laporan alat tangkap bagan tancap
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan nelayan untuk
menangkap ikan pelagis kecil, pertama kali diperkenal oleh nelayan Bugis-Makassar
sekitar tahun 1950-an. Selanjutnya dalam waktu relatif singkat sudah dikenal di
seluruh indonesia. Bagan dalam perkembangannya telah banyak mengalami
perubahan baik bentuk maupun ukuran yang dimodifikasi sedekian rupa sehingga
sehingga sesuai dengan daerah penangkapannya. Berdasarkan cara pengoperasiannya
bagan dikelompokkan ke dalam jaring angkat (lift net), namun karena menggunakan
cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan maka disebut juga light fishing.Bagan
tancap merupakan rangkaian atau susunan nibung berbentuk segi empat yang
ditancapkan sehingga berdiri kokoh diatas perairan, dimana pada tengah bangunan
tersebut dipasang jaring. Dengan kata lain alat tangkap ini sifatnya Inmobile. Hal ini
karena alat tersebut ditancapkan ke dasar perairan, yang berarti kedalaman laut
tempat beroperasinya alat ini menjadi sangat terbatas yaitu pada perairan dangkal
yang subtrat baik untuk pemasangan adalah lumpur campur pasir.
Unsur utama dari Bagan adalah penggunaan lampu. Lampu digunakan untuk
menarik kumpulan ikan-ikan yang mempunyai sifat fototaksis positif. Pada dasarnya
susunan dari Bagan terdiri atas 2 bagian yaitu Rumah Bagan dan Daun Bagan. Daun
Bagan ini terbuat dari waring plastik yang berbentuk seperti kantong besar yang
keempat sisinya diikatkan pada nibung Daun Bagan ini dapat dinaik-turunkan dengan
menggunakan penggulung/roller (sistemnya seperti katrol) yang diletakkan dibagian
atas Bagan atau disebut dengan plataran (flat form). Karena alat ini sifatnya pasif dan
menunggu ikan-ikan kecil supaya mendekat dan berkumpul/bergerombol dibawah
sinar cahaya lampu, maka penangkapan Daun Bagan tersebut menunggu sampai ikan
yang berkumpul banyak. Setelah itu, barulah alat diangkat keatas secara vertikal
sampai bingkai Daun Bagan hampir menempel pada langit-langit Rumah Bagan.
1
Dengan cara-cara tersebut dapat diketahui bahwa alat Bagan adalah termasuk
kedalam jenis Lift net.
Bedasarkan latar belakang tersebut, maka dari itu penulis mengambil judul
“Pengoperasian Alat Tangkap Bagan Tancap di Laut Penata Besar, Desa Sungai
Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang”
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL - 2) ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui teknik pengoperasian alat tangkap Bagan Tancap
2. Mengetahui cara penanganan hasil tangkapan pada alat tangkap Bagan
Tancap
1.3. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
ialah sebagai bahan acuan atau refrensi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa
jurusan ilmu kelauatan dan perikanan, sehingga dapat memberikan manfaat tentang
pengoperasian alat tangkap Bagan Tancap
1.4 Batasan Masalah
Sehubungan dengan judul yang di ambil penulis pada laporan, yang
berhubungan dengan batasan masalah pengoperasian alat tangkap Bagan Tancap
yaitu :
1. Pengertian alat tangkap Bagan Tancap
2. Cara pengoperasian alat tangkap Bagan Tancap
2
1.5 Waktu dan Tempat
1.5.1 Waktu
Adapun waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL-2) lebih kurang
dua minggu terhitung dari tanggal 05 Januari 2017 sampai dengan tanggal 19
Januari 2017.
1.5.2 Tempat
Adapun lokasi/tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL-2) bertempat di
Desa Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan
Barat.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Umum Bagan
Menurut Mulyono (1986), bagan merupakan salah satu jaring angkat yang
dioperasikan diperairan pantai pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu
sebagai faktor penarik ikan. Bagan atau ada juga yang menyebutnya dengan branjang,
yaitu suatu alat tangkap yang wujudnya seperti kerangka sebuah bangun piramida
tanpa sudut puncak.
Diatas bangunan bagan ini pada bagian tengah terdapat bangunan rumah kecil
yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari hujan, dan tempat
untuk melihat dan mengawasi ikan. Di atas bangunan ini terdapat roller yang terbuat
dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring.
Gambar 2.1 Alat Tangkap Bagan Tancap
Selama ini untuk membuat daya tarik ikan sehingga berkumpul di bawah
bagan, umumnya nelayan masih menggunakan lampu petromaks yang jumlahnya
bervariasi 2-5 buah. Penangkapan dengan bagan hanya dilakukan pada malam
4
hari (Light Fishing) terutama pada hari gelap bulan dengan menggunakan lampu
sebagai alat bantu penangkapan (Sudirman dan Achmar Mallawa, 2000).
Tertariknya ikan pada cahaya karena terjadinya peristiwaphototaxis. Antara lain
hal disebutkan bahwa cahaya merangsang ikan dan menarik (attrack) ikan berkumpul
pada sumber cahaya itu atau juga disebutkan karena rangsangan
cahaya (stimulus), kemudian ikan memberikan responnya. Penangkapan dengan
bagan menggunakan bantuan lampu dinamakan light fishing. Peristiwa phototaxis
dimanfaatkan untuk menangkap ikan itu sendiri. Dapat juga dikatakan dalam light
fishing, penangkapan ikan tidak seluruhnya memaksakan keinginannya secara paksa
untuk menangkap ikan tetapi menyalurkan ikan sesuai dengan nalurinya untuk
ditangkap.
Fungsi cahaya pada penangkapan ikan ini ialah untuk mengumpulkan ikan
sampai pada sesuatu catchable area tertentu, lalu penangkapan dilakukan dengan
jaring. Dengan alat jaring ini dapat dikatakan bahwa jaring bersifat pasif, cahaya
berfungsi untuk menarik ikan ke tempat jaring. Peristiwa berkumpulnya ikan di
bawah cahaya ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu peristiwa langsung dan peristiwa
tidak langsung. Peristiwa langsung yaitu ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul.
Sedangkan peristiwa tidak langsung yaitu dengan adanya cahaya maka sebagai
tempat plankton berkumpul lalu banyak ikan yang berkumpul untuk memakan
plankton tersebut (Ayodhyoa, 1981).
5
Gambar 2.2 Lampu Penerangan
Daerah penangkapan bagan atau daerah operasi untuk pemasangan bagan
adalah diperairan pantai yang berairkan jernih, mempunyai kedalaman 7 – 10 meter.
Jarak jauhnya dari pantai adalah 2 mil. Antara bagan yang satu dengan bagan yang
lain adalah sekitar 200 – 300 meter. Dasar perairan dipilih daerah yang berlumpur
campur pasir (untuk memudahkan dalam pemancangan tiang bagan (Mulyono, 1986).
Komponen bahan tancap yang biasanya tidak pernah luput dari pembuatan
bagan itu sendiri adalah rumah bagan, daun bagan, penggiling, tali-tali, lampu dan
serok. Rumah bagan merupakan rumah yang dibuat diatas bagan untuk tempat
istirahat nelayan. Dalam rumah bagan biasanya digunakan juga sebagai tempat
penyimpanan bahan bakar minyak untuk lampu petromaks (Naryo, 1985).
Menurut Subani dan Barus (1989), daun bagan terbuat dari waring plastik,
berbentuk seperti kantong besar yang keempat sisinya diikatkan pada bambu.
Penggilingan merupakan bambu yang digunakan untuk menarik dan menggulingkan
tali jaring. Tali-tali merupakan bagian penting pada bagan untuk mrnunjang operasi
penangkapan. Lampu disini digunakan sebagai perangsang atau penarik ikan saat
6
pengoperasian. Sedangkan serok digunakan untuk mengambil hasil tangkapan saat
jaring dinaikkan.
Menurut Mulyono (1986), hasil tangkapan yang umumnya tertangkap dengan
alat tangkap bagan ini adalah jenis-jenis ikan pelagis yang umumya bergerak cepat
dan berada di permukaan. Misalnya, ikan teri, tembang, ikan terbang, jambrung, cumi
dan udang.
Gambar 2.3 Hasil Tangkapan
2.2. Klasifikasi Bagan
Menurut Sudirman dan Achmar Mallawa (2000), klasifikasi bagan ada 3, yaitu :
1. Bagan Tancap
Bagan tancap merupakan rangkaian atau susunan bambu berbentuk persegi
empat yang di tancapkan sehingga berdiri kokoh di atas perairan, dimana pada tengah
bangunan tersebut dipasang jaring. Dengan kata lain, alat tangkap ini bersifat
inmobile. Hal ini karena alat tangkap tersebut ditancapkan pada dasar perairan, yang
berarti kedalaman laut tempat beropesinya alat ini menjadi sangat terbatas yaitu pada
perairan dangkal.
7
Gambar 2.4 Bagan Tancap
2. Bagan Rakit
Jenis bagan lain yang sangat sederhana dan biasa digunakan oleh nelayan
khususnya di sungai atau muara-muara sungai yaitu sebagai rakit. Bagan ini terbuat
dari bambu, dimana operasinya berpindah-pindah. Proses operasi penangkapannya
sama dengan bagan tancap.
Gambar 2.5 Bagan Rakit
8
3. Bagan Perahu (Bagan Rambo)
Bagan ini disebut pula sebagai bagan perahu listrik. Ukurannya bervariasi tetapi
di Sulawesi Selatan umumnya menggunakan jaring dengan panjang total 45 m dan
lebar 45 m, berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran mata jaring 0,5 cm
dan bahannya terbuat dari waring. Dalam pengoperasiannya bagan ini dilengkapi
dengan perahu motor yang berfungsi untuk menggandeng bagan rambo menuju
daerah penangkapan. Selain itu, bagan tersebut berfungsi sebagai pengangkut hasil
tangkapan dari fishing ground kefishing base.
Gambar 2.6 Bagan Perahu
2.3 Teknik Pengoperasian Bagan Tancap
Pengoperasian bagan tancap biasanya dilakukan pada malam hari,
dimana cara pengoperasiannya memanfaatkan sifat ikan yaitu fototaksis positif (peka
terhadap rangsang cahaya). Dengan menggunakan cahaya sinar petromak yang
sengaja di pasang pada bagan tancap, dapat merangsang ikan untuk mendekati arah
cahaya tersebut. Sehingga nelayan dapat memperoleh ikan dengan memanfaatkan
sifat ikan tersebut.
9
Adapun teknik pengoperasiannya sebagai berikut :
Terlebih dahulu nelayan mempersiapkan perlengkapan yang akan di
pergunakan dalam operasi penangkapan. Perlengkapan tersebut dapat berupa ;
perbekalan pribadi nelayan, beberapa lampu pompa lengkap dengan cadangannya
(kaos lampu, minyak tanah , serta korek api), kapal dan perlengkapan yang di
butuhkan lainnya.
Sebaiknya sebelum matahari terbenam, dengan mempergunakan perahu nelayan
telah meninggalkan daratan untuk menuju ke bagan. Setelah tiba di bagan, nelayan
menambatkan perahunya pada salah satu tiang bagan. kemudian nelayan dapat
membawa seluruh perlengkapan yang diperlukan ke atas bagan.
Setelah sampai diatas bagan, jaring bagan kemudian diturunkan kedalam air.
Lalu menyalakan beberapa (3 – 4 buah) lampu pompa, dan menurunkan tali lampu
pompa tersebut hingga mendekati permukaan air.
Melakukan persiapan perendaman jaring (setting) kurang lebih selama 2 menit.
Merendam jaring beberapa waktu sampai ikan – ikan berkumpul. Diperkirakan
lamanya merendam jaring (immersing) kurang lebih selama 2 jam.
Jaring bagan dapat segera diangkat (hauling), pada saat terdapat banyak ikan
yang berada didalam jaring. Atau pada saat ikan telah mendekat dan berkumpul di
bawah sinar cahaya lampu. Dengan cara memutar batang penggiling atau katrol,
kemudian jaring bagan secara perlahan – lahan naik ke atas sampai kerangka jaring
bagannya terangkat seluruhnya.
Melalukan persiapan penebaran jaring (setting), lama penebaran
jaring (immersing) dan penarikan jaring (hauling) pada masing-masing bagan.
Pada bagan 1 saat penebaran jaring atau setting memerlukan waktu 2
menit. Lama penebaran jaring atau immersing 1 ½ jam dan penarikan jaring
atau hauling memerlukan waktu 3 menit.
10
Pada bagan 2 diperlukan waktu saat setting adalah 43 detik. Lama penebaran
jaring atau immersing berkisar antara 1 hingga 1 ½ jam.Dan waktu penarikan jaring
atau hauling memerlukan waktu 5 menit.
Bagan 3 memerlukan waktu untuk menebar jaring atau setting 1 menit 28 detik.
Lama waktu penebaran jaring atau immersing 2 jam dan waktu penarikan jaring
atau hauling sekitar 3 menit.
Bagan 4 memerlukan waktu untuk menebar jaring atau setting 2 menit. Lama
waktu penebaran jaring atau immersing 2 jam dan waktu penarikan jaring
atau hauling sekitar 4 menit.
Jaring bagan dapat segera diangkat, pada saat terdapat banyak ikan yang berada
didalam jaring. Atau pada saat ikan telah mendekat dan berkumpul di bawah sinar
cahaya lampu. Dengan cara memutar batang penggiling atau katrol, kemudian jaring
bagan secara perlahan – lahan naik ke atas sampai kerangka jaring bagannya
terangkat seluruhnya.
Gambar 2.7 Roller
Dilihat dari penjelasan tersebut, waktu yang dibutuhkan untuk penarikan jaring
atau hauling dengan waktu yang dibutuhkan untuk setting atau penebaran jaring lebih
lama. Hal ini dikarenakan saat penarikan jaring, terasa lebih berat karena ada muatan
11
dan air dalam jaring tersebut sehingga lebih berat dan lebih lama untuk
mengangkatnya.
2.4 Penangganan Hasil Tangkapan Bagan Tancap
Pada alat tangkap bagan tancap yang menjadi objek penelitian dan
pengamatan, ikan hasil tangkapan hanya dimasukkan kedalam wadah ember tanpa
diberi perlakuan khusus atau dibiarkan begitu saja. Namun, saat nelayan ini
diwawancarai mereka hanya mengatakan bahwa alasan ikan tidak diberi es sebab
mereka telah mengetahui bahwa pada musim barat, jumlah ikan sedikit sehingga
tidak perlu membawa es. Selain itu, jarak antara lokasi penangkapan ikan dengan
darat tidak terlalu jauh sehingga penanganan bisa dilakukan di darat.
Berdasarkan hasil observasi maka dalam proses penanganan ikan di darat
nelayan melakukan penanganan ikan lanjutan karena ikan hasil tangkapan yang ada
telah dilakukan pegesan terlebih dahulu di atas kapal, nelayan atau penjual yang ada
di TPI hanya menambahkan es untuk mepertahankan mutu ikan. Nelayan di sana
juga menggunakan metode pengesan berlapis. Tetapi es yang mereka gunakan kurang
baik karena mereka hanya menggunakan es batu kemudian dihancurkan. Kelebihan
pengawetan ikan dengan pendinginkan adalan sifat-sifat asli ikan tidak mengalami
perubahan tekstur, rasa dan bau.Agar penggunaan es batu dalam proses pendinginan
dapat memberikan hasil yang baik, selain jumlah es batu, perlu juga diperhatikan
ukuran kristal es batu yang digunakan. Semakin halus es batu, luas permukaan tubuh
ikan yang akan bersinggungan dengan es batu semakin besar sehingga waktu yang
diperlukan untuk mencapai suhu 00C lebih singkat.
12
Gambar 2.8 Pendinginan Ikan
Dalam proses pendinginan ikan dengan es batu, terjadi perpindahan panas dari
tubuh ikan ke kristal es batu. Ikan dengan suhu tubuh relatif lebih tinggi akan
melepaskan sejumlah energi panas yang kemudian diserap oleh kristales batu.
Dengan demikian, suhu tubuh ikan menurun dan sebaliknya kristal es batu akan
meleleh karena terjadi peningkatan suhu. Proses pemindahan panas ini akan terhenti
apabila suhu tubuh ikan telah mencapai 00C, yaitu sama dengan suhu es batu.
Efisiensi pengawetan dengan pendinginan sangat tergantung pada tingkat
kesegaran ikan sebelum didinginkan. Hal ini sesuai pendapat Adawyah (2007) bahwa
pendinginan yang dilakukan sebelum rigor mortis berlalu merupakan cara yang
paling efektif jika disertai dengan teknik yang benar. Adapun cara penanganan ikan
yang baik adalah dengan menerapkan 4 (empat) prinsip, yaitu :
1. Cepat
Ditangani dengan cepat sesaat setelah ditangkap dan tidak terburu- buru.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan para nelayan memberikan perlakuan yang
tidak baik terhadap ikan seperti dengan melempar ikan hal ini sesuai dengan Anonim
13
(2012) bahwa jika ikan terluka atau memar akibat benturan atau lemparan maka itu
akan mempercepat ikan membusuk.
2. Cermat
Dengan hati-hati agar ikan tidak luka atau memar. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan nelayan juga terburu-buru dalam melakukan penanganan di
atas bagan. .Menurut Anonim (2008) bahwa adanya luka pada ikan yang
menyebabkan ikan memar atau patah, luka maka itu dapat mempercepat proses
pembusukan terjadi.
3. Bersih dan Sehat
Lingkungan dan orang yang menangani harus bersih dan sehat. Yang terlihat
dilapangan faktor kebersihan tidak diperhatikan karena pada saat ikan di naikkan
diatas kapal tidak menggunakan wadah yang bersih untuk menyimpan ikan seperti
keranjang atau cool box yang bersih. Hal ini tidak tidak sesuai seperti yang dikatakan
oleh Adawyah (2007) bahwa untuk menghasilkan produk yang bagus maka harus
membiasakan untuk mencuci peralatan sebelum dan sesudah digunakan begitu juga
dengan lantainya setiap kali proses terhenti, baik karena istirahat atau proses selesai.
Pada saat di TPI mereka juga terkadang hanya meletakkan ikan hasil tangkapan di
lantai TPI tanpa memperhatikan kebersihan.
4. Menerapkan suhu rendah/ dingin dengan kisaran 00C.
Berdasarkan yang ada dilapangan sesaat setelah ikan ditangkap nelayan
menggunakan es , metode pengesan yang mereka lakukan yakni metode pengesan
berlapis. Prinsip pendinginan adalah pengambilan/ pemindahan panas dari tubuh ikan
ke bahan lain.Dalam proses pemindahan ikan dari palka kedalam box, es yang
menempel pada ikan dibersihkan terlebih dahulu dan ikan-ikannya di sortasi
berdasarkan jenisnya karena dari hasil observasi di lapangan, hasil tangkapannya
adalah berupa ikan Selar dan ikan layang ekor kuning.Jenis box yang digunakan pada
pengamatan di lapangan adalah box yang terbuat dari gabus atau styrofoam. Namun
box tersebut sudah tidak terlalu bersih karena sudah ada beberapa bagian yang
14
berjamur. Keadaan yang demikian sebenarnya dikhawatirkan dapat menjadi sumber
penyebab menurunnya mutu ikan. Padahal menurut Anonim (2008), salah satu
prinsip penanganan yang baik adalah bersih dan sehat baik lingkungan, wadah
ataupun orang yang menangani.
15
BAB 3
METODE PENGAMATAN
3.1. Alat dan Bahan
Dalam melaksanakan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL-2),
Penulis menggunakan sarana untuk melengkapi data sebagai berikut :
1. Alat tangkap Bagan Tancap
2. Alat tulis ( Pulpen,Kertas dan Penggaris )
3. Kamera (Hanpone)
3.2. Metode Pengumpulan Data
Dalam proses pengambilan data untuk keperluan penyusunan laporan, penulis
menggunakan metode pengambilan data sebagai berikut :
3.2.1. Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer adalah pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap alat tangkap Bagan Tancap yang diamati.
Dalam pengumpulan data primer penulis menggunakan cara sebagai berikut :
a. Pengamatan (Observasi ) langsung
Yaitu pengumpula data dengan mengadakan pengamatan langsung di
atas Bagan Tancap terhadap objek yang akan diamati dan mengadakan
pencatatan secara sistimatik terhadap objek pengamatan. Pengamatan
langsung dilakukan untuk mendapatkan data mengenai pengoperasian alat
tangkap trawl pada penurunan alat tangkap (setting) dan menaikan alat
tangkap (hauling).
b. Wawancara ( interview )
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya
jawab secara lisan atau mewawancarai secara perorangan dengan pihak –
pihak yang terlibat langsung, dalam hal ini nelayan bagan tersebut, untuk
memperoleh data mengenai bagian – bagian alat tangkap, pengoperasian
alat tangkap BaganTancap, dan lainnya.
16
3.2.2 Pengumpulan Data Sekunder
Yaitu metode pengumpulan data dengan mencari dari literatur atau buku –
buku yang sesuai dengan permasalahan yang diamati.
3.3 Metode Deskriptif
Yaitu mengolah data – data yang diperoleh ketika melakukan pengamatan
dilapangan. Pada penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan, penulis mengambil
data yang berhubungan dengan alat tangkap Bagan Tancap. Kemudian penulis
tuangkan sesuai dengan tujuan pengamatan dan batasan masalah, yang pada
akhirnya diperoleh suatu kesimpulan dan saran – saran yang sifatnya membangun.
17
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan selama kurang lebih dua minggu
maka penulis mendapat hasil yang di inginkan, adapun hasil yang di dapat penulis
selama di lapangan yaitu :
4.1.1 Lokasi Praktek
Adapun lokasi Praktek Kerja Lapangan (PKL-2) yaitu betempat di Desa
Sungai Raya, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan,Kabupaten Kubu Raya
Provinsi Kalimantan Barat
Tabel 4.1 Batas Wilayah
Profil Desa
Provinsi Kalimantan Barat
Kabupaten/Kota Bengkayang
Kecamatan Sungai Raya Kepulauan
Desa/Kelurahan Sungai Raya
Alamat Kantor Desa Jl. Sungai Raya, Komp. Taman
Sungai Raya Kode Pos 78391
Nama Kepala Desa Darmadi. SH
Keterangan Umum Desa
Luas Desa 122,07 Ha/M2
Batas Wilayah
Utara Desa Karimunting
Selatan Desa Sungai keran
Barat Laut Cina Selatan
Timur Kelurahan Sagatani
Kondisi Geografis
18
Ketinggian Tanah 10 Mdpl
Curah Hujan Sedang
Topografi Wilayah Dataran
Jarak dari Desa ke Jarak Waktu Tempuh
Kantor Kecamatan 15 Km 45 menit
Kantor Kabupaten/Kota 16 Km 1 jam
Ibukota Provinsi Km
Ibukota Negara Jakarta Indonesia
4.1.2 Lokasi Fishing Ground
Alat tangkap Bagan Tancap tidak memiliki fishing ground
berpindah-pindah seperti alat tangkap lainnya tetapi tetap pada posisi
pertama bagan tancap di buat atau di didirikan, adapun posisi Bagan
Tancap yaitu di daerah Pulau Penata Besar,sekitar 500-800 m dari bibir
pantai Pulau Penata Besar, sedangkap di Pulau Penata Besar sebagai
tempat peristirahatan pada siang hari karena jarak yang tidak memungkin
nelayan untuk selalu pulang ke rumah untuk mengantarkan hasil
tangkapan,oleh karena itu nelayan Bagan Tancap berdiam diri di pulau
untuk beristirahat sedangkap malam hari berada di bagan untuk menangkap
ikan.
19
Gambar 4.1 Lokasi Fishing Ground
4.1.3 Hasil Tangkapan Bagan Tancap
Sasaran utama alat tangkap bagan yaitu ikan teri dan cumi-
cumi di karenakan harga jual yang melambung tinggi,tetapi kadang kala
ikan yang lain pun ikut tertangkap. Hasil tangkapan bagan tancap
tergantung dari cahaya lampu,karena ikan memiliki sifat fototaksis di
karenakan ketertarikan ikan terhadap cahaya dan di pengaruhi oleh faktor
sinaran bulan. Pada saat haulling paktor angin dan arus tidak terlalu di
perhitungkan tergantung banyaknya ikan yang berkumpul di bawah sinaran
lampu.
Adapun hasil tangkapan Bagan Tancap yang sering tertangkapn
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2. Hasil Tangkapan Bagan Tancap
No
.
Jenis Tangkapan Nama latin
1 Cumi-Cumi (Loligo Vulgaris)
2 Teri Nasi (Stolephorus Indicus)
3 Selar (Selaroides Leptolepis)
20
4 Tamban (Sardinella Fimbriata)
6 Udang Rebon (Mysis Diluviana)
7 Teri Putih (Stolephorus Devisi)
8 Kuwe (Caranx Sexfaciatus)
9 Kembung (Rastrelliger Kanagurta)
10 Alu-Alu (Sphyraena)
Tetapi pada saat turun ke lapangan hasil tangkapan yang di dapat tidak
sesuai yang di diinginkan hanya cumi-cumi yang tertangkap, di karenakan
faktor bulan yang terang sehingga ikan tidak berkumpul di satu tempat di
bawah sinaran lampu.
Gambar 4.2 Hasil Tangkapan Bagan
4.2 Pembahasan
Alat tangkap bagan biasa di operasikan pada malam hari karena ikan akan
tertarik pada cahaya lampu atau lebih dikenal dengan fototaksis. Pengoperasian alat
tangkap bagan tancapterdiri dari persiapan(Drifting), penurunan jaring (Setting), dan
pengangkatan jaring (Hauling). Prinsip Bagan Tancap yaitu tergolong dalam jaring
angkat atau Lift Net.
21
Adapun cara pengoperasian alat tangkap adalah sebagai berikut :
4.2.1 Persiapan (Drifting)
Persiapan yang di maksud ialah persiapan dari darat tempat
peristirahatan ke tempat bagan tancap, yaitu keperluan yang di perlukan
untuk penunjang pengoperasian alat tangkap bagan. Adapun barang yang
di perlukan yaitu :
1. Bensin untuk menghidupkan ganset
2. Senter
3. Pakaian hangat
4. Makanan dan minuan
5. dan peralatan lain yang di perlukan
Setelah semuanya selesai barulah kita pergi ke bagan menggunakan
kapal/samapan yang di gunakan sebagai alat transportasi penyebrangan.
Pada waktu turun ke bagan yaitu ketika hari mulai gelap sekitar jam 17.30
wib – 18.00 wib, dan waktu yang di perlukan untuk pergi kebagan sekiar 5
menit dari tempar peristirahatan
Gambar 4.3 kapal (Transportasi Penyebrangan)
22
4.2.2 Penurunan Jaring (Setting)
Setelah sampai ke bagan hal pertama yang kita lakukan adalah
mengecek keadaan bagan, apakah tiang bagan yang terbuat dari nibung berdiri
dengan kokoh sebagai tempat kita tinggal di atas bagan setelah selesai,
kegiatan selanjutnya adalah proses penurunan jaring ke dasar laut.
Lepas ikatan jaring di ujung sudut bagan agar badan jaring terbuka
sempurna, kemudian turunkan jaring menggunakan Roller secara berlahan-
lahan agar jaring tidak rusak dan pada saat Hauling tidak terjadi masalah.
Gambar 4.4 Roller
Setelah jaring turun dengan sempurna ikat tiang Roller dengan tali agar
jaring tidak bergerak dan perpindak apabila terkena gelombang dan arus.
Kegiatan selanjutnya yaitu menurunkan lampu ke atas permukaan air,
jaraknya sekitar 1 m – 1,5 m. Kemudian hidupkan mesin ganset untuk
menghidupkan lampu, setelah semuanya selesai kegiatan selanjutnya ialah
menunggu ikan berkupul di bawah sinaran lampu
23
Gambar 4.5 Lampu
4.2.3 Pengangkatan Jaring (Hauling)
Pengangkatan jaring atau hauling bisa di lakukan berkali- kali sesuai
dengan keadaan ikan yang nampak di atas permukaan air. Setelah ikan
berkumpul di bawah sinaran lampu.matikan salah satu lampu kemudian
naikan keatas, kemudian turunkan lampu tungkup lampu yang di lin dunggi
sisinya agar bias cahaya semakin mengecil, agar ikan yang bergerombol
di bawak lampu semakin mendekat. Setelah lampu tungkup di turunkan
naikkan 1 lampu yang tersisi kemudian naikkan ke permukaan.
Gambar 4.6 Lampu Tungkup
24
Langkah selanjutnya yaitu naikan jaring ke atas permukaan air
menggunakan hauller secara berlahan, setelah jaring naik ke permukaan dan
ikan sudah berkumpul di badan jaring, tarik ujung jaring agar gerak ikan
semakin mengecil setelah ikan bekumpul di satu sisi kemudian serok ikan
kemudian masukan ikan ke dalam keranjang. Setelah ikan di masukkan
kedalam keranjang kemudian langkah selanjutnya yaitu penurunan kembali
alat tangkap (Haulling)
Gambar 4.7 Serokan
4.2.4 Penanganan Hasil Tangkapan Pada Alat Tangkap Bagan Tancap
Penangganan hasil tangkapan bagan tancap di bagi dua,yaitu
penangganan di atas bagan saat di laut dan penangganan hasil
tangkpanpada saat di darat. Adapun penanganannya adalah sebagai
berikut :
A. Penangganan di Laut
pada saat penangganan hasil tangkapan di laut tidak lah terlalu
sulit,karena pada saat ikan di serok kemudian di masukkan ke dalam
keranjang atau lebih di kenal di lingkungan nelayan dengan sebutan baki
yang beukuran 20 cm x 10 cm. Apabilan hasil tangkapan banyak maka
25
hasil tangkapan di pindahkan ke keranjang yg berukuran lebih besar.
Kemudian selanjutnya menunggu pagi hari hari untuk pulang ke darat
sekitar pukul 05.30 wib.
Gambar 4.8 Keranjang/ Baki
B. Penangganan Ikan di Darat
Setelah hasil tangkapan sampai di darat selanjutnya yaitu proses
penyortiran ikan,yaitu memilih hasil tangkapan seperti memisahkan ikan
teri, cumi-cumi, ikan tamban dan hasil tangkap lainnya kedalam baki.
26
Gambar 4.9 Penyortiran Ikan
Kegiatan selanjutnya yaitu ikan di siram dan di besirkan,sambil
ikan di bersirkan dan di tiriskan kemudian panaskan air untuk merebus
ikan menggunakan air laut , kemudian rebus air di atas tungku yang
terbuat dari drum besi yang di belah dua, kemudian masukkan garam
secukupnya.
Gambar 4.10 Tungku
Setelah air mendidih masukkan ikan beserta baki/keranjang
kedalam rebusan air agar mempermudah pengerjaannya, rebus ikan ±
27
10 - 20 menit sambil ikan di bolak balik menggunakan sudip/garpu yang
terbuat dari kayu.
Gambar 4.11 Sudip/Garpu
Setelah ikannya di rebus kemudian tiriskan agar mengguranggi
kadar air di tubuh ikan. Kemudian selanjutnya yaitu proses penjemuran
ikan di bawah sinar matahari langsung kurang lebih 3 hari sampai ikan
benar-benar kering dengan beralaskan tikar yang terbuat dari pandan.
Gambar 4.12 Penjemuran Ikan
28
Setelah ikan benar-benar kering kemudian masukan ikan ke dalam
keranjang yang berukuran 50 cm x 50 cm untuk di packing atau di
kemas dan proses terakhir yaitu di kirim ke pasar-pasar.
Gambar 4.13 Packing/Pengemasan
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 kesimpulan
Bagan tancap adalah salah satu alat tangkap yang dimana proses
pengoperasiannya di lakukan pada malam hari untuk menangkap ikan. Bagan tancap
bisa di katagorikan sebagai alat tangkap ramah lingkungan karena proses
pengoperasiannya tidak berpindah-pindah tempat dan hanya menunggu ikan yang
berkumpul di bawah sinaran lampu kemudian di angkat ke atas menggunakan Roller
yang prinsip kerjanya hampir sama dengan katrol. Hasil tangkapan utama bagan
tancap tidak hanya ikan teri melainkan cumi-cumi, tamban, kembung dan ikan
lainnya yang termasuk dalam ikan pelagis.
Penanganan hasil tangkapan bagan tancap tidak lah rumit hanya memasukan
hasil tangkapan ke dalam keranjang, dan proses penangganan selanjutnya di lakukan
di darat yaitu dengan cara di buat ikan asin yang di mana proses pengerjaannya
29
dengan cara di rebus menggunakan air laut kemudian di jemur sampai kadar air di
dalam ikan berkuarang dan ikan benar-benar kering.
5.2 Saran
Saran yang di berikan penulis untuk laporan alat tangkap Bagan Tancap ini
agar menjadi lebih baik yaitu :
1. Pada saat penggoperasian alat tangkap bagan tancap di lengkapi dengan alat
keselamat berupa pelampung atau life jacket
2. Pada saat proses hauling di lakukan dengan memperhitungkan faktor angin
dan gelombang
3. Saat proses penangganan di darat, air rebusan ikan sebagusnya di ganti agar
tidak menimbulkan bau busuk dan wadah/drum sebagai tempat untuk merebus
ikan selalu di bersihkan agar tidak berkarat dan menimbulkan jamur
DAFTAR PUSTAKA
http://www.alamikan.com/2012/11/mengetahui-tentang-bagan-tancap.html
http://makaira-indica.blogspot.co.id/2011/11/iv-bagan-tancap.html
Ir. H . Sudirman M.Pi , Prof. Dr. Ir. Achmar Mallawa. DAE .Teknik Penangkapan
Ikan. Rineka Cipta . 2004.
Ayodhyoa .A.U .Teknik Penangkapan Ikan. bagian Teknik penangkapan ikan
KALBAR : institute pertanian . 1976
30
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta PP Sungai Raya Kepulauan, Bengkayang
31
Lampiran 2. Peta Wilayah Kabupaten Bengkayang
Lampiran 3. Nilai Indeks Musim Penangkapan Ikan Teri
No Bulan IMP (%)
1. Januari 92,60
32
2. Februari 76,65
3. Maret 104,98
4. April 93,75
5. Mei 91,93
6. Juni 98,89
7. Juli 133,32
8. Agustus 119,05
9. September 127,80
10. Oktober 94,26
11. November 88,47
12. Desember 78,30
Sumber: Hasil Penelitian, (2013)
33