laporan sementara tpi ica

Upload: carissa-paresky-arisagy

Post on 08-Oct-2015

137 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ini dia Laporan Praktikum Lapang Teknik Penangkapan ikan yang dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi ..Laporan ini berisi tentang uraian kegiatan nelayan serta konstruksi alat tangkap maupun mekanisme pengoperasian alat tangkap purse seine , semoga bermanfaat :D

TRANSCRIPT

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM TEKNIK PENANGKAPAN IKAN

Disusun Oleh Carissa Paresky Arisagy12/334991/PN/12981Manajemen Sumberdaya Perikanan

Asisten :Lukman Hakim

LABORATORIUM TEKNIK PENANGKAPAN IKAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA 2014

HALAMAN PENGESAHANLaporan Resmi Praktikum

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN

Disusun oleh :CARISSA PARESKY ARISAGY12 / 334991 / PN / 12981

Laporan ini telah disahkan dan diterima sebagai kelengkapan mata kuliah Teknik Penangkapan Ikan (PIM ) yang diselenggarakan oleh Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta .

Yogyakarta, Desember 2014

Asisten Praktikum Praktikan Teknik Penangkapan Ikan

( Lukman Hakim ) ( Carissa Paresky Arisagy )

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Teknik Penangkapan Ikan ini. Praktikum Teknik Penangkapan Ikan dilaksanakan sebagai upaya pembelajaran serta pelatihan bagi Mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan Universitas Gadjah Mada. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti responsi Praktikum Teknik Penangkapan Ikan Tahun ajaran 2014/2015.Laporan ini berisi laporan hasil praktikum yang telah dilakukan. Dalam penyusunan laporan ini, tentunya saya memperoleh bantuan baik berupa fisik maupun materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada orang tua, teman-teman, serta Tim Asisten Laboratorium Teknik dan Alat Penangkapan Ikan yang telah memberikan bimbingan di dalam praktikum dan pembuatan laporan ini.Tidakadagading yang tak retak, saya sangat menyadari bahwa masih ada kekurangan di dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini. Atassegala kekurangan tersebut saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan laporan ini. Saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, Desember 2014

Carissa Paresky Arisagy

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1. Latar BelakangKabupaten Trenggalek adalah salah satu daerah di Jawa Timur yang mempunyai potensi sumberdaya alam yang cukup besar baik untuk peairan laut, perairan payau, maupun periaran tawar. Luas perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Kabupaten Trenggalek seluas 35.558 km2, dengan tingkat eksploitasi masih sekitar 9,8% dari potensi yang tersedia (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Perairan Teluk Prigi merupakan daerah perikanan penghasil ikan-ikan pelagis kecil (56,80%) yang potensial, serta ikan-ikan seperti ikan lemuru, layang, tembang, dan slengseng (PPN Prigi, 2002). Jenis-jenis ikan tersebut pola hidupnya membentuk gerombolan dan merupakan salah satu target dari alat tangkap pukat cincin di Prigi.Pukat cincin (purse seine) merupakan salah satu alat tangkap yang produktif. Pengoperasian pukat cincin di Prigi umumnya menggunakan sistem dua kapal (two boat system). Kapal yang digunakan untuk kegiatan penangkapan terdiri atas kapal utama yang berfungsi untuk melingkarkan pukat cincin serta kapal pembantu yang berperan dalam proses penarikan purse line setelah pelingkaran pukat cincin selesai. Kapal pembantu juga berfungsi sebagai tempat hasil tangkapan. Berdasarkan data hasil tangkapan pukat cincin yang didaratkan di PPN Prigi dalam lima tahun terakhir menunjukkan jumlah produksi ikan terbanyak dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Jumlah produksi ikan yang dihasilkan pukat cincin pada tahun 2002 mencapai 11.796,2 ton atau sekitar 77,55% dari total hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi (Priambodho, 2004). Hasil tangkapan yang banyak tertangkap pukat cincin terutama untuk jenis ikan-ikan yang bersifat pelagic shoaling species, seperti ikan ekor merah, tongkol, dan jenis ikan yang lain. Ikan-ikan tersebut merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Memperhatikan dan menyadari pentingnya pengelolaan perikanan tangkap tersebut terhadap kelaberlanjutan usaha perikanan, maka dirasa perlu untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang teknik penangkapan ikan, khususnya pada alat tangkap pukat cincin (purse seine).2. Tujuan PraktikumPraktikum Teknik Penangkapan Ikan ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi umum dari alat tangkap pukat cincin (purse seine) serta mengetahui mekanisme pengoperasian alat tangkap purse seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Jawa Timur. 3. ManfaatManfaat Praktikum Penangkapan Ikan ini adalah agar mahasiswa mengetahui konstruksi umum alat tangkap ikan khususnya pukat cincin (purse seine) beserta mekanisme pengoperasiannya dan mengetahui aktifitas nelayan dalam operasional penangkapan ikan. 4. Waktu dan TempatPraktikum Lapangan Teknik Penangkapan Ikan dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 November 2014 sampai hari Senin, 24 November 2014. Adapun lokasi praktikum lapangan ini bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Perikanan TangkapPerikanan tangkap menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2003) adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan hewan atau tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Sementara menurut UU Nomor 9 Tahun 1985, penangkapan ikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan diperairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkan ikan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan yang dimaksud bertujuan untuk memperoleh nilai tambah lainnya, seperti penyerapan tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan terhadap protein hewani, devisa serta pendapatan negara (Monintja, 2002). Kegiatan perikanan tangkap sangat tergantung pada tersedianya sumberdaya perikanan, baik berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia, maupun sumberdaya buatan (sarana dan prasarana pendukung). Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam mewujudkan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara optimal adalah diterapkannya pengelolaan yang rasional. Pengelolaan yang rasional menerapkan sistem pengelolaan yang mencakup semua sumberdaya, termasuk diantaranya lingkungan sumberdaya ikan yang dimanfaatkan, perencanaan, organisasi, dan kelembagaan, serta sumberdaya manusia, terutama pelaku dan pemanfaat, baik lokal maupun pendatang (Nikijuluw, 2002).Dalam rangka mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan (sustainable fisheries) sesuai dengan Code of conduct for Responsible Fisheries (CCRF) maka eksploitasi sumberdaya hayati laut harus dapat dilakukan secara bertanggung jawab (Responsible fisheries). Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yang dicetuskan FAO tahun 1995 menyebutkan beberapa prinsip mengenai pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab serta himbauan bagi negara-negara lain untuk mengelola sumberdaya perikanannya. Butir-butir dalam prinsip-prinsip umum CCRF tersebut antara lain: 1) melindungi ekosistem perairan; 2) menjamin ketersediaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan; 3) pencegahan kondisi tangkap berlebih (overfishing); 4) rehabilitasi populasi perikanan dan habitat kritis; 5) mengupayakan konservasi; 6) penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan; 7) pengontrolan yang efektif terhadap upaya-upaya penangkapan di laut; 8) mencegah konflik antara nelayan skala kecil, menengah dan industri; 9) penjaminan mutu hasil tangkapan; 10) penjaminan terhadap keamanan dan keselamatan kapal, alat tangkap dan ABK; dan 11) manajemen pengelolaan perikanan tangkap yang terpadu antar instansi/lembaga (Wisudo dan Solihin , 2008).2. Purse SeinePurse seine pertama kali dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergent, Norwegia pada tanggal 12 Maret 1858. Tahun 1860 alat tangkap ini diperkenalkan di seluruh Pantai Atlantik, Amerika Serikat terutama di perairan Rhode Island. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia tyranus). Tahun 1870 bentuk purse seine diperkenalkan di Negara Skandivaria. Selanjutnya dari Skandivaria purse seine menjadi popular tahun 1880 di Norwegia, Swedia. Negara Denmark dan Jerman mengenal alat tangkap purse seine pada tahun 1913. Purse seine pertama kali di Indonesia diperkenalkan di pantai utara Jawa oleh Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) pada tahun 1970, kemudian diterapkan di Muncar dan berkembang pesat sampai sekarang (Hidayat, 2004).Menurut Ayodhyoa (1981), bahwa ikan yang menjadi tujuan penangkapan dari alat tangkap purse seine ialah ikan-ikan pelagic shoaling species yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk sesuatu gerombolan, berada dekat dengan permukaan air dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dengan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. dengan perkataan lain dapat juga dikatakan persatuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring, akan dibatasi oleh ukuran dari jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan. Jika ikan-ikan belum terkumpul pada suatu catchabel area, dan ikan-ikan masih berada diluar kemampuan tangkap jaring, maka haruslah diusahakan agar ikan-ikan itu datang berkumpul ke suatu catchabel area. Hal ini dapat ditempuh misalnya dengan penggunaan cahaya, rumpon dan lain sebagainya Purse seine dapat dibedakan atas berbagai segi. Ada yang membedakan berdasarkan ada tidaknya kantong, sehingga dikenal ada purse seine berkantong dan purse seine tanpa kantong. Akan tetapi, ada juga yang membedakan berdasarkan jumlah kapal yang digunakan sehingga dikenal one boat purse seine dan two boat purse seine. Ada pula yang menggolongkan berdasarkan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan sehingga kita kenal tuna purse seine, sardin purse seine, dan sebagainya (Sudirman, 2004).Alat tangkap ini memiliki ciri tali ris atas yang lebih pendek daripada tali ris bawahnya. Berbeda dengan alat tangkap lain dalam kelompoknya seperti lampara yang memiliki tali ris atas yang lebih panjang daripada tali ris bawah. Pukat cincin adalah suatu alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang dengan dinding yang sangat panjang. Alat tangkap pukat cincin terdiri atas badan jaring, jaring pada pinggir badan jaring (selvedge), kantong (bunt), tali atas (float line), tali ris bawah (lead line), pemberat dan pelampung, serta cincin-cincin yang menggantung pada bagian bawah jaring (Von Brandt, 1984).1. Badan JaringBadan jaring terdiri dari sayap (wing), perut, bahu dan kantong merupakan dagian utama dari pukat cincin, biasanya bagian ini dibuat dengan menggunakan benang nylon (PA) atau bahan lainnya. Ukuran mata jaring (mesh size) biasanya disesuaikan dengan ikan yang menjadi tujuan penangkapan.2. Pelampung (buoy)Bahan yang dipergunakan sebagai pelampung biasanya memiliki berat jenis (Bj) yang lebih kecil dibandingkan dengan Bj air laut, sehingga dapat mengapung di permukaan air laut. Pada umumnya pelampung purse seine dibuat dari bahan plastik yang keras. Ukuran pelampung disesuaikan dengan bentuk dan daya apung benda tersebut, pelampung yang biasanya digunakan pada alat tangkap ini berbentuk oval. Sedangkan jumlah pelampung tergantung dari extra buoyancy yang diinginkan. Pelampung biasanya dipasang pada tali pelampung (buoy line) yang besar ukuranya sama dengan tali ris atas yang berbeda hanya arah pintalan tali tersebut. Pelampung berfungsi untuk mengapungkan seluruh jaring ditambah dengan kelebihan daya apung (extra buoyancy), sehingga alat ini tetap mampu mengapung walaupun di dalamnya ada ikan hasil tangkapan.3. Pemberat (Sinker)Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan badan jaring sewaktu dioperasikan, semakin berat pemberat maka jaring utama akan semakin cepat tenggelamnya. Tetapi daya tenggelam ini tidak sampai menenggelamkan pelampung jaring, sehingga pelampung jaring harus memiliki extra buoyancy yang besar. Pemberat dibuat dari benda yang berat jenisnya (Bj) lebih besar dari Bj air laut, sehingga benda ini tenggelam di dalam air laut. Bahan yang biasa dipergunakan adalah timah, bila menggunakan pemberat lain harus dipergunakan bahan yang tidak mudah berkarat.4. Tali RisBahan tali ris ini umumnya terbuat dari benang kuralon namun ada juga yang menggunakan polyester. Tali ris atas dan tali pelampung harus berbeda arah pintalanya, hal bertujuan agar jaring tetap lurus, hal tersebut juga berlaku untuk tali pemberat dan tali ris bawah. Selain itu untuk memperkuat tali ris atas dengan tali pelampung dan jaring serta untuk memperkuat tali ris bawah, tali pemberat dan jaring ditambah dengan tali pengguat. 5. Mata Pengguat (Selvage)Selvage merupakan jaring yang berfungsi untuk melindunggi bagian tepi jaring utama agar tidak cepat rusak. Selvage biasanya dibuat dari benang polyester (PE) atau kadang-kadang mempergunakan bahan jaring sama dengan jaring utamna yang memiliki ukuran mata (mesh size) yang sama dengan jaring utama tetapi ukuran benangnya biasanya lebih besar. 6. Cincin (Ring)Cincin atau biasa disebut ring pada umumnya berbentuk bulan, dimana pada bagian tenggahnya merupakan tempat untuk lewatnya tali kerut, agar ring terkumpul sehingga jaring bagian bawah tertutup. Bahan yang dipergunakan biasanya dibuat dari besi dan kadang-kadang kuningan. Ring ini selain memiliki fungsi seperti tersebut di atas berfungsi juga sebagai pemberat.7. Tali Kerut (Purse Line)Tali kerut (purse line) yang biasa disebut oleh nelayan sebagai tali kolor biasanya terbuat dari bahan kuralon (PVA) dan kadang-kadang menggunakan tali polyester (PE), dan kadang-kadang untuk purse seine dengan ukuran besar menggunakan tali baja. Tali kerut berfungsi untuk menggumpulkan ris, sehingga bagian bawah jaring tertutup dan ikan tidak dapat meloloskan diri, oleh karena itu, tali kerut harus dibuat dari bahan yang kuat sehingga pada umunya ukuranya relatif lebih besar (Mudztahid, 2011).3. Hasil TangkapanIkan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang Pelagic Shoaling Species, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) (Gunarso, 1985). Menurut Rahardjo (1978), ikan-ikan ini yang biasanya tertangkap dengan purse seine adalah hering (Clupea ap.), anchovy (Engraulis sp.), layang (Decapterus russeli), selar (Caronx sp.), kembung laki-laki (Rastrelliger kanagurta), kembung perumpuan (Rastrelliger negletus), cakalang (Katsuwonus pelamis), tenggiri (Scomberomorus spp.), Sardin (Sardinella sp.), tongkol (Euthynnus spp.), salmon (Onchorynchus sp.).Sumberdaya ikan pelagis kecil dapat disebut sebagai sumberdaya yang bersifat poorly behaved (Merta, 1992), karena makanan utamanya adalah plankton, sehingga kelimpahannya sangat tergantung pada faktor-faktor lingkungan. Oleh karena itu, kelimpahan sumberdaya tersebut berfluktasi dan tergantung kepada terjadinya fenomena El Nino yang mempengaruhi proses upwelling (pertemuan arus hangat dan arus dingin di dalam laut) di perairan yang ada. Yusron (2005) menambahkan bahwa pada ikan Lemuru di Selat Bali memberikan hasil yang lebih tinggi selama tahun-tahun El Nino, hal tersebut dikarenakan adanya pergerakan arus dari laut Jawa dan Flores melalui Selat Bali, Lombok, Alas dan Sape ke Samudera Hindia.

III. METODE PRAKTIKUM

1. Metode DasarMetode dasar dilakukan menggunakan dua metode yaitu metode survei dan observasi secara langsung kepada objek yang diamati. Metode survey merupakan upaya pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tertentu. Metode ini bertitik tolak pada konsep, hipotesis, dan teori yang sudah mapan sehingga tidak akan memunculkan teori yang baru. Sedangkan observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Hasil observasi dicatat secara sistematis. Selain itu juga dilakukan pengambilan foto untuk mendokumentasikan kegiatan nelayan serta melakukan survei dengan ikut dalam kegiatan penangkapan. 2. Metode Pengumpul DataPengumpulan data dilakukan dengan mengikuti kegiatan penangkapan ikan dan melakukan wawancara kepada nelayan. Teknik wawancara yang digunakan yaitu wawancara terstruktur dimana sudah tersedia daftar pertanyaan (kuisioner) yang akan diajukan kepada nelayan. Data yang diajukan kepada nelayan meliputi jenis dan komponen kapal yang digunakan untuk menangkap ikan, komponen alat tangkap yang digunakan, dan jenis ikan sasaran sedangkan data yang lainnya bisa didapat dengan metode survei (fishing ground dan skema pengoperasian alat tangkap selama 1 trip).3. Metode Analisis DataPengambilan data dalam praktikum ini meliputi data-data kualitatif dan data-data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, seperti data metode pengoperasian alat tangkap purse seine dan alat tangkap serok serta aspek kapal. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan perhitungan seperti : 1. Kapal Utama a. Ukuran Badan Kapal :

b. Ukuran Geladak

Sehingga diperoleh ukuran kapal utama adalah sebagai berikut:

Keterangan :GT = kekuatan kapalP= panjang kapal (m)L= lebar kapal (m)Cb= koefisien jenis kapal

2. Kapal Pembantu

Keterangan :GT = kekuatan kapalP= panjang kapal (m)L= lebar kapal (m)Cb= koefisien jenis kapal

3. Pelampung a. Berat di udara A = jumlah pelampung x berat pelampung b. Daya Apung Di mana, P = Berat benda di air (kg)A= Berat benda di udara (kg)= 1= -3,10

c. Jarak antar Pelampung

4. Pemberata. Berat di udara A = jumlah pelampung x berat pelampungb. Daya Apung

Di mana, P = Berat benda di air (kg)A= Berat benda di udara (kg)= 1= 0,91

c. Jarak antar Pelampung

Jaring mengapung jika bernilai positif Jaring tenggelam jika bernilai negatif

5. Jaringa. Slevedge

b. Badan/tubuh jaring

6. Format koordinat aa mm ddKeterangan : aa: posisi lintang /bujurmm: menitdd: detik1 menit GPS = 1 mil laut = 1,8 km

IV. KEADAAN UMUM DAERAH

1. Keadaan Wilayah Perairan Prigi merupakan suatu daerah strategis yang ada di Kabupaten Trenggalek tepatnya di Desa Tasikmadu yang terletak 47 km, sebelah tenggara dari Kota Trenggalek yang berbatasan dengan Samudera Hindia. Secara administratif perairan ini termasuk dalam wilayah Desa Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek (PPN Prigi, 2007). Secara geografis perairan Prigi terletak pada 08o1722 LS dan 111o4358 BT.

Gambar 4.1. Lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi Perairan Prigi merupakan perairan teluk dengan dasar lumpur bercampur pasir dan sedikit berbatu karang. Teluk ini dinamakan dengan Teluk Prigi yang mempunyai kedalaman 6-45 meter (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek, 2008), dengan kemiringan tanah berkisar antara 15% sampai 25%. (BPS, 2010). Perairan Prigi memiliki topografi pantai yang cukup landai yang menyebabkan ombak laut tenang, serta keadaan perairan laut yang berwarna biru dan tidak terlalu keruh. Perairan Prigi juga dikenal sebagai objek wisata perikanan dimana terdapat Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang merupakan pendaratan ikan terbesar setelah Cilacap di pantai selatan. Letak yang strategis baik ditinjau dari ketersediaan sumberdaya alam maupun jalur transportasi dan pemasaran menyebabkan wilayah ini mengalami perkembngan yang sangat cepat. Nelayan yang beroperasi di Prigi pun tidak hanya penduduk setempat, namun juga para pendatang yang umumnya adalah nelayan dari daerah lain seperti Banyuwangi, Sendang Biru, Pacitan, Sulawesi dan lain-lain. Teluk Prigi mempunyai tiga pantai yang digunakan untuk wisata, yaitu Pantai Damas, Pantai Prigi dan Pantai Karanggongso (Adhicipta Engineering Consultant, 2006). Keindahan alam pada wilayah pantainya yang disempurnakan dengan hamparan pasir putih yang luas dan perkampungan nelayan dengan segala kegiatannya merupakan perpaduan yang khas kawasan perairan Prigi. Ditambah Upacara adat labuh Laut Larung Sembonyo yang dilaksanakan setiap bulan Selo merupakan sajian ritual yang memberi daya tarik tersendiri (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, 2008). Karakteristik potensi sumberdaya di kawasan Prigi tersebut semestinya dapat dikembangkan sebagai objek ekowisata yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. 2. Keadaan PPN Prigi

Sarana dan PrasaranaPelabuhan Perikanan Nusantara Prigi dibangun sejak tahun 1981dan sampai sekarang terus dilakukan pengembangan. Adapun pembangunan fasilitas yang sudah tersedia, antara lain (PPN Prigi, 2002) :1. Fasilitas pokok merupakan sarana utama dalam penyelenggaraan dan operasional PPN Prigi. Fasilitas ini dipergunakan untuk menjamin keselamatan umum, termasuk untuk tempat berlabuh dan tempat tambat serta bongkar muat hasil perikanan. Fasilitas pokok yang dimiliki PPN Prigi terdiri atas tanah seluas 11,5 ha, kolam pelabuhan seluas 16 ha, breakwater sepanjang 710 meter, dermaga sepanjang 552 meter, jalan komplek dengan panjang 1.123,5 meter dan lebar 6 meter serta revetment sepanjang 830 meter.2. Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang difungsikan dalam penyelenggaraan operasional pelabuahn. Fasilitas fungsional yang dimiliki PPN Prigi terdiri atas kantor, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebanyak 2 unit, yaitu 1 unit berada di sisi barat dengan luas 940 m2 dan 1 unit di susu timur dengan luas 400 m2, pabrik es dengan kapasitas 20 ton/hari, instalasi BBM dengan kapasitas tangki 50 ton, instalasi air tawar dengan kapasitas 70 ton yang berasal dari sumur artesis dengan kedalaman 90 meter, bengkel, jaringan listrik PLN berkapasitas 226,5 KVA, kamar mandi (MCK) umum, pos keamanan, sarana komunikasi, dan lampu suar sebanyak 4 unit yang dipasang pada pintu masuk kolam pelabuhan dengan warna merah dan hijau.3. Fasilitas penunjang merupakan sarana pelengkap dan mendukung keberadaan dan penggunaan fasilitas pokok dan fasilitas fungsional (Lubis, 2006). Dengan adanya fasilitas ini diharapkan operasional yang diselenggarakan oleh pelabuhan dapat berjalan dengan baik dan optimal, sehingga sasaran dan pesan pelayaran yang ingin dicapai oleh pelabuhan perikanan dapat dipenuhi. Fasilitas penunjang yang dimiliki oleh PPN Prigi terdiri atas rumah dinas dan mess operator, balai pertemuan nelayan seluas 200 m2 dan daya tampung 200 orang, kios BAP (Bahan Alat Penangkapan) berukuran 54 m2, dan kendaraan dinas.Keadaan Perikanan Pelabuhan Perikanan NusantaraPrigi dibangun di atas lahan seluas 27,5 hektar dengan luas tanah 11,5 hektar dan luas kolam labuh 16 hektar. Terletak pada posisi koordinat 111o 43 58 BT dan 8o 17 22 LS. Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi mempunyai batas-batas sebelah utara dengan pemukiman penduduk dan daerah rawa-rawa yang sudah diolah menjadi lahan pertanian, sebelah timur dengan muara dan hutan lindung yang juga merupakan kawasan milik Perum Perhutani, sebelah selatan dengan Samudera Hindia dan sebelah barat dengan lokasi pemukiman nelayan.Fasilitas yang dimiliki dan dioperasikan di lingkungan PPN Prigi dalam menyelenggarakan fungsi pelayanan pelabuhan meliputi fasilitas pokok (tanah, kolam pelabuhan, break water, dermaga, jalan komplek, revetment), fasilitas fungsional (kantor, tempat pelelangan ikan, pabrik es, instalasi BBM, instalasi air tawar, bengkel, jaringan listrik PLN, kamar mandi umum, pos keamanan, sarana komunikasi, lampu suar), dan fasilitas penunjang (rumah dinas dan mess operator, balai pertemuan nelayan, kios BAP/ Bahan Alat Penangkapan dan kendaraan dinas). Kegiatan usaha perikanan yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi baik bidang penangkapan maupun pengolahan pada umumnya masih bersifat tradisional. Faktor utama untuk mendukung pengembangan usaha perikanan tangkap adalah keberadaan pelabuhan perikanan sebagai tempat berlabuh bagi kapal-kapal perikanan, mengisi perbekalan / bahan produksi, serta mendaratkan ikan hasil tangkapan, sehingga dapat memberikan kemudahan dan jaminan kelancaran sejak dimulai produksi sampai ke pemasaran. Kegiatan usaha perikanan tangkap di PPN Prigi yang tergolong usaha kecil dan menengah terdiri dari 912 unit usaha yaitu: 1. Usaha perikanan Purse Seine berjumlah 136 unit; 2. Usaha perikanan pancing ulur berjumlah 546 unit; 3. Usaha perikanan pancing tonda berjumlah 72 unit; 4. Usaha perikanan pukat pantai berjumlah 42 unit; 5. Usaha perikanan jaring insang berjumlah 43 unit 6. Usaha perikanan payang berjumlah 36 unit 7. Usaha perikanan jaring klitik berjumlah 53 unit. Letak yang strategis baik ditinjau dari ketersediaan sumberdaya alam maupun jalur transportasi dan pemasaran menyebabkan wilayah Prigi mengalami perkembangan yang sangat cepat. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi sebagai sentra kegiatan perikanan dan perekonomian masyarakat adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang berusaha dan bekerja dibidangnya masing-masing dalam menunjang kegiatan perikanan di pelabuhan. Armada kapal yang beroperasi di perairan Prigi umumnya sudah cukup maju, ini dapat dilihat bahwa sudah semua kapal memakai mesin untuk menjalankan kapalnya. Perahu motor, yaitu armada yang paling sederhana di perairan Prigi mengalami penurunan. Pergantian armada kapal yang digunakan oleh nelayan di Pantai Prigi dari armada yang sederhana ke armada yang lebih canggih dikarenakan nelayan setempat sudah menyadari bahwa semakin canggih armada yang digunakan maka aktivitas penangkapan dapat ditingkatkan dan penghasilan pun dapat meningkat. Selain itu faktor ekonomi yang meningkat dikarenakan hasil tangkapan yang banyak, mendorong nelayan untuk memperbaharui armadanya agar lebih canggih dan dengan harapan hasil tangkapan dapat lebih meningkat.Alat tangkap yang digunakan nelayan Prigi bervariasi jenisnya. Dari hasil laporan tahunan PPN Prigi terdapat 6 jenis alat tangkap yang dioperasikan di perairan Prigi. Alat tangkap yang pertama kali dioperasikan di perairan Prigi adalah pancing. Alat tangkap ini memiliki konstruksi yang sangat sederhana dan pada mulanya hanya dioperasikan di pinggir pantai menggunakan perahu dayung, tetapi saat ini pancing dioperasikan dengan perahu motor. Seiring dengan berkembangnya sarana dan prasarana transportasi termasuk perkembangan armada kapal, banyak armada kapal dari luar Prigi yang datang dan menangkap ikan dengan menggunakan beragam alat tangkap di sekitar Teluk Prigi yang memang kaya akan sumberdaya hayati ikan. Alat tangkap yang berkembang dengan cepat adalah pancing dan pukat cincin. Pancing diminati oleh nelayan setempat karena harganya yang murah dan mudah dioperasikan, serta hasil tangkapannya yang banyak. Pukat cincin diminati oleh nelayan lokal karena alat tangkap ini dapat memberikan hasil tangkapan dan keuntungan yang besar dibanding alat tangkap lain yang beroperasi di Prigi.Ditinjau dari daerah tempat penangkapan nelayan Prigi yang sangat luas (Samudera Hindia) dan memiliki potensi yang sangat besar dan dengan didukung oleh peralatan yang semakin modern dengan ukuran armada yang semakin besar dengan disertai alat yang lengkap (multi gear) dan adanya peletakan rumpon-rumpon oleh pemerintah dan juragan besar di daerah ruaya ikan-ikan ekonomis penting (tuna, cakalang, tongkol, dan lain-lain) maka sangat mungkin sekali untuk terus mengembangkan dan meningkatkan usaha dibidang penangkapan dan pengolahan ikan di daerah ini. Produksi perikanan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi pada lima tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak menentu. Menurut nelayan hal ini disebabkan karena pada lima tahun terakhir ini musim tidak menentu dan ada indikasi terjadi pencemaran akibat penangkapan ikan menggunakan potasium, sehingga mempengaruhi hasil tangkap. Pada tahun 2008 produksi perikanan yang didaratkan di PPN Prigi sebesar 26.355 ton dengan nilai produksi Rp 131.017.625.000 dibandingkan dengan data volume dan nilai produksi pada tahun 2007, volume produksi tahun 2008 meningkat sebesar 4.023 ton (18,01%). Sedangkan nilai produksinya meningkat sebesar Rp 38.758.475.000 (42,01%). Kenaikan produksi ikan ini dikarenakan pada tahun 2008 produksi ikan unggulan seperti tongkol dan lemuru mengalami kenaikan. Namun, pada tahun 2009 nilai produksi mengalami sedikit penurunan dan turun drastis di tahun 2010 sebesar Rp 61.306.426.750,- akibat musim paceklik (Ross,2011).Musim penangkapan di daerah Prigi tergantung dari posisi bulan. Ketika bulan terang atau bulan purnama nelayan tidak melakukan aktivitas penangkapan dan jarang yang melaut kalaupun ada yang melaut biasanya mereka keluar dari daerah perairan Prigi. Tetapi ketika bulan gelap, hampir semua nelayan dengan berbagai armada kapal dan alat tangkapnya melakukan aktivitas penangkapan. Dalam satu bilan biasanya hari penangkapan hanya berjumlah 22-25 hari hari. Musim penangkapan tidak berlangsung sepanjung tahun, biasanya berlangsung sekitar 6-7 bulan dari bulan April sampai Oktober dimana sedang terjadi musim Timur. Nelayan di Prigi membagi musim penangkapan ikan menjadi 3 musim, yaitu :1. Musim puncak yang terjadi dari bulan Juli sampai dengan Oktober. Pada musim ini alat tangkap yang mendominasi adalah purse seine.2. Musim sedang yang terjadi dari bulan April sampai Juni. Pada musim ini semua alat tangkap beroperasi untuk melakukan kegiatan penangkapan.3. Musim paceklik yang terjadi dari bulan November sampai Maret. Pada musim ini terjadi musim barat dimana angin dan arus sangat kencang sehingga ikan-ikan tidak ada yang menyebabkan nelayan tidak melaut. Alat tangkap yang beroperasi hanya pukat pantai yang dioperasikan di pinggir pantai. Karena hanya pukat pantai yang beroperasi maka semua nelayan yang awalnya menggunakan alat tangkap lain seperti purse seine, pancing, dan lain-lain beralih menggunakan pukat pantai.Daerah penangkapan nelayan di Prigi umumnya hanya disekitar Teluk Prigi, tetapi ada juga yang keluar dari daerah sekitar teluk seperti ke Blitar, Tulungagung, Pantai Selatan Pacitan, dan Malang. Daerah penangkapan ikan ini tergantung dari alat tangkap yang digunakan oleh nelayan. Untuk nelayan purse seine misalnya hanya beroperasi di sekitar teluk dan sepanjang Pantai Selatan Kabupaten Trenggalek, begitu juga pancing dan gillnet yang beroperasi di sekitar teluk. Waktu tempuh menuju fishing ground berkisar 1 sampai 2 jam, hal ini dikarenakan nelayan setempat hanya melakukan one day fishing. Ada beberapa nelayan yang melakukan penangkapan sampai satu minggu, umumnya nelayan seperti ini menangkapn ikan mencapai ZEE dengan menggunakan alat tangkap pancai rawai.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil1.1. Kapal Penangkapan IkanJenis: Kapal Motor (Slerek)Nama kapal: LorenaNama pemilik: Pak ParAlamat pemilik: Desa Tasikmadu, Kec. Watulimo, TrenggalekNama nahkoda: PairanAlamat nahkoda: Desa Tasikmadu, Kec.Watulimo, TrenggalekBahan: KayuUkuran: a. Kapal Utama Badan Kapal Panjang: 15 m Lebar: 3,15 m Tinggi/dalam: 1,5 m Cb kayu : 0,425 Tonage (GT1): = = 10,63 GTGeladak Panjang: 5 m Lebar: 1 m Tinggi/dalam: 3 m Cb kayu : 0,425 Tonage (GT1): = = 2,25 GT

GT= GT1 +GT2 = 10,63 GT + 2,25 GT = 12,88 GTb. Kapal Pembantu Panjang: 12 m Lebar: 3 m Tinggi/dalam: 1,3 m Cb kayu : 0,425 Tonage (GT): = = 7,02 GT

Mesin KapalKapal Utama Merk: Mitsubishi Tenaga: 160 PK Bahan bakar: Solar Jumlah mesin: 2

Kapal Pembantu Merk: Mitsubishi dan Yamaha Tenaga: 120 PK Bahan bakar: Solar Jumlah mesin: 2

Alat Tangkap1.2. 1.3. 1.3.1. Nama Alat Tangkap : Jaring Purse Seine1.3.2. Alat Bantu Penangkapan: Serok atau Seser

1.3.3. Komponen Alat Tangkap: Jaring, tali ris, tali kolor, pelampung Pemberat, cincin (ring),1.3.4. Gambar Alat Tangkap :

Gambar 5.1. Bentuk jaring purse seineTali TemaliTali Pelampung Bahan : Kuralon Diameter: 9 mm Panjang: 450 mTali Ris Atas Bahan : Kuralon Diameter: 9 mm Panjang: 450 mTali Pemberat Bahan : Rues Diameter: 30 mm Panjang: 450 mTali Ris Bawah Bahan : Kuralon Diameter: 9 mm Panjang: 450 mTali Selambar Depan Bahan : Kuralon Diameter: 9 mm Panjang: 20 mTali Selambar Belakang Bahan : Kuralon Diameter: 9 mm Panjang: 20 mTali Kolor / Kerut Bahan : Rues Diameter: 30 mm Panjang: 450 m

Pelampung

Bahan : PlastikBentuk : OvalUkuran Diameter lubang: 1,5 cm Diameter tebal: 8 cm Panjang: 12 cm Berat: 0,25 kg Daya Apung (P): 402,06 kgBeratPelampung di Udara (A) A = Jumlah pelampung x Berat pelampung= 1216 x 0,25 kg= 304 kgDaya Apung (P) P= A = 304 = 402,06 kgJarak Antar Pelampung: 25 cmJumlah Pelampung: 1216 buah

Jml Pelampung == = 1216 buah Gambar :

Gambar 5.2. Bentuk pelampung

Pemberat

Bahan : Timah Bentuk : BulatUkuran Diameter lubang: 1 cm Diameter tebal: 2-3 cm Panjang: 10 cm Berat: 0,33 kg Daya Tenggelam (P): -9,17 kgBerat Pemberat di Udara (A) A = Jumlah pelampung x Berat pelampung= 281 x 0,33 kg= 92,73 kgDaya Tenggelam (P) P= A = 92,73 = -9,17 kg Jarak Antar Pemberat: 1,5Jumlah PemberatJml Pemberat == = 281 buah Gambar:

Gambar 5.3. Bentuk PemberatPenentuan jaring mengapung atau tenggelam : Ppelampung + Ppemberat = 402,06 + (-9,17)= 392,89 (positif mengapung) Jaring Purse Seine MengapungCincin

Bahan : KuninganBentuk : CincinUkuran per buah Diameter lubang: 8 cm Berat: 0,5 kgJarak Antar Cincin : 1 mJumlah: 412 buahGambar:

Gambar 5.4. Bentuk cincin (ring)Jaring

Bahan : NilonUkuran Mata Jaring: 1 inch = 2,54 cmJumlah Mata Jaring ke Arah Panjang: P tali jaring = 41.000 cmJumlah mata jaring ke arah panjang = = 16.142 buahJumlah Mata Jaring ke Arah Lebar:L tali jaring = 5000 cmJumlah mata jaring ke arah lebar= = 1.969 buah

Jumlah ABK dan Tugasnya

Menurunkan Pelampung: 2 orang Penarik Jaring : 14 orangPenggulung Tali: 3 orangPenanggung Jawab Mesin: 1 orangPengemudi / Nahkoda: 1 orangFishing Master: 1 orang Pemantau: -Jumlah ABK : 22 orang

Fishing Ground

Koordinat TPI : S 8o17.215 8o LS lebih 31,85 E 111o43,636 111o BT lebih 80,73Koordinat FG1: S 8o22.46 8o LS lebih 41,55 E 112o4.398 112o BT lebih 8,14Operasional Alat Tangkap

Skema Pengoperasian Alat Tangkap

Gambar 5.5. Skema Pengoperasian Purse SeineWaktu : Lamanya 1 Trip: 8 jam 43 menit Pelabuhan FG1 : 4 jam (39,4 km) Setting: 13 menit Hauling : 9 menit Kantong mulai ditarik: 18 menit Ikan Naik Kapal : 10 menit

Jenis Ikan SasaranNama Lokal : Rengis / TongkolNama Ilmiah: Euthynnus sp.Gambar:

Gambar 5.6. Hasil tangkapan berupa ikan tongkol (Euhynnus sp.)

2. Pembahasan1. 2. 2.1. Konstruksi Alat TangkapPurse seine merupakan alat tangkap yang terbuat dari lembaran jaring berbentuk segi empat yang pada bagian atasnya dipasang pelampung dan pada bagian bawah dipasang pemberat, cincin (ring), dan tali kerut. Tali kerut (purse line) berguna untuk menyatukan bagian bawah jaring sehingga ikan tidak dapat meloloskan ke bawah dan samping. Ukuran mata jaring yang digunakan berbeda-beda, disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan ditangkap. Bukan hanya ukuran mata jaring yang memiliki ukuran yang berbeda-beda namun juga ukuran benang yang digunakan. Fungsi mata jaring dan jaring tersebut adalah sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan (Subani dan Barus, 1989).Purse seine juga sering disebut dengan nama pukat cincin karena pada jaring bagian bawah dipasangi cincin (ring) yang berguna untuk memasang tali kerut atau tali kolor. Purse seine atau pukat cincin ini digolongkan dalam kelompok jaring lingkar (surrounding net). Alat tangkap yang bersifat mengurung gerombolan ikan ini dioperasikan dengan melingkari kumpulan ikan, baik dari bagian samping maupun dari bagian bawah sehingga kumpulan ikan tersebut tidak dapat meloloskan diri dari jaring (Partosuwiryo, 2008). Di PPN Prigi kebanyakan purse seine yang digunakan termasuk yang berbentuk segi empat dan dioperasikan dengan menggunakan sistem 2 kapal (two boat trawl). Salah satu dari kedua kapal tersebut merupakan kapal utama yang bertugas melingkarkan jaring ke arah kumpulan ikan sementara kapal lainnya merupakan kapal pembantu yang bertugas mengangkut hasil tangkapan serta menarik tali kolor agar ikan tidak lolos dari jaring. Prinsip penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, sehingga ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan demikian ruang gerak ikan terbatasi, ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, jaring purse seine yang digunakan kapal penangkapan Lorena memiliki panjang 450 meter dan kedalamannya mencapai 50 meter. Komponen jaringnya terdiri dari selvadge dan badan jaring yang berbahan nilon dengan ukuran mata jaring sebesar 1 inch. Komponen tali temali yang digunakan rata-rata berbahan kuralon dengan panjang yang berbeda-beda. Tali pelampung yang digunakan dalam unit penangkapan dengan purse seine terbuat dari bahan kuralon dengan diameter 9 mm dengan panjang 450 m. Untuk tali ris atas adalah tali yang berfungsi untuk menempelnya bagian jaring serta tali pelampung dimana terbuat dari tali kuralon dengan diameter 9 mm dan memiliki panjang 450 m. Selanjutnya bagian purse seine memiliki tali pemberat dimana berfungsi sebagai tempat menempelnya pemberat yang terbuat dari tali rues dengan diameter tali sebeesar 30 mm dengan panjang 450 m. Diameter tali pemberat lebih besar dibanding diameter tali pelampung sebab untuk menggantungkan pemberat dibutuhkan kekuatan tali yang kuat dan tebal tali yang berdiameter besar. Tali ris bawah adalah tali yang berfungsi menggantungkan bagian bawah jaring serta tali pemberat dimana terbuat dari tali kuralon dengan diameter yang sama dengan tali ris atas yakni sebesar 9 mm dan panjang 450 m. Selanjutnya yaitu tali selambar depan dan belakang adalah tali yang menghubungkan kapal utama dan kapal pembantu sehinggga kapal pembantu dapat menarik tali selambar terlebih dahulu sebelum jaring diturunkan. Tali selambar ini terletak di bagian ujung jaring. Kemudian yang terakhir adalah tali kolor/kerut, tali yang dapat bergerak bebas melalui ring ini terbuat dari tali rues dengan diameter 30 mm dan panjang 450 m.Komponen yang tidak kalah pentingnya adalah pelampung. Pelampung merupakan alat untuk mengapungkan seluruh jaring ditambah dengan kelebihan daya apung (extra buoyancy), sehingga alat ini tetap mampu mengapung walaupun di dalamnya ada ikan hasil tangkapan. Bahan yang dipergunakan sebagai pelampung biasanya memiliki berat jenis (Bj) yang lebih kecil dibandingkan dengan Bj air laut, selain itu bahan tersebut tidak menyerap air. Pada umumnya pelampung purse seine dibuat dari bahan plastik yang keras. Pelampung yang digunakan dalam penangkapan kali ini terbuat dari bahan plastik dan berbentuk oval. Pelampung ini memiliki diameter lubang 1,5 cm dengan diameter tebal 8 cm dan panjang 12 cm serta berat 0,25 kg dan memiliki daya apung 402,06 kg. Berat pelampung di udara yang didapatkan dengan memasukkan rumus adalah 304 kg. Jarak antar pelampung yang dipasang pada jaring berjarak 25 cm antar pelampungnya dengan jumlah pelampung sebanyak 1216 buah.Komponen pemberat terdiri dari ring dengan jumlah 412 buah dan pemberat dengan jumlah 281 buah. Ring yang digunakan berbahan dasar kuningan dengan berat masing-masing 0,5 kg, sedangkan pemberat yang digunakan berbahan dasar timah dengan berat masing-masing 0,33 kg. Pemberat (sinker) berfungsi untuk menenggelamkan badan jaring sewaktu dioperasikan, semakin berat pemberat maka jaring utama akan semakin cepat tenggelamnya. Tetapi daya tenggelam ini tidak sampai menenggelamkan pelampung, sehingga pelampung harus memiliki extra buoyancy yang besar. Pemberat dibuat dri benda yang berat jenisnya lebih besar dari air laut, sehingga benda ini tenggelam di dalam air laut. Pemilihan pemberat juga harus diperhatikan, yakni menggunakan bahan yang anti karat, sebab air laut bersifat korosif pada logam. Cincin atau biasa disebut ring pada umunya berbentuk bulat, dimana pada bagian tengahnya merupakan tempat untuk lewatnya tali kerut, agar ring terkumpul sehingga jaring bagian bawah tertutup. Bahan yang dipergunakan biasanya dibuat dari besi dan kadang-kadang kuningan. Ring ini selain memiliki fungsi seperti tersebut di atas berfungsi juga sebagai pemberat. Cincin yang digunakan dalam praktikum ini terbuat dari bahan kuningan dengan bentuk bulat dimana memiliki diameter lubang sebesar 8 cm. Jarak antar cincin yakni 1 m dan berjumah 412 buah.Sayap (wing), perut, bahu dan kantong merupakan dagian utama dari pukat cincin, biasanya bagian ini dibuat dengan menggunakan benang nylon (PA) atau bahan lainnya. Ukuran mata jaring (mesh size) biasanya sama tetapi kadang kala berbeda. Hal ini disesuaikan dengan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Pada setiap bagian jaring purse seine yang menggunakan ukuran jaring yang berbeda, biasanya pada bagian sayap merupakan menggunakan ukuran mata jaring yang paling besar dan makin kearah kantong semakin mengecil. Penggunaan benang pada umumnya kebalikan dari mata jaring, yaitu dari sayap ke arah kantong semakin besar, maksudnya agar jaring pada kantong lebih kuat. Sebab pada bagian kantong merupakan tempat terkumpulnya ikan, sedangkan pada bagian sayap, perut dan bahu ukuran benangnya relatif lebih kecil daripada ukuran beang pada kantong, hal ini disebabkan pada bagian-bagian tersebut hanya merupakan bagian penggiring ikan agar ikan berkumpul di kantong. Jaring yang digunakan pada penangkapan kali ini diketahui memiliki mesh depth total sebesar 50 m. Badan tubuh jaring terbuat dari nylon dengan jumlah mata jaring ke arah panjang sebanyak 16.142 buah dan ke arah lebar 1.969 buah.Secara garis besar jaring purse seine terdiri atas :a. Kantong (bag): bagian jaring tempat berkumpulnya ikan hasil tangkapan pada proses pengambilan ikan (brailing)b. Tali pelampung (floating line): tali tempat menempelnya pelampungc. Wing (tubuh jaring): bagian keseluruhan jaring purse seined. Tali pemberat (sinker line): tali tempat menempelnya pemberate. Purse line: tali yang bergerak bebas melalui ringf. Ring (cincin): cincin tempat bergeraknya purse line g. Bridle ring: tali pengikat cincin

2.2. Deskripsi Operasi Penangkapan Ikan2.2.1. Kapal Penangkapan IkanOperasi penangkapan di PPN Prigi dilakukan dengan two boat system atau dengan menggunakan dua kapal yaitu kapal utama pembawa jaring dan kapal pembantu yang membawa hasil tangkapan. Kapal-kapal tersebut bahan utamanya terbuat dari kayu. Kapal utama berukuran 12,88 GT dengan dua mesin fuso 6 silinder berbahan bakar solar, sedangkan kapal pembantu berukuran 7,02 GT dengan 2 mesin bermerk Yamaha 4 silinder berbahan bakar bensin. GT merupakan kepanjangan dari Gross Tonnage yang berarti volume seluruh ruang yang terletak di bawah geladak dan volume ruang tertutup di atas geladak. Semakin besar nilai GT berarti ukuran kapal semakin besar. Kapal utama memiliki ukuran yang lebih besar dan memiliki ruang khusus nahkoda untuk mengamati gerombolan ikan dan memiliki geladak yang luas untuk mengangkut jaring. Selain itu kapal utama memiliki mesin yang lebih kuat karena harus bermanuver ketika mengepung gerombolan ikan. Kapal pembantu memiliki ukuran yang lebih kecil dan pada bagian tengahnya terdapat rongga yang digunakan untuk tempat menampung ikan hasil tangkapan. Pada saat mencari fishing ground, kapal pembantu ditarik oleh kapal utama untuk menghemat bahan bakar. 2.2.2. Syarat dan Ciri-Ciri Penentuan Fishing GroundDaerah penangkapan atau lazim disebut fishing ground adalah suatu daerah dimana ikan dapat ditangkap dengan hasil tangkapan ikan yang mengguntungkan. Adapun syarat daerah penangkapan pengoperasian purse seine yaitu : a. bukan daerah yang dilarang menangkap ikan b. terdapat ikan pelagis yang bergerombol c. perairannya relatif lebih dalam dibandingkan dengan dalamnya jaringPada siang hari penentuan fishing ground biasanya dengan melihat buih dipermukaan, adanya burung disekitar tempat itu, dan warna air laut yang agak gelap. Gerombolan ikan besar dapat ditandai dengan adanya ikan kecil yang melompat-lompat di permukaan. Ketika keberadaan gerombolan ikan diketahui nahkoda segera menginstruksikan untuk menurunkan alat tangkap dan mulai bermanuver. Kegiatan penangkapan pada malam hari menggunakan alat bantu berupa lampu untuk mengumpulkan ikan, teknik ini disebut dengan teknik ngoncor. Teknik ngoncor merupakan kegiatan penangkapan yang lebih pasif daripada penangkapan pada siang hari karena kapal hanya menunggu ikan berkumpul disekitar lampu dan tidak mengejar gerombolan ikan.2.2.3. Alur Operasi Alat TangkapKegiatan penangkapan menggunakan alat tangkap purse seine dimulai dari menata jaring di geladak kapal utama. Sebelum berangkat kapal utama dan kapal pembantu harus dicek kondisinya mulai dari bahan bakar hingga mesin. Kapal penangkapan mulai berangkat pada pukul 17.30 WIB dari PPN Prigi. Kapal utama dan pembantu menuju fishing ground yang letaknya cukup jauh dari teluk Prigi. Kapal melaju dengan kecepatan 9,85 km/jam kearah Timur untuk menemukan fishing ground yang ditandai dengan adanya riak kecil pada permukaan laut. Perjalanan menuju Fishing Ground I ditempuh selama 4 jam. Lamanya waktu tempuh tersebut dikarenakan sedang tidak musim ikan serta adanya pengaruh cuaca yang buruk menyebabkan fishing master mengalami kesulitan dalam menemukan gerombolan ikan. Menurut beberapa nelayan Prigi musim ikan terjadi pada bulan Agustus. Setelah ditemukannya Fishing ground I pada posisi antara 08o lebih 31,85 km LS dan 111o lebih 80,73 km BT, kedua kapal saling mendekat dengan cepat dan pelampung utama mulai diturunkan. Kapal utama harus melingkari gerombolan ikan dengan cepat agar ikan tidak lolos ke samping. Setelah jaring utama melingkari gerombolan ikan, pelampung utama langsung dinaikan dan ABK menakut-nakuti ikan agar ikan tidak lolos dari celah sambungan ujung jaring. Kegiatan mengepung gerombolan ikan tersebut termasuk dalam proses setting. Proses setting ini memakan waktu kurang lebih 13 menit.

Gambar 5.7. Operasi Penangkapan Purse Seine (Candra, 2002)Proses berikutnya adalah proses hauling atau pengangkatan jaring setelah kegiatan setting. Sebelumnya tali kolor ditarik oleh kapal pembantu yang berfungsi untuk membentuk mangkok sehingga ikan tidak lolos ke bawah. Penarikan tali kolor harus sesegera mungkin setelah setting sehingga gerombolan ikan tidak dapat lolos. Kemudian ABK mulai mengangkat jaring utama sedikit demi sedikit. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 9 menit. Selagi mengangkat jaring, ABK menata kembali jaring agar siap digunakan kembali. ABK yang mengangkat jaring sebanyak 14 orang dan 3 orang ABK bertugas menaikan pemberat dan ring. Ketika seluruh pemberat sudah terangkat kapal pembantu mulai mendekati kapal utama untuk mengangkat hasil tangkapan. Jika ada ikan yang tersangkut di jaring pada saat hauling, maka ikan harus segera dilepas agar tidak merusak jaring. Setelah ikan terkumpul, pengambilan dilakukan dengan serok dan ditampung dalam keranjang yang sudah disiapkan.2.2.4. Ikan Hasil TangkapanHasil tangkapan yang didapat pada saat itu tidaklah banyak sepert pada musim ikan. Pada saat praktikum, musim ikan sedang sedikit tetapi kebanyakan hasil tangkapan didominasi oleh ikan tongkol berukuran kecil. Ikan hasil tangkapan utama armada penangkapan Lorena berupa ikan tongkol, sedangkan hasil tangkapan sampingan berupa ubur-ubur, dan ikan teri. Penanganan ikan di atas kapal tidak menggunakan box sterofoam dan es. Ikan hasil tangkapan langsung dimasukan ke dalam keranjang bambu pada kapal pembantu. Oleh sebab itu kegiatan penangkapan tidak boleh terlalu lama agar mutu dan kualitas ikan terjaga.3. Hubungan Konstruksi Alat Tangkap dengan Hasil Tangkapan dan Musim yang sedang BerlangsungPengoperasian purse seine dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan sehingga membentuk sebuah dinding besar yang selanjutnya jaring akan ditarik dari bagian bawah dan membentuk seperti sebuah kolam (Sainsbury 1996). Untuk memudahkan penarikan jaring hingga membentuk kantong, alat tangkap ini mempunyai atau dilengkapi dengan cincin sebagai tempat lewatnya tali kolor atau tali pengerut (Subani & Barus 1998). Dengan bentuk konstruksi jaring seperti ini, memungkinkan jaring purse seine untuk menangkap gerombolan ikan pelagis dalam jumlah yang besar dengan cara mengumpulkannya pada kantong yang terbentuk oleh jaring purse seine ini. Dengan demikian, hasil produksi yang diperoleh menggunakan alat tangkap jaring purse seine akan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Von Brandt (1984) yang mengemukakan bahwa purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis di sekitar permukaan air.Menurut Suryana et.al (2013), panjang jaring purse seine juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan nilai produksi karena semakin panjang jaring semakin optimal juga hasil tangkapannya. Semakin panjang jaring maka area yang akan ditebari jaring pun akan semakin luas sehingga ikan yang terjaring oleh purse seine akan semakin optimal. Di samping itu, GT kapal juga berpengaruh terhadap peningkatan hasil tangkapan yaitu semakin besar GT kapal semakin besar pula hasil tangkapan. Hal ini dikarenakan bentuk dan ukuran suatu kapal akan berpengaruh terhadap kekuatan kapal tersebut di atas laut. PK mesin juga mempunyai pengaruh, dimana semakin besar daya mesin yang digunakan maka kecepatan saat setting akan semakin cepat. Dengan demikian mangkok akan lebih cepat terbentuk, sehingga memperkecil kemungkinan ikan untuk melepaskan diri.Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapangan meskipun jaring yang digunakan cukup panjang namun hasil yang diperoleh tidak menunjukkan nilai yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan hasil tangkapan tersebut dipengaruhi oleh musim. Menurut data statistik PPN Prigi (2008), musim penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober dengan puncak musim pada bulan September. Pada bulan-bulan tersebut terjadi kenaikan produksi bila dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.4. Sistem Bagi HasilSistem bagi hasil merupakan cara yang sampai saat ini diterapkan oleh hampir semua masyarakat nelayan yang pada dasarnya adalah alat kerjasama yang menghubungkan antara pemilik armada penangkapan dengan para tenaga kerja yang melakukan penangkapan. Sistem itu dapat disebut sebagai hubungan timbal balik antara juragan terhadap nahkoda beserta ABK-nya. Menurut Priananta (2011), sistem pembagian hasil usaha penangkapan dengan alat tangkap purse seine di PPN Prigi antara juragan darat dengan dan awak kapalnya adalah sebesar 50% untuk juragan darat dan 50% untuk awak kapal. Namun pada kenyataannya, apabila ikan hasil tangkapan sedikit, pembagian hasil tangkapan biasanya dilakukan di dalam kapal dan langsung dibagi sama rata kepada semua ABK yang ikut berlayar pada hari itu juga. Hasil tangkapan tersebut dibagi sama rata dalam beberapa plastik sesuai dengan jumlah awak kapalnya, kemudian setiap ABK mendapat 1 plastik ikan sementara nahkoda dan fishing master memperoleh masing-masing 2 plastik ikan. Sistem tersebut dapat disebut dengan sistem kresekan, di mana dalam satu kantong plastik biasanya berisi 30 kg ikan. Sementara bila sedang musim ikan dan hasil produksi penangkapan tinggi, hasil tangkapan tidak langsung dibagi kepada ABK namun dilelang di TPI terlebih dahulu. Biasanya hasil penjualan ikan tangkapan dikumpulkan selama 1 bulan, lalu dikurangi biaya BBM 1 bulan. Kemudian keuntungan yang didapatkan tersebut dibagi lagi dengan pemilik kapal dan ABK. Sistem bagi hasil untuk kapal yang memiliki juragan kapal akan berbeda dengan system bagi hasil untuk kapal yang tidak memiliki juragan. Sistem bagi hasil untuk kapal yang memiliki juragan akan dibagi antara juragan, nahkoda dan ABK sesuai kesepakatan masing-masing. Seperti halnya pada unit penangkapan purse seine Lorena sistem bagi hasil yang diterapkan adalah 60% untuk pemilik kapal dan 40% sisanya digunakan sebagai upah ABK-nya. Sedangkan untuk kapal yang tidak memiliki juragan kapal hasil tangkapan akan dibagi secara merata untuk masing-masing ABK sama. VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KesimpulanAlat tangkap yang umum digunakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi adalah purse seine. Purse seine termasuk dalam jaring lingkar dan merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan melingkari gerombolan ikan. Mekanisme pengoperasian jaring purse seine dilakukan dengan cara melingkarkan jaring ke perairan untuk mengumpulkan ikan (setting) kemudian menarik dan mengambil hasil tangkapan (hauling). Konstruksi jaring purse seine tersusun atas badan jaring, tali-temali, pelampung, pemberat, cincin, dan tali kolor. Hasil tangkapan utama jaring purse seine berupa ikan tongkol.2. SaranSebaiknya praktikum lapangan TPI selanjutnya dilakukan dalam dua macam trip penangkapan yaitu siang dan malam hari sehingga data yang diperoleh lebih beragam dan dapat dibandingkan proses serta hasil penangkapan antara siang dan malam hari. Kemudian, kegiatan praktikum akan lebih baik apabila asisten juga mendampingi praktikan di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Adhicipta Engineering Consultant. 2006. Executive Summary (Detail Engineering Design Studi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur). Surabaya. 28 hlm.Ayodhyoa, A. U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.BPS. 2010. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Propinsi Jawa Timur tahun 2011. Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur.Candra B.P. 2002. Analisis Sistem Perikanan Purse Seine di Pangambengan Kabupaten Jembrana, Bali Skripsi. (Tidak dipublikasikan). FPIK IPB. Bogor.Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Wilayah Pengelolaan Perikanan Laut Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, 2008, Data Obyek Daya Tarik Wisata Jawa Timur. Disbudpar. Jatim. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2003. Penyebaran Beberapa Sumberdaya Perikanan di Indonesia. Departemen Pertanian. Jakarta.DKP Kab. Trenggalek. 2008. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Trenggalek Tahun 2007. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek, Trenggalek. 60 halGunarso, W. 1985.Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat, Metoda dan Taktik Penangkapan.Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.Hidayat. 2004. Kajian Penangkapan Purse Seine dan Kemungkinan Pengembangannya di Indramayu. Skripsi Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. IPB. Bogor.Lubis E. 2006. Pengantar Pelabuhan Perikanan. FPIK IPB. Bogor. 110 hlm.Merta, I.G.S. et.al. 1992. Sumberdaya Perikanan Pelagis Kecil dalam Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta.Monintja, D. 2002. Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dalam Bidang Perikanan Tangkap. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Jakarta.Mudztahid, A. 2011. Metode Penangkapan dan Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine). BDS. Tegal.Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Cidesindo. Jakarta.Partosuwiryo, S. 2008. Pukat Cincin. PT. Intan Sejati. Klaten.PPN Prigi. 2002. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi. Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi. Prigi.PPN Prigi. 2007. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi. Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi. Prigi.PPN Prigi. 2008. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi. Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi. Prigi.Priambodho. 2004. Kajian Unit Penangkapan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten Trenggalek Jawa Timur. IPB. Bogor.Priananta, Y.E. 2011. Analisis Sistem Bagi Hasil Pada Usaha Penangkapan Dengan Alat Tangkap Purse Seine Yang Menggunakan Alat Bantu Rumpon Di Pantai Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. UB. Malang.Rahardjo, B. 1978. Suatu Studi Pendahuluan Tentang Hidrodinamika dari Purse Seine. Skripsi fakultas Perikanan Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. IPB. Bogor. 114.Ross, A. 2011. Model Pengelolaan Perikanan Pelagis Secara Berkelanjutan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur. IPB. Bogor.Sainsbury, J.C. 1996. Commercials Fishing Methods. Fishing News Ltd. London.Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Riset Perikanan Laut, Departemen kelautan dan Perikanan. Jakarta. 2(2):19-23.Sudirman. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.Suryana et.al. 2013. Pengaruh Panjang Jaring, Ukuran Kapal, PK Mesin dan Jumlah ABK terhadap Produksi Ikan pada Alat Tangkap Purse Seine di Perairan Prigi, Kabupaten Trenggalek. PSPK Student Journal. Universitas Brawijaya. Malang. 1(1) : 36-43.Von Brandt, A. 1984. Fish Catching Methods of World. FAO Fishing News Books. Ltd. Farnham, Jursey. England.Wisudo dan Solihin I. 2008. Profil SDM Perikanan Tangkap Indonesia. KKP. Jakarta.Yusron, M. 2005. Analisis Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Pelagis Kecil di Perairan Kepulauan Samataha dan Sekitarnya. Tesis Program Pascasarjana Program Studi Manajemen Sumberdaya Pantai. Universitas Diponegoro. Semarang.