masalah garam akibat pemerintah tak peduli.docx
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Masalah Garam Akibat Pemerintah Tak Peduli.docx
1/2
MASALAH GARAM AKIBAT PEMERINTAH
TAK PEDULI, JANGAN SALAHKAN CUACABerita
Rasanya janggal menyaksikan dua menteri berseteru hanya gara-gara garam. Sementara
masyarakat kita selama ini menempatkan garam sebagai barang ‘recehan’, karena selain
harganya murah, juga semua orang pasti menyimpan garam di rumahnya masing-masing.
Artinya, barang yang tak sulit didapat.
Tidaklah salah jika masyarakat kita berpola pikir seperti itu terhadap garam. Sebab, siapa pun
tahu, bahan baku garam adalah air laut, dan negara ini memiliki laut yang amat luas. ua
pertiga !ilayahnya terdiri dari lautan. Bahkan, dikenal sebagai negara maritim, karena
luasnya laut yang dimiliki negara ini. Bayangkan saja, garis pantainya saja mencapai "#.###
km.
$amun, belakangan ini justru garam menjadi masalah. $egeri yang seharusnya mampu
memproduksi garam berlimpah, malah harus mendatangkan garam dari negara lain. Betapa
miskinnya negeri ini. %ntuk urusan garam saja harus membeli dari Australia, &ndia,
Singapura, bahkan ke 'erman.
Ternyata, importasi garam sudah berlangsung lama. 'ika kita berpatokan pada tahun (##"
saja, kebutuhan garam kita yang mencapai (,) juta ton hanya bisa dipenuhi *,* juta ton oleh
industri garam nasional. Artinya, harus impor *,+ juta ton. Tentu, ini bukan angka yang
sedikit.
Sebenarnya, pemerintah kita pun sudah tahu penyebab turunnya produksi, salah satunya
disebabkan curah hujan di &ndonesia yang relati tinggi. Sementara untuk mengolah air laut
menjadi garam membutuhkan !aktu yang cukup lama. Apalagi, pembuatan garam di&ndonesia mayoritas masih menggunakan proses eaporasi pengupan air laut di dalam kolam
penampungan/.
'ika pemerintah masih membiarkan produksi garam kita dengan mengandalkan teknologi
seperti ini, maka pasti akan selalu menghadapi masalah, terutama di daerah yang curah
hujannya tinggi. Bahkan, akibat anomali cuaca selama (#*#, produksi garam nasional terjun
bebas, hingga tinggal (# persen saja0
Tidak hanya itu, tampaknya pemerintah kita juga membiarkan teknologi pembuatan garam
kita berkutat pada teknologi tradisional, sehingga ketika dihadapkan pada masalah kualitas,
http://www.garamku.com/?p=980http://www.garamku.com/?p=980http://www.garamku.com/?cat=8http://www.garamku.com/?cat=8http://www.garamku.com/?p=980http://www.garamku.com/?p=980
-
8/18/2019 Masalah Garam Akibat Pemerintah Tak Peduli.docx
2/2
maka kandungan natriumnya relati rendah. Sehingga tidak memenuhi kebutuhan standar,
apalagi untuk memenuhi kebutuhan industri.
1isalnya untuk bahan baku industri kimia khlor alkali atau 2hlor Alkali 3lant CAP/ yang
dipakai sebagai produksi bahan baku plastik dari 3oly 4ynil 2hloride PVC/, soda kostik,
dan turunan 2hlor sebagai bahan pemutih bleaching /, industri makanan, kosmetik, dan
armasi.
%ntuk konsumsi langsung, dibutuhkan garam dengan kandungan $atrium 2hlorida $a2l/
minimum "5,+ persen sesuai dengan parameter S$& standar nasional &ndonesia/. Sedangkan
untuk kebutuhan industri 2A3, dibutuhkan garam dengan kadar $a2l minimum "+ persen
dan untuk kosmetik, armasi, termasuk cairan inus, dibutuhkan garam dengan $a2l
minimum "" persen. 6aram kualitas tinggi high grade/ tersebut didatangkan dari Australia.
7arena itulah, kuncinya tetap ada di tangan pemerintah. Bagaimana niat baik good!ill/ pemerintah meningkatkan harkat dan martabat produksi garam nasional. 1isalnya upaya
untuk mendorong agar dilakukan proses iodisasi memasukkan unsur iodium atau yodium
dalam garam/ oleh industri garam nasional, sehingga menghasilkan garam berkualitas.
Sayangnya, good!ill dari pemerintah sama sekali nol. 3emerintah kita seperti kuda delman,
mengikuti keinginan sebagian pengusaha besar, dengan mengabaikan nasib rakyat yang
berproesi sebagai petani garam. 2ara berpikirnya selalu instan, mencari cara cepat tanpa
upaya keras untuk maju. 2ara instan paling menguntungkan, yakni impor. Sebab, di dalam
keb ijakan impor itu ada beberapa komponen yang menguntungkan, yakni menguntungkan
orang-orang yang berada di lingkaran bisnis importasi.
3ertama, ada kesepakatan ba!ah meja tentang ‘siapa dapat berapa’. 7edua, pengusaha besar
bisa meraih untung lebih besar dengan impor, karena harga beli lebih murah. 7etiga,
mematikan produksi petani, sehingga akan terus ketergantungan terhadap impor.
3adahal, jika memang pemerintah berniat baik terhadap kelangsungan hidup para petani
garam dan kelangsungan industri garam dalam negeri, maka ada banyak hal yang bisa
dilakukan. 1isalnya dengan menggunakan teknologi alternatie pengeringan air laut,
sehingga tidak melulu mengandalkan cuaca untuk mengubah air laut menjadi garam.
Selain itu, perlu diupayakan teknologi yang mampu meningkatkan kadar iodium dan yodium
garam, sehingga kualitasnya bisa bersaing dengan produksi lainnya. Sekali lagi, tergantung
good!ill pemerintah.