manhaju 'l-atammi fĪ tabwĪbi 'l-chikam: suntingan teks
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MANHAJU ‘L-ATAMMI FĪ TABWĪBI ‘L-CHIKAM:
SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN
TINJAUAN TASAWUF
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
FARIDA HIDAYATI ASNI
C0206022
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
MANHAJU „L-ATAMMI FĪ TABWĪBI „L-CHIKAM:
SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN
TINJAUAN TASAWUF
Disusun oleh
FARIDA HIDAYATI ASNI
C0206022
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Drs. Istadiyantha, M.S.
NIP 195410151982111001
Mengetahui
Ketua Jurusan Sastra Indonesia
Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag.
NIP 196206101989031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
MANHAJU „L-ATAMMI FĪ TABWĪBI „L-CHIKAM:
SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN
TINJAUAN TASAWUF
Disusun oleh
FARIDA HIDAYATI ASNI
C0206022
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Pada Tanggal 13 Desember 2010
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum ………………
NIP 196412311994032005
Sekretaris Rianna Wati, S.S. ………………
NIP 132317469
Penguji I Drs. Istadiyantha, M.S. ………………
NIP 195410151982111001
Penguji II Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. ………………
NIP 196206101989031001
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A.
NIP 195303141985061001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Farida Hidayati Asni
NIM : C0206022
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Manhaju „l-Atammi fī
Tabwībi „l-Chikam: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Tinjauan Tasawuf adalah
betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal
yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari
skripsi tersebut.
Surakarta, 2010
Yang membuat pernyataan,
Farida Hidayati Asni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Dapat mencapai tingkat taraf hidup yang lebih baik, bukanlah suatu keberhasilan
semata, melainkan lebih kepeningkatan sebuah tanggung jawab
(Penulis)
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabarlah yang dicukupkan pahalanya
tanpa batas. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan
mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.”
(QS Az-Zumar ayat 10 & 18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Kupersembahkan karya ini untuk:
1. Ibu dan Bapak, tanpa perjuangan kalian
aku bukan berarti apa-apa
2. Mama Shofiah,
3. Saudara-saudaraku, dan
4. Semua yang menyukai ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT., sebaik-baik penolong
dunia dan akhirat, yang menguasai segala yang di langit dan di bumi. Limpahan
karunia-Nya yang tak terhingga berupa waktu, nafas, kesehatan, dan segala kebaikan
senantiasa menaungi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Manhaju „l-Atammi fī Tabwībi „l-Chikam: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan
Tinjauan Tasawuf. Skripsi ini disusun guna meraih gelar sarjana pada Jurusan Sastra
Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis sangat berterima kasih kepada beberapa pihak atas semua doa,
bimbingan, dukungan, dan dorongan yang telah diberikan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Drs. Sudarno, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret, yang telah berkenan memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin
serta kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
3. Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra
Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang
selalu perhatian dan memberi kemudahan dalam penulisan skripsi ini.
4. Drs. Istadiyantha, M.S., selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang senantiasa
sabar dan teliti dalam memberikan bimbingan, pengarahan, serta dorongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
kepada penulis. Terima kasih atas kerelaan waktu yang diluangkan untuk
penulis.
5. Drs. Sholeh Dasuki, M.S., selaku Dosen Penelaah skripsi, yang senantiasa
memberikan pengarahan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.
6. Asep Yudha Wirajaya, S.S., selaku Dosen dalam bidang Filologi yang
senantiasa memberikan masukan, pengarahan, dan dorongan dalam penulisan
skripsi ini.
7. Rianna Wati, S.S., selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan
pengarahan dan motivasi kepada penulis.
8. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan selama masa
perkuliahan berlangsung.
9. Ibu dan Bapak, yang tak kan letih berjuang dan berdoa untuk segala
kebaikan. Penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga, meski sampai
kapan pun penulis takkan mampu membalas semua pengorbanan yang telah
diberikan.
10. Mama Shofiah, penulis ucapkan terima kasih. Sampai saat ini penulis belum
dapat memberikan sesuatu yang berarti selain kata tulus itu.
11. Saudara-saudaraku, yang telah menjadi semangat, motivasi, dan inspirasiku
untuk tetap berusaha dan bertahan dalam ketidakmampuan dan kelemahanku.
12. Teman-teman Sastra Indonesia, khususnya teman-teman se-angkatan, terima
kasih untuk semua doa dan dukungannya.
Di samping itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu. Semoga
Allah SWT. senantiasa membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sastra
Indonesia pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
JUDUL ………………………………………………………………………….. i
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….. iii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………….. iv
MOTTO ………………………………………………………………………… v
PERSEMBAHAN ………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. xiii
DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………….. xiv
ABSTRAK ……………………………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1
B. Pembatasan Masalah ………………………………………………... 6
C. Perumusan Masalah …………………………………………………. 7
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 7
E. Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 8
F. Sistematika Penulisan ………………………………………………. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN
KERANGKA PIKIR ……………..……………..……………..…… 11
A. Tinjauan Pustaka …………………………………………………… 11
1. Tinjauan Pustaka Berdasarkan Penelitian Filologi Terdahulu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
yang Memiliki Bentuk Analisis Struktur yaitu Struktur
Sastra Kitab ……………………………………………………... 11
2. Tinjauan Pustaka Berdasarkan Penelitian Filologi Terdahulu yang
Memiliki Bentuk Analisis Isi Teks yaitu Mengkaji Ajaran
Tasawuf yang Terkandung di dalam Teks ……………………… 13
B. Landasan Teori ……………………………………………………… 17
1. Teori Penyuntingan Teks ……………………………………….. 17
a. Inventarisasi Naskah ………………………………………... 18
b. Deskripsi Naskah …………………………………………… 19
c. Transliterasi Naskah ………………………………………... 19
d. Kritik Teks ………………………………………………….. 20
2. Teori Pengkajian Teks ………………………………………….. 20
a. Sastra Kitab ……………………………………………….... 20
b. Struktur Sastra Kitab ……………………………………….. 21
c. Tasawuf …………………………………………………….. 23
C. Kerangka Pikir ……………………………………………………… 28
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………... 30
A. Sumber Data …………………………………………………........... 30
B. Metode Penelitian …………………………………………………... 30
1. Metode Penyuntingan Teks …………………………………….. 30
2. Metode Pengkajian Teks ……………………………………….. 32
a. Metode Struktural …………………………………………... 33
b. Metode Analisis Isi …………………………………………. 33
C. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
1. Tahap Informasi ………………………………………………… 34
2. Tahap Pencetakan Data …………………………………………. 34
D. Teknik Pengolahan Data ……………………………………………. 34
1. Tahap Deskripsi ………………………………………………… 35
2. Tahap Analisis ………………………………………………….. 35
3. Tahap Evaluasi …………………………………………………. 35
E. Teknik Penarikan Simpulan ………………………………………... 35
BAB IV SUNTINGAN TEKS ………………………………………………. 36
A. Inventarisasi Naskah ……………………………………………….. 36
B. Deskripsi Naskah …………………………………………………... 38
C. Ikhtisar Isi Teks ……………………………………………………. 59
D. Kritik Teks …………………………………………………………. 61
E. Suntingan Teks …………………………………………………….. 73
1. Pedoman Transliterasi …………………………………………. 73
2. Transliterasi ……………………………………………………. 79
3. Daftar Kata-kata Sukar ………………………………………… 118
BAB V ANALISIS TEKS ………………………………………………….. 126
A. Analisis Struktur …………………………………………………… 126
B. Tinjauan Tasawuf ………………………………………………….. 129
BAB VI PENUTUP …………………………………………………………. 149
A. Simpulan …………………………………………………………… 149
B. Saran ……………………………………………………………….. 150
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 151
LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Catchword …………………………………………………………. 45
Tabel 2 : Scholia …………………………………………………………….. 47
Tabel 3 : Bentuk Singkatan …………………………………………………. 55
Tabel 4 : Lakuna ……………………………………………………………... 62
Tabel 5 : Adisi ……………………………………………………………….. 64
Tabel 6 : Substitusi …………………………………………………………... 65
Tabel 7 : Transposisi …………………………………………………………. 70
Tabel 8 : Ditografi ………………………………………………………….... 70
Tabel 9 : Ketidakkonsistenan ………………………………………………... 72
Tabel 10 : Konsonan Huruf Arab ……………………………………………... 78
Tabel 11 : Konsonan Huruf Arab Melayu …………………………………….. 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR SINGKATAN
br. : baris
cm : centimeter
h. : halaman
HR : Hadits Riwayat
MATC : Manhaju ‟l-Atammi fī Tabwībi ‟l-Chikam
No. : nomor
QS : Quran Surat
saw. : shallā „l-Lāhu ‟alaihi wa sallam
SWT. : Subchānahu wa Taala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
Farida Hidayati Asni. C0206022. 2010. Manhaju „l-Atammi fī Tabwībi „l-Chikam:
Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Tinjauan Tasawuf. Skripsi: Jurusan Sastra
Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah
suntingan teks MATC? (2) Bagaimanakah struktur narasi sastra kitab yang terdapat
dalam teks MATC? (3) Bagaimanakah ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks
MATC?
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menyediakan suntingan teks MATC yang baik
dan benar. (2) Mendeskripsikan struktur narasi sastra kitab yang terdapat dalam teks
MATC. (3) Mengungkapkan ajaran tasawuf yang terdapat dalam teks MATC.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah teks MATC yang terdapat dalam
naskah bunga rampai Manhaju „l-Atammi fī Tabwībi „l-Chikam MATC, yaitu salah
satu naskah Melayu koleksi Museum Negeri Banda Aceh. Dalam bentuk foto
digitalnya, naskah tersebut tersimpan dalam katalog online Manuskrip-Manuskrip
Peninggalan Aceh dengan nomor inventarisasi naskah 07_01364. Katalog online
tersebut dapat diakses melalui situs internet http://acehms.dl.uni-leipzig.de. Metode
penyuntingan teks yang digunakan adalah metode penyuntingan naskah jamak
terbatas, sedangkan metode pengkajian teks yang digunakan adalah metode
struktural dan analisis isi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
pustaka. Teknik pengolahan data terdiri dari tiga tahap, yaitu deskripsi, analisis, dan
evaluasi.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap teks MATC dapat disimpulkan sebagai
berikut. (1) Secara keseluruhan, di dalam suntingan teks MATC terdapat 5 kesalahan
salin tulis dan 2 ketidakkonsistenan penulisan. Kelima bentuk kesalahan salin tulis
perinciannya yaitu 38 lakuna, 15 adisi, 67 substitusi, 4 transposisi, dan 28 ditografi.
(2) Struktur teks yang terdapat dalam teks MATC menunjukkan struktur sastra kitab.
Struktur penyajian atau struktur narasi dalam sastra kitab pada umumnya
menunjukkan struktur yang tetap, yaitu terdapat pendahuluan, isi, dan penutup. Teks
MATC adalah salah satu teks yang ada dalam naskah bunga rampai Manhaju „l-
Atammi fī Tabwībi „l-Chikam. Teks tersebut terdapat pada halaman 1 sampai dengan
47 dari 62 halaman dalam naskah bunga rampai Manhaju „l-Atammi fī Tabwībi „l-
Chikam. Di dalam katalog online terdapat keterangan bahwa naskah bunga rampai
Manhaju „l-Atammi fī Tabwībi „l-Chikam memiliki status kelengkapan naskah tidak
lengkap. Keterangan tersebut sesuai dengan penjelasan struktur yang terdapat pada
teks MATC, yaitu hanya terdapat pendahuluan dan isi, dan tidak ditemukan bagian
penutup pada teks tersebut. (3) Ajaran tasawuf yang terkadung dalam teks MATC
adalah sebagai berikut. Bābu „l-‟Ilmi, yaitu bab yang membahas ilmu yang memberi
manfaat; Bābu „l-‟Uzlati wa „l-Khumūl, yaitu bab mengenai mengasingkan diri
dalam rangka menjauhi kenikmatan duniawi; Bābu „l-Faqri wa „l-Fāqat, yaitu bab
mengenai keadaan fakir dan hajat; Bābun fī Riyādlati „n-Nafsi wa „t-Tachdzīri ‟an
Dasā‟isihā yaitu bab mengenai mensucikan nafas serta takut apabila mengotorinya;
Bābu I‟tidali „l-Khaufi wa „r-Rijā‟, yaitu bab yang membahas keadaan antara
perasaan takut dan harap; dan Bābu Dzikri Khafī ‟alā Thā‟if wa Sunnatihi ‟alā „l-
‟Ibād, yaitu bab mengenai zikir khafī yang disunahkan bagi seorang hamba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan bangsa besar yang kaya akan berbagai macam warisan
budaya. Salah satu wujud warisan budaya Indonesia ada berupa naskah kuna.
Naskah kuna memiliki bentuk dan ragam yang bermacam-macam yang
keberadaannya tersebar di seluruh Indonesia (Sri Wulan Rujiati Mulyadi, 1994:1).
Naskah kuna sebagai peninggalan masa lampau merupakan hasil karya
kesusastraan lama yang banyak mengandung berbagai macam informasi.
Kandungan yang tersimpan dalam karya-karya tulisan masa lampau pada hakikatnya
merupakan suatu budaya yaitu produk dari kegiatan kemanusiaan (Siti Baroroh
Baried, et. al., 1994:2).
Naskah kuna merupakan salah satu di antara banyak warisan budaya leluhur
yang perlu diselamatkan dan dilestarikan keberadaannya. Studi terhadap naskah
kuna dilakukan karena adanya anggapan bahwa teks yang terdapat di dalam naskah
terkandung nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan masa kini (Siti Baroroh
Baried, et. al., 1994:1). Selain hal tersebut, penelitian terhadap naskah kuna dapat
juga sebagai wujud upaya penyelamatan, pemeliharaan, serta penghargaan terhadap
warisan budaya leluhur.
Sebuah naskah kuna di dalamnya termuat teks dalam berbagai bahasa. Salah
satu naskah kuna adalah naskah yang berisi teks dalam bahasa Melayu atau disebut
dengan naskah Melayu. Naskah Melayu yang sampai pada kita berasal dari berbagai
daerah, seperti Aceh, Minangkabau, Riau, Palembang, Bengkulu, Banjarmasin,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Sambas, Pontianak, Kutai, Jakarta, Makassar, Ternate, Ambon, dan Bima (Sri
Wulan Rujiati Mulyadi, 1994:19). Naskah-naskah tersebut tersimpan di berbagai
tempat seperti museum, perpustakaan, maupun rumah-rumah penduduk yang
merupakan koleksi pribadi. Saat ini tempat yang paling banyak menyimpan naskah-
naskah Melayu adalah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) yang
terletak di Jalan Salemba Raya, Jakarta.
Salah satu naskah Melayu lama yang dapat dijadikan sumber penelitian adalah
naskah bunga rampai dengan nomor inventarisasi naskah 07_01364. Naskah bunga
rampai tersebut merupakan salah satu koleksi Museum Negeri Banda Aceh yang
beralamat di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah Nomor 12 Kecamatan Baiturahman
Banda Aceh 23241. Pada bentuk foto digitalnya, naskah tersebut tersimpan dalam
katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh yang beralamat di
http://acehms.dl.uni-leipzig.de (untuk selanjutnya disebut dengan katalog online).
Katalog online tersebut adalah hasil kerja sama Universitas Leipzig Jerman dengan
Museum Negeri Banda Aceh, Yayasan Pendidikan dan Museum Ali Hasjmy
(YPAH), dan Pusat Kajian Pendidikan dan Masyarakat (PKPM) Banda Aceh.
Sesuai dengan deskripsi naskah yang terdapat dalam katalog online, naskah
bunga rampai tersebut berjudul Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam. Naskah
bunga rampai tersebut merupakan salah satu naskah Melayu koleksi Museum Negeri
Banda Aceh yang memiliki status kelengkapan tidak lengkap dengan keterangan
pada bagian akhir tidak ada.
Di dalam naskah tersebut secara keseluruhan terdapat tiga teks. Teks pertama
berjudul Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan keterangan terdapat
pendahuluan, isi, dan tidak terdapat penutup. Judul tersebut sama dengan judul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
naskah bunga rampai, yaitu sesuai dengan deskripsi naskah dalam katalog online.
Teks kedua tidak berjudul dengan keterangan hanya terdapat isi saja dan tidak
terdapat pendahuluan maupun penutup. Teks ketiga berjudul Masā’ilu ‘l-Hādī Al-
Ikhwānu ‘l-Mubdīn dengan keterangan terdapat pendahuluan, isi, dan tidak terdapat
penutup. Untuk selanjutnya judul teks Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam
disingkat menjadi teks MATC, sedangkan untuk judul naskah bunga rampai tetap
disebutkan lengkap Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam.
Penelitian ini menggunakan teks MATC, yaitu salah satu teks yang terdapat
dalam naskah bunga rampai yang berjudul sama dengan teks tersebut. Teks MATC
secara garis besar berisi tentang teks keagamaan. Di dalamnya terdapat 15 bab yang
menjelaskan mengenai ajaran-ajaran tasawuf. Selain itu terdapat pula penjelasan
mengenai ajaran Islam pada umumnya.
Berdasarkan inventarisasi naskah yang telah dilakukan melalui studi katalog
dapat dinyatakan bahwa teks MATC merupakan teks jamak, yaitu dengan
ditemukannya dua judul teks yang sama di dalam katalog online. Teks pertama yaitu
teks MATC yang terdapat dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī
Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor inventarisai naskah 07_01364. Teks kedua yaitu
teks MATC dengan nomor inventarisasi naskah 07_00060.
Pada katalog online terdapat bagian-bagian yang menampilkan keterangan
mengenai naskah. Keterangan tersebut berupa foto naskah dan deskripsi singkat
mengenai naskah. Sampai pada saat penelitian ini dilakukan, proses pengunggahan
katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh belum selesai. Akibatnya
banyak judul naskah yang ditampilkan dalam katalog online belum memiliki
keterangan yang lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Demikian pula yang terjadi pada kedua naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi
‘l-Chikam. Dalam katalog online, naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī
Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi 07_01364 terdapat tampilan berupa
foto naskah dan deskripsi singkat mengenai naskah, sedangkan naskah Manhaju ‘l-
Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi 07_00060 hanya muncul
tampilan deskripsi singkat mengenai naskah dan belum terdapat tampilan mengenai
foto naskah.
Penelitian ini tidak menggunakan kedua teks (teks MATC yang terdapat dalam
naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor
inventarisasi naskah 07_01364 dan teks MATC dengan nomor inventarisasi naskah
07_00060), tetapi hanya menggunakan satu teks saja, yaitu teks MATC yang
terdapat dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam
dengan nomor inventarisasi naskah 07_01364. Keputusan hanya menggunakan satu
teks dengan mengabaikan satu teks yang lain ini disebabkan oleh keterbatasan
penulis untuk melacak lebih jauh keberadaan teks MATC dengan nomor 07_00060.
Kedua teks merupakan teks-teks Melayu koleksi Museum Negeri Banda Aceh.
Selain menggunakan katalog online, dalam inventarisasi naskah juga
digunakan katalog terbitan. Katalog-katalog terbitan yang diteliti antara lain:
Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat (Amir Sutaarga, et .al., 1972),
Katalog Induk Naskah Nusantara (Behrend, T.E., 1988), Katalog Induk Naskah-
naskah Nusantara Jilid 3-A (Behrend, T.E. dan Titik Pudjiastuti, 1997), Katalog
Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3-B (Behrend, T.E. dan Titik Pudjiastuti,
1997), Katalog Naskah Buton: Koleksi Abdul Mulku Zahari (Achadiati Ikram, et. al.,
2001), Katalog Naskah Bima: Koleksi Museum Kebudayaan Samparaja (Siti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Maryam R. Salahuddin dan Mukhlis, 2007), dan Catalogue of Malay and
Minangkabau Manuscripts in the library of Leiden University and other collections
in the Netherlands Volume One (Wieringa, E.P., 1998). Dari katalog-katalog
tersebut tidak ditemukan naskah yang berjudul Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-
Chikam dan hanya ditemukan dalam katalog online.
Penelitian terhadap teks MATC yang terdapat dalam naskah bunga rampai
Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam didasarkan pada beberapa alasan.
Pertama, perlu adanya kelanjutan dari upaya penyelamatan dan pelestarian naskah
sebagai warisan budaya leluhur. Dewasa ini upaya penyelamatan dan pelestarian
naskah telah mengalami kemajuan. Bukti dari kemajuan tersebut adalah dengan
adanya naskah yang tersimpan dalam bentuk foto digital atau biasa disebut dengan
naskah digital. Penelitian terhadap naskah-naskah kuna dapat dikatakan sebagai
kelanjutan dari upaya penyelamatan dan pelestarian naskah. Dengan dilakukannya
penelitian terhadap naskah digital, maka naskah tidak hanya diselamatkan dalam
bentuk fisiknya saja, namun juga isi atau kandungan yang terdapat di dalamnya.
Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam, dalam bentuk
foto digitalnya, naskah tersebut tersimpan dalam katalog online Manuskrip-
Manuskrip Peninggalan Aceh yang beralamat di http://acehms.dl.uni-leipzig.de.
Naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam adalah salah satu naskah Melayu
koleksi Museum Negeri Banda Aceh. Kelanjutan dari upaya penyelamatan dan
pelestarian naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam adalah dengan
mengadakan penelitian yang berupa suntingan serta penelaahan terhadap naskah
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Kedua, teks MATC adalah teks kuna yang bertuliskan huruf Jawi dan
berbahasa Melayu, di samping itu di dalamnya juga digunakan bahasa Arab. Dengan
demikian masyarakat Indonesia generasi sekarang masih kesulitan dalam membaca
ataupun memahami isi teks. Untuk itu perlu diadakan suntingan dan penelahaan
terhadap teks tersebut.
Ketiga, sampai pada saat penelitian ini dilakukan, belum dijumpai hasil
penelitian ataupun penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti lain terhadap teks
MATC tersebut. Hal ini diketahui setelah melihat beberapa daftar peneliti terdahulu,
di antaranya melalui Direktori Naskah Nusantara dan daftar skripsi di beberapa
perguruan tinggi seperti Universitas Sebelas Maret, Universitas Gadjah Mada,
Universitas Diponegoro, dan Universitas Indonesia.
Keempat, dengan dasar sebagai upaya pelestarian dan penyelamatan naskah,
penelitian terhadap naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam
tetap dilakukan meskipun naskah tersebut dalam kondisi tidak lengkap.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teks MATC merupakan
salah satu warisan budaya leluhur yang pantas dilestarikan dan diselamatkan dari
kepunahan. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah dengan mengadakan
penelitian terhadap teks tersebut. Penelitian dilakukan dalam rangka menyajikan
teks dalam bentuk suntingan dengan tujuan agar lebih mudah dipahami dan diambil
manfaatnya. Pada akhirnya penelitian ini diberi judul Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi
‘l-Chikam: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Tinjauan Tasawuf.
B. Pembatasan Masalah
Pengangkatan suatu permasalahan dalam penelitian harus memiliki batasan-
batasan. Pembatasan masalah ini diperlukan agar pembahasannya lebih sistematis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dan terarah pada inti permasalahan yang ada. Permasalahan dalam penelitian ini
dibatasi pada hal-hal sebagai berikut.
1. Penyuntingan teks MATC, meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah,
ikhtisar isi teks, kritik teks, dan suntingan teks.
2. Analisis struktur narasi sastra kitab yang terdapat dalam teks MATC.
3. Tinjauan mengenai ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks MATC.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah
disebutkan, maka perumusan masalah dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah suntingan teks MATC?
2. Bagaimanakah struktur narasi sastra kitab yang terdapat dalam teks MATC?
3. Bagaimanakah ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks MATC?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berhubungan dengan maksud yang ingin dicapai oleh
peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Menyediakan suntingan teks MATC yang baik dan benar. Baik dalam arti
mudah dibaca karena telah ditransliterasikan dari huruf Arab ke huruf Latin dan
benar dalam arti kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2. Mendeskripsikan struktur narasi sastra kitab yang terdapat dalam teks MATC.
3. Mengungkapkan ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks MATC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari suatu penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, baik
manfaat teoretis maupun praktis. Manfaat suatu penelitian biasanya dikaitkan
dengan manfaat bagi masyarakat dan pembangunan bangsa, manfaat bagi
pengembangan ilmu, dan manfaat bagi pengembangan metode penelitian (Sangidu,
2004:104–105).
Manfaat teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memperkaya hasil-hasil
penelitian bidang sastra khususnya dalam bidang filologi.
2. Sebagai pembuka jalan dan bahan pertimbangan bagi peneliti lain, baik di
bidang filologi, ilmu agama Islam, maupun ilmu yang lain.
3. Mengetahui struktur narasi sastra kitab dan ajaran tasawuf yang terdapat dalam
teks MATC.
Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai wujud pelestarian dan penyelamatan warisan budaya leluhur yang
berupa naskah lama.
2. Memperkenalkan keberadaan teks MATC sebagai salah satu hasil karya sastra
lama yang sarat dengan nilai ajaran agama Islam.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam suatu penelitian sangat diperlukan dalam
memberikan gambaran mengenai tahap-tahap yang ditempuh dalam suatu penelitian
serta permasalahan yang akan dianalisis di dalamnya. Sistematika penulisan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Bab I pendahuluan. Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah;
pembatasan masalah yang meliputi suntingan teks, analisis struktur narasi sastra
kitab, dan tinjauan tasawuf; perumusan masalah yang disusun berdasarkan latar
belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah disebutkan, yaitu
bagaimanakah suntingan teks MATC, bagaimanakah struktur narasi sastra kitab
yang terdapat dalam teks MATC, dan bagaimanakah ajaran tasawuf yang
terkandung dalam teks MATC; tujuan penelitian; manfaat penelitian; dan
sistematika penelitian.
Bab II landasan teori. Teori-teori yang dikemukakan meliputi teori
penyuntingan teks dan teori pengkajian teks. Teori penyuntingan teks terdiri dari
inventarisasi naskah, deskripsi naskah, transliterasi, dan kritik teks. Teori pengkajian
teks terdiri dari sastra kitab, struktur sastra kitab, dan tasawuf. Selain
mengemukakan teori-teori yang digunakan dalam penelitian, pada subbab paling
akhir terdapat kerangka pikir. Kerangka pikir berfungsi memberikan gambaran
mengenai urutan langkah kerja yang ditempuh dalam sebuah penelitian.
Bab III metode penelitian. Bab ini berisi mengenai metode penelitian yang
digunakan dalam menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Metode
penelitian terdiri dari sumber penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data, dan teknik penarikan simpulan.
Bab IV suntingan teks. Bab ini berisi mengenai langkah-langkah yang terdapat
dalam suntingan teks. Langkah-langkah tersebut meliputi inventarisasi naskah,
deskripsi naskah, ikhtisar isi teks, kritik teks, dan suntingan teks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Bab V analisis teks. Bab ini berisi mengenai analisis teks. Anaisis teks dalam
penelitian ini meliputi analisis struktur yang berupa struktur narasi sastra kitab dan
tinjauan ajaran tasawuf yang terkandung di dalam teks.
Bab VI penutup. Bab ini berisi simpulan dari seluruh hasil penelitian dan saran
yang berkaitan dengan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Ada dua macam tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini.
Pertama, tinjauan pustaka berdasarkan penelitian filologi terdahulu yang memiliki
bentuk analisis struktur yang sama yaitu struktur sastra kitab dan yang kedua
berdasarkan penelitian filologi terdahulu yang memiliki bentuk analisis isi teks yang
sama yaitu mengkaji mengenai ajaran tasawuf yang terkandung di dalam teks.
1. Tinjauan Pustaka Berdasarkan Penelitian Filologi Terdahulu yang
Memiliki Bentuk Analisis Struktur yaitu Struktur Sastra Kitab
Teks MATC merupakan salah satu karya sastra Melayu klasik yang
termasuk dalam ranah sastra kitab. Struktur teks sastra kitab pada umumnya
menunjukkan struktur yang tetap, yaitu terdapat pendahuluan, isi, dan penutup.
Di antara penelitian terdahulu yang menggunakan teks yang memiliki struktur
sastra kitab sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut.
a. Teks Risalah dengan judul penelitian Risalah: Suntingan Teks, Analisis
Struktur, Isi, dan Fungsi. Penelitian tersebut dikerjakan oleh M. Abidin
Raharjo guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret.
b. Teks Targhib Al-Āmilin dengan judul penelitian Targhib Al-Āmilin:
Suntingan Teks dan Analisis Fungsi. Penelitian tersebut dikerjakan oleh Diah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Widya Astuti guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret.
c. Teks Tarjumānu Al-Musthafīdi Min Al-’Arabiyyati Li Adabi Az-Zikri ’alā
Ath-Tharīqati Al-Khalwātiyyah dengan judul penelitian Tarjumānu Al-
Musthafīdi Min Al-’Arabiyyati Li Adabi Az-Zikri ’alā Ath-Tharīqati Al-
Khalwātiyyah: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Tarekat
Khalwatiyah. Penelitian tersebut dikerjakan oleh Herlian Ardivianti guna
mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret.
d. Teks Tanbīhu ‘l-Ikhwān fī ‘sy-Syurūthi wa ‘l-Arkān dengan judul penelitian
Tanbīhu ‘l-Ikhwān fī ‘sy-Syurūthi wa ‘l-Arkān: Suntingan Teks dan
Pendekatan Resepsi. Penelitian tersebut dikerjakan oleh Suci Antari guna
mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret.
e. Teks Syamsu ‘l-Ma’rifah ilā Hadlrati ‘sy-Syarī’ah dengan judul penelitian
Syamsu ‘l-Ma’rifah ilā Hadlrati ‘sy-Syarī’ah: Suntingan Teks, Analisis
Struktur, dan Isi. Penelitian tersebut dikerjakan oleh Nurul Amalia Viliasari
guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret.
f. Teks Mawa’izhu ‘l-Badi’ dengan judul penelitian Mawa’izhu ‘l-Badi’:
Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Agama. Penelitian tersebut
dikerjakan oleh Inayatul Mufida guna mendapatkan gelar sarjananya di
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
g. Teks Talkhīshu ‘l-Falākhi fi Bayāni Akhkāmi ‘th-Thalāqi wa ‘n-Nikākh
dengan judul penelitian Talkhīshu ‘l-Falākhi fi Bayāni Akhkāmi ‘th-Thalāqi
wa ‘n-Nikākh: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Isi Ajaran Fikih.
Penelitian tersebut dikerjakan oleh Yuliyanti Astutik guna mendapatkan
gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
h. Teks Kitab Murabba’ dengan judul penelitian Kitab Murabba’: Suntingan
Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Fikih. Penelitian tersebut dikerjakan oleh
Siti Sarah Nurhasanah guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra
dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
2. Tinjauan Pustaka Berdasarkan Penelitian Filologi Terdahulu yang
Memiliki Bentuk Analisis Isi Teks yaitu Mengkaji Ajaran Tasawuf yang
Terkandung di dalam Teks
Teks MATC merupakan naskah yang di dalamnya banyak mengandung
ajaran tasawuf. Penelitian terhadap terhadap teks MATC dilakukan dalam
rangka menyajikan teks MATC ke dalam bentuk suntingan, kemudian
menganalisis isi teks tersebut berdasarkan tinjauan tasawuf. Berikut ini garis
besar ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks MATC.
a. Penjelasan mengenai ilmu yang memberi manfaat.
b. Penjelasan mengenai mengasingkan diri dalam rangka menjauhi kenikmatan
duniawi.
c. Penjelasan mengenai keadaan fakir dan hajat.
d. Penjelasan mengenai mensucikan nafas serta takut apabila mengotorinya.
e. Penjelasan mengenai perasaan takut dan harap.
f. Penjelasan mengenai zikir khafī yang disunahkan bagi seorang hamba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Sebagai dasar tinjauan pustaka, berikut penelitian filologi terdahulu
terhadap teks Melayu yang memiliki bentuk analisis yang sama dengan
penelitian ini yaitu mengkaji mengenai ajaran tasawuf yang terkandung di dalam
teks.
a. Teks Bayan Asy-Syahadat dengan judul penelitian Suntingan Teks, Konsep
Syahadat, dan Ajaran Tasawuf dalam Bayan Asy-Syahadat. Teks tersebut
diteliti oleh Novita Ratna Wulandari guna mendapatkan gelar sarjananya di
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Ajaran tasawuf
yang terkandung di dalam teks Bayan Asy-Syahadat di antaranya sebagai
berikut.
1) Tahap-tahap pelaksanaan tasawuf meliputi syariat, tarekat, hakikat, dan
makrifat sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
2) Konsepsi syahadat dalam ajaran martabat tujuh.
3) Di dalam ekspresi pendekatan terhadap Tuhan, masih terdapatnya
perbedaan esensi antara hamba dengan Tuhan.
b. Teks Risālah Tabyin Ath-Tharīq ilā ‘l-Lāhi Ta’ālā karya Ali Al-Muttaqi
dengan judul penelitian Risālah Tabyin Ath-Tharīq ilā ‘l-Lāhi Ta’ālā karya
Ali Al-Muttaqi: Suntingan Teks dan Tinjauan Tasawuf. Teks tersebut diteliti
oleh Siti Fathilah Nur Hidayati dalam rangka untuk mendapatkan gelar
sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Secara keseluruhan, ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks Risālah
Tabyin Ath-Tharīq ilā ‘l-Lāhi Ta’ālā karya Ali Al-Muttaqi adalah penjelasan
mengenai jalan untuk mengenal Tuhan ditempuh dengan mengamalkan zikir
lā ilāha illa ‘l-Lāh. Di dalam teks juga disebutkan faedah dari mengamalkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
zikir lā ilāha illa ‘l-Lāh di antaranya adalah selamat di dunia dan di akhirat,
dijauhkan dari api neraka, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
c. Teks Akhlaqul Mahmudah dengan judul penelitian Akhlaqul Mahmudah:
Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Isi Ajaran Tasawuf. Teks tersebut
diteliti oleh Fatmawati guna meraih gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan
Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Ajaran tasawuf yang terkandung
dalam teks Akhlaqul Mahmudah di antaranya sebagai berikut.
1) Zikir kepada Allah SWT.
2) Perintah untuk beribadah hanya kepada Allah SWT. dan tidak boleh
berputus asa.
3) Larangan kufur terhadap nikmat Allah SWT.
4) Membelanjakan rizki yang diberikan Allah SWT. dengan sebaik-baiknya.
5) Janganlah melihat hal yang gaib selain Allah SWT.
d. Teks Syattariyah dengan judul penelitian Syattariyah: Suntingan Teks dan
Analisis Fungsi. Teks Syattariyah diteliti oleh Istadiyantha guna meraih gelar
Magister di Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Berikut ajaran tasawuf yang terdapat dalam teks Syattariyah.
1) Penjelasan tentang proses terjadinya alam, hakikat alam, dan hakikat
Tuhan.
2) Penjelasan tentang empat martabat tauhid yaitu: tauhid Ulūhiyyah, Afal,
Sifat, dan Dzāt.
3) Penjelasan tentang zikir Huwa ‘l-Lāh dan Allāh Huwa.
4) Penjelasan mengenai adab zikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
5) Tata cara pelaksanaan zikir.
6) Asal-usul diperolehnya amalan zikir.
7) Hubungan zikir dengan makrifat Tanzih dan Tasybih.
8) Hubungan tarekat Syattariyah dan Qadiriyah.
e. Teks Fathu ‘L-Mubīn ’alā ‘L-Mulhidīn dengan judul penelitian Fathu ‘L-
Mubīn ’alā ‘L-Mulhidīn: Suntingan Naskah dan Tinjauan Reseptif. Teks
Fathu ‘L-Mubīn ’alā ‘L-Mulhidīn diteliti oleh Sawu guna meraih gelar
Magister di Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Berikut isi yang terdapat di dalam teks Fathu ‘L-Mubīn ’alā ‘L-Mulhidīn
terkait dengan ajaran tasawuf.
1) Sanggahan terhadap dalil-dalil Wujudiyah, yaitu dalil-dalil yang berupa
ayat mutasyabihat dan dalil-dalil yang berupa hadis mutasyabihat.
2) Hujjah penyanggahan terhadap faham Mujassimah dan Musyabbihah.
3) Makna beberapa istilah dan kekeliruan pemahaman terhadap istilah
Wahdatu ‘l-Wujūd Ibn ’Arabi.
4) Makna dzat, nafsu, ’ain, wujud, hakikat, dan syai’.
5) Kekeliruan pemahaman istilah Wahdatu ‘l-Wujūd Ibn ’Arabi.
6) Masalah Syathhiyat (ucapan orang sufi), terdiri dari: pengertian
Syathhiyat, bantahan terhadap Syathhiyat, dan hukum Syathhiyat.
7) Fatwa ulama tentang Wujudiyah yang murtad dan izindīq.
Berdasarkan deskripsi dari penelitian filologi terdahulu di atas, baik dari
penelitian filologi yang memiliki bentuk analisis struktur yaitu struktur sastra kitab
maupun penelitian filologi terdahulu yang memiliki bentuk analisis isi teks yaitu
mengkaji ajaran tasawuf, dapat diketahui bahwa penelitian terhadap teks MATC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
belum pernah dilakukan sebelumnya. Bila dilihat dari segi bentuk analisis struktur
teks dan analisis isi teks, penelitian terhadap teks MATC memang bukanlah untuk
yang pertama kalinya. Namun pada dasarnya penelitian terhadap teks MATC
dikatakan belum pernah dilakukan sebelumnya dikarenakan dari segi objek
penelitiannya merupakan objek yang baru dalam penelitian filologi, yaitu meneliti
teks MATC.
B. Landasan Teori
Landasan teori dalam sebuah penelitian dimanfaatkan sebagai tuntunan kerja
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi (Sangidu, 2004:105). Teori adalah
pernyataan tentang hakikat suatu kenyataan atau fakta. Teori juga diartikan sebagai
hubungan antara kenyataan atau fakta tersebut dengan kenyataan atau fakta yang
lain dan kebenaran pernyataan tersebut telah diuji melalui metode serta prosedur
tertentu (Heddy Shri Ahimsa-Putra, 2005:2).
Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang terbagi dalam dua macam,
yaitu teori penyuntingan teks dan teori pengkajian teks. Teori penyuntingan teks
adalah teori yang digunakan dalam menyunting sebuah teks dan teori pengkajian
teks adalah teori yang digunakan dalam mengkaji isi teks.
1. Teori Penyuntingan Teks
Filologi adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami
kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah
klasik. Salah satu bentuk kegiatan praktis filologi ialah membuat suntingan suatu
teks dan mengadakan perbaikan-perbaikan bagian teks yang rusak (Bani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Sudardi, 2003:7). Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam menghasilkan sebuah suntingan teks.
a. Inventarisasi Naskah
Inventarisasi naskah adalah usaha dalam melacak keberadaan naskah
yang akan dijadikan sumber penelitian. Hal ini dapat dilakukan setelah
memperoleh informasi tentang sejumlah naskah dari keseluruhan katalog
yang ada. Setelah mendapatkan informasi mengenai sejumlah naskah,
langkah penelitian selanjutnya ialah melakukan pencarian terhadap naskah
berdasarkan informasi yang telah diperoleh. Ada tiga cara yang dapat
ditempuh dalam melakukan pencarian naskah. Tiga cara tersebut yaitu
sebagai berikut.
1) Pencarian Naskah di Lapangan
Pencarian naskah ini dilakukan langsung di masyarakat dengan cara
mendatangi orang-orang yang diduga menyimpan naskah-naskah yang
sesuai dengan tujuan penelitian.
2) Pencarian Naskah Melalui Katalog
Naskah yang terdaftar dalam katalog naskah adalah naskah-naskah
yang dimiliki oleh suatu museum atau lembaga lain. Pencarian naskah
melalui katalog dilakukan dengan cara melihat judul dan keterangan-
keterangan yang ada di dalam katalog.
3) Artikel-artikel Tentang Naskah
Beberapa katalog sering belum lengkap dengan adanya penemuan
naskah-naskah baru. Penemuan tersebut sering diinformasikan melalui
artikel-artikel atau hasil-hasil penelitian. Untuk itu, inventarisasi naskah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
perlu juga dilengkapi dengan pembacaan sejumlah artikel tentang
penemuan dan informasi tentang naskah (Bani Sudardi, 2003:44–47).
b. Deskripsi Naskah
Langkah selanjutnya setelah berhasil menentukan naskah yang akan
dijadikan sumber penelitian adalah pendeskripsian naskah. Deskripsi naskah
adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk menggambarkan seluk-beluk
mengenai naskah yang akan diteliti. Semua naskah dideskripsikan dengan
pola yang sama, yaitu nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah, tulisan
naskah, bahasa naskah, kolofon, dan garis besar isi teks (Edwar Djamaris,
2002:11). Hal-hal yang dideskripsikan dapat bertambah atau berkurang
sesuai dengan kondisi naskah yang diteliti.
c. Transliterasi
Di dalam pengkajian filologi terdapat tahapan yang disebut
transliterasi. Transliterasi yaitu penggantian jenis aksara (yang pada
umumnya sudah kurang dikenal) dengan aksara dari abjad yang lain (yang
dikenal dengan baik). Sebuah teks lama dibuat transliterasinya karena aksara
yang digunakan di dalam teks lama sudah semakin asing bagi orang-orang
generasi sekarang, sedangkan teks itu sendiri dianggap masih relevan dan
penting untuk dilestarikan (Panuti Sudjiman, 1995:99). Edwar Djamaris
(2002:19) mengartikan transliterasi sebagai penggantian atau pengalihan
huruf demi huruf dari abjad satu ke abjad yang lain.
Di samping istilah transliterasi, ada istilah lain yang hampir sama
maknanya, yaitu transkripsi. Dalam hal ini transkripsi diartikan sebagai
pengubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain. Sebagai contoh, naskah lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
yang ditulis dengan huruf Latin ejaan lama diubah ke ejaan baru yang
berlaku sekarang. Transkripsi juga diartikan pengalihan teks lisan ke dalam
teks tertulis (Edwar Djamaris, 2002:19).
Ada dua tugas pokok yang harus dilakukan oleh seorang filolog dalam
melakukan transliterasi. Pertama, menjaga kemurnian bahasa lama dalam
naskah khususnya penulisan kata dan yang kedua, menyajikan teks sesuai
dengan pedoman ejaan yang berlaku sekarang, khususnya teks yang tidak
menunjukkan ciri bahasa lama yang dikemukakan dalam tugas pokok
pertama (Edwar Djamaris, 2002:19–20).
d. Kritik Teks
Langkah berikutnya setelah tahap transliterasi adalah melakukan kritik
teks. Kata ‘kritik’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu krites yang berarti
‘seorang hakim’, krinein berarti ‘menghakimi’, dan kriterion berarti ‘dasar
penghakiman’. Kritik teks memiliki makna yaitu memberikan evaluasi
terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat.
Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-
dekatnya dengan teks aslinya (Siti Baroroh Baried, et. al., 1994:61). Kritik
teks dalam penelitian filologi dilakukan dengan cara menentukan teks-teks
sesuai dengan urutan umur teks sehingga tersusun perkembangan teks dari
masa ke masa (Bani Sudardi, 2003:82).
2. Teori Pengkajian Teks
a. Sastra Kitab
Sastra kitab merupakan jenis sastra keagamaan yang mencakup suatu
bidang yang luas sekali. Roolvink (dalam Liaw Yock Fang, 1993:41)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
mengartikan sastra kitab sebagai sastra yang memuat kajian tentang Al-
Quran, tafsir, tajwid, rukun Islam, usuludin, fikih, ilmu tasawuf, tarikat,
zikir, rawatib, doa, jimat, risalah, wasiat, dan kitab tib (obat-obatan).
Menurut Siti Baroroh Baried (dalam Sulastin Sutrisno, et. al., 1985:291),
sastra kitab adalah sastra tasawuf yang berkembang di Aceh pada abad ke-
17.
Sastra kitab merupakan sastra yang mengemukakan ajaran Islam yang
bersumber pada ilmu fikih, tasawuf, ilmu kalam, dan tarikh serta riwayat
tokoh-tokoh historis (Siti Chamamah Soeratno, 1982:149). Dalam
penciptaannya, sastra kitab memiliki tujuan untuk menanamkan ajaran
akidah Islam, menguatkan iman, dan meluruskan ajaran yang sesat (Siti
Chamamah Soeratno, 1982:150).
Di Indonesia, sastra kitab merupakan sastra yang memiliki corak
khusus dan tersebar luas bersama penyebaran ajaran Islam. Berdasarkan jenis
sastranya, sastra kitab ada yang berbentuk puisi dan ada yang berbentuk
prosa. Keduanya mempunyai bentuk formal dan struktur yang berbeda.
Dalam Sastra Melayu, sastra kitab dalam bentuk puisi ditulis dalam bentuk
syair dan sastra kitab yang berbentuk prosa memiliki konvensi sendiri yang
terlihat dalam strukturnya (Siti Chamamah Soeratno, 1982:150–151).
b. Struktur Sastra Kitab
Di samping memiliki corak khusus, sastra kitab sebagai salah satu
ragam sastra Islam juga memiliki sifat-sifat khusus yang lain. Sifat-sifat
khusus tersebut tampak dalam struktur penceritaan dan pemakaian bahasa
(Siti Chamamah Soeratno, 1982:152). Adapun yang dimaksud dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
struktur di sini adalah struktur narasi, bukan struktur norma-norma yang lain
sebagaimana dikemukakan oleh Rene Wellek, yaitu bahwa karya sastra
merupakan struktur norma-norma (1976:150–151 dalam Siti Chamamah
Soeratno, 1982:151).
Struktur narasi sastra kitab adalah struktur penyajian teks, sama halnya
dengan struktur penceritaan dalam sastra fiksi yang berupa plot atau alur.
Alur adalah struktur penceritaan (Wellek, 1976:216 dalam Siti Chamamah
Soeratno, 1982:152). Struktur narasi atau disebut juga dengan struktur
penyajian, dalam sastra kitab pada umumnya menunjukkan struktur yang
tetap. Struktur tersebut tampak pada pembagian sebagai berikut.
I. Pendahuluan
A. 1. Doa dan seruan
2. Ajaran taqwa bagi pembaca
3. Selawat kepada Nabi Muhammad saw.
B. Kata wa ba’du.
C. Kepengarangan
1. Nama pengarang
2. Motivasi penulisan karangan
3. Judul karangan
Dalam pendahuluan, teks ditulis dalam bahasa Arab dan diterjemahkan
secara interlinier.
II. Isi
Berupa uraian masalah yang dibahas. Pada umumnya dibagi dalam bab-
bab serta pasal-pasal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
III. Penutup
A. 1. Doa penutup kepada Tuhan Allah SWT. dalam bahasa Arab yang
diikuti terjemahannya dalam bahasa Melayu.
2. Selawat kepada Nabi beserta keluarganya dalam bahasa Arab.
B. Kata tammat
(Siti Chamamah Soeratno, 1982:209–210).
c. Tasawuf
1) Pengertian Tasawuf
Secara etimologis, tasawuf diperkirakan berasal dari berbagai kata
di antaranya: Ibnu Shauf, shufah, shafa, sophia, shuffah, dan shuf.
Adapun arti kata-kata tersebut adalah sebagai berikut. Ibnu Shauf adalah
gelar yang diberikan terhadap seorang Arab saleh yang selalu
mengasingkan diri di dekat Ka’bah dengan tujuan mendekatkan diri
kepada Tuhan. Shufah adalah nama surat ijazah bagi orang yang
melakukan ibadah haji. Hal ini dapat dihubungkan dengan kebiasaan
perguruan tarekat, yaitu setelah mencapai tataran tertentu, murid
perguruan tersebut akan memperoleh ijazah dari gurunya. Shafa berarti
bersih atau suci. Sophia adalah kata Yunani yang berarti hikmah atau
kebijaksanaan. Shuffah adalah nama suatu ruangan di dekat masjid
Madinah tempat Nabi Muhammad saw. memberikan pelajaran agama
terhadap para sahabatnya. Shuf berarti bulu kambing. Pakaian yang
dibuat dari bahan bulu kambing biasa disebut pakaian shuf, yaitu pakaian
yang biasa dipakai oleh orang sufi (Zaki Mubarak dalam Abubakar Aceh,
1984:25–26 dalam Istadiyantha, 2002:396–397).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Istilah tasawuf diartikan sebagai suatu usaha pendekatan diri
kepada Allah secara bersungguh-sungguh berdasarkan Al-Quran dan
Hadits. Cara pendekatan yang ditempuh adalah dengan membersihkan
diri dari segala dosa dan perbuatan tercela, serta menghiasi perbuatannya
itu dengan budi pekerti yang terpuji (Istadiyantha, 2002:398).
2) Macam-macam Aliran Tasawuf
Secara garis besar, aliran tasawuf dibagi menjadi dua macam.
a) Aliran Wahdatu ’l-Wujud
Wahdatu ’l-Wujud adalah suatu aliran tasawuf yang
memandang bahwa manusia itu berasal dari Tuhan dan dapat bersatu
atau mencapai penghayatan kesatuan dengan Tuhan (Simuh, 1985:72;
Asjwadie Sjukur, 1978:58 dalam Istadiyantha, 2002:398). Wahdatu
’l-Wujud berarti kesatuan wujud, kesatuan semesta. Alam dan Allah
adalah dua bentuk dalam satu hakikat, satu substansi, yakni zat Allah
SWT (Asmaran As., 2002:402).
b) Aliran Wahdatu ’sy-Syuhud
Wahdatu ’sy-Syuhud adalah suatu aliran tasawuf yang masih
mempertahankan adanya perbedaan yang esensial antara manusia
sebagai makhluk dan Tuhan sebagai pencipta makhluk (Simuh,
1985:72; Asjwadie Sjukur, 1978:58 dalam Istadiyantha, 2002:399).
Wahdatu ’sy-Syuhud berarti kesatuan penyaksian, yakni penyaksian
Wujud yang Tunggal dalam kesegalaan. Di dalamnya, seorang
menempuh jalan sufi menyaksikan segala sesuatu dengan mata
kesatuan (Asmaran As., 2002:402).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3) Isi Pokok Ajaran Tasawuf
a) Tasawuf Akhlaki
Pada tahap awal memasuki kehidupan tasawuf, seorang murid
diharuskan melakukan amalan dan latihan kerohanian yang cukup
berat. Tujuannya adalah untuk menguasai hawa nafsu dalam rangka
pembersihan jiwa untuk dapat berada di hadirat Allah (Asmaran As.,
2002:68). Tindakan manusia yang sering dikendalikan oleh hawa
nafsu dalam mengejar kehidupan duniawi merupakan tabir
penghalang antara manusia dan Tuhan. Sebagai usaha menyingkap
tabir yang membatasi manusia dengan Tuhan, ahli tasawuf membuat
suatu sistem ajaran yang tersusun atas tiga tingkat. Sistem tersebut
terdiri dari takhalli, tahalli, dan tajalli (Asmaran As., 2002:68).
Takhalli berarti membersihkan diri dari sifat-sifat tercela. Di
antara sifat-sifat tercela yang mengotori hati manusia ialah dengki,
rasa mendongkol, buruk sangka, sombong, membanggakan diri,
pamer, kikir, dan pemarah. Takhalli juga berarti mengosongkan diri
dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Tahalli
adalah fase setelah takhalli yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat
terpuji. Tahalli merupakan tahap pengisian jiwa yang telah
dikosongkan pada tahap takhalli. Dengan kata lain, sesudah tahap
pembersihan diri dari sifat-sifat tercela (takhalli), usaha itu harus
berlanjut ke tahap berikutnya yaitu pengisian diri dengan sifat-sifat
terpuji (tahalli). Tajalli merupakan pemantapan dan pendalaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
materi yang telah dilalui pada fase tahalli. Tajalli berarti
terungkapnya nur gaib untuk hati (Asmaran As., 2002:68–73).
Apabila jiwa telah terisi dengan sifat-sifat yang mulia dan
organ-organ tubuh sudah terbiasa melakukan amal saleh dan
perbuatan luhur, maka untuk selanjutnya agar hasil yang sudah
diperoleh itu tidak berkurang, maka diperlukan penghayatan rasa
ketuhanan. Untuk melestarikan dan memperdalam rasa ketuhanan,
ada beberapa cara yang diajarkan kaum sufi, antara lain: munajat;
muraqabah dan muhasabah; memperbanyak wirid dan zikir;
mengingat mati; dan tafakkur (Asmaran As., 2002:76–90).
b) Tasawuf Amali
Tasawuf amali merupakan lanjutan dari tasawuf akhlaki, karena
seseorang tidak bisa dekat dengan Tuhan dengan amalan yang ia
kerjakan sebelum ia membersihkan jiwanya. Jiwa yang bersih
merupakan syarat utama untuk bisa kembali kepada Tuhan. Ada
beberapa istilah yang merupakan tahapan pelaksanaan ajaran tasawuf
sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Pelaksanaan ajaran
tasawuf dilaksanakan melalui empat tahap yaitu syariat, tariqat,
hakikat, dan makrifat (Asmaran As., 2002:95–104).
4) Tahapan dalam Pelaksanaan Ajaran Tasawuf
Pelaksanaan ajaran tasawuf dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu
tahap pelaksanaan syariat, tahap pengamalan tarekat, tahap pencapaian
tingkat hakikat, dan tahap pemerolehan makrifat (Istadiyantha,
2002:401).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
a) Syariat
Syariat adalah peraturan yang ditetapkan Tuhan bagi manusia
berupa hukum-hukum yang disampaikan oleh rasul-Nya. Peraturan
yang berupa hukum tersebut berhubungan dengan keyakinan, ibadah,
dan muamalah (Hassan Shadily, 1984:3405 dalam Istadiyantha,
2002:401).
b) Tarekat
Tarekat berarti jalan, cara, atau aliran tertentu (Al-Yasul’i,
1956:465 dalam Istadiyantha, 2002:402). Selain itu menurut
Lembaga Ilmiah Metafisika dan Tasauf Islam, tarekat adalah jalan
atau cara pelaksanaan teknis untuk mendekat kepada Tuhan dengan
pimpinan seorang guru atau mursyid (1985:21 dalam Istadiyantha,
2002:402). Mursyid adalah orang yang memiliki hubungan silsilah
dengan guru-guru sebelumnya hingga sampai kepada Nabi
Muhammad saw. Pengertian silsilah di sini bukan berarti silsilah
yang menunjukkan hubungan keturunan tetapi menunjukkan kepada
hubungan penurunan ilmu tarekat dari satu guru kepada guru tarekat
yang lain (Istadiyantha, 2002: 402)
c) Hakikat
Hakikat berasal dari istilah Arab haqiqatun yang berarti
‘kebenaran’. Selain itu dapat pula dihubungkan dengan kata haq yang
juga berarti ‘kebenaran’ dan ’l-Haqq berarti ‘Tuhan’. Hakikat
menurut istilah sufi diartikan sebagai suatu kebenaran yang
berhubungan dengan masalah ketuhanan (Istadiyantha, 2002:402).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d) Makrifat
Makrifat dapat dihubungkan dengan kata Arab ma’rifatun yang
berarti ‘pengetahuan’, ‘pengenalan’. Arif artinya ‘orang yang
mengetahui’, ‘yang mengenal’ (Marbawy, 1935:17 dalam
Istadiyantha, 2002:403). Makrifat dalam konsep tasawuf diartikan
sebagai pengenalan tentang kemahabesaran Tuhan dengan
penghayatan batin melalui kesungguhan dalam peribadatan
(Istadiyantha, 2002:403).
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir berisi gambaran mengenai urutan langkah kerja yang ditempuh
dalam sebuah penelitian. Urutan langkah kerja dalam penelitian ini secara garis
besar telah digambarkan melalui bagan kerangka pikir di atas. Berikut penjelasan
Teks MATC
Suntingan Teks MATC Analisis Struktur Teks Analisis Isi Teks
1. Inventarisasi Naskah
2. Deskripsi Naskah
3. Ikhtisar isi teks
4. Kritik Teks
5. Suntingan Teks
Struktur Narasi
Sastra Kitab
Teks MATC
Menyajikan suntingan teks MATC yang baik dan
benar, mendeskripsikan struktur narasi sastra kitab
teks MATC, dan mengungkapkan ajaran tasawuf
yang terkandung dalam teks MATC
Tinjauan Tasawuf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dari bagan tersebut. Teks yang dikaji dalam penelitian ini adalah MATC. Langkah
pertama yang dilakukan adalah mengadakan penyuntingan teks, yaitu terdiri dari
inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar isi teks, kritik teks, dan suntingan
teks. Penyuntingan teks dilakukan dengan tujuan dapat menghasilkan sebuah
suntingan teks yang baik dan benar. Baik dalam arti mudah dibaca karena sudah
ditransliterasikan. Benar dalam pengertian kebenaran isi teks dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena sudah dibersihkan dari kesalahan-
kesalahan kecil. Langkah berikutnya setelah dilakukan penyuntingan teks adalah
melakukan analisis struktur yaitu untuk mengetahui struktur narasi sastra kitab yang
terdapat dalam teks MATC. Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah
mengungkapkan isi ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks MATC melalui
tinjauan tasawuf.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah teks Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-
Chikam (MATC). Teks tersebut adalah salah satu teks yang terdapat dalam naskah
bunga rampai yang berjudul sama, yaitu naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-
Chikam. Naskah bunga rampai tersebut merupakan salah satu naskah koleksi
Museum Negeri Banda Aceh yang beralamat di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah
Nomor 12 Kecamatan Baiturahman Banda Aceh 23241. Pada bentuk foto digitalnya,
naskah tersebut tersimpan dalam katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan
Aceh yang beralamat di http://acehms.dl.uni-leipzig.de (sebelumnya telah disebut
dengan ‘katalog online’).
B. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil
penelitian sesuai dengan yang diharapkan. Metode-metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Metode Penyuntingan Teks
Teks MATC merupakan teks jamak, yaitu dengan ditemukannya dua teks
yang berjudul sama. Teks pertama yaitu teks MATC yang terdapat dalam naskah
bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor
inventarisai naskah 07_01364. Teks kedua yaitu teks MATC dengan nomor
inventarisasi naskah 07_00060.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pada katalog online terdapat bagian-bagian yang menampilkan keterangan
mengenai naskah. Keterangan tersebut berupa foto naskah dan deskripsi singkat
mengenai naskah. Sampai pada saat penelitian ini dilakukan, proses
pengunggahan katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh belum
selesai. Akibatnya banyak judul naskah yang ditampilkan dalam katalog online
belum memiliki keterangan yang lengkap.
Dalam katalog online, naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi
‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi 07_01364 terdapat tampilan berupa foto
naskah dan deskripsi singkat mengenai naskah, sedangkan naskah Manhaju ‘l-
Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi 07_00060 hanya
muncul tampilan deskripsi singkat mengenai naskah dan belum terdapat
tampilan mengenai foto naskah.
Meskipun teks MATC merupakan teks jamak, namun dalam penelitian ini
hanya menggunakan satu teks saja yaitu teks MATC yang terdapat dalam naskah
bunga rampai dengan nomor inventarisasi naskah 07_01364. Hal ini dilakukan
karena keterbatasan penulis untuk melacak lebih jauh keberadaan teks MATC
yang bernomor inventarisasi naskah 07_00060. Kedua naskah tersebut
merupakan naskah-naskah koleksi Museum Negeri Banda Aceh.
Keputusan hanya menggunakan satu teks dan mengabaikan teks yang lain
karena keterbatasan penulis melacak lebih jauh keberadaan jamak dari teks
tersebut, memunculkan sebuah metode baru dalam penelitian teks jamak.
Metode tersebut dinamakan dengan metode penyuntingan teks jamak terbatas,
yang artinya suatu metode yang digunakan apabila teks yang pada dasarnya
jamak, namun dianggap tunggal karena keterbatasan penulis dalam melacak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
jamak dari teks tersebut. Oleh karena teks dianggap tunggal, maka penelitian
dengan menggunakan metode penyuntingan teks jamak terbatas pada dasarnya
memiliki cara kerja yang sama dengan metode penelitian teks tunggal, yaitu
metode standar. Metode standar yaitu metode suntingan yang menyajikan
suntingan teks dengan disertai pembetulan kesalahan-kesalahan kecil dan
ketidakkonsistenan. Dalam menyunting, teks disesuaikan dengan ejaan yang
baku atau sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Kesalahan-kesalahan yang
terdapat di dalam teks diberi komentar yang dicatat dalam aparat kritik (Bani
Sudardi, 2003:60).
Metode penyuntingan teks jamak terbatas memang belum lazim digunakan.
Namun atas saran pembimbing, penelitian teks jamak dengan menggunakan
metode tersebut dapat dilakukan dengan dasar keterbatasan peneliti dalam
melacak jamak dari teks yang hendak diteliti. Seandainya jamak dari teks dapat
terkumpul semua maka seharusnya metode yang digunakan sesuai dengan
kondisi teks. Contohnya: penelitian teks jamak menggunakan metode landasan
apabila terdapat satu teks yang memiliki kualitas paling unggul atau
menggunakan metode gabungan apabila di antara teks tidak terdapat perbedaan
yang terlalu besar.
2. Metode Pengkajian Teks
Di dalam pengkajian teks, penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif, yaitu metode kualitatif yang berisifat deskriptif. Metode kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang datanya berupa data tertulis atau lisan.
Untuk mendukung metode ini digunakan pula beberapa metode sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
a. Metode Struktural
Sastra kitab sebagai kelompok karya sastra Melayu yang pada
umumnya mengungkapkan ajaran agama memiliki ragam penulisan
tersendiri. Siti Chamamah (1982:152) menyebutkan bahwa sastra kitab
mempunyai sifat-sifat khusus lain yang tampak dalam struktur penceritaan
dan pemakaian bahasa. Struktur penceritaan dalam sastra kitab disebut
sebagai struktur narasi atau struktur penyajian.
Struktur narasi sastra kitab adalah struktur penyajian teks, sama halnya
dengan struktur penceritaan dalam sastra fiksi yang berupa plot atau alur.
(Siti Chamamah Soeratno, 1982:152). Dalam penelitian ini, metode struktur
sastra kitab dilakukan dengan cara mengungkapkan struktur narasi yang
terdapat pada teks MATC.
b. Metode Analisis Isi
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh secara kualitatif.
Untuk mengungkapkan isi naskah, penelitian ini menggunakan analisis isi
atau content. Menurut Suwardi Endraswara (2003:160) analisis isi digunakan
apabila peneliti hendak mengungkap, memahami, dan menangkap pesan
yang terkandung dalam sebuah karya. Dalam penelitian ini, metode analisis
isi dilakukan dengan cara mengungkap isi atau pesan yang terkandung dalam
teks MATC. Isi atau pesan tersebut merupakan kandungan ajaran tasawuf
yang terdapat di dalamnya.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik pustaka.
Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
memperoleh data (Edi Subroto, 2007:42). Untuk memperoleh teks MATC dilakukan
beberapa tahap yaitu sebagai berikut.
1. Tahap Informasi
Pada tahap ini penulis berusaha mendapatkan informasi mengenai naskah
yang akan dijadikan sumber penelitian. Informasi ini diperoleh dari katalog
online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh yang beralamat di
http://acehms.dl.uni-leipzig.de.
2. Tahap Pencetakan Data
Teknik berikutnya adalah teknik pencetakan data. Teknik pencetakan data
yaitu teknik pencetakan naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-
Chikam yang masih berbentuk digital. Pada tahap ini akan dihasikan naskah
yang sudah dicetak yaitu dalam bentuk lembar cetakan. Teknik ini dilakukan
untuk memudahkan penelitian naskah terutama pada saat penyuntingan teks.
Sebelum melakukan proses pencetakan, terlebih dahulu dilakukan
pengunduhan data. Pengunduhan data dilakukan untuk mendapatkan naskah
bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam yang masih berbentuk
digital. Dengan mengakses alamat http://acehms.dl.uni-leipzig.de maka akan
muncul katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh. Di dalam
katalog online tersebut akan dijumpai naskah MATC dengan nomor inventarisasi
naskah 07_01364.
D. Teknik Pengolahan Data
Dalam mengolah data, peneliti menggunakan teknik pengolahan data yang
terbagi menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1. Tahap Deskripsi
Tahap pertama dalam pengolahan data adalah tahap deskripsi. Tahap ini
dilakukan setelah peneliti mendapatkan data penelitian yaitu teks MATC yang
terdapat dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam.
Naskah bunga rampai yang memuat teks MATC tersebut dideskripsikan untuk
memberi gambaran serinci mungkin tentang seluk-beluk naskah.
2. Tahap Analisis
Tahap berikutnya setelah data dideskripsikan adalah tahap analisis. Pada
tahap ini data dikaji secara ilmiah berdasarkan acuan ilmiah yang disesuaikan
dengan pokok permasalahan. Tahap ini merupakan tahap untuk memecahkan
permasalahan, yaitu untuk mengetahui suntingan teks MATC, struktur narasi
sastra kitab yang terdapat dalam dalam teks MATC, dan ajaran tasawuf yang
terkandung dalam teks MATC.
3. Tahap Evaluasi
Tahap terakhir yang harus dilakukan adalah tahap evaluasi. Pada tahap ini
dilakukan pemeriksaan kembali keseluruhan hasil penelitian dengan cermat.
Dengan dilakukannya evaluasi terhadap keseluruhan hasil penelitian, diharapkan
akan diperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.
E. Teknik Penarikan Simpulan
Dari hasil deskripsi, analisis, dan evaluasi maka tahap selanjutnya yang
dilakukan adalah penarikan simpulan. Penarikan simpulan dilakukan dengan cara
induktif, yaitu penarikan simpulan dengan berfikir berdasarkan pengetahuan yang
bersifat khusus ke pengetahuan yang bersifat umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB IV
SUNTINGAN TEKS
A. Inventarisasi Naskah
Langkah kerja dalam penyuntingan teks diawali dengan inventarisasi naskah.
Inventarisasi naskah adalah mengumpulkan informasi mengenai naskah yang akan
dijadikan sumber penelitian. Dalam penelitian ini inventarisasi naskah dilakukan
dengan studi katalog, yaitu mengumpulkan informasi mengenai naskah yang akan
diteliti melalui katalog naskah. Katalog yang digunakan adalah katalog-katalog
naskah yang menyajikan informasi tentang keberadaan naskah Melayu.
Ada dua macam katalog yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu katalog
online dan katalog terbitan. Katalog online adalah katalog yang memuat judul-judul
naskah beserta keterangan lainnya yang tersimpan dalam situs resmi di internet.
Katalog online yang digunakan dalam penelitian ini adalah katalog online
Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh yang beralamat di http://acehms.dl.uni-
leipzig.de. Katalog terbitan adalah katalog yang dikeluarkan dalam bentuk buku.
Berikut daftar katalog terbitan yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat (Amir Sutaarga, dkk., 1972),
2. Katalog Induk Naskah Nusantara (Behrend, T.E., 1988),
3. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3-A (Behrend, T.E. dan Titik
Pudjiastuti, 1997),
4. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3-B (Behrend, T.E. dan Titik
Pudjiastuti, 1997),
5. Katalog Naskah Buton: Koleksi Abdul Mulku Zahari (Achadiati Ikram, dkk.
2001),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
6. Katalog Naskah Bima: Koleksi Museum Kebudayaan Samparaja (Siti Maryam
R. Salahuddin dan Mukhlis, 2007),
7. Catalogue of Malay and Minangkabau Manuscripts in the library of Leiden
University and other collections in the Netherlands Volume One (Wieringa, E.P.,
ed., 1998).
Berdasarkan studi katalog yang telah dilakukan melalui katalog online maupun
katalog terbitan dapat dinyatakan bahwa teks MATC merupakan teks jamak, yaitu
dengan ditemukannya dua teks dengan judul yang sama. Kedua teks yang berjudul
sama ditemukan dalam katalog online, yaitu teks MATC yang terdapat dalam
naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor
inventarisai naskah 07_01364 dan teks MATC dengan nomor inventarisasi naskah
07_00060.
Sampai pada saat penelitian ini dilakukan, foto naskah yang terdapat dalam
katalog online hanya ada pada naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi
‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi 07_01364. Adapun naskah Manhaju ‘l-
Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi 07_00060 belum terdapat
foto naskah. Hal ini dikarenakan proses pengunggahan katalog online Manuskrip-
Manuskrip Peninggalan Aceh ke dalam situs http://acehms.dl.uni-leipzig.de belum
selesai.
Meskipun teks MATC merupakan teks jamak, namun dalam penelitian ini
hanya menggunakan satu teks saja yaitu teks MATC yang terdapat dalam naskah
bunga rampai dengan nomor inventarisasi naskah 07_01364. Hal ini dilakukan
karena keterbatasan penulis untuk melacak lebih jauh keberadaan teks MATC
dengan nomor inventarisasi naskah 07_00060. Keterbatasan penulis dalam melacak
keberadaan teks MATC di antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, keterbatasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
sarana untuk datang langsung ke tempat penyimpanan naskah, yaitu di Museum
Negeri Banda Aceh yang beralamat di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah Nomor 12
Kecamatan Baiturahman Banda Aceh 23241. Kedua, terdapat kendala ketika
menghubungi petugas Museum Negeri Banda Aceh via telepon.
B. Deskripsi Naskah
Deskripsi naskah ialah memberikan gambaran mengenai seluk beluk keadaan
naskah yang akan diteliti. Pendeskripsian naskah dalam bentuk digital tidak dapat
serinci atau selengkap dibanding dengan pendeskripsian naskah dalam bentuk
konkritnya. Dikarenakan dalam penelitian ini tidak dapat melihat naskahnya secara
langsung atau bentuk konkritnya, maka terdapat keterbatasan informasi dalam
mendeskripsikan seluk beluk mengenai naskah yang akan diteliti.
Data tentang pendeskripsian naskah mengacu pada dua sumber yaitu
Kodikologi Melayu di Indonesia (Sri Wulan Rujiati Mulyadi, 1994:38–42) dan
deskripsi naskah yang terdapat dalam Fatchu ‘l-Mubīn ’alā ‘l-Mulchidīn: Suntingan
Naskah dan Tinjauan Reseptif (Sawu, 1994:18–50). Dari kedua sumber tersebut
terdapat penambahan dan pengurangan sesuai dengan kondisi naskah. Berikut uraian
deskripsi naskah tersebut.
1. Deskripsi naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam
a. Judul Naskah
Di dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam
secara keseluruhan terdapat tiga teks. Teks pertama berjudul Manhaju ‘l-Atammi
fī Tabwībi ‘l-Chikam (MATC), teks kedua tidak berjudul, dan teks ketiga
berjudul Masā’ilu ‘l-Hādī Al-Ikhwānu ‘l-Mubdīn.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Berdasarkan keterangan dari katalog online, judul naskah bunga rampai
yang digunakan pada deskripsi naskah sama dengan judul teks pertama yang
terdapat dalam naskah bunga rampai tersebut, yaitu Manhaju ‘l-Atammi fī
Tabwībi ‘l-Chikam. Hal itu dapat diketahui dari pendahuluan yang terdapat pada
teks tersebut. Di dalam teks disebutkan, “Fahadzihi risālatun musammātun bi
Manhaji ‘l-Atammi fī Tabwībi / ‘l-Chikam. Adapun kemudian dari itu maka
inilah kitab yang dinamai // akan dia dengan Manhaju ‘l-Atammi pada
menyatakan segala bab hukum” (MATC h.2 br.8–9, h.3 br.1). Dalam kutipan
tersebut, dapat diketahui judul teks pertama adalah Manhaju ‘l-Atammi fī
Tabwībi ‘l-Chikam atau Manhaju ‘l-Atammi pada Menyatakan Segala Bab
Hukum.
b. Nomor Naskah
Naskah yang dijadikan objek penelitian yaitu naskah bunga rampai
Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dengan nomor inventarisasi naskah
07_01364. Nomor tersebut merupakan nomor invetarisasi naskah yang terdapat
dalam katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh.
c. Nama File Naskah
Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam merupakan
naskah digital yang terdapat dalam katalog online Manuskrip-Manuskrip
Peninggalan Aceh. Naskah tersebut tersimpan dalam bentuk foto digital dengan
nama file 07_01364_00001.jpg.
d. Besarnya File
Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam yang
tersimpan dalam bentuk foto digital memiliki ukuran file 708945 bytes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
e. Pemiliki Naskah
Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam merupakan
salah satu naskah koleksi Museum Negeri Banda Aceh yang beralamat di Jalan
Sultan Alaidin Mahmudsyah Nomor 12 Kecamatan Baiturahman Banda Aceh
23241.
f. Bahasa Naskah
Bahasa yang digunakan pada naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī
Tabwībi ‘l-Chikam adalah Bahasa Melayu dan Bahasa Arab.
g. Bahan Naskah
Bahan yang digunakan dalam penulisan teks pada naskah bunga rampai
Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam adalah kertas.
h. Ukuran Halaman Naskah dan Ukuran Ruang Teks
Naskah MATC memiliki ukuran halaman naskah 21.5 x 17 cm dan ukuran
ruang teks 15.5 x 10.5 cm. Ruang teks adalah halaman naskah yang digunakan
untuk menulis teks.
i. Jumlah Jilid
Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam terdiri dari
satu jilid.
j. Jumlah Lembar Naskah dalam Bentuk Foto Digital
Secara keseluruhan naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-
Chikam yang tersimpan dalam katalog online terdiri dari 32 lembar foto dalam
bentuk digital. Pada setiap satu foto digital terdiri dari dua halaman naskah yang
berurutan kecuali pada lembar foto pertama dan lembar foto ke 32.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
k. Jumlah Baris
Secara kesluruhan, teks yang terdapat dalam naskah bunga rampai
Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam memiliki rata-rata 17 baris pada setiap
halamannya. Teks MATC berjumlah 47 halaman dengan masing-masing
halaman terdiri dari 17 baris, kecuali halaman pertama yaitu 9 baris. Teks kedua
berjumlah 8 halaman dengan masing-masing halaman memiliki jumlah baris
yang bervariasi antara 7 sampai 20 baris. Teks Masā’ilu ‘l-Hādī Al-Ikhwānu ‘l-
Mubdīn terdiri dari 4 halaman dengan masing-masing halaman terdiri dari 17
baris.
l. Status Kelengkapan Naskah
Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam memiliki
status kelengkapan naskah tidak lengkap yaitu bagian akhir tidak ada.
m. Tema
Pada keterangan deskripsi naskah dalam katalog online disebutkan bahwa
teks-teks yang terdapat dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī
Tabwībi ‘l-Chikam memiliki tema tentang ilmu kebatinan atau mistik.
n. Jumlah Halaman Naskah
Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam seluruhnya
terdiri dari 62 halaman di antaranya terdapat 4 halaman kosong yaitu pada
halaman 1, 48, 49, dan 62. Teks MATC terdapat pada halaman 1 sampai dengan
47 dari 62 halaman dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi
‘l-Chikam.
o. Keadaan Kertas
Di dalam foto digitalnya keadaan kertas naskah bunga rampai Manhaju ‘l-
Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam terlihat sudah mulai lapuk namun tulisan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dalamnya masih jelas terbaca. Warna kertas terlihat agak kecoklatan dikarenakan
usia naskah yang sudah tua. Ada bagian kertas yang sedikit rusak pada bagian
kanan pojok atas yaitu pada halaman 50 atau pada lebar ke 25 dari foto digital.
p. Huruf dan Tulisan Naskah
Di dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam
terdapat tiga bagian teks yang memiliki keterangan bentuk huruf dan tulisan
naskah yang berbeda. Berikut keterangan dari masing-masing teks tersebut.
1) Teks MATC
Teks MATC terdiri dari 47 halaman, yaitu dari halaman 1 sampai
halaman 47. Teks pertama memiliki ukuran huruf sedang dan mudah dibaca,
bentuk huruf tegak, jarak antarhuruf rapat, dan menggunakan warna tinta
hitam dan merah. Tinta warna merah digunakan untuk penulisan kalimat
berbahasa Arab, kecuali pada baris 1 halaman 1, yaitu kalimat Bismi ‘l-Lāhi
‘r-Rachmāni ‘r-Rachīm. Tinta warna hitam digunakan untuk penulisan
kalimat berbahasa Melayu yang merupakan terjemahan dari kalimat
bebahasa Arab yang terletak sebelumnya. Berikut contoh potongan gambar
naskah pada teks MATC.
2) Teks Kedua
Teks kedua terdiri dari 8 halaman, yaitu dari halaman 50 sampai
halaman 57. Teks kedua memiliki ukuran huruf bervariasi dari ukuran
sedang sampai kecil dan sulit terbaca, bentuk huruf tegak, jarak antarhuruf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
agak renggang, dan semua tulisan menggunakan tinta warna hitam. Berikut
contoh potongan gambar naskah pada teks bagian kedua yang berukuran
sedang.
Berikut contoh potongan gambar naskah pada teks bagian kedua yang
berukuran kecil dan sulit dibaca.
3) Teks Masā’ilu ‘l-Hādī Al-Ikhwānu ‘l-Mubdīn
Teks Masā’ilu ‘l-Hādī Al-Ikhwānu ‘l-Mubdīn terdiri dari 4 halaman,
yaitu dari halaman 58 sampai halaman 62. Teks ketiga memiliki ukuran
huruf besar dan agak sulit dibaca, bentuk huruf tegak, jarak antarhuruf agak
rapat, dan menggunakan warna tinta hitam. Pada sebagian tulisan memiliki
goresan pena yang tidak sama tebal sehingga tulisan menjadi sulit terbaca.
Berikut contoh potongan gambar naskah pada teks Masā’ilu ‘l-Hādī Al-
Ikhwānu ‘l-Mubdīn.
Sebagai perbandingan bentuk huruf dan tulisan naskah, berikut contoh
potongan gambar naskah digital yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Naskah di atas memiliki ukuran huruf besar, bentuk huruf agak miring ke
kiri, jarak antarhuruf renggang, dan menggunakan warna tinta hitam.
q. Penomoran Halaman Naskah
Penomoran halaman secara berurutan dalam naskah bunga rampai
Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam ditemukan pada setiap halaman ganjil.
Halaman pertama pada pojok kiri atas tertulis kode 1r, kemudian halaman ke-3
pada pojok kiri atas tertulis kode 2r, begitu seterusnya hingga halaman ke-61
pada pojok kiri atas tertulis kode 31r. Penomoran tersebut diduga dilakukan oleh
orang yang menemukan naskah dan bukan ditulis langsung oleh penyalin
naskah. Hal ini dimungkinkan karena jenis warna tinta yang digunakan pada
penomoran terlihat berbeda dengan warna tinta pada penulisan teks. Petunjuk
halaman naskah yang digunakan oleh penyalin diduga hanya menggunakan
cathword yang ada pada ujung pias kiri halaman genap.
r. Catatan Lain
1) Cathword
Ketiga teks yang terdapat dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-
Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam masing-masing menggunakan cathword atau
alihan pada ujung pias kiri halaman genap, meskipun ada beberapa halaman
genap yang terlewati atau tidak menggunakan cathword. Cathword yang ada
semuanya sesuai dengan kata awal kalimat halaman selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Keseluruhan cathword yang terdapat pada naskah bunga rampai Manhaju ‘l-
Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Cathword
No. Halaman Cathword
1. 2
2. 6
3. 8
4. 10
5. 12
6. 14
7. 16
8. 20
9. 22
10. 24
11. 26
12. 28
13. 30
14. 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
15. 34
16. 36
17. 38
18. 40
19. 42
20. 44
21. 46
22. 56
23. 58
24. 60
2) Scholia
Ada 17 scholia atau catatan yang terdapat pada pias halaman
ditemukan pada naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-
Chikam.
Tabel 2
Scholia
No. Halaman Scholia Penjelasan
1. 4
Terbaca: „yakni sempurna‟.
Scholia tersebut terletak di pias
kiri dan diduga terbaca menyatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dengan teks yaitu di antara baris
ke 11 dan 12, “…demikian itu
akan sebab memutuskan asamu
dari pada hasil istiqamah {yakni
sempurna} / serta Tuhanmu”
(MATC h.4 br.11–12). Hal ini
diketahui karena penulisan
scholia tersebut tepat setelah
kata istiqamah.
2. 5
Terbaca: „hilang‟.
Scholia tersebut terletak di pias
kiri dan merupakan bagian
terpisah dengan teks.
3. 12
Terbaca: „kedung‟.
Scholia tersebut terletak di pias
kiri dan merupakan bagian
terpisah dengan teks.
4. 15
Terbaca: „kamu‟.
Scholia tersebut terletak di pias
kiri dan merupakan bagian
terpisah dengan teks.
5. 16
Terbaca: „artinya rahasia tutur
Tuhan Rabbi ‘l-ālamīn‟.
Scholia tersebut terletak di pias
kanan dan tertulis terbalik. Kata-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kata yang terdapat di dalamnya
merupakan penjelasan makna
dari kata „sirri‟ yang terdapat
pada baris ke 8, “…kepada
jawab bagi orang yang paham
akan sirri khithābi tatkala
dikatanya” (MATC h.16 br.8).
Hal ini diketahui karena terdapat
tanda menyerupai tanda centang
(v) yang terletak di antara kata
„sirri‟ dan „khithābi‟. Scholia
tersebut merupakan bagian yang
terpisah dengan teks dan hanya
dan hanya menunjukkan adanya
penambahan penjelasan di luar
teks.
6. 17
Bagian satu, terbaca:
„Ketentuan dengan sebab nyata
sifat basyariah dan nyata ia
dengan kebesaran rubbubiyah
pada. Syaikh.‟
Bagian dua, terbaca:
„yakni tauhid akan Allah Taala‟
Bagian tiga, terbaca:
„Maka sifat basyariah itu seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
makan dan minum dan ---- dan
tidur dan jaga dan sakit dan
mangkat itu-itu sifar basyariyah‟
Scholia tersebut terletak di pias
kiri dan merupakan bagian
terpisah dengan teks.
7. 35
Bagian berbahasa Arab terbaca:
„Man lam yakun lahu nashību
‘sh-shūfiyati yahrumu ’anhu
ra’yatu ‘r-Rabbā niyati. ‟Ayūn
Al-Ma‟arif.‟
Bagian terjemahan terjemahan
terbaca:
„Barang siapa tiada ada baginya
bahgian daripada ilmu ahlu ‘sh-
shūfi niscaya diharamkan
daripadanya akan melihat Tuhan
Rabbani.‟
Scholia tersebut terletak di pias
kiri dan merupakan bagian
terpisah dengan teks.
8. 37a
Terbaca: „thalbuka‟
Scholia tersebut terletak di pias
atas dan terbaca menyatu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
teks yaitu baris ke 2, “… Lā
yakun {thalbuka} sababān ilā ‘l-
’athāminhu fayaqillu fahmuka
’inh. Jangan kiranya” (MATC
h.37 br.2). Hal ini diketahui
karena terdapat tanda
menyerupai tanda centang (v).
Tanda tersebut terletak di antara
kata „yakun‟ dan „sababān‟ yang
menunjukkan adanya
penambahan penjelasan di luar
teks.
9. 37b
Bagian berbahasa Arab terbaca:
„Fī ‘l-asbābi mina ‘sy-syahwati
‘l-khafiyati wa ‘l-'adatuka ‘l-
asbābi ma’a iqāmati ‘l-Lāhi
iyyāka. Syaikh.‟
Bagian Terjemahan terbaca:
„Yakni maqām sama’ akan
segala tujrīd serta yakni maqām
ta’rif diberikan akan dikau
segala asbāb itu. Setengah dari
pada syahwat yang terbuan dan
kehendakmu akan segala sebab
serta dikehendak Allah akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dikau.
Scholia tersebut terletak di pias
kiri dan merupakan bagian
terpisah dengan teks.
10. 46
Terbaca: „---- tolong‟.
Scholia tersebut terletak di pias
kiri dan merupakan bagian
terpisah dengan teks.
11. 47
Terbaca: „dikau‟.
Scholia tersebut terletak di pias
kiri dan merupakan bagian
terpisah dengan teks.
12. 53
Terbaca:
„Adapun hakikat salat itu empat
perkaranya. Pertama masuk
sertanya ilmu, kedua diri serta
takut, ketiga menyembah serta
memberi membesarkan, keempat
keluar serta malu menghadap
tubuh kepada Ka‟bah
menghadap nyawanya kepada
Allah. Adapun hakikat shalat itu
empat perkaranya. Pertamanya
masuk sertanya ilmu kedua
berdiri serta takut ketiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
menyembah serta‟ memberikan
keempat ----‟
Scholia tersebut terletak di pias
kiri dan merupakan bagian
terpisah dengan teks.
13. 55
(Dibaca dari atas ke bawah.)
Bagian 1, terbaca:
„bermula segala dosa yang di
dalam kemudian‟
Bagian 2:
----
Scholia tersebut terletak di pias
kiri dan merupakan bagian
terpisah dengan teks.
14. 57
Terbaca: „Tuhan segala malaikat
dan segala ruh‟.
Scholia tersebut terletak di pias
atas dan terbaca menyatu dengan
teks yaitu baris ke 1 pada bagian
terjemahan, “…dan Maha Suci
pula daripada segala barang yang
tiada patut dengan ketuhanannya
yaitu {Tuhan segala malaikat
dan segala ruh}. Maha Suci
Allah Yang Maha Besar”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
(MATC h.57 br.1). Hal ini
diketahui karena terdapat tanda
menyerupai tanda centang (v)
yang terletak setelah kata „yaitu‟
yang menunjukkan adanya
penambahan penjelasan di luar
teks.
15. 58
Terbaca: „di akhirat‟.
Scholia tersebut terletak di pias
kanan dan terbaca menyatu
dengan teks yaitu baris ke 5,
“…mukmin dalam negeri
{akhirat} itu. Al-chamdu li ‘l-
Lāhi Rabbi ‘l-’ālamīn” (MATC
h.58 br.5). Hal ini diketahui
karena terdapat tanda
menyerupai tanda centang (v)
setelah kata „negeri‟ yang
menunjukkan adanya
penambahan penjelasan di luar
teks.
16. 54 Scholia :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Penjelasan:
Scholia tersebut terletak di pias bawah dan
merupakan bagian terpisah dengan teks.
Secara berurutan dari kanan ke kiri, scholia tersebut
terdiri dari empat bagian. Bagian pertama terbaca „---
-‟, bagian kedua terbaca „Lā ilaha illa ‘l-Lāh‟, bagian
ketiga terbaca „syariat-tarikat-hakikat-makrifat‟, dan
bagian keempat terbaca „Yakni asal daripada api, air,
angin, tanah bermula. Maka di sanalah kejadian
tubuh adādi‟.
3) Bentuk Penulisan Singkatan dari Penyalian
Secara keseluruhan, di dalam penulisan dari ketiga teks yang terdapat
dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam
ditemukan beberapa bentuk penulisan singkatan. Berikut daftar beserta
penjelasannya dari penulisan singkatan yang ditemukan.
Tabel 3
Bentuk Singkatan
No. Hal:Baris Bentuk Singkatan Penjelasan
1. 6:12
Terbaca „Nabi sh‟. Huruf /sh/
setelah kata nabi diduga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
merupakan singkatan dari shallā
‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam.
2. 14:1
Terbaca „Nabi sh.m‟. Huruf /sh/
dan /m/ secara berurutan
merupakan singkatan dari shallā
‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam.
3. 51:1
Singkatan tersebut terdiri dari
huruf /a/ , /l/, dan /ch/ dan diduga
terbaca ilachi. Ilachi adalah
kepanjangan dari ilā akhīr yang
artinya „sampai akhir‟.
4. 51:6–7
Terbaca kata „Nabi sh.’.y.l.m‟.
Huruf /sh/, /‟/, /y/, /l/, dan /m/
setelah kata nabi diduga
merupakan singkatan dari shallā
‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam.
5. 51:15
Sama seperti singkatan
sebelumnya, yaitu pada halaman
51 baris ke 1, singkatan tersebut
diduga terbaca ilachi. Ilachi
adalah kepanjangan dari ilā akhīr
yang artinya „sampai akhir‟.
6. 55:5
Terbaca „bagi s.n.y.t‟. Huruf /s/,
/n/, /y/, dan /t/ setelah kata bagi
diduga singkatan dari sayyidatī
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
yang artinya „tuanku‟ (untuk
perempuan).
7. 55:6
Terbaca „bagi s.t.n‟. Huruf /s/, /t/,
dan /n/ setelah kata bagi diduga
singkatan dari sayyidatunā yang
artinya „tuan kita‟ (untuk
perempuan).
4) Gambaran singkat mengenai isi masing-masing teks yang terdapat dalam
naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam
Naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam terdiri
dari tiga teks. Teks pertama berjudul Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-
Chikam (MATC) dengan keterangan terdapat pendahuluan, isi, dan tidak
terdapat penutup. Teks kedua tidak berjudul dengan keterangan hanya
terdapat isi saja dan tidak terdapat pendahuluan maupun penutup. Teks
ketiga berjudul Masā’ilu ‘l-Hādī Al-Ikhwānu ‘l-Mubdīn dengan keterangan
terdapat pendahuluan, isi, dan tidak terdapat penutup.
Teks MATC terdiri dari 15 bab. Dari keseluruhan bab tersebut berisi
mengenai ajaran-ajaran tasawuf. Selain itu terdapat pula penjelasan
mengenai ajaran Islam pada umumnya. Berikut permasalahan yang dibahas
dari masing-masing bab tersebut.
a) Pembahasan mengenai ilmu yang memberi manfaat
b) Pembahasan mengenai tobat
c) Pembahasan mengenai ikhlas dalam berbuat amal
d) Pembahasan mengenai hikmah dalam salat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
e) Pembahasan mengenai mengasingkan diri dalam rangka menjauhi
kenikmatan duniawi
f) Pembahasan mengenai memelihara dan meramaikan waktu
g) Pembahasan mengenai zikir
h) Pembahasan mengenai keadaan fakir dan hajat
i) Pembahasan mengenai mensucikan nafas serta takut apabila
mengotorinya
j) Pembahasan mengenai keadaan antaara perasaan takut dan harap
k) Pembahasan mengenai perasaan harap
l) Pembahasan mengenai adab berdoa
m) Pembahasan tentang menyatakan taslīm bagi amri ‘l-Lāh
n) Pembahasan mengenai sabar atas segala bala dan kesukaran
o) Pembahasan mengenai zikir khafī yang disunahkan bagi seorang hamba
Teks kedua berisi tuntunan doa pada waktu tertentu, amalan-amalan
yang menyertainya, dan obat-obatan. Berikut perincian dari pembahasan
pada teks kedua.
a) Doa dan amalan yang dilakukan pada hari Asyura
b) Doa ketika memakan makanan yang syubhat
c) Penjelasan pengenai pengobatan teruji, susut, dan sopak
d) Hadits riwayat Abu Hurairah mengenai selawat yang dibaca ketika
hendak tidur
e) Doa-doa yang dibaca setelah salat subuh, yaitu: doa Sayyidati Aisyah
radliya ‘l-Lāhu ’anhā, doa Sayyidatuna Fatimah radliya ‘l-Lāhu ’anhā,
doa Sayyidinā Abu Bakar Ash-Shiddiq radliya ‘l-Lāhu ’anh, doa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Buraidah Al-Aslami radliya ‘l-Lāhu ’anh, doa Qubaishah Ibnu
Mukhariq radliya ‘l-Lāhu ’anhumā, doa Sayyidinā Abu Darda‟ radliya
‘l-Lāhu ’anh, doa Nabi Ibrahim ’alaihi ‘s-salām, doa Nabi Isa ’alaihi ‘s-
salām, doa Sayyidinā Khidlir ’alaihi ‘s-salām, doa Ma‟ruf Al-Karkhī
rachimahu ‘l-Lāhu Ta’ālā, doa ‟Utbah Al-Gulam rachmatu ‘l-Lāhi
Ta’ālā, doa Nabiyu ‘l-Lāhu Adam ’alaihi ‘s-salām, doa Sayyidinā ‟Ali
karamahu ‘l-Lāhu wajhah, doa Abī Al-Mu‟tamir Sulaiman At-Taimiyyu
rachimahu ‘l-Lāhu Ta’ālā ’anh, dan doa Ibrahim ibnu Ad-ham
rachimahu ‘l-Lāhu Ta’ālā.
f) Doa-doa yang dibaca setelah salat fardu lainnya (selain salat subuh)
Teks Masā’ilu ‘l-Hādī Al-Ikhwānu ‘l-Mubdīn berisi mengenai petunjuk
jalan yang batil bagi orang-orang yang baru saja berhasil menyatakan iman,
Islam, ihsan, tauhid, dan makrifat.
a) Pernyataan mengenai rukun iman
b) Pernyataan mengenai rukun Islam
c) Pernyataan mengenai mengwajibkan istinja‟
d) Tentang syarat dan fardunya mandi junub
e) Tentang syarat dan fardunya wudhu
f) Pernyataan mengenai segala syarat, fardu, dan sunahnya puasa
g) Pernyataan bahwa hanya kepada Allah-lah manusia meminta pertolongan
h) Pernyataan mengenai tauhid, makrifat, iman, Islam, dan ihsan
2. Deskripsi naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam
a. Judul Naskah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Berdasarkan deskripsi naskah yang terdapat dalam katalog online, judul
naskah adalah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam.
b. Nomor Naskah
Naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam memiliki nomor
inventarisasi 07_00060. Nomor tersebut merupakan nomor invetarisasi naskah
yang terdapat dalam katalog online Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh.
c. Pemiliki Naskah
Naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam merupakan salah satu
naskah koleksi Museum Negeri Banda Aceh yang beralamat di Jalan Sultan
Alaidin Mahmudsyah Nomor 12 Kecamatan Baiturahman Banda Aceh 23241.
d. Bahasa Naskah
Bahasa yang digunakan pada naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-
Chikam adalah Bahasa Melayu dan Bahasa Arab.
e. Bahan Naskah
Bahan yang digunakan dalam penulisan teks pada naskah Manhaju ‘l-
Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam adalah kertas Eropa.
f. Status Kelengkapan Naskah
Naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam memiliki status
kelengkapan naskah lengkap.
g. Tema
Pada keterangan deskripsi naskah dalam katalog online disebutkan bahwa
naskah Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam memiliki tema tentang ilmu
kebatinan atau mistik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
C. Ikhtisar Isi Teks
Teks MATC terdiri dari 47 halaman, yaitu menempati halaman pertama
sampai dengan halaman 47 dari naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi
‘l-Chikam. Berikut penjelasan ikhtisar isi teks MATC.
Halaman Isi
1 Halaman kosong
2–3 Pendahuluan, yang terdiri atas pembukaan atau muqadimah (berisi
bacaan basmalah, hamdalah, dan selawat nabi), kata “wa ba’du”, dan
kepengarangan yang berisi mengenai judul naskah.
3 Bābu ‘l-’Ilmi, yaitu bab yang membahas mengenai ilmu yang
memberi manfaat.
3–5 Bābu ‘t-Taubah, yaitu bab yang membicarakan hal-hal mengenai
tobat.
5–11 Bābu ‘l-Ikhlasi fī ‘l-’Amali, yaitu bab yang membahas mengenai
ikhlas dalam berbuat amal.
11–16 Bābu Chikami fī ‘sh-Shalāt, yaitu bab yang membahas mengenai
hikmah dalam salat.
16–18 Bābu ‘l-’Uzlati wa ‘l-Khumūl, yaitu bab yang membahas mengenai
mengasingkan diri dalam rangka menjauhi kenikmatan duniawi.
18–20 Bābu Fīri ’Ayati ‘l-Waqti wa Ightināmih, yaitu bab yang membahas
mengenai memelihara dan meramaikan waktu.
20–22 Bābu ‘dz-Dzikr, yaitu bab yang membahas mengenai adab zikir.
22–25 Bābu ‘l-Faqri wa ‘l-Fāqat, yaitu bab yang membahas mengenai
keadaan fakir dan hajat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
25–29 Bābun fī Riyādlati ‘n-Nafsi wa ‘t-Tachdzīri ’an Dasā’isihā, yaitu bab
mengenai mensucikan nafas serta takut apabila mengotorinya.
29–30 Bābu I’tidali ‘l-Khaufi wa ‘r-Rijā’, yaitu bab yang membahas
mengenai takut dan harap.
31–32 Bābu ‘r-Rajā’, yaitu bab yang membahas mengenai harap.
32–37 Bābu Adābi ‘d-Du’ā, yaitu bab yang membahas adab berdoa.
37–39 Bābu ‘t-Taslīmi li Amri ‘l-Lāhi Ta’ālā wa Tarki ‘l-Ikhtiyār, yaitu bab
yang membahas tentang taslīm bagi amri ‘l-Lāh dan meninggalkan
ikhtiar.
39–41 Bābu ‘sh-Shabri ’alā ‘l-Balāyā wa ‘sy-Syada’id, yaitu bab yang
membahas mengenai sabar atas segala bala dan kesukaran.
41–47 Bābu Dzikri Khafī ’alā Thā’if wa Sunnatihi ’alā ‘l-’Ibād, yaitu bab
yang membahas mengenai mengenai zikir khafī disunahkan bagi
seorang hamba.
D. Kritik Teks
Secara keseluruhan, di dalam teks MATC ditemukan lima bentuk kesalahan
salin tulis dan ketidakkonsistenan. Berikut penjelasan mengenenai lima bentuk
kesalahan salin tulis.
1. Lakuna, yaitu penghilangan atau pengurahan huruf, suku kata, frase, klausa,
kalimat, dan paragraf.
2. Adisi, yaitu penambahan huruf, suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan
paragraf.
3. Substitusi, yaitu penggantian huruf, suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan
paragraf.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
4. Transposisi, yaitu pemindahan letak huruf, suku kata, kata, frase, klausa,
kalimat, dan paragraf.
5. Ditografi, yaitu perangkapan huruf, suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan
paragraf.
Bentuk kesalahan salin tulis dan ketidakkonsistenan penulisan dalam teks
MATC yaitu berupa 5 kesalahan salin tulis dan 2 ketidakkonsistenan penulisan.
Kelima bentuk kesalahan salin tulis perinciannya yaitu 38 lakuna, 15 adisi, 67
substitusi, 4 transposisi, dan 28 ditografi.
Tabel 4
Lakuna
No. Hal:Baris Tertulis Terbaca Edisi
1. 5:6
ini pada
menyatakan
ini bab pada
menyatakan
2. 6:1
hasi rahasia
3. 6:5
tatka tatkala
4. 6:15
imrātin imra'atin
5. 6:17
kan dia akan dia
6. 7:16
tiada ri padamu tiada dari padamu
7. 8:13
manusi manusia
8. 12:2
tempat munajat
dan kalian
tempat munajat
dan sekalian
9. 12:3
tatta’u tattabi’u
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
10. 13:6
diguhkan diteguhkan
11. 13:14
dalu dahulu
12. 17:11
jadi batilah jadi batillah
13. 19:12
kan akan
14. 23:4
tana kata tanpa kata
15. 24:2
bapanya bapaknya
16. 28:5
menup menutup
17. 29:12
tia bedza tiada bedza
18. 29:17
i’tida i’timādi
19. 30:7
sifat jud-nya sifat ujud-nya
20. 30:12
mengeluakan mengeluarkan
21. 30:16
dikeluakan dikeluarkan
22. 31:14
nantiasa senantiasa
23. 31:16
ista’chana istachzana
24. 34:9
melalu dia melalui dia
25. 35:9
kepecin kebacikan
26. 36:2
bahyang sembahyang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
27. 36:5
asanya lalai atasnya lalai
28. 36:16
berhap berharap
29. 38:12
menujukkan menunjukkan
30. 40:11
fedah faedah
31. 41:3
‘l-thāfihi ’alā thā’ifi
32. 42:7
fedah faedah
33. 42:16
dalilah dalillah
34. 43:7
yang dipililah yang dipilihlah
35. 44:14
mending mendinding
36. 47:16
mepihari menghampiri
37. 6:6
mengilang menghilang
38. 17:15
mebukakan membukakan
Tabel 5
Adisi
No. Hal:Baris Tertulis Terbaca Edisi
1.
3:5–6
hakikat dunia
ini dan akhirat
itu
hakikat dunia dan
akhirat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2. 3:11
tiada maka
atasmu
tiada atasmu
3. 5:1
’adhlamatan ’adhamatan
4. 7:8
memangi ia memang ia
5. 7:9
arajā rajā
6. 9:17
inyangtamu nyatamu
7. 17:3
kepadamunya
dan pikirnya
kepadanya dan
pikirnya
8. 22:12
dhahir-dianya dhahir-nya
9. 30:8
ashmatat-hu ashamat-hu
10. 30:12
lidah-lidahnya lidah-lidah
11. 31:11
wa baik baik
12. 31:16
ista’chana istachzana
13. 13:17
meniyakan menilik
14. 41:3
khafāyā khafī
15. 41:3
‘l-thāfihi ’alā thā’ifi
Tabel 6
Substitusi
No. Hal:Baris Tertulis Terbaca Edisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
1. 4:6
wajahuka wajhuka
2. 4:14
‘l-chazni ‘l-chazani
3. 5:1
’adhlamatan ’adhamatan
4. 6:11
hajratuhu hijratuhu
5. 6:11
fahajratuhu fahijratuhu
6. 6:14
hajratuhu hijratuhu
7. 6:15
imrātin imra'atin
8. 6:15
fahajratuhu fahijratuhu
9. 9:17
menucapkannya mengucapkannya
10. 10:6
daripadaka daripadaku
11. 10:8
yachubbu yuchabbu
12. 10:8
yuchibbu yuchabbu
13. 11:9
kaipa kaifa
14. 11:9
tathlubu tathluba
15. 11:14
menghadiatkan menghadiahkan
16. 12:1
muchallu machallu
17. 12:4
syawariku syawariki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
18. 12:16
shaif dlaif
19. 14:15
asyāri asyāra
20. 15:8
a’budi ‘l-Lāhi u’buddi ‘l-Lāha
21. 15:11
‘l-qātil ‘l-qā’il
22. 17:7
bawujūdi biwujūdi
23. 17:16
chaitsi chaitsu
24. 18:8
diramaikan meramaikan
25. 18:10
dilalukannya dilakukannya
26. 19:1
‘l-'i’māla ‘l-'a’māla
27. 20:6
membebangkan
dikau
membebankan
dikau
28. 20:9
tatriku tatraku
29. 20:9
la’adami li’adami
30. 21:7
tsalātsi tsalātsin
31. 21:13
nasbatuhu nisbatuhu
32. 22:7
kau kihat kau lihat
33. 22:8
yata nyata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
34. 23:5
dengan tetap dengan tenang
35. 25:3
‘l-’uyūbi ‘l-ghuyūbi
36. 27:2
tetap tiap
37. 28:9
halas balas
38. 29:17
i’tida i’timādi
39. 29:17
‘r-rijā ‘r-rajā
40. 30:8
bisāthi basāthi
41. 30:8
ashmatat-hu ashamat-hu
42. 30:9
bisāthi basāthi
43. 30:9
yusmut yusmit
44. 31:7
aminiyyut amniyyat
45. 31:16
ista’chana istachzana
46. 3:16
afyad anyad
47. 7:15
‘th-thā’azu ‘th-thā’atu
48. 13:17
meniyakan menilik
49. 32:6
muqallaqun mughallaqun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
50. 33:9
ikhmādān ikhmāthān
51. 34:1
thalbuka thalabuka
52. 34:4
thalbuka thalabuka
53. 35:9
kepecin kebacikan
54. 35:11
‘l-idldhirāri ‘l-idlthirāri
55. 35:15
‘th-thalbi ‘th-thalabi
56. 36:5
asanya atasnya
57. 38:17
perhenti berhenti
58. 39:9
‘sh-shubri ‘sh-shabri
59. 40:5
waqū’a wuqū’a
60. 40:16
dhunnā dhannā
61. 40:16
infikāku infikālu
62. 41:3
khafāyā khafī
63. 40:11
fedah faedah
64. 42:7
fedah faedah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
65. 42:8
fikkih fiqih
66. 45:9
ithlā’utu ithlā’uhu
67. 14:5
an anna
Tabel 7
Transposisi
No. Hal:Baris Tertulis Terbaca Edisi
1. 27:2–3
Tiap manusia
hawa nafsu
dalam hati
Hawa nafsu
dalam hati tiap
manusia
2. 28:17
pelarajan pelajaran
3. 40:11
atasmu fadah
bala itu oleh
ilmumu
atasmu bala
itu oleh faedah
ilmumu
4. 47:16
mepihari menghampiri
Tabel 8
Ditografi
No. Hal:Baris Tertulis Terbaca Edisi
1. 4:17–5:1
dari daripada daripada
2. 6:15–16
ilā ilā mā ilā mā
4 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
3. 7:3–4
fā fāfhim fāfhim
4. 10:3–4
segala segala segala
5. 10:11–12
wa wa ‘l-qalbu wa ‘l-qalbu
6. 14:2–3
dijadi dijadikan dijadikan
7. 15:17
suka kan akan
dia
suka akan dia
8. 17:15
menunutup menutup
9. 18:17–
19:1
‘l-'i’ ‘l-'i’māla ‘l-'a’māla
10. 24:1–2
kau atas atas kau atas
11. 26:1–2
menga
mengasihi
mengasihi
12. 27:3
menghalanggi
dia
menghalangi
dia
13. 28:14–15
bara barang barang
14. 36:9–10
lā lā yastachyī lā yastachyī
15. 37:17–
38:1
daripada
daripada
daripada
16. 38:2–3
di
dikehendakinya
dikehendakinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
17. 38:5
mencarikkan mencarikan
18. 39:13–14
yang de yang
demikian
yang demikian
19. 39:17–
40:1
muhdi muhdīhā muhdīhā
20. 41:9
melluas meluas
21. 41:11–12
a’thā a’thāka a’thāka
22. 42:1–2
dianugera
dianugerahinya
dianugerahinya
23. 42:23
kebaji kebajikan kebajikan
24. 42:8
fikkih fikih
25. 42:11–12
muni’ muni’ta muni’ta
26. 45:3–4
dan tachqīq-lah
dan tachqīq-lah
dan tachqīq-lah
27. 45:17–
46:1
dikehend
dikehendakinya
dikehendakinya
28. 5:8–9
ber
berkehendak
berkehendak
Tabel 9
Ketidakkonsistenan
No. Hal: Tertulis Terbaca Hal: Tertulis Terbaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Baris Baris
1. 9:11
11:6
24:14
24:14
33:7
35:14
36:15
37:3
42:10
46:17
47:2
47:3
memeri;
pemeri;
pemerinya;
meberi
3:2
3:4
10:7
11:5
17:2
24:6
42:7
47:9
memberi;
pemberi;
memberikan
2. 40:7
41:8
nenggeri 2:4
22:6
41:9
41:11
negeri
E. Suntingan Teks
1. Pedoman Transliterasi
Salah satu tujuan penyuntingan teks ialah agar teks dapat dibaca dengan
mudah oleh kalangan yang lebih luas. Oleh sebab itu, diusahakan agar
susunannya mudah dibaca dan dipahami (Edwar Djamaris, 2002:30). Untuk
dapat menghasilkan susunan transliterasi yang mudah dibaca dan dipahami,
maka dalam transliterasi naskah Melayu ini diperlukan pedoman transliterasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Dalam penelitian ini pedoman transliterasi yang digunakan sesuai dengan sistem
yang terdapat dalam artikel Edisi Teks dan Pengembangan Penelitian Filologi
(Istadiyantha, 2009:4–6 dalam www.ista.scribd.com). Pedoman transliterasi
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Tanda dan angka yang digunakan dalam penyuntingan.
1) Tanda / menunjukkan pergantian baris.
2) Tanda // menunjukkan pergantian halaman.
3) Tanda (…) menunjukkan adisi.
4) Tanda […] menunjukkan lakuna.
5) Tanda \…\ menunjukkan substitusi.
6) Tanda <…> menunjukkan ditografi.
7) Tanda ^…^ menunjukkan transposisi.
8) Tanda {…} digunakan untuk menulis kekurangan teks yang tercatat
dalam pias halaman (scholia) jika kekurangan tersebut merupakan satu
bagian dengan teks.
9) Tanda ---- digunakan untuk menandai bahwa teks tidak terbaca karena
terdapat kerusakan pada kertas
10) Tanda titik-titik di antara huruf dalam suatu rangkaian huruf digunakan
untuk menunjukkan bahwa rangkaian huruf tersebut merupakan kata-kata
yang tidak terbaca.
11) Angka 1, 2, 3 dan seterusnya yang terletak di sebelah kanan pias halaman
menunjukkan nomor halaman naskah, sedangkan angka 1, 2, 3 dan
seterusnya yang ditulis dalam ukuran kecil di sebelah kanan atas pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
suku kata, kata, frasa, atau kalimat menunjukkan nomor urut catatan
kaki.
b. Ketentuan dalam pedoman ejaan.
1) Ejaan dalam penyuntingan ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang
terdapat pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
2) Penulisan frasa, kata, dan kalimat bahasa Arab atau bahasa Melayu yang
belum masuk dalam bahasa Indonesia ditulis sesuai dengan asal kata dan
dicetak miring.
3) Frase dan kata-kata yang berasal dari bahasa Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia ditransliterasikan disesuaikan dengan Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
4) Frase dan kata-kata yang berasal dari bahasa Arab yang belum terserap
ke dalam bahasa Indonesia ditransliterasikan dengan ketentuan sebagai
berikut.
a) Tanda baca dalam penulisan huruf Arab.
(1) Tanda syaddah ( ) dilambangkan dengan huruf rangkap.
(2) Tanda fatchah ( ) menunjukkan bunyi vocal a , tanda kasrah (
) menunjukkan vocal i , dan tanda dlammah ( ) menunjukkan
bunyi vocal u.
(3) Tanda tanwin ( ) menunjukkan bunyi an - in - un.
(4) Tanda sukun ( ) atau tanda huruf dimatikan yang terletak di atas
sebuah huruf menunjukkan bahwa huruf tersebut dibaca mati.
b) Untuk menunjukkan bunyi vocal panjang, maka di atas huruf diberi
tanda ( ‾ ), contoh: ā , ī , ū.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
c) Huruf hamzah ( ۶ ) dilambangkan dengan tanda ( ' ) jika terletak di
tengah dan di akhir kata.
d) Huruf ta' marbuthah ( ة ) sebagai konsonan penutup ditransliterasikan
dengan /t/ atau /h/ mengikuti ketentuan yang berlaku pada kata-kata
yang bersangkutan.
e) Huruf ain ( ع ) ditransliterasikan menjadi tanda apostrop ( ‟ ) pada
kata-kata yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi
/k/ pada kata-kata yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
f) Huruf fa' ( ڧ ) ditransliterasikan menjadi /f/ pada kata-kata yang
belum diserap ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi /p/ pada kata-
kata yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
g) Dalam kalimat berbahasa Arab, konsonan pada akhir suku kata yang
terletak di akhir kalimat dibaca mati atau seolah-olah di atas huruf
tersebut terdapat tanda sukun ) atau tanda huruf dimatikan,
sedang yang terletak tengah kalimat dibaca sesuai dengan bacaan
yang ada.
Contoh: أرقإ مساب كبر يذلا قلخ Iqra' bismi Rabbika ‘l-ladzī khalaq
Khalaqa ‘l-insāna min ’alaq قلخ ناسنإلا قلعنم
h) Partikel /al/ atau لٲ yang diikuti oleh huruf Qamariyah ( غ ع خ ح ج ب ا
ditransliterasikan dengan /al/ apabila terletak di awal ( ي ه و م ك ق ف
kalimat atau anak kalimat dan ditransliterasikan dengan /„l/ apabila
terletak di tengah kalimat atau frase.
Contoh: دمحلا هللا يذلا هل ام ىف تومسلا امو ىف ضرألا
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Al-chamdu li ‘l-Lāhi ‘l-ladzī lahū mā fī ‘s-samāwāti
wa mā fī ‘l-ardl
i) Huruf /l/ atau ل pada partikel /al/ atau لٲ, apabila diikuti huruf
Syamsiyah (ن ل ظ ط ض ص ش س ز ر ذ د ث ت ), maka ditransliterasikan
menjadi huruf Syamsiyah yang mengikutinya.
Contoh: نيتلاو نوتيزلاو Wa ‘t-tīni wa ‘z-zaitūn
j) Dapat dilihat pada tabel Konsonan Huruf Arab, huruf ح
ditransliterasikan dengan /ch/. Huruf ح lebih aman ditransliterasikan
dengan /ch/ daripada /h/, karena jika kata yang mengandung huruf ح
ditransliterasikan dengan /h/. Contoh untuk alamat situs internet yang
lazim diberi garis bawah, maka garis bawahnya akan menerjang
tanda _ di bawah /h/ ini. Contoh: www.al-hadits.com akan menjadi
www.al-hadits.com.
k) Bunyi diftong ditransliterasikan dengan u untuk wau ( و ) dan i untuk
ya' ( ي ).
Contoh: موي نيدلا yaumi ‘d-dīn
bi aidī safaratin يديأب رفسة
l) Penulisan huruf besar atau huruh kapital dilakukan sesuai dengan
kelaziman penggunaan huruf Latin dalam bahasa Indonesia. Contoh:
Allah, nama orang, nama tempat, huruf awal dalam suatu kalimat,
dan sebagainya.
Contoh: مسب هللا يذلا ال هلا وهالا
Bismi ‘l-Lāhi ‘l-ladzī lā ilāha illā huwa
ناد اعد انديس هيلعرضح مالسلا
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dan doa sayyidinā Khidlir ’alaihi ‘s-salām
m) Ada di antara huruf-huruf Arab yang memiliki bentuk latin yang
terdiri dari dua huruf, misalnya ط (th), ض (dl), ذ (dz) sedangkan ada
pula rangkaian huruf yang memiliki bentuk latin yang sama, misalnya
د ,(th) هت Untuk membedakan antara huruf dengan .(dz) زد ,(dl) ل
rangkaian huruf ketika rangkaian huruf pada huruf pertama dibaca
mati, maka untuk menandakan sebagai rangkaian huruf di antara
huruf tersebut diberi tanda hubung (-).
Contoh: هتنرق qaranathu menjadi qaranat-hu, دأ -adlun menjadi ad ل
lun, dan زدإ idza menjadi id-za.
5) Kata-kata berbahasa Melayu yang dianggap sebagai kata arkais atau kata
yang memiliki ciri penulisan ejaan kuna ditransliterasikan sebagaimana
adanya dan diberi tanda garis bawah, kecuali yang sudah masuk ke dalam
ejaan bahasa Indonesia ditransliterasikan disesuaikan dengan Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hal ini sesuai dengan pendapat yang
diungkapkan oleh Isnamurti (dalam Panuti Sudjiman, 1995:101) bahwa
teks naskah-naskah lama merupakan sumber data yang sangat diperlukan
oleh para ahli linguistik. Perekaman perbedaan regional dan histories di
dalam struktur kalimat, diksi, gaya bahasa, serta cara penulisan kata
sangat berarti bagi penelitian dialektologi, khususnya dialektografi,
sejarah perkembangan bahasa, dan sejarah penulisan bahasa Melayu.
6) Tabel Pedoman Transliterasi
Tabel 10
Konsonan Huruf Arab
No. Huruf Nama Latin 1. ا alif a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
ba' b ب .2
ta' t ت .3
tsa' ts ث .4
jim j ج .5
cha' ch ح .6
kha' kh خ .7
dal d د .8
dzal dz ذ .9
ra' r ر .10
zai z ز .11
sin s س .12
syin sy ش .13
shad sh ص .14
dlad dl ض .15
tha' th ط .16
dha' dh ظ .17
‟ ain‟ ع .18
ghain gh غ .19
fa' f ف .20
qaf q ق .21
kaf k ك .22
lam l ل .23
mim m م .24
nun n ن .25
wau w و .26
ha' h ه .27
ya' y ي .28
' hamzah ء .29
Tabel 11
Konsonan Huruf Arab Melayu
No. Huruf Latin
1.
ڧ / ڨ
p
2.
ڠ
ng
3.
چ
c
4.
ک / ڭ
g
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5.
ڽ / پ
ny
2. Transliterasi
Bismi ‘l-Lāhi ‘r-Rachmāni ‘r-Rachīm. /
Al-chamdu li ‘l-Lāhi Rabbi ‘l-’ālamīn. Wa ‘l-’āqibatu li ‘l-muttaqīna wa ‘sh-shalātu
/ wa ‘s-salāmu ’alā sayyidinā Muchammadin sayyidi ‘l-mursalin wa
’alā alihi wa shachbihi / ajmaīn. Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam.
Bermula negeri / akhirat itu tertentu bagi orang yang takut akan Allah Taala. Dan
rahmat / dan selamanya itu tertentu atas penghulu segala Nabi yang mursal / dan atas
segala keluarganya dan segala sahabatnya sekalian mereka itu. /
Wa ba’du fahadzihi risālatun musammātun bi Manhaji ‘l-Atammi fī Tabwībi /
‘l-Chikam. Adapun kemudian dari itu maka inilah kitab yang dinamai // akan dia
dengan Manhaju ‘l-Atammi pada menyatakan segala bab hukum. /
Bābu ‘l-’Ilmi. Ini bab pada menyatakan ilmu yang memberi manfaat. / Al-
’ilmun nāfi’un huwa ‘l-ladzi yanbuthu fī shadri syafā’ata wa yaksyafa / ’ani ‘l-qalbi
qanā’ah. Bermula ilmu yang memberi manfaat itu yaitu / yang terhampar dalam hati
cahayanya dan membawa akan hakikat dunia / (ini) dan akhirat (itu)1 dan
membukakan pula ia daripada dinding hati / yang meneguhkan daripada paham.
Khairu ‘l-’ilmi mākānati ‘l-khasyyatu ma’ah. / Sebaik-baik ilmu itu barang yang
telah ada takut beserta dengan dia. / Al-’ilmu in qāranat-hu ‘l-khasyyata falaka wa
1 Tertulis
2
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
illā fa’alaik. Bermula / ilmu itu juga menyertai dia takut akan Allah. Maka
perolehmu balas / dan pahala dan juga tiada (maka) atasmu2 dosanya dan siksanya. /
Bābu ‘t-Taubah. Ini bab pada menyatakan tobat. Kaifa yasyruqu qalbun /
shuwaru ‘l-'akwani munthabi’atun fī mira'atih. Betapa bercahaya hati / segala
rupaku ini tersikah pada mata hatinya. Am kaifa yarchalu illā ‘l-Lāhi / wa huwa
mukawila bi syahwātih. Itu betapa pergi kepada Allah Taala itu pada- / hal ia
tertambah dengan segala keyakinannya. Am kaifa yathma’u \an\yad3 / khula
chadlrata ‘l-Lāhi wa huwa lam tayathahhari min jānābati muflātihi // Itu betapa
loba akan masuk kepada daerah wilayah Allah pada hal / ia tiada mengujikan
darinya daripada jinabat laluinya. Am kaifa yarjū / ayyufahnamu daqāiqa ‘l-asrāri
wa huwa lam yatub min hafwātih. / Itu betapa harap paham akan segala setiap-setiap
rahasia padahal ia tiada / tobat daripada terganjar.
Lā shaghīratan idzā qablaka ’ad-luhu wa lā kabīratu idzā / wa\j\huka4 fadllah.
Tiada gejala dosa itu apabila membetul dikau sifat / adanya dan tiada benar apabila
membetul dikau sifat fadlal-nya. Idzā / wa qa’a minka dzanbun falā yakun dzalika
sababā yū’isuka min chushūli illā / ‘l-istaqāmmati ma’a Rabbika. Wa qadyakūna
dzalika akhiru dzanbun quddira / alaik. Apabila jatuh daripadamu dosa maka jangan
kiranya yang / demikian itu akan sebab memutuskan asamu dari pada hasil
istiqamah {yakni sempurna} / serta Tuhanmu. Maka terkadang adalah yang
demikian itu kesudahan / dosa ditakdirkan atasmu.
2 Tertulis
3 Tertulis
4 Tertulis
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Min ’alāmati mauti ‘l-qalbi ’adamu / ‘l-cha\za\ni5 ’alā mā fātaka
minaththā’āti watarku ‘n-nadmi alā fa’alathu / min wujūdi ‘z-zullāt. Kata Syaikh
radliya ‘l-Lāhu ’anh. Setengah daripada / alamat mata hati itu kata dan bercinta atas
yang luput akan dikau / daripada segala kebaktian dan meninggalkan suka atas yang
telah kufur buta <dari> // daripada6 wujud kesalahan. Lā ya’ dhamu ‘dz-dzanba
’indaka ’a\dha\(la)matan7 / ta’udduka ’an chusni ‘dh-dhanni bi ‘l-Lāh. Jangan
kiranya besar dosa / padamu dengan besar yang meneguhkan dikau daripada berbaik
dlan-mu akan Allah / Taala. Fāinna man ’arafa Rabbahu istashfara fī janbi karmihi
dzanbuh. / Maka bahwasanya barang siapa mengenal Tuhannya niscaya kecil pada
lambang / sifat karamnya dosanya.
Bābu ‘l-Ikhlasi fī ‘l-’Amal. Ini [bab] pada menyatakan8 / ikhlas pada berbuat
amal. Al-’a’mālu shurun qā’imatun wa arwachuhā / wujūdu sirri ‘l-ikhlāsi fī hā.
Segala amal itu yaitu segala rupa yang ber- / diri ia dan adalah segala nyawanya itu
diperoleh sirr ikhlas dalamnya. / Mā arādatu himmatu shālikin an taqifa ’inda mā
kusyifa lahā illā wa anā / dat-hu hawātifu ‘l-chaqīqati ‘l-ladzī tathlubu mā amaka.
Tiada jua <ber> / berkehendak9 jinak orang yang menjalani jalan Allah bahwa
berhenti ia / tatkala dibukakan baginya daripada segala ilmu dan makrifat melainkan
menyuruh dia / segala lisan ‘l-chāl yang telah dibukakan Allah baginya demikian
bunyinya yang / kau tuntut akan dia itu lagi di hadapanmu. Wa lā tabarra chabat
5 Tertulis
6 Tertulis
7 Tertulis
8 Tertulis
9 Tertulis
5
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
falawā / huwa mukawwanāti illā wa nā datka chaqātiquhā innahā nachnu fitnatun /
falā takfur. Dan tiada jua berahasia segala dhahir mukawwanat dengan //
[ra]hasi[a]10
yang menceritakan bagi segala adat melainkan menyeru dikau segala /
hakikatnya demikian bunyinya hanya sanya kamu ini fitnah. Maka jangan / engkau
kufur akan nikmat Allah atasmu.
Lā tarchalu min kaunin anī kaunin / fatakūnu kachihāri ‘r-rachāyasiru. Wa ‘l-
ladzī irtachala ilaihi huwā / ‘l-ladzī irtachalu ’anh. Jangan engkau tatka[la]11
itu
seperti chimārun / meng[h]ilang12
batu j.k.y dan berjalan ia. Dan adalah yang pergi
ia kepadanya / itu yaitulah yang pergi ia dari padanya. Wa lakin irchal mina ‘l-
akwāni / ilā ‘l-mukawwiāni wa inna ilā Rabbika ‘l-muntahā. Dan tetap pergi engkau
/ berjalan daripada segala guna kepada yang mengadakan dia dan bahwasanya /
kepada Tuhanmu jua kesudahan.
Wa andhur ilā qaulī shallā ‘l-Lāhu ’alaihi / wa sallama. Famankānat
\hi\jratuhu13
ilā ‘l-Lāhi wa rasūli fa\hi\jratuhu14
/ ilā ‘l-Lāhi wa rasūlih. Dan tidak
olehmu kepada sabda Nabi sh.15
/ Maka barang siapa ada berpindahnya kepada
Allah dan rasul-Nya maka adalah / pindahnya itu kepada Allah dan rasul-Nya. Wa
man kānat \hi\jratuhu16
/ ilā ‘d-dunyā yushībuhā au imr\a\['a]tin17
yatazawwajuhā
10 Tertulis
11 Tertulis
12 Tertulis
13 Tertulis
14 Tertulis
15 Tertulis terbaca „Nabi sh.‟ (merupakan singkatan dari penyalin, yaitu shallā ‘l-Lāhu
’alaihi wa sallam)
16 Tertulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
fa\hi\jratuhu18
<ilā> / ilā mā19
hājara ilaih. Dan barang siapa berpindahnya kepada
dunia / niscaya diperoleh [a]kan dia20
itu kepada perempuan niscaya dikahwininya //
akan dia, maka adalah pindahnya itu kepada yang dipindahnya ia / kepadanya.21
Fāndhur ilā qaulihi ’alaihi ‘sh-shalātu wassalāmu. Fahajratuhu / ilā mā
hājara wa tāmak hadza ‘l-amra wa ilaihi turja’u ‘l-akwānu. <Fā> / Fāfhim22
haqqa
‘l-fahmi in kunta dzā fahmin wassalāmu alā mani / ‘t-taba’a ‘l-hudā. Maka tilik
olehmu kepada sabda Nabi ’alaihi ‘sh-shalātu / wassalām. Maka pindahnya itu
kepada yang dipindah ia kepadanya dan / bicara akan olehmu pekerjaan ini dan
kepadanya jua kembali segala aku ini. / Maka pahamkan olehmu dengan sebenar-
benar paham juga engkau memang(i) ia23
paham dan / sejahtera atas orang yang
mengikuti Penjaganya.
Lā amalan (a)rajā24
/ lil qulubi min ’amalin la yaghibu ’anka syuhudahu wa
yatachaqqira ’indaka / wujudah. Tiada ada amal yang terlebih diharap pahalanya
bagi segala / hati daripada amal yang gaib daripadamu memandang dia dengan
sebab memandang / yang mengarunia akan dia dan hina benar padamu wujudnya
dengan / i’tibār tiada patut akan yang kau perbuat akan dia itu. Lā taqrachuka / ‘th-
17 Tertulis
18 Tertulis
19 Tertulis
20 Tertulis
21 HR Bukhari dan Muslim dalam kitab Arba’in An-Nawawi dan kitab Riyadlus Shalihin Jilid 1
22 Tertulis
23 Tertulis
24 Tertulis
7
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
thā’a\tu\25
liannahā barazat minka. Jangan me[m]bukakan26
dikau taat / karena ia
tiada [da]ri padamu27
. Wāfrich bihā liannahā barzat mina ‘l-Lāhi ilaik. / Suka akan
olehmu akan dia karena ia yaitu daripada Allah kepadamu. Qul bi fadlli ‘l-Lāhi // wa
bi rachmatihi fabidzalika falyafrahū huwa khairun mimmā yajma’ūn. / Kata olehmu
dengan anugerah Allah dan rahmat-Nya. Maka dengan demikian itu / maka suruh
segala mereka itu yaitu terlebih baik daripada barang yang diampuni / akan mereka
itu.
Jalla Rabbunā an yu’āmilahu ‘l-’aidu naqdān fayujānīhi / nasi’ah. Besar
Tuhan kita daripada bahwa muamalah dengan dia hambanya / tuannya maka
balasnya dengan bertingkat. Kafā min jazā’ihi iyyāka ’alā / ‘th-thā’ati an radliyaka
lahā ahlān. Memadainyalah balas Allah akan dikau / atas kebaktian itu bahwa rida
Ia akan dikau bagi taat itu ahlinya. / Kafā ‘l-āmilīna jazā’a mā huwa fā tichuhu ’alā
qulūbihim fī thā’atihi / wa mā huwa mūriduhu ’alaihim min wujūdihi muwanasatih.
Telah memadainyalah / akan segala orang yang amal itu balas amalnya yang
membukakan dia / atas segala hati mereka itu pada berbuat taat akan dia yakni /
manusi[a]28
berbuat taat itu dan ia membawa dia atas mereka itu / daripada diperoleh
berjinak-jinakkan dengan dia.
Man ’abbadahu lisyai’in yarjūhu / minhu auliyad fa’u bithā’ati wa rauda ‘l-
’uqūbati ’anhu fama qalama sichaqqi / aushāfīh. Barangsiapa menyembah Dia
karena suatu yang diharapnya / daripadanya itu supaya menolakkan ia dengan
25 Tertulis
26 Tertulis
27 Tertulis
28 Tertulis
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
taatnya itu datang // siksa daripadanya maka tiadalah berdiri pada Chaqq segala
sifat-Nya. / Matā thalabta ’iwādlān ’alā ’amali thūlibta biwujūdi ‘sh-shidqi fīh. /
Manakala kau tuntut ganti atas amalmu niscaya tuntut engkau / akan diperoleh benar
dalamnya. Wa yakfī ‘l-murību wa jadāna ‘s-salām. Telah memada- / inyalah akan
orang yang tiada benar pada amal itu diperoleh selamat ia / daripada siksa. Lā
tathlub ’iwadlā min ’amali lasta lahu fā’ilān yakfī / mina ‘l-jazā’i laka ’alā ‘l-’amali
inkānalahu qābilān. Jangan kau tuntut / ganti dari pada amal yang tiada engkau
baginya berbuat pada hakikatnya memadainyalah / akan balas bagimu atas amal itu
bahwa ada ia menerimanya.
Anta / ilā chī idzā atha’tahu achwaju minka ilā chilmihi idzā ’ashaitah.
Bermula / engkau kepada meberi Chaqq Taala apabila engkau taat akan Dia terlebih
semangat / berkehendak daripadamu kepada sabarnya apabila durhaka engkau akan
dia. Rubbamā / dakhala ‘l-riyā’u alaika chaitsu lā yandhuru ‘l-khalqu ilaik. Mudah-
mudahan / masuk riya atasmu pada tempat yang tiada menilik segala makhluk
kepadamu. / Istasyrāfuka an ya’lama ‘l-khalqa bikhushū miyyatika dalīlun ’alā
’adami / shidqikā fī ’ubūdiyyatik. Adalah sebab yang demikian itu karena
bahwasanya / (i)nya(ng)tamu29
akan diketahui oleh segala makhluk ketentuanmu
me\ngu\capkannya30
// atas ketiadaan benarmu ubudiahmu karena jikalau benar
engkau serta / Tuhanmu niscaya tiada engkau berpaling kepada yang lain.
Ghayyib / nadhra ‘l-khalqi ilaika bi nadhri ‘l-Lāhi ilaik. Gaibkan olehmu tilik
<segala> / segala31
makhluk kepadamu dengan tilik Allah kepadamu. Wa ghayyib
29 Tertulis
30 Tertulis
31 Tertulis
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
min wujūdi / iqbālihim ’alaika bi syuhūdi iqbālihi ’alaik. Dan gaibkan olehmu / akan
dirimu daripada\ku\32
dan berhadap segala makhluk atasmu dengan / memandang
berhadap Allah atasmu dengan mengerti Ia dan memberi nikmat / akan dikau. Lā
\yucha\bbu33
‘l-’amalu ‘l-musytaraku kadzalika lā yu\cha\bbu34
‘l-qalbu ‘l-
musytarak. / Dan Chaqq Subchānahu wa Taala itu seperti tiada dikasihinya / amal
yang disekutukan demikian lagi tiada dikasihinya akan hati yang disekutukan /
dengan mengasihi yang lain daripadanya.
Al-’amalu ‘l-musytariku lā yaqbiluhu <wa> / wa ‘l-qalbu35
‘l-musytariku lā
yuqabbilu ’alaih. Bermula amal yang disekutukan / itu tiada diterimanya akan dia
dan hanya yang disekutukan itu tiada / berhadap atas. Mā achbabta syai’ān illā
kuntalahu ’abdān wa huwa lā yachabbu / takūna lighairihi abdān. Tiada jua kau
kasihi barang suatu dalam nyatakan adalah / engkau baginya hamba dan Tuhanmu
tiada mengasihi dikau akan hamba bagi / yang lain daripadanya karena ia
membesarkan qadar-mu tiada karena hajat // daripadanya kepadanya. Laisa ‘l-
muchibbu ‘l-ladzī yarjū min machbūbihi / ’iwadlān au yathlubu minhu ghardlān
fainna ‘l-muchibbu man yabdzul. / Tiada orang yang mengasihi pada hakikatnya
orang yang harap daripada / yang dikasihinya beroleh balas atas amalnya atau
menuntut daripadanya. / Maka bahwasanya orang yang itu pada hakikatnya orang
yang memberikan nyawanya / bagi kekasihnya padahal iktikatkannya sedikit lagi
pemerinya itu. / Laisa ‘l-muchibbu man yabdzululah. Tiada dibilangkan mengasihi
32 Tertulis
33 Tertulis
34 Tertulis
35 Tertulis
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
orang yang / diberi baginya apabila ia berbuat segala amal diiktikatkannya amalnya /
sangat banyak. Kai\fa\36
an tathlu\ba\37
‘l-’iwādla ’alā ’amali huwa / mutashaddiqu
bihi ’alaika. Am kaifa tathlubu ‘l-jazā’a ’alā shidqin / huwa muhdīhi ilaik. Maka
buangkan olehmu citamu daripada menuntut / ganti amalmu daripada Tuhanmu.
Betapa kau tuntut ganti itu amal pada- / hal ia jua men-shidqi-hakan dia atasmu atau
betapa kau tuntut / balas atas benarmu ia jua yang menghadia\h\kan38
dia
kepadamu.
Bābu / Chikami fī ‘sh-Shalāt. Ini bab pada menyatakan segala hikmah dalam
sembahyang. / ‘Sh-shalāti thuhri lilqalūbi wa istiftāchun lilghuyūb. Bermula /
sembahyang itu menyucikan bagi segala hati dan membukakan bagi pintu // segala
yang gaib-gaib. ‘Sh-shalātu \ma\challu39
‘l-munājāti wa ma’dinu / ‘l-mushāfāt.
Bermula sembahyang itu tempat munajat dan [se]kalian40
/ artinya berikhlas.
Tatta[bi]’u41
fī hā mayādīnu ‘l-asrāri wa / tasyraqu fīhā bi syawari\ki\42
‘l-
anwār. Luas dalamnya medan rahasia / dan berbenderang dalamnya segala
benderang anwār. Lammā ’alima ‘l-Haqqu minka / wujudu ‘l-milali lawwanalaka
‘th-thā’āt. Tatkala diketahui oleh Chaqq / Taala daripadamu wujud dijemu maka
dibagi-bagikannya bagimu segala / kebaktiannya. Wa ’alima mā fīka min wujūdi ‘l-
syarraqi fachajarahā alaika / fī ba’dli ‘l-auqāt. Dan telah diketahuinya yang
36 Tertulis
37 Tertulis
38 Tertulis
39 Tertulis
40 Tertulis
41 Tertulis
42 Tertulis
11
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
padamu diperoleh ringan / nafas pada bersegera yang membawa kepada jemu maka
diselang-selangnginya itu / atasmu pada setengah dari pada segala waktu. Liyakūna
himmuka iqāmata ‘sh-shalāti / famā kullun mushallin mukīmun. Hendaklah ada
citamu itu mendirikan / sembahyang serta segala chad-nya dan segala syaratnya
tiada wujud sembahyang / jua hanyalah maka tiada tiap-tiap yang sembahyang itu
mendirikan sembahyang. /
’Alima wujūda ‘dl-dla’fi minka faqalula a’dādahā wa ’alima ikhtayā- / jakā ilā
fadllihi fakatsara ’amdādahā. Telah diketahuinya keadaan \dl\aif43
/ dari padamu
maka sedikitkan bilangannya dan telah diketahuinya berkehendakmu // kepada
anugerahnya maka dibanyakkannya segala pahalanya. Qayyadā ‘th-tha’āti / bi
a’yāni ‘l-auqāti lailā yamna’ala minhā wujūdu ‘t-tatswīfi wa wa- / si’a ’alaika ‘l-
waqta kai tabghī laka chishshata ‘l-ikhtiyār. Maka ketahui / olehmu bahwasanya
Chaqq Taala telah menambatkan segala taat itu dengan / keadaan segala waktu
supaya jangan meneguhkan dikau daripada mengerjakan dia / citamu lagi akan
kukerjakan dan luaskan atasmu waktu supaya di[te]guhkan44
/ bagimu suatu
perubahan daripada ikhtiar.
’Alima qillatu nuhūdli ‘l-’ibādi / ilā mu’āmilatihi fa'aujaba ’alaihim wujūdu
tha’āti fasāqahum / ilaihā bisalāsili ‘l-ījāb. Telah diketahui Chaqq Taala sedikit /
bangkit segala hambanya kepada muamalah dengan dia. Maka diwajibkan atas /
mereka itu wujud taat akan Dia. Maka lupanya mereka itu kepada taat itu / dengan
rapatnya mewajibkan itu. ’Ajaba Rabbuka min qaumi yusāqū- / na iyā ‘l-jannati
43 Tertulis
44 Tertulis
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bīssalāsil. Telah ’ajib Tuhanmu daripada kaum yang / da[hu]lu45
kepada syurga
dengan segala. Aujaba ’alaika wujūdu thā’ati / wa mā aujaba ’alaika illā dakhala
jannatah. Telah diwajibkan atasmu / wujud taatnya dan tiada wajibkan atasmu pada
hakikatnya / melainkan masuk syurga-Nya. Inilah merasalah bagi jawab orang yang
meni\li\k(an)46
// daripada sabda Nabi sh.m47
. Waju’ilat qurratu’ainin fī ‘sh-shalāti.
Hallun / dzalika khashshun bihi au lighairihi minhu syirbun wa nashībun. Telah
<dijadi> / dijadikan48
suka cita akan mata hatiku atau sejuk mata hatiku dalam /
sembahyang. Adakah yang demikian itu tertentu akan shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa
sallam jua atau bagi lain / daripada yang demikian itu suatu perubahan dan bahgian.
Faajāba \anna\49
/ qarrata ‘l-’aini bisysyuhūdi ’alā qadri ‘l-ma’rifati bisysyuhūdi
fārrasūlu / shallatu ‘l-Lāhi wa salāmuhu ’alaihi laisa ma’rifatun kama’rifatihi
falaisa / qurratu’aini kufratih. Maka dijawab oleh Syaikh radiya ‘l-Lāhu ’anhu /
dengan jawab yang tiada penah dahulu baginya dengan ijmāl kemudian / disebutnya
dengan tafshīl. Tatkala dikatanya bahwasanya suka cita mata / hati atau sejuk mata
hati dengan memandang itu atas sekira-kira makrifat / akan yang dipandang.
Bermula shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam tiada ada makrifat seorang seperti /
makrifatnya maka tiadalah suka cita mata hati atau sejuk mata hati / seperti suka cita
mata atau hatinya. Wa innamā qulnā inna qurrata’ainihi / fī shalātihi bisyuhūdi
45 Tertulis
46 Tertulis
47 Tertulis terbaca Nabi sh.m. (Sh.m. singkatan dari shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam)
48 Tertulis
49 Tertulis
14
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jalāli masyhūdihi liannahu qad asyā\ra\50
ilā / dzalika biqaulihi fī ‘sh-shalāti. Wa
lam yaqul bi ‘sh-shalāti in huwa shalātu / ‘l-Lāhi ’alaihi wa salāmuhu lā tuqirru
’ainuhu bighairi Rabbihi. Wa kaifā wa huwa yadullu // ’alā hadza ‘l-maqāmi wa
ya'murubihi min siwāh. Kata Syaikh hanya sanya telah / kata suka cita hatinya
shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam dalam sembahyangnya dengan sanya memandang
ke barat / masyhud-nya karena ia telah disertakan kepada yang demikian dengan
sabdanya / dalam sembahyang. Dan tiada dikatanya akan sembahyang karena ia
shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam / tiada suka cita hatinya akan yang lain daripada
Tuhannya. Dan betapa tiada / yang demikian itu padahal Nabi ’alaihi ‘sh-shalātu wa
‘s-salām menuju ke / atas maqam ini disuarakannya dengan dia orang yang lain
daripadanya. / Liqaulihi shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam \u\’bu\ddi\ ‘l-Lā\ha\51
ka'annaka tarāhu wa machālu an yarāhu wa yasyhadu / ma’ahu siwāh. Karena
sabda Nabi shallā ‘l-Lāhu ’alaihi wa sallam sembah olehmu Allah seolah-olah kau
lihat / akan Dia52
dan machālun bahwa dilihat akan Dia dan dipandang serta selain /
daripadanya.
Qāla lahu ‘l-qā\’il\53
qadtakūnu quratu ‘l-’aini bi ‘sh-shalāti lā / liannahā
fadllun mina ‘l-Lāhi wa bārizatun min mittati ‘l-Lāhi fakaifa lā yafrachu / bihāwa
qāla subchānahu wa ta’ālā bifadlli ‘l-Lāhi wa birachmatihi fabidzalika /
falyafrachū. Telah berkata bagi Syaikh seorang yang mengapa sanya terkadang /
adalah suka cita hati itu akan sembahyang karena ia anugerah daripada Allah / Taala
dan tiada ia daripada nikmat Allah ’Azza wa Jalla. Maka betapa tiada / suka <kan>
50 Tertulis
51 Tertulis
52 HR Muslim dalam kitab Arba’in An-Nawawi
53 Tertulis
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
akan dia54
dan betapa tiada suka cita hati akan dia. Dan telah // berfirman Chaqq
Subchānahu wa Ta’ala kata olehmu ya Muchammad dengan / anugerah Allah dan
dengan rachmatnya jua maka dengan itulah suruh / suka cita mereka itu. Khairun
mimmā yajma’ūn. Yaitu terlebih baik / daripada yang dihimpunkan mereka itu.
Fā’lam anna ‘l-ayata qad aumā’at / ilā ‘l-jawābi liman yafhumu sirra ‘l-khithābi idz
qāla fabidzalika / falyafrachū wa lam yaqul fāfrach. Maka ketahui olehmu hanya
orang yang / bertanya bahwasanya itu yang kau isyaratkan kepadanya itu telah
mengisyaratkan / kepada jawab bagi orang yang paham akan sirra khithābi tatkala
dikatanya / dengan demikian itulah suruh suka cita mereka itu ya Muchammad
padahal / tiada dikata suka cita olehmu ya Muchammad. Qul lahum layafrachū bi ‘l-
ichsāni / wa ‘t-tafdlili walyakun farchuka anta bi ‘l-mutafudldlali kamā qāla fi ‘l-
ayati /‘l-ukhrā qul ‘l-Lāhu tsumma dzarhum fī chaudlihim yal’abūna. Kata olehmu /
bagi mereka itu ya Muchammad hendaklah suka cita mereka itu dengan ihsan / dan
tafadldlal dan hendaklah keadaan suka cita akan yang menganugerahinya / seperti
firman Allah Taala pada itu yang lain kata olehmu ya Muchammad / Allah maka
tinggalkan olehmu mereka itu masuk bermain-main.
Bābu / ‘l-’uzlati wa ‘l-khumūl. Bab pada menyatakan ’uzlah dan khumūl. // Mā
nafa’a ‘l-qalbu syai’un mitslu ’uzlatin yad khulubihā mīdānu fikrih. / Tiada memberi
manfaat akan hati suatu seperti mengasingkan diri yang / masuk dengan dia
kepada(mu)nya dan pikirnya55
. Idfin wujūdaka fī ardli / ‘l-khumūli famā nabata
mimmā lam yudfan lam yatamma nitājuh. Tanam olehmu / wujudmu pada bumi
yang terbuan maka barang yang tambah daripada yang tiada / ditanam tiada
54 Tertulis
55 Tertulis
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sempurna tambahnya. Satara anwāra ‘s-sara’iri kamasyā’ifi / ‘dh-dhawāmiri
shiyānatan lahā an tabruzi b\i\wujūdi56
‘l-idhhāri wa at / yanādī ’alaihā bilisāni ‘l-
inhār. Telah ditutup Allah segala nur / rahasia dengan batil segala yang dhahir yang
ia atsar bisirri yang itu karena / memelihara akan baginya daripada dihina-hinakan
ia dengan keadaan nyatakan dia dan / daripada disuruh-suruh atasnya dengan kata
masyhur. Maka tatkala itu jadi batil[l]ah57
/ mengenai ketentuan bagi yang
ditentukan bagi segala hamba Allah itu.
Subchāna / man satara sirra ‘l-khushūshiyati bidhuhūri washfi ‘l-basyariyyati
wa / dhaharahu bi’adhmati ‘r-rubūbiyati fī idlhāri ‘l-’ubūdiyyah. Maha Suci /
Tuhan yang me<nu>nutup58
sirr ketentuan menyatakan ubudiah. Subchāna / man
lam yaj’ali ‘d-dalīli ’alā auliyā’ihi illā min chai\tsu\59
‘d-dalīli ’alaih. / Maha Suci
Tuhan yang tiada menjadikan dalil atas segala walinya // melainkan daripada pihak
dalil atasnya. Maka seperti tiada dalil atasnya Chaqq Taala / melainkan yang telah
dinyatakan tiada ada dalil atas segala walinya melainkan yang telah / nyata daripada
mereka itu. Wa lam yūshil ilaihim illā man arāda an yūshilahu / ilaih. Dan tiada
disampaikan Allah kepada segala walinya itu melainkan orang yang / dikehendaki-
Nya menyampaikan dia kepadanya karena perangai mereka itu. Tiada jua / diketahui
mereka itu seorang melainkan ditunjuk mereka itu akan dia kepada Allah / karena
mereka itu tiada celaka sekedudukan mereka itu.
56 Tertulis
57 Tertulis
58 Tertulis
59 Tertulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bābu Fīri ’Ayati ‘l-Wa- / qti wa Ightināmih. Ini bab pada menyatakan
memeliharakan waktu dan \me\ramaikan60
/ akan dia. Mā min nafsin tubdīhi illā wa
lahu qadrun fīka yamidliyah. Tiada / daripada nafas yang dikeluarkan itu melainkan
adalah baginya untung padamu dila\ku\kannya61
/ jua akan dia kata syi’ir ini bilang
segala nafas tutup-tutup hari seribu / dua puluh empat nafas. Maka tutup-tutup
semata nafas itu ada peruntungannya / ditakdirkan Allah disampaikannya jua akan
dia. Wa bi ‘l-Lāhi ‘l-taufīqi wa ‘l-Lāhu / a’lam. Lā tataraqat furughu ‘l-aghyāri
fainna dzalika yu’thi’uka ’an juwi ‘l-murāqabati / lahu fīmā huwa muqīmuka fīh.
Jangan kau ini tanya selesai segala aghyar / itu maka bahwasanya adalah yang
demikian itu memutuskan dikau daripada wujud / muraqabah baginya pada yang ia
mendirikan dikau dalamnya itu. Ichālatuka <‘l-\'a\> // ‘l-'a’māla62
alā wujudi ‘l-
firāghi min ra’ūnāti ‘n-nuqūs. Memindahkan / engkau akan segala amal atas
diperoleh selesai itu setengah daripada kekurangan / akal segala dirimu.
Chuqūqun fī ‘l-auqāti yumkinu qadlā’uhā wa chuqūqu / ‘l-auqāti lā yumkinu
qadlā’uhā. Maka ketahui olehmu segala chaqq itu / dua bagi suatu chaqq yang pada
segala waktu kedua chaqq segala waktu. Maka chaqq / yang pada segala waktu itu
dapat mengqada dia dan segala chaqq waktu itu / tiada dapat meng-qadlā dia karena
bersembunyi-sembunyinya dan berturut-turutnya. / Idzmā min waqtin yaridu illā wa
li ‘l-Lāhi ’alaika fīhi chaqqu jadīdun wa amru akīd. / Karena tiada ada daripada
waktu yang datang jikalau ada ia satu nafas segala pun / melainkan ada bagi Allah
atasmu dalamnya chaqq yang baharu yaitu syukur akan Dia / atas keluar nafas itu
60 Tertulis
61 Tertulis
62 Tertulis
18
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan pekerjaan yang amat takut yaitu yang di- / wajibkan [a]kan63
Dia dulu waktu itu
yaitu syukur akan Dia. Fakaifa taqdlī / fīhi chaqqan ghairihi wa anta lam taqdli
chaqqa ‘l-Lāhi fīh. Maka betapa kau bayar / dalamnya chaqq yang lain daripada
Allah padahal tiada kau bayar Chaqq Allah / dalamnya.
Māfāta min ’umurika lā ’iwadla lahu wa mā ja’ala laka minhu / lā qīmata lah.
Jikalau kau ketahui bahwasanya barang yang luput daripada / umurmu tiada ganti
baginya niscaya tiada sah daripadamu ghaflah dan // dan apabila kau ketahui barang
yang hasil bagimu daripada umurmu itu / tiada kiamat baginya niscaya ada engkau
mengirimkan segala waktumu pada syukur / akan yang hasil itu. Al-khudzlāna kullu
‘l-khudzlāni an tanafarragha mina / ‘sy-syawāghilin tsumma lā tatawajjahu ilaihi
wa taqilla ’amayiquka tsumma lā tarchala / ilaih. Dan apabila adalah pekerjaan atas
yang tersebut itu maka tiada beroleh / penolong segala-segala bahwa selesai engkau
daripada segala membeba\n\kan dikau64
maka / tiada engkau berhadap kepada-Nya
dan sedikit segala pekerjaan yang / meneguhkan dikau maka tiada engkau berpindah
kepadanya daripada segala nafsunya. /
Bābu ‘dz-Dzikr. Ini bab pada menyatakan adab zikir. Lā tat\ra\ku65
‘dz-dzikri
\li\’adami66
/ chudlūrika ma’a ‘l-Lāhi fīhi lianna ghaflataka ’an wujūdi dzikrihi
asyaddu / min ghaflatika fī wujūdi dzikrih. Jangan kau tinggalkan zikir karena /
keadaan chudlūr-mu serta Allah dalamnya karena bahwasanya laluimu daripada /
keadaan dan zikir akan Allah itu terlebih sangat jahatnya daripada laluimu akan /
63 Tertulis
64 Tertulis
65 Tertulis
66 Tertulis
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang dalam zikir akan dia. Fa’asāhu an yarfa’aka min dzikrin ma’a wujūdin /
ghaflatin ilā dzikrin ma’a wujūdin yaqdhatin. Maka mudah-mudahan dilekat- / kan
Allah engkau daripada zikir serta diperoleh lalui kepada zikir serta diperoleh / juga.
Wa min dzikrin ma’a wujūdin yaqdhatin ilā dzikrin ma’a wujūdin chudlūrin. // Dan
daripada zikir serta diperoleh juga kepada zikir serta diperoleh / chudlūr. Wa min
dzikrin ma’a wujūdin chudlūrin ilā dzikrin ma’a ghaibatin / ’ammā siwā al-
madzkūr. Dan daripada zikir serta diperoleh chudlūr / kepada zikir serta gaib
daripada yang lain daripada madzkūr hingga / masuklah orang yang zikir itu ke
dalam madzkūr-nya. Wa mā dzalika ’alā ‘l-Lāhi / bi’azīz. Dan tiada yang demikian
itu atas Allah syukur. /
Akramaka karamātin tsalā\tsin\67
ja’alaka dzikran lahu wa lau lā fadlluhu /
lam takun ahlān lijuryāni dzikrihi ’alaik. Ketahui olehmu bahwasanya / Chaqq
Taala telah dimuliakannya akan dikau dengan segala kemuliaan yang / tiga suatu
telah dijadikan-Nya engkau zikir bagi-Nya karena dilakukannya / zikir akan dia atas
lidahmu dan jikalau tiada ingkar hanya saja ia / tiada engkau patut bagi dilagi zikir
akan dia atasmu. Wa ja’alaka madzkūrān / bihi idz chaqqaqa \ni\sbatuhu68
ladaik.
Dan kedua telah dijadikannya Allah / akan dikau madzkūr dengan dia maka dikata Ia
Tuhanmu dan engkau / hamba-Nya maka ujub segala akan besar nikmat-Nya atasmu
karena ditahkikkan / nisbahnya padamu. Waja’alaka madzkūrān ’indahu fatumimma
ni’matuhu / ’alaik. Dan ketiga telah dijadikannya akan dikau madzkūr padanya. //
Tatkala firmannya, fadzkurūnī adzkurkum69
. Artinya maka sebut oleh kamu / akan
67 Tertulis
68 Tertulis
69 QS Al-Baqarah ayat 152
21
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Daku niscaya kusebut akan kamu. Maka disempurnakannya nikmatnya / atasmu.
Lau asyraka nūru ‘l-yakīni lara’aita ‘dz-dzara ‘l-akhirata / aqraba ilaika min an
tarchala ilaihā wa lara’aita machāsina / ladunyā waqad dhaharat kisfatu ‘l-fanā’i
’alaihā. Jikalau terbit / nur yaqin niscaya kau lihat negeri akhirat terlebih hampir /
kepadamu daripada engkau pergi kepadanya dan niscaya kau \li\hat70
segala /
kebajikan dunia itu padahal \nya\ta71
kerhana72
fana atasnya. Al-akwānu / dhāhiru
hāghiratun wa bāthinuhā ’ibratun. Segala guna itu dhahir-nya / didiakan tiada
hakikat baginya dan batinnya akan ’ibrah. Fānafsu / tandhuru ilā dhāhiri ghirratihā
wa ‘l-qalbu yandhuru ilā bāthinu ’ibratihā. / Maka nafsu itu menilik kepada dhahir-
(dia)nya73
dan hati itu menilik kepada / batin i’tibār-nya. In aradta an yakūna laka
’izzun lā yafnī falā / tasta’izzanna bi’izzin yaghnī. Jika engkau berkehendak bahwa
ada bagimu / kemuliaan yang tiada difana maka janganlah engkau tuntut akan
kemuliaan / yang fana.
Bābu ‘l-Faqri wa ‘l-Fāqat. Ini bab pada menyatakan fakir / dan sangat chājat.
Wa rūdu ‘l-fāqāti a’yādu ‘l-murīdīn. // Bermula datang sangat segala hajat itu hari
raya segala / murīd. Hasil kata Zaruq, maka adalah sebab demikian itu karena /
sangat hajat itu menghadapkan hati mereka itu kepada Tuhan / mereka itu terkadang
dengan samar dan terkadang dengan tan[p]a kata74
dan terkadang / dengan te\nang\75
di bawah sifat Jalāl Chaqq Ta’ālā. Rubbamā wajadtu / mina ‘l-mazīdi fī ‘l-fāqāti mā
70 Tertulis
71 Tertulis
72 Diduga yang dimaksud adalah „karena‟
73 Tertulis
74 Tertulis
75 Tertulis
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lā tajiduhu fī ‘sh-shaumi wa ‘sh-shalāt. / Mudah-mudahan kau peroleh chudlūr
bertambah-tambah pada ketika sangat / hajat itu yang tiada kau peroleh pada ketika
puasa dan sembahyang jikalau / ada keduanya itu setinggi-tinggi ibadah segalapun.
Al-fāqātu basthu / ‘l-marāhibi in aradta wa rūnu ‘l-mawāhibi ’alaika
shachichu / ‘l-faqra wa ‘l-fāqatu ladaika innahā ‘sh-shadaqātu lilfuqara’. Bermula /
sangat segala hajat itu menghampirkan segala anugerahnya itu / yakni meluluskan
dia jika engkau berkehendak akan datang segala / anugerahnya itu sahkan olehmu
fakir dirinya. Dan sahkan olehmu / sangat hajatmu dalam dirimu seperti firman
Allah Taala hanya / sedekah itu bagi segala fakir jua. Kata Zaruq, maka adalah yang
terlebih / sempurna hamba itu pada sifat fakirnya terlebih baik mereka itu beroleh //
jirān. I’tibar-kan olehmu kata ini akan hal kanak-kanak yang tiada kau <atas> /
atas76
pihak perintah betapa dikeras atas ibu bapa[k]nya77
dan lainnya / daripada
kasih akan dia.
Qāqatuka laka dzātiyatun wa warūdu ‘l-asbābi / mudzakkirātun laka bimā
khafiyu ’alaika minhā. Berkehendakmu kepada Allah / Taala itu bagimu sejatinya
dan datang segala sebab daripada kaya dan fakir / itu memberi ingat bagimu akan
yang terbuan atasmu daripada berkehendakmu / itu. Fālfāqatu ‘dz- dzātiyatu lā
tarfa’uhā ‘l-’awāridl. Dan berkehendak / yang sejatinya itu tiada menolakkan dia
segala ’aradl. Khairu auqātika / waqtun tasyhadu fīhi wa wujūdu qāfatika faturaddu
fīhi ilā wujūdi / dzillatik. Sebaik-baik segala waktumu itu waktu yang kau pandang
dalamnya / keadaan berkehendakmu maka ditumpangkan engkau dalamnya kepada
kehinaanmu. / Lā tamuddanna yaduka ilā ‘l-akhdzi mina ‘l-khalā’iqi illā an tarā
76 Tertulis
77 Tertulis
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
anna / ‘l-mu’thī fīhim maulāk. Jangan kau angkatkan tanganmu kepada mengambil /
pemeri daripada segala makhluk itu melainkan bahwa kau lihat yang memeri pada /
mereka itu Tuhanmu yang memerintahkan dikau jua. Faidzā kunta kadzalika /
fakhudz māwā faqā ‘l-’ilm. Maka jika adalah engkau seperti yang tersebut / itu maka
ambil olehmu barang yang muwāfaqah dengan ilmumu akan bahwa // harus
mengambil dia.
Bābun fī Riyādlati ‘n-Nafsi wa ‘t-Tachdzīri ’an Dasā’isihā. Ini bab pada
menyatakan menyucikan nafas dan menakut / daripada berdakinya. Tasyawwafuka
ilā mā bathna fīka mina ‘l-\ghu\yūbi78
/ khairun min tasyawwufika ilā mā chajaba
’anka mina ‘l-ghuyūb. / Melihatmu kepada yang terbuan dalam dirimu daripada
segala yang aib itu / terlebih baik daripada melihatmu kepada yang didinding
daripadamu daripada segala / yang gaib-gaib itu. Ukhruj min aushāfi basyara yutika
’an kulli washfin / munāqishin li’ubūdiyyatika latakūna linidā’i ‘l-chuqqi mujībān
wa min / chadlratihi qarīban. Keluar engkau daripada segala sifat basyariyah-mu
lalu / daripada penutup-penutup sifat yang berlawanan bagi ubudiyahmu supaya
adalah / engkau bagi sirr Chaqq Taala bergantikan dengan mengikuti suruh-Nya dan
/ kepada chadlirat-Nya umat hampir dengan menyerahkan dirimu kepada sifat
Qahar-Nya. /
Bermula adalah hasil kata Syaikh itu menyuruhkan kita meninggalkan / rida
akan nafas dan meninggalkan sifat kibir dan ujub dan riya dan / sumah dan chaqqul
dan chasad dan mengasihkan dan arti. Dan lain / dari itu daripada segala sifat yang
tiada berpatutan dengan ubudiah serta / disuruh kita merendahkan diri dan
memandang nikmat daripada Allah serta // ikhlas dan benar. Dan sejahtera hati
78 Tertulis
25
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
daripada dengki lagi jangan <menga-> / mengasihi79
dunia. Dan adalah yang
demikian itu supaya kita berkenankan / seru Allah Taala dan supaya hampir kepada
chadlirat-nya seperti kata / Syaikh itu.
Ashlu kulli ma’shiyatin wa ghaflatin wa syahwati ‘r-ridlā ’an / ‘n-nafs.
Bermula asal penutup-penutup maksiat dan ghuflah di-syahwati rida / akan nafsu.
Wa ashlu kulli thā’atin wa yaqdhatin wa ’iffatin adamu ‘r-ridlā / minka ’anhā. Dan
asal tiap-tiap taat dan jaga akan ibadah dan / memeliharakan diri itu katanya dan rida
daripadamu akan dia. Wa li'an / tashchiba jāhilān lā yardla ’an nafsihi khairun laka
min an / tashchiba ’ālimān yardla ’an nafsih. Dan saja ia bersahabat engkau /
dengan orang jahil yang tiada rida akan nafsunya itu terlebih baik bagimu / daripada
bersahabat dengan orang ’alim yang rida akan nafsunya. Fā ayyu / ’ilmin li’ālimin
yardlā ’an nafsihi wa ayyu jahlin lijāhilin lā yardlā / ’an nafsih. Maka mana ada
’alim bagi yang ’ālim yang rida akan nafsunya / dan mana ada jahil bagi yang jāhil
yang tiada rida akan nafsunya. / Kaifa takhruqu laka ‘l-’awā’ida wa anta lā
takhruqu min nafsika ‘l-’awā’idu. / Betapa disalah bagimu segala adat dengan
terbuka ’ālim qadarah padahal // engkau tiada menyalah daripada dirimu segala
adat. Tamakkunu khalāwata ‘l-hawā / fī ‘l-qalbi huwa ‘l-ladza’u ‘l-’udlal. ^Hawa
nafsu dalam hati ti\a\p80
manusia^81
/ itu yaitu penyakit yang tiada kuasa
menghalang<g>i dia82
segala obat. / Lā yakhāfu ’alaika an tulbisa ‘th-thuruqu
’alaika wa innamā yakhāfu / ’alaika min ghulbati ‘l-hawā ’alaik. Tiada diketakut
79 Tertulis
80 Tertulis
81 Tertulis
82 Tertulis
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atasmu bahwa / samar atasmu segala jalan hanya sanya diketakut atasmu daripada
keras / hawa atasmu.
An-nāsu yamdachūnaka bimā yadhunnūna fīk. Segala / manusia itu dipuji
mereka itu akan dikau dengan sebab yang disangka mereka itu / padamu kebajikan
dan pekerjaan yang saleh. Fakun anta dzāmmā / linafsika bimā ta’lamu minhā.
Maka jadikan dirimu manjūj bagi dirimu / dengan semata yang kau ketahui daripada
segala pekerjaan yang keji. Al-mu’minu / idzā mudicha istachyī mina ‘l-Lāhi Ta’ālā
an yasyniya ’alaihi / biwashfin lā yusyhiduhu min nafsih. Orang yang mukmin itu
apabila / dipuji ia telah malu ia kepada Allah bahwa dipuji atasnya dengan sifat /
yang tiada dipandangan akan dia daripada dirinya. Ujhulu ‘n-nāsi man taraka /
yaqīnu mā ’indahu lidhanni mā ’indā ‘n-nās. Maka kata Syaikh Si Jahil / manusia-
manusia orang yang meninggalkan yakin yang pada dirinya karena menyangka //
kata manusia yang lain daripadanya.
Idz uthliqa ‘ts-tsanā’u ’alaika wa anta / lasta lahu bi ahlin faatsna ’alaihi
bimā huwa ahluh. Maka kata Syaikh / apabila disebut orang puji atasmu padahal
engkau tiada engkau patut / mempunyai puji. Maka puji olehmu atasnya akan yang
ia patut beroleh puji / yaitu Tuhanmu yang menu[tu]p83
aibmu karena jikalau tiada
ditutupinya / aibmu niscaya berhadap kepadamu puji itu faedah adalah setengah /
daripada segala hamba Allah. Apabila dipuji orang akan dia dikatanya pada doanya /
hai Tuhanku jadikan oleh-Mu kami terlebih baik daripada yang disangka mereka itu
83 Tertulis
27
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
/ dan jangan Kau \ba\las84
dengan sebab yang dikata oleh mereka itu dan ampuni /
oleh-Mu bagi kami akan yang tiada diketahui oleh mereka itu.
Chadhdha ‘n-nafsi / fī ma’shiyati dhāhirun jaliyun wa chadhdhuhā fī ‘th-
thā’ati bāthinun khafiyyun. / Perolehan nafsu pada mengetahui atas maksiat itu
dhahir lagi sangat / nyatanya dan perolehannya pada mengetahui atas taat itu batin
lagi / terbuan. Wa mudāwatu mā yakhfī sha’bu ’ilā jih. Dan mengobati <bara> /
barang85
yang terbuan itu sukar mengerjakan dia. Idzā iltabasa ’alaika / amrātin
fāndhur atsqalahumā ’alā ‘n-nafsi fā tanbi’hu fainnahu lā yatsqilu / ’alaihā illā mā
kāna chaqqān. Apabila samar atasmu dua ^pelajaran^86
yang wajib // keduanya yang
tiada meninggalkan salah suatu daripada keduanya maka / tilik olehmu yang terlebih
berat daripada keduanya atas nafsu daripada / pihak tabiatnya. Maka ia kata olehmu
akan dia maka bahwasanya pekerjaan / itu tiada berat atas nafsu melainkan yang
telah dipeliharakan Allah / dengan mata hati.
Al-mu’minu yusyfiluhu ‘sy-syanā’u ’alā ‘l-Lāhi ’an anyakūna / linafsihi
syākirān wa yusyfiluhu chuqūqa ‘l-Lāhi Ta’ālā ’an anyakūna / lichudhūdhihi
dzākirān. Sifat yang mukmin itu me-masyghul-kan dia memuja / atas Allah Taala
daripada keadaannya syukur bagi dirinya dan me-masyghul / -kan dia segala Chaqq
Allah Taala daripada keadaannya yakni bagi perolehan / dirinya. Lau lā mayādīnu
‘n- nufuwis mā tachaqqaqa sairu ‘s-sā’irīn. / Jikalau tiada medan nafas itu niscaya
tiada tertentu perjalanan / segala yang berjalan dan tia[da] bedza87
sampai segala
84 Tertulis
85 Tertulis
86 Tertulis
87 Tertulis
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
orang yang sampai. / Lā musāfata bainaka wa bainahu chattā tathawiyahā
richlatuka wa lā qathi’ata / bainaka wa bainahu chattā tamchūhā wushlatuk. Tiada
dipengantaran / antaramu dan antaranya hingga diputuskan akan dia oleh
berpindahmu / dan tiada penah lapang antaramu dan antaranya hingga dihapuskan
akan dia / olehmu sampaimu.
Bābu I’ti[mā]\di\88
ilā ‘l-Khaufi wa ‘r-R\a\jā’89
. Ini bab pada menyatakan //
bersama ini khauf dan rajā itu. Min ’alāmati ‘l-i’timādi ’alā ‘l-’amali / nuqshānu ‘r-
rajā ’inda wujūdi ‘z-zalak. Setengah daripada alamat berjabat / atas amal itu kurang
harapnya tatkala diperoleh wujud zalak yakni / tatkala keluar daripada yang
dimaksud. Lā nihāyata lima dzammika in arja’aka / ilaika wa lā tafraghu limadā
tichika an adhhara jūdahu ’alaik. Tiada / berkesudahan bagi kejalanmu juga
dikembalinya engkau kepada dirimu dan tiada / selesai segala kepujimu jika
dinyatakannya sifat [u]jud-nya90
. Man ’abbara / min b\a\sāthi91
ichsānihi
a\sha\ma(ta)t-hu92
‘l-isā’ati ma’a Rabbihi wa man ’abbara / min b\a\sāthi93
ichsāni
‘l-Lāhi lam yusm\i\t94
idza asā’. Barang siapa masuk / kepada jalan Chaqq
dipandangan masuknya itu dengan limpah kebajikan darinya / dengan segera-segera
dilihatnya dirinyalah yang mengerjakan dan yang berharap / itu tiada tolong Allah
88 Tertulis
89 Tertulis
90 Tertulis
91 Tertulis
92 Tertulis
93 Tertulis
94 Tertulis
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
niscaya mengelua[r]kan95
lidah-lidah(nya)96
kejahatannya serta / Tuhannya maka
tiadalah bergerak lidah akan menuntut daripada Tuhannya / dan barang siapa masuk
ia kepada jalan Chaqq padahal dipandangnya / masuknya itu dengan limpah
kebajikan Allah kepadanya niscaya tiada ia / dikelua[r]kan97
apabila ia jahat tetap
dimudahkan lidahnya bergerak / kepada menuntut daripada Tuhannya tatkala itu. In
aradta an yanfaticha lak. //
Bābu ‘r-Rajā’. Fāsyhad mā minhu ilaika wa in aradta an / yanfaticha laka bi
‘l-chazni fāsyhad mā minka ilaih. Jika kau / kehendaki bahwa terbuka bagimu pintu
harap akan Allah maka pandang olehmu / barang yang daripadanya kepadamu
daripada segala anugerah dengan tanya sebab. Dan / jika kau kehendaki bahwa
terbuka bagimu pintu percintaan maka / pandang olehmu barang yang daripadamu
segala perbuatan yang keji kepadanya. / Ar-rajā’u mārinahu ’amalu wa illā fa huwa
a\m\niyy\a\t98
. Harap itu barang yang / serta ia dengan amal dan jika tiada demikian
maka yaitu angan-angan / namanya. Maka angan-angan itu hakmu mata. In lam
tachsin dhannaka / liajlin washfihi chashshinbihi dhannaka liajlin mu’āmalatihi
ma’ak. / Jika tiada kau baik sangkamu akan Allah Taala karena sifatnya (wa)baik99
/
olehmu sangkamu akan Dia karena muamalahnya sertamu. Fahal ’auduka / illā
95 Tertulis
96 Tertulis
97 Tertulis
98 Tertulis
99 Tertulis
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
chusnan wa hal asdā ilaika illā minannā. Maka adalah dilakukan bagimu /
[se]nantiasa100
melainkan kebajikan dan adalah dianugerahkan kepadamu nikmat. /
Man istaghraba an yanfidahu ‘l-Lāhu min syahwatihi wa an yukhrijahu / min
wujūdi ghaflatihi faqad ista(’)\ch\[za]na101
qudrata ilahiyyati wa kāna / ‘l-Lāhu ’alā
syai’in muqtadirān. Barang siapa mengatakan dirinya jauh // daripada dilepaskan
Allah daripada segala keinginannya dan jauh daripada / dikeluarkan Allah daripada
keadaan ghuflah-nya. Maka sanya adalah ia serasa / melemahkan qadrat Tuhan kita
dan barang siapa melemahkan Dia / maka bahwasanya ia kufur dan adalah Allah
atas tiap-tiap suatu amat / kuasa. Lā yakhruju ‘sy-syahawati mina ‘l-qalbi illā
khaufun maz’ijun / au syauqun mu\gha\llaqun102
. Tiada dapat mengeluarkan
keinginan hati / itu melainkan takut yang tiada dapat tetap sertanya hati atau / rindu
yang menyusah yang tiada sah sertanya tetap hati. Lā taskuru / min ’adami qabūli
’amalin lam tajid fīhi wujudu ‘l-chudlūri / farubbamā qabila mina ‘l-’amali mā lam
tudrik tsamratuhu ’ājilān. Maka / janganlah engkau putus asa daripada tiada kabul
amal yang tiada / kau dapat dalamnya keadaan hadir hati. Maka mudah-mudahan
diterima / daripada amal yang tiada kau dapat buahnya sekira sekarang maka i’tibar-
kan / olehmu dengan semata-mata hampirkan diri jua.
Bābu Adābi ‘d-Du’ā. Ini bab / pada menyatakan adab doa. Lā yakun
ta'akhkhuru amadza ‘l-’athā’i ma’a ‘l-ilchāchi / fī ‘d-du’ā’i mūjibān liya’sik. Jangan
kiranya lambat masa anugerah / serta bersinggah-singgah pada minta doa kepada
Allah itu mewajibkan puasa // putus asamu. Fa huwa qad dlumina laka ‘l-ijābati
100 Tertulis
101 Tertulis
102 Tertulis
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
fīmā yakhtā- / rulaka illā fīmā takhtāruhu linafsik. Maka yaitu sanya mengakui
bagimu / bergantikan pintamu pada yang dipilihnya bagimu tiada pada yang kau
pilih / akan dia bagi dirimu. Wa fī ‘l-waqti ‘l-ladzī yurīdu lā fī ‘l-waqti / ‘l-ladzī
turīd. Dan pada waktu yang dikehendakinya tiada pada waktu / yang kau kehendaki.
Lā yusyakkikannaka fī ‘l-wa’di ’adamu wuqū’i ‘l-mau’ūdi / wa in ta’ayyana
zamānuh. Jangan kiranya memeri dikau suka pada / janji itu ketiadaan jatuh yang
dijanjikan jikalau ganti masanya / segalapun. Li’allā yakūna dzalika qadchān fī
bashirataka wa ikhmā\thān\103
/ linūri sarīratik. Supaya jangan keadaan yang
demikian itu / mengurangkan pada mata hatimu dan memadamkan bagi cahaya
rahasiamu. / Thalbuka minhu ittihalumulahu ghaibatun minka ’anh. Tuntutmu akan
suatu / daripadanya itu seolah-olah tugas baginya lalui daripada yang telah
dijanjikan / pada azal karena jika engkau berjabat kepadanya niscaya tiada kau /
tuntut daripadanya suatu yang sudah dibahgi pada azal melainkan karena / ubudiyah
jua dan menuntutmu akan dia itu jauh engkau daripadanya / karena jikalau ingat
engkau akan hampirnya niscaya tiada kau tuntut akan dia. // Wa tha\la\buka104
lighairihi liqillati chayā’ika minh. Dan tuntutmu bagi yang lain / daripadanya itu
karena sedikit malumu daripadanya yakni kepadanya / karena jikalau kau qadar-kan
ia dengan sebenar-benar qadar-nya niscaya / tiada engkau berhadap kepada lainnya.
Wa tha\la\buka105
min ghairihi liwujūdi / bu’dika ’anh. Dan tuntutmu daripada yang
lain daripadanya itu karena / diperoleh jauhmu daripadanya karena jika engkau hadir
dengan hatimu / sertanya niscaya tiada sah engkau berhadap kepada yang lain
103 Tertulis
104 Tertulis
105 Tertulis
33
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
daripadanya. / Lā taqaddi yatuhu himmatuka ilā ghairihi fālkarīmu lā takhtā’ahu ‘l-
liamāl. / Jangan kiranya melalu[i] dia106
citamu kepada yang lainnya maka yang
karīm itu / tiada dapat melangkah dia segala angan-angan.
Lā tarfa’anna ilā ghairihi / chājatan huwa mūridu hā’alaik. Jangan kau
adukan kepada yang lain / daripadanya hajat padahal Ia jua yang membawa dia
atasmu. Fakaifa / yarfa’u ghairuhu mākāna huwa ladu wadli’ān. Maka betapa
mengangkatkan / yang lain daripadanya yang telah ada ia menghantarkan baginya.
Man lam yastathī’u / an yarfa’a chājatan ’an tafsihi fakaifa yastathī’u an
yakūnalahā / min ghairihi rāfi’ān. Karena barang siapa tiada kuasa mengangkatkan /
hajat daripada diri-Nya maka betapa kuasa adanya mengangkatkan yang lain. //
Matā uthliku lisānika bi ‘th-thalbi fā’lam annahu yurīdu an yu’thiyak. / Manakala
dilepaskannya yakni memudahkannya lidahmu dengan / menuntut kepada-Nya maka
ketahui olehmu bahwasanya Ia berkehendak kepada / menganugerahi dikau.
Lā tathlubu Rabbaka bina'akhkhari mathlabika wa lakin / thālabta nafsaka
binā’akhkhari adabik. Jangan kau tuntut Tuhanmu / sebab terkemudian yang kau
tuntut daripada-Nya dan tetap tuntut / dirimu dengan sebab lembut adab jua. Mā ‘sy-
syānu wujūdu ‘th-thalbi / innamā ‘sy-syānu an turzaqa chusnu ‘l-adab. Tiada ada
pekerjaan yang / ke\ba\ci[ka]n107
pada menyalah segala adat itu diperoleh tuntut bagi
Chaqq / jua hanya sanya pekerjaan itu bahwa dianugerahi engkau akan sebaik adab.
/ Mā thuliba laka syai’un mitslu ‘l-idl\thi\rāri108
wa lā asra’u laka bihawā- / hibi
ilaika mitslu ‘dz-dzillati wa ‘l-iftiqār. Tiada dituntut bagimu suatu / daripada Allah
106 Tertulis
107 Tertulis
108 Tertulis
34
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan tiada daripada lainnya seperti sifat idlthirārī dan / tiada yang telah menyukuri
akan bagimu akan segala pemeri kepadamu seperti sifat dzillah / dan iftiqār.
Rubbamā dallahumu ‘l-adabu ’alā tarki ‘th-tha\la\bi109
li’timādān / ’alā
qismatihi wa isytiqālān bidzikrihi ’an mas’alatih. Mudah-mudahan / ditunjuk akan
mereka itu oleh adab atas meninggalkan menuntut pada setengah // daripada segala
waktu dan segala hal padahal mereka itu berjabat atas / qismat-nya dan
[sem]bahyang110
dengan zikir akan Dia daripada meminta kepada-Nya. / Fainnamā
yadzuru min yajūzu ’alaihi ‘l-ighfālu wa innamā yanbihi man / yumkinu minhu ‘l-
ihmāl. Maka adalah diambilnya mereka itu tatkala itu / hanya sanya yang diberi
ingat itu orang yang harus a[ta]\s\nya lalai111
/ dan hanya sanya yang dijikakan itu
orang dapat daripada menanya-nanyakan / keduanya itu bagi Allah machallun. Maka
sebab itulah jikalau memintapun / mereka itu kepada Allah ubudiyah jua. Rubbamā
istachyiya ‘l-’ārifu / an yarfa’a chājatahu ilā maulahu iktifā’an bimasyiyyatihi
fakaifa <lā> / lā yastachyī112
an yarfa’ahā ilā khalīqatih. Beberapa telah malu searif
/ itu mengeduakan hajatnya kepada Tuhannya padahalnya memudahkan dengan /
masyiyyah Tuhannya. Maka betapa tiada ia malu mengeduakan Dia kepada /
makhluk-Nya.
Lā tastabthi minhu ‘t-tawalu wa lakin istaba’ā min nafsika / wujūdu ‘l-iqbal.
Maka apabila tetaplah bagimu perkataan ini maka janganlah / kau kata lambat
daripadanya pemeri dan tetap kau kata lambat daripada dirimu / keadaanmu
109 Tertulis
110 Tertulis
111 Tertulis
112 Tertulis
36
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berha[ra]p113
kepadanya. Khairu mā tathlubuhu minhu mā huwa thālibuhu minka. /
Sebaik-baik yang kau tuntut akan Dia daripadanya itu barang yang ia menuntut Dia
// daripadamu yaitu benar pada ubudiah dan mendirikan chaqq rubūbiyyah. / Lā
yakun {thalbuka} sababān ilā ‘l-’athāminhu fayaqillu fahmuka ’inh. Jangan kiranya
/ tuntutmu itu akan sebab kepada pemeri daripadanya maka tatkala itu jadi / sedikit
pahammu daripadanya. Walyakun thalbuka li'idhhāri ‘l-’ubūdiyati / wa qiyāmān bi
chuqūqi ‘r-rubūbiyyah. Dan hendaklah tuntutmu itu / karena menyatakan sifat
kehambaan dan mendirikan sifat ketuhanan. / Kaifa yakūnu thalbuka ‘l-lāchiqu
sababān fī ’athā’ihi ‘s-sābiqi jalla / chukmu ‘l-azalli an yandlāfa ilā ‘l-’ilal. Betapa
ada tuntutmu yang / baharu datang akan sebab pada anugerahnya yang telah dahulu
maha besar chukmi / azalli itu daripada bahwasanya di-idlāfah-kan kepada segala
’ilah suatu. Maka yaitu / tiada terupa pada suatu wajah jua pun.
Bābu ‘t-Taslīmi li Amri ‘l-Lāhi / Ta’ālā wa Tarki ‘l-Ikhtiyār. Ini bab pada
menyatakan taslīm bagi / amir Allah Taala dan meninggalkan ikhtiar. Iradatuka ‘t-
tajrīda / ma’a iqāmati ‘l-Lāhi iyyāka fī ‘t-tajrīdi ‘l-khathathun ’ani ‘l-himmati ‘l-
’aliyah. / Dan berkehendakmu akan tajrīd itu kurang daripada himmah yang tinggi.
Lā tathlub / minhu an yukhrijaka midzchālatin liyasta’malaka fīmā siwā hā falau /
aradaka lā yasta’malāka ---- ghairi ikhraj. Jangan kau tuntut <daripada> //
daripada114
Allah bahwa dikeluarkannya engkau daripada suatu hal supaya /
dikerjakannya engkau pada yang lain daripada hal itu maka jikalau <di> /
dikehendakinya115
akan dikau niscaya dikerjakan dikau dengan tiada / mengeluarkan
113 Tertulis
114 Tertulis
115 Tertulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dirimu. Sawābiqu ‘l-himami lā takhruqu suwāra ‘l-aqdar. / Berselambu-selambu
segala cita itu tiada didapat mencari<k>kan116
kuat segala / takdir.
Archi nafsaka mina ‘t-tadbīri famā qāmabihi ghairuka ’anka / lā takumbih
linafsik. Istirahatkan dirimu daripada memerintahkan. Maka / barang yang berdiri
dengan dia lain daripadamu akan gantimu. Maka jangan engkau / berdiri dengan dia
bagi dirimu. Ijtihāduka fīmā dlumina laka wa / taqshīruka fīmā thuliba minka
dalīlun ’alā inthimāsi ‘l-bashīrati / minka. Ijtihād-mu pada yang diakui bagimu dan
taksirmu pada yang di- / tuntut daripadamu menu[n]jukkan117
atas hapus mata hati
daripadamu. / Man taraka mina ‘l-jahli syai’ān man arāda an yachdutsa fī ‘l-waqti /
ghaira mā adhharahu ‘l-Lāhu fīh. Tiada ditinggalkan suatu daripada bebal oleh /
barangsiapa yang berkehendak ia mengadakan pekerjaan pada waktu yang lain /
daripada yang telah dinyatakan Allah akan dia dalamnya.
Mā tawaqqafa muthlabun anta / thālibuhu bi Rabbik. Tiada \ber\henti118
yang
dituntut padahal engkau menuntut Dia // dengan Tuhanmu. Wa lā tayassara
muthlabu anta thālibuhu binafsik. Dan / tiada mudah yang dituntut padahal engkau
menuntut Dia dengan r.r.m. / Ilā ‘l-matsiyyati yastanidu kullu syai’in wa laisat
yastanidu hiya ilā syai’in. / Kepada matsiyyah Allah jua bersandar tiap-tiap suatu
dan tiada matsiyyah / Allah itu bersandar kepada suatu. Al-ghāfilu idza ashbacha
nadhara fīmā dzā yaf’alu / wa ‘l-‘āqilu yandhuru mā dzā yaf’alu ‘l-Lāhu bih. Orang
yang ghāfil itu apabila / berpagi-pagi menilik ia pada apa yang diperbuat dan yang
’āqil itu / menilik ia pada apa yang diperbuat Allah Taala akan dia. /
116 Tertulis
117 Tertulis
118 Tertulis
38
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bābu ‘sh-\Sha\bri119
’alā ‘l-Balāyā wa ‘sy-Syada’id. Ini bab pada menyatakan
sabar / atas segala bala dan segala kesukaran. Idza futicha laka wijhatun mina ‘t-
ta’arrufi / falā yubāli ma’ahā wa in qalla ’amaluk. Apabila dihadapkan bagimu
suatu / pihak daripada jalan berkenalkan diri maka jangan engkau bercita / sertanya
dan sedikit sekalipun amalmu dengan sebab diperoleh <yang de> / yang
demikian120
. Fainnahu mā fatachahā laka illā wa huwa yurīdu an yata’arrafa / ilaik.
Maka bahwasanya ia tiada dihadapkan akan dia bagimu melainkan / padahal ia
berkehendak bahwa berkenalkan dirinya kepadamu. Alam ta’lam / anna ‘t-ta’rīfa
huwa mūriduhu ’alaika wa ‘l-a’mālu anta <muhdi> // muhdīhā121
ilaihi wa aina
mātuhdīhi ilaihi mimmā huwa mūriduhu ’alaik. / Tiadakah kau ketahui bahwasanya
berkenalkan diri itu ia membawa dia kepadamu / dan segala amal itu engkau
menghadiahkan dia kepadanya dan mana yang kau / hadiahkan akan dia kepadanya
itu daripada yang ia membawa dia atasmu / itu.
Lā tastaghrib \wu\qū’a122
‘l-akdāri mā damāt muqīmān fī hadzihi ‘d-dār. /
Jangan kau ujub akan jatuh segala kekeruhan selama engkau tetap dalam / nenggeri
ia. Fainnahā mā abrizat illā mā huwa mustachiqqu washfihā / wa wājibu ajtihā.
Maka bahwasanya ia tiada ditanyakan melainkan yang ia / mustachiq sifatnya dan
wajib niatnya. Liyukhaffif ’anka / alamu ‘l-balā ’alaika ’ilmuka biannahu
subchānahu huwa ‘l-mublīlak. Hendaklah / diringankan daripadamu ^atasmu bala
119 Tertulis
120 Tertulis
121 Tertulis
122 Tertulis
40
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
itu oleh \fa\[e]dah123
ilmumu^124
akan / bahwasanya Chaqq Subchānahu wa Ta’ālā
Ia jua yang menurunkan bala bagimu. / Fa ‘l-ladzī wājahatka minhu ‘l-aqdāru huwa
‘l-ladzī ’ūduka chusnu / ‘l-ikhtiyār. Maka yang menghadapkan akan dikau
daripadanya segala takdir / yang kebencian ialah yang melakukan akan dikau sebaik-
baik ikhtiar akan yang / Ku kasihi maka syukur-syukur engkau atas perintah-Nya
akan dikau. Man \dha\nnā125
/ infikā\lu\126
luthfihi man qadrihi fadzlika liqushūri
tathrih. // Barang siapa menyangka tinggal sifat latif Tuhannya daripada qadar-nya
maka / adalah yang demikian itu karena tunduk tilik pada segala aqliyāt dan / segala
’ādiyāt dan segala sar’iyāt.
Bābu dzikri kha\fī\(yā)127
[’alā] (‘l-)thā[’i]fi(hi)128
/ wa sunnatihi ’alā ‘l-’ibād.
Ini bab pada menyebutkan segala tersembunyi latif-nya / dan anugerahnya atas
segala hambanya. Innamā ju’ila ‘d-dāra ‘l-akhirata machallun / lijaza li’ibādihi ‘l-
mu’minīna li'anna hadzihi ‘dz-dzara lā tasi’u mā yurīdu / an yu’thiyahum wa
li'annahu ajalla aqdārihim an yujāriyahum fī / dārin lā baqā’alahā. Hanya sanya
dijadikan Allah nenggeri akhirat itu akan / bagi balas segala hambanya yang
mukmin karena negeri dunia ini tiada me<l>luas129
/ yang dikehendakinya anugerah
akan mereka itu dalamnya dan karena ia membesarkan / segala qadar mereka itu
123 Tertulis
124 Tertulis
125 Tertulis
126 Tertulis
127 Tertulis
128 Tertulis
129 Tertulis
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam negeri yang tiada kekal baginya. Rubbamā <a’thā> / a’thāka130
famana’aka
wa rubbamā mana’aka fa a’thāk. Mudah-mudahan / dianugerahi Allah Taala akan
dikau maka teguhkannya akan dikau dan / mudah-mudahan diteguhkannya akan
dikau maka anugerahinya akan dikau. / Matā futichalaka bābu ‘l-fahmi fī ‘l-man’i
’āda ‘l-man’u huwa ’ainu / ‘l-’athā’. Manakala dibuka Allah bagimu pintu paham
akan perteguh yang tersebut / itu niscaya jadilah teguh itu keadaan anugerah. Matā
a’thāka // asyhadaka birrahu wa matā mana’aka asyhadaka qahrah. Manakala
<dianugera> / dianugerahinya131
akan dikau niscaya diperlihatkannya akan dikau
<kebaji> / kebajikan132
dan manakala diteguhkannya akan dikau anugerahnya
niscaya / diperlihatnya akan dikau sifat qahar-Nya.
Fahuwa fī dzalika muta’arrifu / ilaika wa muqabbil biwujūdi luthfihi ’alaik.
Maka yaitu berkenalkan dirinya / kepadamu dan menghadapkan keadaan sayangnya
atasmu. Innamā yūthi’ukā / ‘l-man’u li’adami fahmika ’ani ‘l-Lāhi fīh. Hanya sanya
pemberi \fa\[e]dah 133
/ akan dikau fi<\k\>\k\ih134
daripada Allah itu karena
ketiadaan paham engkau daripada / Allah dalamnya. Al-’athā’u mina ‘l-khalqi
chiramānun wa ‘l-man’u mina ‘l-Lāhi / ichsānun. Pemeri daripada makhluk itu
dinding dan teguh daripada Allah itu / kebajikan. Matā kunta idzā a’thaita
basathaka ‘l-’athā wa idzā <muni’> / muni’ta135
qabadluka ‘l-man’u fastadallu
bidzalika ’alā wujūdi thughū / liyyatik. Manakala adalah engkau apabila dianugerahi
130 Tertulis
131 Tertulis
132 Tertulis
133 Tertulis
134 Tertulis
135 Tertulis
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
akan dikau menyukacita / akan dikau sangat anugerahnya akan dikau itu dan apabila
diteguhkan / akan dikau anugerah niscaya mengedukacitakan hatimu teguh itu maka
/ mengambil dali[l]lah136
engkau dengan yang demikian atas tsabit kanak-kanakmu /
yakni engkau hukum kanak-kanak lagi pada martabat kaum shūfī. // Wa ’adamu
shidqika fī ’ubūdiyyatik. Dan mengambil dalillah / engkau akan tiada benar engkau
pada ubudiyahmu kata Mazruqi / karena yang berubah dengan sebab segala ’āradl
itu bukan ia daripada / segala sifat orang yang kamal yang dimaksud barang sama
kiranya / hati pada puja dan jala jangan lebih salah suatu daripada keduanya. / Maka
jikalau tiada dapat tiada melebihkan salah suatu daripada keduanya / maka yang
dipili[h]lah137
memuja Allah atasnya yang ditutupinya daripada jala / itu wa bi ‘l-
Lāhi ‘t-taufīq. Rubbamā futicha laka bābu ‘th-thabaqati wa mā / futicha laka bābu
‘l-qabūli wa qudliya ’alaika bi ‘dz-dzanbi. Fakāna sababān / fī ‘l-wushūl. Mudah-
mudahan dibukakan bagimu pintu kabul dihukumkan / atasmu dengan berdosa.
Maka adalah dosa itu akan sebab sampaimulah / kepadanya.
Ni’mātāni mā kharaja maujūdun ’anhumā wa lā budda likulli / mukawwinin
minhumā ni’matu ‘l-ījādi wa ni’matu ‘l-imdād. Bermula / dua nikmat tiada keluar
yang maujud daripada keduanya dan dapat / tiada buka tiap-tiap yang diadakannya
itu daripada keduanya suatu / nikmat ījādi namanya kedua nikmat madādi namanya.
An’ama ’alaika / awwalā bi ‘l-ījādi wa tsāniyan bitawālī ‘l-madād. Telah diberi
nikmat // atasmu pada pertamanya dengan nikmat ījādi dan kedua kalinya dengan /
nikmat madādi.
136 Tertulis
137 Tertulis
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Matā au chasyaka min khalqihi fā’lama annahu / yurīdu an yaftacha laka
bābu ‘l-unsibih. Manakala lairkannya engkau / daripada segala makhluk-Nya maka
ketahui olehmu bahwasanya Ia menghendaki / membukakan bagimu pintu berjinak-
jinakkan dengan Dia. Idzā arāda an / yadhhara fadlluhu ’alaika khalaqa wa nasaba
ilaik. Apabila dikehendaki / Allah menyatakan anugerah-Nya atasmu dalam dunia
dan dalam akhirat niscaya / dijadikannya dan dibangsakannya amal itu kepadanya.
Man akramaka / fainnamā akrama jamīlun sitrihi fīk. Maka barang siapa
memuliakan dikau / maka bahwasanya ia memuliakan dinding Allah padamu jua. Fa
‘l-chamdu liman / sataraka laisa ‘l-chamdu liman akramaka wa syakarak. Maka
puja itu / bagi yang menutup dan men[din]ding138
dikau tiada puja itu bagi yang
memulia- / kan dikau dan yang syukur akan dikau. Lau lā jamīla sitrihi lam yakun /
’amaluka ahlān lilqabūl. Jikalau tiada nyata dinding hasil bagimu / niscaya tiada ada
amalmu patut dirimu. Asyhadaka min qabli / an yasyhadaka fanathaqat bi ‘l-hiyyati
‘dh-dhawāhiri wa tachaqqaqat / bi achadiyyati ‘l-qulūbi wa ‘s-sarā’ir. Telah
diperlihatkan akan dikau ikmal // dzatnya pada yaumu ‘l-mītsāq dahulu daripada
dituntut akan dikau naik / siksa akan bahwa ia Tuhanmu tatkala dikatanya bukanlah
lagi Tuhan kamu. / Maka iqrar-lah akan ketuhanannya segala yang nyata tatkala itu
<dan tahkik-lah> / dan tahkik-lah139
akan ahadiyat-Nya segala hati dan segala
rahasia / di sini dan di sana. Rubbamā aththala’aka ’alā ghaibi malakūtihi wa /
chajaba ’anka ‘l-istisyrāfi ’alā asrāri ‘l-ibād. Mudah-mudahan / diperlihatkan akan
dikau atas gaib alam malakut-nya dan dinding / daripadamu tahu akan rahasia segala
hambanya. Man athla’a ’alā asrāri / ‘l-’ibādi wa lam yatakhallaq bi ‘r-rachmati ‘l-
138 Tertulis
139 Tertulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ilahiyyati kāna ithlā’u\hu\140
/ fitnatun ’alaihi wa sababān yajurru ‘l-wabālu ilaih.
Karena barang siapa tahu / atas segala rahasia hamba Allah padahal tiada ia
berperangai dengan / perangai rahmat al-ulahiyyah mudah-mudahan adalah tahunya
akan dia / itu fitnah atasnya dan sebab menghayal keberatan kepadanya.
’Alima anna / ‘l-’ibāda yatatsawwafūna ilā dhuhūri sirrā ‘l-’ināyati faqāla /
yakhtashshu birachmatihi man yasyā’. Telah diketahui oleh Chaqq / Taala
bahwasanya segala hamba-Nya yakin mereka itu akan nyata serta / inayah-nya maka
dikata tertentu akan rahmatnya barang siapa <dikehend> // dikehendakinya141
jua
maka diputuskannya t.m.a daripada sampai dengan esah / dan dengan segala sebab.
Wa ’alima annahu lau khalāhum wa dzalika latarakawu / ‘l-’amala ichtimādan ’alā
‘l-azali. Faqāla inna rachmata ‘l-Lāhi qarību / mina ‘l-muchsinīn. Dan telah
diketahuinya jikalau diberikannya mereka itu / serta demikian itu niscaya
dipenggalkan mereka itu amal padahal / mereka itu berpegang atas azal. Maka
bersabda ia bahwasanya rahmat Allah / itu hampir kepada segala orang yang berbuat
baik kata Mazruqi. Maka / dinyatakannya segala amal itu akan tanda jua tiada bahwa
ia sebab pada / menghasilkan segala kebajikan. ’Ināyatuhu fīka lā lisyai’in minka /
wa aina kunta china wa ajhatka ’ināyatuhu wa qabalatka ri’āyatuhu / lam yakun fī
azlihi ikhlāshu a’mālin. Wa lā wujūdu achwāli bal lam yakun / hunāka illā machdla
‘l-ifqāli wa ’adhīma ‘n-nawāl. Inayah-nya padamu / itu tiada karena suatu yang
daripadamu dan di mana ada engkau tatkala / berhadap akan dikau inayah-nya dan
diterima akan dikau ri’āyah-nya / tiada daripada azal-nya ikhlas segala amal. Dan
tiada wujud segala / hal tetap tiada ada di sana melainkan semata-mata anugerah
140 Tertulis
141 Tertulis
45
46
47
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang tiada baginya / sebab dan tiada alat dan tiada ada di sana melainkan membesar-
besar pemeri // yang tiada berkesudahan baginya dan tiada berciri. Lā tanfa’uhu
thā’ā / tuka wa lā tadlarruhu ma’shiyatuk. Karena ia tiada memeri manfaat akan dia
/ taatmu dan tiada memeri madlarat akan dia maksiatmu karena ia / kaya atas ithlāq.
Wa innamā amraka bihadzihi wa nahāka ’an hadzihi limā / ya’ūdu ’alaik. Dan
hanya sanya telah disuruhkan engkau dengan berbuat / taat dan diteguhkan engkau
daripada berbuat maksiat karena suatu / yang kembali atasmu daripada segala faedah
jua.
Lā yazīdu fī ’izzihi iqbalu / ’alaihi wa lā yanqushu min ’izzihi adbaru man
adbara ’anh. Tiada berhibah / pada kemuliaannya memberi belakang orang yang lari
daripadanya karena segala / sifatnya tiada berubah seperti tiada berubah dengannya.
Innamā ajrā / ilaika ‘l-adza ’alā aidīhim kailān takūna sākinān ilaihim. Hanya
sanya / dilakukan Allah kepadamu kesakitan atas segala tangan mereka itu. Maka /
tiadalah engkau berkehendak kepada mereka itu dengan sebab segala fi’il mereka itu
/ seperti engkau jadikan Allah tiada berkehendak kepada dunia dengan sebab /
berbalik halnya. Arāda an yaz’ajaka min kulli syai’in chattā lā / yastaghiluka ’anhu
syai’un. Tatkala itu dikehendaki Allah me[ng]^ha[m]pi^ri142
dikau / daripada tiap-
tiap suatu dengan mengeraskan suatu atasmu hingga //
3. Daftar Kata-kata Sukar
a. Kosa Kata Arkais
baharu : baru
bahgian : bagian
142 Tertulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ceritera : cerita
dibahgi : dibagi
dikahwininya : dinikahinya
diketakut : ?
dinding : tutup; penutup; penghalang
jinak : ramah
kedualapan : kedelapan
loba : rakus
memaca : membaca
memuni : ?
menakut : ?
menengar : mendengar
penah : pernah
penghulu : ketua, kepala
rajah : tulisan sejenis mantra untuk mengobati orang sakit
yang biasanya ditulis dengan kapur tulis
sanya : sesungguhnya, sebenarnya
terbuan : ?
b. Kosa Kata Arab, Frase Arab, dan Kata Serapan dari Bahasa Arab
’ajib : menakjubkan
’āqil : berakal
’aradl : kehendak
’ārif : mengetahui
’ibrah : pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
’ulamā’i ‘l-’ālimīn : ulama yang berilmu
’uzlah : mengasingkan diri dari khalayak ramai untuk berzikir
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT;
mengasingkan diri dari masyarakat ramai yang
dianggapnya telah mengingkari ajaran-ajaran Allah
sedangkan dirinya tidak mampu memperbaikinya
achadiyyah : keesaan Allah SWT
alam malakut : alam gaib khusus untuk roh dan jiwa
anwār : bercahaya
azal : tidak berawal atau tidak mempunyai permulaan;
sesuatu yang ada atau terjadi sejak lalu tanpa berawal
mula
basyariyah : sifat kemanusiaan
chāl : keadaan
chaqq : kebenaran
chasad : dengki
chimārun : keledai
chudlūr : hadir hati; ingatan yang terus-menerus kepada Allah
dhahir : tampak
dlaif : lemah
dlamin : menjamin
dlan-mu : sangkamu
fadlal : keutamaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
fakir : tidak meminta lebih daripada apa yang telah ada pada
diri seseorang; tidak meminta rizki kecuali hanya
untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban; tidak
meminta sungguhpun tidak ada pada diri seseorang,
kalau diberi diterima, tidak meminta tapi tidak
menolak.
ghaflah : keadaan lalai kepada Allah karena terpedaya oleh
nafsunya sehingga meninggalkan kewajiban-
kewajibannya kepada Allah.
hajat : keperluan; kebutuhan
i’tibār : perenungan; pemikiran; jadi pelajaran
ihsan : baik; berbuat baik
ījādi : yang sudah ada
ijtihād : bersungguh-sungguh; berusaha; suatu usaha dengan
menggunakan semua daya rohaninya untuk
mengeluarkan hukum syara’, menyusun suatu
pendapat dan suatu masalah hukum berdasarkan Al-
Quran dan Al-Hadits
ikhtiar : usaha; kemampuan yang diberikan Tuhan kepada
manusia untuk menentukan pilihan dalam
perbuatannya.
ikmal : kesempurnaan
iktikad : keyakinan teguh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
’ilmu : salah satu sifat Allah bahwa Allah mengetahui segala
apa yang terjadi di dunia bahkan mengetahui yang
akan terjadi dan yang belum tampak
inayah : pertolongan
istiqamah : teguh pendirian; tetap dalam keyakinan; tidak
berubah-ubah; yakin selalu tetap dalam keadaan taat
kepada Allah SWT.
ithlāq : mutlak
jahil : bodoh
khauf : perasaan takut kepada Allah karena khawatir
kehilangan nikmat, takut kepada siksaan sebagai
akibat perbuatan maksiat, dan takut akan murka Allah
yang menyebabkan hubungannya jadi terputus.
kibir, takabur : sombong
kufur : mengingkari; tidak mengakui kebenaran; tidak
mensyukuri
machālun : orang yang dalam keadaan menyembah
madādi : tambahan
madlarat : keburukan; sesuatu yang tidak bermanfaat
madzkūr : orang yang dalam keadaan berzikir
makrifat : usaha mengenal Allah dari dekat sehingga hati
sanubari dapat melihat-Nya; tingkat penyerahan diri
kepada Allah; ilmu pengetahuan yang diperoleh
melalui akal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
maqam : kedudukan; tempat berdiri; tahap yang harus ditempuh
oleh seseorang yang ingin mendekatkan diri kepada
Allah.
masyhud : orang-orang yang bersaksi
maujud : ada
muamalah : bagian dari hukum Islam yang mengatur hal-hal yang
berhubungan dengan tata cara hidup sesama umat
manusia dalam kehidupan sehari-hari
mujmal : secara global; suatu istilah dalam ilmu fikih yaitu
perkataan atau lafal di dalam Al-Quran yang belum
jelas maksudnya, tidak dapat menunjukkan arti
sebenarnya tanpa ada keterangan lain yang
menjelaskan atau menentukannya.
munajat : melaporkan diri ke hadirat Tuhan atas segala aktivitas
yang dilakukan. Dalam munajat itu disampaikan
segala keluhan, mengadukan nasib dengan untaian
kalimat yang indah dan puitis dengan diiringi dengan
deraian air mata sebagai hamba Allah yang lemah dan
penuh dosa yang ingin berjumpa dengan Tuhannya.
muraqabah : seseorang yang menyadari bahwa ia selalu berhadapan
dengan Allah dalam keadaan diawasi, disaat dan di
manapun ia berada, dengan demikian ia selalu
berusaha memperbaiki diri dan mendekatkan diri
kepada Allah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
murīd : orang yang mencari pengetahuan dan bimbingan
melalui pelaksanaan amal ibadah dengan memusatkan
segala perhatian dan usahanya ke arah itu, melepas
segala kemauannya dengan menggantungkan diri dan
nasibnya kepada Allah SWT. melalui bimbingan
seorang guru.
mursal : diutus; diperintah
nāshir : penolong
nisbat : ketetapan
qada : keputusan; keputusan Allah terhadap segala sesuatu,
baik kebaikan maupun keburukannya, sesuai dengan
apa yang diciptakan-Nya, yang tidak akan berubah-
ubah sampai terbuktinya keputusan tersebut.
qadar : ketentuan; ketentuan Allah, maksudnya ialah Allah
merealisasikan keputusan-Nya terhadap semua
makhluk menurut bentuk ukur dan batas tertentu
sesuai dengan keputusan-Nya tersebut.
qahar : perkasa
rajā : suatu sikap mental yang optimis dalam memperoleh
karunia dan nikmat Ilahi yang disediakan hamba-
hamba-Nya yang shaleh
rida : senang; ikhlas
riya : sombong; pamer
sirr : tersembunyi; rahasia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sumah : beramal dengan tujuan agar diketahui orang lain
sunat : perkara-perkara hukum yang dikerjakan mendapat
pahala, dan apabila tidak dikerjakan tidak mendapat
apa-apa atau tidak berdosa
tachqīq : ditetapkan
tafshīl : secara rinci; secara akurat
taslim : keselamatan
tsabit : tetap; kokoh; teguh
ubudiah : hal-hal yang berhubungan dengan masalah peribadatan
kepada Allah SWT.
ujub : membanggakan diri sendiri
yaumu ‘l-mītsāq : hari perjanjian
zalak : tergelincir
c. Istilah Arab
’alaihi ‘sh-shalātu wassalām : atasnya selawat dan salam
’alaihi ‘s-salām : atasnya keselamatan
Allah ’Azza wa Jalla : Allah yang Maha Perkasa lagi Maha
Tinggi
Allah Subchānahu wa Taala : Allah yang Maha Suci lagi Maha Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
BAB V
ANALISIS TEKS
A. Analisis Struktur
Teks MATC merupakan salah satu karya sastra Melayu klasik yang termasuk
dalam ranah sastra kitab. Struktur teks yang terdapat dalam sastra kitab pada
umumnya memiliki ciri-ciri khusus. Teks MATC adalah sastra kitab yang berbentuk
prosa dan memiliki struktur teks berupa struktur narasi. Struktur narasi atau struktur
penyajian dalam sastra kitab pada umumnya menunjukkan struktur yang tetap, yaitu
terdapat pendahuluan, isi, dan penutup.
Teks MATC terdiri dari 15 bab. Dari keseluruhan bab tersebut berisi mengenai
ajaran-ajaran tasawuf. Selain itu terdapat pula penjelasan mengenai ajaran Islam
pada umumnya. Berikut adalah penjelasan struktur narasi yang terdapat pada teks
MATC.
A. Pendahuluan
Pendahuluan teks MATC terdiri atas pembukaan atau muqadimah, kata
“wa ba‟du”, dan kepengarangan.
1A. Muqadimah
Pada bagian ini terdapat bacaan (a) basmalah, (b) bacaan hamdalah,
dan (c) bacaan selawat secara berurutan kemudian diikuti dengan
terjemahan secara bebas.
Bismi „l-Lāhi „r-Rachmāni „r-Rachīm. / Al-chamdu li „l-Lāhi
Rabbi „l-‟ālamīn. Wa „l-‟āqibatu li „l-Muttaqīna wa „sh-shalātu
/ wa „s-salāmu ‟alā sayyidinā Muchammadin sayyidi „l-
mursalin wa ‟alā alihi wa shachbi-Hi / ajmaīn. Segala puji
bagi Allah Tuhan sekalian alam. Bermula negeri / akhirat itu
tertentu bagi orang yang takut akan Allah Taala. Dan rahmat /
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
dan selamanya itu tertentu atas penghulu segala nabi yang
mursal. / Dan atas segala keluarganya. Dan segala sahabatnya
sekalian mereka itu (MATC h.2 br.1–7).
2A. Kata “wa ba‟du”
Kata “wa ba‟du” terdapat pada permulaan kalimat setelah bagian
muqadimah. Kata “wa ba‟du” diterjemahkan dengan “adapun kemudian
dari itu” yaitu, “Wa ba‟du…” (MATC h.2 br.8) yang diterjemahkan
dengan, “Adapun kemudian dari itu…” (MATC h.2 br.9 ).
3A. Kepengarangan
Latar belakang penulisan teks pertama ini belum diketahui secara
pasti. Pada pendahuluan hanya disebutkan bahwa teks tersebut dinamai
dengan Manhaju „l-Atammi pada menyatakan segala bab hukum.
Pernyataan ini terdapat pada kutipan berikut, “Wa ba‟du fahadzihi
risālatun musammātun bi Manha\ju\ „l-Atammi fī Tabwībi / „l-Chikam.
Adapun kemudian dari itu maka inilah kitab yang dinamai // akan dia
dengan Manhaju „l-Atammi pada menyatakan segala bab hukum…”
(MATC h.2 br.8–9, h.3 br.1). Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui
pula bahwa teks pertama ini berjudul Manhaju „l-Atammi fī Tabwībi „l-
Chikam.
B. Isi
Teks MATC berisi 15 bab yang menjelaskan mengenai ajaran tasawuf, di
samping terdapat juga ajaran-ajaran Islam pada umumnya. Ringkasan dari
kelimabelas bab tersebut yaitu:
1B. Bābu „l-‟Ilmi, yaitu bab yang membahas mengenai ilmu yang memberi
manfaat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
2B. Bābu „t-Taubah, yaitu bab yang membicarakan hal-hal mengenai tobat
3B. Bābu „l-Ikhlasi fī „l-‟Amali, yaitu bab yang membahas mengenai ikhlas
dalam berbuat amal
4B. Bābu Chikami fī „sh-Shalāt, yaitu bab yang membahas mengenai hikmah
dalam salat
5B. Bābu „l-‟Uzlati wa „l-Khumūl, yaitu bab yang membahas mengenai
mengasingkan diri dalam rangka menjauhi kenikmatan duniawi
6B. Bābu Fīri ‟Ayati „l-Waqti wa Ightināmih, yaitu bab yang membahas
mengenai memelihara dan meramaikan waktu
7B. Bābu „dz-Dzikr, yaitu bab yang membahas mengenai adab zikir
8B. Bābu „l-Faqri wa „l-Fāqat, yaitu bab yang membahas mengenai keadaan
fakir dan hajat
9B. Bābun fī Riyādlati „n-Nafsi wa „t-Tachdzīri ‟an Dasā‟isihā, yaitu bab yang
membahas mengenai mensucikan nafas serta takut apabila mengotorinya
10B. Bābu I‟tidali „l-Khaufi wa „r-Rijā‟, yaitu bab yang membahas mengenai
keadaan antaara perasaan takut dan harap
11B. Bābu „r-Rajā‟, yaitu bab yang membahas mengenai harap
12B. Bābu Adābi „d-Du‟ā, yaitu bab yang membahas adab berdoa
13B. Bābu „t-Taslīmi li Amri „l-Lāhi Ta‟ālā wa Tarki „l-Ikhtiyār, yaitu bab yang
membahas tentang menyatakan taslīm bagi amri „l-Lāh dan meninggalkan
ikhtiar
14B. Bābu „sh-Shabri ‟alā „l-Balāyā wa „sy-Syada‟id, yaitu bab yang membahas
mengenai sabar atas segala bala dan kesukaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
15B. Bābu Dzikri Khafī ‟alā Thā‟if wa Sunnatihi ‟alā „l-‟Ibād, yaitu bab yang
membahas mengenai zikir khafī yang disunahkan bagi seorang hamba.
C. Penutup
Tidak ditemukan bagian penutup.
Skema struktur narasi teks MATC adalah sebagai berikut.
A B
1A (a-b-c) – 2A – 3A - 1B – 2B – 3B – 4A – 5B – 6B – 7B – 8B – 9B –
C
10B – 11B – 12B – 13B – 14B – 15B - (tidak terdapat penutup)
B. Tinjauan Tasawuf
Berdasarkan dari segi isinya, teks MATC adalah tergolong jenis naskah sastra
kitab, yaitu naskah yang berisi mengenai teks-teks keagamaan. Secara keseluruhan,
di dalam teks MATC banyak terdapat ajaran-ajaran tasawuf. Namun, karena teks
MATC merupakan teks yang di dalamnya berupa kumpulan bab yang masing-
masing menjelaskan mengenai hal yang berbeda, maka di antara bab-bab tersebut
ada yang di dalamnya mengajarkan ajaran tasawuf dan ada yang mengajarkan ajaran
Islam pada umumnya. Untuk itu, dalam analisis teks MATC ini akan dibedakan
menjadi dua yaitu teks yang mengandung ajaran tasawuf dan teks yang mengandung
ajaran Islam pada umumnya.
1. Teks yang Mengandung Ajaran Tasawuf
Secara keseluruhan, ajaran tasawuf yang terdapat dalam teks MATC
termasuk dalam aliran Wahdatu ‟sy-Syuhud, yaitu suatu aliran tasawuf yang
masih mempertahankan adanya perbedaan yang esensi antara manusia sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
makhluk dan Tuhan sebagai pencipta makhluk (Simuh, 1985:72; Asjwadie
Sjukur, 1978:58 dalam Istadiyantha, 2002:399). Hal ini dapat diketahui dari
bagian pendahuluan, baik pada teks pertama maupun teks ketiga. Teks pertama
pada bagian pendahuluan disebutkan, “Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian
alam. Bermula negeri / akhirat itu tertentu bagi orang yang takut akan Allah
Taala…” (MATC h.2 br.4–5) dan pendahuluan pada teks ketiga juga disebutkan,
“Ia jua Tuhan yang amat murah dalam negeri / dunia ini lagi yang amat
mengasihi ham[ba]-Nya yang <muk> / mukmin dalam negeri {akhirat} itu…”
(MATC h.58 br.3–5). Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat pemahaman adanya perbedaan esensial antara manusia dengan Tuhan.
Manusia adalah makhluk dan Allah adalah Tuhan, pencipta dari segala makhluk.
Manusia sebagai makhluk menghaturkan puji-pujian kepada Allah Tuhan
sekalian alam, Tuhan yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih bagi setiap
hamba-Nya yang mukmin.
a. Bābu „l-‟Ilmi
Bābu „l-‟Ilmi yaitu bab yang membahas mengenai ilmu yang memberi
manfaat. Menurut kaum sufi, kehidupan di alam ini penuh dengan rahasia-
rahasia. Rahasia-rahasia itu tertutup oleh dinding-dinding. Di antara dinding-
dinding itu ialah hawa nafsu kita sendiri, keinginan dan kemewahan hidup
duniawi (Asmaran As., 2002:100). Dalam naskah disebutkan bahwa,
“Bermula ilmu yang memberi manfaat itu yaitu / yang terhampar dalam hati
cahayanya dan membawa akan hakikat dunia / (ini) dan akhirat (itu) dan
membukakan pula ia daripada dinding hati / yang meneguhkan daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
paham” (MATC h.3 br.4–7). Berdasarkan kutipan tersebut dapat diartikan
bahwa ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang dapat membawa cahaya
ke dalam hati, yaitu ilmu yang mampu menyucikan dan membersihkan hati
dari sifat-sifat tercela. Selain itu, ilmu yang bermanfaat juga dapat
membukakan dinding hati, mengarahkan diri ke jalan yang benar serta dapat
mencegah diri agar terhindar dari hawa nafsu yang sesat.
Berkaitan dengan ilmu yang bermanfaat, Imam Al-Ghazali berpendapat
sebagai berikut.
Pada diri manusia sekiranya cermin hatinya telah tebal dan
berkarat oleh kotoran-kotoran dunia. Sesungguhnya kami
maksudkan dengan ilmu ke jalan akhirat, ialah ilmu mengenai
cara menggosok cermin dari kotoran-kotoran tersebut yang telah
menjadi penghalang dari pada Allah Taala. Membersihkan dan
menyucikannya ialah dengan mencegah diri dari menuruti hawa
nafsu dan berpegang teguh dalam segala hal kepada ajaran Nabi-
Nabi alaihi „s-salām (Al-Ghazali Jilid 1, 2003:97).
Imam Al-Ghazali mengibaratkan hati bagaikan sebuah cermin,
sedangkan hal-hal yang bersifat keduniawian adalah kotoran-kotoran yang
menutupi cermin tersebut. Kotoran yang menutupi hati adalah menjadi
penghalang atau dinding yang menjauhkan jarak antara manusia dengan
Tuhannya, Allah SWT. Untuk membersihkannya dibutuhkan sebuah alat
yang mampu menghilangkan kotoran-kotoran tersebut sehingga cermin
kembali bersih dan mampu memancarkan sinar. Alat itulah yang disebut
dengan ilmu. Bentuk dari pembersihan dan penyucian hati adalah dengan
berpegang teguh terhadap ilmu yang mampu mengantarkan diri menuju jalan
akhirat, yaitu segala hal yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. dan nabi-
nabi sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
b. Bābu „l-‟Uzlati wa „l-Khumūl
Bābu „l-‟Uzlati wa „l-Khumūl yaitu bab yang membahas mengenai
mengasingkan diri dalam rangka menjauhi kenikmatan duniawi. ‟Uzlah
berarti mengasingkan diri. Makna tersebut sesuai dengan penjelasan yang
terdapat dalam kitab Ihya' ‟Ulumiddin, disebutkan bahwa “Sesungguhnya
manusia mempunyai banyak perbedaan pendapat tentang pengasingan diri
(„l-‟uzlah) dan percampur-bauran („l-mukhalathah) ...” (Al-Ghazali Jilid 2,
2003:446).
‟Uzlah atau mengasingkan diri dari kehidupan dan nikmat duniawi
memiliki manfaat dalam kehidupan beribadah seorang manusia. Hal ini
seperti yang tersebut di dalam teks, bahwa “Tiada memberi manfaat akan
hati suatu seperti mengasingkan diri yang / masuk dengan dia
kepada(mu)nya dan pikirnya…” (MATC h.17 br.2–3). Ada enam faedah atau
manfaat dari mengasingkan diri yang terdapat dalam kitab Ihya‟ ‟Ulumiddin.
Keenam faedah tersebut antara lain: dapat menggunakan seluruh waktu
dalam hidup hanya untuk beribadah kepada Allah; dapat terhindar dari
perbuatan-perbuatan maksiat, karena manusia sering terjerumus ke dalam
perbuatan-perbuatan maksiat ketika sedang bercampur-baur dengan orang
banyak („l-mukhalathah); terlepas dari segala fitnah dan permusuhan serta
terpelihara jiwa dan agamanya; terlepas dari kejahatan manusia; dapat
menahan segala keinginan manusia ketika melihat sesuatu yang lebih baik
dari dirinya, sehingga waktu hanya digunakan untuk memperbaiki diri
sendiri; dan terlepas daripada menyaksikan orang-orang yang berat
perangainya dan kurang akal pikirannya (Al-Ghazali Jilid 2, 2003:461–491).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
c. Bābu „l-Faqri wa „l-Fāqat
Bābu „l-Faqri wa „l-Fāqat yaitu bab yang membahas mengenai fakir
dan hajat. Fakir adalah keadaan seseorang yang tidak dapat mencukupi
kebutuhan hidupnya, sedangkan hajat adalah keadaan seseorang yang
mempunyai keperluan atau kepentingan.
Seorang yang telah mendalami ajaran tasawuf, maka ia akan
memahami makna fakir lebih dari sekedar keadaan seseorang yang tidak
dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Imam Al-Ghazali menyebut semua
makhluk Allah adalah fakir, dan Allah adalah Satu, Tuhan Yang Maha Kaya.
Setiap makhluk-Nya memerlukan kekekalan wujud dan kekekalan tersebut
hanya diperolehnya berkat karunia dan kemurahan Allah SWT (Al-Ghazali
Jilid 4, 2003:139). Pemahaman Imam Al-Ghazali mengenai fakir tersebut
berdasarkan firman Allah Taala, yang artinya: “Allah itu serba cukup (Kaya)
dan kamu mempunyai keperluan (fakir) kepada-Nya” (QS Muhammad ayat
38).
Asmaran As. memiliki definisi fakir yang berbeda dengan Imam Al-
Ghazali. Beliau mendefinisikan fakir sebagai berikut:
Faqr atau kefakiran berarti: (1) tidak meminta lebih daripada apa
yang telah ada pada diri kita, (2) tidak meminta rezeki kecuali
hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban, dan (3)
tidak meminta, sungguhpun tak ada pada diri kita, kalau diberi
diterima, tidak meminta tapi tidak menolak. Faqir adalah orang
yang bersifat faqr (Asmaran As., 2002:378).
Definisi fakir di atas lebih menggambarkan keadaan seseorang yang
berusaha meninggalkan nafsu duniawi dan senantiasa menjaga dirinya dari
harta yang berlebih karena mungkin akan membahayakan keimanannya. Jika
seseorang telah berhasil menjaga diri dari ketiganya pengertian fakir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
tersebut, kemudian ia mengisi kehidupan dunianya hanya untuk beribadah
kepada Allah, maka dapat dikatakan bahwa ia dalam keadaan zuhud.
Asmaran As. mendefinisikan zuhud sebagai kondisi mental yang tidak terikat
pada kehidupan duniawi dan kehidupan duniawi hanya diperlukan untuk
kepentingan pengabdian kepada Allah (Asmaran As., 2002:405).
Fakir dan hajat adalah dua hal yang sama-sama menggambarkan
seseorang dalam keadaan membutuhkan sesuatu. Meskipun demikian
keduanya memiliki perbedaan. Hajat adalah keadaan seseorang yang sedang
memiliki keperluan atau kepentingan. Di dalam teks disebutkan bahwa,
“…maka adalah sebab demikian itu karena / sangat hajat itu menghadapkan
hati mereka itu kepada Tuhan / mereka itu terkadang dengan samar dan
terkadang dengan tan[p]a kata dan terkadang / dengan te\nang\ di bawah sifat
Jalāl Chaqq Taala” (MATC h.23 br 2–5). Kutipan tersebut mengandung arti
bahwa seseorang yang sedang dalam keadaan hajat akan berdoa dan
memohon kepada Allah agar dapat terpenuhi keperluan atau kepentingannya
itu.
d. Bābun fī Riyādlati „n-Nafsi wa „t-Tachdzīri ‟an Dasā‟isihā
Bābun fī Riyādlati „n-Nafsi wa „t-Tachdzīri ‟an Dasā‟isihā yaitu bab
yang membahas mengenai mensucikan nafas serta takut apabila
mengotorinya. Mensucikan nafas di sini memiliki makna yang sama dengan
mensucikan jiwa dari sifat-sifat tercela, seperti sifat takkabur (sombong),
‟ujub (membanggakan diri), riya‟ (pamer), chasad (dengki), su‟u al-zann
(buruk sangka), bukhl (kikir), dan gadah (pemarah). Di dalam teks
disebutkan bahwa, “Bermula adalah hasil kata Syaikh itu menyuruhkan kita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
meninggalkan / rida akan nafas dan meninggalkan sifat kibir dan ujub dan
riya dan / sumah dan chaqqul dan chasad…” (MATC h.25 br.13–15).
Menurut orang-orang sufi sumber kemaksiatan pada dasarnya ada dua.
Pertama adalah maksiat lahir, yaitu sifat tercela yang dikerjakan oleh anggota
lahir seperti tangan, mulut, dan mata. Kedua adalah maksiat batin, yaitu
segala sifat tercela yang diperbuat oleh hati (Asmaran As., 2002:68).
Mensucikan nafas berari mensucikan jiwa dari kemaksiatan yang bersumber
dari batin, yaitu sifat-sifat tercela seperti yang telah disebutkan di atas.
Berkaitan dengan menyucikan nafas, Allah SWT. berfirman yang
artinya, “Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensucikan jiwanya, dan
rugilah orang yang mengotorinya” (QS Asy-Syams ayat 9–10). Berdasarkan
ayat tersebut dapat dikatakan bahwa orang yang tidak berusaha atau tidak
dapat mensucikan jiwanya dari sifat-sifat tercela termasuk orang yang
merugi.
e. Bābu I‟tidali „l-Khaufi wa „r-Rijā‟
Bābu I‟tidali „l-Khaufi wa „r-Rijā‟ yaitu bab yang membahas keadaan
antara perasaan takut dan harap. Khauf menurut ahli sufi berarti suatu sikap
mental merasa takut kepada Allah karena khawatir pengabdiannya kepada
Allah kurang sempurna, sedangkan raja‟ berarti suatu sikap mental yang
optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Ilahi yang disediakan hamba-
hamba-Nya yang shaleh (Asmaran As., 2002:141–143). Dalam beribadah
kepada Allah, seseorang hendaknya memadukan dan dapat menyeimbangkan
antara perasaan takut berharap dan kepada Allah. Dua hal tersebut akan
dapat membawa dampak yang baik bagi kualitas ibadah seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Kemunculan perasaan takut dan harap dapat dipahami dari firman Allah
dalam QS Al-An’ām ayat 165 yang artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu amat
cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa perasaan
takut bersumber dari keyakinan akan siksa Allah yang sangat cepat dan
perasaan berharap itu muncul dari keyakinan bahwa sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Imam Al-Ghazali mengibaratkan perasaan takut dan harap bagaikan
dua sayap yang mampu membawa terbang orang-orang yang taat agama naik
menuju ke setiap jenjang yang terpuji. Takut dan harap juga diibaratkan
sebagai dua pisau yang dapat digunakan orang-orang yang taat beragama,
ketika mereka berjalan di akhirat untuk memotong setiap tebing yang sulit
didaki (Al-Ghazali Jilid 4, 2003:8). Perasaan takut dan harap yang tertanam
pada diri seseorang akan mampu mendekatkan dia dengan Tuhannya. Ia akan
senantiasa memperbaiki diri, selalu berusaha agar sikap dan perbuatannya
tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah.
Imam Al-Ghazali (dalam Asmaran As., 2002:142) membagi perasaan
takut menjadi dua. Pertama, perasaan takut karena khawatir akan kehilangan
nikmat. Inilah yang mendorong orang untuk selalu memelihara dan
menempatkan nikmat itu pada tempatnya. Kedua, perasaan takut terhadap
siksaan sebagai akibat perbuatan kemaksiatan. Perasaan takut seperti itulah
yang mendorong orang untuk menjauh dari apa yang dilarang dan
melaksanakan apa yang diperintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Berdasarkan tingkatannya, Imam Al-Qusyairi dengan mengutip
perkataan Ali Daqaq membagi perasaan takut menjadi tiga, yaitu khauf,
hasyyah, dan haihah. Pertama khauf, yaitu bentuk takut dikarenakan iman,
sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya: “Sesungguhnya mereka
itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-
kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang
yang beriman” (QS Āli ’Imrān ayat 175). Kedua hasyyah, yaitu suatu bentuk
takut yang disertai dengan membesarkan dan mengagungkan Allah. Hal ini
dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Allah
SWT. berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-
hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun” (QS Fāthir ayat 28). Ketiga haihah, yaitu rasa takut sebagai
akibat dari marifah kepada Tuhan, seperti yang diterangkan Allah SWT
dalam QS Āli ’Imrān ayat 28 yang artinya, “Dan Allah memperingatkan
kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)”
(Asmaran As., 2002:143).
f. Bābu „r-Rajā‟
Bābu „r-Rajā‟ yaitu bab yang membahas mengenai perasaan harap.
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa rajā‟ merupakan sikap
optimis bahwa Allah akan memberikan karunia kenikmatan terhadap hamba-
hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa. Sikap optimis tersebut merupakan
perwujudan perasaan harap yang dimiliki oleh setiap hamba Allah. Di dalam
teks disebutkan bahwa, “Ar-rajā‟u mārinahu ‟amalu wa illā fa huwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
a\m\niyy\a\t. Harap itu barang yang / serta ia dengan amal dan jika tiada
demikian maka yaitu angan-angan / namanya…” (MATC h.31 br.7–9).
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa perasaan harap dan sikap optimis hanya
akan menjadi angan-angan apabila tidak diikuti dengan amal perbuatan yang
nyata. Manusia berharap akan kenikmatan syurga yang dijanjikan Allah
tetapi ia enggan melaksanakan perintah-Nya atau bahkan melanggar
larangan-Nya, maka yang demikian itu hanyalah angan-angan saja untuk
mendapatkan kenikmatan syurga.
g. Bābu Dzikri Khafī ‟alā Thā‟if wa Sunnatihi ‟alā „l-‟Ibād
Bābu Dzikri Khafī ‟alā Thā‟if wa Sunnatihi ‟alā „l-‟Ibād yaitu bab yang
membahas mengenai zikir khafī yang disunahkan bagi seorang hamba. Zikir
khafī ialah yang dilakukan dengan rahasia, tanpa suara, atau dengan ingatan
hati dan turun naiknya nafas (Asmaran As., 2002:404).
Berkaitan dengan zikir khafī, Allah SWT. berfirman dalam QS Al-
A’rāf ayat 55 yang artinya, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah
diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang melampaui batas.” Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah
memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa dengan berendah diri dan dengan
surara yang lembut. Allah tidaklah menyukai sikap hamba-hamba-Nya yang
melampaui batas, termasuk dalam hal berdoa.
2. Teks yang Mengandung Ajaran Islam pada Umumnya
a. Bābu „t-Taubah
Bābu „t-Taubah yaitu bab yang membicarakan mengenai tobat.
Asmaran As. menyebut tobat sebagai tahapan pertama yang harus dilewati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
oleh seorang pengamal ajaran tasawuf. Inilah yang disebut sebagai
perubahaan (konversi) dan merupakan pertanda dari kehidupan baru.
Manusia belum dianggap bertaubat hingga ia bersegera meninggalkan dosa,
baik yang disadari atau tidak dan berjanji dalam hati bahwa ia tidak akan
mengulangi dosa-dosa tersebut (2000:110).
Secara etimologi, tobat menurut Imam Al-Ghazali (dalam Asmaran
As., 2002:111) dapat diartikan dengan “kembali”, yakni kembali dari
kemaksiatan kepada ketaatan, kembali dari jalan yang jauh ke jalan yang
lebih dekat. Di dalam Al-Quran banyak ayat yang memerintahkan agar setiap
orang muslim bertobat dari kesalahan-kesalahannya. Di antaranya adalah QS
An-Nūr ayat 31 yang artinya, “Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Menurut orang sufi, yang menyebabkan manusia jauh dari Allah adalah
karena dosa, sebab dosa adalah sesuatu yang kotor, sedangakan Allah Maha
Suci dan menyukai yang suci. Oleh karena itu, apabila seorang ingin
mendekatkan diri kepada-Nya, maka ia harus terlebih dahulu membersihkan
dirinya dari segala macam dosa dengan jalan bertobat (Asmaran As.,
2002:109). Namun, jika seseorang terlanjur berbuat dosa, maka bagi dirinya
tidak boleh berputus asa dan tetap istiqomah berada di jalan Allah. Dalam
teks disebutkan bahwa “Apabila jatuh daripadamu dosa maka jangan kiranya
yang / demikian itu akan sebab memutuskan asamu dari pada hasil istiqamah
{yakni sempurna} / serta Tuhanmu. Maka terkadang adalah yang demikian
itu kesudahan / dosa ditakdirkan atasmu” (MATC h.4 br.10–13). Kutipan
tersebut mengandung makna bahwa seseorang yang telah ber-istiqomah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
namun pada suatu ketika ia terjerumus ke dalam dosa, maka keadaan seperti
itu adalah sesuatu yang telah ditakdirnya baginya.
b. Bābu „l-Ikhlasi fī „l-‟Amali
Bābu „l-Ikhlasi fī „l-‟Amali yaitu bab yang membahas mengenai ikhlas
dalam berbuat amal. Inti dari pembahasan tersebut adalah bahwa manusia
dalam berbuat amal haruslah didasari rasa ikhlas, yaitu semata-mata hanya
karena Allah. Bentuk rasa ikhlas tersebut ada berbagai macam dan salah
satunya adalah dengan tidak menghitung-hitung dan menuntut ganti amal
yang telah kita perbuat kepada Tuhan Allah SWT., seperti yang terdapat
dalam kutipan teks sebagai berikut.
Kai\fa\ an tathlu\ba\ „l-‟iwādla ‟alā ‟amali huwa / mutashaddiqu
bihi ‟alaika. Am kaifa tathlubu „l-jazā‟a ‟alā shidqin / huwa
muhdīhi ilaik. Maka buangkan olehmu citamu daripada menuntut
/ ganti amalmu daripada Tuhanmu. Betapa kau tuntut ganti itu
amal pada- / hal ia jua men-shidqi-hakan dia atasmu atau betapa
kau tuntut / balas atas benarmu ia jua yang menghadia\h\kan dia
kepadamu (MATC h.11 br.9–14).
Ada hal penting yang disebutkan dalam bab ikhlas dalam berbuat amal
ini, yaitu terdapatnya penjelasan mengenai hadits tentang hijrah atau
berpindah. Hijrah atau berpindah di sini mengandung arti berpindah dari
sesuatu yang buruk ke sesuatu yang baik hanya karena Allah. Berikut
kutipan hadits tersebut yang terdapat di dalam teks.
Wa andhur ilā qaulī shallā „l-Lāhu ‟alaihi / wa sallama.
Famankānat \hi\jratuhu ilā „l-Lāhi wa rasūli fa\hi\jratuhu / ilā
„l-Lāhi wa rasūlih. “Dan tidak olehmu kepada sabda Nabi sh. /
Maka barang siapa ada berpindahnya kepada Allah dan rasul-
Nya maka adalah / pindahnya itu kepada Allah dan rasul-Nya.”
Wa man kānat \hi\jratuhu / ilā „d-dunyā yushībuhā au
imr\a\['a]tin yatazawwajuhā fa\hi\jratuhu <ilā> / ilā mā hājara
ilaih. “Dan barang siapa berpindahnya kepada dunia / niscaya
diperoleh [a]kan dia itu kepada perempuan niscaya dikahwininya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
// akan dia, maka adalah pindahnya itu kepada yang dipindahnya
ia / kepadanya” (MATC h.6 br.10–17, h.7 br.1–2).
Hadits di atas diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits yaitu Bukhari
dan Muslim (Riyadlus Shalihin Jilid 1, 1981:2). Hadits tersebut juga
ditemukan dalam sebuah kitab hadits yang berjudul Arbai‟n An-Nawawi. Hal
ini dapat diketahui dari keterangan yang terdapat dalam sebuah buku yang
berjudul Syarah Hadits Arbain Imam Nawawi (Al ’Ied, 2001:15–16). Hadits
tersebut mengandung arti bahwa sesungguhnya tiap amal perbuatan itu
tergantung pada niatnya. Maka yang hijrah-nya tulus ikhlas menurut kepada
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrah itu diterima oleh Allah dan Rasulullah.
Dan siapa yang niat hijrah-nya untuk dunia (kekayaan) yang akan didapat
(dikejar), atau wanita yang akan dikawin, maka hijrah itu terhenti pada niat
hijrah yang ia tuju. Jika hal tersebut dikaitkan dengan ikhlas dalam berbuat
amal, maka seseorang yang telah ikhlas dalam berbuat amal ia akan terus
berusaha menjaga niatnya untuk tetap berada di jalan Allah.
c. Bābu Chikami fī „sh-Shalāt
Bābu Chikami fī „sh-Shalāt yaitu bab yang membahas mengenai
hikmah dalam salat. Hikmah di sini berkaitan dengan dua hal, yaitu
kekhusyukan dalam salat dan makna salat menurut orang sufi. Hikmah
pertama berkaitan dengan kekhusyukan dalam salat. Harus dipahami bahwa
untuk mencapai salat yang khusyuk diperlukan proses penyucian hati.
Penyucian hati berarti membersihkan hati dari hal-hal kotor seperti sombong,
dengki, memikirkan hal-hal selain Allah kemudian mengisinya dengan hal-
hal baik seperti sifat pengagungan, berharap, dan berserah diri kepada Allah.
Sesuai dengan kutipan yang terdapat di dalam teks, yaitu “Sh-shalāti thuhri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
lilqalūbi wa istiftāchun lilghuyūb. Bermula / sembahyang itu menyucikan
bagi segala hati dan membukakan bagi pintu // segala yang gaib-gaib”
(MATC h.11 br.16–17, h.12 br.1).
Hikmah yang kedua adalah berkaitan dengan makna salat, yaitu
sebagaimana yang terdapat dalam teks, “Sh-shalātu \ma\challu „l-munājāti
wa ma‟dinu / „l-mushāfāt. Bermula sembahyang itu tempat munajat dan
[se]kalian / artinya berikhlas” (MATC h.12 br.1–3). Salat yang khusyuk
disertai rasa ikhlas dapat menjadi media yang tepat untuk bermunajat kepada
Allah. Munajat berarti melaporkan diri ke hadirat Tuhan atas segala aktivitas
yang dilakukan. Dalam munajat itu disampaikan segala keluhan,
mengadukan nasip dengan untaian kalimat yang indah dan puitis diiringi
dengan deraian air mata sebagai hamba Allah yang lemah dan penuh dosa
yang ingin berjumpa dengan Tuhannya (Asmaran As., 2002:389).
Bagi orang sufi, tangis dan air mata itu mendapat nilai tertentu sebagai
tanda penyesalan diri atas suatu kesalahan, yakni menyimpang daripada
kehendak Tuhan. Dalam Al-Quran disebutkan sebuah cerita tentang
segolongan manusia yang merasa menyesal atas dosa yang diperbuatnya,
kemudian diperingatkan akan akibatnya yang pedih dalam neraka. Allah
SWT. berfirman: Hendaklah mereka tertawa sedikit dan memperbanyak
menangis, sebagai balasan untuk apa yang mereka lakukan (QS At-Taubah
ayat 82). Munajat biasanya dilakukan dalam suasana keheningan malam
seusai salat tahajud, agar segala ekspresinya tertuju bulat ke hadirat Ilahi
(Asmaran As., 2002:76–77).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
d. Bābu Fīri ‟Ayati „l-Waqti wa Ightināmih
Bābu Fīri ‟Ayati „l-Waqti wa Ightināmih yaitu bab yang membahas
mengenai memelihara dan meramaikan waktu. Inti dari bab ini adalah
manusia harus bersyukur atas waktu yang dianugerahkan oleh Allah. Rasa
syukur itu dapat berupa memelihara waktu dari sesuatu yang tidak berguna
dan meramaikannya atau mengisinya dengan sesuatu yang berguna.
Berkaitan dengan waktu, Allah SWT. berfirman dalam QS Al-’Ashr
ayat 1–3 yang artinya, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-
menasihati supaya menetapi kesabaran.” Sudah sangat jelas dalam QS Al-
’Ashr tersebut menjelaskan bahwa manusia yang tidak memanfaatkan
waktunya untuk beriman kepada Allah dan berbuat amal baik maka ia
termasuk golongan orang-orang yang merugi. Orang-orang sufi sangat
menekankan ajaran tersebut. Dalam pengasingan dirinya menghindari
kenikmatan duniawi, mereka menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk
beribadah kepada Allah.
e. Bābu „dz-Dzikr
Bābu „dz-Dzikr yaitu bab yang membahas mengenai zikir. Zikir dapat
diartikan dengan ingat atau mengingat. Asmaran As. mengartikan zikir yaitu:
Ucapan yang dilakukan dengan lisan atau mengingat Allah
dengan hati, dengan ucapan atau ingatan untuk mensucikan
Tuhan dan membersihkan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak
baginya, selanjutnya memuji-Nya dengan puji-pujian dengan
sifat-sifat-Nya yang sempurnya, sifat-sifat yang menunjukkan
kebesaran dan keagungan-Nya (Asmaran As., 2002:82).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Zikir menurut orang sufi ialah menyingkirkan lupa atau lalai dengan
selalu ingat hati kepada Allah (Asmaran As., 2002:404). Di dalam teks
disebutkan, “Wa min dzikrin ma‟a wujūdin yaqdhatin ilā dzikrin ma‟a
wujūdin chudlūrin. // Dan daripada zikir serta diperoleh juga kepada zikir
serta diperoleh / chudlūr” (MATH h.20 br.17, h.21 br.1). Kutipan tersebut
mengandung arti bahwa dengan berzikir, selain dapat mengingat Allah juga
dapat mendekatkan hati kita kepada Allah. Allah akan selalu hadir dalam hati
manusia yang selalu berzikir, berusaha mengingat Allah.
Allah akan senantiasa mengingat hamba-Nya, bagi hamba-hamba-Nya
yang selalu ingat atau berzikir atas-Nya. Hal tersebut sebagaimana telah
disebutkan dalam firman Allah QS Al-Baqarah ayat 152 yang artinya:
“Maka ingatlah kamu kepada Aku, niscaya Aku ingat pula kepadamu”. Ayat
tersebut juga disebutkan dalam teks yang bunyinya, “Tatkala firmannya,
fadzkurūnī adzkurkum. Artinya maka sebut oleh kamu / akan Daku niscaya
kusebut akan kamu. Maka disempurnakannya nikmatnya / atasmu” (MATC
h.22 br 1–3).
Ada beberapa hadits Nabi saw. yang berkaitan dengan keutamaan zikir.
Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radliya „l-
Lāhu ‟anh dari Abu Said radliya „l-Lāhu ‟anh, yang artinya: “Tidak ada
suatu kaum yang duduk dalam suatu majlis untuk zikir kepada Allah
melainkan mereka dikelilingi oleh malaikat, diliputi rahmat, diturunkan
ketenangan, dan mereka disebut-sebut Allah di hadapan malaikat yang ada
di sisi-Nya” (Riyadlus Shalihin Jilid 2, 1981:328). Hadits tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
menunjukkan bahwa begitu dekatnya Allah dengan hamba-hamba-Nya yang
senantiasa berzikir kepada-Nya.
f. Bābu Adābi „d-Du‟ā
Bābu Adābi „d-Du‟ā yaitu bab yang membahas adab berdoa. Doa
adalah kekuatan yang bersumber dari keyakinan seseorang. Doa tidak akan
dapat dirasakan hasilnya oleh manusia apabila dalam dirinya tidak terdapat
keyakinan. Allah memerintahkan hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa
berdoa, seperti firman-Nya dalam QS Al-Mu’min ayat 60 yang artinya:
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”
Mengenai adab berdoa, dalam teks dijelaskan bahwa tidak ada sesuatu
pun yang pantas dimintai pertolongan selain Allah dan tidak ada sesuatu pun
yang kuasa mengabulkan setiap permohonan kecuali Allah. Berikut kutipan
teks yang menjelaskan tentang hal tersebut.
Lā tarfa‟anna ilā ghairihi / chājatan huwa mūridu hā‟alaik.
Jangan kau adukan kepada yang lain / daripadanya hajat padahal
Ia jua yang membawa dia atasmu. Fakaifa / yarfa‟u ghairuhu
mākāna huwa ladu wadli‟ān. Maka betapa mengangkatkan /
yang lain daripadanya yang telah ada ia menghantarkan baginya.
Man lam yastathī‟u / an yarfa‟a chājatan ‟an tafsihi fakaifa
yastathī‟u an yakūnalahā / min ghairihi rāfi‟ān. Karena barang
siapa tiada kuasa mengangkatkan / hajat daripada dirinya maka
betapa kuasa adanya mengangkatkan yang lain // (MATC h.34
br.10–17).
Masih berkaitan dengan adab berdoa, Allah SWT. berfirman dalam QS
Al-Fatihah ayat 5 yang artinya, “Hanya kepada Engkau-lah kami
menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan.” Ayat
tersebut menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang mampu memberikan
pertolongan kecuali Allah. Segala bentuk pertolongan yang datang
sesungguhnya berasal dari Allah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
g. Bābu „t-Taslīmi li Amri „l-Lāhi Ta‟ālā wa Tarki „l-Ikhtiyār
Bābu „t-Taslīmi li Amri „l-Lāhi Ta‟ālā wa Tarki „l-Ikhtiyār yaitu bab
yang membahas tentang taslīm bagi amri „l-Lāh dan meninggalkan ikhtiar.
Taslīm bagi amri „l-Lāh dimaknai sebagai mengucap salam atau berdoa
untuk keselamatan dan keberkahan bagi amri „l-Lāh Muhammad saw. Ada
sebuah hadits yang menceritakan bagaimana para sahabat bertanya kepada
Rasulullah mengenai cara berselawat kepada beliau, kemudian beliau
bersabda: “Bacalah yang artinya: „Wahai Tuhan! Berilah rahmat atas
Muhammad, keluarga dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah
memberikan rahmat atas keluarga Ibrahim. Berilah keberkatan atas
Muhammad, keluarga dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah
memberikan keberkatan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji lagi Maha Mulia” (Shahih Bukhari Jilid 3, 1992:201).
Meninggalkan ikhtiar dimaknai sebagai meninggalkan usaha, yaitu
berhenti berdoa kepada Allah supaya dikabulkan permohonannya. Berdoa di
sini lebih dimaknai sebagai menuntut Tuhan supaya dikabulkan
permintaannya. Hal ini sesuai dengan penjelasannya di dalam teks.
Disebutkan bahwa, “Jangan kau tuntut <daripada> // daripada Allah bahwa
dikeluarkannya engkau daripada suatu hal supaya / dikerjakannya engkau
pada yang lain daripada hal itu maka jikalau <di> / dikehendakinya akan
dikau niscaya dikerjakan dikau dengan tiada / mengeluarkan dirimu”
(MATH h.37 br.17, h.38 br.1–3). Berdasarkan kutipan tersebut, berhenti
berdoa dan menuntut kepada Allah dimaksudkan sebagai upaya untuk
melatih hati agar lebih bisa menerima ketetapan yang diberikan Tuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Apabila sesuatu itu telah menjadi haknya dan jika suatu keadaan sudah
menjadi kehendak Allah maka terjadilah.
h. Bābu „sh-Shabri ‟alā „l-Balāyā wa „sy-Syada‟id
Bābu „sh-Shabri ‟alā „l-Balāyā wa „sy-Syada‟id yaitu bab yang
membahas mengenai sabar atas segala bala dan kesukaran. Ada lima macam
bentuk sifat sabar bila dilihat dari perwujudannya dan salah satunya ada atas
bala dan kesukaran atau ketika ditimpa malapetaka (Asmaran As.,
2002:143). Keempat sifat sabar lainnya yaitu sabar dalam beribadah, sabar
terhadap kenikmatan kehidupan dunia, sabar untuk tidak berbuat maksiat,
dan sabar dalam perjuangan.
Seseorang yang beriman dan selalu bersangka baik terhadap segala
ketetapan Tuhan akan menjadikan bentuk ujian berupa musibah atau
malapetaka sebagai wujud kasih sayang Allah SWT. terhadap makhluk-Nya.
Dengan adanya musibah hati akan selalu ingat dan merasa dekat dengan
Allah, dan sifat sabar yang dimiliki akan membentuk pribadi manusia
menjadi kuat dan teguh ketika menghadapi musibah atau malapetaka.
Jiwanya tidak akan mudah tergoncang, panik, hilang keseimbangan, ataupun
berubah pendirian.
Sifat sabar hanya dikaruniakan Tuhan kepada manusia, tidak kepada
makhluk yang lain. Manusia, selain mempunyai hawa nafsu ia juga
dianugerahi akal untuk mengendalikan hawa nafsu itu supaya jangan sampai
merusak atau merugikan (Asmaran As., 2002:118–119). Manusia yang
mampu bersabar dalam menghadapi cobaan berupa kesukaran, musibah, atau
malapetaka maka ia telah berhasil menggunakan akalnya untuk berfikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
sehingga ia mampu mengendalikan hawa nafsunya. Berkaitan dengan hal itu,
di dalam teks disebutkan bahwa, “Hendaklah / diringankan daripadamu
^atasmu bala itu oleh \fa\[e]dah ilmumu^ akan / bahwasanya Chaqq
Subchānahu wa Ta‟ālā Ia jua yang menurunkan bala bagimu” (MATC h.40
br.10–12). Ilmu yang dimaksud di dalam kutipan tersebut dapat dimaknai
sebagai akal yang dimiliki manusia yang digunakan untuk berfikir. Bala atau
kesukaran yang dialami oleh manusia akan menjadi terasa lebih ringan jika ia
mau berfikir untuk bersabar dan ketika hati dalam keadaan tenang serta tidak
diliputi oleh amarah akan mudah menemukan jalan keluar bagi permasalahan
yang dihadapi.
Berkaitan dengan sifat sabar, terutama dalam menghadapi kesukaran,
musibah, atau bencana, Allah SWT. berfirman dalam QS Luqman ayat 17
yang artinya, “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarkan terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).” Ayat tersebut menjelaskan bahwa berbuat baik, mencegah perbuatan
jahat, dan bersabar sesungguhnya adalah sesuatu yang diwajibkan oleh
Allah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap teks MATC dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Secara keseluruhan, di dalam suntingan teks MATC terdapat 5 kesalahan salin
tulis dan 2 ketidakkonsistenan penulisan. Kelima bentuk kesalahan salin tulis
perinciannya yaitu 38 lakuna, 15 adisi, 67 substitusi, 4 transposisi, dan 28
ditografi.
2. Struktur teks yang terdapat dalam teks MATC menunjukkan struktur sastra
kitab. Struktur penyajian atau struktur narasi dalam sastra kitab pada umumnya
menunjukkan struktur yang tetap, yaitu terdapat pendahuluan, isi, dan penutup.
Teks MATC adalah salah satu teks yang ada dalam naskah bunga rampai
Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam. Teks tersebut terdapat pada halaman 1
sampai dengan 47 dari 62 halaman dalam naskah bunga rampai Manhaju ‘l-
Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam. Di dalam katalog online terdapat keterangan
bahwa naskah bunga rampai Manhaju ‘l-Atammi fī Tabwībi ‘l-Chikam memiliki
status kelengkapan naskah tidak lengkap. Keterangan tersebut sesuai dengan
penjelasan struktur yang terdapat pada teks MATC, yaitu hanya terdapat
pendahuluan dan isi, dan tidak ditemukan bagian penutup pada teks tersebut.
3. Ajaran tasawuf yang terkadung dalam teks MATC adalah sebagai berikut. Bābu
‘l-’Ilmi, yaitu bab yang membahas ilmu yang memberi manfaat; Bābu ‘l-’Uzlati
wa ‘l-Khumūl, yaitu bab mengenai mengasingkan diri dalam rangka menjauhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
kenikmatan duniawi; Bābu ‘l-Faqri wa ‘l-Fāqat, yaitu bab mengenai keadaan
fakir dan hajat; Bābun fī Riyādlati ‘n-Nafsi wa ‘t-Tachdzīri ’an Dasā’isihā yaitu
bab mengenai mensucikan nafas serta takut apabila mengotorinya; Bābu I’tidali
‘l-Khaufi wa ‘r-Rijā’, yaitu bab yang membahas keadaan antara perasaan takut
dan harap; dan Bābu Dzikri Khafī ’alā Thā’if wa Sunnatihi ’alā ‘l-’Ibād, yaitu
bab mengenai zikir khafī yang disunahkan bagi seorang hamba.
B. Saran
Penelitian terhadap teks MATC masih merupakan tahap awal dalam sebuah
penelitian filologi. Penulis merasa di dalam melakukan penelitian masih banyak
dijumpai kekurangan baik dalam penyuntingan maupun pengkajian. Untuk itu
penulis berharap penelitian ini dapat menjadi pembuka jalan dan bahan
pertimbangan bagi penulis lain untuk meneliti lebih lanjut teks MATC. Selain itu
penulis juga berharap dengan adanya suntingan teks MATC beserta analisis terhadap
isi teksnya mampu memperkenalkan keberadaan naskah MATC sebagai salah satu
hasil karya sastra lama yang sarat dengan nilai ajaran agama Islam serta sebagai
wujud pelestarian dan penyelamatan warisan budaya leluhur yang berupa naskah
lama.