k3 crane sementara

Upload: sepli-umbase

Post on 09-Oct-2015

163 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

coba

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    Pada awal perkembangannya penanganan keselamatan dan kesehatan kerja

    masih terbatas pada kegiatan inspeksi untuk memeriksa kondisi libgkungan kerja.

    Kemudian pada tahun 1930an, H.W. Heinrich seorang ahli K3 dengan teori

    dominonya mengawali pendekatan K3 secara ilmiah dengan mengemukakan teori

    tentang sebab kecelakaan yang dikenal sebagi unsafe act dan unsafe condition. Pada

    saat itu, pendekatan keselamatan dan kerja adalah untuk menghilangkan sebab

    kecelakaan dari tempat kerja. (Ramli, 2009) Sekarang ini keselamatan dan

    kesehatan kerja sudah menjadi salah satu syarat yang harus dimiliki oleh setiap

    badan usaha dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

    Kerja (SMK3). Bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

    maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses

    produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan Sistem

    Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerj. (PER. 05/MEN/1996)

    2.1.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah adalah merupakan

    segala sarana dan upaya untuk mencegah terjadinya suatu kecelakaan

    kerja (Silalahi, 1995). Dalam hal ini keselamatan yang dimaksud bertalian

  • erat dengan mesin, alat kerja dalam proses landasan tempat kerja dan

    lingkungannya serta cara cara melakukan pekerjaan yang aman

    bagi kelangsungan kerja.

    2.2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    Tujuan keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah melindungi

    keselamatan dan kesehatan tenaga kerja didalam melaksanakan tugasnya,

    melindungi keselamatan setiap orang yang berada di lokasi tempat kerja dan

    melindungi peralatan serta sumber produksi agar selalu dapat digunakan

    secara efisien.

    2.2.2. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    Aspek K3 bersifat multi dimensi. Karen itu manfaat dan tujuan K3

    juha harus dilhat dari baerbagai sisi seperti dari sisi hukum, perlindungan

    tenaga kerja, ekonomi, pengendalian kerugian, sosial dan lainnya.

    2.2.2.1. Aspek Hukum

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan ketentuan

    perundangan dan memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi

    semua pihak, baik pekerja, pengusaha, atau pihak terkait

    lainnya. Di Indonesia banyak peraturan perundangan yang

    menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja, beberapa di

    antaranya :

    1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

    2. Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

  • 3. Undang-undang No.8 tahun 1998 tentang Perlindungan

    Konsumen

    4. Undang-undang No.22 tentang MIGAS

    5. Undang-undang No.19/1999 tentang jasa konstruksi

    6. Undang-undang No.28/1999 tentang jasa konstruksi

    7. Undang-undang No.30 tahun 2002 tentang bangunan Gedung

    2.2.2.2. Perlindungan Tenaga Kerja

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengandung nilai

    perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat

    kerja. Tenaga kerja merupakan aset organisasi yang sangat

    berharga dan merupakan unsur penting dalam proses produksi

    di samping unsur lainnya seperti material, mesin, dan

    lingkungan kerja. Karena itu tenaga kerja harus dijaga, dibina

    dan dikembangkan untuk meningkatkan produktivitasnya. (

    Ramli, 2009)

    2.2.2.3. Aspek Ekonomi

    Manfaat K3 dapat jugadilihat dari pendekatan ekonomi

    atau finansial. Kecelakaan menimbulkan kerugian yang sanagt

    besar bagi perusahaan. Banyak perusahaan yang harus gulung

    tikar akibat kecelakaan, bencana atau dampak K3 lainnya yang

    terjadi dalam operasinya. Dampak ekonomi dari K3 dapat

  • dilihat dari sisi produktifitas dan pengendalian kerugian (loss

    control). ( Ramli, 2009)

    2.2. Inspeksi

    2.2.1. Pengertian Inspeksi

    Inspeksi merupakan cara memeriksa dengan menggunakan panca indera

    terutama mata. Untuk memperoleh pembuktian atas suatu keadaan atau suatu

    masalah pada suatu saat tertentu. Inspeksi K3 adalah suatu kegiatan pengamatan

    atau pemeriksaan terhadap pelaksanaan K3.Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    mempunyai peranan penting didalam program pencegahan kecelakaan. Telah kita

    yakini bahwa kecelakaan tidak terjadi begitu saja, tetapi ada faktor-faktor penyebab

    yaitu :

    a. Unsafe condition / keadaaan yang tidak aman

    b. Unsafe action / tindakan yang tidak aman

    c. Atau kombinasi keduanya

    Dengan demikian bahwa usaha- usaha untuk mencegah terjadinya

    kecelakaan diawali dengan mampu menemukan faktor penyebab diatas, dengan

    melakukan inspeksi secara teratur, terencana dan sistimatis. Maksud dan tujuan

    dilakukan inspeksi keselamatan kerja bukan untuk mencari kesalahan tetapi untuk

    menyakinkan apakah semua tata kerja dilaksanakan sesuai norma-norma

    keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di dalam inspeksi yang melakukan inspeksi

    yaitu : Top Manajemen, Midle Manajemen, Lower Manajemen, Karyawan,

    Manajer K3, Tim Safety Patrol.

  • 2.2.2. Jenis Inspkesi

    Inspeksi memiliki beberapa jenis, yaitu ;

    a. Inspeksi Rutin

    Terhadap sumber-sumber bahaya ( Hazard) di tempat kerja

    secara menyeluruh.

    1. Direncakan dengan cara WALK-THROUGH SURVEY

    keseluruh area kerja dan bersifat komprehensif.

    2. Jadwal pelaksanakan rutin ( Sudah ditentukan : 1x bulan

    3. Dilakukan bersama-sama ahli K3 atau perwakilan tenaga kerja

    dengan pihak manajemen.

    4. Bagi perusahaan yang tidak memiliki ahli K3 sendiri, dapat

    menggunakan ahli K3 dari luar perusahaan yang akan membantu

    memberikan saran-saran tentang penanganan masalah-masalah

    K3 di tempat kerja.

    5. Pelaksanaan Inspeksi terhadap sumber-sumber bahaya pada area

    khusus sebaiknya dilakukan dengan melibatkan seseorang yang

    mempunyai keahlian khusus.

    6. Hasil yang ditemukan segera ditindak lanjuti, dan setiap

    permasalahan yang telah diidentifikasi dari hasil survey harus

    selalu tercatat dan dibukukan.

    7. Setiap laporan inspeksi harus inspeksi harus ditandatangani oleh

    penanggung jawab kegiatan inspeksi

  • 8. Hasil inspeksi yang telah ditulis dalam bentuk laporan harus

    disampaiakan kepada pihak manajemen, sehingga langkah

    perbaikan segera dilakukan

    Keuntungan :

    1. Inspekstur dapat mencurahkan segala perhatiannya untuk

    melakuka inspeksi.

    2. Inspekstur dapat melakukan observasi menyeluruh tentang K3

    di tempat Kerja

    3. Checklist yang akan digunakan untuk inspeksi telah disiapkan

    dengan baik. Laporan temuan dan rekomendasi segera dapat

    dibuat untuk meningkatkan kesadaran tentang adanya bahaya di

    tempat kerja, serta tindakan korektif yang sesuai segera di

    implementasikan dalam upaya mengadakan sarana pencegahan

    kecelakaan dan kerugian yang lebih besar.

    b. Inspeksi Informal

    Merupakan inspeksi yang tidak terencana, bersifat

    sederhana, dilakukan atas kesadaran orang-orang yang menemukan

    atau melihat masalah K3 di dalam pekerjaanya sehari hari. Jika

    ditemukan masalah maka langsung dapat dideteksi, dilaporkan dan

    segera dapat dilakukan tindakan korektif. Keterbatasan : Inspeksi

    tidak dilakukan secara sistematik sehingga tidak bisa mencakup

    gambaran permasalahan secara keseluruhan. Akan sangat efektif

  • bila inspeksi informal ini dijadikan kebijakan manajemen. Masalah-

    masalah yang ditemukan langsung dapat didokumentasikan berupa

    catatan singkat / foto sesuai prosedur dan di buat laporan secara

    sederhana.

    c. Inspeksi Khusus

    Terhadap objek-objek atau area tertentu mempunyai resiko

    tinggi terhadap kerugian dan kecelakaan kerja.Dilakukan

    berdasarkan adanya keluhan atau komplain dari tenaga kerja di suatu

    unit kerja. Dilakukan berdasarkan adanya permintaan atau instruksi

    dari pengurus perusahaan.Direncanakan hanya untuk diarahakan

    kepada kondisi-kondisi tertentu, seperti : Mesin-mesin, alat kerja

    dan tempat-tempat khusus yang meiliki resiko kerja tinggi.

    Langkah dalam membuat daftar inventarisasi objek inspeksi khusus

    adalah :

    Kategorikan dan buat daftar objek yang dianggap penting &

    krusial di perusahaan

    Rencanakan atau gambarkan area yang menjadi tanggung

    jawab masing-masing unit kerja

    Susun daftar inventarisasi dengan baik dan terstruktur.

    Buatlah Recordkeeping : Identifikasi setiap mesin &

    peralatan, indikasi apa yang akan di inspeksi, identifikasi

  • siapa petugas dan penanggung jawab inspeksi n berapa

    sering dilakukan inspeksi.

    2.2.3. Tujuan Inspkesi

    Tujuan Inspeksi K3 adalah untuk mengetahui tindakan dan kondisi yang

    dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah bahaya dan

    kecelakaan, selain itu tujuan diadakannya Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan

    Kerja yaitu :

    1. Mengidentifikasi problem problem yang mungkin terjadi

    2. Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pada peralatan.

    3. Mengidentifikasi tindakan tidak standar / tidak aman pekerja

    4. Mengidentifikasi dampak dari perubahan / pergantian suatu proses /

    material

    5. Mengidentifikasi kekurangan kekurangan dalam suatu perbaikan

    6. Melokalisasi dan menetralisir bahaya-bahaya yang ada.

    Pada prinsipnya maksud dan tujuan inspeksi adalah untuk menemukan atau

    mengidentifikasi unsafe action dan unsafe condition dan menentukan penyebab

    dasar agar dapat Melakukan tindakan perbaikan, sehingga kondisi dan tindakan

    tidak aman tidak sempat menyebabkan suatau kecelakaan.

    2.2.4. Manfaat Inspkesi

  • Disamping maksud dan tujuan diatas, suatu inspeksi Keselamatan Kerja

    juga mempunyai manfaat yaitu :

    1. Dapat melakuakan pembetulan segera terhadap tindakan atau kondisi tidak

    standar ( tidak aman) yang ditemukan selama inspeksi.

    2. Inpeksi secara teratur dan berkelanjutan mendorong para pekerja untuk

    lebih tanggap terhadap tindakan tidak aman yang dilakukan oleh sesama

    pekerja serta akan lebih giat memeriksa kondisi tidak aman suatu alat /

    tempat kerja.

    3. Menetapkan secara tepat alat-alat pelindung keselamatan yang diperlukan

    untuk setiap jenis dan kondisi kerja.

    4. Inspeksi dapat memberikan semangat serta meningkatkan keseadaran setiap

    pekerja terhadap pentingnya K-3

    5. Inspeksi membantu apresiasi serta sekaligus merealisasikan program K-3

    dikalangan para karyawan.

    Dalam melakukan inspeksi seseorang seharusnya tidak hanya

    mendeteksi atau mencari tindakan tidak standar / aman atau kondisi tidak

    standar / aman secara phisik, tetapi harus pula dapat mengevaluasi dan

    menentukan penyebab dasar, mengapa tindakan dan kondisi tidak standar /

    aman dapat terjadi. Selanjutnya menentukan tindakan perbaikan yang harus

    dilakukan. Sebelum melakukan inspeksi harus terlebih dahulu

    mengevaluasi atau menganalisa semua temuan, kerusakan atau insiden yang

    pernah terjadi sebelumnya, sehingga nantinya dapat memberikan perhatian

    khusus terhadap kondisi dan tindakan tidak aman yang berpotensi.

  • 2.2.5. Sasaran dan kebutuhan Inspeksi K3

    Sasaran Inspeksi :

    1. Pemeriksaan langsung thd pelaksanaan K3 pada setiap obyek kerja

    2. Identifikasi problem atas kondisi dan tindakan bahaya

    3. Memperoleh data dan fakta sebenarnya

    4. Mengukur kinerja K3

    5. Melakukan tindakan koreksi/perbaikan

    6. Tingkatkan komitmen &kinerja K3

    Kebutuhan Ispeksi :

    1. Identifikasi risiko bahaya yang tidak terdeteksi dalam analisa

    Pekerjaan

    2. Untuk mengetahui kekurangan pada peralatan yang potensi bahaya

    Mengenali tindakan tidak aman karyawan

    3. Identifikasi dampak perubahan dlam proses

    4. Identifikasi tindakan perbaikan

    5. Penilaian kinerja manajemen dalam pengelolaan K3

    6. Menunjukkan komitmen manajemen dalam kegiatan K3 yang

    bertanggung jawab atas K3 dibantu oleh manajer K3

    2.2.6. Komponen dan Prinsip dalam Inspeksi

    Komponen dan Prinsip dalam Inspeksi

  • Komponen Inspeksi K3 :

    1. Pengukuran dan Pengujian

    2. Kesesuaian

    3. Penerapan Standar &Prosedur

    Prinsip Inspeksi K3 :

    1. Pastikan Anda Tahu Areanya

    2. Periksa Secara Sistematis & Teliti

    3. Dokumentasikan

    4. Segera Tindak Lanjuti

    5. Laporkan/Komunikasikan

    6. Tentukan Penyebabnya

    7. Fokus pada penyebab dan kasusnya

    2.2.7. Langkah - Langkah Efektif Aktivitas Inspeksi

    NO. TAHAPAN KETERANGAN

    1. Tahap Persiapan a. Mulai dengan sikap & perilaku positif

    b. Rencanakan inspeksi

    c. Tentukan apa yang dilihat & pahami apa yang

    akan dicari

    d. Buat checklist & siapkan peralatan serta bahan

    inspeksi

    e. Lihat laporan inspeksi sebelumnya

  • 2. Pelaksanaan

    Inspeksi

    a. Berpedoman pada peta pabrik (work place

    mapping) & checklist

    b. Cek setiap point checklist

    c. Ambil tindakan perbaikan sementara bila ada

    masalah K3

    d. Jelaskan hasil temuan

    e. Klasifikasi hazard & tentukan faktor penyebab

    3. Pengembangan

    Upaya

    Perbaikan

    Perlu melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya

    kerugian nyata. Upaya pengendalian dapat terus

    dikembangkan dari waktu ke waktu sampai

    ditemukan sistem pengendalian yang efektif

    4. Tindakan

    Korektif

    a. Membuat skala prioritas upaya-upaya perbaikan

    yang harus dikerjakan

    b. Monitoring terhadap program perbaikan dan

    anggaran biaya sampai implementasi perbaikan

    selsesai

    c. Verifikasi/pembuktian bahwa tindakan perbaikan

    dimulai sesuai jadwal yang telah direncanakan

    d. Monitoring selama pengembangan tindakan

    korektif

    e. Lakukan uji kebanyakan setelah selsai

    implementasi sarana perbaikan

  • 5. Laporan

    Inspeksi

    Suatu alat atau sarana yang dapat digunakan sebagai

    bahan informasi dan komunikasi yang efektif

    6. Review Lakukan tindakan review terhadap implementasi

    sarana perbaikan secara berkala untuk memastikan

    bahwa tidak ada masalah lain yang di tidak ada

    masalah lain yang ditimbulkan.

    Tabel.1.Langkah Inspeksi Efektif

    2.2.8. Hal hal penting dalam kegiatan inspeksi

    Adapun poin poin yang penting di dalam inspeksi adalah sebagai berikut ;

    1. Buat Standart Prosedur Inspeksi ( SPI) secara jelas sebelum melulai

    inspeksi

    2. Siapkan Checklist sesuai dengan kebutuhan Inspeksi

    3. Pada waktu membuat checklist, TK perlu diajak diskusi sehingga kita

    tahu isu-isu K3 yang sedang dihadapi

    4. Bila memungkinkan, beri saran praktis dan petunjuk keselamatan kepada

    tenaga kerja terhadap metode atau cara kerja yang benar & aman dari

    permasalahan K3.s

    5. Jika pada waktu inspeksi ditemukan kondisi-kondisi yang tidak selamat

    atau tidak sehat, secepatnya hal tersebut dilaporkan kepada senior

    manajer

    6. Buatlah laporan inspeksi dan laporkan kepada manajemen yang

    menangani bidang K3 untuk segera dilakukan tindakan korektif

  • 7. Segera lakukan tindakan korektif berdasarkan skala prioritas tingkat

    resiko

    8. Arsipkan laporan sebagai dokumentasi K3 dan juga bisa di share / di

    publikasikan dengan informasi yang relevan lainnya

    2.3. Alat Berat (Heavy Equipment)

    Alat berat merupakan faktor penting dalam proyek, terutama proyek-

    proyek konstruksi maupun pertambangan dan kegiatan lainnya dengan skala yang

    besar (Rostiyanti dalam Rengkordriders, 2009)

    2.3.1. Pengertian Alat Berat (Heavy Equipment)

    Alat berat merupakan alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam

    melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat dapat

    digunakan untuk mempermudah proses seperti ; mengangkat, mengangkut,

    memindahkan, menggeser dan lain sebagainya dengan bantuan mesin angkat

    angkut. Alat berat semakin banyak digunakan seiring berkembangnya teknologi

    sekarang ini.

    2.3.2. Jenis Alat Berat

    Alat berat memiliki banyak jenis, alat berat mengacu pada setiap sarana

    bermesin untuk memindahkan, membawa, mengangkat beban, dan lain-lain

    adapun jenisnya adalah sebagai berikut :

    2.3.2.1. Alat pengangkat

  • Untuk mengangkat atau menurunkan beban, termasuk manusia.

    Cakupannya mulai dari kran menara besar (massive tower crane) yang biasa

    dipakai di tapak konstruksi bangunan hingga ke rak-angkat (dumb waiter)

    di restoran, termasuk di dalamnya bath hoist di rumah sakit, lift barang,

    konveyor menanjak (elevating conveyor), gerobak, lift penumpang, forklift,

    dan sebagainya. (Ridley, 2008)

    2.3.2.2. Kran (Crane)

    Kran merupakan perlengkapan pengangkat yang memiliki

    pergerakan bebas. Beberapa jenis kran yang umum adalah :

    a. Blok rantai (chain block)

    b. Monorel (mono rails)

    c. Kran atas kepala (overhead travelling cranes)

    Gambar.1. Overhead Travelling Cranes

  • d. Kran berpindah-pindah (mobile cranes)

    Gambar.2. Mobile Crane

    e. Kran menara (tower cranes)

    f. Kran lengan (jib cranes)

  • 2.3.2.3. Truk bermesin

    Dalam hal ini tidak mencakup kendaraan jalan raya namun hanya

    truk/gerobak yang digunakan untuk keperluan di tempat kerja. Ketentuan

    umum dalam menggunakan seluruh gerobak bermesin dengan aman adalah

    memiliki pengemudi yang terlatih dan kompeten. (Ridley, 2008)

    Gambar.4. Truck

    2.3.2.4. Truk Forklift

    Merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan, mengangkat,

    dan membawa barang dari suatu tempat ke tempat ke lain.

  • Gambar.3. Forklift

    2.3.3. Syarat Pengoperasian Alat Berat

    Dalam hal ini syarat-syarat yang dimaksud mencakup semua alat berat yang

    digunakan dalam konstruksi maupun produksi. Berikut adalah syarat-syarat

    operator berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.01/Men/1989 tentang

    Kualifikasi dan Syarat-syarat Operator Keran angkut adalah sebagai sebagai berikut

    :

    a. Kewenangan operator dalam mengoperasikan keran mobil sesuai dengan

    klasifikasinya

    b. Memiliki pengetahuan, kemampuan. Keterampilan dan pengalaman

    pengoperasian keran mobil dan mengetahui bahaya potensial

    c. Memiliki Surat Izin Operasi (SIO) yang dikeluarkan oleh Depnaker

    d. Sehat secara fisik marupun mental

  • Secara lebih rinci syarat-syarat pengoperasian, demikian dijelaskan sebagai

    berikut :

    2.3.3.1 Syarat Pengoperasian Alat Pengangkat

    a. Perlengkapan pengangkat harus cukup kuat untuk beban yang akan

    ditangani dan stabil untuk menangani beban beban tersebut.

    b. Lift untuk membawa barang/orang harus :

    1. Mencegah penggunanya mengalami cedera, atau ;

    2. Jika pekerjaan dilakukan di dalam sangkarnya, pastikan orang tersebut

    cukup terlindungi ;

    3. Memiliki penahan anti merosot atau lebih memperhatikan faktor

    keselamatan tali gantungan (suspension rope) denagan melakukan

    inspeksi harian oleh orang yang berkompeten

    c. Perlengkapan pengangkat harus dipasang sedemikian rupa sehingga :

    1. Risiko beban atau perlengkapan menabrak seseorang dapat

    diminimalkan

    2. Beban yang diangkat merosot, jatuh bebas, atau terlepas tanpa

    sengaja

    3. Orang-orang di dalamnya tidak dapat jatuh ke dalam lorong

    penggerek atau jalur penggerek (hoistways)

    d. Perlengkapan pengangkat dan aksesorisnya harus dimarkahi dengan

    batas beban kerja amannya.

    e. Operasi pengangkatan harus :

    1. Direncanakan dengan baik

  • 2. Dilakukan dengan penyeliaan yang cukup

    3. Dijalankan dengan cara yang aman

    f. Perlengkapan harus melakukan pengujian lengkap :

    1. Sebelum digunakan untuk pertama kalinya, kecuali disertai

    pernyataan kesesuaian EC

    2. Secara berkala dalam suatu program pengujian

    3. Setelah mengalami insiden yang secara potensial dapat menyebabkan

    kerusakan

    4. Setelah lama tidak digunakan

    Perlengkapan pengangkat tidak boleh dipindah-tangankan antar tugas

    tanpa bukti pengujian sebelumnya.

    g. Kerusakan-kerusakan yang ditemukan selama pengujian :

    1. harus dilaporkan kepada majikan dan

    2. Pemiliknya jika alat tersebut adalah alat sewaan

    3. Diikuti oleh laporan tertukisnya, jika kerusakan tersebut dapat

    menimbulkan bahaya yang segera mengancam, salinan laporan tertulis

    harus dikirimkan ke otoritas yang berwenang.

    Perlengkapan yang rusak tidak boleh dipakai hingga perbaikan selesai.

    h. Salinan yang harus disimpan adalah :

    1. Pernyataan kesesuaian EC (EC declaration of conformity)

    2. Pengujian berbeda

    2.3.3.2. Syarat Pengoperasian Kran (Crane)

  • a. Pengemudi, juru seling, dan kernet harus terlatih dan memiliki sertifikat

    b. Pengemudi harus didampingi oleh kernet untuk untuk memandu

    pengemudi dalam menggerakkan beban yang diangkat

    c. Hanya boleh ada satu kernet yang membantu pengemudi

    d. Juru seling, atau jika tidak ada juru seling, maka kerdnet dapat

    menyelingkan atau mengaitkan beban pada kait kran

    e. Perlengkapan pengangkat dan takel harus disimpan dengan baik

    f. Harus ada inspeksi fisik tali dan seling tali secara berkala pemeriksaan

    ini harus dilakukan setiap kali tali atau seling tali tersebut akan dipakai

    g. Seluruh kait standar harus memiliki lidah pengaman beberapa

    berbentuk C, terutama yang dirancang untuk mencegah beban bergeser

    tanpa lidah pengaman, masih ada yang dipakai

    h. Alarm penunjuk kelebihan beban (overload) harus dipasang jika

    memungkinkan

    i. Saklar pemutus arus (cut-out switch) harus dipasang diantara katrol pada

    kait pengangkat dan mesin-gulung untuk mencegah kemacetan dan

    ketegangan yang berlebih pada tali pengangkat (biaya penggantian

    sebuah tali pengangkat sangat mahal). (Ridley, 2008)

    2.3.3.2. Syarat Pengoperasian Truk bermesin

    a. Pelatihan pengemudi harus diberikan oleh imstruktur yang cakap

    periksalah surat-suratnya, jika memakai jasa pusat pelatihan, lembaga

  • tersebut harus merupakan anggota industrial truck Training Association.

    (Ridley, 2008)

    b. Dilaksanakan di perusahaan sendiri atau di pusat pelatihan terakreditasi

    c. Mencakup :

    1. Teori mengemudi, khususnya untuk forklift dengan kemudi roda

    belakang dan gerobak khusus lain dengan kemudi multi-roda

    2. Penggunaan kendali dasar

    3. Teknik-teknik mengemudi praktis

    4. Pengalaman-pengalaman praktis di tempat kerja

    5. Ujian pengetahuan teori dan kompetensi praktik

    Pengemudi yang telah menyelesaikan pelatihan dengan sukses berhak

    memperoleh sertifikat kompetensi (SIM). (Ridley, 2008)

    2.3.3.2. Syarat Pengoperasian Truk Forklift

    Syarat pengoperasiam forklift yang aman meliputi :

    a. Truk harus dilengkapi dengan pengaman belakang dan atas

    b. Pengemudi harus memperhatikan gerakan bagian belakang truk forklift

    ketika memutar karena menggunakan sistem kemudi roda belakang

    c. Kemudi berdaya (powersteering) mencegah roda kemudi berputar jika

    roda mengenai sandungan pada kemudi manual, kemudi harus dipasang

    tombol stir (steering knob)

    d. Tidak diperkenankan untuk membawa penumpang kecuali pada forklift

    yang dilengkapi dengan kursi khusus untuk keperluan tersebut

  • e. Truk forklift tidak boleh digunakan untuk mengangkat orang kecuali jika

    dilengkapi anjungan kerja khusus di atasnya, petunjuk jelasnya dapat

    dilihat di HSE guidance note PM28

    f. Lantai harus dalam keadaan baik dan datar

    g. Ketika mendaki atau menuruni suatu tanjakan/turunan, beban harus

    berada di puncak kemiringan

    h. Tidak boleh dijalankan ketika garpu-beban dalam keadaan naik, baik

    ada beban maupun tidak

    i. Kunci kontak (ignition key) atau kunci starter (starter card) jangan

    ditinggalkan pada truk forklift yang tidak dipakai

    j. Prioritas jalan harus diberikan kepada pejalan kaki

    k. Bobot beban harus sesuai dengan batas yang disarankan oleh pabrik

    pembuat

    l. Rantai pengangkat harus di periksa setiap enam bulan sekali

    m. Akses pejalan kaku harus terpisah dari jalur truk forklift

    n. Ketika mengisi baterau truk forklift listrik :

    1. Terjadi pelepasan hidrogen oleh baterai

    2. Tutup baterai harus dibuka atau menggunakan penutup yang

    berlubang untuk melepaskan hidrogen

    3. Ventilasi ruang yang kuat harus disediakan untuk menghamburkan

    hidrogennya

    4. Harus tesrsedia sumber air dan botol pencuci mata jika terpercik asam

    baterai

  • 5. Jika mengganti baterai, pastikan pegangan baterai tidak menyentuh

    terminal baterai. (Ridley, 2008)

    2.4. Standart Pemeriksaan Pesawat Angkut

    Dengan kemajuan teknik dan teknologi di berbagai bidang yang sangat pesat

    dimana penggunaan peralatan pengangkat merupakan bagian penting dalam suatu

    proses pembangunan, perlu dilakukan langkah-langkah yang lebih terarah

    khususnya bidang oesawsat angkat angkut (keran).

    Dalam pengoperasian/pembuatan keran terdapat ptensi-potensi bahaya yang

    sangat besar, dimana berdasarkan data statistik kecelakaan ternyata faktor manusia

    merupakan urutan pertama dan disusul faktor alat bantu angkat dan kegagalan

    mesin

    Maka dalam hal ini ketentuan-ketentuan menyangkut berbagai

    asKeselamapek tentang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya untuk keran

    menurut kebijaksanaan hukum dan penerapannya yang konsisten. Untuk itu maka

    perlu dikeluarkan standar pemeriksaan dan pengujian keran. Standar ini belum

    mencakup standar pemeriksaan dan pengujian semua jenis pesawat angkat dan

    angkut secara menyeluruh akan tetapi terbatas untuk pemeriksaan dan pengujian

    mobil keran saja.

    Standar ini merupakan pedoman bagi Pegawai Pengawas Keselamatan dan

    Kesehatan Kerja dan ahli Keselamatan Kerja maupun pihak lain untuk

    meningkatkan tugas-tugas pengawasan dan pembinaan di bidang Keselamatan

  • Kerja Pesawat Angkat (keran) khususnya dalam pelaksanaan pemeriksaan dan

    pengujian keran mobil guna mencegah dan mengurangi kecelakaan di tempat kerja.

    2.4.1. Dasar Hukum

    Adapun yang menjadi dasar hukum dalam pemeriksaan pesawat angkat

    angkut dan sejenisnya adalah sebagai berikut ;

    1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tntang Keselamatan Kerja :

    2. Keputusan Menakertranskop No.79/Men/1979 tentang Direktur

    sebagaiamana yang dimaksud dalam undang-undang No.1 tahun 1970 ;

    3. Peraturan Menakertrans No. Per.02/Men/1982 tentang Kualifikasi Juru Las

    di tempat kerja

    4. Peraturan Menaker No.Per.05/Men/1985 tentang Pesawat Angkat dan

    Angkut ;

    5. Peraturan Menaker No.Per.01/Men/1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-

    syarat Operator Pesawat Keran Angkat

    2.4.2. Ruang Lingkup

    Ruang lingkup standar pemeriksaan dan pengujian pesawat angkat ini

    khususnya untuk keran mobil (sebagian dar lingkup Permen 05/Men/1985 pasal 5

    ayat 2 sub a, pasal 135 ayat 1 dan 2 dan pasal 138).

    2.4.3. Prosedur Pemeriksaan Dan Pengujian

    a. Kelengkapan data pesawat

  • Sebelum program pemeriksaan dan pengujian dilaksanakan langkah

    pertama yang harus dilakukan adalah pengumpulan data pesawat angkat

    (keran) lihat poin E.

    b. Pelaksana Pemeriksaan dan pengujian adalah :

    Pegawai pengawas dan atau ahli Keselamatan Kerja bidang pesawat

    angkat (Permen 05/Men/1985 pasal 138 ayat 5)

    c. Peralatan Pemeriksaan dan pengujian :

    1. Peralatan pemeriksaan visual antara lain :

    a. Kaca pembesar

    b. Palu (kunci-kunci)

    c. Shechmat

    d. Meteran

    e. Lampu senter

    f. Filler gauge, dll

    2. Peralatan N.D.T (Non Detractive Test) antara lain :

    a. Magnitic Partical

    b. Ultrasonik

    c. Radiografi

    d. Wire rope test

    e. Dye penteran, dll

    3. Peralatan pengujian beban antara lain :

    a. Alat penimbang beban (test beld)

    b. Meteran (streeltape)

  • 4. Pengukur beban (Load cell)

    a. Theodholit

    b. Beban uji berupa : Balok beton, Balok besi, Kantong air (water bag)

    dan Sistem angker.

    d. Periode pemeriksaan dan pengujian digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu:

    a. Pemeriksaan harian oleh operator

    b. Pemeriksaan mingguan oleh operator

    c. Pemeriksaan bulanan oleh inspektor/supervisor/mekanik

    d. Pemeriksaan pertama dan ulang (tahunan) oleh Pegawai Pengawas/ Ahli

    Keselamatan Kerja bidang pesawat angkut

    e. Pemeriksaan sewaktu-waktu oleh Pegawai Pengawas/Ahli Keselamatn Kerja

    e. Pelaksanaan Pemeriksaan dang pengujian pertama dan ulang :

    Kegiatan pemeriksaan ini meliputi :

    1. Pemeriksaan data teknis pesawat/dokumen lengkap

    2. Pemeriksaan secara fisik (konstruksi dan perlengkapan termasuk N.D.T)

    3. Pemeriksaan tenaga penggerak

    4. Pemeriksaan komponen pesawat

    5. Pemeriksan perlengkapan pengaman

    6. Pemeriksaan lain yang dianggap perlu

  • Semua hasil kegiatan pemeriksaan ini dimasukkan ke dalam form (bentuk)

    yang telah ditetapkan dan diisi secara rinci.

    1. Pemeriksaan Data teknis Pesawat meliputi :

    a. Surat kelayakan pakai apaka ada/tidak dan berlaku sampai kapan

    b. History file dari setiap mesin apakah dilengkapi atau tidak

    c. Log book dari setiap mesin dimiliki atau tidak

    d. Siapa operator yang layak mengoperasikan dan bertanggung jawab terhadap

    keran tersebut

    Hal ini semua untuk mendukung pendapat inspector dalam memberikan

    rekomendasi lainnya.

    2. Pemeriksaan komponen meliputi ;

    a. Tenaga penggerak

    b. Pemindah tenaga penggerak

    c. Konstruksi bawah

    d. Konstruksi atas

    e. Instalasi listrik

    f. Instalasi hidrolik

    g. Instalasi udara

    a. Pemeriksaan tenaga penggerak meliputi :

    1. Motor Bakar

  • a. Periksa apakah ssambungan-sambungan sistim pendingin, sistim listrik,

    sistim pelumasan sistim bahan bakar cukup terpasang baik atau tidak.

    b. Secara visual apakah ada kelainan yang terdapat pada motor tersebut

    termasuk penggerak awalnya

    c. Catat spesifikasi motor ataupun penggerak awal untuk informasi bahan

    laporan

    d. Dalam pengetesan baik dengan beban ataupun tanpa beban, baik nomor

    termasuk penggerak awalnya memenuhi spesifikasi atau tidak

    2. Motor Hidrolis

    a. Periksa apakah sambungan-sambungan pipa hidrolis cukup terpasang

    baik atau tidak

    b. Secara visual apakah ada kelainan yang terdapat pada motor tersebut

    termasuk pompa hidrolisnya

    c. Catat spesifikasinya, motor ataupun pompa untuk informasi bahan

    laporan

    d. Dalam pengetesan baik dengan beban atau tanpa beban. Baik motor

    ataupun pompa memenuhi spesifikasi atau tidak

    3. Motor Angin

    a. Periksa apakah sambungan-sambungan pipa angin cukup terpasang baik

    atau tidak

    b. Periksa saringatdak udara mesin baik atau tidak secara visual apakah ada

    kelainan yang terdapat pada motor tersebut juga termasuk kompresornya

    c. spesifikasi motor ataupun kompresor untuk informasi bahan laporan

  • d. Dalam pengetesan baik dengan beban ataupun tanpa beban, baik motor

    ataupun kompresor

    e. Catat spesifikasi motor ataupun tanpa beban, maik motor maupun

    kompresor, memenuhi spesfikasi atau tidak

    b. Pemeriksaan pemindah tenaga penggerak antara lain :

    Pemeriksaan pemindah tenaga penggerak (drive train) dari kopling,

    vesnelling (transfer gera system), reduction gear cese final drive dengan

    melakukan hal-hal sebagai berikut :

    a. Periksa apakah pengikat-pengikat antara motor penggerak dengan unit

    kopling, juga ke transfer gear atau pengikat Torque Converter sampai

    dengan final drive cukup terikat baik atau tidak

    b. Periksa visual apakah ada kelainan yang terdapat pada sistem drive

    c. Catat spefisikasi masing-masing unit dari sistem drive train untuk

    informasi bahan laporan

    d. Dalam pengetesan baik bergerak dengan beban atau tanpa beban,

    bergerak dalam arah lurus atau belok apakah memenuhi spesifikasi atau

    tidak

    c. Pemeriksaan konstruksi bawah

    a. Pemeriksaan roda rantai

    1. Periksa apakah pengikat-pengikat roda ataupun rantai cukup terikat

    dengan baik

    2. Periksa apakah ada kelainan pada ban atau rantai

  • 3. Tekanan angin ban apakah cukup /tidak. Tentukan keausan dari pin dan

    bushing rantai sesuai spesifikasi pabrik

    4. Periksa apa ada kebocoran dari final drive

    5. Periksa keausan roller dan carrier roller

    b. Pemeriksaan silinder dan roda dari sistim hidrolis

    1. Periksa keausan roda dan sisi, kelurusan dan kebocoran

    2. Periksa kebutuhan silinder, sambungan pipa dan flexible hose

    3. Periksa pin dan bushing baik silinder atau roda

    c. Pemeriksaan rem kaki dan tangan

    1. Coba tuas rem tangan dan pedal rem kaki, apakah posisi mengerem telah

    melebihi spesifikasi atau belum

    2. Coba rem-rem tersebut dalam kondisi muatan dan bergerak

    3. Apakah ada kebocoran di pompa utama atau di pipa saluaran hidrolik

    4. Periksa isi hidrolis ataupun sistim hampa udara sampai sarana

    boosternya

    d. Pemeriksaan roda gigi pemutar badan keran meja putar

    1. Periksa kondisi gigi dan kedudukan badan keran waktu berputar

    2. Periksa pelumas mencukupi atau tidak

    3. Apakah ada suara yang berbedaang pada kedudukan yang satu terhadap

    yang lain

    e. Pemeriksaan sistem kemudi

    1. Coba raba kemudi apakah toleransi gerak tidak melebihi spesifikasi

  • 2. Dalam keadaan bergerak, apakah roda-roda tidak menyentuh chasis truk

    3. Untuk jenis crawel apakah ada gerakan berhenti rantai bagian kiri

    ataupun bagian kanan dapat bekerja dengan baik atau tidak

    4. Rumah-rumah gigi reduksi ada keretakan atau pengikatan yang

    kendoratau tidak, juga sistem pelumasan masih ada atau tidak

    f. Pemeriksaan kondisi chasis/badan

    1. Apakah ada keretakan, korosi, bengkok, tekuk, dan lain sebagainya yang

    dapat mempengaruhi baik kedudukan roda atau kemampuan tumpu

    beban

    2. Apakah pernah mengalami perbaikan las

    g. Kerangka chasis (badan)

    1. Pada bagian-bagian kerangka chasis dan perlu dilaksanakan pemeriksan

    bukan visual atau N.D.T karena bagian tersebut yang secara langsung

    menanggung beban keseluruhan baik dalam keadaan tidak operasi,

    maupun operasi pada saat pembebanan beban lebih (overload)

    2. Pemeriksaan/pengujian bagian komponen dimaksud meliputi :

    + Bahan/material

    + Sambungan-sambungan

    a. Las-lasan

    b. Baut

    c. Keling

    d. Konstruksi bagian atas

  • a. Pemeriksaan kondisi beban pengimbang

    1. Apakah kedudukan beban pengimbang tidak bergeser

    2. Pengikatan apakah masih cukup baik atau tidak

    3. Apakah pernah diadakan penambahan atau pengurangan beban

    pengimbang sehinggaalat pengikat mengalami keausan

    b. Pemeriksaan kabin operator dan peralatan lain-lain didalamnya

    1. Periksa secar visual kondisi indikator-indikator

    2. Periksa kaca dan penghapus air

    3. Periksa kipas atau air conditioner

    4. Periksa alat pemadam kebakaran

    5. Periksa klakson, lampu dalam dan lair

    6. Catat isi name plate data sebagai informasi untuk laporan

    7. Periksa tuas kontrol apakah ada kelainan atau tidak

    8. Periksa pintu, jendela serta kuncinya

    c. Boom dan Jib

    1. Periksa kelurusan, keretakan, korosi dan lain sebagainya

    2. Periksa bagian-bagian sambungan-sambungan pin-pin, keausan bushing,

    keretakan, bengkok miring dan lain sebagainya

    3. Pemeriksaan dapat menggunakan perlatan seperti ultrasonik atau dye

    penetrant test

    d. Sambungan ujung

  • 1. Periksa corrosion, crack, benor twisting, wern dan improporly applied

    connection. Kalau End Connection didapat seperti kondisi tersebut

    diatas, sebaiknya segera diganti.

    2. Periksa timbel di Crown apa ada keausan atau tidak

    e. Drum dan Sheave

    1. Pemeriksaan drum dari kerusakan dan keausan, pengikat serta keausan

    bagian berputar perlu diperiksa

    2. Pemeriksaan poros, bibir alur serta alur juga perangkat lainnya perlu

    diperiksa

    3. Keretakan dapat diperiksa dengan cara dye penetrant atau NDT (non

    destructive test) sejenisnya.

    f. Tali kawat baja

    1. Selain pemeriksaan mingguna, pemeriksaan keseluruhan lengkap

    selambat-lambatnya sebulan sekali. Jika seandainya telah lama tidak

    dipakai, sebaiknya diperikssa dahulu sebelum dipakai lagi

    2. Untuk tali kawat baja angkat pemeriksaan secara random untuk setiap

    kali kawa bajanya

    3. Sebaiknya juga harus diperiksa dari jenis kerusakan (kinking, crishing,

    bird caging atau kerusakan lain) yang sangat mempengaruhi kekuatan tali

    kawat baja.

    g. Rantai

  • 1. Semua rantai harus diperiksa sesering mungkin dan paling lambat

    sebulan sekali oleh inspektor yang berhak atau ditunjuk, terkecuali

    memang sudah rusak

    2. Periksa tanda-tanda pengeenal SN-ML-DATE terikat disalah satu rantai

    3. Kalau didapay salah satu rantai rusak berarti keseluruhan rantai tidak

    dapat dipakai. Untuk itu memeriksa rantai sebaiknya menggunakan kaca

    pembesar , kalau didapat dalam pengukuran panjang rantai melebihi dari

    5%, rantai tersebut dibuang/rusak.

    4. Juga perlu diperiksa apakah rantai bengkok melintir, atau terdapat luka

    benda tajam

    5. Kalau terdapat retak segera diganti, demikian pula kalau luka benda

    tajam tadi tidak dapat dipertanggung jawabkan lagi, rantai tersebut harus

    segera diganti

    6. Juga bila rantai terdapast adanya tanda-tanda lekuk, mengikat, titik-titik,

    pernah mengalami pengerasan atau pengelasan periksa apakah berbahaya

    atau tidak

    7. Periksa las-lasan apakah ada kelainan atau tidak, sebab mungkin pernah

    beban lebih. Juga pitting akibat korosif perlu diperhatikan setiap hari.

    8. Harus hati-hati untuk menetukan penurunan SWL-nya tepat

    h. Kait

    1. Periksalah kait sesering mungkin. Perlu diperhatikan jika terdapat crack,

    corrosion, twisting. Jika terdapat deformation pada bagian ujung kait atau

    ada cacat harus segera diganti.

  • 2. Pemeriksaan bagian bagian sadel apakah ada keretakan atau tidak

    3. Daerah pemeriksaan bagian-bagian kait antara lain :

    a. Threads

    b. Neck

    c. Sank

    d. Latch

    e. Bowl sadle

    f. Back sadle

    g. Hool sadle

    h. Hool opening

    i. Sakel dan baut mata

    Seperti halnya bagian lain dari keausan, keretakan perlu diperiksa,

    kondis gigi ulir perlu diperiksa pula.

    j. Head ball

    Apakah head ball terikat betul. Kalau perlu diganti perangkat lainnya.

    3. Pemeriksaan Perangkat Keselamatan Kerja

    a. Automatic indikator device

    1. Safe loading indikator

    2. Load moment liniter

    3. Weight load indikator

    4. Hydrolic circuit relief valve

    5. Drum turn indikator

  • 6. Acst (Automatic Crane Stoping)

    b. Stabilitas keran

    1. Crane on tire duty

    2. Crane on blocking duty

    c. Kunci-kunci (lock)

    1. Oxle lock

    2. Ontriggers lock

    3. Boom Hoist Brake Lock

    4. Hoist Brake Hook

    5. Swing/slewing lock

    6. Drum pawl lock

    7. Drum brake lock

    d. Daftar beban/loadchard

    e. Daftar Radius Operasi

    f. Radius Indokator

    g. Angle Indikator

    h. Level Indikator

    i. Boom back stop

    j. Rem

    F. Pengujian

    Dalam pengujian pesawat angkat keran dapat dilaksanaknberbagai jenis antara lain

    :

  • 1. Pengujian fungsi

    2. Pengujian diam

    3. Pengujian indikator

    4. Pengujian dinamis

    5. Pengujian penampilan

    6. Load test (test beban)

    a. Syarat-syarat Pengujian

    1. Dilaksanakan sesuai dengan standar uji yang dilakukan anjuran pabrik

    pembuat.

    2. Keadaan/lokasi pesawat harus memenuhi syarat, antara lain :

    Landasan

    Penerangan

    Kebersihan

    Kemiringan tanah

    Faktor angin

    Kaki penumpu (out rigger)

    Alat angkat

    (harus diperhitungkan kecuali ditentukan lain)

    b. Metode pengujian beban (Load test)

    1. Untuk keran dengan boom teleskopik

    Test

    No.

    Boom

    Extention

    Sudut boom

    terhadap

    Safe working

    load/BKA

    Beban uji

    (Proff load)

  • 1.

    2.

    3.

    4.

    Maximum

    Maximum

    Minimum

    Minimum

    Minimum

    Minimum

    Maximum

    Maximum

    Kapasitas dari

    radius chart

    -sda-

    -sda-

    -sda-

    Standar/pedoman

    yang ditetapkan

    2. Untuk keran dengan panjang boom kisi

    Test

    No.

    Boom

    Extention

    Sudut boom

    terhadap

    Beban kerja

    lawan ( load)

    Beban uji

    (Proff load)

    1.

    2.

    Minimum

    Maximum

    Minimum

    Maximum

    Kapasitas dari

    radius chart

    -sda-

    Standar/pedoman yang

    ditetapkan

    3. Untuk pengujian beban lebih (overload test) dapat mengacu pada

    standar/pedoman yang telah ditetapkan.

    G. Pemeriksaan setelah pengujian

    Untuk kesempurnaan dari pengujian, pemeriksaan menyeluruh hendaknya

    dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa tidak ada keretakan deformasi tetap,

    serpihan cat atau rusak yang berakbat ke fungsi dan keamanan nampak, dan tidak

    ada sambungan mengendor atau menjadi cacat.

    4. Pengesahan Pemakaian (Sertifikasi)

  • Setelah langkah pemeriksaan dan pengujian, selesai langkah berikut adalah

    langkah sertifikasi, adalah pengeluaran pengesahan pemakai sementara maupun tetap.

    Adapun mekanisme pengesahan pemakaian :

    1. Pengajuan dokumen dari pemakai :

    a. Calon pemakai atau pemilik pesawat angkat harus mengisi form (bentuk 52) dan

    mengajukan pengesahan pemakaian ke Departemen Pusat melalui

    Kanwil/Kandepnaker dimana pesawat itu berada.

    b. Surat permohonan form (bentuk 52) dilampiri dengan dokumen teknis minimal

    terdiri dari :

    1. Gambar konstruksi lengkap dan gambar detailnya, 4 rangkap

    2. Perhitungan kekuatan konstruksi, 4 rangkap

    3. Sertifikasi bahan yang digunakan, 4 rangkap

    4. Wiring diagram, 4 rangkap

    5. Data-data teknis, 4 rangkap

    2. Penerimaan dan penolakan pengesahan pemakaian

    Surat permohonan dan dokumen teknis yang disampaikan oleh pemakai atau

    pemilik pesawat angkat dan angkut diadakan penelitian :

    a. Pemerikasaan komponen terhadap pesawat tersebut

    b. Apabila hasil pemeriksaan baik, dilanjtukan pengujian

    c. Pegawai pengawas/ Ahli keselamatan kerja spesialis mekanik bidang pegawai

    angjat dan angkut dalam melaksanakan melaksanakan dan lampirannya

    pengujian harus membuat kaporan yang dituangkan dalam 51 bentujk dan

  • lampirannya dengan memberikan saran, usul petimbangan guna pemberian

    pengesahan pemakaian.

    3. Apabila dokumen tidak lengkap

    Dari hasil penelitian atas berkas atau dokumen permohonan pengesahan

    pemakaaian pesawat angkat tersenut tidak memenuhi ketentuan, maka :

    a. Kakanwil/kakandepnaker memberitahukan kepada calon pemakai atau pemilik

    atas sekurang-kurangnya.

    b. Bila calon pemakai atau pemilik tidak dapat melengkapi kekurangan-

    klekurangan tersebut maka Kakanwil/Kakandepnaker menolak permohonannya

    dan untuk sementara pesawat tidak dapat dioperasikan sampai dilengkapi

    kekurangannya.

    4. Pengesahan pemakaian

    a. Pengesahan sementara

    Kandepnaker mengeluarkan pengesahan sementara setelah semua syarat yang

    ditentukan dipenuhi dan hasil pemeriksaan dan pengujian pesawat angkat

    sebagaimana dimaksud pada poin a, yang dilakukan pegawai Pengawas/Ahli

    keselamatan dan kesehatan kerja spesialis mekanik bidang pesawat angkat dan

    angkut. Memenuhi syarat baik secara administrasi maupun teknis.

    b. Bila dari hasil pemeriksaan dan pengujian ternyata tidak memenuhi syarat maka

    Kakanwil Depnaker menolak permohonan pengesahan pemakaian pesawat

    tersebut dan memberikan pembinaan teknis yang dilakukan oleh Pegawai

    Pengawasan Spesialis mekanik bidang pesawat angkat dan angkut.

    c. Pengesahan pemakaian tetap

  • Mengingat bahwa sifat dari pada overhead travelling crane tidak berpindah

    tempat maka pengesahan pemakaian tetapnya dikeluarkan oleh Kanwil.

    Pengesahan pemakaian sementara (bentuk 53) dan dokumen teknis dari

    depnaker lengkap, maka di tingkat Kanwil dilakukan :

    1. Pemeriksaan dan penelitian gambar konstruksi, sertifikat ban, wiring

    gdiagran, dan berkas lainnya.

    2. Perhitungan kembali kekuatan konstruksi

    3. Evaluasi dan penelitian hasil pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh

    Pegawai Pengawas/Ahli K3 Spesialis mekanik bidang pesawat angkat dan

    angkut.

    Apabila hasil tersebut diatas memenuhi syarat baik secara administrasu

    mauoun teknis, maka Kanwil Depnaker mengeluarkan pengesahan pemakaian

    tetap pesawat angkat dan mengirimkan tembusan 1 (satu) bendel dan

    pengesahan pemakaian tetap lengkap ke DEPNAKER Pusat (DPNKK) cq.

    Direktorat KANDEPNAKER setempat.

    Dengan dikeluarkannnya pengesahan pemakaian tetap maka pengesahan

    pemakaian sementara dinyatakan tidak berlaku (dicabut).

    Apabila dokumen yang dikirim oleh Kandepnaker ke Kanwil tidak lengkap

    maka langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut :

    a. Memberitahukan kepada Kandepnaker atau permohonan tentang kekurangan

    dokumennya utnuk dilengkapi

    b. Bila ternyata pemohon atau calon pemakai tidak dapat melengkapi

    kekurangan dokumennya maka Kanwil Depnaker segera memberitahukan

  • Kandepnaker bahwa pengesahan pemakaian tetap tidak dapat diberikan dan

    seterusnya Kandepnaker memberitahukannya ke calon pemakai yang disertai

    alasan-alasan penolakannya.

    c. Apabila pemohon tidak dapat menerima putusan penolakan pengesahan

    pemakaiannya maka pemohon dapat meneruskan kepada Direktur Jenderal

    Bina Hubungan Industrial dan Pengawas ketenagakerjaan untuk

    pertimbangan lebih lanjut.