dental hygienis2

18
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Karies Rafika chintya dewi (8653) Lilis Setyowati (8761) Sri Mulyaningsih (8811) Violita Sheilla M (8831) Istighfari Zahra M (8847) Nurul Arifah (8862) Yessy Trisnaningsih (8871) Ayu Uswatun H (8879) Meia Audinah (8885) Anggita Mugiwardani (8891) Siska Pramita S (8893) Atwina Rizki (8905) Nopris Tiara Anisa (8916) Pangky Fajar S (8920) Istiyanti Hapsari (8922) R.Rr. Idkhadita M (8936)

Upload: anis

Post on 19-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dental hygienis

TRANSCRIPT

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Karies

Rafika chintya dewi (8653)Lilis Setyowati (8761)Sri Mulyaningsih (8811)Violita Sheilla M(8831)Istighfari Zahra M(8847)Nurul Arifah (8862)Yessy Trisnaningsih (8871)Ayu Uswatun H (8879)Meia Audinah(8885)Anggita Mugiwardani(8891)Siska Pramita S (8893)Atwina Rizki (8905)Nopris Tiara Anisa (8916)Pangky Fajar S(8920)Istiyanti Hapsari (8922)R.Rr. Idkhadita M (8936)Meliana Aji L (8942)Ifa Najiyati (8947)Diftya Twas Galih A (8954)Irma Alya Safira (8959)Dahlia Astri A (8963)Sri Mustikasari H (8965)Ike Yolanda S(8966)Dina Diana Z (8974)Dewi Puspita S(8976)Whita Ovi M (8979)Pramudita Kusuma W (8982)Alin Karnilla S(8986)Shofi An Nisa (8990)

I. PENDAHULUANLatar BelakangKaries gigi (kavitis) merupakan salah satu penyakit kronik yang paling sering memengaruhi individu pada segala usia (Wong, dkk., 2002). Pengertian lain dari karies menurut Kidd dan Joyston (1991) adalah, suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suau jasad renik dalam suatu karbohidrat yang sapat diragikan.Proses terjadinya karies gigi ditandai dengan adanya perubahan warna putih mengkilat pada email menjadi putih buram yang disebut white spot. Faktor yang harus ada dalam proses karies gigi adalah makanan, plak, email dan waktu. ( Nio, 1987).Pencegahan kejadian karies gigi dapat didasarkan pada tiga faktor penyebab terjadinya karies gigi (Forrest, 1995; Latham, 1997). Faktor pertama adalah faktor host yaitu kekuatan dari permukaan gigi, dan kedua adanya plak 58 yang berisi bakteri, biasanya bakteri patogen yang kariogenik seperti Streptococcus mutans. Faktor ketiga penyebab karies gigi adalah adanya subtrat yang mendukung pertumbuhan bakteri seperti adanya karbohidrat terfermentasi pada gigi yang akan menyebabkan bakteri dapat bertahan hidup (Forrest, 1995; Latham, 1997). Bakteri sangat berperan pada proses terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal. Banyaknya mikroorganisme tergantung pada kesehatan dan kebersihan mulut seseorang, sedangkan jenis bakterinya berbeda pada berbagai tempat dalam rongga mulut. Bakteri Streptococcus, Stafilococcus, Lactobacillus, dan bakteri bentuk filament merupakan mikroorganisme yang sering dapat diisolasi dari lesi karies yang dalam. Di antara kelompok bakteri ini ternyata streptococcus paling sering ditemukan, sehingga dikatakan bahwa bakteri ini sangat berperan pada penyakit pulpa gigi. Streptococcus yang paling sering ditemukan adalah Streptococcus mutans (Willett dkk., 1991; Sidarningsih,2000; Samaranayake, 2002; Nomura dkk., 2004).

II. ISIRisiko karies dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor yang mempengaruhi proses karies yang dikenal sebagai faktor etiologi karies dan faktor yang berhubungan dengan kejadian karies disebut faktor risiko karies. Faktor etiologi kariesFaktor penyebab karies digambarkan sebagai empat lingkaran seperti gambar berikut:

Menurut Kidd dan Joyston (1991), terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan karies antara lain:1. Terdapatnya plak atau bakteri yang bersarangPlak gigi merupakan lengketan yang berisi bekteri beserta produk-produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tehapan. Streptococcus mutasn dan laktobalsilus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakarida ini, yang terutama terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya, bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Karena plak makin tebal maka akan menghambat fungsi saliva dalam meneralkan plak tersebut.Permukaan yang terdapat plak yang banyak akan menyebabkan bakteri menjadi berkembang dan menimpulkan karies. Jika email terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organic yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan mampu membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi.2. Peran karbohidrat makananDibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel.3. Kerentanan permukaan gigia) Morfologi gigi: daerah yang rentanPlak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat memungkinkan diserang karies. Kawasan yang mudah diserang karies adalah:a. Pit dan fisur pada permukaan oklual molar dan premolar.

a. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak.

b. Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva.

c. Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva karena penyakit priodontium.

d. Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper.e. Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan.b) Lingkungan Gigi: Saliva, Cairan Sulkus Gingiva, dan FluorDalam keadaan normal, gigi geligi selalu dibasahi oleh saliva. Karena kerentanan gigi terhadap karies banyak bergantung kepada lingkungannya, maka peran saliva sangat besar sekali. Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH nya. Karena itu jika aliran saliva berkurang atau menghilang maka karies mungkin akan tidak terkendali.Pada daerah tepi gingival, gigi dibasahi oleh cairan sulkus gingival walaupun dengan tiadanya inflamasi gingival volume cairan ini bisa diabaikan. Cairan sulkus gingival meengandung antibodi yang didapat dari serum yang spesifik terhadap S. mutans.Keberadaan fluor dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies dalam beberapa cara. Kadar F bergabung dengan email selama proses pertumbuhan gigi bergantung kepada ketersediaan F dalam air minum atau makanan lain yang mengandung fluor. Tersedianya F di sekitar gigi selama proses pelarutan email akan mempengaruhi proses remineralisasi dan demineralisasi, terutama proses remineralisasi. F juga mempengaruhi bakteri plak dalam membentuk asam.4. WaktuAdanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini. Faktor risiko karies

Faktor risiko karies adalah hubungan sebab akibat terjadinya karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko karies adalah pengalaman karies dan bisa datang dari karies yang tinggi dari orang tua, penggunaan fluor, oral hygiene yang sering dihubungkan dengan status sosial, jumlah bakteri, saliva, pola makan dengan asupan makanan manis/karbohidrat yang tinggi, serta faktor risiko demografi atau faktor modifikasi karies, seperti umur, jenis kelamin, dan sosial ekonomi.

1. Pengalaman karies dan bisa datang dari karies yang tinggi dari orang tua Penelitian epidemologis telah membuktikan adanya hubungan pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi bercampur dapat memprediksi karies pada gigi permanennya. Terjadinya karies pada orang tua dan terjadinya karies pada anak-anak jelas berkorelasi dan merupakan faktor kuat juga. 80% dari orang tua memiliki gigi dengan karies tinggi. Faktor ini sangat penting. Ini merupakan indikasi dari cara kebiasaan buruk mengenai kebersihan mulut, asupan karbohidrat yang tidak tepat serta nutrisi irasional ditularkan dari orang tua kepada anak-anak. Untuk menghilangkan faktor ini memerlukan upaya-upaya besar dari orang tua yang sebagian besar berkaitan informasi, motivasi dan perilaku.2. Penggunaan fluorJumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis.3. Oral hygiene dihubungkan dengan status sosialSalah satu komponen pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. Dalam penelitian ditemukan bahwa kebersihan mulut dan status sosial menjadi salah satu risiko terjadinya karies. Status sosial yang tinggi memungkinkan untuk dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap karies. Sebaliknya, status sosial yang rendah tidak memungkinkan untuk memberikan perlindungan oral terhadap karies. Kebersihan mulut hendaknya dijaga. Hanya sebagian kecil anak-anak yang telah menyikat gigi dua kali sehari. 59% dari anak-anak tidak memiliki kebersihan mulut yang kurang memadai. Risiko yang sama melibatkan kurangnya profilaksis fluor. Profilaksis Fluor merupakan faktor protektif yang kuat, yang tidak ada dalam 59% dari anak-anak.4. Jumlah bakteriSegera setelah lahir, ekosistem oral pada bayi terdiri atas berbagai jenis bakteri.Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah.

5. SalivaSaliva dapat mempengaruhi proses karies dengan berbagai cara, yaitu:a. Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari permukaan rongga mulut.b. Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion H- dan F- ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi.c. Sistem bufer asam karbonat-bikarbonat serta kandungan ammonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula.d. Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti lisozyme, lactoperoxydase, dan lactoferrin mempunyai daya anti bakteri langsung terhadap mikroflora tersebut sehingga derajat asidogeniknya dapat berkurang.e. Molekul immunoglobin A (IgA) disekresi oleh sel-sel plasma yang terdapat dalam kelenjar liur, sedangkan komponen protein lainnya diproduksi di lapisan epitel luar yang menutup kelenjar. Kadar keseluruhan IgA di saliva berbanding terbalik dengan timbulnya karies. 6. Pola makan yang dihubungkan dengan asupan makanan manis/karbohidrat yang tinggiSalah satu faktor risiko yang paling penting adalah asupan karbohidrat, terutama asupan karbohidrat menengah, serta konsumsi minuman manis Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies. Jelas anak-anak belum diajarkan bahaya makan berlebihan dengan karbohidrat dan bagaimana memberi makan pada umumnya. Anak-anak menahan diri baik dalam jumlah karbohidrat yang dikonsumsi, maupun dalam cara konsumsi mereka. Ini adalah aspek perilaku yang dapat sangat mengurangi efek negatif dari asupan karbohidrat. Kantin sekolah dan kantin menawarkan makanan terutama karbohidrat dan minuman manis. Anak-anak tidak punya pilihan lain selain membawa mereka untuk sarapan atau makanan ringan. Asupan menengah karbohidrat dan asupan minuman manis adalah faktor yang paling kuat. 7. UmurPenelitian epidemologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur.Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies.Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya.Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka telah erupsi sedangkan orang dewasa lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.8. Jenis kelamin.Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria.Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang M (missing) yang lebih sedikit daripada pria.Sebaliknya, pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam indeks DMF.9. Sosial ekonomi.Karies dijumpai lebih banyak pada kelompok sosial ekonomi rendah daripada kelompok sosial ekonomi tinggi.Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi.Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan. Menurut Tirthankar, pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akanmemiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perliakunya untuk hidup sehat. Manifestasi klinisKaries gigi biasanya mulai pada ceruk dan fisura permukaan oklusi gigi molar.Lesi yang baru terjadi tidak dapat didiagnosis melalui inspeksi, lesi tersebut biasanya dideteksi dengan pemeriksaan ceruk atau fisura yang terkena.Sebaliknya, karies pada ceruk atau fisura yang telah lama biasanya dapat dideteksi melalui inspeksi dan biasanya terdapat lubang yang luas pada permukaan gigi.

Gejala kariesGejala karies gigi menurut Depkes., R.I yaitu:a.Gejala karies gigi pada tahap awal1) Terdapat lubang pada permukaan gigi2) Tanpa keluhan atau bisa juga disertai dengan keluhan rasa ngilu bila terkena makanan dan minuman.b. Gejala karies gigi pada tahap lanjut1) Terdapat lubang yang agak dalam (mengenai lapisan dentin)2) Kadang-kadang disertai keluhan rasa sakit bila terkena rangsangan makanan dan minuman (panas, dingin, manis).c. Gejala karies gigi tahap lanjut1) Terdapat lubang yang lebih dalam (mengenai atap pulpa atau ruang pulpa).2) Terdapat keluhan rasa sakit spontan yang terus-menerus dengan disertai rasa sakit kepala dan bisa juga oleh pembengkakan pada gusi dan pipi atau pada leher.Karies pada anakPada anak lebih rentan dibandingkan dengan orang dewasa karena:a. Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai maturasi setelah erupsi (meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida) yang berlangsung terutama 1 tahun setelah erupsi. b. Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan fisiologis, tetapi sebagai akibat pola makannya (sering makan makanan kecil) c. Lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi yang tidak memadai d. Diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak-anak terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar di dalam mulut.III. PENUTUP

KesimpulanKaries gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung gula. Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut.Karies gigi memiliki etiologi multifaktorial, yaitu adanya beberapa faktor utama yang saling mempengaruhi yaitu faktor tuan rumah (gigi dan saliva), faktor agen (mikroorganisme), dan faktor lingkungan yaitu substrat (diet). Selain ketiga faktor ini terdapat faktor waktu yang juga mempengaruhi terjadinya karies disebut faktor resiko. Untuk terjadinya karies diperlukan tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai, dan waktu yang lama.

Daftar Pustaka :Kidd, E.A.M. dan Joyston, S., 1991. Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya(Alihbahasa: Sumawinata, Narlan, dan Faruk, Safrida). EGC: JakartaPeneva, M. 2007. Dental Caries Disturbed Balance of The Risk Factors. Journal of IMAB. 13(2): 61-63.

Wong, D.L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., dan Schwartz. 2002. BukuAjar Keperawatan Pediatrik Vol.1. EGC: Jakartarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27883/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal 26/04/2013 pukul 21:45)http://eprints.undip.ac.id/8535/1/LILIK.pdfhttp://books.google.co.id/books?id=l5lwlrHtnU4C&pg=PA2&dq=faktor-faktor+penyebab+karies+gigi&hl=id&sa=X&ei=S8d4UcWZIYyHrAe2r4DYAw&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false