ptk sekolah dasar

Upload: arman-atsuki

Post on 13-Oct-2015

69 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Penelitian Tindakan Kelas di Seklolah Dasar

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUANLatar Belakang MasalahGuru sebagai unsur pokok serta bertangung jawab atas keberhasilan dan tidaknya dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan UU. NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan secara umum tersebut terperinci dalam tujuan institusional yang meliputi SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Tujuan institusional tersebut dijabarkan dalam tujuan kurikuler, yaitu tujuan masing-masing mata pelajaran atau mata kuliah (UU. NO. 20 Tahun 2003, Bab II pasal 3) sedangkan tujuan kurikuler disusun sedimikian rupa sehingga secara bersama-sama dapat menunjang tujuan pendidikan nasional.

Dengan adanya penjabaran tujuan-tujuan tersebut maka kegiatan pendidikan menjadi semakin terarah. Permasalahan yang sering muncul dalam bidang pendidikan yaitu tingkat keberhasilan pendidikan atau kualitas pendidikan. Berbagai upaya dilakukan dan dikembangkan pada setiap jenjang pendidikan untuk berbagai mata pelajaran. Berbagai upaya baik materi maupun pengembangan media yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan telah dilaksanakan.Dalam rangka mengupayakan tingkat kualitas pendidikan dan keberhasilan belajar mengajar siswa, pemanfaatan media sebagai salah satu alternatif yang mungkin dapat dikembangkan. Namun sebelum memanfaatkan suatu media alangkah baiknya mempertimbangkan karakteristik peserta didik. Karena suatu media yang berlaku asing akan membuat peserta didik justru akan lebih tertarik pada media bukan pada materi atau pesan yang disampaikan lewat media tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut menjadi sangat penting artinya penggunaann alat peraga yang berupa benda konkret dan metode demonstrasi dari guru untuk menunjang proses belajar mengajar dan tercapainya kualitas pendidikan yang lebih baik. Dengan alat peraga siswa mendapat kesempatan untuk mengenal, mengembangkan dan menerapkan konsep yang semula masih abstrak akan lebih mudah dipahami oleh para siswa dan dapat membuat lebih mudah mengingat dan tahan lama serta menjadi lebih mudah untuk mereproduksi kapan pun bila diperlukan. Di samping itu akan tercapainya pembelajaran yang aktif-kreatif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penelitian kelas di sekolah dasar Negeri I Gondangwayang Kecamatan Kedu, Kab. Temanggung, khususnya di kelas III A dengan jumlah 24 orang, laki-laki 11 orang dan perempuan 13 orang. Menurut hasil penelitian, minat belajar siswa masih kurang, hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor karena sebagian besar masyarakat bermata pencaharian petani mengakibatkan kualitas SDM di lingkungan SD N I Gondangwayang masih rendah. Dengan kondisi tersebut menyebabkan kurangnya kualitas pendidikan di lingkungan tersbut. Selain itu dorongan belajar dari orang tua/wali murid yang sangat kurang. Dengan adanya faktor-faktor tersebut di atas dari kelas III jumlah siswa 24 yang terdiri dari laki-laki 14 dan perempuan 10, siswa yang dapat menuntaskan hanya 9 siswa atau 31% dari nilai yang kurang atau belum tuntas 15 siswa dan 69 % belum mencapai nilai 75.

Identifikasi Masalah Dalam proses pembelajaran yang sudah berlangsung terdapat beberapa persoalan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Sehingga hasil pembelajaran belum tercapai. Dari hasil pengamatan dalam pembelajaran dapat teridentifaksi masalah sebagai berikut

Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dalam kegiatan pembelajaranPenggunaan alat peraga yang kurang tepat dalam kegiatan pembelajaran Guru menjadi pusat pembelajaranSiswa kurang aktif dalam proses pembelajaran di kelas.

Analisis MasalahMenurut Abin Syamsuddin Makmun (1998) seorang guru ideal dapat bertugas dan berperan antara lain sebagai: (1) konservator (pemelihara) sistem nilai; (2) transmittor (penerus) sistem nilai tersebut pada sasaran didik; (3) transformator (penerjemah) sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadi dan perilakunya.

Penggunaan teori belajar dalam proses pembelajaran sangat penting, karena: (1) dapat dijadikan rujukan untuk perancangan pengajaran, (2) menilai hasil-hasil yang telah dicapai untuk digunakan dalam ruang kelas, (3) mendiagnosa masalah-masalah dalam kelas, (4) menilai hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan berdasarkan teori-teori tertentu (M. Surya: 1996).M. Surya (1996) mengemukakan proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pembinaan hubungan antara rangsangan tertentu dengan tingkah laku tertentu. Semua pembelajaran dilakukan melalu suatu proses coba-salah (trial and error) dimana akan terjadi proses memilih dan mengitkan rangsangan dengan tindak balas. Implikasi teori ini dalam kegiatan pembelajaran adalah bahwa motivasi, ganjaran dan hukuman menjadi teramat penting. Reinforcement (pengukuhan) dalam bentuk hadiah adalah suatu consequence yang meningkatkan suatu perilaku. . Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motifasi siswa (Nur,2001:3). Sehingga penulis menggunakan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran sebagai berikut:Guru lebih fokus pada pembelajaran dan pandangan tertuju pada siswa saat pembelajaran berlangsung. Sehingga diharapkan tercipta kondisi yang kondusif saat kegiatan pembelajaran.Pemilihan alat peraga benda konkrit dan mudah ditemukan di lingkungan sekitar sekolah. Penggunaan metode demonstrasi dan metode lainnya dalam kegiatan pembelajaran di kelas. sehingga guru tidak menjadi satu-satunya pusat dalam proses pembelajaran.Menyediakan pertanyaan dan ruang diskusi kepada peserta didik. Agar siswa lebih aktif dan suasana pembelajaran yang interaktif antara guru dan siswa.

Dari permasalahan tersebut, maka penulis berusaha untuk memenuhi setiap kekurangannya agar tercapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat benda padat, cair dan gas.

Alternatif dan Prioritas pemecahan PermasalahanDalam upaya meningkatkan pemahaman siswa kelas III SD N 1 Gondangawayang materi sifat-sifat benda, perubahan benda dan kegunaannya, penulis menggunakan :

Alat peraga benda konkrit Metode demonstrasi

Merujuk pada upaya pembentukan karakter siswa yang kreatif, inovatif, dan inspiratif dalam proses pembelajaran di kelas, dalam mata pelajaran IPA maka diperlukan implementasi model-model pembelajaran berbasis PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan ) secara terus menerus untuk mewujudkan kreatifitas siswa semakin meningkat. Berdasarkan uraian ini alternative pemecahan masalah yang ditempuh adalah penggunaan metode Pembelajaran Demonstrasi dan alat Peraga Benda-benda kongkrit agar meningkatkan prestasi belajar IPA materi Sifat-sifat benda dan kegunaannya.Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil (1986) adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan diri, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.Menurut Winataputra (2001), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pelajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas pembelajaran.Deatsch (1949) dalam Slavin (2008) mengidentifikasi tiga struktur tujuan siswa belajar, yaitu : kooperatif, kompetitif dan individualistik. Kooperatif, sebagai usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota lainnya; kompetitif sebagai usaha berorientasi tujuan dari tiap individu yang menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya; individualistik, sebagai usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun pada pencapaian tujuan anggota lainnya.Thelen (1960) mengatakan bahwa kelas seharusnya merupakan laboratorium atau miniature demokrasi yang bertujuan mempelajari dan menyelidiki berbagai masalah sosial dan interpersonal. Meningkatkan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat benda menggunakan alat peraga benda konkrit dan metode demonstrasi, merupakan pilihan atau solusi yang diharapkan untuk bisa meningkatkan motivasi, gairah belajar siswa kelas III di SD N I Gondangwayang, Kecamatan Kedu.

Rumusan Masalah Perkembangan ilmu dan tekhnologi dewasa ini menuntut perubahan cara guru mengajar, guru tidak lagi menjadi salah satu sumber. Guru dituntut untuk membimbing siswa menemukan hal baru. Dalam proses penemuan, menemukan, mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.

Berdasarkan identifikasi masalah dan analisis masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah :Apakah penggunakan alat peraga benda konkrit dan metode demonstrasi meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat benda perubahan dan kegunaannya siswa kelas III semester I SD Negeri I Gondangwayang Kec. Kedu Kab. Temanggung tahun 2013/2014 ?

Tujuan Penelitian Perbaikan PembelajaranBerkaitan dengan rumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan penelitian Perbaikan Pembelajaran adalah :

Apakah penggunaan alat peraga benda konkrit dan metode demonstrasi meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat benda kelas III SD Negeri I Gondangwayang Semester 1 Tahun 2013/2014 SDN 1 Gondangwayang, Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung

Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

Manfaat bagi siswa adalah :

Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran di kelas Meningkatkan pemahaman siswa materi sifat-sifat benda konkrit Meningkatkan rasa ingin tahu siswa Meningkatkan aspek psikomotor siswa

Manfaat bagi guru adalah :

Menigkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.Meningkatkan kreativitas dalam proses pembelajaran di kelas Memperkaya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Manfaat bagi sekolah adalah :

Manfaat bagi sekolah dari penelitian ini adalah : Hasil dari penelitan ini diharapkan bermanfaat dapat Meningkatkan prestasi peserta didik. meningkatkan nama baik sekolah di masyarakat sekitar. Selain itu peserta didik yang berkualitas dapat melanjutkan di sekolah-sekolah unggulan.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)Penelitian Tidakan Kelas (PTK)Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi tiga kata yaitu Penelitian, Tindakan dan Kelas. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut.Penelitian; kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan kegiatan.Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari suatu guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru. Menurut Rustam dan Mundikarto (2004) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. IGAK Wardani (2008) menyebutkan PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan, melakukan tidakan, mengamati, dan melakukan refleksi terjahadap tindakan yang dilakukan.

Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Hopkins (1993: 57-61), terdapat 6 prinsip penelitian tindakan kelas. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.Sebagai seorang guru yang pekerjaan utamanya adalah mengajar, seyogyanya PTK yang dilakukan tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar. Ada dua hal penting terkait dengan prinsip ini. Pertama, mungkin metode pembelajaran yang diterapkannya dalam PTK tidak segera dapat memperbaiki pembelajarannya, atau hasilnya tidak jauh berbeda dengan metode yang digunakan sebelumnya. Sebagai pertanggungjawaban profesional, Guru hendaknya selalu secara konsisten menemukan sebabnya, mencari jalan keluar terbaik, atau menggantinya agar mampu memfasilitasi para siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar secara lebih optimal. Kedua, banyaknya siklus yang diterapkan hendaknya mengutamakan pada ketercapaian kriteria keberhasilan, misalnya pembentukan pemahaman yang mendalam (deep understanding) ketimbang sekadar menghabiskan kurikulum (content coverage), dan tidak semata-mata mengacu pada kejenuhan informasi (saturation of information).Teknik pengumpulan data tidak menuntut waktu dan cara yang berlebihan. Sedapat mungkin hendaknya dapat diupayakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangai sendiri, sementara Guru tetap aktif sebagai mana biasanya. Teknik pengumpulan data diuapayakan sesederhana mungkin, asal mampu memperoleh informasi yang cukup signifikan dan dapat dipercaya secara metodologis.Metodologi yang digunakan hendaknya dapat dipertanggung jawabkan reliabilitasnya yang memungkinkan Guru dapat mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelas, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis tindakannya. Jadi, walaupun terdapat kelonggaran secara metodologis, namun PTK mestinya tetap dilaksanakan atas dasar taat kaidah keilmuan.Masalah yang terungkap adalah masalah yang benar-benar membuat Guru galau, sehingga atas dasar tanggung jawab profesional, dia didorong oleh hatinya untuk memiliki komitmen dalam rangka menemukan jalan keluarnya melalui PTK. Komitmen tersebut adalah dorongan hati yang paling dalam untuk memperoleh perbaikan secara nyata proses dan hasil pelayanannya pada siswa dalam menjalankan tugas-tugas kesehariannya dibandingkan dengan proses dan hasil-hasil sebelumnya. Dengan demikian, mengajar adalah penelitian yang dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan sendiri agar mampu melakukan perbaikan praktiknya.Pelaksanaan PTK seyogyanya mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, PTK hendaknya diketahui oleh kepala sekolah, disosialisasikan pada rekan- rekan Guru, dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan, dilaporkan hasilnya sesuai dengan tata krama penyusunan karya tulis ilmiah, dan tetap mengedepankan kepentingan siswa layaknya sebagai manusia.Permasalahan yang hendaknya dicarikan solusinya lewat PTK hendaknya tidak terbatas hanya pada konteks kelas atau mata pelajaran tertentu, tetapi tetap mempertimbangkan perspektif sekolah secara keseluruhan. Dalam hal ini, pelibatan lebih dari seorang pelaku akan sangat mengakomodasi kepentingan tersebut.

Tujuan Penellitian Tindakan Kelas (PTK)

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas menurut I Wayan Santyasa adalah sebagai berikut.1) Tujuan utama pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan layanan profesional Guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi, kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran alternatif yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat memecahkan masalah pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi.2) Tujuan utama kedua, melakukan pengembangan keteranpilan Guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh tiga hal penting, (1) kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri, bukan karena ditugaskan oleh kepala sekolah, (2) proses latihan terjadi secara hand-on dan mind-on, tidak dalam situasi artifisial, (3) produknyas adalah sebuah nilai, karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan.3) Tujuan sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru. (I Wayan Satyanta. 2007:8)Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

PTK dapat memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah, karena Guru adalah ujung tombak pelaksana lapangan. Dengan PTK Guru menjadi lebih mandiri yang ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga secara keilmuan menjadi lebih berani mengambil prakarsa yang patut diduganya dapat memberikan manfaat perbaikan. Rasa percaya diri tersebut tumbuh sebagai akibat Guru semakin banyak mengembangkan sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman praktis. Dengan secara kontinu melakukan PTK, Guru sebagai pekerja profesional tidak akan cepat berpuas diri lalu diam di zone nyaman, melainkan selalu memiliki komitmen untuk meraih hari esok lebih baik dari hari sekarang. Dorongan ini muncul dari rasa kepedulian untuk memecahkan masalah- masalah praktis dalam kesehariannya.Manfaat lainnya, bahwa hasil PTK dapat dijadikan sumber masukan dalam rangka melakukan pengembangan kurikulum. Proses pengembangan kurikulum tidak bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling terkait mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati oleh Guru di lapangan. PTK dapat membantu guru untuk lebih memahami hakikat pendidikan secara empirik. (I Wayan Satyanta. 2007:9)

Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)Pengertian Pemantapan Kemampuan Profesional

Pemantapan Kemampuan Profesional merupakan program kegiatan yang memberikan pengalaman belajar untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam mengelola pembelajaran. Mengandung arti guru SD tidak saja bertanggung jawab mengajar lima bidang studi sebagai guru kelas di SD. Tetapi harus terampil mengelola, memperbaiki dan meningkatkan hasil pembelajaran lima bidang studi yaitu Matematika, PKn, Bhs. Indonesia, IPS dan IPA. Tujuan Pemantapan Kemampuan Profesi

Secara umum setelah menyelesaikan PKP diharapkan kemampuan mengajar semakin baik, tumbuh menjadi guru yang profesional dan mampu menerapkan kaidah-kaidah PTK. Adapun tujuan secara khusus sebagai berikut. Menemukan kelemahan/permasalahan dalam pembelajaran yang di lakukan meliputi refleksiMenemukan alternatif solusi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan berdasarkan penelitian tindakan kelas.Mempertanggungjawabkan keputusan atau tindak perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan secara ilmiah, yang dapat disampaikan secara lisan/tulisan.

Manfaat Pemantapan Kemampuan Profesional

Program Pemantapan Kemampuan Profesional mempunyai manfaat dalam kegiatan pembelajaran. Guru akan lebih menguasai kegiatan pembelajaran dengan baik. Seorang guru juga dapat memperbaiki proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Selain itu, dengan membuat laporan yang bersifat ilmiah, keterampilan membaca dan menulis akan terasah.

Karakteristik Siswa Kelas Dasar Menurut Sri Anitah W (2007) mengungkapkan bahwa perkembangan siswa usia 6 sampai 12 tahun termasuk pada perkembangan masa pertengahan (Middle Childhood) memiliki fase-fase yang unik dalam perkembangan pada siswa bersangkutan. Tahaoan tersebut dilihat dari aspek perkembangan sebagai berikut.

Perkembangan fisik ; berkaitan dengan berat badan, tinggi badan dan perkembangan motorik.Perkembangan sosial ; antara lain siswa senang berkelompok menurut jenis kelamin, timbul rasa kepemimpinan tinggi dan timbul rasa tanggungjawab. Perkembangan bahasa ; mulai mampu menggunakan bahasa lebih halus dan kompleks, pergeseran gaya bahasa dari ego sentris ke gaya bahasa sosial, sedang di kelas rendah mulai dapat menganalisis kata-kata dan peningkatan tata bahasa serta memahami kata-kata yang sebelumnya tidak jelas.Perkembangan kognitif ; berkembang secara dinamis mengacu pada terbentuknya hubungan logis diantara konsep-konsep atau skema-skema. Perkembangan moral ; kemampuan untuk bertindak menjadi orang baik dan juga berbuat baik menurut orang lain, rasa kebersamaan dan saling menghargai. Perkembangan ekspresif ; menyadari aturan permainan juga kegiatan seni (art) serta dapat membina hobinya.Aspek-aspek intelegensi ;

Intelegensi linguistik ; intelegensi dalam bahasa Intelegensi logis-matematis ; menjajagi pola, simbol, kategori dan kepekaan berfikir logis.Intelegensi spasial ; kemampuan mengamati secara mental, memanipulasi bentuk dan objek.Intelegensi musik ; kemampuan menikmati, mempertunjukkan, mengubah, mengekspresikan ritme dan bentuk-bentuk musik.Intelegensi fisik-kinestetik ; kemampuan menggunakan keterampilan motorik halus dan kasar dalam bidang olah raga, seni dan produk seni meliputi mengontrol gerak tubuh dan menangani objek-objek dengan trampil Intelegensi intra pribadi ; yaitu memahami perasaan, impian dan gagasan-gagasan diri sendiri dan memahami kekuatan dan kelemahan diriIntelegensi inter pribadi, yaitu merespon suasana hati, tempramen, dan motivasi serta memahami hubungan dengan orang lain.

Aspek kebutuhan siswa ; secara umum ada dua kebutuhan siswa yaitu.

Psiko-biologis; yang dinyatakan dengan minat, tujuan, harapan dan masalahnya.Sosial, yang berkaitan dengan tuntutan masyarakat yang biasanya menurut pandangan orang dewasa.

Uraian diatas menunjukkan bahwa pada tahap perkembangan anak sangat banyak kebutuhan baik psikis maupun psikologis sehingga dalam proses pembelajaran seorang guru harus benar-benar mengetahui karakteristik anak didik di tingkat Sekolah Dasar. Sehingga dapat mengontrol pada saat kegiatan pembelajaran.

Alat Peraga Ilmu Pengetahun Alam Pengertian Alat Peraga

Menurut Nasution (1985: 100) alat peraga adalah alat pembantu dalam mengajar agar efektif. Sudjana, 2009, Pengertian Alat Peraga Pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.Aristo Rohadi (2003:10), Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkrit.Pendapat lain dari pengertian alat peraga atau Audio-Visual Aids (AVA) adalah media yang pengajarannya berhubungan dengan indera pendengaran (Suhardi, 1978: 11). Sumadi (1972: 4) mengemukakan bahwa alat peraga atau AVA adalah alat untuk memberikan pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera.Briggs, kutipan Nasution. (1998), mendefinisikan alat peraga sebagai wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran.Schramm, kutipan Nasution. (1998), melihat alat peraga dalam pendidikan sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan.Gagne kutipan Nasution. (1998), Gagne menerapkan alat peraga sebagai sumber. Dia mendefinisikan alat peraga sebagai komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang merangsang siswa untuk belajar.

Dari defenisi di atas dapat di simpulkan bahwa alat peraga merupakan alat bantu yang mengantarkan pesan, pelajaran, konsep, fakta prinsip atau prosedur yang lebih nyata sehingga dapat diterima oleh siswa dengan lebih mudah dan dapat merangsang siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.Fungsi Alat Peraga Alat peraga mempunyai fungsi yang penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Fungsi tersebut menurut Sumardiyono enam yang mempunyai fungsi, yaitu sebagai berikut:

Models (memodelkan suatu konsep)

Alat peraga berfungsi untuk memvisualkan atau mengkonkretkan (physical) konsep.Bridge (menjembatani ke arah konsep)

Alat peraga bukan merupakan wujud konkrit dari konsep, tetapi merupakan sebuah cara yang dapat ditempuh untuk memperjelas pengertian suatu konsep. Fungsi ini menjadi sangat dominan bila mengingat bahwa materi yang disampaikan berhubungan dengan kegiatan sehari-hari. Skills (mentrampilkan fakta, konsep, atau prinsip)

Alat peraga secara jelas dimaksudkan agar siswa lebih terampil dalam mengingat, memahami atau menggunakan konsep-konsep. Demonstration (mendemonstrasikan konsep, operasi, atau prinsip)

Alat peraga memperagakan konsep sehingga dapat dilihat secara jelas (terdemonstrasi) karena suatu mekanisme teknis yang dapat dilihat (visible) atau dapat disentuh (touchable). Jadi, konsep hanya diperlihatkan apa adanya.Aplication (mengaplikasikan konsep)

Jenis alat peraga tidak secara langsung tampak berkaitan dengan suatu konsep, tetapi ia dibentuk dari konsep tersebut. Sources (sumber untuk pemecahan masalah)

Alat peraga yang menyajikan suatu masalah yang tidak bersifat rutin atau teknis tetapi membutuhkan kemampuan problem-solving yang heuristik dan bersifat investigatif. Penyelesaian masalah yang disuguhkan dalam alat peraga tersebut tidak terkait dengan hanya satu konsep atau satu keterampilan matematika saja, tetapi merupakan gabungan beberapa konsep, operasi atau prinsip. Hal ini bermanfaat untuk melatih kompetensi yang dimiliki siswa dan melatih ketrampilan problem-solving.Sedangkan fungsi alat peraga menurut Nana Sudjana (2002: 99-100) adalah sebagai berikut: Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan sekedar pelengkap. Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Dari uraian fungsi alat peraga di atas maka penggunaan alat peraga sangat dibutuhkan dalam proses kegiatan belajar mengajar, agar siswa dapat proses transfer ilmu mempunyai perantara konkrit berupa alat peraga. Sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai secara menyeluruh. Manfaat Alat Peraga Manfaat alat peraga mempunyai manfaat sebagai berikut:

Menurut Roestiyah dalam bukunya Masalah-masalah ilmu keguruan mengemukakan bahwa manfaat alat peraga antara lain :Memperbesar atau meningkatkan perhatian siswa.Mencegah verbalismeMemberikan pengalaman yang nyata dan langsung.Membantu menumbuhkan pemikiran yang teratur dan sistematis.Mengembangkan sikap eksploratif.Dapat berorientasi langsung dengan lingkungan dan dapat memberi kesatuan (kesamaan) dalam pengamatan.Membangkitkan motivasi kegiatan belajar dan memberikan pengalaman yang menyeluruh (Roestiyah 1986 : 64)

Sedangkan Menurut S. Nasution dalam bukunya Didaktik Asas-asas Mengajar mengemukakan bahwa manfaat alat peraga adalah sebagai berikut :Menambah kegiatan belajar siswa.Menghemat waktu belajar.Menyebabkan agar hasil belajar lebih permanen dan mantapMembantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajarannyaMemberikan alasan yang wajar untuk belajar karena membangkitkan minat perhatian (motivasi) dan aktivitas pada siswaMemberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas (S.Nasution 1986 : 100)

Alat peraga mempunyai manfaat yang sangat mendasar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga mempunyai manfaat hasil belajar siswa lebih tahan lama. Selain itu alat peraga mempunyai manfaat untuk lebih mengkonkritkan materi yang masih bersifat abstrak.

Metode Demonstrasi Pengertian Metode Demonstrasi Beberapa pengertian metode menurut para ahli, salah satunya adalah menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, adalah bahwa:Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara-cara melakukan kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.

Dan menurut Muzayyin Arifin, Pengertian metode adalah cara, bukan langkah atau prosedur. Kata prosedur lebih bersifat teknis administrative atau taksonomis. Seolah-olah mendidik atau mengajar hanya diartikan cara mengandung implikasi mempengaruhi. Maka saling ketergantungan antara pendidik dan anak didik di dalam proses kebersamaan menuju kearah tujuan tertentu.Menurut W.J.S Poerwadarminta, Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Kesimpulan dari pengertian-pengertian di atas yaitu bahwa metode secara umum adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu hal, seperti menyampaikan mata pelajaran. Sedangkan pengertian metode demonstrasi menurut Muhibbin Syah adalah Metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Dengan menggunakan metode demonstrasi, guru atau murid memperlihatkan kepada seluruh anggota kelas mengenai suatu proses.Menurut Aminuddin Rasyad, Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas. Dari uraian dan definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode demonstrasi adalah dimana seorang guru memperagakan langsung suatu hal yang kemudian diikuti oleh murid sehingga ilmu atau keterampilan yang didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan masing-masing murid.Langkah-langkah Metode Demonstrasi Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik atau efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri dari perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan diakhiri dengan adanya evaluasi.

Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan. 2) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan. 3) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal. 4) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas. 5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya. 6) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dankomentar selama dan sesudah demonstrasi.7) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan:- Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.- Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas.- Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya.8) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi.Setelah perencanaan-perencanaan telah tersusun sebaiknya diadakan uji coba terlebih dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditentukan dengan mengadakan uji coba dapat diketahui kekurangan dan kesalahan praktek secara lebih dini dan dapat peluang untuk memperbaiki dan menyempurnakannya. Langkah selanjutnya dari metode ini adalah realisasinya yaitu saat guru memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses atau cara melakukan sesuatu sesuai materi yang diajarkan. Kemudian siswa disuruh untuk mengikuti atau mempertunjukkan kembali apa yang telah dilakukan guru. Dengan demikian unsur-unsur manusiawi siswa dapat dilibatkan baik emosi, intelegensi, tingkah laku serta indera mereka, pengalaman langsung itu memperjelas pengertian yang ditangkapnya dan memperkuat daya ingatnya mengetahui apa yang dipelajarinya. Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai dari penggunaan metode demonstrasi tersebut diadakan evaluasi dengan cara menyuruh murid mendemonstrasikan apa yang telah didemonstrasikan atau dipraktekkan guru. Pada hakikatnya, semua metode itu baik. Tidak ada yang paling baik dan paling efektif, karena hal itu tergantung kepada penempatan dan penggunaan metode terhadap materi yang sedang dibahas. Yang paling penting, guru mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode tersebut. Metode demonstrasi ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk memberikan keterampilan tertentu, memudahkan berbagai jenis penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas, menghindari verbalisme, membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian sebab lebih menarik.Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi Penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar-mengajar memiliki arti penting. Banyak keuntungan psikologis-pedagogis yang dapat diraih dengan menggunakan metode demonstrasi.

Keuntungan Metode Demonstrasi

1) Perhatian siswa lebih dipusatkan.2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. Kekurangan metode demonstrasi :

1) Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi memerlukan waktu dan persiapan yang matang, sehingga memerlukan waktu yang bayak. 2) Demonstrasi dalam pelaksanaannya banyak menyita biaya dan tenaga (jika memakai alat yang mahal). 3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.4) Metode demonstrasi menjadi tidak efektif jika siswa tidak turut aktif dan suasana gaduh.

Hasil Belajar Menurut Sri Anita W. W, dkk (2007:2-9) hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus secara menyeluruh secara komprehensif sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku.

Menurut Benyamin Blooms dalam Sri Anifah yang dapat menunjukkan gambaran hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Romizoswki dalam Sri Anifah menyebutkan dalam skema kemampuan yang dapat menunjukkan hasil belajar yaitu: Keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan, memcahkan masalah dengan berpikir logis.Keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan tindakan perseptual.Keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan dan self control. Keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan.

Gagne dalam Sri Anitah menyebutkan ada lima tipe hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa yaitu.Motor skills

Verbal information

Intelektual skills

Attitudes

Cognitive strategis

Materi Benda dan Sifatnya Sifat Benda

Benda padat

Benda berwujud padat disebut benda padat. Contoh meja, kursi, papan tulis, tembok, kapur, penghapus. Sifat-sifat umum benda padat sebagai berikut: Bentuk dan ukuran tetap walaupun dipindah tempatBentuknya tidak mengikuti bentuk dan tempatnya.Bentuk dapat berubah jika mendapat perlakuan khusus.

Benda cair

Benda berwujud cair disebut benda cair. Benda cair ada yang cair dan kental, jernih, keruh, mudah terbakar, sulit terbakar, berbau, tidak berbau, lengket dan tidak lengket. Sifat-sifat umum benda cair yaitu.Isi atau volume tetap meski berbeda tempat Permukaan benda cair selalu datar jika tenang.Mengalir dari tempat tinggi ke rendah Mengikuti tempatnya.

Benda gas

Benda yang berwujud gas disebut benda gas. Contoh udara, oksigen, karbondioksida dan asap. Sifat-sifat benda gas yaitu.Mengisi ruangan Bentuk dan volumenya mengikuti tempat Wujud gas tidak dapat dilihatGas dapat dirasakan hembusannya.

Penggunaan Alat peraga dan Metode Demonstrasi Sifat-Sifat BendaDalam penggunaan alat peraga dan metode demonstrasi saat pelaksanaan pembelajaran perlu menyiapkan tahap-tahapan yang akan dilaksanakan. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya adalah sebagai berikut.

Tahap perumusan tujuan yang akan dicapai

Pada tahap ini guru membuat perumusan hasil belajar yang akan dicapai. Adapun perumusannya adalah siswa dapat memperoleh ketuntasan belajar pada materi sifat-sifat benda sebesar 80. Tahap penyiapan alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk penggunaan alat peraga dan metode demonstrasi adalah meja, kursi, papan tulis, penghapus, kapur, kaca, penggaris, jam, timbangan, plastisin, batu, anak timbangan, ember, piring, gelas, teko, plastik, balon dan kamfer. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini guru memperagakan atau mempertunjukkan benda padat berupa batu, anak timbangan, meja, kursi, papan tulis, kapur, penghapus, penggaris. Dan disertai penjelasan tentang pengertian benda padat dan sifat-sifatnya. Proses selanjutnya adalah memperagakan sifat benda cair dengan menggunakan ember, piring, plastik, gelas dan teko dan diisi oleh air. Berikut dijelaskan pengetian dan sifat-sifatnya.Kegiatan berikutnya adalah mempergakan balon yang berisi udara serta memperagakan kita bernafas dengan menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Hembusan nya di keluarkan ke arah kaca, sehingga akan terlihat permukaan kaca menjadi lembab. Diikuti dengan penjelasan tentang sifat-sifat benda gas.Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai dari penggunaan metode demonstrasi tersebut diadakan evaluasi dengan cara menyuruh murid mendemonstrasikan apa yang telah didemonstrasikan atau dipraktekkan guru.

Pada tahap akhir pembelajaran dilaksanakan kegiatan evaluasi guna mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah di bahas.

BAB IIIPELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas III A SD Negeri I Gondangwayang, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung dengan jumlah siswa 24 dengan perincian siswa 11 dan 13 siswi, dimana keadaan siswa masih di bawah KKM 15 dan yang sudah mencapai KKM 9 siswa. Jadwal perbaikan I terlaksana hari Rabu tanggal 25 September 2013 dengan mata pelajaran IPA Sedangkan untuk perbaikan siklus II hari Sabtu tanggal 5 Oktober 2013 dan sebagai pengamat dalam kegiatan ini adalah kepala sekolah SD N I Gondangwayang Kosam Supriyono, S.Pd.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2013/2014 selama tiga bulan. Satu minggu untuk persiapan dan penjajagan, delapan minggu untuk perencanaan dan pembuatan laporan. Seluruh kegiatan dimulai minggu terakhir bulang Agustus sampai dengan Oktober 2013. Desain Prosedur Perbaikan PembelajaranPra siklusPelaksanaan tindakan perbaikan harus diawali dengan persiapan pra siklus. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Tahap ini meliputi pemerikasaan atau pengecekan berbagai kegiatan dari aspek seperti berikut; komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara keseluruhan, kelogisan/kualitas pertanyaan yang akan diajukan, ketersediaan alat pelajaran yang diperlukan, mencoba alat-alat pelajaran yang akan digunakan, urutan kegiatan pada setiap tahap, kesiapan lembar observasi yang akan digunakan, dan kesiapan teman sejawat untuk membantu sebagai pengamat jika memang diperlukan. Semua kegiatan ini perlu dilaksanakan untuk meyakinkan keberhasilan tindakan perbaikan. Setelah melakukan persiapan akhir, guru siap untuk melakukan tindakan perbaikan.

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di kelas penulis sendiri sesuai dengan rencana perbaikan yang telah disiapkan. Selama proses perbaikan selain mengajar juga mengumpulkan data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini baik dibantu teman sejawat atau tidak. Kesuksesan dalam penelitian ini bergantung pada komitmen dan kerja keras penulis untuk melaksanakan tiap tahapan secara sungguh-sungguh.Refleksi dalam perbaikan pembelajaran dilaksanakan setelah data pembelajaran diolah, atau setelah guru mempunyai gambaran tentang keberhasilan atau kegagalan serta kelemahan dan kelebihan pada tindakan perbaikan yang dilaksanakan. Refleksi akan sangat membantu guru menemukan kelebihan dan kekurangan pada tiap tindakan, sehingga dapat membantu dalam mencapai tujuan tahap demi tahap perbaikan hasil pembelajaran.Berdasarkan uraian tersebut Penelitian Tindakan Kelas melalui alat peraga dan metode Demonstrasi bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat benda dan kegunaannya. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan masing-masing siklus dilaksanakan satu kali pertemuan kali 35 menit dan satu kali evaluasi. Pelasanaan masing-masing siklus, yaitu: (1) perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, (4) Evaluasi. Adapun rancangan tahapan penelitian tersaji seperti berikut: Siklus I Perencanaan Berdasarkan hasil observasi awal, maka peneliti menyusun alternative pemecahan masalah yang telah ditemukan sebagai berikut:

Pembuatan Rencana Perbaikan Pembelajaran yang di sesuaikan waktu dan alat peraga yang sudah disiakanMenjelaskan terlebih dahulu kepada siswa tentang metode Demonstrasi disertai dengan alat peraga serta materi sifat-sifat benda Menyiapkan instrumen evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswaMelakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Demonstrasi dan Alat Peraga benda konkrit.

Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan dalam dua jam pelajaran yang terdiri dari satu kali pertemuan. Setiap pertemuan disusun dalam satu rencana pembelajaran. Adapun langkah-langkah pada setiap siklus dapat dijelaskan sebagai berikut:

Guru memberikan pengantar tentang materi yang akan dibahas sebagai apersepsi Guru menyampaikan indikator dan kompetensi belajar yang diharapkan Guru memulai mendemonstrasikan alat peraga yang sudah disiapkan disertai dengan penjelasan tentang materi sifat-sifat bendaSiswa menirukan demonstrasi yang sudah dilaksanakan oleh guru.Guru melaksanakan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Observasi Supervisor 1 dan 2 mengawasi proses perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan penulis dengan menggunakan lembar observasi dan hasil observasi diperoleh data sebagai berikut:

Masih terdapat sebagian siswa belum terlibat aktif dalam proses pembelajaranMasih kurangnya alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaranMasih ada beberapa siswa yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)Masih terdapat siswa yang tidak memperhatikan demonstrasi yang dilaksanakan oleh guru

Refleksi Setelah observasi dan evaluasi peneliti mengkaji hasil dari tindakan yang diberikan dan mendiskusikan kekurangan dan hambatan dalam pembelajaran pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi peneliti dapat mengetahui hasil belajar siswa, kekurangan dan hambatan siswa. Apabila belum tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kriteria sekolah yaitu penguasaan materi IPA .... maka akan direncakan alternatif pemecahan masalah tersebut pada siklus II yang akan memaksimalkan penggunaan alat peraga dan metode Demonstrasi.

Siklus IIBerdasarkan refleksi dari siklus I, maka disusun perencanaan perbaikan pembelajaran untuk menuntaskan hasil pembelajaran pada siklus II sebagai berikut. Perencanaan Membuat perencanaan pembelajaran sesuai dengan materi sifat-sifat benda Menyiapkan Rencana Perbaikan PembelajaranMenyiapkan alat peraga yang digunakan Menyiapkan intrumen observsi dan evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

Pelaksanaan Menyiapkan tindakan pada siklus II ini berdasarkan hasil evaluasi/refleksi pada siklus I yang penenkanannya pada perbaikan dari kekurangan-kekurangan dilihat dari proses dan hasil belajar siswa dalam memahami materi sifat-sifat benda pada siklus I.

Guru menyampaikan indikator dan kompetensi belajar yang menjadi tujuannyaGuru meriview materi yang telah dibahas sebagai apersepsi dan motivasi Guru melaksanakan mendemonstrasikan menggunakan alat peraga yang sudah tersedia serta menjelaskannya Guru menyediakan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum memahami kegiatan demonstrasi yang telah dilaksanakan guruSeluruh siswa menirukan apa yang telah ditampilkan oleh guruGuru memberikan evaluasi seluruh siswa setelah pembelajaran selesai.

Pengamatan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh supervisor satu dan dua dapat disimpulkan hasil dari siklus II sebagai berikut.

Terjadi peningkatan yang signifikan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus II Guru menggunakan metode pembelajaran yang tepatHasil belajar siswa sudah meningkat Pemberian Tes formatif yang tepat Guru sudah menguasai materi dan penyampain materi dengan metode demonstrasi menggunakan alat peraga benda konkrit

Refleksi Setelah selesai pembelajaran siklus II maka penulis melakukan refleksi untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan alat peraga dan metode Demonstrasi materi sifat-sifat benda. Diperoleh kesimpulan bahwa alat peraga dan metode Demonstrasi meningkatkan hasil belajar siswa. Maka penulis mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan pada siklus III.

Teknik Analisis DataData yang dianalisa dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Analisa data primer adalah analisa hasil evaluasi pada tiap tahap. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif yaitu dengan membandingkan nilai hasil evaluasi pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus II. Sedangkan data skunder diperoleh dari hasil observasi maupun ceklis yang diperoleh dari instrumen penelitian

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil dan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa menggunakan alat peraga benda konkrit dan metode Demonstrasi materi sifat-sifat benda. Penulis memperoleh data hasil belajar siswa dari evaluasi yang telah dilaksanakan. Pada tahap pra siklus belum menggunakan tindakan khusus hasil belajar siswa masih banyak yang mendapat nilai jauh di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan rata-rata 62,5.

Sehingga penulis mengambil keputusan untuk melakukan evaluasi terhadap pembelajaran pada tahap pra siklus. Pada tahap tersebut dijumpai beberapa kekurangan-kekurangan yang mengakibatkan hasil belajar siswa masih jauh dari harapan. Selain itu keterlibatan para siswa dalam pembelajaran juga masih kurang, para siswa cenderung pasif bahkan terdapat siswa yang tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Kekurangan-kekurangan dalam tahap pra siklus diperbaiki dalam tahap siklus I menggunakan alat peraga benda konkrit dan metode demonstrasi. Pada tahap ini masih terdapat siswa yang belum tuntas di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Namun sudah terjadi peningkatan hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan tahap pra siklus. Setelah diadakan evaluasi tahap ke dua didapat kekurangan yaitu alat peraga benda konkrit kurang lengkap dan siswa belum terlibat sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran. Pada tahap siklus II siswa sudah memahami seluruh materi kajian sehingga penulis memutuskan untuk tidak melanjutkan pada tahap berikutnya. SIKLUS I Setelah dilaksanakan tahap pra siklus, penulis merencanakan tahap siklus I untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada tahap ini terdapat empat kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Perencanaan Tindakan Peneliti menyiapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran, alat peraga, alat evaluasi, dan lembar observasi dibantu oleh kolaborator supervisor 1 dan 2 untuk mengamati proses perbaikan pembelajaran yang terfokus pada penggunaan alat peraga benda konkrit dan metode demonstrasi pada materi sifat-sifat benda.

Pelaksanaan Tindakan Kegiatan ini dilaksanakan dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah guru menyampaikan indikator dan kompetensi belajar siswa yang menjadi tujuan. Guru penggunaan alat peraga benda konkrit dan metode demonstrasi kepada siswa. Guru melaksanakan apersepsi dan motivasi. Guru melakukan kegiatan demonstrasi dengan alat peraga yang sudah disiapkan disertai penjelasan yang sesuai dengan materi. Kegiatan berikutnya adalah siswa mendemonstrasikan seperti yang sudah dicontohkan oleh guru.

Setelah kegiatan tersebut selesai langkah selanjutnya adalah mengevaluasi hasil belajar siswa melalui alat evaluasi berupa soal yang sudah disiakan oleh guru. Observasi Menurut pengamatan yang dilakukan masih terdapat beberapa kekurangan pada kegiatan tahap siklus I. Namun sudah terdapat peningkatan hasil belajar. Sehingga penulis mengambil keputusan untuk melaksanakan pada tahap siklus II agar terjadi peningkatan yang lebih signifikan dari hasil belajar siswa materi sifat-sifat benda.

Refleksi Dilihat dari hasil pada tahap siklus I meski terjadi peningkatan hasil belajar siswa, namun belum sesuai dengan yang diharapkan. Dan para siswa masih cenderung pasif dalam proses kegiatan pembelajaran. Sehingga penulis perlu melaksanakan kegiatan pada tahap siklus II. Hasil tersebut dapat di lihat pada tabel berikut.

TABEL NILAI PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS INoNilaiBanyak SiswaProsentase

Awal Perbaikan Siklus IAwalPerbaikan Siklus I1.100258,3%20,8%2.90-6-22,5%3.807133%3,3%4.70-10-29%5.6010144%2,5%6.50----7.403-12,5%

8.30----9.201-4%-10.10-1-0,4%Jumlah nilai 1.5001.890

Nilai rata-rata62,578,7

Nilai tertinggi 100100

Nilai terendah2010

Grafik 1. Nilai sebelum perbaikan Chart1

01010

12020

03030

34040

05050

106060

07070

78080

09090

2100100

Pra Siklus

Column2

Column1

Nilai Siswa

Jumlah Perolehan NIlai

Prosentasi Hasil Evaluasi

Sheet1

Pra SiklusColumn2Column1

100

201

300

403

500

6010

700

807

900

1002

Grafik perolehan nilai pada tahap pra siklus. Pada tahap ini perolehan nilai rata-rata masih rendah.Grafik. 2 Siklus IIChart1

1

0

0

0

0

1

10

1

6

5

Series 1

Nilai SIswa

Jumlah Peroleuan Nilai

Prosentase Hasil Evaluasi

Sheet1

Series 1

101

200

300

400

500

601

7010

801

906

1005

SIKLUS II

Setelah dilaksanakan pra siklus, siklus I penulis melanjutkan siklus II karena hasil belajar yang diperoleh belum mencapai target. Adapun kegiatan pada tahap siklus II adalah:Perencanaan

Perbaiakan pembelajaran pada siklus II terlaksana pada tanggal 5 Oktober 2013, dalam tahap ini penulis membuat rencana perbaikan pembelajaran, melengkapi alat peraga benda konkrit, menyiapkan instrumen observasi dan evaluasi, menghubungi kolaborator sebagai pengamat.

Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah guru menyampaikan indikator dan kompetensi belajar siswa yang menjadi tujuan. Guru penggunaan alat peraga benda konkrit dan metode demonstrasi kepada siswa. Penggunaan alat peraga pada siklus II lebih lengkap dan lebih bervasiasi agar siswa lebih tertarik dan fokus dalam proses pembelajaran. Guru melaksanakan apersepsi dan motivasi. Guru membagi kelompok agar perhatian guru lebih fokus. Guru melakukan kegiatan demonstrasi dengan alat peraga yang sudah dilengkapi disertai penjelasan yang sesuai dengan materi. Guru menyediakan waktu untuk berdiskusi sesuai dengan kelompok tentang demonstrasi yang sudah di peragakan oleh guru. Kegiatan berikutnya adalah siswa mendemonstrasikan tiap kelompok seperti yang sudah dicontohkan oleh guru. Setelah kegiatan tersebut selesai langkah selanjutnya adalah mengevaluasi hasil belajar siswa melalui alat evaluasi berupa soal yang sudah disiakan oleh guru. Dan evaluasi terhadap keaktifan siswa dalam kegiatan belajar serta kegiatan diskusi kelompok.Observasi

Menurut pengamatan yang dilakukan masih terdapat beberapa kekurangan pada kegiatan tahap siklus I. Namun sudah terdapat peningkatan hasil belajar. Sehingga penulis mengambil keputusan untuk melaksanakan pada tahap siklus II agar terjadi peningkatan yang lebih signifikan dari hasil belajar siswa materi sifat-sifat benda. Refleksi

Dilihat dari hasil pada tahap siklus I meski terjadi peningkatan hasil belajar siswa, namun belum sesuai dengan yang diharapkan. Dan para siswa masih cenderung pasif dalam proses kegiatan pembelajaran. Sehingga penulis perlu melaksanakan kegiatan pada tahap siklus II. Hasil tersebut dapat di lihat pada tabel berikut.

TABEL NILAI PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS II

NoNilai Banyak SiswaProsentase

Siklus ISiklus IISiklus ISiklus II1.1005620,8%21%2.9061122,5%41,2%3.80133,3%10%4.7010429%11,6%5.601-2,5%-6.50----7.40--

-8.30----9.20----10.101-0,4%-Jumlah nilai 1.8902.110

Nilai rata-rata78,787,9

Nilai tertinggi 100100

Nilai terendah1070

Grafik 3 :Chart1

0

0

0

0

0

0

4

3

11

6

Series 1

Nilai SIswa

Perolehan NIlai

Prosentase Hasil Evaluasi

Sheet1

Series 1

100

200

300

400

500

600

704

803

9011

1006

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tiap tahap pembelajaran mengalami peningkatan hasil belajar siswa. Dari nilai rata-rata 62,5 meningkat menjadi 78,7 pada siklus I dan 87,9 pada siklus II. Sedangkan pada tiap siklus nilai tertinggi 100. Pada tahap pra siklus persebaran nilainya adalah nilai 100 sebanyak dua siswa, 80 sebanyak tujuh siswa, 60 sebanyak sepuluh siswa, 40 sebanyak tiga siswa dan 20 sebanyak satu siswa. Pada tahap siklus I nilai 100 sebanyak lima siswa, 90 sebanyak 6 siswa, 80 sebanyak satu, 70 sebanyak 10 siswa, 60 sebanyak satu, dan nilai terendah nilai 10 sebanyak satu. Sedangkan pada tahap siklus II perolehan nilainya adalah nilai 100 sebanyak enam siswa, nilai 90 berjumlah 11 siswa, 80 sebanyak tiga siswa dan nilai 70 sebanyak empat siswa. Pembahasan dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas Pra Siklus

Pada tahap ini digunakan peneliti untuk mengetahui antara potensi awal siswa, karakteristik siswa dan karakteristik materi. Sehingga guru dapat menerapkan metode dan media pembelajaran yang tepat guna mendapatkan hasil yang sesuai dengan indikator dan komptensi dasar. Pada tahap hasil belajar siswa adalah sebagai berikut. Nilai 100 sebanyak dua siswaNilai 80 sebanyak tujuh siswa Nilai 60 sebanyak sepuluh siswaNilai 40 sebanyak tiga siswa Nilai 20 sebanyak satu siswa

Dari hasil belajar siswa tersebut hanya 41,3% yang mendapat nilai di atas KKM. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahap ini masih ditemukan banyak kekurangan dalam pembelajaran dan perlu mendapat perbaikan. Siklus I

Proses pembelajaran pada Siklus I sudah diberikan tidankan khusus yaitu penggunaan alat peraga dan metode Demonstrasi. Perbaikan pada siklus I adalah untuk meningkatkan hasil belajar menggunakan alat peraga benda konkrit dan metode Demonstrasi materi sifat-sifat benda.Berdasarkan hasil observasi dengan kolaborator supervisor I dan 2 memperoleh hasil sebagai berikut.Perbaikan siklus I mengalami peningkatan hasil belajar yaitu peningkatan nilai rata-rata kelas pada tahap pra siklus nilai rata-rata nya adalah 62,5 menjadi 78,7.Pada proses pembelajaran alat peraga masih kurang sehingga tingkat pemahaman siswa masih sedang. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga interaksi guru dan siswa belum tercipta dengan baik.

Siklus II

Pelaksanaan perbaikan pada siklus II difokuskan pada perbaikan dari siklus I yang masih terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan pada alat peraga benda konkrit diperbanyak. Keaktivan siswa juga menjadi fokus perbaikan sehingga akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dari hasil pengamatan antara kolaborator supervisor 1 dan 2 memperhatikan hasil evaluasi yang dilakukan pada tahap ini terjadi peningkatan signifikan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan perolehan nilai siswa sebagai berikut nilai 100 sebanyak enam siswa, nilai 90 berjumlah 11 siswa, 80 sebanyak tiga siswa dan nilai 70 sebanyak empat siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang belum tuntas hanya sebesar 11,6 %. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran tersebut berhasil karena 88,4% siswa sudah tuntas nilainya diatas Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 75.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

SIMPULAN Dari hasil penelitian penggunaan alat peraga benda koknkrit dan Metode Demonstrasi meningkatkan hasil belajar materi sifat-sifat benda kelas III SD N I Gondangwayang Kec.Kedu Kab. Temanggung tahun pelajara 2013/2014 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.

1.Hasil analisis siklus 1 menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa sebesar dan pada siklus 2 sebesar dst2.Penggunaan alat peraga benda konkrit dan metode demonstrasi meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat benda perubahan dan kegunaannya siswa kelas III semester I SD Negeri I Gondangwayang Kec. Kedu Kab. Temanggung tahun 2013/2014

Penggunaan alat peraga benda konkrit dan metode Demonstrasi meningkatkan keaktifan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. Penggunaan alat peraga benda konkrit dan metode Demonstrasi sebagai salah satu solusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Setelah peneliti melakukan perbaikan pembelajaran dan hasil temuan serta kerja sama dengan kolaborator yaitu supervisor 1 dan 2, penulis menyimpulkan bahwa penggunaan alat peraga benda konkrit dan metode Demonstrasi meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA materi sifat-sifat benda. Saran Tindak LanjutBerdasarkan kesimpulan di atas dapat dilaksanakan tindak lanjut sebagai berikut.

Bagi guru Memilih dan menggunakan alat peraga yang sesuai dalam pembelajaran Menerapkan penggunaan alat peraga yang sesuai dalam pembelajaran Mengelola kelas dengan sebaik-baiknya, agar siswa dapat berkonsentrasi dalam pembelajaranMemotivasi siswa agar lebih berminat dalam pembelajaran di kelas Memberikan pelayanan kepada siswa dengan kesabaran dan keteladanan dengan memperhatikan perbedaan individu siswa

Bagi sekolah Menciptakan iklim belajar yang kondusif agar siswa lebih berkonsentrasi dalam pembelajaran

Bagi kepala sekolah Dapat memberikan dukungan positif untuk meningkatkan pembelajaran IPA khususnya dalam mensosialisasikan kegunaan alat peraga dalam pembelajaran.