makalah mata kuliah pola tanam fix

28
MAKALAH MATA KULIAH POLA TANAM “Pekarangan” Disusun Oleh: Kelas A Kelompok 8 Achmad Ibrahim T 135040100111029 Brazil Putri Kevlin 135040100111064 Anindita Dwi L 135040101111006 Naufal Habib I 135040101111018 Khaula Khairini K 135040107111010

Upload: masbrahim

Post on 11-Jul-2016

98 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Tugas Mata Kuliah Pola Tanam

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

MAKALAH MATA KULIAH

POLA TANAM

“Pekarangan”

Disusun Oleh:

Kelas A

Kelompok 8

Achmad Ibrahim T 135040100111029

Brazil Putri Kevlin 135040100111064

Anindita Dwi L 135040101111006

Naufal Habib I 135040101111018

Khaula Khairini K 135040107111010

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan

dengan baik dan tanpa hambatan yang berarti.

Makalah tentang “Pekarangan” kami susun dengan maksimal dan

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar

pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Namun kami menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan baik

dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami memohon

maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini dan kami menerima

segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat berdampak positif dan

bermanfaat bagi pembaca.

Malang, Desember 2015

Tim Penulis

ii

Page 3: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I: PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 2

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Pengertian Pekarangan 3

BAB III: PEMBAHASAN 5

3.1 Fungsi Pekarangan 5

3.2 Perkembangan Jenis – Jenis Tanaman Pekarangan 6

3.3 Macam – Macam Tanaman di Pekarangan 6

3.4 Bagian – Bagian Pekarangan 8

3.5 Manfaat, Keuntungan dan Kendala Pekarangan 8

3.6 Pola Pemanfaatan Pekarangan 9

3.7 Sistem Pekarangan di Indonesia 11

BAB IV: PENUTUP 13

4.1 Kesimpulan 13

4.2 Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

iii

Page 4: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk menghasilkan hasil panen yang maksimal, salah satu faktor yang

harus di perhatikan adalah pola tanam. Pelaksanaan pola tanam juga harus

mengondisikan tempat atau lokasi, dimana tanaman itu akan tumbuh nantinya.

Budidaya yang dilakukan bertujuan untuk menghasilkan produksi yang dapat

memenuhi kebutahan sehari – hari. Salah satu jenis pola tanam dengan sistem

budidaya di penggunaan lahan pekarangan dapat menjadi alternatif untuk

melakukan budidaya yang hanya memiliki lahan yang sedikit yang berada di

belakang rumah atau dekat dengan rumahnya.

Di daerah pedesaan, pekarangan (homegarden) telah berkembang secara

lansekap dengan model yang bercirikan etnis, bergaya alami-tropis, dan

sebagai apotik hidup. Dalam konteks lansekap pedesaan, pekarangan dapat

pula berfungsi sebagai homegarden intercropping system yang menyediakan

produk/jasa berupa subsistensi dan komersial secara bersama dengan

mengkombinasikan berbagai macam tanaman pertanian dan hewan. Berikut

makalah ini akan menyajikan penjelasan terkait pekarangan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yaitu sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan pekarangan?

2. Bagaimana fungsi, manfaat, keuntungan serta kendala dari budidaya

pekarangan?

3. Bagaimana macam – macam tanaman di pekarangan?

4. Bagaimana perkembangan jenis – jenis tanaman pekarangan?

5. Bagaimana bagian – bagian dari pekarangan?

6. Bagaimana pola pemanfaatan pekarangan?

7. Bagaimana sistem pekarangan di Indonesia?

1

Page 5: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

1.3 Tujuan

Bersadarkan perumusan masalah di atas, maka dikemukakan tujuan dari

makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian pekarangan

2. Untuk mengetahui fungsi, manfaat, keuntungan serta kendala dari

budidaya pekarangan

3. Untuk mengetahui macam – macam tanaman di pekarangan

4. Untuk mengetahui perkembangan jenis – jenis tanaman pekarangan

5. Untuk mengetahui bagian – bagian dari pekarangan

6. Untuk mengetahui pola pemanfaatan pekarangan

7. Untuk mengetahui sistem pekarangan di Indonesia

2

Page 6: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pekarangan

Sajogyo (1994) mendefinisikan pekarangan sebagai sebidang tanah di

sekitar rumah yang masih diusahakan secara sambilan. Menurut Terra (1948),

pekarangan berasal dari kata “karang” yang berarti tanaman tahunan

(perennial crops). Oleh karena itu, pekarangan harus dicirikan oleh adanya

rumah tinggal yang tetap, sehingga tidak berlaku untuk pemukiman yang

berpindah-pindah (nomaden settelment) atau untuk usaha pertanian yang

tidak menetap.

Menurut Simatupang dan Suryana (1989) cukup sulit untuk

mendifinisikan pekarangan secara jelas dan tidak ambigu. Kesulitan ini

timbul karena secara faktual usaha di pekarangan bersifat kontinu dan

merupakan bagian perluasan (extended) dari penggunaan lahan pertanian.

Disamping itu, pekarangan tidak hanya berfungsi sebagai homestead (rumah

dan pekarangan) tetapi sebagai tempat untuk berkebun dan kegiatan usaha

tani lainnya.

Sementara, menurut Mardikanto (1994), pekarangan diartikan sebagai

tanah sekitar perumahan, kebanyakan berpagar keliling, dan biasanya

ditanami tanaman padat dengan beraneka macam tanaman semusim maupun

tanaman tahunan untuk keperluan sehari-hari dan untuk diperdagangkan.

Pekarangan kebanyakan saling berdekatan, dan bersama-sama membentuk

kampung, dukuh atau desa.

Adapun Hartono et al (1985) dalam Rahayu dan Prawiroatmodjo

(2005), mendefinisikan pakarangan sebagai sebidang tanah yang mempunyai

batas-batas tertentu, yang di atasnya terdapat bangunan tempat tinggal dan

mempunyai hubungan fungsional baik ekonomi, biofisik maupun sosial

budaya dengan penghuninya. Pengertian lain tentang pekarangan

dikemukakan oleh Novitasari (2011) yang melihat pekarangan sebagai tata

guna lahan yang merupakan sistem produksi bahan pangan tambahan dalam

3

Page 7: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

skala kecil untuk dan oleh anggota keluarga rumah tangga dan merupakan

ekosistem tajuk berlapis.

4

Page 8: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Fungsi Pekarangan

Ditinjau dari fungsinya, Terra (1948) mengemukaan fungsi pekarangan

sebagai berikut:

1. Penghasil bahan pangan tambahan bagi hasil sawah dan ladang (padi,

jagung) sebagai penganan, lauk-pauk dan buah.

2. Penghasil uang tunai harian (musim panenan saja bagi sawah dan ladang)

atau mengurangi belanja dapur sehingga disebut sebagai lumbung hidup

(kelapa, pisang, nangka, pepaya dan lain-lain).

3. Penghasil bumbu-bumbu, rempah-rempah, obat-obatan atau jamu-jamuan,

dan wangi-wangian, sehingga disebut apotik hidup (tanaman obat

keluarga).

4. Penghasil bahan bangunan seperti: bambu, jeunjing dan lain-lain.

5. Penghasil kayu bakar, dari ranting-ranting pohon yang perlu dipangkas,

pelepah kelapa dan lain-lain.

6. Penghasil bahan baku kerajinan tangan atau industri rumah, industri kecil

seperti bambu untuk kipas, kukusan dan anyaman lain, kayu, batok kelapa

untuk arang dan lain-lain.

Menurut Kristanti (2012) pekarang disekitar rumah dapat memiliki

berbagai fungsi sesuai peruntukannya. Adapun funsgi pekarangan secara garis

besar dapat dikelompokkkan :

1. Daerah umum (public area). Pekarangan dapat dilihat dan dinikmati oleh

penghuni rumah juga oleh siapa saja yang lewat di depan atau disekitar

rumah kita.

2. Daerah kesibukan (service area). Pekarangan ini diperuntukkan bagi

penghuni rumah, misalnya tempat bermain, mencuci pakaian, mencuci

piring atau lainnya. Area ini dapat ditanam tanaman bumbu-bumbuan,

sayur-sayuran atau tempat menanam tanaman obat-obatan.

3. Daerah pribadi (private area). Daerah ini diperuntukkan untuk pribadi,

misalnya tempat ibu atau bapak menanam tanaman hobbinya tempat

5

Page 9: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

“bertukang”, melakukan penelitian yang paling hemat, aman, setiap saat

dapat diamati.

4. Daerah famili (family area). Daerah ini dapat dibuat taman untuk

kepentingan keluarga, atau tempat berolah raga, atau tempat keluarga

berkumpul, camping dan lainnya. Arean ini biasanya ditempatkan di lokasi

yang strategis.

3.2 Perkembangan Jenis – Jenis Tanaman Pekarangan

Menurut Terra (1948), perkembangan jenis-jenis tanaman yang

dikembangkan dalam pekarangan, ternyata sangat dipengaruhi oleh:

agroklimat, agroekonomi dan budaya.

a. Agroklimat

Di dataran tinggi aneka jenis tanaman pekarangan kurang berkembang

dibanding di dataran rendah, demikian pula di daerah beriklim kering

keanekaragaman kurang disbanding daerah beriklim basah.

b. Agroekonomi

Ditentukan oleh jauh dekatnya dengan pasar. Di daerah dekat pasar, untuk

mencapai efisiensi produksi dan pemasaran cenderung untuk monokultur,

sehingga keanekaragaman berkurang. Sebaliknya di daerah yang jauh

pasar, produksi lebih bersifat untuk tujuan subsisten, maka

keanekaragaman tanaman tinggi.

c. Budaya

Daerah-daerah yang dulu merupakan masyarakat “matrilineal” seperti

Aceh, Minangkabau, Jawa dan Bali keranekaragam tanaman pekarangan

lebih berkembang, sebaliknya daerah yang dulunya bersifat “patrilineal”

seperti daerah Batak, Madura dan Lombok, aneka jenis tanaman kurang

berkembang.

3.3 Macam – Macam Tanaman di Pekarangan

Menurut hasil survey pemanfaatan pekarangan di Kalasan, disimpulkan

oleh Danoesastro (1978), sedikitnya ada empat fungsi pokok yang dipunyai

pekarangan, yaitu (Tabel 1): sebagai sumber bahan makanan, sebagai

6

Page 10: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

penghasil tanaman perdagangan, sebagai penghasl tanaman rempah-rempah

atau obat-obatan, dan juga sumber bebagai macam kayu-kayuan (untuk kayu

nakar, bahan bangunan, maupun bahan kerajinan).

Tabel daftar berbagai macam tanaman di pekarangan petani di kelurahan Sampel, dikelompokkan

menurut fungsinya (Kecamatan Kalasan).

No

.

Golongan Tanaman Macam Tanamannya

I Sumber bahan makanan tambahan :

1. Tanaman karbohdrat

2. Tanaman sayuran

3. Buah-buahan

4. Lain-lain

Ubikayu, ganyong, uwi, gembolo,

tales, garut dll.

Mlinjo, koro, nangka, petai.

Pepaya, salak, mangga, jeruk, duku,

jambu, pakel, mundu, dll.

Sirih.

II Tanaman perdagangan Kelapa, cengkeh, rambutan.

III Rempah-rempah, obat-obatan. Jahe, laos, kunir, kencur, dll.

IV Kayu-kayuan:

1. Kayu bakar

2. Bahan bangunan

3. Bahan kerajinan

Munggur, mahoni, lamtoro.

Jati, sono, bambu, wadang.

Bambu, pandan, dll.

Sumber: Danoesastro, 1978.

Menurut Danoesastro (1978) bahwa bagi masyarakat pedesaan,

pekarangan dapat dipandang sebagai “lumbung hidup” yang tiap tahun

diperlukan untuk mengatasi paceklik, dan sekaligus juga merupakan

pangkalan induk yang sewaktu-waktu dapat dimabil manfaatnya apabila

usahatani di sawah atau tegalan mengalami bencana atau kegagalan akibat

serangan hama/penyakit, banjir, kekeringan dan bencana alam yang lain.

7

Page 11: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

3.4 Bagian – Bagian Pekarangan

Menurut Sulistyo (2014), pekarangan dibagi menjadi 3 bagian: bagian

depan yang disebut buruan. Bagian ini biasanya disapu dan hampir

dibersihkan tiap hari. Kadang ditanami dengan tanaman hias atau tanaman

peneduh, yang digunakan untuk menjemur pakaian, hasil bumi, tempat

bermain anak dan lainnya. Bagian pinggir rumah yang berada di samping kiri

dan kanan, yaitu pipir. Pipir ini biasanya digunakan untuk tempat

perabot/alat-alat pertanian, seperti garu, gasrok, grendel, dan lainnya, tetapi

biasanya disimpan di belakang rumah. Jarian , biasanya terletak dibelakang

rumah atau di bagian belakang, berfungsi sebagai tempat membuang sampah

yang dibakar dan dijadikan pupuk. Panyaweran  adalah garis pembatas antara

buruan dan dinding rumah. Digunakan untuk menyimpan sementara hasil

panen atau barang-barang lainnya.

Selain struktur bangunan dan struktur tanaman, di pekarangan juga

ditemukan bangunan-bangunan lain seperti lumbung/gudang, lesung, warung,

sumur, dan kamar mandi, masjid, WC/kakus, kuburan, kolam, kandang

ternak, dan lain sebagainya. Kolam pekarangan (empang lembur), suatu ciri

khas pekarangan masyarakat Sunda biasanya dipekarangan dipelihara

beragam jenis ikan tawar. Beberapa jenis adalah ikan mas (Cyprinus carpio),

tawes (Puntius javanicus), sepat siem (Trichogaster pectoralis), gurame

(Osphrenemus gouramy), lele (Clarias batracus), mujair (Tilapia

mosambica), nila (Tilapia nilatica), dan tamakang/tambakan (Helostoma

temmincki). Pada kandang ternak di pekarangan biasanya juga ditemukan

ayam ras, kampung, domba, kambing, kerbau, sapi, kuda, kelinci, bebek, itik,

dan burung dara.

3.5 Manfaat , Keuntungan dan Kendala Pekarangan

Manfaat dalam praktik budidaya pekarangan adalah sebagai berikut:

Tidak terlalu memfokuskan pada komoditas tunggal, namun memelihara

keanekaragaman tumbuhan, seperti buah-buahan, sayuran, tambahan

pangan, hias, bahan obat-obatan tradisional, dan lain-lain

8

Page 12: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

Tidak terlalu menggantungkan pada asupan-asupan dari luar, seperti benih,

pupuk dan pestisida

Memperhatikan konservasi lingkungan, seperti konservasi lingkungan,

seperti keanekaragaman plasma nutfah, daur ulang sisa-sisa buangan

sampah rumah tangga, dan lain-lain

Memperhatikan sumberdaya dan pengetahuan lokal. Misalnya, dapat

mengkombinasikan pengetahuan lokal dan pengetahuan dari luar.

(Sulistyo, 2014)

Kendala/hambatan ialah sempitnya lahan pekarangan sehingga

terganggunya daur ulang, seperti daur sampah/kompos, dan kurang

memberikan hasil uang tunai yang tinggi. Secara konseptual, pemanfaatan

lahan pekarangan dapat memberikan berbagai keuntungan yang berupa :

1. Meningkatkan penghasilan, karena dapat menghasilkan bahan pangan atau

bahan obat-obatan bahkan ternak untuk kebutuhan hidup sehari-hari dalam

rangka hidup sehat, murah dan mudah.

2. Menciptakan lingkungan yanag nyaman, sehat dan indah, sangat

mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan (suistanable development), karena pemanfaatan pekarangan

merupakan pelestarian ekosistem yang sangat baik.

3. Tempat menyalurkan segala kreatifitas dan kesenangan ataupun hobi

semua anggota keluarga.

4. Tempat mendidik anggota keluarga cinta lingkungan, juga pekarangan

dapat menjadi laboratorium hidup (Irwan, 2008; Ginting, 2010).

3.6 Pola Pemanfaatan Pekarangan

Menurut Andhika (2009), pemanfaatan pekarangan dilakukan dengan

berbagai tujuan dan pola atau bentuk. Menurut Adapun langkah-langkah

pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Persiapan Media Tanam

Persiapan media dapat dilakukan dengan membersihkan lahan dari

gulma, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan.

9

Page 13: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

Namun rumah tangga yang memiliki lahan sempit dapat memanfaatkan

media tanam alternatif yang berupa pot dan vertikultur.

2. Pemilihan Jenis Tanaman

Pemilihan jenis tanaman berdasarkan keperluan rumah tangga baik

untuk obat atau kesehatan (kunyit, jahe, temulawak, mengkudu) dan

keperluan dapur (cabe, tomat, sereh, sayuran,) serta pelengkap gizi

keluarga (pepaya, pisang, jeruk dan lain-lain). Upayakan menanam

beragam jenis tanaman dengan maksud untuk mencegah adanya serangan

hama dan penyakit pada tanaman. Untuk tujuan estetika, pilihan tanaman

yang memiliki figur menarik misalnya tanaman mengkudu yang memiliki

bentuk daun yang lebar, tanaman kencur dengan bentuk daun yang unik

dan sebagainya. Beberapa jenis sayuran yang dapat ditanam di pekarangan

antara lain bayam, kangkung, kemangi, kobis, sawi, seledri, bawang daun,

bawang merah, cabai, buncis, kacang-kacangan.

3. Tata Letak Tanaman

Pada prinsipnya semua tanaman memerlukan sinar matahari yang

cukup sepanjang hari. Tempatkan jenis-jenis yang berukuran kecil mulai

dari bagian Timur dan tempatkan jenis tanaman yang berukuran besar

seperti buah-buahan di bagian sebelah Barat. Hal ini dimaksudkan agar

jenis tanaman yang besar tidak menaungi/menghalangi sinar matahari

terhadap tanaman yang kecil. Demikian pula kerapatan dan populasi

tanaman perlu diperhatikan karena mempengaruhi efisiensi penggunaan

cahaya matahari serta persaingan antar tanaman dalam menggunakan air

dan unsur hara.

4. Pemeliharaan

Tahap pemeliharaan baik untuk lahan maupun tanaman merupakan

hal yang harus selalu diperhatikan. Pemeliharaan tanaman meliputi

beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu penyiangan, penyiraman,

pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan

dengan membersihkan lahan dari rumput-rumput liar, bertujuan untuk

mencegah kompetisi nutrisi tanaman dari tanah selain untuk kebersihan

dan keindahan. Sisa-sisa tanaman dan rumput sebaiknya dikeringkan lalu

10

Page 14: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

dikubur ke dalam tanah karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Sisa

tanaman dan serasah ini dapat juga diproses untuk dijadikan pupuk organik

atau kompos.

Pemberian air dengan cara penyiraman secara kontinyu sangat

penting terutama pada tanaman yang berumur muda dan baru tumbuh,

untuk selanjutnya aktivitas penyiraman ini dapat disesuaikan dengan

kondisi lingkungan lahan pekarangan apakah kekeringan atau basah

(lembab). Salah satu upaya untuk mempertahankan ketersediaan air di

lahan pekarangan adalah dengan membuat kolam. Tetapi umumnya

tanaman sayur disiram 1-2 kali per hari untuk tanaman sayur dalam pot.

Pemupukan bertujuan untuk memberikan suplai unsur hara tambahan

pada tanaman. Sebaiknya bahan pupuk yang digunakan bersifat organik,

misalnya pupuk organik cair, kompos dan pupuk kandang. Pengendalian

hama penyakit lebih mudah dilakukan dalam kegiatan pemanfaatan

pekarangan dengan tanaman sayur ini. Untuk tanaman di pot kemungkinan

penularan penyakit melalui akar jarang terjadi karena akar diabatasi oleh

pot. Pada lahan pekarangan yang sempit kita bisa mengendalikan hama

dan penyakit secara manual sehingga penggunaan bahan kimia dapat

dibatasi. Hal ini akan membuat sayuran yang dihasilkan dari pekarangan

lebih sehat untuk dikonsumsi, karena merupakan sayuran organik.

5. Pemanenan

Sayuran (daunnya) sudah dapat dipetik hasilnya pada umur 35 – 40

hari. Pemanenan dapat dilakukan dengan selang 3 – 4 hari. Namun

berbeda dengan bayam cabut dan kangkung darat dilakukan secara

langsung dengan mencabut tanaman beserta akarnya. Jenis sayuran seperti

kol, sawi, selada dipanen umur 2 – 3 bulan. Kacang-kacangan dipanen

dengan melihat kondisi polong kacangnya. Cabe dan tomat dapat dipanen

umur 45 – 50 hari setelah tanam. Labu siam dipanen antara 3 – 5 bulan

setelah tanam. Tanaman yang tidak sekali panen jika pemeliharaannya

baik dapat terus dipanen dalam waktu yang lama.

11

Page 15: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

3.7 Sistem Pekarangan di Indonesia

Pada sistem ini, pohon buah-buahan ditanam hanya beberapa pohon

bersama dengan tanaman lain seperti sayuran, bunga, maupun tanaman

biofarmaka. Karena luas pekarangan yang relatif sempit dan

beranekaragamnya tanaman yang ada di pekarangan, maka masing-masing

spesies hanya ditanam sedikit. Tetapi karena total areal pekarangan di

Indonesia yang cukup luas, maka total produksi buah-buahan yang berasal

dari pekarangan juga tinggi. Di pekarangan, pohon buah-buahan biasanya

tidak diandalkan sebagai sumber penghasilan utama.

Oleh karena itu seringkali tanaman buah dibudidayakan dengan

pengelolaan yang minimal. Pohon yang dibudidayakan seringkali sudah tua

dan berasal dari seedling atau cangkok. Pohon-pohon muda dipekarangan

yang ditanam sesudah era tahun 70 an, banyak pula yang berasal dari bibit

sambungan atau tempelan (okulasi). Buah-buahan yang biasanya

dibudidayakan di pekarangan antara lain adalah mangga, rambutan, pisang,

nenas, nangka, jambu air, jambu biji, belimbing, pepaya dan durian.

Tanaman sayuran yang sering ditanam di pekarangan antara meliputi

katuk, bayam, kangkung, kenikir, kemangi, beluntas, cabe, tomat, terung, dan

lain-lain. Tanaman sayuran berupa pohon seperti melinjo dan turi juga banyak

ditanam di pekarangan. Tanaman biofarmaka yang banyak ditanam di

pekarangan antara lain adalah Dlingo, Jahe, Kapulaga, Kejibeling, Kencur,

Kunyit, Lempuyang, Lengkuas, Temulawak, Temuireng. Sedangkan pada

kelompok tanaman hias dan bunga banyak jenis yang sering ditanam di

pekarangan.

12

Page 16: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pekarangan merupakan lahan yang berada disekitar rumah dengan

luasan tertentu yang biasanya digunakan pemilik rumah sebagai halaman

rumah, tempat menjemur hasil panen, tempat beraktivitas dan sekaligus

sebagai sambilan dalam menanam tanaman tertentu dan tempat penelitian

kecil yang mudah diakses oleh pemilik rumah itu sendiri. Di berbagai daerah

terdapat berbagai macam fungsi khusus dari pekarangan rumah. Sebagian

besar orang-orang Aceh, Minangkabau, Jawa dan Bali memanfaatkan

pekarangan rumahnya untuk menanam berbagai macam komoditas tanaman,

mulai dari tanaman kayu, sayuran, buah dan tanaman obat keluarga atau toga.

Pekarangan rumah terbagi atas 4 bagian, yaitu Buruan atau bagian depat,

Pipir atau bagian samping, Jarian atau bagian belakang dan Panyaweran atau

garis pembatas antara buruan dan dinding rumah dengan fungsinya masing-

masing.

4.2 Saran

Untuk para pembaca agar memanfaatkan pekarangan rumahnya sebaik

mungkin sebagaimana sudah dijelaskan dalam pembahasan apabila

pemanfaatan pekarangan yang bauk untuk komoditas pertanian dengan nilai

jual maka pemanfaatan pekarangan akan menjadi salah satu sumber

matapencaharian sampingan.

13

Page 17: Makalah Mata Kuliah Pola Tanam Fix

DAFTAR PUSTAKA

Andhika, J. 2009. Pemanfaatan Lahan Pekarangan Secara Optimal.

http://kulinet.com/baca/pemanfaatan-lahan-pekarangan-secara-optimal/

691/. Diakses pada tanggal 18 Desembar 2015.

Danoesastro, Haryono. 1978. Tanaman Pekarangan dalam Usaha Meningkatkan

Ketahanan Rakat Pedesaan. Agro – Ekonomi

Ginting, M. 2010. Eksplorasi Pemanfaatan Pekarangan secara Konseptual

Sebagai Konsep Program Gerakan Dinas Pertanian Kota

Pematangsiantar. http://musgin.wordpress.com/2010/03/27/pemanfaatan-

pekarangan/. Diakses pada tanggal 18 Desembar 2015.

Irwan, Z.D. 2008. Klasifikasi Pekarangan. http://pewartakabarindonesia.bl-

ogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Desembar 2015.

Kristanti. 2012. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Menjadi Taman Yang

Produktif. http://uripsantosowordpress.com. Diakses pada tanggal 18

Desember 2015.

Novitasari, E. 2011. Studi Budidaya Tanaman Pangan Di Pekarangan Sebagai

Sumber Ketahanan Pangan Keluarga (studi Kasus di Desa Ampel Gading

Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang). Skripsi. Universitas

Brawijaya. Malang.

Sajogyo. 1994. Menuju Gizi Baik Yang Merata di Pedesaan dan di Kota. Gajah

Mada Press. Yogyakarta.

Simatupang, P. dan A. Suryana. 1989. Literature Review of Socio- Economic

Aspects of Pekarangan Land in Indonesia. Development of Pekarangan

Lands. Bogor.

Sulistyo, Ary. 2014. Lingkungan, Pekarangan dan Ketahanan Pangan Lokal,

Jakarta.

Rahayu, M. dan S. Prawiroatmodjo. 2005. Keanekaragaman Tanaman

Pekarangan dan Pemanfaatannya di Desa Lampeapi, Pulau Wawoni

Sulawesi Tenggara. J. Tek. Ling. P3TL-BPPT, 6 (2): 360-364.

Terra, G.J.A. 1949. Tuinbouw : Van Hall en C. Van de. Koppel : De Landbouw in

de indische archpel. IIA, Terjemahan Haryono Danoesastro.

14