lp2t.kkp.go.id penangkapan... · 2 days ago · judul: prosiding seminar perikanan tangkap ke-8...

233

Upload: others

Post on 16-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan
Page 2: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan
Page 3: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Judul:

Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8

“Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin

untuk Pengembangan Perikanan Tangkap Berkelanjutan”

Editor:

Dr Ir Darmawan, MAMA

Prof Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi

Penata Isi:

Nurani Khoerunnisa, SPi

Desain Sampul

Dwi Putra Yuwandana, SPi, MSi

Jumlah Halaman:

219 hal + 5 hal romawi

Penerbit

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor

Fax: (0251) 8622935

Web: https://psp.fpik.ipb.ac.id

ISBN 978-979-1225-37-3

©2020, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin

tertulis dari penerbit

Page 4: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan
Page 5: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8

“ARAH PEMBANGUNAN PERIKANAN TANGKAP MASA

DEPAN: PENDEKATAN TRANSDISIPLIN UNTUK

PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP

BERKELANJUTAN”

IPB International Convention Center - Bogor, 17 Oktober 2019

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Page 6: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan
Page 7: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

i

PENGANTAR

Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8 ini bertema "Arah Pembangunan

Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Perikanan Tangkap Berkelanjutan". Tema ini merupakan tanggapan Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB University dan Forum Komunikasi

Kemitraan Perikanan Tangkap (FK2PT) terhadap perkembangan terkini perikanan

tangkap nasional dan regional yang memerlukan perhatian dari berbagai kalangan,

baik kalangan akademisi, bisnis maupun pemerintahan dan kelompok masyarakat.

Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8 telah diselenggarakan pada Kamis, 17

Oktober 2019. Pada Jumat, 18 Oktober 2019 diselenggarakan the First Capture

Fisheries International Symposium, dengan tema: Transdisciplinary Approaches

Promoting Sustainable Marine Fisheries.

Sektor perikanan dan kelautan termasuk didalamnya perikanan tangkap sudah

sering disebut menempati posisi strategis dalam konteks pembangunan nasional

untuk memanfaatkan sumberdaya ikan, anugrah bagi bangsa Indonesia dan dunia.

Posisi ini memberikan semangat dan inspirasi bagi berbagai pihak untuk semakin

peduli memperhatikan laut beserta sumberdaya alam di dalamnya. Estimasi potensi

sumberdaya ikan sebesar 12,5 juta ton/tahun, jumlah orang yang terlibat dalam

bisnis perikanan dan industri lain yang terkait dengannya, permintaan produk ikan

di dalam dan di luar negeri, serta nilai devisa yang dihasilkan merupakan beberapa

contoh yang membuat banyak pihak baik di dalam maupun di luar negeri untuk

semakin memperhatikan dan menaruh harapan pada perikanan tangkap.

Perhatian dan harapan tersebut telah ditanggapi oleh jajaran Pemerintah dengan

menyusun dan melaksanakan program pembangunan. Setiap periode Pemerintahan

membuat fokus-fokus tertentu yang ditampikan sebagai program-program

unggulan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Namun dua isu besar, yaitu

aspek keberlanjutan dan keadilan dari perikanan tangkap, selalu menjadi tantangan

kita. Sekarang ini boleh dikatakan jargon perikanan yang berkelanjutan, perikanan

yang bertanggungjawab, penangkapan ikan yang ramah lingkungan, konservasi

atau kelestarian sumberdaya ikan semakin popular. Kegiatan penangkapan ikan

harus selalu dikelola agar sumberdaya ikan tidak mengalami overfished. Hal ini

yang kemudian menyebabkan pengawasan dan pengendalian kegiatan

penangkapan ikan semakin meningkat dengan program penanganan Illegal,

Unreported and Unregulated Fishing. Niat untuk mewujudkan pengelolaan yang

lebih baik dapat dilihat dari berbagai upaya lain. Salah satu di antaranya

pengembangan sistem pengelolaan yang dirancang untuk mengakomodasi

karakteristik lokal, yaitu pengelolaan untuk sebelas WPP NRI.

Page 8: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

ii

Tema transdisiplin dari seminar ini seyogianya dianggap sebagai pengingat bagi

kita semua bahwa penyelesaian permasalahan perikanan tangkap Indonesia

memerlukan pendekatan komprehensif yang tercermin dari kontribusi berbagai

disiplin ilmu dan berbagai pihak. Saat memperkenalkan sains dan teknologi

perikanan tangkap kepada mahasiswanya di Institut Pertanian Bogor, salah seorang

guru kami, yaitu H. Ayodyoa, MSc (alm.) sejak lebih dari 40 tahun silam telah

memperkenalkan dan selalu mengingatkan istilah bio-techno-socio-economic untuk

mengkaji, merancang dan membangun perikanan tangkap. Rumusan tersebut

beliau ambil dari tulisan Kesteven (1973) dalam sebuah manual yang diterbitkan

FAO dengan judul Manual of Fisheries Science. Apa yang diterangkan beliau dapat

kami lihat sekarang: begitu banyaknya hal dilakukan untuk mengembangkan

perikanan tangkap di Indonesia. Tidak hanya alat penangkapan ikan, kapal

perikanan serta nelayan, tetapi juga berbagai hal lain diantaranya seperti

pengelolaan, kebijakan dan tata kelola, keadilan dalam bisnis perikanan dan

perdagangan produk ikan, penyaluran aspirasi dan partisipasi pelaku usaha dan

konsumer, dan penanganan kompetisi antar kegiatan perikanan serta interaksi

antara kegiatan perikanan dan non perikanan.

Saat ini kita mengenal banyak konsep yang mencerminkan penerapan multi-disiplin

dalam perikanan tangkap. Beberapa di antaranya adalah konsep integrated coastal

zone management (UN 1992), tata nilai yang disebut Code of Conduct for

Responsible Fisheries (FAO 1995), piranti Rappid Appraisal Tehcnique for

Fisheries (RAPFISH) yang pengembangannya diprakarsai tim dari University of

British Columbia sejak tahun 1996 (Pitcher 1999) dan Ecosystem Approach to

Fisheries Management (Staples et al. 2014) serta harapan global yang tertuang

dalam Sustainable Development Goals. Secara bertahap, Pemerintah juga

mengadopsi dengan adaptasi perspektif dan tata nilai global tersebut guna

menyempurnakan kebijakan dan program di tanah air. Pada institusi

pengembangan SDM, seperti IPB University, proses pembelajaran dan penelitian

untuk sains dan teknologi perikanan menunjukkan perubahan dengan mata kuliah

yang semakin beragam dan fokus.

Ragam dari penerapan berbagai disiplin untuk menangani permasalahan perikanan

tangkap ini tidak lepas dari kesadaran dan wawasan para stakeholder perikanan

tangkap melalui interaksinya dengan berbagai pihak yang memperkenalkan

pembaharuan pengelolaan perikanan tangkap. Pembaharuan tersebut secara

sistematis berhasil menyasar khalayak global, regional, nasional, daerah hingga di

lapangan dimana para pelaku penangkapan ikan dan pelaku bisnis di rantai

pemasaran berada.

Apakah berbagai hal tersebut di atas merupakan contoh dari komponen-komponen

pembangun suatu sustainability science dan/atau transdisciplary science untuk

Page 9: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

iii

perikanan tangkap? Jika komposisi ramuan displin ilmu tersebut dianggap belum

menciptakan atau memenuhi kriteria disiplin ilmu baru, apakah berbagai hal

tersebut baru mencapai kategori multi-disciplinary science? Seminar nasional ini

merupakan inisiatif awal untuk meyakinkan diri kita masing-masing bahwa

masalah perikanan tangkap tidak dapat diselesaikan oleh satu disiplin ilmu saja.

Seminar nasional ini juga dalam rangka ikut terlibat dalam mendiskusikan

kebijakan nasional perikanan tangkap di masa depan (2019-2024). Konsep

pengembangan perikanan tangkap perlu dipahami secara lebih jelas, agar kita

semua dapat menyiapkan diri berperan aktif mewujudkan pendekatan yang akan

diterapkan.

Kami melihat faktor sumberdaya manusia akan sangat menentukan arah dan

manfaat dari upaya-upaya yang akan digulirkan kalangan pemerintahan di negara

tercinta ini. Oleh karena itu, seminar ini menghadirkan pembicara kunci yang

berasal dari institusi pengembangan sumberdaya manusia (IPB University) dan

institusi yang membuat rencana pembangunan nasional (BAPPENAS). Selain itu,

menghadirkan juga pemikiran dari para pembicara khusus untuk topik-topik: (1)

aspek teknologi perikanan tangkap, (2) aspek bisnis dan perdagangan produk

perikanan, (3) aspek tata kelola dan kebijakan perikanan, (4) aspek masyarakat dan

stakeholder perikanan tangkap, dan (5) aspek pengelolaan kawasan. Sebagai

bagian dari upaya menyalurkan kontribusi dan partisipasi terhadap pengembangan

perikanan nasional, seminar ini dirancang untuk memfasilitasi 50 peserta yang telah

menyampaikan pemikiran yang bermanfaat untuk pengembangan perikanan

Indonesia ke depan.

Terakhir, secara khusus kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada

BAPPENAS, perwakilan jurnal ilmiah terpandang dan berbagai pihak lain serta

peserta yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Anda semua telah memberikan

dukungan yang tidak ternilai sehingga seminar nasional ini dapat dilaksanakan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ketua Panitia Pelaksana,

Dr Ir M. Fedi A Sondita, MSc

Page 10: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

iv

PENGHARGAAN

Pada kesempatan ini atas nama panitia, kami mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi tingginya kepada semua pihak yang telah membantu

terselenggaranya kegiatan ini, khususnya kepada:

1. Rektor Institut Pertanian Bogor.

2. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

3. Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB.

4. Ketua Forum Komunikasi dan Kemitraan Perikanan Tangkap.

5. Para pembicara.

6. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/

BAPPENAS).

7. Sponsor pendukung (BAPPENAS, Sekolah Vokasi IPB, PT Sahabat

Nelayan Indonesia, dan Perum Perindo)

8. Semua pihak yang telah membantu terselenggaranya kegiatan ini.

Page 11: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

v

DAFTAR ISI

Pengantar .............................................................................................................i

Penghargaan ........................................................................................................iv

Daftar Isi..............................................................................................................v

Susunan Panitia ..................................................................................................1

Susunan Acara ............... .....................................................................................4

Jadwal Penyajian Lisan ......................................................................................6

Penyajian Poster .................................................................................................14

Abstrak Pembicara Tema ....................................................................................15

Naskah Prosiding ...............................................................................................22

1. Domestikasi Ikan Sebagai Upaya Membudidayakan Ikan Seluang (Rasbora

sp.) ..................................................................................................................23

2. Laju Penangkapan Hiu yang Didaratkan di Tanjung Luar, Lombok Timur ..36

3. Tren Hasil Tangkapan Gurita Menggunakan Pancing Modifikasi: Studi

Kasus Nelayan Seurapong Kabupaten Aceh Besar ........................................48

4. Prospek Usaha dan Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap di PPP

Sadeng, Yogyakarta ........................................................................................59

5. Kelayakan Usaha Penangkapan Teri yang Berbasis di PPI Sumur,

Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten .......................................................74

6. Laju Tangkap, Karakteristik Biologi dan Status Pemanfaatan Rajungan

(Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) di Perairan Pati ...................................90

7. Distribusi dan Pasokan Ikan Tuna dari Pelabuhan Perikanan Samudera

Cilacap ............................................................................................................110

8. Strategi Peningkatan Mutu Ikan Tuna Hasil Tangkapan Nelayan Pancing

Tonda di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu ..............................131

9. Peluang Usaha Penyewaan Cold Storage Ikan di Pelabuhan Perikanan

Muara Angke (Studi Kasus PT Lautan Mutiara Jaya) ...................................150

10. Strategi Pemenuhan Standar Dan Persyaratan Ekspor Ikan Tuna ke

Pasar Uni Eropa ...........................................................................................173

11. Kelimpahan, Karakter Morfologi, Komposisi dan Kondisi Perairan

Habitat Larva Ikan Terubuk (Tenualosa macrura) dan Larva Ikan Bilis

(Setipinna sp.) di Estuaria Bengkalis ...........................................................199

Page 12: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan
Page 13: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

1

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8

“ARAH PEMBANGUNAN PERIKANAN TANGKAP MASA

DEPAN: PENDEKATAN TRANSDISIPLIN UNTUK

PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP

BERKERLANJUTAN”

SUSUNAN PANITIA

PENANGGUNGJAWAB

Ketua Departemen PSP FPIK IPB

PANITIA PENGARAH

1. Ketua Forum Komunikasi dan Kemitraan Perikanan Tangkap (FK2PT)

2. Dekan FPIK IPB

3. Dr Gellwynn Jusuf

4. Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro, MSc

5. Prof Dr Ir Ari Purbayanto, MSc

6. Prof Dr Ir Domu Simbolon, MSi

7. Prof Dr Ir Nazamudin

8. Prof Dr Ir Wudianto

9. Dr Ir Budy Wiryawan, MSc

10. Lida Pet Soede, BSc, MSc, PhD

PANITIA PELAKSANA

Ketua : Dr Ir M. Fedi A Sondita, MSc

Sekretaris : Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi

Bendahara : Dr Retno Muninggar, SPi, MSi

KESEKRETARIATAN DAN PENATAKELOLAAN NASKAH

Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi (Koordinator)

Bagian Penatakelolaan Naskah

1. Dr Didin Komarudin, SPi, MSi

2. Yuningsih

Kesekretariatan

1. Julia Eka Astarini, SPi, MSi

2. Ludy Caturahmadi

Page 14: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

2

BENDAHARA, SEKSI DANA DAN SPONSOR

Bendahara

Dr Retno Muninggar, SPi, MSi

Anto Gustanto, SP

Dana dan Sponsor

1. Dr Roza Yusfiandayani, SPi

2. Dr Ersti Yulikasari

3. Hamdan, SPi, MSi

4. Novia Tri Rahmani, SPi, MSi

SEKSI PERSIDANGAN DAN ACARA

1. Dr Yopi Novita, SPi, MSi (Koordinator)

2. Dr Mochammad Riyanto, SPi, MSi

3. Dr Vita Rumanti Kurniawati, SPi, MT

SEKSI HUBUNGAN MASYARAKAT, KOMUNIKASI DAN

DOKUMENTASI

1. Dr Ir Ronny I Wahju, MPhil (Koordinator)

2. Dr Fis Purwangka, SPi, MSi

3. Akhmad Solihin, SPi, MH

SEKSI LOGISTIK DAN TRANSPORTASI

1. Dr Ir Wazir Mawardi, MSi (Koordinator)

2. Dr Mustaruddin, ST

3. Dr Ir Zulkarnain, MSi

4. Thomas Nugroho, SPi, MSi

SEKSI KONSUMSI

1. Prihatin Ika Wahyuningrum, SPi, MSi (Koordinator)

2. Dini Handayani, Amd

3. Siskawati, Amd

4. Siti Fina Nurcahyani

WISATA PASCA SEMINAR

1. Dr Sulaeman Martasuganda, BFishSc, MSc

Page 15: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

3

REVIEWER

1. Dr Ir Darmawan, MAMA (Koordinator)

2. Dr rer nat Azbas Taurusman, SPi, MSi

3. Prof Dr Neil Loneragan

4. Dr rer nat habil Sonja Kleinertz

5. Dr Iin Solihin, SPi, MSi

6. Dwi Putra Yuwandana, SPi, MSi

7. Dr Agus Heri

8. Dr Dwi Ernaningsih

9. Dr Naslina Alimina

10. Adibi Rahiman Md. Nor, PhD

11. Mohamed Sharrif Mohammed Din FASc (Dato Dr)

EDITOR

1. Prof Dr Ir Tri Wiji Nurani, Msi

2. Dr Ir Darmawan, MAMA

PENERBIT

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor

Fax: (0251) 8622935

Web: https://psp.fpik.ipb.ac.id

Bekerja sama dengan:

Forum Komunikasi Kemitraan Perikanan Tangkap (FK2PT)

Page 16: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

4

SUSUNAN ACARA KAMIS, 17 Oktober 2019

Waktu Agenda Tempat

Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8

07.30 – 08.45 Registrasi Foyer

08.45 – 09.15 Pembukaan

- Indonesia Raya

- Doa

- Pengantar Seminar

- Pembukaan oleh Rektor IPB

Ballroom

09.15- 10.15 Pembicara Kunci

- Dr Arif Satria, SP, MSi – Rektor IPB

University

- Dr Ir Arifin Rudiyanto, MSc – Deputi

Bidang Kemaritiman dan SDA BAPPENAS

Ballroom

10.15 – 10.45 - Sesi foto + coffee break

- Pameran & Presentasi Poster

Ballroom

10.45 - 12.30 Diskusi Panel:

Perikanan Tangkap dalam RPJMN 2020-2024

- Ir Abdul Kadir Damanik, MM – Deputi

Bidang Restrukturisasi Usaha Kementerian

Koperasi & UKM RI

- Dr Ir Victor P Nikijuluw, MSc –

Conservation International – Indonesia

Moderator: Dr Ir Darmawan, MAMA (Dept

PSP FPIK IPB University)

Ballroom

12.30 – 13.30 ISHOMA Foyer

Pemikiran Transdisiplin untuk Pengembangan Perikanan Tangkap Berkelanjutan

13.30 – 14.00 Pembicara khusus:

1. Prof Dr Indra Jaya (Dept ITK FPIK IPB

Univ.)

2. Prof Dr Agus Heri Purnomo (Badan Riset

dan SDM KP)

3. Machmud, SP, MSc (Ditjen Peningkatan

Daya Saing Kelautan dan Perikanan KKP)

4. Arief Goentoro, MBA (Perum PERINDO)

5. Dr Budy Wiryawan (Dept PSP FPIK IPB

Univ.)

6. Dedi Supriadi Adhuri, PhD (LIPI)

Ballroom,

Ruang A, B, C, D

14.00 – 15.15 Paparan Sesi 1 hasil-hasil penelitian Ballroom,

Ruang A, B, C, D

15.15 – 15.30 Istirahat

Page 17: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

5

15.30 – 16.45 Paparan Sesi 2 hasil-hasil penelitian Ballroom,

Ruang A, B, C, D

16.45 – 17.00 Penutupan Ballroom, Ruang A,

B, C, D

Page 18: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

6

JADWAL PENYAJIAN LISAN (oral presentation) Kamis 17 Oktober 2019

Sesi 1 Tempat: Ballroom Moderator: Prof Mulyono S Baskoro

Waktu Pemrasaran Judul Presentasi

13.30-14.00 Pembicara Utama: Prof Dr Indra Jaya

14.00-14.15 Kairul, Ahmad

Mukminin, Ina

Nisrina, Irfan

Yulianto

04 Analisis Tren Hasil Tangkapan Gurita

Menggunakan Pancing Modifikasi di Pulo

Aceh

14.15-14.30 Adi Susanto, Ririn

Irnawati, Mustahal,

Yeni Marliana

08 Perikanan Bubu Rajungan di Teluk

Banten

14.30-14.45 Hairul Umam,

Gondo Puspito,

Didin Komarudin

20 Introduksi High Power LED (HPL)

pada Perikanan Bagan Apung di Selat

Madura

14.45-15.00 Roza

Yusfiandayani,

Zulkarnain, Berkat

Jaya Harefa

26 Uji Coba Rumpon Portable terhadap

Hasil Tangkapan Gillnet di Teluk Banten

Kabupaten Serang

15.00-15.15 Sugeng H. Wisudo,

Adi Susanto,

Mochammad

Riyanto, Mulyono

S. Baskoro

54 Pengembangan Teknologi Lampu

Pemikat Ikan Hemat Energi 4.0 pada

Perikanan Bagan Tancap

Sesi 2 Tempat: Ballroom Moderator: Dr Mochammad Riyanto

Waktu Pemrasaran Judul Presentasi

15.30-15.45 Delly D.P. Matrutty,

H. Matakupan, L.

Tamaela, W.

Waileruny

09 Produktivitas Jaring Insang Hanyut

Berdasarkan Waktu Tangkap di Teluk

Ambon Dalam

15.45-16.00 Alfret Luasunaung,

Ivor L. Labaro,

Vivanda O.J.

Modaso, Janny F.

Polii

18 Studi Tentang Jenis Umpan dan Waktu

Penangkapan terhadap Hasil Tangkapan

Pancing Ikan Dasar di Perairan Sekitar

Teluk Manado, Sulawesi Utara

16.00-16.15 Mokhamad Dahri

Iskandar, Abdul

Rohim, Ronny

Irawan Wahju

19 Pengaruh Waktu Penangkapan

terhadap Hasil Tangkapan Jaring Arad di

Perairan Blanakan

16.15-16.30 Fonny J.L

Risamasu, Chaterina

38 Tingkat Keramahan Alat Tangkap

Bagan Apung dan Gill Net yang

Beroperasi di Perairan Teluk Kupang

Page 19: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

7

A. Paulus, Alexader

L Kangkan

16.30-16.45 Mochammad

Riyanto, Ronny

Irawan Wahju,

Muhammad Rozzaq

Surya

44 Efektivitas Ukuran Mata Pancing

terhadap Hasil Tangkapan Pancing Ulur

Ikan Tenggiri (Scomberomorus

commersonii)

Page 20: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

8

JADWAL PENYAJIAN LISAN (oral presentation) Kamis 17 Oktober 2019

Sesi 1 Tempat: Ruang A Moderator: Prof Ari Purbayanto

Waktu Penyaji Judul Presentasi

13.30-14.00 Pembicara Utama: Prof Agus Heri Purnomo

14.00-14.15 Dwi Putra Yuwandana,

Susan Agustina, M.

Fajar Izza, Mahyuddin

Bahi Haqqi, Benaya

M. Simeon

16 Studi Awal Perikanan Pari Kekeh

(Rhynchobatus sp.) dan Pari Kikir

(Glaucostegus sp.) di Perairan Utara

Jawa Tengah Selatan

14.15-14.30 Tirtadanu, Tri

Ernawati, Heri

Widiyastuti

22 Laju Tangkap, Karakteristik Biologi

dan Tingkat Pemanfaatan Rajungan

(Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) di

Perairan Pati

14.30-14.45 Gussasta Levi arnenda,

Irwan Jatmiko, Riska

Fatmawati

27 Laju Penangkapan Hiu yang

Didaratkan di Tanjung Luar, Lombok

Timur

14.45-15.00 Abdul Hamid, Syamsul

Kamri

55 Keanekaragaman Jenis Ikan By

Catch Perikanan Rajungan di Teluk

Lasongko dan Kendari Sulawesi

Tenggara

15.00-15.15 Intan Roihatul Jannah

Hasly, Wazir Mawardi,

Roza Yusfiandayani

56 Pola Pergerakan Rajungan

(Portunus pelagicus) Terhadap Cahaya

yang Berbeda

Sesi 2 Tempat: Ruang A Moderator: Dr Vita R. Kurniawati

Waktu Penyaji Judul Presentasi

15.30-15.45 Agus Wahyu Santoso,

Budhi H. Iskandar,

Yopi Novita, Mulyono

S. Baskoro

29 Kajian Teknis berdasarkan Kondisi

Eksisting Bentuk Kapal Handlines di

Nelayan Lokal Kendari

15.45-16.00 Riana Citra Dewi,

Budhi Hascaryo

Iskandar,Yopi Novita

43 Unjuk Kerja Gerakan Heaving

Kapal Bantuan Pemerintah dan

Keberhasilan Operasionalnya, sebagai

Dampak Keberadaan Muatan

16.00-16.15 Sugandi, Ronny Irawan

Wahju, Mochammad

Riyanto, Sumardi

13 Strategi Penggunaan Lampu LED-

RGB pada Bagan Tancap Berbasis

Tingkah Laku Kawanan Ikan Melalui

Hidroakustik

16.15-16.30 Elva d. Harmilia,

Helmizuryani,

Irkhamiawan Ma’ruf,

Nimas Mediyanto

37 Domestikasi Ikan sebagai Upaya

Membudidayakan Ikan Seluang

Page 21: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

9

16.30-16.45 Vita R Kurniawati,

Richard W.

Birmingham, Alan J.

Murphy

57 Penilaian dampak pengoperasian

kapal perikanan skala kecil: Studi kasus

di Palabuhanratu, Indonesia

JADWAL PENYAJIAN LISAN (oral presentation) Kamis 17 Oktober 2019

Sesi 1 Tempat: Ruang B Moderator: Prof Tri Wiji Nurani & Dr Naslina

Alimina

Waktu Penyaji Judul Presentasi

13.30-14.00 Pembicara Utama: Machmud SP, MSc, Arief Guntoro MBA

14.00-14.15

14.15-14.30 Budiansyah, Tri

Wiji Nurani; Sugeng

Hari Wisudo

5 Distribusi dan Pasokan Ikan Tuna dari

Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap

14.30-14.45 Audita Diah

Sabrina, Tri Wiji

Nurani, Prihatin Ika

Wahyuningrum

12 Strategi Pemenuhan Standar dan

Persyaratan Ekspor Ikan Tuna ke Pasar Uni

Eropa

14.45-15.00 Nurani

Khoerunnisa, Julia

Eka Astarini,

Wawan Oktariza

07 Usaha Penyewaan Cold Storage Ikan di

PT Lautan Mutiara Jaya, Pelabuhan

Perikanan Muara Angke

15.00-15.15 Ririn Irnawati,

Fahresa Nugraheni

Supadminingsih,

Dini Surilayani,

Hery Sutrawan

Sutrawan, Adi

Susanto, Asep

Hamzah

40 Kelayakan Usaha Penangkapan Teri

yang Berbasis di PPI Sumur, Kabupaten

Pandeglang, Provinsi Banten

Sesi 2 Tempat: Ruang B Moderator: Dr Dwi Ernaningsih

Waktu Penyaji Judul Presentasi

15.30-15.45 Mustaruddin, Eko

Sri Wiyono

10 Prospek Usaha dan Strategi

Pengembangan Perikanan Tangkap di PPP

Sadeng, Yogyakarta

15.45-16.00 Welem Waileruny,

Donald Noija, Delly

DP Matrutty, Stani

R. Siahainenia

06 Hilangnya Manfaat Ekonomi pada

Usaha Perikanan Tangkap di Teluk Ambon

Akibat Sampah Laut

Page 22: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

10

16.00-16.15 Iin Solihin, Siti

Nurfauziah, Wawan

Oktariza

36 Dampak Ekonomi Keberadaan

Pangkalan Pendaratan Ikan Karangsong

Indramayu

16.15-16.30 Sari Yuniarti,

Thomas Nugroho,

Mohammad Imron

42 Usaha Transportasi Ikan Segar dari

Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing ke

Hinterland

16.30-16.45 Novia Nurul Afiyah,

Iin Solihin, Ernani

Lubis

31 Strategi Mempertahankan Kualitas Ikan

Selama Pendistribusian dari Pelabuhan

Perikanan Pantai Blanakan ke Daerah

Konsumen

Page 23: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

11

JADWAL PENYAJIAN LISAN (oral presentation) Kamis 17 Oktober 2019

Sesi 1 Tempat: Ruang C Moderator: Prof Domu Simbolon

Waktu Penyaji Judul Presentasi

13.30-14.00 Pembicara Utama: Dr. Budy Wiryawan, M.Sc

14.00-14.15 Yuliyanah, Tri

Wiji Nurani;

Prihatin Ika

Wahyuningrum

15 Strategi Peningkatan Mutu Ikan Tuna

Hasil Tangkapan Nelayan Pancing Tonda di

Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu Selatan

14.15-14.30 Dwi Rahayu,

Mustaruddin, Iin

Solihin

17 Produksi Bersih dalam Penanganan Hasil

Tangkapan dan Komponen Sisa pada

Pendaratan Ikan di Pelabuhan Perikanan

Samudera Nizam Zachman

14.30-14.45 Belvi Vatria, Budy

Wiryawan, Eko S.

Wiyono, Mulyono

S. Baskoro

28 Klasterisasi Tipologi Perikanan Tangkap

Skala Kecil di Kabupaten Kayong Utara

14.45-15.00 Mulyono S.

Baskoro,

Mustaruddin,

Muhammad Imron

01 Pengembangan Perikanan Tangkap

Terpadu Berbasis Sumberdaya Unggulan

Lokal : Studi Kasus Perikanan Cumi di

Kabupaten Bangka Selatan

15.00-15.15 Latifah Rizkiana,

Iin Solihin, Anwar

Bey Pane

21 Strategi Pengelolaan untuk Peningkatan

Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai

Kuala Tungkal Provinsi Jambi

Sesi 2 Tempat: Ruang C Moderator: Dr Retno Muninggar

Waktu Penyaji Judul Presentasi

15.30-15.45 Gugun Gunawan,

Ari Purbayanto, Iin

Solihin

24 Analisis Data VMS untuk

Mengidentifikasi Kasus Pelanggaran Kapal

Perikanan di Wilayah Kerja Pangkalan

PSDKP Jakarta

15.45-16.00 Wienda Ardiyani,

Budhi Iskandar,

Sugeng Wisudo

50 Alokasi Jumlah Kapal Penangkap Ikan

di WPP 712 Berdasarkan Perbandingan

Luas Wilayah Perairan dan Potensi Sumber

Daya Ikan

16.00-16.15 Akhmad Solihin,

Ari Purbayanto

23 Penenggelaman Kapal Asing Pelaku

Illegal Fishing: Aturan dan

Ketidakmampuan Memberikan Efek

Pencegahan

16.15-16.30 Ari Purbayanto,

Mochammad

Riyanto, Akhmad

25 Dilema Kebijakan Teknis Pelarangan

Cantrang dan Strategi Pengelolaannya

Page 24: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

12

Solihin, Sugeng

Hari Wisudo

16.30-16.45 Oktavianto Prastyo

Darmono, Aflaha

Abdul Munib,

Reinhart Paat

35 Analisis Rantai Pemasaran Perikanan

Kakap (Studi Kasus di Kabupaten

Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara)

Page 25: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

13

JADWAL PENYAJIAN LISAN (oral presentation) Kamis 17 Oktober 2019

Sesi 1 Tempat: Ruang D Moderator: Dr Sugeng H.Wisudo

Waktu Penyaji Judul Presentasi

13.30-14.00 Pembicara Utama: Dr. Dedi Supriadi Adhuri

14.00-14.15 Aflaha Abdul Munib,

Oktavianto Prastyo

Darmono, Reinhart

Paat

45 Medaseng Singgaluhang: Praktek

Mayarakat Pesisir dalam Pengelolaan

Perikanan BerkelanjutanSelatan

14.15-14.30 Intan Destianis

Hartati, Siska

Agustina, Efin

Muttaqin, Jamaluddin,

Irfan Yulianto

52 Pengelolaan Perikanan Berbasis

Kearifan Lokal di Taman Nasional

Karimunjawa

14.30-14.45 Julia Eka Astarini,

Ibnu Setyo Pratama,

Domu Simbol

53 Ketergantungan Nelayan Kali Adem

Muara Angke terhadap Keberadaan

Teluk Jakarta

14.45-15.00 Rahma Khoirunnisa,

Thomas Nugroho,

Mulyono S Baskoro

41 Implementasi Program Bantuan

Premi Asuransi Nelayan Di Pelabuhan

Perikanan Pantai Lempasing Propinsi

Lampung

15.00-15.15 Hanifah Huwaida,

Prihatin Ika

Wahyuningrum,

Domu Simbolon

46 Evaluasi Pemanfaatan Peta Prakiraan

Daerah Penangkapan Ikan pada

Perikanan Long Line di Pelabuhan

Perikanan Samudera Cilacap

Sesi 2 Tempat: Ruang D Moderator: Dr Fis Purwangka

Waktu Penyaji Judul Presentasi

15.30-15.45 Yohanes Don Bosco

Ricardson Minggo,

Budhi Hascaryo

Iskandar, Fis

Purwangka

03 HEP (Human Error Probability) pada

Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine

di Kabupaten Sikka

15.45-16.00 Venda Jolanda

Pical,Hellen

Nanlohy,Yoisye

Lopulalan, Saiful

51 Profil dan Peran Gender pada Rumah

Tangga Perikanan Purse Seine di Negeri

Waai Kabupaten Maluku Tengah

16.00-16.15 Vivanda O.J. Modaso,

Patrice N.I. Kalangi,

Ivor L. Labaro

34 Aktivitas Penangkapan Ikan Nelayan

Tradisional Pasca Pemberantasan Illegal

Fishing dan Transhipment di Laut

16.15-16.30 Selia Hermawati,

Faridz Rizal Fachri

Khaerunnisa

32 Pengkajian Aktivitas Perikanan

Komoditas Ikan Karang di Wakatobi

Page 26: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

14

menggunakan RBF (Risk Based

Framework)

16.30-16.45 Karsono Wagiyo,

Asep Priatna, Duranta

Kembaren

49 Kelimpahan dan Karakter Morfologi

Larva Ikan Terubuk (Tenualosa macrura)

dan Larva Ikan Bilis (Setipinna sp.) di

Estuaria Bengkalis

PENYAJIAN POSTER Kamis 17 Oktober 2019

Tempat: Ballroom

No Penyaji Judul Poster

1 Andina Ramadhani Putri

Pane

02 Status Pemanfaatan Perikanan Kepiting

Merah (Scylla olivacea) di Perairan Mimika

dan Sekitarnya, Papua

2 Heri Widiyastuti 03 Sebaran Frekuensi Panjang, Ukuran Rata-

Rata Tertangkap dan Ukuran Pertama Kali

Matang Gonad Ikan Pelagis Kecil di Perairan

Kendari, Sulawesi Tenggara

3 Nur’ainun Muchlis 04 Karakteristik Biologi Ikan Kuniran

(Upeneus sulphureus) di Perairan Bombana

Sulawesi Tenggara

4 Siti Mardlijah 05 Analisis Isi Lambung Ikan Tongkol Abu

(Thunnus tonggol Bleeker 1851) di Perairan

Laut Jawa

5 Prihatiningsih 06 Musim Pemijahan, Pertumbuhan dan

Mortalitas Ikan Lencam (Lethrinus

atkinsoni) di Perairan Wakatobi, Sulawesi

Tenggara

6 Umi Chodrijah 07 Estimasi Parameter Pertumbuhan Hiu

Monyet (Alopias superciliosus Lowe, 1841)

di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa

7 Tri Wahyu Budiarti 08 Penentuan Jenis Komoditas Unggulan

Sektor Perikanan di Kabupaten Paser

Kalimantan Timur

Page 27: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

15

ABSTRAK PEMBICARA TEMA

Jejak Industrialisasi Perikanan Tangkap, Smart Fishing, dan Pilihan

Strategi Pembangunan di Masa Depan

Indra Jaya

Dept. Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK – IPB, Bogor

Email: [email protected]

Abstrak

Aktivitas perikanan tangkap telah ada dan dimulai sejak pertama kali manusia

berinteraksi dengan perairan sekitarnya, dari era pre-industri hingga era revolusi

industry 4.0 Saat ini. Perikanan tangkap merupakan salah satu sumber penyedia

utama protein, lapangan kerja bagi masyarakat pesisir, sumber pendapatan negara,

dan bahkan sebagai sarana relaksasi. Dalam presentasi ini akan diuraikan jejak

perkembangan industrialisasi di bidang perikanan tangkap hingga saat ini,

khususnya bagaimana denyut perkembangan industri perikanan tangkap yang

diwarnai oleh atau tidak terlepas dari kemajuan iptek dari waktu ke waktu. Seiring

dengan perkembangan iptek, berkembang pula smart fishing, perikanan tangkap

yang mengintegrasikan berbagai data dan informasi sehingga operasi penangkapan

ikan dapat dilakukan semakin efisien, efektif, dan adaptif. Walaupun demikian,

perikanan tangkap Indonesia umumnya masih minim sentuhan teknologi. Oleh

karena itu perlu ada strategi dan langkah-langkah konkrit agar smart fishing dapat

terwujud dalam perikanan tangkap Indonesia. Pilihan strategi dan langkah konkrit

apa yang perlu diambil agar perikanan tangkap tetap berkelanjutan sembari

menerapkan smart fishing akan disampaikan dalam presentasi ini.

Kata kunci: perikanan tangkap, industrialisasi, smart fishing, strategi

Biografi

Prof Dr Indra Jaya, MSc adalah seorang dosen senior pada Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan IPB University. Pendidikan S1 Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan FPIK IPB, S2 dan S3 Marine Accoustic Univ of Delaware USA. Bidang

keahlian Beliau adalah akustik dan instrumentasi kelautan. Banyak karya inovatif

yang telah dihasilkan dan hingga saat ini telah mengajukan beberapa paten antara

lain fry counter, alat pengukur tingkat kesegaran ikan, pemberi pakan ikan/udang

otomatis, instrumen pembeda jenis kelamin ikan koi, alat sortir dan penghitung ikan

hidup, dan alat pengambil sampel ikan air tawar.

Page 28: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

16

KEANGGOTAAN DALAM RFMO – PELUANG DAN TANTANGAN

BAGI INDONESIA

Agus Heri Purnomo1 dan Akhmad Solihin2

1Badan Riset dan Sumber Daya Manusia, Kementerian Kelautan dan Perikanan

2Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Korespondensi: [email protected]

Abstrak

Bagi Indonesia, keanggotaan dalam Regional Fisheries Management Organizations

(RFMOs) merupakan hal yang praktis tidak dapat dihindarkan. Ada pasal-pasal

UNCLOS yang secara eksplisit mewajibkan negara-negara yang terlibat dalam

kegiatan penangkapan ikan di laut lepas untuk bekerjasama dalam upaya konservasi

dan pengelolaan sumber daya hayati. Indonesia telah merespon ini melalui undang-

undang, peraturan menteri dan sejumlah tindakan yang dilaksanakan dalam rangka

mematuhi pasal-pasal UNCLOS tersebut. Sejumlah keuntungan dapat diperoleh

melalui keanggotaan Indonesia dalam RFMO, misalnya akses pasar dunia untuk

hasil perikanan dan diplomasi perikanan. Terlepas dari itu semua, banyak tantangan

yang harus diselesaikan untuk mengoptimalkan keanggotaan Indonesia dalam

RFMO, misalnya dalam hal monitoring dan pengumpulan data. Makalah ini ditutup

dengan tiga rekomendasi. Ketiga rekomendasi tersebut adalah: (i) pembentukan

Pokja RFMO yang melibatkan akademisi, birokrat, dan pengusaha, (ii) membangun

sistem informasi berbasis teknologi yang terkoneksi antar pelabuhan perikanan

yang melayani perizinan penangkapan ikan di wilayah RFMO, dan (iii)

membangun ketelusuran (traceability) data perikanan.

Kata kunci: akses pasar, diplomasi perikanan, konservasi, laut lepas, pengelolaan,

UNCLOS

Biografi

Prof Dr Agus Heri Purnomo adalah seorang peneliti utama pada Balai Besar Riset

Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Pendidikan S1

ditempuh di Jurusan Teknologi Pertanian UGM (1984), S2 Resource and

Environmental Economics, URI USA (1991), dan S3 Fisheries Economics and

Management, SFU, Canada (2000). Dari 2010 hingga saat ini Beliau bekerja

sebagai peneliti utama Bidang Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, dan sejak

2016 hingga saat ini menjabat sebagai National Coordinator Kerjasama Riset

ACIAR (Indonesia – Australia).

Page 29: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

17

PENERAPAN BISNIS PERIKANAN SECARA TERPADU DI INDONESIA

Arief Guntoro1

1Perum Perikanan Indonesia

Abstrak

Penerapan bisnis perikanan secara terpadu di Indonesia tergambar melalui beberapa

lini bisnis yang diterapkan oleh Perum Perikanan Indonesia. Pertama, Lini Bisnis

Kepelabuhanan. Pada segmen ini bisnis perikanan di area pelabuhan meliputi

fasilitas cold storage untuk penyimpanan ikan, pengadaan BBM, air bersih, docking

kapal untuk perbaikan kapal ikan yang rusak, serta tambat labuh untuk kapal

berlabuh di area pelabuhan, serta perdagangan melalui pengelolaan Pasar Ikan

Modern ( PIM Muara Baru).

Kedua, Lini Bisnis Penangkapan. Perum Perindo saat ini telah memiliki kapal

penampung/pengangkut (195 GT dan 132 GT) dan kapal penangkap cumi (140

GT). Pengoperasian kapal cumi menggunakan alat bantu berupa lampu dan

menangkap secara manual dengan alat yang ramah lingkungan.

Ketiga, Lini Bisnis Budidaya. Pada segmen ini Perum Perindo juga mengelola

budidaya perikanan mulai dari budidaya udang Vannamei, Keramba Jaring Apung

(KJA) Kerapu dan Kakap putih hingga menghadirkan pabrik pakan ikan dan udang

merah putih pertama di Indonesia.

Keempat, Lini Bisnis Perdagangan. Komoditas pengolahan laut yang dikelola

Perum Perindo terdapat top 7 komoditas bahan baku perikanan, diantaranya Tuna,

Gurita, Kakap Merah, Cumi – Cumi, Cakalang, Kepiting dan udang.

Biografi

Arief Goentoro, MBA adalah seorang lulusan UGM bidang Manajemen

Agribisnis. Pernah berkarir di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sejak 1998

hingga Januari 2018 dengan jabatan terakhir sebagai Assistant Vice President

Corporate Credit Risk Policy. Pada Januari-Oktober 2018 berkarir sebagai General

Manager Credit Risk Management di PT Pegadaian (Persero). Saat ini Beliau

menjabat sebagai Direktur Keuangan pada Perum Perikanan Indonesia.

Page 30: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

18

OTHER EFFECTIVE-AREA-BASED CONSERVATION MEASURES

(OECM): SUATU INISIATIF BARU UNTUK PENGELOLAAN

PERIKANAN TANGKAP SECARA TRANSDISIPLIN DI LAUT LEPAS

Budy Wiryawan1 dan Irfan Yulianto1,2 1Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB University). 2Wildlife Conservation Society Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Istilah Other Effective-area-based Conservation Measure (OECM) yang kemudian

dapat diartikan sebagai “kegiatan konservasi berbasis area selain kawasan

konservasi” dicanangkan pada 2010 Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD).

Indonesia sampai saat ini belum mendeklarasikan wilayah-wilayah yang dikelola

sebagai OECM, yaitu suatu wilayah yang ditentukan secara geografis selain dari

Kawasan Konservasi. Kawasan ini diatur dan dikelola dengan cara untuk mencapai

hasil jangka panjang yang positif dan berkelanjutan untuk konservasi in situ

keanekaragaman hayati. Saat sekarang Indonesia telah meresmikan Rencana Tata

Ruang Laut Nasional (Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2019), namun

pemanfaatan ruang laut antar wilayah termasuk laut lepas di Zona Ekonomi

Eksklusif yang konkrit, masih belum ada. Pendirian OECM selaras dengan upaya

untuk melakukan pemanfaatan dan konservasi sumberdaya ikan secara mandiri di

Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dengan Undang-Undang No.5 Tahun

1983 tentang ZEEI, untuk melindungi kepentingan nasional, khususnya

pemanfaatan sumberdaya alam hayati (ikan) dan non-hayati (misal, mineral dan

gunung bawah laut), perlindungan dan pelestarian lingkungan laut, dan penelitian

ilmiah kelautan dan perikanan. Pendirian OECM ke depan, akan juga memperkuat

implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) melalui Peraturan Presiden

RI Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan, utamanya Tujuan 14.

Indonesia sejauh ini telah mendirikan 170 kawasan konservasi di wilayah pesisir,

dengan luas keseluruhan mencapai lebih dari 20 juta hektar dalam rangka mencapai

komitmen Indonesia untuk mencapai Target Konservasi Keanekaragaman Hayati

Aichi 11, seluas paling tidak 30 juta hektar. Namun Kawasan tersebut belum ada

yang dikembangkan di wilayah perairan lepas pantai, seperti OECM. Padahal,

perairan lepas pantai juga merupakan tempat hidup bagi beragam sumberdaya

hayati, terutama ikan-ikan pelagis bernilai ekonomi seperti tuna, cakalang dan

tongkol, yang penting bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Oleh karenanya,

untuk menjaga kesinambungan potensi ikan-ikan pelagis bernilai ekonomi,

Page 31: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

19

pendirian kawasan OECM merupakan sebuah keputusan yang strategis. Pendekatan

berbasis ilmiah dan transdisiplin untuk pengembangan OECM masih menjadi

tantangan bagi Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dengan

para partnernya, seperti Wildlife Conservation Society (WCS Indonesia) dan

Perguruan tinggi (IPB) menginisiasi pengembangan OECM di Laut Sulawesi.

Pendekatan ilmiah dengan proses partisipatif akan dilakukan dalam 5 tahun ke

depan untuk merancang OECM. Proses inisiasi telah mengidentifikasi lima kriteria

yang harus dipenuhi OECM, yaitu: (1) Lokasi geografis yang jelas, secara spasial

(boundary) ; (2) Tujuan konservasi dan manajemen stok ikan terintegras dengan

industri perikanan tangkapi, utamanya spesies pelagis (Science based); (3)

Kehadiran komponen ekologis yang menarik, seperti habitat gunung laut (non-

commercial value); (4) Durasi implementasi jangka panjang selaras dengan

peraturan-perundangan (policy); (5) Komponen ekologis yang menarik, dengan

prinsip tidak ada kegiatan manusia yang tidak sesuai dengan konservasi

(collaborative).

Kata kunci: OECM, transdisiplin, pengelolaan perikanan tangkap

Biografi

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc merupakan Dosen Senior IPB University. Doktor di

bidang Fisheries Oceanography diraihnya pada tahun 1997 dari Christian Albrecht

University, Kiel, Jerman. Beliau adalah peneliti bidang perikanan dan kelautan,

dengan Indeks Scopus (article = 17, citation 19, H-Index=3, Scholar Index

(Article=160, Citation =225, H-Index=9 dan Dikti Sinta Score = 8.72. Penelitian

kerjasama bidang perikanan tangkap telah Beliau rintis secara internasional dengan

berbagai institusi, seperti: BestTuna Research Project-Wageningen University,

Belanda; Lifelihood Research Project-ACIAR Australia; Joint Degree & Research

Collaboration-Murdoch University Australia; dan sekaligus menjadi Adjunct

Professor (2018-2021). Research Collaboration on Reef Fisheries-Rostock

University, Jerman, sebagai technical advisor Yayasan Masyarakat dan Perikanan

Indonesia (MDPI) dan DHI Water & Environment.

Page 32: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

20

THE ROLE OF COMMUNITY (AND OTHER STAKEHOLDERS) IN

COASTAL (FISHERIES) MANAGEMENT: SOME REFLECTIONS

FROM INDONESIAN DISCOURSE AND PRACTICE

Dedi Supriadi Adhuri

([email protected])

Indonesian Institute of Sciences

Abstract

This paper will discuss the role of community and other stakeholders in coastal

(fisheries) management. In so doing, the discussion will work at two different

levels, theoretical and practical. For the first, the paper will explain the development

of theory of the commons and see how Indonesian cases are talked about. Hardin’s

tragedy of the commons will be the departing point of the discussion and followed

by anthropological studies on marine communal tenure and community based

management by which Indonesian cases are part of it. In the early 1980s, Indonesian

cases were used to criticize the notion of the tragedy of the common and argued that

traditional communities had been practicing sustainable coastal (fisheries)

management. Latter studies looked at the cases in more critical, and found that the

‘greening’ of the tradition happened just recently via the involvement of

conservation NGOs in 1980s. Studies also found that communal tenure and

traditional coastal management practice were seen differently by different people

and they were also integral part of the whole construction of social order in the

community. This means that the communal tenure and tradition are not only

understood as a means of resource management. Thus, when we use communal

tenure and the tradition as the basis for the establishment of a better coastal

(fisheries) management, we need to think beyond revitalization and formalization

but the improvement by which modern sciences are needed. This is the call for the

involvement of other stakeholders.

Second, the paper will demonstrate how community-based coastal management

practices in Indonesia, particularly in Maluku and Papua, are improved. This part

of the discussion will highlight some efforts conducted by The Indonesian Locally

Managed Marine Area (ILLMA) in turning communal marine tenure and the

traditional practices into a better coastal (fisheries) management. In this context, the

paper will show that the ILLMA has helped the community to focus their

perspective on communal marine area as a coastal (fisheries) management area

rather than as object of ownership. With this, the conflict pertaining to multiple

ownership claims can be avoided. The paper will also show that ILLMA has

successfully convinced communities to revise and adopt new resource management

tools for a betterment of their tradition.

Page 33: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

21

The concluding remarks of this paper will bring back the improved management

practice discussed in the second part into a theoretical perspective. In this regard, I

would argue that the improved coastal (fisheries) management practices, somehow,

have taken the form of Ecosystem-based (fisheries) management. Although we can

still question the appropriateness of the size, I believe we can still consider that the

management territory represents an ecosystem unit. Further, the regulations which

not only focus on ‘taking fish’ but also coral reef, sea grass and mangrove

protections, clearly show that community has adopted ecosystem approach to

fisheries management.

Key words: Community, Coastal (fisheries) management. Ecosystem-based

Management.

Biografi

Dedi Supriadi Adhuri, PhD (Antropologi) adalah seorang peneliti senior pada

Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB)-LIPI. Beliau menempuh

pendidikan S1Antropologi Universitas Indonesia (1990), Graduate Non-degree,

Antropologi, ANU Australia (1995), serta PhD Antroplogi di ANU Australia pada

tahun 2002. Dari tahun 2006-2010 mengikuti Post-doc WorldFish Center, dan

bekerja sebagai peneliti LIPI dari tahun 1992 hingga saat ini.

Page 34: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

22

NASKAH PROSIDING

Page 35: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

23

DOMESTIKASI IKAN SEBAGAI UPAYA MEMBUDIDAYAKAN

IKAN SELUANG (Rasbora sp.)

(Chance To Culture Seluang (Rasbora Sp.) With Domestication)

Oleh:

Elva d. Harmilia1), Helmizuryani1, Irkhamiawan Ma’ruf1, Nimas Mediyanto2

1 Program Studi Akuakultur Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang

2Mahasiswa Akuakultur Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang

Email:[email protected]

ABTRACT

Seluang is a river fish that is a typical food of the community, especially in South

Sumatra. As an economical fish, pollution of the river environment and

overexploitation have made decline catches, especially Seluang. Fish culture is

needed to maintain the continuity of fish species and increase stock.The study was

conducted to look at opportunities for fish culture with domestication from May to

July 2019 at the Laboratory of Fisheries, Faculty of Agriculture, Muhammadiyah

University, Palembang. The method used is a Completely Randomized Design

(CRD) with six treatments and three replications with stocking densities of 5 fish,

ten fish, 15 fish, 20 fish, 25 fish, and 30 fish. The results of the 60-day study showed

domestication could be carried out, and the fish responded to the pellet feed given.

The 25-tailed stocking density treatment had a long growth with an average of

2.235 cm and a substantial growth with an average of 0.332grams. The survival

rate of treatments 5-25 fish is classified as high, with values ranging from 86-96%,

while at 30 stocked densities, the survival rate is low with a value of 79.33%.

Keywords: Cultivation, domestication, seluang fish, stocking density

ABSTRAK

Ikan seluang (Rasbora sp.) merupakan ikan sungai yang menjadi makanan khas dari

masyarakat, terutama di Sumatera Selatan. Pencemaran lingkungan sungai dan

eksploitasi berlebih membuat hasil tangkapan ikan seluang semakin rendah.

Sebagai ikan ekonomis, ikan seluang perlu mulai dibudidayakan. Penelitian

dilakukan untuk melihat peluang budidaya ikan seluang dengan upaya domestikasi.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2019 di Laboratorium

Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang. Metode

yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan

3 ulangan dengan padat tebar ikan seluang 5ekor, 10ekor, 15ekor, 20ekor, 25ekor

dan 30ekor. Hasil penelitian selama 60 hari menunjukkan domestikasi dapat

dilakukan dan ikan seluang merespon pakan buatan yang diberikan. Pertumbuhan

terbaik pada panjang dengan rata-rata 2,235cm dan pertumbuhan berat dengan rata-

rata 0,332gram pada padat tebar 25 ekor. Tingkat kelangsungan hidup ikan seluang

padat tebar 5- 25 ekor tergolong tinggi dengan nilai berkisar 86-96%, sementara

pada padat tebar 30 ekor, kelangsungan hidup rendah dengan nilai 79,33%.

Kata Kunci : Budidaya, domestikasi, ikan seluang, padat tebar

Page 36: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

24

PENDAHULUAN

Daerah aliran Sungai Musi yang termasuk dalam perairan umum memiliki

keanekaragaman jenis ikan yang tinggi. Menurut BRPPU (2010), tidak kurang dari

233 spesies ikan di Sungai Musi yang keseluruhan tercakup dalam 38 familia. Ikan

seluang merupakan salah satu keanekaragaman jenis ikan di Sungai Musi yang

termasuk ke dalam genus Rasbora. Di Asia Tenggara danAfrika dapat ditemukan

70 spesies Rasbora, sedangkan di Indonesia terdapat beberapa spesies seperti;

Rasbora heteromorpha, Rasbora argyrotaenia, Rasbora bankanesis, Rasbora

borapetensis, Rasboraeleganns (BRPPU, 2007). Ikan seluang di Indonesia tersebar

di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa (Kottelat, 1993). Ikan seluang memiliki

beberapa nama lokal, seperti ikan bada (Sumatera Barat), ikan paray (Jawa Barat),

ikan wader (Jawa), ikan badar (Sungai Rokan, Riau), ikan pantau (Kampar), ikan

cempedik (Belitung), ikan marem (Mariana, Banyuasin) dan ikan depik (Aceh

Tengah). Ikan depik (Rasbora tawarensis) merupakan ikan endemik di Laut Tawar

Kabupaten Aceh Tengah menurut Weber and de Beaufort (1916). Ikan seluang di

Jogjakarta tepatnya di Kabupaten Kulon Progo disebut ikan wader pari. Ikan ini

menjadi komoditas penting bagi warga Kulon Progo (Djumanto et al., 2008).

Ikan seluang yang bernilai ekonomis merupakan makanan khas masyarakat

di Sumatera Selatan. Ikan seluang dalam bentuk goreng banyak disajikan di rumah

makan, restoran bahkan di hotel berbintang dengan harga yang tinggi. Husnah dan

Nasyirudin (2009) menjelaskan bahwa ikan seluang habitatnya di air yang mengalir

dengan kecepatan arus berkisar 0,2-1,1m/detik seperti badan utama sungai dan

anak-anak sungai. Sulit menemukan ikan seluang di tempat yang berlumpur seperti

muara (Ahmad san Nofrizal, 2011). Hampir disetiap daerah aliran Sungai Musi,

menjadi habitat ikan seluang, sehingga keberadaannya melimpah tetapi ekploitasi

berlebih dan pencemaran lingkungan membuat hasil tangkapan ikan seluang

semakin berkurang.

Ikan seluang jenis Rasbora bankanensis merupakan ikan seluang pertama

yang ditemukan di Pulau Bangka, saat ini populasinya sudah sulit ditemukan.

Page 37: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

25

Sehingga penelitian dilakukan untuk melihat peluang budidaya ikan seluang dengan

upaya domestikasi agar dapat memenuhi kebutuhan ikan seluang dan menjaga

kelestarian ikan seluang.

METODE

Penelitian dilakukan di laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Palembang selama dua bulan, yaitu dari bulan Mei –

Juli 2019. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

6 perlakuan (P1:5ekor, P2:10ekor, P3:15ekor, P4:20ekor, P5:25ekor dan

P6:30ekor) dengantiga (3) kali ulangan. Media pemeliharaan adalah akuarium

berukuran 30×30×13cm, yang berjumlah 18 buah dengan volume air 12 liter.

Ikan contoh diperoleh dari hasil tangkapan nelayan di anak sungai Musi

bagian hilir dengan menggunakan alat tangkap bubu payung pada bulan Maret-

April 2019. Bubu dipasang di sungai yang mengalir selama ± 1 jam. Ikan yang

tertangkap dipelihara di dalam bak beton agar ikan dapat beradaptasi dengan

lingkungan sebelum dilakukan penelitian.

Akuarium yang sudah dibersihkan sebagai media pemeliharaan diisi air 12

liter dan diberi aerasi, lalu dimasukkan ikan seluang sesuai dengan padat tebar.

Sebagai data awal dihitung panjang, berat dan kelangsungan hidup ikan. Selama 60

hari pemeliharaan ikan seluang dibiasakan mengkonsumsi pakan komersil secara

adlibitum, dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari, pagi dan sore hari.

Pengukuran kualitas air meliputisuhu, pH, oksigen terlarut. Sampling ikan

dilakukan 15 hari sekali dengan teknik random. Ikan diambil dari setiap akuarium

sebanyak 30% dari jumlah ikan, lalu diukur panjangnya dengan rumus (Effendi,

2004) :

𝑳𝒎 = 𝐋𝐭 − 𝐋𝐨

Keterangan : Lm : Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

Lt : Panjang akhir ikan (cm)

Lo : Panjang awal ikan (cm)

Page 38: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

26

Pertumbuhan berat adalah proses dimana bertambahnya berat benih ikan dari

awal penebaran sampai akhir penelitian dan dihitung dengan rumus (Effendi, 2004):

𝑾𝒎 = 𝐖𝐭 − 𝐖𝐨

Keterangan: Wm : Pertumbuhan berat mutlak (g)

Wt : Berat akhir ikan (g)

Wo : Berat awal ikan (g)

Kelangsungan hidup ikan yang diamati berdasarkan jumlah total ikan pada

saat awal penebaran hingga akhir penelitian pada setiap perlakuan, dan dihitung

dengan menggunakan rumus (Effendi, 2004):

𝐒𝐑 =𝐍𝐭

𝐍𝐨𝑿𝟏𝟎𝟎%

Keterangan: SR : Tingkat kelangsungan hidup/survival rate (%)

Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)

N0 : Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)

Perhitungan analisis sidik ragam (ansira) dengan membandingkan F-hitung

dan F-tabel (Hanafiah, 2016) dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

padat tebar terhadap domestikasi ikan seluang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pertumbuhan panjang menunjukan nilai tertinggi pada padat tebar 25

ekor (P5) dengan nilai 2,235 cm, dan perlakuan terendah terdapat pada padat tebar

5 ekor (P1) dengan nilai 1,193 cm. Analisis sidik ragam menunjukkan

pertumbuhan panjang berpengaruh nyata.

Page 39: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

27

Gambar 1. Pertumbuhan panjang ikan seluang berdasar perlakuan.

Hasil pertumbuhan berat ikan seluang yang terbaik terdapat pada padat tebar

25 ekor (P5) dengan berat rata-rata 0,332gram sedangkan perlakuan yang terendah

terdapat pada padat tebar 5 ekor (P1) dengan berat rata-rata 0,115gram.

Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan pertumbuhan berat berpengaruh

nyata.

Gambar 2. Pertumbuhan berat ikan seluang berdasar perlakuan.

0,1150,146

0,207

0,3130,332

0,308

0,000

0,050

0,100

0,150

0,200

0,250

0,300

0,350

Perlakuan (ekor)

Per

tum

bu

han

Ber

at

(g)

5 10 15 20 25 30

1,193

1,663 1,664 1,678

2,2352,062

0,000

0,500

1,000

1,500

2,000

2,500

Perlakuan

5 10 15 20 25 30

Per

tum

bu

ha

nP

an

jan

g (

cm)

Page 40: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

28

Tingkat kelangsungan hidup atau sintasan (survival rate) adalah persentase

jumlah biota budidaya yang hidup dalam kurun waktu tertentu, dari awal ikan

ditebar hingga ikan dipanen (Kordi, 2008).

Gambar 3. Tingkat kelangsungan hidup ikan seluang berdasar perlakuan.

Padat tebar 5 ekor memiliki tingkat kelangsungan hidup tertinggi diantara

padat tebar lainnya dan padat tebar 30 ekor terendah.

Tabel 1. Data Kualitas Air

No Parameter Kisaran Satuan

1. Oksigen Terlarut 4,9 – 5,8 mg/l

2. pH 7,0 – 7,5

3. Suhu 28 - 32 ºC

Data kualitas air pada media pemeliharaan diambil setiap 15 hari sekali

dengan menggunakan DO meter untuk menganalisis oksigen terlarut, pH meter

untuk mengukur keasaman dan termometer untuk mengukur suhu.

96,67 93,3390,00 86,67 86,67

79,33

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

Perlakuan (ekor)

5 10 15 20 25 30

Kel

an

gsu

ngan

Hid

up

(%)

Page 41: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

29

Pembahasan

Pemeliharaan awal (dalam bak beton), ikan seluang diberi pakan cacing

tubifex agar ikan seluang tidak kaget terhadap perubahan makanan yang biasanya

memakan makanan alami. BRPPU (2007) menjelaskan bahwa ikan seluang

memakan zooplankton, serangga, cacing tanah dan crustacea. Penelitian

Sulistiyarto (2012) menyebutkan bahwa, ikan seluang mendapatkan makanannya

dari fitoplankton, tumbuhan darat (daun/buah/biji), detritus, hewan invertebrata

(rotifer dan crustacea renik), dan insekta darat, sehingga tergolong dalam

omnivora. Setelah lebih kurang dua bulan pemeliharaan, ikan seluang dipindahkan

ke dalam akuarium untuk mendapat perlakuan.

Gambar 4. Pengukuran ikan Rasbora borapetensis

Ikan seluang yang tertangkap terdapat dua jenis yaitu Rasbora argyrotaenia

dan Rasbora borapetensis. Dua minggu awal pemeliharaan Rasbora argyrotaenia

banyak mengalami kematian dibandingkan dengan Rasbora borapetensis. Satu

minggu pertama Rasbora argyrotaenia merespon makanan dengan baik tetapi di

minggu kedua menjadi lebih pasif dan tidak merespon makanan.

Berdasarkan informasi nelayan setempat, saat musim kemarau di sepanjang

anak Sungai Musi banyak terdapat ikan seluang yang kecil. Menurut Windarti

(2004) bahwa di musim penghujan ikan Rasbora trilineata melakukan pemijahan

(Oktober-Desember). Penelitian Suryani, F.Y et al. (2019) menyatakan ikan

seluang kecil berukuran 2-6cm, sedang 7-11cm dan besar 12-16cm, dengan

demikian ikan sampel yang tertangkap pada bulan Maret dan April 2019 oleh

Page 42: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

30

nelayan adalah anakan ikan seluang atau ikan kecil dengan ukuran 1-2cm. Menurut

Sudarto (2010), panjang ikan seluang maksimum mencapai 12 cm, tidak

mempunyai sungut tetapi memiliki duri sirip punggung 2 buah. Diduga kematian

ikan jenis Rasboravargyrotaenia yang tertangkap di anak Sungai Musi tidak tahan

terhadap perubahan lingkungan karena masih anakan.

Gambar 5. Alat tangkap bubu payung

Rasbora borapetensis yang tertangkap memiliki panjang berkisar 2-3cm.

Ikan seluang Rasbora borapetensis memiliki panjang maksimum 6cm (BRPPU,

2007). Diduga ikan ini dapat bertahan hidup karena ikan ini menuju dewasa.

Seluang jenis Rasbora borapetensis banyak ditemukan di anak Sungai Musi yang

digunakan warga setempat untuk membuat pempek, kerupuk dan dijadikan lauk

makan. Menurut Said dan Mayasari (2010), ikan seluang tidak hanya dapat

dikonsumsi tetapi juga digunakan sebagai ikan hias. Di beberapa kawasan di Asia

ikan ini dijadikan ikan hias favorit.

Penangkapan ikan seluang untuk domestikasi dilakukan kembali untuk

mengganti ikan-ikan yang telah mati, sehingga semua ikan sampel adalah ikan

seluang dengan jenis Rasbora borapetensis. Selama 60 hari penelitian, ikan seluang

merespon makanan yang diberi (pelet komersil PF 500).

Page 43: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

31

Gambar 6. Media pemeliharaan

Hasil uji BNT menunjukkan padat tebar 25 ekor berbeda nyata terhadap

pertumbuhan panjang dan berat ikan seluang. Hal ini dikarenakan ikan seluang

hidupnya berkoloni dan tidak pernah menyendiri di air yang jernih. Semakin

banyak ikan yang ditebar maka respon ikan terhadap pakan juga lebih tinggi,

sehingga pertumbuhan ikan juga meningkat seiring dengan peningkatan padat

tebar. Pada padat tebar yang tinggi, ikan akan mempunyai daya saing dalam

memanfaatkan makan dan ruang gerak, sehingga memicu ikan lainnya untuk

bergerak aktif dalam pemanfaatan makanan. Kondisi ini sejalan dengan ungkpan

Sarah et al. (2009) bahwa pertumbuhan ikan tergantung pada beberapa faktor yaitu

jenis ikan, sifat genetik dan kemampuan memanfatkan pakan. Menurut Effendi

(2002), pertumbuhan benih ikan terjadi akibat adanya asupan makanan yang masuk

ke dalam tubuh dan diubah menjadi energi untuk beraktifitas dan metabolisme.

Makanan yang didapat oleh ikan digunakan untuk pergerakan, pemulihan organ

tubuh yang rusak, dan selebihnya digunakan untuk pertumbuhan (Helmizuryani et

al. 2017).

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa domestikasi ikan seluang

tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, dengan nilai SR lebih dari

79,33%. Dikarenakan kemampuan hidup ikan cukup tinggi dalam domestikasi,

sehingga dengan padat tebar yang berbeda tidak berpengaruh secara nyata. Tingkat

kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan

suatu kegiatan budidaya ikan. Jika diperoleh nilai SR yang tinggi pada suatu

Page 44: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

32

kegiatan budidaya, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan budidaya yang dilakukan

telah berhasil dan sebaliknya (Helmizuryani dan BobyMuslimin, 2015).

Selama 60 hari pemeliharaan, pada padat tebar 30 paling banyak mengalami

kematian. Ini disebabkan air pada media pemeliharaan mudah keruh akibat sisa

metabolisme tubuh ikan. Dengan padat tebar yang banyak, maka sisa metabolisme

cukup membuat air menjadi keruh. Ikan seluang merupakan ikan yang hidup di

perairan tawar seperti sungai dan rawa, ikan seluang termasuk jenis hewan diurnal,

hewan ini aktif beraktifitas di siang hari, hidup berkoloni dan tidak pernah

menyendiri di air yang jernih, tempat yang berarus tidak terlalu deras Diana (2007).

Media air yang mengalami kekeruhan menyebabkan kecerahan yang rendah.

Menurut Sihombing (2012) ketika ikan lapar, ikan akan menuju ketempat yang

mempunyai intensitas cahaya yang cukup tinggi.

Augusta (2018) menyatakan bahwa, adaptasi ikan seluang terhadap

lingkungan dan makanan yang baru sangat cepat, dan toleransi terhadap perubahan

parameter kualitas air DO, pH dan suhu cukup tinggi. Hasil penelitian menunjukan

kadar oksigen terlarut berkisar antara 4,9 – 5,8 mg/l. Nilai kadar oksigen terlarut

tersebut masih dalam batas optimum yang telah dianjurkan, sehingga pertumbuhan

dan kelangsungan hidup ikan seluang tumbuh secara wajar. Nilai pH dan suhu air

selama penelitian masih dalam kisaran normal, dimana nilai pH berkisar antara 7,0

– 7,5, Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sutrisno (2007), setiap organisme

memerlukan kisaran nilai pH untuk dapat hidup dan berkembang biak bila derajat

keasaman air tidak sesuai ikan tidak dapat hidup dengan baik, bahkan dapat

berakibat pada kematian. Effendi (2003) manyatakan kisaran nilai pH antara 7,0 –

8,0 baik untuk budidaya ikan. Berdasarkan hasil yang didapat, suhu selama

penelitian berkisar 28 – 32 ºC. Suhu optimal bagi kehidupan dan baik untuk

pertumbuhan ikan berkisar 25 - 32 ºC (Kordi, 2015).

KESIMPULAN

Ikan seluang merespon pakan yang diberi dan dapat bertahan hidup pada

media pemeliharaan. Pertumbuhan panjang dan berat terbaik terdapat pada padat

Page 45: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

33

tebar 25 ekor dengan panjang rata-rata 2,235 cm dan berat rata-rata 0,332 g. Tingkat

kelangsungan hidup lebih dari 79% sehingga ikan seluang (Rasbora borapetensis)

dapat didomestikasi sebagai upaya membudidayakan ikan.

SARAN

Penelitian hendaknya diteruskan dengan menganalisis kualitas air pada media

pemeliharaan dengan menambah parameter total alkalinitas dan amoniak.

Domestikasi lanjutan dilakukan dengan beberapa jenisikan seluang hasil tangkapan

di sepanjang Sungai Musi (inventarisasi ikan seluang) dengan melakukan

pertimbangan hasil FCR yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad M, Nofrizal. 2011. Pemijahan dan Penjinakan Ikan Pantau(Rasbora

latestriata). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 16(1): 71-78.

Augusta TS. 2018. Studi Adaptasi Ikan Seluang (Rasbora agyrotaenia)

Berdasarkan Tahap Domestikasi dari Perairan Sebangau. University

Palangka Raya. Jurnal Daun. 5(1).

Arsyad MN, Syaefudin A. 2010. Food and Feeding Habit of Rasbora (Rasbora

argyrotaenia, Blkr) in The down Stream of Musi River. Proceeding of

Internastional Conference on Indonasian Inland Waters II. Reasearch Institute

for Inland Fisheries, Palembang . Hal 217-224.

Balai Riset Perikanan Perairan Umum. 2007. Mengenal Ikan Perairan Umum.

Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Palembang.

Balai Riset Perikanan Perairan Umum. 2010. Perikanan Perairan Sungai Musi

Sumatera Selatan. Palembang: Balai Riset Perikanan Perairan Umum.

Dian M, Helmi H, dan Arsyad N. 2017. Kebiasaan Makan Ikan Seluang (Rasbora

agrytaenia) di Perairan Sungai Musi. Program Studi Ilmu Perikana, Fakultas

Perikanan, Universitas PGRI Palembang. (https://jurnal.univpgri-

palembang.ac.id diakses 28 maret 2019).

Page 46: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

34

Diana, Erlis. 2007. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Wader (Rasbora

argyrotaenia) di Sekitar Mata Air Ponggok Klaten Jawa Tengah. Jurusan

Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Sebelas Maret Surakarta. (https://eprints.uns.ac.id diakses 28 maret 2019).

Dina R. 2008. Rencana Pengelolaan Sumberdaya Ikan Bada

(Rasboraargyrotaenia) Berdasarkan Analisis Frekuensi Panjang di Danau

Maninjau Sumatera Barat. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Djumanto, Setyobudi E, Sentosa AA, Budi R, dan Nerwati NCI. 2008.

Reproductive Biology Of The Yellow Rasbora (Rasbora lateristriata) In

Habitat Of the Ngerfancah River, Kulon Progo Regency. Journal of Fisheries

Sciencie. 10(2): 261-275

Effendi MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantama.

Effendi MI. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.

Effendi MI. 2004. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Penerbit Dwi Sari.

Hanafiah KA. 2016. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Helmizuryani dan B. Muslimin. 2015. Efesiensi Pakan Dengan Kadar Protein Yang

Berbeda Padaikan Betok (Anabas testudineus). Seminar Nasional Sains &

Teknologi VI. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung.

(http://satek.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/63 diakses 27 Agustus

2019).

Helmizuryani, B. Muslimin dan K, Khotimah. 2017. Pembetinaan Ikan Betok,

Anabas testudineus (Bloch, 1792) Menggunakan Larutan Susu Dan Kedelai

Melalui Perendaman Larva. Prodi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Universitas Muhammadiyah Palembang. Jurnal Iktiologi Indonesia, 17(2):

123-132 (http://doi.org/10.32491/jii.v17i2.352 diakses 27 Agustus 2019).

Husnah dan NM Arsyad. 2009. Keragaman Jenis Seluang (Rasbora sp.) di Perairan

Umum. Palembang: Universitas PGRI Palembang Bekerjasama dengan Balai

Riset Perikanan Perairan Umum Palembang. 56 hal.

Kordi MGH. 2008. Budi Daya Perairan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Page 47: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

35

Kordi MGH. 2015. Pengelolaan Perikanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Baru

Press.

Kottelat M, AJ Whitten, SN Kartika, dan S Wirjoatmodjo. 1993.Ikan Air Tawar

Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Hong Kong: Periplus Editions. 344 p.

Said DS, dan Mayasari N. 2010. Pertumbuhan dan Pola Reproduksi Ikan Bada

(Rasbora argyrotaenia) pada Rasio Kelamin yang Berbeda. Limnotel. 17(2) :

201-209.

Sarah S, Widanarni dan AO Sudrajat. 2009. Pengaruh Padat Penebaran terhadap

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurame (Osphronemus

goramy). Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kalautan, Institut Pertanian Bogor.

Jurnal Akuakultur Indonesia. 8 (2): 199-207.

Sihombing ME. 2012. Pengaruh Intensitas Cahaya Lampu Bawah Air dengan

Senter Light Emitting Diode pada Reaksi Fototaksis Ikan Perairan

Kepulauan Seribu. [Skripsi] Bogor: IPB.

Sudarto. 2010. Plasma Nutfah Ikan Hias Sumatera. Balai Riset Budidaya Ikan

Hias, Bogor. (http://ejournal-balitbang.kkp.go.id diakses 25 maret 2019).

Sulistiyarto B. 2012. Hubungan Panjang Berat, Faktor Kondisi, dan Komposisi

Makanan Ikan Saluang (Rasbora argyrotaenia Blkr) di Dataran Banjir Sungai

Rungan, Kalimanatan Tengah.Jurnal Ilmu Hewani Tropika. 1 (2) : 62-66.

Suryani FY. Setyawati, T.R, Yanti. AH. 2019. Struktur Populasi Ikan Seluang

(Rasbora argyrotaenia Blkr) di Hilir Sungai Sekadau Kecamatan Sekadau

Hilir Kabupaten Sekadau. Jurnal Protobiont. 18(2): 74-81.

Sutrisno. 2007. Budidaya Ikan Air Tawar. Jakarta: Ganeca Exacta.

Weber M. & de BeaufortLF. 1916. The Fishes of The Indo-Australian Archipelago.

Vol.III Ostariophysi; II Cyprinoideae, Apodes, Synbranchi, E-J-Brill Ltd.

Leiden. 279 hal.

Page 48: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

36

LAJU PENANGKAPAN HIU YANG DIDARATKAN DI TANJUNG LUAR,

LOMBOK TIMUR

Shark Capture Rate Landed In Tanjung Luar, East Lombok

Oleh:

Gussasta Levi Arnenda1*, Irwan Jatmiko1, dan Riska Fatmawati2

1Loka Riset Perikanan Tuna, BRSDMKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan

2Program Studi Teknologi Perikanan Laut, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

*Korespondensi: [email protected]

ABSTRACT

Shark is the main target in Tanjung Luar, East Lombok with increasing fishing

efforts. This issue contradicts with the several regulations regarding the capture,

use and conservation of shark species in Indonesia. This study aims to examine the

rate of shark landed in Tanjung Luar from March to December 2018. The method

used is direct data collection using survey methods and data processing with the

Catch per Unit Effort (CpUE) consisting of fishing gear types, number of species,

biomass and number of ships. Data analysis is performed descriptively based on

shark catch rate. The results was given reveals that a total number of 10,712

individuals from 15 variations of fishing gear, obtained the highest average catch

rate of catching individuals by a fleet that operated drift gillnet and drift longline

was 7.90 tails / ship / month. Furthermore, the highest average cacth rate based on

biomass is owned by the fleet that operates the drift longline (242.89 kg/ ship/

month). Based on the results of the analysis, the value of shark catch rate is

influenced by several factors including the gear, the method of operation and the

skills of fisherman.

Keywords: Catching rate, East Lombok, shark, Tanjung Luar

ABSTRAK

Produksi perikanan hiu merupakan kelompok ikan target utama di Tanjung Luar,

Lombok Timur dengan upaya penangkapan yang terus meningkat. Hal ini

bertentangan dengan beberapa peraturan terkait penangkapan, pemanfaatan dan

status perlindungan spesies hiu di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk mendapatkan informasi terkait laju penangkapan hiu yang didaratkan di

Tanjung Luar selama bulan Maret – Desember 2018. Metode penelitian ini dengan

melakukan pendataan langsung menggunakan metode survey dan pengolahan data

berdasarkan perhitungan catch per unit effort (CPUE) terdiri dari jenis alat tangkap,

jumlah spesies, biomassa dan jumlah kapal. Analisis data dilakukan secara

deskriptif berdasarkan laju tangkapan hiu. Hasil penelitian menunjukkan dari

Page 49: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

37

10.712 ekor hiu dengan 15 variasi alat tangkap, rerata laju penangkapan individu

tertinggi oleh armada yang mengoperasikan gillnet hanyut dan rawai hanyut sebesar

7,90 ekor/kapal/bulan. Rerata laju penangkapan berdasarkan biomassa tertinggi

dimiliki oleh armada yang mengoperasikan alat tangkap rawai hanyut (242,89

kg/kapal/bulan). Berdasarkan hasil analisa, nilai laju penangkapan hiu dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya yaitu jenis alat tangkap, metode pengoperasian

dan keahlian nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap.

Kata kunci: Hiu, laju tangkap, Lombok Timur, Tanjung Luar

PENDAHULUAN

Hiu merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekologis

yang penting dalam ekosistem terumbu karang dan lautan (Hanifa 2017). Spesies

Elasmobranchii ini adalah predator puncak pada rantai makanan di laut dan jika

ditangkap terus menerus akan mengalami kepunahan, sehingga ekosistem laut akan

mengalami kerusakan parah (Graham et al. 2010; Hanifa 2017). Data FAO

melaporkan bahwa total tangkapan hiu di dunia pada tahun 1994 mencapai 731 ribu

ton (Fahmi dan Dharmadi 2005). Dari jumlah tersebut, Negara di Asia

menyumbang 60% dari total tangkapan tersebut (Froeschke et al. 2010). Empat

negara di Asia, yaitu Indonesia, India, Jepang dan Pakistan berkontribusi sekitar

75% dari total tangkapan ikan hiu di wilayah Asia (Bonfil 2002).

Salah satu daerah potensial penangkapan dan produksi hiu berdasarkan

distribusinya di Indonesia adalah Tanjung Luar (Sentosa 2016). Keragaan jenis hiu

dan pari hasil tangkapan nelayan Tanjung Luar juga relatif tinggi dimana tahun

2016 tercatat lebih banyak lagi jenisnya, yaitu sekitar 21 famili dan 70 spesies ikan

hiu, 6 famili dan 33 spesies pari serta 1 famili dan 2 spesies Chimaera atau hiu hantu

(Sentosa et al. 2017). Aktivitas penangkapan hiu oleh nelayan Tanjung Luar

menggunakan alat tangkap rawai (longline) yang dioperasikan di dasar maupun di

permukaan walaupun juga terdapat alat tangkap lainnya yang digunakan seperti

jaring insang (gillnet), pancing dan jaring lingkar (White et al. 2012; Dharmadi et

al. 2013; Fahmi dan Dharmadi 2015). Tingginya kegiatan penangkapan yang

dilakukan oleh nelayan Tanjung Luar dipengaruhi oleh faktor permintaan pasar

Page 50: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

38

yang tinggi (Froeschke et al. 2010; Hanifa 2017). Selain itu, nelayan juga

menjadikan kegiatan penangkapan hiu adalah bagian dari mata pencaharian utama

nelayan Tanjung Luar (Sentosa dan Haryadi 2018).

Kegiatan penangkapan hiu dengan berbagai macam alat tangkap yang

dilakukan dengan intensif akan berdampak terhadap ancaman kelestarian spesies

hiu di alam. Ancaman kelestarian tersebut dapat terlihat dari penurunan produksi

dan penurunan upaya penangkapan ikan (Stevens et al. 2000; Bonfil 2002;

Cavanagh et al. 2003; Blaber et al. 2009 dan Graham et al. 2010). Dampak dengan

terus menurunnya hiu di perairan akan mempengaruhi ketersediaan sumberdaya

ikan di laut dan keberlangsungan kegiatan penangkapan nelayan (Dharmadi et al.

2008). Oleh karena itu, diperlukan sebuah pengaturan terkait kegiatan operasi

penangkapan hiu di Tanjung Luar untuk menjaga ketersediaan sumberdaya ikan di

perairan. Perumusan pengaturan tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah sebagai

pihak yang memiliki wewenang dalam pembuatan kebijakan. Permintaan yang

tinggi oleh konsumen terhadap komoditas hiu menjadikan nelayan Tanjung Luar

semakin intensif melakukan penangkapan dengan menggunakan berbagai macam

alat tangkap yang berbeda. Kegiatan penangkapan dengan intensitas tinggi

menyebabkan beberapa permasalahan diantaranya: a) penurunan produksi

tangkapan hiu; dan b) penurunan ketersediaan sumberdaya ikan. Oleh karena itu,

penelitian terkait laju tangkap hiu penting dilakukan untuk mendapatkan informasi

terkait indeks kelimpahan populasi hiu khususnya di wilayah Tanjung Luar. Hasil

dari studi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rekomendasi pada kegiatan

pengelolaan yang berkelanjutan.

METODE

Penelitian dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Luar,

Lombok Timur selama bulan Maret – Desember 2018 (Gambar 1). Pengumpulan

data terkait jenis alat tangkap, jumlah spesies, biomassa dan jumlah kapal

didapatkan melalui pendataan secara langsung menggunakan metode survey.

Pencatatan data dilakukan setiap hari dari sejumlah kapal yang menggunakan

Page 51: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

39

berbagai alat tangkap di Tanjung Luar. Kemudian identifikasi terkait jenis spesies

hiu mengacu pada Compagno (1998), Allen (1999), White et al. (2006) dan IOTC

(2012).

Gambar 1 Peta lokasi penelitian PPI Tanjung Luar, Lombok Timur

Pengambilan data hiu dengan melakukan pendataan di PPI Tanjung Luar

berdasarkan hasil tangkapan dari 15 alat tangkap, dari lapangan dikelompokkan

berdasarkan jumlah ekor tangkap dan biomass tangkapan. Data penelitian

selanjutnya diolah menggunakan perhitungan rumus catch per unit effort (CpUE)

(Dharmadi et al. 2010). Hasil tangkapan dihitung berdasarkan jumlah ekor atau

bobot hiu secara total dibagi dengan jumlah kapal yang beroperasi setiap bulannya

. Rumus persamaan yang diguanakan adalah sebagai berikut:

𝐶𝑝𝑈𝐸 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑟𝑖𝑝 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑙 (1)

Keterangan:

𝐶𝑝𝑈𝐸 : Hasil tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap

Total tangkapan : Jumlah hiu yang tertangkap baik ekor ataupun bobotnya

Jumlah Trip kapal : Trip kapal yang melakukan penangkapan

Page 52: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

40

0 50 100

Triaenodon obesus

Galeocerdo cuvier

Mustelus manazo

Heptranchias perlo

Carcharhinus leucas

Carcharhinus brevipinna

Carcharhinus falciformis

Atelomycterus marmoratus

Galeocerdo cuvier

Hemitriakis indroyonoi

Orectolobus leptolineatus

Alopias pelagicus

Carcharhinus falciformis

Carcharhinus limbatus

Isurus oxyrinchus

Galeocerdo cuvier

Triaenodon obesus

Alopias pelagicus

Triaenodon obesus

Ekor

Sp

esie

s

Proporsi Tangkapan Hiu berdasarkan Jumlah Ekor

Maret - Desember 2018

Total-ID

(Ekor)

Hasil pengolahan data kemudian dilakukan analisis deskriptif, dengan

menjelaskan semua rangkaian kegiatan mulai dari komposisi hasil tangkapan dan

laju tangkap hiu yang didaratkan di Tanjung Luar.

HASIL

Tanjung Luar merupakan salah satu sentra pendaratan hiu terbesar di Wilayah

Pengelolaan Perikanan (WPP) 573 dimana hampir sebagian besar jenis hiu

ditangkap dan didaratkan secara utuh dengan alat tangkap didominasi oleh rawai

dasar dan rawai hanyut (White et al. 2012; Dharmadi et al. 2013; Sentosa et al.

2016). Jenis hiu yang didaratkan di Tanjung Luar merupakan hasil tangkapan dari

nelayan sekitar perairan Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan hasil survey diperoleh

tangkapan hiu yang didaratkan sebanyak 10.712 ekor yang dibagi menjadi

berdasarkan jumlah ekor dan berat (Gambar 2 dan 3).

Gambar 2 Proporsi tangkapan hiu berdasarkan jumlah ekor Maret – Desember 2018

Page 53: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

41

0,00 1000,00 2000,00 3000,00

Triaenodon obesusMustelus manazo

Triaenodon obesusHemitriakis indroyonoi

Triaenodon obesusSqualus nasutus

Hemitriakis indroyonoiGaleocerdo cuvier

Sphyrna lewiniPrionace glauca

Carcharhinus falciformisSphyrna lewini

Loxodon macrorhinusCarcharhinus obscurusHexanchus nakamurai

Isurus oxyrinchusCarcharhinus sorrah

Carcharhinus obscurusPrionace glauca

Carcharhinus falciformisOrectolobus leptolineatus

Hexanchus nakamuraiLago garricki

Kg

Sp

esie

s

Proporsi Tangkapan Hiu berdasarkan Berat

Maret - Desember 2018

Weight-ID

(kg)

0

50

100

150

200

250

300

350

Jum

lah (

Unit

)

Alat Tangkap

April

September

November

Agustus

Desember

Juli

Juni

Maret

Mei

Oktober

Armada penangkapan hiu di PPI Tanjung Luar merupakan multigear. Operasi

penangkapan yang dilakukan nelayan menggunakan beberapa alat tangkap pada

satu kapal yaitu beberapa jenis pancing ulur seperti pancing tuna dan pancing

rentak. Hasil survey diperoleh data 15 alat tangkap yang digunakan oleh nelayan

Tanjung Luar (Gambar 4).

Gambar 4 Proporsi alat tangkap hiu Maret – Desember 2018

Gambar 3 Proporsi tangkapan hiu berdasarkan jumlah berat Maret – Desember 2018

Page 54: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

42

Hasil perngolahan laju tangkap hiu dari perhitungan hasil tangkapan per

satuan upaya (CpUE) berdasarkan pada alat tangkap yang digunakan dari jumlah

individu dan biomassa dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.

PEMBAHASAN

Proporsi jenis hiu yang didaratkan di Tanjung Luar pada tahun 2018 secara

umum tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya oleh White et al.

(2012), Faizah et al. (2013) dan Chodrijah (2014) dimana famili Carcharhinidae

mendominasi hasil tangkapan dari spesies hiu kejen (Carcharhinus falciformis).

Jenis hiu yang didaratkan pada tahun 2018 relatif lebih beragam yang terdiri dari

72 spesies, dengan spesies dominan diantaranya adalah Carcharhinus falciformis

0123456789

Cp

UE

(E

ko

r/kap

al/b

ula

n)

Alat Tangkap

Total

Gambar 5 Laju tangkap hiu berdasarkan jumlah spesies (ind) Maret - Desember 2018

0

50

100

150

200

250

300

CP

UE

(kg/k

apal

/bula

n)

Alat Tangkap

Total

Gambar 6 Laju tangkap hiu berdasarkan jumlah biomassa (kg) Maret – Desember 2018

Page 55: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

43

(11%), Sphyrna lewini (8%) dan Galeocerdo cuvier (8%). Hasil tangkapan hiu di

Tanjung Luar termasuk mendominasi karena hiu menjadi target tangkapan utama

(Sentosa 2018). Hiu yang didaratkan di Tanjung Luar sebagian besar telah memiliki

status konservasi sehingga perlu diperhatikan keberadaanya seperti CITES

Appendix II dan IUCN. Beberapa jenis hiu memang telah ada pengaturan

pengelolaan oleh Pemerintah melalui Peraturan Kementerian Kelautan dan

Perikanan seperti hiu martil (Sphyrna spp.) dan hiu koboi (Carcharhinus

longimanus). Aturan mengenai hiu tersebut masih terdapat kekurangan dimana

hanya melarang ekspor ke luar negeri dan untuk penangkapan di Indonesia masih

diperbolehkan. Hal ini berdampak pada status penangkapan hiu di perairan Tanjung

Luar dalam status legal.

Hasil tangkapan hiu yang didaratkan oleh nelayan Tanjung Luar diperoleh

dari beberapa alat tangkap. Hasil penelitian menyebutkan salah satu wilayah

perairan di Lombok Timur ini terdapat 15 variasi alat tangkap. Dominasi alat

tangkap yang dioperasikan adalah rawai dasar (857 unit), rawai hanyut (356) serta

gillnet dan rawai hanyut (154). Pengoperasian alat tangkap oleh nelayan Tanjung

Luar berpengaruh terhadap jenis dan ukuran ikan. Alat tangkap rawai (longline)

dan jaring insang (gillnet) mendominasi tangkapan hiu dikarenakan prosentase

tertangkapnya hiu lebih banyak pada alat tangkap tersebut (Zainudin 2011). Secara

umum hiu memiliki peluang untuk tertangkap pada semua alat tangkap, tetapi

beberapa jenis hiu bersifat demersal, sehingga akan cenderung tertangkap pada

rawai atau jaring insang yang dipasang di dasar perairan (Sudirman dan Mallawa

2004).

Berdasarkan perpaduan alat tangkap gillnet hanyut dan rawai hanyut yang

dioperasikan oleh nelayan Tanjung Lua, memiliki kecenderungan CpUE yang

tinggi berdasarkan proporsi jumlah ekor (ind). Rata-rata laju tangkap hiu di Tanjung

Luar berdasarkan individu tertinggi oleh armada yang mengoperasikan gillnet

hanyut dan rawai hanyut sebesar 7,90 ekor/kapal/bulan. Hal ini dipengaruhi oleh

metode pengoperasikan yang digunakan, dimana rawai dan jaring insang dipasang

secara menetap dan dihanyutkan di dasar perairan. Hasil penelitian dari

Page 56: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

44

penangkapan nelayan pada nilai CPUE berdasarkan biomassa (kg) rata-rata laju

tangkap hiu tertinggi dimiliki oleh armada yang mengoperasikan alat tangkap rawai

hanyut (242,89 kg/kapal/bulan). Secara umum laju tangkap tahun 2018 sejalan

dengan penelitian Fahmi dan Dharmadi (2015) dan Sentosa et al. (2016), dimana

alat tangkap gillnet dan rawai cenderung memperoleh hasil tangkapan hiu lebih

banyak.

Trend hasil tangkapan hiu di Indonesia pada beberapa tahun terakhir

cenderung mengalami penurunan (Fahmi dan Dharmadi, 2013; 2015). Kondisi

tersebut mengindikasikan telah terjadinya fenomena tangkap lebih terkait

komoditas hiu. Kecenderungan pola pendaratan hiu yang semakin berkurang dapat

menjadi dasar untuk pengelolaan perikanan hiu secara berkelanjutan. Perikanan hiu

di Tanjung Luar memiliki dampak sosial ekonomi yang cukup kompleks, dimana

banyak yang terkait dalam pemanfaatan hasil sumber daya hiu. Pengaturan

perikanan hiu perlu dilakukan dengan bijak agar masyarakat lokal dapat

memanfaatkan keberadaan hiu di perairan WPP 573 tanpa mengabaikan aspek

konservasinya.

KESIMPULAN

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 10.712 ekor hiu dengan 15

variasi alat tangkap, rerata laju penangkapan individu tertinggi oleh armada yang

mengoperasikan gillnet hanyut dan rawai hanyut sebesar 7,90 ekor/kapal/bulan.

Rerata laju penangkapan berdasarkan biomassa tertinggi dimiliki oleh armada yang

mengoperasikan alat tangkap rawai hanyut (242,89 kg/kapal/bulan). Berdasarkan

hasil analisa, nilai laju penangkapan hiu dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya yaitu jenis alat tangkap, metode pengoperasian dan keahlian nelayan

dalam mengoperasikan alat tangkap.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih Kepada Kepala Loka Riset Perikanan Tuna, penelitian ini

merupakan bagian dari kegiatan Loka Riset Perikanan Tuna TA. 2018. Terimakasih

Page 57: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

45

juga penulis ucapkan untuk Bram Setyadji, S.Kel.,M.Si. selaku ketua tim peneliti

Loka Riset Perikanan Tuna. PSDKP Labuhan Lombok, UPT Tanjung Luar.

Enumerator tanjung luar (Sdr. Galih Raka Siwi)

DAFTAR PUSTAKA

Allen G. 1999. Marine Fishes of South East Asia: A Field Guide for Anglers and

Divers. Singapore: Western Australian Museum, Periplus Edition. 292.

Blaber SJM, Dichmont CM, White W, Buckworth R, Sadiyah L, Iskandar B,

Nurhakim S, Pillans R, Andamari R, Dharmadi, Fahmi. 2009.

Elasmobranchs in Southern Indonesian Fsheries: The Fisheries, the Status

of the Stocks and Management Options. Rev Fish Biol Fisheries. 19: 367-

391.

Bonfil R. 1994. Overview of World Elasmobranch Fisheries. FAO Fisheries

Technical Paper. 341-119.

Cavanagh RD, Kyne PM, Fowler SL, Musick JA, Bennetf MB. (Eds). 2003. The

Consentalion Status of Australasian Chondrichthyans: Report of the Shark

Specialist Group Australia and Oceania regional Red List Workshop,

Queensland, Australia. Brisbane: The University of Queensland, Schoolof

Biomedical Sciences.

Chodrijah U. 2014. Komposisi dan Fluktuasi Tangkapan Ikan Cucut dari Perairan

Samudera Hindia Selatan Jawa Pada Area Selatan Nusa Tenggara Barat.

In Suman, A., Wudianto, A. Ghofar, dan J. Haluan (eds.). Status

pemanfaatan sumberdaya ikan di Samudera Hindia (WPP 572, 573) dan

Samudera Pasifik (WPP 717). Jakarta: Ref Graphika dan Balai Penelitian

Perikanan Laut.

Compagno LJV. 1984. FAO Species Catalogue. Vol. 4. Sharks of the world. An

annotated and illustrated catalogue of shark species known to date. InFAO

Fish. Synop. 125(4).

Dharmadi, Fahmi. 2008. Biodiversitas Ikan Pari yang Tertangkap di Perairan

Samudera Hindia. Prosiding Seminar Nasional Ikan V. 187-195.

Page 58: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

46

Dharmadi S, Triharyuni, J Rianto. 2010. Hasil Tangkapan Cucut yang Tertangkap

dengan Jaring Insang Permukaan di Perairan Samudera Hindia.

J.Lit.Perikan.Ind. 16(4): 285– 291.

Dharmadi R, Faizah, L Sadiyah. 2013. Shark Longline Fishery in Tanjungluar East

Lombok. Indonesia Fisheries Research Journal. 19(1): 39–46.

Fahmi, Dharmadi. 2005. Status Perikanan Hiu dan Aspek Pengelolaannya. Oseana.

30: 1-8.

Fahmi, Dharmadi. 2013. Tinjauan Status Perikanan Hiu dan Upaya Konservasinya

di Indonesia. Jakarta: Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 179.

Fahmi, Dharmadi. 2015. Pelagic Shark Fisheries of Indonesia’s Eastern Indian

Ocean Fisheries Management Region. African Journal of Marine Science.

37(2): 259–265.

Faizah R, L Sadiyah, Dharmadi. 2013. Komposisi Jenis Cucut Hasil Tangkapan

Rawai Cucut yang didaratkan di PPI Tanjung Luar, Lombok Timur. In

Kartamihardja et al. (Ed.). Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan

Konservasi Sumberdaya Ikan IV, KSI–PI 43. Purwakarta: Balai Penelitian

Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. 1-11.

Froeschke J, Stunz GW, Wildhaber ML. 2010. Enviromental Influences on the

Occurrence Coastal Sharks in Estuarine Waters. Mar. Ecol. Prog. Ser. 407:

279-292.

Graham NA, Spalding MD, Sheppard CRC. 2010. Reef Shark Declines in Remote

Atolls Highlight The Need For Multi-Faceted Conservation Action. Aquatic

Conserv: Mar. Freshw. Ecosys. 20: 543-548.

Hanifa I. 2017. Komposisi Hasil Tangkapan Hiu yang didaratkan di Pelabuhan

Perikanan Samudera (PPS) Cilacap [tesis]. Bogor: IPB University.

Indian Ocean Tuna Commission (IOTC). 2012. Shark and Ray Identification in

Indian Ocean Pelagic Fisheries. Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), in

Collaboration with the Secretariat of the Pacific Community (SPC).

Victoria: Seychelles.

Page 59: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

47

Sentosa AA. 2016. Profil Penangkapan Hiu oleh Kapal Nelayan Rawai Permukaan

di Perairan Barat Pulau Sumba. In Isnansetyo et al. (eds). Prosiding Seminar

Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13

Agustus 2016. Yogyakarta: Departemen Perikanan-Fakultas Pertanian

Universitas Gadjah Mada. 315-325.

Sentosa AA, DWH Tjahj, J Haryadi. 2017. Kerentanan Tangkapan Hiu dan Pari

Appendiks CITES yang didaratkan di Tanjung Luar, Lombok Timur. In

Hadie et al. (Eds). Prosiding Simposium Nasional Ikan dan Perikanan Jilid

2. Bogor: Masyarakat Iktiologi Indonesia. 907-916.

Sentosa AA, Haryadi J. 2018. Laju Penangkapan Elasmobranchii oleh Nelayan

Tanjung Luar pada Berbagai Alat Tangkap. Semnaskan-UGM XV. 171-177.

Stevens JD, R Bonfil, NK Dulvy, PA Walker. 2000. The Effects of Fishing on

Sharks, Rays, and Chimaeras (Chondrichthyans), and the Implications for

Marine Ecosystems. ICES Journal of Marine Science. 57: 476– 494.

Sudirman, A Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Jakarta: Rinneka Cipta.

168.

White WT, C Dichmont, Purwanto SN, Dharmadi, RJW, R Buckworth LS, R

Faizah, PS Sulaiman, B Sumiono. 2012. Tanjung Luar (East Lombok)

Longline Shark Fishery. Report prepared for ACIAR Project FIS/2006/142,

Developing new assessment and policy frameworks for Indonesia’s marine

fisheries, including the control and management of Illegal, Unregulated and

Unreported (IUU) Fishing. Australian National Centre for Ocean Resources

and Security (ANCORS), University of Wollongong, Australia. 53.

Zainudin IM. 2011. Pengelolaan Perikanan Hiu Berbasis Ekosistem di Indonesia

[tesis]. Depok: Universitas Indonesia.

Page 60: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

48

TREN HASIL TANGKAPAN GURITA MENGGUNAKAN PANCING

MODIFIKASI: STUDI KASUS NELAYAN SEURAPONG KABUPATEN

ACEH BESAR

Octopus Catch Results Trends using Modification Fishing: Case Study at

Seurapong Fisherman Aceh Besar Regency

Oleh:

Kairul1*, Ahmad Mukminin1, Ina Nisrina1, Irfan Yulianto2

1. Team Wildlife Conservation Society Marine Aceh - IP

2. Wildlife Conservation Society - Indonesia Program, Bogor.

3. Email : [email protected], [email protected], [email protected],

[email protected]

ABSTRACT Pulo Aceh is part of the Conservation Waters Conservation Area in Aceh Besar

District with an area of 240.75 Km2. Pulo Aceh has considerable fisheries resource

potential with dominant fisheries commodities consisting of octopus, reef fish,

pelagic fish and lobster. This study aims to determine the level of exploitation of

octopus catches and the effectiveness of modified fishing rods used by Seurapong

fishermen. The method used is experimental fishing with a duration of observation

and data collection of 1 trip per day for 31 days. The method used is with a duration

of observation and data collection of 1 trip per day for 31 days. This research was

conducted in July - August 2019 in Pulo Aceh, Aceh Besar District. Modified fishing

bait resembling an orange crab used by fishermen can increase octopus’s catches.

This can be seen from the total weight of the catch for 31 trips (days), namely Amir

at 368 kg and Syaribin by 378 kg.

Keywords: biodiversity, experimental fishing, modified fishing, octopus

exploitation

ABSTRAK

Pulo Aceh merupakan bahagian dari Kawasan Konservasi Perairan Suaka Alam

Perairan di Kabupaten Aceh Besar dengan luas 240,75 Km2. Pulo Aceh memiliki

potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar dengan komoditas perikanan

dominan berupa gurita, ikan karang, ikan pelagis dan lobster. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat eksploitasi hasil tangkapan gurita dan

efektifitas pancing modofikasi yang digunakan nelayan Seurapong. Metode yang

digunakan adalah observasi langsung dengan durasi pengamatan dan pengambilan

data sebanyak 1 trip perhari selama 31 hari. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Juli - Agustus 2019 di Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Umpan pancing yang

dimodifikasi menyerupai kepiting dengan warna orange yang digunakan oleh

nelayan dapat meningkatkan hasil tangkapan gurita hal ini dapat dilihat dari total

berat hasil tangkapan selama 31 trip (hari) yaitu Amir sebesar 368 kg dan Syaribin

sebesar 378 kg.

Page 61: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

49

Kata kunci: eksploitasi gurita, keanekaragaman hayati, experimental fishing,

pancing modifikasi

PENDAHULUAN

Pulo Aceh merupakan bahagian dari Kawasan Konservasi Perairan Suaka

Alam Perairan di Kabupaten Aceh Besar dengan luas 240,75 Km2 (Gubernur Aceh.

2018). Pulo Aceh memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar dengan

komoditas perikanan dominan berupa gurita, ikan karang, ikan pelagis dan lobster.

Gurita termasuk dalam filum mollusca klas cephalopoda. Secara umum tubuh

gurita dibedakan menurut bagian kepala, leher dan tubuh. Pada daerah kepala

terdapat delapan lengan yang berfungsi untuk menangkap mangsa dan bergerak.

Mulut gurita terdapat dalam cincin lengan. Pada bagian dalam mulut terdapat

sepasang rahang yang saling tumpang tindih berbentuk seperti paruh kakatua

terbalik dan juga gigi parut atau radula. Gurita memiliki dua mata yang besar dan

menonjol di sekitar pinggiran kepala (Paruntu et al. 2009) Hewan ini menghuni

dasar perairan yang berkarang maupun berpasir (Bagus, 2018).

Menurut Paruntu et al. (2009) pada dekade terakhir group cephalopoda

mengalami eksploitasi yang pesat. Namun studi tentang gurita di Aceh masih

kurang dan berdasarkan hasil pengamatan dilapangan penelitian ini mencoba

melihat seberapa besar hasil tangkapan dan seberapa efektif pancing modifikasi

yang digunakan untuk penangkapan gurita. Alat tangkap pancing ini menggunakan

umpan buatan yang terdiri dari bagian kepala atau badan terbuat dari batu ataupun

cor beton (Kurniawan et al. 2019). Oleh karena itu maka perlu sebuah kajian untuk

menakar seberapa besar jumlah ekspoitasi gurita di Gampoeng Seurapong Pulo

Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat eksploitasi hasil tangkapan

gurita dan efektifitas pancing modofikasi yang digunakan nelayan Seurapong.

Page 62: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

50

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2019 di

Gampoeng Seurapong Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Adapun lokasi

penelitian tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu partisipasi aktif. Peneliti

terlibat langsung dengan cara mengamati dan wawancara pedagang pengumpul

yaitu terkait berat hasil tangkapan nelayan per hari. Durasi penelitian ini dengan

pengambilan data sebanyak 1 trip perhari selama 31 trip (hari) dengan lama

pengambilan data satu bulan.

Pengumpulan data primer ditempuh melalui dua cara, yaitu observasi dan

wawancara baik sebelum maupun sesudah proses penelitian. Data primer yang

diperoleh adalah data pengetahuan mitra/responden sebelum dan sesudah

pelaksanaan kegiatan penelitian (Ngabalin et al. 2018).

Page 63: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

51

Kontruksi pancing

Salah satu faktor keberhasilan dari aktivitas penangkapan spesies target yaitu

ketepatan dalam membuat desain alat tangkap, pemilihan material dan kontruksi

dari umpan pancing tersebut yang paling penting pancingnya mempunyai waktu

jangka pakai lebih lama. Konstruksi dan sistem rangkaian dari pancing disajikan

pada Gambar 2.

Gambar 2 Konstruksi dan modifikasi pancing

Kontruksi dasar pancing diambil dari botol air mineral (bagian atas botol saja

yang diambil), kakinya terbuat dari benang monofilamen (nomor 100) dan pada

ujung kaki dilengkapi dengan daun sendok makan yang dihubungkan oleh kili-kili.

Pada kerangka botol dipasang mata pancing (nomor 9) yang banyaknya berkisar 8-

11 pcs yang semua mata pancing dirangkai satu simpul ke dalam kerangka, pada

bagian dalam diisi semen yang diaduk dengan dumpul (semen dan dumpul

mempunyai dua fungsi yaitu sebagai perekat mata pancing sekaligus pemberat).

Tahap terakhir yaitu proses pengecatan dengan chat pilox warna orange.

Hal ini sesuai dengan metode yang dikemukakan Widodo dan Suparman

(2008); Farikha et al. (2014) konstruksi alat tangkap pancing ulur terdiri dari

penggulung (reel), tali pancing (line), mata pancing (hook) dan pemberat (sinker).

Page 64: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

52

Tali pancing (line) ialah tali yang terbuat dari bahan alami atau sintetis, berupa serat

tunggal atau multi yang menghubungkan antara mata pancing (hook) dengan

penggulung (reel). Mata pancing (hook) ialah bahan yang berupa besi baja atau

logam lainnya berkait balik, yang dipasang pada salah satu ujung tali pancing (line).

Pemberat (sinker) ialah bahan yang mempunyai daya tenggelam dan dipasang pada

tali pancing (line) bagian bawah, berfungsi untuk menempatkan mata pancing

(hook) pada kedalaman yang diinginkan.

Pengoperasian alat tangkap

Waktu pengoperasian alat tangkap disesuaikan dengan kebiasaan nelayan

melaut, yaitu berangkat jam 08:00 wib (pagi) dan pulang jam 14:00 wib (siang)

dengan lama durasi penangkapan 5 jam per trip (hari). Operasi penangkapan

dilakukan dengan cara menurunkan pancing hingga pada kedalaman 15 meter dan

perahu berjalan pelan-pelan. Hal ini sejalan yang dikemukakan Kurniawan et al.

(2019), perahu dijalankan secara perlahan-lahan agar posisi umpan buatan berada

di atas dasar perairan. Ketika terlihat ada gurita yang mengejar atau mengikuti

umpan tersebut, maka secara perlahan-lahan tali pancing ditarik mendekati perahu.

Penelitian akan menggunakan metode experimental fishing dengan durasi

pengamatan dan pengambilan data sebanyak 1 trip perhari selama 31 hari. Analisis

data menggunakan analisis deskriptif comparative dengan cara melihat

perbandingan hasil tangkapan ikan pada dua boat. Data komposisi hasil tangkapan

disajikan dalam bentuk grafik (Aliyubi et al. 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejak tahun 2017 sebagian besar nelayan Pulo Aceh mulai beralih pada

tangkapan gurita, menggunakan pancing gurita dengan umpan tiruan yang di

modifikasi mirip kepiting (Gambar 3). Jenis makanan yang disukai oleh gurita

adalah ikan, kepiting, udang dan kerang, Namun gurita juga dapat memakan

jenisnya sendiri (proses tingkah laku kanibalisme) atau jenis gurita lainnya sebagai

pesaing relung (Segawa, 2002).

Page 65: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

53

(a) (b) ( c)

Gambar 3 Kapal yang digunakan nelayan gurita (a), Gurita Hasil Tangkapan

Nelayan (b) dan Umpan pancing gurita tiruan (c)

Hasil tangkapan dan harga pasar yang menjanjikan menyebabkan jumlah

nelayan yang beralih pada tangkapan gurita semakin meningkat. Hasil tangkapan

pancing dengan umpan modifikasi targetnya adalah spesies gurita di Seurapong

Kecamatan Pulo Aceh. Berat total hasil tangkapan selama 31 trip (hari) yaitu Amir

sebesar 368 kg dan Syaribin sebesar 378 kg. Untuk periode tangkapan bulan Juli

dan Agustus tersaji pada Gambar 4.

(a)

Page 66: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

54

(b)

Gambar 4 Hasil tangkapan gurita pertrip bulan Juli sampai Agustus 2019 (a) dan

Grafik total hasil tangkapan gurita selama 31 trip pada bulan Juli sampai

Agustus 2019 (b)

Berdasarkan hasil penelitian umpan warna orange berbentuk kepiting yang

digunakan oleh kedua nelayan mempunyai daya tangkap yang tinggi, dikarnakan

bentuk dan warnanya menyerupai mangsa dari spesies target. Sejalan dengan yang

disampaikan Farikha et al. (2014) bahwa hasil tangkapan gurita yang didapatkan

menggunakan umpan buatan menyerupai kepiting berwarna oranye mendapatkan

hasil paling banyak. Bentuk tiruan-tiruan merupakan faktor penting untuk

menentukan keberhasilan operasi penangkapan. Pemilihan bentuk tiruan dalam

penelitian ini adalah berdasarkan pada makanan alami gurita yang merupakan

kepiting dan udang.

Jenis umpan harus disesuaikan dengan makanan kesukaan ikan yang akan

ditangkap dikarnakan prinsip tertangkapnya ikan pada alat tangkap didasarkan pada

pengetahuan tentang tingkah laku ikan (Haruna 2010; Baskoro et al. 2011; Mawardi

et al. 2011; Khairul et al. 2017), dan memiliki respons terhadap rangsangan

eksternal sebagai pemenuhan akan kebutuhan fisiologis untuk beraktivitas dan

faktor makanan yang membuat ikan bergerak aktif (Yami 1987; Marchesan et al.

2005; Kurnia et al. 2015; Khairul et al; 2017).

Page 67: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

55

Nelayan Gampoeng Seurapong umumnya menangkap ikan yang

mempunyai nilai ekonomis tinggi (ikan karang) dengan menggunakan pancing

dasar. Ada beberapa spesies yang mempunyai nilai ekomis tinggi menurut

Awwaluddin et al. (2007) seperti sunu super (Plectropomus leopardus), sunu

macan (Plectropomus areolatus), bone-bone (Plectropomus oligocanthus), goropa

gomes atau moso (Ephinephelus fuscoguttatus), goropa tikus (Cromileptes

altivelis), ekor bulan (Variola sp.), kakap (Lutjanus sp.), daging putih atau lencam

(Lethrinidae), suntung batu (Sephia sp.) gurita (Octopus), bobara (Carangoides

sp.), bobot (Pristipomoides sp.), Guntur (Aprion sp.), dan lain-lain.

Nelayan Gampoeng Seurapong umumnya menangkap gurita menggunakan

pancing menggunkan boat berkapasitas >32 PK menggunakan mesin dompeng

(Gambar 3). Wilayah penangkapan yaitu seputaran terumbu karang yang berada

sebelah barat Pulo Aceh. Wilayah tersebut adalah Wilayah Pengelolaan Perikanan

(WPP) 572 yang merupakan wilayah pencadangan untuk zona inti oleh Pemerintah

Aceh melalui Surat Keputusan Gubernur Aceh tahun 2018. Durasi penangkapan

dalam sehari biasanya mencapai 6 jam. Musim penangkapan biasanya sangat

menetukan hasil dari tangkapan nelayan. Menurut Awwaluddin et al. (2007).

nelayan umumnya mempunyai durasi dan waktu penangkapan lebih besar pada

musim timur dikarnakan hasil tangkapan cenderung meningkat pada musim timur

sampai dengan awal musim peralihan (bulan Juni sampai dengan September) dan

pada awal musim barat (bulan Desember).

Berdasarkan hasil wawancara di lapangan hampir semua nelayan Pulo Aceh

beralih untuk menangkap gurita, dikarenakan mempunyai nilai ekonomi yang

tinggi juga bisa menekan biaya operasional penangkapan dengan kebutuhan bbm

hanya sebesar Rp 100.000 – Rp 130.000 per trip. Nelayan menjual hasil tangkapan

gurita ke pedagang pengumpul di Pulo Aceh dengan harga jual sebesar Rp 50.000

per kg. Faktor lain ketersedian stok gurita di sekitar Pulo Aceh masih dalam banyak,

seperti terlihat pada Gambar 4. Terumbu karang merupakan salah satu faktor

penyeimbang demi keberlanjutan keberadaan spesies ikan di Pulo Aceh. Sejalan

dengan yang dikemukakan Mursyidin et al. (2015) hampir semua kawasan Perairan

Page 68: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

56

Pulo Aceh memiliki potensi perikanan ditandai dengan tingginya sebaran

kandungan klorofil-a di sekeliling Pulo Aceh.

Selain itu diperlukan pengawasan daerah penangkapan untuk nelayan yang

melakukan secara illegal fishing, untuk menjaga kelestarian sumberdaya gurita di

Pulo Aceh. Octopus sp memiliki peran penting dalam ekosistem laut dan sangat

berharga bagi manusia sebagai makanan serta untuk penelitian biomedis (Ford et

al. 1986; Heriyandi et al. 2018).

KESIMPULAN

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa umpan pancing yang

dimodifikasi menyerupai kepiting dengan warna orange yang digunakan oleh

nelayan dapat meningkatkan hasil tangkapan gurita, yaitu total berat hasil

tangkapan selama 31 trip (hari) dari 2 responden, yaitu Amir sebesar 368 kg dan

Syaribin sebesar 378 kg.

SARAN

Adapun saran dari penulis yaitu adanya kajian lanjutan terkait perbandingan

warna orange (umpan pancing gurita modifikasi) dengan warna-warna lain dan

pengambilan data dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama.

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof.Dr.Ir. Tri Wiji Nurani,

M.Si selaku reviewer dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang sudah memberikan masukan dan saran dalam penulisan paper

ini.

2. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada team redaksi prosiding

SEMNAS TANGKAP - IPB yang telah memberikan kesempatan untuk

penerbitan paper ini, dalam event Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-

8 Institut Pertanian Bogor (IPB).

Page 69: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

57

3. Terimakasih kepada warga Puloe Aceh khusunya warga Seurapong yaitu

toke Ali, Bapak Amir, Bapak Syaribin sudah ikut berpartisipasi memberikan

data dan masukan sekaligus saran sehingga terselesainya penulisan paper

ini.

4. Terimakasih kepada Wildlife Conservation Society - Indonesia Program

(WCS-IP) yang sudah membiayai penelitian ini mulai dari pengambilan

data sehingga terselesainya penulisan paper ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aliyubi FK, Boesono H, Setiyanto I. 2015. Perbedaan hasil tangkapan berdasarkan

warna lampu pada alat tangkap bagan apung dan bagan tancap di Perairan

Muncar Kabupaten Banyuwangi. Journal of Fisheries Resources Utilization

Management and Technology. 4(2):93-101.

Awwaluddin, Rustam R, Suwarso. 2007. Perikanan Demersal di Sekitar Kepulauan

Togean, Teluk Tomini. Jurnal BAWAL. 1(4): 145-153

Bagus Bagaskoro. 2018. Identifikasi Morfologi dan Molekuler Pada Gurita (Genus

Octopus Covier, 1798) yang ditangkap di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa

Barat.

Farikha K, Pramonowibowo, Asriyanto. 2014. Pengaruh Perbedaan Bentuk dan

Warna Umpan Tiruan Terhadap Hasil Tangkapan Gurita pada Alat Tangkap

Pancing Ulur di Perairan Baron, Gunung Kidul. Journal of Fisheries

Resources Utilization Management and Technology. 3(3): 275-283.

Gubernur Aceh. 2018. Penetapan Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan

Aceh. Keputusan Gubernur Aceh Nomor 523/1297/2018.

Heriyandi, Bakri M, Winaruddin. 2018. Identifikasi Parasit pada Gurita (octopus

sp) di Perairan Lampuuk Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.

JIMVET. 2(4): 611-613.

Page 70: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

58

Khairul, Mawardi W, Riyanto M. 2017. Penggunaan Lampu Light Emitting Diode

(Led) Biru Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung di Kabupaten Aceh

Jaya. Jurnal ALBACORE. 1(2): 235-243.

Kurniawan K, Manoppo L, Silooy F, Luasunaung A, Sompie AM. 2019. Studi

Pengaruh Perbedaan Warna Umpan Buatan Pancing Gurita Terhadap Hasil

Tangkapan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. 4(2): 69-74.

Mursyidin, Munadi K, Muchlisin Z.A. 2015. Prediksi Zona Tangkapan Ikan

Menggunakan Citra Klorofil-a dan Citra Suhu Permukaan Laut Satelit Aqua

MODIS di Perairan Pulo Aceh. Jurnal Rekayasa Elektrika. 11(5): 176-182.

Ngabalin D, Talakua EG, Pentury F. 2018. Pengembangan Usaha Pengolahan

Gurita dan Cacing Laut Kering di Ohoi Matwair, Kecamatan Kei Kecil Barat.

Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat. Agrokreatif. 4(2): 118-124.

Paruntu CP, Boneka FB, Talare SL. 2009. Gurita (Cephalopoda) dari Perairan

Sangihe. Universitas Sam Ratulangi Manado Sulawesi Utara. Jurnal

EKOTON. 9(2): 13-27.

Segawa S. and A Nomoto. 2002. Understanding Octopus Growth: Patterns,

Ariability and Physiology. Tokyo: Tokyo University of Fisheries.

Page 71: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

59

PROSPEK USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN

TANGKAP DI PPP SADENG, YOGYAKARTA

Effort Prospects and Development Strategies for Capture Fisheries at Sadeng

Fishing Port, Yogyakarta

Oleh :

Mustaruddina dan Eko Sri Wiyonoa

aDepartemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK, IPB University, Indonesia

*Corresponding author : [email protected]

ABSTRACT

Sadeng Fishing Port is the biggest of capture fishery base in Yogyakarta, with

contributions rate 35.2 - 35.21% of the total marine fisheries production in

Yogyakarta. The continuity of these contributions depends very much on the type of

fishing effort that is developing and the regional policies on capture fisheries. This

study aims to analyze effort prospects and formulate strategies for developing

capture fisheries in Sadeng Fishing Port. The method used consists of feasibility

analysis and SWOT method. The results showed that drifting gillnet, trammel net,

and fixed gillnet were prospective efforts to be developed in Sadeng Fishing Port,

because they had good income and expenditure ratio (NPV, B / C Ratio), safe profit

and loss limits (IRR), and good return on investment (ROI). Development strategy

for capture fisheries in Sadeng Fishing Port were improvement of investment

promotion for three fishing efforts dominantly, technical guidance on fishing

operations and capital management, involvement of DPRD in fishing conflict

resolution, improvement of electricity services and road conditions to the Sadeng

Fishing Port, realization of auction activities in the Sadeng Fish Market, and

organizing activities fishing in polluted coastal waters.

Keywords: feasibility analysis, coastal waters, Sadeng Fishing Port, fish

production, and development strategies

ABSTRAK

Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng merupakan basis perikanan tangkap terbesar di

D.I. Yogyakarta, dengan kontribusi berkisar 35,2 - 35,21% dari total produksi

perikanan laut D.I. Yogyakarta. Kontinyuitas kontribusi tersebut sangat bergantung

pada jenis usaha yang berkembang dan kebijakan daerah dalam pengembangan

perikanan tangkap. Penelitian ini bertujuan menganalisis prospek usaha dan

merumuskan strategi pengembangan perikanan tangkap di PPP Sadeng. Metode

yang digunakan terdiri dari analisis kelayakan usaha dan metode SWOT. Hasil

penelitian menunjukkan usaha perikanan gillnet hanyut, trammel net, dan gillnet

tetap prospektif untuk dikembangkan di PPP Sadeng karena mempunyai rasio

Page 72: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

60

penerimaan dan pengeluaran (NPV, B/C Ratio) yang baik, batas untung rugi (IRR)

yang aman, dan pengembalian investasi (ROI) yang baik. Strategi yang bisa

dilakukan untuk mendukung pengembangan perikanan tangkap di PPP Sadeng, D.I.

Yogyakarta adalah penggalakan promosi investasi tiga usaha perikanan tangkap

dominan, bimbingan teknis operasi penangkapan dan pengelolaan modal, pelibatan

DPRD dalam penyelesaian konflik perikanan, peningkatan layanan listrik dan

kondisi jalan ke PPP Sadeng, realisasi kegiatan lelang di TPI PPP Sadeng, serta

pengaturan penangkapan di perairan pantai yang mudah tercemar.

Kata kunci : kelayakan usaha, perairan pantai, PPP Sadeng, produksi ikan, dan

strategi pengembangan

PENDAHULUAN

Pengelolaan sektor perikanan dan kelautan yang baik dapat menjadi

penggerak utama (prime mover) pembangunan di seluruh Indonesia, termasuk di

D.I. Yogyakarta. Hal ini karena sektor ini memiliki keunggulan komparatif

dibanding sektor lainnya berupa ketersediaan sumberdaya alam yang sangat besar

dan mempunyai potensi ekonomi yang luar biasa, yang mampu menghasilkan

produk dan jasa dengan daya saing tinggi, sepanjang dapat mengelolanya dengan

tepat. Dalam penyampaian visi dan misi untuk tahun 2017 – 2022, Gubernur D.I.

Yogyakarta menekankan pentingnya pengelolaan dan pengembangan sektor

perikanan dan kelautan tersebut, yaitu dengan mencetuskan semangat

"Perjumpaan" dan "Silang Belajar" sebagai strategi penting untuk pengembangan

potensi sumberdaya terutama yang berbasis laut. Semangat perjumpaan diharapkan

dapat mendorong pengembangan potensi kelautan dan perikanan D.I. Yogyakarta

dengan mengundang investor lokal (PMDN) maupun asing (PMA). Dalam konteks

pengembangan usaha perikanan tangkap, investor akan disambut dengan baik dan

kawasan pelabuhan perikanan menjadi pintu gerbang bagi mereka untuk

mengembangkan investasinya. Dengan semangat silang belajar diharapkan dapat

terjalin hubungan dan kerjasama kelembagaan, baik di dalam maupun di luar

lembaga pemerintahan D.I. Yogyakarta sehingga mendukung berkembangnya

investasi perikanan.

Visi dan misi Gubernur D.I. Yogyakarta tersebut sejalan dengan Permen KP

Nomor PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan terutama yang

Page 73: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

61

berkaitan dengan peran dan fungsi pelabuhan perikanan. Menurut Permen tersebut,

pelabuhan perikanan merupakan pusat sistem bisnis perikanan yang diharapkan

dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional di bidang perikanan. Di

pelabuhan perikanan, khususnya yang fasilitasnya bagus, usaha perikanan tangkap

mudah berkembang, yang kemudian memacu perkembangan industri pengolahan,

rantai pemasaran produk perikanan, dan aktivitas ekonomi lainnya yang menopang

kegiatan perikanan. Dari 20 pelabuhan perikanan yang ada di D.I. Yogyakarta,

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng merupakan basis perikanan tangkap

terbesar dan fasilitasnya paling lengkap. Menurut DKP DIY (2017), total produksi

perikanan laut D.I. Yogyakarta mencapai 1.850,23 ton pada tahun 2016, di mana

PPP Sadeng berkontribusi sekitar 35,2 - 35,21% dari total produksi tersebut.

Kontinyuitas kontribusi tersebut sangat bergantung pada jenis usaha yang

berkembang dan perangkat kebijakan yang diterapkan di D.I. Yogyakarta.

Ketertarikan investor di bidang perikanan sebenarnya cukup tinggi, namun

tidak banyak yang ke Sadeng (BKPM DIY, 2018). Hal ini karena mereka belum

tahu banyak prospek usaha perikanan tangkap dan masih ragu berinvestasi ke

Sadeng mengingat perairannya yang terkenal ganas. Visi dan misi Gubernur

merupakan salah satu upaya untuk menyakinkan investor bahwa Pemerintah D.I.

Yogyakarta berkomitmen mendukung pengembangan investasi berbasis potensi

sumberdaya laut. Penelitian ini mencoba membantu dari sisi akademis terkait

prospek pengembangan usaha perikanan tangkap di D.I. Yogyakarta tersebut

khususnya di Sadeng, serta mencoba menemukan strategi yang cocok untuk

pengembangannya. Tujuan penelitian adalah (1) menganalisis prospek usaha

perikanan tangkap yang berbasis di PPP Sadeng, dan (2) merumuskan strategi

pengembangan perikanan tangkap di PPP Sadeng.

METODE

Waktu dan Tempat

Page 74: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

62

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 sampai dengan bulan

Februari 2018. Sedangkan pengumpulan data lapang dilakukan di PPP Sadeng,

Yogyakarta.

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitina ini terdiri dari (1) Data

prospek usaha perikanan tangkap mencakup data kebutuhan investasi, kebutuhan

operasional, masa operasi (umur teknis) usaha, jumlah hasil tangkapan, harga jual;

(2) Data terkait faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam

pengembangan perikanan tangkap di PPP Sadeng. Sedangkan data sekunder terdiri

dari data time series produksi ikan, data time series nilai produksi, serta peraturan

terkait dengan pengembangan perikanan tangkap.

Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara kepada responden

terpilih dan dengan pengamatan lapang. Responden dipilih secara purposive

sampling kepada pihak-pihak yang mengerti betul obyek yang diteliti. Untuk

responden terkait pengelolaan usaha perikanan tangkap dipilih dari nelayan yang

menjadi pemilik usaha perikanan tangkap dominan (gillnet hanyut, trammel net,

dan gillnet tetap) di PPP Sadeng. Menurut DKP DIY (2017), proporsi ketiga usaha

perikanan tangkap tersebut mencapai 69,2% – 77,8% dari populasi usaha perikanan

tangkap di PPP Sadeng. Jumlah responden sekitar 5 – 10% dari populasi nelayan

pemilik ketiga usaha perikanan tangkap. Responden data internal dan eksternal

pengembangan perikanan tangkap di PPP Sadeng adalah semua kelompok

stakeholders yang aktif beraktivitas atau berinteraksi di PPP Sadeng. Responden

tersebut yaitu, dari kelompok nelayan pemilik (5 orang), pengelola pelabuhan (2

orang), pengolah/pedagang ikan (3 orang), dan pelaku usaha pendukung (2 orang).

Pengamatan lapang dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersifat

dokumentatif, sekaligus sebagai kroscek terhadap data/informasi yang didapat dari

responden. Data sekunder dikumpulkan melalui telaah pustaka terhadap laporan

kajian teknis, buku statistik perikanan, salinan peraturan/kebijakan, dan hasil studi

yang tersedia di PPP Sadeng, DKP Yogyakarta, perguruan tinggi, dan media online.

Page 75: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

63

Analisis Data

Prospek usaha perikanan tangkap ditentukan berdasarkan tingkat kelayakan

usaha/kinerja finansial yang dicapai oleh usaha perikanan tangkap dominan yang

berbasis di PPP Sadeng. Menurut Mayes & Shank, (2006), kinerja finansial

merupakan ukuran baku dalam menilai prospek dan kemanfaatan usaha bagi

pelakunya, masyarakat, dan perekonomian suatu daerah. Parameter finansial yang

dianalisis terkait prospek usaha perikanan tangkap di PPP Sadeng mengacu kepada

Mayes & Shank (2006) dan Hanley & Spash (1993), yaitu Net Present Value

(NPV), Internal Rate Return (IRR), Return of Investment (ROI), dan Benefit-Cost

Ratio (B/C Ratio). Suku bunga yang digunakan dalam analisis mengacu kepada

Bank Indonesia (2017) tentang suku bunga kredit, yaitu 12%.

Strategi pengembangan perikanan tangkap di PPP Sadeng dianalisis

menggunakan metode SWOT. Analisis ini menggunakan data hasil wawancara

terkait faktor internal dan eksternal pengembangan perikanan tangkap, diperkaya

dengan hasil pengamatan lapang dan telaah pustaka. Data/informasi dari banyak

sumber ini diperlukan untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat dan

akomodatif (Rangkuti, 2006). Tahapan analisis SOWT yang dilakukan adalah (1)

Pengidentifikasian faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang diduga

berpengaruh terhadap pengembangan perikanan tangkap di PPP Sadeng; (2)

Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang diduga

berpengaruh; serta (3) Penyusunan matriks Internal-Eksternal (IE) dan matriks

SWOT strategi pengembangan perikanan tangkap.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prospek Usaha Perikanan Tangkap

Prospek usaha dapat diketahui berdasarkan capaian parameter Net Present

Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Return of Investment (ROI), dan Benefit-

Page 76: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

64

Cost Ratio (B/C Ratio). Mustaruddin et al. (2015) dan Hanley & Spash (1993)

menyatakan bahwa pelaku usaha/investasi sangat memperhatikan kinerja finansial

untuk menilai prospek usaha di masa yang akan datang. Sedangkan menurut

Sumaila et al. (2016), investor akan mudah tertarik pada usaha perikanan tangkap,

bila parameter finansial penting terkait investasi dipenuhi dengan baik. Tabel 1

menyajikan hasil analisis Net Present Value (NPV) dari usaha perikanan tangkap

dominan (gillnet hanyut, trammel net, dan gillnet tetap) di PPP Sadeng.

Tabel 1 Nilai Net Present Value (NPV) usaha perikanan tangkap

Usaha Perikanan Tangkap Standar NPV Keterangan

Gillnet hanyut > 0 68,724,173.03 Layak

Trammel net 44,383,210.26 Layak

Gillnet tetap 43,563,358.93 Layak

Berdasarkan Tabel 1, gillnet hanyut, trammel net, dan gillnet tetap

mempunyai nilai NPV yang tinggi yaitu masing-masing Rp 68.724.173,03; Rp

44.383.210,26; dan Rp 43.563.358,93. Sedangkan nilai NPV yang dipersyaratkan

harus lebih besar dari 0 (nol) atau dalam istilah lain tidak merugi. Hal ini

menunjukkan bahwa gillnet hanyut, trammel net, dan gillnet tetap dapat

memberikan keuntungan bersih masing-masing sebesar Rp 68.724.173,03, Rp

44.383.210,26, dan Rp 43.563.358,93 jika diukur dari nilai sekarang yaitu setelah

mengakomodir keberadaan suku bunga kredit 12%. Menurut Mustaruddin et al.

(2015), keuntungan bersih merupakan manfaat ril yang dapat diterima oleh nelayan

dari usaha perikanan tangkap selama masa operasinya. Sedangkan masa operasi

(umur teknis) gillnet hanyut, trammel net, dan gillnet tetap di PPP Sadeng dapat

mencapai 8 tahun. Thomas et al. (2003) menyatakan bahwa umur teknis diukur

dari ketahanan barang investasi terbesar (kapal atau mesin) untuk digunakan secara

normal dalam operasi penangkapan ikan. Mengacu kepada nilai NPV, gillnet

hanyut, trammel net, dan gillnet tetap di PPP Sadeng prospektif untuk

dikembangkan atau ditawarkan kepada investor. Tabel 2 menyajikan hasil analisis

Internal Rate Return (IRR) ketiga usaha perikanan tangkap di PPP Sadeng.

Tabel 2 Nilai Internal Rate Return (IRR) usaha perikanan tangkap

Page 77: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

65

Usaha Perikanan Tangkap Standar IRR Keterangan

Gillnet hanyut > 12 % 28.91% Layak

Trammel net 19.66% Layak

Gillnet tetap 23.24% Layak

Nilai IRR seperti terlihat pada Tabel 2 memberi penegasan bahwa

menginvestasikan uang pada usaha gillnet hanyut, trammel net, dan gillnet tetap

dapat mendatangkan keuntungan dengan rasio masing-masing sekitar 28,91%,

19.66%, dan 23,24% per tahun. Bila dibandingkan dengan suku bunga kredit yang

berlaku (12%), maka rasio keuntungan tersebut termasuk cukup besar. Mengacu

kepada nilai IRR ini, maka berinvestasi pada gillnet hanyut, trammel net, dan gillnet

tetap layak dilakukan di PPP Sadeng, meskipun uang yang digunakan berasal dari

pinjaman bank. Untuk mempertahankan kelayakan keuntungan tersebut, maka

pengelola usaha dan ABK perlu terus dibina dan diberi pelatihan terutama terkait

dengan pengelolaan modal dan operasi penangkapan ikan yang efektif (Minarro et

al. 2016).

Di samping rasio keuntungan baik, usaha perikanan tangkap harus

menghasilkan manfaat (benefit) yang dapat menutupi atau mengembalikan semua

investasi yang dikeluarkan. Nilai Return of Investment (ROI) menjadi patokan

untuk menilai hal tersebut, dan hasil analisisnya untuk ketiga jenis usaha perikanan

tangkap yang berbasis di PPP Sadeng disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai Return of Investment (ROI) usaha perikanan tangkap

Usaha Perikanan Tangkap Standar ROI Keterangan

Gillnet hanyut > 1 11.48 Layak

Trammel net 9.36 Layak

Gillnet tetap 12.19 Layak

Berdasarkan Tabel 3, gillnet hanyut, trammel net, dan gillnet tetap

mempunyai nilai ROI > 1, yaitu masing-masing 11,48, 9,36, dan 12,19. Hal ini

menunjukkan bahwa ketiga usaha perikanan tangkap dapat dengan mudah

Page 78: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

66

mengembalikan investasi yang digunakan sebelum habis umur teknisnya. Atau

dengan kata lain, tidak akan bermasalah dalam pengembalian investasi yang

digunakannya. Menurut Septia et al. (2012), skema pengembalian investasi

terutama yang didapat dari kredit bank sering tidak bersesuaian dengan pola

produksi ikan hasil tangkapan. Sedangkan menurut Zydelis et al. (2013), produksi

ikan terutama yang dioperasikan dengan kapal dan jaring ukuran kecil sangat

tergantung pada musim ikan dan kondisi cuaca. Ke depan, skema pengembalian

tersebut harus clear sebelum kredit diterima, dan diupayakan tidak memberatkan

terutama di bulan-bulan ikan hasil tangkapan sedikit.

Tabel 4 menyajikan hasil analisis Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) usaha

gillnet hanyut, trammel net, dan gillnet tetap yang berbasis di PPP Sadeng, D.I.

Yogyakarta.

Tabel 4 Nilai Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) usaha perikanan tangkap

Usaha Perikanan Tangkap Standar B/C Ratio Keterangan

Gillnet hanyut >1 1.13 Layak

Trammel net 1.10 Layak

Gillnet tetap 1.09 Layak

Berdasarkan nilai B/C ratio (Tabel 4), usaha gillnet hanyut, trammel net, dan

gillnet tetap layak dikembangkan karena mempunyai nilai B/C Ratio yang baik,

yaitu masing-masing 1,13, 1,10, dan 1,09. Nilai B/C Ratio memberi informasi

tentang perimbangan antara penerimaan dengan pembiayaan yang dikeluarkan

untuk mendukung operasi penangkapan ikan (Prabowo et al., 2013). Ketiga usaha

perikanan tangkap mempunyai nilai B/C ratio > 1, yang berarti penerimaannya

dapat menutupi semua pembiayaan yang dikeluarkan untuk operasi penangkapan

ikan di perairan sekitar PPP Sadeng, D.I. Yogyakarta.

Bila melihat secara keseluruhan dari hasil analisis kelayakan (NPV, IRR,

ROI, dan B/C Ratio), maka usaha gillnet hanyut, trammel net, dan gillnet tetap

prospektif untuk terus dikembangkan dan ditingkatkan investasinya di PPP Sadeng,

D.I. Yogyakarta. Ketiga usaha perikanan tangkap dapat dijadikan prioritas

Page 79: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

67

investasi perikanan yang ditawarkan kepada investor baik lokal (PMDN) maupun

asing (PMA).

Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap di PPP Sadeng

Penentuan tipe strategi

Untuk memudahkan penentuan strategi pengembangan gillnet hanyut,

trammel net, dan gillnet tetap yang tepat di PPP Sadeng, D.I. Yogyakarta, maka tipe

strategi yang dipilih harus tepat. Tipe strategi dapat diketahui dengan memetakan

posisi kegiatan perikanan tangkap saat ini berdasarkan penilaian faktor internal dan

eksternalnya. Menurut Mustaruddin et al. (2014) dan Nurdin & Grydehoj (2014),

pemetaan posisi kegiatan dapat memberi informasi faktual tentang kondisi

perikanan tangkap yang sedang berlangsung, sehingga upaya pengembangan dapat

dilakukan dengan lebih terukur. Gambar 1 memperlihatkan hasil analisis posisi

kegiatan perikanan tangkap di PPP Sadeng dengan menggunakan matriks internal-

eksternal (IE).

Gambar 1 Matriks internal-eksternal (IE) kegiatan perikanan tangkap di PPP

Sadeng

Page 80: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

68

Berdasarkan Gambar 1, saat ini kegiatan perikanan tangkap di PPP Sadeng,

D.I. Yogyakarta berada pada kuadran V (pertumbuhan/stabilitas). Menurut

ketentuan SWOT, pengembangan dapat dilakukan bila minimal kegiatan usaha

berada pada fase pertumbuhan (total skor internal > 2 dan total skor eksternal > 1).

Hasil analisis menunjukkan bahwa total skor internal dan eksternal dari kegiatan

perikanan tangkap di PPP Sadeng masing-masing 2,75 dan 2,65, sehingga termasuk

kategori ”agak baik” (pertumbuhan yang stabil). Terkait dengan ini, maka strategi

pengembangan dapat dilakukan secara agresif moderat mengarah ke kuadran 1.

Mustaruddin et al. (2014) dan Rangkuti (2006) menyatakan bahwa tipe agresif

moderat cocok untuk kegiatan usaha yang sudah memasuki fase pertumbuhan dan

telah mengalami kestabilan kinerja.

Strategi pengembangan

Hasil analisis sebelumnya menunjukkan bahwa tipe strategi agresif moderat

cocok bagi pengembangan perikanan tangkap yang berbasis di PPP Sadeng, D.I.

Yogyakarta. Pangesti et al. (2011) dan Rangkuti (2006) menyatakan bahwa tipe

agresif moderat membantu mempertahankan irama pertumbuhan yang sudah

terjadi, namun upaya perbaikan terus dilakukan (secara bertahap/prioritas) hingga

mencapai kondisi optimal. Tabel 5 menyajikan hasil analisis matriks SWOT

penentuan strategi agresif moderat pengembangan perikanan tangkap di PPP

Sadeng, D.I. Yogyakarta.

Tabel 5 Hasil analisis matriks SWOT penentuan strategi pengembangan perikanan

tangkap di PPP Sadeng

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kontinyuitas produksi

ikan di PPP Sadeng

Keaktifan usaha

perikanan tangkap

Fasilitas dermaga

pelabuhan

Kios perbekalan di PPP

Sadeng

Fasilitas TPI di PPP

Sadeng

Pendidikan SDM

Keterampilan teknik

penangkapan ikan

SOP penanganan hasil

tangkapan

Konflik antar nelayan

Kemampuan modal nelayan

Sadeng

Page 81: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

69

Ketertarikan investor

Kondisi sosial politik

wilayah

Dukungan tenaga penyuluh

terlatih

Trend konsumsi

masyarakat DIY

Pengembangan tupoksi

Dispar DIY

Penggalakan promosi

investasi tiga usaha

perikanan tangkap

dominan

Bimbingan teknis operasi

penangkapan dan

pengelolaan modal

Pelibatan lembaga politik

(DPRD) dalam penyelesaian

konflik perikanan

Kegiatan monopoli/

pengaturan harga

Kondisi jalan raya menuju

PPP Sadeng

Ide klusterisasi

pemanfaatan wilayah

pantai

Jaringan listrik menuju

PPP Sadeng

Pencemaran pantai yang

menjadi ruaya ikan

Realisasi kegiatan lelang

di TPI PPP Sadeng

Peningkatan layanan

infrastruktur eksternal

(listrik dan jalan) ke PPP

Sadeng

Pengaturan penangkapan

ikan di perairan pantai yang

mudah tercemar

Berdasarkan Tabel 5, paling tidak ada enam strategi yang bisa mendorong

pengembangan perikanan tangkap di PPP Sadeng, D.I. Yogyakarta, yaitu :

o Penggalakan promosi investasi tiga usaha perikanan tangkap dominan

o Bimbingan teknis operasi penangkapan ikan dan pengelolaan modal

o Pelibatan lembaga politik (DPRD) dalam penyelesaian konflik perikanan

o Peningkatan layanan listrik dan prasarana jalan ke PPP Sadeng

o Realisasi kegiatan lelang di TPI PPP Sadeng

o Pengaturan penangkapan ikan di perairan pantai yang mudah tercemar

Strategi tersebut dapat dilakukan oleh Pemerintah D.I. Yogyakarta melalui

program regular yang dimiliki atau dicanangkan secara khusus. Untuk strategi yang

bersifat teknis lapangan seperti bimbingan teknis operasi penangkapan ikan dan

pengelolaan modal usaha, serta realisasi kegiatan lelang di TPI PPP Sadeng dapat

dikoordinasikan oleh unit teknis yang dalam hal ini Pengelola PPP Sadeng.

Sedangkan untuk strategi yang bersifat kebijakan atau koordinasi lintas sektor,

seperti penggalakan promosi investasi tiga usaha perikanan tangkap dominan,

peningkatan layanan listrik dan prsarana jalan ke PPP Sadeng, pengaturan

penangkapan di perairan pantai yang mudah tercemar, serta pelibatan lembaga

Page 82: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

70

politik (DPRD) dalam penyelesaian konflik perikanan dapat dikoordinasikan oleh

DKP D.I. Yogyakarta.

Menurut Merkel & Madsen (2019) dan Putra et al. (2015), keberhasilan

strategi pengembangan sangat dipengaruhi oleh kesungguhan instansi terkait dan

dukungan masyarakat yang ada di daerah. Promosi investasi usaha perikanan

tangkap dominan yang didukung dengan oleh realisasi kegiatan lelang di TPI PPP

Sadeng dan pengaturan penangkapan di perairan pantai yang mudah tercemar dapat

membantu menyakinkan investor tentang prospek usaha perikanan tangkap yang

dilakukannya. Isu lingkungan berupa pencemaran pantai sangat sensitif di D.I.

Yogyakarta, khususnya di lokasi yang cukup padat pemukimannya dan/atau banyak

dikembangkan alat tangkap beroperasi di pantai. Menurut Merkel & Madsen (2019)

dan Mustaruddin et al. (2014), pengelolaan lingkungan selalu menjadi

pertimbangan investor dalam berinvestasi di sektor perikanan terutama di kawasan

pantai dan pelabuhan perikanan yang padat. Hal itu terjadi sebagai bentuk kalkulasi

bagi keberlanjutan usaha di masa datang.

Strategi pelibatan lembaga politik dalam penyelesaian konflik perikanan dan

peningkatan layanan infrastruktur eksternal terutama listrik dan jalan diharapkan

dapat memback-up strategi penggalakan promosi investasi tiga usaha perikanan

tangkap dominan dan strategi teknis lainnya. Realisasi kegiatan lelang di TPI PPP

Sadeng dapat mencegah monopoli/pengaturan harga yang terjadi selama ini,

sehingga nelayan, investor perikanan tangkap dan pelaku usaha penunjang tertarik

menjalankan aktivitas usahanya di kawasan PPP Sadeng. Hal ini penting karena

tanpa mereka, maka percepatan pengembangan perikanan tangkap di PPP Sadeng

sulit terjadi. Menurut Speir et al. (2014) dan Lubis et al. (2012), pengembangan

sentra perikanan terutama di kawasan pelabuhan perikanan harus dilakukan secara

revolusioner dan menguntungkan bagi semua pihak. Nelayan tradisional yang

tersebar di pinggir pantai bersedia mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan

perikanan bila mendapatkan harga jual yang baik. Begitu juga investor usaha

perikanan tangkap dan usaha penunjang, akan tertarik mendukung pengembangan

Page 83: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

71

perikanan tangkap bila intensitas operasi dan layanan usaha berjalan baik di PPP

Sadeng.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang disampaikan, dapat disimpulkan :

1. Usaha perikanan gillnet hanyut, trammel net, dan gillnet tetap mempunyai nilai

NPV, ROI, IRR, dan B/C Ratio yang baik, sehingga prospektif untuk

dikembangkan di PPP Sadeng, D.I. Yogyakarta.

2. Strategi yang bisa dilakukan untuk mendukung pengembangan perikanan

tangkap di PPP Sadeng, D.I. Yogyakarta adalah penggalakan promosi investasi

tiga usaha perikanan tangkap dominan, bimbingan teknis operasi penangkapan

ikan dan pengelolaan modal, pelibatan lembaga politik (DPRD) dalam

penyelesaian konflik perikanan, peningkatan layanan layanan listrik dan

prasarana jalan ke PPP Sadeng, realisasi kegiatan lelang di TPI PPP Sadeng,

serta pengaturan penangkapan di perairan pantai yang mudah tercemar.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Daerah Istimewa Yogyakarta.

2018. Perkembangan Invetasi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yogyakarta: BKPM DIY.

Bank Indonesia. 2017. Pergerakan Suku Bunga Kredit dan Pinjaman. Jakarta:

Bank Indonesia.

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Daerah Istimewa Yogyakarta. 2017.

Laporan Tahunan Data Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2016.

Yogyakarta: DKP DIY.

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Daerah Istimewa Yogyakarta. 2016.

Laporan Tahunan Data Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2015.

Yogyakarta: DKP DIY.

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Daerah Istimewa Yogyakarta. 2015.

Laporan Tahunan Data Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2014.

Yogyakarta: DKP DIY.

Page 84: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

72

Gubernur D.I. Yogyakarta. 2017. Pemaparan Visi dan Misi Gubernur Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2017 – 2022 Yogyakarta, 2 Agustus 2017.

Yogyakarta.

Hanley ND, Spash C. 1993. Cost-Benefic Analysis and the Environment.

Cheltenham: Edward Elgar.

Lubis E, AB. Pane, R Muninggar, A Hamzah. 2012. Besaran Kerugian Nelayan

dalam Pemasaran Hasil Tangkapan : Kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu. Maspari Journal. 4(2): 159-167.

Mayes TR, TM Shank. 2006. Financial Analysis with Microsoft Excel 4th Edition.

Nashville. USA: South-Western College Pub.

Merkel A, Madsen SKS. 2019. Lessons from port sector regulatory reforms in

Denmark: An analysis of port governance and institutional structure

outcomes. Transport Policy. 78(1): 31-41.

Minarro N, Forero GN, Reuter H, van Putten IE. 2016. The role of patron-client

relations on the fishing behaviour of artisanal fishermen in the Spermonde

Archipelago (Indonesia). Journal of Marine Policy. 69(1): 73–83.

Mustaruddin, Baskoro MS, Purwanto B. 2015. Pengembangan investasi usaha

perikanan tangkap unggulan di Bau-bau, Sulawesi Tenggara. Prosiding

Seminar Nasional Perikanan Tangkap VI, 22 Oktober 2015. Hal 193-207.

Mustaruddin, Baskoro MS, Supriatna A. 2014. Strategi Pengembangan Perikanan

Cakalang yang Bersinergi dengan Faktor Lingkungan dan Sosial Ekonomi

di Ternate : Studi Kasus Penangkapan Ikan Menggunakan Huhate. Jurnal

Ilmu Pertanian dan Perikanan. 3(1): 1-9.

Nurdin N, Grydehoj A. 2014. Informal Governance Through Patron–Client

Relationships and Destructive Fishing in Spermonde Archipelago,

Indonesia. Journal of Marine and Island Cultures. 3(2): 54–59.

Pangesti TP, Nurani TW, dan Wiyono ES. 2011. Strategi Pengelolaan untuk

Meningkatkan Produksi Udang di Kabupaten Cilacap. Journal of Fisheries

Research. 2(2): 189-199.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan

Prabowo, Wiyono ES, Haluan J, dan Iskandar BH. 2013. Kinerja pembiayaan

perikanan skala kecil di Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Marine

Fisheries. 4(1): 1-9.

Putra DP, Baskoro MS, Wiyono ES, Wisudo SH. 2015. Peran Stakeholder Dalam

Pengelolaan Perikanan Udang Skala Kecil di Kabupaten Cilacap, Provinsi

Jawa Tengah. Jakarta: Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan

Konservasi Sumberdaya.

Page 85: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

73

Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT : Teknik membedah kasus bisnis. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Septia RT, Riris A, Fitri A. 2012. Analisis finansial unit penangkapan bottom

gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat, Bangka Belitung.

Maspari Journal. 2(1): 70-73

Speir C, Pomeroy C, Sutinen JG. 2014. Port level fishing dynamics: Assessing

changes in the distribution of fishing activity over time. Marine Policy.

46(1): 171-191.

Sumaila UR, C Bellmann, and A Tipping. 2016. Fishing for the future: An overview

of challenges and opportunities. Journal of Marine Policy. 69(1): 173–180.

Thomas SN, Edwin L, George VC. 2003. Catching efficiency of gill nets and

trammel nets for penaeid prawns. Journal of Fisheries Research. 60(1):

141–150, 2003.

Zydelis R, Small C, French G. 2013. The incidental catch of seabirds in gillnet

fisheries: A global review. Journal of Biological Conservation. 162(1): 76–

88.

Page 86: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

74

KELAYAKAN USAHA PENANGKAPAN TERI YANG BERBASIS DI PPI

SUMUR, KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

Feasibilty of Anchovy Fisheries at Sumur Fish Landing Center, Pandeglang

regency, Banten Province

Ririn Irnawati1,2*, Fahresa Nugraheni Supadminingsih1, Dini Surilayani1, Adi

Susanto1,2, Hery Sutrawan Nurdin1,2, Asep Hamzah1

1 Program Studi Ilmu Perikanan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Jalan Raya Jakarta KM. 4 Pakupatan Serang Banten 2 PUI PT Ketahanan Pangan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Jalan Raya Jakarta KM. 4 Pakupatan Serang Banten

Email: [email protected]; [email protected]; [email protected];

[email protected]; [email protected]; [email protected]

ABSTRACT

Anchovy (Stolephorus sp) is one of the most targeted fish on fishing operation in

PPI Sumur. But the fishing operation in the end of 2018 was obstructed because

afftected by the tsunami of Sunda Strait. Based on these conditions, a study is

needed to assess the feasibility of anchovy fisheries after the tsunami disaster in

Sumur. The study was conducted during June-August 2019 using survey methods.

Data analysis includes calculation of Net Present Value (NPV), Revenue Cost Ratio

(R/C), Payback Period (PP). The results showed that the anchovy capture business

using 3 types of fishing gear consist of bagan badak, bagan congkel, dan bagan

jerigen which is operated in 20 days per month for 8 months of the fishing season.

The feasibility value of anchovy that caught by bagan badak revenue was

Rp11.550.000.000, NPV Rp. 23.637.700.693, R/C 1.75, and PP in 3 months and 8

days. Bagan congkel revenue was Rp.2.520.000.000, NPV Rp.6.061.463.760, R/C

2.35 and PP when the business reaches in10 months and 2 days. Bagan jerigen

revenue was Rp. 1.575.000.000, NPV Rp.1.029.498.488, R/C 1.88 and PP within 2

months and 22 days. The entire of fishing operation bussines of anchovy in PPI

Sumur after the tsunami disaster is feasible to continue with all R/C >1. The biggest

business revenue value and the fastest time to return the investment is bagan badak

fishing gear.

Keywords: Anchovy, bagan badak, bagan jerigen, feasibility, Sumur

ABSTRAK

Ikan teri merupakan salah satu target utama pada kegiatan penangkapan ikan

di PPI Sumur. Usaha penangkapan teri di Sumur sempat terhenti akibat bencana

tsunami Selat Sunda pada Desember 2018. Berdasarkan kondisi tersebut,

diperlukan studi untuk menilai kelayakan usaha penangkapan teri pasca bencana.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha penangkapan teri yang

berbasis di PPI Sumur. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2019 dengan

Page 87: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

75

metode survei. Data yang dikumpulkan meliputi biaya investasi dan operasional,

jumlah hasil tangkapan dan harga ikan. Aspek kelayakan usaha ditentukan

berdasarkan kriteria keuntungan, revenue cost ratio (R/C), net present value (NPV),

dan payback period (PP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha penangkapan

teri di Sumur dilakukan dengan tiga jenis alat tangkap yaitu bagan badak, bagan

congkel, dan bagan jerigen. Nilai kelayakan usaha pada bagan badak diperoleh

penerimaan sebesar Rp. 11,55 milyar, NPV Rp. 22,68 milyar, R/C 2,64, dan PP

selama 2 bulan 6 hari. Bagan congkel memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,52

milyar, NPV Rp. 6,06 milyar, R/C 2,36 dan PP 10 bulan 7 hari. Bagan jerigen

memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,58 milyar, NPV Rp. 1,03 milyar, R/C 1.88

dan PP 2 bulan 24 hari. Keseluruhan usaha penangkapan teri di PPI Sumur pasca

bencana tsunami masih layak untuk diteruskan dengan nilai R/C >1. Nilai

keuntungan bersih terbesar diperoleh dari alat tangkap bagan badak, sementara

waktu PP keseluruhan kurang dari 1 tahun dengan waktu pengembalian investasi

tercepat pada bagan badak.

Kata kunci: bagan badak, bagan jerigen, kelayakan usaha, PPI Sumur, teri

PENDAHULUAN

Ikan teri (Stolephorus sp) merupakan salah satu jenis sumberdaya ikan pelagis

kecil yang memiliki nnilai ekonomis tinggi dan berkontribusi besar terhadap

produksi perikanan di Banten. Potensi sumberdaya ikan teri di Banten berkisar

4.860,39 ton/tahun (Irnawati et al. 2018). Ikan teri umumnya ditangkap dengan alat

tangkap bagan, seperti bagan tetap, bagan apung, stick-held dip net dan bagan

perahu (Susanto et al. 2017).

Salah satu pusat perikanan teri di Provinsi Banten adalah di daerah Sumur

dengan pusat pendaratan ikan berada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sumur.

Penangkapan teri di wilayah Sumur biasa dilakukan dengan alat tangkap bagan

tancap, bagan congkel dan bagan jerigen (Irnawati et al. 2017). Kegiatan

penangkapan ikan teri telah lama berkembang di wilayah ini, hingga menjadi salah

satu pusat produksi perikanan teri terbesar di Kabupaten Pandeglang dan Provinsi

Banten. Kondisi ini didukung oleh perairan Selat Sunda yang menjadi daerah

penangkapan ikan bagi para nelayan Sumur. Perairan Selat Sunda yang merupakan

pertemuan dua massa air dari Laut Jawa dan Samudera Hindia menyebabkan

perairan ini menjadi subur dan menyumbang pengaruh positif terhadap

Page 88: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

76

produktivitas perikanan teri di Sumur dan pesisir Pandeglang hingga Serang

(Irnawati et al. 2018).

Namun bencana tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Desember 2018

menyebabkan kegiatan perikanan teri di daerah Sumur menjadi lumpuh dan terhenti

karena banyak kapal dan alat tangkap bagan yang hancur dan rusak. Belum

pulihnya pasokan bahan perbekalan dan rusaknya tempat-tempat pengolahan teri

juga menjadi alasan kegiatan penangkapan teri belum sepenuhnya bisa dilakukan.

Kegiatan penangkapan teri mulai kembali dilakukan setelah satu hingga tiga bulan

pasca tsunami. Selain itu, pasca tsunami Selat Sunda, berkembang alat tangkap

bagan jenis baru, yang dikenal dengan nama bagan badak.

Berdasarkan kondisi usaha penangkapan ikan teri tersebut maka diperlukan

penelitian mengenai kelayakan usaha penangkapan ikan teri pasca tsunami di

daerah Sumur. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran apakah usaha

penangkapan ikan teri di PPI Sumur masih layak untuk terus dilakukan. Studi

kelayakan usaha akan memberikan arahan apakah investasi pada usaha tersebut

layak untuk dilaksanakan atau tidak (Umar 2003; Ibrahim 2009; Fauzi 2011).

METODE

Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2019 di PPI Sumur, Kabupaten

Pandeglang, Provinsi Banten. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah

survei. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan

pelaku penangkapan ikan teri. Data yang diambil meliputi: biaya investasi, biaya

tetap, biaya variabel, jumlah ikan hasil tangkapan, dan harga ikan.

Analisis kelayakan usaha terhadap kegiatan perikanan teri dilakukan dengan

kriteria keuntungan usaha, revenue cost ratio (R/C), net present value (NPV), dan

payback period (PP) (Hermanto 1998; Kadariah et al. 1999).

(a) Keuntungan Usaha, merupakan besarnya penerimaan setelah dikurangi dengan

biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi.

𝜋 = TR − TC

Page 89: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

77

Dimana:

𝜋 : keuntungan

TR : total penerimaan

TC : total biaya

(b) Revenue Cost ratio (R/C), merupakan perbandingan antara tingkat penerimaan

suatu unit usaha dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan

tersebut,

R/C ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎

(c) Payback period (PP), adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup

kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas.

PP = 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖 +𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑦 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙

𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙

(d) Net Present Value (NPV), merupakan kombinasi antara penerimaan dengan

pengeluaran yang diperoleh selama umur ekonomis usaha.

NPV = ∑𝐶𝐹𝑡(𝑎)

(1+𝐾)𝑡− 𝑙𝑜𝑛

𝑡

Dimana:

CFt : Aliran kas per tahun pada periode t

Io : Nilai investasi awal pada tahun ke 0 (Rp)

K : Suku bunga atau discount rate (%)

HASIL

Kegiatan penangkapan ikan teri yang berbasis di PPI Sumur dilakukan

dengan bagan perahu dan bagan apung, seperti disajikan pada Gambar 1. Terdapat

dua jenis bagan perahu, yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama bagan

congkel dan bagan badak, keduanya menggunakan kapal berukuran 30 GT. Bagan

congkel memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi sebesar 17 x 17 x 20 m,

sedangkan bagan badak 35 x 35 x 20 m. Sementara bagan apung (dikenal dengan

sebutan bagan jerigen) merupakan bagan rakitan dari bambu dan kayu dengan

jerigen sebagai alat bantu apung, memiliki ukuran 5 x 5 x 15 m.

Page 90: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

78

(a) Bagan perahu (b) bagan apung

Gambar 1. Bagan perahu dan bagan apung di Sumur.

Kelayakan usaha dari kegiatan penangkapan ikan teri di PPI Sumur dihitung

berdasarkan kondisi aktual, dimana biaya dan penerimaan dari masing-masing alat

tangkap dihitung berdasarkan nilai rata-ratanya. Biaya investasi, biaya variabel dan

penerimaan dari masing-masing alat tangkap disajikan pada Tabel 1, 2 dan 3. Hasil

analisis kelayakan usaha penangkapan ikan teri disajikan pada Tabel 1. Hasil

analisis kelayakan usaha menunjukkan secara finansial usaha penangkapan ikan teri

di wilayah Sumur masih layak untuk terus diusahakan, dan masih menguntungkan

untuk berinvestasi.

Tabel 1. Biaya investasi bagan perahu dan bagan apung di PPI Sumur

Komponen Biaya Investasi Biaya (Rp)

Bagan Perahu (Bagan Badak)

1. Kapal 800.000.000

2. Alat tangkap ukuran 35 x 35 x 20 m 250.000.000

3. Mesin kapal 80 HP 85.000.000

4. Genset 5.000 Watt (2 buah) 170.000.000

5. Tris 600 buah @6.000 3.600.000

6. Lampu 40 buah 50.000.0000

Total biaya investasi bagan badak 1.358.600.000

Bagan Perahu (Bagan Congkel)

1. Kapal 800.000.000

2. Alat tangkap ukuran 17 x 17 x 20 m 130.000.000

3. Mesin kapal 80 HP 85.000.000

Page 91: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

79

4. Genset 5.000 Watt (2 buah) 170.000.000

5. Tris 300 buah @6.000 1.800.000

6. Lampu 22 buah 30.000.000

Total biaya investasi bagan congkel 1.216.800.000

Bagan Apung (Bagan Jerigen)

1. Kapal 60.000.000

2. Alat tangkap ukuran 5 x 5 x 15 m 60.000.000

3. Mesin kapal 5 PK 35.000.000

4. Genset 1.000 Watt (2 buah) 7.000.000

5. Lampu 10 buah 8.000.0000

Total biaya investasi bagan jerigen 170.000.000

Tabel 2. Biaya operasional bagan perahu dan bagan apung di PPI Sumur

Komponen Biaya Operasional Biaya (Rp)

Bagan Perahu (Bagan Badak)

Perbekalan Musim Puncak (per trip 20 hari)

1. BBM Genset 200 Liter x Rp. 10.000 x 20 hari 40.000.000

2. Ransum ABK 18 orang x Rp. 50.000 x 20 hari 18.000.000

3. Es balok 20 x Rp. 30.000 x 20 hari 12.000.000

4. Pelumas Rp. 250.000/minggu x 4 1.000.000

Jumlah perbekalan per bulan 71.000.000

Total Perbekalan musim puncak (2 bulan) 142.000.000

Perbekalan Musim Biasa (per trip 20 hari)

1. BBM Genset 200 Liter x Rp. 10.000 x 20 hari 40.000.000

2. Ransum ABK 16 orang x Rp. 50.000 x 20 hari 16.000.000

3. Es balok 20 x Rp. 30.000 x 20 hari 12.000.000

4. Pelumas Rp. 250.000/minggu x 4 1.000.000

Jumlah perbekalan per bulan 69.000.000

Total Perbekalan musim biasa (6 bulan) 414.000.000

Total Perbekalan bagan badak 556.000.000

Bagan Perahu (Bagan Congkel)

Perbekalan Musim Puncak (8 trip/bulan)

1. BBM Genset 100 Liter x Rp. 10.000 x 8 trip x 2 bulan 16.000.000

2. Ransum ABK 12 orang x Rp. 50.000 x 8 trip x 2 bulan 9.600.000

3. BBM kapal 100 L x Rp. 10.000 x 8 trip x 2 bulan 16.000.000

Total Perbekalan musim puncak (2 bulan) 41.600.000

Page 92: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

80

Perbekalan Musim Biasa (6 trip/bulan)

1. BBM Genset 100 Liter x Rp. 10.000 x 6 trip x 6 bulan 36.000.000

2. Ransum ABK 12 orang x Rp. 50.000 x 6 trip x 6 bulan 21.600.000

3. BBM kapal 100 L x Rp. 10.000 x 6 trip x 6 bulan 36.000.000

Total Perbekalan musim biasa (6 bulan) 93.600.000

Total Perbekalan bagan congkel 135.200.000

Bagan Apung (Bagan Jerigen)

Perbekalan Musim Puncak (20 hari/bulan)

1. BBM Genset 30 Liter x Rp. 10.000 x 20 hari x 2 bulan 12.000.000

2. Ransum ABK 6 orang x Rp. 200.000 x 20 hari x 2 bulan 48.000.000

3. BBM kapal 7,5 L x Rp. 10.000 x 20 hari x 2 bulan 3.000.000

Total Perbekalan musim puncak (2 bulan) 63.000.000

Perbekalan Musim Biasa (20 hari/bulan)

1. BBM Genset 30 Liter x Rp. 10.000 x 20 hari x 6 bulan 36.000.000

2. Ransum ABK 6 orang x Rp. 200.000 x 20 hari x 6 bulan 144.000.000

3. BBM kapal 7,5 L x Rp. 10.000 x 20 hari x 6 bulan 9.000.000

Total Perbekalan musim biasa (6 bulan) 189.000.000

Total Perbekalan bagan jerigen 252.000.000

Tabel 3. Penerimaan bagan perahu dan bagan apung di PPI Sumur

Komponen Penerimaan Biaya (Rp)

Bagan Perahu (Bagan Badak)

Musim Puncak (250 tris/hari @15 kg = 3.750 kg)

3.750 kg x Rp. 35.000 x 20 hari x 2 bulan 5.250.000.000

Musim Biasa (100 tris/hari @15 kg = 1.500 kg)

1.500 kg x Rp 35.000 x 20 hari x 6 bulan 6.300.000.000

Total penerimaan bagan badak 11.550.000.000

Bagan Perahu (Bagan Congkel)

Musim Puncak (120 tris/hari @15 kg = 1.800 kg)

1.800 kg x Rp. 35.000 x 8 trip x 2 bulan 1.008.000.000

Musim Biasa (80 tris/hari @15 kg = 1.200 kg)

1.200 kg x Rp 35.000 x 6 trip x 6 bulan 1.512.000.000

Total penerimaan bagan congkel 2.520.000.000

Bagan Apung (Bagan Jerigen)

Page 93: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

81

Musim Puncak (30 tris/hari @15 kg = 450 kg)

450 kg x Rp. 35.000 x 20 hari x 2 bulan 630.000.000

Musim Biasa (15 tris/hari @15 kg = 225 kg)

225 kg x Rp 35.000 x 20 hari x 6 bulan 945.000.000

Total penerimaan bagan jerigen 1.575.000.000

Tabel 4. Hasil kelayakan usaha penangkapan teri di Sumur

No. Kriteria (Rp) Bagan Badak Bagan Congkel Bagan Jerigen

1. Investasi 1.358.600.000 1.216.800.000 170.000.000

2. Biaya Tetap

Perawatan 66.600.000 67.500.000 138.000.000

Penyusutan 169.100.000 139.000.000 77.800.000

Perijinan 3.500.000 3.000.000 175.000

Total biaya tetap 239.200.000 209.500.000 215.975.000

3. Biaya Variabel

Operasional 556.000.000 135.200.000 252.000.000

Gaji ABK 3.584.933.333 725.100.000 369.008.333

Total biaya variabel 4.140.933.333 860.300.000 621.008.333

Total Biaya 4.380.133.333 1.069.800.000 836.983.333

4. Penerimaan

Musim Puncak 5.250.000.000 1.008.000.000 630.000.000

Musim Biasa 6.320.000.000 1.512.000.000 945.000.000

Total penerimaan 11.550.000.000 2.520.000.000 1.575.000.000

5. Keuntungan bersih 7.169.866.667 1.450.200.000 738.016.667

6. NPV 22.675.905.100 6.061.463.760 1.029.498.488

7. R/C 2,64 2,36 1,88

8. PP 2 bulan 6 hari 10 bulan 7 hari 2 bulan 24 hari

Jika dilihat dari keuntungan dari usaha penangkapan ikan teri yang dilakukan,

maka semua usaha penangkapan teri dengan bagan tersebut masih menguntungkan,

karena penerimaan yang diperoleh masih lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Hasil analisis perbandingan penerimaan dan biaya (R/C) menunjukkan semua jenis

bagan masih menguntungkan karena semuanya bernilai lebih dari satu (R/C > 1).

Periode pengembalian investasi dari semua jenis bagan kurang dari satu tahun, yang

berarti usaha penangkapan teri masih menguntungkan untuk dilakukan karena

Page 94: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

82

pengembalian modal investasi dapat lebih cepat dilakukan. Hasil perhitungan NPV

semua jenis bagan lebih besar dari nol, yang berarti usaha penangkapan teri yang

dilakukan menghasilkan tingkat keuntungan sehingga layak untuk diteruskan.

Tingkat keuntungan terbesar (NPV) diperoleh bagan badak, dan tingkat keuntungan

(NPV) yang paling kecil adalah bagan jerigen.

PEMBAHASAN

Kegiatan penangkapan ikan teri yang berbasis di PPI Sumur dilakukan

dengan bagan perahu dan bagan apung. Bagan perahu di wilayah Sumur dikenal

dengan nama bagan congkel, dimana alat tangkap menyatu dengan kapalnya.

Adapula bagan badak, yang merupakan modifikasi dari bagan congkel, karena

ukurannya yang besar (dua kali lipat bagan congkel) maka disebut bagan badak.

Bagan congkel memiliki jaring di salah satu sisi kapal, sedangkan pada bagan badak

jaring ada di kedua sisinya. Bagan badak merupakan jenis bagan baru, yang

berkembang dengan pesat pasca bencana tsunami Selat Sunda pada Desember

2018. Bagan congkel dan bagan badak keduanya memiliki ukuran kapal yang sama

yaitu 30 GT, hanya ukuran alat tangkap, jumlah lampu dan tris (keranjang tempat

menampung ikan teri) saja yang berbeda (Tabel 1). Lama trip bagan congkel rata-

rata 6 trip setiap bulan dan saat musim puncak sebanyak 8 trip per bulan, dengan

waktu operasi per trip berkisar 2-4 hari tergantung jumlah ikan hasil tangkapan.

Jumlah trip operasi bagan badak 20 hari setiap bulannya, seperti yang disajikan

pada Tabel 2.

Sedangkan bagan apung dikenal dengan nama bagan jerigen, karena

menggunakan jerigen sebagai alat apungnya. Konstruksinya hanya berupa alat

tangkap bagan saja, tidak menyatu dengan kapal. Kapal hanya digunakan untuk

membawa bagan apung ke menuju dan kembali dari daerah penangkapan ikan, serta

mengangkut ikan hasil tangkapan ke darat. Jumlah trip bagan apung ini sama

dengan bagan badak, yaitu 20 hari/bulan.

Nilai investasi yang paling besar pada bagan perahu (bagan badak dan bagan

congkel) adalah untuk pembelian kapal, disusul alat tangkap dan genset. Sedangkan

Page 95: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

83

untuk bagan apung, nilai investasi terbesar adalah untuk pembelian kapal dan alat

tangkap, seperti yang disajikan pada Tabel 1. Prasetyo et al. (2016) menyatakan

modal investasi merupakan pondasi dalam membangun usaha, termasuk usaha

kapal penangkapan. Besarnya biaya investasi disesuaikan dengan target tangkapan,

lokasi, alat tangkap dan kapasitas anak buah kapal yang diperlukan untuk

pengoperasian alat tangkap.

Investasi usaha penangkapan teri di Sumur dilakukan oleh perorangan

maupun beberapa orang. Nilai investasi terbesar dibutuhkan untuk pembelian kapal.

Jika dilihat dari besaran nilai investasi seperti yang disajikan pada Tabel 1, nilai

investasi antara bagan badak dan bagan congkel hanya selisih Rp. 141,8 juta. Hal

ini karena kapal dan mesin untuk bagan badak dan bagan congkel sama, yang

membedakan hanya ukuran alat tangkap, jumlah tris dan lampu saja (Tabel 1).

Besarnya biaya variabel bergantung pada jumlah trip operasi penangkapan.

Jumlah trip penangkapan bagan badak dan bagan jerigen selama 20 kali/bulan

dengan 2 bulan musim puncak dan 6 bulan musim biasa. Sementara jumlah trip

bagan congkel berkisar 6-8 kali/bulan dengan musim puncak selama 2 bulan dan 6

bulan musim biasa. Kegiatan penangkapan biasanya pada bulan Mei-Desember

dengan musim puncak terjadi pada September dan Oktober.

Biaya operasional pada bagan badak jauh lebih tinggi jika dibandingkan

dengan bagan congkel. Hal ini dikarenakan bagan badak memiliki waktu

operasional (lama trip) yang lebih lama dibandingkan bagan congkel. Bagan badak

melakukan operasi penangkapan selama 20 hari berturut-turut dalam sebulan, yang

berarti akan mengakibatkan tingginya biaya operasional untuk bahan bakar minyak

dan ransum ABK. Sedangkan untuk bagan congkel dalam satu bulan hanya

melakukan 6-8 trip dengan lama setiap trip berkisar 2-4 hari. Hal ini diduga karena

masih adaptasi dengan kondisi pasca bencana tsunami, sehingga waktu melaut

belum optimal. Biaya operasional bagan jerigen lebih tinggi jika dibandingkan

dengan bagan congkel, hal ini karena bagan congkel operasinya oneday fishing

dengan lama trip 20 kali/bulan. Ini menyebabkan biaya operasional yang

Page 96: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

84

dikeluarkan menjadi tinggi akibat adanya biaya solar dan ransum ABK selama 20

hari berturut-turut.

Menurut Luhur dan Sari (2012), biaya pembelian solar menjadi komponen

terbesar dalam biaya operasional penangkapan ikan. Bagan badak menghabiskan

biaya solar untuk genset lebih besar dibandingkan dengan operasi penangkapan

dikarenakan lokasi penangkapan yang tidak berubah. Menurut Rahmawati et al.

(2017), berubahnya daerah penangkapan akan meningkatkan konsumsi BBM yang

akan merubah biaya variabel efisiensi dan efektifitas penggunaan bahan bakar.

Penerimaan usaha penangkapan dipengaruhi oleh jumlah produksi ikan dan

harga komoditas ikan (Ningsih et al. 2013). Jumlah produksi ikan di perairan Selat

Sunda masih dipengaruhi oleh musim puncak penangkapan yang berlangsung

selama 2 bulan yaitu pada bulan September-Oktober, musim biasa penangkapan

selama 6 bulan dan 4 bulan merupakan musim paceklik. Hal tersebut dipengaruhi

oleh faktor gelombang laut yang tidak mendukung untuk melakukan operasi

penangkapan. Irnawati et al. (2018) menyatakan musim puncak penangkapan teri

di Selat Sunda terjadi pada bulan April dan Juni-September. Jumarang dan Ningsih

(2013) menyatakan musim penangkapan di Selat Sunda dipengaruhi oleh angin

monsoon.

Produksi ikan teri oleh nelayan biasa dihitung dengan banyaknya jumlah

keranjang atau tris, dengan kapasitas rata-rata teri basah 15 kg/keranjang atau setara

ikan teri kering sebesar 7 kg/keranjang. Produksi ikan teri (teri basah) saat musim

puncak untuk bagan badak bisa mencapai 3,75 ton/hari dan 1,5 ton/hari pada musim

biasa. Pengambilan hasil tangkapan untuk bagan jerigen dan bagan badak dilakukan

oleh kapal angkut (palele) setiap hari.

Pengoperasian bagan congkel dalam sebulan dapat mencapai 6-8 trip/bulan

dengan produksi teri rata-rata sebanyak 1,8 ton/hari pada musim puncak dan pada

musim biasa 1,2 ton/hari teri basah. Bagan jerigen mampu memperoleh 450 kg/hari

saat musim puncak dan 200 kg/hari teri basah saat musim biasa. Harga teri basah

yang dijual sebesar Rp.35.000 ke kapal penganak (kapal angkut/palele) untuk

Page 97: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

85

selanjutnya diolah menjadi teri kering. Menurut Amrain et al. (2015), perhitungan

analisis usaha penangkapan bagan jumlah trip dihitung pada saat menangkap ikan.

Fluktuasi ikan hasil tangkapan dapat diakibatkan oleh beberapa hal,

diantaranya jumlah dan efisiensi unit penangkapan ikan, lamanya operasi nelayan,

kelimpahan ikan yang akan ditangkap serta keadaan lingkungan seperti suhu,

salinitas, arus dan curah hujan (Takril, 2008). Selain itu, kapasitas alat tangkap dan

jumlah trip penangkapan menentukan produksi ikan, dimana jumlah trip dan

kapasitas alat tangkap menangkap terbesar pada bagan badak.

Alam et al. (2017) menyatakan bahwa hasil tangkapan musim puncak per hari

untuk bagan cukup tinggi, sehingga bagan teri mampu menghasilkan produksi

tinggi di setiap tripnya. Faktor lainnya berupa harga ikan untuk setiap wilayah dapat

berbeda bergantung kelimpahan ikan. Apabila ikan melimpah pada satu jenis ikan

biasanya harga akan turun dan sebaliknya. Menurut Wasahua dan Lukman (2016),

musim dapat mempengaruhi banyaknya ikan hasil tangkapan serta harga ikan dapat

sama atau berbeda tiap musimnya. Namun kondisi harga tersebut tidak terjadi di

wilayah Sumur, dimana harga teri pada setiap musim sama. Harga teri wilayah

Sumur dihargai sebesar Rp.35.000/kg. Harga yang ditawarkan di Sumur sama

setiap musimnya karena ikan teri yang dihasilkan termasuk kualitas ekspor.

Biaya perawatan pada bagan jerigen memiliki nilai paling tinggi diantara jenis

bagan yang lain (Tabel 4). Hal ini dikarenakan bagan jerigen memerlukan

perawatan setiap enam bulan sekali, berupa penggantian tiang dan kayu-kayu akibat

pelapukan. Ini menandakan bagan jerigen memiliki umur ekonomis yang lebih

pendek dibandingkan jenis bagan yang lain. Umur pakai bagan jerigen hanya

berkisar satu tahun, sehingga pada tahun berikutnya harus dilakukan pembuatan

alat tangkap baru, yang berarti investasi baru. Umur ekonomis untuk bagan badak

dan bagan congkel mampu mencapai 10 tahun usaha.

Penilaian bahwa usaha menguntungkan dapat dilihat dengan positifnya nilai

NPV. Penilaian NPV merupakan perbandingan nilai peneriman dengan pengeluaran

yang dihitung pada faktor suku bunga 15%. Nilai NPV terbesar ada pada usaha

bagan badak dimana keuntungan bersih paling tinggi. Menurut Ismail et al. (2013),

Page 98: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

86

apabila nilai NPV positif maka suatu usaha dikatakan menguntungkan dan

sebaliknya.

Kriteria kelayakan suatu usaha juga dapat dilihat dengan nilai R/C, yaitu

perbandingan penerimaan dengan total pengeluaran. Kriteria R/C dikatakan layak

apabila nilainya >1. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai R/C seperti yang disajikan

pada Tabel 4, maka ketiga usaha penangkapan teri di Sumur tersebut masih layak

untuk diteruskan. Seluruh kegiatan usaha penangkapan teri memperlihatkan bahwa

besarnya nilai pendapatan melebihi biaya pengeluaran untuk produksi. Menurut

Tibrani dan Sofyani (2010), pada analisis usaha keramba apung dengan nilai R/C

rasio >1 menunjukkan bahwa usaha tersebut layak. Kelayakan usaha menunjukkan

bahwa usaha penangkapan dapat dilanjutkan. Menurut Foeh dan Tuera (2014), jika

suatu usaha menunjukkan layak (feasible) maka dalam pelaksanaannya akan jarang

mengalami kegagalan.

Kelayakan usaha penangakapan tersebut diperlukan pertimbangan lamanya

pengambalian investasi dari keuntungan bersih yang didapat (payback period).

Menurut Hapsari (2012), payback period dari suatu investasi dapat

menggambarkan lamanya waktu yang diperlukan agar dan yang tertanam pada

suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Keseluruhan perhitungan

payback period bagan untuk menangkap teri di Sumur dalam waktu kurang dari 1

tahun. Perhitungan payback period tercepat yaitu pada alat tangkap bagan badak

dengan biaya investasi Rp. 1,36 milyar akan kembali dalam waktu 2 bulan 6 hari.

Disusul bagan jerigen dan terakhir bagan congkel. Kecepatan pengembalian biaya

investasi bagan badak ini dikarenakan mampu memperoleh penerimaan besar

dengan harga ikan teri yang stabil serta jumlah trip tangkapan besar sehingga

memperoleh keuntungan hingga Rp. 7,17 milyar/tahun (Tabel 4). Bagan jerigen

juga memiliki kecepatan pengembalian yang hampir sama dengan bagan badak,

yaitu dua bulan 24 hari. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perikanan bagan di

Sumur memiliki prospek yang baik untuk terus dikembangkan. Berdasarkan studi

usaha kelayakan bagan apung oleh Mirawati (2015), waktu pengembalian kas

bersih usaha bagan kurang dari satu tahun. Usaha ini cukup menjanjikan, alat

Page 99: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

87

tangkap mampu memperoleh volume ikan yang besar, harga komoditas di pasaran

tinggi serta biaya pengeluaran untuk perbekalan ABK relatif sedikit.

Kriteria kelayakan dipilih dari masa pengembalian investasi yang tercepat,

dengan asumsi bahwa modal investasi yang telah dikembalikan tersebut dapat

ditanam lagi dalam usaha. Hal tersebut menurut Indradi et al. (2013) dimaksudkan

untuk mampu meningkatkan nilai keuntungan/benefit hingga usaha berakhir,

keuntungan modal investasi dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi lain yang

lebih produktif dan menguntungkan.

KESIMPULAN

Kegiatan usaha penangkapan teri dengan bagan perahu (bagan badak dan

bagan congkel) dan bagan apung (bagan jerigen) yang berbasis di PPI Sumur masih

menguntungkan dan layak untuk diteruskan, dengan melihat nilai NPV positif, R/C

>1 dan payback period kurang dari 1 tahun.

UCAPAN TERIMA KASIH

Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa (Untirta) dan Islamic Development Bank (IsDB) yang telah mendanai

penelitian ini melalui Hibah Penelitian Perguruan Tinggi “The Development of

Sultan Ageng Tirtayasa University as Center of Excellence in Food Security for

Nation Competitiveness”, serta UPT PPI Sumur dan masyarakat nelayan bagan

perahu dan bagan apung di PPI Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

DAFTAR PUSTAKA

Alam AG, Sardiyatmo, Ayunita DNND. 2017. Analisis Kelayakan Usaha

Perikanan Tangkap Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

Karangantu Serang Banten. Journal of fisheries resources utilization

management and technology. 6(3): 106-114.

Page 100: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

88

Amrain F, Olii AH, Baruwadi ASR. 2015. Produktivitas dan Kelayakan Usaha

Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kawandang Kabupaten

Gorontalo Utara. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3(4): 147-151.

Fauzi A. 2011. Model Pengelolaan Perikanan Tangkap di Kawasan Selat Bali

[Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

FoEh JEHJ dan Tuera RT. 2014. Investasi Penangkapan Ikan Tuna Semi Modern

oleh PT Serena Marine di Perairan Sulawesi Utara. Manajemen IKM journal.

9(1): 38-53.

Hapsari TD. 2012. Bahan Ajar Manajemen Operasi Penangkapan Ikan. Semarang:

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNDIP.

Hermanto F.1998. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Bumi Aksara

Ibrahim J. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta

Indradi S, Wijayanto D, Yulianto T dan Suroto S. 2013. Analisis Kelayakan Usaha

Perikanan Laut Kabupaten Kendal. Jurnal Saintek Perikanan. 8(2): 52-56.

Irnawati R, Rahmawati R, Munandar A, Surilayani D. 2017. Analisis Potensi dan

Pemetaan Lokasi Basis Perikanan Teri dalam Mewujudkan Ketahanan

Pangan Perikanan di Provinsi Banten [Laporan Penelitian]. Serang:

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Irnawati R, Suriliyani D, Susanto A, Munandar A, Rahmawati A. 2018. Potential

Yield and Fishing Season of Anchovy (Stolephorus sp) in Banten. AACL

Bioflux. 11(3): 804-809.

Jumarang M I dan Ningsih NS. 2013. Transport Masa Air di Selat Sunda akibat

ENSO, Monsoon and Dipole mode. Prosiding Semirata FMIPA Universitas

Lampung. Hal 409-415.

Kadariah, Karlina L, dan Gray C. 1999. Evaluasi Proyek: Analisa Ekonomis. Edisi

2. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 184

hlm.

Luhur ES dan Sari YD. 2012. Dampak Subsidi Terhadap Keberlanjutan Usaha

Perikanan Tangkap di Bitung dan Palabuhanratu. Jurnal Sosial Ekonomi

Kelautan dan Perikanan. (2): 139-151.

Page 101: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

89

Mirawati. 2015. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Bagan Apung di Desa

Bontosunggu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Selayar [Skripsi]. Makassar:

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. 80 hlm.

Ningsih RS, Mudzakir AK, Rosyid A. 2013. Analisis Kelayakan Finansial Usaha

Perikanan Payang Jabur (Boat Seine) di Pelabuhan Perikanan Pantai

Asemdoyong Kabupaten Pemalang. Journal of Fisheries Resources

Utilization Management and Technology. (3): 223-232.

Prasetyo A B, Hapsari T D dan Setiyanto I. 2016. Analisisi Kelayakan Finansial

Usaha Penangkapan Ikan dengan Kapal Purse Seine Berpendingin Freezer

Dibandingkan Es di PPP Bajomulyo Juwana Kabupaten Pati. Jurnal PENA

Akuatik. 14(1): 36-58.

Rahmawati E, Irnawati R, Rahmawati A. 2017. Kelayakan Usaha Bagan Perahu

yang Berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu Provinsi

Banten. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 7(1): 40-49.

Susanto A, Irnawati R, Mustahal, Syabana MA. 2017. Fishing efficiency of LED

Lamps for Fixed Lift Net Fisheries in Banten Bay Indonesia. Turkish Journal

of Fisheries and Aquatic Sciences. 17: 283-291.

Takril. 2008. Kajian Pengembangan Perikanan Bagan Perahu di Polewali,

Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat [Tesis]. Bogor: Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tibrani dan Sofyani T. 2010. Pengorganisasian dan Analisis Usaha Perikanan

Keramba di Waduk PLTA Koto Panjang Kabupaten Kampar. Jurnal

Penelitian. 38(1): 1-117.

Umar H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Metode dan Kasus. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Wasahua J dan Lukman E. 2016. Analisis Kelayakan Finansial Perikanan Tangkap

Ikan Pelagis Besar di Desa Tial Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku

Utara. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan. 9(2): 30-33.

Page 102: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

90

LAJU TANGKAP, KARAKTERISTIK BIOLOGI DAN STATUS

PEMANFAATAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) DI

PERAIRAN PATI

Catch Rate, Biological Characteristic And Exploitation Rate Of Blue Swimming

Crab (Portunus Pelagicus Linnaeus, 1758)

In Pati Waters

Oleh:

Tirtadanu*1, Tri Ernawati1 dan Heri Widiyastuti1

1Balai Riset Perikanan Laut, Kompl. Raiser Jl. Raya Bogor KM. 47 Nanggewer Mekar,

Cibinong, Bogor. *Korespondensi penulis : Tirtadanu, Email : [email protected]

ABSTRACT

Catch rate, biological characteristic and exploitation rate of blue swimming crab

(Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) in Pati Waters was important study for

determining the sustainable management of blue swimming crab. The aimed of this

study was to study the catch rate, biological characteristic and exploitation rate of

blue swimming crab as the basis study for formulating the sustainable management

in Pati Waters. This research was conducted on March-September 2017 in some

landing areas of blue swimming crab. Catch per trip of traps and gillnet vessel was

used for determaining the catch rate. Exploitation status including exploitation rate

and spawning potential ratio were determined by analytical model that was based

on the movement of the monthly mode length, the mortality paramaters and the

proportion of the length distribution. The results showed that the catch rate of P.

pelagicus by traps (Mean CPUE=9,8±0,6 kg/trip) was higher that the catch rate of

P. pelagicus by gillnet (2,4±0,08 kg/trip). The peak of catch rate for P. pelagicus

by traps and gillnet was found in July and August. The size of P. pelagicus ranged

between 80 to 170 mmCW and the growth of weights was faster than the growth of

its carapace width. Based on the size of captured crabs, the traps gear was more

selective than gillnet that the length at first captured (Lc) of P. pelagicus by traps

was bigger than the length at first captured of P. pelagicus by gillnet (Lc

traps=129,6 mmCW; Lc Jaring=120,3 mmCW). The length at first maturity was

113 mmCW. P. pelagicus was the fast-growing species by the growth rate of 1,44

year-1 for male and 1,26 year-1 for female. The exploitation status of P. pelagicus

in Pati Waters was fully exploited based on the spawning potential ratio of 28%

and exploitation rate (E) of 0,63-0,75. The recommendation from this research was

to continue the fishing without increasing its quota until reaching the SPR target of

30% following by the yearly evaluation study of its stock in Pati waters.

Keywords: fully exploited; Portunus pelagicus; spawning potential ratio

Page 103: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

91

ABSTRAK

Laju tangkap, karakteristik biologi dan tingkat pemanfaatan rajungan (Portunus

pelagicus Linnaeus, 1758) di perairan Pati merupakan kajian penting dalam

merumuskan strategi pengelolaan perikanan rajungan yang berkelanjutan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju tangkap, karakteristik biologi dan

tingkat pemanfaatan rajungan sebagai dasar dalam merumuskan pengelolaan

perikanan rajungan yang berkelanjutan di Pati. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Maret-September 2017 di beberapa area pendaratan rajungan di Pati. Penentuan laju

tangkap menggunakan hasil tangkapan per trip armada bubu dan jaring. Penentuan

status pemanfaatan meliputi tingkat pemanfaatan dan estimasi rasio pemijahan

menggunakan metode analitik berdasarkan pergeseran modus panjang bulanan,

parameter kematian dan proporsi sebaran panjang. Hasil penelitian menunjukkan

laju tangkap (CPUE) rajungan oleh bubu (Mean CPUE=9,8±0,6 kg/trip) lebih

tinggi dibandingkan rata-rata laju tangkap rajungan oleh jaring (Mean

CPUE=2,4±0,08 kg/trip). Puncak laju tangkap P. pelagicus dengan bubu dan jaring

ditemukan pada bulan Juli dan Agustus. Ukuran rajungan yang tertangkap berkisar

antara 80-170 mmCW dan pertambahan beratnya lebih cepat dibandingkan dengan

pertambahan lebar karapasnya. Armada bubu tergolong lebih selektif dibandingkan

jaring berdasarkan ukuran rajungan yang tertangkap di Pati di mana ukuran rata-

rata pertama kali tertangkap rajungan (Lc) oleh bubu lebih besar dibandingkan

jaring (Lc Bubu=129,6 mmCW; Lc Jaring=120,3 mmCW). Ukuran rata-rata

pertama kali matang gonad P. pelagicus sebesar 113 mmCW. Laju pertumbuhan

(K) P. pelagicus tergolong cepat sebesar 1,44 tahun-1 pada jantan dan 1,26 tahun-1

pada betina. Status pemanfaatan P. pelagicus di perairan Pati saat ini berada pada

kondisi fully exploited berdasarkan rasio potensi pemijahan sebesar 28% dan

tingkat pemanfaatan (E) sebesar 0,63-0,75. Pengelolaan yang disarankan adalah

tidak melakukan penambahan upaya hingga SPR target 30% dapat tercapai disertai

studi rutin terkait evaluasi stok rajungan di perairan Pati.

Kata Kunci : fully exploited; Portunus pelagicus; rasio potensi pemijahan

PENDAHULUAN

Rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) merupakan salah satu

komoditas perikanan unggulan di Laut Jawa di mana produksi rajungan di Wilayah

Pengelolaan Perikanan (WPP) 712 dilaporkan sebesar 46.956 ton di tahun 2016

(DJPT, 2017). Status pemanfaatan rajungan di Laut Jawa berdasarkan KEPMEN

NO. 50/KEPMEN-KP/2017 telah lebih tangkap (overexploited) sehingga

disarankan untuk melakukan pengurangan upaya penangkapan. Salah satu lokasi

pengusahaan rajungan di Laut Jawa berada di perairan Pati.

Page 104: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

92

Penangkapan rajungan di perairan Pati yang dilakukan secara terus-menerus

tanpa pengelolaan yang tepat dapat menyebabkan penurunan stok dan mengancam

keberlanjutannya. Informasi yang diperlukan dalam merumuskan pengelolaan yang

berkelanjutan adalah kajian laju tangkap, karakteristik biologi dan tingkat

pemanfaatannya. Penelitian Ernawati et al. (2015) menyebutkan tingkat

pemanfaatan rajungan di Pati pada tahun 2013 telah lebih tangkap (overfishing).

Evaluasi dan informasi terkini terkait status pemanfaatan rajungan perlu dilakukan

untuk menghidari kepunahan stok akibat tekanan penangkapan yang telah

overfishing.

Beberapa penelitian pemanfaatan rajungan di beberapa lokasi di Laut Jawa

telah dilaporkan terkait dengan selektivitas alat tangkap dan biologi populasi

rajungan. Penelitian Nuraini et al., (2009) di teluk Jakarta menunjukkan alat

tangkap bubu dan jaring lebih selektif dibandingkan arad dan sero dalam

menangkap rajungan dewasa. Penelitian Hufiadi (2017) menyebutkan alat tangkap

bubu merupakan alat tangkap yang paling selektif dalam menangkap rajungan di

Cirebon. Penelitian terkait biologi populasi rajungan telah dilaporkan oleh

Ernawati et al., (2014) di Pati di mana peluang rekrutmen rajungan di Pati tergolong

tinggi dengan rata-rata rajungan yang tertangkap masih sempat melakukan

pemijahan. Informasi laju tangkap dan status pemanfaatan terkini pada tulisan ini

dapat melengkapi informasi pada beberapa penelitian sebelumnya yang telah

dilaporkan dan sebagai evaluasi terhadap pengusahaan perikanan yang telah

dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju tangkap, karakteristik

biologi dan tingkat pemanfaatan rajungan di perairan Pati.

METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-September 2017 di beberapa

daerah pendaratan rajungan di Pati yaitu di kawasan Banyutowo dan Alasdowo.

Daerah penangkapan rajungan berada di daerah yang tidak jauh dari pantai untuk

alat tangkap jaring dan perairan tengah untuk alat tangkap bubu (Gambar 1).

Page 105: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

93

Penelitian yang dilakukan meliputi pencatatan hasil tangkapan armada bubu dan

jaring pada tiap trip penangkapan dan pengukuran biometrik rajungan.

Gambar 1. Daerah penangkapan rajungan (Portunus pelagicus) dengan bubu dan

jaring di perairan Pati.

Analisis data yang dilakukan meliputi laju tangkap armada bubu dan jaring

dan jumlah trip penangkapan, sebaran ukuran, hubungan lebar-berat, selektivitas

dan ukuran rata-rata pertama kali matang gonad, pertumbuhan dan tingkat

pemanfaatan. Laju tangkap atau catch per unit effort (CPUE) dianalisis berdasarkan

hasil tangkapan tiap kapal pada tiap trip (Sparre & Venema, 1992). Korelasi antara

alat tangkap yang digunakan terhadap laju tangkap menggunakan uji korelasi

Pearson dan perbandingan rata-rata hasil tangkapan bubu dan jaring menggunakan

uji ANOVA dan kemudian dibandingkan dengan diagram boxplot. Rata-rata laju

tangkap tiap bulan dianalisis dan ditampilkan dengan diagram batang.

Page 106: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

94

Analisis sebaran ukuran disajikan dalam bentuk grafik batang antara lebar

karapas dengan proporsi jumlah sampel yang diperoleh. Hubungan lebar-berat

rajungan mengikuti hukum kubik (King, 1995) yaitu:

W = aLb ……………………………………………………………..(1)

dengan W = berat (gram); L= lebar karapas rajungan (mm) dan a,b = konstanta.

Ukuran rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) rajungan dengan jaring dan

bubu dan ukuran rata-rata pertama kali matang gonad rajungan (Lm) betina

diperoleh berdasarkan fungsi logistik (Sparre and Venema, 1992; King, 1995).

Pertumbuhan diduga menggunakan model pertumbuhan von Bertalanffy (Sparre &

Venema, (1992) :

𝐿𝑡 = 𝐿∞[1 − 𝑒−𝑘(𝑡−𝑡0)]…………………………………………………...(2)

Lt adalah lebar karapas rajungan saat umur t, L∞ adalah lebar karapas maksimum

secara teoritis (lebar karapas asimptotik), K adalah koefisien pertumbuhan dan t0

adalah umur teoritis saat lebar karapas rajungan nol. Parameter pertumbuhan

meliputi lebar karapas asimptotik (L∞) dan laju pertumbuhan (K) diestimasi dengan

program ELEFAN I dalam program FISAT II (Gayanilo et al., 2005). Umur pada

saat sebelum memasuki perikanan (t0) diduga berdasarkan persamaan Pauly (1983):

Log (-t0) = -0,3922 – 0,2752 log (L∞) – 1,038 log (K)…………………….(3)

Laju mortalitas meliputi mortalitas alami (M), mortalitas penangkapan (F)

dan mortalitas total (Z). Nilai laju mortalitas total (Z) diduga dengan metode kurva

konversi hasil tangkapan dengan panjang (length converted catch curve) (Pauly,

1983). Pendugaan laju mortalitas alami (M) menggunakan persamaan Pauly et al.

(1984) dengan penambahan nilai temperatur rata-rata sebagai berikut :

Log (M) = -0,0066 – 0,279 log (L∞) + 0.6543 log (K) + 0.4634 log (T)…….(4)

Laju mortalitas penangkapan dan laju eksploitasi diduga dengan persamaan Sparre

& Venema, (1992) :

𝐹 = 𝑍 − 𝑀 dan 𝐸 =𝐹

𝑍 ………………………………………………………(5)

Page 107: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

95

Rasio potensi pemijahan rajungan di perairan Pati dianalisis berdasarkan

metode yang berbasis data panjang (Length Based Spawning Potensial

Ratio/LBSPR) dengan beberapa parameter input yang diperlukan diantaranya

komposisi sebaran ukuran, rasio mortalitas alami dengan laju pertumbuhan (M/K),

ukuran panjang 50% populasi matang gonad (Lm50), ukuran panjang 95% populasi

matang gonad (Lm95) dan panjang asimptotik (Hordyk et al., 2015a; Hordyk et al.,

2015b; Prince et al., 2015). Rasio potensi pemijahan didasarkan pada perbandingan

potensi reproduksi ketika terdapat tekanan penangkapan (SSBRfished) dengan

potensi reproduksi tanpa tekanan penangkapan (SSBRunfished) (Goodyear, 1993) :

𝑆𝑃𝑅 =𝑆𝑆𝐵𝑅𝑓𝑖𝑠ℎ𝑒𝑑

𝑆𝑆𝐵𝑅𝑢𝑛𝑓𝑖ℎ𝑠ℎ𝑒𝑑 ……………………………………………………..(6)

HASIL

Laju tangkap

Jumlah hasil tangkapan rajungan yang diperoleh di perairan Pati

dipengaruhi oleh alat tangkap yang digunakan. Laju tangkap bubu cenderung lebih

besar dibandingkan laju tangkap gillnet. Rentang hasil tangkapan bubu dari 3.270

trip penangkapan berdasarkan diagram boxplot berkisar antara 4 - 22 kg/trip dengan

median sebesar 6,9 kg/trip sedangkan rentang hasil tangkapan gillnet berkisar

antara 0,1-5,7 kg/trip dengan median sebesar 1,9 kg/trip (Gambar 2).

Gambar 2. Diagram boxplot laju tangkap rajungan (Portunus pelagicus) dengan

dengan bubu dan jaring di peraian Pati, 2017.

Page 108: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

96

Rata-rata CPUE rajungan yang tertangkap bubu adalah 9,8±0,6 kg/trip.

Hasil tangkapan rata-rata tertinggi ditemukan pada bulan Agustus sebesar 15,7

kg/trip. Rata-rata cpue rajungan yang tertangkap jaring adalah 2,4±0,08 kg/trip.

Hasil tangkapan rata-rata tertinggi ditemukan pada bulan Juli sebesar 3,23 kg/trip

(Gambar 3).

Gambar 3. Rata-rata bulanan laju tangkap rajungan (Portunus pelagicus) dengan

jaring dan bubu di perairan Pati, Maret-September 2017.

Sebaran ukuran

Lebar karapas rajungan di perairan Pati berkisar antara 80-170 mmCW.

Rata-rata lebar karapas adalah 122,4±0,53 mmCW pada rajungan jantan dan

123,1±0,67 mmCW pada rajungan betina. Rajungan jantan paling banyak

tertangkap pada ukuran 115 mmCW sedangkan rajungan betina paling banyak

tertangkap pada ukuran 120 mmCW (Gambar 4).

Page 109: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

97

Gambar 4. Sebaran ukuran rajungan di perairan Pati, 2017.

Hubungan lebar karapas-berat

Hubungan lebar karapas-berat rajungan di perairan Pati mengikuti

persamaan W=0.00002*L3,24 pada rajungan jantan dan W=0.00004*L3,1 pada

rajungan betina. Pola pertumbuhan rajungan adalah allometrik positif (b>3)

menunjukkan pertumbuhan berat lebih cepat dibandingkan dengan lebar

karapasnya (Gambar 5).

Page 110: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

98

Gambar 5. Hubungan lebar-karapas-berat rajungan (Portunus pelagicus) dengan di

perairan Pati, 2017.

Ukuran rata-rata pertama kali tertangkap dan ukuran rata-rata pertama kali

matang gonad

Ukuran rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) rajungan oleh bubu lebih

besar dibandingkan ukuran rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) rajungan oleh

Page 111: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

99

jaring. Ukuran rata-rata pertama kali tertangkap rajungan oleh bubu sebesar 129,6

mmCW dan ukuran rata-rata pertama kali tertangkap rajungan oleh jaring sebesar

120,3 mmCW. Ukuran rata-rata pertama kali matang gonad (Lm50) rajungan betina

di perairan Pati sebesar 113 mmCW (Gambar 6).

Gambar 6. Ukuran rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) rajungan dengan bubu dan

jaring dan ukuran rata-rata pertama kali matang gonad rajungan betina di perairan

Pati, 2017.

Pertumbuhan

Lebar karapas asimptotik rajungan jantan di perairan Pati sebesar 176,8

mmCW dengan koefisien pertumbuhan (K) sebesar 1,44 per tahun. Umur teoretis

saat panjang sama dengan 0 sebesar -0,142 sehingga diperoleh persamaan

0.00

0.50

1.00

80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160

Sele

ktiv

itas

Lebar Karapas (mm)

estimasi observasi

Portunus pelagicusPati, Mar-Sept 2017

Lc Gillnet= 120,3 mmCW

0.00

0.50

1.00

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170

Se

lek

tiv

ita

s

Lebar Karapas (mm)

estimasi observasi

Portunus pelagicusPati, Mar-Sept 2017

Lc Bubu= 129,6 mmCW

Page 112: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

100

pertumbuhan Von Bertalanffy yaitu 𝐿∞ = 176,8(1 − 𝑒−1,44(𝑡+0,142)). Lebar

karapas asimptotik rajungan betina di perairan Pati sebesar 175 mmCW dengan

koefisien pertumbuhan (K) sebesar 1,26 per tahun. Umur teoretis saat panjang sama

dengan 0 sebesar -0,124 sehingga diperoleh persamaan pertumbuhan Von

Bertalanffy yaitu 𝐿∞ = 175(1 − 𝑒−1,26(𝑡+0,124)) (Gambar 7). Rajungan mencapai

ukuran maksimum diduga dicapai pada umur 2-3 tahun dan ukuran rata-rata

pertama kali matang gonad rajungan betina sebesar 113 mmCW diduga dicapai

pada umur 10 bulan.

Gambar 7. Pertumbuhan Von Bertalanffy rajungan (Portunus pelagicus) dengan di

perairan Pati, 2017.

Page 113: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

101

Parameter kematian dan tingkat pemanfaatan

Total mortalitas rajungan jantan di perairan Pati lebih besar dibandingkan

total mortalitas rajungan betina. Total mortalitas rajungan di perairan Pati adalah

5,7 per tahun pada rajungan jantan dan 3,5 per tahun pada raungan betina (Gambar

8).

Gambar 8. Kurva konversi panjang dengan hasil tangkapan rajungan di perairan

Pati, 2017.

Mortalitas alami rajungan di perairan Pati adalah 1,41 per tahun pada

rajungan jantan dan 1,29 per tahun pada rajungan betina. Mortalitas penangkapan

rajungan di perairan Pati adalah 4,29 per tahun pada rajungan jantan dan 2,21 per

tahun pada rajungan betina. Laju eksploitasi rajungan di perairan Pati adalah 0,75

per tahun pada rajungan jantan dan 0,63 per tahun pada rajungan betina (Tabel 1).

Page 114: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

102

Tabel 1. Total mortalitas (Z), mortalitas alami (M), mortalitas penangkapan (F)

dan laju eksploitasi rajungan di perairan Pati, 2017.

Kelamin Z M F E

Jantan 5.7 1.41 4.29 0.75

Betina 3.5 1.29 2.21 0.63

Rasio potensi pemijahan

Beberapa hasil parameter yang digunakan sebagai input analisis rasio

potensi pemijahan diantaranya panjang asimptotik sebesar 175 mmCW, rasio M/K

sebesar 1,2, proporsi panjang 50% populasi rajungan matang gonad (Lm50) sebesar

113 mmCW dan proporsi panjang 95% populasi rajungan matang gonad sebesar

150 mmCW. Rasio potensi pemijahan rajungan di perairan Pati diperoleh sebesar

0,28 atau sebesar 28% (Tabel 2).

Tabel 2. Rasio potensi pemijahan rajungan (Portunus pelagicus) di perairan Pati,

2017.

Parameter Nilai

L∞ 175 mmCW

M/K 1,02

Lm50 113 mmCW

Lm95 150 mmCW

SPR 0,28

PEMBAHASAN

Laju tangkap bubu untuk menangkap rajungan di Pati lebih tinggi

dibandingkan laju tangkap jaring. Rata-rata rajungan yang tertangkap oleh bubu

sebesar 9,8±0,6 kg/trip dan rata-rata rajungan yang tertangkap oleh jaring sebesar

2,4±0,08 kg/trip. Prihatiningsih & Wagiyo (2009) melaporkan laju tangkap

rajungan di perairan Tangerang di tahun 2007 sebesar 4,19 kg/kapal/trip pada bubu

dan 4,14 kg/kapal/trip pada jaring. Laju tangkap rajungan dengan bubu di perairan

Page 115: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

103

Pati lebih tinggi dibandingkan dengan laju tangkap jaring disebabkan daerah

penangkapan rajungan dengan bubu yang lebih jauh dibandingkan jaring sehingga

rajungan dewasa lebih banyak tertangkap oleh bubu. Puncak laju tangkap rajungan

yang tertangkap bubu dan jaring ditemukan pada bulan Juli dan Agustus. Puncak

musim penangkapan rajungan di perairan utara Jawa umumnya ditemukan pada

bulan Juni-Agustus di mana puncak musim penangkapan rajungan di perairan utara

Teluk Jakarta dan perairan Tangerang dilaporkan terjadi pada bulan Juni dan Juli

(Prihatiningsih & Wagiyo, 2009; Nuraini et al., 2009).

Lebar karapas rajungan di perairan Pati berkisar antara 80-170 mmCW

dengan rata-rata 122,4 ± 0,53 mmCW pada rajungan jantan dan 123,1±0,67 mmCW

pada rajungan betina. Rajungan yang tertangkap pada lokasi lain di Laut Jawa

adalah 60-150 mmCW di perairan Teluk Jakarta dan 70-186 mmCW di perairan

Cirebon (Panggabean et al., 2018; Hufiadi, 2017). Ukuran rata-rata rajungan yang

tertangkap di perairan Pati di tahun 2017 (122-123 mmCW) tidak jauh berbeda

dibandingkan ukuran rata-rata rajungan yang tertangkap di Pati di tahun 2013 (105-

134 mmCW) (Ernawati et al., 2015). Kondisi tersebut menunjukkan belum adanya

indikasi penurunan ukuran rajungan saat ini jika dibandingkan dengan

penangkapannya di tahun 2013.

Pola pertumbuhan rajungan jantan dan betina di perairan Pati menunjukkan

pola allometrik positif (b>3). Kondisi tersebut menunjukkan pertumbuhan berat

rajungan lebih cepat dibandingkan dengan lebar karapasnya. Lelono & Wardhani

(2017) menyebutkan pola pertumbuhan rajungan di perairan Lamongan bersifat

allometrik negatif dan penelitian Damora & Nurdin (2016) menyebutkan pola

pertumbuhan rajungan di perairan Labuan Maringgai bersifat isometrik pada

rajungan jantan dan allometrik positif pada rajungan betina. Pertumbuhan

allometrik positif pada rajungan jantan dan betina di perairan Pati menunjukkan

kondisi perairan Pati yang masih tergolong subur bagi pertumbuhan rajungan.

Ukuran rata-rata rajungan pertama kali matang gonad rajungan (Lm) di

perairan Pati ditemukan sebesar 113 mmCW. Ukuran rata-rata pertama kali matang

gonad rajungan di beberapa perairan di Indonesia berkisar antara 107-117 mmCW.

Page 116: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

104

Ukuran rata-rata pertama kali matang gonad (Lm) rajungan di perairan Pati di tahun

2013 sebesar 107 mmCW, ukuran rata-rata pertama kali matang gonad (Lm)

rajungan di perairan Lampung Timur sebesar 113,5 mmCW, ukuran rata-rata

pertama kali matang gonad (Lm) rajungan di perairan Kotabaru sebesar 110

mmCW dan ukuran rata-rata pertama kali matang gonad rajungan di perairan

Kwandang sebesar 117 mmCW (Ernawati et al., 2014; Damora & Erfind, 2016;

Tirtadanu & Suman., 2017; Tirtadanu & Chodrijah., 2019). Lappalainen et al.,

(2016) menyebutkan ukuran rata-rata pertama kali matang gonad dapat menjadi

indikator tekanan penangkapan. Ukuran rata-rata pertama kali matang gonad

rajungan saat ini lebih besar dibandingkan di tahun 2013 diduga disebabkan tekanan

penangkapan saat ini yang lebih rendah dibandingkan tekanan penangkapan pada

beberapa tahun sebelumnya yaitu di tahun 2013.

Ukuran rata-rata pertama kali tertangkap rajungan oleh bubu (Lc bubu

=129,6 mmCW) lebih besar dibandingkan ukuran rata-rata pertama kali tertangkap

rajungan oleh jaring (Lc jaring=120,3 mmCW) di perairan Pati. Kondisi tersebut

menunjukkan alat tangkap bubu lebih selektif dalam menangkap ukuran rajungan

yang lebih besar dibandingkan jaring. Ukuran rajungan yang lebih besar tertangkap

bubu dibandingkan jaring disebabkan oleh pengoperasian bubu yang dilakukan di

perairan yang lebih jauh dari pantai di mana Potter & Lestang (2000) menyebutkan

rajungan betina dewasa bermigrasi menuju perairan yang lebih dalam untuk

memijah.

Lebar karapas asimptotik rajungan di perairan Pati (177-176,8 mmCW)

tergolong cukup besar jika dibandingkan dengan lebar karapas asimptotik rajungan

di perairan teluk Jakarta (157 mmCW). Rajungan di perairan Pati memiliki

pertumbuhan yang cepat dengan laju pertumbuhan (K) sebesar 1,44 per tahun pada

rajungan jantan dan 1,26 per tahun pada rajungan betina. Rajungan di perairan Pati

mencapai ukuran maksimum diduga pada umur 2-3 tahun dan ukuran rata-rata

pertama kali matang gonad rajungan betina sebesar 113 mmCW diduga dicapai

pada umur 10 bulan. Potter & Lestang (2000) menyebutkan rajungan mencapai

ukuran pertama kali matang gonadnya sekitar umur 1 tahun. Pertumbuhan rajungan

Page 117: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

105

di perairan Pati yang relatif cepat disebabkan kondisi lingkungan perairan Pati

masih tergolong cukup baik bagi pertumbuhan rajungan.

Laju eksploitasi rajungan di perairan Pati saat ini sebesar 0,63-0,75 lebih

rendah dibandingkan laju eksploitasinya di tahun 2013 sebesar 0,8-0,81. Kondisi

tersebut diduga disebabkan upaya penangkapan saat ini di Laut Jawa yang lebih

rendah jika dibandingkan dengan upaya penangkapannya di tahun 2013. Laju

eksploitasi rajungan di perairan Pati saat ini masih tergolong cukup tinggi jika

mengacu pada laju eksploitasi optimum yang disarankan oleh Gulland (1983)

sebesar 0,5. Salah satu parameter lain yang dapat digunakan sebagai indikator

tekanan penangkapan adalah rasio potensi pemijahan (Goodyear, 1993).

Rasio potensi pemijahan merupakan sisa proporsi sumberdaya yang tidak

tertangkap yang berpotensi untuk melakukan reproduksi (Goodyear, 1993; Hordyk

et al, 2015a). Rasio potensi pemijahan berkisar antara 0-100% dan nilainya akan

semakin kecil dengan bertambahnya tekanan penangkapan (Goodyear, 1993;

Brooks et al., 2009). Rasio potensi pemijahan rajungan saat ini sebesar 28% telah

lebih besar dibandingkan titik referensi minimimum SPR sebesar 20% namun

masih lebih kecil dibandingkan titik referensi target SPR sebesar 30% sehingga

status penangkapannya saat ini digolongkan dalam fully-exploited (Mace &

Sissenwine, 1993; Ault et al., 2008).

Pengelolaan perikanan rajungan di perairan Pati yang disarankan

berdasarkan penelitian ini adalah penggunaan bubu dapat direkomendasikan

sebagai alat tangkap yang selektif dalam menangkap rajungan di perairan Pati dan

sebaiknya tidak dilakukan penambahan upaya melebihi upaya penangkapan saat ini

serta peraturan terkait larangan penangkapan rajungan bertelur dan minimum legal

size (MLS) sebesar 100 mmCW dapat terus direalisasikan pada perikanan rajungan

di Pati. Kajian stok sumberdaya rajungan sebaiknya terus dilakukan sebagai

monitoring dan evaluasi untuk mencapai target SPR30% sebagai salah satu upaya

menjaga keberlanjutan perikanan rajungan di perairan Pati.

Page 118: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

106

KESIMPULAN

Rata-rata laju tangkap bubu dalam menangkap rajungan (Mean

CPUE=10,05 kg/trip) lebih tinggi dibandingkan rata-rata laju tangkap jaring (Mean

CPUE=2,4 kg/trip). Puncak cpue rajungan dengan bubu dan jaring ditemukan pada

bulan Juli dan Agustus. Armada bubu tergolong lebih selektif dibandingkan jaring.

Ukuran rajungan yang tertangkap di perairan Pati berkisar antara 80-170 mmCW

dengan lebar karapas asimptotik sebesar 177-176,8 mmCW dan laju pertumbuhan

yang tergolong cepat (K=1,26-1,44 per tahun) serta pertumbuhan beratnya lebih

cepat dibandingkan pertumbuhan lebar karapasnya. Status penangkapan rajungan

di perairan Pati adalah fully-exploited (E=0,63-0,75; SPR=28%).

SARAN

Penggunaan bubu dapat direkomendasikan sebagai alat tangkap yang

selektif dalam menangkap rajungan di perairan Pati dan pembatasan quota

penangkapan rajungan di perairan Pati sebaiknya dilakukan dengan jumlah yang

tidak melebihi dari upaya penangkapan saat ini serta peraturan terkait larangan

penangkapan rajungan bertelur dan minimum legal size (MLS) sebesar 100 mmCW

dapat terus direalisasikan pada perikanan rajungan di Pati. Kajian stok sumberdaya

rajungan sebaiknya terus dilakukan sebagai monitoring dan evaluasi untuk

mencapai target SPR30% sebagai salah satu upaya menjaga keberlanjutan perikanan

rajungan di perairan Pati.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian karakteristik

biologi perikanan, habitat sumberdaya dan potensi produksi sumberdaya perikanan

di WPP 712 tahun 2017 oleh Balai Riset Perikanan Laut, Kementerian Kelautan

dan Perikanan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Agus yang

telah membantu pengumpulan data perikanan rajungan di perairan Pati. Tirtadanu

berperan sebagai kontributor utama dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

Page 119: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

107

DAFTAR PUSTAKA

Ault JS, Smith SG, Luo J, Monaco ME, Appeldoorn RS. 2008. Length-Based

Assessment of Sustainability Benchmarks for Coral Reef Fishes in Puerto

Rico. Environmental Conservation. 35(3): 221-231.

Brooks EN, Powers JE, Cortes E. 2010. Analytical Reference Points for Age-

Structured Models: Application to Data-Poor Fisheries. ICES Journal of

Marine Science. 67: 165 – 175.

Damora A, Nurdin E. 2016. Beberapa Aspek Biologi Rajungan (Portunus

pelagicus) di Perairan Labuan Maringgai, Lampung Timur. BAWAL. 8(1):

13-20.

Ernawati T, Wedjatmiko, Suman A. 2015. Kajian Parameter Populasi dan Tingkat

Pemanfaatan Rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) di perairan

Pati dan Sekitarnya. J. Lit. Perikan. Ind. 21(3): 169-176.

Ernawati T, Boer M, Yonvitner. 2014. Biologi Populasi Rajungan (Portunus

pelagicus) di perairan Sekitar Wilayah Pati, Jawa Tengah. BAWAL. 6(1):

31-40.

Gayanilo FCJ, Sparre P, Pauly D. 2005. FAO-ICLARM Stock Assessment Tools II

(FISAT II). Revised version. User’s guide. FAO Computerized

Information Series (Fisheries) No. 8. Revised Version. Rome : FAO.

Goodyear CP. 1993. Spawning Stock Biomass per Recruit in Fisheries

Management: Foundation and Current Use. p.67-81. In SJ Smith, JJ Hunt

and D Rivard (ed). Risk Evaluation and Biological Reference Points for

Fisheries Management. Can. Spec. Publ. Fish. Aquat. Sci. 120 pp.

Hordyk A, Ono K, Sainsbury KJ, Loneragan N, Prince J. 2015a. Some Explorations

of the Life History Ratios to Describe Length Composition, Spawning-Per-

Recruit, and The Spawning Potential Ratio. ICES J. Mar. Sci. 72: 204-216.

Hordyk A, Ono K, Valencia S, Loneragan N, Prince J. 2015b. A Novel Length-

Based Empirical Estimation Method of Spawning Potential Ratio (SPR), and

Tests of its Performance, for Small-Scale, Data-Poor Fisheries. ICES Journal

of Marine Science. 72(1): 217-231.

Page 120: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

108

Hufiadi. 2017. Selektivitas Alat Tangkap Rajungan (Portunus pelagicus) di Laut

Jawa (Studi Kasus Alat Tangkap Cirebon). Prosiding Simposium Nasional

Krustase 2017. 131-138.

King M. 1995. Fishery Biology, Assessment and Management. United Kingdom:

Fishing New Books. 341 p.

Lappalainen A, Saks L, Sustar M, Heikinheimo O, Jurgens K, Kokkonen E,

Kurkilahti M, Verliin A, Vetemaa M. 2016. Length at Maturity as A

Potential Indicator of Fishing Pressure Effects on Coastal Pikeperch (Sander

lucioperca) Stocks in The Northern Baltic Sea. Fisheries Research. 174:

47-57.

Lelono TD, Wardhani IP. 2017. Hubungan Lebar Berat Rajungan Batik (Portunus

pelagicus) yang Tertangkap dengan Alat Tangkap Bubu di Wilayah

Paciran Kabipaten Lamongan, Jawa Timur. Prosiding Simposium

Nasional Krustasea 2017. 147-154.

Mace PM, Sissenwine MP. 1993. How Much Spawning per Recruit is Enough? In

SJ Smith, JJ Hunt and D Rivard (eds.) Risk Evaluation and Biological

Reference Points for Fisheries Management. Canadian Special Publications

in Fisheries and Aquatic Sciences. 120: 101-118.

Nuraini S, Prihatiningsih, Hartati ST. 2009. Parameter Populasi dan Selektivitas

Rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus) yang Tertangkap dengan

Beberapa Jenis Alat Tangkap di Teluk Jakarta. J. Lit. Perikan. Ind. 15(4):

287-295.

Panggabean AA, Pane ARP, Hasanah A. 2018. Dinamika Populasi dan Tingkat

Pemanfaatan Rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) di perairan

Teluk Jakarta. J. Lit. Perikan. Ind. 24(1): 73-85.

Pauly D. 1983. Some Simple Methods for the Assessment of Tropical Fish Stocks.

FAO Fisheries Technical Paper, 254, 52.

Pauly D, Ingles J, Neal R. 1984. Application to Shrimp Stocks of Objective

Methods for The Estimation of Growth, Mortality and Recruitment-related

Parameters from Legth-Frequency Date (ELEFAN I and II). Penaeid

Page 121: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

109

Shrimps-Their Biology and Management. Fishing News Books Ltd. 308

pp.

Potter IC, Lestang SD. 2000. Biology of the blue swimmer crab Portunus pelagicus

in Leschenault estuary and Koombana Bay, southwestern Australia. Jour.

Royal. Soc. Western Australia. 83: 443-458.

Prihatiningsih, Wagiyo K. 2009. Sumberdaya Rajungan (Portunus pelagicus) di

perairan Tangerang. BAWAL. 2(6): 273-282.

Prince J, Victor S, Kloulchad V, Hordyk A. (2015). Length Based SPR Assessment

of Eleven IndoPacific Coral Reef Fish Populations in Palau. Fisheries

Research. 171: 42-58.

Sparre P, Venema SC. 1992. Introduction to Tropical Fish Stock Asseessment Part

1. Manual. Fao Fish. Tech. Pap. (306/1). Rev.1: 376 p.

Tirtadanu, Chodrijah U. 2019. Fishery, Population Parameters and Exploitation

Status of Blue Swimming Crab (Portunus pelagicus) in Kwandang

Waters. Indonesia. AACL Bioflux. 12(4): 1323-1334.

Tirtadanu, Suman A. 2017. Aspek Biologi, Dinamika Populasi dan Tingkat

Pemanfaatan rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) di Perairan

Kotabaru, Kalimantan Selatan. J. Lit. Perikan. Ind. 23(3): 205-214.

Page 122: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

110

DISTRIBUSI DAN PASOKAN IKAN TUNA DARI PELABUHAN

PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

Tuna Supply And Distribution At Cilacap Fishing Port

Oleh:

Budiansyah; Tri Wiji Nurani; Sugeng Hari Wisudo

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRACT

Cilacap Fishing Port as one of the main fishing ports where Indonesian tuna

landed. Tuna catches fluctuate as a result of goverenment policies and water

conditions. Tuna product of Cilacap, cannot be directly marketed overseas, but

must first be distributed to export in Jakarta ports. The purpose of research were

to describe distribution of tuna products and estimate the tuna supply at PPS

Cilacap. Data were collected distribution of tuna products through observation,

interview, and questionnaire. Data were analyzed using descriptive analysis.

Estimate tuna supply is based on monthly catch data for the 2014-2018. Data were

analyzed using multiplicative decomposition analysis. The research result prove

that tuna distributed to Jakarta for export purposes were only grade A and B, grade

C and D tuna were marketed locally in Cilacap. The estimation result tuna supply

for the next 5 years, the albacore supply highest occur in June 2021 amounting to

210 tons and the lowest supply occur in August-December 2019 which was an

average of around 6 tons. Bigeye supply highest occur in September 2022

amounting to 201 tons, and lowest supply occur in Februari 2019 amounting to 9

tons. Yellow fin supply highest occur in June 2020 amounting 110 tons and lowest

supply occur in Desember 2019 amounting to 2 tons.

Kata kunci: distribution, PPS Cilacap, supply, tuna

ABSTRAK

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap merupakan salah satu

pelabuhan utama tempat pendaratan ikan tuna Indonesia. Hasil tangkapan ikan tuna

berfluktuasi sebagai dampak dari kebijakan pemerintah dan kondisi perairan.

Produk ikan tuna dari Cilacap, tidak dapat langsung dipasarkan ke luar negeri,

namun terlebih dahulu harus didistribusikan menuju pelabuhan ekspor di Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan distribusi produk ikan tuna dan

mengestimasi pasokan ikan tuna dari PPS Cilacap. Pengumpulan data untuk

distribusi ikan tuna dilakukan melalui observasi, wawancara, dan kuisioner.

Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Estimasi pasokan ikan tuna

Page 123: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

111

dilakukan berdasarkan data hasil tangkapan bulanan periode tahun 2009-2018.

Data selanjutnya dianalisis menggunakan metode dekomposisi multiplikatif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ikan tuna yang didistribusikan ke Jakarta untuk

tujuan ekspor hanya grade A dan B, ikan tuna grade C dan D dipasarkan lokal di

Cilacap. Hasil estimasi pasokan ikan tuna 4 tahun ke depan, yaitu albacore

pasokan tertinggi terjadi pada Juni 2021 sebesar 210 ton dan pasokan terendah

terjadi pada Agustus-Desember 2019 yaitu rata-rata sekitar 6 ton. Pasokan tertinggi

big eye tuna terjadi pada September 2022 sebesar 201 ton, dengan pasokan terendah

terjadi pada Februari 2019 sebesar 9 ton. Pasokan tertinggi yellowfin tuna terjadi

pada Juni tahun 2020 sebesar 110 ton dan pasokan terendah terjadi pada Desember

2019 sebesar 2 ton. Hasil estimasi tersebut diharapkan dapat memberikan informasi

kepada nelayan dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan tuna dengan

mengetahui musim penangkapan pada bulan-bulan yang mengalami musim puncak.

Kata kunci: distribusi, ikan tuna, pasokan, PPS Cilacap

PENDAHULUAN

Produksi hasil tangkapan di suatu pelabuhan perikanan sangat dipengaruhi

oleh permintaan dan ketersediaan hasil tangkapan. Selain itu, ketersediaan hasil

tangkapan juga sangat dipengaruhi oleh faktor musiman. Permintaan terbesar

terhadap ikan tuna segar di dunia adalah Jepang dan Amerika Serikat. Ekspor ikan

tuna ke Jepang adalah sebesar 27% dan Amerika Serikat sebesar 39% dari ikan tuna

dunia pada tahun 2015. Sedangkan negara pengimpor tuna beku terbesar dunia

adalah Thailand dengan persentase sebesar 34%, kemudian diikuti oleh Jepang

sebesar 10% dari impor tuna beku dunia pada tahun 2015. Besaran volume impor

tuna beku Thailand dengan Jepang memiliki perbedaan yang cukup besar. Hal ini

terjadi karena Thailand merupakan negara eksportir tuna kaleng terbesar dengan

persentase 46.75% dari impor tuna kaleng dunia (UN Comtrade 2017).

Indonesia pada tahun 2015 mengekspor produk ikan tuna ke Jepang sebesar

26.167,2 ton dengan nilai US$ 57.237,5. Amerika Serikat sebesar 1.477.2 ton

dengan nilai US$ 12.174,1. Thailand sebesar 34.868.6 ton dengan nilai US$

48.803,0 dan negara lainnya sebesar 14.952,1 ton. Secara keseluruhan Indonesia

pada tahun 2015 mengekspor produk ikan tuna sebesar 77.465,3 ton (Badan Pusat

Statistik 2018). Volume ekspor tuna tersebut kemudian tahun 2017 mengalami

Page 124: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

112

peningkatan sebesar 110.16 ton dengan nilai US$ 501.21 (Ditjen Pengawasan

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan 2018). Adanya pertumbuhan permintaan tuna

ke negara tujuan serta pasar yang terus berkembang di negara-negara tersebut,

memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan volume ekspor

produk ikan tuna, yang meliputi tuna segar, tuna beku dan tuna kaleng.

Indonesia memiliki wilayah yang sangat potensial untuk perikanan tuna.

Potensi tersebut tersebar di beberapa wilayah perairan yang menjadi daerah

penangkapan (fishing ground) ikan tuna seperti perairan Selatan Jawa sampai Nusa

Tenggara. Salah satu pelabuhan perikanan tempat pendaratan ikan tuna yang

berhadapan langsung dengan Samudera Hindia adalah Pelabuhan Perikanan

Samudera (PPS) Cilacap. Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap memiliki letak

geografis yang sangat strategis, dan merupakan pusat kegiatan perikanan terbesar

di pantai Selatan Jawa Tengah. Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap

memberikan kontribusi produksi tertinggi perikanan laut bagi Provinsi Jawa

Tengah yaitu sebesar 7.616 ton (88,84%) dengan nilai produksi Rp. 78.929,726

(Hendratmoko dan Marsudi 2010).

Produksi ikan tuna di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap dari tahun 1999

sampai 2009 mengalami kenaikan rata-rata 10 persen (PPS Cilacap 2008).

Sedangkan pada tahun 2017 sampai 2018 produksi ikan tuna tersebut mengalami

kenaikan yaitu dari 2.877,49 ton menjadi 2.919,87 ton (PPS Cilacap 2018). Data

hasil tangkapan ikan tuna yang ada di PPS Cilacap dapat dijadikan acuan untuk

mengetahui kemampuan pelabuhan tersebut dalam menyediakan ikan hasil

tangkapan baik pada tahun sekarang dan tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu

penting untuk melihat sejauh mana PPS Cilacap dapat memenuhi permintaan untuk

memasok ikan tuna tersebut.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak

pelabuhan dan stakeholder yang terlibat untuk meningkatkan kinerja dalam

kegiatan memasok ikan tuna dari Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC),

dengan lebih meningkatkan dan mempersiapkan sumberdaya manusia untuk

menghadapi produksi dan permintaan terhadap ikan tuna yang mengalami

Page 125: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

113

peningkatan setiap tahunnya, sehingga permintaan akan selalu terpenuhi. Selain

itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada nelayan dalam

melakukan aktivitas penangkapan ikan tuna dengan mengetahui musim

penangkapan pada bulan-bulan yang mengalami musim puncak. Tujuan dari

penelitian ini adalah mendeskripsikan distribusi produk ikan tuna dari PPS Cilacap

dan mengestimasi pasokan ikan tuna dari PPS Cilacap.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian lapang dilaksanakan pada tanggal 11 Februari hingga 31 Maret

2019. Lokasi penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap, Desa

Tegalkamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa

Tengah (Gambar 1).

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap

Page 126: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

114

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei. Pengumpulan

data diperoleh dengan cara melakukan observasi, wawancara, dan kuisioner.

Pengumpulan data untuk tujuan pertama diperoleh dengan cara melakukan

wawancara terhadap nelayan (ABK), pihak pelabuhan, pihak KUD dan pengumpul

dengan total responden sebanyak 20 orang. Penentuan jumlah responden yaitu

menggunakan simple random sampling terhadap nelayan (ABK) sebanyak 10 orang

dari total populasi nelayan sebanyak 100 orang berdasarkan 10 kapal yang

mendaratkan ikan tuna pada saat penelitian di PPS Cilacap dan snowball sampling

terhadap nelayan pemilik kapal sebanyak 2 orang, pihak pelabuhan 5 orang, pihak

KUD 2 orang dan pengumpul 1 orang. Jumlah total responden tersebut disesuaikan

dengan kebutuhan data penelitian, selanjutnya data yang sudah didapat diolah

dengan menggunakan analisis deskriptif. Pada tujuan kedua, pengumpulan data

diperoleh dari PPS Cilacap yaitu melalui dokumen tertulis dan tidak tertulis.

Kemudian data yang sudah didapat dianalisis menggunakan metode dekomposisi

multiplikatif untuk mengetahui nilai estimasi hasil tangkapan ikan tuna.

Tabel 1 Kebutuhan data, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data

Tujuan Penelitian Kebutuhan

Data Pengumpulan Data

Pengolahan

Data Analisis

Mendeskripsikan

produksi dan

rantai distribusi

tuna dari PPS

Cilacap

Data produksi,

aliran

distribusi,

tujuan

distribusi dan

sumberdaya

yang

digunakan di

PPS Cilacap

Wawancara

- Simple random

sampling

terhadap nelayan

- Purposive

sampling

terhadap

pengumpul,

pihak KUD, dan

pihak pelabuhan

Menjelaskan

kondisi

distribusi,

tujuan distribusi

dan sumberdaya

yang digunakan

di PPS Cilacap

Analisis

deskriptif

Mengestimasikan

ketersediaan hasil

tangkapan ikan

tuna di PPS

Cilacap

Data statistik

produksi ikan

tuna yang

didaratkan 10

tahun terakhir

(2009-2018)

Survey

(Pengambilan data

melalui dokumen

tertulis dari lembaga

pengelola PPS

Cilacap)

Menghitung

nilai indek

musim, nilai

siklik, nilai

trend, dan nilai

ramalan

Analisis

dekomposisi

multiplikatif

Page 127: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

115

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan yang

digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis tersebut digunakan

untuk menganalisis data fakta dari hasil wawancara dan kuisioner yang telah

didapatkan pada saat penelitian baik itu dari pihak nelayan, pihak pelabuhan,

pengumpul ataupun pihak KUD di PPS Cilacap.

Rantai Distribusi

Rantai distribusi dilakukan analisis secara deskriptif. Deskripsi mencakup

produksi, aliran distribusi, tujuan distribusi dan sumberdaya yang digunakan di PPS

Cilacap.

Analisis Ketersediaan Ikan Tuna di PPS Cilacap

Estimasi ketersediaan pasokan ikan tuna di PPS Cilacap adalah menggunakan

metode dekomposisi multiplikatif. Dekomposisi multiplikatif merupakan metode

yang digunakan dalam mendekomposisikan suatu data runtun waktu pada

komponen-komponen musiman, tren, siklus dan galat untuk mengestimasikan nilai

masa depan. Model ini diasumsikan bersifat multiplikatif karena semua komponen

yang ada dikalikan satu sama lain untuk memperoleh nilai peramalan (Makridakis

et al. 1992). Metode yang akan digunakan untuk mengolah data perkembangan

volume produksi ketersediaan hasil tangkapan ikan tuna di PPS Cilacap adalah

menggunakan metode dekomposisi multiplikatif.

Dekomposisi Multiplikatif

Dekomposisi multiplikatif merupakan metode yang digunakan dalam

mendekomposisikan suatu data runtun waktu pada komponen-komponen musiman,

tren, siklus dan galat untuk mengestimasikan nilai masa depan. Model ini

diasumsikan bersifat multiplikatif karena semua komponen yang ada dikalikan satu

sama lain untuk memperoleh nilai peramalan (Makridakis et al. 1992). Persamaan

model dekomposisi multiplikatif adalah sebagai berikut:

Page 128: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

116

𝑌𝑡 = 𝑇𝑡 + 𝑀𝑡 + 𝑆𝑡 + 𝐼𝑡

Dimana :

Yt : Data aktual

Tt : Komponen Trend

Mt : Komponen musim

St : Komponen siklik

It : Komponen irreguler

Definisi Musiman

Musiman merupakan suatu pola yang dapat berubah sendiri setelah selang waktu

yang tetap. Pola musiman tersebut dapat berupa kwartal (4 bulan), semesteran (6

bulan) maupun tahunan (12 bulan). Indeks musim didapat dengan menggunakan

metode rata-rata bergerak.

𝐹𝑡+1 =∑ 𝑌−𝑛

𝑡

𝑛

Definisi Trend

Trend merupakan suatu kondisi dimana suatu deret mengalami gerakan naik

ataupun turun dalam jangka panjang. Trend tersebut dapat dicari dengan

menggunakan metode regresi.

Y = a + bX

Definisi Siklis

Siklis merupakan suatu deret berkala yang dipengaruhi oleh fluktuasi yang terjadi

secara periodik ataupun tidak dalam jangka panjang. Indeks siklis didapat dengan

menghilangkan pengaruh musim dan trend. Selanjutnya dihitung dengan

menggunakan rata-rata bergerak binomium.

Page 129: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

117

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan umum lokasi penelitian

Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap terletak di Kecamatan Cilacap

Selatan, Kabupaten Cilacap. Kabupaten Cilacap merupakan salah satu kabupaten

terluas di Jawa Tengah dengan luas wilayah 225.360,80 km² dan letak geografis

berada pada posisi 108°04’30” – 109°30’30” BT dan 07°30’04” – 07°45’20” LS.

Kabupaten Cilacap bagian selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia,

bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Banyumas, bagian timur berbatasan

dengan Kabupaten Kebumen dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten

Ciamis (Dinas Perikanan dan Kelautan Cilacap 2004).

Perairan laut Cilacap termasuk ke dalam WPP 573 yaitu perairan Samudera

Hindia, Perairan tersebut memiliki kekayaan sumberdaya ikan yang melimpah.

Hasil tangkapan di wilayah tersebut sangat beragam dan memiliki nilai ekonomis

yang tinggi, jenis ikan hasil tangkapan yang dominan diantaranya adalah tuna,

paruh panjang, hiu, cakalang, tongkol, binatang berkulit keras dan ikan lainnya.

Ikan tersebut ditangkap menggunakan alat tangkap dan kapal yang berlainan,

khusus ikan tuna alat tangkap yang digunakan adalah longline.

Unit Penangkapan Tuna

Unit penangkapan ikan di PPS Cilacap pada tahun 2013 berjumlah 902 unit

dan pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 646 unit, atau terjadi

penurunan rata-rata sebesar 7,37% per tahun pada periode 2013-2017. Salah

satunya adalah alat tangkap longline yang mengalami penurunan dengan rata-rata

pertahunnya sebesar 7.89% per tahun. Penurunan terjadi karena banyaknya kapal

yang berpindah pangkalan dan ada sebagian hasil tangkapan dijual keluar daerah

Cilacap. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan terhadap biaya operasional yang

semakin mahal, sedangkan biaya yang dikeluarkan tidak sesuai dengan hasil yang

didapatkan oleh nelayan sehingga nelayan mengalami kerugian (Statistik Perikanan

Cilacap 2017).

Page 130: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

118

Nelayan PPS Cilacap dalam memperoleh ikan tuna adalah dengan

menggunakan alat tangkap handline, rawai tuna (longline) dan gillnet. Nurani dan

Wisudo (2007) menyatakan bahwa penangkapan ikan tuna termasuk dalam

perikanan laut dalam (high sea fisheries) karena habitat ikan tuna tersebut berada

di perairan laut bebas (oceanic) dan perairan yang cukup dalam. Ikan tuna yang

berada di perairan dalam ditangkap dengan menggunakan alat tangkap rawai tuna

(longline) dengan aktivitas pengoperasian oleh nelayan membutuhkan waktu yang

relatif lama dan harus di perairan laut lepas, sedangkan untuk ikan tuna yang berada

di permukaan ditangkap dengan menggunakan alat tangkap gillnet dan handline.

Ikan pelagis besar seperti tuna merupakan sasaran utama dari alat tangkap longline.

Menurut Adyas et al. (2011), komponen yang terdapat pada alat tangkap

rawai tuna adalah terdiri dari tali utama, tali cabang, pelampung, tali pelampung,

mata pancing, swivel, pemberat, kawat, bendera dan umpan. Umumnya kapal yang

paling dominan digunakan di PPS Cilacap adalah yang berukuran 20 - 60 GT.

Ikan tuna yang ditangkap oleh nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya

di PPS Cilacap sebagian besar berasal dari fishing ground di wilayah perairan

selatan Yogyakarta (110 BT) sampai wilayah Bengkulu (100 BT), dengan trip

operasi antara 5 sampai 7 bulan. Sedangkan untuk nelayan yang menggunakan alat

tangkap jaring insang hanyut meliputi wilayah perairan pantai Yogyakarta (110 BT)

sampai wilayah perairan Pelabuhanratu dengan lama waktu operasi adalah 15-25

hari per trip (Statistik Perikanan Cilacap 2017). Menurut Nurani dan Wisudo

(2007), jenis ikan tuna yang biasanya tertangkap di perairan Selatan Jawa yaitu

albacore (Thunnus alalunga), big eye tuna (Thunnus obesus), madidihang

(Thunnus albacares) dan blue fin tuna selatan (Thunnus maccoyii). Ikan tuna

tersebut merupakan spesies yang melakukan ruaya jauh (highly migratory spesies)

serta penyebarannya terjadi di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Page 131: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

119

Deskripsi Distribusi Ikan Tuna dari PPS Cilacap

Produksi ikan tuna PPS Cilacap

Potensi pelagis besar yang tersebar di Samudera Hindia cukup melimpah

yaitu sebesar 386,260 ton per tahun dengan produksi sebesar 188,280 ton per tahun

dan tingkat pemanfaatannya adalah sebesar 48.74 persen (Sibagariang et al. 2011).

Produksi ikan tuna yang didaratkan di PPS Cilacap pada periode tahun 2008-2018

dapat terlihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa produksi ikan

tuna secara keseluruhan meningkat, total produksi tertinggi terjadi pada tahun 2018

sebesar 2.919,87 ton sedangkan total produksi terendah terjadi pada tahun 2014

yaitu sebesar 769,90 ton. Turunnya produksi secara tajam pada tahun 2014 salah

satunya disebabkan oleh diberlakukannya Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor 57 Tahun 2014 tentang pelarangan transshipment. Walaupun

setelah itu produksi naik, hanya saja kenaikan lebih pada jenis ikan tuna yang

berukuran kecil.

Tabel 3 Produksi ikan tuna yang didaratkan di PPS Cilacap Tahun 2008-2017

(Tahun)

Jumlah Produksi dari Laut (ton)

TOTAL Albakor Sirip

Biru

Tuna kecil

mata besar

Tuna kecil

sirip kuning

Mata

Besar

Sirip

Kuning

2009 72,51 13,84 49,18 9,76 1.295,05 217,51 1.657,85

2010 195,29 9,70 123,11 13,91 753,33 237,38 1.332,72

2011 437,53 9,77 168,98 21,51 707,82 241,73 1.587,34

2012 157,95 16,05 132,12 89,00 664,01 247,10 1.306,23

2013 115,43 9,97 83,37 11,54 842,34 168,79 1.231,44

2014 77,73 0,09 170,28 33,44 390,15 98,21 769,90

2015 272,04 0,74 432,40 119,04 586,32 146,40 1.556,94

2016 763,03 6,45 530,99 265,31 738,54 481,89 2.786,21

2017 818,34 26,88 492,60 337,93 912,89 288,85 2.877,49

2018 308,61 8,96 1.255,83 474,38 564,74 307,35 2.919,87

Sumber : Statistik PPS Cilacap 2009-2018

Aliran dan Pelaku Pemasaran Tuna dari PPS Cilacap

Nelayan yang menangkap ikan tuna dengan menggunakan kapal longline

melakukan bongkar langsung di PPS Cilacap dan juga ada beberapa kapal yang

melakukan bongkar di PPN Pelabuhanratu dan PPS Nizam Zachman Jakarta.

Page 132: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

120

Berdasarkan hasil wawancara, ketika nelayan melakukan proses penangkapan ikan

tuna di tengah laut, maka dalam jangka waktu satu bulan akan ada kapal transit

yang datang untuk mengambil hasil tangkapan, sehingga kualitas ikan tuna tetap

terjaga. Kapal transit tersebut bertugas untuk membawa stok perbekalan dan

menjemput hasil tangkapan yang didapat oleh nelayan. Menurut Asyhar (2017),

aktivitas tersebut juga disertai pencatatan dari kapal yang menitipkan dengan

ditandatangani oleh nakhoda kapal.

Kapal transit di PPS Cilacap pada umumnya membawa ikan tuna dari laut

sekitar 200-500 ekor dengan biaya transit per ton ikan tuna dari laut sampai ke

tujuan pendaratan adalah Rp. 5.000/ton. Ikan tuna yang sudah didaratkan di PPS

Cilacap yang termasuk kualitas ekspor akan langsung didistribusikan ke Jakarta.

Sedangkan ikan tuna yang tidak termasuk kualitas ekspor akan dibeli langsung oleh

pengumpul tanpa melalui pelelangan terlebih dahulu. Para pengumpul lebih sering

membeli baby tuna dikarenakan harganya yang masih terjangkau atau harganya

sesuai. Biasanya harga baby tuna yang dibeli adalah sebesar Rp.25.000 per kg,

sedangkan ikan tuna pada ukuran tertentu harganya dapat mencapai Rp.60.000 –

70.000 per kg.

Aliran pemasaran tuna di PPS Cilacap sangat dipengaruhi oleh tingkat

kualitas mutu tuna yang didaratkan. Aliran pemasaran tersebut dimulai dari hasil

tangkapan yang didaratkan oleh nelayan hingga pendistribusian, dengan struktur

yang melibatkan banyak pihak (Gambar 2). Ikan tuna bermula dari nelayan sebagai

pelaku pertama yaitu sebagai suplier, ikan tuna tersebut didaratkan di dermaga 3

PPS Cilacap oleh nelayan, kemudian ikan tuna yang berkualitas ekspor akan

langsung didistribusikan ke Jakarta (pengusaha ikan) sebagai distributor, karena

pemilik kapal sudah berkoordinasi sebelumnya dengan pengusaha ikan di Jakarta.

Sedangkan untuk ikan tuna yang tidak termasuk kualitas ekspor, maka ikan tersebut

akan dibeli secara langsung oleh pengumpul. Selanjutnya produk tuna dibeli oleh

retail hingga akhirnya sampai ke pelanggan. Adapun peran dari setiap pelaku rantai

pasok ikan tuna di PPS Cilacap dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 133: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

121

Gambar 2 Aliran pemasaran ikan tuna dari PPS Cilacap

Tabel 2 Pelaku rantai pasok ikan tuna PPS Cilacap dan peranannya.

Tingkat Anggota Aktivitas

Suplier Nelayan pemilik kapal Memasok dan menjual hasil

tangkapan tuna

Manufaktur - Pengusaha transhit

sheed

- Industri pengolahan

Melakukan proses pengolahan bahan

baku dalam kondisi mentah menjadi

setengah jadi

Distributor - Pengusaha transhit

sheed

- Industri pengolahan

- Eksportir

- Pengumpul/bakul

- Industri rumah

tangga

Melakukan pendistribusian bahan

baku/ produk olahan kepada

konsumen dalam negeri dan luar

negeri

Retail 1 - Pengumpul/bakul

- Industri rumah

tangga

Membeli ikan tuna dari nelayan dan

melakukan pengolahan kemudian

dijual kepada konsumen lokal atau

luar kota

Retail 2 Pasar luar negeri, agen, pasar

dan pelelangan

Membeli ikan tuna langsung dari

transhit sheed, mengolah dan menjual

ke pasar swalayan

Pelanggan 1 Konsumen dalam negeri Membeli ikan tuna segar maupun

produk olahan dari retail 1

Pelanggan 2 Konsumen luar negeri Membeli ikan tuna segar maupun

produk olahan dari retail 2

Page 134: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

122

Proses Pemasaran Tuna dari PPS Cilacap

Ikan tuna baik segar maupun beku langsung didistribusikan oleh nelayan

(pemilik kapal) kepada pihak pengusaha yang berada di Jakarta dengan

menggunakan transportasi berupa mobil box yang sudah dilengkapi dengan

pendingin (es serut, freezer). Lama proses distribusi sekitar 6-7 jam yang berisi 70-

100 ekor ikan tuna, biasanya dilakukan pada pukul 08.00 WIB - selesai dan jika

hasil tangkapan melimpah maka proses pendistribusian dilakukan setiap hari baik

pagi, siang, bahkan malam ikan akan langsung didistribusikan ke Jakarta, kecuali

hari kamis tidak dilakukan pendistribusian. Menurut Diatin et al. (2006), aktivitas

terhadap perlakuan untuk hasil tangkapan komoditas ekspor, kualitas ikan

merupakan hal yang paling penting dan paling diutamakan dalam suatu persaingan

baik pasar global maupun lokal. Ketika kualitas selalu diutamakan maka akan

berdampak positif terhadap bisnis yaitu terhadap pendapatan dan biaya produksi.

Biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mendistribusikan ikan tuna dengan

menggunakan jalur darat dari Cilacap untuk sampai ke Jakarta adalah sebesar

Rp.3.500.000 dalam satu kali pengiriman. Perusahaan akan berusaha mengurangi

biaya transportasi yang dikeluarkan dengan memaksimalkan kapasitas mobil box.

Jumlah ikan yang didistribusikan dalam satu kali pengiriman tidak akan

berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan sehingga biaya akan tetap sama,

sebab semakin panjang proses pendistribusian maka biaya yang dikeluarkan

semakin besar (Paoki 2016).

Hubungan keterkaitan yang terjadi antara nelayan dengan mitra di PPS

Cilacap adalah menggunakan metode pull. Produsen (nelayan) dengan mitra sudah

melakukan kerjasama yang cukup lama sehingga timbul kepercayaan dalam bisnis

tersebut yang sudah tidak diragukan lagi. Hal tersebut akan berdampak pada

hubungan bisnis, dimana bisnis yang terjalin diantara keduanya akan berjalan

dengan baik dan lancar. Adapun keuntungan dari metode pull adalah tidak akan

terjadinya penumpukan produk (ikan tuna) di nelayan, sebab jika terjadi

penumpukan maka akan mempengaruhi kualitas mutu ikan tersebut. Akan tetapi,

Page 135: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

123

pelanggan (mitra) akan membutuhkan waktu yang lebih lama sampai ikan

didistribusikan.

Tujuan Pemasaran Tuna dari PPS Cilacap

Pemasaran produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Cilacap

pada tahun 2017 pada umumnya didistribusikan untuk pasar lokal Jawa Tengah

(30%), Jawa Barat (20%), Jawa Timur (10%) dan Jakarta (40%). Khusus untuk

pemasaran ikan tuna umumnya dalam bentuk produk segar dan tuna beku. Produk

ikan tuna tersebut didistribusikan mencakup skala ekspor maupun lokal. Ikan tuna

yang memiliki kualitas sangat baik (A, A+) maka ikan tuna tersebut akan langsung

diekspor ke Jepang dalam bentuk segar. Adapun ikan tuna yang berkualitas sedang

(B dan C) akan dibeli oleh perusahaan pengolahan yang nantinya akan menjadi

produk olahan baik untuk pasar ekspor maupun lokal.

Menurut Sibagariang et al. (2017), tujuan negara untuk pemasaran produk

ikan tuna tergantung produk yang dihasilkan, untuk tuna segar dipasarkan ke

Jepang, tuna kaleng ke Thailand, tuna pouch dipasarkan ke USA dan tuna dalam

kaleng ke Belanda, Inggris, Jerman, USA. Sedangkan pendistribusian ikan tuna

untuk tujuan pemasaran dalam negeri yaitu meliputi daerah Jakarta, Bandung,

Semarang, Yogyakarta dan daerah Cilacap.

Hasil estimasi pasokan ikan tuna dari PPS Cilacap

Estimasi pasokan ikan tuna dari PPS Cilacap, dilakukan berdasarkan data

produksi periode lima tahun sebelumnya, yaitu periode 2014-2018. Estimasi

dilakukan untuk empat tahun kedepan. Estimasi dilakukan untuk masing-masing

jenis ikan yaitu albakor, tuna mata besar (big eye) , tuna sirip kuning (yellowfin),

big eye baby tuna dan yellowfin baby tuna.

Page 136: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

124

Gambar 2 Produksi ikan albakor di PPS Cilacap tahun 2014-2018 dan estimasi

periode tahun 2019-2022

Gambar 2 menunjukkan produksi ikan tuna jenis albakor di PPS Cilacap

periode 2014-2018 dan hasil estimasi tahun 2019-2022. Puncak musim ikan

albakor pada periode 5 tahun terakhir (2014-2018) terjadi pada bulan Juni tahun

2016 sebesar 294,20 ton sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan Agustus

tahun 2014 yaitu sebesar 0,04 ton. Hasil estimasi, puncak musim tertinggi

diestimasi akan terjadi pada bulan Juni tahun 2021 sebesar 210,29 ton dan musim

paceklik terendah akan terjadi pada bulan Agustus - Desember tahun 2019 sebesar

5,91, 5,72, 4,29, 4,39, 5,96 ton.

Gambar 3 Produksi ikan tuna jenis big eye di PPS Cilacap tahun 2014-2018 dan

estimasi periode tahun 2019-2022

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

350,00

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Vo

lum

e P

rod

uksi

(to

n)

WaktuData EstimasiData Aktual

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Vo

lum

e P

rod

uksi

(to

n)

Waktu

Data EstimasiData Aktual

Page 137: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

125

Gambar 3 menunjukkan produksi ikan tuna jenis big eye di PPS Cilacap

periode tahun 2014-2018 dan hasil estimasi tahun 2019-2022. Produksi ikan tuna

mata besar atau big eye berfluktuasi setiap bulannya, dengan puncak musim erjadi

pada bulan September tahun 2014 sebesar 228,56 ton dan musim paceklik terjadi

pada bulan maret tahun 2015 sebesar 1,65 ton. Hasil estimasi, puncak musim

tertinggi akan terjadi pada bulan September tahun 2022 sebesar 201,96 ton dan

musim paceklik akan terjadi pada bulan Februari tahun 2019 sebesar 9,19 ton.

Gambar 4 Produksi ikan tuna jenis yellowfin di PPS Cilacap tahun 2014-2018 dan

estimasi periode tahun 2019-2022

Gambar 4, menunjukkan produksi ikan tuna jenis yellowfin di PPS Cilacap

dan hasil estimasi tahun 2019-2022. Puncak musim ikan tuna jenis yellowfin pada

5 tahun terakhir (2014-2018) terjadi pada bulan September tahun 2016 sebesar

130,77 ton dan musim paceklik terjadi pada bulan Januari tahun 2015 sebesar 0,4

ton. Hasil estimasi, puncak musim tertinggi diestimasi akan terjadi pada bulan juni

tahun 2020 sebesar 110,15 ton dan musim paceklik akan terjadi pada bulan

desember tahun 2019 sebesar 2,81 ton.

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00120,00140,00

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Vo

lum

e P

rod

uksi

(to

n)

Waktu

Page 138: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

126

Gambar 5 Produksi ikan tuna jenis big eye baby tuna di PPS Cilacap tahun 2014-

2018 dan estimasi periode tahun 2019-2022

Gambar 5, menunjukkan produksi big eye baby tuna di PPS Cilacap periode

tahun 2014-2018 dan hasil estimasi tahun 2019-2022. Produksi periode 5 tahun

terakhir (2014-2018) berfluktuasi, dengan musim puncak tertinggi terjadi pada

bulan Agustus tahun 2018 sebesar 259,86 ton dan musim paceklik terjadi pada

bulan Januari tahun 2014 sebesar 0,19 ton. Hasil estimasi, puncak musim tertinggi

akan terjadi pada bulan April tahun 2022 sebesar 126,74 ton dan musim paceklik

akan terjadi pada bulan Januari tahun 2019 sebesar 14,48 ton.

Gambar 6 Produksi ikan tuna jenis yellowfin baby tuna di PPS Cilacap tahun 2014-

2018 dan estimasi periode tahun 2019-2022

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Vo

lum

e P

rod

uksi

(to

n)

WaktuData EstimasiData Aktual

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00120,00140,00160,00

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

Jan

uar

i

Mei

Sep

tem

ber

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Vo

lum

e P

rod

uksi

(to

n)

Waktu

Page 139: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

127

Gambar 6 menunjukkan produksi ikan tuna jenis yellowfin baby tuna di

PPS Cilacap periode tahun 2014-2018, dan hasil estimasi tahun 2019-2022.

Produksi pada 5 tahun terakhir (2014-2018) berfluktuasi, dengan musim puncak

tertinggi terjadi pada bulan Juni tahun 2018 sebesar 140,69 ton dan musim paceklik

terjadi pada bulan Januari, Juni, Desember tahun 2014 dan bulan Januari – Maret

tahun 2016. Hasil estimasi menunjukkan bahwa puncak musim tertinggi akan

terjadi pada bulan Mei tahun 2022 sebesar 102,13 ton dan musim paceklik akan

terjadi pada bulan Desember tahun 2019 sebesar 2,71 ton.

Gambar 7 Rata-rata pertumbuhan volume produksi tahunan ikan tuna tahun 2009-

2022 di PPS Cilacap

Gambar 7 menunjukkan rata-rata pertumbuhan produksi ikan tuna sangat

berfluktuatif dengan hasil estimasi tahun 2019 sampai 2022 menunjukkan bahwa

terjadi trend positif mulai dari tahun 2019 sampai 2021 dan terjadi penurunan

kembali pada tahun 2022. Rata-rata volume produksi tahunan ikan tuna tersebut

akan terjadi peningkatan tertinggi pada tahun 2021 sebesar 718,192 ton dan

terendah pada tahun 2019 sebesar 268,85 ton.

Hasil estimasi selama empat tahun yang akan datang yaitu tahun 2019

sampai 2022, untuk albakor mengalami puncak musim penangkapan terjadi pada

328,802

264,604

315,514

258,036

244,294

153,962

311,24

555,952

570,122

582,182

268,85

493,704

718,192

695,53

0

100

200

300

400

500

600

700

800

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Rat

a-ra

t vo

lum

e p

rod

uksi

(to

n)

Tahun

Page 140: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

128

bulan April – Juli dengan yang tertinggi dicapai pada bulan Juni sebesar 600,74 ton.

Ikan tuna jenis big eye mengalami puncak musim penangkapan terjadi pada bulan

Agustus – November dengan yang tertinggi dicapai pada bulan September sebesar

599,03 ton. Ikan tuna jenis yellowfin mengalami puncak musim penangkapan

terjadi pada bulan April – September dengan yang tertinggi dicapai pada bulan Juni

sebesar 254,15 ton. Jenis big eye baby tuna mengalami puncak musim penangkapan

terjadi pada bulan April – November dengan yang tertinggi dicapai pada bulan Mei

sebesar 415,36 ton. Sedangkan jenis yellowfin baby tuna mengalami puncak musim

penangkapan terjadi pada bulan April – Juli kemudian September – November

dengan yang tertinggi dicapai pada bulan Mei sebesar 242,67 ton. Lintang et al.

(2012) menyatakan bahwa terjadinya puncak musim yang meningkat terhadap ikan

tuna pada bulan-bulan tersebut, menunjukkan bahwa keadaan perairan sedang

berada dalam kondisi yang cukup sesuai dan ketersediaan makanan bagi ikan tuna

yang melimpah, sehinga ikan tuna yang sedang bermigrasi memanfaatkan keadaan

tersebut. Sedangkan menurut Susanto et al. (2001), pada musim ikan tuna

bersamaan dengan nilai klorofil-a tinggi pada bulan-bulan tersebut, karena

disepanjang pesisir selatan Jawa terjadi upwelling yang disebabkan oleh angin

muson tenggara (southeast monsoon). Dampak upwelling tersebut meningkatkan

kesuburan perairan dengan zat hara yang melimpah, sehingga fitoplankton

mengalami peningkatan.

Hasil tangkapan ikan tuna di perairan Samudera Hindia sangat dipengaruhi

oleh faktor musim dimana musim sangat berhubungan dengan pola angin muson

Asia dengan Australia. Angin muson biasanya terjadi pada bulan Desember

sampai Februari sehingga pada bulan tersebut merupakan musim paceklik.

Sedangkan angin muson tenggara berhembus pada bulan Juli sampai Agustus

(Wahju et al. 2013). Aktivitas penangkapan yang dilakukan oleh nelayan dalam

memperoleh hasil tangkapan ikan tuna dengan kondisi yang berfluktuatif sangat

dipengaruhi juga oleh kondisi cuaca. Ketika kondisi cuaca dengan angin bertiup

dengan kencang disertai oleh gelombang yang tinggi, maka nelayan memilih untuk

tidak melaut, para nelayan lebih memilih berada didaratan untuk beristrirahat

Page 141: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

129

sekaligus memperbaiki alat tangkap mereka. Oleh karena itu, meskipun ikan pada

saat itu melimpah dilaut, jika cuaca tidak mendukung maka hasil tangkapan juga

akan menurun (Lintang et al. 2012).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Stakeholder yang terlibat dalam pendistribusian ikan tuna dari PPS Cilacap

diantaranya adalah nelayan pemilik kapal, pengusaha ikan (Jakarta),

pengumpul, perusahaan pengolahan, eksportir, industri rumah tangga dan

konsumen.

2. Hasil estimasi terhadap ketersediaan produksi ikan tuna di PPS Cilacap tahun

2019 sampai 2022 akan mengalami puncak musim penangkapan tertinggi

untuk albacore pada bulan Juni, big eye tuna pada bulan September dan

yellowfin tuna pada bulan Juni.

DAFTAR PUSTAKA

Adyas HA, Zainudin IM, Yusuf M. 2011. Panduan Pengoperasian Tuna Longline

Ramah Lingkungan untuk Mengurangi Hasil Tangkapan Sampingan

(Bycatch). WWF-Indonesia.

Asyhar AN. 2017. Dampak Peraturan Pelarangan Alih Muatan Terhadap Aktivitas

Kapal Rawai Tuna di Cilacap Jawa Tengah. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. https://www.bps.go.id. [Diakses tanggal 28

Agustus 2019].

Diatin IN, Farmayanti, Nita SD. 2006. Kajian Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

di CV Banyu Biru, Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Buletin Ekonomi

Perikanan. 6(3): 81-96.

[Ditjen PSDKP]. Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan. 2018. Statistik Ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Jakarta (ID):

Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Page 142: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

130

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah. 2004. Statistik

Perikanan Tangkap. Cilacap (ID): Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa

Tengah.

Hendratmoko C, Marsudi H. 2010. Analisis tingkat keberdayaan sosial ekonomi

nelayan tangkap di Kabupaten Cilacap. Jurnal Dinamika Sosial. 6(1): 1-17.

Lintang CJ, Labaro IV, Telleng ATR. 2012. Kajian musim penangkapan ikan tuna

dengan alat tangkap hand line di Laut Maluku. Jurnal Ilmu dan Teknologi

Perikanan Tangkap 1(1): 6-9.

Makridakis S, Wheelwright SC. 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta

(ID): Binarupa Aksara.

Nurani TW, Wisudo SH. 2007. Bisnis Perikanan Tuna Longline. Bogor (ID): PSP

Institut Pertanian Bogor.

Paoki K. 2016. Analisis manajemen rantai pasokan pada ponsel samsung di

Samsung Center ITC Manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. 16(4): 335-

336.

[PPS] Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap. 2017. Laporan Tahunan Pelabuhan

Perikanan Samudera Cilacap. Cilacap (ID): PPS Cilacap.

[PPS] Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap. 2018. Laporan Tahunan Pelabuhan

Perikanan Samudera Cilacap. Cilacap (ID): PPS Cilacap.

Sibagariang OP, Fauziyah, Agustriani F. 2011. Analisis potensi lestari sumberdaya

perikanan tuna longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Maspari

Journal 03. 24-29.

Susanto RD, Gordon AL, and Zheng Q. 2001. Upwelling along the coasts of Java

and Sumatra and its relation to ENSO. Geophysical Research Letters. 28(8):

159-160.

[UN Comtrade]. United Nations Commodity Trade Statistics Database. 2017.

https://comtrade.un.org. [Diakses tanggal 15 Mei 2019].

Wahju RI, Zulbainarni N, Soeboer DA. 2013. Hasil tangkapan pancing tonda

berdasarkan musim penangkapan dan daerah penangkapan tuna dengan

rumpon di perairan selatan Pelabuhanratu. BULETIN PSP. 21(1): 97-105.

Page 143: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

131

STRATEGI PENINGKATAN MUTU IKAN TUNA HASIL TANGKAPAN

NELAYAN PANCING TONDA DI PELABUHAN PERIKANAN

NUSANTARA PALABUHANRATU

Strategy For Increasing Quality Of Fish Tuna Fishing Tonda Fisherman

Catching Capacity In Palabuhanrat Archipelago Port

Oleh:

Yuliyanah; Tri Wiji Nurani; Prihatin Ika Wahyuningrum

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRACT

Nusantara port of fisheries (PPN) Palabuhanratu is a fishing port which the largest

tuna fishing center in West Java. The dominant fishing gear that catches tuna in

Palabuhanratu is troll line. Howeever, the catch does not fully meet the fresh intact

export standars that have an impact on the selling valeu of tuna is still low. Fresh

tuna export standards refers to SNI 2693-2006. The purpuso of this study was to

identify the quality of tuna formulate a strategy to improve the quality of tuna

catches of trolling fisherman in Palabuhanratu. The analytical method used is

pareto diagram to identfy the type of defect and swot analysis. The results showed

that the quality of tuna landed in the fresh category tended to be somewhat fresher

wit a value 7. Detective quality of tuna was seen from eyes in a flat eyeball, pupils

were slighty dull gills and 20% mucus of the total sample. The most dominant

quality defect is seen from tuna lended by trolling boats, namely bruises and the the

number of scrateches on the budy of the fish. This has an impact on the catch of the

tackle fishing boats not meeting the fresh intact export standards. Quality defects

in the catches of trolling fisherman caused by the handling carried out by trolling

fisherman are still simple. Therfore a strategy is needed to improve the quality of

tuna. The recommended strategies for improving quality are the application of

CPIB on board, the use of a roof when conducting tuna fishing operations,

improving the understanding of quality by all stakeholders, increasing the hygiene

of handling equipment and controlling the disposal in the hold.

Keywords: Tuna, Troll line, Quality, PPN Palabuhanratu

Page 144: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

132

ABSTRAK

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu merupakan pelabuhan

perikanan yang menjadi sentra perikanan tuna terbesar di Jawa Barat. Alat tangkap

dominan yang digunakan untuk menangkap ikan tuna di PPN Palabuhanratu adalah

pancing tonda. Namun, hasil tangkapan pancing tonda belum sepenuhnya

memenuhi standar ekspor produk tuna utuh segar. Standard ekspor tuna segar

mengacu pada SNI 2693-2006. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi mutu

ikan tuna dan merumuskan strategi peningkatan mutu ikan tuna hasil tangkapan

nelayan pancing tonda di PPN Palabuhanratu. Metode analisis yang digunakan

yaitu diagram pareto untuk mengidentifikasi tipe cacat dan analisis SWOT. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa mutu ikan tuna yang didaratkan dalam kategori

segar cenderung ke agak segar dengan nilai organoleptik 7. Cacat mutu ikan tuna

terlihat dari mata yang dalam kondisi bola mata rata, pupil agak ke abu-abuan,

kornea agak keruh yaitu sekitar 47%; daging agak lunak 35% dan insang agak

kusam dan sedikit lendir 20% dari total sampel. Strategi yang direkomendasikan

untuk meningkatkan mutu adalah penerapan CPIB di atas kapal, penggunaan atap

saat melakukan operasi penangkapan ikan tuna, peningkatan pemahaman mutu oleh

semua stakeholder, peningkatan higienitas peralatan penanganan dan pengontrolan

pembuangan air dalam palka.

Kata kunci: ikan tuna, pancing tonda, mutu, PPN Palabuhanratu

PENDAHULUAN

Perikanan tuna memiliki daya saing yang tinggi dan merupakan produk

andalan Indonesia di sektor perikanan, menjadikannya tidak hanya dipasarkan

secara lokal tetapi juga dipasarkan secara ekspor. Tujuan pasar ekspor ikan tuna di

Indonesia diantaranya yaitu Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa (Yusuf et al.

2017). Pemasaran ikan tuna yang ditujukan untuk pasar ekspor salah satunya

ditentukan dari aspek mutu (Maulana et al. 2012).

Mutu merupakan karakter dari suatu produk yang mempengaruhi nilai jual

produk tersebut. Mutu ikan tidak dapat diperbaiki tetapi dapat dipertahankan

melalui proses penanganan (Huda et al. 2012). Mutu yang baik didapatkan dari

proses penanganan yang baik di kapal, di pelabuhan, sampai dengan ke tempat

tujuan pasar (Nurani et al. 2012). Sjarif et al. (2012) menyatakan bahwa proses

penanganan ikan dimulai dari menjaga kebersihan dan kesehatan di kapal,

Page 145: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

133

kemudian saat menaikkan ikan ke atas geladak, cara penyimpanan, cara

pembongkaran, sampai hasil tangkapan dikemas untuk siap dipasarkan.

Keberpihakan pemerintah akan pentingnya jaminan mutu dan keamanan hasil

perikanan telah tercantum dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan

Indonesia (KEPMENKP) No 52A tahun 2013. Peraturan ini telah mencantumkan

prosedur-prosedur untuk menjamin mutu ikan pada setiap rantai dari kegiatan

industri penangkapan ikan (Nurani et al. 2012). Prosedur tersebut harus dilakukan

oleh pelaku perikanan baik perorangan maupun badan usaha dalam mendukung

terjaminnya mutu dan keamanan hasil perikanan. Manajemen mutu diterapkan dari

hulu sampai hilir, yaitu mulai dari kapal penangkap ikan, di pelabuhan perikanan,

distribusi produk perikanan dan tempat pemasaran ikan (Nurani et al. 2013).

Kapal penangkap ikan sebagai unit operasi penangkapan ikan, memegang

peran sangat penting dari aktivitas utama manajemen mutu setelah ikan ditangkap.

Pada proses produksi di bidang perikanan tangkap, yaitu proses penangkapan ikan,

telah ditetapkan mengenai persyaratan kapal penangkap ikan, persyaratan higenis

kapal dan persyaratan higenis penanganan di kapal dalam menjamin mutu ikan tuna

yang didaratkan (Nurani et al. 2012). Selain itu, tempat pendaratan ikan sebagai

fasilitas utama di pelabuhan perikanan, juga telah ditetapkan persyaratan dalam

mempertahankan mutu ikan.

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu merupakan pelabuhan

perikanan di Indonesia yang bertipe B, yang menjadi tempat bersandarnya kapal

penangkap tuna. Letak PPN Palabahunratu berada di Teluk Palabuhanratu yang

berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Hasil tangkapan ikan pelagis besar

dan ikan pelagis kecil yang cukup besar didaratkan di pelabuhan ini. PPN

Palabuhanratu merupakan penyumbang produksi ikan tuna terbesar di Indonesia,

yaitu dengan persentase pendaratan ikan tuna sebesar 21% dari total pendaratan

ikan tuna Indonesia (Yusuf et al. 2012).

Unit penangkapan ikan tuna yang terdapat di PPN Palabuhanratu terdiri dari

rawai tuna, pancing ulur dan pancing tonda. Unit penangkapan ikan tuna yang

banyak beroperasi yaitu pancing tonda. Pancing tonda yang beroperasi di PPN

Page 146: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

134

Palabuhanratu sebanyak 90 unit dengan rentang ukuran 5-10 GT (PPNP 2018).

Hasil tangkapan pancing tonda meliputi madidihang, bigeye tuna, cakalang, dan

bluefin tuna. Ikan tuna jenis madidihang atau tuna sirip kuning yang memenuhi

standar ekspor dikirim ke Negara tujuan ekspor melalui perusahaan eksportir di

Jakarta. Namun sebagian besar ikan tuna yang ditangkap tidak memenuhi mutu tuna

untuk standar ekspor dalam bentuk utuh (Nurani et al. 2012). Hal ini disebabkan

penanganan yang dilakukan nelayan pancing tonda masih melalui prosedur

penanganan yang sederhana dan belum memenuhi standar penanganan yang ada.

Selain itu, kemunduran mutu pada hasil tangkapan pancing tonda berupa cacat fisik

yang berdampak pada nilai jual ikan tersebut (Sidik 2013).

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan pancing tonda

tersebut, diperlukan penelitian mengenai perbaikan penanganan ikan tuna pada

perikanan pancing tonda di PPN Palabuhanratu. Dengan demikian, diharapkan ikan

tuna hasil tangkapan pancing tonda memiliki nilai jual yang tinggi dan dapat

dipasarkan untuk pasar ekspor. Tujuan akhir penelitian ini adalah merumuskan

strategi dalam membantu nelayan meningkatkan penanganan yang dilakukan untuk

mempertahankan mutu ikan tuna yang didaratkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi mutu ikan tuna hasil tangkapan nelayan pancing tonda di

PPN Palabuhanratu.

2. Merumuskan strategi peningkatan mutu ikan tuna hasil tangkapan kapal

pancing tonda di PPN Palabuhanratu.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 05 Maret sampai 30 Maret 2019.

Lokasi penelitian yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu dan CV

Jaya Mitra.

Page 147: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

135

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.

Studi kasus adalah kajian yang rinci akan suatu peristiwa (Sugiyono 2018). Kasus

yang diteliti yaitu penanganan ikan tuna pada perikanan pancing tonda di PPN

Palabuhanratu. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

accidental sampling untuk menentukan sampel kapal yang akan diamati

penanganannya. Responden dipilih berdasarkan prinsip kebetulan, objek atau

subjek penelitian yang secara cocok dengan tujuan penelitian bertemu dengan

peneliti yang dapat digunakan sebagai sampel penelitian (Sugiyono 2018).

Pengamatan sampel kapal pancing tonda menggunakan proporsi sampel 10% dari

total kapal pancing tonda yang beroperasi di PPN Palabuhanratu. Hal ini mengacu

pada Gulo (2005), yang menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat

ditarik berdasarkan desain penelitian yang digunakan yaitu metode deskriftif

minimal 10% populasi dengan karakteristik sampel tersebut relatif homogen.

Kapal pancing tonda yang terdapat di PPN Palabuhanratu memiliki ukuran 5-

10 GT (PPNP 2018). Sampel kapal yang diamati sebanyak 13 kapal berukuran 6

GT. Nelayan yang diwawancarai sebanyak 20 orang untuk mendapatkan data

penanganan ikan tuna di atas kapal. Rincian nelayan yang diwawancarai terdiri dari

13 nelayan kapal pancing tonda ukuran 6 GT, 3 nelayan kapal pancing tonda ukuran

5 GT, dan 4 nelayan kapal pancing tonda ukuran 10 GT. Selain itu, wawancara

kepada pihak enumerator mutu ikan PPN Palabuhanratu dan wawancara kepada

manager CV Jaya Mitra untuk mengetahui gambaran mutu ikan tuna yang

didaratkan oleh kapal pancing tonda.

Teknik pengambilan sampel ikan tuna yang akan diuji organoleptiknya

menggunakan teknik pengambilan acak sederhana (simpel random sampling).

Teknik ini merupakan teknik pengambilan anggota sampel yang dilakukan secara

acak (Sugiyono 2018). Pengujian organoleptik didasarkan pada 3 spesifikasi yaitu

mata, insang, dan tekstur. Jumlah sampel ikan tuna yang diambil sebanyak 57 ekor

ikan dari 13 kapal pancing tonda yang mendaratkan hasil tangkapan di PPN

Palabuhanratu. Kategori sampel ikan tuna yang dinilai organoleptiknya memiliki

Page 148: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

136

berat minimal 10 kg. Pengambilan sampel ikan tuna di setiap kapal pancing tonda

diambil secara acak dengan proporsi sebanyak 30% dari populasi yang ada. Ukuran

minimum sampel ikan tuna yang dapat ditarik minimal 30% dari populasi dengan

karakteristik sampel tersebut heterogen (Gulo 2005).

Pengamatan cacat mutu pada ikan tuna berpedoman pada beberapa indikator

yang telah ditetapkan sebelumya. Indikator tipe cacat mutu didasarkan pada tiga

jenis cacat yang telah melalui pengujian organoleptik. Tiga jenis cacat tersebut

terdiri dari mata merah, insang berlendir dan berwarna coklat serta daging kurang

kenyal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan umum perikanan tuna di PPN Palabuhanratu

Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu merupakan pelabuhan

perikanan yang terletak di Teluk Palabuhanratu dan menjadi bagian dari perairan

Samudera Hindia (WPP 573). Hal ini menjadikan PPN Palabuhanratu sebagai

sentra perikanan tuna skala besar yang terfokus pada pendaratan tuna, cakalang,

dan tongkol (Rumbewas et al. 2011). Pendaratan ikan tuna di PPN Palabuhanratu

didominasi oleh ikan tuna jenis yellowfin atau biasa disebut dengan ikan

madidihang.

Penangkapan ikan madidihang di PPN Palabuhanratu menggunakan 3 jenis

alat tangkap pancing yang terdiri dari pancing longline, pancing tonda dan pancing

ulur. Penggunaan pancing tonda lebih banyak dioperasikan oleh nelayan di PPN

Palabuhanratu. Pancing tonda dioperasikan pada kapal yang berukuran 5-10 GT

dengan jenis kapal motor. Hasil tangkapan dominan pada kapal pancing tonda

adalah ikan tuna jenis madidihang (PPNP 2018). Hasil tangkapan ikan madidihang

di PPN Palabuhanratu terintegrasi dengan pasar tujuan ekspor (Ardani et al. 2013).

Page 149: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

137

Unit Armada Pancing Tonda

Kapal

Unit armada pancing tonda di PPN Palabuhanratu terdiri dari kapal pancing

tonda dan alat tangkap yang digunakan dalam kapal pancing tonda. Kapal pancing

tonda yang terdapat di PPN Palabuhanratu termasuk kapal mandar atau kapal

sulawesi. Kapal pancing tonda terdiri dari 2 jenis kapal yaitu kapal pancing tonda

yang terbuat dari fiber dan yang terbuat dari kayu. Kapal kayu terbuat dari bahan

kayu bungur. Ukuran kapal pancing tonda berkisar 5-10 GT dengan spesifikasi

panjang kapal 10-15 m, lebar kapal 2-3 m, dan lebar 3-4 m. Daerah penangkapan

kapal pancing tonda berada di koordinat 7, 8, dan 9 LS yang merupakan perairan

Samudera Hindia.

Pancing Tomba

Alat tangkap yang digunakan oleh kapal pancing tonda yaitu pancing taber,

pancing tomba, pancing tonda dan pancing layang-layang. Pancing yang banyak

menangkap ikan tuna yaitu pancing tomba, pancing tonda dan pancing layang-

layang. Pancing tomba merupakan pancing yang target tangkapan utamanya berupa

ikan tuna dengan berat lebih dari 30 kg. Pancing tomba memiliki spesifikasi mata

pancing no 1 dengan tali utama terbuat dari PA monofilament no 3000 dengan

panjang 45 m, tali cabang terbuat dari PA monofilament no 1200 dengan panjang

10m. Pelampung yang digunakan dalam pancing tomba yaitu jerigen (Ihsan et al.

2017).

Pancing Tonda

Pancing tonda merupakan pancing yang paling banyak digunakan selama

operasi penangkapan oleh kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu. Pancing

tonda memiliki spesifikasi mata pancing no 6-7 dengan tali utama terbuat dari PA

monofilament no 50-60 dengan panjang 30-50 m, tali cabang terbuat dari PA

monofilament no 35 sebanyak 12-15 buah dengan panjang 20-30 cm serta jarak

antar pancing sepanjang 1 m (Ihsan et al. 2017). Pada mata pancing diberikan

umpan buatan berupa serabut yang terbuat dari tali plastik.

Page 150: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

138

Pancing Layang-Layang

Pancing layang-layang merupakan pancing yang target utamanya berupa

ikan tuna dengan berat lebih dari 30 kg. Pancing layang-layang memiliki spesifikasi

mata pancing no 5-7 dengan tali utama terbuat dari PA monofilament no 60-80

dengan panjang 30-60 m, tali cabang terbuat dari PA monofilament no 50-60

dengan panjang 3-3.5 m serta jarak antar tali cabang sepanjang 7-10 m (Ihsan et al.

2017). Umpan yang digunakan merupakan umpan buatan yang berbentuk cumi-

cumi.

Penanganan ikan tuna di atas kapal pancing tonda

Penanganan ikan tuna di atas kapal pancing tonda terdiri dari beberapa proses

penanganan. Proses penanganan ikan tuna dimulai saat ikan tuna diangkat dari air

ke atas kapal. Pengoperasian alat tangkap pancing tonda berlangsung dari jam

05.00 WIB sampai 17.00 WIB. Pengoperasian pancing tonda dilakukan melalui 3

tahapan yaitu tahap setting, trolling dan hauling. Tahap Setting dilakukan dengan

cara melempar mata pancing yang telah diberikan umpan satu per satu. Selama

tahap setting kecepatan kapal berkisar 1-2 knot. Kemudian dilakukan tahap trolling

atau penarikanan alat tangkap pancing tonda yang berlangsung terus menerus

dengan kapal mengelilingi rumpon pada posisi berlawanan arus. Kecepatan kapal

selama tahap trolling berkisar 2-4 knot. Hal ini bertujuan agar umpan yang dipasang

pada mata kail bergerak seperti ikan mangsa. Jika salah satu umpan dimakan ikan,

nahkoda memperlambat kecepatan kapal pancing tonda. Selanjutnya dilakukan

proses hauling atau proses pengangkatan ikan tuna ke atas kapal.

Penanganan ikan tuna di atas kapal pancing tonda dimulai saat ikan diangkat

dari air ke atas kapal. Pengangkatan ikan tuna menggunakan alat bantu ganco, yang

dilakukan disekitar bagian insang. Setelah ikan tuna dinaikkan ke atas geladak

kapal, ikan tuna yang memiliki berat di atas 15 kg dimatikan terlebih dahulu dengan

cara memukul bagian kepala menggunakan tongkat kayu. Proses mematikan ini

bertujuan agar ikan tuna tidak banyak meronta, sehingga penampakan daging tuna

Page 151: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

139

tidak terjadi bercak hitam. Tahap selanjutnya dilakukan penyiangan dengan cara

membuang insang dan organ dalam ikan tuna dengan menggunakan pisau.

Penyiangan dilakukan oleh setiap nelayan yang mendapatkan ikan tuna, tidak

terdapat nelayan khusus yang melakukan penyiangan ikan tuna. Penyiangan

dilakukan untuk ikan tuna dengan berat 20 kg ke atas.

Ikan tuna yang telah melewati proses penyiangan, selanjutnya diberikan es

curah yang dimasukkan pada bagian insang dan bagian perut. Selain pemberian es

pada bagian yang telah melawati proses penyiangan, es curah juga digunakan untuk

melapisi bagian bawah dan bagian atas ikan tunanya. Selama proses penyimpanan

ikan tuna, nelayan melakukan pengontrolan jumlah es dalam palka setiap sekali

dalam sehari untuk menambahkan es yang telah mencair.

Penggunaan es curah dalam penanganan ikan tuna pada perikanan pancing

tonda merupakan bagian yang menentukan kesegaran ikan selama masa

penyimpanan ikan. Operasi penangkapan ikan tuna pada kapal pancing tonda

dilakukan selama 13 – 15 hari, dengan lama penyimpanan ikan tuna dalam palka

berlangsung selama 10 sampai 12 hari. Es yang dibawa oleh kapal pancing tonda

merupakan es balok yang telah diserut sebelum berangkat untuk melakukan operasi

penangkapan. Jumlah es balok yang diserut untuk dibawa ke laut berkisar 40 - 60

balok. Gambar 1 menunjukkan proses penanganan ikan tuna di atas kapal.

Gambar 1 Penanganan ikan tuna di atas kapal

Page 152: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

140

Penanganan Ikan Tuna Di PPN Palabuhanratu

Penanganan ikan madidihang di PPN Palabuhanratu masih dilakukan dengan

sederhana. Penggunaan peralatan bongkar seperti sapu tangan dan sepatu sangat

sederhana dan tidak memperhatikan sanitasi dan higenis. Kapal pancing tonda

setelah tiba di pelabuhan langsung melakukan pembongkaran di dua titik dermaga.

Pembongkaran hasil tangkapan kapal pancing tonda dilakukan secara sederhana

tanpa menggunakan teknologi yang mempermudahkan dalam proses bongkar ikan

tuna. Pembongkaran ikan tuna hasil tangkapan kapal pancing tonda di PPN

Palabuhanratu tidak dilakukan di tempat pendaratan ikan. Pembongkaran dilakukan

di dua titik dermaga. Proses pembongkaran ikan madidihang dilakukan bergantung

pada waktu kapal pancing tonda tiba di PPN Palabuhanratu. Pembongkaran tidak

mempertimbangkan waktu yang tepat untuk melakukan proses pembongkaran.

Selama penelitian berlangsung, 13 kapal yang bongkar, sebanyak 9 kapal pancing

tonda melakukan pembongkaran pada siang hari yang dapat berpengaruh terhadap

kemunduran mutu ikan.

Kapal pancing tonda tiba di PPN Palabuhanratu, kemudian nelayan

melakukan pemberian air laut ke dalam palka. Hal ini bertujuan agar ikan tuna yang

telah menyatu dengan es dapat mudah diangkat oleh nelayan. Selama pemberian air

laut pada palka, ada nelayan yang masuk ke dalam palka. Nelayan ini bertugas

untuk mengangkat ikan tuna ke atas geladak kapal. Namun selama pengangkatan

ikan tuna dari dalam palka ke geladak kapal. Nelayan menginjak ikan tuna dan

selama proses pengangkatan, nelayan tidak melakukannya dengan hati-hati yang

akan berdampak pada kualitas ikan tuna yang didaratkan.

Pembongkaran ikan madidihang yang dilakukan pada kapal pancing tonda di

PPN Palabuhanratu tidak dipersiapkan dengan baik. Pembongkaran ikan

madidihang tidak ditutupi terpal untuk menjaga ikan tuna terpapar sinar matahari.

Nelayan hanya mempercepat waktu bongkar hasil tangkapan ikan madidihang di

PPN Palabuhanratu. Saat pembongkaran berlangsung, nelayan tidak melakukan

pemberian es secara berkelanjutan yang menyebabkan rantai dingin terputus.

Gambar 2 menunjukkan proses pemindahan ikan tuna dari kapal ke darmaga.

Page 153: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

141

Gambar 2 Pemindahan ikan tuna dari kapal ke dermaga

Mutu Ikan Tuna

Mutu ikan tuna yang didaratkan oleh kapal pancing tonda di PPN

Palabuhanratu dideskripsikan terkait dengan mutu kesegaran dan tipe cacat.

Mutu kesegaran ikan madidihang yang didaratkan oleh kapal pancing tonda

Mutu kesegaran ikan dipengaruhi oleh penanganan yang dilakukan oleh

nelayan. Mutu kesegaran ikan dianalisis melalui uji organoleptik. Pengujian

organoleptik pada ikan tuna yang didaratkan menitikberatkan pada mata, insang,

dan tekstur seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 nilai rata-rata organoleptik

Rata-rata nilai organoleptik

Mata Insang Tekstur Jumlah

7.2 6.8 7.4 21.8

Interval nilai

organoleptik P(6.62 ≤ µ ≤ 7.58)

Mengacu pada standar ikan segar yaitu SNI 01-2346-2006, interval nilai rata-

rata organoleptik ikan tuna berada pada P(6.62 ≤ µ ≤ 7.58). Nilai rata-rata

Page 154: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

142

organoleptik ini menunjukkan bahwa ikan tuna dalam kategori masih segar.

Kisaran nilai rata-rata berada pada nilai 6.62 dan dibulatkan menjadi 7.0, untuk nilai

spesifikasi dari mata, insang dan tekstur.

Kisaran kriteria kesegaran ikan menurut uji organoleptik dibagi menjadi 3

kategori, yaitu segar, agak segar, dan tidak segar (SNI 2006). Kisaran kriteria Segar

yaitu nilai kisaran uji organoleptik 7-9; Agak segar yaitu nilai kisaran uji

organoleptik 5-6; dan Tidak segar yaitu nilai kisaran uji organoleptik 1-4

Secara umum mata ikan tuna yang didaratkan agak cerah, bola mata rata,

pupil agak ke abu-abuan, kornea agak keruh. Insang ikan tuna berwarna merah

agak kusam tanpa lendir, dan untuk tekstur atau konsistensi ikan tuna yang

didaratkan agak lunak, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari

tulang belakang.

Tipe cacat mutu ikan madidihang yang didaratkan oleh kapal pancing tonda

di PPN Palabuhanratu

Mutu merupakan karakter dari suatu produk yang mempengaruhi nilai jual

produk tersebut. Kemunduran mutu pada suatu produk sangat berpengaruh

terhadap kualitas yang menyebabkan nilai jual semakin rendah. Kemunduran mutu

pada ikan tuna yang diamati dapat dilihat dari beberapa tipe cacat mutu yang

didapatkan secara sensori dengan melihat, meraba dan menekan ikan dengan

berpatokan pada SNI 01-2346-2006. Cacat mutu ikan tuna hasil tangkapan kapal

pancing tonda dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 155: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

143

Gambar 1 Diagram Pareto Cacat mutu

Diagram pareto merupakan suatu diagram yang menggambarkan item cacat,

sumbu vertikal menunjukkan besarnya cacat dalam persentase. Diagram pareto

menunjukan masalah apa yang pertama harus dipecahkan untuk menghilangkan

kerusakan atau memperbaiki proses yang ada. Sumbu horizontal menunjukan item

cacat dimulai dengan item cacat utama di kiri ke cacat yang kurang utama ke kanan

dan diatur sesuai tingkatannya (Ishikawa 1989).

Mata merah merupakan tipe cacat yang paling besar dalam proporsi

keseluruhan sampel yang diamati. Menurut Litay et al. (2017) penyebab kerusakan

pada mata disebabkan oleh kurangnya pemberian es dalam palka selama proses

penyimpanan, sehingga laju pertumbuhan bakteri pada ikan meningkat. Proses yang

perlu diperbaiki dalam penanganan ikan tuna di atas kapal yaitu perlu dilakukan

pemberian es secara kontinu.

Cacat mutu ikan tuna yang didaratkan oleh kapal pancing tonda berupa cacat

fisik pada bagian mata, insang dan tekstur. Cacat mutu terlihat dari mata yang dalam

kondisi bola mata rata, pupil agak ke abu-abuan, kornea agak keruh yaitu sekitar

47%; daging agak lunak 35% dan insang agak kusam dan sedikit lendir 20% dari

total sampel. Hal ini juga dipertegas oleh penelitian Wiratama (2011) bahwa cacat

mutu ikan tuna yang didaratkan oleh kapal pancing tonda di PPP Sadeng,

Yogyakarta terdiri dari insang berlendir, mata merah, kornea agak keruh, warna

insang merah coklat, dan daging perut agak lembek yang menyebar secara merata.

47%

80%

100%

0%

50%

100%

02468

101214

Mata merah Daging

kurang

kenyal

Insang

berlendir dan

berwarna

coklat

Jumlah Persentase cacat kumulatif

Page 156: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

144

Cacat fisik yang terdapat pada kenampakan mata, insang, dan tekstur

merupakan cacat yang disebabkan oleh kurangnya pemberian es pada ikan selama

penanganan yang berdampak pada laju pertumbuhan bakteri yang semakin

meningkat (Litaay et al. 2017). Pemberian es pada hasil tangkapan ikan tuna yang

dilakukan oleh nelayan setempat hanya dikira-kira dan tanpa adanya penambahan

es secara konyinu. Es yang digunakan merupakan es curah. Menurut Kusumah et

al. (2016) penggunaan es curah dalam proses mendinginkan hasil tangkapan perlu

adanya penambahan es ke dalam boks penyimpanan setelah 3.5 jam selama proses

penyimpanan berlangsung secara berkelanjutan.

Tekstur daging kurang kenyal terjadi akibat penanganan yang belum baik

yang dilakukan oleh nelayan. Pelunakan tekstur pada ikan disebabkan oleh

kurangnya es yang diberikan oleh nelayan serta disebabkan benturan fisik yang

menyebabkan tekstur daging menjadi lunak. Benturan fisik dapat terjadi mulai dari

penangkapan dan selama pengangkutan (Lestari et al. 2015). Selama proses

penangkapan ikan tuna di kapal pancing tonda, nelayan sulit mengangkat ikan tuna

dengan berat di atas 20 kg.

Cacat fisik dominan yang ditemukan di sampel ikan yang diamati yaitu

penampakan luar tubuh ikan yang tergores. Sebanyak 46 ikan tuna dari 57 ekor ikan

tuna yang diamati mengalami kulit tergores. Keterbatasan peralatan pengangkatan

ikan tuna di atas kapal menyebabkan peluang besar ikan tuna mengalami benturan

fisik. Hal ini yang menyebabkan hasil tangkapan ikan tuna pada kapal pancing

tonda sulit menembus pasar ekspor fresh tuna karena secara penampakan dari luar

terdapat banyak memar dan goresan pada bagian tubuh ikan tuna.

Strategi Peningkatan Mutu Ikan Tuna yang dilakukan di Atas Kapal Pancing

Tonda

Perumusan strategi peningkatan penanganan ikan tuna di atas kapal

menggunakanan analisis SWOT. Analisis SWOT dilakukan melalui

memaksimalkan kekuatan dalam penanganan yang dilakukan oleh nelayan kapal

pancing tonda untuk mempertahankan mutu ikan tuna, dan peluang yang terdapat

Page 157: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

145

di luar penanganan ikan tuna yang bernilai positif untuk peningkatan penanganan

ikan tuna oleh nelayan pancing tonda. Secara bersamaan meminimalkan kelemahan

dalam penanganan yang dilakukan oleh nelayan pancing tonda dan berdampak pada

aktivitas kemunduran mutu ikan tuna, serta ancaman yang dapat merugikan

nelayan pancing tonda. Hasil perumusan strategi disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Matriks SWOT perumusan strategi peningkatan penanganan mutu ikan

tuna oleh nelayan pancing tonda di PPN Palabuhanratu.

STRENGTHS (S)

1) Pengececkan jumlah

es dalam palka yang

dilakukan setiap sehari

sekali (S1)

2) Terdapat 2 jenis palka

yang berinsulansi (S2)

3) Penggunaan alat

tangkap pancing tonda

yang tidak merusak

bagian dalam tubuh

ikan(S3)

WEAKNESSES (W)

1) Keterbatasan peralatan

penanganan di atas kapal

(W1)

2) Lubang pembuangan air

dalam palka sering macet

(W2)

3) Keterbatasan es untuk

menjaga kualitas ikan

tuna di atas kapal (W3)

OPPORTUNITES (O)

1) Ikan tuna memiliki

nilai ekonomis

tinggi (O1)

2) Peluang pasar ikan

tuna yang tinggi(O2)

3) Dukungan dari

pemerintah untuk

jaminan mutu ikan

tuna pada peraturan

KEPMENKP no 52a

tahun 2013(O3)

4) Terdapat CV Jaya

Mitra sebagai

perantara untuk

mengirim ikan tuna

ke perusahaan

eksportir di

Jakarta(O4)

STRATEGI SO

1) Sosialisasi dan

penyuluhan kepada

nelayan terkait cara

penanganan ikan

yang baik (CPIB)

dalam mendukung

ikan tuna layak

ekspor (S1), (O3)

STRATEGI WO

1) Pengontrolan pembuangan

air dalam palka yang

dilakukan minimal setiap

sekali sehari (W2), (O1),

(O3)

2) Penambahan peralatan

penanganan di atas kapal

yang sesuai dengan

standar peraturan yang ada

(W1),

(W3),(W4),(O1),(O2)(O3)

Page 158: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

146

TREATS ( T)

1) Penanganan ikan

tuna berdasarkan

pengalaman nelayan

setempat(T1)

2) Konstruksi armada

pancing tonda yang

tidak dilengkapi

atap(T2)

STRATEGI ST

1) Penggunaan atap

saat melakukan

operasi

penangkapan ikan

tuna (S1), (S3),

(T2)

2) peningkatan

pemahaman mutu

oleh semua

stakeholder

(S3),(T1)

STRATEGI WT

1) Penambahan lubang

buangan (drainase) pada

palka (W2) (T1)

2) peningkatan higienitas

peralatan penanganan

(W1)(T1)

Strategi S-O

Strategi yang memanfaatkan kekuatan untuk mendapatkan peluang.

Kekuatan didapatkan dari aktivitas penanaganan serta peralatan yang digunakan

selama penanaganan ikan tuna. Peluang didapatkan dari luar aktivitas penanganan

ikan tuna yang menguntungkan subjek strategi. Strategi S-O yaitu Sosialisasi dan

penyuluhan kepada nelayan terkait cara penanganan ikan yang baik (CPIB) dalam

mendukung ikan tuna layak ekspor.

Strategi W-O

Strategi yang memanfaatkan peluang untuk meminimalkan kelemahan.

Kelemahan didapatkan dari aktivitas penanganan serta peralatan yang digunakan

yang menyebabkan kemunduran mutu ikan tuna. Strategi W-O terdiri dari

pengontrolan pembuangan air dalam palka, penambahan peralatan penanganan di

atas kapal yang sesuai dengan standar peraturan yang ada.

Strategi S-T

Strategi yang memanfaatkan kekuatan untuk menghindari ancaman.

Ancaman didapatkan dari luar aktivitas penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh

nelayan kapal pancing tonda dalam mempertahankan mutu ikan. Strategi S-T terdiri

dari penggunaan atap saat melakukan operasi penangkapan dan peningkatan

pemahaman mutu oleh stakeholder.

Page 159: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

147

Strategi W-T

Strategi yang mengurangi kelemahan dan ancaman yang ada. Strategi W-T

terdiri dari Penambahan lubang buangan (drainase) pada palka dan peningkatan

higienitas peralatan penanganan.

KESIMPULAN

1. Penanganan ikan tuna di atas kapal terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan

tersebut berupa operasi penangkapan ikan, hauling ikan tuna, pembunuhan ikan

madidihang, penyiangan ikan tuna, pembersihan ikan tuna, pemberian es dan

tahapan terakhir berupa penyimpanan dalam palka. Penanganan ikan tuna di

PPN Palabuhanratu terdiri dari beberpa tahapan yaitu pemberian air ke dalam

palka, hauling ikan tuna, dan meletakkan ikan ke gerobak.

2. Ikan madidihang yang didaratkan masih dalam kategori segar. Nilai organoleptik

pada mata ikan yang diamati dengan nilai 7, untuk insang dengan nilai 7 dan

untuk tekstur dengan nilai 7. Cacat mutu pada ikan madidihang terdiri dari mata

merah dengan persentase cacat 47%, daging kurang kenyal 33% dan insang

berlendir dan berwarna coklat sebesar 20 %.

3. Strategi penanganan ikan tuna yang perlu dilakukan di atas kapal yaitu strategi

WT yang terdiri dari penggunaan atap saat melakukan operasi penangkapan

ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardani, Nurani TW, Lubis E. 2013. Integrasi Pasar Komoditas Unggulan

Minapolitan di Palabuhanratu. Marine Fisheries. 4(1):23-33.

Furqan I. 2017. Penanganan Hasil Tangkapan Tuna di Pelabuhan Perikanan

Pondokdadap untuk Memenuhi Standar Pasar Ekspor [tesis]. Bogor(ID):

Institut Pertanian Bogor.

Huda MA, Baheramsyah A, Cahyono B. 2013. Desain Sistem Pendingin Ruang

Muat Kapal Ikan Tradisional dengan Menggunakan Campuran Es Kering

dan Cold Ice yang Berbahan Dasar Propylene Glycol. Jurnal Teknik Pomits.

2(1): 2301-9271.

Page 160: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

148

Ihsan M, Yusfiandani R, Baskoro MS, Mawardi W. 2017. Hasil Tangkapan Ikan

Madidihang dari Aspek Teknis dan Biologi Menggunakan Armada Pancing

Tonda di PPN Palabuhanratu. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan.

8(1):115-123.

Ishikawa K. 1989. Teknik Penentuan Pengendalian Mutu. Jakarta (ID):

Mediyatama Sarana Perkasa.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Keputusan Menteri Kelautan

dan Perikanan Nomor 52 Tahun 2013 Tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi.

Jakarta (ID): KKP.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Inspeksi Cara Penanganan Ikan

yang Baik (CPIB) Berdasarkan Konsepsi HACCP pada Unit

Pengumpul/Supplier. Jakarta(ID): KKP

Kusumah AP, Novita Y, Soeboer DA. 2015. Performa Pelelehan Es pada Bentuk

Es yang Berbeda. Marine Fisheries. 6(1): 97-108

Litaay C, Wisudo SH, Haluan J, Harianto B. 2017. Pengaruh Perbedaan Metode

Pendinginan dan Waktu Penyimpanan Terhadap Mutu Organoleptik Ikan

Cakalang Segar. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 9(2):717-726.

Lestari N, Yuwana, Efendi Z. 2015. Identifikasi Kesegaran dan Kerusakan Fisik

Ikan di Pasar Minggu Kota Bengkulu. Jurnal Agroindustri. 5(1): 44-56.

Lubis E, Wiyono ES, Nirmalanti M. 2010. Penanganan Selama Transportasi

Terhadap Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Nizam Zachman: Aspek Biologi dan Teknis. Jurnal Mangrove dan Pesisir.

10(1):1-7.

Maulana H, Afrianto E, Rustikawati I. 2012. Analisis Bahaya Penanganan dan

Penentuan Titik Kritis pada Penanganan Tuna Segar Utuh di PT Bali Ocean

Anugrah Linger Indonesia Benoa. Journal Perikanan dan Kelautan.3(4):1-5.

Nugroho P. 2002. Pengaruh Perbedaan Mata Ukuran Pancing Terhadap Hasil

Tangkapan Pancing Tonda di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat

[skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Nurani TW, Wisudo SH, Imron M. 2012. Implementasi Manajemen Mutu pada

Industri Penangkapan Ikan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(2):103-113.

Nurani TW, Astarini JE, Nareswari M. 2011. Sistem Penyedian dan Pengendalian

Kualitas Produk Ikan Segar Hypermarket. Journal Pengolahan Hasil

Perikanan. 14(1): 56-62.

Nurani TW. 2011. Manajemen Mutu dalam Industri Perikanan. di dalam: Nurani

Tw, Simbolon D, Solihin A,Yuniarta S, Editor. Buku I New Paradigm In

Marine Fisheries: Pemanfaatan dan Pengeloloan Sumberdaya Laut

Page 161: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

149

Berkelanjutan. 2011 Jun 28; Bogor, Indonesia Bogor (ID). Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. hlm 223-224.

Nurani TW, Murdanil RPS, Harahap MH. 2013. Upaya Penanganan Mutu Ikan

Tuna Segar Hasil Tangkapan Kapal Tuna Longline untuk Tujuan Ekspor.

Marine Fisheries. 4(2): 153-162.

Nurani TW, Wisudo SH. 2007. Bisnis Perikanan Tuna Longline. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2018. Statistik Perikanan

Pelabuhan Nusantara Palabuhanratu tahun 2014-2018. PPN Palabuhanratu.

Putra AP. 2015. Penerapan Teknik Produksi Bersih pada Usaha Perikanan Tuna

(Studi Kasus Kapal Longline Di PPS Cilacap) [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Wahyuningrum PI, Nurani TW, Rahmi TA. 2012. Usaha Perikanan Tangkap Multi

Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Maspari Journal. 4(1): 10-22

Rangkuti F. 2006. Teknik Membedah Kasus Bisnis, Analisis SWOT. Jakarta(ID): PT

Gramedia Pustaka Utama.

Rumbewas F, Andaki JA, Dien CR. 2015. Karakteristik Buruh Wanita Pengangkut

Ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tumumpa Kota Manado. Jurnal Ilmiah

Agrobisnis Perikanan. 3(5): 249-258

Sidik F. 2013. Mutu dan Perdagangan Ikan Tuna Hasil Tangkapan Longline yang

didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta [skripsi]. Bogor(ID): Institut

Pertanian Bogor.

Suryaningrum TD, Ikasari D, Octavini H. 2017. Evaluasi Mutu Tuna Loin Segar

untuk Sashimi yang Diolah Diatas Perahu Selama Penanganan dan

Distribusinya di Ambon. JPB Kelautan dan Perikanan. 12(2):165-178

Sjarif B, Suwardiyono, Gautama S D. 2012. Penangkapan dan Penangan Ikan Tuna

Segar di Kapal Rawai Tuna. Asikin Z, Editor. Jakarta(ID): Balai Besar

Pengembangan Penangkapan Ikan.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung (ID): ALFHABETA

Suhubawa latif. 2016. Teknik Penanganan Hasil Perikanan. Yogyakarta(ID):

UGM Press.

Yusuf R, Arthatiani FY, Putri HM. 2017. Peluang Pasar Ekspor Indonesia: Suatu

Pendekatan Analisis Bayesian. Jurnal Kebijakan dan Sosek. 7(1): 39-50.

Yusra M, Hamzah A, Syahnur S. 2014. Analisis Permintaan Tuna Sirip Kuning

(Yellowfin) Indonesia di Pasar Jepang. Jurnal Ilmu Ekonomi. 2(2):72-81.

Page 162: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

150

PELUANG USAHA PENYEWAAN COLD STORAGE IKAN DI

PELABUHAN PERIKANAN MUARA ANGKE (STUDI KASUS PT

LAUTAN MUTIARA JAYA)

Business Opportunities for Leasing Fish Cold Storage in Muara Angke Fishing

Port (Case Study in PT Lautan Mutiara Jaya)

Oleh:

Nurani Khoerunnisa1, Julia Eka Astarini2, Wawan Oktariza2

1,2Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Email: [email protected], [email protected],

[email protected]

ABSTRACT

Increasing fish production makes fisheries entrepreneurs need efforts to keep

the product quality stay on standard with the provision of cold storage. PT Lautan

Mutiara Jaya is one of the fish cold storage companies in Muara Angke Fishing

Port managed by the port to support fisheries activities at port. The port

management is trying to increase the cold storage capacity due to the high demand

for fish so that the PT Lautan Mutiara Jaya can be used as an example for other

cold storage development. This study aims to determine the capacity, utilization,

species composition and the size of fish stored in cold storage, and to analyze the

feasibility of cold storage business that holds in PT Lautan Mutiara Jaya in Muara

Angke Fishing Port. Case study method was applied in this research through

qualitative analysis to determine the capacity, utility, species composition and the

size of fish that stored in cold storage and quantitative analysis to determine the

business value of cold storage. The result shows that the total capacity of cold

storage of PT Lautan Mutiara Jaya was 900 tons with only 750 tons or 83% of the

total available capacity been utilized. Types of fish stored in cold storage were

squid, shrimp, kite, and mackerel. Based on Net Present Value calculations

(6.021.942.437), Net Benefit and Cost Ratio (4,64), internal rate of return (53%)

Page 163: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

151

and payback periods (2,54) obtained, the calculation results have met the feasibility

criteria based on the investment criteria. Thus, cold storage business PT Lautan

Mutiara Jaya feasible to be implemented.

Keywords: Business analysis, cold storage, Muara Angke Fishing Port

ABSTRAK

Produksi ikan yang semakin meningkat membuat pengusaha perikanan perlu

melakukan upaya agar mutu produknya tetap baik dengan pengadaan tempat

penyimpanan ikan (cold storage). PT Lautan Mutiara Jaya merupakan salah satu

perusahaan cold storage ikan di PPN Muara Angke Jakarta yang dikelola oleh pihak

pelabuhan untuk menunjang kegiatan perikanan di pelabuhan. Pengelola pelabuhan

berupaya menambah kapasitas cold storage karena banyaknya permintaan ikan

sehingga PT Lautan Mutiara Jaya dapat dijadikan contoh untuk pembangunan cold

storage lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas, utilitas,

komposisi jenis dan besaran ikan yang disimpan di cold storage, serta menganalisis

kelayakan usaha cold storage PT Lautan Mutiara Jaya di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Muara Angke. Studi kasus pada perusahaan dilakukan dengan metode

kualitiatif yang akan mendeskripsikan kapasitas, utilitas, serta jenis dan besaran

ikan yang disimpan di cold storage. Perhitungan nilai usaha cold storage akan

dilakukan dengan analisis kuantitatif sesuai dengan kriteria investasi. Berdasarkan

hasil penelitian, total kapasitas cold storage PT Lautan Mutiara Jaya sebesar 900

ton. Utilitas cold storage PT Lautan Mutiara Jaya yaitu 750 ton atau 83% dari total

kapasitas yang tersedia. Jenis ikan yang disimpan dalam cold storage yaitu cumi-

cumi, udang, layang dan tenggiri. Berdasarkan perhitungan Net Present Value

(6.021.942.437), Net Benefit and Cost Ratio (4,64), internal rate of return (53%)

dan payback period (2,54) yang diperoleh, perusahaan telah memenuhi ukuran

kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Dengan demikian, usaha cold storage PT

Lautan Mutiara Jaya layak untuk dilaksanakan.

Kata kunci: Analisis usaha, cold storage, investasi, Pelabuhan Perikanan

Nusantara Muara Angke

Page 164: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

152

PENDAHULUAN

Usaha perikanan tangkap di Indonesia yang semakin berkembang

berpengaruh terhadap peningkatan produksi perikanan. Produksi ikan nasional pada

tahun 2013 sebanyak 6,1 juta ton, meningkat di tahun 2014 menjadi 6,4 juta ton,

kemudian naik lagi pada tahun 2015 menjadi 6,6 juta ton, lalu di tahun 2016

menjadi 6,83 juta ton, sampai pada tahun 2017 sebanyak 7,7 juta ton (Nurhayat et

al. 2018). Produksi ikan yang semakin meningkat membuat pengusaha perikanan

perlu melakukan upaya agar mutu produknya tetap baik. Salah satu cara

mempertahankan mutu ikan yaitu dengan pengadaan tempat penyimpanan ikan

(cold storage). Cold storage diharapkan dapat meningkatkan nilai jual hasil

tangkapan nelayan dan pedagang (Juanda, Martunis 2014).

Cold storage merupakan suatu alat penyimpan bahan baku ikan yang segar

sehingga dapat digunakan waktu dibutuhkan (Darmadi dan Sulistyowati 2015).

Cold storage dalam pelabuhan perikanan merupakan fasilitas fungsional untuk

meningkatkan nilai guna sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan. Cold

storage berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara produk-produk

perikanan yang tidak langsung dipasarkan karena berbagai alasan, diantaranya

menunggu harga yang baik, kelebihan produksi, atau tempat transit (Lubis 2012).

Ruangan dalam cold storage mempunyai temperatur sekitar -30, -45 sampai -60 oC,

sehingga ikan menjadi beku.

Salah satu pelabuhan perikanan yang didalamnya terdapat sarana cold storage

yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke. Produksi ikan di PPN

Muara Angke berasal dari aktivitas bongkar muat kapal ikan, tempat pelelangan

ikan (TPI) dan pasar ikan yang tersedia. Pada kurun waktu lima tahun terakhir,

produksi ikan di PPN Muara Angke mencapai 269.364,141 ton (UPT PPN Muara

Angke 2017). Banyaknya permintaan ikan di PPN Muara Angke membuat pihak

pengelola pelabuhan menambah kapasitas gudang berpendingin (cold storage).

Pada tahun 2015, kapasitas cold storage di PPN Muara Angke sebesar 6000 ton

(Laoli 2015). Pada 2017, kapasitas cold storage di PPN Muara Angke bertambah

Page 165: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

153

hingga menjadi 7.360 ton. Pemilik cold storage terdiri dari berbagai badan usaha

yaitu UD, CV, dan PT dengan jumlah 26 perusahaan (UPT PPN Muara Angke

2017). Pembangunan cold storage tersebut terus bertambah agar dapat menyerap

ikan lokal dalam jumlah banyak.

Salah satu perusahaan cold storage di PPN Muara Angke yaitu PT. Lautan

Mutiara Jaya. Perusahaan ini merupakan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,

satu-satunya perusahaan cold storage pemerintah yang dibangun di kawasan PPN

Muara Angke di antara 25 perusahaan cold storage lainnya yang merupakan milik

swasta. Cold storage tersebut dapat memuat 900 ton ikan. Berdasarkan laporan

UPT Muara Angke tahun 2017, volume ikan yang disimpan di cold storage PT

Lautan Mutiara Jaya rata-rata 600 ton per minggu dari total rata-rata volume

keseluruhan cold storage yang ada di Muara Angke yaitu sebanyak 4.380 ton ikan

per minggu atau sekitar 16%.

Permintaan ikan yang tinggi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara Angke

Jakarta dari berbagai daerah perlu memperhitungkan kapasitas tempat

penyimpanan ikan (cold storage) untuk menjaga mutunya. Pada tahun 2016,

penjualan dari pasar ikan mencapai 56.997,390 ton selanjutnya meningkat hingga

57.701,284 ton di tahun 2017. Ikan yang belum laku terjual perlu disimpan

beberapa waktu untuk menjaga mutunya. Maka kapasitas cold storage terus

meningkat seiring bertambahnya permintaan ikan dari tahun ke tahun. Oleh karena

hal tersebut, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui secara terperinci

mengenai kondisi kapasitas, utilitas, komposisi jenis dan besaran ikan yang

disimpan dalam cold storage dan kelayakan, serta peluang usaha cold storage

dengan contoh kasus di PT Lautan Mutiara Jaya PPN Muara Angke Jakarta.

METODE

Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga April 2018 dengan metode

studi kasus. Pengumpulan data difokuskan untuk mengetahui kapasitas, utilitas,

komposisi jenis dan besaran ikan yang disimpan di cold storage serta kelayakan

dan peluang usaha cold storage di PPN Muara Angke Jakarta. Data yang digunakan

Page 166: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

154

diperoleh dari perusahaan cold storage dan Unit Pelaksana Teknis PPN Muara

Angke, berupa laporan perusahaan dan hasil wawancara. Adapun responden yang

diwawancarai berjumlah 8 orang, yaitu 2 orang pegawai Unit Pelaksana Teknis

(UPT), 1 orang pemimpin perusahaan, 3 orang karyawan perusahaan bagian

produksi, 1 orang kepala mekanik perusahaan, dan 1 orang karyawan perusahaan

bagian keuangan. Penentuan responden tersebut berdasarkan pengetahuan

mengenai kondisi cold storage di PPN Muara Angke dan PT Lautan Mutiara Jaya.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif dan analisis

kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui

kapasitas, utilitas, serta komposisi jenis dan besaran ikan yang disimpan di cold

storage. Analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis kelayakan usaha untuk

menghitung kelayakan usaha cold storage.

1. Keuntungan

Keuntungan adalah besarnya penerimaan setelah dikurangi dengan biaya

yang dikeluarkan untuk proses produksi baik tetap maupun tidak tetap. Rumus

untuk menghitung keuntungan menurut Primyastanto (2011) sebagai berikut.

π = TR - TC

Keterangan:

𝜋 : keuntungan (Rp/tahun)

TR : Total revenue (pendapatan total)

TC : Total cost (biaya total)

Kriteria:

Jika total penerimaan > total biaya, maka usaha dikatakan untung dan

layak untuk dilanjutkan.

Jika total penerimaan = total biaya, maka usaha dikatakan tidak untung dan

tidak rugi (impas).

Jika total penerimaan < total biaya, maka usaha dikatakan rugi dan tidak

layak untuk dilanjutkan.

Page 167: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

155

2. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) yaitu selisih antara manfaat (benefit) dengan biaya

(cost) yang telah dijadikan nilai sekarang (Kadariah 1999). Rumus NPV sebagai

berikut:

𝑁𝑃𝑉 = ∑Bt-Ct

(1+i)t

n

t=0

Keterangan:

Bt= manfaat yang diperoleh tiap tahun

Ct= biaya yang dikeluarkan tiap tahun

n= jumlah tahun

i= tingkat suku bunga

t= tahun

Kriteria:

NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat

dilaksanakan.

NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang

dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya

tidak dilaksanakan.

NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar

modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain,

proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi

3. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C)

Net benefit and cost ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara

jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang yang

bernilai negatif. Rumus Net B/C sebagai berikut (Kadariah et al. 1999):

Dimana (Bt-Ct > 0)

(Bt-Ct< 0)

Page 168: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

156

Kriteria:

Net B/C > 1, maka NPV > 0, proyek menguntungkan

Net B/C < 1, maka NPV > 0, proyek merugikan

Net B/C > 1, maka NPV > 0, proyek tidak untung dan tidak rugi

4. Internal Rate of Return (IRR)

Gittinger (1986) menyebutkan bahwa Internal Rate of Return (IRR) adalah

tingkat rata-rata keuntungan interen tahunan bagi perusahaan yang melakukan

investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat

suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang

digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat

suku bunga yang berlakudan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku

bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus untuk

menghitung IRR (Kadariah et al. 1999):

IRR= i + ( (NPV

NPV-NPV') x (i’-i))

Keterangan:

i : discount rate yang menghasilkan NPV positif

i’ : discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV : NPV yang bernilai positif

NPV’ : NPV yang bernilai negatif

5. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) atau tingkat pengembalian investasi menunjukkan

jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali,

semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat

dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono 2000). Rumus

untuk payback period (Brigham dan Houston 2011):

PP = n + (a-b)

(c-b) x 1 tahun

Page 169: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

157

Keterangan:

n : tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum menutup investasi

mula-mula

a : jumlah investasi mula-mula

b : jumlah arus kas pada tahun ke-n

c : jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n + 1

6. Break Even Point (BEP)

Break Even Point atau titik impas merupakan keadaan suatu usaha berada

pada posisi tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Analisis

BEP merupakan profit planning approach yang mendasarkan pada hubungan antara

biaya dan penghasilan penjualan (Primyastanto 2011). Cara perhitungan BEP

sebagai berikut:

BEP penjualan = FC

1- vc

S

BEP unit = FC

p-v

Keterangan:

FC : biaya tetap

VC : biaya variabel

S : jumlah penerimaan

p : harga per unit

v : biaya variabel per unit

HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Kapasitas Cold Storage PT Lautan Mutiara Jaya

PT LMJ memiliki tiga ruang penyimpanan (cold storage) dengan luas 675 m2

dan dua ruang pembekuan atau Air Blast Freezer (ABF) dengan luas 450 m2.

Ruangan cold storage tersebut diberi nama CS1, CS2 dan CS3. Luas masing-

masing ruangannya yaitu CS1 seluas 15 m x 20 m, CS2 seluas 15 m x 20 m, dan

CS3 dengan luas 15 m x 15 m. Ruang ABF diberi nama ABF1 dan ABF2 dengan

Page 170: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

158

ukuran 15 m x 30 m. Total kapasitas ketiga cold storage adalah 900 ton, dapat diihat

pada tabel 1 berikut.

Tabel 1 Kapasitas ruangan cold storage

Ruangan Kapasitas (Ton)

CS1 400

CS2 200

CS3 300

Total 900

Ruang pembekuan yang disewakan berupa ABF1 dengan kapasitas 2,5 ton

dan ABF2 sebesar 3,5 ton. Perusahaan menyewakan alat pembeku jenis lain kepada

pelanggan berupa mesin contact plat freezer (CPF) dengan kapasitas 1,1 ton.

2) Utilitas Cold Storage PT Lautan Mutiara Jaya

Utilitas menunjukkan pemanfaatan ruang yang digunakan dari total kapasitas

yang tersedia. Tiga ruang cold storage selalu terisi oleh ikan setiap harinya.

Walaupun demikian, ruangan dengan kapasitas 900 ton tidak dapat terisi ikan

seluruhnya. Pada penggunaannya, hanya 750 ton volume ruangan yang dapat terisi.

Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan media lain untuk mengemas ikan yang

dapat mengurangi volume isi ruangan, seperti lapisan karung dan box styrofoam.

Oleh karena itu, ruangan cold storage yang digunakan hanya 83% dari total

kapasitasnya.

Ruang cold storage telah dimanfaatkan berdasarkan kapasitas yang tersedia.

Berdasarkan penelitian Faruza et al. (2015), tingkat pemanfaatan cold storage dapat

dihitung berdasarkan perbandingan antara kapasitas yang terpakai dengan kapasitas

yang tersedia. Hasil dari perbandingan tersebut dijadikan bentuk persen sehingga

dapat diketahui berapa persen pemanfaatannya. Pemanfaatan ruang di PT Lautan

Mutiara Jaya sebesar 83% telah dimanfaatkan dengan baik sesuai peruntukkannya.

Page 171: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

159

Tabel 2 Perhitungan persentase utilitas cold storage

Ruangan Kapasitas Utilitas Persentase

CS1 400 350 87.5%

CS2 200 150 75%

CS3 300 250 83%

Total 900 750 83%

Persentase = (Utilitas/Kapasitas) x 100%

Ruang pembekuan (ABF) dapat digunakan sesuai dengan kapasitasnya, yaitu

2,5 ton untuk ABF1 dan 3,5 ton untuk ABF2. Ikan hanya dibungkus dengan satu

lapis karung sehingga tidak mengurangi volume ruangan secara signifikan (Gambar

1). Mesin CPF dapat digunakan untuk 1 ton ikan karena mesin ini berupa

lempengan yang hanya dapat memuat ikan dalam jumlah sedikit.

Gambar 1 Ruang pembekuan ikan (ABF)

3) Komposisi Jenis dan Besaran Ikan di Cold Storage PT Lautan

Mutiara Jaya

Ikan yang disimpan dalam cold storage berasal dari kapal nelayan ataupun

perusahaan perikanan di Muara Angke. Kapal di Muara Angke biasanya beroperasi

setiap 3 bulan untuk 1 kali trip. Kapal melakukan kegiatan penangkapan dengan

memerhatikan kondisi cuaca, ombak, dan angin. Berdasarkan kondisi tersebut,

banyaknya ikan yang disimpan dalam cold storage dipengaruhi oleh musim

penangkapan dan hasil tangkapan nelayan selama kurun waktu tersebut. Nelayan

dan perusahaan biasanya menyimpan ikan mereka selama dua hari sampai tiga

Page 172: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

160

bulan. Ikan yang telah disimpan dapat diambil kembali oleh pemilik dan

didistribusikan sesuai dengan kebutuhan pemilik. Alur penyimpanan dan

pengambilan ikan dalam cold storage disajikan dalam gambar 3 berikut.

Gambar 2a Alur penyimpanan ikan di cold storage

Gambar 2b Alur pengambilan ikan dari cold storage

Ikan hasil tangkapan yang telah dibongkar dari kapal ikan akan disimpan

dalam cold storage dalam beberapa waktu. Tujuan ikan disimpan yaitu untuk

mempertahankan mutu dan menjaga stok ikan. Ketika hasil tangkapan banyak

(musim ikan), maka ikan disimpan agar saat hasil tangkapan sedikit (musim

paceklik) ikan tetap tersedia. Hasil tangkapan dari bongkar muat kapal selanjutnya

diantarkan ke cold storage dengan truk pendingin. Ikan yang akan masuk ke tempat

penyimpanan diterima dahulu di ruang material penerimaan ikan untuk dibersihkan,

selanjutnya ikan disortir berdasarkan jenis dan ukuran di ruang proses. Ikan yang

telah disortir akan ditimbang dan dikemas dalam karung, kardus atau box styrofoam

di ruang pengepakan. Jika ikan sudah dikemas dengan rapi, selanjutnya dimasukkan

ke dalam cold storage, disimpan berdasarkan jenisnya, serta diberi label untuk

mempermudah pengambilan ikan.

Ikan yang disimpan dalam cold storage dan ABF bermacam-macam jenisnya

seperti kakap, cucut, udang, layang, dan tenggiri namun komoditas ikan terbanyak

yang disimpan adalah cumi-cumi. Ikan-ikan tersebut dikelompokkan ukurannya

berdasarkan permintaan pasar. Ikan kakap dan cucut biasanya hanya dibekukan

Kapal Truk

Pendingin

Ruang material

penerimaan ikan

Ruang proses

(sortir ikan)

Ruang

pengepakan ikan

Masuk ke dalam

cold storage

Ikan di dalam cold

storage Pemilik ikan Pembeli

Page 173: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

161

dalam ABF dan dalam sehari diambil kembali oleh pemiliknya. Ikan yang disimpan

dalam cold storage disajikan dalam Gambar 3.

Cumi-cumi

Udang

Layang Tenggiri

Gambar 3 Jenis ikan yang disimpan dalam cold storage

Cold storage dapat menampung ikan hingga 120 ton dalam satu hari. Berikut

gambaran rata-rata penyimpanan ikan dalam satu hari (Tabel 3).

Tabel 3 Jenis, ukuran, volume rata-rata dan persentase ikan per hari yang disimpan

dalam cold storage

Jenis ikan Nama dagang Ukuran

Volume rata-rata

(kg) /hari

Persentase

cumi-cumi cumi cendol 8-10 cm 80.000

67%

cumi kasar 10-12 cm

cumi susun 5 12-14 cm

cumi susun 4 15-16 cm

cumi susun 3 16-20 cm

cumi susun 2 21-30 cm

cumi besar >31 cm

Page 174: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

162

udang udang king 13-17 cm 40 0,034%

udang jumbo 18-21 cm

layang 8-10 kg/ekor 19.000 16%

10-12 kg/ekor

12-15 kg/ekor

tenggiri 1-2 kg/ekor 20.000 17%

3-5 kg/ekor

5-7 kg/ekor

Total 119.040

Sumber: Hasil dari wawancara dengan karyawan bagian produksi perusahaan

(data diolah)

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa cumi-cumi merupakan

komoditas terbanyak yang disimpan dalam cold storage yaitu sebanyak 80 ton/hari

atau sebesar 67%. Cumi-cumi merupakan komoditas utama di PPN Muara Angke

Jakarta dengan produksi rata-rata per bulan sebanyak 2.250,708 ton (UPT PPN

Muara Angke 2017). Ikan lainnya yaitu tenggiri, layang dan udang disimpan dalam

cold storage dengan besaran 20 ton, 19 ton, dan 40 kg per hari.

4) Analisis Kelayakan Usaha

Penerimaan

Penerimaan PT LMJ diperoleh dari jasa sewa penyimpanan, jasa sewa

pembekuan, dan jasa pengepakan ikan. Penerimaan perusahaan dihitung dengan

mengalikan jumlah produksi dengan harga setiap kilogram ikan selama umur usaha.

Produksi ikan tergantung pada musim penangkapan ikan. Hasil tangkapan pada saat

musim ikan (musim timur) akan lebih banyak dibandingkan pada musim paceklik

(musim barat) (Yustiarani 2008). Saat ikan berlimpah maka penerimaan tinggi,

sebaliknya jika ikan sedikit maka penerimaan rendah. Penerimaan perusahaan dari

ikan yang disimpan dalam satu tahun disajikan dalam Tabel 4 berikut.

Page 175: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

163

Tabel 4 Penerimaan PT LMJ dalam satu tahun

Bulan

Cold storage ABF

Jumlah (kg)

Penerimaan

(Rp) Jumlah (kg)

Penerimaan

(Rp)

Januari 447.455 313.218.500 - -

Februari 413.278 289.294.600 - -

Maret 445.502 311.851.400 4.665 6.997.500

April 554.646 388.252.200 8.242 12.363.000

Mei 498.900 349.230.000 4.100 6.150.000

Juni 703.137 492.195.900 3.658 5.487.000

Juli 483.100 338.170.000 - -

Agustus 363.200 254.240.000 - -

September 970.200 679.140.000 40.052 60.078.000

Oktober 1.227.000 858.900.000 28.802 43.203.000

Nopember 1.417.200 992.040.000 36.180 54.270.000

Desember 1.405.000 983.500.000 35.550 53.325.000

Jumlah 8.928.618 6.250.032.600 161.249 241.873.500

Total penerimaan cold storage dan ABF 6.491.906.100

Keterangan : Penerimaan cold storage = jumlah x harga (Rp 25) x hari (28)

Penerimaan ABF = jumlah x harga (Rp 1.500) x hari (1)

Harga sewa dihitung berdasarkan jumlah ikan per kilogram per lama

penyimpanan. Harga sewa penyimpanan ikan dalam cold storage adalah Rp 25,-

per kg/hari, untuk pembekuan ikan dalam ABF per kg/penyimpanan sebesar

Rp1.500,-. Jumlah penerimaan dari jasa sewa penyimpanan dalam cold storage

diasumsikan dengan jumlah hari kerja yaitu 28 hari per bulan sehingga diperoleh

Rp 6.250.032.600,- dalam satu tahun. Penerimaan dari jasa pembekuan dalam ABF

yaitu Rp 241.873.500,- dalam satu tahun dengan perhitungan sewa per hari. Total

penerimaan PT LMJ dalam setahun sebesar Rp 6.491.906.100,-.

Page 176: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

164

Biaya Investasi

Biaya investasi yaitu biaya yang dikeluarkan saat usaha mulai dilakukan pada

tahun pertama. Biaya investasi perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan

penyewaan tempat penyimpanan ikan dan pembekuan ikan meliputi mesin,

bangunan serta peralatan. Investasi terdiri dari aset berupa bangunan, mesin cold

storage dan air blast freezer (ABF), mesin contact plat freezer (CPF), forklift, meja

besi, timbangan dan trolley. Total biaya investasi perusahaan sebesar Rp

8.209.200.000,- (Tabel 5).

Tabel 5 Biaya investasi

No Uraian Unit Satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp)

1. Mesin

Cold storage 3 Unit 800.000.000 2.400.000.000

Air blast freezer

(ABF)

2 Unit 500.000.000 1.000.000.000

Contact plat freezer

(CPF)

1 Unit 60.000.000 60.000.000

2. Gedung pembekuan 450 m2 3.000.000 1.350.000.000

3. Gedung penyimpanan 675 m2 3.000.000 2.025.000.000

4. Gedung kantor 7,5 m2 3.000.000 22.500.000

5. Gedung operator 142,5 m2 3.000.000 427.500.000

6. Gedung pengepakan 300 m2 3.000.000 900.000.000

7. Forklift 1 unit 15.000.000 15.000.000

8. Meja besi 3 unit 900.000 2.700.000

9. Timbangan manual

kap 100 kg

1 unit 2.000.000 2.000.000

10. Timbangan digital kap

30 kg

1 unit 1.500.000 1.500.000

11. Trolley 3 unit 3.000.000 3.000.000

Total investasi 8.209.200.000

Biaya Operasional

Biaya operasional yang dikeluarkan PT LMJ meliputi biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

yang penggunaannya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi (Primyastanto 2011).

Total biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp 774.728.000,- (Tabel 6).

Page 177: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

165

Tabel 6 Biaya tetap

No Uraian Unit Satuan Harga (Rp)

1. Biaya Penyusutan mesin

Cold storage 1 tahun 216.000.000

Air blast freezer (ABF) 1 tahun 90.000.000

Contact plat freezer (CPF) 1 tahun 5.400.000

2. Biaya penyusutan gedung

Gedung pembekuan 1 121.500.000

Gedung penyimpanan 1 182.250.000

Gedung kantor 1 2.025.000

Gedung operator 38.475.000

Gedung pengepakan 81.000.000

3. Biaya penyusutan peralatan

Forklift 1 tahun 1.350.000

Meja besi 1 tahun 243.000

Timbangan manual kap 100 kg 1 tahun 180.000

Timbangan digital kap 30 kg 1 tahun 135.000

Trolley 1 tahun 270.000

4. Biaya Pemeliharaan

Mesin (oli) 1 tahun 18.900.000

Overhaul 1 tahun 12.000.000

5. Biaya pemeliharaan gedung 1 tahun 5.000.000

Total biaya tetap 774.728.000

Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung

dengan jumlah produksi (Primyastanto 2011), biayanya dapat berubah-ubah

tergantung dari perubahan jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel terdiri

dari upah tenaga kerja, listrik, bahan baku untuk pengepakan tujuan ekspor, biaya

cargo, biaya retribusi dan pajak. Total biaya variabel yang dikeluarkan dalam satu

tahun yaitu sebesar Rp 3.242.002.503,-. Rincian biaya variabel disajikan dalam

Tabel 7.

Page 178: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

166

Tabel 7 Biaya variabel

No Uraian Unit Satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp)

1 Upah pegawai

1 tahun

1.147.800.000

1.147.800.000

2 Listrik

1 tahun

840.000.000

840.000.000

3

Bahan baku

(pengepakan tujuan

ekspor)

1 tahun

37.836.000

37.836.000

4 Biaya cargo 24.000 kg 16.000

384.000.000

5 Biaya retribusi

1 tahun

370.298.190

370.298.190

6 Pajak

1 tahun

462.068.313

462.068.313

Total biaya variabel 3.242.002.503

Analisis Laba Rugi

Proyeksi laba rugi disusun oleh data-data pendapatan dan biaya. Dalam

analisis laba rugi usaha, pendapatan diperoleh dari penerimaan, sedangkan

komponen biaya disusun oleh biaya tetap dan biaya variabel. Perhitungan laba rugi

usaha dimulai dengan mengurangi seluruh penerimaan dengan total biaya tetap dan

varibel. Hasil perhitungan laba rugi usaha menunjukkan bahwa perusahaan

mendapatkan keuntungan sebesar Rp 2.477.575.597,- dalam setahun.

Analisis Kelayakan Usaha

Pada perhitungan kelayakan usaha, terdapat beberapa asumsi yang digunakan

yaitu:

1. Umur usaha sesuai dengan umur teknis cold storage yaitu 10 tahun.

Penentuan umur teknis cold storage dalam analisis kelayakan usaha

berdasarkan masa pakai teknis dari aset vital yaitu mesin cold storage. Fasilitas

utama ini diperkirakan memiliki masa pakai teknis selama 10 tahun, sehingga

masa analisis yang digunakan juga selama 10 tahun (Syafril 2009).

2. Harga input tetap selama umur usaha.

3. Penerimaan dari jasa sewa penyimpanan, pembekuan ikan, dan jasa

pengepakan tetap selama umur usaha.

Page 179: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

167

4. Terdapat nilai sisa sebesar 10% dari investasi pada akhir umur usaha.

5. Discount rate 5.3% berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Rakyat

Indonesia (BRI) per Mei 2018. Hal ini dikarenakan modal perusahaan yang

digunakan berasal dari modal pemilik sendiri.

Penggunaan suku bunga deposito Bank BRI, karena pemilik menabung uang

pada bank tersebut.

Nilai net benefit yang diperoleh tersebut dijadikan dasar perhitungan kelayakan

finansial berdasarkan kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net

Benefit/Cost (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP).

Hasil analisis kelayakan usaha dapat dilihat dalam Tabel 8.

Tabel 8 Hasil analisis kelayakan PT LMJ

NPV 6.021.942.437

Net B/C 4,64

IRR 53%

PP 2,54

Berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi di atas, PT LMJ

menghasilkan Net Present Value (NPV) yang lebih besar dari nol yaitu sebesar

6.021.942.437. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan

secara finansial. Nilai Net B/C yang diperoleh dari analisis sebesar 4,64. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan investasi dalam usaha memenuhi ukuran

kelayakan berdasarkan kriteria Net B/C lebih dari 1, maka usaha menguntungkan.

Nilai Net B/C sebesar 2,54 menunjukkan bahwa setiap biaya sebesar Rp 1,- akan

menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 2,54,-.

Ukuran kriteria investasi lainnya yaitu IRR diperoleh hasil sebesar 53%. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa penggunaan investasi pada usaha ini lebih baik

memberikan keuntungan interen sebesar 53% per tahun. Nilai tersebut lebih besar

dari tingkat suku bunga yang digunakan yaitu 53% sehingga dapat dikatakan bahwa

usaha layak untuk dilaksanakan.

Jangka waktu pengembalian investasi dari usaha ditunjukkan dari nilai

payback period yang diperoleh yaitu 2,54 atau 2 tahun 6 bulan 14 hari. Jangka

Page 180: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

168

waktu tersebut kurang dari umur usaha selama 10 tahun sehingga dapat dikatakan

bahwa usaha baik untuk dijalankan. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000),

semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk

diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk kegiatan lain.

Berdasarkan perhitungan NPV, Net B/C, IRR dan payback period yang diperoleh,

hasil perhitungan telah memenuhi ukuran kelayakan berdasarkan kriteria investasi.

Dengan demikian, usaha cold storage PT Lautan Mutiara Jaya layak untuk

dilaksanakan.

5) Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) atau titik impas merupakan keadaan dimana suatu

usaha berada pada posisi tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami

kerugian (Primyastanto 2011). Hasil perhitungan menunjukkan BEP harga Rp

1.547.002.187 per tahun dan BEP unit sebesar 2.291.400,57 kg. Jadi PT Lautan

Mutiara Jaya dapat menutupi segala biaya yang dikeluarkan pada total nilai

penerimaan sebesar Rp 1.547.002.187,- dan total unit 2.291.400,57 kg.

Rekomendasi Peluang Usaha

Berikut merupakan rekomendasi peluang usaha cold storage yang dapat dilakukan.

INTERNAL FACTOR

EXTERNAL FACTOR

STRENGTHS (S)

1) Perusahaan milik

pemerintah (S1)

2) Kapasitas penyimpanan

besar (S2)

3) Produksi perikanan di

PPN Muara Angke

melimpah (S3)

WEAKNESSES (W)

1) Hanya melayani jasa

penyewaan bagi pelaku

usaha yang sudah dikenal

(W1)

2) Mesin yang terbatas,

hanya 3 cold storage, dan

2 ABF (W2)

3) Jumlah tenaga kerja

terampil kurang memadai

(W3)

OPPORTUNITIES (O)

1) Lahan yang masih luas

memungkinkan untuk

penambahan kapasitas cold

storage (O1)

2) Peluang pasar di Muara

Angke yang tinggi (O2)

3) Dukungan dari pemerintah

daerah dan UPT untuk

pengembangan cold storage

(O3)

STRATEGI SO

1) Pemerintah daerah dan

UPT melakukan analisis

perencanaan terkait

penambahan kapasitas

cold storage atau

membuat perusahaan cold

storage baru (S1), (S3),

(O1), (O3)

STRATEGI WO

1) Promosi kepada pelaku

usaha lain (W1), (O2)

2) Pelatihan dan sertifikasi

kompetensi kepada tenaga

kerja (W3), (O3)

Page 181: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

169

Berdasarkan analisis SWOT (strength, weakness, opportunities, threats) yang

telah dilakukan, terdapat tujuh strategi sebagai peluang usaha cold storage ikan di

PPN Muara Angke Jakarta, yaitu:

1. Pemerintah daerah dan UPT melakukan analisis perencanaan terkait

penambahan kapasitas cold storage atau membuat perusahaan cold storage baru

2. Promosi kepada pelaku usaha lain

3. Pelatihan dan sertifikasi kompetensi kepada tenaga kerja

4. Pemeriksaan stok ikan secara teratur dengan memperhatikan musim ikan

5. Peningkatan mutu dan pelayanan cold storage

6. Peningkatan hubungan baik dan kepercayaan dengan mitra usaha yang sudah

bekerjasama

7. Peningkatan kualitas tenaga kerja

Keberhasilan strategi peluang usaha ini sangat dipengaruhi oleh kesungguhan

instansi terkait serta dukungan masyarakat yang ada di daerah (Putra et al. 2015).

Perusahaan, UPT dan Pemerintah Daerah harus bekerjasama untuk

mengembangkan usaha cold storage di pelabuhan perikanan. Pengembangan usaha

perikanan di kawasan pelabuhan perikanan harus dilakukan secara revolusioner dan

menguntungkan bagi semua pihak (Lubis et al. 2012).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Cold storage PT Lautan Mutiara Jaya di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Muara Angke Jakarta memiliki tiga ruang pendingin dengan total kapasitas

THREATS (T)

1) Produksi ikan sedikit saat

paceklik, sehingga cold

storage kosong (T1)

2) Persaingan dengan

perusahaan cold storage

swasta (T2)

STRATEGI ST

1) Pemeriksaan stok ikan

secara teratur dengan

memperhatikan musim

ikan (S2), (T1)

2) Peningkatan mutu dan

pelayanan cold storage

(S1), (T2)

STRATEGI WT

1) Peningkatan hubungan

baik dan kepercayaan

dengan mitra usaha yang

sudah bekerjasama (W1),

(T2)

2) Peningkatan kualitas

tenaga kerja (W3), (T2)

Page 182: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

170

sebesar 900 ton, dua ruang pembekuan sebesar 6 ton dan satu ruang contact

plat freezer dengan kapasitas 1.1 ton.

2. Utilitas cold storage PT Lautan Mutiara Jaya dari tiga ruang pendingin yaitu

750 ton atau 83% dari total kapasitas yang tersedia.

3. Ikan yang disimpan dalam cold storage PT Lautan Mutiara Jaya yaitu cumi-

cumi (8 - >31 cm), udang ( 13-21 cm), layang (8-15 ekor/kg) dan tenggiri (1-

7 kg/ekor) dengan rata-rata volume ikan per hari sebanyak 120 ton.

4. Berdasarkan perhitungan NPV, Net B/C, IRR dan payback period yang

diperoleh, usaha cold storage memenuhi ukuran kelayakan berdasarkan kriteria

investasi. Perusahaan cold storage layak dikembangkan dengan tujuh

rekomendasi peluang usaha berdasarkan hasil analisis SWOT.

SARAN

1. Perusahaan dapat memperluas kerjasama dengan nelayan ataupun perusahaan

lain untuk kegiatan penyewaan cold storage agar kapasitas ruangan dapat terisi

lebih optimal.

2. Perusahaan dapat menambah tenaga kerja terampil, khususnya pada bagian

produksi agar kegiatan di cold storage seperti pencatatan ikan yang masuk ke

dalam cold storage ataupun kegiatan ekspor dapat berjalan dengan rapi dan

teratur.

3. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan pengambilan sampel lebih dari satu

perusahaan dan menambah analisis aspek lainnya seperti aspek pemasaran dan

aspek teknis sehingga hasil yang didapatkan lebih variatif dan dapat dijadikan

perbandingan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Anton dan UPT PPN Muara

Angke yang telah memberi izin penelitian di perusahaan cold storage PT Lautan

Mutiara Jaya.

Page 183: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

171

DAFTAR PUSTAKA

Brigham EF, Houston JF. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 11.

Jakarta (ID): Salemba Empat.

Darmadi D, Sulistyowati W. 2015. Rancang Bangun Mini Cold Storage untuk

Menunjang UKM di Paciran Kabupaten Lamongan. Neptunus Jurnal Kelautan.

20(1): 81-95.

Faruza F, Zain J, Ronald MH. 2015. Efficiency of utilization of facility cold storage

PT Golden Cup Seafood in Ocean Fishing Port of Belawan North Sumatra.

Jurnal Perikanan dan Kelautan 16(1): 1-9.

Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua.

Slamet Sutomo dan Komet Mangiri. Penerjemah. Jakarta (ID): Universitas

Indonesia.

Husnan S, Suwarsono M. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat.

Yogyakarta (ID): UPP AMP YKPN.

Juanda, Martunis. 2014. Analisa Kelayakan Finansial Pengembangan Cold Storage

Plant di Pelabuhan Perikanan Lampulo Baru Banda Aceh. Jurnal Teknologi dan

Industri Pertanian Indonesia. 6(1): 18-21.

Kadariah. 1999. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Jakarta (ID): Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Kadariah, Karlina L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta (ID):

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Laoli N. 2015 Jun 30. Muara Angke tambah kapasitas cold storage ikan.

Kontan.co.id

Lubis E. 2012. Pelabuhan Perikanan. Bogor (ID): IPB Press.

Lubis E, Pane AB, Muninggar R, Hamzah A. 2012. Besaran Kerugian Nelayan

dalam Pemasaran Hasil Tangkapan : Kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu. Maspari Journal. 4(2): 159-167.

Page 184: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

172

Nurhayat W, Toruan E, Saputro W. 2018. Produksi Perikanan Tangkap Indonesia

Terus Naik, Ini Datanya [internet]. [diunduh 2018 Oktober 12]. Tersedia pada:

http://www.kumparan.com/amp/kumparanbisnis/produksi-perikanan-tangkap-

indonesia-terus-naik-ini-datanya-.html.

PPN Muara Angke. 2015. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara

Angke. Jakarta (ID): PPN Muara Angke.

Primyastanto M. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan (Sebagai Aplikasi dari

Teori Studi Kelayakan Usaha Perikanan). Malang (ID): Universitas Brawijaya

Press.

Putra DP, Baskoro MS, Wiyono ES, Wisudo SH. 2015. Peran Stakeholder Dalam

Pengelolaan Perikanan Udang Skala Kecil di Kabupaten Cilacap, Provinsi

Jawa Tengah. Jakarta (ID): Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan

Konservasi Sumberdaya.

Syafril M. 2009. Kelayakan Finansial Pembangunan Cold Storage di Desa Senaken

Kabupaten Paser. Jurnal EPP. 6(1): 1-8.

[UPT PPN Muara Angke] Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Nusantara

Muara Angke. 2017. Data Kapasitas Cold Storage Unit Pengelola Pelabuhan

Muara Angke. Jakarta (ID): UPT PPN Muara Angke.

[UPT PPN Muara Angke] Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Nusantara

Muara Angke. 2017. Laporan Produksi Perikanan Tahun 2017. Jakarta (ID):

UPT PPN Muara Angke.

Yustiarani A. 2008. Kajian Pendapatan Nelayan dari Usaha Penangkapan Ikan dan

Bagian Retribusi Pelelangan Ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara

Angke. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Page 185: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

173

STRATEGI PEMENUHAN STANDAR DAN PERSYARATAN EKSPOR

IKAN TUNA KE PASAR UNI EROPA

Strategy to Meet The Standards and Requirements for Tuna Exports to The EU

Market

Audita Diah Sabrina1*; Tri Wiji Nurani2; Prihatin Ika Wahyuningrum3

1,2,3Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRACT The European Union market is an Indonesia export destination sountry with strict

quality standards for tuna products. This caused many tuna fish products from the

Indonesian fish processing unit to experience rejection. This study aims to measure

the gap in the quality of tuna products exported with EU market standards and

requirements, analyze the cause of rejection and make recomendations on

strategies for meeting the standards and export requirements of Europeans. This

research was conducted at the Nizam Zachman Jakarta Fishing Port, with case

study in PT X. The analytical method used is the scoring method, fish bone and

SWOT analysis. The results of the study showed that the Indonesian eligibility score

was 19 or a moderate level of tension, while the European Union score was 23 or

high. The main cause of the decline in the quality of tuna products in PT X is caused

by human factors, machinery, methods, testing, environment, and material. The

recomendation strategy is to carry out comprehensive monitoring in each proces

flow process up to transport to the destination, the implementation of traceability

in the raw material supply chain, optimization of the application of HACCP and

CPIB, and laboratory testing with the right sample.

Keywords: tuna fish product, requirement, standard, European Union

ABSTRAK

Pasar Uni Eropa merupakan negara tujuan ekspor Indonesia dengan standar mutu

produk ikan tuna ketat. Hal tersebut menyebabkan banyak produk ikan tuna dari

unit pengolahan ikan Indonesia mengalami penolakan. Penelitian ini bertujuan

untuk mengukur kesenjangan mutu produk tuna yang diekspor dengan standar dan

persyaratan pasar Uni Eropa, menganalisis penyebab penolakan dan membuat

rekomendasi strategi untuk pemenuhan standar dan persyaratan ekspor ikan tuna ke

Uni Eropa. Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam

Zachman Jakarta, dengan studi kasus di PT X. Metode analisis yang digunakan

yaitu metode skoring, analisis fish bone dan analisis SWOT. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kesenjangan persyaratan Indonesia memperoleh skor 19 atau

tingkat keketatan sedang, sementara skore Uni Eropa adalah 23 atau keketatan

Page 186: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

174

tinggi. Penyebab utama penurunan mutu produk tuna di PT X yaitu disebabkan oleh

faktor manusia, mesin, metode, pengujian, lingkungan dan material. Strategi yang

direkomendasikan adalah pengawasan dilakukan menyeluruh pada setiap alur

proses pengolahan hingga transportasi ke tempat tujuan ekspor, penerapan

traceability pada rantai suplai bahan baku, optimalisasi penerapan HACCP dan

CPIB, serta pengujian laboratorium dengan sampel yang tepat.

Kata kunci: produk ikan tuna, persyaratan, standar, Uni Eropa.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi ikan Indonesia dalam periode lima tahun terus meningkat,

menjadikan Indonesia menjadi negara pengekspor nomor 12 komoditi ikan dunia

(KKP 2018). Komoditas ekspor utama Indonesia meliputi udang, rumput laut,

cumi-sotong-gurita, tuna dan cakalang-tongkol (Dirjen PDSPKP 2018). Ikan tuna

merupakan salah satu komoditas ikan yang paling banyak diekspor di dunia

(Kementerian Perdagangan 2014). Ekspor ikan tuna Indonesia dari kurun waktu

lima tahun terakhir 2014-2018 terus meningkat, yaitu sekitar 1,70% dalam volume

dan 4,46% dalam nilai per tahun. Volume ekspor meningkat dari 679 ribu ton tahun

2014 menjadi 703 ribu ton tahun 2018. Nilai ekspor meningkat dari US $ 258 ribu

tahun 2014 menjadi US $ 310 ribu (Dirjen PDSPKP 2018). Ikan tuna yang diekspor

Indonesia dalam bentuk tuna segar, tuna beku, tuna loin dan tuna kaleng

(Kementerian Perdagangan 2012). Jenis ikan tuna yang diekspor Indonesia yaitu

skipjack, yellowfin, albacore, bigeye, bluefin tuna (Kementerian Perdagangan

2012). Negara yang menjadi tujuan ekspor ikan tuna Indonesia meliputi Jepang,

Hongkong, Taiwan, Thailand, Singapura, Vietnam, Australia, Amerika Serikat,

Belanda, Belgia, Uni Eropa (KKP 2018).

Uni Eropa merupakan pasar perikanan terbesar di dunia. Permintaan terhadap

produk perikanan Uni Eropa sangat tinggi sehingga menjadi tujuan ekspor yang

potensial bagi Indonesia (Desty 2017). Ekspor ikan tuna Indonesia ke Uni Eropa

78% didominasi produk olahan (Risna et al 2017). Uni Eropa merupakan salah satu

negara tujuan ekspor Indonesia yang memperketat standar ikan yang dibelinya

Page 187: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

175

(Direktorat Jendral Pemasaran Luar Negeri 2014). Hal tersebut menyebabkan

banyak produk ikan olahan dari unit pengolahan ikan Indonesia yang mengalami

penolakan (Ababouch et al 2005). Indonesia menempati peringkat 21 negara

eksportir perikanan yang produknya paling banyak ditolak oleh Uni Eropa dengan

alasan mutu dan administrasi, adapun jenis ikan ekspor Indonesia yang ditolak

yakni tuna, marlin, swordfish (KKP 2016). Kasus penolakan produk perikanan

Indonesia ke Uni Eropa pada tahun 2012-2016 mencapai 33 kasus per tahun dan

4% diantaranya adalah produk tuna. Alasan utama penolakan produk adalah

higienitas, kontaminasi mikroba, kesalahan pelabelan, bahan tambahan pangan,

logam berat, dan kontrol suhu yang tidak ketat (Arizona 2018).

Menyikapi banyaknya kasus-kasus penolakan produk tuna ekspor Indonesia

oleh Uni Eropa, maka diperlukan suatu kajian terkait dengan kasus-kasus penolakan

ikan tuna dan permasalahannya. Pengkajian diperdalam dengan menambahkan

studi kasus proses ekspor produk ikan tuna dari unit pengolahan ikan yang

mengalami penolakan dari Uni Eropa. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

bagi pemerintah dan industri pengolahan ikan untuk meningkatkan nilai ekspornya.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan prosedur dan persyaratan ekspor ikan tuna ke Uni Eropa.

2. Mengukur kesenjangan kualitas produk tuna yang diekspor dengan standar pasar

Uni Eropa.

3. Mengidentifikasi penyebab penolakan ikan tuna Indonesia di pasar Uni Eropa.

4. Memberikan rekomendasi strategi perusahaan ekspor tuna ke Uni Eropa untuk

memenuhi persyaratan ekspor.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Februari sampai 27 Maret. Lokasi

penelitian mencakup kegiatan pengambilan data kasus-kasus penolakan, proses

Page 188: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

176

ekspor, persyaratan ekspor di Kementerian Kelautan dan Perikanan, pengambilan

data rantai pemasaran ekspor ikan tuna dan pelaku ekspor ikan tuna di PPS Nizam

Zachman Jakarta, studi kasus penolakan ekspor oleh Uni Eropa di PT X,

pengambilan data kekuatan dan kelemahan unit pengolahan ikan di PPS Nizam

Zachman.

Jenis dan Metode Pengambilan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara dan

studi literatur. Studi kasus proses ekspor produk ikan tuna dilakukan secara khusus

di Perusahan Pengolahan Ikan X.

Jumlah sampel responden dalam penelitian ini sebanyak 23 responden dengan

rincian 5 responden perusahaan, 2 narasumber dari Dirjen Penguat Daya Saing

Produk Kelautan dan Perikanan, 2 narasumber dari Badan Karantina Ikan,

Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, 3 narasumber dari pelabuhan

(Unit Pelaksana Teknis, enumerator dan petugas sertifikasi hasil tangkapan ikan),

1 narasumber dari pemilik kapal, 5 narasumber dari supplier, 5 narasumber dari

ASTUIN.

Penentuan sampel responden mengunakan teknik snowball sampling untuk

mendapatkan kelengkapan informasi yang mendalam dengan mencari narasumber

lain dari petunjuk narasumber pertama yang digunakan untuk melengkapi data

(Sugiyono 2008) dan purposive sampling dengan pertimbangan bahwa narasumber

dianggap tahu tentang informasi yang dibutuhkan (Muhajir 1996). Data yang

dibutuhkan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Metode pengambilan data

Tujuan

penelitian

Jenis data Sumber

data

Pengumpulan

data

Pengolaha

n data

Analisis

data

5. Mendeskri

psikan

prosedur

dan

persyarata

n ekspor

ikan tuna

ke Uni

Eropa

Rantai

pemasaran

ekspor ikan

tuna

Proses

ekspor ikan

tuna ke Uni

Eropa

PPS Nizam

Zachman,

Penguat

Daya Saing

Produk

Kelautan

dan

Perikanan,

Kementeria

Observasi di

PPS Nizam

Zachman dan

wawancara

- Snowball

sampling

terhadap

pemilik

kapal,

Membuat

alur

pemasaran,

proses

ekspor, dan

membuat

tabel

persyaratan

deskripsi

Page 189: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

177

Tujuan

penelitian

Jenis data Sumber

data

Pengumpulan

data

Pengolaha

n data

Analisis

data

Persyaratan

ekspor ikan

tuna ke Uni

Eropa

Prosedur

ekspor unit

pengolahan

ikan

n Kelautan

dan

Perikanan,

PT X

supplier,

narasumber

dari Dirjen

Penguatam

Daya Saing

Produk

Kelautan dan

Perikanan

Kementerian

Kelautan dan

Perikanan

ekspor ke

Uni Eropa

Mengukur

kesenjanga

n kualitas

produk

tuna yang

diekspor

dengan

standar

pasar Uni

Eropa

Kasus kasus

penolakan

ekspor ikan

tuna ke Uni

Eropa 5

tahun

terakhir,

Regulasi

Indonesia

terkait

penentuan

batas

kontamina,

Regulasi Uni

Eropa terkait

penentuan

batas

kontaminan

Badan

Karantina

Ikan,

Pengendali

an Mutu

dan

Keamanan

Hasil

Perikanan,

Kementeria

n Kelautan

dan

Perikanan

Website

Rapid Alert

System for

Food and

Feed

Studi pustaka

dan wawancara

- Snowball

sampling

terhadap

narasumber

dari Badan

Karantina

Ikan,

Pengendalia

n Mutu dan

Keamanan

Hasil

Perikanan

Membuat

skoring

penilaian

terhadap

kedua

regulasi

terkait

keketatan

dalam

penentuan

batas

kontaminan

Skoring

Mengident

ifikasi

penyebab

penolakan

ikan tuna

Indonesia

di pasar

Uni Eropa

Kendala

yang

dihadapi

perusahaan

berdasarkan

6 aspek

pengamatan

(manusia,

material,

mesin,

lingkungan,

pengujian,

metode)

PT X Observasi di PT

X dan

wawancara

- Purposive

sampling

terhadap

direktur PT

X

Pembuatan

diagram

tulang ikan

terhadap 6

faktor

pengamata

n (manusia,

material,

mesin,

lingkungan,

pengujian,

metode)

Fish Bone

Memberik

an

Kekuatan,

kelemahan,

5

Perusahaan

Wawancara

kuisioner

Matriks

SWOT

SWOT

Page 190: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

178

Tujuan

penelitian

Jenis data Sumber

data

Pengumpulan

data

Pengolaha

n data

Analisis

data

rekomend

asi strategi

perusahaa

n ekspor

tuna ke

Uni Eropa

untuk

memenuhi

persyarata

n ekspor

peluang,

ancaman

industri

pengolahan

ekspor tuna

Indonesia

yang ada di

Nizam

Zachman

Asosiasi

Tuna

Indonesia

Kementeria

n Kelautan

dan

Perikanan

Direktorat

Pemasaran

- Snowball

sampling

terhadap

pengurus

ekspor dari 5

perusahaan

yang ada di

Nizam

Zachman

Analisis Data

Analisis data mencakup 4 analisis yaitu deskripsikan prosedur dan

persyaratan ekspor ikan tuna ke Uni Eropa, mengukur kesenjangan kualitas produk

tuna yang diekspor dengan standar pasar Uni Eropa, identifikasi penyebab

penolakan ikan tuna Indonesia di pasar Uni Eropa, rekomendasi strategi perusahaan

ekspor tuna ke Uni Eropa untuk memenuhi persyaratan ekspor.

Deskripsi prosedur dan persyaratan ekspor ikan tuna ke Uni Eropa

Prosedur dan persyaratan ekspor ikan tuna di unit pengolahan ikan PPS

Nizam Zachman dianalisis dengan metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk

menggambarkan usaha unit pengolahan ikan tuna di PPS Nizam terkait dengan

rantai pemasaran, pelaku pemasaran, dokumen yang dibutuhkan untuk ekspor ke

Uni Eropa dan prosedur ekspor ke Uni Eropa.

Mengukur kesenjangan kualitas produk tuna yang diekspor dengan standar

pasar Uni Eropa

Analisis yang digunakan untuk mengukur kesenjangan kualitas atau mutu

produk tuna yang diekspor dengan standar pasar Uni Eropa yaitu dengan

menggunakan analisis skoring. Standar batas kontaminan Uni Eropa mengacu pada

EC No.1881/2006 dan standar batas kontaminan Indonesia mengacu pada standar

SNI batas kontaminan perikanan. Penilaian terhadap batas kontaminan diberikan

Lanjutan Tabel 1

Page 191: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

179

skor dengan kategori, yaitu ketat (skor 3), sedang (skor 2), longgar (skor 1) dan

tidak ditentukan (skor 0). Penilaian keketatan penentuan batas kontaminan tersebut

mengacu pada EC/466/2001 yang banyak digunakan sebagai standar penentuan

batas kontaminan diberbagai negara di dunia.

Tabel 2 Penilaian keketatan menurut EC/466/2001

Hasil skor penilaian tingkat keketatan penentuan batas kontaminan pada

produk ikan tuna akan dikategorikan sebagai berikut:

1. Tingkat keketatan tinggi dengan skor 22-33

2. Tingkat keketatan sedang dengan skor 10-21

3. Tingkat keketatan rendah dengan skor 0-9

Analisis identifikasi penyebab penolakan ikan tuna Indonesia di pasar Uni

Eropa

Analisis data yang digunakan yaitu analisis diagram tulang ikan (Fishbone

analysis) yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dan menganalisis

sebab-sebab timbulnya permasalahan sehingga akan memudahkan untuk cara

mengatasi permasalahan tersebut (Scarvada 2004). Sehingga dapat menentukan

rencana penanggulangan untuk memecahkan permasalahan yang ada.

Kontaminan Penilaian

longgar sedang ketat

Salmonella (25gr) > 25gr

negatif

25gr negatif <25gr negatif

CO - Menggunakan

CO

Tidak menggunakan CO

Histamine (ppm) >100 ppm 100 ppm < 100 ppm

Mercury (mg/kg) > 1 mg/kg 1 mg/kg < 1 mg/kg

Lead / pb (mg/kg) > 0,2 mg/kg 0,2 mg/kg < 0,2 mg/kg

Cadmium( mg/kg) > 0,05 mg/kg 0,05 mg/kg < 0,05 mg/kg

V.Cholerae >25gr negatif 25gr negatif <25gr negatif

Escherchia coli

(mpn/g)

>1.8 mpn/gr 1.8 mpn/gr <1.8 mpn/gr

s. aureus (colony/g) >1 colony/g < 1 colony/gr negatif

Listeria

monocytogenesis

>25gr negatif 25gr negatif <25gr negatif

Clostrodium

botulinum

>25gr negatif 25gr negatif <25gr negatif

Page 192: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

180

Gambar 1 Analisis permasalahan dengan fishbone

Analisis rekomendasi strategi perusahaan ekspor tuna ke Uni Eropa untuk

memenuhi persyaratan ekspor

Analisis data menggunakan SWOT, analisis SWOT yaitu metode

perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),

kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam

suatu proyek bisnis dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang

mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT

merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan Identifikasi

permasalahan industri pengolahan perikanan sehingga dapat menentukan strategi

yang akan digunakan (Rangkuti, 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Prosedur dan Persyaratan Ekspor Ikan Tuna ke Uni Eropa

Rantai pemasaran ekspor ikan tuna

Rantai pemasaran ekspor ikan tuna di PPS Nizam Zachman melibatkan

banyak pelaku bisnis perikanan yang dimulai dari hulu ke hilir sehingga akan

terbentuk jejaring bisnis antar pelaku usaha. Pelaku kunci dalam rantai pemasaran

ekspor ikan tuna ke Uni Eropa adalah unit pengolahan ikan karena ekspor ikan tuna

ke Uni Eropa didominasi produk olahan (Risna et al 2017). Hal tersebut

menyebabkan unit pengolahan ikan akan berhubungan langsung dengan importir

dan proses ekspor. Alur pemasaran ekspor ikan tuna di PPS Nizam Zachman dapat

dilihat pada Gambar 2.

Masalah

Man Method

Material Machine Environment

Measurement

Page 193: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

181

1

2

Rantai pemasaran ekspor ikan tuna di PPS Nizam Zachman dimulai dari hasil

tangkapan nelayan yang didaratkan di dermaga pelabuhan (Fadly 2009). Ikan tuna

ditangkap menggunakan longline, handline, purse seine, pancing tonda (Risna et

al. 2017). Kapal kapal penangkap tuna di PPS Nizam Zachman telah memiliki

supplier mitra untuk menjual hasil tangkapannya. Supplier tersebut berasal dari

dalam PPS Nizam Zachman ataupun berasal dari luar pelabuhan Nizam Zachman

seperti dari daerah Jakarta, Surabaya, Bitung, Sukabumi, Cilacap. Kapal

penangkap tuna akan bersandar di dermaga dan supplier akan datang untuk

mengambil ikan tuna sehingga kegiatan pembongkaran ikan dapat dilakukan.

Kapal tidak langsung melakukan bongkar ikan dan menunggu pembeli datang

apabila belum memiliki mitra atau pembeli agar menjaga kualitas mutu ikan.

Penanganan ikan di PPS Nizam Zachman dimulai dari proses pembongkaran ikan

yaitu dilakukan di dermaga pelabuhan kemudian ikan dibawa ke landing transit

dengan mesin berjalan untuk dilakukan penyortiran kualitas ikan, pembersihan

ikan, penimbangan, pengukuran, pencatatan (Nurani et al 2013). Supplier

kemudian akan membawa ikan ke unit pengolahan ikan menggunakan mobil bak

tertutup untuk unit pengolahan ikan di PPS Nizam Zachman dan mobil

Nelayan

(daerah

lain)

transportasi

Pembongkaran ikan transportasi

transportasi

Nelayan

PPS Nizam

Zachman

PPS

Nizam

Zachman

Supplier

PPS Nizam

Zachman

UPI di PPS Nizam

Zachman

Domestik

Ekspor

1

transportasi

Supplier

(luar PPS

Nizam

Zachman)

transportasi

transportasi

2 3 4

5

6

8

Gambar 2 Rantai pemasaran ikan tuna di PPS Nizam Zachman

Page 194: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

182

berpendingin untuk unit pengolahan ikan yang berada diluar PPS Nizam Zachman

seperti beberapa wilayah di Jakarta dan beberapa daerah di Pulau Jawa. Saat ini

unit pengolahan ikan di PPS Nizam Zachman mengeluhkan bahwa ketersediaan

ikan tuna segar dengan kualitas yang baik sangat sulit didapatkan. Ikan tuna yang

masuk ke unit pengolahan ikan di PPS Nizam Zachman kebanyakan ikan tuna

frozen dengan kualitas ikan yang kurang bagus untuk dijual secara utuh karena tidak

memenuhi persyaratan ekspor tuna utuh. Ikan tuna yang kualitasnya tidak bagus

disebabkan ikan tuna ditangkap menggunakan alat tangkap purse seine yang

membuat tubuh ikan tuna akan tergores jaring purse seine. Suplai ikan tuna segar

ke unit pengolahan ikan di PPS Nizam Zachman mengandalkan dari daerah Bali,

Surabaya, Sukabumi, Bitung (Risna et al 2017).

Dokumen persyaratan ekspor

Unit pengolahan ikan yang akan melakukan perdagangan ekspor wajib

memiliki dokumen untuk mendirikan usaha dan menjadi persyaratan ekspor.

Dokumen yang wajib dimiliki unit pengolahan ikan sebagai persyaratan ekspor

mengacu pada P2HP 2014, yaitu sebagai berikut:

1. Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP)

2. Sertifikasi kesehatan ikan (Health Certificate)

3. Sertifikat penerapan HACCP

4. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

5. Surat Keterangan Asal (SKA)

6. Nomor Induk Berusaha (NIB)

7. Registrasi Eksportir

1. Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP)

Syarat pertama untuk mendirikan unit pengolahan ikan yaitu sertifikat

kelayakan pengolahan (SKP). Dokumen tersebut menandakan bahwa unit

pengolahan ikan mempunyai tempat pengolahan ikan yang telah memenuhi standar

kelayakan dasar penanganan/pengolahan ikan atau Good Manufacturing Practices

Page 195: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

183

(GMP), dan menerapkan prosedur operasi sanitasi standar atau Sanitation Standard

Operating Procedures (SSOP).

2. Sertifikat Kesehatan Ikan (Health Certificate)

Dokumen ini dibuat jika negara importir mengharuskan dan meminta

pelengkapan Health Certificate. Uni Eropa merupakan importir yang mewajibkan

sertifikat Health Certificate yang berguna untuk menjamin keamanan produk untuk

pencegahan hama dan penyakit ikan. Lembaga yang mengeluarkan Health

Certificate yaitu Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan

Perikanan di pelabuhan setempat.

3. Sertifikat Penerapan HACCP

Dokumen ini menjadi syarat wajib bagi unit pengolahan ikan untuk

melakukan perdagangan ekspor. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan No.PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Jaminan Mutu Dan

Keamanan Hasil Perikanan menyatakan perlu upaya pencegahan bahaya yang

dilakukan sejak pra produksi hingga pemasaran maka, unit pengolahan ikan harus

memiliki surat keterangan validasi HACCP (Hazard Analysis Critical Control

Points) dari Balai Keamanan Ikan dan Pengendalian Mutu. Uni Eropa sendiri

mewajibkan unit pengolahn ikan memiliki dokumen HACCP grade A.

4. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Produk yang diekspor wajib membayar pajak ekspor dengan mengisi formulir

Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) di bea dan cukai. Pemberiahuan Ekspor

Barang berisi tentang adanya transaksi ekspor seperti volume barang, ukuran

barang, jenis barang, harga barang per satuan, kondisi barang, harga barang, nama

perusahaan pengangkut, nama kapal pengangkut. Eksportir harus mengisi

Pemberitahuan Ekspor Barang dengan lengkap dan mengajukannya kepada kantor

Pabean.

5. Surat Keterangan Asal

Dokumen ini digunakan sebagai bukti bahwa barang yang diekspor berasal

dari Indonesia. Surat Keterangan Asal berguna untuk mendapatkan kemudahan bea

masuk oleh importir yang telah melakukan kerja sama dengan Indonesia. Dokumen

Page 196: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

184

ini diterbitkan oleh Kementerian Perdagangan. Menurut Peraturan Menteri

Perdagangan RI Nomor 24 Tahun 2018 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan

Surat Keterangan Asal untuk Barang Asal Indonesia bahwa permohonan penerbitan

SKA harus dilengkapi dengan scan dokumen asli:

a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PIB)

b. Bill of lading (B/L)

c. Invoice

d. Packing list

e. Perhitungan struktur biaya proses produksi.

6. Nomor Induk Berusaha (NIB)

Menurut PP No.24 Tahun 2018 tentang pelayanan perizinan usaha

terintegrasi secara elektronik dan memperhatikan kesiapan Online Single

Submission (OSS). Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan pelayanan

izin usaha dengan mendaftarkan diri secara online dan mengisi Online Single

Submission (OSS).

7. Registrasi Eksportir

Approval number diberikan oleh Uni Eropa kepada unit pengolahan ikan

Indonesia. Unit pengolahan ikan didaftarkan oleh otoritas kompeten Indonesia

yakni Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

kepada otoritas kompeten negara tujuan ekspor tersebut. Pengajuan registrasi ke

Uni Eropa sebagai berikut:

a. Unit pengolahan ikan mengajukan permohonan ke kepala sertifikasi mutu dan

keamanan hasil perikanan dengan melampirkan persyaratan yang ditetapkan.

b. Kepala sertifikasi mutu dan keamanan hasil perikanan mengirim tim verifikasi

untuk melakukan verifikasi terhadap Unit pengolahan ikan

c. Hasil verifikasi jika sesuai maka kepala sertifikasi mutu dan keamanan hasil

perikanan kemudian mendaftarkan ke negara mitra.

Approval number akan diberikan jika Indonesia terdaftar dalam beberapa

organisasi terkait kelestarian lingkungan dan sumberdaya ikan tuna serta keamanan

pangan yang menjadi persyaratan Uni Eropa. Konvensi hukum laut (UNCLOS)

1982 mewajibkan kerjasama antar negara baik regional maupun internasional untuk

Page 197: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

185

mengatur dan mengelola pemanfaatan sumberdaya perikanan agar menjaga

keberlanjutan (Sustainability). Third party certification menandakan bahwa

perusahaan mematuhi standar khusus keselamatan, kualitas, kinerja, pengujian,

inspeksi fasilitas untuk pembuatan suatu produk (National Science Foundation

tahun tidak diketahui). Traceability menjadi persyaratan ekspor ke Uni Eropa

untuk pelacakan produk apabila tejadi bahaya pangan (KEMENDAG 2005). Catch

certification harus dimiliki oleh kapal, supplier dan unit pengolahan ikan (Febrianik

et al 2017). Tabel 4 merupakan persyaratan ekspor ke Uni Eropa.

Tabel 3 Persyaratan ekspor ke Uni Eropa

Persyaratan Uni Eropa

Sustain-ability

Big Eye Statistical Document, IOTC, COO, ECO

LABEL CDS, SBT-CCSBT, ICCAT, MSC

Third Party Certification GLOBALGAP, ISO 22000, BRC, ECO LABEL, SQF

Traceability Catch Certification

Prosedur ekspor perikanan

Proses ekspor dimulai ketika unit pengolahan ikan akan telah melakukan

perjanjian kontrak dengan importir untuk memperoleh kesepakatan jual beli.

Berikut prosedur ekspor ikan tuna unit pengolahan ikan Indonesia.

3

3

4

6

7

8

9

10

1 Eksportir Importir

Opening Bank Bank koresponden

Produksi barang

Penerbangan/kapa

l

BEA dan CUKAI

Pemuatan barang

Pelabuhan/bandara

tujuan

2

5

11 12

13

Page 198: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

186

Gambar 3 Prosedur ekspor produk tuna di unit pengolahan ikan Indonesia

Eksportir dan importir membuat kontrak dagang (sales contract). Importir

akan mengajukan pembukaan L/C kepada opening bank di luar negeri sesuai

penunjukkan importir. L/C yaitu cara pembayaran internasional berupa surat yang

dikeluarkan oleh opening bank atas permintaan importir yang ditujukan kepada

eksportir melalui bank koresponden yang menyatakan bahwa opening bank akan

membayar sejumlah uang tertentu apabila syarat-syarat yang ada dalam L/C telah

terpenuhi. Opening Bank akan meneruskan L/C kepada correspondent bank yang

ditunjuk oleh eksportir. Correpondent Bank memberitahukan L/C kepada eksportir

untuk melakukan penyiapan barang ekspor. Setelah barang siap maka, eksportir

menghubungi pihak pelayaran/penerbangan untuk pengiriman barang. Apabila

sudah ada jadwal pengkapalan, eksportir mengurus dokumen Pemberitahuan

Ekspor Barang (PEB) di bea cukai pelabuhan muat agar segera memfiat muat

barang keatas kapal. Setelah barang dikirim maka eksportir melakukan negosiasi

L/C kepada correspondent bank dengan membawa PEB, B/L negotiable dan

dokumen lain yang disyaratkan dalam L/C. Correspondent Bank mengirim

dokumen tersebut kepada opening bank untuk penagihan pembayaran. Opening

Bank memberitahukan dan menyerahkan dokumen tersebut kepada Importir untuk

pengeluaran barang dari pelabuhan/bandara serta melakukan pembayaran.

Mengukur Kesenjangan Kualitas Produk Eskpor Indonesia dengan Uni

Eropa

Kasus penolakan produk tuna Indonesia oleh Uni Eropa

Menurut data RASFF (Rapid Alert System for Food and Feed) kasus

penolakan produk ikan tuna Indonesia oleh Uni Eropa lima tahun terakhir (2014-

2018) menunjukan terdapat 8 kasus penolakan akibat penurunan mutu ikan

sehingga ditemukannya beberapa kandungan kontaminan pada produk tuna.

Meskipun kandungan kontaminan ditemukan pada beberapa ikan dalam satu

kontainer, Uni Eropa akan mengembalikan semua produk dari eksportir. Hal

tersebut merugikan bagi unit pengolahan ikan dan Indonesia mengingat bahwa Uni

Page 199: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

187

Eropa menerapkan sistem government to government artinya jika ada satu unit

pengolahan ikan yang mengalami penolakan maka, nama Indonesia akan dicatat

kedalam daftar negara yang melakukan pelanggaran. Hal tersebut menyebabkan

Uni Eropa akan membatasi produk tuna, membatasi penambahan unit pengolahan

ikan dari Indonesia. Indonesia dapat kehilangan mitra dagang dari negara lain

dikarenakan Uni Eropa mempunyai banyak mitra dagang sehingga dapat

menyebarkan informasi terkait negara yang produknya tidak baik. Berikut kasus

penolakan ikan tuna Indonesia tahun 2014 sampai 2018:

Sumber RASFF 2018

Tahun 2014 terdapat 1 kasus penolakan dengan alasan histamin pada produk

yellow fin tuna yang merupakan sampel ikan dieskspor perusahaan bersama dengan

produk perikanan lainnya. Tahun 2015 tidak terjadi kasus penolakan produk tuna.

Tahun 2016 terdapat 1 kasus penolakan dengan alasan poor temperature control

pada produk frozen tuna disebabkan 1 dari 4 kontainer pada saat pengiriman

mengalami kerusakan. Tahun 2017 terdapat 3 kasus penolakan dengan alasan 1

produk mengandung CO pada produk frozen tuna loin dan 2 produk mengandung

histamin pada produk frozen cooked tuna flakes dan canned tuna chunks in

vegetable oil diakibatkan kesalahan proses packing dan labeling. Produk yang

mengandung CO akan dipasarkan ke Amerika Serikat dan produk non CO ke Uni

Eropa. Tahun 2018 terdapat 3 kasus penolakan dengan alasan CO yaitu produk

Tahun Jenis Produk dan Volume Alasan Penolakan

2014 Yellowfin Tuna, Net Weight 25,000 Kg histamine

2016 Frozen Tuna (Thunnus alalunga) 25,000kg poor temperature

control

2017 Frozen Tuna loin, 600kg 24 karton CO (619 ppm)

Frozen cooked tuna flakes, 25 ton histamine (517 mg/kg-

ppm)

Canned tuna chunks in vegetable oil,2124.72 kg histamine (377,7 ppm)

2018 Frozen tuna loin (Thunnus Albacares),12.275 kg Supcision of Carbon

Monoxide treatment of

frozen tuna loins

Frozen tuna steak, 5.725 kg Mercury

Loins and crumbs of Yellowfin Tuna Mercury

Tabel 4 Kasus penolakan produk olahan tuna Indonesia oleh Uni Eropa

Page 200: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

188

frozen tuna loin dicurigai menggunakan treatmen CO, frozen tuna steak

mengandung histamin dan pada produk loins and crumb of yellow fin tuna

mengandung merkuri (BKIPM 2018).

Penilaian kualitas produk tuna beku dan tuna olahan Indonesia sesuai batas

kontaminan standar Uni Eropa

Adanya kasus penolakan menandakan ada kesalahan pengujian dalam proses

pemenuhan standar dari Uni Eropa dan perbedaan regulasi terkait penentuan batas

kontaminan antara Uni Eropa dengan Indonesia. Standar batas kontaminan Uni

Eropa mengacu pada EC No.1881/2006 dan standar batas kontaminan Indonesia

mengacu pada standar SNI batas kontaminan perikanan.

Tabel 5 Kesenjangan batas kontaminan produk tuna Indonesia terhadap Uni Eropa

Kesenjangan persyaratan batas kontaminan Indonesia memperoleh skor 19

yang menandakan bahwa penentuan batas kontaminan Indonesia tingkat

keketatannya sedang. Penentuan batas kontaminan Uni Eropa memperoleh skor 23

Batas kontaminan Regulasi

Uni Eropa

Nilai Regulasi Indonesia Nilai

Salmonella (25gr) negatif 2 negatif (SNI 01-2332.2-

2006)

2

CO Non CO 3 CO 2

Histamine (ppm) 50 2 100 (SNI 2354.10:2016) 1

Mercury (mg/kg) 1 2 1 (SNI 01-

2354.6:2016)

2

Lead / pb (mg/kg) 0.30 2 0.40 (SNI 2354.5:2011) 1

Cadmium ( mg/kg) 0.10 2 1 (SNI 2354.5:2011) 1

V.Cholerae negatif 2 negatif (SNI 01-2332.4-

2006)

2

Escherchia coli

(mpn/g)

1.8 2 1.8 (SNI-2332-2006) 2

s. aureus (colony/g) 1 2 1 (SNI 2332.9:2015) 2

Listeria

monocytogenesis

negatif 2 negatif 2

Clostrodium

botulinum

negatif 2 negatif 2

SKOR 23 19

Page 201: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

189

yang menandakan bahwa tingkat keketatan penentuan batas kontaminan Uni Eropa

tinggi.

Uni Eropa menetapkan persyaratan bahwa produk yang diekspor harus

terhindar dari praktek IUU fishing yang diatur dalam council regulation (EC) No

1005/2008. Semua produk yang masuk ke Uni Eropa wajib memiliki catch

certificate (Samola et al 2018). Indonesia memiliki sertifikat hasil tangkapan ikan

yang terdiri dari 4 jenis yaitu lembar awal, lembar turunan, lembar turunan yang

disederhanakan, lembar impor. Lembar awal berisi informasi tentang hasil

tangkapan pada saat ikan didaratkan (Samola et al 2018). Lembar turunan berisi

seluruh atau sebagian hasil tangkapan yang dibongkar dalam satu kali

pembongkaran, lembar turunan yang disederhanakan ditujukan untuk kapal yang

ukurannya kurang dari 20GT (Rahmat 2016). Lembar impor digunakan apabila

unit pengolahan ikan membeli ikan yang akan diolah dari luar negeri. Unit

pengolahan ikan mendapatkan buyer atau importir dengan cara menghubungi

Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC), mendatangi pemerintah untuk

dicarikan buyer, mencari di internet, mengikuti pameran dagang internasional,

informasi dari pengusaha lain (Triyono 2008).

Pemahaman unit pengolahan ikan terhadap SNI, Good Manufacturing

Practices, Sanitation Standar Operating Procedures dan pengawas mutu berperan

penting untuk meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk perikanan

(Yuwono et al 2012). Efektivitas penerapan SNI cukup memadai namun masih

banyak kelemahan dari berbagai aspek seperti manusia, sulit mengkalibrasi

peralatan laboratorium, biaya sertifikasi mahal (Herjanto 2011). Padahal penerapan

SNI yang baik akan memberikan keuntungan dan manfaat bagi unit pengolahan

ikan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Sehingga dapat meningkatkan

daya saing di pasar internasional (Puska Dagri 2012).

Penentuan batas kontaminan Indonesia relatif sedang dan masih dalam batas

aman untuk dikonsumsi (Trilaksani W 2010). Penentuan batas kontaminan

ditentukan oleh importir. Jika importir menentukan batas kontaminan lebih ketat

maka, unit pengolahan ikan di PPS Nizam Zachman harus memenuhi persyaratan

Page 202: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

190

tersebut. Pengujian dilakukan di Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan

Keamanan Perikanan yang telah memiliki sertifikat internasional. Ada beberapa

negara Uni Eropa yang menerapkan batas kontaminan lebih ketat dari ketentuan

Uni Eropa hal tersebut berdampak pada unit pengolahan ikan di Indonesia harus

mengeluarkan biaya untuk melakukan pengujian ikan di laboratorium negara

tersebut dikarena keterbatasan alat pengujian di Indonesia dalam mendeteksi

kontaminan. Pemerintah terus berupaya mengembangkan sarana dan prasarana

laboratorium uji dan sumberdaya manusia yang berkompeten dibidang standarisasi

yang telah memiliki akreditasi nasional dan internasional (Puska Dagri 2012)

Negara di Uni Eropa juga meminta beberapa persyaratan seperti sertifikasi bebas

nuklir, sertifikasi bebas radiasi untuk pasar Rusia (Resnia et al 2014) . Padahal di

Indonesia belum ada lembaga untuk pengujian tersebut karena mahalnya biaya alat

dan bahan pengujian untuk itu Indonesia tidak mengekspor ke negara yang

memiliki peraturan tersebut.

Identifikasi penyebab penolakan ikan tuna Indonesia di pasar Uni Eropa

Penelitian ini mengambil contoh kasus di PT X yang terletak di PPS Nizam

Zachman Jakarta karena pada tahun 2016 pernah mengalami kasus penolakan oleh

Uni Eropa terkait ditemukannya logam berat pada produk ekspornya. Produk tuna

yang diekspor Uni Eropa yaitu segar, olahan seperti steak, loin, cube. Berdasarkan

hasil pengamatan proses produksi PT X diperoleh beberapa factor penyebab dari

ikan tuna yang mengalami penolakan.

Sebab akibat untuk kasus penolakan produk tuna PT X oleh Uni Eropa

Penolakan produk ikan tuna PT X oleh Uni Eropa disebabkan 6 faktor yaitu

manusia, mesin, material, metode, pengujian, lingkungan. Gambar 6 merupakan

diagram tulang ikan untuk menentukan factor penyebab dari ikan tuna yang

mengalami penolakan, berdasarkan studi kasus di PT X. Berikut adalah rincian dari

6 faktor tersebut,

Page 203: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

191

1. Faktor manusia

a. Koordinasi antar pegawai satu tim saat proses produksi ikan belum

berjalan baik, pegawai tidak tanggap untuk menangani apabila ada

bagian job yang belum tertangani karena merasa bukan jobnya

dikarenakan pembagian job tidak merata terpusat pada proses tertentu.

Rencana penanggulangannya yaitu pembuatan job desk dan

pembagaian kuota saat proses produksi berdasarkan tingkat kesulitan.

b. Quality Control lulusan SMK hal tersebut menyebabkan QC kurang

berani untuk menegur pegawai senior. QC kurang mengawasi

prosesnya dikarenakan QC ikut membantu bekerja untuk

menyelesaikan target yang diberikan. QC juga tidak memiliki sertifikat

keahlian. Rencana penanggulangannya yaitu perekrutkan QC yang

memiliki sertifikat keahlian seperti HACCP dan QC harus menjalankan

tugasnya saja sebagai pengawas tidak membantu bekerja.

c. Motivasi yang kurang menyebabkan beberapa pekerja kurang

semangat, dan cepat dalam penanganan ikan. Rencana

penanggulangannya yaitu pemberian reward bagi yang bagus dalam

bekerja dan punishment bagi yang malas malasan.

2. Faktor metode

a. Penerimaan masih kurang sesuai dengan cara penanganan ikan yang baik

(CPIB) dikarenakan ada beberapa pegawai yang teledor mengganco

ikan pada bagian badan ikan yang seharusnya penggancoan ikan pada

bagian kepala dan ekor. Kebersihan kurang karena ikan diletakan

dilantai tanpa alas. Rencana penanggulangannya yaitu pengawasan pada

saat proses penerimaan dan memberikan alas untuk menaruh ikan.

b. Packing manual, karena dilakukan harus dengan cepat maka, ikan

terkadang terjatuh kelantai dan pegawai lupa menyemprot ikan dengan

cairan PH. Rencana penanggulangannya yaitu memperbanyak pegawai

dibagian packing dan pengawasan dilakukan.

Page 204: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

192

3. Faktor mesin

a. Pada proses penerimaan timbangan hanya ada 1 untuk menangani ikan

1 kontainer. Hal tersebut membuat antrian ikan, sehingga proses

penerimaan memakan waktu lama. Timbangan pada saat packing

masih sedikit sehingga menghambat kecepatan produksi. Rencana

penanggulangannya yaitu penambahan jumlah timbangan yang anti air.

b. Alat pengangkut yang kotor, ada beberapa tempat pengangku dan troli

pengangkut kotor dan menggunakan bahan yang mudah berkarat.

Rencana penanggulangannya alat pengangkut ikan harus dibersihkan

setelah dipakai.

4. Faktor bahan baku

a. Ikan kondisi rusak dengan daging yang tergores, siripnya patah, mata

ikan tidak jernih, ikan terpotong tubuhnya hal tersebut diakibat

penanganan diatas kapal kurang baik, terlempar dan terinjak pada saat

pembongkaran, dan bahan baku ikan tuna berasal dari kapal purse seine.

Rencana penanggulangannya yaitu memiliki armada penangkapan

sendiri.

b. Kemasan rusak, alat pengepresan yang dimiliki ada sedikit sehingga

pegawai harus terburu buru untuk melakukanpengepresan dan

terkadang ada kemasan yang rusak. Rencana penanggulangannya yaitu

penambahan alat pengepresan.

5. Faktor pengujian

a. Pengujian organoleptik tidak sesuai dengan penampakan ikan,

dikarenakan ikan akan diolah dan dimanfaatkan dagingnya sehingga

wujud ikan tidak berpengaruh. Rencana penanggulangannya

pengecekan mata, insang, bau, suhu, tekstur.

b. Uji kontaminasi belum menyeluruh, pengujian kontaminasi hanya pada

produk akhir saja. Rencana penanggulangannya pengujian pada setiap

proses penanganannya.

Page 205: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

193

6. Faktor Lingkungan

a. Adanya binatang pada saat proses produksi dikarenakan PT X masih

dalam proses pembangunan. Rencana penanggulangannya yaitu

dibuatnya pengendalian terhadap hewan pengganggu meskipun sedang

ada pembangunan.

b. Udara pada saat penerimaan panas karena tidak ada pendingin. Rencana

penanggulangannya diberi pendingin agar ikan tetap segar.

Sumber PT X 2019

Gambar 4 Diagram tulang ikan factor penyebab ikan tuna yang ditolak

2. Strategi Unit Pengolahan Ikan Tuna untuk Memenuhi Standar dan

Persyaratan Ekspor ke Uni Eropa

Faktor strength dan weakness didapat dari informasi yang berasal dari

lingkup internal atau pihak pihak yang terlibat dalam ekspor ikan tuna (Marimin

2014) dengan melakukan wawancara kuisioner ke beberapa perusahaan ekspor ke

Uni Eropa di Nizam Zachman dan Asosiasi Tuna Indonesia (ASTUIN). Faktor

opportunities dan threats didapat dari pihak diluar namun terlibat dalam kegiatan

Penolakan

ikan tuna

QC tidak

memiliki sertifikat

Man Method

e

Machine

Koordinasi antar

pegawai kurang

Proses packing

menjatuhkan

Penerimaan

belum sesuai

Motivasi pegawai

kurang Mesin

penimbang

Material Measureme

nt

Environmen

t

Uji

organoleptik

Ruanga

n

Ikan kualitas

jelek

Belum ada uji

kontaminasi Kemasan saat

pengepresan

rusak

Hewan

Mesin

pengangkut

Page 206: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

194

ekspor ikan tuna dengan melakukan wawancara kuisioner kepada pihak pemasaran

KKP. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan perikanan tuna dalam

ekspor ikan tuna, serta peluang dan ancamannya dideskripsikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman unit pengolahan ikan tuna di

PPS Nizam Zachman

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

Hubungan

dengan

importir baik

Alat pengujian

diperusahaan belum

lengkap

Permintaan ekspor

ke Uni Eropa tinggi

Baku ikan tuna

tidak ada.

Memiliki mitra

untuk

mensuplai ikan

tuna

Proses penerimaan

kurang menerapkan

CPIB

Mempunyai

teknologi mesin

pengolahan

canggih

Penolakan ekspor

ikan tuna oleh Uni

Eropa

Pegawai

banyak yang

usia produktif

Produksi tidak sesuai

target waktu

Produk yang

dihasilkan banyak

dan harga jual

tinggi

Pesaing dari negara

lain.

Dukungan dari

pemerintah

Pengawasan belum

menyeluruh

Memiliki kapal

penangkapan tuna

Importir

memperketat aturan

Kualitas

produk

mampu

bersaing

Belum adanya

pengganti CO

Lebih banyak jenis

ikan yang diekspor

Mutu ikan menurun

Perumusan strategi berdasarkan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman yang ada menghasilkan strategi SO (penggunaan kekuatan unit

pengolahan ikan untuk memanfaatkan peluang yang ada), strategi WO

(memanfaatkan peluang untuk meminimalkan kelemahan unit pengolahan ikan di

PPS Nizam Zachman), strategi ST (penggunaan kekuatan unit pengolahan ikan

untuk mengatasi ancaman) dan strategi WT (meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman dari lingkungan eksternal). Hasil perumusan matriks SWOT

unit pengolahan ikan di PPS Nizam Zachman dapat dillihat pada Tabel 7.

Page 207: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

195

Tabel 7 Matriks SWOT industri pengolahan ekspor tuna di PPS Nizam Zachman

STRENGHT (S)

1.Hubungan dengan

importir baik

2.Memiliki mitra

pensuplai ikan tuna

3.Pegawai banyak usia

produktif

4.Dukungan dari

pemerintah

5.Kualitas produk

mampu bersaing

WEAKNESS (W)

1.Alat pengujian pada UPI

belom lengkap

2.proses penerimaan

kurang menerapkan CPIB

3.Produksi tidak tepat

waktu

4.Pengawasan belum

menyeluruh

5.Belum mempunyai bahan

pengganti CO.

OPPORTUNITIES (O)

1.Permintaan ekspor

ke Uni Eropa tinggi

2. Kualitas produk

baik

3.Produk yang

dihasilkan banyak

4.Harga produk tinggi

5.Lebih banyak jenis

ikan yang diekspor

STRATEGI S-O

1.Memanfaatkan skill

karyawan dalam proses

pengolahan utuk

menghasilkan banyak

produk (S3,O1,O3)

2.Penambahan coldstorage

agar dapat menyimpan

bahan baku tau bahan jadi

lebih banyak (S5,O2,05)

3.Perekrutan quality control

yang mempunyai sertifikat

HACCP (S2,O3)

4.Mengikuti pameran

dagang Uni Eropa

(S1,S4,S5O1)

STATEGI W-O

1.Pengawasan dilakukan

menyeluruh dari proses

penerimaan hingga

pemasaran (W4,O3)

2.Memiliki kapal untuk

penyedia bahan baku

(W3,W5,O4,O3)

3.Penggunaan mesin agar

menghasilkan produk yang

banyak (W3,O2,O3)

THREAT (T)

1.Bahan baku ikan

tuna tidak ada.

2. Penolakan ekspor

ikan tuna oleh Uni

Eropa

3. Pesaing dari

negara lain.

4. Importir

memperketat aturan

ekspornya.

5.Harga ikan turun

STRATEGI S-T

1.Penerapan HACCP dan

CPIB untuk menghindari

penolakan

(S2,S4,T2,T4,T5)

STRATEGI W-T

1. Melakukan pengujian

kontaminasi dan mikroba

pada setiap prosesnya.

(W1,T2)

Page 208: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

196

Strategi untuk peningkatan ekspor unit pengolahan ikan di PPS Nizam

Zachman yaitu: 1) Memanfaatkan skill karyawan dalam proses pengolahan utuk

menghasilkan banyak produk, 2) Pengembangan teknologi pengolahan untuk

menghasilkan produk yang bermutu dan berkualitas, 3) Ikut aktif mengikuti

pameran dagang Uni Eropa untuk mendapat banyak mitra dagang, 4) Pengawasan

dilakukan menyeluruh pada setiap prosesnya hingga ke pemasaran, 5) Memiliki

armada kapal untuk penyedia bahan baku, 6) Optimalisasi penerapan HACCP dan

CPIB untuk menghindari penolakan, 7) Melakukan pengujian organoleptik pada

setiap prosesnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Unit pengolahan ikan untuk ekspor ke Uni Eropa harus memenuhi dokumen

dokumen yang telah ditentukan. Proses ekspor akan berjalan ketika eksportir dan

importir telah melakukan kontrak kerja sama.

2. Tingkat keketatan penentuan batas kontaminan Uni Eropa tinggi sedangkan

tingkat keketatan penentuan batas kontaminan Indonesia Indonesia sedang.

3. Penyebab penurunan mutu di PT X dapat terjadi akibat 6 faktor yaitu manusia,

mesin, metode, pengujian, ligkungan, material.

4. Strategi yang dipakai yaitu: 1. Memanfaatkan skill karyawan dalam proses

pengolahan utuk menghasilkan banyak produk , 2. Pengembangan teknologi

pengolahan untuk menghasilkan produk yang bermutu dan berkualitas, 3. Ikut

aktif mengikuti pameran dagang Uni Eropa untuk mendapat banyak mitra

dagang, 4. Pengawasan dilakukan menyeluruh pada setiap prosesnya hingga ke

pemasaran, 5. Memiliki armada kapal untuk penyedia bahan baku, 6.

Optimalisasi penerapan HACCP dan CPIB untuk menghindari penolakan, 7.

Melakukan pengujian organoleptik pada setiap prosesnya.

Saran

Perlu dilakukan pemahaman dokumen persyaratan ekspor ke Uni Eropa agar

menjadi pedoman bagi perusahaan yang akan melakukan ekspor. Perlu dilakukan

Page 209: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

197

penelitian terkait penerapan HACCP dan CPIB di unit pengolahan ikan tuna di

Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Ababouch L. 2006. Detention and Rejections of Fish and Seafood at Borders of

Major Importing Countries. Food and Agriculture Organization. Italy:

globefish. [diunduh 24 September 2018]. Tersedia pada:www.globefish.org.

Arizona Yuanita.2018. Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Penolakan Pangan

Ekspor Asal Indonesia[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Cahya IN. 2010. Analisis Daya Saing tuna Indonesia di Pasar Internasional

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Dahuri Rokhim. 2013. Strategi Membangun Semangat Technopreneurship untuk

Menciptakan Produk dan Jasa Perikanan yang Berdaya Saing di Era

Globalisasi. Yogyakarta (ID) : Jurusan Perikanan UGM

Direktorat Pemasaran Luar Negeri. 2014. Pedoman Ekspor Perikanan ke Negara

Mitra. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Pengolahan Dan Pemasaran Hasil

Perikanan

Direktorat Kelautan dan Perikanan. 2016. Kajian Strategi Industrialisasi Perikanan

Untuk Mendukung Pembangunan Ekonomi Wilayah. Jakarta: BAPPENAS

Desty F. 2017. Kerjasama Perdagangan antara Indonesia dengan Spanyol dalam

Bidang Kelautan Sektor Perikanan pada Kerangka Kerja PCA Tahun 2014.

JOM FISIP. 5(2):42-45

Fadly N. 2009. Asesmen Ratio Histamin Ikan Tuna Segar Berbagai Mutu Ekspor

pada Proses Pembongkaran [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Febrianik D, Dharmayanti N, Siregar AN.2017. Penerapan Sistem Ketelusuranpada

Pengolahan Ikan Lemadang Portion Beku di PT.Graha Insan Sejahtera,

Jakarta Utara. JPHPI. Vol 20 (1)

Kementerian Perdagangan.2012.Warta Ekspo.Jakarta (ID): Ditjen Pengembangan

Ekspor Nasional

Kementerian Perdagangan. 2014. Market Brief Peluang Usaha Produk Ikan Tuna

Olahan (HS 160414) Italia.Milan : Indonesian Trade Promotion Center Milan

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2018. Ekspor Tuna Cakalang

Tongkol Indonesia 6 Tahun Terakhir (2012-2017) Kondisi dan

Harapan.[Internet]. Jakarta (ID): Dirjen Penguatan Daya Saing Produk

Perikanan dan Kelautan. Tersedia pada: http://kkp.go.id/djpdskp/artikel/

2746-ekspor-tuna-cakalang-tongkol-indonesia-6-tahun-terakhir-2012-2017-

kondisi-dn-harapan. [diunduh 23 September 2018]

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2018. Profil Ekspor Hasil Perikaan

Indonesia. Jakarta (ID): Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Perikanan dan

Kelautan

Noeng Muhajir.1996. Metode penelitian kualitatif. Yogyakarta (ID): Rakes sarasia

Page 210: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

198

Nurani TW, Murdaniel RPS, Harahap MH. 2013. Upaya Penanganan Mutu Ikan

Tuna Segar Hasil Tangkapan Kapal Tuna Longline untuk Tujuan Ekspor.

Marine Fisherie. 4(2):153-162

Rangkuti F. 2006. Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan

Pelanggan. Jakarta (ID): Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Resnia R, Wicaksana B, Salim Z. 2015. Kesesuaian SNI dengan Standar

Internasional dan Standar Mitra Dagang pada Produk Ekspor Perikanan Tuna

dan Cakalang. Jurnal Standarisasi. 17(2):87-98

Rahmat Khaerunnisa CA.2016. Pengaruh Kebijakan Sertifikasi Hasil Tangkapan

Ikan (SHTI) Uni Eropa terhadap Indonesia [skripsi]. Makassar (ID):

Universitas Hasanuddin

Scarvada, A.J., Tatiana Bouzdine-Chameeva. Susan Meyer Goldstein, Julie

M.hays, Arthur V. Hill. 2004. A Review of the Causal Mapping Practice and

Research Literature. Second World Conference on POM and 15th Annual

POM Conference, Cancun, Mexico, April 30- May 3

Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&d. Bandung (ID):

Alfabeta

Samola B Arthur, Budiman Johnny, Dien V H. 2018. Studi Tentang Sertifikasi

Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung. J Ilmu dan

Teknologi Perikanan Tangkap. 3(1):23-31

Tambunan, Tulus T H. 2001. Perekonomian Indonesia Teori dan Temuan Empiris.

Jakarta (ID): Ghalia Indonesia

Triyono. 2008. Upaya Meningkatkan Daya Saing di Pasar Internasional pada Era

Globalisasi. J Unimus. Vol 4 (2)

Trilaksani W, Bintang M, Monintja DR, Hubeis M. 2010. Analisis Regulasi Sistem

Manajemen Keamanan Pangan Tuna di Indonesiadan Negara Tujuan Ekspor.

J Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Vol 8 (1)

Yuwono, Zakaria, Panjaitan. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan

Cara Produksi yang Baik dan Standar Prosedur Operasi Sanitasi Pengolahan

Fillet Ikan di Jawa. Manajemen IKM. 7(1):10-19

Yusuf Risna, Arthatiani Freshty, Putri Hertia. 2017. Peluang Ekspor Tuna

Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Bayesian. J Kebijakan Sosek KP.

7(1):13-50

Page 211: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

199

KELIMPAHAN, KARAKTER MORFOLOGI, KOMPOSISI DAN

KONDISI PERAIRAN HABITAT LARVA IKAN TERUBUK (Tenualosa

macrura) DAN LARVA IKAN BILIS (Setipinna sp.) DI ESTUARIA

BENGKALIS

Abundance, Morphological Characters, Composition And Habitat Water

Conditions Of Tropical Shads Larva (Tenualosa macrura) And Hairfin Anchovy

Larva (Setipinna sp.) In Bengkalis Estuary

Oleh: Karsono Wagiyo, Asep Priatna dan Duranta Kembaren

Balai Riset Perikanan Laut, Cibinong, Bogor, Jl. Raya Bogor KM. 47 Cibinong,

Bogor- Jawa Barat, Indonesia

E-mail:[email protected]

ABSTRACT

The larvae phase of the Tropical shads (Tenualosa macrura) and hairfin anchovy

(Setipinna sp.) have similar characteristics, misidentification of species can lead to

failure in managing the sustainability of the tropical shads. This paper discusses

the abundance, morphological characteristics and water conditions of tropical

shads fish larvae and hairfin anchovy fish larvae. Larvae sampling uses bongo net

by “systematic cluster random sampling” in waters around the Bengkalis Strait.

The results showed the highest abundance of tropical shads fish larvae was found

at station 15 (Sungai Apit-in Body Siak River) 51 ind. 1/000 m3, and hairfin

anchovy fish 251 ind./1,000 m3. The highest of preflexion larvae phase of tropical

shads fish at station 14 (Kurau Cape-Lalang Strait) was 113 ind./1,000 m3 and

hairfin anchovy fish at station 11 (Siak River estuary-Padang Island) was 745

ind./1,000 m3. Correlation between the main part of body tropical shads fish

larvae, low between pre dorsal length (PDL) and snout length (SnL) with R2 =

0.4563 and height between (PDL) and pre anal length (PAL) has R2 = 0.9196,

Correlation between the main part of body hairfin anchovy fish larvae, low body

depth (BD) with SnL value R2 = 0.07 and the highest body length (BL) with PAL

with value R2 = 0.781. The core habitat of tropical shads fish larvae has an

average; salinity 15 ppt, acidity (pH) 6.9, transparency 0.3 m and temperature

27.9oC. The core habitat of hairfin anchovy larvae has a mean; salinity 25 ppt,

acidity (pH) 6.9, transparency 0.3 m and temperature 30oC.

Keywords: Tropical Shads Fish Larvae, Hairfin Anchovy Fish Larvae, Abundance,

Morphological Characteristics, Habitat Waters Conditions.

Page 212: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

200

ABSTRAK

Fase larva dari ikan terubuk (Tenualosa macrura) dan ikan bilis (Setipinna sp.)

memiliki karakteristik yang serupa, kesalahan identifikasi spesies dapat

menyebabkan kegagalan dalam mengelola keberlanjutan ikan terubuk. Makalah ini

membahas kelimpahan, karakteristik morfologi dan kondisi air larva ikan terubuk

dan larva ikan bilis. Pengambilan sampel larva menggunakan bongo net dengan

“cluster random sampling” sistematis di perairan sekitar Selat Bengkalis. Hasil

penelitian menunjukkan kelimpahan tertinggi dari larva ikan terubuk ditemukan di

stasiun 15 (Sungai Apit-in Tubuh Siak Sungai) 51 ind. 1/000 m3, dan ikan bilis 251

ind./1000 m3. Fase larva preflexion tertinggi dari ikan terubuk di stasiun 14 (Selat

Kurau-Lalang) adalah 113 ind./1.000 m3 dan ikan bilis di stasiun 11 (muara Sungai

Siak-Pulau Padang) adalah 745 ind./1.000 m3. Korelasi antara bagian utama tubuh

larva ikan terubuk, yang terendah antara pre dorsal length (PDL) dengan snout

length (SnL) mempunyai R2 = 0,4563 dan yang tertinggi antara (PDL) dengan

(PAL) mempunyai R2=0,9196. Korelasi antar bagian utama tubuh yang terendah

body depth (BD) dengan SnL nilai R2=0,07dan yang tertinggi body length (BL)

dengan PAL dengan nilai R2=0,781. Pada habitat inti larva ikan terubuk memiliki

salinitas rerata 15 ppt, keasaman (pH) 6,9, transparansi 0,3 m dan suhu 27,9oC.

Pada habitat ditemukan kelimpahan larva ikan bilis tertinggi mempunyai salinitas

rerata 25 ppt, derajat keasaman (pH) 6,9, kecerahan 0,3 m dan suhu 30oC.

Kata Kunci: Larva Ikan Terubuk, Larva Ikan Bilis, Kelimpahan, Karakteristik

Morfologi, Kondisi Perairan Habitat.

PENDAHULUAN

Ikan terubuk (Tenualosa macrura) dan ikan bilis (salah satunya genus

Setipinna), merupakan ikan legenda di Bengkalis. Legenda ikan terubuk berkaitan

dengan sosial politik, mempunyai makna yang luas, sebagaimana tercantum dalam

“syair ikan terubuk” (Muawinah 2012) dan moto Bengkalis kota

“TERUBUK=Tertib, Rukun, Usaha Bersama dan Kenyamanan ” (Efizon et al.

2012). Legenda ikan bilis lebih spesifik berkaitan dengan sumberdaya perikanan.

Nama Bengkalis berasal dari dua kata dari dua sumber yang berbeda. Sumber

pertama dari Kantor Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata Riau yang

menyebutkan Bengkalis berasal dari kata “Bengkak” dan “Lis” (Bengkak yang

diderita ikan bilis, akibat tabrakan dengan ikan hiu). Sumber kedua berasal dari

Prof. Said Mahmud Umar dalam sarahan perdana tradisi Melayu tahun 1989, kata

Page 213: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

201

Bengkalis berasal dari kata “Bangsal” dan “Bilis” yang berarti bangsal tempat

menjemur ikan bilis (Anonim 2013).

Adanya legenda dari ikan terubuk dan ikan bilis, menggambarkan pada

mulanya kedua ikan ditemukan melimpah di Perairan Bengkalis dan betapa

pentingnya untuk kehidupan masyarakat di sekitarnya. Ke dua jenis ikan tertangkap

bersamaan dengan jaring insang (Suwarso et al. 2017 & Hufiadi et al. 2018),

Populasi ikan terubuk disinyalir mulai menurun pada tahun 1970 (Ahmad 1974)).

Hasil penelitian menunjukkan menuju tahun terkini kelimpahan ikan terubuk

semakin menurun; catatan pertama dibuat oleh Gramberg (1888) produksi 1000-

2000 ekor/hari (Blaber et al. 2001), kemudian Merta et al.(1999) mendapatkan 3-

95 ekor/trip atau 0,5-11kg/trip, Merta (2001) mendapatkan 22-42 ekor/kapal/hari,

Suwarso et al. (2017) mendapatkan rerata 4,5 kg/trip yang tertinggi 10 kg/trip, dan

hasil penelitian ekperimen Hufiadi et al. (2018) mendapatkan 0,7-2,6 ekor/seting.

Penurunan populasi ikan terubuk, disebabkan karena degradasi lingkungan,

tekanan penangkapan. penyebaran yang terbatas bahkan hanya endemik di Perairan

Bengkalis (Blaber et al. 2003). Hasil penelitian Purwanto et al. (2014) menujukkan

laju ekploitas ikan terubuk sudah berlebih. Populasi ikan bilis belum mendapatkan

perhatian (Carpenter & Niem 1999). Berbagai laporan hasil tangkapan bilis

semakin menurun dan pemanfaatan ikan bilis di India semakin intensif sebagai

bahan pangan fermentasi (Kakati & Goswani 2013; Sarma 2015; Kakati &

Goswani 2017 & Gangan et al. 2018). Populasi ikan bilis menurun, tetapi tidak

mengkuatirkan karena daerah penyebarannya luas. Kondisi populasi ikan terubuk

di Perairan Bengkalis yang dikuatirkan akan punah, mendorong Menteri Kelautan

dan Perikanan mengeluarkan peraturan Nomor 59/KEPMEN-KP/2011 untuk

melindungi ikan terubuk, sehingga tetap lestari.

Dalam usaha pelestarian ini di perlukan data dan informasi mengenai

keberadaan larva ikan terubuk dan larva ikan lainnya yang terkait dengan life

history dan daerah sebaran ikan terubuk (Sihotang et al. 1991; Ahmad et al. 1995;

Blaber et al. 1999 & Merta et al. 1999). Larva ikan bilis adalah salah satu yang

serupa dengan larva ikan terubuk. Larva keduanya ditemukan pada area yang sama

Page 214: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

202

(Delsman 1933 & Srilatha et al. 2013). Pada beberapa survai di estuaria Bengkalis

ditemukan dalam satu stasiun towing.

Identifikasi larva terubuk di alam sangat sulit karena ada beberapa ikan

memiliki morfologi dan habitat yang sama dengan terubuk. Larva ikan yang

mempunyai Morfologi serupa dengan ikan terubuk adalah ikan bilis, sehingga

keduanya dimasukan dalam satu ordo clupeiformes (Ganias 2014). Larva ikan bilis

adalah salah satu larva yang sering menyebabkan kesalahan identifikasi dengan

larva ikan terubuk.

Kegiatan penelitian terdahulu mengenai larva ikan terubuk di Perairan

Bengkalis pernah dilakukan oleh Wagiyo (2001), yang memberikan informasi

mengenai kelimpahan dan lingkungan. Pada kegiatan penelitian ini, bertujuan

memberikan informasi selain kelimpahan dan morfometrik ikan terubuk, juga ikan

terkait lainnya yaitu ikan bilis. Hasil ini diharapkan dapat memberikan gambaran

secara detail mengenai larva ikan terubuk dan ikan bilis untuk mencegah terjadinya

kesalahan identifikasi. Harapan selanjutnya kebenaran identifikasi ini memberikan

dampak pada dugaan kelimpahan dan sebaran larva ikan terubuk yang lebih tepat,

sehingga kebijakan konservasi ikan terubuk baik insitu maupun eksitu akan lebih

mudah dilaksanakan dan berhasil dengan baik.

METODOLOGI

Penelitian dilakukan pada bulan Juli-September 2014. Stasiun sampling

ditentukan sistematik porposive random sampling pada area Selat Bengkalis dan

sekitarnya (Gambar 1). Pengambilan contoh larva menggunakan bongo net

berdiameter mulut 60 cm dan panjang 300 cm dengan mata 500 µm. Towing bongo

net dilakukan pada kedalaman 20-6 m selama 10-15 menit. Contoh larva diawetkan

dengan larutan formalin 10 %.

Pencacahan dan identifikasi larva dibawah mikroskope stereo dan identifikasi

menggunakan buku panduan dari Delsman (1933), Leis & Rennis (1983), Leis &

Trnski (1989), Leis & Carson-Ewart (2000), Westhaus-Ekau, P.(2002). SEAFDEC

(2007). Pengukuran bagian-bagian utama tubuh dilakukan dibawah mikroskop

Page 215: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

203

stereo dengan satuan ukur dalam mm, meliputi BD=body depth/lebar badan,

BL=body length/panjang badan, HL=head length/panjang kepala ED=eye

diameter/diameter mata, PDL=predorsal-fin lengt/panjang bagian depan punggung.

SnL=snout length/panjang bagian mulut dan PAL= preanal length/panjang bagian

depan perut.

Perhitungan kelimpahan larva menggunakan persamaan SEAFDEC (2007)

sebagai berikut:

K = 𝑛 x 1

𝑉 x 1.000

K = Kelimpahan larva ( /103 m3), n = Larva terhitung dan V= volume air tersaring

(m3), diperoleh dari perkalian antara jumlah putaran flow meter dengan faktor

kalibrasi flow meter (0,009) dan luas lingkaran bongo net.

Gambar 1. Lokasi Penelitian dan stasiun sampling

Page 216: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

204

HASIL

Kelimpahan

Sebaran kelimpahan larva ikan terubuk secara spasial tercantum pada Gambar

2a. Kisaran kelimpahan larva ikan terubuk pada seluruh stasiun, dari tiga kali

sampling 0-142 ind./103m3, terbesar dijumpai pada stasiun 15. Lokasi yang selalu

ditemukan larva ikan terubuk setiap sampling adalah stasiun 13. Kelimpahan larva

ikan terubuk rata-rata tertinggi di jumpai di stasiun 15 sebesar 51 ind./103m3.

Sebaran kelimpahan larva ikan terubuk secara bulanan tercantum pada Gambar 2b.

Kelimpahan larva tertinggi dijumpai pada bulan Juli dengan kisaran 0-142

ind./103m3 dan rata-rata 25 ind./103m3. Kelimpahan larva ikan terubuk terendah di

jumpai pada bulan Agustus dengan kisaran 0-19 ind./103m3 dan rata-rata 4

ind./103m3. Pada bulan September mempunyai kelimpahan larva ikan terubuk

dengan kisaran 0-93 ind./103m3, dan rata-rata 14 ind./103m3.

Gambar 2. Kelimpahan larva ikan terubuk a) lokasi dan b) bulan

Sebaran kelimpahan larva ikan bilis secara spasial tercantum pada Gambar 3a.

Kisaran kelimpahan larva ikan bilis pada seluruh stasiun, dari tiga kali sampling 0-

665 ind./103m3, terbesar dijumpai pada stasiun 11. Lokasi yang selalu ditemukan

larva ikan terubuk setiap sampling adalah stasiun 10. Kelimpahan larva ikan bilis

rata-rata tertinggi di jumpai di stasiun 11 sebesar 251 ind./103m3. Sebaran

kelimpahan larva ikan bilis secara bulanan tercantum pada Gambar 3b. Kelimpahan

larva tertinggi dijumpai pada bulan Juli dengan kisaran 0-665 ind./103m3 dan rata-

rata 86 ind./103m3. Kelimpahan larva ikan bilis terendah di jumpai pada bulan

0102030405060708090

100110120130140150

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Min Rerata Maks.

Kel

imp

ahan

Lar

va (

ind

./1

.00

0 m

³)

Stasiuna0

102030405060708090

100110120130140150

Juli Agust. Sept.

Min Rerata Maks.

Kel

imp

ahan

Lar

va (

ind

./1

.00

0 m

³)

b

Page 217: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

205

September dengan kisaran 0-101 ind./103m3 dan rata-rata 19 ind./103m3. Pada bulan

Agustus mempunyai kelimpahan larva ikan bilis dengan kisaran 0-116 ind./103m3,

dan rata-rata 38 ind./103m3.

Gambar 3. Kelimpahan larva setipinna a) lokasi b) bulan

Komposisi

Selain larva ikan terubuk dan larva ikan bilis, secara keseluruhan di jumpai

ada 31 takson larva setingkat familia (Gambar 4). Kontribusi kelimpahan larva

terubuk dan larva ikan bilis terhadap kelimpahan larva keseluruhan masing-masing

3,80 % dan 8,29 %.

Gambar 4. Komposisi takson larva ikan di estuaria Bengkalis

0

100

200

300

400

500

600

700

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516

Min Rerata Maks.

Stasiun

Kel

imp

ahan

Lar

va (

Ind

./1

.00

0 m

³)

a0

100

200

300

400

500

600

700

Juli Agust. Sept.

Min Rerata Maks.

Kel

imp

ahan

Lar

va (

Ind

./1

.00

0 m

³)

b

0

5

10

15

20

25

30

Am

bly

op

inae

An

ten

arid

aeB

alis

tid

aeB

len

nid

aeB

regm

ance

roti

dae

Car

angi

dae

Ch

anid

aeC

lup

eid

aeC

yno

glo

sid

aeEn

grau

lidae

Go

bid

aeLa

bri

dae

Larv

a a

ir t

awar

Leio

gnat

hid

aeLu

tjan

idae

Mic

rod

esm

idae

Mo

nac

han

tid

aeM

ulli

dae

Ne

mep

ther

idae

No

mei

dae

Per

cop

hid

aeP

om

acen

trid

aeP

rist

igas

teri

dae

Sco

mb

rid

aeSe

rran

idae

Sole

nei

dae

Syn

od

on

tid

aeTe

lur

1Te

lur

2Te

lur

3Te

trao

do

nti

dae

Per

sen

tase

Page 218: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

206

Komposisi fase larva ikan terubuk secara spasial tercantum pada Gambar

5a. Fase prefleksion, hampir dijumpai di semua stasiun sampling kecuali di satasiun

3 dan 12. Di stasiun 3 larva ikan terubuk yang diujumpai semuanya dalam fase

fleksion. Di stasiun 12 larva ikan terubuk yang dijumpai semuanya dalam fase

postfleksion. Ada dua stasiun yang mempunyai ke tiga fase larva yaitu stasiun 1

dan stasiun 11. Ada dua lokasi yang mempunyai fase prefleksion dan fleksion yaitu

stasiun 14 dan 15. Komposisi fase larva ikan terubuk secara bulanan tercantum pada

Gambar 5b. Pada bulan September mempunyai kontribusi fase prefleksion tertinggi

diantara bulan sampling lainnya yaitu sebesar 98,02 %. Kontribusi fase postfleksion

tertinggi dijumpai pada bulan Agustus sebesar 23,4 %. Fase fleksion mempunyai

kontribusi tertinggi pada bulan Juli 22,45 %.

Gambar 5. Komposisi fase larva terubuk a) lokasi b) bulan

Komposisi fase larva ikan bilis secara spasial tercantum pada Gambar 6a.

Fase prefleksion, tidak dijumpai di pada stasiun sampling 1,2,4, 15 dan 16. Ada

stasiun yang hanya dijumpai fase prefleksion yaitu stasiun 5 dan 13. Stasiun yang

dijumpai semua fase larva adalah 11 dan 12. Stasiun yang tidak ditemukan larva

adalah St 1,2, 4 dan 15. Komposisi fase larva ikan setipina secara bulanan

tercantum pada Gambar 6b. Pada bulan Agustus mempunyai kontribusi fase

prefleksion tertinggi diantara bulan sampling lainnya yaitu sebesar 91,37 %.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Ko

mp

osi

si F

ase

Lar

va (

%)

Stasiun

Postflexion Flexion Preflex

a0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Jul. Agust. Sept.

Postflexion Flexion PreflexionK

om

po

sisi

Fas

e La

rva

(%)

b

Page 219: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

207

Kontribusi fase postfleksion tertinggi dijumpai pada bulan Agustus sebesar 2,69 %.

Fase fleksion mempunyai kontribusi tertinggi pada bulan September 20,02 %.

Gambar 6. Komposisi fase larva ikan bilis a) lokasi b) bulan

Karakter Morfologi

Morfologi larva ikan terubuk secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi

tiga fase yaitu; prefleksion, fleksion dan postfleksion (Gambar 7). Masing-masing

fase mempunyai karakter; notochord dan dasar sirip yang masih rudimenter untuk

prefleksion, notochord melengkung dan dasar sirip pada fase fleksion dan

notochord hilang untuk post fleksion. Karakteristik utama larva ikan terubuk

mempunyai tubuh sangat panjang dan antara dasar sirip punggung dengan dasar

sirip perut tumpang tindih.

Gambar 7. Morfologi larva ikan terubuk

Figure 7. Morphology of tropical shad fish larvae

Hasil pengukuran bagian-bagian tubuh larva ikan terubuk tercantum pada

Tabel 1. Pada bentuk prefleksi larva, porposi panjang badan dengan bagian tubuh

0

20

40

60

80

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Pe

rse

nta

se

Stasiun

Postflexion Flexion Preflexion

0

20

40

60

80

100

Jul. Agust. Sept.

Postflexion Flexion Preflexion

Per

sen

tas

Page 220: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

208

lainnya: lebar badan (0,067), panjang kepala (0,125), diameter mata (0,031),

panjang punggung (0,717), snouth length (0,048) dan panjang perut (0,899). Pada

bentuk postfleksi larva, porposi panjang badan dengan bagian tubuh lainnya; lebar

badan (0,088), panjang kepala (0,196), diameter mata (0,043), panjang punggung

(0,65), snouth lengh (0,056) dan panjang perut (0,87).

Tabel 1. Ukuran bagian-bagian tubuh larva ikan terubuk (mm)

Stadia Larva Nilai BD BL HL ED PDL SnL PAL

Preflexion

Min. 0,116 1,721 0,208 0,042 1,244 0,062 1,514

Rerata 0,177 2,585 0,323 0,079 1,853 0,123 2,324

Maks 0,390 4,231 0,548 0,133 3,050 0,239 3,873

Flexion

Min. 0,116 1,822 0,230 0,057 1,192 0,071 1,548

Rerata 0,219 2,843 0,408 0,099 1,927 0,133 2,522

Maks 0,376 4,435 0,810 0,176 3,050 0,239 3,951

Post flexion 0,361 4,124 0,810 0,176 2,672 0,230 3,581

Korelasi antara bagian tubuh larva ikan terubuk tercantum pada Tabel 2.

Korelasi lemah terjadi antara semua bagian tubuh dengan snouth lengh. Korelasi

yang kuat terjadi antara panjang badan dengan panjang bagian punggung dan

bagian perut, panjang bagian punggung dengan panjang bagian perut.

Tabel 2. Korelasi (R2) antar bagian morfologi larva terubuk

BD BL HL ED PDL SnL PAL

BD - 0,7018 0,7037 0,6815 0,6024 0,5308 0,6832

BL - 0,7454 0,7908 0,9444 0,5872 0,9725

HL - 0,8331 0,6346 0,6148 0,7103

ED - 0,6702 0,5362 0,6682

PDL - 0,4563 0,9196

SnL - 0,5898

PAL -

Page 221: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

209

Morfologi larva ikan bilis secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi

tiga fase yaitu; prefleksion, fleksion dan postfleksion (Gambar 8). Masing-masing

fase mempunyai karakter ; notochord dan dasar sirip yang masih rudimenter untuk

prefleksion, notochord melengkung dan dasar sirip pada fase fleksion dan

notochord hilang untuk post fleksion. Karakteristik utama larva ikan bilis tubuh

berbentuk sangat memanjang dan antara dasar sirip punggung dengan dasar sirip

perut tumpang tindih.

Gambar 8. Morfologi larva ikan bilis

Hasil pengukuran bagian-bagian tubuh larva Setipinna tercantum pada Tabel

3. Pertambahan panjang badan dari bentuk preflexion (awal stadia larva) ke

posflexion (akhir stadia larva) 66,1 %. Pertambahan lebar badan dari prefleksion ke

posfleksion rata-rata 49,41 %. Dalam bentuk prefleksion rasio lebar badan dengan

panjang badan mempunyai perbandingan 1 : 21,9. Pada bentuk fleksion rasio

menurun menjadi 1 : 17,86. Rasio perbandingan antara lebar badan dengan panjang

badan turun lagi pada stadia posflexion menjadi 1 : 16,33. Porposi panjang badan

dengan panjang kepala dari prefleksion (0,17) bertambah ke postfleksion (0,19).

Tabel 3. Ukuran bagian-bagian tubuh larva ikan bilis (mm)

Stadia Larva Nilai BD BL HL ED PDL SnL PAL

Preflexion

Min. 0,115 2,661 0,490 0,088 1,106 0,194 1,885

Rerata 0,168 3,674 0,610 0,128 1,817 0,244 2,553

Maks 0,235 4,790 0,793 0,190 3,013 0,287 3,270

Flexion

Min. 0,145 4,397 0,750 0,152 2,150 0,197 3,060

Rerata 0,286 5,116 0,929 0,188 2,863 0,312 3,566

Maks 0,382 6,457 1,102 0,241 3,876 0,417 4,570

Page 222: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

210

Post flexion

Min. 0,211 4,529 0,828 0,139 2,297 0,220 3,064

Rerata 0,340 5,558 1,055 0,221 3,136 0,317 3,865

Maks 0,560 6,617 1,288 0,304 4,297 0,411 4,685

Nilai korelasi antara bagian tubuh larva ikan bilis mempunyai kisaran 0,07-

0,781 (Tabel 4). Korelasi lemah terjadi antara semua bagian tubuh dengan snouth

lengh dan antar lebar badan dengan semua bagian tubuh. Korelasi sedang,

didapatkan antara panjang badan dengan semua bagian tubuh kecuali dengan

Snouth length berkorelasi lemah.

Tabel 4. Korelasi (R2) antara bagian-bagian tubuh larva ikan bilis

Kondisi Habitat

Kondisi perairan habitat larva ikan terubuk dan larva ikan bilis dapat

dibedakan menjadi area penyebaran dan area inti (konsentrasi larva dengan

kelimpahan tinggi). Kondisi perairan pada area penyebaran mempunyai .salinitas

5-30 ppt dengan rerata 24,6 ppt, derajat keasaman (pH) 6,6-7,9 skala, rerata 7,1

skala, kecerahan 0,3-2,1 m rerata 0,9 m dan suhu perairan 29,5-31,2 oC, rerata 30,4

oC (Tabel 5). Kondisi perairan area penyebaran larva ikan bilis mempunyai

salinitas 23-30 ppt dengan rerata 27 ppt, derajat keasaman (pH) 6,6-7,9 skala

dengan rerata 7,1 skala, kecerahan 0,3-1,9 m rerata 1,8 m dan suhu perairan 29,5-

31,2 oC, rerata 30,4 oC (Tabel 5.).

BD BL HL ED PDL SnL PAL

BD - 0,4092 0,474 0,5298 0,3443 0,07 0,3361

BL - 0,7572 0,6095 0,6276 0,3818 0,781

HL - 0,7176 0,4639 0,4144 0,6269

ED - 0,3722 0,2889 0,5137

PDL - 0,2469 0,6244

SnL - 0,4268

PAL -

Page 223: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

211

Tabel 5. Kondisi perairan area penyebaran larva ikan terubuk dan ikan bilis

Larva Parameter Rerata Min Max

Terubuk/Tropical

shad larvae

Sal (ppt) 24,6 5 30

pH (skala) 7,1 6,6 7,9

Trans.(m) 0,9 0,3 2,1

Suhu (˚C)

30,4

29,5

31,2

Bilis/Hairfin

anchovy larvae

Sal.(ppt) 27 23 30

pH (skala) 7.1 6.6 7.9

Trans.(m) 1.0 0.3 1.8

Suhu (˚C) 30.4 29.5 31.2

Kondisi perairan area inti daerah asuhan larva ikan terubuk mempunyai

salinitas 5-23 ppt dengan rerata 18 ppt, derajat keasaman (pH) 7-7,5 skala, rerata

7,2 skala, kecerahan 0,3-0,5 m rerata 0,4 m dan suhu perairan 29,5-31 oC, rerata

30,4 oC (Tabel 6). Kondisi perairan habitat inti daerah asuhan larva ikan bilis

mempunyai salinitas 25-27 ppt dengan rerata 26 ppt, derajat keasaman (pH) 6,9-

7,5 skala dengan rerata 7,1 skala, kecerahan 0,3-0,9 m rerata 0,6 m dan suhu

perairan 30-31,2 oC, rerata 30,5 oC (Tabel.6).

Tabel 6. Kondisi perairan habitat inti daerah asuhan larva ikan terubuk dan ikan

bilis

Larva Parameter Rerata Min Max

Terubuk/Tropical

shad larvae

Sal.(ppt) 18 5 23

pH (skala) 7.2 7 7.5

Trans.(m) 0.4 0.3 0.5

Suhu (˚C) 30.4 29.5 31

Page 224: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

212

Bilis/Hairfin

anchovy larvae

Sal.(ppt) 26 25 27

pH (skala) 7.1 6.9 7.5

Trans.(m) 0.6 0.3 0.9

Suhu (˚C) 30.5 30 31.2

Kelimpahan

Kelimpahan larva ikan terubuk lebih rendah dibandingkan kelimpahan larva

ikan bilis. dikarenakan populasi ikan terubuk lebih rendah. Keadaan ini sesuai

dengan statusnya ikan terubuk yang terancam punah (Suwarso et al, 2003), lebih

sensitif terhadap penangkapan (Blaber et al. 2005), tekanan penangkapan induknya

tinggi (Merta et al. 1999; Efizon et al. 2012), sedangkan ikan bilis status

populasinya belum mendapatkan perhatian (Carpenter & Niem 1999).

Kelimpahan larva ikan terubuk pada saat penelitian 14 ind./103m3,

menunjukkan penurunan dibandingkan peneliti terdahulu dengan kelimpahan 38

ind./103m3, ini sejalan dengan penurunan kelimpahan sumberdaya ikan terubuk

yang tercermin dari penurunan hassil tangkapan per unit usaha yaitu 22-42

ekor/kapal/hari (Merta et al. 1999) menjadi rerata 4,5 kg/trip (Suwarso et al. 2017)

dan ditunjukkan dengan tingkat ekploitasi ikan terubuk yang tinggi (Efizon et al.

2012; Purwanto et al. 2014).

Penyebaran larva ikan terubuk di perairan estuaria Bengkalis lebih luas

dibandingkan larva ikan bilis, karena ikan terubuk mempunyai toleransi yang lebih

lebar terhadap perubahan salinitas dan kekeruhan yang sering terjadi di area

estuaria. Keadaan ini sesuai dengan pernyataan Hogasen (1998) bahwa ikan

diadromous lebih tahan terhadap kondisi ekstrim salinitas dan

kekeruhan/kecerahan, seperti ikan terubuk. Sebaran larva terubuk yang luas ini

sesuai dengan hasil penelitian (Blaber et al. 1999: Wagiyo 2001 & 2003).

Pemusatan kelimpahan larva ikan terubuk pada saat penelitian terjadi pada

area yang sama dengan penelitian terdahulu oleh Wagiyo (2008) yaitu di area

antara Sungai Pakning (stasiun 9), muara Sungai Siak (stasiun 10 & 11) - Sungai

Apit (stasiun 15/ di badan Sungai Siak dan di stasiun 13/di Selat Lalang).

Page 225: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

213

Melimpahnya larva di daerah ini dimungkinkan merupakan daerah pemijahan,

adanya arus mutar dan pertemuan arus (Grimes & Kingford 1996), shelter dan

barrier. Blaber et al. (2005) menyatakan bahwa melimpahanya larva dibadan sungai

karena terbawa arus dari area pemijahan.

Komposisi

Kontribusi kelimpahan larva terubuk dan larva ikan bilis terhadap

kelimpahan larva keseluruhan masing-masing 3,80 % dan 8,29 %. Kontribusi larva

ikan terubuk saat ini telah menurun sebesar 5,4 % dibandingkan penelitian

terdahulu dengan kontribusi 9,2 % (Wagiyo 2002) dari total kelimpahan larva ikan

di perairan Selat Bengaklis dan sekitarnya Kontribusi larva ikan terubuk yang

menurun ini dapat disebabkan oleh; tekanan penangkapan berlebih, gangguan alur

migrasi karena degradasi lingkungan dan faktor lainnya.

Komposi terbesar fase pre fleksion larva ikan terubuk dan larva ikan bilis

terjadi pada stasiun yang berbeda, menunjukkan area pemijahan utama keduanya

berbeda. Kelimpahan fase preflexion larva ikan terubuk tertinggi terjadi di Sekitar

Sungai Pakning dan Sungai Apit (Tanjung Kurau di Selat Lalang dan Tanjung Kuras

di bagian downstream Sungai Siak ). Ini sesuai dengan penemuan Blabber et al.

(2005) bahwa area pemijahan ikan terubuk disekitar Sungai Pakning. Presentase

fase prefleksion ikan bilis terjadi di sekitar Tanjung Kelemin. Secara bulanan

persentase fase prefleksion larva terubuk terbesar pada September, larva ikan bilis

pada Juli. Pada September di perairan Bengkalis, mulai musim hujan. Aliran air

tawar ini yang dapat merangsang pemijahan ikan terubuk (Ahsan et al. 2014)

Karakter Morfologi

Perbedaan morfologi keduanya pada sirip yang overlapping (Delsman 1933;

Leis &Trnski 1989). Baik larva ikan terubuk maupun ikan larva ikan bilis

mempunyai hubungan yang kuat antara panjang tubuh (BL) dengan panjang perut

bagian depan (PAL). Perbedaan lain adalah larva ikan terubuk mempunyai panjang

tubuh dan panjang bagian perut lebih besar dibandingkan dengan larva ikan bilis

Page 226: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

214

(Leis & Carson-Ewart 2000 ). Hubungan yang tidak signifikan antar bagian tubuh

pada larva terubuk dan larva ikan bilis, masing-masing adalah hubungan antar

panjang bagian depan punggung (PDL) dengan panjang bagian mulut (SnL) dan

antara lebar badan (BD) dengan SnL.

Kondisi Habitat

Kondisi habitat merupakan faktor ekternal yang mempengaruhi migrasi

ikan diadromous (Høgåsen 1998), seperti ikan terubuk. Di Bangladesh faktor utama

yang mepengaruhi migrasi ikan yang semarga dengan terubuk yaitu Tenualosa

ilisha adalah suhu air, pH, salinitas dan kekeruhan/kecerahan (Ahsan et al. 2014).

Faktor kondisi habitat merupakan penyumbang penurunan populasi ikan terubuk

(Merta et al. 1999) dan keberhasilan survival rate larvanya. Pengaruh habitat yang

komplek ditemukan pada marga terubuk lainnya dari anggota Alosinae di Amerika

(Hasselma & Limburg 2012).

Hassil penelitian parameter kondisi perairan yang meliputi; suhu perairan

rerata 29,5 oC, derajat keasaman rerata 7,2 skala, salinitas rerata 18 ppt dan

kecerahan rerata 0,4 m, menunjukkan kenaikan dibandingkan hasil penelitian

terdahulu yaitu suhu perairan rerata 29,1 oC, derajat keasaman 6,5 skala, salinitas

9,6 ppt dan kecerahan rerata 0,28 m (Wagiyo 2008). Kenaikan beberapa parameter

ini menunjukkan adanya perbaikan kondisi habitat. Walaupun demikian hasil

penelitian mendapatkan kelimpahan larva ikan terubuk yang menurun, ini dapat

disebabkan adanya zat kimia induser yang mencemari habitat terubuk dan

penangkapan yang berlebih. Kondisi perairan area inti penyebaran larva ini berbeda

dengan kondisi perairan daerah pemijahan yaitu dengan kisaran salinitas 20-25 ppt

(Blaber et al. 1999 &2005). Kondisi perairan yang berbeda antar tingkat kehidupan

juga terjadi pada ikan satu marga yaitu Tenualosa ilisha (Hossain et al. 2016;

Hossain et al. 2019)

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 227: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

215

Kelimpahan larva ikan terubuk lebih rendah dan lebih menyebar

dibandingkan larva ikan bilis. Kelimpahan larva ikan terubuk tertinggi di sekitar

Sungai Apit (stasiun 15) dan larva ikan bilis di sekitar muara Tanjung kelemin di

Pulau Padang (stasiun 11). Kelimpahan fase preflexion larva ikan terubuk tertinggi

terjadi di Sekitar Sungai Apit (Tanjung Kurau-Selat Lalang dan Tanjung.Kuras).

Persentase fase prefleksion larva terubuk terbesar pada September, larva ikan bilis

pada Juli. Area dengan persentase fase prefleksion larva terubuk terbesar di sekitar

Sungai Pakning & Muara Siak, larva ikan bilis di sekitar Tanjung Kelemin.

Morfologi larva ikan terubuk dan larva ikan bilis dicirikan mempunyai kesamaan

hubungan yang kuat antara panjang tubuh (BL) dengan panjang perut bagian depan

(PAL). Perbedaan larva ikan terubuk mempunyai panjang tubuh dan panjang

bagian perut lebih besar dibandingkan dengan larva ikan bilis. Area sebaran larva

terubuk mempunyai range yang lebar terhadap salinitas dan tranparasi. Habitat inti

asuhan larva terubuk mempunyai salinitas dan tranparasi rendah dengan pH netral

. Untuk keberhasilan konservasi terubuk disarankan konservasi habitat asuhan

larva & larva rearing

Daftar Pustaka

Ahmad M. 1974. Perkembangan Usaha Perikanan di Tanjung Medang Kecamatan

Rupat. Warta Universitas Riau, Pekanbaru. 20 hal

Ahmad M, Dahril T & Efizon D. 1995. Ekologi reproduksi ikan Terubuk (Alosa

toli) di Perairan Bengkalis.

Ahsan DA, Naser MN, Bhaumik U, Hazra S & Bhattacharya SB. 2014. Migration,

Spawning Patterns and Conservation of Hilsa Shad (Tenualosa ilisha) in

Bangladesh and India. Copyright: IUCN, International Union for Conservation

of Nature and Natural Resources. 95p

Anonim. 2013. Asal Usul Nama Bengkalis. Sagang online Penyangga dan

Penggerak Kebudayaan Melayu Riau.

Blaber SJM. 2000. Tropical Estuarine Fishes, Ecology, Exploitation and

Conservation. CSIRO Marine Research. Australia

Page 228: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

216

Blaber SJM, Milton DA, Brewer DT & Salini JP. 2003. Biology, Fisheries, and

Status of Tropical Shads (Tenualosa spp.) in South and Southeast Asia.

American Fisheries Society Symposium 35.

Blaber SJM, Fry G, Milton DA, Van der Velde T, Boon-Teck O, Pang J & Wong

P. 2005. The life history of Tenualosa macrura in Sarawak, further notes on

protandry in the genus and management strategies. Fisheries Management and

Ecology, 12, 201–210

Carpenter KE, & Niem VH. 1999. The Living Marine Resources of the Western

Central Pacific.Vol. 3. Batoid fishes, Chimaeras and Bony Fish Part 1 (Elopidae

to Linophrynidae). FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes.

Rome. p.2790.

Delsman HC. 1933. Fish Eggs and Larvae from the Java Sea. Treubia

VOL.XIV,LIVR. 1.

Ganias K. (2014). Biology and Ecology of Sardines and Anchovy.CRC Press. Boca

Raton, London, New york.p.382

Efizon D, Djunaedi OS, Dhahiyat Y & Koswara B. 2012. Kelimpahan Populasi dan

Tingkat Eksploitasi Ikan Terubuk (Tenualosa macrura) di Perairan Bengkalis,

Riau. Berkala Perikanan Terubuk. Vol. 40. No.1. p.52 – 65

Gangan SS, Kumar AP, Bamaniya D, Jahageendars S, Lakra WS & Jaiswar AK.

2018. A Report on Ecotype of Setipinna phasa (Hamilton-Buchanan, 1822) from

Indian Waters. Turk. J.Fish.Aquqt. Sci. 18: 729-738. DOI: 10.4194/1303-2712-

v18_5_08

Grim LB & Kingford MJ. 1996. How do riverine plumes of difference size

influence fish larval: do they enhance recruitment. Mar.Freswater. Res.47:191-

208.

Hasselma DJ & Limburg KE. 2012. Alosine Restoration in the 21st Century:

Challenging the Status Quo. Marine and Coastal Fisheries Dynamics,

Management, and Ecosystem Science 4:174–187. DOI:

10.1080/19425120.2012.675968

Page 229: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

217

Høgåsen HR. 1998. Physiological Changes Associated with the Diadromous

Migration of Salmonids. Can. Spec. Publ. Fish Aquat. Sci. 127. 128 p.

Hossain MS, Sharifuzzaman SM & Chowdhury SR. 2016. Habitats across the life

cycle of hilsa shad (Tenualosa ilisha) in aquatic ecosystem of Bangladesh.

Fisheries Management and Ecology.p. 1-13. doi: 10.1111/fme.12185

Hossain MS, Sharifuzzaman SM, Rouf MA, Pomeroy RS, Hossain MD,

Chowdhury SR & Uddin SA. 2019. Tropical hilsa shad (Tenualosa ilisha):

Biology, fishery and management. Fish and Fisheries.;20:44–65. DOI:

10.1111/faf.12323

Hufiadi, Mahaiswara & Baihaqi. 2018. Uji Coba Penangkapan Jaring Insang Dua

Lapis untuk Menangkap Ikan Terubu (Tenualosa macrura Bleeker, 1852) Hidup

di Bengkalis. J.Lit.Perikan.Ind. Vol.24 No.1 : 25-36

Kakati BK & Goswani UC. 2013. Characterization of the traditional fermented fish

product Shidol of Northeast India prepared from Puntius sophore and Setipinna

phasa. Indian Journal of Traditional Knowledge. Vol. 12(1) pp.85-90.

Kakati BK & Goswani UC. 2017. Nutritional, microbial and sensory quality

evaluation of fermented Setipinna phasa, Hamilton 1822, (Phassya Shidal),

marketed in North-east India. J. Appl. & Nat. Sci. 9 (1): 237- 244 (2017)

Leis JM & Rennis DS. 1983. The Larvae of Indo-Pacific Coral Reef Fishes. New

South Wales University Press and University of Hawaii Press. Sydney.Honolulu.

Leis JM & Trnski T. 1989. The Larvae of Indo-Pacific Shorefishes. New South

Wales University Press.

Leis JM & Carson-Ewart BM. 2000. The Larvae of Indo-Pacific Coastal Fishes.

An Identification guide to marine fish larvae. Fauna Malesiana Handbook

2.Brill.

Merta GS, Suwarso, Wasilun,. Wagiyo K, Girsang ES & Suprapto. 1999. Status

populasi dan bio-ekologi ikan terubuk Tenualosa macrura (Clupeidae) di

Propinsi Riau. J.Lit.Perik.Ind.5(3), 15-29.

Page 230: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

218

Merta GS. 2001. A description of the Terubuk Fishery (Tenualosa macrura) in the

Bengkalis Region of Riau Province, Indonesia. Proceedings of The International

Terubuk Conference. Sarawak, Malaysia. 11-12 September 2001.p.85-99.

Muawinah. 2012. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Syair Ikan Terubuk.

Program Pasca sarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. Riau.

Purwanto E, Yani AH & Efizon D. 2014. Study the Potential Fisheries Fish Terubuk

(Tenualosa macrura) in Waters Bengkalis Riau. Jurnal Online Mahasiswa

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau.Vol.1. No.2.

Roper DS.1986. Occurrence and Recruitment of Fish Larvae in a Northern New

Zealand Estuary. Estuarine, Coastal and Shelf Science. 22, 705-717.

Sarma PK. 2015. Length-Weight relationship and relative condition factor of

gangetic hairfin anchovy Setipinna phasa (Hamilton, 1882) in Dhubri districh of

Assam, India. Adv. Appl.Sci.Res.6(1):5-10.

SEAFDEC. 2007. Larval Fish. Identification Guide for the China Sea and Gulf of

Thailand. Southeast Asian Fisheries Development Center in Collaboration with

the UNEF/GEF South China Sea Project.

Sihotang C, Dahril T & Alawi H. 1991. Studi tentang bio-ekologi ikan Terubuk

(Clupea toli). Fakultas Perikanan, Universitas Riau.

Srilatha G, Mayavu P, Varadharajan D & Chamundeeswari K. 2013. Distribution

of Fin-fish Eggs and Larvae from Point Calimere and Muthupettai, South East

Coast of India. J Aquac Res Development 4:4 . doi.org/10.4172/2155-

9546.1000178

Suwarso & Merta IG. 2003. Penurunan Populasi dan Alternatif Pengelolaan

IkanTerubuk,Tenualosa macrura (Clupeidae),diPropinsiRiau.J.Lit.Perik. Ind.

6(2), 25- 36.

Suwarso. 2017. Tipe Perikanan dan Status Sumberdaya Ikan Terubuk (Tenualosa

macrura, Bleeker 1852) di Perairan Estuarin Bengkalis dan Selat Panjang.

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.23 No.4: 261-273

Page 231: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

219

Wagiyo K. 2001. Spawning site and larval distribution of terubuk in the Bengkalis

Region of Riau Province Indonesia. Proceedings of The International Terubuk

Conference. Sarawak, Malaysia. 11-12 September 2001.p.168-176.

Wagiyo, K. 2002. Kelimpahan larva Terubuk (Tenualosa macrura) dan beberapa

Faktor Hidrologis daerah asuhannya. Seminar Hasil Penelitian Terubuk.

Pekanbaru.

Wagiyo K. 2008. Bioekologi, Sediaan, Eksploitasi dan Konservasi Ikan Terubuk

(Tenualosa macrura). Prosiding Seminar Nasional lkan V Bogor, 3 Juni 2008

Westhaus-Ekau P. 2002. Early Life History of Fish. Series Course on The Sea and

Its Resources. 16-21 September 2002. Purwokerto: Jenderal Soedirman

University. Faculty of Biology.

Page 232: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8, Bogor, 17 Oktober 2019

220

Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-8

“Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa

Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk

Pengembangan Perikanan Tangkap

Berkerlanjutan”

IPB International Convention Center - Bogor, 17 Oktober 2019

Diselenggarakan oleh:

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan - Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan - IPB University

dan

Forum Komunikasi Kemitraan Perikanan Tangkap (FK2PT)

Didukung oleh:

Page 233: lp2t.kkp.go.id PENANGKAPAN... · 2 days ago · Judul: Prosiding Seminar Perikanan Tangkap ke-8 “Arah Pembangunan Perikanan Tangkap Masa Depan: Pendekatan Transdisiplin untuk Pengembangan