laporan tutorial dental plak
DESCRIPTION
dentalTRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2
KELOMPOK 1
OLEH:
Arie Puspa Ningtyas (141610101003)
Nabilah Dzakiyyatul F. (141610101004)
Lady Ayu Budiartie (141610101005)
Nanik Rahmawati (141610101006)
Rusella Try S. (141610101007)
Erfika Arifanti (141610101009)
Umil Syifa Kuluba (141610101010)
Nico Natanael H. (141610101079)
Darmawan Dwi W. (141610101082)
Nurqum Irfan (141610101086)
Nugraheni (111610101057)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul Dental Plak.
Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok 1 pada
skenario II.
Penulisan laporan tutorial ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg. Yani Corvianindya Rahayu, M.KG selaku tutor yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok 1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember dan telah memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu
yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan–perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, April 2015
Tim Penyusun
SKENARIO 2
DENTAL PLAK
Seorang ibu 30 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan
rongga mulutnya terasa bau, dengan kondisi ini si pasien merasa tidak nyaman.
Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan adanya karies pada gigi 16, 45, 47.
Selain itu juga didapatkan adanya karang gigi pada regio di mana terdapat karies
giginya. Setelah ditanyakan ke pasien ternyata gigi yang karies tidak digunakan
untuk mengunyah karena kalau digunakan untuk mengunyah giginya jadi sakit.
Ibu tersebut bertanya ke dokternya kenapa gigi yan tidak digunakan untuk
mengunyah jadi banyak karang giginya dan dari mana awal terbentuknya karang
gigi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dental plak atau plak gigi merupakan suatu lapisan tipis dan lunak
yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan
melekat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Pada plak tertentu yang
mengandung koloni mikroba spesifik dapat menimbulkan adanya karies pada
gigi. Plak juga merupakan suatu penyebab local dan utama dalam terbentuknya
penyakit gigi dan mulut seperti karies, kalkulus (karang gigi), gingivitis
(radang pada gusi), periodontitis (radang pada jaringan penyangga gigi), dan
lain sebagainya. Plak pada permukaan gigi dapat dipakai sebagai indicator
kebersihan mulut. Plak gigi ini terdiri dari mikroorganisme dan matriks selular
yang terdiri dari bahan organik dan anorganik. Pada matriks selular, 20-30 %
massa plaknya terdiri dari komponen organik, anorganik yang berasal dari
saliva, cairan sulkus dan produk bakteri. Pada pembentukan plak diawali
dengan pembentukan pelikel kemudian kolonisasi awal dan sekunder dan yang
terakhir adalah pematangn plak dimana ditandai dengan menurunnya jumlah
bakteri gram (+) dan meningkatnya bakteri gram (–) yang terjadi pada hari ke-7
pada pembentukan plak.
Adanya kumpulan plak yang termineralisasi yang menempel pada
permukaan gigi ini akan menimbulkan terbentuknya karang gigi atau biasa
disebut dengan kalkulus. Karang gigi ini berasal dari plak yang bercampur
dengan zat kapur pada saliva yang kemudian mengendap di permukaan gigi.
Karang gigi atau kalkulus ini dapat menyebabkan gigi mudah goyah dan
mudah tanggal akibat adanya penurunan gusi, gusi bengkak, gusi berdarah saat
menyikat gigi dan juga bau mulut (halitosis). Karang gigi sendiri tidak
berbahaya, tetapi memiliki permukaan yang sangat kasar di mana bakteri dapat
dengan mudah melekat di permukaannya. Karang gigi juga merupakan masalah
yang dapat membuat gigi berwarna kuning atau coklat. Karang gigi ini lebih
berpori-pori dibanding enamel sehingga mudah berubah warna. Jika sering
merokok atau sering minum kopi atau teh, akan menyebabkan karang gigi
berubah warna menjadi coklat atau hitam. Akibat adanya karang gigi ini juga
dapat menimbulkan terjadinya gigi sensitive, gusi melorot sehingga akarnya
terlihat dan juga bau mulut. Karang gigi ini juga menjadi penyebab kedua
terbesar hilangnya gigi setelah karies.
Plak gigi ini juga merupakan biofilm gigi dimana biofilm terdiri dari
kumpulan bakteri yang melekat erat pada permukaan gigi dan permukaan
jaringan rongga mulut lainnya. Biofilm ini bertindak untuk melindungi dan
meningkatkan nutrisi bakteri yang tinggal di dalamnya. Matriks dari biofilm
akan melindungi bakteri dari efek antibiotik dan antiseptik. Penyingkiran
biofilm hanya dapat dilakukan secara mekanis dengan menggunakan sikat gigi
atau dental flosh. Struktur dari biofilm sangat unik dan tergantung dengan
lingkungan tempatnya berada misalkan kandungan nutrisi dan keadaan
fisiknya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme pembentukan dental plak?
2. Bagaimana proses terbentuknya karang gigi?
3. Apa saja komposisi plak gigi?
4. Apa saja faktor penyebab plak dan karang gigi?
5. Apa saja dampak adanya plak gigi terhadap rongga mulut?
6. Apa hubungan plak gigi dengan karies?
7. Apa hubungan karies dengan bau mulut?
8. Mengapa gigi yang tidak digunakan untuk mengunyah banyak terdapat
karang giginya?
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan mekanisme pembentukan biofilm
2. Mampu menjelaskan mekanisme pembentukan dental plak
3. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dental plak
4. Mampu menjelaskan mikroorganisme yang terdapat dalam plak gigi
5. Mampu menjelaskan hubungan plak gigi dengan karies
6. Mampu menjelaskan hubungan plak gigi dengan kalkulus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Plak Dental
Plak dental adalah suatu lapisan lunak yang tidak terkalsifikasi terdiri dari
bakteri yang melekat pada permukaan gigi atau objek lainnya di rongga mulut
seperti
restorasi, gigi tiruan dan kalkulus. Plak tampak sebagai suatu massa deposit
berwarna
kekuning-kuningan atau keabu-abuan yang hanya dapat dihilangkan dengan
Struktur dan Komposisi Plak Dental
Plak dental dapat diklasifikasikan menjadi plak supragingiva dan plak
subgingiva. Plak supragingiva ditemukan di atau atas margin gingiva dan dapat
pula
berkontak langsung dengan margin gingiva. Plak subgingiva ditemukan di bawah
margin gingiva, terletak di antara gigi dan jaringan sulkular gingiva.4
Plak dental terutama terdiri dari mikroorganisme dan 1 gram plak mengandung
hampir sekitar 2x1011 bakteri. Lebih dari 325 spesies bakteri yang berbeda
ditemukan pada plak gigi dari 500 spesies yang diambil dari rongga mulut.
Mikroorganisme non-bakteri yang ditemukan pada plak yaitu mycoplasma, jamur,
Sekitar 70-80% kandungan plak terdiri dari mikroba dan sisanya merupakan
matriks ekstraseluler. Matriks interseluler plak merupakan 20% massa plak yang
terdiri dari komponen organik dan anorganik yang berasal dari saliva, cairan
sulkus dan produk bakteri. Bahan organik matriks tersebut mencakup
polisakarida, protein, glikoprotein dan lemak. Komponen anorganik terdiri dari
magnesium, sodium, potassium, fluoride. Ion kalsium merupakan bahan adhesi
antara bakteri dengan bakteri dan antara bakteri dengan pelikel.
Plak gigi adalah suatu lapisan lunak terdiri atas kumpulan bakteri yang
berkembang biak di atas suatu matriks, terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan, merupakan salah satu faktor terjadinya
proses karies dan inflamasi jaringan lunak.2,14-17 Lokasi pembentukan plak pada
permukaan gigi diklasifikasikan atas plak supragingival berada pada atau koronal
dari tepi gingiva dan plak subgingival berada pada apikal dari tepi gingiva.18 Plak
supra dan subgingiva hampir tiga perempat bagian terdiri atas berbagai macam
bakteri grampositif dan gram-negatif, termasuk bakteri fakultatif anaerob dan
obligat anaerob.
Mekanisme Pembentukan Plak
Proses pembentukan plak diawali dengan pembentukan pelikel gigi dimana pada
tahap ini permukaan gigi akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut
berasal dari saliva, cairan sulkular, produk sel bakteri, pejamu, dan debris.
Kolonisasi bakteri akan dijumpai dalam waktu beberapa jam pada pelikel gigi
yang didominasi oleh bakteri fakultatif gram-positif, seperti Actynomyces
viscosus, Streptococcus sanguis dan Streptokokus sp. Massa plak kemudian
mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah
melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Tahap akhir akan
berlangsung kolonisasi sekunder dan pematangan plak. Pengkoloni sekunder
adalah bakteri yang tidak turut sebagai Universitas Sumatera Utara pengkoloni
awal ke permukaan gigi yang bersih, diantaranya Prevotella intermedia, Prevotella
loescheii, spesies Capnocytophaga, Fusobacterium nucleatum, dan
Porphyromonas gingivalis, melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam massa
plak.
Hubungan plak dengan karies
Jenis bakteri yang dominan pada plak gigi adalah jenis streptokokus, sedangkan
jenis bakteri yang lain ditemukan bervariasi, begitu juga jumlahnya.15,17
Streptokokus mempunyai sifat-sifat tertentu dalam proses karies gigi, yaitu
memfermentasi berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan
penurunan pH, membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler (levan) dari
berbagai jenis karbohidrat yang dapat dipecahkan kembali oleh bakteri bila
karbohidrat kurang sehingga menghasilkan asam terus menerus, membentuk
polisakarida ekstraseluler (dekstran) yang menghasilkan sifat-sifat adhesif dan
kohesif plak pada permukaan gigi, serta menggunakan glikoprotein dan saliva
pada permukaan gigi.15,16 Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa
dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri dan membentuk asam sehingga
menyebabkan pH plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit.
Penurunan pH yang berulangulang dalam waktu tertentu akan menyebabkan
demineralisasi permukaan yang rentan dan proses kariespun dimulai. Makin
sering keadaan asam di bawah pH 5,5 terjadi dalam plak, makin cepat karies
terbentuk dan berkembang.
BAB III
PEMBAHASAN
1. PROSES PEMBENTUKAN BIOFILM
Biofilm merupakan suatu agregat mikroba sejenis maupun berbeda
jenis yang melekat pada permukaan substrat biologis maupun non biologis,
dimana satu sel dengan sel yang lainnya saling terikat dan melekat pada substrat
dengan perantaraan suatu matrik extracellular polymeric substance (EPS) atau
disebut juga exopolysaccharide (Hall-Stoodley, 2004; Madigan et al, 1997).
Biofilm adalah lapisan yang terbentuk oleh koloni sel-sel mikroba dan melekat
pada permukaan substrat, berada dalam keadaan diam, karakter berlendir, dan
tidak mudah terlepas (Madigan et al, 1997).
Biofilm merupakan salah satu contoh dari hubungan kompleks antara
berbagai mikroba yang seringkali berasal dari spesies yang berbeda. Biasanya
menempel pada permukaan gigi (plak gigi), kerak dalam aliran air, tirai kamar
mandi (buih sabun juga merupakan biofilm), alat medis yang ditanam dalam
tubuh (pipa dalam saluran tubuh) dan lapisan lendir sistem pencernaan. Para
ilmuwan memperkirakan bahwa biofilm merupakan habitat mikroba yang alami.
Biofilm berkembang dari suatu matriks ekstraseluler yang terdiri atas DNA,
protein, dan serabut polisakarida dari glikokaliks sel. Matriks melekat satu sel
dengan yang lain dan juga pada permukaan substrat. Biofilm merupakan
lingkungan mikro yang mengandung nutrien dan melindungi koloni bakteri (dari
tekanan lingkungan, radiasi sinar ultraviolet, obat antimikroba, pH, suhu, dan
kelembaban).
Pada intinya, proses terbentuknya biofilm dibagi menjadi 5 tahap
(Maier, 2009) :
1. Tahap perlekatan awal
Pada tahap ini mikroba melekat pada permukaan benda padat
dengan perantara fili. Contoh bakteri yang dapat melekat dan
membentuk koloni adalah Pseudomonas aeruginosa, bakteri gram
negatif dengan molekul sinyal utama homoserin lakton. Perlekatan
awal ini disebabkan oleh hidrofobik dan elektrostatik.
2. Tahap perlekatan permanen
Mikroba semakin menempel dengan diprakarsai oleh matriks
polimer ekstraseluler dengan bantuan eksopolisakarida (EPS).
Contoh: pada tahap 2 P. Aeruginosa akan berubah menjadi fase
flagella
3. Maturasi I
Pada tahap ini terjadi penarikan pada bakteri lain membentuk
polisakarida ekstraseluler dan sel bakteri terus tumbuh dan berkembang.
Ketebalan biofilm lebih dari 10um. Contoh: pada bakteri P. Aeruginosa
akan berubah menjadi Type IV pili flagella
4. Maturasi II
Pada tahap ini ketebalan biofilm mencapai 100 mm. Bakteri yang
terakumulasi membentuk beberapa lapisan. Bakteri yang ada di
lapisan dalam akan lebih terlindungi daripada bakteri yang berada
pada lapisan luar. Koloni ini akan membentuk nutriennya sendiri
karena bakteri yang mati dapat menjadi nutrien bagi yang idup.
5. Dispersi / Detachment
Pada tahap ini biofilm yang sudah terbentuk dapat mengalami
pelepasan sel secara erosi atau sloughing. Erosi terjadi secara
berkala karena geseran dari cairan yang mengalir. Sloughing
adalah pelepasan banyak sel yang terjadi secara acak karena
adanya perubahan dalam medium pertumbuhan.
Plak pada gigi adalah suatu bentuk biofilm yang mengarah pada
kerusakan gigi (cavities/gigi berlubang). Pembentukan dimulai dari kolonisasi
Streptococcus mutans pada gigi. Bakteri ini menguraikan karbohidrat terutama
sukrosa (gula tebu) sebagai sumber nutrien dan untuk pembentukan glikokaliks.
Sukrosa diuraikan menjadi monosakarida sebagai sumber energi sel, dengan
bantuan enzim. Enzim kedua yang dikeluarkan oleh sel berupa rantai polisakarida
yang tidak larut untuk menguraikan fruktosa, yang disebut sebagai molekul
glukan (seperti matriks glikokaliks yang mengelilingi sel). Adanya glukan ini
akan melekatkan Streptococcus mutans pada gigi, menyediakan tempat bagi
spesies bakteri mulut lain dan menjerat partikel nutrien. Suatu biofilm kini telah
terbentuk.
Bakteri di dalam biofilm mencerna nutrien dan melepaskan zat asam,
yang dapat merusak gigi dengan matriks biofilm. Asam secara berangsur-angsur
akan mengikis mineral penyusun gigi, menyebabkan gigi berlubang dan pada
akhirnya bisa menghilangkan gigi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bakteri
dalam biofilm menunjukkan perbedaan yang mencolok dari individu, bakteri yang
berenang bebas. Contohnya suatu sel yang berenang bebas, bakteri tanah
Pseudomonas putida bergerak dengan flagel. Ketika ia menjadi suatu bagian dari
biofilm maka akan kehilangan gen protein pembentuk flagel dan sebagai gantinya
memulai sintesis pili. Sebagai tambahan, gen yang menyandikan ketahanan
terhadap antibiotik pada Pseudomonas putida akan menjadi lebih aktif saat berada
dalam biofilm.
Bakteri dalam biofilm berkomunikasi melalui pesan kimia untuk
membantu mengatur dan membentuk struktur tiga dimensi. Arsitektur suatu
biofilm menyediakan perlindungan daripada bakteri yang berenang bebas. Sebagai
contohnya pada saat kadar oksigen rendah di bagian dalam biofilm maka akan
lebih mengaktifkan zat antibiotik. Lebih dari itu, kehadiran begitu banyak jenis
bakteri dalam biofilm akan meningkatkan kemungkinan bakteri dalam komunitas
biofilm dalam melawan dan menjadi kebal tehadap pemberian antibiotik.
2. MEKANISME PEMBENTUKAN DENTAL PLAK
Plak umumnya dijumpai pada sepertiga gingiva permukaan gigi,
karena daerah tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan.
Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan, pit, dan fisur pada permukaan
gigi, dibawah restorasi yang mengemper, dan sekitar gigi yang erupsinya tidak
teratur. Lokasi dan laju pembentukan plak adalah bervariasi diantara individu.
Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah higiena oral, serta
faktor-faktor penjamu seperti diet, dan komposisi serta laju aliran saliva.
Proses pembentukan plak dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu:
a. Pembentukan pelikel dental
Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal
dari pembentukan plak. Pada tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi akan
dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan
sulkus, begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan debris. Komponen
khas pelikel pada berbagai daerah bervariasi komposisinya. Pengamatan terhadap
pelikel enamel baru terbentuk (dua jam) menunjukkan bahwa komposisi asam
aminonya berbeda dari komposisi saliva, hal ini berarti bahwa pelikel dibentuk
oleh adsorpsi makromolekul sekitar secara selektif. Pelikel merupakan suatu
lapisan organik bebas bakteri dan terbentuk dalam beberapa menit setelah
permukaan gigi yang bersih berkontak dengan ludah dan pada permukaan gigi dan
berupa material stein yang terang apabila diwarnai dengan bahan pewarna plak.
Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif, yang bertindak sebagai pelumas
permukaan dan mencegah desikasi (pengeringan jaringan). Selain itu pelikel
merupakan substrat tempat bakteri dari sekitarnya melekat. Selain itu, pelikel
bekerja seperti perekat bersisi dua, satu sisi melekat ke permukaan gigi,
sedangkan permukaan lainnya merupakan sisi yang melekatkan bakteri pada
permukaan gigi. Bakteri dapat melekat ke permukaan gigi diperantarai oleh
reseptor berupa lapisan tipis protein saliva dan glikoprotein yang menutupi
permukaan gigi yang sering dikenal dengan pelikel. Pelikel dan matriks plak
merupakan hasil dari host dan produk bakteri yang terdiri dari beberapa
komponen meliputi albumin, lisozim, amilase, imunoglobulin A, prolin yang kaya
protein dan mucins. Lapisan pelikel pada permukaan gigi dikolonisasi oleh bakteri
Gram positif seperti S.sanguis, S. mutans dan A.viscosus. Komponen bakteri
seperti glukosyltransferase dan glucans juga dapat ditemukan dalam pelikel dan
memainkan peran yang sangat signifikan dalam hal perlekatan. Suatu ikatan
antara adsorbsi dan desorbsi molekul saliva terjadi 90-120 menit setelah menyikat
gigi. Setelah 2 jam pelikel pada permukaan lingual terbentuk setebal 20-80 nm
sedangkan pelikel di daerah bukal bisa mencapai 200-700 nm. Ketebalan pelikel
ini bisa berubah sewaktu-waktu tergantung pada tempat melekatnya. Pada saat
molekul protein saliva berikatan dengan permukaan gigi protein dapat mengalami
perubahan. Hal ini merupakan petunjuk adanya reseptor baru untuk perlekatan
dimana terjadi aktivitas glukosyltransferase dan menghasilkan glucans dengan
struktur yang dimodifikasi. Komposisi molekul dan kimia fisik pelikel merupakan
hal yang sangat menentukan bentuk kolonisasi mikroba. Setelah pelikel terbentuk
bakteri melekat pada pelikel tersebut dan mengalami proliferasi. Bakteri yang
pertama kali melekat pada permukaan pelikel biasanya golongan coccus. Seiring
berjalannya waktu plak dikolonisasi oleh bermacam-macam bentuk berupa
filamen, flagel dan spiral. Koloni awal yang terdapat pada plak adalah spesies
komensal utama meliputi Streptococcus (S. sanguis, S. Gordonii dan S.oralis) dan
A.viscosus. Pengkoloni awal tersebut melekat ke permukaan gigi dengan bantuan
adhesin yaitu molekul spesifik yang terdapat pada permukaan bakteri. Contoh
adhesin ini adalah S. gordonii dapat berikatan dengan bantuan α-amylase
sedangkan A. naeslundii dan F. nucleatum berinteraksi dengan statherin. S.
mutans berikatan dengan glucans protein binding.
b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi
Dalam beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental. Bakteri
yang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah
didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif, seperti Actinomices
viscosus dan Streptococus sanguis. 18-20 Pengkoloni awal tersebut melekat ke
pelikel dengan bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada
permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental.
Masa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan
bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya.
Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan
dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram positif
menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan adalah
mikroorganisme anaerob gram-negatif.
c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak
Plak akan meningkat jumlahnya setelah kolonisasi awal permukaan
gigi melalui dua mekanisme terpisah, yaitu:
• Multiplikasi dari bakteri yang telah melekat pada permukaan gigi
• Multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan bakteri baru
Dalam tiga hari, Pengkoloni sekunder yang tidak turut sebagai
pengkoloni awal ke permukaaan gigi yang bersih, diantaranya Prevotella
intermedia, Prevotella loescheii, spesies Capnocyttophaga, Fusobakterium
nucleatum, dan Porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme tersebut melekat ke
sel bakteri yang telah berada dalam massa plak. Interaksi yang menimbulkan
perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan
koagregasi. Fase akhir pematangan plak pada hari ke 7 ditandai dengan
menurunnya jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya bakteri gram negatif.
Plak ini hanya dapat dibersihkan dengan pembersihan mekanis seperti
menggunakan sikat gigi ataupun alat pembersih dari dokter gigi lainnya.
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
PEMBENTUKAN PLAK
Menurut Djuita ( 1989 ) proses pembentukan plak dapat terjadi apabila terdapat
faktor-faktor penunjang hadirnya beberapa bakteri yang secara aktif menghasilkan
zat-zat metabolisme. Menurut Hoag dan Pawlak (1990) secara garis besar faktor-
faktor penunjang ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Lingkungan fisik, yaitu berdasarkan :
1) Anatomi dan posisi gigi
Pada bentuk gigi yang mempunyai banyak fisur dan pit akan lebih mudah
terbentuknya plak, selain itu posisi gigi yang tidak beraturan akan menyulitkan
dalam pembersihan sehingga sisa makanan akan mudah tersimpan dan
menyebabkan plak semakin menebal .
2) Anatomi dan jaringan sekitar gigi
Gigi yang jaringan pendukungnya mengalami kelainan seperti terdapatnya poket
akan memudahkan sisa makanan menumpuk sehingga plak akan mudah terbentuk.
3) Struktur permukaan gigi
Permukaan gigi yang terdapat tambalan seperti pada tambalan kelas II yang
sampai ke permukaan servikal gigi,ataupun restorasi lainnya seperti mahkota dan
jaket, apabila permukaannya masih kasar karena tidak dipoles ataupun karena
pemasangannya tidak benar akan menyebabkan retensi sisa makanan pada
tambalan tersebut atau pada batas antara mahkota dan jaket dengan permukaan
servikal gigi, dan akhirnya menumpuk dan terbentuklah plak.
b. Waktu
Lamanya sisa makanan yang tertinggal menetukan terjadi atau tidaknya suatu
plak. Semakin lama waktunya akan semakin mudah terbentuk plak.
c. Terdapatnya bakteri yang berasal dari saliva, cairan gusi dan diet
Peran bakteri sangat besar dalam pembentukan plak, sebab tanpa bakteri maka
pembentukan plak akan terhambat. Plak akan terbentuk pada manusia dan hewan
yang makanannya melalui lambung, walaupun dalam jumlah yang kecil. Masih
diperdebatkan apakah frekuensi makanan atau jumlah asupan makanan
mempengaruhi jumlah deposit plak, demikian juga plak bakteri memang
menggunakan nutrient yang dapat berdifusi dengan mudah ke dalam plak,
misalnya larutan gula, sukrosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa. Serat mungkin juga
berfungsi sebagai substrat bakteri ( Manson dan Eley, 1993).
4. HUBUNGAN ANTARA PLAK DENGAN KARIES.
Pada abad ke-16, Antonie van Leeuwenhoek telah mengemukakan kemungkinan
keterlibatan mikroorganisme dalam pembentukan karies. Ia merupakan orang pertama
yang mengamati bakteri dalam plak melalui mikroskop. Penelitian lebih lanjut
menegaskan tentang kemungkinan keterlibatan mikroorganisme dengan karies. Pada
akhir 1800-an, Miller mengemukakan teori parasit kimia (chemicalparasitic) dalam
pembentukan karies. Menurut Miller, mikroorganisme dalam kavitas mulut
mengakibatkan pemecahan karbohidrat melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh
mikroorganisme itu sendiri yang seterusnya mengakibatkan peningkatan produksi
asam dan demineralisasi enamel. Miller menganggap bahwa semua bakteri dalam
mulut cenderung bersifat kariogenik. Konsep ini dikenal dengan hipotesa plak non-
spesifik.
Plak tidak selalu menyebabkan karies dan hanya plak tertentu yang
mengandung koloni mikroba spesifik yang bertanggung jawab terhadap timbulnya
karies pada gigi. Konsep ini dikenal dengan hipotesa plak spesifik. Berdasarkan
konsep ini, setengah spesies khusus pada flora plak dianggap sebagai patogen mayor
dalam etiologi karies. Spesis yang paling berperan dan berhubungan erat dengan
karies merupakan Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus. Laporan
pertama mengenai keterlibatan Streptokokus dalam etiologi karies dikemukakan oleh
Clarke pada tahun 1924. Dari karies manusia, Clarke mengisolasikan Stretokokus
melalui karakteristiknya yang jelas dan menamainya sebagai Streptokokus mutans.
Walupun demikian, bukti langsung pertama mengenai keterlibatan mikroorganisme
spesifik dalam karies adalah dari penelitian Keyes pada tahun 1960. Genus kedua
yang berhubungan erat dengan karies adalah Laktobasilus. Laktobasilus biasanya
diisolasi dari karies dentin dan dianggap sebagai habitat utamanya dalam mulut.
Bakteri yang juga berhubungan dengan etiologi karies tetapi dianggap kurang
kariogenik dibandingkan dengan Streptococcus mutans adalah Actinomyces
odontologica dan Actinomyces naeslundii.
Karies
Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin
dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu
karbohidrat yang difermentasi. Proses karies ditandai dengan terjadinya
demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan
pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular
lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun
waktu. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan, karies dinyatakan sebagai
penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab
terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu: (1) faktor
host atau tuan rumah, (2) agen atau mikroorganisme, (3) substrat atau diet. Ketiga
faktor utama ini juga dipengaruhi oleh faktor waktu. Untuk terjadinya karies, maka
kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan,
mikroorganisma yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.
5. HUBUNGAN PLAK GIGI DENGAN KALKULUS
Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari bakteri dan umumnya
bakteri plak memegang peranan penting dalam menentukan pembentukan
kalkulus. Pelekatan kalkulus dimulai dengan pembentukan plak gigi, sedangkan
permukaan kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival selalu diliputi oleh
plak gigi. Kalkulus merupakan suatu endapan amorf atau kristal lunak yang
terbentuk pada gigi atau protesa dan membentuk lapisan konsentris. Kalkulus ini
biasanya terbentuk setelah 2 – 14 hari terbentuknya plak. Kalkulus disebut juga
"tartar" merupakan endapan keras hasil mineralisasi plak gigi, melekat erat
mengelilingi mahkota dan akar gigi. Selain pada permukaan gigi, kalkulus juga
terdapat pada gigi tiruan dan restorasi gigi dan hanya bisa hilang dengan tindakan
scalling. Penelitian morfologi kalkulus menggunakan scanning electron
microscopy (SEM) menunjukkan bahwa kalkulus supragingival dan kalkulus
subgingival kasar dan porus serta terdapat retensi dan plak gigi. Permukaan luar
kalkulus selalu diliputi oleh organisme - organisme bentuk filamen dan bulat,
sedangkan permukaan dalam kalkulus tidak. Ada perbedaan jumlah koloni pada
plak gigi dengan atau tanpa kalkulus supragingival. Pada plak gigi kelompok
kalkulus terdapat lebih banyak spesies Bacteroides intermedius, Bacteroides
melaninogenicus serta Capnocytophaga. Organisme yang terdapat pada plak gigi
yang sudah matang juga terdapat pada kalkulus. Ditemukan ada 22
mikroorganisme di dalamnya. Bakteri plak diperkirakan memegang peranan
penting dalam pembentukan kalkulus, yaitu dalam proses mineralisasi,
meningkatkan kejenuhan cairan di sekitarnya sehingga lingkungannya menjadi
tidak stabil atau merusak faktor penghambat mineralisasi. Sumber mineral untuk
kalkulus supragingival diperoleh dan saliva, sedangkan kalkulus subgingival dari
serum darah. Kalkulus terjadi karena pengendapan garam kalsium fosfat, kalsium
karbonat dan magnesium fosfat. Komposisi kalkulus dipengaruhi oleh lokasi
kalkulus dalam mulut serta waktu pembentukan kalkulus. Pada suatu saat kalkulus
dapat cepat terbentuk, sedangkan pada saat yang lain lambat atau tidak terbentuk
kalkulus.
Kalkulus melekat erat dengan gigi dan hanya bisa di bersihkan dengan
scaller, atau alat ekstraktor oleh dokter gigi. Kalkulus mula-mula kuning, lama -
kelamaan dapat berwarna coklat atau kehitaman sesuai dengan kebiasaan seperti
merokok atau minum kopi. Kalkulus dapat menyebabkan gigi goyang dan mudah
tanggal karena penurunan gusi, gusi bengkak, gusi berdarah terutama saat
menyikat gigi dan halitosis (bau mulut).
Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneliti mengenai
proses terbentuknya kalkulus, antara lain:
1. Teori CO
Menurut teori ini, pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat
adanya perbedaan tekanan CO2 dalam rongga mulut dengan tekanan CO2 dari
duktus saliva, yang menyebabkan pH saliva meningkat sehingga larutan menjadi
jenuh.
2. Teori protein
Pada konsentrasi tinggi, protein koloida saliva bersinggung-an dengan
permukaan gigi maka protein tersebut akan keluar dari saliva, sehingga
mengurangi stabilitas larutannya dan terjadi pengendapan garam kalsium fosfat.
3. Teori fosfatase
Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri.
Fosfatase membantu proses hidrolisa fosfat saliva se-hingga terjadi pengendapan
garam kalsium fosfat.
4. Teori esterase
Esterase terdapat pada mikroorganisme, membantu proses hidrolisis
ester lemak menjadi asam lemak bebas yang dengan kalsium membentuk kalsium
fosfat.
5. Teori ammonia
Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan membentuk
amonia sehingga pH saliva naik dan terjadi peng-endapan garam kalsium fosfat.
6. Teori pembenihan
Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan
fosfor yang akan membentuk kristal inti hidroksi apatit dan berfungsi sebagai
benih kristal kalsium fosfat dari saliva jenuh.
Diketahui ada dua macam kalkulus menurut letaknya terhadap gingival
margin yaitu kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival. Kalkulus
supragingival terletak di atas margin gingiva, dapat terlihat langsung di dalam
mulut, warnanya putih kekuning-kuningan dan distribusinya dipengaruhi oleh
muara duktus saliva mayor. Kalkulus subgingival terletak di bawah margin
gingiva, tidak dapat terlihat langsung di dalam mulut, dan warnanya kehitaman.
Endapan kalkulus supragingival terbanyak adalah pada permukaan bukal gigi
molar pertama maksila, dan pada permukaan lingual gigi insisivus pertama dan
kedua mandibula. Endapan kalkulus subgingival paling banyak terdapat pada gigi
insisivus pertama dan kedua mandibula, diikuti oleh gigi molar pertama maksila,
kemudian gigi-gigi anterior maksila.
Pembentukan kalkulus supragingival pada orang Asia (tentara
Indonesia) lebih banyak, dan gigi yang terkena juga lebih banyak dibandingkan
dengan orang Eropa (Oslo). Perbedaan pembentukan tersebut tidak disebabkan
oleh umur, jenis kelamin, frekuensi menyikat gigi atau daya abrasif dari pasta
gigi, diperkirakan perbedaan tersebut karena kebiasaan makan dan jenis
makanannya. Beras mengandung silikon yang daya abrasifnya rendah sehingga
meningkatkan rata-rata pembentukan kalkulus pada orang Asia. Silika yang
ditambahkan dalam makanan tikus akan meningkatkan pembentukan kalkulus.
Karang gigi ini menjadi tempat melekatnya kuman-kuman di dalam mulut.
Akibatnya dapat menyebabkan berbagai penyakit gusi, seperti radang gusi
(gingivitis) yang ditandai dengan gusi tampak lebih merah, agak membengkak,
dan sering berdarah saat menggosok gigi. Hal ini dapat berlanjut menjadi radang
jaringan penyangga gigi lainnya (periodontitis) bila tidak segera dirawat. Bila
sudah tahap ini dapat menimbulkan gigi goyang karena jaringan penyangga gigi
sudah rusak.
6. MIKROORGANISME YANG TERDAPAT DALAM PLAK GIGI
Mikroorganisme yang terdapat dalam plak gigi ada bermacam-macam.
Berdasarkan klasifikasinya, mikroorganisme dapat dibagi menjadi dua:
a. Pewarnaan, Gram positif & Gram negative,
b. Kebutuhan oksigen, aerob & anaerob.
II.2.1 Kokus Gram Positif
Gram positif bentuk kokus, chains, terkadang berkapsul, non motile,
anaerob fakultatif, media: selektif MSA.
II.2.1.1 Genus Streptococus
1. Kelompok Mutans
Species utama adalah Streptococcus mutans serotipe c, e, f ; S.
sobrinus serotipe d, g; S. rattus serotipe b; S. ferus; Steptococcus downei
serotipe h, S. macacae. Karakteristik kultur : konveks, opaque,
menghasilkan polisakarida ekstraseluler pada media yang mengandung
sukrosa, MSA + bacitracin agar. Keberadaan di RM & infeksi : tooth
surface, dental caries
2. Kelompok Mitis
Spesies utama : Streptococcus.mitis, S. sanguis, S. gordoni,
S.oralis, S. crista Karakteristik kultur : koloni tidak melekat (S.mitis &
S.oralis ), kecil & elastis (S. sanguis) pd MSA. Keberadaan di RM &
infeksi: plak gigi, lidah dan pipi, infeksi endokarditis kecuali S.mitis.
3. Kelompok Salivarius
Spesies utama : S. salivarius; S.vestibularis. Karakteristik kultur:
koloni mukoid dan besar pada MSA, juga menghasilkan fruktan ekstra
seluler (polimer dari fruktosa dengan struktur levan). S.vestibularis tidak
menghasilkan polisakarida ekstraseluler dari sukrosa menghasilkan urease
dan hidrogen peroksida. Keberadaan di RM & infeksi: dorsum lidah &
saliva pada umumnya tidak bersifat pathogen
4. Anaerobic streptococci (genus Peptostreptococcus)
Spesies utama: P. anaerobicus, P. micros, P.magnus. Karakteristik
kultur: anaerob, pertumbuhan lambat, biasanya non hemolitik. Keberadaan
di RM & infeksi: pada gigi, khususnya karies dentin, abses periodontal
&dentoalveolar dalam kultur campur.
5. Kelompok Anginosus
Spesies utama : Streptococcus constellatus, S. intermedius, S.
anginosus. Karakteristik kultur : Tergantung CO2, ukuran kecil, koloni
tidak melekat pada MSA. Keberadaan di RM & infeksi: krevikuler
gingiva, infeksi dentoalveolar & endodontik.
II.2.1.2 Genus Stomatococcus
Spesies utama : Stomatococcus (bentuk Micrococcus)
mucilagenosus. Karakteristik kultur : koagulase negatif, koloni besar
melekat pada permukaan agar darah, anaerob fakultatif. Keberadaan di
RM & infeksi : umumnya pada lidah, krevikuler gingiva, bukan
merupakan patogen oportunis.
II.2.1.3 Genus Staphylococcus
Gram positif bentuk kokus, bergerombol, tidak berspora, non
motile, beberapa strain memiliki kapsul. Spesies utama : Staphylococcus
aureus, S. epidermis (S.albus), S. saphrophyticus. Keberadaan di RM &
infeksi:Proporsi Staphylococcus aureus lebih banyak terdapat dalam saliva
subyek sehat.
II.2.2 Kokus Gram Negatif
II.2.2.1 Genus Neisseria diplokokkus gram negative
Spesies utama : Neisseria subflava, N.mucosa, N. sica.
Karakteristik kultur : menghasilkan asakharolitik dan non polisakarida,
aerob fakultatif. Keberadaan di RM & infeksi: diisolasi dalam jumlah yang
lebih sedikit dari lidah, saliva, mukosa rongga mulut dan awal
pembenukan plak, mengkonsumsi O2 pada tahap awal pembentukan plak,
menyediakan kondisi kondusif untuk pertumbuhan anaerob, jarang
berkaitan dengan penyakit.
II.2.2.2 Genus Veilonella kokkus kecil gram negative
Spesies utama: Veilonella parvula, V. dispar, V. atypical.
Karakteristik kultur: anaerob obligat, media selektif Rogosa vancomysin
agar, tidak menghasilkan glukokinase dan frukto kinase sehingga tidak
bisa memetabolisme karbohidrat. Oleh karena itu ia menggunakan laktat
hasil dari bakteri lain & dan pH plak, berhubungan dengan karies gigi.
Keberadaan di RM & infeksi: Diisolasi dari permukaan lidah, saliva dan
plak gigi, tidak berhubungan dengan penyakit.
Bakteri – bakteri tersebut banyak yang dapat menempel pada biofilm
yang kemudian menjadi plak gigi yang seiring dengan berjalannya waktu bakteri
– bakteri tersebut berkoloni serta berkembang biak sehingga jumlahnya
meningkat yang pada akhirnya dapat menyebabkan karies maupun gingivitis dan
periodontitis. Keadaan lingkungan, seperti susunan ludah, substrat yang
disediakan, konsentrasi zat asam dan efektivitas pembersihan buatan dan
fisiologis sangat mempengaruhi susunan flora pembentuk plak. Oleh karena itu
juga tidak begitu mengherankan bahwa susunan plak berbeda dari tempat ke
tempat.
Prevalensi (% jumlah total bakteri) flora dominan plak supragingival
pada dua tempat berbeda di dalam mulut.
Jenis Bakteri Fissura Aproksimal
S. mutans 20 10
S. sanguis 15 5
Streptokokus lainnya 5 10
Aktinomises Viskosus 10 20
Aktinomises Naeslundi 15 25
Aktinomises israelli 5 10
Batang gram – positif lainnya
(Rotia, Araknia, Bakterionema,
dll)
6 5
Veilonella 20 10
Laktobasillus <1 <1
Batang gram – negative lainnya
(Fusobakteri, Bakteriodes, Vibrio,
dll)
5 5
( Prof. Dr. Houwink, dkk, 1993)
Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan bakteri dari
plak gigi adalah streptokokus dan aktinomisetes. Juga mencolok bahwa S. mutans
hanya suatu persentase kecil dari jumlah total streptokokus. Terutama dalam
fissure terdapat streptokokus dalam persentase relative tinggi, sering dalam
persentase yang lebih tinggi daripada dalam plak aproksimal, dimana justru
spesies aktinomises merupakan jumlah yang lebih besar. Terutama actynomyces
naeslundi dalam jumlah besar. Namun, prevalensi S. mutans yang sedikit ini
dalam waktu lama dan konsentrasi tinggi yang berarti konsentrasi zat asam tinggi
dapat menyebabkan terjadinya karies bercak putih. Pada hamper semua plak,
veilonella dapat ditemukan. Lactobasillus hanya ditemukan langka dalam plak
gigi.
II.3 Komposisi Plak
Ada 3 komposisi yang membentuk plak dental yaitu mikroorganisme,
matriks interseluler yang terdiri dari komponen organik dan komponen anorganik.
Kompisisi plak yang terbesar adalah mikroorganisme. Diperkirakan lebih dari 400
spesies bakteri dijumpai dalam plak dental. Mikroorganisme non - bakteri yang
dijumpai dalam plak adalah spesies Mycoplasma, ragi, protozoa, dan virus.
Mikroorganisme tersebut berada diantara matriks interseluler yang juga
mengandung sedikit jaringan seperti sel-sel epitel, makrofag, dan leukosit. Suatu
penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang dominan dalam semua plak gigi
adalah jenis kokus terutama Streptokokus yang dapat menghasilkan asam dengan
cepat dari hasil metabolisme karbohidrat. Mikroorganisme tersebut selain mampu
membentuk asam (asidogenik) juga tahan asam (asidurik).
Matriks interseluler merupakan 20-30% massa plak yang mengandung
bahan organik dan bahan anorganik. Komponen organik terdiri dari bahan organik
yang mencakup polisakarida (dekstran, levan dan galaktosa), protein, glikoprotein
dan lemak. Komponen anorganik yang ditemukan terutama kalsium dan fosfor
yang terutama berasal dari saliva. Selain kedua komponen tersebut, plak juga
mengandung magnesium, potassium, dan juga sodium. Kandungan organik
semakin meningkat seiring dengan pembentukan kalkulus. Dalam 1 mg plak
mengandung 3 x 108 bakteri.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Plak pada gigi adalah suatu bentuk biofilm yang mengarah pada
kerusakan gigi (cavities/gigi berlubang). Pembentukan dimulai dari
kolonisasi Streptococcus mutans pada gigi. Bakteri ini menguraikan
karbohidrat terutama sukrosa (gula tebu) sebagai sumber nutrien dan
untuk pembentukan glikokaliks. Sukrosa diuraikan menjadi
monosakarida sebagai sumber energi sel, dengan bantuan enzim.
Enzim kedua yang dikeluarkan oleh sel berupa rantai polisakarida
yang tidak larut untuk menguraikan fruktosa, yang disebut sebagai
molekul glukan (seperti matriks glikokaliks yang mengelilingi sel).
Adanya glukan ini akan melekatkan Streptococcus mutans pada gigi,
menyediakan tempat bagi spesies bakteri mulut lain dan menjerat
partikel nutrient yang menyebabkan terbentuknya biofilm. Biofilm
yang lama kelamaan semakin banyak bateri yang melekta padanya
menyebabkan terbentuknya plak gigi. Plak yang mengalami
mineralisasi akan disebut kalkulus atau karang gigi.
2. Prevalensi flora normal yang terbanyak dalam rongga mulut adalah
bakteri berbentu kokus, baik kokus gram positif maupun gram
negative, aerob maupun anaerob, seperti streptokokus, stomatokokus,
staphylokokus, neisseria serta veilonella. Selain itu, terdapat pula
bakteri jenis lactobasillus, namun jumlahnya sangat sedikit di rongga
mulut. Bakteri – bakteri ini berperan dalam menyebabkan terjadinya
karies, gingivitis maupun periodontitis.
3. Ada 3 komposisi yang membentuk plak dental yaitu mikroorganisme,
matriks interseluler yang terdiri dari komponen organik dan komponen
anorganik. Kompisisi plak yang terbesar adalah mikroorganisme.
Diperkirakan lebih dari 400 spesies bakteri dijumpai dalam plak
dental. Mikroorganisme non - bakteri yang dijumpai dalam plak adalah
spesies Mycoplasma, ragi, protozoa, dan virus. Komponen organik
terdiri dari bahan organik yang mencakup polisakarida (dekstran, levan
dan galaktosa), protein, glikoprotein dan lemak. Sedangkan komponen
anorganiknya terdiri dari kalsium, fosfor, magnesium, potassium, dan
juga sodium.
DAFTAR PUSTAKA
Gerald I, Roth and Camles Robert. 1981. Oral Biology. The C. V. Mosby
Company.
Imam. 1996. Ilmu Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut. Surabaya: AKG
Sindoro
Kidd EAM, Joyston S.1991. Dental Caries: The Disease and Its
Management.EGC:Jakarta
KH, Haake. Dental Plaque: Structural, Microbiological and Developmental
Files of Characteristics.
http://www.dent.ucla.edu/pic/members/microbio/mdphome.html
Nield JS, Gerhrig. Dental plaque biofilms.
http://www.dentalcarestamford.com
S.U, Sri Lelyati. Kalkulus – Hubungannya Dengan Penyakit Periodontal dan
Penanganannya. Jakarta: Bagian Periodontologi FKG UI
Walsh, LJ.2006.Dental Plaque Fermentation and Its Role In Caries Risk
Assessment.Int Dent SA. 8(5):34-40
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18086/3/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19051/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21346/4/Chapter%20II.pdf