laporan ptk ku

Upload: nurazimah

Post on 12-Oct-2015

74 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

monggo

TRANSCRIPT

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam upaya peningkatan mutu pendidikan proses pembelajaran merupakan aktifitas yang paling penting untuk diperhatikan. Melalui pembelajaran tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk perubahan prilaku peserta didik. Hal itu sesuai dengan undang-undang sistim pendidikan Nasional nomor 20 pasal 3 tahun 2003, yaitu pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensial peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawabTercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut, akan ditentukan oleh berbagai unsur penunjang. Makmum dalam Ridwan (2004 : 190) menyatakan tentang unsur-unsur yang terdapat dan mempengaruhi pembelajaran adalah (1) Peserta didik, dengan segala karakteristiknya selalu berusaha untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui pembelajaran, (2) Tujuan, adalah hal yang diharapkan setelah dilaksanakan suatu kegiatan pembelajaran, (3) Guru, selalu mengusahakan agar terciptanya situasi yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar.Khususnya pada mata pelajaran Fisika di SMA, salah satu tujuan pembelajarannya adalah peserta didik mampu mengembangkan daya nalarnya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Daya nalar tersebut dapat dikembangkan melalui bermacam-macam kegiatan diantaranya adalah melalui teknik bertanya ( questening skill)

Selama melaksanakan pembelajaran fisika, dalam menyajikan materi dikelas XII IPA 3, beberapa metode dan strategi telah dilakukan dan telah dicoba , dengan harapan agar peserta didik setelah dilakukan evaluasi bernilai baik dan sedikit yang tidak mencapai kriteria ketuntasan belajar, namun kenyataan, hasilnya masih kurang. Menurut pengamatan secara kasat mata, pada mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Padang, proses pembelajaran masih kurang efektif, karena masih ditemukan ( 50%) siswa belum berhasil menguasai dan memahami konsep-konsep sains dalam kehidupan sehari-hari dengan baik, masih banyak peserta didik yang mendapat kesulitan dalam belajar sehingga mereka kurang tertarik untuk mempelajari fisika. Hal itu akan berdampak kurangnya aktifitas peserta didik dalam belajar sehingga menyebabkan rendah dan berkurangnya interaksi dalam proses pembelajaran, dan hasil belajar masih belum maksimal. Hal itu disebabkan guru masih sering menggunakan strategi pembelajaran konvensional dalam menyajikan materi sehingga proses pembelajaran didominasi oleh guru. Proses pembelajaran yang demikian akan membosankan peserta didik belum termotivasi dan masih sedikit yang mau mengajukan pertanyaan dalam belajar yang mengakibatkan hasil belajar rendahBerdasarkan pengalaman penulis selama mengajarkan fisika dan hasil supervisi kunjungan kelas yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah di SMA 1 Padang , ditemukan berbagai fenomena dalam proses pembelajaran. diantaranya adalah : (a) Jumlah peserta didik yang mau bertanya dalam proses pembelajaran masih sedikit yaitu kecil dari 10%, (b) Jumlah peserta didik yang mau menjawab pertanyaan dari temannya juga sedikit yaitu kecil dari 10%, (c) jumlah peserta didik yang mau menjawab pertanyaan dari guru sedikit yaitu kecil dari 10%, (d) jumlah peserta didik yang mampu merumuskan kesimpulan pembelajaran sedikit yaitu kecil dari 5% (e) jumlah peserta didik yang dapat menyelesaikan tugas pada waktunya sedikit hanya 65%, (f) Hasil belajar yang diperoleh peserta didik umumnya rendah, sebagaimana terlihat dalam rekapitulasi nilai formatif peserta didik semester 1 tahun pelajaran 2008 / 2009, yaitu: 59 % peserta didik mendapat nilai rendah ( tidak mencapai nilai KKM ), hanya 41 % dari peserta didik yang mendapat nilai sama atau lebih dari nilai KKM .Bila dihitung jumlah indikator yang tuntas pada nilai formatif semester 1 tahun pelajaran 2008/2009 tersebut hanya 57% berarti belum maksimal. Apabila kondidisi tersebut dibiarkan terus menerus maka berarti proses pembelajaran fisika di SMA 1 Padang belum berjalan dan terlaksana dengan baik yang mengakibatkan susah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,.berdasarkan hal tersebut timbul keinginan untuk meneliti dan mengkaji bagaimana model pembelajaran fisika yang tepat untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan diatas salah satunya adalah dengan penerapan metode Questning Skill diharapkan dengan metode ini aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas XII IPA 3 SMA 1 Padang dapat meningkat sebagaimana yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut agar pembelajaran tidak berjalan hanya satu arah ( teacher center ) tetapi terpusat kepada peserta didik ( student center ) oleh karena itu perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui penerapan pembelajaran Questning Skill dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran fisika.B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah maka dapat di identifikasi beberapa masalah dalam proses pembelajaran fisika di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Padang, masalah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Dalam proses pembelajaran guru merasa dibatasi oleh waktu dan target materi pelajaran yang harus diajarkan akibatnya guru tidak memberi waktu yang cukup kepada peserta didik untuk beraktifitas dan bertanya dalam pembelajaran

2. Guru sering menerapkan strategi pembelajaran konvesional yang monoton dengan metoda lecture ( khotbah ) yang berjalan hanya satu arah untuk mengejar target kurikulum yang sudah ditetapkan3. Kemauan, kemampuan bertanya dan mengemukakan pendapat peserta didik masih rendah karena diskusi dan tanya jawab belum dikembangkan dan dibiasakan dalam pembelajaran.4. Rasa ingin tahu dan kemauan peserta didik menemukan pengetahuan secara mandiri dan belajar sendiri masih rendah

5. Pemilihan metode ataupun penggunaan multi metoda pembelajaran oleh guru masih belum maksimal serta variasi model pembelajaran yang digunakan guru belum tepat 6. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang efektif karena proses pembelajaran sering hanya satu arah. Peserta didik sering menerima pembelajaran secara verbalis. Akibatnya peserta didik tidak termotivasi dalam belajar sehingga hasil belajar rendah

7. Jumlah peserta didik yang mencapai nilai kriteria ketuntasan Minimal pada setiap ujian yang dilaksanakan sering dibawah 40% jauh dibawah prosentase yang ditetapkan oleh Depdiknas yaitu 85% C. Batasan MasalahBerdasarkan uraian identifikasi masalah di atas dan untuk lebih terfokusnya masalah yang akan diteliti serta mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan maka peneliti membatasi masalah hanya pada hal-hal berikut :

1. Model pembelajaran yang akan digunakan hanya adalah model pembelajaran Questening Skill ( teknik bertanya )

2. Hasil belajar peserta didik yang akan dilihat adalah hasil belajar dari nilai formatif dalam masing-masing siklus

3. Aktifitas belajar peserta didik yang diharapkan meningkat adalah aktifitas bertanya, menjawab pertanyaan temannya, menjawab pertanyaan guru, membuat kesimpulan pembelajaran dan menyelesaikan tugas pada waktunya. D. Rumusan MasalahApakah dengan melaksanakan Questening skill dapat Meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran fisika di kelas XII IPA3 SMA 1 Padang?.

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah dengan Questening Skill dapat Meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran fisika.F. Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan efektifitas pembelajaran fisika dan mencari alternatif perbaikan metoda dan keterampilan pembelajaran yang akan digunakan guru dalam pembelajaran fisika2. Ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, tidak konvensional, tapi bersifat variatif3. Keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan maupun mengemukan saran meningkat.4. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial meningkat.BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. TUNTUTAN KURIKULUM TENTANG PEMBELAJARANPermendiknas nomor 41 tahun 2007 menyatakan bahwa Kurikulum yang berlaku ( KTSP ) merupakan rangkaian petunjuk penyelengaraan pendidikan yang menjadi landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan yang membawa pergeseran paradigma pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar sedangkan guru bukanlah satu-satunya sumber belajar tapi adalah salah satu sumber belajar. Sekaitan dengan itu maka setiap guru harus merencanakan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, untuk periode mendatang diarahkan dan diharapkan pembelajaran fisika berorientasi kepada hal-hal diatasSelama bertahun-tahun metode mengajar fisika di sekolah menengah adalah metode mengajar secara informatif, yaitu guru berbicara atau bercerita dan peserta didik mendengarkan dan mencatat. Secara tradisional, pengajaran fisika dibawa kepada penghafalan rumus-rumus, konsep-konsep atau bentuk-bentuk problem tertentu. Pengajaran IPA lebih ditekankan pada produk dari pada proses-proses IPA sendiri.

Perubahan adalah ciri khas pendidikan IPA. Hal ini mudah dan dapat dipahami. Karena kebutuhan manusia selalu berubah dan berkembang dan problem ilmiah selalu meningkat, maka salah satu tugas guru ialah berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini dengan jalan melatih atau mendidik peserta didik agar dapat melaksanakan tugas-tugas di masyarakat yang selalu mengalami proses perubahan dan perkembangan. Yang dimaksud dengan kebutuhan ialah kebutuhan peserta didik atau masyarakat sesuai dengan keadaan lingkungan, ekonomi-sosial dan budaya, dan kebutuhan sebagai akibat perkembangan IPA dan teknologi serta pembangunan.

Berdasarkan situasi dan kondisi ini maka sejak beberapa tahun terakhir pendidikan fisika di sekolah menengah telah dan terus-menerus distudi dengan tujuan untuk memperbaharui materi pelajaran dan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan teori belajar mengajar yang dikembangkan terakhirB. HAKEKAT PEMBELAJARAN FISIKA

Fisika adalah bagian dari sains (IPA), pada hakikatnya adalah kumpulan pengetahuan, cara berpikir, dan penyelidikan. IPA sebagai kumpulan pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model. IPA sebagai cara berpikir merupakan aktivitas yang berlangsung di dalam pikiran orang yang berkecimpung di dalamnya karena adanya rasa ingin tahu dan hasrat untuk memahami fenomena alam. IPA sebagai cara penyelidikan merupakan cara bagaimana informasi ilmiah diperoleh, diuji, dan divalidasikan. Fisika dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efesien yaitu salah satunya melalui kegiatan praktik. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan praktik, peserta didik melakukan olah pikir dan juga olah tangan.

Kegiatan praktik adalah percobaan yang ditampilkan guru dan atau peserta didik dalam bentuk demonstrasi maupun percobaan oleh peserta didik yang berlangsung di laboratorium atau tempat lain. Kegiatan praktik dalam pembelajaran fisika mempunyai peran motivasi dalam belajar, memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan sejumlah keterampilan dan meningkatkan kualitas belajar .

C. PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN FISIKAStrategi atau teknik, metode dan pendekatan merupakan tiga hal yang berbeda meskipun penggunaannya sering bersama-sama dijumpai dalam pembelajaran. Pendekatan merupakan teori atau asumsi. Metode adalah pengembangan yang lebih konkret dari teori tersebut, berupa prosedur-prosedur berdasarkan teori tersebut di dalam berbagai bentuk kegiatan kelas. Meskipun bahwa tidak ada satu pun pendekatan yang paling cocok untuk satu pembelajaran, tetapi karena pusat pembelajaran fisika adalah eksperimen dan merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran fisika itu sendiri maka melalui eksperimen peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dengan gejala fisika yang dipelajari. Fisika sebagai ilmu yang memiliki karakteristik tersendiri dalam mempelajarinya tidak cukup hanya melalui minds-on, tetapi juga harus melalui hands-on, seperti layaknya ilmuwan ketika menjelajahi alam ini. Secara teoritis dan dengan prosedur-prosedur yang tepat kerja laboratoriumlah pendekatan yang tepat digunakan dalam pembelajaran fisika. Namun begitu belum semua materi pembelajaran fisika sampai saat ini yang dapat dipraktekan dilabor atau dilapangan sebelum hal tersebut terwujud secara maksimal maka masih diperlukan pembelajaran-pembelajaran secara teoritis dengan menggunakan multi metode dan multi pendekatan serta menggunakan model-model pembelajaran yang cukup efektif bila digunakan dengan tepat sesuai kaidah keilmuan biasanya hasilnya akan maksimal, beberapa pendekatan pembelajaran yang sering digunaka dalam pembelajaran fisik yaitu :a. Pendekatan Keterampilan ProsesCara berpikir dalam fisika adalah keterampilan-keterampilan proses. Keterampilan proses sains dibedakan dalam dua bagian besar, yaitu keterampilan dasar proses sains, dimulai dari observasi sampai dengan meramal, dan keterampilan terpadu proses sains, dari identifikasi variabel sampai dengan yang paling kompleks, yaitu eksperimen. Keterampilan dasar proses sains adalah hal-hal yang dikerjakan ketika peserta didik mengerjakan sains, misalnya mengobservasi pengaruh suhu terhadap faktor redaman ayunan teredam. Dalam keterampilan terpadu proses sains, peserta didik dipandu untuk melakukan eksperimen melalui penggunaan seluruh keterampilan-keterampilan proses yang dimilikinya. Melalui eksperimen suatu pembelajaran fisika dikatakan utuh, sebab eksperimen di laboratorium merupakan bagian integral dari konsep, prinsip dan hukum fisika . Eksperimen dapat dikatakan sebagai dewa dalam pembelajaran fisika, tetapi harus diingat bahwa dalam pelaksanaannya memerlukan biaya dan tenaga yang besar sehingga sebagai guru fisika yang sukses harus betul-betul ahli dalam mendesain kegiatan eksperimen untuk peserta didik. Namun demikian, hendaknya hal tersebut tidak menjadi momok bagi guru dalam mempersiapkan praktik di kelas, akan tetapi justru menjadi tantangan bagi guru untuk mempersiapkan eksperimen sebaik-baiknya agar pembelajaran fisika betul-betul efektif.b. Pendekatan discovery dan InquiryPendekatan discovery merupakan pendekatan mengajar yang memerlukan proses mental, seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, menjelaskan, dan mengambil kesimpulan. Pada kegiatan discovery guru hanya memberikan masalah dan siswa disuruh memecahkan masalah melalui percobaan. Pada pendekatan inquiry, siswa mengajukan masalah sendiri sesuai dengan pengarahan guru. Keterampilan mental yang dituntut lebih tinggi dari discovery antara lain: merancang dan melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Pendekatan inquiry adalah pendekatan mengajar di mana peserta didik merumuskan masalah, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data sampai mengambil keputusan sendiri.

c. Pendekatan STS

Pendekatan sains teknologi dan masyarakat yang dalam bahasa inggris disebut Science Technologi and Sosiety (STS) merupakan suatu pendekatan terpadu antara sains, teknologi dan isu yang ada dimasyarakat. Pengertian STS memberi gambaran kepada kita bahwa sains/IPA dan teknologi mempunyai kaitan yang erat. Selain itu, keduanya juga mempunyai kaitan yang erat dengan respon masyarakat. Dengan pengertian bahwa adanya suatu perubahan teknologi akan dapat menyebabkan perubahan sosial, begitu pula sebaliknya. Hal ini berarti ada jaringan hubungan antara sains, teknologi dan sistem-sistem sosial yang saling pengaruh mempengaruhi. Kemudian pendekatan STS, memberi gambaran kepada kita bahwa hendaknya suatu pembelajaran fisika itu didekati melalui sains, teknologi dan masyarakat. Artinya dalam suatu pembelajaran sains, selain menekankan pada pemahaman terhadap konsep sains, juga perlu melibatkan pemahaman perserta didik terhadap hasil produk teknologi yang terkait, serta manfaatnya bagi masyarakat. Munculnya berbagai pendekatan dalam pembelajaran sains, khususnya pendekatan STS, didasarkan pada suatu kesulitan yang banyak dihadapi oleh pembuat kurikulum, guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah. Selain itu dengan menggunakan pendekatan STS ini, diasumsikan akan dapat memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar lebih bermakna, bermanfaat dan menyenangkan.Dengan demikian, pendidikan fisika tidak hanya cukup dengan kegiatan inquiry, tetapi harus diintegrasikan dengan kemampuan untuk berbuat sesuatu secara ilmiah dan mengaitkan sains dengan kehidupan di masyarakat.D. KONDISI PEMBELAJARAN FISIKA SAAT INIKalau kita perhatikan kondisi Pembelajaran Fisika saat ini masih terlihat:a. Pembelajaran masih didominasi dan terpusat kepada guru ( teacher center ) bukan kepada peserta didik, guru masih sulit melaksanakan pembelajaran yang terpusat pada peserta didik ( student center )

b. Guru belum mampu menggunakan multi metoda dan multi pendekatan serta keterampilan-keterampilan mengajar serta belum mampu mengembangkan dan menggunakan model-model pembelajaran yang saat cukup baik dan berkembang pesat dalam pembelajaran

c. Guru masih merasakan kesulitan dan masih menguras tenaga dalam melaksanakan pembelajaran fisika untuk peserta didiknya namun hasilnya sering kurang memuaskand. Pembelajaran fisika saat ini umumnya belum terlaksana secara Paikem ( Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan )Pada dasarnya pembelajaran fisika berupaya untuk membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahuidan cara mengerjakan yang dapat membantu peserta didik untuk memahami alam sekitar secara mendalam. Atas pemikiran tersebut, maka model pembelajaran yang dikembangkan perlu penekanan pada kegiatan belajar siswa aktif ( active learning) dan melakoninya langsung ( learning by doing). Pendekatan pembelajaran sains yang dicanangkan oleh UNESCO berlandaskan pada empat pilar pendidikan, empat pilar pendidikan yang dimaksud adalah : learning to do ,learning to know, learning tobe, and learning to live together, yang tidak memposisikan pendidikan sebagai pendengar ceramah guru laksana botol kosong yang harus di isi dengan ilmu pengetahuan. Peserta didik harus diberdayakan agar :

a. Mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajar ( learning to do ) meningkatkan interaksi dengan lingkungan baik lingkungan fisik, social, maupun budaya.

b. Mampu membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap dunia disekitarnya ( learning to know )

c. Hasil interaksi dengan lingkungan hendaknya dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya ( learning tobe )

d. Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi ( learning to live together) akan membentuk kepribadianya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup.Dalam meorintasikan dan mengarahkan serta membimbing peserta didik kepada empat pilar pendidikan tersebut guru dalam melaksanakan pembelajaran tidak boleh miskin pengetahuan, guru harus memiliki dan mengetahui multi metode, multi pendekatan dan multi keterampilan mengajar yang harus dikuasainya sehingga terwujud tujuan-tujuan diatas. Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang guru yang profesional, disamping dia harus menguasai substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses pembelajaran. Panduan pengajaran mikro dengan menggunakan perangkat Sydney Micro Skills (1973).. mengemukakan beberapa keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh seorang guru yang berguna untuk meningkatkan perolehan dan daya serap peserta didik dalam pembelajaran, penggunaan ketrampilan mengajar ini pada situasi dan kondisi yang tepat akan meningkatkan daya serap dan perolehan peserta didik dalam pembelajaran Keterampilan-keterampilan mengajar tersebut yaitu:

E. BEBERAPA KETERAMPILAN MENGAJAR1. Keterampilan Membuka PelajaranBanyak orang berpendapat bahwa kesan pertama dari suatu pertemuan merupakan kunci sukses untuk mencapai hasil yang diinginkan pada pertemuan berikutnya, kesan yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula. Sesuai dengan pendapat Hasibuan dalam bukunya Proses Belajar Mengajar bahwa membuka pelajaran adalah perbuatan guru menciptakan suasana fisik maupun mental agar dapat meningkatkan motivasi dan perhatian peserta didik kepada apa yang akan dipelajari, keterampilan membuka pelajaran merupakan kunci yang harus didahului dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang dinamis tidak akan tercapai jika guru pada awal pelajaran tidak bisa menarik perhatian peserta didik. Komponen-komponen yang ada pada keterampilan membuka pelajaran adalah sebagai berikut :

a. Meninjau prasyarat pengetahuan yang dimiliki peserta didik yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari

b. Membangkitkan minat dan motivasi peserta didik agar bersungguh-sungguh dan terlibat sepenuhnya dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan.

c. Memberi tahu peserta didik tentang apa yang akan dicapai ( tujuan pembelajaran khusus)..d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan.Komponen-komponen di atas merupakan pengantar / pengarah untuk mencapai kegiatan inti,berlangsung dalam waktu yang relative singkat ( maksimum 5 menit)

2. Keterampilan Menjelaskan Pelajaran ( Eksplaning Skill )Keterampilan menjelaskan pelajaran merupakan salah satu keterampilan dasar yang sangat penting, karena sebagian besar pembicaraan guru di ruang kelas adalah menjelaskan dan uraian-uraian bahan pelajaran yang diberikan kepada peserta didika. Tujuan menjelaskan1) Menuntun peserta didik kepada pengertian yang jelas dalam memecahkan jawaban pertanyaan : apa, bagaimana, mengapa.

2) Melibatkan peserta didik dalam berpikir untuk memecahkan masalah

3) Membantu peserta didik untuk:

Menghargai proses penalaran

Trampil dalam proses penalaran

Belajar menggunakan bukti dalam memecahkan hal-hal yang belum pasti

4) Menanamkan sikap yakin pada diri bahwa cara berpikir yang benar atau cara memberikan jawaban yang benar

5) Melatih peserta didik mandiri dalam mengambil keputusan yang tepat / cocok bagi dirinya

6) Melatih peserta didik berpikir berdasarkan hubungan sebab dan akibat

7) Melatih peserta didik berpikir logis, estetis, dan etis

8) Memberi pengertian kepada sipenerima agar pengertiannya lebih teguh. b. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjelaskan

1) Dapat diberikan diawal, ditengah atau diakhir pelajaran tergantung dari keperluannya

2) Penjelasan dapat diselingi dengan tanya jawab, keterampilan bertanya dan keterampilan menjelaskan berjalan secara terpadu

3) Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran, penjelasan yang tidak relevan berarti pemborosan.

4) Materi penjelasan harus bermakna bagi peserta didik

5) Penjelasan diberikan guru bila peserta didik bertanya atau direncanakan oleh guru

6) Berusaha menghindari hal-hal yang meragukan

7) Penjelasan harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga cocok dengan kondisi penerimanya (peserta didik ), dari segi bahasa maupun dari segi kedalaman isi ilmu ataupun keterampilan.

c. Hal yang harus dihindari dalam menjelaskan

1) Menyampaikan kata-kata atau pembicaraan yang kabur

2) Menggunakan kebiasaan yang dapat mengganggu perhatian peserta didik seperti ; uhm, a , apa itu, apa namanya, eh .

3) Tatanan bahasa yang kacau

4) Perpindahan fasa atau pindah pokok pikiran atau pindah ide utama yang tidak jelas, sementara pokok pikiran yang sedang dijelaskan masih belum jelas atau belum lengkap

5) Memasukkan istilah asing tanpa memberi penjelasan / artinya

6) Sering menggunakan contoh-contoh abstrak

7) Menggunakan kata-kata / kalimat / pernyataan :

d. Hal lain yang mempengaruhi kwalitas menjelaskan

1) Penguasan materi/isi /ilmu dari guru

2) Struktur/sistimatis penyajian

3) kreatifitas guru

3. Keterampilan Bertanya Dalam Pembelajaran

Sardiman 1987 dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar mengatakan bahwa pertanyaan yang baik mempunyai ciri-ciri: (1) Kalimatnya singkat dan jelas. (2) Tujuannya jelas. (3) Setiap pertanyaan hanya -satu masalah. (4) Mendorong peserta didik untuk berfikir kritis. (5) Jawaban yang diharapkan bukan sekedarnya atau tidak. (6) Bahasa dalam pertanyaan dikenal baik oleh peserta didik, dan (7) tidak menimbulkan tafsiran ganda.a. Tujuan

Penggunaan ketrapilan bertanya dalam pembelajaran berguna untuk:1) Agar KBM lebih efektif dan efesien, pembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru tapi juga oleh peserta didik

2) Agar pembelajaran terpusat pada peserta didik (student center) tidak hanya terpusat pada guru ( teacher center)

3) Menantang peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah direncanakan sehingga peserta didik lebih aktif dan termotivasi.

4) Untuk lebih meningkatkan perolehan peserta didik

5) Mengurangkan dominasi guru dan mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran

6) Pembelajaran lebih hidup dan kondusif

b. Syarat dan Cara Pelaksanaan Ketrampilan Bertanya

1). Pertanyaan jelas dan singkat.

a. Artinya dari pertanyaan yang kita ajukan hanya ada satu pusat jawaban

b. Tidak kalimat majemuk

c. harus kalimat tunggal

contoh : jelaskan ini dan ini , kalau bisa jadikan saja dua pertanyaan

2). Pertanyaan diajukan dengan tenang dan teratur

3). Pertanyaan koheren

a. sesuai sitimatis urutan materi

b. sesuai kerumitan materi

c. hirarki taksanomi Bloom

4). Pertanyaan dengan menggunakan acuan

adanya acuan pertanyaan, pertanyaan diajukan berdasarkan:

gambar, tabel, grafik, kasus, charta, bahan( sesuai materi ).

5). Menggunakan teknik pause ( masa tenggat )

Memberikan waktu tunggu( waiting time) Menunggu setidaknya selama 30 detik sampai 1 menit untuk memberi kesempatan peserta didik berpikir menemukan jawabannya. Seorang guru yang kurang taktis akan menjawab sendiri pertanyaannya selang lima atau enam detik setelah dia bertanya. Hal ini bukan saja mematikan kesempatan sang peserta didik untuk berpikir, tapi juga menunjukkan kekurang mampuannya membina hubungan yang interaktif dengan para peserta didiknya. Bayangkan Anda seorang peserta didik, dan setiap kali anda berpikir untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan sang guru, tahu-tahu dia sudah menjawab sendiri pertanyaannya. Mungkin Anda akan menggerutu: ( bertanya sendiri, eh, dijawab sendiri pula ).Bagaimana kalau ada peserta didik yang menjawab cepat tetapi salah? Bagaimana pula kalau setelah 1 menit berlalu, ternyata semua peserta didik masih membisu belum bisa menjawab? Apakah waiting time harus selalu 1 menit? Bukankah setiap tindakan guru harus selaras dengan atmosfir kelas? Kalau kelas sudah terasa terseret-seret alias peserta didiknya sudah pada capek, bukankah pertanyaan dengan waiting time lebih pendek akan mampu membuat mereka waspada terus? 6). Pertanyaan diajukan keseluruh peserta didik

Pertanyaan jangan hanya tertuju kepada satu orang peserta didik tetapi kepada semua peserta didik yang berada dalam kelas atau kepada kelas7). Distribusi pertanyaan

Pemberian pertanyaan harus dipertimbangkan, kerumitanya artinya pertanyaan yang sulit jangan diberikan kepada peserta didik yang terlambat ( bodoh ), peserta didik yang lambat diberi soal yang mudah, beri peserta didik soal yang sesuai untuknya. Soal yang diberikan sebaiknya peserta didik dapat menjawab. Peserta didik jangan dipergoki.dan jangan dipermalukan dimuka temannya8). Pemberian tuntunan

Maksudnya, seandainya peserta didik tidak ada yang dapat menjawab pertanyaan maka kita harus menuntun / menggiring peserta didik untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut seperti :

Kita analogikan dengan yang lain, beri contoh yang lain, beri contoh yang lebih mudah, turunkan bobot pertanyaan ketingkat dasar dan giring peserta didik untuk bisa menjawab

9). Teknik ProbingProbing artinya melacak/menggali lebih dalam, mnuntun peserta didik untuk menjawab dengan memberikan :

Defenisi, contoh, contoh lain yang berhubungan, contoh dalam kehidupan sehari-hari

10). Pemindahan giliran Guru harus berinisiatif untuk memindahkan giliran pertanyaan kepada peserta didik lain, sehingga pertanyan tidak tertuju hanya kepada peserta didik / kelompok tertentu saja. 11). Mendorong partisipasi peserta didikGuru harus mendorong siswa untuk ikut bertanya, guru berperan menyebarkan pertanyaan sehinga semua peserta didik ikut terlibat12). Mamantulkan pertanyaan kepada siswa lain

Guru diharapkan tidak langsung menjawab setiap pertanyaan yang muncul dari peserta didik tetapi terlebih dahulu memantulkanya kepada peserta didik lain

13).Beberapa kasalahan yang sering ditemui dalam keterampilan bertanya :

Menjawab pertanyaan sendiri

Mengulangi jawaban peserta didik( dijawab peserta didik diulangi lagi)

Mengulang-ulang pertanyaan sendiri

Pertanyaan mengundang jawaban serentak

Memotong jawaban peserta didik Menunjuk pesrta didik sebelum pertanyaan diajukan

Mengajukan pertanyaan yang jawabnya sudah jelas

Mengikuti kalimat tanya yang berpola selalu sama

Seperti: apakah atau siapa saja secara terus menerus, hendaknya menggu nakan kalimat tanya resmi seperti: 5w + 1H ( what, who, where, when, why and how )4. Keterampilan memberikan penguatan Bila pertanyaan guru dijawab sesuai dengan harapan guru, maka guru harus memberi penguatan, dimana penguatan ini bertujuan agar peserta didik lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar. Keterampilan penguatan terdiri dari penguatan verbal dan penguatan nonverbal. Penguatan adalah suatu respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang dapat menimbulkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.Komponen-komponen dalam keterampilan memberi penguatan adalah:1) Penguatan Verbal; penguatan ini dapat dinyatakan dalam 2 bentuk yaitu kata atau kalimat.

Seperti : Bagus, Baik, Good, Verygood, Oke... kan bisa kamu itu , Nampaknya kamu ada kemajuan, Yah, hampir betul, Yah jawabanmu sudah baik tapi masih perlu disempurnakan dan lainya

2) Penguatan Non Verbal; bisa berupa mimik atau gerakan badan, mendekati, memberi sentuhan atau memberi kegiatan yang menyenangkan,

Seperti : Mengacungkan jempul......, Senyum...., Mimik muka yang bangga...., Salaman....., Oke Selamat dulu....., Pegang bahu / pundak dan lainyaGuru hendaknya tidak kikir menyampaikan kedua hal diatas kepada peserta didik dalam pembelajaran para ahli pendidik berpendapat bahwa pengaruh hasil pujian dan sentuhan itu dalam pendidikan sangat menakjubkan, asalkan pujian itu tidak kelihatan dibuat-buat dan disampaikan secara tulus dan ikhlas, untuk memberikan penguatan / pujian tidak ada salahnya dengan menyentuh peserta didik asalkan sentuhan itu datangnya dari orang yang memberi pengasuhan. Seperti mengatakan kepada peserta didik Pekerjaanmu luar biasa ! Guru bergerak memberi salaman, (.....Menepuk punggung peserta didik dengan lembut....Tos dulu dong dll.)5. Keterampilan mengadakan variasiAgar kegiatan belajar mengajar peserta didik tidak mengalami kejenuhan, guru dituntut mampu mengadakan variasi, sehingga sehingga seorang guru mampu memperlihatkan ketekunannya, keantusiaan serta berperan aktif. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksud sebagai proses perubahan metode dalam pembelajaran yang dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu; variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan alat dan media pembelajaran dan variasi dalam pola interaksi dalam kelasKeterampilan mengadakan variasi dalam kegialan pembelajaran meliputi.

1). Variasi dalam gaya mengajar.

Penggunaan variasi suara Pemusatan perhatian Kesenyapan Mengadakan kontak pandang Gerakan badan dan mimik Pergantian posisi guru dalam kelas3). Variasi dalam media dan alat-alat pelajaran.

Variasi alat / bahan yang dapat dilihat Variasi alat yang dapat didengar Variasi alat yang dapat diraba dan dimanipulasi6. Keterampilan mengelola kelasPenguasaan kelas adalah keterampilan guru yang didasarkan kepada pengertian tentang sifat-sifat dan kekuatan yang mendorong kepada pengertian sifat-sitat kelas dan kekuatan mereka bertindak (Made Piaria) Seorang guru harus menguasai kelas secara baik, karena tidak jarang guru menemukan kelas yang secara sengaja membuat keributan karena kelas tersebut dari awal tidak ada pengelolaannya, kelas yang ribut maka pelajarannya tidak bisa dilanjutkan karena peserta didik tidak siap menerima pelajaran.

Dalam pembelajaran faktor emosi sangat berperan Danil Goleman ( 1995 ) menyatakan semua yang kita lakukan katanya dikendalikan oleh emosi maka selama pembelajaran tidak diharapkan terjadi : pelecehan, ejekkan, sindiran, rasa malu, pengasingan, kesepian dan penolakkan, dan yang lainya yang bersifat emosional negative. Barbara K Given 2002 berpendapat Guru yang professional selalu menjaga dan mengendalikan sistim emosional siswa/kelas selama pembelajaran berlangsung, diharapkan selama pembelajaran berkembang emosi positif baik dari guru maupun dari peserta didik, tidak ada keraguan lagi ; emosi negative pasti menghambat prestasi akademik , sementara emosi positif bisa meningkatkan perolehan pengetahuan dan ketrampilan..Mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara serta mengembalikan proses belajar mengajar pada kondisi belajar yang optimal.a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal Meliputi: Menunjukkan sikap tanggap Membagi perhatian Memusatkan perhatian kelompok Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas Menegur Memberi penguatanb. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal meliputi: Modifikasi tingkah laku Pengelolaan kelompok Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah7. Keterampilan menutup pelajaranBelajar dapat dikatakan suatu proses yang tidak pernah berhenti karena merupakan suatu proses yang berkelanjutan ke arah kesempurnaan dan setiap kali suatu interaksi di kelas diakhiri pada minggu berikutnya interaksi itu pasti akan dilanjutkan. Menutup pelajaran identik dengan mengakhiri pelajaran, menutup pelajaran bukan berarti selesainya saluruh proses belajar mengajar akan tetapi menutup pelajaran berarti mengakhiri pelajaran ini dari pelajaran dan menyimpulkan apa yang telah dipelajari.

Dalam menutup pelajaran yang telah diberikan seorang guru harus mampu menguasai beberapa cara yaitu mengiring peserta didik membuat : kesimpulan,merefleksi, mengevaluasi dan memberi penugasana.Membuat kesimpulan adalah merangkum kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari, bersama-sama menggiring peserta didik membuat rangkuman / simpulan pelajaran. Hasil kesimpulan dibuat / ditulis dengan jelas kalau bisa dengan kapur / spidol berwarna ( beri kesempatan peserta didik mencatat karena kesimpulan akan dibawa peserta didik pulang sebagai hasil pembelajaran sementara)

b.Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram

REFLEKSI :

Adalah perenungan, oleh guru dan peserta didik membayangkan kembali pembelajaran yang sudah dilaksanakan, peserta didik diminta untuk mengingat kembali hal-hal yang terjadi ketika pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Mengemukakan pendapat senang atau tidak, mengemukakan pendapat dan usul untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.c.Memberi umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran ( evaluasi /pos test)

d. merencanakan tindak lanjut antara lain:

Remidi dan atau pengayaan

Memberi tugas secara individu dan atau kelompok

Memberikan layanan konseling

Emenyampaikan rencana pembelajaran yang akan datang

Penyampaian rencana / materi pembelajaran yang akan di sajikan pada pertemuan berikutnya adalah mutlak harus disampaikan guru agar peserta didik lebih dapat mempersiapkan diri, sehingga pembelajaran berikutnya tidak hanya di dominasi oleh guru tapi juga oleh murid.

Apabila kesembilan keterampilan mengajar di atas sudah dikuasai oleh seorang guru, bukan tidak mungkin proses belajar mengajar di sekolah akan berjalan kondusif dan dinamis. Dalam melaksankan Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan seluruh ketrampilan mengajar dan lebih memfokuskan kepada ke ketrampilan bertanya ( questening skill) F. HASIL BELAJAR Pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar, baik sumber belajar yang di desain maupun yang dimanfaatkan. Proses belajar tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antara guru dan peserta didik. Hasil belajar yang maksimal dapat diperoleh lewat interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber belajar lainya

Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktifitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu : adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahan yang relatif permanen dan perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh karena proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya

Menurut pendapat Paul Suparno dalam Sardiman ( 2007;38 ) tentang prinsip dalam belajar adalah sebagai berikut :

1. Belajar berarti mencari makna-makna oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami ,

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri,

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek

Untuk mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara aktif, peserta didik perlu dievalusi, dengan demikian evaluasi bagi peserta didik merupakan kebutuhan, bukan sesuatu yang perlu dihindari. Penyajian evaluasi oleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan peserta didik akan informasi tentang kemajuan dalam program pembelajaran yang diikutinya.

Horward Kingsley dalam Nana Sujana ( 2008:22 ) membagi 3 macam hasil belajar, yakni :

1. Keterampilan dan kebiasaan

2. Pengetahuan dan pengertian

3. Sikap dan cita-cita

Sedangkan Gagne dalam Nana Sujana (2008:22) membagi lima kategori belajar yakni,

1. Informasi verbal

2. Keterampilan intelektual

3. Strategi kognitif4. Sikap dan 5. Keterampilan motoris

Dalam sistim pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorBenyamin Bloom dlm Nana Sujana (2008:22). Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu:

1. Pengetahuan (knowledge)

2. Pemahaman (comprehension)

3. Aplikasi ( application)

4. Analisis ( analisys)

5. Sintesis ( sintesys)

6. Evaluasi ( evaluation)Hasil belajar yang dikelompokkan kedalam Ranah afektif adalah hasil belajar dibidang sikap seperti : sikap displin, jujur, hati-hati, sabar, kerja sama dan lain-lain yang terdiri dari lima aspek, yakni:

1. Menerima ( Reciving ) mau menerima fenomena

2. Menanggapi ( Responding ) mau ikut berpartisipasi

3. Penilaian ( Valuing ) penghargaan terhadap nilai4. Organisasi ( organization ) : menata beberapa nilai yg saling berbeda ( termasuk nilai yang sudah dikuasai sebelumnya sehingga menjadi tata nilai internal baru

5. Menghayati ( Characterization ): pengamalan tata nilai sebelumnyaSelanjutnya hasil belajar yang dikelompokan kedalam ranah psikomotor adalah hasil belajar berupa gerakan fisik, yang terdiri dari enam tingkatan yaitu :

1. Gerakkan reflek ( keterampilan gerakkan yang tidak sadar )2. Ketrampilan pada gerakan-gerakan sadar

3. Kemampuan perceptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain

4. Kemampuan bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai dengan keterampilan yang kompleks

6. Kemampuan yang berkenaan dengan berkomunikasi non de-cursive seperti gerakkan eksperesif dan interpretative

Belajar psikomotorik harus melalui latihan, tidak bisa hanya melalui ceramah atau hanya membaca buku, menguji/mengukur/menilai psikomotorik juga harus melalui test psikomotorik, tidak bisa hanya dengan ujian lisan atau tertulis .G. AKTIFITAS BELAJAR

Aktivitas belajar diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan peserta didik selama dalam pembelajaran berlangsung sebagai upaya untuk ingin mengetahui, menambah khasanah keilmuan, pemahaman terhadap mata pelajaran yang diberikan, Dalam hal ini Wina Sanjaya ( 2006:135 ) menegaskan bahwa aktifitas belajar peserta didik lebih ditekankan kepada aktifitas peserta didik secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang. Dalam penerapan konsep aktivitas belajar peserta didik ada dua hal yang harus diperhatikan : Pertama : dipandang dari proses pembelajaran yang menekankan kepada aktifitas peserta didik secara optimal yang menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental termasuk emosional dan aktivitas intelektual, Kedua : Dipandang dari hasil belajar yang seimbang antara kemampuan intelektual ( kognitif ) , sikap (afektif ), dan keterampilan ( psikomotor ) Wina Sanjaya ( 2006:135).

Lebih lanjut Wina Sanjaya ( 2006:137) menyatakan dalam menumbuhkan aktivitas belajar peserta didik, guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada peserta didik, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar peserta didik belajar. Oleh karena itu penerapan pembelajaran yang berorientasi kepada aktivitas peserta didik menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan pembelajaranya dengan gaya dan karakteristik belajar peserta didik. Dengan kegiatan sbb :1. Mengemukan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai

2. Menyususn tugas-tugas belajar bersama peserta didik3. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan

4. Memberikan bantuan pelayanan kepada peserta didik yang memerlukannya

5. Memberikan motivasi, mendorong peserta didik untuk belajar, membimbing peserta didik melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan

6. Membantu peserta didik untuk menarik suatu kesimpulan

Aktivitas kegiatan dalam pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah meliputi peserta didik yaitu:1. mencatat tujuan pembelajaran2. mengajukan pertanyaan

3. memberikan tanggapan/jawaban atas pertanyaan

4. membuat tugas

5. membuat kesimpulan. H. MODEL PEMBELAJARAN QUESTNING SKILL

Pembelajaran questning skill bukanlah merupakan pembelajaran yang berdiri sendiri dalam pelaksanaannya digabung dengan beberapa keterampilan pembelajaran lain, seperti dengan ketrampilan membuka pelajaran, ketrampilan mengelola kelas, ketrampilan menjelaskan, ketrampilan memberi penguatan, ketrampilan mengadakan variasi, ketrampilan menutup pembelajaran, dalam penelitian ini pembelajaran lebih ditekankan kepada penggunaan ketrampilan bertanya(questning skill).

Berdasarkan uraian diatas maka disusun secara terperinci tentang tahapan-tahapan dalam pembelajaran questning skill, adapun rincian tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut : Tabel 1 :Tahapan Pembelajaran Questning SkillTAHAP PEMBELAJARANTINGKAH LAKU GURU

Fase 1Kegiatan PendahuluanGuru memulai/membuka pembelajaran

Fase 2Kegiatan Inti

Guru melaksanakan proses pembelajaran, untuk mencapai KD dan dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik. Kegiatan tersebut meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasiFase 3Kegiatan menutup Guru mengakhiri pembelajaran Fase 4

Evaluasi

Melaksanakan Evaluasi, adalah kegiatan guru melaksanakan penilaian terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakanFase 5 Memberikan penghargaan

Pada kegiatan pendahuluan,guru:a. Menyiapkan peserta didik secara pisikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

c. Menginformasikan tujuan pembela jaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai

d. Menginformasikan cakupan materi dan menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan.a. Eksplorasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang membawa peserta didik kepada hal-hal yang lebih dalam sebagai usaha penyelidikan untuk menghasilkan suatu penemuan.b. Elaborasi, guru lebih memperluas dan mengembangkan pembelajaran.

c. Konfirmasi, dalam kegiatan konfirma si guru melaksanakan penegasan dan penguatan terhadap pembelajaran yang telah dilakukanYaitu kegiatan guru mengakhiri pembelajaran dan menyimpulkan apa yang telah dipelajari

Guru melaksanakan penilaian terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, dengan menggunakan tes dalam bentuk tertulisGuru mencari cara untuk memberi penghargaan kepada peserta didik baik penghargaan kepada /prestasi secara klasikal maupun hasil belajar individu

I. KERANGKA KONSEPTUALPembelajaran questning skill merupakan salah satu model pembelajaran dimana peserta didik ditantang dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan guru sehingga peserta didik lebih aktif dan termotivasi, pembelajaran questning skill mengurangi dominasi guru dalam pembelajaran, dan selama pembelajaran guru tetap dan tidak keluar dari koridor pembelajaran yang menyenangkan seperti tidak merendahkan peserta didik, tidak menyindir, tidak menyudutkan peserta didik, dan tidak mempergoki peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan guru diharapkan lebih arif dan mengerti kemampuan, kondisi, serta situasi kejiwaan peserta didik sehingga pembelajaran tetap berjalan dengan baik, lancar dan menyenangkan.Berdasarkan teori yang telah dikemukakan diatas bahwa pembelajaran questning skill dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Pada pembelajaran ini siswa dituntut berpikir, berbagi dan menghargai temanya. Model pembelajaran qestning skill dirancang untuk mempengaruhi pola pembelajaran dan interaksi peserta didik, guru mengajukan pertanyaan atau masalah untuk dipikirkan, dalam mengajukan pertanyaan guru tidak hanya tertumpu kepada seoarang murid tapi menyebar keseluruh siswa yang berada dalam ruangan kelas hal itu dilakukan agar siswa tertantang dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar dan agar suasana kelas lebih hidup dan penuh semangat, disamping itu juga guru harus mampu mengarahkan siswanya agar dapat menggunakan waktu dengan efisien .

Keberhasilan dalam aplikasi model pembelajaran questning skill ditandai dengan meningkatnya aktifitas siswa adalam pembelajaran. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas bertanya, menjawab pertanyaan temanya, menjawab pertanyaan guru, aktifitas membuat kesimpulan dan menyelesaikan tugas dengan baik. tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah di identifikasi, menjelaskan secara teoritis pertautan antara variable yang akan diteliti, pertautan tersebut digambarkan kedalam suatu bentuk paradigma penelitianSebagai berikut

Gambar : 1 Kerangka Konseptual Penelitian

ko;k;

J. HIPOTESIS TINDAKANHipotesis tindakan pada penelitian ini adalah:1.Penerapan metode Questning Skill ( keterampilan bertanya ) dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas XII 3 SMA Negeri 1 Padang

2.Penerapan metode Questning Skill ( keterampilan bertanya ) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XII 3 SMA Negeri 1 Padang

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas ( Classroom

Action Research ) pada mata pelajaran fisika, dalam pembelajaran diadakan perlakuan tertentu yang didasarkan kepada masalah-masalah aktual yang ditemukan dilapangan yang berkenaan dengan perbaikan atau peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada suatu kelas dengan demikian penelitian tidak memerlukan kelas control.

Menurut Suharsimi Arikunto ( 2006;3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru yang dilakukan oleh peserta didik

B. Setting Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di SMA 1 Padang dengan jumlah siswa kelas XII IPA 3, adalah 44 orang, 29 perempuan dan 15 orang laki-laki, sekolah ini terletak dijalan utama yaitu jalan Jenderal Sudirman nomor 1 kota Padang C. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk penelitian ini selama empat minggu, dua minggu pertama untuk siklus pertama enam kali pertemuan dengan jumlah jam 6 kali 45 menit, pertemuan ke 6 digunakan untuk postes, minggu ketiga dan keempat untuk pelaksanaan siklus kedua juga enam kali pertemuan dengan jumlah jam yang sama dengan siklus pertama, pada siklus kedua pertemuan ke 12 digunakan untuk postes, jumlah jam pelajaran fisika 7 jam perminggu dengan tiga kali pertemuan dalam satu minggu. Pelaksanaan dimulai dari tanggal 28 September 2009 sampai dengan tanggal 24 Oktober 2009 semester I tahun pelajaran 2009/2010.D. Subjek Penelitian

Sebagai subjek penelitian pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XII IPA 3 yang mempunyai kemampuan akademik bervariasi (heterogen) jumlah siswa sebanyak 44 orang terrdiri dari 16 laki-laki dan 28 perempuan.E.Objek Penelitianya Objek penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual di kelas XII IS 2 SMAN 1 Ranah Pesisir yang meliputi kegiatan siswa dan guru serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung

F.Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus masing-masing siklus dengan enam kali pertemuan. Adapun kegiatan yang dilakukan pada masing-masing siklus tersebut berpedoman kepada model penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggar dalam Iskandar ( 2009:49) secara garis besarnya ada empat tahapan yang dilakukan yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan (4) Refleksi, Model penelitian tindakan kelas tersebut dapat dilukiskan dalam gambar 2 berikut ini: Gambar 2

Kondisi awal penelitian adalah sebagai berikutTabel 1 Data kondisi awal dan target yang ingin dicapai pada penelitian dengan jumlah siswa 44 orang.

NoAktivitas yang diamatiKoondisi awalTarget

jml%jml%

1Siswa bertanya 49,11125,0

2Siswa yg menjwab pertanyaan teman36,81534,1

3Siswa menjawab pertanyaan guru49,11636,4

4Aktivitas Siwa membuat kesimpulan 2556,83579,5

5Siswa menyelesaikan tugas2761,363681.8

Secara lebih rinci tahapan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini yang terdiri dari dua siklus tersebut adalah sebagai berikut :

SIKLUS I

a. Perencanaan1) Menetapkan jadwal penelitian, pelaksanaan, penelitian ini dijadawalkan dari tanggal 16 Juli sampai tanggal 11 Agustus 2009. 2) Menetapkan materi yang akan dipelajari pada saat penelitian, materi pembelajaran yang akan dibahas adalah gejala gelombang.3) Menetapkan kompetensi dasar yang akan dicapai setelah penelitian, kompetensi dasar yang akan dicapai peserta didik adalah mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum 4) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) enam kali pertemuan ( 2 minggu ), rencana pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun berdasarkan silabus dan bersifat penerapan didalam kelas sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu KTSP5) Mempersiapkan bahan ajar yang akan dibahas sewaktu pembelajaran berlangsung.

6) Menyiapkan peralatan ( sumber belajar ) seperti : buku paket fisika yang tersedia diperpustakaan sekolah dan buku-buku fisika lainya yang relevan. Buku pegangan wajib peserta didik dianjurkan minimal satu buku yaitu Fisika SMA kelas III Bop Foster dan buku lain yang relevan 7) Menyiapkan format evaluasi, dibuat berdasarkan indikator yang sudah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP )b. Pelaksanaan1) Mengcek kesiapan masing-masing peserta didik untuk mengikuti pembelajaran, seperti : tersedianya buku paket fisika, buku-buku fisika lainya yang relevan ( buku referensi ), buku fisika pegangan peserta didik, buku catatan dan buku latihan, peserta didik.2) Menyampaikan judul, tujuan, pembelajaran, pentingnya materi pembelajaran dan menghubungkanya dengan kehidupan sehari-hari.

3) Menginformasikan teknik jalannya pembelajaran, dengan teknik tanya jawab ( questning skill ), peserta didik diberikan kebebasan yang sangat luas untuk bertanya dalam pembelajaran baik kepada temanya maupun guru4) Guru menyiapkan soal-soal yang akan dikerjakan dan dikumpulkan oleh setiap peserta didik kepada guru untuk dinilai5) Melakukan evaluasi ( tes ) untuk mendapatkan penilaian tentang proses selama tindakan berlangsung dan penilaian hasil belajar tentang yang telah dipelajari6) Mengisi lembaran observasi, kolaborator mengisi lebaran observasi yang telah disiapkan selama proses pembelajaran berlangsung

7) Memberikan arahan untuk tugas berikutnya, guru memberikan penjelasan tentang teknis pelaksanaan pembelajaran dan pembuatan tugas atau hal-hal lain yang diragukan peserta didik dalam megerjakanya.

c. Pengamatan

Mengamati apakah guru sudah melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang dibuat bersama kolaborator, observasi bertujuan untuk melihat bagaimana aktifitas dan hasil belajar peserta didik,dan kinerja guru dalam pembelajaran setelah siklus pertama dilakukand. Refleksi

Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan, untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan, kelemahan, dan hasil yang diperoleh, dan upaya apa yang akan dilakukan berikutnya ( pada siklus II ) SIKLUS II

a.Perencanaan.Pada perencanaan tindakan siklus kedua ini, guru harus melakukan identifikasi masalah yang terjadi pada siklus pertama ( Berpedoman kepada refleksi siklus pertama ) dan menetapkan alternatif pemecahan masalah tersebut.selanjutnya guru membuat program pengembangan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus kedua.

b. PelaksanaanProgram yang sudah ditetapkan pada siklus ke dua, harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan, koordinasi dan diskusi dengan kolaborator sangat diperlukan untuk mengarahkan apakah kegiatan sudah berjalan sesuai dengan rencana dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh kolaborasi dan mengisi lembaran observasi tentang aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan didiskusikan guru bersama kolaborator.G. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, menurut Sugiono( 2003 : 166 ) pengumpulan data dengan teknik observasi baik digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu banyakH. Instrumen Penelitian

Untuk mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dan proses pembelajaran yang dilaksanakan siswa dan diperoleh data yang relevan dengan apa yang akan diungkapkan , maka sebelumnya dirancang instrument penelitian.Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Instrumen untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaranInstrumen ini digunakan untuk mengcek keatifan siswa dalam proses pembelajaran, format yang digunakan terlampir....( ada)2. Instrumen untuk mengamati proses pembelajaranInstrumen yang digunakan untuk mengamati proses pembelajaran adalah untuk mengcek kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan indicator yang ditentukan sebelumnya.Aspek yang diamati adalah yang berkaitan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru maupun yang dilaksanakan siswa.Format lembaran obserrvasi yang digunakan seperti lampiran... ( ADA)3. AngketAngket diberikan kepada siswa, dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pelaksanaan strategi/tindakan pembelajaran.Format lembaran yang digunakan seperti lampiran 4. Wawancara

Wawancara bertujuan untuk mengkontruksi/ memperteguh kejadian, kegiatan, kepedulian, perasaan, tuntutan tentang situasi pembelajaranFormat lembaran yang digunakan seperti lampiran I. Metoda Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan teknik parsentase aktivitas yang dikemukan oleh Aruan ( 1981 : 19 ) yaitu membandingkan jumlah peserta didik yang aktif dengan jumlah peserta didik keseluruhan dikalikan 100%. Dalam bentuk rumus metematisnya sbb:

FA% = X 100 % NAktivitas peserta didik tersebut dapat dibedakan berdasarkan kreteria yang dikemukakan oleh Arikunto ( 1989 : 18 ) yaitu 81% - 100% adalah aktivitas peserta didik sangat baik, 61% - 80% adalah aktivitas peserta didik baik, 41% - 60% adalah aktivitas peserta didik cukup, 21% - 40% adalah aktivitas peserta didik kurang, 0% - 20%, adalah aktivitas kurang sekali.Analisis data hasil belajar.peserta didik memperlihatkan hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, meliputi nilai rata-rata skor tertinggi dan skor terendah dari hasil ujian siklus I dan siklus ke II. Sisi lain perhitungan yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan nilai test hasil belajar peserta didik melalui ketuntasan belajar peserta didik, peserta didik dikatakan berhasil (tuntas ) dalam suatu pembelajaran bila ia telah memperoleh nilai dari nilai KKM, sedangkan nilai KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran, Nilai KKM mata pelajaran fisika kelas III SMA 1 Padang semester I tahun pelajaran 2009/2010 adalah tujuh puluh lima ( 75,00)

Untuk menghitung / menetapkan nilai peserta didik tersebut dapat dituliskan dengan menggunakan rumus berikut :Nilai Perorangan = jumlah skor yang didapat peserta didik /jumlah skor maksimalParsentase dari peserta didik yang memperoleh nilai 75 (KKM) .Hal tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Parsentase tuntas peserta didik = jml peserta didik yang memproleh nilai 75(KKM) / jml peserta didik seluruhnya x 100%

Untuk menghitung parsentase jumlah indicator yang tuntas dapat digunakan rumus berikut:

Parsentase jumlah indicator yang tuntas = jumlah indicator yang tuntas/jumlah indicator seluruhnya

J.Cara Pengambilan KesimpulanData hasil penelitian kemudian ditabulasi, disimpulkan, dimaknai dan dtentukan parsentase keberhasilanya. Untuk mlihat kecendrungan data, data ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik dan diolah secara deskriptif.

BAB IVHASIL PENELITIANA. Hasil Pelaksanaan Siklus PertamaJenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Padang Sumatera Barat, sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Padang, penelitian ini dilaksanakan dengan dua silklus

Sesuai dengan tahapan penelitian tindakan kelas, pada siklus pertama ini dilakukan empat kegiatan yaitu : kegiatan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan dan Refleksi. Uraian secara terperinci tentang setiap kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Perencanaan

Peneliti terlebih dahulu mengumpulkan berbagai informasi dari guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Padang. Dari hasil diskusi diperoleh keterangan bahwa peserta didik kurang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini disebabkan antara lain karena belum dimanfaatkan bahan ajar seperti: buku paket, buku referensi, buku pegangan peserta didik yang ada disekolah serta kurangnya kemampuan guru untuk mengunakan multi metode dan multi pendekatan serta bermacam model pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa peserta didik belum belajar dengan maksimal dan belum tertangani secara utuh dalam melaksanakan pembelajaran oleh guru mata pelajaran .

Oleh karena itu, pada siklus pertama penelitian tindakan kelas ini telah dilakukan beberapa kegiatan sebagai persiapan untuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas sebagaimana berikut :a. Menetapkan jadwal penelitian, yang berlangsung dari tanggal 28 September 2009 sd 24 Oktober 2009

b. Menetapkan materi yang akan dibahas pada saat penelitian, yaitu ; gejala gelombang.c. Menetapkan kompetensi dasar yang akan dicapai setelah penelitian yaitu: mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum d. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) yang berisi tentang program materi yang akan dilaksanakan dan disusun untuk lima kali pertemuan. RPP diturunkan dari silabus dan bersifat penerapan dalam kelas, pertemuan ke enam diisi dengan pelaksanaan tes formatif pertama e. Mempersiapkan bahan ajar dan rumusan pertanyaan yang akan diajukan guru dalam proses pembelajaran f. Menyiapkan peralatan ( sumber belajar ) seperti buku paket fisika dan buku fisika yang relevan ( buku referensi )Selanjutnya menyusun pengamatan keaktivan siswa dalam melaksanakan pembelajaran questning skill( lampiran .), lembaran pengamatan dibuat untuk mengetahui sejauh mana interaksi siswa pada saat proses pembelajaran. Selain itu disusun juga lembaran pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran yang menggunakan metode questning skill lampiran 2. Pelaksanaan TindakkanPenggunaan model pembelajaran tipe questning skill ini sebetulnya sebagian kecil guru sudah melaksanakanya di SMA 1 Padang, namun tampa disadari dan belum terarah serta belum terakomodasi dengan baik. Maka diawal pertemuan pertama siklus pertama ini peneliti perlu mensosialisasikan terlebih dahulu tentang cara kerja pembelajaran tipe questning skill ini, oleh sebab itu peneliti bertindak sebagai guru yang melaksanakan proses pembelajaran dan ditemani oleh kolaborator. Guru peneliti bersama kolaborator mencatat semua kegiatan peserta didik dan memasukkanya kedalam lembaran observasi yang telah disiapkan, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada peserta didik bahwa beberapa kali pertemuan ( lima kali pertemuan ) peserta didik akan belajar mata pelajaran fisika melalui model pembelajaran Questning skill. Yang intinya proses pelaksanaan pembelajaran dijalankan secara tanya jawab. Beberapa pertanyaan sesuai materi yang akan diajukan telah dirancang oleh guru, guru hanya diharapkan sebagai pencetus pertanyaan pertama akhirnya terjadi pantul memantulkan pertanyaan yang akan menggiring kepada suatu kesimpulan.

Pada awal pertemuan, peneliti menyampaikan informasi tentang tata cara pelaksanaan pembelajaran, peserta didik memperhatikan dan mendengarkanya dengan baik, suasana kelas cukup tenang disebabkan adanya pengetahuan baru yang akan diterima peserta didik. Para peserta didik melaksanakan proses pembelajaran fisika melalui model pembelajaran questning skill, diharapkan dapat meningkatkan aktivitasnya sehingga suasana kelas hidup, bervariasi dan berpusat pada siswa. Dengan peningkatan aktivitas peserta didik tersebut, diharapkan pula hasil belajarnya meningkat sehingga mencapai ketuntasan yang tinggi jauh melebihi KKM yang telah ditetapkan. Proses penyampaian informasi berlangsung sekitar sepuluh menit pertama. kemudian dilanjutkan dengan pengecekan kesiapan masing-masing peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran, seperti : buku paket, buku referensi, buku pegangan peserta didik buku catatan dan buku latihan / PR. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas setiap pertemuan dapat diuraikan sebagai berikut :a. Pertemuan PertamaSetelah semua persiapan dan sosialisasi dilaksanakan , guru memotivasi peserta didik selama lima menit. Kemudian guru menyampaikan judul pembelajaran, pentingnya materi pembelajaran dan menghubungkanya dengan kehidupan sehari-hari. Hal itu dilakukan agar peserta didik lebih terarah, materi pada pertemuan ini adalah (1) Pengertian gelombang (2) jenis-jenis gelombang.Supaya penerapan model pembelajaran questning skill ini lebih baik maka guru perlu menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan berlangsung. Hal itu dilakukan karena kesuksessan dari proses pembelajaran ini sangat ditentukan oleh pemahaman peserta didik tentang langkah-langkah pelaksanaan proses pembelajarannya, disamping itu guru juga perlu menambahkan aturan-aturan tentang pelaksanaan pembelajaran sesuai questning skill sebagai berikut:a) Guru mendemonstrasikan bentuk-bentuk gelombang dengan menggunakan tali dan slinky.

b) Guru menantang peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah direncanakan sehingga peserta didik lebih aktif dan termotivasi, pertanyaan-pertanyaan pertama memang diajukan oleh guru, selanjutnya pertanyaan diharapkan muncul dari peserta didik.c) Setiap peserta didik dianjurkan untuk mengajukan pertanyaan seputar materi yang sedang dipelajari baik kepada temanya maupun kepada guru, guru menantang peserta didik untuk berfikir kritis dan dapat mengajukan pertanyaan secara dalam, hal tersebutlah yang akan dinilai dari peserta didik

d) Guru menjelaskan kepada peserta didik setiap pertanyaan yang diajukan kepada guru, guru tidak akan langsung menjawabnya tapi memantulkanya dulu kepada peserta didik yang bisa menjawab, begitu seterusnya.e) Siswa yang dapat menjawab pertanyaan temannya yang tidak terjawab oleh siswa lain atau oleh semua siswa akan mendapat nilai tambah /penghargaan dari guru.

f) Guru hanya sebagai fasilitator dan mengatur jalannya lalu lintas pertanyaan antara peserta didik dengan temanya maupun dengan guru.

g) Guru juga menjelaskan kepada peserta didik agar mengajukan pertanyaan dengan jelas dan singkat serta tidak dengan kalimat majemuk sehingga hanya ada satu pusat pertanyaaan, diharapkan peserta didik mengajukan pertanyaan dengan tenang dan teratur.h) Pada saat gkesimpulan telah dicapai guru memberi penguatan-penguatan yang diperlukan untuk menggiring peserta didik kepada suatu kesimpulan dan peserta didik diberi kesempatan untuk mencatat kesimpulan yang telah disepakati tersebut

Setelah guru menjelaskan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan maka pembelajaran pun mulai dilaksanakan, sewaktu memulai pembelajaran setelah guru menkondisikan peserta didik siap melaksanakan pemebelajaran, dan mengajukan pertanyaan yang mengaitkan dengan pegetahuan sebelumnya sebagai apersepsi , menjelaskan tujuan /kompetensi dasar yang akan dicapai dan cakupan serta sistimatis penyajian materi. Ternyata pada awal pembelajaran berjalan agak kaku siswa belum terbiasa, dan belum banyak mempunyai bahan/ materi yang akan dipertanyakan/didiskusikan namun karena guru telah mempersiapkan dengan pertanyaan yang telah direncanakan dan menggiring siswa kepada kesimpulan yang diharapkan maka pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Diakhir pertemuan pembelajaran berjalan cukup hidup menantang dan kondusif dan penuh kegairahan serta menyenangkan. Sebelum pembelajaran diakhiri guru memberikan waktu kepada peserta didik untuk bertanya hal-hal yang masih diragukan selama lima menit, dan guru memberikan catatan kesimpulan yang akan dicatat siswa dan akan dipelajari dirumah kembali. Diakhir pembelajaran guru memberikan beberapa buah soal yang harus dikerjakan siswa dan hasilnya diperiksa bersama. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan memberikan tugas individual dan tugas baca kepada peserta didik terhadap matari pembelajaran pada pertemuan berikutnya, dan pembelajaran ditutup dengan salam. b. Pertemuan Ke dua

Pada pertemuan kedua ini, siswa terlihat lebih siap untuk melaksanakan proses pembelajaran. Apersepsi dilakukan selama lebih kurang lima menit oleh peneliti untuk meninjau materi pada pertemuan pertama dan melanjutkan pembelajaran dengan materi berikutnya yaitu ; (1). Gelombang berjalan.

Setelah guru menjelaskan materi yang akan dibahas dalam pembelajaran dan Guru memancing dengan beberapa pertanyaan yang sudah direncanakan. Pada pertemuan kedua ini peserta didik terlihat sudah mulai cukup aktif , kelas mulai hidup dengan pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik, guru berhati-hati mengatur lalulintas pertanyaan dan tidak menjawab langsung pertanyaan yang muncul dari peserta didik tetapi memantulkan pertanyaan itu kepada pesrta didik terlebih dahulu sebelum menjawabnya, sehingga diskusi dan tanya jawab, hidup dan berjalan secara kondusif, Guru kalau merasa sudah pada saatnya pemahaman peserta didik mantap guru mengiring peserta didik untuk mengambil kesimpulan yang akan dicatat siswa dalam buku catatannya. Sedangkan kolaborator mencatat dalam lembaran observasi kejadian-kejadian baik yang positif yang mendukung kepada proses pembelajaran maupun yang negative yang sifatnya menghalangi pembelajaran untuk didiskusikan pada saat refleksi nanti.

Guru memotivasi peserta didik tidak hanya untuk bertanya dan menjawab pertanyaan tetapi juga segera membuat subkesimpulan-subkesimpulan pembelajaran sewaktu tanya jawab dan pembelajaran dilaksanakan, hal ini merupakan suatu penilaian positif yang akan diterima peserta didik. Disamping pada akhir pembelajaran peserta didik juga diwajibkan merumuskan kesimpulan-kesimpulan akhir pembelajaran.Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang masih diragukan, Diakhir pembelajaran guru memberikan beberapa buah soal yang harus dikerjakan peserta didik dan hasilnya diperiksa bersama. Nampaknya melalui proses pembelajaran questning skill ini waktu yang tersdia tidak cukup.Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan memberikan tugas individual dan tugas baca materi pembelajaran yang akan dipelajaripada pertemuan berikutnya, dan akhirnya pembelajaran ditutup dengan salam

c. Pertemuan Ke tiga

Pada pertemuan ketiga ini tampaknya peserta didik lebih siap bila dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Karena sebelumnya guru mewajibkan kepada peserta didik untuk membaca dan memahami materi yang akan dipelajari pada buku paket dan pada buku wajib pegangan peserta didik dan buku lainya yang relevan. Apersepsi dilakukan pada lima menit pertama oleh guru untuk menjeput materi pada pertemuan ke dua dan melanjutkan materi berikutnya yaitu (1) gelombang stasioner pada ujung bebas dan selanjutnya guru masuk kegiatan inti pembelajaran secara questning skill yaitu saling mengajukan pertanyaan dan menggiring kepada suatu kesimpulan dengan etika yang baik.Pada pertemuan ketiga ini, peserta didik mulai tertib dan dalam waktu lima menit sudah masuk dan memulai pembelajaran secara questning skill, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan peserta didik merasa tertantang dan mempunyai tanggung jawab yang tinggi karena kolaborator akan mencatat aktivitas peserta didikPada waktu tanya jawab berlangsung sang observer tetap berkeliling memberi bimbingan dan bantuan secara terbatas dan memotivasi peserta didik agar aktiv bertanya dan menjawab pertanyaan baik dari temannya sendiri maupun pertanyaan dari guru.

Pembelajaran berjalan cukup hidup menantang dan kondusif dan penuh kegairahan serta menyenangkan. Sebelum pembelajaran diakhiri guru memberikan waktu kepada peserta didik untuk bertanya hal-hal yang masih diragukan selama lima menit, dan guru menyuruh seorang peserta didik menuliskan kesimpulan kepapan tulis, kesimpulan tersebut diverivikasi bersama peserta didik kesimpulan yang disepakati dicatat peserta didik dan akan didalami dirumah.

Diakhir pembelajaran guru memberikan beberapa buah soal yang harus dikerjakan peserta dan hasilnya diperiksa bersama. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan memberikan tugas individual dan tugas baca kepada matari pembelajaran pada pertemuan berikutnya, dan pembelajaran ditutup dengan salam. d. Pertemuan ke empatPada pertemuan ke empat ini kelihatannya peserta didik lebih siap baik secara fisik maupun psikis, namun guru tetap melaksanakan membuka pelajaran secara ideal yaitu : menyampaikan/menjelaskankan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, menyampaikan materi dan cakupan materi yang akan dibahas pada pembelajaran, materi pada pertemuan ke empat ini adalah (1) gelombang stasioner pada ujung terikat, selanjutnya guru mengajukan pertanyaaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari sebagai apersepsi yang lebih kurang selama 7 menit, sebelum memasuki kegiatan inti dengan tanya jawab pembelajaran,

Pembelajaran berjalan cukup hidup menantang dan kondusif dan penuh kegairahan serta menyenangkan. Sebelum pembelajaran diakhiri guru memberikan waktu kepada peserta didik untuk bertanya hal-hal yang masih diragukan selama lima menit, dan guru menyuruh seorang peserta didik menuliskan kesimpulan pembelajaran yang telah dilaksanakan kepapan tulis, dengan spidol berwarna supaya lebih beda dan menarik. kesimpulan tersebut diverivikasi bersama peserta didik, kesimpulan yang telah disepakati dicatat siswa untuk kembali didalami d an dipelajari dirumah.Diakhir pembelajaran guru memberikan beberapa buah soal yang harus dikerjakan langsung oleh peserta didik dan hasilnya diperiksa bersama. Dan nilai peserta didik yang tinggi diberi pujian dan yang rendah dimotivasi agar lebih giat belajar dan lebih mempersiapkan diri dirumah.Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan memberikan tugas individual dan tugas baca kepada matari pembelajaran pada pertemuan berikutnya, dan pembelajaran ditutup dengan salam.e. Pertemuan ke lima

Pada pertemuan kelima ini kelihatan peserta didik lebih siap dan antusias sewaktu guru memasuki kelas, peserta didik sudah sibuk mempersiapkan pembelajaran berikutnya karena memang pembelajaran fisika jatuh pada jam ketiga dan empat namun begitu guru tetap mengadakan kegiatan pendahuluan Yaitu membuka pembelajaran dengan menyampaikan/menjelaskankan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai, menyampaikan materi dan cakupan materi yang akan dibahas pada pembelajaran, materi pada pertemuan ke lima ini adalah (1) cepat rambat gelombang stasioner, selanjutnya guru mengajukan pertanyaaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari lebih kurang 7 menit, sebelum memasuki kegiatan inti dengan tanya jawab pembelajaran,

Pembelajaran berjalan cukup hidup menantang dan kondusif dan penuh kegairahan serta menyenangkan. Sebelum pembelajaran diakhiri guru memberikan waktu kepada peserta didik untuk bertanya hal-hal yang masih diragukan selama lima menit, dan guru menyuruh seorang peserta didik menuliskan kesimpulan pembelajaran yang telah dilaksanakan kepapan tulis, dengan spidol berwarna supaya lebih beda dan menarik. kesimpulan tersebut diverivikasi bersama peserta didik, kesimpulan yang telah disepakati tersebut dicatat siswa untuk kembali didalami d an dipelajari dirumah.

Diakhir pembelajaran guru memberikan beberapa soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik dan hasilnya diperiksa bersama, dan nilai peserta didik yang tinggi diberi pujian dan yang rendah dimotivasi agar lebih giat belajar serta lebih mempersiapkan diri dirumah.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan memberikan tugas individual dan tugas baca kepada peserta didik terhadap materi pembelajaran untuk pertemuan berikutnya, dan pembelajaran ditutup dengan salam.

f. Pertemuan ke enamPada pertemuan ke enam ini dilaksanakan tes formatif 1 untuk mengambil hasil belajar selama siklus pertama, dalam pelaksanaa tes formatif ini guru mempersiapkan dua bentuk soal yaitu bentuk soal A dan bentuk soal B dengan materi yang sama, hal ini bertujuan agar siswa lebih bersiap, tidak mengaharap dari temanya dan lebih memotivasinya untuk menguasai materi pembelajaran secara maksimal3. Pengamatan Pada penelitian tindakan kelas ini, pelaksanaan penerapan pembelajaran metode questning skill yaitu dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat oleh peneliti. Dengan hasil sebagai berikut:1).Aktivitas peserta Didik

Pada siklus pertama sosialisasi dilakukan untuk menyampaian informasi kepada

peserta didik tentang tata cara pelaksanaan pembelajaran, untuk 12 kali pertemuan (4 minggu ) berikutnya siswa mempelajari materi pembelajaran dengan metode questning skill ( teknik bertanya ) dimana peserta didik dalam pembelajaran diajak untuk bertanya, menjawab pertanyaan dari guru maupun dari temanya, guru akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan guru, siswa menjawabnya, guru melemparkan jawaban tersebut kepada peserta didik lainya apakah sudah benar atau belum, yang pada akhirnya terjadi pantul memantulkan pertanyaan, guru mengiring pertanyan/diskusi kepada suatu kesimpulan, guru diharapkan hanya sebagai pengatur lalulintas tanya jawab dan menjaga agar pembelajaran tetap berjalan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, Sebelum pembelajaran peserta didik diharapkan sudah membaca dan mempersiapkan diri sesuai dengan materi yang akan dipelajari kondisi ini sudah disampaikan guru sebelum pembelajaran dilaksanakan. Semua akativitas peserta didik dicatat sesuai dengan format observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil observasi langsung yang diperoleh melalui lembaran observasi, pengamatan yang dilakukan observer mengenai aktivitas peserta didik dilakukan dengan mencatat ( mendata ) banyak peserta didik yang melakukan dan aktivitas sesuai dengan yang terdapat pada lembaran observasi. Data hasil observasi tentang kegiatan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran dapat dilihat pada table berikut ini :Tabel 2 : Data Aktivitas peserta didik pada siklus pertama

NoAktivitas yang diamatiJumlah peseta didik yang aktif pada

Pertemuan keRata-rata

1%2%3%4%5%

1Bertanya511,3818,11125,01431,81943,125,9

2Menjawab pertanyaan teman511,3613.61022,71431,81738,623,6

3Menjawab pertanyaan guru49,09818,11329,51840,92147,729,0

4Aktivitas membuat kesimpulan49,0949,09715,9920,41227,216,3

5Mengerjakan tugas2147,73170,43988,63988,64193,177,7

1).Parsentase aktivitas peserta didik dalam bertanya pada siklus pertama mengalami peningkatan bila dibandingkan keadaan sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas. Ternyata model pembelajaran questning skill dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam bertanya. Parsentase aktivitas peserta didik yang mengajukan pertanyaan sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas 10% tetapi pada siklus pertama penelitian tindakan kelas sudah mencapai rata-rata 25,91%. Hal itu disebabkan karena model pembelajaran questning skill memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk saling bertanya baik kepada temanya maupun kepada guru.2). Parsentase aktivitas peserta didik dalam menjawab pertanyaan teman pada siklus pertama mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan keadaan sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Namun parsentase peningkatanya masih kecil, aktivitas peserta didik dalam menjawab pertanyaan temannya sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas 10% sedangkan pada penelitian tindakan kelas siklus pertama meningkat menjadi rata-rata 23,63%. Peningkatan parsentase aktivitas peserta didik dalam menjawab pertanyaan temannya pada siklus pertama ini belum begitu signifikan. Hal itu disebabkan karena peserta didik belum terbiasa mengajukan pertanyaan, baik kepada temanya maupun kepada guru, sehingga pertanyaan yang diajukan bahasanya masih belum efektif dan belum begitu dipahami oleh peserta didik lain. Pada hal model pembelajaran questning skill cukup memberi kesempatan kepada peserta didik untuk saling bertanya dan menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari temanya.

3) Parsentase aktivitas peserta didik dalam menjawab pertanyaan guru mengalami peningkatan sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas, parsentase aktivitas peserta didik dalam menjawab pertanyaan guru 10%, tetapi pada saat penelitian tindakan kelas siklus pertama sudah mencapai rata-rata 29,09%. Berarti terjadi peningkatan sebesar 19,09%. Pada penelitian tindakan kelas siklus pertama peserta didik sudah berani untuk menjawab pertanyaan guru, hal itu disebabkan karena dari awal sewaktu sosialisasi guru memberi tahu dan menantang agar peserta didik bersuara untuk bertanya, peserta didik diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk bertanya baik kepada guru maupun kepada temannya disamping model pembelajaran questning skill memberikan keberanian untuk menjawab pertanyaan, baik untuk menjawab pertanyaan dari temannya maupun pertanyaan dari guru.

4). Dalam pembelajaran questning skill kesimpulan pembelajaran diharapkan lahir atau dirumuskan oleh peserta didik sendiri, untuk mencapai suatu kesimpulan dalam pembelajaran guru menggiring peserta didik dengan pertanyaanpertanyaan ataupun diskusi sehingga didapatkan suatu kesimpulan pembelajaran, baik yang sifatnya sub kesimpulan maupun kesimpulan akhir pembelajaran parsentase aktivitas peserta didik dalam membuat kesimpulan pembelajaran mengalami peningkatan, sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan parsentase aktivitas peserta didik dalam membuat kesimpulan 10% tetapi pada penelitian tindakan kelas meningkat menjadi rata-rata 16,36%. Berarti terjadi peningkatan sebesar 6,36%, hal itu disebabkan karena model pembelajaran questning skill mendidik peserta didik dalam menyimpulkan apa yang sudah dipelajarinya.5).Parsentase aktivitas peserta didik untuk mengerjakan tugas mengalami peningkatan yang signifikan. Sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas parsentase aktivitas peserta didik dalam mengerjakan tugasnya 65% tetapi pada penelitian tindakan kelas siklus pertama mencapai rata-rata 77,73%. Hal itu disebabkan karena model pembelajaran questning skill dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengerjakan tugasnya dengan baik. Hubungan sesama peserta didik semakin akrab merasa sama bertanggung jawab sehingga juga memberikan semangat kepada peserta didik untuk mengerjakan tugasnya.

Untuk lebih jelasnya rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus pertama dapat dilihat grafik dibawah ini :Grafik :Hasil Observasi Parsentase Rata-rata Aktivitas Peserta Didik siklus I

A=Aktivitas Bertanya, B=Aktivitas Menjawab Pertanyaan teman, C=Aktivitas menjawab Pertanyaan guru, D=Aktivitas Membuat Kesimpulan, D=Aktivitas mengerjakan tugas.2).Hasil Pengamatan Terhadap Guru Mengajar

Keberhasilan siswa dalam belajar juaga ditentukan oleh keberhasilan guru menyajikan materi pelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran perlu diamati oleh kolaborator hasil yang diperoleh adalah pertemuan pertama = 62,3%, kedua = 64,5%, ketiga = 67,8% ke empat = 69,1% dan kelima 70,5% ( lampiran .)

3).Hasil Wawancara

Wawancara bertujuan untuk Memperoleh informasi tentang pelaksanaan pembelajaran questning Skill, memperteguh kejadian, kegiatan, kepedulian, perasaan, tuntutan tentang situasi pembelajaran. Serta untuk mendapatkan data kualitatif secara langsung dari siswa, dilakukan ketika refleksi diakhir siklus pembelajaran, yang diajukan beberapa pertanyaan kepada siswa baik individu maupun kelompok, format wawan cara terlampir ( lampiran )

Pada siklus ini, hasil wawancara yang diperoleh dari siswa adalah 81,71% menyatakan mendukung model pembelajaran kooperatif tipe Questioning Skill, sedangkan sebesar 18,29% siswa belum mendukung terhadap model pembelajaran ini. Siswa yang belum mendukung terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Questioning Skill ini disebabkan oleh 4 aspek yang menonjol, yaitu 1) siswa kurang berperan dalam diskusi kelompok, 2) siswa kurang mendukung dalam belajar dengan kerja kelompok, 3) siswa kurang mendukung dalam belajar dengan cara diskusi, dan 4) siswa kurang memahami materi yang diajarkan.Table 4. Hasil Wawancara

NoPertanyaan GuruYaTidak

1Apakah anda suka mempelajari ....3011

2Apakah anda suka bila guru menuliskan judul atau tujuan pembelajaran383

3Ketika temanmu bertanya apakah anda berusaha untuk menjawab356

4Apakah anda berperan dalam diskusi kelompok ?3011

5Apakah anda suka belajar dengan cara kelompok3011

6Apakah anda suka belajar dengan cara berdiskusi356

7Apakah anda memahami materi yang baru saja diajarkan401

Parsentase (%)81,71%18,29%

Dari hasil wawancara siswa pada siklus 1 ini, menunjukan 81,71% siswa mendukung kegiatan model pembelajaran Questioning Skill. Sedangkan 18,29% siswa masih belum mendukung. Upaya yang dilakukan untuk ini adalah siswa diberikan penjelasan lagi mengenai model pembelajaran Questioning Skill

b. Hasil Belajar Peserta Didik

Adapun hasil belajar peserta didik berdasarkan tes pada siklus pertama adalah sebagai berikut : jumlah peserta didik 44 0rang, nilai minimum adalah 35,00.nilai rata-rata 64,12 nilai maksimum yang dicapai peserta didik adalah 90,00. Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar peserta didik pada penelitian tindakan kelas siklus pertama mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan aktivitas peserta didik dalam bertanya, menjawab pertanyaan, membuat kesimpulan dan mengerjakan tugas, peserta didik termotivasi untuk belajar dan mempersiapkan diri karena peserta didik dalam pembelajaran akan ditantang untuk melakukan hal-hal tersebut, baik dalam belajar kelompok maupun belajar mandiri, peserta didik merasa bertanggung jawab pada dirinya untuk memahami materi pembelajaran.

Hasil ketuntasan belajar yang diperoleh peserta didik sebelum dilakukan penelitian cukup rendah, sebagaimana terlihat dalam rekapitulasi nilai formatif peserta didik semester 1 tahun pelajaran 2008 / 2009, yaitu jumlah peserta didik yang tidak mencapai nilai KKM/tidaktuntas adalah sebanyak 26 orang dari 44 orang dengan parsentase ketidaktuntasan adalah 59,09% sedangkan jumlah peserta didik yang tuntas/mencapai nilai KKM adalah 18 orang dari 44 orang dengan parsentase ketuntasan hanya 40,91%Sedangkan hasil ketuntasan belajar peserta didik pada siklus pertama adalah sebagai berikut : jumlah peserta didik yang tidak mencapai nilai KKM/tidaktuntas adalah sebanyak 17 orang dari 44 orang dengan parsentase ketidaktuntasan 38,64%. Dan jumlah peserta didik yang tuntas/mencapai nilai KKM adalah 27 orang dari 44 orang dengan prosentase ketuntasan 61,36% bearti sudah terjadi peningkatan jumlah maupun parsentase peserta didik yang mencapai nilai KKM yaitu dari semula hanya 18 orang yang tuntas dari 44 orang pada siklus pertama sudah tercapai 27 orang dari 44 orang sedang prosentase meningkat dari 40,91% menjadi 61,36%, namun dari segi parsentase ketuntasan belum menunjukkan hasil yang memuaskan sebab parsentase ketuntasan yang diharapkan adalah 100% sedang pada siklus pertama hanya tercapai 61,36%, berarti untuk mencapai ketuntasan 100%, perlu ditingkatkan ketuntasan sebesar 38,64% lagi, namun parsentase peningkatan ketuntasan belajar pada siklus pertama sudah cukup signifikan yaitu sebesar 20,45%. ( dari 40,91% kepada 61,36% )

Bila dihitung jumlah indikator yang tuntas pada nilai formatif semester 1 tahun pelajaran 2008/2009 hanya 4 yang tuntas dari 7 soal dengan parsentase jumlah indicator yang tuntas adalah 57,14% berarti belum maksimal. Namun pada siklus pertama dari 7 indicator soal yang diujikan tuntas 5 berarti sudah mencapai 71,42%, cukup kelihatan peningkatanya secara signifikan yaitu 14,28%. Berarti pembelajaran tidak perlu diulang. sesuai kurikulum yang berlaku ( KTSP ) dalam suatu pembelajaran bila tes formatif indikator yang tuntas 50% maka pembelajaran tersebut harus direvisi dan diulang. Untuk lebih jelasnya nilai formatif hasil belajar yang didapatkan pada siklus pertama dapat dilihat grafik dibawahGrafik Hasil Belajar Peserta didik siklus I

A=Nilai minimum, B=Nilai rata-rata, C=Nilai maksimum,D=Parsentase peserta didik yang tuntas, E=Parsentase indikator yang tuntas4. Refleksi

Setelah menyelesaikan siklus pertama, peneliti dan kolaborator merenungkan tentang berbagai faktor kelemahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran questning skill. Hal itu terlihat pada keaktivan peserta didik yang masih tergolong rendah walaupun sudah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan sebelum menerapkan model pembelajaran questning