indikator kesehatan tradisional seperti mortalitas dan

morbiditas serta utuk memasukkan ukuran dampak penyakit dan gangguan

pada aktivitas dan perilaku sehari-hari. Hal ini memberikan ukuran dampak

penyakit, tidak menilai kualitas hidup semata, yang telah tepat digambarkan

sebagai "pengukuran yang hilang dalam kesehatan”.

b. Sebagian besar upaya dari status kesehatan ini telah dikembangkan di Amerika

Utara dan Inggris, dan penjabaran langkah-langkah tersebut yang digunakan

dalam situasi lain banyak menyita waktu dan tidak sesuai karena sejumlah

alasan.

c. Model kedokteran yang semakin mekanistik yang hanya peduli dengan

pemberantasan penyakit dan gejalanya, memperkuat perlunya pengenalan

unsur humanistik ke perawatan kesehatan. Dengan memperbaiki pengkajian

kualitas hidup dalam perawatan kesehatan, perhatian difokuskan pada aspek

kesehatan, dan intervensi yang dihasilkan akan meningkatkan perhatian pada

aspek kesejahteraan pasien.

Prakarsa WHO untuk mengembangkan pengkajian kualitas hidup timbul dari

Page 113: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

kebutuhan akan ukuran internasional terhadap kualitas hidup dan komitmen yang

sebenar- benarnya untuk promosi terus-menerus dari pendekatan holistik terhadap

kesehatan dan perawatan kesehatan.

a. Pengertian Quality of Life yang selanjutnua disebur QoL didefinisikan sebagai

berikut

“Quality of line is defined as individuals pereptions of their position in life in

the context of the culture and value system in which they live and relation to

their goals, epectations, standards, and concerns"

Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi mereka

dalam kehidugan dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka hidup

dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan standar, dan perhatian mereka.

Definisi ini mencerminkan pandangan bahwa kualitas hidup mengacu pada

evaluasi subjektif yang tertanam dalam konteks budaya, sosial, dan lingkungan.

Oleh karena definisi kualitas hidup terfokus pada kualitas hidup yang "diterima”

responden, deinisi ini tidak diharapkan untuk menyediakan cara untuk mengukur

gejala, penyakit atau kondisi dengan pola terperinci, melainkan efek dari

penyakit dan intervensi kesehatan terhadap kualitas hidup. Dengan demikian,

kualitas hidup tidak dapat disamakan hanya dengan istilah status kesehatan, gaya

hidup, kepuasan hidup, kondisi mental, atau kesejahteraan. Pengakuan sifat

multidimensi kualitas hidup tercermin dalam struktur WHOQOL-100.

b. Usulan penggunaan WH0QOL-100 dan WHOQOL-BREF.

Perlu diantisipasi bahwa penilaian WHOQOL akan digunakan dalam cara yang

berskala luas. Cara-cara tersebut akan digunakan dengan dengan skala cukup

besar dalam uji klinis, dalam menetapkan nilai di berbagai bidang, dan alam

mempertimbangkan perubahan kualitas hidup selama intervensi. Penilaian

WHOQOL juga diharapkan akan menjadi nilai di mana prognosis penyakit

cenderung hanya melibatkan pengurangan atau pemulihan parsial, dana di mana

perawatan mungkin lebih pariatif daripada kuratif.

Untuk penelitian epidemiologi, penilaian WHOQOL akan memungkinkan

data terperinci mengenai kualitas hidup dikumpulkan pada populasi tertentu,

Page 114: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

memfasilitasi pemahaman akan penyakit, dan mengembangkan metode

pengobatan. Penelitian epidemiologi internasional yang akan diaktifkan oleh

instrument seperti WHOQOL-100 dan WHOQOL-BREF memungkinkan untuk

melakukan penelitian multi-field centers tentang kualitas hidup, dan

membandingkan hasil yang diperoleh dari field centers yang berbeda. Penelitian

tersebut memiliki manfaat penting, yang memungkinkan pengajuan pertanyaan

yang tidak bias digunakan dalam penelitian situs tunggal (single site) (Sartorius

dan Helmchen, 1981). Sebagai contoh, studi banding dalam dua atau lebih

negara pada hubungan antara penyediaan layanan kesehatan dan kualitas hidup

memerlukan penilaian yang menghasilkan skor lintas-budaya yang sebanding.

Kadang-kadang akumulasi kasus pada studi kualitas hidup, terutama ketika

mempelajari gangguan yang langka terjadi, dibantu dengan mengumpulkan data

dalam beberapa setting. Studi kolaboratif multi-field centers juga dapat

menyediakan ulangan berganda secara simultan dari temuan yang didapat, yang

memperkuat keyakinan diterimanya temuan tersebut.

Dalam praktik klinis, penilaian WHOQOL akan membantu dokter dalam

membuat penilaian mengenai daerah-daerah di mana pasien adalah yang paling

terpengaruh oleh penyakit, dan dalam membuat keputusan pengobatan di

beberapa negara berkembang di mana sumber daya untuk perawatan kesehatan

mungkin terbatas, pengobatan ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup,

misalnya melalui paliasi, yang dapat menjadi efektif dan murah. Bersama

dengan langkah-langkah lain, WHOQOL-BREF akan memungkinkan para

profesional kesehatan untuk menilai perubahan kualitas hidup selama

pengobatan.

Perlu juga diantisipasi bahwa di masa depan WHOQOL-100 dan

WHOQOL-BREF akan terbukti berguna dalam penelitian kebijakan kesehatan

dan akan membuat sebuah aspek penting dari audit rutin kesehatan dan

pelayanan sosial. Oleh karena instrumen dikembangkan secara lintas-budaya,

penyedia layanan kesehatan, pemerintah dan anggota legislatif di negara-negara

di mana tidak ada kualitas hidup yang dilakukan, bisa memastikan bahwa data

yang dihasilkan oleh kerja yang melibatkan pengkajian WHOQOL akan benar-

benar sensitif bagi setting mereka.

Page 115: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

c. Pengukuran Qol.

The WHOQOL-BREF menghasilkan kualitas profil hidup adalah mungkin

untuk menurunkan empat skor domain. Keempat skor domain menunjukkan

sebuah persepsi individu tentang kualitas kehidupan di setiap domain tertentu.

Domain skor berskalakan ke arah yang positif (yaitu skor yang lebih tinggi

menunjukkkan hidup lebih tinggi). Biasamya seperti cakupan indeks antara 0

(mati) dan 1 (kesehatan sempurna).

Semua skala dan faktor tunggal diukur dalam rentang skor 0-100. Nilai

skala yang tinggi mewakili tingkat respons yang lebih tinggi. Jadi nilai tinggi

untuk mewakil skala fungsional tinggi atau tingkat kesehatan yang lebih baik;

nilai yang tinggi untuk status kesehatan umum atau QoL menunjukkan Qol yang

tinggi; tetapi nilai tinggi untuk skala gejala menunjukkan tingginya

simtomatologi atau masalah. Dengan menggunakan teknik Tem Trade Off (TTO)

di mana 0 menunjukkan kematian dan 100 menunjukkan lebih buruk dari mati.

Rating scale (RS) mengukur QoL dengan cara yang sangat mudah, KS

menanyakan QoL, secara langsung sebagai sebuah titik dari 0 yang berhubungan

dengan kematian. Dan kurang dari 100, yang berhubungan dengan kesehatan

yang sempurna. Gambar 2.4 di bawah ini mengindikasikan sebuah contoh dari

RS yang menggunakan termometer. Metode ini mudah dimengerti dan sudah

digunakan secara luas.

d. Domain QoL menurut WHOQOL-BREF

Menurut WHO (1996), ada empat domain yang dijadikan parameter untuk

mengetahui kualitas hidup. Setiap domain dijabarkan dalam beberapa aspek,

yaitu:

1. Domain kesehatan fisik, yang dijabarkan dalam beberapa aspek, sebagai

berikut.

a) Kegiatan kehidupan sehari-hari

b) Ketergantungan pada bahan obat dan bantuan medis

c) Energi dan kelelahan

d) Mobilitas

e) Rasa sakit dan ketidaknyamanan

f) Tidur dan istirahat

Page 116: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

g) Kapasitas kerja

2. Domain psikologis, yang dijabarkan dalam beberapa aspek, sebagai

berikut.

a) Bentuk dan tampilan tubuh

b) Perasaan negative

c) Perasaan positif

d) Penghargaan diri

e) Spiritualitas agama atau keyakinan pribadi

f) Berpikir, belajar, memori dan konsentrasi

3. Domain hubungan sosial, yang dijabarkan dalam beberapa aspek, sebagai

berikut.

a) Hubungan pibadi

b) Dukungan social

c) Aktivitas seksual

4. Domain lingkungan, yang dijabarkan dalam beberapa aspek, sebagai

berikut.

a) Sumber daya keuangan

b) Kebebasan, keamanan, dan kenyamanan fisik

c) Kesehatan dan kepedulian sosial: aksesbilitas dan kualitas

d) Lingkungan rumah

e) Peluang untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru

f) Partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi dan keterampilan baru

g) Lingkungan fisik (polusi atau kebisingan atau lalu lintas atau

iklim)

h) Transportasi

Nilai kualitas hidup penderita TB dapat dinilai berdasarkan domain dan aspek

dan WHOQOL, dengan memperhatikan sign and simptom dari penyakit TBC

sehingga bias didapat gambaran kualitas hidup dari penderita TBC.

Page 117: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

DAFTAR PUSTAKA

Beaudoin, L. E., Edgar, L. 2003. Their Importance to Nurses' Quality of Work Life.

Nursing Economics, May-June, hlm. 106-113.

Brooks, B. A., Anderson, B. 2007. Assesing The Nursing Quality of Work Life.

Nursing Administration Quarterly, hlm. 152-157.

Green LW. & Kreuter MW. 1991. Health Promotion Planning. An educational and

Environmental Approach. 2nd. Ed. Mountain View: Mayfield Publishing Co

TEORI PERILAKU TERENCANA (THEORY OF PLANNED

BEHAVIOR)

Theory of Planned Behavior (TPB) atau teori perilaku terencana merupakan

pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (TRA). Ajzen (1988)

menambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA, yaitu perceived behavioral

control (PBC). Penambahan satu faktor ini dalam upaya memahami keterbatasan yang

dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu.

Sejarah Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)

TRA dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) memberikan bukti ilmiah bahwa

intensi untuk melakukan suatu tingkah laku dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: sikap

terhadap perilaku (attitude toward behavior) dan norma subjektif (subjective norms).

Penelitian di bidang sosial telah banyak membuktikan bahwa TRA ini adalah teori

yang cukup memadai untuk memprediksi tingkah laku. Namun setelah beberapa tahun,

Ajzen melakukan metaanalisis terhadap TRA. Hasil yang didapatkan dari metaanalisis

tersebut adalah TRA hanya berlaku bagi tingkah laku yang berada di bawah kontrol

penuh individu, dan tidak sesuai untuk menjelaskan tingkah laku yang tidak

Page 118: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

sepenuhnya di bawah control individu, karena ada faktor yang dapat menghambat atau

mempermudah/memfasilitasi realisasi intensi ke dalam tingkah laku. Berdasarkan

analisis ini, lalu Ajzen pada tahun 1988 menambahkan perceived behavioral control

(PBC) sebagai satu faktor anteseden bagi intensi yang berkaitan dengan kontrol

individu. Dengan penambahan satu faktor ini kemudian mengubah TRA menjadi

Theory of Planned Behavior, yang selanjutnya disebut sebagai TPB.

Penjelasan lain bahwa TRA dan TPB berfokus pada konstruksi teoretis yang

berkaitan dengan faktor intensi individu sebagai penentu dari kemungkinan melakukan

perilaku tertentu. Baik TRA maupun TPB menganggap prediktor terbaik perilaku

adalah niat terhadap perilaku, yang pada gilirannya ditentukan oleh sikap terhadap

perilaku dan persepsi sosial normatif mengenai itu (perceived behavioral control). TPB

merupakan perluasan dari TRA dengan menambah konstruksi perceived behavioral

control.

Theory of Planned Behavior (TPB) menyampaikan bahwa perilaku yang

ditampilkan oleh individu timbul karena adanya intensi/ niat untuk berperilaku.

Sementara munculnya niat berperilaku ditentukan oleh tiga faktor penentu yaitu:

1) Behavioral Beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku

(beliefs strength) dan evaluasi atas hasil tersebut (outcome evaluation);

2) normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain

(normative beliefs) dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (motivation

to comply); dan

3) control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung

atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs) dan

persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat

perilakunya tersebut (perceived power). Hambatan yang mungkin timbul pada

saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari

lingkungan.

Bagan Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)

Behaviour

Beliefs

Attitude toward Behaviour

Page 119: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Gambar 4.13 Teori perilaku terencana (National Cancer Institute, 2006)

Gambar 4.14 Peran Faktor-faktor latar belakang pada teori Planned behaviour

(Ajzen, 2005)

Secara berurutan, behavioral beliefs menghasilkan sikap terhadap perilaku positif atau

negatif, normative beliefs menghasilkan tekanan sosial yang dipersepsikan (perceived

social pressure) atau norma subjektif (subjective norm) dan control beliefs

menimbulkan perceived behavioral control atau kontrol perilaku yang dipersepsikan

(Ajzen, 2002).

Evaluation of behavioural outcome

Normative Beliefs

Motivation to comply

Control beliefs

Perceived

Subjective norm

Perceived Behaviour Control

Behavioral intention

Behavioral

Background factors Personal

General, attitudes Personality Values, emotional intelligence

Social Age, gender, race, ethnicity, income, religion Information Experience, knowledge, media exposure

Behavioral beliefs

Behavioral beliefs

Normative beliefs

Subjective norm

Control beliefs

Control beliefs

intention Behaviour

Page 120: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Bagan di atas dapat menjelaskan empat hal yang berkaitan dengan perilaku manusia,

yaitu:

1) Hubungan yang langsung antara tingkah laku dan intensi. Hal ini dapat berarti

bahwa intensi merupakan faktor terdekat yang dapat memprediksi munculnya

tingkah laku yang akan ditampilkan individu

2) Intensi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sikap individu terhadap tingkah laku

yang dimaksud (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective nornm),

dan persepsi terhadap kontrol yang dimiliki (perceived behavioral control).

3) Masing-masing faktor yang memengaruhi intensi di atas (sikap, norma subjektif

dan PBC) dipengaruhi oleh anteseden lainnya, yaitu heliefs. Sikap dipengaruhi

oleh behavioral beliefs, norma subjektif dipengaruhi oleh normative beliefs, dan

PBC dipengaruhi oleh beliefs tentarng kontrol yang dimiliki yang disebut control

beliefs. Baik sikap, norma subjektif, dan PBC merupakan fungsi perkalian dari

masing-masing beliefs dengan faktor lainnya yang mendukung.

4) PBC merupakan ciri khas teori ini dibandingkan dengan TRA.

Pada bagan di atas dapat dilihat bahwa ada dua cara yang menghubungkan

tingkah laku dengan PBC Cara pertama diwakili oleh garis penuh yang

menghubungkan PBC dengan tingkah laku secara tidak langsung melalui

perantara intensi. Cara kedua adalah hubungan secara langsung antara PBC

dengan tingkah laku yang digambarkan dengan garis putus putus, tapa melalui

intensi (Ajzen, 2005).

Variabel Lain yang Memengaruhi Intensi

Menurut Ajzen, 2005 dalam Ramadhani, 2009 bahwa variabel lain yang memengaruhi

intensi selain beberapa faktor utama tersebut (sikap terhadap perilaku, norma subjektif

dan PBC), yaitu variabel yang memengaruhi atau berhubungan dengan belief.

Beberapa variabel tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Faktor personal. Faktor personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu,

sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan

yang dimilikinya.

Page 121: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

2. Faktor social. Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender), etnis,

pendidikan, penghasilan, dan agama.

1) Usia

Secara fisiologi, pertumbuhan dan perkembangan seseorang

dapat digambarkan dengan penambahan usia. Dengan penambahan usia

diharapkan terjadi peningkatan kemampuan motorik sesuai dengan

tumbuh kembangnya. Akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan

seseorang pada titik tertentu akan mengalami kemunduran akibat faktor

degeneratif. Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun,

dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun,

dewasa madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun.

Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan.

Usia yang lebih tua umumnya lebih bertanggung jawab dan lebih teliti

dibanding usia yang lebih muda. Hal ini terjadi kemungkinan karena

yang lebih muda kurang berpengalaman.

Menurut umur/usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan

atau maturitas seseorang. Kedewasaan adalah tingkat kedewasaan teknis

dalam menjalankan tugas-tugas, maupun kedewasaan psikologis. Ajzen

(2005) menyampaikan bahwa pekerja usia 20-30 tahun mempunyai

motivasi kerja relatif lebih rendah dibandingkan pekerja yang lebih tua,

karena pekerja yang lebih muda belum berdasar pada landasan realitas,

sehingga pekerja muda lebih sering mengalami kekecewaan dalam

bekerja. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kinerja dan kepuasan

kerja, semakin lanjut usia seseorang maka semakin meningkat pula

kedewasaan teknisnya, serta kedewasaan psikologisnya yang akan

menunjukkan kematangan jiwanya. Usia semakin lanjut akan

meningkatkan pula kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan,

mengendalikan emosi, berpikir rasional, dan toleransi terhadap

pandangan orang lain sehingga berpengaruh juga terhadap peningkatan

motivasinya.

2) Jenis kelamin.

Page 122: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Pengertian jenis kelamin merupakan penyifatan atau permbagian dua

jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat

pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis kelamin laki-

laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti daftar berikut ini:

laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, jakun, dan memproduksi

sperma. Sementara perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim

dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan

mempunyai alat menyusui.

3) Pendidikan. Ajzen (2006) menyebutkan bahwa latar belakang

pendidikan seseoran akan memengaruhi kemampuan pemenuhan

kebutuhannya sesuai dengan tingkat pemenuhan kebutuhan yang

berbeda-beda yang pada akhirnya memengaruhi motivasi kerja

seseorang. Dengan kata lain bahwa pekerja yang mempunyai latar

belakang pendidikan tinggi akan mewujudkan motivasi kerja yang

berbeda dengan pekerja yang berlatar belakang pendidikan rendah. Latar

belakang pendidikan memengaruhi motivasi kerja seseorang. Pekerja

yang berpendidikan tinggi memiliki motivasi yang lebih baik karena

telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan

dengan pekerja yang memiliki pendidikan yang rendah. Notoatmodjo

(1992) menyebutkan bahwa dengan pendidikan seseorang akan dapat

meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat

keputusan dalam bertindak.

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktivitas atau

kinerja perawat adalah pendidikan formal perawat. Pendidikan

memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung dengan pelaksanaan

tugas, tetapi juga landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan

memanfaatkan semua sarana yang ada di sekitar kita untuk kelancaran

tugas. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi produktivitas kerja,

pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan,

teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang pada

akhirnya akan semakin mudah mereka menerima serta mengembangkan

Page 123: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

pengetahuan dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas

yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu kepada Undang-

Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dengan

demikian, jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup

pendidikan vokasi, akademik dan profesi.

(1) Pendidikan vokasi adalah jenis pendidikan diploma sesuai

jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang

diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.

(2) Pendidikan akademik adalah jenis pendidikan tinggi program

sarjana dan pascasarjana yang diarahkan, terutama pada penguasaan

disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

(3) Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program

sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan

dengan persyaratan khusus.

Sementara jenjang pendidikan keperawatan mencakup program

pendidikan: diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktoral.

3. Faktor informasi

Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan, dan paparan media.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari "tahu" dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yaitu: indra penglihatan. pendengaran, penciuman,

perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

pendidikan, pengalaman orang lain, media massa, maupun lingkungan.

Variabel-variabel dalam background factor ini memengaruhi belief dan

pada akhirnya berpengaruh juga pada intensi dan tingkah laku.

Keberadaan faktor tambahan ini memang masih menjadi pertanyaan empiris mengenai

seberapa jauh pengaruhnya terhadap belief, intensi, dan tingkah laku. Namun, faktor

ini pada dasarnya tidak menjadi bagian dari TPB yang dikemukakan oleh Ajzen,

Page 124: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

melainkan hanya sebagai pelengkap untuk menjelaskan lebih dalam determinan

tingkah laku manusia.

Intensi

Ajzen (1988, 1991) mengungkapkan bahwa intensi merupakan indikasi seberapa kuat

keyakinan seseorang akan mencoba suatu perilaku, dan seberapa besar usaha yang

akan digunakan untuk melakukan sebuah perilaku. Hartono (2007) mendefinisikan

intensi (niat) sebagai keinginan untuk melakukan perilaku. Dengan kata lain dapat

dikatakan bahwa, seseorang berperilaku karena faktor keinginan, kesengajaan atau

karena memang sudah direncanakan. Niat berperilaku (behavioral intention) masih

merupakan suatu keinginan atau rencana. Dalam hal ini, niat belum merupakan

perilaku, sedangkan perilaku (behavior) adalah tindakan nyata yang dilakukan.

Intensi merupakan faktor motivasional yang memiliki pengaruh pada perilaku,

sehingga orang dapat mengharapkan orang lain berbuat sesuatu berdasarkan intensinya

(Ajzen; 1988, 1991). Pada umumnya, intensi memiliki korelasi yang tinggi dengan

perilaku, sehingga dapat digunakan untuk meramalkan perilaku. Menurut Fishbein dan

Ajzen (1975), intensi diukur dengan sebuah prosedur yang menempatkan subjek di

dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan

tindakan.

Menurut Theory of Planned Behavior, intensi memiliki tiga determinan, yaitu:

sikap, norma, sudjektif, dan kendala-perilaku-yang-dipersepsikan (Ajzen, 1988).

Untuk melihat besar/bobot pengaruh masing-masing determinan digunakan

perhitungan analisis multiple regresi, dengan persamaan sebagai berikut:

B ~ I = (Ab)W1 + (SN) W2 + (PBC) W3

Keterangan: B = behavior = perilaku

I = intention = intensi melakukan perilaku B

Ab = attitudes = sikap terhadap perilaku B

SN = subjective norms = norma subjektif

PBC = perceived behavior control = kendali perilaku yang

dipersepsikan

Page 125: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

W123 = weight = bobot pengaruh

Keakuratan intensi dalam memprediksi tingkah laku tentu bukan tanpa syarat, karena

ternyata ditemukan pada beberapa studi bahwa intensi tidak selalu menghasilkan

tingkah laku yang dimaksud. Pernyataan ini juga diperkuat oleh pernyataan Ajzen

(2005). Menurutnya, walaupun banyak ahli yang sudah membuktikan hubungan yang

kuat antara intensi dan tingkah laku, namun pada beberapa kali hasil studi ditemukan

pula hubungan yang lemah antara keduanya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi

kemampuan intensi dalam memprediksi tingkah laku yaitu:

1. Kesesuaian antara intensi dan tingkah laku. Pengukuran intensi harus disesuaikan

dengan perilakunya dalam hal konteks dan waktunya.

2. Stabilitas intensi. Faktor kedua adalah ketidakstabilan intensi seseorang. Hal ini

bisa terjadi jika terdapat jarak/jangka waktu yang cukup panjang antara

pengukuran intensi dan dengan pengamatan tingkah laku. Setelah dilakukan

pengukuran intensi, sangat mungkin ditemui hal-hal/kejadian yang dapat

mencampuri atau mengubah intensi seseorang untuk berubah, sehingga pada

tingkah laku awal yang ditampilkannya tidak sesuai dengan intensi awal. Semakin

panjang interval waktunya, maka semakin besar kemungkinan intensi akan

berubah.

3. Literal inconsistency.

Pengukuran intensi dan tingkah laku sudah sesuai (compatible) dan jarak waktu

antara pengukuran intense dan tingkah laku singkat, namun kemungkinan terjadi

ketidaksesuaian antara intense dengan tingkah laku yang ditampilkannya masih

ada. Penjelasan literal inconsistency ini adalah individu terkadang tidak konsisten

dalam mengaplikasikan tingkah lakunya sesuai dengan intense yang sudah

dinyatakan sebelumnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa alasan, di

antaranya individu tersebut merasa lupa akan apa yang pernah mereka ucapkan.

Maka untuk mengantisipasi hal ini dapat dilakukan strategi implementation

intention, yaitu dengan meminta individu untuk memerinci bagaimana intensi

tersebut akan diimplementasikan dalam tingkah laku. Perincian mencakup kapan,

di mana, dan bagaimana tingkah laku akan dilakukan.

Page 126: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

4. Base rate.

Base rate adalah tingkat kemungkinan sebuah tingkah laku akan dilakukan oleh

orang. Tingkah laku dengan base rate yang tinggi adalah tingkah laku yang

dilakukan oleh hamper semua orang, misalnya mandi dan makan. Sementara

tingkah laku dengan base rate rendah adalah tingkah laku yang hampir tidak

dilakukan oleh kebanyakan orang, misal bunuh diri. Intensi dapat memprediksi

perilaku aktualnya dengan baik jika perilaku tersebut memiliki tingkat base rate

yang sedang, missal pendokumentasian asuhan keperawatan.

Pengukuran intensi dapat digolongkan ke dalam pengukuran belief. Sebagaimana

pengukuran belief, pengukuran intensi terdiri atas dua hal, yaitu pengukuran isi

(content) dan kekuatan (strength). Isi dari intensi diwakili oleh jenis tingkah laku yang

akan diukur, sedangkan kekuatan responsnya dilihat dari rating jawaban yang

diberikan responden pada pilihan skala yang tersedia. Contoh pilihan sekalanya adalah

mungkin-tidak mungkin dan setuju tidak setuju.

Sikap

Menurut Ajzen (2005) sikap merupakan besarnya perasaan positif atau negatif

terhadap suatu objek (favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap suatu objek,

orang, institusi, atau kegiatan. Eagly dan Chaiken (1993) dalam Aiken (2002)

mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan

mengevaluasi suatu entitas dalam derajat suka dan tidak suka. Sikap dipandang sebagai

sesuatu yang afektif atau evaluatif.

Konsep sentral yang menentukan sikap adalah keyakinan (belief). Menurut

Fishbein dan Ajzen (1975), keyakinan merepresentasikan pengetahuan yang dimiliki

seseorang terhadap suatu objek, di mana keyakinan menghubungkan suatu objek

dengan beberapa atribut. Kekuatan hubungan ini diukur dengan prosedur yang

menempatkan seseorang dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan objek

dengan atribut terkait.

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), sikap seseorang terhadap suatu objek sikap

dapat diestimasikan dengan menjumlahkan hasil kali antara evaluasi terhadap atribut

Page 127: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

yang diasosiasikan pada objek sikap (belief evaluation) dengan probabilitas

subjektifnya bahwa suatu objek memiliki atau tidak memiliki atribut tersebut

(behavioral belief). Atau dengan kata lain, dalam teori perilaku terencana sikap yang

dimiliki seseorang terhadap suatu tingkah laku dilandasi oleh keyakinan seseorang

terhadap konsekuensi (outcome) yang akan dihasilkan jika tingkah laku tersebut

dilakukan (outcome) yang akan dihasilkan jika tingkah laku (outcoma evaluation) dan

kekuatan terhadap keyakinan tersebut (belief strength). Keyakinan (belief) adalah

pernyataan subjektif seseorang yang menyangkut aspek-aspek yang dapat dibedakan

tentang dunianya, yang sesuai dengan pemahaman tentang diri dan lingkungannnya

(Ajzen, 2005).

Dikaitkan dengan sikap, keyakinan mempunyai tingkatan atau kekuatan yang

berbeda-beda. Kekuatan ini berbeda-beda pada setiap orang dan kuat lemahnya

keyakinan ditentukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap tingkat keseringan

suatu objek memiliki atribut tertentu (Fishbein &Ajzen, 1975). Sebagai salah satu

komponen dalam rumusan intensi, sikap terdiri atas keyakinan dan evaluasi keyakinan

(Fishbein & Ajzen, 1975 dalam Ismail & Zain, 2008), seperti rumus berikut ini.

AB = Σb1 e1

Keterangan:

AB = Sikap terhadap perilaku tertentu

b1 = Keyakinan (belief) terhadap perilaku tersebut yang mengarah pada

konsekuensi i

e1 = Evaluasi seseorang terhadap outcome i (outcome evaluation)

Berdasarkan rumus di atas, sikap terhadap perilaku tertentu (AB) didapatkan dari

penjumlahan hasil kali antara kekuatan belief terhadap outcome yang dihasilkan (b1)

dengan evaluasi terhadap outcome (e1). Dengan kata lain, seseorang yang percaya

bahwa sebuah tingkah laku dapat menghasilkan sebuah outcome yang positif, maka ia

akan memiliki sikap yang positif. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang memiliki

keyakinan bahwa dengan melakukan suatu tingkah laku akan menghasilkan outcome

yang negatif, maka seseorang tersebut juga akan memiliki sikap yang negatif terhadap

perilaku tersebut.

Page 128: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Pengukuran sikap tidak bisa didapatkan melalui pengamatan langsung,

melainkan harus melalui pengukuran respons. Pengukuran sikap ini didapatkan dari

interaksi antara belief content-outcome evaluation dan belief strength. Belief

seseorang mengenai suatu objek atau tindakan dapat dimunculkan dalam format

respons bebas dengan cara meminta subjek untuk menuliskan karakteristik, kualitas

dan atribut dari objek atau konsekuensi tingkah laku tertentu. Fishbein & Ajzen

menyebutnya dengan proses elisitasi. Elisitasi digunakan untuk menentukan

keyakinan utama (salient belief) yang akan digunakan dalam penyusunan alat ukur

atau instrumen.

Norma Subjektif

Norma subjektif merupakan kepercayaan seseorang mengenai persetujuan orang lain

terhadap suatu tindakan (Ajzen, 1988), atau persepsi individu tentang apakah orang

lain akan mendukung atau tidak terwujudnya tindakan tersebut. Norma subjektif

adalah pihak-pihak yang dianggap berperan dalam perilaku seseorang dan memiliki

harapan pada orang tersebut, dan sejauh mana keinginan untuk memenuhi harapan

tersebut. Jadi, dengan kata lain bahwa norma subjektif adalah produk dari persepsi

individu tentang keyakinan yang dimiliki orang lain. Orang lain tersebut disebut

rujukan (referent), dan dapat merupakan orang tua, sahabat, atau orang yang dianggap

ahli atau penting. Terdapat dua faktor yang memengaruhi norma berpikir ia harus atau

harus tidak melakukan suatu perilaku dan motivation to comply yaitu motivasi

individu untuk memenuhi norma dari rujukan tersebut.

Rumusan norma subjektif pada intensi perilaku tertentu, dirumuskan sebagai

berikut (Fishbein & Ajzen, 1975):

SN= Σ b1 m1

Keterangan:

SN = Norma Subjektif

b1 = Normative belief

m1 = Motivasi untuk mengikuti anjuran (motivation to comply)

Page 129: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Berdasarkan rumusan tersebut, dapat dikatakan bahwa norma subjektif adalah persepsi

seseorang terhadap orang-orang yang dianggap penting bagi dirinya untuk

berperilaku atau tidak berperilaku tertentu, dan sejauhmana sescorang ingin mematuhi

anjuran orang-orang tersebut. Norma subjektif secara umum dapat ditentukan oleh

harapan spesifik yang dipersepsikan seseorang, yang merupakan referensi (anjuran)

dari orang-orang yang di sekitarnya dan oleh motivasi untuk mengikuti referensi atau

anjuran tersebut.

Berdasarkan rumus di atas, norma subjektif (SN) didapatkan dari hasil

penjumlahan hasil kali normative belief tentang tingkah laku i (b1) dan dengan

motivation to comply/motivasi untuk mengikutinya (m1). Dengan kata lain, bahwa

seseorang yang yang memiliki keyakinan bahwa individu atau kelompok yang cukup

berpengaruh terhadapnya (referent) akan mendukung ia untuk melakukan tingkah laku

tersebut, maka hal ini akan menjadi tekanan sosial untuk seseorang tersebut

melakukannya. Sebaliknya, jika seseorang percaya bahwa orang lain yang

berpengaruh padanya tidak mendukung tingkah laku tersebut, maka hal ini

menyebabkan ia memiliki norma subjektif untuk tidak melakukannya.

Pengukuran norma subjektif sesuai dengan antesedennya, yaitu berdasarkan

dua skala : normative belief dan motivation to comply. Maka pengukurannya juga

diperoleh dari penjumlahan hasil perkalian keduanya. Norma subjektif sama halnya

dengan sikap, tentang pihak-pihak yang mendukung atau tidak mendukung didapatkan

dari hasil elisitasi untuk menentukan keyakinan utamanya.

Perceived Behavioral Control (PBC)

Kendali-perilaku-yang-dipersepsikan (perceived behavior control) merupakan

persepsi terhadap mudah atau sulitnya sebuah perilaku dapat dilaksanakan. Variabel

ini diasumsikan merefleksikan pengalaman masa lalu, dan mengantisipasi halangan

yang mungkin terjadi (Ajzen, 1988). Atau perceived behavioral control adalah persepsi

seseorang tentang kemudahan atau kesulitan untuk berperilaku tertentu.

Terdapat dua asumsi mengenai kendali-perilaku-yang-dipersepsikan. Pertama,

kendali-perilaku-yang-dipersepsikan diasumsikan memiliki pengaruh motivasional

terhadap intensi. Individu yang meyakini bahwa ia tidak memiliki kesempatan untuk

Page 130: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

berperilaku, tidak akan memiliki intensi yang kuat, meskipun ia bersikap positif dan

didukung oleh rujukan (orang-orang di sekitarnya) (Ajzen 1988). Kedua, kendali-

perilaku- yang-dipersepsikan memiliki kemungkinan untuk memengaruhi perilaku

secara langsung, tanpa melalui intensi, karena ia merupakan substitusi parsial dari

pengukuran terhadap kendali aktual (Ajzen, 1988).

Perceived behavioral control sama dengan kedua faktor sebelumnya yaitu

dipengaruhi juga oleh keyakinan. Keyakinan (belief) yang dimaksud adalah tentang

ada/hadir dan tidaknya faktor yang menghambat atau mendukung performa tingkah

laku (control belief). Berikut adalah rumus yang menghubungakan antara perceived

behavioral control dan control belief

PBC = Σ c1 p1

Keterangan:

PBC = Perceived Behavioral Control

c1 = Control belief

p1 = Power belief

Kendali perilaku yang dipersepsikan/PBC didapat dengan menjumlahkan hasil

kali antara keyakinan mengenai mudah atau sulitnya suatu perilaku dilakukan (control

belief) dan kekuatan faktor i dalam dalam memfasilitasi atau menghambat tingkah laku

(power belief). Dengan kata lain, semakin besar persepsi seseorang mengenai

kesempatan dan sumber daya yang dimiliki (faktor pendukung), serta semakin kecil

persepsi tentarng hambatan yang dimiliki, maka semakin besar perceived behavioral

control yang dimiliki seseorang.

Pengukuran perceived behavioral control yang dapat dilakukan hanyalah

mengukur persepsi individu yang bersangkutan terhadap kontrol yang ia miliki

terhadap beberapa faktor penghambat atau pendukung tersebut. Beberapa faktor yang

dipersepsi sebagai penghambat atau pendorong tersebut didapatkan dari proses

elisitasi untuk mendapatkan keyakinan utama.

DAFTAR PUSTAKA

Page 131: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Ajzen, I. 1988. From Intentions to Actions, Attitudes, Personality and Behavior.

London: Open University Press, England.

Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human

Decision Processes. Academic Press, University of Massachusetts

Ajzen, I. 2002. Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological

Considerations. September (Direvisi pada Januari 2006).

Ajzen, I. 2005. Attitude, Personality, and Behavior. Buckingham: Open University

Press, Milton Keynes.

Ajzen, I. 2006. Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological

Considerations. Revisi.

Fishbein, M & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An

Introduction to Theory & Research. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing

Company

Fishbein, M & Ajzen, I. 2010 Predicting and Changing Behavior: The reasoned action

approach. New York: Psychology Press

Page 132: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

SELF REGULATION MODEL

Penyakit kanker terutama stadium lanjut berdampak berat pada aspek psikologis,

sosial, fisik, ekonomi, dan kultural individu. Seseorang dengan diagnosis kanker

cenderung berusaha beradaptasi semampu mereka, namun tidak jarang mereka tidak

mempunyai cukup pengetahuan dan keterampilan untuk mengambil keputusan dan

bertindak sesuai yang seharusnya. Sebuah penelitian di Korea Selatan mengungkapkan

bahwa ketika pasien kanker serviks membutuhkan informasi tentang penyakitnya,

maka perilaku mencari informasi akan meningkat. Leventhal berpendapat bahwa

berbagai informasi diperlukan untuk memengaruhi sikap dan tindakan terhadap

ancaman kesehatan maupun keberlangsungan hidup seseorang. Berdasarkan salah satu

model dari Self-Regulatory yang terkait dengan ancaman kesehatan yaitu Common

Sense Model, adanya stimulus kesehatan seperti informasi tentang penyakit tertentu

akan memunculkan respons emosional bagi pasien dan pada akhirnya akan

meningkatkan kesadaran (awareness) akan penyakit tersebut. Hal ini terbukti hasil

penelitian AV Sri S (2012) tentang kemandirian dan regulasi pada pasien stroke.

Self-regulation adalah kapasitas atau kemampuan seseorang untuk mengubah

perilakunya (Baumeister). Istilah self-regulation secara luas digunakan untuk

menjelaskan usaha perubahan pemikiran, perasaan, keinginan, dan tindakan yang

dilakukan oleh individu untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Self-regulation

memandang individu sebagai agen yang aktif dan pengambil keputusan karena kedua

hal tersebut merupakan aspek penting dari adaptasi manusia terhadap kehidupan. Self-

regulation muncul ketika seseorang memotivasi dan memandu tindakan mereka secara

proaktif sesuai dengan harapan yang mereka miliki. Setelah seseorang mencapai

tujuan atau harapan yang mereka inginkan maka orang dengan self-efficacy tinggi

Page 133: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

akan meningkatkan tujuan yang lebih besar. Self-efficacy dalam konteks self-care

agency merupakan komponen dasar atau foundational capability and dispositions.

Gambar 4.15 model self-regulation (Ogden, 2007)

Model self-regulation sebenarnya mengacu pada proses pemecahan masalah.

Pemecahan masalah kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan pemecahan

masalah yang lain. Dalam model self-regulation terdapat proses interpretasi masalah,

koping, dan appraisal atau penilaian keberhasilan koping (Ogden, 2007).

Stimulus atau ancaman kesehatan akan dipersepsikan oleh seseorang dalam

tahap interpretasi, ancaman ini kemudian akan menimbulkan respons emosional antara

lain ketakutan, cemas, dan depresi. Tahapan selanjutnya dalam proses self-regulation

adalah koping. yaitu saat seseorang berusaha menghadapi masalah sesuai dengan

kemampuannya. Tahapan yang terakhir adalah appraisal, yaitu saat seseorang menilai

apakah koping yia lakukan berhasil (Ogden, 2007). Dalam tahap interpretasi terdapat

proses representasi dari ancaman. Proses representasi ini terdiri atas lima domain

penting yaitu identity, cause, timeline, consequences, dan controllability. Domain

identity melibatkan nilai atau kepercayaan seseorang akan ancaman kesehatan atau

perjalanan penyakit yang akan dihadapi. Domain cause adalah faktor individu atau

lingkungan yang menyebabkan seseorang mengalami ancaman kesehatan, sedangkan

domain timeline adalah waktu saat ancaman itu datang atau lama penyakit itu akan

berlangsung. Domain keempat adalah consequences mengacu pada beberapa hal yang

akan terjadi karena penyakit yang dialami, dan domain controllability adalah beberapa

hal yang dapat menjadi solusi atau penanganan penvakit yang diderita (Alligood &

Tomey, 2006), Serangkaian representasi kognitif dari suatu stimulus masalah akan

memberikan arti dari masalah tersebut, dan menyebabkan seseorang mengembangkan

serta mempertimbangkan strategi koping yang sesuai untuk masalah tersebut (Ogden.

2007)

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. & Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th Ed.

Missouri Mosby.

Page 134: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Ave S S & Nursalam. 2012. "Peningkatan Self Care Agency Pasien dengan Stroke

Iskemik setelah Penerapan Self Care Regulation Model". Jurnal Ners. Vol. 7.

No. 1, hlm. 13-24

Ogden, J. 2007. Health Psychology 4h Ed. England: Open University

TEORI MODEL PENCEGAHAN PRIMER (CAPLAN, 2001)

Model ini dikembangkan oleh Gerald Caplan, yang membicarakan tentang tiga level

intervensi pencegahan pada klien dengan gangguan emosional dan sakit jiwa. Model

Caplan ini lebih diperuntukkan untuk psikiatri komunitas/masyarakat dan pelayanan

kesehatan jiwa yang berhubungan dengan masyarakat, pusat pelayanan pengobatan

dasar di komunitas seperti puskesmas, pendekatan tim multidisiplin, perawatan

berlanjut melalui pencegahan, perlindungan, dan pengobatan, dan menghindari rawat

inap di rumah sakit. Tiga level intervensi pencegahan psikiatri meliputi, pencegahan

primer, sekunder, dan tersier.

Pencegahan primer, bertujuan: (1) mengurangi kasus baru melalui identifikasi

kelompok risiko tinggi, situasi stres, kejadian stres dalam kehidupan yang berpotensi

sakit jiwa; (2) pendidikan kepada komunitas dengan memanfaatkan strategi koping

untuk mengatasi stres atau cara mengatasi dan memecahkan masalah; (3) menguatkan

kemampuan individu dengan menurunkan stres, tekanan, cemas, yang bisa

menyebabkan sakit jiwa. Komponen dalam pencegahan primer adalah promosi

kesehatan dan perlindungan khusus.

Karakteristik pencegahan primer adalah promosi kesehatan untuk membangun

adaptasi menggunakan sumber-sumber koping menjaga kesehatan mental seseorang.

Perhatikan total populasi, khususnya berfokus melayani kelompok risiko tinggi. Alat

utama untuk pencegahan primer adalah pendidikan dan perubahan sosial; pemanfaatan

agen-agen di masyarakat yang menjaga kesejahteraan masyarakat, seperti penyembuh

tradisional, tenaga sukarela, dan lain-lain; serta membekali diri dengan sumber-sumber

personal dan lingkungan terutama strategi koping. Efektifkan hubungan interpersonal,

tingkatkan tugas-tugas yang sesuai kelompok umur, kembangkan kemampuan control

dalam kelompok. Peroleh kepuasan terhadap diri sendiri dan keberadaannya,

pendidikan kesehatan, motivasi untuk melakukan aktivitas untuk mengurangi stres,

Page 135: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

bekali diri dengan dukungan psikososial. Tingkatkan pola hidup sehat, pertahankan

standar hidup yang tinggi dan implementasi kebijakan Kementerian Kesehatan dalam

hal pencegahan.

Komponen perlindungan khusus dalam pencegahan primer dengan cara

mengembangkan kompetensi sosial, ajarkan teknik pencegahan dan kontrol masalah

sosial, hindari kejadian dari kondisi sosial yang patologis, tingkatkan kontrol diri dan

kemampuan pengambilan keputusan sosial. Memberdayakan sistem asuhan yang ada,

kembangkan interaksi dan pola perilaku; kembangkan partisipasi sebagai warga,

tingkatkan kontrol dan buat keputusan-keputusan kritis dalam hidup. mengefektifkan

strategi koping untuk menangani situasi stres. Hindari stres dengan cara mengenali

stres dan hilangkan atau modifikasi. Tangani kelompok berisiko untuk menghindari

atau atasi stres dengan strategi koping. Melakukan manajemen stres, dan beri

dukungan sosial dan emosional untuk menolong orang dalam situasi stres.

Komponen dalam pencegahan sekunder adalah diagnosis dini dan penemuan

kasus serta program skrining. Pencegahan untuk diagnosis dini dan penemuan kasus

berupa memberi pendidikan kepada masyarakat tentang manifestasi dini sakit jiwa;

memberi motivasi kepada pemimpin masyarakat, LSM, dan swasta lainnya di

masyarakat untuk terlibat aktif dalam mengidentifikasi orang yang sakit jiwa;

mengadakan lokakarya, pelatihan atau program kampanye kepada kelompok-

kelompok tentang pentingnya identifikasi dini kasus jiwa untuk skrining dan

pengobatan sejak periode awal sakit. Program skrining massal sakit jiwa menggunakan

kuesioner dalam bahasa lokal untuk mengidentifikasi sakit jiwa.

Pencegahan tersier, meliputi rehabilitasi ketidakmampuan maupun

keterbatasan dan mencegah komplikasi. Komponen dalam pencegahan tertier adalah

mengurangi prevalensi gejala sisa atau ketidakmampuan. Mengurangi lama rawat inap

di RS-Jiwa, mencegah keretakan keluarga. Membuat klien berguna bagi diri sendiri

secara fisik, mental, sosial, kerja, ekonomi. Mendidik keluarga dan masyarakat agar

mengobati klien secara individual. Meningkatkan motivasi klien untuk kontrol dan

mendapatkan terapi (termasuk terapi keria). Ruiuk klien ke agen kesehatan jiwa

profesional. Pasien dibekali untuk mampu merawat diri sehari-hari dan merencanakan

aktivitas harian. Sosialisasi penanganan pasien sakit jiwa kronis di masyarakat.

Gunakan sumber yang ada dalam keluarga dan masyarakat (Neeraja, 2009).

Page 136: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Table 2.3 Level pencegahan menurut Model Kesehatan Masyarakat (Public Health Model)

Tindakan – tindakan

pencegahan

Pencegahan Primer

(Dengan menatalaksana masalah kesehatan potensial melalui

promosi kesehatan dan perlindungan khusus)

Pencegahan Sekunder

(Dengan menatalaksana masalah

kesehatan aktual: diagnosis dini dan

pengobatan tepat waktu)

Pencegahan Tersier

(Dengan menatalaksana keterbatasan/ketidakmampuan akibat

penyakit kronis dan rehabilitasi: rehabilitasi keterbatasan dan

ketidakmampuan serta mencegah komplikasi)

Sumber: Neeraja, KP 2009, hlm. 95.

Melihat semua uraian di atas, Public Health Model dari Caplan untuk pencegahan psikiatri lebih

berhubungan dengan keluarga dan masyarakat, intervensi-intervensi untuk klien pada tiga level

pencegahan, meminta perawat sebagai tenaga kesehatan utama.

PENGEMBANGAN MUTU PELAYANAN/PRODUKTIVITAS KOPELMAN)

Menurut Kopelman (1986) faktior penentu organisasi yakni kepemimpinan dan system

imbalan berpengaruh ke kinerja individu atau organisasi melalui motivasi, sedangkan

faktor penentu organisasi lainnya, yakni pendidikan, berpengaruh ke kinerja individu

atau organisasi melalai variabel pengetahaun, keterampilan, atau kemampuan.

Kemampuan dibangun oleh pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja.

1. Karakteristik Organisasional (Organizational characteristics).

a. Sistem imbalan (reward system)

Pemberian penghangaan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan apa

yang dinginkan rumah sakit dalam jangka panjang untuk mengembangkan dan

menerapkan kebijakan, praktik, dan proses pemberian penghargaan yang

mendukung pencapaian tujuan dan memennhi kebutuhan (Brown. 2001).

Penghargaun diarkan sehugai suatu stimalus terhadap perbaikan kinerja

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

Page 137: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Gambar 4.16 Faktor penentu produktivitas dalam organisasi (Kopelman, 1986)

b. Penetapan tujuan (goal seting MBO).

Visi adaiah pernyataan tentang tujuan organisassi yang diekspresikan dalam

produk dan pelayanan yang ditawarkan. kebutuhan yang dapat ditanggulangi,

kelompok masyarakat yang dilayani, nilla-nilai yang diperoieh serta aspirasi

dan cita-cta masa depan. Tenaga keperawatan sebagai perpanjangan tangan

dari rumah sakit dalam menerjemahkan visi dan misi. Untuk itu perlu

memahami dan menerapkan visi dan misi organisasi dalam memberikan

pelayanan keperawatan.

c. Seleksi

Lingkungan

Karakteristik organisasi

1. system imbalan 2. penetapan tujuan MBO 3. seleksi 4. pelatihan dan

pengembangan 5. kepemimpinan 6. struktur organisasi

Karakteristik Individu (perawat)

1. Pengetahuan 2. Keahlian 3. Kemampuan 4. Motivasi 5. Budi pekerti 6. Nilai dan norma

Karakteristik Pekerjaan

1. Kinerja objektif 2. Umpan balik 3. Koreksi 4. Desain pekerjaan 5. Jadwal kerja

Perilaku kerja

MAKP

Kinerja

Caring & ASKEP

Efektivitas organisasi

Kepuasan pasien &

perawat

Page 138: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Seleksi tenaga harus didasarkan pada prinsip tepat orang, di tempat yang tepat

dan waktu yang tepat (the right man, on the right place and on the right time).

d. Pelatihan dan pengembangan (training and development).

Pelatihan (training) adalah proses pendidikan jangka pendek dengan

menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisasi dalam pembelajaran

kepada tenaga keperawatan.

e. Kepemimpinan (leadership).

Pengertian kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni memengaruhi orang lain

agar mau bekerja sama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk

membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan

kelompok.

f. Struktur dan budaya organisasi (organization structure dan culture)

Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan

pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas

dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan

hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa.

2. Karakteristik Individu (perawat)

a. Pengetahuan (knowledge). Pengetahuan dapat diartikan sebagai actionable

information atau informasi yang dapat ditindaklanjuti atau informasi yang

dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak, untuk mengambil

keputusan, dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu.

b. Keahlian (skill). Kopelman (2006) mendefinisikan keahlian sebagai

kapasitas yang dibutuhkan dalam melaksanakan beberapa tugas. Hard skilla

merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan

teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya.

c. Kemampuan (ability). Kemampuan seorang untuk melakukan sesuatu, ada

banyak aspek yang dapat dinilai dari variabel kemampuan, di antaranya

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor (Perry and Potter, 2003).

Perawat perlu terus mengembangkan diri melalui uji kompetensi,

pendidikan formal, dan nonformal

Page 139: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

d. Motivasi. Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan

ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya (Muhith &

Nursalam, 2013). Tiga elemen utama dalam motivasi ini adalah intensitas,

arah, dan ketekunan. Perawat perlu memupuk motivasi yang tinggi sebagai

bentuk pengabdian dan altruisme pada kebutuhan pasien untuk

kesembuhan.

e. Budi pekerti (attitudes). Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang

yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Struktur sikap

terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu kognitif, afektif, dan

konatif.

f. Nilai dan norma (value & Norm). Nilai sebagai suatu sistem merupakan

salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya. Nilai

berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia. Norma

adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral, religi,

dan sosial. Perawat perlu memerhatikan aspek nilai dan norma dalam

melayani pasien.

3. Karakteristik Pekerjaan

a. Kinerja objektif (objective performance).

Tujuan dari manajemen kinerja adalah (Armstrong & Baron, 2005;

Wibisono, 2006); mengatur kinerja, mengetahui seberapa efektif dan efisien

suatu kinerja organisasi, membantu pembentukan keputusan organisasi

yang berkaitan dengan kinerja organisasi, kinerja tiap bagian dalam

organisasi, dan kinerja individual, meningkatkan kemampuan organisasi,

dan mendorong karyawan agar bekerja sesuai prosedur, dengan semangat,

dan produktif sehingga hasil kerja optimal.

b. Umpan balik (feedback).

Umpan balik adalah hal yang penting dalam perbaikan kinerja perawat.

c. Koreksi.

Koreksi atau membetulkan (memperbaiki) kesalahan merupakan salah satu

tugas pemimpin (Nursalam, 2013).

d. Desain pekerjaan (job design).

Page 140: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Desain pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan kerja seorang atau

sekelompok karyawan secara organisasional. Tujuannya untuk mengatur

penugasan kerja supaya dapat memenuhi kebutuhan organisasi.

e. Jadwal kerja (work schedule).

Dalam proses berjalan suatu organisasi dapat eksis dibidangnya, perlu

pengaturan waktu yang efektif sehingga memeperoleh hasil sesuai tujuan

yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Kopelman R.E., 1986. Managing Productivity in Organizations. New York: Mc Graw-

Hill Book Company

Muhith A & Nursalam. 2012. "Mutu Asuhan Keperawatan Berdasarkan Analisis

kinerja Perawat dan Kepuasan Perawat dan Pasien." Jurnal Ners. Vol 7. No. 1.

Hlm. 49-58.

Nursalam. 2012. Development Model of Quality in Nursing Care. International

Nursing Conference. Mei. FKP Unair. Surabaya. Mei 2012.

MODEL MAKP (METODE ASUHAN KEPERAWATAN

PROFESIONAL) DAN ATAU MPKP

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu sistem (struktur, proses dan

nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan

keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut

(Nursalam, 2011). Pada MAKP memungkinkan pelayanan keperawatan yang

menyeluruh; mendukung pelaksanaan proses keperawatan; dan memungkinkan

komunikasi antartim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada

anggota tim dan pelanggan. Jenis MAKP yang diterapkan sangat bergantung dari visi

misi rumah sakit, dapat diterapkannya proses keperawatan, memperhatikan kepuasan

perawat dan pasien, serta komunikasi dan kolaborasi yang jelas antar-petugas

Page 141: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

kesehatan. Jenis yang digunakan untuk rawat inap dan jalan; MAKP tim, primer,

moduler MAKP rawat darurat adalah MAKP kasus.

KEPUASAN PERAWAT

Kinerja bentuknya dapat berupa kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana

perawat memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu

penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien, dan

kenyamanan yang diberikan dengan memperhatikan kebersihan, keramahan, dan

kelengkapan peralatan rumah sakit.

Model Kesenjangan (The Expectancy-Disconfirmation

Model) (Woodruff & Gardial, 2002)

Woodruff dan Gardial (2002) mendefinisikan kepuasan sebagai model kesenjangan

antara harapan (standar kinerja yang seharusnya) dengan kinerja aktual yang diterima

pelanggan. Standar perbandingan (comparison standard) ialah standar yang digunakan

untuk menilai ada tidaknya kesenjangan antara apa yang dirasakan pasien dengan

standard yang ditetapkan. Standar dapat berasal dari:

Gambar 4.17 teori kepuasan pelanggan Woodruff dan Gardial (2002)

a. Harapan pasien, bagaimana pasien mengharapkan produk atau jasa seharusnya dia

terima.

b. Pesaing, pasien mengadopsi standar kinerja pesaing rumah sakit untuk kategori

produk atau jasa yang sama sebagai standar perbandingan.

Kestidak esuaian yang ditunjukkan

Standard Perbandingan

Kinerja yang Ditampilkan

Merasa puas Outcome kepuasan

Page 142: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

c. Kategori produk atau jasa lain.

d. Janji promosi dari rumah sakit.

e. Nilai jasa pelayanan kesehatan yang berlaku.

Kepuasan perawat lebih dipengaruhi penerapan standar asuhan keperawatan dapat

dilaksanakan dan adanya dukungan organisasi (fasilitas, gaji, promosi, dan kesesuaian

jenis pekerjaan). Nilai yang dirasakan perawat pada penerapan standar asuhan

keperawatan dalam pengkajian, diagnosis, dan perencanaan adalah tinggi (100% dapat

dilaksanakan dengan baik), sedangan untuk implementasi serta evaluasi belum bisa

dilaksanakan 100 %.

Dukungan organisasi dirasakan oleh perawat sampai sebatas cukup puas. Perawat

masih perlu di tingkatkan kemampuan melaksanakan standar asuhan keperawatan

melalui peningkatan kompetensi (knowledge and skill). Demikian pula dukungan

organisasi yang kondusif dan fasilitatif agar perawat dapat menerapkan standar asuhan

keperawatan secara penuh. Mutu kinerja profesional perawat dapat dilakukan dengan

memberikan pelatihan baik on atau off the training tentang komunikasi terapeutik yang

benar; yaitu komunikasi yang menghasilkan kepuasan semua pihak yang terlibat (win-

win solution bagi dokter, perawat, pasien).

Theory of Servqual

Tinjauan mengenai konsep kualitas layanan sangat ditentukan oleh berapa besar

kesenjangan (gap) antara persepsi pelanggan atas kenyataan pelayanan yang

diterima.dibandingkan dengan harapan pelanggan atas pelayanan yang harus diterima.

Kelima kesenjangan (gap) tersebut disajikan dalam skema grand theory Parasuraman,

Zeithaml, dan Berry (1985) dan diuraikan berikut ini :

DIAGRAM

Gambar 4.18 Model kesenjangan terintegritas dari harapan layanan

(Parasuraman, Zeithaml, Berry, 1985)

Page 143: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Grand teori yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam

Muninjaya (2011), penyampaian jasa oleh pihak penyedia jasa bisa terancam gagal

kalau berbagai kesenjangan dibiarkan berkembang tanpa ada intervensi untuk

mencegahnya, atau tidak ada upaya khusus untuk mengurangi dampak buruknya.

Penjelasan mengenai kelima kesenjangan tersebut yaitu:

1. Kesenjangan antara harapan pengguna jasa dan persepsi manajemen.

Manajemen institusi pelayanan kesehatan belum mampu secara tepat

mengidentifikasi dan memahami harapan (ekspektasi) para pengguna jasa

pelayanan kesehatan.

2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa.

Kesenjangan akan terjadi jika pemahaman manajemen RS (puskesmas) tentang

harapan pengguna jasa pelayanan kesehatan tidak diterjemahkan menjadi aksi

nyata yang spesifik. Misalnya, standar prosedur pelayanan atau pelaksanaan

penyampaian jasa belum dikemas sesuai dengan harapan pengguna jasa yang

semakin menuntut pelayanan yang bermutu (cepat, ramah, tepat, dan biaya

terjangkau).

3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaiannya.

Standar pelayanan dan cara penyampaian jasa sudah tersusun dengan baik, tetapi

spesifikasi kualitas jasa dan penyampaiannya muncul kesenjangan karena staf

pelaksana pelayanan di garis depan (front line staff) seperti perawat, bidan, dan

dokter umum di sebuah rumah sakit belum mendapat pelatihan khusus tentang

teknik penyampaian jasa pelayanan tersebut. Akibatnya jasa pelayanan

kesehatan yang ditawarkan kepada pasien tidak sesuai dengan standard yang

sudah ditetapkan oleh komite medik rumah sakit tersebut.

4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan harapan pihak eksternal.

Harapan pengguna jasa sangat dipengaruhi oleh cara staf dan manajemen rumah

sakit berkomunikasi dengan masyarakat calon pengguna jasanya. Cara seperti

ini akan memunculkan kesenjangan. Harapan pengguna jasa pelayanan

kesehatan yang sudah mulai terbentuk melalui pemasaran tidak dapat terpenuhi

karena pelayanan teknis medis dan kelengkapan mutu pelayanan berbeda dengan

ekspektasi mereka.

5. Kesenjangan antara jasa yang diterima pengguna dan yang diharapkan

Page 144: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Kesenjangan ini terjadi jika konsumen mengukur kinerja institusi pelayanan

kesehatan dengan cara yang berbeda, termasuk persepsi pengguna yang berbeda

terhadap kualitas jasa pelayanan kesehatan yang diharapkan.

Menurut Parasuraman (2001:162) bahwa konsep kualitas layanan yang

diharapkan dan dirasakan ditentukan oleh kualitas layanan. Kualitas layanan tersebut

terdiri atas daya tanggap, jaminan, bukti fisik, empati, dan keandalan. Selain itu

pelayanan yang diharapkan sangat dipengaruhi oleh berbagai persepsi komunikasi dari

mulut ke mulut, kebutulhan pribadi, pengalaman masa lalu dan komunikas eksternal,

persepsi inilah yang memengaruhi pelayanan yang diharapkan (Ep = Expectation) dan

pelayanan yang dirasakan (Pp = Perception) yang membentuk adanya konsep kualitas

layanan. Lebih jelasnya dapat ditunjukkan pada gambar di

bawah ini.

DIAGRAM

Gambar 4.19 Penilaian pelanggan terhadap kualitas layanan (Parasuraman, 2001)

Parasuraman (2001:165) menyatakan bahwa konsep kualitas layanan adala suatu

pengertian yang kompleks tentang mutu, tentang memuaskan atau tidak memuaskan.

Konsep kualitas layanan dikatakan bermutu apabila pelayanan yang diharapkan lebih

kecil daripada pelayanan yang dirasakan (bermutu). Dikatakan konsep kualitas

layanan memenuhi harapan, apabila pelayanan yang diharapkan sama dengan yang

dirasakan (memuaskan). Demikian pula dikatakan persepsi tidak memenuhi harapan

apabila pelayanan yang diharapkan lebih besar daripada pelayanan yang dirasakan

(tidak bermutu).

Konsep kualitas layanan dari yang diharapkan seperti dikemukakan di atas,

ditentukan oleh empat faktor, yang saling terkait dalam memberikan suatu persepsi

yang jelas dari harapan pelanggan dalam mendapatkan pelayanan. Keempat factor

tersebut adalah:

1) Komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication, WOM), faktor

ini sangat menentukan dalam pembentukan harapan pelanggan atas suatu

Page 145: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

jasa/pelayanan. Pemilihan untuk mengonsumsi suatu jasa/pelayanan yang

bermutu dalam banyak kasus dipengaruhi oleh informasi dari mulut ke mulut

yang diperoleh dari pelanggan yang telah mengonsumsi jasa tersebut

sebelumnya.

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program

pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk ataupun jasa, bila konsumen

belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk tersebut dapat

berguna, maka konsumen tidak akan pernah membeli produk tersebut. Salah satu

alat promosi yang paling ampuh adalah dengan sistem dari mulut ke mulut

(Word of Mouth) (Trarintya, 2011).

Harrison-Walker dalam Brown dkk., (2005) menyatakan bahwa WOM

merupakan sebuah komunikasi informal di antara seorang pembicara yang tidak

komersiil dengan orang yang menerima informasi mengenai sebuah merek,

produk perusahaan, atau jasa. WOM dapat diartikan sebagai aktivitas

komunikasi dalam pemasaran yang mengindikasikan seberapa mungkin

konsumen akan bercerita kepada orang lain tentang pengalamannya dalam

proses pembelian atau mengonsumsi suatu produk atau jasa. Pengalaman

konsumen tersebut dapat berupa pengalaman positif atau pengalaman negatif.

Seperti yang dinyatakan Davidow (2003):

"Bahwa sebenarnya hubungan dari mulut ke mulut berbentuk U, di mana

apabila seseorang puas maka ia akan menyebarkan berita positif dari mulut ke

mulut, tapi apabila mengeluh tidak puas maka ia akan menyebarkan berita

negatif dari mulut ke mulut__That word of mouth is actually an U shaped

relationship, where satisfied complainers spread positive word of mouth valance,

and dissatisfied complainers spread negative word of mouth valance."

Pengalaman yang kurang memuaskan pada konsumen dapat memunculkan

berbagai respons kepada perusahaan. Perusahaan dapat menanggapi respons

tersebut dengan berbagai cara yang dinamis. Peluang meningkatnya aktivitas

WOM tersebut dapat memberikan pengaruh yang hebat.

Menurut Setyawati (2009) dalam usaha WOM, memuaskan konsumen

adalah hal yang sangat wajib. Dalam sebuah studi oleh US Office of Consumer

Affairs (Lembaga Konsumen Amerika Serikat) menunjukkan bahwa WOM

Page 146: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

memberikan efek yang signifikan terhadap penilaian konsumen/pelanggan.

Dalam studi tersebut bshwa secara rsta-rata, suatu pelanggan tidak puas akan

mengakibatkan sembilan calon pelanggan lain merasakan ketidakpuasan.

Sementara satu pelanggan yang puas hanya akan mengabarkan kepada lima

calon pelanggan lain.

2) Kebutuhan pribadi (personal need), yaitu harapan pelanggan bervariasi

bergantung pada karakteristik dan keadaan individu yang memengaruhi

kebutuhan pribadinya

3) Pengalaman masa lalu (past experience), yaitu pengalaman pelanggan

merasakan suatu pelayanan jasa tertentu di masa lalu yang memengaruhi tingkat

harapannya untuk memperoleh pelayanan jasa yang sama di masa kini dan yang

akan datang

4) Komunikasi eksternal (company's external communication) yaitu komunikasi

eksternal yang digunakan oleh organisasi jasa sebagai pemberi pelayanan

melalui berbagai bentuk upaya promosi juga memegang peranan dalam

pembentukan harapan pelanggan

Berdasarkan pengertian di atas, terdapat tiga tingkat konsep kualitas layanan yaitu:

1) Bermutu (quality surprise), bila kenyataan pelayanan yang diterima melebihi

pelayanan yang diharapkan pelanggan.

2) Memuaskan (satisfactory quality), bila kenyataan pelayanan yang diterima

sama dengan pelayanan yang diharapkan pelanggan.

3) Tidak bermutu (unacceptable quality), bila ternyata kenyataan pelayanan yang

diterima lebih rendah dari yang diharapkan pelanggan.

Panasuraman (2001:26) mengemukakan konsep kualitas layanan yang berkaitan

dengan kepuasan ditentukan oleh lima unsur yang biasa dikenal dengan istilah kualitas

layanan "RATER (responsiveness, assurance, tangible, empathy dan reliability).

Konsep kualitas layanan RATER intinya adalah membentuk sikap dan perilaku dari

pengembang pelayanan untuk memberikan bentuk pelayanan yang kuat dan mendasar

agar mendapat penilaian sesuai dengan kualitas layanan yang diterima.

Page 147: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Inti dari konsep kualitas layanan adalah menunjukkan segala bentuk aktualisasi

kegiatan pelayanan yang memuaskan orang-orang yang menerima pelayanan sesuai

dengan daya tanggap (responsiveness), menumbuhkan adanya jaminan (assurance),

menunjukkan bukti fisik (tangible) yang dapat dilihatnya, menurut empati (empathy)

dari orang-orang yang memberikan pelayanan sesuai dengan keandalannya

(reliability) menjalankan tugas pelayanan yang diberikan secara konsekuen untuk

memuaskan perima pelayanan.

Berdasarkan inti dari konsep kualitas layanan "RATER", kebanyakan

organisasi kerja yang menjadikan konsep ini sebagai acuan dalam menerapkan

aktualisasi layanan dalam organisasi kerjanya, dalam memecahkan berbagai bentuk

kesenjangan (gap) atas berbagai pelayanan yang diberikan oleh pegawai dalam

memenuhi tuntutan pelayanan masyarakat. Aktualisasi konsep "RATER juga

diterapkan dalam penerapan kualitas layanan pegawai baik pegawai pemerintah

maupun nonpemerintah dalam meningkatkan prestasi kerjanya.

Lebih jelasnya dapat diuraikan mengenai bentuk-bentuk aplikasi kualitas

layanan dengan menerapkan konsep "RATER" yang dikemukakan oleh Parasuraman

(2001:32) sebagai berikut.

1. Daya tanggap (responsiveness).

Setiap pegawai dalam memberikan bentuk-bentuk pelayanan, mengutamakan

aspek pelayanan yang sangat memengaruhi perilaku orang yang mendapat

pelayanan, sehingga diperlukan kemampuan daya tanggap dari pegawai untuk

melayani masyarakat sesuai dengan tingkat penyerapan, pengertian,

ketidaksesuaian atas berbagai hal bentuk pelayanan yang tidak diketahuinya. Hal

ini memerlukan adanya penjelasan yang bijaksana, mendetail, membina,

mengarahkan dan membujuk agar menyikapi segala bentuk-bentuk prosedur dan

mekanisme kerja yang berlaku dalam suatu organisasi, sehingga bentuk

pelayanan mendapat respons positif (Parasuraman, 2001:52).

Tuntutan pelayanan yang menyikapi berbagai keluhan dari bentuk-bentuk

pelayanan yang diberikan menjadi suatu nilai positif dari daya tanggap pemberi

pelayanan dan yang menerima pelayanan. Seyogyanya pihak yang memberikan

pelayanan apabila menemukan orang yang dilayani kurang mengerti atas

Page 148: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

berbagai syarat prosedur atau mekanisme, maka perlu diberikan suatu pengertian

dan pemahaman yang jelas secara bijaksana, berwibawa dan memberikan

berbagai alternatifkemudahan untuk mengikuti syarat pelayanan yang benar,

sehingga kesan dari orang yang mendapat pelayanan memahami atau tanggap

terhadap keinginan orang yang dilayani.

Pada prinsipnya, inti dari bentuk pelayanan yang diterapkan dalam suatu

instansi atau aktivitas pelayanan kerja yaitu memberikan pelayanan sesuai

dengan tingkat ketanggapan atas permasalahan pelayanan yang diberikan.

Kurangnya ketanggapan tersebut dari orang yang menerima pelayanan, karena

bentuk pelayanan tersebut baru dihadapi pertama kali, sehingga memerlukan

banyak informasi mengenai syarat dan prosedur pelayanan yang cepat, mudah

dan lancar, sehingga pihak pegawai atau pemberi pelayanan seyogyanya

menuntun orang yang dilayani sesuai dengan penjelasan penjelasan yang

mendetail, singkat dan jelas yang tidak menimbulkan berbagai pertanyaan atau

hal-hal yang menimbulkan keluh kesah dari orang yang mendapat pelayanan.

Apabila hal ini dilakukan dengan baik, berarti pegawai tersebut memiliki

kemampuan daya tanggap terhadap pelayanan yang diberikan yang menjadi

penyebab terjadinya pelayanan yang optimal sesuai dengan tingkat kecepatan,

kemudahan dan kelancaran dari suatu pelayanan yang ditangani oleh pegawai

(Parasuraman, 2001:63)

Suatu organisasi sangat menyadari pentingnya kualitas layanan daya

tanggap atas pelayanan yang diberikan. Setiap orang yang mendapat pelayanan

sangat membutuhkan penjelasan atas pelayanan yang diberikan agar pelayanan

tersebut jelas dan dimengerti. Untuk mewujudkan dan merealisasikan hal

tersebut, maka kualitas layanan daya tanggap mempunyai peranan penting atas

pemenuhan berbagai penjelasan dalam kegiatan pelayanan kepada masyarakat.

Apabila pelayanan daya tanggap diberikan dengan baik atas penjelasan yang

bijaksana, penjelasan yang mendetail, penjelasan yang membina, penjelasan

yang mengarahkan dan yang bersifat membujuk, apabila hal tersebut secara jelas

dimengerti oleh individu yang mendapat pelayanan, maka secara langsung

pelayanan daya tanggap dianggap berhasil, dan ini menjadi suatu bentuk

keberhasilan prestasi kerja. Margaretha (2003:163) kualitas layanan daya

Page 149: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

tanggap adalah suatu bentuk pelayanan dalam memberikan penjelasan. agar

orang yang diberi pelayanan tanggap dan menanggapi pelayanan yang diterima,

sehingga diperlukan adanya unsur kualitas layanan daya tanggap sebagai

berikut.

a. Memberikan penjelasan secara bijaksana sesuai dengan bentuk-bentuk

pelayanan yang dihadapinya. Penjelasan bijaksana tersebut mengantar

individu yang mendapat pelayanan mampu mengerti dan menyetujui

segala bentuk pelayanan yang diterima.

b. Memberikan penjelasan yang mendetail yaitu bentuk penjelasan yang

substantif dengan persoalan pelayanan yang dihadapi, yang bersifat jelas,

transparan, singkat dan dapat dipertanggungjawabkan.

c. Memberikan pembinaan atas bentuk-bentuk pelayanan yang dianggap

masih kurang atau belum sesuai dengan syarat-syarat atau prosedur

pelayanan yang ditunjukkan.

d. Mengarahkan setiap bentuk pelayanan dari individu yang dilayani untuk

menyiapkan, melaksanakan dan mengikuti berbagai ketentuan pelayanan

yang harus dipenuhi.

e. Membujuk orang yang dilayani apabila menghadapi permasalahan yang

dianggap bertentangan, berlawanan atau tidak sesuai dengan prosedur

dan ketentman vang berlaku

Uraian-uraian di atas menjadi suatu interpretasi yang banyak dikembangk dalam suatu

organisasi kerja yang memberikan kualitas layanan yang sesuai dengan daya tanggap

atas berbagai pelayanan yang ditunjukkan. Inti dari pelayanan daya tanggap dalam

suatu organisasi berupa pemberian berbagai penjelasan dengan bijaksana, mendetail,

membina, mengarahkan dan membujuk. Apabila hal ini dapat diimplementasikan

dengan baik, dengan sendirinya kualitas layanan daya tanggap akan menjadi cermin

prestasi kerja pegawai yang ditunjukkan dalam pelayanannya.

2. Jaminan (Assurance)

Page 150: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Setiap bentuk pelayanan memerlukan adanya kepastian atas pelayanan yang

diberikan. Bentuk kepastian dari suatu pelayanan sangat ditentukan oleh jaminan

dari pegawai yang memberikan pelayanan, sehingga orang yang menerima

pelayanan merasa puas dan yakin bahwa segala bentuk urusan pelayanan yang

dilakukan atas tuntas dan selesai sesuai dengan kecepatan, ketepatan,

kemudahan, kelancaran dan kualitas layanan yang diberikan (Parasuraman,

2001:69).

Jaminan atas pelayanan yang diberikan oleh pegawai sangat ditentukan

oleh performance atau kinerja pelayanan, sehingga diyakini bahwa pegawai

tersebut mampu memberikan pelayanan yang andal, mandiri dan profesional

yang berdampak pada kepuasan pelayanan yang diterima. Selain dari

performance tersebut, jaminan dari suatu pelayanan juga ditentukan dari adanya

komitmen organisasi yang kuat, yang menganjurkan agar setiap pegawai

memberikan pelayanan secara serius dan sungguh-sungguh untuk memuaskan

orang yang dilayani. Bentuk jaminan yang lain yaitu jaminan terhadap pegawai

yang memiliki perilaku kepribadian (personality behavior) yang baik dalam

memberikan pelayanan, tentu akan berbeda pegawai yang memiliki watak atau

karakter yang kurang baik dan yang kurang baik dalam memberikan pelayanan

(Margaretha, 2003: 201).

Inti dari bentuk pelayanan yang meyakinkan pada dasarnya bertumpu

kepada kepuasan pelayanan yang ditunjukkan oleh setiap pegawai, komitmen

organisasi yang menunjukkan pemberian pelayanan yang baik, dan perilaku dari

pegawai dalam memberikan pelayanan, sehingga dampak yang ditimbulkan dari

segala aktivitas pelayanan tersebut diyakini oleh orang-orang yang menerima

pelayanan, akan dilayani dengan baik sesuai dengan bentuk-bentuk pelayanan

yang dapat diyakini sesuai dengan kepastian pelayanan.

Melihat kenyataan kebanyakan organisasi modern dewasa ini

diperhadapkan oleh adanya berbagai bentuk penjaminan yang dapat meyakinkan

atas berbagai bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh suatu organisasi sesuai

dengan prestasi kerja yang ditunjukkannya. Suatu organisasi sangat

membutuhkan adanya kepercayaan memberikan pelayanan kepada orang-orang

yang dilayaninya. Untuk memperoleh suatu pelayanan yang meyakinkan, maka

Page 151: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

setiap pegawai berupaya untuk menunjukkan kualitas layanan yang meyakinkan

sesuai dengan bentuk-bentuk pelayanan yang memuaskan yang diberikan,

bentuk-bentuk pelayanan yang sesuai dengan komitmen organisasi yang

ditunjukkan dan memberikan kepastian pelayanan sesuai dengan perilaku yang

ditunjukkan. Margaretha (2003:215) suatu organisasi kerja sangat memerlukan

adanya kepercayaan yang diyakini sesuai dengan kenyataan bahwa organisasi

tersebut mampu memberikan kualitas layanan yang dapat dijamin sesuai dengan:

a. Mampu memberikan kepuasan dalam pelayanan yaitu setiap pegawai akan

memberikan pelayanan yang cepat, tepat, mudah, lancar, dan berkualitas.

Hal tersebut menjadi bentuk konkret yang memuaskan penerima layanan.

b. Mampu menunjukkan komitmen kerja yang tinggi sesuai dengan bentuk-

bentuk integritas, etos, dan budaya kerja yang sesuai dengan aplikasi dari

visi dan misi suatu organisasi dalam memberikan pelayanan.

c. Mampu memberikan kepastian atas pelayanan sesuai dengan perilaku

yang ditunjukkan, agar orang yang mendapat pelayanan yakin sesuai

dengan perilaku yang dilihatnya.

Uraian ini menjadi suatu penilaian bagi suatu organisasi dalam menunjukkan

kualitas layanan asuransi (meyakinkan) kepada setiap orang yang diberi

pelayanan sesuai dengan bentuk bentuk kepuasan pelayanan yang dapat

diberikan, memberikan pelayanan yang sesuai dengan komitmen kerja yang

ditunjukkan dengan perilaku yang menarik, meyakinkan dan dapat dipercaya,

sehingga segala bentuk kualitas layanan yang ditunjukkan dapat dipercaya dan

menjadi aktualisasi pencerminan prestasi kerja yang dapat dicapai atas

pelayanan kerja.

3. Bukti fisik (tangible)

Pengertian bukti fisik dalam kualitas layanan adalah bentuk aktualisasi nyata

secara fisik dapat terlihat atau digunakan oleh pegawai sesuai dengan

penggunaan dan pemanfaatannya yang dapat dirasakan membantu pelayanan

yang, diterima oleh orang yang menginginkan pelayanan, sehingga puas atas

Page 152: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

pelayanan yang dirasakan, yang sekaligus menunjukkan prestasi kerja atas

pemberian pelayanan yang diberikan (Parasuraman, 2001:32).

Berarti dalam memberikan pelayanan, setiap orang yang menginginkan

pelayanan dupat merasakan pentingnya bukti fisik yang ditunjukkan oleh

pengembang pelayanan, sehimgga pelayanan yang diberikan memberikan

kepuasan. Bentuk pelayanan bukti fisik biasanya berupa sarana dan prasarana

pelayanan yang tersedia, tekmologi pelayanan yang digunakan, kinerja pemberi

pelayanan yang sesuai dengan karakteristik pelayanan yang diberikan dalam

menunjukkan prestasi kerja yang dapat diberikan dalam bentuk pelayanan fisik

yang dapat dilihat. Bentuk-bentuk pelayanan fisik yang ditunjukkan sebagai

kualitas layanan dalam rangka meningkatkan prestasi kerja, merupakan salah

satu pertimbangan dalam manajemen organisasi

Arisutha (2005:49) menyatakan prestasi kerja yang ditunjukkan oleh

individu sumber daya manusia, menjadi penilaian dalam mengaplikasikan

aktivitas kerja yang dapat dinilai dari bentuk pelayanan fisik yang ditunjukkan.

Biasanya bentuk pelayanan fisik tersebut berupa kemampuan menggunakan dan

memanfaatkan segala fasilitas alat dan perlengkapan di dalam memberikan

pelayanan, sesuai dengan kemampuan penguasaan teknologi yang ditunjukkan

secara fisik dan bentuk tampilan dari pemberi pelayanan sesuai dengan perilaku

yang ditunjukkan. Dalam banyak organisasi, kualitas layanan fisik terkadang

menjadi hal penting dan utama, karena orang yang mendapat pelayanan dapat

menilai dan merasakan kondisi fisik yang dilihat secara langsung dari pemberi

pelayanan baik menggunakan, mengoperasikan dan menyikapi kondisi fisik

suatu pelayanan. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam suatu organisasi modern

dan maju, pertimbangan dari para pengembang pelayanan, senantiasa

mengutamakan bentuk kualitas kondisi fisik yang dapat memberikan apresiasi

terhadap orang yang memberi pelayanan.

Narsalam (2011) menyatakan bahwa kualitas layanan berupa kondisi fisik

merupakan bentuk kualitas layanan nyata yang memberikan adanya apresiasi

dan membentuk citra positif bagi setiap individu yang dilayaninya dan menjadi

suatu penilaian dalam menentukan kemampuan dari pengembang pelayanan

tersebut memanfaatkan segala kemampuannya untuk dilihat secara fisik, baik

Page 153: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

dalam menggunakan alat dan perlengkapan pelayanan, kemampuan

menginovasi dan mengadopsi teknologi, dan menunjukkan suatu tampilan

kinerja yang cakap, berwibawa, dan memiliki integritas yang tinggi sebagai

suatu wujud dari prestasi kerja yang ditunjukkan kepada orang yang mendapat

pelayanan.

Selanjutnya, tinjauan Gibson, Ivancevich, Donnelly (2003) melihat

dinamika dunia kerja dewasa ini mengedepankan pemenuhan kebutuhan

pelayanan masyarakat. Dengan demikian, identifikasi kualitas layanan fisik

mempunyai peranan penting dalam memperlihatkan kondisi-kondisi fisik

pelayanan tersebut. Identifikasi kualitas layanan fisik (tangible) dapat tercermin

dari aplikasi lingkungan kerja berupa:

a. Kemampuan menunjukkan prestasi kerja pelayanan dalam menggunakan

alat dan perlengkapan kerja secara efisien dan efektif.

b. Kemampuan menunjukkan penguasaan teknologi dalam berbagai akses

data dan inventarisasi otomasi kerja sesuai dengan dinamika dan

perkembangan dunia kerja yang dihadapinya.

c. Kemampuan menunjukkan integritas diri sesuai dengan penampilan yang

menunjukkan kecakapan, kewibawaan, dan dedikasi kerja.

Uraian ini secara umum memberikan suatu indikator yang jelas bahwa

kualitas layanan sangat ditentukan menurut kondisi fisik pelayanan, yang inti

pelayanannya yaitu kemampuan dalam menggunakan alat dan perlengkapan

kerja yang dapat dilihat secara fisik, mampu menunjukkan kemampuan secara

fisik dalam berbagai penguasaan teknologi kerja dan menunjukkan penampilan

yang sesuai dengan kecakapan, kewibawaan, dan dedikasi kerja.

4. Empati (Empathy)

Setiap kegiatan atau aktivitas pelayanan memerlukan adanya pemahaman dan

pengertian dalam kebersamaan asumsi atau kepentingan terhadap suatu hal yang

berkaitan dengan pelayanan. Pelayanan akan berjalan dengan lancar dan

berkualitas apabila setiap pihak yang berkepentingan dengan pelayanan

Page 154: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

memiliki adanya rasa empati (empathy) dalam menyelesaikan atau mengurus

atau memiliki komitmen yang sama terhadap pelayanan (Parasuraman, 2001:40)

Empati dalam suatu pelayanan adalah adanya suatu perhatian, keseriusan,

simpatik, pengertian, dan keterlibatan pihak pihak yang berkepentingan dengan

pelayanan untuk mengembangkan dan melakukan aktivitas pelayanan sesuai

dengan tingkat pengertian dan pemahaman dari masing masing pihak tersebut.

Pihak yang memberi pelayanan harus memiliki empati memahami masalah dari

pihak yang ingin dilayani. Pihak yang dilayani seyogyanya memahami

keterbatasan dan kemampuan orang yang melayani, sehingga keterpaduan antara

pihak yang melayani dan mendapat pelayanan memiliki perasaan yang sama.

Artinya setiap bentuk pelayanan yang diberikan kepada orang yang

dilayani memerlukan adanya empati terhadap berbagai masalah yang dihadapi

orang yang membutuhkan pelayanan. Pihak yang menginginkan pelayanan

membutuhkan adanya rasa kepedulian atas segala bentuk pengurusan pelayanan,

dengan merasakan dan memahami kebutuhan tuntutan pelayanan yang cepat,

mengerti berbagai bentuk perubahan pelayanan yang menyebabkan adanya

keluh kesah dari bentuk pelayanan yang harus dihindari, sehingga pelayanan

tersebut berjalan sesuai dengan aktivitas yang diinginkan oleh pemberi

pelayanan dan yang membutuhkan pelayanan.

Berarti empati dalam suatu organisasi kerja menjadi sangat penting dalam

memberikan suatu kualitas layanan sesuai prestasi kerja yang ditunjukkan oleh

seorang pegawai. Empati tersebut mempunyai inti yaitu mampu memahami

orang yang dilayani dengan penuh perhatian, keseriusan, simpatik, pengertian,

dan adanya keterlibatan dalam berbagai permasalahan yang dihadapi orang yang

dilayani. Margaretha (2003:78) bahwa suatu bentuk kualitas layanan dari empati

orang-orang pemberi pelayanan terhadap yang mendapatkan pelayanan harus

diwujudkan dalam lima hal, yaitu:

a. Mampu memberikan perhatian terhadap berbagai bentuk pelayanan yang

diberikan, sehingga yang dilayani merasa menjadi orang yang penting.

b. Mampu memberikan keseriusan atas aktivitas kerja pelayanan yang

diberikan, sehingga yang dilayani mempunyai kesan bahwa pemberi

pelayanan menyikapi pelayanan yang diinginkan.

Page 155: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

c. Mampu menunjukan rasa simpati atas pelayanan yang diberikan, sehingga

yang dilayani merasa memiliki wibawa atas pelayanan yang dilakukan.

d. Mampu menunjukkan pengertian yang mendalam atas berbagai hal yang

diungkapkan, sehingga yang dilayani menjadi lega dalam menghadapi

bentuk- bentuk pelayanan yang dirasakan.

e. Mampu menunjukkan keterlibatannya dalam memberikan pelayanan atas

berbagai hal yang dilakukan, sehingga yang dilayani menjadi tertolong

menghadapi berbagai bentuk kesulitan pelayanan. Bentuk-bentuk

pelayanan ini menjadi suatu yang banyak dikembangkan oleh para

pengembang organisasi, khususnya bagi pengembang pelayanan modern,

yang bertujuan memberikan kualitas layanan yang sesuai dengan dimensi

empati atas berbagai bentuk-bentuk permasalahan pelayanan yang

dihadapi oleh yang membutuhkan pelayanan, sehingga dengan dimensi

empati ini, seorang pegawai menunjukkan kualitas layanan sesuai dengan

prestasi kerja yang ditunjukkan.

5. Keandalan (Reliability)

Setiap pelayanan memerlukan bentuk pelayanan yang andal, artinya dalam

memberikan pelayanan, setiap pegawai diharapkan memiliki kemampuan dalam

pengetahuan, keahlian, kemandirian, penguasaan, dan profesionalisme keria

vang tinggi, sehingga aktivitas kerja yang dikerjakan menghasilkan bentuk

pelayanan yang memuaskan, tanpa ada keluhan dan kesan yang berlebihan atas

pelayanan yang diterima oleh masyarakat (Parasuraman, 2001:48).

Tuntutan keandal an pegawai dalam memberikan pelayanan yang cepat,

tepat, mudah dan lancar menjadi syarat penilaian bagi orang yang dilayani dalam

memperlihatkan aktualisasi kerja pegawai dalam memahami lingkup dan uraian

kerja yang menjadi perhatian dan fokus dari seuap pegawai dalam memberikan

pelayanannya.

Inti pelayanan keandalan adalah setiap pegawai memiliki kemampuan

yang andal, mengetahui mengenai seluk-beluk prosedur kerja, mekanisme

keriva, memperbaiki berbagai kekurangan atau penyimpangan yang tidak sesuai

dengan prosedur kerja serta mampu menunjukkan, mengarahkan, dan

Page 156: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

memberikan arahan yang benar kepada setiap bentuk pelayanan yang belum

dimengerti oleh masyarakat. Keandalan memberi dampak positif atas pelayanan

tersebut yaitu pegawai memahami, menguasai, andal, mandiri dan profesional

atas uraian kerja yang ditekuninya (Parasuraman, 2001:101).

Kaitan dimensi pelayanan keandalan (reliability) merupakan suatu yang

sangat penting dalam dinamika kerja suatu organisasi. Keandalan merupakan

bentuk ciri khas atau karakteristik dari pegawai yang memiliki prestasi kerja

tinggi. Keandalan dalam pemberian pelayanan dapat terlihat dari keandalan

memberikan pelayanan sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki,

keandalan dalam terampil menguasai bidang kerja yang diterapkan, keandalan

dalam penguasaan bidang kerja sesuai pengalaman kerja yang ditunjukkan, dan

keandalan menggunakan teknologi kerja.

Sunyoto (2004:16) keandalan dari suatu individu organisasi dalam

memberikan pelayanan sangat diperlukan untuk menghadapi gerak dinamika

kerja yang terus bergulir menuntut kualitas layanan yang tinggi sesuai keandalan

individu pegawai.

Keandalan dari seorang pegawai yang berprestasi, dapat dilihat dari:

1) Keandalan dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan tingkat

pengetahuan terhadap uraian kerjanya.

2) Keandalan dalam memberikan pelayanan yang terampil sesuai dengan

tingkat keterampilan kerja yang dimilikinya dalam menjalankan aktivitas

pelayanan yang efisien dan efektif.

3) Keandalan dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan pengalaman

kerja yang dimilikinya, sehingga penguasaan tentang uraian kerja dapat

dilakukan secara cepat, tepat, mudah dan berkualitas sesuai

pengalamannya.

4) Keandalan dalam mengaplikasikan penguasaan teknologi untuk

memperoleh pelayanan yang akurat dan memuaskan sesuai hasil output

penggunaan teknologi yang ditunjukkan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa kualitas

layanan dari keandalan dalam suatu organisasi dapat ditunjukkan keandalan

Page 157: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

pemberi pelayanan sesuai dengan bentuk-bentuk karakteristik yang dimiliki oleh

pegawai tersebut, sesuai dengan keberadaan organisasi tersebut. Seorang

pegawai dapat andal apabila tingkat pengetahuannya digunakan dengan baik

dalam memberikan pelayanan yang andal, kemampuan keterampilan yang

dimilikinya diterapkan sesuai dengan penguasaan bakat yang terampil,

pengalaman kerja mendukung setiap pegawai untuk melaksanakan aktivitas

kerjanya secara andal dan penggunaan teknologi menjadi syarat dari setiap

pegawai yang andal untuk melakukan berbagai bentuk kreasi kerja untuk

memecahkan berbagai permasalahan kerja yang dihadapinya secara andal.

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong & Baron. 2005. Productivity in Organitation. London: Philadelphia.

Asad, M. 2003. Pisikologi Industri. Yogyakarta: Liberty. Hlm 45-64.

Azwar, S. 2000. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Bina Rupa

Aksara. hlm 287-321.

Brown, D. 2001. Reward Strategies: Dari Intent to Impact. http://www.amazon.co.uk

Reward-Strategies-Intent-Dunca-Brown/dp/0852929056

Gibson. I.L I.M Ivancevich, JH. Donnelly, Ir. 2003. Organisasi, Perilaku, Struktur

Proses, Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hlm 119-275

Gordon. 2004. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Hlm 119-275

Kopelman, R.E, 1986. Managing Productivity in Organizations. New York: McGraw-

Hill

McCaffery, I. Heerey, M & Bose, K. P 2003. Refining Performance Improvement

Tools and Methods lessons and Challenges, www.ispt.org

Muhith, A. 2012. “Pengembangan model mutu asuhan keperawatan berdasarkan

analisis kinerja perawal dan kepuasan perawat serta pasien di RS Kabupaten

Page 158: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Gresik" Disertasi tidak dipublikasakan. Program Pasca Sarjana. Universitas

Airlangga.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hlm 36-54.

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keerawatan

Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Parasuraman A, Zeithamal V, Berry L. 1985. "A conceptual model of service quality

and its impact for future research." Journal of Marketing (Musim Gugur). Hlm.

41-50.

Perry dan Potter. 2003. Pocket And Giude Basic Skill and Procedure. 3rd edition.

Missouri Mosby.

Ruky, A.S. 2006. Sistem Manajemen Kinerja. Perfomence Management System

Panduan Praktis Untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Sudarsono. 2006. Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Woodruff dan Gardial. 2002. Practical-people Oriented Prespective. Canada:

McGraw Hill. Hlm. 36-45.

KONSEP KINERJA &TEAM WORK

Definisi Kinerja

Kinerja dalam organisasi diartikan sebagai keberhasilan menyelesaikan tugas atau

memenuhi target yang ditetapkan. Definisi kinerja (Irawan, 2003), adalah keluaran

Page 159: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

yang dihasilkan oleh fungsi atau indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam

waktu tertentu. Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja bila dikaitkan dengan kata benda adalah terjemahan dari kata

performance maka pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat

dicapai olehseseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawab individu atau kelompok dalam upaya pencapaian

tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum serta tidak bertentangan

dengan moral dan etika (Irawan, 2003).

Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu: (1) kompetensi berarti

individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat

kinerjanya, (2) produktivitas yaitu kompetensi tersebut dapat diterjemahkan ke dalam

tindakan atau kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja (outcome). Penentuan

kinerja sangat diperlukan agar suatu lembaga atau individu dapat mengetahui apakah

mereka telah berhasil dalam mencapai tujuan.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kineria adalah

prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai

selama periode waktu tertentu dalam menjalankan tugas kerjanya sesuai dengan

tanggung jawah yang diberikan kepadanya.

Prestasi atau kinerja individu memberikan kontribusi pada prestasi dan kinerja

kelompok dalam memberikan kontribusi pada kinerja organisasi. Kinerja individu

adalah dasar dari kinerja organisasi (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan

Donelly JR, James H., 1997). Kinerja yang tidak efektif dari tiap tingkatan merupakan

tanda bagi manajemen untuk segera melakukan perbaikan.

Faktor yang Memengaruhi Kinerja

Menurut (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H.,

1997) ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja yaitu faktor individu, faktor

psikologis, dan faktor organisasi, seperti tampak dalam Gambar 4.9 berikut.

Page 160: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Gambar 4.20 Diagram skematis teori perilaku dan kinerja (Gibson, James

L.,Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., 1997)

Kelompok variabel individu terdiri atas variabel kemampuan dan keterampilan, latar

belakang pribadi dan demografis. Menurut (Gibson, James L., Ivancevich, John M.,

dan Donelly JR, James H., 1997) dalam Ilyas (2002) variabel kemampuan dan

keterampilan merupakan faktor utama yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja

individu.

Kelompok variabel psikologis terdiri atas variabel persepsi, sikap, kepribadian,

belajar, dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial,

pengalaman kerja sebelumnya, dan variabel demografis. Kelompok variabel

organisasi menurut (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James

H., 1997) terdiri atas variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan

desain pekerjaan.

Indikator Kinerja

Ada beberapa pengertian tentang indikator yang disampaikan oleh para pakar yaitu:

(1) indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi, (2)

indicator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu

kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan, (3)

Page 161: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

indikator adalah variabel untuk mengukur suatu perubahan batk langsung maupun

tidak langsung.

Karakteristik suatu indikator antara lain: (1) benar (valid): artinya indikator

dapat pakai untuk mengukur aspek yang akan dinilai, (2) dapat dipercaya (reliable):

mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulang kali, untuk waktu

sekarang maupun yang akan datang. (3) peka (sensitive): cukup peka untuk mengukur

sehingga jumlahnya tidak perlu banyak, (4) spesifik (specific) memberikan gambaran

prubahan ukuran yang jelas dan tidak tumpang tindih, (5) relevan: sesuai dengan aspek

kegiatan yang akan diukur dan kritikal.

Untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan indikator sebagai alat

atau petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan. Monitoring

dilakukan terhadap indikator kunci guna dapat mengetahui penyimpangan atau

prestasi yang dicapai. Dengan demikian setiap individu akan dapat menilai tingkat

prestasinya sendiri (self assessment).

Team Work

Pengertian Team Work

Kelompok kerja adalah kelompok atau dua atau lebih yang berinteraksi dalam berbagi

informasi dan saling bergantung untuk mencapai tujuan. Kinerja kelompok hanya

merupakan jumlah kinerja sumbangan individual dari tiap kelompok (Wahjono, TSI,

2010)

Team work dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu yang bekerjasama

untuk mencapai suatu tujuan. Kumpulan individu tersebut memiliki aturan dan

mekanisme kerja yang jelas serta saling tergantung antara satu dengan yang lain. Tim

kerja (team work) menghasilkan sinergi yang positif melalui usaha yang terkoordinasi

(Robbiens, 2002), Team work merupakan sarana yang sangat baik dalam

menggabungkan berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu

pendekatan yang lebih baik, selain itu kompetensi anggota tim yang beraneka ragam

juga merupakan nilai tambah yang membuat team work lebih menguntungkan bahkan

jika dibandingkan dengan seorang individu yang sangat ahli. Sebuah team work, ada

Page 162: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

dua hal yang perlu diingat yaitu (1) adanya tugas (task), dan masalah yang

berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, (2) proses yang terjadi di dalam team

work.

Siklus Hidup sebuah Tim

Secara umum perkembangan suatu tim dapat dibagi dalam 5 tahap (Robbins, 2002)

1) Tahap pembentukan (forming stage), adalah tahapan di mana para anggota setuju

untuk bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap

orang membawa nilai, pendapat, dan cara kerja sendiri. Konflik sangat jarang

terjadi, setiap orang masih sungkan, malu, bahkan ada anggota yang merasa

gugup. Kelompok cenderung belum dapat memilih pemimpin.

2) Tahap timbulnya konflik (storming stage), adalah tahapan di mana kekacauan

mulai timbul di dalam tim. Pemimpin yang telah dipilih sering kali

dipertanyakan kemampuannya dan anggota kelompok tidak ragu untuk

mengganti pemimpin yang dinilai tidak mampu. Pertentangan terjadi karena

masalah pribadi, semua bersikeras dengan pendapat sendiri, komunikasi yang

terjadi sangat sedikit karena setiap orang tidak mau lagi menjadi pendengar dan

sebagian lagi tidak berbicara secara terbuka.

3) Tahap normalisasi (norming stage), adalah tahapan di mana individu yang ada

dalam tim mulai merasakan manfaat bekerja sama dan berjuang agar tim tetap

solid. Oleh karena semangat kerja sama sudah mulai timbul, setiap anggota

mulai merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya kepada

seluruh anggota tim. Selain itu semua orang mulai mau menjadi pendengar yang

baik. Mekanisme kerja dan aturan main ditetapkan dan ditaati seluruh anggota.

4) Tahap keempat adalah berkinerja (performing stage), tahapan di mana tim sudah

berhasil membangun sistem yang memungkinkan untuk dapat bekerja secara

produktif dan efisien.

5) Tahap pembubaran (adjourning stage), tahap ini untuk kelompok kerja yang

kerjanya tidak permanen, misalnya tim, komisi, atau panita.

Perilaku Individu dalam Tim

Page 163: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Tim atau kelompok kerja memiliki beberapa faktor yang membentuk perilaku anggota

sehingga dapat menjelaskan dan meramalkan perilaku individu dalam tim dan kinerja

tim. Faktor tersebut meliputi peran, norma, status, ukuran tim, dan tingkat kekohesifan

tim atau kelompok (Robbins, 2002).

1. Peran. Setiap anggota tim mempunyai peran yang berkaitan yang terdiri atas

perilaku yang diharapkan (role expectation) dari peran tersebut. Perilaku yang

diharapkan ini umumnya disepakati oleh seluruh angggota tim. Ketika peran

yang dimainkan oleh anggota tim menyimpang dari peran yang diharapkan,

maka akan timbul reaksi negatif dalam kinerja atau kepuasan anggota atau

bahkan memutuskan meninggalkan tim/kelompok.

2. Norma. Norma adalah sebuah standar perilaku yang dapat diterima dalam sebuah

tim yang dianut oleh semua anggota tim. Norma mempunyai karakteristik

penting bagi anggota tim, apa yang boleh dilakukan dan apa yang dilarang.

3. Status. Status adalah sebuah posisi atau pangkat yang didefinisikan secara sosial

yang diberikan kepada tim atau kelompok oleh orang lain. Status adalah faktor

penting dalam memahami perilaku karena merupakan sebuah motivator

signifikan yang memiliki konsekuensi perilaku yang besar ketika individu

menerimanya. Interaksi antar-anggota tim dipengaruhi oleh status, ketika terjadi

ketidaksetaraan akan menimbulkan ketidakseimbangan yang dapat

menghasilkan berbagai jenis perilaku korektif.

4. Ukuran tim. Ukuran tim atau kelompok yang lebih kecil cenderung lebih cepat

dalam menyelesaikan tugas dan anggota tim berkinerja lebih baik dibanding

kelompok yang besar. Bila kelompok terlalu besar akan terjadi suatu kemalasan

sosial (social loafing) yaitu kecenderungan para individu untuk melakukan usaha

yang kurang optimal ketika bekerja secara kolektif dibanding ketika bekerja

individual.

5. Kekohesifan. Suatu tingkat di mana anggota tim atau kelompok saling tertarik

satu sama lain dan termotivasi untuk tinggal di dalam kelompok tersebut,

memiliki kedekatan atau kesamaan dalam sikap, perilaku, dan prestasi yang

hamper sama. Kedekatan ini disebut juga kekompakan. Kelompok atau tim yang

sangat kohesif terdiri atas individu yang mempunyai motivasi untuk bersama,

maka dapat diharapkan kinerja kelompok efektif. Tim atau kelompok sangat

Page 164: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

kohesif dengan tujuan yang sejalan dengan organisasi maka tim akan berperilaku

yang positif dan mempunyai kinerja yang efektif.

Efektivitas

Efektivitas individu akan menentukan efektivitas kelompok dan efektivitas kelompok

menentukan efektivitas organisasi (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan

Donelly JR, James H., 1997). Efektivitas individu dipengaruhi oleh kemampuan,

keterampilan, pengetahuan, sikap, motivasi, dan stres. Efektivitas kelompok

disebabkan oleh keterpaduan, kepemimpinan, struktur, status, peran, dan norma yang

berlaku. Sementara efektivitas organisasi dipengaruhi oleh lingkungan, teknologi,

pilihan startegi, struktur, proses, dan kultur organisasi. Hubungan ketiga efektivitas

tersebut digambarkan dalam Gambar 2.5 berikut.

Gambar 4.21 Sebab efektivitas (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly

JR, James H.,, 1997)

Dalam suatu team work yang terdiri atas berbagai macam individu dari latar belakang

berbeda, dengan keahlian yang berbeda maka diperlukan suatu kerja sama yang baik

dan kompak (solid) agar tujuan organisasi dapat tercapai. Suatu kelompok dikatakan

sebagai team work dan menghasilkan suatu hasil yang optimal (kinerja tim yang

efektif) sangat dipengaruhi oleh peran individu.

Efektivitas Individual

Efektivitas Kelompok

Efektivitas Organisasi

Factor penyebab : 1. Kemampuan 2. Keterampilan 3. Pengetahuan 4. Sikap 5. Motivasi 6. Stress

Factor penyebab : 1. Keterpaduan 2. Kepemimpinan 3. Struktur 4. Status 5. Peran 6. Norma - norma

Factor penyebab : 1. Lingkungan 2. Teknologi 3. Pilihan strategi 4. Struktur 5. Proses 6. Kultur

Page 165: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Agar kinerja tim efektif, sebuah tim membutuhkan tiga jenis keterampilan yang

berbeda. Tim memerlukan individu dengan keahlian teknis, individu dengan

keterampilan memecahkan masalah dan membuat keputusan, serta individu yang

terampil dalam mendengurkan, memberikan umpan balik, menyelesaikan konfik, dan

mempunyai keteramglan intierpersonal lain yang baik

Tim yang paling efektif bukan tim yang sangat kecil (di bawah 4 atau 5), bukan

pula tim yang sangat besar (lebih dari 12 orang). Tim yang sangat kecil mungkin tidak

mempunyai keragaman pandangan, dan tim yang lebih dari 12 orang akan kesulitan

untuk berbuat banyak

Tim yang terbentuk dari individu fleksibel memiliki anggota yang dapat

melengkapi tugas satu sama lain. Ini jelas merupakan nilai tambah bagi suatu tim,

karena fleksibilitas sangat memperbaiki kemampuan adaptis tim dan membuat tim

tidak tergantung hanya pada satu anggota saja.

Empat faktor yang menyebabkan suatu team work dapat bekerja dengan efektif

meliputi :

1. Penetapan tujuan (goal setting): suatu kelompok kerja akan dapat secara efektif

menghasilkan suatu tujuan apabila memiliki goal setting atau tujuan tim yang

sama;

2. Komitmen: seberapa besar setiap komponen kelompok memiliki komitmen;

3. Peran yang efektif (effective role): setiap anggota kelompok harus memiliki peran

tersendiri dan dituntut untuk sinergis dalam melakukan usaha:

4. Kepemimpinan (leadership): komponen penting suatu kelompok akan menjadi

efektif banyak dipengaruhi oleh kepemimpinan.

Menurut Kazemak dalamn Stott K., dan Walker A., 1995 dalam Rochmah TN, 2006

menyebutkan kriteria tim yang efektif adalah sebagai berikut.

1. Mempunyai tujuan organisasi yang dapat dimengerti dan disetujui oleh semua

anggota tim.

2. Konflik yang ada harus bersifat membangun.

3. Setiap anggota diharapkan terlibat secara aktif dalam proses kepemimpinan.

4. Kemampuan individu dihargai.

Page 166: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

5. Komunikasi bersifat terbuka dan semua anggota tim dapat ikut berpartisipasi

secara aktif

6. Semua anggota tim mendukung kebijakan dan prosedur organisasi.

7. Masalah yang ada diselesaíkan secara baik berdasarkan proses pengambilan

keputusan yang tepat.

8. Adanya dukungan terhadap semua kreatifitas yang sifatnya membangun

9. Melakukan proses evaluasi secara berkala untuk mengetahui kinerja individu

anggota tim dan kinerja tim secara keseluruhan; setiap anggota tim mengerti

akan peranan, tanggung jawab dan batasan wewenang yang diberikan oleh

organisasi. Penilaian semangat kerja melalui kinerja.

Semangat Kerja

Semangat kerja (morale) adalah perasaan seorang individu terhadap pekerjaan dan

organisasinya. Mengukur semangat kerja berarti mengukur sikap atau perilaku yang

cenderung kualitatif berupa indikasi. Misalnya, indikasi turunnya semangat kerja dapat

dilihat dari tolak ukur yang ditampilkan sebagai berikut.

a. Turunnya produktivitas kerja atau kinerja

b. Tingkat absensi yang tinggi

c. Labour turnover yang tinggi

d. Tingkat kerusakan bahan yang tinggi

e. Kegelisahan di setiap unit kerja

f. Pihak karyawan sering menuntut

g. Pemogokan

Semangat kerja merupakan daya dorong bagi seseorang untuk berkinerja,

sehingga dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan turunan langsung dari

semangat kerja Hal ini dikarenakan naik-turunnya kinerja tidak terlepas dari

naikturunnya semangat kerja. Dengan demikian penilaian semangat kerja dapat juga

dilakukan melalui penilaian kinerja.

Sistem penilaian kinerja dalam suatu organisasi mencakup beberapa elemen.

Elemen pokok sistem penilaian kinerja mencakup kriteria yang ada hubungannya

Page 167: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

dengan pelaksanaan kerja, ukuran-ukuran kriteria, dan pemberian umpan balik kepada

pekerja dan manajer personalia. Meskipun manajer personalia merancang sistem

penilaian kinerja, tetapi yang melakukan penilaian kinerja pada umumnya adalah

atasan langsung pekerja yang bersangkutan.

Di dalam sistem penilaian, di samping faktor penilai, ukuran-ukuran penilaian

ikut menentukan objektivitas penilaian. Ukuran-ukuran tersebut tentunya yang

diandalkan, sehingga secara keseluruhan dapat membentuk suatu sistem penilaian

yang seobjektif mungkin. Untuk mencapai objektivitas penilaian tersebut, sistem

penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job-related), praktis, dan

mempunyai standard pelaksanaan kerja menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang

dapat diandalkan.

Secara ringkas eleman-eleman pokok sistem penilaian kinerja dapat

digambarkan seperti dalam Gambar 4..21 berikut ini.

Gambar 4.22 Elemen-elemen pokok sistem penilaian kinerja (Handoko, 2011)

Menurut (Handoko, 2001) guna mengetahui kinerja pekerja diperlukan kegiatan-

kegiatan khusus, yaitu:

1. Identifikasi dimensi kerja yang mencakup semua unsur yang akan dievaluasi

dalam pekerjaan masing-masing pekerja dalam suatu organisasi.

Prestasi kerja pekerja

Penilaian Prestasi kerja

Umpan balik Bagi pekerja

Catatan – catatan Tentang pekerja

Catatan-catatan Tentang pekerja

Ukuran-ukuran Prestasi kerja

Kriteria yang ada hubungannya Dengan pelaksanaan prestasi kerja

Page 168: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

2. Penetapan standar kerja, penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah

suatu proses melalui di mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai

prestasi kerja pekerjanya.

Selanjutnya (Dharma, Agus, 1992) mengemukakan bahwa standar dalam penilaian

prestasi kerja mencakup:

1. Kuantitas/jumlah yang harus diselesaikan.

2. Kualitas/mutu yang dihasilkan.

3. Ketepatan waktu kerja/sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.

Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan output dari proses atau pelaksanaan

kegiatan. Hal ini berkaitan dengan jumlah output yang dihasilkan. Pengukuran

ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang

menentukan ketepatan waktu dari suatu kejadian.

Pengukuran kualitatif output mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan

yaitu seberapa baik penyelesaian pekerjaan yang telah dilaksanakan, sering juga

dinyatakan dalam indikasi. Namun apabila diperlukan pengukuran kualitatif dapat

juga dikuantitatifkan misalnya dengan cara mengukur frekuensi terjadinya indikasi

tertentu per satuan waktu tertentu atau per siklus.

John H. Bernardi dan Joyce E. Russel (1995) mengemukakan 6 kriteria primer

dapat digunakan untuk mengukur kinerja pekerja, yaitu sebagai berikut.

a. Quality, merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan

yang mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.

b. Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, jumlah

unit, jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan.

c. Timeliness, merupakan lamanya kegiatan diselesaikan pada waktu yang

dikehendaki, dengan memperhatikan jumlah output lain serta waktu yang

tersedia untuk kegiatan yang lain.

d. Cost effectiveness, besarnya penggunaan sumber daya organisasi guna mencapai

hasil yang maksimal atau pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan

sumber daya.

Page 169: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

e. Need for supervision, kemampuan seseorang pekerja untuk melaksanakan suatu

fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk

mencegah tindakan yang kurang diinginkan.

f. Interpersonal impact, kemampuan seseorang pegawai untuk memelihara harga

diri, nama baik dan kemampuan bekerjasama di antara rekan kerja dan bawahan.

Sedangkan menurut (Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, 2001) bahwa pengukuran

kinerja dapat dilakukan melalui:

a. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas yaitu kesanggupan karyawan

menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

b. Penyelesaian pekerjaan melebihi target yaitu apabila karyawan menyelesaikan

pekerjaan melebihi target yang ditentukan oleh organisasi

c. Bekerja tanpa kesalahan yaitu tidak berbuat kesalahan terhadap pekerjaan

merupakan tuntutan bagi setiap karyawan.

Berdasarkan pendapat di atas, diperlukan adanya suatu ukuran standar yang ditetapkan

terlebih dahulu untuk membandingkan apakah prestasi kerja telah sesuai

dengan keinginan yang diharapkan, sekaligus untuk melihat besarnya penyimpangan

yang terjadi dengan membandingkan antara hasil kerja pekerja ukuran standarnya.

Penilaian prestasi kerja atau kinerja banyak bergantung pada bagaimana

sumber daya manusia dipandang dan diperlakukan di dalam organisasi. Jika organisasi

percaya bahwa orang tidak bekerja kecuali jika mereka diawasi dan dikendalikan

dengan ketat, ia cenderung mempunyai cara penilaian dalam bentuk laporan rahasia.

Dalam program Quality of Work Life penilaian cenderung terbuka dan apa

adanya (fair) untuk menggugah pekerja menggali lebih dalam potensi yang ada pada

dirimya untuk berkembang dan berprestasi lebih baik secara fair. Dengan penilaian

dan pemberian reward & consequencies yang sesuai dengan kenerja diharapkan akan

mendorong pekerja untuk bekerja lebih bersemangat dan bersedia mengeluarkan

segala kreativitas dan inovasi yang dimiliki.

Jika organisasi percaya bahwa setiap individu mempunyai potensi dan kekuatan serta

beranggapan bahwa kemampuan manusia dapat dipertajam dalam suatu iklim yang

sehat, maka dari itu organisasi akan mempunyai sistem penilaian yang berusaha

Page 170: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

mengenali, mempertajam, mengembangkan, dan memanfaatkan potensi serta

kemampuan karyawannya.

DAFTAR PUSTAKA

Gibson, James L, John M. Ivancevich, dan James H., Donnely, 1996. Organisasi dan

Manajemen. Jakarta: Erlangga.

Handoko, 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Jogjakarta:

BPFE. Press

Herzberg F, 1977. One more time: how do you Motivate employee? The Manajement

Process, Edisi 2. New York: Macmillan.

Irawan H., 2003. Indonesian Customer Satisfaction. Jakarta: PT Gramedia.

Robbins S.P, 2002. Organizational Behavior, 10th ed. Oct 16., Prentice Hall

International Inc., San Diago State University

Siagia, S.P, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara Jakarta.

TEORI MOTIVASI MCCLELLAND

Pada tahun 1961 bukunya The Achieving Society, David McClelland mengaraikan

tentang teorinya. Dia mengusulkan bahwa kebutuhan individu diperoleh dari waktu ke

waktu dan dibentuk oleh pengalaman hidup seseorang, Dia menggambarkan tiga jenis

kebutuhan motivasi. Dalam sebuah Teori Motivasi McClelland (Alligood & Tomey,

2006) mengemukakan adanya tiga macam kebutuhan manusia yaitu:

1. Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement). Kebutuhan untuk

berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk

pemecahan masalah. Untuk mengungkap kebutuhan akan prestasi. Ini dapat

Page 171: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

diungkap dengan teknik proyeksi. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang

mempunyai Need for Achievement tinggi akan mempunyai kinerja yang lebih

baik daripada orang yang mempunyai Need for Achievement rendah. Dengan

demikian dapat dikemukakan bahwa untuk memprediksi bagaimana kinerja

seseorang dapat dengan jalan mengetahui Need for Achievement (kebutuhan akan

prestasinya),. Teori McClelland ini penting karena ia berpendapat bahwa motif

prestasi dapat diajarkan. Hal ini dapat dicapai dengan belajar. Menurut

McClelland, setiap orang memiliki motif prestasi samnpai batas tertentu. Namun,

ada yang terus menerus lebih berorientasi prestasi daripada yang lain. Kebanyakan

orang akan menempatkan lebih banyak upaya ke dalam pekerjaan mereka jika

mereka ditantang untuk berbuat lebih baik, Ciri orang yang memiliki kebutuhan

prestasi yang tinggi (Siagian, 2002) adalah sebagai berikut:

Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif

Mencari umpan balik tentang perbuatannya.

Memilih risiko yang sedang di dalam perbuatannya.

Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya

Masyarakat dengan keinginan berprestasi yang tinggi cenderung untuk

menghindari situasi yang berisiko terlalu rendah maupun yang berisiko sangat

tinggi. Situasi dengan risiko yang sangat kecil menjadikan prestasi yang dicapai

akan terasa kurang murni, karena sedikitnya tantangan. Sementara situasi dengan

risiko yang terlalu tinggi juga dihindari dengan memperhatikan pertimbangan

hasil yang dihasilkan dengan usaha yang dilakukan. Pada umumnya mereka lebih

suka pada pekerjaan yang memiliki peluang atau kemungkinan sukses yang

moderat, peluangnya 50-50. Motivasi ini membutuhkan umpan balik untuk

memonitor kemajuan dari hasil atau prestasi yang mereka capai. Ibu yang

memiliki kebutuhan prestasi tinggi dalam melengkapi status imunisasi anak, akan

berusaha mengimunisasikan anaknya sesual jadwal imunisasi yang ada dan

menunjukkan partisipasinya mengikuti program yang ada di masyarakat. Oleh

karena ibu tidak menginginkan anaknya terkena penyakit menular akibat tidak

Page 172: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

diimunisasi. Dengan demikian, kinerja yang ditunjukkan oleh ibu yang memiliki

motivasi tinggi berbeda dengan ibu yang memiliki motivasi yang rendah.

2. Kebutuhan untuk untuk berafiliasi (need for affiliation)

Afiliasi menunjukkan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan berhubungan

dengan orang lain. Kebutuhan untuk berafiliasi merupakan dorongan untuk

berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan

sesuatu yang merugikan orang lain. Seseorang yang kuat akan kebutuhan

berafiliasi, akan selalu mencari orang lain, dan juga mempertahankan akan

hubungan yang telah dibina dengan orang lain tersebut. Sebaliknya, apabila

kebutuhan akan berafiliasi ini rendah, maka seseorang akan segan mencari

hubungan dengan orang lain, dan hubungan yang telah terjadi tidak dibina secara

baik agar tetap dapat bertahan.

Ciri orang yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi (Siagian, 1999)

adalah sebagai berikut:

Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaan

daripada tugas yang ada dalam pekerjaan tersebut.

Melakukan pekerjaan lebih efektif apabila bekerjasama dengan orang lain

dalam suasana yang lebih kooperatif.

Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain.

Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian.

Selalu berusaha menghindari konflik

Mereka yang memiliki motif yang besar untuk bersahabat sang hubungan

yang harmonis dengan orang lain dan sangat ingin merasa diterima oleh orang

lain. Mereka akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan system norma dan

nilai dari lingkungan mereka berada. Mereka akan memilih pekerjaan yang

memberikan hasil positif yang signifikan dalam hubungan antar pribadi. Mereka

akan sangat senang menjadi bagian dari suatu kelompok dan sangat

mnegutamakan interaksi social. Ibu yang memiliki kebutuhan afiliasi tinggi akan

selalu berusaha mematuhi norma dan nilai yang ada di lingkungannya untuk

mengimunisasikan anaknya secara lengkap. Oleh karena ingin membangun

Page 173: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

interaksi yang baik dengan masyarakat sekitar dan berusaha mencegah konflik

akibat tidak mengikuti yang ada atau program yang ada di masyarakat.

3. Kebutuhan untuk berkuasa (need for power)

Kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk

mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain. Dalam interaksi

sosial seseorang akan mempunyai kebutuhan untuk berkuasa (power). Orang yang

mempunyai kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi akan melakukan kontrol,

mengendalikan, atau memerintah orang lain, dan ini merupakan salah satu indikasi

atau salah satu menifestasi dari kebutuhan kekuasaan tersebut. Ciri orang yang

memiliki kebutuhan berkuasa yang tinggi (Siagian, 2002) adalah sebagai berikut.

Menyukai pekerjaan di mana mereka menjadi pemimpin.

Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari sebuah organisasi di

manapun dia berada.

Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan

yang dapat mencerminkan prestise.

Sangat peka terhadap struktur pengaruh antarpribadi dari kelompok atau

organisasi.

Seseorang dengan motif kekuasaaan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:

1. Kekuasaan pribadi (personal power): mereka yang mempunyai motif

kekuasaan pribadi yang tinggi cenderung untuk memerintah secara langsung,

dan bahkan cenderung memaksakan kehendaknya.

2. Kekuasaan institusional (institutional power): mereka yang mempunyai motif

kekuasaan institusional yang tinggi, atau sering disebut motif kekuasaan sosial

(social power motive), cenderung untuk mengorganisasikan usaha dari rekan-

rekannya untuk mencapai tujuan bersama.

Page 174: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

4. focus control 5. tingkat efisiensi

3. control 4. kepemimpinan 5. keadilan 6. nilai

Ibu yang memiliki kebutuhan berkuasa yang tinggi akan berusaha melengkapi

status imunisasi anaknya, karena orang tua memiliki pengaruh dan kontrol terhadap

anaknya. Jika orang tua saja melakukan imunisasi secara lengkap maka anak juga

harus mendapatkan imunisasi secara lengkap.

BURNOUT SYNDROME TEORI MASLACH

Konsep Dasar Burnout Syndrome

Pengertian Burnout Syndrome

Burnout syndrome adalah keadaan lelah atau frustasi yang disebabkan oleh

terhalangnya pencapaian harapan (Freundenberger, 1974). Pines dan Aronson melihat

bahwa burnout syndrome merupakan kelelahan secara fisik, emosi, dan mental karena

berada dalam situasi yang menuntut emosional mengemukakan bahwa burnout

syndrome sebagai suatu perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk reaksi menarik

diri secara psikologis dari pekerjaan. Burnout syndrome adalah suatu kondisi

psikologis pada seseorang yang tidak berhasil mengatasi stres kerja sehingga

menyebabkan stres berkepanjangan dan mengakibatkan beberapa gejala seperti

kelelahan emosional, kelelahan fisik, kelelahan mental, dan rendahnya penghargaan

terhadap diri sendiri.

FAKTOR PERSONAL 1. Kepribadian 2. Harapan 3. Demografi

FAKTOR LINGKUNGAN 1. Beban kerja 2. Penghargaan

BURNOUT SYNDROME Maslach Burnout Inventory (MBI) 1. Kelelahan emosional 2. Depersonalisasi/ sinisme 3. Prestasi pribadi

(Maslach 2004)

Page 175: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Diukur

--------- Tidal diukur

Gambar 423 Faktor-faktor yang memengaruhi Burnout Syndrome (Masiach,

2001)

Selama dekade terakhir, beberapa istilah telah diusulkan dalam upaya untuk

menjelaskan burnout syndrome, dan definisi yang paling dapat diterima adalah yang

ditulis oleh Maslach, di mana burnout syndrome ditandai dengan tiga dimensi yaitu

kelelahan emosional, depersonalisasi, dan menurunnya prestasi diri (Pouncet, 2007).

Dampak yang paling terlihat dari kelelahan adalah menurunnya kinerja dan kualitas

pelayanan Individu yang mengalami burnout syndrome akan kehilangan makna dari

pekerjaan yang dikerjakannya karena respons yang berkepanjangan dari kelelahan

emosional, fisik, dan mental yang mereka alami. Akibatnya, mereka tidak dapat

memenuhi tuntutan pekerjaan dan akhirnya memutuskan untuk tidak hadir,

menggunakan banyak cuti sakit atau bahkan meninggalkan pekerjaannya (Felton,

1998; Maslach, 2001; Poncet, 2008).

Burnout syndrome lebih sering terjadi pada kategori profesi tertentu yang

menuntut interaksi dengan orang lain seperti guru, profesi di bidang kesehatan, pekerja

sosial, polisi. dan hakim. Selain bekerja dengan masyarakat, individu yang bekerja

dalam lingkungan lain yang melibatkan tanggung jawab berbahaya, presisi pada

kinerja tugas, konsekuensi berat, sif kerja atau tugas dan tanggung jawab yang tidak

disukai, berada pada risiko yang berbeda untuk berkembangnya kelelahan (Felton,

1998; Poncet, 2008; Bakker, 2000).

Penelitian telah menunjukan bahwa perawat yang bekerja di rumah sakit

berada pada risiko tertinggi kelelahan. Beberapa alasan menjadi poin utama dalam

perkembangan sindrom ini, seperti tuntutan pasien, kemungkinan bahaya dalam

asuhan keperawatan. beban kerja yang berat atau tekanan saat harus memberikan

Page 176: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

banyak perawatan bagi banyak pasien saat sif kerja, kurangnya rasa hormat dari pasien,

ketidaksukaan dan dominasi dokter dalam sistem pelayanan kesehatan, kurangnya

kejelasan peran, serta dukungan dari lingkungan kerja. Faktor lain yang sangat terkait

dengan pengembangan burnout syndrome adalah jenis kepribadian yang

mencerminkan kapasitas individu untuk tetap bertahan pada pekerjaannya (Felton,

1998; Poncet, 2008; Bakker, 2000).

Burnout syndrome telah dinyatakan menjadi bahaya profesi yang sangat erat

hubungannya dengan individu dan institusi tempat bekerja (Fraudenberg, 1974).

Burnout syndrome didefinisikan sebagai jumlah energi psikologis dan fisik, bertambah

atau berkurangnya kelelahan bergantung pada beberapa faktor stress pribadi dan juga

stress organisasi (Maslach, 2003). Dari dua kalimat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

burnout syndrome merupakan sebuah hal yang negatif dari interaksi antara orang lain

dan lingkungan kerjanya.

Kelelahan emosional dinanggap sebagai elemen inti dari kelelahan yang

mengakibatkan depersonalisasi terhadap pekerjaan dan juga pada rekan

kerja.Depersonalisasi yang dialami oleh seseorang dapat memengaruhi kualitas

pelayanan yang diberikan pada pasien, sehingga bisa menurunkan prestasi diri (Leiter,

Harvie &Frizzel, 1998; Leiter & Maslach, 2004).

Etiologi

Penyebab terjadinya kelelahan dapat diklasifikasikan menjadi faktor personal dan atau

faktor lingkungan. Faktor personal diantaranya kepribadian, harapan, demografi,

control fokus dan tingkat efisiensi. Faktor lingkungan yang berperan di antaranya

adalah beban kerja, penghargaan, kontrol, kepemilikan, keadilan, dan nilai (Cavus,

2010).

Terlepas dari beberapa faktor tersebut di atas, ada beberapa faktor yang

dianggap mempunyai hubungan yang signifikan yaitu status perkawinan, lamanya

Page 177: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

pekerjaan, dukungan sosial, struktur keluarga, tanggung jawab, kejelasan stabilitas

emosional, dan kelelahan.

Dimensi

Sudah dijelaskan di atas, bahwa burnout syndrome tidak hanya terkait dengan factor

tunggal, melainkan muncul sebagai hasil dari interaksi antara beberapa faktor yang

ada. Burnout syndrome pada seseorang muncul sebagai akibat dari kelelahan

emosional yang meningkat, depersonalisasi dan penurunan prestasi diri (Pouncet,

2007).

1. Kelelahan emosional

Kelelahan emosional merupakan sisi yang mengekspresikan kelelahan fisik dan

emosional yang dialami sebagai dasar dan dimulainya burnout syndrome.

Kelelahan emosional, sebagian besar berhubungan dengan stress pekerjaan

(Akcamete, Kaner & Sucuoglu, 2001; Yildmm, 1996). Hasil dari kelelahan

emosional yang dialami oleh seseorang, orang tersebut tidak responsif terhadap

orang-orang yang mereka layani, dan juga merasa bahwa pekerjaannya sebagai

penyiksaan karena ia berpikir bahwa dirinya sendiri tidak mampu menanggung

hari-hari berikutnya dan selalu merasa tegang (Leiter & Maslach, 1988; Ergin,

1995; Maslach, Schaufeli & Leiter, 2001; Cimen & Ergin, 2001)

2. Depersonalisasi

Depersonalisasi merupakan sikap yang menunjukan perilaku keras/kasar,

perilaku negatif dan acuh tak acuh terhadap orang lain. Hal ini terkait dengan

kenyataan bahwa beberapa orang menunjukan perilaku seperti kehilangan tujuan

bekerja dan kehilangan antusiasme sebagai akibat dari semakin menjauh dari

dirinya sendiri dan pekerjaannya, menjadi acuh tak acuh terhadap orang yang

dilayani, menunjukan reaksi negatif dan bermusuhan.

3. Rendahnya prestasi diri

Rendahnya prestasi diri menjadi dimensi evalusi diri dari burnout syndrome,

timbul fakta bahwa orang mulai melihat dirinya sebagai seseorang yang tidak

berhasil. Dengan kata lain, seseorang cenderung mengevaluasi dirinya sendiri

sebagai hal yang negative (Maslach, 2003). Orang yang mengalami

Page 178: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

kecenderungan ini berpikir bahwa mereka tidak membuat kemajuan dalam

pekerjaan mereka, sebaliknya mereka berpikir bahwa mereka jatuh ke belakang,

pekerjaan mereka tidak berhasil dan tidak memberikan kontribusi pada

perubahan lingkungan mereka (Leiter & Maslach, 1998; Singh et al., 1994).

Burnout syndrome adalah situasi yang sangat sulit dihindari. Namun, tingkat

keparahan burnout syndrome dapat dikurangi dengan aplikasi pribadi maupun

perubahan aplikasi pada organisasi tempat melaksanakan tugas. Pada tingkat

organisasi dilakukan dengan pernyataan tugas yang jelas, partisipasi pemula untuk

program orientasi dan on the job training, perencanaan personal yang efisien dalam

hubungannya dengan departemen, pertemuan tim regular dengan saran dan kritik,

akses ke dukungan sosial dan lingkungan partisipatif dapat membantu dalam

mencegah burnout syndrome (Kacmaz 2005; Schulz, Greenley & Brown, 1995; Lundy

& Muda, 1994, Poulin & Wlter, 1993). Pada tingkat pribadi dengan cara mendorong

karyawan untuk mengambil tujuan yang lebih realistis, sehingga membantu mereka

untuk menurunkan ekspektasi diri agar dapat membantu dalam menurunkan burnout

syndrome.

Burnout syndrome adalah respons terhadap adanya stresor (misalnya beban

kerja) yang ditempatkan pada karyawan. Hal ini dibedakan menjadi bentuk lain dari

stres karena merupakan satu set respons ke tingkat tinggi tuntutan pekerjaan yang

kronis, meliputi kewajiban pribadi dan tanggung jawab yang sangat penting. Oleh

karena karakteristik dari profesi kesehatan seperti kecenderungan untuk fokus pada

masalah, kurangnya umpan balik positif, tingkat stres emosional, dan kemungkinan

merasakan perubahan sikap terhadap beberapa orang tempat bekerja, profesi kesehatan

memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami burnout syndrome (Maslach & Jackson,

1982). Tiga dimensi Maslach yang didefinisikan dari burnout syndrome sering

digunakan untuk tujuan penelitian.

1. Kelelahan emosional: ditandai dengan kelelahan dan perasaan bahwa sumber daya

emosional telah habis digunakan.

2. Depersonalisasi: ditandai bahwa intervensi kepada klien yang dirasa hanya

sebagai objek saja, bukan sebagai orang yang harus benar-benar diperhatikan.

Page 179: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Adanya sinisme terhadap rekan kerja, klien bahkan dengan organisasi tempat

bekerja.

3. Penurunan prestasi diri: ditandai dengan kecenderungan untuk mengevaluasi diri

sendiri secara negatif. Mencakup pengalaman penurunan kompetensi kerja dan

prestasi dalam pekerjaan/interaksi dengan orang/kurangnya kemajuan.

Bukti empiris menunjukan bahwa burnout syndrome dapat menimbulkan dampak

negatif di berbagai tingkatan termasuk tingkat individu, organisasi, dan pelayanan.

Pada tingkat individu, burnout syndrome dapat mengakibatkan berbagai masalah

kesehatan fisik dan mental negatif (Maslach & Jackson, 1982). Konsekuensi

emosional termasuk konflik dan kerusakan perkawinan hubungan keluarga dan sosial

(Jackson et al., 1986). Pada tingkat organisasi, dapat menyebabkan penurunan

komitmen organisasi (Leiter dan Maslach 1988) dan kepuasan kerja (Burke et al,

1984). Pada perawat dapat terjadi tingginya angka turnover dan ketidakhadiran

(Courage dan Williams, 1987; Stechmiller, 1990), kecenderungan untuk menarik diri

dari pasien dan beristirahat panjang termasuk kinerja secara keseluruhan yang

menurun dalam kualitas dan kuantitas kinerja. Dengan demikian, organisasi dapat

mengalami pemborosan sumber daya dan penurunan produktivitas. Pada tingkat

pelayanan, penelitian menunjukan bahwa burnout syndrome dapat mengarah ke

penurunan kualitas perawatan atau pelayanan dari pasien (Maslach dan Jackson,

1981). Pelayanan pelanggan yang buruk dapat menyebabkan pelangan tidak puas dan

mengakibatkan turunnya kemampuan untuk mempertahankan pelanggan.

MBI (Maslach Burnout Inventory) merupakan instrument yang terdiri atas 22 item

yang digunakan untuk mengukur frekuensi dari tiga aspek burnout syndrome,

kelelahan emosional, depersonalisasi dan yang terakhir adalah penurunan prestasi diri.

Burnout syndrome tercermin pada skor yang lebih tinggi pada kelelahan emosional

dan subscale depersonalisasi dan skor rendah pada prestasi subscale pribadi.

Dari perumusan kepribadian di atas disimpulkan bahwa kepribadian berubah,

berkembang terus sesuai dengan cara penyesuaian terhadap lingkungan sehingga dapat

dikatakan bahwa kepribadian merupakan suatu hasil dari fungsi keturunan dan

Page 180: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

lingkungan. Setiap perubahan yang terjadi pada lingkungan juga akan diikuti dengan

berubahnya kepribadian.

Dalam usaha mengerti seseorang, mengerti kepribadiannya perlu kita

mengikuti lingkungan manakah yang berperan pada proses perkembangan dan masa

hidupnya. Pertama kalinya dipakai oleh Achille Guillard dalam karangannya berjudul

"Elements de Statistique Humaine on Demographic Compares" pada tahun 1885.

DAFTAR PUSTAKA

Burke, RL & Leiter, MP. 1998. Contemporary Organizational Realities and

Professional Efficacy: Downsizing, Reorganization and Transition. Dalam T.

Cox, P. Dewe, dan M. Leiter (ed). Coping and Health in Organizations.

Washington, DC: Taylor and Francis.

Cavus.2010. "The Impacts of Structural and Psychological Empowerment on

Burnout”. A Research on Staff Nurses in Turkish State Hospitals. Canadian

Social Science. Hlm. 63-72

Freudenberger, J. 1974. Staff Burnout, Journal of Social Issues. Hlm. 159-165

Maslach, C, Jackson, S & Leiter, M. 2003. Maslach Burnout Inventory Manual.

California: CPP.

Maslach, C. 1982. Understanding Burnout: Definition Issues in Analysing a Complex

Phenomenon. Dalam W. S. Pain Job Stres Burnout. Beverly Hills: Sage

Publication.

Maslach, C.2001,"Job Burnout". Annual Review of Psychology diakses 14 November

2003, findarticles.com.

Maslach, C. 2004 Different Perspectives on Job Burnout. Contemporary Psychology.

APA Review of Books. Him. 168-170.

CONTOH KERANGKA KONSEPTUAL BERBASIS INTEGRASI

MODEL (LAWRENCE GREEN)

Page 181: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Gambar bagan

Gambar 4.24 Kerangka konseptual motivasi ibu dalam melengkapi status imunisasi

dasar pada anak berbasis integrasi model Lawrence Green dan

McClelleand (Eka Irawati, 2012)

Menurut Teori Lawrence Green, ada tiga faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan

seseorang. Perilaku seorang ibu dalam memberikan imunisasi pada anaknya

berdasarkan pendekatan Teori Lawrence green dipengaruhi oleh 3 faktor, antara lain:

factor predisposisi (predisposing factors) yaitu: sikap, keyakinan, pengetahuan,

kepercayaan, nilai dan norma. Sementara faktor pendukung (enabling factors) yaitu:

adanya sarana kesehatan, terjangkaunya sarana kesehatan, peraturan kesehatan, dan

keterampilan terkait kesehatan. Faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu: keluarga,

guru, sebaya, petugas kesehatan, tokoh masyarakat, dan pengambil keputusan. Faktor

predisposisi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi ibu

melengkapi status imunisasi dasar pada anak. Banyak ibu yang tidak bersedia untuk

mengimunisasikan anaknya dengan alasan yang sangat sederhana yaitu ibu-ibu sibuk

dengan urusan rumah tangga dan ketakutan ibu akan efek samping dari pemberian

imunisasi yang disertai pengetahuan ibu yang rendah tentang imunisasi (Ayubi, D,

2009). Imunisasi yang diberikan pada anak mencakup 5 imunisasi dasar yang harus

diberikan, yaitu: imunisasi BCG, DPT, campak, polio, dan hepatitis. Tujuan dari

imunisasi dasar adalah tercapainya kekebalan penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (PD3I) pada masyarakat (Depkes RI, 2005). Berdasarkan pendekatan

integrasi model Lawrance Green dan McClelleand diperoleh suatu kesimpulan

mengenai motivasi ibu dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak. Ini dapat

dilihat dari angka cakupan imunisasi dasar. Jika angka cakupan imunisasi dasar pada

anak tinggi berarti motivasi ibu baik. Tapi jika angka cakupan imunisasi dasar pada

anak rendah berarti motivasi ibu buruk dalam melengkapi status imunisasi dasar pada

anak.

Hipotesis:

Page 182: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

H1 : Ada pengaruh faktor predisposisi: pengetahuan terhadap motivasi ibu

dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak.

H1 : Ada pengaruh faktor predisposisi: kepercayaan terhadap motivasi ibu

dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak.

H1 : Ada pengaruh faktor predisposisi: sikap terhadap motivasi ibu dalam

melengkapi status imunisasi dasar pada anak

H1 : Ada pengaruh faktor predisposisi: nilai dan norma (kebudayaan)

terhadap motivasi ibu dalam melengkapi status imunisasi dasar pada

anak

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. & Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6h ed.

Missouri Mosby

Ayubi, D., (2009), Kontribusi Pengetahuan Ibu Terhadap Status Imunisasi Anak di

Tujuh Provinsi di Indonesia. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2005

Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Eka Irawati. 2012. Burnout syndrome pada mahasiswa profesi berdasarkan analisis

factor person dan faktor lingkungan dari teori maslach. Skripisi. FKp. Unair

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Siagia, S.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

STRESS, APPRAISAL, AND COPING STRATEGY IN

TRANSACTIONAL THEORY (LAZARUS &FOLKMAN, 1984)

Page 183: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Konsep dari stres berkembang dari definisi fisiologis terhadap stress sebagai konsep

umum yang paling banyak diterima (Selye, 1956).

Gambar bagan

Gambar 4.25 Stres, appraisal and coping strategy in transactional theory (Lazarus &

Folkman, 1984)

Setiap individu pasti akan mengalami stimulus atau peristiwa dalam hidupnya. Setiap

bagi individu. Stimulus ini kemudian disebut sebagai antecedents of stresor. Lazarus

& Folkman (1984) mengklasifikasikan stresor ke dalam dua domain yakni personal

stresor (komitmen dan kepercayaan) dan environmental stresor (setiap aspek di luar

personal yang dapat menjadi ancaman bagi kondisi personal seseorang). Dalam

penilaian awal (primary appraisal), individu akan menentukan makna dari peristiwa

yang dialaminya. Primary appraisal merupakan proses penentuan makna dari suatu

peristiwa yang dialami oleh individu, apakah peristiwa tersebut dipersepsikan positif,

netral ataukah negatif oleh individu. Peristiwa yang dinilai negatif kemudian dicari

kemungkinan adanya persepsi bahaya (harm), ancaman (threat), atau tantangan

(challenge). Harm adalah penilaian mengenai bahaya yang didapat dari peristiwa yang

terjadi. Threat adalah penilaian mengenai kemungkinan buruk atau ancaman yang

didapat dari peritiwa yang terjadi. Challenge adalah tantangan akan kesanggupan

untuk mengatasi dan mendapatkan keuntungan dari peristiwa yang terjadi. Pentingnya

primary appraisal digambarkan dalam sebuah studi klasik mengenai stres oleh

Lazarus. Primary appraisal memiliki tiga komponen yakni:

1) Goal relevance: yakni penilaian yang mengacu kepada tujuan yang dimiliki

seseorang. yakni bagaimana hubungan peristiwa yang terjadi dengan tujuan

personalnya.

2) Goal congruence or incongruence. Yakni penilaian yang mengacu pada apakah

hubungan antara peristiwa di lingkungan dan individu tersebut konsisten dengan

keinginan individu atau tidak, apakah hal tersebut menghalangi atau

memfasilitasi tujuan personalnya. Jika hal tersebut menghalanginya maka

Page 184: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

disebut Goal Incongruence. Apabila hal tersebut memfasilitasinya disebut Goal

Congruence.

3) Type of ego involvement: yakni penilaian yang mengacu kepada berbagai

macam aspek dari identitas ego atau komitmn seseorang.

Jika individu merasa adanya ancaman dari suatu peristiwa tersebut tetapi situasi

tersebut tidak dirasa merugikan, maka akan berlanjut ke penilaian kedua (secondary

appraisal) yang merupakan penilaian kemampuan individu dalam melakukan koping

Individu yang merasakan adanya ancaman dalam penilaian kedua, tergantung

bagaimana individu tersebut melakukan koping. Secondary appraisal memiliki tiga

komponen:

1) Blame and credit: yakni penilaian siapa yang bertanggung jawab atas situasi

yang menekan yang terjadi atas diri individu.

2) Coping potential: yakni penilaian mengenai bagaimana individu dapat mengatasi

situasi menekan atau mengaktualisasi komitmen pribadinya.

3) Future expectancy: penilaian mengenai apakah untuk alasan tertentu individu

mungkin berubah secara psikologis untuk menjadi lebih baik ataukah lebih

buruk.

Pengalaman subjektif atas stres merupakan keseimbangan antara primary dan

secondary appraisal. Ketika bahaya dan ancaman yang ada cukup besar sedangkan

kemampuan untuk mengadakan koping tidak memadai, maka stres yang besar akan

dirasakan oleh seorang individu. Sebaliknya, ketika kemampuan koping besar, stres

dapat diminimalkan.

Coping strategy terdiri atas PFC (Problem Focused Coping) yakni strategi yang

digunakan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stres dan EFC (Emotion

Focused Coping) yakni strategi untuk mengatasi emosi negatif yang menyertai. Jika

individu memiliki mekanisme koping yang cukup baik maka individu tersebut akan

terbebas dari stres. Sebaliknya, apabila mekanisme koping yang dimiliki dirasa

kurang, maka individu tersebut akan mengalami stres.

Page 185: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

DAFTAR PUSTAKA

Lazarus, RS. 1996. Psychological Stres and the Coping Process. New York: McGraw

Hill.

Lazarus, RS Folkman, S. 1984. Stres, Appraisal and Coping. New York: Springer.

Lazarus & Taylor. 1991. Emotion and Adaptation. London: Oxford University Press.

Lazarus, R. S., & Folkman, S. 1987. "Transactional theory and research on emotions

and coping." European Journal of Personality.Vol.1. Hlm. 141-170.

Lazarus, RS & Folkman S. 1988. Ways of Coping Questionnaire. Consulting

Psychologist, Inc.

MATERNAL ROLE ATTAINMENT DAN BECOMING MOTHER

(MERCER)

Gambar bagan

Gambar 4.26 Model of maternal role attainment

Dimodifikasi dari Mercer, R. T 1991. Maternal role Models and

consequences. Paper dipresentasikan pada International Research

Conference yang disponsori oleh the Council of Nurse

Researchers and the American Nurses Association, Los Angeles,

CA. Hak cipta Ramona T. Mercer, 1991. Catatan: Gambar ini

telah dimodifikasi melalui komunikasi personal dengan R. T.

Mercer, Kata eksosistem telah diubah menjadi mesosistem agar

lebih konsisten dengan sumber awalnya Bronfenbrener pada 4

Januari 2000.

Pencapaian Peran Ibu: Mercer's Original Model Maternal Role Attainment yang

dikemukakan oleh Mercer merupakan sekumpulan siklus mikrosistem, mesosistem,

dan makrosistem. Model ini dikembangkan oleh Mercer sejalan pengertian yang

dikemukakan Bronfenbrenners, yaitu:

1. Mikrosistem adalah lingkungan segera di mana peran pencapaian ibu terjadi.

Komponen mikrosistem ini antara lain fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah,

dukungan sosial, status ekonomi, kepercayaan keluarga, dan stress bayi baru

Page 186: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

lahir yang dipandang sebagai individu yang melekat dalam sistem keluarga.

Keluarga dipandang sebagai sistem semi tertutup yang memelihara batasan dan

pengawasan yang lebih antarperubahan dengan sistem keluarga dan sistem

lainnya. Gambar 2.1 Mikrosistem dalam model pencapaian peran ibu (Aligood

& Tomey, 2006).

2. Mesosistem meliputi, memengaruhi dan berinteraksi dengan individu di

mikrosistem. Mesosistem mencakup perawatan sehari-hari, sekolah, tempat

kerja, tempat ibadah, dan lingkungan yang umum berada dalam masyarakat.

3. Makrosistem adalah budaya pada lingkungan individu. Makrosistem terdiri atas

sosial, politik. Lingkungan pelayanan kesehatan dan kebijakan sistem kesehatan

yang berdampak pada pencapaian peran ibu.

Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti empat tahap penguasaan

peran, yaitu sebagai berikut.

1. Antisipatori: tahapan antisipatori dimulai selama kehamilan mencakup data

sosial. psikologi, penyesuaian selama hamil, harapan ibu terhadap peran, belajar

untuk berperan, hubungan dengan janin dalam uterus, dan mulai memainkan

peran.

2. Formal: tahapan ini dimuai dari kelahiran bayi yang mencakup proses

pembelajaran dan pengambilan peran menjadi ibu. Peran perilaku menjadi

petunjuk formal, harapan konsesual yang lain dalam sistem sosial ibu.

3. Informal merupakan tahap dimulainya perkembangan ibu dengan jalan atau cara

khusus yang berhubungan dengan peran yang tidak terbawa dari sistem sosial.

Wanita membuat peran barunya dalam keberadaan kehidupannya yang

berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan ke depan

4. Personal atau identitas peran yang terjadi adalah internalisasi wanita terhadap

perannya. Pengalaman wanita yang dirasakan harmonis, percaya diri,

kemampuan dalam menampilkan perannya dan pencapaian peran ibu.

Becoming a Mother: Model Revisi

Page 187: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Pada tahun 2003, Mercer merevisi model maternal role attainment menjadi becoming

mother. Pada model ini ditempatkan interaksi antara ibu, bayi, dan ayah sebagai sentral

interaksi yang tinggal dalam satu lingkungan.

Gambar bagan

Gambar 4.27 Becoming a mother: a Revised Model (Dari R. T. Mercer,

personal communication, September 3, 2003; Tomey, MA &

Alligood, 2006)

Dalam model ini dijelaskan variabel lingkungan keluarga dan teman meliputi

dukungan sosial, nilai dari keluarga, budaya, fungsi keluarga dan stresor. Lingkungan

komunitas meliputi perawatan sehari-hari, tempat kerja, sekolah, rumah sakit, fasilitas

rekreasi dan pusat kebudayaan. ILingkungan yang lebih besar dipengaruhi oleh hokum

yang berhubungan dengan perempuan dan anak-anak, termasuk ilmu tentang bayi baru

lahir, kesehatan reproduksi, budaya terapan dan program perawatan kesehatan

nasional. Perawat berperan besar membantu bayi lahir menjalani masa transisi dengan

aman dan membantu ibu dan orang terdekat untuk menjalani masa transisi menjadi

orang tua (Boback, 1995).

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, MR, & Tomey, AM. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 7th Ed.

Missouri Mosby. Hlm. 605-619.

MODEL STRUCTURE OF CARING (SWANSON, 1993)

Model Stucture of Caring (Swanson, 1993) berkaitan dengan perilaku filosofis

perawat, yaitu selalu memberikan informasi, memahami, menyampaikan pesan,

melakukan tindakan terapeutik, serta selalu mengharapkan hasil akhir yang baik,

seperti yang digambarkan pada Gambar 4.28. (Dari Swanson, K. M. [1993]. Nursing

as informed caring for well-being of others. Image: The Journal of Nursing

Scholarship, 25 [4], 352-357.)

Gambar bagan

Page 188: METODOLOGI PENELITIANmplk.politanikoe.ac.id/images/Prodi_MPLK/MetoLit-004... · 2021. 8. 2. · KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING) Konsep Interaksi manusia Imogene M

Gambar 4.28 Model structure of caring (Swanson, 1993)

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian lImu Keperawatan.

Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika

LoBiondo-Wood, G., dan Haber, J. (2002). Nursing Research: Methods, Critical

Appraisal, and Utilization. 5th ed. St. Louis: Mosby

Polit DF & Back, CT. (2012). Nursing Research. Generating and Assessing Evidence

for Nursing Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.

Voelker, D. H, & Orton, P. Z, & Adams, S. (2011). Cliff Quick Statistics Quick Review

2nd ed. New York: Wiley Publications, Inc.