laporan praktikum.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
Semester 1
Oleh :
Novi Ratnasari / D1A090412
UNIVERSITAS AL – GHIFARI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
B A N D U N G
2 0 13
1 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala
rahmat dan petunjuk-Nya laporan ini dapat dapat diselesaikan dengan judul “ LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR”, laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kimia Dasar.
Beberapa kendala dan rintangan banyak dialami oleh penulis dalam menyelesaikan
laporan ini, namun berkat bantuan dari semua pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikannya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis yakin dan sadar, bahwa laporan ini belumlah sempurna, oleh karena itu
penulis tetap terbuka akan semua saran dan kritik yang bertujuan untuk menyempurnakan
laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Bandung, Maret 2013
Penulis
2 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar…………………………………………………………………………. 2
Daftar Isi………………………………………………………………………………... 3
STANDARISASI LARUTAN NaOH DAN PENGGUNAANNYA………………….. 4
DESTILASI…………………………………………………………………………….. 15
PEMBUATAN KRISTAL GARAM………………………………………………….. 26
REAKSI PENGENALAN GAS……………………………………………………….. 35
3 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
STANDARISASI LARUTAN NaOH DAN PENGGUNAANNYA
A. Prinsip Percobaan
Berdasarkan reaksi netralisasi
B. Tujuan Percoban
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Molaritas dan Normalitas larutan NaOH
2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan
C. Landasan TeoriAsidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen
yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air
yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton
(asam) dengan penerima proton (basa) (Shochichah,2010).
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku
basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan
larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi
adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke
dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan
perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen.
Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di
dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis
atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang
membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan
di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna
indikator (Anonim,2009).
Titrasi asidi-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam kuat-basa kuat, asam kuat-
basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, basa kuat-garam dari
basa lemah. Titrasi ini menggunakan indikator pH atau indikator asam-basa sebagai penanda
karena memiliki sifat dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Warna asam
ialah sebutan warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa ketika dalam
keadaan basa (Harjadi,1986).
4 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan
mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut
berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas)
atau M (molaritas) (Shochichah,2010).
Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer
yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu
reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh
larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di
mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik
akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya
selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi (Sukmariah, 1990).
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem
ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi
= jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya,
tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh
indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna
jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika
konsentrasi itu lebih rendah (Sukmariah, 1990).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di
capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik
pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi
secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik
dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi
antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu
dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi
sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa (Shochichah,2010).
D. Alat dan Bahan Alat
Alat yang digunakan dalam percoban ini adalah sebagai berikut:
1. Buret
2. Statif dan klem
5 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
3. Erlenmeyer 250 ml 1 buah
4. Pipet ukur
5. Filler
6. Labu ukur
7. Batang pengaduk
8. corong
BahanBahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. NaOH 0,1 M
2. Fenolftalein
3. Asam Oksalat
4. Asam cuka perdagangan
E. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Larutan Baku
A. larutan Baku Primer Asam Oksalat
Larutan baku ini digunakan untuk menetapkan kadar basa kuat, misalnya NaOH
dan KOH.
Contoh :
Buatlah 100 ml larutan asam oksalat 0,1 N (BM= 126)
Perhitungan :
N = (g/BE) x (1000/100)
Pembuatan :
timbang dengan teliti (sesuai dengan hasil perhitungan) asam oksalat
masukan kedalam labu ukur 100 ml
tambah aquadest sedikit demi sedikit sambil dikocok sampai larut
lakukan penambahan aquadest sampai tanda batas lalu kocok
B. Larutan Baku Sekunder NaOH
Buatlah larutan NaOH sebanyak 1 Liter (BM=40)
Hitung berapa gram NaOH yang harus ditimbang I (dengan cara seperti diatas)
Pembuatan :
timbang dengan teliti (sesuai dengan hasil perhitungan) NaOH
6 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
masukan kedalam beaker glas
tambah aquadest panas yang telah didinginkan dan aduk sampai larut
lakukan penambahan aquadest sampai volume 1 liter
larutan NaOH ini jika akan digunakan harus distandarisasi dulu dengan larutan baku
primer asam oksalat menggunakan indicator Phenopthalein.
2. Standarisasi
Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat
buret yang sudah bersih dibilas dengan larutan NaOH yang akan dipakai,
sebanyak 3 kali@5ml,
Larutan NaOH dimasukkan kedalam buret hingga batas nol
Lalu asam oksalat 25 ml dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer (gunakan pipet
volume)
Kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein
Diitrasi dengan larutan NaOH kemudian diamati
Catat volume NaOH yang digunakan
Lakukan standarisasi sebanyak 3 kali
Hitung konsentrasi NaOH
3. Titrasi Larutan NaOH dengan Asam Cuka Perdagangan
Larutan NaOH yang sudah distandarisasi dimasukkan kedalam buret
Kemudian larutan asam cuka perdagangan 5 ml dimasukkan kedalam labu
takar 100ml encerkan dengan aquadest sampai tanda batas kocok hingga
merata
Lalu asam cuka 25 ml dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer (gunakan pipet
volume)
Ditambahkan 5 tetes indikator fenolftalein
Titrasi dengan larutan NaOH yang sudah distandarisasi
Diamati
Lakukan standarisasi sebanyak 3 kali
Hitung konsentrasi asam cuka
F. Hasil Pengamatan
7 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
1. Tabel Pengamatan
Perlakuan Hasil PengamatanStandarisasi Larutan NaOH
Dimasukkan 25 ml larutan asam oksalat
(C2H2O4) ke dalam labu Erlenmeyer
kemudian ditambahkan 2-3 tetes
indikator fenolftalein dan dititrasi
dengan larutan NaOH.
Penetapan Asam Cuka Perdagangan
Dimasukkan larutan asam cuka
perdagangan ke dalam labu Erlenmeyer
sebanyak 5 ml, kemudian ditambahkan
2-3 tetes indikator fenolftalein kemudian
dititrasi dengan larutan NaOH.
Terjadi perubahan warna bening
menjadi warna merah jambu dan
memerlukan larutan NaOH sebanyak
11; 10,5; 11 ml.
Terjadi perubahan warna bening
menjadi warna merah jambu dan
memerlukan larutan NaOH sebanyak
38;39;39,5 ml
2. Perhitungan
1. Pembuatan Larutan Baku
A. Larutan Baku Primer Asam Oksalat
Membuat larutan asam oksalat 100ml 0,1 N (BM = 126)
Perhitungan :
N = g
BE x
1000v
BE asam oksalat = ½ BM
N = g
63x
1000100
= ½ 126 = 63
0,1 = g
63x
1000100
g63
= 0,110
g = 0,01 x 63
g = 0,63
jadi berat asam oksalat yang harus ditimbang yaitu 630mg
8 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
B. Larutan Baku Standar NaOH
Membuat larutan NaOH 1 Liter 0,01 N (BM = 40)
Perhitungan :
N = g
BE x
1000v
BE NaOH = BM
N = g
40x
10001000
= 40
0,01 = g
40x
10001000
g40
= 0,01
1
g = 0,01 x 40
g = 0,4
jadi berat NaOH yang harus ditimbang yaitu 400mg
2. Standarisasi
a. Standarisasi Larutan NaOH
1. Dik : V NaOH = 21 ml
V C2H2O4 = 25 ml
Normalitas C2H2O4 = 0,1 N
Dit : Konsentrasi NaOH = . . . . ?
Peny : N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 11 ml = 0,1 N . 25 ml
N1 = 0,1 . 25
21
N1 = 0,1 N
Jadi konsentrasi NaOH1 adalah 0,1 N
2. Dik : V NaOH = 20,5 ml
V C2H2O4 = 25 ml
Normalitas C2H2O4 = 0,1 N
Dit : Konsentrasi NaOH = . . . . ?
Peny : N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 10,5 ml = 0,1 N . 25 ml
N1 = 0,1 . 25
20,5
9 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
N1 = 0,1 N
Jadi konsentrasi NaOH2 adalah 0,1 N
3. Dik : V NaOH = 21 ml
V C2H2O4 = 25 ml
Normalitas C2H2O4 = 0,1 N
Dit : Konsentrasi NaOH = . . . . ?
Peny : N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 11 ml = 0,1 N . 25 ml
N1 = 0,1 . 25
21
N1 = 0,1 N
Jadi konsentrasi NaOH3 adalah 0,1
Jadi konsentrasi rata – rata NaOH yang dilakukan secara triplo adalah 0,1+0,1+0,1
3=0,1 N
b. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan
1. Dik : V CH3COOH = 25 ml
V NaOH = 38 ml
N NaOH = 0,1 N
Dit : Konsentrasi CH3COOH = …?
Peny : N1 . V1 = N2 . V2
0,1 N . 38 ml = N2 . 25 ml
N2 = 0,1 . 38
25
N2 = 0,15 N
Jadi, konsentrasi CH3COOH adalah 0,15 N
2. Dik : V CH3COOH = 25 ml
V NaOH = 39 ml
N NaOH = 0,1 N
Dit : Konsentrasi CH3COOH = …?
Peny : N1 . V1 = N2 . V2
0,1 N . 39 ml = N2 . 25 ml
10 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
N2 = 0,1 . 39
25
N2 = 0,15 N
Jadi, konsentrasi CH3COOH adalah 0,15 N
3. Dik : V CH3COOH = 25 ml
V NaOH = 39,5 ml
N NaOH = 0,1 N
Dit : Konsentrasi CH3COOH = …?
Peny : N1 . V1 = N2 . V2
0,1 N . 39,5 ml = N2 . 25 ml
N2 = 0,1 . 39,5
25
N2 = 0,15 N
Jadi, konsentrasi CH3COOH adalah 0,15 N
Jadi konsentrasi rata – rata CH3COOH yang dilakukan secara triplo adalah
0,15+0,15+0,153
=0,15 N
G. Pembahasan
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan
reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Proses titrasi termasuk asidi-alkalimetri membutuhkan larutan baku dalam
metodenya. Larutan baku haruslah distandardisasi terlebih dahulu untuk menentukan
konsentrasi yang tepat dari calon larutan baku. Ada pula larutan baku primer, yakni larutan
yang dibuat dari bahan baku primer. Bahan baku primer merupakan suatu bahan yang
konsentrasi larutannya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang
dilarutkan dan volume bahan yang terjadi
11 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Pada percobaan kali ini praktikan melakukan analisa kuantitatif untuk menstandarisasi
larutan baku sekunder dengan larutan baku primer. dimana pada percobaan kali ini larutan
baku yang digunakan adalah NaOH (natrium hidroksida) dan larutan baku primer C2H2O4
(asam oksalat).
Sebelum digunakan untuk mentitrasi asam cuka, larutan NaOH ini distandarisasi
terlebih dahulu karena NaOH merupakan zat yang mudah terkontaminasi, bersifat
higroskopis sehingga mudah menarik uap air dari udara dan juga mudah bereaksi dengan CO2
dalam udara. Di mana pada kedua proses ini menyebabkan penimbangan sejumlah tertentu
NaOH tidak akan memberikan kepastian massa yang sesungguhnya, karena jumlah air dan
CO2 yang diserap oleh NaOH tidak diketahui dengan pasti. Hal ini mengakibatkan
kensentrasi NaOH yang dihasilkan juga tidak tepat. Dengan demikian apabila menggunakan
NaOH sebagai pereaksi dalam suatu titrasi maka zat tersebut harus distandarisasi
sebelumnya.
Untuk menstandarisasi larutan NaOH ini digunakan 25 ml larutan asam oksalat,
larutan ini digunakan sebagai larutan standar primer karena larutan ini tidak bersifat
higroskopis dan memiliki berat ekuivalen yang tinggi sehingga dapat mengurangi kesalahan
dalam penimbangan zat.
Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan titrasi menggunakan 5 tetes indikator
fenolftalein. Pemilihan indikator felnolftalein karena pada standarisasi ini merupakan titrasi
asam lemah (C2H2O4) dan basa kuat (NaOH) sehingga titik ekivalennya diatas 7 dan berada
pada trayek indikator fenolftalein.
Pada standarisasi ini NaOH digunakan sebagai titran sementara asam oksalatnya
sebagai titrat karena mengingat indikator yang digunakan adalah fenolftalein sehingga ketika
PP ditambahkan pada asam oksalat, akan menunjukkan warna bening. Ketika pada titik
ekivalen, akan terjadi perubahan dari bening menjadi merah muda. Jika asam oksalat yang
digunakan sebagai titran dan NaOH sebagai titrat maka akan terjadi perubahan warna dari
merah muda ke bening. Pada dasarnya, perubahan warna dari bening ke merah muda lebih
mudah diamati daripada perubahan warna dari merah muda ke bening. Dan juga penggunaan
asam oksalat sebagai titran kemungkinan besar akan menyebabkan kesalahan titrasi yang
besar karena terjadi kelebihan penambahan titran hingga melewati titik ekivalen. Kelebihan
titran ini disebabkan karena kesulitan mengamati perubahan warna dari merah muda ke
bening. Setelah terjadi perubahan warna untuk yang pertama kali, titrasi langsung dihentikan
dan NaOH yang berkurang langsung dicatat. NaOH yang berkurang pada percobaan kali ini
adalah 21 ml, sehingga konsentrasi NaOH dapat diketahui sebesar 0,1 N.
12 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Setelah larutan baku NaOH tersebut sudah diketahui konsentrasinya, maka larutan
tersebut sudah dapat digunakan untuk menentukan kadar asam cuka perdagangan. Pada
percobaan ini, menetapkan asam cuka perdagangan untuk mengetahui apakah kadar yang
tertera pada etiket cuka perdagangan sudah sesuai dengan kadar yang sebenarnya. Analisis
dilakukan secara alkalimetri yaitu dengan cara menitrasi larutan asam asetat perdagangan
dengan larutan baku NaOH.
Untuk menganalisis asam cuka dalam cuka perdagangan dapat dilakukan dengan
titrasi netralisasi. Titrasi ini merupakan titrasi alkalimetri, proses titrasi dengan larutan
standar basa untuk mentitrasi asam bebas.
Setelah kita mengetahui normalitas dari larutan NaOH, maka dilakukan langkah
selanjutnya yaitu menetapkan kadar asam cuka perdagangan dengan cara mengambil 5 ml
asam cuka perdagangan dengan pipet volume, dimasukkan kedalam labu takar 100ml
encerkan dengan aquadest sampai tanda batas kocok hingga merata. ambil asam cuka 25 ml
lalu dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian ditambah dengan 2-3 tetes indikator
PP. Larutan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan baku NaOH diatas, hingga diperoleh
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah jambu. Bila sudah terjadi perubahan
warna tersebut maka titrasi langsung dihentikan dan catat volume NaOH yang digunakan.
NaOH yang digunakan pada penetapan kadar asam cuka perdagangan sebesar 39 ml,
sehingga konsentrasi asam cuka perdagangan (CH3COOH) dapat diketahui sebesar 0,15 N.
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada proses standarisasi NaOH terbentuk larutan berwarna merah jambu dengan
konsentrasi NaOH sebesar 0,1 N.
2. Pada proses penetapan kadar asam cuka perdagangan terbentuk larutan berwarna merah
jambu dengan konsentrasi asam cuka perdagangan sebesar 0,15 N.
13 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
DAFTAR PUSTAKA
Hettik, 2010, Asidi-Alkalimetri dan Potensiometri, http://hettik07.student.ipb.ac.id/2010/
06/20/asidi-alkalimetri-potensiometri/, 23/10/2011.
shochichah, 2010,Standarisasi Larutan NaOH dan Penentuan Asam Cuka Perdagangan,
http://shochichah.blogspot.com/2010/04/standardisasi-larutan-naoh-dan.html, 23/10/2011.
Sukmariah, 2009, Standarisasi larutan NaOH, tadriskimia .blogspot. com/ standarisasi
naoh.htm, 23/10/2011.
14 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
DESTILASI
A. Tujuan
1. Untuk memisahkan dan memurnikan zat cair melalui proses destilasi
2. menentukan titik didih zat cair dengan cara destilasi
B. Landasan Teori
Destilasi adalah suatu metode pemisahan Hukum Raoult berdasarkan perbedaan titik
didih. Untuk membahas destilasi perlu dipelajari proses kesetimbangan fasa uap-cair;
kesetimbangan ini tergantung pada tekanan uap larutan. Hukum Raoult digunakan untuk
menjelaskan fenomena yang terjadi pada proses pemisahan yang menggunakan metode
destilasi; menjelaskan bahwa tekanan uap suatu komponen yang menguap dalam larutan
sama dengan tekanan uap komponen murni dikalikan fraksimol komponen yang menguap
dalam larutan pada suhu yang sama (Armid, 2009).
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap tersebut
pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya sama
dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali disebut destilat. Tujuan destilasi
adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan memisahkan cairan tersebut dari zat padat
yang terlarut atau dari zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni.
Pada destilasi biasa, tekanan uap di atas cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih normal).
Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat
terjadinya proses destilasi adalah sama dengan titik didih destilat (Sahidin, 2008).
Pemisahan dan pemurnian senyawa organik dari suatu campuran senyawa dilakukan
dengan beberapa cara sesuai dengan karakter sample. Destilasi sederhana, pemisahan ini
dilakukan bedasarkan perbedan titik didih yang besar atau untuk memisahkan zat cair dari
campurannya yang yang berwujud padat. Destilasi bertingkat, pemisahan ini dilakukan
berdasarkan perbedaan titik didih yang berdekatan.. Destilasi uap, dilakukan untuk
memisahkan suatu zat yang sukar bercampur dengan air dan memiliki tekanan uapnyang
relative tunggi atau memiliki Mr yang tinggi (Tim Kimia Modul SMKN 13, 2001).
Destilasi merupakan penguapan suatu cairan dengan cara memanaskannya dan kemudian
mengembunkan uapnya kembali menjadi cairan. Destilasi sebagai proses pemisahan
dikembangkan dari konsep-konsep dasar: tekanan uap, kemenguapan, dan sebagainya.
15 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Destilasi digunakan untuk pemisahan cairan-cairan dengan tekanan uap yang cukup tinggi.
Dengan kolom yang dirancang secara baik, dapat memisahkan cairan-cairan dengan
perbedaan tekanan uap yang kecil (tapi tidak campuran azeotrop). Destilasi merupakan
metode isolasi/pemurnian (Bahti, 1998).
Proses pemurnian minyak atsiri bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode, yaitu secara fisika dan kimia. Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan
mendistilasi ulang minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi
dengan pengurangan tekanan. Dalam proses secara fisika, yaitu metode redestilasi adalah
menyuling ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air
sekitar 1:5 dalam labu destilasi, kemudian campuran didestilasi. Minyak yang dihasilkan
akan terlihat lebih jernih. Hasil penyulingan ulang terhadap minyak nilam dengan metode
redestilasi, ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi (kejernihan) dari 4 % menjadi 83,4
%, dan menurunkan kadar Fe dari 509,2 ppm menjadi 19,60 ppm. Untuk distilasi fraksinasi
akan jauh lebih baik karena komponen kimia dipisahkan berdasarkan perbedaan titik
didihnya. Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya (Hernani, 2006).
C. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu:
1. satu set alat destilasi
2. statif dan klem
3. batu didih
4. labu Erlenmeyer
5. gelas ukur
6. thermometer
7. labu destilasi
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu:
1. Larutan NaOH
2. Phenopthalein
16 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
D. Prosedur Kerja
1. Buatlah larutan NaOH 0,01 M sebanyak 100ml. Kemudian tambahkan 5 tetes
phenopthalein
2. Isi labu destilasi dengan larutan NaOH yang telah dibuat, kemudian memasukkan
beberapa butir batu didih.
3. Memasang rangkaian alat desrilasi
4. Menjalankan air melalui alat pendingin (kondensor)
5. Memanaskan labu destilasi sampai air mendidih, pada suhu 83oC dengan waktu
21,32 menit.
6. Tamping hasil destilasi ke dalam labu erlenmayer. Catat suhu penguapan air, dan
hentikan destilasi jika volume destilasi mencapai 5 ml
7. Buat grafik penyulingan antara waktu tiap 1menit selama 30 menitsebagai sumbu
datar dan suhu dalam 0C dari pengamatan thermometer yang reservoir dipasang
diruang perjalanan uap labu suling sebagai sumbu tegak
8. Buat grafik penyulingan kedua, yaitu (%) fraksi destilat saat suhu tidak berubah
(plato) sebagai sumbu datar dan suhu sebagai sumbu tegak
9. Hitung penyimpangan titik didih air pada percobaan ini dengan menggunakan
rumusan “factor korelasi kenaikan titik didih”
E. Pernyataan dan Tugas
PraPraktikum
1. Apa yang dimaksud titik didih?
2. Apa fungsi batu didih
3. Mengapa selama destilasi berlangsung letak ujung thermometer tepat dimuka lubang
pipa menuju pendingin?
4. Apa depinisi penyulingan? Alat apa saja yang digunakan? Bagaimana kontribusi
pemasangan alat dan gambarkan?
Pasca Praktikum
17 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
1. Dapatkah campuran aseton dan alcohol dipisahkan dengan menggunakan alat destilasi
seperti percobaan diatas? Berikan alas an anda dengan memperhatikan titik didih
kedua zat
2. Sebutkan beberapa hasil industri yang menggunakan proses destilasi?
3. Apakah perbedaan perangkat penyuling sederhana dengan model Liebig, mana yang
lebih episien? Bahan lain apasajakah dapat dipisahkan dari air dengan penyulingan.
F. Hasil Pengamatan
Data Pengamatan
Dik: Volume destilat = 22 ml
Volume awal = 50 ml
Dit: % Efisiensi kadar etanol
Peny: Efisiensi kadar etanol = = 44%
G. Jawaban dari Pertanyaan dan Tugas
Pra Praktikum
1. Titik didih adalah suhu (temperatur) dimana tekanan uap sebuah zat cair sama
dengan tekanan external yang dialami oleh cairan. Sebuah cairan di dalam vacuum akan
memiliki titik didih yang rendah dibandingkan jika cairan itu berada di dalam tekanan
atmosphere. Cairan yang berada di dalam tekanan tinggi akan memiliki titik didih lebih
tinggi jika dibandingkan dari titik didihnya di dalam tekanan atmosphere.
2. Fungsi penambahan batu didih ada 2, yaitu:
1. Untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian
larutan.
2. Untuk menghindari titik lewat didih.
Pori-pori dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada larutan dan
melepaskannya ke permukaan larutan (ini akan menyebabkan timbulnya gelembung-
gelembung kecil pada batu didih). Tanpa batu didih, maka larutan yang dipanaskan
akan menjadi superheated pada bagian tertentu, lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap
panas yang bisa menimbulkan letupan/ledakan (bumping).
18 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
3. Pada destilasi, untuk memperoleh ketelitian yang tinggi penempatan ujung
termometer harus sangat diperhatikan, yaitu ujung termometer harus tepat berada di
persimpangan yang menuju ke pendingin agar suhu yang teramati adalah benar-benar
suhu uap senyawa yang diamati. Pada proses destilasi, penyimpangan pengukuran
dapat terjadi jika adanya pemanasan yang berlebihan (superheating) serta kesalahan
dalam penempatan pengukur suhu (thermometer) tidak pada posisi yang benar.
4. Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian
didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih
rendah akan menguap lebih dulu.
Set Alat Destilasi
Terdapat beberapa teknik pemisahan dengan menggunakan destilasi, salah satunya
adalah destilasi sederhana. Set alat destilasi sederhana (Gambar 1) adalah terdiri atas
labu alas bulat, kondensor (pendingin), termometer, erlenmeyer, pemanas. Peralatan
lainnya sebagai penunjang adalah statif dan klem, adaptor (penghubung), selang
yang dihubungkan pada kondensor tempat air masuk dan air keluar, batu didih.
19 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Gambar 1. Rangkaian Alat Destilasi
Keterangan Gambar:
1. Kran air
2. Pipa penghubung
3. Erlenmeyer
4. Termometer
5. Statif dan Klem
6. Labu alas bulat
7. Tempat air keluar dari kondensor
8. Tempat air masuk pada kondensor
9. Pemanas
10. Kondensor
20 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Adapun fungsi masing-masing alat yaitu labu alas bulat sebagai wadah untuk
penyimpanan sampel yang akan didestilasi. Kondensor atau pendingin yang berguna
untuk mendinginkan uap destilat yang melewati kondensor sehingga menjadi cair.
Kondensor atau pendingin yang digunakan menggunakan pendingin air dimana air
yang masuk berasal dari bawah dan keluar di atas, karena jika airnya berasal (masuk)
dari atas maka air dalam pendingin atau kondensor tidak akan memenuhi isi
pendingin sehingga tidak dapat digunakan untuk mendinginkan uap yang mengalir
lewat kondensor tersebut. Oleh karena itu pendingin atau kondensor air masuknya
harus dari bawah sehingga pendingin atau kondensor akan terisi dengan air maka
dapat digunakan untuk mendinginkan komponen zat yang melewati kondensor
tersebut dari berwujud uap menjadi berwujud cair.
Termometer digunakan untuk mengamati suhu dalam proses destuilasi sehingga suhu
dapat dikontrol sesuai dengan suhu yang diinginkan untuk memperoleh destilat
murni. Erlenmeyer sebagai wadah untuk menampung destilat yang diperoleh dari
proses destilasi. Pipa penghubung (adaptor) untuk menghubungkan antara kondensor
dan wadah penampung destilat (Erlenmeyer) sehingga cairan destilat yang mudah
menguap akan tertampung dalam erlenmeyer dan tidak akan menguap keluar selama
proses destilasi berlangsung. Pemanas berguna untuk memanaskan sampel yang
terdapat pada labu alas bulat. Penggunaan batu didih pada proses destilasi
dimaksudkan untuk mempercepat proses pendidihan sampel dengan menahan
tekanan atau menekan gelembung panas pada sampel serta menyebarkan panas yang
ada ke seluruh bagian sampel. Sedangkan statif dan klem berguna untuk menyangga
bagian-bagian dari peralatan destilasi sederhana sehingga tidak jatuh atau goyang.
Pasca Praktikum
1. Distilasi yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah distilasi campuran biner,
dimana zat yang digunakan adalah campuran alcohol dan aseton dengan komposisi
yang variasi.
Campuran azeotrop adalah
campuran suatu zat dimana zat
tersebut memiliki titik didih
21 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
minimal atau titik didih maksimal. Susunan campuran azeotrop tergantung dari
tekanan yang dipakai untuk membuat larutan- larutan dengan konsentrasi tertentu.
Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu
dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika
campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang
sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling
mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut
dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :
Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi sebelum
mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan dari
sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan
terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan, didinginkan, dan seterusnya
hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan
karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada gambar di atas, titik azeotrop
digambarkan sebagai pertemuan antara kurva saturated vapor dan saturated liquid.
(ditandai dengan garis vertikal putus-putus)
Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan
menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada
tekanan atmosfer.
2. Contoh industri yang menggunakan proses distilasi ialah industri minyak bumi,
industri gas, industri pembuatan alkohol, dan lain-lain.
3. Liebig mungkin paling dikenal untuk mahasiswa kimia sebagai penemu kondensor
Liebig, sebuah alat distilasi ditemukan di hampir setiap laboratorium kimia. Ini terdiri
dari sebuah tabung kaca yang dikelilingi oleh "jaket" kaca melalui mana air dingin
dapat diedarkan. Sebagai zat direbus dalam termos, uap diarahkan dari mulut termos
ke dalam tabung, dan didinginkan dan diembunkan oleh aliran air. Uap yang
terkondensasi bebas dari bahan kimia terlarut.
22 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
H. Pembahasan
Destilasi adalah suatu metode pemisahan Hukum Raoult berdasarkan perbedaan titik
didih. Hukum Raoult digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi pada proses
pemisahan yang menggunakan metode destilasi; menjelaskan bahwa tekanan uap suatu
komponen yang menguap dalam larutan sama dengan tekanan uap komponen murni
dikalikan fraksimol komponen yang menguap dalam larutan pada suhu yang sama.
Kesetimbangan fasa cair uap tercapai apabila kecepatan pengupan suatu cairan sama dengan
kecepatan pengembunannya.
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap tersebut
pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya sama
dengan tekanan atmosfer. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan
memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya yang
mempunyai perbedaan titik didih cairan murni.
Pada destilasi sederhana, zat-zat yang ingin dipisahkan memiliki perbedaan titik didih
yang besar. Untuk memisahkan zat-zat dengan titik didih yang berdekatan, digunakan
destilasi fraksinasi atau destilasi bertingkat.
Pada percobaan ini akan dipisahkan campuran yang terdiri dari air dan etanol. Titik
didih air adalah 100 oC, sedangkan etanol memilki titik didih 78 oC. karena kedua zat
tersebut memiliki perbedaan titik didih yang cukup besar, maka destilasi yang digunakan
adalah destilasi sederhana. Pada saat campuran dipanaskan, suhu campuran akan meningkat
dan akan ditunjukkan oleh termometer. Ketika temperatur berada di sekitar 78 oC, yakni titik
didih etanol, temperatur tersebut dijaga agar tetap berada pada titik didih etanol. Hal ini
menunjukkan bahwa pada temperatur 78 oC ini, tekanan uap etanol sama dengan tekanan
atmosfer., sehingga etanol akan menguap sedangkan air akan tetap berada pada labu destilasi
karena pada temperatur tersebut belum mencapai titik didih air. Akibatnya air akan tetap
berada pada fasa cair dan tidak ikut menguap bersama etanol. Hal ini karena tekanan uap air
belum mencapai tekanan atmosfer.
23 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Uap etanol akan bergerak ke atas dan melalui kondensor. Pada kondensor dialirkan air
secara terus-menerus yang berfungsi sebagai pendingin, sehingga pada kondensor ini terjadi
peristiwa kondensasi atau pengembunan dimana uap etanol didinginkan sehingga
mengembun dan menjadi cairan kembali. Etanol cair kemudian akan mengalir dari kondensor
melalui adaptor, lalu ditampung pada erlenmeyer, dan disebut destilat.
Pada percobaan ini, destilat yang diperoleh adalah 22 ml dari volume etanol awal dalam
campuran 50 ml. Jadi, diperoleh efisiensi kadar etanol sebanyak 44%. Artinya, dari 100%
etanol yang didestilasi, diperoleh 44% sebagai destilat.
Keberhasilan suatu proses destilasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya
yaitu penempatan posisi termometer pada alat destilasi. Penempatan posisi yang salah dapat
menyebabkan uap cairan misalnya etanol akan menempel pada termometer dan tidak
melewati kondensor untuk melalui proses pengembunan, tetapi akan kembali pada labu
destilasi yang berisi campuran cairan. Akibatnya, jumlah destilat yang diperoleh tidak
maksimal.
Selain itu, suhu pada termometer juga harus diperhatikan selama proses destilasi.
Suhu termometer harus selalu dijaga agar tetap berada pada suhu titik didih cairan yang ingin
dipisahkan yakni pada suhu titik didih yang lebih rendah yang akan diperoleh sebagai
destilat.
H. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu prinsip dasar proses destilasi secara sederhana adalah
penguapan cairan dan pengembunan kembali uap tersebut pada suhu titik didih, dimana
perbedaan titik didih zat-zat yang ingin dipisahkan cukup besar.
24 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
DAFTAR PUSTAKA
Armid. 2009. Penuntun Praktikum Metode Pemisahan Kimia. Unhalu. Kendari.
Bahti. 1998. Teknik Pemisahan Kimia dan Fisika. Universitas Padjajaran. Bandung.
Harahap. 2003. ‘Karya Ilmiah Produksi Alkohol’:6.
Hernani. 2006. ‘Peningkatan Mutu Minyak Atsiri Melalui Proses Pemurnian’ :2-3.
Sahidin. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Unhalu. Kendari.
Tim Kimia Modul SMKN 13. 2001.’ Analisis Elementer’:6.
http://rizaauliainblogtester.wordpress.com/2011/10/01/laporan-praktikum-metode-pemisahan/
25 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
PEMBUATAN KRISTAL GARAM
A. Tujuan Percobaan
1. Memisahkan dua jenis garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu.
2. Membuat Kristal garam kalium nitrat dan karakterisasinya
B. Dasar Teori
Natrium nitrat banyak terdapat di Chili, karena itu senyawa ini dinamakan
senyawa chili. Sifatnya higroskopis sehingga untuk berbagai keperluan natrium nitrat
yang lebih mudah itu diubah menjadi kalium nitrat. Produksi berbagai garam dari
sumbernya bergantung pada prinsip kristalisasi selektif (Tim dosen Kimia Anorganik,
2010 : 8).
Prinsip kristalisasi selektif ini sangat bergantung pada berbagai faktor, yaitu
keseimbangan, kelarutan, temperatur, dan konsentrasi keseimbangan. Kalium nitrat dapat
dibuat dengan mencampurkan larutan jenuh NaNO3 dengan larutan jenuh KCl. Jadi,
dalam larutan terdapat empat jenis ion yaitu Na+, K+, Cl-, dan NO3- yang
memungkinkan akan membentuk empat kristal garam yaitu NaCl(s), KCl(s), NaNO3(s),
dan KNO3(s) (Tim dosen Kimia Anorganik, 2010 : 8).
Natrium klorida atau sodium klorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam adalah
zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat ini pada proses perlakuan
penyimpanan benih realsitran berkedudukan sebagai medium inhibitor yang fungsinya
menghambat proses metabolisme benih sehingga perkecambahan pada benih realsitran
dapat terhambat (Anonim, 2010).
Natrium klorida juga dikenal dengan garam dapur atau halit adalah senyawa kimia
dengan unsur kimia NaCl. Senyawa ini adalah garam yang mempengaruhi salinitas laut
dan cairan ekstrakulikuler pada banyak organisme multiseluler. Sebagai komponen utama
pada garam dapur, natrium klorida sering digunakan sebagai bumbu dan pengawet
makanan (Anonim, 2010).
NaCl dapat dikatakan mempunyai bangunan kemas rapat bangun kubus maka ion
Cl- dan ion Na+ yang lebih kecil menempati rongga okatahedral. Salain itu bangun ini
juga akan memperlihatkan adanya bentuk kubus pusat muka yang dibangun oleh ion-ion
Na+ seperti halnya dibangun ion-ion Cl-. Oleh karena itu, kisi kristal NaCl merupakan
26 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
dua kisi kubus pusat muka yang saling tertanam di dalamnya (interpenetrasi), (Sugiyarto,
2003 : 36).
Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar karena
banyak zat padat seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas
simetris, telah lama para ilmuan menduga bahwa atom, ion, maupun molekul zat padat
juga tersususn secara simetris (Svehla, 1986 : 306).
Dari kota Yunani Morphe, bentuk yang sama, dua zat yang mempunyai struktur
yang sama dikatakan isomorf. Rumus pasangan zat semacam itu biasanya menunjukkan
bahwa angka banding atom-atomnya sama, misalnya
NaI dan MgO = 1:1
K2SO4 dan K2SeSO4 = 2 : 1 : 4
Cr2O3 dan Fe2O3 = 2 : 3
NaNO3 dan CaCO3 = 1 : 1 : 3
Zat-zat isomorf dapat atau tidak dapat mengkristal bersama-sama dalam campuran
homogen. Namun kemiripan baik dari rumus maupun sifat-sifat kimia tidaklah menjamin
pengkristalan yang homogen. Dua zat serupa yang dikenal baik yang tidak dapat
mengkristal secara homogen ialah NaCl dan KCl (Svehla, 1986 : 303).
Senyawa kimia kalium nitrat merupakan sumber alami mineral nitrogen. Senyawa
ini tergolong senyawa nitrat dengan rumus kimia KNO3. Salah satu penerapan yang
paling berguna pada kalium nitrat adalah dalam produksi asam nitrat dengan
menambahkan asam sulfat yang terkonsentrasi pada larutan encer KCl, menghasilkan
asam nitrat dan kalium sulfat yang terpisah melalui destilasi fraksional (Anonim, 2010).
Dalam arti yang luas, senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena
penggantian dua atau lebih senyawa sederhana yang masing-masingnya dapat berdiri
sendiri misalnya dalam proses penggantungan sifat berikut :
A + B AB
Senyawa ini dianggap senyawa kompleks.
Contoh lain yang benar-benar bersifat elektrostatik dapat terjadi dalam larutan ion kalium
dan ion nitrat, misalnya ternyata bergabung dalam larutan, meskipun sedikit jumlahnya.
Menurut persamaan reaksi berikut :
K+ + NO3- K+NO3-
Dalam persamaan reaksi ini senyawa kompleks K+NO3- disebut pasangan ion atau
senyawa kompleks gabungan ion. Reaksi jenis ini terutama terjadi dalam pelarut-pelarut
yang mempunyai tetapan dielektrika rendah (Underwood, 2002).
27 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Larutan besi (II) sulfat dan asam sulfat (Uji cincin coklat). Uji ini dilakukan dengan cara
ini. Tambahkan 3 mL larutan besi (III) sulfat dalam 2 mL larutan nitrat dan tuangkan 3-5
mL H2SO4 pekat dengan perlahan-lahan hingga membentuk suatu lapisan di sebe;lah
bawah campuran tersebut. Cincin coklat ini disebabkan oleh pembentukan kompleks
[Fe(NO)]2+
2NO3- + 4H2O + 6Fe2+ 6Fe3+ + 2NO2 + 4SO42- + 4H2O
Fe2+ + NO [Fe(NO)]2+
(Svehla, 1990).
C. Alat dan Bahan
Alat
Gelas kimia 100 mL 2 buah
Gelas kimia 250 mL 2 buah
Cawan penguap 1 buah
Lampu spiritus 1 buah
Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
Thermometer 110oC 1 buah
Batang pengaduk 1 buah
Corong biasa 1 buah
Pipet tetes
Neraca analitik
Bahan
Kristal KCl
Kristal NaNO3
D. Prosedur Kerja
Melarutkan 15 gram KCl dalam 50 mL air panas pada gelas kimia 100mL
Melarutkan 17 gram NaNO3 dalam 50 mL air panas pada gelas kimia 100mL
Mencampurkan kedua larutan di atas kocok dengan batang pengaduk
Uapkan campuran reaksi sampai volume campuran mendekati 40mL,
Campuran yang volumenya telah dikisatkan, saring dalam keadaan masih panas, agar
endapan yangterbentuk dapat dipisahkan dari larutan
Larutan hasil penyaringan, uapkan kembali sampai volume menjadi 20 ml
28 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Mendinginkan kembali filtrate sampai terbentuk Kristal
Menyaring Kristal yang terbentuk. Jikaperlu lakukan rekristalisasi, agar Kristal yang
terbentuk bebas dari ion klorida
Amati bentuk Kristal yang dihasilkan dengan menggunakan mikroskop.
Caranya sebagai berikut :
- Larutan KNO3 yang telah dimurnikan, teteskan pada kaca prefarat
menggunakan pipet tetes
- Biarkan tetesan itu mongering pada kaca preparat
- Simpan kaca preparat pada mikroskop, atur jarak dengan mengatur
skrupmikroskop hingga diperoleh objek yang jelas dan terang
- Amati bentuk Kristal garam KNO3 pada kaca preparat
E. Pernyataan dan Tugas
Pra Praktikum
1. Gambar macam-macam bentuk Kristal dan berikan penjelasannya?
2. Perlakuan apa yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bentuk Kristal?
3. a. apa yang dimaksud kisi Kristal dan sel satuan (unit sel)?
b. termasuk jenis sel satuan apakah garam-garam yang akan anda selidiki?
Pasca Praktikum
1. mengapa dengan menaikan suhu larutan NaCl dan KCl tidak meningkat secara tajam,
sedangkan pada suhu tinggi menyebabkan kelarutan KNO3 dan NaNO3 tinggi pula?
2. Apa yang terjadi jika 50 gram kalium nitrat dalam 100 gram air didinginkan dan 400C
menjadi 200C?
F. Jawaban Pertanyaan dan tugas
1. Penggolongan
Suatu kristal dapat digolongkan berdasarkan susunan partikelnya dan dapat pula berdasarkan jenis partikel penyusunnya atau interaksi yang menggabungkan partikel tersebut.
Jenis-jenis kristal
Logam Ionik Molekular Kovalen
29 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Li NaCl Ar C (intan)
Ca LiF Xe Si
Al AgCl Cl SiO2
Fe Zn CO2
Kristal logam
Salah satu sifat kristal logam adalah dapat ditempa. Sifat ini diperoleh dari ikatan logam
yang membentuknya. Dalam ikatan logam, terjadi interaksi antara atom/ion dengan
elektron bebas di sekitarnya sehingga dapat membuat logam mempertahankan
strukturnya bila diberikan suatu gaya yang kuat.
Kristal ionik
Kristal ionik terbentuk karena adanya gaya tarik antara ion bermuatan positif dan negatif.
Umumnya, kristal ionik memiliki titik leleh tinggi dan hantaran listrik yang rendah.
Contoh dari kristal ionik adalah NaCl. Kristal ionik tidak memiliki arah khusus seperti
kristal kovalen sehingga pada kristal NaCl misalnya, ion natrium akan berinteraksi
dengan semua ion klorida dengan intensitas interaksi yang beragam dan ion klorida akan
berinteraksi dengan seluruh ion natriumnya.
Kristal kovalen
Atomatom penyusun kristal kovalen secara berulang terikat melalui suatu ikatan kovalen
membentuk suatu kristal dengan struktur yang mirip dengan polimer atau molekul
raksasa. Contoh kristal kovalen adalah intan dan silikon dioksida (SiO2) atau kuarsa.
Intan memiliki sifat kekerasan yang berasal dari terbentuknya ikatan kovalen orbital
atom karbon hibrida sp3.
Kristal molekular
Pada umumnya, kristal terbentuk dari sutau jenis ikatan kimia antara atom atau ion.
Namun, pada kasus kristal molekular, kristal terbentuk tanpa bantuan ikatan, tetapi
melalui interaksi lemah antara molekulnya. Salah satu contoh dari kristal molekular
adalah kristal iodin.
30 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
2.
G. Hasil Pengamatan
50 mL aquadest + 15 gram KCl (serbuk putih) → larutan bening A
50 mL aquadest + 15 gram NaNO3 (serbuk putih) → larutan bening B
Larutan bening A + larutan bening B dipanaskan larutan bening + Kristal disaring
Berat garam yang dihasilkan setelah proses pengeringan 2,722 gram.
Gambar 1. Garam KNO3 setelah Gambar 2. Garam KNO3 setelah
pendinginan (sebelum disaring) penyaringan
Gambar 3. Garam KNO3 secara mikroskopis
H. Pembahasan
Kristal ionik semacam natrium khlorida (NaCl) dibentuk oleh gaya tarik antara ion
bermuatan positif dan negatif. Kristal ionik biasanya memiliki titik leleh tinggi dan
31 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
hantaran listrik yang rendah. Namun, dalam larutan atau dalam lelehannya, kristal ionik
terdisosiasi menjadi ion-ion yang memiliki hantaran listrik. Dalam kristal ion natrium
khlorida, ion natrium dan khlorida diikat oleh ikatan ion. Berlawanan dengan ikatan
kovalen, ikatan ion tidak memiliki arah khusus, dan akibatnya, ion natrium akan
berinteraksi dengan semua ion khlorida dalam kristal, walaupun intensitas interaksi
beragam. Demikian juga, ion khlorida akan berinteraksi dengan semua ion natrium dalam
kristal
Pada asam nitrat dan garamnya merupakan senyawa okso dari nitrogen yang sangat
penting. Saat ini asam nitrit sebagian besar dibuat dari merubah nitrogen dalam atmosfer
menjadi ammonia. Ammonia dibuat dengan mengoksidasi menjadi NO dengan adanya
katalisator, kemudian NO diserap kedalam air yang mengandung oksigen. Pada
temperature kamar, asam nitrat ada dalam bentuk fasa cair dan mendidih pada 84,1oC dan
membeku menjadi kristal pada -41,59oC. Pada pembuatan kalium sulfit dari natrium
sulfit denga kalium klorida, garam yang terjadi direklistlisasikan dengan air. Proses
reklistalisasi ini dilaksanakan sehingga hanya terdapat ion K+ dan ion SO32+ saja yang
tinggal di dalamlarutan atau tidak ditemukan lagi ion Na+ dan Cl-.
Pada percobaan ini kita membuat dan pemisahan garam kalium nitrat. Garam ini dibuat
dengan mereaksikan larutan jenuh KCl dengan larutan jenuh NaNO3. Sebagian besar
garam-garam nitrat bersifat higroskopis dan mudah larut dalam air. Sehingga ketika kita
larutkan dengan air maka akan seketika akan larut dengan mudah, tetapi kita
menggunakan air panas dalam percobaan ini, agar ion-ion K+ dan NO3- mudah larut
terpisah menjadi ion-ionnya, namun, beberapa garam nitrat dapat diperoleh dalam bentuk
anhidrat dan tidak mengalami dekomposisi pada pemanasan yang cukup tinggi.
Pada proses pembuatannya kita mereaksikan anatara larutan KCl dengan NaNO3 dengan
komposisi tertentu, dengan melalui pemanasan, didinginkan hingga kristal kalium
terbentuk dan kemudian disaring. Pada pross ini, teknik reklistalisasi diperlukan, dimana
zat padat sebagai hasil reaksi biasanya bercampur dengan zat padat lain. Oleh sebab itu,
untuk mendapatkan zat-zat yang kita inginkan, perlu dimurnikan terlebih dahulu. Prinsip
proses ini adalah perbedaan kelarutan zat pengotornya. Pada hasil kristal Kalium Nitarat
kita lakukan pemurinian agar memperoleh hasil kristal yang murni, hal ini dilakuakan
dengan menambahkan sedikit aquades hingga larutan kristal kalium nitrat bebas ion
klorida. Pemberian aquades ini berfungsi agar ion klorida yang mungkin masih terdapat
dalm kristal kalium dapat hilang.
32 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Pada percobaan ini kita memperoleh kristal garam kalium nitrat sebesar 9,23 gram,
dimana kristal tersebut bewarna puih. Hasil dari rendemen sebesar 30,7%, ini berarti yang
berarti bahwa 60,3%nya adalah zat pengotor (residu) yang berada dalam sampel garam
kalium nitrat tercemar.
H. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Kristal NaCl dan KNO3 dibuat dengan mereaksikan KCl dengan NaNO3 dimana Kristal
NaCl terbentuk pada suhu tinggi dan Kristal KNO3 terbentuk pada suhu rendah
Pada uji nyala, Kristal KNO3 memancarkan warna ungu dan Kristal NaCl memancarkan
warna kuning.
Pada uji klorida KNO3 tidak membentuk endapan putih dan NaCl membentuk endapan
putih
Pada uji nitrat, KNO3 membentuk cincin coklat dan NaCl tidak
Bentuk fisik Kristal KNO3 berbentuk jarum, bentuk fisik Kristal NaCl yaitu berupa
serbuk putih, bentuk kisi Kristal KNO3 yaitu bcc dan bentuk Kristal NaCl yaitu fcc
Perlakuan ini merupakan perlakuan yang paling baik digunakan untuk memperoleh hasil
yang lebih banyak
Saran
Diharapkan agar praktikan lebih hati-hati dan teliti pada saat percobaan
33 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Kalium Nitrat. http://id.wikipedia.org/wiki/kalium-nitrat diakses pada 4 Mei
2010.
Anonim. 2010. Natrium Klorida. http://id.wikipedia.org/wiki/natrium-klorida diakses pada 4
Mei 2010.
James, Brady. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta :
Binarupa Aksara.
Sugiyarto, Kristian. H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : UNJ.
Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Bagian I.
Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
Tim Dosen Kimia Anorganik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar :
Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM.
Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Cotton, Albert, Wilkinson, 1989. Kimia Anorganik dasar. Universitas Indonesia. UI-
Press. Jakarta.
http://id.wikipedia.org (diakses 3 Mei 2009).
Lingafelter, E.C.. 1989. Crystal systems.. Volume 62 Nomor 219. (http://
www.journalofchemicaleducation.com) diakses tanggal 30 Desember 2008
Purwadi KP. 2000. Penentuan Kadar Florida dan Klorida Dalam Serbuk UO2 Secara
Potensiometrik Elektroda Ion Selektif dengan Menggunakan Teknik Pirohidrolisis. Jurnal
Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir V.
Saito, Taro, 1996. Buku Teks Kimia Anorganik Online. Permission of Iwanami Shoten.
Tokyo
34 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
REAKSI PENGENALAN GAS
A. Prinsip kerja
Berdasarkan reaksi pembentukan gas
B. Tujuan Percobaan
Mengetahui dan mengenal pembuatan gas
C. Dasar Teori
Suatu senyawa anorganik terdiri dari ion-ion, baik kation maupun anion yang bila
direaksikan dengan asam encer/pekat pada keadaan dingin/panas dapat mengeluarkan gas
berwarna atau tidak berwarna. Berbagai gas kation atau anion dapat dibedakan satu dengan
lainnya secara reaksi kimia ataupun berdasarkan sifat fisiknya. Contoh :
CO3-2
(aq) + 2H+(aq)
H2CO3(g)
H2CO3(g) H2O(l) + CO2 (g)
Ba(OH)2 (aq) + CO2 (g) BaCO3 (aq) + H2O (l)
Ion CO3-2 dengan asam (H+) akan menghasilkan gas CO2 yang dapat mengeruhkan air barit
atau Ba(OH)2 sifat ini tidak dimiliki oleh gas lain.
Macam – macam gas yang digunakan dalam pratikum ini adalah sebagai berikut:
1. Hidrogen
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes:
membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan
nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau,
bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat
35 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794 amu, hidrogen adalah unsur teringan di
dunia.
Hidrogen juga adalah unsur paling melimpah dengan persentase kira-kira 75%
dari total massa unsur alam semesta.[1] Kebanyakan bintang dibentuk oleh hidrogen
dalam keadaan plasma. Senyawa hidrogen relatif langka dan jarang dijumpai secara
alami di bumi, dan biasanya dihasilkan secara industri dari berbagai senyawa
hidrokarbon seperti metana. Hidrogen juga dapat dihasilkan dari air melalui proses
elektrolisis, namun proses ini secara komersial lebih mahal daripada produksi
hidrogen dari gas alam.[2]
Isotop hidrogen yang paling banyak dijumpai di alam adalah protium, yang inti
atomnya hanya mempunyai proton tunggal dan tanpa neutron. Senyawa ionik
hidrogen dapat bermuatan positif (kation) ataupun negatif (anion). Hidrogen dapat
membentuk senyawa dengan kebanyakan unsur dan dapat dijumpai dalam air dan
senyawa-senyawa organik. Hidrogen sangat penting dalam reaksi asam basa yang
mana banyak reaksi ini melibatkan pertukaran proton antar molekul terlarut. Oleh
karena hidrogen merupakan satu-satunya atom netral yang persamaan Schrödingernya
dapat diselesaikan secara analitik, kajian pada energetika dan ikatan atom hidrogen
memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan mekanika kuantum.
Sifat kimia
Kelarutan dan karakteristik hidrogen dengan berbagai macam logam merupakan
subyek yang sangat penting dalam bidang metalurgi (karena perapuhan hidrogen
dapat terjadi pada kebanyakan logam [3]) dan dalam riset pengembangan cara yang
aman untuk meyimpan hidrogen sebagai bahan bakar.[4] Hidrogen sangatlah larut
dalam berbagai senyawa yang terdiri dari logam tanah nadir dan logam transisi [5] dan
dapat dilarutkan dalam logam kristal maupun logam amorf.[6] Kelarutan hidrogen
dalam logam disebabkan oleh distorsi setempat ataupun ketidakmurnian dalam kekisi
hablur logam.[7]
Pembakaran
Hidrogen sangatlah mudah terbakar di udara bebas. Peristiwa
meledaknya pesawat Hindenburg pada tanggal 6 Mei 1937.
36 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada konsentrasi serendah 4%
H2 di udara bebas.[8] Entalpi pembakaran hidrogen adalah -286 kJ/mol[9]. Hidrogen
terbakar menurut persamaan kimia:
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) + 572 kJ (286 kJ/mol)[10]
Ketika dicampur dengan oksigen dalam berbagai perbandingan, hidrogen meledak
seketika disulut dengan api dan akan meledak sendiri pada temperatur 560 °C.[11]
Lidah api hasil pembakaran hidrogen-oksigen murni memancarkan gelombang
ultraviolet dan hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu, sangatlah
sulit mendeteksi terjadinya kebocoran hidrogen secara visual. Kasus meledaknya
pesawat Hindenburg adalah salah satu contoh terkenal dari pembakaran hidrogen.[12]
Karakteristik lainnya dari api hidrogen adalah nyala api cenderung menghilang
dengan cepat di udara, sehingga kerusakan akibat ledakan hidrogen lebih ringan dari
ledakan hidrokarbon. Dalam kasus kecelakaan Hidenburg, dua pertiga dari
penumpang pesawat selamat dan kebanyakan kasus meninggal disebabkan oleh
terbakarnya bahan bakar diesel yang bocor.[13]
H2 bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur oksidator lainnya. Ia bereaksi
dengan spontan dan hebat pada suhu kamar dengan klorin dan fluorin, menghasilkan
hidrogen halida berupa hidrogen klorida dan hidrogen fluorida.[14]
Bentuk-bentuk molekul unsur
Jejak pertama yang terlihat pada hidrogen cair di dalam bilik
gelembung di Bevatron
Terdapat dua jenis molekul diatomik hidrogen yang
berbeda berdasarkan spin relatif inti.[18] Dalam bentuk ortohidrogen, spin dari dua
proton adalah paralel dan dalam keadaan triplet; dalam bentuk parahidrogen, spin-nya
adalah antiparalel dan dalam keadaan singlet. Pada keadaan standar, gas hidrogen
terdiri dari 25% bentuk para dan 75% bentuk orto, juga dikenal dengan sebutan
"bentuk normal".[19] Rasio kesetimbangan antara ortohidrogen dan parahidrogen
tergantung pada termperatur. Namun oleh karena bentuk orto dalam keadaan
37 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
tereksitasi, bentuk ini tidaklah stabil dan tidak bisa dimurnikan. Pada suhu yang
sangat rendah, hampir semua hidrogen yang ada adalah dalam bentuk parahidrogen.
Sifat fisik dari parahidrogen murni berbeda sedikit dengan "bentuk normal".[20]
Perbedaan orto/para juga terdapat pada molekul yang terdiri dari atom hidrogen
seperti air dan metilena.[21]
Antarubahan yang tidak dikatalis antara H2 para dan orto meningkat seiring
dengan meningkatnya temperatur; oleh karenanya H2 yang diembunkan dengan cepat
mengandung banyak hidrogen dalam bentuk orto yang akan berubah menjadi bentuk
para dengan sangat lambat.[22] Nisbah orto/para pada H2 yang diembunkan adalah
faktor yang perlu diperhitungkan dalam persiapan dan penyimpanan hidrogen cair:
antarubahan dari bentuk orto ke para adalah eksotermik dan dapat menghasilan
bahang yang cukup untuk menguapkan hidrogen cair tersebut dan menyebabkan
berkurangnya komponen cair. Katalis untuk antarubahan orto-para, seperti misalnya
senyawa besi, sering digunakan selama pendinginan hidrogen.[23]
Sebuah bentuk molekul yang disebut molekul hidrogen terprotonasi, atau H3+,
ditemukan pada medium antarbintang (Interstellar medium) (ISM), dimana ia
dihasilkan dengan ionisasi molekul hidrogen dari sinar kosmos. Molekul ini juga
dapat dipantau di bagian atas atmosfer planet Yupiter. Molekul ini relatif cukup stabil
pada lingkungan luar angkasa oleh karena suhu dan rapatan yang rendah. H3+ adalah
salah satu dari ion yang paling melimpah di alam semesta ini, dan memainkan peran
penting dalam proses kimia medium antarbintang.[24]
Bentuk monoatomik
Atom H, juga disebut hidrogen nasen atau hidrogen atomik, diklaim eksis secara
fana namun cukup lama untuk menimbulkan reaksi kimia. Menurut klaim itu,
hidrogen nasen dihasilkan secara in situ, biasanya reaksi antara seng dengan asam,
atau dengan elektrolisis pada katoda. Sebagai molekul monoatomik, atom H sangat
reaktif dan oleh karena itu adalah reduktor yang lebih kuat dari H2 diatomik, namun
pertanyaan kuncinya terletak pada keberadaan atom H itu sendiri. Konsep ini lebih
populer di bidang teknik dan di literatur-literatur lama.
38 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Hidrogen nasen diklaim mereduksi nitrit menjadi ammonia atau arsenik menjadi
arsina bahkan dalam keadaan lunak. Penelitian yang lebih mendetil menunjukkan
lintasan alternatif lainnya dan bukanlah atom H.
Atom hidrogen dapat dihasilkan pada temperatur yang cukup tinggi (>2000 K)
agar molekul H2 dapat berdisosiasi. Selain itu, radiasi elektromagentik di atas 11 eV
juga dapat diserap H2 dan menyebabkan disosiasi.
Kadang kala, hidrogen yang terserap secara kimiawi pada permukaan logam juga
dirujuk sebagai hidrogen nasen, walaupun terminologi ini sudah mulai ditinggalkan.
Pandangan lainnya mengatakan bahwa hidrogen yang terserap secara kimiawi itu
"kurang reaktif" dari hidrogen nasen disebabkan oleh ikatan yang dihasilkan oleh
permukaan katalis logam tersebut.
Senyawa kovalen dan senyawa organik
Walaupun H2 tidaklah begitu reaktif dalam keadaan standar, ia masih dapat
membentuk senyawa dengan kebanyakan unsur. Jutaan jenis hidrokarbon telah
diketahui, namun itu semua tidaklah dihasilkan secara langsung dari hidrogen dan
karbon. Hidrogen dapat membentuk senyawa dengan unsur yang lebih elektronegatif
seperti halogen (F, Cl, Br, I); dalam senyawa ini hidrogen memiliki muatan parsial
positif.[25] Ketika berikatan dengan fluor, oksigen ataupun nitrogen, hidrogen dapat
berpartisipasi dalam bentuk ikatan non-kovalen yang kuat, yang disebut dengan ikatan
hidrogen yang sangat penting untuk menjaga kestabilan kebanyakan molekul biologi.[26][27] Hidrogen juga membentuk senyawa dengan unsur yang kurang elektronegatif
seperti logam dan metaloid, yang mana hidrogen memiliki muatan parsial negatif.
Senyawa ini dikenal dengan nama hidrida.[28]
Hidrogen membentuk senyawa yang sangat banyak dengan karbon. Oleh karena
asosiasi senyawa itu dengan kebanyakan zat hidup, senyawa ini disebut sebagai
senyawa organik [29] . Studi sifat-sifat senyawa tersebut disebut kimia organik [30] dan
studi dalam konteks kehidupan organisme dinamakan biokimia.[31] Pada beberapa
definisi, senyawa "organik" hanya memerlukan atom karbon untuk disebut sebagai
organik. Namun kebanyakan senyawa organik mengandung atom hidrogen. Dan oleh
karena ikatan ikatan hidrogen-karbon inilah yang memberikan karakteristik sifat-sifat
39 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
hidrokarbon, ikatan hidrogen-karbon diperlukan untuk beberapa definisi dari kata
"organik" di kimia.[29]
Dalam kimia anorganik, hidrida dapat berperan sebagai ligan penghubung yang
menghubungkan dua pusat logam dalam kompleks berkoordinasi. Fungsi ini umum
ditemukan pada unsur golongan 13, terutama pada kompleks borana (hidrida boron)
dan aluminium serta karborana yang bergerombol.[32]
Hidrida
Senyawa hidrogen sering disebut sebagai hidrida, sebuah istilah yang tidak
mengikat. Oleh kimiawan, istilah "hidrida" biasanya memiliki arti atom H yang
mendapat sifat anion, ditandai dengan H−. Keberadaan anion hidrida, dikemukakan
oleh Gilbert N. Lewis pada tahun 1916 untuk gologngan I dan II hidrida garam,
didemonstrasikan oleh Moers pada tahun 1920 dengan melakukan elektrolisis litium
hidrida cair (LiH) yang menghasilkan sejumlah hidrogen pada anoda.[33] Untuk hidrida
selain logam golongan I dan II, istilah ini sering kali membuat kesalahpahaman oleh
karena elektronegativitas hidrogen yang rendah. Pengecualian adalah hidrida
golongan II BeH2 yang polimerik. Walaupun hidrida dapat dibentuk dengan hampir
semua golongan unsur, jumlah dan kombinasi dari senyawa bervariasi, sebagai contoh
terdapat lebih dari 100 hidrida borana biner yang diketahui, namun cuma satu hidrida
aluminium biner yang diketahui.[34] Hidrida indium biner sampai sekarang belum
diketahui, walaupun sejumlah komplek yang lebih besar eksis.[35]
Keberadaan alami
NGC 604, sebuah daerah yang terdiri dari hidrogen yang
terionisasi di Galaksi Triangulum
Hidrogen adalah unsur yang paling melimpah di alam
semesta ini dengan persentase 75% dari barion
berdasarkan massa dan lebih dari 90% berdasarkan jumlah atom.[51] Unsur ini
ditemukan dalam kelimpahan yang besar di bintang-bintang dan planet-planet gas
raksasa. Awan molekul dari H2 diasosiasikan dengan pembentukan bintang. Hidrogen
memainkan peran penting dalam pemberian energi bintang melalui reaksi proton-
proton dan fusi nuklir daur CNO.[52]
40 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Di seluruh alam semesta ini, hidrogen kebanyakan ditemukan dalam keadaan
atomik dan plasma yang sifatnya berbeda dengan molekul hidrogen. Sebagai plasma,
elektron hidrogen dan proton terikat bersama, dan menghasilkan konduktivitas
elektrik yang sangat tinggi dan daya pancar yang tinggi (menghasilkan cahaya dari
matahari dan bintang lain). Partikel yang bermuatan dipengaruhi oleh medan magnet
dan medan listrik. Sebagai contoh, dalam angin surya, partikel-partikel ini
berinteraksi dengan magnetosfer bumi dan mengakibatkan arus Birkeland dan
fenomena Aurora. Hidrogen ditemukan dalam keadaan atom netral di medium
antarbintang. Sejumlah besar atom hidrogen netral yang ditemukan di sistem Lyman-
alpha teredam diperkirakan mendominasi rapatan barionik alam semesta sampai
dengan pergeseran merah z=4.[53]
Dalam keadaan normal di bumi, unsur hidrogen berada dalam keadaan gas
diatomik, H2 (silakan lihat tabel data). Namun, gas hidrogen sangatlah langka di
atmosfer bumi (1 ppm berdasarkan volume) oleh karena beratnya yang ringan yang
menyebabkan gas hidrogen lepas dari gravitasi bumi. Walaupun demikian, hidrogen
masih merupakan unsur paling melimpah di permukaan bumi ini.[54] Kebanyakan
hidrogen bumi berada dalam keadaan bersenyawa dengan unsur lain seperti
hidrokarbon dan air.[32] Gas hidrogen dihasilkan oleh beberapa jenis bakteri dan
ganggang dan merupakan komponen alami dari kentut. Penggunaan metana sebagai
sumber hidrogen akhir-akhir ini juga menjadi semakin penting.[55]
Sejarah Penemuan dan penggunaan
Gas hidrogen, H2, pertama kali dihasilkan secara artifisial oleh T. Von Hohenheim
(dikenal juga sebagai Paracelsus, 1493–1541) melalui pencampuran logam dengan
asam kuat.[56] Dia tidak menyadari bahwa gas mudah terbakar yang dihasilkan oleh
reaksi kimia ini adalah unsur kimia yang baru. Pada tahun, Robert Boyle menemukan
kembali dan mendeskripsikan reaksi antara besi dan asam yang menghasilkan gas
hidrogen.[57] Pada tahun 1766, Henry Cavendish adalah orang yang pertama
mengenali gas hidrogen sebagai zat diskret dengan mengidentifikasikan gas tersebut
dari reaksi logam-asam sebagai "udara yang mudah terbakar". Pada tahun 1781 dia
lebih lanjut menemukan bahwa gas ini menghasilkan air ketika dibakar.[58][59] Pada
tahun 1783, Antoine Lavoisier memberikan unsur ini dengan nama hidrogen (dari
Bahasa Yunani hydro yang artinya air dan genes yang artinya membentuk)[60] ketika
41 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
dia dan Laplace mengulang kembali penemuan Cavendish yang mengatakan
pembakaran hidrogen menghasilkan air.[59]
Hidrogen pertama kali dicairkan oleh James Dewar pada tahun 1898 dengan
menggunakan penemuannya, guci hampa.[59] Dia kemudian menghasilkan hidrogen
padat setahun kemudian.[59] Deuterium ditemukan pada tahun 1931 Desember oleh
Harold Urey, dan tritium dibuat pada tahun 1934 oleh Ernest Rutherford, Mark
Oliphant, and Paul Harteck.[58] Air berat, yang mengandung deuterium menggantikan
hidrogen biasa, ditemukan oleh Urey dkk. pada tahun 1932.[59] Salah satu dari
penggunaan pertama H2 adalah untuk sinar sorot.[59]
Balon pertama yang diisikan dengan hidrogen diciptakan oleh Jacques Charles
pada tahun 1783.[59] Hidrogen memberikan tenaga dorong untuk perjalanan udara
yang aman dan pada tahun 1852 Henri Giffard menciptakan kapal udara yang
diangkat oleh hidrogen.[59] Bangsawan Jerman Ferdinand von Zeppelin
mempromosikan idenya tentang kapal udara yang diangkat dengan hidrogen dan
kemudian dinamakan Zeppelin dengan penerbangan perdana pada tahun 1900.[59]
Penerbangan yang terjadwal dimulai pada tahun 1910 dan sampai pecahnya Perang
dunia II, Zeppelin telah membawa 35.000 penumpang tanpa insiden yang serius.
Penerbangan tanpa henti melewati samudra atlantik pertama kali dilakukan kapal
udara Britania R34 pada tahun 1919. Pelayanan penerbangan udara dipulihkan pada
tahun 1920 dan penemuan cadangan helium di Amerika Serikat memberikan peluang
ditingkatkannya keamanan penerbangan, namun pemerintah Amerika Serikat menolak
menjual gas tersebut untuk digunakan dalam penerbangan. Oleh karenanya, gas H2
digunakan di pesawat Hindenburg, yang pada akhirnya meledak di langit New Jersey
pada tanggal 6 Mei 1937.[59] Insiden ini ditayangkan secara langsung di radio dan
direkam. Banyak yang menduga terbakarnya hidrogen yang bocor sebagai akibat
insiden tersebut, namun investigasi lebih lanjut membuktikan sebab insiden tersebut
karena terbakarnya salut fabrik oleh keelektrikan statis. Walaupun demikian, sejak itu
keragu-raguan atas keamanan penggunaan hidrogen muncul.
2. Amonia
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus N H 3. Biasanya senyawa ini didapati
berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia
42 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah
senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan
Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan
amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volum.[5]
Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-
paru dan bahkan kematian.[5] Sekalipun amonia di AS diatur sebagai gas tak mudah
terbakar, amonia masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup, dan
pengangkutan amonia berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus
disertai surat izin.[6]
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini
menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu
-33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat
rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani
dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium
hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam
satuan baumé. Produk larutan komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya
memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C).[7] Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen
berat amonia.
Amonia umumnya bersifat basa (pKb=4.75), namun dapat juga bertindak sebagai
asam yang amat lemah (pKa=9.25).
3. Karbon Dioksida
Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa
kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah
atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir
di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira
387 ppm berdasarkan volume [1] walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada
lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia
menyerap gelombang inframerah dengan kuat.
Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan
mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses
43 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen penting dalam
siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan
bakar fosil. Karbon dioksida anorganik dikeluarkan dari gunung berapi dan proses
geotermal lainnya seperti pada mata air panas.
Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1 atm
namun langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 °C. Dalam bentuk
padat, karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering.
CO2 adalah oksida asam. Larutan CO2 mengubah warna litmus dari biru menjadi
merah muda.
D. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan
1) Pembakar Spirtus
2) Pipet tetes
3) Tabung reaksi
4) Penjepit tabung reaksi
5) Kertas lakmus merah
6) Pipet gondok
7) Labu ukur 100 mL
8) Gelas ukur
9) Kertas saring
10) Batang pengaduk
11) Erlenmeyer
12) Corong kaca
Bahan
1) Logam Zn
2) NH4Cl
3) Lakmus Merah
4) H2SO4 pekat
5) HCl
6) CuSO4
44 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
E. Metoda Kerja
1. Pembentukan gas H2
Masukkanlah masing-masing 1 potong kecil seng (Zn) dengan ukuran yang sama
ke dalam 2 gelas piala berbeda yang berisi 10 mL larutan HCl dengan konsentrasi 0,5
M dan 2 M.
Amati dan catat perubahan yang terjadi pada logam tersebut. Adakah perbedaan
kecepatan reaksi diantara ke 2 nya?
Lakukan hal yang sama terhadap potongan besi (Fe) dan magnesium (Mg).
2. Pembentukan dan pengenalan gas NH3
Ambil sedikit larutan NH4Cl (± 1 mL), masukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan larutan NaOH ecukupnya.
Peganglah tabung reaksi itu dengan penjepit, Lalu dipanaskan sambil digoyang-
goyangkan.Mulut tabung harus sedikit dicondongkantetapi tidak boleh di arahkan
pada diri sendiri atau kepada orang lain. Cari tempat yang kosong. Pada saat
mendidih, jagalah agar zat dalam tabung jangan sampai keluar dari mulut tabung
(lebih-lebih untuk zat yang mudah terbakar). Caranya dilakukan dengan mengangkat
tabung dari atas api bila zat dalam tabung sudah mulai naik/hamper keluar. Catat
bagaimana bau gas yang terjadi . Cara membau adalah dengan mengibas-ngibaskan
tangan di atas mulut tabung dan hidung kita berada pada jarak yang relatif jauh
berusaha membau gas yang keluar. Amati zat-zat sebelum dan sesudah reaksi.
Tutupi mulut tabung dengan kertas lakmus merah yang telah ditetesi aquades.
Amatilah perubahan warna dari kertas lakmus yang terjadi dan berikan kesimpulan.
Apakah gunanya menggoyang-goyangkan pada waktu memanaskan?
Catatan, jauhkan zat-zat yang mudah terbakardri api, bekerjalah dengan tenang dan
penh perhatian untuk menghindari kecelakaan.
3. Gas Karbon Dioksida (CO2)
Kedalam tabung reaksi masukan HCl encer
Tambah CaCO3, akan terbentuk gas CO2
Selidiki gas tersebut dengan cara mengalirkan kedalam air barit atau Ba(OH)2, jika
terjadi kekeruhan menandakan adanya gas CO2.
45 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
F. Hasil Percobaan
1. Pembentukan dan pengenalan gas H2
Terjadi letupan pada saat korek api didekatkan pada tabung tutup (yang berisi gas
hidrogen).
2. Pembentukan dan Pengenalan gas NH3
Terjadi perubahan warna pada kertas lakmus dari merah menjadi biru.
3. Gas Karbon Dioksida (CO2)
Terjadi kekeruhan pada tabung yang berisi air barit atau Ba(OH)2.
Persamaan Reaksi
1. Gas Hidrogen (H2)
2Zn (s) + H2SO4 (aq) + Cu SO4 (aq) 2Zn SO4 (aq) + Cu (s) + H2 (g)
2. Gas Amonia (NH3)
NH4Cl (s) + NaOH (aq) NH4OH (aq) + NaCl (aq)
NH4OH (aq) NH3 (g) + H2O (l)
3. Gas Karbon Dioksida (CO2)
CaCO3 (aq) + 2HCl (aq) CaCl2 (aq) + H2CO3 (aq)
H2O (l) CO2(g)
G. Pembahasan
Reaksi kimia adalah inti dari ilmu kimia. Pada reaksi kimia dapat dlihat bagaimana
beragamnya perubahan sifat dari berbagai zat bila saling berkombinasi atau berinteraksi
membentuk zat lain.
-Pembentukan gas NH3
46 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
Dalam hal ini larutan NH4Cl (± 1 mL) direaksikan dengan NaOH, akan menimbulkan bau
yang cukup menyengat setelah dipanaskan di atas api. Selain itu, hasil perpaduan larutan
tersebut juga merubah warna kertas lakmus dari merah menjadi biru dengan pH >7.
-Pembentukan gas H2
Pada reaksi kali ini, dimasukkan masing- masing 1 potong magnesium (Mg) ke dalam 2
gelas piala berbeda dengan ukuran yang sama, yang berisi 10 mL larutan HCl dengan
konsentrasi 0,5 M dan 2 M. Kecepatan reaksi diantara keduanya berbeda, dimana HCl
konsentrasi 2 M lebih cepat mereaksikan potongan magnesium (Mg), dibandingkan HCl
dengan konsentrasi 0,5 M.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhu laju reaksi diantaranya adalah
1. Luas permukaan zat padat. Makin luas permukaan zat (padat) yang bereaksi , maka
laju reaksi makin besar.
2. Konsentrasi larutan. Makin besar (pekat) konsentrasi partike, makin besar laju reaksi.
3. Tekanan gas. Makin besar tekanan (volum makin kecil), makin besar laju reaksi.
4. Suhu. Makin besar suhu reaksi, laju reaksi makin besar
5. Katalis. Katalis dapat mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi.
Katalis adalah zat yang mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut dalam reaksi.
6. Kesimpulan
Setelah mereaksikan beberapa larutan, kami dapat menyimpulkan bahwa:
1. Larutan NH4Cl (± 1 mL) direaksikan dengan NaOH, akan menimbulkan bau
yang cukup menyengat setelah dipanaskan di atas api, dengan cara membau
yang aman adalah dengan mengibas-ngibaskan tangan di atas mulut tabung
dan hidung berada pada jarak yang relatif jauh berusaha membau gas yang
keluar.
2. Hasil perpaduan larutan tersebut juga merubah warna kertas lakmus dari
merah menjadi biru dengan pH >7.
3. Cepat dan lambatnya laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor.
47 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
4. Gas Hidrogen memiliki sifat khas yaitu mudah terbakar sehingga untuk
membuktikannya didekatkan pada korek api yang menjadikannya letupan.
5. Gas Amonia memiliki sifat khas yaitu bersifat basa sehingga untuk
membuktikannya ditangkap dengan kertas lakmus merah basah yang
kemudian berubah menjadi warna biru.
6. Gas Karbon Dioksida dibuktikan dengan terjadinya kekeruhan pada air barit.
48 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari
DAFTAR PUSTAKA
Anshory, Irfan. 2000. Acuan Pelajaran Kimia. Jakarta: Erlangga
Djamal, Indra. 1989. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga
Prabawa H. Jayaprana S dan Naim N. 1996. IImu Kimia untuk SMU Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Purba, Michael.2003. Kimia 2000 Jilid 3A untuk SMU Kelas 3 Semester 1. Jakarta
Purnawan C, Krisna. 2006. Kimia Dasar 1. Samarinda: Faperta Unmul
Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia untuk SMA kelas XII. Jakarta: Erlangga
Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga
Wahyuni, Sri. 2003. Master Kimia SMA. Jakarta: Erlanga
Aripin, Khairul. 2009. Laporan Kimia Dasar. Institut Pertanian Stiper. Jogjakarta.
Brady, James E. 1998. Kimia Untuk Universitas Azas & Struktur Jilid 1, Edisi. Binarupa
Aksara. Jakarta Barat.
Respati, 1987. Buku Kimia Organik Perguruan Tinggi. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta.
49 | Kimia Dasar – Novi Ratnasari