laporan sementara tutorial pediatri i
DESCRIPTION
hhTRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL BLOK PEDIATRI
SKENARIO 1
KELOMPOK A 1
MULTAZAM HANIF (G0012141)
HANUGROHO (G0012089)
RISNU ARDIAN W (G0012189)
AZMI FARAH FAIRUZYA (G0012039)
IVO ARYENA (G0012099)
PUTRI NUR KUMALASARI (G0012167)
ASTRID ASTARI AULIA (G0012033)
CHRISANTY AZZAHRA Y (G0012047)
IGA KUSTIN M (G0012093)
MARTINA DWI ARIANDINI (G0012127)
WIDORETNO PRABANDARI (G0012229)
ARTRINDA A K S P (G0012029)
Tutor :
Andarini dr., Sp.A, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
BAYIKU..
Seorang ibu G1P0A0 berusia 25 tahun dengan usia kehamilan 38 minggu melahirkan
seorang bayi laki-laki dengan berat 3 kg, panjang 49 cm secara spontan, warna ketuban
keruh, tidak ada mekoneum.
Saat bayi lahir didapatkan bayi tidak bernafas, tonus otot kurang baik. Setelah
dilakukan resusitasi sampai dengan pemberian ventilasi tekanan positif didapatkan bayi
bernafas spontan, tidak ada retraksi, denyut jantung 100x / meni. Skor Apgar 5-7-10.
Dari anamnesis riwayat kehamilan ANC tidak teratur, ketuban pecah 24 jam, riwayat
demam sebelum melahirkan. Catatan kesehatan ibu menunjukkan bahwa tanda vital ibu
normal, pemeriksaan TORCH negatif, HbsAg negatif, gula darah normal. Selanjutnya bayi
dan ibunya ke ruang perawatan untuk dirawat gabung dan diberikan ASI oleh ibu.
BAB II
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
A. Jump I : Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam
skenario. Dalam skenario kami mengklarifikasikan istilah berikut :
1. Skor APGAR: adalah skor untuk menilai kondisi kesehatan bayi terutama untuk
menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak. Meliputi penilaian kulit,
pernapasan, frekuensi jantung, tonus otot, dan respon refleks.APGAR merupakan
singkatan dari Appeareance, Pulse rate, Grimace, Activity, Respiration
2. Mekoneum: merupakan bahan yang berlendir bewarna hijau kehitaman di dalam
usus bayi, berisi hasil sekresi hati, kelenjar usus dan cairan amnion.
3. HbsAg: merupakan indikator pemeriksaan untuk mendeteksi adanya infeksi
hepatitis B.
4. TORCH: adalah singkatan dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan
Herpes.
5. Bayi lahir secara spontan: adalah kelahiran dari tenaga mengejan dari ibu tanpa
bantuan alat apapun dan tanpa pemberian obat apapun.
6. Ketuban: merupakan selaput yang berisi cairan amnion dan chorion dengan
komposisi 98% air dan sisanya bahan organik maupun anorganik. Volume
ketuban biasanya 1-1,5 liter.
7. Resusitasi neonatus: adalah prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus yang
gagal bernafas secara spontan.
8. Tonus otot: adalah kontraksi otot yang selalu dipertahankan keberadaannya oleh
otot itu sendiri.
B. Jump II : Menentukan atau mendefinisikan masalah
1. Mengapa warna ketuban keruh saat partus?
2. Bagaimana klasifikasi bayi menurut usia kehamilan?
3. Mengapa tidak terdapat mekoneum saat partus?
4. Mengapa bayi tidak bernafas dan tonus ototnya kurang baik saat lahir?
5. Bagaimana prosedur, indikasi resusitasi pada bayi?
6. Apakah ada hubungan ANC tidak teratur dengan ketuban pecah 24 jam, demam
ibu dengan kondisi bayi?
7. Apakah indikasi dari rawat gabung? Mengapa kasus ini harus rawat gabung?
8. Apakah manfaat pemberian ASI?
9. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan?
C. Jump III : Analisis masalah
1. Bagaimana proses embriologi manusia ?
2. Bagaimana klasifikasi bayi menurut bulan gestasi ?
3. Bagaimana mekanisme patofisiologi ketuban keruh ?
4. Bagaimana fisiologi neonatus yang meliputi sistem pernapasan, pencernaan, dan
tonus otot yang normal ?
5. Bagaimana sistem penilaian skor Apgar ?
6. Bagaimana prosedur ANC yang tepat beserta tujuan dan manfaat ANC bagi ibu
hamil ? Apa yang terjadi bila ANC tidak teratur ?
7. Adakah hubungan demam yang dialami ibu dan ANC tak teratur dengan kondisi
bayi ?
8. Apakah diagnosis dan diagnosis banding pada kasus ini ?
9. Bagaimanakah penatalaksanaan yang tepat ?
10. Apakah kandungan dan manfaat dari ASI ?
11. Apakah indikasi dan
JAWAB :
a. Proses Embriologi manusia
Tahap-tahap embryogenesis
1. Fertilisasi (pembuahan)
Dimulai fertilisasi (pertemuan ovum dan sperma) pada tuba ampulla kemudian
terjadi pembentukan zigot
2. Cleavage (pembelahan)
Stadium 2 sel tercapai sekitar 30 jam setelah fertilisasi. Jika telah mencapai
stadium 2 sel, zigot akan mengalami serangkaian pembelahan misis sehingga jumlah
selnya bertambah dan semakin kecil, yang dikenal sebagai blastomer. Stadium 4 sel
tercapai sekitar 40 jam dan stadium morula (12-16 sel) tercapai sekitar 3 hari. Pada
stadium morula akan terjadi pemadatan yang memisahkan massa sel-sel bagian
dalam (inner cell mass) yang akan menghasilkan jaringan mudigah sebenarnya
dengan massa sel bagian luar yang akan membentuk trofoblas yang nantinya akan
berkembang menjadi plasenta.
3. Pembentukan blastokista
Setelah masuk ke stadium morula,morula akan masuk ke rongga uterus. Pada
saat morula masuk ke rongga uterus, cairan merembes menembus ke zona pelusida
kedalam ruang antarsel massa sel dalam sehingga terbentuk sebuah rongga yang
disebut rongga blastokista. Sel-sel massa dalam sekarang disebut embrioblas,
sedangkan massa sel-sel luar disebut trofoblas yang menggepeng membenuk dinding
epitel blastokista. Selama periode ini zona pelusida menghilang sehingga implantasi
bisa dimulai.
4. Minggu ke-2 : Diskus germinativum bilaminar
Pada hari ke-8, blastokista sebagian telah terbenam di dalam stroma
endometrium. Trofoblast berdiferensiasi menjadi 2 lapisan, yaitu sitotrofoblas (lapisan
dalam) dan sinsitiotrofoblas (lapisan luar). Embrioblas juga berdiferensiasi menjadi
dua lapisan, yaitu lapisan hipoblas (lapisan luar embrioblas) dan epiblas (lapisan
dalam embrioblas). Pada saat yang sama terbentuk suatu rongga amnion.
Pada hari ke-9, sel-sel gepeng bersama hipoblas membentuk lapisan eksoselon
(heuser) sehingga terbentuk rongga eksoselon (rongga yolk sac primitif). Pada hari ke
11-12, blastokista telah terbenam sepenuhnya dalam rongga endometrium. Darah ibu
mulai mengalir melalui sistem trofoblas membentuk sirkulasi utero plasenta. Pada
hari ke-13 terbentuk rongga baru yang disebut yolk sac sekunder (yolk sac definitif).
Dengan terbentuknya pembuluh darah, terbentuk juga tangkai penghubung yang akan
berkembang menjadi korda umbilikalis (tali pusat)
5. Minggu ke 3-8 : diskus germinativum trilaminar – periode mudigah
Pada minggu ke 3 terjadi proses gastrulasi yaitu pembentukan 3 lapisan
germinativum. Gastrulasi diawali dengan pembentukan garis primitif (primitif streak)
dan nodus primitive di ujung sefaliknya pada permukaan epiblas. Didaerah nodus dan
garis ini, sel-sel epiblas berinvagasi kedalam untuk membentuk lapisan sel baru,
endoderm dan mesoderm. Sel-sel yang tidak bermigrasi membentuk ektoderm.
Lapisan ectoderm menghasilkan organ dan struktur yang mempertahankan
kontak dengan dunia lua, seperti : SSP; SST; epitel sensorik telinga, mata, dan
hidung; kulit termasuk rambut dan kuku; hipofisis, kelenjar mamaria, dan kelenjar
keringat serta email gigi.
Bagian yang paling penting dari lapisan mudigah mesoderm adalah mesoderm
para aksial, intermediat, dan lempeng lateral. Mesoderm para aksial membentuk
somitomer; yang membentuk mesenkim di kepala dan tersusun sebagai somit-somit di
segmen oksipital dan kaudal. Somit membentuk miotom (jaringan otot), skeletom
(tulang rawan dan sejati), dan dermatom (jaringan subkutan kulit), yang semuanya
merupakan jaringan penunjang tubuh. Mesoderm juga membentuk sistem pembuluh,
yaitu jantung, pembuluh nadi, pembuluh getah bening, dan semua sel darah dan sel
getah bening. Di samping itu, ia membentuk sistem kemih-kelamin; ginjal, gonad, dan
saluran-salurannya (tetapi tidak termasuk kandung kemih). Akhirnya limpa dan
korteks adrenal juga merupakan turunan dari mesoderm.
Lapisan mudigah endoderm menghasilkan lapisan epitel saluran pencernaan,
saluran pernafasan, dan kandung kemih. Lapisan ini juga membentuk parenkim tiroid,
paratiroid, hati dan kelenjar pankreas. Akhirnya, lapisan epitel kavum timpani dan
tuba eustachius juga berasal dari endoderm.
b. Fisiologi Intrauterin dan Ekstrauterim
1. Fisiologi Fetus Intrauterin
Organ – organ pada fetus mulai berkembang sejak 1 bulan setelah fertilisasi, dan
selama 2 bulan berikutnya, sebagian besar organ telah selesai dibentuk.
Pembentukkan organ ini terjadi pada trisemester pertama dan disebut dengan
organogenesis. Mulai trisemester berikutnya, organ – organ pada fetus sudah
sama dengan neonatus, namun perkembangan selularnya belum sempurna. Pada
trisemester ini, terjadi penyempurnaan fungsi organ – organ tubuh fetus.
Walaupun demikian, beberapa organ tertentu belum sempurna bahkan saat lahir,
seperti sistem saraf, hati, dan ginjal.
Jantung manusia mulai berdenyut selama minggu ke-4 setelah fertilisasi,
berkontraksi 65 x/menit dan meningkat 140 x/menit sebelum lahir karena
kebutuhan oksigen dan metabolisme akan meningkat. Sel darah merah berinti
mulanya dibentuk dalam yolk sac. Lapisan mesotelial plasenta mulai
menghasilkan sel darah merah berinti mulai minggu ke-3. Hal ini akan diikuti
pembentukan sel darah merah tak berinti oleh mesenkim fetus dan endotelium
pembuluh darah fetus pada minggu ke-4 dan ke-5. Kira – kira mulai minggu ke-6,
hati mulai membentuk sel - sel darah dan pada bulan ke-3, limpa dan jaringan
limfoid tubuh mulai membentuk sel darah. Sumsum tulang juga mulai
membentuk sel darah merah dan sel darah putih kira – kira bulan ke-3. Pada 3
bulan terakhir kehidupan fetus, secara perlahan – lahan produksi sel darah
diambil alih oleh sumsum tulang, kecuali pembentukan sel – sel limfosit dan
plasma oleh jaringan limfoid.
Pernafasan tidak dapat terjadi selama kehidupan fetus karena gerakan pernafasan
fetus dihambat. Hal ini mungkin disebabkan (1) kondisi kimia khusus yang
terdapat dalam cairan tubuh fetus, (2) terdapatnya cairan dalam paru fetus, (3)
kemungkinan rangsangan yang tidak diketahui. Penghambatan ini bertujuan
supaya paru – paru fetus tidak terisi oleh mekonium.
Sebagian besar refleks kulit pada fetus terbentuk pada bulan ke-3 sampai ke-4
kehamilan. Akan tetapi, fungsinya tetap belum berkembang bahkan saat lahir.
Mielinisasi susunan saraf pusat menjadi sempurna setelah 1 tahun kehidupan
postnatal.
Fetus mencerna dan mengabsorbsi sejumlah besar cairan amnion selama
pertengahan masa kehamilan. Pada 2 sampai 3 bulan terakhir kehamilan, fungsi
gastrointestinal sudah mendekati fungsi normal neonatus. Di dalam traktus
gastrointestinal sudah dihasilkan mekonium secara terus menerus dan
dieksresikan ke cairan amnion. Mekonium sendiri merupakan residu cairan
amnion dan sebagian dari produk – produk ekskretoris dari mukosa dan kelenjar –
kelenjar gastrointestinal.
Ginjal fetus mampu mengeksresikan urin paling sedikit selama akhir pertengahan
kehamilan, dan urinasi secara normal terjadi in utero. Akan tetapi, fungsi ginjal
sebagai kontrol keseimbangan asam basa dan keseimbangan cairan elektrolit
belum sempurna, bahkan saat lahirpun, fungsi ginjal masih belum sempurna.
Dibutuhkan kira – kira beberapa bulan untuk mencapai kesempurnaan fungsi
ginjal.(Guyton and Hall, 2008)
2. Fisiologi Neonatus Ekstrauterin
Kehidupan intrauterin dengan kehidupan ekstrauterin tentu saja berbeda.
Janin saat masih dalam kandungan masih ditopang oleh ibu melalui plasenta.
Ketika kelahiran, terjadi pemutusan hubungan plasenta dengan ibu, yang berarti
hilangnya dukungan terhadap metabolisme janin. Dalam keadaan seperti ini
terjadi beberapa peristiwa penting :
1. Mulai bernafasnya neonatus. Ada beberapa faktor yang menyebabkan bayi
baru lahir secara spontan bernafas :
a. Pada ibu yang melahirkan pervaginam terjadi kompresi pada toraks
janin. Hal ini menyebabkan terjadinya ekspulsi cairan dalam paru
keluar dan kemudian terisi udara.
b. Akibat terputusnya ibu dengan plasenta menyebabkan terjadinya
asfiksia ringan. Hal ini akan memberikan impuls pada pusat – pusat
pernafasan untuk mulai bernafas.
c. Adanya rangsangan dingin, terutama pada bagian wajah yang akan
merangsang pusat pernafasan.
d. Pada bayi yang terlambat bernafas, terjadi hipoksia dan hiperkapnea
yang juga akan memberikan stimulus tambahan terhadap pusat
pernafasan.
Tekanan negatif yang kuat diperlukan neonatus untuk pertama kali bernafas.
Setelah paru – paru mengembang, hanya dibutuhkan sedikit tekanan untuk
mengambang dan mengempiskan paru – paru. Selain itu, cairan surfaktan
juga diperlukan untuk menurunkan tegangan permukaan, sehingga dapat
mempermudah pengembangan dan pengempisan paru – paru. Pada bayi –
bayi prematur, terjadi kesulitan bernafas karena cairan surfaktan belum
diproduksi banyak. Akibatnya pada bayi – bayi prematur terjadi kesulitan
bernafas.
Jika pada orang dewasa tidak bernapas dalam 4 menit bisa menyebabkan
kematian, pada neonatus bisa bertahan selama 10 menit tidak bernapas.
Akan tetapi jika sampai tidak bisa bernapas selama 8-10 menit, dapat
menyebabkan kerusakan otak permanen terutama di daerah thalamus,
kolikulus inferior, dan batang otak lain yang merupakan pusat motorik.
Sehingga fungsi motorik dapat terganggu.
Pada saat lahir alveoli tetap kolaps karena ada tekanan oleh cairan kental yg
memenuhi alveoli. Tekanan negative yang diperlukan untuk membuka
alveoli untuk pertama kali adalah diatas 25 mmHg. Tetapi sekali alveoli
terbuka, untuk selanjutnya lebih mudah, tidak perlu tekanan negative yang
terlalu besar. Umumnya pada neonatus yang normal, inspirasi yang pertama
kali terjadi sangat kuat bisa membuat tekanan negative sampai 60mmHg.
Pernapasan bayi belum sepenuhnya normal sampai kira-kira 40 menit
setelah lahir (Guyton dan Hall, 2007).
2. Penyesuaian sirkulasi saat kelahiran
Pada saat lahir terjadi perubahan sirkulasi dari sirkulasi fetus ke sirkulasi
normal. Perubahan tersebut menyebabkan penutupan beberapa lubang, yang
pada fetus masih terbuka, yaitu :
a. Penutupan foramen ovale
Penutupan foramen ovale terjadi karena tekanan atrium kanan menjadi
rendah sedangkan tekanan atrium kiri menjadi tinggi. Hal ini
menyebabkan darah mencoba mengalir balik ke atrium kanan melalui
foramen ovale. Akibatnya, katup kecil di atas foramen ovale di sebelah
kiri septum atrium akan menutup ostium ini.
b. Penutupan duktus arteriosus
Penutupan duktus arteriosus karena peningkatan resistensi sistemik
sehingga terjadi peningkatan tekanan aorta sementara terjadi penurunan
resistensi paru sehingga menurunkan tekanan arteri pulmonalis.
Akibatnya darah mengalir balik dari aorta ke arteri pulmonalis. Akan
tetapi, beberapa jam kemudian, dinding otot duktus arteriosus
mengalami konstriksi sehingga dalam waktu 1 – 8 jam aliran darah balik
sudah berhenti. Setelah 1 – 4 bulan, duktus arteriosus menutup secara
anatomis karena pertumbuhan jaringan fibrosa dalam lumen duktus.
c. Penutupan duktus venosus
Penutupan duktus venosus terjadi karena kontraksi yang kuat dari duktus
ini sehingga aliran darah akan mengalir ke vena porta kemudian aliran
darah ini akan masuk ke sinus – sinus di hati.
3. Fungsi ginjal
a. Kecepatan asupan dan ekskresi cairan pada bayi 7 kali lebih besar dari
orang dewasa berkaitan dengan berat badan.
b. Kecepatan metabolisme bayi 2 kali lebih besar dari orang dewasa
berkaitan dengan berat badan.
c. Perkembangan fungsional ginjal belum sempurna sampai akhir bulan
pertama kehidupan.
d. Oleh karena itu, pada bayi sering terjadi dehidrasi, asidosis, dan bahkan
kelebihan cairan (edema).
4. Fungsi hati
Selama beberapa hari pertama kehidupan, fungsi hati masih belum optimal,
karena:
a. Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat oleh hati neonatus
berlangsung buruk dan oleh karena itu hanya menyekresikan sedikit
bilirubin selama beberapa hari pertama kehidupan.
b. Pembentukan protein plasma oleh hati neonatus mengalami defisiensi,
sehingga konsentrasi protein plasma menurun menjadi 15% – 20%.
Bahkan kadang – kadang konsentrasi protein turun sangat rendah sampai
bayi mengalami edema hipoproteinemia.
c. Fungsi glukoneogenesis hati secara khusus mengalami defisiensi.
Akibatnya, kadar glukosa darah pada neonatus yang tidak diberi makan
akan turun sampai sekitar 30 – 40 mg/dl, dan bayi harus bergantung pada
simpanan lemak untuk energinya sampai pemberian makanan yang
cukup.
d. Hati neonatus biasanya juga membentuk sangat sedikit faktor – faktor
yang dibutuhkan darah untuk koagulasi darah normal.
5. Pencernaan, absorpsi, metabolisme energi makanan, dan nutrisi
Pada umumnya pencernaan neonatus dengan anak yang lebih tua sudah
sama. Namun demikian, ada beberapa hal yang membedakan, yaitu:
a. Sekresi amilase pankreas masih kurang, sehingga neonatus kurang kuat
dalam mencerna zat tepung.
b. Absorpsi lemak masih kurang, sehingga susu dengan kandungan lemak
yang tinggi, seperti susu sapi, seringa diabsorpsi kurang baik.
c. Akibat fungsi hati yang belum sempurna, kadar glukosa darah neonatus
tidak stabil dan biasanya rendah.
d. Neonatus secara khusus mampu mensintesis dan menyimpan lemak.
Sehingga dengan diet yang adekuat, sebanyak 90% dari asam amino
akan dicerna untuk digunakan sebagai pembentukan protein tubuh. Ini
lebih tinggi dari orang dewasa. (Guyton and Hall, 2008 dan Meadow et
al., 2002)
c. Skor Apgar
• Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5
variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek)
• Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950)
Dilakukan pada :
• 1 menit kelahiran, yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai
perubahan
• Menit ke-5
• Menit ke-10, penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah &
perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi
morbiditas pada masa mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi
neurologis
SKOR APGAR
TANDA 0 1 2
Appearance Biru,pucat Badan
pucat,tungkai
biru
Semuanya merah
muda
Pulse Tidak teraba < 100 > 100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas/lumpuh Gerakan
sedikit/fleksi
tungkai
Aktif/fleksi tungkai
baik/reaksi melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak
teratur
Baik, menangis kuat
• Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Nilai tertinggi adalah 10
₋ Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
₋ Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan
tindakan resusitasi
₋ Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan
resusitasi segera sampai ventilasi
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dimulai dari pengukuran berat badan, panjang
badan dan lingkar kepalanya. Bayi baru lahir normal memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
₋ Berat badan 2500 – 4000 gram
₋ Panjang badan 48 – 52 cm
₋ Lingkar kepala 33 – 35 cm
₋ Lingkar dada 30 – 38 cm
D. JUMP 4 : Menginventarisasi secara sistematik berbagai penjelasan yang didapatkan
pada langkah 3
E. JUMP 5 : Merumuskan tujuan pembelajaran
Berikut pertanyaan yang menjadi tujuan pembelajaran :
1. Bagaimana klasifikasi bayi menurut bulan gestasi ?
2. Bagaimana mekanisme patofisiologi ketuban keruh ?
3. Bagaimana prosedur ANC yang tepat beserta tujuan dan manfaat ANC bagi ibu
hamil ? Apa yang terjadi bila ANC tidak teratur ?
4. Adakah hubungan demam yang dialami ibu dan ANC tak teratur dengan kondisi
bayi ?
5. Apakah diagnosis dan diagnosis banding pada kasus ini ?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan yang tepat ?
7. Apakah kandungan dan manfaat dari ASI ?
F. JUMP 6 : Belajar Mandiri
Kegiatan belajar mandiri dan diskusi tanpa tutor.
BAYI LAKI-LAKI
Riwayat persalinan :
Persalinan spontan
Umur kehamilan 38
minggu
Ketuban pecah 24 jam
sebelum persalinan
Ketuban keruh
Mekoneum (-)
Kesehatan Ibu :
TORCH (-)
HbsAg (-)
Gula darah normal
Riwayat demam
Resusitasi
Ventilasi tekanan +
ASI, Rawat Gabung
BB = 3 kg
PB = 49 cm
APGAR :
1’ = 5
5’ = 7
10’ = 10
Tak bernafas, tonus otot
kurang baik
G. JUMP 7 : Melakukan sintesis dan pengujian informasi yang telah terkumpul
Berikut hasil sintesis setelah pengumpulan informasi :
A. Klasifikasi Bayi Menurut Bulan Gestasi
Kehamilan cukup bulan (term / aterm) : masa gestasi 37-42 minggu (259 – 294 hari)
lengkap.
Kehamilan kurang bulan (preterm) : masa gestasi kurang dari 37 minggu (259 hari).
Kehamilan lewat waktu (postterm) : masa gestasi lebih dari 42 minggu (294 hari).
B. Patofisiologi Ketuban Keruh
Warna ketuban normal adalah transparan.jika warna ketuban keruh kemungkinan
terdapat infeksi atau tercampur lanugo dan verniks kaseosa.Warna ketuban hijau bisa
terjadi adanya mekonium dalam amnion.Penyebab ketuban keruh bermacam macam
misalnya aspirasi mekonium pada bayi.bayi yang mengalami stress akan
meengakibatkan penekanan pada abdomen dan sphincter anal relaksasi sehingga
mekonium akan keluar.
C. Diagnosis banding
1) ASFIKSIA bahan sapa ya ?
Pada bayi akfiksia yang mengalami hipoksia yang progresif dan berlangsung
lama maka akan terjadi kerusakan sel, penurunan fungsi organ vital, otak, dan
otot. Jika terus berlanjut maka terjadi penurunan denyut jantung, gerakan napas
berhenti, dan tonus otot neuromuskular menurun.
2) KETUBAN PECAH DINI (KPD)
Selaput ketuban terdiri dari amnion dan korion yg disusun oleh lapisan-lapisan sel
yg terikat erat oleh adanya matriks kolagen. Kolagen sifatnya kenyal, kuat , bisa
meregang. Kekuatan dari selaput ketuban ini ditentukan oleh keseimbangan antara
MMP (matrix metalloproteinase) dan TIMP1 (tissue inhibitor metalloproteinase).
Normalnya, saat mendekati waktu persalinan, aktivitas MMP meningkat.
Sehingga saat mendekati persalinan selaput ketuban menjadi rapuh. Perlu
diketahui bahwa selaput ketuban pecah bukan karena seluruh bagian selaput
rapuh, tapi hanya rapuh di bagian inferior saja.
Peregangan uterus yg normal akibat pembesaran janin, akan meregangkan selaput
ketuban juga, yang akan memicu diproduksinya mediator seperti prostaglandin,
sitokinin protein, dan hormon yg merangsang aktivitas MMP. Peregangan selaput
ketuban juga bisa disebabkan oleh kontraksi uterus dan gerakan janin.
Normalnya ketuban pecah ketika masuk dalam proses persalinan. Dalam KPD
(ketuban pecah dini), ketuban pecah saat belum masuk persalinan tetapi dalam
kehamilan aterm. Sedangkan pada KPDP (ketuban pecah dini premature), ketuban
pecah ketika kehamilan kurang dari 37 minggu.
Faktor risiko yang bisa mengakibatkan KPD, antara lain:
- Kurang asam askorbik (komponen pembentuk kolagen)
- Kurang tembaga dan asam askorbik dapat menyebabkan pertumbuhan struktur
abnormal yang bisa diakibatkan oleh kebiasaan merokok atau menghirup asap
rokok.
Selain karena peregangan uterus, selaput ketuban bisa menjadi rapuh karena
infeksi. Karena infeksi juga bisa memicu produksi mediator yg merangsang
aktivitas MMP. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu badan ibu lebih dari 38oC
serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah lebih dari 15.000.
KOMPLIKASI KPD
a. Persalinan premature
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul terjadi persalinan. Tetapi
lamanya jarak antara ketuban pecah dengan persalinan tergantung umur
kehamilan. Pada kehamilan aterm, 90% dalam 24 jam setelah ketuban pecah.
Pada kehamilan 28-36minggu hanya 50% yang persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan kurang dari 26 minggu adalah seminggu.
b. Infeksi
Ketuban pecah dini berisiko meningkatkan infeksi.
c. Hipoksia dan asfiksia
Karena dengan pecahnya ketuban akan terjadi oligohidramnion
(berkurangnya cairan amnion) sehingga dapat menyebabkan tertekannya tali
pusat.
d. Sindrom deformitas janin (Prawirohardjo, 2011).
3) ASPIRASI MEKONEUM (IDAI)
Infeksi akibat sindrom aspirasi mekoniumAir ketuban keruh bercampur
mekonium (AKK) dapat menyebabkan sindrom aspirasi mekonium (SAM) yang
mengakibatkan asfiksia neonatorum yang selanjutnya dapat berkembang menjadi
infeksi neonatal. Insidens air ketuban keruh terjadi pada 6%-25% kelahiran hidup,
namun tidak semua neonatus yang mengalami AKK berkembang menjadi SAM.
Neonatus dengan AKK 2%-36% menghirup mekonium sewaktu di dalam rahim
atau saat napas pertama, sedangkan neonatus yang mempunyai AKK 11%
berkembang menjadi SAM dengan berbagai derajat.6
Sindrom aspirasi mekonium
Air ketuban keruh terjadi pada 8%–16% dari seluruh persalinan, terjadi baik
secara fisiologis ataupun patologis yang menunjukkan gawat janin. Faktor
patologis yang berhubungan dengan AKK termasuk hipertensi maternal, penyakit
kardiorespiratori maternal, eklampsia, dan berbagai sebab gawat janin. Keadaan
AKK menempati posisi penting sebagai risiko SAM yang merupakan penyebab
signifikan morbiditas dan mortalitas janin.9 Definisi SAM adalah sindrom atau
kumpulan berbagai gejala klinis dan radiologis akibat janin atau neonatus
menghirup atau mengaspirasi mekonium. Sindrom aspirasi mekonium dapat
terjadi sebelum, selama, dan setelah proses persalinan. Mekonium yang terhirup
dapat menutup sebagian atau seluruh jalan napas neonatus. Udara dapat melewati
mekonium yang terperangkap dalam jalan napas neonatus saat inspirasi.
Mekonium dapat juga terperangkap dalam jalan napas neonatus saat ekspirasi
sehingga mengiritasi jalan napas dan menyebabkan kesulitan bernapas. Tingkat
keparahan SAM tergantung dari jumlah mekonium yang terhirup, ditambah
dengan kondisi lain seperti infeksi intrauterin atau lewat bulan (usia kehamilan
lebih dari 42 minggu). Secara umum, semakin banyak mekonium yang terhirup,
semakin berat kondisi klinis neonatus. Lingkaran kejadian yang terdiri dari
hipoksemia, shunting atau pirau, asidosis, dan hipertensi pulmonal sering
dihubungkan dengan SAM. Tujuan intervensi di kamar bersalin untuk
menurunkan angka insidens dan tingkat keparahan aspirasi mekonium. 10
Pengeluaran mekonium ke dalam air ketuban pada umumnya merupakan akibat
dari keadaan hipoksia intrauterin dan atau gawat janin. Apabila mekonium
dikeluarkan dalam waktu empat jam sebelum persalinan, kulit neonatus akan ber-
warna mekonium. Neonatus yang lahir dengan letak sungsang atau presentasi
bokong sering mengeluarkan mekonium sebelum persalinan namun tanpa terjadi
gawat janin.11Sekitar 1,3% dari seluruh populasi bayi lahir hidup mempunyai
komplikasi AKK dan hanya 5% bayi baru lahir dengan AKK berkembang menjadi
SAM. Yoder dkk yang dikutip oleh Gelfand SL dkk12 mencatat adanya
penurunan insidens SAM dari 5,8% sampai 1,5% terjadi selama periode 1990
sampai 1997 yang mendukung penurunan insidens kematian 33% pada bayi
dengan umur kehamilan lebih 41 minggu. Mekonium di dalam AK dapat juga
secara sederhana menunjukkan maturasi fungsi saluran cerna janin. Insidensi
pasase mekonium jarang terjadi sebelum usia gestasi 34 minggu dan akan
meningkatkan sampai usia kehamilan 37 minggu dan lebih meningkat lagi
sesudah 37 minggu.
Derajat, penyebab, dan faktor risiko sindrom aspirasi mekonium
Kriteria derajat berat SAM dibedakan menjadi, SAM ringan apabila bayi
memerlukan O2 kurang 40% pada umur kurang 48 jam, SAM sedang apabila
memerlukan lebih 40% pada umur lebih 48 jam tanpa kebocoran udara, dan SAM
berat apabila memerlukan ventilator mekanik untuk lebih 48 jam dan sering
dihubungkan dengan hipertensi pulmonal persisten.12Penyebab aspirasi
mekonium mungkin terjadi intrauterin atau segera sesudah lahir. Hipoksia janin
kronik dan asidosis dapat mengakibatkan gasping janin yang mempunyai
konsekuensi aspirasi mekonium intrauterin. Beberapa bukti dilaporkan bahwa
kejadian kronik intrauterin bertanggung jawab untuk kasus SAM berat yang
berbeda dengan kejadian peripartum akut. Berbeda dengan, bayi yang lahir bugar
yang menghirup AKK dari nasofaring pada saat lahir dapat berkembang menjadi
SAM ringan sampai berat.12Analisis bivariat menunjukkan empat faktor risiko
terjadi SAM adalah skor Apgar <5 pada menit ke lima, mekonium kental, denyut
jantung yang tidak teratur atau tidak jelas, dan berat lahir.14 Mekonium kental
merupakan faktor penyebab kematian yang penting, kurang lebih sepertiga bayi
dengan SAM memerlukan ventilator mekanik 13,3%.15
Mekanisme terjadinya sindrom aspirasi mekonium
Mekonium diduga sangat toksik bagi paru karena berbagai macam cara. Sulit
menentukan mekanisme mana yang paling dominan dalam suatu saat. Mekanisme
terjadinya SAM diduga melalui mekanisme, obstruksi mekanik saluran napas,
pneumonitis kimiawi, vasokonstriksi pembuluh darah vena, dan surfaktan yang
inaktif.
Obstruksi mekanik
Mekonium yang kental dan liat dapat menyebabkan obstruksi mekanik total atau
parsial. Pada saat bayi mulai bernapas, mekonium bergerak dari saluran napas
sentral ke perifer. Partikel mekonium yang terhirup ke dalam saluran napas bagian
distal menyebabkan obstruksi dan atelektasis sehingga terjadi area yang tidak
terjadi ventilasi dan perfusi menyebabkan hipoksemia. Obstruksi parsial
menghasilkan dampak katup–bola atau ball-valve effect yaitu udara yang dihirup
dapat memasuki alveoli tetapi tidak dapat keluar dari alveoli. Hal ini akan
mengakibatkan air trapping di alveoli dengan gangguan ventilasi dan perfusi yang
dapat mengakibatkan sindrom kebocoran udara dan hiperekspansi. Risiko
terjadinya pneumotoraks sekitar 15%-33%.
Pneumonitis
Mekonium diduga mempunyai dampak toksik secara langsung yang diperantarai
oleh proses inflamasi. Dalam beberapa jam neutrofil dan makrofag telah berada di
dalam alveoli, saluran napas besar dan parenkim paru. Dari makrofag akan
dikeluarkan sitokin seperti TNF α, TNF-1b, dan interleukin-8 yang dapat langsung
menyebabkan gangguan pada parenkim paru atau menyebabkan kebocoran
vaskular yang mengakibatkan pneumonitis toksik dengan perdarahan paru dan
edema. Mekonium mengandung berbagai zat seperti asam empedu yang apabila
dijumpai dalam air ketuban akan menyebabkan kerusakan langsung pembuluh
darah tali pusat dan kulit ketuban, serta mempunyai dampak langsung
vasokonstriksi pada pembuluh darah umbilical dan plasenta.
Vasokonstruksi pulmonal
Kejadian SAM berat dapat menyebabkan komplikasi hipertensi pulmonal
persisten. Pelepasan mediator vasoaktif seperti eikosanoids, endotelin-1, dan
prostaglandin E2 (PGE2), sebagai akibat adanya mekonium dalam air ketuban
diduga mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi pulmonal persisten.
Diagnosis sindrom aspirasi mekonium Sindrom aspirasi mekonium harus
dipertimbangkan terjadi pada setiap bayi baru lahir dengan AKK yang mengalami
gejala gangguan napas atau distres respirasi. Gambaran pemeriksaan radiologi
klasik menunjukkan sebaran infiltrat difus dan asimetris. Berhubung berbagai
mekanisme yang menyebabkan SAM maka temuan gambaran radiologikpun
bervariasi. Seringkali dijumpai overaerasi yang dapat menyebabkan sindrom
kebocoran udara seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, atau emfisema
pulmonum intersisialis. Terdapat hubungan antara derajat kelainan abnormalitas
radiologik dan derajat penyakit SAM dengan konsolidasi atau atelektasis yang
merupakan faktor prognosis yang kurang baik. Meskipun ada penelitian lain yang
tidak mengkonfirmasi hubungan ini.Pasien dengan gambaran radiologi klasik
menunjukkan perbaikan lambat setelah beberapa hari sampai beberapa minggu.
Pemeriksaan ekokardiografi dua dimensi diperlukan untuk mengevaluasi
hipertensi pulmonal dan berguna untuk bayi pada awal kehidupannya. Kejadian
AKK merupakan tanda yang serius pada janin yang dihubungkan dengan kenaikan
morbiditas perinatal, maka merupakan indikator penting. Dipertimbangkan
keadaan kontroversial yang ada saat ini, berhubungan dengan sebab pasase
mekonium intra uterin. Di dalam rahim hipoksia mengakibatkan relaksasi otot
sfingter ani dipertimbangkan sebagai penyebab pasase mekonium. Sebaliknya
lingkungan intra uterin akan mempengaruhi kesejahteraan janin dan
mengakibatkan AKK misalnya infeksi intra uterin yang mengakibatkan
korioamnionitis, perlu diingat AK merupakan media kultur yang kurang baik
untuk kuman. Air ketuban yang terinfeksi dan ditelan janin akan memicu
terjadinya defekasi dini oleh janin yang juga dapat diterangkan sebagai penyebab
AKK.
D. Tatalaksana
1. Resusitasi
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi,
tindakan resusitasi harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan akan
membahayakan bayi.
Tahap I : Langkah Awal
Langkah ini perlu dilakukan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru
lahir, 6 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan
dan teratur ( Sambil melakukan langkah awal ini : Beritahukan ibu dan keluarga,
bahwa bayinya perlu pertolongan napas; Mintalah salah seorang keluarga
mendampingi ibu untuk member dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan
bila ada perdarahan ).
Adapun 6 langkah awal tersebut adalah :
a. Jaga Bayi tetap hangat :
Bagi bidan/Tenaga kesehatan yang sudah terbiasa :
Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu,
Bungkus bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat,
Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi.
Bagi bidan/tenaga kesehatan yang belum terbiasa melakukan tindakan di atas,
lakukan sbb :
Potong tali pusat di atas kain yang ada di bawah perineum ibu.
Letakkan bayi di atas kain 45 cm dari perineum ibu,
Bungkus bayi dengan kain tersebut,
Pindahkan bayi di tempat resusitasi.
b. Atur Posisi Bayi
Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.
Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
c. Isap Lendir, Gunakan alat penghisap lender De Lee dengan cara sbb:
Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung,
Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada waktu
memasukkan,
Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam ( jangan lebih dari 5 cm ke dalam
mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung ), hal itu dapat menyebabkan
denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti bernapas.
d. Keringkan dan Rangsang bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan.
Rangsangan ini dapat membantu bayi baru lahir mulai bernapas atau tetap
bernapas.
Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
o Menepuk atau menyentil telapak kaki,
o Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak
tangan.
e. Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
Ganti kain yang telah basah dengan kain yang di bawahnya,
Bungkus bayi dengan kain tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar
bisa memantau pernapasan bayi,
Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.
f. Lakukan Penilaian Bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau bernapas
megap-megap ?
Bila bayi bernapas normal, berikan bayi kepada ibunya :
Letakkan bayi di atas dada ibu dan selimuti keduanya untuk penghangatan
dengan cara kontak kulit bayi ke kulit ibu. Anjurkan ibu untuk menyusui
bayi sambil membelainya.
Bila bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap, mulai lakukan
ventilasi bayi.
Tahap II : Ventilasi
Ventilasi adalah merupakan tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan
sejumlah volume udara ke dalam paru dengan tekanan positip untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan atau teratur.
Langkah-langkah :
a. Pasang sungkup, Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung
bayi.
b. Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm Air.
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa
mulai bernapas dan menguji apakah jalan napas bayi terbuka.
Lihat apakah dada bayi mengembang.
Bila dada tidak mengembang :
o Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah ekstensi,
o Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor,
o Periksa cairan atau lender di mulut. Bila ada lender atau cairan lakukan
pengisapan.
Bila dada mengembang lakukan tahap berikutnya.
2. Rawat Gabung
Rawat gabung adalah bayi bersama ibunya dirawat dalam satu kamar atau satu
ruangan dan dapat juga diartikan bahwa membuat ibu dan anaknya bergabung
daam satu ruangan atau tempat tidur sama dan dapat mencegah terjadinya infeksi
serta akan meningkatkan keberhasilan pemberian ASI, terutama bila digabungkan
dengan penyediaan pedoman-pedoman pemberian ASI.
a) Tujuan Rawat Gabung
Memberikan bantuan emosional
1. Ibu dapat memberikan kasi sayang sepenuhnya kepada bayi
2. Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mendapatkan
pengalaman dalam merawat bayi
b. Penggunaan ASI
1). Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI
ASI adalah makanan bayi yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan
lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara, menetekkan sejak
bayi lahir dengan cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin.
Pada hari-hari pertama, yang keluar adalah colostrums yang jumlahnya
sedikit.
2). Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering
mungkin
c. Pencegahan infeksi
Mencegah terjadinya infeksi silang, pada perawatan bayi dimana banyak bayi
yang disatukan, infeksi silang sulit dihindari. Dengan rawat gabung, lebih
mudah mencegah infeksi silang.Bayi yang melekat pada kulit ibu akan
memperoleh transfer antibodi dari si ibu. Colostrum yang mengandung
antibodi dalam jumlah tinggi akan melapisi seluruh permukaan kulit dan
saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai
kekebalan yang tinggi. Kekebalan mencegah infeksi terutama pada diare.
d. Pendidikan kesehatan
Kesempatan melaksanakan rawat gabung da apat dimanfaatkan untuk
memberikan pendidikan kesehatan pada ibu, terutama primipara.
e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi
b) Manfaat Rawat Gabung
Obat bekerja sebagai hasil interaksi fisiokemikal antar molekul-molekul obat
dan molekul-molekul tubuh resipien/pasien. Reaksi kimia ini dapat mengubah
carakerja sel yang selanjutnya dapat menimbulkan perubahan pada perilak
jaringan, organ dan system. Obat memodifikasi fungsi tubuh yang sudah
ada .Sebagian besar obat akan bekerja pada lebih dari satu jenis sel dan dengan
demikian menimbulkan efek yang multiple pada tubuh. Sebagian besar
molekul obat bekerja lewat :
1. Reseptor protein pada membrane sel atau di dalam sel
2. Saluran ion di dalam membran sel
3. Enzim-enzim dalam sel atau cairan ekstrasel
Adapun manfaat rawat gabung yaitu:
1. Aspek fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah menjangkau
bayinya untuk melakukan perawatan sendiri dan menyusui setiap saat, kapan
saja bayinya menginginkan (nir-jadwal).
2. Aspek fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan
frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami,
di mana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk ibu,
dengan menyusui maka akan timbul refleks oksitosin yang akan membantu
proses fisiologis involusi rahim.
3. Aspek psikologis
Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses
lekat (early infant-mother bonding) akibat sentuhan badan antara ibu dan
bayinya.
4. Aspek Edukatif
Dengan rawat gabung, ibu (terutama yang baru mempunyai anak pertama)
akan mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga mampu menyusui serta
merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit.
5. Aspek Medis
Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan terjadinya infeksi
nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu
maupun bayi.
c) Pelaksanaan Rawat Gabung
1. Di poliklinik kebidanan
a. Memberikan Penyuluhan mengenai kebaikan ASI dan merawat gabung.
b. Memberikan penyuluhan mengenai perawatan payudara, makanan ibu
hamil, nifas, perawatan bayi.
c. Mengadakan ceramah, Tanya jawab. Dan motivasi KB.
d. Membantu ibu yang mempunyai masalah dalam kesehatan ibu dan anak
sesuai dengan kemampuan.
2. Di kamar bersalin
Adapun kriteria yang diambil sebagai syarat rawat gabung yaitu:
a. Nilai Apgar lebih dari 7
b. BB lebih dari 2500 gram dan kurang dari 4000 gram
c. Masalah kehamilan lebih dari 36 minggu dan kurang dari 42 minggu
d. Lahir spontan persentasi kepala
e. Ibu sehat
3. Di ruang perawatan
Bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi dan ditempatkan di samping ibu.
Pada waktu berkunjung bayi dan tempat tidurnya di tempatkan ke ruangan
lain, perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat dikenali
keadaan-keadaan yang tidak normal, bayi bias menyusu sewaktu ia
menginginkan dan bayi tidak boleh menyusu dari botol.
4. Di ruang follow up
Aktifitas di ruang follow up:
a. Menimbang berat bayi
b. Anamnesis mengenai makanan bayi
c. Cara menyusukan bayi
d. Pemberian imunisasi menurut instruksi dokter
d) Kontra indikasi Rawat Gabung
1. Bagi ibu:
Kelainan jantung
Eklampsia/preeklampsi berat
Penyakit akut berat
Ca payudara
Psikosis
2. Bagi bayi:
BBLR sangat rendah
Kelainan congenital berat
Jika perlu observasi / terapi khusus (bayi kejang, sakit berat)
Meskipun tidak bisa digabung, ASI tetap harus diberikan dengan cara
diperah (Prawirohardjo, 2011).
A. ANC (Antenatal Care)
Perawatan ANC yang baik merupakan terapi preventif ke tahap selanjutnya, karena
dengan adanya ANC maka akan memberi kesepmatan untuk mengenali status risiko
individu dan memberikan perawatan perseorangan yang tepat bagi tiap pasien.
Bahaya pada ibu, janin, dan neonatus dapat diperkirakan melalui penilaian kritis
riwayat ibu, pemeriksaan fisik, dan ANC.
Perencanaan pertemuan dengan pasien yakni sekali sebulan untuk usia gestasi sampai
minggu ke-32, lalu setiap 2 minggu untuk usia gestasi hingga ke minggu 36, dan
terakhir setiap minggu hingga waktu melahirkan.
Adapun tujuan ANC sendiri ialah :
1. Memastikan kehamilan tanpa komplikasi dan persalinan bayi hidup sehat
2. Menentukan dan memberi perawatan pada keadaan risiko apapun
3. menentukan tingkat perawatan individual.
4. membantu ibu mempersiapkan persalinan, kelahiran, dan membesarkan anak.
5. penapisan penyakit-penyakit umum.
6. memperkuat ekbiasaan kesehatan yang baik ibu hamil dan keluarganya.
Susunan kegiatan kunjungan ANC diantaranya adalah :
1. Menanyakan kesehatan umum ibu dan keluhan keluhan yang diraskan
2. Menimbang BB ibu dan mencatat pada diagram antenata serta nilai perubahan
BB dengan membandingkannya dengan kurva rata-rata.
3. Mencatat tekanan darah ibu
4. Memeriksa contoh urin untuk kandungan protein dan glukosanya
5. Melakukan palpasi abdomen untuk mengukur TFU dan mencatat DJJ dan
kemngkinan perincian kelainan yang ada. Setelah minggu ke-28 ANC
dilakukan untuk menentukan presentasi janin. Mulai minggu ke-32 dan
seterusnya dicatat posis janin, dan masuknya bagian terbawah janin ke
panggul, serta mencatat taksiran BB janin.
6. Pemeriksaan rektal dan vagina dapat dilakukan untuk menentukan keadaan
serviks, dan menentukan bagian terbawah janin masuk ke panggul ibu.
7. Melakukan pemeriksaan USG untuk mencari adanya perkembangan janin
abnormal, usia kehamilan, ataupun keterlambatan.
B. ASI
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur
kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup
hampir 200 unsur zat makanan.
ASI adalah sebuah cairan yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya
dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air
susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi
tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-
sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem
saraf.
1. Fungsi pemberian ASI :
a) ASI merupakan jenis makanan yang mempunyai nutrisi yang sangat di
perlukan bagi bayi karena mengandung sekitar 200 nutrisi.
b) ASI pertama (kolostrum) mengandung antibodi untuk mencegah infeksi pada
bayi.
c) Bayi yang minum ASI jarang terkena gastroenteritis.
d) Lemak dan protein ASI mudah dicerna dan diserap lengkap oleh bayi sehingga
resiko obesitas pada bayi sangat rendah.
e) Resiko bayi kejang atau hipokalsemia sangat rendah.
f) Mempererat hubungan antara ibu dan bayi.
ASI wajib diberikan pada bayi sampai usia 6 bulan. Setelah umur tersebut bayi
harus diberikan makanan pendamping. Pada hari ke 3 bayi sudah hari menyusu
selama 10 menit setiap 3-4 jam, tetapi kalau bayi lapar pada jam tersebut ASI tetap
diberikan tetapi pada payudara yang berbeda.
2. Manfaat ASI
Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu formula.
Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang
menyusui.
Manfaat ASI bagi bayi:
a. ASI merupakan sumber gizi sempurna
ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan bayi.faktor pembentukan sel-sel otak terutama
DHA dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama dari
susu yang berbentuk cair) lebih banyak dari casein (protein utama dari susu
yang berbentuk gumpalan).komposisi ini menyebabkan ASI mudah diserap
oleh bayi.
b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang didapat dari
ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir kadar zat ini akan
turun cepat sekali. Tubuh bayi baru memproduksi immunoglobulin dalam
jumlah yang cukup pada usia 3 - 4 bulan. Saat kadar immunoglubolin bawaan
menurun, sementara produksi sendiri belum mencukupi, bisa muncul
kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Di sinilah ASI berperan bisa
menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesenjangan yang mungkin
timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Colostrum (cairan
pertama yang mendahului ASI) mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali
lebih banyak dari ASI.
c. ASI eklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak
Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas
bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama
kehidupannya. Di dalam ASI terdapat beberapa nutrien untuk pertumbuhan
otak bayi di antaranya taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur khusus, laktosa
atau hidrat arang utama dari ASI, dan asam lemak ikatan panjang - antara lain
DHA dan AA yang merupakan asam lemak utama dari ASI.
d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya keadaan yang
disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam suasana aman akan
menjadi anak yang berkepribadian tangguh, percaya diri, mandiri, peduli
lingkungan dan pandai menempatkan diri. Bayi yang mendapat ASI secara
eksklusif. akan sering dalam dekapan ibu saat menyusu, mendengar detak
jantung ibu, dan gerakan pernapasan ibu yang telah dikenalnya dan juga akan
sering merasakan situasi seperti saat dalam kandungan: terlindung, aman dan
tenteram.
3. Manfaat menyusui bagi ibu:
a. Mengurangi resiko kanker payudara
Menyusui setidaknya sampai 6 bulan mengurangi kemungkinan ibu menderita
kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur. Perlindungan terhadap
kanker payudara sesuai dengan lama pemberian ASI. Ibu yang menyusui akan
terhindar dari kanker payudara sebanyak 20%-30%. Berdasarkan penelitian
dari 30 negara pada 50.000 ibu menyusui dan 97.000 tidak menyusui
kemungkinan kejadian kanker payudara lebih rendah pada ibu menyusui. Jika
menyusui lebih dari 2 tahun ibu akan lebih jarang menderita kanker payudara
sebanyak 50% (Roesli, 2007).
b. Metode KB paling aman
Jarak kelahiran anak lebih panjang pada ibu yang menyusui secara eklusif
daripada yang tidak (Roesli, 2007).
c. Kepraktisan dalam pemberian ASI
ASI dapat segera diberikan pada bayi, segar, siap pakai dan mudah
pemberiannya sehingga tidak terlalu merepotkan ibu.
d. Ekonomis
Dengan memberikan ASI, ibu tidak memerlukan untuk makanan bayi sampai
berumur 4-6 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah
tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
4. Fisiologi laktasi
Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. ASI diproduksi atas hasil
kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika bayi mulai mengisabp ASI,
akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar. Hal ini disebut
dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon
prolaktin dan refleks pengeluaran ASI atau disebut juga “let down” reflexs.
Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin.
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di
dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI
yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf
disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk
memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar
payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan refleks
pembentukan ASI atau refleks prolaktin.
Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon
tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan.
Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan
merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI
keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat
dikeluarkan oleh bayi atau ibunya. Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan
prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk diisap.
Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi
mengisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami
kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti
memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak
mengalir keluar. Efek oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi
setelah melahirkan. Sehingga dapat membantu mengurangi perdarahan walaupun
kadang mengakibatkan nyeri.
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah
bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia seperti
juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri.
Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu
jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan menyusu dini ini dinamakan the
breast crawl atau merangkak mencari payudara.
Menurut Gupta (2007) Inisiasi Menyusu Dini disebut sebagai tahap keempat
persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai 1 jam setelah persalinan,
meletakkan bayi baru lahir dengan menengkurapkan bayi yang sudah dikeringkan
tubuhnya namun belum dibersihkan dan tidak dibungkus di dada ibunya segera
setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dini dengan
ibunya, menemukan putting susu dan mendapatkan asupan kolostrum sebelum
ASI keluar.
Inisiasi Menyusu Dini sebenarnya telah dilaksanakan di Indonesia mengacu
pada kebijakan PP-ASI, salah satu diantaranya adalah membantu ibu menyususi
bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan. Namun kenyataannya belum benar,
sebab bayi baru lahir biasanya sudah dibungkus sebelum diletakan di dada ibunya,
akibatnya tidak terjadi skin to skin contact, bayi bukan menyusu tetapi disusui
oleh ibunya dan memaksakan bayi untuk menyusu sebelum siap untuk disusukan
selanjutnya bayi dipisahkan dari ibunya.
Menurut IDAI (2008) refleks menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit
setelah lahir, sedangkan menurut Roesli (2007) bayi menunjukan kesiapan untuk
mulai menyusu setelah 30-40 menit setelah lahir. Tanda-tanda kesiapan bayi
untuk menyusu yaitu mengeluarkan suara kecil, menguap, meregang, adanya
pergerakan mulut. Selanjutnya menggerakan tangan ke mulut, timbul refleks
rooting, menggerakan kepala dan menangis sebagai isyarat menyusu dini. Dengan
indra peraba, penghidu, penglihatan, pendengaran, refleks bayi baru lahir bisa
menemukan dan menyentuh payudara tanpa bantuan. Hal ini dapat merevitalisasi
pencarian bayi terhadap payudara.
6. Manfaat inisiasi menyusu dini bagi bayi dan ibu :
a. Meningkatkan refleks menyusu bayi secara optimal
Menyusu pada bayi baru lahir merupakan keterpaduan antara tiga refleks yaitu
refleks mencari (Rooting refleks), refleks menghisap (Sucking refleks), refleks
menelan (Swallowing refleks) dan bernafas. Gerakan menghisap berkaitan
dengan saraf otak nervus ke-5, ke-7 dan ke-12. Gerakan menelan berkaitan
dengan nervus ke-9 dan ke-10. Gerakan tersebut salah satu upaya terpenting
bagi individu untuk mempertahankan hidupnya. Pada masa gestasi 28 minggu
gerakan ini sudah cukup sempurna, sehingga bayi dapat menerima makanan
secara oral, namun melakukan gerakan tersebut tidak berlangsung lama.
Setelah usia gestasi 32-43 minggu, mampu untuk melakukan dalam waktu
yang lama.
b. Menurunkan kejadian hipotermi
Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah kulit tipis, kecepatan kehilangan
panas pada tubuh bayi baru lahir ± 4 kali pada orang dewasa. Pada ruang
bersalin dengan suhu 20-25° celcius, suhu kulit tubuh bayi akan turun 0,3°
celcius, suhu tubuh bagian dalam turun 0,1° celcius / menit. Selama periode
dini setelah bayi lahir, biasanya berakibat kehilangan panas komulatif 2-3°
celcius. Kehilangan panas ini terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi dan
evavorasi.
c. Menurunkan kejadian asfiksia
Dengan inisiasi menyusu dini, ibu dan bayi menjadi lebih tenang. Hal ini akan
membantu pernapasan dan bunyi jantung lebih stabil.
d. Menurunkan kejadian hipoglikemi
Menyusu dini membuat bayi menjadi tenang dan frekwensi menangis kurang
sehingga mengurangi pemakaian energi.
e. Meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin
Melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada putting susu ibu akan
pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki bayi pada
saat merangkak di perut ibu akan membantu melakukan massage uterus untuk
merangsang kontraksi uterus. Oksitosin akan menyebabkan uterus
berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi
terjadinya perdarahan post partum. Oksitosin akan merangsang hormon lain
yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, euphoria, meningkatkan ambang
rasa nyeri, dan mencintai bayinya. Oksitosin merangsang pengaliran ASI dari
payudara.
d. Memfasilitasi bonding attachment
Bonding atau ikatan batin menunjukan perjalinan hubungan orang tua dan bayi
pada saat awal kelahiran. Sebagai individu, orang tua akan mengembangkan
hubungan kasih sayang dengan bayi menurut gaya dan cara mereka. Jam
pertama merupakan saat peka dimana kontak pertama akan mempermudah
jalinan batin. Sifat dan tingkah laku jalinan saling berhubungan yang tercipta
antara ibu dan bayi sering berupa sentuhan halus ibu dengan ujung jarinya
pada anggota gerak dan wajah bayi serta membelai dengan penuh kasih
sayang. Sentuhan pada pipi akan membangkitkan respon berupa gerakan
memalingkan wajah ke ibu untuk mengadakan kontak mata dan mengarah ke
payudara disertai gerakan menyondol dan menjilat putting susu selanjutnya
menghisap payudara. Kontak pertama ini harus berlangsung pada jam pertama
setelah kelahirannya. Bayi baru lahir matanya terbuka lebih lama daripada
hari-hari selanjutnya, sehingga paling baik untuk memulai perlekatan dan
kontak mata antara ibu dan bayi.
7. Kontra-indikasi pemberian ASI :
1. Cracked nipple hebat
2. Abses mammae
3. Kanker payudara
4. Penyakit jantung berat
5. Penyakit jiwa
8. Cara memerah ASI :
a. Cuci tangan yang bersih
b. Siapkan wadah yang bermulut lebar yang mempunyai tutup dan telah direbus
c. Bentuk jari telunjuk dan ibu jari seperti huruf C dan letakkkan di batas aerola
mama. Tekan dengan telunjuk dan ibu jari ke arah dada ibu kemuduan perah
dan lepas. Dilakukan berulang.
9. Cara menyimpan ASI perah :
a. ASI perah dapat disimpan pada suhu ruangan selama 6-8 jam
b. Di dalam lemari es pendingin 40 C 2X 24 jam
c. Di dalam lemari es pembeu -40 C tahan sampai beberapa bulan
10. Cara memberikan ASI perah:
a. ASI yang sudah disimpan dalam lemati pendingin, sebelum diberikan
dihangatkan dengan merendamnya dalam air dengan suhu ruangan.
b. ASI yang sudah dihangatkan bila tersisa tidak boleh dikembalikan lagi kedalm
lemari es
c. ASI yang disimpan dalam lemari pembeku perlu dipindahkan ke lemari
pendingin untuk mencairkan sebelum dihangatkan.
ASI perah sebaiknya diberikan tidak menggunakan botol tetapi dengan sendok.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. ANC pada ibu hamil sangat penting untuk memeliharadan meningkatkan keadaan
fisik serta mental ibu hamil sehingga dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik
dan dapat melahirkan bayi dengan sehat.
2. Ibu hamil perlu dilakukan pemeriksaan TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, dan Herpes) untuk mengetahui ada tidaknya infeksi.
3. Terapi dan riwayat ibu hamil berpengaruh terhadap janin dan proses kelahiran janin.
B. Saran
1. Perlu diadakannya sosialisasi yang intensif tentang pentingnya ANC pada ibu hamil
untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan calon bayi.
2. Persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional agar ibu dan bayi dapat
memperoleh penanganan yang tepat dan cepat apabila terjadi hal yang tidak diduga
saat proses persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Benson C. Ralph. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, Ed 9. Jakarta:EGC
Prawirohardjo, Sarwono (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Dorland, W.A.Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Guyton, A C dan Hall, J E (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC