manhaju 'l-atammi fĪ tabwĪbi 'l-chikam: suntingan teks

164

Click here to load reader

Upload: vukien

Post on 04-Feb-2017

294 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MANHAJU ‘L-ATAMMI FĪ TABWĪBI ‘L-CHIKAM:

SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN

TINJAUAN TASAWUF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

FARIDA HIDAYATI ASNI

C0206022

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

MANHAJU „L-ATAMMI FĪ TABWĪBI „L-CHIKAM:

SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN

TINJAUAN TASAWUF

Disusun oleh

FARIDA HIDAYATI ASNI

C0206022

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Drs. Istadiyantha, M.S.

NIP 195410151982111001

Mengetahui

Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag.

NIP 196206101989031001

Page 3: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

MANHAJU „L-ATAMMI FĪ TABWĪBI „L-CHIKAM:

SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN

TINJAUAN TASAWUF

Disusun oleh

FARIDA HIDAYATI ASNI

C0206022

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal 13 Desember 2010

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum ………………

NIP 196412311994032005

Sekretaris Rianna Wati, S.S. ………………

NIP 132317469

Penguji I Drs. Istadiyantha, M.S. ………………

NIP 195410151982111001

Penguji II Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. ………………

NIP 196206101989031001

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A.

NIP 195303141985061001

Page 4: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Farida Hidayati Asni

NIM : C0206022

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Manhaju „l-Atammi fī

Tabwībi „l-Chikam: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Tinjauan Tasawuf adalah

betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal

yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari

skripsi tersebut.

Surakarta, 2010

Yang membuat pernyataan,

Farida Hidayati Asni

Page 5: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Dapat mencapai tingkat taraf hidup yang lebih baik, bukanlah suatu keberhasilan

semata, melainkan lebih kepeningkatan sebuah tanggung jawab

(Penulis)

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabarlah yang dicukupkan pahalanya

tanpa batas. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan

mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.”

(QS Az-Zumar ayat 10 & 18)

Page 6: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Kupersembahkan karya ini untuk:

1. Ibu dan Bapak, tanpa perjuangan kalian

aku bukan berarti apa-apa

2. Mama Shofiah,

3. Saudara-saudaraku, dan

4. Semua yang menyukai ilmu

Page 7: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT., sebaik-baik penolong

dunia dan akhirat, yang menguasai segala yang di langit dan di bumi. Limpahan

karunia-Nya yang tak terhingga berupa waktu, nafas, kesehatan, dan segala kebaikan

senantiasa menaungi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Manhaju „l-Atammi fī Tabwībi „l-Chikam: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan

Tinjauan Tasawuf. Skripsi ini disusun guna meraih gelar sarjana pada Jurusan Sastra

Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis sangat berterima kasih kepada beberapa pihak atas semua doa,

bimbingan, dukungan, dan dorongan yang telah diberikan, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Drs. Sudarno, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret, yang telah berkenan memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin

serta kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra

Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang

selalu perhatian dan memberi kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Drs. Istadiyantha, M.S., selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang senantiasa

sabar dan teliti dalam memberikan bimbingan, pengarahan, serta dorongan

Page 8: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

kepada penulis. Terima kasih atas kerelaan waktu yang diluangkan untuk

penulis.

5. Drs. Sholeh Dasuki, M.S., selaku Dosen Penelaah skripsi, yang senantiasa

memberikan pengarahan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

6. Asep Yudha Wirajaya, S.S., selaku Dosen dalam bidang Filologi yang

senantiasa memberikan masukan, pengarahan, dan dorongan dalam penulisan

skripsi ini.

7. Rianna Wati, S.S., selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan

pengarahan dan motivasi kepada penulis.

8. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan selama masa

perkuliahan berlangsung.

9. Ibu dan Bapak, yang tak kan letih berjuang dan berdoa untuk segala

kebaikan. Penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga, meski sampai

kapan pun penulis takkan mampu membalas semua pengorbanan yang telah

diberikan.

10. Mama Shofiah, penulis ucapkan terima kasih. Sampai saat ini penulis belum

dapat memberikan sesuatu yang berarti selain kata tulus itu.

11. Saudara-saudaraku, yang telah menjadi semangat, motivasi, dan inspirasiku

untuk tetap berusaha dan bertahan dalam ketidakmampuan dan kelemahanku.

12. Teman-teman Sastra Indonesia, khususnya teman-teman se-angkatan, terima

kasih untuk semua doa dan dukungannya.

Di samping itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu. Semoga

Allah SWT. senantiasa membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Page 9: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun

dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sastra

Indonesia pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, 2010

Penulis

Page 10: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………….. i

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………………. ii

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….. iii

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………….. iv

MOTTO ………………………………………………………………………… v

PERSEMBAHAN ………………………………………………………………. vi

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. x

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. xiii

DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………….. xiv

ABSTRAK ……………………………………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1

B. Pembatasan Masalah ………………………………………………... 6

C. Perumusan Masalah …………………………………………………. 7

D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 7

E. Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 8

F. Sistematika Penulisan ………………………………………………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PIKIR ……………..……………..……………..…… 11

A. Tinjauan Pustaka …………………………………………………… 11

1. Tinjauan Pustaka Berdasarkan Penelitian Filologi Terdahulu

Page 11: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

yang Memiliki Bentuk Analisis Struktur yaitu Struktur

Sastra Kitab ……………………………………………………... 11

2. Tinjauan Pustaka Berdasarkan Penelitian Filologi Terdahulu yang

Memiliki Bentuk Analisis Isi Teks yaitu Mengkaji Ajaran

Tasawuf yang Terkandung di dalam Teks ……………………… 13

B. Landasan Teori ……………………………………………………… 17

1. Teori Penyuntingan Teks ……………………………………….. 17

a. Inventarisasi Naskah ………………………………………... 18

b. Deskripsi Naskah …………………………………………… 19

c. Transliterasi Naskah ………………………………………... 19

d. Kritik Teks ………………………………………………….. 20

2. Teori Pengkajian Teks ………………………………………….. 20

a. Sastra Kitab ……………………………………………….... 20

b. Struktur Sastra Kitab ……………………………………….. 21

c. Tasawuf …………………………………………………….. 23

C. Kerangka Pikir ……………………………………………………… 28

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………... 30

A. Sumber Data …………………………………………………........... 30

B. Metode Penelitian …………………………………………………... 30

1. Metode Penyuntingan Teks …………………………………….. 30

2. Metode Pengkajian Teks ……………………………………….. 32

a. Metode Struktural …………………………………………... 33

b. Metode Analisis Isi …………………………………………. 33

C. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 33

Page 12: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

1. Tahap Informasi ………………………………………………… 34

2. Tahap Pencetakan Data …………………………………………. 34

D. Teknik Pengolahan Data ……………………………………………. 34

1. Tahap Deskripsi ………………………………………………… 35

2. Tahap Analisis ………………………………………………….. 35

3. Tahap Evaluasi …………………………………………………. 35

E. Teknik Penarikan Simpulan ………………………………………... 35

BAB IV SUNTINGAN TEKS ………………………………………………. 36

A. Inventarisasi Naskah ……………………………………………….. 36

B. Deskripsi Naskah …………………………………………………... 38

C. Ikhtisar Isi Teks ……………………………………………………. 59

D. Kritik Teks …………………………………………………………. 61

E. Suntingan Teks …………………………………………………….. 73

1. Pedoman Transliterasi …………………………………………. 73

2. Transliterasi ……………………………………………………. 79

3. Daftar Kata-kata Sukar ………………………………………… 118

BAB V ANALISIS TEKS ………………………………………………….. 126

A. Analisis Struktur …………………………………………………… 126

B. Tinjauan Tasawuf ………………………………………………….. 129

BAB VI PENUTUP …………………………………………………………. 149

A. Simpulan …………………………………………………………… 149

B. Saran ……………………………………………………………….. 150

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 151

LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 155

Page 13: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Catchword …………………………………………………………. 45

Tabel 2 : Scholia …………………………………………………………….. 47

Tabel 3 : Bentuk Singkatan …………………………………………………. 55

Tabel 4 : Lakuna ……………………………………………………………... 62

Tabel 5 : Adisi ……………………………………………………………….. 64

Tabel 6 : Substitusi …………………………………………………………... 65

Tabel 7 : Transposisi …………………………………………………………. 70

Tabel 8 : Ditografi ………………………………………………………….... 70

Tabel 9 : Ketidakkonsistenan ………………………………………………... 72

Tabel 10 : Konsonan Huruf Arab ……………………………………………... 78

Tabel 11 : Konsonan Huruf Arab Melayu …………………………………….. 79

Page 14: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR SINGKATAN

br. : baris

cm : centimeter

h. : halaman

HR : Hadits Riwayat

MATC : Manhaju ‟l-Atammi fī Tabwībi ‟l-Chikam

No. : nomor

QS : Quran Surat

saw. : shallā „l-Lāhu ‟alaihi wa sallam

SWT. : Subchānahu wa Taala

Page 15: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRAK

Farida Hidayati Asni. C0206022. 2010. Manhaju „l-Atammi fī Tabwībi „l-Chikam:

Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Tinjauan Tasawuf. Skripsi: Jurusan Sastra

Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah

suntingan teks MATC? (2) Bagaimanakah struktur narasi sastra kitab yang terdapat

dalam teks MATC? (3) Bagaimanakah ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks

MATC?

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menyediakan suntingan teks MATC yang baik

dan benar. (2) Mendeskripsikan struktur narasi sastra kitab yang terdapat dalam teks

MATC. (3) Mengungkapkan ajaran tasawuf yang terdapat dalam teks MATC.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah teks MATC yang terdapat dalam

naskah bunga rampai Manhaju „l-Atammi fī Tabwībi „l-Chikam MATC, yaitu salah

satu naskah Melayu koleksi Museum Negeri Banda Aceh. Dalam bentuk foto

digitalnya, naskah tersebut tersimpan dalam katalog online Manuskrip-Manuskrip

Peninggalan Aceh dengan nomor inventarisasi naskah 07_01364. Katalog online

tersebut dapat diakses melalui situs internet http://acehms.dl.uni-leipzig.de. Metode

penyuntingan teks yang digunakan adalah metode penyuntingan naskah jamak

terbatas, sedangkan metode pengkajian teks yang digunakan adalah metode

struktural dan analisis isi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik

pustaka. Teknik pengolahan data terdiri dari tiga tahap, yaitu deskripsi, analisis, dan

evaluasi.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap teks MATC dapat disimpulkan sebagai

berikut. (1) Secara keseluruhan, di dalam suntingan teks MATC terdapat 5 kesalahan

salin tulis dan 2 ketidakkonsistenan penulisan. Kelima bentuk kesalahan salin tulis

perinciannya yaitu 38 lakuna, 15 adisi, 67 substitusi, 4 transposisi, dan 28 ditografi.

(2) Struktur teks yang terdapat dalam teks MATC menunjukkan struktur sastra kitab.

Struktur penyajian atau struktur narasi dalam sastra kitab pada umumnya

menunjukkan struktur yang tetap, yaitu terdapat pendahuluan, isi, dan penutup. Teks

MATC adalah salah satu teks yang ada dalam naskah bunga rampai Manhaju „l-

Atammi fī Tabwībi „l-Chikam. Teks tersebut terdapat pada halaman 1 sampai dengan

47 dari 62 halaman dalam naskah bunga rampai Manhaju „l-Atammi fī Tabwībi „l-

Chikam. Di dalam katalog online terdapat keterangan bahwa naskah bunga rampai

Manhaju „l-Atammi fī Tabwībi „l-Chikam memiliki status kelengkapan naskah tidak

lengkap. Keterangan tersebut sesuai dengan penjelasan struktur yang terdapat pada

teks MATC, yaitu hanya terdapat pendahuluan dan isi, dan tidak ditemukan bagian

penutup pada teks tersebut. (3) Ajaran tasawuf yang terkadung dalam teks MATC

adalah sebagai berikut. Bābu „l-‟Ilmi, yaitu bab yang membahas ilmu yang memberi

manfaat; Bābu „l-‟Uzlati wa „l-Khumūl, yaitu bab mengenai mengasingkan diri

dalam rangka menjauhi kenikmatan duniawi; Bābu „l-Faqri wa „l-Fāqat, yaitu bab

mengenai keadaan fakir dan hajat; Bābun fī Riyādlati „n-Nafsi wa „t-Tachdzīri ‟an

Dasā‟isihā yaitu bab mengenai mensucikan nafas serta takut apabila mengotorinya;

Bābu I‟tidali „l-Khaufi wa „r-Rijā‟, yaitu bab yang membahas keadaan antara

perasaan takut dan harap; dan Bābu Dzikri Khafī ‟alā Thā‟if wa Sunnatihi ‟alā „l-

‟Ibād, yaitu bab mengenai zikir khafī yang disunahkan bagi seorang hamba.

Page 16: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan bangsa besar yang kaya akan berbagai macam warisan

budaya. Salah satu wujud warisan budaya Indonesia ada berupa naskah kuna.

Naskah kuna memiliki bentuk dan ragam yang bermacam-macam yang

keberadaannya tersebar di seluruh Indonesia (Sri Wulan Rujiati Mulyadi, 1994:1).

Naskah kuna sebagai peninggalan masa lampau merupakan hasil karya

kesusastraan lama yang banyak mengandung berbagai macam informasi.

Kandungan yang tersimpan dalam karya-karya tulisan masa lampau pada hakikatnya

merupakan suatu budaya yaitu produk dari kegiatan kemanusiaan (Siti Baroroh

Baried, et. al., 1994:2).

Naskah kuna merupakan salah satu di antara banyak warisan budaya leluhur

yang perlu diselamatkan dan dilestarikan keberadaannya. Studi terhadap naskah

kuna dilakukan karena adanya anggapan bahwa teks yang terdapat di dalam naskah

terkandung nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan masa kini (Siti Baroroh

Baried, et. al., 1994:1). Selain hal tersebut, penelitian terhadap naskah kuna dapat

juga sebagai wujud upaya penyelamatan, pemeliharaan, serta penghargaan terhadap

warisan budaya leluhur.

Sebuah naskah kuna di dalamnya termuat teks dalam berbagai bahasa. Salah

satu naskah kuna adalah naskah yang berisi teks dalam bahasa Melayu atau disebut

dengan naskah Melayu. Naskah Melayu yang sampai pada kita berasal dari berbagai

daerah, seperti Aceh, Minangkabau, Riau, Palembang, Bengkulu, Banjarmasin,

Page 17: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Sambas, Pontianak, Kutai, Jakarta, Makassar, Ternate, Ambon, dan Bima (Sri

Wulan Rujiati Mulyadi, 1994:19). Naskah-naskah tersebut tersimpan di berbagai

tempat seperti museum, perpustakaan, maupun rumah-rumah penduduk yang

merupakan koleksi pribadi. Saat ini tempat yang paling banyak menyimpan naskah-

naskah Melayu adalah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) yang

terletak di Jalan Salemba Raya, Jakarta.

Salah satu naskah Melayu lama yang dapat dijadikan sumber penelitian adalah

naskah bunga rampai dengan nomor inventarisasi naskah 07_01364. Naskah bunga

rampai tersebut merupakan salah satu koleksi Museum Negeri Banda Aceh yang

beralamat di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah Nomor 12 Kecamatan Baiturahman

Banda Aceh 23241. Pada bentuk foto digitalnya, naskah tersebut tersimpan dalam

katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh yang beralamat di

http://acehms.dl.uni-leipzig.de (untuk selanjutnya disebut dengan katalog online).

Katalog online tersebut adalah hasil kerja sama Universitas Leipzig Jerman dengan

Museum Negeri Banda Aceh, Yayasan Pendidikan dan Museum Ali Hasjmy

(YPAH), dan Pusat Kajian Pendidikan dan Masyarakat (PKPM) Banda Aceh.

Sesuai dengan deskripsi naskah yang terdapat dalam katalog online, naskah

bunga rampai tersebut berjudul Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam. Naskah

bunga rampai tersebut merupakan salah satu naskah Melayu koleksi Museum Negeri

Banda Aceh yang memiliki status kelengkapan tidak lengkap dengan keterangan

pada bagian akhir tidak ada.

Di dalam naskah tersebut secara keseluruhan terdapat tiga teks. Teks pertama

berjudul Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan keterangan terdapat

pendahuluan, isi, dan tidak terdapat penutup. Judul tersebut sama dengan judul

Page 18: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

naskah bunga rampai, yaitu sesuai dengan deskripsi naskah dalam katalog online.

Teks kedua tidak berjudul dengan keterangan hanya terdapat isi saja dan tidak

terdapat pendahuluan maupun penutup. Teks ketiga berjudul Masā’ilu ‘l-Hādī Al-

Ikhwānu ‘l-Mubdīn dengan keterangan terdapat pendahuluan, isi, dan tidak terdapat

penutup. Untuk selanjutnya judul teks Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam

disingkat menjadi teks MATC, sedangkan untuk judul naskah bunga rampai tetap

disebutkan lengkap Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam.

Penelitian ini menggunakan teks MATC, yaitu salah satu teks yang terdapat

dalam naskah bunga rampai yang berjudul sama dengan teks tersebut. Teks MATC

secara garis besar berisi tentang teks keagamaan. Di dalamnya terdapat 15 bab yang

menjelaskan mengenai ajaran-ajaran tasawuf. Selain itu terdapat pula penjelasan

mengenai ajaran Islam pada umumnya.

Berdasarkan inventarisasi naskah yang telah dilakukan melalui studi katalog

dapat dinyatakan bahwa teks MATC merupakan teks jamak, yaitu dengan

ditemukannya dua judul teks yang sama di dalam katalog online. Teks pertama yaitu

teks MATC yang terdapat dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī

Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor inventarisai naskah 07_01364. Teks kedua yaitu

teks MATC dengan nomor inventarisasi naskah 07_00060.

Pada katalog online terdapat bagian-bagian yang menampilkan keterangan

mengenai naskah. Keterangan tersebut berupa foto naskah dan deskripsi singkat

mengenai naskah. Sampai pada saat penelitian ini dilakukan, proses pengunggahan

katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh belum selesai. Akibatnya

banyak judul naskah yang ditampilkan dalam katalog online belum memiliki

keterangan yang lengkap.

Page 19: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Demikian pula yang terjadi pada kedua naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi

‘l-Chikam. Dalam katalog online, naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī

Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi 07_01364 terdapat tampilan berupa

foto naskah dan deskripsi singkat mengenai naskah, sedangkan naskah Manhaju ‘l-

Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi 07_00060 hanya muncul

tampilan deskripsi singkat mengenai naskah dan belum terdapat tampilan mengenai

foto naskah.

Penelitian ini tidak menggunakan kedua teks (teks MATC yang terdapat dalam

naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor

inventarisasi naskah 07_01364 dan teks MATC dengan nomor inventarisasi naskah

07_00060), tetapi hanya menggunakan satu teks saja, yaitu teks MATC yang

terdapat dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam

dengan nomor inventarisasi naskah 07_01364. Keputusan hanya menggunakan satu

teks dengan mengabaikan satu teks yang lain ini disebabkan oleh keterbatasan

penulis untuk melacak lebih jauh keberadaan teks MATC dengan nomor 07_00060.

Kedua teks merupakan teks-teks Melayu koleksi Museum Negeri Banda Aceh.

Selain menggunakan katalog online, dalam inventarisasi naskah juga

digunakan katalog terbitan. Katalog-katalog terbitan yang diteliti antara lain:

Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat (Amir Sutaarga, et .al., 1972),

Katalog Induk Naskah Nusantara (Behrend, T.E., 1988), Katalog Induk Naskah-

naskah Nusantara Jilid 3-A (Behrend, T.E. dan Titik Pudjiastuti, 1997), Katalog

Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3-B (Behrend, T.E. dan Titik Pudjiastuti,

1997), Katalog Naskah Buton: Koleksi Abdul Mulku Zahari (Achadiati Ikram, et. al.,

2001), Katalog Naskah Bima: Koleksi Museum Kebudayaan Samparaja (Siti

Page 20: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Maryam R. Salahuddin dan Mukhlis, 2007), dan Catalogue of Malay and

Minangkabau Manuscripts in the library of Leiden University and other collections

in the Netherlands Volume One (Wieringa, E.P., 1998). Dari katalog-katalog

tersebut tidak ditemukan naskah yang berjudul Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-

Chikam dan hanya ditemukan dalam katalog online.

Penelitian terhadap teks MATC yang terdapat dalam naskah bunga rampai

Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam didasarkan pada beberapa alasan.

Pertama, perlu adanya kelanjutan dari upaya penyelamatan dan pelestarian naskah

sebagai warisan budaya leluhur. Dewasa ini upaya penyelamatan dan pelestarian

naskah telah mengalami kemajuan. Bukti dari kemajuan tersebut adalah dengan

adanya naskah yang tersimpan dalam bentuk foto digital atau biasa disebut dengan

naskah digital. Penelitian terhadap naskah-naskah kuna dapat dikatakan sebagai

kelanjutan dari upaya penyelamatan dan pelestarian naskah. Dengan dilakukannya

penelitian terhadap naskah digital, maka naskah tidak hanya diselamatkan dalam

bentuk fisiknya saja, namun juga isi atau kandungan yang terdapat di dalamnya.

Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam, dalam bentuk

foto digitalnya, naskah tersebut tersimpan dalam katalog online Manuskrip-

Manuskrip Peninggalan Aceh yang beralamat di http://acehms.dl.uni-leipzig.de.

Naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam adalah salah satu naskah Melayu

koleksi Museum Negeri Banda Aceh. Kelanjutan dari upaya penyelamatan dan

pelestarian naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam adalah dengan

mengadakan penelitian yang berupa suntingan serta penelaahan terhadap naskah

tersebut.

Page 21: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Kedua, teks MATC adalah teks kuna yang bertuliskan huruf Jawi dan

berbahasa Melayu, di samping itu di dalamnya juga digunakan bahasa Arab. Dengan

demikian masyarakat Indonesia generasi sekarang masih kesulitan dalam membaca

ataupun memahami isi teks. Untuk itu perlu diadakan suntingan dan penelahaan

terhadap teks tersebut.

Ketiga, sampai pada saat penelitian ini dilakukan, belum dijumpai hasil

penelitian ataupun penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti lain terhadap teks

MATC tersebut. Hal ini diketahui setelah melihat beberapa daftar peneliti terdahulu,

di antaranya melalui Direktori Naskah Nusantara dan daftar skripsi di beberapa

perguruan tinggi seperti Universitas Sebelas Maret, Universitas Gadjah Mada,

Universitas Diponegoro, dan Universitas Indonesia.

Keempat, dengan dasar sebagai upaya pelestarian dan penyelamatan naskah,

penelitian terhadap naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam

tetap dilakukan meskipun naskah tersebut dalam kondisi tidak lengkap.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teks MATC merupakan

salah satu warisan budaya leluhur yang pantas dilestarikan dan diselamatkan dari

kepunahan. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah dengan mengadakan

penelitian terhadap teks tersebut. Penelitian dilakukan dalam rangka menyajikan

teks dalam bentuk suntingan dengan tujuan agar lebih mudah dipahami dan diambil

manfaatnya. Pada akhirnya penelitian ini diberi judul Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi

‘l-Chikam: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Tinjauan Tasawuf.

B. Pembatasan Masalah

Pengangkatan suatu permasalahan dalam penelitian harus memiliki batasan-

batasan. Pembatasan masalah ini diperlukan agar pembahasannya lebih sistematis

Page 22: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

dan terarah pada inti permasalahan yang ada. Permasalahan dalam penelitian ini

dibatasi pada hal-hal sebagai berikut.

1. Penyuntingan teks MATC, meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah,

ikhtisar isi teks, kritik teks, dan suntingan teks.

2. Analisis struktur narasi sastra kitab yang terdapat dalam teks MATC.

3. Tinjauan mengenai ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks MATC.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah

disebutkan, maka perumusan masalah dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah suntingan teks MATC?

2. Bagaimanakah struktur narasi sastra kitab yang terdapat dalam teks MATC?

3. Bagaimanakah ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks MATC?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berhubungan dengan maksud yang ingin dicapai oleh

peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Menyediakan suntingan teks MATC yang baik dan benar. Baik dalam arti

mudah dibaca karena telah ditransliterasikan dari huruf Arab ke huruf Latin dan

benar dalam arti kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

2. Mendeskripsikan struktur narasi sastra kitab yang terdapat dalam teks MATC.

3. Mengungkapkan ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks MATC.

Page 23: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari suatu penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, baik

manfaat teoretis maupun praktis. Manfaat suatu penelitian biasanya dikaitkan

dengan manfaat bagi masyarakat dan pembangunan bangsa, manfaat bagi

pengembangan ilmu, dan manfaat bagi pengembangan metode penelitian (Sangidu,

2004:104–105).

Manfaat teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memperkaya hasil-hasil

penelitian bidang sastra khususnya dalam bidang filologi.

2. Sebagai pembuka jalan dan bahan pertimbangan bagi peneliti lain, baik di

bidang filologi, ilmu agama Islam, maupun ilmu yang lain.

3. Mengetahui struktur narasi sastra kitab dan ajaran tasawuf yang terdapat dalam

teks MATC.

Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sebagai wujud pelestarian dan penyelamatan warisan budaya leluhur yang

berupa naskah lama.

2. Memperkenalkan keberadaan teks MATC sebagai salah satu hasil karya sastra

lama yang sarat dengan nilai ajaran agama Islam.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam suatu penelitian sangat diperlukan dalam

memberikan gambaran mengenai tahap-tahap yang ditempuh dalam suatu penelitian

serta permasalahan yang akan dianalisis di dalamnya. Sistematika penulisan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 24: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Bab I pendahuluan. Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah;

pembatasan masalah yang meliputi suntingan teks, analisis struktur narasi sastra

kitab, dan tinjauan tasawuf; perumusan masalah yang disusun berdasarkan latar

belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah disebutkan, yaitu

bagaimanakah suntingan teks MATC, bagaimanakah struktur narasi sastra kitab

yang terdapat dalam teks MATC, dan bagaimanakah ajaran tasawuf yang

terkandung dalam teks MATC; tujuan penelitian; manfaat penelitian; dan

sistematika penelitian.

Bab II landasan teori. Teori-teori yang dikemukakan meliputi teori

penyuntingan teks dan teori pengkajian teks. Teori penyuntingan teks terdiri dari

inventarisasi naskah, deskripsi naskah, transliterasi, dan kritik teks. Teori pengkajian

teks terdiri dari sastra kitab, struktur sastra kitab, dan tasawuf. Selain

mengemukakan teori-teori yang digunakan dalam penelitian, pada subbab paling

akhir terdapat kerangka pikir. Kerangka pikir berfungsi memberikan gambaran

mengenai urutan langkah kerja yang ditempuh dalam sebuah penelitian.

Bab III metode penelitian. Bab ini berisi mengenai metode penelitian yang

digunakan dalam menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Metode

penelitian terdiri dari sumber penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan

data, teknik analisis data, dan teknik penarikan simpulan.

Bab IV suntingan teks. Bab ini berisi mengenai langkah-langkah yang terdapat

dalam suntingan teks. Langkah-langkah tersebut meliputi inventarisasi naskah,

deskripsi naskah, ikhtisar isi teks, kritik teks, dan suntingan teks.

Page 25: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Bab V analisis teks. Bab ini berisi mengenai analisis teks. Anaisis teks dalam

penelitian ini meliputi analisis struktur yang berupa struktur narasi sastra kitab dan

tinjauan ajaran tasawuf yang terkandung di dalam teks.

Bab VI penutup. Bab ini berisi simpulan dari seluruh hasil penelitian dan saran

yang berkaitan dengan penelitian.

Page 26: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Ada dua macam tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini.

Pertama, tinjauan pustaka berdasarkan penelitian filologi terdahulu yang memiliki

bentuk analisis struktur yang sama yaitu struktur sastra kitab dan yang kedua

berdasarkan penelitian filologi terdahulu yang memiliki bentuk analisis isi teks yang

sama yaitu mengkaji mengenai ajaran tasawuf yang terkandung di dalam teks.

1. Tinjauan Pustaka Berdasarkan Penelitian Filologi Terdahulu yang

Memiliki Bentuk Analisis Struktur yaitu Struktur Sastra Kitab

Teks MATC merupakan salah satu karya sastra Melayu klasik yang

termasuk dalam ranah sastra kitab. Struktur teks sastra kitab pada umumnya

menunjukkan struktur yang tetap, yaitu terdapat pendahuluan, isi, dan penutup.

Di antara penelitian terdahulu yang menggunakan teks yang memiliki struktur

sastra kitab sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut.

a. Teks Risalah dengan judul penelitian Risalah: Suntingan Teks, Analisis

Struktur, Isi, dan Fungsi. Penelitian tersebut dikerjakan oleh M. Abidin

Raharjo guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret.

b. Teks Targhib Al-Āmilin dengan judul penelitian Targhib Al-Āmilin:

Suntingan Teks dan Analisis Fungsi. Penelitian tersebut dikerjakan oleh Diah

Page 27: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Widya Astuti guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret.

c. Teks Tarjumānu Al-Musthafīdi Min Al-’Arabiyyati Li Adabi Az-Zikri ’alā

Ath-Tharīqati Al-Khalwātiyyah dengan judul penelitian Tarjumānu Al-

Musthafīdi Min Al-’Arabiyyati Li Adabi Az-Zikri ’alā Ath-Tharīqati Al-

Khalwātiyyah: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Tarekat

Khalwatiyah. Penelitian tersebut dikerjakan oleh Herlian Ardivianti guna

mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret.

d. Teks Tanbīhu ‘l-Ikhwān fī ‘sy-Syurūthi wa ‘l-Arkān dengan judul penelitian

Tanbīhu ‘l-Ikhwān fī ‘sy-Syurūthi wa ‘l-Arkān: Suntingan Teks dan

Pendekatan Resepsi. Penelitian tersebut dikerjakan oleh Suci Antari guna

mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret.

e. Teks Syamsu ‘l-Ma’rifah ilā Hadlrati ‘sy-Syarī’ah dengan judul penelitian

Syamsu ‘l-Ma’rifah ilā Hadlrati ‘sy-Syarī’ah: Suntingan Teks, Analisis

Struktur, dan Isi. Penelitian tersebut dikerjakan oleh Nurul Amalia Viliasari

guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret.

f. Teks Mawa’izhu ‘l-Badi’ dengan judul penelitian Mawa’izhu ‘l-Badi’:

Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Agama. Penelitian tersebut

dikerjakan oleh Inayatul Mufida guna mendapatkan gelar sarjananya di

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Page 28: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

g. Teks Talkhīshu ‘l-Falākhi fi Bayāni Akhkāmi ‘th-Thalāqi wa ‘n-Nikākh

dengan judul penelitian Talkhīshu ‘l-Falākhi fi Bayāni Akhkāmi ‘th-Thalāqi

wa ‘n-Nikākh: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Isi Ajaran Fikih.

Penelitian tersebut dikerjakan oleh Yuliyanti Astutik guna mendapatkan

gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

h. Teks Kitab Murabba’ dengan judul penelitian Kitab Murabba’: Suntingan

Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Fikih. Penelitian tersebut dikerjakan oleh

Siti Sarah Nurhasanah guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra

dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

2. Tinjauan Pustaka Berdasarkan Penelitian Filologi Terdahulu yang

Memiliki Bentuk Analisis Isi Teks yaitu Mengkaji Ajaran Tasawuf yang

Terkandung di dalam Teks

Teks MATC merupakan naskah yang di dalamnya banyak mengandung

ajaran tasawuf. Penelitian terhadap terhadap teks MATC dilakukan dalam

rangka menyajikan teks MATC ke dalam bentuk suntingan, kemudian

menganalisis isi teks tersebut berdasarkan tinjauan tasawuf. Berikut ini garis

besar ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks MATC.

a. Penjelasan mengenai ilmu yang memberi manfaat.

b. Penjelasan mengenai mengasingkan diri dalam rangka menjauhi kenikmatan

duniawi.

c. Penjelasan mengenai keadaan fakir dan hajat.

d. Penjelasan mengenai mensucikan nafas serta takut apabila mengotorinya.

e. Penjelasan mengenai perasaan takut dan harap.

f. Penjelasan mengenai zikir khafī yang disunahkan bagi seorang hamba.

Page 29: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Sebagai dasar tinjauan pustaka, berikut penelitian filologi terdahulu

terhadap teks Melayu yang memiliki bentuk analisis yang sama dengan

penelitian ini yaitu mengkaji mengenai ajaran tasawuf yang terkandung di dalam

teks.

a. Teks Bayan Asy-Syahadat dengan judul penelitian Suntingan Teks, Konsep

Syahadat, dan Ajaran Tasawuf dalam Bayan Asy-Syahadat. Teks tersebut

diteliti oleh Novita Ratna Wulandari guna mendapatkan gelar sarjananya di

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Ajaran tasawuf

yang terkandung di dalam teks Bayan Asy-Syahadat di antaranya sebagai

berikut.

1) Tahap-tahap pelaksanaan tasawuf meliputi syariat, tarekat, hakikat, dan

makrifat sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

2) Konsepsi syahadat dalam ajaran martabat tujuh.

3) Di dalam ekspresi pendekatan terhadap Tuhan, masih terdapatnya

perbedaan esensi antara hamba dengan Tuhan.

b. Teks Risālah Tabyin Ath-Tharīq ilā ‘l-Lāhi Ta’ālā karya Ali Al-Muttaqi

dengan judul penelitian Risālah Tabyin Ath-Tharīq ilā ‘l-Lāhi Ta’ālā karya

Ali Al-Muttaqi: Suntingan Teks dan Tinjauan Tasawuf. Teks tersebut diteliti

oleh Siti Fathilah Nur Hidayati dalam rangka untuk mendapatkan gelar

sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Secara keseluruhan, ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks Risālah

Tabyin Ath-Tharīq ilā ‘l-Lāhi Ta’ālā karya Ali Al-Muttaqi adalah penjelasan

mengenai jalan untuk mengenal Tuhan ditempuh dengan mengamalkan zikir

lā ilāha illa ‘l-Lāh. Di dalam teks juga disebutkan faedah dari mengamalkan

Page 30: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

zikir lā ilāha illa ‘l-Lāh di antaranya adalah selamat di dunia dan di akhirat,

dijauhkan dari api neraka, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah

SWT.

c. Teks Akhlaqul Mahmudah dengan judul penelitian Akhlaqul Mahmudah:

Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Isi Ajaran Tasawuf. Teks tersebut

diteliti oleh Fatmawati guna meraih gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Ajaran tasawuf yang terkandung

dalam teks Akhlaqul Mahmudah di antaranya sebagai berikut.

1) Zikir kepada Allah SWT.

2) Perintah untuk beribadah hanya kepada Allah SWT. dan tidak boleh

berputus asa.

3) Larangan kufur terhadap nikmat Allah SWT.

4) Membelanjakan rizki yang diberikan Allah SWT. dengan sebaik-baiknya.

5) Janganlah melihat hal yang gaib selain Allah SWT.

d. Teks Syattariyah dengan judul penelitian Syattariyah: Suntingan Teks dan

Analisis Fungsi. Teks Syattariyah diteliti oleh Istadiyantha guna meraih gelar

Magister di Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Berikut ajaran tasawuf yang terdapat dalam teks Syattariyah.

1) Penjelasan tentang proses terjadinya alam, hakikat alam, dan hakikat

Tuhan.

2) Penjelasan tentang empat martabat tauhid yaitu: tauhid Ulūhiyyah, Afal,

Sifat, dan Dzāt.

3) Penjelasan tentang zikir Huwa ‘l-Lāh dan Allāh Huwa.

4) Penjelasan mengenai adab zikir.

Page 31: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

5) Tata cara pelaksanaan zikir.

6) Asal-usul diperolehnya amalan zikir.

7) Hubungan zikir dengan makrifat Tanzih dan Tasybih.

8) Hubungan tarekat Syattariyah dan Qadiriyah.

e. Teks Fathu ‘L-Mubīn ’alā ‘L-Mulhidīn dengan judul penelitian Fathu ‘L-

Mubīn ’alā ‘L-Mulhidīn: Suntingan Naskah dan Tinjauan Reseptif. Teks

Fathu ‘L-Mubīn ’alā ‘L-Mulhidīn diteliti oleh Sawu guna meraih gelar

Magister di Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Berikut isi yang terdapat di dalam teks Fathu ‘L-Mubīn ’alā ‘L-Mulhidīn

terkait dengan ajaran tasawuf.

1) Sanggahan terhadap dalil-dalil Wujudiyah, yaitu dalil-dalil yang berupa

ayat mutasyabihat dan dalil-dalil yang berupa hadis mutasyabihat.

2) Hujjah penyanggahan terhadap faham Mujassimah dan Musyabbihah.

3) Makna beberapa istilah dan kekeliruan pemahaman terhadap istilah

Wahdatu ‘l-Wujūd Ibn ’Arabi.

4) Makna dzat, nafsu, ’ain, wujud, hakikat, dan syai’.

5) Kekeliruan pemahaman istilah Wahdatu ‘l-Wujūd Ibn ’Arabi.

6) Masalah Syathhiyat (ucapan orang sufi), terdiri dari: pengertian

Syathhiyat, bantahan terhadap Syathhiyat, dan hukum Syathhiyat.

7) Fatwa ulama tentang Wujudiyah yang murtad dan izindīq.

Berdasarkan deskripsi dari penelitian filologi terdahulu di atas, baik dari

penelitian filologi yang memiliki bentuk analisis struktur yaitu struktur sastra kitab

maupun penelitian filologi terdahulu yang memiliki bentuk analisis isi teks yaitu

mengkaji ajaran tasawuf, dapat diketahui bahwa penelitian terhadap teks MATC

Page 32: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

belum pernah dilakukan sebelumnya. Bila dilihat dari segi bentuk analisis struktur

teks dan analisis isi teks, penelitian terhadap teks MATC memang bukanlah untuk

yang pertama kalinya. Namun pada dasarnya penelitian terhadap teks MATC

dikatakan belum pernah dilakukan sebelumnya dikarenakan dari segi objek

penelitiannya merupakan objek yang baru dalam penelitian filologi, yaitu meneliti

teks MATC.

B. Landasan Teori

Landasan teori dalam sebuah penelitian dimanfaatkan sebagai tuntunan kerja

untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi (Sangidu, 2004:105). Teori adalah

pernyataan tentang hakikat suatu kenyataan atau fakta. Teori juga diartikan sebagai

hubungan antara kenyataan atau fakta tersebut dengan kenyataan atau fakta yang

lain dan kebenaran pernyataan tersebut telah diuji melalui metode serta prosedur

tertentu (Heddy Shri Ahimsa-Putra, 2005:2).

Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang terbagi dalam dua macam,

yaitu teori penyuntingan teks dan teori pengkajian teks. Teori penyuntingan teks

adalah teori yang digunakan dalam menyunting sebuah teks dan teori pengkajian

teks adalah teori yang digunakan dalam mengkaji isi teks.

1. Teori Penyuntingan Teks

Filologi adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami

kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah

klasik. Salah satu bentuk kegiatan praktis filologi ialah membuat suntingan suatu

teks dan mengadakan perbaikan-perbaikan bagian teks yang rusak (Bani

Page 33: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Sudardi, 2003:7). Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus ditempuh

dalam menghasilkan sebuah suntingan teks.

a. Inventarisasi Naskah

Inventarisasi naskah adalah usaha dalam melacak keberadaan naskah

yang akan dijadikan sumber penelitian. Hal ini dapat dilakukan setelah

memperoleh informasi tentang sejumlah naskah dari keseluruhan katalog

yang ada. Setelah mendapatkan informasi mengenai sejumlah naskah,

langkah penelitian selanjutnya ialah melakukan pencarian terhadap naskah

berdasarkan informasi yang telah diperoleh. Ada tiga cara yang dapat

ditempuh dalam melakukan pencarian naskah. Tiga cara tersebut yaitu

sebagai berikut.

1) Pencarian Naskah di Lapangan

Pencarian naskah ini dilakukan langsung di masyarakat dengan cara

mendatangi orang-orang yang diduga menyimpan naskah-naskah yang

sesuai dengan tujuan penelitian.

2) Pencarian Naskah Melalui Katalog

Naskah yang terdaftar dalam katalog naskah adalah naskah-naskah

yang dimiliki oleh suatu museum atau lembaga lain. Pencarian naskah

melalui katalog dilakukan dengan cara melihat judul dan keterangan-

keterangan yang ada di dalam katalog.

3) Artikel-artikel Tentang Naskah

Beberapa katalog sering belum lengkap dengan adanya penemuan

naskah-naskah baru. Penemuan tersebut sering diinformasikan melalui

artikel-artikel atau hasil-hasil penelitian. Untuk itu, inventarisasi naskah

Page 34: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

perlu juga dilengkapi dengan pembacaan sejumlah artikel tentang

penemuan dan informasi tentang naskah (Bani Sudardi, 2003:44–47).

b. Deskripsi Naskah

Langkah selanjutnya setelah berhasil menentukan naskah yang akan

dijadikan sumber penelitian adalah pendeskripsian naskah. Deskripsi naskah

adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk menggambarkan seluk-beluk

mengenai naskah yang akan diteliti. Semua naskah dideskripsikan dengan

pola yang sama, yaitu nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah, tulisan

naskah, bahasa naskah, kolofon, dan garis besar isi teks (Edwar Djamaris,

2002:11). Hal-hal yang dideskripsikan dapat bertambah atau berkurang

sesuai dengan kondisi naskah yang diteliti.

c. Transliterasi

Di dalam pengkajian filologi terdapat tahapan yang disebut

transliterasi. Transliterasi yaitu penggantian jenis aksara (yang pada

umumnya sudah kurang dikenal) dengan aksara dari abjad yang lain (yang

dikenal dengan baik). Sebuah teks lama dibuat transliterasinya karena aksara

yang digunakan di dalam teks lama sudah semakin asing bagi orang-orang

generasi sekarang, sedangkan teks itu sendiri dianggap masih relevan dan

penting untuk dilestarikan (Panuti Sudjiman, 1995:99). Edwar Djamaris

(2002:19) mengartikan transliterasi sebagai penggantian atau pengalihan

huruf demi huruf dari abjad satu ke abjad yang lain.

Di samping istilah transliterasi, ada istilah lain yang hampir sama

maknanya, yaitu transkripsi. Dalam hal ini transkripsi diartikan sebagai

pengubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain. Sebagai contoh, naskah lama

Page 35: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

yang ditulis dengan huruf Latin ejaan lama diubah ke ejaan baru yang

berlaku sekarang. Transkripsi juga diartikan pengalihan teks lisan ke dalam

teks tertulis (Edwar Djamaris, 2002:19).

Ada dua tugas pokok yang harus dilakukan oleh seorang filolog dalam

melakukan transliterasi. Pertama, menjaga kemurnian bahasa lama dalam

naskah khususnya penulisan kata dan yang kedua, menyajikan teks sesuai

dengan pedoman ejaan yang berlaku sekarang, khususnya teks yang tidak

menunjukkan ciri bahasa lama yang dikemukakan dalam tugas pokok

pertama (Edwar Djamaris, 2002:19–20).

d. Kritik Teks

Langkah berikutnya setelah tahap transliterasi adalah melakukan kritik

teks. Kata ‘kritik’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu krites yang berarti

‘seorang hakim’, krinein berarti ‘menghakimi’, dan kriterion berarti ‘dasar

penghakiman’. Kritik teks memiliki makna yaitu memberikan evaluasi

terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat.

Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-

dekatnya dengan teks aslinya (Siti Baroroh Baried, et. al., 1994:61). Kritik

teks dalam penelitian filologi dilakukan dengan cara menentukan teks-teks

sesuai dengan urutan umur teks sehingga tersusun perkembangan teks dari

masa ke masa (Bani Sudardi, 2003:82).

2. Teori Pengkajian Teks

a. Sastra Kitab

Sastra kitab merupakan jenis sastra keagamaan yang mencakup suatu

bidang yang luas sekali. Roolvink (dalam Liaw Yock Fang, 1993:41)

Page 36: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

mengartikan sastra kitab sebagai sastra yang memuat kajian tentang Al-

Quran, tafsir, tajwid, rukun Islam, usuludin, fikih, ilmu tasawuf, tarikat,

zikir, rawatib, doa, jimat, risalah, wasiat, dan kitab tib (obat-obatan).

Menurut Siti Baroroh Baried (dalam Sulastin Sutrisno, et. al., 1985:291),

sastra kitab adalah sastra tasawuf yang berkembang di Aceh pada abad ke-

17.

Sastra kitab merupakan sastra yang mengemukakan ajaran Islam yang

bersumber pada ilmu fikih, tasawuf, ilmu kalam, dan tarikh serta riwayat

tokoh-tokoh historis (Siti Chamamah Soeratno, 1982:149). Dalam

penciptaannya, sastra kitab memiliki tujuan untuk menanamkan ajaran

akidah Islam, menguatkan iman, dan meluruskan ajaran yang sesat (Siti

Chamamah Soeratno, 1982:150).

Di Indonesia, sastra kitab merupakan sastra yang memiliki corak

khusus dan tersebar luas bersama penyebaran ajaran Islam. Berdasarkan jenis

sastranya, sastra kitab ada yang berbentuk puisi dan ada yang berbentuk

prosa. Keduanya mempunyai bentuk formal dan struktur yang berbeda.

Dalam Sastra Melayu, sastra kitab dalam bentuk puisi ditulis dalam bentuk

syair dan sastra kitab yang berbentuk prosa memiliki konvensi sendiri yang

terlihat dalam strukturnya (Siti Chamamah Soeratno, 1982:150–151).

b. Struktur Sastra Kitab

Di samping memiliki corak khusus, sastra kitab sebagai salah satu

ragam sastra Islam juga memiliki sifat-sifat khusus yang lain. Sifat-sifat

khusus tersebut tampak dalam struktur penceritaan dan pemakaian bahasa

(Siti Chamamah Soeratno, 1982:152). Adapun yang dimaksud dengan

Page 37: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

struktur di sini adalah struktur narasi, bukan struktur norma-norma yang lain

sebagaimana dikemukakan oleh Rene Wellek, yaitu bahwa karya sastra

merupakan struktur norma-norma (1976:150–151 dalam Siti Chamamah

Soeratno, 1982:151).

Struktur narasi sastra kitab adalah struktur penyajian teks, sama halnya

dengan struktur penceritaan dalam sastra fiksi yang berupa plot atau alur.

Alur adalah struktur penceritaan (Wellek, 1976:216 dalam Siti Chamamah

Soeratno, 1982:152). Struktur narasi atau disebut juga dengan struktur

penyajian, dalam sastra kitab pada umumnya menunjukkan struktur yang

tetap. Struktur tersebut tampak pada pembagian sebagai berikut.

I. Pendahuluan

A. 1. Doa dan seruan

2. Ajaran taqwa bagi pembaca

3. Selawat kepada Nabi Muhammad saw.

B. Kata wa ba’du.

C. Kepengarangan

1. Nama pengarang

2. Motivasi penulisan karangan

3. Judul karangan

Dalam pendahuluan, teks ditulis dalam bahasa Arab dan diterjemahkan

secara interlinier.

II. Isi

Berupa uraian masalah yang dibahas. Pada umumnya dibagi dalam bab-

bab serta pasal-pasal.

Page 38: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

III. Penutup

A. 1. Doa penutup kepada Tuhan Allah SWT. dalam bahasa Arab yang

diikuti terjemahannya dalam bahasa Melayu.

2. Selawat kepada Nabi beserta keluarganya dalam bahasa Arab.

B. Kata tammat

(Siti Chamamah Soeratno, 1982:209–210).

c. Tasawuf

1) Pengertian Tasawuf

Secara etimologis, tasawuf diperkirakan berasal dari berbagai kata

di antaranya: Ibnu Shauf, shufah, shafa, sophia, shuffah, dan shuf.

Adapun arti kata-kata tersebut adalah sebagai berikut. Ibnu Shauf adalah

gelar yang diberikan terhadap seorang Arab saleh yang selalu

mengasingkan diri di dekat Ka’bah dengan tujuan mendekatkan diri

kepada Tuhan. Shufah adalah nama surat ijazah bagi orang yang

melakukan ibadah haji. Hal ini dapat dihubungkan dengan kebiasaan

perguruan tarekat, yaitu setelah mencapai tataran tertentu, murid

perguruan tersebut akan memperoleh ijazah dari gurunya. Shafa berarti

bersih atau suci. Sophia adalah kata Yunani yang berarti hikmah atau

kebijaksanaan. Shuffah adalah nama suatu ruangan di dekat masjid

Madinah tempat Nabi Muhammad saw. memberikan pelajaran agama

terhadap para sahabatnya. Shuf berarti bulu kambing. Pakaian yang

dibuat dari bahan bulu kambing biasa disebut pakaian shuf, yaitu pakaian

yang biasa dipakai oleh orang sufi (Zaki Mubarak dalam Abubakar Aceh,

1984:25–26 dalam Istadiyantha, 2002:396–397).

Page 39: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Istilah tasawuf diartikan sebagai suatu usaha pendekatan diri

kepada Allah secara bersungguh-sungguh berdasarkan Al-Quran dan

Hadits. Cara pendekatan yang ditempuh adalah dengan membersihkan

diri dari segala dosa dan perbuatan tercela, serta menghiasi perbuatannya

itu dengan budi pekerti yang terpuji (Istadiyantha, 2002:398).

2) Macam-macam Aliran Tasawuf

Secara garis besar, aliran tasawuf dibagi menjadi dua macam.

a) Aliran Wahdatu ’l-Wujud

Wahdatu ’l-Wujud adalah suatu aliran tasawuf yang

memandang bahwa manusia itu berasal dari Tuhan dan dapat bersatu

atau mencapai penghayatan kesatuan dengan Tuhan (Simuh, 1985:72;

Asjwadie Sjukur, 1978:58 dalam Istadiyantha, 2002:398). Wahdatu

’l-Wujud berarti kesatuan wujud, kesatuan semesta. Alam dan Allah

adalah dua bentuk dalam satu hakikat, satu substansi, yakni zat Allah

SWT (Asmaran As., 2002:402).

b) Aliran Wahdatu ’sy-Syuhud

Wahdatu ’sy-Syuhud adalah suatu aliran tasawuf yang masih

mempertahankan adanya perbedaan yang esensial antara manusia

sebagai makhluk dan Tuhan sebagai pencipta makhluk (Simuh,

1985:72; Asjwadie Sjukur, 1978:58 dalam Istadiyantha, 2002:399).

Wahdatu ’sy-Syuhud berarti kesatuan penyaksian, yakni penyaksian

Wujud yang Tunggal dalam kesegalaan. Di dalamnya, seorang

menempuh jalan sufi menyaksikan segala sesuatu dengan mata

kesatuan (Asmaran As., 2002:402).

Page 40: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

3) Isi Pokok Ajaran Tasawuf

a) Tasawuf Akhlaki

Pada tahap awal memasuki kehidupan tasawuf, seorang murid

diharuskan melakukan amalan dan latihan kerohanian yang cukup

berat. Tujuannya adalah untuk menguasai hawa nafsu dalam rangka

pembersihan jiwa untuk dapat berada di hadirat Allah (Asmaran As.,

2002:68). Tindakan manusia yang sering dikendalikan oleh hawa

nafsu dalam mengejar kehidupan duniawi merupakan tabir

penghalang antara manusia dan Tuhan. Sebagai usaha menyingkap

tabir yang membatasi manusia dengan Tuhan, ahli tasawuf membuat

suatu sistem ajaran yang tersusun atas tiga tingkat. Sistem tersebut

terdiri dari takhalli, tahalli, dan tajalli (Asmaran As., 2002:68).

Takhalli berarti membersihkan diri dari sifat-sifat tercela. Di

antara sifat-sifat tercela yang mengotori hati manusia ialah dengki,

rasa mendongkol, buruk sangka, sombong, membanggakan diri,

pamer, kikir, dan pemarah. Takhalli juga berarti mengosongkan diri

dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Tahalli

adalah fase setelah takhalli yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat

terpuji. Tahalli merupakan tahap pengisian jiwa yang telah

dikosongkan pada tahap takhalli. Dengan kata lain, sesudah tahap

pembersihan diri dari sifat-sifat tercela (takhalli), usaha itu harus

berlanjut ke tahap berikutnya yaitu pengisian diri dengan sifat-sifat

terpuji (tahalli). Tajalli merupakan pemantapan dan pendalaman

Page 41: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

materi yang telah dilalui pada fase tahalli. Tajalli berarti

terungkapnya nur gaib untuk hati (Asmaran As., 2002:68–73).

Apabila jiwa telah terisi dengan sifat-sifat yang mulia dan

organ-organ tubuh sudah terbiasa melakukan amal saleh dan

perbuatan luhur, maka untuk selanjutnya agar hasil yang sudah

diperoleh itu tidak berkurang, maka diperlukan penghayatan rasa

ketuhanan. Untuk melestarikan dan memperdalam rasa ketuhanan,

ada beberapa cara yang diajarkan kaum sufi, antara lain: munajat;

muraqabah dan muhasabah; memperbanyak wirid dan zikir;

mengingat mati; dan tafakkur (Asmaran As., 2002:76–90).

b) Tasawuf Amali

Tasawuf amali merupakan lanjutan dari tasawuf akhlaki, karena

seseorang tidak bisa dekat dengan Tuhan dengan amalan yang ia

kerjakan sebelum ia membersihkan jiwanya. Jiwa yang bersih

merupakan syarat utama untuk bisa kembali kepada Tuhan. Ada

beberapa istilah yang merupakan tahapan pelaksanaan ajaran tasawuf

sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Pelaksanaan ajaran

tasawuf dilaksanakan melalui empat tahap yaitu syariat, tariqat,

hakikat, dan makrifat (Asmaran As., 2002:95–104).

4) Tahapan dalam Pelaksanaan Ajaran Tasawuf

Pelaksanaan ajaran tasawuf dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu

tahap pelaksanaan syariat, tahap pengamalan tarekat, tahap pencapaian

tingkat hakikat, dan tahap pemerolehan makrifat (Istadiyantha,

2002:401).

Page 42: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

a) Syariat

Syariat adalah peraturan yang ditetapkan Tuhan bagi manusia

berupa hukum-hukum yang disampaikan oleh rasul-Nya. Peraturan

yang berupa hukum tersebut berhubungan dengan keyakinan, ibadah,

dan muamalah (Hassan Shadily, 1984:3405 dalam Istadiyantha,

2002:401).

b) Tarekat

Tarekat berarti jalan, cara, atau aliran tertentu (Al-Yasul’i,

1956:465 dalam Istadiyantha, 2002:402). Selain itu menurut

Lembaga Ilmiah Metafisika dan Tasauf Islam, tarekat adalah jalan

atau cara pelaksanaan teknis untuk mendekat kepada Tuhan dengan

pimpinan seorang guru atau mursyid (1985:21 dalam Istadiyantha,

2002:402). Mursyid adalah orang yang memiliki hubungan silsilah

dengan guru-guru sebelumnya hingga sampai kepada Nabi

Muhammad saw. Pengertian silsilah di sini bukan berarti silsilah

yang menunjukkan hubungan keturunan tetapi menunjukkan kepada

hubungan penurunan ilmu tarekat dari satu guru kepada guru tarekat

yang lain (Istadiyantha, 2002: 402)

c) Hakikat

Hakikat berasal dari istilah Arab haqiqatun yang berarti

‘kebenaran’. Selain itu dapat pula dihubungkan dengan kata haq yang

juga berarti ‘kebenaran’ dan ’l-Haqq berarti ‘Tuhan’. Hakikat

menurut istilah sufi diartikan sebagai suatu kebenaran yang

berhubungan dengan masalah ketuhanan (Istadiyantha, 2002:402).

Page 43: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

d) Makrifat

Makrifat dapat dihubungkan dengan kata Arab ma’rifatun yang

berarti ‘pengetahuan’, ‘pengenalan’. Arif artinya ‘orang yang

mengetahui’, ‘yang mengenal’ (Marbawy, 1935:17 dalam

Istadiyantha, 2002:403). Makrifat dalam konsep tasawuf diartikan

sebagai pengenalan tentang kemahabesaran Tuhan dengan

penghayatan batin melalui kesungguhan dalam peribadatan

(Istadiyantha, 2002:403).

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir berisi gambaran mengenai urutan langkah kerja yang ditempuh

dalam sebuah penelitian. Urutan langkah kerja dalam penelitian ini secara garis

besar telah digambarkan melalui bagan kerangka pikir di atas. Berikut penjelasan

Teks MATC

Suntingan Teks MATC Analisis Struktur Teks Analisis Isi Teks

1. Inventarisasi Naskah

2. Deskripsi Naskah

3. Ikhtisar isi teks

4. Kritik Teks

5. Suntingan Teks

Struktur Narasi

Sastra Kitab

Teks MATC

Menyajikan suntingan teks MATC yang baik dan

benar, mendeskripsikan struktur narasi sastra kitab

teks MATC, dan mengungkapkan ajaran tasawuf

yang terkandung dalam teks MATC

Tinjauan Tasawuf

Page 44: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

dari bagan tersebut. Teks yang dikaji dalam penelitian ini adalah MATC. Langkah

pertama yang dilakukan adalah mengadakan penyuntingan teks, yaitu terdiri dari

inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar isi teks, kritik teks, dan suntingan

teks. Penyuntingan teks dilakukan dengan tujuan dapat menghasilkan sebuah

suntingan teks yang baik dan benar. Baik dalam arti mudah dibaca karena sudah

ditransliterasikan. Benar dalam pengertian kebenaran isi teks dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena sudah dibersihkan dari kesalahan-

kesalahan kecil. Langkah berikutnya setelah dilakukan penyuntingan teks adalah

melakukan analisis struktur yaitu untuk mengetahui struktur narasi sastra kitab yang

terdapat dalam teks MATC. Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah

mengungkapkan isi ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks MATC melalui

tinjauan tasawuf.

Page 45: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah teks Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-

Chikam (MATC). Teks tersebut adalah salah satu teks yang terdapat dalam naskah

bunga rampai yang berjudul sama, yaitu naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-

Chikam. Naskah bunga rampai tersebut merupakan salah satu naskah koleksi

Museum Negeri Banda Aceh yang beralamat di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah

Nomor 12 Kecamatan Baiturahman Banda Aceh 23241. Pada bentuk foto digitalnya,

naskah tersebut tersimpan dalam katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan

Aceh yang beralamat di http://acehms.dl.uni-leipzig.de (sebelumnya telah disebut

dengan ‘katalog online’).

B. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil

penelitian sesuai dengan yang diharapkan. Metode-metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Metode Penyuntingan Teks

Teks MATC merupakan teks jamak, yaitu dengan ditemukannya dua teks

yang berjudul sama. Teks pertama yaitu teks MATC yang terdapat dalam naskah

bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor

inventarisai naskah 07_01364. Teks kedua yaitu teks MATC dengan nomor

inventarisasi naskah 07_00060.

Page 46: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Pada katalog online terdapat bagian-bagian yang menampilkan keterangan

mengenai naskah. Keterangan tersebut berupa foto naskah dan deskripsi singkat

mengenai naskah. Sampai pada saat penelitian ini dilakukan, proses

pengunggahan katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh belum

selesai. Akibatnya banyak judul naskah yang ditampilkan dalam katalog online

belum memiliki keterangan yang lengkap.

Dalam katalog online, naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi

‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi 07_01364 terdapat tampilan berupa foto

naskah dan deskripsi singkat mengenai naskah, sedangkan naskah Manhaju ‘l-

Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi 07_00060 hanya

muncul tampilan deskripsi singkat mengenai naskah dan belum terdapat

tampilan mengenai foto naskah.

Meskipun teks MATC merupakan teks jamak, namun dalam penelitian ini

hanya menggunakan satu teks saja yaitu teks MATC yang terdapat dalam naskah

bunga rampai dengan nomor inventarisasi naskah 07_01364. Hal ini dilakukan

karena keterbatasan penulis untuk melacak lebih jauh keberadaan teks MATC

yang bernomor inventarisasi naskah 07_00060. Kedua naskah tersebut

merupakan naskah-naskah koleksi Museum Negeri Banda Aceh.

Keputusan hanya menggunakan satu teks dan mengabaikan teks yang lain

karena keterbatasan penulis melacak lebih jauh keberadaan jamak dari teks

tersebut, memunculkan sebuah metode baru dalam penelitian teks jamak.

Metode tersebut dinamakan dengan metode penyuntingan teks jamak terbatas,

yang artinya suatu metode yang digunakan apabila teks yang pada dasarnya

jamak, namun dianggap tunggal karena keterbatasan penulis dalam melacak

Page 47: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

jamak dari teks tersebut. Oleh karena teks dianggap tunggal, maka penelitian

dengan menggunakan metode penyuntingan teks jamak terbatas pada dasarnya

memiliki cara kerja yang sama dengan metode penelitian teks tunggal, yaitu

metode standar. Metode standar yaitu metode suntingan yang menyajikan

suntingan teks dengan disertai pembetulan kesalahan-kesalahan kecil dan

ketidakkonsistenan. Dalam menyunting, teks disesuaikan dengan ejaan yang

baku atau sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Kesalahan-kesalahan yang

terdapat di dalam teks diberi komentar yang dicatat dalam aparat kritik (Bani

Sudardi, 2003:60).

Metode penyuntingan teks jamak terbatas memang belum lazim digunakan.

Namun atas saran pembimbing, penelitian teks jamak dengan menggunakan

metode tersebut dapat dilakukan dengan dasar keterbatasan peneliti dalam

melacak jamak dari teks yang hendak diteliti. Seandainya jamak dari teks dapat

terkumpul semua maka seharusnya metode yang digunakan sesuai dengan

kondisi teks. Contohnya: penelitian teks jamak menggunakan metode landasan

apabila terdapat satu teks yang memiliki kualitas paling unggul atau

menggunakan metode gabungan apabila di antara teks tidak terdapat perbedaan

yang terlalu besar.

2. Metode Pengkajian Teks

Di dalam pengkajian teks, penelitian ini menggunakan metode kualitatif

deskriptif, yaitu metode kualitatif yang berisifat deskriptif. Metode kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang datanya berupa data tertulis atau lisan.

Untuk mendukung metode ini digunakan pula beberapa metode sebagai berikut.

Page 48: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

a. Metode Struktural

Sastra kitab sebagai kelompok karya sastra Melayu yang pada

umumnya mengungkapkan ajaran agama memiliki ragam penulisan

tersendiri. Siti Chamamah (1982:152) menyebutkan bahwa sastra kitab

mempunyai sifat-sifat khusus lain yang tampak dalam struktur penceritaan

dan pemakaian bahasa. Struktur penceritaan dalam sastra kitab disebut

sebagai struktur narasi atau struktur penyajian.

Struktur narasi sastra kitab adalah struktur penyajian teks, sama halnya

dengan struktur penceritaan dalam sastra fiksi yang berupa plot atau alur.

(Siti Chamamah Soeratno, 1982:152). Dalam penelitian ini, metode struktur

sastra kitab dilakukan dengan cara mengungkapkan struktur narasi yang

terdapat pada teks MATC.

b. Metode Analisis Isi

Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh secara kualitatif.

Untuk mengungkapkan isi naskah, penelitian ini menggunakan analisis isi

atau content. Menurut Suwardi Endraswara (2003:160) analisis isi digunakan

apabila peneliti hendak mengungkap, memahami, dan menangkap pesan

yang terkandung dalam sebuah karya. Dalam penelitian ini, metode analisis

isi dilakukan dengan cara mengungkap isi atau pesan yang terkandung dalam

teks MATC. Isi atau pesan tersebut merupakan kandungan ajaran tasawuf

yang terdapat di dalamnya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik pustaka.

Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk

Page 49: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

memperoleh data (Edi Subroto, 2007:42). Untuk memperoleh teks MATC dilakukan

beberapa tahap yaitu sebagai berikut.

1. Tahap Informasi

Pada tahap ini penulis berusaha mendapatkan informasi mengenai naskah

yang akan dijadikan sumber penelitian. Informasi ini diperoleh dari katalog

online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh yang beralamat di

http://acehms.dl.uni-leipzig.de.

2. Tahap Pencetakan Data

Teknik berikutnya adalah teknik pencetakan data. Teknik pencetakan data

yaitu teknik pencetakan naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-

Chikam yang masih berbentuk digital. Pada tahap ini akan dihasikan naskah

yang sudah dicetak yaitu dalam bentuk lembar cetakan. Teknik ini dilakukan

untuk memudahkan penelitian naskah terutama pada saat penyuntingan teks.

Sebelum melakukan proses pencetakan, terlebih dahulu dilakukan

pengunduhan data. Pengunduhan data dilakukan untuk mendapatkan naskah

bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam yang masih berbentuk

digital. Dengan mengakses alamat http://acehms.dl.uni-leipzig.de maka akan

muncul katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh. Di dalam

katalog online tersebut akan dijumpai naskah MATC dengan nomor inventarisasi

naskah 07_01364.

D. Teknik Pengolahan Data

Dalam mengolah data, peneliti menggunakan teknik pengolahan data yang

terbagi menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut.

Page 50: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

1. Tahap Deskripsi

Tahap pertama dalam pengolahan data adalah tahap deskripsi. Tahap ini

dilakukan setelah peneliti mendapatkan data penelitian yaitu teks MATC yang

terdapat dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam.

Naskah bunga rampai yang memuat teks MATC tersebut dideskripsikan untuk

memberi gambaran serinci mungkin tentang seluk-beluk naskah.

2. Tahap Analisis

Tahap berikutnya setelah data dideskripsikan adalah tahap analisis. Pada

tahap ini data dikaji secara ilmiah berdasarkan acuan ilmiah yang disesuaikan

dengan pokok permasalahan. Tahap ini merupakan tahap untuk memecahkan

permasalahan, yaitu untuk mengetahui suntingan teks MATC, struktur narasi

sastra kitab yang terdapat dalam dalam teks MATC, dan ajaran tasawuf yang

terkandung dalam teks MATC.

3. Tahap Evaluasi

Tahap terakhir yang harus dilakukan adalah tahap evaluasi. Pada tahap ini

dilakukan pemeriksaan kembali keseluruhan hasil penelitian dengan cermat.

Dengan dilakukannya evaluasi terhadap keseluruhan hasil penelitian, diharapkan

akan diperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.

E. Teknik Penarikan Simpulan

Dari hasil deskripsi, analisis, dan evaluasi maka tahap selanjutnya yang

dilakukan adalah penarikan simpulan. Penarikan simpulan dilakukan dengan cara

induktif, yaitu penarikan simpulan dengan berfikir berdasarkan pengetahuan yang

bersifat khusus ke pengetahuan yang bersifat umum.

Page 51: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

BAB IV

SUNTINGAN TEKS

A. Inventarisasi Naskah

Langkah kerja dalam penyuntingan teks diawali dengan inventarisasi naskah.

Inventarisasi naskah adalah mengumpulkan informasi mengenai naskah yang akan

dijadikan sumber penelitian. Dalam penelitian ini inventarisasi naskah dilakukan

dengan studi katalog, yaitu mengumpulkan informasi mengenai naskah yang akan

diteliti melalui katalog naskah. Katalog yang digunakan adalah katalog-katalog

naskah yang menyajikan informasi tentang keberadaan naskah Melayu.

Ada dua macam katalog yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu katalog

online dan katalog terbitan. Katalog online adalah katalog yang memuat judul-judul

naskah beserta keterangan lainnya yang tersimpan dalam situs resmi di internet.

Katalog online yang digunakan dalam penelitian ini adalah katalog online

Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh yang beralamat di http://acehms.dl.uni-

leipzig.de. Katalog terbitan adalah katalog yang dikeluarkan dalam bentuk buku.

Berikut daftar katalog terbitan yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat (Amir Sutaarga, dkk., 1972),

2. Katalog Induk Naskah Nusantara (Behrend, T.E., 1988),

3. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3-A (Behrend, T.E. dan Titik

Pudjiastuti, 1997),

4. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3-B (Behrend, T.E. dan Titik

Pudjiastuti, 1997),

5. Katalog Naskah Buton: Koleksi Abdul Mulku Zahari (Achadiati Ikram, dkk.

2001),

Page 52: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

6. Katalog Naskah Bima: Koleksi Museum Kebudayaan Samparaja (Siti Maryam

R. Salahuddin dan Mukhlis, 2007),

7. Catalogue of Malay and Minangkabau Manuscripts in the library of Leiden

University and other collections in the Netherlands Volume One (Wieringa, E.P.,

ed., 1998).

Berdasarkan studi katalog yang telah dilakukan melalui katalog online maupun

katalog terbitan dapat dinyatakan bahwa teks MATC merupakan teks jamak, yaitu

dengan ditemukannya dua teks dengan judul yang sama. Kedua teks yang berjudul

sama ditemukan dalam katalog online, yaitu teks MATC yang terdapat dalam

naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor

inventarisai naskah 07_01364 dan teks MATC dengan nomor inventarisasi naskah

07_00060.

Sampai pada saat penelitian ini dilakukan, foto naskah yang terdapat dalam

katalog online hanya ada pada naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi

‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi 07_01364. Adapun naskah Manhaju ‘l-

Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi 07_00060 belum terdapat

foto naskah. Hal ini dikarenakan proses pengunggahan katalog online Manuskrip-

Manuskrip Peninggalan Aceh ke dalam situs http://acehms.dl.uni-leipzig.de belum

selesai.

Meskipun teks MATC merupakan teks jamak, namun dalam penelitian ini

hanya menggunakan satu teks saja yaitu teks MATC yang terdapat dalam naskah

bunga rampai dengan nomor inventarisasi naskah 07_01364. Hal ini dilakukan

karena keterbatasan penulis untuk melacak lebih jauh keberadaan teks MATC

dengan nomor inventarisasi naskah 07_00060. Keterbatasan penulis dalam melacak

keberadaan teks MATC di antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, keterbatasan

Page 53: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

sarana untuk datang langsung ke tempat penyimpanan naskah, yaitu di Museum

Negeri Banda Aceh yang beralamat di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah Nomor 12

Kecamatan Baiturahman Banda Aceh 23241. Kedua, terdapat kendala ketika

menghubungi petugas Museum Negeri Banda Aceh via telepon.

B. Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah ialah memberikan gambaran mengenai seluk beluk keadaan

naskah yang akan diteliti. Pendeskripsian naskah dalam bentuk digital tidak dapat

serinci atau selengkap dibanding dengan pendeskripsian naskah dalam bentuk

konkritnya. Dikarenakan dalam penelitian ini tidak dapat melihat naskahnya secara

langsung atau bentuk konkritnya, maka terdapat keterbatasan informasi dalam

mendeskripsikan seluk beluk mengenai naskah yang akan diteliti.

Data tentang pendeskripsian naskah mengacu pada dua sumber yaitu

Kodikologi Melayu di Indonesia (Sri Wulan Rujiati Mulyadi, 1994:38–42) dan

deskripsi naskah yang terdapat dalam Fatchu ‘l-Mubīn ’alā ‘l-Mulchidīn: Suntingan

Naskah dan Tinjauan Reseptif (Sawu, 1994:18–50). Dari kedua sumber tersebut

terdapat penambahan dan pengurangan sesuai dengan kondisi naskah. Berikut uraian

deskripsi naskah tersebut.

1. Deskripsi naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam

a. Judul Naskah

Di dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam

secara keseluruhan terdapat tiga teks. Teks pertama berjudul Manhaju ‘l-Atammi

fī Tabwībi ‘l-Chikam (MATC), teks kedua tidak berjudul, dan teks ketiga

berjudul Masā’ilu ‘l-Hādī Al-Ikhwānu ‘l-Mubdīn.

Page 54: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Berdasarkan keterangan dari katalog online, judul naskah bunga rampai

yang digunakan pada deskripsi naskah sama dengan judul teks pertama yang

terdapat dalam naskah bunga rampai tersebut, yaitu Manhaju ‘l-Atammi fī

Tabwībi ‘l-Chikam. Hal itu dapat diketahui dari pendahuluan yang terdapat pada

teks tersebut. Di dalam teks disebutkan, “Fahadzihi risālatun musammātun bi

Manhaji ‘l-Atammi fī Tabwībi / ‘l-Chikam. Adapun kemudian dari itu maka

inilah kitab yang dinamai // akan dia dengan Manhaju ‘l-Atammi pada

menyatakan segala bab hukum” (MATC h.2 br.8–9, h.3 br.1). Dalam kutipan

tersebut, dapat diketahui judul teks pertama adalah Manhaju ‘l-Atammi fī

Tabwībi ‘l-Chikam atau Manhaju ‘l-Atammi pada Menyatakan Segala Bab

Hukum.

b. Nomor Naskah

Naskah yang dijadikan objek penelitian yaitu naskah bunga rampai

Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi naskah

07_01364. Nomor tersebut merupakan nomor invetarisasi naskah yang terdapat

dalam katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh.

c. Nama File Naskah

Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam merupakan

naskah digital yang terdapat dalam katalog online Manuskrip-Manuskrip

Peninggalan Aceh. Naskah tersebut tersimpan dalam bentuk foto digital dengan

nama file 07_01364_00001.jpg.

d. Besarnya File

Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam yang

tersimpan dalam bentuk foto digital memiliki ukuran file 708945 bytes.

Page 55: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

e. Pemiliki Naskah

Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam merupakan

salah satu naskah koleksi Museum Negeri Banda Aceh yang beralamat di Jalan

Sultan Alaidin Mahmudsyah Nomor 12 Kecamatan Baiturahman Banda Aceh

23241.

f. Bahasa Naskah

Bahasa yang digunakan pada naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī

Tabwībi ‘l-Chikam adalah Bahasa Melayu dan Bahasa Arab.

g. Bahan Naskah

Bahan yang digunakan dalam penulisan teks pada naskah bunga rampai

Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam adalah kertas.

h. Ukuran Halaman Naskah dan Ukuran Ruang Teks

Naskah MATC memiliki ukuran halaman naskah 21.5 x 17 cm dan ukuran

ruang teks 15.5 x 10.5 cm. Ruang teks adalah halaman naskah yang digunakan

untuk menulis teks.

i. Jumlah Jilid

Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam terdiri dari

satu jilid.

j. Jumlah Lembar Naskah dalam Bentuk Foto Digital

Secara keseluruhan naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-

Chikam yang tersimpan dalam katalog online terdiri dari 32 lembar foto dalam

bentuk digital. Pada setiap satu foto digital terdiri dari dua halaman naskah yang

berurutan kecuali pada lembar foto pertama dan lembar foto ke 32.

Page 56: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

k. Jumlah Baris

Secara kesluruhan, teks yang terdapat dalam naskah bunga rampai

Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam memiliki rata-rata 17 baris pada setiap

halamannya. Teks MATC berjumlah 47 halaman dengan masing-masing

halaman terdiri dari 17 baris, kecuali halaman pertama yaitu 9 baris. Teks kedua

berjumlah 8 halaman dengan masing-masing halaman memiliki jumlah baris

yang bervariasi antara 7 sampai 20 baris. Teks Masā’ilu ‘l-Hādī Al-Ikhwānu ‘l-

Mubdīn terdiri dari 4 halaman dengan masing-masing halaman terdiri dari 17

baris.

l. Status Kelengkapan Naskah

Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam memiliki

status kelengkapan naskah tidak lengkap yaitu bagian akhir tidak ada.

m. Tema

Pada keterangan deskripsi naskah dalam katalog online disebutkan bahwa

teks-teks yang terdapat dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī

Tabwībi ‘l-Chikam memiliki tema tentang ilmu kebatinan atau mistik.

n. Jumlah Halaman Naskah

Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam seluruhnya

terdiri dari 62 halaman di antaranya terdapat 4 halaman kosong yaitu pada

halaman 1, 48, 49, dan 62. Teks MATC terdapat pada halaman 1 sampai dengan

47 dari 62 halaman dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi

‘l-Chikam.

o. Keadaan Kertas

Di dalam foto digitalnya keadaan kertas naskah bunga rampai Manhaju ‘l-

Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam terlihat sudah mulai lapuk namun tulisan di

Page 57: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

dalamnya masih jelas terbaca. Warna kertas terlihat agak kecoklatan dikarenakan

usia naskah yang sudah tua. Ada bagian kertas yang sedikit rusak pada bagian

kanan pojok atas yaitu pada halaman 50 atau pada lebar ke 25 dari foto digital.

p. Huruf dan Tulisan Naskah

Di dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam

terdapat tiga bagian teks yang memiliki keterangan bentuk huruf dan tulisan

naskah yang berbeda. Berikut keterangan dari masing-masing teks tersebut.

1) Teks MATC

Teks MATC terdiri dari 47 halaman, yaitu dari halaman 1 sampai

halaman 47. Teks pertama memiliki ukuran huruf sedang dan mudah dibaca,

bentuk huruf tegak, jarak antarhuruf rapat, dan menggunakan warna tinta

hitam dan merah. Tinta warna merah digunakan untuk penulisan kalimat

berbahasa Arab, kecuali pada baris 1 halaman 1, yaitu kalimat Bismi ‘l-Lāhi

‘r-Rachmāni ‘r-Rachīm. Tinta warna hitam digunakan untuk penulisan

kalimat berbahasa Melayu yang merupakan terjemahan dari kalimat

bebahasa Arab yang terletak sebelumnya. Berikut contoh potongan gambar

naskah pada teks MATC.

2) Teks Kedua

Teks kedua terdiri dari 8 halaman, yaitu dari halaman 50 sampai

halaman 57. Teks kedua memiliki ukuran huruf bervariasi dari ukuran

sedang sampai kecil dan sulit terbaca, bentuk huruf tegak, jarak antarhuruf

Page 58: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

agak renggang, dan semua tulisan menggunakan tinta warna hitam. Berikut

contoh potongan gambar naskah pada teks bagian kedua yang berukuran

sedang.

Berikut contoh potongan gambar naskah pada teks bagian kedua yang

berukuran kecil dan sulit dibaca.

3) Teks Masā’ilu ‘l-Hādī Al-Ikhwānu ‘l-Mubdīn

Teks Masā’ilu ‘l-Hādī Al-Ikhwānu ‘l-Mubdīn terdiri dari 4 halaman,

yaitu dari halaman 58 sampai halaman 62. Teks ketiga memiliki ukuran

huruf besar dan agak sulit dibaca, bentuk huruf tegak, jarak antarhuruf agak

rapat, dan menggunakan warna tinta hitam. Pada sebagian tulisan memiliki

goresan pena yang tidak sama tebal sehingga tulisan menjadi sulit terbaca.

Berikut contoh potongan gambar naskah pada teks Masā’ilu ‘l-Hādī Al-

Ikhwānu ‘l-Mubdīn.

Sebagai perbandingan bentuk huruf dan tulisan naskah, berikut contoh

potongan gambar naskah digital yang lain.

Page 59: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Naskah di atas memiliki ukuran huruf besar, bentuk huruf agak miring ke

kiri, jarak antarhuruf renggang, dan menggunakan warna tinta hitam.

q. Penomoran Halaman Naskah

Penomoran halaman secara berurutan dalam naskah bunga rampai

Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam ditemukan pada setiap halaman ganjil.

Halaman pertama pada pojok kiri atas tertulis kode 1r, kemudian halaman ke-3

pada pojok kiri atas tertulis kode 2r, begitu seterusnya hingga halaman ke-61

pada pojok kiri atas tertulis kode 31r. Penomoran tersebut diduga dilakukan oleh

orang yang menemukan naskah dan bukan ditulis langsung oleh penyalin

naskah. Hal ini dimungkinkan karena jenis warna tinta yang digunakan pada

penomoran terlihat berbeda dengan warna tinta pada penulisan teks. Petunjuk

halaman naskah yang digunakan oleh penyalin diduga hanya menggunakan

cathword yang ada pada ujung pias kiri halaman genap.

r. Catatan Lain

1) Cathword

Ketiga teks yang terdapat dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-

Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam masing-masing menggunakan cathword atau

alihan pada ujung pias kiri halaman genap, meskipun ada beberapa halaman

genap yang terlewati atau tidak menggunakan cathword. Cathword yang ada

semuanya sesuai dengan kata awal kalimat halaman selanjutnya.

Page 60: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Keseluruhan cathword yang terdapat pada naskah bunga rampai Manhaju ‘l-

Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1

Cathword

No. Halaman Cathword

1. 2

2. 6

3. 8

4. 10

5. 12

6. 14

7. 16

8. 20

9. 22

10. 24

11. 26

12. 28

13. 30

14. 32

Page 61: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

15. 34

16. 36

17. 38

18. 40

19. 42

20. 44

21. 46

22. 56

23. 58

24. 60

2) Scholia

Ada 17 scholia atau catatan yang terdapat pada pias halaman

ditemukan pada naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-

Chikam.

Tabel 2

Scholia

No. Halaman Scholia Penjelasan

1. 4

Terbaca: „yakni sempurna‟.

Scholia tersebut terletak di pias

kiri dan diduga terbaca menyatu

Page 62: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

dengan teks yaitu di antara baris

ke 11 dan 12, “…demikian itu

akan sebab memutuskan asamu

dari pada hasil istiqamah {yakni

sempurna} / serta Tuhanmu”

(MATC h.4 br.11–12). Hal ini

diketahui karena penulisan

scholia tersebut tepat setelah

kata istiqamah.

2. 5

Terbaca: „hilang‟.

Scholia tersebut terletak di pias

kiri dan merupakan bagian

terpisah dengan teks.

3. 12

Terbaca: „kedung‟.

Scholia tersebut terletak di pias

kiri dan merupakan bagian

terpisah dengan teks.

4. 15

Terbaca: „kamu‟.

Scholia tersebut terletak di pias

kiri dan merupakan bagian

terpisah dengan teks.

5. 16

Terbaca: „artinya rahasia tutur

Tuhan Rabbi ‘l-ālamīn‟.

Scholia tersebut terletak di pias

kanan dan tertulis terbalik. Kata-

Page 63: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

kata yang terdapat di dalamnya

merupakan penjelasan makna

dari kata „sirri‟ yang terdapat

pada baris ke 8, “…kepada

jawab bagi orang yang paham

akan sirri khithābi tatkala

dikatanya” (MATC h.16 br.8).

Hal ini diketahui karena terdapat

tanda menyerupai tanda centang

(v) yang terletak di antara kata

„sirri‟ dan „khithābi‟. Scholia

tersebut merupakan bagian yang

terpisah dengan teks dan hanya

dan hanya menunjukkan adanya

penambahan penjelasan di luar

teks.

6. 17

Bagian satu, terbaca:

„Ketentuan dengan sebab nyata

sifat basyariah dan nyata ia

dengan kebesaran rubbubiyah

pada. Syaikh.‟

Bagian dua, terbaca:

„yakni tauhid akan Allah Taala‟

Bagian tiga, terbaca:

„Maka sifat basyariah itu seperti

Page 64: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

makan dan minum dan ---- dan

tidur dan jaga dan sakit dan

mangkat itu-itu sifar basyariyah‟

Scholia tersebut terletak di pias

kiri dan merupakan bagian

terpisah dengan teks.

7. 35

Bagian berbahasa Arab terbaca:

„Man lam yakun lahu nashību

‘sh-shūfiyati yahrumu ’anhu

ra’yatu ‘r-Rabbā niyati. ‟Ayūn

Al-Ma‟arif.‟

Bagian terjemahan terjemahan

terbaca:

„Barang siapa tiada ada baginya

bahgian daripada ilmu ahlu ‘sh-

shūfi niscaya diharamkan

daripadanya akan melihat Tuhan

Rabbani.‟

Scholia tersebut terletak di pias

kiri dan merupakan bagian

terpisah dengan teks.

8. 37a

Terbaca: „thalbuka‟

Scholia tersebut terletak di pias

atas dan terbaca menyatu dengan

Page 65: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

teks yaitu baris ke 2, “… Lā

yakun {thalbuka} sababān ilā ‘l-

’athāminhu fayaqillu fahmuka

’inh. Jangan kiranya” (MATC

h.37 br.2). Hal ini diketahui

karena terdapat tanda

menyerupai tanda centang (v).

Tanda tersebut terletak di antara

kata „yakun‟ dan „sababān‟ yang

menunjukkan adanya

penambahan penjelasan di luar

teks.

9. 37b

Bagian berbahasa Arab terbaca:

„Fī ‘l-asbābi mina ‘sy-syahwati

‘l-khafiyati wa ‘l-'adatuka ‘l-

asbābi ma’a iqāmati ‘l-Lāhi

iyyāka. Syaikh.‟

Bagian Terjemahan terbaca:

„Yakni maqām sama’ akan

segala tujrīd serta yakni maqām

ta’rif diberikan akan dikau

segala asbāb itu. Setengah dari

pada syahwat yang terbuan dan

kehendakmu akan segala sebab

serta dikehendak Allah akan

Page 66: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

dikau.

Scholia tersebut terletak di pias

kiri dan merupakan bagian

terpisah dengan teks.

10. 46

Terbaca: „---- tolong‟.

Scholia tersebut terletak di pias

kiri dan merupakan bagian

terpisah dengan teks.

11. 47

Terbaca: „dikau‟.

Scholia tersebut terletak di pias

kiri dan merupakan bagian

terpisah dengan teks.

12. 53

Terbaca:

„Adapun hakikat salat itu empat

perkaranya. Pertama masuk

sertanya ilmu, kedua diri serta

takut, ketiga menyembah serta

memberi membesarkan, keempat

keluar serta malu menghadap

tubuh kepada Ka‟bah

menghadap nyawanya kepada

Allah. Adapun hakikat shalat itu

empat perkaranya. Pertamanya

masuk sertanya ilmu kedua

berdiri serta takut ketiga

Page 67: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

menyembah serta‟ memberikan

keempat ----‟

Scholia tersebut terletak di pias

kiri dan merupakan bagian

terpisah dengan teks.

13. 55

(Dibaca dari atas ke bawah.)

Bagian 1, terbaca:

„bermula segala dosa yang di

dalam kemudian‟

Bagian 2:

----

Scholia tersebut terletak di pias

kiri dan merupakan bagian

terpisah dengan teks.

14. 57

Terbaca: „Tuhan segala malaikat

dan segala ruh‟.

Scholia tersebut terletak di pias

atas dan terbaca menyatu dengan

teks yaitu baris ke 1 pada bagian

terjemahan, “…dan Maha Suci

pula daripada segala barang yang

tiada patut dengan ketuhanannya

yaitu {Tuhan segala malaikat

dan segala ruh}. Maha Suci

Allah Yang Maha Besar”

Page 68: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

(MATC h.57 br.1). Hal ini

diketahui karena terdapat tanda

menyerupai tanda centang (v)

yang terletak setelah kata „yaitu‟

yang menunjukkan adanya

penambahan penjelasan di luar

teks.

15. 58

Terbaca: „di akhirat‟.

Scholia tersebut terletak di pias

kanan dan terbaca menyatu

dengan teks yaitu baris ke 5,

“…mukmin dalam negeri

{akhirat} itu. Al-chamdu li ‘l-

Lāhi Rabbi ‘l-’ālamīn” (MATC

h.58 br.5). Hal ini diketahui

karena terdapat tanda

menyerupai tanda centang (v)

setelah kata „negeri‟ yang

menunjukkan adanya

penambahan penjelasan di luar

teks.

16. 54 Scholia :

Page 69: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Penjelasan:

Scholia tersebut terletak di pias bawah dan

merupakan bagian terpisah dengan teks.

Secara berurutan dari kanan ke kiri, scholia tersebut

terdiri dari empat bagian. Bagian pertama terbaca „---

-‟, bagian kedua terbaca „Lā ilaha illa ‘l-Lāh‟, bagian

ketiga terbaca „syariat-tarikat-hakikat-makrifat‟, dan

bagian keempat terbaca „Yakni asal daripada api, air,

angin, tanah bermula. Maka di sanalah kejadian

tubuh adādi‟.

3) Bentuk Penulisan Singkatan dari Penyalian

Secara keseluruhan, di dalam penulisan dari ketiga teks yang terdapat

dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam

ditemukan beberapa bentuk penulisan singkatan. Berikut daftar beserta

penjelasannya dari penulisan singkatan yang ditemukan.

Tabel 3

Bentuk Singkatan

No. Hal:Baris Bentuk Singkatan Penjelasan

1. 6:12

Terbaca „Nabi sh‟. Huruf /sh/

setelah kata nabi diduga

Page 70: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

merupakan singkatan dari shallā

‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam.

2. 14:1

Terbaca „Nabi sh.m‟. Huruf /sh/

dan /m/ secara berurutan

merupakan singkatan dari shallā

‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam.

3. 51:1

Singkatan tersebut terdiri dari

huruf /a/ , /l/, dan /ch/ dan diduga

terbaca ilachi. Ilachi adalah

kepanjangan dari ilā akhīr yang

artinya „sampai akhir‟.

4. 51:6–7

Terbaca kata „Nabi sh.’.y.l.m‟.

Huruf /sh/, /‟/, /y/, /l/, dan /m/

setelah kata nabi diduga

merupakan singkatan dari shallā

‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam.

5. 51:15

Sama seperti singkatan

sebelumnya, yaitu pada halaman

51 baris ke 1, singkatan tersebut

diduga terbaca ilachi. Ilachi

adalah kepanjangan dari ilā akhīr

yang artinya „sampai akhir‟.

6. 55:5

Terbaca „bagi s.n.y.t‟. Huruf /s/,

/n/, /y/, dan /t/ setelah kata bagi

diduga singkatan dari sayyidatī

Page 71: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

yang artinya „tuanku‟ (untuk

perempuan).

7. 55:6

Terbaca „bagi s.t.n‟. Huruf /s/, /t/,

dan /n/ setelah kata bagi diduga

singkatan dari sayyidatunā yang

artinya „tuan kita‟ (untuk

perempuan).

4) Gambaran singkat mengenai isi masing-masing teks yang terdapat dalam

naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam

Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam terdiri

dari tiga teks. Teks pertama berjudul Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-

Chikam (MATC) dengan keterangan terdapat pendahuluan, isi, dan tidak

terdapat penutup. Teks kedua tidak berjudul dengan keterangan hanya

terdapat isi saja dan tidak terdapat pendahuluan maupun penutup. Teks

ketiga berjudul Masā’ilu ‘l-Hādī Al-Ikhwānu ‘l-Mubdīn dengan keterangan

terdapat pendahuluan, isi, dan tidak terdapat penutup.

Teks MATC terdiri dari 15 bab. Dari keseluruhan bab tersebut berisi

mengenai ajaran-ajaran tasawuf. Selain itu terdapat pula penjelasan

mengenai ajaran Islam pada umumnya. Berikut permasalahan yang dibahas

dari masing-masing bab tersebut.

a) Pembahasan mengenai ilmu yang memberi manfaat

b) Pembahasan mengenai tobat

c) Pembahasan mengenai ikhlas dalam berbuat amal

d) Pembahasan mengenai hikmah dalam salat

Page 72: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

e) Pembahasan mengenai mengasingkan diri dalam rangka menjauhi

kenikmatan duniawi

f) Pembahasan mengenai memelihara dan meramaikan waktu

g) Pembahasan mengenai zikir

h) Pembahasan mengenai keadaan fakir dan hajat

i) Pembahasan mengenai mensucikan nafas serta takut apabila

mengotorinya

j) Pembahasan mengenai keadaan antaara perasaan takut dan harap

k) Pembahasan mengenai perasaan harap

l) Pembahasan mengenai adab berdoa

m) Pembahasan tentang menyatakan taslīm bagi amri ‘l-Lāh

n) Pembahasan mengenai sabar atas segala bala dan kesukaran

o) Pembahasan mengenai zikir khafī yang disunahkan bagi seorang hamba

Teks kedua berisi tuntunan doa pada waktu tertentu, amalan-amalan

yang menyertainya, dan obat-obatan. Berikut perincian dari pembahasan

pada teks kedua.

a) Doa dan amalan yang dilakukan pada hari Asyura

b) Doa ketika memakan makanan yang syubhat

c) Penjelasan pengenai pengobatan teruji, susut, dan sopak

d) Hadits riwayat Abu Hurairah mengenai selawat yang dibaca ketika

hendak tidur

e) Doa-doa yang dibaca setelah salat subuh, yaitu: doa Sayyidati Aisyah

radliya ‘l-Lāhu ’anhā, doa Sayyidatuna Fatimah radliya ‘l-Lāhu ’anhā,

doa Sayyidinā Abu Bakar Ash-Shiddiq radliya ‘l-Lāhu ’anh, doa

Page 73: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Buraidah Al-Aslami radliya ‘l-Lāhu ’anh, doa Qubaishah Ibnu

Mukhariq radliya ‘l-Lāhu ’anhumā, doa Sayyidinā Abu Darda‟ radliya

‘l-Lāhu ’anh, doa Nabi Ibrahim ’alaihi ‘s-salām, doa Nabi Isa ’alaihi ‘s-

salām, doa Sayyidinā Khidlir ’alaihi ‘s-salām, doa Ma‟ruf Al-Karkhī

rachimahu ‘l-Lāhu Ta’ālā, doa ‟Utbah Al-Gulam rachmatu ‘l-Lāhi

Ta’ālā, doa Nabiyu ‘l-Lāhu Adam ’alaihi ‘s-salām, doa Sayyidinā ‟Ali

karamahu ‘l-Lāhu wajhah, doa Abī Al-Mu‟tamir Sulaiman At-Taimiyyu

rachimahu ‘l-Lāhu Ta’ālā ’anh, dan doa Ibrahim ibnu Ad-ham

rachimahu ‘l-Lāhu Ta’ālā.

f) Doa-doa yang dibaca setelah salat fardu lainnya (selain salat subuh)

Teks Masā’ilu ‘l-Hādī Al-Ikhwānu ‘l-Mubdīn berisi mengenai petunjuk

jalan yang batil bagi orang-orang yang baru saja berhasil menyatakan iman,

Islam, ihsan, tauhid, dan makrifat.

a) Pernyataan mengenai rukun iman

b) Pernyataan mengenai rukun Islam

c) Pernyataan mengenai mengwajibkan istinja‟

d) Tentang syarat dan fardunya mandi junub

e) Tentang syarat dan fardunya wudhu

f) Pernyataan mengenai segala syarat, fardu, dan sunahnya puasa

g) Pernyataan bahwa hanya kepada Allah-lah manusia meminta pertolongan

h) Pernyataan mengenai tauhid, makrifat, iman, Islam, dan ihsan

2. Deskripsi naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam

a. Judul Naskah

Page 74: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Berdasarkan deskripsi naskah yang terdapat dalam katalog online, judul

naskah adalah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam.

b. Nomor Naskah

Naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam memiliki nomor

inventarisasi 07_00060. Nomor tersebut merupakan nomor invetarisasi naskah

yang terdapat dalam katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh.

c. Pemiliki Naskah

Naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam merupakan salah satu

naskah koleksi Museum Negeri Banda Aceh yang beralamat di Jalan Sultan

Alaidin Mahmudsyah Nomor 12 Kecamatan Baiturahman Banda Aceh 23241.

d. Bahasa Naskah

Bahasa yang digunakan pada naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-

Chikam adalah Bahasa Melayu dan Bahasa Arab.

e. Bahan Naskah

Bahan yang digunakan dalam penulisan teks pada naskah Manhaju ‘l-

Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam adalah kertas Eropa.

f. Status Kelengkapan Naskah

Naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam memiliki status

kelengkapan naskah lengkap.

g. Tema

Pada keterangan deskripsi naskah dalam katalog online disebutkan bahwa

naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam memiliki tema tentang ilmu

kebatinan atau mistik.

Page 75: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

C. Ikhtisar Isi Teks

Teks MATC terdiri dari 47 halaman, yaitu menempati halaman pertama

sampai dengan halaman 47 dari naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi

‘l-Chikam. Berikut penjelasan ikhtisar isi teks MATC.

Halaman Isi

1 Halaman kosong

2–3 Pendahuluan, yang terdiri atas pembukaan atau muqadimah (berisi

bacaan basmalah, hamdalah, dan selawat nabi), kata “wa ba’du”, dan

kepengarangan yang berisi mengenai judul naskah.

3 Bābu ‘l-’Ilmi, yaitu bab yang membahas mengenai ilmu yang

memberi manfaat.

3–5 Bābu ‘t-Taubah, yaitu bab yang membicarakan hal-hal mengenai

tobat.

5–11 Bābu ‘l-Ikhlasi fī ‘l-’Amali, yaitu bab yang membahas mengenai

ikhlas dalam berbuat amal.

11–16 Bābu Chikami fī ‘sh-Shalāt, yaitu bab yang membahas mengenai

hikmah dalam salat.

16–18 Bābu ‘l-’Uzlati wa ‘l-Khumūl, yaitu bab yang membahas mengenai

mengasingkan diri dalam rangka menjauhi kenikmatan duniawi.

18–20 Bābu Fīri ’Ayati ‘l-Waqti wa Ightināmih, yaitu bab yang membahas

mengenai memelihara dan meramaikan waktu.

20–22 Bābu ‘dz-Dzikr, yaitu bab yang membahas mengenai adab zikir.

22–25 Bābu ‘l-Faqri wa ‘l-Fāqat, yaitu bab yang membahas mengenai

keadaan fakir dan hajat.

Page 76: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

25–29 Bābun fī Riyādlati ‘n-Nafsi wa ‘t-Tachdzīri ’an Dasā’isihā, yaitu bab

mengenai mensucikan nafas serta takut apabila mengotorinya.

29–30 Bābu I’tidali ‘l-Khaufi wa ‘r-Rijā’, yaitu bab yang membahas

mengenai takut dan harap.

31–32 Bābu ‘r-Rajā’, yaitu bab yang membahas mengenai harap.

32–37 Bābu Adābi ‘d-Du’ā, yaitu bab yang membahas adab berdoa.

37–39 Bābu ‘t-Taslīmi li Amri ‘l-Lāhi Ta’ālā wa Tarki ‘l-Ikhtiyār, yaitu bab

yang membahas tentang taslīm bagi amri ‘l-Lāh dan meninggalkan

ikhtiar.

39–41 Bābu ‘sh-Shabri ’alā ‘l-Balāyā wa ‘sy-Syada’id, yaitu bab yang

membahas mengenai sabar atas segala bala dan kesukaran.

41–47 Bābu Dzikri Khafī ’alā Thā’if wa Sunnatihi ’alā ‘l-’Ibād, yaitu bab

yang membahas mengenai mengenai zikir khafī disunahkan bagi

seorang hamba.

D. Kritik Teks

Secara keseluruhan, di dalam teks MATC ditemukan lima bentuk kesalahan

salin tulis dan ketidakkonsistenan. Berikut penjelasan mengenenai lima bentuk

kesalahan salin tulis.

1. Lakuna, yaitu penghilangan atau pengurahan huruf, suku kata, frase, klausa,

kalimat, dan paragraf.

2. Adisi, yaitu penambahan huruf, suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan

paragraf.

3. Substitusi, yaitu penggantian huruf, suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan

paragraf.

Page 77: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

4. Transposisi, yaitu pemindahan letak huruf, suku kata, kata, frase, klausa,

kalimat, dan paragraf.

5. Ditografi, yaitu perangkapan huruf, suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan

paragraf.

Bentuk kesalahan salin tulis dan ketidakkonsistenan penulisan dalam teks

MATC yaitu berupa 5 kesalahan salin tulis dan 2 ketidakkonsistenan penulisan.

Kelima bentuk kesalahan salin tulis perinciannya yaitu 38 lakuna, 15 adisi, 67

substitusi, 4 transposisi, dan 28 ditografi.

Tabel 4

Lakuna

No. Hal:Baris Tertulis Terbaca Edisi

1. 5:6

ini pada

menyatakan

ini bab pada

menyatakan

2. 6:1

hasi rahasia

3. 6:5

tatka tatkala

4. 6:15

imrātin imra'atin

5. 6:17

kan dia akan dia

6. 7:16

tiada ri padamu tiada dari padamu

7. 8:13

manusi manusia

8. 12:2

tempat munajat

dan kalian

tempat munajat

dan sekalian

9. 12:3

tatta’u tattabi’u

Page 78: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

10. 13:6

diguhkan diteguhkan

11. 13:14

dalu dahulu

12. 17:11

jadi batilah jadi batillah

13. 19:12

kan akan

14. 23:4

tana kata tanpa kata

15. 24:2

bapanya bapaknya

16. 28:5

menup menutup

17. 29:12

tia bedza tiada bedza

18. 29:17

i’tida i’timādi

19. 30:7

sifat jud-nya sifat ujud-nya

20. 30:12

mengeluakan mengeluarkan

21. 30:16

dikeluakan dikeluarkan

22. 31:14

nantiasa senantiasa

23. 31:16

ista’chana istachzana

24. 34:9

melalu dia melalui dia

25. 35:9

kepecin kebacikan

26. 36:2

bahyang sembahyang

Page 79: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

27. 36:5

asanya lalai atasnya lalai

28. 36:16

berhap berharap

29. 38:12

menujukkan menunjukkan

30. 40:11

fedah faedah

31. 41:3

‘l-thāfihi ’alā thā’ifi

32. 42:7

fedah faedah

33. 42:16

dalilah dalillah

34. 43:7

yang dipililah yang dipilihlah

35. 44:14

mending mendinding

36. 47:16

mepihari menghampiri

37. 6:6

mengilang menghilang

38. 17:15

mebukakan membukakan

Tabel 5

Adisi

No. Hal:Baris Tertulis Terbaca Edisi

1.

3:5–6

hakikat dunia

ini dan akhirat

itu

hakikat dunia dan

akhirat

Page 80: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

2. 3:11

tiada maka

atasmu

tiada atasmu

3. 5:1

’adhlamatan ’adhamatan

4. 7:8

memangi ia memang ia

5. 7:9

arajā rajā

6. 9:17

inyangtamu nyatamu

7. 17:3

kepadamunya

dan pikirnya

kepadanya dan

pikirnya

8. 22:12

dhahir-dianya dhahir-nya

9. 30:8

ashmatat-hu ashamat-hu

10. 30:12

lidah-lidahnya lidah-lidah

11. 31:11

wa baik baik

12. 31:16

ista’chana istachzana

13. 13:17

meniyakan menilik

14. 41:3

khafāyā khafī

15. 41:3

‘l-thāfihi ’alā thā’ifi

Tabel 6

Substitusi

No. Hal:Baris Tertulis Terbaca Edisi

Page 81: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

1. 4:6

wajahuka wajhuka

2. 4:14

‘l-chazni ‘l-chazani

3. 5:1

’adhlamatan ’adhamatan

4. 6:11

hajratuhu hijratuhu

5. 6:11

fahajratuhu fahijratuhu

6. 6:14

hajratuhu hijratuhu

7. 6:15

imrātin imra'atin

8. 6:15

fahajratuhu fahijratuhu

9. 9:17

menucapkannya mengucapkannya

10. 10:6

daripadaka daripadaku

11. 10:8

yachubbu yuchabbu

12. 10:8

yuchibbu yuchabbu

13. 11:9

kaipa kaifa

14. 11:9

tathlubu tathluba

15. 11:14

menghadiatkan menghadiahkan

16. 12:1

muchallu machallu

17. 12:4

syawariku syawariki

Page 82: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

18. 12:16

shaif dlaif

19. 14:15

asyāri asyāra

20. 15:8

a’budi ‘l-Lāhi u’buddi ‘l-Lāha

21. 15:11

‘l-qātil ‘l-qā’il

22. 17:7

bawujūdi biwujūdi

23. 17:16

chaitsi chaitsu

24. 18:8

diramaikan meramaikan

25. 18:10

dilalukannya dilakukannya

26. 19:1

‘l-'i’māla ‘l-'a’māla

27. 20:6

membebangkan

dikau

membebankan

dikau

28. 20:9

tatriku tatraku

29. 20:9

la’adami li’adami

30. 21:7

tsalātsi tsalātsin

31. 21:13

nasbatuhu nisbatuhu

32. 22:7

kau kihat kau lihat

33. 22:8

yata nyata

Page 83: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

34. 23:5

dengan tetap dengan tenang

35. 25:3

‘l-’uyūbi ‘l-ghuyūbi

36. 27:2

tetap tiap

37. 28:9

halas balas

38. 29:17

i’tida i’timādi

39. 29:17

‘r-rijā ‘r-rajā

40. 30:8

bisāthi basāthi

41. 30:8

ashmatat-hu ashamat-hu

42. 30:9

bisāthi basāthi

43. 30:9

yusmut yusmit

44. 31:7

aminiyyut amniyyat

45. 31:16

ista’chana istachzana

46. 3:16

afyad anyad

47. 7:15

‘th-thā’azu ‘th-thā’atu

48. 13:17

meniyakan menilik

49. 32:6

muqallaqun mughallaqun

Page 84: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

50. 33:9

ikhmādān ikhmāthān

51. 34:1

thalbuka thalabuka

52. 34:4

thalbuka thalabuka

53. 35:9

kepecin kebacikan

54. 35:11

‘l-idldhirāri ‘l-idlthirāri

55. 35:15

‘th-thalbi ‘th-thalabi

56. 36:5

asanya atasnya

57. 38:17

perhenti berhenti

58. 39:9

‘sh-shubri ‘sh-shabri

59. 40:5

waqū’a wuqū’a

60. 40:16

dhunnā dhannā

61. 40:16

infikāku infikālu

62. 41:3

khafāyā khafī

63. 40:11

fedah faedah

64. 42:7

fedah faedah

Page 85: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

65. 42:8

fikkih fiqih

66. 45:9

ithlā’utu ithlā’uhu

67. 14:5

an anna

Tabel 7

Transposisi

No. Hal:Baris Tertulis Terbaca Edisi

1. 27:2–3

Tiap manusia

hawa nafsu

dalam hati

Hawa nafsu

dalam hati tiap

manusia

2. 28:17

pelarajan pelajaran

3. 40:11

atasmu fadah

bala itu oleh

ilmumu

atasmu bala

itu oleh faedah

ilmumu

4. 47:16

mepihari menghampiri

Tabel 8

Ditografi

No. Hal:Baris Tertulis Terbaca Edisi

1. 4:17–5:1

dari daripada daripada

2. 6:15–16

ilā ilā mā ilā mā

4 4

Page 86: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

3. 7:3–4

fā fāfhim fāfhim

4. 10:3–4

segala segala segala

5. 10:11–12

wa wa ‘l-qalbu wa ‘l-qalbu

6. 14:2–3

dijadi dijadikan dijadikan

7. 15:17

suka kan akan

dia

suka akan dia

8. 17:15

menunutup menutup

9. 18:17–

19:1

‘l-'i’ ‘l-'i’māla ‘l-'a’māla

10. 24:1–2

kau atas atas kau atas

11. 26:1–2

menga

mengasihi

mengasihi

12. 27:3

menghalanggi

dia

menghalangi

dia

13. 28:14–15

bara barang barang

14. 36:9–10

lā lā yastachyī lā yastachyī

15. 37:17–

38:1

daripada

daripada

daripada

16. 38:2–3

di

dikehendakinya

dikehendakinya

Page 87: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

17. 38:5

mencarikkan mencarikan

18. 39:13–14

yang de yang

demikian

yang demikian

19. 39:17–

40:1

muhdi muhdīhā muhdīhā

20. 41:9

melluas meluas

21. 41:11–12

a’thā a’thāka a’thāka

22. 42:1–2

dianugera

dianugerahinya

dianugerahinya

23. 42:23

kebaji kebajikan kebajikan

24. 42:8

fikkih fikih

25. 42:11–12

muni’ muni’ta muni’ta

26. 45:3–4

dan tachqīq-lah

dan tachqīq-lah

dan tachqīq-lah

27. 45:17–

46:1

dikehend

dikehendakinya

dikehendakinya

28. 5:8–9

ber

berkehendak

berkehendak

Tabel 9

Ketidakkonsistenan

No. Hal: Tertulis Terbaca Hal: Tertulis Terbaca

Page 88: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Baris Baris

1. 9:11

11:6

24:14

24:14

33:7

35:14

36:15

37:3

42:10

46:17

47:2

47:3

memeri;

pemeri;

pemerinya;

meberi

3:2

3:4

10:7

11:5

17:2

24:6

42:7

47:9

memberi;

pemberi;

memberikan

2. 40:7

41:8

nenggeri 2:4

22:6

41:9

41:11

negeri

E. Suntingan Teks

1. Pedoman Transliterasi

Salah satu tujuan penyuntingan teks ialah agar teks dapat dibaca dengan

mudah oleh kalangan yang lebih luas. Oleh sebab itu, diusahakan agar

susunannya mudah dibaca dan dipahami (Edwar Djamaris, 2002:30). Untuk

dapat menghasilkan susunan transliterasi yang mudah dibaca dan dipahami,

maka dalam transliterasi naskah Melayu ini diperlukan pedoman transliterasi.

Page 89: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Dalam penelitian ini pedoman transliterasi yang digunakan sesuai dengan sistem

yang terdapat dalam artikel Edisi Teks dan Pengembangan Penelitian Filologi

(Istadiyantha, 2009:4–6 dalam www.ista.scribd.com). Pedoman transliterasi

tersebut adalah sebagai berikut.

a. Tanda dan angka yang digunakan dalam penyuntingan.

1) Tanda / menunjukkan pergantian baris.

2) Tanda // menunjukkan pergantian halaman.

3) Tanda (…) menunjukkan adisi.

4) Tanda […] menunjukkan lakuna.

5) Tanda \…\ menunjukkan substitusi.

6) Tanda <…> menunjukkan ditografi.

7) Tanda ^…^ menunjukkan transposisi.

8) Tanda {…} digunakan untuk menulis kekurangan teks yang tercatat

dalam pias halaman (scholia) jika kekurangan tersebut merupakan satu

bagian dengan teks.

9) Tanda ---- digunakan untuk menandai bahwa teks tidak terbaca karena

terdapat kerusakan pada kertas

10) Tanda titik-titik di antara huruf dalam suatu rangkaian huruf digunakan

untuk menunjukkan bahwa rangkaian huruf tersebut merupakan kata-kata

yang tidak terbaca.

11) Angka 1, 2, 3 dan seterusnya yang terletak di sebelah kanan pias halaman

menunjukkan nomor halaman naskah, sedangkan angka 1, 2, 3 dan

seterusnya yang ditulis dalam ukuran kecil di sebelah kanan atas pada

Page 90: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

suku kata, kata, frasa, atau kalimat menunjukkan nomor urut catatan

kaki.

b. Ketentuan dalam pedoman ejaan.

1) Ejaan dalam penyuntingan ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang

terdapat pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

2) Penulisan frasa, kata, dan kalimat bahasa Arab atau bahasa Melayu yang

belum masuk dalam bahasa Indonesia ditulis sesuai dengan asal kata dan

dicetak miring.

3) Frase dan kata-kata yang berasal dari bahasa Arab yang sudah terserap ke

dalam bahasa Indonesia ditransliterasikan disesuaikan dengan Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

4) Frase dan kata-kata yang berasal dari bahasa Arab yang belum terserap

ke dalam bahasa Indonesia ditransliterasikan dengan ketentuan sebagai

berikut.

a) Tanda baca dalam penulisan huruf Arab.

(1) Tanda syaddah ( ) dilambangkan dengan huruf rangkap.

(2) Tanda fatchah ( ) menunjukkan bunyi vocal a , tanda kasrah (

) menunjukkan vocal i , dan tanda dlammah ( ) menunjukkan

bunyi vocal u.

(3) Tanda tanwin ( ) menunjukkan bunyi an - in - un.

(4) Tanda sukun ( ) atau tanda huruf dimatikan yang terletak di atas

sebuah huruf menunjukkan bahwa huruf tersebut dibaca mati.

b) Untuk menunjukkan bunyi vocal panjang, maka di atas huruf diberi

tanda ( ‾ ), contoh: ā , ī , ū.

Page 91: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

c) Huruf hamzah ( ۶ ) dilambangkan dengan tanda ( ' ) jika terletak di

tengah dan di akhir kata.

d) Huruf ta' marbuthah ( ة ) sebagai konsonan penutup ditransliterasikan

dengan /t/ atau /h/ mengikuti ketentuan yang berlaku pada kata-kata

yang bersangkutan.

e) Huruf ain ( ع ) ditransliterasikan menjadi tanda apostrop ( ‟ ) pada

kata-kata yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi

/k/ pada kata-kata yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia.

f) Huruf fa' ( ڧ ) ditransliterasikan menjadi /f/ pada kata-kata yang

belum diserap ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi /p/ pada kata-

kata yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.

g) Dalam kalimat berbahasa Arab, konsonan pada akhir suku kata yang

terletak di akhir kalimat dibaca mati atau seolah-olah di atas huruf

tersebut terdapat tanda sukun ) atau tanda huruf dimatikan,

sedang yang terletak tengah kalimat dibaca sesuai dengan bacaan

yang ada.

Contoh: أرقإ مساب كبر يذلا قلخ Iqra' bismi Rabbika ‘l-ladzī khalaq

Khalaqa ‘l-insāna min ’alaq قلخ ناسنإلا قلعنم

h) Partikel /al/ atau لٲ yang diikuti oleh huruf Qamariyah ( غ ع خ ح ج ب ا

ditransliterasikan dengan /al/ apabila terletak di awal ( ي ه و م ك ق ف

kalimat atau anak kalimat dan ditransliterasikan dengan /„l/ apabila

terletak di tengah kalimat atau frase.

Contoh: دمحلا هللا يذلا هل ام ىف تومسلا امو ىف ضرألا

Page 92: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Al-chamdu li ‘l-Lāhi ‘l-ladzī lahū mā fī ‘s-samāwāti

wa mā fī ‘l-ardl

i) Huruf /l/ atau ل pada partikel /al/ atau لٲ, apabila diikuti huruf

Syamsiyah (ن ل ظ ط ض ص ش س ز ر ذ د ث ت ), maka ditransliterasikan

menjadi huruf Syamsiyah yang mengikutinya.

Contoh: نيتلاو نوتيزلاو Wa ‘t-tīni wa ‘z-zaitūn

j) Dapat dilihat pada tabel Konsonan Huruf Arab, huruf ح

ditransliterasikan dengan /ch/. Huruf ح lebih aman ditransliterasikan

dengan /ch/ daripada /h/, karena jika kata yang mengandung huruf ح

ditransliterasikan dengan /h/. Contoh untuk alamat situs internet yang

lazim diberi garis bawah, maka garis bawahnya akan menerjang

tanda _ di bawah /h/ ini. Contoh: www.al-hadits.com akan menjadi

www.al-hadits.com.

k) Bunyi diftong ditransliterasikan dengan u untuk wau ( و ) dan i untuk

ya' ( ي ).

Contoh: موي نيدلا yaumi ‘d-dīn

bi aidī safaratin يديأب رفسة

l) Penulisan huruf besar atau huruh kapital dilakukan sesuai dengan

kelaziman penggunaan huruf Latin dalam bahasa Indonesia. Contoh:

Allah, nama orang, nama tempat, huruf awal dalam suatu kalimat,

dan sebagainya.

Contoh: مسب هللا يذلا ال هلا وهالا

Bismi ‘l-Lāhi ‘l-ladzī lā ilāha illā huwa

ناد اعد انديس هيلعرضح مالسلا

Page 93: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Dan doa sayyidinā Khidlir ’alaihi ‘s-salām

m) Ada di antara huruf-huruf Arab yang memiliki bentuk latin yang

terdiri dari dua huruf, misalnya ط (th), ض (dl), ذ (dz) sedangkan ada

pula rangkaian huruf yang memiliki bentuk latin yang sama, misalnya

د ,(th) هت Untuk membedakan antara huruf dengan .(dz) زد ,(dl) ل

rangkaian huruf ketika rangkaian huruf pada huruf pertama dibaca

mati, maka untuk menandakan sebagai rangkaian huruf di antara

huruf tersebut diberi tanda hubung (-).

Contoh: هتنرق qaranathu menjadi qaranat-hu, دأ -adlun menjadi ad ل

lun, dan زدإ idza menjadi id-za.

5) Kata-kata berbahasa Melayu yang dianggap sebagai kata arkais atau kata

yang memiliki ciri penulisan ejaan kuna ditransliterasikan sebagaimana

adanya dan diberi tanda garis bawah, kecuali yang sudah masuk ke dalam

ejaan bahasa Indonesia ditransliterasikan disesuaikan dengan Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hal ini sesuai dengan pendapat yang

diungkapkan oleh Isnamurti (dalam Panuti Sudjiman, 1995:101) bahwa

teks naskah-naskah lama merupakan sumber data yang sangat diperlukan

oleh para ahli linguistik. Perekaman perbedaan regional dan histories di

dalam struktur kalimat, diksi, gaya bahasa, serta cara penulisan kata

sangat berarti bagi penelitian dialektologi, khususnya dialektografi,

sejarah perkembangan bahasa, dan sejarah penulisan bahasa Melayu.

6) Tabel Pedoman Transliterasi

Tabel 10

Konsonan Huruf Arab

No. Huruf Nama Latin 1. ا alif a

Page 94: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

ba' b ب .2

ta' t ت .3

tsa' ts ث .4

jim j ج .5

cha' ch ح .6

kha' kh خ .7

dal d د .8

dzal dz ذ .9

ra' r ر .10

zai z ز .11

sin s س .12

syin sy ش .13

shad sh ص .14

dlad dl ض .15

tha' th ط .16

dha' dh ظ .17

‟ ain‟ ع .18

ghain gh غ .19

fa' f ف .20

qaf q ق .21

kaf k ك .22

lam l ل .23

mim m م .24

nun n ن .25

wau w و .26

ha' h ه .27

ya' y ي .28

' hamzah ء .29

Tabel 11

Konsonan Huruf Arab Melayu

No. Huruf Latin

1.

ڧ / ڨ

p

2.

ڠ

ng

3.

چ

c

4.

ک / ڭ

g

Page 95: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5.

ڽ / پ

ny

2. Transliterasi

Bismi ‘l-Lāhi ‘r-Rachmāni ‘r-Rachīm. /

Al-chamdu li ‘l-Lāhi Rabbi ‘l-’ālamīn. Wa ‘l-’āqibatu li ‘l-muttaqīna wa ‘sh-shalātu

/ wa ‘s-salāmu ’alā sayyidinā Muchammadin sayyidi ‘l-mursalin wa

’alā alihi wa shachbihi / ajmaīn. Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam.

Bermula negeri / akhirat itu tertentu bagi orang yang takut akan Allah Taala. Dan

rahmat / dan selamanya itu tertentu atas penghulu segala Nabi yang mursal / dan atas

segala keluarganya dan segala sahabatnya sekalian mereka itu. /

Wa ba’du fahadzihi risālatun musammātun bi Manhaji ‘l-Atammi fī Tabwībi /

‘l-Chikam. Adapun kemudian dari itu maka inilah kitab yang dinamai // akan dia

dengan Manhaju ‘l-Atammi pada menyatakan segala bab hukum. /

Bābu ‘l-’Ilmi. Ini bab pada menyatakan ilmu yang memberi manfaat. / Al-

’ilmun nāfi’un huwa ‘l-ladzi yanbuthu fī shadri syafā’ata wa yaksyafa / ’ani ‘l-qalbi

qanā’ah. Bermula ilmu yang memberi manfaat itu yaitu / yang terhampar dalam hati

cahayanya dan membawa akan hakikat dunia / (ini) dan akhirat (itu)1 dan

membukakan pula ia daripada dinding hati / yang meneguhkan daripada paham.

Khairu ‘l-’ilmi mākānati ‘l-khasyyatu ma’ah. / Sebaik-baik ilmu itu barang yang

telah ada takut beserta dengan dia. / Al-’ilmu in qāranat-hu ‘l-khasyyata falaka wa

1 Tertulis

2

3

Page 96: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

illā fa’alaik. Bermula / ilmu itu juga menyertai dia takut akan Allah. Maka

perolehmu balas / dan pahala dan juga tiada (maka) atasmu2 dosanya dan siksanya. /

Bābu ‘t-Taubah. Ini bab pada menyatakan tobat. Kaifa yasyruqu qalbun /

shuwaru ‘l-'akwani munthabi’atun fī mira'atih. Betapa bercahaya hati / segala

rupaku ini tersikah pada mata hatinya. Am kaifa yarchalu illā ‘l-Lāhi / wa huwa

mukawila bi syahwātih. Itu betapa pergi kepada Allah Taala itu pada- / hal ia

tertambah dengan segala keyakinannya. Am kaifa yathma’u \an\yad3 / khula

chadlrata ‘l-Lāhi wa huwa lam tayathahhari min jānābati muflātihi // Itu betapa

loba akan masuk kepada daerah wilayah Allah pada hal / ia tiada mengujikan

darinya daripada jinabat laluinya. Am kaifa yarjū / ayyufahnamu daqāiqa ‘l-asrāri

wa huwa lam yatub min hafwātih. / Itu betapa harap paham akan segala setiap-setiap

rahasia padahal ia tiada / tobat daripada terganjar.

Lā shaghīratan idzā qablaka ’ad-luhu wa lā kabīratu idzā / wa\j\huka4 fadllah.

Tiada gejala dosa itu apabila membetul dikau sifat / adanya dan tiada benar apabila

membetul dikau sifat fadlal-nya. Idzā / wa qa’a minka dzanbun falā yakun dzalika

sababā yū’isuka min chushūli illā / ‘l-istaqāmmati ma’a Rabbika. Wa qadyakūna

dzalika akhiru dzanbun quddira / alaik. Apabila jatuh daripadamu dosa maka jangan

kiranya yang / demikian itu akan sebab memutuskan asamu dari pada hasil

istiqamah {yakni sempurna} / serta Tuhanmu. Maka terkadang adalah yang

demikian itu kesudahan / dosa ditakdirkan atasmu.

2 Tertulis

3 Tertulis

4 Tertulis

4

Page 97: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Min ’alāmati mauti ‘l-qalbi ’adamu / ‘l-cha\za\ni5 ’alā mā fātaka

minaththā’āti watarku ‘n-nadmi alā fa’alathu / min wujūdi ‘z-zullāt. Kata Syaikh

radliya ‘l-Lāhu ’anh. Setengah daripada / alamat mata hati itu kata dan bercinta atas

yang luput akan dikau / daripada segala kebaktian dan meninggalkan suka atas yang

telah kufur buta <dari> // daripada6 wujud kesalahan. Lā ya’ dhamu ‘dz-dzanba

’indaka ’a\dha\(la)matan7 / ta’udduka ’an chusni ‘dh-dhanni bi ‘l-Lāh. Jangan

kiranya besar dosa / padamu dengan besar yang meneguhkan dikau daripada berbaik

dlan-mu akan Allah / Taala. Fāinna man ’arafa Rabbahu istashfara fī janbi karmihi

dzanbuh. / Maka bahwasanya barang siapa mengenal Tuhannya niscaya kecil pada

lambang / sifat karamnya dosanya.

Bābu ‘l-Ikhlasi fī ‘l-’Amal. Ini [bab] pada menyatakan8 / ikhlas pada berbuat

amal. Al-’a’mālu shurun qā’imatun wa arwachuhā / wujūdu sirri ‘l-ikhlāsi fī hā.

Segala amal itu yaitu segala rupa yang ber- / diri ia dan adalah segala nyawanya itu

diperoleh sirr ikhlas dalamnya. / Mā arādatu himmatu shālikin an taqifa ’inda mā

kusyifa lahā illā wa anā / dat-hu hawātifu ‘l-chaqīqati ‘l-ladzī tathlubu mā amaka.

Tiada jua <ber> / berkehendak9 jinak orang yang menjalani jalan Allah bahwa

berhenti ia / tatkala dibukakan baginya daripada segala ilmu dan makrifat melainkan

menyuruh dia / segala lisan ‘l-chāl yang telah dibukakan Allah baginya demikian

bunyinya yang / kau tuntut akan dia itu lagi di hadapanmu. Wa lā tabarra chabat

5 Tertulis

6 Tertulis

7 Tertulis

8 Tertulis

9 Tertulis

5

6

Page 98: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

falawā / huwa mukawwanāti illā wa nā datka chaqātiquhā innahā nachnu fitnatun /

falā takfur. Dan tiada jua berahasia segala dhahir mukawwanat dengan //

[ra]hasi[a]10

yang menceritakan bagi segala adat melainkan menyeru dikau segala /

hakikatnya demikian bunyinya hanya sanya kamu ini fitnah. Maka jangan / engkau

kufur akan nikmat Allah atasmu.

Lā tarchalu min kaunin anī kaunin / fatakūnu kachihāri ‘r-rachāyasiru. Wa ‘l-

ladzī irtachala ilaihi huwā / ‘l-ladzī irtachalu ’anh. Jangan engkau tatka[la]11

itu

seperti chimārun / meng[h]ilang12

batu j.k.y dan berjalan ia. Dan adalah yang pergi

ia kepadanya / itu yaitulah yang pergi ia dari padanya. Wa lakin irchal mina ‘l-

akwāni / ilā ‘l-mukawwiāni wa inna ilā Rabbika ‘l-muntahā. Dan tetap pergi engkau

/ berjalan daripada segala guna kepada yang mengadakan dia dan bahwasanya /

kepada Tuhanmu jua kesudahan.

Wa andhur ilā qaulī shallā ‘l-Lāhu ’alaihi / wa sallama. Famankānat

\hi\jratuhu13

ilā ‘l-Lāhi wa rasūli fa\hi\jratuhu14

/ ilā ‘l-Lāhi wa rasūlih. Dan tidak

olehmu kepada sabda Nabi sh.15

/ Maka barang siapa ada berpindahnya kepada

Allah dan rasul-Nya maka adalah / pindahnya itu kepada Allah dan rasul-Nya. Wa

man kānat \hi\jratuhu16

/ ilā ‘d-dunyā yushībuhā au imr\a\['a]tin17

yatazawwajuhā

10 Tertulis

11 Tertulis

12 Tertulis

13 Tertulis

14 Tertulis

15 Tertulis terbaca „Nabi sh.‟ (merupakan singkatan dari penyalin, yaitu shallā ‘l-Lāhu

’alaihi wa sallam)

16 Tertulis

Page 99: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

fa\hi\jratuhu18

<ilā> / ilā mā19

hājara ilaih. Dan barang siapa berpindahnya kepada

dunia / niscaya diperoleh [a]kan dia20

itu kepada perempuan niscaya dikahwininya //

akan dia, maka adalah pindahnya itu kepada yang dipindahnya ia / kepadanya.21

Fāndhur ilā qaulihi ’alaihi ‘sh-shalātu wassalāmu. Fahajratuhu / ilā mā

hājara wa tāmak hadza ‘l-amra wa ilaihi turja’u ‘l-akwānu. <Fā> / Fāfhim22

haqqa

‘l-fahmi in kunta dzā fahmin wassalāmu alā mani / ‘t-taba’a ‘l-hudā. Maka tilik

olehmu kepada sabda Nabi ’alaihi ‘sh-shalātu / wassalām. Maka pindahnya itu

kepada yang dipindah ia kepadanya dan / bicara akan olehmu pekerjaan ini dan

kepadanya jua kembali segala aku ini. / Maka pahamkan olehmu dengan sebenar-

benar paham juga engkau memang(i) ia23

paham dan / sejahtera atas orang yang

mengikuti Penjaganya.

Lā amalan (a)rajā24

/ lil qulubi min ’amalin la yaghibu ’anka syuhudahu wa

yatachaqqira ’indaka / wujudah. Tiada ada amal yang terlebih diharap pahalanya

bagi segala / hati daripada amal yang gaib daripadamu memandang dia dengan

sebab memandang / yang mengarunia akan dia dan hina benar padamu wujudnya

dengan / i’tibār tiada patut akan yang kau perbuat akan dia itu. Lā taqrachuka / ‘th-

17 Tertulis

18 Tertulis

19 Tertulis

20 Tertulis

21 HR Bukhari dan Muslim dalam kitab Arba’in An-Nawawi dan kitab Riyadlus Shalihin Jilid 1

22 Tertulis

23 Tertulis

24 Tertulis

7

8

Page 100: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

thā’a\tu\25

liannahā barazat minka. Jangan me[m]bukakan26

dikau taat / karena ia

tiada [da]ri padamu27

. Wāfrich bihā liannahā barzat mina ‘l-Lāhi ilaik. / Suka akan

olehmu akan dia karena ia yaitu daripada Allah kepadamu. Qul bi fadlli ‘l-Lāhi // wa

bi rachmatihi fabidzalika falyafrahū huwa khairun mimmā yajma’ūn. / Kata olehmu

dengan anugerah Allah dan rahmat-Nya. Maka dengan demikian itu / maka suruh

segala mereka itu yaitu terlebih baik daripada barang yang diampuni / akan mereka

itu.

Jalla Rabbunā an yu’āmilahu ‘l-’aidu naqdān fayujānīhi / nasi’ah. Besar

Tuhan kita daripada bahwa muamalah dengan dia hambanya / tuannya maka

balasnya dengan bertingkat. Kafā min jazā’ihi iyyāka ’alā / ‘th-thā’ati an radliyaka

lahā ahlān. Memadainyalah balas Allah akan dikau / atas kebaktian itu bahwa rida

Ia akan dikau bagi taat itu ahlinya. / Kafā ‘l-āmilīna jazā’a mā huwa fā tichuhu ’alā

qulūbihim fī thā’atihi / wa mā huwa mūriduhu ’alaihim min wujūdihi muwanasatih.

Telah memadainyalah / akan segala orang yang amal itu balas amalnya yang

membukakan dia / atas segala hati mereka itu pada berbuat taat akan dia yakni /

manusi[a]28

berbuat taat itu dan ia membawa dia atas mereka itu / daripada diperoleh

berjinak-jinakkan dengan dia.

Man ’abbadahu lisyai’in yarjūhu / minhu auliyad fa’u bithā’ati wa rauda ‘l-

’uqūbati ’anhu fama qalama sichaqqi / aushāfīh. Barangsiapa menyembah Dia

karena suatu yang diharapnya / daripadanya itu supaya menolakkan ia dengan

25 Tertulis

26 Tertulis

27 Tertulis

28 Tertulis

9

Page 101: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

taatnya itu datang // siksa daripadanya maka tiadalah berdiri pada Chaqq segala

sifat-Nya. / Matā thalabta ’iwādlān ’alā ’amali thūlibta biwujūdi ‘sh-shidqi fīh. /

Manakala kau tuntut ganti atas amalmu niscaya tuntut engkau / akan diperoleh benar

dalamnya. Wa yakfī ‘l-murību wa jadāna ‘s-salām. Telah memada- / inyalah akan

orang yang tiada benar pada amal itu diperoleh selamat ia / daripada siksa. Lā

tathlub ’iwadlā min ’amali lasta lahu fā’ilān yakfī / mina ‘l-jazā’i laka ’alā ‘l-’amali

inkānalahu qābilān. Jangan kau tuntut / ganti dari pada amal yang tiada engkau

baginya berbuat pada hakikatnya memadainyalah / akan balas bagimu atas amal itu

bahwa ada ia menerimanya.

Anta / ilā chī idzā atha’tahu achwaju minka ilā chilmihi idzā ’ashaitah.

Bermula / engkau kepada meberi Chaqq Taala apabila engkau taat akan Dia terlebih

semangat / berkehendak daripadamu kepada sabarnya apabila durhaka engkau akan

dia. Rubbamā / dakhala ‘l-riyā’u alaika chaitsu lā yandhuru ‘l-khalqu ilaik. Mudah-

mudahan / masuk riya atasmu pada tempat yang tiada menilik segala makhluk

kepadamu. / Istasyrāfuka an ya’lama ‘l-khalqa bikhushū miyyatika dalīlun ’alā

’adami / shidqikā fī ’ubūdiyyatik. Adalah sebab yang demikian itu karena

bahwasanya / (i)nya(ng)tamu29

akan diketahui oleh segala makhluk ketentuanmu

me\ngu\capkannya30

// atas ketiadaan benarmu ubudiahmu karena jikalau benar

engkau serta / Tuhanmu niscaya tiada engkau berpaling kepada yang lain.

Ghayyib / nadhra ‘l-khalqi ilaika bi nadhri ‘l-Lāhi ilaik. Gaibkan olehmu tilik

<segala> / segala31

makhluk kepadamu dengan tilik Allah kepadamu. Wa ghayyib

29 Tertulis

30 Tertulis

31 Tertulis

10

Page 102: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

min wujūdi / iqbālihim ’alaika bi syuhūdi iqbālihi ’alaik. Dan gaibkan olehmu / akan

dirimu daripada\ku\32

dan berhadap segala makhluk atasmu dengan / memandang

berhadap Allah atasmu dengan mengerti Ia dan memberi nikmat / akan dikau. Lā

\yucha\bbu33

‘l-’amalu ‘l-musytaraku kadzalika lā yu\cha\bbu34

‘l-qalbu ‘l-

musytarak. / Dan Chaqq Subchānahu wa Taala itu seperti tiada dikasihinya / amal

yang disekutukan demikian lagi tiada dikasihinya akan hati yang disekutukan /

dengan mengasihi yang lain daripadanya.

Al-’amalu ‘l-musytariku lā yaqbiluhu <wa> / wa ‘l-qalbu35

‘l-musytariku lā

yuqabbilu ’alaih. Bermula amal yang disekutukan / itu tiada diterimanya akan dia

dan hanya yang disekutukan itu tiada / berhadap atas. Mā achbabta syai’ān illā

kuntalahu ’abdān wa huwa lā yachabbu / takūna lighairihi abdān. Tiada jua kau

kasihi barang suatu dalam nyatakan adalah / engkau baginya hamba dan Tuhanmu

tiada mengasihi dikau akan hamba bagi / yang lain daripadanya karena ia

membesarkan qadar-mu tiada karena hajat // daripadanya kepadanya. Laisa ‘l-

muchibbu ‘l-ladzī yarjū min machbūbihi / ’iwadlān au yathlubu minhu ghardlān

fainna ‘l-muchibbu man yabdzul. / Tiada orang yang mengasihi pada hakikatnya

orang yang harap daripada / yang dikasihinya beroleh balas atas amalnya atau

menuntut daripadanya. / Maka bahwasanya orang yang itu pada hakikatnya orang

yang memberikan nyawanya / bagi kekasihnya padahal iktikatkannya sedikit lagi

pemerinya itu. / Laisa ‘l-muchibbu man yabdzululah. Tiada dibilangkan mengasihi

32 Tertulis

33 Tertulis

34 Tertulis

35 Tertulis

11

Page 103: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

orang yang / diberi baginya apabila ia berbuat segala amal diiktikatkannya amalnya /

sangat banyak. Kai\fa\36

an tathlu\ba\37

‘l-’iwādla ’alā ’amali huwa / mutashaddiqu

bihi ’alaika. Am kaifa tathlubu ‘l-jazā’a ’alā shidqin / huwa muhdīhi ilaik. Maka

buangkan olehmu citamu daripada menuntut / ganti amalmu daripada Tuhanmu.

Betapa kau tuntut ganti itu amal pada- / hal ia jua men-shidqi-hakan dia atasmu atau

betapa kau tuntut / balas atas benarmu ia jua yang menghadia\h\kan38

dia

kepadamu.

Bābu / Chikami fī ‘sh-Shalāt. Ini bab pada menyatakan segala hikmah dalam

sembahyang. / ‘Sh-shalāti thuhri lilqalūbi wa istiftāchun lilghuyūb. Bermula /

sembahyang itu menyucikan bagi segala hati dan membukakan bagi pintu // segala

yang gaib-gaib. ‘Sh-shalātu \ma\challu39

‘l-munājāti wa ma’dinu / ‘l-mushāfāt.

Bermula sembahyang itu tempat munajat dan [se]kalian40

/ artinya berikhlas.

Tatta[bi]’u41

fī hā mayādīnu ‘l-asrāri wa / tasyraqu fīhā bi syawari\ki\42

‘l-

anwār. Luas dalamnya medan rahasia / dan berbenderang dalamnya segala

benderang anwār. Lammā ’alima ‘l-Haqqu minka / wujudu ‘l-milali lawwanalaka

‘th-thā’āt. Tatkala diketahui oleh Chaqq / Taala daripadamu wujud dijemu maka

dibagi-bagikannya bagimu segala / kebaktiannya. Wa ’alima mā fīka min wujūdi ‘l-

syarraqi fachajarahā alaika / fī ba’dli ‘l-auqāt. Dan telah diketahuinya yang

36 Tertulis

37 Tertulis

38 Tertulis

39 Tertulis

40 Tertulis

41 Tertulis

42 Tertulis

11

12

Page 104: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

padamu diperoleh ringan / nafas pada bersegera yang membawa kepada jemu maka

diselang-selangnginya itu / atasmu pada setengah dari pada segala waktu. Liyakūna

himmuka iqāmata ‘sh-shalāti / famā kullun mushallin mukīmun. Hendaklah ada

citamu itu mendirikan / sembahyang serta segala chad-nya dan segala syaratnya

tiada wujud sembahyang / jua hanyalah maka tiada tiap-tiap yang sembahyang itu

mendirikan sembahyang. /

’Alima wujūda ‘dl-dla’fi minka faqalula a’dādahā wa ’alima ikhtayā- / jakā ilā

fadllihi fakatsara ’amdādahā. Telah diketahuinya keadaan \dl\aif43

/ dari padamu

maka sedikitkan bilangannya dan telah diketahuinya berkehendakmu // kepada

anugerahnya maka dibanyakkannya segala pahalanya. Qayyadā ‘th-tha’āti / bi

a’yāni ‘l-auqāti lailā yamna’ala minhā wujūdu ‘t-tatswīfi wa wa- / si’a ’alaika ‘l-

waqta kai tabghī laka chishshata ‘l-ikhtiyār. Maka ketahui / olehmu bahwasanya

Chaqq Taala telah menambatkan segala taat itu dengan / keadaan segala waktu

supaya jangan meneguhkan dikau daripada mengerjakan dia / citamu lagi akan

kukerjakan dan luaskan atasmu waktu supaya di[te]guhkan44

/ bagimu suatu

perubahan daripada ikhtiar.

’Alima qillatu nuhūdli ‘l-’ibādi / ilā mu’āmilatihi fa'aujaba ’alaihim wujūdu

tha’āti fasāqahum / ilaihā bisalāsili ‘l-ījāb. Telah diketahui Chaqq Taala sedikit /

bangkit segala hambanya kepada muamalah dengan dia. Maka diwajibkan atas /

mereka itu wujud taat akan Dia. Maka lupanya mereka itu kepada taat itu / dengan

rapatnya mewajibkan itu. ’Ajaba Rabbuka min qaumi yusāqū- / na iyā ‘l-jannati

43 Tertulis

44 Tertulis

13

Page 105: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bīssalāsil. Telah ’ajib Tuhanmu daripada kaum yang / da[hu]lu45

kepada syurga

dengan segala. Aujaba ’alaika wujūdu thā’ati / wa mā aujaba ’alaika illā dakhala

jannatah. Telah diwajibkan atasmu / wujud taatnya dan tiada wajibkan atasmu pada

hakikatnya / melainkan masuk syurga-Nya. Inilah merasalah bagi jawab orang yang

meni\li\k(an)46

// daripada sabda Nabi sh.m47

. Waju’ilat qurratu’ainin fī ‘sh-shalāti.

Hallun / dzalika khashshun bihi au lighairihi minhu syirbun wa nashībun. Telah

<dijadi> / dijadikan48

suka cita akan mata hatiku atau sejuk mata hatiku dalam /

sembahyang. Adakah yang demikian itu tertentu akan shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa

sallam jua atau bagi lain / daripada yang demikian itu suatu perubahan dan bahgian.

Faajāba \anna\49

/ qarrata ‘l-’aini bisysyuhūdi ’alā qadri ‘l-ma’rifati bisysyuhūdi

fārrasūlu / shallatu ‘l-Lāhi wa salāmuhu ’alaihi laisa ma’rifatun kama’rifatihi

falaisa / qurratu’aini kufratih. Maka dijawab oleh Syaikh radiya ‘l-Lāhu ’anhu /

dengan jawab yang tiada penah dahulu baginya dengan ijmāl kemudian / disebutnya

dengan tafshīl. Tatkala dikatanya bahwasanya suka cita mata / hati atau sejuk mata

hati dengan memandang itu atas sekira-kira makrifat / akan yang dipandang.

Bermula shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam tiada ada makrifat seorang seperti /

makrifatnya maka tiadalah suka cita mata hati atau sejuk mata hati / seperti suka cita

mata atau hatinya. Wa innamā qulnā inna qurrata’ainihi / fī shalātihi bisyuhūdi

45 Tertulis

46 Tertulis

47 Tertulis terbaca Nabi sh.m. (Sh.m. singkatan dari shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam)

48 Tertulis

49 Tertulis

14

15

Page 106: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

jalāli masyhūdihi liannahu qad asyā\ra\50

ilā / dzalika biqaulihi fī ‘sh-shalāti. Wa

lam yaqul bi ‘sh-shalāti in huwa shalātu / ‘l-Lāhi ’alaihi wa salāmuhu lā tuqirru

’ainuhu bighairi Rabbihi. Wa kaifā wa huwa yadullu // ’alā hadza ‘l-maqāmi wa

ya'murubihi min siwāh. Kata Syaikh hanya sanya telah / kata suka cita hatinya

shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam dalam sembahyangnya dengan sanya memandang

ke barat / masyhud-nya karena ia telah disertakan kepada yang demikian dengan

sabdanya / dalam sembahyang. Dan tiada dikatanya akan sembahyang karena ia

shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam / tiada suka cita hatinya akan yang lain daripada

Tuhannya. Dan betapa tiada / yang demikian itu padahal Nabi ’alaihi ‘sh-shalātu wa

‘s-salām menuju ke / atas maqam ini disuarakannya dengan dia orang yang lain

daripadanya. / Liqaulihi shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam \u\’bu\ddi\ ‘l-Lā\ha\51

ka'annaka tarāhu wa machālu an yarāhu wa yasyhadu / ma’ahu siwāh. Karena

sabda Nabi shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam sembah olehmu Allah seolah-olah kau

lihat / akan Dia52

dan machālun bahwa dilihat akan Dia dan dipandang serta selain /

daripadanya.

Qāla lahu ‘l-qā\’il\53

qadtakūnu quratu ‘l-’aini bi ‘sh-shalāti lā / liannahā

fadllun mina ‘l-Lāhi wa bārizatun min mittati ‘l-Lāhi fakaifa lā yafrachu / bihāwa

qāla subchānahu wa ta’ālā bifadlli ‘l-Lāhi wa birachmatihi fabidzalika /

falyafrachū. Telah berkata bagi Syaikh seorang yang mengapa sanya terkadang /

adalah suka cita hati itu akan sembahyang karena ia anugerah daripada Allah / Taala

dan tiada ia daripada nikmat Allah ’Azza wa Jalla. Maka betapa tiada / suka <kan>

50 Tertulis

51 Tertulis

52 HR Muslim dalam kitab Arba’in An-Nawawi

53 Tertulis

16

Page 107: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

akan dia54

dan betapa tiada suka cita hati akan dia. Dan telah // berfirman Chaqq

Subchānahu wa Ta’ala kata olehmu ya Muchammad dengan / anugerah Allah dan

dengan rachmatnya jua maka dengan itulah suruh / suka cita mereka itu. Khairun

mimmā yajma’ūn. Yaitu terlebih baik / daripada yang dihimpunkan mereka itu.

Fā’lam anna ‘l-ayata qad aumā’at / ilā ‘l-jawābi liman yafhumu sirra ‘l-khithābi idz

qāla fabidzalika / falyafrachū wa lam yaqul fāfrach. Maka ketahui olehmu hanya

orang yang / bertanya bahwasanya itu yang kau isyaratkan kepadanya itu telah

mengisyaratkan / kepada jawab bagi orang yang paham akan sirra khithābi tatkala

dikatanya / dengan demikian itulah suruh suka cita mereka itu ya Muchammad

padahal / tiada dikata suka cita olehmu ya Muchammad. Qul lahum layafrachū bi ‘l-

ichsāni / wa ‘t-tafdlili walyakun farchuka anta bi ‘l-mutafudldlali kamā qāla fi ‘l-

ayati /‘l-ukhrā qul ‘l-Lāhu tsumma dzarhum fī chaudlihim yal’abūna. Kata olehmu /

bagi mereka itu ya Muchammad hendaklah suka cita mereka itu dengan ihsan / dan

tafadldlal dan hendaklah keadaan suka cita akan yang menganugerahinya / seperti

firman Allah Taala pada itu yang lain kata olehmu ya Muchammad / Allah maka

tinggalkan olehmu mereka itu masuk bermain-main.

Bābu / ‘l-’uzlati wa ‘l-khumūl. Bab pada menyatakan ’uzlah dan khumūl. // Mā

nafa’a ‘l-qalbu syai’un mitslu ’uzlatin yad khulubihā mīdānu fikrih. / Tiada memberi

manfaat akan hati suatu seperti mengasingkan diri yang / masuk dengan dia

kepada(mu)nya dan pikirnya55

. Idfin wujūdaka fī ardli / ‘l-khumūli famā nabata

mimmā lam yudfan lam yatamma nitājuh. Tanam olehmu / wujudmu pada bumi

yang terbuan maka barang yang tambah daripada yang tiada / ditanam tiada

54 Tertulis

55 Tertulis

17

Page 108: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sempurna tambahnya. Satara anwāra ‘s-sara’iri kamasyā’ifi / ‘dh-dhawāmiri

shiyānatan lahā an tabruzi b\i\wujūdi56

‘l-idhhāri wa at / yanādī ’alaihā bilisāni ‘l-

inhār. Telah ditutup Allah segala nur / rahasia dengan batil segala yang dhahir yang

ia atsar bisirri yang itu karena / memelihara akan baginya daripada dihina-hinakan

ia dengan keadaan nyatakan dia dan / daripada disuruh-suruh atasnya dengan kata

masyhur. Maka tatkala itu jadi batil[l]ah57

/ mengenai ketentuan bagi yang

ditentukan bagi segala hamba Allah itu.

Subchāna / man satara sirra ‘l-khushūshiyati bidhuhūri washfi ‘l-basyariyyati

wa / dhaharahu bi’adhmati ‘r-rubūbiyati fī idlhāri ‘l-’ubūdiyyah. Maha Suci /

Tuhan yang me<nu>nutup58

sirr ketentuan menyatakan ubudiah. Subchāna / man

lam yaj’ali ‘d-dalīli ’alā auliyā’ihi illā min chai\tsu\59

‘d-dalīli ’alaih. / Maha Suci

Tuhan yang tiada menjadikan dalil atas segala walinya // melainkan daripada pihak

dalil atasnya. Maka seperti tiada dalil atasnya Chaqq Taala / melainkan yang telah

dinyatakan tiada ada dalil atas segala walinya melainkan yang telah / nyata daripada

mereka itu. Wa lam yūshil ilaihim illā man arāda an yūshilahu / ilaih. Dan tiada

disampaikan Allah kepada segala walinya itu melainkan orang yang / dikehendaki-

Nya menyampaikan dia kepadanya karena perangai mereka itu. Tiada jua / diketahui

mereka itu seorang melainkan ditunjuk mereka itu akan dia kepada Allah / karena

mereka itu tiada celaka sekedudukan mereka itu.

56 Tertulis

57 Tertulis

58 Tertulis

59 Tertulis

Page 109: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Bābu Fīri ’Ayati ‘l-Wa- / qti wa Ightināmih. Ini bab pada menyatakan

memeliharakan waktu dan \me\ramaikan60

/ akan dia. Mā min nafsin tubdīhi illā wa

lahu qadrun fīka yamidliyah. Tiada / daripada nafas yang dikeluarkan itu melainkan

adalah baginya untung padamu dila\ku\kannya61

/ jua akan dia kata syi’ir ini bilang

segala nafas tutup-tutup hari seribu / dua puluh empat nafas. Maka tutup-tutup

semata nafas itu ada peruntungannya / ditakdirkan Allah disampaikannya jua akan

dia. Wa bi ‘l-Lāhi ‘l-taufīqi wa ‘l-Lāhu / a’lam. Lā tataraqat furughu ‘l-aghyāri

fainna dzalika yu’thi’uka ’an juwi ‘l-murāqabati / lahu fīmā huwa muqīmuka fīh.

Jangan kau ini tanya selesai segala aghyar / itu maka bahwasanya adalah yang

demikian itu memutuskan dikau daripada wujud / muraqabah baginya pada yang ia

mendirikan dikau dalamnya itu. Ichālatuka <‘l-\'a\> // ‘l-'a’māla62

alā wujudi ‘l-

firāghi min ra’ūnāti ‘n-nuqūs. Memindahkan / engkau akan segala amal atas

diperoleh selesai itu setengah daripada kekurangan / akal segala dirimu.

Chuqūqun fī ‘l-auqāti yumkinu qadlā’uhā wa chuqūqu / ‘l-auqāti lā yumkinu

qadlā’uhā. Maka ketahui olehmu segala chaqq itu / dua bagi suatu chaqq yang pada

segala waktu kedua chaqq segala waktu. Maka chaqq / yang pada segala waktu itu

dapat mengqada dia dan segala chaqq waktu itu / tiada dapat meng-qadlā dia karena

bersembunyi-sembunyinya dan berturut-turutnya. / Idzmā min waqtin yaridu illā wa

li ‘l-Lāhi ’alaika fīhi chaqqu jadīdun wa amru akīd. / Karena tiada ada daripada

waktu yang datang jikalau ada ia satu nafas segala pun / melainkan ada bagi Allah

atasmu dalamnya chaqq yang baharu yaitu syukur akan Dia / atas keluar nafas itu

60 Tertulis

61 Tertulis

62 Tertulis

18

19

Page 110: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan pekerjaan yang amat takut yaitu yang di- / wajibkan [a]kan63

Dia dulu waktu itu

yaitu syukur akan Dia. Fakaifa taqdlī / fīhi chaqqan ghairihi wa anta lam taqdli

chaqqa ‘l-Lāhi fīh. Maka betapa kau bayar / dalamnya chaqq yang lain daripada

Allah padahal tiada kau bayar Chaqq Allah / dalamnya.

Māfāta min ’umurika lā ’iwadla lahu wa mā ja’ala laka minhu / lā qīmata lah.

Jikalau kau ketahui bahwasanya barang yang luput daripada / umurmu tiada ganti

baginya niscaya tiada sah daripadamu ghaflah dan // dan apabila kau ketahui barang

yang hasil bagimu daripada umurmu itu / tiada kiamat baginya niscaya ada engkau

mengirimkan segala waktumu pada syukur / akan yang hasil itu. Al-khudzlāna kullu

‘l-khudzlāni an tanafarragha mina / ‘sy-syawāghilin tsumma lā tatawajjahu ilaihi

wa taqilla ’amayiquka tsumma lā tarchala / ilaih. Dan apabila adalah pekerjaan atas

yang tersebut itu maka tiada beroleh / penolong segala-segala bahwa selesai engkau

daripada segala membeba\n\kan dikau64

maka / tiada engkau berhadap kepada-Nya

dan sedikit segala pekerjaan yang / meneguhkan dikau maka tiada engkau berpindah

kepadanya daripada segala nafsunya. /

Bābu ‘dz-Dzikr. Ini bab pada menyatakan adab zikir. Lā tat\ra\ku65

‘dz-dzikri

\li\’adami66

/ chudlūrika ma’a ‘l-Lāhi fīhi lianna ghaflataka ’an wujūdi dzikrihi

asyaddu / min ghaflatika fī wujūdi dzikrih. Jangan kau tinggalkan zikir karena /

keadaan chudlūr-mu serta Allah dalamnya karena bahwasanya laluimu daripada /

keadaan dan zikir akan Allah itu terlebih sangat jahatnya daripada laluimu akan /

63 Tertulis

64 Tertulis

65 Tertulis

66 Tertulis

20

Page 111: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang dalam zikir akan dia. Fa’asāhu an yarfa’aka min dzikrin ma’a wujūdin /

ghaflatin ilā dzikrin ma’a wujūdin yaqdhatin. Maka mudah-mudahan dilekat- / kan

Allah engkau daripada zikir serta diperoleh lalui kepada zikir serta diperoleh / juga.

Wa min dzikrin ma’a wujūdin yaqdhatin ilā dzikrin ma’a wujūdin chudlūrin. // Dan

daripada zikir serta diperoleh juga kepada zikir serta diperoleh / chudlūr. Wa min

dzikrin ma’a wujūdin chudlūrin ilā dzikrin ma’a ghaibatin / ’ammā siwā al-

madzkūr. Dan daripada zikir serta diperoleh chudlūr / kepada zikir serta gaib

daripada yang lain daripada madzkūr hingga / masuklah orang yang zikir itu ke

dalam madzkūr-nya. Wa mā dzalika ’alā ‘l-Lāhi / bi’azīz. Dan tiada yang demikian

itu atas Allah syukur. /

Akramaka karamātin tsalā\tsin\67

ja’alaka dzikran lahu wa lau lā fadlluhu /

lam takun ahlān lijuryāni dzikrihi ’alaik. Ketahui olehmu bahwasanya / Chaqq

Taala telah dimuliakannya akan dikau dengan segala kemuliaan yang / tiga suatu

telah dijadikan-Nya engkau zikir bagi-Nya karena dilakukannya / zikir akan dia atas

lidahmu dan jikalau tiada ingkar hanya saja ia / tiada engkau patut bagi dilagi zikir

akan dia atasmu. Wa ja’alaka madzkūrān / bihi idz chaqqaqa \ni\sbatuhu68

ladaik.

Dan kedua telah dijadikannya Allah / akan dikau madzkūr dengan dia maka dikata Ia

Tuhanmu dan engkau / hamba-Nya maka ujub segala akan besar nikmat-Nya atasmu

karena ditahkikkan / nisbahnya padamu. Waja’alaka madzkūrān ’indahu fatumimma

ni’matuhu / ’alaik. Dan ketiga telah dijadikannya akan dikau madzkūr padanya. //

Tatkala firmannya, fadzkurūnī adzkurkum69

. Artinya maka sebut oleh kamu / akan

67 Tertulis

68 Tertulis

69 QS Al-Baqarah ayat 152

21

22

Page 112: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Daku niscaya kusebut akan kamu. Maka disempurnakannya nikmatnya / atasmu.

Lau asyraka nūru ‘l-yakīni lara’aita ‘dz-dzara ‘l-akhirata / aqraba ilaika min an

tarchala ilaihā wa lara’aita machāsina / ladunyā waqad dhaharat kisfatu ‘l-fanā’i

’alaihā. Jikalau terbit / nur yaqin niscaya kau lihat negeri akhirat terlebih hampir /

kepadamu daripada engkau pergi kepadanya dan niscaya kau \li\hat70

segala /

kebajikan dunia itu padahal \nya\ta71

kerhana72

fana atasnya. Al-akwānu / dhāhiru

hāghiratun wa bāthinuhā ’ibratun. Segala guna itu dhahir-nya / didiakan tiada

hakikat baginya dan batinnya akan ’ibrah. Fānafsu / tandhuru ilā dhāhiri ghirratihā

wa ‘l-qalbu yandhuru ilā bāthinu ’ibratihā. / Maka nafsu itu menilik kepada dhahir-

(dia)nya73

dan hati itu menilik kepada / batin i’tibār-nya. In aradta an yakūna laka

’izzun lā yafnī falā / tasta’izzanna bi’izzin yaghnī. Jika engkau berkehendak bahwa

ada bagimu / kemuliaan yang tiada difana maka janganlah engkau tuntut akan

kemuliaan / yang fana.

Bābu ‘l-Faqri wa ‘l-Fāqat. Ini bab pada menyatakan fakir / dan sangat chājat.

Wa rūdu ‘l-fāqāti a’yādu ‘l-murīdīn. // Bermula datang sangat segala hajat itu hari

raya segala / murīd. Hasil kata Zaruq, maka adalah sebab demikian itu karena /

sangat hajat itu menghadapkan hati mereka itu kepada Tuhan / mereka itu terkadang

dengan samar dan terkadang dengan tan[p]a kata74

dan terkadang / dengan te\nang\75

di bawah sifat Jalāl Chaqq Ta’ālā. Rubbamā wajadtu / mina ‘l-mazīdi fī ‘l-fāqāti mā

70 Tertulis

71 Tertulis

72 Diduga yang dimaksud adalah „karena‟

73 Tertulis

74 Tertulis

75 Tertulis

23

Page 113: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lā tajiduhu fī ‘sh-shaumi wa ‘sh-shalāt. / Mudah-mudahan kau peroleh chudlūr

bertambah-tambah pada ketika sangat / hajat itu yang tiada kau peroleh pada ketika

puasa dan sembahyang jikalau / ada keduanya itu setinggi-tinggi ibadah segalapun.

Al-fāqātu basthu / ‘l-marāhibi in aradta wa rūnu ‘l-mawāhibi ’alaika

shachichu / ‘l-faqra wa ‘l-fāqatu ladaika innahā ‘sh-shadaqātu lilfuqara’. Bermula /

sangat segala hajat itu menghampirkan segala anugerahnya itu / yakni meluluskan

dia jika engkau berkehendak akan datang segala / anugerahnya itu sahkan olehmu

fakir dirinya. Dan sahkan olehmu / sangat hajatmu dalam dirimu seperti firman

Allah Taala hanya / sedekah itu bagi segala fakir jua. Kata Zaruq, maka adalah yang

terlebih / sempurna hamba itu pada sifat fakirnya terlebih baik mereka itu beroleh //

jirān. I’tibar-kan olehmu kata ini akan hal kanak-kanak yang tiada kau <atas> /

atas76

pihak perintah betapa dikeras atas ibu bapa[k]nya77

dan lainnya / daripada

kasih akan dia.

Qāqatuka laka dzātiyatun wa warūdu ‘l-asbābi / mudzakkirātun laka bimā

khafiyu ’alaika minhā. Berkehendakmu kepada Allah / Taala itu bagimu sejatinya

dan datang segala sebab daripada kaya dan fakir / itu memberi ingat bagimu akan

yang terbuan atasmu daripada berkehendakmu / itu. Fālfāqatu ‘dz- dzātiyatu lā

tarfa’uhā ‘l-’awāridl. Dan berkehendak / yang sejatinya itu tiada menolakkan dia

segala ’aradl. Khairu auqātika / waqtun tasyhadu fīhi wa wujūdu qāfatika faturaddu

fīhi ilā wujūdi / dzillatik. Sebaik-baik segala waktumu itu waktu yang kau pandang

dalamnya / keadaan berkehendakmu maka ditumpangkan engkau dalamnya kepada

kehinaanmu. / Lā tamuddanna yaduka ilā ‘l-akhdzi mina ‘l-khalā’iqi illā an tarā

76 Tertulis

77 Tertulis

24

Page 114: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

anna / ‘l-mu’thī fīhim maulāk. Jangan kau angkatkan tanganmu kepada mengambil /

pemeri daripada segala makhluk itu melainkan bahwa kau lihat yang memeri pada /

mereka itu Tuhanmu yang memerintahkan dikau jua. Faidzā kunta kadzalika /

fakhudz māwā faqā ‘l-’ilm. Maka jika adalah engkau seperti yang tersebut / itu maka

ambil olehmu barang yang muwāfaqah dengan ilmumu akan bahwa // harus

mengambil dia.

Bābun fī Riyādlati ‘n-Nafsi wa ‘t-Tachdzīri ’an Dasā’isihā. Ini bab pada

menyatakan menyucikan nafas dan menakut / daripada berdakinya. Tasyawwafuka

ilā mā bathna fīka mina ‘l-\ghu\yūbi78

/ khairun min tasyawwufika ilā mā chajaba

’anka mina ‘l-ghuyūb. / Melihatmu kepada yang terbuan dalam dirimu daripada

segala yang aib itu / terlebih baik daripada melihatmu kepada yang didinding

daripadamu daripada segala / yang gaib-gaib itu. Ukhruj min aushāfi basyara yutika

’an kulli washfin / munāqishin li’ubūdiyyatika latakūna linidā’i ‘l-chuqqi mujībān

wa min / chadlratihi qarīban. Keluar engkau daripada segala sifat basyariyah-mu

lalu / daripada penutup-penutup sifat yang berlawanan bagi ubudiyahmu supaya

adalah / engkau bagi sirr Chaqq Taala bergantikan dengan mengikuti suruh-Nya dan

/ kepada chadlirat-Nya umat hampir dengan menyerahkan dirimu kepada sifat

Qahar-Nya. /

Bermula adalah hasil kata Syaikh itu menyuruhkan kita meninggalkan / rida

akan nafas dan meninggalkan sifat kibir dan ujub dan riya dan / sumah dan chaqqul

dan chasad dan mengasihkan dan arti. Dan lain / dari itu daripada segala sifat yang

tiada berpatutan dengan ubudiah serta / disuruh kita merendahkan diri dan

memandang nikmat daripada Allah serta // ikhlas dan benar. Dan sejahtera hati

78 Tertulis

25

26

Page 115: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

daripada dengki lagi jangan <menga-> / mengasihi79

dunia. Dan adalah yang

demikian itu supaya kita berkenankan / seru Allah Taala dan supaya hampir kepada

chadlirat-nya seperti kata / Syaikh itu.

Ashlu kulli ma’shiyatin wa ghaflatin wa syahwati ‘r-ridlā ’an / ‘n-nafs.

Bermula asal penutup-penutup maksiat dan ghuflah di-syahwati rida / akan nafsu.

Wa ashlu kulli thā’atin wa yaqdhatin wa ’iffatin adamu ‘r-ridlā / minka ’anhā. Dan

asal tiap-tiap taat dan jaga akan ibadah dan / memeliharakan diri itu katanya dan rida

daripadamu akan dia. Wa li'an / tashchiba jāhilān lā yardla ’an nafsihi khairun laka

min an / tashchiba ’ālimān yardla ’an nafsih. Dan saja ia bersahabat engkau /

dengan orang jahil yang tiada rida akan nafsunya itu terlebih baik bagimu / daripada

bersahabat dengan orang ’alim yang rida akan nafsunya. Fā ayyu / ’ilmin li’ālimin

yardlā ’an nafsihi wa ayyu jahlin lijāhilin lā yardlā / ’an nafsih. Maka mana ada

’alim bagi yang ’ālim yang rida akan nafsunya / dan mana ada jahil bagi yang jāhil

yang tiada rida akan nafsunya. / Kaifa takhruqu laka ‘l-’awā’ida wa anta lā

takhruqu min nafsika ‘l-’awā’idu. / Betapa disalah bagimu segala adat dengan

terbuka ’ālim qadarah padahal // engkau tiada menyalah daripada dirimu segala

adat. Tamakkunu khalāwata ‘l-hawā / fī ‘l-qalbi huwa ‘l-ladza’u ‘l-’udlal. ^Hawa

nafsu dalam hati ti\a\p80

manusia^81

/ itu yaitu penyakit yang tiada kuasa

menghalang<g>i dia82

segala obat. / Lā yakhāfu ’alaika an tulbisa ‘th-thuruqu

’alaika wa innamā yakhāfu / ’alaika min ghulbati ‘l-hawā ’alaik. Tiada diketakut

79 Tertulis

80 Tertulis

81 Tertulis

82 Tertulis

27

Page 116: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

atasmu bahwa / samar atasmu segala jalan hanya sanya diketakut atasmu daripada

keras / hawa atasmu.

An-nāsu yamdachūnaka bimā yadhunnūna fīk. Segala / manusia itu dipuji

mereka itu akan dikau dengan sebab yang disangka mereka itu / padamu kebajikan

dan pekerjaan yang saleh. Fakun anta dzāmmā / linafsika bimā ta’lamu minhā.

Maka jadikan dirimu manjūj bagi dirimu / dengan semata yang kau ketahui daripada

segala pekerjaan yang keji. Al-mu’minu / idzā mudicha istachyī mina ‘l-Lāhi Ta’ālā

an yasyniya ’alaihi / biwashfin lā yusyhiduhu min nafsih. Orang yang mukmin itu

apabila / dipuji ia telah malu ia kepada Allah bahwa dipuji atasnya dengan sifat /

yang tiada dipandangan akan dia daripada dirinya. Ujhulu ‘n-nāsi man taraka /

yaqīnu mā ’indahu lidhanni mā ’indā ‘n-nās. Maka kata Syaikh Si Jahil / manusia-

manusia orang yang meninggalkan yakin yang pada dirinya karena menyangka //

kata manusia yang lain daripadanya.

Idz uthliqa ‘ts-tsanā’u ’alaika wa anta / lasta lahu bi ahlin faatsna ’alaihi

bimā huwa ahluh. Maka kata Syaikh / apabila disebut orang puji atasmu padahal

engkau tiada engkau patut / mempunyai puji. Maka puji olehmu atasnya akan yang

ia patut beroleh puji / yaitu Tuhanmu yang menu[tu]p83

aibmu karena jikalau tiada

ditutupinya / aibmu niscaya berhadap kepadamu puji itu faedah adalah setengah /

daripada segala hamba Allah. Apabila dipuji orang akan dia dikatanya pada doanya /

hai Tuhanku jadikan oleh-Mu kami terlebih baik daripada yang disangka mereka itu

83 Tertulis

27

28

Page 117: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

/ dan jangan Kau \ba\las84

dengan sebab yang dikata oleh mereka itu dan ampuni /

oleh-Mu bagi kami akan yang tiada diketahui oleh mereka itu.

Chadhdha ‘n-nafsi / fī ma’shiyati dhāhirun jaliyun wa chadhdhuhā fī ‘th-

thā’ati bāthinun khafiyyun. / Perolehan nafsu pada mengetahui atas maksiat itu

dhahir lagi sangat / nyatanya dan perolehannya pada mengetahui atas taat itu batin

lagi / terbuan. Wa mudāwatu mā yakhfī sha’bu ’ilā jih. Dan mengobati <bara> /

barang85

yang terbuan itu sukar mengerjakan dia. Idzā iltabasa ’alaika / amrātin

fāndhur atsqalahumā ’alā ‘n-nafsi fā tanbi’hu fainnahu lā yatsqilu / ’alaihā illā mā

kāna chaqqān. Apabila samar atasmu dua ^pelajaran^86

yang wajib // keduanya yang

tiada meninggalkan salah suatu daripada keduanya maka / tilik olehmu yang terlebih

berat daripada keduanya atas nafsu daripada / pihak tabiatnya. Maka ia kata olehmu

akan dia maka bahwasanya pekerjaan / itu tiada berat atas nafsu melainkan yang

telah dipeliharakan Allah / dengan mata hati.

Al-mu’minu yusyfiluhu ‘sy-syanā’u ’alā ‘l-Lāhi ’an anyakūna / linafsihi

syākirān wa yusyfiluhu chuqūqa ‘l-Lāhi Ta’ālā ’an anyakūna / lichudhūdhihi

dzākirān. Sifat yang mukmin itu me-masyghul-kan dia memuja / atas Allah Taala

daripada keadaannya syukur bagi dirinya dan me-masyghul / -kan dia segala Chaqq

Allah Taala daripada keadaannya yakni bagi perolehan / dirinya. Lau lā mayādīnu

‘n- nufuwis mā tachaqqaqa sairu ‘s-sā’irīn. / Jikalau tiada medan nafas itu niscaya

tiada tertentu perjalanan / segala yang berjalan dan tia[da] bedza87

sampai segala

84 Tertulis

85 Tertulis

86 Tertulis

87 Tertulis

29

Page 118: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

orang yang sampai. / Lā musāfata bainaka wa bainahu chattā tathawiyahā

richlatuka wa lā qathi’ata / bainaka wa bainahu chattā tamchūhā wushlatuk. Tiada

dipengantaran / antaramu dan antaranya hingga diputuskan akan dia oleh

berpindahmu / dan tiada penah lapang antaramu dan antaranya hingga dihapuskan

akan dia / olehmu sampaimu.

Bābu I’ti[mā]\di\88

ilā ‘l-Khaufi wa ‘r-R\a\jā’89

. Ini bab pada menyatakan //

bersama ini khauf dan rajā itu. Min ’alāmati ‘l-i’timādi ’alā ‘l-’amali / nuqshānu ‘r-

rajā ’inda wujūdi ‘z-zalak. Setengah daripada alamat berjabat / atas amal itu kurang

harapnya tatkala diperoleh wujud zalak yakni / tatkala keluar daripada yang

dimaksud. Lā nihāyata lima dzammika in arja’aka / ilaika wa lā tafraghu limadā

tichika an adhhara jūdahu ’alaik. Tiada / berkesudahan bagi kejalanmu juga

dikembalinya engkau kepada dirimu dan tiada / selesai segala kepujimu jika

dinyatakannya sifat [u]jud-nya90

. Man ’abbara / min b\a\sāthi91

ichsānihi

a\sha\ma(ta)t-hu92

‘l-isā’ati ma’a Rabbihi wa man ’abbara / min b\a\sāthi93

ichsāni

‘l-Lāhi lam yusm\i\t94

idza asā’. Barang siapa masuk / kepada jalan Chaqq

dipandangan masuknya itu dengan limpah kebajikan darinya / dengan segera-segera

dilihatnya dirinyalah yang mengerjakan dan yang berharap / itu tiada tolong Allah

88 Tertulis

89 Tertulis

90 Tertulis

91 Tertulis

92 Tertulis

93 Tertulis

94 Tertulis

30

Page 119: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

niscaya mengelua[r]kan95

lidah-lidah(nya)96

kejahatannya serta / Tuhannya maka

tiadalah bergerak lidah akan menuntut daripada Tuhannya / dan barang siapa masuk

ia kepada jalan Chaqq padahal dipandangnya / masuknya itu dengan limpah

kebajikan Allah kepadanya niscaya tiada ia / dikelua[r]kan97

apabila ia jahat tetap

dimudahkan lidahnya bergerak / kepada menuntut daripada Tuhannya tatkala itu. In

aradta an yanfaticha lak. //

Bābu ‘r-Rajā’. Fāsyhad mā minhu ilaika wa in aradta an / yanfaticha laka bi

‘l-chazni fāsyhad mā minka ilaih. Jika kau / kehendaki bahwa terbuka bagimu pintu

harap akan Allah maka pandang olehmu / barang yang daripadanya kepadamu

daripada segala anugerah dengan tanya sebab. Dan / jika kau kehendaki bahwa

terbuka bagimu pintu percintaan maka / pandang olehmu barang yang daripadamu

segala perbuatan yang keji kepadanya. / Ar-rajā’u mārinahu ’amalu wa illā fa huwa

a\m\niyy\a\t98

. Harap itu barang yang / serta ia dengan amal dan jika tiada demikian

maka yaitu angan-angan / namanya. Maka angan-angan itu hakmu mata. In lam

tachsin dhannaka / liajlin washfihi chashshinbihi dhannaka liajlin mu’āmalatihi

ma’ak. / Jika tiada kau baik sangkamu akan Allah Taala karena sifatnya (wa)baik99

/

olehmu sangkamu akan Dia karena muamalahnya sertamu. Fahal ’auduka / illā

95 Tertulis

96 Tertulis

97 Tertulis

98 Tertulis

99 Tertulis

31

Page 120: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

chusnan wa hal asdā ilaika illā minannā. Maka adalah dilakukan bagimu /

[se]nantiasa100

melainkan kebajikan dan adalah dianugerahkan kepadamu nikmat. /

Man istaghraba an yanfidahu ‘l-Lāhu min syahwatihi wa an yukhrijahu / min

wujūdi ghaflatihi faqad ista(’)\ch\[za]na101

qudrata ilahiyyati wa kāna / ‘l-Lāhu ’alā

syai’in muqtadirān. Barang siapa mengatakan dirinya jauh // daripada dilepaskan

Allah daripada segala keinginannya dan jauh daripada / dikeluarkan Allah daripada

keadaan ghuflah-nya. Maka sanya adalah ia serasa / melemahkan qadrat Tuhan kita

dan barang siapa melemahkan Dia / maka bahwasanya ia kufur dan adalah Allah

atas tiap-tiap suatu amat / kuasa. Lā yakhruju ‘sy-syahawati mina ‘l-qalbi illā

khaufun maz’ijun / au syauqun mu\gha\llaqun102

. Tiada dapat mengeluarkan

keinginan hati / itu melainkan takut yang tiada dapat tetap sertanya hati atau / rindu

yang menyusah yang tiada sah sertanya tetap hati. Lā taskuru / min ’adami qabūli

’amalin lam tajid fīhi wujudu ‘l-chudlūri / farubbamā qabila mina ‘l-’amali mā lam

tudrik tsamratuhu ’ājilān. Maka / janganlah engkau putus asa daripada tiada kabul

amal yang tiada / kau dapat dalamnya keadaan hadir hati. Maka mudah-mudahan

diterima / daripada amal yang tiada kau dapat buahnya sekira sekarang maka i’tibar-

kan / olehmu dengan semata-mata hampirkan diri jua.

Bābu Adābi ‘d-Du’ā. Ini bab / pada menyatakan adab doa. Lā yakun

ta'akhkhuru amadza ‘l-’athā’i ma’a ‘l-ilchāchi / fī ‘d-du’ā’i mūjibān liya’sik. Jangan

kiranya lambat masa anugerah / serta bersinggah-singgah pada minta doa kepada

Allah itu mewajibkan puasa // putus asamu. Fa huwa qad dlumina laka ‘l-ijābati

100 Tertulis

101 Tertulis

102 Tertulis

32

Page 121: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

fīmā yakhtā- / rulaka illā fīmā takhtāruhu linafsik. Maka yaitu sanya mengakui

bagimu / bergantikan pintamu pada yang dipilihnya bagimu tiada pada yang kau

pilih / akan dia bagi dirimu. Wa fī ‘l-waqti ‘l-ladzī yurīdu lā fī ‘l-waqti / ‘l-ladzī

turīd. Dan pada waktu yang dikehendakinya tiada pada waktu / yang kau kehendaki.

Lā yusyakkikannaka fī ‘l-wa’di ’adamu wuqū’i ‘l-mau’ūdi / wa in ta’ayyana

zamānuh. Jangan kiranya memeri dikau suka pada / janji itu ketiadaan jatuh yang

dijanjikan jikalau ganti masanya / segalapun. Li’allā yakūna dzalika qadchān fī

bashirataka wa ikhmā\thān\103

/ linūri sarīratik. Supaya jangan keadaan yang

demikian itu / mengurangkan pada mata hatimu dan memadamkan bagi cahaya

rahasiamu. / Thalbuka minhu ittihalumulahu ghaibatun minka ’anh. Tuntutmu akan

suatu / daripadanya itu seolah-olah tugas baginya lalui daripada yang telah

dijanjikan / pada azal karena jika engkau berjabat kepadanya niscaya tiada kau /

tuntut daripadanya suatu yang sudah dibahgi pada azal melainkan karena / ubudiyah

jua dan menuntutmu akan dia itu jauh engkau daripadanya / karena jikalau ingat

engkau akan hampirnya niscaya tiada kau tuntut akan dia. // Wa tha\la\buka104

lighairihi liqillati chayā’ika minh. Dan tuntutmu bagi yang lain / daripadanya itu

karena sedikit malumu daripadanya yakni kepadanya / karena jikalau kau qadar-kan

ia dengan sebenar-benar qadar-nya niscaya / tiada engkau berhadap kepada lainnya.

Wa tha\la\buka105

min ghairihi liwujūdi / bu’dika ’anh. Dan tuntutmu daripada yang

lain daripadanya itu karena / diperoleh jauhmu daripadanya karena jika engkau hadir

dengan hatimu / sertanya niscaya tiada sah engkau berhadap kepada yang lain

103 Tertulis

104 Tertulis

105 Tertulis

33

34

Page 122: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

daripadanya. / Lā taqaddi yatuhu himmatuka ilā ghairihi fālkarīmu lā takhtā’ahu ‘l-

liamāl. / Jangan kiranya melalu[i] dia106

citamu kepada yang lainnya maka yang

karīm itu / tiada dapat melangkah dia segala angan-angan.

Lā tarfa’anna ilā ghairihi / chājatan huwa mūridu hā’alaik. Jangan kau

adukan kepada yang lain / daripadanya hajat padahal Ia jua yang membawa dia

atasmu. Fakaifa / yarfa’u ghairuhu mākāna huwa ladu wadli’ān. Maka betapa

mengangkatkan / yang lain daripadanya yang telah ada ia menghantarkan baginya.

Man lam yastathī’u / an yarfa’a chājatan ’an tafsihi fakaifa yastathī’u an

yakūnalahā / min ghairihi rāfi’ān. Karena barang siapa tiada kuasa mengangkatkan /

hajat daripada diri-Nya maka betapa kuasa adanya mengangkatkan yang lain. //

Matā uthliku lisānika bi ‘th-thalbi fā’lam annahu yurīdu an yu’thiyak. / Manakala

dilepaskannya yakni memudahkannya lidahmu dengan / menuntut kepada-Nya maka

ketahui olehmu bahwasanya Ia berkehendak kepada / menganugerahi dikau.

Lā tathlubu Rabbaka bina'akhkhari mathlabika wa lakin / thālabta nafsaka

binā’akhkhari adabik. Jangan kau tuntut Tuhanmu / sebab terkemudian yang kau

tuntut daripada-Nya dan tetap tuntut / dirimu dengan sebab lembut adab jua. Mā ‘sy-

syānu wujūdu ‘th-thalbi / innamā ‘sy-syānu an turzaqa chusnu ‘l-adab. Tiada ada

pekerjaan yang / ke\ba\ci[ka]n107

pada menyalah segala adat itu diperoleh tuntut bagi

Chaqq / jua hanya sanya pekerjaan itu bahwa dianugerahi engkau akan sebaik adab.

/ Mā thuliba laka syai’un mitslu ‘l-idl\thi\rāri108

wa lā asra’u laka bihawā- / hibi

ilaika mitslu ‘dz-dzillati wa ‘l-iftiqār. Tiada dituntut bagimu suatu / daripada Allah

106 Tertulis

107 Tertulis

108 Tertulis

34

35

Page 123: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan tiada daripada lainnya seperti sifat idlthirārī dan / tiada yang telah menyukuri

akan bagimu akan segala pemeri kepadamu seperti sifat dzillah / dan iftiqār.

Rubbamā dallahumu ‘l-adabu ’alā tarki ‘th-tha\la\bi109

li’timādān / ’alā

qismatihi wa isytiqālān bidzikrihi ’an mas’alatih. Mudah-mudahan / ditunjuk akan

mereka itu oleh adab atas meninggalkan menuntut pada setengah // daripada segala

waktu dan segala hal padahal mereka itu berjabat atas / qismat-nya dan

[sem]bahyang110

dengan zikir akan Dia daripada meminta kepada-Nya. / Fainnamā

yadzuru min yajūzu ’alaihi ‘l-ighfālu wa innamā yanbihi man / yumkinu minhu ‘l-

ihmāl. Maka adalah diambilnya mereka itu tatkala itu / hanya sanya yang diberi

ingat itu orang yang harus a[ta]\s\nya lalai111

/ dan hanya sanya yang dijikakan itu

orang dapat daripada menanya-nanyakan / keduanya itu bagi Allah machallun. Maka

sebab itulah jikalau memintapun / mereka itu kepada Allah ubudiyah jua. Rubbamā

istachyiya ‘l-’ārifu / an yarfa’a chājatahu ilā maulahu iktifā’an bimasyiyyatihi

fakaifa <lā> / lā yastachyī112

an yarfa’ahā ilā khalīqatih. Beberapa telah malu searif

/ itu mengeduakan hajatnya kepada Tuhannya padahalnya memudahkan dengan /

masyiyyah Tuhannya. Maka betapa tiada ia malu mengeduakan Dia kepada /

makhluk-Nya.

Lā tastabthi minhu ‘t-tawalu wa lakin istaba’ā min nafsika / wujūdu ‘l-iqbal.

Maka apabila tetaplah bagimu perkataan ini maka janganlah / kau kata lambat

daripadanya pemeri dan tetap kau kata lambat daripada dirimu / keadaanmu

109 Tertulis

110 Tertulis

111 Tertulis

112 Tertulis

36

37

Page 124: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berha[ra]p113

kepadanya. Khairu mā tathlubuhu minhu mā huwa thālibuhu minka. /

Sebaik-baik yang kau tuntut akan Dia daripadanya itu barang yang ia menuntut Dia

// daripadamu yaitu benar pada ubudiah dan mendirikan chaqq rubūbiyyah. / Lā

yakun {thalbuka} sababān ilā ‘l-’athāminhu fayaqillu fahmuka ’inh. Jangan kiranya

/ tuntutmu itu akan sebab kepada pemeri daripadanya maka tatkala itu jadi / sedikit

pahammu daripadanya. Walyakun thalbuka li'idhhāri ‘l-’ubūdiyati / wa qiyāmān bi

chuqūqi ‘r-rubūbiyyah. Dan hendaklah tuntutmu itu / karena menyatakan sifat

kehambaan dan mendirikan sifat ketuhanan. / Kaifa yakūnu thalbuka ‘l-lāchiqu

sababān fī ’athā’ihi ‘s-sābiqi jalla / chukmu ‘l-azalli an yandlāfa ilā ‘l-’ilal. Betapa

ada tuntutmu yang / baharu datang akan sebab pada anugerahnya yang telah dahulu

maha besar chukmi / azalli itu daripada bahwasanya di-idlāfah-kan kepada segala

’ilah suatu. Maka yaitu / tiada terupa pada suatu wajah jua pun.

Bābu ‘t-Taslīmi li Amri ‘l-Lāhi / Ta’ālā wa Tarki ‘l-Ikhtiyār. Ini bab pada

menyatakan taslīm bagi / amir Allah Taala dan meninggalkan ikhtiar. Iradatuka ‘t-

tajrīda / ma’a iqāmati ‘l-Lāhi iyyāka fī ‘t-tajrīdi ‘l-khathathun ’ani ‘l-himmati ‘l-

’aliyah. / Dan berkehendakmu akan tajrīd itu kurang daripada himmah yang tinggi.

Lā tathlub / minhu an yukhrijaka midzchālatin liyasta’malaka fīmā siwā hā falau /

aradaka lā yasta’malāka ---- ghairi ikhraj. Jangan kau tuntut <daripada> //

daripada114

Allah bahwa dikeluarkannya engkau daripada suatu hal supaya /

dikerjakannya engkau pada yang lain daripada hal itu maka jikalau <di> /

dikehendakinya115

akan dikau niscaya dikerjakan dikau dengan tiada / mengeluarkan

113 Tertulis

114 Tertulis

115 Tertulis

Page 125: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dirimu. Sawābiqu ‘l-himami lā takhruqu suwāra ‘l-aqdar. / Berselambu-selambu

segala cita itu tiada didapat mencari<k>kan116

kuat segala / takdir.

Archi nafsaka mina ‘t-tadbīri famā qāmabihi ghairuka ’anka / lā takumbih

linafsik. Istirahatkan dirimu daripada memerintahkan. Maka / barang yang berdiri

dengan dia lain daripadamu akan gantimu. Maka jangan engkau / berdiri dengan dia

bagi dirimu. Ijtihāduka fīmā dlumina laka wa / taqshīruka fīmā thuliba minka

dalīlun ’alā inthimāsi ‘l-bashīrati / minka. Ijtihād-mu pada yang diakui bagimu dan

taksirmu pada yang di- / tuntut daripadamu menu[n]jukkan117

atas hapus mata hati

daripadamu. / Man taraka mina ‘l-jahli syai’ān man arāda an yachdutsa fī ‘l-waqti /

ghaira mā adhharahu ‘l-Lāhu fīh. Tiada ditinggalkan suatu daripada bebal oleh /

barangsiapa yang berkehendak ia mengadakan pekerjaan pada waktu yang lain /

daripada yang telah dinyatakan Allah akan dia dalamnya.

Mā tawaqqafa muthlabun anta / thālibuhu bi Rabbik. Tiada \ber\henti118

yang

dituntut padahal engkau menuntut Dia // dengan Tuhanmu. Wa lā tayassara

muthlabu anta thālibuhu binafsik. Dan / tiada mudah yang dituntut padahal engkau

menuntut Dia dengan r.r.m. / Ilā ‘l-matsiyyati yastanidu kullu syai’in wa laisat

yastanidu hiya ilā syai’in. / Kepada matsiyyah Allah jua bersandar tiap-tiap suatu

dan tiada matsiyyah / Allah itu bersandar kepada suatu. Al-ghāfilu idza ashbacha

nadhara fīmā dzā yaf’alu / wa ‘l-‘āqilu yandhuru mā dzā yaf’alu ‘l-Lāhu bih. Orang

yang ghāfil itu apabila / berpagi-pagi menilik ia pada apa yang diperbuat dan yang

’āqil itu / menilik ia pada apa yang diperbuat Allah Taala akan dia. /

116 Tertulis

117 Tertulis

118 Tertulis

38

39

Page 126: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Bābu ‘sh-\Sha\bri119

’alā ‘l-Balāyā wa ‘sy-Syada’id. Ini bab pada menyatakan

sabar / atas segala bala dan segala kesukaran. Idza futicha laka wijhatun mina ‘t-

ta’arrufi / falā yubāli ma’ahā wa in qalla ’amaluk. Apabila dihadapkan bagimu

suatu / pihak daripada jalan berkenalkan diri maka jangan engkau bercita / sertanya

dan sedikit sekalipun amalmu dengan sebab diperoleh <yang de> / yang

demikian120

. Fainnahu mā fatachahā laka illā wa huwa yurīdu an yata’arrafa / ilaik.

Maka bahwasanya ia tiada dihadapkan akan dia bagimu melainkan / padahal ia

berkehendak bahwa berkenalkan dirinya kepadamu. Alam ta’lam / anna ‘t-ta’rīfa

huwa mūriduhu ’alaika wa ‘l-a’mālu anta <muhdi> // muhdīhā121

ilaihi wa aina

mātuhdīhi ilaihi mimmā huwa mūriduhu ’alaik. / Tiadakah kau ketahui bahwasanya

berkenalkan diri itu ia membawa dia kepadamu / dan segala amal itu engkau

menghadiahkan dia kepadanya dan mana yang kau / hadiahkan akan dia kepadanya

itu daripada yang ia membawa dia atasmu / itu.

Lā tastaghrib \wu\qū’a122

‘l-akdāri mā damāt muqīmān fī hadzihi ‘d-dār. /

Jangan kau ujub akan jatuh segala kekeruhan selama engkau tetap dalam / nenggeri

ia. Fainnahā mā abrizat illā mā huwa mustachiqqu washfihā / wa wājibu ajtihā.

Maka bahwasanya ia tiada ditanyakan melainkan yang ia / mustachiq sifatnya dan

wajib niatnya. Liyukhaffif ’anka / alamu ‘l-balā ’alaika ’ilmuka biannahu

subchānahu huwa ‘l-mublīlak. Hendaklah / diringankan daripadamu ^atasmu bala

119 Tertulis

120 Tertulis

121 Tertulis

122 Tertulis

40

41

Page 127: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

itu oleh \fa\[e]dah123

ilmumu^124

akan / bahwasanya Chaqq Subchānahu wa Ta’ālā

Ia jua yang menurunkan bala bagimu. / Fa ‘l-ladzī wājahatka minhu ‘l-aqdāru huwa

‘l-ladzī ’ūduka chusnu / ‘l-ikhtiyār. Maka yang menghadapkan akan dikau

daripadanya segala takdir / yang kebencian ialah yang melakukan akan dikau sebaik-

baik ikhtiar akan yang / Ku kasihi maka syukur-syukur engkau atas perintah-Nya

akan dikau. Man \dha\nnā125

/ infikā\lu\126

luthfihi man qadrihi fadzlika liqushūri

tathrih. // Barang siapa menyangka tinggal sifat latif Tuhannya daripada qadar-nya

maka / adalah yang demikian itu karena tunduk tilik pada segala aqliyāt dan / segala

’ādiyāt dan segala sar’iyāt.

Bābu dzikri kha\fī\(yā)127

[’alā] (‘l-)thā[’i]fi(hi)128

/ wa sunnatihi ’alā ‘l-’ibād.

Ini bab pada menyebutkan segala tersembunyi latif-nya / dan anugerahnya atas

segala hambanya. Innamā ju’ila ‘d-dāra ‘l-akhirata machallun / lijaza li’ibādihi ‘l-

mu’minīna li'anna hadzihi ‘dz-dzara lā tasi’u mā yurīdu / an yu’thiyahum wa

li'annahu ajalla aqdārihim an yujāriyahum fī / dārin lā baqā’alahā. Hanya sanya

dijadikan Allah nenggeri akhirat itu akan / bagi balas segala hambanya yang

mukmin karena negeri dunia ini tiada me<l>luas129

/ yang dikehendakinya anugerah

akan mereka itu dalamnya dan karena ia membesarkan / segala qadar mereka itu

123 Tertulis

124 Tertulis

125 Tertulis

126 Tertulis

127 Tertulis

128 Tertulis

129 Tertulis

42

Page 128: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam negeri yang tiada kekal baginya. Rubbamā <a’thā> / a’thāka130

famana’aka

wa rubbamā mana’aka fa a’thāk. Mudah-mudahan / dianugerahi Allah Taala akan

dikau maka teguhkannya akan dikau dan / mudah-mudahan diteguhkannya akan

dikau maka anugerahinya akan dikau. / Matā futichalaka bābu ‘l-fahmi fī ‘l-man’i

’āda ‘l-man’u huwa ’ainu / ‘l-’athā’. Manakala dibuka Allah bagimu pintu paham

akan perteguh yang tersebut / itu niscaya jadilah teguh itu keadaan anugerah. Matā

a’thāka // asyhadaka birrahu wa matā mana’aka asyhadaka qahrah. Manakala

<dianugera> / dianugerahinya131

akan dikau niscaya diperlihatkannya akan dikau

<kebaji> / kebajikan132

dan manakala diteguhkannya akan dikau anugerahnya

niscaya / diperlihatnya akan dikau sifat qahar-Nya.

Fahuwa fī dzalika muta’arrifu / ilaika wa muqabbil biwujūdi luthfihi ’alaik.

Maka yaitu berkenalkan dirinya / kepadamu dan menghadapkan keadaan sayangnya

atasmu. Innamā yūthi’ukā / ‘l-man’u li’adami fahmika ’ani ‘l-Lāhi fīh. Hanya sanya

pemberi \fa\[e]dah 133

/ akan dikau fi<\k\>\k\ih134

daripada Allah itu karena

ketiadaan paham engkau daripada / Allah dalamnya. Al-’athā’u mina ‘l-khalqi

chiramānun wa ‘l-man’u mina ‘l-Lāhi / ichsānun. Pemeri daripada makhluk itu

dinding dan teguh daripada Allah itu / kebajikan. Matā kunta idzā a’thaita

basathaka ‘l-’athā wa idzā <muni’> / muni’ta135

qabadluka ‘l-man’u fastadallu

bidzalika ’alā wujūdi thughū / liyyatik. Manakala adalah engkau apabila dianugerahi

130 Tertulis

131 Tertulis

132 Tertulis

133 Tertulis

134 Tertulis

135 Tertulis

43

Page 129: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

akan dikau menyukacita / akan dikau sangat anugerahnya akan dikau itu dan apabila

diteguhkan / akan dikau anugerah niscaya mengedukacitakan hatimu teguh itu maka

/ mengambil dali[l]lah136

engkau dengan yang demikian atas tsabit kanak-kanakmu /

yakni engkau hukum kanak-kanak lagi pada martabat kaum shūfī. // Wa ’adamu

shidqika fī ’ubūdiyyatik. Dan mengambil dalillah / engkau akan tiada benar engkau

pada ubudiyahmu kata Mazruqi / karena yang berubah dengan sebab segala ’āradl

itu bukan ia daripada / segala sifat orang yang kamal yang dimaksud barang sama

kiranya / hati pada puja dan jala jangan lebih salah suatu daripada keduanya. / Maka

jikalau tiada dapat tiada melebihkan salah suatu daripada keduanya / maka yang

dipili[h]lah137

memuja Allah atasnya yang ditutupinya daripada jala / itu wa bi ‘l-

Lāhi ‘t-taufīq. Rubbamā futicha laka bābu ‘th-thabaqati wa mā / futicha laka bābu

‘l-qabūli wa qudliya ’alaika bi ‘dz-dzanbi. Fakāna sababān / fī ‘l-wushūl. Mudah-

mudahan dibukakan bagimu pintu kabul dihukumkan / atasmu dengan berdosa.

Maka adalah dosa itu akan sebab sampaimulah / kepadanya.

Ni’mātāni mā kharaja maujūdun ’anhumā wa lā budda likulli / mukawwinin

minhumā ni’matu ‘l-ījādi wa ni’matu ‘l-imdād. Bermula / dua nikmat tiada keluar

yang maujud daripada keduanya dan dapat / tiada buka tiap-tiap yang diadakannya

itu daripada keduanya suatu / nikmat ījādi namanya kedua nikmat madādi namanya.

An’ama ’alaika / awwalā bi ‘l-ījādi wa tsāniyan bitawālī ‘l-madād. Telah diberi

nikmat // atasmu pada pertamanya dengan nikmat ījādi dan kedua kalinya dengan /

nikmat madādi.

136 Tertulis

137 Tertulis

44

Page 130: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Matā au chasyaka min khalqihi fā’lama annahu / yurīdu an yaftacha laka

bābu ‘l-unsibih. Manakala lairkannya engkau / daripada segala makhluk-Nya maka

ketahui olehmu bahwasanya Ia menghendaki / membukakan bagimu pintu berjinak-

jinakkan dengan Dia. Idzā arāda an / yadhhara fadlluhu ’alaika khalaqa wa nasaba

ilaik. Apabila dikehendaki / Allah menyatakan anugerah-Nya atasmu dalam dunia

dan dalam akhirat niscaya / dijadikannya dan dibangsakannya amal itu kepadanya.

Man akramaka / fainnamā akrama jamīlun sitrihi fīk. Maka barang siapa

memuliakan dikau / maka bahwasanya ia memuliakan dinding Allah padamu jua. Fa

‘l-chamdu liman / sataraka laisa ‘l-chamdu liman akramaka wa syakarak. Maka

puja itu / bagi yang menutup dan men[din]ding138

dikau tiada puja itu bagi yang

memulia- / kan dikau dan yang syukur akan dikau. Lau lā jamīla sitrihi lam yakun /

’amaluka ahlān lilqabūl. Jikalau tiada nyata dinding hasil bagimu / niscaya tiada ada

amalmu patut dirimu. Asyhadaka min qabli / an yasyhadaka fanathaqat bi ‘l-hiyyati

‘dh-dhawāhiri wa tachaqqaqat / bi achadiyyati ‘l-qulūbi wa ‘s-sarā’ir. Telah

diperlihatkan akan dikau ikmal // dzatnya pada yaumu ‘l-mītsāq dahulu daripada

dituntut akan dikau naik / siksa akan bahwa ia Tuhanmu tatkala dikatanya bukanlah

lagi Tuhan kamu. / Maka iqrar-lah akan ketuhanannya segala yang nyata tatkala itu

<dan tahkik-lah> / dan tahkik-lah139

akan ahadiyat-Nya segala hati dan segala

rahasia / di sini dan di sana. Rubbamā aththala’aka ’alā ghaibi malakūtihi wa /

chajaba ’anka ‘l-istisyrāfi ’alā asrāri ‘l-ibād. Mudah-mudahan / diperlihatkan akan

dikau atas gaib alam malakut-nya dan dinding / daripadamu tahu akan rahasia segala

hambanya. Man athla’a ’alā asrāri / ‘l-’ibādi wa lam yatakhallaq bi ‘r-rachmati ‘l-

138 Tertulis

139 Tertulis

Page 131: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ilahiyyati kāna ithlā’u\hu\140

/ fitnatun ’alaihi wa sababān yajurru ‘l-wabālu ilaih.

Karena barang siapa tahu / atas segala rahasia hamba Allah padahal tiada ia

berperangai dengan / perangai rahmat al-ulahiyyah mudah-mudahan adalah tahunya

akan dia / itu fitnah atasnya dan sebab menghayal keberatan kepadanya.

’Alima anna / ‘l-’ibāda yatatsawwafūna ilā dhuhūri sirrā ‘l-’ināyati faqāla /

yakhtashshu birachmatihi man yasyā’. Telah diketahui oleh Chaqq / Taala

bahwasanya segala hamba-Nya yakin mereka itu akan nyata serta / inayah-nya maka

dikata tertentu akan rahmatnya barang siapa <dikehend> // dikehendakinya141

jua

maka diputuskannya t.m.a daripada sampai dengan esah / dan dengan segala sebab.

Wa ’alima annahu lau khalāhum wa dzalika latarakawu / ‘l-’amala ichtimādan ’alā

‘l-azali. Faqāla inna rachmata ‘l-Lāhi qarību / mina ‘l-muchsinīn. Dan telah

diketahuinya jikalau diberikannya mereka itu / serta demikian itu niscaya

dipenggalkan mereka itu amal padahal / mereka itu berpegang atas azal. Maka

bersabda ia bahwasanya rahmat Allah / itu hampir kepada segala orang yang berbuat

baik kata Mazruqi. Maka / dinyatakannya segala amal itu akan tanda jua tiada bahwa

ia sebab pada / menghasilkan segala kebajikan. ’Ināyatuhu fīka lā lisyai’in minka /

wa aina kunta china wa ajhatka ’ināyatuhu wa qabalatka ri’āyatuhu / lam yakun fī

azlihi ikhlāshu a’mālin. Wa lā wujūdu achwāli bal lam yakun / hunāka illā machdla

‘l-ifqāli wa ’adhīma ‘n-nawāl. Inayah-nya padamu / itu tiada karena suatu yang

daripadamu dan di mana ada engkau tatkala / berhadap akan dikau inayah-nya dan

diterima akan dikau ri’āyah-nya / tiada daripada azal-nya ikhlas segala amal. Dan

tiada wujud segala / hal tetap tiada ada di sana melainkan semata-mata anugerah

140 Tertulis

141 Tertulis

45

46

47

47

Page 132: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang tiada baginya / sebab dan tiada alat dan tiada ada di sana melainkan membesar-

besar pemeri // yang tiada berkesudahan baginya dan tiada berciri. Lā tanfa’uhu

thā’ā / tuka wa lā tadlarruhu ma’shiyatuk. Karena ia tiada memeri manfaat akan dia

/ taatmu dan tiada memeri madlarat akan dia maksiatmu karena ia / kaya atas ithlāq.

Wa innamā amraka bihadzihi wa nahāka ’an hadzihi limā / ya’ūdu ’alaik. Dan

hanya sanya telah disuruhkan engkau dengan berbuat / taat dan diteguhkan engkau

daripada berbuat maksiat karena suatu / yang kembali atasmu daripada segala faedah

jua.

Lā yazīdu fī ’izzihi iqbalu / ’alaihi wa lā yanqushu min ’izzihi adbaru man

adbara ’anh. Tiada berhibah / pada kemuliaannya memberi belakang orang yang lari

daripadanya karena segala / sifatnya tiada berubah seperti tiada berubah dengannya.

Innamā ajrā / ilaika ‘l-adza ’alā aidīhim kailān takūna sākinān ilaihim. Hanya

sanya / dilakukan Allah kepadamu kesakitan atas segala tangan mereka itu. Maka /

tiadalah engkau berkehendak kepada mereka itu dengan sebab segala fi’il mereka itu

/ seperti engkau jadikan Allah tiada berkehendak kepada dunia dengan sebab /

berbalik halnya. Arāda an yaz’ajaka min kulli syai’in chattā lā / yastaghiluka ’anhu

syai’un. Tatkala itu dikehendaki Allah me[ng]^ha[m]pi^ri142

dikau / daripada tiap-

tiap suatu dengan mengeraskan suatu atasmu hingga //

3. Daftar Kata-kata Sukar

a. Kosa Kata Arkais

baharu : baru

bahgian : bagian

142 Tertulis

Page 133: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ceritera : cerita

dibahgi : dibagi

dikahwininya : dinikahinya

diketakut : ?

dinding : tutup; penutup; penghalang

jinak : ramah

kedualapan : kedelapan

loba : rakus

memaca : membaca

memuni : ?

menakut : ?

menengar : mendengar

penah : pernah

penghulu : ketua, kepala

rajah : tulisan sejenis mantra untuk mengobati orang sakit

yang biasanya ditulis dengan kapur tulis

sanya : sesungguhnya, sebenarnya

terbuan : ?

b. Kosa Kata Arab, Frase Arab, dan Kata Serapan dari Bahasa Arab

’ajib : menakjubkan

’āqil : berakal

’aradl : kehendak

’ārif : mengetahui

’ibrah : pelajaran

Page 134: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

’ulamā’i ‘l-’ālimīn : ulama yang berilmu

’uzlah : mengasingkan diri dari khalayak ramai untuk berzikir

dan mendekatkan diri kepada Allah SWT;

mengasingkan diri dari masyarakat ramai yang

dianggapnya telah mengingkari ajaran-ajaran Allah

sedangkan dirinya tidak mampu memperbaikinya

achadiyyah : keesaan Allah SWT

alam malakut : alam gaib khusus untuk roh dan jiwa

anwār : bercahaya

azal : tidak berawal atau tidak mempunyai permulaan;

sesuatu yang ada atau terjadi sejak lalu tanpa berawal

mula

basyariyah : sifat kemanusiaan

chāl : keadaan

chaqq : kebenaran

chasad : dengki

chimārun : keledai

chudlūr : hadir hati; ingatan yang terus-menerus kepada Allah

dhahir : tampak

dlaif : lemah

dlamin : menjamin

dlan-mu : sangkamu

fadlal : keutamaan

Page 135: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

fakir : tidak meminta lebih daripada apa yang telah ada pada

diri seseorang; tidak meminta rizki kecuali hanya

untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban; tidak

meminta sungguhpun tidak ada pada diri seseorang,

kalau diberi diterima, tidak meminta tapi tidak

menolak.

ghaflah : keadaan lalai kepada Allah karena terpedaya oleh

nafsunya sehingga meninggalkan kewajiban-

kewajibannya kepada Allah.

hajat : keperluan; kebutuhan

i’tibār : perenungan; pemikiran; jadi pelajaran

ihsan : baik; berbuat baik

ījādi : yang sudah ada

ijtihād : bersungguh-sungguh; berusaha; suatu usaha dengan

menggunakan semua daya rohaninya untuk

mengeluarkan hukum syara’, menyusun suatu

pendapat dan suatu masalah hukum berdasarkan Al-

Quran dan Al-Hadits

ikhtiar : usaha; kemampuan yang diberikan Tuhan kepada

manusia untuk menentukan pilihan dalam

perbuatannya.

ikmal : kesempurnaan

iktikad : keyakinan teguh

Page 136: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

’ilmu : salah satu sifat Allah bahwa Allah mengetahui segala

apa yang terjadi di dunia bahkan mengetahui yang

akan terjadi dan yang belum tampak

inayah : pertolongan

istiqamah : teguh pendirian; tetap dalam keyakinan; tidak

berubah-ubah; yakin selalu tetap dalam keadaan taat

kepada Allah SWT.

ithlāq : mutlak

jahil : bodoh

khauf : perasaan takut kepada Allah karena khawatir

kehilangan nikmat, takut kepada siksaan sebagai

akibat perbuatan maksiat, dan takut akan murka Allah

yang menyebabkan hubungannya jadi terputus.

kibir, takabur : sombong

kufur : mengingkari; tidak mengakui kebenaran; tidak

mensyukuri

machālun : orang yang dalam keadaan menyembah

madādi : tambahan

madlarat : keburukan; sesuatu yang tidak bermanfaat

madzkūr : orang yang dalam keadaan berzikir

makrifat : usaha mengenal Allah dari dekat sehingga hati

sanubari dapat melihat-Nya; tingkat penyerahan diri

kepada Allah; ilmu pengetahuan yang diperoleh

melalui akal

Page 137: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

maqam : kedudukan; tempat berdiri; tahap yang harus ditempuh

oleh seseorang yang ingin mendekatkan diri kepada

Allah.

masyhud : orang-orang yang bersaksi

maujud : ada

muamalah : bagian dari hukum Islam yang mengatur hal-hal yang

berhubungan dengan tata cara hidup sesama umat

manusia dalam kehidupan sehari-hari

mujmal : secara global; suatu istilah dalam ilmu fikih yaitu

perkataan atau lafal di dalam Al-Quran yang belum

jelas maksudnya, tidak dapat menunjukkan arti

sebenarnya tanpa ada keterangan lain yang

menjelaskan atau menentukannya.

munajat : melaporkan diri ke hadirat Tuhan atas segala aktivitas

yang dilakukan. Dalam munajat itu disampaikan

segala keluhan, mengadukan nasib dengan untaian

kalimat yang indah dan puitis dengan diiringi dengan

deraian air mata sebagai hamba Allah yang lemah dan

penuh dosa yang ingin berjumpa dengan Tuhannya.

muraqabah : seseorang yang menyadari bahwa ia selalu berhadapan

dengan Allah dalam keadaan diawasi, disaat dan di

manapun ia berada, dengan demikian ia selalu

berusaha memperbaiki diri dan mendekatkan diri

kepada Allah.

Page 138: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

murīd : orang yang mencari pengetahuan dan bimbingan

melalui pelaksanaan amal ibadah dengan memusatkan

segala perhatian dan usahanya ke arah itu, melepas

segala kemauannya dengan menggantungkan diri dan

nasibnya kepada Allah SWT. melalui bimbingan

seorang guru.

mursal : diutus; diperintah

nāshir : penolong

nisbat : ketetapan

qada : keputusan; keputusan Allah terhadap segala sesuatu,

baik kebaikan maupun keburukannya, sesuai dengan

apa yang diciptakan-Nya, yang tidak akan berubah-

ubah sampai terbuktinya keputusan tersebut.

qadar : ketentuan; ketentuan Allah, maksudnya ialah Allah

merealisasikan keputusan-Nya terhadap semua

makhluk menurut bentuk ukur dan batas tertentu

sesuai dengan keputusan-Nya tersebut.

qahar : perkasa

rajā : suatu sikap mental yang optimis dalam memperoleh

karunia dan nikmat Ilahi yang disediakan hamba-

hamba-Nya yang shaleh

rida : senang; ikhlas

riya : sombong; pamer

sirr : tersembunyi; rahasia

Page 139: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sumah : beramal dengan tujuan agar diketahui orang lain

sunat : perkara-perkara hukum yang dikerjakan mendapat

pahala, dan apabila tidak dikerjakan tidak mendapat

apa-apa atau tidak berdosa

tachqīq : ditetapkan

tafshīl : secara rinci; secara akurat

taslim : keselamatan

tsabit : tetap; kokoh; teguh

ubudiah : hal-hal yang berhubungan dengan masalah peribadatan

kepada Allah SWT.

ujub : membanggakan diri sendiri

yaumu ‘l-mītsāq : hari perjanjian

zalak : tergelincir

c. Istilah Arab

’alaihi ‘sh-shalātu wassalām : atasnya selawat dan salam

’alaihi ‘s-salām : atasnya keselamatan

Allah ’Azza wa Jalla : Allah yang Maha Perkasa lagi Maha

Tinggi

Allah Subchānahu wa Taala : Allah yang Maha Suci lagi Maha Tinggi

Page 140: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

BAB V

ANALISIS TEKS

A. Analisis Struktur

Teks MATC merupakan salah satu karya sastra Melayu klasik yang termasuk

dalam ranah sastra kitab. Struktur teks yang terdapat dalam sastra kitab pada

umumnya memiliki ciri-ciri khusus. Teks MATC adalah sastra kitab yang berbentuk

prosa dan memiliki struktur teks berupa struktur narasi. Struktur narasi atau struktur

penyajian dalam sastra kitab pada umumnya menunjukkan struktur yang tetap, yaitu

terdapat pendahuluan, isi, dan penutup.

Teks MATC terdiri dari 15 bab. Dari keseluruhan bab tersebut berisi mengenai

ajaran-ajaran tasawuf. Selain itu terdapat pula penjelasan mengenai ajaran Islam

pada umumnya. Berikut adalah penjelasan struktur narasi yang terdapat pada teks

MATC.

A. Pendahuluan

Pendahuluan teks MATC terdiri atas pembukaan atau muqadimah, kata

“wa ba‟du”, dan kepengarangan.

1A. Muqadimah

Pada bagian ini terdapat bacaan (a) basmalah, (b) bacaan hamdalah,

dan (c) bacaan selawat secara berurutan kemudian diikuti dengan

terjemahan secara bebas.

Bismi „l-Lāhi „r-Rachmāni „r-Rachīm. / Al-chamdu li „l-Lāhi

Rabbi „l-‟ālamīn. Wa „l-‟āqibatu li „l-Muttaqīna wa „sh-shalātu

/ wa „s-salāmu ‟alā sayyidinā Muchammadin sayyidi „l-

mursalin wa ‟alā alihi wa shachbi-Hi / ajmaīn. Segala puji

bagi Allah Tuhan sekalian alam. Bermula negeri / akhirat itu

tertentu bagi orang yang takut akan Allah Taala. Dan rahmat /

Page 141: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

dan selamanya itu tertentu atas penghulu segala nabi yang

mursal. / Dan atas segala keluarganya. Dan segala sahabatnya

sekalian mereka itu (MATC h.2 br.1–7).

2A. Kata “wa ba‟du”

Kata “wa ba‟du” terdapat pada permulaan kalimat setelah bagian

muqadimah. Kata “wa ba‟du” diterjemahkan dengan “adapun kemudian

dari itu” yaitu, “Wa ba‟du…” (MATC h.2 br.8) yang diterjemahkan

dengan, “Adapun kemudian dari itu…” (MATC h.2 br.9 ).

3A. Kepengarangan

Latar belakang penulisan teks pertama ini belum diketahui secara

pasti. Pada pendahuluan hanya disebutkan bahwa teks tersebut dinamai

dengan Manhaju „l-Atammi pada menyatakan segala bab hukum.

Pernyataan ini terdapat pada kutipan berikut, “Wa ba‟du fahadzihi

risālatun musammātun bi Manha\ju\ „l-Atammi fī Tabwībi / „l-Chikam.

Adapun kemudian dari itu maka inilah kitab yang dinamai // akan dia

dengan Manhaju „l-Atammi pada menyatakan segala bab hukum…”

(MATC h.2 br.8–9, h.3 br.1). Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui

pula bahwa teks pertama ini berjudul Manhaju „l-Atammi fī Tabwībi „l-

Chikam.

B. Isi

Teks MATC berisi 15 bab yang menjelaskan mengenai ajaran tasawuf, di

samping terdapat juga ajaran-ajaran Islam pada umumnya. Ringkasan dari

kelimabelas bab tersebut yaitu:

1B. Bābu „l-‟Ilmi, yaitu bab yang membahas mengenai ilmu yang memberi

manfaat

Page 142: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

2B. Bābu „t-Taubah, yaitu bab yang membicarakan hal-hal mengenai tobat

3B. Bābu „l-Ikhlasi fī „l-‟Amali, yaitu bab yang membahas mengenai ikhlas

dalam berbuat amal

4B. Bābu Chikami fī „sh-Shalāt, yaitu bab yang membahas mengenai hikmah

dalam salat

5B. Bābu „l-‟Uzlati wa „l-Khumūl, yaitu bab yang membahas mengenai

mengasingkan diri dalam rangka menjauhi kenikmatan duniawi

6B. Bābu Fīri ‟Ayati „l-Waqti wa Ightināmih, yaitu bab yang membahas

mengenai memelihara dan meramaikan waktu

7B. Bābu „dz-Dzikr, yaitu bab yang membahas mengenai adab zikir

8B. Bābu „l-Faqri wa „l-Fāqat, yaitu bab yang membahas mengenai keadaan

fakir dan hajat

9B. Bābun fī Riyādlati „n-Nafsi wa „t-Tachdzīri ‟an Dasā‟isihā, yaitu bab yang

membahas mengenai mensucikan nafas serta takut apabila mengotorinya

10B. Bābu I‟tidali „l-Khaufi wa „r-Rijā‟, yaitu bab yang membahas mengenai

keadaan antaara perasaan takut dan harap

11B. Bābu „r-Rajā‟, yaitu bab yang membahas mengenai harap

12B. Bābu Adābi „d-Du‟ā, yaitu bab yang membahas adab berdoa

13B. Bābu „t-Taslīmi li Amri „l-Lāhi Ta‟ālā wa Tarki „l-Ikhtiyār, yaitu bab yang

membahas tentang menyatakan taslīm bagi amri „l-Lāh dan meninggalkan

ikhtiar

14B. Bābu „sh-Shabri ‟alā „l-Balāyā wa „sy-Syada‟id, yaitu bab yang membahas

mengenai sabar atas segala bala dan kesukaran

Page 143: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

15B. Bābu Dzikri Khafī ‟alā Thā‟if wa Sunnatihi ‟alā „l-‟Ibād, yaitu bab yang

membahas mengenai zikir khafī yang disunahkan bagi seorang hamba.

C. Penutup

Tidak ditemukan bagian penutup.

Skema struktur narasi teks MATC adalah sebagai berikut.

A B

1A (a-b-c) – 2A – 3A - 1B – 2B – 3B – 4A – 5B – 6B – 7B – 8B – 9B –

C

10B – 11B – 12B – 13B – 14B – 15B - (tidak terdapat penutup)

B. Tinjauan Tasawuf

Berdasarkan dari segi isinya, teks MATC adalah tergolong jenis naskah sastra

kitab, yaitu naskah yang berisi mengenai teks-teks keagamaan. Secara keseluruhan,

di dalam teks MATC banyak terdapat ajaran-ajaran tasawuf. Namun, karena teks

MATC merupakan teks yang di dalamnya berupa kumpulan bab yang masing-

masing menjelaskan mengenai hal yang berbeda, maka di antara bab-bab tersebut

ada yang di dalamnya mengajarkan ajaran tasawuf dan ada yang mengajarkan ajaran

Islam pada umumnya. Untuk itu, dalam analisis teks MATC ini akan dibedakan

menjadi dua yaitu teks yang mengandung ajaran tasawuf dan teks yang mengandung

ajaran Islam pada umumnya.

1. Teks yang Mengandung Ajaran Tasawuf

Secara keseluruhan, ajaran tasawuf yang terdapat dalam teks MATC

termasuk dalam aliran Wahdatu ‟sy-Syuhud, yaitu suatu aliran tasawuf yang

masih mempertahankan adanya perbedaan yang esensi antara manusia sebagai

Page 144: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

makhluk dan Tuhan sebagai pencipta makhluk (Simuh, 1985:72; Asjwadie

Sjukur, 1978:58 dalam Istadiyantha, 2002:399). Hal ini dapat diketahui dari

bagian pendahuluan, baik pada teks pertama maupun teks ketiga. Teks pertama

pada bagian pendahuluan disebutkan, “Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian

alam. Bermula negeri / akhirat itu tertentu bagi orang yang takut akan Allah

Taala…” (MATC h.2 br.4–5) dan pendahuluan pada teks ketiga juga disebutkan,

“Ia jua Tuhan yang amat murah dalam negeri / dunia ini lagi yang amat

mengasihi ham[ba]-Nya yang <muk> / mukmin dalam negeri {akhirat} itu…”

(MATC h.58 br.3–5). Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa

terdapat pemahaman adanya perbedaan esensial antara manusia dengan Tuhan.

Manusia adalah makhluk dan Allah adalah Tuhan, pencipta dari segala makhluk.

Manusia sebagai makhluk menghaturkan puji-pujian kepada Allah Tuhan

sekalian alam, Tuhan yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih bagi setiap

hamba-Nya yang mukmin.

a. Bābu „l-‟Ilmi

Bābu „l-‟Ilmi yaitu bab yang membahas mengenai ilmu yang memberi

manfaat. Menurut kaum sufi, kehidupan di alam ini penuh dengan rahasia-

rahasia. Rahasia-rahasia itu tertutup oleh dinding-dinding. Di antara dinding-

dinding itu ialah hawa nafsu kita sendiri, keinginan dan kemewahan hidup

duniawi (Asmaran As., 2002:100). Dalam naskah disebutkan bahwa,

“Bermula ilmu yang memberi manfaat itu yaitu / yang terhampar dalam hati

cahayanya dan membawa akan hakikat dunia / (ini) dan akhirat (itu) dan

membukakan pula ia daripada dinding hati / yang meneguhkan daripada

Page 145: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

paham” (MATC h.3 br.4–7). Berdasarkan kutipan tersebut dapat diartikan

bahwa ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang dapat membawa cahaya

ke dalam hati, yaitu ilmu yang mampu menyucikan dan membersihkan hati

dari sifat-sifat tercela. Selain itu, ilmu yang bermanfaat juga dapat

membukakan dinding hati, mengarahkan diri ke jalan yang benar serta dapat

mencegah diri agar terhindar dari hawa nafsu yang sesat.

Berkaitan dengan ilmu yang bermanfaat, Imam Al-Ghazali berpendapat

sebagai berikut.

Pada diri manusia sekiranya cermin hatinya telah tebal dan

berkarat oleh kotoran-kotoran dunia. Sesungguhnya kami

maksudkan dengan ilmu ke jalan akhirat, ialah ilmu mengenai

cara menggosok cermin dari kotoran-kotoran tersebut yang telah

menjadi penghalang dari pada Allah Taala. Membersihkan dan

menyucikannya ialah dengan mencegah diri dari menuruti hawa

nafsu dan berpegang teguh dalam segala hal kepada ajaran Nabi-

Nabi alaihi „s-salām (Al-Ghazali Jilid 1, 2003:97).

Imam Al-Ghazali mengibaratkan hati bagaikan sebuah cermin,

sedangkan hal-hal yang bersifat keduniawian adalah kotoran-kotoran yang

menutupi cermin tersebut. Kotoran yang menutupi hati adalah menjadi

penghalang atau dinding yang menjauhkan jarak antara manusia dengan

Tuhannya, Allah SWT. Untuk membersihkannya dibutuhkan sebuah alat

yang mampu menghilangkan kotoran-kotoran tersebut sehingga cermin

kembali bersih dan mampu memancarkan sinar. Alat itulah yang disebut

dengan ilmu. Bentuk dari pembersihan dan penyucian hati adalah dengan

berpegang teguh terhadap ilmu yang mampu mengantarkan diri menuju jalan

akhirat, yaitu segala hal yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. dan nabi-

nabi sebelumnya.

Page 146: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

b. Bābu „l-‟Uzlati wa „l-Khumūl

Bābu „l-‟Uzlati wa „l-Khumūl yaitu bab yang membahas mengenai

mengasingkan diri dalam rangka menjauhi kenikmatan duniawi. ‟Uzlah

berarti mengasingkan diri. Makna tersebut sesuai dengan penjelasan yang

terdapat dalam kitab Ihya' ‟Ulumiddin, disebutkan bahwa “Sesungguhnya

manusia mempunyai banyak perbedaan pendapat tentang pengasingan diri

(„l-‟uzlah) dan percampur-bauran („l-mukhalathah) ...” (Al-Ghazali Jilid 2,

2003:446).

‟Uzlah atau mengasingkan diri dari kehidupan dan nikmat duniawi

memiliki manfaat dalam kehidupan beribadah seorang manusia. Hal ini

seperti yang tersebut di dalam teks, bahwa “Tiada memberi manfaat akan

hati suatu seperti mengasingkan diri yang / masuk dengan dia

kepada(mu)nya dan pikirnya…” (MATC h.17 br.2–3). Ada enam faedah atau

manfaat dari mengasingkan diri yang terdapat dalam kitab Ihya‟ ‟Ulumiddin.

Keenam faedah tersebut antara lain: dapat menggunakan seluruh waktu

dalam hidup hanya untuk beribadah kepada Allah; dapat terhindar dari

perbuatan-perbuatan maksiat, karena manusia sering terjerumus ke dalam

perbuatan-perbuatan maksiat ketika sedang bercampur-baur dengan orang

banyak („l-mukhalathah); terlepas dari segala fitnah dan permusuhan serta

terpelihara jiwa dan agamanya; terlepas dari kejahatan manusia; dapat

menahan segala keinginan manusia ketika melihat sesuatu yang lebih baik

dari dirinya, sehingga waktu hanya digunakan untuk memperbaiki diri

sendiri; dan terlepas daripada menyaksikan orang-orang yang berat

perangainya dan kurang akal pikirannya (Al-Ghazali Jilid 2, 2003:461–491).

Page 147: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

c. Bābu „l-Faqri wa „l-Fāqat

Bābu „l-Faqri wa „l-Fāqat yaitu bab yang membahas mengenai fakir

dan hajat. Fakir adalah keadaan seseorang yang tidak dapat mencukupi

kebutuhan hidupnya, sedangkan hajat adalah keadaan seseorang yang

mempunyai keperluan atau kepentingan.

Seorang yang telah mendalami ajaran tasawuf, maka ia akan

memahami makna fakir lebih dari sekedar keadaan seseorang yang tidak

dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Imam Al-Ghazali menyebut semua

makhluk Allah adalah fakir, dan Allah adalah Satu, Tuhan Yang Maha Kaya.

Setiap makhluk-Nya memerlukan kekekalan wujud dan kekekalan tersebut

hanya diperolehnya berkat karunia dan kemurahan Allah SWT (Al-Ghazali

Jilid 4, 2003:139). Pemahaman Imam Al-Ghazali mengenai fakir tersebut

berdasarkan firman Allah Taala, yang artinya: “Allah itu serba cukup (Kaya)

dan kamu mempunyai keperluan (fakir) kepada-Nya” (QS Muhammad ayat

38).

Asmaran As. memiliki definisi fakir yang berbeda dengan Imam Al-

Ghazali. Beliau mendefinisikan fakir sebagai berikut:

Faqr atau kefakiran berarti: (1) tidak meminta lebih daripada apa

yang telah ada pada diri kita, (2) tidak meminta rezeki kecuali

hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban, dan (3)

tidak meminta, sungguhpun tak ada pada diri kita, kalau diberi

diterima, tidak meminta tapi tidak menolak. Faqir adalah orang

yang bersifat faqr (Asmaran As., 2002:378).

Definisi fakir di atas lebih menggambarkan keadaan seseorang yang

berusaha meninggalkan nafsu duniawi dan senantiasa menjaga dirinya dari

harta yang berlebih karena mungkin akan membahayakan keimanannya. Jika

seseorang telah berhasil menjaga diri dari ketiganya pengertian fakir

Page 148: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

tersebut, kemudian ia mengisi kehidupan dunianya hanya untuk beribadah

kepada Allah, maka dapat dikatakan bahwa ia dalam keadaan zuhud.

Asmaran As. mendefinisikan zuhud sebagai kondisi mental yang tidak terikat

pada kehidupan duniawi dan kehidupan duniawi hanya diperlukan untuk

kepentingan pengabdian kepada Allah (Asmaran As., 2002:405).

Fakir dan hajat adalah dua hal yang sama-sama menggambarkan

seseorang dalam keadaan membutuhkan sesuatu. Meskipun demikian

keduanya memiliki perbedaan. Hajat adalah keadaan seseorang yang sedang

memiliki keperluan atau kepentingan. Di dalam teks disebutkan bahwa,

“…maka adalah sebab demikian itu karena / sangat hajat itu menghadapkan

hati mereka itu kepada Tuhan / mereka itu terkadang dengan samar dan

terkadang dengan tan[p]a kata dan terkadang / dengan te\nang\ di bawah sifat

Jalāl Chaqq Taala” (MATC h.23 br 2–5). Kutipan tersebut mengandung arti

bahwa seseorang yang sedang dalam keadaan hajat akan berdoa dan

memohon kepada Allah agar dapat terpenuhi keperluan atau kepentingannya

itu.

d. Bābun fī Riyādlati „n-Nafsi wa „t-Tachdzīri ‟an Dasā‟isihā

Bābun fī Riyādlati „n-Nafsi wa „t-Tachdzīri ‟an Dasā‟isihā yaitu bab

yang membahas mengenai mensucikan nafas serta takut apabila

mengotorinya. Mensucikan nafas di sini memiliki makna yang sama dengan

mensucikan jiwa dari sifat-sifat tercela, seperti sifat takkabur (sombong),

‟ujub (membanggakan diri), riya‟ (pamer), chasad (dengki), su‟u al-zann

(buruk sangka), bukhl (kikir), dan gadah (pemarah). Di dalam teks

disebutkan bahwa, “Bermula adalah hasil kata Syaikh itu menyuruhkan kita

Page 149: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

meninggalkan / rida akan nafas dan meninggalkan sifat kibir dan ujub dan

riya dan / sumah dan chaqqul dan chasad…” (MATC h.25 br.13–15).

Menurut orang-orang sufi sumber kemaksiatan pada dasarnya ada dua.

Pertama adalah maksiat lahir, yaitu sifat tercela yang dikerjakan oleh anggota

lahir seperti tangan, mulut, dan mata. Kedua adalah maksiat batin, yaitu

segala sifat tercela yang diperbuat oleh hati (Asmaran As., 2002:68).

Mensucikan nafas berari mensucikan jiwa dari kemaksiatan yang bersumber

dari batin, yaitu sifat-sifat tercela seperti yang telah disebutkan di atas.

Berkaitan dengan menyucikan nafas, Allah SWT. berfirman yang

artinya, “Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensucikan jiwanya, dan

rugilah orang yang mengotorinya” (QS Asy-Syams ayat 9–10). Berdasarkan

ayat tersebut dapat dikatakan bahwa orang yang tidak berusaha atau tidak

dapat mensucikan jiwanya dari sifat-sifat tercela termasuk orang yang

merugi.

e. Bābu I‟tidali „l-Khaufi wa „r-Rijā‟

Bābu I‟tidali „l-Khaufi wa „r-Rijā‟ yaitu bab yang membahas keadaan

antara perasaan takut dan harap. Khauf menurut ahli sufi berarti suatu sikap

mental merasa takut kepada Allah karena khawatir pengabdiannya kepada

Allah kurang sempurna, sedangkan raja‟ berarti suatu sikap mental yang

optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Ilahi yang disediakan hamba-

hamba-Nya yang shaleh (Asmaran As., 2002:141–143). Dalam beribadah

kepada Allah, seseorang hendaknya memadukan dan dapat menyeimbangkan

antara perasaan takut berharap dan kepada Allah. Dua hal tersebut akan

dapat membawa dampak yang baik bagi kualitas ibadah seseorang.

Page 150: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Kemunculan perasaan takut dan harap dapat dipahami dari firman Allah

dalam QS Al-An’ām ayat 165 yang artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu amat

cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.” Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa perasaan

takut bersumber dari keyakinan akan siksa Allah yang sangat cepat dan

perasaan berharap itu muncul dari keyakinan bahwa sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Imam Al-Ghazali mengibaratkan perasaan takut dan harap bagaikan

dua sayap yang mampu membawa terbang orang-orang yang taat agama naik

menuju ke setiap jenjang yang terpuji. Takut dan harap juga diibaratkan

sebagai dua pisau yang dapat digunakan orang-orang yang taat beragama,

ketika mereka berjalan di akhirat untuk memotong setiap tebing yang sulit

didaki (Al-Ghazali Jilid 4, 2003:8). Perasaan takut dan harap yang tertanam

pada diri seseorang akan mampu mendekatkan dia dengan Tuhannya. Ia akan

senantiasa memperbaiki diri, selalu berusaha agar sikap dan perbuatannya

tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah.

Imam Al-Ghazali (dalam Asmaran As., 2002:142) membagi perasaan

takut menjadi dua. Pertama, perasaan takut karena khawatir akan kehilangan

nikmat. Inilah yang mendorong orang untuk selalu memelihara dan

menempatkan nikmat itu pada tempatnya. Kedua, perasaan takut terhadap

siksaan sebagai akibat perbuatan kemaksiatan. Perasaan takut seperti itulah

yang mendorong orang untuk menjauh dari apa yang dilarang dan

melaksanakan apa yang diperintah.

Page 151: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Berdasarkan tingkatannya, Imam Al-Qusyairi dengan mengutip

perkataan Ali Daqaq membagi perasaan takut menjadi tiga, yaitu khauf,

hasyyah, dan haihah. Pertama khauf, yaitu bentuk takut dikarenakan iman,

sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya: “Sesungguhnya mereka

itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-

kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut

kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang

yang beriman” (QS Āli ’Imrān ayat 175). Kedua hasyyah, yaitu suatu bentuk

takut yang disertai dengan membesarkan dan mengagungkan Allah. Hal ini

dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Allah

SWT. berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-

hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Pengampun” (QS Fāthir ayat 28). Ketiga haihah, yaitu rasa takut sebagai

akibat dari marifah kepada Tuhan, seperti yang diterangkan Allah SWT

dalam QS Āli ’Imrān ayat 28 yang artinya, “Dan Allah memperingatkan

kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)”

(Asmaran As., 2002:143).

f. Bābu „r-Rajā‟

Bābu „r-Rajā‟ yaitu bab yang membahas mengenai perasaan harap.

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa rajā‟ merupakan sikap

optimis bahwa Allah akan memberikan karunia kenikmatan terhadap hamba-

hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa. Sikap optimis tersebut merupakan

perwujudan perasaan harap yang dimiliki oleh setiap hamba Allah. Di dalam

teks disebutkan bahwa, “Ar-rajā‟u mārinahu ‟amalu wa illā fa huwa

Page 152: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

a\m\niyy\a\t. Harap itu barang yang / serta ia dengan amal dan jika tiada

demikian maka yaitu angan-angan / namanya…” (MATC h.31 br.7–9).

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa perasaan harap dan sikap optimis hanya

akan menjadi angan-angan apabila tidak diikuti dengan amal perbuatan yang

nyata. Manusia berharap akan kenikmatan syurga yang dijanjikan Allah

tetapi ia enggan melaksanakan perintah-Nya atau bahkan melanggar

larangan-Nya, maka yang demikian itu hanyalah angan-angan saja untuk

mendapatkan kenikmatan syurga.

g. Bābu Dzikri Khafī ‟alā Thā‟if wa Sunnatihi ‟alā „l-‟Ibād

Bābu Dzikri Khafī ‟alā Thā‟if wa Sunnatihi ‟alā „l-‟Ibād yaitu bab yang

membahas mengenai zikir khafī yang disunahkan bagi seorang hamba. Zikir

khafī ialah yang dilakukan dengan rahasia, tanpa suara, atau dengan ingatan

hati dan turun naiknya nafas (Asmaran As., 2002:404).

Berkaitan dengan zikir khafī, Allah SWT. berfirman dalam QS Al-

A’rāf ayat 55 yang artinya, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah

diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang melampaui batas.” Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah

memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa dengan berendah diri dan dengan

surara yang lembut. Allah tidaklah menyukai sikap hamba-hamba-Nya yang

melampaui batas, termasuk dalam hal berdoa.

2. Teks yang Mengandung Ajaran Islam pada Umumnya

a. Bābu „t-Taubah

Bābu „t-Taubah yaitu bab yang membicarakan mengenai tobat.

Asmaran As. menyebut tobat sebagai tahapan pertama yang harus dilewati

Page 153: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

oleh seorang pengamal ajaran tasawuf. Inilah yang disebut sebagai

perubahaan (konversi) dan merupakan pertanda dari kehidupan baru.

Manusia belum dianggap bertaubat hingga ia bersegera meninggalkan dosa,

baik yang disadari atau tidak dan berjanji dalam hati bahwa ia tidak akan

mengulangi dosa-dosa tersebut (2000:110).

Secara etimologi, tobat menurut Imam Al-Ghazali (dalam Asmaran

As., 2002:111) dapat diartikan dengan “kembali”, yakni kembali dari

kemaksiatan kepada ketaatan, kembali dari jalan yang jauh ke jalan yang

lebih dekat. Di dalam Al-Quran banyak ayat yang memerintahkan agar setiap

orang muslim bertobat dari kesalahan-kesalahannya. Di antaranya adalah QS

An-Nūr ayat 31 yang artinya, “Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah,

hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

Menurut orang sufi, yang menyebabkan manusia jauh dari Allah adalah

karena dosa, sebab dosa adalah sesuatu yang kotor, sedangakan Allah Maha

Suci dan menyukai yang suci. Oleh karena itu, apabila seorang ingin

mendekatkan diri kepada-Nya, maka ia harus terlebih dahulu membersihkan

dirinya dari segala macam dosa dengan jalan bertobat (Asmaran As.,

2002:109). Namun, jika seseorang terlanjur berbuat dosa, maka bagi dirinya

tidak boleh berputus asa dan tetap istiqomah berada di jalan Allah. Dalam

teks disebutkan bahwa “Apabila jatuh daripadamu dosa maka jangan kiranya

yang / demikian itu akan sebab memutuskan asamu dari pada hasil istiqamah

{yakni sempurna} / serta Tuhanmu. Maka terkadang adalah yang demikian

itu kesudahan / dosa ditakdirkan atasmu” (MATC h.4 br.10–13). Kutipan

tersebut mengandung makna bahwa seseorang yang telah ber-istiqomah

Page 154: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

namun pada suatu ketika ia terjerumus ke dalam dosa, maka keadaan seperti

itu adalah sesuatu yang telah ditakdirnya baginya.

b. Bābu „l-Ikhlasi fī „l-‟Amali

Bābu „l-Ikhlasi fī „l-‟Amali yaitu bab yang membahas mengenai ikhlas

dalam berbuat amal. Inti dari pembahasan tersebut adalah bahwa manusia

dalam berbuat amal haruslah didasari rasa ikhlas, yaitu semata-mata hanya

karena Allah. Bentuk rasa ikhlas tersebut ada berbagai macam dan salah

satunya adalah dengan tidak menghitung-hitung dan menuntut ganti amal

yang telah kita perbuat kepada Tuhan Allah SWT., seperti yang terdapat

dalam kutipan teks sebagai berikut.

Kai\fa\ an tathlu\ba\ „l-‟iwādla ‟alā ‟amali huwa / mutashaddiqu

bihi ‟alaika. Am kaifa tathlubu „l-jazā‟a ‟alā shidqin / huwa

muhdīhi ilaik. Maka buangkan olehmu citamu daripada menuntut

/ ganti amalmu daripada Tuhanmu. Betapa kau tuntut ganti itu

amal pada- / hal ia jua men-shidqi-hakan dia atasmu atau betapa

kau tuntut / balas atas benarmu ia jua yang menghadia\h\kan dia

kepadamu (MATC h.11 br.9–14).

Ada hal penting yang disebutkan dalam bab ikhlas dalam berbuat amal

ini, yaitu terdapatnya penjelasan mengenai hadits tentang hijrah atau

berpindah. Hijrah atau berpindah di sini mengandung arti berpindah dari

sesuatu yang buruk ke sesuatu yang baik hanya karena Allah. Berikut

kutipan hadits tersebut yang terdapat di dalam teks.

Wa andhur ilā qaulī shallā „l-Lāhu ‟alaihi / wa sallama.

Famankānat \hi\jratuhu ilā „l-Lāhi wa rasūli fa\hi\jratuhu / ilā

„l-Lāhi wa rasūlih. “Dan tidak olehmu kepada sabda Nabi sh. /

Maka barang siapa ada berpindahnya kepada Allah dan rasul-

Nya maka adalah / pindahnya itu kepada Allah dan rasul-Nya.”

Wa man kānat \hi\jratuhu / ilā „d-dunyā yushībuhā au

imr\a\['a]tin yatazawwajuhā fa\hi\jratuhu <ilā> / ilā mā hājara

ilaih. “Dan barang siapa berpindahnya kepada dunia / niscaya

diperoleh [a]kan dia itu kepada perempuan niscaya dikahwininya

Page 155: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

// akan dia, maka adalah pindahnya itu kepada yang dipindahnya

ia / kepadanya” (MATC h.6 br.10–17, h.7 br.1–2).

Hadits di atas diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits yaitu Bukhari

dan Muslim (Riyadlus Shalihin Jilid 1, 1981:2). Hadits tersebut juga

ditemukan dalam sebuah kitab hadits yang berjudul Arbai‟n An-Nawawi. Hal

ini dapat diketahui dari keterangan yang terdapat dalam sebuah buku yang

berjudul Syarah Hadits Arbain Imam Nawawi (Al ’Ied, 2001:15–16). Hadits

tersebut mengandung arti bahwa sesungguhnya tiap amal perbuatan itu

tergantung pada niatnya. Maka yang hijrah-nya tulus ikhlas menurut kepada

Allah dan Rasul-Nya, maka hijrah itu diterima oleh Allah dan Rasulullah.

Dan siapa yang niat hijrah-nya untuk dunia (kekayaan) yang akan didapat

(dikejar), atau wanita yang akan dikawin, maka hijrah itu terhenti pada niat

hijrah yang ia tuju. Jika hal tersebut dikaitkan dengan ikhlas dalam berbuat

amal, maka seseorang yang telah ikhlas dalam berbuat amal ia akan terus

berusaha menjaga niatnya untuk tetap berada di jalan Allah.

c. Bābu Chikami fī „sh-Shalāt

Bābu Chikami fī „sh-Shalāt yaitu bab yang membahas mengenai

hikmah dalam salat. Hikmah di sini berkaitan dengan dua hal, yaitu

kekhusyukan dalam salat dan makna salat menurut orang sufi. Hikmah

pertama berkaitan dengan kekhusyukan dalam salat. Harus dipahami bahwa

untuk mencapai salat yang khusyuk diperlukan proses penyucian hati.

Penyucian hati berarti membersihkan hati dari hal-hal kotor seperti sombong,

dengki, memikirkan hal-hal selain Allah kemudian mengisinya dengan hal-

hal baik seperti sifat pengagungan, berharap, dan berserah diri kepada Allah.

Sesuai dengan kutipan yang terdapat di dalam teks, yaitu “Sh-shalāti thuhri

Page 156: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

lilqalūbi wa istiftāchun lilghuyūb. Bermula / sembahyang itu menyucikan

bagi segala hati dan membukakan bagi pintu // segala yang gaib-gaib”

(MATC h.11 br.16–17, h.12 br.1).

Hikmah yang kedua adalah berkaitan dengan makna salat, yaitu

sebagaimana yang terdapat dalam teks, “Sh-shalātu \ma\challu „l-munājāti

wa ma‟dinu / „l-mushāfāt. Bermula sembahyang itu tempat munajat dan

[se]kalian / artinya berikhlas” (MATC h.12 br.1–3). Salat yang khusyuk

disertai rasa ikhlas dapat menjadi media yang tepat untuk bermunajat kepada

Allah. Munajat berarti melaporkan diri ke hadirat Tuhan atas segala aktivitas

yang dilakukan. Dalam munajat itu disampaikan segala keluhan,

mengadukan nasip dengan untaian kalimat yang indah dan puitis diiringi

dengan deraian air mata sebagai hamba Allah yang lemah dan penuh dosa

yang ingin berjumpa dengan Tuhannya (Asmaran As., 2002:389).

Bagi orang sufi, tangis dan air mata itu mendapat nilai tertentu sebagai

tanda penyesalan diri atas suatu kesalahan, yakni menyimpang daripada

kehendak Tuhan. Dalam Al-Quran disebutkan sebuah cerita tentang

segolongan manusia yang merasa menyesal atas dosa yang diperbuatnya,

kemudian diperingatkan akan akibatnya yang pedih dalam neraka. Allah

SWT. berfirman: Hendaklah mereka tertawa sedikit dan memperbanyak

menangis, sebagai balasan untuk apa yang mereka lakukan (QS At-Taubah

ayat 82). Munajat biasanya dilakukan dalam suasana keheningan malam

seusai salat tahajud, agar segala ekspresinya tertuju bulat ke hadirat Ilahi

(Asmaran As., 2002:76–77).

Page 157: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

d. Bābu Fīri ‟Ayati „l-Waqti wa Ightināmih

Bābu Fīri ‟Ayati „l-Waqti wa Ightināmih yaitu bab yang membahas

mengenai memelihara dan meramaikan waktu. Inti dari bab ini adalah

manusia harus bersyukur atas waktu yang dianugerahkan oleh Allah. Rasa

syukur itu dapat berupa memelihara waktu dari sesuatu yang tidak berguna

dan meramaikannya atau mengisinya dengan sesuatu yang berguna.

Berkaitan dengan waktu, Allah SWT. berfirman dalam QS Al-’Ashr

ayat 1–3 yang artinya, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar

berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan

amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-

menasihati supaya menetapi kesabaran.” Sudah sangat jelas dalam QS Al-

’Ashr tersebut menjelaskan bahwa manusia yang tidak memanfaatkan

waktunya untuk beriman kepada Allah dan berbuat amal baik maka ia

termasuk golongan orang-orang yang merugi. Orang-orang sufi sangat

menekankan ajaran tersebut. Dalam pengasingan dirinya menghindari

kenikmatan duniawi, mereka menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk

beribadah kepada Allah.

e. Bābu „dz-Dzikr

Bābu „dz-Dzikr yaitu bab yang membahas mengenai zikir. Zikir dapat

diartikan dengan ingat atau mengingat. Asmaran As. mengartikan zikir yaitu:

Ucapan yang dilakukan dengan lisan atau mengingat Allah

dengan hati, dengan ucapan atau ingatan untuk mensucikan

Tuhan dan membersihkan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak

baginya, selanjutnya memuji-Nya dengan puji-pujian dengan

sifat-sifat-Nya yang sempurnya, sifat-sifat yang menunjukkan

kebesaran dan keagungan-Nya (Asmaran As., 2002:82).

Page 158: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

Zikir menurut orang sufi ialah menyingkirkan lupa atau lalai dengan

selalu ingat hati kepada Allah (Asmaran As., 2002:404). Di dalam teks

disebutkan, “Wa min dzikrin ma‟a wujūdin yaqdhatin ilā dzikrin ma‟a

wujūdin chudlūrin. // Dan daripada zikir serta diperoleh juga kepada zikir

serta diperoleh / chudlūr” (MATH h.20 br.17, h.21 br.1). Kutipan tersebut

mengandung arti bahwa dengan berzikir, selain dapat mengingat Allah juga

dapat mendekatkan hati kita kepada Allah. Allah akan selalu hadir dalam hati

manusia yang selalu berzikir, berusaha mengingat Allah.

Allah akan senantiasa mengingat hamba-Nya, bagi hamba-hamba-Nya

yang selalu ingat atau berzikir atas-Nya. Hal tersebut sebagaimana telah

disebutkan dalam firman Allah QS Al-Baqarah ayat 152 yang artinya:

“Maka ingatlah kamu kepada Aku, niscaya Aku ingat pula kepadamu”. Ayat

tersebut juga disebutkan dalam teks yang bunyinya, “Tatkala firmannya,

fadzkurūnī adzkurkum. Artinya maka sebut oleh kamu / akan Daku niscaya

kusebut akan kamu. Maka disempurnakannya nikmatnya / atasmu” (MATC

h.22 br 1–3).

Ada beberapa hadits Nabi saw. yang berkaitan dengan keutamaan zikir.

Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radliya „l-

Lāhu ‟anh dari Abu Said radliya „l-Lāhu ‟anh, yang artinya: “Tidak ada

suatu kaum yang duduk dalam suatu majlis untuk zikir kepada Allah

melainkan mereka dikelilingi oleh malaikat, diliputi rahmat, diturunkan

ketenangan, dan mereka disebut-sebut Allah di hadapan malaikat yang ada

di sisi-Nya” (Riyadlus Shalihin Jilid 2, 1981:328). Hadits tersebut

Page 159: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

menunjukkan bahwa begitu dekatnya Allah dengan hamba-hamba-Nya yang

senantiasa berzikir kepada-Nya.

f. Bābu Adābi „d-Du‟ā

Bābu Adābi „d-Du‟ā yaitu bab yang membahas adab berdoa. Doa

adalah kekuatan yang bersumber dari keyakinan seseorang. Doa tidak akan

dapat dirasakan hasilnya oleh manusia apabila dalam dirinya tidak terdapat

keyakinan. Allah memerintahkan hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa

berdoa, seperti firman-Nya dalam QS Al-Mu’min ayat 60 yang artinya:

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”

Mengenai adab berdoa, dalam teks dijelaskan bahwa tidak ada sesuatu

pun yang pantas dimintai pertolongan selain Allah dan tidak ada sesuatu pun

yang kuasa mengabulkan setiap permohonan kecuali Allah. Berikut kutipan

teks yang menjelaskan tentang hal tersebut.

Lā tarfa‟anna ilā ghairihi / chājatan huwa mūridu hā‟alaik.

Jangan kau adukan kepada yang lain / daripadanya hajat padahal

Ia jua yang membawa dia atasmu. Fakaifa / yarfa‟u ghairuhu

mākāna huwa ladu wadli‟ān. Maka betapa mengangkatkan /

yang lain daripadanya yang telah ada ia menghantarkan baginya.

Man lam yastathī‟u / an yarfa‟a chājatan ‟an tafsihi fakaifa

yastathī‟u an yakūnalahā / min ghairihi rāfi‟ān. Karena barang

siapa tiada kuasa mengangkatkan / hajat daripada dirinya maka

betapa kuasa adanya mengangkatkan yang lain // (MATC h.34

br.10–17).

Masih berkaitan dengan adab berdoa, Allah SWT. berfirman dalam QS

Al-Fatihah ayat 5 yang artinya, “Hanya kepada Engkau-lah kami

menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan.” Ayat

tersebut menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang mampu memberikan

pertolongan kecuali Allah. Segala bentuk pertolongan yang datang

sesungguhnya berasal dari Allah.

Page 160: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

g. Bābu „t-Taslīmi li Amri „l-Lāhi Ta‟ālā wa Tarki „l-Ikhtiyār

Bābu „t-Taslīmi li Amri „l-Lāhi Ta‟ālā wa Tarki „l-Ikhtiyār yaitu bab

yang membahas tentang taslīm bagi amri „l-Lāh dan meninggalkan ikhtiar.

Taslīm bagi amri „l-Lāh dimaknai sebagai mengucap salam atau berdoa

untuk keselamatan dan keberkahan bagi amri „l-Lāh Muhammad saw. Ada

sebuah hadits yang menceritakan bagaimana para sahabat bertanya kepada

Rasulullah mengenai cara berselawat kepada beliau, kemudian beliau

bersabda: “Bacalah yang artinya: „Wahai Tuhan! Berilah rahmat atas

Muhammad, keluarga dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah

memberikan rahmat atas keluarga Ibrahim. Berilah keberkatan atas

Muhammad, keluarga dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah

memberikan keberkatan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau

Maha Terpuji lagi Maha Mulia” (Shahih Bukhari Jilid 3, 1992:201).

Meninggalkan ikhtiar dimaknai sebagai meninggalkan usaha, yaitu

berhenti berdoa kepada Allah supaya dikabulkan permohonannya. Berdoa di

sini lebih dimaknai sebagai menuntut Tuhan supaya dikabulkan

permintaannya. Hal ini sesuai dengan penjelasannya di dalam teks.

Disebutkan bahwa, “Jangan kau tuntut <daripada> // daripada Allah bahwa

dikeluarkannya engkau daripada suatu hal supaya / dikerjakannya engkau

pada yang lain daripada hal itu maka jikalau <di> / dikehendakinya akan

dikau niscaya dikerjakan dikau dengan tiada / mengeluarkan dirimu”

(MATH h.37 br.17, h.38 br.1–3). Berdasarkan kutipan tersebut, berhenti

berdoa dan menuntut kepada Allah dimaksudkan sebagai upaya untuk

melatih hati agar lebih bisa menerima ketetapan yang diberikan Tuhan.

Page 161: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

Apabila sesuatu itu telah menjadi haknya dan jika suatu keadaan sudah

menjadi kehendak Allah maka terjadilah.

h. Bābu „sh-Shabri ‟alā „l-Balāyā wa „sy-Syada‟id

Bābu „sh-Shabri ‟alā „l-Balāyā wa „sy-Syada‟id yaitu bab yang

membahas mengenai sabar atas segala bala dan kesukaran. Ada lima macam

bentuk sifat sabar bila dilihat dari perwujudannya dan salah satunya ada atas

bala dan kesukaran atau ketika ditimpa malapetaka (Asmaran As.,

2002:143). Keempat sifat sabar lainnya yaitu sabar dalam beribadah, sabar

terhadap kenikmatan kehidupan dunia, sabar untuk tidak berbuat maksiat,

dan sabar dalam perjuangan.

Seseorang yang beriman dan selalu bersangka baik terhadap segala

ketetapan Tuhan akan menjadikan bentuk ujian berupa musibah atau

malapetaka sebagai wujud kasih sayang Allah SWT. terhadap makhluk-Nya.

Dengan adanya musibah hati akan selalu ingat dan merasa dekat dengan

Allah, dan sifat sabar yang dimiliki akan membentuk pribadi manusia

menjadi kuat dan teguh ketika menghadapi musibah atau malapetaka.

Jiwanya tidak akan mudah tergoncang, panik, hilang keseimbangan, ataupun

berubah pendirian.

Sifat sabar hanya dikaruniakan Tuhan kepada manusia, tidak kepada

makhluk yang lain. Manusia, selain mempunyai hawa nafsu ia juga

dianugerahi akal untuk mengendalikan hawa nafsu itu supaya jangan sampai

merusak atau merugikan (Asmaran As., 2002:118–119). Manusia yang

mampu bersabar dalam menghadapi cobaan berupa kesukaran, musibah, atau

malapetaka maka ia telah berhasil menggunakan akalnya untuk berfikir

Page 162: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

sehingga ia mampu mengendalikan hawa nafsunya. Berkaitan dengan hal itu,

di dalam teks disebutkan bahwa, “Hendaklah / diringankan daripadamu

^atasmu bala itu oleh \fa\[e]dah ilmumu^ akan / bahwasanya Chaqq

Subchānahu wa Ta‟ālā Ia jua yang menurunkan bala bagimu” (MATC h.40

br.10–12). Ilmu yang dimaksud di dalam kutipan tersebut dapat dimaknai

sebagai akal yang dimiliki manusia yang digunakan untuk berfikir. Bala atau

kesukaran yang dialami oleh manusia akan menjadi terasa lebih ringan jika ia

mau berfikir untuk bersabar dan ketika hati dalam keadaan tenang serta tidak

diliputi oleh amarah akan mudah menemukan jalan keluar bagi permasalahan

yang dihadapi.

Berkaitan dengan sifat sabar, terutama dalam menghadapi kesukaran,

musibah, atau bencana, Allah SWT. berfirman dalam QS Luqman ayat 17

yang artinya, “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)

mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang

mungkar dan bersabarkan terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh

Allah).” Ayat tersebut menjelaskan bahwa berbuat baik, mencegah perbuatan

jahat, dan bersabar sesungguhnya adalah sesuatu yang diwajibkan oleh

Allah.

Page 163: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap teks MATC dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Secara keseluruhan, di dalam suntingan teks MATC terdapat 5 kesalahan salin

tulis dan 2 ketidakkonsistenan penulisan. Kelima bentuk kesalahan salin tulis

perinciannya yaitu 38 lakuna, 15 adisi, 67 substitusi, 4 transposisi, dan 28

ditografi.

2. Struktur teks yang terdapat dalam teks MATC menunjukkan struktur sastra

kitab. Struktur penyajian atau struktur narasi dalam sastra kitab pada umumnya

menunjukkan struktur yang tetap, yaitu terdapat pendahuluan, isi, dan penutup.

Teks MATC adalah salah satu teks yang ada dalam naskah bunga rampai

Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam. Teks tersebut terdapat pada halaman 1

sampai dengan 47 dari 62 halaman dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-

Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam. Di dalam katalog online terdapat keterangan

bahwa naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam memiliki

status kelengkapan naskah tidak lengkap. Keterangan tersebut sesuai dengan

penjelasan struktur yang terdapat pada teks MATC, yaitu hanya terdapat

pendahuluan dan isi, dan tidak ditemukan bagian penutup pada teks tersebut.

3. Ajaran tasawuf yang terkadung dalam teks MATC adalah sebagai berikut. Bābu

‘l-’Ilmi, yaitu bab yang membahas ilmu yang memberi manfaat; Bābu ‘l-’Uzlati

wa ‘l-Khumūl, yaitu bab mengenai mengasingkan diri dalam rangka menjauhi

Page 164: MANHAJU 'L-ATAMMI FĪ TABWĪBI 'L-CHIKAM: SUNTINGAN TEKS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

kenikmatan duniawi; Bābu ‘l-Faqri wa ‘l-Fāqat, yaitu bab mengenai keadaan

fakir dan hajat; Bābun fī Riyādlati ‘n-Nafsi wa ‘t-Tachdzīri ’an Dasā’isihā yaitu

bab mengenai mensucikan nafas serta takut apabila mengotorinya; Bābu I’tidali

‘l-Khaufi wa ‘r-Rijā’, yaitu bab yang membahas keadaan antara perasaan takut

dan harap; dan Bābu Dzikri Khafī ’alā Thā’if wa Sunnatihi ’alā ‘l-’Ibād, yaitu

bab mengenai zikir khafī yang disunahkan bagi seorang hamba.

B. Saran

Penelitian terhadap teks MATC masih merupakan tahap awal dalam sebuah

penelitian filologi. Penulis merasa di dalam melakukan penelitian masih banyak

dijumpai kekurangan baik dalam penyuntingan maupun pengkajian. Untuk itu

penulis berharap penelitian ini dapat menjadi pembuka jalan dan bahan

pertimbangan bagi penulis lain untuk meneliti lebih lanjut teks MATC. Selain itu

penulis juga berharap dengan adanya suntingan teks MATC beserta analisis terhadap

isi teksnya mampu memperkenalkan keberadaan naskah MATC sebagai salah satu

hasil karya sastra lama yang sarat dengan nilai ajaran agama Islam serta sebagai

wujud pelestarian dan penyelamatan warisan budaya leluhur yang berupa naskah

lama.