laporan praktikum transfusi darah

23
LAPORAN PRAKTIKUM TRANSFUSI DARAH PENENTUAN GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS KELOMPOK 1 ANGGOTA : NI NYOMAN MELINDAWATI P07134013002 NI PUTU DIAH ARINI TD P07134013003 NI MADE INKI ARIANTI P07134013004 I GST. AYU RESI PRADNYA DEWI P07134013005 NI KADEK SUCAHYANINGSIH P07134013006 NI KADEK LULUS SARASWATI P07134013007 I KADEK BUDI ASTAWAN P07134013008 DEWA GDE AGUS SURYAWAN P07134013009 NI WAYAN NIA ARISKA PURWANTI P07134013010 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN D-III ANALIS KESEHATAN

Upload: dektingtung

Post on 21-Dec-2015

236 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

Transfusi darah

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Transfusi Darah

LAPORAN PRAKTIKUM TRANSFUSI DARAH

PENENTUAN GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS

KELOMPOK 1

ANGGOTA :

NI NYOMAN MELINDAWATI P07134013002

NI PUTU DIAH ARINI TD P07134013003

NI MADE INKI ARIANTI P07134013004

I GST. AYU RESI PRADNYA DEWI P07134013005

NI KADEK SUCAHYANINGSIH P07134013006

NI KADEK LULUS SARASWATI P07134013007

I KADEK BUDI ASTAWAN P07134013008

DEWA GDE AGUS SURYAWAN P07134013009

NI WAYAN NIA ARISKA PURWANTI P07134013010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN D-III ANALIS KESEHATAN

TAHUN 2015

Page 2: Laporan Praktikum Transfusi Darah

Hari / Tanggal : Selasa / 24 Maret 2015

Pertemuan : 3

I. TUJUAN

I.1 Tujuan instruksional umum

Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus

I.2 Tujuan instruksional khusus

Mahasiswa dapat melakukan cara pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus

II. METODE

Metode yang digunakan dalam praktikum adalah metode slide atau plate.

III. PRINSIP

Faktor yang menentukan golongan darah adalah berupa antigen yang terdapat pada

permukaan luar sel darah merah yang disebut dengan aglutinogen. Zat anti terhadap antigen

tersebut disebut zat anti atau antibody yang bila bereaksi akan menghancurkan antigen yang

bersangkutan disebut aglutinin dalam plasma yaitu suatu antibody alamiah yang secara

otomatis terdapat dalam tubuh manusia atau dengan kata lain antigen + antibody = aglutinasi.

IV. DASAR TEORI

Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu

proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari jumlah darah dalam tubuh manusia,

sedangkan sel-sel darah ada pada darah sekitar 45%. Sel-sel darah dibedakan menjadi sel

darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan sel darah pembeku (trombosit).

Darah merupakan suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut

dengan plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam

arti luas karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interselular yang

berbentuk plasma. Secara fungsional darah merupakan jaringan pengikat yang

Page 3: Laporan Praktikum Transfusi Darah

menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Darah

yang merupakan suspensi tersebut terdapat gen, dimana gen merupakan ciri-ciri yang dapat

diamati secara kolektif atau fenotifnya dari suatu organisme. Pada organisme diploid, setiap

sifat fenotif dikendalikan oleh setidak-tidaknya satu pasang gen dimana satu pasang anggota

tersebut diwariskan dari setiap tertua. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya

yang tepat terhadap fenotifnya, maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen

tunggal, misalnya gen yang mengendalikan sifat keturunannya.

Darah mempunyai fungsi antara lain: mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh

tubuh, mengangkut karbondioksioda dari jaringan tubuh ke paru-paru, mengangkut sari-sari

makanan ke seluruh tubuh, mengangkut sisa-sisa makanan dari seluruh jaringan tubuh ke

alat-alat ekskresi, mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke bagian tubuh tertentu,

mengangkut air untuk diedarkan ke seluruh tubuh, menjaga stabilitas suhu tubuh dengan

memindahkan panas yang dihasilkan oleh alat-alat tubuh yang aktif ke alat-alat tubuh yang

tidak aktif, menjaga tubuh dari infeksi kuman dengan membentuk antibody

a.    Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel darah merah merupakan penyusun sel-sel darah yang jumlahnya paling

banyak. Pada wanita, jumlahnya ± 4,5 juta/mm3 darah, sedangkan pada laki-laki ± 5

juta/mm3 darah. Akan tetapi, jumlah itu bisa naik atau turun, tergantung dari kondisi

seseorang. Eritrosit normal berbentuk cakram bikonkaf dan tidak memiliki nukleus.

Bentuk eritrosit sebenarnya dapat berubah-ubah, seperti ketika sel-sel tersebut beredar

melewati kapiler-kapiler.  Jumlah sel darah merah ini bervariasi pada kedua jenis

kelamin dan pada perbedaan umur. Pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis.

Eritropoiesis terjadi di sumsum tulang. Pembentukkannya diatur oleh hormon

glikoprotein yang disebut dengan eritropoietin. Jangka hidurp eritrosit kira-kira 120 hari.

Eritrosit yang telah tua akan ditelan oleh sel-sel fagosit yang terdapat dalam hati dan

limpa. Untuk menghitung jumlah eritrosit pada tubuh seseorang maka dapat dengan cara

menghitung 8% dari berat badan orang itu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit adalah:

Jenis Kelamin pada laki-laki normal jumlah (konsentrasi) eritrosit mencapai 5,1–5,8 juta

per mililiter kubik darah. Pada wanita normal 4,3–5,2 juta per mililiter kubik darah.

Page 4: Laporan Praktikum Transfusi Darah

Usia Orang dewasa memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dibanding anak- anak.

b.    Sel Darah Putih (Leukosit)

Sel darah putih ibarat serdadu penjaga tubuh dari serangan musuh. Jika kita

terluka, maka sel darah putih ini akan berkumpul di bagian tubuh yang terkena luka,

agar tidak ada kuman penyakit yang masuk melalui luka itu. Jika ada kuman yang

masuk, maka dia akan segera melawannya. Dapat digambarkan, bahwa akan terjadi

pertarungan antara kuman dengan sel darah putih. Timbulnya nanah pada luka itu

merupakan gabungan dari sel darah putih yang mati, kuman, sel- sel tubuh, dan cairan

tubuh.

Sel darah putih mempunyai nukleus dengan bentuk yang bervariasi. Ukurannya

berkisar antara 10 nm–25 nm. Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan

dari infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh. Untuk membedakan

strukturnya dari sel darah merah. Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar

antara 6 ribu–9 ribu butir/mm3, namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor penyebab

turunnya sel darah putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit. Pada tubuh

seseorang yang menderita penyakit tifus, sel darah putihnya hanya berjumlah 3 ribu

butir/mm3.

Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada

kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan

dan keamanan tubuh. Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada

orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu

butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal

disebut leukositosis.

c.    Sel Darah Pembeku (Trombosit)

Ketika kita mengalami luka pada permukaan tubuh, maka tubuh akan

mengeluarkan darah. Terjadinya pendarahan itu disebabkan oleh sobeknya pembuluh

darah. Pada keadaan luka yang ringan, setelah beberapa saat darah akan berhenti

mengalir. Pada saat terjadi luka pada permukaan tubuh, komponen darah, yaitu

trombosit akan segera berkumpul mengerumuni bagian yang terluka dan akan

Page 5: Laporan Praktikum Transfusi Darah

menggumpal sehingga dapat menyumbat dan menutupi luka. Di dalam darah terdapat

protein (trombin) yang larut dalam plasma darah yang mengubah fibrinogen menjadi

fibrin atau benang-benang. Fibrin ini akan membentuk anyaman dan terisi keping darah,

sehingga mengakibatkan penyumbatan dan akhirnya darah bisa membeku. Jumlah sel

darah pembeku ± 250 ribu sel/mm3 darah normal dan hanya dapat bertahan hidup

dengan usia 8-10 hari.

Trombosit adalah bagian sel darah yang berperan dalam pembekuan darah. Jika

jaringan  tubuh terluka, trombosit pada permukaan akan pecah dam mengeluarkan enzim

trombokinase. Enzim trombokinase akan mengubah protobin menjadi trombin dengan

bantuan ion Ca2+. Trombin adalah sebuah enzim yang mengkatalis perubahan fibrinogen

(protein plasma yang dapat larut dalam plasma darah) menjadi fibrin (protein yang tidak

dapat larut dalam plasma darah). Pembentukkan benang-benang fibrin menyebabkan

luka akan tertutup.

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya

perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane sel darah merah.

Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan

Rhesus (factor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain

antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Tranfusi darah dari golongan

yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat

anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.

Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel

ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam kehidupan.

Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam sistem ABO. Pada tahun 1900 dan

1901 Landstainer menemukan bahwa penggumpalan darah (Aglutinasi) kadang-kadang

terjadi apabila eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Pada orang

lain lagi, campuran tersebut tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan hal

tersebut Landstainer membagi golongan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu: A, B,

AB, dan O. Dalam hal ini di dalam eritrosit terdapat antigen dan aglutinogen, sedangkan

dalam serumnya terkandung zat anti yang disebut sebagai antibodi atau aglutinin.

Page 6: Laporan Praktikum Transfusi Darah

Dikenal 2 macam antigen yaitu α dan β, sedangkan zat antinya dibedakan sebagai anti A

dan anti B.

 Golongan darah manusia ditentukan bedasarkan jenis antigen dan antibody yang

terkandung dalam darahnya, sebagai berikut :

a.   Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di

permukaan membran selnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen B dalam

serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat

menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

b.  Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah

merahnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen A dalam serum darahnya.

Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari

orang dengan golongan darh B-negatif atau O-negatif.

c.    Individu dengan golongan darah Ab memiliki sel darah merah dengan antigen A dan

B serta tidak menghasilkan antibody terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang

dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang

dengan golongan darah Ab-positf tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama

Ab-positif.

d.    Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi

memproduksi antibody terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan

darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah

ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-

negatif hanya dapat menerima darh dari sesama O-negatif.

Secara singkat, golongan darah sistem ini daat dilihat pada tabel berikut ini :

Gol.

DarahAnti A Anti B Anti AB Anti O

A + - + +

B - + + +

AB + + + +

O - - - +

Page 7: Laporan Praktikum Transfusi Darah

Ket : ( + ) Menggumpal

            ( - )  Larut

Transfusi darah adalah pemberian darah seseorang kepada orang lain. Orang

yang berperan sebagai pemberi darah disebut dengan donor. Orang yang menerima

darah disebut resipien. Golongan darah AB merupakan resipien universal karena dapat

menerima semua jenis golongan darah. Sebaliknya, golongan darah O adalah donor

universal karena dapat ditranfusikan kepada semua jenis golongan darah. Alasan

terbanyak melakukan transfusi darah adalah karena penurunan volume darah dan untuk

memberi resipien beberapa unsur dari darah yang dibutuhkan.

Pada sistem rhesus, terdiri dari Rhesus Positif dan Rhesus Negatif. Sebagian

besar orang asia termasuk Indonesia memiliki rhesus positif, sedangkan rhesus negatif

pada umumnya dimiliki oleh orang luar. Seseorang yang memiliki rhesus positif

darahnya akan mengalami aglutinasi apabila diberikan anti-Rh. Sedangkan rhesus

negatif, tidak akan bereaksi apabila diberikan anti-Rh.

V. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

1. Bloodgrouping plate

2. Pipet Pasteur

3. Label

b. Bahan

1. Suspense cell 10 % dan 40 %

2. Reagen Anti-A

3. Reagen Anti-B

4. Reagen test sel A 10%

5. Reagen test sel B 10%

6. Reagen test sel O 10%

Page 8: Laporan Praktikum Transfusi Darah

7. Reagen Anti-D

8. Reagen bovin albumin 22%

VI. CARA KERJA

1. Digunakan APD dengan baik, benar dan lengkap.

2. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.

3. Dipastikan semua alat dan bahan dalam keadaan baik dan siap digunakan.

4. Dibuat suspensi sell 10% dan 40%.

5. Diteteskan pada :

- Sumur 1 dua tetes Anti-A

- Sumur 2 dua tetes Anti-B

- Sumur 3 satu tetes test sel A 10%

- Sumur 4 satu tetes test sel B 10%

- Sumur 5 satu tetes test sel O 10%

- Sumur 6 control (satu tetes serum dan satu tetes sel darah 10%)

- Sumur 7 dua tetes Anti-D

- Sumur 8 dua tetes Bovin albumin

6. Diteteskan 1 tetes suspensi sel OS/DN 10% pada sumur 1,2 dan 6.

7. Diteteskan 1 tetes suspensi sel OS/DN 40% pada sumur 7 dan 8.

8. Diteteskan masing-masing 2 tetes serum pada sumur 3,4,5.

9. Digoyangkan bloodgrouping plate kedepan dan kebelakang hingga tercampur dan

diamati apakah terjadi reaksi aglutinasi.

VII. HASIL PENGAMATAN

NO GAMBAR PENGAMATAN KETERANGAN

Page 9: Laporan Praktikum Transfusi Darah

1 cara penetesan reagen yang benar (penetesan dilakukan

dengan tegak lurus dan menggantung)

2 Cara penetesan reagen yang salah (miring dan kurang

menggantung)

3 Penetesan reagen tahap I

4 Penetesan reagen tahap II

Page 10: Laporan Praktikum Transfusi Darah

5 Hasil pemeriksaan

- Sumur Anti A tidak mengalami aglutinasi

- Sumur Anti B mengalami aglutinasi

- Sumur Eri A mengalami aglutinasi

- Sumur Eri B tidak mengalami aglutinasi

- Sumur Eri O tidak mengalami aglutinasi

- Sumur Autocontrol tidak mengalami aglutinasi

- Sumur Anti D mengalami aglutinasi

- Sumur Alb tidak mengalami aglutinasi

jadi, hasil golongan darah yang diperoleh yaitu B dengan

rhesus positif (+)

VIII. PEMBAHASAN

Golongan darah penting untuk diketahui dalam hal kepentingan transfusi, donor

yang tepat serta identifikasi pada kasus kedokteran forensik seperti identifikasi pada

beberapa kasus kriminal. Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi

darah. Jika darah donor mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh resipien,

protein spesifik yang disebut antibodi yang diproduksi oleh resipien akan mengikatkan

diri pada molekul asing tersebut sehingga menyebabkan sel-sel darah yang disumbangkan

menggumpal. Penggumpalan ini dapat membunuh resipien.

Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan

Rhesus (faktor Rh). Proses penentuan golongan darah pada manusia yaitu berdasarkan

aglutinogen dan aglutinin. Aglutinogen adalah antigen-antigen dalam eritrosit yang

membuat sel peka terhadap aglutinasi (penggumpalan darah). Aglutinin adalah substansi

yang menyebabkan aglutinasi sel, misalnya antibodi.

Dalam praktikum ini selain melakukan penentuan golongan darah sistem ABO dan

Rhesus dengan menggunakan metode bio plate. Prinsip pemeriksaan golongan darah

dengan metode bio plate ini adalah reaksi antara antigen dengan antibodi yang sesuai

akan menghasilkan aglutinasi. Misalnya : Antigen A + Antibodi A akan menghasilkan

Page 11: Laporan Praktikum Transfusi Darah

aglutinasi. Antigen A + Antibodi B tidak akan menghasilkan aglutinlebasi. Metode bio

plate ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah lebih praktis

dan metode ini lebih sensitive. Kekurangannya adalah waktunya lebih lama dan lebih

mahal.

Adapun langkah-langkah dari pemeriksaan golongan darah ini dimulai dari tahap pa-

analitik, analitik dan post-analitik. Sebelum melakukan tahapan-tahapan tersebut,

praktikan harus menggunakan Alat Pelindung Diri yang lengkap untuk menghindari

kontak langsung dengan sampel yang kita anggap sebagai bahan yang infeksius.

Tahap pra-analitik adalah tahap persiapan sebelum dilakukan pemeriksaan pada

sampel. Dalam pemeriksan golongan darah ini, tahap pra-analitik adalah menyiapkan

sampel yang akan diperiksa dengan suspensi 10 %, menyiapkan reagen dan memastikan

reagen tersebut masih dalam kondisi yang baik, dan menyiapkan alat-alat yang akan

digunakan dalam pemeriksaan ini seperti, bio plate, pipet tetes dan tempat pembuangan.

Alat dan bahan dipastikan sudah siap sebelum melakukan tahap analitik.

Pada tahap analitik, pada pemeriksaan golongan darah ini pertama-tama disiapkan

bio plate yang sudah berisi 8 kolom/sumur yang dalam keadaan bersih dan diberi label

dari tabung 1 sampai Sumur 8 sebagai berikut :

Sumur 1 : Anti-A

Sumur 2 : Anti- B

Sumur 3 : Eri-A

Sumur 4 : Eri-B

Sumur 5 : Eri-O

Sumur 6 : Auto Control

Sumur 7 : Anti - D

Sumur 8 : Bouvin Albumin

Pemberian label sangat penting dilakukan untuk mengatisipasi hasil yang tertukar.

Masing-masing reagen, suspense sel darah merah, dan serum dikondisikan dengan suhu

ruang agar stabil dan nantinya dapat bereaksi secara optimal saat digunakan, lalu

Page 12: Laporan Praktikum Transfusi Darah

dihomogenkan agar seluruh komponen di dalamnya tersebar merata. Kemudian sumur-

sumur tersebut diisi dengan :

Sumur 1 : 2 tetes Anti-A

Sumur 2 : 2 tetes Anti-B

Sumur 3 : 1 tetes Tes Sel A 10 %

Sumur 4 : 1 tetes Tes Sel B 10 %

Sumur 5 : 1 tetes Tes Sel O 10 %

Sumur 6 : Auto control

Sumur : 2 tetes Anti-D

Sumur 8 : 2 tetes Bovine Albumin 22%

Setelah semua sumur terisi, diteteskan sel darah merah pasien dengan suspense sel

OS/DN 10 % pada sumur 1, 2, dan 6 sebanyak 1 tetes. Pada sumur 7 dan 8 diteteskan 1

tetes suspense sel OS/DN 40%. Pada sumur 3,4,5 dan 6 diteteskan 2 tetes serum/plasma

pasien. Dalam pengisian reagen harus diperhatikan posisi pipet saat meneteskan reagen.

Posisi saat menuangkan reagen harus sama dengan posisi pipet saat meneteskan sel darah

merah atau serum, yakni secara vertikal dan lurus menggantung, tanpa menyentuh sumur.

Hal ini dilakukan agar reagen, suspense atau serum tidak mengkontaminasi sumur satu

sama lain serta perbandingan takaran sel darah dan reagen sama.

Kemudian masing-masing sumur dihomogenkan dengan cara menggoyangkan

sumur hingga terbentuk satu warna dari campuran reagen dan sel darah merah. Setelah

homogen, untuk melihat aglutinasi yang terbentuk pada sumur dapat diamati adanya

endapan atau gumpalan dalam dasar tabung. Dalam hal ini kita akan melihat gumpalan

yang terbentuk, jadi harus dibedakan antara gumpalan dan endapan. Cara

membedakannya adalah dengan cara menggoyangkan kembali blood grupping plate

tersebut. Endapan akan tercampur kembali dengan cairan setelah dikocok, sementara

gumpalan/aglutinasi akan tetap menggumpal setelah dikocok. Setelah dikocok akan

terlihat banyaknya gumpalan yang terbentuk. Aglutinasi positif apabila gumpalan yang

terbentuk tetap memisah (tidak bercampur kembali).

Pada pemeriksaan golongan darah sampel A diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 13: Laporan Praktikum Transfusi Darah

1) Sumur 1 : 2 tetes Tes Sera Anti-A + 1 tetes suspense sel darah merah pasien 10%

tidak menghasilkan aglutinasi yang menandakan tidak ada aglutinogen A pada sampel

darah. Sampel tersebut bukan golongan darah A.

2) Sumur 2 : 2 tetes Tes Sera Anti-B +1 tetes suspense sel darah merah pasien 10%

menghasilkan aglutinasi yang menandakan ada aglutinogen B pada sampel darah.

Sampel tersebut adalah golongan darah B.

3) Sumur 3 : 1 tetes test sel A 10% + 2 tetes serum pasien menghasilkan

aglutinasi yang menandakan adanya antibodi A pada sampel serum pasien.

4) Tabung 4 : 1 tetes test sel B 10% + 2 tetes serum pasien tidak menghasilkan

aglutinasi yang menandakan tidak adanya antibodi B pada sampel serum pasien.

Berdasarkan hasil pada 2 dan 3 tabung di atas sudah dapat diketahui bahwa golongan

darah pasien adalah B Karena pada sel darah merah terdapat antigen B dimana pada

serumnya terdapat antibodi A.

5) Sumur 5 : 1 tetes test sel O 10% + 2 tetes serum pasien tidak menghasilkan

aglutinasi yang menandakan golongan darah pasien bukanlah O.

6) Sumur 6 : 1 tetes suspense sel darah merah pasien 10% + 2 tetes serum pasien

tidak menghasilkan aglutinasi. Tabung 6 harus memberikan reaksi negative karena ini

merupakan autocontrol. Dimana pada tabung 6 ini memeriksa antibodi dalam serum

dengan cara mereaksikannya dengan suspense sel darah merah pasien itu sendiri. Tabung

6 dapat digunakan sebagai control bahwa sampel serum dan suspense sel darah yang

diperiksa berasal dari 1 pasien (bukan dari pasien yang berbeda/tertukar dengan pasien

lainnya).

7) Sumur 7 : 2 tetes anti-D + 1 tetes suspense sel darah merah pasien 40%

menghasilkan aglutinasi yang menandakan adanya antigen Rhesus pada sampel.

8) Sumur 8 : 2 tetes Bovine Albumin 22 % + 1 tetes suspense sel darah merah pasien

40% tidak menghasilkan aglutinasi. Bovine Albumin 22% merupakan autocontrol

untuk Rhesus sehingga harus negative karena pada pemeriksaan ini diperoleh Rhesus

positif.

Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil yang valid karena:

Page 14: Laporan Praktikum Transfusi Darah

1. Hasil pemeriksaan pada metode serum grouping dan sel grouping terjadi

aglutinasi pada Anti B dan aglutinasi pada Sel Eri A dan rhesus positif yang menandakan

sampel pasien memiliki golongan darah B.

2. Autocontrol pada tabung 6 dan 8 diperoleh hasil aglutinasi negatif yang sudah

sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Dengan demikian dapat diketahui dan dipastikan bahwa sampel yang diperiksa

memiliki golongan darah B Rhesus positif.

IX. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Cara pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus, dibuat suspensi sell 10% dan

40%., lalu diteteskan pada masing-masing sumur sesuai cara kerja dan etiket, lalu

diteteskan suspense sampel, dan digoyangkan.

2. Dari hasil praktikum yang dilakukan, didapat hasil Golongan darah B dengan rhesus

positif karena terjadi aglutinasi pada Anti-B, Eri-A, dan autocontrol yang

menunjukkan rhesus.

X. DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin,2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Buku kedokteran

EGC. Jakarta.

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC

Anderson, Paul D. 2008. Anatomi & Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Asti. 2014. Penentuan Golongan Darah. Online.

http://astiepd.blogspot.com/2014/04/penentuan-golongan-darah.html (diakses pada 29

Maret 2015)

Page 15: Laporan Praktikum Transfusi Darah

Imam. 2013. Pemeriksaan Golongan Darah. Online.

http://imamgery45.blogspot.com/2013/11/laporan-biologi-pemeriksaan-golongan.html

(diakses pada 29 Maret 2015)

Page 16: Laporan Praktikum Transfusi Darah

Denpasar, 30 Maret 2015

Praktikan

Kelompok 1

LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui,

Pembimbing I

dr. Ni Kadek Mulyantari, Sp.PK

Pembimbing II

Kadek Aryadi Hartawiguna, A.Md, AK

Pembimbing III

I Gede Putu Sudana

Pembimbing IV

Ni Made Darmaasih

Pembimbing V

Gusti Ayu Ngurah Wardani